POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

176
POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN TRANSAKSI DOMPET DIGITAL (E- WALLET) DI KOTA JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Sherin Soraya 11161110000041 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020/1442 H

Transcript of POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

Page 1: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA

PENGGUNAAN TRANSAKSI DOMPET DIGITAL (E-

WALLET) DI KOTA JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Sherin Soraya

11161110000041

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020/1442 H

Page 2: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

i

Page 3: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Sherin Soraya

NIM : 11161110000041

Program Studi : Sosiologi

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN

TRANSAKSI DOMPET DIGITAL (E-WALLET) DI KOTA

JAKARTA SELATAN

dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Jakarta, 01 September 2020

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si Dr. Cucu Nurhayati, M.Si

NIP. 197609182003122003 NIP. 197609182003122003

Page 4: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA

PENGGUNAAN TRANSAKSI DOMPET DIGITAL (E-WALLET) DI

KOTA JAKARTA SELATAN

Oleh

Sherin Soraya

11161110000041

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada

tanggal 17 September 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi

Sosiologi.

Ketua Sidang, Sekretaris,

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si Dr. Joharotul Jamilah, S.Ag., M.Si

NIP. 1976091820031220 NIP. 196808161997032002

Penguji I, Penguji II,

Dr. Ida Rosyidah, MA Kasyfiyullah, M.Si

NIP. 196306161990032002 NIP. -

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 17

September 2020

Ketua Program Studi Sosiologi,

FISIP UIN Jakarta

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si

NIP. 1976091820031220

Page 5: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

iv

ABSTRAK

Skripsi ini membahas pola konsumsi pada penggunaan transaksi dompet

digital (e-wallet) dengan studi kasus pemuda di Jakarta Selatan. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui pola perubahan konsumsi yang terjadi pada pemuda saat menggunakan transaksi dengan e-wallet di Jakarta

Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitat if studi kasus dengan Teknik pengambilan data melalui wawancara mendalam

terhadap 10 orang informan yang terdiri dari karyawan dan mahasiswa di kota Jakarta Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam sebagai data primer dan tinjauan penelitian sebelumnya, sumber informasi dari

internet, dan data BPS Jakarta Selatan sebagai data sekunder.

Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori Konsumerisme dari Sosiolog Prancis, Jean P. Baudrillard. Hasil penelitian menunjukkan adanya

perubahan pola konsumsi yang terjadi saat menggunakan e-wallet, perubahan ini dilihat dari gaya hidup, pemborosan, pergeseran logika konsumsi, serta penggolongan status sosial di masyarakat. Hal ini terjadi lantaran munculnya

citra sosial dari barang/objek yang ditampilkan oleh produsen iklan dengan bahasa yang persuasif serta tampilan yang menarik mata. Logika konsumsi

masyarakat mulai tergeser dari mengonsumsi sesuatu karena use value dan exchange value, menjadi sign value dan symbolic value. Sarana pembayaran yang paling banyak digunakan dengan transaksi e-wallet ada pada sarana

pembayaran kebutuhan rumah tangga seperti pembayaran listrik, PAM, telepon, dan sebagainya, dan pada sarana kebutuhan sekunder seperti pembayaran

belanja di marketplace, memesan makanan dan transportasi online, dan sebagainya.

Kata Kunci: Konsumsi, E-Wallet, Citra Barang, Masyarakat Konsumeris ,

Use Value, Sign Value.

Page 6: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

v

KATA PENGANTAR

Bismillah wa billah wal hamdulillah, syukur dan puji kepada Tuhan

Semesta Alam yang telah memberikan banyak karunia tak terhingga dari

pembuatan alam semesta ini hingga terciptanya Rasulullah Muhammad SAW

beserta keluarganya yang disucikan. Syukur terdalam dan tak terhingga penulis

haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya yang agung

sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul: Pola Konsumsi

Pemuda Perkotaan Pada Penggunaan Transaksi Dompet Digital (E-wallet) di

Kota Jakarta Selatan. Shalawat serta salam agung penulis haturkan kepada

baginda Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarganya yang disucikan yang

dengan kehadiran mereka, alam semesta ini bisa berjalan dengan baik dari

dahulu hingga sekarang.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulis dalam menyelesa ikan

skripsi ini bukanlah upaya yang seluruhnya datang dari diri penulis. Kehadiran

keluarga yang memberikan support secara materiil dan non materiil memberikan

kekuatan bagi penulis untuk terus maju dan tidak pantang menyerah. Ummi,

bang Haikal, bang Zaky, bang Adib, bang Fahri, ka Fira, Echa, serta Astar dan

kakak ipar; ka Isti, ka Iin, serta ka Devita, dan dua keponakan lucu kaka Ano

dan dede Eure, serta yang terakhir almarhum Abi yang telah meninggalkan dunia

ini menjadi kekuatan dan penopang utama bagi penulis untuk bisa

menyelesaikan skripsi ini. Doa penulis bagi keluarga yang penulis sayangi,

semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan pada segala hal yang ada, dari

Page 7: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

vi

rezeki, kesehatan, umur, keamanan, kenyamanan, ketenangan serta kebaikan.

Untuk almarhum Abi yang menyaksikan penulis dari dimensi kehidupan lain,

semoga penulis bisa terus melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya dan

memberikan manfaat baik bagi sesama sebagaimana pesan Abi dahulu.

Selanjutnya izinkan penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada

mereka yang di bawah ini sebagai bagian dari perjalanan penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini dan menjadi bagian penting dalam perjalanan kuliah

penulis:

1. Bapak Prof. Dr. Ali Munhanif, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M.Si, selaku Ketua Program Studi Sosiologi dan

dosen pembimbing penulis yang baik hati yang telah memberikan arahan,

motivasi, serta nasihat bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Joharotul jamilah, S.Ag., M.Si, selaku Sekretaris Program Studi

Sosiologi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Seluruh Jajaran Dosen Program Studi Sosiologi FISIP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas pendidikan pengetahuan yang telah

diberikan bagi penulis baik di dalam maupun di luar kelas, baik dalam

bentuk teori pelajaran, maupun sikap dan cara berpikir yang telah

memotivasi dan memberikan inspirasi bagi penulis.

5. Para staf pengurus Bidang Akademik dan Bidang Administrasi FISIP UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih telah mempermudah penulis

dalam pengurusan administrasi, khususnya pada bu Sariyah.

Page 8: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

vii

6. Bagi seluruh informan penulis yang terdiri dari teman-teman komunitas,

magang, hingga saudara penulis yang telah memberikan pandangannya

kepada penulis hingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik.

7. Teman-teman penulis di FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

tergabung dari teman-teman jurusan Sosiologi, Hubungan Internasiona l,

dan Ilmu Politik, baik senior maupun junior yang telah memberikan warna

pertemanan di dunia perkuliahan melalui diskusi, acara, dan obrolan asik

lainnya.

8. Teman-teman Sosiologi di kelas A dan B 2016 yang telah menjadi saksi

serta bagian dari pembelajaran penulis dalam menempuh kuliah. Terkhusus

Ramadhania, Corrie, Eliza, Neti, Syamsa, Ika, Iqbal, Nila, Pingky, Ikhsanti,

dan teman-teman lainnya yang telah bersedia berbagi rasa dan pengalaman

bersama. Perjalanan ini sulit, namun kehadiran teman-teman semua

menjadikan perjalanan ini mudah. Semoga pertemanan kita bisa

memberikan manfaat baik di masa kini hingga di masa depan.

9. Teman-teman di KASOGI (Kajian Sosiologi) yang membuat penulis

menjadi kenal dengan banyak senior keren dan baik hati serta berdedikasi

bagi para juniornya, khususnya bang Rusydan, bang Hasan, bang Oka, dan

para senior lainnya yang juga memberikan ilmu serta pengalaman baik bagi

penulis seperti ka Amel, ka Husnul, bang Abdilah, dan senior lainnya.

Terima kasih.

10. Teman-teman di International Studies Club (ISC) yang telah menjadi tempat

berkembang dan bertumbuh penulis dalam memahami dinamika organisas i

Page 9: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

viii

kampus. Dilanjutkan dengan kepanitiaan di Java MUN yang banyak

memberikan pengalaman tak ternilai bagi penulis baik dari sisi akademis

maupun non akademis. Terkhusus teman-teman ISC seperti ka Obi, ka

Nanda, Ka Nisrina, ka Astrid, bang Faisal, bang Ilham, bang Ekal, ka Sipa,

Rizka, Zaky, Rima, Alif, Fajrin, Adila, Farha, Nida, Damar, Adit, Ellena,

Alfi, Aidia, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan

semua di sini.

11. Teman-teman komunitas di luar kampus seperti Bounce Back dan Pandu

wilayah DKI Jakarta yang juga telah banyak memberikan kontribusi dari

sisi mental dan kedewasaan bagi penulis. Terkhusus teman-teman Bounce

Back; ka Putri, ka Dian, ka Virgi, ka Icha, ka Ucha, Chien, dan teman-teman

lainnya. Terkhusus teman-teman Pandu; Rugayya al-Haddar, Safina al-

Idrus, Mima al-Atas, Bagir al-Atas, Ryanta, Hedar al-Idrus, Mia al-Kaff,

dan teman-teman lainnya yang tak bisa penulis sebutkan. Semoga

pertemanan kita diberkahi hingga hari akhir.

12. Sahabat terkasih penulis yang meski jarak memisahkan tidak membuat

persahabatan ini mengendur, Beatha Aminah Putri. Bea adalah orang yang

akan berdiri, duduk, dan berlari bersama penulis di hari yang cerah maupun

tidak. Terima kasih untuk selalu ada, semoga persahabatan kita memberikan

banyak kebaikan dan manfaat bagi kita berdua.

13. Teman terkasih penulis, Hanifah Rahmah dari Sosiologi Universitas Negeri

Jakarta (UNJ). Pertemuan kita di Jaringan Mahasiswa Sosiologi se-Jawa

(JMSJ) adalah karunia tak terhingga bagi penulis. Memiliki kenalan yang

Page 10: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

ix

tak hanya memiliki kepribadian baik hati, namun juga memiliki peran dan

kontribusi besar bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini membuat

penulis tak bisa membalas kebaikannya dengan harga berapa pun.

Terakhir, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada diri penulis

yang telah berusaha untuk tetap maju, bangkit, dan semangat. Menyelesaikan

skripsi di masa pandemi di saat ada banyak keterbatasan, namun tetap yakin dan

percaya bahwa ini semua bisa diselesaikan adalah pencapaian besar bagi penulis.

Gagal tidak apa, asal bangkit kembali. Salah tidak apa, asal mau memperbaik i

diri dan hati.

Semoga untaian terima kasih yang telah penulis sampaikan bisa diterima

di dalam hati mereka yang telah berkontribusi besar bagi penulis. Sebagai

penutup, penulis berharap kehadiran skripsi ini bisa memberikan khazanah

pengetahuan baru bagi masyarakat dan khusunya pada civitas akademika

Sosiologi dan juga pemerintah. Terima kasih.

Wassalammu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 20 Agustus 2020

Sherin Soraya

Page 11: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

x

Masyarakat konsumeris menurut Baudrillard

tidak lagi terikat oleh suatu moralitas dan

kebiasaan yang selama ini dipegangnya.

Mereka kini hidup dalam suatu kebudayaan

baru, kebudayaan yang melihat eksistensi diri

mereka dari segi banyaknya tanda yang

dikonsumsi (Baudrillard, 1997:200).

Page 12: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR.......................................................................................v

DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang.......................................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian ............................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7

E. Kajian Pustaka .......................................................................................... 8

F. Kerangka Teoritis ................................................................................... 14

G. Metode Penelitian ................................................................................... 20

H. Sistematika Penulisan Skripsi................................................................. 35

BAB II STRUKTUR SOSIAL KOTA JAKARTA SELATAN DAN PROFIL

DOMPET DIGITAL (E-WALLET) ................................................................ 37

A. Profil Kota Administrasi Jakarta Selatan ............................................... 37

B. Dompet Digital (e-wallet) ....................................................................... 50

C. E-wallet dan Masyarakat Perkotaan........................................................ 58

BAB III PERUBAHAN POLA KONSUMSI PEMUDA DI ERA

PENGGUNAAN TRANSAKSI DOMPET DIGITAL (E-WALLET)............ 62

A. Makna Konsumsi dan Konsumerisme .................................................... 63

B. Perubahan Pola Konsumsi Pemuda dengan E-wallet ............................. 65

1. Media Iklan Sebagai Daya Penarik Masyarakat Konsumeris ............. 65

2. Citra yang Muncul Saat Berkonsumsi ................................................ 70

3. Pergeseran Logika Dasar Konsumsi ................................................... 73

4. Perubahan Gaya Hidup ....................................................................... 79

5. Keterkaitan Status Sosial dan Identitas Diri dengan Daya Konsumsi 84

C. Sarana Penggunaan E-Wallet ................................................................. 88

D. Perubahan Sebelum dan Sesudah Berkonsumsi dengan E-Wallet.......... 90

Page 13: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xii

BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 96

A. Kesimpulan ............................................................................................. 96

B. Saran ....................................................................................................... 99

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 101

LAMPIRAN .................................................................................................... xv

LAMPIRAN 1: PEDOMAN WAWANCARA............................................... xv

LAMPIRAN 2: DOKUMENTASI WAWANCARA ................................... xvii

LAMPIRAN 3: TRANSKRIP WAWANCARA ......................................... xviii

Page 14: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I.G.1.Waktu Wawancara ………………………….…………………..21

Tabel I.G.2.Profil Informan Penelitian……………………….………………23

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.A.1.Peta Kota Jakarta Selatan……………………………………36

Gambar II.A.2.Ringkasan Profil Kota Jakarta Selatan……………..……..…38

Gambar Grafik II.A.3.Tingkat Pengangguran Terbuka DKI Jakarta 2019…41

Gambar II.A.5.Capaian IPM DKI Jakarta 2014-2018………………...……..43

Gambar II.A.6.Pengeluaran Per Kapita Sebulan Penduduk Kota Jakarta

Selatan 2018…………………………………………………………………..45

Gambar II.A.7.Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Melek Huruf Menurut Kelompok Umur, 2018 dan 2019………………………...…..47

Gambar II.B.1.Tiga Dompet Digital Pengguna Teraktif dan Unduhan Aplikasi

Tertinggi di Indonesia……………………………………………..…….…….49

Gambar III.B.1.Iklan Poster Makanan dari OVO dan GoPay……………….67

Gambar III.C.4.1.Poster Cashback OVO……………………………………79

Gambar Skema III.B.5. Analisis Perubahan Pola Konsumsi dengan Teori Jean Baudrillard……………………………………………………..………...86

Gambar III.C.1.Poster Cashback Sociolla dengan GoPay dan Promo

Pembayaran Tagihan Rumah Tangga dengan OVO………………..……...…87

Gambar III.D.Poster Ajakan Tidak Perlu Bawa Cash………………..……...92

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Pedoman Wawancara ................................................................. xv

Lampiran 2: Dokumentasi Wawancara ......................................................... xvii

Lampiran 3: Transkrip Wawancara……………………………………….xviii

Page 15: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai makhluk hidup, konsumsi adalah hal yang tidak akan pernah

tergantikan. Konsumsi pada hal-hal yang bersifat kebutuhan primer dan

sekunder telah terjadi dari zaman dahulu hingga di masa kini yang sudah

dilakukan oleh tiap-tiap kelompok masyarakat. Ini adalah fenomena

kehidupan yang akan terus berlangsung. Fenomena berulang ini pada

akhirnya membuat terciptanya banyak perubahan untuk memudahkan

manusia dalam menjalankan proses konsumsi. Salah satu perubahan yang

terjadi adalah perkembangan pada dunia teknologi untuk menunjang proses

konsumsi. Tren teknologi itu adalah fintech (financial technology) teknologi

berbasis ekonomi yang menurut Bank Indonesia, fintech merupakan hasil

gabungan antara jasa keuangan dengan teknologi yang pada akhirnya dapat

mengubah model bisnis dari konvensional menjadi moderat (Bank Indonesia,

2016). Perkembangan teknologi ini berbanding lurus dengan perubahan pola

gaya hidup masyarakat yang turut berubah, khususnya pada pola konsumsi.

Manusia tanpa diiming- imingi label dari masyarakat, siapa, dimana

dan kapanpun akan membutuhkan konsumsi. Sekarang kita meliha t,

Page 16: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

2

perkembangan financial technology mulai merambah secara masif,

menyeluruh dan mudah dilihat. Salah satu turunan dari perkembangan

financial technology adalah hadirnya dompet digital (e-wallet). Hanya cukup

bermodal kepemilikan smartphone dan pulsa internet, masyarakat mampu

mengakses dan menggunakan e-wallet ini dalam kehidupan sehari-hari. E-

wallet menjadi tren baru di Indonesia sejak pengesahannya pada tahun 2016

yang tercatat di Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/40/PBI/2016 Tahun

2016 Tentang Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran

(PBI/18/2016) (Bank Indonesia, 2016).

E-wallet merupakan layanan elektronik berbasis aplikasi (server

based) yang berada di smartphone. Berdasarkan data statistik Bank Indonesia

yang dilansir oleh Tirto.id pada 19 Agustus 2019, jumlah uang elektronik

yang beredar terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011, tercatat

nominal transaksi instrumen berjenis e-wallet dan e-money mencapai Rp. 981

miliar. Pada tahun 2017, jumlahnya mencapai Rp. 12,375 triliun. Angka

transaksi meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun berikutnya yakni

tahun 2018 yang mencapai angka Rp. 47 triliun. Hingga angkanya meningka t

lagi di pertengahan tahun 2019 yang nominal transaksinya mencapai lebih

dari Rp. 56 triliun (Tirto.id, 2019).

Di Indonesia sendiri, tercatat 38 layanan e-wallet yang diresmikan

pemerintah. Kepemilikan smartphone juga mencapai angka 62,69 juta warga

dan pada data lain menyebutkan 64,8% pengguna internet (Tirto.id, 2019).

Tersedianya puluhan layanan dompet digital, tingginya angka kepemilikan

Page 17: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

3

gawai serta tingginya pengguna internet memberikan peluang tingginya

pengguna e-wallet bertumbuh dengan baik dari waktu ke waktu. Menurut

laporan data dari iPrice Group yang berkolaborasi dengan perusahaan analisis

data App Annie; Go-Pay, OVO dan DANA adalah tiga top teratas dompet

digital favorit masyarakat Indonesia, (DetikInet, 2019). GoPay unggul pada

berbagai sarana layanan GO-JEK, mulai dari transportasi publik, pengantar

makanan, pembelian tiket bioskop, pengiriman barang, pembayaran e-

commerce, pembayaran layanan logistik, P2P (peer to peer), pengisian pulsa,

pembayaran di restoran/tempat makan, pembayaran tagihan bulanan dan

penarikan tunai. Sedang OVO yang bekerja sama dengan Grab, unggul pada

layanan transportasi publik, pengantar makanan, pembelian tiket bioskop,

pengisian pulsa, pengiriman barang, pembayaran di restoran/tempat makan.

Dana unggul pada pembayaran tagihan bulanan, pengisian pulsa, pembayaran

pada aplikasi gaming, pembayaran di restoran/tempat makan. Penilaian itu

berdasarkan riset dari DailySocial yang meneliti 651 responden yang

memberikan hasil pengguna aktif Go-Pay pada 83,3%, OVO pada 81,4% dan

DANA pada 68,2%.

Konsumsi masyarakat dari hal primer hingga sekunder mampu

dipenuhi dengan sangat baik oleh e-wallet. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh (Katadata, 2019) responden menggunakan layanan dompet

digital berlandaskan pada asas kepercayaan pada produk (81,6%), kebutuhan

(72,2%), dianggap penuh manfaat (72,9%), mudah digunakan (68,3%), dan

menghemat waktu (66,2%). Secara khusus potongan harga (discount),

Page 18: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

4

pengembalian uang (cashback), kemudahan, kenyamanan, pencatatan

transaksi belanja, serta keamanan dalam aksesibilitas e-wallet disinya lir

menjadi beberapa alasan kuat masyarakat menggunakannya. Berdasarkan

penuturan salah satu informan kepada penulis, kehadiran e-wallet

membuatnya bisa sigap membawa uang ke mana saja tanpa takut untuk

hilang, rusak, dan ketinggalan. Terlebih pada masyarakat perkotaan, yang

tidak pernah keluar tanpa membawa smartphone, e-wallet yang tersimpan

dalam smartphone menjadi mudah penggunaannya, berikut penuturannya,

Sebenernya saya tipe yang ga bisa pegang uang cash gitu, karena takut

hilang, ketinggalan, dll. E-wallet ini kan ada di hp ya, barang yang ga

pernah ketinggalan, kalau kita kurang duit, tinggal minta orang rumah

kirimin duit ke e-wallet kita (wawancara dengan Ang, 03 Juni 2020).

Selain itu kegiatan pemenuhan makanan dan minuman masyarakat yang

biasanya dilakukan dengan memasak mulai bergeser menjadi masyarakat

yang lebih memilih memesan makanan melalui aplikasi online/daring.

Begitupun dalam pemesanan transportasi untuk kebutuhan mobilisasi sehari-

hari. Berdasarkan catatan Bank Indonesia, pertumbuhan transaksi uang

elektronik naik mencapai 218,9% (Year on Year) pada triwulan IV 2018

dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya (Katadata, 2019).

Berbagai kemudahan serta keuntungan yang ditawarkan oleh e-wallet

ini mampu menjadi salah satu faktor perubahan pola konsumsi. Mudah,

efisien dan efektif adalah hal-hal yang dikejar oleh pemuda dalam tiap aspek.

Pemuda yang melek teknologi, terbuka dengan hal baru serta cukup

berpendidikan menjadi peluang besar bagi masifnya perkembangan e-wallet

Page 19: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

5

di tanah air. Pola konsumsi pemuda mulai mengalami transisi dari pemenuhan

kebutuhan hidup menjadi konsumsi simbolis. Pemuda tidak lagi meliha t

konsumsi hanya sebatas pemenuhan kebutuhan primer, akan tetapi,

menimbang nilai sosial, prestise, hingga memuaskan nafsu atas keinginan

berkonsumsi. Bisa kita katakan, e-wallet yang menjadi primadona juga bisa

menjadi buah simalakama. Pemborosan dan hedonisme adalah salah dua

bentuknya. Profesor dari Massachusetts Institute of Technology (MIT)

Drazen Prelec mengatakan kartu kredit dan pembayaran nontunai lainnya

berbahaya lantaran berpotensi membuat konsumen tidak lagi merasakan rasa

‘kehilangan’ saat membayar. Kondisi ini diperparah dengan minimnya

pengetahuan pemuda dalam mengelola keuangan. Melalui riset PwC pada

2014, dari 5.500 responden berusia 22-35 tahun, hanya 24% yang memilik i

pengetahuan pengelolaan keuangan secara memadai (Tirto.id, 2018).

Hal ini didukung pada penelitian yang dilakukan oleh (Ramadani,

2016) dengan judul Pengaruh Penggunaan “Kartu Debit dan Uang Elektronik

(e-money) Terhadap Pengeluaran Konsumsi Mahasiswa” yang menunjukkan

adanya korelasi antara meningkatnya penggunaan kartu debit dan uang

elektronik di kalangan mahasiswa karena kemudahan bertransaksi.

Mahasiswa menjadi cenderung mudah membeli tanpa berpikir panjang serta

menjadi lebih sering memilih untuk memenuhi standar gaya hidup yang ada

dibanding menyesuaikan dengan pemasukan yang dimilikinya. Tidak jarang,

kegiatan ini dilakukan dalam waktu yang berdekatan. Jika ditilik lebih lanjut,

hal ini juga diakibatkan oleh minimnya literasi keuangan oleh masyarakat.

Page 20: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

6

Padahal literasi keuangan menjadi bekal masyarakat untuk meningkatkan

kesejahteraan hidupnya. Rendahnya kemampuan masyarakat dalam

mengelola keuangan ditunjukkan oleh rendahnya tingkat tabungan dan

tingginya tingkat konsumsi masyarakat. Hal tersebut dapat diatasi dengan

pendidikan literasi keuangan.

Dari latar belakang di atas, penelitian ini akan membahas Pola

Konsumsi Pemuda Perkotaan Pada Penggunaan Transaksi Dompet Digital (e-

wallet) di Kota Jakarta Selatan. Pemuda yang tinggal di perkotaan, utamanya

di kota besar seperti Jakarta Selatan adalah pemuda yang sudah melek

teknologi dan internet. Kota Jakarta Selatan sebagai kota dengan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) tertinggi selama empat tahun berturut-turut

dari tahun 2014-2018 ditambah tingginya angka angkatan kerja aktif, dan

sedang berada pada rata-rata usia produktif menjadikan kota Jakarta Selatan

sebagai studi kasus yang sangat cocok dengan penelitian penulis. Melalui

sebab-sebab dan masalah yang ada, peneliti ingin menulis lebih lanjut terkait

Pola Konsumsi Pemuda Perkotaan Pada Penggunaan Transaksi Dompet

Digital (e-wallet) di Kota Jakarta Selatan.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin melihat lebih lanjut

terkait pola konsumsi pemuda yang berujung pada hilangnya makna

pemenuhan konsumsi. Utamanya pemuda di kota besar seperti Jakarta Selatan

Page 21: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

7

yang menggunakan e-wallet pada kehidupan sehari-hari. Dengan ini penulis

akan merumuskan permasalahan tersebut dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana perubahan pola konsumsi pemuda kota Jakarta Selatan pada

penggunaan transaksi dompet digital (e-wallet)?

2. Bagaimana pemanfaatan transaksi yang dipakai pemuda Jakarta Selatan

pada penggunaan dompet digital (e-wallet)?

C. Tujuan Penelitian

Tentunya dalam sebuah penelitian memiliki tujuan yang harus dicapai

untuk memberikan jawaban dari pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan

sebelumnya. Adapun tujuan penelitian berdasarkan rumusan permasalahan

penelitian di atas di antaranya adalah:

1. Penelitian ini menjelaskan perubahan pola perubahan konsumsi pemuda

kota Jakarta Selatan saat memilih menggunakan dompet digital (e-wallet).

2. Penelitian ini menganalisis pemanfaatan transaksi yang digunakan

pemuda kota Jakarta Selatan saat menggunakan dompet digital (e-wallet).

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk

semua pihak. Adapun dalam manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua, antara

lain:

1. Manfaat Akademis

Page 22: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

8

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan informasi pustaka

untuk para peneliti mendatang yang juga mengkaji persoalan pola

konsumsi pemuda perkotaan pada dompet digital (e-wallet).

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap mata

kuliah Sosiologi Ekonomi terkait pola konsumsi pemuda kota Jakarta

Selatan pada penggunaan dompet digital (e-wallet). Selama ini

penggunaan e-wallet lebih banyak dibahas dari sisi ekonomi oleh para

peneliti keuangan dan ekonomi, penelitian dengan menggunakan

perspektif sosiologi yang belum banyak dilakukan.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan rekomendasi dan informas i

bagi pemuda perkotaan untuk memperhatikan pola konsumsi yang mereka

gunakan di e-wallet dengan lebih baik lagi. Sehingga tidak menimbulkan

dampak negatif atau yang tidak diinginkan di masa depan.

E. Kajian Pustaka

Beberapa penelitian mengenai pola konsumsi masyarakat pada

transaksi nontunai sudah banyak diteliti dan dipublikasikan sebelumnya oleh

para peneliti lain di berbagai karya ilmiah. Namun, biasanya fokus penelit ian

terletak pada pola konsumsi berbasis uang elektronik (e-money), ATM, dan

kartu kredit, seperti pada penelitian Laila Ramadani (2016), Raharjo Jati

(2015), Nelasari dan Cahyono (2018). Sekalipun ketiganya memiliki ciri khas

yang sama, akan tetapi, belum ada penelitian yang membahas tentang pola

Page 23: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

9

konsumsi pada dompet digital (e-wallet). Dilanjutkan dengan dua penelit ian

lainnya yang berfokus pada konsumsi masyarakat yang mulai memberikan

makna simbol baru dengan terjadinya interaksi simbolis. Kesan yang ingin

dibangun melalui konsumsi menjadi motivasi yang banyak dilakukan

masyarakat saat ini. Seperti penelitian yang telah dilakukan Mufidah (2006)

terkait pembelian makanan di foodcourt dan pembelian pakaian di mall

Rafa’al (2017).

Berdasarkan penelitian Ramadani, 2016 yang berjudul Pengaruh

Penggunaan Kartu Debit dan Uang Elektronik (e-money) Terhadap

Pengeluaran Konsumsi Mahasiswa, masyarakat terutama mahasiswa menjadi

cenderung lebih mudah untuk berbelanja saat menggunakan pembayaran

transaksi nontunai seperti kartu ATM, kartu debit dan uang elektronik (e-

money). Hal ini dilandasi karena alat pembayaran nontunai dinilai lebih

efisien dalam melakukan proses transaksi dan adanya reaksi secara psikologis

pada diri seseorang yang lebih mudah mengeluarkan uang dalam bentuk

nontunai dibanding tunai karena adanya perilaku pertukaran (trade behavior)

manusia atas uang sebagai instrumen fisik dan nonfisik (Ramadani, 2016).

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Nelasari dan Cahyono (2018) yang

berjudul Pengaruh Sistem Transaksi Non Tunai Terhadap Tingkat Konsumsi

Masyarakat Di Surabaya yang meneliti pola konsumsi masyarakat kota

Surabaya melalui kajian data dan pustaka di badan pemerintahan kota

Surabaya, Jawa Timur selama tiga tahun. Hasil penelitiannya menemukan

bahwa konsumsi masyarakat berpengaruh positif pada sistem transaksi

Page 24: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

10

nontunai, hal ini dilihat dari angka konsumsi masyarakat yang meningka t

setiap tahunnya. Hampir serupa dengan fokus kajian penulis, penelitian yang

dilakukan oleh Raharjo Jati (2015) dengan judul penelitian, Less Cash Sociey:

Menakar Mode Konsumerisme Baru Kelas Menengah Indonesia menjelaskan

teknologi yang berkembang mampu menjadi stimulus dan identitas baru bagi

kelompok kelas menengah di Indonesia. Kelas menengah dipercaya sebagai

bagian dari new consumerism class. Indikasinya bisa disimak dari kenaikan

jumlah transaksi elektronik berbasis teknologi misalnya uang elektronik,

ATM, SMS/phone banking yang makin digemari oleh kelas menengah

Indonesia. Kelas menengah mulai merasakan adanya jenis konsumsi yang

berbeda, mereka meyakini adanya simbol yang akan mengekspresikan

identitasnya, sehingga transaksi berbasis uang elektronik tidak hanya

dikaitkan dengan kemudahan teknologi saja. Simbol itu juga menjadi

artikulasi perilaku sosial yang kemudian menciptakan ekslusifitas kelas.

Penelitian penulis dengan penelitian sebelumnya memuat beberapa

perbedaan, seperti fokus penggunaan alat pembelanjaan nontunai terdapat

pada kartu debit, ATM, dan uang elektronik (e-money) serta pengguna

fasilitas nontunai ini biasanya digunakan oleh masyarakat kelas menengah

atas yang melakukan transaksi di tempat perbelanjaan modern seperti mall

untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup. Pada saat ini, pola konsumsi dengan

menggunakan fasilitas nontunai mulai merambah ke arah dompet digital (e-

wallet) yang otomatis terintegrasi dengan gawai yang selalu dibawa setiap

saat dimana pun. Pengguna fasilitas nontunai ini juga bukan hanya dilakukan

Page 25: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

11

oleh kelas menengah, namun sudah menyebar di kalangan pemuda perkotaan

dan tidak terbatas hanya pembelian pakaian dan makanan di mall.

Pemanfaatan e-wallet berlaku di beberapa tempat perbelanjaan dengan

kebutuhan konsumsi yang beragam. Kota Jakarta Selatan sebagai salah satu

kota administratif ibukota juga belum pernah menjadi studi kasus penelit ian

sebelumnya.

Penulis tidak menemukan studi kasus yang serupa dengan topik

penelitian dan penggunaan teori yang sama. Namun, ada dua penelit ian

sebelumnya yang memiliki fokus penelitian pada pemaknaan konsumsi yang

mulai bergeser menjadi timbulnya gaya hidup dan citra sosial baru. Penelitian

pertama ada pada Mufidah (2006) dengan judul penelitian, Pola Konsumsi

Masyarakat Perkotaan: Studi Deskriptif Pemanfaatan Foodcourt oleh

Keluarga. Penelitian ini menjelaskan perubahan gaya hidup yang terjadi

khususnya di sebuah keluarga dalam menyantap makanan. Kegiatan makan

bersama yang makanannya dimasak ibu/istri sembari berbagi momen dan

bersenda gurau mulai bergeser menjadi makan fast food bersama di mall.

Makan fast food di foodcourt mall maknanya sudah bergeser menjadi tempat

menjaga gengsi dan martabat seseorang yang membuat munculnya gaya

hidup konsumtif masyarakat. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa

makanan memiliki makna simbolik, orang tidak lagi makan hanya sebagai

pemenuhan kebutuhan hidup, tetapi juga untuk menjaga gengsi dan

martabatnya di mata lingkungan karena saat ini makanan yang dimakan

adalah gambaran dari identitas diri bagi mereka yang mengonsumsinya.

Page 26: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

12

Foodcourt yang awalnya dibangun untuk tempat istirahat setelah berbelanja

di dalam mall, mulai memiliki makna dan konsep lain yang lain. Foodcourt

menjadi tempat bertemunya seseorang dengan keluarga, teman, pacar, relasi

bisnis, dan sebagainya dan juga menjadi tempat hangout yang merupakan

gaya hidup dari ciri sebuah modernitas baru.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Rafa’al (2017) dengan judul

Gaya Hidup dan Budaya Konsumen dalam Mengkonsumsi Brand The

Executive. Penelitian ini membahas gaya hidup dan budaya konsumen yang

mengonsumsi pakaian dari brand The Executive. Penelitian ini

menitikberatkan pada masyarakat yang menjadikan konsumsi pada merek

adalah hal yang berkaitan dengan kebanggaan diri. Belanja tidak lagi hanya

berkaitan pada utilitas suatu barang, namun menjadi kegiatan pokok dalam

menunjang gaya hidup seseorang. Orang menikmati kegiatan belanja itu

sendiri (Rafa’al, 2017). Brand The Executive yang menjual pakaian

khususnya pada kemeja dan celana memberikan gambaran visual yang

mampu menarik konsumen untuk masuk dan berbelanja ke dalamnya.

Melalui display pakaian yang menarik, penerangan yang cukup, penataan

produk yang teratur, hingga adanya shopping assistant membuat konsumen

menjadi betah untuk berbelanja. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan

bahwa pelanggan brand The Executive mulai melakukan interaksi simbolis

dengan cara membeli kesan. Brand The Executive yang hadir di dalam mall

memberikan perasaan diri “lebih” dari orang lain. Iklan visual dengan

penggambaran model yang apik membuat konsumen akan terus

Page 27: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

13

memperbaharui orientasi berpakaian mereka sebagai bentuk ekspresi diri

melalui penampilan visual diri yang apik. Penampilan visual yang apik ini

pada tahap selanjutnya akan mempengaruhi tingkatan sosial pergaulan

mereka.

Metode penelitian yang digunakan oleh para peneliti sebelumnya ada

yang menggunakan metode penelitian kualitatif, kuantitatif, serta metode

kepustakaan. Metode penelitian kualitatif dilakukan oleh Mufidah (2016),

metode penelitian kuantitatif dilakukan oleh Ramadani (2016) dan Nelasari

dan Cahyono (2018), terakhir metode kepustakaan dilakukan oleh Raharjo

Jati (2015) dan Rafa’al (2017). Metode penelitian penulis sendiri

menggunakan teknik penelitian kualitatif karena ingin menggali data secara

mendalam dari para informan. Selain itu, teori Jean P. Baudrillard sebagai

teori paradigma kritis diperlukan penggalian data secara lebih mendalam.

Teori yang digunakan oleh para peneliti sebelumnya juga beragam, ada yang

sama dengan penelitian penulis yakni menggunakan teori Konsumsi oleh Jean

P. Baudrillard, seperti yang dilakukan oleh Raharjo Jati (2015), Rafa’al

(2017) dan teori Fungsi Konsumsi oleh Simon Kuznets.

Pada akhirnya berdasarkan beberapa tinjauan pustaka yang diambil,

penulis dapat menggali informasi yang relevan dalam mendukung penelit ian

yang dilakukan terhadap pola konsumsi pemuda perkotaan pada penggunaan

dompet digital (e-wallet). Selain itu, dari sisi metode penelitian serta teori

juga berbeda. Kelima tinjauan penelitian tersebut kemudian dapat membantu

penulis dalam merangkai pola pikir yang sistematis dalam rangka penyusunan

Page 28: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

14

skripsi yang akan dilakukan. Melalui tinjauan penelitian ini, penulis juga

mendapat beberapa konsep baru dan memperoleh gambaran mengena i

teknik-teknik dalam penulisan dan menganalisis data yang tepat serta dalam

menuliskan ide-ide dan hasil penelitian yang relevan.

F. Kerangka Teoritis

1. Definisi Konseptual

a. Pemuda

Definisi pemuda secara demografis menurut Persatuan Bangsa-

Bangsa (PBB) yang diwakilkan ILO (International Labor Organizat ion)

adalah penduduk berusia 15-24 tahun. Sedikit berbeda dengan

perundang-undangan Kepemudaan Nomor 40 Tahun 2009 Pasal 1.1 yang

mendefinisikan pemuda yang berusia 16-30 tahun.

Sedangkan definisi pemuda secara struktur sosial memilik i

beberapa arti yakni suatu transisi kehidupan yang bahkan bisa

memberikan perubahan besar (Ningrum, 2017). Konning (1997)

mengungkapkan bahwa pemuda adalah dimensi ‘generasi’ yang

tercermin pada tiga hal yakni, sekelompok usia tertentu (didefinis ikan

secara biologis), relasional yakni pemuda sebagai kategori sosial yang

memiliki relasi-relasi, perbedaan, dan ketimpangan dengan kategori

sosial lainnya, dan yang terakhir adalah pemuda sebagai kategori sosial

Page 29: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

15

yang relevan dengan sejarah perjuangan suatu bangsa (Naafs dan White,

2008).

Secara lebih terperinci, Ansori (2009) mengungkapkan bahwa

pemuda adalah kelas menengah usia muda di perkotaan. Hal ini

ditunjukan pada kelompok pemuda yang menjadikan gaya hidup pola

konsumerisme seperti ‘nongkrong di kafe’ atau mengikuti keanggotan

klub seperti ‘gym.’ (Ansori, 2009)

Generasi ini juga sudah akrab dengan penggunaan teknologi

komunikasi mutakhir seperti smartphone yang di dalamnya terdapat

electronic mail (email), instant messaging dan media sosial seperti

Facebook, Twitter, WhatsApp dan Instagram. Lebih lanjut pemuda di era

sekarang juga disebut dengan milenial, yang mana cirinya (Lyons, 2004)

ialah pola komunikasinya yang sangat terbuka dibanding generasi-

generasi sebelumnya, pemakai media sosial yang fanatik dan

kehidupannya sangat terpengaruh dalam perkembangan teknologi, lebih

terbuka dengan pandangan politik dan ekonomi sehingga mereka terlihat

sangat reaktif terhadap perubahan lingkungan yang terjadi di

sekelilingnya, memiliki perhatian yang lebih terhadap kekayaan (Putra,

2016).

Menurut Purwandi (2017) generasi milenial adalah generasi yang

unik, berbeda dari generasi lain, hal ini karena banyak dipengaruhi oleh

teknologi yang sudah maju, sehingga teknologi ini mempengaruhi pola

Page 30: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

16

pikir dan perilaku mereka. Adanya perkembangan teknologi ini membuat

generasi milenial mengalami pergeseran pemikiran terutama pada segi

kebutuhan (Widjojo, 2018).

b. Konsumsi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konsumsi

artinya pemakaian barang-barang yang langsung memenuhi keperluan

hidup kita, seperti bahan pakaian, makanan, dan sebagainya. Sedangkan

menurut (Samuelson, 2000) konsumsi diartikan sebagai kegiatan

menghabiskan nilai guna barang dan jasa. Konsumsi mempunya i

pengertian yang luas yaitu barang dan jasa akhir yang dibutuhkan untuk

memenuhi kebutuhan manusia (Nopirin, 1997).

Konsumsi (Chaney, 2003) adalah seluruh tipe aktivitas sosial

yang orang lakukan sehingga dapat dipakai untuk mencirikan dan

mengenal mereka, selain apa yang mungkin mereka lakukan untuk hidup.

Konsumsi itu sekaligus sebagai moral dan sistem komunikasi, struktur

pertukaran (Hapsari, Manurung, dan Dewi, 2017).

c. Sistem Pembayaran

Menurut Listfield dan Montes-Negret (1994:27) sistem

pembayaran adalah peraturan, standar, serta instrumen yang digunakan

untuk pertukaran nilai keuangan (financial value) antara dua pihak yang

terlibat untuk melepaskan diri dari kewajiban. Sedangkan menurut UU

Bank Indonesia No. 6/2009 Pasal 1 ayat 6, sistem pembayaran adalah

sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme

Page 31: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

17

yang digunakan untuk melakukan pemindahan dana guna memenuhi

suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. Kelancaran

sistem pembayaran ini diperlukan untuk mendukung pertimbangan

kebijakan pemerintah baik secara makro (moneter) dan kebijakan para

pengusaha mikro di masa depan. Berdasarkan alat yang digunakan dalam

sistem pembayaran, secara garis besar alat pembayaran dibagi menjadi

dua, yakni:

(1) Alat Pembayaran Tunai adalah pembayaran yang menggunakan

uang kartal/uang tunai yang meliputi Uang Kertas (UK) dan Uang

Logam (UL) (Firmansyah and Purwanta 2014). Saat ini, kehadiran

uang kartal yang berbentuk uang kertas dan uang logam masih

diperlukan, utamanya pada transaksi bernilai kecil di kehidupan

sehari-hari.

(2) Alat Pembayaran Nontunai adalah pembayaran yang menggunakan

berbagai media atau instrumen selain uang tunai, seperti kartu kredit,

ATM, kartu debet, dan uang elektronik (Firmansyah dan Purwanta

2014). Alat pembayaran nontunai dibagi menjadi dua berdasarkan

bentuknya, yakni paper based, seperti cek, bilyet giro, dan nota

debet dan electronic based seperti kartu ATM, kartu debet, kartu

kredit, dan uang elektronik. Menurut PBI nomor 11/12/PBI/2009,

uang elektronik diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih

dahulu oleh pemegang kepada penerbit yang disimpan secara

elektronik dalam media seperti server atau chip.

Page 32: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

18

2. Kajian Teori

Teori Masyarakat Konsumeris Jean P. Baudrillard

Konsumsi masa kini diartikan dengan individu-individu yang

memaksimalkan kepuasan mereka melalui pembelian. Menurut Jean P.

Baudrillard, salah seorang tokoh postmodernisme dari Perancis

mengatakan dalam buku mutakhirnya yang populer, The Consumer

Society (yang sudah diterjemahkan menjadi Masyarakat Konsumeris)

bahwa

Masyarakat dewasa ini sudah menggeser nilai suatu objek yang

dibelinya. Dari yang awalnya suatu objek tersebut memang sesuai

dengan kebutuhannya, sampai sekarang orang sudah tidak lagi

memikirkan nilai tukar dan nilai guna objek tersebut pada dirinya akan

tetapi lebih ke penanda kelas sosial bagi si individu yang membelinya.

Status dan kedudukan seseorang di dalam suatu masyarakat sangat

ditentukan oleh barang yang ia beli dan ia gunakan. (Baudrillard 1998)

Lebih dari itu, Baudrillard juga menganalisis bahwa objek

konsumsi sebagai sesuatu ‘yang diorganisir oleh tatanan produksi’

maknanya adalah kebutuhan dan konsumsi adalah sesuatu yang sudah

direncanakan dari produktif yang aktif. Klaim Baudrillard adalah objek

menjadi tanda (sign) dan nilainya ditentukan oleh sebuah kode.

Baudrillard (dalam Poster, 1988:46) mengatakan kegiatan konsumsi

adalah kegiatan komunikasi, maknanya adalah saat kita mengonsumsi

sesuatu berarti kita mengomunikasikan ke orang sekitar lewat perbedaan

tanda/objek. Konsumerisme melalui pengonsumsian barang dan jasa saat

ini telah menjadi ‘atribut masyarakat’ (Bauman, 2007:28), bukan lagi

hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan dan keberlangsungan hidup.

Page 33: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

19

Menurut Baudrillard, saat konsumen membeli barang itu bukan untuk

mengekspresikan perasaan tentang jati dirinya, akan tetapi konsumen

menciptakan perasaan tentang jati dirinya berdasarkan apa yang mereka

beli (Bocock, 1993:67). Ritzer (2003), kita tidak membeli apa yang kita

butuhkan, akan tetapi membeli apa yang kode sampaikan kepada kita

tentang apa yang seharusnya dibeli (Umanailo, 2018).

Bukan berarti menafikan adanya kebutuhan serta keinginan,

namun Baudrillard ingin menekankan bahwa konsumsi juga ditentukan

dari seperangkat hasrat untuk mendapatkan status, penghormatan, prestise,

serta konstruksi identitas baru melalui ‘mekanisme penandaan’ (Bakti,

Nirzalin, and Alwi, 2019). Sistem sign value dan symbol value menjadi

dasar mekanisme sistem konsumsi saat ini terjadi (Baudrillard, 1998). Sign

value dan symbol value adalah pergeseran nilai yang dirasakan Baudrilla rd

dalam mengkritik konsep Karl Marx mengenai tujuan berkonsumsi karena

ada use value dan exchange value. Singkatnya, konsumsi simbolis lebih

mendapatkan perhatian dan penekanan daripada konsumsi atas kegunaan

serta fungsional suatu barang.

Baudrillard melihat bahwa masyarakat kontemporer di masa kini

telah menjadikan konsumsi sebagai motor utama (penggerak) hidupnya

(Bakti et al. 2019). Hal itu dibuktikan dengan kaitan erat yang terjadi

antara masyarakat konsumerisme dengan teknologi.

Teknologi menurut Baudrillard berperan penting, khususnya

manusia sebagai agen yang menyebar imaji-imaji kepada khalayak luas.

Page 34: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

20

Keputusan setiap orang untuk membeli atau tidak, benar-benar

dipengaruhi oleh kekuatan imaji tersebut (Umanailo, 2018). Masyarakat

yang secara pasif mengonsumsi imaji- imaji yang tersalurkan melalui iklan

mulai menjadi ‘korban penipuan tanpa akal’ karena bagi masyarakat

konsumeris, iklan adalah teladan yang harus mereka ikuti, sehingga

masyarakat mulai menjauh dari definisi mahluk aktif dan kreatif (Paterson,

2006:26). Baudrillard melihat lebih jauh bahwa konsumsi saat ini telah

menjadi proses aktif bagi konsumen untuk melibatkan konstruksi simbolik

rasa identitas kolektif dan individu (Bakti et al., 2019).

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan

Penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan pendekatan

kualitatif, yakni menekankan pada pencarian data secara detail dari suatu

permasalahan di dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian kualitatif adalah

penelitian yang berusaha membangun sebuah realitas sosial, di mana

peneliti terlibat dan memfokuskan diri untuk melihat interaksi maupun

proses yang terjadi pada fenomena maupun objek yang diteliti. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antar fenomena yang dimiliki (Moleong, 2008).

Page 35: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

21

Penulis menggunakan metode pendekatan ini karena

membutuhkan informasi yang mendalam serta akan mendeskripsikan

bagaimana perubahan pola konsumsi pemuda di Jakarta Selatan dalam

penggunaan dompet digital (e-wallet). Penulis juga berusaha untuk

memahami permasalahan yang sedang diteliti dan kemudian

menganalisanya dengan konsep atau teori yang relevan dengan penelit ian

ini. Selain itu penulis akan melihatnya melalui aspek sosiologi, ekonomi

dan sosial budaya. Lalu dalam subjek penelitiannya, penulis akan

melakukan wawancara mendalam kepada masyarakat yang terlibat dalam

penelitian penulis.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian menurut (Suharsimi Arikunto, 2016:26) adalah

batasan subjek penelitian sebagai benda, hal, atau orang tempat data untuk

variabel penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan. Secara sederhana,

subjek penelitian adalah individu atau kelompok yang dijadikan unit kasus

untuk diteliti. Pada penelitian kualitatif, responden atau subjek penelit ian

disebut dengan istilah informan, yaitu orang yang memberi informas i

tentang data yang diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang

sedang dilaksanakan. Pada penelitian ini, informan yang didapat penelit i

menggunakan metode purposive sampling. Menurut (Sugiyono, 2016:85),

purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data

Page 36: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

22

dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan atau kriteria tertentu harus

dipenuhi oleh informan dalam penelitian ini

Subjek dalam penelitian ini ada sebanyak 10 informan pemuda

perkotaan yang terbagi menjadi lima karyawan dan lima mahasiswa.

Pemilihan mahasiswa dan karyawan ini didasarkan pada tahapan melek

teknologi dan internet serta kepemilikan pemasukan yang aman tiap

bulannya. Meski mahasiswa belum memiliki penghasilan sendiri, namun

mereka dianggap sudah dewasa dan mandiri sehingga bisa menentukan

jenis konsumsinya sendiri. Untuk lebih jelasnya, berikut kriteria informan:

a. Mahasiswa/Karyawan yang berkuliah atau bekerja di Jakarta

Selatan;

b. Milenial yang lahir dari 1982-2004;

c. Memiliki minimal salah satu dari e-wallet (OVO, GoPay, Dana);

d. Aktif menggunakan transaksi pembayaran dengan e-wallet minimal

seminggu sekali;

e. Sudah menjadi pengguna aktif e-wallet lebih dari satu tahun

lamanya.

Page 37: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

23

Tabel I.G.2.Profil Informan Penelitian

a. Informan Z (Mahasiswa)

Z adalah mahasiswa tingkat Strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta jurusan Psikologi yang berusia 21 tahun. Z saat ini menduduk i

semester akhir, yakni semester 8. Z adalah mahasiswi yang mengekos di

kosan dekat kampus karena rumahnya yang jauh. Z adalah mahasiswi

aktif yang banyak mengikuti kegiatan di dalam dan di luar kampus. Di

dalam kampus, Z aktif dari semester satu hingga semester akhir di UKM

No. Inisial Nama Kategori Usia Kecamatan Tempat

Beraktifitas Informan

1. Z Mahasiswa 21 Cilandak, Jakarta Selatan

2. Ang Mahasiswa 21 Setiabudi, Jakarta Selatan

3. N Mahasiswa 24 Pasar Minggu, Jakarta

Selatan

4. F Mahasiswa 24 Mampang Prapatan,

Jakarta Selatan

5. I Mahasiswa 21 Setiabudi, Jakarta Selatan

6. Ad Karyawan 27 Mampang Prapatan,

Jakarta Selatan

7. W Karyawan 29 Pasar Minggu, Jakarta

Selatan

8. G Karyawan 23 Mampang Prapatan,

Jakarta Selatan

9. V Karyawan 25 Kebayoran Baru, Jakarta

Selatan

10. S Karyawan 25 Mampang Prapatan,

Jakarta Selatan

Page 38: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

24

Bahasa Flat. Di luar kampus, Z aktif di berbagai kegiatan komunitas dan

juga bekerja serta magang di perusahaan yang berlokasi di Jakarta

Selatan. Bisa dikatakan hidup Z banyak dihabiskan di kota Jakarta

Selatan, karena lokasi yang berdekatan antara kota Jakarta Selatan

dengan lokasi kosan serta kampusnya di Ciputat. Sebagai anak kos, Z

aktif menggunakan e-wallet untuk memesan makanan secara online

sehari 2x, lalu menggunakan transportasi online untuk bepergian,

membayar tagihan token listrik, membeli pulsa dan paket data, sesekali

membayar subscription (langganan), berbelanja skincare di Sociolla

yang tergabung dengan Gopay dan OVO dan berbelanja di Tokopedia

menggunakan OVO. Dalam sebulan, Z bisa menghabiskan Rp. 500.000-

800.000,- untuk konsumsi menggunakan e-wallet. Z memiliki GoPay dan

OVO sebagai dompet digitalnya.

b. Informan Ang (Mahasiswa)

Ang adalah mahasiswa tingkat akhir di Universitas Negeri Jakarta

(UNJ) jurusan Psikologi tingkat Strata 1 (S1) yang berusia 21 tahun.

Lokasi fakultas Psikologi UNJ berada di Jalan Halimun, Jakarta Selatan,

sering juga disebut sebagai Kampus D. Ang tergabung dengan organisas i

BPM (Badan Pengawas Mahasiswa) dan menjadi Sekretaris Jenderal di

BPM Fakultas Psikologi UNJ.

Konsumsi Ang menggunakan e-wallet bisa menghabiskan Rp.

700.000-800.000,-. Konsumsi terbesarnya ada pada belanja skincare dan

kebutuhan hewan-hewan peliharaannya, lalu membayar tagihan seperti

Page 39: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

25

token listrik dan PAM dan membeli barang-barang lucu yang muncul di

halaman Tokopedia dan Shopee. Menurut Ang konsumsi terbesarnya ada

pada skincare karena menurutnya itu adalah salah satu kebutuhan hidup

yang harga berapapun tak jadi masalah baginya, karena dia

membutuhkan itu. Platform marketplace online terbesarnya ada pada

Tokopedia dan Shopee dan aktif menggunakan OVO, GoPay dan Dana.

c. Informan N (Mahasiswa)

N adalah mahasiswa Strata tingkat dua (S2) di Universitas Indonesia

jurusan Psikologi. N tinggal di kosan di Jakarta Selatan bersama adik

perempuannya karena mereka adalah mahasiswa rantau dari Makassar.

N aktif bekerja dan berkegiatan di seputar isu kesehatan mental. Sebagai

lulusan sarjana Psikologi di universitas yang sama, N banyak

mengembangkan dirinya di isu kesehatan mental yang juga bagian

darinya mencari uang. Namun, ia tak hanya sibuk bekerja dan kuliah, di

sela waktunya ia masih aktif ikut komunitas anak muda di bidang

kesehatan mental yang bernama Bounce Back. Selama satu periode, dia

pernah menjabat sebagai wakil ketua.

Sebagai mahasiswa rantau, ia kerap kali menggunakan e-wallet

untuk pembayaran kebutuhan hidupnya seperti membayar transportasi

online, memesan makanan online, membeli belanja online, serta

berbelanja kebutuhan sayur, buah, alat mandi dan lain sebagainya di

supermarket. Dalam sebulan, N bisa menghabiskan Rp. 300.000-

Page 40: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

26

500.000,- untuk penggunaan konsumsi dengan e-wallet. E-wallet

favoritnya adalah OVO dan GoPay.

d. Informan F (Mahasiswa)

F adalah mahasiswa Psikologi Strata tingkat dua (S2) di Univers itas

Indonesia. Lulus sarjana dari universitas yang sama membuat F aktif

bekerja sebagai seorang konsultan di perusahaan di Jakarta Selatan.

Rumahnya yang juga berlokasi di Jakarta Selatan membuatnya aktif

berkegiatan sosial dan bekerja di Jakarta Selatan. Hobi F adalah

membaca manga, menonton anime Jepang, serta bermain game di laptop

dan di HP. F juga senang menggambar yang membawanya menjadi

bagian dari divisi kreatif di komunitasnya.

F mengaku menggunakan e-wallet untuk memesan transportasi

online, memesan makanan sehari-hari, belanja online di Tokopedia yang

berafiliasi dengan OVO dan belanja skincare di Sociolla yang juga

berafiliasi dengan GoPay, lalu berinvestasi di Bibit yang juga berafilia s i

dengan GoPay. Dalam sebulan, F menghabiskan Rp. 1,5 juta.

e. Informan I (Mahasiswa)

I adalah mahasiswa semester akhir jurusan Sosiologi di Univers ita s

Negeri Jakarta (UNJ). I adalah perempuan yang senang menggunakan e-

wallet, utamanya karena ada banyak promo makanan dan kemudahan

yang ditawarkan aplikasi online, serta fitur yang menarik dalam

penggunaan e-wallet. Dalam sebulan, I memiliki pemasukan sekitar Rp.

1.200.000,- dan mengeluarkan sekitar Rp. 300.000 untuk konsumsinya

Page 41: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

27

dengan e-wallet. I senang mengungkapkan pikirannya secara terbuka. I

juga satu-satunya informan yang mengaku tertarik berbelanja dengan e-

wallet karena iklan dari star ambassador.

f. Informan Ad (Karyawan)

Ad adalah lulusan Teknik Informatika di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang saat ini sedang bekerja di perusahaan di Bukalapak yang

berlokasi di Jakarta Selatan. Usianya tahun ini menginjak 27 tahun.

Meski sudah berstatus karyawan di perusahaan besar, Ad tetap rajin

mengikuti komunitas. Salah satu komunitasnya adalah komunitas

persahabatan antara negara-negara Asia Tenggara dan Jepang yang

bernama Sing Out Asia.

Pengeluaran Ad untuk berkonsumsi menggunakan e-wallet berkisar

dari 2-5 juta rupiah per bulan. Konsumsi utamanya adalah untuk

memesan makanan online, membeli pulsa serta belanja barang online

seperti gawai, sepatu dan spare part sepeda lipat. Ad mengaku dirinya

adalah pembeli yang terbilang impulsif dan konsumtif. Di masa lalu ia

sering menggunakan fitur pay later di e-wallet dan kartu kredit sebagai

alat pembayaran, hingga akhirnya cukup terkejut dengan tagihan

pembayaran di akhir bulan. Maka itu dia mulai menggunakan e-wallet

untuk pembelian yang menguntungkan dan bermanfaat baginya di masa

depan, seperti spare part sepeda yang dia beli dalam jumlah banyak

sebagai modal usaha bengkel sepeda kecil-kecilannya. Ad mengaku

cukup aktif menggunakan tiga e-wallet dari OVO, GoPay dan Dana.

Page 42: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

28

g. Informan W (Karyawan)

W adalah lulusan Universitas Telkom Bandung yang sekarang

bekerja sebagai seorang akuntan di perusahaan asuransi di Jakarta

Selatan, yakni Astra. Ia berusia 29 tahun dan sudah menikah dengan istri

yang juga bekerja di sektor keuangan di salah satu badan negara, yakni

OJK (Otoritas Jasa Keuangan) yang juga berlokasi di Jakarta Selatan.

Sebelum menikah, W suka menggunakan tabungannya untuk bertualang

bersama teman-temannya berkeliling Indonesia, mendaki gunung,

lembah hingga berenang di pantai, menjajaki kaki di kota-kota besar

hingga kota dan daerah terpencil adalah hobi yang menyenangkan

baginya. Setelah menikah, ia bersama istri dan mertuanya juga

bertualang ke beberapa negara Eropa setelah menabung cukup lama.

W yang menyukai kemudahan dan keamanan merasa sangat terbantu dan

merasakan manfaat baik yang besar dari konsumsinya yang

menggunakan e-wallet. Dalam sebulan, W bisa menghabiskan sekitar 2

juta rupiah untuk konsumsi e-wallet. Ia aktif menggunakan OVO, GoPay

dan Dana setiap bulannya. Konsumsinya berada pada sektor membeli

makanan secara online, transportasi online, serta pembayaran kebutuhan

rumah seperti pembayaran PAM dan listrik.

h. Informan V (Karyawan)

V adalah mahasiswa lulusan Psikologi di Universitas Indonesia yang

sekarang sedang menjadi karyawan di salah satu perusahaan decacorn di

Indonesia, yakni GO-JEK. Di kesehariannya yang sibuk V cukup aktif

Page 43: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

29

mengikuti kegiatan komunitas anak muda bertema kesehatan mental,

yakni Bounce Back. Di komunitas itu, setelah setahun menjadi anggota,

V terpilih menjadi ketua selama 1 periode.

V yang sangat menyukai es kopi hampir tiap hari membeli es kopi

di sela-sela jam kerjanya menggunakan aplikasi pemesan makanan

online. Dia juga sering memesan makan malam secara online untuk

keluarganya karena ibunya sudah cukup letih untuk memasak setiap hari.

Selain es kopi, V juga suka membeli dessert (makanan penutup manis)

di siang hari untuknya dan keluarga. Dalam sebulan, V bisa

menghabiskan 4 juta rupiah untuk konsumsi menggunakan e-wallet.

i. Informan G (Karyawan)

G adalah mahasiswi lulusan Hubungan Internasional di Univers itas

Presiden di Karawang yang saat ini sedang menjadi karyawan magang di

salah satu perusahaan cabang Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang

bernama Indonesia Global Compact Network yang berlokasi di Jakarta

Selatan. Sebagai orang rantau yang pergi dari kota aslinya yakni Medan

untuk berkuliah dan bekerja di ibukota, G sekarang tinggal sendiri di

apartemen Bintaro.

Sebagai seorang pemuda rantau, G sering memesan transportasi dan

makanan secara online untuk kebutuhannya. Dalam sebulan, G

menghabiskan 1,2-1,5 juta rupiah untuk kebutuhannya. E-wallet

andalannya adalah OVO.

j. Informan S (Mahasiswa)

Page 44: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

30

S adalah mahasiswa Strata Tingkat dua (S2) di Institut Teknologi

Bandung yang bertempat tinggal di Jakarta Selatan. Sebagai seorang

anak dari pedagang kue dan hidangan-hidangan Arab, S juga menjadi

mahir memasak.

Sebagai mahasiswa jurusan Teknik Informatika, S lebih memilih

OVO untuk konsumsi e-walletnya dibanding GoPay karena UI/UX yang

bagus dan simple ungkapnya. Meski dia juga memiliki GoPay. Dalam

sebulan, S bisa menghabiskan sekitar Rp. 750.000,- dalam sebulan yang

utamanya untuk konsumsi transportasi online, makanan online dan

membeli pulsa dan paket data.

3. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian kualitatif menggunakan beberapa teknik pengumpulan data

yang biasanya dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), di

antaranya adalah;

a. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan

menanyakan langsung dan mendapatkan informasi langsung dari

informannya. Wawancara bertujuan mencatat opini, perasaan,

emosi, dan hal lain yang berkaitan dengan diri informan (Iryana and

Kawasati, 2018). Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik

wawancara tidak terstruktur secara terbuka. Wawancara ini

dilakukan untuk memberikan kondisi informal dan santai serta

Page 45: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

31

kebebasan bagi informan untuk mengutarakan isi pikirannya tanpa

terikat peneliti (Nasution, 1988). Pedoman wawancara tetap dibuat,

namun, susunan pertanyaan penelitian tidak kaku mengikuti

pedoman. Hal ini dibuat untuk peneliti mudah mengembangkan

pertanyaan selagi di lapangan. Wawancara ini dilakukan oleh

peneliti dengan 10 informan yang berasal dari pemuda di Kota

Jakarta Selatan menggunakan alat komunikasi.

Tabel I.G.1.Waktu Wawancara

b. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian berguna untuk melengkapi dan

menjadi penunjang data lapangan. Dokumentasi yang digunakan

dalam penelitian ini berupa screenshot bukti telepon, rekaman, serta

No. Inisial Nama Hari/Tanggal

1. G Selasa, 02 Juni 2020

2. Ang Rabu, 03 Juni 2020

3. N Rabu, 03 Juni 2020

4. Z Rabu, 03 Juni 2020

5. I Rabu, 03 Juni 2020

6. Ad Rabu, 03 Juni 2020

7. W Rabu, 03 Juni 2020

8. F Kamis, 04 Juni 2020

9. S Jum’at, 05 Juni 2020

10. V Minggu, 14 Juni 2020

Page 46: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

32

wawancara yang dilakukan dengan aplikasi whatsapp. Dokumentas i

ini dibutuhkan sebagai keabsahan penelitian.

c. Studi Pustaka

Studi pustaka dalam penelitian ini menjadi data sekunder

untuk membantu proses penelitian dan melengkapi informasi dari

data primer (wawancara dan dokumentasi). Hal ini berupa buku,

jurnal, karya ilmiah, skripsi, dan artikel ilmiah yang relevan dengan

tema penelitian ini.

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian kualitatif tidak dikenal istilah populasi dan

sampel. Istilah yang digunakan adalah setting atau tempat penelit ian

(Arikunto, 2006:13). Penelitian dilakukan di kota Jakarta Selatan. Waktu

yang dibutuhkan peneliti untuk mengumpulkan data melalui teknik studi

pustaka, wawancara hingga dokumentasi dilakukan dari akhir bulan April

sampai dengan Agustus 2020.

5. Proses Penelitian

a. Tahap Pertama

Munculnya tema pola konsumsi pemuda perkotaan pada

penggunaan e-wallet sebenarnya berasal dari motivasi diri penulis

disertai dengan obrolan santai penulis dengan teman-teman sebaya.

Page 47: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

33

Pada saat penulis sedang melakukan magang di Indonesia Global

Compact Network (IGCN), penulis bertemu dengan kolega sesama

magang yang mengaku mengalami perubahan pola konsumsi. Hal

ini membuat penulis merasa cocok dengan menjadikannya sebagai

informan, meski tetap memperhatikan kriteria informan yang sudah

penulis buat sebelumnya. Mengingat pemberlakuan Pembatasan

Sosial Skala Berskala Besar (PSBB) sudah dilakukan pada bulan

Juni 2020, penulis melakukan wawancara secara daring ke semua

informan yang ada.

b. Tahap Kedua

Penulis cukup aktif di beberapa komunitas sosial dan

organisasi, sehingga memungkinkan bagi penulis untuk

memanfaatkan jaringan (network) yang penulis sudah miliki untuk

mendapatkan informan. Total ada empat informan yang penulis

dapat dari komunitas sosial dan organisasi yang penulis ikuti.

c. Tahap Ketiga

Penulis menceritakan ke beberapa teman penulis sesama

mahasiswa dan meminta mereka untuk merekomendasikan teman

mereka yang memenuhi kriteria untuk penulis jadikan informan,

akhirnya penulis mendapatkan dua informan dari rekomendasi

teman ini.

d. Tahapan Keempat

Page 48: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

34

Di tahapan terakhir ini, penulis mencoba menceritakan

kepada keluarga dan bertanya di grup whatsapp keluarga sesama

sepupu terkait kriteria yang penulis butuhkan, setelah

mempertimbangkan beberapa sepupu dengan kriteria penelit ian,

penulis memilih dua sepupu untuk menjadi informan.

6. Analisis Data

Data mentah yang sudah terkumpul dengan teknik pengumpulan

data wawancara dan dokumentasi, selanjutnya penulis olah dan analisis.

Data mentah tersebut akan diklasifikasikan – dikategorikan, melalui

penyandian (coding) sesuai dengan pertanyaan dan tujuan penelitian.

Selanjutnya, data tersebut dilaporkan dalam bentuk karya ilmiah.

Pada urutannya, teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan:

• Penyandian terbuka (coding) merupakan pengklasifikasian data mentah

hasil wawancara. Dari sini muncul 15 kategori.

• Penyajian data (data display) adalah deskripsi informasi yang

diklasifikasikan terkait perubahan pola konsumsi yang terjadi pada

transaksi e-wallet di pemuda di Jakarta Selatan.

• Penarikan simpulan merupakan penyajian kesimpulan keseluruhan data

yang didapakan selama penelitian berlangsung.

Page 49: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

35

7. Keterbatasan penelitian

Pandemi virus corona atau biasa disebut COVID-19 yang sudah

menyebar ke berbagai tempat menjadikan adanya keterbatasan yang

dirasakan langsung oleh penulis. Penulis harus melakukan wawancara

dengan semua informan menggunakan wawancara daring baik itu melalui

telepon, chatting di whatsapp, hingga pengisian pertanyaan wawancara di

google docs. Kerja dari rumah yang dialami oleh informan karyawan

membuat mereka tidak memiliki waktu yang dirasa cocok dan tepat untuk

melakukan wawancara melalui telepon dengan penulis, sehingga mereka

memilih untuk menuliskan jawabannya. Jika dirasa penulis ada yang

kurang, penulis akan bertanya kembali menggunakan aplikasi whatsapp.

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk memperoleh gambaran dan memudahkan pembahasan, maka

dalam skripsi ini dikelompokkan dalam empat bab dengan sistematika

sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan, pada bab ini berisi Latar Belakang, Pertanyaan

Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka,

Kerangka Konsep yang berisi tentang beberapa konsep yang digunakan

dalam penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan Skripsi.

BAB II Gambaran Kota Jakarta Selatan dan Profil E-wallet,

menguraikan tentang Letak Geografis, Demografis, Ketenagakerjaan,

Page 50: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

36

Kondisi Sosial dan Kesejahteraan, serta Pendidikan kota Jakarta Selatan. Lalu

profil e-wallet, diakhiri dengan kaitan e-wallet dengan Masyarakat Perkotaan.

BAB III Temuan dan Analisa, bab ini berisi hasil yang telah

diperoleh penulis setelah melakukan penelitian di kota Jakarta Selatan. Pada

bab ini akan dibagi menjadi tujuh sub-bab besar yakni Makna Konsumsi Dan

Konsumerisme, Citra Yang Muncul Saat Berkonsumsi, Pergeseran Logika

Dasar Konsumsi, Masyarakat Konsumeris Dengan Gaya Hidup Di Era

Penggunaan E-Wallet, Keterkaitan Status Sosial Dengan Daya Konsumsi,

Media Iklan Sebagai Daya Penarik Masyarakat Konsumeris, Dan Perubahan

Sebelum Dan Sesudah Penggunaan E-Wallet.

BAB IV PENUTUP, bab ini berisi kesimpulan mengenai hasil

penelitian yang telah dilakukan, serta saran yang diberikan oleh penulis untuk

berbagai pihak.

Page 51: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

37

BAB II

STRUKTUR SOSIAL KOTA JAKARTA SELATAN DAN

PROFIL DOMPET DIGITAL (E-WALLET)

A. Profil Kota Administrasi Jakarta Selatan

1. Letak Geografis

Jakarta Selatan adalah salah satu wilayah administratif ibukota

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dipimpin oleh seorang

walikota. Terdiri dari 10 kecamatan, yaitu kecamatan Setia Budi, Tebet,

Mampang Prapatan, Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Cilandak, Pasar

Minggu, Pesanggrahan, Pancoran, dan Jagakarsa. Jakarta Selatan dibentuk

berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta No. Id.3/I/I/66 tanggal 12 Agustus

1966. Keputusan tersebut mulai berlaku sejak tanggal 1 September 1966.

Wilayah Jakarta Selatan secara geografis terletak pada 060 15’ 40.8’’ LS

dan 1060 45’ 00.0’’ BT. Kota Jakarta Selatan berbatasan langsung dengan

kota administratif DKI Jakarta lainnya seperti Jakarta Barat, Jakarta Pusat,

Jakarta Timur, kota Tangerang Selatan (Provinsi Banten) serta Kota

Depok (Provinsi Jawa Barat).

Page 52: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

38

Gambar II.A.1.Peta Kota Jakarta Selatan

Sumber: www.jakarta.go.id

Batas-batas wilayahnya:

- Sebelah utara meliputi, Kali Grogol-Tembusan Jl. Hang Lekir 1-Jl.

Sudirman-Banjir Kanal;

- Sebelah timur adalah Kali Ciliwung;

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor;

- Sebelah barat adalah Kabupaten Tangerang.

Berdasarkan Peta Tematik Kota Jakarta Selatan Tahun 2020 yang

dikutip dari publikasi BPS Jakarta Selatan, Jakarta Selatan mempunya i

luas 141,37 km2 meliputi 21,95% dari total luas wilayah DKI Jakarta.

Kota Jakarta Selatan sebagaimana kota dan daerah lainnya di Indonesia

yang memiliki dua musim, yakni musim panas dan musim hujan, memilik i

sinar matahari yang selalu tersedia sepanjang hari. Sinar matahari yang

Page 53: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

39

tersedia sepanjang hari ini menjadikan penduduk kota Jakarta Selatan bisa

beraktivitas dengan baik pada tiap harinya. Untuk iklim, kota Jakarta

Selatan umumnya beriklim panas dengan rata-rata suhu udara 29,8°C dan

curah hujan sepanjang tahun 1635 mm2 (Sumber: BMKG).

Cuaca yang baik sepanjang tahun itu juga diikuti dengan keseharian

pekerjaan penduduk yang berkisar pada usaha sektor perdagangan. Sektor

perdagangan ini ada pada banyaknya jumlah pertokoan, pasar, minimarke t,

serta warung kelontong. Daerah yang memiliki banyak pertokoan adalah

kecamatan Setiabudi, daerah yang memiliki banyak pasar ada pada

kecamatan Kebayoran lama, daerah yang memiliki banyak

minimarket/swalayan dimiliki oleh hampir semua kecamatan, kecuali

kecamatan Setiabudi, Mampang Prapatan, dan Pasar Minggu, serta daerah

yang memiliki banyak warung kelontong ada pada kecamatan Pasar

Minggu dan Pesanggrahan (Sumber: BPS, 2020). Sektor perdagangan

yang menjadi primadona mata pencaharian mayoritas penduduk Jakarta

Selatan ini menunjukkan bahwa penduduk Jakarta Selatan adalah

penduduk yang aktif dalam berproduksi serta berkonsumsi. Hal ini bisa

terjadi karena orang-orang yang banyak bekerja di area perdagangan

mayoritas juga akan mengonsumsi barang dagangan orang (pedagang) di

sebelahnya.

Page 54: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

40

2. Demografi

Menurut BPS Kota Jakarta Selatan pada 2019, terdapat 2.264.000

penduduk di Jakarta Selatan dengan pembagian jumlah penduduk laki-lak i

1.130.000 dan perempuan sebanyak 1.131.523 penduduk. Penduduk

adalah mereka yang sudah menetap di suatu wilayah minimal selama 6

bulan atau kurang dari 6 bulan tetapi berniat untuk menetap. Secara Rasio

Jenis Kelamin (Sex Ratio), sex ratio di Jakarta Selatan sebanyak 99,87%

artinya terdapat 99-100 penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan.

Dengan kata lain, jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan

jumlah penduduk laki-laki. Hal ini dilihat dari penerbitan akta kelahiran

bayi dan akta kematian masyarakat kota Jakarta Selatan yang dilansir Unit

Pengelola Statistik Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Kota DKI

Jakarta. Pada perhitungan bulan Januari-Juni 2019, penerbitan akta

kelahiran bayi laki-laki di Jakarta Selatan mencapai 10.345, bayi

perempuan mencapai 10.190 buah. Pada jumlah penerbitan akta kematian,

penduduk laki-laki mencapai 3.353, sedang perempuan hanya mencapai

2.481. Sex ratio adalah perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan

perempuan di suatu wilayah pada suatu waktu tertentu.

Gambar II.A.2.Ringkasan Profil Kota Jakarta Selatan

Page 55: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

41

Sumber: BPS: Statistik Daerah Kota Administrasi Jakarta Selatan 2020

Jumlah penduduk saat ini terus bertambah tiap tahunnya (lihat

gambar di atas). Dapat dikatakan secara rata-rata bertambah 53 orang per

hari. Berdasarkan data dari BPS pada publikasi berjudul Peta Tematik

Kota Jakarta Selatan 2020 halaman 32, tiga kecamatan dengan penduduk

terbanyak adalah Kecamatan Jagakarsa (401.730 jiwa), Pasar Minggu

(309.032 jiwa) dan Kebayoran Lama (202.633 jiwa). Hampir 50%

penduduk Jakarta Selatan berdomisili di tiga kecamatan tersebut.

Penduduk paling sedikit ada di Kecamatan Setiabudi (142.288 jiwa), hal

ini dikarenakan, kecamatan Setiabudi menjadi kecamatan dengan

pertokoan paling banyak, yakni sejumlah 194.

Persentase pertumbuhan penduduk adalah angka yang menunjukan

tingkat pertambahan penduduk per tahun di suatu wilayah. Pada tahun

2019, tingkat pertumbuhan penduduk Jakarta Selatan mencapai 0,83%

dengan kelompok umur 15-64 tahun menjadi golongan dengan

Page 56: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

42

pertumbuhan tertinggi yakni 70,97%. Melihat angka pertumbuhan

penduduk pada generasi muda dan generasi dewasa yang sedang di masa

produktif umurnya untuk mencari pendapatan sangatlah cocok dengan

penelitian penulis. Pemuda sebagai generasi yang akan selalu ada di setiap

zaman memiliki peran yang besar untuk sebuah bangsa bisa menjadi

bangsa yang berdaulat dari sisi konsumsi serta produksinya. Angka

pertumbuhan yang dikelola dan diawasi dengan baik, tentunya akan

memberikan banyak manfaat. Pada jumlah banyaknya generasi pemuda

kali ini, diharapkan bisa memberikan dampak baik dari sisi ekonomi

hingga lingkup sosial lainnya.

Pada penduduk umur 0-14 tahun memiliki laju pertumbuhan

24,37% dan kelompok umur 65 tahun ke atas memiliki laju pertumbuhan

4,85%. Hal ini menjadikan penduduk angkatan kerja di Jakarta Selatan

adalah dominan. Dominannya jumlah penduduk angkatan kerja di suatu

wilayah adalah hal yang baik dan menguntungkan, karena bisa menjadi

penopang ekonomi atau punggung keluarga bagi lingkup sosial terkecil

masyarakat, yaitu keluarga.

Pada gambar II.A.2. tertulis kota Jakarta Selatan mengalami

peningkatan kepadatan penduduk tiap tahunnya. Pada tahun 2010: 14.665

jiwa/km2, pada tahun 2017: 15.763 jiwa/km2, hingga di tahun 2019:

16.031 jiwa/km2. Kepadatan penduduk adalah perbandingan banyaknya

jumlah penduduk dengan luas daerah dalam satuan luas tertentu dalam hal

ini kilometer persegi. Adanya peningkatan kepadatan penduduk ini adalah

Page 57: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

43

hal yang sangat wajar mengingat angka kelahiran dan juga angka

perpindahan penduduk dari desa ke kota masih di angka yang cukup tinggi.

Terlebih kota Jakarta Selatan sebagai salah satu kota penopang dan

penunjang ekonomi ibukota negara.

3. Ketenagakerjaan

Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja, punya

pekerjaan namun sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif

mencari pekerjaan. Dari total jumlah penduduk 2,26 juta jiwa di Jakarta

Selatan (2019) sebanyak 1,01 juta jiwa di antaranya merupakan angkatan

kerja dengan rincian 93,16% bekerja dan sisanya 74.898 penduduk dengan

persentase 6,84% adalah pengangguran terbuka. Angka 93,16% ini adalah

angka yang sangat besar, mengingat dari total angkatan pekerja yang ada,

yang aktif menjadi pekerja dan menghasilkan pendapatan adalah angka

tersebut. Menjadi masyarakat yang produktif dari sisi mampu

menghasilkan pendapatan dan mampu menghidupi ekonomi keluarganya

sendiri adalah cita-cita bangsa dan juga tiap individu. Bahkan dilihat dari

sisi jumlah penduduk produktif (15-64 tahun) di Jakarta Selatan ada

sebesar 70,92% yang bekerja di lintas sektor pekerjaan, mayoritas ada di

sektor usaha perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi (35,5%).

Selebihnya ada lapangan usaha jasa kemasyarakatan, sosial dan

perorangan (27,32%), lapangan usaha keuangan, real estat dan jasa

perusahaan (13,81%) dan sektor pertanian yang hanya 0,15%.

Page 58: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

44

Gambar Grafik II.A.3.Tingkat Pengangguran Terbuka DKI Jakarta 2019

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menunjukan banyaknya

angkatan kerja yang tidak terserap pada pasar kerja. Pada gambar di atas

TPT di Jakarta Selatan pada tahun 2019 sebesar 6,84%. Capaian TPT

Jakarta Selatan termasuk urutan ketiga terkecil, di atas Jakarta Barat

(5,00%) dan Kepulauan Seribu (5,33%). Sedang Jakarta Pusat sebesar

6,64%, Jakarta Timur 6,67%, dan Jakarta Utara 7,01%. Angka TPT

sebesar 6,31% artinya dari 100 penduduk usia 15 tahun ke atas ada

sebanyak 6-7 orang yang pengangguran. Pengangguran memang benar-

benar tidak mungkin tidak ada dalam suatu wilayah. Namun, Jakarta

Selatan mampu terbukti menjadi daerah dengan angka pengangguran

terbuka ketiga terkecil, sehingga hal ini sangatlah mendukung penelit ian

penulis yang melihat pola konsumsi masyarakat pada penggunaan e-

wallet.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

Jakarta Barat KepualuanSeribu

JakartaSelatan

Jakarta Pusat Jakarta Timur Jakarta Utara

Tingkat Pengagguran Terbuka DKI Jakarta 2019

Page 59: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

45

Dilihat dari tingkat kemiskinan di Jakarta Selatan pun terus

mengalami angka degradasi yang cukup baik. Pada tahun 2017 persentase

penduduk miskin adalah 3,27%. Pada tahun 2018 menjadi 3,14%. Hingga

pada 2019, hanya menjadi 2,73%. Penduduk miskin adalah penduduk yang

memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis

Kemiskinan (Rp. 680.167/bulan). Garis Kemiskinan Non-Makanan

(GKNM) merupakan kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang,

Pendidikan, kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya. Angka kemiskinan

pada tahun 2019 yang berada di angka 2,73% adalah pencapaian yang

baik, meskipun hal ini terbilang wajar mengingat kota Jakarta Selatan

adalah bagian dari pusat pergerakan ekonomi Indonesia. Angka

kemiskinan yang kecil ini membuat penulis sekali lagi merasa cocok

menjadikan kota Jakarta Selatan sebagai tempat penelitian.

4. Kondisi Sosial dan Kesejahteraan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah salah satu faktor

penting dalam melihat perkembangan pembangunan suatu masyarakat.

IPM menjelaskan bagaimana penduduk memperoleh pendapatan,

kesehatan, pendidikan dan sebagainya (Pardosi dalam Dinnata, 2018 yang

dikutip oleh BPS Jakarta Selatan: Statistik Kesejahteraan Rakyat Kota

Adm. Jakarta Selatan 2019, hlm. 66).

Gambar II.A.4.Capaian IPM DKI Jakarta 2014-2018

Page 60: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

46

Sumber: BPS: Statistik Kesejahteraan Rakyat Kota Administrasi Jakarta Selatan 2019

Pada gambar di atas, kota Jakarta Selatan dan kota Jakarta Timur

secara konsisten dalam 5 tahun, dari tahun 2014-2018 mencapai IPM

sangat tinggi. Sedang kota Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Utara

pada 2014-2015 pernah mengalami kategori tinggi. Hal ini sangat berbeda

dengan Kepulauan Seribu yang hanya mencapai kategori sedang dan

tinggi. Hal itu wajar mengingat kondisi geografis Kepulauan Seribu yang

berbeda dengan kota-kota administrasi lainnya. Bahkan pada tahun 2018,

kota Jakarta Selatan menempati urutan ke-dua IPM tertinggi se Indonesia

(84,44), disusul Jakarta Timur urutan ke-10 (82,06) Jakarta Pusat urutan

ke-17 (81,01), kota Jakarta Barat urutan ke-20 (80,88), kota Jakarta Utara

urutan ke-31 (79,87) dan Kepulauan Seribu urutan ke-169 (70,91).

Page 61: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

47

Tingginya IPM di Jakarta Selatan ini diharapkan mampu menjadi

masyarakat lebih sejahtera, baik dari sisi ekonomi, Pendidikan, kesehatan,

dan lain sebagainya. Hal ini juga mesti selaras dengan pemerintah sebagai

pengayom dan penjaga masyarakat. IPM yang dibuat standarnya oleh

UNDP (United Nations Development Programme) menggunakan

beberapa indikator:

1) Umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life) yang

diwakili oleh Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH); kota Jakarta

Selatan memiliki 73,93 tahun untuk UHH saat lahir.

2) Dimensi pengetahuan (knowledge) yang diwakili oleh Harapan

Lama Sekolah (HLS) dan indikator Rata-Rata Lama Sekolah

(RLS); kota Jakarta Selatan memiliki 11,31 tahun untuk HLS dan

11,57 tahun untuk RLS.

3) Dimensi Standar Hidup Layak (decent standard of living) yang

diwakili oleh indikator pengeluaran per kapita penduduk yang

mencerminkan daya beli masyarakat.

Gambar II.A.5.Pengeluaran Per Kapita Sebulan Penduduk Kota Jakarta Selatan 2018

Page 62: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

48

Sumber: BPS: Kota Jakarta Selatan dalam Angka 2020

Kota Jakarta Selatan menduduki posisi kota dengan pengeluaran

per kapita tertinggi se-Indonesia. Sehingga, daya beli penduduk kota

Jakarta Selatan dijadikan sebagai angka daya beli maksimum untuk

penghitungan IPM seluruh Provinsi dan Kabupaten/Kota di Indonesia

(dikutip dari publikasi BPS tahun 2020: Kota Jakarta Selatan dalam Angka

2020). Melihat fakta bahwa tingginya angka pengeluaran kota Jakarta

Selatan dijadikan sebagai angka daya beli maksimum adalah hal yang

sangat menarik untuk dijadikan topik penelitian. Maka dari itu, tidaklah

mengherankan jika penulis menjadikan kota Jakarta Selatan sebagai studi

kasus pada penelitian ini.

Pertumbuhan ekonomi Jakarta Selatan dalam selang waktu 2014-

2018 juga cenderung fluktuatif. Pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi

pada tahun 2017 mencapai 6,30 persen. Namun demikian, jika

Page 63: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

49

dibandingkan Provinsi DKI Jakarta, pertumbuhan ekonomi Jakarta Selatan

selama periode 2014-2018 selalu lebih tinggi sehingga menjadikan Jakarta

Selatan sebagai penggerak perekonomian DKI Jakarta. Penggerak

perekonomian suatu wilayah bisa dilihat dari tingginya angka konsumsi

dan juga angka pendapatan tiap masyarakatnya. Semakin besar angka

konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat, semakin baik roda

perekonomian terjadi di suatu negara. Jika suatu negara, terlalu hemat atau

terlalu boros, akan menimbulkan masalah yang tidak diinginkan. Maka

dari itu, sebagaimana hukum dalam ilmu ekonomi, bahwa konsumsi

diperlukan.

5. Pendidikan

Pendidikan merupakan esensi utama yang harus bergerak dan

berkembang menuju lebih baik di tiap masanya. Kota Jakarta Selatan

sebagai salah kota administratif ibukota negara banyak disoroti terkait

pendidikannya. Kabar baiknya, di kota Jakarta Selatan, angka melek huruf

pada penduduk laki-laki di Jakarta Selatan mencapai sempurna, yakni

100% dan angka melek huruf pada penduduk perempuan mencapai

99,51%. Hal ini tentunya adalah berita dalam angka yang begitu baik.

Pemerintah dan masyarakat sama-sama harus bersinergi dan bekerja sama

untuk mewujudkan 100% penduduk yang melek huruf dan

melanggengkannya. Tingginya angka melek huruf pada penduduk kota

Jakarta Selatan juga ditunjang dengan partisipasi sekolah yang dimula i

Page 64: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

50

dari usia 7-12 tahun yang mencapai 100% artinya semua anak usia tsb

bersekolah sesuai jenjang Pendidikan (Sumber SuSenas 2018).

Gambar II.A.7.Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Melek Huruf Menurut Kelompok Umur, 2018 dan 2019

Sumber: BPS, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Pendidikan sebagai salah satu roda penentu masa depan bangsa

memiliki peran besar. Penduduk yang mempunyai pendidikan yang baik,

aman, serta terjangkau bagi setiap orang diharapkan mampu membentuk

masyarakat untuk memiliki daya berpikir kritis, sehingga tidak mudah

terbujuk oleh rangkaian tanda yang dihasilkan iklan dalam proses

konsumsi.

B. Dompet Digital (e-wallet)

1. Sejarah E-wallet di Indonesia

Page 65: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

51

Sebagai salah satu negara yang produk financial technology

(fintech) sedang berkembang secara baik, per bulan Mei 2019, Indonesia

sudah memiliki 38 layanan dompet digital yang telah diresmikan oleh OJK

(Otoritas Jasa Keuangan) Indonesia. OJK tidak hanya merestui tapi juga

mendorong bisnis dompet digital ini maju guna meningkatkan

perkembangan ekonomi Indonesia. Tidak hanya pada sektor dompet

digital, berkembangnya toko belanja online yang sering disebut e-

commerce juga meningkat. Kehidupan masyarakat modern telah

digantikan dari berbelanja secara konvensional menuju belanja online, tak

perlu bertatap muka, tak perlu pergi keluar, semua sudah tersedia di gawai,

dari memesan, membayar hingga menunggu paket barang datang.

Pembelian kebutuhan primer hingga sekunder bisa dilakukan secara online

oleh siapa, di mana dan kapan saja. Kemudahan ini sangat jelas terasa dari

memilih barang, membayar, hingga penggunaan aplikasi dompet digita l

dan toko belanja online.

Head of Mobile Business Samsung Indonesia, Bernard Ang

mengatakan bahwa melejitnya pertumbuhan transaksi online ini bisa

memberikan dampak yang sangat besar utamanya pada PDB (Pendapatan

Domestik Bruto) negara. Dirujuk dari penelitian yang telah dilakukan oleh

website meta-search iPrice Group bersama App Annie, total nilai transaksi

dompet digital Indonesia per tahun 2018 mencapai USD 1,5 miliar dan

diperkirakan akan terus naik hingga tahun 2023 bisa mencapai USD 25

miliar.

Page 66: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

52

Menindaklanjuti dari penelitian sebelumnya, iPrice Group dan App

Annie pada tahun 2019 mengungkapkan bahwa GoPay, OVO dan DANA

adalah tiga aplikasi dompet digital teratas berdasarkan pengguna aktif

bulanannya dan dompet digital tertinggi jumlah download aplikasinya di

Play Store dan iOS.

Gambar II.B.1.Tiga Dompet Digital Pengguna Teraktif dan Unduhan Aplikasi Tertinggi di Indonesia

Sumber: https://iprice.co.id/trend/insights/e-wallet-terbaik-di-indonesia/

Artikel dari katadata.co.id yang berjudul Riset: Kalahkan OVO,

GoPay Paling Banyak Digunakan Tahun ini (2019) menjelaskan bahwa

alasan responden menggunakan layanan e-wallet ialah karena percaya

akan produknya, kebutuhan untuk membayar menggunakan e-wallet,

Page 67: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

53

dianggap kaya manfaat, kemudahan, menghemat waktu, serta layanan

lengkap dalam 1 aplikasi.

Pengguna terbesar e-wallet menurut studi yang dilakukan oleh

Jakpat Mobile Survey Platform dan DailySocial pada 2018 lalu adalah

pemuda berusia 20-35 tahun sebesar 74,6%. Hal ini sangatlah wajar

mengingat pemuda adalah generasi yang melek teknologi dan internet.

Data dari BPS Jakarta Selatan 2019 menyebutkan bahwa 77 dari tiap 100

penduduk kota Jakarta Selatan dapat mengakses internet. Ditambah

penggunaan dompet digital yang sangat praktis dan mudah yang sangat

cocok dengan kriteria favorit generasi pemuda saat ini. e-wallet Semua

bisa selesai dengan gawai dan internet di tangan. Namun, bukan hanya

dilihat dari sisi kemudahan dan praktis, e-wallet juga menawarkan banyak

promo, diskon, dan cashback yang berkisar dari 10-40%. Hal itu juga yang

meningkatkan penjualan produk merchant yang bekerja sama.

Dari banyaknya fitur yang tersedia di e-wallet data dari iPrice

menyebutkan bahwa transaksi online, pembayaran e-commerce serta

transportasi online adalah tiga hal favorit penggunaan e-wallet.

2. Profil E-wallet

a. Profil GoPay

GoPay adalah metode pembayaran mobile payment yang

disediakan oleh perusahaan GO-JEK untuk mempermudah proses

transaksi bagi pengguna, driver maupun perusahaan itu sendiri

Page 68: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

54

(Huwaydi and Persada 2018). Membicarakan GoPay tidak akan lepas

dari peranan GO-JEK sebagai induk semangnya. Mengutip dari

website gojek.com, GO-JEK berdiri pada tahun 2010 oleh Nadiem

Makarim dengan layanan pertama yaitu memesan ojek melalui call-

center di garasi mobil rumahnya. Hingga pada tahun 2015, GO-JEK

berkembang pesat setelah meluncurkan sebuah aplikasi dengan tiga

layanan, yaitu: GoRide, GoSend, dan GoMart. Setelah cukup sukses

dengan usaha transportasi onlinenya, pada tahun 2017 GO-JEK mulai

menerbitkan GoPay, layanan pembayaran dengan uang elektronik

untuk membayar layanan di aplikasi GO-JEK yang per tahun 2020

sudah memiliki 20 layanan di aplikasinya. Hal itu di antaranya ada

transportasi, pesan antar makanan, pembayaran e-commerce, belanja,

kirim barang, pembayaran, pijat, sampai bersih-bersih rumah dan

kendaraan. Kehadiran GoPay sontak membuat lonjakan pengguna di

GO-JEK menjadi tinggi dan agresif. Hal itu didukung juga dengan

inovasi GoPay yang mengekspansi usahanya tidak hanya untuk

pembayaran di fitur GO-JEK, akan tetapi juga bisa untuk membayar

dan mengatur berbagai transaksi keuangan secara nontunai di

berbagai merchant (mitra penjual) seperti Gramedia, Electronic City,

Loket.Com, Optik Seis, Starbucks, dan sebagainya. Katadata.co.id

dalam artikelnya yang berjudul Riset: Kalahkan OVO, “GoPay Paling

Banyak Digunakan Tahun ini” menjelaskan bahwa GoPay per tahun

2019 memiliki 420.000 mitra penjual di 390 kota/kabupaten di

Page 69: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

55

Indonesia yang juga telah membantu proses pertumbuhan UMKM di

Indonesia sebesar peningkatan volume transaksi menjadi 93% dan

55% mitra UMKM naik kelas dari sisi klasifikasi omzet (riset

Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi & Bisnis Univers itas

Indonesia, 2018). Hal ini didukung dengan riset dari DailySocial yang

menyebutkan bahwa GoPay adalah e-wallet yang paling banyak

digunakan pada tahun 2019. Dari total responden yang berjumlah 641

orang, ada sebesar 83,3% responden yang menggunakan GoPay.

Bahkan keuntungan GoPay per Februari 2019 berhasil menyentuh

transaksi sebesar USD 6,3 miliar (iPrice, 2019).

Dilansir melalui website GO-JEK.com, GoPay menawarkan

tiga hal: transaksi mudah, hemat waktu, dan banyak bonus. Hal itu

sesuai dengan hasil riset dari DailySocial pada 2019 yang

menyebutkan beberapa alasan responden menggunakan e-wallet

adalah kemudahan, hemat waktu, kaya manfaat, dan percaya pada

produknya. Tingkat keamanan yang diberikan GoPay juga cukup

membuat konsumen senang karena ada fitur PIN untuk keamanan, 1

akun 1 perangkat, memberikan kode verifikasi untuk tiap kali sign up

(daftar), dan adanya layanan bantuan yang mudah dilihat.

b. Profil OVO

OVO adalah layanan dompet digital (e-wallet) yang

merupakan anak perusahaan dari Grup Lippo yaitu LippoX. Pertama

kali diluncurkan pada Maret tahun 2017 di bawah naungan PT

Page 70: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

56

Visionet Internasional. OVO adalah layanan e-wallet bersistem open

platform, artinya menerima rangkaian kemitraan dari perusahaan-

perusahaan Indonesia untuk menggunakan layanan e-walletnya pada

jasa dan usaha mereka. Juli 2018 adalah kali pertama OVO

mengumumkan kemitraannya dengan Grab, perusahaan pemesanan

ojek online seperti GO-JEK. Semua fitur layanan dari transportasi,

pemesanan makanan, pembayaran, pengiriman, belanja, kesehatan,

pulsa, pembayaran tagihan, paket langganan, pembelian tiket

bioskop, hotel, hingga rewards dan gifts yang ada pada Grab bisa

dibayar menggunakan OVO. Tidak berhenti pada Grab, OVO

melebarkan kemitraannya ke Bank Mandiri, Alfamart, Moka, hingga

di akhir tahun 2018, OVO menggandeng Tokopedia, salah satu

platform belanja online (e-commerce) terbesar di Indonesia.

Kemitraan dengan Grab dan Tokopedia berhasil

menimbulkan simbiosis mutualisme bagi OVO, yakni keuntungan

yang didapat dari antar pihak. Tokopedia sebagai salah satu platform

e-commerce yang telah berstatus unicorn pada tahun 2019 telah

mencapai transaksi sebesar Rp. 20,8 triliun bersama kemitraannya

dengan OVO (Katadata, 2019). Hal itu didukung riset dari

DailySocial bahwa OVO adalah pembayaran yang paling dikenal

masyarakat (99,5%) yang telah diunduh lebih dari 115 juta kali

sepanjang tahun 2019. Dari total 651 responden, 81,4% responden

menggunakan OVO. Melalui artikel dari (Analisa.id, 2019) yang

Page 71: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

57

mengutip ucapan dari Direktur OVO yaitu Harianto Gunawan, pada

tahun 2018 OVO telah memiliki 500.000 merchant di 303 kota di

Indonesia yang 77% penggunanya berada di luar Jabodetabek

(Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi). Berkat investasi dari

Lippo, OVO menjadi layanan dompet digital yang diterima di

seluruh jaringan pusat belanja milik Lippo yang berjumlah 50 mal

dengan anchor tenant yang berasal dari 600 perusahaan dengan

jumlah penyewa di atas 15.000 (kr.asia.com:2019), rumah sakit

hingga fasilitas Pendidikan milik Lippo (Katadata, 2019). Jika mitra

OVO saja yakni Tokopedia sudah berstatus unicorn, maka OVO

juga telah berstatus unicorn karena telah memiliki valuasi sebesar

2,9 miliar USD setara dengan Rp. 40,6 triliun yang dirujuk dari

laporan CB Insights yang berjudul “The Global Unicorn Club”.

Hingga per tahun 2019 lalu, merujuk dari data Bank Indonesia (BI),

pangsa pasar OVO telah mencapai 37% dari total transaksi digital di

semester pertama tahun 2019 yang mencapai Rp. 56,1 triliun.

c. Profil Dana

Dana didirikan pada tahun 2017 oleh Vincent Iswara yang

bekerja sama dengan Emtek Group dan Ant Financial dan

diluncurkan secara perdana di 5 November 2018. Melalui website

Dana.id dijelaskan Dana adalah dompet digital (e-wallet) yang

berkonsep open platform payment yang digunakan untuk transaksi

nontunai dan nonkartu, baik online maupun offline yang dapat

Page 72: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

58

berjalan dengan cepat, praktis dan tetap terjamin keamanannya.

Open platform payment artinya bisa diintegrasikan dan dipakai

dalam berbagai platform. Dilihat dari website Dana.id, Dana

memiliki partner merchant dari usaha online, offline, dan channel.

Dua kemitraan besar yang digandeng Dana adalah Bukalapak; salah

satu situs belanja online terbesar di Indonesia dan TIX ID; aplikasi

memesan tiket bioskop online. Selain itu ada juga kemitraan dengan

BPJS Kesehatan, Alfamart, Lazada, Bank Mandiri, Dan Dan,

UniPin, Parkee, dll. Fitur Dana lainnya adalah pembayaran digita l

seperti membayar tagihan listrik, air, internet, asuransi, cicilan, dan

sebagainya, transfer saldo Dana ke sesama pemilik akun Dana dan

transfer antar bank yang gratis, dan simpan kartu bank.

Riset dari DailySocial pada tahun 2019 menunjukan dari

total 651 responden yang menggunakan Dana ada sebanyak 68,2%

dengan kesadaran masyarakat pada aplikasi Dana ada sebanyak

98,3%, dan sudah menggaet lebih dari 30 juta pengguna. Ini

merupakan angka yang terbilang cukup tinggi mengingat Dana baru

diluncurkan setengah tahun sebelumnya.

C. E-wallet dan Masyarakat Perkotaan

Masyarakat perkotaan sebagai masyarakat unggul yang tinggal di

lokasi peradaban dan perubahan menjadi subjek serta objek terjadinya banyak

perubahan. Salah satu, perubahan besar yang terjadi adalah kemunculan

Page 73: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

59

teknologi dan internet. Saat ini kita saksikan, masyarakat perkotaan sudah

tidak asing lagi dengan teknologi dan internet, malah masyarakat perkotaan

menjadikan teknologi dan internet sebagai bagian tak terpisahkan dari hidup

mereka sehari-hari. Kehadiran teknologi dan internet bukan lagi hanya

sebagai pemberi hiburan dan pelengkap hidup, akan tetapi sudah sampai di

dalam tahap kebutuhan primer dan penunjang berlangsungnya kehidupan.

Seperti yang diungkapkan informan W dalam wawancaranya dengan penulis

yang mengungkapkan tidak perlu lagi membawa dompet, karena gawai sudah

bisa diandalkan menjadi tempat penyimpanan uang, dibalik fungsinya

sebagai alat komunikasi, “simpel (bawa gadget kemana-mana cukup, tanpa

bawa dompet).”

Perkembangan internet yang demikian masif tentunya diciptakan

untuk mempermudah dan memberikan efisiensi, kenyamanan, serta

keamanan bagi manusia untuk keberlangsungan hidup. Begitu pun kehadiran

e-wallet yang ditujukan sebagai terobosan baru bagi masyarakat untuk

mempermudah transaksi. Seiring dengan adanya perubahan yang terjadi,

tentunya kita mengharapkan adanya manfaat dan dampak baik yang kita

rasakan, namun, tidak disadari bahwa dampak buruk juga menjadi hasil dari

perubahan yang ada.

Kehadiran e-wallet yang sejatinya untuk mempermudah transaksi,

malah menjadikan masyarakat perkotaan terjebak pada pola hidup

konsumerisme. Pola hidup konsumerisme yang terjadi akibat munculnya

banyak tanda yang tercipta dari berbagai konsumsi yang kita perbuat yang

Page 74: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

60

dihasilkan oleh iklan, membuat masyarakat perkotaan mula i

menggantungkan status hidupnya dan juga orang lain pada konsumsi. Pada

gambar di bawah tertera persentase penduduk berdasarkan jenis kelamin,

kelompok umur dan kelompok pengeluaran,

Gambar II.C.1.Persentase Penduduk menurut Karakteristik Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

Sumber: BPS: Kota Jakarta Selatan dalam Angka 2020

Berdasarkan gambar di atas, kelompok dengan pengeluaran

tertinggi selama sebulan dimiliki oleh angkatan kerja, yakni generasi pemuda

dan generasi dewasa yang produktif mencari uang. Dalam sebulan, 40%

kelompok berusia 15-64 tahun melakukan kegiatan konsumsi dengan jumlah

biaya sekitar Rp. 988.574,-. Pada kelompok dengan penghasilan menengah,

mengeluarkan 74,55% untuk berkonsumsi atau setara dengan Rp. 2.266.251,-

. Terakhir, pada generasi dengan pendapatan tertinggi yang berjumlah 20%,

mengonsumsi sebanyak Rp. 6.609.949,- dalam sebulan. Rata-rata

Page 75: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

61

pengeluaran per kapita sebulan adalah jumlah konsumsi makanan dan bukan

makanan yang dikonversikan ke dalam pengeluaran rata-rata sebulan.

Pada 10 informan yang peneliti tanyakan, 9 dari 10 informan

mengaku memiliki lebih dari dua hingga tiga dompet digital. Kepemilikan

lebih dari satu ini didasari pada beberapa hal, seperti memiliki GoPay karena

sering memakai Gofood dan GoRide dan memiliki OVO karena sering

menggunakan GrabBike. Selain itu, sering terdapat perbedaan promo, diskon,

dan cashback yang membuat para informan cenderung suka membandingkan

antar dompet digital, seperti yang dilakukan oleh informan Z, “bahkan aku

sering juga bandingin satu e-wallet dengan e-wallet lain untuk cari mana

yang lebih murah dan menguntungkan, haha.” Hal ini sangat wajar,

mengingat manusia adalah makhluk realistis dan ekonomis.

Pemilihan transaksi pembayaran dengan e-wallet juga dilakukan

lantaran adanya keamanan, keuntungan, serta terkesan modern. E-wallet

memberikan kesan pada para penggunanya adalah orang-orang yang melek

dan up to date pada isu terbaru. E-wallet seakan menjadi identitas baru bagi

masyarakat perkotaan untuk menunjukkan betapa efisiensi, ekonomis, melek

teknologi, serta berpendidikannya dari mereka. E-wallet juga kerap kali jadi

ajang pengakraban diri antar pemuda untuk membeli sesuatu. Adanya

beragam fitur, salah satunya fitur patungan, membuat e-wallet menjadi

transaksi primadona bagi siapapun, khususnya pemuda dimana pun dan kapan

pun.

Page 76: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

62

BAB III

PERUBAHAN POLA KONSUMSI PEMUDA DI ERA

PENGGUNAAN TRANSAKSI DOMPET DIGITAL

(E-WALLET)

Bab ini akan menjelaskan hasil temuan penulis pada perubahan

pola konsumsi pemuda pada transaksi pembayaran e-wallet di kota Jakarta

Selatan dan pada transaksi apa saja e-wallet digunakan. Pemuda sebagai

generasi yang paling melek dengan teknologi dan dibuktikan sebagai generasi

pengguna e-wallet terbanyak menjadi perhatian penulis di sini. Selain itu,

pemilihan kota Jakarta Selatan juga sudah dipertimbangkan dari sisi

geografis, demografis, ketenagakerjaan, kondisi sosial dan kesejahteraan, dan

Pendidikan.

Pada bab ini akan dibagi menjadi empat subbab besar yakni makna

konsumsi dan konsumerisme, perubahan pola konsumsi pemuda dengan e-

wallet, sarana penggunaan e-wallet dan perubahan sebelum dan sesudah

penggunaan e-wallet.

Page 77: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

63

A. Makna Konsumsi dan Konsumerisme

‘I shop therefore I am’ adalah kalimat slengean dari sebuah slogan

terkenal buatan filsuf popular, Decrates, ‘I think therefore I am’ yang

bermakna, ‘aku berpikir, maka aku ada.’ I shop therefore I am juga memilik i

arti yang tak jauh berbeda yaitu, ‘aku mengonsumsi, maka aku ada’. ‘Ada’ di

sini selain bermakna eksistensi, juga memberikan makna status sosial. Hidup

di era modern yang mana konsumsi menjadi kacamata penghitung bagaimana

seseorang akan dilihat dan diperlakukan oleh orang lain adalah realitas yang

mau tidak mau kita hadapi saat ini.

Konsumsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

bermakna dua hal yakni pemakaian barang hasil produksi dan barang-barang

yang digunakan dalam pemenuhan keperluan hidup. Mengonsumsi suatu

barang berarti bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna barang

tersebut, baik berupa benda maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan dan

kepuasan (Pawanti, 2013). Saat konsumen (pembeli barang) hendak

mengonsumsi sesuatu baik benda maupun jasa, konsumen akan

mengeluarkan sejumlah uang untuk membayarnya. Pemenuhan kebutuhan

hidup primer memang sudah sejatinya akan dilakukan secara terus menerus,

namun semakin lama, pemenuhan keinginan yang bersifat sekunder juga

menjadi sesuatu yang rasanya juga perlu dilakukan/dibelanjakan. Hal ini lama

kelamaan akan berujung pada pola hidup yang konsumtif yang akan

membentuk masyarakat konsumerisme, seperti yang diungkapkan sosiolog

asal Perancis, Jean Baudrillard. Konsumerisme dalam kacamata Baudrilla rd

Page 78: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

64

adalah keharusan masyarakat untuk merasa hidup. Masyarakat akan merasa

hidup dan eksis saat memiliki barang-barang yang sudah dibelanjakan

olehnya, padahal dalam barang-barang tersebut sudah disisipkan nilai dan

tanda-tanda tertentu.

Sedang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

konsumerisme adalah paham atau gaya hidup yang menganggap barang-

barang (mewah) sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan, dan sebagainya.

Konsumerisme adalah suatu pola pikir serta tindakan di mana orang

melakukan tindakan membeli barang bukan karena ia membutuhkan barang

itu, tetapi karena tindakan membeli itu sendiri merupakan kepuasan baginya

(Umanailo, 2018). Sejalan dengan hal itu, informan G mengungkapkan

bahwa konsumerisme adalah gaya hidup yang ditandai dengan pembelanjaan

uang secara berlebihan tanpa adanya pertimbangan, berikut penuturannya,

Konsumerisme adalah gaya hidup yang sering kali ditandai dengan

seseorang (konsumen) yang menggunakan uang/pendapatan secara

berlebihan tanpa mempertimbangkan pentingnya pengeluaran tersebut

(wawancara dengan G, 02 Juni 2020).

Tak jauh berbeda dengan G, informan I mengutarakan bahwa

konsumerisme adalah paham/ideologi seseorang untuk berkonsumsi atau

melakukan perilaku konsumtif, “Ini tuh kaya paham seseorang buat

ngelakuin hal-hal konsumsi atau melakukan perilaku konsumtif. Kayak beli

barang yang berlebihan.” Kemudian, informan F juga mengungkapkan

bahwa konsumerisme adalah pola hidup masyarakat yang didorong keinginan

bukan kebutuhan, “pola hidup di mana masyarakat sangat didorong oleh

keinginan membeli barang atau mengonsumsi sesuatu, bukan berdasarkan

Page 79: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

65

kebutuhan.” Informan V juga menuturkan bahwa konsumerisma adalah

tindakan individu saat mengonsumsi sesuatu secara berlebihan, yang mana

hal itu acapkali dilakukan pada pengonsumsian barang yang bukan bersifat

primer, “Kayaknya sih ketika individu atau seseorang telah mengonsumsi

sesuatu secara berlebihan.. Di luar kemampuan diri atau mungkin untuk

sesuatu yang bersifat tersier, bukan untuk memenuhi kebutuhan primer.”

Sikap, pandangan, dan pola hidup konsumtif adalah hal-hal yang

mengakibatkan budaya konsumerisme ini muncul di kalangan masyarakat.

Dampak negatif dari budaya konsumerisme ini adalah munculnya

pemborosan yang berdampak pada penambahan kesenjangan sosial

(Fadhilah, 2011). Menambahkan hal itu, Sembiring (2012:4) mengutarakan

bahwa konsumerisme adalah konsumen atau masyarakat yang pada akhirnya

berperilaku boros dan berlebihan, hidup bermewah-mewahan, lebih

mendahulukan keinginan daripada kebutuhan, serta tidak adanya skala

prioritas.

B. Perubahan Pola Konsumsi Pemuda dengan E-wallet

1. Media Iklan Sebagai Daya Penarik Masyarakat Konsumeris

Pemuda sebagai generasi yang melek teknologi dan internet masa

kini menjadi sektor pemilik smartphone, pengguna media sosial, dan

pemilik akun e-wallet terbanyak dibanding generasi lainnya. Pemuda yang

sehari-harinya akrab dengan media sosial dan internet akan mendapati

dirinya berada di tengah-tengah sistem sosial dan komunitas masyarakat

Page 80: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

66

yang memperlihatkannya tentang berbagai jenis konsumsi. Tidak hanya

memperlihatkan jenis konsumsi, akan tetapi citra yang terbangun dari jenis

konsumsi itu juga akan mempengaruhinya.

Pengaruh teknologi dalam hidup, kita rasakan selama 24 jam dalam

7 hari, artinya berturut-turut kita menggunakan berbagai jenis teknologi

untuk menyokong kehidupan kita agar lebih baik dan efisien. Hadirnya

artificial intelligence atau biasa disebut juga dengan AI, internet of things

atau IoT, dan computer vision atau CV adalah 3 hal mutakhir di tahun 2020

yang penerapannya sangat membantu kehidupan manusia.

Jika dahulu produsen hanya bisa memasarkan produknya di kolom

iklan koran dan TV saja, saat ini produsen bisa memasarkan produknya di

ponsel pintar, internet, hingga pemasangan billboard jualan di jalan yang

ramai. Sign value dan symbol value yang ditekankan oleh Baudrilla rd

sebagai inti konsumsi masyarakat konsumeris terdapat pada iklan yang

sering kali kita lihat. Publikasi iklan di berbagai media tanpa mengena l

waktu dan tempat, seakan membuat masyarakat menjadi terkungkung dan

terisolasi dengan citra yang muncul dari tanda-tanda iklan produk tersebut.

Iklan juga berfungsi untuk menghilangkan nilai guna atau use value dari

suatu objek, sehingga konsumen tidak lagi mengonsumsi suatu produk dari

kegunaannya, melainkan berdasarkan citra (image) produk tersebut

(Murti, 2005:39).

Bahasa yang persuasif, tampilan yang menarik, ditambah dengan

selebriti yang menjadi objek iklan dalam memasarkan produk membuat

Page 81: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

67

produk tersebut seakan menjadi keharusan bagi masyarakat untuk

membeli dan memilikinya, sehingga status sosial dirinya akan naik dan

terjaga. Hidup individu menjadi tidak bebas, karena akan selalu didikte

oleh barang karena ia harus terus menerus memenuhi keinginannya untuk

memiliki barang yang menjadi tren saat ini (Pawanti, 2013). Masyarakat

seakan teralienasi dengan serbuan iklan tanpa henti. Istilah “korban iklan”

pun tak ayal kita temui saat ini. Iklan yang fungsinya sebagai sarana

promosi produk malah memuat pesan konsumerisme yang membuat

masyarakat melazimkan konsumsi secara terus menerus yang akan

melahirkan identitas baru, status sosial, serta gaya hidup konsumtif. Kita

menghadapi masyarakat yang konsumsinya menjadi penandaan

keberadaan seseorang.

Iklan jelas menjadi salah satu daya tarik bagi konsumen untuk

membelanjakan pendapatannya ke produk tertentu. Akan tetapi,

berkembangnya zaman diiringi juga dengan berkembangnya pola pikir

konsumen serta produsen. Konsumen tak lagi hanya sekedar melihat dari

sisi tampilan dan bahasa iklan, namun juga dari sisi ekonomis dan

keuntungannya, maka dari itu diskon, cashback dan promo juga memilik i

andil besar dalam berlangsung proses konsumsi. Seperti yang diungkapkan

informan W bahwa banyak promo khususnya di bidang makanan

membuatnya sering tak berpikir panjang dalam mengeluarkan uang, “iya,

karena banyak promo khususnya makanan, jadi tanpa pikir panjang untuk

top up saldo tanpa cek budgetnya.” Hal serupa dialami Ang yang sering

Page 82: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

68

kali membeli sesuatu yang tidak dibutuhkannya, namun diskon yang

terbatas pada waktu menariknya untuk membeli, “aku mudah banget

tergiur dengan iklan, karna kaya yang aku bilang, sebenernya aku ga

butuh-butuh banget, tapi karna ini diskon dan kapan lagi dia diskon, ya

yaudah beli beli aja.” Hal ini telah diuji dari sisi psikologis (dilansir dari

enterprise.shef.ac.uk) bahwa manusia akan cenderung membeli sesuatu

saat itu juga karena adanya keterbatasan waktu. Waktu yang minim dan

mepet akan membuat konsumen menjadi harus membeli dan membayar

saat itu juga jika tak mau kehabisan barang tersebut. Informan Z juga

melakukan hal yang sama dengan Ang, promo, diskon, dan cashback

adalah hal yang menariknya untuk mengonsumsi sesuatu. Biasanya hal itu

dibarengi dengan pembayaran melalui e-wallet, “haha iya banget, kamu

belum selesai nanya aja, aku udah mau langsung jawab, biasanya aku

karena diskon dan cashback si, karena uang cashbacknya itu bisa aku

manfaatin untuk beli pulsa.” Menarik untuk ditilik lebih jauh, karena

pembayaran dengan e-wallet yang memberikan efisiensi serta keuntungan

membuat gaya hidup masyarakat kita menjadi banyak berubah, informan

G bahkan mengungkapkan bahwa alasannya membeli sesuatu dilandas i

promo dan diskon, “yang mempengaruhi saya untuk membeli biasanya

adalah promo dan diskon.” Informan S juga mengungkapkan bahwa

dirinya sangat menyenangi diskon dan cashback, “DISKON dan

CASHBACK?? YES! YES! (jawabnya sambil sumringah).”

Page 83: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

69

Gambar III.B.1.Iklan Poster Makanan dari OVO dan GoPay

Sumber: Twitter GO-JEK dan OVO (diunduh pada 10 Agustus 2020)

Baudrillard yang mengawali konsep konsumerisme ini karena

kritiknya atas konsep ekonomi Karl Marx tidak membuatnya membuang

semua konsep kapitalis ala Marx ini. Menurut Baudrillard (1997:185),

masyarakat konsumeris akan menjadikan iklan (advertising) sebagai guru

dan teladan moral yang harus diikuti, padahal hal itu akan berujung pada

gaya hidup hedonis. Gaya hidup hedonis menjadikan seseorang

individualis dan mendasarkan identitasnya pada kepemilikan barang

tertentu. Hal ini sangat mungkin terjadi karena dalam kapitalisme global,

kegiatan produksi sudah bergeser dari penciptaan barang konsumsi

menjadi penciptaan tanda (Baudrillard, 1998:72-75). Atau dengan kata

lain, kapitalisme global memfokuskan diri pada “manajemen konsumsi”

(Kushendrawati, 2006). Lebih jauh lagi, iklan yang diproduksi oleh

Page 84: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

70

produsen ini memuat tanda yang sengaja mereka buat lalu mereka

sebarluaskan hingga akhirnya tanda-tanda tersebut secara halus masuk ke

dalam pikiran konsumen yang menjadi target produsen.

Oleh Baudrillard, pemenuhan diri, kesenangan, kelimpahan, serta

tentunya prestise adalah hal-hal yang dijanjikan produsen pada produk

yang mereka tawarkan. Ironisnya, makna dari tanda yang dikonsumsi

masyarakat konsumeris tidak didapat dari nilai guna (use value), akan

tetapi malah didapat melalui sistem tanda itu sendiri (Piliang, 2004:118).

2. Citra yang Muncul Saat Berkonsumsi

Seorang sosiolog dan filsuf yang banyak meneliti era postmodern

dan post-strukturalisme asal Perancis yakni, Jean P. Baudrillard adalah

yang paling vokal mengkritisi isu konsumerisme. Meski bukan yang

pertama kali mengangkat konsep konsumerisme, akan tetapi Jean P.

Baudrillard sukses mendulang pemikiran baru. Baudrillard mengawali

ide/konsep ini dengan mengkritik ide ekonomi Karl Marx yang

membicarakan sebab konsumsi masyarakat terjadi karena adanya nila i

guna (use value) dan nilai tukar (exchange value) yang biasa terjadi antara

produsen dan konsumen. Secara mudahnya, nilai-guna adalah kegunaan

barang untuk memenuhi kebutuhan, sedangkan nilai-tukar diidentikka n

dengan harga barang tersebut (Bakti et al., 2019). John K. Galbraith,

seorang ekonom yang juga memperhatikan konsep produksi dan konsumsi

yang ditawarkan Karl Marx memaparkan idenya bahwa manusia adalah

homo psycho-economicus, yaitu konsumsi dilakukan oleh faktor

kebutuhan atau hasrat untuk memperoleh kenikmatan. Meski tidak

menyangkal ide Galbraith, Baudrillard memaparkan bahwa konsumsi juga

Page 85: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

71

ditentukan oleh seperangkat hasrat untuk memperoleh status,

penghormatan, prestise, dan konstruksi identitas melalui ‘mekanisme

penandaan’ (Bakti et al., 2019).

Masyarakat sebagai konsumen membutuhkan komoditi/barang

guna memenuhi kebutuhan hidup dan menunjang keberlangsungan

hidupnya. Produsen yang menyediakan komoditi itu biasanya akan

menjadi kapitalis yang banyak dikritik oleh Marx. Baudrilla rd

menyimpulkan bahwa konsumsilah yang menjadi inti dari ekonomi saat

ini, bukan lagi produksi (Fadhillah, 2011:1) seperti yang diungkapkan

(Baudrillard, 1998) bahwa sistem nilai tanda dan nilai simbol merupakan

dasar dari mekanisme sistem konsumsi. Secara sederhana, Baudrilla rd

melihat bahwa pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat di era postmodern

kini telah bergeser dari nilai guna dan nilai tukar menjadi nilai tanda dan

simbol. Masyarakat konsumerisme tidak lagi melihat pada kegunaan dan

harga barang, akan tetapi simbol dan tanda yang ditawarkan pada barang

dan jasa tersebut. Hal ini secara jelas diungkapkan oleh informan N bahwa

ada citra yang terbangun dari barang mahal dan jasa tertentu, berikut

ungkapannya;

Iya setuju si kalau ada citra yang terbangun dari barang mahal, memang

beberapa barang yang memang terlihat ya kaya pakaian dan gadget, baik

itu yang kita tunjukan ke orang lain secara langsung ataupun kita

perlihatkan di social media kita, misal kita makan di tempat yang fancy

gitu. Ada orang yang makan di situ mungkin karna makannya memang

enak, tapi ada juga yang makan di situ karna mungkin ini bisa ngebuat

diri gue jadi lebih prestise gitu. Tapi ya gapapa juga si kedua hal itu

(wawancara dengan N, 03 Juni 2020).

Page 86: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

72

Hal senada juga diungkapkan informan Ang yang sedang menempuh

Pendidikan Psikologi yang mengaitkan citra barang mahal dengan self-

branding yang sesuai dengan teori yang dia pelajari, “itu sebenernya

sesuai teori di Psikologi, antara barang dengan self-branding.” Informan

F juga menyetujui hal itu dengan mengatakan bahwa manusia adalah

makhluk visual, maka citra yang terbangun dari barang mahal adalah hal

yang wajar, “Tidak dipungkiri pasti ada pengaruhnya (citra sosial dengan

barang mahal). Manusia kan makhluk visual dan suka keindahan.”

Begitupun dengan informan Z yang mengungkapkan dari sisi

pengalamannya yang aktif berorganisasi sambil berkuliah bahwa ada

perbedaan pandangan antara orang yang pakai laptop bermerek MacBook

dengan orang yang tidak menggunakan MacBook, Z mengatakan;

Menurut aku ada citra yang terbangun dari barang mahal karena aku

sering ketemu orang yang ngeliat orang lain dari brand yang dia pakai

gitu. Misalnya gini, pekerja yang pake MacBook dipandang wah banget

dibanding orang lain yang pake non-MacBook. Aku heran gitu si, kenapa

mereka bisa sampe segila itu mikirnya? Ya meski, di MacBook itu ada

beberapa fitur yang ga ada di non-MacBook (windows). Jadi ya

sebenernya ga salah juga si kalau orang mikirnya gitu. Tapi ya tetep aja

aku ga setuju tentang itu (wawancara dengan Z, 03 Juni 2020).

Senada dengan pernyataan Z dan N, informan V menuturkan

bahwa masyarakat kini sangat jeli dengan barang yang berharga mahal, hal

itu pasti akan secara langsung menggolongkan orang itu sebagai golongan

yang kaya raya,

Menurutku sih ada ya pasti kaitan antara citra sosial yang terbangun dari

barang mahal karena orang-orang tuh pasti akan sangat jeli dengan

barang mahal terutama untuk brand yang cukup dikenal orang banyak.

Page 87: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

73

Pasti akan dikira orang yang emang kaya banget atau gimana.

(Wawancara dengan V, 14 Juni 2020).

Melihat fenomena sosial seperti ini, citra dan nilai, serta simbol

tertentu yang muncul dari aktivitas konsumsi bukan lagi hanya sekedar

teori belaka. Masyarakat mulai menyadari bahwa mengonsumsi barang

dan jasa tidak lagi hanya sekedar kebutuhan dan kegunaan barang (use

value), ada image diri yang dibangun dari situ. Hal ini juga mengakibatkan

terjadinya pergeseran nilai barang sekunder menjadi barang primer, yang

mengakibatkan perlunya alokasi dana tidak lagi untuk kebutuhan primer

saja, namun juga untuk mengonsumsi kebutuhan sekunder.

3. Pergeseran Logika Dasar Konsumsi

Menurut Baudrillard, masyarakat konsumeris mengonsumsi citra

dan pesan yang disampaikan dari suatu barang, bukan kegunaan barang

tersebut. Seperti saat membeli mobil keluaran Jerman, BMW, ia

membelinya bukan hanya sebagai sarana transportasi saja, namun BMW

juga menawarkan citra tertentu pada konsumen yaitu kemewahan dan

status sosial yang tinggi (Pawanti, 2013). Logika dasar konsumsi yang

harusnya terpaut pada kebutuhan barang primer saja mulai bergeser pada

pengonsumsian barang yang bersifat sekunder dan tersier. Menurut

International Labour Organization (ILO), kebutuhan primer adalah

kebutuhan yang wajib dipenuhi oleh seseorang untuk menjamin

keberlangsungan hidupnya. Sandang, pangan, dan papan adalah contoh

Page 88: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

74

implikasi kebutuhan primer. Akan tetapi, seiring berkembangnya zaman,

kesehatan dan pendidikan juga termasuk dari kebutuhan primer yang wajib

dipenuhi.

Selanjutnya kebutuhan sekunder, kebutuhan sekunder adalah

urutan kebutuhan kedua setelah kebutuhan primer manusia tercukupi.

Contoh dari kebutuhan sekunder bisa berbentuk hiburan, kendaraan

pribadi, gawai, traveling, nonton konser, dan sebagainya. Terakhir ada

kebutuhan tersier, kebutuhan tersier berkaitan dengan barang-barang

mewah atau kebutuhan yang bersifat prestisius, seperti kepemilikan

perhiasan mewah, vila, jet pribadi, dan sebagainya.

Hal menarik terjadi di masyarakat konsumeris saat ini. Kita

menyaksikan bahwa terjadi diferensiasi makna di kalangan masyarakat

saat mendefinisikan kebutuhan primer dan sekunder. Nilai barang primer

dan sekunder memiliki banyak kaitan antara satu dengan yang lain, seperti

jumlah pendapatan seseorang, identitas diri dan kelompok, pendidikan,

pengalaman, serta adanya pertimbangan saat membeli barang atau

menggunakan jasa. Seperti yang diungkapkan oleh informan Ang terkait

kebutuhan primernya saat ini adalah skincare atau perawatan kulit yang

mana Ang mengatakan akan berani mengeluarkan uang sebesar apapun itu

demi terpenuhinya skincare, “contohnya kaya skincare, ya mau harganya

gimana, ya beli beli aja.” Tidak hanya pada produk skincare, namun hal

itu biasanya dilanjutkan dengan pembelian barang-barang yang

Page 89: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

75

menurutnya meski tidak penting, namun memiliki visual yang menarik,

akan menggodanya untuk membeli,

Kakak pasti ngerti deh sebagai perempuan, Shopee dan Tokopedia

(marketplace online) itu kan 2 maut, kadang butuh ga butuh yaudah check

out check out aja, kadang nyesel si, ‘duh ngapain beli ini ya’ tapi gimana

ya, terus aja diulangin lagi dan lagi, karena kalau pun itu bukan yang

penting-penting banget, pasti tetep dibeli juga si, haha (wawancara

dengan Ang, 03 Juni 2020).

Informan Z juga mengamini hal tersebut dengan mengatakan konsumsi

yang diawali dengan adanya pertimbangan, biasanya ada pada barang-

barang yang bernominal tinggi, sehingga pada konsumsi bernomina l

rendah Z merasa tak perlu untuk mempertimbangkannya, padahal dia

sendiri menyadari bahwa jika dihitung di akhir bulan, maka total

pengeluarannya akan tetap tinggi,

Hm, sebenernya tergantung harganya juga si. Biasanya akan mikir banget

kalau harganya tinggi banget, akan mikir dulu gitu. Tapi kalau harganya

murah banget, ya yaudah beli beli aja. Padahal kalau beli banyak yang

harganya murah kan sama aja ya padahal, sama-sama gede nominalnya

nanti. Kadang suka mikir, padahal ga beli mahal-mahal, tapi uang kok

habis? Ternyata ya karena belanjanya sering, haha. Tapi dari itu semua,

sebenernya tetap mempertimbangkan si. Kaya pas lagi ngitung duit, ini

uang segini bisa untuk beli apa aja ya. Meski ya sama aja si, kalau ada

barang diskon ya beli-beli aja, haha (wawancara dengan Z, 03 Juni 2020).

Konsumsi berlebih pada suatu barang juga tidak terlepas di

kalangan pemuda perkotaan yang menjadi subjek dari penelitian ini. Dari

10 informan, 7 di antaranya mengaku mempunyai setidaknya 1 barang

yang mereka berlebihan dalam mengonsumsi barang tersebut yang dibayar

dengan transaksi e-wallet, informan Ad mengungkapkan dirinya suka

berlebih pada sepatu dan gadget, “aku suka di sepatu dan gadget :D.”

Page 90: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

76

Informan G mengungkapkan suka pada baju dan benda-benda dekorasi

kamar, “hm, baju dan benda-benda untuk dekorasi kamar.” Informan Ang

mengungkapkan suka membeli berlebih untuk kebutuhan peliharaannya,

“paling keperluan untuk peliharaan aku, aku kan punya peliharaan

banyak, kucing aja ampe 3, haha plus belum lagi nanti kalau ada kucing

lain main juga ke rumah.” Berbeda dengan informan V yang suka pada

riasan mata,

Ada baru-baru ini yang aku collect lebih dari yang aku butuhkan sih

wkwk yaitu make up! Suka banget soalnya sama make up mata, jadi beli

beberapa hal terkait dengan make up mata gitu, haha (Wawancara dengan

V, 14 Juni 2020).

Dilanjut dengan informan F yang suka beli peralatan game, “aku suka beli

alat-alat di dalam game gitu (untuk kebutuhan main game).” Dilanjutkan

dengan informan I, “makanan sih, soalnya banyak banget promo (di e-

wallet).” Hal serupa juga dialami oleh informan terakhir, yakni Z, “dulu

skincare, sekarang makanan.”

Pemenuhan kebutuhan sekunder yang dalam hal ini berkaitan

dengan hobi adalah sah saja, namun, jika dilakukan secara terus menerus

terlebih dalam jumlah yang besar, maka dipastikan akan menimbulkan

dampak sosial yaitu gaya hidup. Gaya hidup pada tahapan selanjutnya

tidak hanya akan berdampak bagi individu yang bersangkutan tapi juga

pada sistem sosial yang terjadi di masyarakat. Pemenuhan kebutuhan yang

dilakukan secara tidak rasional serta kompulsif secara ekonomis adalah

definisi perilaku konsumtif. Menurut Neufeldt, perilaku konsumtif adalah

tindakan yang bersifat tidak rasional serta kompulsif secara ekonomis yang

Page 91: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

77

menimbulkan pemborosan dan inefisiensi biaya (Dewi and Suyasa, 2017).

Istilah konsumtif biasanya digunakan untuk menjelaskan keinginan untuk

mengonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara

berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal (Dewi and Suyasa,

2017).

Dalam melakukan praktik konsumsi, baik primer maupun

sekunder, masyarakat konsumeris tidak lagi melihat barang dan jasa dari

sisi use value dan exchange value, akan tetapi pancaran citra yang dimilik i

barang dan jasa tersebut yang disebut Baudrillard sebagai symbolic value

dan sign value juga terpatri. Proses konsumsi simbolis merupakan tanda

penting dari pembentukan gaya hidup dimana nilai-nilai simbolis dari

suatu produk dan praktik telah mendapat penekanan yang jauh lebih besar

dibandingkan dengan nilai-nilai kegunaan dan fungsional (Bakti et al.,

2019).

Pergeseran logika konsumsi masyarakat konsumeris juga mulai

melahirkan kebimbangan dan kebingungan untuk mendefinisikan antara

kebutuhan dan keinginan hidup, seperti yang diungkapkan informan Ang,

“jelas jadi bingung ngebedain kebutuhan dan keinginan sekarang, karena

hal-hal yang ga penting-penting amat aja aku beli, haha.” Begitupun

informan I dan S juga menuturkan terkadang bingung membedakan

kebutuhan dan keinginan.

Hal menarik dituturkan informan Z, ia mengaku bahwa jika dirinya

mengalami proses kebingungan antara mendefinisikan kebutuhan dan

Page 92: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

78

keinginan, ia menyiasatinya dengan menahan diri selama beberapa waktu,

jika masih memikirkannya, berarti itu adalah kebutuhannya dan jika ia

lupa, maka itu hanyalah keinginannya semata,

Bisa dibilang iya (suka bingung), tapi aku biasanya nyiasatinnya dengan

gini, kalau aku mau beli barang, aku tunggu dulu sampe beberapa lama,

misal 2-4 minggu. Kalau tiap hari aku mikirin itu, berarti itu ya kebutuhan

yang harus aku beli, tapi kalau aku ngga pikirin, berarti itu ya ucma laper

mata aja (wawancara dengan Z, 03 Juni 2020).

Senada dengan siasat Z, informan V juga melakukan siasat saat dirinya

bingung membedakan antara kebutuhan dan keinginan dengan cara

meminta pandangan orang lain,

Kadang ingin, tapi ga begitu butuh. Kalau lagi kayak gini posisinya, aku

pasti ngobrol sama orang terpercaya sih buat diajak ngobrol. Biar bisa

bantu ngasih perspektif juga, haha. Biasanya kalau kaya gini-gini

mungkin untuk barang-barang yang harganya lumayan, haha (wawancara

dengan V, 14 Juni 2020).

Menurut penelitian, saat seseorang melihat sesuatu yang bagus dan

menarik hati, otak dengan stimulusnya mengeluarkan hormon untuk kita

bisa membayangkan diri jika kita menggunakannya, secara refleks otak

akan memberikan sinyal bahagia di situ. Maka dari itu penyiasatan dengan

mengatakan akan membeli barang itu nanti -bukan sekarang- adalah hal

yang perlu dilakukan untuk ‘membohongi otak’ kita agar tidak terjebak

pada pengonsumsian barang sekunder terus menerus.

Konsumerisme adalah “atribut masyarakat” (Bauman, 2007: 28),

lebih dari sekedar tindakan mengonsumsi barang dan jasa, bahkan sering

kali tindakan konsumsi yang dilakukan tidak dimaksudkan untuk

memenuhi kebutuhan (Lodziak, 2002: 2) dikutip (Bakti et al., 2019). Hal

Page 93: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

79

ini tercermin pada pengonsumsian barang dan jasa yang dibeli bukan

karena use value dan exchange value, akan tetapi berlandaskan keinginan,

status sosial, serta prestise.

4. Perubahan Gaya Hidup

Plummer (1983:97) gaya hidup adalah bagaimana cara individu

menghabiskan waktu mereka (dalam beraktivitas), sesuatu yang mereka

anggap penting dalam hidup (ketertarikan), serta apa yang mereka pikirkan

tentang hal di sekitarnya. Gaya hidup dari mengonsumsi barang seperti

mengikuti tren yang ada dari fesyen, perawatan badan, riasan, elektronik,

kendaraan, berlangganan film dan musik secara online, hingga

mengonsumsi jasa seperti menghabiskan waktu di luar untuk makan,

minum, pergi ke tempat hiburan, mengikuti berbagai pengalaman sosial

serta travelling adalah jenis-jenis gaya hidup masyarakat konsumeris yang

banyak tinggal di area perkotaan. Hal ini sangat dimungkinkan karena kota

didesain sebagai ruang konsumen (consumer space) yang diharapkan

mampu memuaskan kebutuhan kelas menengah baru (Abdullah, 2007:33).

Berkembangnya zaman yang diiringi dengan berkembangnya

teknologi membuat gaya hidup masyarakat juga mengalami perubahan.

Salah satunya adalah tersedianya fitur pembayaran baru, yakni e-wallet,

dompet digital yang memungkinkan kita untuk melakukan transaksi di

mana pun, kapan pun dan pada transaksi apapun. Dikutip dari (Mufidah,

2006) pesatnya teknologi membuat hampir tidak ada batas geografis, etnis,

Page 94: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

80

politik, dan sosial antara masyarakat yang satu dengan yang lain, terlebih

dalam gaya hidup pola konsumtif. Pengaruh globalisasi dan modernisas i

menjadi penyebab mobilitas sosial vertikal di masyarakat tumbuh menjadi

lebih besar. Hal itu terjadi lantaran semua orang bisa dengan bebas

menyalurkan pendapatan mereka ke berbagai jenis konsumsi. Konsumsi

barang dan jasa yang di dalamnya sudah terpancar citra membuat tidak

hanya golongan kelas atas melirik lalu ingin mencicipinya, akan tetapi

golongan kelas menengah bahkan hingga kelas bawah ingin mencobanya.

Sehingga gaya hidup konsumerisme tidak lagi dimiliki satu golongan, tapi

juga ada di tiap golongan masyarakat.

Konsumerisme telah menjadi “cara hidup” atau the way of life

(Miles, 2006: 3-4). Hal ini didukung dengan adanya perkembangan pada

pembayaran era baru, yakni e-wallet. Hal ini seperti yang diungkapkan

oleh informan W, “Perubahan yang saya rasa setelah ada e-wallet adalah

suka beli sesuatu tanpa terpikir budget yang ditentukan tiap bulan,

khususnya biaya untuk beli makan.” Informan I menyebutkan kemudahan

yang diberikan e-wallet membuat gaya hidupnya jadi berubah, hasrat

untuk terus mengonsumsi lagi dan lagi sering muncul, “e-wallet ini kan

ngebuat lebih mudah dan lebih cepet kalo mau transaksi, jadinya pengen

beli beli terus.” Dalam budaya masyarakat konsumeris, gaya hidup

mendapat kedudukan yang istimewa, lantaran masyarakat konsumeris

selalu berusaha mencari mode, gaya, serta kesan yang baru (Mufidah,

Page 95: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

81

2006). Informan N bahkan menuturkan bahwa gaya hidupnya menjadi

sangat berbeda semenjak ada e-wallet,

Hmm, kerasa lebih tu di makan ya. Dulu pas aku S1 kalau ga makan di

tempat makannya, ya beli bahan terus olah sendiri kan, tapi setelah

banyak menghitung, beli bahan-bahan makanan dan energi masak,

bersih-bersih gitu juga harus disebut cost, kalau dihitung itu jatohnya

lebih mahal dari beli di e-wallet. Jadi ada unsur praktis, ada promo-promo

juga kan yang ngebuat aku sekarang berubah, yang mana promo itu kan

bukan cuma murah tapi juga menguntungkan (wawancara dengan N, 03

Juni 2020).

Gambar III.B.4.1.Poster Cashback OVO

Sumber: www.ovo.id (diunduh pada 15 Agustus 2020)

Kehadiran e-wallet sebagai moda pembayaran baru dirasa N

sebagai salah satu perubahan gaya hidupnya. E-wallet dengan efisiens i

serta keuntungannya membuat N yang dulunya senang masak, memilih

untuk memiliki gaya hidup yang simpel yaitu memesan makanan lewat

aplikasi online lalu, makanan akan diantarkan ke depan kamar. Informan

Ad juga menuturkan perubahan gaya hidup yang ia rasakan, yaitu beralih

dari pembayaran dengan kartu kredit menjadi pembayaran e-wallet,

khususnya pada fitur pay later yaitu metode pembayaran baru yang

memungkinkan konsumen untuk melakukan transaksi tanpa membayar di

awal, tagihan akan diberikan di akhir bulan, “Ada sedikit perubahan,

Page 96: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

82

apalagi dengan adanya pay later.” Tak jauh berbeda, informan F

mengungkapkan terjadinya perubahan gaya hidup konsumsinya yang

menjadi meningkat semenjak ada e-wallet, khususnya pada belanja dan

transaksi online di luar makanan, “Frekuensi belanja online atau transaksi

online aku meningkat, salah satunya adalah sekarang beli make up atau

barang yang tidak langsung (di luar makanan) dikonsumsi biasanya lewat

online.” Tidak hanya perubahan pada tingkat frekuensi belanja, tapi juga

pada pemilihan tempat berbelanja. Belanja secara online menjadi pilihan

pertama dari belanja secara langsung di toko. Hal berbeda dituturkan

informan V bahwa sisi tidak mengeluarkan uang ‘secara riil/fisik’ yang

ditawarkan e-wallet membuatnya menjadi terasa lebih mudah untuk

bertransaksi,

Aku merasa kayak ga lagi melakukan pembayaran sih sangking

gampangnya. Semua juga dalam satu device, di HP aja dan jujur aku suka

yang lebih praktis sih emang. Jadi seneng pake e-wallet. Terus ga perlu

ke ATM, nyari kembalian, bikin dompet tebal karena koin atau kertas

selembaran haha, agak males sih (wawancara dengan V, 14 Juni 2020).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Ramadani,

2016), secara psikologis, seseorang akan lebih mudah mengeluarkan uang

dalam bentuk nontunai dibanding tunai dan kemudahan serta kecepatan

yang ditawarkan e-money.

Perubahan pola konsumsi juga dirasakan informan Z yang

menyatakan bahwa dirinya awalnya tak terlalu memikirkan pandangan

orang lain, akan tetapi setelah pernah diberi komentar buruk terkait

penampilannya, hal itu membuatnya menjadi lebih selektif dengan gaya

Page 97: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

83

penampilannya yang membuatnya jadi orang yang mementingkan

penampilan saat ini,

Hm, biasanya aku ngga terlalu pikirin apa yang orang pikirin tentang aku

ya, jadi ya untuk prestise gitu ngga ya, tapi ya sebenernya semua orang

itu kan pengen terlihat baik di hadapan orang-orang jadi ya kalau beli

baju misal ya ga jelek-jelek amat lah, tapi ya ngga bagus-bagus amat yang

sampe narik perhatian gitu. Jadi ya kalau aku beli itu, aku harus pikirin

untuk diri aku dulu, kira-kira aku suka ga ya? jadi ya, terserah orang lain,

suka atau ngga. Tapi dua tahun terakhir ini aku lagi seneng mikir banyak

soal baju yang akan mau aku beli, karena aku pernah diomongin temenku

karena bajuku ngga banget haha dan aku kaya sakit hati gitu, jadi ya

sekarang untuk baju, aku suka mikir yaa ngga malu-maluin lah bajunya

(wawancara dengan Z, 03 Juni 2020).

Berbeda dengan informan V yang menyadari bahwa selain memenuhi

kebutuhan primer, dirinya juga memenuhi kebutuhan tersier yang sudah

diatur dalam jadwal pengeluarannya,

Aku sadar kebutuhan aku. Ya adalah ya beberapa spendings memang

sifatnya tersier, sesuatu yang aku inginkan bukan aku butuhin banget,

untuk self-care haha. Tapi semua itu tetep under my control. Memang

aku jadwalkan aja (wawancara dengan V, 14 Juni 2020).

Senada dengan informan V, informan N juga mengatakan bahwa konsumsi

barang yang dia lakukan biasanya berdasarkan keinginan untuk

memberikan apresiasi pada dirinya setelah melewati atau melakukan

sesuatu, “itu biasanya ke lebih faktor keinginan si, biasanya aku ngasih

reward ke diri sendiri. Reward tu ngasih penghargaan ke diri aku gitu.

Biasanya bentuknya reward makanan si, aku makan enak apa gitu.”

Gaya hidup juga dibungkus dengan status kelas sosial ekonomi

(Pawanti, 2013). Secara tak sadar, masyarakat konsumeris mula i

Page 98: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

84

mengklasifikasi gaya hidup orang lain dan dirinya sendiri yang berujung

pada penggolongan suatu kelas sosial ekonomi tertentu. Jika kita refleksi

secara sadar, pakaian bertujuan menutupi dan melindungi tubuh kita dari

cuaca yang terik dan hujan, akan tetapi berkembangnya gaya yang

didukung dengan bertebarannya iklan, merek, dan tren yang dipakai oleh

selebritis yang sering kita lihat setiap saat membuat kita melihat bahwa

pakaian merepresentasikan pesan dan gaya tertentu. Dari satu klasifikas i

itu, kita tidak lagi mendefinisikan seseorang, tapi juga turut

mendefinisikan suatu kelas atau komunitas tertentu.

5. Keterkaitan Status Sosial dan Identitas Diri dengan Daya Konsumsi

Menarik mengutip perkataan dari Lechte (2001:254) bahwa,

Konsumsi menurut Baudrillard memegang peranan penting dalam hidup

manusia. Konsumsi membuat manusia tidak mencari persamaan,

manusia justru melakukan diferensiasi (perbedaan) yang menjadi acuan

gaya hidup dan nilai, bukan kebutuhan ekonomi (Lechte, 2001:254).

Masyarakat modern meyakini bahwa semakin banyak konsumsi yang

dilakukan, maka hal itu akan berdampak pada golongan status sosialnya

yang akan menjadi semakin tinggi. Baudrillard memaparkan bahwa

konsumsi juga ditentukan oleh seperangkat hasrat untuk memperoleh

status, penghormatan, prestise, dan konstruksi identitas melalui

‘mekanisme penandaan’ (Bakti et al., 2019).

Masyarakat mulai meyakini bahwa konsumsi yang mereka lakukan

akan berdampak besar dan panjang bagi kehidupan pribadi mereka ke

Page 99: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

85

depan. Masyarakat mulai selalu mengaitkan identitas diri sendiri dan orang

lain berdasarkan seberapa banyak konsumsi barang yang telah dibeli dan

jasa yang digunakan. Sehingga hal itu akan memacu masyarakat sedikit

demi sedikit untuk berkonsumsi secara tidak berhenti dan tidak mudah

puas. Dari situ, perubahan gaya hidup seseorang mulai terbentuk.

Informan Z menuturkan bahwa kondisi masyarakat sudah di tahapan yang

akan berjuang penuh untuk terlihat kaya di depan orang lain agar status

sosial dirinya naik, “menurut aku, that’s why banyak orang yang mati-

matian pengen terlihat kaya di depan orang lain, padahal sebenernya dia

ga punya uang sebanyak itu, karna aku sering lihat itu si.” Hal serupa

diungkapkan juga oleh informan I,

Kalau ngeliat realita sosial yang ada di masyarakat, bisa dibilang iya.

Karena beberapa orang pasti tergabung atau berkumpul dengan orang

yang mempunyai status sosial yang sama di mana gaya konsumsinya

cenderung mirip (wawancara dengan I, 03 Juni 2020).

Informan V mengatakan bahwa perbedaan daya konsumsi yang

berujung pada penggolongan status sosial berawal dari SES (Social

Economy Status) bahwa seseorang yang memiliki SES tinggi akan

cenderung mengonsumsi lebih banyak dibanding seseorang yang memilik i

SES rendah, meskipun tidak menutup kemungkinan keduanya berbalik

posisi,

Hmm aku melihat ada perbedaan aja sih. Mungkin bisa dibilang cukup

menentukan. Karena kalau orang yang mungkin daya belinya rendah bisa

dilihat dari barang-barang yang dibeli atau brand-brand yang jadi

preferensi, bisa dilihat juga dari kualitas atau tampilan barangnya. Hal

tersebut akan berbeda banget dengan orang yang memiliki daya beli

tinggi. Beda kebutuhan juga sih untuk orang yang SES (Social Economy

Page 100: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

86

Status)nya tinggi pun akan memiliki kebutuhan yang berbeda juga

dengan yang SES rendah. Tetapi kalau suatu pola perilaku (apakah dia

berlebihan atau tidak) terlepas dari barang yang dibeli itu akan sama-

sama aja. Bisa jadi orang dengan SES rendah jajannya sering banget

sedangkan SES yang lebih tinggi belanja sesuai kebutuhan aja atau

sebaliknya. Sama aja itu disebut pola konsumsi berlebihan (wawancara

dengan V, 14 Juni 2020).

Baudrillard dalam bukunya yang berjudul The Consumer Society

pada tahun 1998 mengungkapkan,

One of the strongest proofs that the principal and finality of consumption

is not enjoyment or pleasure that is now something which is forced upon

us, something institutionalized, not as right or pleasure but as the duty of

citizen (Baudrillard 1998)

Atau bisa diartikan bahwa konsumen tidak lagi melakukan tindakan

konsumsi suatu objek atas dasar kebutuhan atau kenikmatan, tetapi juga

untuk mendapatkan status sosial tertentu dari nilai tanda yang diberikan

(Pawanti, 2013). Implikasinya adalah bahwa konsumsi menjadi bentuk

simbol aktif dari konstruksi identitas (Bakti et al., 2019). Masyarakat

konsumeris mulai mengonstruksi ulang identitas diri mereka dengan cara

berkonsumsi secara terus menerus tanpa melihat dampak buruk di masa

depan baik secara psikologis maupun habisnya pendapatan. Identitas diri

yang akan berimplikasi pada pembawaan status sosial seakan menjadi

faktor penentu nyaman dan tenangnya hidup seseorang. Hal ini didukung

dengan keterangan dari Paul du Gay, et al. dalam bukunya yang berjudul

Doing Cultural Studies: The Stories of the Sony Walkman (1997) yang

menelusuri bahwa sejarah munculnya kritik atas budaya konsumtif dalam

masyarakat konsumeris adalah fakta bahwa kebanyakan konsumen

melakukan kegiatan konsumsi demi penentuan identitas diri mereka.

Page 101: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

87

Penentuan ‘siapa aku’ atau status diri ditemukan dengan mengonsumsi

produk yang citra luarnya bisa mengangkat derajat identitas dirinya. (Paul

du Gay, et al, 1997: 99-102). Alhasil masyarakat konsumeris akan

memaknai eksistensi dirinya dan juga orang lain berdasarkan barang-

barang yang sudah dibeli dan konsumsi jasa serta pengalaman yang

didapat. Baudrillard mengungkapkan bahwa masyarakat konsumeris perlu

melakukan kegiatan konsumsi sebagai upaya untuk merasa hidup.

Ritzer dalam kata pengantar di buku The Consumer Society karya

Jean Baudrillard (2010: 137) membahasakan fenomena ini dengan

kalimat, “Ketika kita mengonsumsi objek, maka kita mengonsumsi tanda,

dan sedang dalam prosesnya kita mendefinisikan diri kita.” Tanda yang

terpatri dalam barang dan jasa membuat kita mendefinisikan diri dengan

tanda yang muncul. Padahal sejatinya, tanda itu sendiri dibuat oleh pihak

eksternal di luar diri kita, produsen yang memasarkan barangnya melalui

iklan, lalu dipakai oleh selebriti dan kalangan atas, perlahan mula i

merasuki kehidupan masyarakat perkotaan. Masyarakat perkotaan yang

terpapar dengan paparan citra-citra tersebut akan terus merasa haus

eksistensi, haus dengan konsumsi barang dan pengalaman jasa yang

ditawarkan oleh barang-barang buatan produsen, yang menimbulkan

identitas diri kita adalah citra barang dan jasa yang kita konsumsi selama

ini. Produsen di sini pada akhirnya akan berkembang menjadi kapitalisme

postmodern (Ritzer, 2010:69). Senjata kapitalisme global ini kalau

meminjam istilah Berger (2010: 205-206) dinamakan culture code, sebuah

Page 102: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

88

struktur rahasia yang membentuk atau setidaknya mempengaruhi perilaku

masyarakat yang akan membuat hidup masyarakat didikte oleh eksistens i

objek.

Skema III.B.5. Analisis Perubahan Pola Konsumsi dengan Teori Jean

Baudrillard

C. Sarana Penggunaan E-Wallet

Masif dan tingginya pengguna e-wallet salah satunya diliha t

berdasarkan nominal transaksi pada pertengahan tahun 2019 yang mencapai

angka lebih dari Rp 56 triliun (Tirto.id, 2019). Selain itu hal ini ditunjang

dengan terdigitalisasinya berbagai pembayaran, dari hal primer hingga

sekunder, dari pembayaran di toko perbelanjaan (mall) besar hingga warung

makan pinggir jalan. Melihat pada variasi fitur yang bisa dibayar

menggunakan e-wallet, informan W mengungkapkan, pembayaran

Membuat terjadinya

pergeseran nilai

primer dan

sekunder

Produsen

memproduksi

barang secara

melimpah

Terbentuknya

masyarakat

konsumerisme

Berpengaruh pada

identitas diri dan

status soial

Melalui sarana iklan

yang berbahasa

persuasif

Menjadi sign

dan symbol

value

Menimbulkan

pergeseran use

dan exchange

value dalam

berkonsumsi

Kesejahteraan

masyarakat

meningkat

Page 103: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

89

kebutuhan rumah tangga sehari-hari menjadi prioritasnya dalam pembayaran

menggunakan e-wallet, “pembayaran PAM rutin tiap bulan lewat GoPay,

beli makanan, serta memesan transportasi online.” Informan Z menuturkan

bahwa pembelian skincare hingga belanja online dibayarnya dengan

penggunaan e-wallet,

Haha banyak banget yang aku pake dari GoRide (memesan transportasi

online), GoFood (memesan makanan online), beli pulsa, bayar pulsa listrik,

bayar skincare di sociolla (bayar dengan GoPay dan OVO), dan bayar

barang di Tokopedia (bayar dengan OVO) (wawancara dengan Z, 03 Juni

2020).

Gambar III.C.1.Poster Cashback Sociolla dengan GoPay dan Promo Pembayaran Tagihan Rumah Tangga dengan OVO

Sumber: Twitter OVO dan Sociolla (diunduh pada 10 Agustus 2020)

Bahkan informan F menuturkan bahwa investasi yang dilakukannya bisa

dibayar dengan e-wallet yang memudahkannya untuk membayar,

Aku pake e-wallet untuk pesan transportasi online, belanja barang-barang

di Tokopedia (bayar dengan OVO), belanja make up di Sociolla (bayar

dengan GoPay dan OVO), investasi di Bibit (bayar dengan GoPay), dan

beli kebutuhan game (wawancara dengan F, 04 Juni 2020).

Page 104: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

90

Informan V menyebutkan sebagai karyawan di GO-JEK, transaksi dengan e-

wallet adalah hal yang wajar, mengingat semua keperluan transaksi

menggunakan e-wallet (GoPay),

Karena aku kerja di GO-JEK haha jadi semua transaksi di kantor pakai

GoPay, aku pake untuk pesen transportasi online, bayar tagihan (listrik,

pascabayar, dll), pesen makanan utama juga sering karena bunda suka

capek masak, jadi suka beli makan malam online, kita juga suka pesen

makanan dessert yang manis-manis gitu, terus aku hampir tiap hari beli

kopi-kopi gitu si, haha, di kantor dan di deket rumah aku ada toko

langganan (wawancara dengan V, 14 Juni 2020).

Teknologi pada hakikatnya diciptakan untuk memudahkan

kehidupan manusia menjadi lebih baik dan lebih maju. Manusia sebagai

pencipta dan pemilik teknologi diharap tidak menjadi budak atas ciptaannya

sendiri. Sebagaimana konsumsi dan produksi yang akan terus ada dari hidup

manusia, namun yang membedakan kita dengan ciptaan Tuhan lainnya adalah

kemampuan kita mengendalikan kontrol atas keinginan dan kebutuhan diri.

D. Perubahan Sebelum dan Sesudah Berkonsumsi dengan E-Wallet

Manusia ternyata juga mengalami evolusi (Bakti et al., 2019). Bukan

dalam makna biologis, akan tetapi orientasi manusia dalam berkonsumsi. Pada

awalnya konsumsi dilakukan untuk bertahan hidup (survive) dan memenuhi

kebutuhan (needs), namun sekarang konsumsi dilakukan untuk pemuasan

hasrat (desire) dan gaya hidup (lifestyle).

Konsumsi di era kini beralih dari konsumsi konvensional menjadi

konsumsi modern, dari menyimpan uang di dalam rumah hingga menyimpan

Page 105: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

91

di bank dan koperasi, dari menggunakan uang tunai perlahan menggunakan

uang yang tersimpan di dalam kartu sampai akhirnya menyimpan uang dalam

bentuk dompet digital (e-wallet). Semua perubahan ini dirasa masyarakat di

tiap generasi. Generasi pemuda atau biasa disebut generasi Y adalah generasi

yang paling adaptif dan reaktif terhadap perubahan ini, yakni perubahan dari

penggunaan uang tunai menjadi penggunaan dompet digital. Banyak sekali

perubahan yang telah terjadi, salah satunya sekarang kita mengenal belanja

online.

Belanja online adalah tawaran jenis konsumsi baru yang didesain

oleh produsen untuk memudahkan konsumen dalam melakukan konsumsi.

Belanja online tidak hanya terkenal di kalangan generasi pemuda, namun

generasi orang tua juga turut mencoba mengikuti tren ini. Hal ini sangat wajar

mengingat belanja online memiliki beberapa keunggulan, seperti konsumen

tidak lagi perlu keluar rumah untuk membeli kebutuhan primer hingga

sekunder, cukup memesan, transfer uang, tunggu paket datang di depan rumah

dalam beberapa waktu. Bukan hanya dari sisi praktis, bisa dilihat dari segi

ekonomis juga. Harga yang ditawarkan sering kali lebih murah dari pusat

perbelanjaan, mengingat tidak adanya biaya operasional yang dibutuhkan pada

toko online. Saat ini belanja online tidak sekedar menjadi tren, namun belanja

online sudah memasuki tahap gaya hidup modern, karena adanya hemat uang

dan waktu.

Perubahan gaya hidup seperti ini membuat para pemangku bisnis

mencari peluang baru yakni dengan mengeluarkan dompet digital (e-wallet).

Page 106: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

92

E-wallet adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan rekening pengguna

untuk dibayarkan kepada penjual berupa pemotongan saldo yang ada pada

rekening pengguna (Suara.com, 2019). E-wallet yang difokuskan peneliti pada

tulisan ini adalah GoPay, OVO, dan Dana. Pembayaran yang dilakukan secara

aman dan nyaman, adanya promo, diskon, dan cashback yang ditawarkan

membuat tingginya minat penggunaan e-wallet di masa kini. Informan Ad

menuturkan bahwa dirinya menggunakan e-wallet karena praktis, mutu

layanan vendor e-wallet yang baik, serta adanya pemasukan dan pengeluaran

yang tercatat dengan baik,

Kalau dari pengalaman saya, saya menggunakan e-wallet karena

kepraktisan dan pencatatan keluar-masuk uang yang rapi dibanding

ketika saya menggunakan dan mencatat pengeluaran saya menggunakan

uang tunai (wawancara dengan Ad, 03 Juni 2020).

Begitupun dengan informan W yang mengungkapkan praktis, simpel, adanya

promo, serta adanya pencatatan setiap transaksi membuatnya menggunakan

e-wallet, “simpel (bawa gadget kemana-mana cukup tanpa bawa dompet),

minim resiko (uang) hilang, historical transaksi terrecord dengan baik, dan

banyak promo.” Hal ini juga turut diamini G, pencatatan tiap transaksi, tidak

perlu membawa uang tunai, serta promo, “untuk memudahkan tracking

pengeluaran setiap bulan, tidak harus membawa banyak cash setiap saat dan

mendapatkan promo-promo tertentu.” Informan Z juga menuturkan hal yang

sama bahwa bagi dirinya yang sering lupa dengan transaksi yang sudah dia

lakukan, pencatatan tiap transaksi sangat membantunya,

Males pegang cash dan kalau di e-wallet kan ada history pemakaiannya

untuk apa aja, karna kadang-kadang kita suka lupa itu uangnya dipake

Page 107: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

93

untuk apa aja ya, jadi kalau pake e-wallet itu bisa ke-track penggunaanya

untuk apa aja (wawancara dengan Z, 03 Juni 2020).

Tidak perlu membawa uang tunai yang suka membuat dompet gemuk juga

adalah salah satu keuntungan menggunakan e-wallet. Seperti yang

diungkapkan informan N bahwa harga yang ditawarkan di toko yang

pembayarannya menggunakan e-wallet memberikan banyak manfaat

untuknya, salah satunya cashback,

Jadi gini, misal jajan di warung/tukang konvensional kan kebanyakan ga

bisa pake e-wallet dan kadang harganya itu lebih mahal. Nah kalau aku

belanja di Hypermart misal atau di merchant-merchant yang dia itu kerja

sama dengan e-wallet itu kan ada cashbacknya juga kan. Tapi itu

tergantung kebutuhan juga kan, kaya Hypermart itu kan menyediakan

kebutuhan bulanan yang aku butuh, terus ada juga Alfamart yang sesekali

aku beli (produknya) (wawancara dengan N, 03 Juni 2020).

Manfaat lain dirasakan informan Ang yang menuturkan bahwa kehadiran e-

wallet membuatnya tidak perlu khawatir dengan uang hilang dan ketingga lan

di rumah, karena uang sudah tersimpan dengan baik di dalam ponsel pintar

yang selalu dibawa kemana-mana,

Sebenernya saya tipe yang ga bisa pegang uang cash gitu, karena takut

hilang, ketinggalan, dll. E-wallet ini kan ada di hp ya, barang yang ga

pernah ketinggalan, kalau kita kurang duit, tinggal minta orang rumah

untuk kirimin duit ke e-wallet kita (wawancara dengan Ang, 03 Juni

2020).

Gambar III.D.Poster Ajakan Tidak Perlu Bawa Cash

Page 108: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

94

Sumber: www.tokopedia.com (diunduh pada 15 Agustus 2020)

Perubahan dari sisi transaksi ini tidak hanya berpengaruh pada satu

lini, akan tetapi juga berdampak pada beberapa hal. Dari sisi pemerintah,

kehadiran e-wallet diyakini mampu bisa menjadi penggerak utama negara kita

menuju Less Cash Society. Hal ini dilihat berdasarkan manfaat e-wallet yang

tidak hanya memberikan dampak bagi para pemangku bisnis dan juga

konsumen yang menggunakannya, namun juga bagi masa depan negara yang

bertujuan menjadi negara modern, bermartabat, mengikuti zaman, dan turut

membangun perekonomian.

Perubahan-perubahan ini tidak bisa kita sangkal, baik dari sisi

perubahan baik, maupun buruknya. Dari sisi baiknya, masyarakat menjadi

aman dan nyaman untuk melakukan transaksi tanpa harus keluar rumah untuk

berbelanja langsung di toko, masyarakat juga tidak perlu lagi mencatat

pengeluaran dan pemasukan karena semua sudah tercatat rapi di aplikasi e-

wallet, berbagai pembayaran kebutuhan rumah tangga dan keluarga seperti

Page 109: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

95

pembayaran PAM, listrik, telepon, wi-fi, BPJS, dan tagihan asuransi lainnya

mampu dengan aman dan tepat waktu dibayar karena e-wallet memberikan

fitur reminder/pengingat. Dari sisi ekonomis, belanja online dan belanja

dengan transaksi e-wallet juga seringkali memberikan harga lebih murah,

sehingga dalam satu bulan dengan nominal angka yang sama masyarakat bisa

membeli beberapa barang dibanding saat berbelanja langsung di toko dengan

uang tunai. Manfaat selanjutnya adalah semakin berangsur-angsur kita akan

melihat minimnya kriminalitas yang terjadi, khususnya pada penggelapan uang

dan pencurian dompet dan uang tunai, karena semua uang sudah dimasukan

dengan aman di dalam kartu dan juga di dompet digital.

Perubahan-perubahan baik ini memang diiringi dengan adanya

perubahan buruk, seperti bertambah banyaknya masyarakat hedonis dan

masyarakat konsumeris, di mana mereka terus melakukan kegiatan konsumsi

tanpa melakukan beberapa pertimbangan terlebih dahulu. Kita menghadapi era

konsumsi tanpa mengeluarkan uang secara fisik yang mana membuat kita

menjadi psikis merasa ‘belum melakukan transaksi’ sehingga keinginan untuk

melakukan konsumsi lagi dan lagi akan terus terjadi dan berulang. Kriminalitas

juga tidak lagi terjadi di jalanan, kriminalitas mulai terjadi di media-med ia

sosial dengan bantuan internet, penipuan berkedok keluarga, teman, dan

sebagainya acap kali terjadi di e-wallet. Perubahan buruk ini tentunya bisa kita

minimalisir sebagai manusia yang berakal, dengan terus belajar dan

memperbaiki sistem yang ada sehingga muatan untuk munculnya kriminalitas

dan dampak negatif lainnya bisa tereduksi.

Page 110: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

96

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Saat ini pemuda perkotaan, khususnya di kota Jakarta Selatan telah

mengalami evolusi/perubahan pada esensi pola konsumsi. Konsumsi yang

sejatinya adalah fenomena kehidupan yang lazim tidak akan pernah

tergantikan mulai bergeser esensinya dari motivasi konsumsi yang dilakukan

untuk bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan menjadi konsumsi untuk

pemuasan hasrat dan gaya hidup.

Kehadiran transaksi digital hadir untuk memenuhi perubahan pola

konsumsi ini. Sedikit banyak, keduanya saling memberikan pengaruh antara

pola konsumsi yang kian meningkat pada pembelian barang-barang primer

dan sekunder dengan tingginya penggunaan e-wallet yang terbukti pada

tingginya peredaran uang dari tahun ke tahun.

E-wallet melalui berbagai promosi dan iklan yang terpampang di

berbagai tempat dari smartphone, internet, media massa, sosial media, hingga

TV dan billboard dengan bahasanya yang persuasif, serta tampilan gambar

dan warna yang menarik mata membuat siapa saja seakan tersihir untuk

membelinya. Pemuda akhirnya ditemukan pada pilihan jalan untuk terus

melakukan kegiatan transaksi baik secara offline maupun online melalui

online shopping. Hal itu selanjutnya juga akan berdampak pada kebingungan

pemuda dengan definisi ‘keinginan’ dan ‘kebutuhan’ hidupnya.

Page 111: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

97

Iklan yang sejatinya dibuat untuk memasarkan produk, sekarang

mulai memuat tanda-tanda dan citra tertentu bagi masyarakat untuk

menggunakan objek tersebut. Masyarakat diiming-iming dengan tanda dan

citra yang akan melekat pada dirinya jika mengonsumsi objek itu. Terlebih

pada pemuda perkotaan yang aktif mengikuti zaman, tak gaul rasanya jika tak

mengikuti perkembangan zaman; gengsi, prestise, dan gaya menjadi

pertimbangan. Logika konsumsi pemuda akhirnya mulai tergeser dari

membeli barang karena use dan exchange value menjadi sign dan symbolic

value.

Pergeseran ini secara nyata dialami dari perubahan nilai barang

primer serta barang sekunder. Semua barang yang ada rasanya adalah

komoditi penunjang sarana hidup. Konsumsi tidak lagi menjadi alasan bagi

pemuda untuk keluar rumah guna membeli barang dan mengonsumsi jasa

karena utilitas dan harganya, namun konsumsi sudah menjadi interaks i

simbolik bagi pemuda untuk mencari dan menemukan identitas diri dan status

sosial mereka melalui penandaan dan penilaian yang diberikan masyarakat

terhadap komoditi itu. Jean Baudrillard dengan apik menggiring konsep

pemikiran ekonomi dari Karl Marx yang mengindikasikan use value dan

exchange value sebagai penggerak utama hadirnya pasar, hingga akhirnya

mulai memudar dan menemukan dua objek baru, yakni sign value dan

symbolic value.

Istilah masyarakat konsumeris mulai melekat bagi mereka yang

menjadikan konsumsi sebagai penanda keberadaan seseorang. Semakin

Page 112: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

98

banyak dan beragam konsumsi yang digunakan, akan berdampak pada

semakin tinggi status sosial dirinya di masyarakat. Tidak selesai hanya pada

status sosial, identitas diri sendiri dan orang lain juga mulai dikaitkan dengan

banyaknya konsumsi yang sudah dilakukan. Pemuda mulai melihat jati

dirinya dan jati diri orang lain berdasarkan seberapa banyak konsumsi barang

dan jasa yang sudah digunakan. Pergeseran nilai sosial ini tidak terjadi tiba-

tiba. Dunia yang modern yang diiringi dengan berkembangnya teknologi

membuat proses konsumsi semakin mudah dilakukan. Pembayaran era baru

yang mengusung keamanan, kenyamanan, kecanggihan, efisiensi, serta

keuntungan di sisi ekonomi membuat pemuda tak bisa menutup mata untuk

tidak menggunakan pembayaran ini.

Era pembayaran baru, yakni pembayaran dengan dompet digita l

sedikit banyak telah berperan pada perubahan pola konsumsi yang terjadi.

Perubahan pola konsumsi pada transaksi digital memang sudah terjadi,

bahkan di masa sebelum e-wallet terjadi, tepatnya pada kehadiran e-money

dan kartu ATM. Sedikit banyak, perubahan pola konsumsi ini menjadikan

masyarakat perkotaan mulai menjadikan transaksi digital adalah gaya hidup

mereka sehari-hari.

Melalui kemudahan pembayaran, ekonomis, serta adanya efisiens i

pencatatan pengeluaran dan pemasukan, dompet digital menjadikan

masyarakat milenial kota Jakarta Selatan mulai terubah esensi konsums i

mereka. Hal ini didukung dengan adanya penawaran pembayaran pada

beberapa marketplace yang terintegrasi langsung dengan e-wallet. Sehingga

Page 113: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

99

e-wallet memiliki beragam fitur pembayaran dari pembayaran kebutuhan

rumah tangga seperti pembayaran wi-fi, BPJS, PAM, listrik, telepon, tagihan

asuransi, dan lain-lain, hingga pembayaran kebutuhan sekunder, seperti

pembayaran marketplace untuk pembelian alat-alat hobi dan kesenangan.

B. Saran

Jean Baudrillard telah memberikan kita pemahaman bahwa

konsumsi yang kita lakukan saat ini adalah konsumsi tanda. Konsumsi tanda

yang bertujuan untuk meningkatkan status sosial dan juga harga diri

(prestise). Mengetahui realitas ini, kita sebagai masyarakat modern yang

berpikiran maju serta berpendidikan hendaklah tidak terjebak pada delusi

konsumsi seperti ini. Hendaknya konsumsi kita harus didasarkan pada

kebutuhan diri dan kesanggupan diri untuk membayarnya, bukan untuk

meningkatkan prestise, terbujuk rayuan iklan, dan motivasi lainnya. Hal-hal

tersebut nantinya jika dilakukan secara terus menerus oleh banyak orang akan

membentuk masyarakat konsumeris yang lebih memilih untuk menjadi

konsumen daripada menjadi produsen. Selain itu, masyarakat konsumeris

juga bisa tak sehat secara mental karena identitas dirinya sendiri saja harus

ditentukan dari sesuatu yang berasal dari luar dirinya, komoditi yang melekat

pada tubuhnya. Memperhatikan skala prioritas kebutuhan, tidak boros, serta

tidak terbujuk oleh rayuan iklan adalah langkah-langkah yang tepat untuk

digunakan.

Page 114: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

100

Bagi pemerintah provinsi DKI Jakarta dan pemerintah kota Jaka

Selatan serta pihak lain yang berkepentingan, tentunya diharapkan untuk

melihat sisi dampak sosial dari konsumsi, bukan hanya pada perkembangan

angka ekonomi. Konsumsi memang harus berjalan demi tingkat ekonomi

yang stabil, namun melihat kota Jakarta Selatan memiliki tingkat konsumsi

tertinggi se-Indonesia selama beberapa waktu juga perlu diperhatikan

alasannya. Apakah hal ini terjadi karena tingkat kemakmuran masyarakat

kian meningkat atau karena ada unsur sosial lain yang dilakukan masyarakat

dalam melakukan kegiatan konsumsi.

Terakhir bagi peneliti selanjutnya bisa melakukan penelit ian

dengan tema yang sama di lokasi yang berbeda. Penelitian ini bisa dilakukan

dengan baik karena melihat kota Jakarta Selatan sebagai penyangga ibukota

yang tingkat kesejahteraan masyarakatnya tinggi, pendidikan yang baik,

memiliki penduduk dengan rata-rata di usia produktif, dan lain sebagainya.

Peneliti berharap, penelitian selanjutnya bisa dilakukan di lokasi-lokasi lain

dengan mempertimbangkan kriteria yang ada. Secara khusus, penelit ian

selanjutnya juga bisa melakukan diferensiasi dari sisi pertanyaan penelitian,

fokus kajian, subjek dan lokasi penelitian, hingga metode penelitian.

Page 115: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

101

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

BPS. 2020. Kota Administrasi Jakarta Selatan Dalam Angka 2020 (Jakarta

Selatan Municipality Figures). Jakarta: Badan Pusat Statistik.

BPS. 2020. Kota Jakarta Selatan dalam Infografis 2019. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

BPS. 2020. Peta Tematik Kota Jakarta Selatan 2020. Jakarta: Badan Pusat

Statistik.

BPS. 2019. Statistik Kesejahteraan Rakyat Kota Administrasi Jakarta Selatan 2019. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

BPS. 2019. Statistik Daerah Kota Administrasi Jakarta Selatan 2019. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Baudrillard, Jean. 2008. Masyarakat Konsumsi. Seventh. edited by A. Sumrahadi. Jogjakarta: KREASI WACANA.

Firmansyah, Herlan, and Wiji Purwanta. 2014. Buku Panduan Guru Ekonomi SMA/MA Muatan Kebanksentralan. Bank Indonesia; Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Moleong, Lexy J. 2004. “Metodologi Penelitian Kualitatif.” Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sumber Jurnal:

Ansori, Mohammad Hasan. 2009. “Consumerism and the Emergence of a New Middle Class in Globalizing Indonesia.” Explorations 9:87–97.

Bakti, Indra Setia, Nirzalin Nirzalin, and Alwi. 2019. “Konsumerisme

Dalam Perspektif Jean Baudrillard.” Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) 13(2):147–66.

Dewi, Fransisca Iriani Roesmala, and P. Tommy Y. Sumatera Suyasa. 2017. “Perbandingan Perilaku Konsumtif Berdasarkan Metode Pembayaran

Perbandingan Perilaku Konsumtif Berdasarkan Metode Pembayaran.” Jurnal Phronesis 7(2):172–99.

Fadhilah. 2011. “Relevansi Logika Sosial Konsumsi Dengan Budaya

Konsumerisme Dalam Epistemologi Jean Baudrillard.” Jurnal Kybernam 2(12):19.

Firmansyah, Herlan, and Wiji Purwanta. 2014. Buku Panduan Guru

Ekonomi SMA/MA Muatan Kebanksentralan. Bank Indonesia;

Page 116: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

102

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Hapsari, Paramita W., Sudung M. Manurung, and Putri Andam Dewi. 2017.

“Perilaku Konsumsi Dan Produksi Komunitas Penggemar.” Wahana 1(12):44–52.

Huwaydi, Yasir, and Satria Fadil Persada. 2018. “Analisis Deskriptif

Pengguna Go-Pay Di Surabaya.” Jurnal Teknik ITS 7(1):1–5.

Iryana;, and Rizky Kawasati. 2018. “Teknik Pengumpulan Data Metode Kualitatif.” Ekonomi Syariah Sekolah Tinggi Islam Negeri (STAIN) Sorong 4(1):17.

Kushendrawati, Selu Margaretha. 2006. “Masyarakat Konsumen Sebagai

Ciptaan Kapitalisme Global: Fenomena Budaya Dalam Realitas Sosial.” Makara Human Behavior Studies in Asia 10(2):49.

Mufidah, Nur Lailatul. 2006. “Pola Konsumsi Masyarakat Perkotaan: Studi

Deskriptif Pemanfaatan Foodcourt Oleh Keluarga.” Biokultur 1(2):157–78.

Nelasari, Putri Ratna;, and Hendry Cahyono. 2018. “Pengaruh Sistem

Transaksi Non Tunai Terhadap Tingkat Konsumsi Masyarakat Di Surabaya.” Jurnal Ekonomi Islam 1(2):165–71.

Ningrum, Vanda. 2017. Pemuda Dalam Studi Sosial. Jakarta.

Pawanti, Mutia Hastiti. 2013. “Masyarakat Konsumeris Menurut Konsep

Pemikiran Jean Baudrillard.” 1–9.

Putra, Yanuar Surya. 2016. “Theoritical Review: Teori Perbedaan Generasi.” Among Makarti (1952):123–34.

Rafa’al, Mubaddilah. 2017. “Identitas Gaya Hidup Dan Budaya Konsumen Dalam Mengkonsumsi Brand The Executive.” Jurnal Komunikasi

Profesional 1(1):49–57.

Raharjo Jati, Wasisto. 2015. “Less Cash Society: Menakar Mode Konsumerisme Baru Kelas Menengah Indonesia.” Jurnal

Sosioteknologi 14(2):102–12.

Ramadani, Laila. 2016. “Pengaruh Penggunaan Kartu Debit Dan Uang Elektronik (E-Money) Terhadap Pengeluaran Konsumsi Mahasiswa.”

Jurnal Ekonomi Dan Ekonomi Studi Pembangunan 8(1):1–8.

Umanailo, M. Chairul Basrun. 2018. “Konsumerisme.” Kajian Dan Analisis Sosiologi Dalam Bentuk Kumpulan Essay, Makalah Dan Opini (March):107.

WIDJOJO, AHMAD TANOE. 2018. “ANALISIS NILAI-NILAI MODAL

SOSIAL SEBAGAI KONSTRUKSI KESEJAHTERAAN GENERASI MILLENIAL.” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 117: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

103

Sumber Internet:

Bank Indonesia. Edukasi – Financial Technology.

https://www.bi.go.id/id/edukasi-perlindungan-konsumen/edukasi/produk-dan-jasa-sp/fintech/Pages/default.aspx,

diunduh pada 16 April 2020.

Bank Indonesia. Sistem Pembayaran. https://www.bi.go.id/id/peraturan/sistem-pembayaran/Pages/pbi_184016.aspx, diunduh pada 16 April 2020.

Analisa.id. 2019. “Sejarah Panjang Ovo : Startup Unicorn Kelima

Indonesia.”

DetikInet, Rachmatunnisa. 2019. “10 Fakta Persaingan GoPay, Ovo, LinkAja, Dan Dana Cs.” Retrieved April 20, 2020

(https://inet.detik.com/business/d-4666061/10-fakta-persaingan-gopay-ovo-linkaja-dan-dana-cs).

IPrice, Vivin Dian. 2019. “Siapa Aplikasi E-Wallet Dengan Pengguna

Terbanyak Di Indonesia?” Retrieved June 30, 2020 (https://iprice.co.id/trend/insights/e-wallet-terbaik-di- indonesia/).

Katadata, Desy Setyowati. 2019. “Riset: Kalahkan OVO, GoPay Paling Banyak Digunakan Tahun Ini.” Retrieved April 20, 2020

(https://katadata.co.id/berita/2019/11/27/riset-kalahkan-ovo-gopay-paling-banyak-digunakan-tahun- ini,).

Katadata, Pingit Aria. 2019. “OVO Jadi Dompet Digital Terbesar Di

Indonesia Berkat Ekosistem Grab.” Retrieved June 30, 2020 (https://katadata.co.id/berita/2019/09/25/ovo-jadi-dompet-digital-terbesar-di-indonesia-berkat-ekosistem-grab).

Katadata, Tim Publikasi. 2019. “Transaksi Digital Ubah Pola Konsumsi Masyarakat.” Katadata. Retrieved April 16, 2020 (https://katadata.co.id/infografik/2019/04/11/transaksi-digital-ubah-

pola-konsumsi-masyarakat#).

Suara.com, Tri Apriyani. 2019. “E-Wallet Alat Transaksi Dan Pembayaran Zaman Now.” Retrieved June 25, 2020

(https://www.suara.com/yoursay/2019/12/19/140313/e-wallet-alat-transaksi-dan-pembayaran-zaman-now?page=1,).

Tirto.id, Ahmad Zaenudin. 2019. “Gopay Vs OVO Dompet Digital Bertarung Memaksimalkan Dukungan.” Retrieved November 1, 2019

(https://tirto.id/gopay-vs-ovo-dompet-digital-bertarung-memaksimalkan-dukungan-egmF).

Tirto.id, Ringkang Gumiwang. 2018. “Candu Uang Elektronik Para

Page 118: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

104

Milenial.” Retrieved April 17, 2020 (https://tirto.id/candu-uang-

elektronik-para-milenial-c5jY).

www.jakarta.go.id

Diunduh pada 20 Juni 2020.

gojek.com

Diunduh pada 20 Juni 2020.

www.grab.com

Diunduh pada 20 Juni 2020.

dana.id

Diunduh pada 20 Juni 2020.

https://kbbi.kemdikbud.go.id

Diunduh pada 20 Juni 2020.

http://statistik.jakarta.go.id/jumlah-penerbitan-akta-kelahiran-dan-kematian-

penduduk-dki-jakarta-sepanjang-tahun-2018-dan-2019/

Diunduh pada 19 Oktober 2020.

Sumber Wawancara:

Wawancara pribadi dengan informan G (Karyawan), 02 Juni 2020

Wawancara pribadi dengan informan W (Karyawan), 03 Juni 2020

Wawancara pribadi dengan informan Ad (Karyawan), 03 Juni 2020

Wawancara pribadi dengan informan N (Mahasiswa), 03 Juni 2020

Wawancara pribadi dengan informan Ang (Mahasiswa) 03 Juni 2020

Wawancara pribadi dengan informan Z (Mahasiswa), 03 Juni 2020

Wawancara pribadi dengan informan I (Mahasiswa), 03 Juni 2020

Wawancara pribadi dengan informan F (Mahasiswa), 04 Juni 2020

Page 119: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

105

Wawancara pribadi dengan informan S (Karyawan), 05 Juni 2020

Wawancara pribadi dengan informan V (Karyawan), 14 Juni 2020

Page 120: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xv

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1: PEDOMAN WAWANCARA

A. Gambaran Umum

No. Pertanyaan Pokok

1. Pemasukan dalam sebulan

2. Pengeluaran dalam sebulan

3. Mempertimbangkan pandangan orang lain terkait konsumsi

dengan e-wallet

B. Konsumerisme

No. Pertanyaan Pokok

1. Definisi Konsumerisme

2. Tujuan konsumsi menggunakan e-wallet

3. Perubahan gaya konsumsi sebelum dan sesudah menggunakan e-

wallet

4. Ada pertimbangan saat memulai konsumsi

5. Citra terbangun dari barang-barang mahal

6. Tergiur dengan iklan, promo, cashback, diskon dari e-wallet

7. Dampak positif dan negatif saat berbelanja secara berlebihan

8. Pandangan atas orang lain yang konsumtif

9. Menggolongkan diri sebagai konsumerime atau tidak

Page 121: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xvi

C. Dompet Digital

D. Milenial

No. Pertanyaan Kunci

1. Menjelaskan milenial Jakarta Selatan

2. Perbedaan milenial Jakarta Selatan dengan milenial daerah lain

3. Pengaruh identitas diri dengan gaya konsumsi

No. Pertanyaan Pokok

1. Waktu memulai menggunakan e-wallet

2. Jumlah kepemilikan e-wallet

3. Fitur tersering yang digunakan di e-wallet

4. Sarana top up e-wallet

5. Batasan maksimal dan minimal saat top up e-wallet

6. Frekuensi penggunaan e-wallet dalam seminggu

Page 122: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xvii

LAMPIRAN 2: DOKUMENTASI WAWANCARA

Page 123: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xviii

LAMPIRAN 3: TRANSKRIP WAWANCARA

Transkrip Wawancara 1

Keterangan

Pn: Peneliti

Nr: Narasumber

Nama : V

Usia : 25 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Profesi : Karyawan

Tanggal Wawancara : 14 Juni 2020/11:28 WIB

Sarana : Google Docs

Pn: Berapa pemasukan Anda dalam sebulan?

Nr: Dibuat dalam bentuk range aja yaa :) 15 - 25 juta

Pn: Berapa pengeluaran Anda dalam sebulan menggunakan e-wallet?

Nr: Sekitar 4 jutaan kayaknya

Pn: Apakah Anda mempertimbangkan pandangan orang lain tentang diri Anda?

Nr: Tergantung sih yaa. Kalau memang pandangan tersebut merupakan suatu

feedback yang membangun/konstruktif pasti bakal aku pertimbangkan dengan

sangat karena fungsinya untuk perbaikan diri. Namun, kalau kritik yang sifatnya

menjelekkan, tidak didasari bukti dan masukan-masukan agar lebih baik lagi gak

terlalu aku pikirin sih..

Pn: Menurut Anda, apakah konsumerisme itu?

Nr: Kayaknya sih ketika individu atau seseorang telah mengonsumsi sesuatu secara

berlebihan.. Di luar kemampuan diri atau mungkin untuk sesuatu yang bersifat

tersier, bukan untuk memenuhi kebutuhan primer

Pn: Apakah Anda menjadikan konsumsi sebagai inti aktivitas kehidupan Anda?

Page 124: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xix

Nr: Tidak

Pn: Apa tujuan Anda saat melakukan konsumsi menggunakan e-wallet?

Nr: Untuk bayar transportasi online, food delivery, untuk bayar tagihan, bayar kopi

di kantor atau daerah sekitar kantor, pengiriman paket, beberapa kali pakai untuk

bayar makan di restoran atau jajan-jajan minuman to-go seperti Tuku, Chatime,

Kokumi, dll

Pn: Apakah terjadi perubahan gaya konsumsi Anda di masa sebelum dan sesudah

penggunaan e-wallet?

Nr: Sebenernya sejak punya tools financial kayak m-banking, e-wallet gitu jadi

lebih banyak konsumsinya sih dibanding sebelumnya yang mengandalkan cash

Pn: Jika iya, sejauh mana perubahan itu terjadi?

Nr: Hmm mungkin ini juga dipengaruhi oleh daya beli dan kebutuhan aku di usia

sekarang dengan di usia sebelumnya. Kalau sekarang kebutuhannya lebih banyak

jadi spendings lebih banyak, tapi itu semua kebutuhan primer sih. Mungkin untuk

hal-hal tersier atau mungkin yang gak aku butuhin banget sih ga terlalu jauh ya.

Semua masih aku kontrol atau dalam budget aku.

Pn: Menurut Anda, apa yang membuat pola konsumsi Anda jadi berubah setelah

berkonsumsi menggunakan e-wallet?

Nr: Kalau pake e-wallet tuh sebenernya intensi untuk membeli sesuatu lebih tinggi

dibanding sebelumnya saat belum menggunakan e-wallet. Karena kemudahan

untuk membayar yang ditawarkan. Dan ga kerasa gitu kalau uangnya keluar karena

kita lihat angka aja di HP bukan liat secara fisik seberapa banyak uang yang

dikeluarkan. Makanya aku kontrol dengan budgeting. Jadi menjaga aku untuk ga

boros juga. Walaupun kadang suka kaget kok tiba-tiba saldo GoPay habis wkwk

Pn: Apakah kemudahan yang ditawarkan e-wallet membuat pola konsumsi Anda

berubah?

Nr: Aku merasa kayak ga lagi melakukan pembayaran sih sangking gampangnya.

Semua juga dalam satu device, di HP aja, dan jujur aku suka yang lebih praktis sih

emang. Jadi seneng pake e-wallet. Terus ga perlu ke ATM, nyari kembalian, bikin

dompet tebal karena koin atau kertas selembaran haha agak males sih.

Page 125: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xx

Pn: Adakah pertimbangan yang Anda pikirkan saat memulai, sedang dan akan

berkonsumsi?

Nr: Harganya, barangnya lagi dibutuhin atau ga, masih dalam budget atau ga

Pn: Menurut Anda, apakah perubahan itu terjadi karena anda mulai bingung saat

mendefinisikan kebutuhan dan keinginan?

Nr: Hmm aku agak bingung sama pertanyaan ini.. Oh ngerti2 sekarang. Iya itu juga

bisa sih. Kadang ingin, tapi ga begitu butuh. Kalau lagi kayak gini posisinya aku

pasti ngobrol sama orang terpercaya sih buat diajak ngobrol. Biar bisa bantu ngasih

perspektif juga haha. Biasanya kalau kayak gini2 mungkin untuk barang2 yang

harganya lumayan.. Haha. Kalau kayak jajan kopi2 gitu udah aku masukkin budget

juga karena aku suka minum kopi. Selama ini pun pengeluaran untuk kopi ga lebay

sih..

Pn: Apakah Anda membeli barang dari sisi kebutuhan dan kegunaan? Atau ada

gengsi, prestise dan gaya hidup yang jadi patokan?

Nr: Ngga sih ga ngikutin gaya hidup tertentu wkwk. Aku sadar kebutuhan aku. Ya

adalah ya beberapa spendings memang sifatnya tersier, sesuatu yang aku inginkan

bukan aku butuhin banget, untuk self-care haha. Tapi semua itu tetep under my

control. Memang aku jadwalkan aja.

Pn: Apakah pola konsumerisme Anda didasari oleh bagaimana orang lain akan

melihat diri Anda?

Nr: Nope, ngga sih..

Pn: Menurut Anda, apakah ada citra yang terbangun dari barang-barang mahal?

Nr: Menurutku sih ada yaa pasti. Orang-orang tuh pasti akan sangat jeli dengan

barang mahal terutama untuk brand yang cukup dikenal orang banyak. Pasti akan

dikira orang yang emang kaya banget atau gimana.

Pn: Apakah Anda membeli barang karena barang itu akan membuat status Anda

terangkat?

Nr: Ngga wkwk. Jadi kebetulan aku dan temen-temenku lifestyle dan preferensi

sama gitu sih. Hmm misalnya pemilihan HP pun juga karena itu preferensi dan aku

memang bisa untuk belinya. Jadi ga maksain beli hal tersebut untuk mengangka t

status.

Page 126: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xxi

Pn: Apakah menurut Anda, status sosial ditentukan dari gaya konsumsi seseorang?

Nr: Hmm aku melihat ada perbedaan aja sih. Mungkin bisa dibilang cukup

menentukan. Karena kalau orang yang mungkin daya belinya rendah bisa dilihat

dari barang2 yang dibeli atau brand2 yang jadi preferensi, bisa dilihat juga dari

kualitas atau tampilan barangnya. Hal tersebut akan beda banget dengan orang yang

memiliki daya beli tinggi. Beda kebutuhan juga sih untuk orang yang SESnya tinggi

pun akan memiliki kebutuhan yang berbeda juga dengan yang SES rendah.

Tapi kalau suatu pola perilaku (apakah dia berlebihan atau tidak) terlepas dari

barang yang dibeli itu akan sama2 aja. Bisa jadi orang dengan SES rendah jajannya

sering bangeeet sedangkan SES yang lebih tinggi belanja sesuai kebutuhan aja atau

sebaliknya. Sama aja itu udah disebut pola konsumsi berlebihan.

Pn: Untuk lebih spesifiknya, apakah Anda tergiur iklan, promo, cashback, diskon,

atau bahkan star ambassador untuk membeli barang?

Nr: Haha star ambassador ga memengaruhi sama sekali. Paling itu cuma membantu

ningkatin awareness aja terhadap barang tersebut. Aku pun juga jadinya tahu ada

barang tertentu.

Nr: Nah untuk barang-barang promo sebenernya sama, ningkatin awareness, dan

aku jadi pengen ngeliat juga. Ada intensi untuk membeli NAMUN aku akan

kembali melihat pada kualitas dan fungsi barang. Males banget kalau beli barang

promo tapi ga tahan lama. Sering banget ngeliat barang2 yang kurang bagus gitu

dijual dengan promo. Jadi males . Mending sekalian mahal tapi tahan lama. Jadi ga

perlu beli2 lagi. Itung2 investasi.

Pn: Adakah dampak positif dan negatif saat Anda melakukan konsumsi di luar

kebutuhan Anda?

Nr: Dampak positifnya adalah aku seneng aja sih mendapatkan barangnya, ada rasa

kepuasan haha. Negatifnya adalah karena barang tersebut bukan sesuatu yang aku

butuhkan jadi masa penggunaannya ga lama.

Pn: Pada hal apa biasanya Anda berlebihan saat berkonsumsi? Makanan? Gadget?

Baju? Sepatu? Atau yang lain?

Nr: Jujur ya selama ini banyak hal yang aku beli selalu kepake, jadi ga berlebihan

karena tetap ada fungsinya, tidak useless. Tapi ada hal yang baru-baru ini aku

Page 127: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xxii

collect lebih dari yang aku butuhkan sih wkwk yaitu make up! Suka banget soalnya

sama make up mata jd beli beberapa hal terkait make up mata gitu haha

Pn: Bagaimana pandangan Anda terhadap orang yang berlebihan saat berkonsumsi

menggunakan e-wallet?

Nr: Hmm ngga punya pandangan tertentu sih. Karena aku ga tau juga ketika orang

tersebut membeli sesuatu sudah tergolong berlebihan atau ga. Karena itu lebih ke

persoalan pribadi masing-masing ya. Paling cuma mikir aja kayak ini orang kalau

konsumsinya “terlihat” berlebihan memang sudah diprediksi oleh orang tersebut

atau impulsif aja.

Pn: Apakah Anda memiliki kenalan yang Anda rasa dia berlebihan saat

berkonsumsi menggunakan e-wallet?

Nr: Ngga sih..

Pn: Setelah berbagai pertanyaan di atas, apakah Anda berani dan menilai diri Anda

juga termasuk orang yang berlebihan saat berkonsumsi dengan e-wallet?

Nr: Aku ga menilai diri aku berlebihan saat berkonsumsi dengan e-wallet.

Pn: Bisakah kamu ceritakan pandangan kamu soal e-wallet? Seperti, kapan kamu

mengetahui dan menggunakan e-wallet?

Nr: E-wallet itu ya dompet digital ya.. Kapan aku mengetahuinya itu sekitar

beberapa tahun ke belakang lupa, 2 tahun lalu kali ya. Karena aku pakai Gojek dan

waktu itu Gojek ngeluarin GoPay terus aku coba2 pake karena waktu itu masih

mahasiswa dan banyak promo kan (maklum saat itu mahasiswa) jd yaudah coba

pake deh.

Pn: Apakah kamu memiliki OVO, Go-Pay atau Dana?

Nr: Iya aku punya tiga-tiganya

Pn: Mana yang paling kamu sering gunakan di antara ke-tiga e-wallet di atas?

Alasannya kenapa?

Nr: GoPay dan OVO

-GoPay karena aku kerja di Gojek haha jadi semua transaksi di kantor pakai

GoPay. Terus kalau pergi2 pun aku juga lebih sering pakai Gojek dibanding

Grab, pesen makanan juga gitu jadi lebih ke GoPay.

Page 128: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xxiii

-Karena aku cukup sering belanja kebutuhan di e-commerce Tokped, jadi

bayarnya pakai OVO. Kalau belanja suka dapat points, bisa dipake untuk

hal lainnya seperti bayar tagihan

Pn: Dari sekian banyak fitur yang ada di OVO, Go-Pay dan Dana yang mana yang

paling sering kamu gunakan? Kendaraan? Beli makanan? Pengantaran barang?

Membeli barang; baju, sepatu, dll? Membayar kebutuhan; token listrik, PAM,

pulsa, dll?

Nr: Transportasi online, food delivery, bayar tagihan (listrik, pascabayar, dll)

Pn: Biasanya top up e-wallet lewat sarana apa?

Nr: M-banking/langsung dari dalam aplikasi

Pn: Apakah ada batasan nominal dan target waktu saat kamu top up? Atau kamu

akan top up asal di waktu yang tidak tertentu dengan nominal sesuka hati?

Nr: Aku budgetin gitu sih per minggu

Pn: Jika kamu memberikan batasan nominal pada saat top up, berapa minimal dan

maksimal uang yang kamu top up di e-wallet kamu?

Nr: 500 - 800 ribu per minggu

Pn: Jika dihitung dalam waktu seminggu, berapa nominal jumlah penggunaan e-

wallet Anda?

Nr: Sekitar segitu kayak diatas atau lebih dikit mungkin 900 ribu (sekarang karena

bunda capek masak, jadi sering beli makanan lewat gofood)

Pn: Jika dihitung salam waktu seminggu, berapa kali kamu menggunakan fitur e-

wallet?

Nr: Berapa kali yaa cukup banyak wkwk. Ga ngitungg.

Pn: Bagaimana kamu menjelaskan milenial Jakarta?

Nr: Hmm menjelaskannya gimana yaa. Di Jakarta pun bisa terbagi-bagi sih, ada

perbedaan gaya hidup dan akses pada milenial yang tinggal di daerah deket Jakarta

Selatan atau Pusat, atau di daerah lainnya seperti Jakarta Utara, Timur, Barat.

Aku mungkin menjelaskan dari Jakarta Selatan atau Pusat yaa karena banyak

banget kegiatan aku dan kalau main sama temen-temen di daerah sini. Gaya hidup,

akses terhadap suatu hal (macem2 ya), preferensi itu cukup berbeda sih kalau aku

coba bandingkan dengan teman aku yang dari Jakarta lainnya. Banyak juga tempat-

Page 129: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xxiv

tempat nongkrong atau kopi-kopi enak, atau mall yang terkenal adanya di daerah

Jakarta Selatan atau Pusat, terpusat di sini. Banyak juga akses transportasi terbaru

(MRT misalnya) di daerah sini.

Aku bisa bilang anak-anak milenial di sini lebih dahulu terpapar hal-hal baru, lebih

terkini mencoba hal-hal ter-update yang lagi ngetrend, terutama soal lifestyle. Baik

itu tempat nongkrong (banyak banget tempat nongkrong yang suasanya high-end

atau ngetrend di sini), cara berpakaian sangat modern and fashionable wkwk, cara

bicara ya sering banget campur2 Bahasa Indonesia dengan Bahasa Inggris.

Behaviornya juga beda banget ya, kalau temen-temenku udah cukup liberal, lebih

western.

Pn: Apakah ada perbedaan antara milenial Jakarta dengan milenial di kota-kota

lain?

Nr: Ada banget sih

Pn: Apakah sebagai millenial Jakarta, identitas kamu dipengaruhi oleh gaya

konsumsi?

Nr: Ngga sih..

Page 130: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xxv

Transkrip wawancara (2)

Keterangan

Pn: Peneliti

Nr: Narasumber

Nama : Z

Usia : 21

Jenis Kelamin : Perempuan

Profesi : Mahasiswa

Tanggal Wawancara : 03 Juni 2020

Sarana : Telfon WhatsApp

Pn: Kalau aku boleh tau, berapa pemasukan kamu dalam sebulan? Ini boleh total

dari uang jajan, uang freelance, dll

Nr: ini berarti pas aku ngekos kemarin aja kali ya? Karena sekarang aku lagi di

rumah (karena covid-19)

Pn: yep, boleh banget, ini kita anggapnya di masa normal sebelum covid menyerang

yaa

Nr: aku sebulan dapet Rp. 2.000.000,-

Pn: Kalau pengeluaran kamu dalam sebulan menggunakan e-wallet?

Nr: hm, bisa Rp. 500.000 bahkan bisa lebih si, karena kalau lagi ikutan subscription

dari gojek, grab, kan bayar lebih lagi, bahkan pernah Rp. 800.000 juga

Pn: Emang kamu punya e-wallet apa aja?

Nr: ovo, gopay, eh emang ada apa aja si e-wallet itu?

Pn: ada banyak banget, di Indonesia e-wallet yang sudah disahkan itu ada 36, tapi

yang spesifik aku bahas cuma OVO, Gopay dan Dana si.

Nr: oh oke

Pn: kamu tu tipe orang yang mempertimbangkan pandangan orang lain tentang diri

kamu terkait konsumsi dengan e-wallet ga si?

Page 131: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xxvi

Nr: Engga, karna kan untuk konsumsi pribadi kan, jadi kenapa harus mikirin orang

lain? hehe

Pn: Menurut Anda, apakah konsumerisme itu?

Nr: hm, apa ya, konsumsi akan sesuatu yang berlebihan, jadi beli sesuatu yang

bukan keinginan kali ya

Pn: kamu menjadikan konsumsi sebagai inti aktivitas kehidupan kamu ga?

Nr: mungkin dulu pas masih kos, iya, beli makan selalu di luar/pun pesen di go-

food, terus cuci baju di laundry terus menerus

Pn: Motivasi kamu pake e-wallet tu apa?

Nr: males pegang cash dan kalau di e-wallet kan ada history pemakaiannya untuk

apa aja, karna kadang-kadang kita suka lupa itu uangnya dipake untuk apa aja ya,

jadi kalau pake e-wallet itu bisa ke track penggunaannya untuk apa aja

Pn: wah kamu udah melek finansial ya anaknya ya, haha, harus dicatet pengeluaran

itu. Kalau dari sisi kamu ada perubahan gaya konsumsi di masa sebelum dan

sesudah penggunaan e-wallet ga?

Nr: tadinya mungkin dullu beli makan itu ya jalan, sekarang kan bisa pesen makan

di aplikasi. Jadi konsumtif juga si jujur, haha karena memudahkan banget pake e-

wallet ini. Pn: sejauh mana perubahan itu terjadi?

Nr: Mungkin dari kecepatan bertransaksi, terus ada fitur cashback, royalti program

gitu kan, terus bisa dipake di banyak merchant; contoh mau belanja di Tokopedia

kan bisa pake OVO, mau pesen grabride, bisa pake OVO, atau belanja

skincare/make up di Sociolla, juga bisa pake OVO. Kalau bisa pake e-wallet kenapa

harus pake cash lagi?

Pn: Hm kalau gitu, menurut kamu kemudahan yang ditawarkan e-wallet salah satu

yang membuat pola konsumsi kamu jadi berubah ga?

Nr: kemudahan itu faktor yang bener-bener cukup berpengaruh ya, karena tingga l

klik-klik aja, kalau dulu kan harus ke bank dulu, kalau sekarang tinggal klik aja,

paket dateng

Pn: kamu biasanya suka memikirkan pertimbangan yang kamu pikirkan saat

memulai, sedang dan akan berkonsumsi ga?

Page 132: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xxvii

Nr: hm, sebenernya tergantung harganya si. Biasanya akan mikir banget kalau

harganya tinggi banget, akan mikir dulu gitu. Tapi kalau harganya murah banget,

ya yaudah beli beli aja. Padahal kalau beli banyak yang harganya murah, kan sama

aja ya padahal, sama-sama gede nominalnya nanti. Kadang suka mikir, padahal ga

beli mahal-mahal, tapi uang kok habis? Ternyata ya karena belanjanya sering, haha.

Tapi dari itu semua, sebenarnya tetap mempertimbangkan si. Kaya ngitung duit, ini

uang segini bisa untuk beli apa aja ya. Meski ya sama aja si, kalau ada barang diskon

ya beli-beli aja, haha

Pn: Nah kalau gitu, sekarang kamu mulai bingung ga si saat membedakan

kebutuhan dan keinginan?

Nr: bisa dibilang iya, tapi aku biasanya nyiasatinnya dengan gini, kalau aku mau

beli barang, aku tunggu dulu sampe beberapa lama, misal 2-4 minggu. Kalau tiap

hari aku mikirin itu, berarti itu ya kebutuhan yang harus aku beli, tapi kalau aku

ngga pikirin, berarti ya itu cuma laper mata aja.

Pn: wah, keren, itu sebenernya sama dengan konsep decluterring baju ya haha. Nah,

terus kamu biasanya beli barang dari sisi kebutuhan dan kegunaan? Atau ada

gengsi, prestise dan gaya hidup yang jadi patokan?

Nr: hm, biasanya aku ngga terlalu pikirin apa yang orang pikirin tentang aku ya,jadi

ya untuk prestise gitu ngga ya, tapi ya sebenernya semua orang itu kan pengen

terlihat baik di hadapan orang-orang jadi ya kalau beli baju misal ya ga jelek-jelek

amat lah, tapi ya ngga bagus-bagus amat yang sampe narik perhatian gitu. Jadi ya

kalau aku beli itu, aku harus pikirin untuk diri aku dulu, kira-kira aku suka ga ya?

Jadi ya, terserah orang lain, suka atau ngga. Tapi 2 tahun terakhir ini aku lagi sering

mikir banyak soal baju yang akan mau aku beli, karena aku pernah diomongin

temenku karena bajuku ngga banget haha dan aku kaya sakit hati gitu, jadi ya

sekarang untuk baju, aku suka mikir yaa ngga malu-maluin lah bajunya

Pn: kalau gaya hidup gimana? Kamu jadiin patokan belanja ga?

Nr: ngga si, ya harus tau diri lah, kalau ngga punya duit, ya ga mau beli lah. Aku

juga menghindari banget paylater si, ya meski bunganya cuma Rp. 25.000 perbulan,

tapi kalau dihitung-hitung kan bakal banyak juga. Coba Rp. 25.000x2 aja udah bisa

beli 1 marugame, hehe.

Page 133: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xxviii

Pn: terus pola konsumerisme kamu didasari oleh bagaimana orang lain akan melihat

diri kamu ga?

Nr: aku bakal bilang punya keinginan untuk dilihat baik di mata orang lain tu ada,

tapi ga terobsesi dengan itu si. Jadi ya 75% tentang diri aku, sisanya tentang

bagaimana orang lain pikirkan aku.

Pn: Oh gitu ya, jadi porsi orang lain melihat diri kamu tu ada, tapi ya ga sebesar

kamu melihat diri kamu sendiri. Oke anyway, kan di sekitar kita ni ada banyak

banget ya barang mahal, barang branded, menurut kamu ada citra yang terbangun

dari barang-barang mahal ga si?

Nr: iya menurut aku ada, karena aku sering ketemu orang yang ngeliat orang lain

dari brand yang dia pake gitu. Misalnya gini, pekerja yang pake MacBook

dipandang wuah banget dibanding orang yang pake non-MacBook. Aku heran gitu

si, kenapa mereka bisa sampe segila itu mikirnya? Ya meski, di MacBook itu ada

beberapa fitur yang ga ada di non-MacBook (windows). Jadi ya sebenernya ga salah

juga si, kalau orang mikirnya gitu. Tapi ya tetep aja aku ga setuju tentang itu.

Pn: oh gitu, kalau menurut kamu, status sosial ditentukan dari gaya konsumsi

seseorang ga si? Kaya status diri dia bakal terangkat karna konsumsi gitu

Nr: hm, iya. Karena mnurutku, thats why banyak orang yang mati-matian pengen

terlihat kaya di mata orang lain, padahal sebenernya dia ga punya uang sebanyak

itu, karna aku sering lihat itu si.

Pn: kalau kamu pernah ga beli barang karena barang itu akan membuat status kamu

terangkat?

Nr: hm, gatau ya, kayaknya kalau soal status sosial ngga deh, karna aku tipe yang

beli barang karena fungsinya. Contoh kaya aku beli HP, aku bisa beli HP yang

cukup mahal, tapi aku jadinya beli HP ini karna ternyata fitur di HP ini bisa

menunjang kebutuhanku juga, jadi ga harus mahal. Contohnya kaya orang-orang

yang pake iPhone ga bakal mau pake hp selain iPhone.

Pn: Untuk lebih spesifiknya, kamu tergiur iklan, promo, cashback, diskon, atau

bahkan star ambassador untuk membeli barang ga si?

Page 134: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xxix

Nr: HAHA iya banget, kamu belum selesai nanya aja, aku udh mau langsung jawab,

biasanya aku karena diskon dan cashback si, karena uang cashbacknya itu bisa aku

manfaatin untuk beli pulsa.

Pn: haha iyaya, jadi kaya sekali dayung 2 pulau terlampaui ya? haha

Nr: iya bangett. Karena bahkan aku sering juga bandingin 1 e-wallet dengan e-

wallet lain untuk cari mana yang lebih murah dan menguntungkan haha

Pn: Pada hal apa biasanya kamu berlebihan saat berkonsumsi?

Nr: hm, dulu skincare sekarang makanan.

Pn: terus ada dampak positif dan negatifnya ga, saat kamu beli berlebihan

kebutuhan kamu?

Nr: hm negatifnya kadang keburu expired, pernah aku beli sheetmask terus aku taro

di dekat buku-buku, eh lupa ga dipake-pake. Sampe akhirnya pas mau dipake, udh

keburu expired deh. Tapi kadang merasa beruntung juga, karena punya stok di masa

depan nanti kalau butuh. Misal beli lotion, beli 1 gratis 1. Kan lumayan untuk 4

bulan ke depan. Kadang-kadang ya menguntungkan, kadang-kadang rugi juga.

Pn: Kalau pandangan kamu terhadap orang yang berlebihan saat berkonsumsi

menggunakan e-wallet gimana?

Nr: ya gapapa kalau punya duit. Kan di sisi lain, itu kan bisa membantu

perekonomian, apalagi kalau beli di UMKM, kan bisa membantu perekonomian

juga, apalagi kalau itu masih masuk di budget dia, ya gapapa. Jadi kaya dia ga

berhutang untuk itu ya gapapa.

Pn: Kamu punya kenalan yang Anda rasa dia berlebihan saat berkonsumsi

menggunakan e-wallet?

Nr: hm, kayaknya ngga ada ya

Pn: Setelah berbagai pertanyaan di atas, kamu sendiri berani menilai diri kamu

termasuk orang yang berlebihan saat berkonsumsi dengan e-wallet?

Nr: aku bakal kasih 6 dari 10, 10 itu paling konsumtif, 1 itu tidak konsumtif

Pn: Oke, kamu kan tadi bilang, kamu punya OVO dan Gopay ya. Nah mulai dari

kapan kamu mengetahui dan menggunakan e-wallet?

Page 135: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xxx

Nr: hm, pas pertama muncul Gojek, udh ada gopay belum si? Eh belum ya? Aku

pakenya pas ada promo gopay yang Rp. 1.000 terus mulai konsumtifnya pas ada m-

banking.

Pn: oh kamu biasanya top up e-wallet lewat m-banking?

Nr: yep, makanya jadi mudah banget kan untuk top up itu, tinggal mindahin uang

semudah itu, haha

Pn: di antara OVO dan Gopay kamu lebih sering pake apa dan kenapa?

Nr: hm, aku pake 2 2 nya si, karena yang aku kejar itu diskonnya, jadi aku ga loyal

ke salah 1 brand. Misal OVO itu lebih banyak promo di grabfood, tapi kalau gopay

lebih banyak promo di goride dan kadang gopay juga. Jadi aku pake 2 2 nya secara

seimbang aja.

Pn: Dari sekian banyak fitur yang ada di OVO dan Go-Pay yang mana yang paling

sering kamu gunakan?

Nr: haha banyak banget dari goride, gofood, beli pulsa, bayar token listrik, bayar

skincare di sociolla, bayar barang di tokopedia

Pn: kamu biasanya kasih batasan nominal dan target waktu saat kamu top up?

Nr: ngga si, klo habis ya top up aja. Tapi aku suka lihat riwayat pembelian aku,

untuk apa aja, makan kah, kendaraan atau yang lain gitu.

Pn: kamu biasanya kasih batasan nominal pada saat top up, berapa minimal dan

maksimal uang yang kamu top up di e-wallet kamu?

Nr: ngga pernah kasih batesan, jadi misal aku beli sesuatu harganya sekian yaudah

yang aku top up ya segitu

Pn: Jika dihitung dalam waktu seminggu, berapa nominal jumlah penggunaan e-

wallet Anda?

Nr: aku seminggu bisa Rp. 200.000 pas aku ngekos dulu

Pn: Jika dihitung salam waktu seminggu, berapa kali kamu menggunakan fitur e-

wallet?

Nr: anggep aja ni aku gofood 2x sehari, jadi 2x7 hari jadi itu udah 14x pemakaian,

terus kalau lagi banyak agenda di luar atau misal ada kebutuhan UKM, itu ya naik

goride dan itu ga bisa dirata-ratain si, karna seminggu bisa 10x, bisa juga cuma 2-

4x

Page 136: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xxxi

Pn: Bagaimana kamu menjelaskan milenial Jakarta?

Nr: hm, apa ya, mungkin melek teknologi, karena kita tumbuh dikelilingi dengan

teknologi, jadi kita punya privilege di sisi itu. Kemudahan mengakses internet

besar, aplikasi-aplikasi baru mudah ditemukan, kemudahan bertransaksi secara

online juga besar banget ,kita jadi mudah untuk generasi cashless. Terus dari gaya

hidup, banyak dari kita yang pengen dibilang keren dari orang lain. Mungkin itu

ya? Terus banyak juga yang boros. Dan pengguna sosial media aktif kan milenia l

Jakarta.

Pn: Kamu ngerasa ada perbedaan antara milenial Jakarta dengan milenial di kota-

kota lain?

Nr: jelas beda lah, saat orang Jakarta ga perlu mikirin sinyal internet terus akses

pada teknologi, sedang milenial di kota-kota lain mungkin masih struggle dengan

itu. Jadinya milenial Jakarta tu lebih mudah hidupnya, terus paparan pada informas i

baru juga. Milenial Jakarta tu ga dapat hal-hal seperti itu.

Pn: Menurut kamu, identitas millenial Jakarta dipengaruhi oleh gaya konsumsi?

Nr: iya, karena fasilitas dan privilege yang dimiliki milenial Jakarta itu beda dengan

milenial di daerah, kaya sekarang aku yakin, pengguna m-banking tertinggi itu pasti

orang-orang ibukota, terus pembeli aktif di online shopping pasti lebih banyak

orang-orang Jakarta dibanding orang daerah, kaya gratis ongkos kirim, lebih mudah

untuk orang Jakarta dibanding untuk orang daerah, karena waktu pengiriman juga

pasti beda, ke daerah pasti lebih lama kan. Jadi menurut aku, orang-orang Jakarta

itu lebih konsumtif ya, jadi bisa jadi identitas mereka itu dipengaruhi oleh gaya

konsumsi.

Page 137: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xxxii

Transkrip Wawancara (3)

Keterangan

Pn: Peneliti

Nr: Narasumber

Nama : Ad

Usia : 27 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Karyawan

Tanggal Wawancara : 03 Juni 2020

Sarana : Google Docs

Pn: Berapa pemasukan Anda dalam sebulan?

Nr: Range: 20 - 50 Juta

Pn: Berapa pengeluaran Anda dalam sebulan menggunakan e-wallet?

Nr: Sekitar 2 - 5 Juta Per bulan

Pn: Apakah Anda mempertimbangkan pandangan orang lain tentang diri Anda?

Nr: Tidak terlalu

Pn: Menurut Anda, apakah konsumerisme itu?

Nr: Mengkonsumsi (membeli) sesuatu dengan cara berlebihan

Pn: Apakah Anda menjadikan konsumsi sebagai inti aktivitas kehidupan Anda?

Nr: Tidak Terlalu, namun kebutuhan primer saya pastinya membutuhkan aktifitas

konsumsi

Pn: Apa tujuan Anda saat melakukan konsumsi menggunakan e-wallet?

Nr: Kepraktisan, dan juga mutu layanan yang diberikan oleh vendor e-wallet yang

saya pakai, biasanya saya gunakan untuk belanja online, membayar tagihan di

Page 138: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xxxiii

restoran, atau sekedar membeli makanan online

Pn: Apakah terjadi perubahan gaya konsumsi Anda di masa sebelum dan sesudah

penggunaan e-wallet?

Nr: Lumayan, ada perbedaan

Pn: Jika iya, sejauh mana perubahan itu terjadi?

Nr: Saya cenderung melakukan pembayaran menggunakan e-wallet apabila

merchant tempat saya berbelanja menyediakanya

Pn: Menurut Anda, apa yang membuat pola konsumsi Anda jadi berubah setelah

berkonsumsi menggunakan e-wallet?

Nr: Ada sedilkit perubahan, apalagi dengan adanya pay later

Pn: Apakah kemudahan yang ditawarkan e-wallet membuat pola konsumsi Anda

berubah?

Nr: Tentu, saya jadi lebih wise dalam pengeluaran menggunakan e-wallet, karena

semua otomatis tercatat

Pn: Adakah pertimbangan yang Anda pikirkan saat memulai, sedang dan akan

berkonsumsi?

Nr: Saya biasanya sudah membagi pos2 keuangan saya dengan lumayan rapi, jadi

budget untuk konsumsi dan budget wajib bulanan sudah dipisah.

Pn: *Menurut Anda, apakah perubahan itu terjadi karena anda mulai bingung saat

mendefinisikan kebutuhan dan keinginan?

Nr: Ya, terkadang saya dihadapkan pada posisi seperti itu

Pn: *Apakah Anda membeli barang dari sisi kebutuhan dan kegunaan? Atau ada

gengsi, prestise dan gaya hidup yang jadi patokan?

Nr: Biasanya saya mengedepankan kegunaan dan kebutuhan, namun jika

penawaran menarik maka saya menerapkan 7 days challange, jika dalam 7 hari

saya masih kepingin, maka saya akan membelinya :D

Pn: Apakah pola konsumerisme Anda didasari oleh bagaimana orang lain akan

melihat diri Anda?

Nr: Ya, terkadang

Pn: Menurut Anda, apakah ada citra yang terbangun dari barang-barang mahal?

Nr: Kalo saya tidak melihat dari sudut pandang itu saja, tapi biasanya barang

Page 139: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xxxiv

dengan harga mahal memiliki kualitas yang lebih baik, jadi ini sebenernya part of

investment. Dari pada beli murah2 tapi cepat rusak

Pn: Apakah Anda membeli barang karena barang itu akan membuat status Anda

terangkat?

Nr: Tidak terlalu

Pn: Apakah menurut Anda, status sosial ditentukan dari gaya konsumsi

seseorang?

Nr: Dalam beberapa aspek, iya. Contohnya kaum socialita

Pn: Untuk lebih spesifiknya, apakah Anda tergiur iklan, promo, cashback, diskon,

atau bahkan star ambassador untuk membeli barang?

Nr: Biasanya saya tidak langsung percaya, jadi saya lebih melihat ke testimoni

orang terdekat ataupun rekan2 saya dulu sebelum menggunakan

Pn: Adakah dampak positif dan negatif saat Anda melakukan konsumsi di luar

kebutuhan Anda?

Nr: Keuagan jadi tidak ter-kontrol (negative), positive nya mungkin ada

kesenangan batin sesaat aja :D

Pn: Pada hal apa biasanya Anda berlebihan saat berkonsumsi? Makanan? Gadget?

Baju? Sepatu? Atau yang lain?

Nr: Sepatu :D dan gadget

Pn: Bagaimana pandangan Anda terhadap orang yang berlebihan saat

berkonsumsi menggunakan e-wallet?

Nr: Menurut saya, kurang baik, karena e-wallet harusnya bisa membuat seseorang

lebih aware terkait cash-flow mereka. Karena kepraktisan e-wallet dalam

pencatatan history pembelian dan keluar-masuk uang

Pn: Apakah Anda memiliki kenalan yang Anda rasa dia berlebihan saat

berkonsumsi menggunakan e-wallet?

Nr: Ya, tentu

Pn: Setelah berbagai pertanyaan di atas, apakah Anda berani dan menilai diri

Anda juga termasuk orang yang berlebihan saat berkonsumsi dengan e-wallet?

tidak

Page 140: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xxxv

Pn: Bisakah kamu ceritakan pandangan kamu soal e-wallet? Seperti, kapan kamu

mengetahui dan menggunakan e-wallet?

Nr: Setau saya E-wallet adalah metode pembayaran elektronik yang memudahkan

pengguna nya dan kalo dari pengalaman saya, saya menggunakan e-wallet karena

kepraktisan dan pencatatan keluar-masuk uang yang rapih, dibanding ketika saya

menggunakan dan mencatat pengeluaran saya menggunakan uang tunai

Pn: Apakah kamu memiliki OVO, Go-Pay atau Dana?

Nr: Ya Ketiganya

Pn: Mana yang paling kamu sering gunakan di antara ke-tiga e-wallet di atas?

Alasannya kenapa?

Nr: Gopay > Dana > Ovo

Gopay: karena ini praktis

Dana: karena sebagian payroll saya masuk ke dana

Ovo: karena dipaksa merchant, saat membeli kopi kekinian :D

Pn: Dari sekian banyak fitur yang ada di OVO, Go-Pay dan Dana yang mana yang

paling sering kamu gunakan? Kendaraan? Beli makanan? Pengantaran barang?

Membeli barang; baju, sepatu, dll? Membayar kebutuhan; token listrik, PAM,

pulsa, dll?

Nr: Membeli Makanan, dan beli pulsa, dan belanja online

Pn: Biasanya top up e-wallet lewat sarana apa?

Nr: M-Banking, Payroll

Pn: Apakah ada batasan nominal dan target waktu saat kamu top up? Atau kamu

akan top up asal di waktu yang tidak tertentu dengan nominal sesuka hati?

Nr: Based on schedule dan pos budget yang sudah saya siapkan

Pn: Jika kamu memberikan batasan nominal pada saat top up, berapa minimal dan

maksimal uang yang kamu top up di e-wallet kamu?

Nr: Biasanya saya topup maksimal 1 - 1,5 juta

Pn: Jika dihitung dalam waktu seminggu, berapa nominal jumlah penggunaan e-

wallet Anda?

Nr: 200 - 300 rb

Page 141: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xxxvi

Pn: Jika dihitung salam waktu seminggu, berapa kali kamu menggunakan fitur e-

wallet?

Nr: 3 kali

Pn: Bagaimana kamu menjelaskan milenial Jakarta?

Nr: Milenial yang banyak tidak mempersiapkan kematangan keuangan, Milenial

yang konsumtif, dan juga cenderung acuh terhadap kebutuhan jangka panjang

Pn: Apakah ada perbedaan antara milenial Jakarta dengan milenial di kota-kota

lain?

Nr: Pola perilaku sosial dan konsumtif nya beda

Pn: Apakah sebagai millenial Jakarta, identitas kamu dipengaruhi oleh gaya

konsumsi?

Nr: Tentu

Page 142: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xxxvii

Transkrip wawancara (4)

Keterangan

Pn: Peneliti

Nr: Narasumber

Nama : G

Usia : 23 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Karyawan

Tanggal Wawancara : 03 Juni 2020

Sarana : Google Form

Pn: Berapa pemasukan Anda dalam sebulan?

Nr: 4,5 juta

Pn; Berapa (kira-kira) pengeluaran Anda dalam sebulan menggunakan e-wallet?

Nr: 1,2-1,5 juta

Pn: Apakah Anda mempertimbangkan pandangan orang lain tentang diri Anda

terkait gaya konsumsi?

Nr: Hanya pandangan keluarga.

Pn: Menurut Anda, apakah konsumerisme itu?

Nr: Gaya hidup yang sering kali ditandai dengan seseorang (konsumen) yang

menggunakan uang/pendapatan secara berlebihan tanpa mempertimbangkan

pentingnya pengeluaran tersebut.

Pn: Apakah Anda menjadikan konsumsi sebagai inti aktivitas kehidupan Anda?

Nr: Ya

Pn: Apa tujuan Anda saat melakukan konsumsi menggunakan e-wallet?

Page 143: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xxxviii

Nr: Untuk memudahkan tracking pengeluaran setiap bulan, tidak harus membawa

banyak cash setiap saat dan mendapatkan promo-promo tertentu.

Pn: Apakah terjadi perubahan gaya konsumsi Anda di masa sebelum dan sesudah

penggunaan e-wallet?

Nr: Ya

Pn: Jika iya, sejauh mana perubahan itu terjadi?

Nr: Tergantung pada keadaan, terkadang menjadi lebih hemat karena tahu persis

jumlah sisa uang Setelah melakukan transaksi tapi tidak jarang juga terdorong untuk

membeli barang/makanan yang kurang perlu karena ada promo menarik.

Pn: Menurut Anda, apa yang membuat pola konsumsi Anda jadi berubah setelah

berkonsumsi menggunakan e-wallet?

Nr: Karena kemudahannya.

Pn: Apakah kemudahan yang ditawarkan e-wallet membuat pola konsumsi Anda

berubah?

Nr: Ya

Pn: Adakah pertimbangan yang Anda pikirkan saat memulai, sedang dan akan

berkonsumsi?

Nr: Apakah barang tersebut benar-benar perlu untuk dibeli dan apakah setelah

melakukan transaksi saya tidak akan menyesal.

Pn: Menurut Anda, apakah perubahan itu terjadi karena anda mulai bingung saat

mendefinisikan kebutuhan dan keinginan? Ya

Pn: Apakah Anda membeli barang dari sisi kebutuhan dan kegunaan? Atau ada

gengsi, prestise dan gaya hidup yang jadi patokan?

Nr: Saya tidak terlalu memikirkan prestise, namun terkadang agak sulit untuk

mengidentifikasi apakah suatu barang memang benar-benar perlu untuk dibeli

apalagi tanpa pertimbangan yang matang.

Pn: Apakah pola konsumerisme Anda didasari oleh bagaimana orang lain akan

melihat diri Anda?

Nr: Tidak

Pn: Apakah Anda membeli barang karena barang itu akan membuat status Anda

terangkat?

Page 144: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xxxix

Nr: Tidak

Pn: Apakah menurut Anda, status sosial ditentukan dari gaya konsumsi seseorang?

Nr: Ya

Pn: Untuk lebih spesifiknya, apakah Anda tergiur iklan, promo, cashback, diskon,

atau bahkan star ambassador untuk membeli barang?

Nr: Yang mempengaruhi saya untuk membeli biasanya adalah promo dan diskon.

Pn: Adakah dampak positif dan negatif saat Anda melakukan konsumsi di luar

kebutuhan Anda?

Nr: Dampak positifnya saya merasa senang karena barang yang diinginkan terbeli,

namun sering kali berujung kepada dampak negatif dimana saya menyesal sudah

mengeluarkan uang yang seharusnya bisa ditabung untuk barang yang mungk in

tidak akan semenarik itu lagi dalam beberapa bulan ke depan.

Pn: Pada hal apa biasanya Anda berlebihan saat berkonsumsi? Makanan? Gadget?

Baju? Sepatu? Atau yang lain?

Nr: Baju dan benda-benda untuk dekorasi kamar.

Pn: Bagaimana pandangan Anda terhadap orang yang berlebihan saat berkonsumsi

menggunakan e-wallet?

Nr: Saya tidak merasa perlu menghakimi seseorang berdasarkan konsumsinya yang

berlebihan karena saya tidak tahu keadaan finansial orang tersebut secara pasti.

Pn: Apakah Anda memiliki kenalan yang Anda rasa dia berlebihan saat

berkonsumsi menggunakan e-wallet?

Nr: Tidak

Pn: Setelah berbagai pertanyaan di atas, apakah Anda berani dan menilai diri Anda

juga termasuk orang yang berlebihan saat berkonsumsi dengan e-wallet? Nr: Saya

rasa penggunaan e-wallet saya memang tidak terlalu teratur dan penuh

pertimbangan, tapi saya juga tidak merasa menggunakannya dengan terlalu

berlebihan.

Pn: Bisakah kamu ceritakan pandangan kamu soal e-wallet? Seperti, kapan kamu

mengetahui dan menggunakan e-wallet?

Page 145: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xl

Nr: Saya mulai mengetahui tentang e-wallet pada tahun 2017 saat masih kuliah dan

mulai menggunakannya hampir setiap hari pada tahun 2018 saat sedang magang

untuk transportasi.

Pn: Apakah kamu memiliki OVO, Go-Pay atau Dana?

OVO

Pn: Mana yang paling kamu sering gunakan di antara ke-tiga e-wallet di atas?

Alasannya kenapa?

Nr: Saya paling sering menggunakan OVO karena perlu menggunakan aplikas i

Grab setiap hari.

Pn: Dari sekian banyak fitur yang ada di OVO, Go-Pay dan Dana yang mana yang

paling sering kamu gunakan? Kendaraan? Beli makanan? Pengantaran barang?

Membeli barang; baju, sepatu, dll?

Nr: Membayar kebutuhan; token listrik, PAM, pulsa, dll? Yang paling sering saya

gunakan adalah untuk kebutuhan transportasi dan makanan.

Pn: Biasanya top up e-wallet lewat sarana apa?

Nr: M-banking

Pn: Apakah ada batasan nominal dan target waktu saat kamu top up? Atau kamu

akan top up asal di waktu yang tidak tertentu dengan nominal sesuka hati?

Nr: Saya biasanya top-up OVO setiap sepuluh hari sebesar IDR 400,000.

Pn: Jika kamu memberikan batasan nominal pada saat top up, berapa minimal dan

maksimal uang yang kamu top up di e-wallet kamu?

Nr: Batasan minimal IDR 100,000 dan maksimal IDR 400,000

Pn: Jika dihitung dalam waktu seminggu, berapa nominal jumlah penggunaan e-

wallet Anda?

Nr: Sekitar IDR 300,000 sampai IDR 350,000.

Pn: Jika dihitung salam waktu seminggu, berapa kali kamu menggunakan fitur e-

wallet?

Nr: Sekitar 10-15 kali.

Pn: Bagaimana kamu menjelaskan milenial Jakarta?

Nr: Milenial Jakarta adalah orang-orang yang gaya hidupnya bisa cenderung

mengikuti pola tertentu yang biasanya tidak jauh dari kata-kata ‘woke’, ‘out-

Page 146: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xli

spoken’, ‘social butterfly’, ‘hedonisme’, dan sebagainya, yang secara tidak

langsung dapat mempengaruhi gaya hidup orang lain yang ingin dilihat sebagai

‘Anak Milenial Jakarta’ karena ingin dicap sebagai anak gaul ibu kota.

Pn: Apakah ada perbedaan antara milenial Jakarta dengan milenial di kota-kota

lain?

Nr: Anak Milenial Jakarta nampaknya selalu satu langkah lebih depan dari pada

daerah lain karena mudahnya sarana dan prasarana yang tersedia di ibu kota.

Pn: Apakah sebagai millenial Jakarta, identitas kamu dipengaruhi oleh gaya

konsumsi?

Nr: Ya

Page 147: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xlii

Transkrip Wawancara (5)

Keterangan

Pn: Peneliti

Nr: Narasumber

Nama : W

Usia : 29 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Karyawan

Tanggal Wawancara : 03 Juni 2020

Sarana : Google Docs

Pn: Berapa pemasukan Anda dalam sebulan?

Nr: 10 s.d 12 Juta

Pn: Berapa pengeluaran Anda dalam sebulan?

Nr: 5s.d 10 Juta

Pn: Apakah Anda mempertimbangkan pandangan orang lain tentang diri Anda?

Nr: Tidak

Pn: Menurut Anda, apakah konsumerisme itu?

Nr: Istilah manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup (Pokok & Tersier)

Pn: Apakah Anda menjadikan konsumsi sebagai inti aktivitas kehidupan Anda?

Nr: Ya

Pn: Apa tujuan Anda saat melakukan konsumsi menggunakan e-wallet?

Nr: Simpel (bawa gadget kemana mana cukup tanpa bawa dompet, minim risiko

hilang, Historical transaksi terecord dengan baik, banyak promo

Pn: Apakah terjadi perubahan gaya konsumsi Anda di masa sebelum dan sesudah

penggunaan e-wallet?

Page 148: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xliii

Nr: Ya,

Pn: Jika iya, sejauh mana perubahan itu terjadi?

Nr: Beli sesuatu tanpa terpikir budget yang ditentukan tiap bulan, khususnya biaya

untuk beli makan

Pn: Menurut Anda, apa yang membuat pola konsumsi Anda jadi berubah setelah

berkonsumsi menggunakan e-wallet?

Nr: Banyak promo khususnya makanan

Pn: Apakah kemudahan yang ditawarkan e-wallet membuat pola konsumsi Anda

berubah?

Nr: Ya, tanpa pikir panjang, lebih mudah untuk top up saldo tanpa cek budgetnya.

Pn: Adakah pertimbangan yang Anda pikirkan saat memulai, sedang dan akan

berkonsumsi?

Nr: Ada

Pn: Menurut Anda, apakah perubahan itu terjadi karena anda mulai bingung saat

mendefinisikan kebutuhan dan keinginan?

Nr: Tidak bingung, masih bisa terkontrol (Balancing Kebutuhan, Manage Timing

consume)

Pn: Apakah Anda membeli barang dari sisi kebutuhan dan kegunaan? Atau ada

gengsi, prestise dan gaya hidup yang jadi patokan?

Nr: Kebutuhan & Kegunaan + mahal asal tahan lama

Pn: Apakah pola konsumerisme Anda didasari oleh bagaimana orang lain akan

melihat diri Anda?

Nr: Tidak

Pn: Apakah Anda membeli barang karena barang itu akan membuat status Anda

terangkat?

Nr: Tidak, lebih karean butuh dan disesuaikan dengan budget saja.

Pn: Apakah menurut Anda, status sosial ditentukan dari gaya konsumsi seseorang?

Nr: Tidak

Pn: Untuk lebih spesifiknya, apakah Anda tergiur iklan, promo, cashback, diskon,

atau bahkan star ambassador untuk membeli barang?

Nr: Ya

Page 149: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xliv

Pn: Adakah dampak positif dan negatif saat Anda melakukan konsumsi di luar

kebutuhan Anda?

Nr: Positif : tidak ada, Negatif : tidak ada, karena konsumsi yang dilakukan based

on kemampuan dan kebutuhan, jika belum mampu dan butuh , menunggu sampai

mampu/ manfaatkan kartu kredit dengan kalkulasi yang ideal.

Pn: Pada hal apa biasanya Anda berlebihan saat berkonsumsi? Makanan? Gadget?

Baju? Sepatu? Atau yang lain?

Nr: Tidak ada yang berlebihan

Pn: Bagaimana pandangan Anda terhadap orang yang berlebihan saat berkonsumsi

menggunakan e-wallet?

Nr: Tidak peduli

Pn: Apakah Anda memiliki kenalan yang Anda rasa dia berlebihan saat

berkonsumsi menggunakan e-wallet?

Nr: Tidak Tahu

Pn: Setelah berbagai pertanyaan di atas, apakah Anda berani dan menilai diri Anda

juga termasuk orang yang berlebihan saat berkonsumsi dengan e-wallet?

Nr: So far masih wajar

Pn: Bisakah kamu ceritakan pandangan kamu soal e-wallet? Seperti, kapan kamu

mengetahui dan menggunakan e-wallet?

Nr: Mengetahui setelah launch appsnya, dan marketing program yang dilakukan

oleh perusahaan tersebut menarik.

Pn: Apakah kamu memiliki OVO, Go-Pay atau Dana?

Nr: Ya (semua punya)

Pn: Mana yang paling kamu sering gunakan di antara ke-tiga e-wallet di atas?

Alasannya kenapa?

Nr: Gopay & Ovo : Random preferensi saja misal keduanya tidak ada promo yang

menarik

Pn: Dari sekian banyak fitur yang ada di OVO, Go-Pay dan Dana yang mana yang

paling sering kamu gunakan? Kendaraan? Beli makanan? Pengantaran barang?

Membeli barang; baju, sepatu, dll?

Page 150: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xlv

Nr: Membayar kebutuhan; token listrik, PAM, pulsa, dll? Beli Makanan &

Kendaraan,, pembayaran PAM Rutin tiap bulan lewat Gopay

Pn: Biasanya top up e-wallet lewat sarana apa?

Nr: Mobile Banking

Pn: Apakah ada batasan nominal dan target waktu saat kamu top up? Atau kamu

akan top up asal di waktu yang tidak tertentu dengan nominal sesuka hati?

Nr: Waktu habis saja, tidak ter Pola,

Pn: Jika kamu memberikan batasan nominal pada saat top up, berapa minimal dan

maksimal uang yang kamu top up di e-wallet kamu?

Nr: Maksimum top up 200 ribu

Pn: Jika dihitung dalam waktu seminggu, berapa nominal jumlah penggunaan e-

wallet Anda?

Nr: 500 rb

Pnn: Jika dihitung salam waktu seminggu, berapa kali kamu menggunakan fitur e-

wallet?

Nr: 2-3 hari dalam seminggu, fleksibel

Pn: Bagaimana kamu menjelaskan milenial Jakarta?

Nr: Reaktif, Agile, Gadget oriented

Pn: Apakah ada perbedaan antara milenial Jakarta dengan milenial di kota-kota

lain?

Nr: Ada, depend on perkembangan ekonomi, social dll dari wilayah masing masing

Pn: Apakah sebagai millenial Jakarta, identitas kamu dipengaruhi oleh gaya

konsumsi?

Nr: Tidak

Page 151: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xlvi

Transkrip Wawancara (6)

Keterangan

Pn: Peneliti

Nr: Narasumber

Nama : N

Usia : 24 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Mahasiswi

Tanggal Wawancara : 03 Juni 2020

Sarana : Telfon WhatsApp

Pn: Maaf banget ni kak, kalau langsung masalah personal, tapi aku boleh tau ga

pemasukan kamu dalam sebulan?

Nr: Aku kasih range aja kali ya, di 5-6 juta saat aku full time kerja, sekarang kan

aku lagi lanjut S2 jadi aku ga full time kerja, sekarang aku 1-2 juta

Pn: Kalau e-wallet yang kakak punya apa aja ni ka?

Nr: aku aktif pake OVO dan Gopay

Pn: nah kan, fiturnya ada banyak ya, kakak biasanya pakai apa aja ka?

Nr: aku biasanya grabbike, gobike, gofood dan untuk bayar-bayar belanja

Pn: Kalau pengeluaran kakak dalam sebulan menggunakan e-wallet itu berapa?

Nr: kalau dulu biasanya aku budgetin, kan biasanya paling gede di transport,

mungkin rangenya di Rp. 300.000- 500.000,- kali ya untuk maksimalnya, karna

biasanya yang gede tu gini, misal aku makan bareng temen-temen aku terus

bayarnya pakai gopay aku, nanti di akhir bulan kan biasanya ada gopay diaries, nah

di summary itu kan keliatannya kaya banyak banget jajan aku, padahal mah itu

makan bareng-bareng

Page 152: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xlvii

Pn: kan ada fitur patungan kak di gopay dan OVO

Nr: nah, biasanya aku ga pake fitur itu, aku kan biasanya jajan di OVO, nah di OVO

itu kan belum ada fitur itu, jadi ya gitu

Pn: kakak sendiri mempertimbangkan pandangan orang lain tentang konsumsi e-

walllet kakak ga?

Nr: ngga, aku anaknya ya ekonomis aja, ga peduli dengan omongan orang, kecuali

kalau dia yang ngisiin saldo OVO dan Gopay aku, hehe

Pn: Menurut kakak, apakah konsumerisme itu?

Nr: menurutku itu, konsumsi sesuatu yang kita ga butuhin, misalnya kaya kita

punya gadget dan fungsinya masih bagus, nah kalau orang yang konsumtif itu kan

dilihat dari habitnya kan, gaya hidupnya yang apakah dia beli dari kebermanfaatan

barang itu atau ngga. Jadi aku ngeliatnya konsumtif itu gaya hidup belanja dia.

Pn: Nah kalau kakak menjadikan konsumsi sebagai inti aktivitas kehidupan kakak

ga?

Nr: sebenernya makan kita setiap hari itu kan konsumsi ya, kita pake layanan ojek

online itu kan juga konsumsi, nah hal-hal itu kan membantu kita untuk lebih

produktif kan. Kaya makan, itu kan memberikan energi bagi tubuh kita yang

jadinya kita bisa beraktivitas dengan baik kan, terus kaya pake layanan dari ojek

online yang membawa kita dari 1 tempat ke tempat lain supaya kita bisa beraktivitas

kan, jadi menurut aku konsumsi itu penunjang buat kita untuk produktif dalam

hidup sehari-hari.

Pn: wah anaknya filosofis banget yaa, haha

Nr: haha, ini karna kamu nanya ke aku di tahun 2020, coba kalau kamu tanya di

tahun 2018 yang belum mindfull spending dari sekarang, jadi kalau sekarang kalau

beli tu juga nanya ini tu penting ga si? Atau cuma sekedar lucu-lucu aja?

Pn: Hm, wah aku baru tau tu kak, istilah mindfull spending

Nr: Iya, itu tu diliat dari valuenya gitu, misal beli chatime Rp. 30.000, itu kan enak

ya, minuman manis dengan bubble, tapi dengan uang segitu misalnya kita juga bisa

beli ayam penyet dan nasi gitu kan. Nah memang si yang manis itu enak ya, tapi

kan ga bernutrsi kan, jadi aku tu lebih milih dengan uang segitu ya beli makan berat

Page 153: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xlviii

aja. Ataupun kalau memang mau makan manis ya, aku beli yang tetep ada

kandungan nutrisinya, misal buah, jus gitu

Pn: oh, jadi ada banyak faktor di balik beli-beli itu ya.

Nr: iyaa, jadi mindfull spending itu bukan cuma sekedar beli, tapi juga ada alasan

kaya, oh gue beli ini karna ini memberikan nilai/manfaat buat diri kita, bukan cuma

sekedar seneng-seneng aja.

Pn: Kalau tujuan kakak saat melakukan konsumsi menggunakan e-wallet?

Nr: praktis si, ga perllu pegang duit cash, ngasih duit kembalian, plus sekarang aku

jarang pegang uang cash juga. Bahkan di kantin kampusku itu, makan pakai gopay

terus nanti dapet cashback yang cashbacknya itu bisa aku pake untuk gobike/gocar,

dll. Aku jarang tergiur dengan beli karna cashbacknya gede, tapi ya aku beli sesuai

kebutuhan aku aja si.

Pn: kalau dari sisi perubahan gaya konsumsi kakak di masa sebelum dan sesudah

penggunaan e-wallet?

Nr: hmm, kerasa lebih tu di makan ya. Dulu pas aku S1 kalau ga makan di tempat

makannya ya beli bahan terus olah sendiri kan, tapi setelah banyak menghitung,

beli bahan-bahan makanan dan energi masak, bersih-bersih gitu juga harus disebut

cost, kalau dihitung itu jatohnya malah lebih mahal dari beli di e-wallet. Jadi ada

unsur praktis dan ada promo-promo juga kan yang ngebuat aku sekarang berubah,

yang mana promo itu kan bukan cuma murah tapi juga menguntungkan. tapi pastiin

juga si kalau kita beli di e-wallet itu tetep mindfull.

Pn: Kalau dari sisi kemudahan yang ditawarkan e-wallet membuat pola konsumsi

Anda berubah?

Nr: hm iya si, jadi gini misal jajan di warung/tukang konvensional kan kebanyakan

ga bisa pake e-wallet dan kadang harganya itu lebih mahal. Nah kalau aku belanja

di hypermart misal atau di merchant-merchant yang dia itu kerja sama dengan e-

wallet itu kan ada cashbacknya juga kan. Tapi itu tergantung kebutuhan juga kan,

kaya hypermart itu kan menyediakan kebutuhan bulanan yang aku butuh, terus ada

juga alfamart yang sesekali aku beli.

Pn: kakak biasanya ada pertimbangan ga saat memulai, sedang dan akan

berkonsumsi?

Page 154: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

xlix

Nr: hm, jarang si, itu lebih ke kebutuhan tersier. Misal aku mau beli chatime, eh

ternyata ga bisa, ya yaudah ga usah beli aja gitu. Jadi kalau promonya ga berlaku,

ya yaudah ga beli, atau misalnya di tempat lain ada promo lebih menguntungkan,

yaudah ga beli yang ini gitu.

Pn: Terus kakak jadi mulai bingung saat mendefinisikan kebutuhan dan keinginan?

Nr: ngga, justru lebih mudah si, mungkin karna terbiasa juga si, karna keinginaku

juga ga yang gimana-gimana, jadi misal mau makan yang baru, ya yaudah beli, tapi

kalau sesuatu yang ga relevan gitu ngga pernah si.

Pn: kakak biasanya pakai membeli barang dari sisi kebutuhan dan kegunaan? Atau

ada gengsi, prestise dan gaya hidup yang jadi patokan?

Nr: itu biasanya lebih ke faktor keinginan si, biasanya aku ngasih reward ke diri

sendiri gitu, reward tu ngasih penghargaan ke diri aku gitu. Biasanya bentuknya

reward makanan si, aku mau makan enak apa gitu.

Pn: Kalau menurut kakak ada citra yang terbangun dari barang-barang

mahal/branded gitu ga?

Nr: Iya setuju si, ada memang beberapa barang yang memang terlihat ya kaya

pakaian dan gadget, baik itu yang kita tunjukan ke orang lain secara langsung

ataupun kita perlihatkan di sosial media kita, misal kita makan di tempat yang fancy

gitu. Ada orang yang makan di situ mungkin karna makanannya emang enak, tapi

ada juga yang makan di situ karna mungkin ini bisa ngebuat diri gue jadi lebih

prestise gitu. Tapi ya gapapa juga si k2 hal itu. Kalau aku tipe yang beli sesuatu dari

yang aku suka gitu, kalau dari yang aku butuhkan lebih dari sisi valuablenya gitu.

Nah misalnya gini, ada beberapa supermarket juga yang menurut orang-orang itu

premium gitu, misal Ranch Market, itu kerasa banget kan bedanya kalau kita

belanja di situ dengan di Hypermart, Superindo, apalagi Tiptop. Itu karna

kelihatannya kan lebih fancy gitu plus ada beberapa barang yang memang cuma

ada di situ aja dan di supermarket lain ga ada, tapi kan dia harganya lebih tinggi

juga dari biasanya kan. Tapi harus liat lagi si, misal apa yang aku mau itu cuma ada

di Ranch Market ya, yaudah beli di situ, tapi kalau barang itu ada di Hypermart,

Tiptop, dll ada ya aku beli di tempat-tempat itu aja.

Page 155: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

l

Pn: Kalau menurut kakak barang-barang itu membuat citra/status sosial kita naik

ga si?

Nr: Hm, mungkin bisa jadi ya. Misal kita lagi di 1 event yang mana orang-orang itu

melihat diri kita dari penampilan kita, padahal kita ga ngeliat itu semua si.

Pn: Tapi kakak pernah ga beli barang untuk hal-hal kaya gitu ga?

Nr: hm, aku tipe yang jarang beli barang si. Jadi kayaknya ngga ya. Kaya aku beli

baju itu biasanya di akhir tahun, karna ada sale gitu, itu juga ga tiap tahun si.

Pn: Nah kalau menurut kakak, status seseorang ditentukan dari gaya konsumsi

seseorang?

Nr: hm, bisa jadi. Misal Hotman Paris yang dia punya Lamborghini banyak terus

pergi ke bar-bar di Bali juga, itu sebenernya lebih menonjolkan citra lawyernya dia

si. Kaya kalau lo jadi lawyer, lo tu pasti bisa sukses kaya gini juga, karna kasus

yang dia tangani kan juga bukan kasus yang ecek-ecek ya, kasusnya selebriti dan

orang-orang atas gitu kan.

Pn: Untuk lebih spesifiknya, apakah Anda tergiur iklan, promo, cashback, diskon

untuk membeli barang?

Nr: Aku tu sebenernya jarang ke mall, jadi biasanya aku cuma liat secara virtual

aja. Dan aku bakal tanya aku butuh ga ya, tapi pernah si waktu itu aku beli minuman

pake Dana karna emang lagi haus waktu itu, atau pernah juga waktu itu lagi di mall

terus laper, liat ada promo di Tawan (nama restoran), karna lagi di mall juga yang

pilihan makanannya kaya gitu, yaudah beli aja.

Pn: oh, berarti kakak bukan tipe yang mengejar diskon ya, kalau kebetulan lliat ada

ya yaudah beli aja.

Nr: huum, aku emang follow beberapa akun diskon gitu si di sosial media tapi aku

bakal beli ya kalau aku butuh aja. Misal pas kemarin akhir tahun lagi banyak diskon,

aku bakal beli sesuai kebutuhan aja si. Jadi aku bakal cari diskon sesuai kebutuhan

aku aja. Ya seputar gini aja biasanya.

Pn: kalau dari sisi kakak, ada ga si yang kakak beli secara berlebihan ga?

Nr: hm, jarang si. Berlebihan itu mungkin di awal aja, kaya lagi numpuk aja di awal

stoknya, misal aku kan pake lotion tiap hari, nah pas di awal aku beli banyak, tapi

kan itu emang bakal dipake terus tiap hari, jadi yang lama lama bakal habis gitu.

Page 156: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

li

Pn: Kakak punya kenalan yang kakak rasa dia berlebihan saat berkonsumsi

menggunakan e-wallet ga?

Nr: ada si ya mungkin. Tapi itu kan berdasarkan sudut pandang kita ya, karna bisa

jadi menurut dia ngga. Tapi ngga sampe aku tegur juga si.

Pn: Kalau pandangan kakak terhadap orang yang berlebihan saat berkonsumsi

menggunakan e-wallet?

Nr: hm, kita kan ga berkontribusi di e-wallet dia, jadi ya yaudah gapapa.

Pn: Setelah berbagai pertanyaan di atas, apakah Anda berani dan menilai diri Anda

juga termasuk orang yang berlebihan saat berkonsumsi dengan e-wallet?

Nr: hm, ngga si.

Pn: Biasanya top up e-wallet lewat sarana apa kak?

Nr: lewat driver atau m-banking si.

Pn: kakak biasanya kasih batasan nominal dan target waktu saat kamu top up ga?

Atau kakak akan top up asal di waktu yang tidak tertentu dengan nominal sesuka

hati?

Nr: intinya perbulan sekitar Rp. 300-500.000,- itu, tergantung kalau lagi sering

keluar, bisa top up sampai 4x atau bisa juga cuma 2x aja.

Pn: dihitung dalam waktu seminggu, berapa nominal jumlah penggunaan e-wallet

kakak?

Nr: hm, tergantung ya itu, kira-kira aja kali ya di angka Rp. 150.000-200.000

Pn: kalau dalam seminggu, berapa kali kakak menggunakan fitur e-wallet?

Nr: seminggu bisa 15x kayaknya, karna hampir tiap hari pake si.

Pn: Oke, kak ini kita udah mau sampai di beberapa pertanyaan terakhir, kalau

menurut kakak milenial Jakarta tu gimana si?

Nr: milenial itu dihitung dari 1985-1995 kan ya? Hm, aku tu kenal beberapa

milenial yang mereka itu konsumsi itu untuk experience misal kaya travelling,

makan atau hang out di tempat-tempat kece. Aku bukan tipe yang suka hunting

tempat untuk hang out gitu, kalau diajak ya ayo. Terus milenial sekarang suka

subscription gitu kan kaya Netflix, Viu, dll. Aku juga pernah ngurusin ginian pas

di kantor dulu tentang e-wallet, brand di mata milenial. Menarik juga tentang

milenial yang vegan di mana mereka itu konsumsi sesuatu yang mana pastinya lebih

Page 157: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

lii

mahal kan, karna sayurnya sayur organik yang mana harganya lebih mahal kan

ataupun tempat makan yang menyediakan makanan-makanan itu kan, ga murah

gitu. Oh iya tentang anak-anak muda yang ikut di Gym juga, kaya temen aku dia

ikutan di Gym bukan untuk diet, tapi emang pengen sehat dan suka aja dengan

banyak jenis olahraga.

Pn: Apakah ada perbedaan antara milenial Jakarta dengan milenial di kota-kota

lain?

Nr: Ya pasti si ya, karna di Jakarta itu kan banyak pilihan beda dengan di daerah

lain. Misal mau makan sushi, di Jakarta itu dari yang termurah sampe termewah tu

ada, kalau di kota lain tu cuma ada yang harganya menengah aja.

Pn: Kalau menurut kakak, identitas milenial Jakarta dipengaruhi oleh gaya

konsumsi dia ga?

Nr: Bisa, tapi bukan cuma konsumsi aja ya, bisa juga dari value diri dia. Misal ada

lho anak-anak muda yang ga mau nonton film bajakan di web illegal, makanya dia

subscription di netflix atau ada juga yang ga mau baca di e-book bajakan, makanya

dia beli di tempat yang legal. Jadi sebelum ke konsumsi itu, pasti ada value yang

dia anut. Misal dia vegan, jadinya dia beli makanan organik, ga mungkin kan dia

makan nasi goreng. Jadi ada valuenya diri dia sebelum dia mencoba untuk bergaya

hidup vegan itu.

Page 158: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

liii

Transkrip Wawancara (7)

Keterangan

Pn: Peneliti

Nr: Narasumber

Nama : Ang

Usia : 21

Jenis Kelamin : Perempuan

Profesi : Mahasiswa

Tanggal Wawancara : 03 Juni 2020

Sarana : Telfon WhatsApp

Pn: Mungkin ini rada private ya, tapi boleh ga aku tau berapa pemasukan kamu

dalam sebulan? Jadi ditotal aja, kalau kamu punya uang jajan atau mungkin punya

tambahan dari freelance juga

Nr: Oke sebentar, karena aku nih murni kuliah dan ga ada tambahan dari manapun,

jadi rinciannya sehari dapet Rp. 35.000, jadi 35.000x30 hari ya sekitar Rp.

1.500.000,-

Pn: Ini gapapa banget, kamu pake perspektif sebelum covid menyerang, karna

mungkin dari beberapa pertanyaan aku ada yang kurang relate, oke sebelumnya

kamu pake e-wallet apa aja?

Nr: Dana, OVO, Gopay

Pn: Yang paling sering dipake apa?

Nr: ketiga-tiganya sering dipake, tergantung aja yang mana diskonnya, kan

mahasiswa hehe

Pn: Kalau pengeluaran kamu dalam sebulan biasanya pakai e-wallet berapa?

Nr: terlepas dari diskon ya, karna kan banyak kebutuhan yang dibeli kaya skincare

gitu-gitu kan kebutuhan ya, ada ga ada diskon ya emang harus beli, ya sekitar Rp.

700.000-800.000,-

Pn: Kamu emang biasanya pake fitur e-wallet apa aja?

Page 159: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

liv

Nr: paling sering kendaraan dan bayar-bayar seperti bayar tagihan (token, PAM)

dab bayar skincare.

Pn: kalau kamu sendiri mempertimbangkan pandangan orang lain tentang gaya

konsumsi diri kamu?

Nr: hm, ngga si, karna ini kan uang ya, ranah pribadi, kebetulan temen-temen aku

juga ga ada yang nanya-nanya dan aku juga ga nanya-nanya tentang mereka

Pn: kamu tau ga konsumerisme itu apa?

Nr: hm apa ya, mungkin sama kaya konsumtif kali ya

Pn: kamu menjadikan konsumsi sebagai inti aktivitas kehidupan kamu ga?

Nr: ya jelas, kan kita manusia ga bisa lepas dari jual beli, bedanya sekarang kita ga

konvensional dengan pake cash aja, kita beralih ke e-wallet

Pn: hm gitu ya, jadi kapanpun itu, jual beli itu pasti selalu ada ya. Kalau kamu

sendiri sebenarnya tujuan pakai e-wallet itu apa?

Nr: sebenernya saya tipe yang ga bisa pegang uang cash gitu, karena takut hilang,

ketinggalan, dll. E-wallet ini kan ada di hp ya, barang yang ga pernah ketingga lan,

kalau kita kurang duit, tinggal minta orang rumah kirimin duit ke e-wallet kita.

Pn: Iya juga ya, kalau dari gaya konsumsi kamu ada yang berubah ga si di masa

sebelum dan sesudah penggunaan e-wallet? Karna e-wallet ini kan belum lama ya,

pengeshanya aja baru di tahun 2016 ya.

Nr: kakak pasti ngerti deh sebagai sesama perempuan, shopee, tokopedia itu kan 2

maut, kadang butuh ga butuh yaudah co co aja, kadang nyesel si, duh ngapain ya

beli ini? Tapi ya terus aja diulangin lagi dan lagi haha

Pn: nah, perubahan gaya konsumsi kamu itu berubah karna apa? Karna kemudahan

pakai e-walletnya atau gimana?

Nr: e-wallet itu kan lebih banyak diskonnya, jadi lebih konsumtif dan impuls ive

buying gitu apalagi pake e-wallet itu kan tinggal klik klik aja nanti barangnya sampe

haha

Pn: haha iya, jadi one click away ya untuk semua yang kita pesen di e-wallet tu. oh

iya, kalau kamu tu biasanya ada pertimbangan dulu ga si saat memulai, sedang dan

akan beli sesuatu?

Page 160: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

lv

Nr: biasanya untuk hal-hal penting, ya beli aja contohnya kaya skincare ya mau

harganya gimana, ya beli beli aja, tapi gimana ya, kalau pun itu bukan yang penting-

penting banget, pasti tetep dibeli-beli juga si hahaa

Pn: haha, pertimbangannya berarti kurang dalem gitu ya? Tapi kamu mulai bingung

ga si saat mendefinisikan kebutuhan dan keinginan?

Nr: jelas, jadi bingung

Pn: patokan kamu beli barang itu sebenarnya dari sisi kebutuhan dan kegunaan,

keinginan Atau ada gengsi, prestise dan gaya hidup gitu ga si?

Nr: ngga si, semua tergantung kebutuhan dan keinginan aja.

Pn: kalau menurut kamu, dari 1 barang aja, kadang bisa ngebuat citra diri kita

berubah? Ya ga si menurut kamu?

Nr: itu sebenarnya sesuai dengan teori yang ada si, antara barang dengan self-

branding, tapi kalau menurut aku, ya ada tapi intensitasnya ga banyak ya, aku beli

barang itu bukan untuk memuaskan orang lain, tapi ya untuk diri aku sendiri.

Pn: oh gitu, jadi ga perlu banyak pikirin orang lain tentang gaya konsumsi kamu

gitu ya?

Nr: iya lah, aku ga pikirin orang aja, belanja aku udah banyak banget ya, haha

Pn: menurut kamu, ada citra yang terbangun dari barang-barang mahal gitu ga?

Nr: itu ada teorinya di psikologi, tapi ya buat aku ga penting gitu si.

Pn: oh berarti, gaya konsumerisme kamu tu bukan didasari dari bagaimana orang

lain akan melihat kamu ya?

Nr: engga, aku ngeliatnya ya dari satisfiction aku, terserah orang mau lihatnya

gimana, ya yang penting aku suka

Pn: kalau menurut kamu status sosial ditentukan dari gaya konsumsi seseorang?

Nr: manusia itu lebih kompleks dari sekedar dinilai berdasarkan itu aja

Pn: kamu tipe yang mudah tergiur dengan iklan, promo, cashback, diskon, atau

bahkan star ambassador untuk membeli barang?

Nr: iya, aku mudah banget tergiur, karna kaya yang aku bilang, sebenernya aku ga

butuh-butuh banget, tapi karna ini diskon dan kapan lagi dia diskon, ya yaudah beli

beli aja.

Page 161: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

lvi

Pn: di luar dari kebutuhan kamu, ada ga hal yang kamu berlebihan saat

berkonsumsi?

Nr: ada, bukan dari segi kuantitasnya si, tapi lebih ke kegunaannya sebenernya ga

ada, tapi yaudah dibeli beli aja.

Pn: emang apa biasanya?

Nr: paling keperluan untuk peliharaan aku, aku kan punya peliharaan banyak. Jadi

daripada nanti butuh-butuh lagi, yaudah beli aja

Pn: pasti punya kucing ya? Kucing kan punya banyak kebutuhan tu biasanya

Nr: yup bener banget! Kucing aku aja mpe 3, haha plus nanti kalau ada kucing lain

main juga ke rumah

Pn: oh gitu ya, kamu ngerasa ada dampak positif dan negatifnya ga si saat konsumsi

di luar kebutuhan kamu?

Nr: ya kerasa, positifnya si karna rumahku kan jauh dari pet shop, jadi untuk nyetok

tu enak. Mostly negatif si, karna yaudah beli-beli aja gitu.

Pn: coba dijelasin, sisi negeatifnya tu dari sisi apa?

Nr: nyesel aja si karna uang berkurang, cuma ya nanti siklusnya ya berulang aja

terus, ada promo, ya beli, karna ini jadi repetitif beli lagi dan lagi.

Pn: kamu punya ga kenalan yang kamu rasa dia berlebihan saat berkonsumsi

menggunakan e-wallet?

Nr: gatau ya, aku ga perhatiin banget

Pn: kalau pandangan kamu terhadap orang yang berlebihan saat berkonsumsi

menggunakan e-wallet gimana?

Nr: aku si ya terserah aja, selama dia ga minta duit ke aku dan ga berdampak buruk

ke aku ya gapapa

Pn: Setelah berbagai pertanyaan di atas, kamu menilai diri kamu termasuk orang

yang berlebihan saat berkonsumsi dengan e-wallet?

Nr: iya jelas, karna ga punya kontrol diri

Pn: haha, kamu straight bener ya. Oiya, tadi di atas kan kamu bilang punya OVO,

Gopay, dan Dana ya. Nah itu biasanya kamu klo top up e-wallet via apa?

Nr: m-banking

Pn: wah itu tambah memudahkan untuk top up ya haha

Page 162: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

lvii

Nr: yup, betul banget haha

Pn: kamu biasanya ngebuat batasan nominal dan target waktu saat top up ga? Atau

kamu akan top up asal di waktu yang tidak tertentu dengan nominal sesuka hati?

Nr: biasanya 2-3x dalam sebulan, seadanya uang ada aja. Biasanya pas kuliah

kemarin lebih boros, seminggu bisa abis Rp. 120.000

Pn: Jika dihitung salam waktu seminggu, berapa kali kamu menggunakan fitur e-

wallet?

Nr: sekitar 3x

Pn: kalau kamu diminta jelasin milenial Jakarta Selatan, apa si yang kamu pikirin?

Nr: serba mudah kali ya, karna hidupnya udah bergantung pada teknologi

Pn: menurut kamu, ada perbedaan antara milenial Jakarta dengan milenial di kota-

kota lain?

Nr: hm apa ya,

Pn: menurut kamu, sebagai millenial Jakarta, identitas kamu dipengaruhi oleh gaya

konsumsi?

Nr: iya si, karena gaya hidup

Page 163: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

lviii

Transkrip Wawancara (8)

Keterangan

Pn: Peneliti

Nr: Narasumber

Nama : I

Usia : 21

Jenis Kelamin : Perempuan

Profesi : Mahasiswa

Tanggal Wawancara : Rabu, 3 Juni 2020. 12:34 WIB

Sarana : Google Docs.

Pn: Berapa pemasukan Anda dalam sebulan?

Nr: karena masih kuliah jadi blm ada pemasukan sendiri. Paling kalo bulanan dari

ortu sekitar 1,2.

Pn: Berapa pengeluaran Anda dalam sebulan menggunakan e-wallet?

Nr: Ngga tau pasti yaa, tergantung kebutuhan juga sih. Mungkin 300k

Pn: Apakah Anda mempertimbangkan pandangan orang lain tentang diri Anda?

Nr: Iya

Pn: Menurut Anda, apakah konsumerisme itu?

Nr: Ini tuh kayak paham seseorang buat ngelakuin hal hal konsumsi atau

melakukan perilaku konsumtif. Kayak beli barang yang berlebihan

Pn: Apakah Anda menjadikan konsumsi sebagai inti aktivitas kehidupan Anda?

Nr: Ngga juga sih

Pn: Apa tujuan Anda saat melakukan konsumsi menggunakan e-wallet?

Nr: Biar mudah aja kalo mau ngelakuin proses transaksi

Pn: Apakah terjadi perubahan gaya konsumsi Anda di masa sebelum dan sesudah

penggunaan e-wallet?

Nr: Iyaa berubah pasti, soalnya jadi lebih mudah aja gitu

Pn: Jika iya, sejauh mana perubahan itu terjadi?

Page 164: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

lix

Nr: Lebih cepet kalo mau transaksi, terus karena kemudahan yang didapet itu juga

kadang jadi pengen beli beli terus

Pn: Menurut Anda, apa yang membuat pola konsumsi Anda jadi berubah setelah

berkonsumsi menggunakan e-wallet?

Nr: Jadi suka belanja hal hal sepele sih.

Pn: Apakah kemudahan yang ditawarkan e-wallet membuat pola konsumsi Anda

berubah?

Nr: Lebih cepat, banyak promo juga, fiturnya menarik juga

Pn: Adakah pertimbangan yang Anda pikirkan saat memulai, sedang dan akan

berkonsumsi?

Nr: Ada, pasti ada pertimbangan yang dilakuin kayak penting ngga ya kalo beli ini

barang. Takutnya cuma jadi beli aja ngga kepake

Pn: Menurut Anda, apakah perubahan itu terjadi karena anda mulai bingung saat

mendefinisikan kebutuhan dan keinginan?

Nr: Iya kadang punya pikiran kayak gini. Tapi kalo mau beli emang harus mikir

bener bener dulu takutnya malah ngga penting penting banget.

Pn: Apakah Anda membeli barang dari sisi kebutuhan dan kegunaan? Atau ada

gengsi, prestise dan gaya hidup yang jadi patokan?

Nr: Pertama tentunya karena kebutuhan, itu pasti. Kedua karena pengen beli aja

tapi tetep dipikirin ini barang fungsinya gimana.

Pn: Apakah pola konsumerisme Anda didasari oleh bagaimana orang lain akan

melihat diri Anda?

Nr: Ngga juga sih yaa, emang beli ya sesuai kemauan aja

Pn: Menurut Anda, apakah ada citra yang terbangun dari barang-barang mahal?

Nr: Ada sih ya, pasti biar keliatan orang gitu.

Pn: Apakah Anda membeli barang karena barang itu akan membuat status Anda

terangkat?

Nr: Ngga juga, beli barang itu ya karena emang pengen beli aja dan sesuai

kemauan. Kalo menurut kita bagus ya dibeli.

Pn: Apakah menurut Anda, status sosial ditentukan dari gaya konsumsi

seseorang?

Page 165: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

lx

Nr: Kalo ngeliat realita sosial yang ada di masyarakat, bisa dibilang iya. Karena

beberapa orang pasti tergabung atau berkumpul dengan orang yang mempunyai

status sosial yang sama dimana gaya konsumsinya cenderung mirip

Pn: Untuk lebih spesifiknya, apakah Anda tergiur iklan, promo, cashback, diskon,

atau bahkan star ambassador untuk membeli barang?

Nr: Oh ini iyaa sih kadang lol.

Pn: Adakah dampak positif dan negatif saat Anda melakukan konsumsi di luar

kebutuhan Anda?

Nr: Ada, negatifnya tiba2 udah keluar uang banyak aja gitu

Pn: Pada hal apa biasanya Anda berlebihan saat berkonsumsi? Makanan? Gadget?

Baju? Sepatu? Atau yang lain?

Nr: Makanan sih soalnya banyak banget promo. Selain itu emang kebetulan kalo

mau beli pasti ada promonya

Pn: Bagaimana pandangan Anda terhadap orang yang berlebihan saat

berkonsumsi menggunakan e-wallet?

Nr: Ngga apa2 selain pemasukannya masih mencukupi daya belinya. Tapi hal

yang disayangkan pasti dalam membeli barang yang berlebihan bisa bikin

barangnya cuma sekali pake aja dan dibiarin lama

Pn: Apakah Anda memiliki kenalan yang Anda rasa dia berlebihan saat

berkonsumsi menggunakan e-wallet?

Nr: Ada

Pn: Setelah berbagai pertanyaan di atas, apakah Anda berani dan menilai diri

Anda juga termasuk orang yang berlebihan saat berkonsumsi dengan e-wallet?

Nr: sebenarnya ngga juga sih karena saya juga memperhatikan dulu barangnya

sebelum dibeli. Walaupun tergiur promo dan brand ambassador nya pasti tetap

melihat kegunaannya untuk apa

Pn: Bisakah kamu ceritakan pandangan kamu soal e-wallet? Seperti, kapan kamu

mengetahui dan menggunakan e-wallet?

Nr: Kalo awal pake mungkin pas sma. Itu kayak pemakaian gopay. Penggunaan e

wallet tentunya pasti memudahkan orang lain dalam bertransaksi

Pn: Apakah kamu memiliki OVO, Go-Pay atau Dana?

Page 166: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

lxi

Nr: Iyaa punya

Pn: Mana yang paling kamu sering gunakan di antara ke-tiga e-wallet di atas?

Alasannya kenapa?

Nr: Yang paling sering go pay. Tapi ketiganya juga dipake terutama kalau ada

promo tertentu di 3 e wallet tersebut

Pn: Dari sekian banyak fitur yang ada di OVO, Go-Pay dan Dana yang mana yang

paling sering kamu gunakan? Kendaraan? Beli makanan? Pengantaran barang?

Membeli barang; baju, sepatu, dll? Membayar kebutuhan; token listrik, PAM,

pulsa, dll?

Nr: Beli makanan sih lebih sering untuk itu.

Pn: Biasanya top up e-wallet lewat sarana apa?

Nr: Mbanking, atau alfamaret

Pn: Apakah ada batasan nominal dan target waktu saat kamu top up? Atau kamu

akan top up asal di waktu yang tidak tertentu dengan nominal sesuka hati?

Nr: Ngga ada batasan sih, cuma kalo liat saldo kira kira tinggal sedikit lebih baik

dikeep aja.

Pn: Jika kamu memberikan batasan nominal pada saat top up, berapa minimal dan

maksimal uang yang kamu top up di e-wallet kamu?

Pn: Ngga ada

Pn: Jika dihitung dalam waktu seminggu, berapa nominal jumlah penggunaan e-

wallet Anda?

Nr: Ngga tentu sih, karena bukan yang pemakaiannya setiap hari pake e wallet.

Cuma dalam keadaan atau kebutuhan tertentu aja jadi kurang tau deh

Pn: Jika dihitung salam waktu seminggu, berapa kali kamu menggunakan fitur e-

wallet?

Nr: Biasanya mungkin 1-3x tergantung jugaa sih itupun kalo lagi keadaan di luar

rumah dan pengen pake aja kalo promo. Bisa seminggu juga ngga pake

Pn: Bagaimana kamu menjelaskan milenial Jakarta?

Nr: Milenial sendiri kan generasi yang lahir di kisaran tahun 90an - 2000 ya kalo

ga salah. Kalau untuk milenial jakarta sendiri sih pastinya udah banyak yang

punya style atau lebih fleksibel. Pola pikirnya juga banyak yang kritis

Page 167: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

lxii

Pn: Apakah ada perbedaan antara milenial Jakarta dengan milenial di kota-kota

lain?

Nr: Perbedaanya mungkin dari gaya, karena tinggal di ibukota yang lebih

heterogen penduduknya

Pn: Apakah sebagai millenial Jakarta, identitas kamu dipengaruhi oleh gaya

konsumsi?

Nr: Gaya konsumsi memang punya pengaruh dalam kehidupan sehari hari.

Namun dalam porsi yang masih terbilang cukup dan sewajarnya

Page 168: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

lxiii

Transkrip Wawancara (9)

Keterangan

Pn: Peneliti

Nr: Narasumber

Nama : S

Usia : 25 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Profesi : Karyawan

Tanggal Wawancara : 5 June 2020. 4.30-5.00 pm

Sarana : Google Docs

Pn: Berapa pemasukan Anda dalam sebulan?

Nr: 5000K - 6000K

Pn: Berapa pengeluaran Anda dalam sebulan menggunakan e-wallet?

Nr: During normal era (before covid), 15-20% dari pengeluaran

Pn: Apakah Anda mempertimbangkan pandangan orang lain tentang diri Anda?

Nr: Yes. Of course.

Pn: Menurut Anda, apakah konsumerisme itu?

Nr: Budaya transaksi berlebihan. Fokus terlalu pada keinginan daripada kebutuhan.

Pn: Apakah Anda menjadikan konsumsi sebagai inti aktivitas kehidupan Anda?

Nr: Konsumsi? Of course. Sebagai mahluk hidup, mahluk sosial, aplagi pekerja

seperti aku pasti menjadikan konsumsi sebagai aktivitas. Karna kita harus

memenuhi basic need, serta extra need kita untuk menjalani keseharian.

Pn: Apa tujuan Anda saat melakukan konsumsi menggunakan e-wallet?

Nr: Kemudahan. Simple.

Pn: Apakah terjadi perubahan gaya konsumsi Anda di masa sebelum dan sesudah

penggunaan e-wallet?

Nr: Tidak. Masih under control.

Page 169: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

lxiv

Pn: Jika iya, sejauh mana perubahan itu terjadi?

-

Pn: Menurut Anda, apa yang membuat pola konsumsi Anda jadi berubah setelah

berkonsumsi menggunakan e-wallet?

-

Pn: Apakah kemudahan yang ditawarkan e-wallet membuat pola konsumsi Anda

berubah?

Nr: Yes.

Pn: Adakah pertimbangan yang Anda pikirkan saat memulai, sedang dan akan

berkonsumsi?

Nr: Is it really something that I need? Do I really have to buy it now?

Pn: *Menurut Anda, apakah perubahan itu terjadi karena anda mulai bingung saat

mendefinisikan kebutuhan dan keinginan?

Nr: Sometimes.

Pn: *Apakah Anda membeli barang dari sisi kebutuhan dan kegunaan? Atau ada

gengsi, prestise dan gaya hidup yang jadi patokan?

Nr: Kebutuhan dan kegunaan

Pn: *Apakah pola konsumerisme Anda didasari oleh bagaimana orang lain akan

melihat diri Anda?

Nr: Nope. Prefer yang lebih membuat aku nyaman.

Pn: Menurut Anda, apakah ada citra yang terbangun dari barang-barang mahal?

Nr: Nope.

Pn: Apakah Anda membeli barang karena barang itu akan membuat status Anda

terangkat?

Nr: Nope.

Pn: Apakah menurut Anda, status sosial ditentukan dari gaya konsumsi seseorang?

Nr: Not really. Karna bisa aja yang status sosialnya tinggi kuantitas konsumsinya

rendah. (lebih fokus ke volume)

Pn: Untuk lebih spesifiknya, apakah Anda tergiur iklan, promo, cashback, diskon,

atau bahkan star ambassador untuk membeli barang?

Nr: Cashback?Discount? YES YES!

Page 170: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

lxv

Pn: Adakah dampak positif dan negatif saat Anda melakukan konsumsi di luar

kebutuhan Anda?

Nr: Nyesel aja gitu, terus mikir ‘ mestinya bisa bermanfaat buat yg lain ya.’,

‘mestinya bisa ditabung yaa.’

Pn: Pada hal apa biasanya Anda berlebihan saat berkonsumsi? Makanan? Gadget?

Baju? Sepatu? Atau yang lain?

Nr: Apa ya.. Hampir seimbang semua sih. Cuma karna seringnya gunain buat grab,

jadi paling banyak ya buat transportasi dan makanan.

Pn: Bagaimana pandangan Anda terhadap orang yang berlebihan saat berkonsumsi

menggunakan e-wallet?

Nr: It’s their choice. Selagi mereka banyak uang dan itu emang jadi

kebutuhan/keinginan mereka ya gapapa. Yang penting gak merugikan orang lain.

Pn: Apakah Anda memiliki kenalan yang Anda rasa dia berlebihan saat

berkonsumsi menggunakan e-wallet?

Nr: Ada.

Pn: Setelah berbagai pertanyaan di atas, apakah Anda berani dan menilai diri Anda

juga termasuk orang yang berlebihan saat berkonsumsi dengan e-wallet?

Nr: Nope. Masih under control.

Pn: Bisakah kamu ceritakan pandangan kamu soal e-wallet? Seperti, kapan kamu

mengetahui dan menggunakan e-wallet?

Nr: Pertama kenal TCash dari Telkomsel, tapi gak tertarik pake. Karna kebetulan

pengguna setia grab, pas grab introduction new payment with OVO ya langsung

ngikut. Eh sampe sekarang masih setia & tetep suka sama OVO.

Pn: Apakah kamu memiliki OVO, Go-Pay atau Dana?

Nr: OVO punya, Go-Pay punya.

Pn: Mana yang paling kamu sering gunakan di antara ke-tiga e-wallet di atas?

Alasannya kenapa?

Nr: OVO! UI/UX bagus. Simple. Enak fiturnya. Integrasinya gampang (pas awal

awal sih, kayaknya skrng udah agak ribet). Free fee for bank transaction and top up

(dulu sih ini, skrng udah berbayar semua-,-) Cuma faktor terbesar emang karna pake

grab sih.

Page 171: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

lxvi

Pn: Dari sekian banyak fitur yang ada di OVO, Go-Pay dan Dana yang mana yang

paling sering kamu gunakan? Kendaraan? Beli makanan? Pengantaran barang?

Membeli barang; baju, sepatu, dll? Membayar kebutuhan; token listrik, PAM,

pulsa, dll?

Nr: Transportasi, Makanan, Pulsa Paket

Pn: Biasanya top up e-wallet lewat sarana apa?

Nr: Mandiri Online, Jenius & Abang Grab

Pn: Apakah ada batasan nominal dan target waktu saat kamu top up? Atau kamu

akan top up asal di waktu yang tidak tertentu dengan nominal sesuka hati?

Nr: Iya sesuka hati..

Pn: Jika kamu memberikan batasan nominal pada saat top up, berapa minimal dan

maksimal uang yang kamu top up di e-wallet kamu?

Nr: Kallo nominal di OVOnya pasti ada. Jangan lebih dari 400ribu

Pn: Jika dihitung dalam waktu seminggu, berapa nominal jumlah penggunaan e-

wallet Anda?

Nr: In normal time, 100-200 ribu minimum. Maksimum bisa sampe 200+

Pn: Jika dihitung salam waktu seminggu, berapa kali kamu menggunakan fitur e-

wallet?

Nr: Tiap hari, pagi siang malem.

Pn: Bagaimana kamu menjelaskan milenial Jakarta?

Nr: Terbanyak jumlahnya. Produktif, Konsumtif. Suka cashback. Sulit

berkomitmen.

Pn: Apakah ada perbedaan antara milenial Jakarta dengan milenial di kota-kota

lain?

Nr: Of course, dari culturenya aja beda. Lebih gaul lah kalo bisa dibilang. Karna

tools untuk dapet informasinya juga lebih kaya. Tingkat pendapatannya juga lebih

tinggi kan di Ibukota.

Pn: Apakah sebagai millenial Jakarta, identitas kamu dipengaruhi oleh gaya

konsumsi?

Nr: Nope.

Page 172: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

lxvii

Transkrip Wawancara

Keterangan

Pn: Peneliti

Nr: Narasumber

Nama : F

Usia : 24

Jenis Kelamin : Perempuan

Profesi : Mahasiswa

Tanggal Wawancara : 04 Juni 2020

Sarana : Google Docs

Pn: Berapa pemasukan Anda dalam sebulan?

Nr: Rp 3.000.000

Pn: Berapa pengeluaran Anda dalam sebulan menggunakan e-wallet?

Nr: Rp 1.500.000

Pn: Apakah Anda mempertimbangkan pandangan orang lain tentang diri Anda?

Nr: Cukup mempertimbangkan

Pn: Menurut Anda, apakah konsumerisme itu?

Nr: Pola hidup di mana masyarakat sangat didorong oleh keinginan membeli barang

atau mengkonsumsi sesuatu, bukan berdasarkan kebutuhan

Pn: Apakah Anda menjadikan konsumsi sebagai inti aktivitas kehidupan Anda?

Nr: Kadang iya, karena membeli sesuatu yang enak atau bagus menjadi hal ya ng

menyenangkan. Namun masih bisa dikontrol

Pn: Apa tujuan Anda saat melakukan konsumsi menggunakan e-wallet?

Nr: Kemudahan, kadang ada diskon

Pn: Apakah terjadi perubahan gaya konsumsi Anda di masa sebelum dan sesudah

penggunaan e-wallet?

Nr: Ya, frekuensi belanja online atau transaksi online meningkat

Pn: Jika iya, sejauh mana perubahan itu terjadi?

Page 173: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

lxviii

Nr: Sekarang beli make up atau barang yang tidak langsung dikonsumsi biasanya

lewat online (di luar makanan)

Pn: Menurut Anda, apa yang membuat pola konsumsi Anda jadi berubah setelah

berkonsumsi menggunakan e-wallet?

Nr: Karena e-wallet memudahkan transaksi dan memiliki banyak promo sehingga

membuat menggunakannya menyenangkan

Pn: Apakah kemudahan yang ditawarkan e-wallet membuat pola konsumsi Anda

berubah?

Nr: Ya

Pn: Adakah pertimbangan yang Anda pikirkan saat memulai, sedang dan akan

berkonsumsi?

Nr: Apakah saya butuh konsumsi itu, Apakah masih masuk ke dalam budget saya,

Apakah hal itu akan membuat saya senang

Pn: Menurut Anda, apakah perubahan itu terjadi karena anda mulai bingung saat

mendefinisikan kebutuhan dan keinginan?

Nr: Tidak sih, karena masih bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan

Pn: Apakah Anda membeli barang dari sisi kebutuhan dan kegunaan? Atau ada

gengsi, prestise dan gaya hidup yang jadi patokan?

Nr: Kebutuhan dan kegunaan yang utama, tapi jika masih ada uang lebih, sekali-

sekali memanjakan diri sendiri tidak masalah

Pn: Apakah pola konsumerisme Anda didasari oleh bagaimana orang lain akan

melihat diri Anda?

Nr: Tidak terlalu

Pn: Menurut Anda, apakah ada citra yang terbangun dari barang-barang mahal? Nr:

Tidak dipungkiri pasti ada pengaruhnya. Manusia kan makhluk visual dan suka

keindahan

Pn: Apakah Anda membeli barang karena barang itu akan membuat status Anda

terangkat?

Nr: Tidak

Pn: Apakah menurut Anda, status sosial ditentukan dari gaya konsumsi seseorang?

Page 174: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

lxix

Nr: Tidak, karena tidak ada gunanya juga jika memaksakan membeli barang tanpa

melihat kemampuan

Pn: Untuk lebih spesifiknya, apakah Anda tergiur iklan, promo, cashback, diskon,

atau bahkan star ambassador untuk membeli barang?

Nr: Jika memang barangnya saya butuhkan dan masuk budget, iya

Pn: Adakah dampak positif dan negatif saat Anda melakukan konsumsi di luar

kebutuhan Anda?

Nr: Biasanya konsumsi di luar kebutuhan untuk memenuhi kesenangan saya, jadi

dampak positifnya membuat saya senang. Tapi dampak negatifnya tentunya duit

habis

Pn: Pada hal apa biasanya Anda berlebihan saat berkonsumsi? Makanan? Gadget?

Baju? Sepatu? Atau yang lain?

Nr: Makanan dan game

Pn: Bagaimana pandangan Anda terhadap orang yang berlebihan saat berkonsumsi

menggunakan e-wallet?

Nr: Sebisa mungkin dikurangi

Pn: Apakah Anda memiliki kenalan yang Anda rasa dia berlebihan saat

berkonsumsi menggunakan e-wallet?

Nr: Tidak ada

Pn: Setelah berbagai pertanyaan di atas, apakah Anda berani dan menilai diri Anda

juga termasuk orang yang berlebihan saat berkonsumsi dengan e-wallet? Nr: Saya

tidak merasa berlebihan mengkonsumsi

Pn: Bisakah kamu ceritakan pandangan kamu soal e-wallet? Seperti, kapan kamu

mengetahui dan menggunakan e-wallet?

Nr: Konsep e-wallet sebenarnya sudah ada dari lama. Dulu awalnya dalam bentuk

e-money yang penggunaannya di Indonesia terbatas untuk tol, KRL, busway. Tapi

kemudian dikembangkan konsepnya jadi e-wallet. Pertama kali benar-benar pakai

e-wallet mungkin tahun 2016/2017. Yang pertama dipakai adalah Gopay karena

kebutuhan untuk menggunakan Gojeknya tinggi. Perkembangan penggunaan e-

wallet pada akhirnya mengikuti perkembangan Gojek sendiri, yang makin lama

Page 175: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

lxx

makin mengenalkan berbagai macam fitur. Kemudian karena online shop banyak

yang bekerja sama dengan e-wallet jadi semakin sering pakai

Pn: Apakah kamu memiliki OVO, Go-Pay atau Dana?

Nr: Punya ketiganya tapi pakai Dana hanya pernah 1 kali

Pn: Mana yang paling kamu sering gunakan di antara ke-tiga e-wallet di atas?

Alasannya kenapa?

Nr: OVO. Karena sekarang lebih sering pakai Grabbike/Grabcar dan mudah

bertransaksi di Tokped maupun sociolla

Pn: Dari sekian banyak fitur yang ada di OVO, Go-Pay dan Dana yang mana yang

paling sering kamu gunakan? Kendaraan? Beli makanan? Pengantaran barang?

Nr: Membeli barang; baju, sepatu, dll? Membayar kebutuhan; token listrik, PAM,

pulsa, dll? Kendaraan

Pn: Biasanya top up e-wallet lewat sarana apa?

Nr: ATM

Pn: Apakah ada batasan nominal dan target waktu saat kamu top up? Atau kamu

akan top up asal di waktu yang tidak tertentu dengan nominal sesuka hati?

Nr: Top-up tidak tentu sesuai kebutuhan

Pn: Jika kamu memberikan batasan nominal pada saat top up, berapa minimal dan

maksimal uang yang kamu top up di e-wallet kamu?

Nr: tidak ada

Pn: Jika dihitung dalam waktu seminggu, berapa nominal jumlah penggunaan e-

wallet Anda?

Nr: Sebelum pandemi, sekitar 250.000 karena termasuk biaya makan siang

Pn: Jika dihitung salam waktu seminggu, berapa kali kamu menggunakan fitur e-

wallet?

Nr: 7-10 kali sebelum pandemi karena termasuk makan siang

Pn: Bagaimana kamu menjelaskan milenial Jakarta?

Nr: Tidak berbeda jauh dengan milenial pada umumnya. Milenial pada umumnya

senang mengikuti tren, terbiasa dengan penggunaan teknologi digital dan frekuensi

penggunaan media sosial tinggi.

Page 176: POLA KONSUMSI PEMUDA PERKOTAAN PADA PENGGUNAAN …

lxxi

Pn: Apakah ada perbedaan antara milenial Jakarta dengan milenial di kota-kota

lain?

Nr: Yang membedakan milenial Jakarta dan milenial non-kota mungkin adalah

paparan dan kesempatan bersentuhan dengan teknologinya

Pn: Apakah sebagai millenial Jakarta, identitas kamu dipengaruhi oleh gaya

konsumsi?

Nr: Tidak terlalu. Saya tidak terlalu up-to-date atau mengikuti tren.