POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan...

168
POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN TOLERANSI BERAGAMA DI SMP BRAWIJAYA SMART SCHOOL MALANG SKRIPSI Oleh : Mazidatul Karimah NIM. 14130136 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Juni, 2018

Transcript of POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan...

Page 1: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN TOLERANSI

BERAGAMA DI SMP BRAWIJAYA SMART SCHOOL MALANG

SKRIPSI

Oleh :

Mazidatul Karimah

NIM. 14130136

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Juni, 2018

Page 2: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN TOLERANSI

BERAGAMA DI SMP BRAWIJAYA SMART SCHOOL MALANG

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Mazidatul Karimah

NIM. 14130136

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Juni, 2018

Page 3: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

iii

Page 4: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

iv

Page 5: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk orang-orang tersayang dan terkasih yang setia

mendampingi perjuanganku dalam menyelesaikan skripsi ini:

Teruntuk Pahlawanku, Abah ku tercinta Moh Yasir yang telah senantiasa

membimbingku dan memotivasiku untuk menjadi wanita tangguh yang pantang

menyerah, dan yang setia menjadi pundak ternyaman ku, yang selalu memotivasi

ku untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

Teruntuk Malaikat tak bersayapku, Ibu ku tercinta Fathimah yang dengan sabar

mendengarkan curahan hati ku setiap waktunya, yang tak bosan-bosan memberiku

semangat dan kasih sayang, yang menjadi alarm dan motivator handalku.

Teruntuk kesayangan, mbak ku Lathifatul Ainiyyah yang selalu memotivasi ku

untuk segera menyelasaikan skripsiku ini, akhirnya ya mbak adekmu ini bisa

menyelesaikan skripsinya. Terimakasi untuk segalanya mbak ku.

Teruntuk dosen pembimbingku, Drs. Muh. Yunus, M.Si yang dengan sabar

membimbingku mulai dengan penyelesaian proposal sampai dengan penyelesaian

skripsi ini.

Teruntuk sahabat-sahabatku Ips-B, khususnya puput, retno, ema, fuji, fitria, iza,

diyah, riska, dani, yudis dan yang lainnya yang tak mungkin ku sebutkan satu

persatu, terimakasih untuk kebersamaannya selama 4 tahunnya, serta untuk

semangat dan do‟a-do‟anya.

Teruntuk seluruh keluarga kos gapikaku yang tergokil, tercerewet, dan tercinta,

khususnya Novi, Fitri, Fuji, Linda, Eka, dan adek-adek emesh yang selalu menjadi

penghibur laraku, yang selalu mendo‟akan dan menyamangatiku dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Terimakasih banyak.

Page 6: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

vi

MOTTO

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika

kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri

(QS. Al-Isra‟ : 7)

Hasil tertinggi dari pendidikan adalah toleransi

(Helen Keller)

Page 7: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

vii

Page 8: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

viii

Page 9: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, taufik, nikmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan

Skipsi dengan judul “Pola Interaksi Sosial dalam Pembinaan Toleransi Beragama

di SMP Brawijaya Smart School Malang”.

Dan tak lupa pula sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada

baginda kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jalan

kegelapan menuju jalan yang terang benderang yakni addinul Islam wal iimaan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Semoga

amal-amal tersebut dibalas oleh Allah SWT. Dengan segala kerendahan hati

penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besranya kepada :

Selanjutnya, dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Keluarga tercinta Abah, ibu, mbak, dan mas

2. Prof. Dr. Abdul Haris, M.Ag, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Maulana

Malik Ibrahim Malang.

3. Dr. H. Agus Maimun, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

4. Dr. Alfiana Yuli Efiati, MA, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial (PIPS) Universitas Islam Negeri Maulana Maulana Malik

Ibrahim Malang.

5. Drs. Muh. Yunus, M.Si, selaku Dosen pembimbingku yang telah

membimbingku dengan sabar dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah

memberikan banyak ilmu kepada penulis.

Page 10: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

x

Page 11: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

xi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Pedoman transliterasi Arab-Latin dalam skrispsi ini menggunakan

pedoman transliterasi berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama RI dan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no.0543

b/U/1987 yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :

A. Huruf

q = ق z = ز a = ا

k = ك s = س b = ب

l = ل sy = ش t = ت

m = م sh = ص ts = ث

n = ن dh = ض j = ج

w = و th = ط h = ح

h = ه zh = ظ kh = خ

, = ء ‘ = ع d = د

y = ي gh = غ dz = ذ

f = ف r = ر

B. Vokal Panjang C. Vokal Diftong

Vokal (a) panjang = وأ = aw

Vokal (i) panjang = أ ي = ay

Vokal (u) panjang = وأ =

=ي إ

Page 12: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1Originalitas Penelitian ........................................................ 12

Table 2.1Perbedaan Simpati dengan Identifikasi .............................. 25

Table 4.1Data Jumlah Guru Per Mapel ............................................. 56

Tabel 4.2 Data Jumlah Siswa dan Rombongan Belajar (Rombel) .... 57

Page 13: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1Struktur Organisasi SMP BSS........................................ 55

Gambar 4.2 Pola Interaksi Guru dengan Siswa di luar Kelas ........... 61

Gambar 4.3 Pola Interaksi Guru dengan Siswa di dalam Kelas ....... 62

Gambar 4.4 Kegiatan Anjangsana antar guru ................................... 64

Gambar 4.5 Pola interaksi siswa dengan siswa saat jam pelajaran ... 66

Gambar 4.6 Pola Interaksi siswa dengan siswa diluar jam pelajaran 66

Gambar 4.7 Anjangsana .................................................................... 76

Gambar 4.8 Pembelajaran Keagamaan bagi siswa Non Muslim ...... 82

Page 14: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Biodata Informan

Lampiran II : Transkip Wawancara

Lampiran III : Profil Sekolah

Lampiran IV : Dokumentasi

Page 15: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

xv

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v

HALAMAN MOTTO .................................................................................... vi

HALAMAN NOTA DINAS .......................................................................... vii

HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... viii

KATA PENGANTAR ................................................................................... ix

PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................... xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

DAFTAR ISI .................................................................................................. xv

ABSTRAK ..................................................................................................... xix

Page 16: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

xvi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Fokus Penelitian.................................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 8

D. Manfaat Penelitin .................................................................................. 8

E. Originalitas Penelitian .......................................................................... 9

F. Definisi Istilah ...................................................................................... 13

G. Sistematika Pembahasan ....................................................................... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 15

A. Landasan Teori ..................................................................................... 15

1. Interaksi Sosial .............................................................................. 15

a. Pengertian Interaksi Sosial ........................................................ 15

b. Faktor-faktor yang Mendasari Berlangsungnya Interaksi Sosial

.................................................................................................. 17

c. Ciri-ciri Interaksi Sosial ............................................................ 26

2. Toleransi Beragama ....................................................................... 27

a. Pengertin Toleransi ................................................................... 27

b. Unsur-unsur Toleransi .............................................................. 29

c. Strategi Membina Sikap Toleransi Beragama .......................... 32

B. Kerangka Berfikir ................................................................................. 38

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 39

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................................... 39

Page 17: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

xvii

B. Kehadirin Peneliti ................................................................................. 40

C. Lokasi Penelitian .................................................................................. 41

D. Data dan Sumber Data .......................................................................... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 42

F. Analisis Data ......................................................................................... 44

G. Pengecekan Keabsahan Temuan........................................................... 46

H. Prosedur Penelitian ............................................................................... 47

BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN ........................ 49

A. Paparan Data ......................................................................................... 49

1. Profil SMP Brawijaya Smart School Malang ................................ 49

2. Sejarah Singkat dan Perkembangan SMP BSS ............................. 50

3. Visi, Misi, dan Tujuan SMP Brawijaya Smart School Malang ..... 53

4. Struktur Organisasi SMP Brawijaya Smart School Malang .......... 55

5. Keadaan Guru dan Peserta didik ................................................... 55

B. Hasil Penelitian ..................................................................................... 58

1. Pola Interaksi Sosial Dalam Membina Sikap Toleransi Beragama Di

SMP BSS Malang .......................................................................... 58

2. Strategi Pembinaan Toleransi Beragama Di SMP BSS Malang ... 70

BAB V PEMBAHASAN .............................................................................. 83

A. Pola Interaksi Sosial Dalam Membina Sikap Toleransi Beragama Di SMP

BSS Malang .......................................................................................... 83

B. Strategi Pembinaan Toleransi Beragama Di SMP BSS Malang .......... 88

Page 18: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

xviii

BAB VI PENUTUP ...................................................................................... 95

A. Kesimpulan ........................................................................................... 95

B. Saran ..................................................................................................... 95

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 97

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 19: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

xix

ABSTRAK

Karimah, Mazidatul, 2018. Pola Interaksi Sosial dalam Pembinaan Toleransi

Beragama di SMP Brawijaya Smart School Malang. Skripsi, Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Pembimbing skripsi: Drs. Muh.Yunus. M.Si

Kata Kunci : Pola Interaksi Sosial, Toleransi Beragama

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keragaman, baik keragaman

suku, budaya, bahasa maupun keberagaman agama. Untuk itu perlu diajarkan

sikap toleransi sejak dini kepada peserta didik, baik di dalam kelas maupun di luar

kelas. Salah satu upaya dalam membina sikap toleransi tersebut yaitu dengan

membiasakan interaksi sosial dengan baik terhadap sesama, baik sesama umat

muslim maupun dengan umat non-muslim.

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan pola interaksi sosial

dalam pembinaan tolerasi beragama di SMP Brawijaya Smart School Malang (2)

mendeskripsikan strategi pembinaan toleransi beragama di SMP Brawijaya Smart

School Malang

Untuk mencapai tujuan diatas, peneliti menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, wawancara

dan dokumentasi yang berkaitan dengan objek penelitian. Selanjutnya dilakukan

analisis data. Kemudian langkah akhir dilakukan pengecekan keabsahan temuan

melalui teknik trianggulasi metode, sumber, dan teori.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pola interaksi sosial dalam

membina sikap tolerasi beragama di SMP Brawijaya Smart School Malang ada

tiga macam yaitu pola interaksi guru dengan guru, guru dengan siswa, dan siswa

dengan siswa. (2) strategi pembinaan toleransi beragama di SMP Brawijaya Smart

School Malang ada 5, yakni sebagai berikut: (a) Strategi Keteladanan (b)

Penguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S

(senyum, salam, dan sapa) (d) Kegiatan rutin seperti bakti sosial dan anjangsana

(e) Adanya sanksi (punishment) kepada siswa yang melanggar toleransi.

Page 20: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

xx

ABSTRACT

Karimah, Mazidatul, 2018. The Pattern of Social Interaction in Guiding Religion

Toleration in Brawijaya Smart School Junior High School Malang. Thesis,

The Department of Social Science Education, The Faculty of Education and

Teaching, State Islamic University of Mulana Malik Ibrahim Malang.

Pembimbing skripsi: Drs. Muh.Yunus. M.Si

Key Words : Social Interaction Pattern, Religion Toleration

Indonesia is a country with diversity richness, it could be from the diversity

of tribes, culture, languages even religions. Thus it is important to educate the

tolaration attitude from the early age of the students, inside or outside school. One

of the effort to guide the toleration attitude is to have a common doing of good

social interaction whether with the same moslem partner or with other religion.

The purpose of this research is (1) Describing the pattern of social

inetraction in the toleration guiding of religion Brawijaya Smart School Junior

High School Malang, (2) Describing the strategy of social toleration religion

guiding in Brawijaya Smart School Junior High School Malang.

In order to reach the above purpose, the researcher uses qualitative research

approach. The data is collected by using observation, interview and

documentation method which is in line with the research object, then doing the

data analysis. Then the last step is doing the last step checking about the finding

validity through triangulation technique methode, resource and theory.

This research shows that (1) the social interaction pattern in guiding the

religion toleration character in Brawijaya Smart School Junior High School

Malang has three kinds of patterns, teacher to teacher interaction, teacher to

student, student to student. (2) The strategy of guiding the religion toleration

character in Brawijaya Smart School Junior High School Malang has 5, those are:

(a) Exemplary strategy, (b) The Strenghten and buiding of toleration character

behavior, (c) The implementation of 3 S culture (smile, greet and hello), (d) The

routine activities such as social actions and visit, (e) The existance of punishment

to the students who disobey toleration.

Page 21: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

xxi

الاجتماعي في تربية التسامح الديني بمدرسة براويجايا سمارة . نمط التواصل 8102الكريمة، مزيدة، سجول الدتوسطة مالانج. بحث جامعي، قسم تعليم العلوم الاجتماعية، جامعة مولانا

مالك إبراىيم الإسلامية الحكومية مالانج. الدشرف: محمد يونس، الداجستير

: نمط التواصل الاجتماعي، التسامح الدينيالكلمات الرئيسية

إندونيسيا ىي دولة ممتلئة بالنثريات، قبيلة كانت، أو ثقافة، أو لغة، أو أديانا. لذلك احتيج تعليم سلوك التسامح مبكرا إلى التلاميذ داخل الفصل كان، أو خارجو. ومن إحدى المحاولة في تربية

التسامح ىي تعويد التواصل الاجتماعي الحسن مع الأخرين مسلما كان أو غيره.( وصف نمط التواصل في تربية التسامح الديني بمدرسة براويجايا 0ف ىذا البحث لـ: )يهد

( وصف الإستراتيجية في تربية التسامح الديني بمدرسة براويجايا 8سمارة سجول الدتوسطة مالانج؛ ) سمارة سجول الدتوسطة مالانج.

يقة جمع البيانات وللوصول إلى تلك الأىداف، استخدمت الباحثة الددخل الكيفي. وطر ىي الدراقبة، الدقابلة والتوثيق عن موضوع البحث، ثم حللت تلك البيانات. والخطوة الأخيرة ىي

تصديق البيانات بطريقة التثليث منهجيا ومصدرا ونظريا.( نمط التواصل الاجتماعي في بناء التسامح الديني بمدرسة 0وتدل نتائج البحث على أن: ) ثلاثة أنواع، وىي من الدعلم إلى الدعلم، من الدعلم إلى التلاميذ، من Smart Schoolبراويجيا

Smart School( إستراتيجية تدريب التسامح الديني بمدرسة براويجيا 8التلاميذ إلى التلاميذ؛ )خطوات، وىي: )أ( القيادة؛ )ب( تقوية شخصية التسامح وتنشيئو؛ )ج( تطبيق ثقافة ٥في

الابتسام، السلام، والترحيب؛ )د( الأنشطة اليومية كالخدمة الاجتماعية والزيارة؛ )ه( وجود العقاب . إلى التلميذ الذي يجاوز التسامح

Page 22: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara pluralis, artinya Indonesia dihuni oleh

beranekaragam suku, budaya, bahasa, maupun agama. Oleh karena itu

Indonesia dikenal sebagai negara yang paling majemuk di dunia. Ada Suku

Jawa, Madura, Sunda, Batak, dan lainnya.

Setiap budaya memiliki bahasa dan adat-istiadat yang tidak sama.

Selain itu agama yang dianut masyarakat pun berbeda-beda. Walaupun

mayoritas adalah agama Islam, namun di negara ini masih ada agama Katolik,

Kristen, Hindu, Budha, Konghucu, dan sebagainya.

Adanya perbedaan tersebut tidak hanya memberikan keunikan yang

dapat dibanggakan, melainkan juga dapat menimbulkan konflik antar suku di

Indonesia yang akan membawa pada kekerasan. Keanekaragaman telah

menjadi ciri khas dan identitas bangsa yang berdiri. Hal ini sangat di sadari

oleh founding fathers, sehingga mereka merumuskan konsep pluralisme ini

dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”.1

Salah satu bentuk keberagaman di Indonesia adalah persoalan agama.

Indonesia bukan merupakan negara sekuler, bukan pula negara agama, akan

tetapi pengakuan terhadap agama oleh negara hanya meliputi enam agama

1 Nur Achmad, Pluralitas Agama Kerukunan dalam Keragaman, (Jakarta: Penerbit Buku

Kompas, 2001), hlm. 13.

Page 23: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

2

saja, yaitu agama Islam, Hindu, Budha, Kristen, Katolik, dan Kong Hu Chu.

Bagi penduduk yang memeluk agama yang telah diakui negara akan

diberikan penghormatan dan penghargaan yang ditunjukkan dengan adanya

jaminan kebebasan beragama melalui Konstitusi RI (UUD 1945) dan UU No.

39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Selanjutnya disebut UU HAM)

dalam beberapa pasalnya.2

Ada dua kategori yang diberikan oleh negara, yaitu jaminan kebebasan

memeluk agama (kebebasan beragama) dan jaminan kebebasan menjalankan

agama yang dipeluknya. Untuk kategori Pertama, beberapa pasal yang dapat

dijadikan sebagai sandaran adalah sebagai berikut. Pertama; Pasal 28E ayat

(1) dan ayat (2) UUD 1945 jo Pasal 22 ayat (1) UU HAM menentukan

mengenai kebebasan memeluk agama atau meyakini kepercayaan. Kedua;

Pasal 281 ayat (1) UUD 1945 jo Pasal 4 UU HAM mengenai hak beragama

sebagai salah satu hak asasi manusia yang tidak boleh dikurangi dalam

keadaan apapun. Ketiga; Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 dan Pasal 22 ayat (2)

UU HAM yang menentukan bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing, untuk beribadat

menurut agama dan kepercayaan itu. Untuk kategori Kedua, yaitu jaminan

untuk menjalankan (ibadah) agama yang dipeluknya juga dijamin oleh

konstitusi dan UU HAM. Pasal-pasal yang terkait dengan hal tersebut adalah

Pasal 28D ayat (1), Pasal 28E ayat (1), Pasal 28G ayat (1) dan ayat (2), Pasal

2 UU No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Page 24: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

3

281 ayat (2), dan Pasal 28J ayat (1) UUD 1945; Pasal 3 ayat (2) dan ayat (3),

dan Pasal 5 ayat (1), Pasal 22 ayat (2) UU HAM.

Kemajemukan merupakan bagian dari Sunnatullah, sebagaimana dalam

Qs. Al-Hujurat 49:13. Allah berfirman:

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa

dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang

yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa

diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha

Mengenal”.3

Toleransi merupakan elemen dasar yang dibutuhkan untuk menumbuh

kembangkan sikap saling memahami dan menghargai perbedaan yang ada,

serta menjadi entry point bagi terwujudnya suasana dialog dan kerukunan

antarumat beragama dalam masyarakat. Agar tidak terjadi konflik antarumat

beragama, toleransi harus menjadi kesadaran kolektif seluruh kelompok

masyarakat, dari tingkat anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua, baik

pelajar, pegawai, birokrat maupun mahasiswa.

Di setiap lembaga pendidikan harus bisa menanamkan pola interaksi

dan sikap toleransi yang baik, karena pendidikan merupakan usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran pada

peserta didik agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

3 QS al-Hujarat 49 : 13.

Page 25: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

4

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya dan masyarakat. Di mana pendidikan mengacu pada berbagai macam

aktivitas, mulai dari proses peningkatan kemampuan teknis (skiil) sampai

pada pembentukan kepribadian yang kokoh dan integral. Sebagaimana

digariskan dalam pasal 3 undang-undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).4

Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kamampuan dan

membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung

jawab.5 Upaya pendidikan kaarakter dan mengembangkan nilai toleransi

harus dilakukan dalam berbagai aktivitas dan lingkungan. Dalam lingkungan

sekolah sikap toleransi menjadi nilai penting dan mendasar untuk dibina dan

dikembangkan.

Belum tercapainya orientasi pendidikan ternyata membawa dampak

yang cukup besar bagi kehidupan. Sikap toleransi yang merupakan jati diri

bangsa Indonesia kini mengalami penurunan. Rendahnya sikap toleransi

terhadap sesama ternyata juga berimbas pada kehidupan. Seperti pemberitaan

media pada 12 Oktober 2017 tentang semangat toleransi dalam kehidupan

berbangsa di kalangan pelajar semakin menurun. Kepala Pusat Penelitian dan

4 Pasal 3 UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

5 Departemen Pendidikan dan Perpustkaan, 2003: 62

Page 26: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

5

Pengembangan Kebudayaan Balitbang Kemendikbud Hurip Danu Ismaji

memaparkan bahwa pada konflik sosial yang terjadi ditengah masyarakat,

acapkali pelajar tak sekedar menjadi penonton tetapi sudah kerap ambil

bagian secara aktif.6 Terbukti saat ini makin banyak pelajar terlibat dalam

konflik sosial seperti tawuran, geng motor, dan tindakan kekerasan lainnya.

Hidup di tengah-tengah perbedaan menyulitkan bagi individu yang tidak

mampu untuk menerima dan menghargai perbedaan tersebut.

Pendidikan agama di sekolah sangatlah penting untuk pembinaan dan

penyempurnaan pertumbuhan kepribadian anak didik, karena pendidikan

agama melatih anak didik untuk melakukan ibadah yang diajarkan dalam

agamanya masing-masing.

Guru harus selalu memikirkan moral, tingkah laku, dan sikap yang

harus dibina pada peserta didik.Ia tidak cukup hanya menuangkan

pengetahuan ke otak peserta didik dan menjalankan tugasnya dengan

mengajar saja, melainkan juga harus mendekati jiwa peserta didik untuk

mengetahui problematiaka maupun konflik yang dialami oleh peserta didik.

Manusia terlahir sebagai makhluk sosial (homo socius), dalam arti

bahwa dia selalu memiliki kecenderungan berkomunikasi, berinteraksi,

bersosialisasi antara satu dengan yang lain. Kecenderungan tersebut didorong

oleh upaya pemenuhan kebetuhan manusia. Di samping itu manusia juga

sebagai makhluk yang memiliki kecenderungan untuk selalu ingin tahu,

bahkan ingin tahu yang lebih banyak, lebih detail tentang apa sebenarnya

6 http://www.poskotanews.com, (diakses tanggal 13 Oktober 2017).

Page 27: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

6

yang dilihat, didengar atau apa yang diindra. Dengan ungkapan lain manusia

selalu ingin mengetahui dan memahami lingkungannya, bahkan tidak

mustahil bahwa manusia juga ingin mengubah baik lingkungan alam maupun

lingkungan sosialnya. Pada tataran tersebut manusia merupakan makhluk

yang istimewa, dia lalu diberi predikat sebagai makhluk berpikir (homo

sapiens), sebab pekerjaan memahami dan mengubah suatu objek sosial

merupakan peristiwa interaksi antara objek sosial tersebut dengan pikiran

manusia, sehingga tercipta suatu fenomena sosial tertentu.7

Interaksi sosial tidak hanya terjadi pada masyarakat dalam artian luas,

yaitu lingkungan masyarakat. Melainkan juga terjadi pada masyarakat dalam

artian sempit, yaitu sekolah. Dalam sekolah maupun diluar sekolah, baik guru

dengan guru, siswa dengan siswa, maupun guru dengan siswa harus memiliki

interaksi yang baik. Apalagi ketika didalam kelas seorang guru dan peserta

didik harus memiliki interaksi yang baik antar keduanya, karena tanpa adanya

interaksi yang baik antar keduanya akan mengakibatkan siswa sulit untuk

menerima pelajaran yang diberikan oleh guru.

Interaksi dan toleransi beragama antara guru dengan guru, guru dengan

siswa, dan siswa dengan siswa telah diterapkan di SMP Brawijaya Smart

School, ditunjukkan dengan setiap bertemu dengan guru-guru, siswa selalu

memberikan 3S yaitu senyum, salam, dan sapa. Begitupun dengan antar siswa

maupun antar guru mereka saling memiliki komunikasi meskipun guru dan

siswa di SMP Brawijaya Smart School Malang memiliki latar belakang

7 Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif, (Malang: UMM Press, 2004), hlm. 2.

Page 28: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

7

agama yang berbeda, mereka masih tetap saling menghormati tanpa ada skat

atau halangan apapun antara satu dengan lainnya,8 ditunjukkan dengan setiap

jam kosong atau jam istirahat, guru-guru yang ada di sana, baik yang muslim

maupun yang non muslim selalu menyempatkan untuk makan bersama yang

dilakukan supaya hubungan silaturrahim antar guru yang terjalin di sana

semakin rekat. Di sana juga terdapat kegiatan anjangsana yang setiap tahun

sekali. Dari situ sepintas peneliti berfikir pola interaksi seperti apa yang telah

dilakukan di SMP Brawijaya Smart School Malang sehingga dapat membuat

hubungan dan toleransi agama antara satu dengan yang lain berjalan perlu

diasah terus menerus, baik di dalam kelas maupun luar kelas .

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam

mengenai interaksi sosial dan toleransi beragama dengan judul “Pola Interaksi

Sosial dalam Pembinaan Toleransi Beragama di SMP Brawijaya Smart

School Malang.”

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang menjadi latar belakang penelitian ini,

maka terdapat beberapa rumusan masalah guna membatasi lingkup penelitian,

yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana pola interaksi sosial dalam pembinaan toleransi beragama di

SMP Brawijaya Smart School Malang?

2. Bagaimana strategi pembinaan toleransi beragama di SMP Brawijaya

Smart School Malang?

8 Wawancara dengan Sihab, Guru Agama SMP Brawijaya Smart School Malang, 12

Oktober 2017.

Page 29: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

8

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Untuk mendeskripsikan pola interaksi sosial dalam pembinaan tolerasi

beragama di SMP Brawijaya Smart School Malang.

2. Untuk mendeskripsikan strategi pembinaan toleransi beragama di SMP

Brawijaya Smart School Malang.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a. Menambah keilmuan tentang pola interaksi sosial dalam pembinaan

toleransi di SMP Brawijaya Smart School Malang.

b. Penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi bagi semua pihak yang

ada sangkut pautnya dalam pembinaan toleransi beragama.

2. Manfaat Praktis

a. Guru : untuk memberikan informsi kepada para guru langkah-langkah

dalam membina toleransi, agar para guru disekolah lebih

mempehatikan sikap para siswa.

b. Sekolah : Dapat menjadi masukan sekaligus refrensi bagi kepala

sekolah, guru, komite sekolah dalam membina sikap toleransi

beragama.

c. Peneliti : sebagai pengetahuan dalam dunia pendidikan, khususnya

tentang bagaimana pola interaksi sosial dalam pembinaan toleransi

beragama.

Page 30: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

9

E. Originalitas Penelitian

Dalam penelitian ini penulis juga melakukan penelusuran terhadap

penelitian-penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang akan diteliti,

diataranya:

1. Skripsi Anton Dwi Irawan yang berjudul, “Pola Interaksi Guru Dan Siswa

Sebagai Strategi Membangun Kedisiplinan (Studi Kasus Kelas X IPS

SMA Negeri 7 Surakarta)”. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sosiologi

Antropologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta, tahun 2013.

Penelitiannya menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan studi

kasus, dengan mengambil lokasi di SMA Negeri 7 Surakarta dengan

subyek penelitian guru dan siswa kelas X IPS. Penelitian bertujuan untuk

mendeskripsikan dan menganalisis Pola interaksi Guru dan Siswa Sebagai

Strategi dalam Membangun Kedisiplinan (Studi Kasus Kelas X IPS SMA

Negeri 7 Surakarta).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anton Dwi Irawan

menunjukkan: (1) Konstruksi Simbolis “Tumbuhkan Budaya Malu karena

Datang Terlambat, Malu karena Tidak Berprestasi, Malu karena Berbuat

Salah” terbilang masih kurang, hal itu ditunjukkan masih adanya perilaku

siswa yang melanggar peraturan. (2) Strategi guru dalam menanamkan

perilaku disiplin pada diri siswa dilakukan dengan berbagai cara,

diantaranya yaitu. Memberikan contoh kedisiplinan pada diri siswa yang

disertai tindakan nyata, menasehati siswa dengan memberikan motivasi

Page 31: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

10

dan pengarahan baik secara langsung maupun tidak, dan dengan cara

menghukum siswa ketika siswa melanggar peraturan. (3) Pemaknaan dan

Strategi Kedisiplinan siswa Melalui Proses Self-Indication pada Siswa.

2. Skripsi Itsna Fitria Rahmah yang berjudul, “Menumbuhkembangkan Sikap

Toleransi Siswa Beda Agama Melalui Mata Pelajaran Pendidikan

Religiositas Kelas XI Di SMA BOPKRI 1 Yogyakarta”. Mahasiswa

Jurusan Kependidikan Islam fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 2012.

Penelitiannya menggunakan jenis penelitian lapangan (field

research) yang bersifat deskriptif, dengan mengambil lokasi di SMA

BOPKRI 1 Yogyakarta. Penelitian bertujuan untuk mengetahui alasan

SMA BOPKRI 1 menampung mata pelajaran Pendidikan Religiositas jika

ditinjau dari background sekolah sebagai sekolah Kristen di Yogyakarta

dan dampak (konstribusi) pengadaan mata pelajaran Pendidikan

Religiositas terhadap toleransi siswa beda agama di SMA BOPKRI

tersebut.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Itsna Fitria Rahmah

menunjukkan: (1) munculnya mata pelajaran pendidikan religiositas

dilatarbelakangi adanya perkembangan masyarakat yogyakarta yang

plural, (2) Dalam penerapan pendidikan religiositas, siswa dilatih menjadi

seorang pemimpin, di sini guru benar-benar hanya menjadi fasilitator, (3)

Pendidikan religiositas dapat meningkatkan sikap toleransi siswa beda

Page 32: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

11

agama di kelas XI SMA BOPKRI Yogyakarta baik di lingkungan maupun

di masyarakat pada umumnya.

3. Skripsi Istiqomah Fajri Perwita yang berjudul, “Strategi Guru PAI dalam

Membina Sikap Toleransi Antar Umat Beragama terhadap Siswa SMP N 1

Prambanan Klaten”. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,

tahun 2014.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, dengan

mengambil lokasi di SMPN 1 Prambanan Klaten. Penelitian ini bertujuan

untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara kritis tentang strategi guru

PAI dalam membina sikap toleransi terhadap siswa SMP N 1 Prambanan

Klaten, dan kondisi sikap toleransi siswa di SMP tersebut.

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan: (1) Kondisi sikap

toleransi siswa di SMP N 1 Prambanan Klaten terbilang sudah baik. (2)

Strategi guru PAI dalam membina sikap toleransi terhadap siswa SMP N 1

Prambanan Klaten melalui dua tahap yaitu pertama, Pembinaan dalam

kegiatan pembelajaran. Kedua, Pembinaan di luar kelas dengan

memberikan contoh sikap toleransi di lingkungan sekolah.

Page 33: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

12

Tabel 1.1 Originalitas Penelitian

No

Nama Peneliti,

Judul, Bentuk,

(skripsi/tesis/jurnal,

dll), Penerbit, dan

Tahun Penelitian

Persamaan Perbedaan

Orisinalitas

Penelitian

1. Anton Dwi Irawan,

Pola Interaksi Guru

Dan Siswa Sebagai

Strategi Membangun

Kedisiplinan (Studi

Kasus Kelas X Ips

SMA Negeri 7

Surakarta), Skripsi,

Universitas Sebelas

Maret Surakarta,

2013.

- Dalam kajian

teori sama-

sama

membahas

tentang pola

interaksi di

lembaga

pendidikan

- Tujuan

penelitian

untuk

membangun

kedisiplinan,

- jenjang

pendidikan

SMA

Penelitian ini

fokus pada

mendisiplinkan

siswa melalui

pola interaksi

guru dan siswa

2. Itsna Fitria Rahmah,

Menumbuhkembang

kan Sikap Toleransi

Siswa Beda Agama

Melalui Mata

Pelajaran Pendidikan

Religiositas Kelas

XI Di SMA

BOPKRI 1

Yogyakarta, Skripsi,

UIN Sunan Kalijaga,

Yogyakarta, 2012.

- Dalam kajian

teori sama-

sama

membahas

tentang sikap

toleransi di

lembaga

pendidikan

yang bersifat

heterogen

- penelitian ini

memiliki tujuan

untuk lebih

mengembangka

n sikap toleransi

- jenjang

pendidikan

SMA

Penelitian ini

fokus pada mata

pelajaran

pendidikan

religiositas

sebagai tanjakan

untuk

menumbuhkemb

angkan sikap

toleransi siswa

3. Istiqomah Fajri

Perwita, Strategi

Guru PAI dalam

Membina Sikap

Toleransi Antar

Umat Beragama

terhadap Siswa SMP

N 1 Prambanan

Klaten, Skripsi, UIN

Sunan Kalijaga,

Yogyakarta, 2014.

- Dalam

kajian teori

sama-sama

membahas

tentang

strategi

guru dalam

membina

sikap

toleransi

beragama

- penelitian ini

lebih fokus

pada strategi

gurunya.

- meneliti

stategi guru

PAI

Strategi guru

sebagai patokan

dalam membina

sikap toleransi

umat beragama

siswa

Page 34: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

13

Orisinalitas penelitian di atas menunjukkan bahwa adanya persamaan

dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan

oleh peneliti saat ini. Persamaan tersebut terletak pada kajian teori pola

interaksi di sekolah dan strategi dalam pembinaan toleransi beragama.

Sedangkan perbedaanya terletak pada tujuan penelitian yang telah dikaji oleh

peneliti. Ciri khas dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini adalah pola

interaksi sosial, baik dalam kelas maupun diluar kelas serta strategi yang di

lakukan dalam pembinaan sikap toleransi beragama.

F. Definisi Istilah

Dalam penelitian ini agar lebih terfokus pada permasalahan yang akan

diteliti, sekaligus menghindari terjadinya presepsi lain mengenai istilah, maka

peneliti akan mendefinisikan secara singkat istilah-istilah kunci dari

penelitian ini:

1. Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang terjadi, baik antara guru

dengan guru, guru dengan siswa, maupun siswa dengan siswa yang saling

mempengaruhi di SMP Brawijaya Smart School Malang.

2. Toleransi Beragama adalah sikap tenggang rasa, menghormati, serta

menghargai tentang ajaran agama dan atau kepercayaan kepada Tuhan

yang Maha Esa yang berbeda-beda di SMP Brawijaya Smart School

Malang.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Page 35: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

14

Bab I Pendahuluan, memuat latar belakang masalah, fokus penelitian,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, originalitas penelitian, definisi istilah,

dan sistematika pembahasan.

Bab II Kajian Pustaka, membahas tentang Interaksi sosial; pengertian

interaksi sosial, jenis-jenis interaksi, faktor-faktor yang Mendasari

Berlangsungnya Interaksi Sosial, dan ciri-ciri interaksi. Pembahasan tentang

Toleransi; pengertian toleransi, unsur-unsur toleransi, dan strategi membina

sikap toleransi beragama. Kerangka berfikir.

Bab III Metode Penelitian, mengemukakan pendekatan dan jenis

penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, data dan sumber data, teknik

pengumpulan data, analisis data, dan pengecekan keabsahan data, prosedur

penelitian.

Bab IV Paparan Data dan Temuan Penelitian, berisi tentang gambaran

umum latar penelitian, paparan data penelitian, dan temuan penelitian.

Peneliti melakukan penelitian dengan landasan teori sesuai dengan Bab II dan

menggunakan metode sesuai dengan Bab III.

Bab V Pembahasan Hasil Penelitian, Bagian ini membahas hasil

penelitian dan mendiskusikannya dengan teori.

Bab VI Merupakan bab terakhir yang meliputi kesimpulan dan saran.

Page 36: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Interaksi Sosial

a. Pengertian Interaksi Sosial

Interaksi merupakan Suatu hubungan antara dua individu atau

lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah

atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) interaksi artinya saling

memengaruhi. Sedangkan sosial berarti berkenaan dengan masyarakat.

Jadi interaksi sosial berarti hubungan sosial antar individu, antara

individu dan kelompok, dan antar kelompok.9

Interaksi sosial menurut Soejono Soekanto, merupakan hubungan

sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan sosial antar individu,

antar kelompok maupun antar individu dengan kelompok lainnya.10

Interaksi sosial akan terjadi jika ada kontak sosial dan ada komunikasi

antar pelaku interaksi.

Bentuk interaksi sosial adalah akomodasi, kerjasama, persaingan,

dan pertikaian. Apabila dua orang atau lebih bertemu akan terjadi

9 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2005), hlm. 575

10

Mursyid Ali, Pemetaan Kerukunan Kehidupan Beragama di Berbagai Daerah di

Indonesia, (Jakarta: Publitbang Kehidupan Keagamaan, 2009), hlm. 165

Page 37: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

16

interaksi sosial. Interaksi sosial tersebut bisa dalam situasi persahabatan

ataupun permusuhan, bisa dengan tutur kata, jabat tangan, bahasa

isyarat, atau tanpa kontak fisik. Bahkan, hanya dengan bau keringat

sudah terjadi interaksi sosial karena telah mengubah perasaan atau

syaraf orang yang bersangkutan untuk menentukan tindakan.11

Kehidupan manusia dalam masyarakat mempunyai 2 macam

fungsi yaitu berfungsi sebagai obyek dan sebagai subyek. Demikian

juga manusia lain (milieu), juga berfungsi sebagai subyek dan obyek.

Itulah sebabnya maka H. Bonner dalam bukunya Social Psychology

memberikan rumusan interaksi sosial sebagai berikut: “Interaksi sosial

adalah hubungan antara suatu hubungan antara 2 individu atau lebih, di

mana kelakuan individu yang satu dapat mempengaruhi, mengubah,

atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya”.

Hal ini sebenarnya merupakan keuntungan yang besar bagi

manusia, sebab dengan adanya dua macam fungsi yang dimiliki itu

timbulah kemajuan-kemajuan dalam hidup bermasyarakat. Jika manusia

ini hanyalah sebagai obyek semata-mata, maka hidupnya tidak mungkin

lebih tinggi daripada kehidupan benda-benda mati, sehingga kehidupan

manusia tidak mungkin timbul kemajuan.

Sebaliknya andaikata manusia ini hanya sebagai subyek semata-

mata, maka ia tak mungkin bisa hidup bermasyarakat (tak bisa bergaul

dengan manusia lain) sebab pergaulan baru bisa terjadi apabila ada give

11 Herimanto, dan Winarno, Ilmu Sosial & Budaya Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010),

hlm. 52

Page 38: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

17

and take dari masing-masing anggota masyarakat itu. Jadi jelas bahwa

hidup individu dan masyarakat tidak dapat dipisahkan antara keduanya

dan selalu berinteraksi antara satu dengan yang lain.12

b. Faktor-faktor yang Mendasari Berlangsungnya Interaksi Sosial

Faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial,

baik secara tunggal maupun secara bergabung diantaranya sebagai

berikut:13

1) Faktor Imitasi

Faktor ini telah diuraikan oleh Gabriel Tarde yang

beranggapan bahwa seluruh kehidupan sosial itu sebenarnya

berdasarkan pada fator imitasi saja. Walaupun pendapat ini berat

sebelah, namun peranan imitasi dalam interaksi sosial itu tidak

kecil. Terbukti misalnya pada anak-anak yang sedang belajar

bahasa, seakan-akan mereka mengimitasi dirinya sendiri,

mengulang-ulangi bunyi kata-kata, melatih fungsi-fungsi lidah dan

mulut untuk berbicara. Kemudian ia mengimitasi kepada orang

lain, dan memang sukar orang belajar bahasa tanpa mengimitasi

orang lain, bahkan tidak hanya berbahasa saja, tetapi juga tingkah

laku tertentu, cara memberi hormat, cara berterima kasih, cara

memberi isyarat dan lain-lain. Juga cara berpakaian , adat istiadat

dan konvensi-konvensi lainnya faktor imitasilah yang memegang

peranan penting.

12 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial Edisi Revisi, (Jakarta: PT. Melton Putra, 1991), hlm. 53-

54.

13 Ibid., hlm.57.

Page 39: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

18

Peranan faktor imitasi dalam interaksi sosial seperti

digambarkan di atas juga mempunyai segi-segi yang negatif, yaitu:

(1) mungkin yang diimitasi itu salah, sehingga menimbulkan

kesalahan kolektif yang meliputi jumlah manusia yang besar. (2)

kadang-kadang orang yang mengimitasi sesuatu tanpa kritik, dapat

menghambat perkembangan kebiasaan berpikir kritis.

2) Faktor Sugesti

Yang dimaksud sugesti di sini ialah pengaruh psychis, baik

yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada

umumnya diterima tanpa adanya daya kritik. Karena itu dalam

psikologi sugesti ini dibedakan adanya: (1) auto-sugesti, yaitu

sugesti terhadap diri yang datang dari dirinya sendiri. (2) hetero-

sugesti, yaitu sugesti yang datang dari orang lain.

Baik auto-sugesti maupun hetero-sugesti dalam kehidupan

sehari-hari memegang peranan yang cukup penting. Banyak hari-

hari yang tidak diharapkan oleh individu baik karena auto-sugesti

maupun karena hetero-sugesti. Sering individu merasa sakit-sakitan

saja, walupunsecara obyektif tidak apa-apa. Tetpai karena ada

auto-sugestinya maka inidvidu merasa dalam keadaan yang tidak

sehat, masih banyak lagi hal-hal yang disebabkan karena auto-

sugesti.

Dalam lapangan psikologi sosial peranan heteri-sugesti akan

lebih menonjol daripada auto-sugesti. Dalam psikologi sosial

Page 40: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

19

banyak individu-individu yang menerima sesuatu cara atau pun

pedoman-pedoman, pandangan, norma-norma dan sebagainya.

Dari orang lain tanpa adanya kritik terlebih dahulu terhadap apa

yang diterima itu. Misalnya dalam bidang propaganda, orang akan

memprogandakan dagangannya, karena dengan pandainya orang

menyampaikannya, maka tanpa berpikir lebih lanjut orang lain

akan menerima saja apa yang diajukannya. Hal inik akan banyak

kita jumpai dalam khidupan sehari-hari.

Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya, dengan interaksi

sosial adalah hampir sama, bedanya ialah bahwa dalam imitasi

orang yang satu dirinya, sedangkan pada sugesti seseorang

memberikan pandangan atau sikap dari dirinya, lalu diterima oleh

orang lain. Dalam ilmu jiwa sosial sugesti dapat dirumuskan

sebagai suatu proses di mana seorang individu menerima suatu

cara pengelihatan, atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang

lain tanpa kritik terlebih dahulu. Sugesti akan mudah terjadi bila

memenuhi syarat-syarat berikut:

a) Sugesti karena hambatan berpikir

Setelah kami kemukakan di atas yaitu bahwa sugesti itu

akan diterima oleh orang lain tanpa adanya kritik terlebih

dahulu. Karena itu maka bila orang itu dalam keadaan bersikap

kritis maka sulit untuk menerima sugesti dari orang lain. Makin

kurang daya kemampuannya memberikan kritik maka akan

Page 41: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

20

makin mudahlah orang itu menerima sugesti dari orang lain.

Dari kritik itu akan mengalami hambatan jika individu itu dalam

keadaan lemah/lelah misalnya, terutama lelah berpikimya, atau

bisa juga jika individu itu terkena stimulus yang bersifat

emosionil, hal ini biasanya akan dapat mempengaruhi daya

berfikimya dalam arti bahwa daya berpikimya itu akan terhalang

oleh karena adanya emosi itu, Orang yang telah berjam-jam

rapat biasanya lelah, maka adanya keengganan untuk berpikir

secara berat, sehingga dalam keadaan yang demikian ini

individu akan mudah menerima pendapat atau sugesti dari lain.

Bagaimana peranan dari stimulans bersifat emosionil.

Pada umumnya apabila orang terkena kesan atau stimulus

yang bersifat emosionil tidak dapat lagi berfikir secara kritis,

sehingga dengan demikian akan mudah menerima apa yang

dikemukakan oleh orang lain.

b) Sugesti karena keadaan berpikir terpecah belah (dissosiasi)

Orang itu akan mudah juga menerima sugesti dari orang

lain apabila kemampuan berpikirnya itu terpecah belah.

Orang itu mengalami dissosiasi kalau orang itu dalam

keadaan kebingungan karena menghadapi bermacam-macam

persoalan misalnya. Karena itu orang yang sedang kebingungan

pada umumnya akan mudah menerima apa yang dikemukakan

oleh orang lain tanpa di fikir terlebih dahulu. Secara psikologi

Page 42: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

21

orang yang sedangdalam kebingungan ingin segera mencari

pegangan untuk mengakhiri kebingungannya itu. Peristiwa-

peristiwa dalam masyarakat banyak menunjukkan hal-hal

semacam ini. Tanpa memikirkan lebih lanjut apa yang

dimukakan oleh orang lain itu segera diambilnya sebagai

pegangan untuk mengakhiri rasa kebingungannya. Sebab

selama individu itu dalam keadaan bingung selama itu jiwanya

terpecah belah. Kalau andaikata keadaan masyarakat dalam

kebingungan, maka hal ini akan memberikan sugesti-sugesti

yang berupa pandangan-pandangan, pendapat-pendapat,

norma-norma dan sebagainya.

c) Sugesti karena mayoritas

Dalam hal ini orang akan mempunyai kecenderungan

untuk menerima suatu pandangan, pendapat atau norma-norma

dan sebagainya, apabila norma-norma itu mendapatkan

dukungan orang banyak atau mayoritet, di mana sebagian besar

dari kelompok atau golongan itu memberikan sokongan atas

pendapat, pandangan-pandangan tersebut. Orang akan merasa

terasing apabila ia menolak pendapat, pandangan atau norma-

norma dan sebagainya yang telah mendapatkan dukungan dari

mayoritet itu.

Page 43: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

22

Orang beranggapan oleh karena sebagian besar dari

anggota telah menerimanya, maka akan terasing atau tersingkir

dari mayoritet bila tidak ikut menerimanya.

d) Sugesti karena minoritas

Walaupun materi yang diberikan sama, akan tetapi yang

memberikan berbeda, maka akan terdapat perbedaan di dalam

menerimanya. Dalam hal ini orang mempunyai kecenderungan

bahwa akan mudah menerima apa yang dikemukakan oleh orang

lain itu apabila yang memberikan itu mempunyai otoritet

mengenai masalah tersebut. Hal demikian akan menimbulkan

suatu sikap percaya bahwa apa yang dikemukakan itu memang

benar, karena menjadi bidangnya, hal ini akan menimbulkan

suatu pendapat bahwa apa yang dikemukakan pasti mengandung

kebaikan-kebaikan atau kebenaran-kebenaran. Contoh misalnya

teorinya atau materinya yang diberikan sama, tetapi yang satu

diberikan oleh orang yang tidak mempunyai otoritet di

dalamnya misalnya oleh seorang juru tulis sedangkan yang lain

diberikan oleh seorang Kepala Daerah, maka di dalam

penerimaan jelas akan menunjukkan sikap yang berbeda, karena

yang memberikan otoritet yang berbeda. Contoh lain misalnya

materinya sama tetapi yang memberikan teman pasien,

sedangkan yang lain yang memberikan seorang dokter, maka

penerimaannya akan berbeda satu dengan maksud agar apa yang

Page 44: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

23

diberikan itu diterima oleh orang lain, maka orang yang

memberikan harus mempunyai otoritet dalam bidang tersebut.

e) Sugesti karena will to believe

Bila dalam diri individu telah ada pendapat yang

mendahuluinya dan pendapat ini masih dalam keadaan yang

samar-samar dan pendapat tersebut searah dengan yang

disugestikan itu, maka pada umumnya orang itu akan mudah

menerima pendapat tersebut.

Orang yang ada dalam keadaan ragu-ragu akan mudah

menerima sugesti dari pihak lain. Dengan demikian sugesti

akan lebih meyakinkan tentang pendapat yang telah ada padanya

yang masih dalam keadaan samar-samar itu.

3) Faktor Identifikasi

Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi

identik (sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun

secara batiniah. Misalnya identifikasi seorang anak laki-laki untuk

menjadi sama seperti ayahnya atau seorang anak perempuan untuk

menjadi sama dengan ibunya. Proses identifikasi ini mula-mula

berlangsung secara tidak sadar (dengan sendirinya) kemudian

irrasionil, yaitu berdasarkan perasaan-perasaan atau

kecenderungan-kecenderungan dirinya yang tidak diperhitungkan

secara rasionil, dan yang ketiga identifikasi berguna untuk

Page 45: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

24

melengkapi sistem norma-norma, cita-cita dan pedoman-pedoman

tingkah laku orang yang mengidentifikasi itu.

Mula-mula anak mengidentifikasinya dari dirinya sendiri

dengan orang tuanya, tetapi lambat laun setelah ia dewasa,

berkembang di sekolah, maka identifikasi dapat beralih dari orang

tuanya kepada orang-orang yang berwatak luhur dan sebagainya.

Perbedaan antara identifikasi dengan imitasi adalah Imitasi

dapat berlangsung antara orang-orang yang saling tidak kenal,

sedangkan identifikasi perlu di mulai lebih dahulu dengan teliti

sebelum mereka mengidentifikasikan dirinya. Nyata bahwa saling

hubungan sosial yang berlangsung pada identifikasi adalah lebih

mendalam daripada hubungan yang berlangsung atas proses-proses

sugesti maupun imitasi.

4) Faktor Simpati

Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap

orang yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasionil,

melainkan berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada proses

identifikasi. Bahkan orang dapat tiba-tiba merasa tertarik kepada

orang lain dengan sendirinya karena keseluruhan cara-cara

bertingkah laku menarik baginya.

Page 46: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

25

Perbedaan antara simpati dengan identifikasi adalah sebagai

berikut.

SIMPATI IDENTIFIKASI

l. Dorongan utama adalah ingin

mengerti dan kerja samadengan

orang lain.

2. Hubungan simpati

menghendaki hubungan kerja

sama antara 2 orang atau lebih

yang setaraf.

3. Sympati bermaksud untuk

kerja sama

1. Dorongan utama adalah ingin

mengikuti jejaknya, ingin

mengikuti jejaknya, ingin

mencontoh dan ingin belajar dari

orang lain yang dianggapnya

ideal.

2. Hubungan identifikasi hanya

menghendaki bahwa yang satu

ingin menjadi seperti yang lain

dalam sifat-sifatnya yang

dikaguminya.

3. Identifikasi bermaksud belajar

Demikian perbedaan sympati dengan identifikasi, Jelas pula

kiranya bahwa saling mempengaruhi dalam interaksi sosial yang

berdasarkan sympati jauh lebih mendalam akibatnya daripada yang

terjadi atas dasar imitasi dan sugesti.

Sympati dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya

orang yang satu terhadap orang lain. Seperti pada proses

identifikasi, proses sympati pun kadang-kadang berjalan tidak atas

dasar logis rationil, melainkan berdasarkan penilaian perasaan.

Katakanlah orang tiba-tiba tertarik dengan orang lain, seakan-akan

dengan sendirinya. Tertariknya ini tidak pada salah satu ciri

tertentu dari orang itu, tapi keseluruhan ciri pola tingkah lakunya,

Page 47: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

26

Proses sympati dapat pula berjalan secara perlahan-lahan secan

sadar dan cukup nyata dalam hubungan dua atau lebih orang'

Misalnya, hubungan cinta kasih antara manusia, biasanya didahului

dengan hubungan sympati. perbedaannya dengan identifikasi,

dorongan utamanya adalah ingin mengikuti jejak, mencontoh dan

ingin belajar. Sedangkan pada sympati, dorongan utama adalah

ingin mengerti dan ingin kerja sama.

Dengan demikian sympati hanya akan berlangsung dan

berkembang dalam relasi kerja sama antara dua orang atau lebib'

bila terdapat saling pengertian.14

c. Ciri-Ciri Interaksi Sosial

Charles P. Loomis mencantumkan ciri penting dari interaksi

sosial, yaitu:15

1) Jumlah pelaku lebih dari seorang, bisa dua atau lebih.

2) Adanya komunikasi antara para pelaku dengan menggunakan

simbol-simbol.

3) Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lampau, kini dan

akan datang, yang menentukan sifat dari aksi yang sedang

berlangsung.

4) Adanya tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidak sama

dengan yang diperkirakan oleh para pengamat.

14 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial Edisi Revisi, (Jakarta: PT. Melton Putra, 1991), hlm. 64

15

Herimanto, dan Winarno, Ilmu Sosial & Budaya Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010)

hlm. 52

Page 48: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

27

Apabila interaksi sosial itu diulang menurut pola yang sama dan

bertahan untuk waktu yang lama, maka akan terwujud hubungan sosial

(social relation).16

Secara teoritis, sekurang-kurangnya ada dua syarat

bagi terjadinya suatu interaksi sosial, yaitu terjadinya kontak sosial dan

komunikasi. Terjadinya suatu kontak sosial tidaklah semata-mata

tergantung dari tindakan, tetapi juga tergantungkepada adanya

tanggapan terhadap tindakan tersebut. Sedangkan aspek terpenting dari

komunikasi adalah bila seseorang memberikan tafsiran pada sesuatu

atau kelakuan orang lain.17

2. Toleransi Beragama

a. Pengertian Toleransi

Toleransi secara bahasa berasal dari Bahasa Inggris “Tolerance”

yang berati membiarkan. Dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai

sifat atau sikap toleran, mendiamkan, atau membiarkan.18

Secara etimologi berasal dari kata tolerance (dalam bahasa

Inggris) yang berarti sikap membiarkan, mengakui dan menghormati

keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan. Di dalam bahasa

Arab dikenal dengan tasamuh, yang berarti saling mengizinkan, saling

memudahkan.19

16 Soerjono Soekanto. Struktur dan Proses Sosial, (Jakarta: Rajawali), hlm. 113-114

17

J. Dwi Narwoko. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. (Jakarta: PT. Kencana),

hlm.16

18 KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

19

Said Agil Husin Al-Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama, (Jakarta: Ciputat Press,

2003), hlm. 13.

Page 49: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

28

Toleransi antar umat beragama harus tercermin pada tindakan-

tindakan atau perbuatan yang menunjukkan umat saling menghargai,

menghormati, menolong, mengasihi, dan lain-lain. Termasuk di

dalamnya menghormati agama dan iman orang lain; menghormati

ibadah yang dijalankan oleh orang lain, tidak merusak tempat ibadah,

tidak menghina ajaran agama orang lain, serta memberi kesempatan

kepada pemeluk agama menjalankan ibadahnya. Di samping itu, maka

agama-agama akan mampu untuk melayani dan menjalankan misi

keagamaan dengan baik sehingga terciptanya suasana rukun dalam

hidup dan kehidupan masyarakat serta bangsa.

Toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama, yang

didasarkan kepada setiap agama menjadi tanggung jawab pemeluk

agama itu sendiri dan memunyai bentuk ibadat (ritual) dengan sistem

dan cara tersendiri yang dibebankan serta menjadi tanggung jawab

orang yan pemeluknya atas dasar itu, maka toleransi dalam pergaulan

hidup antar umat beragama bukanlah toleransi dalam masalah-masalah

keagamaan, melainkan perwujudan sikap keberagamaan pemeluk suatu

agama dalam pergaulan hidup antara orang yang tidak seagama, dalam

masalah-masalah kemasyarakatan atau kemaslahatan umum.20

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dipahami bahwa toleransi

beragama itu bukanlah toleransi dalam masalah keagamaan yang mana

agama yang satu dan agama yang lainnya dicampuradukkan, melainkan

20 Said Agil Husin Al Munawar, Fikih Hubungan Antar Umat Beragama, (Jakarta:

Ciputat Pess, 2003), hlm. 14

Page 50: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

29

toleransi dalam bentuk kerjasama yang diwujudkan dalam kegiatan

bersifat sosial kemasyarakatan. Seperti halnya membangun jembatan,

memperbaiki tempat-tempat umum, dan membantu orang yang kena

musibah banjir, serta membantu korban kecelakaan lalu lintas.

Dapat disimpulkan bahwa toleransi adalah suatu sikap atau sifat

dari seseorang untuk membiarkan kebebasan kepada orang lain serta

memberikan kebenaran atas perbedaan tersebut sebagai pengakuan hak-

hak asasi manusia.

Di dalam memaknai toleransi ini terdapat dua penafsiran tentang

konsep tersebut. Pertama, penafsiran negatif yang menyatakan bahwa

toleransi itu cukup mensyaratkan adanya sikap membiarkan dan tidak

menyakiti orang atau kelompok lain baik yang berbeda maupun yang

sama. Sedangkan, yang kedua adalah penafsiran positif yaitu

menyatakan bahwa toleransi tidak hanya sekedar seperti pertama

(penafsiran negatif) tetapi harus adanya bantuan dan dukungan terhadap

keberadaan orang lain atau kelompok lain.21

b. Unsur-unsur Toleransi

Dalam toleransi terdapat unsur-unsur yang harus ditekankan

dalam mengekspresikan terhadap orang lain. Unsur-unsur tersebut

adalah:

1) Memberikan kebebasan dan kemerdekaan

21 Maskuri Abdullah, Pluralisme Agama dan Kerukunan dalam Keagamaan, (Jakarta:

Buku Kompas, 2001), hlm 13.

Page 51: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

30

Setiap manusia diberikan kebebasan untuk berbuat, bergerak

maupun berkehendak menurut dirinya sendiri dan juga di dalam

memilih suatu agama atau kepercayaan. Kebebasan ini diberikan

sejak manusia lahir sampai nanti ia meninggal dan kebebasan atau

kemerdekaan yang manusia miliki tidak dapat digantikan atau

direbut oleh orang lain dengan cara apapun. Karena kebebasan itu

adalah datangnya dari Tuhan YME yang harus dijaga dan dilindungi.

Di setiap negara melindungi kebebasan- kebebasan setiap manusia

baik dalam Undang- Undang maupun dalam peraturan yang ada.

Begitu pula di dalam memilih satu agama atau kepercayaan yang

diyakini, manusia berhak dan bebas dalam memilihnya tanpa ada

paksaan dari siapapun.22

2) Mengakui hak setiap orang

Suatu sikap mental yang mengakui hak setiap orang di dalam

menentukan sikap perilaku dan nasibnya masing-masing. Tentu saja

sikap atau perilaku yang dijalankan itu tidak melanggar hak orang

lain, karena kalau demikian, kehidupan di dalam masyarakat akan

kacau.

3) Menghormati keyakinan orang lain

Landasan keyakinan di atas berdasarkan suatu kepercayaan,

bahwa tidak benar ada orang atau golongan yang bersikeras untuk

memaksakan kehendaknya sendiri kepada orang atau golongan lain,

22 Maskuri Abdullah, Pluralisme Agama dan Kerukunan dalam Keagamaan, (Jakarta:

Buku Kompas, 2001), hlm 202.

Page 52: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

31

tidak ada orang atau golongan yang memonopoli kebenaran dan

landasan ini disertai catatan bahwa soal keyakinan adalah urusan

pribadi masing-masing orang.

4) Saling mengerti

Tidak akan terjadi, saling menghormati antara sesama

manusia bila mereka tidak ada saling mengerti. Saling anti dan saling

membenci, saling berebut pengaruh adalah salah satu akibat dari

tidak adanya saling mengerti dan saling menghargai antara satu

dengan yang lain.23

Sedangkan toleransi dalam pergaulan hidup antara umat

beragama yang didasarkan pada tiap-tiap agama menjadi tanggung

jawab pemeluk agama itu sendiri, mempunyai bentuk ibadah (ritual)

dengan sistem dan cara tersendiri yang ditaklifkan (dibebankan)

serta menjadi tanggung jawab orang yang memeluknya atas dasar

itu. Maka toleransi dalam msalah-masalah keagamaan, melainkan

perwujudan sikap keberagamaan pemeluk suatu agama dalam

pergaulan hidup antara orang yang tidak seagama, dalam masalah-

masalah kemasyarakatan atau kemaslahatan umum.24

Toleransi beragama mempunyai arti sikap lapang dada

seseorang untuk menghormati dan membiarkan pemeluk agama

untuk melaksanakan ibadah menurut ajaran dan ketentuan agama

23 Umar Hasyim, Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar,

(Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1979), hlm. 23.

24 Said Agil Husin Al-Munawar, Fikih Hubungn Antar Agama, (Jakarta: Penerbit Ciputat

Press, 2003), hlm. 14.

Page 53: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

32

masing-masing yang diyakini, tanpa ada yang mengganggu atau

memaksakan baik dari orang lain maupun dari keluarganya

sekalipun.

Secara teknis pelaksanaan sikap toleransi beragama yang

dilaksanakan di dalam masyarakat lebih banyak dikaitkan dengan

kebebasan beragama, kemerdekaan menginterpretasikan, serta

mengekspresikan ajaran agama masing-masing.

Masyarakat Islam memiliki sifat yang pluralistik dan sangat

toleran terhadap berbagai kelompok sosial dan keagamaan, karena

hidup bermasyarakat merupakan suatu kebutuhan dasar hidup

manusia agar tujuan hidup manusia dapat diwujudkan, karena bila

terbentuk suatu kehidupan berdasarkan persaudaraan, penuh kasih

sayang, dan harmoni.25

c. Strategi Membina Sikap Toleransi Beragama

Dalam melaksanakan pola pembinaan kerukunan hidup antar

umat beragama, Departemen Agama telah meletakkan sebuah strategi

dasar, yaitu trilogi kerukunan: (1) kerukunan intern masing-masing

umat beragama, (2) kerukunan di antara umat beragama yang berbeda-

beda, dan (3) kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah.

Selain itu, secara empirik, kita menyaksikan sekurang-kurangnya

ada lima pendekatan yang dilakukan pemerintah Orde Baru Depag

dalam menangani masalah-masalah kerukunan antar umat beragama,

25 Abdul Munir, Pokok-pokok Ajaran NU, (Solo: Ramdhani, 1989), hlm. 50-51.

Page 54: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

33

yaitu: Pendekatan pragmatis dan pendekatan legalistik, pendekatan

Sosio- -institusional dan kultural, serta pendekatan teologis.26

1) Pendekatan Pragmatis dan Legalistik

Pendekatan pragmatis atau lazim dikatakan security approach

merupakan langkah yang pertama kali diambil setiap kali terjadi

ketegangan antar umat beragama. dengan pendekatan tersebut

ketegangan antarumat dapat diatasi seketika, tetapi redanya

ketegangan hanya tampak di permukaan, sementara di balik

permukaan masih tersimpan gejolak dan dendam yang sewaktu-

waktu dapat meletup. Security approach cenderung bersifat reaktif,

hanya berguna untuk jangka pendek, tak dapat diandalkan untuk

kepentingan jangka panjang.

la tak ubahnya mobil pemadam yang sekadar berfungsi

mematikan nyala api, jika terjadi kebakaran. Atau ibarat obat,

pendekatan semacam ini sepeti pil penenang yang bersifat sesaat

tetapi tidak menyembuhkan penyakit yang sebenarnya.

Pendekatan legalistik merupakan kelanjutan belaka dari

security approach. Pendekatan ini mengandaikan bahwa kerukunan

antarumat beragama harus dijalin dengan sejumlah peraturan

perundang-undangan. Pandangan ini didasari oleh suatu keyakinan

yang kuat bahwa ada keterkaitan yang amat erat antara berperilaku

rukun dengan ketentuan yuridis. Bertolak dari kerangka pikir

26 Nurcholish Madjid, Pluralitas Agama Kerukununan dalam Keagamaan, (Jakarta: PT.

Gramedia, 2001), hlm. 128.

Page 55: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

34

semacam itu, sejumlah peraturan yang berkaitan dengan pendirian

rumah ibadah dan penyiaran agama dilegalisasi dalam bentuk Surat

Keputusan Bersama (SKB) Menteri.27

Peraturan-peraturan itu dimaksudkan sebagai tindakan

preventif terhadap berbagai konflik yang mungkin timbul. Akan

tetapi, peraturan itu ternyata tidak berfungsi optimal, bukan hanya

karena tak adanya ketentuan sanksi yang jelas bagi para pelanggar,

melainkan yang lebih penting karena peraturan berlaku secara tidak

adil.

Padahal, sudah merupakan watak dan karakter setiap agama

untuk selalu berpretensi mengajak manusia menuju keselamatan

menurut versinya. Di samping itu, agama pun selalu menghendaki

pemeluknya untuk meningkatkan amal ibadahnya, terutama yang

dilakukan di dalam rumah ibadah. Oleh karena itu, cukup beralasan

jika ada sementara umat beragama yang memandang peraturan-

peraturan tersebut bertentangan dengan kaidah-kaidah agama. Pada

akhirnya, mereka tidak mudah menerima kehadiran serangkaian

regulasi semacam itu.

Sikap rukun yang sejati merupakan ekspresi keimanan yang

mendalam, sikap rukun tidak akan dapat diungkapkan sekadar untuk

menyembunyikan dan menunda konflik. Sikap rukun juga tidak

dapat diatur secara eksternal melalui peraturan-peraturan, tetapi

27 Nurcholish Madjid, Pluralitas Agama Kerukununan dalam Keagamaan, (Jakarta: PT.

Gramedia, 2001), hlm. 128.

Page 56: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

35

justru harus lahir dari kesadaran nurani dan dengan hati yang tulus.

Oleh karena itu, pendekatan legalistik akan sulit untuk terus

dipertahankan keberadaannya.il terhadap agama itu sendiri dengan

membatasi ruang geraknya.28

2) Pendekatan Sosio-lnstitusional dan Kultural

Pendekatan sosio-institusional dilatarbelakangi asumsi bahwa

pemuka agama mempunyai otoritas dan kedudukan terhormat dalam

struktur komunitas setiap pemeluk agama. Di sini para pemuka

agama, yang pada perkembangan selanjutnya melembagakan diri

meniadi majelis-majelis setiap agama, di pandang kapabel dan

kredibel sebagai agen pembangun kerukunan beragama di dalam

komunitasnya masing-masing.

Dalam operasionalnya, pendekatan ini dilangsungkan dalam

Wadah Musyawarah Antarumat Beragama yang secara resmi berdiri

tahun 1980. Wadah yang merupakan forum konsultasi dan

komunikasi antarpemuka agama itu bertujuan untuk membicarakan

tanggung jawab bersama dan kerja sama di antara para warga negara

yang saling berbeda agama.

Keputusan-keputusan yang diambil Wadah ini merupakan

kesepakatan yang mempunyai nilai ikatan moral dan bersifat

saran/rekomendasi kepada pemerintah, majelis-majelis agama dan

masyarakat luas. Sayangnya, karena lebih berorientasi pada aspek

28 Nurcholish Madjid, Pluralitas Agama Kerukununan dalam Keagamaan, (Jakarta: PT.

Gramedia, 2001), hlm. 129.

Page 57: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

36

kelembagaan, pendekatan ini akhirnya terjebak pada pembinaan

kehidupan antarumat beragama yang cenderung bersifat top down.

Sebagai akibatnya, kebutuhan untuk hidup rukun tidak dapat

dirasakan oleh segala lapisan masyarakat, tetapi hanya tampak pada

kalangan elite agamawan ataupun pada tingkat akademis, itu pun

sering kali masih dalam bentuk formalistik, diplomatis, dan basa-

basi.

Sementara pendekatan kultural ditandai dengan sejumlah

prakarsa acara dialog antara umat beragama. Pendekatan ini didasari

pandangan bahwa dialog merupakan sarana yang tepat untuk

mencari titik temu yang dapat menjadi saling mengerti dan kerja

sama di antara umat beragama. Namun, pada praktiknya dialog

kerapkali menemui jalan buntu. Macetnya dialog sebagai upaya

untuk membina kerukunan lebih disebabkan oleh kenyataan bahwa

inisiatif dialog itu alih-alih lahir dari suatu keinsyafan alamiah yang

benar-benar menginginkan sebuah kehidupan yang rukun dan damai,

tetapi justru acapkali berasal dari sebuah arogansi, rekayasa, ataupun

intervensi. Akibatnya, dialog cen- derung bersifat taktis dan bahkan

menjelma menjadi rutinitas "ritual" yang hampa.

Agar dapat berfungsi optimal, dialog sebagai bagian dari

pendekatan kultural seharusnya dibiarkan berlangsung apa adanya di

antara tiap kelompok kecil umat beragama yang berbeda-beda dalam

mengalami kehidupan bersama sehari-hari, baik situasi suka dan

Page 58: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

37

duka maupun kecemasan dan pengharapan. Dari pengalaman hidup

bersama itu, akan muncul rasa kepedulian bersama dan perasaan

senasib dan sepenanggungan, yang kelanjutannya akan melahirkan

sikap yang lebih menghargai kerukunan sebagai kebutuhan hidup

bersama yang amat penting.29

3) Pendekatan Teologis

Pendekatan ini mengandaikan sebuah kerukunan yang hendak

dibangun adalah kerukunan yang bukan karena diatur secara

eksternal, melainkan karena tumbuh secara otentik dari dalam diri

setiap umat beragama dengan cara penghayatan iman yang

bersangkutan dan melalui dinamika hidup bersama antarumat

beragama.

Dengan kata lain, pendekatan ini menghendaki agar hasrat dan

kebutuhan terhadap kehidupan yang rukun dan damai haruslah

bertolak dari tuntutan iman keagamaan, dan bukannya berasal dari

tuntutan pragmatis semata. Karena pendekatan ini bersifat teologis,

sebuah teologi kerukunan tidak dibutuhkan sebagai landasannya.

Menyadari hal tersebut, Depag memprakarsai sebuah program untuk

mengusahakan adanya semacam kerangka atau bingkai teologi dari

agama masing-masing sebagai pedoman dan acuan membina,

memelihara untuk meningkatkan kerukunan hidup di antara umat

29 Nurcholish Madjid, Pluralitas Agama Kerukununan dalam Keagamaan, (Jakarta: PT.

Gramedia, 2001), hlm. 131.

Page 59: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

38

beragama tanpa mengurangi iman atau akidah agama masing-

masing.30

B. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir dalam penelitian ini berfungsi sebagai pedoman

yang menjelaskan jalan arah tujuan penelitian. Kerangka akan menjadi

landasan untuk mendeskripsikan Pola Interaksi Sosial dalam Membina Sikap

Toleransi Beragama di SMP Brawijaya Smart School Malang. Berikut

kerangka berfikir penelitian ini disajikan dalam bentuk bagan.

30 Nurcholish Madjid, Pluralitas Agama Kerukununan dalam Keagamaan, (Jakarta: PT.

Gramedia, 2001), hlm. 131.

Interaksi

Sosial

(Soejono

Soekanto)

Toleransi

Beragama

(Said Agil

Husin Al-

Munawar)

Hubungan

Sosial yang

dinamis Toleransi Beragama

di SMP BSS

a. Siswa-siswa

b. Siswa-guru

c. Guru-guru

Strategi pembinaan

toleransi beragama

Page 60: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

adalah penelitian yang melakukan aktifitas untuk memperoleh pengetahuan,

sejumlah informasi, atau cerita yang rinci tentang pola interaksi sosial dalam

membina sikap toleransi beragama di lembaga tersebut. Pengetahuan atau

informasi itu diperoleh peneliti dari hasil observasi, wawancara secara

mendalam, maupun dokumentasi. Pengamatan tersebut akan berbentuk cerita

yang sangat detail (deskripsi rinci dan gambaran yang mendalam), termasuk

ungkapan-ungkapan asli subjek penelitian.31

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif.

Metode deskiptif dapat diartikan sebagai posedur pemecahan masalah yang

diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau

obyek penelitian, baik dari guru, siswa, maupun informan kunci lainnya yang

ada di SMP Brawijaya Smart School tersebut.

Metode kualitatif dengan pendekatan studi deskriptif yang dipakai

peneliti dalam penelitian merupakan metode kualitatif untuk mendapatkan

data yang mendalam dan data tersebut mengandung suatu makna.

31 Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif, (Malang: UMM Press, 2004), hlm. 67.

Page 61: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

40

Metode kualitatif secara signifikan dapat mempengaruhi subtansi

penelitian. Artinya bahwa metode kualitatif menyajikan secara langsung

hakikat hubungan antar peneliti dan informan, objek dan subjek penelitian.32

B. Kehadiran Peneliti

Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan

berperan serta di dalamnya. Sebab peranan penelitilah yang menentukan

keseluruhan skenarionya. Pengamatan berperan serta adalah penelitian yang

bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu yang cukup lama antara

peneliti dengan subjek dalam lingkungan subjek, dan selama itu data dalam

bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa

gangguan.33

Peneliti di sini melakukan izin terlebih dahulu dengan memberikan

surat izin dari jurusan untuk melakukan penelitian di SMP Brawijaya Smart

School Malang, ketika sudah di izinkan peneliti langsung hadir di SMP

Brawijaya Smart School Malang untuk melihat dan meneliti secara langsung

bagaimana pola interaksi yang terjalin dalam pembinaan toleransi beragama.

Kehadirin peneliti dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang

dibutuhkan terbagi menjadi beberapa tahapan. Pertama, peneliti melakukan

pendekatan terlebih dahulu terhadap kepada Kepala Sekolah selaku pimpinan

dan salah satu Guru Agama yang dari awal membantu dan memberikan

banyak informasi kepada peneliti dalam melakukan penelitian untuk proposal

32 Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2011), hlm 120.

33 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2007), hlm. 117.

Page 62: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

41

sampai dengan skripsi di SMP Brawijaya Smart School. Kedua, peneliti

melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi-dokumentasi terkait

dengan penelitian yang dilakukan.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah SMP Brawijaya Smart School Malang yang

beralamat di Jl. Cipayung No. 8, Malang.Alasan pemilihan lokasi penelitian

di sekolah tersebut karena:

1. Letak sekolah terjangkau oleh peneliti, sehingga mempermudah dalam

proses penelitian.

2. Sekolah tersebut tergolong ke dalam lembaga pendidikan yang heterogen

di mana peserta didik dan guru yang ada di lembaga tersebut memiliki

latar belakang kepercayaan (agama) yang berbeda-beda. Meskipun di

sekolah tersebut peserta didik dan gurunya sebagian besar merupakan

seorang muslim, Akan tetapi terdapat juga beberapa peserta didik dan

guru yang beragama non-muslim.

D. Data dan Sumber Data

Untuk memperoleh sumber data dalam penelitian ini, maka peneliti

menggunakan dua sumber data, yaitu:

a. Data Primer

Dalam penelitian ini data yang langsung diperoleh oleh peneliti

meliputi guru dan siswa kelas VII SMP BSS (Brawijaya Smart School)

Malang.

b. Data Sekunder

Page 63: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

42

Sumber data sekunder adalah data yang penting setelah data

primer. Data sekunder dapat diambil dari dokumentasi atau data-data

dari Lembaga BSS.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data sangat diperlukan

guna mendapatkan data dalam sebuah penelitian. Tanpa mengetahui teknik

pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data sesuai dengan

apa yang diharpakan. Penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan

dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Dari sisi setting

maka data dikumpulkan dalam kondisi yang alamiah (natural setting).

Sementara dari sisi sumber, maka data dikumpulkan dari berbagai sumber

yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Selanjutnya jika dilihat dari sisi

cara atau teknik pengumpulan data lebih banyak dilakukan dengan

pengamatan (observasi), wawancara mendalam (in depth interview) dan

dokumentasi.34

a. Observasi

Oservasi (pengamatan) merupakan sebuah proses atau kegiatan

awal yang dilakukan oleh peneliti untuk bisa mengetahui kondisi, realitas

lapangan penelitian.

Prosedur yang dilakukan oleh peneliti adalah mengamati ketika

proses pembelajaran mata pelajaran agama yang berlangsung di dalam

kelas, interaksi sosial antara guru dan guru, guru dan siswa, siswa dan

34 Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif, (Malang: UMM Press, 2004), hlm. 72.

Page 64: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

43

siswa di dalam maupun di luar kelas, serta keadaan toleransi di SMP

Brawijaya Smart School Malang. Atau juga bisa dikatakan sebagai

tindakan baik dalam bentuk verbal, non-verbal dan dalam aktivitas

individual maupun dalam kelompok. Misalnya pada saat mereka hendak,

sedang dan sesudah melakukan kegiatan pembelajaran keagamaan

masing-masing.

b. Wawancara

Wawancara merupakan proses yang dilakukan dalam rangka

memperkuat data-data pada saat pengamatan (observasi) yang telah

dilakukan sebelumnya oleh peneliti.

Metode wawancara ini penulis gunakan untuk mendapatkan data-

data lapangan yang menyangkut kegiatan yang diselenggarakan di SMP

Brawijaya Smart School Malang, kondisi pelaku pendidikan yaitu Kepala

Sekolah, Guru Kelas, Guru-Guru, dan Siswa.

Peneliti menggali informasi melalui teknik wawancara mendalam

untuk memperoleh data yang valid tentang interaksi sosial dan toleransi

yang ada dilembaga tersebut. Dengan demikian peneliti sebagai

instrumen dituntut bagaimana membuat responden lebih terbuka dan

leluasa dalam memberi informasi atau data, untuk mengemukakan

pengetahuan dan pengalamannya terutama yang berkaitan dengan

informasi sebagai jawaban terhadap permasalahan peneliti, sehingga

terjadi semacam diskusi, obrolan santai, spontanitas (alamiah) dengan

subjek penelitian sebagai pemecah masalah dan peneliti sebagai

Page 65: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

44

pemancing timbulnya permasalahan agar muncul wacana yang detail.

Disini wawancara diharapkan berjalan tidak terstruktur (terbuka, bicara

apa saja) dalam garis besar yang terstruktur (mengarah menjawab

permasalahan penelitian).35

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu metode atau teknik yang

digunakan dalam penelitian kualitatif untuk mengungkapkan, mencari

berbagai informasi dari sumber-sumber yang berkaitan dengan masalah

penelitian.

Dalam penelitian ini metode dokumentasi yang digunakan untuk

mengumpulkan informasi dalam bentuk data yang ada di SMP Brawijaya

Smart Scool Malang untuk memperkuat objek yang akan diteliti.

Informasi tersebut dapat diambil pada saat kegiatan pembelajaran

keagamaan maupun data tertulis dari sekolah tersebut.

F. Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan

data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja yang seperti disarankan

oleh data36

.

Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah upaya yang dilakukan

dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilih dan

memilahnya menjadi suatu unit yang dapat dikelola, menintesiskannya,

35 Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif, (Malang: UMM Press, 2004), hlm. 73.

36

Lexy j. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2009), Hlm. 280

Page 66: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

45

mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dari data yang

sudah diambil atau diteliti dari SMP Brawijaya Smart School Malang, apa

yang dipelajari di sana, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada

orang lain.37

Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengikuti cara yang disarankan oleh Miles dan Huberman38

sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah

kegiatan berupa pemilihan, pemutusan perhatian pada penyederhanaan,

pengelompokan atau pengkategorian data kasar yang muncul dari catatan

tertulis dilapangan.

2. Penyajian Data

Penyajian data dalam penelitian ini merupakan sekumpulan

informasi yang tersusun sebagai hasil dari informasi yang didapat di

lapangan selama proses penelitian berlangsung.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan penarikan inti dari keseluruhan

yang telah terkumpul pada proses penelitian yang telah dilaksanakan

sehingga hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut memperoleh

kesimpulan atau verifikasi akhir. Simpulan dalam penelitian ini adalah

deskripsi data sebagai jawaban dari fokus penelitian.

37 M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almansur, Metodologi Penelitian Kualitatif,

(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 25.

38 Emzir, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2010), hlm.

129-135.

Page 67: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

46

G. Pengecekan Keabsahan Temuan

Untuk menguji keabsahan data yang dikumpulkan, peneliti

melakukan39

Pertama, teknik trianggulasi antarsumber data, antar-teknik

pengumpulan data dan antar-pengumpul data, yang dalam hal terakhir ini

peneliti berupaya mendapatkan rekan atau pembantu dalam penggalian data

dari warga di lokasi yang mampu membantu setelah di beri penjelasan.

Kedua, teknik pengecakan kebenaran informasi kepada para informan yang

telah ditulis oleh peneliti dalam laporan penelitian (member check). Dalam

kesempatan suatu pertemuan yang dihadiri oleh para responden atau informan

dan beberapa orang peserta pengajian aktif, peneliti membacakan laporan

hasil penelitian. Ketiga, mendiskusikan dan menyeminarkan dengan teman

sejawat di jurusan tempat peneliti mengajar (peer debriefing), termasuk

koreksi di bawah para pembimbing. Keempat, analisis kasus negatif, yakni

kasus yang tidak sesuai dengan hasil penelitian hingga waktu tertentu.

Kelima, perpanjangan waktu penelitian. Cara ini ditempuh selain untuk

memperoleh bukti yang lebih lengkap juga untuk memeriksa konsistensi

tindakan atau ekspresi keagamaan para informan.

Data atau informasi yang telah dikumpulkan dalam suatu penelitian

kualitatif perlu diuji keabsahannya (kebenarannya) melalui teknik-teknik

berikut:40

a. Trianggulasi metode: Jika informasi atau data yang berhasil dari hasil

wawancara, misalnya perlu diuji dengan hasil observasi dan seterusnya.

39 Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif, (Malang: UMM Press, 2004), hlm. 82.

40

Ibid., hlm. 83.

Page 68: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

47

b. Trianggulasi sumber: Jika informasi tertentu ditanyakan kepada responden

yang berbeda atau antara responden dan dokumentasi.

c. Trianggulasi teori: Apakah ada keparalelan penjelasan dan analisis atau

tidak antara satu teori dengan teori yang laib terhadap data hasil penelitian.

Dengan ungkapan lain jika melalui pemeriksaan-pemeriksaan tersebut

ternyata tidak sama jawaban responden atau ada perbedaan data maupun

informasi yang dikemukakan oleh respinden maka keabsahan data tersebut

diragukan kebenarannya. Dalam keadaan seperti itulah peneliti harus

melakukan pemeriksaan lebih lanjut, sehingga diketahui informasi yang mana

yang valid atau benar.

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan proses dalam memuat atau menyusun

tahap pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Prosedur penelitian dalam penelitian ini ada empat tahapan. adapun

tahap-tahap tersebut diantaranya adalah:41

a. Tahap Pra-lapangan

Pada tahap pra-lapangan ini ada beberapa kegiatan yang harus

diikuti oleh peneliti kualitatif yang meliputi menyusun rancangan

penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan baik dari

pihak kampus maupun dari pihak lembaga yang akan diteliti, menjajaki

dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan,

41 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2007), hlm. 85-108.

Page 69: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

48

menyiapkan perlengkapan penelitiaan dan yang menyangkut persoalan

etika penelitian di SMP Brawijaya Smart School Malang.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap pekerjaan lapangan ini meliputi memahami latar penelitian

dan persiapan diri memasuki lapangan dan berperan serta sambil

mengumpulkan data. Di sini peneliti langsung datang ke SMP Brawijaya

Smart School ikut serta dalam kegiatan untuk mengetahui keadaan

langsung di lapangan yang akan diteliti.

c. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data ini meliputi analisis selama dan setelah

pengumpulan data di SMP Brawijaya Smart School Malang.

d. Tahap Penulisan Laporan Penelitian

Tahap ini meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua

rangkian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data di

SMP Brawijaya Smart School, kemudian melakukan konsultasi hasil

penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan dan

saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang selanjutnya ditindak lanjuti

hasil bimbingan tersebut dengan penulisan skripsi yang sempurna.

Langkah terakhir yaitu melakukan penyusunan kelengkapan persyaratan

untuk ujian skripsi.

Page 70: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

49

BAB IV

PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

A. Paparan Data

1. Profil SMP Brawijaya Smart School Malang

SMP Brawijaya Smart School Malang adalah salah satu sekolah

yang cukup dikenal di kota Malang, berada di tengah kota sehingga

diasumsikan menjadi tempat atau tujuan dari orang tua baik yang dari

Malang maupun yang dari luar kota Malang untuk melanjutkan jenjang

pendidikan anaknya.

Selain itu, SMP Brawijaya Smart School Malang juga merupakan

salah satu lembaga sekolah yang menerima siswanya dengan latar

belakang Agama atau kepercayaan yang berbeda-beda. Di SMP

Brawijaya Smart School Malang merupakan suatu lembaga pendidikan

yang didalamnya terdapat beberapa agama, diantaranya yaitu agama

Islam, agama Kristen, agama Hindu, dan Protestan.

a. Identitas Sekolah42

Nama Sekolah : SMP Brawijaya Smart School

Nomor Statistik Sekolah : 202056104123

NPSN : 20533849

Jenjang Pendidikan : SMP

Status Sekolah : Swasta

42 Sumber data: Dokumentasi SMP BSS Malang, Tanggal 7 Mei 2018, pukul 12.30 WIB,

Di Ruang Kepala Sekolah SMP BSS Malang.

Page 71: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

50

b. Lokasi Sekolah43

Alamat : Jl. Cipayung No 8 Malang

Desa/Kelurahan : Ketawanggede

Kecamatan : Lowokwaru

Kabupaten/Kota : Kota Malang

Kode Pos : 65145

Propinsi : Jawa Timur

c. Data Pelengkap Sekolah44

No. Telepon : 0341 – 575868

Nomor Fax : 0341-554440

Website : smp.bss.ub.ac.id

E-mail : [email protected]

SK Pendirian : 501/104.7.4/98

Tanggal SK Pendirian : 20 Juli 1998

Status Kepemilikan : Yayasan

SK Izin Operasional : 422.8/1597/35.73.307/2013

2. Sejarah Singkat dan Perkembangan SMP Brawijaya Smart School

Malang45

SMP Brawijaya Smart School Malang atau biasa disebut SMP

BSS adalah sekolah formal menengah pertama yang berdiri di bawah

43 Sumber data: Dokumentasi SMP BSS Malang, Tanggal 7 Mei 2018, pukul 12.30 WIB,

Di Ruang Kepala Sekolah SMP BSS Malang.

44

Sumber data: Dokumentasi SMP BSS Malang, Tanggal 7 Mei 2018, pukul 12.30 WIB,

Di Ruang Kepala Sekolah SMP BSS Malang.

45

Sumber data: Dokumentasi SMP BSS Malang, Tanggal 7 Mei 2018, pukul 12.30 WIB,

Di Ruang Kepala Sekolah SMP BSS Malang.

Page 72: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

51

naungan Universitas Brawijaya Malang. SMP BSS berdiri pada tahun

1997. Pada awal berdirinya, sekolah ini bernama SMP Dharma Wanita

Unibraw dan pada tanggal 9 November 2010 barulah diubah menjadi

SMP BSS karena adanya perpindahan sistem pengelolaan sekolah, yaitu

dari pengelolaan pihak yayasan Dharma Wanita Unibraw ke pihak Unit

Pengelola Teknis (UPT) BSS UB.

SMP Brawijaya Smart School Malang merupakan sekolah yang

berbasis karakter religi, yaitu mengasah peserta didik di bidang

akademik dan mengedepankan karakter berbasis religi. Hal ini

diwujudkan dalam bentuk kegiatan keagamaan yang dilakukan rutin

setiap pagi, yaitu terdapat kegiatan Smart Quran, Smart Bible,

dan Smart Wedha.

Ketika melakukan penelitian, peneliti mengamati kegiatan

keagamaan yang ada di SMP Brawijaya Smart School Malang. Dalam

kegiatan smart-smart tersebut siswa-siswi dibedakan sesuai dengan

agama mereka masing-masing, yang muslim bertempat di musholah,

sedangkan yang non muslim bertempat di perpustakaan. Untuk yang

Smart Qur‟an kegiatannya berupa ngaji bersama serta penjelasan

tentang hukum bacaan tajwid dalam Al-Qu‟an, sedangkan untuk yang

Smart Bible dan Smart Wedha berupa kajian dan penjelasan tentang

kitab mereka. Lalu dilanjut dengan kegiatan shalat dhuha berjamaah

untuk yang muslim, sedangkan untuk yang non muslim tetap

melnjutkan kegiatan mereka tersebut sampai bel masuk berbunyi.

Page 73: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

52

Dilanjutkan dengan shalat dhuhur dan ashar berjamaah yang wajib

dilakukan oleh siswa dan guru muslim di sekolah. Untuk yang non

muslim beribadah di ruang Perpustakaan bersama guru mereka masing-

masing.46

Kurikulum 2013 secara utuh telah digunakan dalam kegiatan

akademis maupun non-akademis pada sekolah ini. Selain itu, sekolah

yang terletak di Jalan Cipayung No. 8 Malang ini juga merupakan

sekolah Full Day yang kegiatan akademisnya dimulai pukul 6.45 dan

berakhir pukul 14.20. Dilanjutkan dengan kegiatan akademis tambahan

bagi beberapa siswa yang meliputi bimbingan khusus bagi siswa yang

membutuhkan tambahan belajar, asistensi guru, dan Master Ace bagi

kelas IX unggulan UAN.

Potensi non-akademis peserta didik juga diperhatikan di sekolah

ini. Kegiatan non-akademis SMP BSS berupa kegiatan organisasi dan

ekstra kurikuler. Kegiatan Organisasi peserta didik di SMP BSS

meliputi OSIS dan MPK, sedangkan kegiatan ekstra kulikulernya

meliputi kegiatan pramuka, yang merupakan ekstra kulikuler wajib bagi

siswa kelas VII dan VIII. Futsal, Basket, Karate, Silat, Tari, Teater,

Musik, Komik, Batik, KIR, dan PMR yang salah satunya wajib dipilih

oleh peserta didik.

46 Hasil Observasi, Kegiatan Keagamaan di SMP Brawijaya Smart School Malang,

(Malang, 17 April 2018, pukul 06.20 WIB)

Page 74: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

53

Bapak Muhammad Arif, S.Si, M.Pd selaku Kepala Sekolah juga

sedikit menjelaskan sejarah singkat berdirinya SMP Brawijaya Smart

School Malang sebagai berikut:

“Berdirinya SMP ini di mulai tahun sekitar tahun 1998 mbak, di

mulai dari perkumpulan dharmawanita itu membuat SMP, SMP

tersebut dinamakan SMP Dharmawanita, kemudian sampek pada

tahun 2010 kita diambil oleh Brawijaya Smart School, karena

status UB sendiri itu sebagai Badan Hukum yang tidak boleh

mempunyai yayasan. Oleh karena itu mbak SMP yang awalnya

dinamakan SMP Dhramawanita diganti menjadi SMP Brawijaya

Smart School dan sekaligus kita punya SMA, SD, dan TK.”47

Itulah sejarah singkat berdirinya SMP Brawijaya Smart School

Malang, Desa/Kelurahan Ketawanggede, Kecamatan Lowokwaru,

Kabupaten/Kota Malang.

3. Visi, Misi, dan Tujuan SMP Brawijaya Smart School Malang48

a. Visi

Visi SMP Brawijaya Smart School Malang adalah “Menjadi

Lembaga Pendidikan yang berkarakter yang cerdas (smart) unggul,

dan bermutu berdasarkan iman dan taqwa dalam etika moral ,

akademik , daya saing , produktivitas , dan berwawasan lingkungan”.

b. Misi

Misi SMP Brawijaya Smart School Malang adalah sebagai berikut:

1) Mewujudkan insan yang unggul dalam etika moral berbasis religi

2) Mewujudkan lulusan yang memiliki keunggulan di bidang

akademik

47 Hasil Wawancara dengan Pak Arif (Kepala Sekolah di SMP BSS Malang, pada tanggal

7 Mei 2018, Pukul 11.00 WIB).

48

Sumber data: Dokumentasi SMP BSS Malang, Tanggal 7 Mei 2018, pukul 12.30 WIB,

Di Ruang Kepala Sekolah SMP BSS Malang.

Page 75: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

54

3) Mewujudkan insan yang memiliki daya saing tinggi

4) Mewujudkan insan yang memiliki produktivitas tinggi

5) Mewujudkan insan yang berwawasan lingkungan

c. Tujuan

Tujuan SMP Brawijaya Smart School Malang adalah sebagai

berikut:

1) Sekolah menghasilkan lulusan yang mampu bersaing diera global,

beriman, dan bertaqwa

2) Sekolah mampu menghasilkan kurikulum sekolah (KTSP) dan

SKL

3) Sekolah mampu menyelesaikan akreditasi nasional dengan nilai

“A”

4) Sekolah mampu menghasilkan proses pembelajaran yang inovatif,

kreatif, variatif, dan berbasis IT dengan penerapan pembelajaran

bilingual

5) Sekolah mampu menyediakan sarana dan prasarana pendidikan

yang relevan, dan bertaraf internasional

6) Sekolah mampu menghasilkan pendidik dan tenaga kependidikan

beretos kerja, tangguh, profesional, dan memiliki kompetensi

bertaraf internasional

7) Sekolah mampu menghasilkan prestasi bidang akademik dan

nonakademik yang kompetitif tingkat nasional dan internasional

Page 76: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

55

8) Sekolah mampu mengembangkan budaya baca, budaya bersih,

budaya taqwa, dan budaya sopan santun

9) Sekolah mampu mewujudkan lingkungan sekolah yang nyaman,

aman, rindang, asri, dan bersih sesuai dengan konsep adiwiyata

dalam mendukung pencapaian prestasi tingkat internasional.

4. Struktur Organisasi SMP Brawijaya Smart School Malang49

Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMP BSS

5. Keadaan Guru dan Peserta didik

a. Keadaan Guru SMP Brawijaya Smart School Malang

49 Sumber data: Dokumentasi SMP BSS Malang, Tanggal 15 Mei 2018, pukul 10.30

WIB, Depan Ruang Kepala Sekolah SMP BSS Malang.

Page 77: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

56

Tabel 4.1 Data Jumlah Guru Per Mapel Dan Jumlah Jam Tiap Mapel Per Kelas

No Mata Pelajaran JUMLAH JAM/KELAS JUMLAH GURU

MENURUT STATUS

KEPEGAWAIAN

VI VIII IX JML GT GTT JML

L P L P

1 P. Agama - - - - - - - - -

Islam 15 15 15 45 2 - - - 2

Protestan 3 3 6 12 - - 1 - 1

Katolik 2 2 2 6 - - - 1 1

Hindu 2 2 2 6 - 1 - - 1

Budha - - - - - - - 1 1

2 Pend.

Kewarganegaraan

9 15 15 39 1 1 - 1 3

3 Bahasa Indonesia 30 30 30 90 2 1 - - 3

4 Bahasa Inggris 20 20 20 60 1 2 - - 3

5 Matematika 30 30 30 90 - 2 - 1 3

6 IPA 30 30 30 90 1 2 - - 3

7 IPS 20 20 20 60 1 2 - - 3

8 Seni Budaya 10 10 10 30 - 1 - 1 2

9 Pend Jasmani 10 10 10 30 - - 1 1 2

10 Ketrampilan :

Tata Boga 10 10 10 30 - 1 - 1 2

Prakarya 10 10 10 30 1 - - - 2

11 Muatan Lokal

Jawa 10 10 10 30 - - - 1 1

12 Pengembangan

Diri (BK)

5 5 5 15 - - - 2 2

Page 78: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

57

b. Keadaan Peserta didik SMP Brawijaya Smart School Malang

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan

oleh peneliti, keadaan dari peserta didik di SMP Brawijaya Smart

School Malang ini sebagian besar berasal dari luar kota. Akan tetapi

tidak sedikit juga peserta didik yang berasal dari Malang sendiri.

Tabel 4.2 Data Jumlah Siswa dan Rombongan Belajar (Rombel)

No Nama

Rombel

Tingkat Jumlah Siswa

Muslim

Jumlah Siswa Non

Muslim

L P Jumlah L P Jumlah

1 KELAS VII

A

Kelas 7 12 12 24 - - -

2 KELAS VII

B

Kelas 7 14 10 24 - - -

3 KELAS VII

C

Kelas 7 10 13 23 1 - 1

4 KELAS VII

D

Kelas 7 15 8 23 1 - 1

5 KELAS VII

E

Kelas 7 14 10 24 - - -

6 KELAS VIII

A

Kelas 8 12 8 20 - 1 1

7 KELAS VIII

B

Kelas 8 11 9 20 1 - 1

8 KELAS VIII

C

Kelas 8 11 9 20 - - -

9 KELAS VIII

D

Kelas 8 9 9 19 1 - 1

10 KELAS VIII

E

Kelas 8 10 10 20 - - -

11 KELAS IX

A

Kelas 9 11 11 22 1 - 1

12 KELAS IX B Kelas 9 12 11 23 1 - 1

13 KELAS IX C Kelas 9 14 9 23 - 1 1

14 KELAS IX D Kelas 9 13 10 23 - 1 1

15 KELAS IX E Kelas 9 12 10 24 2 - 2

Total 180 149 332 8 3 11

Page 79: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

58

B. Hasil Penelitian

Dalam pemaparan hasil penelitian, data akan disajikan melalui hasil

dari lapangan, baik melalui wawancara mendalam, obesrvasi maupun

dokumentasi. Wawancara tersebut dilakukan kepada Kepala Sekolah, Guru

IPS, Guru Agama, Guru BK, dan siswa di SMP Brawijaya Smart School

Malang pada bulan April sampai bulan Mei tahun 2018.

Adapun yang dimaksud dengan penyajian data disini adalah

pengungkapan data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan yang

sesuai dengan permasalahan pada skripsi, yaitu pola interaksi sosial dalam

membina sikap toleransi beragama di SMP Brawijaya Smart School Malang.

1. Pola Interaksi Sosial Dalam Membina Sikap Toleransi Beragama Di

SMP Brawijaya Smart School Malang

Dalam menganalisis proses pola interaksi yang terjadi baik guru

dengan siswa, guru dengan guru, maupun siswa dengan siswa dalam

membina sikap toleransi beragama di SMP Brawijaya Smart School

Malang dapat dijelaskan dengan pembagian item penelitian dalam

beberapa bagian yang diantarannya, bagaimana interaksi itu terjalin dan

bagaimana tindakan guru dalam menyikapi terhadap keberadaan siswa

maupun sesama guru yang lain agama. Dari item rincian yang telah

disusun maka nantinya akan mengerucut terhadap satu penjelasan yang

komplek yaitu tentang pola interaksi guru dan siswa dalam membina

sikap toleransi beragama di SMP Brawijaya Smart School Malang.

Page 80: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

59

a. Pola Interaksi Guru dengan Siswa

Pola interaksi yang terjalin antara guru dengan siswa di SMP

Brawijaya Smart School Malang dalam membina sikap toleransi

beragama dilakukan di luar dan di dalam kelas. Hal ini sesuai dengan

pernyataan dari beberapa siswa dan guru Agama saat dilakukan

wawancara terkait pola interaksi sosial di SMP Brawijaya Smart

School Malang.

Pertama, Keisyah Nariswari Dina Abhirupa menyatakan bahwa:

“Kalau pola interaksi guru dengan siswa ya lumayan baik sih

mbak, cuman ya memang ada guru yang judes juga mbak tapi

kita ya maklumin saja, tapi rata-rata ya baik sama kitaaa, kita

pun sebaliknya. Tapi ada juga diantara teman kita yaang

biasanya itu ngomongin guru kita dibelakang mbak kalau

mereka gak suka, malah ada juga yang bilang secara langsung

kalau tidak suka, tapi itu cuma masalah dikelas sih mbak, kan

ada toh mbak guru yang ngajar kita itu gak asik, selalu serius, itu

kan kita gak suka mbak, Jadi biasa e ya kita langsung bilang.

Tapi untuk selebihnya interaksi kita baik kok mbka kalau

dengan guru, guru dnegan kita pun sebaliknya.”50

Kedua, pernyataan Naumi Diana Angelia Palawang saat

dilakukan wawancara terkait pola interksi sosial di SMP Brawijaya

Smart School Malang, siswa tersebut menyampaikan bahwa:

“Kalau pola interaksi antara guru dengan siswa disini ya

menurut saya sudah lumayan mbak, tapi ya gitu ada juga guru

yang sinis, ada yang pilih kasih juga kalau dikelas, tapi masih

banyak juga kok mbak guru yang ramah dan kita kalau ketemu

ya baik mbak interaksinya.”51

50 Hasil Wawancara dengan Keisyah Nariswari Dina Abhirupa (Siswa kelas VIIA di SMP

BSS Malang, pada tanggal 2 Mei 2018, Pukul 12.10 WIB).

51

Hasil Wawancara dengan Naumi Diana Angelia Palawang (Siswa kelas VIIA di SMP

BSS Malang, pada tanggal 2 Mei 2018, Pukul 12.15 WIB).

Page 81: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

60

Ketiga, hal senada juga diungkapkan oleh Mutiara Az-Zahra

bahwa:

“Kalau pola interaksi guru dengan siswa di kelas sih baik mbak,

cuman kalau masalah pelajaran itu, kadang ada guru yang kalau

nerangin itu kecepetan mbak, gak peduli kita ada yang belum

faham apa nggak.”52

Keempat, Keisyah Fariqoh menyampaikan informasi dengan inti

yang sama kepada peneliti tentang pola interksi sosial di SMP

Brawijaya Smart School Malang. Keisyah Fariqoh menyatakan

bahwa:

“Ya gitu mbak pola interaksinya, guru dikelas dengan diluar itu

biasanya beda, mungkin kalau dikelas kan ngajar ya mbak jadi

mungkin agak teges gitu, tapi kalau udah diluar kelas mereka

baik semua kok mbak, kalau ketemu juga kita nyapa dan mereka

menyambut dengan baik. Tapi masih ada juga sih mbak guru

yang judes kalau ketemu kita, entah itu karena kecapekan atau

emang udah dasarnya seperti itu kita gak tau."53

Pernyataan keempat siswa tersebut, diperkuat sekaligus

disimpulkan oleh Guru Agama SMP Brawijaya Smart School Malang

saat dilakukan wawancara terkait dengan pola interaksi sosial di SMP

Brawijaya Smart School Malang. Bapak Sihabuddin Al „Asyimi,

M.Pd.I menyatakan bahwa:

“Kalau melihat secara keseluruhan, interaksi antara guru dengan

siswa, kemudian siswa dengan siswa atau guru dengan guru

tersebut saya kira pola interaksinya terbuka. Guru bisa

memposisikan diri mereka bagaimana mereka nantinya bisa

bersahabat, bagaimana guru tersebut bisa menjadi keluarga,

bagaimana guru tersebut menjadi teman untuk peserta didiknya

atau bahkan ke guru-guru lainnya. Kalau saya sendiri, ketika

52 Hasil Wawancara dengan Mutiara Az-Zahra (Siswa kelas VIIIE di SMP BSS Malang,

pada tanggal 9 Mei 2018, Pukul 11.40 WIB).

53

Hasil Wawancara dengan Keisyah Fariqoh (Siswa kelas VIIIC di SMP BSS Malang,

pada tanggal 2 Mei 2018, Pukul 11.45 WIB).

Page 82: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

61

saya mengajar, ketika saya coba berinteraksi dengan mereka

saya memberikan sebuah masukan untuk anak-anak selalu

mencoba ngomong apa adanya tentang apapun itu, saya coba

tekankan kembali bahwa sesungguhnya kita ini sama-sama

keluarga, sama-sama saudara.”54

Sebagaimana hasil observasi peneliti pada tanggal 18 April

201855

, peneliti melihat pola interaksi sosial antara guru dengan siswa

di SMP Brawijaya Smart School Malang di luar kelas ketika jam

istirahat. Pada hari itu, ada segerombolan siswa yang menyalami salah

seorang guru yang sedang berjalan menuju kantor, disitu peneliti

melihat meraka sedang berbincang-bincang sambil bercanda gurau

dengan gurunya saat sedang berbincang-bincang, bahkan ada salah

satu siswa yang sedang asyik bercerita sambil memeluk guru tersebut.

Gambar 4.2 Pola Interaksi Guru dengan Siswa di luar Kelas

54 Hasil Wawancara dengan Pak Sihab (Guru Pendidikan Agama Islam di SMP BSS

Malang, pada tanggal 12 Mei 2018, Pukul 10.15 WIB).

55

Hasil Observasi, Pola Interaksi Sosial di SMP Brawijaya Smart School Malang,

(Malang, 18 April 2018, Pukul 09.30 WIB).

Page 83: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

62

Sebagaimana hasil observasi peneliti juga pada tanggal 18 April

201856

, peneliti melihat pola interaksi sosial antara guru dengan siswa

di SMP Brawijaya Smart School Malang di dalam kelas. Pada saat itu

peneliti mengikuti jam pelajaran IPS di kelas VIIC pada jam 10.30, di

sana peneliti melihat dan mendengarkan saat guru sedang menjelaskan

pelajaran IPS di sela-sela pelajaran sebelum pelajaran berakhir, guru

IPS tersebut memberikan motivasi tentang pentingnya toleransi di

zaman sekarang dan peneliti melihat siswa-siswi mendengarkan

dengan seksama tentang motivasi yang diberikan oleh guru tersebut.

Gambar 4.3 Pola Interaksi Guru dengan Siswa di dalam Kelas

b. Interaksi Guru dengan Guru

Selain interaksi guru dengan siswa harus baik, pola interaksi

antar guru juga harus dijalin dengan baik. Karena itu sangat penting

dalam suatu proses pembelajaran dan juga sangat berpengaruh dalam

56 Hasil Observasi, Pola Interaksi Sosial di SMP Brawijaya Smart School Malang,

(Malang, 18 April 2018, Pukul 10.30 WIB).

Page 84: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

63

membina sikap toleransi beragama di SMP Brawijay Smart School

Malang.

Sebagaimana disampaikan oleh Muhammad Arif, S.Si, M.Pd

selaku Kepala Sekolah bahwa:

“Kita kalau disini basisnya keluarga mbak, jadi kalau pola

interaksinya disini ya baik. Jadi kalau makan ya makan bareng

sesama gurunya, cuman ya kerjanya tetap profesional.”57

Bisa dilihat dari pernyataan dari Kepala Sekolah tersebut bahwa

sistem kekeluargaan di SMP Brawijaya Smart School ini sangat

bagus, tidak jauh berbeda Ibu Yuli Puji Astuti,S.Pd selaku Guru IPS

juga menyatakan sebagai berikut:

“Kalau disini kita itu ada kegiatan anjangsana (berkunjung ke

rumah guru-guru) mbak, jadi biasanya ketika abis hari raya gitu,

entah itu hari rayanya guru muslim atau pun non muslim itu kita

biasanya silaturrahmi ke rumah guru tersebut, ya tujuannya biar

makin akrab aja sih mbak antara guru satu dengan yang lainnya.

dan kegiatan tersebut udah jadi rutinitas kita mbak, kita tidak

memaksakan sih mbak, jadi ini bagi yang bisa saja, jadi kalau

ada guru yang ada halangan tidak bisa ikut, ya kita maklumin

mbak”.58

Sebagaimana hasil observasi peneliti pada tanggal 18 April

201859

, peneliti melihat pada saat jam istirahat, sebagian guru sedang

makan bersama di kantin dengan bercanda gurau antara satu dengan

lainnya. Suasana tersebut beberapa kali dilihat oleh peneliti secara

langsung saat peneliti sedang melakukan penelitian di lapangan.

57 Hasil Wawancara dengan Pak Arif (Kepala Sekolah di SMP BSS Malang, pada tanggal

7 Mei 2018, Pukul 11.00 WIB).

58

Hasil Wawancara dengan Bu Yuli Puji (Guru IPS di SMP BSS Malang, pada tanggal

15 Mei 2018, Pukul 10.30 WIB).

59 Hasil Observasi, Pola Interaksi Sosial di SMP Brawijaya Smart School Malang,

(Malang, 18 April 2018, Pukul 09.50 WIB).

Page 85: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

64

Gambar 4.4 Kegiatan Anjangsana antar guru

c. Interaksi Siswa dengan Siswa

Interaksi siswa dengan siswa juga sangat penting dalam proses

membina sikap toleransi beragama di SMP Brawijaya Smart School

Malang. Interaksi siswa dengan siswa ini biasanya terkendala oleh ego

mereka, khususnya kelas 7, tapi kendala tersebut masih dimaklumin.

Masih banyak juga anak-anak yang suka ngebully temannya, tapi

diluar itu semua, bagi peneliti pola interaksi antar siswa itu sudah

baik, karena tidak sedikit pula dari mereka yang sudah mengerti akan

pentingnya menjaga interaksi baik dengan sesama, bagaimana mereka

harus bersikap dengan adik kelas, bagaimana mereka bersikap dengan

sesama teman, maupun bagaimana sikap mereka terhadap orang yang

lebih tua dari mereka, peneliti rasa mereka sudah banyak yang

memahami akan adanya hal tersebut.

Page 86: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

65

Sebagaimana ketika peneliti melakukan wawancara terhadap

beberapa siswa di SMP Brawijaya Smart School Malang sebagai

berikut:

Pertama, Keisyah Nariswari Dina Abhirupa menyatakan bahwa:

“Kalo interaksi sesama teman ya gitu mbak, teman kan gak

semuanya sama, ada yang nyambung kalau diajak ngobrol, tapi

ada juga yang gak nyambung kalau kita ajak ngobrol, ada juga

yang jahil, ada juga yang sombong mbak kalau disini anaknya,

tapi kalau kita nanggepinya kita biasa aja. Tapi tidak sedikit

juga kok mbak yang baik, malah kita sering bercanda bersama

dikantin kalau jam istrirahat gitu mbak. Untuk kakak kelas juga

gitu mbak ada yang baik, ada juga yang sinis kalau ketemu kita,

tapi kita tetap menghormati mereka, karena mereka lebih tua

dari kita mbak”60

Kedua, sedangkan menurut Naumi Diana Angelia Palawang

menyatakan bahwa:

“Biasa aja sih mbak interaksi kita, kita biasanya itu saling

bercanda bareng gitu mbak, gak saling ngejek kalau sesama

teman. Tapi kalau kakak kelas IX itu biasanya suka ngebully

mbak, kalau kita lewat depan mereka itu, mereka suka ngebully,

beda dengan kakak kelas kita yang kelas VIII, mereka semua

baik.”61

Sebagaimana hasil observasi peneliti pada tanggal 11 Mei

201862

. Peneliti melakukan observasi di kelas pada saat jam pelajaran

IPS, pada waktu itu guru memberikan tugas kelompok kepada siswa-

siswi. Peneliti melihat siswa-siswa saling berbincang, dan bertukar

pikiran untuk menyelesaikan tugas kelompok tersebut.

60 Hasil Wawancara dengan Keisyah Nariswari Dina Abhirupa (Siswa kelas VIIA di SMP

BSS Malang, pada tanggal 2 Mei 2018, Pukul 12.10 WIB).

61

Hasil Wawancara dengan Naumi Diana Angelia Palawang (Siswa kelas VIIA di SMP

BSS Malang, pada tanggal 2 Mei 2018, Pukul 12.15 WIB).

62

Hasil Observasi, Pola Interaksi Sosial antar siswa di SMP Brawijaya Smart School

Malang, (Malang, 11 Mei 2018, Pukul 08.30 WIB)

Page 87: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

66

Gambar 4.5 Pola interaksi siswa dengan siswa saat jam pelajaran

Sebagaimana juga hasil observasi peneliti pada tanggal 11 Mei

201863

peneliti melihat siswa-siswi yang saling berbincang satu sama

lain didepan ruang Tata Usaha (TU). Mereka saling bergurau, saling

menyapa satu sama lain. Bahkan ketika ada sebagian kelas IX lewat

didepan mereka yang katanya suka membully, pada waktu itu peneliti

tidak melihat keganjalan sedikit pun, mereka semua saling

menghargai satu sama lain, saling menyapa satu sama lain.

Gambar 4.6 Pola interaksi siswa dengan siswa diluar jam pelajaran

63 Hasil Observasi, Pola Interaksi Sosial antar siswa di SMP Brawijaya Smart School

Malang, (Malang, 11 Mei 2018, Pukul 09.00 WIB)

Page 88: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

67

Kedudukan guru disini bukan hanya sebagai pengajar yang

menyampaikan ilmu pengetahuan saja kepada peserta didik,

melainkan juga sebagai seorang pendidik, pembimbing, dan juga

sosok figur yang baik, karena memang sudah kewajiban sebagai guru

harus memberikan contoh yang baik terhadap siswanya dan juga

pelindung bagi peserta didik yang mempunyai tanggung jawab penuh

terhadap proses pendidikan baik formal maupun non formal sehingga

dapat memudahkan guru dalam membina sikap toleransi beragama di

SMP Brawijaya Smart School Malang.

Dapat dilihat dari pernyataan Bapak Sihabuddin Al „Asyimi,

M.Pd.I selaku guru Pendidikan Agama Islam tersebut bahwa pola

interaksi di SMP Brawijaya Smart School Malang terjalin dengan

baik sekalipun dalam lembaga tersebut tidak semua beragama

muslim, akan tetapi interaksi dan toleransi disana sudah bisa

dikatakan sudah baik. Dibuktikan ketika dalam kegiatan

memperingati isro‟ mi‟roj yang diadakan disana, semua guru dan

siswa yang beragama non muslim yang ada disana sangat bertoleran

terhadap kegiatan tersebut, bahkan para guru non muslim disana ikut

berpartisipasi dalam membantu kegiatan tersebut tanpa

mempermasalahkan agama mereka. Sama halnya yang disampaikan

Bapak Sihabuddin Al „Asyimi, M.Pd.I selaku guru Pendidikan Agama

Islam bahwa:

“Ya walaupun agamanya berbeda-beda mbak, tapi yang jelas

ketika ada masalah sosial atau apapun itu yang berkaitan dengan

Page 89: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

68

kegiatan sekolah dan sebagainya, silaturrahmi tetap terjaga baik

guru maupun siswanya. Contohnya kayak kemarin pas perayaan

Hari Raya Nyepi, saya dan beserta sebagian guru lainnya

bersilaturrahmi ke rumah beliau (Guru Agama Hindu) dengan

niat untuk menghormati Hari Rayanya mereka. Mungkin dari

sana anak-anak sudah mengerti dan melihat bagaimana sosok

figur yang di contohnya dalam bertoleransi antar agama.”64

Dengan begitu sudah jelas bahwa seorang guru tidak hanya

bertugas sebagai seorang pendidik, melainkan juga sebagai sosok

figur atau tauladan yang baik bagi peserta didiknya. Ketika guru

tersebut memiliki kepribadian yang baik serta mampu berkomunikasi

baik dengan peserta didik itu akan mempermudah dalam membina

sikap toleransi beragama disana.

SMP Brawijaya Smart School ini berusaha menerapkan sistem

kekeluargaan terhadap semua pihak yang ada didalamnya, terutama

guru dan peserta didik. Sebagaimana dijelaskan oleh Ibu Yuli Puji

Astuti,S.Pd selaku guru IPS bahwa:

“Kalau guru dengan guru pola interaksinya saya kira baik mbak,

soalnya kan kita ada agenda untuk sanjangsana, silaturrrahim ke

rumah guru-guru secara bergiliran. Kalau kesehariannya kita

sudah seperti saudara sendiri mbak, kekeluargaan disini sangat

erat. Kalau guru sama murid sama, jadi kita itu dekat banget,

kadang anak-anak itu ngalem ke kita. Jadi interaksi disini itu

sudah baik banget mbak.”65

Bisa dilihat bahwa Pola interaksi yang terjalin di SMP

Brawijaya Smart School Malang ini memang baik. Diperkuat juga

64 Hasil Wawancara dengan Pak Sihab (Guru Pendidikan Agama Islam di SMP BSS

Malang, pada tanggal 12 Mei 2018, Pukul 10.15 WIB).

65

Hasil Wawancara dengan Bu Puji (Guru IPS di SMP BSS Malang, pada tanggal 15 Mei

2018, Pukul 10.30 WIB).

Page 90: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

69

oleh penjelasan dari Ibu Tri Wahyuni selaku guru Agama Kristen

bahwa:

“Ya saling mengenal, jadi antara guru dengan siswa itu

sebenarnya kita tidak ada batasan gitu loh, cuman kan memang

untuk standartnya guru dengan seorang siswa itu kan kita harus

tau, kita harus paham kita seorang guru itu harus bagaimana.

Nah batasannya seputar itu saja, tapi untuk komunikasi

terkadang mereka akan terbuka, curhat, care sama kita, ya kita

juga harus membuka hati sama mereka.”66

Dari beberapa penjelasan dari informan diatas, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa Pola Interaksi yang terjalin disana itu sudah

berjalan dengan baik, tanpa adanya batasan-batasan yang istilahnya

menganaktirikan siswa yang beragama non muslim. Sikap guru

terhadap siswa-siswi disana itu baik.

Sebagaimana hasil observasi peneliti pada tanggal 7 Mei 201867

dapat dibuktikan ketika disaat peneliti menunggu di ruang tamu

menunggu bapak Kepala Sekolah, peneliti melihat seorang siswa non

muslim (Mora, Kelas VIIC) yang menyapa dan menyalimi ketika

bertemu dengan gurunya yang muslim, dan guru tersebut menyambut

dengan hangat dan senyum kepada siswa non muslim tersebut, dan

juga ketika siswa non muslim tersebut berpapasan dengan teman yang

muslim, mereka saling tegur sapa satu sama lain. Sekalipun itu

bertemu dengan teman yang non muslim, mereka tetap berinteraksi

dan berkomunikasi dengan baik tanpa memandang agama satu dengan

66 Hasil Wawancara dengan Bu Tri (Guru Agama Kristen di SMP BSS Malang, pada

tanggal 18 April 2018, Pukul 11.30 WIB).

67

Hasil Observasi, Pola Interaksi Sosial serta Toleransi di SMP Brawijaya Smart School

Malang, (Malang, 7 Mei 2018, Pukul 09.30 WIB)

Page 91: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

70

yang lain.68

Itu yang membuat peneliti yakin bahwa pola interksi serta

toleransi yang terjalin di SMP Brawijaya Smart School ini sudah

berjalan dengan baik.

2. Strategi Pembinaan Toleransi Beragama Di SMP Brawijaya Smart

School Malang

Dalam lingkungan lembaga pendidikan SMP Brawijaya Smart

School Malang terdapat keberagaman keyakinan yang dianut oleh warga

sekolah. Untuk membina sikap toleransi beragama dan menciptakan

suasana kerukunan perlu melibatkan kerjasama dari semua pihak warga

sekolah. Meskipun warga sekolah yang non Muslim sangat minoritas di

SMP Brawijaya Smart School Malang, warga sekolah Muslim disana

tetap sangat bertoleransi terhadap mereka yang non Muslim.

Untuk strategi, peneliti melihat ada 5 strategi yang dilakukan dalam

membina sikap toleransi beragama. Diantaranya yaitu:

a. Strategi Keteladanan

Keteladanan dalam pengertiannya sebagai uswatun hasanah

adalah suatu cara mendidik, membimbing dengan menggunakan

contoh yang baik yang di ridhoi Allah SWT sebagaimana yang

tercermin dari prilaku Rasulullah dalam bermasyarakat dan bernegara.

Secara psikologis manusia butuh akan teladan (tiruan) yang

bersemayam dalam jiwa yang disebut juga dengan taqlid. Yang

dimaksud peniruan disini adalah hasrat yang mendorong anak untuk

68 Hasil Observasi, Pola Interaksi Sosial di SMP Brawijaya Smart School Malang,

(Malang, 7 Mei 2018, Pukul 11.00 WIB)

Page 92: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

71

meniru orang dewasa atau meniru orang yang mempuyai pengaruh.

Pada strategi ini seorang guru lah yang menjadi sosok teladan bagi

siswa-siswinya.

Sebagaimana yang di sampaikan oleh Bapak Sihabuddin Al

„Asyimi, M.Pd.I selaku guru Pendidikan Agama Islam tentang strategi

keteladan yang perlu dilakukan dalam membina sikap toleransi

beragama melalui wawancara sebagai berikut:

“Mereka itu kan butuh sosok seorang figur, jadi dalam hal ini

mereka melihat sosok seorang yang seumpama misalnya

diantara guru yang ada di SMP BSS ini kan ada yang non

muslim, sedangkan mayoritas muslim, lah disini anak-anak

khususnya akan melihat figure atau contoh dari interaksi /

komunikasi antara guru A dengan guru B, guru agama islam

dengan guru agama Kristen sama katolik itu bagaimana, kita

mencoba benar-benar menjaga sikap toleransi kita, khusunya

saya. Saya ajak ngobrol, saya ajak guyon seperti biasanya

dengan guru-guru yang lainnya. Ya walaupun agama berbeda

tapi yang jelas ketika ada masalah sosial atau apapun itu yang

berkaitan dengan kegiatan sekolah dan sebagainya, silaturrahmi

tetep terjaga. Contohnya kayak kemarin pas perayaan Hari Raya

Nyepi, saya dan sebagian guru lainnya bersilaturrahmi ke rumah

beliau (Guru Agama Hindu) dengan niat untuk menghormati

Hari Rayanya mereka. Mungkin dari sana anak-anak sudah

mengerti dan melihat bagaimana sosok figur yang di contohnya

dalam bertoleransi antar agama.”69

Dari strategi pertama yang dijelaskan oleh bapak Sihabuddin Al

„Asyimi, M.Pd.I dapat dilihat bahwa seorang guru itu merupakan

sosok tauladan atau figur yang sedikit banyak dapat mempengaruhi

tingkah laku peserta didiknya. Karena seorang siswa akan selalu

memperhatikan tingkah laku gurunya, ketik guru tersebut berbuat baik

69 Hasil Wawancara dengan Pak Sihab (Guru Pendidikan Agama Islam di SMP BSS

Malang, pada tanggal 12 Mei 2018, Pukul 10.15 WIB).

Page 93: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

72

atau berinteraksi maupun bertoleransi dengan baik terhadap warga

sekolah yang non muslim, maka itu bisa menjadi contoh yang baik

dan bisa menjadi strategi dalam membina sikap toleransi beragama.

Dari tingkah laku guru tersebut lah siswa akan meniru.

b. Penguatan dan penanaman karakter sikap toleransi

Sebagaimana yang di sampaikan oleh Bapak Sihabuddin Al

„Asyimi, M.Pd.I selaku guru Pendidikan Agama Islam tentang strategi

keteladan yang perlu dilakukan dalam membina sikap toleransi

beragama melalui wawancara sebagai berikut:

“Mungkin terkait tindakan atau mungkin berupa penguatan

karakternya. Jadi, seluruh guru mengajarkan anak-anak untuk

selalu beretika atau pun memberikan sikap tidak membedakan

antara satu dengan lainnya, jadi mereka coba ditekan betul

bahwasanya ketika ada ibadah apapun atau ketika ada acara

apapun sikap toleransi ini harus tetap di jaga betul. Jadi selain

kita memberikan contoh kita juga harus memberikan sebuah

penguatan untuk anak-anak, penguatan yang dimana mungkin

lewat karakter itu sendiri, entah itu untuk interaksinya ataupun

menghormati peribadatan mereka, terus kemudian ketika

kegiatan smart qur‟an maupun smart weda. Dari sana anak-anak

pun akan mengerti betapa pentingnya membina sikap toleransi

terhadap sesama.”70

Dari strategi kedua yang dijelaskan oleh bapak Sihabuddin Al

„Asyimi, M.Pd.I dapat dilihat bahwa pemberian motivasi maupun

pemahaman terhadap sikap bertoleransi kepada peserta didik itu

sangat penting bagi seorang guru. Itu bisa disampaikan di sela-sela

ketika jam pelajaran, supaya peserta didik tersebut semakin mengerti

dan paham tentang arti pentingnya sikap bertoleransi terhadap sesama

70 Hasil Wawancara dengan Pak Sihab (Guru Pendidikan Agama Islam di SMP BSS

Malang, pada tanggal 12 Mei 2018, Pukul 10.15 WIB).

Page 94: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

73

makhluk. Dari melakukan pembiasaan seperti itu sedikit banyak

mereka perlahan-lahan akan mengerti.

Sedangkan menurut Ibu Yuli Puji Astuti,S.Pd selaku guru IPS,

beliau mengatakan bahwa:

“strategi khusus yang diberikan itu tidak ada, hanya saja dari

karakter kita sudah menanamkan bahwa antar sesama itu harus

saling menghormati, ke orang tua atau yang lebih tua itu harus

menghormati. Jadi gak ada strategi khusus untuk menangani

permasalahan toleransi tersebut. Kalau pun ada itu paling cuma

masalah remaja biasa, bukan masalah agama.”71

Guru memiliki peranan penting dalam membantu siswa dalam

membina sikap toleransi antar sesama. Guru juga berperan dalam

penanaman sikap toleransi antar sesama melalui interaksi yang

dilakukan. Namun perilaku siswa dalam bertoleransi cenderung

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dalam hal ini di lingkungan sekitar

siswa bisa mempengaruhi tingkah laku peserta didik itu sendiri.

c. Melalui penerapan 3S (senyum, salam, dan sapa)

Budaya 3S (senyum, salam, dan sapa) merupakan budaya baik

yang ada di Indonesia dan harus dikembangkan. Senyum terbukti

dapat mengurangi stress dan menambah teman. Sapa merupakan

sebuah penghormatan kita terhadap orang lain. Ketika orang lain kita

sapa, mereka merasa dihormati. Sebaliknya, orang lain juga akan

menghormati kita, sapa akan membawa aura kebaikan. Selain itu,

salam terbukti dapat membuat orang saling menyayangi. Ketika orang

71 Hasil Wawancara dengan Ibu Yuli Puji (Guru IPS di SMP BSS Malang, pada tanggal

15 Mei 2018, Pukul 10.30 WIB).

Page 95: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

74

memberikan salam kepada orang lain, orang lain akan merasa senang

dan merasa diperhatikan.

Sebagaimana wawancara yang dilakukan dengan Ibu Tri

Wahyuni selaku guru agama Kristen sebagai berikut:

“Kadang saya yang kasih salam duluan kalau pagi, seperti itu tu

hanya untuk semangatnya mereka di pagi hari, tapi kalau posisi

mereka kan pasti ada kan yang datang duluan “salim gitu, terus

saya semangatin, semangat ya nak” walaupun itu bukan murid

saya, beda kelas pun akan saya perlakukan sama”. 72

Sebagaimana observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 18

Mei 201873

. Peneliti melihat budaya 3S tersebut telah diterapkan di

SMP Brawijaya Smart School Malang dengan ketika mau pulang

sekolah, peneliti melihat segerombolan siswa menyalami guru-

gurunya dan memberikan salam kepada gurunya serta senyum dan

berbincang-bincang di depan kelas.

d. Diadakanya kegiatan rutin seperti bakti sosial dan anjangsana

Kegiatan bakti sosial dilakukan sebagai wujud kepedulian sosial

di SMP Brawijaya Smart School Malang kepada masyarakat sekitar

yang membutuhkan. Bakti sosial yang diadakan di sekolah ini berasal

dari partisipasi para guru, karyawan, dan seluruh siswa di SMP

Brawijaya Smart School Malang yang diwujudkan dalam bentuk

sembako. Biasanya bakti sosial dilakukan di beberapa panti asuhan

sekitar. Kegiatan ini didukung oleh seluruh warga sekolah. Bakti

72

Hasil Wawancara dengan Ibu Tri Wahyuni (Guru agama Kristen di SMP BSS Malang,

pada tanggal 18 April 2018, Pukul 11.30 WIB). 73

Hasil Observasi, Strategi Pembinaan Toleransi Beragama di SMP Brawijaya Smart

School Malang, (Malang, 11 Mei 2018, Pukul 11.00 WIB)

Page 96: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

75

sosial di pandang perlu selalu dilaksanakan setiap tahunnya agar dapat

memupuk rasa peduli sosial yang tinggi bagi para siswa.

Siswa diperkenalkan untuk selalu peduli dengan sesama tanpa

membeda-bedakan status sosial antara satu dengan yang lainnya dan

menyisihkan sebagian uangnya untuk berbagi dengan warga yang

kurang mampu.

Kegiatan rutin anjangsana dilakukan untuk memupuk dan

meningkatkan toleransi beragama di SMP Brawijaya Smart School

Malang. Kegiatan ini dilakukan setiap tahun sekali bergilir, baik dari

guru muslim maupun dari guru non muslim.

Sebagaimana wawancara yang dilakukan peneliti dengan bapak

Sihabuddin Al „Asyimi M.Pd.I sebagai berikut:

“Ya walaupun agama berbeda tapi yang jelas ketika ada masalah

sosial atau apapun itu yang berkaitan dengan kegiatan sekolah

dan sebagainya, silaturrahmi tetep terjaga. Contohnya kayak

kemarin pas perayaan Hari Raya Nyepi, saya dan sebagian guru

lainnya bersilaturrahmi ke rumah beliau (Guru Agama Hindu)

dengan niat untuk menghormati Hari Rayanya mereka. Mungkin

dari sana anak-anak sudah mengerti dan melihat bagaimana

sosok figur yang di contohnya dalam bertoleransi antar

agama”.74

74

Hasil Wawancara dengan Pak Sihab (Guru Pendidikan Agama Islam di SMP BSS

Malang, pada tanggal 12 Mei 2018, Pukul 10.15 WIB).

Page 97: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

76

Gambar 4.7 Kegiatan Anjangsana

e. Memberikan sanksi (punishment) kepada siswa yang melanggar

toleransi

Selain dari yang disampaikan oleh Bapak Sihabuddin Al

„Asyimi, M.Pd.I, peneliti juga melakukan wawancara kepada Bapak

Muhammad Arif, S.Si, M.Pd selaku Kepala Sekolah mengenai

strategi yang dilakukan dalam membina sikap toleransi beragama di

SMP Brawijaya Smart School Malang sebagai berikut:

“Kalau saya sih satu saya akan menghukum keras anak tersebut,

jika toleransi itu dilanggar, ya misalnya ketika ada orang yang

sedang ibadah lalu anak tersebut mengganggu. Dua lewat guru,

guru tersebut akan saya beri pemahaman terhadap perbedaan

dan toleransi.”75

Setiap melakukan suatu strategi pasti terdapat faktor pendukung

yang dijadikan sebagai kekuatan pada waktu melakukannya. Begitu juga

ketika dalam membina sikap toleransi beragama di SMP Brawijaya Smart

School Malang terdapat beberapa faktor pendukung. Faktor utama yang

75 Hasil Wawancara dengan Pak Arif (Kepala Sekolah di SMP BSS Malang, pada tanggal

7 Mei 2018, Pukul 11.00 WIB).

Page 98: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

77

mendukung pembinaan dalam teloransi beragama adalah keberagaman

yang ada di SMP Brawijaya Smart School Malang, baik itu keberagaman

agama maupun daerah.

Peserta didik yang ada di SMP Brawijaya Smart School Malang

meskipun banyak yang dari Malang sendiri, tetapi tidak kalah banyak

juga yang dari luar Malang bahkan luar Jawa. Dari gaya bicara saja sudah

berbeda yang dari Malang asli dengan yang dari Luar Malang. Tapi itu

semua dapat dikendalikan oleh para guru dengan penanaman sikap

maupun karakter peserta didik. Kebanyakan yang dari luar Malang itu

dari Bandung dan Jakarta, yang awalnya cari manggilnya “loe gue loe

gue” sekarang jadi “aku kamu”, yang awalnya “menjundul kepala teman”

itu sudah biasa dilingkungan mereka dulu, sekarang mereka sudah mulai

memahami bahwa yang dilakukan itu tidak sopan berkat pendidikan

karakter yang diberikan oleh pihak sekolah kepada mereka, baik itu

melalui motivasi atau arahan maupun melalui contoh keseharian para

guru secara langsung.

Apalagi untuk masalah keberagaman agama, di SMP Brawijaya

Smart School Malang Agama Islam lah yang menjadi Agama mayoritas

yang ada disana, akan tetapi itu semua tidak menjadikan konflik maupun

dalam istilahnya itu menganak tirikan mereka yang beragama non

Muslim. Semua pihak yang ada didalamnya baik yang Muslim maupun

yang non Muslim, semuanya sangat memiliki sikap toleransi yang tinggi

Page 99: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

78

seperti yang disampaikan oleh Bu Yuli Puji Astuti,S.Pd selaku guru IPS

bahwasanya:

“Faktor pendukungnya itu gini kalau misalnya kita lagi beribadah,

kan kita disini ada sholat dhuha bersama, dhuhur sama ashar juga

bersama-sama itu mereka tidak main mbak, jadi mereka mencari

gurunya masing-masing untuk melakukan ibadah sendiri,

tempatnya di perpus. Jadi semua yang beragama non muslim

melakukan ibadah di Perpustakaan karena terbatasnya ruang.

Mereka berdoanya juga gak pernah komat kamit yang sampai

membuat gaduh. Jadi sekalipun satu ruang tapi mereka gak pernah

terganggu antara satu dengan yang lainnya dengan melakukan

ibadahnya masing-masing.”76

Dapat dilihat dari penjelasan tersebut bahwa faktor pendukung

dalam membina sikap toleransi beragama di SMP Brawijaya Smart

School Malang itu dengan menanamkan sikap toleransi dan saling

menghargai saja antara agama satu dengan lainnya, ini bisa dilakukan

melalui motivasi di sela-sela jam pelajaran maupun melalui contoh

keseharian secara langsung. Karena dari sekolah sendiri sudah di

sediakan ruang untuk agama yang non Muslim saat pelajaran Pendidikan

Agama yaitu di perpusatakaan. Perpustakaan digunakan tidak hanyak

untuk ketika pelajaran Pendidikan Agama saja, akan tetapi digunakan

mereka yang non Muslim beribadah juga.

Bukti bahwa faktor pendukung dalam membina sikap toleransi di

SMP Brawijaya Smart School Malang ini dengan mengembangkan

pendidikan karakter juga disampaikan oleh Bapak Muhammad Arif, S.Si,

76 Hasil Wawancara dengan Ibu Yuli Puji (Guru IPS di SMP BSS Malang, pada tanggal

15 Mei 2018, Pukul 10.30 WIB).

Page 100: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

79

M.Pd selaku Kepala Sekolah yang berwenang membuat kebijakan di

Sekolah bahwa:

“Kalau disini karena status disini nasional dan mengembangkan

pendidikan karakter. membuat kita semakin kuat untuk bertoleransi

mbak. Dintara SD, SMP, dan SMA. SMP BSS lah yang paling sulit

untuk mencari siswa, jadi mau gak mau ya ditegaskan harus

berinteraksi dengan bagus, ya saling menguatkan saja.”77

Pengembangan pendidikan karakter pada peserta didik memang

sangat penting yang harus ditanamkan dari awal masuk, supaya anak

dapat terbiasa dengan apa yang sudah diberikan dari pihak sekolah.

Dari data yang telah dipaparkan, dapat dilihat bahwa keberagaman

di SMP Brawijaya Smart School Malang dapat dilihat dampak positif

bagi warga sekolah yaitu sikap toleransi antar umat beragama di SMP

Brawijaya Smart School Malang memiliki hubungan yang baik antar

warga sekolah khususnya peserta didik, hal ini disebabkan karena adanya

rasa saling menghormati, rasa saling menghargai dari setiap pemeluk

agama yang ada di SMP Brawijaya Smart School Malang. Setiap kegiatan

yang ada di SMP Brawijaya Smart School Malang selalu dilakukan

bersama-sama tanpa melihat latar belakang agama, ras, maupun budaya.

kecuali kegiatan keagamaan.

Sikap dan hubungan yang dimiliki warga sekolah khususnya

peserta didik juga menjadi faktor pendukung keberhasilan dalam

membina sikap toleransi beragama di SMP Brawijaya Smart School

Malang. Kerukunan yang tercipta antar warga sekolah, khususnya

77 Hasil Wawancara dengan Pak Arif (Kepala Sekolah di SMP BSS Malang, pada tanggal

7 Mei 2018, Pukul 11.00 WIB).

Page 101: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

80

pertemanan yang terjalin dintara peserta didik tanpa melihat perbedaan

dalam bentuk apapun antara satu dengan lainnya, tetapi tetap tidak

melupakan ajaran-ajaran agama yang dianutnya. Peran guru dalam

memberikan motivasi kepada peserta didik tentang sikap bertoleransi,

baik disela-sela pelajaran atau melalui pemberian contoh secara langsung

pendidikan toleransi agama juga merupakan faktor pendukung dalam

membina sikap toleransi agama. Dengan begitu peserta didik dapat

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu pula

tujuan dari membina sikap toleransi beragama di SMP Brawijaya Smart

School Malang dapat tercapai.

Sebagaimana observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 8

Mei 201878

ketika mengikuti jam pelajaran IPS di kelas 7C pada saat guru

menyuruh siswa-siswanya untuk memilih kelompok dalam berdiskusi.

Peneliti melihat interasi siswa satu dengan lainnya berjalan dengan baik,

bahkan tidak ada yang memilih-milih teman untuk menjadi kelompoknya,

mereka semua sangat akrab satu sama lain, sekalipun dengan teman yang

non muslim maupun teman yang dianggap kurang aktif dalam kelas.

Didalam membina sikap toleransi beragama di SMP Brawijaya

Smart School Malang tentunya selain memiliki faktor pendukung juga

memiliki faktor penghambat dalam pelaksanannya tersebut. Faktor

penghambat yang ditemukan di SMP Brawijaya Smart School Malang

dalam membina sikap toleransi beragama yaitu peserta didiknya. Hal ini

78 Hasil Observasi, Pola Interaksi Siswa dalam Kelas di SMP Brawijaya Smart School

Malang, (Malang, 7 Mei 2018, Pukul 11.00 WIB)

Page 102: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

81

sesuai dengan wawancara bersama Muhammad Arif, S.Si, M.Pd selaku

Kepala Sekolah sebagai berikut:

“Kalau hambatan sendiri malah mungkin gak ada ya mbak, jadi

kita sudah tau daerah kita sendiri-sendiri. Jadi ketika yang

beragama muslim melakukan ibadah seperti halnya yang sudah

saya jelaskan sebelumnya seperti sholat dhuha, dhuhur, dan ashar,

yang beragama non muslim akan langsung pergi ke perpus untuk

melakukan ibadah mereka masing-masing”.79

Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Ibu Lia Nita Istiqomah

selaku Waka Kurikulum bahwa:

“Untuk proses pembelajarannya ya dia yang menemui gurunya

langsung diperpus, kalau dulu sih masih bingung mbak gak ada

ruanganya soalnya ada beberapa siswa yang Kristen, jadi ya kita

tetapkan kelasnya di perpus. Dan untuk jamnya kita sesuaikan

dengan jam pelajaran keagamaan, jadi untuk umat islam melakukan

proses pembelajaran PAI seperti biasanya, sedangan yang non

muslim langsung masuk ke perpustakaan untuk mengikuti

pembelajaran keagamaan mereka masing-masing”.80

Sebagaimana observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal

18 April 201881

, peneliti merasa bahwa pembelajaran keagamaan untuk

yang non muslim di rasa kurang efektif, karena terkendalanya ruang.

Ruang yang digunakan pada saat pembelajaran keagamaan bagi siswa-

siswi yang non muslim itu berada di perpustakaan dan itu pun jadi satu,

antara yang agama kristen, hindu, protestan, dan katolik. Dan ruang

perpustakaan juga tidak terlalu luas, saat pembelajaran berlangsung pun

tidak adanya skat yang memisahkan mereka. Jadi bagi guru yang non

79 Hasil Wawancara dengan Pak Arif (Kepala Sekolah di SMP BSS Malang, pada tanggal

7 Mei 2018, Pukul 11.00 WIB).

80

Hasil Wawancara dengan Ibu Lia Nita (Waka Kurikulum di SMP BSS Malang, pada

tanggal 18 April 2018, Pukul 12.30 WIB).

81

Hasil Observasi, Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di SMP Brawijaya

Smart School Malang, (Malang, 7 Mei 2018, Pukul 11.00 WIB)

Page 103: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

82

muslim harus benar-benar bisa mengkondisikan peserta didiknya supaya

bisa menerima pelajaran dengan baik.

Gambar 4.8 Pembelajaran Keagamaan bagi siswa Non Muslim

Hambatan lain juga disampaikan oleh Bapak Sihabuddin Al

„Asyimi, M.Pd.I selaku Guru Pendidikan Agama bahwa:

“Kalau mungkin berupa kendala atau hambatan ketika saya

menerapkan toleransi ini mungkin yang pertama; pola berfikir

anak-anak itu kan beda, apalagi pemahaman mereka tentang

agamanya itu mungkin berbed, jadi ketika mau mencocokkan anak

satu ini dengan anak lainnya yang sekiranya di kelas kurang

memperhatikan dan lain sebagainya itu mungkin salah satu kendala

intern dan itu memang merupakan kendala yang klasik atau bisa

juga dikatakan sebagai kendala paling dasar. Kalau untuk kendala

yang dari luar itu mungkin hanya sebatas cuapan atau hanya

sebatas omongan, yang jelas kita mencoba untuk tetap menerapkan

metode ini dalam membina toleransi agama maupun toleransi

secara menyeluruh disini”.82

82

Hasil Wawancara dengan Pak Sihab (Guru Pendidikan Agama Islam di SMP BSS

Malang, pada tanggal 12 Mei 2018, Pukul 10.15 WIB).

Page 104: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

83

BAB V

PEMBAHASAN

Sebagaimana telah kita ketahui pada bab sebelumnya, telah ditemukan

data yang peneliti harapkan, baik data dari wawancara, observasi, maupun

dokumentasi. Pada bab ini peneliti akan menyajikan uraian pembahasan yang

sesuai dengan fokus penelitian. Peneliti akan mengintegrasikan temuan yang ada

di lapangan kemudian menyamakan dengan teori-teori yang ada. Peneliti juga

akan menyajikan analisa dari data yang diperoleh, baik dari data primer maupun

data skunder, kemudian diinterpretasikan secara terperinci. Adapun fokus

pembahasan pada bab ini adalah yang pertama, mendeskripsikan pola interaksi

sosial dalam membina sikap tolerasi beragama di SMP Brawijaya Smart School

Malang. Kedua, mendeskripsikan strategi membina sikap toleransi beragama di

SMP Brawijaya Smart School Malang. Ketiga, mendeskripsikan faktor

pendukung dan penghambat dalam membina sikap toleransi beragama di SMP

Brawijaya Smart School Malang.

A. Pola Interaksi Sosial dalam Membina Sikap Toleransi Beragama di

SMP Brawijaya Smart School Malang

Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial. Tanpa

interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Interaksi sosial

merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial

merupakan hubungan yang dinamis, menyangkut hubungan antara orang-

Page 105: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

84

perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang

perorangan dengan kelompok manusia. Dengan interaksi sosial ini,

perbedaan latar belakang budaya dapat diminimalisir. Hal ini disebabkan,

dalam proses interaksi ini sangat dominan terjadinya proses saling belajar

dan adaptasi. Dengan interaksi yang efektif, perbedaan itu dapat dikurangi

untuk mengarah tercapainya integrasi sosial.83

Pola interaksi yang terjadi di SMP Brawijaya Smart School Malang

disini menyangkut interaksi semua pihak dalam membina sikap toleransi

beragama di SMP Brawijaya Smart School Malang.

a. Pola Interaksi Guru dengan Siswa

Pola interaksi yang terjalin antara guru dengan siswa di SMP

Brawijaya Smart School Malang dalam membina sikap toleransi

beragama dilakukan di luar dan di dalam kelas.

Dalam interaksi guru dengan siswa dalam kelas, guru

mempunyai peran yang sangat penting, karena bagaimanapun baiknya

sistem pendidikan sedikit banyak tergantung bagaimana guru tersebut

dalam bertindak. Salah satu peran guru adalah dengan memberikan

perhatian kepada peserta didiknya dalam membina sikap toleransi

beragama.

Interaksi guru dengan siswa melalui perhatian dan pengawasan

adalah merupakan cara yang dilakukan guru dalam membina sikap

toleransi beragama di SMP Brawijaya Smart School Malang.

83 Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm. 77-78

Page 106: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

85

Perhatian dan pengawasan yang diberikan guru kepada semua

siswanya tanpa membedakan antara satu dengan yang lainnya, apalagi

membedakan agama mereka masing-masing. Perhatian yang diberikan

guru kepada siswanya tidak hanya dalam kelas saja, akan tetapi di luar

kelas juga.

Bentuk perhatian dan pengawasan yang diberikan guru kepada

siswanya sebagai bentuk interaksi adalah memperhatikan tingkah laku

maupun kebiasaan mereka ketika berinteraksi dengan siapapun baik di

dalam kelas maupun di luar kelas, juga dalam memperhatikan keadaan

atau kondisi siswanya.

Menurut M. Said Mubayyanah memberikan perhatian pada anak

merupakan salah satu tindakan utama untuk mencegah dan

menghentikan perilaku buruk anak. Jika anak yang kurang mendapat

perhatian, tidak akan melakukan sesuatu dengan penuh kesungguhan

serta usaha maksimal. Bahkan melakukan sejumlah penyimpangan

dan melakukan tindakan berbahaya.84

Guru dan siswa harus menjalin interaksi dan komunikasi yang

baik di SMP Brawijaya Smart School Malang bisa terjadi di dalam

kelas maupun di luar kelas. Bentuk komunikasi tersebut bisa

berbentuk saling menyapa ketika bertemu, guru menanyakan

permasalahan yang dihadapi siswa dalam belajar, membuat diskusi

kelompok kecil di dalam pembelajaran dan sebagainya. Dengan

84 M. Said Mubayyanah, Akhlak Anak Muslim, Terj. Abdul Razaq, Muhammad Ya‟qub,

(Jakarta: Najla Press, 2006), hlm. 75

Page 107: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

86

adanya komunikasi yang terjadi antara guru dengan siswa dapat

membina sikap toleransi beragama di SMP Brawijaya Smart School

Malang. Karena dalam sebuah interaksi antara guru dan siswa harus

adanya komunikasi, karena dengan adanya komunikasi tersebutlah

yang dapat memudahkan guru dalam membina sikap toleransi

beragama.

Kedudukan guru disini bukan hanya sebagai pengajar yang

menyampaikan ilmu pengetahuan saja kepada peserta didik,

melainkan juga sebagai seorang pendidik, pembimbing, dan juga

sosok figur yang baik, karena memang sudah kewajiban sebagai guru

harus memberikan contoh yang baik terhadap siswanya dan juga

pelindung bagi peserta didik yang mempunyai tanggung jawab penuh

terhadap proses pendidikan baik formal maupun non formal sehingga

dapat memudahkan guru dalam membina sikap toleransi beragama di

SMP Brawijaya Smart School Malang.

b. Interaksi Guru dengan Guru

Selain interaksi guru dengan siswa harus baik, pola interaksi

antar guru juga harus dijalin dengan baik. Karena itu sangat penting

dalam suatu proses pembelajaran dan juga sangat berpengaruh dalam

membina sikap toleransi beragama di SMP Brawijay Smart School

Malang.

sekalipun dalam lembaga tersebut tidak semua beragama

muslim, akan tetapi interaksi dan toleransi disana sudah bisa dikatakan

Page 108: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

87

sudah baik. Dibuktikan ketika dalam kegiatan memperingati isro‟

mi‟roj yang diadakan disana, semua guru dan siswa yang beragama

non muslim yang ada disana sangat bertoleran terhadap kegiatan

tersebut, bahkan para guru non muslim disana ikut berpartisipasi

dalam membantu kegiatan tersebut tanpa mempermasalahkan agama

mereka.

SMP Brawijaya Smart School ini berusaha menerapkan sistem

kekeluargaan terhadap semua pihak yang ada didalamnya, terutama

guru dan peserta didik. Di sana juga terdapat kegiatan anjangsana

yang dilakukan setiap tahunnya yang bertujuan untuk mempererat tali

silaturrahim antar guru.

c. Interaksi Siswa dengan Siswa

Interaksi siswa dengan siswa juga sangat penting dalam proses

membina sikap toleransi beragama di SMP Brawijaya Smart School

Malang. Interaksi siswa dengan siswa ini biasanya terkendala oleh ego

mereka, khususnya kelas 7, tapi kendala tersebut masih dimaklumin.

Masih banyak juga anak-anak yang suka ngebully temannya, tapi

diluar itu semua, bagi peneliti pola interaksi antar siswa itu sudah

baik, karena tidak sedikit pula dari mereka yang sudah mengerti akan

pentingnya menjaga interaksi baik dengan sesama, bagaimana mereka

harus bersikap dengan adik kelas, bagaimana mereka bersikap dengan

sesama teman, maupun bagaimana sikap mereka terhadap orang yang

Page 109: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

88

lebih tua dari mereka, peneliti rasa mereka sudah banyak yang

memahami akan adanya hal tersebut.

B. Strategi Membina Sikap Toleransi Beragama di SMP Brawijaya Smart

School Malang

Di SMP Brawijaya Smart School Malang ini terdapat beberapa macam

agama didalamnya, jadi tidak heran jika kerukunan atau toleransi sangat

dibutuhkan disana. Kerukunan atau Toleransi dalam pergaulan hidup antar

umat beragama, yang didasarkan kepada setiap agama menjadi tanggung

jawab pemeluk agama itu sendiri dan memunyai bentuk ibadat (ritual)

dengan sistem dan cara tersendiri yang dibebankan serta menjadi tanggung

jawab orang yan pemeluknya atas dasar itu, maka toleransi dalam pergaulan

hidup antar umat beragama bukanlah toleransi dalam masalah-masalah

keagamaan, melainkan perwujudan sikap keberagamaan pemeluk suatu

agama dalam pergaulan hidup antara orang yang tidak seagama, dalam

masalah-masalah kemasyarakatan atau kemaslahatan umum.85

Untuk membina sikap toleransi beragama dan menciptakan suasana

kerukunan perlu melibatkan kerjasama dari semua pihak warga sekolah.

Meskipun warga sekolah yang non Muslim sangat minoritas di SMP

Brawijaya Smart School Malang, warga sekolah Muslim disana tetap sangat

bertoleransi terhadap mereka yang non Muslim.

Strategi-strategi yang dilakukan dalam membina sikap toleransi beragama,

diantaranya, yaitu:

85 Said Agil Husin Al Munawar, Fikih Hubungan Antar Umat Beragama, (Jakarta:

Ciputat Pess, 2003), hlm. 14

Page 110: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

89

a. Strategi Keteladanan

Keteladanan dalam pengertiannya sebagai uswatun hasanah

adalah suatu cara mendidik, membimbing dengan menggunakan

contoh yang baik yang di ridhoi Allah SWT sebagaimana yang

tercermin dari prilaku Rasulullah dalam bermasyarakat dan bernegara.

Secara psikologis manusia butuh akan teladan (tiruan) yang

bersemayam dalam jiwa yang disebut juga dengan taqlid. Yang

dimaksud peniruan disini adalah hasrat yang mendorong anak untuk

meniru orang dewasa atau meniru orang yang mempuyai pengaruh.86

Pada strategi ini seorang guru lah yang menjadi sosok teladan bagi

siswa-siswinya.

Konsep keteladanan dalam pendidikan Islam yang dijadikan

sebagai cermin dan model dalam pembentukan kepribadian seorang

muslim adalah ketauladanan yang di contohkan oleh Rasulullah.

Seorang guru itu merupakan sosok tauladan atau figur yang sedikit

banyak dapat mempengaruhi tingkah laku peserta didiknya. Karena

seorang siswa akan selalu memperhatikan tingkah laku gurunya, ketik

guru tersebut berbuat baik atau berinteraksi maupun bertoleransi

dengan baik terhadap warga sekolah yang non muslim, maka itu bisa

menjadi contoh yang baik dan bisa menjadi strategi dalam membina

sikap toleransi beragama. Dari tingkah laku guru tersebut lah siswa

akan meniru.

86

Abdrrahman An-Nahwali, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung:

Diponegoro, Cet. 3, 1996), hlm. 283

Page 111: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

90

Berkaitan dengan makna keteladanan tersebut, Abdurrahman

An-Nahlawi mengemukakan bahwa keteladanan mengandung nilai

pendidikan yang teraplikasikan, sehingga keteladanan memiliki azas

pendidikan yakni; Pendidikan islam sebagai konsep yang senantiasa

menyeru pada jalan Allah dan Islam menjadikan kepribadian Baginda

Rasulullah SAW sebagai teladan abadi dan actual bagi pendidikan.

b. Penguatan dan Penanaman Karakter Sikap Toleransi

Pemberian motivasi dari guru bisa mempengaruhi adanya sikap

toleransi antar umat beragama, motivasi itu bisa disampaikan di sela-

sela ketika jam pelajaran, supaya peserta didik tersebut semakin

mengerti dan paham tentang arti pentingnya sikap bertoleransi

terhadap sesama makhluk. Dari melakukan pembiasaan seperti itu

sedikit banyak mereka perlahan-lahan akan mengerti. Contoh atau

teladan dari guru dalam kehidupan sehari-hari juga merupakan hal

yang penting dalam terjalinnya interaksi yang baik dalam membina

sikap toleransi beragama.

Adanya pendidikan agama akan membiasakan peserta didik

memiliki sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran

agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama

lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Sikap dan perilaku

ini tidak hanya didapat dalam mata pelajaran agama, namun ada di

semua mata pelajaran. Guru akan selalu mengaitkan apa yang

dipelajari siswa untuk meningkatkan nilai-nilai religius tersebut.

Page 112: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

91

Dengan begitu peserta didik akan lebih mudah memahami betapa

pentingnya hidup rukun dan damai terhadap umat antar agama.

Pendidikan beragama mestinya terintegrasi dalam dalam semua

mata pelajaran di sekolah sehingga ilmu yang dipelajari selalu

meningkatkan sikap religius siswa. Religius merupakan salah satu

nilai karakter bangsa dari 18 karakter yang menjadi prioritas untuk

dikembangkan di lembaga pendidikan. Adanya pendidikan agama

akan membiasakan peserta didik memiliki sikap dan perilaku yang

patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran

terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan

pemeluk agama lain. Sikap dan perilaku ini tidak hanya didapat dalam

mata pelajaran agama, namun ada di semua mata pelajaran. Guru

akan selalu mengaitkan apa yang dipelajari siswa untuk meningkatkan

nilai-nilai religius tersebut. Dengan begitu peserta didik akan lebih

mudah memahami betapa pentingnya hidup rukun dan damai terhadap

umat antar agama.

Pendidikan agama tidak hanya diajarkan di pendidikan formal,

namun jauh lebih awal telah diajarkan dalam pendidikan keluarga.

Keluarga menjadi wahana pendidikan pertama yang mengenalkan

agama kepada anak. Pendidikan agama yang diajarkan di keluarga

bisa diterapkan dalam bentuk teori dan praktik. Pendidikan beragama

yang dilaksanakan di pendidikan formal lebih bercorak kepada

pendidikan multikultural.

Page 113: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

92

c. Melalui Penerapan 3S (Senyum, Salam, dan Sapa)

Budaya 3S (senyum, salam, dan sapa) merupakan budaya baik

yang ada di Indonesia dan harus dikembangkan. Senyum terbukti

dapat mengurangi stress dan menambah teman. Sapa merupakan

sebuah penghormatan kita terhadap orang lain. Ketika orang lain kita

sapa, mereka merasa dihormati. Sebaliknya, orang lain juga akan

menghormati kita, sapa akan membawa aura kebaikan. Selain itu,

salam terbukti dapat membuat orang saling menyayangi. Ketika orang

memberikan salam kepada orang lain, orang lain akan merasa senang

dan merasa diperhatikan.

Budaya 3S telah diterapkan di SMP Brawijaya Smart School

Malang dan dilakukan oleh semua warga sekolah yang ada di sana.

Tidak sulit untuk menerapkan budaya 3S di SMP Brawijaya Smart

School Malang, karena basic kekeluargaan di sana sangat kental, baik

sesama guru maupun antara guru dengan siswanya.

d. Diadakanya Kegiatan Rutin Seperti Bakti Sosial dan Anjangsana

Siswa diperkenalkan untuk selalu peduli dengan sesama tanpa

membeda-bedakan status sosial antara satu dengan yang lainnya dan

menyisihkan sebagian uangnya untuk berbagi dengan warga yang

kurang mampu.

Kegiatan bakti sosial dilakukan sebagai wujud kepedulian sosial

di SMP Brawijaya Smart School Malang kepada masyarakat sekitar

yang membutuhkan. Bakti sosial yang diadakan di sekolah ini berasal

Page 114: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

93

dari partisipasi para guru, karyawan, dan seluruh siswa di SMP

Brawijaya Smart School Malang yang diwujudkan dalam bentuk

sembako. Biasanya bakti sosial dilakukan di beberapa panti asuhan

sekitar. Kegiatan ini didukung oleh seluruh warga sekolah. Bakti

sosial di pandang perlu selalu dilaksanakan setiap tahunnya agar dapat

memupuk rasa peduli sosial yang tinggi bagi para siswa.

Siswa diperkenalkan untuk selalu peduli dengan sesama tanpa

membeda-bedakan status sosial antara satu dengan yang lainnya dan

menyisihkan sebagian uangnya untuk berbagi dengan warga yang

kurang mampu. Kegiatan rutin anjangsana tersebut dilakukan untuk

memupuk dan meningkatkan toleransi beragama di SMP Brawijaya

Smart School Malang. Kegiatan ini dilakukan setiap tahun sekali

bergilir, baik dari guru muslim maupun dari guru non muslim.

e. Memberikan Sanksi (Punishment) kepada Siswa yang Melanggar

Toleransi

Pemahaman dan juga pola berfikir siswa yang berbeda

merupakan salah satu faktor penghambat dalam membina sikap

toleransi beragama yang ada di SMP Brawijaya Smart School

Malang. Karena pola fikir siswa-siswa yang ada disana berbeda-beda,

jadi percuma ketika di sekolah di berikan pengertian dan pemahaman

tentang pentingnya toleransi beragama, akan tetapi orang tua di rumah

tidak mendukung, jadi peran orang tua juga tidak kalah penting dari

Page 115: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

94

peran guru yang ada di sekolah, keduanya saling memberikan nasehat

atau contoh yang baik dalam membina sikap toleransi beragama.

Pemberian sanksi di sini di maksudkan supaya siswa yang

melanggar norma atau aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh

sekolah bisa jerah dan lebih bisa belajar lagi tentang pentingnya

toleransi. Ketika ada pelanggaran, tidak langsung diberikan kepada

kepala sekolah untuk menanganinya, akan tetapi akan diselesaikan

terlebih dahulu oleh guru kelas atau wali kelas, jika mereka sudah

tidak sanggup, maka kasus atau masalah tersebut akan diberikan

kepada guru BK, Baru jika guru kelas dan BK tidak mendapatkan

solusi dari kasus tersebut, maka kepala sekolah baru akan turun

tangan untuk menyelesaikannya secara langsung.

Page 116: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

95

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan peneliti dapat

menyimpulkan sebagai berikut:

1. Pola Interaksi yang terjadi di SMP Brawijaya Smart School Malang

bervariasi, meliputi interaksi antara guru dengan guru, guru dengan

siswa, dan siswa dengan siswa, baik itu di dalam kelas maupun diluar

kelas.

2. Strategi yang dilakukan dalam pembinaan sikap toleransi beragama di

SMP Brawijaya Smart School Malang ada 5, yaitu sebagai berikut:

Strategi Keteladanan, Penguatan dan penanaman karakter sikap

toleransi, Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa), Kegiatan

rutin seperti bakti sosial dan anjangsana, Adanya sanksi (punishment)

kepada siswa yang melanggar toleransi.

B. Saran

Setelah pembahasan tentang kesimpulan sebagaimana tersebut

diatas maka kiranya peneliti memberikan saran-saran yang berkenaan

dengan penelitian, adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagi tenaga pendidik dan kependidikan SMP Brawijaya Smart School

Malang, diharapkan untuk selalu mempertahankan dan lebih

mengembangkan pola interaksi dan juga meningkatkan sikap toleransi

beragama yang ada di sana.

Page 117: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

96

2. Bagi tenaga pendidik dan kependidikan SMP Brawijaya Smart School

Malang, diharapkan untuk lebih meningkatkan lagi strategi dalam

membina sikap toleran satu dengan yang lainnya.

Page 118: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

97

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an, Kementrian Agama RI.

Abu, Ahmadi. 1991. Psikologi Sosial Edisi Revisi. Jakarta: PT. Melton Putra.

Abdullah, Maskuri. 2001. Pluralisme Agama dan Kerukunan dalam Keagamaan.

Jakarta: Buku Kompas.

Achmad, Nur. 2001. Pluralitas Agama Kerukunan dalam Keragaman. Jakarta:

Penerbit Buku Kompas.

Ali, Mursyid. Pemetaan Kerukunan Kehidupan Beragama di Berbagai Daerah di

Indonesia. 2009. Jakarta: Publitbang Kehidupan Keagamaan.

Departemen Pendidikan dan Perpustkaan. 2003.

Dewan Ensiklopedia Indonesia. Ensiklopedia Indonesia Jilid 6. Ikhtiar Baru Van

Hoeve.

Emzir. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Ghony, M. Djunaidi dan Fauzan, Almansur. 2014. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press.

Madjid, Nurcholish. 2001. Pluralitas Agama Kerukunan dalam Keragaman.

Jakarta: Penerbit Buku Kampus.

Moleong, J. Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Mubayyanah, M. Said. 2006. Akhlak Anak Muslim, Terj. Abdul Razaq,

Muhammad Ya‟qub. Jakarta: Najla Press.

Munir, Abdul. 1989. Pokok-pokok Ajaran NU. Solo: Ramdhani.

Narwoko, J. Dwi. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: PT. Kencana.

Said Agil Husin Al-Munawar. Fikih Hubungn Antar Agama. 2003. Jakarta:

Penerbit Ciputat Press.

Soekanto, Soerjono. Struktur dan Proses Sosial. Jakarta: Rajawali.

Page 119: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

98

Sudirman. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pres.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sumbulah, Umi. dan Nurjanah. 2013. Pluralisme Agama Makna dan Lokalitas

Kerukununan Antarumat Beragama. Malang: UIN Maliki Press.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

Umar, Hasyim. 1979. Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam

Sebagai Dasar. Surabaya: PT. Bina Ilmu.

W.J.S Poerdawarminto. 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Winarmo, dan Herimanto. 2010. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta: Bumi

Aksara.

Page 120: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

LAMPIRAN 1

BIODATA INFORMAN

BIODATA KEPALA SEKOLAH

SMP BRAWIJAYA SMART SCHOOL

Nama : Muchamad Arif, S.Si, M.Pd

NIP : 300906852009

Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 09 Juni 1985

Alamat : Jl. KH. Wahid Hasyim II / 551 Malang

Jabatan Di Sekolah : Kepala Sekolah

No Telepon : 081259661846

Page 121: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

BIODATA GURU

SMP BRAWIJAYA SMART SCHOOL MALANG

Nama: Sihabuddin Al „Asyimi, M. Pd. I

NIK : 303008922016

TTl : Bojonegoro, 30 Agustus 1992

Jabatan Di Sekolah : Guru Pendidikan

Agama Islam dan Pembina SKI

No Telepon : 085730833363

Nama : Drs.Wahyu Sukartono

TTl : Malang, 15 Maret 1965

Alamat : Gg Manggis No 25 Rt 05 Rw

06

Jabatan Di Sekolah : Guru Agama Islam

No Telepon : 085101193898

Page 122: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

Nama : Tri Wahyuni

Jabatan Di Sekolah : Guru Mapel

Nama : Yuli Puji Astuti, S. Pd

NIK : 303107762008

TTl : Surabaya, 31 Juli 1976

Alamat : Perumahan Bumi Banjararum

Asri HS-3 Singosari

Jabatan Di Sekolah : Guru IPS

No Telepon : 081216831126

Page 123: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

Nama : Rita Putri Hastini, S. Pd

Jabatan Di Sekolah : Guru BK

Nama : Lianita Istiqomah, S. Pd

Jabatan Di Sekolah : Waka Kurikulum

Page 124: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

BIODATA SISWI KELAS VIII

SMP BRAWIJAYA SMART SCHOOL MALANG

Nama : Mutiara Az-Zahra Nama : Keisya Fariqoh

No Telepon : 081246080989 No Telepon : 082334695049

Page 125: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

BIODATA SISWI KELAS VII

SMP BRAWIJAYA SMART SCHOOL MALANG

Nama : Aisyaka Najwa Nama : Nabila Zahra Suke

No Telepon : 08113503522 No Telepon : 085855734300

Page 126: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

Nama : Innaka Laras

No Telepon : 0818386267

Page 127: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

LAMPIRAN II

TRANSKIP WAWANCARA

TRANSKIP WAWANCARA KEPALA SEKOLAH

SMP BRAWIJAYA SMART SCHOOL MALANG

Fokus Wawancara : Profil BSS, Pola Interaksi Sosial serta Toleransi Beragama

di SMP Brawijaya Smart School Malang

Informan : Muhammad Arif, S.Si, M.Pd (Kepala Sekolah)

Hari / Tanggal : Senin, 7 Mei 2018

Wakktu : 11.00

Tempat : Ruang Kepala Sekolah

HASIL WAWANCARA :

1. Bagaimana Sejarah Berdirinya SMP Brawijaya Smart School Malang?

Berdirinya SMP ini di mulai tahun sekitar tahun 1998 mbak, di mulai

dari perkumpulan dharmawanita itu membuat SMP, SMP tersebut dinamakan

SMP Dharmawanita, kemudian sampek pada tahun 2010 kita diambil oleh

Brawijaya Smart School, karena status UB sendiri itu sebagai Badan Hukum

yang tidak boleh mempunyai yayasan. Oleh karena itu mbak SMP yang

awalnya dinamakan SMP Dhramawanita diganti menjadi SMP Brawijaya

Smart School dan sekaligus kita punya SMA, SD, dan TK.

2. Apa Visi Misi dan Tujuan SMP Brawijaya Smart School Malang?

Page 128: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

Kalau visi jelas kita mengembangkan pendidikan karakter berbasis

religi dengan wawasan nasional prestasi internasional. Misinya jelas kita

mendidik anak untuk meningkatkan karakter, terutamanya karakter jujur,

karakter jujur juga harus kuat.

Untuk menerapkan visi misi sendiri itu sudah diterapkan, akan tetapi

untuk tercapainya belum karena ini kan sekolah umum ya beda dengan

sekolah yang memang dia sekolah islami gitu kan mbak, Cuma kita berusaha

untuk mencapai visi misi tersebut dengan program-program kita, ya kayak

ngaji, jamaah sholat dhuha, dhuhur, dan ashar diusahakan setiap hari untuk

yang muslim. Sedangkan untuk non muslim kita adakan juga kegiatan

keagamaan sesuai dengan agama mereka masing-masing yang dikondisikan

dan dipimpin oleh guru-guru mereka yang sesuai dengan agamanya mereka

masing-masing pula yang diadakan di perpus.

3. Berapa Jumlah Guru, Karyawan, Serta Pesera didik di SMP Brawijaya Smart

School Malang?

Kalau jumlah karyawan untuk yang petugas kebersihan itu da 3,

satpamnya 4, terus kalau karyawan TU juga ada sekitar 4, gurunya ada 30,

siswanya ada sekitar 350.

4. Bagaimana Pola Interaksi Sosial yang terjadi di SMP Brawijaya Smart School

Malang?

Kita kalau disini basisnya keluarga mbak, jadi kalau pola interaksinya

disini ya baik. Jadi kalau makan ya makan bareng sesama gurunya, cuman ya

kerjanya tetap profesional.

Page 129: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

5. Apa Faktor Pendukung dalam Membina Sikap Toleransi Beragama?

Kalau disini karena status disini nasional dan mengembangkan

pendidikan karakter. membuat kita semakin kuat untuk bertoleransi mbak.

Dintara SD, SMP, dan SMA. SMP BSS lah yang paling sulit untuk mencari

siswa, jadi mau gak mau ya ditegaskan harus berinteraksi dengan bagus, ya

saling menguatkan saja.

6. Apa Hambatan dalam Membina Sikap Toleransi Beragamaa?

Kalau hambatan sendiri malah mungkin gak ada ya mbak, jadi kita

sudah tau daerah kita sendiri-sendiri. Jadi ketika yang beragama muslim

melakukan ibadah seperti halnya yang sudah saya jelaskan sebelumnya

seperti sholat dhuha, dhuhur, dan ashar, yanag beragama non muslim akan

langsung pergi ke perpus untuk melakukan ibadah mereka masing-masing.

7. Kegiatan Apa yang dapat Membantu dalam Membina Sikap Toleransi

Beragama?

Kalau kegiatan untuk toleransi antar agama ya seperti kegiatan Bakti

Sosial. dari kegiatan tersebut anak-anak bisa mengerti dan memahami bahwa

memberi itu tidak pandang agama yang penting orang tersebut emang benar-

benar membutuhkan dan tidak mampu ya kita kasih. Itu semua untuk semua

guru dan semua siswa. Kalau disini malah yang menarik itu latar belakang

keluarganya, jadi sikap beragamanya itu akan beda jika keluarganya juga

tidak agamis. Kita disini ngopyak mereka sholat, tapi kalau di rumah dia tidak

terbiasa sholat maka ya sama aja mbak. Sama-sama Islam tapi beda.

Page 130: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

8. Strategi Apa yang dilakukan dalam Membina Sikap Toleransi Beragama di

SMP Brawijaya Smart School Malang?

Kalau saya sih satu saya akan menghukum keras anak tersebut, jika

toleransi itu dilanggar, ya misalnya ketika ada orang yang sedang ibadah lalu

anak tersebut mengganggu. Dua lewat guru, guru tersebut akan saya beri

pemahaman terhadap perbedaan dan toleransi.

Page 131: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

TRANSKIP WAWANCARA GURU IPS

SMP BRAWIJAYA SMART SCHOOL MALANG

Fokus Wawancara : Interaksi sosial dan Toleransi Beragama di SMP

Brawijaya Smart School Malang

Informan : Bu Yuli Puji Astuti,S.Pd (Guru IPS)

Hari / Tanggal : Selasa, 15 Mei 2018

Waktu : 10.30

Tempat : Ruang Tamu

HASIL WAWANCARA :

1. Bagaimana Pola Interasi Sosial yang ada di SMP Brawijaya Smart School

Malang?

Kalau guru dengan guru pola interaksinya saya kira baik mbak, soalnya

kan kita ada agenda untuk sanjangsana, silaturrrahim ke rumah guru-guru

secara bergiliran. Kalau kesehariannya kita sudah seperti saudara sendiri

mbak, kekeluargaan disini sangat erat. Kalau guru sama murid sama, jadi kita

itu dekat banget, kadang anak-anak itu ngalem ke kita. Jadi interaksi disini itu

sudah baik banget mbak.

2. Strategi Apa yang Digunakan dalam Membina Sikap Toleransi Beragama?

Disini itu kan ada 4 Agama ya mbak ada Islam, Hindu, Protestan, sama

Katolik. Dan hampir setiap tahun itu kita punya murid dari berbagai murid ke

empat agama tersebut. Anak-anak kalau sama gurunya itu dekat banget mbak,

kita sendiri itu memperlakukan anak-anak itu sama tanpa memandang agama

Page 132: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

mereka. Untuk sesama teman mereka juga dapat bersosialisasi baik dengan

temannya, tidak pernah ada pertengkaran. Mereka toleransi Agamanya sangat

kuat sekali, jadi ketika mau menolong temannya, ketika bermain dengan

temannya gitu gak ada membedakan oh kamu hindu kamu kristen itu gak ada

mbak disini. Mereka sudah tau bahwa ada diantara temannya yang dari

Agama lain, tapi mereka tidak menganggap itu sebagai suatu penghalang atau

suatu hambatan. Jadi strategi khusus yang diberikan itu tidak ada, hanya saja

dari karakter kita sudah menanamkan bahwa antar sesama itu harus saling

menghormati, ke orang tua atau yang lebih tua itu harus menghormati. Jadi

gak ada strategi khusus untuk menangani permasalahan toleransi tersebut.

Kalau pun ada itu paling cuma masalah remaja biasa, bukan masalah agama.

3. Apa Faktor Pendukung dalam Membina Sikap Toleransi Beragama?

Faktor pendukungnya itu gini kalau misalnya kita lagi beribadah, kan

kita disini ada sholat dhuha bersama, dhuhur sama ashar juga bersama-sama

itu mereka tidak main mbak, jadi mereka mencari gurunya masing-masing

untuk melakukan ibadah sendiri, tempatnya di perpus. Jadi semua yang

beragama non muslim melakukan ibadah di Perpustakaan karena terbatasnya

ruang. Mereka berdoanya juga gak pernah komat kamit yang sampai

membuat gaduh. Jadi sekalipun satu ruang tapi mereka gak pernah terganggu

antara satu dengan yang lainnya dengan melakukan ibadahnya masing-

masing.

Page 133: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

4. Apa Faktor Penghambat dalam Membina Sikap Toleransi Beragama?

Saya kira gak ada penghambatnya ya mbak, soalnya lancar-lancar

saja, karena sejauh ini saya tidak pernah mendapati mereka bertengkar antar

Agama.

Page 134: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

TRANSKIP WAWANCARA GURU AGAMA

SMP BRAWIJAYA SMART SCHOOL MALANG

Fokus Wawancara : Pola Interaksi dan Toleransi Beragama di SMP Brawijaya

Smart School Malang

Informan : Sihabuddin Al „Asyimi, M.Pd.I (Guru Agama)

Hari / Tanggal : Rabu, 9 Mei 2018

Wakktu : 11.30

Tempat : Ruang Laboratorium

HASIL WAWANCARA :

1. Bagaimana Pola Interaksi Sosial di SMP Brawijaya Smart School Malang?

Kalau melihat secara keseluruhan, interaksi antara guru dengan siswa,

kemudian siswa dengan siswa atau guru dengan guru tersebut saya kira pola

interaksinya terbuka. Terutama ketika mungkin ada suatu masalah pada suatu

hal yang membuat anak tersebut ada suatu problem, jadi kalau saya melihat

mereka menganggap tidak ada skat atau batas hubungan antara kamu sebagai

apa kamu sebagai apa itu saya kira itu majmuk. Jadi anak-anak bisa

memposisikan diri mereka bagaimana mereka nantinya guru tersebut bisa

bersahabat, bagaimana guru tersebut bisa jadi keluarga, bagaimana guru

tersebut menjadi teman untuk anak tersebut atau bahkan ke guru lainnya. Jadi

ketika saya sendiri, ketika saya mengajar, ketika saya coba berinteraksi

dengan mereka saya memberikan sebuah masukan untuk anak-anak selalu

mencoba ngomong apa adanya tentang apapun itu, saya coba tekankan

Page 135: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

kembali bahwa sesungguhnya kita ini sama-sama keluarga, sama-sama

saudara. Yang sekiranya memang ada kres atau lainnya jangan sampai

nyampek kesana (melebar), jadi saya coba tekankan untuk bagaimana pun

kondisinya dan bagaimana pun keadaannya harus tetap dijaga, entah

interaksinya, entah komunikasinya, entah hubungannya, yang terpenting

menghindari pertikaian antara teman dengan teman, guru dengan guru, atau

pun dengan guru dengan siswa. Mungkin kalau cekcok itu ada, cuman anak-

anak itu terbuka, kalau mereka merasa kurang nyaman dari hal tersebut,

mereka bisa bercerita.

2. Apa Strategi yang dilakukan dalam Membina sikap toleransi?

Yang pertama, mereka itu kan butuh sosok seorang figure, jadi dalam

hal ini mereka melihat sosok seorang yang seumpama misalnya diantara guru

yang ada di SMP BSS ini kan ada yang non muslim, sedangkan mayoritas

muslim, lah disini anak-anak khususnya akan melihat figure atau contoh dari

interaksi / komunikasi antara guru A dengan guru B, guru agama islam

dengan guru agama Kristen sama katolik, kita mencoba benar-benar menjaga

sikap toleransi kita, khusunya saya. Saya ajak ngobrol, saya ajak guyon

seperti biasanya dengan guru-guru yang lainnya. Ya walaupun agama berbeda

tapi yang jelas ketika ada masalah sosial atau apapun itu yang berkaitan

dengan kegiatan sekolah dan sebagainya, silaturrahmi tetep terjaga.

Contohnya kayak kemarin pas perayaan Hari Raya Nyepi, saya dan sebagian

guru lainnya bersilaturrahmi ke rumah beliau (Guru Agama Hindu) dengan

niat untuk menghormati Hari Rayanya mereka. Mungkin dari sana anak-anak

Page 136: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

sudah mengerti dan melihat bagaimana sosok figur yang di contohnya dalam

bertoleransi antar agama.

Yang kedua, mungkin terkait tindakan atau mungkin berupa penguatan

karakternya saja. Jadi, seluruh guru mengajarkan anak-anak untuk selalu

beretika atau pun memberikan sikap tidak membedakan antara satu dengan

lainnya, jadi mereka coba ditekan betul bahwasanya ketika ada ibadah apapun

atau ketika ada acara apapun sikap toleransi ini harus tetap di jaga betul. Jadi

selain kita memberikan contoh kita juga harus memberikan sebuah penguatan

untuk anak-anak, penguatan yang dimana mungkin lewat karakter itu sendiri,

entah itu interaksinya ataupun menghormati peribadatan mereka, terus

kemudian ketika kegiatan smart qur‟an maupun smart weda. Dari sana anak-

anak pun akan mengerti betapa pentingnya membina sikap toleransi terhadap

sesama.

Yang ketiga, tidak ada yang mencolok atau pun tidak ada yang saling

memberikan metode perhatian khusus terhadap anak-anak. Disini kita selalu

tegaskan kepada anak-anak „coba sih jadi orang yang bertanggung jawab,

coba di asah diri kalian bagaimana ketika harus berbuat, bagaimana ketika

melakukan, bagaimana kita harus bertindak‟. Saya coba tekankan kembali,

mungkin dari melakukan pembiasaan seperti ini mereka perlahan-lahan akan

mengerti, mungkin memang untuk infrastrukturnya mereka belum begitu

faham, akan tetapi yang jelas ketika sudah keluar dari SMP ini mereka akan

baru merasakan.

3. Apa Hambatan yang Dihadapi dalam Membina Sikap Toleransi Beragama?

Page 137: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

Kalau hambatan saya rasa tidak ada ya mbak, kebetulan memang di

SMP BSS ini untuk yang istilahnya interaksi atau toleransinya itu kan minor

jadi saya kira ya tidak ada. Mereka tetap care satu sama lain, apapun itu pola

interaksinya tetap dijaga, komunikasinya dijaga, bahkan tidak pernah

menyinggung Agamaku Agamamu dan sebagainya itu hampir tidak pernah.

Kalau mungkin berupa kendala atau hambatan ketika saya menerapkan

toleransi ini mungkin yang pertama; pola berfikir anak-anak itu kan beda,

apalagi pemahaman mereka tentang agamanya itu mungkin berbeda. Nah dari

sana mungkin saya jadi bisa menyimpulkan bahwa hambatan paling utama ya

itu cara berfikir atau pola fikir mereka sendiri, jadi ketika mau mencocokkan

anak satu ini dengan anak lainnya yang sekiranya di kelas kurang

memperhatikan dan lain sebagainya itu mungkin salah satu kendala intern dan

itu memang merupakan kendala yang klasik atau bisa juga dikatakan sebagai

kendala paling dasar. Kalau untuk kendala yang dari luar itu mungkin hanya

sebatas cuapan atau hanya sebatas omongan yang mungkin mengatakan

bahwasanya pernah ada yang gini gini itu ya abaikan sajalah, biarlah orang

mau berkata apa, yang jelas kita mencoba untuk menerapkan metode ini

dalam membina toleransi agama maupun toleransi secara menyeluruh disini.

Alhmdulillah disini belum ada konflik yang menyangkut pautkan Agama.

Intinya ya fleksibel lah, ketika ada kendala langsung ada yang membackup

ada yang istilahnya menutupi kekurangan tersebut, selama masih taraf kecil

lalu kemudian kalau gak sampai yang merugikan satu dengan yang lain itu

tidak ada.

Page 138: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

TRANSKIP WAWANCARA GURU MAPEL

SMP BRAWIJAYA SMART SCHOOL MALANG

Fokus Wawancara : Toleransi Beragama di SMP Brawijaya Smart School

Malang

Informan : Tri Wahyuni (Guru Agama Kristen)

Hari / Tanggal : Rabu, 18 April 2018

Wakktu : 11.30

Tempat : Perpustakaan

HASIL WAWANCARA :

1. Bagaimana cara anda dalam menghadapi siswa yang berbeda Agama?

Menghadapi itu kan banyak opsi, kalau sesuai dengan tugas saya ya

saya disini sebagai pamik (pendamping akademik) dari kelas VIID, guru piket

juga, dan staff dari perpus juga. Jadi saya disini harus memposisikan diri saya

sesuai dengan bidang-bidang saya itu. Dalam menghadapi siswa saya

menyesuaikan dengan mereka, begitu. Jadi saya mengikuti budayannya

mereka. Jadi kalau menurut kaidah keagamaan mereka itu salah, ya saya akan

salahkan berdasarkan dari tatanan dari mereka itu, saya nggak mbeda-

mbedakan, tapi istilahnya saya memperlakukan mereka itu ya saya

menganggap mereka seperti anak saya sendiri ya.. walaupun memang em..

beda iman, jelas beda iman dengan saya, wong satu sekolah emang ada

beberapa yang berbeda iman, cuman saya akan memperlakukan mereka

seperti layaknya anak saya sendiri. Mangkanya ketika bertemu anak-anak

Page 139: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

dibawah “iya nak iya nak sambil ketawa kecil” begitu mbak. Kadang saya

yang kasih salam duluan kalau pagi, seperti itu tu hanya untuk semangatnya

mereka di pagi hari, tapi kalau posisi mereka kan pasti ada kan yang datang

duluan “salim gitu, terus saya semangatin, semangat ya nak” walaupun itu

bukan murid saya, beda kelas pun akan saya perlakukan sama.

2. Bagaimana bentuk komunikasi antar guru dengan siswa? Dan apakah satu

sama lain itu sudah saling mengenal?

Ya saling mengenal, jadi antara guru dengan siswa itu sebenarnya kita

tidak ada batasan gitu loh, cuman kan memang untuk standartnya guru

dengan seorang siswa itu kan kita harus tau, kita harus paham kita seorang

guru itu harus bagaimana. Nah batasannya seputar itu saja, tapi untuk

komunikasi terkadang mereka akan terbuka, curhat, care sama kita, ya kita

juga harus membuka hati sama mereka gitu, kalau mereka sama kita sudah

mentok gitu ya saya sarankan ke BK gitu karena pernah kan siswa kelas IX

itu pernah curhat gini-gini terus saya sarankan ya “kalau gitu ke BK yah nak”

gitu mbak.

3. Bagaimana upaya guru dalam menanamkan sikap toleransi siswa ketika

pembelajaran berlangsung?

Melalui contoh dalam kehidupan sehari-hari, jadi saya memberikan

contoh, saya sama mora (siswa beragama kristen kelas VIIC) ini saya

memberikan contoh kehidupan saya, jadi dia tau kalau saya tidak membatasi

diri saya, tapi saya bertoleransi karena perbedaan itu adalah hm.. kalau

keyakinan saya ya perbedaan itu adalah anugrah Tuhan. Kenapa? karena

Page 140: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

Tuhan sudah menciptakan segala sesuatu itu sudah berbeda-beda, nah itu

yang harus dihargai. gitu.. Jadi ya saya memberikan contoh kepada mereka

seperti itu.

4. Bagaimana sikap toleransi yang diterapkan dalam pembelajaran Agama?

Yah seperti itu tadi, solidaritas itu bagian dari toleransi ya sebenarnya,

jadi semua sama, tidak peduli kamu agamanya apa, jadi nggak ada batasan itu

untuk dalam satu tindakan, jadi mangkanya saya sering kasih anak-anak itu

kesaksian-kesaksian hidup saya.

Page 141: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

TRANSKIP WAWANCARA WAKA KURIKULUM

SMP BRAWIJAYA SMART SCHOOL MALANG

Fokus Wawancara : Interaksi sosial dan Toleransi Beragama di SMP

Brawijaya Smart School Malang

Informan : Bu Lia Nita Istiqomah (Waka Kurikulum)

Hari / Tanggal : Rabu, 18 April 2018

Wakktu : 12.30

Tempat : Ruang TU

HASIL WAWANCARA :

1. Kurikum apakah yang dipakai di SMP BSS? Apakah kurikulum 2013?

Iya mbak memakai kurikulum 2013 tapi yang revisi, sama ditambah

muatan local sendiri yang tentang karakter.

2. Kegiatan apakah yang bisa membangun sikap toleransi antar siswa?

Kalau kegiatan yang kayak gitu itu kan di setiap mapel sudah diselipkan

setiap pembelajaran ya kayak di pelajaran tertentu misalkan ada kegiatan

diskusi, itu kan udah saling menghargai toh mbak menghargai pendapat orang

lain itu juga kan sudah termasuk toleransi. Kalau di luar jam pelajaran em..

biasanya diitu dikegiatan koperasi, di kegiatan kewarganegaraan, ataupun di

kegiatan keagamaan juga ada.

3. Menurut anda bentuk toleransi yang terjadi di SMP BSS ini itu bagaimana?

Ya baik-baik saja mbak kayaknya, ya sudah berjalan dengan baik, ya

saling menghormati juga.

Page 142: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

4. Lalu untuk interaksinya sendiri bagaimana antara satu dengan lainnya yang

terjadi di SMP BSS?

Ya kalau dikita ya saling menghargai saja, kan disini ada yang hindu,

ada yang Kristen, ada yang katolik juga, itu ya disetiap kegiatan mereka kami

libatkan menyesuaikan dengan bidangnya. Untuk proses pembelajarannya ya

dia yang menemui gurunya langsung diperpus, kalau dulu sih masih bingung

mbak gak ada ruanganya soalnya ada beberapa siswa yang Kristen, jadi ya

kita tetapkan kelasnya di perpus. Dan untuk jamnya kita sesuaikan dengan

jam pelajaran keagamaan, jadi untuk umat islam melakukan proses

pembelajaran PAI seperti biasanya, sedangan yang non muslim langsung

masuk ke perpustakaan untuk mengikuti pembelajaran keagamaan mereka

masing-masing.

Page 143: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

TRANSKIP WAWANCARA GURU BK

SMP BRAWIJAYA SMART SCHOOL MALANG

Fokus Wawancara : Pola Interaksi Sosial di SMP Brawijaya Smart School

Malang

Informan : Bu Rita Putri Hastini, S.Pd (Guru BK)

Hari / Tanggal : Rabu, 18 April 2018

Wakktu : 12.00

Tempat : Depan Ruang Guru

HASIL WAWANCARA :

1. Bagaimana pola interaksi yang terjadi di SMP Brawijaya Smart School

Malang?

Kalau disini kan memang siswanya itu dari luar kota, jadi itu

menyesuaikan aja. Ada yang bisa bahasa jawa ada yang gak bisa unggah

ungguhnya itu kita masih kita benahin, karena ada yang dari Bali, Jakarta dan

kebanyakan juga dari Bandung itu memang kita masih benar-benar

mengolahnya tatakramanya sesuai ketimuran kita ya adat Jawa gitu. Jadi

kalau untuk interaksi sesama temennya yang saya alami itu tentang bulliying,

dimana memang latar belakangnya anak-anak itu berbeda yang biasanya itu

emang “loe gue” itu sudah biasa “kamu aku” itu sudah biasa. Tapi kalau

disini namanya “njundul” ya ya “njundul” itu kan gak sopan banget. tapi

kalau di adatnya dia mungkin sudah biasa tapi kalau ya itu tadi, kita memang

membangun semua tentang adat istiadatnya dari wilayah kita di ketimuran ini,

meskipun anak Bandung, Jakarta, maupun Bali itu kita sesuaikan dengan adat

Page 144: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

yang ada disini yang ada di Jawa, biasanya kita panggil untuk konseling

individu bahwasannya “itu memang adatmu tapi kalau sekarang kamunya lagi

di Timur di adatnya Jawa ya kamu harus mengikuti adatnya sini bahwasanya

kalau memukul kepala itu gak sopan, memanggil nama bapaknya atau

candaan itu gak sopan gini gini itu memang kita bangun dari mulai kelas

VII”.

Konseling dilakukan bukan ketika atau masalah itu sudah terjadi, akan

tetapi biasanya kita itu sebelum menerima itu memang kita interview dulu,

interview siswa, dari situ kan kita melihat adat istiadat bagaimana dia

bergaulnya dengan temen, disitu. Dari hasil itu kita itu melakukan kayak

semacam di kelas itu tentang sopan santunnya, bergaul sesame temen

sejenisnya, jadi itu bukan berarti kita nunggu kejadian yang senonoh itu

bukan, tapi mulai dari awal kelas VII itu kita sudah melakukan di kelas-kelas.

Page 145: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

LAMPIRAN III

PROFIL SEKOLAH

A. PROFIL SEKOLAH

1. Identitas Sekolah

Nama Sekolah : SMP Brawijaya Smart School

Nomor Statistik Sekolah : 202056104123

NPSN : 20533849

Jenjang Pendidikan : SMP

Status Sekolah : Swasta

2. Lokasi Sekolah

Alamat : Jl. Cipayung No 8 Malang

RT/RW : 007/003

Desa/Kelurahan : Ketawanggede

Kecamatan : Lowokwaru

Kode Pos : 65145

Kabupaten/Kota : Kota Malang

Propinsi : Jawa Timur

Lintang/Bujur : -7.9553000/112.6165000

3. Data Pelengkap Sekolah

Kebutuhan Khusus : Tidak Ada

SK Pendirian : 501/104.7.4/98

Tanggal SK Pendirian : 20 Juli 1998

Status Kepemilikan : Yayasan

SK Izin Operasional : 422.8/1597/35.73.307/2013

Tanggal SK Izin Operasional : 3 Nopember 2012

SK Akreditasi :

Tangal SK Akreditasi : 30 Oktober 2010

Luas Tanah Milik : Ya

Luas Tanah Milik : 0 m2

Luas Tanah Bukan Milik : 3081 m2

Page 146: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

4. Kontak Sekolah

No. Telepon : 0341 – 575868

Nomor Fax : 0341-554440

Website : smp.bss.ub.ac.id

E-mail : [email protected]

5. Data Siswa

a. Data Jumlah Siswa dan Rombongan Belajar (Rombel)

No Nama Rombel Tingkat Jumlah Siswa Wali Kelas Dan

Pembimbing Akademik L P Jumlah

1 KELAS VII A Kelas 7 12 12 24 Yusriatul Afiyah, S.Pd

dan Winda Ratna Siswaningtyas, S.Pd

2 KELAS VII B Kelas 7 14 10 24 Yuli Puji Astuti, S.Pd

dan Oscar Ery Permana, S.Sn

3 KELAS VII C Kelas 7 10 14 24 Fausyiah Respati

Ningrum, S.Pd dan Yuliati, S.Sos. H

4 KELAS VII D Kelas 7 16 8 24

Fadhilah Hardini Wahyuni Asih, S.Pd

dan Sihabuddin Al'Asyim, S.Pd.i

5 KELAS VII E Kelas 7 14 10 24 Lia Nurul Fauziyah,

S.Pd dan Angga Indra Kusuma, S.Pd., M.Pd

6 KELAS VIII A Kelas 8 12 9 21 Soedjiono, S.Pd dan

Indria Ayu Retnaning Apsari Leksono S.Pd

7 KELAS VIII B Kelas 8 11 9 20 Ah. Fathun Najah, S.Pd

dan Dra. Mari Winarsih

8 KELAS VIII C Kelas 8 11 9 20 Khoirul Huda, S.Pd dan

Supiyatun, S.Si, S.Pd

9 KELAS VIII D Kelas 8 11 9 20 Ika Pandu Sugiarti,

S.Pd dan Tri Wahyuni

Page 147: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

No Nama Rombel Tingkat Jumlah Siswa Wali Kelas Dan

Pembimbing Akademik L P Jumlah

10 KELAS VIII E Kelas 8 10 10 20 Vivit Dwi Nursanti, S.Pd dan Betharia

Sonata Ambarita, S.Ag

11 KELAS IX A Kelas 9 12 11 23 Lianita Istiqomah, S.Pd

12 KELAS IX B Kelas 9 13 11 24 Drs.Wahyu Sukartono

13 KELAS IX C Kelas 9 14 10 24 Imam Munandar, S.Pd

14 KELAS IX D Kelas 9 13 11 24 Dwi Utami, M.Pd

15 KELAS IX E Kelas 9 14 10 24 Esti Lestari, S.Pd

Total 187 153 340

6. Data rata-rata nilai UN dan Prestasi Siswa 2 tahun terakhir

a. Data Nilai Ujian Nasional

No Mata Pelajaran Nilai Rata2 Tahun

Pelajaran 2012/2013 Nilai Rata2 Tahun

Pelajaran 2014/2015

1 Bhs Indonesia 7,45 81,6

2 Bahasa Inggris 6,78 74,7

3 Matematika 4,85 60,3

4 IPA 5,92 67,4

Rata-rata seluruh mapel 6,25 71

7. Data SDM

a. Identitas Kepala Sekolah

Nama : Drs. H. Suprijanto, AD., M.Pd.

Tempat/Tgl Lahir : Tulungangung 5 Agustus 1947

Page 148: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

NIK : 300508472008

SK Pengangkatan

sebagai Kepala Sekolah : 083/SK-UPT.BSS/XII/2012

Unit Kerja : SMP Brawijaya Smart School (SMP BSS)

Alamat : Jl. Cipayung No 8 Malang

Telp/Fax : 0341-5081175

E-mail : [email protected]

Pendidikan Terakhir : S – 2

Jabatan : Kepala Sekolah

Alamat Rumah : Jl. Teluk Aru No. 11 Malang

Telp/HP : 08123351088

b. Jumlah Guru Per Mapel Dan Jumlah Jam Tiap Mapel Per Kelas

No Mata Pelajaran

JUMLAH JAM/KELAS JUMLAH GURU MENURUT

STATUS KEPEGAWAIAN

VI VIII IX JML GT GTT

JML L P L P

1 P. Agama - - - - - - - - -

Islam 15 15 15 45 2 - - - 2

Protestan 3 3 6 12 - - 1 - 1

Katolik 2 2 2 6 - - - 1 1

Hindu 2 2 2 6 - 1 - - 1

Budha - - - - - - - - -

2 Pend. Kewarganegaraan 9 15 15 39 1 1 - 1 3

3 Bahasa Indonesia 30 30 30 90 2 1 - - 3

4 Bahasa Inggris 20 20 20 60 1 2 - - 3

5 Matematika 30 30 30 90 - 2 - 1 3

6 IPA 30 30 30 90 1 2 - - 3

7 IPS 20 20 20 60 1 2 - - 3

Page 149: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

No Mata Pelajaran

JUMLAH JAM/KELAS JUMLAH GURU MENURUT

STATUS KEPEGAWAIAN

VI VIII IX JML GT GTT

JML L P L P

8 Seni Budaya 10 10 10 30 - 1 - 1 2

9 Pend Jasmani 10 10 10 30 - - 1 1 2

10 Ketrampilan :

Tata Boga 10 10 10 30 - 1 - 1 2

Prakarya 10 10 10 30 1 - - - 2

11 Muatan Lokal

Jawa 10 10 10 30 - - - 1 1

12 Pengembangan Diri (BK) 5 5 5 15 - - - 2 2

c. Jumlah Tenaga Pendukung

Kepala TU Bendahara

Sekolah Laboran

Petugas

Perpustaka

an

Staf

TU/adminis-

trasi

Pembantu

pelaksanana

Sekolah/ Penj,

Sekolah

Teknisi Jumlah

PT PTT PT PTT PT PTT PT PTT PT PTT PT PTT PT PTT PT PTT

L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P

1 1 1 1 1 3 1 1 1 4 4

B. DATA SARANA PRASARANA PENUNJANG

a. Luas tanah seluruhnya 3.081 m2, yang sudah dipagar permanen

Luas bangunan : 1.014 m2

Luas halaman/taman : 432 m2

Lapangan Olah raga : 128 m2

Kebun : 64 m2

Lain-lain : 1.443 m2

Page 150: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

b. Gedung Dan Bangunan

No Nama Prasarana Panjang (m) Lebar (m)

1 DAPUR 3 2

2 KAMAR MANDI GURU 2 1,5

3 KAMAR MANDI GURU 2 1,5

4 KAMAR MANDI SISWA L-1 2 2

5 KAMAR MANDI SISWA L-2 2 2

6 KAMAR MANDI SISWA P-1 1,5 1,5

7 KAMAR MANDI SISWA P-2 2 2

8 KANTIN 8 4

9 KELAS 7A 8 7

10 KELAS 7B 8 7

11 KELAS 7C 8 7

12 KELAS 7D 8 7

13 KELAS 7E 8 7

14 KELAS 8A 8 7

15 KELAS 8B 8 7

16 KELAS 8C 8 7

17 KELAS 8D 8 7

18 KELAS 8E 8 7

19 KELAS 9A 8 7

20 KELAS 9B 8 7

21 KELAS 9C 8 7

22 KELAS 9D 8 7

23 KELAS 9E 8 7

24 KOPERASI/TOKO 3 2

25 LABORATORIUM IPA 5 8

Page 151: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

No Nama Prasarana Panjang (m) Lebar (m)

26 LABORATORIUM KOMPUTER 5 6

27 PERPUSTAKAAN 9 8

28 RUANG BP/BK 4 5

29 RUANG GUDANG 2 2

30 RUANG GURU 15 10

31 RUANG IBADAH 20 25

32 RUANG OSIS 4 4

33 RUANG PIMPINAN 4 3

34 RUANG RAPAT 5 8

35 RUANG STAFF 5 3

36 RUANG TU 5 8

37 RUANG UKS 4 5

c. Daftar Inventaris Penunjang KBM

No Jenis Sarana Jumlah Letak Keterangan

1 Lemari / Filling Cabinet 1 KELAS 7E layak

2 Papan Tulis 1 KELAS 7E layak

3 Meja Siswa 25 KELAS 7E layak

4 Jam Dinding 1 KELAS 7E layak

5 Meja Guru 1 KELAS 7E layak

6 Kursi Guru 1 KELAS 7E layak

7 Kursi Siswa 25 KELAS 7E layak

8 Kursi Guru 1 KELAS 7D layak

9 Lemari / Filling Cabinet 1 KELAS 7D layak

Page 152: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

No Jenis Sarana Jumlah Letak Keterangan

10 Kursi Siswa 25 KELAS 7D layak

11 Meja Guru 1 KELAS 7D layak

12 Meja Siswa 25 KELAS 7D layak

13 Papan Tulis 1 KELAS 7D layak

14 Gantungan Pakaian 2 KAMAR MANDI

SISWA L-1 layak

15 Kloset Jongkok 2 KAMAR MANDI

SISWA L-1 layak

16 Tempat Air (Bak) 2 KAMAR MANDI

SISWA L-1 layak

17 Gayung 2 KAMAR MANDI

SISWA L-1 layak

18 Meja Guru 1 KELAS 7C layak

19 Kursi Guru 1 KELAS 7C layak

20 Papan Tulis 1 KELAS 7C layak

21 Kursi Siswa 25 KELAS 7C layak

22 Lemari / Filling Cabinet 1 KELAS 7C layak

23 Jam Dinding 1 KELAS 7C layak

24 Meja Siswa 25 KELAS 7C layak

25 Jam Dinding 1 KELAS 8E layak

26 Kursi Guru 1 KELAS 8E layak

27 Papan Panjang 1 KELAS 8E layak

28 Meja Guru 1 KELAS 8E layak

29 Kursi Siswa 25 KELAS 8E layak

30 Meja Siswa 25 KELAS 8E layak

31 Papan Tulis 1 KELAS 8E layak

32 Kursi Siswa 25 LABORATORIUM layak

Page 153: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

No Jenis Sarana Jumlah Letak Keterangan

KOMPUTER

33 Komputer 30 LABORATORIUM

KOMPUTER layak

34 Kursi Guru 1 LABORATORIUM

KOMPUTER layak

35

Lemari / Filling Cabinet 1 LABORATORIUM

KOMPUTER layak

36 Meja Guru 1 LABORATORIUM

KOMPUTER layak

37 Papan Tulis 1 LABORATORIUM

KOMPUTER layak

38 Meja Siswa 25 LABORATORIUM

KOMPUTER layak

39 Termometer Badan 1 RUANG UKS layak

40 Timbangan Badan 2 RUANG UKS layak

41 Tensimeter 2 RUANG UKS layak

42 Selimut 2 RUANG UKS layak

43 Tempat Tidur UKS 2 RUANG UKS layak

44 Perlengkapan P3K 1 RUANG UKS layak

45 Pengukur Tinggi Badan 1 RUANG UKS layak

46 Lemari UKS 1 RUANG UKS layak

47 Kloset Jongkok 2 KAMAR MANDI

SISWA L-2 layak

48 Tempat Air (Bak) 2 KAMAR MANDI

SISWA L-2 layak

49 Gayung 2 KAMAR MANDI

SISWA L-2 layak

50 Kursi Guru 2 RUANG BP/BK layak

Page 154: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

No Jenis Sarana Jumlah Letak Keterangan

51 Meja Guru 2 RUANG BP/BK layak

52 Lemari Katalog 1 RUANG TU layak

53 Komputer TU 3 RUANG TU layak

54 Jam Dinding 1 RUANG TU layak

55 Perlengkapan Ibadah 2 RUANG TU layak

56 Kursi TU 4 RUANG TU layak

57 Meja TU 4 RUANG TU layak

58 Lemari / Filling Cabinet 2 RUANG TU layak

59 Filling Cabinet 2 RUANG TU layak

60 Printer TU 2 RUANG TU layak

61 Tempat Sampah 2 RUANG TU layak

62 Papan Panjang 1 RUANG TU layak

63 Meja Guru 1 KELAS 7B layak

64 Meja Siswa 25 KELAS 7B layak

65 Papan Tulis 1 KELAS 7B layak

66 Lemari / Filling Cabinet 1 KELAS 7B layak

67 Jam Dinding 1 KELAS 7B layak

68 Kursi Guru 1 KELAS 7B layak

69 Kursi Siswa 25 KELAS 7B layak

70 Meja Guru 1 KELAS 9C layak

71 Kursi Guru 1 KELAS 9C layak

72 Meja Siswa 25 KELAS 9C layak

73 Papan Tulis 1 KELAS 9C layak

74 Kursi Siswa 25 KELAS 9C layak

75 Lemari / Filling Cabinet 1 KELAS 9C layak

Page 155: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

No Jenis Sarana Jumlah Letak Keterangan

76 Jam Dinding 1 KELAS 8D layak

77 Papan Panjang 1 KELAS 8D layak

78 Meja Guru 1 KELAS 8D layak

79 Meja Siswa 25 KELAS 8D layak

80 Kursi Guru 1 KELAS 8D layak

81 Lemari / Filling Cabinet 1 KELAS 8D layak

82 Kursi Siswa 25 KELAS 8D layak

83 Meja Guru 1 KELAS 9D layak

84 Papan Tulis 1 KELAS 9D layak

85 Lemari / Filling Cabinet 1 KELAS 9D layak

86 Kursi Guru 1 KELAS 9D layak

87 Meja Siswa 25 KELAS 9D layak

88 Kursi Siswa 25 KELAS 9D layak

89 Jam Dinding 1 KELAS 9E layak

90 Papan Panjang 1 KELAS 9E layak

91 Meja Guru 1 KELAS 9E layak

92 Kursi Siswa 25 KELAS 9E layak

93 Meja Siswa 25 KELAS 9E layak

94 Kursi Guru 1 KELAS 9E layak

95 Gayung 2 KAMAR MANDI

GURU layak

96 Tempat Air (Bak) 2 KAMAR MANDI

GURU layak

97 Kloset Jongkok 2 KAMAR MANDI

GURU layak

98 Tempat Air (Bak) 2 KAMAR MANDI

GURU layak

Page 156: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

No Jenis Sarana Jumlah Letak Keterangan

99 Gantungan Pakaian 2 KAMAR MANDI

GURU layak

100 Papan Tulis 1 KELAS 7A layak

101 Lemari / Filling Cabinet 25 KELAS 7A layak

102 Jam Dinding 1 KELAS 7A layak

103 Kursi Siswa 1 KELAS 7A layak

104 Meja Siswa 1 KELAS 7A layak

105 Meja Guru 25 KELAS 7A layak

106 Kursi Guru 1 KELAS 7A layak

107 Meja Guru 1 KELAS 8C layak

108 Kursi Siswa 25 KELAS 8C layak

109 Papan Tulis 1 KELAS 8C layak

110 Meja Siswa 25 KELAS 8C layak

111 Papan Panjang 1 KELAS 8C layak

112 Kursi Guru 1 KELAS 8C layak

113 Papan Tulis 1 KELAS 8A layak

114 Meja Siswa 25 KELAS 8A layak

115 Kursi Siswa 25 KELAS 8A layak

116 Jam Dinding 1 KELAS 8A layak

117 Lemari / Filling Cabinet 1 KELAS 8A layak

118 Papan Panjang 1 KELAS 8A layak

119 Kursi Guru 1 KELAS 8A layak

120 Meja Guru 1 KELAS 8A layak

121 Kursi Siswa 10 LABORATORIUM

IPA layak

122 Lemari / Filling Cabinet 2 LABORATORIUM layak

Page 157: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

No Jenis Sarana Jumlah Letak Keterangan

IPA

123 Meja Guru 2 LABORATORIUM

IPA layak

124 Meja Siswa 4 LABORATORIUM

IPA layak

125 Papan Tulis 1 LABORATORIUM

IPA layak

126 Kursi Guru 2 LABORATORIUM

IPA layak

127 Kursi Guru 1 KELAS 9B layak

128 Kursi Siswa 25 KELAS 9B layak

129 Lemari / Filling Cabinet 1 KELAS 9B layak

130 Papan Tulis 1 KELAS 9B layak

131 Meja Guru 1 KELAS 9B layak

132 Meja Siswa 25 KELAS 9B layak

133 Gantungan Pakaian 2 KAMAR MANDI

GURU layak

134 Gayung 2 KAMAR MANDI

GURU layak

135 Tempat Air (Bak) 2 KAMAR MANDI

GURU layak

136 Kloset Jongkok 2 KAMAR MANDI

GURU layak

137 Papan Tulis 1 KELAS 9A layak

138 Lemari / Filling Cabinet 1 KELAS 9A layak

139 Kursi Guru 1 KELAS 9A layak

140 Meja Siswa 25 KELAS 9A layak

141 Meja Guru 1 KELAS 9A layak

142 Kursi Siswa 25 KELAS 9A layak

Page 158: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

No Jenis Sarana Jumlah Letak Keterangan

143 Meja Kerja / sirkulasi 25 RUANG GURU layak

144 Jam Dinding 1 RUANG GURU layak

145 Kursi Kerja 25 RUANG GURU layak

146 Lemari / Filling Cabinet 2 RUANG GURU layak

147 Printer 1 RUANG GURU layak

148 Kursi Guru 25 RUANG GURU layak

149 Papan pengumuman 1 RUANG GURU layak

150 Komputer 1 RUANG GURU layak

151 Kursi dan Meja Tamu 1 RUANG GURU layak

152 Meja Guru 25 RUANG GURU layak

153 Papan Panjang 1 RUANG GURU layak

154 Komputer 1 RUANG

PIMPINAN layak

155 Kursi dan Meja Tamu 2 RUANG

PIMPINAN layak

156 Printer 1 RUANG

PIMPINAN layak

157 Lemari / Filling Cabinet 2 RUANG

PIMPINAN layak

158 Kursi Pimpinan 2 RUANG

PIMPINAN layak

159 Meja Pimpinan 2 RUANG

PIMPINAN layak

160 Gayung 2 KAMAR MANDI

SISWA P-2 layak

161 Tempat Air (Bak) 2 KAMAR MANDI

SISWA P-2 layak

162 Kloset Jongkok 2 KAMAR MANDI

SISWA P-2 layak

Page 159: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

No Jenis Sarana Jumlah Letak Keterangan

163 Rak Surat Kabar 1 RUANG STAFF layak

164 Papan Panjang 1 RUANG STAFF layak

165 Komputer 2 RUANG STAFF layak

166 Kursi dan Meja Tamu 2 RUANG STAFF layak

167 Timbangan Badan 1 RUANG STAFF layak

168 Printer 1 RUANG STAFF layak

169 Kursi Guru 25 RUANG STAFF layak

170 Lemari / Filling Cabinet 1 RUANG STAFF layak

171 Meja Guru 10 RUANG STAFF layak

172 Kursi Baca 5 PERPUSTAKAAN layak

173 Meja Baca 4 PERPUSTAKAAN layak

174 Lemari / Filling Cabinet 1 PERPUSTAKAAN layak

175 Lemari Katalog 1 PERPUSTAKAAN layak

176 Rak Buku 5 PERPUSTAKAAN layak

177 Jam Dinding 1 PERPUSTAKAAN layak

178 Rak Surat Kabar 1 PERPUSTAKAAN layak

179 Tempat Air (Bak) 2 KAMAR MANDI

SISWA P-1 layak

180 Gayung 2 KAMAR MANDI

SISWA P-1 layak

181 Kloset Jongkok 2 KAMAR MANDI

SISWA P-1 layak

182 Papan Panjang 1 KELAS 8B layak

183 Kursi Siswa 25 KELAS 8B layak

184 Papan Tulis 1 KELAS 8B layak

185 Meja Siswa 25 KELAS 8B layak

Page 160: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

No Jenis Sarana Jumlah Letak Keterangan

186 Meja Guru 1 KELAS 8B layak

187 Kursi Guru 1 KELAS 8B layak

188 Komputer 1 RUANG OSIS layak

189 Pengeras Suara 1 RUANG OSIS layak

190 Jam Dinding 1 RUANG OSIS layak

191 Printer 1 RUANG OSIS layak

192 Lemari / Filling Cabinet 1 RUANG OSIS layak

Total 1174

C. VISI, MISI, dan TUJUAN

a. VISI

Menjadi sekolah unggul, bermartabat, dan bermutu serta cerdas (smart)

berdasarkan iman dan taqwa serta kompetitif secara global.

b. MISI

SMP BSS dapat menghasilkan generasi penerus bangsa yang unggul, berprestasi,

berguna bagi nusa bangsa dan agama.

c. TUJUAN

Sekolah menghasilkan lulusan yang mampu bersaing diera global, beriman,

dan bertaqwa

Sekolah mampu menghasilkan kurikulum sekolah (KTSP) dan SKL

Sekolah mampu menyelesaikan akreditasi nasional dengan nilai “A”

Sekolah mampu menghasilkan proses pembelajaran yang inovatif, kreatif,

variatif, dan berbasis IT dengan penerapan pembelajaran bilingual

Sekolah mampu menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang

relevan, dan bertaraf internasional

Sekolah mampu memberikan pelayanan dan pengembangan ekstrakurikuler

dalam rangka membentuk dan mengembangkan karakter siswa

Sekolah mampu menghasilkan pendidik dan tenaga kependidikan beretos

kerja, tangguh, profesional, dan memiliki kompetensi bertaraf internasional

Sekolah mampu menghasilkan prestasi bidang akademik dan nonakademik

yang kompetitif tingkat nasional dan internasional

Sekolah mampu mengembangkan budaya baca, budaya bersih, budaya

taqwa, dan budaya sopan santun

Page 161: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

Sekolah mampu mewujudkan lingkungan sekolah yang nyaman, aman,

rindang, asri, dan bersih sesuai dengan konsep adiwiyata dalam mendukung

pencapaian prestasi tingkat internasional.

D. SASARAN DAN STRATEGI

1. SASARAN

a. Aspek Pemetaan Pendidikan dan Perluasan Akses

b. Aspek Kualitas, Efisiensi, Relevansi, dan Daya Saing

Peningkatan dan pengembangan standar yaitu standar isi (kurikulum, standar

proses, standar tenaga kependidikan, standar kelulusan, standar pembiayaan

pendidikan, standar sarana dan prasarana, standar penilaian

2. STRATEGI

a. Aspek Pemetaan Pendidikan dan Perluasan Akses

Membangun jaringan dan sosialisasi sistem rekrutmen yang baik

Melakukan publikasi dengan menggunakan media cetak, media elektronik,

dan school visiting

Menyelenggarakan sistem tes yang transparan

Membuka kesempatan yang lebih luas bagi semua pihak untuk

memperoleh pelayanan pendidikan dengan program beasiswa

Memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada semua siswa

secara adil dan merata tanpa membedakan strata sosial

Memberikan apresiasi/ penghargaan kepada semua unsur sekolah yang

berprestasi

Membuat sistem yang dapat menakan angka disparitas kompetensi guru

Membuat jaringan komunikasi data informasiintern dengan sistem LAN

atau sistem lain

Mengadakan pertemuan formal rutin antara semua unsur sekolah

Mengadakan pertemuan informal rutin antara semua unsur sekolah

Meningkatkan kualitas pengadaan internet

Meningkatkan jalinan komunikasi dan kerja sama dengan orangtua siswa

lewat internet dan ponsel/ SMS

Mengadakan pertemuan formal rutin terjadwal dengan orangtuasiswa

b. Aspek Kualitas, Efisiensi, Relevansi, dan Daya Saing

Menjalin kerjasama dengan komite sekolah, UPT BSS, serta instansi yang

terkait

Membuat jaringan informasi dan komunikasi dengan sekolah/ instansi lain

yang mendukung pengembangan KTSP plus

Mengadakan dan mengikuti lokakarya/ seminar terkait dengan

pengembangan kurikulum

Menjalin kerjasama dan komunikasi yang akrab dan produktif antar warga

sekolah untuk mendukung proses belajar mengajar yang bermutu

Mengoptimalkan sumber belajar sebagai sarana belajar pendukung

Melaksanakan standar sistem rekrutmen guru dan tata usaha

Page 162: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

Melaksanakan pelatihan CTL

Melaksanakan MGMP

Mengadakan bimbingan blajar bagi siswa kelas IX dengan sistem pamong

Pelaksanaan jumat bersih, lomba kelas, dan lomba kebun/ lingkungan sehat

Pengembangan sarana olahraga

Pengembangan sarana pusat sumber belajar, multimedia, perpustakaan,

kelas, tempat ibadah

Membuat database pelaksanaan UTS, UAS, dan UN sesuai SNP

Pengembangan sarana pendukung sistem penilaian yang efisien dan efektif

Membuat bank soal untuk seluruh mata pelajaran dan Ujian Nasional

maupun non nasional

Pelatihan guru dalam pengembangan sistem dan standar penilaian

Malang, 7 April 2017

Kepala Sekolah,

Muchamad Arif, S.Si., M.Pd

NIK. 300906852009

Page 163: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

LAMPIRAN IV

DOKUMENTASI

Wawancara Dengan Informan

Page 164: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)

Pola interaksi dalam kelas

Page 165: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)
Page 166: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)
Page 167: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)
Page 168: POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBINAAN ...etheses.uin-malang.ac.id/12155/1/14130136.pdfPenguatan dan penanaman karakter sikap toleransi (c) Penerapan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa)