POLA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DI LEMBAGA...

87
POLA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MUTU PESERTA DIDIK (STUDI KASUS MTS AL-ASROR PATEMON, GUNUNG PATI SEMARANG).” SKRIPSI, SEMARANG, FAKULTAS TARBIYAH IAIN WALISONGO 2007 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) Ilmu Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam Disusun Oleh: MUJIARTI NIM: 3103236 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2008

Transcript of POLA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DI LEMBAGA...

POLA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MUTU PESERTA DIDIK (STUDI KASUS MTS AL-ASROR PATEMON,

GUNUNG PATI SEMARANG).” SKRIPSI, SEMARANG, FAKULTAS TARBIYAH IAIN

WALISONGO 2007

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S1)

Ilmu Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam

Disusun Oleh:

MUJIARTI NIM: 3103236

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2008

ABSTRAK

Mujiarti (NIM : 3103236) Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah Di Lembaga Pendidikan Islam dan Implikasinya Terhadap Mutu Peserta Didik (Studi Kasus MTS al-Asror Patemon, Gunung Pati Semarang).” Skripsi, Semarang, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo. 2007.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) pola kepemimpinan kepala sekolah; (2) implikasi pola kepemimpinan kepala sekolah terhadap mutu peserta didik di lembaga pendidikan Islam MTS al-Asror Patemon, Gunung Pati Semarang.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode dokumentasi, wawancara, dan observasi. Data penelitian yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa : 1). Pola kepemimpinan merupakan langkah awal yang harus ditetapkan seorang pemimpin pendidikan termasuk kepala sekolah dalam menjalankan roda kepemimpinan. Karena kemajuan atau keberhasilan sebuah lembaga pendidikan Islam sangat dipengaruhi oleh hal ini. H. Humaidi , BA selaku kepala sekolah di MTs al- Asror Patemon Gunung Pati menerapkan pola kepemimpinan kombinasi dan bersifat fleksibel yakni perpaduan demokratis dan sesekali otoriter serta pola kepemimpinan efektif yang berprinsip pada nilai-nilai islami. 2) Implikasi dari penerapan pola kepemimpinan kepala sekolah MTs al-Asror ini ternyata berimplikasi positif terhadap mutu peserta didik, baik dilihat dari aspek akademik yang telah dicapai oleh peserta didik dalam ujian nasional dapat dikategorikan baik. Sedangkan untuk non akademik ditunjukkan dengan sederet prestasi yang diperoleh cukup membanggakan dalam bidang seni, ketrampilan , olahraga, dan pengembangan bakat dan minat maupun potensi lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan pola kepemimpinan kepala

sekolah di MTS al-Asror Patemon, Gunung Pati Semarang dapat menjadi panutan bagi para pengelola lembaga pendidikan, baik formal maupun non formal terutama dalam peningkatan mutu peserta didik. Sehingga dapat menghasilkan tujuan yang ingin di capai semaksimal mungkin sesuai dengan idealisasi dalam pendidikan.

MOTTO

رمن عن اببي صلى اهللا عليه وسلم, عن النقال, ع هأن : كلكماع ور كلكم

).رواه البخارى.... (مسؤول عن رعيته

“Dari Ibnu Umar, Nabi Muhammad SAW bersabda: Semua kamu adalah

pemimpin dan setiap pemimpin kamu bertanggung jawab atas yang dipimpin” …

(HR. Bukhari).∗

∗ Al Imam Abi Abdillah Muhammad Ibnu Ismail Ibnu Ibrahim bin al Mughirah bin Bardzabah al-Bukhari al-Ja’tiyyi (Beirut : Dar al Kutub, al Ilmiyya 1992), hlm. 268.

PERSEMBAHAN

Ayahanda dan ibunda tersayang.

Kang Dul dan adinda tercinta Adek Unul.

Sahabat- sahabatku Eni, Eloq, Ovah, Hani.

AA Farhan terima kasih atas cinta dan semangatnya.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, atas limpahan rahmat dan kasih sayang serta bimbingan-

Nya menuju jalan yang lurus, akhirnya penulis mampu menyelesaikan penulisan

skripsi ini, tanpa hidayah-Nya mustahil semua ini bisa selesai.

Skripsi yang berjudul “Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah di Lembaga

Pendidikan Islam dan Implikasinya Terhadap Mutu Peserta Didik (Studi Kasus

MTS al-Asror Patemon Gunungpati Semarang).” Ini di susun untuk memenuhi

salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S.1) pada Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan

saran-saran dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi ini dapat

terselesaikan. Oleh karenanya penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Abdul Djamil., M.A, selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang.

2. Prof. Dr. Ibnu Hadjar, M.Pd., selaku dekan Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang.

3. Drs. Fatah Syukur, M.Ag, selaku pembimbing, beliau telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya di tengah-tengah kesibukan beliau

untuk selalu memberikan bimbingan, sehingga penulisan skripsi ini selesai.

4. Ayahanda dan ibunda yang senantiasa mendoakan dan mengiringi ananda

selalu sehingga proses penulisan ini berjalan dengan baik dan lancar.

5. Keluarga besar yayasan al-Asror, yang ikut membantu dalam pengumpulan

data skripsi ini.

6. Teman-teman yang setia, A. Farha, Eloq, Eni, Ovah, Hani, dan yang lain yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang selalu setia membantu selama

studi sampai terselesaikannya skripsi ini.

7. Berbagai pihak yang secara tidak langsung telah membantu baik moril

maupun spiritual dalam penyusunan skripsi ini.

Selanjutnya penulis hanya dapat menyampaikan dan semoga Allah swt

berkenan melipatgandakan pahala yang setimpal dan menjadikan sebagai amal

shaleh di sisi-Nya atas kebaikan dan jasa mereka.

Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini

masih jauh dari sempurna, meskipun penulis telah mencurahkan seluruh

kemampuan secara maksimal. Oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca

senantiasa penulis harapkan guna menyempurnakan penulisan ini. Kendati

demikian penulis tetap berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin.

Semarang, 10 Desember 2007.

Penulis

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa

skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau

diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang

lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan

rujukan.

Semarang, Januari 2008

Deklarator

M U J I A R T I NIM: 3103236

DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................... i

Persetujuan Pembimbing .................................................................................... ii

Pengesahan ......................................................................................................... iii

Motto .................................................................................................................. iv

Persembahan ...................................................................................................... v

Kata Pengantar ................................................................................................... vi

Daftar Isi ............................................................................................................ viii

Deklarasi ............................................................................................................ xi

Abstrak ............................................................................................................... xii

BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Penegasan Istilah ..................................................................... 5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................... 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 7

E. Telaah Pustaka ........................................................................ 8

F. Metode Penelitian ................................................................... 9

G. Sistematika Penulisan ............................................................. 12

BAB II KONSEP POLA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM ........................................... 14 A. Fenomena Kepemimpinan Kepala Sekolah ............................ 14

1. Pengertian Kepemimpinan ................................................ 14

2. Tipologi Kepemimpinan ................................................... 17

3. Konsep Kepala Sekolah .................................................... 27

a. Pengertian Kepala Sekolah ......................................... 27

b. Kepemimpinan Kepala Sekolah .................................. 32

B. Peserta Didik ........................................................................... 36

1. Pengertian Peserta Didik ................................................... 36

2. Kemampuan dan Karakteristik Peserta Didik .................... 38

3. Mutu Peserta Didik dalam Prestasi Akademik dan Non

Akademik .......................................................................... 39

a. Bidang Akademik ....................................................... 42

b. Bidang Non Akademik ................................................ 42

BA III : LAPORAN HASIL PENELITIAN ............................................... 44

A. Kondisi Umum MTs Al-Asror ................................................ 44

1. Letak Geografis ................................................................. 44

2. Kondisi Sosiologis ............................................................ 45

3. Tinjauan Historis ............................................................... 45

4. Visi dan Misi MTs Al-Asror ............................................. 46

B. Sejarah Berdirinya dan Perkembangan ................................... 46

1. Awal berdirinya MTs Al-Asrori ....................................... 46

2. MTs Al-Asros Berdiri ....................................................... 49

3. Perkembangan MTs Al-Asror ........................................... 51

a. Perkembangan Fisik .................................................... 51

b. Perkembangan Akademik ........................................... 54

4. Struktur Organisasi ........................................................... 55

5. Proses Pembelajaran ......................................................... 57

6. Kurikulum ......................................................................... 58

C. Mutu Peserta Didik ................................................................. 58

a. Mutu Akademik ................................................................ 58

b. Mutu Non Akademik ........................................................ 59

D. Kepemimpinan Kepala Sekolah di MTs Al-Asror .................. 60

BAB IV : ANALISIS POLA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN

IMPLIKASINYA TERHADAP MUTU PESERTA DIDIK DI MTs

AL-ASROR PATEMON GUNUNG PATI SEMARANG ........... 65

A. Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah di MTs Al-Asror .......... 65

B. Implikasi Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap

Mutu Peserta Didik ................................................................. 69

BAB V : PENUTUP ..................................................................................... 71

A. Kesimpulan ............................................................................. 71

B. Saran ....................................................................................... 72

C. Penutup .................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seseorang yang diberi kedudukan oleh Allah untuk mengelola suatu

wilayah, ia berkewajiban untuk menciptakan suatu masyarakat yang hubungan

dengan Allah baik, kehidupan masyarakatnya harmonis, dan agama, akal dan

budayanya terpelihara. Sebagaimana juga tugas yang diemban kepala sekolah

sebagai khalifah yang diserahi amanah untuk mengelola lembaga pendidikan.

فسدن يا مل فيهعجليفة قالوا أتض خاعل في األري جالئكة إنللم كبإذ قال رونحناء ومالد فكسيا وون فيهلمعا ال تم لمي أعقال إن لك سقدنو دكمبح حبسن

).30: البقرة(“Ingatlah ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak menciptakan seorang khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata,’ Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dan menyucikan Engkau?’ Tuhan berfirman,’ Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’. 1(Q.S.Albaqarah: 30). Kepala sekolah menduduki jabatan sentral dalam sebuah lembaga

pendidikan Islam. Peranan tugas, dan tanggung jawabnya sangat penting dan

mutlak diperlukan dalam pengorganisasian dan pengelolaan program

pendidikan yang telah direncanakan dalam lembaga tersebut. Baik dari aspek

administrasi, pengembangan kurikulum, ketenagakerjaan, guru dan non guru,

maupun di bidang pengajaran, maupun pengawasan perkembangannya

(supervisi) yang harus dilaksanakan secara maksimal.

Secara definitif, kepada sekolah dan lembaga pendidikan Islam

memiliki keterkaitan arti, keduanya mengandung kesatuan arti yang integral,

dan tidak bisa dipisah-pisahkan satu dengan yang lain.

1 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press, 2000. hlm. 92

2

Kepala sekolah adalah seorang yang mampu berperan sebagai figur

dan mediator, bagi perkembangan masyarakat dan sekitarnya. Sedikitnya

harus mampu berfungsi sebagai educator, manager, administrator, supervisor,

leader, innovator, dan motivator.2 Sedangkan lembaga pendidikan Islam

adalah badan atau organisasi pendidikan bernafaskan Islam yang berusaha

melaksanakan pendidikan, pembinaan, penelitian, dan pengembangan

keilmuan secara terstruktur dan sistematis untuk mencapai tujuan yang sudah

ditentukan.3

Pendidikan sebagai usaha membantu anak didik mencapai

kedewasaan, diselenggarakan dalam suatu kesatuan organisasi sehingga usaha

yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan dan saling mengisi.

Pengelolaan pendidikan dengan menciptakan lingkungan belajar yang

kondusif secara berkelanjutan merupakan komitmen dalam pemenuhan janji

sebagai pemimpin pendidikan. Peranan kepala sekolah adalah sangat penting

dalam menentukan operasional kerja harian, mingguan, bulanan, semesteran,

dan tahunan yang dapat mencegah berbagai problematika ini sebagai

komitmen dan meningkatkan mutu pendidikan melalui kegiatan supervisi

pengajaran, konsultasi, dan perbaikan-perbaikan penting guna meningkatkan

kualitas pembelajaran.4

Tugas-tugas yang diemban oleh kepala sekolah menuntut dia memiliki

keterampilan pada taraf tinggi dalam bidang kepemimpinan, keadministrasian,

kemampuan hubungan manusiawi dan stat secara perorangan dan kelompok

dengan masyarakat, serta keterampilan teknis untuk menyelenggarakan tugas-

tugas instruksional dan non instruksional.5

Pidarto (1988) mengemukakan tiga macam keterampilan yang harus

dimiliki oleh kepala sekolah untuk menyelesaikan kepemimpinannya

2 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Prefosional dalam Konteks Menyukseskan MBS

dan KBK, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 98. 3 Ahmad Mustafidin, Manajemen Konflik, Relevansinya Dengan Pengembangan

Lembaga Pendidikan Islam, (Semarang: IAIN Walisongo, 2004), hlm. 32. 4 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2000), hlm.

52. 5 Sudarwan Danim, Menjadi Komunitas Pembelajar, Kepemimpinan Transformasi dalam

Komunitas Organisasi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 22.

3

sebagaimana dikutip oleh E. Mulyasa bahwa keterampilan untuk memahami

dan mengoperasikan organisasi, keterampilan manusiawi, yaitu keterampilan

untuk kerjasama, memotivasi, dan memimpin serta keterampilan teknik, ialah

keterampilan dalam menggunakan pengetahuan, metode, teknik, serta

perlengkapan untuk menyelesaikan tugas tertentu.6

Hubungan antara pola kepemimpinan kepala sekolah dalam lembaga

pendidikan Islam merupakan suatu hal yang sangat penting. Karena suatu

lembaga dapat menjalankan fungsinya secara efektif dan efisien tergantung

pada pimpinannya, di samping faktor-faktor lain yang menjadi pendukung.

Kepemimpinan dengan ruang lingkup terkecil, maka mekanismenya

juga paling sederhana, unsurnya hanyalah penggerakan (actuating) yang

dilakukan dengan kemampuan menetapkan keputusan dan

mengkomunikasikannya dengan orang lain, sehingga terdorong untuk

melakukan kegiatan bersama guna mencapai tujuan.7

Keberhasilan kepala sekolah dalam memimpin lembaga pendidikan

Islam dapat dilihat dari pola kepemimpinannya; otoriter, bebas, demokratis

atau menggunakan kombinasi salah satunya. Di samping itu kemampuannya

menggerakkan dengan cara mampu menetapkan keputusan dan

mengkomunikasikannya dengan para bawahannya.

Selain dituntut untuk memiliki kapabilitas dalam memimpin suatu

lembaga pendidikan Islam, kepala sekolah juga mempunyai tanggung jawab

yang besar terhadap para bawahannya, staf guru dan non guru, peserta didik,

masyarakat, dan lingkungan sosialnya. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk

menyeimbangkan posisinya di sekolah sebagai pemimpin dan masyarakat

pada umumnya di lingkungan intern dan ekstern, sehingga pencipta suasana

yang kondusif dan solidaritas.

6 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 126.

7 Hadari Nawawi, op. cit., hlm. 37.

4

Sabda Rasulullah SAW:

كلكم : هللا صلى اهللا عليه وسلم يقولمسعت رسول ا: ان عبداهللا بن عمر يقول ).رواه البخارى. (راع وكلكم مسؤل عن رعيته

“Semua kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin kamu bertanggung jawab atas yang dipimpin”.8 (HR. Bukhari). Ini membuktikan bahwa tanggung jawab dalam Islam bersifat

perseorangan dan sosial sekaligus.9 Bertanggung jawab terhadap pihak-pihak

yang bersangkutan di bawah pengawasanya juga terhadap masyarakat.

Merunut dari pola kepemimpinannya kepala sekolah, ternyata

berimplikasi terhadap mutu peserta didik. Sebagaimana diketahui peserta didik

merupakan instrumen penting dalam pengembangan potensi sumber daya

pendidikan, dan juga salah satu faktor peningkatan dan kapabilitas kepala

sekolah sebagai pemimpin dan pembuat kebijakan dalam sekolah.

MTs al-Asror, yang berada di wilayah Patemon Gunung Pati semarang

merupakan lembaga pendidikan Islam di bawah naungan yayasan Ma’arif NU,

dengan kepala sekolah H.Humaidi tak kalah perhatian terhadap pengelolaan

pendidikan sekolah menengah pertama telah mendapatkan akreditasi A dan

menerapkan sistem kelas unggulan10.

Berawal dari pandangan tersebut, penulis tertarik untuk mengkajinya

lebih lanjut dalam sebuah skripsi yang berjudul “POLA KEPEMIMPINAN

KEPALA SEKOLAH DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DAN

IMPLIKASINYA TERHADAP MUTU PESERTA DIDIK (Studi kasus MTs

al-Asror Patemon Gunung Pati Semarang)”.

8 Al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Ibnu Ibrahim bin al-Mughirah bin

Baradzabah al-Bukhari al-Ja’fiyyi, (Beirut: Dar al-Kutub Ilmiyy 1992), hlm. 268. 9 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 47. 10 PWNU Jawa Tengah, Kumpulan Lembaga Terakreditasi, Semarang: Lembaga

Pendidikan Ma’arif, 2006, hlm. 6.

5

B. Penegasan Istilah

Untuk memberikan kejelasan terhadap istilah skripsi ini, penulis perlu

menegaskan beberapa istilah yang digunakan yaitu:

1. Pola: Model, contoh, pedoman (rancangan), dasar kerja.11 Dalam hal ini

model seperti apa dan bagaimana yang di terapkan serta dijalankan oleh

H. Humaidi selaku Kepala Sekolah.

2. Kepemimpinan: Kegiatan mempengaruhi orang-orang agar suka berusaha

mencapai tujuan kelompok12. Kepemimpinan juga diartikan sebagai

kekuasaan yang digunakan seorang pemimpin untuk menjamin

tercapainya hasil yang dikehendaki.13 Dalam hal ini Kepala Sekolah yang

menjabat sebagai pimpinan diharapkan dapat memberikan motivasi

anggotanya untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan

pendidikan yang ada di MTs al-Asror, sehingga tercapai sasaran yang

diinginkan.

3. Kepala Sekolah: Orang yang diberi tanggung jawab untuk mengelola dan

memberdayakan berbagai potensi masyarakat, serta orang tua untuk

mewujudkan visi, misi, dan tujuan sekolah.14

4. Lembaga: Asal mula, bakal, bentuk asli, tetapi dapat berarti ikatan orang-

orang atau badan yang tujuannya melakukan penyelidikan keilmuan atau

melakukan suatu usaha.15

5. Pendidikan Islam: Bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-

hukum Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut

ukuran tertentu.16 Pendidikan Islam disini dituntut untuk memberikan

kontribusi terhadap perkembangan dari aspek fisiologis dan psikologis

peserta didik agar terwujud generasi islami yang menegakkan hukum-

hukum Islam.

11 Widodo. dkk, Kamus Ilmiah Populer, Yogyakarta: Absolut, 2001, hlm.575. 12 Moekijat, Kamus Management, Bandung: Penerbit Alumni, 1984, hlm. 298. 13 Panitia Istilah Manajemen Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen, Kamus

Istilah Manajemen, Jakarta:Balai Aksara, 1983, hlm. 200. 14E.Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, hlm.42. 15 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B)Depdikbud

RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka; edisi II, cet. 3, 1994, hlm. 579-580. 16 AD. Marimba, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung : PT. Al Ma’arif, 1980, hlm.23.

6

6. Lembaga Pendidikan Islam: Badan atau organisasi pendidikan yang

bernafaskan Islam yang bertujuan memberikan pendidikan, pembinaan,

penelitian dan pengembangan keilmuan secara terstruktur dan sistematis

untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan.17 Yang dimaksud penulis

adalah sebuah badan atau organisasi yang terwujud dalam bentuk

Universitas Islam, Pondok Pesantren, atau madrasah dan sebagainya yang

mengandung unsur-unsur pendidikan Islam dan disajikan dengan

kurikulum yang terencana.

7. Implikasi: Kata Implikasi berasal dari bahasa inggris yaitu “Implicate”,

yang berarti melibatkan, menyangkutkan atau berasal dari kata

“Implicatica” yang mempunyai arti maksud keterkaitan peranan,

hubungan dan keterlibatan.18 Makna implikasi dalam penelitian ini

diartikan sebagai pengaruh dari proses kepemimpinan yang dilakukan

dalam proses belajar mengajar dan berimbas kepada peserta didik.

8. Mutu: Ukuran, baik buruk suatu benda, kadar, taraf atau derajat

(kepandaian, kecerdasan dan sebagainya).19 Penulis memberikan

penekanan dalam definisi mutu sebagai standar kecerdasan afektif,

kognitif, dan psikomotorik yang diklasifikasikan dalam mutu akademik

dan non akademik.

9. Peserta Didik: Orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi

(kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan.20Pada dasarnya

setiap peserta didik memiliki berbagai macam potensi (multi-talent) yang

bisa dikembangkan semenjak awal, akan tetapi hal itu tergantung dari

lingkungan di sekitar mereka mendukung atau tidak.

17 Ahmad Mustafidzin, loc cit, hlm. 56. 18 John M. Schools dan Hasan Sadzily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta : Gramedia,

1992, hlm. 313. 19Ibid, hlm. 579-580. 20 Samsul Nizar, MA, Filsafat Islam; Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta:

Ciputat Press, 2002, hlm. 48.

7

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam pembahasan skripsi ini, penulis mendefinisikan kepemimpinan

Kepala Sekolah sebagai suatu kemampuan mengelola potensi sumber daya

pendidikan, dapat menggerakkan anggotanya, dan juga dapat meningkatkan

efektifitas dan efisiensi program sekolah sehingga tercapai tujuan pendidikan.

Dalam hal ini penulis mengkaji pola kepemimpinan H. Humaidi selaku Kepala

Sekolah di MTs al-Asror Patemon Gunung Pati Semarang.

Karena penelitian ini juga berimplikasi terhadap mutu peserta didik,

Penulis juga memfokuskan dan membatasi pada mutu akademik dan non

akademik peserta didik.

Berdasarkan judul dan latar belakang masalah yang dipaparkan, maka

pokok permasalahan yang menjadi fokus penelitian adalah:

1. Bagaimana pola kepemimpinan H. Humaidi, BA?

2. Bagaimana implikasi pola kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap mutu

peserta didik di MTs al-Asror Patemon Gunung Pati Semarang?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pola kepemimpinan Kepala Sekolah.

b. Untuk mengetahui implikasi pola kepemimpinan Kepala Sekolah

terhadap mutu peserta didik di MTs al-Asror Patemon Gunung Pati

Semarang

2. Manfaat Penelitian

Dari penelitian pola kepemimpinan kepala sekolah ini diharapkan:

a. Dapat mengambil deskripsi tentang pola kepemimpinan yang ideal

bagi kepala sekolah di lembaga pendidikan Islam

b. Dapat memberikan penjelasan tentang mutu peserta didik, sehingga

diperlukan perhatian dari berbagai kalangan untuk mendukung

peningkatan mutu peserta didik.

8

E. Telaah Pustaka

Penelitian dengan tema kepemimpinan dan kepala sekolah sebenarnya

sudah banyak dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang

menyoroti kepemimpinan dan perkembangan kepala sekolah seperti dari sisi

peranannya, latar belakang, maupun ketrampilannya.

Salah satu hasil penelitian tentang kepemimpinan adalah penelitian

yang dilakukan Anis Rozanah,21 yang menyimpulkan bahwa karakteristik

pemimpin dalam al-Quran mempunyai pengaruh yang besar dalam pendidikan

Islam, diantaranya dalam kurikulum, metode serta dalam evaluasi pendidikan

Islam. Di dalam kurikulum pendidikan Islam, karakteristik pemimpin dalam

al-Quran memberikan pengaruh pada proses penyusunannya, dimana

karakteristik penyusun bisa mempunyai pengaruh pada hasil susunannya,

dalam metode pendidikan Islam, karakteristik pemimpin dalam al-Quran

memberikan pengaruh-pengaruh pada pelaksanaan metode dan penerimaan

anak didik akan materi yang disampaikan melalui metode tersebut sedangkan

dalam evaluasi pendidikan Islam, karakteristik pemimpin dalam al-Quran

mempunyai pengaruh pada hasil akhir pendidikan, yaitu hasil yang dicapai

dalam proses pendidikan dipengaruhi oleh siapa yang memberikan materi

didik. Sehingga karakteristik akhlakul karimah sangat berpengaruh pada

tujuan pendidikan Islam yaitu dalam mewujudkan pribadi yang berakhlak

mulia.

Penelitian lainnya tentang kepala sekolah adalah penelitian yang

dilakukan oleh Pribadi. Dalam penelitiannya ia menyimpulkan bahwa

keberhasilan atau kualitas ketrampilan manajemen kepala sekolah dipengaruhi

oleh latar b elakang pendidikan dan pengalaman kerja kepala sekolah dengan

kekuatan 0,09 %. Kedua variabel bebas ini, yaitu latar belakang pendidikan

dan pengalaman kerja kepala sekolah saling berinteraksi dan mempengaruhi

sedikit pada ketrampilan manajemen kepala sekolah. Oleh karena itu,

disamping variabel latar belakang dan pengalaman kerja kepala sekolah sangat

21 Anis Rozanah, Karakteristik Pemimpin dalam al-Quran Implikasinya Terhadap

Pendidikan Islam, Skripsi, Fakultas Tarbiyah Semarang, 2002.

9

diperlukan pembinaan kemampuan hubungan personal terutama sebagai upaya

pembinaan dan sekaligus bimbingan profesional.22

Dari sejumlah penelitian diatas tampak bahwa tema kepemimpinan dan

klepala sekolah telah di bahas mereka namun belum sebagaimana tema / topik

yang penulis bahas ini. Karena itu penulis ingin melanjutkan dengan titik

tekan bagaimana pola kepemimpinan kepala sekolah dan implikasinya

terhadap mutu peserta didik.

F. Metode penelitian

Jenis penelitian dari skripsi ini adalah penelitian deskriptif yaitu

penelitian yang dimaksudkan untuk menggambarkan (mendeskripsikan)

mengenai suatu masalah.23 dan juga jenis penelitian yang digunakan studi

kasus yakni untuk memahami perkembangan sekelompok guru, para pegawai

administrasi, serta siswa,24 termasuk juga kepemimpinan Kepala Sekolah.

1. Pendekatan penelitian

Dalam penelitian ini juga dipilih pendekatan kualitatif, ciri khas

pendekatan ini yaitu menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber

data langsung, bersifat deskriptif, analitik, menekankan pada proses dan

bukan pada hasil, bersifat induktif.25

2. Metode pengumpulan data

Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian diperoleh dengan

teknik:

22 Pribadi, Hubungan Antara Latar Belakang Pendidikan dan Pengalaman Kerja Kepala

Sekolah Dengan Ketrampilan Manajemen Kepala Sekolah Dasar /Madrasah Ibtidaiyyah di kab. Demak, Tesis Pasca Sarjana, Semarang, IAIN Walisongo, 2004.

23 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Press, 1995, hlm. 18.

24 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Saraswati, 1996, hlm. 42.

25 Sudjana, Metodologi Penelitian dan Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002, hlm. 197-198.

10

a. Studi pustaka (library research)

Yaitu suatu riset kepustakaan murni.26 Dalam hal ini dilakukan

dengan cara penelusuran dan mencari buku-buku yang berkaitan

dengan judul ini, yakni mengenai kepemimpinan Kepala Sekolah dan

mutu peserta didik

b. Studi lapangan (field research)

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara turun langsung ke

lapangan, yang meliputi:

1) Wawancara

Wawancara atau interview adalah proses tanya jawab

dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua

orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung

informasi-informasi atau keterangan-keterangan.27metode ini

digunakan untuk menggali data yang berkaitan dengan pola

kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola potensi sumber

daya pendidikan yang ada di lembaga pendidikan Islam di MTs al-

Asror Patemon Gunung Pati, serta menggali data mutu peserta

didik. Misalnya tentang latar belakang berdiri lembaga

pendidikan, jumlah tenaga pengajar, jumlah peserta didik,

kurikulum, proses pembelajaran, suksesi kepemimpinan, dan lain-

lain.

2) Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data mengenai hal-hal

atau variable yang berupa catatan, transkip buku surat kabar,

majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.28Dalam

hal ini dokumentasi diperlukan untuk mencari data-data pola

kepemimpinan yang dilakukan oleh H. Humaidi di MTs al-Asror

26 Sutrisno Hadi ,Metodologi Reseach, Yogyakarta: Andi Offset, 1993, hlm. 9. 27 Cholid Narbuko, dkk., Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, hlm. 83 28 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka

Cipta, 2003, hlm. 236.

11

dan juga mutu peserta didik yang bersumber dari materi-materi

yang ada di lingkungan tersebut.

3) Observasi

Observasi dalam metode ilmiah biasa diartikan sebagai

pengamatan dan catatan dengan sistematik fenomena-fenomena

yang di selidiki, dalam artian yang luas observasi sebenarnya tidak

terbatas kepada pengamatan baik secara langsung maupun tidak

langsung.29Melalui metode ini, pengamatan terlibat (partisipatori

observation) yakni apabila orang yang melakukan observasi ikut

mengambil bagian dalam situasi yang sedang di observasi.

3. Metode analisis data

Setelah data-data yang berhubungan dengan penelitian ini

terkumpul, kemudian data-data tersebut di analisis. Adapun metode

analisis yang dipakai adalah:

a. Metode deskriptif

Metode deskriptif menurut John W. best adalah usaha untuk

mendeskripsikan dan menginterpretasikan mengenai apa yang ada

tentang kondisi, pendapat yang sedang berlangsung serta akibat yang

terjadi atau kecenderungan yang tengah berkembang

b. Metode interpretatif

Metode interpretatif adalah menyelami buku untuk sedapat

mungkin mampu mengungkapkan arti dan makna yang

disajikan.30Dalam metode ini penulis menginterpretasikan setiap

pendapat dengan menggunakan analisis yang dipaparkan dalam BAB

IV.

29 Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach, Yogyakarta: Andi Offset, 1993, hlm. 136. 30 Anton Beker dan Ahmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, Yogyakarta :

Kanisius, 1990, hlm. 163.

12

G. Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan digunakan dalam rangka menguraikan

pembahasan masalah di atas. Maka penulis berusaha menyusun kerangka

penelitian secara sistematis, agar pembahasan lebih terarah dan mudah

dipahami, serta tidak kalah penting adalah uraian-uraian yang disajikan

nantinya mampu menjawab permasalahan yang telah disebutkan, sehingga

tercapai tujuan-tujuan yang telah di tetapkan dengan sistematika sebagai

berikut:

Bagian awal

Bagian ini berisi: halaman judul, abstraksi penelitian, persetujuan

pembimbing, pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi.

Bagian Inti berisi :

BAB I : Pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, penegasan

istilah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika

penulisan skripsi.

BAB II : Landasan teori yang memuat pola kepemimpinan kepala

sekolah, tipologi kepemimpinan, pengertian kepala sekolah,

kepemimpinan kepala sekolah, pengertian peserta didik,

kemampuan karakteristik peserta didik, mutu akademik dan non

akademik.

BAB III : Laporan hasil penelitian yang terdiri dari kondisi universal MTs

al-Asror Patemon Gunung Pati Semarang yang meliputi: letak

geografis, kondisi sosiologis, tinjauan historis, visi dan misi.

Sejarah berdiri dan perkembangannya meliputi: awal berdiri

MTs al-Asror, MTs al-Asror berdiri,perkembangan MTs al-

Asror; perkembangan fisik dan perkembangan akademik,

struktur organisasi, proses pembelajaran, kurikulum. Mutu

peserta didik; mutu akademik dan non akademik. Pola

kepemimpinan kepala sekolah di lembaga pendidikan Islam

MTs al-Asror Patemon gunung Pati Semarang.

13

BAB IV : Analisis atas pola kepemimpinan kepala sekolah di MTs al-

Asror Patemon Gunung Pati Semarang dan implikasinya

terhadap mutu peserta didik yang meliputi; kepemimpinan

kepala sekolah di MTs al-Asror dan implikasi Pola

kepemimpinan kepala sekolah terhadap mutu peserta didik

BABV : Penutup berisi tentang kesimpulan, saran-saran dan penutup.

Pada bagian terakhir dilengkapi dengan daftar kepustakaan, daftar

riwayat pendidikan penulis dan lampiran-lampiran.

14

BAB II

KONSEP POLA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DI LEMBAGA

PENDIDIKAN ISLAM DAN MUTU PESERTA DIDIK

A. Fenomena Kepemimpinan Kepala Sekolah

1. Pengertian Kepemimpinan

Dalam sebuah organisasi baik lembaga pendidikan ataupun instansi-

instansi lainnya dapat berjalan dengan lancar tanpa kepemimpinan yang

jelas dan terarah. Kepemimpinan diperlukan sebagai manifestasi

terkondisinya hubungan antar individu dalam lingkup organisasi tersebut.

Melalui pengambilan keputusan yang telah disepakati bersama secara

tidak langsung terdapat pembagian tegas yang Terstruktur yaitu terdapat

pihak atau individu yang menduduki posisi sebagai pemimpin (atasan),

dan juga pihak yang menjadi anggota (bawahan).

Banyak ahli manajemen pendidikan memberikan definisi dan teori

yang beragam tentang kepemimpinan. Hal ini tergantung cara pandang

dan kegiatan penelitian mereka.

Kepemimpinan secara bahasa menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia berasal dari kata dasar ”pimpin” dengan mendapat awalan

menjadi “memimpin” maka diartikan menuntun, menunjukkan jalan dan

membimbing dalam perkataan ini dapat disamakan pengertiannya dengan

mengetahui, mengepalai, memandu dan melatih dalam arti mendidik dan

mengajari supaya dapat mengerjakan sendiri.1

Pemimpin yang lazim disebut leader merupakan administrator

merangkap sebagai manajer yang diharapkan oleh anggotanya agar

menjadi tumpuan serta panutan dalam pelaksanaan sistem organisasi dan

pencapaian tujuan bersama. Hal ini ditunjukkan pada pemberian

wewenang untuk menetapkan sebuah keputusan dan tanggung jawab yang

harus diembannya. Karena harus menjadi panutan, maka dalam perilaku

1 WJS. Poerwadarumita, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, balai pustaka, 1990,

hlm. 684.

15

dan empati terhadap anggota dan tidak hanya mementingkan kepentingan

dirinya sendiri (individual) tetapi juga kepentingan kelompoknya.

Teori-teori tentang kepemimpinan telah banyak diselidiki orang

dengan maksud untuk mengetahui apa sebenarnya kepemimpinan yang

baik dan berhasil. Disamping itu teori-teori kepemimpinan dimaksudkan

untuk mengetahui unsur-unsur apa yang membentuk pribadi seseorang

sehingga dikatakan sebagai seorang pemimpin yang disegani dan diikuti

kepemimpinannya.2

Kepemimpinan secara umum diartikan sebagai kemampuan dan

kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong,

mengajak, menuntut, mengarahkan dan kalau perlu memaksa orang lain

agar ia menerima pengaruh itu selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat

membantu pencapaian suatu maksud atau tujuan tertentu.3 Ini berarti

dalam kepemimpinan terdapat proses saling mempengaruhi dalam bentuk

memberikan dukungan (motivasi) yang lebih persuasif, dan bisa juga

mempressur anggotanya agar mau melaksanakan apa yang dikehendaki.

Ngalim Poerwanto mendefinisikan kepemimpinan adalah tindakan

atau perbuatan diantara perorangan dan kelompok yang menyebabkan

seseorang atau kelompok maju ke arah tujuan tertentu.4 Konsep yang lain

juga dipaparkan oleh Daan Sugandha bahwa kepemimpinan merupakan

proses mempengaruhi kegiatan kelompok yang terorganisasakan dalam

usaha menentukan tujuan dan mencapainya (the process of influencing the

activities of an organized group in its efforts towards goal setting and l

achievement).5

Dari banyaknya teori-teori di atas dikemukakan bahwa faktor utama

dalam hal kepemimpinan adalah aktivitas seseorang untuk mendorong

2 Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,

Jakarta, CV. Rajawali, 1990, hlm. 183. 3 Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan,

Jakarta, Bina Aksara, 1988, hlm.1 4 Ngalim Poerwanto, dkk, Administrasi Pendidikan, Mutiara Sumber Widya, Jakarta,

1983, hlm.33 5 Daan Sugandha, M.P.A, Kepemimpinan di dalam Administrasi, Bandung, CV Sinar

Baru, 1981, hlm. 62

16

orang lain agar mempunyai visi dan misi ke depan yang lebih maju

(progresif) dalam organisasi.

Dalam kepemimpinan adalah proses tindakan mempengaruhi

kegiatan kelompok dan pencapaian tujuannya, didalamnya ada tujuan

dalam orientasi kegiatan seta pembagian tanggung jawab sebagai bentuk

perbedaan kewajiban anggota. Kepemimpinan juga merupakan proses

mempengaruhi aktivitas individu atau kelompok dalam usaha ke arah

pencapaian tujuan dalam situasi tertentu. Dengan kata lain dalam proses

kepemimpinan itu dijumpai fungsi kepemimpinan, pengikut (anggota),

dan situasi.6

Di lingkungan lembaga pendidikan Islam, kepemimpinan

dibutuhkan dalam upaya efektifitas dan efisiensi potensi maupun sumber

daya sekolah. Dengan berbagi gaya, metode, dan prosedur yang berbeda-

beda, para pemimpin pendidikan dapat mengaktualisasikannya dalam

wujud mengarahkan, membimbing dan mendorong para bawahannya agar

melakukan rencana dan program kerja menurut nilai-nilai islami.

Hadari Nawawi membagi kepemimpinan menjadi dua pengartian

yakni secara spiritual dan empiris. Secara spiritual, kepemimpinan harus

diartikan sebagai kemampuan melaksanakan perintah dan meninggalkan

larangan Allah SWT, baik secara bersama maupun perseorangan. Dengan

kata lain kepemimpinan adalah kemampuan mewujudkan semua kehendak

Allah SWT yang telah diberitahukan-Nya melalui rasul-Nya yang terakhir

Muhammad saw.7 Sementara secara empiris adalah kegiatan manusia

dalam kehidupan bermasyarakat.8

Jadi dalam hal ini seorang pemimpin pendidikan islam tidak hanya

aktif berkecimpung dalam dunia pendidikan akan tetapi sosialisasi yang

baik terhadap masyarakat sekitar harus dilakukan juga. Sebagaimana

6 Syafruddin, M.Pd, Manjemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta, Ciputat, Press, 2005,

hlm. 195. 7 Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, Yogyakarta, Gjahmada University

Press, 1993, hlm.18. 8 Ibid. 27.

17

kedudukan yang sama seperti yang lainnya, sebab tidak hanya mahluk

individual ansich sekaligus makhluk sosial.

Meskipun banyak perbedaan dari definisi kepemimpinan

mengandung kesamaan asumsi yang bersifat umum seperti:

a. Dalam satu fenomena kelompok melibatkan interaksi antara dua rang

atau lebih.

b. Dalam proses mempengaruhi, dimana pengaruh yang sengaja

(intentional influence) digunakan oleh pemimpin terhadap para

bawahannya.9

Akhirnya kepemimpinan dengan ruang lingkup terkecil maka

mekanisme nya juga yang paling sederhana. Unsurnya hanyalah

pergerakan (actuating), yang dilakukan dengan kemampuan menetapkan

keputusan dan mengkomunikasikannya dengan orang lain sehingga

terdorong untuk melakukan kegiatan bersama guna mencapai suatu

tujuan.10

2. Tipologi Kepemimpinan

Tipe atau gaya kepemimpinan meskipun tidak mudah untuk

menentukannya, Hadari Nawawi dalam bukunya “kepemimpinan

mengefektifkan organisasi” mendefinisikan tipe kepemimpinan yang

didalamnya diimplementasikan satu atau lebih perilaku atau gaya

kepemimpinan sebagai pendukungnya”11

Menurut Sondang P. Siagian, ada lima tipe kepemimpinan antara

lain:

1. Tipe yang otokratis

2. Tipe yang paternalistik

3. Tipe yang kharismatik

4. Tipe yang laizes faire

9 Wahyo Sumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,

2001, hlm. 17. 10 Hadari Nawawi, op. cit., hlm. 37. 11 Hadari Nawawi, Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, Jakarta, Gajah Mada

University Press, 2003, hlm. 115.

18

5. Tipe yang demokratis.12

Tipologi kepemimpinan di atas merupakan cerminan dan refleksi

kepribadian serta karakter dari seorang pemimpin. Pada umumnya seorang

pemimpin termasuk kepala sekolah menerapkan sistem kombinasi dari

berbagai macam tipe. Dalam pelaksanaannya, tipe demokratislah yang

ideal untuk diterapkan di lembaga pendidikan Islam. Karena selain sesuai

dengan nilai-nilai islami juga terbukti dapat meningkatkan efektifitas dan

efisiensi kinerja kepala sekolah

1. Tipe yang Otokratis

Pemimpin yang bergaya otokratis ini memegang kekuasaan

mutlak. Semua kebijaksanaan atau policy ditetapkan oleh pemimpin

itu sendiri, langkah-langkah aktifitas ditentukan oleh pemimpin satu

persatu yang dilakukan tanpa musyawarah dengan orang yang

dipimpinnya. Tiap-tiap policy dan tugas atau instruksi harus dipatuhi

dengan seksama tanpa diberikan kebebasan untuk mempertimbangkan

kekurangan dan kebaikannya. Dengan demikian orang yang dipimpin

harus patuh dan setia. Kehendak dan perintah adalah kehendak yang

dipandang dari organisasi.13

Segala wewenang dalam pengambilan keputusan di dominasi

pemimpin sehingga tidak memberikan ruang kepada bawahan untuk

mengeluarkan pendapat. Inilah yang menjadikan stagnasi suatu

organisasi. Hubungannya pun bersifat kaku dan formal, sehingga tidak

terdapat ikatan emosional, secara psikologis yang akrab antara atasan

dan bawahan. Secara singkatnya terjadi monopoli yang dilakukan

pemimpin tanpa melihat anggota. Dan ini berakibat bawahan tidak

dapat mengembangkan potensi diri mereka secara maksimal karena

selalu merasa dibatasi oleh kekuasaan dari atasan / pimpinan.

12 Sondang P. Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan, Jakarta, PT Rineka Cipta, 1999,

hlm. 27 13 U. Husna Asmara, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta, Ghalia Indonesia,

1984, hlm. 35-36.

19

2. Tipe yang Paternalistik

Seorang yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistik

ialah seorang yang:

a. Menganggap bawahan sebagai manusia yang tidak dewasa

b. Bersikap terlalu melindungi (over protective)

c. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk

mengambil keputusan

d. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk

mengambil inisiatif.

e. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk

mengembangkan daya kreasi.

f. Sering bersikap maha tahu14

Tipe ini hampir sama dengan tipe otokratis perbedaannya pada

sikap yang agak fleksibel dan skeptisme terhadap bawahan dalam

melakukan sesuatu sehingga diwajibkan dengan memberikan

perlindungan yang berlebihan.

3. Tipe yang Karismatik

Karismatik berarti bersifat karisma, sedang perkataan karisma

diartikan sebagai keadaan atau bakat yang dihubungkan dengan

kemampuan yang luar biasa.15 Dalam kepemimpinan seseorang digunakan

untuk membangkitkan kemajuan dan rasa kepercayaan dari masyarakat

terhadap dirinya atau atribut kepemimpinan yang didasarkan atas kuatnya

kepribadian individu.16

Kepemimpinan karismatik mengidentifikasikan daya tarik kualitas

kepribadian yang dimiliki oleh seseorang sebagai pribadi penampilan

seseorang dianggap karismatik dapat diketahui dari ciri-ciri fisiknya,

misalnya tekun, berpandangan tajam tegas, pemberani, supel, penuh

percaya diri, berpengaruh besar, semuanya menjelma dalam kata, ide dan

14 Sondang P Siagian, Filsafat Administrasi, Jakarta, PT Toko Gunung Agung, 1997,

hlm.43. 15 WJS. Poerwadarminta, op .cit, hlm. 391. 16 Hadari Nawawi, op. cit., hlm. 174.

20

tindakan.17 Sementara sederet kepribadian lainnya yang merupakan sifat-

sifat karismatik misalnya, matanya yang bercahaya, suaranya yang kuat,

dagunya yang menonjol, atau tanda-tanda lainnya.18

Dari kepemimpinan tipe ini muncul kewibawaan dalam diri

pemimpin yang menimbulkan daya tarik tersendiri, dan membawa

pengaruh untuk bersikap patuh, tawadhu dan melaksanakan perintah-

perintah yang diberikan sang pemimpin kepada bawahan, jenis

kepemimpinan ini tidak bersifat selamanya (permanen), tetapi bersifat

sementara, apabila telah hilang kewibawaannya, bawahan pun mulai

goyah untuk tetap menanti pemimpin.

4. Tipe yang Laizes Faire

Pada kepemimpinan ini, pemimpin memberikan kebebasan yang

seluas-luasnya kepada setiap orang yang dipimpinnya. Mereka yang

mengambil keputusan-keputusan menetapkan prosedur dan aktivitas kerja.

Semua kebijaksanaan metode dan sebagainya menjadi hak sepenuhnya

dari orang yang dipimpin.19

Seluruh kegiatan tersebut berlangsung tanpa dorongan bimbingan,

pengarahan dari pimpinan. Pimpinan menganggap semua itu adalah hak

mereka. Ia seolah-olah berada di luar organisasi tersebut. Walaupun ia

turun tangan apabila diminta oleh staf atau orang yang dipimpin itu,

mereka bahkan boleh menerima atau menolaknya.20 Ini memberikan

penegasan bahwa secara tidak langsung, terjadi pelimpahan wewenang

dalam pengambilan kebijakan di sini tidak mempunyai ketegasan dan

mengarah kepada kepemimpinan peran penting dalam organisasi. Apaila

tipe laizzes faire di terapkan dalam organisasi kemungkinan besar keadaan

chaos (kekacauan serta carut marut) akan sering banyak terjadi, yang

disebabkan oleh kekuasaan terbesar dialihkan kepada bawahan. Sebagai

17 Hiroko Harikoshi, Kiai dan Perubahan Sosial, Jakarta, P3M, 1987, hlm. 213. 18 Sukanto, Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren, Jakarta, Pustaka, LP3ES, 1999, hlm.

25. 19 Drs. U Husna Asmara, op. cit., hlm 37. 20 Ibid., hlm. 37.

21

pimpinan atau atasan tidak mempunyai kekuatan apa-apa, hanya status

jabatan formal saja.

5. Tipe yang Demokratis

Pemimpin yang demokratis memiliki sifat-sifat:

a) Dalam mengarahkan bawahan bertitik tolak dari pendapat bahwa

manusia itu makhluk termulia di dunia

b) Selalu berusaha untuk menyinkronkan kepentingan dan tujuan

organisasi dengan kepentingan dari tujuan pribadi bawahan.

c) Senang menerima saran, pendapat dan kritik dari bawahan

d) Mengutamakan kerjasama dalam mencapai tujuan.

e) Memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada bawahan dan

membimbingnya

f) Mengusahakan agar bawahan dapat lebih sukses daripada dirinya.

g) Selalu mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.21

Diantara jenis kepemimpinan yang paling spesifik adalah

kepemimpinan pendidikan (educative leadership), karena kesuksesan

mendidik generasi, membina umat dan membangkitkannya terkait erat

dengan terpenuhinya kepemimpinan pendidikan yang benar. Krisis yang

mengepung umat kita saat ini tiada lain karena hilangnya murabbi

(pendidik) yang teladan atau pemimpin tarbawi. Sehingga diperlukan

seorang pemimpin yang dalam kinerjanya mampu memberdayakan serta

mengoptimalkan efektifitas dan efisiensi potensi lembaga pendidikan

Islam.

Para ulama berkonsensus bahwa inti efektivitas proses

kepemimpinan terletak pada wibawa (pengaruh) interaktif antara

pemimpin dan pengikutnya. Kepemimpinan yang sukses adalah yang

mampu mempengaruhi perilaku individu-individu, untuk menunaikan

21Ngalim Purwanto, MP, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, bandung, Remaja

Rosdakarya, t.th, hlm. 52.

22

tugasnya dalam rangka memberikan arahan dan petunjuk , mewujudkan

target jama’ah (organisasi, lembaga pendidikan).22

Dari konsensus para ulama ini, dalam manajemen Islam muncul

konsep kepemimpinan efektif, yakni kepemimpinan yang sang pemimpin

menerjemahkan fungsinya dengan perilaku. Efektivitasnya bukan karena

seruan yang membuat telinga tuli, atau teriakan yang memekakkan dan

menggema dimana-mana, tetapi terletak pada perilaku yang memperkaya

pembicaraan, menerjemahkan tugas kepemimpinan dalam suasana penuh

kehati-hatian dan ketenangan. Selanjutnya, pekerjaanpun semakin maju

dan produktivitas pun meningkat, sehingga target tercapai.23

Dari pembahasan tersebut dapat dirumuskan bahwa kepemimpinan

efektif bukan sekedar pusat kedudukan, otoritas, penguasaan, legitimasi,

dominasi atau kekuatan tetapi merupakan interaksi aktif yang efektif.

Pentingnya efektivitas kepemimpinan dalam Islam, mengharuskan

seorang pemimpin pendidikan, termasuk dalam hal ini kepala sekolah

memiliki perilaku kepemimpinan yang efektif, antara lain: 24

- Efektivitas dalam mencapai tujuan organisasi

• Kapabilitas (al kafaa’ah), yaitu kemampuan yang

berkesinambungan untuk membaca organisasi dan kelompok,

bekerja dan merepresentasikannya.

• Pemahaman (al fahm), yaitu ketajaman melihat tujuan jamaah dan

paham konsepsinya. Hingga membentuk semangat dalam sikap

dan perkataan, serta kemampuan menentukan fase-fase dan

memotivasi tercapainya tujuan di atas.

• Koordinasi (at tandhiim), artinya kemampuan mendefinisikan

tugasnya dan tugas orang lain, merencanakan hubungan kerja dan

pengorganisasiannya, mengefektifkan penyampaian dan

22 Jamal Madhi, Menjadi Pemimpin yang Efektif dan Berpengaruh Tinjauan Manajemen

Kepemimpinan Islam, (Bandung: PT. Syamil Cipta Media, 2001), hlm. 2. 23 Ibid., hlm. 3. 24 Ibid., hlm. 10.

23

penerimaan informasi serta mempunyai segudang pengetahuan

lain.

- Kemampuan mempengaruhi dengan kelebihan pribadi

• Al mubaada’ah (daya inisiatif): ia merupakan anggota yang paling

banyak memiliki kontribusi pemikiran dalam diskusi,

memperhatikan perilaku jamaah dan perjalanannya.

• Al Qiyaadah (berjiwa pemimpin): mampu menentukan perilaku

individu dan jamaah, memimpin pekerjaan, dapat mengambil

keputusan dan mengungkapkan pendapat.

• At Taadir (penghargaan): yakni mengakui jerih payah para

anggotanya dan mampu mengungkapkan penerimaan atau tidaknya

atas kerja mereka.

• Ats-Tsiqah (rasa percaya/trust): yakni pekerjaannya tidak bertujuan

untuk kepentingan pribadi, mampu menyebarkan rasa kasih sayang

dan cinta antar anggota dan mengikat individu dengan jamaah.

- Sikap positif dalam bermasyarakat

• Beradaptasi (at-Tahayyut), yaitu berpartisipasi dalam pekerjaan

dan berperan aktif dalam seluruh bidang meskipun kecil.

• Keanggotaan (al-udhuwiyyah), yakni tingkatan interaksi dengan

anggota kelompok sangatlah kuat dengan berbaur bersama mereka,

memberikan pelayanan dan selalu menjaga keakraban secara non

formal.

• Kerjasama (at ta’awun), ini terwujud dengan saling memahami,

keterbukaan akhlak dan keterusterangan, disertai dengan

menghindari perdebatan dan kata-kata yang menyinggung, dan

sangat memperhatikan suasana tenang dan penghormatan yang

resiprokal.

Pemimpin yang efektif digerakkan oleh tujuan-tujuan jangka

panjang dan ia memiliki cita-cita yang tinggi jika dibandingkan dengan

orang-orang disekitarnya. Nabi Muhammad merupakan contoh paling

nyata dalam hal ini. Di samping tujuan ukhrawi, beliau senantiasa

24

menyatakan bahwa kemenangan Islam akan segera datang dan jazirah

Arab akan dipenuhi dengan keamanan dan kemakmuran. Bahkan beliau

juga meletakkan visi yang membimbing bagi umat Islam sepanjang masa,

intinya bahwa masa depan ada di tangan Islam.

Tipe kepemimpinan ini dirasa cocok apabila diterapkan pada saat

ini, terutama sekali di lembaga pendidikan Islam karena di dalam

terkandung banyak efek positif untuk kemajuan sebuah lembaga

pendidikan. Nilai-nilai humanisme, otokratis, serba optimisme menjadi

nilai-nilai lebih untuk kepemimpinan disebabkan tipe ini mempunyai

anggapan bahwa setiap individu mempunyai potensi yang dapat

dikembangkan bahwa setiap individu mempunyai potensi yang dapat

dikembangkan.

Seorang pemimpin ditentukan untuk bisa menjadi uswah, yang

menjadi figur panutan. Ini memberikan perspektif bahwa terdapat

kepemimpinan menurut islam. Sebagaimana dikemukakan oleh Vietzal

Rivai, Kepemimpinan menurut islam harus mempunyai prinsip:

musyawarah, adil dan kebebasan berfikir.25

1. Musyawarah

Mengutamakan musyawarah sebagai prinsip yang harus

diutamakan dalam kepemimpinan Islam. Al-Qur’an dengan jelas

menyatakan bahwa seorang yang menyebut dirinya sebagai pemimpin

wajib melakukan musyawarah dengan orang yang berpengetahuan

atau orang yang berpandangan baik.

روش مهرامالة وا الصواقامو همبا لروابجتاس نالذيا وممو مهنيى ب . رزقنهم ينفقون

“Dan (bagi) orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputukan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka

25 Vietzal Rivai, M.B.A, Kiat Memimpin dalam Abad ke-21, Jakarta, PT Raja Grafindo

Persada 2004, hlm. 74

25

menafkahkan sebagian rezeki yang kami berikan kepada mereka (Assyura: 38).26 Melalui musyawarah memungkinkan komunitas Islam akan

turut serta berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan, dan

sementara itu pada saat yang sama musyawarah dapat berfungsi

sebagai tempat untuk mengawasi tingkah laku para pemimpin jika

menyimpang dari tujuan semula.27 Jadi selain sebagai kontrol sosial,

juga tempat sharing ide serta tukar pendapat yang sangat bermanfaat

bagi lembaga pendidikan.

2. Adil

Pemimpin sepatutnya mampu memperlakukan semua orang

secara adil, tidak berat sebelah dan tidak memihak, lepas dari suku

bangsa, warna kulit, keturunan, golongan strata di masyarakat ataupun

agama. Al-Qur’an memerintahkan setiap muslim dapat berlaku adil

bahkan sekalipun ketika berhadapan dengan para penentang mereka.

ان اهللا يأمركم ان تؤدوا األمنت اىل اهلها واذا حكمتم بين الناس ان . اهللا كان سميعا بصيراتحكموا بالعدل إن اهللا نعمايعظكم به ان

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil, sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat”. (An Nisa: 58).28

Keadilan sebagai pilar utama dalam penetapan hukum, adalah

keadaan penting untuk pengambilan kebijakan serta sistem kerja yang

dilakukan pemimpin. Seorang pemimpin diharuskan untuk tidak

membeda-bedakan bawahannya.

26 Prof . RH. Soenarjo, SH, op.c it., hlm. 789. 27 Prof. Dr. Vietzal Rivai, op. cit., hlm. 75. 28 Soenarjo, op. cit., hlm. 128.

26

Kemampuan seorang pemimpin untuk mengatur secara adil

berdasarkan pada kemaslahatan bersama, bukan pada keinginan-

keinginan dan standar pribadi akan menumbuhkan suasana kehidupan

yang adil dan mengajak orang lain untuk menjaga kepentingan umum.

Sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW terhadap Sa’ad

bin Ubaidah yang waktu itu sedang memimpin barisan pasukan

Anshar dalam perjalanan mereka membebaskan Kota Makkah. Sa’ad

berkata “hari ini adalah pertumpahan darah dan hari dihalalkannya

kehormatan”. Maka seketika Rasulullah SAW menghukumnya dengan

memberhentikannya menjadi pemimpin pasukan dengan cara yang

tidak menyinggung perasaan dan tidak pula menyulut kekacauan,

yaitu menggantikannya dengan anaknya.29

3. Kebebasan Berfikir

Pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu memberikan

ruang dan mengundang anggota kelompok untuk mampu

menggunakan kritiknya secara konstruktif mereka diberikan

kebebasan untuk mengeluarkan pendapat atau keberatan mereka

dengan bebas, serta harus dapat memberikan jawaban atas setiap

masalah yang mereka ajukan. Agar sukses dalam memimpin, seorang

pemimpin hendaknya dapat menciptakan suasana kebebasan berfikir

dan pertukaran gagasan yang sehat dan bebas, saling kritik dan

menasehati sat sama lain, sehingga para pengikutnya merasa senang

mendiskusikan masalah atau persoalan yang menjadi kepentingan

bersama.

Ketiga prinsip tersebut di atas saling bersinergi satu sama lain.

Apabila salah satunya tidak dilaksanakan akan menjadi kurang optimal

kepemimpinan itu. Oleh karena itu diperlukan kerjasama (team work)

diantara berbagai pihak yang terkait yang solid untuk mewujudkannya.

29 Thariq Muhammad As-Suwaidah, Melahirkan Pemimpin Masa Depan, (Jakarta: Gema

Insani, 2002), hlm. 149.

27

3. Konsep Kepala Sekolah

a. Pengertian Kepala Sekolah

Kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah

kebijakan sekolah yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan

dan pendidikan pada umumnya direalisasikan bagaimana.30 Dalam

hal ini ia memegang peranan terpenting, yakni sebagai penanggung

jawab semua kegiatan yang terdapat dalam sekolah. Mulai dari

relokasi kepegawaian sampai hal yang terkecil, seperti penyiapan

syllabus dalam proses belajar-mengajar.

Menurut Slamet PH, ada 17 ciri kepala sekolah yang tangguh.

Ke tujuh belas ciri tersebut adalah memiliki (1) visi-misi dan strategi

(2) kemampuan mengkoordinasikan dan menyerasikan sumberdaya

(3) kemampuan mengambil keputusan (4) toleransi terhadap

perbedaan setiap orang (5) memobilisasi sumber daya (6) menerangi

musuh-musuh kepala sekolah (7) menggunakan input manajemen (9)

menjalankan perannya yang berdimensi banyak seperti pemimpin,

manajer pendidikan dan lain-lain, (10) melaksanakan dimensi-dimensi

tugas, proses, lingkungan dan ketrampilan personal (11) menjalankan

gejala empat serangkai yaitu merumuskan sasaran, melakukan analisis

SWOT, dan mengupayakan langkah-langkah untuk meniadakan

persoalan , (12) menggalang team work yang cerdas dan kompak (13)

mendorong kegiatan-kegiatan kreatif (14) menciptakan sekolah belajar

(15) menerapkan manajemen berbasis sekolah (16) memusatkan

perhatian pada pengelolaan proses belajar mengajar dan (17)

memperdayakan sekolah.31

Semua ciri kepala sekolah yang tangguh di atas

mendeskripsikan bahwa seorang kepala sekolah harus mempunyai

berbagai kemampuan untuk memecahkan segala problematika yang

30 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung Remaja Rosdakarya, 2003, hlm.

126. 31 Slamet PH, Kepemimpinan Kepala Sekolah , Makalah dan Lokakarya Nasional, 2002,

hlm. 2.

28

muncul dalam organisasi. Dalam realitanya, masih banyak dijumpai

kepala sekolah yang tidak berkapasitas mengenai hal tersebut. Ini

menyebabkan terjadinya stagnasi organisasi, misalnya saja karena ia

kurang bijaksana dalam mengambil keputusan, tidak bisa

memanajemen konflik. Dalam komunitas sekolah dan lain sebagainya.

Dan apabila 17 ciri kepala sekolah tangguh ini dalam penerapannya

dilaksanakan secara kontinu dan integratif, maka keberhasilan tujuan

pendidikan akan tercapai.

Dinas pendidikan (dulu: Depdikbud) telah menetapkan bahwa

kepala sekolah harus melaksanakan pekerjaannya sebagai educator,

manajer, administrator, dan supervisor (EMAS). Dalam

perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan

perkembangan zaman. Kepala sekolah juga harus mampu berperan

sebagai leader, innovator, dan motivator di sekolahnya. Dengan

demikian dalam paradigma baru manajemen pendidikan, kepala

sekolah sedikitnya harus mampu berfungsi sebagai educator,

administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator.32

a. Kepala Sekolah sebagai Edukator (Pendidik)

Dalam melakukan fungsinya sebagai educator, kepala

sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan

profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Menciptakan

iklim yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah

memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta

melaksanakan model pembelajaran yang menarik, seperti team

teaching, moving class, dan mengadakan program akselerasi

(acceleration) bagi peserta didik di atas normal.33

Untuk membantu terlaksananya fungsi ini, kepada sekolah

bisa mengadakan pelatihan-pelatihan tenaga kependidikan, studi

32 E. Mulyasa, M.Pd., Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Koneks Menyukseskan

MBS dan KBK, Remaja RosdaKarya, Bandung, 2003, hlm. 98 33 Ibid., hlm. 99

29

komparasi antar sekolah, dan juga mengadakan kerjasama pihak-

pihak yang terkait dengan masalah ini.

b. Kepala Sekolah Sebagai Manajer

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai

manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk

memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau

kooperatif,34 memberi kesempatan kepada para tenaga

kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan mendorong

keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan

yang menunjang program sekolah.

c. Kepala Sekolah Sebagai Administrator

Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan

yang sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan

administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan, dan

pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, kepala

sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum

mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi

personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana,

mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi

keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif dan

efisien agar dapat menunjang produktifitas sekolah.35

d. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

Kepala sekolah sebagai supervisor satu-satunya orang yang

dapat membantu perkembangan anggota atau stafnya dalam usaha

meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

Adapun peranan dan tanggungjawab kepala sekolah, sebagai

berikut:36

34 Ibid., hlm. 103 35 Ibid., hlm. 107 36 Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan,

Bina Aksara, Yogyakarta, 1984, hlm. 55

30

1) Membimbing guru agar dapat memahami lebih jelas terhadap

masalah atau persoalan atau kebutuhan murid serta membantu

guru mengatasinya.

2) Membantu guru dalam mengantisipasi kesukaran guru dalam

mengajar.

3) Memberikan bimbingan yang bijaksana terhadap guru dengan

orientasi.

4) Membantu guru memperoleh kecakapan mengajar yang lebih

baik dengan menggunakan seluruh kemampuannya dalam

melaksanakan tujuannya.

5) Membina moral kelompok, menumbuhkan moral yang tinggi

dalam melaksanakan tugasnya.

6) Membantu guru mengerti makna alat untuk pelayanan.

7) Membantu guru memperkaya pengalaman mengajar sehingga

suasana pengajaran bisa menggambarkan anak didik.

8) Memberikan pimpinan yang efektif dan demokratis.

Kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan

dalam kemampuan menyusun, dan melaksanakan program

supervisi pendidikan, serta memanfaatkan hasilnya. Kemampuan

menyusun program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam

penyusunan program supervisi kelas, pengembangan program

supervisi untuk kegiatan ekstrakulikuler, pengembangan program

supervisi perpustakaan, laboratorium, dan ujian.37

Pada hakikatnya, kegiatan supervisi yang dilakukan kepala

sekolah adalah berupa pemberian bantuan dan pendampingan (ad

vocation) kepada anggotanya: yang dalam hal ini mereka yang

terkait dalam aktivitas pendidikan guru, peserta didik, staf

karyawan, dan sebagainya. Ini bertujuan untuk meningkatkan

efektifitas dan efisiensi sumber daya sekolah, serta optimalisasi

mutu sekolah.

37 E. Mulyasa, op.cit., hlm. 112

31

e. Kepala Sekolah Sebagai Leader

Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah

sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan

terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan

mengambil keputusan dan kemampuan berkomunikasi.

Kepribadian kepala sekolah sebagai leader akan tercermin

dalam sifat-sifat (1) jujur (2) percaya diri (3) tanggungjawab (4)

berani mengambil resiko dan keputusan (5) berjiwa besar, (6)

emosi yang stabil (7) teladan.38

Dari analisa kepribadian tersebut dapat memberikan

penjelasan bahwa faktor kepribadian juga menentukan

keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah dalam mengorganisir

para anggotanya. Pribadi positif yang dimiliki kepala sekolah akan

memberikan efek positif pula, sebaliknya juga apabila yang

dimiliki adalah pribadi buruk, maka akan berdampak negatif

terhadap situasi dan kondisi sekolah.

f. Kepala Sekolah Sebagai Inovator

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai

innovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk

menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari

gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan

teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan

mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.

Kepala sekolah sebagai innovator akan tercermin dari cara-

cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif,

delegatif, integratif, rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan,

disiplin, serta adaptable dan fleksibel.39

Kepala sekolah harus mempunyai gagasan-gagasan baru

untuk memperkaya khazanah pengetahuannya, yang diantaranya

38 Ibid., hlm. 115 39 Ibid., hlm. 118

32

bermanfaat untuk kemajuan sekolah, seperti penguasaan

komputerisasi, mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi

dengan pihak lain, selalu melakukan eksperimen-eksperimen

tentang penerapan sistem pendidikan.

g. Kepala Sekolah Sebagai Motivator

Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi

yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga

kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya.

Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan

fisik, suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara

efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui

pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB).40

b. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Dalam satuan pendidikan, menduduki dua jabatan penting

untuk bisa menjamin kelangsungan proses pendidikan sebagaimana

yang telah digariskan oleh peraturan perundang-undangan. Pertama,

kepala sekolah dalam pengelola pendidikan di sekolah secara

keseluruhan. Kedua, Kepala Sekolah adalah pemimpin formal di

sekolahnya.41

Sebagai pengelola pendidikan, berarti kepala sekolah

bertanggungjawab terhadap keberhasilan penyelenggaraan kegiatan

pendidikan dengan cara melaksanakan administrasi sekolah dengan

seluruh substansinya. Di samping itu, kepala sekolah

bertanggungjawab terhadap kualitas sumber daya manusia yang ada

agar mereka mampu menjalankan tugas-tugas pendidikan.

Sebagai pengelola, kepala sekolah memiliki tugas untuk

mengembangkan kinerja para personal (terutama para guru) ke arah

profesionalisme yang diharapkan.42

40 Ibid., hlm. 103 41 Moch. Idochi Anwar, M.Pd., Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya

Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2003, hlm. 86 42 Ibid., hlm. 87

33

Sebagai pemimpin formal, kepala sekolah bertanggungjawab

atas tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya menggerakkan para

bawahan ke arah pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Dalam hal ini kepala sekolah berfungsi sebagai koordinator yang

mampu memberikan instruksi dan pengarahan serta mampu

melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya, dan ini

menjadi bagian tidak terpisahkan dari kepemimpinannya.

Sabda Nabi SAW:

قال : حدثناشيبه ابن شعدبن خزيمةابن حكم عن ابودر رضي اهللا عنه قالىالذي يوم رسول اهللا صلىاهللا عليه وسلم وتدامة االمن اخذهابحقهاواءذ

.القيها

“Hadits dari Ibnu Syaibah bin Abi Sa’ad bin Khuzaimah bin Hakim dari Abu Dzar r.a. Sesungguhnya engkau orang lemah, sedangkan (pekerjaan) itu suatu kepercayaan (amanah) itu suatu kehinaan dan penyesalan kecuali barangsiapa yang mengambilnya dengan menjalankan haknya dan menunaikan sesuatu (kewajiban) yang terdapat dalam amanat itu”.43

Dalam asbabul wurud hadits ini, Abu Dzar berkata : “aku

meminta kepada Rasulullah SAW, wahai Rasulullah apakah tiada

engkau dapat memberikan suatu pekerjaan (jabatan penting)? Beliau

menjawab: “Hai Abu Dzar, sesungguhnya engkau orang lemah,

sedangkan (pekerjaan) itu suatu pekerjaan (amanah), dan

sesungguhnya pada hari kiamat karena menyia-nyiakan amanah itu

suatu kehinaan dan penyesalan kecuali barang siapa yang

mengambilnya dengan menjalankan haknya dan menunaikan suatu

(kewajiban) yang terdapat dalam amanah itu.44

43 Imam Abi Hussein, Muslim Ibnu Khajjaj al-Qusyairy al-Naisabury, Shahih Muslim; di

Syarkhi al-Nawawi, Beirut: Dar al- Kutub al- Umiyyah,tt, Juz. IX hlm. 213 44 Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafi Ad Damsyiqi (Penerjemah M. Suwarta Wijaya,

Zazillah Salim, Asbabul Wurud 3; Latar Belakang Historis, Timbulnya Hadis-hadis Rasul), Radar Jaya, Offset, Jakarta, 2002, hlm. 463

34

Tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu lembaga

pendidikan diperoleh dari sikap sadar diri akan tanggungjawab, dan

peran dari para pemimpin pendidikan, dalam hal ini kepala sekolah

sebagai sentral kedudukan bertanggungjawab, juga menyadarkan guru

dan stafnya agar mengerti fungsi dan perannya juga. Hal ini sesuai

dengan pernyataan al-Bhulaya ini:

كلياجب عبالو قمو فسهمان من كصفوني فسكن من اسالن فصانعوحنكوحه نلياجب عبالو قمي ركي.

“Insyafkanlah manusia dengan mulai dari dirimu sendiri, maka mereka akan menginsafi dirinya masing-masing dengan mencontoh diri kamu. Dan kerjakanlah tanggungjawab terhadap orang lain, maka orang lain akan melakukan tanggungjawab sebagaimana yang kamu kerjakan”. 45

Dari sudut pandang manajemen mutu pendidikan,

kepemimpinan pendidikan yang direfleksikan oleh kepala sekolah

seyogyanya meliputi kepedulian terhadap usaha-usaha peningkatan

mutu pendidikan yang dipimpinnya. Dalam hubungan ini mutu

pendidikan dapat diartikan sebagai kemampuan satuan pendidikan

baik teknis maupun pengelolaan yang profesional yang mendukung

proses belajar peserta didik sehingga dapat mencapai prestasi belajar

yang optimal.46 Ini menegaskan bahwa keberhasilan kepemimpinan

kepala sekolah berpengaruh terhadap mutu pendidikan, seperti halnya

mutu peserta didik.

Kepala sekolah sebagai pemimpin seharusnya dalam praktek

sehari-hari selalu berusaha memperhatikan dan mempraktekkan

delapan fungsi kepemimpinan di dalam kehidupan sekolah.47

1. Dalam kehidupan sehari-hari kepala sekolah akan dihadapkan

kepada sikap para guru, staf dan para siswa yang mempunyai latar

45 Ibid., hlm. 128 46 Moch. Idochi, op.cit., hlm. 87 47 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah; Tinjauan Teoritik dan

Permasalahannya, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hlm. 106

35

belakang kehidupan yang berbeda-beda, kepentingan serta tingkat

sosial budaya yang berbeda, sehingga tidak mustahil terjadi

konflik antar individu bahkan antar kelompok. Dalam menghadapi

hal semacam itu kepala sekolah harus bertindak arif, bijaksana,

adil, tidak ada pihak yang dikalahkan atau dianakemaskan.

2. Sugesti atau saran sangat diperlukan oleh para bawahan dalam

melaksanakan tugas. Para guru dan staf dan siswa suatu sekolah

hendaknya selalu mendapatkan saran, anjuran dari kepala sekolah

sehingga dengan saran tersebut dalam memelihara bahkan

meningkatkan semangat, rela berkorban, rasa kebersamaan dalam

melaksanakan tugas masing-masing (suggesting).

3. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi memerlukan dukungan

dana, sarana dan sebagainya. Demikian pula sekolah sebagai suatu

organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah digariskan

memerlukan berbagai dukungan kepala sekolah bertanggungjawab

untuk memenuhi atau menyediakan yang diperlukan oleh para

guru, staf, dan siswa baik berupa dana, peralatan, waktu, bahkan

suasana yang mendukung. Tanpa adanya dukungan yang

disediakan oleh kepala sekolah, sumber daya manusia yang ada

tidak mungkin melaksanakan tugasnya dengan baik (supplying

objectives).

4. Kepala sekolah berperan sebagai katalisator dalam arti mampu

menimbulkan dan menggerakkan semangat para guru, staf dan

siswa dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Patah

semangat, kekurangan kepercayaan harus dapat dibangkitkan

kembali oleh para kepada sekolah (catalyzing).

5. Rasa aman merupakan salah satu kebutuhan setiap orang baik

sering individu maupun kelompok. Oleh sebab itu, seorang kepala

sekolah sebagai pemimpin harus dapat menciptakan rasa aman di

dalam lingkungan sekolah. Sehingga para guru, staf, dan siswa

dalam melaksanakan tugasnya merasa aman, bebas dari segala

36

perasaan gelisah, kekhawatiran, serta memperoleh jaminan

keamanan dari kepala sekolah (providing security).

6. Seorang sekolah selaku pemimpin akan menjadi pusat perhatian,

artinya semua pandangan akan diarahkan ke kepala sekolah

sebagai orang yang mewakili kehidupan sekolah di mana dan

dalam kesempatan apapun. Oleh sebab itu, penampilan seorang

kepala sekolah harus selalu dijaga integrasi nya, selalu terpercaya,

dihormati baik sikap, perilaku maupun perbuatannya

(representating).

7. Kepala sekolah pada hakekatnya adalah sumber semangat bagi

para guru, staf dan siswa. Oleh sebab itu, kepala sekolah harus

selalu membangkitkan semangat, percaya diri terhadap guru, staf,

dan siswa. Sehingga mereka menerima dan memahami tujuan

sekolah secara antusias, bekerja secara bertanggungjawab ke arah

tercapainya tujuan sekolah (inspiring).

Setiap orang dalam kehidupan organisasi baik secara pribadi

maupun kelompok, akan merasa bangga apabila kebutuhannya

diperhatikan dan dipenuhi. Untuk itu kepala sekolah diharapkan selalu

dapat menghargai apapun yang dihasilkan oleh mereka yang menjadi

tanggungjawabnya. Penghargaan dan pengakuan ini dapat diwujudkan

dalam berbagai bentuk, seperti kenaikan pangkat, fasilitas,

kesempatan, mengikuti pendidikan, dan sebagainya (praising).

B. Peserta Didik

1. Pengertian Peserta Didik

Peserta didik sebagai raw material dalam prose transformasi dan

internalisasi menempati posisi yang sangat penting untuk dilihat

signifikasi nya dalam menemukan kebersihan sebuah proses.48 Termasuk

dalam ini adalah proses keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah yang

salah satu indikasinya adalah peserta didik.

48 Depag RI., Kendali Mutu PAI, Jakarta, 2001, hlm. 12

37

Dalam paradigma pendidikan islam peserta didik merupakan orang

yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar

yang masih perlu dikembangkan. Disini peserta didik merupakan mahluk

Allah yang memiliki fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai

taraf kematangan baik bentuk, ukuran, maupun pertimbangan pada

bagian-bagian lainnya. Dari segi rohaniah, ia memiliki bakat, memiliki

kehendak, perasaan, dan pikiran yang dinamis.49

Dari kemampuan yang dimiliki peserta didik sejak awal, apabila ia

telah memajukan jenjang sekolah (lembaga pendidikan), hal ini akan

menjadi tanggung jawab para pendidik untuk memberikan bimbingan agar

ia bisa tumbuh-kembang disini pula menuntut kebijakan kepala sekolah

sebagai pilar utama kehidupan sekolah untuk menjalin kerjasama yang

baik dengan para pendidik (guru).

Samsul Nizar menjelaskan deskripsi tenang hakikat peserta didik.50

Yaitu:

a. Peserta didik bukan merupakan miniature orang dewasa akan tetapi

memiliki dunianya sendiri. Hal ini sangat penting untuk dipahami agar

perlakuan terhadap mereka dalam proses ke pendidikan tidak

disamakan dengan pendidikan orang dewasa baik dalam aspek metode

mengajar, materi yang akan diajarkan, sumber bahan yang digunakan

dan sebagainya.

b. Peseta didik adalah manusia yang memiliki diferensiasi periodesasi

perkembangan dan pertumbuhan.

c. Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan, baik yang

menyangkut kebutuhan jasmani maupun rohani yang harus dipenuhi

d. Peserta didik adalah mahkluk Allah yang memiliki perbedaan

individual (diferensiasi individual) baik yang disebabkan oleh faktor

pembawaan maupun lingkungan dimana ia berada.

49 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Al-Ma’arif, Bandung,

1989, hlm. 32 50 Samsul Nizar, M.A., Pendekatan Historis; Teoritik dan Praktis, Ciputat Pres, Jakarta,

2003, hlm. 48-49

38

e. Peserta didik merupakan resultan dari dua unsur utama yaitu jasmani

dan rohani

f. Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi (fitrah) yang dapat

dikembangkan dan berkembang secara dinamis.

2. Kemampuan dan Karakteristik Peserta Didik

Peserta didik sebagai individu manusia memiliki sejumlah

kemampuan (ability). Kemampauan ini, ada yang masih bersifat potensial

atau kapasitas (capacity) dan ada yang sudah merupakan kecakapan nyata

(achievement). Kapasitas seringkali dibedakan pula antara kapasitas

umum (general capacity) atau kecerdasan, intelegensi (intelligence), dan

kapasitas khusus (special capacities) yang sering juga disebut bakat

(aptitude). 51Dewasa ini bakat ini pun seringkali disebut intelegensi

intelektual, matematis, emosional, spiritual, dsb. Tiap peserta didik

memiliki kapasitas dan kecakapan yang berbeda. Seseorang mungkin

memiliki potensi yang tinggi dalam matematika dan fisika, sedang dalam

bahasa dan ilmu sosial, tetapi rendah dalam seni dan olahraga. Peserta

didik lain sebaliknya, atau tinggi dalam semuanya, atau bahkan rendah

dalam semua bidang.

Selain dalam kemampuan, individu manusia juga memiliki

keragaman dalam karakteristik, baik karakteristik yang bersifat permanen

maupun temporer. Karakteristik permanen terutama berkenaan dengan

aspek jasmani, seperti tinggi dan besar badan, postur tubuh, warna kulit,

rambut, mata, kondisi dan kemampuan indera, dsb., tetapi bisa juga

berkenaan dengan psikis, seperti sifat-sifat sabar, gigih, pemberani,

pemarah, tekun, dsb. Karakteristik kontemporer kebanyakan berkenaan

dengan aspek psikis terutama kondisi afektif seperti: semangat, perasan

senang, sedih, bahagia, gembira, dsb., tetapi bisa juga dengan aspek fisik,

51 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, PT Remaja

Rosdakarya, 2007, hlm. 31

39

karena mendapat pengaruh dari faktor-faktor tertentu seperti : lelah, lapar,

ngantuk, sakit, dan lain-lain.52

3. Mutu Peserta Didik dalam Prestasi Akademik dan Non-Akademik

Mutu peserta didik merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan

sekolah dalam dunia pendidikan, keberadaannya mutlak ada untuk

mengetahui sejauh mana nilai tambah atau nilai kurang dari peserta didik

dalam menyerap berbagai mata pelajaran yang tidak diajarkan.

Secara substantif, istilah mutu mengandung dua hal.53 Pertama

sifat dan kedua taraf. Sifat adalah sesuatu yang menerangkan keadaan

benda, sedang taraf menunjukkan kedudukannya dalam suatu skala. Tiap

manusia memiliki pandangan yang berbeda tentang sifat dan taraf

tersebut. Demikian juga halnya terhadap sifat dan taraf tersebut. Demikian

juga halnya terhadap sifat dan taraf mutu pendidikan, terdapat deskripsi

tentang sifat dan taraf yang berbeda.

Dengan mendasarkan diri pada pendekatan Total Quality

Management (TQM) yang dikembangkan pertama kali oleh Edward

Deming, Paire, dkk (1992:10-13), lihat juga (Glasser, 1992) menyarankan

14 butir untuk mencapai mutu pendidikan prima, yang termasuk dalam

strategi Total Quality Education (TQE):

(1) Merancang secara terus menerus berbagai tujuan pengembangan

siswa, pegawai, dan layanan pendidikan.

(2) Mengadopsi filosofi baru, yang mengedepanan kualitas pembelajaran

dan kualitas sekolah. Manajemen pendidikan harus mengambil

prakarsa dalam gerakan peningkatan mutu ini

(3) Guru harus menyediakan pengalaman pembelajaran yang

menghasilkan output yang baik, customers mereka (guru, orang tua,

lapangan kerja) tidak akan menyukainya.

52 ibid. hlm.31 53 Sanusi Uwes, M.Pd, Manajemen Pengembangan Mutu Dosen, Jakarta, Logos Wacana

Ilmu, 1999, hlm. 27.

40

(4) Menjalin kerjasama yang baik dengan pihak-pihak yang

berkepentingan (stakeholders) untuk menjamin bahwa input yang

diterima berkualitas.

(5) Melakukan evaluasi secara kontinyu dan mencari terobosan

pengembangan sistem dan proses untuk meningkatkan mutu dan

produktivitas.

(6) Para guru, staf lain dan murid harus dilatih dan dilatih kembali dalam

pengembangan mutu guru harus melatih siswa agar menjadi warga

dan pekerja masa depan dengan mengembangkan kemampuan

pengendalian diri, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah.

(7) Kepemimpinan lembaga yang mengarahkan guru staf dan siswa

mengerjakan tugas pekerjaannya dengan lebih baik. Di dalam

mengelola kelas, guru hendaknya menerapkan visi kepemimpinan

pada ke pengawasan.

(8) Mengembangkan ketakutan yakni semua staf harus merasa mereka

dapat menemukan masalah dan cara pemecahannya, guru

mengembangkan kerjasama dengan siswa untuk meningkatkan mutu.

(9) Menghilangkan penghalang kerjasama diantara staf, guru, dan murid

atau antar ketiganya

(10) Hapus slogan, desakan atau target yang bernuansa pemaksaan dari

luar.

(11) Kurangi angka-angka quota, quota dengan penerapan kepemimpinan,

karena penerapan kuota justru akan mengurangi produktivitas dan

kualitas.

(12) Hilangkan perintang-perintang yang dapat menghilangkan

kebanggaan para guru atau siswa terhadap kecakapan kerjanya.

(13) Sejalan dengan kebutuhan penguasaan materi baru, metode-metode

atau teknik-teknik baru, maka harus disediakan program pendidikan

atau pengembangan diri bagi setiap orang dalam lembaga sekolah

tersebut.

41

(14) Pengelola harus memberikan kesempatan kepada semua pihak untuk

mengambil bagian atau peranan dalam pencapaian kualitas.54

Mutu dari hasil belajar murid sangat ditentukan oleh kualitas

pengemasan pelajaran dan metodologi yang digunakan oleh pengajar

(guru).55 Sebagai pengajar guru berfungsi sebagai komunikator sumber

dan penyedia informasi. Bagaimana guru menyaring, mengevaluasi

informasi yang tersedia dan mengolahnya ke dalam suatu bentuk yang

cocok bagi kelompok penerima suatu informasi, sehingga kelompok

penerima informasi dapat memahami informasi itu dalam pengetahuan

tertentu yang ditransfer kepada para pelajar, sehingga membantu

membawa atau mengantar mereka baik secara individu maupun kelompok

kepada tingkat perkembangan kepribadian yang lebih tinggi dari apa yang

dimiliki sebelumnya. Islam mengajarkan bahwa dalam menyampaikan

pelajar seorang pengajar tidak mendorong pelajarannya untuk

mempelajari sesuatu yang diluar kemampuannya, dengan kata lain bahwa

dalam proses belajar mengajar guru sebagai pengajar harus

memperhatikan keadaan pelajar, tingkat pertumbuhan dan perbedaan

individu yang terdapat diantara mereka.

Pencapaian mutu menuntut adanya orientasi ke depan dan

komitmen jangka panjang staf, siswa, warga masyarakat dan pemasok.

Strategi, rencana dan alokasi sumberdaya harus merefleksikan komitmen

tersebut, juga merefleksikan pelatihan yang dibutuhkan, pengembangan

siswa dan staf, pengembangan pasokan, evolusi teknologi dan faktor-

faktor lain yang melingkupi mutu. Salah satu bagian pokok komitmen

jangka panjang adalah peninjauan dan penilaian berkala atas kemajuan

relatif rencana jangka panjang.56.

54 Suryo Subroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta, Rineka Cipta, 2004, hlm

1998-199 55 Depag RI Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Kendali Mutu

PAI, Jakarta, 2001, hlm. 41. 56 Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, terj, Yosal Iriantara, Yogyakarta,

Pustaka Pelajar, 2005, hlm. 26.

42

Istilah “academic” (akademik) sendiri menurut the international

encyclopedia of higher education antara lain berarti, term used to describe

programs of study an course usually referring to the theoretical literary

classical or liberal (istilah yang dipakai untuk melukiskan program-

program studi dan mata pelajaran biasanya mengacu pada bidang-bidang

teoritiskesastraan, studi klasik atau liberal).57

Kualitas atau mutu pendidikan ini dapat dibedakan menjadi

kualitas akademik dan kualitas non akademik.beberapa tolok ukur yang

digunakan untuk melihat kualitas akademuk maupun non akademik adalah

sebagai berikut:

a. Bidang Akademik :

Diantara tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas

akademik SMP adalah hasil ujian nasional yang telah di capai58.

Peningkatan mutu dalam bidang akademis mengacu pada prinsip-

prinsip:59

Pembelajaran dan hasil belajar menekankan ketercapaian

kompetensi secara utuh, yang meliputi aspek pengetahuan

(kognitif), ketrampilan (psikomotor), sikap dan nilai –nilai

(afektif).

Prinsip layanan dan manajemen pengelolaan pendidikan adalah

bersih, transparan, dan profesional.

Pencapaian kompetensi menggunakan sistem belajar tuntas

(mastery learning), sehingga menuntut adanya kegiatan perbaikan

(remedial) dan /atau kegiatan pengayaan (enrichment).

b. Bidang non akademik

Peningkatan mutu akademik dalam bidang non akademik mengacu

pada prinsip-prinsip:

57 Khoiril Mawahib, Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa

di Lingkungan Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Kampus III IAIN, Skripsi Fakultas Tarbiyah, IAIN Walisongo Semarang, Semarang, 2002, hlm. 7

58 http://wwwdikdasmen. 59 http://sman78.

43

Prinsip pengelolaan dan layanan harus senantiasa

menyeimbangkan antara kegiatan intrakurikuler dan kegiatan

ekstrakurikuler

Kegiatan ekstra kurikuler yang menunjang perlu diwadahi dan di

kelola, seperti: science center club (KIR), gerobak, dll

Ekstrakurikuler terbentuk dengan tujuan untuk menampung bakat

ataupun untuk meningkatkan kecakapan hidup.

43

BAB III

POLA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MUTU PESERTA

DIDIK DI MTS AL-ASROR PATEMON GUNUNG PATI SEMARANG

A. Kondisi Umum MTs Al-Asror

1. Letak Geografis

MTs al-Asror adalah salah satu Lembaga Pendidikan Islam di

bawah naungan lembaga pendidikan ma’arif NU, dan dikelola oleh

Yayasan Al-Asror. Terletak di Jalan Legoksari No. 02 Desa Patemon,

Kecamatan Gunung Pati ,Semarang Propinsi Jawa Tengah 51228, telp

(024) 7466906. Tepatnya sekitar 30 kilometer dari Kota Semarang

Pemandangan yang masih hijau, asri dan nuansa pedesaan, serta

jauh dari keramaian kota, menciptakan suasana yang kondusif bagi

terlaksananya proses belajar mengajar di lingkungan MTs al-Asror,

sehingga membuat peserta didik betah dan dapat merasakan kenyamanan

belajar.

Dilihat dari segi geografisnya, MTs Al-Asror berada di daerah

semarang selatan yang masih terdapat banyak lahan pertanian,

perkebunan, hutan jati dan peternakan. Didirikan di atas tanah pertanian,

perkebunan, hutan jati, dan peternakan. Didirikan di atas tanah 4900 M2.

Berada dekat dengan pemukiman penduduk, yang menjadikan peserta

didik dapat belajar untuk bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. Di sana

juga terdapat pondok pesantren sebagai tempat tinggal (mondok) dan

menambah ilmu pengetahuan Agama Islam bagi peserta didik yang jauh

dari lokasi MTs al-Asror dan yang datang dari luar daerah. Di samping itu,

fasilitas yang memadai dan mendukung seperti warung telekomunikasi,

dan perpustakaan semakin memperlancar dan mempermudah peserta didik

untuk memenuhi kebutuhan serta melakukan aktifitas.

44

2. Kondisi Sosiologis

Pendidikan masyarakat Desa Patemon Kecamatan Gunung Pati

Semarang dapat dikategorikan masih rendah (minim). Hal ini dapat dilihat

dari prosentase pendidikannya, yakni 75 % berpendidikan SD, 15 %

pendidikan SMP 5 % pendidikan SMA dan 5 % yang melanjutkan ke

jenjang perguruan tinggi.

Kondisi masyarakat di daerah ini tergolong agraris, karena selain

masih terdapat banyak lahan pertanian, menjadi petani juga merupakan

mata pencaharian utama untuk mencukupi kehidupan perekonomian

mereka. Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan

teknologi kini mulai banyak masyarakat yang terjun dibidang industri.

Mayoritas masyarakat di lingkungan MTs al-Asror Desa Patemon

adalah pemeluk agama Islam1, dengan pengetahuan agama yang cukup

tinggi, karena pengaruh dari para pendahulu mereka, yakni pendiri pondok

pesantren al-Asror. Hal ini menjadikan nuansa agamis semakin terasa dan

tentunya masyarakat berpartisipasi dan mendukung jalannya program

pendidikan yang diterapkan di MTs al-Asror, yang berlandaskan Ukhuwah

Islamiyah

3. Tinjauan Historis

Di mulai dari pandangan masyarakat Patemon yang mayoritas

beragama Islam dan nahdliyin (warga Nahdlatul Ulama) bahwa

pendidikan adalah bagian yang sangat penting untuk mencerdaskan bangsa

harus segera di usahakan serta untuk kemajuan umat Islam. Maka

masyarakat di lingkungan berinisiatif mendirikan sebuah lembaga

Pendidikan. Selain itu karena masyarakat pada waktu itu sangat

membutuhkan tempat pendidikan untuk putrinya. Dan juga tempat

pendidikan yang telah ada sangat jauh sehingga sangat melelahkan serta

1 Hal ini ditunjukkan dengan tidak terdapat tempat peribadatan agama lain seperti Wihara,

Gereja dan sebagainya di lingkungan dan Patemon. Dan juga bisa dilihat dalam bendel lampiran pendirian sekolah, MTs al-Asror Patemon Kec. Gunung Pati, Kodya Semarang, 1987, hlm. 1.

45

belum adanya transportasi. Berawal dari historis tersebut akhirnya MTs al-

Asror didirikan.

4. Visi dan Misi MTs al-Asror

Mts al-Asror mempunyai visi ingin menjadikan lembaga

pendidikan dasar berwawasan, punya prestasi, disiplin, terampil,

bertanggung jawab, berakhlakul karimah dalam bersikap dan bertindak

serta berorientasi kebutuhan global.

Sedangkan misinya adalah:

1. Mengembangkan iklim belajar yang kondusif, berakar pada norma dan

nilai hidup bangsa.

2. Menyiapkan tamatan yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan

sesuai dengan standar keahlian dan kejujuran.

3. Mewujudkan pelayanan dalam upaya memaksimalkan pemberdayaan

Sumber Daya Manusia (SDM) sekolah.

4. Mencetak tamatan agar mampu dan memiliki kemampuan untuk

berwirausaha dan melanjutkan studi secara profesional.

5. Menggali potensi sekolah dengan memberdayakan lingkungan guna

menunjang program pemerintah.

B. Sejarah Berdiri dan Perkembangan

1. Awal Berdirinya Mts al-Asror

Berdirinya MTs al-Asror diilhami oleh keadaan Desa yang

mendukung di mana masyarakatnya yang dinamis walau hanya naluriah

oleh para pendahuluan. Namun perlu bersyukur dengan adanya figur yang

pantas jadi panutan sebagai panutan umat, beliau adalah Kyai Zubaidi

yang secara pelan tapi pasti untuk membekali umat yang selalu setia

mengikuti gerak langkahnya lewat santri-santrinya dari generasi.

Salah satu santri yang berpandangan jauh ke depan dengan

wawasan-wawasan yang membuat Kyai Zubaidi untuk berbuat lebih

banyak lagi dengan harapan adanya santri-santri luar daerah yang belajar

46

kepada beliau, maka saudara Idris Imron mengajukan ide agar di Patemon

didirikan MTs (Sekolah sangat dibutuhkan oleh segala lapisan

masyarakat). Jadi dalam hal ini, pondok pesantren merupakan cikal bakal

berdirinya MTs al-Asror. Dengan usaha yang penuh harap da tawadhunya

kepada Kyai ternyata diterima dan menunjukkan sebuah bidang tegalan

sebagai tempatnya.

Setelah ide dari saudara Idris Imron diterima, beliau segera

membuat legenda untuk menguatkan dan mewujudkan idenya tersebut.

Beberapa tokoh masyarakat, para pendidik disekitar Desa Patemon

dihubunginya untuk diminta pendapat serta sumbang sarannya, dan salah

satunya adalah H. Humanidi yang sampai sekarang masih dipercaya untuk

mengembangkan amanat sebagai kelapa sekolah.

Pada tanggal 15 Februari 1986 terbentuklah kepengurusan Yayasan

yang di koordinir oleh ketua NU Ranting Patemon di mana pengurusnya

adalah orang-orang dari nahdhiyin dan sekolahpun harus bernaung di

bawah lembaga pendidikan Ma’arif. Akan tetapi kepengurusan ini bersifat

sementara, karena surat keputusan dari pengurus ranting NU belum

diterbitkan dan diharapkan masih terjadi proses tambal sulam.

Adapun susunan pengurus sementara sebagai berikut;

1. Pelindung : Soetopo

Ketua I : Kyai Zubaidi

2. Ketua II : Humaidi

Sekertaris I : Mustajab

3. Sekretaris II : Mahfudz

Bendahara I : Sumpono

4. Bandahara II : Mujiyo

Tata Usaha I : Kasnadi

5. Tata Usaha II : Suwarman

Pembantu Umum I : S. Zuhri

6. Pembantu Umum II : Idris Imran

7. Anggota-Anggota

47

Kemudian pada tanggal 28 Agustus 1986 bertempat di serambi al-

Asror ketua pengurus dan anggota sementara mengadakan pertemuan

dengan menghadirkan kepala kelurahan dan tokoh-tokoh masyarakat

lainnya untuk dikukuhkan dan disempurnakan pengurus yang susunannya

sebagai berikut.

1. Pelindung : Soetopo (Kepala kelurahan)

2. Ketua I : Kyai Zubaidi

Ketua II : Humaidi

Ketua III : Sungatman

3. Sekretaris I : Mustajab

Sekretaris II : Mahfudz

4. Bendahara I : Sumpono

Bendahara II : Mujiyo

5. Tata usaha I : Kasnadi

Tata usaha II : Mulyadi

Disamping itu juga memilih personal struktur sekolah yang telah

ditunjuk secara aklamasi, yang susunannya sebagai berikut:

1. Kepala Sekolah : Humaidi, BA (Guru MI Banaran)

2. Wakil Kepala Sekolah : Saadi (Guru MI Sakaran)

3. Sekretaris : Mukhairomin

4. Bendahara : Naifah (Guru SD Patemon II)

Sedangkan untuk pegawai susunannya adalah sebagai berikut:

1. Kepala tata usaha : Khosim (mahasiswa)

2. Sekretaris TU : Kasiyatun

3. Staf TU I : Mahfudz

4. Staf TU II : Mahmud

5. Guru:

1) Imam Nahrowi, SH SMG (UNDIP)

2) Drs. Khadhor Ikhsan Mangkang (IAIN)

3) Drs. Shodiq Demak (IAIN)

4) Drs. Qodim Kendal (IAIN)

48

5) Humaidi, BA Sekaran (UNISSULA)

6) Muntara, BA Banaran (UNTAG)

7) Suhardi Sekaran (Mahasiswa)

8) Nurhadi Pakintelan (IAIN)

9) Muh. Nasir Watusari (IKIP)

10) M. Khairomin Pakintelan (IAIN)

11) Sujiyanto Patemon (IAIN)

12) Surakimi Banaran (UNDIP)

13) Suratno Patemon (IKIP)

14) Zainal Abidin Banaran (Guru Ahli)

Dengan kepengurusan serta perangkat sekolah sepeti, struktur,

sekolah, TU, dan guru itulah sebagai strat awal untuk melanagkah

menerima pendaftaran murid, guru, tahun pelajaran 1987/1988. dimana

mulai muincul calon-calin yang kiprahnya meliputi kerja pengurusnya,

pelaksana struktur sekolah, dan lain-lain. Yang ditujukan untuk mencapai

tujuan sekolah/lembaga pendidikan. Dan pada saat itu berhasil

meyakinkan yang masih ragu akan eksistensi Mts al-Asror dan dapat

merekrut siswa 96 orang.

2. MTs al-Asror Berdiri

Untuk mengawali kegiatan sekolah oleh pengurus perlu adanya

pejabat para pejabat dan tokoh-tokoh masyarakat yang mengetahui, maka

pada tanggal 18 juli 1987 sekolah tersebut diresmikan dan sekaligus

dimulainya kegiatan belajar mengajar pada awal tahun 1987/1988. adapun

pejabat yang meresmikan adalah Drs. Affandi Hadiwijaya dari Kakanwil

Depag Propinsi Jawa Tengah sekaligus memberikan amanat untuk terus

maju bersaing dengan sekolah-sekolah lain secara sehat agar

keberadaannya selalu diakui dan menjadi besar namun tidak meninggalkan

ciri sekolah Islam yang ingin membentuk generasi yang berakhlakul

karimah sesuai dengan ajaran agama Islam.

49

Setelah peresmian para pengurus terus berupaya untuk

menyempurnakan sarana sekolah, salah satunya adalah membuat kamar

kecil dan penertiban kelas, dimana salah satu pengurus yang berupaya

mencari dana adalah bapak Mujiyo. Untuk melengkapi kelas yang pada

waktu itu tiga lokal. Namun karena sesuatu hal bapak Mujiyo harus

meninggalkan kepengurusan. Oleh karena itu, terjadi kembali

restrukturisasi terhadap personilnya diantaranya:

a. Pengurus

1. Ketua umum : Kyai Zubaidi

Ketua I : Humaidi, BA

2. Sekretaris I : Mahfudz

Sekretaris II : Mustajab

3. Bendahara I : Supono

4. Tata usaha I : Kasnadi

Tata usaha II : Mukayadi

b. Pegawai

1. Ketua TU : Khosim

2. Sekretaris TU : Kasiyatun

3. Staf TU : Mahfudz

c. Guru

No Nama Guru Mengampu Bidang Studi

1. K. Zubaidi Aswaja

2. Idris Imron Bahasa Arab

3. M. Khowim Quran Hadits/ Syariah

4. Suratno P biologi/fisika

5. Muh Nasir Matematika

6. Sanusi Olah Raga

7. Suhardi Bahasa Inggris

8. Surokhim Bahasa Indonesia

9. Mahmud Aqidah Akhlaq

10. Suratno S Sejarah Nasional

50

11. Nurhadi PMP

12. Muntari IPS

13. Muntari Ketrampilan

3. Perkembangan MTs Al-Asror

a. Perkembangan Fisik

Sejak berdiri tahin 1987 yang semula hanya memiliki 3 lokal

sebagai modal awal yang telah diusahakan oleh masyarakat, saat ini

telah berkembang 27 lokal yang antara lain 17 ruang kelas, 1 ruang

guru, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang tamu, 1

ruang ganti pakaian olah raga, 1 ruang OSIS, 1 riang ketrampilan, 1

ruang pembayaran SPP dan 3 ruang kamar kecil. Kesemuanya telah

difungsikan sesuai kebutuhan. Kini juga dilengkapi denagan

laboratorium komputer dan bahasa.

Dalam memenuhi sarana dan prasarana sekolah, pihak MTs al-

Asror pun berupaya semaksimal mungkin untuk melengkapi kebutuhan

sekolah untuk menunjang proses belajar mengajar menuju sekolah

yang unggul. Hal ini dilakukan dengan terus mengusahakan segala

fasilitas yang berkaitan dengan kepentingan tersebut diantaranya

dengan menyediakan sarana dan prasarana sekolah, kualitas guru yang

profesional, meningkatkan kedisiplinan siswa serta penunjang

akademik lainnya.

Dari segi kuantitaspun jumlah peserta didik dari tahun ke tahun

semakin menigkat. Halini dapat dilihat dari data di bawah ini

Tabel 1

Jumlah Siswa Keterangan

No

Tahun pelajaran Kelas I Kelas II Kelas III Jumlah

1. 1987/1988 94 - - 94

2. 1988/1989 61 84 - 145

3. 1989/1990 55 58 75 188

51

4. 1990/1991 92 58 56 206

5. 1991/1992 116 86 55 257

6. 1992/1993 117 116 84 317

7. 1993/1994 164 117 115 399

8. 1994/1995 158 158 119 435

9. 1995/1996 170 154 154 478

10. 1996/1997 180 168 148 496

11. 1997/1998 218 181 164 563

12. 1998/1999 180 212 172 564

13. 1999/2000 467 170 203

540

14. 2000/2001 210 170 172 552

15. 2001/2002 240 209 156 605

16. 2002/2003 230 236 202 668

17. 2003/2004 240 224 224 688

18. 2004/2005 263 238 213 714

19. 2005/2006 208 263 229 699

Demikian pula dengan upaya MTs al-Asror untuk

mengkualifikasi tenaga pengajar yang profesional dan berkompeten di

bidangnya. Hal tersebut telah dilakukan dan saat ini jumlah

keseluruhannya mencapai 31 tenaga pengajar, antara lain sebagai

berikut:

Tabel 2

Daftar Guru MTs al-Asror

No. Nama Pendidikan Asal Lembaga

Pendidikan

Keterangan

1 H. Chumaidi Samud UNISULA

2 Drs. Suhardi, S.PdI S 1 IAIN /

UNNES

52

3 Suratno, S.Pd I S 1 IAIN

4 Nurhadi, BA. Sarmud UNISULA

5 Sarwadi, S. Ag S 1 IAIN

6 Mahrudi, S.Pd. S 1 FKIP

7 Khosim, S.Pd. S 1 IKIP

8 Khasbun, BA D3 UNTAG

9 Ali Nur Rohman,

S.Pd.

S 1 UT, UNNES

10 M. Nurmahsun,

S.Pd.

S 1 UNNES

11 Dra. Siti fatimah S 1 IAIN

12 Imroatul CH, S.Ag,

S.Pd.

S 1 IAIN,

UNNES

13 Nurhidayah, S.Ag,

S.Pd.

S 1 IAIN,

UNNES

14 Damayanti, S.Sos,

S.Pd.

S 1 UNDIP

/UNNES

15 Martin S 1 UNNES

16 Sulastri, S.Pd. S 1 UNNES

17 Nur aliyah, S.Pd. S 1 UNNES

18 Dra. Istifaiyah,

S.Pd.

S 1 UNNES

19 Barokah I, S.Pd. S 1 UNNES

20 Drs. Muhzin, S.Pd. S 1/ S1 IAIN,

UNNES

21 Puji nurhayati, S.Pd. S 1 UNNES

22 Drs. Jamhari, S.Pd. S 1 IAIN/UNNES

23 Sri Hartatik, S.Pd. S 1 UNNES

24 Nur Imroatur R,

S.Pd.

S 1 IAIN

53

25 Siti Khudriyah,

S.Pd.

S 1 IAIN

26 Andriyani, A.Md. D 3 IKIP

27 Rahayu H, S.Pd. S 1 IKIP

28 Sri Nuriyah, S.Pd.I S 1 UNISULA

29 Istifaroh, S.Pd. S 1 UNNES

30 Khotimatun, S.Pd. S 1 UNNES

31 Kartika aeni, S.Pd. S 1 UNNES

b. Perkembangan Akademik

MTs Al-Asror yang berdiri pada tahun 1987, terus berusaha

meningkatkan kualitas agar peserta didik mampu menguasai ilmu

pengetahuan (kognitif), berperilaku sesuai norma-norma hidup yang

sesuai ajaran (afektif) serta mempunyai kemampuan untuk berbuat

sesuatu yang bermanfaat atau ketrampilan psikomotorik.

Perkembangan akademik MTs Al-Asror dapat dilihat dari data

kelulusan peserta didik seperti yang tercantum dalam tabel di bawah

ini:

No Tahun

pelajaran

Jumlah

peserta

Lulus Tidak lulus Keterangan

1 1989/1990 76 75 1 99%

2 1990/1991 56 56 - 100%

3 1991/1992 54 53 1 99%

4 1992/1993 84 81 3 94%

5 1993/1994 114 114 - 100%

6 1994/1995 119 119 - 100%

7 1995/1996 156 119 - 100%

8 1996/1997 147 147 - 100%

9 1997/1998 163 163 - 100%

10 1998/1999 172 172 - 100%

54

11 1999/2000 199 199 - 100%

12 2000/2001 171 171 - 100%

13 2001/2002 153 153 - 100%

14 2002/2003 202 190 12 95%

15 2003/2004 224 211 13 96%

16 2004/2005 206 206 - 100%

17 2005/2006 229 215 14 94%

4. Struktur Organisasi

Strategi kelembagaan MTs Al-Asror sudah memperoleh akreditasi

A oleh dewan akreditasi madrasah (DAM) propinsi jawa tengah. Hal ini

menunjukkan bahwa sekolah tersebut telah memenuhi kriteria-kriteria

yang menunjang baik dari segi kuantitas maupun kualitas peserta didiknya.

Berdiri dengan SK. No. 07/ P. NU / VIII/86. Dan secara umum

kelembagaan MTs Al-Asror dapat digolongkan sebagai milik institusi

(yayasan) karena lembaga pendidikan ini merupakan salah satu sekolah

yang dikelola oleh yayasan Al-Asror di samping Madrasah Aliyah (MA)

dan pondok pesantren.

Di lihat dari strukturisasi, terlihat sudah ada pembagian tugas dan

peran yang sudah merata pada masing-masing jabatan (posisi) seperti

kepal sekolah sebagai atasan (top leader), wakil kepala sekolah, pengajar,

dan pegawai tata usaha sebagai anggota (bawahan). Hal ini pula

menegaskan bahwa MTs Al Asror sudah menganut sistem organisasi yang

bersifat desentralistik.

55

Ketua Yayasan Al Mamnukhin Cholid

Tabel 3

Struktur Organisasi

Kepala Madrasah Chumaidi, BA.

Wakamad Idris Imran

Instansi terkait BP3

Kepala Tata Usaha

Bendahara Nurwakhidoh

Urusan Pegawai Idris Imran

Pengajaran Khosim

Kesiswaan Suratno

Humas Nurhadi, HM.

BP 1. Khosim, S. Pd. 2. Istifaiyah, S. Pd. 3. Sulastri, S. Pd.

Urusan Umum

Perpus Wali Kelas / Dewan Guru

Siswa

56

5. Proses Pembelajaran

Dalam proses kegiatan belajar mengajar sepanjang tahun sesuai

dengan ketentuan. Sedangkan waktu yang digunakan di MTs al-Asror

adalah Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at dan Sabtu. Adapun pelajaran

di MTs al-Asror dimulai pukul 07.00 dan pelajaran terakhir pukul 13.45

WIB, yang meliputi mata pelajaran:

a. Pendidikan Agama

a.) Al Quran Hadis

b.) Aqidah Akhlaq

c.) Fiqih

d.) SKI (Sejarah Kebudayaan Islam)

e.) Bahasa Arab

b. Pendidikan Umum

f.) PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan)

g.) Bahasa Indonesia

h.) Matematika

i.) Sains/IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

j.) IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)

k.) Penjaskes (Pendidikan Jasmani dan Kesehatan)

l.) Kertangkes (Kerajinan Tangan dan Kesenian)

m.) Bahasa Inggris

Selain itu juga mengadakan program evaluasi yaitu berupa

program evaluasi yaitu berupa : Tes formatif, dimana setiap guru

diwajibkan mengadakan tes ini setiap selesai satuan mata pelajaran.

Setidak-tidaknya satu kali setiap bulan. Dan diadakan pula tes tes semester

yang dilaksanakan bersama-sama dalam tingkat MKM Ma’arif NU baik

semester gasal maupun semester genap.

Untuk mencapai tujuan belajar mengajar, maka setiap guru bidang

studi menyusun persiapan mengajar peserta didik sesuai dengan GBPP/

program semester. Sedangkan program tahunan disusun pada awal tahun

ajaran.

57

6. Kurikulum

Secara umum, definisi kurikulum adalah pengalaman belajar

subyek didik di dibawah bantuan lembaga pendidikan, baik sekolah formal

atau non formal. Namun definisi ini meluas sampai kurikulum

tersembunyi (hidden curriculum)sehingga bukan hanya pada kurikulum

yang di rencanakan.2

Demikian juga kurikulum yang digunakan MTs Al-Asror bertujuan

untuk meningkatkan pengalaman subyek didik (peserta didik) yang

mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang seimbang

sehingga tidak terjadi ketimpangan pada salah satu aspek.

Dikarenakan masih dalam naungan lembaga pendidikan Islam

maka MTs al-Asror dalam operasionalnya menerapkan perpaduan antara

kurikulum Departemen Agama (Depag) dan Departemen Pendidikan

Nasional (Depdiknas)

C. Mutu Peserta Didik

a. Mutu akademik

Mutu akademik lazim di ukur dari peringkat atau penggunaan

angka. Standar mutu akademik yang digunakan di lembaga pendidikan

SMP adalah nilai ujian nasional (UAN). Di MTs al-Asror, mutu

akademiknya dapat dikategorikan baik. Ini dapat dilihat dari indeks nilai

ujian yang diperoleh peserta didik tahun ajaran 2005/2006 seperti dalam

tabel berikut ini:3

Tabel 4

Nilai UAN Peserta Didik Tahun ajaran 2005/2006

Nilai UAN

Murni

Bahasa

Indonesia

Bahasa

Inggris

Matematika Jumlah Nilai

Klasifikasi B C B B

2 Suharsimi Arikunto, Organisasi Dan Administrasi Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan,

(Jakarta, PT. Raja grafindo persada, 1993), hlm. 247. 3 Dokumentasi MTs al-Asror, Tahun 2006.

58

Rata-rata 7.50 6.09 6.62 20.21

Terendah 4.20 3.80 2.33 11.53

Tertinggi 9.20 8.60 9.67 27.13

Standar

Devisi

0.87 0.94 1.31 2.46

b. Mutu Non-Akademik

Mutu non-akademik adalah manifestasi hasil belajar yang tidak

dimasukkan kedalam pengukuran akan tetapi hasilnya dapat dirasakan

melalui pengamalan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, misalnya

kedisiplinan, kemandirian, kemampuan bersosialisasi, solidaritas tinggi,

dan sebagainya. Mutu non akademik ini dapat ditunjukkan dengan prestasi

di luar akademik yaitu kegiatan intrakurikuler maupun ekstra kurikuler.

Prestasi ini dapat diapresiasikan dengan kegiatan-kegiatan yang

bermanfaat yang terdapat di lembaga pendidikan. Dapat disalurkan

melalui seni, olahraga, musik serta aktifitas positif yang lain.

Di MTs al-Asror sudah terdapat wadah dan wahana untuk

menampung kreatifitas peserta didik yakni kegiatan ekstrakulikuler yang

dilaksanakan sore hari, sehingga tidak mengganggu proses belajar

mengajar.

Kegiatan ekstrakulikuler di MTs al-Asror meliputi:

a. Kepramukaan

b. Olahraga

c. Kesenian

d. PMR

e. Keagamaan

f. Drum band

g. Ketrampilan

Prestasi non akademik yang telah diraih oleh peserta didik untuk

keseimbangan kebutuhan jasmani dan rohani, antara lain dengan ikut

berkompetisi dalam bidang olahraga maupun seni.

59

Adapun prestasi yang pernah diraih adalah:

- Bidang olahraga, diantaranya: atletik, gerak jalan, catur, tenis meja,

senam, bolavola, gobak sodor dan lain-lain dengan juara I sampai III

tingkat sampai tingkat propinsi.

- Bidang seni, antara lain: MTQ, pidato, puisi, seni lukis, kaligrafi,

cerdas cermat dan lain sebagainya. Dengan hasil prestasi dari juara I

sampai III baik tingkat kecamatan maupun tingkat propinsi. Di sampai

itu juga ada beberapa kejuaraan yang pernah diraih oleh peserta didik

diantaranya: bidang kepramukaan, Palang Merah Remaja (PMR), juga

lomba bidang studi baik tingkat kecamatan maupun propinsi.

D. Kepemimpinan Kepala Sekolah di MTs al-Asror

Pemimpin adalah mereka yang melayani kelompok dan organisasinya

atau melayani apa yang bisa disebut stakeholders (para pemegang kepentingan

termasuk karyawan, pelanggan atau konsumen, pemasok, masyarakat sekitar,

pemerintah, dan sebagainya). Pemimpin melakukan pelayanan dalam rangka

pembagian peran dan tanggung jawab untuk menciptakan masa depan

bersama yakni organisasi yang lebih baik.

Tugas-tugas tersebut berlaku pula terhadap kepala sekolah sebagai

pemimpin pendidikan yang tugas utamanya adalah memberikan prioritas

terhadap jasa layanan pendidikan untuk peserta didik dan masyarakat yang

membutuhkan.

Berawal dari hal ini , diharapkan akan tercipta hubungan timbal balik

dan saling bersinergi antara lembaga pendidikan Islam yag menyediakan

layanan pendidikan(education service) dan masyarakat yang berperan sebagai

konsumen pendidikan.

Demikian halnya yang dilakukan oleh H.Humaidi yang menjabat

kepala sekolah di MTs Al Asror. Dalam menjalankan tugas-tugasnya beliau

mempunyai motto:

60

).رواه البخاري(يسروا وال تعسرو وبشروا وال تنفروا

Mudahkanlah terhadap orang lain dan janganlah kamu mempersulit mereka dan berilah mereka kegembiraan dan janganlah mereka diusahakan lari (terkejut). (HR Bukhori).

Makna filosofis dari hadist yang digunakan sebagai motto kerja dalam

menjalankan kegiatan operasionalnya menurut H. Humaidi adalah bahwa

setiap pemimpin harus memberikan pelayanan kepada peserta didik dan

masyarakat sekitar yang membutuhkan dengan cara profesional dan optimal,

dengan prosedur yang tidak mempersulit, sehingga tidak menghambat

program kerja seperti proses belajar mengajar.4

Semenjak MTs al-Asror berdiri dari periode 1987 sampai sekarang

periode 2006 H. Humaidi masih dipercaya untuk mengemban amanat sebagai

kepala sekolah. Hal ini memberikan deskripsi bahwa sebagai pucuk pimpinan

H. Humaidi mempunyai kualitas dan dedikasi yang potensial dalam mengelola

dan memberdayakan sumber daya sekolah yang ada. Disamping itu beliau

mampu melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya antara

lain :

a. Tugas kepala sekolah sebagai edukator

Dalam melakukan tugasnya sebagai pendidik H. Humaidi berusaha

meningkatkan kedisiplinan serta profesionalisme tenaga pengajar serta

mengusahakan fasilitas-fasilitas sekolah yang menunjang keberhasilan

proses belajar mengajar seperti laboratorium bahasa, penambahan

komputer, perluasan gedung dan lain-lain. Beliau juga merencanakan dan

menyusun program kegiatan baik yang bersifat kegiatan tahunan, bulanan

maupun mingguan termasuk pembuatan jadwal pelajaran.

b. Tugas kepala sekolah sebagai manajer

H. Humaidi berusaha membangun kerjasama yang baik dengan

warga sekolah berpartisipasi aktif dalam mewujudkan visi dan misi

lembaga pendidikan MTs al-Asror. Tugas sebagai manajer telah

4 Wawancara yang dilakukan dengan H. Humaidi tanggal 7 juli 2006

61

dilaksanakan secara baik ini juga dibuktikan dengan kemampuan H.

Humaidi dalam menghadapi dan menyelesaikan persoalan di sekolah.

c. Tugas sebagai administrator

Mengawasi bidang administrasi; pengelolaan administrasi

kurikulum, administrasi peserta didik, administrasi personalia melalui

information technologi dan peninjauan langsung terhadap hal-hal yang

berkaitan dengan kearsipan, pendokumenan seluruh program sekolah

merupakan kegiatan H. Humaidi sebagai seorang administrator.

d. Tugas kepala sekolah sebagai supervisor

Di samping bertanggung jawab terhadap pelaksanaan administrasi,

H. Humaidi juga mempunyai tugas-tugas dan tanggung jawab lain dalam

peranannya sebagai supervisor. Beliau memberikan bimbingan, bantuan,

pengawasan, dan penilaian pada masalah-masalah yang berhubungan

dengan teknis penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan pengajaran

yang berupa perbaikan program dan kegiatan pendidikan pengajaran untuk

dapat menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik.

e. Tugas kepala sekolah sebagai leader

Sebagai seorang leader beliau mengorganisir dan membantu staf

(guru dan non guru) dalam melaksanakan program-program pendidikan.

Beliau juga berpartisipasi aktif pada setiap usaha-usaha sekolah untuk

mencapai tujuan pendidikan.

f. Tugas kepala sekolah sebagai innovator

Pengadaan kelas unggulan yang ada di MTs al-Asror merupakan

salah satu contoh bahwa H. Humaidi juga seorang kepala sekolah yang

inovatif. Selain itu mendorong dan membina setiap pengajar agar dapat

berkembang optimal dalam melakukan tugas-tugas yang diemban.

g. Tugas kepala sekolah sebagai motivator

H. Humaidi selalu mampu membangkitkan semangat kepada

tenaga pendidik, peserta didik, maupun karyawan tata usaha dalam

pencapaian tujuan pendidikan yang telah di tetapkan.

62

Dari tugas-tugas yang harus dilaksanakan terlihat bahwa fungsi dan

peran kedudukan kepala sekolah bukan hanya sebatas pimpinan, akan tetapi

dituntut pula untuk dapat memposisikan diri menjadi manajer, koordinator,

administrator, dan supervisor. Sehingga diperlukan pola kepemimpinan

Kepala Sekolah yang relevan agar fungsi dan peran tersebut dapat terealisasi

dengan baik.

H. Humaidi dalam menjalankan perannya sebagai Kepala Sekolah

menerapkan pola kepemimpinan demokratis dan sesekali bersifat otoriter.

Pola otoriter ini diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi lembaga

pendidikan. Dapat diterjemahkan pola kepemimpinan beliau sebagai

kepemimpinan yang fleksibel.

Asas demokratis dijadikan landasan berpijak dalam setiap

pengambilan keputusan. Yang dilakukan melalui musyawarah bersama para

anggota/bawahan (tenaga pengajar, staf tata usaha, dan peserta didik). Hal ini

dilaksanakan dalam rapat yang diselenggarakan pihak sekolah seperti rapat

bulanan, rapat tahunan, maupun rapat insidental. Prinsip adil juga ditegakkan

dalam kepemimpinan beliau dengan tidak menganakemaskan anggota-anggota

tertentu dan membagi peran serta tugas sesuai dengan kapabilitas bawahan.

Pola kepemimpinan otoriter terkadang diperlukan sebagai manifestasi

ketegasan dalam bersikap sehingga para anggota tetap memperhatikan arah

kebijakan (policy) Kepala Sekolah yang telah disepakati bersama.

Memberikan ruang untuk berpendapat, mengkritik kinerja Kepala Sekolah,

serta memberikan kebebasan berfikir juga tidak luput dari perhatian beliau.

Memberikan kebebasan dalam menentukan model pembelajaran kepada para

guru merupakan bukti konkret hal ini.

Dalam mekanisme kerja, H. Humaidi menerapkan sistem

desentralisasi. Beliau mendelegasikan, memberikan instruksi, kebijakan dan

kewenangan kepada bawahan namun masih ada pengawasan. Keadaan ini juga

mempengaruhi efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program kerja di MTs al-

Asror.

63

Salah satu tolak ukur keberhasilan pola kepemimpinan yang diterapkan

Kepala Sekolah juga dapat dilihat dari sosialisasi yang di lakukan dengan

warga sekolah. Di lingkungan sekolah H. Humaidi berusaha menciptakan

suasana kekeluargaan yang akrab. Bermula dari hal kecil ini, beliau dapat

memberikan keteladanan (uswah) kepada para anggotanya. Seperti

menanamkan nilai-nilai ta’awun (kerjasama), tafahum (saling pengertian),

tasamuh (toleransi), tafa’ul (optimisme) dan lain-lain.

Dari pola kepemimpinan beliau ini, yang selama 20 tahun mengemban

amanat sebagai kepal sekolah ternyata membawa perkembangan dan

kemajuan besar di lembaga pendidikan Islam MTs al-Asror.

65

BAB IV

ANALISIS POLA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN

IMPLIKASINYA TERHADAP MUTU PESERTA DIDIK DI MTS AL-

ASROR PATEMON GUNUNG PATI SEMARANG

A. Pola kepemimpinan Kepala Sekolah di MTs al-Asror

Sebagai lembaga pendidikan Islam, MTs al-Asror dari generasi ke

generasi telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Dimulai dengan

perkembangan fisik, hingga saat ini telah berhasil merealisasikan rencana

pembangunan (master plann) yang dicanangkan bersama dengan para anggota,

stakeholder, dan juga masyarakat. Hal ini semakin melengkapi sarana dan

prasarana yang menunjang terlaksananya program-program madrasah. Selain

perkembangan fisik perkembangan akademikpun tidak dikesampingkan

ataupun diabaikan. Keduanya berjalan seiring dengan saling mendukung satu

sama lain. Dengan semakin meningkatkan kualitas mutu peserta didik, serta

mengadakan kualifikasi tenaga pengajar merupakan langkah yang ditempuh

agar perkembangan akademik tercapai secara seimbang.

Perkembangan-perkembangan yang telah dicapai oleh lembaga

pendidikan Islam tersebut di atas, tidak terlepas dari keberhasilan pemimpin

pendidikan yakni kepala sekolah sebagai lembaga pucuk pimpinan (top leader)

yang membuat kebijakan atau pemegang policy dalam menjalankan

operasional kinerjanya. Dan salah satu tolak ukur penilaian keberhasilan

kepemimpinan kepala sekolah dapat dilihat dari peran serta dari fungsi dan

tanggung jawab yang telah dilaksanakan pola kepemimpinannya.

Menjadi kepala sekolah diutamakan mempunyai keahlian dan

ketrampilan untuk dapat menjalankan peran, fungsi, maupun tanggung jawab

secara optimal. Karena selain menjabat sebagai atasan (pemimpin) tertinggi

dalam organisasi kelembagaan, harus pula dapat memposisikan diri sebagai

manajer, koordinator, supervisor, inovator, kreator dan motivator.

H Humaidi, selaku kepala sekolah di MTs al-Asror, menurut hemat

penulis selama melakukan observasi dan penelitian, dapat dikategorikan sudah

66

memenuhi dan melaksanakan peran, fungsi dan tanggung jawab tersebut di

atas.

Sebagai manajer H Humaidi bertanggung jawab atas tugas-tugas yang

dilaksanakan para anggotanya. Pembagian tugas serta pengaturannya menjadi

pekerjaan utama beliau sebagai manajer, beliau mampu mengkomunikasikan

dengan visi dan misi lembaga pendidikan sehingga tujuan pendidikan tercapai.

Salah satu bukti dari keberhasilan menjalankan peran ini adalah perkembangan

MTs al-Asror hingga memperoleh akreditasi A.

Mengkoordinasikan tugas dan kegiatan yang dilakukan para anggota di

lingkungan sekolah/ madrasah merupakan peran serta fungsi kepala sekolah

sebagai koordinator H. Humaidi menjalankannya dengan berusaha mengadakan

komunikasi yang efektif sebagai jembatan penghubung dengan para anggota.

Fungsi ini pula ditujukan agar tidak terjadi kesirnpangsiuran tugas dan

kegiatan. Koordinasi dapat direalisasikan dengan cara mengadakan rapat

anggota, pertemuan rutin bulanan, dan sebagainya.

Memberikan pengawasan terhadap kinerja para anggotanya adalah

langkah awal yang dilakukakan H. Humaidi sebagai seorang supervisor. Dalam

hal ini kegiatan supervisi berguna agar para anggota tetap menjalankan tugas-

tugasnya sesuai dengan aturan-aturan dan kebijakan yang telah disepakati

bersama dalam awal perencanaan program kerja.

Menjadi administrator bukan hanya ditujukan kepada staf administrasi

atau pegawai tata usaha, akan tetapi kepala sekolah pun ikut berkecimpung dan

berperan dalam kegiatan ini. Dilaksanakan dengan cara kepala sekolah

memimpin pelaksanaan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan administrasi

pendidikan dan pengajaran.dalam hal ini H. Humaidi memberikan pengawasan

juga melalui IT (information technology )

Menciptakan ide-ide yang kreatif dan menampung ide, saran, dan

aspirasi para anggota adalah hal yang selama menjabat kepala sekolah

dilakukan oleh H Humaidi di MTs al-Asror. Beliau pula mempunyai visi

kedepan serta menjadi penyemangat para anggota agar tercapai program kerja

67

yang tepat sasaran. Dalam hal ini, kepala sekolah mempunyai peran dan fungsi

sebagai kreator, inovator dan juga motivator.

Peran dan fungsi kepala sekolah tidak dapat dipisahkan dengan

tanggung jawab. Dalam hal ini pula H Humaidi mempunyai tanggung jawab

ganda. Pertama, tanggung jawab intern, meliputi segala hal yang berkaitan

dengan urusan-urusan dalam lembaga (sekolah). Kedua tanggung jawab

ekstern yang mencakup lembaga luar, baik dengan masyarakat (Humas)

maupun instansi-instansi lainnya. Kondisi tersebut mengharuskan beliau

mempunyai kemampuan bersosialisasi dengan baik. Dan itu telah diakui oleh

masyarakat sekitar, bahwa beliau mempunyai kemampuan tersebut.

Setelah mampu mengoperasionalkan peran, fungsi, serta tanggung

jawab, tolak ukur penilaian keberhasilan kepemimpinan yang lain adalah pola

kepemimpinan, otoriter, demokratis, atau bebas (laizzes faire)

Dilihat dari pola kepemimpinannya, H. Humaidi termasuk jenis

pemimpin yang unik, karena beliau tidak hanya menggunakan satu pola, akan

tetapi kombinasi dari kedua pola kepemimpinan. Dari sini, diketahui bahwa

terdapat fleksibilitas dalam kepemimpinan kepala sekolah.

Pola demokratis tetap diprioritaskan sebagai dasar utama kepala sekolah

dalam memutuskan setiap kebijakan yang dibuat. Dengan mewujudkan ciri-ciri

kepemimpinan ini, efektifitas dan efisiensi pemberdayaan potensi sumber daya

sekolah telah tercapai, kriteria dari pola kepemimpinan yang telah dijalankan

kepala sekolah antara lain musyawarah, adil, memberikan kebebasan berfikir

dan berpendapat, dan sebagainya.

Nuansa alam demokratis berdampak pula pada pola hubungan yang

harmonis dan bersifat kekeluargaan di lingkungan MTs al-Asror, kerjasama

team work yang solid senantiasa mewarnai langkah-langkah dalam

menjalankan setiap tugas dan kewajiban. Sehingga tercipta kekompakan dan

hubungan yang dekat antara kepala sekolah (atasan) dan para anggota, meliputi

tenaga pengajar, staf tata usaha, dan peserta didik.

Memberikan punishment (sanksi, hukuman) berupa peringatan teguran

kepada para anggota yang melakukan kesalahan juga beliau lakukan kepada

68

para bawahan yang melanggar aturan. Sedikit memaksakan kehendak

pimpinan, ditujukan untuk memberikan ketegasan sikap agar para anggota

memperhatikan, mematuhi aturan-aturan yang terdapat dalam lembaga.

Pola kepemimpinan kepala sekolah mempengaruhi pula bagaimana

sistem kewenangan yang diterapkan, pemberian kewenangan serta

pendelegasian secara penuh ditujukan kepada para anggota, sehingga dalam hal

ini tugas beliau adalah menginstruksikan tugas dan kegiatan yang harus

dilakukan para anggota dengan kebijakan-kebijakan yang diputuskan secara

musyawarah mufakat. Dengan demikian sistem desentralisasi menjadi pilihan

dan diterapkan dalam struktur keorganisasian MTs al-Asror.

Selama penulis mengadakan observasi dapat diketahui bahwa terdapat

pola hubungan kekeluargaan. Hal ini berdampak pada terciptanya suasana

harmonis antara atasan dan bawahan, kedekatan kepala sekolah dengan semua

personil sekolah membuktikan, beliau adalah figur yang dicintai dan dihormati.

Dari uraian-uraian yang sudah dikemukakan, maka pola kepemimpinan

MTs al-Asror bersifat kombinasi antara pola kepemimpinan demokratis dan

otoriter dalam tingkatan rendah. Dengan tetap menekankan pola demokratis

menjadi landasan dimusyawarahkan bersama dan juga sistem organisasi yang

desentralistik. Pola otoriter diambil sebagai pola alternatif fleksibel sesuai

dengan situasi dan kondisi apabila diperlukan.Dari tinjauan manajemen Islami,

kepemimpinan H.Humaidi dapat digolongkan telah menerapkan kepemimpinan

efektif karena selain aktif dan efektif berinteraksi dengan bawahan (staf

guru,karyawan, dan peserta didik ) beliau juga melaksanakan prinsip –prinsip

islami.

Dalam dunia pendidikan, pelaksanaan sejumlah teori, ide, maupun pola

adalah bentuk sejauh mana implementasi hal tersebut berhasil direalisasikan

dalam ranah praktis. Demikian juga dengan kepemimpinan kepala sekolah H

Humaidi di MTs al-Asror, yang menganut pola kepemimpinan demokratis dan

sesekali otoriter sudah diterapkan secara profesional dan optimal.

Penerapan pola kepemimpinan demokratis sudah dilaksanakan dalam

lembaga ini, sejak awal berdiri, ditunjukkan dengan keadilan yang merata,

69

musyawarah untuk mencapai mufakat, memberikan kebebasan untuk berfikir

dan berpendapat.

Asas kebersamaan dan transparansi (keterbukaan) semakin

mengoptimalkan penerapan pola demokratis, setiap ada masalah ataupun

konflik selalu dipecahkan bersama-sama dengan tujuan mengambil solusi yang

tepat. Demikian halnya dengan asas keterbukaan, para anggota diberikan hak

untuk mengawasi (social control) jalannya proses kerja organisasi.

Memberikan kritik, saran dalam kelembagaan sangat dibolehkan.

Fleksibilitas menjadi landasan dalam menerapkan pola otoriter , kedua

pola ini diterapkan dengan tujuan memberikan keseimbangan (balancing) dan

ketegasan terhadap pola demokratis sehingga tidak terdapat kekakuan

didalamnya.

B. Implikasi Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Peserta

Didik

Kepala sekolah sebagai pemegang kebijakan (policy) diharuskan untuk

dapat memberikan kebijakan, keputusan serta instruksi dalam mengupayakan

memajukan potensi lembaga ataupun organisasi yang dipimpinnya. Selain

kemajuan dalam lingkup eksternal kemajuan internalpun sudah selayaknya

tidak luput dari perhatian kepala sekolah dalam kepemimpinannya.

Kemajuan internal yang mencakup peningkatan kualitas personil

sekolah (lembaga pengajar, staf tata usaha, dsb) dan mutu peserta didik sampai

saat ini terus diusahakan di lingkungan MTs al-Asror. Terutama dalam hal ini

meningkatkan mutu peserta didik. Seperti diketahui bersama, bahwa peserta

didik merupakan instrumen penting yang menduduki posisi subyek sekaligus

obyek pendidikan.

Peserta didik pada hakekatnya mempunyai potensi untuk

mengembangkan sekaligus meningkatkan mutu akademik maupun non

akademiknya. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain latar belakang

lingkungan, kualitas guru, serta kebijakan-kebijakan itulah yang merupakan

hasil dari pola kepemimpinan kepala sekolah.

70

Pola kepemimpinan kepala sekolah yang unik, karena sistem kombinasi

dari dua pola kepemimpinan serta menerapkan pola kepemimpinan efektif;

mengandung nilai-nilai islami seperti memberikan keteladanan (uswah)

ta’awun, musyawarah dan sebagainya ternyata berimplikasi positif terhadap

peningkatan mutu baik akademik maupun non akademik. Dalam hal ini dapat

ditunjukkan dengan nilai rata-rata dalam ujian nasional yang dicapai peserta

didik dapat dikategorikan baik karena meningkat dari tahun ajaran

sebelumnya(2004/2005).nilai rata-rata sebelumnya antara lain Bahasa

Indonesia (6,85), Bahasa Inggris (5,75), Matematika (4,37), Quran

Hadits(6,13), Aqidah Akhlak (7,26), Fiqih (7,28), SKI (6,34), Bahasa Arab

(5,52), PPKn (7,01), IPA (6,14), IPS (6,15), Bahasa Jawa (6,14), Ke-Nu-an

(5,75). Untuk nilai-nilai rata-rata mata pelajaran umum yang diujikan pada

tahun ajaran 2005/2006 antara lain Indonesia (7,50), Bahasa Inggris (6.09),

Matematika (6,62), sedangkan untuk mata pelajaran lain yang diujikan

memperoleh nilai rata-rata; Qur’an hadits (6,30), Aqidah akhlak (6,63), Fiqih

(6.05), SKI (6,44), Bahasa Arab (5,88), PPKn (7,08), IPA (5,74), IPS (6,27),

Bahasa Jawa (6,70), Ke-Nu-an (6.01). Demikian juga dengan mutu non

akademik yang dibuktikan dengan sederet prestasi dalam bidang seni, olahraga,

ketrampilan, dan sebagainya cukup membanggakan. Kemajuan di bidang ini

juga tidak terlepas dari kebijakan-kebijakan H. Humaidi yang memberikan

apresiasi yang besar peserta didik agar termotivasi untuk meningkatkan prestasi

non akademiknya. Antara lain dengan menyediakan serta mengusahakan

semua fasilitas yang menunjang kegiatan ekstrakurikuler. Kemudian beliau

juga memberikan support dan reward kepada peserta didik yang berhasil

mengharumkan dan membawa nama baik lembaga pendidikan al-Asror melalui

perlombaan, kejuaraan, debat ilmiah maupun yang lainnya sehingga mereka

merasa dihargai dan semakin terpacu semangatnya. H. Humaidi acapkali

berkoordinasi dengan para guru yang membina kegiatan ekstrakurikuler dengan

tujuan mencari tahu kekurangan-kekurangan yang perlu dibenahi.Ini

menunjukkan perhatian beliau yang besar serta membuahkan hasil yang

optimal.

71

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari muatan deskriptif ini penulis menarik beberapa sebagai berikut:

1. Pola kepemimpinan kepala sekolah merupakan langkah awal yang harus

ditetapkan seorang pemimpin termasuk kepala sekolah dalam menjalankan

roda kepemimpinan. Mekanisme kerja, kebijakan, serta intruksinya sangat

bergantung pada hal ini. Dalam operasionalnya pun, kepala sekolah tidak

hanya menduduki posisi leader, tetapi harus pula menerapkan jabatannya

sebagai manager, koordinator, administrator, supervisor, creator,

innovator, dan motivator. Dengan menerapkan pola kepemimpinan sistem

kombinasi yakni perpaduan antara tipe demokratis dan otoriter dalam

tingkatan rendah menjadikan sebuah pola kepemimpinan yang fleksibel,

tidak kaku dan cenderung pada salah satu pola. Keduanya dapat berjalan

seimbang dan sesuai pada porsinya (proposional). Dalam hal ini pola

demokratis masih mendominasi pola kepemimpinan kepala sekolah MTs

al- Asror. Beliau juga menerapkan pola kepemimpinan efektif yang

berprinsip pada nilai-nilai islami seperti taawun, adil,mempunyai

kapabilitas (kafa’ah), musyawarah dan memberikan kebebasan berfikir.

2. Implikasi dari penerapan pola kepemimpinan kepala sekolah MTs al

Asror ini, ternyata berpengaruh baik terhadap peningkatan mutu peserta

didik, baik dilihat dari aspek akademik yang telah dicapai oleh peserta

didik dalam ujian nasional dapat dikategorikan baik, sedangkan untuk

non akademik, yang dapat ditunjukkan dengan banyak prestasi yang

diperoleh cukup membanggakan dalam bidang seni, ketrampilan, olahraga

dan pengembangan bakat maupun potensi lainnya.

72

B. SARAN-SARAN

Sesuai dengan penelitian yang menjadi objek kajian permasalahan

skripsi ini, penulis ingin memberikan saran-saran yang dirasa perlu bagi dunia

pendidikan, yaitu sebagai berikut.

1) Memberikan sistem pendidikan yang dapat dimanfaatkan dan

dikembangkan oleh peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat,

sehingga diharapkan sistem pendidikan yang diselenggarakan MTs al-

Asror semakin solid untuk memberikan pendidikan yang bukan hanya

mengacu pada duniawi oriented, ukhrowi oriented pun perlu sebagai bekal

mereka menjalani kehidupan dan sesuai dengan syariat Islam.

2) Diperlukan manajemen lembaga yang teratur agar untuk periode ke depan,

perkembangan MTs al-Asror dapat meningkat secara signifikan.

3) Untuk penelitian yang lain, dapat melakukan penelitian lanjut tentang

permasalahan ini , karena hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna.

C. PENUTUP

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.

Yang telah memberikan kekuatan, hidayah dan Taufik-Nya kepada penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari meskipun dalam penulisan ini telah berusaha

semaksimal mungkin, namun dalam penulisan ini tidak lepas dari kesalahan

dan kekeliruan. Hal itu semata-mata merupakan keterbatan ilmu dan

kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharap

kritik yang konstruktif dari berbagai pihak demi perbaikan yang akan datang

untuk mencapai kesempurnaan. Akhirnya penulis hanya berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca

pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

AD. Marimba, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung : PT. Al Ma’arif, 1980.

Anwar, Moch. Idochi, M.Pd., Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2003

Arcaro, Jerome S., Pendidikan Berbasis Mutu, terj, Yosal Iriantara, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005.

Arikunto, Suharsimi, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Jakarta, CV. Rajawali, 1990.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2003.

Asmara, U. Husna, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1984.

Beker, Anton dan Zubair, Ahmad Charis, Metodologi Penelitian Filsafat, Yogyakarta : Kanisius, 1990.

Best, John W., Reseach In Education, dalam Sanafiah Faisah dan Mulyadi Guntur W.(ed), Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya : Usaha Nasional, 1982.

Danim, Sudarwan, Menjadi Komunitas Pembelajar, Kepemimpinan Transformasi dalam Komunitas Organisasi Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2000.

Depag RI Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Kendali Mutu PAI, Jakarta, 2001.

Depag RI, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2002.

Depag RI., Kendali Mutu PAI, Jakarta, 2001.

E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung Remaja Rosdakarya, 2003.

E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Prefosional dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Koneks Menyukseskan MBS dan KBK, Remaja RosdaKarya, Bandung, 2003

Hadi, Sutrisno, Metodologi Reseach, Yogyakarta: Andi Offset, 1993.

Hadi, Sutrisno,Metodologi Reseach, Yogyakarta: Andi Offset, 1993.

Hamzah, Ibnu, al-Husaini al-Hanafi Ad Damsyiqi (Penerjemah M. Suwarta Wijaya, Zazillah Salim, Asbabul Wurud 3; Latar Belakang Historis, Timbulnya Hadis-hadis Rasul), Radar Jaya, Offset, Jakarta, 2002

Harikoshi, Hiroko, Kiai dan Perubahan Sosial, Jakarta, P3M, 1987.

http://sman78.

http://wwwdikdasmen.

Madhi, Jamal, Menjadi Pemimpin yang Efektif dan Berpengaruh Tinjauan Manajemen Kepemimpinan Islam, Bandung: PT. Syamil Cipta Media, 2001.

Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Al-Ma’arif, Bandung, 1989.

Mawahib, Khoiril, Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa di Lingkungan Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Kampus III IAIN, Skripsi Fakultas Tarbiyah, IAIN Walisongo Semarang, Semarang, 2002.

Moekijat, Kamus Management, Bandung: Penerbit Alumni, 1984.

Moeloeng, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999.

Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Saraswati, 1996.

Muhammad, Al-Imam, Abi Abdillah bin Ismail Ibnu Ibrahim bin al-Mughirah bin Baradzabah al-Bukhari al-Ja’fiyyi, Beirut: Dar al-Kutub Ilmiyy 1992.

Muhammad, Thariq, As-Suwaidah, Melahirkan Pemimpin Masa Depan, Jakarta: Gema Insani, 2002.

Mustafa, Ahmad, Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Semarang: CV. Toha Putra, 1993.

Mustafidin, Ahmad, Manajemen Konflik, Relevansinya Dengan Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam, Semarang: IAIN Walisongo, 2004.

Narbuko, Cholid, dkk., Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2005

Nawawi, Hadari, Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, Jakarta, Gajah Mada University Press, 2003.

Nawawi, Hadari, Kepemimpinan Menurut Islam, Yogyakarta, Gjahmada University Press, 1993.

Nawawi, Hadari, Kepemimpinan Menurut Islam, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993.

Nizar, Samsul, M.A., Pendekatan Historis; Teoritik dan Praktis, Ciputat Pres, Jakarta, 2003.

Nizar, Samsul, MA, Filsafat Islam; Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Press, 2002.

Panitia Istilah Manajemen Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen, Kamus Istilah Manajemen, Jakarta:Balai Aksara, 1983.

Poerwanto, Ngalim, dkk, Administrasi Pendidikan, Mutiara Sumber Widya, Jakarta, 1983

Purwanto, Ngalim, MP, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, bandung, Remaja Rosdakarya, t.th.

PWNU Jawa Tengah, Kumpulan Lembaga Terakreditasi, Semarang: Lembaga Pendidikan Ma’arif, 2006.

Rivai, Vietzal, M.B.A, Kiat Memimpin dalam Abad ke-21, Jkarta, PT Raja Grafindo Persada 2004

Rozanah, Anis, Karakteristik Pemimpin dalam al-Quran Implikasinya Terhadap Pendidikan Islam, Skripsi, Fakultas Tarbiyah Semarang, 2002.

Sagala, Syaiful, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabeta, 2000.

Schools, John M. dan Sadzily, Hasan, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1992.

Shihab, Quraish, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1997.

Siagian, Sondang P., Filsafat Administrasi, Jakarta, PT Toko Gunung Agung, 1997.

Siagian, Sondang P., Teori dan Praktek Kepemimpinan, Jakarta, PT Rineka Cipta, 1999

Slamet PH., Kepemimpinan Kepala Sekolah , Makalah dan Lokakarya Nasional, 2002.

Soetopo, Hendiyat dan Soemanto, Wasty, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, Bina Aksara, Yogyakarta, 1984

Soetopo, Hendyat dan Soemanto, Wasty, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, Jakarta, Bina Aksara, 1988

Subroto, Suryo, Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta, Rineka Cipta, 2004.

Sudjana, Metodologi Penelitian dan Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.

Sugandha, Daan, M.P.A, Kepemimpinan di dalam Administrasi, Bandung, CV Sinar Baru, 1981

Sukanto, Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren, Jakarta, Pustaka, LP3ES, 1999.

Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2007.

Sumidjo, Wahyo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2001.

Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Press, 1995.

Syafruddin, Manjemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta, Ciputat, Press, 2005.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B)Depdikbud RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka; edisi II, cet. 3, 1994.

Uwes, Sanusi, Manajemen Pengembangan Mutu Dosen, Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1999.

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah; Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001.

Widodo, dkk, Kamus Ilmiah Populer, Yogyakarta: Absolut, 2001.

WJS. Poerwadarumita, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, balai pustaka, 1990.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mujiarti

Tempat Tanggal Lahir : Tegal, 21 Nopember 1985

Alamat Asal : Dk. Kubang RT 02 RW V Ds. Brekat Kec. Tarub Kab.

Tegal 52184

Jenjang pendidikan:

1. SDN II Brekat Tarub Tegal Lulus tahun 1997

2. MTs Hasyim Asyari Tarub Tegal Lulus tahun 2000

3. MAN BABAKAN Lebaksiu Tegal Lulus tahun 2003

4. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Jurusan Kependidikan Islam

(KI) / Program Minor Inggris angkatan tahun 2003

Semarang, 12 Desember 2007

Penulis