Policy Recomendation KALBAR Web

30
7/23/2019 Policy Recomendation KALBAR Web http://slidepdf.com/reader/full/policy-recomendation-kalbar-web 1/30 Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan (Partnership) 2011 RUMUSAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN PERBATASAN DI KALIMANTAN BARAT

Transcript of Policy Recomendation KALBAR Web

Page 1: Policy Recomendation KALBAR Web

7/23/2019 Policy Recomendation KALBAR Web

http://slidepdf.com/reader/full/policy-recomendation-kalbar-web 1/30

Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan

(Partnership)

2011

RUMUSAN

REKOMENDASI KEBIJAKAN

PENGELOLAAN PERBATASAN

DI KALIMANTAN BARAT

Page 2: Policy Recomendation KALBAR Web

7/23/2019 Policy Recomendation KALBAR Web

http://slidepdf.com/reader/full/policy-recomendation-kalbar-web 2/30

RUMUSAN REKOMENDASI

KEBIJAKAN PENGELOLAAN

PERBATASANDI KALIMANTAN BARAT

Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan(Partnership)

2011

Page 3: Policy Recomendation KALBAR Web

7/23/2019 Policy Recomendation KALBAR Web

http://slidepdf.com/reader/full/policy-recomendation-kalbar-web 3/30

ii

RUMUSAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN PERBATASAN

DI KALIMANTAN BARAT

Tim Pengkaji:

Dr. Ir. Kristianus, M.Si, Yayasan Pemberdayaan Peor Indonesia

Drs. Manto Saidi, M.Si, Badan Pengelola Kawasan Perbatasan dan KerjasamaDrs. Tajudin, Badan Pengelola Kawasan Perbatasan dan Kerjasama

Jumadi, S.Sos, M.Si, FISIP Universitas Tanjungpura

Editor:

Dr. (Cand) Agung Djojosoekarto

Dr. (Cand) Rudiarto Sumarwono

Cucu Suryaman, S.S, M.Si

Rosalia Eveline

Edisi Pertama:

Cetakan Pertama, Mei 2011

Diterbitkan oleh:

Kemitraan bagi Pembaruan Tata PemerintahanJl. Wolter Monginsidi No. 3,

Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110, INDONESIA

Phone +62-21-7279-9566, Fax. +62-21-720-5260, +62-21-720-4916

http://www.kemitraan.or.id

ISBN 978-979-26-9655-4

Page 4: Policy Recomendation KALBAR Web

7/23/2019 Policy Recomendation KALBAR Web

http://slidepdf.com/reader/full/policy-recomendation-kalbar-web 4/30

iii

KATA PENGANTAR

Kondisi Umum, Potensi serta ModelPengelolaan Daerah Perbatasan di Kalbar

Di Kalimantan Barat (Kalbar), kehidupan sosial ekonomi masyarakat

dikawasan perbatasan tersebut umumnya dipengaruhi oleh kegiatan

sosial ekonomi di negara tetangga. Kecendrungan menunjukkan bahwa

Kuching (Sarawak, Malaysia) telah menjadi daerah growth industry center ,

sementara daerah perbatasan Kalbar hanya sebagai hinterland  Malaysia

yang kurang menguntungkan bagi kita. Padahal secara ekonomi, kawasan

ini tidak hanya spesik, tapi juga memiliki nilai strategis, karena kegiatan

yang berlangsung di kawasan ini pada dasarnya: (a) Mempunyai potensi

sumber daya yang berdampak ekonomi dan pemanaatan ruang wilayah

secara signikan, (b) sebagai pendorong bagi peningkatan kesejahteraan

sosial ekonomi masyarakat di dalam ataupun di luar wilayah, (c)

mempunyai keterkaitan yang cukup kuat dengan kegiatan di wilayah

lainnya yang berbatasan baik dalam lingkup nasional maupun regional

dan, (d) mempunyai dampak politis dan ungsi pertahanan keamanan.

Mencoba menjawab problematika yang saling berkelindan tersebut

maka diadakanlah suatu kajian yang melibatkan unsur-unsur Eksekuti,

Akademisi dan Lembaga Swadaya Masyarakat di Kalbar. Berdasarkan

kajian secara komprehensi dan telah pula mendapatkan masukan

dalam seminar tingkat provinsi mengenai perbatasan Kalbar-Sarawak,

maka model pembangunan daerah perbatasan Kalimantan Barat yang

diharapkan adalah model pengelolaan daerah khusus yang disebut

Kabupaten Administrati . Wilayahnya adalah gabungan dari Kecamatan-

kecamatan yang berada tepat didaerah perbatasan saat ini.

Konsep di atas akan mampu menjadi Counter Magnet  dalam upaya

akselerasi pembangunan untuk mengentaskan berbagai ketertinggalan

sosial dan ekonomi masyarakat di wilayah perbatasan. Konsep ini

mengisyaratkan akan terjadinya daya tarik daerah yang lebih maju

seperti magnet menarik daerah yang lebih terkebelakang. Jika konsep

ini digunakan untuk meneropong pola pertumbuhan wilayah di internal

daerah perbatasan Kalbar, maka dapat dikatakan Ibukota Kabupaten

menjadi counter magnet dari ibukota Kecamatan di dekatnya.

Page 5: Policy Recomendation KALBAR Web

7/23/2019 Policy Recomendation KALBAR Web

http://slidepdf.com/reader/full/policy-recomendation-kalbar-web 5/30

iv

  SOBERING, Meningkatkan KesejahteraanMasyarakat Melalui Penguatan Pemerintah

DaerahMengingat arti strategis dan kompleksitas permasalahan kawasan

perbatasan di Kalbar, maka pengelolaan kawasan ini memerlukan kerja

kolekti dan koordinasi yang intensi. Untuk itu, peranan lembaga-

lembaga pemerintah lainnya di luar Badan Daerah Pengelola Perbatasan

Kalbar, Universitas Tanjungpura, dunia usaha/swasta, dan masyarakat

sipil perlu terus ditingkatkan. Pengelolaan kawasan perbatasan ini bukan

saja hanya melibatkan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar)

namun juga harus melibatkan Pemerintah Daerah Kabupaten khususnya

Pemda Kabupaten Sambas, Bengkayang, Sanggau, Sintang, dan Kapuas

Hulu.

Penyusunan rekomendasi kebijakan Kalbar ini adalah salah satu kegiatan

dari Proyek Strengthening o Border and Impoverished Regions Integrity and 

Governance (SOBERING), sebuah proyek kerjasama antara Kementerian

Dalam Negeri RI dengan Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan

yang bertujuan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat di daerah

perbatasan agar lebih maju, lebih baik dan lebih damai melalui

penguatan pemerintah daerah. Di Kalimantan Barat, penelitian terkait

proyek SOBERING dilaksanakan di Kabupaten Sambas, Sanggau, Sintang,

Bengkayang dan Kapuas Hulu.

Penelitian, penyusunan model pengelolaan serta rekomendasi kebijakan

daerah perbatasan dilakukan oleh Tim Daerah yang terdiri dari: DR. Ir.

Kristianus, M.Si, Yayasan Pemberdayaan Peor Indonesia; Drs. Manto Saidi,

M.Si, Badan Pengelola Kawasan Perbatasan dan Kerjasama; Drs Tajudin,

Badan Pengelola Kawasan Perbatasan dan Kerjasama dan Jumadi, S.Sos,

M.Si, FISIP Universitas Tanjungpura. Adapun pengorganisasian penelitian

dilakukan oleh Yayasan Pemberdayaan Peor Nusantara, Pontianak,

Kalbar.

Penelitian diadakan selama bulan Agustus-September 2010 dan pada

tanggal 20 September 2010 telah diadakan seminar daerah yang

dilaksanakan di Aula Kantor Badan Pengelolaan Kawasan Perbatasan

dan Kerjasama (BPKPK) Provinsi Kalimantan Barat. Finalisasi Rumusan

Page 6: Policy Recomendation KALBAR Web

7/23/2019 Policy Recomendation KALBAR Web

http://slidepdf.com/reader/full/policy-recomendation-kalbar-web 6/30

v

Rekomendasi Kebijakan Pengelolaan Kawasan Perbatasan Kalimantan

Barat ini dilakukan oleh Tim Kemitraan yang terdiri dari: DR. (Cand.)

Agung Dojojosoekarto, Rudiarto Sumarwono, Cucu Suryaman, dan

Rosalia Eveline.

Kepada mereka semuanya, kami mengucapkan banyak terima kasih

atas seluruh kontribusi keahlian, pengalaman serta komitmen yang

sangat tinggi sehingga terselesaikannya penelitian, penyusunan model

serta rekomendasi kebijakan di Kalimantan Barat ini. Semoga ini semua

bermanaat bagi upaya kita menyejahterakan masyarakat Indonesia

khususnya mereka yang tinggal, bekerja serta mengabdikan hidupnya

bagi republik ini, di wilayah yang sangat sulit, di daerah perbatasan di

Kalimantan Barat.

Jakarta, Mei 2011

Wicaksono Sarosa, Ph.D

Direktur Eksekuti 

Page 7: Policy Recomendation KALBAR Web

7/23/2019 Policy Recomendation KALBAR Web

http://slidepdf.com/reader/full/policy-recomendation-kalbar-web 7/30

vi

Daftar Isi

KATA PENGANTAR iii

I. PENDAHULUAN 1

II. DASAR PEMIKIRAN DAN PERTIMBANGAN 3

III. REKOMENDASI 9

3.1 Penguatan Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) 9

3.2 Peningkatan Akses dan Keamanan 10

3.3 Interkoneksi dan Operabilitas Lintas Institusi 12

3.4 Penguatan Kapasitas SDM Perbatasan (Capacity Building) 16

3.5 Pola Pengelolaan Batas dan Perbatasan Darat 18

3.6 Pola Pengelolaan Batas Maritim 19

3.7 Lingkungan dan Sumber Daya Alam (SDA) 19

IV. PENUTUP 22

Page 8: Policy Recomendation KALBAR Web

7/23/2019 Policy Recomendation KALBAR Web

http://slidepdf.com/reader/full/policy-recomendation-kalbar-web 8/30

1

RUMUSAN REKOMENDASI

KEBIJAKAN PENGELOLAAN

PERBATASAN

DI KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN

Sebagaimana diketahui bahwa ada lima Kabupaten di Provinsi

Kalimantan Barat (Kalbar) yang memiliki perbatasan langsung dengan

Malaysia Timur yaitu Kabupaten Sambas, Bengkayang, Sanggau, Sintang,

dan Kapuas Hulu.

Kehidupan sosial ekonomi masyarakat dikawasan perbatasan tersebut

umumnya dipengaruhi oleh kegiatan sosial ekonomi di negara tetangga.

Kecendrungan menunjukkan bahwa Kuching (Sarawak, Malaysia) telah

menjadi daerah growth industry center , sementara daerah perbatasan

Kalbar hanya sebagai hinterland Malaysia yang kurang menguntungkan

bagi kita. Pada hal secara ekonomi, kawasan ini tidak hanya spesik,

tapi juga memiliki nilai strategis, karena kegiatan yang berlangsung di

kawasan ini pada dasarnya: (a) Mempunyai potensi sumberdaya yang

berdampak ekonomi dan pemanaatan ruang wilayah secara signikan;

(b) sebagai pendorong bagi peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi

masyarakat di dalam ataupun di luar wilayah; (c) mempunyai keterkaitan

yang cukup kuat dengan kegiatan di wilayah lainnya yang berbatasan

baik dalam lingkup nasional maupun regional dan; (d) mempunyai

dampak politis dan ungsi pertahanan keamanan nasional (ini juga

terkait bagaimana membangun nasionalisme).

Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat sesungguhnya telah berupaya

mengatasi persoalan perbatasan antara negara tersebut. Hal ini

ditunjukan dengan dikeluarkannya Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor

161 tahun 2005 Tentang Pembentukan Badan Persiapan Pengembangan

Kawasan Khusus Perbatasan Provinsi Kalbar. Mulanya hal ini masih

berupa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) non struktural. Selanjutnya

Gubernur Kalbar mengeluarkan Perda Provinsi Kalbar Nomor 10 tahun

2008 Tentang Susunan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Kalbar, yang

Page 9: Policy Recomendation KALBAR Web

7/23/2019 Policy Recomendation KALBAR Web

http://slidepdf.com/reader/full/policy-recomendation-kalbar-web 9/30

2

membentuk SKPD struktural dengan nama Badan Pengelolaan Kawasan

Perbatasan dan Kerjasama (BPKPK) Provinsi Kalbar. Disusul tahun yang

sama mengeluarkan Pergub Kalbar Nomor 65 tahun 2008 Tentang Tugas

Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Badan Pengelolaan Kawasan Perbatasan

dan Kerjasama (BPKPK) Provinsi Kalbar.

Berdasarkan kajian secara komprehensi dan telah pula mendapatkan

masukan dalam seminar mengenai perbatasan Kalbar-Sarawak , maka

model pembangunan daerah perbatasan Kalimantan Barat yang

diharapkan adalah model pengelolaan daerah khusus yang disebut

Kabupaten Administrati. Wilayahnya adalah gabungan dari Kecamatan-

Kecamatan perbatasan saat ini. Untuk esiensi dan eektivitas perlu

dibentuk 5 Kabupaten administrati di Kalbar, yaitu: (1) Kabupaten

administrati Palsa yang wilayahnya meliputi Kecamatan Paloh, Sajingan,

 Tangaran, Teluk Keramat dan Sejangkung; (2) Kabupaten administrati 

Jagoibabang, yang wilayahnya meliputi Kecamatan Jagoibabang, Siding

dan Seluas; (3) Kabupaten administrati Entikong, yang wilayahnya

meliputi Kecamatan Entikong, Sekayam, Beduai dan Noyan; (4)

Kabupaten administrati Ketungau, wilayahnya meliputi Kecamatan

Ketungau Hulu dan Ketungau Tengah; dan (5) Kabupaten administrati 

Badau yang wilayahnya meliputi 6 Kecamatan perbatasan di Kapuas

Hulu yaitu Kecamatan Badau, Puring Kencana, Batang Lupar, Embaloh

Hulu, Semitau dan Empanang.

Konsep di atas akan mampu menjadi Counter Magnet dalam upaya akselerasi

pembangunan untuk mengentaskan berbagai ketertinggalan sosial dan

ekonomi masyarakat di wilayah perbatasan. Konsep ini mengisyaratkan

akan terjadinya daya tarik daerah yang lebih maju seperti magnet menarik 

daerah yang lebih terkebelakang. Jika konsep ini digunakan untuk 

meneropong pola pertumbuhan wilayah di internal daerah perbatasan

Kalbar, maka dapat dikatakan Ibukota Kabupaten menjadi counter magnet  

dari ibukota Kecamatan di dekatnya. Sementara pada saat yang sama ibukota

Kecamatan juga menarik desa-desa di sekitarnya untuk ikut berkembang

secara ekonomi. Selanjutnya desa-desa tersebut pada gilirannya akan

menarik pula desa-desa yang lebih kecil di sekitarnya untuk maju dan

berkembang sehingga setara kondisinya dengan Kampung-Kampung yang

berada diwilayah Sarawak Malaysia.

Rekomendasi ini disusun berdasarkan hasil kajian yang komprehensi 

di wilayah perbatasan Kalimantan Barat dengan spesikasi dan nilai

Page 10: Policy Recomendation KALBAR Web

7/23/2019 Policy Recomendation KALBAR Web

http://slidepdf.com/reader/full/policy-recomendation-kalbar-web 10/30

3

strategis kawasan perbatasan tersebut. Tim pakar mengusulkan sebuah

terobosan yang bersiat khusus untuk pengelolaannya, karena dengan

pemberlakuan yang bersiat khusus tersebut diharapkan adanya

kebijakan-kebijakan dan program pemerintah yang bersiat khusus

pula untuk membangun wilayah perbatasan. Peluang pembentukan

daerah khusus untuk kepentingan Nasional perlu segera diambil

untuk pengelolaan perbatasan di Indonesia khususnya di Kalimantan

Barat. Pemerintah Daerah juga memerlukan kewenangan yang besar

untuk dapat mengembangkan kawasan perbatasan menjadi kawasan

pertumbuhan ekonomi baru di era otonomi daerah saat ini. Namun

demikian memang, saat ini dalam pelaksanaannya walaupun sudah ada

Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

dan Undang-undang nomor 43 tahun 2008 tentang Wilayah Negara,

Pemerintah Daerah belum diberi kewenangan yang besar.

II. DASAR PEMIKIRAN DAN PERTIMBANGAN

Undang-Undang Nomor 43 tahun 2008 tentang Wilayah Negara, antara

lain mengamanatkan bahwa: (1) untuk mengelola batas wilayah negara

dan mengelola kawasan perbatasan pada tingkat pusat dan daerah,

Pemerintah dan pemerintah daerah membentuk badan pengelola

nasional dan badan pengelola daerah; (2) pelaksanaan kewenangan

badan pengelola diatur dengan Peraturan Pemerintah; (3) badan

pengelola bertugas: (a) menetapkan kebijakan program pembangunan

perbatasan, (b) menetapkan rencana kebutuhan anggaran, (c)

mengoordinasikan pelaksanaan, dan (d) melaksanakan evaluasi dan

pengawasan; serta (4) adanya hubungan kerja antara badan pengelola

nasional dan badan pengelola di daerah yang bersiat koordinati.

Pembangunan inrastruktur pendidikan dan kesehatan diprioritaskan

pada daerah-daerah yang selama ini lebih banyak mendapat pelayanan

pendidikan dan kesehatan dari Malaysia. Khusus untuk daerah yang

sudah ada inrastruktur pendidikan dan kesehatannya, namun masih

lebih banyak memanaatkan asilitas yang disediakan Malaysia, maka

kita perlu bekerja ekstra keras agar pelayanan pendidikan dan kesehatan

yang diberikan menjadi lebih baik lagi. Penyediaan tenaga guru dan

paramedis yang handal perlu melengkapi inrastruktur pendidikan dan

kesehatan yang sudah dibangun.

Page 11: Policy Recomendation KALBAR Web

7/23/2019 Policy Recomendation KALBAR Web

http://slidepdf.com/reader/full/policy-recomendation-kalbar-web 11/30

4

Mendesaknya percepatan dan penanganan terhadap pokok 

permasalahan ini dikarenakan: (1) berbagai pokok permasalahan

perbatasan terus bergulir dengan penanganan yang sporadik dan

insidentil, berbagai pertemuan bilateral tentang perbatasan harus

terus berjalan yang menghasilkan berbagai komitmen untuk kerjasama

perbatasan, tetapi terus berlanjut tanpa kejelasan arahan; (2) Pemerintah

Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Papua dan Provinsi Nusa

 Tenggara Timur telah memiliki Badan Pengelola Perbatasan di daerah,

beberapa Kabupaten perbatasan pun telah proakti membentuk badan

pengelola perbatasan, hal ini akan menjadi bom waktu kesemerawutan

birokrasi dalam penanganan masalah perbatasan; (3) Bagaimana mungkin

semua bisa bekerja tanpa acuan nasional, sementara BNPP sendiri masih

mempersiapkan rencana induk dan grand desain pengelolaan perbatasan

yang sampai saat ini masih belum selesai.

Selama berpuluh tahun kebelakang masalah perbatasan belum

mendapat perhatian yang memadai dari pemerintah. Hal ini tercermin

dari kebijakan pembangunan yang kurang memperhatikan kawasan

perbatasan dan lebih mengarah kepada wilayah-wilayah yang padat

penduduk, aksesnya mudah, dan potensial. Memang sejak tahun

1999-2004 mulai dicanangkan upaya “meningkatkan pembangunan

di seluruh daerah, terutama di Kawasan Timur Indonesia, daerah

perbatasan dan wilayah tertinggal lainnya dengan berlandaskan pada

prinsip desentralisasi dan otonomi daerah” yang kemudian diperbaiki

dan dipertajam sasarannya dalam Program Pembangunan Nasional

2000-2004 melalui program pengembangan daerah perbatasan

yang bertujuan untuk meningkatkan tara hidup dan kesejahteraan

masyarakat, meningkatkan kapasitas pengelolaan potensi kawasan

perbatasan, dan memantapkan ketertiban dan keamanan daerah

yang berbatasan dengan negara lain. Sasarannya adalah: terwujudnya

peningkatan kehidupan sosial-ekonomi dan ketahanan sosial

masyarakat, terkelolanya potensi wilayah, dan ketertiban serta

keamanan kawasan perbatasan. Namun demikian sampai akhir tahun

2004 tidak tersusun suatu kebijakan nasional yang memuat arah

kebijakan, dan strategi pengembangan kawasan perbatasan yang

bersiat komprehensi integral, serta yang mengintegrasikan ungsi dan

peran seluruh stakeholder perbatasan, baik di pusat maupun di daerah.

Sehingga kawasan perbatasan tetap nampak terabaikan dan tertinggal

(DPD-RI, 2010).

Page 12: Policy Recomendation KALBAR Web

7/23/2019 Policy Recomendation KALBAR Web

http://slidepdf.com/reader/full/policy-recomendation-kalbar-web 12/30

5

Arah pengembangan kawasan perbatasan kemudian dirumuskan

dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional 2005-

2025, adalah sebagai berikut: (a) wilayah-wilayah perbatasan akan

dikembangkan dengan mengubah arah kebijakan pembangunan yang

selama ini cenderung berorientasi inward-looking menjadi outward-

looking sehingga dapat dimanaatkan sebagai pintu gerbang aktivitas

ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga,dan (b) pendekatan

pembangunan yang dilakukan, selain menggunakan pendekatan yang

bersiat keamanan, juga diperlukan pendekatan kesejahteraan, dengan

perhatian khusus diarahkan bagi pengembangan pulau-pulau kecil di

perbatasan yang selama ini luput dari perhatian (Armida S. Alisyahbana,

2010). Ironisnya atas arahan RPJP Nasional tersebut terjadi euoria

pembangunan kawasan perbatasan oleh berbagai sektor dan instansi

Pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan jangka menengah

2005-2009. Laporan Bappenas dan Kementerian Dalam Negeri (2009)

mencatat adanya 26 Kementerian/Lembaga yang memiliki program

pembangunan di perbatasan melalui 72 program di tingkat Satuan Kerja

(Satker) Eselon I. Akibatnya pembangunan kawasan perbatasan pun

tetap tidak mendapatkan kemajuan yang berarti, malah berbagai isu dan

kasus dari perbatasan cenderung meninggi, seperti pergeseran patok 

batas, pelanggaran batas kedaulatan, kejahatan lintas batas, menurunnya

nasionalisme masyarakat perbatasan, dan terjadinya berbagai kegiatan

ilegal di perbatasan, sementara masyarakat di perbatasan tetap miskin

dan tertinggal.

Memasuki Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) nasional

2010-2014 Pemerintah melakukan penajaman prioritas pembangunan,

yaitu melalui 11 prioritas nasional Kabinet Indonesia Bersatu II, yang salah

satunya adalah menempatkan daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan

pasca konfik. Arah kebijakannya adalah mempercepat pembangunan

kawasan perbatasan di berbagai bidang sebagai beranda depan negara

dan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan

negara tetangga secara terintegrasi dan berwawasan lingkungan untuk 

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjamin pertahanan

keamanan nasional, dan okus sasarannya sebagai berikut: (a) penyelesaian

dan penetapan batas wilayah negara, (b) peningkatan upaya pertahanan,

keamanan, dan penegakan hukum, (c) peningkatan pertumbuhan

ekonomi kawasan perbatasan, (d) peningkatan pelayanan sosial dasar,

dan (e) penguatan kapasitas kelembagaandalam pengembangan

Page 13: Policy Recomendation KALBAR Web

7/23/2019 Policy Recomendation KALBAR Web

http://slidepdf.com/reader/full/policy-recomendation-kalbar-web 13/30

6

kawasan perbatasan secara terintegrasi. Permasalahannya adalah semua

rencana tersebut masih bersiat makro dimana masih terdapat sebanyak 

60 program di 29 Kementerian/Lembaga.

Secara umum terdapat disparitas kondisi ekonomi dan pertumbuhan

ekonomi serta pelayanan publik yang kurang seimbang, baik antara barat

dan timur (pada kondisi nasional), maupun antara indonesia dengan

negara tetangganya. Cara pandang dan perlakuan terhadap daerah

perbatasan di masa lalu menempatkan daerah perbatasan sebagai buer 

 zone pertahanan dan secara ekonomi terkesan diperlakukan sebagai

halaman belakang yang tertinggal. Hal ini tidak terlepas dari sistem

politik negara dimasa lalu yang sentralistik dan sangat menekankan

stabilitas keamanan dengan latar belakang daerah konfik. Akibatnya

pembangunan ekonomi tersisihkan oleh pandangan potensi ancaman

dari luar terhadap kedaulatan dan keamanan wilayah. Pandangan ini

memposisikan kawasan perbatasan sebagai security belt , dan aktivitas

ekonomi praktis tidak berkembang. Penataan ruang disusun belum

pro-rakyat, pro-poor, dan pro-perbatasan beranda depan negara.

Akibat dari pandangan seperti itu berimplikasi pada kondisi ekonomi

diperbatasan seperti tercermin dewasa ini, yaitu seperti: (a) sangat

kurangnya inrastruktur ekonomi diperbatasan, baik transportasi,

komunikasi, inormasi, maupun perbankan. Terjadinya kesenjangan

pembangunan baik di dalam negeri maupun dengan negara tetangga,

(b) ketersediaan prasarana dan sarana berkenaan dengan wilayah

dan asilitas sosial-ekonomi masih sangat kurang memadai, (c) angka

kemiskinan yang tinggi dengan jumlah keluarga yang pra-sejahtera

yang tinggi pula jadi enomena umum masyarakat perbatasan, dan

(d) terisolasinya masyarakat perbatasan akibat rendahnya aksesibilitas

kawasan perbatasan menuju pusat pertumbuhan dan pasar baik melalui

 jalur darat, laut, maupun udara.

Permasalahan pembangunan di kawasan perbatasan sangat erat

berkaitan dengan masalah kedaulatan bangsa dan negara, kesejahteraan

rakyat, perlindungan kepentingan masyarakat perbatasan yang masih

tertinggal dan kurang terurus, serta lingkungan hidup. Berbagai isu

tentang batas wilayah negara dan pengelolaan kawasan perbatasan

yang selama ini terjadi masih dianggap sebagai masalah deence-security  

dan law enorcement , padahal di era damai dewasa ini permasalahan lebih

menyangkut masalah prosperiti, social-security dan kesetaraan terhadap

akses perekonomian yang kurang perhatian. Cara pandang tersebut

Page 14: Policy Recomendation KALBAR Web

7/23/2019 Policy Recomendation KALBAR Web

http://slidepdf.com/reader/full/policy-recomendation-kalbar-web 14/30

7

 jelas harus diubah oleh pemerintah Indonesia agar ada acuan yang

 jelas dalam proses menyelesaikan penetapan batas-batas internasional

dengan negara malaysia, dan pengelolaan kawasan perbatasan hingga

terwujudnya perbatasan sebagai beranda depan negara.

Kualitas sumber daya manusia (SDM) yang relati rendah membuat nilai

keunggulan kompetiti masyarakat perbatasan dan berakibat pada

kendala dalam pengembangan ekonomi di kawasan perbatasan.Upaya

optimalisasi potensi sumber daya alam (SDA) harus memperhatikan

daya dukung lingkungan, sehingga tidak mengakibatkan kerusakan

lingkungan, baik lingkungan sik maupun lingkungan sosial. Di

sebagian besar kawasan perbatasan, upaya pemanaatan SDA dilakukan

secara ilegal dan tak terkendali, sehingga mengganggu keseimbangan

ekosistem dan kelestarian lingkungan hidup. Berbagai dampak 

lingkungan seperti polusi asap lintas batas(hedge pollution), banjir, longsor,

tenggelamnya pulau kecil, dan sebagainya pada umumnya disebabkan

oleh kegiatan-kegiatan ilegal, seperti penerbangan liar di kawasan hutan

dan pengerukan pasir di pulau-pulau kecil yang tidak terkendali. Hal ini

cukup sulit ditangani, karena keterbatasan pengawasan pemerintah

di kawasann perbatasan dan belum ditegakkannya supremasi hukum

secara adil dan tegas.

Keterbatasan SDM di perbatasan Kalimantan Barat masih menjadi isu

sentral yang perlu mendapat perhatian. Berdasarkan pengolahan data

statistik, untuk tahun 2010 angka buta huru usia 10 tahun keatas masih

sekitar 10 %, sedangkan untuk usia di atas 45 tahun diperkirakan masih

lebih dari 20 %. Sudah menjadi hukum alam bahwa daerah yang kaya

SDA, namun miskin SDM berkualitas, maka akan menjadi rebutan pemilik 

modal. Potensi ekonomi yang ada lebih banyak dinikmati oleh pemilik 

model, sementara penduduk lokal perbatasan hanya memperoleh

sangat sedikit, bahkan boleh dikatakan hanya cukup untuk keperluan

subsisten saja. Investasi yang terjadi di daerah tersebut sebagian besar

hanya menimbulkan kebocoran regional yang tinggi, karena sebagian

besar nilai tambah yang dihasilkan dari aktivitas perekonomian tersebut

tersedot ke Negara pemilik modal.

Adanya kesenjangan ekonomi dan pembangunan di perbatasan dengan

negara tetangga berdampak pada kehidupan dan perilaku sosial budaya

masyarakat. Kondisi prasarana dan sarana pendidikan, kesehatan, dan

akses terhadap inormasi dan lapangan kerja yang sangat kurang di

Page 15: Policy Recomendation KALBAR Web

7/23/2019 Policy Recomendation KALBAR Web

http://slidepdf.com/reader/full/policy-recomendation-kalbar-web 15/30

8

perbatasan dihadapi oleh masyarakat perbatasan, yang mengakibatkan

tingkat kehidupan sosial mereka tertinggal dibanding dengan masyarakat

di negara tetangga dan dengan masyarakat di luar kawasan perbatasan.

Demikian pula dalam hal kesehatan, masyarakat perbatasan Indonesia

belum memperoleh pelayanan kesehatan dan pendidikan karena jauhnya

 jarak pemukiman penduduk dengan asilitas yang tersedia. Keterbatasan

akses terhadap asilitas kesehatan masyarakat di negaranya, disisi lain

terjadi akses yang lebih mudah ke asilitas pendidikan, kesehatan dan

pasar di negara tetangga, seperti yang terjadi di Kalbar saat ini. Hal ini

berimplikasi kepada masuknya pengaruh sosial dan budaya dari luar, dan

dalam jangka panjang akan menjadi asing terhadap budaya negeri sendiri.

Salah satu akta aktual dilapangan terutama di Kalbar adalah pelintas

batas tradisional. Adanya kesamaan budaya, adat istiadat dan etnik 

menyebabkan terjadinya aktivitas pelintas batas tradisional secara

ilegal dan sulit dicegah. Persamaan budaya dan adat istiadat masyarakat

merupakan isu perbatasan antar negara yang telah lama teridentikasi

tetapi tetap masih selalu muncul dan belum dapat diatasi dengan baik 

oleh kedua negara. Elemen lainnya dari aspek sosial budaya adalah

keberadaan tanah adat atau hak ulayat masyarakat. Di beberapa daerah

perbatasan terdapat tanah-tanah adat/ulayat yang oleh tatanan hukum

Indonesia diakui dan dihormati keberadaannya. Tanah ulayat tersebut

sangat erat hubungannya dengan penghidupan sehari-hari masyarakat

perbatasan, dan oleh karena tanah-tanah ulayat tersebut terdapat di

kedua negara, maka pelintasan batas diluar pengetahuan administrator

perbatasan menjadi tidak terkontrol. Mereka pun kurang terjangkau oleh

administrasi kependudukan. Agar supaya kepentingan adat tersebut

dapat terakomodasi secara legal menurut hukum masing-masing negara

yang berbatasan, maka pengaturan khusus menjadi suatu keniscayaan.

Aspek pertahanan dan keamanan sangat erat berhubungan dengan status

penyelesaian garis batas antar negara dan pembangunan di perbatasan.

Isu yang sering muncul adalah pemindahan patok batas, kerusakan

lingkungan, dan berbagai pelanggaran perbatasan, serta aktivitas ilegal

lainnya. Di beberapa kawasan perbatasan sudah lama terjadi eksploitasi

SDA secara tidak bijaksana sehingga mengganggu keseimbanan

ekosistem dan kelestarian lingkungan hidup, seperti penebangan

hutan dan penambangan emas secara liar dan besar-besaran. Kegiatan

ini sebagian besar bersiat ilegal yang cukup sulit ditangani karena

keterbatasan sumberdaya aparatur dan inrastruktur untuk pengawasan.

Page 16: Policy Recomendation KALBAR Web

7/23/2019 Policy Recomendation KALBAR Web

http://slidepdf.com/reader/full/policy-recomendation-kalbar-web 16/30

9

Aktivitas illegal fshing, illegal logging, illegal mining yang masih marak 

selama ini hanya menguntungkan pengusaha pemilik modal atau

cukong dari kegiatan tersebut. Sementara masyarakat perbatasan

yang terkadang diperalat untuk melakukan itu ditangkap dan dihukum.

Diperkirakan setiap bulan aktivitas illegal fshing mampu menangkap

ikan lebih dari 7 ribu ton atau senilai sekitar Rp. 100 Milyar setahun di laut.

Aktivitas illegal logging yang masih terjadi dilakukan melalui batas laut

dan darat. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengamatan peta satelit dari

google yang memperihatkan banyaknya hutan di wilayah Kalimantan

Barat yang gundul, dimana dari areal hutan gundul tersebut terlihat jejak 

 jalan laluan kendaraan berat di dekat titik batas. Diperkirakan jutaan

meter kubik kayu ilegal sudah terangkut ke negeri jiran.

III. REKOMENDASI

3.1 Penguatan Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM)

Persoalan yang harus menjadi prioritas diatasi saat ini adalah,

bagaimana meningkatkan kualitas SDM di wilayah perbatasan dan

kapasitas sumber daya penyelenggara pemerintahan di kawasan

perbatasan. Karena keterbatasan kapasitas SDM tersebut maka

tata kelola pemerintahan dikawasan yang berbatasan negara

lain tersebut juga masih jauh dari harapan. Pemerintah pusat dan

Pemerintah Daerah perlu menyelenggarakan upgrading secara

berkala bagi para pemangku dan penyelenggara kepemerintahan

di kawasan perbatasan tentang aspek makro dan mikro dalam

pengelolaan perbatasan.

Untuk bidang pendidikan, di luar mata pelajaran yang sudah berlaku

umum, Pemerintah dan Pemerintah Daerah perlu meningkatkan

pengetahuan dasar melalui muatan kurikulum pendidikan tentang

geogra, sejarah dan budaya Indonesia mulai dari tingkatan

sekolah dasar hingga sekolah menegah, yang silabusnya disusun

sesuai dengan stratanya dengan melibatkan para ahli pendidikan,

geogra, antropologi, sejarah, dan kebudayaan Indonesia. Khusus

di perguruan tinggi diberikan materi wawasan nusantara dan

dinamika perjuangannya.

Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus giat memasilitasi pola

pertukaran guru, dosen dan mahasiswa antar Provinsi perbatasan,

Page 17: Policy Recomendation KALBAR Web

7/23/2019 Policy Recomendation KALBAR Web

http://slidepdf.com/reader/full/policy-recomendation-kalbar-web 17/30

10

untuk memberikan wawasan kebangsaan Indonesia. Hal ini perlu

untuk mengurangi ketimpangan Barat dan Timur Indonesia,

serta untuk meningkatkan pengetahuan tentang ke-Indonesiaan

(Knowledge on Indonesia) sebagai bagian dari upaya National 

Character Building. Khusus untuk mahasiswa muatan ini dapat

diakomodasi dalam program/kegiatan kuliah kerja nyata, dengan

okus pertukaran diantara mahasiswa di Kalimantan. Selain itu

perlu dilakukan penyelenggaraan estival budaya masyarakat

perbatasan secara berkala yang diasilitasi oleh Pemerintah daerah

dan melibatkan seluruh stakeholder perbatasan.

3.2 Peningkatan Akses dan Keamanan

Secara geogras kawasan perbatasan Kalbar merupakan daerah

yang sangat panjang, yaitu sekitar 966 Km. Tentu saja dengan

panjang yang demikian cukup menyulitkan dalam penanganan

terutama ditinjau dari aspek pertahanan-keamanan, rentang

kendali pelayanan pemerintahan dan kebutuhan aparaturnya serta

kebutuhan dana. Keadaan ini semakin diperparah lagi oleh kondisi

inrastruktur jalan baik kuantitas maupun kualitasnya. Akibatnya,

sebagian besar kawasan perbatasan merupakan daerah yang tidak 

dapat dijangkau oleh kendaraan, sehingga membuat sebagian

besar daerah ini menjadi terisolir dan masuk dalam kategori

daerah termiskin di Kalbar.

 Terbatasnya inrastruktur seperti sarana dan prasarana dasar

permukiman, listrik, jaringan air bersih, dan sarana prasarana

transportasi menyebabkan wilayah ini memiliki aksesibilitas yang

rendah dan terisolasi dari wilayah sekitarnya. Bila dibandingkan

dengan negara tetangga Malaysia, maka kesenjangan

inrastrukturnya sangat besar. Jalan yang menghubungkan daerah-

daerah di perbatasan terdapat lebih kurang sepanjang 4.641,55 Km

yang meliputi jalan aspal, kerikil maupun tanah. Berdasarkan data

pada tahun 2001, jalan dengan kondisi baik terpanjang dimiliki

Kabupaten Sanggau dan terpendek dimiliki Kabupaten Sintang.

Sedangkan jalan rusak berat terpanjang dimiliki Kabupaten

Sintang dan Sambas, terpendek dimiliki Kabupaten Sanggau.

Pembangunan jalan paralel perbatasan tentu saja tidak cukup

untuk menciptakan counter magnet dan saluran trickle down serta

spread eect . Bagian yang tidak kalah pentingnya adalah jalan

Page 18: Policy Recomendation KALBAR Web

7/23/2019 Policy Recomendation KALBAR Web

http://slidepdf.com/reader/full/policy-recomendation-kalbar-web 18/30

11

akses dari ibukota Provinsi ke ibukota Kabupaten dan ke PPLB

atau kabupaten admistrati yang ada di daerah perbatasan Kalbar.

Jalan akses yang sudah cukup baik adalah jalan akses Entikong

ke Sanggau, meskipun masih kalah jauh dengan jalan akses di

Sarawak. Sedangkan jalan akses Jagoibabang ke Bengkayang

rusak berat, demikian juga dengan jalan akses Nanga Badau ke

Putussibau. Jalan Akses dari Aruk ke Sambas sedang dalam tahap

pembangunan, namun sudah cukup lancar. Hanya jalan akses Jasa

ke Sintang yang masih dalam angan-angan.

Adapun panjang jalan akses masing-masing ke perbatasan adalah

sebagai berikut:

a) Akses Entikong (Tanjung - Batas Sarawak) sepanjang± 100,70 km

b) Akses Nanga Badau (Putussibau - Batas Sarawak) sepanjang± 168,90 km

c) Akses Aruk (Sambas - Batas Sarawak) sepanjang ± 88,06 km

d) Akses Jagoi Babang (Bengkayang - Batas Sarawak) sepanjang± 105,66 km

e) Akses Jasa (Sintang - Batas Sarawak) sepanjang ± 206,25 km

Dalam konteks security, beberapa hal yang direkomendasikan

adalah: 1). Menciptakan sabuk pengaman manusia (human saety 

belt ) di sepanjang daerah perbatasan Kalbar-Sarawak. Wujud

sik sabuk pengaman tersebut dapat berupa permukiman

masyarakat daerah perbatasan yang rapi, tertata baik, dilengkapi

inrastruktur yang memadai, dengan aparatur pelayanan publik 

yang dijamin kesejahteraannya. Bagian yang terpenting dari sabuk 

pengaman perbatasan sesungguhnya bukan patok-patok batas

yang ditancapkan di sepanjang garis perbatasan Kalbar-Sarawak,

akan tetapi patok-patok batas yang tertanam jauh dalam lubuk 

hati masyarakat yaitu adanya semangat nasionalisme sejati atau

memiliki kebanggaan sebagai warga negara Indonesia. Wajar

 jika kita khawatir dengan bergesernya patok batas antara negara

di daerah perbatasan, akan tetapi yang kurang kita sadari dan

terkesan tidak begitu serius kita sikapi adalah tidak hanya sekedar

rendahnya nasionalisme warga negara indonesia di daerah

perbatasan, akan tetapi dalam realitasnya sudah banyak masyarakat

kita di wilayah perbatasan yang pindah menjadi warga negara

Page 19: Policy Recomendation KALBAR Web

7/23/2019 Policy Recomendation KALBAR Web

http://slidepdf.com/reader/full/policy-recomendation-kalbar-web 19/30

12

Malaysia. 2). Meningkatkan kualitas Program IRM (Investigation,

Refxation, Maintenance) dengan cara melengkapi petugas IRM

Indonesia dengan peralatan, sarana dan prasarana kerja yang

memadai minimal setara dengan peralatan yang dimiliki oleh tim

IRM Malaysia. Kualitas tersebut akan lebih baik lagi jika dibarengi

dengan melibatkan masyarakat lokal perbatasan sebagai bagian

dari Tim IRM Indonesia.

Mereka nantinya akan menjadi narasumber dan agent monitoring

patok-patok batas yang ada di sekitar mereka. Berjalan kaki di

tengah hutan belantara sudah menjadi keseharian masyarakat

lokal dan daya ingat terhadap peta situasi tidak diragukan lagi.

Dan yang tidak kalah pentingnya adalah mereka tinggal di sekitar

patok batas, bahkan mungkin patok batas itu berada di tanah

hak ulayat nenek moyang mereka. Apabila di kemudian hari ada

persoalan patok batas, maka mereka tidak hanya sebatas sebagai

saksi hidup yang sangat sahih dalam setiap sengketa patok batas

yang mungkin saja terjadi suatu saat nanti, akan tetapi menjadi

sabuk penjaga patok batas antar negara tersebut.

Di bidang hankam, Kementerian Pertahanan telah membangun

32 Pos Pamtas yang sudah beroperasi dengan baik sejak masa

konrontasi. Namun jumlah tersebut tidak sebanding dengan

 jumlah jalan akses Kalbar-Sarawak yang saat ini sudah berkembang

menjadi 54 ruas jalan yang menghubungkan 98 Desa di Kalbar

dengan 32 Kampung di Sarawak. Apalagi jika dibandingkan

dengan panjang wilayah perbatasan Kalbar-Sarawak 966 km

dengan jumlah patok batas sebanyak 5.713 buah, maka kondisi

kita masih sangat lemah dibandingkan Sarawak Malaysia. Ada

kegiatan IRM yang dilaksanakan untuk mengamankan patok-

patok batas, namun dalam satu tahun dana Pemerintah Indonesia

hanya mampu menyediakan untuk IRM sekitar 20 km saja.

3.3 Interkoneksi dan Operabilitas Lintas Institusi

Penanganan masalah dikawasan perbatasan membutuhkan

landasan hukum yang tegas, komprehensi dan mampu mengikat

semua pihak. Salah satu landasan hukum yang paling mendasar

adalah kejelasan wewenang dan jalur koordinasi dalam pengelolaan

kawasan perbatasan. Dalam konteks inilah pola Kabupaten

administrati atau daerah khusus menjadi pilihan yang tepat.

Page 20: Policy Recomendation KALBAR Web

7/23/2019 Policy Recomendation KALBAR Web

http://slidepdf.com/reader/full/policy-recomendation-kalbar-web 20/30

13

Desentralisasi dan otonomi daerah sesungguhnya telah

memberikan sejumlah kewenangan dari pemerintah pusat

kepada pemerintah daerah. Berbagai kewenangan yang selama

ini dilakukan pusat telah diserahkan ke pemerintah daerah,

seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor

32 Tahun 2004 tentang Pemerintah daerah. Namun dalam

pembangunan kawasan perbatasan sebagian besar kewenangan

pelaksanaannya masih berada pada pemerintah pusat, dengan

alasan untuk mengintegrasikan berbagai kegiatan sosial ekonomi

yang bersiat lintas administrasi wilayah pemerintah sehingga

diperlukan koordinasi dari institusi yang secara khusus ditunjuk 

oleh pusat untuk mengelola keseluruhan aspek pembangunan di

kawasan perbatasan.

Dalam konteks ini, tidak jarang masing-masing level pemerintahan

berebut pengaruh di perbatasan ketika ada potensi penerimaan

dan sebaliknya seolah lepas tanggung jawab pada saat timbul

masalah. Akibatnya, perbatasan menjadi kawasan “remang-

remang” yang dinikmati oleh segelintir oknum, berasal dari kedua

negara, untuk menumbuh-suburkan kegiatan ilegal. Sebagian

dari oknum tersebut memiliki status sebagai aparatur pemerintah

baik sipil maupun militer. Mereka ini merupakan kelompok yang

sebagian besar justru bukan berasal dari masyarakat perbatasan

serta cenderung tidak menginginkan adanya kejelasan

kewenangan dan jalur kordinasi dalam penaganan kawasan

perbatasan.

Dari aspek kelembagaan, organisasi kerjasama bilateral Indonesia-

Malaysia patut untuk dikritisi karena berbagai jenis organisasi

kerjasama yang ada saat ini tersebar di berbagai institusi yang

tidak terintegrasi satu sama lain. Selain itu hirarkhi organisasi

yang tidak sinkron dengan jadwal sidangnya telah menyebabkan

kesepakatan yang dibuat kurang responsi terhadap situasi terkini

yang memerlukan penanganan segera.

Misalnya organisasi High Level Commision (HLC), Coordinated 

Operating Control Committee (COCC),  Joint Police Cooperation

Committee (JPCC), Jawatan Kerja Latihan Bersama (JKLB) dan Sosek 

Malindo yang berada di bawah General Border Committee (GBC)

telah mengakibatkan hasil sidang Sosek Malindo yang membahas

Page 21: Policy Recomendation KALBAR Web

7/23/2019 Policy Recomendation KALBAR Web

http://slidepdf.com/reader/full/policy-recomendation-kalbar-web 21/30

14

dan menyepakati berbagai hal terkait kondisi terkini memerlukan

waktu lebih dari dua tahun untuk sampai disepakati pada sidang

GBC. Demikian pula dengan organisasi  Joint Indonesia-Malaysia

(JIM) Technical Boundary Committee yang terlepas dari GBC

terkadang mengakibatkan kurang sinkronnya output GBC dengan

JIM. Selain itu, masih ada beberapa organisasi orum kerjasama

bilateral lainnya yang tersebar di berbagai Kementerian bergerak 

tanpa saling mengetahui satu sama lain, seperti:

1. The Indonesia - Malaysia Commission on Economic and Technical Cooperation

2.  Joint Commission or Bilateral Cooperation between the

Government o the Republic o Indonesia and the Government o Malaysia and Protocol 

3. The Joint Commission For Bilateral Cooperation BetweenIndonesia and Malaysia

4. Indonesia - Malaysia Joint Commission Meeting (JCM)

5. Indonesia - Malaysia Business Council 

6.  Joint Trade and Investment Committee

Institusi kerjasama bilateral yang bermacam-macam itu, akan

lebih eekti jika personilnya adalah merupakan orang-orang yang

sama. Perombakan berbagai isntitusi tersebut serta pembentukan

sekretariat bersama dalam satu atap yang diasilitas oleh BNPP

perlu dipertimbangkan untuk dijadikan sebagai salah satu solusi

masalah masih lemahnya koordinasi di tingkat nasional dalam

menyelesaikan berbagai permasalaha dikawasan perbatasan.

Kerjasama bilateral Indonesia-Malaysia yang selama ini telah

berjalan dengan baik harus selalu ditingkatkan, sebab potensi

gesekan kepentingan antara kedua Negara sangat besar.

Keterpurukan ekonomi Indonesia yang menyebabkan mengalirnya

banyak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Malaysia

sesungguhnya sudah menggadaikan harga diri bangsa Indonesia.

Belum lagi disulut oleh berbagai kasus kekerasan dan penindasan

yang dilakukan oleh majikan mereka, telah menyebabkan

kemarahan bangsa Indonesia semakin mudah untuk tersulut.

Kecemburuan kita terhadap perkembangan pesat Malaysia juga

memberikan kontribusi terhadap potensi konfik Indonesia-

Page 22: Policy Recomendation KALBAR Web

7/23/2019 Policy Recomendation KALBAR Web

http://slidepdf.com/reader/full/policy-recomendation-kalbar-web 22/30

15

Malaysia. Apabila kondisi ini tidak diimbangi dengan komunikasi

yang lebih intensi, maka akan semakin mudah untuk tersulut.

Selain peningkatan hubungan kerjasama antara Indonesia

dengan Malaysia, bagian lain yang tidak kalah pentingnya adalah

hubungan multilateral yang melibatkan Indonesia dan Malaysia

sebagai bagian dari kerjasama tersebut. Kerjasama tersebut, dalam

konteks Kalimantan Barat antara adalah kerjasama ekonomi Brunei 

Indonesia Malaysia Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA).

Dalam konteks ini, esiensi perdagangan antara sesama Negara di

Pulau Kalimantan harus dapat diormat lebih esien lagi.

Hubungan kerjasama lainnya yang melibatkan Indonesia dan

Malaysia adalah Indonesia Malaysia Singapore Growth Triangle

(IMS-GT). Saat ini kerjasama ini sedang mati suri. Oleh karena itu,

perlu direkomendasikan agar organisasi diaktikan sebagaimana

organisasi IMT-GT yang saat ini sudah lebih akti, namun Kalbar

tidak masuk di dalamnya.

 Terkait dengan berbagai bentuk kerjasama dalam penanganan

masalah perbatasan tersebut maka perlu direkomendasikan:

1. Sebaiknya berbagai jenis organisasi kerjasama yang ada

saat ini tersebar di berbagai institusi di integrasikan dalam

satu wadah, sehingga memudahkan dalam membangun

komunikasi dan koordinasi .

2. Semua bentuk kerjasama atau kesepakatan yang dibuat

harus di respon dan ditindaklanjuti. Disinilah letak penting

keberadaan organisasi kerjasama yang terintegrasi sehingga

memudahkan dalam monitoring dan evaluasi terhadap tindak 

lanjut program yang disepakati bersama.

3. Beberapa organisasi orum kerjasama bilateral yang tersebar

di berbagai kementerian harus dapat membangun komunikasi

dan koordinasi dengan wadah organisasi kerjasama bilateral

Indonesaia dengan negara-negara yang memiliki perbatasan

darat dan laut, sehingga akan memudahkan dalam sinkronisasi

kebijakan dan program pembangunan kawasan perbatasan.

Page 23: Policy Recomendation KALBAR Web

7/23/2019 Policy Recomendation KALBAR Web

http://slidepdf.com/reader/full/policy-recomendation-kalbar-web 23/30

16

4. Agar semua lembaga kerjasama tersebut dibuat lebih terpadu

dalam naungan BNPP, meskipun dalam prakteknya mereka

bekerja sesuai dengan bidangnya masing-masing. Lembaga

kerjasama yang bermacam-macam itu, hendaknya melakukan

rapat koordinasi paripurna minimal sekali dalam setahun

untuk saling menginormasikan perkembangan atau capaian

yang telah mereka raih dalam kerangka kerjasama bilateral

Indonesia-Malaysia.

5. Di tingkat daerah perlu segera dibentuk Kabupaten

administrati atau daerah khusus perbatasan.

3.4 Penguatan Kapasitas SDM Perbatasan (Capacity Building)

Dari segi Index Pembangunan Manusia (IPM), kondisinya di Kalbar

masih sangat rendah. Kondisi ini ditunjukkan antara lain oleh

rendahnya tingkat pendidikan dan kualitas kesejahteraan penduduk 

dengan penyebaran yang tidak merata dibandingkan dengan luas

wilayah dan garis perbatasan yang panjang. Menurut data yang

dikeluarkan World Bank , IPM Kalbar berada pada urutan ke 27 dari

33 Provinsi yang ada di Indonesia dengan angka skor 68, sehingga

menempatkan Kalbar sebagai Provinsi yang IPM-nya terendah di

Kalimantan. Kemudian menurut data World Bank  yang dikeluarkan

pada tahun 2010, khusus untuk Kabupaten-Kabupaten yang berada di

wilayah perbatasan Kalbar dan Sarawak Malaysia, kondisi IPM hampir

semuanya berada pada posisi terendah dengan skor berada di bawah

70. Sedangkan kondisi pendidikan berdasarkan indikator Angka

Melek Huruf (AMH)angka terendah diwilayah Kabupaten perbatasan

berada di Kabupaten Bengkayang (85,9%) dan Kabupaten Sintang

(86,2%). Kondisi kesehatan berdasaran indikator Angka Harapan

Hidup (AHH) angka terendah diwilayah kabupaten perbatasan berada

di Kabupaten Sambas (60,1%). Berdasarkan indikator persentase

penduduk miskin, persentase penduduk miskin tertinggi di wilayah

perbatasan juga berada di Kabupaten Sambas sebanyak (16, 61%).

Pemerintah dan Pemerintah Provinsi harus menyusun indikator 

Capacity Building terutama berkenaan dengan kualitas SDM,

pengetahuan dan pemahaman tentang aspek mikro dan makro

batas negara, serta peningkatan daya saing daerah perbatasan baik 

dalam ukuran nasional maupun regional. Peningkatan kapasitas

SDM diperlukan mengingat adanya ketimpangan pembangunan

Page 24: Policy Recomendation KALBAR Web

7/23/2019 Policy Recomendation KALBAR Web

http://slidepdf.com/reader/full/policy-recomendation-kalbar-web 24/30

17

di kawasan perbatasan Indonesia secara intrinsik geogra, yang

sangat dipengaruhi oleh aktor-aktor internal dan eksternal.

Kompetensi dan kapasitas institusi yang menangani urusan

perbatasan di Kalbar saat ini belum memadai. Di tingkat Pemerintah

Provinsi Kalbar sesungguhnya sudah ada BPKPK Provinsi. Namun

dalam melaksanakan pengelolaan perbatasan, masih dibatasi oleh

persoalan-persoalan antara lain:

1. Birokratisme aparatur. Berbagai kegiatan operasinal yang

diusulkan untuk dilaksanakan oleh badan perbatasan provinsi

ternyata tidak diperbolehkan untuk dilaksanakan karena

dianggap tugas institusi lain. Padahal justru pekerjaan itulah

yang selama ini diabaikan oleh institusi lain. Satu-satunya yang

boleh dilakukan badan perbatasan provinsi hanya melakukan

koordinasi, yang sesungguhnya semua instansi memang

harus melaksanakan ungsi yang sudah given di setiap unit

kerja manapun.

2. Sumber permasalahan dari kelemahan kapasitas badan

perbatasan provinsi adalah keterbatasan dana. Sejak didirikan,

badan tersebut hanya diberikan alokasi dana sekitar Rp. 5

Milyar setahun dan setiap tahun selalu mengalami penurunan

serta tidak ada alokasi dana APBN yang membantu, padahal

ruang lingkup dan tugas yang diemban oleh lembaga ini

sangat berat.

Saat ini, beberapa organisasi non pemerintah atau NGO yang

memokuskan perhatiannya kepada masalah perbatasan, namun

tidak semuanya teridentikasi dengan baik karena mereka bekerja

dengan programnya masing-masing. Pada Level Provinsi ada

Yayasan Pemberdayaan Peor Nusantara (YPPN). Di Kabupaten

Sanggau sejak lama sudah ada Yayasan Swadaya Dian Khatulistiwa

(YSDK) dan Forum Komunikasi Pengusaha Perbatasan Entikong. Di

Kabupaten Sambas ada Lembaga Pengkajian Pembangunan dan

Pemberdayaan Daerah Perbatasan Kabupaten Sambas. Di Kadin

Provinsi Kalbar ada Komite Perbatasan yang khusus menangani

urusan perbatasan Kalibar. Di Kabupaten Kapuas Hulu ada World 

Wildlie Fund (WWF) yang sejak lama sudah banyak berkecimpung

di bidang konservasi lingkungan hidup di perbatasan Kapuas Hulu.

Page 25: Policy Recomendation KALBAR Web

7/23/2019 Policy Recomendation KALBAR Web

http://slidepdf.com/reader/full/policy-recomendation-kalbar-web 25/30

18

3.5 Pola Pengelolaan Batas dan Perbatasan Darat

Pengelolaan batas darat hendaknya dilaksanakan dengan

memperhatikan aspek makro dan aspek mikro dari batas negara

yang memiliki ungsi sebagai garis berawal dan berakhirnya

kedaulatan dan/atau yurisdiksi sebuah negara. Aspek makro terkait

dengan penyelesaian delimitasi dan demarkasi batas negara

serta administrasi dan pemeliharaan batas itu sendiri. Aspek 

mikro berkenaan dengan asilitasi dan penyelenggaraan kegiatan

pengawasan bea-cukai, imigrasi, karantina, dan keamanan (custom,

imigration, quarantine, and security  /CIQS). Pemerintah harus

segera menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) untuk mengatur

pelaksanaan hal ini dengan memperhatikan pembagian kerja

antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota, baik 

dalam pelaksanaan aspek mikro maupun aspek makro dari batas

negara tersebut.

Pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri dan BNPP harus

segera memasilitasi berjalannya berbagai Joint Border Committees 

(JBC) dan Joint Technical Committee (JTC) dengan negara tetangga

secara eekti dan esien dalam memperjuangkan kepentingan

nasional, dan untuk menuntaskan berbagai persoalan terkait

dengan pengelolaan bersama aspek mikro dan aspek makro

batas negara.

Dalam hal pengelolaan perbatasan darat di Kalbar di mana

kondisi pertumbuhan ekonomi, pelayanan publik kependudukan,

kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja, serta penyediaan

energi yang relati tertinggal dibandingkan dengan di Sarawak,

maka pemerintah harus memprioritaskan dan memokuskan

pembangunan penataan ruang daerah perbatasan dengan

orientasi pembangunan inrastruktur dan pertumbuhan ekonomi

secara substansial dengan memanaatkan SDA yang kaya di

Kalimantan. Namun demikian dengan tidak mengesampingkan

aspek pertahanan-keamanan dan kesinambungan lingkungan

hidup. Atas pertimbangan inilah, maka model pengelolaan yang

disarankan adalah berbasis administrasi Kabupaten dengan pola

khusus.

Page 26: Policy Recomendation KALBAR Web

7/23/2019 Policy Recomendation KALBAR Web

http://slidepdf.com/reader/full/policy-recomendation-kalbar-web 26/30

19

 Terdapat 16 desa di Kalimantan Barat dan 10 kampung di Sarawak 

yang disepakati sebagai titik lintas batas antara pemerintah

Indonesia dan Malaysia pada tanggal 12 Januari 2006 di Bukit Tinggi.

Penduduk setempat hanya dengan menggunakan pas lintas batas

dapat saling mengunjungi untuk keperluan sehari-hari dengan

 jumlah pengeluaran belanja maksimum sebesar 600 Ringgit per

orang per bulan. Dari lima Kabupaten di wilayah perbatasan resmi,

yaitu di Kabupaten Sanggau (Entikong) dan Sambas (Aruk) dengan

keadaan sudah cukup baik. Sedangkan wilayah perbatasan lainnya

seperti di Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sintang, dan Kapuas

Hulu masih belum memiliki pos lintas batas yang resmi. Sesuai

dengan kesepakatan dengan pihak Malaysia dalam orum Sosek 

Malindo, sebenarnya telah disepakati pembukaan beberapa pintu

perbatasan secara bertahap di beberapa kawasan, yaitu Nanga

Badau (Kapuas Hulu) Lubuk Antu (Sri Aman) yang disepakati pada

tahun 1998. Sedangkan kawasan lain di Kabupaten Sintang dan

Bengkayang masih terus diusulkan dalam pembahasan orum

Sosek Malindo.

3.6 Pola Pengelolaan Batas Maritim

Dari aspek macro-border , Pemerintah perlu segera mengintensikan

pelaksanaan kebijakan border diplomacy untuk penyelesaian batas-

batas maritim antara Indonesia dengan Malaysia, baik melalui cara-

cara perundingan konvensional, maupun cara-cara inkonvensional

(sot diplomacy ) yang melibatkan peran-peran non-negara, private

sectors, dan akademisi/saintis, disamping Pemerintah. Sementara

menunggu terselesaikannya batas-batas maritim bersama,

Pemerintah perlu meningkatkan kemampuan dan intensitas

patroli perbatasan sesuai klaim unilateral, untuk itu diperlukan

pembangunan sarana dan prasarana pengawasan wilayah laut,

baik secara konvensional maupun secara inconventional dengan

memanaatkan teknologi tinggi.

3.7 Lingkungan dan Sumber Daya Alam (SDA)

Dalam bidang lingkungan dan SDA, digagas kerjasama yang

disebut Heart o Borneo (HoB). Gagasan HoB diperkenalkan oleh

World Wildlie Fund (WWF) dan dibahas dalam pertemuan para pihak 

antara Pemerintah Indonesia, Brunei Darussalam dan Malaysia

Page 27: Policy Recomendation KALBAR Web

7/23/2019 Policy Recomendation KALBAR Web

http://slidepdf.com/reader/full/policy-recomendation-kalbar-web 27/30

20

tanggal 5 April 2005 di Brunei Darussalam. Gagasan ini berisi

substansi kerjasama di bidang pemanaatan SDA berkelanjutan

dan konservasi hutan tropis di daerah lintas batas antara negara.

Berdasarkan konsep  HoB tersebut, maka dalam satu wilayah

yang berada di tiga negara tersebut mempunyai inisiati untuk 

melakukan secara bersama-sama konservasi dan pembangunan

berkelanjutan di kawasan Jantung Borneo yang meliputi lintas

batas wilayah Republik Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam.

Inisiati HoB atau Jantung Borneo adalah sebuah inisiati konservasi

dan pembangunan berkelanjutan, dalam rangka melakukan

memanaatan berkelanjutan salah satu hutan atau kawasan terbaik 

yang masih tersisa di Borneo bagi kesejahteraan generasi sekarang

dan mendatang. Untuk merealisasikan gagasan tersebut, maka

ketiga negara akan membangun dan mengelola secara eekti 

kawasan-kawasan konservasi dan keanekaragaman hayati di tingkat

species dan genetik di wilayah tiga Negara serta mengembangkan

pengelolaan keanekaragaman hayati yang menjamin pembagian

yang adil dari pemanaatan keanekaragaman hayati.

Dengan tidak memandang kecil makna dari kesepakatan HoB,

satu hal yang perlu benar-benar diperhitungkan adalah bahwa

setiap upaya untuk melestarikan lingkungan hidup, menjaga

keanekaragaman hayati dan upaya pro-lingkungan hidup

lainnya, maka upaya perlindungan terhadap manusia di kawasan

perbatasan tidak boleh dikorbankan. Jangan sampai timbul

kesan pada masyarakat perbatasan Kalbar bahwa Pemerintah

lebih melindungi kepentingan “orang utan” daripada melindungi

kepentingan “orang beneran”.

Khusus untuk pembangunan jalan raya, perlu disikapi secara

bijaksana antara perlunya jalan raya untuk pengembangan

aksesibilitas ekonomi dan kepentingan ekologis pelestarian hutan.

Sebab, sudah menjadi kebiasaan masyarakat ketika jalan raya

dibangun, maka SDA di sekitar jalan tersebut akan habis terkuras

oleh aktivitas ilegal, seperti illegal logging atau illegal mining. Untuk 

menyikapi hal tersebut, maka pembangunan jalan mesti dirancang

Page 28: Policy Recomendation KALBAR Web

7/23/2019 Policy Recomendation KALBAR Web

http://slidepdf.com/reader/full/policy-recomendation-kalbar-web 28/30

21

dengan ukuran lebar jalan yang hanya bisa untuk lalu lintas

kendaraan roda saja. Kendaraan seperti truk yang potensial untuk 

mengangkut kayu atau barang berat lainnya harus dihindarkan.

Sejalan dengan kebijakan tersebut di atas direkomendasikan pula

hal-hal sebagai berikut :

1. Melakukan revisi terhadap rencana tata Ruang Wilayah

Nasional, Provinsi dan Kabupaten untuk disesuaikan dengan

kondisi riil di lapangan, serta memperimbangkkan hambatan,

tantangan serta peluang yang dapat diraih di masa yang akan

datang;

2. Melanjutkan proses penyusunan Rancangan Peraturan

Presiden (Raperpres) wilayah perbatasan Kalimantan yang

saat ini sedang dibahas dengan penekanan pada revisi tata

ruang kawasan konservasi sedemikian rupa lebih pro-rakyat,

lebih pro-keamanan dan pro-lingkungan hidup;

3. Meninjau dan merevisi semua peraturan perundang-undangan

yang pernah dikeluarkan oleh Kementerian Kehutanan agar

tidak terjadi lagi kasus dimana wilayah perkampungan atau

ruas jalan eksisting yang sudah ada sejak jaman kolonial

Belanda lantas diplot sebagai kawasan konservasi (hutan

lindung, taman nasional, dsb);

4. Membangun jalan akses yang benar-benar memperhitungkan

upaya untuk mengeliminir peluang terjadinya illegal logging,

illegal mining dan pengrusakan lingkungan hidup;

5. Moratorium perkebunan sawit di kawasan perbatasan perlu

segera dilakukan. Hal ini penting karena selain berdampak 

lingkungan juga sangat rawan dalam aspek pertahanan dan

keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Page 29: Policy Recomendation KALBAR Web

7/23/2019 Policy Recomendation KALBAR Web

http://slidepdf.com/reader/full/policy-recomendation-kalbar-web 29/30

22

IV. PENUTUP

Pengelolaan pembangunan wilayah perbatasan di Kalbar menghadapi

masalah yang sangat kompleks dan berjalan lamban. Meskipun

pembangunan wilayah perbatasan merupakan tanggung jawab

pemerintah pusat, pemerintah Provinsi dan pemerintah Kabupaten, tetapi

koordinasinya tidak berjalan lancar dan pendanaan yang disediakan tidak 

memadai untuk karakteristik wilayah perbatasan. Alokasi pendanaan

yang lebih besar dibutuhkan untuk pembangunan wilayah perbatasan di

Kalbar yang mempunyai permasalahan utama isolasi wilayah.

Karakteristik wilayah perbatasan yang khas di Kalbar antara lain

keterbatasan inrastruktur, perilaku ekonomi lintas batas, interaksi sosial

lintas batas, masalah pertahanan dan keamanan, serta pengelolaan

SDA yang kurang terkendali. Berdasarkan kondisi tersebut maka daerah

perbatasan sepatutnya mendapat perhatian khusus dari pemerintah

karena memiliki arti penting dan strategis terkait dengan otonomi

daerah, perdagangan bebas, strategi globalisasi dan kedaulatan nasional.

Model pengelolaan kabupaten administrati layak dipertimbangkan.

Kemiskinan masyarakat yang tinggal di perbatasan menjadi topik yang

selalu dibahas ketika diskusi tentang kawasan perbatasan dan penduduk 

miskin merupakan sesuatu yang mudah dijumpai ketika berkunjung

kekawasan ini. Saat ini meskipun kawasan perbatasan kaya dengan SDA

dan letaknya mempunyai akses ke pasar di daerah Sarawak, tapi terdapat

sekitar 45% desa miskin dengan jumlah penduduk miskin sekitar 35%. Jika

dibandingkan dengan penduduk Malaysia tampak adanya ketimpangan

pendapatan yang luar biasa besarnya (sekitar 1:10). Akibatnya penduduk 

kita tidak memiliki posisi tawar yang sebanding dalam kegiatan ekonomi

diperbatasan. Bahkan besaran harga terhadap produksi hasil pertanian

kita pun ditentukan oleh penduduk Malaysia.

Akibat lain dari kemiskinan masyarakat di kawasan perbatasan mendorong

masyarakat terlibat dalam kegiatan ekonomi ilegal guna memenuhi

kebutuhan hidupnya. Kenyataan ini selain melanggar hukum dan

potensial menimbulkan kerawanan dan ketertiban juga sangat merugikan

negara. Kegiatan ini umumnya terorganisir dengan baik, sehingga perlu

koordinasi dan kerjasama bilateral untuk menuntaskannya.

Page 30: Policy Recomendation KALBAR Web

7/23/2019 Policy Recomendation KALBAR Web

http://slidepdf.com/reader/full/policy-recomendation-kalbar-web 30/30

Kemitraan bagi Pembaruan Tata PemerintahanJl. Wolter Monginsidi No. 3

Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12110 INDONESIA