POLA PEMBUDAYAAN KOMPETENSI BERBASIS …eprints.uny.ac.id/4657/1/013-Proposal-HIBAH-DOKTOR.… ·...

42
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 1 POLA PEMBUDAYAAN KOMPETENSI BERBASIS IDEOLOGI TRI HITA KARANA Studi Etnografi tentang Konsepsi Masyarakat Bali terhadap SMK sebagai Pusat Pembudayaan Kompetensi Putu Sudira NIM: 07702261001 Program Studi Pendidikan Teknologi Kejuruan Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta ABSTRAK Penelitian ini bertujuan: (1) Mengkaji konsepsi masyarakat Bali tentang pendidikan untuk dunia kerja; (2) Mengkaji konsepsi masyarakat Bali tentang pengembangan pendidikan kejuruan di SMK; (3) Mengkaji secara mendalam dan memaknai nilai-nilai Tri Hita Karana yang dapat diinternalisasikan kedalam inovasi dan pengembangan kualitas dan relevansi pendidikan di SMK; (4) Mengembangkan pola pembudayaan kompetensi kejuruan di SMK berbasis Tri Hita Karana. Keluaran penelitan berupa pola baru pembudayaan kompetensi kejuruan yang mensinergikan kebutuhan pembangunan SDM Bali dengan keunggulan lokal dan potensi wilayah Bali diantara kebutuhan nasional, dan tantangan global. Sebuah pola pembudayaan kompetensi kejuruan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat Bali, berwawasan masa depan, berwawasan budaya Bali, berwawasan kesemestaan, berwawasan nilai tambah, profesional, merepleksikan keyakinan dan pandangan masyarakat Bali. Pengumpulan data menggunakan teknik interview, observasi partisipatif, analisis dokumen, dan analisis situs. Subyek melibatkan informan kepala sekolah, guru, siswa, kepala dinas pendidikan, budayawan, cendikiawan, seniman, pengusaha dipilih secara purposif. Peralatan untuk pengumpulan data antara lain audio-video recording, kamera foto, software pembuat diagram, buku catatan lapangan (fieldnotes), laptop. Validasi data dilakukan melalui internal triangulasi, eksternal triangulasi, dan membanding laporan temuan dengan realitas lapangan. Analisis data dilakukan menggunakan model interaktif model Miles & Huberman melalui pemaknaan data yang tersaji selama di lapangan dan sesudah meninggalkan lapangan. Kata kunci: pembudayaan, kompetensi, kejuruan, etnografi

Transcript of POLA PEMBUDAYAAN KOMPETENSI BERBASIS …eprints.uny.ac.id/4657/1/013-Proposal-HIBAH-DOKTOR.… ·...

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 1 

POLA PEMBUDAYAAN KOMPETENSI BERBASIS IDEOLOGI TRI HITA KARANA

Studi Etnografi tentang Konsepsi Masyarakat Bali terhadap SMK sebagai Pusat Pembudayaan Kompetensi

Putu Sudira NIM: 07702261001

Program Studi Pendidikan Teknologi Kejuruan Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan: (1) Mengkaji konsepsi masyarakat Bali tentang pendidikan untuk dunia kerja; (2) Mengkaji konsepsi masyarakat Bali tentang pengembangan pendidikan kejuruan di SMK; (3) Mengkaji secara mendalam dan memaknai nilai-nilai Tri Hita Karana yang dapat diinternalisasikan kedalam inovasi dan pengembangan kualitas dan relevansi pendidikan di SMK; (4) Mengembangkan pola pembudayaan kompetensi kejuruan di SMK berbasis Tri Hita Karana. Keluaran penelitan berupa pola baru pembudayaan kompetensi kejuruan yang mensinergikan kebutuhan pembangunan SDM Bali dengan keunggulan lokal dan potensi wilayah Bali diantara kebutuhan nasional, dan tantangan global. Sebuah pola pembudayaan kompetensi kejuruan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat Bali, berwawasan masa depan, berwawasan budaya Bali, berwawasan kesemestaan, berwawasan nilai tambah, profesional, merepleksikan keyakinan dan pandangan masyarakat Bali. Pengumpulan data menggunakan teknik interview, observasi partisipatif, analisis dokumen, dan analisis situs. Subyek melibatkan informan kepala sekolah, guru, siswa, kepala dinas pendidikan, budayawan, cendikiawan, seniman, pengusaha dipilih secara purposif. Peralatan untuk pengumpulan data antara lain audio-video recording, kamera foto, software pembuat diagram, buku catatan lapangan (fieldnotes), laptop. Validasi data dilakukan melalui internal triangulasi, eksternal triangulasi, dan membanding laporan temuan dengan realitas lapangan. Analisis data dilakukan menggunakan model interaktif model Miles & Huberman melalui pemaknaan data yang tersaji selama di lapangan dan sesudah meninggalkan lapangan.

Kata kunci: pembudayaan, kompetensi, kejuruan, etnografi

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 2 

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembudayaan kompetensi kejuruan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

memerlukan dukungan sosiokultural dan struktural. Secara sosiokultural pola

pembudayaan kompetensi kejuruan di SMK diharapkan memenuhi kebutuhan untuk: (1)

mengembangkan keterampilan kognitif dan psikomotorik individu peserta didik (Emmerik,

Bekker, & Euwema, 2009; Kellet, Humphrey, & Sleeth, 2009); (2) mengembangkan

attitude (Stumpf, 2009); (3) mengembangkan apresiasi positif terhadap pekerjaan,

membangun budaya kerja (Heinz, 2009), membangun budaya belajar, budaya kreatif dan

produktif (Thompson,1973; Gill, Dar, & Fluitman, 2000); (4) mempersiapkan peserta didik

untuk bekerja, berwirausaha, atau meneruskan (Wardiman,1998); (5) memberdayakan

peserta didik untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang layak (Gill, Dar, &

Fluitman, 2000); (6) mengembangkan karier sesuai dengan kompetensi keahlian yang

dipilih (Kellet, Humphrey, Sleeth, 2009); (7) melibatkan masyarakat pemangku

kepentingan secara luas, utuh, benar, dan bertanggungjawab (McGrath S., 2009).

Secara struktural SMK adalah sistem pendidikan persekolahan yang diselenggarakan

oleh pemerintah bukan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat dunia usaha dan

dunia industri (Dedi Supriadi, 2002) sehingga memerlukan pola pembudayaan kompetensi

dengan konteks khusus (Herschbach, 2009). Jajaran pengelola dan pelaksana pendidikan

SMK di daerah belum sepenuhnya memahami kedudukan, fungsi, manfaat, karakteristik,

prinsip-prinsip, dan landasan pendidikan kejuruan. Akibatnya pendidikan kejuruan di SMK

belum efektif dan efisien karena tidak tumbuh dan berkembang dari dan bersama

masyarakat, tidak berbasis budaya sendiri, belum memperhatikan kebutuhan dan keunggulan

lokal, belum memperoleh dukungan, partisipasi, dan kerjasama yang kuat dari masyarakat.

Dalam studi pendahuluan yang dilakukan di Provinsi Bali ditemukan adanya kajian

ideologi Tri Hita Karana sebagai keunggulan lokal adiluhung. Tri Hita Karana merupakan

filosofi pembangunan masyarakat Bali (Agastia, 2007; Titib, 2003). Tri Hita Karana telah

membentuk masyarakat Bali menjadi masyarakat berbudaya “creativogenic”, memiliki

sarana kebudayaan yang mengakar kuat di dalam keluarga, di banjar dan desa pekraman.

Bali memiliki konsep pembangunan holistik, berkembang penuh dengan daya kreativitas.

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 3 

B. Tujuan Khusus dan Manfaat Penelitian

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengkaji konsepsi masyarakat Bali

tentang pendidikan untuk dunia kerja; (2) Mengkaji konsepsi masyarakat Bali tentang

pengembangan pendidikan kejuruan di SMK; (3) Mengkaji secara mendalam dan

memaknai nilai-nilai Tri Hita Karana yang dapat diinternalisasikan kedalam inovasi dan

pengembangan kualitas dan relevansi pendidikan di SMK; (4) Mengembangkan pola

pembudayaan kompetensi kejuruan di SMK berbasis Tri Hita Karana.

Secara akademik penelitian ini memiliki tiga manfaat besar yaitu: (1) bagi mahasiswa

Pendidikan Teknologi Kejuruan (PTK) dan masyarakat dunia pendidikan kejuruan

Indonesia khususnya dan dunia pada umumnya, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan

kajian model pendidikan kejuruan berbasis keunggulan lokal diera otonomi; (2) bagi

pengembang pendidikan kejuruan di daerah Bali sesuai pendapat Herschbach (2009) dapat

menggunakan hasil penelitian sebagai bahan pembuatan kebijakan pembangunan

pendidikan kejuruan sebagai pendidikan untuk dunia kerja bermutu, berdaya saing, dan

relevan dengan kebutuhan daerah; (3) bagi masyarakat kejuruan di Bali dalam hal ini

pimpinan SMK, guru kejuruan, pengawas pendidikan kejuruan, dunia usaha dan industri,

orang tua/wali siswa, siswa SMK dapat menggunakan hasil penelitian untuk perencanaan

dan pengembangan visi, misi, tujuan, sasaran, kurikulum, organisasi, dan budaya belajar di

SMK. Hasil penelitian dapat memberi inspirasi pengembangan proses belajar mengajar,

manajemen, dan kepemimpinan di SMK.

C. Urgensi (keutamaan) Penelitian

Menurut Rojewski (2009) pengembangan pendidikan teknologi dan kejuruan

memerlukan kerangka konseptual (conceptual framework) yang jelas dalam memenuhi

tujuan secara efektif dan bermakna. Kerangka koseptual pola pembudayaan kompetensi

kejuruan di SMK di masing-masing daerah berbeda satu sama lain karena setiap wilayah

di Indonesia memiliki karakteristik sosio-kultural yang unik, potensi wilayah yang berbeda,

keunggulan lokal yang berbeda, kebijakan politik dan ekonomi yang berbeda pula. Pola

pembudayaan kompetensi kejuruan di SMK akan efektif dan efisien jika sesuai dengan: (1)

kebutuhan pembangunan sumber daya manusia pendidikan kejuruan di daerah

(Herschbach, 2009); (2) potensi wilayah; (3) berwawasan keunggulan lokal; (4)

berwawasan masa depan; (5) berwawasan mutu; (6) berwawasan nilai tambah; (7)

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 4 

profesional; dan (8) merepleksikan keyakinan dan pandangan dari pemilih/pengguna.

Pembudayaan kompetensi kejuruan di SMK di Bali memerlukan pola tersendiri yang

komprehensif dan sesuai dengan karakteristik sosial budaya dan struktur masyarakat Bali

dengan ideologi Tri Hita Karana yang religius. Pola pembudayaan kompetensi kejuruan

berbasis ideologi Tri Hita Karana sebagai budaya lokal Bali sangat urgen dan strategis

dikaji untuk menemukan pola baru jawaban atas permasalahan dan hambatan sosiokultural

dan struktural yang dihadapi pendidikan menengah kejuruan di Indonesia yang berubah

dari sentralistik ke desentralistik.

Restrukturisasi dan rekulturisasi pola pembudayaan kompetensi kejuruan untuk

mendidik seseorang tidak hanya sekedar sebagai pekerja (Hollander & Mar, 2009),

melainkan sebuah pendidikan dengan pendekatan holistik yang digali dari masyarakat Bali

untuk mengembangkan skil bekerja yang sesuai dengan nilai-nilai dan kebutuhan

pembangunan sumberdaya manusia Bali, potensi wilayah Bali, menginternalisasikan nilai-

nilai Tri Hita Karana kedalam inovasi dan pengembangan kualitas dan relevansi

pendidikan di SMK sangat urgen dikaji dan diteliti. Studi etnografi tentang konsepsi

masyarakat Bali terhadap SMK sebagai pusat pembudayaan kompetensi akan menggali dan

menemukan pola pembudayaan kompetensi berbasis Tri Hita Karana. Pola pembudayaan

kompetensi yang diharapkan adalah pola yang mampu menginterlanisasikan keunggulan

lokal Bali, potensi wilayah Bali diantara kebutuhan nasional, dan tantangan global.

Keunggulan lokal Bali dan potensi wilayah Bali tetap sebagai basis pengembangan pola

pembudayaan kompetensi kejuruan SMK di Bali.

Pola pembudayaan kompetensi kejuruan berbasis ideologi Tri Hita Karana

diharapkan mampu mendudukkan arti penting pendidikan kejuruan, fungsi pendidikan

kejuruan, tujuan pendidikan, manfaat pendidikan kejuruan, karakteristik pendidikan

kejuruan, prinsip-prinsip pendidikan kejuruan, dan landasan pendidikan kejuruan kedalam

konsepsi pembangunan pendidikan menengah kejuruan di SMK. Pola pembudayaan

kompetensi kejuruan di SMK lahir dan tumbuh dari budaya masyarakat Bali dan menjadi

bagian yang utuh dari keseluruhan budaya masyarakat Bali.

Secara pragmatis pendidikan kejuruan di abad 21 dituntut membangun manusia yang

memiliki kecerdasan belajar, kecerdasan ekonomi, kecerdasan sosial, kecerdasan budaya,

kecerdasan teknologi, dan juga kecerdasan politik (Cheng, 2005). Pendidikan kejuruan

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 5 

akan berhasil jika mampu menumbuhkembangkan eksistensi manusia pendidikan kejuruan

yang memasyarakat, berbudaya kompetensi dalam tatanan kehidupan berdimensi lokal,

nasional, regional, dan global. Sebagai produk masyarakat, pendidikan kejuruan tidak bisa

dipisahkan dari masyarakat dimana pendidikan kejuruan dikembangkan. Pendidikan

kejuruan tumbuh dari masyarakat, berkembang bersama budaya masyarakat setempat,

memperhatikan keunggulan lokal, potensi wilayah, dukungan masyarakat, partisipasi dan

kerjasama masyarakat, ada konsensus yang kuat diantara masyarakat dengan lembaga

pendidikan kejuruan. Visi pendidikan kejuruan seharusnya kongruen dengan visi

masyarakat dimana pendidikan kejuruan dikembangkan (Tilaar, 1999).

Konsep-konsep baru dan membumi tentang penyelenggaraan pendidikan menengah

kejuruan yang digali secara empirik dari ideologi Tri Hita Karana dengan metoda induktif

kemudian direkonstruksi dan dimaknai sebagai teori sangat urgen dilaksanakan. Kajian

penelitian ini akan sangat besar manfaatnya bagi pengembangan ilmu dan pendidikan

kejuruan di Indonesia. Secara praktis temuan penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan

sebagai bahan rujukan pengambilan kebijakan pengembangan pendidikan menengah

kejuruan di Provinsi Bali yang holistik dan humanis sesuai dengan prinsip-prinsip

penyelenggaraan pendidikan kejuruan.

Penelitian ini urgen dilaksanakan karena beberapa alasan yaitu:

1. Pemerintah Indonesia secara yuridis melalui UU nomor 33 tahun 2004 telah menetapkan

penyelenggaraan pendidikan kejuruan secara desentralistik. Implikasi dari desentralisasi

pendidikan adalah tuntutan penguatan kemandirian dalam peningkatan mutu, relevansi,

daya saing, dan efesiensi dengan memperhatikan potensi wilayah, kekuatan budaya

lokal untuk memenuhi kebutuhan pembangunan daerah.

2. Pembudayaan kompetensi kejuruan pada SMK di Bali memerlukan pola tersendiri

karena Bali memiliki keunikan sosiokultural.

3. Ideologi Tri Hita Karana sampai saat ini baru dikembangkan dalam ranah pertanian

(subak), arsitektur, pengembangan kawasan perumahan, banjar, desa pekraman.

Ideologi Tri Hita Karana belum dikembangkan secara serius dalam ranah pendidikan

khususnya ranah pendidikan kejuruan. Padahal semua masyarakat mengakui bahwa

pendidikan adalah ranah utama dalam pembangunan manusia.

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 6 

STUDI PUSTAKA

A. Pembudayaan Kompetensi Kejuruan

Kompetensi merupakan kemampuan seseorang yang terobservasi mencakup

pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas

sesuai dengan standar unjuk kerja yang ditetapkan. Kompetensi kejuruan berkaitan dengan

kemampuan seseorang dalam mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan, mengorganisasikan

pekerjaan sehingga dapat dilaksanakan, apa yang harus dilakukan bilamana terjadi sesuatu

yang berbeda dengan rencana semula, dan bagaimana menggunakan kemampuan yang

dimilikinya untuk memecahkan masalah atau melaksanakan tugas dengan kondisi yang

berbeda (SKN, 2003; UNEVOC).

Pembudayaan dalam kaitannya dengan organisasi dan IPTEKS menurut Djohar

(1999) adalah wawasan, sikap, cara berpikir, cara kerja, tingkat kepuasan, cara hidup, tata

nilai. Menjadi membudaya menurut Kleden dikutip Djohar (1999) jika semua dimensi pola

pikir, tata nilai, perilaku telah terintegrasi, menjadi milik seseorang baik dalam konteks diri

sendiri maupun tata kehidupan sosial. Menurut Edward B.Tylor dikutip oleh Tilaar (2002),

budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks dari pengetahuan,

kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat, serta kemampuan-kemampuan dan

kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan dapat

berbentuk fisik, kelakuan-kelakuan yang terarah seperti hukum, adat istiadat sebagai

realitas obyektif dapat dilihat. Semua objek dan kejadian yang terjadi di alam ini adalah

kebudayaan (Djohar, 1999:106). Selain seni, simbol kebudayaan yang mudah ditangkap

adalah tata nilai hidup bermasyarakat dalam tingkatan lokal, nasional, regional,dan global

(Coessens & Bendegem, 2008; Zajda, Biraimah, Gaudelli, 2008)

Pembudayaan kompetensi kejuruan dapat diartikan sebagai proses pengintegrasian

secara sistemik pola pikir, kepercayaan, tata nilai, moral, sikap, cara kerja, tingkat

kepuasan, cara hidup yang diterima oleh lembaga dan masyarakat pendidikan kejuruan

dalam melakukan atau melaksanakan pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan,

keterampilan dan sikap kerja dalam mewujudkan visi dan misi masyarakat bahagia

sejahtera (hita). Pembudayaan kompetensi kejuruan berkaitan dengan pengintegrasian pola

pikir, tata nilai, sikap, cara kerja, tingkat kepuasan dalam mengerjakan suatu tugas atau

pekerjaan, bagaimana mengorganisasikan pekerjaan sehingga dapat dilaksanakan, apa

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 7 

yang harus dilakukan bilamana terjadi sesuatu yang berbeda dengan rencana semula, dan

bagaimana menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah atau

melaksanakan tugas dengan kondisi yang berbeda. Hasil penelitian Zajda, Biraimah,&

Gaudelli (2008) menunjukkan bahwa modal budaya (cultural capital) sangat berkaitan

dengan prestasi pendidikan peserta didik.

B. Sekolah Menengah Kejuruan

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk pendidikan

menengah kejuruan (pasal 18 ayat 3 UU nomor 20 Tahun 2003). SMK merupakan

peleburan dari Sekolah Teknologi Menengah (STM), Sekolah Ekonomi Menengah Atas

(SMEA), Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga (SMKK), Sekolah Menengah

Teknologi Kerumahtanggaan (SMTK), Sekolah Menengah Teknologi Pertanian (SMTP),

Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR), Sekolah Menengah Musik (SMM), Sekolah

Menengah Kerawitan Indonesia (SMKI), dan Sekolah Kerajinan Menengah Atas (SKMA)

(Dedi Supriadi, 2002: 332). Dalam dokumen spektrum keahlian pendidikan menengah

kejuruan tahun 2008 SMK memungkinkan mengembangkan enam bidang studi keahlian

yaitu: (1) Teknologi dan Rekayasa; (2) Teknologi Informasi dan Komunikasi; (3)

Kesehatan; (4) Seni, Kerajinan, dan Pariwisata; (5) Agribisnis dan Argoteknologi; (6)

Bisnis dan Majanemen. Masing-masing bidang studi keahlian memiliki sejumlah program

studi keahlian dan kompetensi keahlian.

Provinsi Bali sampai dengan tahun 2009 telah menyelenggarakan 89 Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) dengan perimbangan 31 SMK negeri dan 58 SMK swasta.

SMK tersebut tersebar di 9 kabupaten/kota, yaitu 12 SMK di Kabupaten Badung, 10 SMK

di Kabupaten Tabanan, 18 SMK di Kota Madya Denpasar, 5 SMK di Kabupaten

Karangasem, 8 SMK di Kabupaten Bangli, 3 SMK di Kabupaten Klungkung, 16 SMK di

Kabupaten Gianyar, 7 SMK di Kabupaten Jembrana, dan 10 SMK di Kabupaten Buleleng.

Jumlah siswa yang menempuh pendidikan SMK di Provinsi Bali lebih kurang 33.000

orang (data pokok direktorat PSMK).

Pemerintah Daerah Provinsi Bali terus mengembangkan SMK sejalan dengan

pendapat Gill, Dar, & Fluitman (2000:1) untuk pengentasan masalah-masalah: (1)

pengangguran bagi pemuda dan bagaimana memperoleh pekerjaan bagi kaum tua; (2)

penarikan investasi luar negeri khususnya di bidang pertanian dan pariwisata; (3)

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 8 

penjaminan peningkatan penghasilan dan pekerjaan; (4) pengurangan kesenjangan

penghasilan antara kelompok kaya dan kaum miskin; dan (5) perluasan akses pendidikan.

Untuk itu, penyelenggaraan pendidikan SMK di Provinsi Bali memerlukan penataan

bidang atau program studi keahlian sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Manajemen

Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Nomor

251/C/Kep/Mn/2008 tentang Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan sebagai

acuan dalam pembukaan dan penyelenggaraan bidang studi/program studi/kompetensi

keahlian pada SMK. SMK di Provinsi Bali juga harus melakukan penataan sistem

penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dan peningkatan peran SMK sebagai Pusat

Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan Terpadu (PPPKT).

C. Ideologi Tri Hita Karana dan Pendidikan Kejuruan

Ideologi Tri Hita Karana adalah sistesa pemikiran yang dicetuskan oleh Dr. I Wayan

Mertha Suteja pada tanggal 11 Nopember 1966 dalam Konferensi Daerah I Badan

Perjuangan Umat Hindu Bali di Perguruan Dwijendra Denpasar Bali. Kemudian ideologi

Tri Hita Karana dipopulerkan oleh I Gusti Ketut Kaler dan I Made Djapa BA (Titib, 2003).

Pendalaman konsep Tri Hita Karana juga diungkap oleh Agastia dalam Majalah Warta

Hindu Dharma No. 491 Tahun 2007. Menurut I Gusti Ketut Kaler dikutip oleh Agastia

(2007) Tri Hita Karana adalah tiga buah unsur yang merupakan sumber sebab timbulnya

kebaikan. Dalam Widhi Tatwa (filsafat ke-Tuhan-an) tersurat bahwa zat dari Tuhan (Hyang

Widhi) meresap (wyapi) memasuki segenap alam semesta/makrokosmos (bhuwana agung),

termasuk meresap juga kedalam mikrokosmos (bhuwana alit) yaitu diri manusia. Kedua

bhuwana ini yaitu alam semesta (bhuwana agung) dan diri manusia (bhuwana alit)

masing-masing memiliki badan wadag (sarira). Manunggalnya zat resapan Tuhan dengan

badan wadag kedua bhuwana itu menimbulkan unsur baru yang disebut dengan prana

(daya atau kekuatan) berupa kemampuan bergerak (bayu), kemampuan berbicara (sabda),

kemampuan berpikir (idep). Ketiga unsur ini yaitu: (1) Zat Tuhan; (2) prana

(daya/kekuatan); dan (3) sarira (badan wadag) disebut sebagai Tri Hita Karana.

Secara leksikal Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kesejahteraan dan

kebahagiaan. Tri artinya tiga; Hita artinya hidup, sejahtera, bahagia, lestari, makmur;

Karana artinya penyebab. Jadi Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab

kesejahteraan dan kebahagiaan. Ideologi Tri Hita Karana mengajarkan bahwa

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 9 

kesejahteraan atau kebahagiaan bersumber atau disebabkan oleh adanya tiga unsur utama

yaitu: (1) jiwa/atma ; (2) daya/kekuatan/prana; dan (3) fisik/badan wadag/angga

Kebahagiaan atau kesejahteraan (hita) dapat terwujud jika ada tiga penyebab (tri karana)

yaitu jiwa, tenaga, dan fisik. Hilangnya salah satu dari ketiga penyebab kebahagiaan ini

akan menghilangkan kebahagiaan itu sendiri.

Pengejawantahan Tri Hita Karana dalam bhuwana alit atau diri manusia adalah: (1)

atman atau zat Hyang Widhi Wasa yang meresap dalam diri manusia merupakan jiwa yang

menyebabkan manusia hidup; (2) prana atau tenaga adalah kekuatan dalam bentuk sabda-

bayu-idep sebagai daya yang timbul karena menyatunya Atma dengan sarira atau badan

wadag; (3) sarira atau badan wadag manusia terbentuk dari lima unsur yang disebut

dengan panca mahabhuta.

Pengejawantahan Tri Hita Karana dalam makrokosmos (bhuwana agung) atau alam

raya adalah: (1) paramatma atau zat Hyang Widhi Wasa yang meresap pada alam semesta

selaku kesatuan, dimana paramatma merupakan jiwa alam raya; (2) prana atau tenaga

adalah kekuatan yang memutar planit, laut, angin, listrik, magnit, nuklir dan sebagainya

adalah tenaganya; (3) keseluruhan alam selaku totalitas, merupakan badan wadag. Jadi

Atma/Paramatma, Prana, dan Sarira/Panca Mahabhuta yang manunggal dalam bhuwana

alit dan bhuwana agung merupakan unsur mutlak untuk mendapatkan kebahagiaan,

sehingga dinamakan Tri Hita Karana.

Ideologi Tri Hita Karana menegaskan bahwa siapapun yang hidup sebagai manusia

memiliki modal dasar kebahagiaan dan kesejahterteraan yang sama. Dalam kaitannya

dengan pengembangan kompetensi kejuruan untuk mewujudkan kesejahteraan dan

kebahagiaanan seseorang harus menghayati modal Tri Hita Karana dan mengamalkan Tri

Hita Karana. Manusia pendidikan kejuruan memerlukan fisik atau badan sebagai angga

yang sehat dan bugar. Kompetensi kejuruan dikembangkan dengan melatih alat gerak

(tangan, kaki, mulut), alat indria (telinga, mata, lidah, hidung, kulit), kemampuan berbicara

(sabda), kemampuan bergerak (bayu), dan kemampuan berpikir (idep). Sebagai contoh

pengembangan kompetensi menyolder memerlukan pelatihan keterampilan tangan dan

pencermatan mata. Keterampilan menyolder bisa tumbuh dengan baik jika unsur prana

yaitu sabda, bayu, dan idep berkembang dengan baik. Agar menjadi manusia terampil dan

bernilai seseorang perlu juga mengembangkan kemampuan dan kapasitas berkomunikasi

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 10 

(sabda), kemampuan dan kapasitas tenaga (bayu), dan kemampuan dan kapasitas berpikir

(idep).

Selanjutnya Agastia (2007) menyatakan bahwa konsep Tri Hita Karana terintegrasi

dengan kosep “Cucupu Manik” atau konsep “isi dan wadah”. Bhuwana alit adalah isi

sedangkan bhuwana agung adalah wadahnya. Sebagai contoh ikan adalah isi dan air adalah

wadahnya, belut adalah isi dan lumpur adalah wadahnya. Contoh lain adalah antara janin

sebagai “manik” dengan rahim ibu sebagai “cucupu” yang harmonis tiada tara sebagai

pertalian antara isi dengan wadahnya. Sehingga kebudayaan Bali menyatakan kedua materi

ini sebagai bhuwana alit (manik) dan bhuwana agung (cucupu).

Lebih lanjut Agastia (2007) menyatakan manusia sebagai mahluk berpikir dan

berbudaya mengembangkan wadah bagi dirinya. Manusia membuat rumah, banjar, desa

adat, bahkan Negara selaku wadah bersama baginya. Harapannya adalah agar wadah

buatannya ini memberikan rasa bahagia serta mempunyai pertalian serasi dengan manusia

selaku isinya. Maka demi kebahagiaan ini dikonsepsikanlah rumah dan desa sebagai wadah

buatan. Kebahagiaan (hita) bersumber dari keharmonisan hubungan antara: (1) manusia

dengan Tuhan; (2) manusia dengan sesamanya; (3) manusia dengan alam lingkungannya.

Harmonis berarti melakukan hal-hal yang mengandung kebaikan, kesucian yang dimulai

dari pikiran, terucap dalam perkataan dan terlihat dalam tindakan/perbuatan (Raka Santeri,

Kompas: 5 Desember 2007). Keharmonisan pikiran, perkataan, dan perbuatan menurut

Gede Prama adalah keindahan hidup (Bali Pos, 3 Oktober 2008).

Tri Hita Karana dalam unsur bhuwana agung maupun bhuwana alit yang terdiri atas

jiwa, prana, dan sarira yang dalam wadah buatan dieralisasikan dalam tiga “Pa” yaitu:

Parhyangan, Pawongan, dan Palemahan. Ketiga unsur tersebut adalah sesuatu yang

sistemik, memiliki keterkaitan satu sama lain dalam sebuah kemanunggalan untuk

mencapai kebahagiaan. Jika demikian sekolah adalah wadah yang termasuk dalam bagian

dari Tri Hita Karana.

Antara bhuwana agung dan bhuwana alit memiliki unsur yang sama yaitu Tri Hita

Karana. Kemudian konsepsi tiga sumber kehidupan atau Tri Hita Karana melandasi

terwujudnya susunan makrokosmos dan mikrokosmos. Tri Hita Karana dalam susunan

atau unsur kosmos digambarkan dalam gambar 1.

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 11 

TRI HITA KARANA DALAM SUSUNAN KOSMOS

Susunan/Unsur JIWA/ATMA PRANA/TENAGA SARIRA/FISIKAlam Semesta

(Makrokosmos) Tuhan YME

(Paramatman) Matahari & Bulan Bumi dengan segala

isinya

Manusia (Mikrokosmos)

Jiwa (Atman) Sabda, Bayu, Idep Badan

Rumah Parhyangan Sanggah Pemerajan

Pawongan (warga rumah)

Palemahan (pekarangan rumah)

Banjar Parhyangan Pura Bale Banjar

Pawongan (warga banjar)

Palemahan (wilayah banjar)

Desa(Kelurahan) Parhyangan Pura Bale Agung,

Puseh, Dalem

Pawongan (warga desa pekraman)

Palemahan (wilayah desa)

Kabupaten/Kota Parhyangan Pura Jagatnatha

Pawongan (warga Kabupaten)

Palemahan (wilayah kabupaten)

Sekolah Parhyangan Pura Sekkolah

Pawongan (warga sekolah)

Palemahan (pekarangan sekolah)

Gambar 1. Tri Hita Karana dalam susunan kosmos

D. Studi Etnografi

Studi etnografi tentang konsepsi masyarakat Bali terhadap SMK sebagai pusat

pembudayaan kompetensi termasuk jenis penelitian kualitatif. Penelitian etnografi

mempelajari peristiwa kultural, menyajikan pandangan hidup subjek studi, merupakan

model penelitian ilmu-ilmu sosial yang menggunakan landasan filsafat phenomenologi

(Kabuto, 2008; O’Reilly, 2005). Penelitian etnografi mendeskripsikan tentang cara

berfikir, cara hidup, cara berperilaku sebagai “social settings study” (Denzin, 2000: 457).

Penelitian ethnografi merupakan studi terhadap kelompok budaya yang utuh dan alami

selama jangka waktu tertentu (Fraenkel & Wallen, 1991; Creese, Bhatt, Bhojani, Peter

Martin, 2008; Agar, 1996; Street, 1995). Proses penelitian bersifat fleksibel dan

kontekstual berkembang sebagai respon terhadap realitas hidup yang ditemui di lapangan

(Grant & Fine, 1992; Spradley, 1979; Creswell, 1994). Dalam perspektif ontologis nature

of the phenomena atau entitas atau kenyataan sosial menjadi sangat penting artinya dalam

melakukan proses penelitian etnografi. Dalam pandangan Creswell (1994) peneliti

kualitatif utamanya sangat konsern terhadap proses dibandingkan outcomes atau produk.

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 12 

Penelitian etnografi secara sistematis melakukan deskripsi, analisis, dan intepretasi

dengan menghayati interaksi dan persepsi masyarakat yang diteliti bukan persepsi atau

angan-angan peneliti (Munhal, 2001; Creswell, 1994). Perilaku dan praktik sosial budaya

dalam segala bentuk interaksi, komunikasi, aturan, moralitas, sistem keyakinan

dideskripsikan sebagaimana adanya dalam kehidupan keseharian. Penelitian etnografi

memahami bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan dan menggambarkan tata

kehidupan mereka sehari-hari (Mason, 2006; Dobbert, 1982; Sanjek, 1990; Beach &

Dovemark, 2005; Atkinson, 1990).

Penelitian etnografi fokus pada masyarakat, memilih informan yang diketahui

memiliki pandangan yang luas dan mendalam terhadap aktivitas masyarakat yang diteliti.

Menekankan pada makna bagaimana masyarakat make sense kehidupannya, pengalaman,

dan struktur dunianya sendiri (Creswell, 1994:145). Dimulai dengan memilih sebuah

budaya, melakukan tinjauan pustaka yang menyangkut budaya, dan mengidentifikasi

variabel-variabel yang menarik (Dobbert,1982). Pengidentifikasian dan pemilihan

informan yang tepat akan memperkuat akses sumber data yang relevan dengan pertanyaan

penelitian (Mason, 2006:120).

Goetz dan Le Compte (1984) dalam bukunya Ethnography and Qualitative Design,

menekankan pembentukan teori berdasarkan data empirik atau teori yang dikonstruksi di

lapangan. Menetapkan sampel atas dasar prinsip pragmatik atau purposif menurut istilah

Guba. Tujuan dari penelitian etnografi untuk menghasilkan penelitian yang memiliki

komparabilitas (dapat diperbandingkan) dan transabilitas (dapat diterjemahkan) pada

kasus-kasus hasil penelitian lainnya. Berusaha memasuki kawasan tak dikenal tanpa

membuat generalisasi berdasarkan pengalaman sendiri dan mempelajari phenomena

sebagaimana kejadian wajarnya. Menekankan peran timbal balik antara sejumlah variabel

yang berada dalam situasi wajar dan dalam konteks yang tidak dimanipulasikan.

Penelitian etnografi konsepsi masyarakat Bali terhadap SMK sebagai pusat

pembudayaan kompetensi mengkaji dan menyajikan pengalaman-pengalaman terbaik (best

practice) tentang interaksi, relasi, dan situasi sosial budaya, praktek sosial budaya,

organisasi adat, organisasi sekolah, pendidikan nilai di keluarga dan di masyarakat, dan

pendidikan di sekolah. Fokus penelitian terkait dengan fenomena mereka dalam berpikir

dan bertindak terhadap SMK sebagai pusat pembudayaan kompetensi. Studi ini berupaya

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 13 

memahami peristiwa kultural bagaimana masyarakat Bali sebagai subjek pendidikan

memahami, mengintepretasikan, mengembangkan ide-ide, dan mengkonstruksi pola

pembudayaan kompetensi di SMK menuju SMK sebagai PPPKT berbasis ideologi Tri Hita

Karana. Studi ini mengharapkan adanya temuan konsep-konsep internalisasi konteks sosial

budaya masyarakat Bali ke dalam sistem persekolahan SMK yang bermutu dan relevan

dengan kebutuhan masyarakat Bali.

Penelitian ini terkait dengan antropologi pendidikan yang mempelajari peristiwa

kultural/budaya Bali dengan latar belakang ideologi Tri Hita Karana menggunakan

landasan filsafat phenomenologi (Noeng Muhadjir, 2000:129). Penelitan ini menuntut

pendekatan holistik, mengamati subjek penelitian dalam konteks, dalam keseluruhan, tidak

diparsialkan, tidak dieliminasi dari integritasnya. Peneliti tertarik dengan proses dan makna

sehingga secara fisik pergi ke lapangan mengobservasi dan melakukan interview terhadap

orang-orang dalam seting yang alamiah (Creswell, 1994: 145). Dalam pandangan Spradley

(1979: 3) penelitian etnografi adalah study from people. Penelitian ini menuntut

menyatunya subjek penelitian dengan obyek penelitian serta subjek pendukungnya.

Sehingga keterlibatan langsung dikancah dan menghayati berprosesnya subjek penelitian,

subjek pendukung penelitian dan objek penelitian menjadi syarat utama.

Penelitian etnografi tentang konsepsi masyarakat Bali terhadap SMK sebagai pusat

pembudayaan kompetensi konseptualisasinya mengarah ke empat dimensi yaitu induktif,

generatif, konstruktif, dan subjektif (Noeng Muhadjir, 2000:130). Konsepsi induktif

berharap menemukan teori dari data, mengumpulkan dan menganalisis data untuk

mengembangkan teori. Generatif mengarah ke penemuan konstruksi dan proposisi dengan

menggunakan data sebagai evidensi. Konstruktif mengarah kepada penemuan konstruksi

atau kategori lewat analisis dan proses mengabstraksi. Subjektif artinya rekonstruksi

penafsiran dan pemaknaan hasil penelitian didasarkan kepada konseptualisasi masyarakat

Bali dalam memahami, mengintepretasikan, menjelaskan dan menggambarkan pola

pembudayaan kompetensi di SMK menuju SMK sebagai PPPKT berbasis ideologi Tri Hita

Karana. Studi etnografi menurut Goetz dan La Compte (1984) menekankan pembentukan

teori berdasarkan data empirik, teori dikonstruksi di lapangan (grounded theory).

Studi ini merupakan deskripsi tentang cara masyarakat Bali berfikir, berperilaku,

hidup, dan bagaimana persepsi mereka terhadap SMK sebagai pusat pembudayaan

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 14 

kompetensi berlandaskan ideologi Tri Hita Karana. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif etnografi dengan desain comprehension of the meaning of the action

and text (Creswell, 1994:146) yang aslinya banyak digunakan dalam sosiologi, psikologi,

dan pendidikan. Desain penelitian comprehension of the meaning of the action and text

diarahkan kepada pengkajian secara menyeluruh dan mendalam tentang makna dari

kegiatan sosial budaya masyarakat Bali termasuk dalam kaitannya dengan internalisasi

konteks budaya masyarakat Bali dengan ideologi Tri Hita Karana sebagai eksternalitas ke

dalam sistem persekolahan SMK secara wajar tanpa manipulasi.

E. Masyarakat Bali

Masyarakat Bali adalah masyarakat dengan budaya unik kombinasi dari spiritualitas,

agama, tradisi adat, dan seni. Masyarakat Bali memiliki budaya “creativogenic”. Budaya

“creativogenic” adalah budaya yang menunjang, memupuk, dan memberi ruang kreativitas

(Utami Munandar, 2004). Masyarakat Bali kaya dengan sarana kebudayaan, tersedia di

masyarakat, terbuka, memiliki makna yang dalam karena terkait dengan spiritual, memberi

ruang interaksi antar pribadi, memberi ruang insentif dan penghargaan.

Bali memiliki kebudayaan “creativogenic” dengan sejumlah sarana kebudayaan yang

tersebar dan mengakar kuat di setiap banjar dan desa-desa pekraman. Masyarakat Bali

terbuka terhadap rangsangan budaya luar seperti budaya Cina, budaya India, budaya Jawa,

budaya Eropa yang telah memberi pengaruh kuat khususnya pada seni ukir, arsitektur, seni

tari, kerawitan, sastra, seni lukis, seni patung, dan sebagainya. Dengan demikian sangat

memungkinkan kebudayaan Bali dapat melandasi pengembangan kualitas pendidikan

kejuruan di Indonesia. Studi etnografi terhadap masyarakat Bali tentang cara berfikir,

berpendapat, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang dimiliki dalam kaitannya dengan

pengembangan pendidikan kejuruan sangat penting dan mendesak dilakukannya. Aktivitas

studi ditujukan untuk memahami pandangan dan pedoman hidup masyarakat Bali serta

cara-cara merealisasikan visi berfikirnya dalam kaitannya dengan pendidikan kejuruan

(Spradley, 1979:3). Studi etnografi konsepsi masyarakat Bali terhadap pengembangan

pendidikan menengah kejuruan sangat penting untuk pengembangan pendidikan kejuruan

di era otonomi yang memanfaatkan potensi wilayah dan keunggulan lokal.

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 15 

METODA PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Bali di empat kabupaten/kota madya, yaitu Kabupaten

Buleleng, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Badung, dan Kota Madya Denpasar. Pemilihan

lokasi di tiga kabupaten dan satu kota madya secara purposif dipandang mewakili

kebutuhan pengembangan bidang studi keahlian di SMK dan memiliki ragam pola budaya

Tri Hita Karana . Penelitian dilakukan di beberapa keluarga, desa pekraman dan di SMK-

SMK kelompok bidang studi keahlian teknologi dan rekayasa, bidang studi keahlian

teknologi informasi dan komunikasi, bidang studi keahlian seni, kerajinan, dan pariwisata,

dan bidang studi keahlian bisnis dan manajemen. Penetapan keluarga, desa pekraman, dan

SMK dilakukan setelah pendataan melalui survei lapangan. Penelitan ini dilaksanakan

mulai bulan April tahun 2010.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dan objek penelitian adalah sumber-sumber data-data penelitian. Menurut

Mason (2006) sumber data penelitian kualitatif yaitu orang-orang baik individu atau

kelompok, organisasi, institusi, teks terpublikasi atau tidak terpublikasi, seting lingkungan,

seting budaya, objek materi, artefak, produk media, peristiwa atau kejadian. Dalam

terminologi penelitian kualitatif Spradley (1979: 30) lebih menyarankan penggunaan

istilah informan penelitian dari pada subjek penelitian untuk sumber-sumber data dari

orang. Karena informan penelitian ditempatkan dalam posisi aktif mengetahui budaya

yang akan diteliti, memiliki dan mampu mendefinisikan konsep, sebagai kunci utama data

penelitian (Tanggaard, 2009; Ajodhia & Berman, 2009; Cho & Trent, 2009). Subjek

penelitian ini melibatkan informan berasal dari kepala sekolah 4 orang, guru 4 orang,

orang tua siswa 3 orang, ketua komite sekolah 4 orang, kepala dinas pendidikan provinsi

Bali 1 orang, kepala dinas pendidikan kabupaten/kota madya 4 orang, kelian adat 3 orang,

budayawan 5 orang, seniman/sangging 3 orang, pengusaha 1 orang, dipilih secara purposif

dengan teknik snowball. Subjek dipilih bukan menimbang proporsi yang representatif,

melainkan secara pragmatis menimbang bahwa subjek tersebut akan menyumbang

pengembangan teori pola pembudayaan kompetensi di SMK berbasis ideologi Tri Hita

Karana. Informan yang bagus adalah orang-orang yang memahami dengan baik tentang

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 16 

budaya Bali dalam kaitannya dengan Tri Hita Karana, mudah diakses, dan memiliki waktu

yang cukup.

Sebagai objek dalam penelitian antara lain program kerja sekolah, dokumen tata

ruang pembangunan SMK Provinsi Bali, seting rumah adat bali, seting keluarga bali,

seting banjar, seting desa pekraman, tata ruang dan pemanfaatan lahan rumah adat, tata

ruang dan pemanfaatan lahan desa pekraman, tata ruang dan pemanfaatan ruang SMK,

event upacara adat dan budaya, organisasi banjar dan desa pekraman, artefak dalam rumah

adat bali dan desa pekraman.

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pembangkitan data untuk mendukung penemuan konsep pola pembudayaan

kompetensi berbasis ideologi Tri Hita Karana studi etnografi tentang konsepsi masyarakat

bali terhadap SMK sebagai pusat pembudayaan kompetensi menggunakan pendekatan

induksi analitik yakni bertolak dari problem atau pertanyaan penelitian. Teknik

pembangkitan data dikembangkan melalui analisis sumber-sumber data dari masing-

masing pertanyaan penelitian menggunakan chart dari Mason (2006). Berdasarkan analisis

dengan chart Mason diperoleh empat teknik pembangkitan data yaitu: (1) interview

kualitatif; (2) observasi partisipatif; (3) analisis dokumen; dan (4) analisis situs.

Interview kualitatif dilakukan terhadap sumber-sumber data dari orang-orang yang

dipilih sebagai informan. Istilah interview kualitatif menurut Mason (2006) dimaksudkan

merujuk kepada bentuk-bentuk interview yang mendalam (in-depth), semi terstruktur atau

strukturnya agak longgar. Interview kualitatif melibatkan interaksi satu lawan satu (one-to-

one), interview kelompok besar atau focus groups melalui tatap muka (face-to-face),

telepon, atau internet (Hall, Lashua, Coffey, 2009; Bryman & Cassell, 2006; Carlin, 2009;

Briggs, 2007). Interview kualitatif sangat bermanfaat untuk menggali data kualitatif jika

informan tidak dapat di observasi secara langsung (Creswell,1994).

Kebanyakan penelitian kualitatif dilakukan dari perspektif bahwa pengetahuan itu

situasional dan kontekstual. Dengan demikian pekerjaan interview harus memberi jaminan

bahwa kontek yang relevan dijadikan fokus interview dalam memproduksi pengetahuan

yang situasional dan kontekstual. Data dikonstruksi melalui interaksi dialogis diantara

orang yang di-interview dengan interviewer selama proses interview berlangsung. Secara

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 17 

ontologis interview dirancang dan dikembangkan berdasarkan pertanyaan penelitian yang

berhubungan dengan pengetahuan, pandangan, pemahaman, intepretasi, pengalaman, dan

interaksi penuh makna dari realitas sosialnya (Mason, 2006). Dalam posisi epistemologis

cara pembangkitan data penuh makna dilakukan melalui percakapan interaktif, bertanya,

mendengarkan, meningkatkan akses, bersahabat meningkatkan artikulasi, serta

menganalisis bahasa yang digunakan, dan mengkonstruksi discourse, bukan interogasi

terhadap informan (Mason, 2006, Spradley, 1979). Menurut Spradley (1979), pada saat

etnografer bertemu dengan informan untuk melakukan interview harus sudah memiliki

tujuan yang jelas. Prosedur persiapan dan perencanaan interview dikembangkan

menggunakan model Mason (2006) seperti gambar 2.

Gambar 2. Prosedur persiapan dan perencanaan interview model Mason

Pertanyaan besar penelitian ini adalah bagaimanakah konsepsi masyarakat Bali

terhadap SMK sebagai pusat pembudayaan kompetensi yang menyiapkan lulusan bekerja,

melanjutkan, berwirausaha berpedoman pada nilai-nilai ideologi Tri Hita Karana dan

bagaimanakah pola pembudayaan kompetensi berbasis ideologi Tri Hita Karana

diterapkan di SMK ditetapkan pada step 1. Setelah diturunkan menjadi 4 pertanyaan

penelitian pada step 2 kemudian pada step 3 dilakukan pengembangan kemungkinan-

kemungkinan isu yang relevan dengan situasi interview untuk setiap pertanyaan penelitian.

Apa sesungguhnya yang ingin diketahui dari masing-masing pertanyaan penelitian lalu

dikembangkan menjadi topik-topik interview dan beberapa kemungkinan pertanyaan

interview.

Untuk mengetahui keselarasan topik-topik interview dan pertanyaan-pertanyaan

interview terhadap keseluruhan pertanyaan penelitian perlu dilakukan pengecekan silang

pada step 4. Ini dimaksudkan agar topik-topik interview dan pertanyaan-pertanyaan

Step 1 Big

Research Questions

Step 2 Mini

Research Questions

Step 3 Posible interview

topics and questions

Step 5 and 6 Loose interview

structure or format, including any standardized

questions or sections

Step 4 Cross-reference

Step 7 Cross-reference

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 18 

interview betul-betul dapat membantu menjawab pertanyaan penelitian. Langkah

selanjutnya pada step 5 mengembangkan struktur atau format interview termasuk

standarisasi pertanyaan atau bagian-bagian interview. Langkah terakhir pada step 7

melakukan pengecekan silang antara struktur atau format, pertanyaan-pertanyaan standar

dengan topik-topik interview.

Dalam melakukan interview Mason (2006: 74) menyarankan interview harus (1)

masuk akal atau bermakna; (2) terkait dengan keadaan informan, pengalaman, berdasarkan

apa yang siap untuk diketahui dari mereka; (3) peka terhadap informan, keinginan dan hak-

haknya sesuai dengan etika dan praktek moral; (4) mengalir sebagai percakapan penuh

tujuan; (5) fokus terhadap isu-isu dan topik-topik yang relevan dengan pertanyaan

penelitian. Peneliti kualitatif secara praktis dituntut kemampuan skil dalam mendengarkan

dan mengingat apa-apa yang dikatakan oleh informan, seimbang diantara berbicara dan

mendengar, mengamati isyarat verbal dan non-verbal situasi sosial, dinamika visual dan

spasial, serta mood dari informan yang di interview, menangani catatan lapangan,

menggunakan alat kamera foto, perekam suara, alat perekam audio-visual.

Observasi partisipatif digunakan untuk membangkitkan data penelitian dimana

peneliti menyatukan (immersing) dirinya kedalam seting penelitian sehingga memperoleh

pengalaman nyata dalam mengamati seting penelitian dalam dimensi yang lebih luas.

Menurut Coffey (1999) dikutip oleh Mason (2006) observasi partisipatif adalah

pengamatan yang mencakup social actions, behaviour, interactions, relationships, events,

ruang atau tempat, pengalaman, dimensi lokal dan temporal.

Dalam perspektif ontologis peneliti sebagai observer partisipatif melihat segala

bentuk interaksi, aksi, perilaku, dan bagaimana masyarakat Bali mengintepretasikan pola

pembudayaan kompetensi di SMK berbasis Ideologi Tri Hita Karana, berbuat bersama

mereka sebagai titik sentral. Sedangkan dalam posisi epistemologis ditunjukkan bahwa

pengetahuan atau bukti-bukti temuan dari dunianya masyarakat Bali dapat dihasilkan

melalui mengamati atau berpartisipasi secara mendalam, ikut mengalami dalam kehidupan

nyata mereka dalam situasi interaktif. Observasi partisipatif dilakukan di SMK, dalam areal

perumahan, dan di desa pekraman, di dunia usaha-industri. Secara epistemologis menurut

Mason (2006) pengetahuan penuh makna (meaningful) tidak dapat dihasilkan tanpa

observasi sebab tidak semua pengetahuan articulable, recountable or constructable melalui

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 19 

sebuah interview.

Pemilihan metoda observasi partisipatif dimaksudkan agar memperoleh data

penelitian yang mendalam, menyeluruh, roundedness, dari berbagai sudut pandang

(multidimentionality) tidak sekedar analisis permukaan atau komparasi antara suka dan

tidak. Metoda observasi partisipatif menuntut peneliti aktif dan refleksif dalam proses

penelitian serta terus melakukan analisis terhadap catatan-catatan yang diperoleh di

lapangan. Dalam observasi peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari di SMK,

lingkungan keluarga siswa dan guru, lingkungan masyarakat adat siswa dan guru,

lingkungan masyarakat dunia usaha dan industri. Di SMK, sambil melakukan pengamatan,

peneliti ikut berpartisipasi dalam kegiatan di SMK untuk ikut merasakan seting sosial dan

pendidikan yang terjadi. Dalam observasi partisipatif peneliti mengamati apa yang

dikerjakan oleh siswa, guru, kepala sekolah, kepala dinas pendidikan dengan

mendengarkan, mencatat, merekam apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam

aktivitas mereka. Di rumah, di banjar, dan di desa yang dipilih peneliti mengamati apa

yang dikerjakan oleh siswa, guru, kepala sekolah, orang tua siswa, keluarga siswa dengan

mendengarkan, mencatat, merekam apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam

aktivitas mereka. Dalam kasus ini peneliti langsung sebagai instrumen penelitian. Obyek

orservasi terdiri dari tiga, yaitu tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activities)

(Sugiyono, 2006:258).

Melakukan observasi partisipatif perlu selektif dan perspektif, bukan berdasarkan

asumsi-asumsi atau harapan-harapan. Artinya peneliti harus memiliki sejumlah sense apa

yang mau dicari dan ditemukan dalam seting yang diobservasi, memiliki kepekaan yang

kritis terhadap apa yang diobservasi, dan apakah temuan yang menarik relevan dengan

permasalahan penelitian (Mason, 2006:90). Mason (2006) menyarankan peneliti harus

menyiapkan diri secara hati-hati dalam dua hal yaitu sense intelektual dan sense praktis

sebelum memulai observasi. Observer memperkuat posisi diri sebagai peneliti bukan

sebagai pengunjung, pelanggan, penduduk, atau anggota audiensi.

Teknik observasi digunakan untuk membangkitkan data penelitian dari element non-

verbal dan juga interaksi-interaksi verbal dari seting penelitian yang perlu didalami lebih

lanjut sebagai bagian dari teknik interview (Mason, 2006:97). Instrumen interview dan

observasi menggunakan audio atau video recording, kamera foto, peralatan pembuat

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 20 

peta/diagram/sket/gambar ilustrasi, daftar pertanyaan, buku catatan lapangan (fieldnotes),

dan notebook. Kombinasi penggunaan instrumen antara rekaman video dengan fieldnotes

sangat membantu dalam setiap pembuatan intepretasi dari apa-apa yang terjadi. Isu-isu

substantif yang terekam diberi tema dan ditulis dalam fieldnotes. Fieldnotes digunakan

untuk memformulasikan pemahaman terhadap seting, mendokumentasikan firasat

(hunches), pengembangan dan pengujian ide-ide analisis. Peneliti menggabungkan

persepsi, interpretasi, pengalaman-pengalaman kedalam fieldnotes.

Pengumpulan data dengan interview dilakukan kepada informan untuk mendapatkan

data konsep ideologi Tri Hita Karana dan penerapannya dalam dunia pendidikan kejuruan.

Interview mendalam dilakukan untuk mendalami hal-hal yang bersifat konseptual, filosofis

untuk mengintepretasikan situasi dan fenomena pendidikan menengah kejuruan di Bali

yang tidak bisa digali dan ditemukan melalui observasi. Teknik interview yang digunakan

yang digunakan adalah teknik interview semi terstruktur sebagai in-depth interview,

dilaksanakan lebih bebas untuk mengetahui dengan pasti informasi tentang konsepsi

masyarakat Bali terhadap SMK sebagai pusat pembudayaan kompetensi berbasis ideologi

Tri Hita Karana.

Sesudah dilakukan observasi atau interview, peneliti membuat catatan perekaman

observasi partisipatif dan interview. Sesuai saran Bogdan dalam Dobbert (1982) catatan

dibuat dalam dua kolom yaitu: (1) catatan deskriptif dan (2) catatan reflektif. Kolom

catatan deskriptif menyajikan rincian kejadian, kutipan pernyataan informan dengan

deskripsi tampilan fisik, situasi dialog, kejadian khusus, lukisan aktivitas, kondisi peneliti

sebagai interviewer. Kolom catatan reflektif berisi kerangka pikiran, ide, dan perhatian

peneliti yang memuat hubungan berbagai data, ide tambahan, pemikiran sebagai memo

analitik.

Analisis dokumen dilakukan terhadap dokumen sekolah yang dipilih sebagai sampel,

meliputi dokumen data siswa, dokumen data guru, dokumen data tenaga administrasi.

Analisis dokumen diarahkan untuk mendata asal siswa dan asal guru, domisili, jumlah

keluarga untuk menelusur keadaan lingkungan keluarga dan desa adat mereka. Analisis

dokumen juga dilakukan terhadap program kerja sekolah, surat keputusan, perencanaan

pembangunan dan pengembangan sekolah. Untuk mengetahui kesesuaian letak

pembangunan SMK di masing-masing kabupaten dan kota madya dilakukan analisis

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 21 

dokumen pengembangan wilayah pendidikan di kabupaten dan provinsi. Analisis dokumen

juga dilakukan di rumah-rumah keluarga, dokumen pribadi, dokumen banjar, dan dokumen

desa pekraman sejauh terkait dan mendukung pemenuhan data untuk menjawab pertanyaan

penelitian.

Analisis situs dilakukan pada struktur bangunan rumah adat, tata ruang dan

pemanfaatan areal lahan rumah. Analisis situs juga berkaitan dengan segala bentuk

kegiatan upacara dan kegiatan produksi di rumah tangga yang dilakukan sehari-hari

sebagai bagian dari pendidikan anak. Analisis situs terhadap banjar dan desa pekraman

berhubungan dengan pemanfaatan tata ruang banjar untuk pengembangan parhayangan,

pawongan, dan palemahan. Analisis situs juga dilakukan terhadap segala bentuk-bentuk

kegiatan banjar dan desa baik kegiatan produktif, adat dan ritual keagamaan yang

berhubungan dengan budaya “creativogenic”.

D. Keabsahan Data

Keabsahan data penelitian kualitatif menurut Miles and Huberman (1994); Lincoln

and Guba (2000) dapat dilihat dari empat aspek yaitu: (1) confirmatibility; (2)

dependability/auditability; (3) internal consistency; dan (4) tranferability. Menurut Mason

(2006) keabsahan data dapat dipertanyakan dari bagaimana peneliti mengubah data

menjadi bukti yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitiannya dan

bagaimana peneliti akan dapat menunjukkan bukti-bukti yang dimiliki itu bermakna

dengan argumen penelitian yang kuat dan meyakinkan, dan penelitiannya berkualitas baik.

Keabsahan data penelitian berkaitan dengan operasionalisasi konsep yang dapat

diidentifikasi, diobservasi, atau diukur dengan cara yang dapat peneliti lakukan. Di bidang

penelitian kualitatif, Merriam (1995), dikutip oleh Koro & Ljungberg (2008), mengusulkan

bahwa kekuatan penelitian kualitatif dapat ditinjau dari tiga aspek yang saling terkait: (a)

validitas internal, yang menggambarkan hubungan antara temuan studi dan keyakinan

tentang realitas; (b) validitas eksternal, yang menjelaskan sejauh mana temuan ini dapat

diterapkan pada situasi lain; dan (c) reabilitas yaitu sejauh mana temuan yang sama dapat

ditemukan lagi.

Penelitian dikatakan valid jika peneliti mengobservasi, mengidentifikasi, atau

mengukur apa yang peneliti katakan. Menurut O’Reilly (2005) validitas dapat dicek dengan

tiga cara yaitu: (1) menggunakan internal triangulation yakni memunculkan data yang

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 22 

sama dari orang yang sama dengan menggunakan teknik yang berbeda; (2) dengan external

triangulation atau membandingkan laporan dari berbagai informan; (3) dengan

membandingkan laporan dengan observasi itu sendiri.

Dalam penelitian etnografi yang berbasis lapangan menurut Dobbert (1982:260)

tujuan pokoknya adalah menemukan pola-pola dan memahami situasi sebagaimana dilihat

oleh partisipan peneliti. Langkah-langkah yang dilakukan agar berhasil mencapai validitas

dan reabilitas dari pola-pola temuan hasil penelitian adalah dengan menjelaskan gambaran

situasi kerja di lapangan yang merefleksikan seperti apa sesungguhnya keadaan lapangan

itu. Secara tradisional, validitas dalam penelitian kualitatif menentukan derajat klaim dari

peneliti sejauh mana pengetahuan yang dihasilkan berhubungan dengan realitas yang

sedang dipelajari (Cho & Trent, 2006).

Confirmatibility berkaitan dengan obyektivitas, keilmiahan dari temuan sejauh mana

data digali dari subjek dalam kondisi, situasi atau konteks nyata di lapangan. Ilmuwan

sosial interpretif mengakui bahwa temuan-temuannya akan dipengaruhi oleh nilai-nilai

dirinya. Kendati demikian temuannya tidak mutlak mempromosikan dirinya sebab peneliti

sangat dekat dengan subjek yang diteliti. Dengan kontemplasi yang sungguh-sungguh dan

didukung gagasan atau ide yang reflektif maka obyektivitas penelitian dapat dijaga.

Subjektivitas penelitian etnografi dapat diatasi dengan melakukan constant comparison dan

proses eksplisit dari refleksivitas. Refleksivitas merupakan bentuk lebih aktif dari refleksi

diri, melakukan percakapan ke dalam (a coversation with oneself).

Menurut Smith (1999) refleksi diri dapat dilakukan oleh peneliti, partisipan, atau

bersama-sama. Ada dua elemen untuk refleksivitas yang relevan yaitu: (1) Self-awareness

as part of a social context, affecting the phenomena under observation dan (2) Self-

awareness as someone who applies biases, prejudices, cognitive filtering and bounded

rationality to the collection, analysis and interpretation of data. Kesadaran sebagai bagian

dari konteks sosial, mempengaruhi phenomena dalam melakukan observasi, kesadaran

sebagai seseorang yang sedang menerapkan prasangka, kecurigaan, penyaringan

pengetahuan dan membatasi rasionalisasi pengumpulan, analisis, dan interpretasi data.

Untuk memperkecil efek distorsi pada saat melakukan interpretasi terhadap data-data

penelitian dibuat asumsi-asumsi dan kerangka yang eksplisit, jelas, dan tegas. Sebagai

contoh, kita harus menerima sebuah keinginan untuk mengeksplorasi sebuah literatur baru,

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 23 

kebutuhan mengumpulkan data dari situasi berbeda untuk pembandingan dengan

konstruksi pemikiran yang muncul atau sebuah kebutuhan untuk merubah sebuah skema

koding yang tidak tepat. Kita harus menjawab pertanyaan konsepnya berasal dari mana,

literaturnya apa, pengalaman kita apa. Apakah konsep ini atau kategori ini diterapkan pada

data yang lain?, dan apakah teori melakukan hubungan itu dan menunjukkan kategori?

Pada semua tingkat proses penelitian membuat kita peka untuk menguji pola-pola

yang telah ada, sehingga dari itu kita dapat mempertahankan diri kita dari tuduhan bahwa

kita hanya menemukan apa yang kita sedang cari. Pemahaman ini harus dicatat pada waktu

penelitian dibentuk. Lowe (1995), meyakini bahwa persiapan berupa “topic guide” untuk

pemilihan data dan analisis awal (open coding). Topik ini menuntun secara jelas/eksplisit

persyaratan pengaruh kita, tujuan detail dan pemahaman awal. Cara lainnya untuk

meyakinkan refleksivitas selama analisis adalah: (a) menulis memo pada diri sendiri

tentang konstruksi rasional, (b) mencoba melakukan kepada seseorang diluar lingkungan,

(c) menyajikan temuan intermediate research kepada sebuah kelompok mitra bestari untuk

dikritik.

Untuk menjamin sebuah temuan dapat dipertahankan dan autentik, dibutuhkan

prosedur yang jelas dan dapat diulang dengan cara yang sama dimana penelitian dilakukan.

Penelitian etnografi menggunakan dependability/auditability sebagai penunjuk reliabilitas

data. Keputusan kapan menggunakan formal coding scheme, atau memisalkan koding

tersebut digunakan untuk mengarahkan kategori yang muncul dari data dibuat dalam basis

waktu kapan dibutuhkan untuk dipertahankan pada reabilitasnya di lapangan. Jika kita

menggunakan pandangan interpretif sebagai kekuatan langkah-langkah atau prosedur

maka tidak dapat menjamin reabilitas sebab etnografi mensyaratkan interpretasi konstruksi

sosial secara nyata.

Jaminan cara yang dapat digunakan sebagai dependabilitas atau auditabilitas adalah:

(1) mendefinisikan prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan dan analisis data, (2)

memahami akhir dari penerimaan data secara detail, (3) menjamin bahwa prosedur tersebut

direkam sehingga yang dapat dipahami oleh orang lain. Diperlukan sebuah “audit trail”

atau pemeriksa jalan kecil dari analisis lengkap. Mempertahankan temuan secara eksplisit

dan bagaimana kita sampai kepada kesimpulan. Kapan menggunakan formal, skema

koding awal atau membiarkan itu muncul, harus secara konstan merefleksikan, dan

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 24 

merekam dimana, darimana, dan kapan ide-ide itu datang.

Dependabilitas atau auditabilitas dapat dilakukan dengan menyimpan rekaman semua

analisis termasuk analisis sebelumnya, diawal dan ditengah. Menjelaskan bagaimana

temuan muncul adalah sebuah bagian kritis dari kekuatan penelitian. Menggunakan

diagram jaringan adalah cara yang sangat ekselen memperkuat/artikulasi kemunculan

konsep teoritis dan kemudian membuatnya dapat diakses untuk

mengepaskan/mencocokkan atau menemukan sebuah kealfaan atau kecocokan dengan data

baru.

Konsistensi internal pada penelitian kualitatif setara dengan validitas internal dalam

penelitian kuantitatif. Konsistensi internal dibangun dari bagaimana dan dari apa kita

memperoleh konstruksi teoritik. Konstruksi teoritik tersebut merupakan perspektif siapa.

Sebagai aliran data kedalam dan keluar dalam level dari diagram aliran data harus

disetujui, untuk model aliran data harus konsisten secara internal. Proses penelitian

dijelaskan dengan membentuk sebuah constant comparison diantara konstruksi teoritis dan

data baru. Komparasi tetap/konstan adalah kritis bagi kredibilitas peneliti (juga

konfirmabilitas) sebab hanya dengan komparasi konstan dari konstruksi teoritis dengan

data melalui keadaan dan situasi yang banyak (multiple sites and situation) dapat dideteksi

secara sistematis bias dan distorsinya analisis data.

Sebagai contoh beberapa partisipan menjelaskan proses kerja mereka dalam

terminologi prosedur kerja formal, berbeda dengan apa yang sesungguhnya mereka

lakukan (berbohong). Ini akan sangat sulit untuk mendeteksi tanpa menggunakan

perbandingan konstan, sebab hasil itu nampak menjadi konsisten diantara informan. Jika

temuan dikomparasikan dengan temuan lainnya bisa jadi data dari perspektif minoritas

lebih cocok dengan data baru dari pada perspektif mayoritas yang keliru.

Penjelasan bagaimana pengumpulan data dijalankan dengan konstruksi menuntut

autensitas prosedur teori dengan grounded research. Persyaratan saturasi data atau data

yang cukup dikoleksi dijelaskan untuk kebutuhan analisis teori sebagai persyaratan

substantif. Komparasi konstan dapat membentuk penggunaan data dari informan baru

(subjek), tempat baru, perioda dan waktu yang baru sebagai studi longitudinal atau situasi

baru yang dapat dikomparasikan dengan situasi sebelumnya dalam kaidah kotegori analisis

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 25 

inti yang telah kita identifikasi secara signifikan. Pemilihan dan pengumpulan data baru

harus dapat dijustifikasi dalam kaidah analisis. Kredibilitas penelitian kualitatif menurut

Guba dikutip oleh Noeng Muhadjir (2000) dapat dilakukan dengan memperpanjang waktu

tinggal di kancah penelitian, melakukan observasi dengan tekun, dan pengujian triangulasi.

Ada empat modus trianggulasi yaitu: (1) menggunakan sumber ganda; (2) menggunakan

metode ganda; (3) menggunakan peneliti ganda; dan (4) menggunakan teori berbeda

(Denzin:1978).

Tuntutan untuk trasferbilitas dan kecocokan bergantung pada kesamaan identifikasi

atau perbedaan pada konteks dimana teori diterapkan. Ini mencakup metoda penerapan

analisis konstan untuk menentukan kapan teori substantif yang cocok dengan data baru

dan bagaimana kontek dimana data baru dikumpulkan sejenis dengan konteks dimana data

sebelumnya dikumpulkan. Dengan cara ini, dapat dikembangkan teori termasuk faktor-

faktor kontektual. Sebagai contoh jika mengembangkan teori substantif dari bagaimana

pengembang melakukan investigasi/mencari data/fakta persyaratan sistem informasi baru

dan kemudian menemukan bahwa teori tersebut cocok dengan data baru dari salah satu

perusahaan, tetapi tidak cocok dengan perusahaan lainnya, kita harus mempertanyakan

apakah perbedaan kedua perusahaan itu. Apakah kedua perusahaan dapat dikomparasikan

ukurannya? Apakah pengembang di kedua perusahaan ditraning dan dididik sama? Apakah

mereka menggunakan metoda yang sama? Menggunakan perbandingan konstan dalam

kontek ini, tidak hanya mengembangkan teori substantif untuk memasukkan faktor-faktor

baru seperti ukuran perusahaan, pendidikan pengembang, tetapi kita juga memberikan basis

generalisasi diantara perusahaan yang dapat dibandingkan.

Keabsahan data dicek ulang dengan melihat catatan data apakah kongkrit, verbatim,

dan menggambarkan kondisi wawancara dan kondisi saat berpartisipasi dalam kegiatan

atau aktivitas. Peneliti harus menghindari sejauh mungkin mengambil kesimpulan-

kesimpulan yang terlalu cepat dengan memaksakan kerangka berpikir peneliti. Menyusun

catatan kongkret berarti peneliti menggambarkan situasi lapangan yang nyata sesuai

keadaan pelaku, tempat, dan aktivitas. Catatan yang kongkret sangat berguna untuk

menemukan pola-pola data dengan lebih obyektif.

Di samping kongkret catatan data harus verbatim atau kata demi kata (Zoebir, 2008).

Logat atau istilah-istilah khusus tidak diganti atau diterjemahkan secara bebas agar tidak

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 26 

lepas dari realitasnya. Noeng Muhadjir (2000) memberi istilah indeksikalitas yaitu

keterkaitan makna kata, perilaku dan lainnya pada konteksnya dan refleksikalitas yaitu

tatahubungan atau tata susunan sesuatu dengan atau dalam sesuatu yang lain sebagai

pengganti konsep validitas-reabilitas ataupun konsep kredibilitas. Indeksikabilitas dan

refleksikabilitas menjamin temuan etnografik tetap mendeskripsikan natural reality bukan

artificial thinking. Untuk itu instrument video, kamera sangat diperlukan dan sangat

membantu.

Kondisi peneliti juga harus direkam atau digambarkan dalam catatan-catatan

penelitian pada setiap interaksi atau wawancara. Ciri data lapangan yang baik menurut

(Zoobir, 2008) bahwa si peneliti bukan hanya menggambarkan apa yang hendak ia kaji,

tetapi juga menggambarkan kedudukannya dalam proses pengumpulan data. Peneliti

mencatat bukan saja jawaban-jawaban informan, tetapi juga pertanyaan-pertanyaan sendiri,

bagaimana peneliti menanyakan apakah dalam kondisi baik atau sudah dalam kondisi

capek atau kelelahan yang mungkin peneliti bertanya dengan kurang baik, kurang sopan,

kurang menarik.

E. Teknik Analisis Data

Menurut Noeng Muhadjir (2000) analisis data merupakan upaya mencari dan menata

data secara sistematis dari catatan hasil observasi, wawancara, analisis dokumen untuk

meningkatkan pemahaman peneliti terhadap kasus yang diteliti dan menyajikan sebagai

temuan penelitian. Analisis penelitian kualitatif mengupayakan tercapainya pencarian

makna (meaning).

Analisis data dilakukan dalam dua kategori yaitu: analisis data selama di lapangan

dan analisis data sesudah meninggalkan lapangan. Analisis data selama di lapangan

diarahkan kepada peningkatan fokus penelitian, melakukan telaah tata pikir logik,

pengembangan secara terus menerus pertanyaan analitik, melakukan refleksi terhadap data

yang terkumpul, membaca kepustakaan yang relevan selama lapangan dilanjutkan dengan

mencari pemaknaan. Analisis sesudah meninggalkan lapangan dilakukan dengan membuat

kategori masalah/temuan ditelaah menggunakan tatapikir induktif yaitu pola pikir yang

berasal dari empiri kemudian mencari abstraksi. Analisis data menggunakan model

interaktif dari Miles dan Huberman (2007) seperti gambar 3.

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 27 

Gambar 3.Analisis data menggunakan model interaktif dari Miles dan Huberman

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 28 

Daftar Pustaka:

Acwin Dwijendra, Ngakan Ketut. (2003). Perumahan dan Pemukiman Tradisional bali. Jurnal Permukiman ”NATAH” 1-1, 8-24.

Adair J. (2000). Effective leadership How to DevelopLeadership skills. New Delhi: Rupa & Co. Agastia, IBG, (2007). Mengkritisi Impelemtasi Tri Hita Karana, Warta Hindu Dharma, 491, 4-

41. Agar, M. (1996). The professional stranger: An informal introduction to ethnography. New

York: Academic Press. Atkinson, P. (1990). The Ethnographic Imagination: Textual Construction of Reality. London:

Routledge. ................(2004) Rencana Strategis Departemen Pendidikan nasional 2005-2009, Jakarta:

Depdiknas. Babchuk, W (1996). 'Glaser Or Strauss?: Grounded Theory And Adult Education', in

Proceedings of Midwest Research-to-Practice Conference in Adult, Continuing, and Community Education, University of Nebraska-Lincoln, October 17-19, 1996. Available at URL: http://www.anrecs.msu.edu/research/gradpr96.htm

Bailey T.R., Hughes K.L. & Moore D.T. (2004). Working Knowledge Work-based Learning and Education Reform. New York: Great Britain.

Banks J.A., Banks C.A.M. (2005). Multicultural Education Issues and Perspective ,United States of America: Wiley Jossey Bass Education

Bartridge,Tom. (2004). Manager’s role in Competence Based T&D System. Ame Info. Beach, D. & Dovemark, M. (2005). Creativity as a Cultural Commodity: An Ethnographic

Investigation of Struggles over Creativity in Three Swedish Schools. Journal for Critical Education Policy Studies, 4(2). www.jceps.com

Billett S.(2009). ChangingWork,Work Practice:The Consequences for Vocational Education. Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media

Blank, W.E. (1982). Handbook for Developing Competency-Based Training Programs. London : Prentice-Hall,Inc.

Boud D. & Solomon N.(2003). Work-based Learning a New Higher Education?. USA:SRHE and Open University.

Browne. R.K. & Lamb. A. (2000). Linking Theory to Practice in the Workplace.AERC Proceeding

Chadd .J.& Anderson.M.A.(2005). Illinois Work-Based Learning Programs: Worksite Mentor Knowledge and Training, Jurnal Career and Technical Education Research, Volume 30 nomor 1 Tahun 2005.

Cheng, Y.C. (2005). New Paradigm for Re-engineering Education, Globalization, Localization and Individualization. Netherland: Springer

Clarke L. & Winch C. (2007). Vocational Education International Approaches, development and systems. USA: Routledge

Coessens,K. and Bendegem, J.P.V.(2008). Cultural Capital as Educational Capital,The Need For a Reflection on the Educationalisation of Cultural Taste, Paul Smeyers · Marc Depaepe, Educational Research: the Educationalization of Social Problems. Library of Congress Control Number: 2009920276 Springer Science+Business Media B.V.

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 29 

Creese A., BhattA., Bhojani N., Martin P, (2008). Fieldnotes in team ethnography: researching complementary schools:Qualitative Research:SAGE Publications Los Angeles, London, New Delhi and Singapore) vol. 8(2) 197–215

Creswell. John W. (1994). Reserach Design Qualitative & Quantitative Approaches. California: Sage Publications

Creswell. John W. (2009). Reserach Design Qualitative, Quantitative , and Mixed Methods Approaches. United States of America: Sage Publications

Crowson R., Boyd.W.L; (2005), New Roles for Community Services in Educational Reform in Michael Fullan (2005), Fundamental Change International Handbook of Educational Change.New York: Springer Dordrecht

Cunningham.I, Dawes G, & Bennett B. (2004). The Handbook of Work Based Learning. England: Gower Publishing Limited.

Dedi Supriadi, (2002). Satu Setengah Abad Pendidikan Kejuruan di Indonesia dalam Dedi Supriadi, Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan Di Indonesia. (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan dasar dan Menengah

Denzin, N.K., & Lincoln Y. (2004). Handbook of Qualitative Research second edition.London: Sage Publications,Inc.

Djohar, (1999). Reformasi dan Masa Depan Pendidikan Di Indonesia. Yogyakarta: IKIP Negeri Yogyakarta.

Djohar, (2008). Budaya Lokal Sebagai basis Pendidikan, Makalah seminar di Percetakan Kanisius Yogyakarta.

Dimmock C. & Walker A. (2005). Educational Leadership Culture and Diversity. London: SAGE

Dobbert M.L., (1982) Ethnographic research: theory and application for modern schools and societies. Chicago:

Doolittle & Camp. (1999). Constructivism : The Career and Technical Education Perspective. --- : Journal of Vocational and Technical Education Volume 16, Number 1.

Emmerik I.J. H. V., Bakker A.B, Euwema M.C.. (2009). Explaining employees’ evaluations of organizational change with the job-demands resources model; Career Development International Journal Vol. 14 No. 6, 2009 pp. 594-613

Emerson R.M., FretZ R.I., Shaw L.L. (1998 ) Writing Ethnographic Fieldnotes.Chicago Guides to Writing, Editing, and Publishing

Finch & Crunkilton. (1999). Curriculum Development in Vocational and Technical Education, Planning, Content, and Implementation. United State of America : Allyn & Bacon A Viacom Company.

Finlay I., Niven S.,& Young S. (1998). Changing Vocational Education and Training an International Comparative Perspective . London: Routledge.

Gill,I.S.,Fluitman.F.,& Dar.A. (2000). Vocational Education and Training Reform, Matching Skills to Markets and Budgets.Washington: Oxford University Press.

Glaser, B.G. (1978). Advances in The Methodology of Grounded Theory. Sociology Press: Mill Valley, CA.

Glaser, B.G. (1992). Basics Of Grounded Theory Analysis, Emergence vs. Forcing. Sociology Press: Mill Valley, CA

Glaser, B.G. & Strauss, A.L. (1967) The Discovery of Grounded Theory. Aldine Publishing Co.: New York NY.

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 30 

Glesne, C. (1999). Becoming qualitative researchers: An introduction, 2nd ed. New York: Longman.

Good T.L. (2008). 21’st Century Education: A reference Handbook. Tucson: Sage Publication Grant, L., & Fine, G. A. (1992). Sociology unleashed: Creative directions in classical

ethnography. In M. D. LeCompte, W.L. Millroy, & J. Preissle (Eds.), The Handboks of Qualitattive reserach in Education (pp.405-446). New York: Academic Press.

Hall B.L.(2009) The Right to a New Utopia: Adult Learning and the Changing World of Work in an Era of Global Capitalism Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media

Heinz .W.R (2009). Redefining the Status of Occupations; James A. Athanasou , Raoul Van Esbroeck. International Handbook of Career Guidance 2008 Springer Science Business Media B.V.

Herschbach D.R. (2009) Overview: Navigating the Policy Landscape: Education, Training and Work, 869–890: Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media

Hiniker L.A.and Putnam,R.A. (2009). Partnering to Meet the Needs of a Changing Workplace; Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media

Hochwarter, W.A. and Rogers L.M, Summers J.K., Meurs J.A.. (2009). Personal control antidotes to the strain consequences of generational conflict as a stressorA two-study constructive replication and extension; Career Development International Vol. 14 No. 5, 2009 pp. 465-486 q Emerald Group Publishing Limited

Hollander A. & Mar N.Y (2009) Towards Achieving TVET for All: The Roleof the UNESCO-UNEVOCInternational Centre for Tehcnical and VocationalEducation and Training, 41–57: Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media

Kabuto B., (2008). Parent-research as a process of inquiry: an ethnographic perspective Ethnography and Education Vol. 3, No. 2, June 2008, 177_194 ISSN 1745-7823 print/ISSN 1745-7831 online # 2008 Taylor & Francis DOI: 10.1080/17457820802062433 http://www.informaworld.com

Kellett J.B, Humphrey R.H. and Sleeth R.G.(2009) Career development, collective efficacy, and individual task performance, Career Development International Vol. 14 No. 6, 2009 pp. 534-546 q Emerald Group Publishing Limited 1362-0436

Karen O.R.(2005). Ethnographic Methods. Canada: Routledge Latour, B. (1987). Science in Action. Cambridge MA.: Harvard University Press, Lincoln, Y. S. and Guba, E. G. (2000). 'Paradigmatic Controversies, Contradictions, and

Emerging Confluences', in Denzin, N.K. and Lincoln, Y.S. [Eds.] The Handbook of Qualitative Research, Sage, Beverly Hills, CA. pp. 163-188

Lillis T.(2008) Ethnography as Method,Methodology, and “Deep Theorizing” Closing the Gap Between Text and Context in Academic Writing Research Written Communication Volume 25 Number 3 July 2008 353-388 © 2008 Sage Publications 10.1177/0741088308319229 http://wcx.sagepub.com hosted at http://online.sagepub.com

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 31 

Lowe, A. (1995). 'The basic social processes of entrepreneurial innovation ': International Journal of Entrepreneurial Behaviour and Research, 1 (2), pp. 54-76.

Lowe, A. (1996). ‘An Explanation Of Grounded Theory’: Working Paper, Dept. Of Marketing, University of Strathclyde, UK.

Lowe, A. (1998). 'Managing the post-merger aftermath by default remodelling', Management Decision, 36 (2), pp. 102-110.

Mason,J.(2006). Qualitative Researching, London: SAGE Publications Ltd McKeown, R. (2002). Education for sustainable development Toolkit. USA: Center for

Geography and Environmental Education McGrath S. (2009) Reforming Skills Development, Transforming the Nation: South African

Vocational Education and Training Reforms, 1994–2005: Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media

Miles,M.B., & Huberman, A.M.(1994). Qualitative Data Analysis. New Delhi : SAGE Publications

Miles,M.B., & Huberman, A.M.(2007). Analisis Data Kualitatif ( Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi) . Jakarta: Universitas Indonesia

Noeng Muhadjir.H. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif (3rd). Yogyakarta: Sarasin. Pavlova M.& Munjanganja,L.E. (2009) Changing Workplace Requirements: Implications for

Education Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media

Raelin JA. (2008). Work-Based Learning new and revised edition. San Francisco:Jossey Bass. Randal D., Harper R., Rouncefield M. (2007). Fieldwork for Design Theory and Practice,

London:Springer Rojewski. J.W (2009). A Conceptual Framework for Technical and Vocational Education and

Training; Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media

Sallis E. (2007). Total Quality management in Education alih bahasa Riyadi AA. Jogjakarta: IRCiSoD

Sanjek, R. (1990). On ethnographic validity. In Sanjek (ed.) Fieldnotes - The Makings of Anthropology. Ithaca and London: Cornell University Press.

Simon, R., and D. Dippo. 1986. On critical ethnographic work. Anthropological and Education Quarterly 17, no. 4: 195_202.

Slamet,PH. (2008).Desentralisasi Pendidikan Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Spradley, J.P. (1980). The Ethnographic Interview. Fort Worth, TX: Harcourt Brace Jovanovich College Publisher

Strauss, A. L. (1987) Qualitative Research For Social Scientists, Cambridge University Press. Cambridge: UK.

Strauss, A. L., and Corbin, J. (1998). Basics of Qualitative Research: Grounded Theory Procedures And Techniques. 2nd. edition, Sage Publications: Newbury Park, CA.

Suyanto, 2006. Dibelantara Pendidikan Bermoral; Jogjakarta: UNY Press. Sugiyono., (2006). Metoda Penelitian Kuantitatif Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 32 

Sukardi, Zamzani, & Dardiri, A. (2006). Penelitian Kualitatif Naturalistik. Yogyakarta: Lembaga Penelitian UNY.

Suminto, A.S. (2005). Muatan Lokal dalam Penyelenggaraan Pendidikan Stumpf. S.A (2009). Promotion to partnerThe importance of relationship competencies and

interpersonal style. Career Development International Vol. 14 No. 5, 2009 pp. 428-440 q Emerald Group Publishing Limited 1362-0436

Tepas Ahmad Heryawan, (2009). Ideologi Pancasila: Http://www.ahmadheryawan.com Tessaring M. (2009), Anticipation of Skill Requirements: European Activities and Approaches

Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media

Thompson, John F, (1973). Foundation of Vocational Education Social and Philosophical Concepts. Prentice-Hall: New Jersey

Thomas W.H. Ng & Daniel C. Feldman (2009). Personality, social relationships, and vocational indecision among college students The mediating effects of identity construction. Career Development International Vol. 14 No. 4, 2009 pp. 309-332 q Emerald Group Publishing Limited 1362-0436

Tilaar, H.A.R., (1999). Pendidikan Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tilaar, H.A.R., (2002). Perubahan Sosial dan Pendidikan, Pengantar Pedagogik Transformatif untuk Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.

Titscher S., MayerM.,WodakR.,Vetter E.(2009).Metoda Analisis Teks & Wacana. Terjemahan Abdul Syukur Ibrahim. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Titib, I Made. (2007). Aktualisasi Ajaran Tri Hita karana dalam Konsep Desa Adat di Bali. Torbet B & Associates. (2004). Action Inquiry the Secret of Timely and Transforming

Leadership. San Francisco: Berrett-Koehler. T. Raka Joni, (2006). Mengurai Benang Kusut Pendidikan, http://Perpustakaan Bappenas.go.id. Utami Munandar, (2004). Pengembangan Kraetivitas Anak Berbakat.Jakarta: Rineka Cipta Wardiman Djojonegoro. (1998). Pengembangan Sumberdaya Manusia melalui SMK. Jakarta :

PT. Jayakarta Agung Offset. Wagner T. (2008). The Global Achievement Gap. New York: Basic Books. Zajda,J., Biraimah K., Gaudelli W.(2008) Cultural Capital: What Does It Offer Students? A

Cross-National Analysis . Education and Social Inequality in the Global Culture Melbourne: Springer Science + Business Media B.V.

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 33 

1. Rencana Kerja Penelitian

No Uraian Bulan Tahun 2010

Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov

1. Pengurusan Ijin Penelitian, Seting lokasi 2. Pemilihan dan penjajagan Informan 3. Pengembangan Fokus penelitian 4. Pengembangan topik Interview 5. Penyusunan Pertanyaan interview 6. Penyusunan bahan observasi 7. Pengembangan model fieldnotes 8. Penyiapan Alat rekam Suara dan Gambar 9. Pembangkitan data dengan Observasi lapangan 10. Pembangkitan data dengan Interview 11. Pembangkitan data dengan Focus Group

Discussion

12. Penyajian dan reduksi data 13. Analisis Dokumen 14. Analisis Data/ peripikasi di Lapangan 15. Penulisan Laporan, Naskah Jurnal 16. Seminar hasil penelitian 17. Penyempurnaan dan penggandaan laporan 18. Desiminasi

2. RANCANGAN BIAYA PENELITIAN No Komponen Biaya Biaya

1. Pengadaan buku Qualitatif Researching (2006) Jennifer Mason Rp. 600.000,00

2. Pengadaan buku Fielwork for Design Theory and Practice (2007) Randal dkk Rp. 500.000,00

3. Pengadaan buku International Handbook of Education for the Changing World of Work (2009)

Rp. 1.000.000,00

4. Pengadan buku Multicultural Education Issues and Perspektives Rp. 400.000,00

5. Pengadaan buku New Paradigm for Re-engineering Education Globalization, Localization, and Individualization

Rp. 500.000,00

6. Pengadaan buku Dictionary of Sociology Rp. 400.000,00

7. Pengadaan buku Educational Decentralization Asian Experiences and Conceptual Contributions

Rp. 250.000,00

8. Pengadaan buku Educational Research-Educatiobalization of Social Problem Rp. 400.000,00

9. Pengadaan buku Handbook of Technical and Vocational Education and Training Research

Rp. 600.000,00

10. Pengadaan buku International Handbook of Career Guidance Rp. 500.000,00

11. Pengadaan buku International Handbook of Educational Change Rp. 400.000,00

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 34 

No Komponen Biaya Biaya

12. Pengadaan buku International Handbook of School Effectiveness and Improvement

Rp. 250.000,00

13. Pengadaan buku International Handbook of Student Experience in Elementary and Secondary School

Rp. 500.000,00

14. Pengadaan buku International Handbook Of The Religious, Moral, Spiritual Dimention In Education

Rp. 250.000,00

15. Pengadaan buku Learning in Cultural Context-Family-Peer-School Rp. 250.000,00

16. Pengadaan buku Meeting Basic Learning Needs In The Informal Sector Rp. 250.000,00

17. Pengadaan buku Rethinking Work And Learning-Adult And Vocational Education For Social Sustainability

Rp. 400.000,00

18. Pengadaan buku Technology and Vocational Education for Sustainable Development Empowering Individuals for the Future

Rp. 450.000,00

19. Pengadaan buku Work, Learning and Sustainable Development Opportunities and Challenges

Rp. 400.000,00

20. Pengadaan buku Community College Model Rp. 500.000,00

21. Pengadaan buku Decentralisation, School-Based Management,and Quality Rp. 300.000,00

22. Pengadaan buku Living Together Education And Intercultural Dialogue Rp. 200.000,00

23. Pengadaan buku Secondary Education At The Crossroads Rp. 250.000,00

24. Pengadaan buku Cultural Competency Training in a Global Society Rp. 250.000,00

25. Pengadaan buku International Perspectives on Competence in the Workplace Implications for Research, Policy and Practice

Rp. 400.000,00

26. Pengadaan buku Moral Education Beyond the Teaching of Right and Wrong Rp. 400.000,00

27. Pengadaan buku School Decentralization In The Context Of Globalizing Governance

Rp. 250.000.00

28. Pengadaan buku From Child Welfare to Child Well-Being An International Perspective on Knowledge in the Service of Policy Making

Rp. 250.000,00

29. Pengadaan buku Work, Subjectivity and Learning Understanding Learning through Working Life

Rp. 400.000,00

30. Pengadaan buku BALINESE-CHARACTER Rp. 500.000,00

31. Tiket pesawat Jogja-Denpasar 8 x 2 x Rp.600.000,00 Rp. 9.600.000,00

32. Transport lokal Rp. 1.400.000,00

33. Foto Copy Rp. 500.000,00

34. Catridge Printer 4 x 150.000 Rp. 600.000,00

35. Akses internet 8 x 150.000 Rp. 1.200.000,00

36. Pengadaan Perekam Suara Rp. 1.000.000,00

37. Pengadan Perekam Gambar Rp. 4.000.000,00

38. Eksternal Harddisk 600 GB 900.000,00

39. ATK Rp. 500.000,00

40. Kertas HVS 5 rim x 35.000,00 Rp. 175.000,00

41. Pertemuan FGD 2 x 5.000.000,00 Rp. 10.000.000,00

42. Proses Perijinan Rp. 1.000.000,00

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 35 

No Komponen Biaya Biaya

43. Dokumentasi Rp. 225.000,00

44. Analisis Data Rp. 5.000.000,00

45. Penyusunan Laporan Rp. 500.000,00

46. Penggandaan Laporan Rp. 150.000,00

47. Seminar lokakarya Rp. 1.000.000,00

48. Publikasi dan desiminasi hasil Rp. 500.000,00

JUMLAH Rp. 50.000.000,00

3. Dukungan pada Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini mendapat dukungan SMK N 1 Denpasar, SMK N 3 Denpasar, SMK N 5 Denpasar s, SMK N 3 Singaraja, SMK N 1 Singaraja, SMK N 2 Singaraja, SMK N 1 Sukasada, SMK N 1 Kuta Selatan, SMK N 1 Gianyar, SMK N 1 Sukawati, SMK N 2 Sukawati, dan SMK N 3 Sukawati dalam bentuk penyediaan sarana dan tempat melakukan penelitian. Dukungan juga mungkin akan diberikan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Bali, Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng, Pemerintah Daerah Kabupaten Badung, Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar, Pemerintah Daerah Kotamadya Denpasar, dan beberapa desa pekraman. Disamping itu beberapa orang tokoh budayawan, seniman, kelian adat, pengusaha juga akan memberikan dukungan positif. Dukungan pinansial atau dana sampai saat ini belum ada kecuali bantuan dana dari Universitas Negeri Yogyakarta sebesar 5 juta rupiah yang sudah digunakan untuk melakukan studi pendahuluan. Studi etnografi mengharuskan peneliti berada bersama subyek penelitian sehingga memerlukan waktu dan dana yang cukup besar.

4. Sarana Sarana yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

No Sarana/Peralatan Kegunaan Keterangan

1. SMK di empat kabupaten Tempat observasi Siap digunakan

2. Desa Pekraman Tempat observasi Dalam proses penetapan

3. Informan Interview Dalam proses penetapan

4. Laptop Mendokumentasikan data siap

5. Jaringan Internet Pencarian data dan komunikasi Butuh dana pulsa

6. Alat perekam suara Interview Belum ada

7. Alat perekam gambar Observasi Belum ada

8. Printer Mencetak dokumen dan fieldnote Siap (butuh tinta)

9. Kendaraan bermotor Mobilisisasi lapangan Siap (butuh bensin)

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 36 

Biodata Peneliti

1. Nama Lengkap : Putu Sudira, Drs. MP. 2. N I P : 131 655 274 3. Nomor Karpeg : E 204172 4. Nomor Karis : 419728C 5. Unit Kerja : Fakultas Teknik UNY 6. Pangkat/Golongan : Penata Tk.I /IIId 7. Jabatan : Lektor 8. N I M : 07702261001 9. Program Studi : Pendidikan Teknologi Kejuruan PPS UNY 10. N P W P : 07.837-831-2-542-000 11. Nomor KTP : 3404090204640001 12. Nomor SIM : 640414520520 13. Tempat Lahir : Nagasepaha, Singaraja, Bali 14. Tanggal Lahir : 2 April 1964 15. Jenis Kelamin : Laki-laki 16. Agama : Hindu 17. Nama istri : Drh.Nyoman Ayu Anggreni Tisnawati 18. Pekerjaan : PNS Kabupaten Sleman 19. Alamat rumah : Jalan Marsma Dewanto Gang Kantil No. 2 Kalongan

Maguwoharjo Jogjakarta 20. Telepon/HP: : 081 64 222 678 21. E-mail : [email protected]

Data Pendidikan

1. Pendidikan Formal SEKOLAH/PERGURUAN

TINGGI PROGRAM PROGRAM STUDI LULUS

TAHUN GELAR/

PREDIKAT Sekolah Dasar Nagasepaha Buleleng

- - 1976 -

SMP Negeri 2 Singaraja - - 1979 - STM Negeri Denpasar Bali - Teknik Elektronika 1982 Lulusan terbaik IKIP Yogyakarta Sarjana S1 Pendidikan Teknik

Elektronika 1986 Drs.

Memuaskan UGM Yogyakarta Pasca

Sarjana S2 Teknik Pertanian 1997 MP.

Cum laude Universitas Negeri Yogyakarta

Pasca Sarjana S3

Pendidikan Teknologi Kejuruan

2007 Dalam proses IPK = 3,95

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 37 

Pengalaman Penelitian dan Karya Ilmiah No Tahun Bidang

Penelitian Judul Penelitian/Karya Ilmiah Keterangan

1 1989 Teknologi Uji coba program komputer sebagai simulator Spectrum Analyser

Tidak Terpublikasi

2 1990 Teknologi Uji karakteristik Pengambilan Data menggunakan Komputer IBM PC

Tidak Terpublikasi

3 1993 Teknologi Hubungan clock terhadap kecepatan olah data dalam komputer mikro MPF-I

Tidak Terpublikasi

4 1993 Teknologi Rancang bangun penerima pesan telpon rumah berbasis mikroprosesor Z-80

Tidak Terpublikasi

5 1993 Teknologi Rancang bangun sistim akuisisi data IBM PC Makalah seminar 6 1994 Teknologi Rancang bangun Pencetak hruf Braille berbasis

komputer mikro MPF-I Terpublikasi di Kuala Lumpur

7 1997 Teknologi Penetapan parameter Viscoelastik non Linier Bahan Pertanian berbentuk bola

Thesis S-2

8 1997 Teknologi Analisis kematangan buah sawo manila Tidak Terpublikasi 9 1998 Teknologi Analisis perilaku mekanis buah salak pondoh

selama pematangan Seminar IFAC

10 1999 Teknologi Rancang bangun sortasi buah sawo manila berdasarkan kematangan

Tidak Terpublikasi

11 1999 Teknologi Rancang bangun penampil LED Dot Matrik berbasis Mikrokontroler 8031

Tidak Terpublikasi

12 1999 Teknologi Sistim akuisisi data berbasis Mikroprosesor Z-80 Tidak Terpublikasi 13 1999 Teknologi Rancang bangun pengukur kekeruhan air Tidak Terpublikasi 14 1999 Pendidikan Evaluasi implementasi program Electronic Work

Bench pada praktek Sistim Digital Tidak Terpublikasi

15 2005 Pendidikan Peningkatan Pencapain Kompetensi Pemrograman Mikrokontroler Menggunakan Model Pembelajaran Pemecahan Maalah ”IDEAL” Mahasiswa S1 Pendidikan Teknik Elektronika FT UNY

Tidak Terpublikasi

16 2007 Pendidikan Peningkatan kualitas perkuliahan Sistem Mikroprosesor dengan Modul pembelajaran berbasis kompetensi dengan pendekatan IDEAL

Terpublikasi

17 2007 Pendidikan Peningkatan kemampuan perancangan sistem elektronika dengan memanfaatkan program EWB dalam mata kuliah Praktikum Elektronika Digital I

Tidak terpublikasi

Karya tulis dipublikasikan

No JUDUL PENELITIAN/KARYA ILMIAH TAHUN KETERANGAN 1. Rancang bangun Pencetak huruf Braille berbasis

komputer mikro MPF-I 1994 Terpublikasi di Kuala

Lumpur dalam Acara Pameran Temu Teknologi

2. Penetapan Parameter Viscoelastik non Linier Bahan Pertanian berbentuk bola

1997 Thesis S-2

3. Analisis kematangan buah sawo manila selama Pematangan

1999 Penelitian Dasar Dikti Depdiknas

4. The Mechanical Properties Analysis of Salak Pondoh Fruits on the Maturity Periods Through Lichtensteiger Model Inmpact Methods

22 s/d 24 Agustus 2001

IFAC-CIGR Workshop on Intelligent Control for Agricultural Application di Grand Bali Hotel

5. Analisis perilaku mekanis buah salak pondoh selama pematangan

2002 Jurnal Saintek Universitas Negeri Yogyakarta

6. Pelatihan Pemrograman Mikrokontroler Guru-Guru SMK Teknologi Industri se DIY

2003 Seminar Nasional Hasil Program Penerapan IPTEKS

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 38 

No JUDUL PENELITIAN/KARYA ILMIAH TAHUN KETERANGAN dan Program Vucer

7. Menulis Opini di Harian Bali Post dengan Judul:Kontekstualisasi Pendidikan Agama Hindu

2004 Dimuat 16 Oktober 2004

8. Revitalisasi Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu

2005 Majalah Media Hindu

9. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Hindu

2005 Majalah Media Hindu

10. Mempersiapkan Guru Pendidikan Agama Hindu Profesional

2005 Majalah Media Hindu

11. Pengembangan Kompetensi Bahan Ajar Mata Kuliah Mikrokontroler dengan Pendekatan Field Research,Benchmarch, Adopt & Adapt

2006 Jurnal JPTK FT UNY

12. Peningkatan Pencapaian Kompetensi Pemrograman Mikrokontroler Guru-guru Bidang Keahlian Teknik Elektronika pasca diundangkannya UUGD

2007 INOTEK LPM Universitas Negeri Yogyakarta

13. Menulis Opini di Harian Kedaulatan Rakyat dengan judul:Tiga Dimenasi Nyepi

2008 Dimuat tanggal 6 Maret 2008

14. Menulis Opini di Harian Kedaultana Rakyat dengan judul:Guru

2008 Dimuat tanggal 14 Oktober 2008

15. Menulis Bahan Ajar Perkulaiahn Pemrograman Mikrokontroler

2006 Dibiayai oleh P5D Bandung

16. Menulis Buku Ajar SMK dengan Judul Pemrograman Mikroprosesor dan Mikrokontroler

2008 Diterbitkan oleh Direktorat PSMK

Seminar/Lokakarya/Pelatihan 1. Dalam Negeri

No TEMA SEMINAR TEMPAT WAKTU

PELAKSANAAN

SERTIFIKAT/ SURAT KETERANGAN

1. Workshop on Intelligent Control for Agricultural Application

Grand Bali Hotel Sanur Denpasar Bali

22 s/d 24 Agustus 2001

Sertifikat

2. Information Technlogy for All; Upaya membangun masyarakat berpengetahuan

Ambarukmo Palace Hotel Yogyakarta

2 Agustus 2001 Sertifikat

3. Pendidikan Kejuruan 2002 Universitas Sebelas Maret

14 Pebruari 2002 Sertifikat No.050/J27/JPTK/ FOKOM/2002

4. Kurikulum berbasis Kompetensi FMIPA-UNY 11 Mei 2002 Sertifikat 5. Kreativitas dan Kecakapan

Hidup UNY 10 Juni 2002 Sertifikat

6. Implementasi Kurikulum berbasis Kompetensi

Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika

3 s/d 31 Oktober 2003

7. Seminar Isu dan Tantangan Pendidikan Kejuruan

Jurusab Teknik Elektro FPTK Universitas Ganesha Singaraja

10 Oktober 2006 Dekan FPTK Undiksha

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 39 

No TEMA SEMINAR TEMPAT WAKTU

PELAKSANAAN

SERTIFIKAT/ SURAT KETERANGAN

8. Lokakarya Peningkatan Peran Dunia Usaha/Industri dan Asosiasi Profesi

Dinas Dikmenti Provinsi DKIJakarta

29 November 2006 Kepala Dinas Dikmenti

9. Focus Group Discussion Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dalam mendukung Pengembangan Klaster Agrokimia

Univesitas Negeri Jakarta

4 Desember 2006 Dekan FT UNJ

10. Seminar sehari Kerjasama Industri/ Institusi dalam Negeri

Le’Aries Garden Hotel & Cafe Bandung

7 Desember 2006 Direktur P4TK Bandung

11. Seminar Strategi Peningkatan Kualitas Pendidikan sebagai peserta

Universitas Negeri Yogyakarta

22 Maret 2008 Direktur PPS UNY

12. International Conference on VTE Research and Networking 2008 Nurturing Local VTE Reseach Efforts : A Response Global Challennges sebagai Pemakalah

Grand Bali Beach Hotel

7 s/d 8 Juli 2008 Panitia

13. Seminar dan Pelatihan Penyusunan Proposal Hibah Kompetensi sebagai peserta

Lembaga Penelitian UNY

20 November 2008 Ketua Lemlit UNY

14. Bimbingan teknis peningkatan Pembelajaran SMK di Provinsi NTB sebagai Nara sumber

Hotel Arun Mataram Lombok Barat

11-13 Desember 2008

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Provinsi NTB

15. Bimbingan teknis peningkatan Pembelajaran SMK di Provinsi Bali sebagai Nara sumber

Hotel Sari Nikita Denpasar Bali

14-16 Desember 2008

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Provinsi Bali

16. Bimbingan teknis peningkatan Pembelajaran SMK di Provinsi Sulawesi Selatan sebagai Nara sumber

Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan

23-25 Desember 2008

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Provinsi Sulawesi Selatan

17. Penyusunan dan Pengembangan naskah Pembinaan Kurikulum SMK sebagai peserta

Vila Anggrek Cisarua Bogor Jabar

17 s/d 20 Februari 2009

Direktur Pembinaan SMK

18. Training of Trainer (TOT) Calon Fasilitator Bimbingan Teknis Implementasi KTSP SMK sebagai Fasilitator

Hotel Batavia Jakarta Pusat

22 s/d 24 Pebruari 2009

Direktur Pembinaan SMK

19. Training of Trainer (TOT) Calon Fasilitator Bimbingan Teknis Implementasi KTSP SMK sebagai Fasilitator

Hotel Pitagiri Jakarta Barat

10 s/d 12 Maret 2009

Direktur Pembinaan SMK

20. Pengembangan Spektrum Pendidikan Menengah Kejuruan

Hotel Puncak Raya Bogor

3 s/d 6 Maret 2010 Direktur Pembinaan SMK

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 40 

2. Luar Negeri No

TEMA SEMINAR TEMPAT WAKTU PELAKSANAAN

SERTIFIKAT/ SURAT

KETERANGAN 1. Malaysian Invention Exebition Kualalumpur 19 s/d 22 Agustus

1994 Sertifikat

2. Risearch Methodology OHIO State University Columbus USA

27 Oktober 2009s/d 23 Januari 2010

Certificate

Pelatihan 1. Dalam Negeri & Luar Negeri

No JENIS PELATIHAN TEMPAT WAKTU PELAKSANAAN

SERTIFIKAT/ SURAT

KETERANGAN 1. Perancangan dan Aplikasi

Sistim Mikroprosesor PAU ITB Bandung

1989 Sertifikat

2. Rekonstruksi Kuliah Aplied Aproach

IKIP Yogyakarta 1991 selama 15 hari Sertifikat

3. Sistim Jaringan dan Komunikasi Data

PAU ITB 1992 selama 4 minggu

Sertifikat

4. Pengenalan Sistim Pendidikan Politeknik

PEDC Bandung 1993 selama 3 bulan Sertifikat

5. Dasar Sistim Pneumatik FESTO Jakarta 2000 selama 3 hari Sertifikat 6. Sistim Elektro Pneumatik FESTO Jakarta 2000 selama 3 hari Sertifikat 7. Sistim Elektro Hidrolik FESTO Jakarta 2000 selama 3 hari Sertifikat 8. Sistim PLC FESTO Jakarta 2000 selama 3 hari Sertifikat 9. Sistim Mekatronika FESTO Jakarta 2000 selama 3 hari Sertifikat 10. Pengembangan Hibah TPSDP Dikti 2002 selama 3 hari 11. Sandwich Human Ecology

Teaching and Learning OHIO State University Columbus USA

2009-2010 selama 3 bulan

certivicate

Pengalaman Kerja Pengalaman Penataran

No JENIS PEKERJAAN INSTITUSI WAKTU PELAKSANAAN

SERTIFIKAT/ SURAT KETERANGAN

1. Fasilitator Kegiatan Sosialisasi dan uji Coba Kurikulum SMK Edisi 2004

Direktorat Dikmenjur Depdiknas

Agustus 2003 di Palangkaraya dan Bali

Sertifikat

2. Pelatih kegiatan Workshop PLC Guru-Guru Jurusan Elektro SMK se DIY

UNY 22 s/d 26 Mei 2001 Sertifikat

3. Instruktur Out Bond bagi Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah SMK se Kota Magelang

FT UNY 3 s/d 4 Oktober 2003 Sertifikat

4. Nara Sumber Penyusunan Modul dan Silabus Kurikulum SMK Edisi 2004

Dinas Pendidikan Prov. Bali

13 s/d 17 Oktober 2004

Sertifikat

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 41 

No JENIS PEKERJAAN INSTITUSI WAKTU PELAKSANAAN

SERTIFIKAT/ SURAT KETERANGAN

5. Nara Sumber Pelatihan Penyusunan Modul Guru SMK se Provinsi Bali

Dinas Pendidikan Prov. Bali

21 s/d 25 Oktober 2004

Sertifikat

6. Yuri Lomba Penyusunan Modul Guru SMK se Provinsi Bali

Dinas Pendidikan Prov. Bali

4 s/d 6 November 2004

Sertifikat

7. Yuri Lomba Penyusunan Modul Guru SMK se Indonesia

Direktorat Dikmenjur Depdiknas

Januari 2005 Sertifikat

8. Fasilitator Penyusunan KTSP Silabi, dan RPP SMP

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah; Direktorat Pembinaan SMP

19 s/d 25 Juli 2006 Sertifikat No. 976/C3/PP/2006

9. Fasilitator kegiatan penyusunan model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK

Direktorat Dikmenjur Depdiknas

30 Juli s/d 4 Agustus 2006

Sertifikat

10. Nara sumber Studium General Jurusan Teknik Elektro FPTK UNDIKSHA Singaraja

FPTK UNDIKSHA

9 Oktober 2006

11. Fasilitator kegiatan penyusunan model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK

Direktorat Dikmenjur Depdiknas

13 s/d 18 Agustus 2006

12. Workshop Penyusunan KTSP SMK

SMK N 1 Kuta Selatan Kabupaten Badung

23 Desember 2006 Kepala SMK N 1 Kuta Selatan

13. Nara sumber Workshop pengembangan Pembelajaran Mata Pelajaran Muatan Lokal dan Pengembangan Diri pada SMK

Direktorat PSMK 7 s/d 9 Maret 2007 Direktur PSMK

14. Nara sumber dalam Workshop Keterampilan Kejuruan Bidang Keahlian Teknik Elektronika Dalam rangka Persiapan Sertifikasi Kompetensi Profesional Bagi Guru-guru SMK

FT UNY 30 Agustus 2007

Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY# Page 42 

Keterlibatan dalam Tim Penelitian/Penulisan Naskah/Keproyekan

NO JENIS KETERLI- BATAN

TOPIK INSTITUSI KEDUDUKAN DALAM TIM TAHUN

1. Langsung Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi SMK

FT UNY Ketua tim Bidang Teknik Elektronika

2002

2. Langsung Konsultan Manajemen Junior Secondary Education Project LOAN 4062 IND Dinas Pendidikan Provinsi DIY

Dinas Pendidikan Provinsi DIY

Anggota 2003

3. Langsung Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi SMA Mata Pelajaran Agama Hindu

Pasca Sarjana UNY

Penanggung jawab

2003

4. Langsung Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi SMP Mata Pelajaran Agama Hindu

Pasca Sarjana UNY

Penanggung jawab

2003

5. Langsung Penulisan Modul Bahan Ajar Mikrokontroler

P4D Bandung Penulis 2005

6. Langsung Diktat Kuliah Sistim Mikroprosesor didanai Proyek Semi-QUE IV

FT UNY Penulis 2002

7. Langsung Modul Memprogram Mikroprosesor dan Mikrokontroler

UNY Penulis 2006

8. Langsung Pengembangan Bahan Bimbingan Teknis Peningkatan Kualitas Pembelajaran di Cisarua Bogor

Dir PSMK Pengembang 2008

9. Langsung Penulisan Buku Ajar SMK Dir PSMK Editor 2007/2008 Demikian Curriculum Vitae ini kami buat dengan sesungguhnya dan sebenar-benarnya dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, 2 April Juli 2010 Yang Membuat

Drs.Putu Sudira, MP NIP 131 655 274