POLA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DI LEMBAGA...
Transcript of POLA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DI LEMBAGA...
POLA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MUTU PESERTA DIDIK (STUDI KASUS MTS AL-ASROR PATEMON,
GUNUNG PATI SEMARANG).” SKRIPSI, SEMARANG, FAKULTAS TARBIYAH IAIN
WALISONGO 2007
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S1)
Ilmu Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam
Disusun Oleh:
MUJIARTI NIM: 3103236
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2008
ABSTRAK
Mujiarti (NIM : 3103236) Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah Di Lembaga Pendidikan Islam dan Implikasinya Terhadap Mutu Peserta Didik (Studi Kasus MTS al-Asror Patemon, Gunung Pati Semarang).” Skripsi, Semarang, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo. 2007.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) pola kepemimpinan kepala sekolah; (2) implikasi pola kepemimpinan kepala sekolah terhadap mutu peserta didik di lembaga pendidikan Islam MTS al-Asror Patemon, Gunung Pati Semarang.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode dokumentasi, wawancara, dan observasi. Data penelitian yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa : 1). Pola kepemimpinan merupakan langkah awal yang harus ditetapkan seorang pemimpin pendidikan termasuk kepala sekolah dalam menjalankan roda kepemimpinan. Karena kemajuan atau keberhasilan sebuah lembaga pendidikan Islam sangat dipengaruhi oleh hal ini. H. Humaidi , BA selaku kepala sekolah di MTs al- Asror Patemon Gunung Pati menerapkan pola kepemimpinan kombinasi dan bersifat fleksibel yakni perpaduan demokratis dan sesekali otoriter serta pola kepemimpinan efektif yang berprinsip pada nilai-nilai islami. 2) Implikasi dari penerapan pola kepemimpinan kepala sekolah MTs al-Asror ini ternyata berimplikasi positif terhadap mutu peserta didik, baik dilihat dari aspek akademik yang telah dicapai oleh peserta didik dalam ujian nasional dapat dikategorikan baik. Sedangkan untuk non akademik ditunjukkan dengan sederet prestasi yang diperoleh cukup membanggakan dalam bidang seni, ketrampilan , olahraga, dan pengembangan bakat dan minat maupun potensi lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan pola kepemimpinan kepala
sekolah di MTS al-Asror Patemon, Gunung Pati Semarang dapat menjadi panutan bagi para pengelola lembaga pendidikan, baik formal maupun non formal terutama dalam peningkatan mutu peserta didik. Sehingga dapat menghasilkan tujuan yang ingin di capai semaksimal mungkin sesuai dengan idealisasi dalam pendidikan.
MOTTO
رمن عن اببي صلى اهللا عليه وسلم, عن النقال, ع هأن : كلكماع ور كلكم
).رواه البخارى.... (مسؤول عن رعيته
“Dari Ibnu Umar, Nabi Muhammad SAW bersabda: Semua kamu adalah
pemimpin dan setiap pemimpin kamu bertanggung jawab atas yang dipimpin” …
(HR. Bukhari).∗
∗ Al Imam Abi Abdillah Muhammad Ibnu Ismail Ibnu Ibrahim bin al Mughirah bin Bardzabah al-Bukhari al-Ja’tiyyi (Beirut : Dar al Kutub, al Ilmiyya 1992), hlm. 268.
PERSEMBAHAN
Ayahanda dan ibunda tersayang.
Kang Dul dan adinda tercinta Adek Unul.
Sahabat- sahabatku Eni, Eloq, Ovah, Hani.
AA Farhan terima kasih atas cinta dan semangatnya.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, atas limpahan rahmat dan kasih sayang serta bimbingan-
Nya menuju jalan yang lurus, akhirnya penulis mampu menyelesaikan penulisan
skripsi ini, tanpa hidayah-Nya mustahil semua ini bisa selesai.
Skripsi yang berjudul “Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah di Lembaga
Pendidikan Islam dan Implikasinya Terhadap Mutu Peserta Didik (Studi Kasus
MTS al-Asror Patemon Gunungpati Semarang).” Ini di susun untuk memenuhi
salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S.1) pada Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan
saran-saran dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi ini dapat
terselesaikan. Oleh karenanya penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Abdul Djamil., M.A, selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang.
2. Prof. Dr. Ibnu Hadjar, M.Pd., selaku dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang.
3. Drs. Fatah Syukur, M.Ag, selaku pembimbing, beliau telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya di tengah-tengah kesibukan beliau
untuk selalu memberikan bimbingan, sehingga penulisan skripsi ini selesai.
4. Ayahanda dan ibunda yang senantiasa mendoakan dan mengiringi ananda
selalu sehingga proses penulisan ini berjalan dengan baik dan lancar.
5. Keluarga besar yayasan al-Asror, yang ikut membantu dalam pengumpulan
data skripsi ini.
6. Teman-teman yang setia, A. Farha, Eloq, Eni, Ovah, Hani, dan yang lain yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang selalu setia membantu selama
studi sampai terselesaikannya skripsi ini.
7. Berbagai pihak yang secara tidak langsung telah membantu baik moril
maupun spiritual dalam penyusunan skripsi ini.
Selanjutnya penulis hanya dapat menyampaikan dan semoga Allah swt
berkenan melipatgandakan pahala yang setimpal dan menjadikan sebagai amal
shaleh di sisi-Nya atas kebaikan dan jasa mereka.
Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini
masih jauh dari sempurna, meskipun penulis telah mencurahkan seluruh
kemampuan secara maksimal. Oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca
senantiasa penulis harapkan guna menyempurnakan penulisan ini. Kendati
demikian penulis tetap berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin.
Semarang, 10 Desember 2007.
Penulis
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau
diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang
lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan
rujukan.
Semarang, Januari 2008
Deklarator
M U J I A R T I NIM: 3103236
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................... i
Persetujuan Pembimbing .................................................................................... ii
Pengesahan ......................................................................................................... iii
Motto .................................................................................................................. iv
Persembahan ...................................................................................................... v
Kata Pengantar ................................................................................................... vi
Daftar Isi ............................................................................................................ viii
Deklarasi ............................................................................................................ xi
Abstrak ............................................................................................................... xii
BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Penegasan Istilah ..................................................................... 5
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................... 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 7
E. Telaah Pustaka ........................................................................ 8
F. Metode Penelitian ................................................................... 9
G. Sistematika Penulisan ............................................................. 12
BAB II KONSEP POLA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM ........................................... 14 A. Fenomena Kepemimpinan Kepala Sekolah ............................ 14
1. Pengertian Kepemimpinan ................................................ 14
2. Tipologi Kepemimpinan ................................................... 17
3. Konsep Kepala Sekolah .................................................... 27
a. Pengertian Kepala Sekolah ......................................... 27
b. Kepemimpinan Kepala Sekolah .................................. 32
B. Peserta Didik ........................................................................... 36
1. Pengertian Peserta Didik ................................................... 36
2. Kemampuan dan Karakteristik Peserta Didik .................... 38
3. Mutu Peserta Didik dalam Prestasi Akademik dan Non
Akademik .......................................................................... 39
a. Bidang Akademik ....................................................... 42
b. Bidang Non Akademik ................................................ 42
BA III : LAPORAN HASIL PENELITIAN ............................................... 44
A. Kondisi Umum MTs Al-Asror ................................................ 44
1. Letak Geografis ................................................................. 44
2. Kondisi Sosiologis ............................................................ 45
3. Tinjauan Historis ............................................................... 45
4. Visi dan Misi MTs Al-Asror ............................................. 46
B. Sejarah Berdirinya dan Perkembangan ................................... 46
1. Awal berdirinya MTs Al-Asrori ....................................... 46
2. MTs Al-Asros Berdiri ....................................................... 49
3. Perkembangan MTs Al-Asror ........................................... 51
a. Perkembangan Fisik .................................................... 51
b. Perkembangan Akademik ........................................... 54
4. Struktur Organisasi ........................................................... 55
5. Proses Pembelajaran ......................................................... 57
6. Kurikulum ......................................................................... 58
C. Mutu Peserta Didik ................................................................. 58
a. Mutu Akademik ................................................................ 58
b. Mutu Non Akademik ........................................................ 59
D. Kepemimpinan Kepala Sekolah di MTs Al-Asror .................. 60
BAB IV : ANALISIS POLA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP MUTU PESERTA DIDIK DI MTs
AL-ASROR PATEMON GUNUNG PATI SEMARANG ........... 65
A. Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah di MTs Al-Asror .......... 65
B. Implikasi Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap
Mutu Peserta Didik ................................................................. 69
BAB V : PENUTUP ..................................................................................... 71
A. Kesimpulan ............................................................................. 71
B. Saran ....................................................................................... 72
C. Penutup .................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seseorang yang diberi kedudukan oleh Allah untuk mengelola suatu
wilayah, ia berkewajiban untuk menciptakan suatu masyarakat yang hubungan
dengan Allah baik, kehidupan masyarakatnya harmonis, dan agama, akal dan
budayanya terpelihara. Sebagaimana juga tugas yang diemban kepala sekolah
sebagai khalifah yang diserahi amanah untuk mengelola lembaga pendidikan.
فسدن يا مل فيهعجليفة قالوا أتض خاعل في األري جالئكة إنللم كبإذ قال رونحناء ومالد فكسيا وون فيهلمعا ال تم لمي أعقال إن لك سقدنو دكمبح حبسن
).30: البقرة(“Ingatlah ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak menciptakan seorang khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata,’ Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dan menyucikan Engkau?’ Tuhan berfirman,’ Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’. 1(Q.S.Albaqarah: 30). Kepala sekolah menduduki jabatan sentral dalam sebuah lembaga
pendidikan Islam. Peranan tugas, dan tanggung jawabnya sangat penting dan
mutlak diperlukan dalam pengorganisasian dan pengelolaan program
pendidikan yang telah direncanakan dalam lembaga tersebut. Baik dari aspek
administrasi, pengembangan kurikulum, ketenagakerjaan, guru dan non guru,
maupun di bidang pengajaran, maupun pengawasan perkembangannya
(supervisi) yang harus dilaksanakan secara maksimal.
Secara definitif, kepada sekolah dan lembaga pendidikan Islam
memiliki keterkaitan arti, keduanya mengandung kesatuan arti yang integral,
dan tidak bisa dipisah-pisahkan satu dengan yang lain.
1 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press, 2000. hlm. 92
2
Kepala sekolah adalah seorang yang mampu berperan sebagai figur
dan mediator, bagi perkembangan masyarakat dan sekitarnya. Sedikitnya
harus mampu berfungsi sebagai educator, manager, administrator, supervisor,
leader, innovator, dan motivator.2 Sedangkan lembaga pendidikan Islam
adalah badan atau organisasi pendidikan bernafaskan Islam yang berusaha
melaksanakan pendidikan, pembinaan, penelitian, dan pengembangan
keilmuan secara terstruktur dan sistematis untuk mencapai tujuan yang sudah
ditentukan.3
Pendidikan sebagai usaha membantu anak didik mencapai
kedewasaan, diselenggarakan dalam suatu kesatuan organisasi sehingga usaha
yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan dan saling mengisi.
Pengelolaan pendidikan dengan menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif secara berkelanjutan merupakan komitmen dalam pemenuhan janji
sebagai pemimpin pendidikan. Peranan kepala sekolah adalah sangat penting
dalam menentukan operasional kerja harian, mingguan, bulanan, semesteran,
dan tahunan yang dapat mencegah berbagai problematika ini sebagai
komitmen dan meningkatkan mutu pendidikan melalui kegiatan supervisi
pengajaran, konsultasi, dan perbaikan-perbaikan penting guna meningkatkan
kualitas pembelajaran.4
Tugas-tugas yang diemban oleh kepala sekolah menuntut dia memiliki
keterampilan pada taraf tinggi dalam bidang kepemimpinan, keadministrasian,
kemampuan hubungan manusiawi dan stat secara perorangan dan kelompok
dengan masyarakat, serta keterampilan teknis untuk menyelenggarakan tugas-
tugas instruksional dan non instruksional.5
Pidarto (1988) mengemukakan tiga macam keterampilan yang harus
dimiliki oleh kepala sekolah untuk menyelesaikan kepemimpinannya
2 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Prefosional dalam Konteks Menyukseskan MBS
dan KBK, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 98. 3 Ahmad Mustafidin, Manajemen Konflik, Relevansinya Dengan Pengembangan
Lembaga Pendidikan Islam, (Semarang: IAIN Walisongo, 2004), hlm. 32. 4 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2000), hlm.
52. 5 Sudarwan Danim, Menjadi Komunitas Pembelajar, Kepemimpinan Transformasi dalam
Komunitas Organisasi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 22.
3
sebagaimana dikutip oleh E. Mulyasa bahwa keterampilan untuk memahami
dan mengoperasikan organisasi, keterampilan manusiawi, yaitu keterampilan
untuk kerjasama, memotivasi, dan memimpin serta keterampilan teknik, ialah
keterampilan dalam menggunakan pengetahuan, metode, teknik, serta
perlengkapan untuk menyelesaikan tugas tertentu.6
Hubungan antara pola kepemimpinan kepala sekolah dalam lembaga
pendidikan Islam merupakan suatu hal yang sangat penting. Karena suatu
lembaga dapat menjalankan fungsinya secara efektif dan efisien tergantung
pada pimpinannya, di samping faktor-faktor lain yang menjadi pendukung.
Kepemimpinan dengan ruang lingkup terkecil, maka mekanismenya
juga paling sederhana, unsurnya hanyalah penggerakan (actuating) yang
dilakukan dengan kemampuan menetapkan keputusan dan
mengkomunikasikannya dengan orang lain, sehingga terdorong untuk
melakukan kegiatan bersama guna mencapai tujuan.7
Keberhasilan kepala sekolah dalam memimpin lembaga pendidikan
Islam dapat dilihat dari pola kepemimpinannya; otoriter, bebas, demokratis
atau menggunakan kombinasi salah satunya. Di samping itu kemampuannya
menggerakkan dengan cara mampu menetapkan keputusan dan
mengkomunikasikannya dengan para bawahannya.
Selain dituntut untuk memiliki kapabilitas dalam memimpin suatu
lembaga pendidikan Islam, kepala sekolah juga mempunyai tanggung jawab
yang besar terhadap para bawahannya, staf guru dan non guru, peserta didik,
masyarakat, dan lingkungan sosialnya. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk
menyeimbangkan posisinya di sekolah sebagai pemimpin dan masyarakat
pada umumnya di lingkungan intern dan ekstern, sehingga pencipta suasana
yang kondusif dan solidaritas.
6 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 126.
7 Hadari Nawawi, op. cit., hlm. 37.
4
Sabda Rasulullah SAW:
كلكم : هللا صلى اهللا عليه وسلم يقولمسعت رسول ا: ان عبداهللا بن عمر يقول ).رواه البخارى. (راع وكلكم مسؤل عن رعيته
“Semua kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin kamu bertanggung jawab atas yang dipimpin”.8 (HR. Bukhari). Ini membuktikan bahwa tanggung jawab dalam Islam bersifat
perseorangan dan sosial sekaligus.9 Bertanggung jawab terhadap pihak-pihak
yang bersangkutan di bawah pengawasanya juga terhadap masyarakat.
Merunut dari pola kepemimpinannya kepala sekolah, ternyata
berimplikasi terhadap mutu peserta didik. Sebagaimana diketahui peserta didik
merupakan instrumen penting dalam pengembangan potensi sumber daya
pendidikan, dan juga salah satu faktor peningkatan dan kapabilitas kepala
sekolah sebagai pemimpin dan pembuat kebijakan dalam sekolah.
MTs al-Asror, yang berada di wilayah Patemon Gunung Pati semarang
merupakan lembaga pendidikan Islam di bawah naungan yayasan Ma’arif NU,
dengan kepala sekolah H.Humaidi tak kalah perhatian terhadap pengelolaan
pendidikan sekolah menengah pertama telah mendapatkan akreditasi A dan
menerapkan sistem kelas unggulan10.
Berawal dari pandangan tersebut, penulis tertarik untuk mengkajinya
lebih lanjut dalam sebuah skripsi yang berjudul “POLA KEPEMIMPINAN
KEPALA SEKOLAH DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP MUTU PESERTA DIDIK (Studi kasus MTs
al-Asror Patemon Gunung Pati Semarang)”.
8 Al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Ibnu Ibrahim bin al-Mughirah bin
Baradzabah al-Bukhari al-Ja’fiyyi, (Beirut: Dar al-Kutub Ilmiyy 1992), hlm. 268. 9 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 47. 10 PWNU Jawa Tengah, Kumpulan Lembaga Terakreditasi, Semarang: Lembaga
Pendidikan Ma’arif, 2006, hlm. 6.
5
B. Penegasan Istilah
Untuk memberikan kejelasan terhadap istilah skripsi ini, penulis perlu
menegaskan beberapa istilah yang digunakan yaitu:
1. Pola: Model, contoh, pedoman (rancangan), dasar kerja.11 Dalam hal ini
model seperti apa dan bagaimana yang di terapkan serta dijalankan oleh
H. Humaidi selaku Kepala Sekolah.
2. Kepemimpinan: Kegiatan mempengaruhi orang-orang agar suka berusaha
mencapai tujuan kelompok12. Kepemimpinan juga diartikan sebagai
kekuasaan yang digunakan seorang pemimpin untuk menjamin
tercapainya hasil yang dikehendaki.13 Dalam hal ini Kepala Sekolah yang
menjabat sebagai pimpinan diharapkan dapat memberikan motivasi
anggotanya untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan
pendidikan yang ada di MTs al-Asror, sehingga tercapai sasaran yang
diinginkan.
3. Kepala Sekolah: Orang yang diberi tanggung jawab untuk mengelola dan
memberdayakan berbagai potensi masyarakat, serta orang tua untuk
mewujudkan visi, misi, dan tujuan sekolah.14
4. Lembaga: Asal mula, bakal, bentuk asli, tetapi dapat berarti ikatan orang-
orang atau badan yang tujuannya melakukan penyelidikan keilmuan atau
melakukan suatu usaha.15
5. Pendidikan Islam: Bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-
hukum Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut
ukuran tertentu.16 Pendidikan Islam disini dituntut untuk memberikan
kontribusi terhadap perkembangan dari aspek fisiologis dan psikologis
peserta didik agar terwujud generasi islami yang menegakkan hukum-
hukum Islam.
11 Widodo. dkk, Kamus Ilmiah Populer, Yogyakarta: Absolut, 2001, hlm.575. 12 Moekijat, Kamus Management, Bandung: Penerbit Alumni, 1984, hlm. 298. 13 Panitia Istilah Manajemen Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen, Kamus
Istilah Manajemen, Jakarta:Balai Aksara, 1983, hlm. 200. 14E.Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, hlm.42. 15 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B)Depdikbud
RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka; edisi II, cet. 3, 1994, hlm. 579-580. 16 AD. Marimba, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung : PT. Al Ma’arif, 1980, hlm.23.
6
6. Lembaga Pendidikan Islam: Badan atau organisasi pendidikan yang
bernafaskan Islam yang bertujuan memberikan pendidikan, pembinaan,
penelitian dan pengembangan keilmuan secara terstruktur dan sistematis
untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan.17 Yang dimaksud penulis
adalah sebuah badan atau organisasi yang terwujud dalam bentuk
Universitas Islam, Pondok Pesantren, atau madrasah dan sebagainya yang
mengandung unsur-unsur pendidikan Islam dan disajikan dengan
kurikulum yang terencana.
7. Implikasi: Kata Implikasi berasal dari bahasa inggris yaitu “Implicate”,
yang berarti melibatkan, menyangkutkan atau berasal dari kata
“Implicatica” yang mempunyai arti maksud keterkaitan peranan,
hubungan dan keterlibatan.18 Makna implikasi dalam penelitian ini
diartikan sebagai pengaruh dari proses kepemimpinan yang dilakukan
dalam proses belajar mengajar dan berimbas kepada peserta didik.
8. Mutu: Ukuran, baik buruk suatu benda, kadar, taraf atau derajat
(kepandaian, kecerdasan dan sebagainya).19 Penulis memberikan
penekanan dalam definisi mutu sebagai standar kecerdasan afektif,
kognitif, dan psikomotorik yang diklasifikasikan dalam mutu akademik
dan non akademik.
9. Peserta Didik: Orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi
(kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan.20Pada dasarnya
setiap peserta didik memiliki berbagai macam potensi (multi-talent) yang
bisa dikembangkan semenjak awal, akan tetapi hal itu tergantung dari
lingkungan di sekitar mereka mendukung atau tidak.
17 Ahmad Mustafidzin, loc cit, hlm. 56. 18 John M. Schools dan Hasan Sadzily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta : Gramedia,
1992, hlm. 313. 19Ibid, hlm. 579-580. 20 Samsul Nizar, MA, Filsafat Islam; Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta:
Ciputat Press, 2002, hlm. 48.
7
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam pembahasan skripsi ini, penulis mendefinisikan kepemimpinan
Kepala Sekolah sebagai suatu kemampuan mengelola potensi sumber daya
pendidikan, dapat menggerakkan anggotanya, dan juga dapat meningkatkan
efektifitas dan efisiensi program sekolah sehingga tercapai tujuan pendidikan.
Dalam hal ini penulis mengkaji pola kepemimpinan H. Humaidi selaku Kepala
Sekolah di MTs al-Asror Patemon Gunung Pati Semarang.
Karena penelitian ini juga berimplikasi terhadap mutu peserta didik,
Penulis juga memfokuskan dan membatasi pada mutu akademik dan non
akademik peserta didik.
Berdasarkan judul dan latar belakang masalah yang dipaparkan, maka
pokok permasalahan yang menjadi fokus penelitian adalah:
1. Bagaimana pola kepemimpinan H. Humaidi, BA?
2. Bagaimana implikasi pola kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap mutu
peserta didik di MTs al-Asror Patemon Gunung Pati Semarang?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pola kepemimpinan Kepala Sekolah.
b. Untuk mengetahui implikasi pola kepemimpinan Kepala Sekolah
terhadap mutu peserta didik di MTs al-Asror Patemon Gunung Pati
Semarang
2. Manfaat Penelitian
Dari penelitian pola kepemimpinan kepala sekolah ini diharapkan:
a. Dapat mengambil deskripsi tentang pola kepemimpinan yang ideal
bagi kepala sekolah di lembaga pendidikan Islam
b. Dapat memberikan penjelasan tentang mutu peserta didik, sehingga
diperlukan perhatian dari berbagai kalangan untuk mendukung
peningkatan mutu peserta didik.
8
E. Telaah Pustaka
Penelitian dengan tema kepemimpinan dan kepala sekolah sebenarnya
sudah banyak dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang
menyoroti kepemimpinan dan perkembangan kepala sekolah seperti dari sisi
peranannya, latar belakang, maupun ketrampilannya.
Salah satu hasil penelitian tentang kepemimpinan adalah penelitian
yang dilakukan Anis Rozanah,21 yang menyimpulkan bahwa karakteristik
pemimpin dalam al-Quran mempunyai pengaruh yang besar dalam pendidikan
Islam, diantaranya dalam kurikulum, metode serta dalam evaluasi pendidikan
Islam. Di dalam kurikulum pendidikan Islam, karakteristik pemimpin dalam
al-Quran memberikan pengaruh pada proses penyusunannya, dimana
karakteristik penyusun bisa mempunyai pengaruh pada hasil susunannya,
dalam metode pendidikan Islam, karakteristik pemimpin dalam al-Quran
memberikan pengaruh-pengaruh pada pelaksanaan metode dan penerimaan
anak didik akan materi yang disampaikan melalui metode tersebut sedangkan
dalam evaluasi pendidikan Islam, karakteristik pemimpin dalam al-Quran
mempunyai pengaruh pada hasil akhir pendidikan, yaitu hasil yang dicapai
dalam proses pendidikan dipengaruhi oleh siapa yang memberikan materi
didik. Sehingga karakteristik akhlakul karimah sangat berpengaruh pada
tujuan pendidikan Islam yaitu dalam mewujudkan pribadi yang berakhlak
mulia.
Penelitian lainnya tentang kepala sekolah adalah penelitian yang
dilakukan oleh Pribadi. Dalam penelitiannya ia menyimpulkan bahwa
keberhasilan atau kualitas ketrampilan manajemen kepala sekolah dipengaruhi
oleh latar b elakang pendidikan dan pengalaman kerja kepala sekolah dengan
kekuatan 0,09 %. Kedua variabel bebas ini, yaitu latar belakang pendidikan
dan pengalaman kerja kepala sekolah saling berinteraksi dan mempengaruhi
sedikit pada ketrampilan manajemen kepala sekolah. Oleh karena itu,
disamping variabel latar belakang dan pengalaman kerja kepala sekolah sangat
21 Anis Rozanah, Karakteristik Pemimpin dalam al-Quran Implikasinya Terhadap
Pendidikan Islam, Skripsi, Fakultas Tarbiyah Semarang, 2002.
9
diperlukan pembinaan kemampuan hubungan personal terutama sebagai upaya
pembinaan dan sekaligus bimbingan profesional.22
Dari sejumlah penelitian diatas tampak bahwa tema kepemimpinan dan
klepala sekolah telah di bahas mereka namun belum sebagaimana tema / topik
yang penulis bahas ini. Karena itu penulis ingin melanjutkan dengan titik
tekan bagaimana pola kepemimpinan kepala sekolah dan implikasinya
terhadap mutu peserta didik.
F. Metode penelitian
Jenis penelitian dari skripsi ini adalah penelitian deskriptif yaitu
penelitian yang dimaksudkan untuk menggambarkan (mendeskripsikan)
mengenai suatu masalah.23 dan juga jenis penelitian yang digunakan studi
kasus yakni untuk memahami perkembangan sekelompok guru, para pegawai
administrasi, serta siswa,24 termasuk juga kepemimpinan Kepala Sekolah.
1. Pendekatan penelitian
Dalam penelitian ini juga dipilih pendekatan kualitatif, ciri khas
pendekatan ini yaitu menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber
data langsung, bersifat deskriptif, analitik, menekankan pada proses dan
bukan pada hasil, bersifat induktif.25
2. Metode pengumpulan data
Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian diperoleh dengan
teknik:
22 Pribadi, Hubungan Antara Latar Belakang Pendidikan dan Pengalaman Kerja Kepala
Sekolah Dengan Ketrampilan Manajemen Kepala Sekolah Dasar /Madrasah Ibtidaiyyah di kab. Demak, Tesis Pasca Sarjana, Semarang, IAIN Walisongo, 2004.
23 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Press, 1995, hlm. 18.
24 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Saraswati, 1996, hlm. 42.
25 Sudjana, Metodologi Penelitian dan Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002, hlm. 197-198.
10
a. Studi pustaka (library research)
Yaitu suatu riset kepustakaan murni.26 Dalam hal ini dilakukan
dengan cara penelusuran dan mencari buku-buku yang berkaitan
dengan judul ini, yakni mengenai kepemimpinan Kepala Sekolah dan
mutu peserta didik
b. Studi lapangan (field research)
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara turun langsung ke
lapangan, yang meliputi:
1) Wawancara
Wawancara atau interview adalah proses tanya jawab
dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua
orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung
informasi-informasi atau keterangan-keterangan.27metode ini
digunakan untuk menggali data yang berkaitan dengan pola
kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola potensi sumber
daya pendidikan yang ada di lembaga pendidikan Islam di MTs al-
Asror Patemon Gunung Pati, serta menggali data mutu peserta
didik. Misalnya tentang latar belakang berdiri lembaga
pendidikan, jumlah tenaga pengajar, jumlah peserta didik,
kurikulum, proses pembelajaran, suksesi kepemimpinan, dan lain-
lain.
2) Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data mengenai hal-hal
atau variable yang berupa catatan, transkip buku surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.28Dalam
hal ini dokumentasi diperlukan untuk mencari data-data pola
kepemimpinan yang dilakukan oleh H. Humaidi di MTs al-Asror
26 Sutrisno Hadi ,Metodologi Reseach, Yogyakarta: Andi Offset, 1993, hlm. 9. 27 Cholid Narbuko, dkk., Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, hlm. 83 28 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka
Cipta, 2003, hlm. 236.
11
dan juga mutu peserta didik yang bersumber dari materi-materi
yang ada di lingkungan tersebut.
3) Observasi
Observasi dalam metode ilmiah biasa diartikan sebagai
pengamatan dan catatan dengan sistematik fenomena-fenomena
yang di selidiki, dalam artian yang luas observasi sebenarnya tidak
terbatas kepada pengamatan baik secara langsung maupun tidak
langsung.29Melalui metode ini, pengamatan terlibat (partisipatori
observation) yakni apabila orang yang melakukan observasi ikut
mengambil bagian dalam situasi yang sedang di observasi.
3. Metode analisis data
Setelah data-data yang berhubungan dengan penelitian ini
terkumpul, kemudian data-data tersebut di analisis. Adapun metode
analisis yang dipakai adalah:
a. Metode deskriptif
Metode deskriptif menurut John W. best adalah usaha untuk
mendeskripsikan dan menginterpretasikan mengenai apa yang ada
tentang kondisi, pendapat yang sedang berlangsung serta akibat yang
terjadi atau kecenderungan yang tengah berkembang
b. Metode interpretatif
Metode interpretatif adalah menyelami buku untuk sedapat
mungkin mampu mengungkapkan arti dan makna yang
disajikan.30Dalam metode ini penulis menginterpretasikan setiap
pendapat dengan menggunakan analisis yang dipaparkan dalam BAB
IV.
29 Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach, Yogyakarta: Andi Offset, 1993, hlm. 136. 30 Anton Beker dan Ahmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, Yogyakarta :
Kanisius, 1990, hlm. 163.
12
G. Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan digunakan dalam rangka menguraikan
pembahasan masalah di atas. Maka penulis berusaha menyusun kerangka
penelitian secara sistematis, agar pembahasan lebih terarah dan mudah
dipahami, serta tidak kalah penting adalah uraian-uraian yang disajikan
nantinya mampu menjawab permasalahan yang telah disebutkan, sehingga
tercapai tujuan-tujuan yang telah di tetapkan dengan sistematika sebagai
berikut:
Bagian awal
Bagian ini berisi: halaman judul, abstraksi penelitian, persetujuan
pembimbing, pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi.
Bagian Inti berisi :
BAB I : Pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, penegasan
istilah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika
penulisan skripsi.
BAB II : Landasan teori yang memuat pola kepemimpinan kepala
sekolah, tipologi kepemimpinan, pengertian kepala sekolah,
kepemimpinan kepala sekolah, pengertian peserta didik,
kemampuan karakteristik peserta didik, mutu akademik dan non
akademik.
BAB III : Laporan hasil penelitian yang terdiri dari kondisi universal MTs
al-Asror Patemon Gunung Pati Semarang yang meliputi: letak
geografis, kondisi sosiologis, tinjauan historis, visi dan misi.
Sejarah berdiri dan perkembangannya meliputi: awal berdiri
MTs al-Asror, MTs al-Asror berdiri,perkembangan MTs al-
Asror; perkembangan fisik dan perkembangan akademik,
struktur organisasi, proses pembelajaran, kurikulum. Mutu
peserta didik; mutu akademik dan non akademik. Pola
kepemimpinan kepala sekolah di lembaga pendidikan Islam
MTs al-Asror Patemon gunung Pati Semarang.
13
BAB IV : Analisis atas pola kepemimpinan kepala sekolah di MTs al-
Asror Patemon Gunung Pati Semarang dan implikasinya
terhadap mutu peserta didik yang meliputi; kepemimpinan
kepala sekolah di MTs al-Asror dan implikasi Pola
kepemimpinan kepala sekolah terhadap mutu peserta didik
BABV : Penutup berisi tentang kesimpulan, saran-saran dan penutup.
Pada bagian terakhir dilengkapi dengan daftar kepustakaan, daftar
riwayat pendidikan penulis dan lampiran-lampiran.
14
BAB II
KONSEP POLA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DI LEMBAGA
PENDIDIKAN ISLAM DAN MUTU PESERTA DIDIK
A. Fenomena Kepemimpinan Kepala Sekolah
1. Pengertian Kepemimpinan
Dalam sebuah organisasi baik lembaga pendidikan ataupun instansi-
instansi lainnya dapat berjalan dengan lancar tanpa kepemimpinan yang
jelas dan terarah. Kepemimpinan diperlukan sebagai manifestasi
terkondisinya hubungan antar individu dalam lingkup organisasi tersebut.
Melalui pengambilan keputusan yang telah disepakati bersama secara
tidak langsung terdapat pembagian tegas yang Terstruktur yaitu terdapat
pihak atau individu yang menduduki posisi sebagai pemimpin (atasan),
dan juga pihak yang menjadi anggota (bawahan).
Banyak ahli manajemen pendidikan memberikan definisi dan teori
yang beragam tentang kepemimpinan. Hal ini tergantung cara pandang
dan kegiatan penelitian mereka.
Kepemimpinan secara bahasa menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia berasal dari kata dasar ”pimpin” dengan mendapat awalan
menjadi “memimpin” maka diartikan menuntun, menunjukkan jalan dan
membimbing dalam perkataan ini dapat disamakan pengertiannya dengan
mengetahui, mengepalai, memandu dan melatih dalam arti mendidik dan
mengajari supaya dapat mengerjakan sendiri.1
Pemimpin yang lazim disebut leader merupakan administrator
merangkap sebagai manajer yang diharapkan oleh anggotanya agar
menjadi tumpuan serta panutan dalam pelaksanaan sistem organisasi dan
pencapaian tujuan bersama. Hal ini ditunjukkan pada pemberian
wewenang untuk menetapkan sebuah keputusan dan tanggung jawab yang
harus diembannya. Karena harus menjadi panutan, maka dalam perilaku
1 WJS. Poerwadarumita, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, balai pustaka, 1990,
hlm. 684.
15
dan empati terhadap anggota dan tidak hanya mementingkan kepentingan
dirinya sendiri (individual) tetapi juga kepentingan kelompoknya.
Teori-teori tentang kepemimpinan telah banyak diselidiki orang
dengan maksud untuk mengetahui apa sebenarnya kepemimpinan yang
baik dan berhasil. Disamping itu teori-teori kepemimpinan dimaksudkan
untuk mengetahui unsur-unsur apa yang membentuk pribadi seseorang
sehingga dikatakan sebagai seorang pemimpin yang disegani dan diikuti
kepemimpinannya.2
Kepemimpinan secara umum diartikan sebagai kemampuan dan
kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong,
mengajak, menuntut, mengarahkan dan kalau perlu memaksa orang lain
agar ia menerima pengaruh itu selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat
membantu pencapaian suatu maksud atau tujuan tertentu.3 Ini berarti
dalam kepemimpinan terdapat proses saling mempengaruhi dalam bentuk
memberikan dukungan (motivasi) yang lebih persuasif, dan bisa juga
mempressur anggotanya agar mau melaksanakan apa yang dikehendaki.
Ngalim Poerwanto mendefinisikan kepemimpinan adalah tindakan
atau perbuatan diantara perorangan dan kelompok yang menyebabkan
seseorang atau kelompok maju ke arah tujuan tertentu.4 Konsep yang lain
juga dipaparkan oleh Daan Sugandha bahwa kepemimpinan merupakan
proses mempengaruhi kegiatan kelompok yang terorganisasakan dalam
usaha menentukan tujuan dan mencapainya (the process of influencing the
activities of an organized group in its efforts towards goal setting and l
achievement).5
Dari banyaknya teori-teori di atas dikemukakan bahwa faktor utama
dalam hal kepemimpinan adalah aktivitas seseorang untuk mendorong
2 Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,
Jakarta, CV. Rajawali, 1990, hlm. 183. 3 Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan,
Jakarta, Bina Aksara, 1988, hlm.1 4 Ngalim Poerwanto, dkk, Administrasi Pendidikan, Mutiara Sumber Widya, Jakarta,
1983, hlm.33 5 Daan Sugandha, M.P.A, Kepemimpinan di dalam Administrasi, Bandung, CV Sinar
Baru, 1981, hlm. 62
16
orang lain agar mempunyai visi dan misi ke depan yang lebih maju
(progresif) dalam organisasi.
Dalam kepemimpinan adalah proses tindakan mempengaruhi
kegiatan kelompok dan pencapaian tujuannya, didalamnya ada tujuan
dalam orientasi kegiatan seta pembagian tanggung jawab sebagai bentuk
perbedaan kewajiban anggota. Kepemimpinan juga merupakan proses
mempengaruhi aktivitas individu atau kelompok dalam usaha ke arah
pencapaian tujuan dalam situasi tertentu. Dengan kata lain dalam proses
kepemimpinan itu dijumpai fungsi kepemimpinan, pengikut (anggota),
dan situasi.6
Di lingkungan lembaga pendidikan Islam, kepemimpinan
dibutuhkan dalam upaya efektifitas dan efisiensi potensi maupun sumber
daya sekolah. Dengan berbagi gaya, metode, dan prosedur yang berbeda-
beda, para pemimpin pendidikan dapat mengaktualisasikannya dalam
wujud mengarahkan, membimbing dan mendorong para bawahannya agar
melakukan rencana dan program kerja menurut nilai-nilai islami.
Hadari Nawawi membagi kepemimpinan menjadi dua pengartian
yakni secara spiritual dan empiris. Secara spiritual, kepemimpinan harus
diartikan sebagai kemampuan melaksanakan perintah dan meninggalkan
larangan Allah SWT, baik secara bersama maupun perseorangan. Dengan
kata lain kepemimpinan adalah kemampuan mewujudkan semua kehendak
Allah SWT yang telah diberitahukan-Nya melalui rasul-Nya yang terakhir
Muhammad saw.7 Sementara secara empiris adalah kegiatan manusia
dalam kehidupan bermasyarakat.8
Jadi dalam hal ini seorang pemimpin pendidikan islam tidak hanya
aktif berkecimpung dalam dunia pendidikan akan tetapi sosialisasi yang
baik terhadap masyarakat sekitar harus dilakukan juga. Sebagaimana
6 Syafruddin, M.Pd, Manjemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta, Ciputat, Press, 2005,
hlm. 195. 7 Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, Yogyakarta, Gjahmada University
Press, 1993, hlm.18. 8 Ibid. 27.
17
kedudukan yang sama seperti yang lainnya, sebab tidak hanya mahluk
individual ansich sekaligus makhluk sosial.
Meskipun banyak perbedaan dari definisi kepemimpinan
mengandung kesamaan asumsi yang bersifat umum seperti:
a. Dalam satu fenomena kelompok melibatkan interaksi antara dua rang
atau lebih.
b. Dalam proses mempengaruhi, dimana pengaruh yang sengaja
(intentional influence) digunakan oleh pemimpin terhadap para
bawahannya.9
Akhirnya kepemimpinan dengan ruang lingkup terkecil maka
mekanisme nya juga yang paling sederhana. Unsurnya hanyalah
pergerakan (actuating), yang dilakukan dengan kemampuan menetapkan
keputusan dan mengkomunikasikannya dengan orang lain sehingga
terdorong untuk melakukan kegiatan bersama guna mencapai suatu
tujuan.10
2. Tipologi Kepemimpinan
Tipe atau gaya kepemimpinan meskipun tidak mudah untuk
menentukannya, Hadari Nawawi dalam bukunya “kepemimpinan
mengefektifkan organisasi” mendefinisikan tipe kepemimpinan yang
didalamnya diimplementasikan satu atau lebih perilaku atau gaya
kepemimpinan sebagai pendukungnya”11
Menurut Sondang P. Siagian, ada lima tipe kepemimpinan antara
lain:
1. Tipe yang otokratis
2. Tipe yang paternalistik
3. Tipe yang kharismatik
4. Tipe yang laizes faire
9 Wahyo Sumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,
2001, hlm. 17. 10 Hadari Nawawi, op. cit., hlm. 37. 11 Hadari Nawawi, Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, Jakarta, Gajah Mada
University Press, 2003, hlm. 115.
18
5. Tipe yang demokratis.12
Tipologi kepemimpinan di atas merupakan cerminan dan refleksi
kepribadian serta karakter dari seorang pemimpin. Pada umumnya seorang
pemimpin termasuk kepala sekolah menerapkan sistem kombinasi dari
berbagai macam tipe. Dalam pelaksanaannya, tipe demokratislah yang
ideal untuk diterapkan di lembaga pendidikan Islam. Karena selain sesuai
dengan nilai-nilai islami juga terbukti dapat meningkatkan efektifitas dan
efisiensi kinerja kepala sekolah
1. Tipe yang Otokratis
Pemimpin yang bergaya otokratis ini memegang kekuasaan
mutlak. Semua kebijaksanaan atau policy ditetapkan oleh pemimpin
itu sendiri, langkah-langkah aktifitas ditentukan oleh pemimpin satu
persatu yang dilakukan tanpa musyawarah dengan orang yang
dipimpinnya. Tiap-tiap policy dan tugas atau instruksi harus dipatuhi
dengan seksama tanpa diberikan kebebasan untuk mempertimbangkan
kekurangan dan kebaikannya. Dengan demikian orang yang dipimpin
harus patuh dan setia. Kehendak dan perintah adalah kehendak yang
dipandang dari organisasi.13
Segala wewenang dalam pengambilan keputusan di dominasi
pemimpin sehingga tidak memberikan ruang kepada bawahan untuk
mengeluarkan pendapat. Inilah yang menjadikan stagnasi suatu
organisasi. Hubungannya pun bersifat kaku dan formal, sehingga tidak
terdapat ikatan emosional, secara psikologis yang akrab antara atasan
dan bawahan. Secara singkatnya terjadi monopoli yang dilakukan
pemimpin tanpa melihat anggota. Dan ini berakibat bawahan tidak
dapat mengembangkan potensi diri mereka secara maksimal karena
selalu merasa dibatasi oleh kekuasaan dari atasan / pimpinan.
12 Sondang P. Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan, Jakarta, PT Rineka Cipta, 1999,
hlm. 27 13 U. Husna Asmara, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta, Ghalia Indonesia,
1984, hlm. 35-36.
19
2. Tipe yang Paternalistik
Seorang yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistik
ialah seorang yang:
a. Menganggap bawahan sebagai manusia yang tidak dewasa
b. Bersikap terlalu melindungi (over protective)
c. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengambil keputusan
d. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengambil inisiatif.
e. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengembangkan daya kreasi.
f. Sering bersikap maha tahu14
Tipe ini hampir sama dengan tipe otokratis perbedaannya pada
sikap yang agak fleksibel dan skeptisme terhadap bawahan dalam
melakukan sesuatu sehingga diwajibkan dengan memberikan
perlindungan yang berlebihan.
3. Tipe yang Karismatik
Karismatik berarti bersifat karisma, sedang perkataan karisma
diartikan sebagai keadaan atau bakat yang dihubungkan dengan
kemampuan yang luar biasa.15 Dalam kepemimpinan seseorang digunakan
untuk membangkitkan kemajuan dan rasa kepercayaan dari masyarakat
terhadap dirinya atau atribut kepemimpinan yang didasarkan atas kuatnya
kepribadian individu.16
Kepemimpinan karismatik mengidentifikasikan daya tarik kualitas
kepribadian yang dimiliki oleh seseorang sebagai pribadi penampilan
seseorang dianggap karismatik dapat diketahui dari ciri-ciri fisiknya,
misalnya tekun, berpandangan tajam tegas, pemberani, supel, penuh
percaya diri, berpengaruh besar, semuanya menjelma dalam kata, ide dan
14 Sondang P Siagian, Filsafat Administrasi, Jakarta, PT Toko Gunung Agung, 1997,
hlm.43. 15 WJS. Poerwadarminta, op .cit, hlm. 391. 16 Hadari Nawawi, op. cit., hlm. 174.
20
tindakan.17 Sementara sederet kepribadian lainnya yang merupakan sifat-
sifat karismatik misalnya, matanya yang bercahaya, suaranya yang kuat,
dagunya yang menonjol, atau tanda-tanda lainnya.18
Dari kepemimpinan tipe ini muncul kewibawaan dalam diri
pemimpin yang menimbulkan daya tarik tersendiri, dan membawa
pengaruh untuk bersikap patuh, tawadhu dan melaksanakan perintah-
perintah yang diberikan sang pemimpin kepada bawahan, jenis
kepemimpinan ini tidak bersifat selamanya (permanen), tetapi bersifat
sementara, apabila telah hilang kewibawaannya, bawahan pun mulai
goyah untuk tetap menanti pemimpin.
4. Tipe yang Laizes Faire
Pada kepemimpinan ini, pemimpin memberikan kebebasan yang
seluas-luasnya kepada setiap orang yang dipimpinnya. Mereka yang
mengambil keputusan-keputusan menetapkan prosedur dan aktivitas kerja.
Semua kebijaksanaan metode dan sebagainya menjadi hak sepenuhnya
dari orang yang dipimpin.19
Seluruh kegiatan tersebut berlangsung tanpa dorongan bimbingan,
pengarahan dari pimpinan. Pimpinan menganggap semua itu adalah hak
mereka. Ia seolah-olah berada di luar organisasi tersebut. Walaupun ia
turun tangan apabila diminta oleh staf atau orang yang dipimpin itu,
mereka bahkan boleh menerima atau menolaknya.20 Ini memberikan
penegasan bahwa secara tidak langsung, terjadi pelimpahan wewenang
dalam pengambilan kebijakan di sini tidak mempunyai ketegasan dan
mengarah kepada kepemimpinan peran penting dalam organisasi. Apaila
tipe laizzes faire di terapkan dalam organisasi kemungkinan besar keadaan
chaos (kekacauan serta carut marut) akan sering banyak terjadi, yang
disebabkan oleh kekuasaan terbesar dialihkan kepada bawahan. Sebagai
17 Hiroko Harikoshi, Kiai dan Perubahan Sosial, Jakarta, P3M, 1987, hlm. 213. 18 Sukanto, Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren, Jakarta, Pustaka, LP3ES, 1999, hlm.
25. 19 Drs. U Husna Asmara, op. cit., hlm 37. 20 Ibid., hlm. 37.
21
pimpinan atau atasan tidak mempunyai kekuatan apa-apa, hanya status
jabatan formal saja.
5. Tipe yang Demokratis
Pemimpin yang demokratis memiliki sifat-sifat:
a) Dalam mengarahkan bawahan bertitik tolak dari pendapat bahwa
manusia itu makhluk termulia di dunia
b) Selalu berusaha untuk menyinkronkan kepentingan dan tujuan
organisasi dengan kepentingan dari tujuan pribadi bawahan.
c) Senang menerima saran, pendapat dan kritik dari bawahan
d) Mengutamakan kerjasama dalam mencapai tujuan.
e) Memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada bawahan dan
membimbingnya
f) Mengusahakan agar bawahan dapat lebih sukses daripada dirinya.
g) Selalu mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.21
Diantara jenis kepemimpinan yang paling spesifik adalah
kepemimpinan pendidikan (educative leadership), karena kesuksesan
mendidik generasi, membina umat dan membangkitkannya terkait erat
dengan terpenuhinya kepemimpinan pendidikan yang benar. Krisis yang
mengepung umat kita saat ini tiada lain karena hilangnya murabbi
(pendidik) yang teladan atau pemimpin tarbawi. Sehingga diperlukan
seorang pemimpin yang dalam kinerjanya mampu memberdayakan serta
mengoptimalkan efektifitas dan efisiensi potensi lembaga pendidikan
Islam.
Para ulama berkonsensus bahwa inti efektivitas proses
kepemimpinan terletak pada wibawa (pengaruh) interaktif antara
pemimpin dan pengikutnya. Kepemimpinan yang sukses adalah yang
mampu mempengaruhi perilaku individu-individu, untuk menunaikan
21Ngalim Purwanto, MP, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, bandung, Remaja
Rosdakarya, t.th, hlm. 52.
22
tugasnya dalam rangka memberikan arahan dan petunjuk , mewujudkan
target jama’ah (organisasi, lembaga pendidikan).22
Dari konsensus para ulama ini, dalam manajemen Islam muncul
konsep kepemimpinan efektif, yakni kepemimpinan yang sang pemimpin
menerjemahkan fungsinya dengan perilaku. Efektivitasnya bukan karena
seruan yang membuat telinga tuli, atau teriakan yang memekakkan dan
menggema dimana-mana, tetapi terletak pada perilaku yang memperkaya
pembicaraan, menerjemahkan tugas kepemimpinan dalam suasana penuh
kehati-hatian dan ketenangan. Selanjutnya, pekerjaanpun semakin maju
dan produktivitas pun meningkat, sehingga target tercapai.23
Dari pembahasan tersebut dapat dirumuskan bahwa kepemimpinan
efektif bukan sekedar pusat kedudukan, otoritas, penguasaan, legitimasi,
dominasi atau kekuatan tetapi merupakan interaksi aktif yang efektif.
Pentingnya efektivitas kepemimpinan dalam Islam, mengharuskan
seorang pemimpin pendidikan, termasuk dalam hal ini kepala sekolah
memiliki perilaku kepemimpinan yang efektif, antara lain: 24
- Efektivitas dalam mencapai tujuan organisasi
• Kapabilitas (al kafaa’ah), yaitu kemampuan yang
berkesinambungan untuk membaca organisasi dan kelompok,
bekerja dan merepresentasikannya.
• Pemahaman (al fahm), yaitu ketajaman melihat tujuan jamaah dan
paham konsepsinya. Hingga membentuk semangat dalam sikap
dan perkataan, serta kemampuan menentukan fase-fase dan
memotivasi tercapainya tujuan di atas.
• Koordinasi (at tandhiim), artinya kemampuan mendefinisikan
tugasnya dan tugas orang lain, merencanakan hubungan kerja dan
pengorganisasiannya, mengefektifkan penyampaian dan
22 Jamal Madhi, Menjadi Pemimpin yang Efektif dan Berpengaruh Tinjauan Manajemen
Kepemimpinan Islam, (Bandung: PT. Syamil Cipta Media, 2001), hlm. 2. 23 Ibid., hlm. 3. 24 Ibid., hlm. 10.
23
penerimaan informasi serta mempunyai segudang pengetahuan
lain.
- Kemampuan mempengaruhi dengan kelebihan pribadi
• Al mubaada’ah (daya inisiatif): ia merupakan anggota yang paling
banyak memiliki kontribusi pemikiran dalam diskusi,
memperhatikan perilaku jamaah dan perjalanannya.
• Al Qiyaadah (berjiwa pemimpin): mampu menentukan perilaku
individu dan jamaah, memimpin pekerjaan, dapat mengambil
keputusan dan mengungkapkan pendapat.
• At Taadir (penghargaan): yakni mengakui jerih payah para
anggotanya dan mampu mengungkapkan penerimaan atau tidaknya
atas kerja mereka.
• Ats-Tsiqah (rasa percaya/trust): yakni pekerjaannya tidak bertujuan
untuk kepentingan pribadi, mampu menyebarkan rasa kasih sayang
dan cinta antar anggota dan mengikat individu dengan jamaah.
- Sikap positif dalam bermasyarakat
• Beradaptasi (at-Tahayyut), yaitu berpartisipasi dalam pekerjaan
dan berperan aktif dalam seluruh bidang meskipun kecil.
• Keanggotaan (al-udhuwiyyah), yakni tingkatan interaksi dengan
anggota kelompok sangatlah kuat dengan berbaur bersama mereka,
memberikan pelayanan dan selalu menjaga keakraban secara non
formal.
• Kerjasama (at ta’awun), ini terwujud dengan saling memahami,
keterbukaan akhlak dan keterusterangan, disertai dengan
menghindari perdebatan dan kata-kata yang menyinggung, dan
sangat memperhatikan suasana tenang dan penghormatan yang
resiprokal.
Pemimpin yang efektif digerakkan oleh tujuan-tujuan jangka
panjang dan ia memiliki cita-cita yang tinggi jika dibandingkan dengan
orang-orang disekitarnya. Nabi Muhammad merupakan contoh paling
nyata dalam hal ini. Di samping tujuan ukhrawi, beliau senantiasa
24
menyatakan bahwa kemenangan Islam akan segera datang dan jazirah
Arab akan dipenuhi dengan keamanan dan kemakmuran. Bahkan beliau
juga meletakkan visi yang membimbing bagi umat Islam sepanjang masa,
intinya bahwa masa depan ada di tangan Islam.
Tipe kepemimpinan ini dirasa cocok apabila diterapkan pada saat
ini, terutama sekali di lembaga pendidikan Islam karena di dalam
terkandung banyak efek positif untuk kemajuan sebuah lembaga
pendidikan. Nilai-nilai humanisme, otokratis, serba optimisme menjadi
nilai-nilai lebih untuk kepemimpinan disebabkan tipe ini mempunyai
anggapan bahwa setiap individu mempunyai potensi yang dapat
dikembangkan bahwa setiap individu mempunyai potensi yang dapat
dikembangkan.
Seorang pemimpin ditentukan untuk bisa menjadi uswah, yang
menjadi figur panutan. Ini memberikan perspektif bahwa terdapat
kepemimpinan menurut islam. Sebagaimana dikemukakan oleh Vietzal
Rivai, Kepemimpinan menurut islam harus mempunyai prinsip:
musyawarah, adil dan kebebasan berfikir.25
1. Musyawarah
Mengutamakan musyawarah sebagai prinsip yang harus
diutamakan dalam kepemimpinan Islam. Al-Qur’an dengan jelas
menyatakan bahwa seorang yang menyebut dirinya sebagai pemimpin
wajib melakukan musyawarah dengan orang yang berpengetahuan
atau orang yang berpandangan baik.
روش مهرامالة وا الصواقامو همبا لروابجتاس نالذيا وممو مهنيى ب . رزقنهم ينفقون
“Dan (bagi) orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputukan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka
25 Vietzal Rivai, M.B.A, Kiat Memimpin dalam Abad ke-21, Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada 2004, hlm. 74
25
menafkahkan sebagian rezeki yang kami berikan kepada mereka (Assyura: 38).26 Melalui musyawarah memungkinkan komunitas Islam akan
turut serta berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan, dan
sementara itu pada saat yang sama musyawarah dapat berfungsi
sebagai tempat untuk mengawasi tingkah laku para pemimpin jika
menyimpang dari tujuan semula.27 Jadi selain sebagai kontrol sosial,
juga tempat sharing ide serta tukar pendapat yang sangat bermanfaat
bagi lembaga pendidikan.
2. Adil
Pemimpin sepatutnya mampu memperlakukan semua orang
secara adil, tidak berat sebelah dan tidak memihak, lepas dari suku
bangsa, warna kulit, keturunan, golongan strata di masyarakat ataupun
agama. Al-Qur’an memerintahkan setiap muslim dapat berlaku adil
bahkan sekalipun ketika berhadapan dengan para penentang mereka.
ان اهللا يأمركم ان تؤدوا األمنت اىل اهلها واذا حكمتم بين الناس ان . اهللا كان سميعا بصيراتحكموا بالعدل إن اهللا نعمايعظكم به ان
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil, sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat”. (An Nisa: 58).28
Keadilan sebagai pilar utama dalam penetapan hukum, adalah
keadaan penting untuk pengambilan kebijakan serta sistem kerja yang
dilakukan pemimpin. Seorang pemimpin diharuskan untuk tidak
membeda-bedakan bawahannya.
26 Prof . RH. Soenarjo, SH, op.c it., hlm. 789. 27 Prof. Dr. Vietzal Rivai, op. cit., hlm. 75. 28 Soenarjo, op. cit., hlm. 128.
26
Kemampuan seorang pemimpin untuk mengatur secara adil
berdasarkan pada kemaslahatan bersama, bukan pada keinginan-
keinginan dan standar pribadi akan menumbuhkan suasana kehidupan
yang adil dan mengajak orang lain untuk menjaga kepentingan umum.
Sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW terhadap Sa’ad
bin Ubaidah yang waktu itu sedang memimpin barisan pasukan
Anshar dalam perjalanan mereka membebaskan Kota Makkah. Sa’ad
berkata “hari ini adalah pertumpahan darah dan hari dihalalkannya
kehormatan”. Maka seketika Rasulullah SAW menghukumnya dengan
memberhentikannya menjadi pemimpin pasukan dengan cara yang
tidak menyinggung perasaan dan tidak pula menyulut kekacauan,
yaitu menggantikannya dengan anaknya.29
3. Kebebasan Berfikir
Pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu memberikan
ruang dan mengundang anggota kelompok untuk mampu
menggunakan kritiknya secara konstruktif mereka diberikan
kebebasan untuk mengeluarkan pendapat atau keberatan mereka
dengan bebas, serta harus dapat memberikan jawaban atas setiap
masalah yang mereka ajukan. Agar sukses dalam memimpin, seorang
pemimpin hendaknya dapat menciptakan suasana kebebasan berfikir
dan pertukaran gagasan yang sehat dan bebas, saling kritik dan
menasehati sat sama lain, sehingga para pengikutnya merasa senang
mendiskusikan masalah atau persoalan yang menjadi kepentingan
bersama.
Ketiga prinsip tersebut di atas saling bersinergi satu sama lain.
Apabila salah satunya tidak dilaksanakan akan menjadi kurang optimal
kepemimpinan itu. Oleh karena itu diperlukan kerjasama (team work)
diantara berbagai pihak yang terkait yang solid untuk mewujudkannya.
29 Thariq Muhammad As-Suwaidah, Melahirkan Pemimpin Masa Depan, (Jakarta: Gema
Insani, 2002), hlm. 149.
27
3. Konsep Kepala Sekolah
a. Pengertian Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah
kebijakan sekolah yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan
dan pendidikan pada umumnya direalisasikan bagaimana.30 Dalam
hal ini ia memegang peranan terpenting, yakni sebagai penanggung
jawab semua kegiatan yang terdapat dalam sekolah. Mulai dari
relokasi kepegawaian sampai hal yang terkecil, seperti penyiapan
syllabus dalam proses belajar-mengajar.
Menurut Slamet PH, ada 17 ciri kepala sekolah yang tangguh.
Ke tujuh belas ciri tersebut adalah memiliki (1) visi-misi dan strategi
(2) kemampuan mengkoordinasikan dan menyerasikan sumberdaya
(3) kemampuan mengambil keputusan (4) toleransi terhadap
perbedaan setiap orang (5) memobilisasi sumber daya (6) menerangi
musuh-musuh kepala sekolah (7) menggunakan input manajemen (9)
menjalankan perannya yang berdimensi banyak seperti pemimpin,
manajer pendidikan dan lain-lain, (10) melaksanakan dimensi-dimensi
tugas, proses, lingkungan dan ketrampilan personal (11) menjalankan
gejala empat serangkai yaitu merumuskan sasaran, melakukan analisis
SWOT, dan mengupayakan langkah-langkah untuk meniadakan
persoalan , (12) menggalang team work yang cerdas dan kompak (13)
mendorong kegiatan-kegiatan kreatif (14) menciptakan sekolah belajar
(15) menerapkan manajemen berbasis sekolah (16) memusatkan
perhatian pada pengelolaan proses belajar mengajar dan (17)
memperdayakan sekolah.31
Semua ciri kepala sekolah yang tangguh di atas
mendeskripsikan bahwa seorang kepala sekolah harus mempunyai
berbagai kemampuan untuk memecahkan segala problematika yang
30 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung Remaja Rosdakarya, 2003, hlm.
126. 31 Slamet PH, Kepemimpinan Kepala Sekolah , Makalah dan Lokakarya Nasional, 2002,
hlm. 2.
28
muncul dalam organisasi. Dalam realitanya, masih banyak dijumpai
kepala sekolah yang tidak berkapasitas mengenai hal tersebut. Ini
menyebabkan terjadinya stagnasi organisasi, misalnya saja karena ia
kurang bijaksana dalam mengambil keputusan, tidak bisa
memanajemen konflik. Dalam komunitas sekolah dan lain sebagainya.
Dan apabila 17 ciri kepala sekolah tangguh ini dalam penerapannya
dilaksanakan secara kontinu dan integratif, maka keberhasilan tujuan
pendidikan akan tercapai.
Dinas pendidikan (dulu: Depdikbud) telah menetapkan bahwa
kepala sekolah harus melaksanakan pekerjaannya sebagai educator,
manajer, administrator, dan supervisor (EMAS). Dalam
perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
perkembangan zaman. Kepala sekolah juga harus mampu berperan
sebagai leader, innovator, dan motivator di sekolahnya. Dengan
demikian dalam paradigma baru manajemen pendidikan, kepala
sekolah sedikitnya harus mampu berfungsi sebagai educator,
administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator.32
a. Kepala Sekolah sebagai Edukator (Pendidik)
Dalam melakukan fungsinya sebagai educator, kepala
sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan
profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Menciptakan
iklim yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah
memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta
melaksanakan model pembelajaran yang menarik, seperti team
teaching, moving class, dan mengadakan program akselerasi
(acceleration) bagi peserta didik di atas normal.33
Untuk membantu terlaksananya fungsi ini, kepada sekolah
bisa mengadakan pelatihan-pelatihan tenaga kependidikan, studi
32 E. Mulyasa, M.Pd., Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Koneks Menyukseskan
MBS dan KBK, Remaja RosdaKarya, Bandung, 2003, hlm. 98 33 Ibid., hlm. 99
29
komparasi antar sekolah, dan juga mengadakan kerjasama pihak-
pihak yang terkait dengan masalah ini.
b. Kepala Sekolah Sebagai Manajer
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai
manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk
memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau
kooperatif,34 memberi kesempatan kepada para tenaga
kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan mendorong
keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan
yang menunjang program sekolah.
c. Kepala Sekolah Sebagai Administrator
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan
yang sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan
administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan, dan
pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, kepala
sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum
mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi
personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana,
mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi
keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif dan
efisien agar dapat menunjang produktifitas sekolah.35
d. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
Kepala sekolah sebagai supervisor satu-satunya orang yang
dapat membantu perkembangan anggota atau stafnya dalam usaha
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
Adapun peranan dan tanggungjawab kepala sekolah, sebagai
berikut:36
34 Ibid., hlm. 103 35 Ibid., hlm. 107 36 Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan,
Bina Aksara, Yogyakarta, 1984, hlm. 55
30
1) Membimbing guru agar dapat memahami lebih jelas terhadap
masalah atau persoalan atau kebutuhan murid serta membantu
guru mengatasinya.
2) Membantu guru dalam mengantisipasi kesukaran guru dalam
mengajar.
3) Memberikan bimbingan yang bijaksana terhadap guru dengan
orientasi.
4) Membantu guru memperoleh kecakapan mengajar yang lebih
baik dengan menggunakan seluruh kemampuannya dalam
melaksanakan tujuannya.
5) Membina moral kelompok, menumbuhkan moral yang tinggi
dalam melaksanakan tugasnya.
6) Membantu guru mengerti makna alat untuk pelayanan.
7) Membantu guru memperkaya pengalaman mengajar sehingga
suasana pengajaran bisa menggambarkan anak didik.
8) Memberikan pimpinan yang efektif dan demokratis.
Kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan
dalam kemampuan menyusun, dan melaksanakan program
supervisi pendidikan, serta memanfaatkan hasilnya. Kemampuan
menyusun program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam
penyusunan program supervisi kelas, pengembangan program
supervisi untuk kegiatan ekstrakulikuler, pengembangan program
supervisi perpustakaan, laboratorium, dan ujian.37
Pada hakikatnya, kegiatan supervisi yang dilakukan kepala
sekolah adalah berupa pemberian bantuan dan pendampingan (ad
vocation) kepada anggotanya: yang dalam hal ini mereka yang
terkait dalam aktivitas pendidikan guru, peserta didik, staf
karyawan, dan sebagainya. Ini bertujuan untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi sumber daya sekolah, serta optimalisasi
mutu sekolah.
37 E. Mulyasa, op.cit., hlm. 112
31
e. Kepala Sekolah Sebagai Leader
Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah
sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan
terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan
mengambil keputusan dan kemampuan berkomunikasi.
Kepribadian kepala sekolah sebagai leader akan tercermin
dalam sifat-sifat (1) jujur (2) percaya diri (3) tanggungjawab (4)
berani mengambil resiko dan keputusan (5) berjiwa besar, (6)
emosi yang stabil (7) teladan.38
Dari analisa kepribadian tersebut dapat memberikan
penjelasan bahwa faktor kepribadian juga menentukan
keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah dalam mengorganisir
para anggotanya. Pribadi positif yang dimiliki kepala sekolah akan
memberikan efek positif pula, sebaliknya juga apabila yang
dimiliki adalah pribadi buruk, maka akan berdampak negatif
terhadap situasi dan kondisi sekolah.
f. Kepala Sekolah Sebagai Inovator
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai
innovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk
menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari
gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan
teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan
mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.
Kepala sekolah sebagai innovator akan tercermin dari cara-
cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif,
delegatif, integratif, rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan,
disiplin, serta adaptable dan fleksibel.39
Kepala sekolah harus mempunyai gagasan-gagasan baru
untuk memperkaya khazanah pengetahuannya, yang diantaranya
38 Ibid., hlm. 115 39 Ibid., hlm. 118
32
bermanfaat untuk kemajuan sekolah, seperti penguasaan
komputerisasi, mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi
dengan pihak lain, selalu melakukan eksperimen-eksperimen
tentang penerapan sistem pendidikan.
g. Kepala Sekolah Sebagai Motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi
yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga
kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya.
Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan
fisik, suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara
efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui
pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB).40
b. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Dalam satuan pendidikan, menduduki dua jabatan penting
untuk bisa menjamin kelangsungan proses pendidikan sebagaimana
yang telah digariskan oleh peraturan perundang-undangan. Pertama,
kepala sekolah dalam pengelola pendidikan di sekolah secara
keseluruhan. Kedua, Kepala Sekolah adalah pemimpin formal di
sekolahnya.41
Sebagai pengelola pendidikan, berarti kepala sekolah
bertanggungjawab terhadap keberhasilan penyelenggaraan kegiatan
pendidikan dengan cara melaksanakan administrasi sekolah dengan
seluruh substansinya. Di samping itu, kepala sekolah
bertanggungjawab terhadap kualitas sumber daya manusia yang ada
agar mereka mampu menjalankan tugas-tugas pendidikan.
Sebagai pengelola, kepala sekolah memiliki tugas untuk
mengembangkan kinerja para personal (terutama para guru) ke arah
profesionalisme yang diharapkan.42
40 Ibid., hlm. 103 41 Moch. Idochi Anwar, M.Pd., Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya
Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2003, hlm. 86 42 Ibid., hlm. 87
33
Sebagai pemimpin formal, kepala sekolah bertanggungjawab
atas tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya menggerakkan para
bawahan ke arah pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Dalam hal ini kepala sekolah berfungsi sebagai koordinator yang
mampu memberikan instruksi dan pengarahan serta mampu
melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya, dan ini
menjadi bagian tidak terpisahkan dari kepemimpinannya.
Sabda Nabi SAW:
قال : حدثناشيبه ابن شعدبن خزيمةابن حكم عن ابودر رضي اهللا عنه قالىالذي يوم رسول اهللا صلىاهللا عليه وسلم وتدامة االمن اخذهابحقهاواءذ
.القيها
“Hadits dari Ibnu Syaibah bin Abi Sa’ad bin Khuzaimah bin Hakim dari Abu Dzar r.a. Sesungguhnya engkau orang lemah, sedangkan (pekerjaan) itu suatu kepercayaan (amanah) itu suatu kehinaan dan penyesalan kecuali barangsiapa yang mengambilnya dengan menjalankan haknya dan menunaikan sesuatu (kewajiban) yang terdapat dalam amanat itu”.43
Dalam asbabul wurud hadits ini, Abu Dzar berkata : “aku
meminta kepada Rasulullah SAW, wahai Rasulullah apakah tiada
engkau dapat memberikan suatu pekerjaan (jabatan penting)? Beliau
menjawab: “Hai Abu Dzar, sesungguhnya engkau orang lemah,
sedangkan (pekerjaan) itu suatu pekerjaan (amanah), dan
sesungguhnya pada hari kiamat karena menyia-nyiakan amanah itu
suatu kehinaan dan penyesalan kecuali barang siapa yang
mengambilnya dengan menjalankan haknya dan menunaikan suatu
(kewajiban) yang terdapat dalam amanah itu.44
43 Imam Abi Hussein, Muslim Ibnu Khajjaj al-Qusyairy al-Naisabury, Shahih Muslim; di
Syarkhi al-Nawawi, Beirut: Dar al- Kutub al- Umiyyah,tt, Juz. IX hlm. 213 44 Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafi Ad Damsyiqi (Penerjemah M. Suwarta Wijaya,
Zazillah Salim, Asbabul Wurud 3; Latar Belakang Historis, Timbulnya Hadis-hadis Rasul), Radar Jaya, Offset, Jakarta, 2002, hlm. 463
34
Tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu lembaga
pendidikan diperoleh dari sikap sadar diri akan tanggungjawab, dan
peran dari para pemimpin pendidikan, dalam hal ini kepala sekolah
sebagai sentral kedudukan bertanggungjawab, juga menyadarkan guru
dan stafnya agar mengerti fungsi dan perannya juga. Hal ini sesuai
dengan pernyataan al-Bhulaya ini:
كلياجب عبالو قمو فسهمان من كصفوني فسكن من اسالن فصانعوحنكوحه نلياجب عبالو قمي ركي.
“Insyafkanlah manusia dengan mulai dari dirimu sendiri, maka mereka akan menginsafi dirinya masing-masing dengan mencontoh diri kamu. Dan kerjakanlah tanggungjawab terhadap orang lain, maka orang lain akan melakukan tanggungjawab sebagaimana yang kamu kerjakan”. 45
Dari sudut pandang manajemen mutu pendidikan,
kepemimpinan pendidikan yang direfleksikan oleh kepala sekolah
seyogyanya meliputi kepedulian terhadap usaha-usaha peningkatan
mutu pendidikan yang dipimpinnya. Dalam hubungan ini mutu
pendidikan dapat diartikan sebagai kemampuan satuan pendidikan
baik teknis maupun pengelolaan yang profesional yang mendukung
proses belajar peserta didik sehingga dapat mencapai prestasi belajar
yang optimal.46 Ini menegaskan bahwa keberhasilan kepemimpinan
kepala sekolah berpengaruh terhadap mutu pendidikan, seperti halnya
mutu peserta didik.
Kepala sekolah sebagai pemimpin seharusnya dalam praktek
sehari-hari selalu berusaha memperhatikan dan mempraktekkan
delapan fungsi kepemimpinan di dalam kehidupan sekolah.47
1. Dalam kehidupan sehari-hari kepala sekolah akan dihadapkan
kepada sikap para guru, staf dan para siswa yang mempunyai latar
45 Ibid., hlm. 128 46 Moch. Idochi, op.cit., hlm. 87 47 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah; Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hlm. 106
35
belakang kehidupan yang berbeda-beda, kepentingan serta tingkat
sosial budaya yang berbeda, sehingga tidak mustahil terjadi
konflik antar individu bahkan antar kelompok. Dalam menghadapi
hal semacam itu kepala sekolah harus bertindak arif, bijaksana,
adil, tidak ada pihak yang dikalahkan atau dianakemaskan.
2. Sugesti atau saran sangat diperlukan oleh para bawahan dalam
melaksanakan tugas. Para guru dan staf dan siswa suatu sekolah
hendaknya selalu mendapatkan saran, anjuran dari kepala sekolah
sehingga dengan saran tersebut dalam memelihara bahkan
meningkatkan semangat, rela berkorban, rasa kebersamaan dalam
melaksanakan tugas masing-masing (suggesting).
3. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi memerlukan dukungan
dana, sarana dan sebagainya. Demikian pula sekolah sebagai suatu
organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah digariskan
memerlukan berbagai dukungan kepala sekolah bertanggungjawab
untuk memenuhi atau menyediakan yang diperlukan oleh para
guru, staf, dan siswa baik berupa dana, peralatan, waktu, bahkan
suasana yang mendukung. Tanpa adanya dukungan yang
disediakan oleh kepala sekolah, sumber daya manusia yang ada
tidak mungkin melaksanakan tugasnya dengan baik (supplying
objectives).
4. Kepala sekolah berperan sebagai katalisator dalam arti mampu
menimbulkan dan menggerakkan semangat para guru, staf dan
siswa dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Patah
semangat, kekurangan kepercayaan harus dapat dibangkitkan
kembali oleh para kepada sekolah (catalyzing).
5. Rasa aman merupakan salah satu kebutuhan setiap orang baik
sering individu maupun kelompok. Oleh sebab itu, seorang kepala
sekolah sebagai pemimpin harus dapat menciptakan rasa aman di
dalam lingkungan sekolah. Sehingga para guru, staf, dan siswa
dalam melaksanakan tugasnya merasa aman, bebas dari segala
36
perasaan gelisah, kekhawatiran, serta memperoleh jaminan
keamanan dari kepala sekolah (providing security).
6. Seorang sekolah selaku pemimpin akan menjadi pusat perhatian,
artinya semua pandangan akan diarahkan ke kepala sekolah
sebagai orang yang mewakili kehidupan sekolah di mana dan
dalam kesempatan apapun. Oleh sebab itu, penampilan seorang
kepala sekolah harus selalu dijaga integrasi nya, selalu terpercaya,
dihormati baik sikap, perilaku maupun perbuatannya
(representating).
7. Kepala sekolah pada hakekatnya adalah sumber semangat bagi
para guru, staf dan siswa. Oleh sebab itu, kepala sekolah harus
selalu membangkitkan semangat, percaya diri terhadap guru, staf,
dan siswa. Sehingga mereka menerima dan memahami tujuan
sekolah secara antusias, bekerja secara bertanggungjawab ke arah
tercapainya tujuan sekolah (inspiring).
Setiap orang dalam kehidupan organisasi baik secara pribadi
maupun kelompok, akan merasa bangga apabila kebutuhannya
diperhatikan dan dipenuhi. Untuk itu kepala sekolah diharapkan selalu
dapat menghargai apapun yang dihasilkan oleh mereka yang menjadi
tanggungjawabnya. Penghargaan dan pengakuan ini dapat diwujudkan
dalam berbagai bentuk, seperti kenaikan pangkat, fasilitas,
kesempatan, mengikuti pendidikan, dan sebagainya (praising).
B. Peserta Didik
1. Pengertian Peserta Didik
Peserta didik sebagai raw material dalam prose transformasi dan
internalisasi menempati posisi yang sangat penting untuk dilihat
signifikasi nya dalam menemukan kebersihan sebuah proses.48 Termasuk
dalam ini adalah proses keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah yang
salah satu indikasinya adalah peserta didik.
48 Depag RI., Kendali Mutu PAI, Jakarta, 2001, hlm. 12
37
Dalam paradigma pendidikan islam peserta didik merupakan orang
yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar
yang masih perlu dikembangkan. Disini peserta didik merupakan mahluk
Allah yang memiliki fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai
taraf kematangan baik bentuk, ukuran, maupun pertimbangan pada
bagian-bagian lainnya. Dari segi rohaniah, ia memiliki bakat, memiliki
kehendak, perasaan, dan pikiran yang dinamis.49
Dari kemampuan yang dimiliki peserta didik sejak awal, apabila ia
telah memajukan jenjang sekolah (lembaga pendidikan), hal ini akan
menjadi tanggung jawab para pendidik untuk memberikan bimbingan agar
ia bisa tumbuh-kembang disini pula menuntut kebijakan kepala sekolah
sebagai pilar utama kehidupan sekolah untuk menjalin kerjasama yang
baik dengan para pendidik (guru).
Samsul Nizar menjelaskan deskripsi tenang hakikat peserta didik.50
Yaitu:
a. Peserta didik bukan merupakan miniature orang dewasa akan tetapi
memiliki dunianya sendiri. Hal ini sangat penting untuk dipahami agar
perlakuan terhadap mereka dalam proses ke pendidikan tidak
disamakan dengan pendidikan orang dewasa baik dalam aspek metode
mengajar, materi yang akan diajarkan, sumber bahan yang digunakan
dan sebagainya.
b. Peseta didik adalah manusia yang memiliki diferensiasi periodesasi
perkembangan dan pertumbuhan.
c. Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan, baik yang
menyangkut kebutuhan jasmani maupun rohani yang harus dipenuhi
d. Peserta didik adalah mahkluk Allah yang memiliki perbedaan
individual (diferensiasi individual) baik yang disebabkan oleh faktor
pembawaan maupun lingkungan dimana ia berada.
49 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Al-Ma’arif, Bandung,
1989, hlm. 32 50 Samsul Nizar, M.A., Pendekatan Historis; Teoritik dan Praktis, Ciputat Pres, Jakarta,
2003, hlm. 48-49
38
e. Peserta didik merupakan resultan dari dua unsur utama yaitu jasmani
dan rohani
f. Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi (fitrah) yang dapat
dikembangkan dan berkembang secara dinamis.
2. Kemampuan dan Karakteristik Peserta Didik
Peserta didik sebagai individu manusia memiliki sejumlah
kemampuan (ability). Kemampauan ini, ada yang masih bersifat potensial
atau kapasitas (capacity) dan ada yang sudah merupakan kecakapan nyata
(achievement). Kapasitas seringkali dibedakan pula antara kapasitas
umum (general capacity) atau kecerdasan, intelegensi (intelligence), dan
kapasitas khusus (special capacities) yang sering juga disebut bakat
(aptitude). 51Dewasa ini bakat ini pun seringkali disebut intelegensi
intelektual, matematis, emosional, spiritual, dsb. Tiap peserta didik
memiliki kapasitas dan kecakapan yang berbeda. Seseorang mungkin
memiliki potensi yang tinggi dalam matematika dan fisika, sedang dalam
bahasa dan ilmu sosial, tetapi rendah dalam seni dan olahraga. Peserta
didik lain sebaliknya, atau tinggi dalam semuanya, atau bahkan rendah
dalam semua bidang.
Selain dalam kemampuan, individu manusia juga memiliki
keragaman dalam karakteristik, baik karakteristik yang bersifat permanen
maupun temporer. Karakteristik permanen terutama berkenaan dengan
aspek jasmani, seperti tinggi dan besar badan, postur tubuh, warna kulit,
rambut, mata, kondisi dan kemampuan indera, dsb., tetapi bisa juga
berkenaan dengan psikis, seperti sifat-sifat sabar, gigih, pemberani,
pemarah, tekun, dsb. Karakteristik kontemporer kebanyakan berkenaan
dengan aspek psikis terutama kondisi afektif seperti: semangat, perasan
senang, sedih, bahagia, gembira, dsb., tetapi bisa juga dengan aspek fisik,
51 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, PT Remaja
Rosdakarya, 2007, hlm. 31
39
karena mendapat pengaruh dari faktor-faktor tertentu seperti : lelah, lapar,
ngantuk, sakit, dan lain-lain.52
3. Mutu Peserta Didik dalam Prestasi Akademik dan Non-Akademik
Mutu peserta didik merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan
sekolah dalam dunia pendidikan, keberadaannya mutlak ada untuk
mengetahui sejauh mana nilai tambah atau nilai kurang dari peserta didik
dalam menyerap berbagai mata pelajaran yang tidak diajarkan.
Secara substantif, istilah mutu mengandung dua hal.53 Pertama
sifat dan kedua taraf. Sifat adalah sesuatu yang menerangkan keadaan
benda, sedang taraf menunjukkan kedudukannya dalam suatu skala. Tiap
manusia memiliki pandangan yang berbeda tentang sifat dan taraf
tersebut. Demikian juga halnya terhadap sifat dan taraf tersebut. Demikian
juga halnya terhadap sifat dan taraf mutu pendidikan, terdapat deskripsi
tentang sifat dan taraf yang berbeda.
Dengan mendasarkan diri pada pendekatan Total Quality
Management (TQM) yang dikembangkan pertama kali oleh Edward
Deming, Paire, dkk (1992:10-13), lihat juga (Glasser, 1992) menyarankan
14 butir untuk mencapai mutu pendidikan prima, yang termasuk dalam
strategi Total Quality Education (TQE):
(1) Merancang secara terus menerus berbagai tujuan pengembangan
siswa, pegawai, dan layanan pendidikan.
(2) Mengadopsi filosofi baru, yang mengedepanan kualitas pembelajaran
dan kualitas sekolah. Manajemen pendidikan harus mengambil
prakarsa dalam gerakan peningkatan mutu ini
(3) Guru harus menyediakan pengalaman pembelajaran yang
menghasilkan output yang baik, customers mereka (guru, orang tua,
lapangan kerja) tidak akan menyukainya.
52 ibid. hlm.31 53 Sanusi Uwes, M.Pd, Manajemen Pengembangan Mutu Dosen, Jakarta, Logos Wacana
Ilmu, 1999, hlm. 27.
40
(4) Menjalin kerjasama yang baik dengan pihak-pihak yang
berkepentingan (stakeholders) untuk menjamin bahwa input yang
diterima berkualitas.
(5) Melakukan evaluasi secara kontinyu dan mencari terobosan
pengembangan sistem dan proses untuk meningkatkan mutu dan
produktivitas.
(6) Para guru, staf lain dan murid harus dilatih dan dilatih kembali dalam
pengembangan mutu guru harus melatih siswa agar menjadi warga
dan pekerja masa depan dengan mengembangkan kemampuan
pengendalian diri, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah.
(7) Kepemimpinan lembaga yang mengarahkan guru staf dan siswa
mengerjakan tugas pekerjaannya dengan lebih baik. Di dalam
mengelola kelas, guru hendaknya menerapkan visi kepemimpinan
pada ke pengawasan.
(8) Mengembangkan ketakutan yakni semua staf harus merasa mereka
dapat menemukan masalah dan cara pemecahannya, guru
mengembangkan kerjasama dengan siswa untuk meningkatkan mutu.
(9) Menghilangkan penghalang kerjasama diantara staf, guru, dan murid
atau antar ketiganya
(10) Hapus slogan, desakan atau target yang bernuansa pemaksaan dari
luar.
(11) Kurangi angka-angka quota, quota dengan penerapan kepemimpinan,
karena penerapan kuota justru akan mengurangi produktivitas dan
kualitas.
(12) Hilangkan perintang-perintang yang dapat menghilangkan
kebanggaan para guru atau siswa terhadap kecakapan kerjanya.
(13) Sejalan dengan kebutuhan penguasaan materi baru, metode-metode
atau teknik-teknik baru, maka harus disediakan program pendidikan
atau pengembangan diri bagi setiap orang dalam lembaga sekolah
tersebut.
41
(14) Pengelola harus memberikan kesempatan kepada semua pihak untuk
mengambil bagian atau peranan dalam pencapaian kualitas.54
Mutu dari hasil belajar murid sangat ditentukan oleh kualitas
pengemasan pelajaran dan metodologi yang digunakan oleh pengajar
(guru).55 Sebagai pengajar guru berfungsi sebagai komunikator sumber
dan penyedia informasi. Bagaimana guru menyaring, mengevaluasi
informasi yang tersedia dan mengolahnya ke dalam suatu bentuk yang
cocok bagi kelompok penerima suatu informasi, sehingga kelompok
penerima informasi dapat memahami informasi itu dalam pengetahuan
tertentu yang ditransfer kepada para pelajar, sehingga membantu
membawa atau mengantar mereka baik secara individu maupun kelompok
kepada tingkat perkembangan kepribadian yang lebih tinggi dari apa yang
dimiliki sebelumnya. Islam mengajarkan bahwa dalam menyampaikan
pelajar seorang pengajar tidak mendorong pelajarannya untuk
mempelajari sesuatu yang diluar kemampuannya, dengan kata lain bahwa
dalam proses belajar mengajar guru sebagai pengajar harus
memperhatikan keadaan pelajar, tingkat pertumbuhan dan perbedaan
individu yang terdapat diantara mereka.
Pencapaian mutu menuntut adanya orientasi ke depan dan
komitmen jangka panjang staf, siswa, warga masyarakat dan pemasok.
Strategi, rencana dan alokasi sumberdaya harus merefleksikan komitmen
tersebut, juga merefleksikan pelatihan yang dibutuhkan, pengembangan
siswa dan staf, pengembangan pasokan, evolusi teknologi dan faktor-
faktor lain yang melingkupi mutu. Salah satu bagian pokok komitmen
jangka panjang adalah peninjauan dan penilaian berkala atas kemajuan
relatif rencana jangka panjang.56.
54 Suryo Subroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta, Rineka Cipta, 2004, hlm
1998-199 55 Depag RI Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Kendali Mutu
PAI, Jakarta, 2001, hlm. 41. 56 Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, terj, Yosal Iriantara, Yogyakarta,
Pustaka Pelajar, 2005, hlm. 26.
42
Istilah “academic” (akademik) sendiri menurut the international
encyclopedia of higher education antara lain berarti, term used to describe
programs of study an course usually referring to the theoretical literary
classical or liberal (istilah yang dipakai untuk melukiskan program-
program studi dan mata pelajaran biasanya mengacu pada bidang-bidang
teoritiskesastraan, studi klasik atau liberal).57
Kualitas atau mutu pendidikan ini dapat dibedakan menjadi
kualitas akademik dan kualitas non akademik.beberapa tolok ukur yang
digunakan untuk melihat kualitas akademuk maupun non akademik adalah
sebagai berikut:
a. Bidang Akademik :
Diantara tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas
akademik SMP adalah hasil ujian nasional yang telah di capai58.
Peningkatan mutu dalam bidang akademis mengacu pada prinsip-
prinsip:59
Pembelajaran dan hasil belajar menekankan ketercapaian
kompetensi secara utuh, yang meliputi aspek pengetahuan
(kognitif), ketrampilan (psikomotor), sikap dan nilai –nilai
(afektif).
Prinsip layanan dan manajemen pengelolaan pendidikan adalah
bersih, transparan, dan profesional.
Pencapaian kompetensi menggunakan sistem belajar tuntas
(mastery learning), sehingga menuntut adanya kegiatan perbaikan
(remedial) dan /atau kegiatan pengayaan (enrichment).
b. Bidang non akademik
Peningkatan mutu akademik dalam bidang non akademik mengacu
pada prinsip-prinsip:
57 Khoiril Mawahib, Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa
di Lingkungan Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Kampus III IAIN, Skripsi Fakultas Tarbiyah, IAIN Walisongo Semarang, Semarang, 2002, hlm. 7
58 http://wwwdikdasmen. 59 http://sman78.
43
Prinsip pengelolaan dan layanan harus senantiasa
menyeimbangkan antara kegiatan intrakurikuler dan kegiatan
ekstrakurikuler
Kegiatan ekstra kurikuler yang menunjang perlu diwadahi dan di
kelola, seperti: science center club (KIR), gerobak, dll
Ekstrakurikuler terbentuk dengan tujuan untuk menampung bakat
ataupun untuk meningkatkan kecakapan hidup.
43
BAB III
POLA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MUTU PESERTA
DIDIK DI MTS AL-ASROR PATEMON GUNUNG PATI SEMARANG
A. Kondisi Umum MTs Al-Asror
1. Letak Geografis
MTs al-Asror adalah salah satu Lembaga Pendidikan Islam di
bawah naungan lembaga pendidikan ma’arif NU, dan dikelola oleh
Yayasan Al-Asror. Terletak di Jalan Legoksari No. 02 Desa Patemon,
Kecamatan Gunung Pati ,Semarang Propinsi Jawa Tengah 51228, telp
(024) 7466906. Tepatnya sekitar 30 kilometer dari Kota Semarang
Pemandangan yang masih hijau, asri dan nuansa pedesaan, serta
jauh dari keramaian kota, menciptakan suasana yang kondusif bagi
terlaksananya proses belajar mengajar di lingkungan MTs al-Asror,
sehingga membuat peserta didik betah dan dapat merasakan kenyamanan
belajar.
Dilihat dari segi geografisnya, MTs Al-Asror berada di daerah
semarang selatan yang masih terdapat banyak lahan pertanian,
perkebunan, hutan jati dan peternakan. Didirikan di atas tanah pertanian,
perkebunan, hutan jati, dan peternakan. Didirikan di atas tanah 4900 M2.
Berada dekat dengan pemukiman penduduk, yang menjadikan peserta
didik dapat belajar untuk bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. Di sana
juga terdapat pondok pesantren sebagai tempat tinggal (mondok) dan
menambah ilmu pengetahuan Agama Islam bagi peserta didik yang jauh
dari lokasi MTs al-Asror dan yang datang dari luar daerah. Di samping itu,
fasilitas yang memadai dan mendukung seperti warung telekomunikasi,
dan perpustakaan semakin memperlancar dan mempermudah peserta didik
untuk memenuhi kebutuhan serta melakukan aktifitas.
44
2. Kondisi Sosiologis
Pendidikan masyarakat Desa Patemon Kecamatan Gunung Pati
Semarang dapat dikategorikan masih rendah (minim). Hal ini dapat dilihat
dari prosentase pendidikannya, yakni 75 % berpendidikan SD, 15 %
pendidikan SMP 5 % pendidikan SMA dan 5 % yang melanjutkan ke
jenjang perguruan tinggi.
Kondisi masyarakat di daerah ini tergolong agraris, karena selain
masih terdapat banyak lahan pertanian, menjadi petani juga merupakan
mata pencaharian utama untuk mencukupi kehidupan perekonomian
mereka. Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan
teknologi kini mulai banyak masyarakat yang terjun dibidang industri.
Mayoritas masyarakat di lingkungan MTs al-Asror Desa Patemon
adalah pemeluk agama Islam1, dengan pengetahuan agama yang cukup
tinggi, karena pengaruh dari para pendahulu mereka, yakni pendiri pondok
pesantren al-Asror. Hal ini menjadikan nuansa agamis semakin terasa dan
tentunya masyarakat berpartisipasi dan mendukung jalannya program
pendidikan yang diterapkan di MTs al-Asror, yang berlandaskan Ukhuwah
Islamiyah
3. Tinjauan Historis
Di mulai dari pandangan masyarakat Patemon yang mayoritas
beragama Islam dan nahdliyin (warga Nahdlatul Ulama) bahwa
pendidikan adalah bagian yang sangat penting untuk mencerdaskan bangsa
harus segera di usahakan serta untuk kemajuan umat Islam. Maka
masyarakat di lingkungan berinisiatif mendirikan sebuah lembaga
Pendidikan. Selain itu karena masyarakat pada waktu itu sangat
membutuhkan tempat pendidikan untuk putrinya. Dan juga tempat
pendidikan yang telah ada sangat jauh sehingga sangat melelahkan serta
1 Hal ini ditunjukkan dengan tidak terdapat tempat peribadatan agama lain seperti Wihara,
Gereja dan sebagainya di lingkungan dan Patemon. Dan juga bisa dilihat dalam bendel lampiran pendirian sekolah, MTs al-Asror Patemon Kec. Gunung Pati, Kodya Semarang, 1987, hlm. 1.
45
belum adanya transportasi. Berawal dari historis tersebut akhirnya MTs al-
Asror didirikan.
4. Visi dan Misi MTs al-Asror
Mts al-Asror mempunyai visi ingin menjadikan lembaga
pendidikan dasar berwawasan, punya prestasi, disiplin, terampil,
bertanggung jawab, berakhlakul karimah dalam bersikap dan bertindak
serta berorientasi kebutuhan global.
Sedangkan misinya adalah:
1. Mengembangkan iklim belajar yang kondusif, berakar pada norma dan
nilai hidup bangsa.
2. Menyiapkan tamatan yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan
sesuai dengan standar keahlian dan kejujuran.
3. Mewujudkan pelayanan dalam upaya memaksimalkan pemberdayaan
Sumber Daya Manusia (SDM) sekolah.
4. Mencetak tamatan agar mampu dan memiliki kemampuan untuk
berwirausaha dan melanjutkan studi secara profesional.
5. Menggali potensi sekolah dengan memberdayakan lingkungan guna
menunjang program pemerintah.
B. Sejarah Berdiri dan Perkembangan
1. Awal Berdirinya Mts al-Asror
Berdirinya MTs al-Asror diilhami oleh keadaan Desa yang
mendukung di mana masyarakatnya yang dinamis walau hanya naluriah
oleh para pendahuluan. Namun perlu bersyukur dengan adanya figur yang
pantas jadi panutan sebagai panutan umat, beliau adalah Kyai Zubaidi
yang secara pelan tapi pasti untuk membekali umat yang selalu setia
mengikuti gerak langkahnya lewat santri-santrinya dari generasi.
Salah satu santri yang berpandangan jauh ke depan dengan
wawasan-wawasan yang membuat Kyai Zubaidi untuk berbuat lebih
banyak lagi dengan harapan adanya santri-santri luar daerah yang belajar
46
kepada beliau, maka saudara Idris Imron mengajukan ide agar di Patemon
didirikan MTs (Sekolah sangat dibutuhkan oleh segala lapisan
masyarakat). Jadi dalam hal ini, pondok pesantren merupakan cikal bakal
berdirinya MTs al-Asror. Dengan usaha yang penuh harap da tawadhunya
kepada Kyai ternyata diterima dan menunjukkan sebuah bidang tegalan
sebagai tempatnya.
Setelah ide dari saudara Idris Imron diterima, beliau segera
membuat legenda untuk menguatkan dan mewujudkan idenya tersebut.
Beberapa tokoh masyarakat, para pendidik disekitar Desa Patemon
dihubunginya untuk diminta pendapat serta sumbang sarannya, dan salah
satunya adalah H. Humanidi yang sampai sekarang masih dipercaya untuk
mengembangkan amanat sebagai kelapa sekolah.
Pada tanggal 15 Februari 1986 terbentuklah kepengurusan Yayasan
yang di koordinir oleh ketua NU Ranting Patemon di mana pengurusnya
adalah orang-orang dari nahdhiyin dan sekolahpun harus bernaung di
bawah lembaga pendidikan Ma’arif. Akan tetapi kepengurusan ini bersifat
sementara, karena surat keputusan dari pengurus ranting NU belum
diterbitkan dan diharapkan masih terjadi proses tambal sulam.
Adapun susunan pengurus sementara sebagai berikut;
1. Pelindung : Soetopo
Ketua I : Kyai Zubaidi
2. Ketua II : Humaidi
Sekertaris I : Mustajab
3. Sekretaris II : Mahfudz
Bendahara I : Sumpono
4. Bandahara II : Mujiyo
Tata Usaha I : Kasnadi
5. Tata Usaha II : Suwarman
Pembantu Umum I : S. Zuhri
6. Pembantu Umum II : Idris Imran
7. Anggota-Anggota
47
Kemudian pada tanggal 28 Agustus 1986 bertempat di serambi al-
Asror ketua pengurus dan anggota sementara mengadakan pertemuan
dengan menghadirkan kepala kelurahan dan tokoh-tokoh masyarakat
lainnya untuk dikukuhkan dan disempurnakan pengurus yang susunannya
sebagai berikut.
1. Pelindung : Soetopo (Kepala kelurahan)
2. Ketua I : Kyai Zubaidi
Ketua II : Humaidi
Ketua III : Sungatman
3. Sekretaris I : Mustajab
Sekretaris II : Mahfudz
4. Bendahara I : Sumpono
Bendahara II : Mujiyo
5. Tata usaha I : Kasnadi
Tata usaha II : Mulyadi
Disamping itu juga memilih personal struktur sekolah yang telah
ditunjuk secara aklamasi, yang susunannya sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah : Humaidi, BA (Guru MI Banaran)
2. Wakil Kepala Sekolah : Saadi (Guru MI Sakaran)
3. Sekretaris : Mukhairomin
4. Bendahara : Naifah (Guru SD Patemon II)
Sedangkan untuk pegawai susunannya adalah sebagai berikut:
1. Kepala tata usaha : Khosim (mahasiswa)
2. Sekretaris TU : Kasiyatun
3. Staf TU I : Mahfudz
4. Staf TU II : Mahmud
5. Guru:
1) Imam Nahrowi, SH SMG (UNDIP)
2) Drs. Khadhor Ikhsan Mangkang (IAIN)
3) Drs. Shodiq Demak (IAIN)
4) Drs. Qodim Kendal (IAIN)
48
5) Humaidi, BA Sekaran (UNISSULA)
6) Muntara, BA Banaran (UNTAG)
7) Suhardi Sekaran (Mahasiswa)
8) Nurhadi Pakintelan (IAIN)
9) Muh. Nasir Watusari (IKIP)
10) M. Khairomin Pakintelan (IAIN)
11) Sujiyanto Patemon (IAIN)
12) Surakimi Banaran (UNDIP)
13) Suratno Patemon (IKIP)
14) Zainal Abidin Banaran (Guru Ahli)
Dengan kepengurusan serta perangkat sekolah sepeti, struktur,
sekolah, TU, dan guru itulah sebagai strat awal untuk melanagkah
menerima pendaftaran murid, guru, tahun pelajaran 1987/1988. dimana
mulai muincul calon-calin yang kiprahnya meliputi kerja pengurusnya,
pelaksana struktur sekolah, dan lain-lain. Yang ditujukan untuk mencapai
tujuan sekolah/lembaga pendidikan. Dan pada saat itu berhasil
meyakinkan yang masih ragu akan eksistensi Mts al-Asror dan dapat
merekrut siswa 96 orang.
2. MTs al-Asror Berdiri
Untuk mengawali kegiatan sekolah oleh pengurus perlu adanya
pejabat para pejabat dan tokoh-tokoh masyarakat yang mengetahui, maka
pada tanggal 18 juli 1987 sekolah tersebut diresmikan dan sekaligus
dimulainya kegiatan belajar mengajar pada awal tahun 1987/1988. adapun
pejabat yang meresmikan adalah Drs. Affandi Hadiwijaya dari Kakanwil
Depag Propinsi Jawa Tengah sekaligus memberikan amanat untuk terus
maju bersaing dengan sekolah-sekolah lain secara sehat agar
keberadaannya selalu diakui dan menjadi besar namun tidak meninggalkan
ciri sekolah Islam yang ingin membentuk generasi yang berakhlakul
karimah sesuai dengan ajaran agama Islam.
49
Setelah peresmian para pengurus terus berupaya untuk
menyempurnakan sarana sekolah, salah satunya adalah membuat kamar
kecil dan penertiban kelas, dimana salah satu pengurus yang berupaya
mencari dana adalah bapak Mujiyo. Untuk melengkapi kelas yang pada
waktu itu tiga lokal. Namun karena sesuatu hal bapak Mujiyo harus
meninggalkan kepengurusan. Oleh karena itu, terjadi kembali
restrukturisasi terhadap personilnya diantaranya:
a. Pengurus
1. Ketua umum : Kyai Zubaidi
Ketua I : Humaidi, BA
2. Sekretaris I : Mahfudz
Sekretaris II : Mustajab
3. Bendahara I : Supono
4. Tata usaha I : Kasnadi
Tata usaha II : Mukayadi
b. Pegawai
1. Ketua TU : Khosim
2. Sekretaris TU : Kasiyatun
3. Staf TU : Mahfudz
c. Guru
No Nama Guru Mengampu Bidang Studi
1. K. Zubaidi Aswaja
2. Idris Imron Bahasa Arab
3. M. Khowim Quran Hadits/ Syariah
4. Suratno P biologi/fisika
5. Muh Nasir Matematika
6. Sanusi Olah Raga
7. Suhardi Bahasa Inggris
8. Surokhim Bahasa Indonesia
9. Mahmud Aqidah Akhlaq
10. Suratno S Sejarah Nasional
50
11. Nurhadi PMP
12. Muntari IPS
13. Muntari Ketrampilan
3. Perkembangan MTs Al-Asror
a. Perkembangan Fisik
Sejak berdiri tahin 1987 yang semula hanya memiliki 3 lokal
sebagai modal awal yang telah diusahakan oleh masyarakat, saat ini
telah berkembang 27 lokal yang antara lain 17 ruang kelas, 1 ruang
guru, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang tamu, 1
ruang ganti pakaian olah raga, 1 ruang OSIS, 1 riang ketrampilan, 1
ruang pembayaran SPP dan 3 ruang kamar kecil. Kesemuanya telah
difungsikan sesuai kebutuhan. Kini juga dilengkapi denagan
laboratorium komputer dan bahasa.
Dalam memenuhi sarana dan prasarana sekolah, pihak MTs al-
Asror pun berupaya semaksimal mungkin untuk melengkapi kebutuhan
sekolah untuk menunjang proses belajar mengajar menuju sekolah
yang unggul. Hal ini dilakukan dengan terus mengusahakan segala
fasilitas yang berkaitan dengan kepentingan tersebut diantaranya
dengan menyediakan sarana dan prasarana sekolah, kualitas guru yang
profesional, meningkatkan kedisiplinan siswa serta penunjang
akademik lainnya.
Dari segi kuantitaspun jumlah peserta didik dari tahun ke tahun
semakin menigkat. Halini dapat dilihat dari data di bawah ini
Tabel 1
Jumlah Siswa Keterangan
No
Tahun pelajaran Kelas I Kelas II Kelas III Jumlah
1. 1987/1988 94 - - 94
2. 1988/1989 61 84 - 145
3. 1989/1990 55 58 75 188
51
4. 1990/1991 92 58 56 206
5. 1991/1992 116 86 55 257
6. 1992/1993 117 116 84 317
7. 1993/1994 164 117 115 399
8. 1994/1995 158 158 119 435
9. 1995/1996 170 154 154 478
10. 1996/1997 180 168 148 496
11. 1997/1998 218 181 164 563
12. 1998/1999 180 212 172 564
13. 1999/2000 467 170 203
540
14. 2000/2001 210 170 172 552
15. 2001/2002 240 209 156 605
16. 2002/2003 230 236 202 668
17. 2003/2004 240 224 224 688
18. 2004/2005 263 238 213 714
19. 2005/2006 208 263 229 699
Demikian pula dengan upaya MTs al-Asror untuk
mengkualifikasi tenaga pengajar yang profesional dan berkompeten di
bidangnya. Hal tersebut telah dilakukan dan saat ini jumlah
keseluruhannya mencapai 31 tenaga pengajar, antara lain sebagai
berikut:
Tabel 2
Daftar Guru MTs al-Asror
No. Nama Pendidikan Asal Lembaga
Pendidikan
Keterangan
1 H. Chumaidi Samud UNISULA
2 Drs. Suhardi, S.PdI S 1 IAIN /
UNNES
52
3 Suratno, S.Pd I S 1 IAIN
4 Nurhadi, BA. Sarmud UNISULA
5 Sarwadi, S. Ag S 1 IAIN
6 Mahrudi, S.Pd. S 1 FKIP
7 Khosim, S.Pd. S 1 IKIP
8 Khasbun, BA D3 UNTAG
9 Ali Nur Rohman,
S.Pd.
S 1 UT, UNNES
10 M. Nurmahsun,
S.Pd.
S 1 UNNES
11 Dra. Siti fatimah S 1 IAIN
12 Imroatul CH, S.Ag,
S.Pd.
S 1 IAIN,
UNNES
13 Nurhidayah, S.Ag,
S.Pd.
S 1 IAIN,
UNNES
14 Damayanti, S.Sos,
S.Pd.
S 1 UNDIP
/UNNES
15 Martin S 1 UNNES
16 Sulastri, S.Pd. S 1 UNNES
17 Nur aliyah, S.Pd. S 1 UNNES
18 Dra. Istifaiyah,
S.Pd.
S 1 UNNES
19 Barokah I, S.Pd. S 1 UNNES
20 Drs. Muhzin, S.Pd. S 1/ S1 IAIN,
UNNES
21 Puji nurhayati, S.Pd. S 1 UNNES
22 Drs. Jamhari, S.Pd. S 1 IAIN/UNNES
23 Sri Hartatik, S.Pd. S 1 UNNES
24 Nur Imroatur R,
S.Pd.
S 1 IAIN
53
25 Siti Khudriyah,
S.Pd.
S 1 IAIN
26 Andriyani, A.Md. D 3 IKIP
27 Rahayu H, S.Pd. S 1 IKIP
28 Sri Nuriyah, S.Pd.I S 1 UNISULA
29 Istifaroh, S.Pd. S 1 UNNES
30 Khotimatun, S.Pd. S 1 UNNES
31 Kartika aeni, S.Pd. S 1 UNNES
b. Perkembangan Akademik
MTs Al-Asror yang berdiri pada tahun 1987, terus berusaha
meningkatkan kualitas agar peserta didik mampu menguasai ilmu
pengetahuan (kognitif), berperilaku sesuai norma-norma hidup yang
sesuai ajaran (afektif) serta mempunyai kemampuan untuk berbuat
sesuatu yang bermanfaat atau ketrampilan psikomotorik.
Perkembangan akademik MTs Al-Asror dapat dilihat dari data
kelulusan peserta didik seperti yang tercantum dalam tabel di bawah
ini:
No Tahun
pelajaran
Jumlah
peserta
Lulus Tidak lulus Keterangan
1 1989/1990 76 75 1 99%
2 1990/1991 56 56 - 100%
3 1991/1992 54 53 1 99%
4 1992/1993 84 81 3 94%
5 1993/1994 114 114 - 100%
6 1994/1995 119 119 - 100%
7 1995/1996 156 119 - 100%
8 1996/1997 147 147 - 100%
9 1997/1998 163 163 - 100%
10 1998/1999 172 172 - 100%
54
11 1999/2000 199 199 - 100%
12 2000/2001 171 171 - 100%
13 2001/2002 153 153 - 100%
14 2002/2003 202 190 12 95%
15 2003/2004 224 211 13 96%
16 2004/2005 206 206 - 100%
17 2005/2006 229 215 14 94%
4. Struktur Organisasi
Strategi kelembagaan MTs Al-Asror sudah memperoleh akreditasi
A oleh dewan akreditasi madrasah (DAM) propinsi jawa tengah. Hal ini
menunjukkan bahwa sekolah tersebut telah memenuhi kriteria-kriteria
yang menunjang baik dari segi kuantitas maupun kualitas peserta didiknya.
Berdiri dengan SK. No. 07/ P. NU / VIII/86. Dan secara umum
kelembagaan MTs Al-Asror dapat digolongkan sebagai milik institusi
(yayasan) karena lembaga pendidikan ini merupakan salah satu sekolah
yang dikelola oleh yayasan Al-Asror di samping Madrasah Aliyah (MA)
dan pondok pesantren.
Di lihat dari strukturisasi, terlihat sudah ada pembagian tugas dan
peran yang sudah merata pada masing-masing jabatan (posisi) seperti
kepal sekolah sebagai atasan (top leader), wakil kepala sekolah, pengajar,
dan pegawai tata usaha sebagai anggota (bawahan). Hal ini pula
menegaskan bahwa MTs Al Asror sudah menganut sistem organisasi yang
bersifat desentralistik.
55
Ketua Yayasan Al Mamnukhin Cholid
Tabel 3
Struktur Organisasi
Kepala Madrasah Chumaidi, BA.
Wakamad Idris Imran
Instansi terkait BP3
Kepala Tata Usaha
Bendahara Nurwakhidoh
Urusan Pegawai Idris Imran
Pengajaran Khosim
Kesiswaan Suratno
Humas Nurhadi, HM.
BP 1. Khosim, S. Pd. 2. Istifaiyah, S. Pd. 3. Sulastri, S. Pd.
Urusan Umum
Perpus Wali Kelas / Dewan Guru
Siswa
56
5. Proses Pembelajaran
Dalam proses kegiatan belajar mengajar sepanjang tahun sesuai
dengan ketentuan. Sedangkan waktu yang digunakan di MTs al-Asror
adalah Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at dan Sabtu. Adapun pelajaran
di MTs al-Asror dimulai pukul 07.00 dan pelajaran terakhir pukul 13.45
WIB, yang meliputi mata pelajaran:
a. Pendidikan Agama
a.) Al Quran Hadis
b.) Aqidah Akhlaq
c.) Fiqih
d.) SKI (Sejarah Kebudayaan Islam)
e.) Bahasa Arab
b. Pendidikan Umum
f.) PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan)
g.) Bahasa Indonesia
h.) Matematika
i.) Sains/IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
j.) IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)
k.) Penjaskes (Pendidikan Jasmani dan Kesehatan)
l.) Kertangkes (Kerajinan Tangan dan Kesenian)
m.) Bahasa Inggris
Selain itu juga mengadakan program evaluasi yaitu berupa
program evaluasi yaitu berupa : Tes formatif, dimana setiap guru
diwajibkan mengadakan tes ini setiap selesai satuan mata pelajaran.
Setidak-tidaknya satu kali setiap bulan. Dan diadakan pula tes tes semester
yang dilaksanakan bersama-sama dalam tingkat MKM Ma’arif NU baik
semester gasal maupun semester genap.
Untuk mencapai tujuan belajar mengajar, maka setiap guru bidang
studi menyusun persiapan mengajar peserta didik sesuai dengan GBPP/
program semester. Sedangkan program tahunan disusun pada awal tahun
ajaran.
57
6. Kurikulum
Secara umum, definisi kurikulum adalah pengalaman belajar
subyek didik di dibawah bantuan lembaga pendidikan, baik sekolah formal
atau non formal. Namun definisi ini meluas sampai kurikulum
tersembunyi (hidden curriculum)sehingga bukan hanya pada kurikulum
yang di rencanakan.2
Demikian juga kurikulum yang digunakan MTs Al-Asror bertujuan
untuk meningkatkan pengalaman subyek didik (peserta didik) yang
mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang seimbang
sehingga tidak terjadi ketimpangan pada salah satu aspek.
Dikarenakan masih dalam naungan lembaga pendidikan Islam
maka MTs al-Asror dalam operasionalnya menerapkan perpaduan antara
kurikulum Departemen Agama (Depag) dan Departemen Pendidikan
Nasional (Depdiknas)
C. Mutu Peserta Didik
a. Mutu akademik
Mutu akademik lazim di ukur dari peringkat atau penggunaan
angka. Standar mutu akademik yang digunakan di lembaga pendidikan
SMP adalah nilai ujian nasional (UAN). Di MTs al-Asror, mutu
akademiknya dapat dikategorikan baik. Ini dapat dilihat dari indeks nilai
ujian yang diperoleh peserta didik tahun ajaran 2005/2006 seperti dalam
tabel berikut ini:3
Tabel 4
Nilai UAN Peserta Didik Tahun ajaran 2005/2006
Nilai UAN
Murni
Bahasa
Indonesia
Bahasa
Inggris
Matematika Jumlah Nilai
Klasifikasi B C B B
2 Suharsimi Arikunto, Organisasi Dan Administrasi Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan,
(Jakarta, PT. Raja grafindo persada, 1993), hlm. 247. 3 Dokumentasi MTs al-Asror, Tahun 2006.
58
Rata-rata 7.50 6.09 6.62 20.21
Terendah 4.20 3.80 2.33 11.53
Tertinggi 9.20 8.60 9.67 27.13
Standar
Devisi
0.87 0.94 1.31 2.46
b. Mutu Non-Akademik
Mutu non-akademik adalah manifestasi hasil belajar yang tidak
dimasukkan kedalam pengukuran akan tetapi hasilnya dapat dirasakan
melalui pengamalan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, misalnya
kedisiplinan, kemandirian, kemampuan bersosialisasi, solidaritas tinggi,
dan sebagainya. Mutu non akademik ini dapat ditunjukkan dengan prestasi
di luar akademik yaitu kegiatan intrakurikuler maupun ekstra kurikuler.
Prestasi ini dapat diapresiasikan dengan kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat yang terdapat di lembaga pendidikan. Dapat disalurkan
melalui seni, olahraga, musik serta aktifitas positif yang lain.
Di MTs al-Asror sudah terdapat wadah dan wahana untuk
menampung kreatifitas peserta didik yakni kegiatan ekstrakulikuler yang
dilaksanakan sore hari, sehingga tidak mengganggu proses belajar
mengajar.
Kegiatan ekstrakulikuler di MTs al-Asror meliputi:
a. Kepramukaan
b. Olahraga
c. Kesenian
d. PMR
e. Keagamaan
f. Drum band
g. Ketrampilan
Prestasi non akademik yang telah diraih oleh peserta didik untuk
keseimbangan kebutuhan jasmani dan rohani, antara lain dengan ikut
berkompetisi dalam bidang olahraga maupun seni.
59
Adapun prestasi yang pernah diraih adalah:
- Bidang olahraga, diantaranya: atletik, gerak jalan, catur, tenis meja,
senam, bolavola, gobak sodor dan lain-lain dengan juara I sampai III
tingkat sampai tingkat propinsi.
- Bidang seni, antara lain: MTQ, pidato, puisi, seni lukis, kaligrafi,
cerdas cermat dan lain sebagainya. Dengan hasil prestasi dari juara I
sampai III baik tingkat kecamatan maupun tingkat propinsi. Di sampai
itu juga ada beberapa kejuaraan yang pernah diraih oleh peserta didik
diantaranya: bidang kepramukaan, Palang Merah Remaja (PMR), juga
lomba bidang studi baik tingkat kecamatan maupun propinsi.
D. Kepemimpinan Kepala Sekolah di MTs al-Asror
Pemimpin adalah mereka yang melayani kelompok dan organisasinya
atau melayani apa yang bisa disebut stakeholders (para pemegang kepentingan
termasuk karyawan, pelanggan atau konsumen, pemasok, masyarakat sekitar,
pemerintah, dan sebagainya). Pemimpin melakukan pelayanan dalam rangka
pembagian peran dan tanggung jawab untuk menciptakan masa depan
bersama yakni organisasi yang lebih baik.
Tugas-tugas tersebut berlaku pula terhadap kepala sekolah sebagai
pemimpin pendidikan yang tugas utamanya adalah memberikan prioritas
terhadap jasa layanan pendidikan untuk peserta didik dan masyarakat yang
membutuhkan.
Berawal dari hal ini , diharapkan akan tercipta hubungan timbal balik
dan saling bersinergi antara lembaga pendidikan Islam yag menyediakan
layanan pendidikan(education service) dan masyarakat yang berperan sebagai
konsumen pendidikan.
Demikian halnya yang dilakukan oleh H.Humaidi yang menjabat
kepala sekolah di MTs Al Asror. Dalam menjalankan tugas-tugasnya beliau
mempunyai motto:
60
).رواه البخاري(يسروا وال تعسرو وبشروا وال تنفروا
Mudahkanlah terhadap orang lain dan janganlah kamu mempersulit mereka dan berilah mereka kegembiraan dan janganlah mereka diusahakan lari (terkejut). (HR Bukhori).
Makna filosofis dari hadist yang digunakan sebagai motto kerja dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya menurut H. Humaidi adalah bahwa
setiap pemimpin harus memberikan pelayanan kepada peserta didik dan
masyarakat sekitar yang membutuhkan dengan cara profesional dan optimal,
dengan prosedur yang tidak mempersulit, sehingga tidak menghambat
program kerja seperti proses belajar mengajar.4
Semenjak MTs al-Asror berdiri dari periode 1987 sampai sekarang
periode 2006 H. Humaidi masih dipercaya untuk mengemban amanat sebagai
kepala sekolah. Hal ini memberikan deskripsi bahwa sebagai pucuk pimpinan
H. Humaidi mempunyai kualitas dan dedikasi yang potensial dalam mengelola
dan memberdayakan sumber daya sekolah yang ada. Disamping itu beliau
mampu melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya antara
lain :
a. Tugas kepala sekolah sebagai edukator
Dalam melakukan tugasnya sebagai pendidik H. Humaidi berusaha
meningkatkan kedisiplinan serta profesionalisme tenaga pengajar serta
mengusahakan fasilitas-fasilitas sekolah yang menunjang keberhasilan
proses belajar mengajar seperti laboratorium bahasa, penambahan
komputer, perluasan gedung dan lain-lain. Beliau juga merencanakan dan
menyusun program kegiatan baik yang bersifat kegiatan tahunan, bulanan
maupun mingguan termasuk pembuatan jadwal pelajaran.
b. Tugas kepala sekolah sebagai manajer
H. Humaidi berusaha membangun kerjasama yang baik dengan
warga sekolah berpartisipasi aktif dalam mewujudkan visi dan misi
lembaga pendidikan MTs al-Asror. Tugas sebagai manajer telah
4 Wawancara yang dilakukan dengan H. Humaidi tanggal 7 juli 2006
61
dilaksanakan secara baik ini juga dibuktikan dengan kemampuan H.
Humaidi dalam menghadapi dan menyelesaikan persoalan di sekolah.
c. Tugas sebagai administrator
Mengawasi bidang administrasi; pengelolaan administrasi
kurikulum, administrasi peserta didik, administrasi personalia melalui
information technologi dan peninjauan langsung terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kearsipan, pendokumenan seluruh program sekolah
merupakan kegiatan H. Humaidi sebagai seorang administrator.
d. Tugas kepala sekolah sebagai supervisor
Di samping bertanggung jawab terhadap pelaksanaan administrasi,
H. Humaidi juga mempunyai tugas-tugas dan tanggung jawab lain dalam
peranannya sebagai supervisor. Beliau memberikan bimbingan, bantuan,
pengawasan, dan penilaian pada masalah-masalah yang berhubungan
dengan teknis penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan pengajaran
yang berupa perbaikan program dan kegiatan pendidikan pengajaran untuk
dapat menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
e. Tugas kepala sekolah sebagai leader
Sebagai seorang leader beliau mengorganisir dan membantu staf
(guru dan non guru) dalam melaksanakan program-program pendidikan.
Beliau juga berpartisipasi aktif pada setiap usaha-usaha sekolah untuk
mencapai tujuan pendidikan.
f. Tugas kepala sekolah sebagai innovator
Pengadaan kelas unggulan yang ada di MTs al-Asror merupakan
salah satu contoh bahwa H. Humaidi juga seorang kepala sekolah yang
inovatif. Selain itu mendorong dan membina setiap pengajar agar dapat
berkembang optimal dalam melakukan tugas-tugas yang diemban.
g. Tugas kepala sekolah sebagai motivator
H. Humaidi selalu mampu membangkitkan semangat kepada
tenaga pendidik, peserta didik, maupun karyawan tata usaha dalam
pencapaian tujuan pendidikan yang telah di tetapkan.
62
Dari tugas-tugas yang harus dilaksanakan terlihat bahwa fungsi dan
peran kedudukan kepala sekolah bukan hanya sebatas pimpinan, akan tetapi
dituntut pula untuk dapat memposisikan diri menjadi manajer, koordinator,
administrator, dan supervisor. Sehingga diperlukan pola kepemimpinan
Kepala Sekolah yang relevan agar fungsi dan peran tersebut dapat terealisasi
dengan baik.
H. Humaidi dalam menjalankan perannya sebagai Kepala Sekolah
menerapkan pola kepemimpinan demokratis dan sesekali bersifat otoriter.
Pola otoriter ini diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi lembaga
pendidikan. Dapat diterjemahkan pola kepemimpinan beliau sebagai
kepemimpinan yang fleksibel.
Asas demokratis dijadikan landasan berpijak dalam setiap
pengambilan keputusan. Yang dilakukan melalui musyawarah bersama para
anggota/bawahan (tenaga pengajar, staf tata usaha, dan peserta didik). Hal ini
dilaksanakan dalam rapat yang diselenggarakan pihak sekolah seperti rapat
bulanan, rapat tahunan, maupun rapat insidental. Prinsip adil juga ditegakkan
dalam kepemimpinan beliau dengan tidak menganakemaskan anggota-anggota
tertentu dan membagi peran serta tugas sesuai dengan kapabilitas bawahan.
Pola kepemimpinan otoriter terkadang diperlukan sebagai manifestasi
ketegasan dalam bersikap sehingga para anggota tetap memperhatikan arah
kebijakan (policy) Kepala Sekolah yang telah disepakati bersama.
Memberikan ruang untuk berpendapat, mengkritik kinerja Kepala Sekolah,
serta memberikan kebebasan berfikir juga tidak luput dari perhatian beliau.
Memberikan kebebasan dalam menentukan model pembelajaran kepada para
guru merupakan bukti konkret hal ini.
Dalam mekanisme kerja, H. Humaidi menerapkan sistem
desentralisasi. Beliau mendelegasikan, memberikan instruksi, kebijakan dan
kewenangan kepada bawahan namun masih ada pengawasan. Keadaan ini juga
mempengaruhi efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program kerja di MTs al-
Asror.
63
Salah satu tolak ukur keberhasilan pola kepemimpinan yang diterapkan
Kepala Sekolah juga dapat dilihat dari sosialisasi yang di lakukan dengan
warga sekolah. Di lingkungan sekolah H. Humaidi berusaha menciptakan
suasana kekeluargaan yang akrab. Bermula dari hal kecil ini, beliau dapat
memberikan keteladanan (uswah) kepada para anggotanya. Seperti
menanamkan nilai-nilai ta’awun (kerjasama), tafahum (saling pengertian),
tasamuh (toleransi), tafa’ul (optimisme) dan lain-lain.
Dari pola kepemimpinan beliau ini, yang selama 20 tahun mengemban
amanat sebagai kepal sekolah ternyata membawa perkembangan dan
kemajuan besar di lembaga pendidikan Islam MTs al-Asror.
65
BAB IV
ANALISIS POLA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP MUTU PESERTA DIDIK DI MTS AL-
ASROR PATEMON GUNUNG PATI SEMARANG
A. Pola kepemimpinan Kepala Sekolah di MTs al-Asror
Sebagai lembaga pendidikan Islam, MTs al-Asror dari generasi ke
generasi telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Dimulai dengan
perkembangan fisik, hingga saat ini telah berhasil merealisasikan rencana
pembangunan (master plann) yang dicanangkan bersama dengan para anggota,
stakeholder, dan juga masyarakat. Hal ini semakin melengkapi sarana dan
prasarana yang menunjang terlaksananya program-program madrasah. Selain
perkembangan fisik perkembangan akademikpun tidak dikesampingkan
ataupun diabaikan. Keduanya berjalan seiring dengan saling mendukung satu
sama lain. Dengan semakin meningkatkan kualitas mutu peserta didik, serta
mengadakan kualifikasi tenaga pengajar merupakan langkah yang ditempuh
agar perkembangan akademik tercapai secara seimbang.
Perkembangan-perkembangan yang telah dicapai oleh lembaga
pendidikan Islam tersebut di atas, tidak terlepas dari keberhasilan pemimpin
pendidikan yakni kepala sekolah sebagai lembaga pucuk pimpinan (top leader)
yang membuat kebijakan atau pemegang policy dalam menjalankan
operasional kinerjanya. Dan salah satu tolak ukur penilaian keberhasilan
kepemimpinan kepala sekolah dapat dilihat dari peran serta dari fungsi dan
tanggung jawab yang telah dilaksanakan pola kepemimpinannya.
Menjadi kepala sekolah diutamakan mempunyai keahlian dan
ketrampilan untuk dapat menjalankan peran, fungsi, maupun tanggung jawab
secara optimal. Karena selain menjabat sebagai atasan (pemimpin) tertinggi
dalam organisasi kelembagaan, harus pula dapat memposisikan diri sebagai
manajer, koordinator, supervisor, inovator, kreator dan motivator.
H Humaidi, selaku kepala sekolah di MTs al-Asror, menurut hemat
penulis selama melakukan observasi dan penelitian, dapat dikategorikan sudah
66
memenuhi dan melaksanakan peran, fungsi dan tanggung jawab tersebut di
atas.
Sebagai manajer H Humaidi bertanggung jawab atas tugas-tugas yang
dilaksanakan para anggotanya. Pembagian tugas serta pengaturannya menjadi
pekerjaan utama beliau sebagai manajer, beliau mampu mengkomunikasikan
dengan visi dan misi lembaga pendidikan sehingga tujuan pendidikan tercapai.
Salah satu bukti dari keberhasilan menjalankan peran ini adalah perkembangan
MTs al-Asror hingga memperoleh akreditasi A.
Mengkoordinasikan tugas dan kegiatan yang dilakukan para anggota di
lingkungan sekolah/ madrasah merupakan peran serta fungsi kepala sekolah
sebagai koordinator H. Humaidi menjalankannya dengan berusaha mengadakan
komunikasi yang efektif sebagai jembatan penghubung dengan para anggota.
Fungsi ini pula ditujukan agar tidak terjadi kesirnpangsiuran tugas dan
kegiatan. Koordinasi dapat direalisasikan dengan cara mengadakan rapat
anggota, pertemuan rutin bulanan, dan sebagainya.
Memberikan pengawasan terhadap kinerja para anggotanya adalah
langkah awal yang dilakukakan H. Humaidi sebagai seorang supervisor. Dalam
hal ini kegiatan supervisi berguna agar para anggota tetap menjalankan tugas-
tugasnya sesuai dengan aturan-aturan dan kebijakan yang telah disepakati
bersama dalam awal perencanaan program kerja.
Menjadi administrator bukan hanya ditujukan kepada staf administrasi
atau pegawai tata usaha, akan tetapi kepala sekolah pun ikut berkecimpung dan
berperan dalam kegiatan ini. Dilaksanakan dengan cara kepala sekolah
memimpin pelaksanaan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan administrasi
pendidikan dan pengajaran.dalam hal ini H. Humaidi memberikan pengawasan
juga melalui IT (information technology )
Menciptakan ide-ide yang kreatif dan menampung ide, saran, dan
aspirasi para anggota adalah hal yang selama menjabat kepala sekolah
dilakukan oleh H Humaidi di MTs al-Asror. Beliau pula mempunyai visi
kedepan serta menjadi penyemangat para anggota agar tercapai program kerja
67
yang tepat sasaran. Dalam hal ini, kepala sekolah mempunyai peran dan fungsi
sebagai kreator, inovator dan juga motivator.
Peran dan fungsi kepala sekolah tidak dapat dipisahkan dengan
tanggung jawab. Dalam hal ini pula H Humaidi mempunyai tanggung jawab
ganda. Pertama, tanggung jawab intern, meliputi segala hal yang berkaitan
dengan urusan-urusan dalam lembaga (sekolah). Kedua tanggung jawab
ekstern yang mencakup lembaga luar, baik dengan masyarakat (Humas)
maupun instansi-instansi lainnya. Kondisi tersebut mengharuskan beliau
mempunyai kemampuan bersosialisasi dengan baik. Dan itu telah diakui oleh
masyarakat sekitar, bahwa beliau mempunyai kemampuan tersebut.
Setelah mampu mengoperasionalkan peran, fungsi, serta tanggung
jawab, tolak ukur penilaian keberhasilan kepemimpinan yang lain adalah pola
kepemimpinan, otoriter, demokratis, atau bebas (laizzes faire)
Dilihat dari pola kepemimpinannya, H. Humaidi termasuk jenis
pemimpin yang unik, karena beliau tidak hanya menggunakan satu pola, akan
tetapi kombinasi dari kedua pola kepemimpinan. Dari sini, diketahui bahwa
terdapat fleksibilitas dalam kepemimpinan kepala sekolah.
Pola demokratis tetap diprioritaskan sebagai dasar utama kepala sekolah
dalam memutuskan setiap kebijakan yang dibuat. Dengan mewujudkan ciri-ciri
kepemimpinan ini, efektifitas dan efisiensi pemberdayaan potensi sumber daya
sekolah telah tercapai, kriteria dari pola kepemimpinan yang telah dijalankan
kepala sekolah antara lain musyawarah, adil, memberikan kebebasan berfikir
dan berpendapat, dan sebagainya.
Nuansa alam demokratis berdampak pula pada pola hubungan yang
harmonis dan bersifat kekeluargaan di lingkungan MTs al-Asror, kerjasama
team work yang solid senantiasa mewarnai langkah-langkah dalam
menjalankan setiap tugas dan kewajiban. Sehingga tercipta kekompakan dan
hubungan yang dekat antara kepala sekolah (atasan) dan para anggota, meliputi
tenaga pengajar, staf tata usaha, dan peserta didik.
Memberikan punishment (sanksi, hukuman) berupa peringatan teguran
kepada para anggota yang melakukan kesalahan juga beliau lakukan kepada
68
para bawahan yang melanggar aturan. Sedikit memaksakan kehendak
pimpinan, ditujukan untuk memberikan ketegasan sikap agar para anggota
memperhatikan, mematuhi aturan-aturan yang terdapat dalam lembaga.
Pola kepemimpinan kepala sekolah mempengaruhi pula bagaimana
sistem kewenangan yang diterapkan, pemberian kewenangan serta
pendelegasian secara penuh ditujukan kepada para anggota, sehingga dalam hal
ini tugas beliau adalah menginstruksikan tugas dan kegiatan yang harus
dilakukan para anggota dengan kebijakan-kebijakan yang diputuskan secara
musyawarah mufakat. Dengan demikian sistem desentralisasi menjadi pilihan
dan diterapkan dalam struktur keorganisasian MTs al-Asror.
Selama penulis mengadakan observasi dapat diketahui bahwa terdapat
pola hubungan kekeluargaan. Hal ini berdampak pada terciptanya suasana
harmonis antara atasan dan bawahan, kedekatan kepala sekolah dengan semua
personil sekolah membuktikan, beliau adalah figur yang dicintai dan dihormati.
Dari uraian-uraian yang sudah dikemukakan, maka pola kepemimpinan
MTs al-Asror bersifat kombinasi antara pola kepemimpinan demokratis dan
otoriter dalam tingkatan rendah. Dengan tetap menekankan pola demokratis
menjadi landasan dimusyawarahkan bersama dan juga sistem organisasi yang
desentralistik. Pola otoriter diambil sebagai pola alternatif fleksibel sesuai
dengan situasi dan kondisi apabila diperlukan.Dari tinjauan manajemen Islami,
kepemimpinan H.Humaidi dapat digolongkan telah menerapkan kepemimpinan
efektif karena selain aktif dan efektif berinteraksi dengan bawahan (staf
guru,karyawan, dan peserta didik ) beliau juga melaksanakan prinsip –prinsip
islami.
Dalam dunia pendidikan, pelaksanaan sejumlah teori, ide, maupun pola
adalah bentuk sejauh mana implementasi hal tersebut berhasil direalisasikan
dalam ranah praktis. Demikian juga dengan kepemimpinan kepala sekolah H
Humaidi di MTs al-Asror, yang menganut pola kepemimpinan demokratis dan
sesekali otoriter sudah diterapkan secara profesional dan optimal.
Penerapan pola kepemimpinan demokratis sudah dilaksanakan dalam
lembaga ini, sejak awal berdiri, ditunjukkan dengan keadilan yang merata,
69
musyawarah untuk mencapai mufakat, memberikan kebebasan untuk berfikir
dan berpendapat.
Asas kebersamaan dan transparansi (keterbukaan) semakin
mengoptimalkan penerapan pola demokratis, setiap ada masalah ataupun
konflik selalu dipecahkan bersama-sama dengan tujuan mengambil solusi yang
tepat. Demikian halnya dengan asas keterbukaan, para anggota diberikan hak
untuk mengawasi (social control) jalannya proses kerja organisasi.
Memberikan kritik, saran dalam kelembagaan sangat dibolehkan.
Fleksibilitas menjadi landasan dalam menerapkan pola otoriter , kedua
pola ini diterapkan dengan tujuan memberikan keseimbangan (balancing) dan
ketegasan terhadap pola demokratis sehingga tidak terdapat kekakuan
didalamnya.
B. Implikasi Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Peserta
Didik
Kepala sekolah sebagai pemegang kebijakan (policy) diharuskan untuk
dapat memberikan kebijakan, keputusan serta instruksi dalam mengupayakan
memajukan potensi lembaga ataupun organisasi yang dipimpinnya. Selain
kemajuan dalam lingkup eksternal kemajuan internalpun sudah selayaknya
tidak luput dari perhatian kepala sekolah dalam kepemimpinannya.
Kemajuan internal yang mencakup peningkatan kualitas personil
sekolah (lembaga pengajar, staf tata usaha, dsb) dan mutu peserta didik sampai
saat ini terus diusahakan di lingkungan MTs al-Asror. Terutama dalam hal ini
meningkatkan mutu peserta didik. Seperti diketahui bersama, bahwa peserta
didik merupakan instrumen penting yang menduduki posisi subyek sekaligus
obyek pendidikan.
Peserta didik pada hakekatnya mempunyai potensi untuk
mengembangkan sekaligus meningkatkan mutu akademik maupun non
akademiknya. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain latar belakang
lingkungan, kualitas guru, serta kebijakan-kebijakan itulah yang merupakan
hasil dari pola kepemimpinan kepala sekolah.
70
Pola kepemimpinan kepala sekolah yang unik, karena sistem kombinasi
dari dua pola kepemimpinan serta menerapkan pola kepemimpinan efektif;
mengandung nilai-nilai islami seperti memberikan keteladanan (uswah)
ta’awun, musyawarah dan sebagainya ternyata berimplikasi positif terhadap
peningkatan mutu baik akademik maupun non akademik. Dalam hal ini dapat
ditunjukkan dengan nilai rata-rata dalam ujian nasional yang dicapai peserta
didik dapat dikategorikan baik karena meningkat dari tahun ajaran
sebelumnya(2004/2005).nilai rata-rata sebelumnya antara lain Bahasa
Indonesia (6,85), Bahasa Inggris (5,75), Matematika (4,37), Quran
Hadits(6,13), Aqidah Akhlak (7,26), Fiqih (7,28), SKI (6,34), Bahasa Arab
(5,52), PPKn (7,01), IPA (6,14), IPS (6,15), Bahasa Jawa (6,14), Ke-Nu-an
(5,75). Untuk nilai-nilai rata-rata mata pelajaran umum yang diujikan pada
tahun ajaran 2005/2006 antara lain Indonesia (7,50), Bahasa Inggris (6.09),
Matematika (6,62), sedangkan untuk mata pelajaran lain yang diujikan
memperoleh nilai rata-rata; Qur’an hadits (6,30), Aqidah akhlak (6,63), Fiqih
(6.05), SKI (6,44), Bahasa Arab (5,88), PPKn (7,08), IPA (5,74), IPS (6,27),
Bahasa Jawa (6,70), Ke-Nu-an (6.01). Demikian juga dengan mutu non
akademik yang dibuktikan dengan sederet prestasi dalam bidang seni, olahraga,
ketrampilan, dan sebagainya cukup membanggakan. Kemajuan di bidang ini
juga tidak terlepas dari kebijakan-kebijakan H. Humaidi yang memberikan
apresiasi yang besar peserta didik agar termotivasi untuk meningkatkan prestasi
non akademiknya. Antara lain dengan menyediakan serta mengusahakan
semua fasilitas yang menunjang kegiatan ekstrakurikuler. Kemudian beliau
juga memberikan support dan reward kepada peserta didik yang berhasil
mengharumkan dan membawa nama baik lembaga pendidikan al-Asror melalui
perlombaan, kejuaraan, debat ilmiah maupun yang lainnya sehingga mereka
merasa dihargai dan semakin terpacu semangatnya. H. Humaidi acapkali
berkoordinasi dengan para guru yang membina kegiatan ekstrakurikuler dengan
tujuan mencari tahu kekurangan-kekurangan yang perlu dibenahi.Ini
menunjukkan perhatian beliau yang besar serta membuahkan hasil yang
optimal.
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari muatan deskriptif ini penulis menarik beberapa sebagai berikut:
1. Pola kepemimpinan kepala sekolah merupakan langkah awal yang harus
ditetapkan seorang pemimpin termasuk kepala sekolah dalam menjalankan
roda kepemimpinan. Mekanisme kerja, kebijakan, serta intruksinya sangat
bergantung pada hal ini. Dalam operasionalnya pun, kepala sekolah tidak
hanya menduduki posisi leader, tetapi harus pula menerapkan jabatannya
sebagai manager, koordinator, administrator, supervisor, creator,
innovator, dan motivator. Dengan menerapkan pola kepemimpinan sistem
kombinasi yakni perpaduan antara tipe demokratis dan otoriter dalam
tingkatan rendah menjadikan sebuah pola kepemimpinan yang fleksibel,
tidak kaku dan cenderung pada salah satu pola. Keduanya dapat berjalan
seimbang dan sesuai pada porsinya (proposional). Dalam hal ini pola
demokratis masih mendominasi pola kepemimpinan kepala sekolah MTs
al- Asror. Beliau juga menerapkan pola kepemimpinan efektif yang
berprinsip pada nilai-nilai islami seperti taawun, adil,mempunyai
kapabilitas (kafa’ah), musyawarah dan memberikan kebebasan berfikir.
2. Implikasi dari penerapan pola kepemimpinan kepala sekolah MTs al
Asror ini, ternyata berpengaruh baik terhadap peningkatan mutu peserta
didik, baik dilihat dari aspek akademik yang telah dicapai oleh peserta
didik dalam ujian nasional dapat dikategorikan baik, sedangkan untuk
non akademik, yang dapat ditunjukkan dengan banyak prestasi yang
diperoleh cukup membanggakan dalam bidang seni, ketrampilan, olahraga
dan pengembangan bakat maupun potensi lainnya.
72
B. SARAN-SARAN
Sesuai dengan penelitian yang menjadi objek kajian permasalahan
skripsi ini, penulis ingin memberikan saran-saran yang dirasa perlu bagi dunia
pendidikan, yaitu sebagai berikut.
1) Memberikan sistem pendidikan yang dapat dimanfaatkan dan
dikembangkan oleh peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat,
sehingga diharapkan sistem pendidikan yang diselenggarakan MTs al-
Asror semakin solid untuk memberikan pendidikan yang bukan hanya
mengacu pada duniawi oriented, ukhrowi oriented pun perlu sebagai bekal
mereka menjalani kehidupan dan sesuai dengan syariat Islam.
2) Diperlukan manajemen lembaga yang teratur agar untuk periode ke depan,
perkembangan MTs al-Asror dapat meningkat secara signifikan.
3) Untuk penelitian yang lain, dapat melakukan penelitian lanjut tentang
permasalahan ini , karena hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna.
C. PENUTUP
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.
Yang telah memberikan kekuatan, hidayah dan Taufik-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari meskipun dalam penulisan ini telah berusaha
semaksimal mungkin, namun dalam penulisan ini tidak lepas dari kesalahan
dan kekeliruan. Hal itu semata-mata merupakan keterbatan ilmu dan
kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharap
kritik yang konstruktif dari berbagai pihak demi perbaikan yang akan datang
untuk mencapai kesempurnaan. Akhirnya penulis hanya berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
AD. Marimba, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung : PT. Al Ma’arif, 1980.
Anwar, Moch. Idochi, M.Pd., Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2003
Arcaro, Jerome S., Pendidikan Berbasis Mutu, terj, Yosal Iriantara, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005.
Arikunto, Suharsimi, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Jakarta, CV. Rajawali, 1990.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Asmara, U. Husna, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1984.
Beker, Anton dan Zubair, Ahmad Charis, Metodologi Penelitian Filsafat, Yogyakarta : Kanisius, 1990.
Best, John W., Reseach In Education, dalam Sanafiah Faisah dan Mulyadi Guntur W.(ed), Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya : Usaha Nasional, 1982.
Danim, Sudarwan, Menjadi Komunitas Pembelajar, Kepemimpinan Transformasi dalam Komunitas Organisasi Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2000.
Depag RI Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Kendali Mutu PAI, Jakarta, 2001.
Depag RI, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2002.
Depag RI., Kendali Mutu PAI, Jakarta, 2001.
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung Remaja Rosdakarya, 2003.
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Prefosional dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Koneks Menyukseskan MBS dan KBK, Remaja RosdaKarya, Bandung, 2003
Hadi, Sutrisno, Metodologi Reseach, Yogyakarta: Andi Offset, 1993.
Hadi, Sutrisno,Metodologi Reseach, Yogyakarta: Andi Offset, 1993.
Hamzah, Ibnu, al-Husaini al-Hanafi Ad Damsyiqi (Penerjemah M. Suwarta Wijaya, Zazillah Salim, Asbabul Wurud 3; Latar Belakang Historis, Timbulnya Hadis-hadis Rasul), Radar Jaya, Offset, Jakarta, 2002
Harikoshi, Hiroko, Kiai dan Perubahan Sosial, Jakarta, P3M, 1987.
http://sman78.
http://wwwdikdasmen.
Madhi, Jamal, Menjadi Pemimpin yang Efektif dan Berpengaruh Tinjauan Manajemen Kepemimpinan Islam, Bandung: PT. Syamil Cipta Media, 2001.
Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Al-Ma’arif, Bandung, 1989.
Mawahib, Khoiril, Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa di Lingkungan Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Kampus III IAIN, Skripsi Fakultas Tarbiyah, IAIN Walisongo Semarang, Semarang, 2002.
Moekijat, Kamus Management, Bandung: Penerbit Alumni, 1984.
Moeloeng, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999.
Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Saraswati, 1996.
Muhammad, Al-Imam, Abi Abdillah bin Ismail Ibnu Ibrahim bin al-Mughirah bin Baradzabah al-Bukhari al-Ja’fiyyi, Beirut: Dar al-Kutub Ilmiyy 1992.
Muhammad, Thariq, As-Suwaidah, Melahirkan Pemimpin Masa Depan, Jakarta: Gema Insani, 2002.
Mustafa, Ahmad, Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Semarang: CV. Toha Putra, 1993.
Mustafidin, Ahmad, Manajemen Konflik, Relevansinya Dengan Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam, Semarang: IAIN Walisongo, 2004.
Narbuko, Cholid, dkk., Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2005
Nawawi, Hadari, Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, Jakarta, Gajah Mada University Press, 2003.
Nawawi, Hadari, Kepemimpinan Menurut Islam, Yogyakarta, Gjahmada University Press, 1993.
Nawawi, Hadari, Kepemimpinan Menurut Islam, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993.
Nizar, Samsul, M.A., Pendekatan Historis; Teoritik dan Praktis, Ciputat Pres, Jakarta, 2003.
Nizar, Samsul, MA, Filsafat Islam; Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Press, 2002.
Panitia Istilah Manajemen Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen, Kamus Istilah Manajemen, Jakarta:Balai Aksara, 1983.
Poerwanto, Ngalim, dkk, Administrasi Pendidikan, Mutiara Sumber Widya, Jakarta, 1983
Purwanto, Ngalim, MP, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, bandung, Remaja Rosdakarya, t.th.
PWNU Jawa Tengah, Kumpulan Lembaga Terakreditasi, Semarang: Lembaga Pendidikan Ma’arif, 2006.
Rivai, Vietzal, M.B.A, Kiat Memimpin dalam Abad ke-21, Jkarta, PT Raja Grafindo Persada 2004
Rozanah, Anis, Karakteristik Pemimpin dalam al-Quran Implikasinya Terhadap Pendidikan Islam, Skripsi, Fakultas Tarbiyah Semarang, 2002.
Sagala, Syaiful, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabeta, 2000.
Schools, John M. dan Sadzily, Hasan, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1992.
Shihab, Quraish, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1997.
Siagian, Sondang P., Filsafat Administrasi, Jakarta, PT Toko Gunung Agung, 1997.
Siagian, Sondang P., Teori dan Praktek Kepemimpinan, Jakarta, PT Rineka Cipta, 1999
Slamet PH., Kepemimpinan Kepala Sekolah , Makalah dan Lokakarya Nasional, 2002.
Soetopo, Hendiyat dan Soemanto, Wasty, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, Bina Aksara, Yogyakarta, 1984
Soetopo, Hendyat dan Soemanto, Wasty, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, Jakarta, Bina Aksara, 1988
Subroto, Suryo, Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta, Rineka Cipta, 2004.
Sudjana, Metodologi Penelitian dan Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.
Sugandha, Daan, M.P.A, Kepemimpinan di dalam Administrasi, Bandung, CV Sinar Baru, 1981
Sukanto, Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren, Jakarta, Pustaka, LP3ES, 1999.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2007.
Sumidjo, Wahyo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2001.
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Press, 1995.
Syafruddin, Manjemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta, Ciputat, Press, 2005.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B)Depdikbud RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka; edisi II, cet. 3, 1994.
Uwes, Sanusi, Manajemen Pengembangan Mutu Dosen, Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1999.
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah; Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001.
Widodo, dkk, Kamus Ilmiah Populer, Yogyakarta: Absolut, 2001.
WJS. Poerwadarumita, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, balai pustaka, 1990.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Mujiarti
Tempat Tanggal Lahir : Tegal, 21 Nopember 1985
Alamat Asal : Dk. Kubang RT 02 RW V Ds. Brekat Kec. Tarub Kab.
Tegal 52184
Jenjang pendidikan:
1. SDN II Brekat Tarub Tegal Lulus tahun 1997
2. MTs Hasyim Asyari Tarub Tegal Lulus tahun 2000
3. MAN BABAKAN Lebaksiu Tegal Lulus tahun 2003
4. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Jurusan Kependidikan Islam
(KI) / Program Minor Inggris angkatan tahun 2003
Semarang, 12 Desember 2007
Penulis