Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi...

52
Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Bagian Atas Usia Anak Di Puskesmas Ciputat Timur Februari 2015 Laporan Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Disusun oleh: Muhammad Azmi Awaluddin NIM: 1113103000013 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016/ 1437 H

Transcript of Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi...

Page 1: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi

Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Bagian Atas Usia

Anak Di Puskesmas Ciputat Timur Februari 2015

Laporan Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Disusun oleh:

Muhammad Azmi Awaluddin

NIM: 1113103000013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016/ 1437 H

Page 2: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

ii

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 17 Oktober 2016

Muhammad Azmi Awaluddin

Page 3: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi

Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Bagian Atas Usia

Anak Di Puskesmas Ciputat Timur Februari 2015

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran (S.Ked)

Oleh:

Muhammad Azmi Awaluddin

NIM: 1113103000013

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H / 2016 M

Pembimbing 1

dr.Alyya Siddiqa, Sp.FK

NIP. 19750803 200912 2 005

Pembimbing 2

dr. Nurmila Sari, M Kes

NIP. 19850315 201101 2 010

Page 4: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Penelitian berjudul Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi

Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Bagian Atas Usia Anak Di Puskesmas Ciputat

Timur Februari 2015 yang diajukan oleh Muhammad Azmi Awaluddin (NIM:

1113103000013), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

pada hari senin, 17 Oktober 2016. Laporan Penelitian ini telah diterima sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Kedokteran dan

Profesi Dokter.

Ciputat, 17 Oktober 2016

DEWAN PENGUJI

PIMPINAN FAKULTAS

Penguji 1

dr. Cut Warnaini, MPH

NIP. 19821211 200912 2 001

Penguji 2

dr. Riva Auda, M.Kes, Sp.A

NIP. 19761217 200801 2 015

Dekan FKIK UIN

Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M. Kes

NIP. 19650808 198803 1 002

Kaprodi PSKPD

dr. Achmad Zaki, M. Epid, Sp. OT

NIP. 19780507 200501 1 005

Pembimbing 1

dr.Alyya Siddiqa, Sp.FK

NIP. 19750803 200912 2 005

Pembimbing 2

dr. Nurmila Sari, M Kes

NIP. 19850315 201101 2 010

Ketua Sidang

dr.Alyya Siddiqa, Sp.FK

NIP. 19750803 200912 2 005

Page 5: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta

alam yang atas ridho, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Pola Ketepatan Terapi Antibiotik

Pada Pasien Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Bagian Atas Usia Anak Di

Puskesmas Ciputat Timur Februari 2015” sebagai salah satu syarat dalam

menyelesaikan jenjang program sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini dapat terwujud karena adanya dukungan

dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan

penghargaan, rasa hormat, dan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Achmad Zaki, M.Epid, SpOT, selaku Ketua Program Studi Kedokteran dan

Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Alyya Siddiqa, Sp.FK selaku dosen pembimbing 1 yang telah banyak

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan dan

membimbing penelitian sejak awal hingga terselesaikannya penelitian ini.

4. dr. Nurmila Sari, M.Kes selaku dosen pembimbing 2 yang telah banyak

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan dan

membimbing penelitian sejak awal hingga terselesaikannya penelitian ini.

5. dr. Riva Auda, M.Kes, Sp.A selaku dosen penguji yang telah menyediakan

waktu, tenaga, dan pikiran untuk menguji, mengarahkan serta memberi

masukan untuk penelitian ini.

6. dr. Cut Warnaini, MPH selaku dosen penguji yang telah menyediakan waktu,

tenaga, dan pikiran untuk menguji, mengarahkan serta memberi masukan

untuk penelitian ini.

Page 6: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

vi

7. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku dosen penanggung jawab riset mahasiswa

Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter 2013.

8. Kedua orangtua penulis, Awaluddin bin OK Gani dan Zuliani Hamzah, yang

selalu mendoakan, memberi semangat dan motivasi, serta memberikan

dukungan baik moral maupun material, serta Nuansa Chalid dan Raisa Zuhra

sebagai kakak dan adik yang selalu mendoakan dan menjadi motivasi

terselesaikannya penelitian ini.

9. Para dosen dan staf Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

10. Teman-teman seperjuangan riset, Hana Fitri Hendarti, Carina Putri yang

sudah duluan sidang, dan Muhammad Kafabillah bersama-sama saya saling

memberi semangat hingga selesai dan selalu membantu dalam melewati

berbagai hal dalam penelitian ini.

11. Teman-teman serumah Rohman Sungkono, Imam Al-Kautsar, Azharan Alwi,

Damar Mughni yang selalu mengingatkan untuk semangat

12. Teman-teman sejawat Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan

2013 tercinta yang ikut memberi dukungan dalam penelitian ini.

13. Teman-teman Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan angkatan 2013 yang

menyemangati saya dan bersedia membantu

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga penelitian ini dapat memberi

banyak manfaat bagi kita semua.

Ciputat, 17 Oktober 2016

Muhammad Azmi Awaluddin

Page 7: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

vii

ABSTRAK

Muhammad Azmi Awaluddin. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.

Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Pernapasan Akut

(ISPA) Bagian Atas Usia Anak Di Puskesmas Ciputat Timur Februari 2015.

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang umum di

masyarakat. Penatalaksanaan pada ISPA dapat berbeda (setiap pasiennya), sesuai

dengan bagian tubuh yang terinfeksi. Penatalaksanaan pada ISPA pada umumnya

tidak memerlukan antibiotik. Pemberian antibiotik harus sesuai dengan gejala/tanda

dan harus dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium atau penunjang lainnya.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persentase obat yang digunakan pada ISPA

bagian atas dan ketepatan terapinya di Puskesmas Ciputat Timur Februari 2015.

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif cross sectional dengan metode totally

sampling dengan besar minimum adalah 86 sampel. Dari 174 sampel didapatkan

ketepatan terapi dengan 40,8%. Pemberian antibiotik pada pasien ISPA bagian atas

mencapai 63% dengan antibiotik terbanyak yang diberikan adalah amoksisilin dengan

55%. Pemberian antibiotik di Puskesmas Ciputat Timur Februari 2015 yang

berdasarkan gejala/tanda dan diagnosis masih belum sesuai dengan pedoman yang

ditetapkan.

Kata kunci: ISPA bagian atas, Obat antibiotik, Tepat Terapi, Kode diagnosis

Page 8: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

viii

ABSTRACT

Muhammad Azmi Awaluddin. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.

Pattern On Right Antibiotics Given For Upper Tract Infection (URI) In

Pediatric Patients At Ciputat Timur Primary Health Care February 2015

Upper respiratory tract infection is a common disease in society. URI therapy could

be different on each person, according which part of the infection located. Commonly

URI treatment d not need antibiotics. Antibiotics should be given according to signs

or symtoms and proven by laboratory result. This research appropiately to identify

medication for URI and its therapy in Ciputat Timur Primary Health Care. This

research was a descriptive and cross sectional study. It used the totally sampling

method. From 174 samples, there’s 40,8% was appropriate in using antibiotics.

Amoxicillin was the most often drug administrated to URI patients with 55%, and

total antibiotics used is 63%. The administration of antibiotics in Ciputat Timur

Primary Health Care was based on symptom and diagnosis of URI. However, there

were unappropiate administration which was not suitable with the guidelines.

Keywords: upper respiratory tract infection (URI), antibiotics, right treatment,

diagnoses code.

Page 9: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................ v

ABSTRAK ......................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 3

1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 3

1.4.1 Buat Peneliti ......................................................................... 3

1.4.2 Buat Institusi ........................................................................ 4

1.4.3 Buat Perguruan Tinggi ........................................................ 4

1.4.4 Buat Masyarakat .................................................................. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori ................................................................................ 5

2.1.1 Penggunaan Obat Antibiotik .............................................. 5

2.1.2 Pengertian ISPA Bagian Atas .............................................. 5

2.1.3 Prevalensi ISPA .................................................................... 5

Page 10: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

x

2.1.4 Klasifikasi ISPA Bagian Atas.................................................6

2.1.4.1 Common cold ........................................................... ..8

2.1.4.2 Sinusitis........................................................................7

2.1.4.3 Laringitis .................................................................. ..9

2.1.4.4 Faringitis dan Tonsilitis .......................................... 10

2.2 Kerangka Teori ................................................................................ 14

2.3 Kerangka Konsep ............................................................................ 15

2.4 Defenisi Operasional ....................................................................... 16

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian ............................................................ 19

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 19

3.2.1 Waktu Penelitian .................................................................. 19

3.2.2 Tempat Penelitian ................................................................. 19

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................... 19

3.3.1 Populasi Target ..................................................................... 19

3.3.2 Populasi Terjangkau ............................................................ 19

3.3.3 Sampel Penelitian ................................................................. 19

3.4 Kriteria Sampel ............................................................................... 20

3.4.1 Kriteria Inklusi ..................................................................... 20

3.4.2 Kriteria Eksklusi .................................................................. 20

3.5 Manajemen Data ............................................................................. 20

3.5.1 Instrumen Penelitian ........................................................... 20

3.5.2 Cara Kerja ............................................................................ 20

3.5.3 Alur Penelitian ...................................................................... 21

3.5.2 Pengolahan, Analisa Data, Penyajian Data ....................... 22

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Distribusi Pasien Berdasarkan Kelompok Umur, Jenis Kelamin,

Diagnosis dan Gejala ............................................................................ 23

Page 11: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

xi

4.2 Gambaran Pola Tatalaksana .......................................................... 26

4.3 Keterbatasan Peneliti ...................................................................... 31

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .................................................................................... 32

5.2 Saran ............................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 33

LAMPIRAN ....................................................................................................... 36

Page 12: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Infeksi Pada Saluran Napas........................................................ 6

Gambar 2.2 Gradasi Pembesaran Tonsil ........................................................ 11

Gambar 2.3 Kriteria Centor Dalam Algoritma .............................................. 12

Page 13: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kondisi Yang Dapat Menyebabkan Sinusitis ................................. 8

Tabel 2.2 Kriteria Konvensional Untuk Diagnosis Sinusitis ......................... 9

Tabel 4.1 Karakteristik Pasien Berdasarkan Kelompok Umur Pada Pusk

esmas Ciputat Timur Februari 2015 ............................................................... 23

Tabel 4.2 Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Puskes

mas Ciputat Timur Februari 2015 .................................................................. 24

Tabel 4.3 Karakteristik Pasien Berdasarkan Diagnosis ISPA Bagian Atas

Puskesmas Ciputat Timur Februari 2015 ....................................................... 25

Tabel 4.4 Karakteristik Gejala dan Tanda Pada Pasien ISPA Bagian Atas 25

Tabel 4.5 Gambaran Pemberian Antibiotik Pada Pasien ISPA Bagian Atas. 26

Tabel 4.6 Gambaran Pemberian Antibiotik Berdasarkan Diagnosis ........... 27

Tabel 4.7 Ketepatan Terapi Pada Penyakit ISPA Bagian Atas ..................... 29

Tabel 4.8 Klasifikasi Terapi Pada Faringitis dan Tonsilitis Berdasarkan

Kriteria Centor .................................................................................................. 30

Page 14: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Meneliti ...................................................................... 36

Lampiran 2. Riwayat Hidup Penulis ............................................................... 37

Page 15: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

xv

DAFTAR SINGKATAN

ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

Page 16: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dokter memiliki peran vital dalam melakukan pelayanan kesehatan khususnya

dalam penatalaksanaan. Penatalaksanaan yang mencakup pemilihan obat tentu sangat

penting untuk kesembuhan pasien. Pemilihan obat tersebut didasarkan keluhan, gejala

dan tanda yang dikenali oleh dokter serta pemeriksaan penunjang yang dilakukan

pada pasien. Pengobatan sebagai ilmu dan seni juga dipengaruhi oleh pengalaman,

budaya dan agama, keinginan pasien serta pengetahuan terbaru yang dimiliki oleh

dokter sehingga banyak perbedaan pemberian obat antar pasiennya.‎1

ISPA yaitu Infeksi Saluran Pernapasan Akut merupakan penyakit yang umum

diderita oleh masyarakat. Banyaknya masyarakat yang menderita ISPA membuat

terapi pada ISPA perlu diperhatikan. Dari istilahnya ISPA mempunyai tiga unsur

penting yaitu infeksi, saluran pernapasan dan akut. Infeksi merupakan invasi dan

pembiakan mikroorganisme di jaringan tubuh. Saluran pernapasan merupakan organ

tubuh mulai dari hidung, faring, laring sampai ke paru. Di saluran tersebut terdapat

epiglotis yang merupakan pembatas anatomis pembagian saluran napas atas dan

bawah, sehingga ISPA dibagi 2 menjadi ISPA bagian atas dan bagian bawah. Akut

adalah timbul secara mendadak, pola perjalanan yang singkat dan relatif berat. 2

Infeksi pada saluran napas dapat berbeda disetiap pasiennya, karena dapat

menginfeksi anggota tubuh yang berbeda. Sehingga penatalaksanaan pada ISPA dapat

beragam dan berbeda di setiap pasiennya.

Di Indonesia period prevalance ISPA pada Riskesdas 2013 mencapai 25,0%, dan

ini tidak jauh berbeda dari hasil Riskesdas 2007 yang bernilai 25,5%. Provinsi dengan

angka ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh

(30,0%). Selain itu angka kejadian tertinggi ISPA menurut kelompok umur adalah

umur 1-4 tahun (25,8%), umur dibawah 1 tahun (22,0%) dan umur 5-14 tahun

(15,4%).3

Di provinsi Banten sendiri pada tahun 2010 ISPA berada pada puncak dari 10

penyakit dengan angka kejadian yang tinggi, yaitu 643.200 angka kejadian.4

Page 17: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

2

Period prevalence tertinggi yang dihitung dalam sebulan terakhir pada tahun

2013 di Provinsi Banten ialah Kabupaten Pandeglang (32,1%), Kabupaten Tangerang

(29,1%) dan kota Serang (28,7%). Period prevalence ISPA pada Kota Tangerang

Selatan adalah (21,2%).4

Penyebab terbesar dari infeksi saluran napas bagian atas merupakan virus

yaitu; virus influenza tipe A atau B, coronavirus, rhinovirus, coxackie virus tipe A,

Ebstein-Barr virus. Streptococcus beta hemolitik grup a dan staphylococcus aureus

merupakan mikroba yang penting dan sering ditemukan pada infeksi saluran napas

akut bagian atas. 5.6

Beberapa penyakit pada ISPA bagian atas merupakan penyakit

self-limited yang akan sembuh sendirinya.7 Beberapa diantaranya dapat diberikan

antibiotik jika terdapat tanda-tanda infeksi bakteri dan harus dipastikan dengan

pemeriksaan kultur.7 Pemilihan antibiotik yang sesuai, sangat penting untuk

kesembuhan pasien dan menghindarkan resistensi obat dan efek samping serta

meminimalisasi biaya yang dikeluarkan pasien.7 Pemakaian antibiotik tidak sesuai

ketentuan akan menyebabkan tidak efektifnya kemampuan antibiotik dalam

membunuh kuman penyebab.8

Pada penelitian yang dilakukan di Puskesmas Sukasada II tahun 2014

didapatkan 95 (65,9%) pasien ISPA usia balita dan usia kanak-kanak dari jumlah 114

pasien dari segala kelompok umur.9 Pada penelitian tersebut peneliti berkesimpulan

bahwa hampir secara menyeluruh pengobatan dengan antibiotik pada pasien ISPA di

puskesmas tersebut tidak sesuai dengan pedoman pengobatan dasar puskesmas 2007.

Ketidaksesuaian tersebut meliputi jenis antibiotik yang diberikan serta kesesuaian

pada indikasi pemberiannya.9

Atas dasar latar belakang ini, peneliti ingin melihat pola pemberian obat

antibiotik dan ketepatan terapi pada pasien Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)

Bagian Atas usia anak di Puskesmas Ciputat Timur, Tangerang Selatan.

Page 18: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

3

1.2 Rumusan Masalah

1. Obat antibiotik apakah yang sering diberikan pada pasien infeksi saluran

pernapasan akut (ISPA) bagian atas pada usia anak di Puskesmas Ciputat

Timur Februari 2015?

2. Berapa persentase ketepatan terapi pemberian antibiotik pada pasien

infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) bagian atas pada usia anak di

Puskesmas Ciputat Timur Februari 2015?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pola terapi pada pasien infeksi saluran pernapasan akut

(ISPA) bagian atas pada usia anak di Puskesmas Ciputat Timur Februari 2015

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui obat antibiotik yang digunakan pada pasien infeksi saluran

pernapasan akut (ISPA) bagian atas pada usia anak di Puskesmas Ciputat

Timur Februari 2015 dan persentasenya

2. Mengetahui ketepatan pemberian obat antibiotik pada infeksi saluran

pernapasan akut (ISPA) bagian atas pada usia anak di Puskesmas Ciputat

Timur Februari 2015 berdasarkan indikasinya dan persentasenya

3. Mengetahui distribusi pasien infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)

bagian atas pada usia anak di Puskesmas Ciputat Timur Februari 2015

berdasarkan jenis kelamin dan usia

4. Mengetahui distribusi pasien infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)

bagian atas pada usia anak di Puskesmas Ciputat Timur Februari 2015

berdasarkan gejala dan diagnosisnya

Page 19: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

4

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat buat peneliti

1. Meningkatkan keilmuan peneliti dalam bidang farmakologi terlebih

dalam obat antibiotik.

2. Keterampilan dalam penulisan karya ilmiah dan melakukan penelitian

dilapangan

3. Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah

1.4.2 Manfaat buat instansi terkait

1. Menambah informasi baru mengenai pola pemberian antibiotik di

Puskesmas Ciputat Timur

2. Sebagai bahan evaluasi bagi Puskesmas Ciputat Timur dalam

pemberian obat antibiotik pada pasien ISPA usia anak.

1.4.3 Manfaat buat Perguruan Tinggi

Menambah referensi penelitian dalam bidang kedokteran di FKIK UIN

1.4.4 Manfaat buat Masyarakat

Menjadi informasi bagi masyarakat tentang mengenai penggunaan

antibiotik yang benar sehingga mencegah pemakaian antibiotik yang tidak

benar.

Page 20: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Penggunaan Obat Antibiotik

Penggunaan obat antibiotik harus sesuai dengan gejala/tanda yang ada pada

pasien, dan pemeriksaan laboratorium. Pemberian obat dapat dikatakan rasional

bila memenuhi kriteria tepat obat, tepat indikasi pemberian, tepat diagnosis

penyakitnya, tepat dosis, tepat interval pemberian, tepat lama pemberian, tepat

cara pemberian, dan tepat informasi. 10

Penggunaan obat yang tidak tepat,

khususnya pada penggunaan antibiotik dapat berdampak pada resistensi kuman

tertentu dan juga dapat berdampak meningkatnya biaya pengobatan. Pengobatan

yang sesuai dengan kebutuhan dan harga yang paling murah adalah pengobatan

yang paling rasional. 10

2.1.2 Pengertian ISPA Bagian Atas

Menurut Departemen Kesehatan (Depkes) Republik Indoneisa, ISPA

adalah Infeksi akut yang menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran napas

mulai hidung sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah,

pleura). 11

Saluran napas terbagi 2 epiglottis sebagai pembatasnya. Saluran napas

bagian atas umumnya berhubungan dengan nasofaring dan laring sedangkan

bagian bawah ialah saluran trakea hingga paru12

, maka jika terdapat infeksi pada

saluran napas bagian atas dikatakan sebagai ISPA bagian atas (ISPA). Common

cold, tonsillitis, faringitis, epiglottitis, sinusitis dan rhinitis merupakan bagian

dari ISPA bagian atas. 5

2.1.3 Prevalensi ISPA

Umumnya, anak berumur pra-sekolah mempunyai 2-6 episode terkena

Page 21: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

6

ISPA bagian atas dalam setahun dan usia dewasa memiliki 2-5 episode

pertahunnya. 6 Pada penelitian yang dilakukan di Uganda 37% anak usia dibawah

2 tahun dari 300 ibu pernah mengalami ISPA bagian atas. Di Indonesia,

prevalensi ISPA tetap tinggi setiap tahunnya, dan 21,6% kasusnya terjadi di

daerah perkotaan.13

ISPA bagian atas dapat dikategorikan sebagai penyakit yang

epidemik dan pandemik, yaitu dipercaya anak sekolah yang terkena ISPA bagian

atas dapat menularkan ke anggota keluarganya. Disebut pandemik karena banyak

dari kasus influenza virus yang baru, berasal dari hewan yang dapat bertransmisi

dan menginfeksi manusia seperti kasus flu burung. 5

2.1.4 Klasifikasi ISPA Bagian Atas

Infeksi Saluran Pernapasam Akut (ISPA) bagian atas dapat diklasifikasikan

menjadi common-cold, faringitis, tonsillitis, epiglottitis, sinusitis dan rhinitis

yang kesemuanya terjadi di saluran napas bagian atas yang dibatasi oleh

epligotis. 5, 14

Page 22: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

7

Gambar 2.1 Infeksi pada saluran pernapasan dibagi menjadi atas dan bawah.

common-cold, faringitis, tonsillitis, epiglottitis, sinusitis dan rhinitis

merupakan bagian infeksi pada saluran pernapasan atas.

Sumber: Common Cold and Other Upper Respiratory Tract

Infections, 2015

2.1.4.1 Common Cold

Common cold atau selesma adalah penyakit infeksi saluran napas atas

yang menular melalui droplet di udara, yang dapat sembuh sendiri dan dapat

disebabkan oleh lebih dari 100 virus.14

Rhinovirus dan coronavirus

merupakan etiologi terbesar pada penyakit ini hingga 50-70 persen dari

seluruh kasus. Masa inkubasinya 1-4 hari dan berakhir dalam 2-3 minggu.

Pasien common cold biasanya mengeluhkan rasa panas di belakang hidung

pada awalnya, lalu diikuti oleh hidung tersumbat, rinore dan bersin yang

berulang. 14

Kejadian kasus ini dapat dipengaruhi oleh paparan debu yang

berulang dan penurunan daya tahan tubuh penderita. Diagnosis dapat

ditegakkan jika pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya demam dan

rongga hidung tampak sempit dan mengeluarkan sekret serta mukosa udem

dan hiperemis. Pemeriksaan penunjang tidak diperlukan. Perlu

dipertimbangkan diagnosis lainnya, apakah ini merupakan influenza, rhinitis

alergi atau vasomotor yang merupakan diagnosis bandingnya. Perbedaan

common cold dengan influenza adalah onset influenza bersifat tiba-tiba dan

dalam beberapa jam saja dan common cold lebih sering terjadi ketika sedang

musim dingin. 15 Gejala dan tanda lainnya terlihat serupa.

Tatalaksana yang diberikan bersifat simptomatik, yaitu obat

dekongestan dan jika pasien terdapat demam diberikan antipiretik. Pasien

juga diedukasi untuk menjaga tubuh selalu dalam keadaan optimal, menutup

mulut ketika bersin dan rajin untuk mencuci tangan untuk mencegahnya. Jika

pasien sudah terkena maka istirahat yang cukup dan mengkonsumsi makanan

dan minuman yang sehat. 14

Page 23: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

8

2.1.4.2 Sinusitis

Sinusitis adalah peradangan pada sinus yang dapat terjadi akibat

alergi atau infeksi virus, bakteri atau jamur. 17 Penyebab utama sinusitis ialah

ostium sinus yang tersumbat, atau rambut-rambut ciliary tidak bekerja

dengan baik hingga menyebabkan tertahannya sekresi mucus di rongga sinus

lalu menyebabkan peradangan sinus. Beberapa keadaan juga dapat

menyebabkan sinusitis seperti yang tertera pada tabel 2.1 16

Gejala pada sinusitis ialah nyeri tekan dan pembengkakan pada sinus

yang terkena. Pada sinusitis maksilaris akan terasa nyeri pada daerah di

bawah mata, sakit gigi dan sakit kepala. Jika sinus frontalis yang terkena

akan terasa nyeri di dahi. Pada sinusitis etmoidalis biasanya terdapat nyeri di

antara mata, di dahi dan juga bisa di pinggiran hidung jika ditekan. Radang

pada sinus sfenoidalis lokasinya tidak dapat ditentukan, bisa dirasakan di

puncak kepala atau kadang menyebabkan sakit telinga atau leher. 17

Diagnosis sinusitis dapat ditegakkan jika ditemukan 2 gejala mayor

atau 1 gejala mayor dengan 2 gejala minor pada kriteria konvensional yang

Tabel 2.1 Kondisi yang dapat menyebabkan sinusitis

Sumber: The diagnosis and management of

sinusitis: A practice parameter update, 2005

Page 24: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

9

tertera pada tabel 2.2. Diagnosis juga dapat ditegakkan dengan rontgen pada

area sinus yang terjadi peradangan. Untuk menentukan luas dan beratnya

sinusitis menggunakan CT scan. 18

Tabel 2.2 Kriteria konvensional untuk diagnosis sinusitis

sumber: Clinical Practice Guideline for Acute Bacterial

Rhinosinusitis in Children and Adults, 2012

Pada terapi sinusitis dapat diberikan antibiotik amoksisilin ataupun

kotrimoksazol. Diberikan juga dekongestan untuk mengurangi penyumbatan

serta analgesik untuk mengurangi nyeri. Amoksisilin dapat diberikan jika

pasien tidak memiliki resiko resistensi antibiotik. Jika terdapat resiko

resistensi maka dapat diberikan terapi antimikroba lini kedua seperti

doksisiklin atau sefiksim plus klindamisin. 17

2.1.4.3 Laringitis

Laringitis adalah peradangan pada laring yang sering diderita oleh

anak usia 3 bulan hingga 3 tahun. Penyebab utamanya oleh virus

parainfluenza, adenovirus, virus influenza tipe A dan B, RSV dan campak.

Laringits juga dapat diakibatkan oleh penggunaan suara yang berlebihan,

pajanan terhadapat polutan, refluks gastroesofageal, bronchitis dan

pneumonia. 14

Keluhan utama pada laringitis ialah suara serak atau suara hilang

Page 25: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

10

(afonia). Gejala nyeri tenggorokan, batuk kering, bersin-bersin, hidung

tersumbat dan demam juga dapat terjadi. 14

Faktor resiko yang dapat

menyebabkan laryngitis ialah, perubahan suhu mendadak, malnutrisi, daya

tahan tubuh rendah dan rhinitis alergi. 14

Penegakan diagnosis dapat melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan mukosa laring

hiperemis dan membengkak di sekitar pita suara. Suara stridor dapat

ditemukan jika terjadi obstruksi jalan napas akibat udem laring. Foto ronsen

jaringan lunak leher AP lateral dilakukan untuk melihat pembengkakan pada

subglotis (Steeple sign). 14

Rekomendasi terkuat pada terapi laringitis akut adalah tidak

diperlukan pemberian antibiotik, didasarkan pada penelitian reviu sistematik

dan uji acak terapi laringitis yang menunjukkan tidak efektifnya terapi

antibiotik.7,19

Obat analgesik diberikan untuk meredakan nyeri tenggorokan,

dan dekongestan seperti efedrin atau pseudoefedrin bila hidung tersumbat. 14

2.1.4.4 Faringitis dan Tonsilitis

Faringitis dan tonsillitis adalah peradangan pada faring dan tonsil.

Kedua bagian tubuh tersebut terletak berdekatan, sehingga kadang dapat

terjadi keduanya sekaligus. Prevalensi anak dengan tonsilitis 70 persennya

disebabkan oleh infeksi virus.7 Setiap tahunnya sekitar 40 juta orang di dunia

mengunjungi tempat pelayanan kesehatan diakibatkan faringitis. 14

Keluhan yang terjadi biasanya lemas, anoreksia, demam, suara serak.

Pada tonsillitis bisa terdapat keluhan sulit menelan, atalgia dan mulut berbau

(foetor ex ore). 14

Faktor yang dapat menyebabkan biasanya faktor usia (anak),

penurunan daya tahan tubuh dan higienitas rongga mulut kurang baik. 14

Pada pemeriksaan fisik, faringitis akibat bakteri dapat ditemukan

adanya faring hiperemis dengan eksudat pada permukaannya dan kadang

ditemukan kelenjar limfa pada leher bagian depan membengkak. Pada

tonsillitis akibat bakteri ditemukan tonsil membengkak atau udem, hiperemis

Page 26: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

11

dan juga terdapat detritus. 14

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan

ialah kultur apus tenggorokan dan tes cepat antigen. 20

Berdasarkan rasio tonsil dan orofaring (gambar 2.2), pembesaran

tonsil dapat dibagi menjadi:

- T0: Tonsil tidak terlihat atau sudah diangkat

- T1: <25% volume tonsil dibandingkan volume orofaring atau

batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai ¼ jarak pilar

anterior uvula

- T2: 25-50% volume tonsil dibandingkan volume orofaring atau

batas medial tonsil melewati ¼ jarak pilar anterior-uvula sampai

½ jarak pilar anterior uvula

- T3: 50-75% volume tonsil dibandingkan volume orofaring atau

batas medial tonsil melewati ½ jarak pilar anterior-uvula sampai

¾ jarak pilar anterior uvula

- T4: >75% volume tonsil dibandingkan volume orofaring atau

batas medial tonsil melewati ¾ jarak pilar

anterior-uvula

Gambar 2.2 Gradasi pembesaran tonsil, Pada gambar a(t0) tonsil tidak

terlihat. Gambar b(t1)-d(t3) terlihat adanya pembesaran

tonsil dengan skala kecil ssampai menengah. Pada gambar

e(t4), tonsil membesar dan menutupi orofaring.

Sumber: Rhinologic and sleep apnea, 2007

Page 27: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

12

Tonsilektomi diindikasikan pada gradasi pembesaran tonsil yang dapat

menyebabkan obstruksi saluran napas, gangguan tidur dan disfagia berat. 14

Terapi pada faringitis dan tonsillitis dapat menggunakan kriteria

Centor dengan 4 gejala yang bernilai 1 poin disetiap gejalanya. Jika pasien

merupakan anak dibawah 14 tahun ditambahkan 1 poin, dan jika berumur

diatas 45 tahun poin dikurang 1. Pasein dengan skor 4 atau lebih, diberikan

antibiotik tanpa dilakukan cek laboratorium. Pasien dengan skor 2-3,

dilakukan kultur apus tenggorokan atau dilakukan tes cepat antigen. Jika skor

0-1 maka tidak diindikasikan untuk dilakukan uji laboratorium. 20

Gambar 2.3 Kriteria Centor dalam algoritma.

Pemberian antibiotik dapat diberikan jika skor melebihi

atau sama dengan 4. Skor 2-3 dilakukan kultur apus

tenggorokan atau dilakukan tes cepat antigen. Jika skor 1

atau 0 maka tidak diindikasikan untuk dilakukantes lab.

Sumber: Diagnosis and treatment of streptococcal

pharyngitis. American Family Physician, 2009

Page 28: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

13

Antibiotik yang direkomendasikan ialah penisilin G benzatin yang

diberikan dengan dosis sekali, atau juga amoksisilin 10 mg per berat badan

dan diberikan selama 10 hari. Antibiotik lain seperti eritromisin, azitromisin

dan sefadroksil dapat diberikan jika pasien menderita alergi penisilin. 20

Page 29: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

14

2.2 Kerangka Teori

Pasien ISPA bagian atas

Pilek Tonsil/ Faring

Hiperemis Demam Batuk Detritus

Faringitis

Nyeri

pada sinus

Tatalaksana

Obat Simptomatik Obat Kausatif

Tepat Obat

Berdasarkan Pedoman

Pengobatan Dasar di

Puskesmas dan Panduan

Praktik Klinik

Diagnosis Tonsilitis Laringitis Commond

Cold/Flu Sinusitis

Tepat

Diagnosis

Tepat

Indikasi

Tepat Penilaian

Kondisi Pasien

Tepat Dosis dan

interval Tepat Informasi

Tepat

Penyerahan

Obat

Tepat Cara

Pemberian

Tepat Lama

Pemberian

Page 30: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

15

2.3 Kerangka Konsep

Pasien ISPA bagian atas

Keluhan, gejala/tanda

Berdasarkan Pedoman

Pengobatan Dasar di

Puskesmas dan Panduan

Praktik Klinik

Tatalaksana

Faringitis Tonsilitis Laringitis Commond

Cold/Flu Sinusitis

Obat Simptomatik Obat Kausatif

Antivirus Antibiotik

Tepat

Diagnosis

Tepat

Indikasi

Page 31: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

16

2.4 Definisi Operasional

Untuk melihat dan menilai variabel-variabel yang akan diukur, digunakan

definisi operasional dari masing-masing variabel yaitu:

No Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Skala

1 Pasien

ISPA

bagian

atas

Seseorang yang

didiagnosa

menderita

tonsillitis,

faringitis,

laryngitis dan

ISPA bagian atas

Sesuai yang

tertulis di buku

registrasi poli

anak (kode I003

Faringitis, I004

Tonsilitis, I005

Laringitis, I006

ISPA atas) dan

data rekam

medis

puskesmas

Rekam medis dan

buku registrasi

poli anak

Kategorik

2. Obat

antibiotik

Obat-obatan

yang digunakan

untuk melawan

infeksi bakteri

Baca sesuai yang

tertulis di rekam

medis

Rekam medis dan

buku registrasi

poli anak

Kategorik

3. Tepat

Diagnosis

Ketepatan pada

penegakkan

diagnosis sesuai

gejala yang

tertulis pada

rekam medis

pasien

Studi Pustaka Pedoman

Pengobatan Dasar

Di Puskesmas

Tahun 2007,

Panduan Praktik

Klinis Bagi

Dokter Di

Fasilitas

Pelayanan

Kesehatan Primer

Kategorik

4. Tepat

Indikasi

Ketepatan

pemberian obat

berdasarkan pada

diagnosis dan

gejala yang

tertera pada

rekam medis

pasien

Studi Pustaka Panduan Praktik

Klinis Bagi

Dokter Di

Fasilitas

Pelayanan

Kesehatan Primer

Kategorik

Page 32: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

17

No Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Skala

5. Commond

cold

Penyakit yang

tidak memiliki

gejala spesifik

pada kode

diagnosis I006

Dengan cara

melihat keluhan

dan gejala/tanda

pada rekam medis

pasien

Rekam medis dan

buku registrasi

poli anak

Kategorik

6. Faringitis Penyakit yang

didiagnosis

sebagai faringitis

oleh dokter dan

didapatkan

gejala faring

hiperemis pada

kode diagnosis

I006

Dengan cara

melihat keluhan

dan gejala/tanda

pada rekam medis

pasien

Rekam medis dan

buku registrasi

poli anak

Kategorik

7. Tonsilitis Penyakit yang

didiagnosis

sebagai tonsillitis

oleh dokter dan

didapatkan

gejala

pembesaran

tonsil atau

detritus pada

kode diagnosis

I006

Dengan cara

melihat keluhan

dan gejala/tanda

pada rekam medis

pasien

Rekam medis dan

buku registrasi

poli anak

Kategorik

8. Laringitis Penyakit yang

didiagnosis

sebagai laringitis

oleh dokter

Dengan cara

melihat keluhan

dan gejala/tanda

pada rekam medis

pasien

Rekam medis dan

buku registrasi

poli anak

Kategorik

9. Sinusitis Penyakit yang

didiagnosis

sebagai sinusitis

oleh dokter

Dengan cara

melihat keluhan

dan gejala/tanda

pada rekam medis

pasien

Rekam medis dan

buku registrasi

poli anak

Kesehatan Primer

Kategorik

Page 33: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

18

10. Pasien

Anak

Pasien yang

berumur dibawah

18 tahun dan

terdapat pada

buku registrasi

poli anak

Puskesmas

Ciputat Timur

Melihat kolom

umur pada buku

registrasi poli

anak

Rekam medis dan

buku registrasi

poli anak

Kategorik

Page 34: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

19

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan

pendekatan potong lintang (cross sectional). Data yang diambil ialah data

sekunder yaitu melihat buku registrasi poli anak dan rekam medik pasien.

3.2 Waktu dan tempat penelitian

3.2.1 Waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Februari - Juli 2016

3.2.2 Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Ciputat Timur Jl. Anggur I No. 3, Kel.

Rempoa, Kec. Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan.

3.3 Populasi dan sampel penelitian

3.3.1 Populasi Target

Populasi target pada penelitian ini adalah pasien anak penderita Infeksi

Saluran Napas Akut (ISPA) bagian atas di Puskesmas Ciputat Timur.

3.3.2 Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah pasien anak penderita Infeksi

Saluran Napas Akut (ISPA) bagian atas yang terdata pada buku registrasi

Puskesmas Ciputat Timur di bulan Februari 2015.

3.3.3 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah pasien anak penderita Infeksi Saluran Napas

Akut (ISPA) bagian atas yang terdata pada buku regitrasi Puskesmas

Ciputat Timur di bulan Februari 2015. Sampel diambil secara totally

sampling. Besar sampel yang memenuhi kriteria inklusi adalah 174 sampel.

Page 35: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

20

3.4 Kriteria sampel

3.4.1 Kriteria Inklusi

Pasien yang terdaftar di registrasi poli anak bulan Februari 2015

Diagnosis dalam rekam medik ISPA bagian atas:

Faringitis = I003

Tonsilitis = I004

Laringitis = I005

ISPA atas = I006

Memiliki identitas lengkap (nama, usia, jenis kelamin,) dalam rekam

medis dan buku registrasi pasien

Tercatat nama obat dalam rekam medis

Tercatat keluhan penyakit pada rekam medis

3.4.2 Kriteria Eksklusi

Pasien yang tidak mempunyai nomor registrasi

Rekam medis yang tidak dapat terbaca

3.5 Managemen Data

3.5.1 Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder berupa

buku registrasi poli anak dan data rekam medik bulan Februari tahun 2015

yang diperoleh dari Puskesmas Ciputat Timur

3.5.2 Cara Kerja

Sebelum dilakukannya penelitian ke puskesmas, peneliti terlebih dahulu

membuat surat dari kampus perihal izin melakukan penilitian di puskesmas

yang ditujukan ke Dinas Kesehatan Tangerang Selatan. Setelah itu, surat

izin yang didapat diberikan ke Kepala Puskesmas Ciputat Timur dan

tembusan ke Kantor Walikota Tangerang Selatan. Selanjutnya,

pengambilan data dilakukan dengan melihat buku registrasi poli anak pada

Page 36: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

21

bulan Februari 2015 dan juga rekam medik pasien satu persatu. Dari buku

registrasi dan rekam medik dikumpulkan data berupa diagnosis, keluhan

dan obat yang didapat dan data yang termasuk kriteria eksklusi tidak

diambil sebagai sampel. Setelah itu dilakukan analisa data sesuai literatur

yang ada, dan diolah serta dianalisa untuk diambil hasil dan kesimpulan

dari penelitian tersebut.

3.5.3 Alur Penelitian

Mengajukan izin penelitian ke Dinas Kesehatan

Tangerang Selatan

Mengambil sampel pada buku registrasi dan

rekam medik pasien

Ya

Memberikan surat izin ke Puskesmas Ciputat Timur

Tidak

Sampel tidak diikutsertakan

dalam penelitian

Pengolahan data dan analisa

Gejala Diagnosis Obat

Sampel sudah memenuhi kriteria inklusi dan tidak

terdapat kriteria eksklusi?

Pembuatan Laporan

Page 37: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

22

3.5.4 Pengolahan, Analisa data, dan Penyajian data

Data yang telah didapat dikumpulkan pada software Microsoft Excel. Data

diurutkan sesuai urutan nomer registrasi lalu dianalisa dengan melihat

pemberian obat antibiotik dan disesuaikan dengan indikasi pemberian

antibiotik pada Pedoman Pengobatan Dasar Di Puskesmas Tahun 2007 dan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

HK.0202/MENKES/514/2015 tentang “Panduan Praktik Klinis Bagi

Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer” serta juga disesuaikan

pada literatur-literatur yang ada. Kemudian data disajikan dalam bentuk

teks dan tabel. Hasil penelitian dibuat dalam bentuk makalah laporan

penelitian yang seterusnya akan dipresentasikan di hadapan staf pengajar

Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN.

Page 38: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

23

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang diambil dari buku registrasi poli anak dan rekam medik didapatkan

174 sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi. Kriteria diagnosis dan pilihan

penatalaksanaan didasarkan pada Pedoman Pengobatan Dasar Di Puskesmas Tahun

2007, Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer

hasil dari Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

HK.0202/MENKES/514/2015 dan juga disesuaikan dengan beberapa literatur lain

yang menunjang.

4.1 Distribusi pasien berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, dan diagnosis

ISPA bagian atas dan gejala.

Berikut ini adalah distribusi pasien berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin,

diagnosis pasien dan gejala/ tanda pada pasien.

Tabel 4.1 Karakteristik pasien berdasarkan kelompok umur pada Puskesmas Ciputat

Timur Februari 2015

No Kelompok Umur Jumlah Persentase

1 <1 tahun 27 15.52%

2 1-5 tahun 97 55.75%

3 6-12 tahun 50 28.74%

TOTAL 174 100%

Berdasarkan kelompok umur (pada tabel 4.1) usia balita 1-5 tahun memiliki

persentase kasus tertinggi yaitu 55.75%. Penelitian serupa dilakukan Hermawan dkk

(2014) pada seluruh kelompok umur. Pada penelitian tersebut usia balita 1-5 tahun

juga memiliki persentase kasus ISPA yang tertinggi yaitu 67 kasus (46,5%) dari 177

sampel.9

Pada RISKESDAS 2013, persentase period prevalence ISPA pada

kelompok umur 1-4 juga merupakan yang tertinggi dari semua kelompok umur yaitu

25,8%.3 Daniel Goh (1999) mengatakan anak dibawah 5 tahun rawan untuk terkena

Page 39: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

24

ISPA bagian atas sebanyak 3 sampai 8 kali pertahunnya. Umumnya ISPA tersebut

bersifat minor dan self-limiting.21

Kasus ISPA pada anak mempunyai beberapa faktor.

Diantaranya usia anak, status gizi, berat lahir, suplementasi vitamin A.13

Pada

penelitian yang dilakukan oleh Kholisah dkk (2009) berkesimpulan bahwa faktor

ISPA pada anak balita ialah pajanan asap rokok dan dan riwayat imunisasi karena

secara statistik keduanya memiliki nilai yang signifikan sebagai faktor pada kasus

ISPA anak balita.13

Tabel 4.2 Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin pada Puskesmas Ciputat

Timur Februari 2015

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-laki 90 52.72%

2 Perempuan 84 48.28%

TOTAL 174 100%

Berdasarkan tabel 4.2 diatas, didapatkan proporsi pasien anak laki-laki penderita

ISPA bagian atas yang datang ke Puskesmas Ciputat Timur lebih banyak

dibandingkan perempuan yaitu 90 dari 174 kasus atau 52.72%. Penelitian oleh

Hermawan dkk (2014) memiliki proporsi yang hampir sama pada kasus ISPA anak

laki-laki yaitu 76 kasus (52,8%) dari 144 kasus. 99

Penelitian tentang prevalensi ISPA

di daerah Pulo Gadung Jakarta oleh Kholisah dkk (2009) memiliki proporsi yang

tidak jauh berbeda yaitu laki-laki 53 (51,5% ) dari 103 kasus ISPA pada balita.

Kholisah berkesimpulan bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi prevalensi pada

kasus ISPA.13

Karakteristik diagnosis (tabel 4.3) didapatkan berdasarkan pada diagnosis dan

gejala pada rekam medis pasien. Pada rekam medis pasien dengan kode I006 yang

memiliki gejala atau tanda yang spesifik, peneliti menggolongkan diagnosis tersebut

berdasarkan pada Pedoman Pengobatan Dasar Di Puskesmas Tahun 2007 dan

Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer 2015.

Contohnya, pada pasien dengan kode I006, bila ditemukan gejala/tanda yang

Page 40: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

25

mengarah ke faringitis maka peneliti mengkategorikan pasien tersebut ke faringitis.

Diagnosis common cold/flu didapatkan dari rekam medis pasien dengan kode I006

(ISPA) yang memiliki gejala tidak spesifik.

Tabel 4.3 Karakteristik pasien berdasarkan diagnosis ISPA bagian atas pada

Puskesmas Ciputat Timur Februari 2015

No Diagnosis Jumlah Persentase

1 Common Cold/Flu 131 75.29%

2 Faringitis 20 11.49%

3 Laringitis 3 1.72%

4 Sinusitis 2 1.15%

5 Tonsilitis 18 10.34%

TOTAL 174 100%

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, Common cold/Flu merupakan kasus tertinggi yaitu

131 dari 174 kasus dengan persentase 75.29%. Berbeda dengan hasil penelitian

Hermawan dkk (2014) di Puskesmas Sukasada II pada bulan Mei-Juni 2014, peneliti

tersebut mendapatkan faringitis sebagai diagnosis terbanyak dengan angka kasus 60

dari 144 kasus yang ada.9

Tabel 4.4 Karakteristik gejala dan tanda pada pasien ISPA bagian atas

No Gejala/Tanda Jumlah Persentase

1 Batuk 162 93.10%

2 Pilek 99 56.90%

3 Demam 122 70.11%

4 Flu 22 12.64%

5 Detritus 2 1.15%

6 Pembesaran Tonsil 13 7.47%

7 Faring/Tonsil Hiperemis 11 6.32%

8 Lainnya 47 27.01%

Page 41: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

26

Gejala dan tanda pada tabel 4.4 berdasarkan yang tercantum pada rekam medis

yang jelas. Berdasarkan karakteristik gejala (pada tabel 4.4) batuk memiliki

persentase gejala paling besar yaitu 162 (93,10%) dari 174 kasus dan demam menjadi

gejala kedua paling sering yaitu 122 (70,11%) dari 174 kasus. Dari 162 gejala batuk,

terdapat 7 yang merupakan gejala batuk berdahak. Graham W (2011) menuliskan

bahwa batuk merupakan masalah terbesar pada anak. Pada anak usia balita 2 dari 3

anak akan datang ke dokter minimum sekali dalam setahun dengan diagnosis ISPA.

Dari 4 anak yang didiagnosis sebagai ISPA, 3 diantaranya mempunyai gejala batuk. 22

Demam merupakan gejala yang identik dengan adanya infeksi. Adanya infeksi dari

mikroorganisme akan mengeluarkan pirogen endogen yang akan bekerja di

hipotalamus membentuk prostaglandin dengan enzim siklooksigenase.

Prostaglandinlah yang akan menaikkan set point suhu tubuh dan menyebabkan

demam.‎13

Gejala lain yang ditemukan ialah mual, muntah, mencret, mata merah ,

sakit kepala, sakit perut, sakit tenggorokan, sulit menelan, sariawan, pusing, nyeri

telinga dan gatal.

4.2 Gambaran pola tatalaksana

Tabel 4.5 Gambaran pemberian antibiotik pada pasien ISPA bagian Atas

No Diagnosis Tidak diberikan antibiotik Diberikan antibiotik

Kasus Persentase Kasus Persentase

1 Common

Cold/Flu 50 38% 81 62%

2 Faringitis 7 35% 13 65%

3 Laringitis 3 100% 0 0%

4 Sinusitis 0 100% 2 100%

5 Tonsilitis 4 22% 14 78%

TOTAL 64 37% 110 63%

Page 42: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

27

Berdasarkan tabel 4.5 diatas, dapat kita simpulkan lebih dari setengah pasien

dengan ISPA bagian atas diberikan antibiotik dan hanya 64 kasus (37%) yang tidak

diberikan. Hasil yang serupa juga didapatkan oleh Hermawan dkk (2014) bahwa

hanya 9 kasus dari 144 kasus ISPA bagian atas yang tidak diberikan antibiotik.9 Pada

penyakit yang diberikan antibiotik (tabel 4.6), amoksisilin menjadi obat yang paling

sering diberikan yaitu 96 (55%) dari 174 kasus. Hal ini berbeda dengan yang

didapatkan oleh Hermawan dkk (2014), pada penelitiannya penoksimetil penisilin

(penisilin V) diberikan sebanyak 31 (21,5%) kali dari 144 kasus, dan kotrimoksazol

berada di posisi pertama yaitu sebanyak 78 kali (54,2%) dari 144 kasus. 9

Tabel 4.6 Gambaran pemberian antibiotik berdasarkan diagnosis

No Diagnosis Amoksisilin Sefiksim Sefadroksil

Kasus % Kasus % Kasus %

1 Common

Cold/Flu 70 53% 1 1% 10 8%

2 Faringitis 12 60% 0 0% 1 5%

3 Laringitis 0 0% 0 0% 0 0%

4 Sinusitis 1 50% 0 0% 1 50%

5 Tonsilitis 13 72% 1 6% 0 0%

TOTAL 96 55% 2 1% 12 7%

Terapi commond cold menurut “Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas

Pelayanan Kesehatan Primer” hanya diberikan terapi simptomatik berupa

dekongestan, antipiretik, analgetik dan juga diistirahatkan yang cukup. 14

Hal ini

karena pada umumnya penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya dalam 1 sampai 2

minggu. Pemberian antibiotik tidak mengurangi gejala pada commond cold/flu dan

tidak direkomendasikan pemberiannya pada pasien anak maupun dewasa.23. 24

Pada

penelitian ini didapatkan 91 kasus (62%) kasus common cold diberikan antibiotik.

Page 43: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

28

Hal ini tidak sesuai dengan panduan oleh Kemenkes dan merupakan terapi yang tidak

tepat.

Pada penyakit laringitis, etiologi terbesar ialah virus influenzae (tipe A dan B)

dan parainfluenza. Terapi yang diberikan bersifat simptomatik antara lain

dekongestan, antipiretik, analgetik, serta menghindari iritan yang dapat membuat

tenggorokan nyeri serta mengistirahatkan pita suara.14

Antibiotik sangat tidak

direkomendasikan untuk diberikan.7 Antibiotik diberikan hanya jika terdapat bakteri

penyebab pada kultur. Antibiotik yang dapat diberikan adalah golongan penisilin. 14

Pada penelitian ini didapatkan 3 kasus dan ketiganya tidak diberikan antibiotik. Hal

ini sangat baik karena telah sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh Kemenkes,

dan mempunyai persentase tepat terapi 100%.

Pada penelitian ini, sinusitis diterapi dengan amoksisilin 1 kasus (50%) dan

sefadroksil 1 kasus (50%). Menurut “Pedoman pengobatan dasar di Puskesmas tahun

2007” pada terapi sinusitis diberikan dekongestan dan antibiotik amoksisilin ataupun

kotrimoksazol. 17

Pada penelitian Kaminszczik I (1986) tentang terapi akut dan kronik

sinusitis pada 30 orang yang diberikan sefadroksil, dikatakan bahwa terapi

sefadroksil pada sinusitis 90% hasilnya sangat baik ketika dikonfirmasi dengan

pemeriksaan radiologi. 25

Antibiotik harus diberikan jika dalam 10 hari sinusitis belum

membaik ataupun mengalami pemburukan, menandakan bahwa itu merupakan

sinusitis akibat bakteri.7 Maka dari itu dapat dikatakan terapi pada sinusitis keduanya

telah tepat terapi dengan persentase 100%.

Terapi faringitis diberikan jika terdapat tanda infeksi bakteri berupa faring atau

tonsil hiperemis dan terdapat eksudat dipermukannya. 14. 17 Jika terdapat tanda tersebut,

maka dapat diberikan antibiotik Penisilin G Benzatin 50.000 U/KgBB/IM dosis

tunggal, atau Amoksisilin 10 mg per berat badan. Dosis dibagi 3 kali sehari selama 10

hari. 14

Pada penelitian ini didapatkan 10 kasus faringitis dengan gejala faring

hiperemis dan 7 diantaranya diberikan antibiotik amoksisilin. Pada 10 kasus faringitis

tanpa gejala infeksi bakteri, 3 diantaranya tidak diberikan antibiotik. Pada faringitis,

sangat direkomendasikan terapi dengan golongan penisilin jika pasiennya tidak

terdapat alergi terhadap penisilin. 202

Maka pada penelitian ini didapatkan 10 kasus

Page 44: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

29

yang diterapi sesuai panduan dengan persentase 50%.

Terapi tonsilitis diberikan jika terdapat tanda infeksi bakteri berupa tonsil

hiperemis dan jika terdapat tanda detritus. 14. 17 Jika terdapat tanda tersebut, maka

dapat diberikan antibiotik Penisilin G Benzatin 50.000 U/KgBB/IM dosis tunggal,

atau Amoksisilin 10 mg perberat badan dosis dibagi 3 kali sehari selama 10 hari atau

juga dapat diberikan kortikosteroid deksametason. 14

Pada penelitian ini didapatkan 2

kasus tonsillitis dengan tanda detritus pada tonsil dan keduanya diberikan antibiotik

amoksisilin. Pada 16 kasus tonsilitis tanpa gejala infeksi bakteri dan detritus, 4

diantarnya tidak diberikan antibiotik. Maka pada penelitian ini didapatkan 6 kasus

yang diterapi sesuai panduan dengan persentase 33,33%.

Permasalahan pada kriteria tepat atau tidak tepatnya pada penelitian ini ialah

terdapatnya diagnosis pasien yang tidak sesuai dengan gejala atau kemungkinan

penulisan gejala pada rekam medis tidak lengkap. Peneliti menggolongkan tepat atau

tidak tepatnya terapi berdasarkan dengan gejala dan obat antibiotik yang diberikan

dan menyesuaikannya pada Pedoman Pengobatan Dasar Di Puskesmas Tahun 2007,

Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer hasil

dari Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

HK.0202/MENKES/514/2015 dan juga disesuaikan dengan beberapa literatur lain.

Dari analisa diatas dapat dilihat ketepatan terapi pada penelitian ini pada tabel 4.6.

Tabel 4.7 Ketepatan terapi pada penyakit ISPA atas

No Diagnosis Tepat

terapi %

Tidak tepat

terapi %

1 Common Cold/Flu 50 38.17% 81 61.83%

2 faringitis 10 50.00% 10 50.00%

3 laringitis 3 100.00% 0 0.00%

4 Sinusitis 2 100.00% 0 0.00%

5 tonsilitis 6 33.33% 12 66.67%

Total 71 40.8% 103 59.2%

Page 45: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

30

Tabel 4.8 Klasifikasi terapi pada tonsilitis dan faringitis berdasarkan kriteria Centor

Kriteria

Centor

Faringitis Tonsilitis

Diberikan antibiotik

Tidak

diberikan

antibiotik

Diberikan antibiotik

Tidak

diberikan

antibiotik

Skor 1 0 0 2 1

Skor 2 5 4 7 3

Skor 3 6 3 5 0

Skor 4 2 0 0 0

Skor 5 0 0 0 0

Jika kita menggunakan Kriteria Centor untuk menentukan terapi pada pasien

tonsilitis dan faringitis maka hanya ada 2 kasus (10%) yang tepat diberikan antibiotik

secara langsung. Pada kriteria Centor penilaian menggunakan 4 gejala/tanda, yaitu

setiap nilainya bernilai 1. Gejala/tanda tersebut ialah:

1. Tidak terdapatnya batuk,

2. Pembengkakan pada nodus di leher bagian depan,

3. Demam,

4. Tonsil/Faring hiperemis dan eksudat,

5. Jika pasien berumur dibawah 14 tahun makan poin ditambah 1 dan jika

berumur diatas 45 maka poin dikurang 1.

Setelah itu dihitung poinnya, jika poin =4 atau lebih, maka diberikan terapi antibiotik

yang sesuai. Jika poin 2-3 maka perlu dilakukan kultur apus tenggorokan atau

dilakukan rapid antigen detection test (RADT) dan jika hasil positif bakteri maka

diberikan antibiotik. Jika skor dibawah 1 maka tidak diindikasikan untuk melakukan

tes laboratorium. 7. 20 Terapi dengan menggunakan kriteria Centor telah berhasil

menurunkan terapi yang tidak sesuai indikasi dan menurunkan jumlah biaya yang

dikeluarkan. 20

Pada penelitian Emalia Damayanti (2014) tentang ketepatan skoring

kriteria Centor untuk mengidentifikasi faringitis streptococcus grup A, peneliti

berkesimpulan bahwa dapat dipastikan diagnosis faringitis dengan skor dibawah 4

tidak diperlukan antibiotik. Pada diagnosis dengan skor 4 memiliki subjek dengan

Page 46: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

31

hasil negatife pada 95% subjeknya jika dilakukan tes cepat antigen ataupun kultur

apus tenggorokan.26

Dari hasil penelitian yang kita dapat, dapat dilihat bahwa 59,2% kasus pada

penelitian ini masih belum tepat terapi dan pemberian antibiotik tidak berdasarkan

indikasinya. Peneliti Hermawan dkk (2014) mendapatkan hasil yang serupa dan

menyimpulkan pada penelitiannya bahwa pemberian antibiotik pada Puskesmas

Sukasada II terapinya belum sesuai pedoman pengobatan dasar puskesmas 2007. 9, 17

4.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini berdasarkan data sekunder dari rekam medis yaitu kode

diagnosis, gejala dan tanda serta nama obat. Tidak semua rekam medis

tersebut, memiliki data gejala dan tanda yang sesuai kriteria diagnosis.

Dengan demikian sebagian data disesuaikan dengan defenisi operasional yang

dibuat oleh peneliti yang berdasarkan literatur.

Data gejala dan tanda dilihat di rekam medis dan tidak dapat dibuktikan

secara klinis oleh peneliti.

Page 47: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

32

BAB 5

Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

1. Obat yang paling sering digunakan pada pasien ISPA bagian atas usia anak di

Puskesmas Ciputat Timur bulan Februari 2015, yaitu obat amoksisilin sebesar

96 kasus (55%) dari 174 total kasus

2. Jumlah kasus tepat terapi sebesar 69 kasus (40,2%) pada pasien ISPA bagian

atas usia anak di Puskesmas Ciputat Timur bulan Februari 2015

3. Jumlah pasien ISPA bagian atas usia anak laki-laki lebih banyak dari

perempuan yaitu 90 (51,72%) dari 174 kasus

4. Kelompok umur balita 1-5 tahun merupakan kelompok umur dengan jumlah

terbesar pada kasus ISPA bagian atas dengan 97 kasus (55,75%) dari 174

kasus

5. Common cold/flu merupakan kasus tersering yang terjadi dengan jumlah 131

(75,29%) kasus dari total 174 kasus. Dan batuk merupakan gejala tersering

yang dikeluhkan sebesar 162 (93,1%) dari 174 kasus.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menilai tingkat keberhasilan

terapi antibiotik pada ISPA bagian atas dengan melihat kesembuhan pasien.

2. Bagi instansi yang terkait (Puskesmas Ciputat Timur) perlu adanya pedoman

dalam terapi ISPA bagian atas terkhusus dalam pemberian antibiotik dan

melakukan pemeriksaan penunjang yang sesuai, sehingga pelayanan

pengobatan dapat lebih baik lagi

3. Bagi instansi yang terkait (Puskesmas Ciputat Timur) pada penulisan gejala

tiap pasien perlu ditulis dengan lengkap. Sehingga memudahkan ketika

evaluasi pada terapi tiap pasiennya

Page 48: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

33

Daftar Pustaka

1. Williams, Hohn R. Panduan Etika Medis, Disertai Kasus-kasus Etika Pelayanan

Medis Sehari-hari, (29). Yogyakarta:FK UMY, 2004

2. Dorland, W.A Newman. Kamus Saku Kedokteran Dorland Ed.29. Jakarta : EGC,

2006

3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Riset

Kesehatan Dasar 2013, 2013

4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Pokok-pokok Hasil Riskesdas Provinsi Banten 2013, 2013

5. Rohilla A, Sharma V, Kumar S. Upper respiratory tract infections: An Overview.

International Journal of Current Pharmaceutical Research, 2013: 3(13), 1–3.

6. Teng CL, Shajahan Y, Khoo EM, Nurjahan I, Leong KC, Yap TG. The

management of upper respiratory tract infections. The Medical Journal of

Malaysia, 2009:56(2), 260–6

7. Zoorob R, Sidani M, Fremont RD, Kihlberg C. Antibiotic Use in Acute Upper

Respiratory Tract Infections. Am Fam Physician, 2012:86(9), 817–22.

8. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Panduan Peringatan Hari

Kesehatan Sedunia 7 April 2011, Gunakan Antibiotik Secara Tepat Untuk

Mencegah Kekebalan Kuman, 2011

9. Hermawan, H., & Kartika Sari, K. A. Pola Pemberian Antibiotik Pada Pasien Ispa

Bagian Atas Di Puskesmas Sukasada II Pada Bulan Mei – Juni 2014. E-Jurnal

Medika Udayana, 2013:3(10),1–11. Retrieved from

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/11935

10. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Modul Penggunaan Obat Rasional,

8–10, 2011 http:///www.binfar.kemkes.go.id. Diakses pada tanggal 6 Juli

2016

11. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pengendalian Infeksi

Saluran Pernapasan Akut, 2012

12. Faiz Omar, Moffat D, Anatomy at a Glance. Jakarta: Erlangga, 2004

Page 49: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

34

13. Nasution K, dkk. Infeksi Saluran Napas Akut pada Balita di Daerah Urban Jakarta,

Sari Pediatri 2009:11(4), 223–8.

14. Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas

Pelayanan Kesehatan Primer.ed:1, 2013

15. Roxas M, & Jurenka J. Colds and influenza: A review of diagnosis and

conventional, botanical, and nutritional considerations. Alternative Medicine

Review, 2007:12(1), 25–48.

16. Borish L, Natahan, Robert A, dkk. The diagnosis and management of sinusitis: A

practice parameter update. Journal of Allergy and Clinical Immunology,

2005:116(6), 13–47.

17. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pengobatan Dasar Di

Puskesmas, 2007

18. Chow AW, Benninger MS, Brook I, Brozek JL, Goldstein EJC. Clinical Practice

Guideline for Acute Bacterial Rhinosinusitis in Children and Adults. Clinical

Infectious Diseases, 2012:54(8), e72–e112.

19. Schwartz SR, Cohen SM, Dailey SH, Rosenfeld RM, Deutsch ES, Gillespie MB,

Patel MM. Clinical practice guideline: Hoarseness (Dysphonia).

Otolaryngology - Head and Neck Surgery, 2009:141 (3)

20. Choby BA. Diagnosis and treatment of streptococcal pharyngitis. American

Family Physician, 2009:79(5), 383–390.

21. Goh DYT, Shek, LPC, Wah LB. Acute respiratory tract infections in children :

outpatient management. Kesehatan Internasional, August 1999, 1–9.

22. Worrall G. Diagnosing ARIs Series Acute cough in adults. Canadian Family

Physician, 2011:57, 48–51.

23. Fashner J, Ericson K, Werner S, Hersh AL, Jackson MA, Hicks L. Treatment of

the common cold in children and adults. Pediatrics, 2013:132(6), 153–159.

24. Simasek M, Blandino DA. Treatment of the common cold. American Family

Physician, 2007:75(4).

25. Kaminszczik, I. Treatment of acute and chronic sinusitis with cefadroxil, abstract.

(1986). https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/3803251

Page 50: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

35

26. Damayanti E, Iriani Y. Ketepatan Skoring McIsaac untuk Mengidentifi kasi

Faringitis Group A Streptococcus pada Anak, Sari Pediatri 2014:15(5),

301–6.

27. Kenny T. Common Cold and Other Upper Respiratory Tract Infections ,

patient.info 2015:2–5.

28. Kountakis SE, Onerci M. Rhinologic and sleep apnea surgical techniques. New

York: Spronger, 2007

Page 51: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

36

LAMPIRAN

Lampiran 1

Surat Izin Meneliti

Page 52: Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37219/1/Muhammad...Pola Ketepatan Terapi Antibiotik . P. ada Pasien Infeksi

37

Lampiran 2

Riwayat Hidup Penulis

DATA PRIBADI

Nama : Muhammad Azmi Awaluddin

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat/tanggal lahir : Medan, 5 Agustus 1995

Status : Belum menikah

Agama : Islam

Alamat : Komplek Griya Swatika Telkom, blok c13 no 17-18,

Legoso, Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan

No. Telepon/HP : 085211482595

Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 2001-2003 : Sekolah Dasar Negeri no.11 Kota Langsa

2. Tahun 2003-2007 : Sekolah Dasar Negeri no.1 Kuala Simpang

3. Tahun 2007-2013 : Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan

4. Tahun 2013-sekarang : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta