Polip Nasal

41
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polip nasal adalah massa lunak yang tumbuh di dalam rongga hidung. Kebanyakan polip berwarna putih bening atau keabu – abuan, mengkilat, lunak karena banyak mengandung cairan (polip edematosa). Polip yang sudah lama dapat berubah menjadi kekuning – kuningan atau kemerah – merahan, suram dan lebih kenyal (polip fibrosa). Bentuk polip bulat atau lonjong dan berwarna putih keabu-abuan atau pucat.Bermacam –macam teori mengenai penyebab timbulnya polip hidung telah sering diajukan,tetapi belum ada teori yang dapat diterima dengan mutlak .Mungkin juga timbulnya polip disebabkan oleh kombinasi beberapa factor.Yang pasti polip tidak timbul secara kongenital.Teori tersebut antara lain teori alergi,teori peradangan dan infeksi,teori obstruksi mekanik, teori gangguan syaraf teori sipurasi sinus,teori pembuluh darah dan limfe.Pada penelitian akhir akhir ini dikatakan bahwa polip berasal dari adanya epitel mukosa yang rupture oleh karena trauma,infeksi,dan alergi yang menyebabkan edemo mukosa,sehingga jaringan menjadi prolaps.Fenomena bemoulli menyatakan bahwa udara yang mengalir melalui tempat yang sempit akan mengakibatkan tekanan negative pada daerah sekitarnya.Jaringan yang lemah akan terhisap oleh tekanan negative sehingga mengakibatkan edema mukosa dan pembentukan 1

description

POLIP NASI DAN MEDIA PEMERIKSAANNYA

Transcript of Polip Nasal

Page 1: Polip Nasal

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Polip nasal adalah massa lunak yang tumbuh di dalam rongga hidung. Kebanyakan

polip berwarna putih bening atau keabu – abuan, mengkilat, lunak karena banyak

mengandung cairan (polip edematosa). Polip yang sudah lama dapat berubah menjadi

kekuning – kuningan atau kemerah – merahan, suram dan lebih kenyal (polip fibrosa).

Bentuk polip bulat atau lonjong dan berwarna putih keabu-abuan atau pucat.Bermacam –

macam teori mengenai penyebab timbulnya polip hidung telah sering diajukan,tetapi belum

ada teori yang dapat diterima dengan mutlak .Mungkin juga timbulnya polip disebabkan oleh

kombinasi beberapa factor.Yang pasti polip tidak timbul secara kongenital.Teori tersebut

antara lain teori alergi,teori peradangan dan infeksi,teori obstruksi mekanik, teori gangguan

syaraf teori sipurasi sinus,teori pembuluh darah dan limfe.Pada penelitian akhir akhir ini

dikatakan bahwa polip berasal dari adanya epitel mukosa yang rupture oleh karena

trauma,infeksi,dan alergi yang menyebabkan edemo mukosa,sehingga jaringan menjadi

prolaps.Fenomena bemoulli menyatakan bahwa udara yang mengalir melalui tempat yang

sempit akan mengakibatkan tekanan negative pada daerah sekitarnya.Jaringan yang lemah

akan terhisap oleh tekanan negative sehingga mengakibatkan edema mukosa dan

pembentukan polip.Fenomena ini menjelaskan mengapa polip kebanyakan berasal dari area

yang sempit di komplek osteomeotal di meatus media.Walaupun demikian polip dapat

ditimbul dari tiap bagian mukosa hidung atau sinus paranasal dan seringkali bilateral atau

multiple.Angka kejadian polip hidung secara pasti belum diketahui.Penelitian di Eropa Timur

melaporkan prevelensi polip hidung dengan sinusitis maksilaris 1,3%, sedangkan Amerika

utara diperkirakan 1-4% , 6 polip hidung dapat timbul pada semua umur tetapi umumnya

dijumpai pada penderita dewasa muda berusia antara 30-60 tahun,sedangkan perbandingan

antara laki-laki dan perempuan adalah 2-4 : 1 dan tidak ad kekhususan ras pada kejadian

polip hidung. Di Amerika Serikat: Insiden polip hidung keseluruhan pada anak-anak adalah

0.1%; insiden pada anak-anak dengan Cystik Fibrosis adalah 6-48%. Pada orang dewasa,

insidennya secara keseluruhan adalah 1-4%, dengan range 0.2-28%. Secara Internasional:

insiden polip hidung di seluruh dunia adalah sama dengan insiden polip hidung di Amerika

1

Page 2: Polip Nasal

Serikat. Polip hidung menyerang orang dewasa dan anak-anak, pada orang dewasa biasanya

polip dijumpai pada usia lebih dari 20 tahun dan terbanyak pada usia 40 tahun. Sedangkan

pada anak-anak polip jarang terjadi, bila ada polip pada anak dibawah dua tahun maka harus

disingkirkan kemungkinan meningokel atau meningoensefalokel. Seorang anak dengan polip

hidung juga harus diperiksa untuk cystic fibrosis,  karena cystic fibrosis merupakan faktor

risiko untuk terjadinya polip hidung pada anak (Sekitar 1 dari 2 orang dengan cystic fibrosis

memiliki polip hidung.)Mortality/Morbidity: Tidak ada angka Mortalitas yang signifikan

yang berhubungan dengan polip hidung. Angka Morbiditas biasanya dihubungkan dengan

perubahan kualitas hidup, obstruksi hidung, anosmia, sinusitis kronis, sakit kepala,

mendengkur, dan drainase postnasal. Pada situasi tertentu, polip hidung dapat mempengaruhi

susunan rangka craniofacial, karena polip hidung dapat meluas ke intracranial dan menuju

daerah orbita.  Ras: Polip hidung dapat terjadi pada semua ras dan kelas sosial. Ada

kemungkinan polip hidung diwariskan pada keluarga yang memiliki riwayat polip nasi. Jenis

Kelamin: Rasio laki- laki- perempuan dewasa adalah 2-4:1, sedangkan perbandingan pada

anak-anak belum ada laporannya. Tinjauan ulang artikel melaporkan kejadian polip hidung

pada anak-anak yang memerlukan pembedahan menunjukkan bahwa insidennya sama pada

anak laki-laki dan anak perempuan. Prevalensi yang sama juga dilaporkan pada pasien

dengan asma. Gejala utama polip hidung adalah sumbatan hidung dan hilangnya sensasi dari

bau. Berat ringannya tergantung besar kecilnya polip,atau pada saat mendapat serangan

radang atau alergi. Rinorhe biasanya encer atau mukopurulen bila ada infeksi, dan dapat

menetes ke belakang sebagai post nasal drip.Keluhan sering disertai bersin-bersin.Bila latar

belakang alergi yang mendasarinya.Infeksi sinus paranasal dapat terjadi bersama dengan

polip hidung.

Polip hidung sangat mengganggu pada kebanyakan pasien dan pengobatannya pun

masih controversial.Penyakit ini sering berulang dan memerlukan pengobatan yang lama

sampai bertahun-tahun. Dengan demikian pengobatannya bertujuan untuk mengurangi

besarnya atau menghilngkan polip supaya aliran udara hidung menjadi lapang dan penderita

dapat bernafas dengan baik.Selanjutnya gejala- gejala runitis dapat dihilangkan dan fungus

penciuman kembali normal.Terdapat beberapa pilihan pengobatan untuk polip hidung mulai

dari pemberian obat-obatan, pembedahan,konvesional sederhana dengan snare polip sampai

pada bedah endoskopi yang memakai alat lebih lengkap. Walaupun demikian angka

kekambuhan masih tetap tinggi sehingga memerlukan sejumlah operasi ulang. Dengan data

2

Page 3: Polip Nasal

kejadian seperti diatas polip pada nasal yg dapat menyerang tanpa batasan umur,maka penulis

bermaksud mengkaji lebih dalam lagi tentang penyakit polip nasal.mengingat bahwa hidung

merupakan salah satu organ vital yang d miliki oleh tubuh. Dimana hidung berfungsi sebagai

saluran pernafasan. Tanpa oksigen yang di aliri dari hidung akan menimbulkan masalah baru

pula terhadap organ-organ yang terdapat dalam tubuh manusia. Dan pada akhirnya penulis

bermaksud memberikan suatu informasi lebih bagi pembaca,dengan mengangkat judul

“POLIP NASI DAN MEDIA PEMERIKSAANNYA”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat ditarik rumusan masalah:

1). Bagaimana kasus polip pada nasal?

2). Bagaimana teknik pemeriksaan untuk polip pada nasal?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:

1). Untuk membahas kasus polip pada nasal.

2). Untuk mengetahui teknik radiografi untuk memeriksa poolip pada nasal.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu:

1). Penulis dapat mengetahui tentang kasus polip pada nasal.

2). Penulis dapat mengetahui teknik radiografi apa saja yang digunakan untuk memeriksa

polip pada nasal.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan dalam memahami isi karya tulis ini, maka penulis

menyususn dalam lima pokok bahasan dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

3

Page 4: Polip Nasal

Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan makalah, manfaat

penulisan, sistematika penulisan.

BAB II :TINJAUAN TEORI

Berisi tentang anatomi nasal, bidang, mayor landmark ,teknik radiografi untuk

memeriksa nasal ,proteksi radiasi

BAB III :METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang rancangan penelitan, lokasi dan waktu penelitian, teknik,

pengumpulan data, populasi dan sampel penelitian

BAB IV :HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan.

BAB V :PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan dan saran.

4

Page 5: Polip Nasal

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi Nasal

Septum membagi kavum nasi menjadi 2 ruang, kanan dan kiri. Septum nasi dibentuk

oleh tulang dan tulang rawan. Septum nasi dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang

rawan dan periosteum pada bagian tulang , sedangkan diluarnya dilapisi oleh mukosa hidung.

Bagian tulang rawan adalah kartilago septum nasi (lamina kuadrangularis) dan

kolumela.

Gambar1: Anatomi Septum nasi Gambar 2: Anatomi hidung sagital

Bagian tulang yang membentuk septum nasi terdiri dari 1)Kartilago kuadrangularis 2)

Lamina perpendikularis os ethmoid 3) Os vomer 4) Krista nasalis maksila.

Septum nasi terletak pada tulang penyangga yang terdiri dari (ventral ke dorsal) spina

nasal anterior, premaksila, dan vomer. Pada bagian kaudal, kartilago septum nasi bebas

bergerak dan berhubungan dengan kolumela oleh membran septum nasi. Pada bagian dorsal

bersatu dengan lamina perpendikularis os ethmoid. Pada bagian Ventral, berhubungan dengan

dua kartilago triangularis (kartilago lateral atas), dan bersama-sama membentuk kartilago

vault dan batang hidung.

Bagian tulang septum nasi terdiri dari lamina perpendikularis os ethmoid,

premaksilaris dan vomer yang merupakan perluasan dari rostrum sphenoid.7 Kerangka tulang

rawan dari septum nasi dan kartilago lateral atas yang berbentuk “T” memberi kekuatan yang

cukup untuk menahan tekanan dari tulang di sekitarnya. Kartilago kuadrangularis adalah

bagian medial kerangka T hidung. Kaudal hidung sampai di daerah inferior septum nasi

5

Page 6: Polip Nasal

terletak pada krista maksilaris dan diikat oleh perikondrium dan periosteum.7 Reseksi atau

destruksi dari tulang rawan tersebut akibat trauma atau operasi pengangkatan kartilago

kuadrangularis yang berlebihan akan mengakibatkan bentuk hidung seperti pelana.

2.2 Definisi Polip Nasi

Polip hidung adalah kelainan mukosa hidung dan sinus paranasal terutama kompleks

osteomeatal (KOM) di meatus nasi medius berupa massa lunak yang bertangkai, bentuk bulat

atau lonjong,berwarna putih keabu-abuan. Permukaannya licin dan agak bening karena

banyak mengandung cairan.Sering bilateral dan multipel. Polip merupakan manifestasi dari

berbagai penyakit dan sering dihubungkan dengan sinusitis, rinitis alergi, asma, dan lain-lain.

2.3 Etiologi.

Terjadi akibat reaksi hipertensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung. Polip dapat

timbul pada penderita laki-laki maupun perempuan, dari usia anak-anak sampai usia lanjut.

Bila ada polip pada anak di bawah usia 2 tahun, harus disingkirkan kemungkinan meningokel

atau meningoensefalokel. Dulu diduga predisposisi timbulnya polip nasi ialah adanya rinitis

alergi atau penyakit atopi, tetapi makin banyak penelitian yang tidak mendukung teori ini dan

para ahli sampai saat ini menyatakan bahwa etiologi polip nasi masih belum diketahui dengan

pasti.

Polip disebabkan oleh reaksi alergi atau reaksi radang. Bentuknya bertangkai, tidak

mengandung pembuluh darah. Di hidung polip dapat tumbuh banyak, apalagi bila asalnya

dari sinus etmoid. Bila asalnya dari sinus maksila, maka polip itu tumbuh hanya satu, dan

berada di lubang hidung yang menghadap  ke nasofaring (konka). Keadaan ini disebut polip

konka. Polip konka biasanya lebih besar dari polip hidung. Polip itu harus dikeluarkan, oleh

karena bila tidak, sebagai komplikasinya dapat terjadi sinusitis. Polip itu dapat tumbuh

banyak, sehingga kadang-kadang tampak hidung penderita membesar, dan apabila

penyebarannya tidak diobati setelah polip dikeluarkan, ia dapat tumbuh kembali. Oleh karena

itu janganlah bosan berobat, oleh karena seringkali seseorang dioperasi untuk mengeluarkan

polipnya berulang-ulang.

6

Page 7: Polip Nasal

2.4 Faktor Predisposisi

Yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya polip antara lain :

a). Alergi terutama rinitis alergi.

b). Sinusitis kronik.

c). Iritasi.

d). Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum dan hipertrofi

konka.

2.5 Patofisiologi

Pembentukan polip sering diasosiasikan dengan inflamasi kronik, disfungsi saraf

otonom serta predisposisi genetic. Menurut teori Bemstein, terjadi perubahan mukosa hidung

akibat peradangan atau aliran udara yang bertubulensi, terutama di daerah sempit di

kompleks ostiomeatal. Terjadi prolaps submukosa yang diikuti oleh reepitelisasi dan

pembentukan kelanjar baru. Juga terjadi peningkatan penyerapan natrium oleh permukaan sel

epitel yang berakibat retensi air sehingga terbentuk polip. Teori lain mengatakan karena

ketidak seimbangan saraf vasomotor terjadi peningkatan permeabilitas kapiler dan gangguan

regulasi vascular yang mengakibatkan dilepasnya sitokin-sitokin dari sel mast, yang akan

menyebabkan edema dan lama-lama menjadi polip. Bila proses terus berlanjut, mukosa yang

sembab makin membesar menjadi polip dan kemudian akan turun ke rongga hidung dengan

membentuk tangkai.

Berdasarkan jenis sel peradanganya, polip dikelompokkan menjadi 2, yaitu polip tipe

eosinofilik dan tipe neutrofilik.

2.6 Gejala

Gejala utama yang ditimbulkan oleh polip nasi adalah hidung tersumbat. Sumbatan ini

tidak hilang dan makin lama makin memberat. Pada sumbatan yang hebat dapat

menyebabkan timbulnya gejala hiposmia bahkan anosmia. Bila polip ini menyumbat sinus

paranasal, akan timbul sinusitis dengan keluhan nyeri kepala dan rhinore. Bila penyebabnya

7

Page 8: Polip Nasal

adalah alergi, maka gejala utama adalah bersin dan iritasi di hidung. Sumbatan hidung yang

menetap dan semakin berat dan rinorea. Dapat terjadi sumbatan hiposmia atau anosmia. Bila

menyumbat ostium, dapat terjadi sinusitis dengan ingus purulen. Karena disebabkan alergi,

gejala utama adalah bersin dan iritasi di hidung.

Pada pemeriksaan klinis tampak massa putih keabu-abuan atau kuning kemerah-

merahan dalam kavum nasi. Polip bertangkai sehingga mudah digerakkan, konsistensinya

lunak, tidak nyeri bila ditekan, mudah berdarah, dan tidak mengecil pada pemakaian

vasokontriktor.

Pada rhinoskopi anterior polip nasi sering harus dibedakan dari konka hidung yang

menyerupai polip (konka polipoid). Perbedaannya:

              Polip       Konka polipoid

Bertangkai Tidak bertangkai

Mudah digerakkan Sukar digerakkan

Tidak nyeri tekan Nyeri bila ditekan dengan

pinset

Tidak mudah berdarah Mudah berdarah

Pada pemakaian

vasokonstriktor tidak

mengecil

Dapat mengecil dengan

vasokonstriktor

8

Page 9: Polip Nasal

Dilihat dari bentuknya, polip dibagi menjadi 3, yaitu bertangkai, tidak bertangkai dan

campuran. Ukuran polip berkisar antara 1-2 cm. Polip dengan ukuran lebih dari 2 cm

dianggap berbahaya karena dapat terjadi displasia, yaitu perubahan ke arah ganas secara

histologis

2.7 Penyebab dan Factor Predisposisi Polip Hidung

2.7.1 Penyebab

Polip hidung dengan gambaran klinis seperti daging yang tumbuh pada rongga

hidung yang merupakan pertumbuhan dari selaput lendir yang bersifat jinak ini

hingga kini, penyebab pastinya saat ini belum diketahui.Walaupun penyebabnya tidak

di ketahui, namun diperkirakan bahwa polip hidung terjadi sebagai akibat dari

inflamasi atau peradangan kronik berulang  sehingga menimbulkan pembengkakan

pada lapisan  selaput lendir rongga hidung dan sinus. Pembengkakan lapisan

permukaan mukosa hidung atau sinus akibat inflamasi ini akan menyebabkan

terbentuknya cairan dalam sel-sel selaput lendir rongga hidung dan sinus. Seiring

dengan waku, akan menyebabkan pembengkakan lapisan permukaan mukosa hidung

atau sinus, yang kemudian menonjol dan turun ke dalam rongga hidung oleh gaya

berat. Polip banyak mengandung cairan interseluler dan sel radang (neutrofil dan

eosinofil) dan tidak mempunyai ujung saraf atau pembuluh darah

9

Page 10: Polip Nasal

2.7.2 Faktor- faktor predisposisi

Setiap kondisi yang memicu peradangan kronis di saluran hidung atau sinus,

seperti infeksi atau alergi, dapat meningkatkan resiko terkena polip hidung. Kondisi

sering dikaitkan dengan faktor resiko terbentuknya polip hidung antara lain:

Asma 

Asma merupakan penyakit yang menyebabkan peradangan saluran napas

secara keseluruhan dan penyempitan.Asma yang dimulai pada saat usia dewasa ,

dimana sekitar 20-40% orang dengan polip hidung juga memiliki asma.

Rhinitis alergi

Rhinitis alergi adalah pilek yang disebabkan oleh reaksi alergi dimana

merupakan penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi

yang sebelumnya telah tersensitasi dengan alergen yang sama.Tanda dan gejala rinitis

alergi sangat beragam mulai dari hidung, mata bahkan sampai ke telinga dan

tenggorokan. Gejala dan tanda pada hidung seperti hidung mengeluarkan air/ingus

(rinore), hidung tersumbat, bersin-bersin, gatal pada hidung, berkurangnya indera

penciuman, Gejala dan tanda pada mata seperti gatal pada mata, mata kemerahan,

bengkak dan berwarna biru kegelapan pada kulit di bawah mata yang disebut dengan

istilah allergic shiners. Gejala dan tanda pada telinga dan tenggorokan seperti nyeri

tenggorokan, suara serak, gatal pada tenggorokan atau telinga dan bengkak pada

telinga

Cystic fibrosis 

Cystic fibrosis merupakan suatu kelainan genetik yang diturunkan secara

autosomal resesif yang menyebabkan produksi dan sekresi dari mukus dan lendir

yang abnormal, lengket, cair dan tebal dari membran mukosa hidung dan

sinus.Produksi mukus yang abnormal ini akan menyebabkan mudahnya terjadinya

infeksi oleh bakteri sehingga dapat menimbulkan peradangan atau inflamasi.Penyakit

ini bersifat resesif, sehingga apabila kedua orang tua merupakan carier (pembawa)

gen penyakit ini, maka satu dari empat anak mereka kemungkinan dapat menderita

10

Page 11: Polip Nasal

cystic fibrosis.Sekitar 25% orang dengan cystic fibrosis kemungkinan menderita polip

hidung.

Rhinosinusitis Kronis 

Rhinosinusitis Kronis merupakan suatu proses peradangan yang melibatkan

satu atau lebih sinus paranasal yang biasanya terjadi setelah reaksi alergi atau infeksi

virus pernapasan atas. Dalam beberapa kasus, rhinosinusitis dapat terjadi karena

adanya peningkatan produksi bakteri pada permukaan rongga sinus.Gejala penyakit

ini dapat berupa rasa sakit pada wajah terutama apabila di tekan, demam, sakit kepala,

mulut berbau, batuk, sakit tenggorokan dan dapat komplikasi ke telinga sehingga

dirasakan nyeri dan penuh pada telinga.Adanya respon alergi, misalnya alergi

terhadap obat aspirin atau penghilang nyeri seperti ibuprofen (Advil, Motrin, lainnya)

dan naproxen (Aleve).Churg-Strauss syndrome yaitu suatu kondisi langka yang

menyebabkan peradangan pada pembuluh darah.Sumbatan hidung oleh kelainan

anatomi seperti deviasi septum dan hipertrofi konka juga dicurigai sebagai salah satu

faktor yang mempermudah terjadinya polip nasi atau polip hidung.Rhinitis

Nonallergic dengan sindrom eosinofilia (NARES) – polip nasal ditemukan 20% pada

pasien dengan NARES .Riwayat polip pada keluarga juga mungkin memainkan peran.

Ada beberapa bukti bahwa variasi genetik tertentu yang berkaitan dengan fungsi

sistem kekebalan tubuh sehingga memungkinkan terjadinya polip yang diwariskan

dala keluarga.

Sindrom Young

Sindrom Young yang juga dikenal sebagai infeksi sinopulmonary

Azoospermia, Sindrom Sinusitis-infertilitas dan Sindrom Barry-Perkins-Young adalah

suatu kondisi langka yang mencakup kombinasi dari sindrom seperti bronkiektasis ,

rinosinusitis dan mengurangi kesuburan atau infertilitas.Intoleranansi alkohol –

ditemukan 50% pasien dengan polip hidung

Diskinesia cilia primer

Diskinesia cilia primer merupakan kelainan genetik langka yang diturunkan

secara autosomal resesif, dimana pada kelainan ini dijumpai ketidaknormalan fungsi

11

Page 12: Polip Nasal

silia sehingga timbul penumpukan lendir yang berlebih yang dapat mempermudah

terjadinya infeksi oleh bakteri sehingga terjadi reaksi peradangan atau inflamasi.

2.8 Gejala Yang Dirasakan Jika Ada Polip Pada Hidung

Gejala utama yang ditimbulkan oleh polip hidung adalah rasa sumbatan di hidung.

Sumbatan ini tidak hilang timbul dan makin lama semakin berat keluhannya. Pada sumbatan

yang hebat dapat menyebabkan gejala hiposmia yaitu berkurangnya kemampuan untuk

mencium bau atau anosmia yaitu tidak mampu sama sekali mencium bau.Polip hidung juga

bisa menyebabkan penyumbatan pada drainase lendir dari sinus ke hidung (menyumbat sinus

paranasal). Penyumbatan ini menyebabkan tertimbunnya lendir di dalam sinus. Lendir yang

terlalu lama berada di dalam sinus bisa mengalami infeksi dan akhirnya terjadi

sinusitis dengan keluhan rinore, sakit kepala dan nyeri pada muka biasanya pada daerah

periorbita dan sinus maksila.Sering juga ada keluhan pilek lama yang tidak sembuh-

sembuh, perubahan pengecapan, sengau, sakit kepala dan dijumpai lendir yang menetes dari

bagian belakang hidung ke tenggorokan, yang dikenal sebagai post-nasal dripBila

penyebabnya adalah alergi, maka gejala yang utama ialah bersin dan iritasi di

hidung.Manifestasi polip nasi tergantung pada ukuran polip. Polip yang kecil mungkin tidak

menimbulkan gejala dan mungkin teridentifikasi sewaktu pemeriksaan rutin. Pasien polip

dengan sumbatan total rongga hidung atau polip tunggal yang besar memperlihatkan

gejala sleep apnea obstruktif dan pernafasan lewat mulut yang kronik.Pasien dengan polip

soliter (hanya satu massa) seringkali hanya memperlihatkan gejala obstruktif  hidung yang

dapat berubah dengan perubahan posisi. Walaupun satu atau lebih polip yang muncul, pasien

mungkin memperlihatkan gejala akut, rekuren, atau rinosinusitis bila polip menyumbat.

2.9 Penatalaksanaan

Tujuan utama pengobatan pada kasus polip nasi ialah menghilangkan keluhan-

keluhan yang dirasakan oleh pasien. Selain itu juga diusahakan agar frekuensi infeksi

berkurang, mengurangi/menghilangkan keluhan pernapasan pada pasien yang disertai asma,

mencegah komplikasi dan mencegah rekurensi polip.

Pemberian kortikosteroid untuk menghilangkan polip nasi disebut juga polipektomi

medikamentosa. Untuk polip stadium 1 dan 2, sebaiknya diberikan kortikosteroid intranasal

12

Page 13: Polip Nasal

selama 4-6 minggu. Bila reaksinya baik, pengobatan ini diteruskan sampai polip atau

gejalanya hilang. Bila reaksinya terbatas atau tidak ada perbaikan maka diberikan juga

kortikosteroid sistemik. Perlu diperhatikan bahwa kortikosteroid intranasal mungkin

harganya mahal dan tidak terjangkau oleh sebagian pasien, sehingga dalam keadaan demikian

langsung diberikan kortikosteroid oral. Dosis kortikosteroid saat ini belum ada ketentuan

yang baku, pemberian masih secara empirik misalnya diberikan Prednison 30 mg per hari

selama seminggu dilanjutkan dengan 15 mg per hari selama seminggu.Menurut van Camp

dan Clement dikutip dari Mygind dan, Lidholdt untuk polip dapat diberikan prednisolon

dengan dosis total 570 mg yang dibagi dalam beberapa dosis, yaitu 60 mg/hari selama 4 hari,

kemudian dilakukan tapering off 5 mg per hari. Menurut Naclerio pemberian kortikosteroid

tidak boleh lebih dari 4 kali dalam setahun. Pemberian suntikan kortikosteroid intrapolip

sekarang tidak dianjurkan lagi mengingat bahayanya dapat menyebabkan kebutaan akibat

emboli. Kalau ada tanda-tanda infeksi harus diberikan juga antibiotik. Pemberian antibiotik

pada kasus polip dengan sinusitis sekurang-kurangnya selama 10-14 hari.

Kasus polip yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa atau polip yang sangat

masif dipertimbangkan untuk terapi bedah. Terapi bedah yang dipilih tergantung dari luasnya

penyakit (besarnya polip dan adanya sinusitis yang menyertainya), fasilitas alat yang tersedia

dan kemampuan dokter yang menangani. Macamnya operasi mulai dari polipektomi

intranasal menggunakan jerat (snare) kawat dan/ polipektomi intranasal dengan cunam

(forseps) yang dapat dilakukan di ruang tindakan unit rawat jalan dengan analgesi lokal;

etmoidektomi intranasal atau etmoidektomi ekstranasal untuk polip etmoid; operasi Caldwell-

Luc untuk sinus maksila. Yang terbaik ialah bila tersedia fasilitas endoskop maka dapat

dilakukan tindakan endoskopi untuk polipektomi saja, atau disertai unsinektomi atau lebih

luas lagi disertai pengangkatan bula etmoid sampai Bedah Sinus Endoskopik Fungsional

lengkap. Alat mutakhir untuk membantu operasi polipektomi endoskopik ialah microdebrider

(powered instrument) yaitu alat yang dapat menghancurkan dan mengisap jaringan polip

sehingga operasi dapat berlangsung cepat dengan trauma yang minimal.Untuk persiapan

prabedah, sebaiknya lebih dulu diberikan antibiotik dan kortikosteroid untuk meredakan

inflamasi sehingga pembengkakan dan perdarahan berkurang, dengan demikian lapang-

pandang operasi lebih baik dan kemungkinan trauma dapat dihindari.Pasca bedah perlu

kontrol yang baik dan teratur mengunakan endoskop, dan telah terbukti bahwa pemberian

kortikosteroid intranasal dapat menurunkan kekambuhan.

13

Page 14: Polip Nasal

2.10 Pencegahan

Anda dapat membantu mengurangi kemungkinan Anda untuk mengalami polip

hidung atau kambuhnya polip hidung setelah perawatan dengan strategi pencegahan berikut:

1. Mengatur alergi dan asma. Mengikuti pengobatan dokter rekomendasi untuk

mengelola asma dan alergi. Jika gejala tidak mudah dan secara teratur di bawah

kendali, konsultasi dengan dokter Anda tentang perubahan rencana pengobatan

Anda.

2. Hindari iritasi. Sebisa mungkin, hindari hal-hal yang mungkin untuk memberikan

kontribusi untuk peradangan atau iritasi sinus Anda, seperti alergen, polusi udara

dan bahan kimia.

3. Hidup bersih yang baik. Cuci tangan Anda secara teratur dan menyeluruh. Ini

adalah salah satu cara terbaik untuk melindungi terhadap infeksi bakteri dan virus

yang dapat menyebabkan peradangan pada hidung dan sinus.

4. Melembabkan rumah Anda. Gunakan pelembab ruangan jika Anda memiliki

udara kering di rumah Anda. Hal ini dapat membantu meningkatkan aliran lendir

dari sinus Anda dan dapat membantu mencegah sumbatan dan peradangan.

5. Gunakan bilasan hidung atau nasal lavage. Gunakan air garam (saline) spray atau

nasal lavage untuk membilas hidung Anda. Hal ini dapat meningkatkan aliran dan

menghilangkan lendir penyebab alergi dan iritasi. Anda dapat membeli semprotan

saline atau lavage nasal dengan perangkat, seperti sedotan, untuk mngantarkan

bilasan. Anda dapat membuat solusi sendiri dengan mencampurkan 1 / 4 sendok

teh (1.2 ml) garam dengan 2 cangkir (0,5 liter) air hangat. Hindari air garam

semprot yang mengandung zat aditif yang dapat membakar lapisan mukosa

hidung Anda.

2.11 Pengobatan Polip Hidung

Tujuan utama pengobatan pada kasus polip nasi ialah menghilangkan keluhan-

keluhan yang dirasakan oleh pasien. Selain itu juga diusahakan agar frekuensi infeksi

berkurang, mengurangi atau menghilangkan keluhan pernapasan pada pasien yang disertai

asma, mencegah komplikasi dan mencegah rekurensi polip.

14

Page 15: Polip Nasal

2.11.1 Medikamentosa

Terapi medikamentosa ditujukan untuk polip yang masih kecil (belum memenuhi

rongga hidung) yaitu dengan pemberian kortikosteroid sistemik yang diberikan dengan dosis

tinggi dalam jangka waktu singkat. Dapat juga berupa kortikosteroid intranasal yang

diberikan selama 4-6 minggu. Bila reaksinya baik, maka terapi ini diteruskan sampai polip

dan gejalanya hilang. Apabila tidak ada reaksi yang adekuat dari terapi kortikosteroid

intranasal maka terapi dapat ditambahkan dengan kortikosteroid sistemik, sehingga

pengobatan bersifat kombinasi. Contohnya adalah dengan pemberian Prednison 30 mg per

hari selama seminggu dilanjutkan dengan 15 mg per hari selama seminggu. Pemberian

kortikosteroid untuk menghilangkan polip nasi disebut juga polipektomi medikamentosa.

Pemberian steroid oral dan topikal pada hidung merupakan terapi primer untuk polip

hidung. Antihistamin, dekongestan, dan cromolyn sodium memberikan sedikit manfaat.

Imunoterapi dapat berguna pada rhinitis alergi tetapi bila digunakan sendirian, tidak selalu

dapat menghilangkan polip hidung yang ada. Antibiotik diberikan apabila ada superinfeksi

bakteri.

Kortikosteroid merupakan obat terpilih, baik diberikan secara sistemik maupun

topikal. Injeksi langsung pada polip tidak disetujui oleh Food and Drug Administration

karena adanya laporan kehilangan penglihatan unilateral pada 3 pasien setelah mendapatkan

suntikan steroid intranasal dengan Kenalog. Keamanan penggunaannya tergantung dari

ukuran partikel spesifik obat. Bobot molekular yang besar seperti Aristocort sifatnya lebih

aman dan lebih sedikit ditransfer ke daerah intracranial. Hindari injeksi langsung dalam

pembuluh darah. 

Penggunaan steroid oral merupakan terapi medis paling efektive pada polip hidung.

Pada orang dewasa, kebanyakan digunakan prednison (30-60 mg) selama 4-7 hari dan

kemudian dilakukan tappering off selama 1-3 minggu. Dosis bervariasi untuk anak-anak,

tetapi dosis maksimum biasanya adalah 1 mg/kg/bb untuk 5-7 hari, kemudian dilakukan

tappering off selama 1-3 minggu. Respon terhadap kortikosteroid tergantung pada ada atau

tidak adanya eosinofilia. Maka pasien dengan polip hidung dan rhinitis alergi atau asma

seharusnya berespon terhadap pengobatan ini. 

15

Page 16: Polip Nasal

Pasien polip hidung tanpa dominasi eosinofilia (misalnya, pasien-pasien dengan

Cystik Fibrosis, primary ciliary dyskinesia syndrome, atau Young syndrome) mungkin tidak

berespon terhadap pengguanaan steroid. Penggunaan steroid oral jangka panjang tidak

dianjurkan karena mempunyai banyak efek potensial yang tak diinginkan (misalnya,

keterlambatan pertumbuhan, diabetes melitus, hipertensi, efek psikotropik, efek GI, katarak,

glaukoma, osteoporosis, dan nekrosis aseptik pada kaput femoris). 

Penggunaan steroid topikal untuk polip hidung banyak dianjurkan, baik sebagai

pengobatan primer atau sekunder pada pemberian steroid Per Oral atau pembedahan. Steroid

hidung (misalnya, fluticasone, beclomethasone, budesonide) efektif untuk menghilangkan

gejala-gejala subjektif dan meningkatkan aliran udara ke hidung ketika diukur secara obyektif

(terutama pada double-blind plasebo- controlled studies). Beberapa penelitian menyatakan

bahwa fluticasone mempunyai onset lebih cepat daripada beclomethasone. 

Pemberian kortikosteroid topikal secara umum menyebabkan lebih sedikit efek tak

diinginkan dibanding penggunaaan kortikosteroid sistemik karena pembentukan

bioavailabilitas yang terbatas. Pada penggunaan jangka panjang, terutama pada dosis tinggi

atau pada kombinasi dengan kortikosteroid inhalasi, mempunyai resiko supresi axis

hypothalamic-pituitary-adrenal, katarak, keterlambatan pertumbuhan, pendarahan hidung,

dan perforasi septum nasal (jarang). 

Seperti halnya pengobatan jangka panjang yang lain, perlu dilakukan monitoring

penggunaan kortisteroid spray. Penggunaan kortikosteroid jangka panjang (lebih dari 5

tahun) dengan pemakaian beclomethasone menunjukkan tidak adanya degradasi epitelium

pada epitel normal pernapasan epitelium skuamosa pada rhinitis atrophic kronis. Generasi

steroid sistemik yang lebih baru (misalnya, fluticasone, Nasonex) memiliki bioavailibilitas

lebih sedikit dibanding steroid hidung sebelumnya, seperti beclomethasone. 

Antibiotika juga harus diberikan apabila didapatkan tanda-tanda infeksi. Pemberian

antibiotik pada kasus polip dengan sinusitis sekurang-kurangnya selama 10-14 hari. Selain

itu, perlu diperhatikan juga pengobatan alergi bila merupakan penyebab timbulnya polip.

 

16

Page 17: Polip Nasal

2.11.2 Pembedahan

Untuk kasus polip yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa atau polip yang

massif dipertimbangkan untuk terapi bedah. Terapi bedah yang dipilih tergantung dari

luasnya penyakit (besarnya polip, dan adanya sinusitis yang menyertai).

Intervensi pembedahan diperlukan pada anak-anak dengan polip hidung múltiple

benigna atau rhinosinusitis kronis yang gagal dengan pemberian terapi medis maksimum.

Polipectomy sederhana secara awal efektif membebaskan gejala-gejala hidung, terutama

untuk polip hidung terisolasi atau polip hidung yang kecil. Pada polip hidung multipel

benigna, polipectomy memiliki angka kekambuhan yang tinggi.

Polipektomi intranasal menggunakan jerat (snare) kawat dan/ polipektomi intranasal

dengan cunam (forseps) yang dapat dilakukan di ruang tindakan unit rawat jalan dengan

analgesi lokal; etmoidektomi intranasal atau etmoidektomi ekstranasal untuk polip etmoid;

operasi Caldwell-Luc untuk sinus maksila. Yang terbaik ialah bila tersedia fasilitas endoskop

maka dapat dilakukan tindakan endoskopi untuk polipektomi saja, atau disertai unsinektomi

atau lebih luas lagi disertai pengangkatan bula etmoid sampai Bedah Sinus Endoskopik

Fungsional lengkap. 

Alat mutakhir saat ini yang digunakan untuk membantu operasi polipektomi

endoskopik ialah microdebrider (powered instrument) yaitu alat yang dapat menghancurkan

dan mengisap jaringan polip sehingga operasi dapat berlangsung cepat dengan trauma yang

minimal.

Endoscopic Sinus Surgery (ESS) merupakan teknik yang lebih baik karena tidak

hanya mengangkat polip tetapi juga membuka celah dalam meatus media, yaitu daerah yang

paling sering membentuk polip, sehingga dapat menurunkan tingkat kekambuhan. Perlu

mengetahui luas daerah yang tepat saat pembedahan sehingga dapat dilakukan ekstirpasi

secara lengkap (Nasalide prosedur) atau aerasi sederhana pada sinus. Prosedur ekstirpasi

lebih efektive daripada aerasi sinus karena komplikasi yang timbul lebih rendah apabila

dilakukan oleh ahli bedah. Penggunaan surgical microdebrider membuat prosedur ini lebih

cepat dan lebih aman, penyediaan gunting jaringan yang tepat mengurangi hemostasis dengan

visualisai yang lebih baik.

Pembedahan langsung jaringan yang terlihat pada CT scan saat dilakukan

pembedahan. Pasien pasien dengan penyakit seperti CF primary ciliary dyskinesia syndrome,

atau Young syndrome dapat langsung memulai pembedahan tanpa perlu perawatan medis

ekstensive, karena biasanya penyakit ini tidak berespon terhadap pemberian kortikosteroid.

17

Page 18: Polip Nasal

Setelah jaringan yang sakit diangkat dari rongga hidung dan sinus, sistem paru-paru biasanya

akan membaik. Penggunaan image-guided system memandu untuk mengetahui lokasi yang

tepat pada intranasal, sinus, orbital, dan struktur intracranial pada pembedahan atau revisi

polip hidung. 

Polip hidung terjadi 6-48% pada anak-anak dengan CF. Pembedahan dilakukan

apabila anak-anak tersebut menunjukkan gejala simtomatik. Kekambuhan polip hidung pada

CF hampir besifat universal, sehingga sering diperlukan pembedahan ulang tiap beberapa

tahun, sehingga pasien perlu mendapat konseling preoperative tentang adanya kemungkinan

ini. 

Untuk lesi selain polip hidung benigna yang menjadi polip hidung, polip tersebut

harus di biopsi atau diangkat, tergantung dari proses perjalanan penyakit. 

Untuk persiapan prabedah, sebaiknya lebih dulu diberikan antibiotik dan

kortikosteroid untuk meredakan inflamasi sehingga pembengkakan dan perdarahan

berkurang, dengan demikian lapang-pandang operasi lebih baik dan kemungkinan trauma

dapat dihindari. Pasca bedah perlu kontrol yang baik dan teratur mengunakan endoskop, dan

telah terbukti bahwa pemberian kortikosteroid intranasal dapat menurunkan kekambuhan.

2.12 Pemeriksaan radiologi

2.12.1 Proteksi radiasi

Proteksi radiasi bagi pasien :

1. Lapangan Penyinaran dibuat sesuai dengan ukuran objek

2. Menggunakan kompresi untukm mengurangi ketebalan objek

3. Melakukan pemeriksaan dengan cepat, tepat dan cermat serta menghindari

terjadinya pengulangan foto yang tidak diperlukan.

Proteksi radiasi bagi petugas :

1. Petugas berdiri dibelakang penahan radisi selama penyinaran berlangsung

2. Jika melakukan penyinaran dengan menggunakan teknik khusus maka

seorang petugas memakai perlengkapan khusus, misalnya Apron.

3. Tidak mengarahkan berkas sinar-x ke meja control atau kamar gelap.

4. Memakai alat pemantau radiasi perorangan, misalnya film badge.

18

Page 19: Polip Nasal

Proteksi radiasi bagi masyarakat umum :

1. Selama pemeriksaan berlangsung, pintu kamar pemeriksaan ditutup

2. Selama pemeriksaan berlangsung tidakdiperbolehkan ada orang lain atau

pasien lain berad dalam kamar emeriksaan

3. Apabila diperlukan seseorang untuk membantu pasien, maka harus memakai

apron.

2.12.2 Teknik Radiografi Pada Nasal

Pemeriksaan pada nasal meliputi pemeriksaan basic (dasar) dan pemeriksaan spesial.

Pemeriksaan dasar pada nasal diantaranya adalah Lateral dan Parietoacantial (Water’s

Method). Selain itu ada pemeriksaan spesial atau tambahan yaitu Superoinferior Tangential

(Axial).

Lateral

Patologi yang ditampakkan :

Fracture nasal bone. Dapat Dibuat foto perbandingan dengan sisi yang diperiksa

berada dekat dengan kaset.

Posisi Pasien : prone atau erect.

Posisi Obyek :

- atur sisi lateral bagian yang akan diperiksa dekat dengan kaset

- atur nasal agar berada ditengah-tengah kaset

- atur kepala agar true lateral dan posisi tubuh pasien agak oblique agar pasien

merasa nyaman.

- atur MSP pararel terhadap permukaan meja/bucky.

- IOML tegak lurus terhadap IR.

CR : tegak lurus IR

CP : ½ inchi inferior nasion

FFD : 40 inci (100 cm)

Tahan nafas saat eksposi

19

Page 20: Polip Nasal

Untuk memperoleh hasil yang tajam, khususnya untuk detail tulang nasal yang lebih

baik, gunakan fokus kecil, detail screen, dan batasi lapangan penyinaran (focus daerah

nasal) .

Struktur yang ditampakkan : Tulang nasal dengan soft tissue nasal, frontonasal suture,

dan anterior nasal spine.

Parietoacantial (Water’s Method)

Posisi Pasien : prone atau erect.

Posisi Objek :

- Atur kepala dan dagu sehingga MSP tegak lurus pada bidang film.

- Atur kepala sehingga OML membentuk sudut 37derajat dari bidang film.

CR : tegak lurus IR

CP : parieto occipital menembus acanthion.

FFD : 40 inci (100 cm)

Struktur yang ditampakkan : Sinus maksilaris, sinus ethmoidalis, sinus frontalis,

orbita, sutura zygomatikum frontalis, dan rongga nasal.

Superoinferior Tangential (Axial)

Patology Yang Ditampakkan : Fracture nasal bone ( medial-lateral displacement)

Posisi Pasien : Duduk tegak diatas meja atau prone diatas meja pemeriksaan.

Posisi Obyek :

- atur dan letakkan dagu menempel IR. Letakkan penyangga yang berbentuk

sudut dibawah IR , atur IR tegak lurus terhadap GAL (glabelloalveolar line).

- Atur MSP tegak lurus terhadap CR dan pertengahan IR.

CR : atur pertengahan berkas sinar menuju nasion dengan penyudutan yang

disesuaikan, dan pastikan tegak lurus terhadap GAL (CR hanya melalui

glabella dan anterior bagian gigi atas.

FFD : 40 inchi (100 cm)

Tahan nafas saat eksposi

20

Page 21: Polip Nasal

Struktur Yang Ditampakkan :

Tulang nasal bagian pertengahan dan distal dengan proyeksi tangential (dengan

sedikit superimposisi dengan glabella atau alveolar ridge) dan soft tissue nasal.

21

Page 22: Polip Nasal

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitan

Jenis Penelitian yang digunakan dalam makalah adalah melalui studi literatur.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Pada pembuatan makalah ini penulis mengambil sampel pada jurnal di JBJS.com dan

waktu pengambilan data pada tanggal 14 Juni 2013.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi yang diambil adalah pada pasien dengan kasus fraktur pada nasal.

2. Sampel Penelitian

3.4 Teknik Pengumpulan Data

1. Studi Pustaka

Data struktur diperoleh dari mmpelajari literature dan sumber data yang

berhubungan dngan pemeriksaan secara radiologi pada nasal.

22

Page 23: Polip Nasal

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Laporan Kasus

Seorang pasien wanita berusia 34 tahun. Datang ke RSUP Dr. M.Djamil Padang pada

tanggal 16 Februari 2010 rujukan dari RSUD Kerinci dengan diagnosis polip nasi. Keluhan

yang dirasakan hidung tersumbat disertai ingus yang sukar dikeluarkan sejak 1 minggu yang

lalu. Hidung dirasakan nyeri bila disentuh, hidung bagian luar tampak mengalami

pembengkakan, demam sejak 3 hari tetapi tidak menggigil. Sakit kepala sejak 3 hari. Dahak

mengalir di tenggorok tidak ada, terasa berat dan nyeri di sekitar wajah tidak ada. Pasien

sebelumnya berobat ke Puskesmas dan diberikan obat tetapi tidak ada perubahan.

Gambar 4 . Abses septum nasi bilateral saat pasien masuk rumah sakit

Pasien tidak ada riwayat trauma pada hidung, riwayat bersin-bersin tidak ada, riwayat

sakit gigi tidak ada dan riwayat DM tidak ada. Riwayat sering mengorek-ngorek hidung ada.

Pada pemeriksaan fisik keadaan umum baik, suhu 37,80C. Pada pemeriksaan rinoskopi

anterior, kavum nasi dextra dan sinistra tampak sempit, terdapat pembengkakan septum nasi

bilateral dengan permukaan licin, berwarna kemerahan. Terdapat nyeri tekan dan fluktuasi

pada pembengkakan tersebut. Pemeriksaan telinga dan tenggorok tidak ditemukan kelainan.

Ditegakkan diagnosis kerja abses septum nasi bilateral. Selanjutnya dilakukan aspirasi pada

sisi kiri abses septum nasi, keluar pus 1,5 cc. Dilakukan pemeriksaan kultur dan tes 23

Page 24: Polip Nasal

sensitifitas. Hasil laboratorium darah, Hemoglobin 12,8 gr% , leukosit 10.900/mm3,

hematokrit 39 %, trombosit 190.000/mm3, PT 11,4 detik, APTT 39,7 detik, gula darah

sewaktu 138 mg/dl.

Gambar 5 . Foto Rontgen SPN posisi waters

Pada pemeriksaan foto waters tampak perselubungan pada kavum nasi bilateral. Tidak

tampak perselubungan pada sinus maksilaris kanan dan kiri. Tidak ada perselubungan pada

sinus frontalis. Tidak tampak deviasi septum nasi. Kesan perselubungan pada kavum nasi

mendukung gambaran abses septum nasi.

Pasien dianjurkan dirawat. Tanggal 17 Februari 2010 dilakukan tindakan insisi dan

eksplorasi abses septum nasi. Pasien terbaring di meja operasi dengan anestesi umum.

Dilakukan asepsis dan antisepsis daerah operasi dan sekitarnya. Dipasang tampon anterior

campuran lidokain dan epinefrin 4:1, ditunggu 10 menit. Kavum nasi dievaluasi dengan

telescope 0o, tidak dapat dinilai karena kavum nasi tampak sempit. Dilakukan insisi

hemitransfiksi pada septum nasi sisi kiri, tampak mukosa septum nasi menebal sehingga

insisi diperdalam. Dari luka insisi keluar pus lebih kurang 3 cc. Pada eksplorasi melalui luka

tampak tulang rawan septum 2/3 anterior sudah hancur sehingga tersisa 1/3 posterior dalam

keadaan baik dan tidak tampak perforasi septum nasi. Dilakukan kuretase pada dinding

abses, kuretase dilakukan sebersih-bersihnya dengan bantuan nasoendoskop kemudian dicuci

dengan betadine dan dilanjutkan dengan H202 3%. Dilakukan pemasangan drain handscone

pada rongga abses septum nasi dan ditampon anterior pada kedua kavum nasi dengan tampon

handscone yang berisi kassa. Lalu difiksasi dan diplester. Operasi selesai.

24

Page 25: Polip Nasal

Diberikan Ceftriaxon 2x1 gr (IV), Metronidazole 3x500 mg (drip), Dexamethasone 3x

5 mg (IV). Asam mefenamat 3x500 mg (oral) Follow up hari ke- 1 pasca operasi (18 Februari

2010) pasien merasakan nyeri pada hidung, terasa nyeri kepala, demam tidak ada. Nyeri di

bagian mata tidak ada. Kavum nasi tertutup tampon anterior. Tenggorok tidak ada perdarahan

aktif mengalir di tenggorok, bekuan darah di dinding faring posterior tidak ada. Follow Up

hari ke-2 (19 Februari 2010) keluhan nyeri pada hidung mulai berkurang, demam tidak ada,

nyeri kepala tidak ada. Dilakukan pengeluaran drain handscone. Tampon anterior belum

dilepaskan. Follow up hari ke-3 (20 Februari 2010) keluhan nyeri hidung tidak ada, nyeri

kepala tidak ada. Hasil kultur dan tes sensitifitas menunjukkan Staphylococcus aureus dan

antibiotik dari ceftriaxon ditukar dengan Ciprofloxacin 2x200 mg (drip) karena tingkat

sensitifitasnya lebih tinggi (positif 2). Follow up hari ke-4 (21 Februari 2010) keluhan

nyeri di hidung tidak ada, nyeri kepala tidak ada, keluhan lain tidak ada. Tampon anterior

dibuka. Tampak kavum nasi kanan dan kiri cukup lapang, pembengkakan di septum sudah

tidak ada, perdarahan aktif tidak ada. Luka insisi tertutup.

Hasil dilakukan pemeriksaan laboratorium Hemoglobin 13,5 gr/dl dan leukosit

7500/mm3 . Pasien dipulangkan pada hari ke-5, dan dianjurkan kontrol ke poliklinik THT.

Pasien diberikan obat Ciprofloxacin 2x500 mg.

Gbr 6. Pasien Kontrol hari ke-28

Pasien kontrol ke poliklinik THT-KL tanggal 13 Maret 2010 tidak ada keluhan nyeri

pada hidung, tidak ada demam, tidak ada nyeri kepala serta tidak ada keluhan yang lainnya.

25

Page 26: Polip Nasal

Dari pemeriksaan hidung bagian luar tidak adanya perubahan bentuk hidung seperti hidung

pelana (saddle nose). Pemeriksaan rinoskopi anterior dan nasoendoskopi tampak kavum nasi

lapang, konka inferior dan konka media eutrofi, tidak ada pembengkakan di kavum nasi.

Septum nasi cukup lapang,serta tidak ada perforasi septum nasi.

4.2 Teknik Pemeriksaan

1. Parietoacantial (Water’s Method)

Posisi Pasien : prone atau erect.

Posisi Objek :

- Atur kepala dan dagu sehingga MSP tegak lurus pada bidang film.

- Atur kepala sehingga OML membentuk sudut 37derajat dari bidang film.

CR : tegak lurus IR

CP : parieto occipital menembus acanthion.

FFD : 40 inci (100 cm)

Struktur yang ditampakkan : Sinus maksilaris, sinus ethmoidalis, sinus frontalis,

orbita, sutura zygomatikum frontalis, dan rongga nasal.

26

Page 27: Polip Nasal

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari pembahasan pada Bab IV dapat ditariki kesimpulan : Pasien dengan diagnosis

polip nasi . Keluhan yang dirasakan hidung tersumbat disertai ingus yang sukar

dikeluarkan sejak 1 minggu yang lalu. Hidung dirasakan nyeri bila disentuh, hidung

bagian luar tampak mengalami pembengkakan, demam sejak 3 hari tetapi tidak

menggigil. Sakit kepala sejak 3 hari. Dahak mengalir di tenggorok tidak ada, terasa

berat dan nyeri di sekitar wajah tidak ada. Teknik pemeriksaan yang dapat digunakan

untuk memeriksa kasus ini adalah proyeksi parietoacantial (water’s method) dengan

posisi pasien prone/ erect.

5.2 Saran

Seperti yang kita ketahui, manusia mempunyai anatomi tubuh yang mempunyai

fungsi yang berdeda-beda. Agar organ tersebut dapat berfungsi dengan baik maka

harus dijaga dengan baik. Terutama organ-organ yang vital seperti mata, organ

reproduksi, dan lain-lain.

27