POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM …jurnalkommas.com/docs/JURNAL KOMUNIKASI. HAFIZAH SIDI R....

19
1 POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM MENGENALKAN DAN MENANAMKAN NILAI BUDAYA KEPADA ANAK (Studi Deskriptif Penerapan Pola Komunikasi Pengenalan Nilai Budaya Sunda Pada Keluarga Keturunan Kerajaan Sumedang Larang) Hafizah Sidi Rostiasih Sofiah Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract In the era of globalization, local culture that is more in accordance with the character of the nation's increasingly difficult to find, as it is easier to penetrate the global culture. One of the local culture which began to fade is Sundanese culture. Sundanese language is now rarely used, whereas there were 27 millions Sundanese speaker. In this situation, there is an area that preserve Sundanese culture, namely Sumedang. The city which is located in West Java province even called it self as The Center of Sundanese Culture. The reason Sumedang became the center of Sundanese culture because the history of Sumedang Larang emperor which became the seat government of Sundanese emperor. Alo Liliweri argues that human life can not be separated from culture. All activities and the human mind produces culture. Meanwhile, Samovar mentions several characteristics of culture, two of them are culture is learned and culture is transmitted throgh generations. Based on those statements, this study was made to determine the pattern of family communication in introducing and instilling Sundanese values in Sumedang Larang Royal Family. To analyze the communication patern, the method used is an interactive model of data analysis. The data can be obtained by interviews, observations, and documentations study. From the results of the analysis carried out turns into the children in the royal family of Sumedang Larang was presented to the Sundanese culture early on. The Sundanese culture which were introduced are Sundanese philosophy and Kasumedangan philosophy. The value of these philosophy embodied in cultural elements proposed by Kontjoaraningrat with various methods. The introduction and cultivation of cultural value since the early make children more aware of Sundanese culture, so that they can implement these cultural values in everyday life early on, now, until later. Keywords: communication, culture, family

Transcript of POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM …jurnalkommas.com/docs/JURNAL KOMUNIKASI. HAFIZAH SIDI R....

Page 1: POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM …jurnalkommas.com/docs/JURNAL KOMUNIKASI. HAFIZAH SIDI R. (D12… · bahasa sunda sebagai bahasa sehari-hari berbeda dengan daerah lain yang menggunakan

1

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM MENGENALKAN DAN

MENANAMKAN NILAI BUDAYA KEPADA ANAK

(Studi Deskriptif Penerapan Pola Komunikasi Pengenalan Nilai Budaya

Sunda Pada Keluarga Keturunan Kerajaan Sumedang Larang)

Hafizah Sidi Rostiasih

Sofiah

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

In the era of globalization, local culture that is more in accordance with the

character of the nation's increasingly difficult to find, as it is easier to penetrate the

global culture. One of the local culture which began to fade is Sundanese culture.

Sundanese language is now rarely used, whereas there were 27 millions Sundanese

speaker. In this situation, there is an area that preserve Sundanese culture, namely

Sumedang. The city which is located in West Java province even called it self as

The Center of Sundanese Culture. The reason Sumedang became the center of

Sundanese culture because the history of Sumedang Larang emperor which became

the seat government of Sundanese emperor.

Alo Liliweri argues that human life can not be separated from culture. All

activities and the human mind produces culture. Meanwhile, Samovar mentions

several characteristics of culture, two of them are culture is learned and culture is

transmitted throgh generations. Based on those statements, this study was made to

determine the pattern of family communication in introducing and instilling

Sundanese values in Sumedang Larang Royal Family. To analyze the

communication patern, the method used is an interactive model of data analysis.

The data can be obtained by interviews, observations, and documentations study.

From the results of the analysis carried out turns into the children in the

royal family of Sumedang Larang was presented to the Sundanese culture early on.

The Sundanese culture which were introduced are Sundanese philosophy and

Kasumedangan philosophy. The value of these philosophy embodied in cultural

elements proposed by Kontjoaraningrat with various methods. The introduction

and cultivation of cultural value since the early make children more aware of

Sundanese culture, so that they can implement these cultural values in everyday life

early on, now, until later.

Keywords: communication, culture, family

Page 2: POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM …jurnalkommas.com/docs/JURNAL KOMUNIKASI. HAFIZAH SIDI R. (D12… · bahasa sunda sebagai bahasa sehari-hari berbeda dengan daerah lain yang menggunakan

2

Pendahuluan

Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan. Segala

kegiatan dan pikiran manusia menghasilkan kebudayaan. Kebudayaan ada di antara

umat manusia yang beraneka ragam, diperoleh dan diteruskan secara sosial melalui

pembelajaran, dijabarkan dari komponen biologi, psikologi, dan sosiologi sebagai

eksistensi manusia, berstruktur, terbagi dalam beberapa aspek dinamis, dan nilainya

relatif.1 Masyarakat yang maju selalu berubah menuju kehidupan yang lebih baik.

Mereka selalu mencari informasi baru agar tidak ketinggalan zaman sehingga dapat

berkompetisi dengan masyarakat lain, baik di dalam maupun di luar lingkungannya.

Namun, di tengah gencarnya untuk mengaktualisasikan diri mereka juga dituntut

untuk selalu sadar akan kekayaan budaya.

Di era globalisasi, pemeliharaan budaya nampaknya menjadi sebuah

tantangan tersendiri. Jan Aart Scholte mengamati proses globalisasi melalui lima

indikator yaitu internasionalisasi, liberalisasi ekonomi, westernisasi, demokratisasi,

dan deteritorialisasi. Proses globalisasi ini dianggap memiliki berbagai dampak

baik positif maupun negatif.2 Globalisasi dianggap dapat membantu manusia untuk

dapat berkomunikasi secara lebih cepat dengan jangkauan yang luas dengan

menawarkan berbagai kemudahan di bidang teknologi informasi komunikasi dan

transportasi. Sedangkan proses globalisasi westernisasi dianggap memiliki dampak

negatif bagi banyak orang. Westernisasi merupakan pendifusian nilai-nilai Barat ke

dalam nilai-nilai lokal. Hal ini diindikasikan dengan mulai memudarnya budaya

lokal dan kecenderungan homogenitas budaya dunia. Sobrino dan Wilfred dalam

Concilium mengatakan bahwa homogenisasi ini dituduh gagal dalam menciptakan

dan mempertahankan keanekaragaman budaya. Karena itu, keanekaragaman

budaya dan masyarakat hanya tinggal konsep tanpa realitas 3

Indonesia tidak luput dari globalisasi. Indonesia dianggap sebagai pasar

potensial berkembangnya budaya asing. Situasi ini tentu saja mengancam eksistensi

1 Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta,

2002), hal. 10 2 Safril Mubah, Strategi Meningkatkan Daya Tahan Budaya Lokal dalam Menghadapi Arus

Globalisasi. Volume 24, 4 (2011), hal. 302-308

http://journal.unair.ac.id/ 3 Jon Sobrino and Feliz Winfred, Globalization and its Victims, Concilium International Journal for

Theology 2001 / No. 5

Page 3: POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM …jurnalkommas.com/docs/JURNAL KOMUNIKASI. HAFIZAH SIDI R. (D12… · bahasa sunda sebagai bahasa sehari-hari berbeda dengan daerah lain yang menggunakan

3

budaya lokal Indonesia yang sudah lama melekat dan menjadi tradisi masyarakat.

Budaya lokal bersaing dengan gencarnya budaya asing yang masuk melalui

kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Perlahan budaya lokal dinilai akan

punah karena masyarakat cenderung memilih budaya asing yang dianggap lebih

modern. Budaya lokal yang lebih sesuai dengan karakter bangsa semakin sulit

ditemukan, sementara itu budaya global lebih mudah merasuk. Selama ini yang

terjaring oleh masyarakat hanyalah gaya hidup yang mengarah pada westernisasi,

bukan pola hidup modern. Karena itu, jati diri bangsa sebagai nilai identitas

masyarakat harus dibangun secara kokoh dan diinternalisasikan secara mendalam.

Caranya, dengan menanamkan nilai-nilai kearifan lokal sejak dini kepada generasi

muda. Indonesia sebagai suatu bangsa dan juga daerah yang membentuk suatu

kesukuan tentu saja memiliki kearifan lokal yang harus dilestarikan.

Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus-

menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang

terkandung di dalamnya dianggap sangat universal4. Sedangkan dalam konsep

antropologi, kearifan lokal dikenal pula sebagai pengetahuan setempat (indigenous

or local knowledge), atau kecerdasan setempat (local genius), yang menjadi dasar

identitas kebudayaan (cultural identity). Kearifan lokal merupakan perwujudan

dari daya tahan dan daya tumbuh yang dimanifestasikan melalui pandangan hidup,

pengetahuan, dan pelbagai strategi kehidupan yang berupa aktivitas yang dilakukan

oleh masyarakat lokal untuk menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan

kebutuhan hidupnya, sekaligus memelihara kebudayaannya.5

Salah satu budaya lokal yang kini dianggap mulai luntur adalah budaya

Sunda. Bahasa Sunda yang menjadi bahasa daerah Jawa Barat kini sudah jarang

dipakai, padahal penutur bahasa Sunda berkisar 27 juta orang6. Lagu-lagu dan

permainan tradisional sudah jarang dimainkan karena anak-anak dan remaja lebih

senang bermain permainan di gadget mereka dan lebih senang mendengarkan lagu-

4http://filsafat.ugm.ac.idDiakses pada 21 Juni 2014, pukul 10.24 5Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan

dan Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia,Buku Kearifan Lokal

Di Tengah Modernisasi.(Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia,

2011) 6Cece Sobarna. Bahasa Sunda Sudah di Ambang Pintu Kematiankah?, Makara Sosial Humaniora,

Vol. 11, 1(Juni 2007), hal. 13-17 .Fakultas Sastra, Universitas Padjadjaran, Bandung 40600,

Indonesia

Page 4: POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM …jurnalkommas.com/docs/JURNAL KOMUNIKASI. HAFIZAH SIDI R. (D12… · bahasa sunda sebagai bahasa sehari-hari berbeda dengan daerah lain yang menggunakan

4

lagu asing yang dianggap lebih modern. Pakaian tradisional seperti kain ikat juga

tidak lagi dipakai, anak muda lebih menyukai memakai topi dan jeans yang

dianggap lebih praktis dan modern. Tarian tradisional seperti tari Jaipong harus

bersaing dengan tari modern atau pun tarian yang berasal dari barat seperti ballet

dan tari broadway.

Salah satu daerah yang masih melestarikan budaya Sunda adalah

Sumedang. Kota yang berada di provinsi Jawa Barat ini bahkan menjuluki dirinya

sebagai pusat budaya Sunda. Sumedang memiliki program Sumedang Puseur

Budaya Sunda (SPSB). SPSB adalah sebuah kebijakan inovatif untuk memfasilitasi

pelestarian budaya Sunda di Kabupaten Sumedang guna memperkokoh kebudayaan

Jawa Barat dan Nasional.7 Sumedang dianggap pantas menjadi pusat budaya Sunda

karena adanya sejarah masa lalu, yaitu adanya Mahkota Binokasih yang merupakan

mahkota KerajaanSunda (KerajaanPajajaran) berada di Sumedang atau dalam

istilah lain, Sumedang merupakan pusat pemerintahan KerajaanSunda sehingga

pantas dikatakan bahwa sumedang menjadi pusat budaya Sunda. Alasan kedua ialah

karena KerajaanSunda terakhir berada di Sumedang, yaitu KerajaanSumedang

Larang. Alasan ketiga, Sumedang merupakan daerah yang masih menggunakan

bahasa sunda sebagai bahasa sehari-hari berbeda dengan daerah lain yang

menggunakan bahasa Indonesia, yang paling terlihat yaitu dari para pelajar

umumnya para pelajar sumedang berkomunikasi dengan bahasa sunda sedangkan

para pelajar di daerah lain jarang sekali menggunakan bahasa sunda.

Walaupun era KerajaanSumedang Larang sudah berakhir, namun keturunan

KerajaanSumedang Larang masih memegang tradisi Sumedang Larang dan nilai

budaya Sunda. Nilai-nilai budaya Sunda dan tradisi Sumedang Larang masih

diajarkan dari generasi ke generasi melalui berbagai macam metode, salah satunya

adalah dengan komunikasi tatap muka. Saat ini media komunikasi secara langsung

melalui tatap muka antara orangtua dan anak jarang dilakukan mengingat anak

menghabiskan hari lebih banyak diluar rumah. Komunikasi tatap muka antara

orangtua dengan anak banyak dihabiskan ketika anak masih kecil (sebelum

bersekolah) itupun apabila hanya salah satu orangtua yang bekerja. Padahal

7 Peraturan Bupati Sumedang Nomor 113 Tahun 2009 Tentang Sumedang Puseur Budaya Sunda

(SPBS)

Page 5: POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM …jurnalkommas.com/docs/JURNAL KOMUNIKASI. HAFIZAH SIDI R. (D12… · bahasa sunda sebagai bahasa sehari-hari berbeda dengan daerah lain yang menggunakan

5

komunikasi tatap muka disebut sebagai komunikasi utama yang paling efektif. 8

Kegiatan tatap muka yang dilakukan antarpribadi dengan sesamanya merupakan

suatu gerakan yang terus menerus dalam waktu dan ruang sebagai wujud

keberadaan dan hubungan yang aktif dengan orang lain. Komunikasi orangtua

dengan anak melalui tatap muka yang terus menerus akan meningkatkan

keterikatan psikologis antara mereka, menumbuhkan saling percaya,

menumbuhkan kesamaan, dan memungkinkan kesamaan dalam bertindak. Namun,

terbatasnya waktu kebersamaan antara orangtua dan anak membuat komunikasi

tatap muka tergantikan oleh proses komunikasi modern dengan menggunakan

media. Semakin besar anak semakin terbiasa dengan penggunaan media modern

seperti telepon genggam dan internet.

Hal ini juga dialami oleh keluarga keturunan KerajaanSumedang Larang.

Keluarga ini juga dihadapkan pada terbatasnya waktu yang tersedia untuk

berkomunikasi tatap muka. Kedua orang tua yang bekerja dan keseharian anak yang

lebih banyak dihabiskan di luar rumah membuat komunikasi tatap muka hanya bisa

dilakukan di momen tertentu dengan waktu yang terbatas. Selain masalah kegiatan

komunikasi tatap muka yang terbatas, keluarga ini juga dihadapkan dengan masalah

globalisasi informasi dan budaya. Strata ekonomi yang cukup tinggi ditambah

dengan lingkungan tempat tinggal yang berada di kota besar membuat keluarga ini

sangat dekat dengan media modern beserta arus informasinya. Namun ditengah arus

globalisasi dan sempitnya waktu melakukan komunikasi tatap muka keluarga ini

tetap bisa mengenalkan, mengajarkan dan mengimplementasikan nilai budaya

Sunda di dalam keluarga.

Perumusan Masalah

1. Bagaimana pola komunikasi keluarga dalam mengenalkan nilai budaya kepada

anak di keluarga keturunan Kerajaan Sumedang Larang ?

2. Bagaimana pemahaman anak di keluarga keturunan Kerajaan Sumedang

Larang mengenai nilai budaya Sunda?

8 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Komunika: Warta Ilmiah Populer Komunikasi dalam,

Pembangunan, Vol. 8, No. 2, 2005

Page 6: POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM …jurnalkommas.com/docs/JURNAL KOMUNIKASI. HAFIZAH SIDI R. (D12… · bahasa sunda sebagai bahasa sehari-hari berbeda dengan daerah lain yang menggunakan

6

3. Apa hambatan yang dialami dalam mengenalkan nilai budaya Sunda pada anak

di keluarga keturunan Kerajaan Sumedang Larang?

Tujuan

1. Mengetahui pola komunikasi keluarga dalam mengenalkan dan menanamkan

nilai budaya kepada anak di keluarga keturunan Kerajaan Sumedang Larang.

2. Mengetahui pemahaman anak mengenai nilai budaya Sunda di dalam keluarga

keturunan Kerajaan Sumedang Larang

3. Mengetahui hambatan yang ditemui dalam mengenalkan nilai budaya Sunda

di keluarga keturunan Kerajaan Sumedang Larang

Tinjauan Pustaka

a. Komunikasi Antarpribadi

Menurut Devito, komunikasi antarpribadi adalah penyampaian pesan oleh

satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang,

dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan

balik segera. 9Komunikasi antarpribadi diperlukan untuk mengatur tata krama

pergaulan antar manusia, sebab dengan melakukan komunikasi antarpribadi

dengan baik akan memberikan pengaruh langsung pada struktur seseorang

dalam kehidupannya. Komunikasi antarpribadi dalam keluarga sangat penting

karena dengan adanya komunikasi antarpribadi antar sesama anggota keluarga

maka akan tercipta hubungan yang harmonis dan dapat diketahui apa yang

diinginkan dan yang tidak diinginkan oleh salah satu anggota keluarga.

Komunikasi antarpribadi dalam keluarga yaitu hubungan timbal balik antara

anggota keluarga untuk berbagi berbagai hal dan makna dalam keluarga. Tujuan

dari komunikasi antarpribadi dalam keluarga yaitu untuk mengetahui dunia

luar, untuk mengubah sikap dan prilaku.

Proses komunikasi pada dasarnya mencakup proses komunikasi primer dan

sekunder. Proses komunikasi primer berlangsung tanpa alat, yaitu secara

langsung dengan menggunakan bahasa, gerakan yang diberi arti khusus, aba-

9 Joseph A. Devito, The Antarpribadi Communication Book 12th ed, (New York:Pearson Education

Inc, 2009), Page 4

Page 7: POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM …jurnalkommas.com/docs/JURNAL KOMUNIKASI. HAFIZAH SIDI R. (D12… · bahasa sunda sebagai bahasa sehari-hari berbeda dengan daerah lain yang menggunakan

7

aba dan sebagainya. Sedangkan proses komunikasi sekunder berlaku dengan

menggunakan alat. Proses komunikasi primer mendasari pola komunikasi

tradisional, sedangkan proses komunikasi sekunder mendasari komunikasi

modern.10

b. Komunikasi Keluarga

Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah

keluarga, yang merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinteraksi

dengan anggota lainnya, sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan

mengembangkan nilai-nilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup. Keluarga

merupakan lingkungan terkecil dan terdekat bagi individu, melalui keluarga

seseorang mulai belajar, bersosialisasi, membentuk karakter, dan

mengembangkan nilai-nilai yang telah ditanamkan padanya melalui suatu pola

tertentu. Keluarga merupakan tempat pertama komunikasi diajarkan. Menurut

Gamble dan Gamble, di keluargalah kita pertama kali belajar bagaimana

membentuk, membina, dan mengakhiri sebuah hubungan; bagaimana

berekspresi, berdebat, dan menunjukan kasih sayang.11

Suasana kekeluargaan dan kelancaran berkomunikasi antara anggota

keluarga dapat tercapai apabila setiap anggota keluarga menyadari dan

menjalankan tugas dan kewajiban masing-masing sambil menikmati haknya

sebagai anggota keluarga.

c. Pengenalan Budaya Pada Anak

Kebudayaan merupakan keseluruhan kompleks yang didalamnya meliputi

pengetahuan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan setiap kemampuan atau

kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang sebagai anggota suatu masyarakat.12

Kebudayaan merupakan warisan orang dewasa kepada anak-anak. Manusia

10 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Komunika: Warta Ilmiah Populer Komunikasi dalam,

Pembangunan, Vol. 8, No. 2, 2005 11 Larry A. Samovar, Communication Between Cultures, Sixth Edition, (USA: Thomson Higher

Education, 2007), hal. 42 12 Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta,

2002), hal 11

Page 8: POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM …jurnalkommas.com/docs/JURNAL KOMUNIKASI. HAFIZAH SIDI R. (D12… · bahasa sunda sebagai bahasa sehari-hari berbeda dengan daerah lain yang menggunakan

8

tidak dilahirkan dengan kebudayaan, tapi kebudayaan itu dipelajari oleh

manusia sepanjang hidupnya.

Ada tiga wujud kebudayaan menurut Koentjaraningrat; Kebudayaan

sebagai ide, gagasan, nilai, atau norma; Kebudayaan sebagai aktifitas atau pola

tindakan manusia dalam masyarakat; Kebudayaan sebagai benda-benda hasil

karya manusia. Wujud pertama berbentuk absarak, sehingga tidak dapat dilihat

dengan indera penglihatan. Wujud ini terdapat di dalam pikiran masyarakat. Ide

atau gagasan banyak hidup bersama dengan masyarakat. Gagasan itu selalu

berkaitan dan tidak bisa lepas antara yang satu dengan yang lainnya.

Keterkaitan antara setiap gagasan ini disebut sistem. Koentjaraningrat

mengemukaan bahwa kata ‘adat’ dalam bahasa Indonesia adalah kata yang

sepadan untuk menggambarkan wujud kebudayaan pertama yang berupa ide

atau gagasan ini. Sedangkan untuk bentuk jamaknya disebut dengan adat

istiadat.

Wujud kebudayaan yang kedua disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial

dijelaskan Koentjaraningrat sebagai keseluruhan aktifitas manusia atau segala

bentuk tindakan manusia yang berinteraksi dengan manusia lainnya. Aktifitas

ini dilakukan setiap waktu dan membentuk pola-pola tertentu berdasarkan adat

yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Tindakan-tindakan yang memiliki

pola tersebut disebut sebagai sistem sosial oleh Koentjaraningrat. Sistem sosial

berbentuk kongkrit karena bisa dilihat pola-pola tindakannya dengan indra

penglihatan. Wujud ketiga kebudayaan disebut dengan kebudayaan fisik.

Wujud kebudayaan ini bersifat konkret karena merupakan benda-benda dari

segala hasil ciptaan, karya, tindakan, aktivitas, atau perbuatan manusia dalam

masyarakat.13

d. Keluarga Sebagai Agen Sosialisasi Budaya

Menurut Charles H Cooley dalam Solihat, konsep diri (self concept)

seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang

berkembang melalui interaksi dengan orang lain dinamakan looking-glass self.

13 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Aksara Baru, 1979), hal. 186-188

Page 9: POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM …jurnalkommas.com/docs/JURNAL KOMUNIKASI. HAFIZAH SIDI R. (D12… · bahasa sunda sebagai bahasa sehari-hari berbeda dengan daerah lain yang menggunakan

9

Looking glass self terbentuk melalui tiga tahap. Tahap pertama seseorang

mempunyai persepsi mengenai pandangan orang lain terhadapnya. Tahap kedua

seseorang mempunyai persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap

penampilannya. Tahap ketiga, seseorang mempunyai perasaan terhadap apa

yang dirasakannya sebagau penilaian orang lain terhadapnya. Pada tahap ini

seorang anak tidak hanya mengetahui peran apa yang harus dijalankannya tetapi

telah pula mengetahui peran apa yang harus ia jalankan.14

Menurut Jacobs dalam Manap Solihat, pada awal kehidupan manusia

biasanya agen sosialisasi terdiri atas; orang tua dan saudara kandung,; nenek

dan kakek; tetangga; dan baby sitter danpembantu rumah tangga. Peran agen

sosialisasi pada awal kehidupan ini sangat penting, terutama orang tua. Anak

sangat bergantung kepada orang tua dan apa yang terjadi diantara orang tua dan

anak pada tahap ini jarang diketahui orang luar. Pada tahap ini anak belajar

berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal. Ia mulai berkomunikasi

bukan saja melalui pendengaran dan pengelihatan, tetapi juga melalui panca

indera lain.15

Seorang anak memerlukan bimbingan dan pengawasan yang baik untuk

menjadi individu yang berkemampuan dan berwawasan jauh dan matang.

Sebelum anak tiba ke tangan pendidik atau guru di sekolah, peran orangtua

khususnya peran ibu sangat berpengaruh besar dalam upaya mengarahkan

perkembangan anak.

Metodologi

Jenis penelitian ini lebih bersifat deskriptif, karena bermaksud

menggambarkan secara jelas (dengan tidak menutup kemungkinan pada taraf

tertentu juga akan menjelaskan/memahami) tentang berbagai hal yang terkait

dengan subjek yang diteliti, yaitu mengenai pola komunikasi keluarga dalam

mengenalkan dan menanamkan nilai budaya Sunda di dalam keluarga

keturunan KerajaanSumedang Larang. Dalam menentukan informan atau

14Manap Solihat, Komunikasi Orang Tua dan Pembentukan Kepribadian Anak, Mediator, vol. 6, 2

(Desember 2005), hal. 308-309 15Sunarto Kamanto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia, 2004), hal. 24

Page 10: POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM …jurnalkommas.com/docs/JURNAL KOMUNIKASI. HAFIZAH SIDI R. (D12… · bahasa sunda sebagai bahasa sehari-hari berbeda dengan daerah lain yang menggunakan

10

narasumber, peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Hal ini

dilakukan dengan cara mengambil subjek berdasarkan tujuan tertentu. Dalam

penelitian ini, peneliti akan meneliti subjek yang memiliki karakteristik tertentu,

yaitu; keluarga menetap di Sumedang, keluarga menetap di luar daerah Sunda,

dan keluarga kawin campur (berbeda budaya). Keseluruhan narasumber

merupakan keluarga keturunan KerajaanSumedang Larang.

Sajian dan Analisis Data

A. Pola Komunikasi Keluarga Mengenalkan Budaya Sunda

Berdasarkan wawancara, orangtua merupakan sosok yang paling berperan

dalam mengajarkan anak mengenai budaya Sunda. Keluarga inti, yaitu ayah dan

ibu merupakan orang pertama yang mengajarkan anak mengenai budaya.

Keluarga merupakan agen sosialisasi primer anak sedari mereka kecil.

Sesuai falsafah hidup orang Sunda yaitu cageur (sehat secara rohani dan

fisik), bageur (baik), bener (benar), singer (mawas diri), dan pinter (cerdas) dan

juga filosofi Kasumedangan yang mengatakan bahwa manusia sebagai mahluk

yang sempurna dengan akal dan perasaannya harus senantiasa berbuat baik,

santun dan arif-bijaksana, sudah seharusnya diajarkan orangtua kepada anak

sejak kecil. Nilai filosofi Sunda dan Kasumedangan ini terkandung dalam tujuh

unsur budaya universal menurut Koentjaraningrat. Adapun pola komunikasi

yang dilakukan orangtua untuk mengenalkan nilai budaya ini antara lain;

1. Pola Komunikasi Pengenalan Bahasa Sunda

Sejak kecil anak-anak dalam keluarga responden sudah diajari mengenai

bahasa Sunda yang baik dan benar. Anak sudah diajari penggunaan bahasa

sesuai dengan lawan bicara mereka. Anak diharuskan menggunakan bahasa

Sunda yang halus ketika berbicara dengan orang yang lebih tua.

Pola komunikasi yang terjadi dalam pengenalan bahasa Sunda ialah

orangtua sebagai komunikator menyampaikan pesan kepada anak mengenai

bahasa Sunda yang baik dan benar. Proses penyampaian ini diawali oleh

pengenalan kata Sunda yang pendek dan biasa diucapkan sehari-hari seperti

kata “punten” yang berarti permisi dan “hatur nuhun” yang mempunyai arti

terima kasih. Selain bahasa Sunda yang sederhana, lambat laun anak diajarkan

Page 11: POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM …jurnalkommas.com/docs/JURNAL KOMUNIKASI. HAFIZAH SIDI R. (D12… · bahasa sunda sebagai bahasa sehari-hari berbeda dengan daerah lain yang menggunakan

11

bagaimana menggunakan bahasa Sunda yang tepat dalam percakapan sehari-

hari. Selain mempelajari bahasa Sunda secara langsung, orangtua juga

mengajarkan anak bahasa Sunda dengan menggunakan lagu tradisional Sunda.

Dari lagu Sunda anak dikenalkan perbendaharaan bahasa Sunda.

2. Pola Komunikasi Pengenalan Kesenian Sunda

Sejak kecil anak-anak dalam keluarga responden sudah diajari kesenian

tradisional Sunda. Kesenian ini diajarkan di rumah maupun di sekolah. Pada

zaman KerajaanSumedang Larang, para putri diajarkan untuk menarikan tari

Tayub, yaitu tarian adat yang hanya bisa ditarikan oleh keluarga kerajaan.

Namun pada keluarga Lukman Hamid tidak ada anak yang diajarkan tarian ini

karena semua anaknya adalah laki-laki. Oleh karena itu kebudayaan yang

biasanya diajarkan adalah pencak silat.

Pola komunikasi yang terjadi dalam pengenalan kesenian Sunda ialah

orangtua sebagai komunikator menyampaikan pesan kepada anak mengenai

kesenian Sunda seperti seni tari, seni musik, seni sastra dan lain-lain lewat

berbagai media. Penyampaian pesan ini dilakukan secara langsung maupun

tidak langsung. Melalui tatap muka orangtua mengenalkan kesenian Sunda

melalui lagu Sunda, permainan tradisional Sunda, dan cerita rakyat Sunda.

3. Pola Komunikasi Pengenalan Sistem Religi Sunda

Sebagai sebuah entitas orang Sunda memiliki keyakinan sebagai dasar

pijakan hidupnya. Sistem religi meliputi sistem kepercayaan, sistem nilai dan

pandangan hidup, komunikasi keagamaan, dan upacara keagamaan. Orang

Sunda memiliki pandangan hidup manusia sebagai pribadi, manusia dengan

masyarakat, manusia dengan alam, manusia dengan tuhannya, dan manusia

dengan kemajuan lahiriah. Pandangan hidup orang Sunda ini juga sesuai dengan

filosofi yang diutarakan oleh Raja Sumedang Larang bahwa manusia sebagai

mahluk yang sempurna dengan akal dan perasaannya harus senantiasa berbuat

baik, santun dan arif-bijaksana. Selaku khalifatulah fil ardi, harus senantiasa

memelihara dan menjaga kelestarian hidup di dunia.

Endang Saifudin menyebutkan bahwa “Islam The Sunda, Sunda The

Islam” yang dibenarkan oleh Ajip Rosidi bahwa keyakinan orang Sunda

Page 12: POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM …jurnalkommas.com/docs/JURNAL KOMUNIKASI. HAFIZAH SIDI R. (D12… · bahasa sunda sebagai bahasa sehari-hari berbeda dengan daerah lain yang menggunakan

12

berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam.16 Berdasarkan hal tersebut maka segala

nilai, pandangan, dan filosofi orang Sunda didasarkan aturan-aturan agama

Islam.

4. Pola Komunikasi Pengenalan Organisasi Sosial Sumedang Larang

Organisasi Sosial yang diperkenalkan kepada anak salah satunya adalah

adat istiadat. Keluarga keturunan Sumedang Larang memiliki adat istiadat, baik

yang masih dipertahankan secara menyeluruh maupun tradisi yang berkembang

mengikuti zaman dan sesuai dengan ajaran agama. Tradisi ini disebut tradisi

Kasumedangan. Selain tradisi Kasumedangan, organisasi sosial yang

ditekankan oleh keluarga responden adalah mengenai silsilah keluarga mereka.

Dalam hal silsilah keluarga KerajaanSumedang Larang, sosok ayahlah yang

memegang peranan penting dalam penyampaian informasi. Penyampaian

informasi mengenai silsilah keluarga ini biasanya disampaikan secara langsung

(tatap muka). Selain pengenalan terhadap silsilah, anak juga diajarkan

bagaimana berkomunikasi dengan keluarga besar keturunan Sumedang Larang

yang bernama Beungkeutan Rundayan Kadir Soemawilaga (BRKS). Anak

diperkenalkan melalui acara temu keluarga yang biasanya diadakan setahun dua

kali. Pertemuan keluarga ini diadakan di Sumedang atau Bandung.

5. Pola Komunikasi Pengenalan Sistem Ilmu Pengetahuan Sunda dan

Teknologi

Sesuai dengan filosofi nilai Sunda yaitu pinter (pintar) dan pandangan hidup

manusia dalam mengejar kemajuan lahiriah, orang Sunda diharuskan

mendayagunakan kemampuannya untuk mengembangkan pengetahuan dalam

bidang ilmu pengetahuan. Berkembangnya ilmu pengetahuan ini juga tidak bisa

kita lepaskan dari kemajuan teknologi. Tidak terkecuali di keluarga responden.

Pola komunikasi pengenalan ilmu pengetahuan diajarkan oleh orangtua sebagai

komunikator melalui berbagai macam cara. Selain menyampaikan pesan secara

tatap muka dan penggunaan perangkat teknologi, orang tua juga menggunakan

metode imbalan untuk menarik minat anak dalam mengejar kemajuan lahiriah

mereka di bidang ilmu pengetahuan.

16 Sulasman, Teori-Teori Kebudayaan dari teori Hingga Aplikasi, (Bandung: Pustaka Setia, 2013),

Hal. 302

Page 13: POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM …jurnalkommas.com/docs/JURNAL KOMUNIKASI. HAFIZAH SIDI R. (D12… · bahasa sunda sebagai bahasa sehari-hari berbeda dengan daerah lain yang menggunakan

13

6. Pola Komunikasi Pengenalan Sistem Mata Pencaharian

Mata pencaharian pokok orang Sunda pada umumnya bertani. Diperkirakan

ada 85 % penduduk Jawa Barat hidup dari hasil pertanian. Daerah persawahan

di Jawa Barat terbentang di sepanjang daerah pantai utara dari timur laut serta

di pedalaman yang merupakan daerah pegunungan. Selain bertani juga orang

Sunda menguasai usaha bercocok tanam di ladang. Untuk mengisi waktu panen

penduduk di daerah melakukan usaha membuat kerajinan tangan seperti

membuat anyaman, bordir pakaian, dsb. Sebagian penduduk ada yang

bermatapencaharian sebagai buruh pabrik, nelayan, pengrajin, guru, pegawai

negeri, dan pengusaha.

Berdasarkan observasi, tidak ada responden orangtua yang berprofesi

sebagai petani. Pada saat pemerintahan KerajaanSumedang Larang, walaupun

bertindak sebagai raja dan bupati, namun mereka tetap bisa bercocok tanam dan

mengelola tambak ikan. Bercocok tanam dan bertambak juga selalu diajarkan

kepada generasi selanjutnya. Pola komunikasi pengenalan mata pencaharian

dikenalkan oleh orangtua sebagai komunikator kepada anak dengan berbagai

cara. Cara yang digunakan berupa komunikasi menggunakan pesan verbal

maupun nonverbal. Pesan nonverbal disampaikan dengan mengajak menikmati

bercocoktanam dan memancing.

B. Pemahaman Anak terhadap Budaya Sunda

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti, responden cukup

memahami pentingnya pengenalan dan pembelajaran budaya. Para orang tua

setuju bahwa budaya, khususnya budaya Sunda wajib diperkenalkan dan

diajarkan kepada anak-anak mereka. Orang tua menganggap bahwa budaya

sangat penting untuk diwariskan karena anak perlu mengetahui asal-usul

mereka sehingga anak-anak tersebut tidak mudah terjerumus budaya asing yang

terkadang membawa dampak negatif bagi hidup mereka kelak.

Pemahaman anak mengenai pentingnya budaya bagi mereka bukan hanya

ucapan semata, melainkan juga mereka implementasikan dalam kehidupan

sehari-hari. Mereka menerapkan nilai-nilai dan norma-norma budaya Sunda

yang telah diajarkan oleh orangtua dalam kehidupan sehari-hari.

Page 14: POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM …jurnalkommas.com/docs/JURNAL KOMUNIKASI. HAFIZAH SIDI R. (D12… · bahasa sunda sebagai bahasa sehari-hari berbeda dengan daerah lain yang menggunakan

14

Penerapan budaya Sunda dalam kehidupan anak sehari-hari tidak lepas dari

cara orangtua memberi contoh kepada anak melalui perilaku mereka.

Penerimaan dan pemahaman anak terhadap nilai budaya Sunda tidak dapat

dilepaskan dari proses mendengar yang mereka dapat sejak kecil. Sejak kecil

anak menerima pengetahuan mereka mengenai nilai budaya Sunda lewat proses

menerima informasi nilai budaya Sunda baik dalam bentuk verbal maupun

nonverbal dari orangtua mereka. Setelah itu mereka mulai memahami informasi

yang mereka terima.

Setelah anak memahami informasi yang diberikan, anak mulai mengingat

apa yang telah diajarkan oleh orang tua. Mereka sudah bisa mengorganisir

informasi yang diberikan oleh orangtua. Ingatan ini terus menerut dilakukan

anak sehingga terjadilah suatu pengulangan terhadap apa yang diajarkan. Anak

menjadi terbiasa untuk melakukan sesuatu sesuai informasi yang diberikan. Di

dalam proses penerimaan informasi ini, orangtua sebagai pemberi informasi

biasanya melakukan suatu penilaian, apakah anak dapat melakukan hal yang

diberikan atau tidak. Selain karena adanya proses mendengar, proses

komunikasi dapat berlangsung dengan baik karena adanya hubungan yang baik

antara orangtua dengan anak. Kedekatan hubungan antara orangtua dengan

anak ini dapat terjadi karena adanya komunikasi yang terjalin diantara

keduanya. Menurut Ekomadyo, orangtua perlu melakukan komunikasi

pendampingan kepada anak dengan cara-cara antara lain dengan membangun

empati, menjalin kebersamaan, membangun rasa memiliki dan

pendampingan.17

C. Hambatan Pengenalan dan Penerapan Nilai Budaya Sunda

Hambatan internal yang ditemui orang tua dalam mengenalkan budaya

Sunda ke anak adalah hambatan psikologikal. psikologikal yang sering ditemui

adalah lupa. Hambatan psikologikal lain yang kerap ditemui adalah kondisi

emosional yang kurang baik. Hambatan ini menemui orangtua biasanya ketika

17 Ekomadyo,Prinsip Komunikasi Efektif Untuk Meningkatkan Minat Belajar Anak, (Bandung:

Simbiosa Rekatama Media, 2005), hal. 18

Page 15: POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM …jurnalkommas.com/docs/JURNAL KOMUNIKASI. HAFIZAH SIDI R. (D12… · bahasa sunda sebagai bahasa sehari-hari berbeda dengan daerah lain yang menggunakan

15

anak-anak dalam usia remaja. Sedangkan anak menemui hambatan ini ketika

orangtua mereka sedang dalam kondisi lelah atau banyak pikiran.

Hambatan internal lainnya yang kerap ditemui adalah waktu. Pada keluarga

yang kedua orangtuanya bekerja, waktu yang dihabiskan oleh orangtua dengan

anak melalui komunikasi tatap muka sangat jarang terjadi. Hal ini juga ditemui

oleh keluarga yang memiliki banyak aktivitas di luar rumah. Keseharian anak

di luar rumah seperti sekolah menghabiskan waktu lebih banyak dibandingkan

waktu yang dihabiskan anak ketika di rumah. Sedikitnya waktu yang dihabiskan

untuk berkomunikasi secara langsung membuat proses penyampaian dan

penerimaan pesan pengenalan budaya sedikit terhambat. Oleh karena itu

penggunaan media baru sebagai sarana komunikasi modern menjadi solusi

pengenalan budaya kepada anak.

Di zaman globalisasi seperti sekarang ini semua orang dapat mengakses

segala informasi dari belahan dunia manapun, termasuk budaya barat.

Globalisasi selain mendatangkan dampak positif juga membawa dampak

negatif contohnya sopan santun yang kurang dijaga, gaya penampilan yang

lebih terbuka, bahasa asing yang lebih mendominasi. Hal ini membuat budaya

Sunda yang diajarkan seakan kalah saing oleh budaya modern.

Pergaulan juga menjadi hambatan orang tua dalam mengajarkan budaya

kepada anak. Pergaulan juga mendatangkan hambatan bagi anak dalam

mengimplementasikan budaya Sunda dalam kegiatan mereka sehari-hari.

Hambatan pergaulan lainnya yang sering muncul dalam pembelajaran budaya

adalah adanya perbedaan budaya. Perbedaan latar belakang budaya terutama

bahasa membuat mereka sulit mengimplementasikan budaya Sunda dalam

kehidupan sehari-hari. Hambatan ini biasa ditemui oleh keluarga yang tinggal

di luar daerah Sunda.

Selain pergaulan, hambatan lainnya adalah media. Media komunikasi tidak

bisa dilepaskan dari kehidupan anak sehari-hari. Dampak negatif adanya media

adalah terkadang media dapat menghambat pengenalan budaya Sunda dari

orangtua kepada anak. Misalnya anak yang terpapar informasi dari media massa

seperti televisi dan internet. Gencarnya informasi di media massa mengenai

budaya popular yang terjadi di dunia terkadang membuat perhatian anak

Page 16: POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM …jurnalkommas.com/docs/JURNAL KOMUNIKASI. HAFIZAH SIDI R. (D12… · bahasa sunda sebagai bahasa sehari-hari berbeda dengan daerah lain yang menggunakan

16

teralihkan dari nilai budaya Sunda. Meskipun anak terpapar gencarnya

informasi budaya popular, namun adanya pengenalan budaya sejak kecil dari

orangtua membuat mereka bisa menyaring informasi yang dapat mereka

implementasikan. Orangtua juga berperan sebagai gatekeeper penerimaan

informasi oleh anak. Orangtua menjadi pengawas mana saja informasi yang

dapat diterapkan oleh anak.

Kesimpulan

1. Budaya Sunda merupakan budaya yang dipelajari oleh anak dari orangtua.

Keluarga merupakan agen sosialisasi primer pengenalan budaya kepada

anak, dalam hal ini, orangtualah yang memegang peranan penting sebagai

agen sosialisasi pengenalan budaya. Orangtua memperkanalkan dan

menanamkan nilai budaya Sunda dan juga silsilah keluarga sedari dini

kepada anak.

2. Anak dapat menerima proses pengenalan dan penanaman budaya sunda

karena adanya hubungan kedekatan oleh orangtua. Menurut hasil penelitian,

keluarga responden termasuk ke dalam tipe keluarga konsensual. Hal ini

terbukti oleh adanya kedekatan dan juga keterbukaan dalam berkomunikasi

diantara anggota keluarga. Pola komunikasi keluarga responden juga

menunjukan adanya pola komunikasi persamaan (equality pattern). Setiap

anggota keluarga berhak menyuarakan pendapat mereka, semua orang

memiliki hak yang sama dalam berbicara. Walaupun menerapkan pola

komunikasi persamaan, dalam keluarga responden suami tetap menjadi

pemimpin dalam rumah tangga. Hal ini mengacu pada keyakinan mereka,

islam, bahwa suami adalah imam dalam keluarga.

3. Pengenalan dan pembelajaran budaya telah diterima anak sedari dini.

Budaya Sunda yang diperkenalkan kepada anak adalah falsafah hidup orang

Sunda yaitu cageur (sehat secara rohani dan fisik), bageur (baik), bener

(benar), singer (mawas diri), dan pinter (cerdas) dan juga filosofi

Kasumedangan yang mengatakan bahwa manusia sebagai mahluk yang

sempurna dengan akal dan perasaannya harus senantiasa berbuat baik,

santun dan arif-bijaksana, sudah seharusnya diajarkan orangtua kepada anak

Page 17: POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM …jurnalkommas.com/docs/JURNAL KOMUNIKASI. HAFIZAH SIDI R. (D12… · bahasa sunda sebagai bahasa sehari-hari berbeda dengan daerah lain yang menggunakan

17

sejak kecil. Nilai filosofi Sunda dan Kasumedangan ini terkandung dalam

tujuh unsur budaya universal menurut Koentjaraningrat.

4. Orangtua dan anak sama-sama setuju bahwa budaya Sunda perlu

diperkenalkan dan diajarkan sedari dini. Budaya dianggap penting untuk

diwariskan agar anak mengetahui asal-usul diri. Budaya Sunda juga

dianggap dapat membentengi anak dari pengaruh negatif modernisme yang

marak dijumpai dalam pergaulan anak sehari-hari. Pemahaman terhadap

budaya Sunda ditunjukkan oleh pengimplementasian nilai budaya Sunda

dalam kehidupan sehari-hari.

5. Hambatan yang ditemui dalam pengenalan dan pembelajaran budaya Sunda

berasal dari internal dan eksternal. Hambatan ini ditemui oleh orangtua

maupun anak. Hambatan internal yang kerap ditemui adalah hambatan

psikologikal. Hambatan psikologikal yang kerap terjadi adalah lupa. Anak

terkadang lupa menerapkan nilai budaya Sunda seperti penggunaan bahasa

Sunda yang baik dan benar sesuai dengan lawan bicara. Selain lupa,

hambatan psikologikal yang kerap ditemui adalah kondisi emosional yang

kurang baik ketika menyampaikan maupun mendapat pengenalan budaya.

Sedangkan hambatan eksternal yang kerap ditemui adalah pengaruh negatif

modernisme yang masuk melalui pergaulan anak sehari-hari. Gaya hidup

modern terkadang membuat budaya Sunda kalah saing oleh gaya hidup

modern yang terkadang dianggap anak lebih menarik.

6. Sedikitnya waktu yang dihabiskan untuk berkomunikasi secara langsung

membuat proses penyampaian dan penerimaan pesan pengenalan budaya

sedikit terhambat. Orangtua akhirnya menggunakan media baru sebagai

sarana komunikasi modern menjadi solusi pengenalan budaya kepada anak.

7. Media Komunikasi memiliki dampak positif dan negatif terhadap

penyampaian pesan orangtua selaku komunikator. Dampak positifnya,

media dapat digunakan sebagai sarana penunjung pengenalan budaya

kepada anak dan juga sarana komunikasi pengajaran budaya. Dampak

negatif adanya media adalah terkadang media dapat menghambat

pengenalan budaya Sunda dari orangtua kepada anak. Gencarnya informasi

di media massa mengenai budaya popular yang terjadi di dunia terkadang

Page 18: POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM …jurnalkommas.com/docs/JURNAL KOMUNIKASI. HAFIZAH SIDI R. (D12… · bahasa sunda sebagai bahasa sehari-hari berbeda dengan daerah lain yang menggunakan

18

membuat perhatian anak teralihkan dari nilai budaya Sunda, namun adanya

pengenalan budaya sejak kecil dari orangtua membuat mereka bisa

menyaring informasi yang dapat mereka implementasikan. Orangtua juga

berperan sebagai gatekeeper penerimaan informasi oleh anak. Orangtua

menjadi pengawas mana saja informasi yang dapat diterapkan oleh anak.

Saran

1. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa semakin lama pengenalan budaya

lokal semakin tercampur dengan budaya barat. Walaupun proses asimilasi

budaya perlu dilakukan seiring perkembangan zaman, hendaknya orangtua

tetap mengetahui, mengenalkan dan menanamkan keaslian dari budaya

Sunda itu sendiri. Jangan sampai proses asimilasi yang terus menerus

semakin menggerus eksistensi nilai budaya lokal sehingga generasi kedepan

tidak mengetahui budaya lokal asli Sunda.

2. Orangtua disarankan untuk meningkatkan pengetahuan mereka terhadap

nilai budaya asli Sunda. Hal ini dimaksudkan agar orangtua dapat dijadikan

referensi utama pembelajaran anak dalam mengenal budaya.

3. Orangtua disarankan dapat menghabiskan waktu lebih banyak bersama anak

mereka. Dengan menghabiskan waktu bersama anak lebih banyak, orangtua

diharapkan dapat menjalin kedeketan lebih erat dengan anak sehingga

segala informasi yang diberikan oleh anak dapat diterima dengan baik.

Orangtua juga harus bisa menjadi gatekeeper informasi yang menerpa anak

mereka. Orangtua harus bisa mendidik anak mereka untuk dapat

mempergunakan media teknologi dengan baik

Daftar Pustaka

Devito, Joseph. A. (2009). The Interpersonal Communication Book 12th ed. New

York: Pearson Education Inc.

Ekomadyo. (2005). Prinsip Komunikasi Efektif Untuk Meningkatkan Minat Belajar

Anak. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Judith, N. ( 2010). Intercultural Communication In Context 5th edition. New York:

The McGraw Hills Company.

Koentjaraningrat. (1979). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.

Page 19: POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM …jurnalkommas.com/docs/JURNAL KOMUNIKASI. HAFIZAH SIDI R. (D12… · bahasa sunda sebagai bahasa sehari-hari berbeda dengan daerah lain yang menggunakan

19

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Komunika: Warta Ilmiah Populer

Komunikasi dalam Pembangunan. Volume 8 Nomor 2 2005.

Mubah, Safril. Strategi Meningkatkan Daya Tahan Budaya Lokal dalam

Menghadapi Arus Globalisasi Volume 24 Nomor 2 2011. Universitas

Airlangga.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber

Daya Kebudayaan dan Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata

Republik Indonesia. (2011). Buku Kearifan Lokal Di Tengah Modernisasi.

Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.

Samovar, Larry. A. (2007). Communication Between Cultures. Sixth Edition. USA:

Thomson Higher Education.

Soekanto, Soerjono. (2004). Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo

Persada.

Sobrino, Jon, Feliz Winfred. Globalization and It’s Victims. Concilium

International Journal for Theology No. 5. 2001

Sobarna, Cece. Bahasa Sunda Sudah di Ambang Pintu Kematiankah?, Makara

Sosial Humaniora Volume 11 Nomor 1 Juni 2007. Universitas Padjajaran.

Solihat, Manap. Komunikasi Orang Tua dan Pembentukan Kepribadian Anak.

Volume 6 Nomor 2 Desember 2005. Mediator