Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan...

69
7 TINJAUAN PUSTAKA Konsep tentang Kapasitas dan Pengembangan Kapasitas Penelitian tentang perilaku sebagaimana yang banyak dilakukan dalam penelitian penyuluhan, tidak jarang terdapat kerancuan pemahaman tentang beberapa konsep yang terkait dengan perilaku subjek penelitian, seperti kapasitas, kompetensi, dan kemandirian. Oleh karena itu, berikut akan dijelaskan tentang ketiga konsep tersebut, sehingga dapat diperoleh pemahaman tentang perbedaan yang mendasar antara ketiga konsep tersebut. Konsep Kapasitas Konsep kapasitas pada awalnya mengacu pada konteks objek fisik yang berarti menunjukkan suatu size atau ukuran suatu daya dukung objek. Sebagai contoh kapasitas mesin produksi dengan ukuran tertentu menunjukkan kemampuannya dalam memproduksi pada batasan tertentu sesuai dengan ukurannya. Selanjutnya, konsep kapasitas ini diintroduksi untuk konsep kapasitas pada objek orang, baik sebagai individu, kelompok, organisasi, maupun masyarakat. Konsep kapasitas mengacu pada tiga makna, yaitu sebagai (a) ABILITY, power, strength, facility, gift, intelligence, efficiency, genius, faculty, capability, forte, readiness, aptitude, aptness, competence or competency, (b) SIZE, room, range, space, volume, extent, dimensions, scope, magnitude, compass, amplitude, dan (c) FUNCTION, position, role, post, appointment, province, sphere, service, office (Collins Essential Thesaurus 2006). Liou (2004) menyatakan bahwa kapasitas mengarah pada konteks kinerja (performance), kemampuan (ability), kapabilitas (capability) dan potensi kualitatif suatu objek atau orang. Selaras dengan hal tersebut, Milen (2001) mendefinisikan kapasitas sebagai kemampuan individu, organisasi atau sistem untuk menjalankan secara tepat fungsi-fungsinya secara efektif, efesien, dan berkelanjutan. Kapasitas ini berhubungan dengan kinerja yang ditetapkan, dan ketepatan dalam menjalankan fungsi dan tugas, misalnya tingkat kontribusi seseorang dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Govnet (Morgan 2008) menyatakan bahwa kapasitas sebagai the ability of people, organization, and society as a whole to manage their affairs succesfully” atau dengan kata lain kapasitas sebagai kemampuan orang-orang,

Transcript of Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan...

Page 1: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

7

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep tentang Kapasitas dan Pengembangan Kapasitas

Penelitian tentang perilaku sebagaimana yang banyak dilakukan dalam

penelitian penyuluhan, tidak jarang terdapat kerancuan pemahaman tentang

beberapa konsep yang terkait dengan perilaku subjek penelitian, seperti kapasitas,

kompetensi, dan kemandirian. Oleh karena itu, berikut akan dijelaskan tentang

ketiga konsep tersebut, sehingga dapat diperoleh pemahaman tentang perbedaan

yang mendasar antara ketiga konsep tersebut.

Konsep Kapasitas

Konsep kapasitas pada awalnya mengacu pada konteks objek fisik yang

berarti menunjukkan suatu size atau ukuran suatu daya dukung objek. Sebagai

contoh kapasitas mesin produksi dengan ukuran tertentu menunjukkan

kemampuannya dalam memproduksi pada batasan tertentu sesuai dengan

ukurannya. Selanjutnya, konsep kapasitas ini diintroduksi untuk konsep kapasitas

pada objek orang, baik sebagai individu, kelompok, organisasi, maupun

masyarakat.

Konsep kapasitas mengacu pada tiga makna, yaitu sebagai (a) ABILITY,

power, strength, facility, gift, intelligence, efficiency, genius, faculty, capability,

forte, readiness, aptitude, aptness, competence or competency, (b) SIZE, room,

range, space, volume, extent, dimensions, scope, magnitude, compass, amplitude,

dan (c) FUNCTION, position, role, post, appointment, province, sphere, service,

office (Collins Essential Thesaurus 2006).

Liou (2004) menyatakan bahwa kapasitas mengarah pada konteks kinerja

(performance), kemampuan (ability), kapabilitas (capability) dan potensi kualitatif

suatu objek atau orang. Selaras dengan hal tersebut, Milen (2001) mendefinisikan

kapasitas sebagai kemampuan individu, organisasi atau sistem untuk menjalankan

secara tepat fungsi-fungsinya secara efektif, efesien, dan berkelanjutan. Kapasitas

ini berhubungan dengan kinerja yang ditetapkan, dan ketepatan dalam menjalankan

fungsi dan tugas, misalnya tingkat kontribusi seseorang dalam mencapai tujuan

yang ditetapkan. Govnet (Morgan 2008) menyatakan bahwa kapasitas sebagai “the

ability of people, organization, and society as a whole to manage their affairs

succesfully” atau dengan kata lain kapasitas sebagai kemampuan orang-orang,

Page 2: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

8

organisasi, dan masyarakat dalam mengelola segala urusannya secara sukses.

Kaplan (Morgan 2008) mendefinisikan kapasitas sebagai kemampuan mengorga-

nisir sesuai kegiatan, sehingga bersifat ulet, strategis, dan mandiri. Dalam

kaitannya dengan pembangunan masyarakat, menurut Morgan (2008) kapasitas

merupakan aset dan keterampilan yang diperlukan dalam implementasi program

pembangunan, dan diperlukan pengorganisasian infrastruktuktur kolektif dari

keterampilan, kepandaian dan pemecahan masalah dan efeknya bagi kehidupan

masyarakat itu sendiri

United Nation Development Program (UNDP 1998) mendefinisikan

kapasitas sebagai kemampuan individu, lembaga atau masyarakat dalam

menjalankan fungsi-fungsinya, memecahkan masalah, dan dalam menyusun dan

mencapai tujuan yang berkelanjutan, seperti yang dinyatakan bahwa "capacity as

the ability of individuals, institutions and societies to perform functions, solve

problems, and set and achieve objectives in a sustainable manner.”

Kapasitas yang ditunjukkan dalam suatu performa mengacu pada adanya

tiga ranah yang mendasarinya, yaitu ranah pengetahuan, sikap dan keterampilan

atau tindakan (konatif). Menurut Kenneth dan Stanley (McKenzie 1991),

pengetahuan (knowladge) merujuk pada konteks segala sesuatu yang diketahui,

dengan demikian cakupannya sangat luas terhadap segala sesuatu yang diketahui

manusia.

Thurstone, Likert, dan Osgood (Azwar 1997) menyatakan bahwa sikap

diartikan sebagai bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap juga diartikan sebagai

kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, seperti

yang dinyatakan oleh Chave, Borgadus, LaPiere, Mead, Allport (Azwar 1997).

Pengertian sikap yang lain adalah sikap sebagai konstelasi komponen-konponen

kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan,

dan berperilaku terhadap suatu objek, seperti yang dinyatakan oleh Secord &

Backman (Azwar 1997).

Spencer dan Spencer (1993) mendefinisikan keterampilan sebagai

kemampuan untuk mengerjakan tugas secara fisik dan mental. Adapun kategori

keterampilan oleh Yukl (1998) dibagi menjadi tiga jenis, yaitu keterampilan teknis,

keterampilan antar pribadi, dan keterampilan konseptual.

Page 3: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

9

Kapasitas yang dimiliki oleh seseorang tidak serta merta diperoleh dengan

sendirinya, melainkan berkembang sesuai dengan perkembangan dirinya sebagai

manusia yang meliputi perkembangan biologi, psikologi, dan tingkah laku. Teori

maturity model yang dikemukakan oleh Gessel (Salkind 1985) menyatakan bahwa

kematangan manusia melalui tahapan secara biologis dan mengikuti sejarah evolusi

suatu spesies. Tingkatan kemajuan pertumbuhan anak manusia melalui urutan dan

bersifat individualistik yang ditentukan genotip dari anak itu sendiri, dengan

demikian tingkat pertumbuhan tidak dapat dirubah secara mendasar. Penganut teori

ini mempercayai, kemampuan seseorang hanya dapat dicapai pada tahap-tahap

tertentu sesuai sebatas pada kemampuan biologis yang diperoleh secara genetis.

Pengaruh lingkungan sosial terhadap perkembangan psikologis dinyatakan

dalam teori psikososial Erik Erikson. Erikson (Salkind 1985) menyatakan bahwa

perkembangan psikologikal merupakan hasil dari sebuah interaksi antara proses

menuju kedewasaan atau kebutuhan biologis dengan permintaan sosial, serta

kekuatan-kekuatan sosial yang dialami dalam setiap kehidupan sehari-hari. Erikson

tidak mengabaikan kenyataan, secara biologi seseorang memiliki beberapa unsur-

unsur dasar dalam konsepsi, tetapi seiring waktu unsur-unsur tersebut bergabung

membentuk struktur yang baru. Dengan cara yang sama, bagian-bagian

psikologikal yang berbeda-beda secara bersama-sama menjadi bentuk yang baru

dan secara kualitatif menjadi kesatuan yang unik. Tahapan dalam menuju bentuk

sebagai fungsi yang menyeluruh tersebut, sebagai pengontrol proses pendewasaan,

yang merupakan prinsip epigenetik.

Erikson (Salkind 1985) menggambarkan delapan tahapan perkembangan

yang diatur oleh kekuatan kematangan yang mendasarinya. Pada setiap tahapan

terjadi konflik sebagai akibat secara tidak langsung dari perjuangan antara

pendewasaan seseorang anak (kebutuhan biologi/insting) dan suatu permintaan

sosial yang berlangsung pada seseorang. Ego menjadi kekuatan penengah utama

dalam proses perkembangan tersebut.

Sigmund Freud (Salkind 1985) dalam model psikoanalitik menyatakan

bahwa perkembangan manusia terjadi secara dinamis, bersifat struktural, dan

sequential. Komponen dinamis didasarkan pada asumsi bahwa manusia sebagai

suatu sistem energi, energi tersebut tidak akan berubah apabila sistem tersebut

Page 4: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

10

tertutup, dan distribusi energi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kebutuhan

biologis tubuh, tingkatan perkembangan individu, pengalaman hidup, dan

lingkungan. Insting merupakan sesuatu hal yang menggerakkan psikologikal yang

tidak dipelajari, dan merupakan sifat yang asli di dalam kebutuhan biologis dan

merupakan proses metabolisme pada setiap organisme/manusia. Tujuan insting

adalah mencapai kepuasan. Menurut Freud (Salkind 1985), sebagian besar energi

psikis pada kondisi di bawah sadar akan mempengaruhi tingkah laku, namun tidak

pada tingkatan organisme tersebut sadar atau berfikir tentang sesuatu hal.

Lebih lanjut Freud menguraikan bahwa dalam diri setiap manusia ada tiga

tingkatan struktural, yaitu id, ego, dan superego. Pada tingkatan id, energi psikis

sebagai energi yang bertujuan untuk mencapai kepuasan memenuhi kebutuhan

dasar banyak dituangkan, maka organisme tersebut berada pada tahap proses

berfikir tahap awal. Tahap selanjutnya adalah ego, merupakan hasil interaksi antara

organisme dengan lingkungan. Ego dibangun akibat tidak sanggupnya id

memenuhi kebutuhan sendiri mencapai kepuasan, sehingga organisme

membutuhkan bantuan lingkungan. Proses ini disebut identifikasi. Mulainya

identifikasi ditandai oleh adanya kesadaran, sehingga organisme dapat

membedakan antara kenyataan dan khayalan. Proses ego difasilitasi adanya

perencanaan dengan menggunakan pemikiran, yang dinyatakan sebagai proses

berfikir tahap kedua. Tahap ketiga, superego sebagai psikis energi aktivitas

sebagai kekuatan yang menentang hal-hal yang yang diikatkan tentang kepuasan id.

Pada komponen sequential, Freud membagi lima tingkatan, yaitu tingkatan

oral, anal, phallic, latency, dan genetalis. Setiap tingkatan dihubungkan dengan

kebutuhan biologis dan psikologis.

Model perkembangan manusia pada model psikoanalitik Freud, model

psikososial Erikson, dan model maturational Gesell menekankan perkembangan

manusia merupakan hasil interaksi yang kompleks antara faktor biologi dan

sejumlah faktor lain. Ketiga model itu menempatkan faktor lingkungan sebagai

faktor yang penting.

Perkembangan kapasitas manusia tidak semata dipengaruhi oleh faktor

biologis, melainkan justru lebih banyak faktor lingkungan, seperti yang

dikemukanan oleh para penganut paham perilaku (behaviorisme). Asumsi dasar

Page 5: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

11

dalam teori perilaku antara lain (a) perkembangan adalah suatu fungsi dari belajar,

(b) perkembangan adalah hasil dari tipe-tipe belajar yang berbeda, (c) perbedaan-

perbedaan individu dalam perkembangan mencerminkan perbedaan pengalaman

sebelumnya, (d) perkembangan adalah hasil pengorganisasian perilaku-perilaku

yang ada, (e) faktor biologis membentuk batasan umum pada jenis perilaku yang

dikembangkan tetapi lingkungan yang menentukan perilaku organisme, dan (f)

perkembangan individu tidak secara langsung berhubungan dengan tingkat

ketekunan secara biologis.

Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

langsung antara perilaku dan kejadian-kejadian di lingkungannya. Teori classical

conditioning dari Pavlov memperlihatkan proses belajar terjadi ketika kejadian

berbeda terjadi secara simultan, seperti yang ditunjukkan ketika seekor anjing lapar

diberi makanan, keluar air liurnya. Faktor yang mempengaruhi kekuatan reflek

yang dikondisikan yaitu penguatan (reinforcement) dan yang melemahkan

(extinction). Paham perilaku analisis eksperimental dari BF Skinner menyatakan

bahwa melalui pasangan berulang, stimuli netral terdahulu menjadi stimuli dan

respon kebiasaan, dan konsep penguatan (reinforcement) dan melemahkan

(extinction) berhubungan dengan kekuatan respon. Analisis perilaku fungsional

dari Bijou dan Baer (Salkind 1985) sebagai konsep yang berangkat dari gagasan

gabungan stimulus-respon merupakan pembentuk perkembangan. Dalam konsep

ini stimulus memperhitungkan hubungan fungsional antara sebuah stimulus dan

sebuah respon sedemikian rupa sehingga untuk sebuah stimulus tertentu, sebuah

respon diarahkan untuk melayani stimulus khusus tersebut.

Konsep Kompetensi

Konsep kompetensi berkembang dari bidang pendidikan, yaitu dengan

konsep awal behavioral objective yang bersumber dari pemikiran para pendidik

seperti Benjamin Bloom pada tahun 1950 di Amerika (Susanto, 2006). Konsep

behavioral objective ini menjelaskan bahwa spesifikasi tujuan sebagai perilaku

yang dapat diobservasi secara langsung dan dapat dicatat. Pada hakikatnya konsep

ini menggunakan pendekatan melakukan observasi dan menarik kesimpulan yang

dapat dipercaya dengan prinsip operasional, observasi yang dapat dipercaya, dan

tidak ada tenggang waktu interpretasi. Menurut Bowden dan Masters (Bhardwaj

Page 6: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

12

2008), pada awal penerapannya dilakukan pada program pendidikan guru dengan

melihat perilaku guru. Selanjutnya dikembangkan dalam bidang manajemen yang

dikembangkan oleh Boyatzis. Pada perkembangan selanjutnya istilah kompetensi

digunakan pada segala bidang profesi. Menurut Burgoyne (Bhardwaj 2008), arti

istilah ini bergantung pada tujuan masing-masing bidang.

Menurut Stenberg dan Kolligian (Bhardwaj 2008), bidang psikologi

memberikan perhatian pada konsep kemampuan terukur (a measure ability) yang

diukur dari performa seseorang dari sifat (traits) dan kapasitasnya, sedangkan pada

teori manajemen menekankan pada pencapaian tujuan organisasi melalui

peningkatan performa individu. Pandangan dari seorang manajer sumberdaya

manusia adalah konsep ini sebagai alat teknis untuk mengimplementasikan strategi

melalui rekrutmen, penempatan, pelatihan, assesment, promosi, reward system, dan

perencanaan personalia, seperti yang dinyatakan oleh Burgoyne (Bhardwaj 2008).

Menurut Bowden dan Masters (Bhardwaj 2008), dalam pada ahli pendidikan

konsep ini dikaitkan dengan rencana kerja dengan pengakuan profesionalisme

dalam cakupan pendidikan yang luas.

Kompetensi didefinisikan oleh beberapa ahli, diantaranya adalah (1) The

American Compensation Association (Bhardwaj 2008) menyatakan bahwa

kompetensi sebagai perilaku kinerja individu yang dapat diobservasi (diamati),

diukur, dan kritis menilai kesuksesan individu atau performa perusahaan; (2)

Spencer & Spencer mengartikan kompetensi sebagai karakteristik dasar seseorang

yang mempengaruhi cara berpikir dan bertindak, membuat generalisasi terhadap

segala situasi yang dihadapi, serta bertahan cukup lama dalam diri manusia; (3) The

Jakarta Consulting Group (Susanto, 2006) menyatakan bahwa kompetensi adalah

segala bentuk perwujudan, ekspresi, dan representasi dari motif, pengetahuan,

sikap, perilaku utama agar mampu melaksanakan pekerjaan dengan sangat baik

atau yang membedakan antara kinerja rata-rata dengan kinerja superior. Pendekatan

ini dilihat dari sudut pandang individual; dan (4) Menurut Wyatt (Ruky 2004),

kompetensi merupakan kombinasi dari keterampilan (skill), pengetahuan

(knowledge), dan perilaku (attitude) yang dapat diamati dan diterapkan secara kritis

untuk suksesnya sebuah organisasi dan prestasi kerja serta kontribusi pribadi

karyawan terhadap organisasinya.

Page 7: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

13

Spencer & Spencer (1993) menyatakan bahwa kompetensi meliputi lima

komponen (Gambar 1), yaitu:

(1) Motives, tingkah laku seperti mengendalikan, mengarahkan, membimbing,

memilih untuk menghadapi kejadian atau tujuan tertentu.

(2) Traits, yaitu karakteristik fisik dan tanggapan yang konsisten terhadap

informasi atau situasi tertentu.

(3) Self Concept, yaitu sikap, nilai, atau imajinasi seseorang.

(4) Knowledge, informasi seseorang dalam lingkup tertentu. Komponen

kompetensi ini sangat kompleks. Nilai dari knowledge test, sering gagal untuk

memprediksi kinerja karena terjadi kegagalan dalam mengukur pengetahuan

dan kemampuan sesungguhnya yang diperlakukan dalam pekerjaan.

(5) Skills, yaitu kemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas fisik atau mental

tertentu.

Gambar 1. Komponen Kompetensi (Spencer & Spencer 1993)

Komponen kompetensi motives dan traits disebut hidden competency,

karena sulit untuk dikembangkan dan sulit mengukurnya. Komponen kompetensi

knowledge dan skills disebut visible competency yang cenderung terlihat, mudah

dikembangkan dan mudah mengukurnya. Komponen kompetensi self concept

berada di antara kedua kriteria kompetensi tersebut.

Menurut Stone (Ruky 2003), model kompetensi memiliki tiga elemen kunci:

(1) Underlying Characteristics, kompetensi merupakan bagian integral dari

kepribadian seseorang.

(2) Causality, kompetensi dapat memprediksi perilaku dan kinerja.

Skills Knowladge

Self Concept Traits Motives

Visible

Hidden

The Iceberg Model

Page 8: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

14

(3) Performance, kompetensi memprediksi secara nyata dan efektif.

Berhasil tidaknya kinerja seseorang tergantung dari kompetensi yang

dimilikinya, apakah sesuai atau matching dengan kompetensi yang menjadi

persyaratan minimal dari jabatan yang dipangkunya.

Konsep Kemandirian

Tanggungjawab agen penyuluhan di berbagai negara di dunia beragam.

Penyuluh di Amerika Serikat berperan sebagai pendidik, dan penyuluhan menjadi

bagian dari pendidikan orang dewasa. Tanggung jawab penyuluh di negara-negara

Eropa lebih kepada membantu petani atau klien dalam memecahkan masalahnya.

Peran penyuluh di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia lebih

ditekankan pada penggunaan teknologi modern seperti pupuk dan obat-obatan

kimia, sehingga ukuran keberhasilan penyuluhan dilihat dari tingkat produktivitas

hasil pertanian (van den Ban dan Hawkins 1999, dan Pretty 1995).

Model yang ketiga ini berhasil meningkatkan produksi pertanian pangan di

negara-negara berkembang, namun menimbulkan dampak kebergantungan petani

pada pihak di luar diri petani (Sumardjo 1999). Menurut van den Ban dan Hawkins

(1999), mendidik petani untuk meningkatkan efesiensi usaha dan meningkatkan

produksi memang penting, tetapi lebih penting lagi menolong petani memecahkan

masalahnya sendiri, meskipun diperlukan waktu dan dana yang lebih banyak.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan mandiri sebagai

keadaan dapat berdiri sendiri; tidak bergantung pada orang lain, dan kemandirian

berarti hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain.

Kemandirian dalam Bahasa Inggris banyak diterjemahkan sebagai self-reliance

(personal independence), self-direction, self-sufficiency, autonomy, independence,

independency - freedom from control or influence of another or others. (The

American Heritage® Dictionary of the English Language 2000).

Pemahaman tentang kemandirian tidak berarti bahwa tidak memerlukan

orang atau pihak lain, seperti yang dinyatakan oleh Slamet (2008), orang yang

mandiri adalah orang yang bisa bekerja sama dengan orang lain. Sumardjo (1999)

mengemukakan bahwa konsep tingkat kemandirian petani (farmer auotonomy)

sebagai petani yang secara utuh mampu memilih dan mengarahkan kesiapan

usahataninya sesuai dengannya kehendaknya sendiri, yang paling tinggi

Page 9: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

15

manfaatnya, tetapi bukan berarti sikap menutup diri melainkan dengan rendah hati

menerima situasi masyarakat dan aturan-aturan yang ada di dalamnya. Berdasarkan

penjelasan ketiga konsep di atas, dibuat perbedaan ketiga konsep tersebut

berdasarkan unsur-unsurnya (Tabel 1).

Tabel 1. Perbedaan Konsep Kapasitas, Kompetensi, dan Kemandirian Unsur Kapasitas Kompetensi Kemandirian

Terminologi Kemampuan dalam menjalankan fungsi-fungsinya, memecahkan masalah dan membuat perencanaan

Segala bentuk perwujudan, ekspresi, dan representasi dari motif, pengetahuan, sikap, perilaku utama untuk melaksanakan pekerjaan sesuaidengan standar kinerja yang ditetapkan.

Kemampuan dalam mengambil keputusan secara otonom tanpa mengabaikan kerjasama dengan orang lain

Level Individu, kelompok, organisasi, sampai masyarakat

Cenderung pada tingkat individu yang nantinya mempengaruhi organisasi tempat individu tersebut bekerja

Individu, kelompok, organisasi, sampai masyarakat

Tujuan Mengidentifikasi kemampuan individu, kelompok, maupun organisasi dalam menjalankan fungsi-fungsinya.

Mengidentifikasi kinerja individu dalam organisasi apakah sesuai standar yang ditetapkan secara formal

Mengidentifikasi kemampuan individu, kelompok, atau organisasi dalam mengambil keputusan maupun bekerjasama dengan pihak lain.

Ruang lingkup Cenderung pada organisasi kemasyarakatan formal dan informal, maupun organisasi pemerintah

Organisasi formal swasta maupun pemerintah

Cenderung pada organisasi kemasyarakatan formal dan informal, maupun organisasi pemerintah

Target studi Anggota masyarakat di berbagai bidang/sektor

Individu dari semua tingkatan dalam struktur organisasi

Anggota masyarakat di berbagai bidang/sektor

Substansi Pada level masyarakat, mencakup kepemimpinan, partisipasi, pemberdayaan, jaringan sosial, nilai sosial, dan kemampuankolektif . Pada level organisasi terkait dengan aspek yang terkait dengan kepemimpinan, misi dan strategi, administrasi (termasuk sumber daya manusia, manajemen keuangan, dan hukum peraturan, kerjasama dan kolaborasi, evaluasi . Pada level individu mencakup aspek personal dan profesi, seperti kepemimpinan, keterampilan advokasi, kemampuan berbicara, keterampilan teknik, keterampilan mengorganisir, kesadaran, keterampilan, pengetahuan, motivasi, komitmen, dan kepercayaan diri.

Cenderung pada konteks profesi individu dalam organisasi, dengan komponen motif, trait, self concept, pengetahuan, dan keterampilanyang diwujudkaan dalam kinerja

Pemberdayaan, interaksi kerjasama.

Page 10: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

16

Pengembangan Kapasitas

Pengembangan kapasitas menjadi isu utama dalam mekanisme kerjasama

internasional bagi pembangunan di negara-negara sedang berkembang. Dengan

menekankan pada kebutuhan negara berkembang dan prioritas pembangunan yang

berkelanjutan melalui proses partisipasi, dengan memperkuat sumberdaya manusia

dan kapasitas kelembagaan. Bagi negara sedang berkembang pengembangan

kapasitas berperan untuk meningkatkan perannya di dunia internasional.

UNDP (1998) mendefinisikan pengembangan kapasitas (capacity building)

atau pembangunan kapasitas (capacity development) sebagai mengembangkan

tingkatan kapasitas manusia dan lembaga.

Istilah capacity building muncul sejak tahun 1990 dari hasil perkembangan

istilah institutional building. Istilah institutional building sendiri terlahir pada awal

tahun 1970-an yang tercantum dalam buku petunjuk untuk staf UNDP (PBB) dan

agen pemerintah dalam penyelenggaraan kegiatan program pembangunan oleh

UNDP di negara-negara berkembang. UNDP mendefinisikan pengembangan

kapasitas sebagai penciptakan suatu kondisi yang sesuai melalui ketepatan

mekanisme kebijakan dan peraturan, pengembangan kelembagaan, partisipasi

masyarakat, pengembangan sumberdaya manusia, dan penguatan sistem manajerial,

seperti yang dinyatakan bahwa “capacity building as the creation of an enabling

environment with appropriate policy and legal frameworks, institutional

development, including community participation (of women in particular), human

resources development and strengthening of managerial systems.”

Morgan (2008) dan Linell (2003) menyatakan bahwa pengembangan

kapasitas memiliki arti yang lebih luas dari hanya sekedar sebagai pelatihan

(training), melainkan juga terkait dengan upaya pengembangan SDM dan

pengembangan organisasi. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

(a) Pengembangan sumberdaya manusia (SDM), yaitu proses melengkapi individu

dengan pemahaman, keterampilan, dan akses terhadap informasi, pengetahuan

dan pelatihan.

(b) Pengembangan organisasi, meliputi perluasan struktur manajemen, proses dan

prosedur, hubungan internal dan eksternal dengan organisasi dan sektor lain

(publik, swasta, dan komunitas).

Page 11: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

17

Dilihat dari sisi level objek pengembangan kapasitas, Syahyuti (2006)

membagi menjadi tiga, yaitu (1) individu dan grup, (2) institusi dan organisasi, dan

(3) institusi secara keseluruhan mencakup institusi hukum, politik, serta kerangka

pikir ekonomi dan administratif.

Pengembangan kapasitas dapat dilakukan oleh pemerintah maupun oleh

masyarakat. Program-program pengembangan kapasitas oleh pemerintah umumnya

yang mengarah pada sektor publik, seperti pengurangan tingkat kemiskinan,

peningkatan kesehatan dan sektor publik lainnya. Pengembangan kapasitas

pemerintahan sangat ditentukan oleh pengembangan sumberdaya manusia, karena

dengan sumberdaya yang berkualitas maka akan menjadikan tata kelola

pemerintahan yang baik. Program-program pengembangan kapasitas oleh

masyarakat akan dapat tercapai jika dilandasi oleh asas transparansi dan

keberlanjutan (Linell 2003). Pelaksanan program pengembangan masyarakat juga

dapat dilaksanakan oleh organisasi berbasis masyarakat maupun oleh Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM). Strateginya dengan pelatihan pada tenaga-tenaga

sukarela dalam manajemen organisasi, menggunakan jaringan peer group,

membangun kerjasama,dan meningkatkan keterampilan mengakses donor.

Pada dasarnya pengembangan kapasitas harus mengedepankan peran

masyarakat bukan pihak di luar masyarakat, artinya bahwa pihak di luar masyarakat

hanya sebagai pihak yang memfasilitasi proses terbangunnya kapasitas masyarakat.

Menurut Morgan (2008), pengembangan kapasitas mencakup hal-hal berikut:

(1) Pengembangan kapasitas bukan pendidikan dan pelatihan atau transfer

teknologi, meskipun hal-hal tersebut sebagai alat untuk meningkatkan kapasitas.

(2) Pengembangan kapasitas bukan transfer pengetahuan dari tenaga ahli, tetapi

didasarkan pada konsep belajar bersama (co-learning), dan pengetahuan bisa

berasal dari masyarakat yang memiliki pengetahuan lebih.

(3) Proses pencapaian hasil dalam pengembangan kapasitas tidak ditentukan oleh

organisasi eksternal masyarakat.

Menurut Linnell (2003) dalam organisasi, pengembangan kapasitas terkait

dengan beberapa aspek yang terkait dengan bidang kerjanya, seperti peningkatan

tata pemerintahan, kepemimpinan, misi dan strategi, administrasi (termasuk sumber

daya manusia, manajemen keuangan, dan hukum peraturan), program

Page 12: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

18

pembangunan dan implementasinya, peningkatan sumber pendanaan dan sumber-

sumber keuangan, penganekaragaman, kerjasama dan kolaborasi, evaluasi,

advokasi dan perubahan kebijakan, pemasaran, positioning, perencanaan dan

sebagainya. Untuk individu pengembangan kapasitas berhubungan dengan

pembangunan kepemimpinan, keterampilan advokasi, kemampuan berbicara,

keterampilan teknik, keterampilan mengorganisir yang terkait dengan aspek

personal maupun profesi.

Terkait dengan pembangunan yang berkelanjutan, Morgan (2008)

menyatakan bahwa aspek-aspek kapasitas masyarakat yang perlu dikembangkan

antara lain adalah kesadaran, keterampilan, pengetahuan, motivasi, komitmen, dan

kepercayaan diri.

Pengembangan kapasitas, menurut Syahyuti (2006), merupakan sebuah

bentuk respon menuju proses yang multi dimensi, tidak semata-mata hanya sekedar

teknik. Demikian juga menurut Linnell (1993), berbagai kapasitas yang harus

dibangun untuk ini adalah pembangunan intelektual, organisasional, sosial, politik,

kultural, material, maupun finansial.

Menurut Morgan (2008), keterampilan, aset, dan kekuatan yang dimiliki

oleh masyarakat harus dipersiapkan untuk mencapai tujuan masyarakat itu sendiri.

Terdapat 10 faktor yang memberikan sumbangan dalam meningkatkan kemampuan

masyarakat, yaitu: (1) kepemimpinan, (2) partisipasi masyarakat, (3) keterampilan;

(4) sumberdaya, (5) jaringan sosial dan organisasi, (6) sense of community, (7)

pemahaman sejarah komunitas, (8) kekuasaan komunitas, (9) nilai komunitas, dan

(10) critical reflection

Perspektif pengembangan kapasitas menurut Morgan (2008), bukan sebagai

suatu bentuk intervensi, dengan diukur dari sejauhmana sasaran objek dapat

menjalankan sesuai dengan guideline, tetapi lebih kepada bagaimana praktisi lebih

memahami kapasitas, memetakannya, menaksir, membantu membangun,

memonitor dan mengevaluasinya, serta lebih mencari jawaban atas mengapa dan

bagaimana bukan pada apa.

Dalam kaitannya dengan pembangunan masyarakat, konsep kapasitas harus

dipahami sebagai suatu nilai yang harus dipegang. Menurut Morgan (2008),

terdapat lima aspek utama konsep kapasitas, yaitu:

Page 13: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

19

(1) Kapasitas terkait dengan pemberdayaan (empowerment) dan identitas

(identity), yang diperlukan agar organisasi atau sistem tetap bertahan, tumbuh

dan berkembang lebih kompleks. Itu semua membutuhkan kekuatan, kontrol,

dan ruang. Kapasitas dikembangkan bersama-sama dengan masyarakat dalam

mengontrol kehidupannya sendiri dalam berbagai bentuk.

(2) Kapasitas harus dikerjakan dengan kemampuan kolektif (collective ability),

seperti pengkombinasian atribut dalam sistem, pertukaran nilai, dan

membangun relasi yang kuat.

(3) Kapasitas sebagai suatu fenomena sistem yang bersifat tetap atau kondisional.

Kapasitas adalah sifat yang muncul sebagai efek interaksi. Sebagai hasil

yang dinamis seperti kombinasi kompleks antara perilaku, sumberdaya,

strategi, dan keterampilan.

(4) Kapasitas sebagai keadaan yang potensial. Kapasitas bersifat laten bertolak

belakang dengan energi kinetik. Berbeda dengan kinerja yang memiliki arti

implementasi atau hasil dari aplikasi/penggunaan kapasitas. Sebagai kualitas

laten kapasitas sulit dinyatakan secara jelas, sehingga sulit untuk ditetapkan,

dikelola, dan diukur. Dengan demikian diperlukan pendekatan yang berbeda

untuk pengembangan, pengelolaan, perkiraan, dan monitoring.

(5) Kapasitas sebagai kreasi nilai masyarakat (creation of public value).

Kapasitas yang bernilai kekuatan, kontrol, dan sumberdaya dinyatakan

sebagai kemampuan suatu kelompok atau sistem yang memberikan kontribusi

yang positif bagi kehidupan masyarakat.

Lebih lanjut Morgan (2008) menyatakan bahwa secara alami kapasitas

memiliki empat aspek, yaitu sebagai berikut:

(1) Memiliki komponen atau elemen dasar, berupa: sumberdaya keuangan, struktur,

informasi, budaya, lokasi, nilai dan sebagainya.

(2) Mengarah pada kompetensi yang fokus pada energi, keterampilan, perilaku,

motivasi, pengaruh, dan kemampuan individu.

(3) Istilah kemampuan (capabilities) yang mencakup bidang yang luas tentang

keterampilan yang kolektif, baik secara teknis dan logistik ”lebih keras”

(analisis kebijakan, perkiraan sumberdaya perikanan, manajemen keuangan)

Page 14: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

20

dan generatif ”lebih lunak” (kemampuan memperoleh legitimasi, adaptasi,

menciptakan arti dan identitas).

(4) Kapasitas memiliki arti seluruh kemampuan (ability) suatu sistem untuk

menciptakan nilai.

Berdasarkan berbagai konsep pengembangan kapasitas di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa pengembangan masyarakat memiliki arti sebagai berikut:

(1) Pengembangan kapasitas merupakan suatu proses.

(2) Pengembangan kapasitas sebagai suatu peningkatan kemampuan individu,

kelompok maupun organisasi.

(3) Asas-asas yang dianut dalam pengembangan masyarakat adalah penghargaan

pada potensi diri seseorang, keterbukaan, kerjasama, dan keberlanjutan .

(4) Pengembangan kapasitas memiliki konteks yang terkait dengan perubahan

yang harus dihadapi oleh individu, kelompok maupun organisasi.

(5) Sumberdaya manusia menjadi fokus utama dalam pengembangan kapasitas.

(6) Aktor pelaksana kegiatan pengembangan kapasitas bisa pemerintah atau

organisasi masyarakat.

Faktor-Faktor Karakteristik Internal yang Mempengaruhi Kapasitas

Tingkat kapasitas yang ada pada diri seorang pembudidaya ikan dipengaruhi

oleh faktor yang berasal dari dalam dirinya maupun dari lingkungan di luar dirinya,

terutama dari lingkungan kelompok tempat dirinya hidup.

Karateristik personal sebagai faktor internal akan mempengaruhi

kemampuan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya. Dalam hal ini termasuk

petani, nelayan, maupun pembudidaya ikan yang melakukan usahanya. Beberapa

penelitian menunjukkan hal ini, diantaranya yang dilakukan oleh Chianu dan Tjujii

(2005) di Nigeria, usia muda dan pendidikan lebih tinggi cenderung memiliki

kemampuan untuk menerapkan inovasi yang diperkenalkan. Demikian pula

penelitian Kposowa (1996) di Maryland, Amerika Serikat menunjukkan bahwa luas

lahan, pengetahuan, pengalaman usaha, persepsi tentang praktek pemupukan tanah,

dan keterampilan teknis mempengaruhi kemampuannya dalam menerapkan pupuk

organik dalam usahanya.

Page 15: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

21

Faktor-faktor karakteristik internal yang diduga akan mempengaruhi

kapasitas diri pembudidaya ikan dalam mengelola usahanya adalah umur,

pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman kerja, tanggungan keluarga,

pendapatan, dan luas skala usaha.

Umur

Secara demografi pembagian umur seseorang didasarkan atas umur

produktif dan umur tidak produktif. Umur produktif berkisar antara 15 sampai 65

tahun, dan sebaliknya di bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun digolongkan sebagai

tidak produktif. Pengertian produktif sendiri terkait dengan kemampuannya bekerja

untuk memperoleh pendapatan atas pekerjaannya tersebut.

Umur juga berpengaruh terhadap kemampuan seseorang belajar. Umur 15-

45 tahun sebagai puncak seseorang menyerap pelajaran dengan baik. Lepas dari

umur 45 tahun retensi belajar sesorang mulai mengalami penurunan

(Padmowihardjo 1994). Oleh karenanya, proses pembelajaran dalam penyuluhan

akan lebih efektif jika peserta belajar berada pada selang umur puncak tersebut,

walaupun tidak berarti pada umur yang lebih tua seseorang tidak bisa belajar.

Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan, umur

memberikan pengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam menjalankan suatu

hal. Penelitian Abdullah dan Jahi (2006) memperlihatkan bahwa umur petani

sayuran berhubungan dengan pengetahuannya tentang pengelolaan usahatani

sayuran di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Penelitian Batoa et al. (2008) juga

memperlihatkan bahwa umur berhubungan dengan kompetensi petani rumput di

Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Umur juga berhubungan positif dengan

keberdayaan petani sayuran di Sulawesi Selatan (Hakim dan Sugihen 2006).

Pendidikan

Pendidikan merupakan usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf

hidup atau kemajuan yang lebih baik. Pada akhirnya pendidikan bertujuan untuk

menjadikan seseorang menjadi anggota masyarakat tempat dia tinggal,

sebagaimana yang dinyatakan UNESCO dengan Empat Empat Pilar Pendidikan,

yaitu sebagai berikut: (a) learning to know: belajar untuk mengetahui; (b) learning

to do: belajar untuk berbuat; (c) learning to be: belajar untuk menjadi dirinya

Page 16: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

22

sendiri; dan (d) learning to live together: belajar untuk hidup bersama dengan orang

lain.

Tujuan pendidikan menurut United Nations for Development Programme

(UNDP) dalam “Human Development Report 1999” yang dikenal dengan istilah

The Seven Freedoms adalah sebagai berikut:

(1) Freedom from discrimination: bebas dari perlakuan yang diskriminatif.

(2) Freedom from fear: bebas dari ketakutan.

(3) Freedom of thought, speech and participate: bebas untuk berpikir, berbicara

dan berpartisipasi.

(4) Freedom from want: bebas dari berbagai keinginan.

(5) Freedom to develop and realize: bebas untuk mengembangkan dan merealisasi

(idea).

(6) Freedom from injustice and violations: bebas dari ketidakadilan dan kekerasan.

(7) Freedom from undecent work: bebas dari pekerjaan yang tidak patut.

Undang-undang Dasar tahun 1945, pasal 31 ayat (3) secara eksplisit

menyebutkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem

pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak

mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-

undang. Tujuan pendidikan menurut UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3, adalah untuk mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, serta untuk mengembangkan potensi peserta

didik supaya menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab

Konsep pendidikan terbagi menjadi tiga jenis, yaitu pendidikan formal,

pendidikan non formal, dan pendidikan informal. Pendidikan formal mengacu pada

makna pendidikan bangku sekolah, artinya pendidikan yang diselenggarakan di

sekolah formal, sedangkan pendidikan non formal diperoleh di luar sekolah, dan

pendidikan informal sebagai pendidikan sosialisasi dalam keluarga.

Penyuluhan merupakan pendidikan non formal (Wiriaatmadja 1983).

Adapun konsep pendidikan non formal yang disarikan dari tulisan Tarigan (Harian

Page 17: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

23

Analisa, Senin 5 Januari 2009) adalah sebagai berikut: (a) Pendidikan non formal

atau pendidikan luar sekolah (PLS) yang didalamnya ada life skill merupakan usaha

sadar untuk menyiapkan, meningkatkan, dan mengembangkan sumberdaya manusia

agar memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap, dan daya saing; (b) Pendidikan

non formal bertugas untuk menyiapkan SDM yang memiliki kebiasaan siap

menghadapi perubahan sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang berkembang pesat; (c) Ciri-ciri pendidikan non formal berkaitan dengan misi

yang mendesak dan praktis, tempatnya di luar kelas, bukti memiliki pengetahuan

adalah keterampilan, tidak terkait dengan ketentuan yang ketat, peserta bersifat

sukarela, merupakan aktivitas sampingan, biaya pendidikan lebih murah,

persyaratan penerimaan peserta lebih mudah; dan (d) Tujuan pendidikan non

formal adalah peserta didik dapat memiliki yang diperlukan oleh masyarakat.

Pendidikan berpengaruh pada kemampuan seseorang dalam menjalankan

suatu pekerjaan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh

ataupun hubungan antara pendidikan formal dengan kompetensi petani dan

peternak mengelola usahanya (Muatip et al. 2008, Batoa et. al 2008, Domihartini

dan Jahi 2005, Abdullah dan Jahi 2006). Demikian pula pendidikan non formal

berhubungan dengan kemampuan petani dalam mengelola usahataninya (Kustiari et

al. 2006)

Pengalaman Usaha

Pengalaman usaha secara umum diartikan sebagai pengalaman seseorang

yang diperoleh selama menjalankan suatu kegiatan usaha. Pengalaman terkait

dengan dimensi waktu dan proses belajar yang didapatkan dalam selang waktu

tersebut. Artinya bahwa semakin sering seseorang mengalami proses belajar,

maka secara gradual akan semakin banyak memperoleh pengalaman. Havelock

(1969) menyatakan bahwa pengalaman masa lalu yang dimiliki oleh seseorang akan

mempengaruhi kecenderungannya untuk merasa memerlukan dan siap menerima

pengetahuan baru

Berdasarkan teori-teori perkembangan, pengalaman hidup seseorang

diperoleh selama proses kehidupannya. Pada teori biologis yang dipengaruhi oleh

pemikiran Charles Darwin dinyatakan bahwa faktor perkembangan manusia

dipengaruhi oleh faktor naturitas. Arnold Gessel menyatakan bahwa perkembangan

Page 18: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

24

diarahkan oleh faktor dari dalam-maturasi biologis (berjalan, berbicara, kontrol

diri). Teori psikoanalisa dari Segmund Freud menyatakan bahwa perilaku dan

proses mental manusia dimotivasi oleh kekuatan-kekuatan dan konflik dari dalam,

dan manusia memiliki sedikit kesadaran dan kontrol atas kekuatan tersebut. Dalam

hal ini pengalaman awal mempengaruhi perkembangan kepribadian berikutnya.

Erikson dengan teori psikososial-nya menyatakan bahwa perkembangan

kepribadian manusia terjadi sepanjang rentang kehidupan, dan dipengaruhi oleh

interaksi sosial.

Tingkat pengalaman petani dalam mengelola usahatani berhubungan dengan

kemampuannya dalam menjalankan usahataninya tersebut, seperti yang ditunjukkan

dari penelitian Batoa et al. (2008), Domihartini dan Jahi (2005), Abdullah dan Jahi

(2006), Kustiari et al. (2006), serta Putra et al. (2006).

Pendapatan

Secara umum pendapatan diartikan sebagai penghasilan yang diperoleh

seseorang atau rumah tangga dalam satuan waktu, bisa harian, mingguan, bulanan,

maupun tahunan. Pendapatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan rumah

tangga. Artinya bahwa semakin tinggi pendapatan, maka semakin tinggi

kesejahteraan rumah tangga tersebut. Sebaliknya, semakin rendah pendapatan,

maka semakin rendah pula kesejahteraannya. Pendapatan juga menjadi salah satu

komponen pengukur Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human

Development Index (HDI), dengan ukuran pengeluaran per kapita real. Dengan

demikian dengan mengetahui pendapatan akan diketahui tingkat kualitas SDM dari

suatu daerah atau negara.

Ada dua pendekatan yang digunakan untuk mengukur pendapatan, yaitu

dari sisi penerimaan dan sisi lain dari pengeluaran. PBB menggunakan sisi

penerimaan, yaitu dengan penerimaan sebesar 2 dollar US per hari, yang berarti jika

pendapatan seseorang dalam satu rumah tangga kurang dari nilai tersebut, maka dia

dapat dikatakan miskin. Pengukuran pendapatan dari sisi pengeluaran, salah

satunya diukur dengan garis kemiskinan Sajogyo yaitu dengan mengukur jumlah

pengeluaran setara harga beras di wilayah perkotaan dan pedesaan.

Pendapatan rumah tangga pembudidaya ikan diperoleh dari usaha

akuakultur yang digelutinya. Pendapatan ini bisa bersifat pendapatan utama,

Page 19: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

25

artinya sebagian besar pendapatan diperoleh dari hasil usaha akuakultur, maupun

sebagai pendapatan sampingan apabila hanya sebagian kecil pendapatannya

diperoleh dari luar kegiatan akuakultur.

Pendapatan yang tinggi memberi peluang seorang pembudidaya untuk

meningkatkan kapasitasnya menjalankan kegiatan akuakultur yang dilakukannya.

Asumsinya adalah semakin tinggi pendapatan, maka semakin tinggi pula

kemungkinan mengakses berbagai sumberdaya yang berguna untuk meningkatkan

kapasitasnya. Di Tanzania pembudiaya ikan yang dinilai berhasil jika memperoleh

pendapatan yang tinggi dari usaha budidaya ikan (Edwards dan Demaine 1998).

Hasil kajian empiris menunjukkan, pendapatan memiliki pengaruh yang

positif terhadap kapasitas seseorang. Penelitian Abdullah dan Jahi (2005)

memperlihatkan, pendapatan petani sayuran berhubungan dengan pengetahuannya

tentang pengelolaan usahatani.

Skala Usaha

Skala usaha menunjukkan luas usaha yang dikelola oleh seeorang, baik

milik sendiri maupun milik orang lain. Pada masyarakat pedesaan pemilikan usaha

diindikasikan dari luas lahan yang dimilikinya, untuk usaha akuakultur dengan luas

kolam yang dimilikinya, sedangkan pada usaha ikan hias selain dari kolam juga

dari jumlah akuarium.

Secara sosiologis, luas lahan yang dimiliki seseorang menunjukkan

tingkatan struktur sosial seseorang dalam masyarakatnya. Menurut Sajogyo (Tony

et al. 2000), pemilikan lahan sebagi sumber kekuasaan pada masyarakat pedesaan.

Dengan demikian pada masyarakat pembudidaya ikan, seseorang yang memiliki

skala usaha yang luas akan menduduki peringkat sosial ekonomi yang lebih tinggi

dalam komunitasnya. Skala usaha juga bisa menunjukkan keberhasilan seseorang

dalam mengelola usahanya, karena mereka yang berhasil dalam usahanya akan

menginvestasikan keuntungannya untuk memperluas skala usahanya. Di Tanzania

pembudidaya ikan dianggap berhasil selain dari nilai pendapatannya yang

meningkat, juga adanya peningkatan jumlah kolam ikan dan mampu menyediakan

benih ikan untuk pembudidaya ikan yang lain.

Hubungan antara skala usaha dengan kapasitas pembudidaya ikan dalam

mengelola usahanya dapat dijelaskan bahwa pembudidaya ikan yang memiliki

Page 20: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

26

skala usaha yang luas cenderung akan memiliki peluang lebih besar untuk

meningkatkan kapasitasnya dengan berbagai macam cara. Dalam sektor pertanian

terbukti bahwa terdapat hubungan yang positif antara skala usaha dengan

kompetensi atau kemampuannya dalam pengelolaan usaha (Batoa et. al 2008,

Domihartini dan Jahi 2005, Abdullah dan Jahi 2006).

Penyuluhan dan Pengembangan Kapasitas

Sejarah Penyuluhan

Istilah penyuluhan dimulai dari univesitas, yaitu dengan adanya istilah

“extension university” atau “extension of the university” yang dipergunakan di

Inggris pada tahun 1840-an. Sekitar tahun 1867-1868 James Stuart dari Trinity

College (Cambridge) untuk pertamakalinya memberikan ceramah kepada

perkumpulan wanita dan perkumpulan pekerja pria di Inggris Utara. Stuart

kemudian dianggap sebagai bapak penyuluhan. Stuart mengusulkan pada

Universitas Cambridge agar penyuluhan dijadikan mata kuliah. Tahun 1873

Universitas Cambridge secara resmi menerapkan sistem penyuluhan, yang

kemudian diikuti oleh Universitas London (1876) dan Universitas Oxford (1878).

Menjelang tahun 1880 kegiatan ini telah menjadi gerakan penyuluhan tempat

perguruan tinggi melebarkan sayapnya ke luar kampus.

Sejak awal abad 20 istilah penyuluhan pertanian mulai digunakan secara

umum di Amerika Serikat untuk menunjukkan bahwa sasaran pengajaran di

universitas tidak hanya terbatas di lingkungan kampus tetapi diperluas sampai ke

semua kelompok masyarakat. Penyuluhan dapat dikatakan sebagai bentuk

pendidikan untuk orang dewasa yang menempatkan pengajar dari universitas.

Bertahun-tahun hal ini menjadi kegiatan akademik fakultas pertanian yang

menempatkan tenaga penyuluh di setiap negara bagian. Seiring dengan

menurunnya jumlah petani, dinas penyuluhan kemudian berupaya melayani semua

warga negara dengan memberikan informasi yang tersedia dari beragai sumber di

universitas.

Saat ini sebagian negara berbahasa Inggris menggunakan istilah-istilah

Amerika untuk kata “penyuluhan,” tetapi sebagian kehilangan makna

pendidikannya. Tujuan penyuluhan bagi mereka adalah menjamin agar

Page 21: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

27

peningkatan produksi pertanian dicapai dengan cara merangsang petani untuk

memanfaatkan teknologi produksi modern dan ilmiah yang dikembangkan melalui

penelitian (van den Ban dan Hawkins, 1999).

Sejarah penyuluhan di Indonesia tidak lepas dari dimulainya pembangunan

pertanian di masa penjajahan Belanda, yaitu dengan didirikannya Kebun Raya di

Bogor oleh C.G.L. Reinwardt pada tanggal 17 Mei 1817. Pada saat itu

diperkenalkan banyak jenis tanaman baru yang diintroduksikan ke masyarakat

petani yang berupa, kelapa sawit, ketela pohon, dll sekitar 50 jenis (Wiriaatmadja,

1983).

Pada tahun 1905 Departemen Pertanian, Kerajinan dan Perdagangan

didirikan atas usul Treub. Tugasnya antara lain melaksanakan kegiatan

penyuluhan. Akan tetapi tugas tersebut dilaksanakan melalui Pangreh Praja yang

mendasarkan kegiatan atas perintah-perintah kepada petani. Namun, pada tahun

1921 Dinas Penyuluhan Pertanian (Landbouw Voorlichtings Dients: LVD)

dilepaskan dari Pangreh Praja, dan berdiri sendiri bertanggung jawab pada

Departemen Pertanian. Dinas ini tidak hanya menangani penyuluhan dalam bidang

tanaman pangan saja melainkan juga tanaman perkebunan dan bahkan perkreditan.

Masa pendudukan Jepang, penyuluhan pertanian dapat dikatakan tidak ada,

karena para petani praktis dipaksa menanam bahan pangan dan bahan strategis

lainnya dalam ekonomi peperangan. Selanjutnya pada masa sistem negara

terpimpin (1959-1968) penyuluhan pertanian didasarkan pada penggerakan masa,

dengan menggunakan metode yang bersifat massal bukan perorangan, sistem

tetesan minyak diganti dengan tumpahan air sehingga semua kecipratan.

Masa orde baru (1968-1979), pembangunan pertanian maju pesat termasuk

dalam hal penyuluhan. Organisasi-organisasi penyuluhan dibentuk untuk

membantu masyarakat petani mengembangkan usahanya, seperti BPP (Balai

Penyuluhan Pertanian) beserta perangkatnya, seperti PPL (Penyuluh Pertanian

Lapang), PPM (Penyuluh Pertanian Madya), Penyuluh Pertanian Spesialis (PPS),

dll. Peningkatan produksi pangan yang cukup signifikan juga tidak lepas dari peran

penyuluhan, dengan penyuluhan teknologi-teknologi pertanian yang bersifat

intensif menyebabkan meningkatnya produktivitas tanaman pangan, seperti panca

Page 22: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

28

usaha tani yang diperkenalkan kepada para petani. Intoduksi panca usaha tani ini

dikenal sebagai program Bimas (Bimbingan Massal).

Penyuluhan perikanan pada awalnya tergabung dalam penyuluhan

pertanian, karena memang perikanan sebagai sub sektor pertanian. Namun, sejak

tahun 2000 perikanan dan kelautan menjadi sektor tersendiri lepas dari pertanian

seiring dengan dibentuknya Departemen Kelautan dan Perikanan sesuai dengan

Keputusan Presiden Nomor 165 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,

Wewenang, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Departemen, dan

penyempurnaannya Keputusan Presiden Nomor 177 Tahun 2000 tentang Susunan

Organisasi dan Tugas Departemen.

Perkembangan Paradigma Penyuluhan

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) memberikan arti paradigma sebagai

model dalam teori ilmu pengetahuan dan kerangka berpikir. Dengan demikian

dapat dinyatakan bahwa dalam makna paradigma terdapat unsur-unsur: ilmu

pengetahuan dan pola berpikir. Terkait dengan konsep penyuluhan, maka

paradigma penyuluhan dapat dimaknai sebagai cara memandang suatu konsep

penyuluhan yang didasarkan atas alur berpikir yang rasional.

Cara pandang seseorang atau sekelompok orang terhadap penyuluhan dari

masa ke masa mengalami perubahan, seiring dengan perubahan jaman. Cara

pandang ini dibagi menjadi paradigma lama dan paradigma baru. Hal yang

mendasar yang membedakan kedua paradigma ini antara lain dalam hal memaknai

filosofi penyuluhan itu sendiri, sehingga rentetannya adalah dalam mengaplikasikan

konsep penyuluhan dalam masyarakat. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006

tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan meneguhkan

kedudukan petani, pembudidaya ikan, dan masyarakat sekitar hutan yang setara,

seperti adanya asas demokrasi, manfaat, kesetaraan, keterpaduan, keseimbangan,

keterbukaan, kerjasama, partisipatif, kemitraan keberlanjutan, berkeadilan,

pemerataan, dan bertanggung gugat.

Paradigma Lama Penyuluhan

Paradigma lama penyuluhan antara lain dicirikan oleh peran pemerintah

yang lebih besar dalam proses kegiatan penyuluhan, dengan pengabaian terhadap

Page 23: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

29

partisipasi masyarakat (van den Ban dan Hawkins 1999). Metode yang

dikembangkan cenderung top down, dengan bentuk komunikasi bersifat linier, dan

menempatkan petani lebih sebagai komunikan dan aparat sebagai komunikator

(Soemardjo 1999).

Pandangan lama penyuluhan pada awalnya dimunculkan dari model vertikal

(top-down) yang menunjukkan adanya arah penyuluhan secara linier dari atas ke bawah

(Gambar 2). Model ini berimplikasi pada masalah yang dihadapi petani-pembudidaya ikan

diputuskan oleh peneliti yang dibuat di laboratorium atau kebun percobaan. Selanjutnya,

dari hasil percobaan tersebut ditransferkan ke petani melalui penyuluh (Rhoades 1990).

Pendekatan berorientasi produksi, komoditas, dan proyek yang dinyatakan oleh

Axinn (1988) juga dapat dikatakan sebagai pendekatan penyuluhan yang menggunakan

paradigma lama. Menurut Axinn (1988), pendekatan produksi memiliki ciri-ciri: (a)

tujuan penyuluhan adalah meningkatkan produksi, (b) perencanaan dibuat secara

terpusat oleh pemerintah “yang lebih tahu dibandingkan petani,” (c) bersifat top

down planning, (d) jumlah penyuluh lapang sangat banyak dan dibiayai dari

pemerintah, (e) keberhasilan penyuluhan diukur dari tingkat adopsi inovasi yang

dianjurkan dan peningkatan produksi secara nasional, (f) umumnya penyuluhan

pertanian berada di bawah wewenang Menteri Pertanian, dan penyuluh lapang

berada di hierarki paling bawah, (g) informasi bersifat satu arah dan pesan yang

Penelitian – Penyuluhan

Pengetahuan

Transfer

Adopsi

Difusi

Gambar 2. Model Penyuluhan Linier (Rhoades 1990)

Page 24: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

30

disampaikan tidak bersifat lokalit, (h) hanya sedikit petani yang memperoleh

manfaat, yaitu mereka yang memiliki skala usaha yang luas, dan (i) petani hanya

menerima informasi dari satu sumber.

Pendekatan komoditas pada penyuluhan menitikberatkan seluruh fungsi

pada suatu komoditas tertentu, termasuk di antaranya penyuluhan, riset, suplai

input, pasar, dan harga (Axinn 1988), dengan ciri-ciri sebagai berikut: (a)

perencanaan dibuat oleh suatu organisasi yang berkecimpung dalam komoditas

tertentu dan bertujuan untuk meningkatkan produksi komoditas tertentu, (b)

adanya pelatihan personal secara intensif dan memperkerjakan banyak tenaga

lapang yang terlatih, (c) teknik-teknik produksi diperkenalkan kepada petani yang

ditujukan untuk meningkatkan keuntungan finansial, dan didemonstrasikan pada

lahan milik petani sendiri, (d) disediakan skim kredit dan input-input produksi, (e)

memperhitungkan rasio antara input produksi dengan nilai jual yang diterima

petani, (f) teknologi disampaikan tepat waktu, karena rentang waktu teknologi

terbatas, serta (g) perhatian pemerintah diprioritaskan pada “organisasi komoditas”

(commodity organization) bukan pada petani.

Pendekatan proyek yang dinyatakan oleh Axinn (1988) memiliki ciri-ciri:

(a) membutuhkan campur tangan dari pihak luar masyarakat yang lebih banyak

dalam memperkenalkan teknologi baru, (b) kontrol proyek dilakukan oleh

pemerintah pusat, dan seringkali input dana dan teknik berasal dari lembaga donor

internasional, dan (c) keberhasilan program diukur dari adanya perubahan jangka

pendek (short-term).

Model penyuluhan yang masih mengarah pada paradigma lama penyuluhan

lain adalah model horisontal (Gambar 3). Pada model ini peran peneliti dan

penyuluh masih sangat kuat, masyarakat petani hanya bersifat pasif menerima

informasi (Rhoades 1990).

Gambar 3. Model Penyuluhan Horisontal (Rhoades 1990)

Penerapan model horisontal dikembangkan di negara-negara sedang

berkembang di dunia melalui program-program peningkatan pangan yang

Peneliti Penyuluh Petani-Pembudidaya ikan

Page 25: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

31

disponsori oleh Bank Dunia pada tahun 1970-an, yang dikenal dengan metode LA-

KU (Latihan dan Kunjungan) atau T&V (Training and Visit). Menurut Ejembi et.al

(2006) metode LAKU merupakan kombinasi beberapa faktor, yaitu teknologi yang

tepat, penyampaian pesan yang tepat waktu dan efesien, kontak petani dan

penyuluh yang intensif, dan pelatihan berkala.

Axinn (1988) menguraikan tentang karakteristik pendekatan LAKU, yaitu:

(1) tujuan pendekatan LAKU adalah membujuk petani untuk meningkatkan

produksi tanaman tertentu; (2) perencaaan dibuat oleh pemerintah pusat, dan

penyuluh lapang berasal dari pusat;(3) pelatihan diberikan kepada penyuluh lapang

dan penyuluh lapang melakukan kunjungan lapang secara intensif; (4) keberhasilan

program diukur dari peningkatan produksi tanaman yang diprogramkan; (5)

diperlukan pelayanan terpadu dan penyuluh lapang yang terjun langsung menemui

petani, sehingga diperlukan biaya besar untuk supervisi teknik dan dukungan

logistik; dan (6) komunikasi dua arah sangat terbatas dan cenderung kurang

fleksibel.

Kritik terhadap metode LAKU adalah hanya berfokus pada tanaman pangan

saja, tidak memperhatikan kebutuhan petani miskin, pendekatan yang sangat top

down, memerlukan biaya yang sangat besar, dan kurang memperhatikan aspek

ekonomi dan pemasaran (Ilevbaoje 2004).

Pendekatan penyuluhan lain yang tergolong pada paradigma lama

penyuluhan dan cenderung bersifat horisontal adalah pendekatan pembangunan

sistem pertanian (the farming system development approach). Menurut Axinn

(1988), asumsi yang digunakan dalam pendekatan FSDA adalah teknologi yang

tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan petani, khususnya untuk petani skala kecil,

sehingga perencanaan harus dibuat secara perlahan-lahan dan disesuaikan dengan

kondisi masing-masing agroklimat ekosistem pertaniannya. Pendekatan ini

diimplementasikan melalui kerjasama antara peneliti dan penyuluh. Analisis dan

percobaan lapang dilakukan di lahan milik petani. Ukuran keberhasilan dilihat dari

tingkat pengadopsian petani terhadap teknologi yang diperkenalkan dan

keberlanjutan pengadopsiannya. Kontrol program dilakukan secara bersama antara

petani, penyuluh, dan peneliti. Lebih lanjut Axinn (1988) menyatakan bahwa

kelebihan pendekatan ini adalah adanya hubungan yang erat (strong linkages)

Page 26: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

32

antara penyuluh dan peneliti, dan komiten yang tinggi dari petani untuk

menerapkan teknologi yang diperkenalkan. Kelemahannya adalah membutuhkan

biaya tinggi dan waktu yang lama untuk dapat melihat hasilnya.

Penerapan berbagai model penyuluhan yang cenderung top down tersebut,

sedikit banyak memunculkan persepsi penyuluhan yang kurang tepat, yang pada

akhirnya dapat menjadi cara memandang (paradigma) penyuluhan yang juga

kurang tepat. Menurut Sumardjo (2007), beberapa persepsi penyuluhan yang

kurang tepat yang perlu diluruskan antara lain: (1) Penyuluhan diidentikkan

dengan penerangan, sehingga sudah dirasa cukup jika penyuluhan dilakukan

dengan ceramah, pidato, dan penjelasan yang sifat komunikasinya searah, yang

bersifat merubah ranah kognitif; (2) Penyuluhan diidentikkan dengan komunikasi

yang non dialogis, dengan sifat interaksi cenderung anjuran dan instruktif untuk

mengikuti anjuran-anjuran pemerintah dalam rangka pencapaian target-target

pemerintah; (3) Penyuluhan diidentikkan dengan proses perencanaan yang bersifat

top down, dengan diwarnai oleh kepentingan-kepentingan tertentu yang bukan

kepentingan petani; (4) Penyuluhan diidentikkan dengan proses indoktrinasi,

dengan adanya kewajiban petani untuk menggunakan teknologi yang telah

ditetapkan pemerintah; (5) Penyuluhan diidentikkan dengan proses dogmatis, yang

memandang sesuatu yang dari luar lebih baik, sehingga indigenous knowledge

terabaikan dan tergantikan oleh transfer of knowledge atau transfer of technology;

(6) Penyuluhan diidentikkan dengan proses menggurui, dengan menggunakan

asumsi bahwa petani harus dirubah sesuai dengan target-target yang telah

ditetapkan; (7) Penyuluhan diidentikkan dengan proses rekayasa sosial oleh pihak

luar, muncul dari pemahaman bahwa sasaran penyuluhan sebagai objek dan bukan

subjek perencanaan; dan (8) Penyuluhan diidentikkan dengan proses yang

berorientasi target pemerintah.

Paradigma Baru Penyuluhan

Paradigma baru penyuluhan memandang bahwa petani atau pembudidaya

ikan merupakan aktor penting dalam mencapai pembangunan yang berkelanjutan,

sehingga pendekatan penyuluhan yang digunakan bersifat partisipatori. Pendekatan

partisipatif memberikan peran yang tinggi pada petani atau pembudidaya untuk

bersama-sama dengan penyuluh ataupun peneliti untuk mengembangkan program

Page 27: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

33

pembangunan mulai dari tahap mengidentifikasi masalah, merencanakan,

melaksanakan hingga tahap mengevaluasinya. Rhoades mengembangkan model

partisipatif yang menjadikan program relevan dengan kondisi masyarakat lokal

(Gambar 4).

4. Evaluasi hasil penelitian dan adaptasioleh petani

1. Diagnosa masyarakat lokal dengan peneliti

3 Adaptasi di stasiun penelitian/lapangan

2. Penyelesaian masalah secara terpadu

Gambar 4. Model dari Petani untuk Petani (Rhoades 1990)

Partisipasi petani dalam program pembangunan juga terkait dengan

keikutsertaannya dalam pembiayaan. Axinn (1988) menyebutkan adanya

pendekatan pembagian biaya (the cost sharing approach). Pada pendekatan ini

masyarakat lokal ambil bagian dalam membiayai program penyuluhan.

Pengawasan dan perencanaan dilakukan bersama dan bersifat responsif terhadap

keinginan masyarakat setempat. Kesuksesan program yang diterapkan diukur dari

kemauan petani dan kemampuan petani untuk menyediakan sebagian biaya

program. Masalah yang dihadapi dengan pendekatan ini adalah jika petani lokal

dipaksa untuk berinvestasi pada perusahaan yang tidak terbukti hasilnya.

Menurut Rajashree (2005), model penyuluhan lama yang berbasis pada

intervensi pemerintah yaitu pemerintah yang mengorganisasi, membiayai

penyuluhan, dan menyediakan tenaga penyuluh berakibat pada biaya tinggi dengan

dampak program penyuluhan yang kecil, dan bisa terjadi konflik kepentingan

antara tujuan pemerintah dengan kebutuhan petani. Bagi penyuluh yang dirasakan

Pengetahuan lokal dan masalah

Pendefinisian masalah secara umum

Penyelesaian dengan adaptasi

Penyelesaian masalah

Page 28: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

34

adalah rasa ketidakpuasan atas insentif yang diberikan, karena tidak jelas sistem

reward yang diterapkan dengan kinerjanya.

Pola-pola komunikasi yang dikembangkan pada pendekatan partisipatif

bersifat setara, egaliter, dan konvergen dengan adanya pemahaman masing-masing

tanpa ada unsur pemaksaan. Sumber informasi tidak harus bersumber dari luar diri

petani, melainkan justru dikembangkan dari potensi yang dimiliki petani yang

selanjutnya disebarluaskan di antara sesama mereka.

Menurut Axinn (1988), asumsi yang digunakan dalam pendekatan

partisipatif adalah petani telah terampil dalam mengelola lahannya, tetapi

kesejahteraan hidupnya masih rendah yang bisa ditingkatkan dengan penambahan

pengetahuan. Partisipasi aktif dari diri petani sangat dipentingkan yang nantinya

akan memberikan efek pada penguatan kelompok. Sebagian besar pekerjaan

dilakukan melalui pertemuan kelompok, demonstrasi, kunjungan individu dan

kelompok, dan pertukaran teknologi lokal. Kesuksesan diukur dari jumlah petani

yang berpartisipasi dan kontinuitas program. Terdapat kombinasi antara

pengetahuan setempat (indigenous knowladge) dengan ilmu pengetahuan (science).

Penekanan pada kebutuhan petani sasaran.

Sistem ini membutuhkan penyuluh yang juga sebagai animator dan

katalisator, dan menstimulasi petani mengukuhkan kelompok. Masyarakat lokal

yang mengevaluasi programnya sendiri dan berperan dalam penelitian. Pendekatan

penyuluhan partisipatori membutuhkan biaya lebih rendah, sesuai dengan

kebutuhan, dan lebih efesien. Namun demikian, membutuhkan usaha lebih banyak

dari penyuluh untuk mengorganisir dan memotivasi petani. Oleh karenanya,

diperlukan penyuluh yang tinggal di wilayah kerjanya dan bersosialisasi dengan

petani. Penyuluh sebagai sahabat petani.

Kinerja Penyuluh

Menurut Rue dan Byars (Keban 2000), konsep kinerja (performance) dapat

didefinisikan sebagai sebuah pencapaian hasil atau degree of accomplishtment.

Dengan demikian kinerja suatu organisasi, termasuk organisasi penyuluhan dapat

dilihat dari pencapaian tujuan organisasi penyuluhan yang telah ditetapkan

sebelumnya. Untuk menilai kinerja organisasi ini diperlukan indikator-indikator

atau kriteria-kriteria untuk mengukurnya secara jelas. Indikator dan kriteria yang

Page 29: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

35

jelas dapat digunakan untuk menentukan mana yang relatif lebih efektif

diantaranya: alternatif alokasi sumber daya yang berbeda; alternatif desain-desain

organisasi yang berbeda; dan diantara pilihan-pilihan pendistribusian tugas dan

wewenang yang berbeda, seperti yang dinyatakan Bryson (Keban, 2000).

Tujuan suatu organisasi menjadi pedoman dasar dalam menilai suatu

kinerja. Oleh karenanya, penilaian organisasi penyuluhan diukur dari kemampuan

organisasi penyuluhan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan-

kegiatan pendidikan non formal yang dilakukan dan berasaskan pada filosofi atau

prinsip-prinsip penyuluhan. Asngari (2001) menggambarkan bahwa dalam

pencapaian tujuan penyuluhan jangka panjang yaitu kesejahteraan masyarakat

memerlukan tahapan-tahapan tertentu. Hal tersebut digambarkan dalam bidang

pertanian tanaman pangan.

Tujuan penyuluhan jangka pendek adalah mengubah perilaku individu pada

ranah pengetahuan, sikap, dan tindakannya, sehingga individu tersebut berubah

perilakunya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mau menjadi mau dan dari tidak

bisa menjadi bisa. Melalui perubahan perilaku ini, menjadikan klien melakukan

usahanya lebih baik dan dari aspek bisnis atau usahataninya juga lebih baik, dengan

syarat tersedia sarana usaha yang memadai dan iklim usaha yang kondusif.

Selanjutnya, dengan teknik usaha dan bisnis yang lebih baik menjadikan

pendapatan petani atau pembudidaya ikan akan meningkat, sehingga kehidupannya

menjadi lebih baik dan lebih sejahtera. Apabila setiap individu mengalami

peningkatan kondisi hidup yang lebih sejahtera ini, maka secara keseluruhan

masyarakat juga akan menjadi lebih sejahtera (Gambar 5).

Terkait dengan upaya membangun profesionalisme penyuluhan pertanian,

Departemen Pertanian menetapkan sembilan indikator kinerja penyuluhan, yaitu (1)

tersusunnya programa penyuluhan pertanian di tingkat BPP/kecamatan sesuai

dengan kebutuhan petani, (2) tersusunnya kinerja penyuluh pertanian di wilayah

kerjanya masing-masing, (3) tersusunnya peta wilayah komoditas unggulan spesifik

lokasi, (4) terdisimenasinya informasi teknologi pertanian secara merata dan sesuai

dengan kebutuhan petani, (5) tumbuh kembangnya keberdayaan dan kemandirian

petani, kelompok tani, usaha/asosiasi petani dan usaha formal (koperasi dan

kelembagaan lainnya), (6) terwujudnya kemitraan usaha antara petani dengan

Page 30: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

36

pengusaha yang saling menguntungkan, (7) terwujudnya akses petani ke lembaga

keuangan, informasi, sarana produk pertanian dan pemasaran, (8) meningkatnya

produktivitas agribisnis komoditi unggulan di masing-masing wilayah kerja, dan (9)

meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani di masing-masing wilayah

kerja.

Gambar 5. Tujuan Penyuluhan Pembangunan (Asngari, 2001)

Berdasarkan pelaksanaan bidang kinerja, hasil penelitian Suhanda (2008)

menunjukkan adanya urutan kinerja terbaik yang dilakukan oleh penyuluh

pertanian, berturut-turut sebagai berikut (1) pelibatan tokoh masyarakat, (2)

penumbuhan kelompok tani, (3) penyusunan rencana kerja penyuluhan, (4)

penerapan metode penyuluhan, (5) penyusunan programa, (6) penyusunan materi,

(7) penumbuhan keswadayaan dan keswakarsaan petani, (8) tata laksana kantor, (9)

penumbuhan kelembagaan ekonomi pedesaan, dan (10) analisis potensi dan

kebutuhan petani. Bidang kerja yang paling rendah pelaksanaannya berturut-turut

adalah (1) pengembangan profesionalisme, (2) pengembangan jejaring dan

kemitraan, dan (3) evaluasi dan pelaporan.

Kinerja penyuluh lapang di Malaysia dinilai dari kemampuannya

melaksanakan tujuh aspek kompetensi utama seorang penyuluh, yaitu dalam aspek

organisasi dan administrasi penyuluhan, perencanaan program dan pembangunan,

Penyuluhan pembangunan

Menjadi: tahu mau bisa

Better Farming Better Business

Peningkatan pendapatan

Hidup lebih sejahtera

Masyarakat lebih makmur

Hidup lebih baik Tujuan jangka panjang

Sarana usaha yang memadai (agro support) dan iklim usaha yang kondusif (agroclimate)

Perubahan perilaku:

- pengetahuan - sikap - keterampilan

Tujuan jangka pendek SDM klien SDM klien Ditunjang

Page 31: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

37

komunikasi dan metode mengajar, pengajaran (extension teaching), evaluasi

program dan kegiatan, struktur dan nilai sosial, dan pengembangan diri (Awang

1992). Menurut Long (1995), kompetensi yang diperlukan penyuluh adalah:

administrasi, perencanaan program, pelaksanaan program, pengajaran, komunikasi,

pemahaman perilaku manusia, pemeliharaan profesionalisme, dan evaluasi.

Hasil penelitian Dube (1993) di Iowa, Amerika Serikat menunjukkan,

penyuluh memandang penting tujuan program penyuluhan, yaitu menolong petani

meningkatkan kualitas produksi, mengajarkan konservasi tanah, dan mendorong

petani membuat perencanaan. Prinsip-prinsip program penyuluhan dinilai tinggi,

seperti mendorong kerjasama tim para staf penyuluhan, menggunakan metode

penyuluhan yang tepat, membangun keterampilan memecahkan masalah, dan

menggunakan kebutuhan petani sebagai basis program. Demonstrasi cara,

demonstrasi hasil dan kunjungan lapang memperoleh rating tinggi sebagai metode

mengajar. Masalah utama yang dihadapi adalah luasnya areal kerja, keterbatasan

transportasi, dan keengganan petani untuk ikut pertemuan.

Kinerja organisasi merupakan hasil interaksi yang kompleks dan agregasi

kinerja sejumlah individu dalam organisasi. Menurut Gibson dan Brown (2003),

ada tiga kelompok peubah yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja individu,

yaitu: peubah individu, peubah organisasi dan peubah psikologis.

Kelompok peubah individu terdiri dari peubah kemampuan dan

keterampilan, latar belakang pribadi dan demografis. Peubah kemampuan dan

keterampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku kerja dan

kinerja individu, sedangkan peubah demografis mempunyai pengaruh yang tidak

langsung. Kelompok peubah psikologis terdiri dari peubah persepsi, sikap,

kepribadian, belajar dan motivasi. Peubah ini banyak dipengaruhi oleh keluarga,

tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan peubah demografis. Kelompok

peubah organisasi terdiri atas peubah sumber daya, kepemimpinan, imbalan,

struktur dan desain pekerjaan.

Menurut Suhanda (2008) yang melakukan penelitian tentang kinerja

penyuluh di Jawa Barat, faktor internal yang mempengaruhi kinerja penyuluh

pertanian adalah usia, masa kerja, jenis kelamin, jabatan penyuluh, pendidikan

fomal dan pelatihan. Faktor di luar diri individu yang mempengaruhi kinerja

Page 32: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

38

penyuluh adalah gaji dan honor, administrasi dan kebijakan, pembinaan dan

supervisi, dan kondisi kerja.

Peran Penyuluhan dalam Pengembangan Kapasitas

Gabriel (1991) menyatakan bahwa penyuluhan merupakan proses yang

kompleks yang meliputi perspektif pemecahan masalah, proses pendidikan non-

formal yang ditujukan pada masyarakat pedesaan, dan menyediakan saran dan

informasi untuk mengatasi masalah, dan tujuannya adalah meningkatkan produksi,

meningkatkan standar kehidupan, dan efesiensi usaha keluarga. Penyuluhan juga

berusaha untuk merubah sikap petani agar dapat memecahkan masalahnya sendiri

melalui diskusi dan pengambilan keputusan, sehingga penyuluhan sebagai proses

yang membutuhkan waktu yang lama, mengandung pendidikan, dan bekerja saling

mendukung dengan masyarakat pedesaan guna mengatasi kesulitan yang dihadapi.

Gabriel (1991) menguraikan ada empat komponen yang diperlukan dalam

penyuluhan kontemporer, yaitu: (1) saran dan informasi, dengan menyediakan

saran teknik dan informasi yang bermanfaat untuk kehidupannya, seperti informasi

harga, kredit, informasi pasar, dan saran penggunaan input seperti pupuk yang

tepat. Informasi tidak harus berasal dari penyuluh, tetapi dikembangkan dari

pengetahuan lokal (indigenous knowladge); (2) keterampilan dan pengetahuan,

dengan menambahkan pengetahuan dan keterampilan sistem usaha pertanian dan

lingkungan baik kepada petani yang “maju” maupun petani yang memiliki

keterbatasan akses; (3) lembaga petani (farmer institutions), petani yang efesien

dan produktif tidak hanya dikembangkan dengan pengetahuan dan keterampilan

saja, melainkan juga ditunjukkan dari interes petani, kesempatan untuk aksi

bersama, dan jaringan komunikasi antar petani yang semuanya dapat dikembangkan

melalui organisasi petani yang efektif. Dalam hal ini penyuluhan berperan untuk

memperkuat lembaga-lembaga usaha petani dalam rangka mencapai tujuannya; dan

(4) membangun kepercayaan diri (confidence building), isolasi dan perasaan tidak

mampu menjadikan masalah dalam diri petani untuk meningkatkan kehidupan yang

lebih baik. Oleh karenanya, penyuluh berperan untuk meyakinkan petani bahwa

mereka memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu sendiri, dan mengatasi

kemiskinannya.

Page 33: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

39

Menurut Boone (1989), penyuluhan bertujuan: (1) sebagai pembelajaran

pada masyarakat sesuai dengan konteks dan situasi masyarakat itu sendiri, agar

masyarakat mampu secara mandiri mengidentifikasi kebutuhan dan masalah yang

dihadapinya; (2) menolong mereka menyediakan pengetahuan dan keterampilan

yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan masalahnya; dan (3)

Menginspirasi untuk bertindak. Selanjutnya dinyatakan bahwa penyuluhan harus

difokuskan pada upaya untuk peningkatan kemanusiaan (human condition). Upaya

tersebut ditujukan untuk menolong masyarakat “yakin pada dirinya sendiri” dalam

hal informasi potensi dan keuntungan suatu teknologi, teknologi baru, peningkatan

keterampilan, dan mengelola usaha. Penyuluhan juga bertindak sebagai

penghubung masyarakat dalam penelitian, teknologi, dan prosedur. Misi

penyuluhan adalah menolong masyarakat dalam konteks sosial budaya mereka

sendiri, sehingga kapasitasnya menjadi meningkat untuk mengatasi

permasalahannya sendiri.

Menurut van den Ban dan Hawkins (1999), peran utama penyuluhan adalah

menolong petani untuk mengatasi masalahnya sendiri, dengan cara: (1) membantu

petani menganalisis situasi yang sedang dihadapi dan melakukan perkiraan ke

depan; (2) membantu petani menyadarkan terhadap kemungkinan-kemungkinan

timbulnya masalah dari analisis tersebut; (3) meningkatkan pengetahuan dan

mengembangkan wawasan terhadap suatu masalah, serta membantu menyusun

kerangka berdasarkan pengetahuan yang dimiliki petani; (4) membantu

memperoleh pengetahuan yang khusus berkaitan dengan cara pemecahan masalah

yang dihadapi serta akibat yang ditimbulkannya, sehingga mereka mempunyai

berbagai alternatif tindakan; (5) membantu petani memutuskan pilihan yang tepat

yang menurut pendapat mereka sudah optimal; (6) meningkatkan motivasi petani

untuk dapat menerapkan pilihannya; dan (7) membantu petani untuk mengevaluasi

dan meningkatkan keterampilan mereka dalam membentuk pendapat dan

mengambil keputusan.

Peran penyuluh dalam pengembangan kapasitas tidak bisa dilepaskan dari

filosofi penyuluhan itu sendiri, yaitu membantu pembudidaya ikan agar mereka

mampu menolong dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalahnya. Asngari

(2007) menyebutkan tujuh prinsip atau filosofi yang harus dipegang dalam

Page 34: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

40

menerapkan kegiatan penyuluhan yaitu: (1) Falsafah mendidik, bahwa dalam proses

mendidik klien tidak bisa dengan paksaan yang justru akan menyebabkan klien

merasa terpaksa menjalankan apa yang diinginkan penyuluh, tetapi dengan dengan

sabar mendidiknya sehingga klien menjadi terbiasa; (2) Falsafah pentingnya

individu, karena potensi pribadi setiap individu sangat besar untuk berkembang dan

dikembangkan; (3) Falsafah demokrasi, seperti yang dikutip dari Comb, Avila dan

Purkey (1971), bahwa demokrasi sebagai dasar martabat seseorang, melalui

kebebasan dan keterbukaan informasi seseorang dapat menemukan sendiri jalan

yang terbaik, dan dengan demokrasi seseorang akan mencapai tingkat intelektual,

kebebasan, dan tanggungjawab; (4) Falsafah bekerja bersama, seperti ajaran Ki

Hadjar Dewantoro “hing madya mangun karsa” yang mengandung makna adanya

kerjasama antara penyuluh dengan klien. Penyuluh bekerjasama dengan klien agar

klien aktif berprakarsa dalam proses belajar untuk mengembangkan usaha bagi

dirinya; (5) Falsafah “membantu klien membantu dirinya sendiri”, seperti yang

dikuti dari Thompson Repley Bryant (Vines dan Anderson 1976) bahwa: “The

whole extension philosophy is built on the idea of helping people help themselves,

and getting them to realize that it is their interest to help themselves. It is essential

that they will not get real help until they do it themselves;” (6) Falsafah

berkelanjutan, semua hal di dunia berkembang, sehingga penyuluhan harus

mengikuti perkembangan tersebut, baik dalam hal materi yang disajikan, cara

penyajian, maupun alat bantu penyajian; dan (7) Falsafah “membakar sampah,”

penyuluhan dianalogikan dengan membakar sampah yang dimulai dengan sampah

disiram minyak tanah lalu dibakar sampai ada yang kering dan merambat

mempengaruhi kekeringan yang lain. Maknanya adalah dalam penyuluhan perlu

kesabaran; pada pendekatan individu perlu kesabaran menunggu perkembangan

individu, dan pada pendekatan kelompok dimaknai bahwa antar anggota kelompok

akan saling pengaruh mempengaruhi.

Terdapat berbagai pendekatan untuk merubah perilaku, seperti yang

dinyatakan oleh van den Ban dan Hawkins (1999) yaitu berupa: (a) kewajiban atau

pemaksaan, (b) pertukaran, (c) pemberian saran, (d) mempengaruhi pengetahuan

dan sikap klien (petani), (e) manipulasi, (f) penyediaan sarana, (g) pemberian jasa,

dan (h) merubah struktur sosial ekonomi klien (petani). Dari berbagai pendekatan

Page 35: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

41

tersebut yang lebih tepat untuk diterapkan dalam aktivitas penyuluhan sesuai

dengan filosofinya adalah pendekatan “mempengaruhi pengetahuan dan sikap klien

(petani),” Pendekatan ini paling tepat untuk penyuluhan, karena menyiratkan unsur

“menolong seseorang untuk menolong dirinya sendiri,” artinya peran penyuluh

hanya sebatas memberikan motivasi ataupun memfasilitasi dengan informasi,

wawasan, pengetahuan dan lain sebagainya sedangkan klien (petani, pembudidaya

ikan, nelayan) menggunakannya untuk membantu memecahkan masalahnya

sendiri.

Lippitt (1969) menyatakan adanya sembilan situasi yang menyebabkan

masyarakat resisten terhadap perubahan, yaitu (1) ketika tujuan perubahan tidak

jelas, (2) ketika masyarakat tidak dilibatkan dalam perencanaan, (3) ketika seruan

tidak didasarkan pada alasan personal, (4) ketika norma dan kebiasaan masyarakat

tidak diindahkan, (5) ketika komunikasi untuk berubah sangat jelek; (6) ketika ada

rasa takut gagal, (7) ketika biaya terlalu mahal atau tidak sebanding dengan

manfaatnya, dan (8) ketika situasi yang ada sudah cukup memuaskan, maka

seorang penyuluh atau agen pembaharuan perlu melakukan pendekatan yang lebih

intensif pada masyarakat ini, agar bisa tergali dengan jelas “kondisi psikologis”

yang dirasakan oleh mereka yang nantinya bisa dijadikan untuk melakukan

perubahan perilaku dari seorang pembudidaya tradisional menjadi pengusaha

budidaya ikan.

Secara garis besar metode penyuluhan terdiri dari tiga macam, yaitu

perorangan, kelompok, dan massal. Menurut van den Ban dan Hawkins (1999),

masing-masing metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan (Tabel 2).

Tabel 2. Tingkat Kesesuaian Berbagai Macam Metode Penyuluhan Media yang sesuai atau memiliki ciri khas

Media massa

Ceramah Demonstrasi Media rakyat Kelompok diskusi

Dialog

Menciptakan kesadaran inovasi XXX X XX XX O O

Menciptakan kesadaran akan masalahsendiri

O X XX XXX XXX XXX

Alih pengetahuan XXX XX XX XX X XXPerubahan perilaku O O XX X XXX XXMenggunakan pengetahuan sesama petani

O O X XX XXX X

Membangkitkan proses belajar O O X X XXX XX Menyesuaikan pada masalah petani O O X Xx XX XXX Tingkat abstraksi *) XXX XX O O X X Biaya/petani yang dicapai *) O X X XX XX XXX Keterangan: o=tidak cocok. Jumlah tanda silang menunjukkan kecocokan, kecuali bila ditandai dengan tanda (*)

Page 36: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

42

Menurut Wiriaatmadja (1983) pemilihan metode penyuluhan harus tepat

sasaran, tepat waktu, dan murah. Crouch dan Chamala (1981) menyatakan bahwa

metode demonstrasi (cara dan hasil) sebagai metode yang tepat diterapkan di

negara-negara sedang berkembang, karena dapat memfasilitasi komunikasi bagi

masyarakat yang buta huruf.

van den Ban dan Hawkins (1999) menghubungkan antara sifat tujuan

belajar dengan strategi dan metode yang tepat. Pada belajar yang bertujuan untuk

merubah pengetahuan dengan menggunakan strategi alih informasi dan metode

media massa, ceramah, dan dialog yang diarahkan, sedangkan pada ranah

perubahan sikap strateginya belajar dari pengalaman dengan metode diskusi

kelompok, dialog yang tidak diarahkan, simulasi, dan film. Selanjutnya, tujuan

belajar yang berupa perubahan keterampilan menggunakan strategi latihan dengan

metode yang mendorong tindakan, seperti latihan dan demontrasi (Tabel 3).

Tabel 3. Strategi dan Metode untuk Mencapai Tujuan Belajar Sifat Tujuan Belajar Strategi Metode yang tepat

Pengetahuan (kognitif) Alih informasi (dari luar) Publikasi dan rekomendasi dari media massa, ceramah, selebaran, dialog yang diarahkan

Sikap (afektif) Belajar dari pengalaman (informasi dari dalam)

Diskusi kelompok, dialog yang tidak diarahkan, simulasi, dan film

Keterampilan (psikomotorik) Latihan keterampilan Metode yang mendorong tindakan: latihan, demonstrasi

Kelompok

Secara naluriah manusia senantiasa ingin selalu berhubungan dengan orang

lain atau dengan kata manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial yang

memerlukan orang lain dalam seluruh hidupnya guna memenuhi kebutuhan

hidupnya. Menurut Soekanto (1990), sejak manusia dilahirkan memiliki dua

keinginan pokok, yaitu keinginan menjadi satu dengan manusia lain di sekitarnya

(masyarakat) dan keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam di

sekelilingnya. Untuk memenuhi kebutuhan ini manusia harus berkelompok.

Secara harafiah kelompok diartikan sebagai kumpulan dari dua orang atau

lebih yang memiliki kebutuhan bersama. Soekanto (1990) menyatakan bahwa

himpunan orang-orang dapat dikatakan sebagai kelompok apabila memenuhi

syarat-syarat sebagai berikut: (1) adanya kesadaran setiap anggota kelompok

Page 37: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

43

sebagai bagian dari kelompoknya, (2) ada hubungan timbal balik antar anggota

kelompok, (3) adanya faktor yang dimiliki bersama, misalnya nasib, kepentingan,

tujuan, idiologi yang sama dan sebagainya, (4) berstruktur, berkaidah, dan

mempunyai pola tertentu, dan (5) bersistem dan berproses.

Pandangan psikologi sosial terhadap kelompok memperlihatkan, kelompok

terdiri dari sekumpulan individu-individu yang memiliki daya, kemauan, potensi

dan karakteristik lain yang berbeda satu sama lain. Lebih lanjut pandangan ini

digunakan untuk menganalisis dinamika kelompok. Sejarah dinamika kelompok

sudah ada sejak zaman Yunani dengan ajaran Plato yang menyatakan bahwa“daya

pikir individu tercermin di dalam golongan pemerintahahan, daya kemauan

tercermin di dalam golongan ketentaraan, dan daya perasaan tercermin di dalam

golongan pedagang.” Masing-masing golongan memiliki norma dan sistem yang

berbeda, namun saling berinteraksi membentuk satu kesatuan yang lebih besar.

Pada zaman liberalisme, ada gagasan untuk membentuk negara sebagai bentuk

pengelompokan yang memiliki norma, struktur, dan pimpinan. Gagasan ini muncul

sebagai akibat dari kebutuhan individu akan pedoman dalam kehidupan dan

kebutuhan akan kepastian kehidupan, yang semuanya muncul dari pengaruh cara

berfikir bebas bahwa setiap individu bebas menentukan nasibnya sendiri dan tidak

bisa menentukan kehidupan individu lain.

Lazarus dan Hall (Santosa 2006) menyatakan bahwa pengaruh adat dan

bahasa rakyat menimbulkan homogenitas pada masyarakat, sehingga setiap sikap

dan tingkah laku setiap anggota masyarakat tidak berbeda satu sama lain. Pada

perkembangan berikutnya teori ini berkembang menjadi teori sosial yang

menyatakan bahwa setiap kelompok masyarakat memiliki kesatuan psikologi

menjadi suku bangsa tertentu, lengkap dengan kepribadian masing-masing.

Ruang lingkup kajian tentang dinamika kelompok seperti yang dinyatakan

oleh Jetkins (Mardikanto 1992) adalah kajian terhadap kekuatan-kekuatan yang

terdapat di dalam maupun di lingkungan kelompok yang akan menentukan perilaku

anggota-anggota kelompok dan perilaku kelompok yang bersangkutan, untuk

bertindak atau melaksanakan kegiatan-kegiatan demi tercapainya tujuan bersama

yang merupakan tujuan kelompok. Perilaku kelompok yang ditunjukkan dari

keaktifan maupun kedinamisan kelompok dipengaruhi oleh faktor-faktor penyebab

Page 38: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

44

timbulnya dinamika yang ada di dalamnya. Menurut Slamet (1990) yang disarikan

dari Cartwrigt dan Zander (1964), faktor-faktor yang sangat penting untuk

mendinamisasikan kelompok ada sembilan, dengan uraian sebagai berikut:

(1) Tujuan kelompok, yaitu sesuatu yang ingin dicapai oleh kelompok, sehingga

semua aktivitas kelompok ditujukan untuk pencapaian tersebut. Tujuan dapat

mempengaruhi dinamika kelompok dalam hal menunjang tercapainya tujuan-

tujuan pribadi para anggotanya

(2) Struktur kelompok, diartikan sebagai bentuk hubungan antara individu-individu

dalam kelompok dan pengaturan peranan yang ditentukan oleh tujuan kelompok

yang ingin dicapai. Beberapa unsur yang mempengaruhinya, yaitu besar

kecilnya kelompok, aspek-aspek kualitatif, kesempurnaan dalam mencapai

tujuan, sarana interaksi yang tersedia dan solidaritas.

(3) Fungsi tugas, yaitu segala sesuatu yang harus dilakukan sehingga tujuan

kelompok dapat tercapai. Indikator bahwa fungsi tugas telah dijalankan dengan

baik jika ada kepuasan dalam kelompok, ketersediaan informasi bagi seluruh

anggota, koordinasi yang baik, adanya prakarsa, dan penyebaran informasi, dan

adanya penjelasan kepada anggota.

(4) Pengembangan dan pemeliharaan kelompok, merupakan fungsi yang

berorientasi pada keberlangsungan kehidupan kelompok, karena jika fungsi ini

tidak ada maka kelompok akan mati. Beberapa unsur yang diperlukan agar

kelompok tetap eksis adalah adanya partisipasi dari seluruh anggota kelompok,

tersedia fasilitas yang memadai, ada aktivitas, ada koordinasi untuk mencegah

konflik, komunikasi yang baik antar individu dalam kelompok, adanya standar

perilaku, dilakukan sosialisasi, dan mencari anggota baru.

(5) Kekompakan kelompok, yaitu kesatuan kelompok yang dicirikan oleh

keterikatan yang kuat antar anggota kelompok. Kekompakan dapat terjadi jika

ada komitmen yang kuat dari seluruh anggota dan tulus menjalankan keputusan

kelompok. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekompakan kelompok adalah

kepemimpinan yang kuat, rasa kepemilikan anggota terhadap kelompok, nilai

dari tujuan kelompok, homogenitas anggota kelompok, integrasi, kerjasama,

dan besarnya kelompok

Page 39: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

45

(6) Suasana kelompok, diterjemahkan sebagai perasaan-perasaan yang ada pada

diri anggota. Semakin menyenangkan suasana kelompok maka semakin tinggi

dinamika kelompok. Faktor-faktor yang mempengaruhi suasana kelompok

adalah: ketegangan, suasana lingkungan fisik, kelonggaran (permissiveness),

dan hubungan antar anggota.

(7) Tekanan kelompok, merupakan semacam tegangan yang disebabkan oleh

tekanan di dalam kelompok yang menimbulkan tegangan. Tegangan dapat

dikatakan sebagai stimuli yang dapat mendinamisasikan kelompok. Sumber

tegangan bisa berasal dari dalam ataupun luar kelompok.

(8) Keberhasilan kelompok, pada kelompok yang berhasil dalam mencapai tujuan-

tujuannya akan menimbulkan dinamika kelompok yang lebih tinggi.

(9) Maksud-maksud tersembunyi, yaitu sesuatu yang ada di bawah permukaan,

yang artinya orang yang bersangkutan tidak sadar atau tidak pernah mampu

mengemukakan secara terbuka. Sumbernya bisa berasal dari anggota maupun

pemimpin kelompok. Maksud-maksud tersembunyi mempunyai pengaruh

terhadap dinamika kelompok.

Kelompok atau yang diistilahkan oganisasi masyarakat oleh Ismawan dan

Budi (2005) memiliki peran sebagai wahana bagi para anggotanya dalam

meningkatkan kemandiriannya. Kelompok merupakan:

(1) Wahana belajar mengajar, yaitu wahana saling asah, asih, dan asuh, sehingga

akan terjadi saling pembelajaran dan peneguhan antara anggota organisasi

(learning organization).

(2) Wahana identifikasi masalah dan pengambilan keputusan bersama, yaitu

menjadi sarana pemecahan keputusan untuk pencapaian kebaikan bersama

(common goods)

(3) Wahana pooling of resources, yaitu tempat untuk memobilisasi sumberdaya

individu (tenaga, pikiran, material) individu yang memiliki keunikan dan

kelebihan masing-masing, serta bisa menghasilkan sinergi.

(4) Wahana berinteraksi pihak ketiga (representasi), merupakan sarana yang

representatif untuk memperjuangkan aspirasi para anggota kepada pihak-pihak

lain (pemerintah, lembaga keuangan, pasar dan lainnya) dengan posisi tawar

yang lebih baik.

Page 40: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

46

Peran kelompok pembudidaya ikan cukup penting dalam aspek pemasaran.

Fox (1979) menyatakan bahwa kelompok sebagai cara untuk meningkatkan kondisi

ekonomi petani kecil yang lebih baik, yaitu dengan peningkatan skala ekonomi,

memperkuat posisi tawar dan menciptakan integrasi vertikal. Diuraikan lebih lanjut,

pemerintah perlu memotivasi petani kecil membentuk kelompok pemasaran

sehingga sumberdaya para petani miskin dapat tersalurkan.

Menurut Pretty (1995), peran kelembagaan lokal dan kelompok dalam

keberhasilan pembangunan masyarakat desa cukup signifikan, seperti keberhasilan

pembangunan pertanian yang berkelanjutan di beberapa negara berkembang

(China, India, Indonesia, Nepal dll) terjadi karena adanya perhatian pada sistem

kelembagaan lokal. Motivasi, keterampilan, dan pengetahuan individu petani

bukan menjadi penyebab kesuksesan pembangunan tersebut, melainkan justru

dipengaruhi aksi dalam kelompok atau komunitas secara menyeluruh. Konsepsi

“lokal” mengarah pada karakteristik yang khas dalam hal mengorganisir kegiatan,

membangun konsensus, mengkoordinir berbagi tugas dan tanggung jawab,

mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi suatu informasi, dan lain-lain.

Fungsi kelembagaan atau organisasi lokal cukup penting, yaitu:

(1) Mengorganisir sumberdaya tenaga kerja agar memiliki nilai lebih

(2) Mengorganisir sumberdaya material untuk menghasilkan sesuatu yang

bernilai, seperti kredit, tabungan, pemasaran.

(3) Membantu kelompok-kelompok untuk mengakses sumberdaya

(4) Mengamankan sumberdaya alam yang berkelanjutan

(5) Sebagai penghubung antara petani, peneliti, dan jasa penyuluhan

(6) Sebagai penghubung informasi dengan pemerintah dan LSM

(7) Menciptakan kerangka kerjasama

(8) Meningkatkan kohesi sosial, dan sebagainya

Pemimpin Kelompok

Peran pemimpin kelompok penting dalam mewujudkan tujuan kelompok

itu sendiri. Secara umum pemimpin diartikan sebagai orang yang memiliki

pengaruh terhadap orang lain untuk melakukan suatu tujuan yang diinginkan oleh

seseorang atau kelompok. Dalam menjalankan kepemimpinannya, seorang

pemimpin memiliki gaya tertentu, yaitu cenderung otoriter, partisipatif atau tidak

Page 41: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

47

peduli (laissez faire), serta tipe tertentu, yaitu kharismatis, situasional, tradisional,

formal ataupun informal.

Kelompok yang terbentuk dalam masyarakat petani/nelayan di pedesaan,

misalnya Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA), Kelompok Tani,

Kelompok Pembudidaya Ikan, Kelompok Nelayan dan sebagainya digolongkan

sebagai kelompok informal dan berorientasi tugas. Menurut Slamet (1990), hal-hal

yang terkait dengan kepemimpinan pada kelompok informal adalah:

(1) Kepemimpinan

Kepemimpinan pada kelompok tani atau nelayan di pedesaan umumnya bersifat

informal, kekuasaan status (position power) sangat lemah, sehingga

menghukum anggota tidak dilakukan dan biasanya pemimpin adalah orang

yang disegani, dihormati dan diharapkan memberi petunjuk.

(2) Hubungan antara pemimpin dan anggota sangat penting. Mengingat umumnya

pemimpin kelompok informal adalah orang yang sangat dihormati maka

pemimpin harus mampu memanipulasi tujuan individu sama dengan tujuan

kelompok, dan mampu memotivasi anggota secara maksimal.

(3) Kematangan anggota sangat diperlukan, untuk menyelesaikan tugas-tugas

kelompok menuju pencapaian tujuan.

(4) Keterlibatan anggota pada tujuan harus kuat, dalam hal ini pemimpin harus

memelihara komitmen anggota terhadap tujuan kelompok.

(5) Spesifikasi peranan harus dihindarkan

(6) Kegiatan kelompok seharusnya dijaga tetap informal

(7) Kelompok harus tetap kecil

(8) Kesukarelaan harus tetap dipertahankan.

Pemimpin informal di wilayah pedesaan, termasuk pada masyarakat

pembudidaya ikan seringkali dijadikan sebagai kontak tani, yang berperan sebagai

penghubung antara masyarakat setempat dengan pihak luar, khususnya pemerintah.

Program-program pemerintah akan menjadi lebih efesien tersebar di masyarakat

melalui peran kontak tani.

Umumnya kontak tani memiliki tingkat sosial ekonomi yang tinggi di

masyarakat sekitarnya. Di Arunadhapura, Srilanka pada umumnya kontak tani

berusia lebih tua, aktif dalam kegiatan sosial, memiliki lebih banyak pengalaman

Page 42: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

48

dalam pertanian sawah, memiliki usaha lebih besar, dan memiliki pendapatan yang

lebih tinggi dibandingkan dengan non kontak tani. Pada petani non kontak tani

sumber informasi utama dari penyuluh lapang, selanjutnya dari petani lain, radio,

dan tetangga. Hubungan antara kontak tani dengan non kontak tani melalui

kelompok lebih efektif dibandingkan jika bertemu secara individu (Sivayoganathan

1982).

Konsep Akuakultur

Menurut Edwards dan Demaine (1998), budididaya pada wilayah perairan

ekuivalen dengan budidaya pada lahan darat. Pertanian secara umum termasuk di

dalamnya budidaya ternak dan budidaya tanaman (perkebunan, hortikultur maupun

hutan), dalam hal ini akuakultur masuk ke dalam budidaya ternak (udang, ikan, dan

moluska). Pertanian dominan menggunakan air tawar, tetapi pada akuakultur

selain menggunakan air tawar pada lahan daratan juga menggunakan air payau dan

air laut pada area pesisir.

Perbedaan utama antara perikanan budidaya (akuakultur) dengan perikanan

tangkap adalah pada tujuan, proses produksi, dan sistem pemilikan usahanya.

Akuakultur bertujuan untuk meningkatkan jumlah produksi dari organisme air yang

berupa ikan, udang, moluska, dan tanaman air melalui intervensi serangkaian

proses produksi mulai dari penyediaan benih, pemberian pakan, proteksi hama

penyakit dan sebagainya. Pola pemilikan akuakultur bersifat perorangan maupun

perusahaan, yang melakukan proses produksi tersebut. Namun demikian, juga ada

yang dimiliki secara umum pada sumberdaya publik (common property resources)

tanpa atau dengan izin. Sebagaimana yang dinyatakan oleh FAO (1988):

“Aquaculture is the farming of aquatic organisms, including fish, molluscs, crustaceans and aquatic plants. Farming implies some form of intervention in the rearing process to enhance production, such as regular stocking, feeding, protection from predators, etc. Farming also implies individual or corporate ownership of the stock being cultivated. For statistical purposes, aquatic organisms which are harvested by an individual or corporate body which has owned them throughout their rearing period contribute to aquaculture, while aquatic organisms which are exploitable by the public as a common property resources, with or without appropriate licences, are the harvest of fisheries.”

Page 43: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

49

Akuakultur memiliki ciri-ciri khusus yang membedakan dengan sistem

pertanian, seperti yang dinyatakan oleh Effendi (2004), yaitu:

(1) Usaha dilakukan di lokasi perairan, baik di laut, sungai, waduk ataupun danau.

(2) Organisme akuatik yang diproduksi mencakup banyak jenis, yaitu mencakup

ikan (finfish), udang (crustacea), hewan bercangkang (moluska), ekinodermata,

dan alga.

(3) Produk akuakultur bisa dalam beragam bentuk yaitu dalam bentuk hidup dan

segar atau olahan dengan beragam jenis olahan, seperti sosis, burger, dan nuget

ikan.

(4) Terdapat banyak sistem akuakultur, paling tidak ada 13 jenis, yaitu kolam air

tenang, kolam air deras, tambak, jaring apung, jaring tancap, karamba,

kombongan, penculture, enclosure, longline, bak-tangki-akuarium, dan

ranching (melalui restocking).

(5) Ruang lingkup akuakultur sangat luas, dilihat dari aspek kegiatan, spasial,

sumber air, zonasi darat laut, dan posisi wadah produksi.

Akuakultur merupakan suatu sistem produksi yang mencakup input

produksi (sarana dan prasara produksi), produksi (mulai dari persiapan sampai

panen), dan out put produksi (penanganan pascapanen dan pemasaran). Orientasi

akuakultur adalah memperoleh keuntungan, sehingga akuakultur merupakan

kegiatan bisnis akuakultur atau akuabisnis sebagai padanan agribisnis pada bidang

pertanian (Effendi dan Oktariza 2006).

Menurut Den Ouden et al. (Edwards dan Demaine 1998), karakteristik pasar

dan proses produksi sektor perikanan adalah sebagai berikut:

(a) Mudah rusak (perishable) dan tidak tahan lama (shel-live)

(b) Kualitas dan kuantitas bersifat variatif, bergantung pada perbedaan turunan

(genetic differences), musim, iklim, pencemaran lingkungan, penanganan,

pemeliharaan produk dan sebagainya.

(c) Kecepatan proses produksi bervariasi bergantung pada industri pengolahan dan

produksi akuakultur.

(d) Terdapat perbedaan skala pada rantai pemasaran, sehingga dimungkinkan

integrasi vertikal.

Page 44: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

50

(e) Input produksi bersifat komplementer, sehingga menyulitkan untuk merubah

sejumlah penawaran (amounts supplied)

(f) Permintaan dan konsumsi produk relatif konstan (peningkatan konsumsi ikan

dunia meningkat pelan)

(g) Peningkatan kesadaran konsumen akan pengaruh produk dan metode

berproduksi pada kesehatan, keamanan, dan lingkungan

(h) Kualitas produk bergantung pada ketepatan waktu panen.

(i) Diperlukan investasi modal dan pengetahuan untuk menghasilkan kemandirian.

Tipe dan skala akuakultur mengikuti perkembangan evolusi pertanian,

karena keduanya merupakan suatu sitem yang terintegrasi, seperti halnya yang ada

pada sebagian besar usaha akuakultur skala kecil di dunia.

Menurut Lazard et al. (Edwards dan Demaine 1998) dalam studinya di Sub-

Sahara Afrika, terdapat empat tipe akuakultur berdasarkan tingkat

komersialisasinya, yaitu:

(1) Akuakultur yang bersifat subsisten (subsistence aquaculture), pada level

keluarga.

(2) Akuakultur dengan tenaga manual yang terampil (artisanal aquaculture), yang

tujuan produksi untuk dipasarkan, tetapi dengan skala yang kecil.

(3) Akuakultur terspesialisasi (specialised aquaculture), dicirikan pada setiap

tahapan rangkaian produksi dikerjakan oleh pembudidaya ikan yang berbeda.

(4) Akuakultur skala industri (industrial-scale aquaculture).

Martinez-Espinosa (1995) memperkenalkan dua tipe pengembangan

akuakultur pedesaan, yaitu:

(1) Tipe 1 akuakultur bagi “termiskin dari yang miskin” (aquaculture for the

“poorest of the poor”) yang dicirikan dari biaya dan hasil yang sangat rendah,

bersifat dasar subsisten alamiah atau barter dengan menjual sebagian kecil

produksinya ke tetangga atau pasar lokal. Tipe ini ekuivalen dengan tipe l

the family-level dari Lazard et al. (1991).

(2) Tipe 2 akuakultur yang dikerjakan oleh mereka yang “kurang miskin”(“less

poor”) dengan kondisi kehidupan pembudidaya ikan yang lebih baik, yang

menjual sebagian besar produknya dengan memperhitungkan keuntungan

ekonomi. Tipe ini sama dengan tipe arsanal dari Lazard et al. (1991).

Page 45: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

51

Pengklasifikasian skala usaha berdasarkan teknologi produksi, khususnya

pada jenis pakan, oleh Edwards dan Demaine (1998) dibagi menjadi tiga jenis,

yaitu:

(a) Sistem budidaya ekstensif, yang mengandalkan pada pakan alami yang dibawa

arus air ataupun dari perubahan pasang surut.

(b) Sistem budidaya semi-intensif, yang masih mengandalkan pakan alami, tetapi

ada upaya untuk meningkatkan jumlahnya melalui pemupukan dan atau dengan

pakan tambahan.

(c) Sistem budidaya intensif, yang menggunakan nutrisi pakan tambahan yang

lengkap, berupa ikan tawar atau ikan laut ataupun pakan formula yang biasanya

dalam bentuk pelet kering.

Klasifikasi tersebut didasarkan pada penyediaan pakan, namun intensitasnya

akan mempengaruhi input yang lain, seperti benih, tenaga kerja, modal, dan

manajemen. Sistem ini kurang relevan untuk jenis moluska karena moluska selalu

dibudidayakan dengan menggunakan pakan alami.

Hubungan antara beberapa skema klasifikasi skala sistem pertanian

dikaitkan dengan sistem yang ada di sistem akuakultur diperlihatkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Hubungan antara Beberapa Skema Klasifikasi Skala Sistem Pertanian Sistem Penulis

Pertanian menetap fase (dominasi tanaman)

Pertanian menetap fase 2 (integrasi tanaman/ternak)*

Pertanian menetap fase 3 monokultur industri)*

Edwards et al., (1988)

Pertanian miskin sumberdaya (Resource-poor agriculture)

Revolusi hijauPertanian industri

WCED (1987)

Subsisten (Subsistence)* Artisanal Lazard et al.,(1991)

Spesialisasi (Specialized)*

Industri*

Tipe 1 akuakultur* Martinez-Espinosa (1995)

Tipe 2 akuakultur*

Balanced model* Edwards et al., (1996)

*Termasuk di dalamnya akuakultur, sebagian maupun seluruhnya. Sumber: Edwards dan Demaine (1998)

Page 46: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

52

Kementerian Kelautan dan Perikanan tidak secara eksplisit membagi

pembudidaya dalam strata tertentu, tetapi menyebutkan istilah pembudidaya kecil

untuk menunjukkan adanya golongan pembudidaya sebagai sasaran bantuan

berbagai program pembangunan akuakultur. Dalam Undang-Undang Nomor 31

Tahun 2004 tentang Perikanan, dinyatakan pembudidaya ikan kecil adalah “orang

yang mata pencahariannya melakukan pembudidayaan untuk memenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari.”

Pelaku usaha akuakultur (akuabisnis) dibagi berdasarkan beberapa hal

bergantung pada ruang lingkup kegiatan usahanya. Menurut Effendi dan Oktariza

(2006) secara garis besar pelaku akuabisnis budidaya terbagi lima, yaitu:

(1) Pembudidaya ikan, yakni mereka yang memiliki usaha produksi ikan dengan

kegiatan mulai persiapan sampai pasca panen. Pembudidaya ikan terbagi lagi

menjadi beberapa kategori biasanya bergantung pada: jenis ikan yang

diusahakan (ikan hias atau ikan konsumsi), lokasi usaha (petambak yang

mengusahakan tambak di air payau, pembudidaya air laut/mariculture,

pembudidaya air tawar), tahapan produksi (pembudaya pembenihan,

pendederan, atau pembesaran).

(2) Penyedia input produksi, yaitu mereka yang berada di subsistem hilir, seperti

pengusaha pupuk, obat-obatan, pengusaha hatchery, dan pengusaha peralatan

produksi.

(3) Pengolah ikan, yaitu pelaku akuabisnis yang bergerak di usaha pengolahan

produk dasar ikan, misalnya pengolah bakso, abon, nuget, sosis ikan dan

sebagainya.

(4) Pedagang atau distributor, yang berusaha dalam bisnis menjual produk

akuakultur maupun hasil olahannya. Dalam rantai pemasaran, pelaku ini mulai

dari pedagang pengumpul, pedagang besar, sampai eksportir maupun pengecer.

(5) Pihak-pihak yang mendukung kegiatan akuakultur yang berperan sebagai faktor

penunjang akuabisnis, seperti lembaga keuangan (perbankan, koperasi, simpan

pinjam dll), lembaga penyedia bibit dari pemerintah seperti dari Balai

Pengembangan Budidaya Ikan dan Balai Benih Ikan (BBI), raiser dan lain-lain.

Kegiatan produksi akuakultur yang dilakukan pembudidaya ikan sebagai

pelaku on farm, terdiri atas pembenihan, pendedaran dan pembesaran (Gambar 6).

Page 47: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

53

Pembenihan adalah kegiatan pemeliharaan yang bertujuan untuk

menghasilkan benih dan selanjutnya benih menjadi komponen input bagi kegiatan

pembesaran. Pembesaran ikan adalah kegiatan pemeliharaan yang bertujuan untuk

menghasilkan ikan konsumsi. Adapun pendederan adalah kegiatan pemeliharaan

untuk menghasilkan benih yang siap ditebarkan di unit produksi pembesaran atau

benih yang siap dijual. Kegiatan pendedaran ini muncul karena adakalanya benih

yang dihasilkan oleh unit produksi pembenihan masih kecil sehingga belum siap

ditebarkan dan dipelihara dalam unit pembesaran.

Secara lebih rinci kegiatan produksi akuakultur on farm oleh Effendi (2004)

dijelaskan sebagai berikut:

(1) Pembenihan

Pembenihan merupakan salah satu tahap kegiatan on farm yang sangat

menentukan tahap kegiatan selanjutnya, yaitu pembesaran. Oleh karena itu,

tahapan ini harus dilakukan secara cermat agar diperoleh hasil produksi yang

memuaskan. Kegiatan pembenihan yang harus dikuasai oleh seorang

pembudidaya pembenihan adalah sebagai berikut:

(a) Pemeliharaan induk atau pematangan gonad.

Pemeliharaan induk bertujuan untuk menumbuhkan dan mematangkan

gonad (sel telur dan sperma ikan). Hal-hal yang perlu dikuasai oleh

pembudidaya ikan dalam tahap ini ini antara lain: menciptakan

lingkungan dan media hidup yang sesuai untuk ikan, pemberian pakan

yang tepat dan teratur, penyiapan wadah induk, pencegahan dan

penanggulangan hama penyakit, dan pemeriksaan kematangan gonad

secara teratur.

Produksi akuakultur

Pembenihan Pendederan Pembesaran

Gambar 6. Kegiatan Produksi Akuakultur on Farm (Effendi 2004)

Page 48: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

54

(b) Pemijahan induk, yaitu proses pembuahan telur oleh sperma. Beberapa hal

yang perlu dikuasai pembudidaya ikan dalam kegiatan ini adalah:

menciptakan lingkungan yang mendorong ikan melakukan pemijahan, dan

menyiapkan substrat pemijahan.

(c) Penetasan telur, yang bertujuan untuk mendapatkan larva. Kemampuan

yang harus dimiliki oleh pembudidaya ikan dalam tahap ini adalah: dapat

melakukan penetasan telur dengan memindahkan ke wadah pemijahan

sesuai sifat telur yang menempel pada substrat atau mengapung dan

mampu menciptakan lingkungan media hidup telur.

(d) Pemeliharaan larva dan benih. Pembudidaya ikan harus dengan cermat

melakukan hal-hal sebagai berikut: mempersiapkan wadah pemeliharaan

larva agar larva berkembang optimal, penebaran secara tepat, pemberian

pakan sesuai dengan umur larva, pengelolaan air, penanggulangan hama

penyakit, dan melakukan pemanenan secara tepat.

(2) Pembesaran

Pembesaran ikan merupakan kegiatan untuk menghasilkan ikan dalam ukuran

konsumsi atau ukuran yang dikehendaki oleh pasar (marketable size). Pasar

umumnya menghendaki ketepatan jumlah, ukuran, mutu, dan harga tertentu.

Pertumbuhan didorong secara maksimal dengan cara menyediakan lingkungan

hidup yang optimal, pemberian pakan yang tepat mutu, jumlah, cara, dan

waktu serta dengan pengendalian hama penyakit. Kegiatan-kegiatan yang

dalam unit produksi pembesaran adalah:

(a) Persiapan wadah

Persiapan wadah bertujuan untuk menyiapkan wadah pemeliharaan, untuk

mendapatkan lingkungan yang optimal sehingga ikan dapat hidup dan

tumbuh maksimal. Pada sistem akuakultur yang berbasis daratan, kegiatan

yang dilakukan oleh pembudidaya ikan adalah: (a) pengeringan dan

penjemuran dasar kolam atau tambak, (b) pengangkatan lumpur, (c)

perbaikan pematang dan pintu air, (d) pengapuran, (e) pemupukan, (f)

pengisian air, (g) pengendalian hama penyakit, dan (h) pengisian air

lanjutan.

Page 49: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

55

(b) Penebaran benih

Penebaran benih bertujuan untuk menempatkan ikan dalam wadah kultur

dengan padat penebaran tertentu. Dalam tahap ini hal-hal yang perlu

dikuasai oleh pembudidaya ikan antara lain: (1) dapat memilih kualitas

benih yang akan ditebarkan; (2) menebar benih sesuai dengan padat

penebaran benih yang tepat; dan (3) melakukan aklimatisasi suhu sebelum

benih ditebarkan

(c) Pemberian pakan

Pakan merupakan faktor penting dalam pembesaran ikan. Oleh karena itu,

pembudidaya harus mampu memberikan pakan yang tepat jumlah, jenis,

ukuran, frekwensi, dan waktu pemberian pakan.

(d) Pengelolaan air

Pengelolaan air dalam akuakultur bertujuan menyediakan lingkungan yang

optimal bagi ikan agar tetap hidup dan tumbuh maksimal. Prinsip

pengelolaan air adalah memasukkan bahan yang bermanfaat seperti

oksigen dan mengeluarkan bahan yang tidak bermanfaat (feses

CO2,NH3,NO2) ke luar sistem produksi. Hal-hal yang perlu dilakukan oleh

pembudidaya dalam kegiatan ini antara lain: pengaturan suhu, cahaya,

salinitas, dan sebagainya dalam wadah produksi.

(e) Pemberantasan hama penyakit

Hama penyakit merupakan organisme dan mikroorganisme yang

keberadaannya tidak dikehendaki karena bersifat kompetitor dan predator

terhadap ikan kultur. Beberapa jenis hama penyakit antara lain: ikan, ular,

burung, musang, bakteri cendawan dan virus. Kemampuan yang harus

dimiliki oleh pembudidaya ikan dalam kegiatan ini adalah dapat

melakukan cara pemberantasan, pencegahan, dan pengobatan hama

penyakit pada ikan kultur secara tepat, sesuai dengan sifat masing-masing

jenis hama penyakit yang menyerang.

(f) Pemantauan populasi dan pertumbuhan.

Pemantauan ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang jumlah

dan bobot rata-rata ikan kultur, kesehatan, dan nafsu makan ikan.

Informasi ini dapat digunakan untuk menganalisis kondisi lingkungan dan

Page 50: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

56

mengantisipasi perbaikan lingkungan. Sampling merupakan salah satu

cara untuk mengetahui informasi ini.

(g) Pemanenan

Pemanenan merupakan kegiatan akhir dalam rantai produksi budidaya

ikan. Ukuran panen beragam bergantung pada jenis komoditas yang

dibudidayakan, tujuan akuakultur, lokasi, dan tujuan pemasaran. Ukuran

panen untuk tujuan konsumsi akan berbeda untuk kolam pemancingan

ataupun bahan baku fillet. Demikian juga ukuran di lokasi Jawa akan

berbeda dengan luar Jawa yang umumnya selera konsumen di Jawa

menghendaki ukuran yang lebih kecil, dan ukuran untuk tujuan pasar

ekspor umumnya juga menginginkan ukuran yang lebih besar di

bandingkan pasar domestik. Pembudidaya ikan perlu mengetahui

informasi ukuran ikan yang dikehendaki oleh konsumen, sehingga ikan

yang diproduksi dapat terserap pasar. Informasi preferensi konsumen ini

juga bermanfaat bagi pembudidaya ikan dalam merencanakan produksi.

(3) Pendederan

Pendederan adalah kegiatan pemeliharaan untuk menghasilkan benih yang siap

ditebarkan di unit produksi pembesaran atau benih yang siap dijual. Tahapan

kegiatan pendederan hampir mirip dengan kegiatan pembesaran seperti telah

diuraikan di atas. Adapun berdasarkan ukuran ikan yang diproduksi,

pendederan ikan seringkali terdiri dari beberapa stadia, yaitu pendederan I,

pendederan II dan selanjutnya. Ikan kultur yang didederkan berada pada

pertumbuhan yang cepat secara eksponensial. Oleh karenanya, pembudidaya

ikan perlu melakukan upaya penjarangan dan pemindahan ikan dari tempat

semula yang terasa sempit karena tercapainya carrying capacity.

Pembangunan Akuakultur

Orientasi pembangunan pada masa orde lama dan orde baru lebih mengarah

wilayah daratan, sedangkan wilayah laut ataupun perairan belum mendapatkan

perhatian yang cukup. Padahal jika dilihat dari sumberdaya yang dimiliki wilayah

laut dan perairan cukup potensial dan beragam. Potensi sumberdaya tersebut terdiri

dari sumberdaya yang dapat diperbaharui, seperti sumberdaya perikanan, baik

Page 51: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

57

perikanan tangkap maupun budidaya laut dan pantai, energi non konvensional dan

energi serta sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui seperti sumberdaya minyak

dan gas bumi dan berbagai jenis mineral. Selain dua jenis sumberdaya tersebut,

juga terdapat berbagai macam jasa lingkungan lautan yang dapat dikembangkan

untuk pembangunan kelautan dan perikanan seperti pariwisata bahari, industri

maritim, jasa angkutan dan sebagainya.

Menyadari arti pentingnya sektor perikanan dan kelautan ini, dibentuklan

Departemen Kelautan dan Perikanan, yang perintisannya sejak pemerintahan

Presiden Abdurrahman Wahid dengan dibentuknya Departemen Eksplorasi Laut

(DEL) melalui Keppres 136 Tahun 1999 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,

Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Departemen. Selanjutnya melalui Keputusan

Presiden Nomor 147 Tahun 1999 nama DEL dirubah menjadi Departemen

Eksplorasi Laut dan Perikanan (DELP). Pada tahun 2000 terjadi perubahan

nomenklatur DELP menjadi Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) sesuai

Keputusan Presiden Nomor 165 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,

Wewenang, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Departemen.

Visi DKP sebagai lembaga yang bertanggungungjawab atas pembangunan

kelautan dan perikanan adalah: ”pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan

yang lestari dan bertanggungjawab bagi kesatuan dan kesejahteraan anak bangsa”.

Adapun misinya adalah: (1) meningkatkan kesejahteraan nelayan, pembudidaya

ikan, dan pelaku usaha kelautan dan perikanan lainnya, (2) meningkatkan peran

sektor kelautan dan perikanan sebagai sumber ekonomi, (3) memelihara daya

dukung dan meningkatkan kualitas lingkungan dan sumberdaya kelautan dan

perikanan, (4) meningkatkan kecerdasan dan kesehatan bangsa melalui peningkatan

konsumsi ikan, (5) meningkatkan peran laut sebagai pemersatu bangsa dan

memperkuat budaya bahari bangsa.

Program-program yang dikembangkan oleh DKP sesuai dengan visi, misi,

dan tujuannya antara lain: (1) program pemberdayaan nelayan, pembudidaya ikan,

dan pelaku usaha perikanan lainnya. Bentuk programnya antara lain penyediaan

kredit untuk usaha skala kecil, mikro, dan menengah, peningkatan usaha kecil

mulai produki, pengolahan, dan pemasaran, serta pemberian bantuan langsung, (2)

program pengelolaan dan pengembangan sumberdaya kelautan dan perikanan,

Page 52: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

58

dalam bentuk kegitan revitalisasi kegiatan usaha, pengembangan sarana pelabuhan,

dan sarana budidaya, dan peningkatan partisipasi Indonesia dalam perikanan global,

(3) program konservasi dan pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan,

dengan bentuk kegiatan yang mencegah Illegal, Unreported, and Unregulated

(IUU) Fishing, illegal sea-sand mining, dan pelanggaran hukum lainnya.

Pembangunan perikanan di Indonesia ditujukan untuk memanfaatkan

sumberdaya perikanan yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan bangsa,

khususnya masyarakat perikanan. Potensi perikanan Indonesia, baik yang berasal

dari hasil tangkapan maupun budidaya (akuakultur) cukup tinggi, dan pertumbuhan

tingkat produksinya meningkat setiap tahunnya. Produksi perikanan mengalami

pertumbuhan produksi yang cukup signifikan yaitu rata-rata sebesar 9,5 persen,

yang disumbangkan dari budidaya sebesar 28,1 persen dan dari penangkapan yang

hanya sebesar 1 persen pada 2004 sampai 2007 (Tabel 5).

Pada sektor perikanan budidaya, pemerintah mencoba mengembangkan

industri yang menyerap tenaga kerja, perikanan berskala mikro, pengembangan

kawasan budidaya, produksi induk dan benih unggul dan lainnya. Di perikanan

tangkap, pemerintah menerapkan kegiatan pemacuan stock ikan, memaksimalkan

rumpon, perbaikan ekositem laut dan pemberantasan illegal fishing.

Tabel 5. Jumlah Produksi Perikanan Indonesia Tahun 2004-2007 Produksi (ton) 2004 2005 2006 2007

Budidaya 1.468.610 2.163.674 2.682.596 3.088.800 Penangkapan 4.651.121 4.705.868 4.769.160 4.940.000 Total Produksi 6.119.731 6.869.542 7.451.756 8.028.800

Sumber: DKP (2008)

Beberapa program yang terkait dengan akuakultur yang telah dikembangkan

oleh DKP diantaranya adalah:

(1) Pencanangan program peningkatan produksi perikanan budidaya untuk

konsumsi ikan masyarakat (PROKSIMAS), peningkatan produksi perikanan

budidaya untuk ekspor (PROPEKAN), serta program perlindungan dan

rehabilitasi sumberdaya perikanan budidaya (PROLINDA), yang realisasinya

dilaksanakan dalam program-program tertentu. Salah satunya dengan bantuan

benih

(2) Program yang bersifat pemberian bantuan, seperti bantuan penguatan modal dan

Bantuan Sosial Pengembangan Usaha Kecil Perikanan Budidaya (Bansos

Page 53: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

59

PUKPB). Bansos PUKPB adalah bantuan berupa uang yang dialokasikan oleh

Direktorat Jenderal Perikanan Budaya yang dialokasikan kepada pembudidaya

ikan pemula melalui Unit Pengembangan sebagai modal usaha di bidang

perikanan budidaya. Pemanfaatan dana ini untuk kegiatan usaha budidaya

pembenihan dan pembesaran ikan.

(3) Pengadaan dan penyaluran benih ikan yang diberikan kepada pembudidaya ikan

kecil berupa bantuan selisih harga benih ikan. Tujuannya adalah membantu

pembudidaya ikan kecil agar mampu membeli benih ikan budidaya yang

berkualitas dengan harga yang terjangkau, sehingga dapat meningkatkan

kualitas dan kuantitas produktivitas ikan hasil budidaya yang berbasis ekonomi

rakyat.

(4) Prasasti Mina ( Program Rintisan Akselerasi dan Sosialisasi Teknologi Inovasi

Kelautan dan Perikanan) sebagai suatu rangkaian atau proses kegiatan

percepatan diseminasi teknologi (biofisik, sosial ekonomi dan kelembagaan)

kepada para pelaku utama (nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah ikan) dan

pelaku usaha di bidang kelautan dan perikanan. Dalam kegiatan Prasasti Mina

ini proses alih teknologi yang dilakukan didasari kepada kebutuhan para pelaku

utama dan pelaku usaha untuk pemecahan masalah yang dihadapi dalam

meningkatkan kapasitas kemampuan berusaha yang berorientasi kepada bisnis

perikanan, kesesuaian dengan potensi wilayah serta penyediaan sarana dan

fasilitas yang mendukung diterapkannya teknologi secara berkelanjutan.

Rancang bangun Prasasti Mina pada intinya adalah membangun model

percontohan sistem dan usaha bisnis perikanan progresif berbasis teknologi

inovatif yang memadukan sistem inovasi dan sistem bisnis perikanan. Dalam

model ini, DKP tidak lagi hanya berfungsi sebagai produsen teknologi

sumber/dasar, tetapi juga terlibat aktif dalam memfasilitasi penggandaan,

penyaluran dan penerapan teknologi inovatif yang dihasilkannya melalui jajaran

unit kerjanya. Prasasti Mina dapat dikatakan sebagai model untuk memadukan

dan menyatukan berbagai fungsi dan peran institusi penyuluhan - penelitian-

bisnis perikanan –pelayanan Pendukung (Extension-Research–Business of

Fisheries–Supporting Service Linkages). Pembentukan jejaring kerja terpadu

Page 54: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

60

Penyuluhan–Penelitian–bisnis perikanan–Pelayanan merupakan salah satu

terobosan kelembagaan dalam Prasasti Mina.

(5) Kampanye “Gerakan Makan Ikan” yang ditujukan di tingkat konsumen. Secara

tidak langsung program ini akan meningkatkan motivasi pembudidaya ikan

untuk meningkatkan produksinya, seiring dengan meningkatkanya permintaan.

(6) Kredit Ketahanan Pangan yang juga ditujukan untuk pembudidaya ikan kecil,

diperuntukkan sebagai modal kerja dengan jangka waktu pengembalian sesuai

siklus usaha . Suku bunganya lebih rendah dari kredit umum, karena disubsidi

pemerintah.

(7) Program Mina Padi yang telah dilakukan sejak sektor perikanan di bawah

Departemen Pertanian. Program ini bertujuan untuk meningkatkan

produktivitas lahan, yang menggabungkan pemeliharaan ikan dengan padi. Ikan

dipelihara 30 hari dan benih ikan mencapai ukuran 30-40 ekor/kg dari waktu

tanam hingga penyiangan padi pertama atau kedua.

Menilik dari berbagai program tersebut, dapat dinyatakan bahwa target

program diarahkan pada pembudidaya ikan skala kecil, karena memang mayoritas

pengelola usaha akuakultur di Indonesia adalah pada skala kecil. Seperti halnya di

negara-negara Asia lainnya (FAO, 1988).

Penyuluhan Akuakultur

Penyuluhan akuakultur sebagai penyuluhan yang dilakukan pada sub sektor

budidaya perikanan, dengan pelaku utama masyarakat pembudidaya ikan. Merujuk

pada Undang-undang nomor 16 Tahun 2006, maka konsep penyuluhan perikanan

termasuk di dalamnya penyuluhan akuakultur sebagai proses pembelajaran bagi

pelaku utama dan pelaku usaha, dalam hal ini pembudidaya ikan agar mereka mau

dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi

pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk

meningkatkan produktivitas, efesiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya,

serta meningkatkan kesadaran dalam kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Sama halnya dengan penyuluhan pada sektor pertanian, kehutanan, maupun

sektor yang lain, pada dasarnya penyuluhan akuakultur memiliki prinsip dasar yang

sama. Perbedaannya pada pelaku utama dan pelaku usahanya, yaitu pada pertanian

Page 55: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

61

masyarakat tani, pada kehutanan masyarakat sekitar hutan, dan pada perikanan

akuakultur masyarakat pembudidaya ikan. Selain itu, perbedaannya pada jenis

materi penyuluhan, karena jenis usaha yang berbeda tersebut. Untuk penyuluhan

akuakultur materinya terkait dengan usaha budidaya ikan, baik pada aspek yang

sifatnya teknis maupun manajerial.

Mengacu pada fungsi pembudidaya ikan sebagai pengelola usaha, maka

materi-materi penyuluhan yang efektif jika terkait dengan aspek pengambilan

keputusan, perencanaan, dan pemasaran. Slamet (2008) menjelaskan beberapa hal

yang diperlukan petani termasuk pembudidaya ikan agar dapat merencanakan

usahanya dengan baik, antara lain pengetahuan dan keterampilan cara menghitung

biaya dan pendapatan (cost and return) yang benar, berbagai data tentang harga

input yang diperlukan dan ketersediaannya, data dan informasi pasar. Demikian

pula diperlukan materi-materi yang bersifat untuk menumbuhkan kemampuan

software pembudidaya ikan juga diperlukan guna meningkatkan posisi tawarnya,

misalnya kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan pihak non

pembudidaya ikan, melakukan tawar menawar, membangun strategi pasar.

Perkembangan penyuluhan akuakultur di Indonesia tidak terlepas dari

program-program pembangunan perikanan yang sebelumnya masih menyatu

dengan program pertanian. Beberapa yang pernah dikenal secara umum adalah

mina padi, yaitu memelihara ikan di sawah bersamaan dengan penanaman bibit

padi, “longyam” (balong ayam) yang mengintegrasikan usaha ternak ayam dan

ikan, dan introduksi varietas ikan yang produktivitasnya tinggi, seperti nila gift,

patin, lele sangkuriang, udang galah dan sebagainya.

Menurut Pillay (1979), pembangunan akuakultur di negara-negara dunia

ketiga relatif belum lama baru sekitar 20-50 tahun belakangan, bahkan di Amerika

Serikat industri perikanan mulai berkembang pada tahun 1950-an. Perkembangan

akuakultur di negara-negara berkembang banyak diinisiasi dari proyek-proyek

bantuan internasional, khususnya dari FAO. Seiring dengan hal tersebut,

penyuluhan perikanan sebagai pendukung pembangunan program-program

pembangunan akuakultur juga berkembang. Peran penyuluhan dalam

pembangunan akuakultur masih mengarah pada strategi transfer teknologi, yaitu

dengan memperkenalkan masyarakat pembudidaya ikan akan teknologi akuakultur.

Page 56: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

62

Beberapa kasus penyuluhan akuakultur yang ada di beberapa negara diuraikan

sebagai berikut:

(1) Rwanda

Program penyuluhan akuakultur pernah dilakukan di Rwanda pada tahun

1982, tetapi mengalami kegagalan. Beberapa faktor penyebabnya adalah

keterbatasan input pemupukan kolam, rendahnya suhu udara, tidak tersedia

benih, keterbatasan pengetahuan teknik di tingkat pembudidaya ikan, dan

lemahnya seleksi dan pelatihan para penyuluh. Selanjutnya pada tahun 1985

dimulai lagi program penyuluhan akuakultur dengan menyertakan komponen

penelitian, dengan terlebih dahulu dilakukan pelatihan kepada para penyuluh.

Materi pelatihan yang diberikan berupa teknik standar budidaya nila (tilapia)

dan pengelolaan kolam secara efesien dengan sedikit menggunakan input.

Guna mencapai keberhasilan transfer teknologi dari penyuluh kepada

pembudidaya, maka dikembangkan hubungan yang intens antara kedua pihak.

Radius kerja penyuluh seluas 15 km, yang ditempuh dengan sepeda. Dalam

luasan tersebut penyuluh dapat mengunjungi 10-15 tempat, dengan setiap lima

tempat dibuat 1 poros yang ditengahnya tempat tinggal penyuluh. Satu hari

dalam seminggu penyuluh mengunjungi satu lokasi poros, dan jadwalnya

terulang. Setiap 2 atau 3 tempat ditempatkan kolam ikan.

Kunci keberhasilan proyek adalah kualitas personal dalam

menyampaikan pengetahuan teknologi yang tepat kepada pembudidaya ikan

guna perbaikan produksi. Pelatihan secara tetap ditujukan kepada agen

penyuluh (“moniteurs”) dan supervisor regional sebagai “agronomes”. Pusat

pelatihan telah dibangun selama proyek ini di Pusat Budidaya Ikan Nasional di

Kigembe.

Pelatihan dilakukan secara terus menerus. “Moniteurs” dilatih selama 3

bulan, nantinya menjadi tenaga di lembaga penyuluhan di tingkat kabupaten.

Mereka dipilih dari tingkat kecamatan dengan cara seleksi. Kriteria seleksi

antara lain: tinggal di lokasi tempat kerja baik sebelum maupun sesudah

pelatihan, selesai sekolah paling tidak tiga tahun dari pendidikan dasar, dan

lulus tes dengan materi dasar membaca, menulis dan berhitung. Peserta

Page 57: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

63

pelatihan dibekali sepeda sebagai sarana transportasi, ransel, dan peralatan

lapang, seperti termometer, sepatu karet, senter, dip net dan sebagainya.

Workshop dilakukan untuk mengatasi keterbatasan petugas lapang.

Disediakan petunjuk teknis dan kesempatan untuk berinteraksi dengan petugas

administrasi, guna menumbuhkan jiwa korp “esprit de corps”. Moniteurs

diberi kesempatan mengikuti dua kali workshop per tahun.

Lulusan universitas (agronomi) direkrut di lembaga penyuluhan, yang

beberapa diantaranya mengikuti pelatihan di tempat lain, seperti di Pusat

Pelatihan FAO. Mereka diberi kesempatan mengembangkan ide-idenya dan

mencari informasi teknik-teknik baru, Kursus-kursus singkat juga diberikan

kepada manajer proyek stasiun guna meningkatkan standar kompetensinya, dan

juga kepada penyuluh lapang. Seminar ditujukan ke pegawai pemerintah,

administratur, dan petugas teknik dengan materi prinsip-prinsip akuakultur.

(2) Zaire

Proyek perikanan di Zaire dimulai tahun 1975 dengan nama the Peace

Corps Fisheries Project, yang awalnya didanai dari OXFAM. Tujuan

utamanya adalah membangun kemandirian dan memajukan pembudidaya ikan

dengan meningkatkan pendapatannya dari usaha budidaya ikan.

Pada tahapan selanjutnya dibentuk Peace Corp Volunteers untuk

menciptakan kemandirian pembudidaya ikan. Tujuannya agar program

teroganisir, efesien, dan menciptakan kohesivitas kelompok pembudidaya ikan

yang saling bekerjasama dalam mengatasi masalah-masalah dan isu yang

timbul. Pada awal-awal tahun proyek diberikan insentif kepada pembudidaya

ikan, berupa gerobak kecil dan skop, yang kemudian dihentikan. Selanjutnya

lokasi proyek dipindahkan ke tempat lain tanpa menimbulkan ketergantungan

pembudidaya ikan.

Kiriteria sosial pemilihan lokasi program adalah interes masyarakat lokal

dan kepadatan penduduk di area tersebut. Kriteria tekniknya lahan kolam milik

pribadi, suplai air selalu ada tiap tahun, tanah berlempung sesuai untuk kolam

ikan, dan irigasi yang baik, serta lokasi mudah diakses.

Hal yang penting dalam program ini adalah mengidentifikasi individu

dinamis yang memiliki potensi sukses dibandingkan orang-orang desa yang

Page 58: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

64

lain. Mereka ini bisa menjadi pemimpin pembudidaya ikan dan menjadi

pendukung volunteers (penyuluh) pada basis informal dan kesukarelaan.

Tahap kerja yang dilakukan oleh voluntir adalah pada tahap pertama,

menjalin kontak sebanyak mungkin, mengidentifikasi lokasi, membangun dan

mencadangkan kolam-kolam ikan, memperkenalkan teknik manajemen, dan

menetapkan sejumlah pembudidaya ikan. Jadwal harian kerja voluntir adalah

6-8 jam mengunjungi 2-3 orang pembudidaya ikan. Tahap kedua, volunter

menjalin kontak-kontak baru dan tetap melanjutkan pekerjaan yang telah

dilakukan pada tahap pertama, dengan fokus pada pengelolaan kolam-kolam

yang telah dibuat. Selama periode ini perlu diperhatikan mempertahankan

keberhasilan teknik intensif, oleh karenanya metode yang dirancang harus

sesederhana mungkin, mengingat bahwa banyak pembudidaya ikan memiliki

tingkat pendidikan yang rendah.

Peningkatan hasil panen diiringi dengan pemahaman tentang perhitungan

finansial yang terkait dengan penghitungan laba dan efesiensi biaya dari usaha

budidaya ikan. Pengembangan kelompok ditekankan yang nantinya

berkembang menjadi bentuk asosiasi bersama dengan kelompok pembudidaya

ikan yang lain. Melalui asosiasi ini bisa terjalin bentuk kerjasama dalam

penyediaan benih ikan dan konsultasi teknik antar sesama pembudidaya ikan.

Pembentukan kelompok pembudidaya ikan tidak serta merta dibentuk,

terlebih dahulu mengajak pembudidaya ikan sebagai model atau guru untuk

diikutsertakan dalam kegiatan seminar, rapat dan kunjungan lapang. Melalui

cara ini pembudidaya ikan model tersebut menjadi saling kenal dan saling

belajar di antara mereka. Asosiasi pembudidaya ikan diperkuat agar menjadi

mandiri dalam menyediakan input produksi dan saran, serta dapat melanjutkan

program pembangunan setelah Peace Corp sebagai penyelenggaran program

pergi. Zaire merupakan negara pertama di Afrika yang menghasilkan

pembudidaya ikan pada level ahli dari program ini.

Asosiasi berbeda dengan lembaga kerjasama yang lain, yaitu tidak ada

uang yang diinvestasikan, yang bisa menimbulkan kecemburuan. Asosiasi

dibentuk sebagai tempat mempertemukan kebutuhan akan ikan,

Page 59: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

65

mengembangkan keberanian, nasehat, dan proteksi melawan pencurian dan

eksploitasi.

Pelatihan formal kepada pembudidaya ikan dilakukan setelah terbentuk

asosiasi. Hasil pelatihan ini adalah munculnya kepercayaan diri dan motivasi

untuk maju dari diri pembudidaya ikan. Pelatihan dilakukan secara singkat

diorganisir di tingkat desa, bertempat di gereja atau sekolah dan dilakukan

kunjungan lapang ke desa terdekat yang dibangun kolam percobaan.

Tahap ketiga, voluntir memperhatikan secara intensif keberlangsungan

asosiasi. Banyak kesempatan diberikan kepada pembudidaya ikan kunjungan

riset dan demonstrasi di stasiun ikan, dan pelatihan kepada beberapa orang

pembudidaya ikan yang nantinya sebagai ahli. Pada tahap akhir ini peran

voluntir hanya sebagai kontributor. Adapun pengelolaan fungsi asosiasi dan

arahan diserahkan kepada pembudidaya ikan itu sendiri.

Peace Corps/Zaïre dibiayai dari USAID. Dibangun lima pusat pelatihan

sebagai model. Pelatihan dengan menggunakan bahasa setempat. Sebagai

tambahan dibentuk tim penyuluhan yang bergerak (mobile extension

team:Equipe Mobil) yang mengunjungi asosiasi pembudidaya ikan dua

bulannan.

Faktor-faktor keberhasilan proyek Peace Corps/Zaïre adalah: (1) motivasi

diri, akses lahan, perlatan dan tenaga kerja oleh pembudidaya ikan, (2) ketatnya

voluntir pada aspek teknis dan bukan pada layanan materi, (3) kesederhanaan

dan biaya yang rendah pada peralatan yang dibuat dan dapat diakses semua

orang.

Proyek di Zaire menunjukkan bahwa birokrasi yang besar tidak

diperlukan, lebih difokuskan kepada individu, sistem yang dikembangkan

adalah pelayanan sektor publik oleh pembudidaya ikan dan asosiasinya. Benih

ikan diproduksi dan didistibusikan secara lokal, pembudidaya ikan yang lebih

ahli memberikan nasehatnya kepada pembudidaya ikan yang baru, dan

pembudidaya ikan bertemu secara teratur dalam kelompok dan berdiskusi

tentang masalah yang ada.

Page 60: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

66

(3) Liberia

Penyuluhan perikanan di Liberia diselenggarakan oleh pemerintah di

bawah Departemen Pertanian, Divisi Perikanan. Sejak tahun 1952 penelitian

dan penyuluhan akuakultur sudah ada. Pendekatan yang digunakan adalah

dengan cara masal, dengan membangun kolam percobaan dengan tujuan

memperkenalkan budidaya ikan kepada sasaran sebanyak mungkin.

Pendekatan ini dinilai kurang berhasil, banyak proyek yang terbengkalai.

Pendekatan penyuluhan yang baru dilakukan pada tahun 1979 bersama

the Nimba County Rural Development Project (NCRDP). Proyek ini

bekerjasama dengan pemerintah Jerman Barat. Tujuannnya adalah

meningkatkan suplai ikan dan pendapatan masyarakat pedesaan. Output proyek

termasuk pelatihan pembudidaya ikan dan penyuluh, menyediakan layanan

penyuluhan, dan hatchery di tingkat kabupaten. Penyuluhan diselenggarakan

oleh NCRPD dan the Peace Corps/Liberia.

Voluntekan (penyuluh) bekerja dengan sedikit pembudidaya ikan kurang

dari 10 orang. Tugasnya adalah menjadikan pembudidaya ikan skala kecil

meningkatkan luas kolamnya. Tujuan utamanya adalah menjadikan

pembudidaya mandiri mengembangkan usahanya, yang nantinya tumbuh

menjadi industri. Program penyuluhan didisain dalam bentuk kelompok

(cluster). Pada setiap kluster masing-masing anggota saling mendukung secara

formal, membantu ketersediaan benih ikan, nasehat, dan bantuan fisik untuk

membangun kolam dan pemanenan, serta manajemen yang lebih baik.

Proyek menekankan pada sistem produksi multipel kolam (multiple-pond

production) yang memperhitungkan nilai ekonomi unit produksi. Petani

menjadikan budidaya ikan sebagai suatu usaha yang produktif (productive

farming enterprise), kolam ikan menjadi “bank hidup”. Kelebihan proyek ini

adalah adanya pembudidaya yang lebih ahli mengkomunikasikan teknologi dan

informasi pada pembudidaya lain dengan bahasa setempat.

(4) Panama

Sistem akuakultur yang dikembangkan di Panama adalah sistem

polikultur. Pada lahan kolam (150-300 m2) dikembangkan polikultur tanaman

dan ternak dengan variasi jenisnya sesuai dengan yang diinginkan petani dan

Page 61: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

67

karakateristik lokasi. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan asupan

protein hewani masyarakat pedesaan. Sedangkan pada kolam yang berukuran

lebih luas (lebih dari 300 m2) diintegrasikan ikan dengan ternak, seperti sapi,

ayam, dan bebek yang kotorannya menjadi pupuk kolam. Berbagai jenis

tanaman, seperti pisang, yucca, ote dan tanaman tradisional lainnya diairi dari

kolam ikan.

Pada tahun awal proyek penyuluh melakukan inisiasi dengan petani yang

memiliki sumberdaya. Mereka menjelaskan tentang akuakultur kepada

pembudidaya ikan yang telah terseleksi, termasuk manfaatnya. Setiap putusan

proyek ditetapkan bersama antara pembudidaya ikan dengan penyuluh.

Pembudidaya ikan berpartisipasi dalam membuat konstruksi kolam, memilih

ternak, pakan, dan pupuk. Pembudidaya ikan bertanggungjawab penuh atas

pengorganisasian kelompok, dan waktu panen.

Strategi penyuluhan utama di Panama adalah dengan pelatihan personel

di tingkat menengah guna memperkuat kekuatan penyuluhan atau transfer

teknologi. On-the-job-training dilakukan untuk meningkatkan keahlian

penyuluh muda. Sebagian besar penyuluh akuakultur di Panama memperoleh

pengetahuan melalui pengalaman kerja lapang. Pelatihan demikian dinilai

tidak efesien, karena membutuhkan waktu yang lama. Pelatihan kelas

menengah diselenggarakan oleh universitas dengan sistem perkuliahan selama

2,5 tahun. Kurikulum diarahkan dari Kementerian Akuakultur. Lulusannya

menjadi petugas penyuluh akuakultur

Pendekatan di Panama telah menggunakan personel penyuluh untuk

menghubungkan pembudidaya ikan pada sistem riset budidaya. Kedua pihak

meningkatkan pengetahuan dan pengalamannya secara bersama-sama, seperti

juga dalam hal meningkatkan produk yang laku di pasar.

(5) Bangladesh

Penyuluhan akuakultur di Bangladesh berada di bawah lembaga The

Department of Fisheries (DOF) yang pada level daerah ditangani oleh District

Fishery Officer (DFO). Metode penyuluhan yang digunakan dengan

pendekatan individu, kelompok, maupun secara masal. Pada pendekatan

individu pembudidaya ikan menghubungi penyuluh guna meminta saran,

Page 62: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

68

penyuluh melakukan kunjungan lapang ataupun dengan korespondensi melalui

surat. Sedangkan pada pendekatan kelompok dilakukan dengan beberapa cara,

seperti: pelatihan dan workshop, pertemuan informal, serta demonstrasi dan

kunjungan. Penyuluhan secara massal dilakukan melalui media massa, seperti

televisi, radio, surat kabar, poster, serta dengan beberapa jenis publikasi

tercetak seperti buklet, pamflet, buletin dan sebagainya yang diberikan kepada

pembudidaya ikan.

Pusat-pusat pelatihan akuakultur didirikan di beberapa wilayah. Dalam

lembaga ini penyuluh akuakultur juga dilatih untuk menguasai teknologi

tertentu, terutama tentang pembenihan (hatchery ikan dan udang), yang

nantinya disebarluaskan ke masyarakat pembudidaya ikan

Lembaga Pendukung Agribisnis Akuakultur

Paradigma agribisnis memandang bahwa pengoperasian usaha pertanian

tidak hanya melihat dari aspek peningkatan produksi saja melainkan juga perlu

memperhatikan aspek-aspek lain pendukung produksi, seperti pabrik dan distribusi

input produksi, pengolahan, dan distribusi komoditas hasil produksi, seperti yang

dinyatakan oleh Downey dan Erickson (1987) sebagai berikut “The sum total of all

operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies,

production operations on the farm, processing and distribution of farm

commocities and items made from them.” Terkait dengan hal tersebut Saragih

(1995) menyatakan bahwa terdapat keterkaitan vertikal antar subsistem agribisnis

dan keterkaitan horisontal dengan sistem atau subsistem lain di luar, seperti jasa-

jasa (finansial dan perbankan, transportasi, perdagangan, pendidikan dan lain-lain).

Keterkaitan sistem produksi dan pendukung perlu dijaga dan diseimbangkan,

seperti: (a) penyediaan input produksi (benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja), (b)

kredit perbankan, (c) unit-unit industri pengolahan, (d) lembaga pemasaran, dan (e)

lembaga penelitian dan pengembangan untuk menciptakan dan mengembangkan

teknologi usaha tani yang mutakhir. Demikian pula dukungan sistem informasi

serta tersedianya data yang akurat dan mudah didapat setiap waktu mengenai

produksi, permintaan, dan harga perlu diusahakan. Pengembangan agribisnis pada

akuakultur mencakup sektor hulu hingga sektor hilir (Gambar 7).

Page 63: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

69

Akuabisnis sebagai suatu manajemen, khususnya pada kegiatan on farm

meliputi subsistem-subsistem yang saling terkait, sehingga tujuan akuakultur untuk

memperoleh keuntungan akan dapat tercapai (Gambar 8).

Gambar 7. Lingkup Pembangunan Sistem Agribisnis Akuakultur (diadopsi dari Sistem Agribisnis Pertanian oleh Saragih 2005)

Beberapa cakupan kegiatan bisnis yang ada pada masing-masing sub sistem

adalah sebagai berikut:

(1) Subsistem pengadaan sarana dan prasarana produksi. Mencakup kegiatan

pemilihan lokasi, pengadaan bahan, dan pembangunan fasilitas produksi.

Dalam pengadaan sarana produksi terdiri dari kegiatan pengadaan induk, benih,

pakan, pupuk, obat-obatan, peralatan akuakultur, tenaga kerja dan sebagainya.

(2) Subsistem proses produksi, mencakup kegiatan sejak persiapan wadah kultur,

penebaran (stocking), pemberian pakan, pengelolaan lingkungan, pengelolaan

kesehatan ikan, pemantauan ikan, hingga pemanenan.

(3) Subsistem penanganan pasca panen dan pemasaran, mencakup kegiatan

meningkatkan mutu produk sehingga bisa lebih diterima oleh konsumen,

distribusi produk, dan pelayanan (service) kepada konsumen.

(4) Subsistem pendukung, antara lain mencakup aspek hukum (perundangan-

undangan dan kebijakan, aspek keuangan (pembiayaan atau kredit, pembayaran

Subsistem Agribisnis Hulu Industri perbenihan

ikan Industri agrokimia

(pupuk, obat-obatan)

Industri perkapalan

Industri otomotif

Subsistem Usahatani Usaha

penangkapan Usaha

pengolahan Usaha

budidaya

Subsistem Pengolahan Industri makanan Industri minuman Industri kosmetik Industri biofarma Industri agrowisata

dan estetika

Subsistem Pemasaran Distribusi Promosi Informasi pasar Kebijakan

perdagangan Struktur pasar

Subsistem Jasa dan Penunjang Perkreditan dan asuransi Penelitian dan pengembangan Pendidikan dan penyuluhan Transportasi, pergudangan, dan pelabuhan

Page 64: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

70

dan sebagainya), aspek kelembagaan (organisasi perusahaan, asosiasi, koperasi

perbankan, lembaga birokrasi, lembaga riset pengembangan dan sebagainya).

Berdasarkan keterkaitan berbagai subsistem dalam sistem manajemen

agribisnis akuakultur (akuabisnis), maka dapat dicatat bahwa lembaga-lembaga

yang terkait dalam subsistem-subsistem sangat dibutuhkan perannya dalam

mendukung keberlanjutan usaha milik pembudidaya ikan, baik yang mencakup

lembaga pengadaan sarana dan prasarana produksi, terutama lembaga penyedia

input produksi, lembaga pemasaran, lembaga keuangan, dan lembaga penyedia

informasi dan teknologi.

Pada era sekarang ini informasi menjadi kebutuhan yang sangat penting

bagi kehidupan manusia di seluruh dunia, termasuk bagi pembudidaya ikan guna

keberlanjutan usahanya. Seperti halnya yang dinyatakan oleh Nakazawa dan John

(1993), informasi yang relevan dan tepat waktu penting untuk keberhasilan usaha.

Informasi usaha dapat berupa informasi peluang-peluang usaha, informasi pasar,

dan informasi hasil-hasil penelitian. Terkait dengan informasi pasar yang sangat

diperlukan oleh pembudidaya ikan skala kecil adalah informasi tentang jumlah

permintaan, jumlah penawaran, pola konsumsi (consumption patterns), pasar, dan

harga.

Pentingnya informasi bagi pengembangan masyarakat desa, khususnya para

petani mendorong pemerintahan di negara-negara membentuk lembaga-lembaga

yang menyediakan informasi ini. Pemerintah Amerika Serikat membentuk lembaga

Pusat Informasi Pedesaan atau Rural Information Center (RIC) yang berfungsi

menyediakan informasi dan referensi pelayanan bagi pegawai pemerintah daerah

setempat, organisasi masyarakat, pengusaha, warga desa dan pihak lain yang terkait

di desa, guna membantu revitalisasi dan perencanaan projek, pengembangan wisata

Proses produksi Penanganan pasca panen

dan pemasaran

Pendukung

Gambar 8. Sistem Manajemen Akuabisnis

Pengadaan sarana dan prasaran

Page 65: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

71

desa, kesehatan desa, sumber-sumber pembiayaan, pendidikan, penelitian dan isu

lain yang terkait. Selain itu, melalui lembaga Economist-Management Group of

the Texas Agricultural Extension Service petani dan peternak diperkenalkan

program pengelolaan pertanian dan peternak dengan berbasis teknologi komputer.

Hasil penelitian oleh Breazeale (1989) menunjukkan, petani dan peternak memiliki

tingkat kepuasan yang cukup tinggi atas TAEX software yang diperkenalkan.

Pemerintah Australia juga mengembangkan sistem informasi Target-specific

Expert System (ES). Pendekatan dengan target-specific ES telah terbukti membantu

proses pengambilan keputusan usaha para peternak sapi perah di Australia (Miah et

al. 2009).

Beberapa jenis media dapat digunakan dalam masyarakat pedesaan yang

sesuai dengan kondisi sosio struktural masyarakat setempat. Penggunaan media

informasi yang bersifat pendidikan-hiburan (entertainment-education) seperti

sandiwara radio telah terbukti merubah perilaku petani (Heong et al. 2008).

Demikian pula penggunaan ICT telah memudahkan tujuan arah penyuluhan

pertanian yang modern (Feng et al. 2005). Bentuk kegiatan pengamatan yang

dilakukan sendiri oleh petani juga menjadi sumber informasi yang utama, karena

mampu meningkatkan keyakinan (belief) tentang efek pestisida, kualitas air, dan isu

lingkungan (Lichtenberg dan. Zimmerman 1999).

Lembaga penyedia input produksi pada masyarakat pedesaan juga penting

peranannya dalam mendukung keberhasilan usaha masyarakat desa, termasuk di

antaranya pembudidaya ikan. Lembaga penyedia input bisa berasal dari

pemerintah, swasta, maupun masyarakat pembudidaya ikan yang lain. Jenis input

yang diperlukan dalam usaha akuakultur yang utama adalah benih ikan dan pakan.

Penyediaan benih ikan pada usaha akuakultur di negara-negara berkembang

sebagian besar dilakukan oleh pemerintah (Edwards dan Demaine 1998). Lembaga

pemerintah yang berfungsi menyediakan benih ikan bagi pembudidaya ikan di

Indonesia adalah Balai Benih Ikan (BBI) yang umumnya ada di setiap kabupaten

yang memiliki potensi perikanan darat. Penyediaan pakan buatan seperti pelet

umumnya diperoleh dari lembaga swasta melalui agen-agen penjualan, dan untuk

pakan alami pembudidaya ikan mengandalkan pada planton yang hidup di kolam

atau pakan dari daun-daunan seperti daun sente.

Page 66: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

72

Dukungan lembaga pemasaran berperan sangat penting guna memasarkan

hasil produksi pembudidaya ikan secara efesien dan efektif. Dalam rantai

pemasaran ikan, posisi pembudidaya sebagai produsen seringkali memiliki posisi

tawar yang paling lemah, sehingga harga yang diterima juga menjadi rendah.

Menurut FAO (2008) guna meningkatkan posisi tawar dan memendekkan rantai

pemasaran diperlukan kerjasama dalam bentuk asosiasi (kelompok) pembudidaya

ikan skala kecil, untuk itu diperlukan dukungan dari institusi. Survai pasar,

pertemuan bisnis antara penjual dan pembeli, dan seminar dapat dilakukan secara

berkala sebagai bentuk promosi produk, meningkatkan kontak bisnis, serta

meingkatkan arus informasi.

Pemasaran produk ikan memerlukan berbagai jenis fasilitas yang baik,

sehingga produk tersebut sampai ke tangan konsumen secara cepat dan terjaga

kualitasnya. Mengingat ikan konsumsi yang diinginkan oleh konsumen dalam

keadaan hidup, maka kecepatan waktu dan penanganan yang baik sangat

diperlukan. Pada umumnya ketersediaan fasilitas pemasaran menjadi masalah yang

dihadapi pembudidaya ikan skala kecil, terutama dalam hal sarana transportasi

(FAO 2008).

Perikanan sebagai Suatu Sistem Pembangunan Berkelanjutan

Paradigma pembangunan yang berkelanjutan dimunculkan oleh negara-

negara di Barat pada awal abad 19 yang tergabung dalam International Institute for

Sustainable Development (IISD). Selanjutnya, pada tahun 1990-an organisasi dunia

yang beranggota 170 perusahaan multinasional Eropa yaitu The World Business

Council for Sustainability Development (WBCSD) berkomitmen untuk

mengaplikasikan pembangunan berkelanjutan telah menyusun konsep eko-efesiensi

yang menjelaskan adanya korelasi antara pembangunan sektor ekonomi dengan

sektor lingkungan hidup. Sejak diterbitkannya dalam dokumen Bruntland Report

oleh World Commission on Environtment and Development (WCED), tahun 1987

maka banyak perhatian pada paradigma pembangunan berkelanjutan. Pendekatan

keberlanjutan umum digunakan dalam hal-hal yang terkait dengan kebijakan

lingkungan atau etika bisnis. Pada laporan tersebut pembangunan berkelanjutan

didefinisikan sebagai “pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi

Page 67: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

73

sekarang tanpa mengorbankan generasi akan datang untuk dapat memenuhi

kebutuhannya.”

Pengakuan akan pentingnya pembangunan perikanan berkelanjutan sudah

nyata di Indonesia, dengan adanya Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang

Perikanan. Dinyatakan bahwa pengelolaan perikanan ditujukan untuk membuka

peluang kerja, kesejahteraan pembudidaya ikan dan nelayan, serta menjaga

keberlanjutan sumberdaya perikanan dan lingkungan. Oleh karena itu, seluruh

aspek kegiatan pembangunan perikanan, termasuk akuakultur sudah seharusnya

berasas pada pandangan pembangunan berkelanjutan.

Pembangunan akuakultur berkelanjutan mengacu pada pendekatan

ekosistem pada akuakultur atau Ecosystem Approach to Aquaculture (EAA) yang

didefinsikan sebagai berikut:

“An ecosystem approach to aquaculture (EAA) strives to balance diverse societal objectives, by taking account of the knowledge and uncertainties of biotic, abiotic and human components of ecosystems including their interactions, flows and processes and applying an integrated approach within ecologically and operationally meaningful boundaries.”

Penerapan EAA pada level usaha akuakultur (farm), zonasi geografi

akuakultur, industri dan komoditi, serta pada tingkat makro (kebijakan). Melalui

EAA akan memperbaiki perputaran nutrient sehingga meminimalisir dampak

negatif pada berbagai tingkatan intensitas, seperti dengan polikultur atau akuakultur

terintegrasi (misalnya ikan dengan remis, ikan dengan rumput laut), serta dengan

memperluas penggunaan ekosistem perikanan melalui penggabungan atau

peningkatan aktifitas dengan sektor lain (pertanian), seperti mina padi (FAO 2007).

Edward dan Demaine (1998) menyatakan bahwa sistem berkelanjutan pada

akuakultur meliputi tiga aspek, yaitu teknologi produksi, sosial-ekonomi, dan

lingkungan. Teknologi produksi mencakup: spesies ikan yang dibudidayakan,

fasilitas budidaya, dan jenis usaha (husbandry), seperti pembenihan, pendederan,

dan pembesaran. Aspek sosial ekonomi terdiri dari tingkat mikro atau komunitas

dan rumah tangga, dan tingkat makro atau internasional, nasional, dan regional.

Aspek lingkungan mencakup dampak positif maupun negatif .

Frankic dan Hershner (2003) mengemukakan bahwa dalam konsep

akuakultur berkelanjutan terkandung tiga dimensi, yaitu lingkungan, ekonomi, dan

Page 68: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

74

sosial. Dinyatakan lebih lanjut, bahwa praktek usaha akuakultur yang

berkelanjutan tidak hanya dengan memaksimalkan keuntungan, melainkan juga

meminimalisir kerusakan, seperti halnya dampak negatif pada lingkungan alam dan

lingkungan sosial. Terkait dengan aspek sosial, Pretty (1995) mengemukakan

perlunya mengembangkan perhatian terhadap keterampilan dan pengetahuan lokal

masyarakat setempat, perlunya menciptakan kreativitas teknologi pertanian

alternatif, dan perjuangan untuk menghadapi rintangan yang besar.

Strategi pembangunan berkelanjutan pada industri akuakultur tidak hanya

ditujukan untuk peningkatan produksi saja. Di negara-negara Uni-Eropa industri

akuakultur ditujukan untuk membuka lapangan kerja, menyediakan konsumsi

pangan yang sehat, aman, dan berkualitas yang dihasilkan dari ikan yang sehat dan

dari produksi yang ramah lingkungan (Focardi dan Franci 2005).

Menurut Sukadi (2008), pembangunan berkelanjutan tidak semata-mata

berorientasi pada peningkatan produksi saja, melainkan juga pada dampak usaha

budidaya pada keberlanjutan lingkungan di sekitarnya, serta tuntutan kualitas dan

keamanan produk oleh konsumen dan aturan yang berlaku. Untuk itu, diperlukan

perbaikan teknologi dan sistem manajemen yang mengarah pada proses produksi

yang ramah lingkungan dan memperhatikan keamanan pangan. Macgregor dan

Warren (2006) menyatakan bahwa pengembangan akuakultur yang berkelanjutan

memerlukan praktek-praktek pengelolaan lahan dan perairan yang tepat, sehingga

menekan terjadinya degradasi lingkungan, terutama akibat polusi perairan (aquatiq

pollution).

Faktor-faktor yang penting untuk meningkatkan keberlanjutan sektor

akuakultur di Indonesia menurut Sukadi (2008) adalah benih yang berkualitas,

teknik produksi yang tepat, lingkungan akuakultur, pengelolaan kesehatan ikan,

kualitas produk, dan pemasaran.

Paradigma pembangunan perikanan berkelanjutan diawali dengan

munculnya paradigma konservasi (conservation paradigm) yang dipengaruhi oleh

pandangan biologi. Dalam paradigma ini, keberlanjutan perikanan diartikan sebagai

konservasi jangka panjang (long-term conservation) sehingga sebuah kegiatan

perikanan akan disebut “berkelanjutan” apabila mampu melindungi sumberdaya

perikanan dari kepunahan. Konsep ini memberikan sedikit perhatian pada tujuan

Page 69: Pola pengembangan kapasitas pembudidayaan ikan kolamrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55017/4/BAB II... · Ivan Pavlov merupakan ilmuwan pertama yang mempelajari hubungan

m

k

p

i

(

p

p

k

y

d

r

p

p

p

s

k

k

k

k

t

manusia da

konservasi

paradigma r

ini memfok

(economical

pencapaian k

Char

perikanan k

keberlanjuta

yield) dan k

dan OSY (op

representasi

paradigma

perikanan.

paradigma s

Menu

semata-mata

keuntungan

keberlanjuta

keberlanjuta

keberlanjuta

tercapainya

Gam

alam melaku

ini mendap

rasionalitas (

kuskan pada

lly rational

keuntungan

rles (2001)

konvensiona

an secara bio

eberlanjutan

optimum sust

dari parad

rasionalitas

Charles

osial dan ko

urut Kusum

a ditujukan u

ekonomi

an komunita

an institusi

an dari peran

keberlanjuta

mbar 9. Segit

ukan kegiat

pat tantanga

(rationalizat

a keberlanju

l or efficie

maksimal su

mengkriti

al yang se

ologi-ekolog

n ekonomi d

tainable yiel

digma kons

yang tela

(2001) men

omunitas (co

mastanto (2

untuk kepen

semata (as

as perikanan

(institution

ngkat regula

an ekologi, e

tiga Keberlan

an perikana

an dari para

tion paradig

utan perikan

ent fishery)

umberdaya p

isi secara

elama ini

gi dengan k

dengan konse

ld). Konsep

ervasi dan

ah lama m

ngemukakan

mmunity par

2003), perik

ntingan keles

s rents) ta

n (sustainabl

nal sustaina

asi, kebijaka

ekonomi dan

njutan Sistem

an tersebut.

adigma lain

gm) pada tah

nan yang ra

dan mend

perikanan ba

sistematik

hanya ber

konsep MSY

ep MEY (ma

p pertama pa

dua konsep

mendominasi

n wacana b

radigm).

kanan yang

starian ikan

api lebih d

le communit

ability) yan

an dan organ

n komunitas p

m Perikanan

Dominasi

n yang dise

hun 1950-an

asional seca

dasarkan p

agi pemilik s

konsep k

rgantung pa

Y (maximum

aximum econ

ada dasarnya

p berikutny

konsep k

baru tentan

g berkelanj

itu sendiri (

dari itu ad

ty) yang dit

ng mencak

nisasi untuk

perikanan (G

n (Charles, 2

75

i paradigma

ebut sebagai

n. Paradigma

ara ekonomi

ada konsep

sumberdaya.

keberlanjutan

ada konsep

sustainable

nomic yield)

a merupakan

ya mewakili

keberlanjutan

ng perlunya

utan bukan

(as fish) atau

dalah untuk

tunjang oleh

kup kualitas

mendukung

Gambar 9).

001)

5

a

i

a

i

p

n

p

e

)

n

i

n

a

n

u

k

h

s

g