POLA-PERSEBARAN-DRYOPTERIS-PADA-KETINGGIAN.doc

download POLA-PERSEBARAN-DRYOPTERIS-PADA-KETINGGIAN.doc

of 7

description

pola persebaran dryopteris

Transcript of POLA-PERSEBARAN-DRYOPTERIS-PADA-KETINGGIAN.doc

POLA PERSEBARAN Dryopteris PADA KETINGGIAN 400-1500mdpl DITINJAU DARI KARAKTER MORFOLOGI DI KAWASAN MALANG, JAWA TIMURAbdul Hamid Nashiruddin., Alifia Yulianita., Nining Nurnaningsih., Try Yuni Andromeda., Eko Sri Sulasmi

Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Negeri Malang

Jalan Semarang No. 5, Jawa Timur,65145

(0341) 551312 Email: [email protected] paku merupakan tumbuhan Cormophyta berspora yang dapat hidup kosmopolitan. Tumbuhan paku tersebar luas diseluruh bagian dunia dan sebagian besar tumbuh di daerah tropika basah yang lembab, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah gurun. Total spesies yang sudah diketahui sekitar 10.000 spesies (diperkirakan 3.000 diantaranya tumbuh di Indonesia). Bentuk tumbuhan paku bermacam-macam, ada yang berupa pohon, herba. Dryopteridoidea merupakan salah satu anggota tumbuhan paku yang tergolong dalam bangsa paku sejati yang terbanyak. Malang merupakan dataran yang cukup tinggi dengan suhu yang sejuk berkisar 1730 oC, kelembapan udara 60 - 96 % dan ketinggan 400-1500mdpl memiliki banyak jenis tumbuhan paku, termasuk jenis paku Dryopteris. Didaerah wisata coban pelangi kecamatan tumpang kabupaten malang memiliki ketinggian 1200-1300 Mdpl. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola persebaran paku Dryopyteris yang ada dikawasan Malang. Metode yang digunakan adalah metode jelajah bebas. Hasil penelitian ini menunjukkan persebaran paku pada ketinggian 400-500 adalah Dryopteris hertipes dan Dryopteris pectiniformis,pada ketinggian 500-1000 adalah Dryopteris sparsa, dan Dryopteris hertipes dan pada ketinggian 1000-1500 ditemukan Dryopteris hertipes.Kata Kunci : Pola persebaran, Dryopteris, Ketinggian PENDAHULUANTumbuhan paku merupakan satu vegetasi yang umumnya lebih beragam di daerah dataran tinggi dari pada di dataran rendah. Hal ini karena tumbuhan paku menyukai tempat yang lembab terutama dataran tinggi (Sastrapradja, 1979 dalam Haryadi, 2000). Secara ekologis tumbuhan paku memiliki peranan penting bagi keseimbangan ekosistem hutan yaitu sebagai pencegah erosi, pengaturan tata air dan membantu proses pelapukan serasah hutan (Arini, 2009).

Penyebaran tumbuhan paku sangat khas mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Pola penyebaran merupakan salah salah satu ciri khas dari setiap organisme di suatu habitat. Pola penyebaran tergantung pada faktor lingkungan maupun keistimewaan biologis organisme itu sendiri. Organisme dalam populasi dapat tersebar dalam bentukbentuk umum yang terdiri dari tiga macam yaitu penyebaran secara acak, merata dan berkelompok (Indriyanto, 2008). Informasi mengenai penyebaran sangat penting karena hal tersebut beerperan dalam pengelompokkan individu yang dapat daklam populasi. Selain itu pola penyebaran berhubungan pula dengan faktor bioekologi yang memberikan pengaruh pada individu yang di teliti.Kota Malang yang terletak di dataran tinggi yaitu pada ketinggian antara 440 - 667 meter diatas permukaan air laut, merupakan salah satu kota tujuan pariwisata karena keindahan alamnya yang dikelilingi pegunungan. Letak kota Malang berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Malang dan secara astronomis terletak 112,06 - 112,07 Bujur Timur dan 7,06 - 8,02 Lintang Selatan. Kondisi iklim Kota Malang selama tahun 2006 tercatat rata-rata suhu udara berkisar antara 22,2C - 24,5C. Sedangkan suhu maksimum mencapai 32,3C dan suhu minimum 17,8C . Rata kelembaban udara berkisar 74% - 82%. dengan kelembaban maksimum 97% dan minimum mencapai 37%. Seperti umumnya daerah lain di Indonesia, Kota Malang mengikuti perubahan putaran 2 iklim, musim hujan, dan musim kemarau. Dari hasil pengamatan Stasiun Klimatologi Karangploso curah hujan yang relatif tinggi terjadi pada bulan Januari, Februari, Maret, April, dan Desember. Sedangkan pada bulan Juni, Agustus, dan November curah hujan relatif rendah. Kecepatan angin maksimum terjadi di bulan Mei, September, dan Juli.Poncokusumo adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Luas Kecamatan Poncokusumo adalah 20.632 hektare. Sebagian besar penduduk Poncokusumo bekerja sebagai petani. Kecamatan Poncokusumo mempunyai 17 desa dan jumlah penduduknya sebanyak 93.153 jiwa (Laki-laki 49.401 jiwa, Perempuan 49.752 jiwa). Kecamatan ini berada di ketinggian 1200-1400 Mdpl dan terletak di kaki Gunung Semeru. Coban Pelangi Jika pernah mendengar nama Coban Trisula, maka Coban Pelangi merupakan zona wisata alam andalan di Kecamatan Poncokusumo. Air terjun itu berada di jalur menuju Gunung Bromo dan Semeru itu, tepatnya Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Obyek wisata Coban Pelangi merupakan zona konservasi alam dibawah perlindungan Perum Perhutani. Air terjun menakjubkan itu, berjarak 10 km dari Kecamatan Tumpang dan 32 km dari Kota Malang. Coban Pelangi berada di kawasan pegunungan bertopografi terjal dengan kemiringan diatas 45% dan berada di ketinggian 1200-1400 Mdpl. AIR terjun Coban Pelangi mengalir dari tebing yang memiliki ketinggian 110 meter.Pada dasarnya, masing-masing vegetasi tumbuhan memiliki kisaran toleransi tertentu terhadap semua kondisi faktor lingkungan abiotik. Setiap organisme mempunyai suatu minimum dan maksimum ekologis yang merupakan batas bawah dan batas atas dari kisaran toleransi organisme itu terhadap kisaran faktor lingkungannya. Daerah antara batas terbawah dan batas teratas inilah yang menjadi daerah optimum yang merupakan kondisi fisiologisyang paling baik bagi vegetasi tumbuhan. Apabila vegetasi tumbuhan berada pada kondisi faktor lingkungan yang mendekati batas kisaran toleransinnya, maka vegetasi tumbuhan tersebut akan mengalami tekanan atau berada dalam kondisi kritis menetukan vegetasi tumbuhan untuk tumbuh.Berdasarkan uraian tersbut maka dilakukan penelitian yang mengkaji pola penyebaran dan faktor bioekologis tumbuhan paku di kawasan cagar alam gunung ambang sub kawasan kabupaten bolaang mongondow timur.BAHAN DAN METODEPenelitian ini menggunkan metode eksplorasi. Teknik pengambilan data dilakukan dengan metode jelajah secara acak terwakili dimaksudkan untuk mengumpulkan data dari tiap-tiap kawasan jelajah, sehingga tiap kawasan memiliki contoh yang bisa dijadikan sebagai pembanding dengan daerah lainnya. Dimana pengumpulan datanya dibedakan berdasarkan ketinggian lokasi. Menentukan stasiun berdasarkan topografi atau ketinggian. Stasiun 1 pada ketinggian 400-500 m dpl, stasiun 2 pada ketinggian 500-1000 m dpl, dan stasiun 3 pada ketinggian 1000-1500 m dpl.

Data yang di peroleh di analisis dengan menggunakan analisis Deskriptif Kuantitatif yakni dengan mendeskripsikan cirri dari spesies tumbuhan bahwa yang di temukan di Kawasan Tumpang Coban Pelangi. Setiap spesies tumbuhan bawah diuraikan hirarki taksonominya dengan pedoman buku Flora of Malaya (Holtum,. 1967).HASIL DAN PEMBAHASAN Pola penyebaran tumbuhan paku yang terdapat di kawasan Malang paku pada masing-masing stasiun yang dapat adalah sebagai berikut:

1. Pola persebaran 1 (Ketinggian 400-500 m dpl) adalah Dryopteris hertipes dan Dryopteris pectiniformis2. Pola persebaran 2 pada ketinggian 500-1000 m dpl adalah Dryopteris sparsa, dan Dryopteris hertipes 3. Pada ketinggian 1000-1500 m dpl ditemukan Dryopteris hertipesBerdasarkan data hasil pengamatan didapatkan hasil bahwa semakin tinggi tempat keanekaragaman paku semakin sedikit. Menurut Holdridge dalam Lubis (2009) menjelaskan bahwa berkurangnya jumlah jenis dapat dikaitkan dengan meningkatnya ketinggian dan curah hujan yang berkurang. sehingga keadaan tersebut menyebabakan hanya beberapa tumbuhan paku saja yang dapat bertahan hidupPada Dryopteris hertipes yang kami temukan terdapat pada ketiga ketinggian berbeda sedangkan pada Dryopteris pectiniformis dan Dryopteris sparsa hanya ditemukan pada satu ketinggian yang berbeda hal tersebut menurut Wiesner (1907), Went (1940) dalam

Hasar dan Kaban, (1997) Tumbuhan paku memiliki daya adaptasi yang cukup tinggi, sehingga tidak jarang dijumpai paku dapat hidup di mana-mana, diantaranya di daerah lembab, di bawah pohon, di pinggiran sungai, di lereng-lereng terjal, di pegunungan bahkan banyak yang sifatnya menempel di batang pohon, batu atau tumbuh di atas tanah. Hal tersebut sesuai dengan hasil pengamatan di lapangan karena pada Dryopteris hertipes dijumpai di selokan, pinggiran sungai, atau menempel pada tanah yang berdinding.Tabel 1. Jenis dan Pola Penyebaran Tumbuhan Paku Pada Ketinggian yang BerbedaNo.JenisKetinggianPola persebaran

1Dryopteris hertipes 1 (400-500 m dpl) 2 (500-1000 m dpl) 3 (1000-1500 m dpl)Berkelompok

2Dryopteris pectiniformis (400-500 m dpl)Berkelompok

3Dryopteris sparsa (500-1000 m dpl)Berkelompok

Gambar 1. Pola persebaran dryopeteria pada ketinggian yang berbedaPenyebaran berkelompok terjadi karena dipegaruhi oleh faktor lingkungan yang tergolong sebagai factor bioekologi pada masing-masing ketinggian. Pola penyebaran kelompok merupakan pola penyebaran yang sering terjadi di alam. Lebih lanjut, menurut Indriyanto (2008) distribusi berkelompok pada suatu populasi merupakan distribusi yang umum terjadi di alam, baik bagi tumbuhan maupun bagi hewan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan bahwa pada keempat ketinggian pengambilan titik sampel pola penyebaran tumbuhan paku yang diperoleh adalah pola penyebaran berkelompok. Stasiun 1 ketinggian 400-500 m dpl (Gambar 1) ditemukan 2 jenis tumbuhan paku. Pola penyebaran tumbuhan paku pada stasiun ini yaitu berkelompok. Pola ini paling umum ditemukan di alam, karena adanya kebutuhan akan faktor lingkungan yang sama. paku terestrial lebih menyukai kondisi lingkungan yang lembab sehingga itu pola penyebarannya berkelompok di bawah naungan yang intensitas cahayanya lebih rendah. Stasiun II ketinggian 500-1000 m dpl (Gambar 1) ditemukan 2 jenis tumbuhan paku. Pola penyebaran paku pada ketinggian ini yaitu pola penyebaran berkelompok. Pola penyebaran ini sangat berkaitan dengan adanya kompetisi interspesifik, sehingga tumbuhnya akan mengelompok pada tempat-tempat tertentu. Terutama di tempat yang memiliki kelembaban tinggi dan terlindungi dari cahaya matahari langsung.Stasiun III ketinggian 1000-1500 m dpl (Gambar 1) ditemukan 1 jenis tumbuhan paku. Pola penyebaran tumbuhan paku pada ketinggian ini yaitu pola peny ebaran berkelompok, hal ini terjadi karena adanya kebutuhan yang sama akan faktor lingkungan berupa kelembaban dan intensitas cahaya. Jenis paku ini lebih mendominasi tempat yang ternaung dengan kondisi lingkungan lebih lembab dan intensitas cahaya yang kurang sehingga menyebabkan pola penyebarannya berkelompok. Selain itu juga disebabkan karena adanya upaya tumbuhan paku dalam merespon pengaruh kondisi lingkungan untuk usaha mempertahankan hidup. Menurut Dirdjosoemarto (1986) bahwa dengan hidup berkelompok tumbuhan akan mampu menghadapi pengaruh tiupan angin atau untuk menghambat penguapan air daripada hidup secara sendirisendiri.

Selain itu, pada ketinggian ini terjadi pengurangan jenis tumbuhan paku sehingga hanya ditemukan 1 jenis, hal ini disebabkan karena kurangnya pepohonan sebagai tempat naungan sehingga mengakibatkan intensitas cahaya matahari dan tiupan angin semakin tinggi. Keadaan seperti ini menyebabkan hanya jenis paku tertentu yang bisa beradaptasi. Menurut Holdridge dalam Lubis (2009) menjelaskan bahwa berkurangnya jumlah jenis dapat dikaitkan dengan meningkatnya ketinggian dan curah hujan yang berkurangFaktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi penyebaran tumbuhan paku pada lokasi penelitian di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang sub kawasan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur yaitu suhu, kelembaban dan intensitas cahaya. Pada stasiun I (ketinggian 700 m dpl) suhunya 26.5C - 31.9C, stasiun II (ketinggian 1000 m dpl) suhunya 25.9C- 27.4C, stasiun III (ketinggian 1200 m dpl) suhunya 25.5C 26.6C, dan stasiun IV (ketinggian 1450 m dpl) suhunya 22.4 C. Semakin bertambahnya ketinggian suhu udara di

lokasi penelitian semakin menurun. Menurut Anwar dalam Lubis (2009) laju penurunan suhu umumnya sekitar 0,6 0C setiap penambahan ketinggian 100 m dpl. Tetapi penurun suhu tersebut berbeda-beda tergantung padatempat, musim, waktu, kandungan uap dan sifat fisik lainnya. SIMPULAN

Pola penyebaran tumbuhan paku di stasiun I ketinggian 700 m dpl, stasiun II ketinggian

1000 m dpl, stasiun III ketinggian 1200 m dpl dan stasiun IV ketinggian 1450 m dpl

pola penyebaran berkelompok (clumped). Terdapat factor bioekologi yang mempengaruhi tumbuhan paku yakni factor abiotic yang terdiri atas suhu udara, kelembaban udara dan intensitas cahaya

_1506162447.xlsChart1

400400

500500500

600600

700700

800800

900900

10001000

1100

1200

1300

1400

1500

dryopteris hertipes

dryopteris pectiniformis

dryopteris sparsa

dryopteris

ketinggian (m dpl)

pola persebaran

Sheet1

dryopteris hertipesdryopteris pectiniformisdryopteris sparsa

400400

500500500

600600

700700

800800

900900

10001000

1100

1200

1300

1400

1500