Pola pemanfaatan ruang dan permasalahan yang timbul dari Perkebunan
-
Upload
raflis-ssi -
Category
Environment
-
view
188 -
download
3
Embed Size (px)
description
Transcript of Pola pemanfaatan ruang dan permasalahan yang timbul dari Perkebunan

Pola Pemanfaatan Ruang dan Permasalahan yang Timbul dari
Perkebunan
Oleh:Raflis
Disampaikan Pada:Seminar Dinamika Perkebunan Kelapa Sawit Riau, Rabu, 22 Oktober 2014 Hotel Alpha, Jl. Imam Munandar/Harapan Raya No. 17, Tangkerang, Pekanbaru, RiauDilaksanakan oleh: Scale Up dan Sawit Watch

Dilindungi
IUPHHK
Perkebunan Besar
Perkebunan Kecil
PIPIB
Prov Riau
Penguasaan Ruang

Pola Ruang
Nasional
Provinsi
Kabupaten
Pulau Sumatera
Rencana
Pelaksanaan
Pengendalian
Pemberian Izin
Penertiban
Administratif Pidana

Lampiran VIIPP 26 2008
Pola Ruang Wilayah Nasional
• Pasal 50 • (1) Rencana pola ruang wilayah nasional terdiri atas: a. kawasan lindung
nasional; dan b. kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional. • (2) Rencana pola ruang wilayah nasional digambarkan dalam peta dengan
tingkat ketelitian 1:1.000.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

Pola Ruang Wilayah Nasional
Pola Ruang Nasional Luas (Ha)
Kawasan Budidaya 5.545.818
Kawasan Lindung 3.509.629
Grand Total 9.055.447

Kawasan Hutan
No Kawasan Hutan Luas (ha) 1 Kawasan Hutan Lindung (HL) 213.113 2 Suakan Alam/ Kawasan Pelestarian Alam 617.209 3 Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) 1.541.288 4 Kawasan Hutan Produksi (HP) 1.893.714
5Kawasan Hutan Produksi yang dapat dikonversi dan areal penggunaan lain 2.856.020 Jumlah 7.121.344
Luas maksimal Perkebunan 2.856.020 ha

No Fungsi Kawasan Luas (Ha) 1. Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata 531.8522. Hutan Lindung 228.7933.a a. Hutan Produksi Tetap 1.605.7623.b b. Hutan Produksi Terbatas 1.815.9494. Hutan Produksi yang dapat Dikonversi 2.545.3015. Hutan mangrove/Bakau 138.4336. Areal Penggunaan Lain (APL) 1.732.663
JUMLAH 8.598.757
TGHK Update ??
??

Total Pelanggaran 798.290 ha
No Perubahan Luas (ha)1 HPT menjadi APL 167.8812 HL menjadi HPT 17.4333 HL menjadi HP 894 HL menjadi HPK 1045 HPT menjadi HL 19.0406 HPT menjadi HP 424.0417 HPT menjadi HPK 34.3428 HP menjadi HPT 7.3709 HPK menjadi HL 14.376
10 HPK menjadi HPT 106.76311 APL menjadi HL 512 APL menjadi HPT 4.846
Total 796.290

Arahan PerizinanDalam Rencana Tata Ruang
• Pasal 114 • (1) Arahan perizinan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 85 ayat (2) huruf b merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan rencana struktur dan pola ruang yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah ini
• (3) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
• (4) Pemberian izin pemanfaatan ruang yang berdampak besar dan penting dikoordinasikan oleh Menteri.

Izin Usaha Perkebunan
• Izin Usaha Perkebunan (IUP) wajib untuk usaha budidaya tanaman perkebunan yang luasnya 25 hektar/lebih dan memiliki unit pengolahan hasil perkebunan yang kapasitas olahnya sama atau melebihi kapasitas paling rendah.
• Izin Usaha Perkebunan untuk Budidaya (IUP-B) wajib untuk usaha budidaya tanaman perkebunan yang luasnya 25 hektar/lebih dan tidak memiliki unit pengolahan hasil perkebunan sampai dengan kapasitas paling rendah.
• Izin Usaha Perkebunan untuk Pengolahan (IUP-P) wajib untuk usaha industri pengolahan hasil perkebunan dengan kapasitas olah sama atau melebihi kapasitas paling rendah.

SYARAT PERMOHONAN IUP-B• Rekomendasi kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dari
bupati/walikota (untuk IUP-B yang diterbitkan oleh gubernur);• Rekomendasi kesesuaian dengan rencana makro pembangunan perkebunan
provinsi dari gubernur (untuk IUP-B yang diterbitkan oleh bupati/walikota);• Izin lokasi dari bupati/walikota yang dilengkapi dengan peta calon lokasi dengan
skala 1 : 100.000 atau 1 : 50.000;• Pertimbangan teknis ketersediaan lahan dari instansi Kehutanan (apabila areal
berasal dari kawasan hutan);• Rencana kerja pembangunan perkebunan;• Hasil AMDAL, UKL, dan UPL sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;• Pernyataan kesediaan membangun kebun untuk masyarakat yang dilengkapi
dengan rencana kerjanya; dan• Pernyataan kesediaan untuk melakukan kemitraan.

SYARAT PERMOHONAN IUP-P• Rekomendasi kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota dari bupati/walikota untuk IUP-P yang diterbitkan oleh gubernur;
• Rekomendasi kesesuaian dengan rencana makro pembangunan perkebunan provinsi dari gubernur untuk IUP-P yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota;
• Izin lokasi dari bupati/walikota yang dilengkapi dengan peta calon lokasi dengan skala 1 : 100.000 atau 1 : 50.000;
• Rekomendasi lokasi dari pemerintah daerah lokasi unit pengolahan;• Jaminan pasokan bahan baku yang diketahui oleh Bupati/Walikota;• Rencana kerja pembangunan unit pengolahan hasil perkebunan;• Hasil AMDAL, atau UKL dan UPL sesuai peraturan perundang-
undanganyang berlaku; dan• Pernyataan kesediaan untuk melakukan kemitraan.

Kesesuaian Perkebunan Terhadap Rencana Tata Ruang
• Kesesuaian terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
• Kesesuaian terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (Perda No 10 tahun 1994)
• Kesesuaian terhadap SK 173 1986 tentang Penunjukan Kawasan Hutan
• Kesesuaian Terhadap Kawasan Bergambut

Perubahan Fungsi dan PeruntukanPerubahan Fungsi
Perubahan Peruntukan
Penelitian Tim Terpadu
Ditetapkan Oleh Pemerintah
Berdampak penting dan cakupan yang luas serta
bernilai strategis
Persetujuan DPRTata Cara diatur oleh Peraturan
Pemerintah (PP)
UU 41/1999 1999 - 2010 PP 10/2010
Apa yang terjadi selama 11 tahun?

Dualisme Pedoman Penataan Ruang Provinsi Riau(Surat Gubernur Riau: No 050/BAPPEDA/1781Tanggal 17 Juli 1999)
• Sehubungan dengan adanya dualisme Pedoman Penataan Ruang, yaitu Peraturan daerah (PERDA) Nomor 10 tahun 1994 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Dati I Riau dan Surat Keputusan Gubernur Nomor: Kpts.105.a/III/1998 tanggal 27 Maret 1998 tentang penyempurnaan RTRWP Dati I Riau dengan TGHK, bersama ini disampaikan hal hal sebagai berikut:
• Peraturan Daerah (PERDA) Nomor: 10 tahun 1994 tentang RTRWP Dati I Riau telah memperoleh pengesahan dari Mentri Dalam Negeri dengan Surat Keputusan Nomor: 64 Tahun 1995
• Berdasarkan Kepmendagri Nomor: 84 Tahun 1993 tentang Bentuk PERDA dan PERDA Perubahan atau pembatalan suatu Peraturan Daerah (PERDA) Tingkat I hanya dapat dilakukan melalui peraturan perundang-undangan yang status hukumnya setingkat lebih tinggi atau sekurang-kurangnya sama
• Memperhatikan ketentuan diatas, maka surat Keputusan Gubernur Nomor: 105.1/III/1998 tanggal 27 Maret 1998 tidak dapat mencabut atau merubah peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang merupakan lampiran yang tidak terpisahkan dari PERDA Nomor: 10 Tahun 1994 Dapat disampaikan pula bahwa T.A. 1999/2000 RTRWP Dati I Riau akan disempurnakan/direvisi
• Berdasarkan hal tersebut diatas, kami tegaskan bahwa pedoman/acuan yang dipakai dalam kegiatan pembangunan di Provinsi Riau, Khususnya kegiatan Penataan Ruang agar tetap mengacu pada PERDA Nomor: 10 Tahun 1994 tentang RTRWP Dati I Riau sampai dengan proses penyempurnaan revisi RTRWP selesai.

Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Perkebunan 4.014.396 Kawasan Budidaya 3.253.453 Kawasan Lindung 755.484 Gap Data 5.460 Grand Total 4.014.396

Kesesuaian Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Perkebunan 4.014.396 AP Lainnya 295.812 APK Kehutanan 733.018 APK Perkebunan 2.315.175 APK Pertambangan 6.649 APK Pertanian 54.990 APK Transmigrasi 172.431 APK yang Diprioritaskan 13.691 Kawasan Lindung 330.423 Gap Data 92.207
Grand Total 4.014.396

Kesesuaian Terhadap Kawasan Hutan
Perkebunan 4.004.573 Areal Penggunaan Lain 979 Hutan Konservasi 15.260 Hutan Lindung 72.716 Hutan Produksi 512.171 Hutan Produksi Konversi 2.797.075 Hutan Produksi Terbatas 606.372
Grand Total 4.004.573

Kesesuaian Terhadap Kawasan Bergambut
Perkebunan 4.014.396 Gambut 1.586.025 Non Gambut 2.428.371
Grand Total 4.014.396

TUGAS DAN WEWENANG
• Pasal 7 UU 26 tahun 2007• (1) Negara menyelenggarakan penataan ruang untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat. • (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), negara memberikan kewenangan penyelenggaraan penataan ruang kepada Pemerintah dan pemerintah daerah.
• (3) Penyelenggaraan penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan tetap menghormati hak yang dimiliki orang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Revisi Rencana Tata Ruang
Revisi RTRW Usulan Timdu SK
Perubahan Peruntukan 3.530.696 2.736.137 1.638.249
Perubahan Fungsi 1.087.707 724.834 717.543
Penunjukan 46.914 17.675 11.552

Revisi Rencana Tata Ruang Provinsi Riau
Perda 10 1994
PP 26 2008
SK 173 1986
Revisi Draft Revisi
SK 7651 2011
Rekomendasi Timdu
SK 673 2014
DPRD
Perda
UU 26 2007 UU 41 1999UU 5 1967UU 24 1992
PP 44 2004PP 47 1997

Praktek Perubahan Fungsi Kawasan HutanMerupakan Pemutihan Pelanggaran

Korupsi dalam proses Perizinan di Perkebunan
Berdasarkan pemantauan Sawit Watch (2012) pada tahap pelaksanaan kegiatan di sektor perkebunan, korupsi dapat terjadi antara lain pada:1. Tahap penyusunan Amdal, yang umumnya dilakukan dengan
melakukan suap atau gratifikasi kepada pejabat penyusun Amdal (Komisi Amdal dan BPLH), agar pejabat penyusun Amdal mempercepat pembuatan Amdal tanpa perlu melakukan verifikasi mendalam terhadap kondisi kelayakan lingkungan atau memanipulasi data dampak terhadap lingkungan.
2. Tahap perolehan lahan untuk perkebunan. Lahan untuk perkebunan dapat berupa kawasan hutan atau non kawasan hutan (atau dikenal dengan sebutan Areal Penggunaan Lain – APL). Jika lahan tersebut berada di dalam kawasan hutan, maka (calon) pengusaha kebun wajib mendapatkan izin pelepasan kawasan dari Menteri Kehutanan agar dapat mengusahakan kawasan tersebut.
http://www.elsam.or.id/article.php?id=2463&lang=in#.VELrodeSw9I

Politik Penguasaan HutanDalam Perencanaan Kehutanan
Penunjukan Kawasan Hutan
Diklaim sebagai Hutan Negara
Perubahan Fungsi Kawasan Hutan
Diberikan izin pada koorporasi
Pinjam Pakai Kawasan Hutan
Identifikasi Kepemilikan atas Hutan
Asas Domain Verklaring
UU Pokok Agraria
Hutan Adat
Hutan Hak
Perda
Inventarisasi Pengukuhan Penatagunaan Pemb Wil Pengelolaan Rencana
Perencanaan Kehutanan
Sebelum adanya UU Hak Milik yang berlaku adalah hukum adat
Mencabut
Memberlakukan
Merampas
Bupati
Gubernur
Mentri
Izin

Kawasan Hutan ≠ Hutan Negara
Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah.
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
Hutan Negara Adalah: Suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah
Hutan tetap tidak didefinisikan
Kawasan Hutan Diklaim Sebagai Hutan Negara
Ditunjuk Berdasarkan Fungsi Dianggap Sebagai Hutan Negara Izin Kehutanan
Dilepaskan Izin Non Kehutanan
Tidak bisa diberikan hak atas tanah

Fungsi Kawasan Hutan ≠ Status Kawasan Hutan
Hutan Konservasi
Hutan Lindung
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Produksi Tetap
Hutan Produksi Konversi
Hutan Hak
Hutan Adat
Hutan Negara
13% 0%Catatan: Hutan Negara Tidak akan Pernah ada sepanjang Hutan Hak dan Hutan adat belum ditetapkan
Hutan Negara = Kawasan Hutan – (Hutan Hak + Hutan Adat)