POLA KONSUMSI AIR UNTUK KEBUTUHAN DOMESTIK PADA …eprints.ums.ac.id/48451/23/Publikasi New.pdf ·...
Transcript of POLA KONSUMSI AIR UNTUK KEBUTUHAN DOMESTIK PADA …eprints.ums.ac.id/48451/23/Publikasi New.pdf ·...
POLA KONSUMSI AIR UNTUK KEBUTUHAN DOMESTIK PADA
PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) DI KECAMATAN
MANYARAN KABUPATEN WONOGIRI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana S-1
Program Studi Geografi
Diajukan Oleh :
Bondan Jati Kusumo
NIM : E100120039
PROGRAM STUDI GEOGRAFI
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
i
ii
iii
1
POLA KONSUMSI AIR UNTUK KEBUTUHAN DOMESTIK PADA
PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) DI KECAMATAN
MANYARAN KABUPATEN WONOGIRI
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Manyaran Kabupaten Wonogiri.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menentukan ketersediaan air pada PDAM Giri
Tirta, (2) menentukan pola konsumsi air untuk kebutuhan domestik dan (3)
menentukan pola konsumsi air untuk kebutuhan domestik berdasarkan sosial
ekonomi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah stratified random
sampling. Sampel yang diambil adalah 105 responden. Tahapan penelitian
meliputi : a) observasi (telaah pustaka dan penelitian sebelumnya) dan peta
administrasi, b) survey c) pengolahan dan analisis data, d) hasil (analisis
ketersediaan air, pola konsumsi air untuk kebutuhan domestik, pola konsumsi air
untuk kebutuhan domestik bedasarkan sosial ekonomi. Ketersediaan air yang ada
pada PDAM Giri Tirta berasal dari mata air Umbul Nogo dan Umbul Teleng.
Debit yang dihasilkan pada bulan desember tahun 2015 dari mata air Umbul Naga
memiliki debit sebesar 2,5 l/detik atau sekitar 216.000 l/hari. Untuk debit dari
Umbul Teleng adalah 9 l/detik atau sekitar 777.600 l/hari. Penggunaan untuk
kebutuhan domestik meliputi : minum, memasak dan mencuci alat dapur, mencuci
pakaian, mencuci sepeda motor dan mobil, menyiram tanaman, dan penggunaan
untuk kebutuhan lain-lain dengan jumlah rata-rata penggunaan adalah 89,28
lt/org/hr. Uji hubungan antara kebutuhan air dengan jenis pekerjaan memiliki
pengaruh sebesar 14,1%. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pekerjaan
terhadap pola konsumsi air sangat erat. Uji hubungan antara kebutuhan air dengan
tingkat pendidikan memiliki pengaruh sebesar 0,3%. Hal ini menunjukkan bahwa
pengaruh tingkat pendidikan terhadap pola konsumsi air kurang berpengaruh. Uji
hubungan antara kebutuhan air dengan tingkat pendapatan memiliki pengaruh
sebesar 85,7%. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh tingkat pendapatan
terhadap pola konsumsi air sangat erat. Tingkat sosial ekonomi yang sangat
berpengaruh terhadap pola konsumsi air adalah tingkat pendapatan. Pada urutan
kedua yang paling berpengaruh terhadap pola konsumsi air adalah jenis pekerjaan.
Dan yang terakhir yang kurang berpengaruh terhadap pola konsumsi air adalah
tingkat pendidikan. Air yang di pakai paling banyak berasal dari PDAM, yang
kedua penggunaan dari PDAM+sumur, kemudian yang terakhir dari sumur.
Kata Kunci : Ketersediaan Air, Pola Konsumsi Air, Kebutuhan Domestik.
PATTERNS OF WATER CONSUMPTION FOR DOMESTIC NEEDS IN
THE AREA OF DRINKING WATER COMPANY (ADWC) MANYARAN
IN WONOGIRI REGENCY
ABSTRACT
This research was conducted in district Manyaran Wonogiri Regency. This
research aims to (1) determine the availability of water in the Area of drinking
water CompanyGiri Tirta, (2) determine the patterns of water consumption for
2
domestic needs and (3) determine the patterns of water consumption for domestic
needs based on the social economy. Method of data collection used is stratified
random sampling. Samples taken is 105 respondents. Stages of research include:
a) observation (review of the literature and previous research) and administrative
maps, b) survey c) processing and data analysis, d) results (analysis of the
availability of water, patterns of water consumption for domestic needs, patterns
of water consumption for domestic needson the basis of social economy). The
availability of water in PDAM Giri Tirta comes from Springs Umbul Umbul
Teleng and Nogo. The resulting discharge in December 2015 from the fountain of
the Dragon have a debit of Umbul Nogo 2.5 lt/s or around 216,000 lt/day. To
debit from the Umbul Teleng is 9 lt/s or approximately 777,600 lt/day. Use for
domestic needs include: drinking, cooking and washing the kitchen tools, washing
clothes, washing of motorcycles and cars, watering plants, and usage for the needs
of others with an average amount of usage was 89.28 lt/prs/day. Test the
relationship between water needs with this type of work has influence of 14.1%.
This shows that influence water consumption patterns towards work very closely.
Test the connection between the needs of water with levels of education have an
effect of 0.3%. This suggests that the influence of educational level against water
consumption patterns is less influential. Test the connection between the needs of
water with levels of income have influence of 85,7%. This suggests that the
influence of level of income against water consumption patterns very closely. The
level of social economic effect on water consumption patterns is the level of
income. On the second order the most effect on water consumption patterns is the
type of job. And the latter less influence on patterns of water consumption was the
level of education. Water is the most widely used comes from the ADWC, the
second use of ADWC + the well, then the last of the wells.
Keywords: Water, Water Consumption Patterns, Domestic Needs.
1. Pendahuluan
Air bersih adalah sangat penting bagi makhluk hidup untuk kelangsungan
aktivitasnya. Kegiatan manusia sehari-hari untuk melakukan aktifitas tak lepas
dari fungsi air. Memasak, mencuci, mandi hingga proses kerja tubuh manusia
menggunakan air untuk metabolisme. Dan memastikan ketersediaan air untuk
kegiatan dan keberlangsungan hidup manusia sagat penting. Ketersediaan air
meliputi air permukaan (sungai, danau, waduk) dan air tanah (akuifer dan sumber
mata air alami) yang debitnya dipengaruhi oleh penggunaannya.
Kebutuhan air dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu kebutuhan air
untuk rumah tangga (domestik), industri dan pertanian. Penggunaan air bersih
yang paling menonjol adalah untuk rumah tangga karena kebutuhan seperti
3
memasak, mencuci, mandi, menyiram tanaman dilakukan hampir setiap hari.
Kebutuhan manusia akan kebutuhan air selalu meningkat dari waktu ke waktu,
bukan saja karena meningkatnya jumlah manusia yang memerlukan air tersebut,
melainkan juga karena meningkatnya intensitas dan ragam dari kebutuhan akan
air, (M.D. Silalahi, 2002). Sama halnya di Kecamatan Manyaran yang mengalami
perkembangan wilayah sehingga penggunaan air semakin tahun semakin tinggi.
Wilayah yang berkembang akan menimbulkan meningkatnya aktivitas manusia
yang membutuhkan sumber daya air.
Pada daerah penelitian terdapat PDAM yang menggunakan dua mata air
yang memiliki debit yang tinggi. Mata air tersebut adalah Umbul Nogo dan
Umbul Teleng. Berikut data debit dari PDAM Giri Tirta pada tahun 2015 yang
disajikan pada tabel 1
Tabel 1 Tabel Debit PDAM Giri Tirta Pada Tahun 2015
NO Nama Mata Air Debit(lt/dt) Debit(lt/hri)
1 Umbul Naga 2,5 216
2 Umbul Teleng/Platar 9 777,6
Sumber : PDAM Giri Tirta, Kecamatan Manyaran Tahun 2015
Tabel 1 berikut menjelaskan bahwa ketersediaan air di daerah penelitian
memiliki debit yang cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari
masyarakatnya. Pada tahun 2013 pertumbuhan penduduk di Kecamatan Manyaran
4,20 %, sedangkan pada tahun 2014 meningkat 6,9 %. Meningkatnya jumlah
penduduk mempengaruhi kebutuhan air sehingga berpengaruh terhadap
ketersediaan air pada PDAM Giri Tirta.
Pada dasarnya konsumsi air/orang/hari mencapai 100l/hari untuk
konsumsi air minum, mandi, mencuci dan kebutuhan lainnya. Pola konsumsi air
juga berbeda antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu menentukan pola
konsumsi air untuk kebutuhan domestik sangat penting meningkatnya penggunaan
air tak lepas dari taraf hidup atau kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa kebutuhan akan air tak lepas dari pola kebiasaan dan
kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
4
1.1 Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah ketersediaan air pada PDAM Giri Tirta?
b. Bagaimana pola konsumsi air untuk kebutuhan domestik di Kecamatan
Manyaran?
c. Bagaimana pola konsumsi air untuk kebutuhan domestik di Kecamatan
Manyaran berdasarkan cara memperolehnya?
1.2 Tujuan Penelitian
a. Menentukan ketersediaan air pada PDAM Giri Tirta untuk kebutuhan
domestik di Kecamatan Manyaran.
b. Menentukan pola konsumsi air untuk kebutuhan domestik di Kecamatan
Manyaran untuk kebutuhan sehari-hari.
c. Menentukan pola konsumsi air untuk kebutuhan domestik di Kecamatan
Manyaran berdasarkan cara memperolehnya.
1.3 Kerangka Penelitian
Air adalah salah satu kebutuhan utama dari manusia. Kebutuhan air
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pertumbuhan penduduk, keadaan
ekomomi, teknologi dan pola kebiasaan masyarakat yang berbeda. Ketersediaan
air meliputi dari air permukaan, air tanah dan mata air. Keberadaan PDAM sangat
membantu terhadap pasokan air di suatu wilayah sehingga kebutuhan air dapat
terpenuhi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan air yaitu :
jumlah penduduk, ekonomi, perlindungan lingkungan, konservasi air, kemajuan
teknologi, iklim, harga air dan cara mendapatkannya serta faktor sosial dan
ekonomi. Berikut di bawah ini gambar 1 diagram alir penelitian.
5
Gambar 1. Diagram Alir Pemikiran
Sumber : Penulis, 2016
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode survey. Metode
survey adalah metode yang mengambil sampel dari suatu populasi untuk
mewakili seluruh populasinya dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data dan informasi yang pokok. (Masri Singarimbun, 1995).
Metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah metode Purposive
random sampling. Metode Purposive adalah teknik pengambilan sampel pada
karakter yang karena pertimbangan mendalam di anggap akan benar-benar
mewakili populasi atau sub populasi.
3. Hasil dan Pembahasan
1. Macam penggunaan air dikelompokan menjadi 7, yaitu : minum,
memasak dan mencuci alat dapur, mencuci pakaian, mandi/wc, mencuci
sepeda motor dan mobil, menyiram tanaman, dan lain – lain (wudhu,
6
mengepel, menyiram halaman dan ternak). Untuk penggunaan sehari –
hari di Kecamatan Manyaran lebih banyak digunakan untuk kebutuhan
minum, mencuci alat dapur dan mandi. Untuk mengetahui macam
penggunaan air untuk kebutuhan domestik di Kecamatan Manyaran dapat
dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 3 Macam Penggunaan Air untuk Kebutuhan Domestik
di Kecamatan Manyaran
No. Penggunaan
Konsumsi
air
(lt/orng/hr)
%
1 Minum 6.9 7.73
2 Masak + cuci alat dapur 9.3 10.42
3 Mencuci Pakaian 12.97 14.53
4 Mandi/WC 49.77 55.74
5 Mencuci Sepeda Motor/Mobil 1.26 1.41
6 Menyiram Tanaman 2.8 3.14
7 Lainnya 6.28 7.03
Jumlah 89.28 100
Sumber : Pengolahan Data Primer
Dari Tabel tersebut dapat di lihat bahwa kebutuhan yang paling banyak
digunakan adalah untuk mandi yaitu 49.77 lt/orng/hri atau sekitar 55.74%
dari penggunaan total setiap harinya. Untuk keperluan minum harian rata –
rata sebesar 6.90 lt/orng/hri atau sekitar 7.73%. Jumlah rata-rata
penggunaan secara keseluruhan di Kecamatan Manyaran adalah 89.28
l/orng/hr. Jika dilihat dari standar minimal penggunaan air menurut
petunjuk teknik sistem penyediaan ari minum perkotaan tahun 1998,
konsumsi air di daerah penelitian masih berpola konsumsi penduduk desa
karena masih berada pada konsumsi 60-100 l/org/hr. Berikut pada Tabel 4
menjelaskan penggunaan per desa di Kecamatan Manyaran. Untuk
mengetahui Penggunaan air perdesa, dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Penggunaan Air Rata-rata Perdesa di Kecamatan Manyaran
Desa Minum
Memasak
dan Mencuci
Alat Dapur
Mencuci
pakaian Mandi/WC
Mencuci
Mobil
dan
Motor
Menyiram
tanaman lainnya
Punduhsari 6,2 5,9 8,1 44 0,8 3,9 5,4
7
Karanglor 6,5 9,9 12,6 48,1 1,5 2,9 7,5
Pagutan 8,0 8,3 9,2 53,5 1,1 3,5 6,2
Bero 6,7 7,6 9,3 53 0,9 4,3 6,9
Gunungan 6,9 8,4 9,1 40,5 1,2 4,2 6,6
Pijiharjo 7,5 15,6 23 61,1 1,2 6,8 8,8
Kepuhsari 6,5 10,6 29,2 56,5 2,7 5,0 12,3
Sumber : Pengolahan data primer
2. Penggunaan Air Berdasarkan Cara Memperolehnya
Dari data yang telah dikumpulkan dari responden di daerah penelitian, rata
– rata sumber air yang digunakan adalah dari PDAM Giri Tirta
dikarenakan kepercayaan masyarakat akan kualitas dan pelayanan dari
PDAM Giri Tirta semakin tahun semakin baik. Dari pengambilan data di
Kecamatan Manyaran di dapatkan penggunaan PDAM lebih banyak dari
pada dari sumber lain seperti sumur dan mata air. Berikut Tabel 5
menjelaskan Penggunaan air berdasarkan cara memperolehnya.
Tabel 5 Penggunaan Air Berdasarkan Sumber Air yang Digunakan
No Pengambilan Air F %
1 PDAM 69 66
2 PDAM+Sumur 28 27
3 PDAM+Mata Air 6 6
4 Sumur 2 2
5 Mata Air 0 0
6 Lain-lain 0 0
Jumlah 105 100
Sumber : Data Primer
Penggunaan air yang baling banyak adalah dari PDAM yaitu 66%.
Penggunaan air yang didapat dari PDAM+ sumur adalah 27%. Sisanya 6% dari
PDAM+mata air dan 2% dari sumur.
3. Pola Konsumsi Air Berdasarkan Tingkat Sosial Ekonomi
a. Pola Konsumsi Air Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Dalam penelitian ini, jenis pekerjaan dibagi menjadi 6 macam jenis
pekerjaan, yaitu : PNS, pengusaha dan pedagang, swasta atau karyawan,
pensiunan, petani dan buruh tani serta lain – lain (guru WB, tukang ojek, tukang
parkir dan buruh serabutan). Pola konsumsi air untuk kebutuhan domestik
berdasarkan mata pencaharian di Kecamatan Manyaran dapat dilihat pada Tabel 6.
8
Tabel 6 Pola Konsumsi Air Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Kecamatan
Manyaran
No Pekerjaan
Konsumsi
Air
(lt/org/hri)
1 PNS 108.99
2 Pengusaha,Pedagang 71.33
3 Swasta,karyawan 76.55
4 Pensiunan 62.7
5 Petani,buruh tani 72.33
6 Lain-lain 46.11
Sumber : Hasil pengolahan data primer
Dari Tabel 5 di atas menunjukan bahwa konsumsi terbanyak adalah pegawai
negeri sipil (PNS) dengan 108.99 lt/org/hri. Responden yang memiliki jenis
pekerjaan PNS mengkonsumsi air lebih banyak dari yang lain, karena beberapa
faktor, diantara pola pikir mereka yang terbuka sehingga membuat kebutuhan
akan air meningkat, yang kedua karena pendapatan yang cukup tinggi dan setabil
setiap bulannya sehingga mempengaruhi pola konsumsi dalam penggunaan air
dan pengambilan air. Pola konsumsi untuk pensiunan cukup kecil yaitu 62.70
lt/org/hri mengingat produktifitas mereka yang menurun sehingga baik
penggunaan maupun pendapatan juga menurun. Penggunaan paling kecil adalah
penggunaan untuk lain- lain seperti guru WB, tukang parkir dan buruh srabutan
yakni hanya 46.19 lt/org/hri. Petani menggunakan air sebesar 72.33 lt/orng/hri.
Untuk pengusaha dan pedagang mengkonsumsi air sebesar71.33 lt/org/hr.
Tabel 7 Uji Hubungan dari Jenis Pekerjaan Terhadap Konsumsi Air
No Hasil Analisis Hasil
Perhitungan
1 Koefisien Korelasi **0.376
2 Koefisien Regresi 1.158
3 R square 0.141
4 t Hitung 0.812
Sumber : Lampiran 4
Perhitungan kolerasi (r) antara jenis pekerjaan dan konsumsi air pada level
signifikan 0.05 (tingkat kepercayaan 95%) adalah **0.376 dengan atau
probabilitas 0,015. Probabilitas 0,015 lebih kecil dari 0.05. Hal tersebut berarti
9
hubungan antara jenis pekerjaan dan konsumsi air sangat erat. Tanda bintang dua
(**) menunjukkan hubungan yang sangat tinggi antara jenis pekerjaan dengan
konsumsi air. Koefisien determinasi (R square) sebesar 0.141, ini berarti pengaruh
tingkat pendapatan terhadap konsumsi air sebesar 14.1%.
Gambar 2 Pengaruh Jenis Pekerjaan Teradap Pola Konsumsi Air
b. Pola Konsumsi Air Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan dalam penelitian ini dibagi menjadi 6 tingkatan diantaranya
adalah Nonformal (tidak sekolah dan sekolah diluar sekolah formal), SD, SMP,
SMA, Diploma dan Sarjana. Diantara tingkat pendidikan tersebut akan berbeda
pola konsumsinya tergantung pada pendidikan yang ditempuhnya. Tabel 8
menjelaskan pola konsumsi air berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan
Manyaran berdasarkan pengolahan data primer yang diambil dari responden.
Tabel 8 Pola Konsumsi Air Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan
Manyaran
No Pendidikan
Konsumsi
air
(lt/org/hri)
1 Nonformal 61.9
2 SD 55.38
3 SMP 67.5
4 SMA 76.9
5 Diploma 76.53
6 Sarjana 93.54
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
Rat
a-ra
ta k
on
sum
si a
ir
(lt/
org
/hr)
Jenis Pekerjaan
10
Tabel 8 di atas menunjukan bahwa penggunaan terbanyak yaitu oleh orang
yang telah menempuh pendidikan sarjana dengan 93.54 lt/org/hri. Hal itu
menunjukan bahwa pola pemikiran dari sarjana sangat jauh berbeda dengan orang
yang tamat SD atau SMP. Untuk tamatan SD biasa menggunakan air sebanyak
55.38 lt/org/hri dan yang paling sedikit diantara tingkat pendidikan yang lain.
Untuk tamatan SMA dan diploma pola penggunaan airnya hampir mirip yaitu
rata-rata 76 lt/org/hri.
Tabel 9 Uji Hubungan dari Pendidikan Terhadap Konsumsi Air
No Hasil Analisis Hasil
Perhitungan
1 Koefisien Korelasi **0.19
2 Koefisien Regresi 0.023
3 R square 0.3
4 t Hitung 0.038
Sumber : Lampiran 4
Perhitungan kolerasi (r) antara tingkat pendapatan dan konsumsi air pada
level signifikan 0.05 (tingkat kepercayaan 95%) adalah **0.19 dengan atau
probabilitas 0,006. Probabilitas 0,006 lebih kecil dari 0.05. Hal tersebut berarti
hubungan antara jenis pekerjaan dan konsumsi air sangat erat. Koefisien
determinasi (R square) sebesar 0,03, ini berarti pengaruh Pendidikan terhadap
konsumsi air sebesar 0,3%.
Gambar 3 Pengaruh Tingkat Pendidikan Teradap Pola Konsumsi Air
0
20
40
60
80
100
Nonformal SD SMP SMA Diploma Sarjana
Rat
a-ra
ta k
on
sum
si a
ir
(lt/
org
/hr)
Tingkat Pendidikan
11
c. Pola Konsumsi Air Berdasarkan Pendapatan
Dalam penelitian ini pendapatan di bagi menjadi 3 kelas yaitu : <500.000,
500.000-1000.000, 1000.000-2000.0000, >2000.000. Berikut dijelaskan pada Tabel di
bawah ini.
Tabel 10 Pola Konsumsi Air Berdasarkan Tingkat Pendapatan di kecamatan
Manyaran
No Pendapatan
Konsumsi
Air
(lt/org/hri)
1 <500.000 60.99
2 500.000-1000.000 48.22
3 1000.000-2000.0000 62.67
4 >2000.000 95.9
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
Dari Tabel 10 di atas menunjukan tingkat pendapatan mempengaruhi pola
konsumsi. Penggunaan yang paling banyak yaitu pada pendapatan diatas Rp
2000.000 dengan 95.90 lt/org/hri. Hal tersebut sangat tinggi mengingat dengan
pendapatan tinggi dapat mencukupi pola konsumsi air hariannya. Untuk
pendapatan dibawah Rp 500.000 menggunakan air sebesar 60.99 lt/org/hri.
Pendapatan mempengaruhi pola konsumsinya, hal ini berbanding lurus dengan
pola konsumsi berdasarkan tingkat pendapatan. Untuk pendapatan Rp 500.00-
1000.000 penggunaan perharinya sebesar 48.22 l/org/hri dan merupakan yang
terkecil diantara pendapatan yang lain.
Tabel 11 Uji Hubungan dari Pendapatan Terhadap Konsumsi Air
No Hasil Analisis Hasil
Perhitungan
1 Koefisien Korelasi **0.925
2 Koefisien Regresi 2.234
3 R square 0.857
4 t Hitung 3.456
Sumber : Lampiran 4
Perhitungan kolerasi (r) antara tingkat pendapatan dan konsumsi air pada
level signifikan 0.05 (tingkat kepercayaan 95%) adalah **0.925 dengan atau
probabilitas 0,000. Probabilitas 0,000 lebih kecil dari 0.05. Hal tersebut berarti
hubungan antara jenis pekerjaan dan konsumsi air sangat erat. Tanda bintang dua
12
(**) menunjukkan hubungan yang sangat tinggi antara jenis pekerjaan dengan
konsumsi air. Koefisien determinasi (R square) sebesar 0.857, ini berarti pengaruh
tingkat pendapatan terhadap konsumsi air sebesar 85.7%.
Gambar 4 Pengaruh Tingkat Pendapatan Teradap Pola Konsumsi Air
4. Penutup
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang sudah disajikan oleh peneliti, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Ketersediaan air untuk kebutuhan domestik di daerah penelitian
sangat mencukupi karena menurut perhitungan dari PDAM Giri
Tirta debit air yang didistribusikan kepada pelanggan sebesar
993.600 lt/hari. Penggunaan air untuk kebutuhan domestik dengan
jumlah pelanggan sebanyak 4020 jiwa adalah sebesar 358.945,8
lt/org/hari. Jadi ketersediaan air pada PDAM masih 634.654.2
lt/hari dan masih sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan
domestik di daerah penelitian.
2. Konsumsi air harian di Kecamatan Manyaran digunakan untuk
kebutuhan primer dan sekunder. Penggunaan untuk kebutuhan
primer paling besar adalah untuk mencuci pakaian, kemudian yang
kedua untuk mencuci alat dapur dan yang terakhir untuk minum.
Untuk kebutuhan air sekunder yang paling besar digunakan untuk
mencuci sepeda motor dan mobil, yang kedua untuk menyiram
tanama, dan lain-lain (wudhu, minum ternak dan menyiram
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
<500 500-1000 1000-2000 >2000
Rat
a -
rata
Ko
nsu
msi
air
(l
t/o
rg/h
r)
Tingkat Pendapatan
13
halaman) yang paling kecil dengan rata-rata penggunaan
keseluruhan adalah sebesar 89.28 lt/org/hr dan merupakan konsumsi
masyarakat desa.
3. Pengaruh jenis pekerjaan terhadap konsumsi air berdasarkan R
square adalah 0.141 atau pengaruh pekerjaan terhadap konsumsi air
sebesar 14.1%. Hal ini menunjukkan pengaruh jenis pekerjaan
terhadap pola konsumsi air sangat erat karena menunjukan pengaruh
yang positif.
4. Pengaruh jenis pekerjaan terhadap konsumsi air berdasarkan R
square adalah 0.3 atau pengarh pekerjaan terhadap konsumsi air
sebesar 0.3%. Hal ini menunjukkan pendidikan kurang berpengaruh
terhadap pola konsumsi air dan menunjukan pengaruh yang positif.
5. Pengaruh jenis pekerjaan terhadap konsumsi air berdasarkan R
square adalah 0.857 atau pengarh pekerjaan terhadap konsumsi air
sebesar 85.7%. Hal ini menunjukkan bahwa yang paling
berpengaruh terhadap tingkat konsumsi air adalah pendapatan yaitu
R square hampir mendekati 1 dan menunjukan pengaruh yang
positif.
6. Tingkat sosial ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap pola
konsumsi air adalah tingkat pendapatan. Pada urutan kedua yang
paling berpengaruh terhadap pola konsumsi air adalah jenis
pekerjaan. Selanjutnya yang berpengaruh terhadap pola konsumsi
air adalah tingkat pendidikan, akan tetapi pengaruh dari tingkat
pendidikan rendah.
7. Sumber air yang digunakan di daerah penelitian paling besar
diambil dari PDAM. Sumber air yang digunakan untuk kebutuhan
domestik yang memiliki ketersediaan air yang cukup adalah dari
PDAM+sumur. Penggunaan air juga diambil dari PDAM+mata air.
14
Daftar Pustaka
Anna, Alif Noor. 2000. Pola Konsumsi Air Untuk Kebutuhan Rumah Tangga dan
Faktor – faktor yang Mempengaruhinya di Banyudono Kabupaten
Boyolali. Forum Geografi. Nomor 26 hal 1 – 9. Surakarta: Fakultas
Geografi UMS.
Anonim, 2006. Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air Untuk
Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa. Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional.
Asdak, Chay.2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah
Mada University Press,Yogyakarta.
Lensley, Ray. K. dan Franzini. 1991. Teknik Sumberdaya Air. Jakarta : Penerbit
Erlanga.
Lubis, Zulkifli dan Nur Azizah Affandy. Kebutuhan Air Bersih Kecamatan
Gelagahan Kabupaten Lamongan, Universitas Islam Lamongan,
Lamongan.
Petijo, Setijo dan Eling Purwanto. 2003. Deteksi Pencemaran Air Minum.
Semarang : penerbit Aneka Ilmu.
Priyana,Yuli.2008.Dasar-dasar Meterorologi dan Klimatologi. Surakarta
:Fakultas Geografi.
Sosrodarsono, Suyono.1976. Hidrologi Untuk Pengairan. Pradnya Paramita,
Jakarta.5 – 62.
Sutrisno, Totok, 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta. Jakarta.
Todd, D.K.1980. Groundwater Hydrology, John Willey & Sons. Inc,New York .