POLA PEMBUDAYAAN KOMPETENSI BERBASIS …eprints.uny.ac.id/4657/1/013-Proposal-HIBAH-DOKTOR.… ·...
Transcript of POLA PEMBUDAYAAN KOMPETENSI BERBASIS …eprints.uny.ac.id/4657/1/013-Proposal-HIBAH-DOKTOR.… ·...
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 1
POLA PEMBUDAYAAN KOMPETENSI BERBASIS IDEOLOGI TRI HITA KARANA
Studi Etnografi tentang Konsepsi Masyarakat Bali terhadap SMK sebagai Pusat Pembudayaan Kompetensi
Putu Sudira NIM: 07702261001
Program Studi Pendidikan Teknologi Kejuruan Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan: (1) Mengkaji konsepsi masyarakat Bali tentang pendidikan untuk dunia kerja; (2) Mengkaji konsepsi masyarakat Bali tentang pengembangan pendidikan kejuruan di SMK; (3) Mengkaji secara mendalam dan memaknai nilai-nilai Tri Hita Karana yang dapat diinternalisasikan kedalam inovasi dan pengembangan kualitas dan relevansi pendidikan di SMK; (4) Mengembangkan pola pembudayaan kompetensi kejuruan di SMK berbasis Tri Hita Karana. Keluaran penelitan berupa pola baru pembudayaan kompetensi kejuruan yang mensinergikan kebutuhan pembangunan SDM Bali dengan keunggulan lokal dan potensi wilayah Bali diantara kebutuhan nasional, dan tantangan global. Sebuah pola pembudayaan kompetensi kejuruan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat Bali, berwawasan masa depan, berwawasan budaya Bali, berwawasan kesemestaan, berwawasan nilai tambah, profesional, merepleksikan keyakinan dan pandangan masyarakat Bali. Pengumpulan data menggunakan teknik interview, observasi partisipatif, analisis dokumen, dan analisis situs. Subyek melibatkan informan kepala sekolah, guru, siswa, kepala dinas pendidikan, budayawan, cendikiawan, seniman, pengusaha dipilih secara purposif. Peralatan untuk pengumpulan data antara lain audio-video recording, kamera foto, software pembuat diagram, buku catatan lapangan (fieldnotes), laptop. Validasi data dilakukan melalui internal triangulasi, eksternal triangulasi, dan membanding laporan temuan dengan realitas lapangan. Analisis data dilakukan menggunakan model interaktif model Miles & Huberman melalui pemaknaan data yang tersaji selama di lapangan dan sesudah meninggalkan lapangan.
Kata kunci: pembudayaan, kompetensi, kejuruan, etnografi
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembudayaan kompetensi kejuruan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
memerlukan dukungan sosiokultural dan struktural. Secara sosiokultural pola
pembudayaan kompetensi kejuruan di SMK diharapkan memenuhi kebutuhan untuk: (1)
mengembangkan keterampilan kognitif dan psikomotorik individu peserta didik (Emmerik,
Bekker, & Euwema, 2009; Kellet, Humphrey, & Sleeth, 2009); (2) mengembangkan
attitude (Stumpf, 2009); (3) mengembangkan apresiasi positif terhadap pekerjaan,
membangun budaya kerja (Heinz, 2009), membangun budaya belajar, budaya kreatif dan
produktif (Thompson,1973; Gill, Dar, & Fluitman, 2000); (4) mempersiapkan peserta didik
untuk bekerja, berwirausaha, atau meneruskan (Wardiman,1998); (5) memberdayakan
peserta didik untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang layak (Gill, Dar, &
Fluitman, 2000); (6) mengembangkan karier sesuai dengan kompetensi keahlian yang
dipilih (Kellet, Humphrey, Sleeth, 2009); (7) melibatkan masyarakat pemangku
kepentingan secara luas, utuh, benar, dan bertanggungjawab (McGrath S., 2009).
Secara struktural SMK adalah sistem pendidikan persekolahan yang diselenggarakan
oleh pemerintah bukan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat dunia usaha dan
dunia industri (Dedi Supriadi, 2002) sehingga memerlukan pola pembudayaan kompetensi
dengan konteks khusus (Herschbach, 2009). Jajaran pengelola dan pelaksana pendidikan
SMK di daerah belum sepenuhnya memahami kedudukan, fungsi, manfaat, karakteristik,
prinsip-prinsip, dan landasan pendidikan kejuruan. Akibatnya pendidikan kejuruan di SMK
belum efektif dan efisien karena tidak tumbuh dan berkembang dari dan bersama
masyarakat, tidak berbasis budaya sendiri, belum memperhatikan kebutuhan dan keunggulan
lokal, belum memperoleh dukungan, partisipasi, dan kerjasama yang kuat dari masyarakat.
Dalam studi pendahuluan yang dilakukan di Provinsi Bali ditemukan adanya kajian
ideologi Tri Hita Karana sebagai keunggulan lokal adiluhung. Tri Hita Karana merupakan
filosofi pembangunan masyarakat Bali (Agastia, 2007; Titib, 2003). Tri Hita Karana telah
membentuk masyarakat Bali menjadi masyarakat berbudaya “creativogenic”, memiliki
sarana kebudayaan yang mengakar kuat di dalam keluarga, di banjar dan desa pekraman.
Bali memiliki konsep pembangunan holistik, berkembang penuh dengan daya kreativitas.
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 3
B. Tujuan Khusus dan Manfaat Penelitian
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengkaji konsepsi masyarakat Bali
tentang pendidikan untuk dunia kerja; (2) Mengkaji konsepsi masyarakat Bali tentang
pengembangan pendidikan kejuruan di SMK; (3) Mengkaji secara mendalam dan
memaknai nilai-nilai Tri Hita Karana yang dapat diinternalisasikan kedalam inovasi dan
pengembangan kualitas dan relevansi pendidikan di SMK; (4) Mengembangkan pola
pembudayaan kompetensi kejuruan di SMK berbasis Tri Hita Karana.
Secara akademik penelitian ini memiliki tiga manfaat besar yaitu: (1) bagi mahasiswa
Pendidikan Teknologi Kejuruan (PTK) dan masyarakat dunia pendidikan kejuruan
Indonesia khususnya dan dunia pada umumnya, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan
kajian model pendidikan kejuruan berbasis keunggulan lokal diera otonomi; (2) bagi
pengembang pendidikan kejuruan di daerah Bali sesuai pendapat Herschbach (2009) dapat
menggunakan hasil penelitian sebagai bahan pembuatan kebijakan pembangunan
pendidikan kejuruan sebagai pendidikan untuk dunia kerja bermutu, berdaya saing, dan
relevan dengan kebutuhan daerah; (3) bagi masyarakat kejuruan di Bali dalam hal ini
pimpinan SMK, guru kejuruan, pengawas pendidikan kejuruan, dunia usaha dan industri,
orang tua/wali siswa, siswa SMK dapat menggunakan hasil penelitian untuk perencanaan
dan pengembangan visi, misi, tujuan, sasaran, kurikulum, organisasi, dan budaya belajar di
SMK. Hasil penelitian dapat memberi inspirasi pengembangan proses belajar mengajar,
manajemen, dan kepemimpinan di SMK.
C. Urgensi (keutamaan) Penelitian
Menurut Rojewski (2009) pengembangan pendidikan teknologi dan kejuruan
memerlukan kerangka konseptual (conceptual framework) yang jelas dalam memenuhi
tujuan secara efektif dan bermakna. Kerangka koseptual pola pembudayaan kompetensi
kejuruan di SMK di masing-masing daerah berbeda satu sama lain karena setiap wilayah
di Indonesia memiliki karakteristik sosio-kultural yang unik, potensi wilayah yang berbeda,
keunggulan lokal yang berbeda, kebijakan politik dan ekonomi yang berbeda pula. Pola
pembudayaan kompetensi kejuruan di SMK akan efektif dan efisien jika sesuai dengan: (1)
kebutuhan pembangunan sumber daya manusia pendidikan kejuruan di daerah
(Herschbach, 2009); (2) potensi wilayah; (3) berwawasan keunggulan lokal; (4)
berwawasan masa depan; (5) berwawasan mutu; (6) berwawasan nilai tambah; (7)
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 4
profesional; dan (8) merepleksikan keyakinan dan pandangan dari pemilih/pengguna.
Pembudayaan kompetensi kejuruan di SMK di Bali memerlukan pola tersendiri yang
komprehensif dan sesuai dengan karakteristik sosial budaya dan struktur masyarakat Bali
dengan ideologi Tri Hita Karana yang religius. Pola pembudayaan kompetensi kejuruan
berbasis ideologi Tri Hita Karana sebagai budaya lokal Bali sangat urgen dan strategis
dikaji untuk menemukan pola baru jawaban atas permasalahan dan hambatan sosiokultural
dan struktural yang dihadapi pendidikan menengah kejuruan di Indonesia yang berubah
dari sentralistik ke desentralistik.
Restrukturisasi dan rekulturisasi pola pembudayaan kompetensi kejuruan untuk
mendidik seseorang tidak hanya sekedar sebagai pekerja (Hollander & Mar, 2009),
melainkan sebuah pendidikan dengan pendekatan holistik yang digali dari masyarakat Bali
untuk mengembangkan skil bekerja yang sesuai dengan nilai-nilai dan kebutuhan
pembangunan sumberdaya manusia Bali, potensi wilayah Bali, menginternalisasikan nilai-
nilai Tri Hita Karana kedalam inovasi dan pengembangan kualitas dan relevansi
pendidikan di SMK sangat urgen dikaji dan diteliti. Studi etnografi tentang konsepsi
masyarakat Bali terhadap SMK sebagai pusat pembudayaan kompetensi akan menggali dan
menemukan pola pembudayaan kompetensi berbasis Tri Hita Karana. Pola pembudayaan
kompetensi yang diharapkan adalah pola yang mampu menginterlanisasikan keunggulan
lokal Bali, potensi wilayah Bali diantara kebutuhan nasional, dan tantangan global.
Keunggulan lokal Bali dan potensi wilayah Bali tetap sebagai basis pengembangan pola
pembudayaan kompetensi kejuruan SMK di Bali.
Pola pembudayaan kompetensi kejuruan berbasis ideologi Tri Hita Karana
diharapkan mampu mendudukkan arti penting pendidikan kejuruan, fungsi pendidikan
kejuruan, tujuan pendidikan, manfaat pendidikan kejuruan, karakteristik pendidikan
kejuruan, prinsip-prinsip pendidikan kejuruan, dan landasan pendidikan kejuruan kedalam
konsepsi pembangunan pendidikan menengah kejuruan di SMK. Pola pembudayaan
kompetensi kejuruan di SMK lahir dan tumbuh dari budaya masyarakat Bali dan menjadi
bagian yang utuh dari keseluruhan budaya masyarakat Bali.
Secara pragmatis pendidikan kejuruan di abad 21 dituntut membangun manusia yang
memiliki kecerdasan belajar, kecerdasan ekonomi, kecerdasan sosial, kecerdasan budaya,
kecerdasan teknologi, dan juga kecerdasan politik (Cheng, 2005). Pendidikan kejuruan
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 5
akan berhasil jika mampu menumbuhkembangkan eksistensi manusia pendidikan kejuruan
yang memasyarakat, berbudaya kompetensi dalam tatanan kehidupan berdimensi lokal,
nasional, regional, dan global. Sebagai produk masyarakat, pendidikan kejuruan tidak bisa
dipisahkan dari masyarakat dimana pendidikan kejuruan dikembangkan. Pendidikan
kejuruan tumbuh dari masyarakat, berkembang bersama budaya masyarakat setempat,
memperhatikan keunggulan lokal, potensi wilayah, dukungan masyarakat, partisipasi dan
kerjasama masyarakat, ada konsensus yang kuat diantara masyarakat dengan lembaga
pendidikan kejuruan. Visi pendidikan kejuruan seharusnya kongruen dengan visi
masyarakat dimana pendidikan kejuruan dikembangkan (Tilaar, 1999).
Konsep-konsep baru dan membumi tentang penyelenggaraan pendidikan menengah
kejuruan yang digali secara empirik dari ideologi Tri Hita Karana dengan metoda induktif
kemudian direkonstruksi dan dimaknai sebagai teori sangat urgen dilaksanakan. Kajian
penelitian ini akan sangat besar manfaatnya bagi pengembangan ilmu dan pendidikan
kejuruan di Indonesia. Secara praktis temuan penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan
sebagai bahan rujukan pengambilan kebijakan pengembangan pendidikan menengah
kejuruan di Provinsi Bali yang holistik dan humanis sesuai dengan prinsip-prinsip
penyelenggaraan pendidikan kejuruan.
Penelitian ini urgen dilaksanakan karena beberapa alasan yaitu:
1. Pemerintah Indonesia secara yuridis melalui UU nomor 33 tahun 2004 telah menetapkan
penyelenggaraan pendidikan kejuruan secara desentralistik. Implikasi dari desentralisasi
pendidikan adalah tuntutan penguatan kemandirian dalam peningkatan mutu, relevansi,
daya saing, dan efesiensi dengan memperhatikan potensi wilayah, kekuatan budaya
lokal untuk memenuhi kebutuhan pembangunan daerah.
2. Pembudayaan kompetensi kejuruan pada SMK di Bali memerlukan pola tersendiri
karena Bali memiliki keunikan sosiokultural.
3. Ideologi Tri Hita Karana sampai saat ini baru dikembangkan dalam ranah pertanian
(subak), arsitektur, pengembangan kawasan perumahan, banjar, desa pekraman.
Ideologi Tri Hita Karana belum dikembangkan secara serius dalam ranah pendidikan
khususnya ranah pendidikan kejuruan. Padahal semua masyarakat mengakui bahwa
pendidikan adalah ranah utama dalam pembangunan manusia.
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 6
STUDI PUSTAKA
A. Pembudayaan Kompetensi Kejuruan
Kompetensi merupakan kemampuan seseorang yang terobservasi mencakup
pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas
sesuai dengan standar unjuk kerja yang ditetapkan. Kompetensi kejuruan berkaitan dengan
kemampuan seseorang dalam mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan, mengorganisasikan
pekerjaan sehingga dapat dilaksanakan, apa yang harus dilakukan bilamana terjadi sesuatu
yang berbeda dengan rencana semula, dan bagaimana menggunakan kemampuan yang
dimilikinya untuk memecahkan masalah atau melaksanakan tugas dengan kondisi yang
berbeda (SKN, 2003; UNEVOC).
Pembudayaan dalam kaitannya dengan organisasi dan IPTEKS menurut Djohar
(1999) adalah wawasan, sikap, cara berpikir, cara kerja, tingkat kepuasan, cara hidup, tata
nilai. Menjadi membudaya menurut Kleden dikutip Djohar (1999) jika semua dimensi pola
pikir, tata nilai, perilaku telah terintegrasi, menjadi milik seseorang baik dalam konteks diri
sendiri maupun tata kehidupan sosial. Menurut Edward B.Tylor dikutip oleh Tilaar (2002),
budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks dari pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat, serta kemampuan-kemampuan dan
kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan dapat
berbentuk fisik, kelakuan-kelakuan yang terarah seperti hukum, adat istiadat sebagai
realitas obyektif dapat dilihat. Semua objek dan kejadian yang terjadi di alam ini adalah
kebudayaan (Djohar, 1999:106). Selain seni, simbol kebudayaan yang mudah ditangkap
adalah tata nilai hidup bermasyarakat dalam tingkatan lokal, nasional, regional,dan global
(Coessens & Bendegem, 2008; Zajda, Biraimah, Gaudelli, 2008)
Pembudayaan kompetensi kejuruan dapat diartikan sebagai proses pengintegrasian
secara sistemik pola pikir, kepercayaan, tata nilai, moral, sikap, cara kerja, tingkat
kepuasan, cara hidup yang diterima oleh lembaga dan masyarakat pendidikan kejuruan
dalam melakukan atau melaksanakan pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja dalam mewujudkan visi dan misi masyarakat bahagia
sejahtera (hita). Pembudayaan kompetensi kejuruan berkaitan dengan pengintegrasian pola
pikir, tata nilai, sikap, cara kerja, tingkat kepuasan dalam mengerjakan suatu tugas atau
pekerjaan, bagaimana mengorganisasikan pekerjaan sehingga dapat dilaksanakan, apa
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 7
yang harus dilakukan bilamana terjadi sesuatu yang berbeda dengan rencana semula, dan
bagaimana menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah atau
melaksanakan tugas dengan kondisi yang berbeda. Hasil penelitian Zajda, Biraimah,&
Gaudelli (2008) menunjukkan bahwa modal budaya (cultural capital) sangat berkaitan
dengan prestasi pendidikan peserta didik.
B. Sekolah Menengah Kejuruan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk pendidikan
menengah kejuruan (pasal 18 ayat 3 UU nomor 20 Tahun 2003). SMK merupakan
peleburan dari Sekolah Teknologi Menengah (STM), Sekolah Ekonomi Menengah Atas
(SMEA), Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga (SMKK), Sekolah Menengah
Teknologi Kerumahtanggaan (SMTK), Sekolah Menengah Teknologi Pertanian (SMTP),
Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR), Sekolah Menengah Musik (SMM), Sekolah
Menengah Kerawitan Indonesia (SMKI), dan Sekolah Kerajinan Menengah Atas (SKMA)
(Dedi Supriadi, 2002: 332). Dalam dokumen spektrum keahlian pendidikan menengah
kejuruan tahun 2008 SMK memungkinkan mengembangkan enam bidang studi keahlian
yaitu: (1) Teknologi dan Rekayasa; (2) Teknologi Informasi dan Komunikasi; (3)
Kesehatan; (4) Seni, Kerajinan, dan Pariwisata; (5) Agribisnis dan Argoteknologi; (6)
Bisnis dan Majanemen. Masing-masing bidang studi keahlian memiliki sejumlah program
studi keahlian dan kompetensi keahlian.
Provinsi Bali sampai dengan tahun 2009 telah menyelenggarakan 89 Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) dengan perimbangan 31 SMK negeri dan 58 SMK swasta.
SMK tersebut tersebar di 9 kabupaten/kota, yaitu 12 SMK di Kabupaten Badung, 10 SMK
di Kabupaten Tabanan, 18 SMK di Kota Madya Denpasar, 5 SMK di Kabupaten
Karangasem, 8 SMK di Kabupaten Bangli, 3 SMK di Kabupaten Klungkung, 16 SMK di
Kabupaten Gianyar, 7 SMK di Kabupaten Jembrana, dan 10 SMK di Kabupaten Buleleng.
Jumlah siswa yang menempuh pendidikan SMK di Provinsi Bali lebih kurang 33.000
orang (data pokok direktorat PSMK).
Pemerintah Daerah Provinsi Bali terus mengembangkan SMK sejalan dengan
pendapat Gill, Dar, & Fluitman (2000:1) untuk pengentasan masalah-masalah: (1)
pengangguran bagi pemuda dan bagaimana memperoleh pekerjaan bagi kaum tua; (2)
penarikan investasi luar negeri khususnya di bidang pertanian dan pariwisata; (3)
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 8
penjaminan peningkatan penghasilan dan pekerjaan; (4) pengurangan kesenjangan
penghasilan antara kelompok kaya dan kaum miskin; dan (5) perluasan akses pendidikan.
Untuk itu, penyelenggaraan pendidikan SMK di Provinsi Bali memerlukan penataan
bidang atau program studi keahlian sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Nomor
251/C/Kep/Mn/2008 tentang Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan sebagai
acuan dalam pembukaan dan penyelenggaraan bidang studi/program studi/kompetensi
keahlian pada SMK. SMK di Provinsi Bali juga harus melakukan penataan sistem
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dan peningkatan peran SMK sebagai Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan Terpadu (PPPKT).
C. Ideologi Tri Hita Karana dan Pendidikan Kejuruan
Ideologi Tri Hita Karana adalah sistesa pemikiran yang dicetuskan oleh Dr. I Wayan
Mertha Suteja pada tanggal 11 Nopember 1966 dalam Konferensi Daerah I Badan
Perjuangan Umat Hindu Bali di Perguruan Dwijendra Denpasar Bali. Kemudian ideologi
Tri Hita Karana dipopulerkan oleh I Gusti Ketut Kaler dan I Made Djapa BA (Titib, 2003).
Pendalaman konsep Tri Hita Karana juga diungkap oleh Agastia dalam Majalah Warta
Hindu Dharma No. 491 Tahun 2007. Menurut I Gusti Ketut Kaler dikutip oleh Agastia
(2007) Tri Hita Karana adalah tiga buah unsur yang merupakan sumber sebab timbulnya
kebaikan. Dalam Widhi Tatwa (filsafat ke-Tuhan-an) tersurat bahwa zat dari Tuhan (Hyang
Widhi) meresap (wyapi) memasuki segenap alam semesta/makrokosmos (bhuwana agung),
termasuk meresap juga kedalam mikrokosmos (bhuwana alit) yaitu diri manusia. Kedua
bhuwana ini yaitu alam semesta (bhuwana agung) dan diri manusia (bhuwana alit)
masing-masing memiliki badan wadag (sarira). Manunggalnya zat resapan Tuhan dengan
badan wadag kedua bhuwana itu menimbulkan unsur baru yang disebut dengan prana
(daya atau kekuatan) berupa kemampuan bergerak (bayu), kemampuan berbicara (sabda),
kemampuan berpikir (idep). Ketiga unsur ini yaitu: (1) Zat Tuhan; (2) prana
(daya/kekuatan); dan (3) sarira (badan wadag) disebut sebagai Tri Hita Karana.
Secara leksikal Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kesejahteraan dan
kebahagiaan. Tri artinya tiga; Hita artinya hidup, sejahtera, bahagia, lestari, makmur;
Karana artinya penyebab. Jadi Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab
kesejahteraan dan kebahagiaan. Ideologi Tri Hita Karana mengajarkan bahwa
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 9
kesejahteraan atau kebahagiaan bersumber atau disebabkan oleh adanya tiga unsur utama
yaitu: (1) jiwa/atma ; (2) daya/kekuatan/prana; dan (3) fisik/badan wadag/angga
Kebahagiaan atau kesejahteraan (hita) dapat terwujud jika ada tiga penyebab (tri karana)
yaitu jiwa, tenaga, dan fisik. Hilangnya salah satu dari ketiga penyebab kebahagiaan ini
akan menghilangkan kebahagiaan itu sendiri.
Pengejawantahan Tri Hita Karana dalam bhuwana alit atau diri manusia adalah: (1)
atman atau zat Hyang Widhi Wasa yang meresap dalam diri manusia merupakan jiwa yang
menyebabkan manusia hidup; (2) prana atau tenaga adalah kekuatan dalam bentuk sabda-
bayu-idep sebagai daya yang timbul karena menyatunya Atma dengan sarira atau badan
wadag; (3) sarira atau badan wadag manusia terbentuk dari lima unsur yang disebut
dengan panca mahabhuta.
Pengejawantahan Tri Hita Karana dalam makrokosmos (bhuwana agung) atau alam
raya adalah: (1) paramatma atau zat Hyang Widhi Wasa yang meresap pada alam semesta
selaku kesatuan, dimana paramatma merupakan jiwa alam raya; (2) prana atau tenaga
adalah kekuatan yang memutar planit, laut, angin, listrik, magnit, nuklir dan sebagainya
adalah tenaganya; (3) keseluruhan alam selaku totalitas, merupakan badan wadag. Jadi
Atma/Paramatma, Prana, dan Sarira/Panca Mahabhuta yang manunggal dalam bhuwana
alit dan bhuwana agung merupakan unsur mutlak untuk mendapatkan kebahagiaan,
sehingga dinamakan Tri Hita Karana.
Ideologi Tri Hita Karana menegaskan bahwa siapapun yang hidup sebagai manusia
memiliki modal dasar kebahagiaan dan kesejahterteraan yang sama. Dalam kaitannya
dengan pengembangan kompetensi kejuruan untuk mewujudkan kesejahteraan dan
kebahagiaanan seseorang harus menghayati modal Tri Hita Karana dan mengamalkan Tri
Hita Karana. Manusia pendidikan kejuruan memerlukan fisik atau badan sebagai angga
yang sehat dan bugar. Kompetensi kejuruan dikembangkan dengan melatih alat gerak
(tangan, kaki, mulut), alat indria (telinga, mata, lidah, hidung, kulit), kemampuan berbicara
(sabda), kemampuan bergerak (bayu), dan kemampuan berpikir (idep). Sebagai contoh
pengembangan kompetensi menyolder memerlukan pelatihan keterampilan tangan dan
pencermatan mata. Keterampilan menyolder bisa tumbuh dengan baik jika unsur prana
yaitu sabda, bayu, dan idep berkembang dengan baik. Agar menjadi manusia terampil dan
bernilai seseorang perlu juga mengembangkan kemampuan dan kapasitas berkomunikasi
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 10
(sabda), kemampuan dan kapasitas tenaga (bayu), dan kemampuan dan kapasitas berpikir
(idep).
Selanjutnya Agastia (2007) menyatakan bahwa konsep Tri Hita Karana terintegrasi
dengan kosep “Cucupu Manik” atau konsep “isi dan wadah”. Bhuwana alit adalah isi
sedangkan bhuwana agung adalah wadahnya. Sebagai contoh ikan adalah isi dan air adalah
wadahnya, belut adalah isi dan lumpur adalah wadahnya. Contoh lain adalah antara janin
sebagai “manik” dengan rahim ibu sebagai “cucupu” yang harmonis tiada tara sebagai
pertalian antara isi dengan wadahnya. Sehingga kebudayaan Bali menyatakan kedua materi
ini sebagai bhuwana alit (manik) dan bhuwana agung (cucupu).
Lebih lanjut Agastia (2007) menyatakan manusia sebagai mahluk berpikir dan
berbudaya mengembangkan wadah bagi dirinya. Manusia membuat rumah, banjar, desa
adat, bahkan Negara selaku wadah bersama baginya. Harapannya adalah agar wadah
buatannya ini memberikan rasa bahagia serta mempunyai pertalian serasi dengan manusia
selaku isinya. Maka demi kebahagiaan ini dikonsepsikanlah rumah dan desa sebagai wadah
buatan. Kebahagiaan (hita) bersumber dari keharmonisan hubungan antara: (1) manusia
dengan Tuhan; (2) manusia dengan sesamanya; (3) manusia dengan alam lingkungannya.
Harmonis berarti melakukan hal-hal yang mengandung kebaikan, kesucian yang dimulai
dari pikiran, terucap dalam perkataan dan terlihat dalam tindakan/perbuatan (Raka Santeri,
Kompas: 5 Desember 2007). Keharmonisan pikiran, perkataan, dan perbuatan menurut
Gede Prama adalah keindahan hidup (Bali Pos, 3 Oktober 2008).
Tri Hita Karana dalam unsur bhuwana agung maupun bhuwana alit yang terdiri atas
jiwa, prana, dan sarira yang dalam wadah buatan dieralisasikan dalam tiga “Pa” yaitu:
Parhyangan, Pawongan, dan Palemahan. Ketiga unsur tersebut adalah sesuatu yang
sistemik, memiliki keterkaitan satu sama lain dalam sebuah kemanunggalan untuk
mencapai kebahagiaan. Jika demikian sekolah adalah wadah yang termasuk dalam bagian
dari Tri Hita Karana.
Antara bhuwana agung dan bhuwana alit memiliki unsur yang sama yaitu Tri Hita
Karana. Kemudian konsepsi tiga sumber kehidupan atau Tri Hita Karana melandasi
terwujudnya susunan makrokosmos dan mikrokosmos. Tri Hita Karana dalam susunan
atau unsur kosmos digambarkan dalam gambar 1.
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 11
TRI HITA KARANA DALAM SUSUNAN KOSMOS
Susunan/Unsur JIWA/ATMA PRANA/TENAGA SARIRA/FISIKAlam Semesta
(Makrokosmos) Tuhan YME
(Paramatman) Matahari & Bulan Bumi dengan segala
isinya
Manusia (Mikrokosmos)
Jiwa (Atman) Sabda, Bayu, Idep Badan
Rumah Parhyangan Sanggah Pemerajan
Pawongan (warga rumah)
Palemahan (pekarangan rumah)
Banjar Parhyangan Pura Bale Banjar
Pawongan (warga banjar)
Palemahan (wilayah banjar)
Desa(Kelurahan) Parhyangan Pura Bale Agung,
Puseh, Dalem
Pawongan (warga desa pekraman)
Palemahan (wilayah desa)
Kabupaten/Kota Parhyangan Pura Jagatnatha
Pawongan (warga Kabupaten)
Palemahan (wilayah kabupaten)
Sekolah Parhyangan Pura Sekkolah
Pawongan (warga sekolah)
Palemahan (pekarangan sekolah)
Gambar 1. Tri Hita Karana dalam susunan kosmos
D. Studi Etnografi
Studi etnografi tentang konsepsi masyarakat Bali terhadap SMK sebagai pusat
pembudayaan kompetensi termasuk jenis penelitian kualitatif. Penelitian etnografi
mempelajari peristiwa kultural, menyajikan pandangan hidup subjek studi, merupakan
model penelitian ilmu-ilmu sosial yang menggunakan landasan filsafat phenomenologi
(Kabuto, 2008; O’Reilly, 2005). Penelitian etnografi mendeskripsikan tentang cara
berfikir, cara hidup, cara berperilaku sebagai “social settings study” (Denzin, 2000: 457).
Penelitian ethnografi merupakan studi terhadap kelompok budaya yang utuh dan alami
selama jangka waktu tertentu (Fraenkel & Wallen, 1991; Creese, Bhatt, Bhojani, Peter
Martin, 2008; Agar, 1996; Street, 1995). Proses penelitian bersifat fleksibel dan
kontekstual berkembang sebagai respon terhadap realitas hidup yang ditemui di lapangan
(Grant & Fine, 1992; Spradley, 1979; Creswell, 1994). Dalam perspektif ontologis nature
of the phenomena atau entitas atau kenyataan sosial menjadi sangat penting artinya dalam
melakukan proses penelitian etnografi. Dalam pandangan Creswell (1994) peneliti
kualitatif utamanya sangat konsern terhadap proses dibandingkan outcomes atau produk.
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 12
Penelitian etnografi secara sistematis melakukan deskripsi, analisis, dan intepretasi
dengan menghayati interaksi dan persepsi masyarakat yang diteliti bukan persepsi atau
angan-angan peneliti (Munhal, 2001; Creswell, 1994). Perilaku dan praktik sosial budaya
dalam segala bentuk interaksi, komunikasi, aturan, moralitas, sistem keyakinan
dideskripsikan sebagaimana adanya dalam kehidupan keseharian. Penelitian etnografi
memahami bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan dan menggambarkan tata
kehidupan mereka sehari-hari (Mason, 2006; Dobbert, 1982; Sanjek, 1990; Beach &
Dovemark, 2005; Atkinson, 1990).
Penelitian etnografi fokus pada masyarakat, memilih informan yang diketahui
memiliki pandangan yang luas dan mendalam terhadap aktivitas masyarakat yang diteliti.
Menekankan pada makna bagaimana masyarakat make sense kehidupannya, pengalaman,
dan struktur dunianya sendiri (Creswell, 1994:145). Dimulai dengan memilih sebuah
budaya, melakukan tinjauan pustaka yang menyangkut budaya, dan mengidentifikasi
variabel-variabel yang menarik (Dobbert,1982). Pengidentifikasian dan pemilihan
informan yang tepat akan memperkuat akses sumber data yang relevan dengan pertanyaan
penelitian (Mason, 2006:120).
Goetz dan Le Compte (1984) dalam bukunya Ethnography and Qualitative Design,
menekankan pembentukan teori berdasarkan data empirik atau teori yang dikonstruksi di
lapangan. Menetapkan sampel atas dasar prinsip pragmatik atau purposif menurut istilah
Guba. Tujuan dari penelitian etnografi untuk menghasilkan penelitian yang memiliki
komparabilitas (dapat diperbandingkan) dan transabilitas (dapat diterjemahkan) pada
kasus-kasus hasil penelitian lainnya. Berusaha memasuki kawasan tak dikenal tanpa
membuat generalisasi berdasarkan pengalaman sendiri dan mempelajari phenomena
sebagaimana kejadian wajarnya. Menekankan peran timbal balik antara sejumlah variabel
yang berada dalam situasi wajar dan dalam konteks yang tidak dimanipulasikan.
Penelitian etnografi konsepsi masyarakat Bali terhadap SMK sebagai pusat
pembudayaan kompetensi mengkaji dan menyajikan pengalaman-pengalaman terbaik (best
practice) tentang interaksi, relasi, dan situasi sosial budaya, praktek sosial budaya,
organisasi adat, organisasi sekolah, pendidikan nilai di keluarga dan di masyarakat, dan
pendidikan di sekolah. Fokus penelitian terkait dengan fenomena mereka dalam berpikir
dan bertindak terhadap SMK sebagai pusat pembudayaan kompetensi. Studi ini berupaya
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 13
memahami peristiwa kultural bagaimana masyarakat Bali sebagai subjek pendidikan
memahami, mengintepretasikan, mengembangkan ide-ide, dan mengkonstruksi pola
pembudayaan kompetensi di SMK menuju SMK sebagai PPPKT berbasis ideologi Tri Hita
Karana. Studi ini mengharapkan adanya temuan konsep-konsep internalisasi konteks sosial
budaya masyarakat Bali ke dalam sistem persekolahan SMK yang bermutu dan relevan
dengan kebutuhan masyarakat Bali.
Penelitian ini terkait dengan antropologi pendidikan yang mempelajari peristiwa
kultural/budaya Bali dengan latar belakang ideologi Tri Hita Karana menggunakan
landasan filsafat phenomenologi (Noeng Muhadjir, 2000:129). Penelitan ini menuntut
pendekatan holistik, mengamati subjek penelitian dalam konteks, dalam keseluruhan, tidak
diparsialkan, tidak dieliminasi dari integritasnya. Peneliti tertarik dengan proses dan makna
sehingga secara fisik pergi ke lapangan mengobservasi dan melakukan interview terhadap
orang-orang dalam seting yang alamiah (Creswell, 1994: 145). Dalam pandangan Spradley
(1979: 3) penelitian etnografi adalah study from people. Penelitian ini menuntut
menyatunya subjek penelitian dengan obyek penelitian serta subjek pendukungnya.
Sehingga keterlibatan langsung dikancah dan menghayati berprosesnya subjek penelitian,
subjek pendukung penelitian dan objek penelitian menjadi syarat utama.
Penelitian etnografi tentang konsepsi masyarakat Bali terhadap SMK sebagai pusat
pembudayaan kompetensi konseptualisasinya mengarah ke empat dimensi yaitu induktif,
generatif, konstruktif, dan subjektif (Noeng Muhadjir, 2000:130). Konsepsi induktif
berharap menemukan teori dari data, mengumpulkan dan menganalisis data untuk
mengembangkan teori. Generatif mengarah ke penemuan konstruksi dan proposisi dengan
menggunakan data sebagai evidensi. Konstruktif mengarah kepada penemuan konstruksi
atau kategori lewat analisis dan proses mengabstraksi. Subjektif artinya rekonstruksi
penafsiran dan pemaknaan hasil penelitian didasarkan kepada konseptualisasi masyarakat
Bali dalam memahami, mengintepretasikan, menjelaskan dan menggambarkan pola
pembudayaan kompetensi di SMK menuju SMK sebagai PPPKT berbasis ideologi Tri Hita
Karana. Studi etnografi menurut Goetz dan La Compte (1984) menekankan pembentukan
teori berdasarkan data empirik, teori dikonstruksi di lapangan (grounded theory).
Studi ini merupakan deskripsi tentang cara masyarakat Bali berfikir, berperilaku,
hidup, dan bagaimana persepsi mereka terhadap SMK sebagai pusat pembudayaan
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 14
kompetensi berlandaskan ideologi Tri Hita Karana. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif etnografi dengan desain comprehension of the meaning of the action
and text (Creswell, 1994:146) yang aslinya banyak digunakan dalam sosiologi, psikologi,
dan pendidikan. Desain penelitian comprehension of the meaning of the action and text
diarahkan kepada pengkajian secara menyeluruh dan mendalam tentang makna dari
kegiatan sosial budaya masyarakat Bali termasuk dalam kaitannya dengan internalisasi
konteks budaya masyarakat Bali dengan ideologi Tri Hita Karana sebagai eksternalitas ke
dalam sistem persekolahan SMK secara wajar tanpa manipulasi.
E. Masyarakat Bali
Masyarakat Bali adalah masyarakat dengan budaya unik kombinasi dari spiritualitas,
agama, tradisi adat, dan seni. Masyarakat Bali memiliki budaya “creativogenic”. Budaya
“creativogenic” adalah budaya yang menunjang, memupuk, dan memberi ruang kreativitas
(Utami Munandar, 2004). Masyarakat Bali kaya dengan sarana kebudayaan, tersedia di
masyarakat, terbuka, memiliki makna yang dalam karena terkait dengan spiritual, memberi
ruang interaksi antar pribadi, memberi ruang insentif dan penghargaan.
Bali memiliki kebudayaan “creativogenic” dengan sejumlah sarana kebudayaan yang
tersebar dan mengakar kuat di setiap banjar dan desa-desa pekraman. Masyarakat Bali
terbuka terhadap rangsangan budaya luar seperti budaya Cina, budaya India, budaya Jawa,
budaya Eropa yang telah memberi pengaruh kuat khususnya pada seni ukir, arsitektur, seni
tari, kerawitan, sastra, seni lukis, seni patung, dan sebagainya. Dengan demikian sangat
memungkinkan kebudayaan Bali dapat melandasi pengembangan kualitas pendidikan
kejuruan di Indonesia. Studi etnografi terhadap masyarakat Bali tentang cara berfikir,
berpendapat, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang dimiliki dalam kaitannya dengan
pengembangan pendidikan kejuruan sangat penting dan mendesak dilakukannya. Aktivitas
studi ditujukan untuk memahami pandangan dan pedoman hidup masyarakat Bali serta
cara-cara merealisasikan visi berfikirnya dalam kaitannya dengan pendidikan kejuruan
(Spradley, 1979:3). Studi etnografi konsepsi masyarakat Bali terhadap pengembangan
pendidikan menengah kejuruan sangat penting untuk pengembangan pendidikan kejuruan
di era otonomi yang memanfaatkan potensi wilayah dan keunggulan lokal.
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 15
METODA PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Bali di empat kabupaten/kota madya, yaitu Kabupaten
Buleleng, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Badung, dan Kota Madya Denpasar. Pemilihan
lokasi di tiga kabupaten dan satu kota madya secara purposif dipandang mewakili
kebutuhan pengembangan bidang studi keahlian di SMK dan memiliki ragam pola budaya
Tri Hita Karana . Penelitian dilakukan di beberapa keluarga, desa pekraman dan di SMK-
SMK kelompok bidang studi keahlian teknologi dan rekayasa, bidang studi keahlian
teknologi informasi dan komunikasi, bidang studi keahlian seni, kerajinan, dan pariwisata,
dan bidang studi keahlian bisnis dan manajemen. Penetapan keluarga, desa pekraman, dan
SMK dilakukan setelah pendataan melalui survei lapangan. Penelitan ini dilaksanakan
mulai bulan April tahun 2010.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dan objek penelitian adalah sumber-sumber data-data penelitian. Menurut
Mason (2006) sumber data penelitian kualitatif yaitu orang-orang baik individu atau
kelompok, organisasi, institusi, teks terpublikasi atau tidak terpublikasi, seting lingkungan,
seting budaya, objek materi, artefak, produk media, peristiwa atau kejadian. Dalam
terminologi penelitian kualitatif Spradley (1979: 30) lebih menyarankan penggunaan
istilah informan penelitian dari pada subjek penelitian untuk sumber-sumber data dari
orang. Karena informan penelitian ditempatkan dalam posisi aktif mengetahui budaya
yang akan diteliti, memiliki dan mampu mendefinisikan konsep, sebagai kunci utama data
penelitian (Tanggaard, 2009; Ajodhia & Berman, 2009; Cho & Trent, 2009). Subjek
penelitian ini melibatkan informan berasal dari kepala sekolah 4 orang, guru 4 orang,
orang tua siswa 3 orang, ketua komite sekolah 4 orang, kepala dinas pendidikan provinsi
Bali 1 orang, kepala dinas pendidikan kabupaten/kota madya 4 orang, kelian adat 3 orang,
budayawan 5 orang, seniman/sangging 3 orang, pengusaha 1 orang, dipilih secara purposif
dengan teknik snowball. Subjek dipilih bukan menimbang proporsi yang representatif,
melainkan secara pragmatis menimbang bahwa subjek tersebut akan menyumbang
pengembangan teori pola pembudayaan kompetensi di SMK berbasis ideologi Tri Hita
Karana. Informan yang bagus adalah orang-orang yang memahami dengan baik tentang
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 16
budaya Bali dalam kaitannya dengan Tri Hita Karana, mudah diakses, dan memiliki waktu
yang cukup.
Sebagai objek dalam penelitian antara lain program kerja sekolah, dokumen tata
ruang pembangunan SMK Provinsi Bali, seting rumah adat bali, seting keluarga bali,
seting banjar, seting desa pekraman, tata ruang dan pemanfaatan lahan rumah adat, tata
ruang dan pemanfaatan lahan desa pekraman, tata ruang dan pemanfaatan ruang SMK,
event upacara adat dan budaya, organisasi banjar dan desa pekraman, artefak dalam rumah
adat bali dan desa pekraman.
C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pembangkitan data untuk mendukung penemuan konsep pola pembudayaan
kompetensi berbasis ideologi Tri Hita Karana studi etnografi tentang konsepsi masyarakat
bali terhadap SMK sebagai pusat pembudayaan kompetensi menggunakan pendekatan
induksi analitik yakni bertolak dari problem atau pertanyaan penelitian. Teknik
pembangkitan data dikembangkan melalui analisis sumber-sumber data dari masing-
masing pertanyaan penelitian menggunakan chart dari Mason (2006). Berdasarkan analisis
dengan chart Mason diperoleh empat teknik pembangkitan data yaitu: (1) interview
kualitatif; (2) observasi partisipatif; (3) analisis dokumen; dan (4) analisis situs.
Interview kualitatif dilakukan terhadap sumber-sumber data dari orang-orang yang
dipilih sebagai informan. Istilah interview kualitatif menurut Mason (2006) dimaksudkan
merujuk kepada bentuk-bentuk interview yang mendalam (in-depth), semi terstruktur atau
strukturnya agak longgar. Interview kualitatif melibatkan interaksi satu lawan satu (one-to-
one), interview kelompok besar atau focus groups melalui tatap muka (face-to-face),
telepon, atau internet (Hall, Lashua, Coffey, 2009; Bryman & Cassell, 2006; Carlin, 2009;
Briggs, 2007). Interview kualitatif sangat bermanfaat untuk menggali data kualitatif jika
informan tidak dapat di observasi secara langsung (Creswell,1994).
Kebanyakan penelitian kualitatif dilakukan dari perspektif bahwa pengetahuan itu
situasional dan kontekstual. Dengan demikian pekerjaan interview harus memberi jaminan
bahwa kontek yang relevan dijadikan fokus interview dalam memproduksi pengetahuan
yang situasional dan kontekstual. Data dikonstruksi melalui interaksi dialogis diantara
orang yang di-interview dengan interviewer selama proses interview berlangsung. Secara
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 17
ontologis interview dirancang dan dikembangkan berdasarkan pertanyaan penelitian yang
berhubungan dengan pengetahuan, pandangan, pemahaman, intepretasi, pengalaman, dan
interaksi penuh makna dari realitas sosialnya (Mason, 2006). Dalam posisi epistemologis
cara pembangkitan data penuh makna dilakukan melalui percakapan interaktif, bertanya,
mendengarkan, meningkatkan akses, bersahabat meningkatkan artikulasi, serta
menganalisis bahasa yang digunakan, dan mengkonstruksi discourse, bukan interogasi
terhadap informan (Mason, 2006, Spradley, 1979). Menurut Spradley (1979), pada saat
etnografer bertemu dengan informan untuk melakukan interview harus sudah memiliki
tujuan yang jelas. Prosedur persiapan dan perencanaan interview dikembangkan
menggunakan model Mason (2006) seperti gambar 2.
Gambar 2. Prosedur persiapan dan perencanaan interview model Mason
Pertanyaan besar penelitian ini adalah bagaimanakah konsepsi masyarakat Bali
terhadap SMK sebagai pusat pembudayaan kompetensi yang menyiapkan lulusan bekerja,
melanjutkan, berwirausaha berpedoman pada nilai-nilai ideologi Tri Hita Karana dan
bagaimanakah pola pembudayaan kompetensi berbasis ideologi Tri Hita Karana
diterapkan di SMK ditetapkan pada step 1. Setelah diturunkan menjadi 4 pertanyaan
penelitian pada step 2 kemudian pada step 3 dilakukan pengembangan kemungkinan-
kemungkinan isu yang relevan dengan situasi interview untuk setiap pertanyaan penelitian.
Apa sesungguhnya yang ingin diketahui dari masing-masing pertanyaan penelitian lalu
dikembangkan menjadi topik-topik interview dan beberapa kemungkinan pertanyaan
interview.
Untuk mengetahui keselarasan topik-topik interview dan pertanyaan-pertanyaan
interview terhadap keseluruhan pertanyaan penelitian perlu dilakukan pengecekan silang
pada step 4. Ini dimaksudkan agar topik-topik interview dan pertanyaan-pertanyaan
Step 1 Big
Research Questions
Step 2 Mini
Research Questions
Step 3 Posible interview
topics and questions
Step 5 and 6 Loose interview
structure or format, including any standardized
questions or sections
Step 4 Cross-reference
Step 7 Cross-reference
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 18
interview betul-betul dapat membantu menjawab pertanyaan penelitian. Langkah
selanjutnya pada step 5 mengembangkan struktur atau format interview termasuk
standarisasi pertanyaan atau bagian-bagian interview. Langkah terakhir pada step 7
melakukan pengecekan silang antara struktur atau format, pertanyaan-pertanyaan standar
dengan topik-topik interview.
Dalam melakukan interview Mason (2006: 74) menyarankan interview harus (1)
masuk akal atau bermakna; (2) terkait dengan keadaan informan, pengalaman, berdasarkan
apa yang siap untuk diketahui dari mereka; (3) peka terhadap informan, keinginan dan hak-
haknya sesuai dengan etika dan praktek moral; (4) mengalir sebagai percakapan penuh
tujuan; (5) fokus terhadap isu-isu dan topik-topik yang relevan dengan pertanyaan
penelitian. Peneliti kualitatif secara praktis dituntut kemampuan skil dalam mendengarkan
dan mengingat apa-apa yang dikatakan oleh informan, seimbang diantara berbicara dan
mendengar, mengamati isyarat verbal dan non-verbal situasi sosial, dinamika visual dan
spasial, serta mood dari informan yang di interview, menangani catatan lapangan,
menggunakan alat kamera foto, perekam suara, alat perekam audio-visual.
Observasi partisipatif digunakan untuk membangkitkan data penelitian dimana
peneliti menyatukan (immersing) dirinya kedalam seting penelitian sehingga memperoleh
pengalaman nyata dalam mengamati seting penelitian dalam dimensi yang lebih luas.
Menurut Coffey (1999) dikutip oleh Mason (2006) observasi partisipatif adalah
pengamatan yang mencakup social actions, behaviour, interactions, relationships, events,
ruang atau tempat, pengalaman, dimensi lokal dan temporal.
Dalam perspektif ontologis peneliti sebagai observer partisipatif melihat segala
bentuk interaksi, aksi, perilaku, dan bagaimana masyarakat Bali mengintepretasikan pola
pembudayaan kompetensi di SMK berbasis Ideologi Tri Hita Karana, berbuat bersama
mereka sebagai titik sentral. Sedangkan dalam posisi epistemologis ditunjukkan bahwa
pengetahuan atau bukti-bukti temuan dari dunianya masyarakat Bali dapat dihasilkan
melalui mengamati atau berpartisipasi secara mendalam, ikut mengalami dalam kehidupan
nyata mereka dalam situasi interaktif. Observasi partisipatif dilakukan di SMK, dalam areal
perumahan, dan di desa pekraman, di dunia usaha-industri. Secara epistemologis menurut
Mason (2006) pengetahuan penuh makna (meaningful) tidak dapat dihasilkan tanpa
observasi sebab tidak semua pengetahuan articulable, recountable or constructable melalui
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 19
sebuah interview.
Pemilihan metoda observasi partisipatif dimaksudkan agar memperoleh data
penelitian yang mendalam, menyeluruh, roundedness, dari berbagai sudut pandang
(multidimentionality) tidak sekedar analisis permukaan atau komparasi antara suka dan
tidak. Metoda observasi partisipatif menuntut peneliti aktif dan refleksif dalam proses
penelitian serta terus melakukan analisis terhadap catatan-catatan yang diperoleh di
lapangan. Dalam observasi peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari di SMK,
lingkungan keluarga siswa dan guru, lingkungan masyarakat adat siswa dan guru,
lingkungan masyarakat dunia usaha dan industri. Di SMK, sambil melakukan pengamatan,
peneliti ikut berpartisipasi dalam kegiatan di SMK untuk ikut merasakan seting sosial dan
pendidikan yang terjadi. Dalam observasi partisipatif peneliti mengamati apa yang
dikerjakan oleh siswa, guru, kepala sekolah, kepala dinas pendidikan dengan
mendengarkan, mencatat, merekam apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam
aktivitas mereka. Di rumah, di banjar, dan di desa yang dipilih peneliti mengamati apa
yang dikerjakan oleh siswa, guru, kepala sekolah, orang tua siswa, keluarga siswa dengan
mendengarkan, mencatat, merekam apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam
aktivitas mereka. Dalam kasus ini peneliti langsung sebagai instrumen penelitian. Obyek
orservasi terdiri dari tiga, yaitu tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activities)
(Sugiyono, 2006:258).
Melakukan observasi partisipatif perlu selektif dan perspektif, bukan berdasarkan
asumsi-asumsi atau harapan-harapan. Artinya peneliti harus memiliki sejumlah sense apa
yang mau dicari dan ditemukan dalam seting yang diobservasi, memiliki kepekaan yang
kritis terhadap apa yang diobservasi, dan apakah temuan yang menarik relevan dengan
permasalahan penelitian (Mason, 2006:90). Mason (2006) menyarankan peneliti harus
menyiapkan diri secara hati-hati dalam dua hal yaitu sense intelektual dan sense praktis
sebelum memulai observasi. Observer memperkuat posisi diri sebagai peneliti bukan
sebagai pengunjung, pelanggan, penduduk, atau anggota audiensi.
Teknik observasi digunakan untuk membangkitkan data penelitian dari element non-
verbal dan juga interaksi-interaksi verbal dari seting penelitian yang perlu didalami lebih
lanjut sebagai bagian dari teknik interview (Mason, 2006:97). Instrumen interview dan
observasi menggunakan audio atau video recording, kamera foto, peralatan pembuat
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 20
peta/diagram/sket/gambar ilustrasi, daftar pertanyaan, buku catatan lapangan (fieldnotes),
dan notebook. Kombinasi penggunaan instrumen antara rekaman video dengan fieldnotes
sangat membantu dalam setiap pembuatan intepretasi dari apa-apa yang terjadi. Isu-isu
substantif yang terekam diberi tema dan ditulis dalam fieldnotes. Fieldnotes digunakan
untuk memformulasikan pemahaman terhadap seting, mendokumentasikan firasat
(hunches), pengembangan dan pengujian ide-ide analisis. Peneliti menggabungkan
persepsi, interpretasi, pengalaman-pengalaman kedalam fieldnotes.
Pengumpulan data dengan interview dilakukan kepada informan untuk mendapatkan
data konsep ideologi Tri Hita Karana dan penerapannya dalam dunia pendidikan kejuruan.
Interview mendalam dilakukan untuk mendalami hal-hal yang bersifat konseptual, filosofis
untuk mengintepretasikan situasi dan fenomena pendidikan menengah kejuruan di Bali
yang tidak bisa digali dan ditemukan melalui observasi. Teknik interview yang digunakan
yang digunakan adalah teknik interview semi terstruktur sebagai in-depth interview,
dilaksanakan lebih bebas untuk mengetahui dengan pasti informasi tentang konsepsi
masyarakat Bali terhadap SMK sebagai pusat pembudayaan kompetensi berbasis ideologi
Tri Hita Karana.
Sesudah dilakukan observasi atau interview, peneliti membuat catatan perekaman
observasi partisipatif dan interview. Sesuai saran Bogdan dalam Dobbert (1982) catatan
dibuat dalam dua kolom yaitu: (1) catatan deskriptif dan (2) catatan reflektif. Kolom
catatan deskriptif menyajikan rincian kejadian, kutipan pernyataan informan dengan
deskripsi tampilan fisik, situasi dialog, kejadian khusus, lukisan aktivitas, kondisi peneliti
sebagai interviewer. Kolom catatan reflektif berisi kerangka pikiran, ide, dan perhatian
peneliti yang memuat hubungan berbagai data, ide tambahan, pemikiran sebagai memo
analitik.
Analisis dokumen dilakukan terhadap dokumen sekolah yang dipilih sebagai sampel,
meliputi dokumen data siswa, dokumen data guru, dokumen data tenaga administrasi.
Analisis dokumen diarahkan untuk mendata asal siswa dan asal guru, domisili, jumlah
keluarga untuk menelusur keadaan lingkungan keluarga dan desa adat mereka. Analisis
dokumen juga dilakukan terhadap program kerja sekolah, surat keputusan, perencanaan
pembangunan dan pengembangan sekolah. Untuk mengetahui kesesuaian letak
pembangunan SMK di masing-masing kabupaten dan kota madya dilakukan analisis
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 21
dokumen pengembangan wilayah pendidikan di kabupaten dan provinsi. Analisis dokumen
juga dilakukan di rumah-rumah keluarga, dokumen pribadi, dokumen banjar, dan dokumen
desa pekraman sejauh terkait dan mendukung pemenuhan data untuk menjawab pertanyaan
penelitian.
Analisis situs dilakukan pada struktur bangunan rumah adat, tata ruang dan
pemanfaatan areal lahan rumah. Analisis situs juga berkaitan dengan segala bentuk
kegiatan upacara dan kegiatan produksi di rumah tangga yang dilakukan sehari-hari
sebagai bagian dari pendidikan anak. Analisis situs terhadap banjar dan desa pekraman
berhubungan dengan pemanfaatan tata ruang banjar untuk pengembangan parhayangan,
pawongan, dan palemahan. Analisis situs juga dilakukan terhadap segala bentuk-bentuk
kegiatan banjar dan desa baik kegiatan produktif, adat dan ritual keagamaan yang
berhubungan dengan budaya “creativogenic”.
D. Keabsahan Data
Keabsahan data penelitian kualitatif menurut Miles and Huberman (1994); Lincoln
and Guba (2000) dapat dilihat dari empat aspek yaitu: (1) confirmatibility; (2)
dependability/auditability; (3) internal consistency; dan (4) tranferability. Menurut Mason
(2006) keabsahan data dapat dipertanyakan dari bagaimana peneliti mengubah data
menjadi bukti yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitiannya dan
bagaimana peneliti akan dapat menunjukkan bukti-bukti yang dimiliki itu bermakna
dengan argumen penelitian yang kuat dan meyakinkan, dan penelitiannya berkualitas baik.
Keabsahan data penelitian berkaitan dengan operasionalisasi konsep yang dapat
diidentifikasi, diobservasi, atau diukur dengan cara yang dapat peneliti lakukan. Di bidang
penelitian kualitatif, Merriam (1995), dikutip oleh Koro & Ljungberg (2008), mengusulkan
bahwa kekuatan penelitian kualitatif dapat ditinjau dari tiga aspek yang saling terkait: (a)
validitas internal, yang menggambarkan hubungan antara temuan studi dan keyakinan
tentang realitas; (b) validitas eksternal, yang menjelaskan sejauh mana temuan ini dapat
diterapkan pada situasi lain; dan (c) reabilitas yaitu sejauh mana temuan yang sama dapat
ditemukan lagi.
Penelitian dikatakan valid jika peneliti mengobservasi, mengidentifikasi, atau
mengukur apa yang peneliti katakan. Menurut O’Reilly (2005) validitas dapat dicek dengan
tiga cara yaitu: (1) menggunakan internal triangulation yakni memunculkan data yang
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 22
sama dari orang yang sama dengan menggunakan teknik yang berbeda; (2) dengan external
triangulation atau membandingkan laporan dari berbagai informan; (3) dengan
membandingkan laporan dengan observasi itu sendiri.
Dalam penelitian etnografi yang berbasis lapangan menurut Dobbert (1982:260)
tujuan pokoknya adalah menemukan pola-pola dan memahami situasi sebagaimana dilihat
oleh partisipan peneliti. Langkah-langkah yang dilakukan agar berhasil mencapai validitas
dan reabilitas dari pola-pola temuan hasil penelitian adalah dengan menjelaskan gambaran
situasi kerja di lapangan yang merefleksikan seperti apa sesungguhnya keadaan lapangan
itu. Secara tradisional, validitas dalam penelitian kualitatif menentukan derajat klaim dari
peneliti sejauh mana pengetahuan yang dihasilkan berhubungan dengan realitas yang
sedang dipelajari (Cho & Trent, 2006).
Confirmatibility berkaitan dengan obyektivitas, keilmiahan dari temuan sejauh mana
data digali dari subjek dalam kondisi, situasi atau konteks nyata di lapangan. Ilmuwan
sosial interpretif mengakui bahwa temuan-temuannya akan dipengaruhi oleh nilai-nilai
dirinya. Kendati demikian temuannya tidak mutlak mempromosikan dirinya sebab peneliti
sangat dekat dengan subjek yang diteliti. Dengan kontemplasi yang sungguh-sungguh dan
didukung gagasan atau ide yang reflektif maka obyektivitas penelitian dapat dijaga.
Subjektivitas penelitian etnografi dapat diatasi dengan melakukan constant comparison dan
proses eksplisit dari refleksivitas. Refleksivitas merupakan bentuk lebih aktif dari refleksi
diri, melakukan percakapan ke dalam (a coversation with oneself).
Menurut Smith (1999) refleksi diri dapat dilakukan oleh peneliti, partisipan, atau
bersama-sama. Ada dua elemen untuk refleksivitas yang relevan yaitu: (1) Self-awareness
as part of a social context, affecting the phenomena under observation dan (2) Self-
awareness as someone who applies biases, prejudices, cognitive filtering and bounded
rationality to the collection, analysis and interpretation of data. Kesadaran sebagai bagian
dari konteks sosial, mempengaruhi phenomena dalam melakukan observasi, kesadaran
sebagai seseorang yang sedang menerapkan prasangka, kecurigaan, penyaringan
pengetahuan dan membatasi rasionalisasi pengumpulan, analisis, dan interpretasi data.
Untuk memperkecil efek distorsi pada saat melakukan interpretasi terhadap data-data
penelitian dibuat asumsi-asumsi dan kerangka yang eksplisit, jelas, dan tegas. Sebagai
contoh, kita harus menerima sebuah keinginan untuk mengeksplorasi sebuah literatur baru,
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 23
kebutuhan mengumpulkan data dari situasi berbeda untuk pembandingan dengan
konstruksi pemikiran yang muncul atau sebuah kebutuhan untuk merubah sebuah skema
koding yang tidak tepat. Kita harus menjawab pertanyaan konsepnya berasal dari mana,
literaturnya apa, pengalaman kita apa. Apakah konsep ini atau kategori ini diterapkan pada
data yang lain?, dan apakah teori melakukan hubungan itu dan menunjukkan kategori?
Pada semua tingkat proses penelitian membuat kita peka untuk menguji pola-pola
yang telah ada, sehingga dari itu kita dapat mempertahankan diri kita dari tuduhan bahwa
kita hanya menemukan apa yang kita sedang cari. Pemahaman ini harus dicatat pada waktu
penelitian dibentuk. Lowe (1995), meyakini bahwa persiapan berupa “topic guide” untuk
pemilihan data dan analisis awal (open coding). Topik ini menuntun secara jelas/eksplisit
persyaratan pengaruh kita, tujuan detail dan pemahaman awal. Cara lainnya untuk
meyakinkan refleksivitas selama analisis adalah: (a) menulis memo pada diri sendiri
tentang konstruksi rasional, (b) mencoba melakukan kepada seseorang diluar lingkungan,
(c) menyajikan temuan intermediate research kepada sebuah kelompok mitra bestari untuk
dikritik.
Untuk menjamin sebuah temuan dapat dipertahankan dan autentik, dibutuhkan
prosedur yang jelas dan dapat diulang dengan cara yang sama dimana penelitian dilakukan.
Penelitian etnografi menggunakan dependability/auditability sebagai penunjuk reliabilitas
data. Keputusan kapan menggunakan formal coding scheme, atau memisalkan koding
tersebut digunakan untuk mengarahkan kategori yang muncul dari data dibuat dalam basis
waktu kapan dibutuhkan untuk dipertahankan pada reabilitasnya di lapangan. Jika kita
menggunakan pandangan interpretif sebagai kekuatan langkah-langkah atau prosedur
maka tidak dapat menjamin reabilitas sebab etnografi mensyaratkan interpretasi konstruksi
sosial secara nyata.
Jaminan cara yang dapat digunakan sebagai dependabilitas atau auditabilitas adalah:
(1) mendefinisikan prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan dan analisis data, (2)
memahami akhir dari penerimaan data secara detail, (3) menjamin bahwa prosedur tersebut
direkam sehingga yang dapat dipahami oleh orang lain. Diperlukan sebuah “audit trail”
atau pemeriksa jalan kecil dari analisis lengkap. Mempertahankan temuan secara eksplisit
dan bagaimana kita sampai kepada kesimpulan. Kapan menggunakan formal, skema
koding awal atau membiarkan itu muncul, harus secara konstan merefleksikan, dan
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 24
merekam dimana, darimana, dan kapan ide-ide itu datang.
Dependabilitas atau auditabilitas dapat dilakukan dengan menyimpan rekaman semua
analisis termasuk analisis sebelumnya, diawal dan ditengah. Menjelaskan bagaimana
temuan muncul adalah sebuah bagian kritis dari kekuatan penelitian. Menggunakan
diagram jaringan adalah cara yang sangat ekselen memperkuat/artikulasi kemunculan
konsep teoritis dan kemudian membuatnya dapat diakses untuk
mengepaskan/mencocokkan atau menemukan sebuah kealfaan atau kecocokan dengan data
baru.
Konsistensi internal pada penelitian kualitatif setara dengan validitas internal dalam
penelitian kuantitatif. Konsistensi internal dibangun dari bagaimana dan dari apa kita
memperoleh konstruksi teoritik. Konstruksi teoritik tersebut merupakan perspektif siapa.
Sebagai aliran data kedalam dan keluar dalam level dari diagram aliran data harus
disetujui, untuk model aliran data harus konsisten secara internal. Proses penelitian
dijelaskan dengan membentuk sebuah constant comparison diantara konstruksi teoritis dan
data baru. Komparasi tetap/konstan adalah kritis bagi kredibilitas peneliti (juga
konfirmabilitas) sebab hanya dengan komparasi konstan dari konstruksi teoritis dengan
data melalui keadaan dan situasi yang banyak (multiple sites and situation) dapat dideteksi
secara sistematis bias dan distorsinya analisis data.
Sebagai contoh beberapa partisipan menjelaskan proses kerja mereka dalam
terminologi prosedur kerja formal, berbeda dengan apa yang sesungguhnya mereka
lakukan (berbohong). Ini akan sangat sulit untuk mendeteksi tanpa menggunakan
perbandingan konstan, sebab hasil itu nampak menjadi konsisten diantara informan. Jika
temuan dikomparasikan dengan temuan lainnya bisa jadi data dari perspektif minoritas
lebih cocok dengan data baru dari pada perspektif mayoritas yang keliru.
Penjelasan bagaimana pengumpulan data dijalankan dengan konstruksi menuntut
autensitas prosedur teori dengan grounded research. Persyaratan saturasi data atau data
yang cukup dikoleksi dijelaskan untuk kebutuhan analisis teori sebagai persyaratan
substantif. Komparasi konstan dapat membentuk penggunaan data dari informan baru
(subjek), tempat baru, perioda dan waktu yang baru sebagai studi longitudinal atau situasi
baru yang dapat dikomparasikan dengan situasi sebelumnya dalam kaidah kotegori analisis
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 25
inti yang telah kita identifikasi secara signifikan. Pemilihan dan pengumpulan data baru
harus dapat dijustifikasi dalam kaidah analisis. Kredibilitas penelitian kualitatif menurut
Guba dikutip oleh Noeng Muhadjir (2000) dapat dilakukan dengan memperpanjang waktu
tinggal di kancah penelitian, melakukan observasi dengan tekun, dan pengujian triangulasi.
Ada empat modus trianggulasi yaitu: (1) menggunakan sumber ganda; (2) menggunakan
metode ganda; (3) menggunakan peneliti ganda; dan (4) menggunakan teori berbeda
(Denzin:1978).
Tuntutan untuk trasferbilitas dan kecocokan bergantung pada kesamaan identifikasi
atau perbedaan pada konteks dimana teori diterapkan. Ini mencakup metoda penerapan
analisis konstan untuk menentukan kapan teori substantif yang cocok dengan data baru
dan bagaimana kontek dimana data baru dikumpulkan sejenis dengan konteks dimana data
sebelumnya dikumpulkan. Dengan cara ini, dapat dikembangkan teori termasuk faktor-
faktor kontektual. Sebagai contoh jika mengembangkan teori substantif dari bagaimana
pengembang melakukan investigasi/mencari data/fakta persyaratan sistem informasi baru
dan kemudian menemukan bahwa teori tersebut cocok dengan data baru dari salah satu
perusahaan, tetapi tidak cocok dengan perusahaan lainnya, kita harus mempertanyakan
apakah perbedaan kedua perusahaan itu. Apakah kedua perusahaan dapat dikomparasikan
ukurannya? Apakah pengembang di kedua perusahaan ditraning dan dididik sama? Apakah
mereka menggunakan metoda yang sama? Menggunakan perbandingan konstan dalam
kontek ini, tidak hanya mengembangkan teori substantif untuk memasukkan faktor-faktor
baru seperti ukuran perusahaan, pendidikan pengembang, tetapi kita juga memberikan basis
generalisasi diantara perusahaan yang dapat dibandingkan.
Keabsahan data dicek ulang dengan melihat catatan data apakah kongkrit, verbatim,
dan menggambarkan kondisi wawancara dan kondisi saat berpartisipasi dalam kegiatan
atau aktivitas. Peneliti harus menghindari sejauh mungkin mengambil kesimpulan-
kesimpulan yang terlalu cepat dengan memaksakan kerangka berpikir peneliti. Menyusun
catatan kongkret berarti peneliti menggambarkan situasi lapangan yang nyata sesuai
keadaan pelaku, tempat, dan aktivitas. Catatan yang kongkret sangat berguna untuk
menemukan pola-pola data dengan lebih obyektif.
Di samping kongkret catatan data harus verbatim atau kata demi kata (Zoebir, 2008).
Logat atau istilah-istilah khusus tidak diganti atau diterjemahkan secara bebas agar tidak
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 26
lepas dari realitasnya. Noeng Muhadjir (2000) memberi istilah indeksikalitas yaitu
keterkaitan makna kata, perilaku dan lainnya pada konteksnya dan refleksikalitas yaitu
tatahubungan atau tata susunan sesuatu dengan atau dalam sesuatu yang lain sebagai
pengganti konsep validitas-reabilitas ataupun konsep kredibilitas. Indeksikabilitas dan
refleksikabilitas menjamin temuan etnografik tetap mendeskripsikan natural reality bukan
artificial thinking. Untuk itu instrument video, kamera sangat diperlukan dan sangat
membantu.
Kondisi peneliti juga harus direkam atau digambarkan dalam catatan-catatan
penelitian pada setiap interaksi atau wawancara. Ciri data lapangan yang baik menurut
(Zoobir, 2008) bahwa si peneliti bukan hanya menggambarkan apa yang hendak ia kaji,
tetapi juga menggambarkan kedudukannya dalam proses pengumpulan data. Peneliti
mencatat bukan saja jawaban-jawaban informan, tetapi juga pertanyaan-pertanyaan sendiri,
bagaimana peneliti menanyakan apakah dalam kondisi baik atau sudah dalam kondisi
capek atau kelelahan yang mungkin peneliti bertanya dengan kurang baik, kurang sopan,
kurang menarik.
E. Teknik Analisis Data
Menurut Noeng Muhadjir (2000) analisis data merupakan upaya mencari dan menata
data secara sistematis dari catatan hasil observasi, wawancara, analisis dokumen untuk
meningkatkan pemahaman peneliti terhadap kasus yang diteliti dan menyajikan sebagai
temuan penelitian. Analisis penelitian kualitatif mengupayakan tercapainya pencarian
makna (meaning).
Analisis data dilakukan dalam dua kategori yaitu: analisis data selama di lapangan
dan analisis data sesudah meninggalkan lapangan. Analisis data selama di lapangan
diarahkan kepada peningkatan fokus penelitian, melakukan telaah tata pikir logik,
pengembangan secara terus menerus pertanyaan analitik, melakukan refleksi terhadap data
yang terkumpul, membaca kepustakaan yang relevan selama lapangan dilanjutkan dengan
mencari pemaknaan. Analisis sesudah meninggalkan lapangan dilakukan dengan membuat
kategori masalah/temuan ditelaah menggunakan tatapikir induktif yaitu pola pikir yang
berasal dari empiri kemudian mencari abstraksi. Analisis data menggunakan model
interaktif dari Miles dan Huberman (2007) seperti gambar 3.
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 27
Gambar 3.Analisis data menggunakan model interaktif dari Miles dan Huberman
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 28
Daftar Pustaka:
Acwin Dwijendra, Ngakan Ketut. (2003). Perumahan dan Pemukiman Tradisional bali. Jurnal Permukiman ”NATAH” 1-1, 8-24.
Adair J. (2000). Effective leadership How to DevelopLeadership skills. New Delhi: Rupa & Co. Agastia, IBG, (2007). Mengkritisi Impelemtasi Tri Hita Karana, Warta Hindu Dharma, 491, 4-
41. Agar, M. (1996). The professional stranger: An informal introduction to ethnography. New
York: Academic Press. Atkinson, P. (1990). The Ethnographic Imagination: Textual Construction of Reality. London:
Routledge. ................(2004) Rencana Strategis Departemen Pendidikan nasional 2005-2009, Jakarta:
Depdiknas. Babchuk, W (1996). 'Glaser Or Strauss?: Grounded Theory And Adult Education', in
Proceedings of Midwest Research-to-Practice Conference in Adult, Continuing, and Community Education, University of Nebraska-Lincoln, October 17-19, 1996. Available at URL: http://www.anrecs.msu.edu/research/gradpr96.htm
Bailey T.R., Hughes K.L. & Moore D.T. (2004). Working Knowledge Work-based Learning and Education Reform. New York: Great Britain.
Banks J.A., Banks C.A.M. (2005). Multicultural Education Issues and Perspective ,United States of America: Wiley Jossey Bass Education
Bartridge,Tom. (2004). Manager’s role in Competence Based T&D System. Ame Info. Beach, D. & Dovemark, M. (2005). Creativity as a Cultural Commodity: An Ethnographic
Investigation of Struggles over Creativity in Three Swedish Schools. Journal for Critical Education Policy Studies, 4(2). www.jceps.com
Billett S.(2009). ChangingWork,Work Practice:The Consequences for Vocational Education. Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media
Blank, W.E. (1982). Handbook for Developing Competency-Based Training Programs. London : Prentice-Hall,Inc.
Boud D. & Solomon N.(2003). Work-based Learning a New Higher Education?. USA:SRHE and Open University.
Browne. R.K. & Lamb. A. (2000). Linking Theory to Practice in the Workplace.AERC Proceeding
Chadd .J.& Anderson.M.A.(2005). Illinois Work-Based Learning Programs: Worksite Mentor Knowledge and Training, Jurnal Career and Technical Education Research, Volume 30 nomor 1 Tahun 2005.
Cheng, Y.C. (2005). New Paradigm for Re-engineering Education, Globalization, Localization and Individualization. Netherland: Springer
Clarke L. & Winch C. (2007). Vocational Education International Approaches, development and systems. USA: Routledge
Coessens,K. and Bendegem, J.P.V.(2008). Cultural Capital as Educational Capital,The Need For a Reflection on the Educationalisation of Cultural Taste, Paul Smeyers · Marc Depaepe, Educational Research: the Educationalization of Social Problems. Library of Congress Control Number: 2009920276 Springer Science+Business Media B.V.
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 29
Creese A., BhattA., Bhojani N., Martin P, (2008). Fieldnotes in team ethnography: researching complementary schools:Qualitative Research:SAGE Publications Los Angeles, London, New Delhi and Singapore) vol. 8(2) 197–215
Creswell. John W. (1994). Reserach Design Qualitative & Quantitative Approaches. California: Sage Publications
Creswell. John W. (2009). Reserach Design Qualitative, Quantitative , and Mixed Methods Approaches. United States of America: Sage Publications
Crowson R., Boyd.W.L; (2005), New Roles for Community Services in Educational Reform in Michael Fullan (2005), Fundamental Change International Handbook of Educational Change.New York: Springer Dordrecht
Cunningham.I, Dawes G, & Bennett B. (2004). The Handbook of Work Based Learning. England: Gower Publishing Limited.
Dedi Supriadi, (2002). Satu Setengah Abad Pendidikan Kejuruan di Indonesia dalam Dedi Supriadi, Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan Di Indonesia. (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan dasar dan Menengah
Denzin, N.K., & Lincoln Y. (2004). Handbook of Qualitative Research second edition.London: Sage Publications,Inc.
Djohar, (1999). Reformasi dan Masa Depan Pendidikan Di Indonesia. Yogyakarta: IKIP Negeri Yogyakarta.
Djohar, (2008). Budaya Lokal Sebagai basis Pendidikan, Makalah seminar di Percetakan Kanisius Yogyakarta.
Dimmock C. & Walker A. (2005). Educational Leadership Culture and Diversity. London: SAGE
Dobbert M.L., (1982) Ethnographic research: theory and application for modern schools and societies. Chicago:
Doolittle & Camp. (1999). Constructivism : The Career and Technical Education Perspective. --- : Journal of Vocational and Technical Education Volume 16, Number 1.
Emmerik I.J. H. V., Bakker A.B, Euwema M.C.. (2009). Explaining employees’ evaluations of organizational change with the job-demands resources model; Career Development International Journal Vol. 14 No. 6, 2009 pp. 594-613
Emerson R.M., FretZ R.I., Shaw L.L. (1998 ) Writing Ethnographic Fieldnotes.Chicago Guides to Writing, Editing, and Publishing
Finch & Crunkilton. (1999). Curriculum Development in Vocational and Technical Education, Planning, Content, and Implementation. United State of America : Allyn & Bacon A Viacom Company.
Finlay I., Niven S.,& Young S. (1998). Changing Vocational Education and Training an International Comparative Perspective . London: Routledge.
Gill,I.S.,Fluitman.F.,& Dar.A. (2000). Vocational Education and Training Reform, Matching Skills to Markets and Budgets.Washington: Oxford University Press.
Glaser, B.G. (1978). Advances in The Methodology of Grounded Theory. Sociology Press: Mill Valley, CA.
Glaser, B.G. (1992). Basics Of Grounded Theory Analysis, Emergence vs. Forcing. Sociology Press: Mill Valley, CA
Glaser, B.G. & Strauss, A.L. (1967) The Discovery of Grounded Theory. Aldine Publishing Co.: New York NY.
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 30
Glesne, C. (1999). Becoming qualitative researchers: An introduction, 2nd ed. New York: Longman.
Good T.L. (2008). 21’st Century Education: A reference Handbook. Tucson: Sage Publication Grant, L., & Fine, G. A. (1992). Sociology unleashed: Creative directions in classical
ethnography. In M. D. LeCompte, W.L. Millroy, & J. Preissle (Eds.), The Handboks of Qualitattive reserach in Education (pp.405-446). New York: Academic Press.
Hall B.L.(2009) The Right to a New Utopia: Adult Learning and the Changing World of Work in an Era of Global Capitalism Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media
Heinz .W.R (2009). Redefining the Status of Occupations; James A. Athanasou , Raoul Van Esbroeck. International Handbook of Career Guidance 2008 Springer Science Business Media B.V.
Herschbach D.R. (2009) Overview: Navigating the Policy Landscape: Education, Training and Work, 869–890: Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media
Hiniker L.A.and Putnam,R.A. (2009). Partnering to Meet the Needs of a Changing Workplace; Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media
Hochwarter, W.A. and Rogers L.M, Summers J.K., Meurs J.A.. (2009). Personal control antidotes to the strain consequences of generational conflict as a stressorA two-study constructive replication and extension; Career Development International Vol. 14 No. 5, 2009 pp. 465-486 q Emerald Group Publishing Limited
Hollander A. & Mar N.Y (2009) Towards Achieving TVET for All: The Roleof the UNESCO-UNEVOCInternational Centre for Tehcnical and VocationalEducation and Training, 41–57: Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media
Kabuto B., (2008). Parent-research as a process of inquiry: an ethnographic perspective Ethnography and Education Vol. 3, No. 2, June 2008, 177_194 ISSN 1745-7823 print/ISSN 1745-7831 online # 2008 Taylor & Francis DOI: 10.1080/17457820802062433 http://www.informaworld.com
Kellett J.B, Humphrey R.H. and Sleeth R.G.(2009) Career development, collective efficacy, and individual task performance, Career Development International Vol. 14 No. 6, 2009 pp. 534-546 q Emerald Group Publishing Limited 1362-0436
Karen O.R.(2005). Ethnographic Methods. Canada: Routledge Latour, B. (1987). Science in Action. Cambridge MA.: Harvard University Press, Lincoln, Y. S. and Guba, E. G. (2000). 'Paradigmatic Controversies, Contradictions, and
Emerging Confluences', in Denzin, N.K. and Lincoln, Y.S. [Eds.] The Handbook of Qualitative Research, Sage, Beverly Hills, CA. pp. 163-188
Lillis T.(2008) Ethnography as Method,Methodology, and “Deep Theorizing” Closing the Gap Between Text and Context in Academic Writing Research Written Communication Volume 25 Number 3 July 2008 353-388 © 2008 Sage Publications 10.1177/0741088308319229 http://wcx.sagepub.com hosted at http://online.sagepub.com
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 31
Lowe, A. (1995). 'The basic social processes of entrepreneurial innovation ': International Journal of Entrepreneurial Behaviour and Research, 1 (2), pp. 54-76.
Lowe, A. (1996). ‘An Explanation Of Grounded Theory’: Working Paper, Dept. Of Marketing, University of Strathclyde, UK.
Lowe, A. (1998). 'Managing the post-merger aftermath by default remodelling', Management Decision, 36 (2), pp. 102-110.
Mason,J.(2006). Qualitative Researching, London: SAGE Publications Ltd McKeown, R. (2002). Education for sustainable development Toolkit. USA: Center for
Geography and Environmental Education McGrath S. (2009) Reforming Skills Development, Transforming the Nation: South African
Vocational Education and Training Reforms, 1994–2005: Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media
Miles,M.B., & Huberman, A.M.(1994). Qualitative Data Analysis. New Delhi : SAGE Publications
Miles,M.B., & Huberman, A.M.(2007). Analisis Data Kualitatif ( Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi) . Jakarta: Universitas Indonesia
Noeng Muhadjir.H. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif (3rd). Yogyakarta: Sarasin. Pavlova M.& Munjanganja,L.E. (2009) Changing Workplace Requirements: Implications for
Education Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media
Raelin JA. (2008). Work-Based Learning new and revised edition. San Francisco:Jossey Bass. Randal D., Harper R., Rouncefield M. (2007). Fieldwork for Design Theory and Practice,
London:Springer Rojewski. J.W (2009). A Conceptual Framework for Technical and Vocational Education and
Training; Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media
Sallis E. (2007). Total Quality management in Education alih bahasa Riyadi AA. Jogjakarta: IRCiSoD
Sanjek, R. (1990). On ethnographic validity. In Sanjek (ed.) Fieldnotes - The Makings of Anthropology. Ithaca and London: Cornell University Press.
Simon, R., and D. Dippo. 1986. On critical ethnographic work. Anthropological and Education Quarterly 17, no. 4: 195_202.
Slamet,PH. (2008).Desentralisasi Pendidikan Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Spradley, J.P. (1980). The Ethnographic Interview. Fort Worth, TX: Harcourt Brace Jovanovich College Publisher
Strauss, A. L. (1987) Qualitative Research For Social Scientists, Cambridge University Press. Cambridge: UK.
Strauss, A. L., and Corbin, J. (1998). Basics of Qualitative Research: Grounded Theory Procedures And Techniques. 2nd. edition, Sage Publications: Newbury Park, CA.
Suyanto, 2006. Dibelantara Pendidikan Bermoral; Jogjakarta: UNY Press. Sugiyono., (2006). Metoda Penelitian Kuantitatif Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 32
Sukardi, Zamzani, & Dardiri, A. (2006). Penelitian Kualitatif Naturalistik. Yogyakarta: Lembaga Penelitian UNY.
Suminto, A.S. (2005). Muatan Lokal dalam Penyelenggaraan Pendidikan Stumpf. S.A (2009). Promotion to partnerThe importance of relationship competencies and
interpersonal style. Career Development International Vol. 14 No. 5, 2009 pp. 428-440 q Emerald Group Publishing Limited 1362-0436
Tepas Ahmad Heryawan, (2009). Ideologi Pancasila: Http://www.ahmadheryawan.com Tessaring M. (2009), Anticipation of Skill Requirements: European Activities and Approaches
Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media
Thompson, John F, (1973). Foundation of Vocational Education Social and Philosophical Concepts. Prentice-Hall: New Jersey
Thomas W.H. Ng & Daniel C. Feldman (2009). Personality, social relationships, and vocational indecision among college students The mediating effects of identity construction. Career Development International Vol. 14 No. 4, 2009 pp. 309-332 q Emerald Group Publishing Limited 1362-0436
Tilaar, H.A.R., (1999). Pendidikan Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Tilaar, H.A.R., (2002). Perubahan Sosial dan Pendidikan, Pengantar Pedagogik Transformatif untuk Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.
Titscher S., MayerM.,WodakR.,Vetter E.(2009).Metoda Analisis Teks & Wacana. Terjemahan Abdul Syukur Ibrahim. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Titib, I Made. (2007). Aktualisasi Ajaran Tri Hita karana dalam Konsep Desa Adat di Bali. Torbet B & Associates. (2004). Action Inquiry the Secret of Timely and Transforming
Leadership. San Francisco: Berrett-Koehler. T. Raka Joni, (2006). Mengurai Benang Kusut Pendidikan, http://Perpustakaan Bappenas.go.id. Utami Munandar, (2004). Pengembangan Kraetivitas Anak Berbakat.Jakarta: Rineka Cipta Wardiman Djojonegoro. (1998). Pengembangan Sumberdaya Manusia melalui SMK. Jakarta :
PT. Jayakarta Agung Offset. Wagner T. (2008). The Global Achievement Gap. New York: Basic Books. Zajda,J., Biraimah K., Gaudelli W.(2008) Cultural Capital: What Does It Offer Students? A
Cross-National Analysis . Education and Social Inequality in the Global Culture Melbourne: Springer Science + Business Media B.V.
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 33
1. Rencana Kerja Penelitian
No Uraian Bulan Tahun 2010
Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov
1. Pengurusan Ijin Penelitian, Seting lokasi 2. Pemilihan dan penjajagan Informan 3. Pengembangan Fokus penelitian 4. Pengembangan topik Interview 5. Penyusunan Pertanyaan interview 6. Penyusunan bahan observasi 7. Pengembangan model fieldnotes 8. Penyiapan Alat rekam Suara dan Gambar 9. Pembangkitan data dengan Observasi lapangan 10. Pembangkitan data dengan Interview 11. Pembangkitan data dengan Focus Group
Discussion
12. Penyajian dan reduksi data 13. Analisis Dokumen 14. Analisis Data/ peripikasi di Lapangan 15. Penulisan Laporan, Naskah Jurnal 16. Seminar hasil penelitian 17. Penyempurnaan dan penggandaan laporan 18. Desiminasi
2. RANCANGAN BIAYA PENELITIAN No Komponen Biaya Biaya
1. Pengadaan buku Qualitatif Researching (2006) Jennifer Mason Rp. 600.000,00
2. Pengadaan buku Fielwork for Design Theory and Practice (2007) Randal dkk Rp. 500.000,00
3. Pengadaan buku International Handbook of Education for the Changing World of Work (2009)
Rp. 1.000.000,00
4. Pengadan buku Multicultural Education Issues and Perspektives Rp. 400.000,00
5. Pengadaan buku New Paradigm for Re-engineering Education Globalization, Localization, and Individualization
Rp. 500.000,00
6. Pengadaan buku Dictionary of Sociology Rp. 400.000,00
7. Pengadaan buku Educational Decentralization Asian Experiences and Conceptual Contributions
Rp. 250.000,00
8. Pengadaan buku Educational Research-Educatiobalization of Social Problem Rp. 400.000,00
9. Pengadaan buku Handbook of Technical and Vocational Education and Training Research
Rp. 600.000,00
10. Pengadaan buku International Handbook of Career Guidance Rp. 500.000,00
11. Pengadaan buku International Handbook of Educational Change Rp. 400.000,00
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 34
No Komponen Biaya Biaya
12. Pengadaan buku International Handbook of School Effectiveness and Improvement
Rp. 250.000,00
13. Pengadaan buku International Handbook of Student Experience in Elementary and Secondary School
Rp. 500.000,00
14. Pengadaan buku International Handbook Of The Religious, Moral, Spiritual Dimention In Education
Rp. 250.000,00
15. Pengadaan buku Learning in Cultural Context-Family-Peer-School Rp. 250.000,00
16. Pengadaan buku Meeting Basic Learning Needs In The Informal Sector Rp. 250.000,00
17. Pengadaan buku Rethinking Work And Learning-Adult And Vocational Education For Social Sustainability
Rp. 400.000,00
18. Pengadaan buku Technology and Vocational Education for Sustainable Development Empowering Individuals for the Future
Rp. 450.000,00
19. Pengadaan buku Work, Learning and Sustainable Development Opportunities and Challenges
Rp. 400.000,00
20. Pengadaan buku Community College Model Rp. 500.000,00
21. Pengadaan buku Decentralisation, School-Based Management,and Quality Rp. 300.000,00
22. Pengadaan buku Living Together Education And Intercultural Dialogue Rp. 200.000,00
23. Pengadaan buku Secondary Education At The Crossroads Rp. 250.000,00
24. Pengadaan buku Cultural Competency Training in a Global Society Rp. 250.000,00
25. Pengadaan buku International Perspectives on Competence in the Workplace Implications for Research, Policy and Practice
Rp. 400.000,00
26. Pengadaan buku Moral Education Beyond the Teaching of Right and Wrong Rp. 400.000,00
27. Pengadaan buku School Decentralization In The Context Of Globalizing Governance
Rp. 250.000.00
28. Pengadaan buku From Child Welfare to Child Well-Being An International Perspective on Knowledge in the Service of Policy Making
Rp. 250.000,00
29. Pengadaan buku Work, Subjectivity and Learning Understanding Learning through Working Life
Rp. 400.000,00
30. Pengadaan buku BALINESE-CHARACTER Rp. 500.000,00
31. Tiket pesawat Jogja-Denpasar 8 x 2 x Rp.600.000,00 Rp. 9.600.000,00
32. Transport lokal Rp. 1.400.000,00
33. Foto Copy Rp. 500.000,00
34. Catridge Printer 4 x 150.000 Rp. 600.000,00
35. Akses internet 8 x 150.000 Rp. 1.200.000,00
36. Pengadaan Perekam Suara Rp. 1.000.000,00
37. Pengadan Perekam Gambar Rp. 4.000.000,00
38. Eksternal Harddisk 600 GB 900.000,00
39. ATK Rp. 500.000,00
40. Kertas HVS 5 rim x 35.000,00 Rp. 175.000,00
41. Pertemuan FGD 2 x 5.000.000,00 Rp. 10.000.000,00
42. Proses Perijinan Rp. 1.000.000,00
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 35
No Komponen Biaya Biaya
43. Dokumentasi Rp. 225.000,00
44. Analisis Data Rp. 5.000.000,00
45. Penyusunan Laporan Rp. 500.000,00
46. Penggandaan Laporan Rp. 150.000,00
47. Seminar lokakarya Rp. 1.000.000,00
48. Publikasi dan desiminasi hasil Rp. 500.000,00
JUMLAH Rp. 50.000.000,00
3. Dukungan pada Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini mendapat dukungan SMK N 1 Denpasar, SMK N 3 Denpasar, SMK N 5 Denpasar s, SMK N 3 Singaraja, SMK N 1 Singaraja, SMK N 2 Singaraja, SMK N 1 Sukasada, SMK N 1 Kuta Selatan, SMK N 1 Gianyar, SMK N 1 Sukawati, SMK N 2 Sukawati, dan SMK N 3 Sukawati dalam bentuk penyediaan sarana dan tempat melakukan penelitian. Dukungan juga mungkin akan diberikan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Bali, Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng, Pemerintah Daerah Kabupaten Badung, Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar, Pemerintah Daerah Kotamadya Denpasar, dan beberapa desa pekraman. Disamping itu beberapa orang tokoh budayawan, seniman, kelian adat, pengusaha juga akan memberikan dukungan positif. Dukungan pinansial atau dana sampai saat ini belum ada kecuali bantuan dana dari Universitas Negeri Yogyakarta sebesar 5 juta rupiah yang sudah digunakan untuk melakukan studi pendahuluan. Studi etnografi mengharuskan peneliti berada bersama subyek penelitian sehingga memerlukan waktu dan dana yang cukup besar.
4. Sarana Sarana yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
No Sarana/Peralatan Kegunaan Keterangan
1. SMK di empat kabupaten Tempat observasi Siap digunakan
2. Desa Pekraman Tempat observasi Dalam proses penetapan
3. Informan Interview Dalam proses penetapan
4. Laptop Mendokumentasikan data siap
5. Jaringan Internet Pencarian data dan komunikasi Butuh dana pulsa
6. Alat perekam suara Interview Belum ada
7. Alat perekam gambar Observasi Belum ada
8. Printer Mencetak dokumen dan fieldnote Siap (butuh tinta)
9. Kendaraan bermotor Mobilisisasi lapangan Siap (butuh bensin)
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 36
Biodata Peneliti
1. Nama Lengkap : Putu Sudira, Drs. MP. 2. N I P : 131 655 274 3. Nomor Karpeg : E 204172 4. Nomor Karis : 419728C 5. Unit Kerja : Fakultas Teknik UNY 6. Pangkat/Golongan : Penata Tk.I /IIId 7. Jabatan : Lektor 8. N I M : 07702261001 9. Program Studi : Pendidikan Teknologi Kejuruan PPS UNY 10. N P W P : 07.837-831-2-542-000 11. Nomor KTP : 3404090204640001 12. Nomor SIM : 640414520520 13. Tempat Lahir : Nagasepaha, Singaraja, Bali 14. Tanggal Lahir : 2 April 1964 15. Jenis Kelamin : Laki-laki 16. Agama : Hindu 17. Nama istri : Drh.Nyoman Ayu Anggreni Tisnawati 18. Pekerjaan : PNS Kabupaten Sleman 19. Alamat rumah : Jalan Marsma Dewanto Gang Kantil No. 2 Kalongan
Maguwoharjo Jogjakarta 20. Telepon/HP: : 081 64 222 678 21. E-mail : [email protected]
Data Pendidikan
1. Pendidikan Formal SEKOLAH/PERGURUAN
TINGGI PROGRAM PROGRAM STUDI LULUS
TAHUN GELAR/
PREDIKAT Sekolah Dasar Nagasepaha Buleleng
- - 1976 -
SMP Negeri 2 Singaraja - - 1979 - STM Negeri Denpasar Bali - Teknik Elektronika 1982 Lulusan terbaik IKIP Yogyakarta Sarjana S1 Pendidikan Teknik
Elektronika 1986 Drs.
Memuaskan UGM Yogyakarta Pasca
Sarjana S2 Teknik Pertanian 1997 MP.
Cum laude Universitas Negeri Yogyakarta
Pasca Sarjana S3
Pendidikan Teknologi Kejuruan
2007 Dalam proses IPK = 3,95
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 37
Pengalaman Penelitian dan Karya Ilmiah No Tahun Bidang
Penelitian Judul Penelitian/Karya Ilmiah Keterangan
1 1989 Teknologi Uji coba program komputer sebagai simulator Spectrum Analyser
Tidak Terpublikasi
2 1990 Teknologi Uji karakteristik Pengambilan Data menggunakan Komputer IBM PC
Tidak Terpublikasi
3 1993 Teknologi Hubungan clock terhadap kecepatan olah data dalam komputer mikro MPF-I
Tidak Terpublikasi
4 1993 Teknologi Rancang bangun penerima pesan telpon rumah berbasis mikroprosesor Z-80
Tidak Terpublikasi
5 1993 Teknologi Rancang bangun sistim akuisisi data IBM PC Makalah seminar 6 1994 Teknologi Rancang bangun Pencetak hruf Braille berbasis
komputer mikro MPF-I Terpublikasi di Kuala Lumpur
7 1997 Teknologi Penetapan parameter Viscoelastik non Linier Bahan Pertanian berbentuk bola
Thesis S-2
8 1997 Teknologi Analisis kematangan buah sawo manila Tidak Terpublikasi 9 1998 Teknologi Analisis perilaku mekanis buah salak pondoh
selama pematangan Seminar IFAC
10 1999 Teknologi Rancang bangun sortasi buah sawo manila berdasarkan kematangan
Tidak Terpublikasi
11 1999 Teknologi Rancang bangun penampil LED Dot Matrik berbasis Mikrokontroler 8031
Tidak Terpublikasi
12 1999 Teknologi Sistim akuisisi data berbasis Mikroprosesor Z-80 Tidak Terpublikasi 13 1999 Teknologi Rancang bangun pengukur kekeruhan air Tidak Terpublikasi 14 1999 Pendidikan Evaluasi implementasi program Electronic Work
Bench pada praktek Sistim Digital Tidak Terpublikasi
15 2005 Pendidikan Peningkatan Pencapain Kompetensi Pemrograman Mikrokontroler Menggunakan Model Pembelajaran Pemecahan Maalah ”IDEAL” Mahasiswa S1 Pendidikan Teknik Elektronika FT UNY
Tidak Terpublikasi
16 2007 Pendidikan Peningkatan kualitas perkuliahan Sistem Mikroprosesor dengan Modul pembelajaran berbasis kompetensi dengan pendekatan IDEAL
Terpublikasi
17 2007 Pendidikan Peningkatan kemampuan perancangan sistem elektronika dengan memanfaatkan program EWB dalam mata kuliah Praktikum Elektronika Digital I
Tidak terpublikasi
Karya tulis dipublikasikan
No JUDUL PENELITIAN/KARYA ILMIAH TAHUN KETERANGAN 1. Rancang bangun Pencetak huruf Braille berbasis
komputer mikro MPF-I 1994 Terpublikasi di Kuala
Lumpur dalam Acara Pameran Temu Teknologi
2. Penetapan Parameter Viscoelastik non Linier Bahan Pertanian berbentuk bola
1997 Thesis S-2
3. Analisis kematangan buah sawo manila selama Pematangan
1999 Penelitian Dasar Dikti Depdiknas
4. The Mechanical Properties Analysis of Salak Pondoh Fruits on the Maturity Periods Through Lichtensteiger Model Inmpact Methods
22 s/d 24 Agustus 2001
IFAC-CIGR Workshop on Intelligent Control for Agricultural Application di Grand Bali Hotel
5. Analisis perilaku mekanis buah salak pondoh selama pematangan
2002 Jurnal Saintek Universitas Negeri Yogyakarta
6. Pelatihan Pemrograman Mikrokontroler Guru-Guru SMK Teknologi Industri se DIY
2003 Seminar Nasional Hasil Program Penerapan IPTEKS
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 38
No JUDUL PENELITIAN/KARYA ILMIAH TAHUN KETERANGAN dan Program Vucer
7. Menulis Opini di Harian Bali Post dengan Judul:Kontekstualisasi Pendidikan Agama Hindu
2004 Dimuat 16 Oktober 2004
8. Revitalisasi Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu
2005 Majalah Media Hindu
9. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Hindu
2005 Majalah Media Hindu
10. Mempersiapkan Guru Pendidikan Agama Hindu Profesional
2005 Majalah Media Hindu
11. Pengembangan Kompetensi Bahan Ajar Mata Kuliah Mikrokontroler dengan Pendekatan Field Research,Benchmarch, Adopt & Adapt
2006 Jurnal JPTK FT UNY
12. Peningkatan Pencapaian Kompetensi Pemrograman Mikrokontroler Guru-guru Bidang Keahlian Teknik Elektronika pasca diundangkannya UUGD
2007 INOTEK LPM Universitas Negeri Yogyakarta
13. Menulis Opini di Harian Kedaulatan Rakyat dengan judul:Tiga Dimenasi Nyepi
2008 Dimuat tanggal 6 Maret 2008
14. Menulis Opini di Harian Kedaultana Rakyat dengan judul:Guru
2008 Dimuat tanggal 14 Oktober 2008
15. Menulis Bahan Ajar Perkulaiahn Pemrograman Mikrokontroler
2006 Dibiayai oleh P5D Bandung
16. Menulis Buku Ajar SMK dengan Judul Pemrograman Mikroprosesor dan Mikrokontroler
2008 Diterbitkan oleh Direktorat PSMK
Seminar/Lokakarya/Pelatihan 1. Dalam Negeri
No TEMA SEMINAR TEMPAT WAKTU
PELAKSANAAN
SERTIFIKAT/ SURAT KETERANGAN
1. Workshop on Intelligent Control for Agricultural Application
Grand Bali Hotel Sanur Denpasar Bali
22 s/d 24 Agustus 2001
Sertifikat
2. Information Technlogy for All; Upaya membangun masyarakat berpengetahuan
Ambarukmo Palace Hotel Yogyakarta
2 Agustus 2001 Sertifikat
3. Pendidikan Kejuruan 2002 Universitas Sebelas Maret
14 Pebruari 2002 Sertifikat No.050/J27/JPTK/ FOKOM/2002
4. Kurikulum berbasis Kompetensi FMIPA-UNY 11 Mei 2002 Sertifikat 5. Kreativitas dan Kecakapan
Hidup UNY 10 Juni 2002 Sertifikat
6. Implementasi Kurikulum berbasis Kompetensi
Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika
3 s/d 31 Oktober 2003
7. Seminar Isu dan Tantangan Pendidikan Kejuruan
Jurusab Teknik Elektro FPTK Universitas Ganesha Singaraja
10 Oktober 2006 Dekan FPTK Undiksha
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 39
No TEMA SEMINAR TEMPAT WAKTU
PELAKSANAAN
SERTIFIKAT/ SURAT KETERANGAN
8. Lokakarya Peningkatan Peran Dunia Usaha/Industri dan Asosiasi Profesi
Dinas Dikmenti Provinsi DKIJakarta
29 November 2006 Kepala Dinas Dikmenti
9. Focus Group Discussion Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dalam mendukung Pengembangan Klaster Agrokimia
Univesitas Negeri Jakarta
4 Desember 2006 Dekan FT UNJ
10. Seminar sehari Kerjasama Industri/ Institusi dalam Negeri
Le’Aries Garden Hotel & Cafe Bandung
7 Desember 2006 Direktur P4TK Bandung
11. Seminar Strategi Peningkatan Kualitas Pendidikan sebagai peserta
Universitas Negeri Yogyakarta
22 Maret 2008 Direktur PPS UNY
12. International Conference on VTE Research and Networking 2008 Nurturing Local VTE Reseach Efforts : A Response Global Challennges sebagai Pemakalah
Grand Bali Beach Hotel
7 s/d 8 Juli 2008 Panitia
13. Seminar dan Pelatihan Penyusunan Proposal Hibah Kompetensi sebagai peserta
Lembaga Penelitian UNY
20 November 2008 Ketua Lemlit UNY
14. Bimbingan teknis peningkatan Pembelajaran SMK di Provinsi NTB sebagai Nara sumber
Hotel Arun Mataram Lombok Barat
11-13 Desember 2008
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Provinsi NTB
15. Bimbingan teknis peningkatan Pembelajaran SMK di Provinsi Bali sebagai Nara sumber
Hotel Sari Nikita Denpasar Bali
14-16 Desember 2008
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Provinsi Bali
16. Bimbingan teknis peningkatan Pembelajaran SMK di Provinsi Sulawesi Selatan sebagai Nara sumber
Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan
23-25 Desember 2008
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Provinsi Sulawesi Selatan
17. Penyusunan dan Pengembangan naskah Pembinaan Kurikulum SMK sebagai peserta
Vila Anggrek Cisarua Bogor Jabar
17 s/d 20 Februari 2009
Direktur Pembinaan SMK
18. Training of Trainer (TOT) Calon Fasilitator Bimbingan Teknis Implementasi KTSP SMK sebagai Fasilitator
Hotel Batavia Jakarta Pusat
22 s/d 24 Pebruari 2009
Direktur Pembinaan SMK
19. Training of Trainer (TOT) Calon Fasilitator Bimbingan Teknis Implementasi KTSP SMK sebagai Fasilitator
Hotel Pitagiri Jakarta Barat
10 s/d 12 Maret 2009
Direktur Pembinaan SMK
20. Pengembangan Spektrum Pendidikan Menengah Kejuruan
Hotel Puncak Raya Bogor
3 s/d 6 Maret 2010 Direktur Pembinaan SMK
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 40
2. Luar Negeri No
TEMA SEMINAR TEMPAT WAKTU PELAKSANAAN
SERTIFIKAT/ SURAT
KETERANGAN 1. Malaysian Invention Exebition Kualalumpur 19 s/d 22 Agustus
1994 Sertifikat
2. Risearch Methodology OHIO State University Columbus USA
27 Oktober 2009s/d 23 Januari 2010
Certificate
Pelatihan 1. Dalam Negeri & Luar Negeri
No JENIS PELATIHAN TEMPAT WAKTU PELAKSANAAN
SERTIFIKAT/ SURAT
KETERANGAN 1. Perancangan dan Aplikasi
Sistim Mikroprosesor PAU ITB Bandung
1989 Sertifikat
2. Rekonstruksi Kuliah Aplied Aproach
IKIP Yogyakarta 1991 selama 15 hari Sertifikat
3. Sistim Jaringan dan Komunikasi Data
PAU ITB 1992 selama 4 minggu
Sertifikat
4. Pengenalan Sistim Pendidikan Politeknik
PEDC Bandung 1993 selama 3 bulan Sertifikat
5. Dasar Sistim Pneumatik FESTO Jakarta 2000 selama 3 hari Sertifikat 6. Sistim Elektro Pneumatik FESTO Jakarta 2000 selama 3 hari Sertifikat 7. Sistim Elektro Hidrolik FESTO Jakarta 2000 selama 3 hari Sertifikat 8. Sistim PLC FESTO Jakarta 2000 selama 3 hari Sertifikat 9. Sistim Mekatronika FESTO Jakarta 2000 selama 3 hari Sertifikat 10. Pengembangan Hibah TPSDP Dikti 2002 selama 3 hari 11. Sandwich Human Ecology
Teaching and Learning OHIO State University Columbus USA
2009-2010 selama 3 bulan
certivicate
Pengalaman Kerja Pengalaman Penataran
No JENIS PEKERJAAN INSTITUSI WAKTU PELAKSANAAN
SERTIFIKAT/ SURAT KETERANGAN
1. Fasilitator Kegiatan Sosialisasi dan uji Coba Kurikulum SMK Edisi 2004
Direktorat Dikmenjur Depdiknas
Agustus 2003 di Palangkaraya dan Bali
Sertifikat
2. Pelatih kegiatan Workshop PLC Guru-Guru Jurusan Elektro SMK se DIY
UNY 22 s/d 26 Mei 2001 Sertifikat
3. Instruktur Out Bond bagi Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah SMK se Kota Magelang
FT UNY 3 s/d 4 Oktober 2003 Sertifikat
4. Nara Sumber Penyusunan Modul dan Silabus Kurikulum SMK Edisi 2004
Dinas Pendidikan Prov. Bali
13 s/d 17 Oktober 2004
Sertifikat
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 41
No JENIS PEKERJAAN INSTITUSI WAKTU PELAKSANAAN
SERTIFIKAT/ SURAT KETERANGAN
5. Nara Sumber Pelatihan Penyusunan Modul Guru SMK se Provinsi Bali
Dinas Pendidikan Prov. Bali
21 s/d 25 Oktober 2004
Sertifikat
6. Yuri Lomba Penyusunan Modul Guru SMK se Provinsi Bali
Dinas Pendidikan Prov. Bali
4 s/d 6 November 2004
Sertifikat
7. Yuri Lomba Penyusunan Modul Guru SMK se Indonesia
Direktorat Dikmenjur Depdiknas
Januari 2005 Sertifikat
8. Fasilitator Penyusunan KTSP Silabi, dan RPP SMP
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah; Direktorat Pembinaan SMP
19 s/d 25 Juli 2006 Sertifikat No. 976/C3/PP/2006
9. Fasilitator kegiatan penyusunan model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK
Direktorat Dikmenjur Depdiknas
30 Juli s/d 4 Agustus 2006
Sertifikat
10. Nara sumber Studium General Jurusan Teknik Elektro FPTK UNDIKSHA Singaraja
FPTK UNDIKSHA
9 Oktober 2006
11. Fasilitator kegiatan penyusunan model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK
Direktorat Dikmenjur Depdiknas
13 s/d 18 Agustus 2006
12. Workshop Penyusunan KTSP SMK
SMK N 1 Kuta Selatan Kabupaten Badung
23 Desember 2006 Kepala SMK N 1 Kuta Selatan
13. Nara sumber Workshop pengembangan Pembelajaran Mata Pelajaran Muatan Lokal dan Pengembangan Diri pada SMK
Direktorat PSMK 7 s/d 9 Maret 2007 Direktur PSMK
14. Nara sumber dalam Workshop Keterampilan Kejuruan Bidang Keahlian Teknik Elektronika Dalam rangka Persiapan Sertifikasi Kompetensi Profesional Bagi Guru-guru SMK
FT UNY 30 Agustus 2007
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 42
Keterlibatan dalam Tim Penelitian/Penulisan Naskah/Keproyekan
NO JENIS KETERLI- BATAN
TOPIK INSTITUSI KEDUDUKAN DALAM TIM TAHUN
1. Langsung Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi SMK
FT UNY Ketua tim Bidang Teknik Elektronika
2002
2. Langsung Konsultan Manajemen Junior Secondary Education Project LOAN 4062 IND Dinas Pendidikan Provinsi DIY
Dinas Pendidikan Provinsi DIY
Anggota 2003
3. Langsung Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi SMA Mata Pelajaran Agama Hindu
Pasca Sarjana UNY
Penanggung jawab
2003
4. Langsung Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi SMP Mata Pelajaran Agama Hindu
Pasca Sarjana UNY
Penanggung jawab
2003
5. Langsung Penulisan Modul Bahan Ajar Mikrokontroler
P4D Bandung Penulis 2005
6. Langsung Diktat Kuliah Sistim Mikroprosesor didanai Proyek Semi-QUE IV
FT UNY Penulis 2002
7. Langsung Modul Memprogram Mikroprosesor dan Mikrokontroler
UNY Penulis 2006
8. Langsung Pengembangan Bahan Bimbingan Teknis Peningkatan Kualitas Pembelajaran di Cisarua Bogor
Dir PSMK Pengembang 2008
9. Langsung Penulisan Buku Ajar SMK Dir PSMK Editor 2007/2008 Demikian Curriculum Vitae ini kami buat dengan sesungguhnya dan sebenar-benarnya dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Yogyakarta, 2 April Juli 2010 Yang Membuat
Drs.Putu Sudira, MP NIP 131 655 274