POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

78
i POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI DESA PACCING KECAMATAN PATIMPENG KABUPATEN BONE JUNAEDY 10596 0199015 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

Transcript of POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

Page 1: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

i

POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI

RAWIT DI DESA PACCING KECAMATAN PATIMPENG

KABUPATEN BONE

JUNAEDY

10596 0199015

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 2: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

ii

POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI

RAWIT DI DESA PACCING KECAMATAN PATIMPENG

KABUPATEN BONE

JUNAEDY

10596 0199015

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Petanian

Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 3: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

iii

Page 4: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

iv

Page 5: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

v

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudulPola Distribusi

dan Efisiensi Pemasaran Cabai Rawit Di Desa Paccing Kecamatan

Patimpeng Kabupaten Boneadalah benar merupakan hasil karya yang belum

diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua data

dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicamtunkan dalam

daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Makassar, 20 Agustus 2020

Junaedy

Page 6: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

vi

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat

dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini

dengan baik, guna memenuhi salah satu syarat studi pada Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar,

Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak terutama kepada pembimbing utama yakni Dr. Ir.

Nurdin.,MM dan Firmansyah, SP., M.Si, sebagai pembimbing pendamping yang

bersedia meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, serta

kepada kedua tim penguji yang telah memberikan kritikan dan saran dalam

penyempurnaan hasil akhir laporan penelitian ini. Terima kasih yang sebesar-

besarnya, semoga Allah SWT membalas segala jerih payahnya, Amin. Ucapan

yang sama penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Dr. H. Burhanuddin, S.Pi,. M.P.Selaku Dekan Fakultas Pertanian,

Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P selaku Ketua Program Studi Agribisnis,

Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Seluruh pegawai dan staff yang telah membantu kami selama dalam hal

administrasi.

4. Kedua orang tua penulis yang senantiasa memberikan do’a dan dukungannya

kepada penulis beserta keluarga yang telah membantu.

Page 7: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

vii

5. Teman-teman di Universitas Muhammadiyah Makassar terkhususagribisnis

2015 D, yang telah membantu dalam menyelesaikanskripsi ini, terima kasih

atas informasi dukungan dan semangat yang diberikan.

Demikian pula terkhusus kepada Ayah dan Ibundaku, adik, kakak serta

saudara-saudaraku, dan seluruh keluarga besar penulis yang memberi bantuan

materi dan spritual bagi penulis.

Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat untuk

pengembangan ilmu pertanian di masa yang akan datang.

Makassar, 20 Agustus 2020

Junaedy

Page 8: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

viii

ABSTRAK

Junaedy, 105960199015. Pola Distribusi Dan Efisiensi Pemasaran Cabai

Rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone, dibawah

bimbingan NURDIN dan FIRMANSYAH.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dan fungsi pemasaran

cabai rawit dan margin pemasaran, keuntungan pemasaran dan efisiensi

pemasaran cabai rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone

Penelitian ini berada di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten

Bone, Provinsi Sulawesi Selatan. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara

sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan

yang merupakan salah satu sentra produksi cabai rawit di Kabupaten Bone

Populasi dalam penelitian ini adalah petani berjumlah 252 orang petani

cabai rawit, di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Dari jumlah 252 orang petani

diambil 10% yang dijadikan sebagai sampel dengan menggunakan metode acak

sederhaana, sehingga sampel dalam penelitian ini 25 orang petani cabai rawit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa distibusi saluran pemasaran cabai

rawit di Desa Paccing memiliki tiga pola yang terdiri dari : Saluran 1 ; Produsen

Konsumen, Saluran 2 ; Produsen Pedagang Pengumpul Konsumen. Saluran 3 ;

Produsen Pedagang Pengumpul Pedagang Besar Pedagang Pengecer

Konsumen.Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran

cabai rawit yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi pembiayaan.Margin

pemasaran saluran 1, nilainya Rp 0, margin pemasaran 2 sebesar Rp 4.000/kg,

sedangkan margin pemasaran pada saluran III, dimana totalnya sebesar Rp 9.500/

kg. Saluran pemasaran 1 tidak memiliki keuntungan pemasaran, Saluran

pemasaran 2 memiliki keuntungan pemasaran yang diperoleh pedagang

pengumpul sebesar Rp 1.500/kg. Selanjutnya saluran pemasaran 3, memilik

keuntungan pemasaran yang diperoleh pedagang pengumpul, pedagang besar dan

pedagang pengecer sebesar Rp 3.800/kg. Saluran pemasaran cabai rawit yang

paling efisien yaitu saluran pemasaran 2 sebesar 8,52 %. kemudian saluran

pemasaran 3 juga efisien sebesar 15,55 %.

Kata Kunci : Distribus, Efisiensi, Pemasaran

Page 9: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….. ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ....................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iv

ABSTRAK .............................................................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. x

I. PENDAHULUAN …………………………………………………….. 1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………….. 1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………. 4

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian …………………………………. 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………… 6

2.1 Cabai Rawit ……………………………………………………….. 6

2.2 Pemasaran …………….………………………………………. 8

2.3 Margin dan Efisiensi Pemasaran …………………………………. 9

2.4 Kerangka Pemikiran ……………………………………………. 18

III. METODE PENELITIAN …………………………………………….. 20

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………. 20

3.2 Teknik Penentuan Informal ……………………………………….. 20

3.3 Jenis dan Sumber Data ………………………………………. 20

3.4 Teknik Pengumpulan Data……………………………………………. 21

3.5 Teknik Analisis Data ………………………………………….. 22

3.5 Definisi Operasional …………………………………………….. 23

Page 10: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

x

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ……………………. 25

4.1 Kondisi Geografis ………………………………………………… 25

4.2 Keadaan Penduduk ……….…………………………………….. 26

4.3 Keadaan Pertanian …………………………………………….. 28

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………. 31

5.1 Identitas Responden …………………………………………. 31

5.2 Distribusi dan Lembaga Distribusi Pemasaran Cabai Rawit di Desa

Paccing …………………………….……………………………… 36

5.3 Fungsi Pemasaran Cabai Rawit di Desa Paccing…………………….. 39

5.4 MarginKeuntungan dan Efisiensi Pemasaran Cabai Rawit di Desa

Paccing…………………………….. …………………………….. 41

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………….. 47

6.1 Kesimpulan ……………………………………………………… 47

6.2 Saran …………………………………………………………….. 48

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Distribusi Penduduk menurut jenis kelamin dan Desa diwilayah kerja

Desa Paccing Tahun 2019. ..................................................................... 26

2. Distribusi Penduduk menurut tingkat Pendidikan di wilayah

Kecamatan Patimpeng Tahun 2019……………………………..……… 27

3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kualifikasi Pekerjaan di Desa

Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone, 2019 ………………. 27

4. Jenis Komoditas Tanaman Pangan yang Dibudidayakan Masyarakat di

Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone,2019. ……… 29

5. Jumlah dan Jenis Ternak yang di Pelihara Penduduk di Desa

Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone,2019 ........................ 30

6. Jumlah Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Paccing

Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone.………………………………. 32

7. Tingkat Pendidikan Responden di Desa Paccing Kecamatan

Patimpeng Kabupaten Bone. …………………………………..……… 33

8. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden di Desa Paccing

Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone. ............................................... 34

9. Pengalaman Berusahatani Responden di Desa Paccing

Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone. ............................................... 35

10. Kepemilikan Lahan Responden di Desa Paccing Kecamatan

Patimpeng Kabupaten Bone ................................................................. 36

11. Hasil Margin Pemasaran Pada Setiap Saluran Pemasaran Cabai Rawit

di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone. .................. 43

12. Biaya dan Keuntungan Pemasaran Pada Setiap Saluran Pemasaran Cabai

Rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone.…….. 44

13. Efisiensi Pemasaran Cabai Rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone ................................................................. 46

Page 12: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Skema Kerangka Pikir ………………………………………………. 19

2. Ketiga Pola Saluran Distribusi Cabai Rawit............................................... 38

Page 13: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Kuesioner Penelitian …………………….................................. 51

2. Identitas Responden ........................................................................... 54

3. Identitas Responden Pedagang Pengumpul dan Pedagang BesarCabai

Rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone.......... 55

4. Sasaran Pemasaran Pedagang Pengumpul dan Pedagang Besar Cabai

Rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone .......... 56

5. Saluran Pemasaran 1 dari produsen ke konsumen Cabai rawit di Desa

Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone................................. . 57

6. Saluran Pemasaran 2, Margin, Biaya dan Keuntungan Pemasaran Cabai

Rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone. …….. 57

7. Saluran Pemasaran 3, Margin, Biaya dan Keuntungan Pemasaran Cabai

Rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone............. 58

8. Biaya Pemasaran Saluran 2 oleh Pedagang Pengumpul Cabai Rawit

di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone.……………… 59

9. Biaya Pemasaran Saluran 3 oleh Pedagang Pengumpul dan Pedagang

Besar Cabai Rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten

Bone. ........................................................................................ 59

10. Margin Pemasaran Saluran 2 dan 3 Pemasaran Cabai Rawit di Desa

Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone. ……………………. 60

11. Hasil Perhitungan Efisiensi Pemasaran Cabai Rawit di Desa

Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone……………………….. 60

12. Dokumentasi Penelitian............................................................................ 61

Page 14: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

1

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi pertanian

guna memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan industri dalam negeri,

meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, memperluas kesempatan

kerja dan mendorong pemerataan kesempatan berusaha (Soekartawi, 2005).

Kaitannya dengan proses produksi pangan dan bahan mentah, kawasan

produsen adalah konsumen bagi produk sarana produksi pertanian, produk

investasi dan jasa produksi dan sekaligus sebagai pemasok bahan mentah untuk

industri pengolah atau penghasil produk akhir. Cabang kegiatan ekonomi lain di

depan (sektor hilir) dan dibelakangnya (sektor hulu), sektor pertanian produsen

seharusnya terikat erat dalam apa yang disebut sebagai sistem agribisnis. Dalam

perspektif agribisnis, sektor hulu seharusnya terdiri dari perusahaan jasa

penelitian, perusahaan benih dan pemuliaan, industri pakan, mesin pertanian,

bahan pengendali hama dan penyakit, industri pupuk, lembaga penyewaan mesin

dan alat-alat pertanian, jasa pergudangan, perusahaan bangunan pertanian,

asuransi, agen periklanan, mass-media pertanian, serta jasa konsultasi ilmu

pertanian (Kahana, 2008)

Hortikultura merupakan Subsektor penting dalam memenuhi kebutuhan

pokok manusia. Khususnya tanaman buah dan sayuran merupakan komoditas

hortikultura yang berkembang pesat di Indonesia. Kebanyakan sayuran

mempunyai nilai komersial yang cukup tinggi disebabkan produk hortikultura ini

Page 15: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

2

senantiasa dikonsumsi setiap saat. Komoditas unggulan nasional hortikultura

adalah pisang, mangga, manggis, jeruk, durian, anggrek, rimpang, kentang,

bawang merah, dan cabai (Direktorat Jenderal Hortikultura 2008).

Cabai merupakan salah satu produk hortikultura yang banyak diminati

oleh masyarakat karena memiiki kandungan gizi yang bermanfaat bagi kesehatan.

Cabai dapat dikonsumsi dalam keadaan mentah ataupun diolah terlebih dahulu

sesuai dengan kebutuhan yang akan digunakan. Cabai juga menjadi komoditas

agribisnis yang besar pengaruhnya terhadap dinamika perokonomian nasional

sehingga dimasukkan dalam jajaran komoditas penyumbang inflasi yang terjadi

setiap tahun (Heryanto S,et all, 2018).

Sistem pemasaran yang efisien akan mendorong rendahnya margin

pemasaran sehingga perbaikan pendapatan dipihak produsen, harga yang relatif

murah bagi konsumen serta keuntungan yang normal bagi para pelaku kegiatan

pemasaran akan tercapai. Sebuah sistem pemasaran dikatakan efisien apabila

semua kegiatan pemasaran yang meliputi kegiatan pengumpulan komoditas

ditingkat petani (tersebar pada daerah yang cukup luas), kemasan komoditas,

transportasi, pengolahan serta distribusi (wholesaling dan retailing) berjalan

dengan biaya minimum(Ahmad Sofanudindan Eko Wahyu Budiman,2017).

Setiap awal panen, petani cabai tidak menjual langsung hasil produksinya

ke pasar-pasar di kota besar disebabkan oleh keterbatasan yang dimiliki petani,

seperti alat transportasi, pengepakan, dan kegiatan lainnya yang berhubungan

dengan pemasaran komoditi tersebut. Hal ini mendorong petani untuk menjual

hasil produksinya kepada pedagang pengumpul. Sebaliknya, bagi petani yang

Page 16: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

3

tidak terikat pinjaman, bebas dalam menentukan pilihan kepada siapa ia akan jual

hasil produksinya seperti menjual langsung kepada konsumen pemakai melalui

pasar-pasar di tingkat desa atau tingkat kecamatan. Biasanya petani yang

demikian mencari pembeli dengan harga tertinggi(Setiadi,2009).

Tataniaga cabai sering terjadi perbedaan antara harga di tingkat petani

dengan harga ditingkat konsumen. Perbedaan ini sering tidak seimbang antara

harga diterima petani dengan harga ditingkat konsumen, hal ini disebabkan karena

mata rantai tataniaga yang dilalui hingga ke tangan konsumen cukup panjang.

Panjangnya mata rantai ini menyebabkan biaya tataniaga menjadi beban biaya

proses pemasaran yang akhirnya akan mengurangi profit mata rantai pemasaran..

Untuk mengetahui saluran mana yang dianggap paling baik dapat diketahui

dengan cara menghitung jumlah penjualan / pembelian barang pada setiap masing

- masing saluran. Besar kecil margin pemasaran dipengaruhi oleh perubahan biaya

pemasaran, keuntungan perantara, harga dibayarkan oleh konsumen dan harga

diterima oleh petani (produsen) (Nurhidayana, et.all, 2012).

Menurut Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Bone

(2018), bahwa, perkembangan produksi, perkembangan luas tanam, penggunaan

teknologi, dan tidak ada informasi alur distribusi atau jaringan pemasaran baik di

tingkat regional maupun pasar lokal. Selain itu, karena persebaran produksinya

tidak merata sepanjang tahun di seluruh daerah, maka menyebabkan harganya

tidak merata dan menjadi tidak stabil. Hal ini berdampak pada keputusan investasi

petani cabai rawit akibat ketidakpastian penerimaan yang akan diperoleh karena

petani menanggung risiko usaha yang tinggi.

Page 17: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

4

Berdasarkan kondisi dilapangan bahwa, para petani cabai rawit di Desa

Paccing memiliki ketergantungan dengan pihak pedagang pengumpul desa. Hal

ini terjadi akibat adanya masalah keterbatasan ilmu dan pengalaman serta

diperlukan modal yang besar seperti menyewa alat transportasi dalam

mendistribusikan cabai rawit, sehingga menjadikan petani di Desa Paccing tidak

berani untuk terjun langsung ke pasar, sehingga keuntungan yang didapat di

tingkat petani relatif kecil. Kondisi ini melemahkan posisi petani karena daya

tawar petani yang lemahkhususnya dalam penetapan harga,sehinggapetani

menjadi pihak yang sering kali dirugikan akibat adanya fluktuasi harga dan para

pedaganglah yang mendapatkan akses lebih untuk memperoleh harga yang lebih

tinggi. Sebagai produsen, petani tidak memiliki posisi tawar yang tinggi dalam hal

penentuan harga dipasar sehingga petani hanya berperan sebagai price taker.

Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan pada sistem pemasaran, sehingga para

petani cabai rawit merah diharapkan dapat memperoleh bagian harga yang

memadai bagi peningkatan usahataninya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

1. Bagaimana distribusi dan fungsi pemasaran cabai rawit di Desa Paccing

Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone?

2. Bagaimana margin pemasaran, keuntungan pemasaran dan efisiensi

pemasarancabai rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten

Bone?

Page 18: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

5

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahuidistribusi dan fungsi pemasarancabai rawit di Desa

Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone

2. Untuk menganalisis margin pemasaran, keuntungan pemasaran dan efisiensi

pemasaran cabai rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten

Bone

Kegunaan penelitian ini adalah

1. Untuk menambah informasi bagi konsumen tentang kegiatan distribusi yang

terjadi dipasar, dimana Cabai Rawit yang diinginkan dapat sampai ke tangan

konsumen.

2. Produsen cabai rawit, sebagai informasi untuk membantu dalam perencanaan

produksi dan pemasarannya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan

petani

3. Informasi bagi para peneliti yang akan meneliti hal yang berhubungan

dengan pemasaran cabai rawit

Page 19: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cabai Rawit

Cabai rawit merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang

memiliki nama ilmiah Capsicum Frutescens L.. Permintaan cabai rawit yang

tinggi untuk kebutuhan bumbu masakan, industri makanan, dan obat-obatan

merupakan potensi untuk meraup keuntungan. Tidak heran jika cabai rawit

merupakan komoditas hortikultura yang mengalami fluktuasi harga paling tinggi

di Indonesia. (Nathallya Angel Josine, et all,2018).

Cabai rawit (Capsicum frutescens) memiliki ukuran buah yang kecil

dengan rasa yang pedas bila dibandingkan dengan cabai besar. Tanaman cabai

rawit dikenal sebagai tanaman cabai paling mudah beradaptasi dengan lingkungan

tempat tumbuhnya dan tanaman yang luwes dibudidayakan. Namun daerah

tumbuh yang paling cocok yaitu dataran dengan ketinggian 0-500 meter dari

permukaan laut. Kondisi tanah secara umum harus subur dengan derajat keasaman

(ph) tanah antara 6,0 ‐ 7,0. Kelembaban tanahnya harus cukup dengan ditandai

oleh kandungan air yang tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Tanah tersebut

juga mempunyai suhu yang sedang, tidak terlalu panas, dan tidak terlalu tinggi

yaitu berkisar antara 15° ‐ 28°C. Hanya saja, cabai rawit yang ditanam di tempat

yang berbeda akan menghasilkan produksi yang berbeda pula. Oleh karena itu,

cabai rawit lebih unggul dibandingkan dengan cabai besar. Keunggulan tersebut

yaitu cabai rawit lebih tahan terhadap hama penyakit khususnya penyakit layu

bakteri, busuk buah, dan bercak daun (Setiadi,2009).

Page 20: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

7

Menurut Santika (1999) usahatani cabai yang berhasil

memangmenjanjikan keuntungan yang menarik. Akan tetapi, untuk

mengusahakan cabaijuga diperlukan keterampilan dan modal yang cukup

memadai. Selain itu, tidakjarang pengusaha cabai menemui kegagalan dan

kerugian yang berarti. Untukmengantisipasi kemungkinan tersebut, diperlukan

keterampilan dalam penerapanpengetahuan dan teknik budidaya cabai yang benar

sesuai dengan daya dukungagroekosistemnya. Berbagai aspek agronomis antara

lain, pemilihan benih yangbaik, pemilihan benih yang cocok, ketersediaan air, dan

penguasaan teknikbudidaya termasuk mengantisipasi kemungkinan serangan

hama serta penyakit –menjadi kunci penting keberhasilan usahatani cabai di

Indonesia

Cabai rawit memiliki beberapa varietas, salah satunya yaitu cakra putih.

Cakra putih merupakan varietas cabai rawit merah yang berwarna putih

kekuningan saat muda dan akan berubah merah cerah saat masak. Pertumbuhan

tanaman varietas ini sangat kuat dan membentuk banyak percabangan. Posisi buah

tegak ke atas dengan bentuk agak pipih dan rasa sangat pedas. Optimal hasil

panen varietas ini mampu menghasilkan buah 12 ton per hektarnya dengan

ratarata 300 buah per tanaman. Cakra putih dapat dipanen pada umur 85-90 hari

setelah tanam. Keunggulan dari varietas ini yaitu tahan terhadap serangan

penyakit antraknose (Rukmana 2002).

Kondisi yang dikehendaki dalam budidaya tanaman cabai rawit meliputi

suhu, kelembapan udara, curah hujan, ketinggian tempat, dan jenis tanah. Suhu

optimal untuk penanaman cabai rawit berkisar antara 18 oC sampai dengan 30 oC.

Page 21: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

8

Kelembapan udara yang cocok untuk tanaman cabai rawit adalah 60% sampai

dengan 80%. Curah hujan yang dikehendaki dalam budidaya tanaman cabai rawit

berkisar antara 600 mm sampai dengan 1.250 mm per tahun. Tempat yang paling

cocok untuk penanaman cabai rawit adalah daerah yang berada pada ketinggian

antara 0 m sampai dengan 500 m di atas permukaan laut. Tanaman cabai rawit

dapat tumbuh dengan baik pada tanah lumpur berpasir maupun liat berpasir yang

memiliki struktur gembur. Pertumbuhan tanaman akan optimal pada tanah yang

memiliki kandungan bahan organik tinggi, serta memiliki pH antara 6 sampai

dengan 7 (Setiadi, 2009).

Kandungan gizi dalam cabai rawit mengandung berbagai macam senyawa

yang berguna bagi tubuh manusia. Kandungan vitamin pada cabe adalah vitamin

A dan C serta mengandung minyak arteri yang rasanya pedas dan memberi

kehangatan bila digunakan sebagai rempah - rempah ( bumbu).

2.2 Pemasaran

Kotler (2002) pemasaran adalah suatu proses atau sistem yang

menjembatani gap antara apa yang diproduksi dan apa yang diinginkan

konsumen. Pemasaran juga dapat diartikan sebagai salah satu kegiatan dalam

perekonomian yang membantu dalam menciptakan nilai ekonomi. Nilai ekonomi

itu sendiri menentukan harga barang dan jasa. Faktor penting dalam menciptakan

nilai tersebut adalah produksi, pemasaran dan konsumsi. Pemasaran menjadi

penghubung antara kegiatan produksi dan konsumsi sehingga sistem pemasaran

merupakan suatu kesatuan konseptual yang secara fisik terdiri dari bagian-bagian

yang bekerja bersama dalam suatu kesatuan yang terorganisasi. Dalam kegiatan

Page 22: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

9

pemasaran ini, aktivitas pertukaran merupakan hal sentral. Pertukaran merupakan

kegiatan pemasaran dimana seseorang berusaha menawarkan sejumlah barang

atau jasa dengan sejumlah nilai keberbagai macam kelompok sosial untuk

memenuhi kebutuhannya. Pemasaran sebagai kegiatan manusia diarahkan untuk

memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran.

2.2.1 Distribusi Pemasaran

Distribusi pemasaran adalah usaha yang dilakukan untuk menyampaikan

barang dan jasa dari produsen ke tangan konsumen yang didalamnya terlibat

beberapa lembaga pemasaran yang menjalankan fungsi-fungsi pemasaran.

(Sudiyono, 2004).

Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih

distribusi pemasaran yaitu :

1. Pertimbangan pasar yang meliputi konsumen sasaran akhir mencakup

pembeli potensial, kosentrasi pasar secara geografis, volume pesanan dan

kebiasaan pembeli.

2. Pertimbangan barang yang meliputi nilai barang per unit, besar dan berat

barang, tingkat kerusakan, sifat teknis barang, dan apakah barang tersebut

untuk memenuhi pesanan atau pasar.

3. Pertimbangan internal perusahaan yang meliputi sumber permodalan,

kemampuan dan pengalaman penjualan.

4. Pertimbangan terhadap lembaga perantara, yang meliputi pelayanan

lembaga perantara, kesesuaian lembaga perantara dengan kebijaksanaan

produsen dan pertimbangan biaya.

Page 23: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

10

Menurut Hanafiah dan Saefudin (2004) menjelaskan panjang pendeknya

saluran pemasaran tergantung pada :

1. Jarak antara produsen dan konsumen

Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen makin panjang saluran

pemasaran yang terjadi.

2. Skala produksi

Semakin kecil skala produksi, saluran yang terjadi cenderung panjang karena

memerlukan pedagang perantara dalam penyalurannya.

3. Cepat tidaknya produk rusak

Produk yang mudah rusak menghendaki saluran pemasaran yang pendek,

karena harus segera diterima konsumen.

4. Posisi keuangan pengusaha

Pedagang yang posisi keuangannya kuat cenderung dapat melakukan lebih

banyak fungsi pemasaran dan memperpendek saluran pemasaran.

Saluran pemasaran adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk

menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai kekonsumen atau pemakai

industry, (Basu Swastha, 2003)

Jenis saluran distribusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Saluran distribusi langsung, Saluran ini merupakan saluran distribusi yang

paling sederhana dan paling rendah yakni saluran distribusi dari produsen ke

konsumen tanpa amenggunakan perantara. Disni produsen dapat menjual

barangnya melalui pos atau mendangi langsung rumah konsumen, saluran ini

bisa juga diberi istilah saluran nol tingkat.

Page 24: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

11

b. Saluran disrtibusi yang menggunakan satu perantara yakni melibatkan

produsen dan pengecer. Disini pengecer besar langsung membeli barang

kepada produsen, kemudian menjualnya langsung kepada konsumen. Saluran

ini biasa disebut dengan saluran satu tingkat.

c. Saluran distribusi yang menggunakan dua kelompok pedagang besar dan

pengecer, saluran distrinusi ini merupakan saluran yang banyak dipakai oleh

produsen. Disini produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar

kepada pedagang besar saja, tidak menjual kepada pengecer pembelian oleh

pengecer dilayani oleh pedagang besar dan pembelian oleh konsumen hanya

dilayani oleh pengecer saja. Saluran distribusi semacam ini disebut juga

saluran distribusi dua tingkat

d. Saluran distribusi yang menggunakan tiga pedagang perantara. Dalam hal ini

produsen memilih agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya

kepada pedagang besar yang kemudian menjualnya kepada took-toko kecil.

Saluran distribusi seperti ini dikenal juga dengan istilah saluran distribusi

tiga tingkat. (Kotler, 2002).

2.2.2 Fungsi Pemasaran

Menurut Armand (2002), lembaga pemasaran merupakan badan usaha atau

individu yang menyelanggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari

produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha

atau individu lainnya. Dalam melakukan fungsi pemasaran pada prinsipnya ada

empat tipe fungsi pemasaran yaitu:

Page 25: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

12

1. Fungsi pertukaran (Exchange Function) dalam pemasaran produk-produk

pertanian meliputi kegiatan yang menyangkut pengalihan hak pemelikan

dalam sistem pemasaran. Fungsi pertukaran ini terdiri dari fimgsi penjualan

dan pembelian.

2. Fungsi fisik (Physycal Function) meliputi kegiatan-kegiatan yang secara

langsung diperlukan terhadap komoditi-komoditi pertanian, sehingga

komoditi-komoditi pertanian tersebut mengalami tambahan guna tempat dan

guna waktu.

3. Fungsi penyediayaan fasilitas (Fasilatating Functition), pada hakekatnya

adalah untuk melancarkan fungsi pertukaran dan fungsi fisik, yang meleputi

standarisasi, penanggulangan resiko, informasi harga, dan penyediaan dana.

4. Fungsi penyimpanan, dalam masyarakat modern sangat kompleks sekali dan

membutuhkan biaya yang besar sekali. Usaha untuk mengurangi biaya fungsi

penyimpanan ini yang dapat di lakukan adalah 1) menyediakan struktur dan

konstruksi tempat penyimpanan sesuai dengan karakteristik hasil pertanian,

2) penggunaan bahan kimia untuk mengurangi atau menhindari serangan

hama penyakit selama penyimpanan, 3) perlu dilakukan pengendalian hasil

sebelum dilakukan penyimpanan, 4) penetapan waktu panen yang sesuai, dan

5) menekan ongkos fasilitas fisik yang kurang penting.

Apabila Fungsi-fungsi pemasaran diatas berjalan dengan lancar maka aliran

produk pertanian dari produsen sampai kepada konsumen akhir mengalami

kenaikan nilai guna komoditi-komoditi pertanian.

Page 26: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

13

2.2.3 Lembaga Pemasaran

Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang

menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen ke

konsumen akhir, serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu

lainnya.Lembaga pemasaran muncul karena adanya keinginan konsumen untuk

memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu (time utility), tempat (place

utility), dan bentuk (form utility)(Winardi, 2004).

Pada umumnya alasan utama perusahaan menggunakan perantara adalah

bahwa perantara dapat membantu meningkatkan efisiensi distribusi. Dengan

adanya perantara, maka kontak penjualan yang terjadi antara produsen dengan

pembeli lebih banyak dan sering terjadi. Hal ini berati memasukkan perantara

kedalam saluran distribusi akan mengurangi jumlah pekerjaan yang harus

dilakukan oleh produsen (Winardi, 2004).

Perantara itu sendiri di bagi menjadi dua :

a. Pedagang Perantara

Pada dasarnya, pedagang perantara(merchant middleman) ini bertanggung

jawab terhadap pemilikan semua barang yang dipasarkannya. Dalam

hubungannya dengan pemindahan, kegiatan pedagang perantara ini berbeda

dengan lembaga lain. Berbagai macam perantara agen, antara lain : perusahan

transpor, perusahaan pergudangan dan sebagainya adapun lembaga–lembaga yang

termasuk dalam golongan pedagang perantara menurut (Swastha dan

Irawan,2007)adalah :

Page 27: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

14

1) Pedagang besar

Pedagang besar adalah sebuah unit usaha yang membeli dan menjual

kembali barang–barang kepada pengecer dan pedagang lain dan atau kepada

pemakai industri, pemakai lembaga, dan pemakai yang tidakmenjual dalam

volume yang sama kepada konsumen akhir .

2) Pengecer

Pengecer adalah sebuah lembaga yang melakukan kegiatan usaha

menjual barang kepada konsumen akhir untuk keperluan pribadi (non bisnis).

b. Agen Perantara

Agen perantara ini dibedakan dengan pedagang perantara karena tidak

mempunyai hak milik atas semua barang yang ditangani. Dengan demikian

agen dapat didefinisikan, sebagai lembaga yang melaksanakan perdagangan

dengan menyediakan jasa-jasa atau fungsi khusus yang berhubungan dengan

penjualan atau distribusi barang, tetapi mereka tidak mempunyai hak untuk

memiliki barang yang diperdagangkan (Swastha dan Irawan, 2007).

Keuntungan dalam menggunakan perantara adalah :

a. Membantu mencari konsumen

b. Membantu dalam kegiatan promosi

c. Membantu penyediaan informasi

d. Membantu dalam pengepakan dan pembungkusan. (Swastha Irawan, 2007)

Penetapan saluran distribusi sangat penting bagi perusahaan sebab suatu

saluran distribusi yang tepat akan dapat memperlancar arus barang dan jasa

sampai ke konsumen akhir

Page 28: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

15

2.3Margin dan Efisiensi Pemasaran

Margin pemasaran adalah perbedaan antara harga di tingkat lembaga

pemasaran di dalam sistem pemasaran. Pengertian marjin sering digunakan untuk

menjelaskan fenomena yang menjebatani gap antara pasar di tingkat petani

dengan pasar di tingkat eceran (Asmarantaka 2009).

Definisi margin pemasaran adalah perbedaan harga yang di terima petani

dengan harga yang di bayarkan konsumen untuk produksi yang sama. Margin

pemasaran termasuk semua biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses

pemindahan barang mulai dari petani produsen hingga kekonsumen akhir serta

keuntungan yang di peroleh oleh lembaga pemasaran. Besar kecilnya marjin

pemasaran di pengaruhi oleh biaya pemasaran, keuntungan lembaga pemasaran

serta jumlah permintaan dan penawaran. Keuntungan adalah selisih antara harga

yang dibayarkan oleh kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh

pembeli terakhir (margin) setelah dikurangi biaya pemasaran, labah merupakan

sisa lebih dari hasil penjualan diurangi dengan harga pokok barang yang dijual

dan biaya-biaya lainnya, (Soerkartawi, 2005).

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap margin pemasaran adalah :

a. Biaya Pemasaran

Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran

untuk melaksanakan berbagai fungsi pemasaran. Biaya pemasaran ini akan

berpengaruh terhadap margin keuntungan yang akan diterimah oleh lembaga

pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran komoditi tersebut. (Sudiyono,

2004)

Page 29: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

16

b. Keuntungan Lembaga Pemasaran

Keuntungan lembaga pemasaran seringkali di katakan sebagai unsur utama

yang membedakan tingginya margin pemasaran, yaitu sebagai akibat terlalu

banyak dan tidak efesiennya pedagang-pedagang didalam pemasaran. Ada tiga

metode untuk menghitung margin pemasaran yaitu dengan memilih dan

mengikuti saluran pemasaran dari komoditi spesifik, membandingkan harga pada

berbagai level pemasaran yang berbeda dan mengumpulkan dan penjualan dan

pembelian kotor tiap jenis pedagang. Masing- masing metode ini memiliki

kekurangan dan kelebihan. Margin menurut jenisnya dibedakan menjadi marjin

absoult dan persen margin (Sudiyono, 2004)

Komponen margin pemasaran terdapat dua yaitu komponen biaya

pemasaran dan komponen keuntungan lembaga pemasaran. Besarnya biaya

pemasaran dan keuntungan lembaga pemasaran berbeda-beda untuk setiap jenis

produk dan tingkat lembaga pemasaran. Perbedaan waktu dilakukan

kegiatan/aktivitas pemasaran juga merupakan salah satu faktor yang

menimbulkan perbedaan pada biaya dan marjin keuntungan dan yang didapatkan

oleh lembaga pemasaran(Saipuddin, 2002).

Margin pemasaran adalah selisih harga dari dua tingkat rantai pemasaran

atau selisih harga yang dibayarkan di tingkat pengecer (konsumen) dengan harga

yang diterima oleh produsen. Dengan kata lain, margin pemasaran merupakan

perbedaan harga ditingkat konsumen (harga yang terjadi karena perpotongan

kurva permintaan primer dengan kurva penawaran turunan) dengan harga di

Page 30: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

17

tingkat produsen (harga yang terjadi karena perpotongan kurva penawaran primer

dengan permintaan turunan) (Hastuti dan Rahim, 2007).

Marjin pemasaran yaitu selisih harga jual dengan harga beli dan

merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi

suatu sistem pemasaran. Marjin pemasaran terdiri dari biaya pemasaran dan

keuntungan lembaga pemasaran. Dalam pembahasan ini akan diuraikan marjin

pemasaran melalui dari tingkat pedagang pengumpul desa sampai ke pedagang

besar pada masing-masing saluran pemasaran(Rosmawati, H, 2011).

Efisisensi pemasaran merupakan tolak ukur atas produktivitas proses

pemasaran dengan membandingkan sumberdaya yang digunakan terhadap

keluaran yang dihasilkan selama berlangsungnya proses pemasaran (Downey dan

Steven, 1994 dalam Hastuti dan Rahim, 2007).

Efisiensi pemasaran merupakan pangkal pokok dari tujuan yang ingin

dicapai dalam setiap sistem pemasaran hasil pertanian danmerupakan fokus utama

dalam penelitian ini yakni bagaimanamendistribusikan hasil pertanian dari

produsen ke konsumen dengan caraefisien. Dalam literature mengenai pemasaran,

terdapat beberapa defenisiyang cukup berbeda antar ahli dalam memaknai

efesiensi pemasaran.Secara umum, suatu system pemasaran dikatakan efisien

apabila mampumeyampaikan produk dari tingkat petani ke tangan konsumen

akhirdengan cara memuaskan kepentingan semua stakehsolders dalampemasaran

secara adil sesuai dengan tingkat pengorbanannya masing-masing(Rosmawati, H,

2011).

Page 31: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

18

2.4. Kerangka Pikir

Pemasaran menjadi hal yang sangat penting artinya ketika suatu hal barang

telah di produksi. Tidak semua orang mampu memproduksi suatu barang sendiri

sehingga pemasaran harus dijalankan, agar setiap orang mebutuhkan dapat

memenuhi kebutuhan akan suatu barang tersebut untuk dapat menyalurkan

produksinya dari tangan produsen ketangan konsumen akhir membutukan

lembaga pemasaran, karena tidak semua produsen dapat menyampaikan langsung

ketangan konsumen akhir terkait dalam proses pemasaran, yang terlibat dalam

proses pemasaran produk pertanian sangat beragam tergantung jenis barang apa

yang dipasarkan.

Cabai rawit merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan nasional

dan memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Kebutuhan cabai rawit merah terus

meningkat setiap tahun sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan

berkembangnya industri yang membutuhkan bahan baku cabai rawit merah.

Selain itu, cabai tidak dapat disubstitusi oleh komoditas lain, sehingga bila terjadi

ketidakseimbangan antara produksi dan serapan pasar pasti akan terjadi fluktuasi

harga. Salah satu faktor yang menjadi penyebab terjadinya ketidakseimbangan

tersebut yaitu pola produksi dan pola tanam yang tidak terencana dan tidak

terkoodinasi antar tiap kabupaten sentra produksi cabai rawit merah sehingga

petani-petani cabai rawit memperoleh pendapatan yang fluktuatif sehingga

pendapatan menjadi tidak pasti.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat skema tentang

kerangka pemikiran pada gambar 1 berikut.

Page 32: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

19

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Pola Distribusi Dan Efisiensi Pemasaran

Cabai Rawit Di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone

Usahatani Cabai Rawit

Produsen Cabai Rawit

(Petani Cabai Rawit)

Distribusi/Pemasaran Margin

Pemasaran

Pemasaran Cabai Rawit

(Petani Cabai Rawit)

Efisiensi

Pemasaran

Konsumen Akhir Cabai Rawit

Page 33: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

20

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng

Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan. Penentuan lokasi penelitian

dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa daerah

tersebut merupakan salah satu sentra produksi cabai rawit di Kabupaten Bone.

Penelitian akandilakukan pada bulan November 2019 – Januari 2020

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu petani yang membudidayakan cabai

rawit yang berada di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone,

dengan jumlah keseluruhan petani 252 orang.Penentuan sampel dilakukan dengan

metode acak sederhana (simple random sampling) dengan mengambil sampel 25

orang yaitu 10% populasi petani cabai rawit. (Arikunto, 2006).

Penentuan informanuntuklembaga pemasaran menggunakan purposive

atau secara sengaja. Sampel penelitian ini yaitu pedagang pengumpul sebanyak 2

orang, pedagang besar sebanyak 1 orang.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan

data kuantitatif

a. Data kuantitatif , yaitu data atau informasi yang diperoleh dari petani dan

lembaga pemasaran dalam bentuk angka-angka yang masih perlu

dianalisis.Dalam hal ini penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran

Page 34: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

21

yang sebenarnya mengenai manfaat distribusi pemasaran, dan efisiensi

pemasaran.

b. Data kualitatif, yaitu data atau informasi yang diperoleh dari petani dan

lembaga pemasaran baik berupa lisan maupun tulisan, penjelasan dari

interview, wawancara dan observasi dilapangan untuk mendukung penjelasan

dalam analisis data

Sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder:

a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama yaitu

respon yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut. Data ini berupa hasil

wawancara yang diperoleh dari kuesioner berupa tanya jawab dengan petani

dan aparat Desa Paccing.

b. Data sekunder adalah pelengkap bagi data primer yaitu data yang diperoleh

dalam bentuk yang sudah jadi. Periode waktu data ini berupa laporan data

misalnya data produksi, data deskripsi perusahaan dan struktur organisasi.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Observasi pengamatan, dimana observer hanya menjadi penonton saja (non

participant). Untuk melakukan observasi atas kehidupan masyarakat desa

tersebut, observer tidak perlu menjadi penduduk desa tersebut, melainkan

kalau cukup melakukan peninjauan-peninjauan.

b. Wawancara yaitu pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan secara langsung

terhadap petani yang mengenai pemasaran cabai rawit.

Page 35: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

22

c. Dokumentasi yaitu tidak setiap kejadian dapat ditulis dengan jelas didaftar

isian maupun pada saat wawancara, namun bila kejadian tersebut akan dapat

“bercerita” banyak jadi bila mana kejadian tersebut dilukiskan, dengan

gambar atau dengan foto.

3.5 Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui pola distribusi pemasaran dan perantara lembaga

pemasaran pada tingkat lembaga pemasaran, digunakan analisis deskriptif..

Untuk menganalisis pemasaran data harga yang digunakan adalah harga di tingkat

petani (produsen) dan harga di tingkat konsumen, secara sistematis dapat

dirumuskan sebagai berikut

1. Distribusi pemasaran cabai rawit, dianalisis secara deskriptif dengan

menggambarkan pola atau distribusi pemasaran cabai rawit di Desa Paccing

Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone

2. Keuntungan pemasaran adalah penjumlahan dari keuntungan yang diterima

oleh setiap lembaga pemasaran (Handayani, 2011).

Kp = Kp1 + Kp2 + Kp3 +……..+ Kpn

Keterangan : Kp : Keuntungan pemasaran

3. Margin pemasaranmargin pemasaran merupakan selisih harga yang

dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani. Margin pemasaran

dihitung dengan formulasi (Sudiyono, 2001):

MP = Pr – Pf

Page 36: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

23

Keterangan:

MP = Margin Pemasaran (Rp/kg)

Pr = Harga ditingkat konsumen (Rp/kg) Pf = Harga ditingkat petani (Rp/kg)

4. Sedangkan untuk mengetahui efisiensi pemasaran dihitung dengan

menggunakan rumus :

Eps =

Dimana:

Eps= Efisiensi pemasaran (%)

BP = Biaya Pemasaran (Rp/kg)

HE = Harga ditingkat Konsumen (Rp/kg)

Dengan Kriteria : 1) Ep < 50 % yaitu Efisien.

2) Ep > 50 % yaitu Tidak Efisien

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional yang digunakan selama penelitian ini yaitu meliputi

pengertian-pengertian yang digunakan untuk memudahkan dalam pengambilan

data dan informasi sarta menyamakan persepsi:

1. Cabai rawit adalah tanaman yang dibudidayakan petani di Desa Paccing

2. Pemasaran adalah tata urutan atau jalur pemasaran cabai rawit yang dimulai

dari petani produsen sampai konsumen.

3. Pola distribusi pemasaran adalah distribusi pemasaran cabai rawit di Desa

Paccing dari produsen ke konsumen.

Page 37: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

24

4. Petani cabai rawit adalah orang yang membudidyakan tanaman cabai merah

atau yang memiliki pohon cabai rawit, kemudian menggunakan hasil

produksi usahataninya atau menjualnya.

5. Lembaga pemasaran adalah orang atau lembaga yang terlibat langsung dalam

proses pengaliran barang dari petani produsen sampai konsumen.

6. Pedagang besar adalah lembaga yang membeli cabai rawit dalam jumlah

besar dari pedagang pengumpul atau langsung dari petani produsen.

7. Pedagang pengecer adalah lembaga yang menjual cabai rawit dari pedagang

besar ke konsumen akhir dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan

keinginan konsumen dalam partai kecil.

8. Konsumen adalah pembeli cabai rawit atau pedagang dalam bentuk bahan

mentah dari petani yang kemudian diolah kembali menjadi bahan baku

Page 38: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

25

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1KondisiGeografis

Desa Paccing dahulu merupakan salah satu desa di Kecamatan Tonra,

Pada Tahun 1998 terjadi pemekaran menjadi Kecamatan Patimpeng dengan

sembilan desa lain di Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone. Desa Paccing

terdiri atas enam (6) dusun yakni Dusun Paccing, Dusun Barugae,Dusun Kaccope,

Dusun Takue, Dusun salihu dan Dusun Pelleng-pellenge. Desa Paccing adalah

desa pertanian dan perkebunan.

Luas Desa Paccing sekitar 1638,4 Ha, sebagian besar lahan di Desa

Paccing digunakan sebagai lahanpertanian, perkebunan dan peternakan selebihnya

tempat tinggal.Iklim Desa Paccing sebagaimana desa-desa lain di wilayah

Indonesia beriklim tropis dengan dua musim, yakni musim Kemarau dan musim

Hujan.

Wilayah Desa Paccingsecara umum adalah daerah dataran rendah

memiliki kondisi geografi, pada umumnya dataran tinggi, dengan batas-batas

wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Timur : Desa Talabangi Kecamatan Patimpeng

- Sebelah Utara : Desa Massila Kecamatan Patimpeng

- Sebelah Barat : Desa Polewali Kecamatan Libureng

- Sebelah Selatan : Desa Hulo Kecamatan Kahu

Wilayah Desa Paccing berada pada ketinggian + 300 m sampai dengan

2500 m ditas permukaan laut. Secara umum keadaan geografisnya 92 % dataran

Page 39: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

26

rendah, dan 8 % perbukitan. Curah hujan pertahun berkisar 100 mm dengan suhu

udarah rata-rata 29 0C.Kondisi tanah yang cocok untuk tanaman cabai memiliki

derajat keasaman (ph) tanah antara 6,0 ‐ 7,0. Kelembaban tanahnya harus cukup

dengan ditandai oleh kandungan air yang tidak berlebihan dan tidak kekurangan.

Tanah tersebut juga mempunyai suhu yang sedang.( Kantor Desa Paccing, 2019).

4.2KeadaanPenduduk

4.2.1Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di wilayah Desa Paccing 2.221 jiwa, dengan kepala

keluarga 624 Dimana wanita berjumlah 1.178 jiwa lebih banyak dari laki-laki

dengan jumlah 1.043 jiwa, yang terbagi atas beberapa kelompok :

a. Bayi : 42 orang

b. Balita : 138 orang

c. BUMIL : 45 orang

d. WUS : 666 orang

e. PUS : 415 orang

f. USILA : 473 orang

g. Penduduk Prasejahtra : 140 orang

Adapun distribusi penduduk menurut jenis kelamin dan desa seperti tabel berikut :

Tabel 1 Distribusi Penduduk menurut jenis kelamin dan Desa diwilayah kerja Desa

Paccing Tahun 2019.

No Desa Jumlah penduduk

Total Laki-laki Perempuan

1

Paccing

1.108 1.161

2269

Jumlah 1.108

1.161

2269

Page 40: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

27

Sumber : Kantor Desa Paccing, 2019

Tabel 2 Distribusi Penduduk menurut tingkat Pendidikan di wilayah Kecamatan

Patimpeng Tahun 2019

No Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase (%)

1

2

3

4

5

6

Tidak tamat SD / Sederajat

Tamat SD / Sederajat

Tamat SLTP / Sederajat

Tamat SMU / Sederajat

Tamat Perguruan Tinggi

Tidak Sekolah

375

672

275

255

206

438

16

30

13

12

10

19

Jumlah 2.269 100 %

Sumber : Kantor Desa Paccing, 2019

Jumlah Penduduk di wilayah Desa Paccing adalah 2.269 jiwa dengan luas

wilayah 1638,4 Ha .

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kualifikasi Pekerjaan di Desa

Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone, 2019

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah Jiwa

1 Petani 802

2 Pedagang 302

3 Pegusaha 213

4 PNS 236

5 Lain-Lain 720

Jumlah 2.269

Sumber : Kantor Desa Paccing, 2019.

Page 41: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

28

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk berdasarkan mata

pencaharian yang terbanyak adalah sebagai petani yaitu sebanyak 802 orang,

sedang yang bermata pencaharian sebagai pengusaha yang paling sedikit yaitu

berjumlah 213 orang. Dengan demikian penduduk Desa Paccing Kecamatan

Patimpeng yang didominasi yang bermata pencaharian petani yang berorientasi

pada pertanian tanaman pangan dan hortikultura, khusus petani yang menanam

cabai rawit sebanyak 252 orang petani

4.3. Keadaan Pertanian

4.3.1. Keadaan Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan

Keadaan pertanian di Desa Paccing mengenai sumberdaya buatan sektor

pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan sektor perikanan. Untuk

sektor pertanian tanaman pangan khususnya padi sudah lama berkembang di

kalangan penduduk Desa Paccing dan merupakan komoditas utama untuk

memenuhi konsumsi lokal dimana luas sawah menempati luasan yang sangat

besar, sehingga dalam pola pengembangan budidaya tanaman padi sawah melalui

pola intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi.

Usaha pertanian lainnya selain tanaman padi adalah tanaman cabai rawit.

Berdasarkan keadaan bio fisik lingkungan terutama iklim, pengembangan

komoditas hortikultura (sayuran dan buah-buahan) sangat baik dan sesuai dengan

potensi wilayah yang berada pada daerah ketinggian. Untuk lebih jelasnya

komoditas tanaman pangan yang dibudidayakan petani di Desa Paccing

Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone,dapat dilihat pada Tabel 4.

Page 42: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

29

Tabel 4. Jenis Komoditas Tanaman Pangan yang Dibudidayakan Masyarakat di

di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone,2019

No Jenis komoditas Luas (ha) Persentase

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Padi

Jagung

Kacang tanah

Ubi kayu

Cabai Rawit

Cengkeh

Kakao

Ubi Jalar

Lain-Lain

529,50

395,00

120,00

95,00

248,00

90,50

80,00

62,00

74,00

69,00

9,32

1,50

0,60

7,50

2,86

7,22

1,50

0,50

Jumlah 1610,00 100,00

Sumber : Kantor Desa Paccing, 2019

Tabel 4 menunjukkan bahwa luas tanam jenis komoditas terbesar di

Desa Desa Paccing adalah tanaman padi yaitu sebesar 529,5 Ha atau 69,00%. Dan

tanaman cabai rawit sebesar 248,00 ha Hal ini menunjukkan bahwa

pengembangan tanaman pangan mempunyai prospek yang cerah, sehingga

membutuhkan dukungan pemerintah terkait dalam hal ini petugas Penyuluh

Pertanian dalam mengembangkan pengetahuan petani

Page 43: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

30

V.HASILDANPEMBAHASAN

5.1 Identitas Petani Cabai Rawit

Petani dalam mengelola usahataninya juga dapat menetapkan atau

menentukan alternatif yang ingin diusahakan pada setiap bidang lahannya, salah

satu diantaranya adalah menentukan komoditi apa yang akan diusahakan. Namun

demikian seorang petani tidak terlepas dari faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi usahatanicabairawit antara lain umur, tingkat pendidikan, jumlah

tanggungan keluarga dan pengalaman berusahatani serta luas lahan.

5.1.1 Umur

Petani muda yang sehat mempunyai kemampuan fisik untuk bekerja dari

pada petani tua, petani muda juga umumnya lebih cepat menerima hal baru dari

pada petani yang berusia lanjut, karena mereka lebih berani menanggung resiko,

dan juga karena mereka masih kurang memiliki pengalaman sehingga petani

muda harus lebih dinamis supaya mendapat pengalaman baru lebih cepat untuk

pembangunan usahataninya. Sebaliknya petani yang relatif tua memiliki kapasitas

pengelolaan yang lebih baik dan matang karena memiliki banyak pengalaman.

(Tuwo.A, 2011)

Page 44: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

31

Tabel 6Jumlah Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Paccing

Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone.

No Tingkat (Umur) Jumlah(orang) Persentase(%)

1. 32 – 38 10 40,00

2. 39 – 45 7 28,00

3. 46 – 52 8 32,00

Total 25 100,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020

Tabel 6 dapat diperoleh gambaran bahwa umur petani responden

bervariasi mulai usia 32 tahun hingga lebih dari 52 tahun, sedangkan persentase

terendah pada kelompok umur 39 - 45 tahun 7 orang (28 %). Hal ini

menunjukkan bahwa pada rentang umur masih ingin menambah informasi dan

pengetahuan tentang produksi cabai rawit.Terlihat pula bahwa petani yang

berumur 32 – 38 tahun memiliki jumlah 10 orang (40%) sebagai persentase

tertinggi, hal ini menunjukkan bahwa pada rentang umur ini masih memiliki

kemauan dalam upaya meningkatkan produksi cabai rawit, sehingga memberikan

penghasilan tambahan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

5.1.2 Tingkat Pendidikan

Pendidikan petani berupa pendidikan formal dan nonformal. Dalam

penelitian ini pembahasan dikhususkan pada pendidikan formal, dengan melihat

lamanya tahun pendidikan. Dengan pendidikan formal yang memadai, petani

dapat lebih tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam

usahataninya. Selain itu tingkat pendidikan juga mempengaruhi dalam

Page 45: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

32

pengambilan keputusan dalam mengelola usahataninya. Tingkat pendidikan petani

responden dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Tingkat Pendidikan Responden di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng

Kabupaten Bone.

No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

2. SD 14 56,00

3. SMP 6 24,00

4. SMA 5 20,00

Total 25 100,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020.

Tabel 7 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani responden masih

tergolong rendah atau berpendidikan setingkat SD, dengan persentase tertinggi

yaitu 56 persen dengan jumlah 14 orang, hal ini menunjukkan rata-rata petani

pada tingkat pendidikan ini, telah lama berusahatani dan memiliki pengalaman

dari orang tua dalam berusahatana cabai rawit. Walaupun terdapat juga SMA (20

%) dan tingkat SMP (24 %). Jadi tingkat pendidikan petani responden

menunjukkan bahwa pendidikan petani responden di anggap mampu menerima

dan menyerap informasi usahatani cabai rawit dan pemasarannya

5.1.3 Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga akan berpengaruh terhadap usahatani suatu

keluarga petani. Tanggungan keluarga petani responden yang dimaksud adalah

yang terdiri dari istri, anak dan anggota keluarga lainnya yang tidak bersama

maupun bersama dalam satu rumah dan menjadi tanggungan hidup responden.

Jumlah tanggungan keluarga petani responden dapat dilihat pada Tabel 8.

Page 46: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

33

Tabel 8. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden diDesa Paccing Kecamatan

Patimpeng Kabupaten Bone.

No Tanggungan Keluarga

(orang)

Jumlah

(orang) Persentase (%)

1

2

3

1 – 3

4 – 6

7 – 9

10

13

2

40,00

52,00

8,00

Total 25 100,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020

Tabel 8 menunjukkan bahwa persentase jumlah tanggungan keluarga

petani responden yang terbanyak adalah yang mempunyai tanggungan keluarga

antara 4 – 6 orang yaitu sebesar 52 persen, hal ini menujukkan tanggungan petani

semakin lebih besar dalam pemenuhan kebutuhan keluarga dan sisanya yang

terkecil 8 persen adalah responden yang mempunyai tanggungan keluarga 7 – 9

orang. Keadaan demikian sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga

dan untuk peningkatan produksi dalam memenuhi kebutuhannya.

5.1.4 Pengalaman Berusahatani

Pengalaman berusahatani petani responden akan mempengaruhi cara

pengelolaan usahataninya. Semakin banyak pengalaman berusahatani seorang

petani maka semakin banyak pengetahuan yang didapatkan dan dapat diterapkan

dalam berusahatani. mengemukakan bahwa pengalaman berusahatani dikatakan

cukup berpengalaman apabila telah menggeluti usahataninya selama 5 – 10 tahun,

sedangkan sepuluh tahun keatas dikategorikan berpengalaman dan kurang dari 5

Page 47: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

34

tahun dikategorikan kurang berpengalaman. Pengalaman Adapun pengalaman

usahatani petani responden dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Pengalaman Berusahatani Responden di Desa Paccing Kecamatan

Patimpeng Kabupaten Bone.

No Pengalaman Usahatani

(tahun)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

1.

2.

8 – 12

13 – 17

14

1

56,00

4,00

3. 18 – 22 10 40,00

Total 25 100,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020

Tabel 9 menunjukkan bahwa pengalaman petani responden dalam

berusahatani berada pada kisaranantara 8 – 22 tahun, yang mana pengalaman 8

– 12 tahun adalah persentase tertinggi (56 %), hal ini menunjukkan bahwa pada

rentang umur ini lebih besar keingin tauannya dalam usahatani cabai rawit serta

didukung oleh keluarga mereka dalam melanjutkan usahatani cabai

rawit.Padakisaran pengalaman antara 13 – 17 tahun, yakni hanya 4 persen. Hal

ini menunjukkan bahwa pengalaman berusahatani sangat erat hubungannya

dengan keinginan petani mengembangkan usahataninya

5.1.5 Luas Lahan Petani Responden

Berdasarkan kepemilikan lahan, petani yang diambil sebagai responden

adalah petani pemilik penggarap. Perilaku petani pemilik penggarap biasanya

dapat mengalokasikan modal lebih besar, tetapi curahan tenaga kerja yang lebih

Page 48: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

35

sedikit. Untuk lebih jelasnya luas lahan petani responden dapat dilihat pada Tabel

10.

Tabel 10 Kepemilikan Lahan Responden di Desa Paccing Kecamatan

Patimpeng Kabupaten Bone.

No Luas lahan (ha) Jumlah (orang) Persentase(%)

1

2

3

0,20 – 0,40

0,41 – 0,60

0,61 – 0,80

12

8

5

48,00

32,00

20,00

Total 25 100,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020

Tabel 10, diketahui bahwa luas lahan responden berada pada kisaran 0,25 –

0,80 hektar. Luas lahan terbesar adalah petani yang mempunyai luas lahan 0,20 –

0,40 sebesar 48 persen atau sebanyak 12 orang. Hal ini juga berarti bahwa petani

yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki lahan dengan luas yang

relatif agak sempit. Dengan demikian melihat dari potensi lahan yang cukup untuk

usahatani cabai rawit, petani dapat memanfaatkan menjadi lebih baik.

5.2 Distribusidan Lembaga Distribusi Pemasaran Cabai Rawit di Desa

Paccing

Distribusi cabai rawit merupakan kegiatan penyampaian komoditi cabai

rawit dari petani hingga sampai ke konsumen dengan tujuan mendapatkan nilai

uang sebagai balas jasa atas hasil komoditinya. Proses distribusi dilakukan petani

setelah melalui panen selama satu hari atau lebih tergantung keadaan cuaca.

Sistem penjualan yang terjadi pada komoditi cabai rawit di Desa Paccing ada tiga

sistem yaitu pertama, pembeli (konsumen) yang berada di Desa Masila, Desa

Hulo dan Desa Paccing secara langsung ke produsen (petani) cabai rawit. Kedua

melalui perantara yaitu pedagang pengumpul kemudian menjualnya

Page 49: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

36

kepadakonsumen yang ada di Kecamatan Kahu, Salomekko dan Libureng. Ketiga

produsen cabai rawit memasarkan lewat pedagang pengumpul, kemudian ke

pedagang besar yang di Kabupaten Sinjai, kemudian menjualnya ke pedagang

pengecer lalu ke konsumen.

Lembaga saluran distribusi terdiri atas petani, pedagang pengumpul desa

dan kecamatan, pedagang besar, pedagang pengecer dan konsumen. Masing-

masing lembaga distribusi mempunyai peranan penting dalam pemasaran cabai

rawit.

1. Petani Petani merupakan produsen cabai rawit yang mengawali saluran

distribusi cabai rawit di Desa Paccing

2. Pedagang pengumpul merupakanpedagang yang melakukan aktivitas

membeli cabai rawit dan melakukan kesepakatan kepada konsumen dan

pedagang besar seperti penetapan jumlah cabai rawit yang diminta, harga jual

serta sistem pembayaran kepada pedagang besar dan konsumen, pemesanan

dilakukan melalui ketemu langsung dengan produsen serta melalui telepon

selular.

3. Pedagang Besar merupakan pedagang yang membeli cabai rawit dari

pedagang pengumpul kemudian menjualnya ke pedagang pengecer di

Kabupaten Sinjai.

4. Pedagang pengecer adalah pedagan yang membeli cabai rawit dari pedagang

besar yang ada di Kabupaten Sinjai, dan menjualnya dalam partai kecil.

5. Konsumen merupakan orang yang membeli langsung cabai rawit dari

pedagang produsen, pedagang pengumpul dan juga dari pedagang besar.

Page 50: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

37

Panjangnya saluran pemasaran akan berpengaruh terhadap biaya pemasaran

yang lebih tinggi mengakibatkan tingginya harga beli yang harus dibayarkan oleh

konsumen akhir. Disisi lain, tingginya biaya pemasaran akan mendorong

pedagang pengumpul untuk menekan harga jual di tingkat produsen atau petani.

Selain itu transaksi antara pedagang pengumpul dan petani cabai rawit sering

merugikan pihak petani karena petani cabai rawit hanya sebagai penerima harga

(price taker).

Berdasarkan informasi dari produsen dan pedagang perantara, saluran

pemasaran cabai rawit terdiri dari 3pola saluran pemasaran. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada Gambar 2.

Pola Saluran 1 :

Pola Saluran 2

Pola Saluran 3

Gambar 2 Ketiga pola saluran distribusi cabai rawit

Produsen (Petani) Pedagang Pengumpul Konsumen

Produsen

(Petani)

Pedagang

Pengumpul Pedagang Pengcer Pedagang

Besar

Produsen (Petani) Konsumen

Konsumen

Page 51: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

38

Gambar 2, menunjukkan bahwa terdapat 3 bentuk saluran ditribusicabai

rawit yaitu:

1) Saluran pemasaran 1, petani (produsen), memasarkan hasil produksinya

berupa cabai rawit kepada konsumen yang pada umumnya adalah masyarakat

atau tetangga desa yang berdomisili dekat dari produsen dengan cara

masyarakat yang datang ke produsen tersebut, sehingga dapat menghemat

biaya transportasi. Produsen menjual cabai rawit kekonsumen berkisar Rp

24.000/kg

2) Saluran Pemasaran 2, produsen menjual cabai rawit ke pedagang pengumpul,

dimana pedagang pengumpul langsung ke produsen cabai rawit dengan

jumlah yang disepakati. Produsen menjual cabai rawit ke pedagang

pengumpul, selanjutnya pedagang pengumpul menjualnya di Kecamatan

Kahu, Salomekko dan Libureng dengan harga Rp. 28.000/ kg.

3) Saluran pemasaran 3, dimana pedagang pengumpul mengambil langsung ke

produsen cabai rawit dengan harga Rp. 24.000/kg, dimana harga tersebut

telah ditentukan oleh produsen. Pedagang pengumpul menjual cabai rawitke

pedagang besar Rp. 28.000/kg. Pedagang besar menjual ke pedagang

pengecer di Kabupaten Sinjai seharga Rp 30.000/kg, Selanjutnya pedagang

pengecer menjualnya ke konsumen dengan harga Rp 31.500/kg

Keterlibatan lembaga pemasaran. yang selanjutnya membentuk saluran

pemasaran yang bervariasi tersebut akan menyebabkan harga dari masingmasing

saluran berbeda-beda. Hal ini disebabkan adanya perbedaan fungsi-fungsi

pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran. (lampiran 4).

Page 52: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

39

5.3 Fungsi Pemasaran Cabai Rawit di Desa Paccing

Lembaga tataniaga melakukan fungsi-fungsi pemasaran dalam proses

penyampaian dari produsen sampai ke konsumen. Fungsi-fungsi tataniaga yang

dilakukan oleh lembaga tataniaga adalah fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan

fungsi pelancar.

Fungsi-fungsi pemasaran dapat dikelompokkan menjadi fungsi pertukaran,

fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran merupakan kegiatan yang

memperlancar perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan.

Fungsi pertukaran terdiri atas fungsi penjualan dan fungsi pembelian. Fungsi fisik

adalah semua tindakan yang berhubungan dengan barang dan jasa sehingga

menimbulkan kegunaan tempat, kegunaan tempat, dan kegunaan waktu. Fungsi

fisik meliputi kegiatan penyimpanan, pengolahan, dan pengangkutan. Fungsi

fasilitas yaitu semua tindakan yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan

pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas terdiri dari

fungsi standarisasi dan grading, fungsi penanggulangan resiko, fungsi

pembiayaan, dan fungsi informasi pasar.

Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pelaku tataniaga dapat

diuraikan secara berikut :

1) Produsen

Dalam melakukan kegiatan pemasaran, produsen dalam hal ini petani cabai

rawit melakukan fungsi pertukaran yaitu kegiatan penjualan dengan menjual

cabai rawit kepada konsumen, pedagang pengumpul maupun pedagang besar.

Para petani melakukan pemilihan jalur pemasaran ini karena lebih mudah dan

Page 53: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

40

tidak membutuhkan biaya banyak. Produsen menjual cabai rawit dengan harga

Rp 24.000/kilogram

2). Pedagang Pengumpul

Pedagang Pengumpul, membeli cabai rawit dari produsen, fungsi pemasaran

yang dilakukan oleh pedagang pengumpul adalah fungsi pertukaran yaitu

penjualan dan pembeliaan, fungsi fisik yaitu pengangkutan, dimana

pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan cabai

rawit dari suatu tempat ketempat tujuan dan penyimpanan, dimana mengelolah

cabai rawit yang ada dalam persediaan, dengan maksud selalu dapat menjamin

ketersediaannya serta fungsi pelancar yaitu penyortiran, dimana memilih (yang

diperlukan dan mengeluarkan yang tidak diperlukan) atau dengan arti lain yaitu

kegiatan yang dilakukan dalam memilih-milih/memilah cabai rawit

3) Pedagang Besar

Pedagang besar, cabai rawit yang dibeli dari pedagang pengumpul di wilayah

tersebut, fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang besar adalah fungsi

pertukaran yaitu penjualan dan pembelian, fungsi fisik yaitu

pengangkutan,dimana pengangkutan dilakukan secara dua kali yaitu dari lahan

petani atau pinggir jalan menuju ke rumah pedagang pengumpul desa dan dari

rumah pedagang pengumpul desa menuju ke pasar-pasar tujuan, penyimpanan,

dimana mengelolah cabai rawit yang ada dalam persediaan, dengan maksud

selalu dapat menjamin ketersediaannya.dan pengemasan, dimana pengemasan

yang digunakan untuk pengiriman ke pasar-pasar tujuan pedagang pengecer

dengan menggunakan karung ukuran 20 kg dan 10 kg.

Page 54: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

41

4) Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer biasanya langsung mendatangi pedagang besar untuk

melakukan pembelian cabai merah sehingga transaksi langsung terjadi di pasar

Kabupaten Sinjai. Pengangkutan biasanya menggunakan motor atau mobil

angkutan umum. Sedangkan untuk pengemasan dilakukan dengan

menggunakan kantong plastik untuk memudahkan pembeli dalam

membawanya. Fungsi penyimpanan kadang-kadang dilakukan, apabila cabai

rawit tidak laku terjual. Fungsi fasilitas seperti sortasi dilakukan sendiri oleh

pedagang pengecer saat tidak ada pembeli dengan memisahkan cabai rawit

yang busuk dan tidak. Sedangkan fungsi informasi berupa perkembangan harga

beli dan jual yang diperoleh dari pedagang besar dan sesama pengecer di pasar

tersebut.

5.4 Margin, Keuntungan dan Efisiensi Pemasaran Cabai Rawit di Desa

Paccing

Margin tataniaga (Pemasaran) adalah selisih antara harga yang dibayarkan

oleh konsumen dengan harga yang diterima produsen. Margin pemasaran dihitung

dengan melihat besarnya biaya pemasaran cabai rawit dan keuntungan yang

diambil oleh lembaga pemasaran yang terlibat. Biaya pemasaran merupakan biaya

yang dikeluarkan dalam memasarkan cabai rawit hingga ke konsumen akhir.

5.4.1 Margin Pemasaran

Margin pemasaran merupakan jumlah biaya pemasaran dengan

keuntungan yang diharapkan oleh masing-masing Lembaga, analisis margin

pemasaran dapat mencerminkan efisiensi pemasaran, dengan hanya melihat

Page 55: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

42

besarnya margin pemasaran saja belum dapat menyimpulkan bahwa pemasaran

itu sudah efisien. Maka dapat dilihat dari distribusi keuntungan dan biaya yang

dikeluarkan oleh lembaga pemasaran yang terlibat didalamnya, semakin banyak

pedagang perantara yang terlibat dalam saluran pemasaran maka semakin besar

pula margin pemasaran yang terbentuk.

Sistem pemasaran dianggap efisien apabila mampu menyampaikan hasil

produksi dari produsen kepada konsumen dengan biaya wajar serta mampu

mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayarkan

konsumen.Besarnya margin bagi pedagang maka semakin menguntungkan berarti

pemasarannya efisien dari sisi konsumen, dan sebaliknya makin besar margin

pemasaran semakin tinggi harga yang harus dibayarkan oleh konsumen sehingga

kurang efisien secara ekonomi oleh konsumen. Adapun margin pemasaran pada

setiap lembaga pemasaran dalam distribusi pemasaran cabai rawit di Desa Paccing

dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11 HasilMargin Pemasaran Pada Setiap Saluran Pemasaran Cabai Rawit di

Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone.

Saluran Pemasaran Harga Beli

(Rp/kg)

Harga Jual

(Rp/kg)

Margin

(Rp/kg)

Saluran I

Produsen

Konsumen

0

-

-

24.000

-

Saluran II

Produsen

Pedagang Pengumpul

Konsumen

0

24.000

28.000

24.000

28.000

-

4.000

Saluran III

Produsen

Pedagang Pengumpul

0

24.000

24.000

28.000

4.000

Page 56: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

43

Pedagang Besar

Pedagang Pengecer

Konsumen

28.000

30.000

33.500

30.000

33.500

-

3.000

2.500

Sumber : Data Primer Telah diolah, 2020.

Tabel 11,menunjukkan bahwa saluran pemasaran 1 antara produsen

dengan konsumen yang ada di Desa Paccing adalah dengan keuntungan sebesar

100%, dikarenakan produsen tidak menambah biaya transportasi dan lainnya,

semua ditanggung oleh konsumen sendiri. Sehingga margin pemasarannya

bernilai 0. Pada saluran pemasaran 2 memperlihatkan bahwa margin pemasaran

pemasarannya sebesar Rp 4.000/ kg, dimana konsumen cabai rawit berada di luar

Kecamatan Patimpeng, yakni Kecamatan Kahu, Libureng dan Salomekko. Hal ini

menunjukkan bahwa banyaknya minat konsumen dari luar yang menyukai cabai

rawit milik petani Desa Pancing, disamping adanya hubungan keluarga satu sama

yang lain. Untuk margin pemasaran pada saluran III, dimana totalnya sebesar Rp

9.500 kg. dimana saluran pemasaran melalui pedagang pengumpul, pedagang

besar pedagang pengecer dan konsumen, panjangnya saluran pemasaran ini,

mengakibatkan margin pemasaran menjadi tinggi sebesar Rp 9.500/ kg,

disamping itu konsumennya juga berbeda dengan saluran 2, yakni di Kabupaten

Sinjai .Hal ini sesuai dengan pendapat (Daniel, 2002) bahwa Semakin panjang

jarak pemasaran (semakin banyak perantara yang terlibat) dalam pemasaran, maka

margin pemasaran semakin besar.

5.4.2 Keuntungan Pemasaran

Proses mengalirnya barang atau produk dari produsen ke konsumen

memerlukan suatu biaya, dengan adanya biaya pemasaran maka suatu produk

Page 57: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

44

akan meningkat harganya. Untuk mengetahui besarnya biaya, keuntungan dan

margin pemasaran di tingkat lembaga pemasaran pada ketiga saluran pemasaran

cabai rawit, dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Biaya dan Keuntungan Pemasaran Pada Setiap Saluran Pemasaran

Cabai Rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone.

Saluran Pemasaran Margin

(Rp/kg)

Total Biaya Pemasaran

(Rp/kg)

Keuntungan

Pemasaran

(Rp/kg)

Saluran I

Produsen

Konsumen

0

0

0

Saluran II

Produsen

Pedagang Pengumpul

Konsumen

4.000

2.500

1.500

Saluran III

Produsen

Pedagang Pengumpul

Pedagang Besar

Pedagang Pengecer

Konsumen

9.500

5.700

3.800

Sumber : Data Primer Telah diolah, 2020.

Tabel 12, menunjukkan bahwa pada saluran pemasaran 1, dimana

produsen (petani) cabai rawit tidak mengeluarkan biaya pemasaran dan margin

pemasaran juga tidak ada, karena konsumen cabai rawit mendatangi sendiri

produsen cabai rawit di Desa Paccing, dengan demikain pada saluran pemasaran 1

tidak terdapat keutungan pemasaran. Saluran pemasaran 2 yang terlibat dalam

kegiatan ini adalah pedagang pengumpul, dimana pedagang pengumpul

Page 58: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

45

mengeluarkan biaya transportasi, karung dan penyortiran sebesar Rp 2.500 /kg,

sehingga keuntungan pemasaran yang diperoleh pedagang pengumpul sebesar Rp

1.500 /kg Selanjutnya pada saluran pemasaran 3, dimana yang terlibat dalam

kegiatan ini adalah pedagang pengumpul, pedagang besar, dan pedagang

pengecer.Untuk biaya pemasaran pedagang pengumpul mengeluarkan biaya

pemasaran, berupa biaya transportasi, karung dan penyortiran sebesar Rp

2.600/kg, pedagang besar mengeluarkan biaya transportasi dan karung

(pengemasan) sebesar Rp 2.300/kg, sedangkan pedagang pengecer mengeluarkan

biaya transportasi dan plastik kemasan Jadi total biaya pemasaran keseluruhan

adalah Rp. 5.700/kg, sedangkan total keuntungan pemasaran yang diperoleh

pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer dalam memasarkan

cabai rawit sebesar Rp. 3.800/kg.

5.4.3 Efisiensi Pemasaran

Efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi

besarnya sumber/biaya untuk mencapai hasil kegiatan dari yang dijalankan.

Efisiensi pemasaran akan terjadi jika biaya pemasaran dapat ditekan sehingga

keuntungan dapat lebih tinggi, tersedianya fasilitas fisik pemasaran, kompetisi

pasar yang sehat serta margin pemasaran rendah.

Untuk menentukan efisiensinya pemasaran harus diketahui seberapa besar

biaya yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran dalam memasarkan cabai

rawit dan berapa harga ditingkat konsumen dari tiap-tiap saluran pemasaran.

Adapun efisiensi pemasaran cabai rawit di Desa Paccing dapat dilihat pada tabel

13.

Page 59: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

46

Tabel 13 Efisiensi Pemasaran Cabai Rawit di Desa Paccing Kecamatan

Patimpeng Kabupaten Bone

No Uraian Saluran I Saluran II Saluran III

1 Total Biaya (Rp/Kg) 0 2.500 5.700

2 Harga di Tingkat Konsumen 24.000 28.000 33.500

Efisiensi (%) 0 8,92 17,01

Sumber : Data Primer Telah diolah, 2020

Tabel 13 menunjukkan bahwa saluran pemasaran cabai rawit yang paling

efisien yaitu saluran pemasaran II sebesar 8,52 %,jika dibandingkan dengan

saluran pemasaran IIIyang juga efisien sebesar 17,01 %,Sedangkan saluran

pemasaran I tidak memiliki efisiensi pemasaran, karena tidak ada biaya pemasaran

selama proses transaksi produsen dan konsumen. Hal ini terjadi karena biaya

saluran pemasaran II lebih kecil.Begitupun juga dengan saluran pemasaran

IIIyang juga efisien, tapi banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat dan biaya

pemasaran yang lebih tinggi,sehingga tingkat efisiensinya tinggi.

Page 60: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

47

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan, maka

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Distibusi saluran pemasaran cabai rawit di Desa Paccing memiliki tiga pola

saluran pemasaran yang terdiri dari : Saluran 1 ; Produsen Konsumen,

Saluran 2 ; Produsen Pedagang Pengumpul Konsumen. Saluran 3 ; Produsen

Pedagang Pengumpul Pedagang Besar Pedagang Pengecer Konsumen.

Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran cabai rawit

yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi pembiayaan.

2. Margin pemasaran saluran 2 sebesar Rp 4.000/kg, sedangkan margin

pemasaran pada saluran III, dimana totalnya sebesar Rp 9.500/ kg. Saluran

pemasaran 2 memiliki keuntungan pemasaran yang diperoleh pedagang

pengumpul sebesar Rp 1.500/kg. Selanjutnya saluran pemasaran 3, dimana

yang terlibat dalam kegiatan ini adalah pedagang pengumpul, pedagang besar,

dan pedagang pengecer, sehingga keuntungan pemasaran yang diperoleh

dalam memasarkan cabai rawit sebesar Rp 3.800/kg. Saluran pemasaran cabai

rawit yang paling efisien yaitu saluran pemasaran II sebesar 8,52 %. dan

saluran pemasaran IIIjuga efisien dengan nilai sebesar 17,01 %.

Page 61: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

48

6.2 Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian, adapun saran yang ingin disampaikan

adalah sebagai berikut.

1. Disarankan kepada petani untuk memilih saluran pemasaran yang

menguntungkan dan memberikan dampak yang baik bagi usahanya, sehingga

dapat menutupi biaya operasional petani yang tinggi

2. Pemerintah setempat diharapkan agar memprioritaskan pengembangan dan

peningkatan produksi cabai merah melalui sosialisasi dan penyuluhan kepada

petani cabai rawit

Page 62: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

49

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sofanudindan Eko Wahyu Budiman,2017.Analisis Saluran Pemasaran

Cabai Rawit (Capsicum Frutescens. L) (Studi kasus di Kecamatan

Kanigoro, Kabupaten Blitar.Jurnal Viabel Pertanian Vol. 11 No.1 Mei

2017.

Armand, 2002. Pemasaran Hasil Pertanian. Brawijaya Press. Malang

Asmarantaka RW. 2009. Pemasaran Produk-Produk Pertanian. Dalam Bunga

Rampai Agribisnis Seri Pemasaran. Departemen Agribisnis, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen IPB. Bogor: IPB Press

Daniel. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Askara Jakarta.

Downey,E, 2009. Manajemen Agribisnis. Salemba Empat. Jakarta.

Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Bone, 2018. Laporan Akhir

Tahunan Kabupaten Bone.

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2008. Membangun Hortikultura Berdasarkan

Enam Pilar Pengembangan

Handayani, S.M dan I. Nurlaila. 2011. Analisis Pemasaran Susu Segar

di Kabupaten Klaten. Jurnal Sains Peternakan Vol. 9 (1). Akses tanggal

1 September 2015. Ciamis

Hastuti dan Rahim, 2007. Ekonomi Produksi Pertanian. Swadaya. Bogor

Heryanto S Lyndon R. J. Pangemanan Audrey J. M. Maweikere, 2018.Saluran

Distribusi Komoditi Cabai Rawit Di Pasar Bersehati Kota ManadoAgri-

SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 14 Nomor 2, Mei 2018

Kahana, B,P. 2008. Tesis Strategi Pengembangan Agribisnis Cabai Merah di

Kawasan Agropolitan Kabupaten Magelang. Mahasiswa Magister

Agribisnis Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang

Kotler P. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Prenhalindo. Jakarta.

Nathallya Angel Josine, Lyndon R. J. P dan Caroline B. D. Pakasi,2018.Analisis

Rantai Pasok Komoditi Cabai Rawit Di Kota Manado.Agri-SosioEkonomi

Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 14 Nomor 1, Januari 2018.

Page 63: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

50

Nurhidayana, Retna Astuti Kuswardan dan M. Akbar Siregar,2012.Analisis

Efisiensi Pemasaran Cabai Merah di Kabupaten Batubara.Agrica (Jurnal

Agribisnis Sumatera Utara) Vol.5 No.1/April 2012 .

Rosmawati, H, 2011. Analisis Efisiensi Pemasaran Pisang Produksi Petani di

Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu. Jurnal AgronobiS,

Vol. 3, No. 5, Maret 2011ISSN: 1979 – 8245X

Rukmana, 2002.Usahatani Cabai Rawit. Kanisius.Yogyakarta.

Saefuddin dan Hanafia, 2004. Pemasaran pertanian dan Lembaga Pemasaran.

Yasaguna Jakarta.

Santika. 1999. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta.

Setiadi. 2009. Jenis dan Budidaya Cabai Rawit. Jakarta: Penebar Swadaya

Soekartawi. 2005. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Pers. Jakarta

Sudiyono, A., 2004. Pemasaran Pertanian. UMM Press, Malang.

Swastha dan Irawan, 2007, Asas-asas Marketing, Liberty, Yogyakarta

Tuwo, A. 2011. Ilmu Usahatani Teori dan Aplikasi. Unhalu Press. Kendari.

Winardi, 2004. Manajemen Pemasaran. Rajawali Press. Jakarta.

Page 64: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

51

KUESIONER (UNTUK PEDAGANG BESAR)

POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT

DI DESA PACCING KECAMATAN PATIMPENG KABUPATEN BONE

TanggalWawancara :………………………………….

Desa :………………………………….

Dusun :………………………………….

I. IDENTITAS PEDAGANG BESAR

1. Nama :

2. Umur :

3. Pekerjaan :

4. Pengalaman Berdagang :

5. Keuntungan :

6. Berapa kali pemasaran dalam 1 tahun :

II. PEMASARAN

No. Cabai Rawit

Beli Jual

Jumlah (kg) Harga(Rp) Jumlah(kg) Harga(Rp)

1

.

III. BIAYA PEMASARAN

No. Biaya Jumlah(kg) Harga (Rp)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Tenaga kerja

Transportasi

Bakul

Plastik

Karung

………………….

………………….

Page 65: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

52

KUESIONER (UNTUK PEDAGANG PENGUMPUL)

POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT

DI DESA PACCING KECAMATAN PATIMPENG KABUPATEN BONE

TanggalWawancara :………………………………….

Desa :………………………………….

Dusun :………………………………….

I. IDENTITAS PEDAGANG PENGUMPUL

1. Nama :

2. Umur :

3. Pekerjaan :

4. Pengalaman Berdagang :

5. Keuntungan :

6. Berapa kali pemasaran dalam 1 tahun :

II. PEMASARAN

No. Cabai Rawit Beli Jual

Jumlah(kg) Harga(Rp) Jumlah(kg) Harga(Rp)

1 1

f/

III. BIAYA PEMASARAN

No. Biaya Jumlah(Kg) Harga (Rp)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Tenaga kerja

Transportasi

Bakul

Plastik

Karung

.................

.................

Page 66: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

53

KUESIONER PENELITIAN (UNTUK PETANI)

POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT

DI DESA PACCING KECAMATAN PATIMPENG KABUPATEN BONE

TanggalWawancara :………………………………….

Desa :………………………………….

Dusun :………………………………….

I. IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Jumlah Tanggungan :

Pengalaman Berusaha :

II. HARGA PEMASARAN

Tabel 1. Harga Cabai Rawit di Desa Paccing

No. Cabai Rawit Jumlah Harga

1.

III. BIAYA

1. Biaya apa saja yang digunakan dalam proses pemasaranCabai Rawit?

Jawab:

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

2. Apakah ada biaya yang dikeluarkan dalam proses pemasaranCabai Rawit?

Jawab:

........................................................................................................................

........................................................................................................................

3. Apakah ada kendala yang dihadapi dalam proses pemasaranCabai Rawit?

Jawab:

.............................................................................................................................

...................................................................................................................

4. Biaya tambahan apa saja yang digunakan dalam proses pemasaranCabai

Rawit?

Jawab: .....................................................

Page 67: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

54

Lampiran 2. Karakteristik Petani Cabai Rawit di Desa Paccing

No. Nama

Responden

Usia

(Tahun)

Tingkat

Pendidikan

Jumlah

TanggunganKeluarga

Pengalaman

Usahatani

(thn)

LuasLahan

(Ha)

1. Jusman 42 SD 4 20 0,40

2. Nurdin 52 SD 3 20 0,25

3. Rahman 48 SD 8 20 0,50

4. Hamzah 38 SMA 4 12 0,30

5. Sulaeman 42 SMP 4 15 0,40

6. Akbar 43 SMA 3 18 0,60

7. Amirullah 42 SD 3 12 0,35

8. Lukman 38 SD 4 10 0,20

9. H.Parenrengi 45 SD 4 20 0,60

10. Ahmad

Patawari

38 SMP 3 12 0,50

11. Herman 37 SMP 4 12 0,80

12. Kadir 50 SD 2 20 0,75

13. Burhan 38 SMP 4 10 0,40

14. Andi Patarai 52 SD 5 8 0,80

15. Bakri 48 SMP 6 12 0,50

16. Andi

Pasagai

48 SD 8 18 0,60

17. H.Abdul 52 SD 4 20 0,30

18. Ridwan 38 SMP 6 12 0,40

19. Arafah 48 SD 3 20 0,70

20. Jamal

Makmun

38 SMA 3 12 0,40

21. Intan 52 SD 6 22 0,60

22. Asdar 38 SMA 2 12 0,30

23. Andi

Palentei

38 SMA 2 10 0,50

24. Andi

Bintang

32 SD 4 12 0,65

25. Rahma 42 SD 3 12 0,40

Jumlah 1072 102 371 22,06

Rata-rata 42,88 4,08 14,84 0,88

Page 68: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

55

Lampiran 3 Identitas Responden Pedagang Pengumpul dan Pedagang

BesarCabai Rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten

Bone

No. Nama Jenis

Kelamin

Umur

(Tahun)

Tingkat

Pendidikan

Lama

Berdagang

(Tahun)

1. H. Abd Hamid*

Laki_Laki 53 SMA 22

2 Firdaus* Laki-Laki 44 SMP 14

3 H. Andi Rahmat** Laki-Laki 58 SMA 12

4 Samsuddin*** Laki-Laki 46 SMA 10

Keterangan :

* Pedagang Pengumpul

** Pedagang Besar

*** Pedagang Pengecer

Page 69: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

56

Lampiran 4 Sasaran Pemasaran Pedagang Pengumpul dan Pedagang BesarCabai

Rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone

No

Luas

Lahan (ha)

Jumlah Produksi

(kg/musim)

Harga Jual

(Rp/kg) Sasaran Pemasaran

1 0,40 950 28.000 Pedagang Pengumpul

2 0,25 700 28.000 Pedagang Pengumpul

3 0,50 1.100 28.000 Pedagang Pengumpul

4 0,30 820 28.000 Pedagang Pengumpul

5 0,40 930 24.000 Konsumen

6 0,60 1.200 28.000 Pedagang Pengumpul

7 0,35 840 28.000 Pedagang Pengumpul

8 0,20 650 28.000 Pedagang Pengumpul

9 0,60 1.300 28.000 Pedagang Pengumpul

10 0,50 1.000 28.000 Pedagang Pengumpul

11 0,80 1.450 28.000 Pedagang Pengumpul

12 1,00 1.650 28.000 Pedagang Pengumpul

13 0,40 940 24.000 Konsumen

14 0,80 1.250 28.000 Pedagang Pengumpul

15 1,20 1.700 28.000 Pedagang Pengumpul

16 0,60 1.350 28.000 Pedagang Pengumpul

17 0,30 850 28.000 Pedagang Pengumpul

18 0,70 1.400 28.000 Pedagang Pengumpul

19 1,00 1.600 28.000 Pedagang Pengumpul

20 0,40 900 28.000 Pedagang Pengumpul

21 0,60 1.200 28.000 Pedagang Pengumpul

22 0,30 800 24.000 Konsumen

23 0,50 950 28.000 Pedagang Pengumpul

24 0,80 1.100 28.000 Pedagang Pengumpul

25 0,40 960 28.000 Pedagang Pengumpul

Page 70: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

57

Lampiran 5 Saluran Pemasaran 1 dari produsen ke konsumen Cabai rawit di Desa

Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone.

No Lembaga Pemasaran Harga (Rp/kg)

1 Produsen (Petani Cabai Rawit)

a. Harga Jual 24.000

2 Konsumen (disekitar Desa Paccing) 24.000

Lampiran 6. Saluran Pemasaran 2, Margin, Biaya dan Keuntungan Pemasaran

Cabai Rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten

Bone.

No

Lembaga Tataniaga dan

Komponen Margin

Harga (Rp/kg)

1 Produsen (Petani Cabai Rawit)

a. Harga Jual 24.000

2 Pedagang Pengumpul

a. Harga beli 24.000

b. Biaya Transportasi 1.200

c. Karung 750

d. Sortir 550

c. Jumlah biaya pemasaran 2.500

d. Harga Jual 28.000

e. Margin Pemasaran 4.000

f. Keuntungan Pemasaran 1.500

3 Konsumen

a. Harga Beli 28.000

Page 71: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

58

Lampiran 7 Saluran Pemasaran 3, Margin, Biaya dan Keuntungan Pemasaran

Cabai Rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten

Bone.

No Lembaga Pemasaran Harga (Rp/kg)

1 Produsen (Petani Cabai Rawit)

a. Harga Jual 24.000

2 Pedagang Pengumpul

a. Harga beli 24.000

b. Biaya Transportasi 1.200

c. Karung 800

d. Sortir 600

c. Jumlah biaya pemasaran 2.600

d. Harga Jual 28.000

e. Margin Pemasaran 4.000

f. Keuntungan Pemasaran 1.400

3 Pedagang Besar

a. Harga Beli 28.000

b. Biaya Transportasi 1.000

c. Karung 700

d. Jumlah biaya pemasaran 1.700

e Harga Jual 31.000

f. Margin Pemasaran 3.000

g. Keuntungan Pemasaran 1.300

4 Pedagang Pengecer

a. Harga Beli 31.000

b. Biaya Transportasi 850

c. Plastik 550

d. Jumlah biaya pemasaran 1.400

e Harga Jual 33.500

f. Margin Pemasaran 2.500

g. Keuntungan Pemasaran 1.100

3 Konsumen

a. Harga Beli 33.500

Page 72: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

59

Lampiran 8 Biaya Pemasaran Saluran 2 oleh Pedagang Pengumpul Cabai Rawit

di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone.

Pedagang Pengumpul 1

No Nama Biaya

Transportasi(Rp) Karung(Rp) Penyortiran(Rp)

Total biaya

Pemasaran

(Rp)

1 Firdaus 1.200 750 550 2.500

Lampiran 9 Biaya Pemasaran Saluran 3 oleh Pedagang Pengumpul dan

Pedagang Besar Cabai Rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng

Kabupaten Bone.

Pedagang Pengumpul 2

No Nama Biaya

Transportasi(Rp) Karung(Rp) Penyortiran(Rp)

Total biaya

Pemasaran

(Rp)

1 H. Abd Hamid 1.200 800 600 2.600

Pedagang Besar

No Nama Biaya

Transportasi(Rp) Karung(Rp)

Total biaya

Pemasaran

(Rp)

1 H. Andi Rahmat 1.000 700 1.700

Pedagang Pengecer

No Nama Biaya

Transportasi(Rp) Karung(Rp)

Total biaya

Pemasaran

(Rp)

1 Samsuddin 850 550 1.400

Page 73: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

60

Lampiran 10. Margin Pemasaran Saluran 2 dan 3 Pemasaran Cabai Rawit di Desa

Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone.

Margin Pemasaran 2

Harga Jual

(Rp/kg)

Harga Beli

(Rp/kg)

Margin

Pemasaran

(Rp)

Total biaya

Pemasaran (Rp)

Keuntungan

Pemasaran (Rp)

28.000 24.000 4.000 2.500 1.500

Margin Pemasaran 3

Harga Jual

(Rp/kg)

Harga Beli

(Rp/kg)

Margin

Pemasaran

(Rp)

Total Biaya

Pemasaran (Rp)

Keuntungan

Pemasaran (Rp)

33.500 24.000 9.500 5.700 3.800

Lampiran 11. Hasil Perhitungan Efisiensi Pemasaran Cabai Rawit di Desa

Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone

No Uraian Saluran I Saluran II Saluran III

1 Total Biaya (Rp/Kg) 0 2.500 5.700

2 Harga di Tingkat Konsumen 24.000 28.000 33.500

Efisiensi (%) 0 8,92 17,01

Page 74: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

61

Lampiran 12 Dokumentasi Selama PenelitianDi Desa Paccing Kecamatan

Patimpeng Kabupaten Bone

Lokasi Pertanaman Cabai Rawit

Wawancaradenganpetanicabairawit

Page 75: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

62

Hasil Panen Cabe Rawit

Wawancara dengan petani

Page 76: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

63

Pedagang pengumpul dipasar

Areal pertanaman cabai rawit

Page 77: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

64

Page 78: POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI ...

65

RIWAYATHIDUP

Junaedy, dilahirkan di Kalimpo 03 Juli 1998

Kabupaten Bone. Anak ketiga dari empat bersaudara dari

pasangan Amirullah dan Asiah.

Pendidikan formal dilalui di SD Negeri 252 pada tahun

2003 dan tamat pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan

pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 2Tonra dan tamat pada tahun

2012. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke pendidikan ke Sekolah

Menengah Atas Negeri 1 Patimpeng, dan tamat pada tahun 2015. Pada tahun 2015

penulis mengikuti seleksi dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi

Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah magang di PT. Pertani (Persero)

Kabupaten Bone, serta penulis pernah melaksakan Kuliah Kerja Profesi di

Kelurahan Lalolang Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Bone