POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM...

263
POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN ANAK DI KOTA DEPOK SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh : Nadya Rizky Amalia NIM. 11150541000027 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019

Transcript of POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM...

Page 1: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM

MEMBENTUK KEMANDIRIAN ANAK DI KOTA DEPOK

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

Nadya Rizky Amalia

NIM. 11150541000027

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H/2019

Page 2: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang
Page 3: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

3

Page 4: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

i

Page 5: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

i

ABSTRAK

Nadya Rizky Amalia (11150541000027), Pola Asuh Orang

Tua Penyandang Tunanetra Dalam Membentuk

Kemandirian Anak di Kota Depok.

Tujuan penelitian ini antara lain adalah untuk, (1)

menggambarkan kecenderungan pola asuh orang tua penyandang

tunanetra dalam membentuk kemandirian anak. (2)

menggambarkan keterkaitan antara pola asuh orang tua

penyandang tunenetra dalam membentuk kemandirian anak.

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan kualitatif. Jenis penelitian deskriptif. Pada

jenis penelitian deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-

kata, gambar dan bukan angka-angka. Data tersebut berasal dari

wawancara dengan 6 orang informan dari 3 keluarga, yaitu 3 dari

orang tua penyandang tunanetra dan 1 anak dari masing-masing

keluarga yang tinggal di Kota Depok terkhusus Kecamatan

Cinere. Tujuan secara garis besar dalam penelitian ini adalah

membahas tentang bagaimana pengasuhan yang dilakukan orang

tua penyandang tunanetra dalam membentuk kemandirian anak.

Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa pola asuh orang

tua penyandang tunanetra di Kota Depok khususnya Kecamatan

Cinere menggunakan tipe pola asuh otoritatif. Orang tua

penyandang tunanetra dalam pengasuhan tidak memiliki

perbedaan yang mencolok atau khas dari orang tua normal

lainnya, namun orang tua penyandang tunanetra lebih interaktif

dan komunikatif dengan anak dan anggota keluarga lainnya.

Indra bicara dan pendengaran menjadi alat bantu yang paling bisa

diandalkan orang tua penyandang tunanetra dalam menjalankan

fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam

kemandirian anak, orang tua penyandang tunanetra membiasakan

anak untuk belajar melakukan suatu hal atau aktivitas sehari-

harinya sendiri sejak anak masih kecil, dan orang tua memberikan

tauladan kepada anak dengan mencontohkan dan

mengajarkannya.

Kata Kunci: Pola Asuh Orang Tua, Orang Tua Tunanetra,

Kemandirian Anak

Page 6: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

ii

MOTTO

Yakinlah ada sesuatu yang menantimu selepas banyak kesabaran

(yang kau jalani) yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa

pedihnya rasa sakit.

–Imam Ali bin Abi Thalib AS

“One day you will look back at the most difficult times of your

life and you will smile at how you got through them and how you

grew through such experiences.

But Allah knew from the beginning that you were able to get

through it as He promised not to test any of us beyond our

abilities.”

Page 7: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil „alamin.

Segala puji hanya milik Allah yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat dan salam semoga

tercurah untuk rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, keluarga

dan para sahabatnya.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan

sebagai syarat meraih gelar sarjana sosial program studi

Kesejahteraan Sosial. Penulis menyadari bahwa dalam

penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk

memperbaiki skripsi ini, serta penulis mengucapkan banyak

terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam proses

penyelesaian skripsi ini, yaitu kepada:

1. Bapak Suparto, M.Ed, Ph.D., sebagai Dekan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Ibu Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, MSW sebagai

Wakil Dekan Bidang Akademik. Bapak Dr. Sihabuddin

Noor, MA sebagai Wakil Dekan Bidang Administrasi

Umum. Bapak Drs. Cecep Sastrawijaya, MA sebagai Wakil

Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Bapak Ahmad Zaky, M.Si, sebagai Ketua Program Studi

Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

Page 8: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

iv

Ibu Hj. Nunung Khoiriyah, MA selaku Sekretaris Program

Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si, sebagai dosen pembimbing

skripsi penulis. Terimakasih atas bimbingan, dukungan,

kesabaran, dan waktunya sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen Program Studi Kesejehteraan Sosial dan

seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas ilmu

yang telah diberikan, semoga dapat terus bermanfaat bagi

penulis untuk dikemudian hari.

5. Ibu Ellies Sukmawati M.Si, sebagai dosen penasehat

akademik.

6. Seluruh pihak Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang sudah memberikan fasilitas

penulis dalam memperoleh referensi.

7. Kedua orang tua penulis, ayahanda Ahmad Zarkasih dan

ibunda Tita Rosita yang selalu mendoakan, memberikan

dukungan dan motivasi kepada penulis.

8. Kakak Lulu Luthfiah dan adik-adik penulis Muhammad

Zidan dan Muhammad Zaky Al-adib.

9. Kerabat terdekat yang telah memberikan bantuan terkhusus

kepada Adit Phicera, Sylpia Pahriri, Sahru Ramadhan, Eva

Indriyani, dan Astri.

10. Sahabat seperjuangan di kampus yaitu Dina Malihah, Azizah

Oktaviani Dewarte, Risma Tri Yurita yang telah bersama-

Page 9: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

v

Page 10: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................... i

MOTTO ................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ............................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................ vi

DAFTAR TABEL ................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................... x

DAFTAR BAGAN ................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................. 1

B. Batasan Masalah............................................................ 9

C. Rumusan Masalah ......................................................... 10

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................... 10

E. Tinjauan Kajian Terdahulu ........................................... 11

F. Metode Penelitian.......................................................... 14

G. Sistematika Penulisan ................................................... 24

BAB II LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori .............................................................. 27

1. Pola Asuh Orang Tua .............................................. 27

a. Pengertian Pola Asuh Orang Tua ...................... 27

b. Bentuk dan Dampak Pola Pengasuhan

Orang Tua .......................................................... 31

c. Dampak Pola Asuh terhadap

Kemandirian ..................................................... 39

2. Tunanetra ................................................................. 44

a. Pengertian Tunanetra ......................................... 44

Page 11: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

vii

b. Faktor Terjadinya Ketunanetraan ...................... 46

3. Kemandirian ............................................................. 47

a. Pengertian Kemandirian .................................... 47

b. Aspek-aspek Kemandirian................................. 51

c. Tingkatan dan Karakteristik

Kemandirian ...................................................... 53

d. Faktor Yang Mempengaruhi

Kemandirian ...................................................... 57

4. Kerangka Berpikir .................................................... 60

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA DEPOK

A. Kondisi Geografis ......................................................... 61

1. Iklim ....................................................................... 64

B. Kondisi Demografi ........................................................ 65

1. Kependudukan ........................................................ 65

2. Ketenagakerjaan ..................................................... 68

3. Data Penyandang Disabilitas

di Kota Depok ........................................................ 69

C. Sejarah ........................................................................... 71

1. Pembagian Wilayah................................................ 72

2. Terbentuknya Kota Depok ..................................... 75

D. Perdagangan .................................................................. 77

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Data Informan ............................................................... 79

B. Penyandang Tunanetra di Kota Depok .......................... 90

1. Faktor Terjadinya Ketunanetraan ........................... 90

2. Profesi..................................................................... 91

C. Pola Asuh Orang Tua Penyandang Tunanetra .............. 93

Page 12: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

viii

1. Tipe Pola Asuh Orang Tua Penyandang

Tunanetra ................................................................ 93

D. Kemandirian Anak ........................................................ 109

1. Kemandirian Anak ................................................. 109

2. Aspek-aspek Kemandirian ..................................... 129

BAB V PEMBAHASAN

A. Pola Asuh Orang Tua Penyandang Tunanetra .............. 141

B. Kemandirian Anak dari Orang Tua Penyandang

Tunanetra....................................................................... 149

C. Pola Asuh Orang Tua Penyandang Tunanetra

dalam Membentuk Kemandirian Anak ........................ 162

D. Pengawasan Orang Tua Penyandang Tunanetra ........... 164

E. Ciri Khas Pegasuhan Orang Tua Penyandang

Tunanetra dan Upaya Yang Dilakukan Dalam

Membentuk Kemandirian Anak .................................... 167

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................... 169

B. Implikasi ........................................................................ 170

C. Saran .............................................................................. 170

DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 173

LAMPIRAN

Page 13: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Waktu Penelitian .................................................... 18

Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota

Depok 2017 ............................................................ 64

Tabel 3.2 Proyeksi Penduduk Menurut Kecamatan di

Kota Depok Tahun (Jiwa) 2015, 2016, 2017 ......... 66

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin

Munurut Kecamatan di Kota Depok, 2017 ............ 67

Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di

Kecamatan Cinere Tahun 2017 .............................. 68

Tabel 3.5 Jumlah Penyandang Masalah Sosial dan

Kesejahteraan Menurut Jenisnya di Kota

Depok Tahun 2015-2017 ........................................ 70

Tebel 3.6 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Cacat di

Kecamatan Cinere Tahun 2017 .............................. 71

Tabel 3.7 Pergantian Kepemimpinan Kota Administratif

Depok ..................................................................... 74

Tabel 3.8 Pergantian Kepemimpinan Kota Depok ................. 75

Page 14: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Wilayah Kecamatan Cinere Kota

Depok ................................................................... 18

Gambar 3.1 Peta Wilayah Kota Depok .................................... 62

Gambar 3.2 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota

Depok Tahun 2017 ............................................... 63

Page 15: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

xi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir .................................................... 60

Page 16: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab pendahuluan ini membahas latar belakang masalah

penelitian, pembatasan masalah penelitian, perumusan masalah

penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kajian

terdahulu, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan

penelitian.

A. LATAR BELAKANG

Setiap orang tua pasti memiliki keinginan untuk

berhasil dalam membesarkan anaknya, orang tua pun punya

harapan dari masing-masing anak ketika nanti mereka menjadi

dewasa. Namun mengasuh anak bukanlah hal yang mudah, dan

pengasuhan orang tua juga sangat berpengaruh terhadap anak.

Semakin maraknya masalah anak melawan dan menganiaya

guru di sekolah merupakan salah satu penyebab dari pola

pengasuhan anak yang salah. Bahkan sampai terjadi kasus

dugaan kekerasan oleh teman sepermainan di Tanjungbalai,

Sumatera Utara. Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak

Indonesia (KPAI) Rita Pranawati angkat bicara atas kasus

tersebut. Dia menilai, pelaku bocah 10 tahun yang menyuruh

temannya minum air seni dan sekaligus membakar dengan

bensin, bisa digolongkan sebagai korban. Sudah seharusnya

orang tua dari anak pelaku melakukan evaluasi pengasuhan.

Khususnya menanyakan pada diri sendiri bagaimana hingga

anak bisa melakukan tindakan kekerasan terhadap temannya

tersebut (Karouw 2018).

Page 17: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

2

Selain dari pola pengasuhan anak yang salah,

penyebab lain dari perilaku anak/kenakalan anak bisa juga

terjadi karena faktor lingkungan. Faktor lingkungan

memegang peranan penting dalam membantu anak untuk

meyelesaikan tugas perkembangannya. Faktor lingkungan

yang dapat meyebabkan kenakalan anak diantaranya adalah,

pertama yaitu faktor lingkungan keluarga (rumah tangga),

beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak yang

dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga yang tidak

harmonis, cenderung berkepribadian antisosial dan

berperilaku menyimpang. Kedua yaitu faktor lingkungan

sekolah, kondisi sekolah yang tidak kondusif dapat

menggangu proses belajar mengajar, yang pada gilirannya

dapat memberikan “peluang” pada anak untuk berperilaku

menyimpang. Misalnya, kurikulum sekolah yang sering

berganti-ganti, muatan agama/budi pekerti yang kurang

(Marliani 2016, 256). Ketiga yaitu faktor kondisi masyarakat

(lingkungan sosial), faktor kondisi lingkungan sosial yang

tidak sehat atau “rawan” merupakan faktor yang kondusif bagi

anak untuk berperilaku menyimpang. Faktor ini dapat dibagi

dalam dua bagian, pertama yaitu faktor kerawanan masyarakat

seperti tindak kekerasan dan kriminalitas, kesenjangan sosial,

anak-anak putus sekolah/anak jalanan, media informasi yang

menampilkan bacaan maupun tontonan yang sifatnya

pornografis dan kekerasan, maupun peredaran alkohol,

narkotika, dan obat-obatan terlarang lainnya. Kedua yaitu

faktor daerah rawan (gangguan KAMTIBMAS/keamanan dan

Page 18: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

3

ketertiban masyarakat) seperti penyalahgunaan alkohol,

narkotika, dan zat adiktif lainnya, perkelahian perseorangan

atau berkelompok/massal, pencurian, perkosaan,

pembunuhan, dan lain sebagainya (Marliani 2016, 257).

Dengan kejadian yang sudah dipaparkan sebelumnya

mengingatkan tentang pentingnya orang tua untuk terus

menerus memberikan pengasuhan terbaik dan pengawasan

yang optimal untuk anak mereka. Anak usia sekolah dasar

memang sudah memasuki fase kemandirian, seperti mandiri

dalam bersosialisasi termasuk bermain dengan temannya.

Orang tua berperan untuk mengajarkan anak bagaimana

menolak perilaku kasar yang dilakukan teman, mengingatkan

dan tetap bersikap tegas terhadap perilaku buruk yang

ditujukan kepadanya. Selain itu, mendidik anak untuk

memiliki karakter yang baik sangat penting, misalnya seperti

mengingatkan mereka agar menyayangi dan menghargai

sesama.

Penelitian ini juga dilatarbelakangi karena kisah anak

yang mampu mandiri dan berprestasi walaupun dengan

keadaan orang tua yang memiliki keterbatasan, seperti kisah

Retno Puji Astuti dan Tri Widarti, yang terlahir dari kedua

orang tua yang tunanetra. Retno sukses membiayai hidup

keluarganya, mendapat beasiswa kuliah sehingga tak

mengeluarkan sepersen pun untuk kuliah, dan membanggakan

orang tua dengan lulus cumlaude dengan IPK 3,72 sebagai

calon bidan (Farid 2017). Sedangkan adiknya Tri Widarti, ia

juga sukses mendapatkan beasiswa selama kuliah dengan

Page 19: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

4

meraih predikat cumlaude sebagai calon bidan dengan IPK

3.57. Dari kisah ini maka yang menjadi pertanyaan adalah

bagaimana orang tua yang memiliki keterbatasan seperti

penyandang tunanetra dapat mampu membuat anaknya

berhasil dari segi pendidikan maupun dari segi kemandirian

(Noristera 2018).

Syariat Islam mengajarkan bahwa mendidik dan

membimbing anak merupakan suatu kewajiban bagi seorang

muslim karena anak merupakan amanat yang harus

dipertanggungjawabkan oleh orang tua nanti. Pernyataan ini

dipertegas dalam Q.S Al-Tahrim 66:6, yang berbunyi:

ها يأ ين ٱ ي هليكم نارا وقودها لذ

نفسكم وأ

لجارة ٱو لنذاس ٱءامنوا قوا أ

ئكة غلظ شداد لذ يعصون ٱعليها مل مرهم ويفعلون ما للذ أ ما

٦يؤمرون

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu

dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah

manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,

keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang

diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan

apa yang diperintahkan (Al-‘alaim Al-Qur’an dan

terjemahannya 2014, 651).

Orang tua pada fungsinya bertugas sebagai guru

pertama bagi seorang anak yang mengajarkan anak untuk

mengenal dirinya, memahami lingkungan, mengajarkan nilai

dan norma, membantu proses perkembangan, membentuk

kepribadian dan membangun kemandirian anak.

Page 20: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

5

Menurut Fatimah (2010, 141), manusia terlahir dalam

kondisi yang tidak berdaya sehingga akan membuat manusia

tersebut bergantung kepada orang tua dan orang-orang yang

berada di lingkungannya hingga sampai dengan kurun waktu

tertentu. Anak akan perlahan-lahan melepaskan diri dari

ketergantungan dengan orang tua atau orang lain yang berada

disekitarnya dan mulai belajar untuk mandiri seiring dengan

berjalannya waktu dan berkembangnya anak. Melepaskan diri

dari ketergantungan dengan orang tua atau orang lain yang

berada disekitarnya dan mulai belajar untuk mandiri

merupakan suatu proses alamiah yang dialami oleh manusia.

Ini berarti mengartikan mandiri adalah kemampuan seseorang

untuk tidak bergantung kepada orang lain, terutama kepada

orang tua dan orang-orang yang ada disekitarnya, serta mampu

untuk bertanggung jawab atas semua hal yang telah

dilakukannya.

Mengenai faktor-faktor yang memengaruhi

kemandirian, yaitu: (1) Gen atau keturunan orang tua, (2) Pola

asuh orang tua, (3) Sistem pendidikan di sekolah, dan (4)

Sistem kehidupan di masyarakat. Gen atau keturunan,

memiliki kecenderungan menurun kepada anak. Pola asuh,

cara mengasuh dan mendidik anak akan memengaruhi tingkat

perkembangan kemandirian anak. Sistem pendidikan, sekolah

yang tidak melaksanakan demokrasi pendidikan, menekankan

indoktrinasi menghambat kemandirian anak. Sistem kehidupan

di masyarakat, yang terlalu menekankan pentingnya hirarki

struktur sosial, kurang menghargai manifestasi potensi anak

Page 21: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

6

dalam kegiatan produktif, menghambat perkembangan

kemandirian (Ali dan Asrori 2004, 118).

Berdasarkan salah satu faktor yang mempengaruhi

kemandirian anak adalah pola asuh orang tua. Pola asuh adalah

tata sikap dan perilaku orang tua dalam membina kelangsungan

hidup anak, pertumbuhan, dan perkembangannya dengan

memberikan perlindungan anak secara menyeluruh baik fisik,

sosial, maupun spiritual untuk menghasilkan anak yang

berkepribadian (Silalahi dan Meinarno 2010, 73). Penerapan

pola asuh antara satu keluarga dengan keluarga lain tentu

tidaklah sama. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai

faktor latar belakang masing-masing keluarga. Menurut

Edwards (2006, 16), pola asuh orang tua dipengaruhi oleh tiga

faktor, yaitu: faktor pendidikan, faktor lingkungan tempat

tinggal dan faktor budaya masyarakat. Faktor tersebut sangat

menentukan cara orang tua dalam memilih pola asuh yang akan

diberikan terhadap anaknya. Pendidikan yang tinggi,

lingkungan tempat tinggal yang baik, dan budaya masyarakat

yang menjunjung tinggi nilai dan norma akan sangat

mempengaruhi serta mendukung jalannya pola asuh orang tua.

Pada kenyataannya tidak semua manusia dilahirkan

dengan keadaan yang sempurna. Ada diantara manusia yang

sejak lahir atau pada saat masa perkembangannya mengalami

keterbatasan fisik. Hal ini menjadi masalah bagi manusia yang

mengalami keterbatasan fisik atau dikenal dengan istilah

penyandang disabilitas. Dalam hal ini (Efendi 2009, 36),

menjelaskan bahwa “aktivitas manusia dalam berinteraksi

Page 22: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

7

dengan lingkungan sekitar akan efektif apabila

mengikutsertakan alat-alat indra yang dimiliki, seperti

penglihatan, pendengaran, perabaan, pembau, pengecap, baik

yang dilakukan secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama.”

Dengan kata lain ketika salah satu atau lebih fungsi indra

terganggu maka dampaknya akan berpengaruh terhadap indra-

indra yang lain. Konsekuensinya tidak dapat dipungkiri akan

menghambat kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan

lingkungan sekitar. Dengan demikian penyandang disabilitas

memiliki kemampuan yang berbeda, karena biasanya ketika

salah satu indra tidak dapat berfungsi dengan maksimal maka

satu atau dua indra yang lain akan lebih dominan digunakan.

Menurut ungkapan ketua umum Persatuan Tuna Netra

Indonesia (PERTUNI) Aria Indrawati dari total penduduk

Indonesia, sekitar 250 juta orang jumlah peyandang tunanetra

yang ada saat ini diperkirakan mencapai 1,5 % atau sekitar 3,75

juta orang (Cyril 2017). Pengertian tunanetra menurut (Kamus

Besar Bahasa Indonesia) adalah tidak dapat melihat. Persatuan

Tunanetra Indonesia mendefinisikan orang tunanetra adalah

mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta

total) hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan

tetapi tidak mampu menggunakan penglihatannya untuk

membaca tulisan biasa berukuran 12 point dalam keadaan

cahaya normal meskipun dibantu dengan kaca mata (kurang

awas). Ini berarti bahwa seorang tunanetra mungkin tidak

mempunyai penglihatan sama sekali meskipun hanya untuk

membedakan antara terang dan gelap. Orang dengan kondisi

Page 23: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

8

penglihatan seperti itu dikatakan sebagai "buta total". Orang

tunanetra yang masıh memiliki sisa penglihatan yang

fungsional disebut sebagai orang "kurang awas" atau lebih

dikenal dengan sebutan "Low vision" (Wibowo 2013).

Walaupun dengan keterbatasan yang dimilikinya,

orang tua penyandang tunanetra suatu saat akan menjadi orang

tua yang harus mampu untuk memerankan tugas dan fungsinya

sebagai orang tua meskipun memiliki kemampuan yang

berbeda dengan orang tua lain. Orang tua penyandang

tunanetra pasti tetap akan berusaha untuk membina keluarga

dan anaknya agar menjadi pribadi yang baik, mandiri dan

membanggakan orang tua.

Peneliti dalam studi pendahuluan mendapatkan temuan

awal yang memberikan sedikit gambaran pola asuh orang tua

penyandang tunanetra penjual kerupuk terhadap anak yang

normal di sekitar Cinere Kota Depok. Yaitu bahwa orang tua

penyandang tunanetra dalam kesehariannya banyak

menghabiskan waktu untuk bekerja sebagai pedagang kerupuk

dan juga membuka jasa pijat. Berjualan kerupuk biasanya

dilakukan siang hingga sore hari, lalu memijat dilakukan pada

malam hari. Tetapi terkadang juga berjualan dengan waktu

yang tidak menentu, kadang berjualan di pagi hari, dan kadang

juga berjualan di malam hari. Rata-rata dalam satu hari orang

tua penyandang tunanetra diperkirakan bekerja hingga lebih

dari sepuluh jam. Durasi waktu berjualan yang lama tentu akan

membuat kurangnya waktu untuk bersama dengan anak dan

keluarga, yang kemudian juga dapat berpengaruh terhadap

Page 24: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

9

kualitas dan jenis pola asuh yang diberikan kepada anak. Para

orang tua penyandang tunanetra juga menginginkan anak yang

memiliki kepribadian yang baik, mandiri, dan membanggakan

orang tua. Mereka juga berharap dapat menghantarkan

anaknya hingga menuju kesuksesan dengan berusaha untuk

memberikan pendidikan yang baik secara formal di jalur

pendidikan sekolah maupun pendidikan dalam keluarga.

Melalui usaha-usaha yang dilakukan dalam mencari nafkah

tersebut, terlihat bahwa orang tua penyandang tunanetra

menunjukkan kasih sayang yang begitu besar kepada anak dan

keluarganya untuk dapat memenuhi segala kebutuhan. Orang

tua peyandang tunanetra tentu saja mempunyai suatu pola

ataupun cara serta ciri khas tertentu dalam mendidik dan

mengasuh anak-anak mereka. Meskipun mereka tidak terlahir

dengan kondisi normal seperti manusia lainnya.

Berdasarkan uraian yang sudah dipaparkan, maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Pola Asuh Orang Tua Penyandang Tunanetra dalam

Membentuk Kemandirian Anak di Kota Depok”.

B. BATASAN MASALAH

Berdasarkan judul dan latar belakang masalah di atas

dan untuk mempermudah peneliti agar lebih fokus dalam

penelitian maka peneliti membatasi masalah yang dibahas

yaitu tipe pola asuh apa yang digunakan orang tua penyandang

tunanetra dalam membentuk kemandirian anaknya.

Page 25: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

10

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas,

maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu

bagaimana pola asuh orang tua penyandang tunanetra dalam

membentuk kemandirian anak. Rumusan masalah ini

diturunkan menjadi 2 (dua) pertanyaan khusus yaitu:

1. Bagaimana pola asuh orang tua penyandang tunanetra?

2. Bagaimana pola asuh tersebut membentuk kemandirian

anak?

D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan

Tujuan penelitian pada dasarnya merupakan hal

spesifik yang diinginkan dari penelitian berdasarkan

rumusan masalah. Maka tujuan penelitian ini antara lain

untuk:

a. Menggambarkan kecenderungan pola asuh orang

tua penyandang tunanetra dalam membentuk

kemandirian anak.

b. Menggambarkan keterkaitan antara pola asuh orang

tua penyandang tunenetra dalam membentuk

kemandirian anak.

2. Manfaat

Manfaat penelitian menggambarkan kegunaan

penelitian baik secara praktis maupun teoritis. Adapun

manfaat yang peneliti harap dapat diraih dari penelitian ini

adalah:

Page 26: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

11

a. Manfaat teoritis

Memberikan gambaran ciri khas pola asuh orang

tua penyandang tunanetra dalam mengasuh dan

membentuk kemandirian anak yang kemudian dapat

memberikan contoh maupun referensi untuk orang tua

lain dalam mengasuh anaknya.

b. Manfaat praktis

Memberikan kontribusi dan manfaat bagi

individu, masyarakat luas maupun pihak-pihak yang

berkepentingan serta memberikan gambaran pola asuh

yang digunakan dan diterapkan oleh orang tua

penyandang tunanetra dalam membentuk kemandirian

anak. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat bagi seluruh pihak-pihak yang terikat

dalam penelitian ini.

E. TINJAUAN KAJIAN TERDAHULU

Penelitian ini melakukan penelusuran dari beberapa

literatur yang memiliki tema yang hampir sama dengan

permasalahan yang akan diteliti. Penelitian terdahulu ini hanya

sebagai acuan dalam penulisan skripsi sehingga peneliti dapat

memperkaya teori yang akan digunakan dalam mengkaji

penelitiannya. Dari penelitian terdahulu yang digunakan,

peneliti tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama.

Berikut beberapa penelitian dan jurnal yang terkait dengan

penelitian yang dilakukan.

Page 27: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

12

Pertama, penelitian oleh Jenny Widiya Casih Purba

pada tahun 2016 dengan judul “Pola Asuh Orang Tua

Tunanetra Terhadap Anak Normal di Pekanbaru”, yang

penelitiannya berlokasi di Kota Pekanbaru. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa kecenderungan pola asuh orang tua

tunanetra terhadap anak normal adalah pola asuh demokratis,

yaitu mengembangkan keterbukaan mengutarakan pendapat,

kebebasan dalam pilihan dan keputusan tapi bertanggung jawab

dan tidak menggunakan hukuman untuk suatu kesalahan

melainkan nasehat. Keterbatasan dalam proses pengasuhan

khususnya dalam fungsi perlindungan dan pengawasan diatasi

dengan cara mengajarkan kemandirian, sikap bertanggung

jawab dan komunikasi dan pemberian kepercayaan kepada

anak, termasuk modifikasi lingkungan tempat tinggal.

Sementara keterbatasan dalam dukungan kegiatan belajar anak

diatasi juga dengan mengajarkan kemandirian anak dan

penggunaan guru private (Widiya 2016, 1).

Kedua, penelitian oleh Kustiah Sunarty pada tahun 2016

dengan judul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dan

Kemandirian Anak”, yang berlokasi SMP Negri di Kota

Makassar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Jenis

pola asuh yang digunakan orang tua sekarang ini dalam

memandirikan anaknya, secara berturut-turut: pola asuh positif,

demokratis, otoriter, permisif, negatif/tidak sehat, dan

penelantar; (2) Pola asuh yang dapat meningkatkan

kemandirian anak, adalah pola asuh positif dan demokratis, dan

Page 28: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

13

(3) ada hubungan yang positif dan signifikan antara pola asuh

orang tua dan kemandirian anak (Sunarty 2016, 152).

Ketiga, penelitian oleh Rani Kartika pada tahun 2018

dengan judul “Pola Pengasuhan Anak pada Orang Tua Tuna

Netra (Studi Kasus Klinik Pijat Tuna Netra Barokah)”,

yang penelitiannya berlokasi di Klinik Pijat Tuna Netra

Barokah Jalan Setia Budhi Bandung. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa penerapan pola asuh orang tua tunanetra

dalam penelitian ini menggunakan pola asuh demokratis dan

otoriter. Adapun kendala-kendala orang tua tunanetra dalam hal

mengasuh anaknya yang normal adalah tidak mampunyai orang

tua tunanetra membantu anaknya yang mengalami kesulitan

belajar di sekolah karena keterbatasan penglihatannya (Kartika

2018, 156).

Keempat, penelitian oleh Mohammad Faisal Febriana

pada tahun 2016 dengan judul “Pola Asuh Orang Tua Difabel

Terhadap Anak yang Normal (Studi Deskriptif Terhadap

Pasangan Tunanetra di Klinik Pijat Jarima Kelurahan

Ledeng, Bandung)”, yang penelitiannya berlokasi di Klinik

Pijat Jarima Jln. Kapten Abdul Hamid (Panorama) No. 19,

Kelurahan Ledeng, Bandung. Hasil kajian ini menunjukkan

bahwa bahwa pada dasarnya orang tua tunanetra dapat berperan

sebagaimana orang tua normal lainnya, sebab hasil dari pola

asuh orang tua tunanetra dan orang tua normal dapat dikatakan

sama. Tidak sedikit orang tua tunanetra memiliki anak yang

sukses dan berhasil menjadi sosok yang dicita-citakan baik oleh

anak sendiri maupun orang tua. Hanya yang membedakan

Page 29: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

14

adalah dalam aspek teknis pengasuhan. Orang tua difabel

berupaya mengatasi kendala pola asuh dengan melakukan

tindakan preventif atau pencegahan, berdiskusi dengan orang-

orang terdekat dan meminta bantuan orang lain sesuai dengan

kapasitasnya (Faisal 2015, 108).

Itulah beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan

tema pola asuh orang tua, orang tua penyandang tunanetra, dan

kemandirian anak yang digunakan dalam penelitian

sebelumnya. Variabel dalam penelitian ini menggunakan pola

asuh orang tua sebagai variabel independent (x) dan

kemandirian anak sebagai variabel dependent (y). Subyek

dalam penelitian ini adalah orang tua penyandang tunanetra dan

anak mereka. Lokasi penelitian dilakukan di Kota Depok

terkhusus di Kecamatan Cinere. Yang ingin ditambahi dari

penelitian ini adalah karena anak dengan kondisi orang tua yang

memiliki keterbatasan fisik tunanetra biasanya terlihat lebih

mandiri dari anak lainnya, oleh karena itu peneliti tertarik untuk

meneliti bentuk pola asuh apa yang digunakan serta kiat-kiat

serta ciri khas apa yang dilakukan orang tua penyandang

tunanetra untuk dapat membentuk kemandirian anaknya.

F. METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara yang dilakukan untuk

menyelesaikan masalah dari sebuah riset, yang meliputi

pendekatan penelitian, jenis penelitian, lokasi dan waktu

penelitian, sumber data, teknik penelitian dan subjek

penelitian, serta populasi dan sampel.

Page 30: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

15

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong 2007, 4).

metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku diamati.

Denzin dan Lincoln (dalam Moleong 2007, 5)

menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian

yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud

menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan

jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dalam

penelitian kualitatif metode yang biasanya dimanfaatkan

adalah wawancara, pengamatan, dan penelaahan dokumen.

Creswell sebagaimana dikutip oleh Herdiansyah

(2012, 8) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah

suatu proses penelitian ilmiah yang lebih dimaksudkan

untuk memahami masalah-masalah manusia dalam konteks

sosial dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan

kompleks yang disajikan, melaporkan pendangan

terperinci dari para sumber informasí, serta dilakukan

dalam setting yang alamiah tanpa adanya intervensi apa

pun dari peneliti.

Dari definisi di atas tersebut dapat disimpulkan

bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bertujuan untuk memahami tentang fenomena yang dialami

oleh subjek penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan, dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara

Page 31: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

16

dideskripsikan dalam bentuk kata-kata, serta dengan

melibatkan berbagai metode yang ada.

Dalam penelitian ini pendekatan kualitatif dipilih

sebagai pendekatan yang digunakan dalam penelitian

karena berharap dengan menggunakan pendekatan

kualitatif hasil data yang didapatkan dapat menyajikan data

yang akurat, dan digambarkan secara jelas dari kondisi

yang sebenarnya.

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian

deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama

untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu

keadaan atau area populasi tertentu yang bersifat faktual

secara objektif, sistematis, dan akurat. Penelitian deskriptif

dapat diartikan sebagai penelitian yang dimaksudkan untuk

memotret fenomena individual, situasi, kelompok tertentu

yang terjadi secara kekinian dan akurat. Penelitian

deskriptif merupakan alat untuk menemukan makna baru,

menjelaskan sebuah kondisi keberadaan, menentukan

frekuensi kemunculan sesuatu, dan mengategorikan

informasi.

Metode penelitian deskriptif digunakan untuk

memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang

dihadapi pada situasi sekarang. Penelitian ini dilakukan

dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data,

Page 32: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

17

klarifikasi, pengolahan atau analisis data, membuat

kesimpulan, dan laporan (Sulistyaningsih 2011, 82).

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan,

peneliti mempersempit daerah penelitian yaitu dari

Kota Depok menjadi di Kecamatan Cinere Kota Depok.

Kecamatan Cinere menjadi konsen daerah penelitian

karena kecamatan tersebut berbatasan langsung dengan

DKI Jakarta.

Kecamatan Cinere merupakan salah satu

kecamatan di Kota Depok yang mempunyai luas

wilayah secara administrasi seluas 1104,1 kilometer

persegi, dengan kepadatan penduduk 10.351 jiwa tiap

kilometer persegi. Letak Kecamatan Cinere yang

sangat strategis karena berbatasan langsung dengan Ibu

Kota DKI Jakarta merupakan keuntungan bagi

Kecamatan Cinere terutama dari segi komunikasi dan

perhubungan. Kemudahan dan kelengkapan sarana dan

prasarana trasportasi di Kecamatan Cinere menjadikan

Kecamatan Cinere menjadi salah satu daerah

penyangga Ibu Kota DKI Jakarta (Badan Pusat Statistik

Kota Depok, v).

Page 33: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

18

Gambar 1.1 Peta Wilayah Kecamatan Cinere Kota Depok

(Badan Pusat Statistik Kota Depok 2018a, iii)

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada rentang waktu

bulan Maret 2019 sampai dengan bulan November

2019. Adapun jadwal kegiatan pokok penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Waktu Penelitian

No Kegiatan Bulan

3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 Seminar Proposal

2 Revisi Proposal

3 Pengumpulan Data

4 Analisis Data

5 Penyusunan

Laporan

6 Seminar Akhir

7 Revisi Akhir

Page 34: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

19

4. Sumber Data

Data yang didapatkan dalam penelitian ini terbagi

menjadi dua, yaitu:

a. Data primer yaitu sumber data yang langsung

memberikan data kepada peneliti dengan menggunakan

panduan (guide) wawancara (Sugiyono 2011, 193).

Dalam data primer penelitian ini bersumber dari

pasangan suami istri yang menyandang tunanetra dan

anak mereka.

b. Data sekunder yaitu data yang dikumpulkan peneliti

sebagai penunjang dari sumber pertama (Sugiyono

2011, 193). Sumber data sekunder yang dikumpulkan

berupa dokumen yang diambil dan dikutip dari

berbagai sumber literatur seperti jurnal, buku, website,

dan tulisan lainnya yang berkaitan dengan masalah

maupun lewat orang lain.

5. Teknik Penentuan Informan dan Subjek Penelitian

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif,

dalam memilih informan ini peneliti menggunakan teknik

Purpossive Sampling metode Snowball Sampling. Menurut

Herdiansyah (2012, 110) dalam melakukan penelitian

kualitatif, terkadang fenomena yang telah diteliti dapat

berkembang menjadi lebih dalam dan lebih luas dari yang

ditentukan sebelumnya. Pada situasi tertentu, jumlah

subjek penelitian yang terlibat menjadi bertambah karena

subjek penelitian yang telah ditentukan sebelumnya kurang

Page 35: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

20

memberikan informasi yang mendalam atau pada situasi-

situasi tertentu tidak memungkinkan peneliti untuk

mendapatkan akses kepada sumber, lokasi, atau subjek

yang hendak diteliti. Dalam situasi-situasi demikian

diperlukan penelusuran lebih lanjut menuju sasaran yang

hendak diteliti, penelusuran ini biasanya bersifat sambung-

menyambung hingga sampai kepada sasaran. Hal inilah

yang disebut sebagai sampling bola salju. Strategi sampling

bola salju juga merupakan strategi yang dilakukan setelah

pengambilan sampel selesai dilakukan.

Populasi dari penelitian ini adalah keluarga

penyandang tunanetra di Kota Depok. Sedangkan sampel

dari penelitian ini adalah 3 keluarga penyandang tunanetra

di Kota Depok terkhusus di Kecamatan Cinere.

Dalam penelitian ini yang akan diminta untuk

memberikan informasi terkait dengan isu permasalahan

penelitian ialah yang memiliki kriteria sebagai berikut.

Kriteria Informan Subyek Orang Tua:

1. Pasangan suami dan istri yang sama-sama memilki

keterbatasan penglihatan/tunanetra.

2. Berprofesi sebagai pedagang kerupuk atau membuka

jasa pijat.

3. Berasal dari daerah atau rantauan.

4. Tinggal di wilayah Kecamatan Cinere Kota Depok.

Page 36: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

21

Kriteria Informan Subyek Anak:

1. Anak yang sudah dapat diajak untuk diskusi/menjawab

pertanyaan yang dilihat dari minimum umur 12 tahun

atau duduk di sekolah menengah pertama tingkat 1.

2. Anak dengan kondisi normal secara fisik maupun

psikis.

3. Tinggal bersama orang tua/pernah tinggal bersama

orang tua.

6. Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen

sebagaimana dikutip dalam Moleong (2007, 248) adalah

upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi

satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari

dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan

apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain.

Menurut Miles & Huberman (dalam Herdiansyah

2012, 164) menyatakan bahwa teknik analisis data terdiri

atas empat tahapan yang harus dilakukan. Tahapan pertama

adalah tahap pengumpulan data, tahapan kedua adalah

tahap reduksi data, tahapan ketiga adalah tahap display

data, dan tahapan keempat adalah tahap penarikan

kesimpulan dan/atau tahap verifikasi. Empat tahapan ini

dijelaskan sebagai berikut:

Page 37: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

22

1) Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dilakukan sebelum

penelitian, pada saat penelitian, dan bahkan di akhir

penelitian. Idealnya, proses pengumpulan data sudah

dilakukan ketika penelitian masih berupa konsep atau

draft. Intinya adalah proses pengumpulan data pada

penelitian kualitatif tidak memiliki segmen atau waktu

tersendiri, melainkan sepanjang penelitian yang

dilakukan proses pengumpulan data dapat dilakukan.

Ketika peneliti telah mendapatkan data yang cukup

untuk diproses dan dianalisis, tahap selanjutnya adalah

melakukan reduksi data.

2) Reduksi Data

Inti dari reduksi data adalah proses

penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data

yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script)

yang akan dianalisis (Herdiansyah 2012, 165). Reduksi

data pada penelitian ini difokuskan pada tipe pola asuh

yang digunakan orang tua penyandang tunanetra dalam

membentuk kemandirian anak terkhusus di Kecamatan

Cinere Kota Depok.

3) Display Data

Setelah semua data direduksi kedalam bentuk

tulisan (script), langkah selanjutnya dalam melakukan

analisis data adalah melakukan display data. Display

data adalah proses mengolah data setengah jadi yang

sudah seragam kedalam bentuk tulisan dan sudah

Page 38: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

23

memiliki alur tema yang jelas ke dalam suatu matriks

kategorisasi sesuai tema-tema yang sudah

dikelompokkan dan dikategorikan, serta akan memecah

tema-tema tersebut ke dalam bentuk subtema yang

diakhiri dengan pengkodean dari subtema tersebut

sesuai dengan verbatim wawancara yang sebelumnya

sudah dilakukan. Jadi, secara berurutan terdapat tiga

tahapan dalam tahap display data, yaitu

mengkategorikan tema, mengsubkategorikan tema, dan

pengodean. Ketiga tahapan dalam tahap display data ini

saling berkaitan satu sama lain (Herdiansyah 2012, 175).

4) Kesimpulan/verifikasi

Kesimpulan/verifikasi merupakan tahap

terakhir dalam tahap penganalisaan data kualitatif.

Kesimpulannya menjurus kepada jawaban dari

pertanyaan penelitian yang diaujakan sebelumnya dan

mengungkap “what” dan "how” dari temuan penelitian.

Jika dapat disimpulkan terdapat tiga tahapan

yang harus dilakukan dalam tahap

kesimpulan/verifikasi. Pertama, menguraikan

subkategori tema dalam tabel kategorisasi dan

pengodean disertai dengan quote verbatim

wawancaranya. Kedua, menjelaskan hasil temuan

penelitian dengan menjawab pertanyaan penelitian

berdasarkan aspek/faktor dari central phenomenon

penelitian. Ketiga, membuat kesimpulan dari temuan

tersebut dengan memberikan penjelasan dari jawaban

Page 39: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

24

pertanyaan penelitian yang diajukan. Ketika tiga

tahapan tersebut telah selesai dilakukan, hal tersebut

mengindikasikan bahwa secara analisis data kualitatif,

penelitian yang dilakukan telah selesai dan kita telah

memiliki hasil atau jawaban dari pertanyaan penelitian

kita (Herdiansyah 2012, 179).

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Agar pembahasan ini menjadi sistematis serta untuk

mempermudah analisa materi dalam penulisan skripsi ini,

maka peneliti akan menjelaskan sistematika penulisan. Secara

garis besar skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab dengan beberapa

sub bab, yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab pendahuluan ini membahas latar belakang masalah

penelitian, pembatasan masalah penelitian, perumusan

masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan

kajian terdahulu, metodologi penelitian, serta sistematika

penulisan penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab kajian pustaka ini menjelaskan tentang landasan teori yang

digunakan guna memperjelas dan memperkuat pemahaman

teoritis dalam pola asuh orang tua penyandang tunanetra dalam

membentuk kemandirian anak, seperti pengertian pola asuh

orang tua, bentuk pola pengasuhan orang tua, dampak pola

pengasuhan orang tua, pengertian tunanetra, klasifikasi

tunanetra, pengertian kemandirian, tingkatan dan karakteristik

Page 40: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

25

kemandirian, faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian

serta kerangka berpikir.

BAB III GAMBARAN UMUM DAN LATAR

PENELITIAN

Bab gambaran umum latar penelitian ini berisikan tentang

gambaran umum wilayah Kota Depok seperti kondisi geografis

yang dijelaskan berdasarkan letak dan iklim, kondisi demografi

seperti kependudukan, ketenagakerjaan, dan data jumlah

penyandang disabilitas di Kota Depok, sejarah Kota Depok

seperti pembagian wilayah dan terbentunya Kota Depok, serta

aspek perdagangan di Kota Depok.

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Bab data dan temuan penelitian ini berisikan tentang uraian

data dan temuan penelitian di lapangan yang diperoleh melalui

metode wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Dari

metode yang telah dilakukan penulis memperoleh informasi

terkait dengan pola asuh orang tua dalam membentuk

kemandirian anak di Kota Depok terkhusus di Kecamatan

Cinere, temuan data penelitian dapat diuraikan sebagai berikut.

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan analisis deskripstif tentang pola asuh

orang tua penyandang tunanetra dalam membentuk

kemandirian anak pada keluarga tunanetra di Kota Depok.

BAB VI PENUTUP

Pada bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran

Page 41: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

26

Page 42: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

27

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab kajian pustaka ini menjelaskan tentang landasan teori

yang digunakan guna memperjelas dan memperkuat pemahaman

teoritis dalam pola asuh orang tua penyandang tunanetra dalam

membentuk kemandirian anak, seperti pengertian pola asuh orang

tua, bentuk pola pengasuhan orang tua, dampak pola pengasuhan

orang tua, pengertian tunanetra, klasifikasi tunanetra, pengertian

kemandirian, tingkatan dan karakteristik kemandirian, faktor-

faktor yang mempengaruhi kemandirian serta kerangka berpikir.

A. LANDASAN TEORI

1. POLA ASUH ORANG TUA

a. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Menurut Achir (dalam Silalahi dan Meinarno

2010, 73) mendidik anak dengan baik dan benar berarti

menumbuhkembangkan totalitas potensi anak secara

wajar. Pola asuh pun menjadi awal mula

perkembangan pribadi dan jiwa seorang anak. Pola

asuh adalah tata sikap dan perilaku orang tua dalam

membina kelangsungan hidup anak, pertumbuhan, dan

perkembangannya memberikan perlindungan anak

secara menyeluruh baik fisik, sosial, maupun spiritual

untuk menghasilkan anak yang berkepribadian.

Levine (dalam Silalahi dan Meinarno 2010,

163) menyatakan bahwa keluarga memberikan

hubungan sosial dan lingkungan yang penting pada

Page 43: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

28

proses pembelajaran mengenai manusia, situasi, dan

keterampilan. Pembelajaran yang pertama ini sangat

berpengaruh. Dalam keluarga, yang memegang

peranan penting adalah orang tua. Pengasuhan orang

tualah yang memengaruhi pembelajaran tersebut.

Proses menjadi orang tua meliputi melahirkan anak,

memberi perlindungan, perawatan, dan memberi

petunjuk pada anak. Mengasuh anak dikenal sebagai

hal penting yang memengaruhi pengalaman manusia

dan dapat mengubah manusia secara emosional, sosial,

dan intelektual. Mengasuh anak merupakan sebuah

proses yang menunjukkan bahwa hal ini merupakan

suatu interaksi antara orang tua dan anak yang

berkelanjutan dan proses tersebut memberikan suatu

perubahan, baik pada orang tua maupun pada anak.

Pada dasarnya, ada tiga tujuan orang tua dalam

mengasuh anak. Yang pertama, orang tua ingin

anaknya mampu bertahan dan sehat secara jasmani.

Kedua, mereka berharap anak-anaknya dapat

mengembangkan kemampuan yang mereka miliki agar

nantinya dapat mandiri secara finansial. Yang ketiga

berkaitan dengan cita-cita, kepercayaan religius, dan

kepuasan pribadi.

Menurut Martin dan Colbert (dalam Silalahi

dan Meinarno 2010, 163) kehidupan orang tua dan

anak berjalan berhubungan selama rentang kehidupan.

Tidak seperti makhluk mamalia lain, bayi manusia

Page 44: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

29

relatif tidak berkembang pada saat lahir dan memiliki

ketergantungan yang lebih lama terhadap orang

tuanya. Selama masa ini, orang tua menggunakan

kekuatan fisik, pengetahuan, dan keterampilan sosial

dalam menjamin keselamatan anak. Lama-kelamaan,

anak menjadi mandiri, tetapi orang tua tetap memiliki

pengaruh yang kuat. Orang tua juga memengaruhi

perkembangan anak dengan menyeleksi setting anak.

Sebagai 'pengamat', orang tua juga memberikan

umpan balik pada anak mengenai pertumbuhan dan

perkembangannya.

Martin dan Colbert (dalam Silalahi dan

Meinarno 2010, 164) juga mangatakan bahwa

pengasuhan merupakan bagian yang penting dalam

sosialisasi, proses di mana anak belajar untuk

bertingkah laku sesuai harapan dan standar sosial.

Dalam konteks keluarga, anak mengembangkan

kemampuan mereka dan membantu mereka untuk

hidup di dunia. Menurut Darling dalam (Silalahi dan

Meinarno 2010, 164) pola asuh merupakan aktivitas

kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku

spesifik yang bekerja secara individual dan serentak

dalam memengaruhi tingkah laku anak.

Menurut Brooks (dalam Silalahi dan Meinarno

2010, 164) masa kanak-kanak menengah merupakan

masa penting dalam pengasuhan orang tua, terutama

dalam segi kedisiplinan dan tingkah laku anak

Page 45: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

30

berhubungan dengan sekolah. Pada masa ini, orang tua

biasanya melakukan hal-hal seperti memeriksa tugas

sekolah, menentukan target belajar yang harus dicapai

anak, dan membantu anak menyesuaikan diri dengan

guru dan teman baru. Pada masa ini, biasanya peran

ayah dan ibu berbeda. Ibu mengerjakan pekerjaan yang

berhubungan dengan rumah tangga dan lebih

berinteraksi dengan anak, sedangkan ayah lebih

melakukan hal-hal yang bersifat permainan fisik dan

memberi perhatian yang sama baik pada anak laki-laki

maupun perempuan. Pada masa ini, anak mulai

membuat keputusan sendiri dan orang tua menjadi

pengawasnya serta membuat keputusan akhir.

Pembagian kontrol ini menjadi jembatan pada masa

pra-remaja ke masa remaja, sehingga anak dapat

terbiasa dengan kontrol lebih besar.

Jadi, pola asuh orang tua dapat diartikan

sebagai perlakuan orang tua terhadap anak dalam

bentuk merawat, memelihara, mendidik,

membimbing, yang terwujud dalam bentuk

pendisiplinan, pemberian tauladan, kasih sayang,

hukuman, dan kepemimpinan dalam keluarga melalui

ucapan-ucapan, tindakan-tindakan, maupun sifat dan

sikap orang tua.

Page 46: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

31

b. Bentuk dan Dampak Pola Pengasuhan Orang Tua

Dari peran orang tua kemudian muncul

bagaimana pengasuhan pada anak. Pengasuhan

umumnya dilakukan oleh orang tua terhadap anak-

anaknya dengan beragam bentuk. Bentuk pengasuhan

yang tersebar luas adalah pandangan dari Diana

Baumrind. Diana Baumrind (dalam W. Santrock 2007,

167) menyatakan bahwa setidaknya terdapat empat

jenis atau bentuk utama gaya pengasuhan, diantaranya:

1) Pola Asuh Otoriter (Authoritarian Parenting

Style)

Pengasuhan otoriter bercirikan orang tua

yang bersifat membatasi dan menghukum, di mana

orang tua mendesak anak untuk mengikuti arahan

mereka dan menghormati pekerjaan dan upaya

yang dilakukan. Orang tua yang otoriter

menerapkan batas dan kendali yang tegas pada anak

dan meminimalisir perdebatan verbal. Contohnya,

orang tua yang otoriter mungkin berkata, “lakukan

dengan caraku atau tak usah." Orang tua yang

otoriter mungkin juga sering memukul anak,

memaksakan aturan secara kaku tanpa

menjelaskannya, dan menunjukkan amarah pada

anak. Anak dari orang tua yang otoriter sering kali

tidak bahagia, ketakutan, minder akan

perbandingan sosial antara dirinya dengan orang

lain, tidak mampu memulai aktivitas, dan memiliki

Page 47: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

32

kemampuan komunikasi yang lemah. Putra dari

orang tua yang otoriter mungkin berperilaku agresif

karena dimungkinkan anak akan memberontak

karena tidak terima ataupun bosan dengan

pengekangan oleh orang tuanya.

Menurut Martin dan Colbert (dalam Silalahi

dan Meinarno 2010, 165) anak dari pola

pengasuhan otoriter biasanya kecenderungan

memiliki perubahan susana hati yang tidak stabil

atau naik turun dalam waktu yang singkat (fmoody),

murung, ketakutan, sedih, dan tidak spontan.

Sedangkan menurut Berk dalam (Silalahi dan

Meinarno 2010, 165) menjelaskan bahwa anak

dengan pola pengasuhan otoriter juga

menggambarkan kecemasan dan rasa tidak aman

dalam berhubungan dengan teman sebaya dan

menunjukkan kecenderungan bertindak keras saat

tertekan, serta memiliki harga diri yang rendah.

Suherman (dalam Mutiah 2015, 88)

menjelaskan bahwa kemungkinan akibat yang akan

timbul pada anak dengan orang tua yang memiliki

sikap otoriter adalah kurang berkembangnya rasa

sosial, rasa keberanian dan kreativitasnya dalam

mengambil keputusan kurang berkembang dengan

baik, anak menjadi pemalu, penakut, terkadang

keras kepala, keinginan untuk menyendiri, kurang

tegas dalam mengambil tindakan atau menentukan

Page 48: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

33

sikap, suka bertengkar dan licik serta tidak mau

menurut.

2) Pola Asuh Otoritatif (Authoritatve Parenting

Style)

Pengasuhan otoritatif bercirikan orang tua

yang mendorong anak untuk mandiri namun masih

menerapkan batas dan kendali pada tindakan

mereka. Tindakan verbal nemberi dan menerima

dimungkinkan yang artinya orang tua memberikan

kebebasan anak dalam berpendapat dan

didengarkan, memberikan kebebasan kepada anak

tetapi tetap memberi batasan untuk mengarahkan

anak dalam menentukan keputusan yang tepat

dalam hidupnya, bersikap hangat dan penyayang

terhadap anak. Orang tua yang otoritatif mungkin

merangkul anak dengan mesra dan berkata “kamu

tahu kamu tak seharusnya melakukan hal itu. Mari

kita bicarakan bagaimana kamu bisa menangani

situasi tersebut lebih baik lain kali”. Orang tua yang

otoritatif juga menunjukkan kesenangan dan

dukungan sebagai respons terhadap perilaku

konstruktif anak. Mereka juga mengharapkan

perilaku anak yang dewasa, mandiri, dan sesuai

dengan usianya. Anak yang memiliki orang tua

otoritatif sering kali ceria, bisa mengendalikan diri,

mandiri, berorientasi pada prestasi, dan mereka

cenderung untuk mempertahankan hubungan yang

Page 49: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

34

ramah dengan teman sebaya, dapat bekerjasama

dengan orang dewasa. serta dapat mengatasi stres

dengan baik (W. Santrock 2007, 167).

Anak yang memiliki orang tua dengan pola

asuh otoritatif ini ceria, cenderung kompeten secara

sosial seperti mampu berkomunikasi, bergaul, dan

bekerjasama, energik, bersahabat, memiliki

keingintahuan yang besar, dapat mengontrol diri,

memiliki harga diri yang tinggi, bahkan memiliki

prestasi akademis yang tinggi. Bentuk pola

pengasuhan otoritatif ini yang dianggap paling

‘sehat dan normal’ dibandingkan dengan pola

pengasuhan yang lain. Pola pengasuhan ini

memberikan kesempatan pada anak untuk

berkembang ke arah positif. Alasan mengapa pola

pengasuhan otoritatif yang dianggap paling ‘sehat

dan normal’ yaitu pertama, anak belajar untuk

mengontrol diri secara adil dan masuk akal yang

sangat berguna bagi anak. Selain itu, orang tua yang

penuh kasih sayang dan juga tegas membuat anak

menjadi lebih memerhatikan orang lain, percaya

diri, dan mampu untuk mengkomunikasikan apa

yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada

orang lain namun dengan tetap menjaga dan

menghargai perasaan orang lain (asertif). Yang

terakhir, orang tua yang sensitif dan responsif

terhadap kemampuan perkembangan anak dapat

Page 50: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

35

membuat anak belajar untuk mengambil tanggung

jawab terhadap perilakunya sendiri. Pola

pengasuhan autoritatif ditandai dengan tiga perilaku

pengasuhan, yaitu: kehangatan (warmth),

keseimbangan kekuasaan (balance of power), dan

adanya tuntutan (demandingness). Kehangatan

terdiri atas kedekatan emosional dan hubungan

anak dengan orang tua. Tugas orang tua adalah

menyediakan kehangatan dan penerimaan selama

pertumbuhan anak. Melibatkan anak dalam

pengambilan keputusan dalam keluarga dan

memberikan kesempatan untuk mengemukakan

pendapat. Khusus pada anak remaja, orang tua

harus mampu beradaptasi terhadap kemampuan

anak, menyadari kesiapan anak terhadap tanggung

jawab dan kebebasan. Pelibatan dalam pengambilan

keputusan penting dalam hal otonomi dan kontrol

anak. Adanya tuntutan mengacu pada harapan dan

aturan yang diterapkan orang tua yang masuk akal

dan jelas terhadap tingkah laku anak. Orang tua

yang otoritatif mampu menerapkan aturan secara

jelas dan konsisten tanpa paksaan terhadap anak

(Silalahi dan Meinarno 2010, 165).

Menurut Suherman (dalam Mutiah 2015,

89) anak dengan pola pengasuhan orang tua yang

demokratis akan menunjukkan sikap atau perilaku

tanggung jawab yang besar, dapat menerima

Page 51: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

36

perintah dan dapat diperintah sesuai dengan wajar,

dapat menerima kritik secara terbuka, memiliki

keberanian untuk berinisiatif dan kreatif, memiliki

emosi yang stabil, dapat menghargai pekerjaan atau

jerih payah orang lain, mudah beradaptasi, lebih

toleran, mau menerima dan memberi. Memiliki rasa

sosial yang besar, konsep diri yang positif, dapat

bekerjasama, dan kontrol diri yang besar.

3) Pola Asuh Memanjakan (Indulgent Parenting

Style)

Pengasuhan yang manjakan bercirikan

orang tua yang sangat terlibat dengan anak, namun

tidak terlalu menuntut atau mengontrol mereka.

Orang tua yang memanjakan ini membiarkan anak

melakukan apa yang ia inginkan dan menuruti

semua kemauan anak mereka. Sehingga anak yang

dihasilkan dari pengasuhan memanjakan ini

merupakan anak yang sulit mengendalikan

perilakunya sendiri dan selalu berharap

mendapatkan keinginannya karena terbiasa

dimanja. Beberapa orang tua sengaja membesarkan

anak mereka dengan cara ini karena mereka percaya

bahwa kombinasi antara keterlibatan yang hangat

dan sedikit batasan akan menghasilkan anak yang

kreatif dan percaya diri. Namun, anak dari orang tua

yang selalu menuruti jarang belajar menghormati

orang lain dan mengalami kesulitan untuk

Page 52: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

37

mengendalikan perilakunya. Mereka mungkin

mendominasi, egosentris, tidak menuruti aturan,

dan kesulitan dalam hubungan dengan teman

sebaya (peer). Sehingga sangat besar kemungkinan

anak berperilaku menyimpang (W. Santrock 2007,

168).

Menurut Martin dan Colbert (dalam Silalahi

dan Meinarno 2010, 166) pola pengasuhan

memanjakan terlihat dengan adanya kebebasan

secara berlebihan yang tidak sesuai untuk

perkembangan anak, yang dapat mengakibatkan

timbulnya tingkah laku yang lebih agresif dan

impulsif. Berk (dalam Silalahi dan Meinarno 2010,

166) mengatakan bahwa anak dari pola pengasuhan

memanjakan membuat anak tidak dapat mengontrol

diri sendiri, tidak mau patuh, dan tidak terlibat

dalam aktivitas di kelas.

Suherman (dalam Mutiah 2015, 89)

menjelaskan bahwa adapun akibat yang timbulkan

dari pola pengasuhan yang liberal menyebabkan

anak memiliki perilaku tidak mengenal tata tertib

atau sopan santun, tidak mengenal disiplin, sering

mengalami rasa kecewa, tidak dapat menghargai

orang tua, lebih mementingkan dirinya sendiri,

memiliki keinginan yang aneh dan tidak sesuai

dengan kemampuannya, hubungan dengan orang

lain kurang harmonis, sering menentang norma

Page 53: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

38

yang berlaku di masyarakat sekitar, dan tidak

menurut dan sulit diperintah.

4) Pola Asuh Mengabaikan (Neglectful Parenting

Style)

Pengasuhan yang mengabaikan bercirikan

orang tua yang sangat tidak terlibat dalam

kehidupan anak. Anak dari orang tua yang

mengabaikan merasa bahwa urusan kehidupan

orang tua lebih penting dari pada diri mereka. Anak-

anak dari pengasuhan orang tua yang mengabaikan

ini cenderung tidak memiliki kemampuan sosial

yang baik. Banyak diantaranya memiliki

pengendalian diri yang buruk dan tidak mandiri.

Mereka sering kali memiliki harga diri yang rendah,

tidak bersikap dewasa. dan mungkin terasing dari

keluarga. Dalam masa remaja, anak mungkin

menunjukkan sikap suka membolos dan nakal

karena anak tidak biasa diatur dan dilarang (W.

Santrock 2007, 167).

Patterson (dalam Silalahi dan Meinarno

2010, 166) menyatakan anak dari orang tua dengan

pola pengasuhan mengabaikan cenderung terbatas

secara akademis dan sosial serta anak dengan pola

asuh ini lebih cenderung bertindak antisosial pada

masa remaja. Egeland dan Sroufe dalam (Silalahi

dan Meinarno 2010, 166) apabila pola pengasuhan

ini diterapkan sedini mungkin, hal ini akan

Page 54: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

39

mengakibatkan gangguan pada perkembangan

anak. Penelitian mengungkapkan bahwa ibu dengan

pola pengasuhan seperti ini akan memiliki anak

yang defisit dalam fungsi fisiologisnya, penurunan

kemampuan intelektual, kesulitan dalam hubungan

emosional dengan orang tua (attachment), serta

pemarah.

c. Dampak Pola Asuh Terhadap Kemandirian

Berdasarkan uraian bentuk dan dampak pola

asuh orang tua terhadap anak di atas, secara umum

semua bentuk pola asuh orang tua dapat berdampak

terhadap kemandirian anak, namun tingkatan

kemandirian anak dapat berbeda sesuai dengan

bagaimana cara yang dilakukan oleh orang tua mereka.

Berikut penelitian sebelumnya yang terkait

dengan pola asuh orang tua dan kemandirian anak

yaitu (dalam Sunarty 2016, 157) dari hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa jenis pola asuh yang

digunakan orang tua dalam meningkatkan kemandirian

anaknya secara berturut-turut adalah pola asuh positif,

otoritatif, otoriter, permisif, negatif/tidak sehat, dan

penelantar.

Sunarty (2016, 157) mengatakan bahwa pola

asuh positif berada pada urutan pertama yang mampu

meningkatkan kemandirian anak. Orang tua

berkomunikasi, bertransaksi, berinteraksi dengan

Page 55: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

40

anak, ucapan dan tindakannya selalu

mempertimbangkan layak atau pantas, mendorong,

konsisten, menyejukkan, merawat atau memelihara,

rileks, dan bertanggung jawab terhadap anak. Hal ini

sesuai dengan pendapat James (dalam Sunarty 2016,

157) bahwa pola asuh orang tua positif, dapat

meningkatkan kemandirian anak.

Pola asuh otoritatif (demokratis) berada pada

urutan kedua. Orang tua berkomunikasi, bertransaksi,

berinteraksi, ucapan dan tindakannya selalu

bersikap rasional, bertanggung jawab, terbuka,

obyektif, tegas, hangat, realistis, fleksibel, sehingga

mampu menumbuhkan keyakinan, kepercayaan diri

pada anak untuk mengambil keputusan terhadap

aktivitas dan kebutuhannya. Hal ini didukung oleh

pendapat Santrock (dalam Sunarty 2016, 157) yang

menyatakan bahwa pola asuh demokratis sangat baik

dalam upaya meningkatkan kemandirian.

Pola asuh permisif berada pada urutan ketiga.

Orang tua yang permisif ketika berkomunikasi,

bertransaksi atau berinteraksi dengan anak, selalu

memberikan kebebasan pada anak, kurang menuntut

tanggung jawab, melakukan pembiaran, sangat lemah

dalam melaksanakan disiplin, dan kurang tegas dalam

menerapkan peraturan-peraturan untuk anak. Perilaku

orang tua yang seperti ini menurut Santrock dan

Gordon (dalam Sunarty 2016, 157) menjadikan

Page 56: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

41

kepribadian anak yang tidak berkembang dengan baik,

termasuk menghambat kemandirian anak.

Pola asuh otoriter berada pada urutan keempat.

Orang tua otoriter berkomunikasi, bertransaksi,

berinteraksi dengan anak, cenderung menetapkan

standar yang mutlak harus dituruti, menuntut

kepatuhan, mendikte, kurang hangat, kaku dan keras,

kurang memberi kepercayaan, serta menghukum. Hal

ini didukung Papalia dan Santrock (dalam Sunarty

2016, 157) bahwa pola asuh otoriter menjadikan anak

tidak berkembang dengan baik, karena anak merasa

tertekan dan takut, sehingga tidak mampu mandiri.

Pola asuh negatif berada pada urutan kelima.

Ucapan dan tindakan ketika berkomunikasi,

bertransaksi atau berinteraksi dengan anak selalu

mengkritik, melindungi berlebihan, tidak konsisten,

selalu mendebat, serba mengatur, dan orang tua selalu

mau dilayani. Hasil ini sesuai dengan pendapat Gordon

dan James (dalam Sunarty 2016, 157) yang

menyatakan bahwa pola asuh negatif berdampak buruk

bagi perkembangan kepribadian anak, termasuk

menghambat kemandirian anak.

Pola asuh penelantar berada pada urutan

keenam (terakhir). Orang tua berkomunikasi,

bertransaksi atau berinteraksi dengan selalu

mengabaikan, menolak mendengar ungkapan perasaan

dan ide anak, mementingkan diri sendiri, tidak

Page 57: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

42

memberikan kesempatan kepada anak untuk berbicara.

Hasil ini didukung oleh Papalia dan Thalib (dalam

Sunarty 2016, 158) yang menyatakan bahwa pola asuh

penelantar memperlihatkan pola perilaku orang tua

yang suka mengabaikan baik secara fisik maupun

psikis, dan pola asuh ini dapat sangat menghambat

perkembangan kemandirian anak.

Secara lebih jelas dipaparkan sebagaimana

pola asuh orang tua positif dan pola asuh orang tua

otoritatif dapat meningkatkan kemandirian anak

adalah sebagai berikut:

1) Pola Asuh Positif

Cara penerapan pola asuh orang tua positif

sehingga dapat membuat anak mandiri adalah

dengan (1) pola asuh orang tua yang layak/pantas,

bertujuan memperbaiki kesalahan anak disertai

penjelasan logis yang dapat diterima anak tanpa

tekanan. (2) pola asuh orang tua yang mendorong,

tampak dalam ucapan dan tindakan mendorong

anak untuk mengerjakan sendiri tugas-tugasnya,

baik tugas di rumah maupun di luar rumah. (3) pola

asuh orang tua yang konsisten, tampak dalam

ucapan dan tindakan orang tua yang sama pada

situasi dan kondisi yang sama, melatih anak

menjadi tegas, tangguh, serta percaya diri. (4) pola

asuh orang tua yang menyejukkan, tampak dalam

ucapan dan tindakan orang tua yang lemah lembut

Page 58: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

43

dan menyenangkan. (5) pola asuh orang tua yang

merawat, tampak dalam ucapan dan tindakan orang

tua yang membantu anak untuk merasakan belaian

baik fisik maupun psikis, memperhatikan dan

mendengar ucapan dan ungkapan perasaan anak,

bergaul secara hangat dan saling menghormati. (6)

pola asuh orang tua yang rileks, tampak dalam

ucapan dan tindakan orang tua dalam suasana

rileks, memberikan kebebasan kepada anak dalam

berbicara, bertindak, dan beraktivitas secara santai

tanpa membuat anak merasa tertekan. (7) pola asuh

orang tua yang bertanggung jawab, tampak dalam

ucapan dan tindakan orang tua yang

membelajarkan anak untuk berani mengambil

risiko dari kegiatannya, memberikan kepercayaan

dan kebebasan melakukan aktivitas sesuai dengan

kebutuhan, dan mengambil risiko dari aktivitas dan

kebutuhannya (Sunarty 2016, 158).

2) Pola Asuh Otoritatif

Pola asuh otoritatif dapat meningkatkan

kemandirian anak, karena orang tua bertindak dan

berucapan (1) memandang dirinya dan anak punya

peran masing-masing. (2) memberikan tanggungjawab

dan mendorong anak untuk melakukan aktivitasnya

sendiri. (3) berdialog, orang tua dan anak saling

memberi dan menerima, mendengarkan keluhan,

menghormati serta menghargai suatu keputusan. (4)

Page 59: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

44

bertindak secara obyektif, tegas, hangat dan penuh

pengertian, serta tegas dalam pengambilan keputusan.

(5) menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri

pada anak, selalu menyemangati anak untuk berbuat

sesuai dengan kemampuannya sendiri sesuai tahapan

perkembangan. (6) mendorong anak untuk mampu

membuat keputusan sendiri, selalu mendorong anak

dalam melakukan pekerjaan dan kegiatannya sendiri,

berani mengambil keputusan dan menanggung risiko

dari keputusaanya tersebut (Sunarty 2016, 158).

2. TUNANETRA

a. Pengertian Tunanetra

Secara harfiah, kata tunanetra terdiri dari kata

tuna dan netra. Kamus Besar Bahasa Indonesia

menyebutkan kata tuna mempunyai arti tidak memiliki,

tidak punya, luka atau rusak. Netra berarti mata atau

penglihatan. Tunanetra mempunyai arti tidak dapat

melihat atau buta (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Frans Harsana (dalam Rudiyati 2009, 57)

menyebutkan bahwa tunanetra ialah suatu kondisi dari

indera penglihatan atau mata yang tidak berfungsi

dengan sebagaimana mestinya. Kondisi itu disebabkan

oleh kerusakan pada mata, syaraf optik, atau bagian

otak yang mengolah stimulus visual.

Persatuan Tunanetra Indonesia mendefinisikan

ketunanetraan adalah mereka yang tidak memiliki

Page 60: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

45

penglihatan sama sekali atau disebut dengan buta total,

sehingga bagi mereka yang masih memiliki sisa

penglihatan tetapi tidak mampu menggunakan

penglihatannya untuk membaca tulisan biasa yang

berukuran 12 point dalam keadaan cahaya normal

meskipun dibantu dengan kacamata disebut sebagai

kurang awas atau disebut dengan low vision. Yang

dimaksud dengan tulisan berukuran 12 point adalah

ukuran huruf standar pada komputer di mana pada

bidang selebar satu inch memuat 12 buah huruf. Akan

tetapi, ini tidak boleh diartikan bahwa huruf dengan

ukuran 18 point, misalnya pada bidang selebar 1 inch

memuat 18 huruf. Ini berarti menjelaskan bahwa

seorang tunanetra mungkin tidak mempunyai

penglihatan sama sekali meskipun hanya untuk

membedakan antara terang dan gelap (Wibowo 2013).

Mata sebagai indra penglihatan dalam tubuh

manusia menduduki peringkat pertama, sebab

sepanjang waktu selama manusia itu terjaga mata akan

membantu manusia untuk beraktivitas, di samping

indra sensoris lainnya seperti pendengaran, perabaan,

penciuman, dan perasa. Begitu besar peran mata

sebagai salah satu dari pancaindra yang sangat penting,

maka dengan terganggunya indra penglihatan

seseorang berarti ia akan kehilangan fungsi

kemampuan visualnya untuk merekam objek dan

Page 61: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

46

peristiwa fisik yang ada di lingkungannya (Efendi

2009, 29).

Meskipun penglihatan memiliki peranan yang

sangat vital, namun bukan berarti dengan hilangnya

fungsi penglihatan manusia tersebut ia sama sekali

tidak mempunyai kesempatan untuk memperoleh

pengalaman melalui berbagai interaksi dengan

lingkungan sekitarnya, melainkan ia masih dapat

mensubstitusi hilangnya indra penglihatan tersebut

melalui kompensasi indra lain yang masih berfungsi,

walaupun hasilnya tidak secanggih dan selengkap jika

dibarengi dengan penggunaan indra penglihatan

(Efendi 2009, 37).

Dari uraian tentang tunanetra di atas maka dapat

disimpulkan bahwa tunanetra adalah seseorang yang

mengalami kerusakan pada indra penglihatannya

sehingga ia tidak dapat menggunakan indera

penglihatannya tersebut untuk merekam objek dan

peristiwa fisik yang ada di lingkungannya, serta tidak

dapat menjalani aktivitas secara maksimal walaupun

dibantu dengan bantuan alat bantu.

b. Faktor Terjadinya Ketunanetraan

Secara etiologi atau ilmu kedokteran, timbulnya

ketunanetraan disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor

endogen dan faktor eksogen. Ketunanetraan karena

faktor endogen adalah seperti keturunan (herediter),

Page 62: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

47

atau karena faktor eksogen seperti penyakit,

kecelakaan, obat-obatan dan lain-lain sebagainya.

Sedangkan dari kurun waktu terjadinya ketunanetraan

yaitu dapat terjadi pada saat anak masih berada di

dalam kandungan, saat dilahirkan, maupun sesudah

kelahiran. Sebagian besar penderita tunanetra

disebabkan oleh retrolenta fibroplasia (RLF) dan

maternal rubella, penyebab terjadinya ketunanetraan

ini berdasarkan statistik di Amerika Serikat pada

sekitar tahun 1950. Penderita tunanetra karena

retrolenta fibroplasia (RLF) adalah karena banyaknya

bayi lahir sebelum waktunya atau biasa disebut dengan

prematur (Efendi 2009, 34).

3. KEMANDIRIAN

a. Pengertian Kemandirian

Kata kemandirian berasal dari kata dasar diri

yang mendapatkan awalan ke dan akhiran an yang

kemudian membentuk suatu kata keadaan atau kata

benda. Karena kemandirian berasal dari kata dasar diri,

pembahasan mengenai kemandirian tidak dapat

dilepaskan dari pembahasan mengenai perkembangan

diri itu sendiri, karena diri itu merupakan inti dari

kemandirian (Ali dan Asrori 2004, 109).

Pada pembahasan terdahulu telah dikatakan

bahwa proses perkembangan manusia harus dipandang

Page 63: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

48

sebagai proses interaksional dinamis. Interaksional

mengandung makna bahwa kemandirian berkembang

melalui proses keragaman manusia dalam kesamaan

dan kebersamaan, bukan dalam kevakuman. Dalam

konteks kesamaan dan kebersamaan, kemandirian

dibedakan menjadi dua, yaitu kemandirian aman

(secure autonomy), dan kemandirian tidak aman

(insecure autonomy). Kemandirian aman adalah

kekuatan untuk menumbuhkan cinta kasih pada dunia,

kehidupan, dan orang lain, sadar akan tanggung jawab

bersama, dan tumbuh rasa percaya terhadap kehidupan.

Kekuatan ini digunakan untuk mencintai kehidupan

dan membantu orang lain. Sedangkan kemandirian tak

aman adalah kekuatan kepribadian yang dinyatakan

dalam perilaku menentang dunia. Maslow menyebut

kondisi seperti ini sebagai selfish autonomy atau

kemandirian yang mementingkan diri sendiri (Ali dan

Asrori 2004, 111).

Menurut Fatimah (2010, 141) manusia terlahir

dalam kondisi yang tidak berdaya yang membuatnya

bergantung kepada orang tua dan orang-orang yang

berada di lingkungannya hingga sampai dengan waktu

tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu dan

berkembangnya anak, seorang anak perlahan-lahan

akan melepaskan diri dari ketergantungannya dengan

Page 64: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

49

orang tua atau orang lain disekitarnya dan mulai belajar

untuk mandiri. Hal ini merupakan suatu proses alamiah

yang dialami oleh manusia. Mandiri merupakan

kemampuan seseorang untuk tidak bergantung kepada

orang lain, terutama kepada orang tua dan orang-orang

disekitarnya serta dapat bertanggungjawab atas semua

hal yang telah dilakukannya.

Menurut Chaplin (dalam Desmita 2011, 185)

kemandirian adalah seseorang yang bebas untuk

memilih, dan menjadi manusia yang dapat menguasai,

memerintah, mengendalikan serta menentukan dirinya

sendiri.

Menurut Seifert dan Hoffnung sebagaimana

dikutip (dalam Desmita 2011, 185) menyatakan bahwa

kemandirian adalah seseorang yang memiliki

kemampuan untuk mengendalikan atau mengatur

pikiran, perasaan dan tindakan sendiri secara bebas

serta berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan-

perasaan malu dan ragu.

Menurut Erikson (dalam Desmita 2011, 185)

menyatakan kemandirian merupakan usaha untuk

melepaskan diri agar tidak bergantung kepada orang tua

dengan bermaksud untuk menemukan dirinya melalui

proses pencarian identitas ego yaitu merupakan

perkembangan ke arah individualitas yang lebih

Page 65: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

50

mantap dan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada

siapapun. Kemandirian biasanya ditandai dengan

kemampuan seseorang dalam menentukan nasib,

kreatif dan inisiatif, dapat mengatur tingkah laku,

mampu bertanggung jawab, mampu menahan diri,

mampu membuat keputusan-keputusan sendiri, serta

mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari

orang lain. Kemandirian merupakan suatu sikap

otonomi dimana seseorang tidak mudah terpengaruh

oleh penilaian, pendapat dan keyakinan orang lain.

Dengan otonomi tersebut, seseorang diharapkan akan

lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

Pembahasan kemandirian ditinjau dari berbagai

perspektif di atas mengantarkan pada suatu intisari

bahwa kemandirian merupakan suatu kekuatan internal

individu yang diperoleh melalui proses individuasi.

Proses individuasi itu adalah proses realisasi kedirian

dan proses menuju kesempurnaan. Diri adalah inti dari

kepribadian dan merupakan titik pusat yang

menyelaraskan dan mengoordinasikan seluruh aspek

kepribadian, kemandirian yang terintegrasi dan sehat

dapat dicapai melalui proses peragaman,

perkembangan, dan ekspresi sistem kepribadian sampai

pada tingkatan yang tertinggi (Ali dan Asrori 2004,

114).

Page 66: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

51

Jadi dapat disimpulkan bahwa kemandirian

adalah keadaan seseorang yang dapat berdiri sendiri

yang ditandai dengan kemampuannya dalam

bertingkah laku, bertanggung jawab, mampu

mengambil keputusan berdasarkan kehendaknya

sendiri serta melakukan segala sesuatu tanpa harus

bergantung dengan orang lain.

b. Aspek-Aspek Kemandirian

Menurut Havighurst sebagaimana dikutip

dalam (Fatimah 2010, 143) bahwa terdapat empat

aspek dalam kemandirian, yaitu sebagai berikut:

1. Aspek emosi, aspek ini menekankan pada

kemampuan seseorang dalam mengontrol emosi

dan secara emosi tidak bergantung kepada orang

tua. Hal ini berkaitan dengan bagaimana seseorang

dapat mengambil keputusan sendiri, mampu

mengontrol emosi dan menyelesaikan masalah

tanpa bergantung terutama kepada orang tua.

2. Aspek ekonomi, aspek ini menunjukkan

kemampuan seseorang dalam mengatur ekonomi

dan tidak bergantungnya kebutuhan ekonomi

seseorang pada orang tua. Hal ini berkaitan dengan

bagaimana seseorang dapat menggunakan,

mengatur keuangannya dengan baik, tidak

Page 67: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

52

bergantung kepada orang tua dan memiliki

penghasilan sendiri.

3. Aspek intelektual, aspek ini menunjukkan

kemampuan seseorang dalam mengatasi berbagai

hambatan atau masalah yang dihadapi. Hal ini

berkaitan dengan bagaimana seseorang dapat

mengatasi masalah dari yang paling sederhana

seperti mampu mengurus diri sendiri dalam

kehidupan sehari-hari seperti makan, mandi,

merapikan pakaian, mengerjakan pekerjaan rumah

dan belajar. Selain itu, seseorang juga dapat

membantu pekerjaan orang lain seperti pekerjaan

orang tua di rumah dan mampu menyelesaikan

masalah di sekolah yang berkaitan dengan

pembelajaran dan masalah lainnya.

4. Aspek sosial, aspek ini menunjukkan kemampuan

seseorang untuk mengadakan interaksi dengan

orang lain dan tidak bergantung atau menunggu

aksi dari orang lain. Hal ini berkaitan dengan

bagaimana seseorang dapat bersosialisasi dengan

orang lain, berteman, membantu orang lain atau

teman yang kesulitan atas kemauannya sendiri

tanpa menunggu perintah dari orang lain.

Page 68: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

53

c. Tingkatan Dan Karakteristik Kemandirian

Sunaryo Kartadinata (dalam Ali dan Asrori

2004, 114) menyatakan bahwa sebagai suatu dimensi

psikologis yang kompleks, kemandirian dalam

perkambangannya memiliki tingkatan-tingkatan dan

karakteristik. Perkembangan kemandirian seseorang

juga berlangsung secara bertahap sesuai dengan

tingkatan perkembangan kemandiran tersebut.

Lovinger (dalam Ali dan Asrori 2004, 114)

mengemukakan tingkatan kemandirian beserta ciri-

cirinya sebagai berikut:

1. Tingkatan kemandirian yang pertama adalah tingkat

impulsif dan melindungi diri. Ciri-ciri dari tingkatan

ini adalah:

a) Peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang

dapat diperoleh dari interaksinya dengan orang

lain.

b) Mengikuti aturan secara oportunistik dan

hedonistik.

c) Berpikir tidak masuk akal dan terdiam/tertegun

pada cara berpikir tertentu (stereotype).

d) Cenderung melihat kehidupan sebagai zero-sum

game.

e) Cenderung mencela dan menyalahkan orang lain

serta lingkungannya.

Page 69: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

54

2. Tingkatan kemandirian kedua adalah tingkat

konformistik. Ciri-ciri dari tingkatan ini adalah:

a) Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan

sosial.

b) Cenderung berpikir stereotype dan klise.

c) Peduli akan konformitas terhadap aturan

eksternal.

d) Bertindak dengan cara yang dangkal untuk

memperoleh pujian.

e) Menyamakan diri dalam ekspresi emosi dan

kurangnya introspeksi.

f) Perbedaan kelompok didasarkan atas ciri-ciri

eksternal.

g) Takut tidak diterima kelompok.

h) Tidak sensitif terhadap keindividualan.

i) Merasa berdosa jika melanggar aturan.

3. Tingkatan kemandirian ketiga adalah tingkat sadar

diri. Ciri-ciri dari tingkatan ini adalah:

a) Mampu berpikir alternatif.

b) Melihat harapan dan berbagai kemungkinan

dalam situasi.

c) Peduli untuk mengambil manfaat dari

kesempatan yang ada.

d) Menekankan pada pentingnya pemecahan

masalah.

Page 70: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

55

e) Memikirkan cara hidup.

f) Penyesuaian terhadap situasi dan peranan.

4. Tingkatan kemandirian keempat adalah tingkat

saksama (conscientious). Ciri-ciri dari tingkatan ini

adalah:

a) Bertindak atas dasar nilai-nilai internal.

b) Mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan

pelaku tindakan.

c) Mampu melihat keragaman emosi, motif, dan

perspektif diri sendiri maupun orang lain.

d) Sadar akan tanggung jawab

e) Mampu melakukan kritik dan penilaian diri.

f) Peduli akan hubungan mutualistik.

g) Memiliki tujuan jangka panjang.

h) Cenderung melihat peristiwa dalam konteks

sosial.

i) Berpikir lebih kompleks dan atas dasar pola

analitis.

5. Tingkatan kemandirian kelima adalah tingkat

individualistis. Ciri-ciri dari tingkatan ini adalah:

a) Peningkatan kesadaran individualitas.

b) Kesadaran akan konflik emosional antara

kemandirian dengan ketergantungan.

c) Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan

orang lain.

Page 71: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

56

d) Mengenal eksistensi perbedaan individual.

e) Mampu bersikap toleran terhadap pertentangan

dalam kehidupan.

f) Membedakan kehidupan internal dengan

kehidupan luar dirinya.

g) Mengenal kompleksitas diri.

h) Peduli akan perkembangan dan masalah-

masalah sosial (Ali dan Asrori 2017, 115).

6. Tingkatan kemandirian keenam adalah tingkat

mandiri. Ciri-ciri dari tingkatan ini adalah:

a) Memiliki pandangan hidup sebagai suatu

keseluruhan.

b) Cenderung bersikap realistik dan objektif

terhadap diri sendiri maupun orang lain.

c) Peduli terhadap pemahaman abstrak, seperti

keadilan sosial.

d) Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang

bertentangan.

e) Toleran terhadap ambiguitas.

f) Peduli akan pemenuhan diri (self-fulfilment).

g) Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik

internal.

h) Responsif terhadap kemandirian orang lain.

i) Sadar akan adanya saling ketergantungan

dengan orang lain.

Page 72: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

57

j) Mampu mengekspresikan perasaan dengan

penuh keyakinan dan keceriaan (Ali dan Asrori

2004, 116).

d. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kemandirian

Sebagaimana dengan aspek-aspek psikologis

yang lainnya, kemandirian bukan semata-mata

merupakan pembawaan yang sudah melekat pada diri

individu sejak lahir. Melainkan perkembangannya juga

dipengaruhi oleh berbagai stimulasi yang diperoleh dari

lingkungannya, selain potensi yang telah dimiliki sejak

lahir sebagai keturunan dari orang tuanya.

Ada sejumlah faktor yang sering disebut sebagai

korelat bagi perkembangan kemandirian, yaitu sebagai

berikut:

1. Gen atau keturunan orang tua. Orang tua yang

memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali

menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga.

Namun, faktor keturunan ini masih menjadi

perdebatan karena ada yang berpendapat bahwa

sesungguhnya bukan sifat kemandirian orang tuanya

itu menurun kepada anaknya, melainkan sifat orang

tuanya muncul berdasarkan cara orang tua mendidik

anaknya.

Page 73: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

58

2. Pola asuh orang tua. Cara orang tua mengasuh atau

mendidik anak akan mempengaruhi perkembangan

kemandirian anak remajanya. Orang tua yang terlalu

banyak melarang atau mengeluarkan kata "jangan"

kepada anak tanpa disertai dengan penjelasan yang

rasional akan menghambat perkembangan

kemandirian anak. Sebaliknya, orang tua yang

menciptakan suasana aman dalam interaksi

keluarganya akan dapat mendorong kelancaran

perkembangan anak. Demikian juga, orang tua yang

cenderung sering membanding-bandingkan anak

yang satu dengan lainnya juga akan berpengaruh

kurang baik terhadap perkembangan kemandirian

anak (Ali dan Asrori 2004, 118).

3. Sistem pendidikan di sekolah. Proses pendidikan di

sekolah yang cenderung menekankan indoktrinasi

tanpa argumentasi, dan tidak mengembangkan

demokratisasi pendidikan akan menghambat

perkembangan kemandirian. Demikian juga dengan

proses pendidikan yang banyak menekankan

pentingnya pemberian sanksi atau hukuman, aturan

pemberian sanksi atau hukuman ini juga dapat

menghambat perkembangan kemandirian.

Sebaliknya, proses pendidikan yang lebih

menekankan pentingnya penghargaan terhadap

Page 74: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

59

potensi anak, pemberian penghargaan, dan

penciptaan kompetisi positif akan memperlancar

perkembangan kemandirian.

4. Sistem kehidupan di masyarakat. Sistem kehidupan

masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya

hierarki struktur sosial, membuat anak merasa

kurang aman atau mencekam, serta kurang

menghargai manifestasi potensi anak dalam

melakukan kegiatan produktif yang dapat

menghambat kelancaran perkembangan

kemandiriannya. Sebaliknya, dengan lingkungan

masyarakat yang aman, menghargai ekspresi potensi

anak dalam bentuk berbagai kegiatan, dan tidak

terlaku hierarkis yang akan dapat merangsang dan

mendorong perkembangan kemandirian (Ali dan

Asrori 2004, 119).

Page 75: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

60

B. KERANGKA BERPIKIR

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

Bagan di atas bertujuan untuk menggambarkan alur

dan kerangka penelitian yang dibuat. Maksud dari penelitian

ini dengan jelas mengangkat isu mengenai pengasuhan orang

tua penyandang tunanetra terkhusus dalam membentuk

kemandirian anak. Apakah dengan keterbatasan yang dimiliki

berpengaruh terhadap gaya pengasuhan yang digunakan? Serta

apakah orang tua tunanetra memiliki ciri khas tersendiri dalam

mengasuh anaknya?

Anak

Kemandirian

Lovinger (dalam Ali dan

Asrori 2004, 114):

Tingkat 1: impulsif dan

melindungi diri

Tingkat 2: konformistik

Tingkat 3: sadar diri

Tingkat 4: saksama

Tingkat 5: individualistis

Tingkat 6: mandiri

Pola Asuh Orang

Tua

Diana Baumrind

(dalam W. Santrock

2007, 167):

Otiriter

Otoritatif

Memanjakan

Mengabaikan

Orang Tua

Tunanetra

Page 76: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

61

BAB III

GAMBARAN UMUM KOTA DEPOK

Bab gambaran umum latar penelitian ini berisikan tentang

gambaran umum wilayah Kota Depok seperti kondisi geografis

yang dijelaskan berdasarkan letak dan iklim, kondisi demografi

seperti kependudukan, ketenagakerjaan, dan data jumlah

penyandang disabilitas di Kota Depok, sejarah Kota Depok seperti

pembagian wilayah dan terbentunya Kota Depok, serta aspek

perdagangan di Kota Depok.

A. KONDISI GEOGRAFIS

Menurut (Badan Pusat Statistik Kota Depok 2018, 3)

secara astronomis Kota Depok terletak antara 6º 19’ s.d. 6º 28’

Lintang Selatan dan antara 106º 43’ s.d. 106º 55’ Bujur Timur.

Berdasarkan posisi geografisnya, Kota Depok terletak di

bagian selatan Provinsi Jawa Barat berbatasan dengan

Provinsi DKI Jakarta memiliki batas-batas: Utara–Provinsi

DKI Jakarta; Selatan–Kabupaten Bogor; Barat–Kota

Tangerang Selatan; Timur–Kabupaten Bogor.

Kota depok terdiri dari 11 Kecamatan, yaitu:

1. Kecamatan Sawangan.

2. Kecamatan Bojongsari.

3. Kecamatan Pancoran Mas.

4. Kecamatan Cipayung.

5. Kecamatan Sukmajaya.

6. Kecamatan Cilodong.

7. Kecamatan Cimanggis.

8. Kecamatan Tapos.

9. Kecamatan Beji.

10. Kecamatan Limo.

11. Kecamatan Cinere.

Page 77: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

62

Berikut adalah gambar peta wilayah Kota Depok.

Gambar 3.1 Peta Wilayah Kota Depok

(Badan Pusat Statistik Kota Depok 2018, v)

Menurut (Badan Pusat Statistik Kota Depok 2018, 4)

Kota Depok merupakan daerah dataran rendah dengan

ketinggian 77-150 meter diatas permukaan air laut (DPAL),

yang merupakan dataran rendah–perbukitan bergelombang

lemah. Luas wilayah Kota Depok, adalah berupa daratan

seluas 200,29 km². Pada tahun 1999, wilayah Kota Depok

terdiri dari enam wilayah Kecamatan, berdasarkan Undang-

Undang no. 15 tahun 1999 yang mencakup 63 kelurahan.

Kecamatan Tapos merupakan Kecamatan yang terluas

wilayahnya yaitu 32,33 km². Kecamatan Cinere yang terkecil

luas wilayah yaitu 10,47 km². Enam kecamatan tersebut

adalah:

Page 78: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

63

1. Kecamatan Sawangan.

2. Kecamatan Pancoran Mas.

3. Kecamatan Sukmajaya.

4. Kecamatan Cimanggis.

5. Kecamatan Beji.

6. Kecamatan Limo.

Berikut luas wilayah menurut kecamatan di Kota Depok

pada tahun 2017 dalam bentuk diagram.

Gambar 3.2 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota

Depok Tahun 2017

(Badan Pusat Statistik Kota Depok 2018, 5)

Berikut luas wilayah menurut kecamatan di Kota

Depok pada tahun 2017 dalam bentuk tabel. Sama seperti data

luas wilayah dalam bentuk diagram sebelumnya, bahwa

Kecamatan Tapos merupakan Kecamatan yang terluas yaitu

5%

13%

10%

9%

6%

9%8%

11%

16%

7%6%

L U A S W I L A Y A H M E N U R U T

K E C A M A T A N D I K O T A D E P O K

T A H U N 2 0 1 7

Cinere

Sawangan

Bojongsari

Pancoran Mas

Cipayung

Sukmajaya

Cilodong

Cimanggis

Tapos

Beji

Limo

Page 79: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

64

dengan luas 32,33 km² dan Kecamatan Cinere yang terkecil

dengan luas 10,47 km².

Tabel 3.1

Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Depok, 2017

No Kecamatan Luas Wilayah (km²) Presentase

1. Sawangan 26,19 13,08

2. Bojongsari 19,30 9,64

3. Pancoran Mas 18,03 9,00

4. Cipayung 11,45 5,72

5. Sukmajaya 17,35 8,66

6. Cilodong 16,19 8,08

7. Cimanggis 21,58 10,77

8. Tapos 33,26 16,61

9. Beji 14,56 7,27

10. Limo 11,84 5,91

11. Cinere 10,55 5,27

Kota Depok 200,29 100,00

(Badan Pusat Statistik Kota Depok 2018, 6)

1. Iklim

Wilayah Depok termasuk dalam daerah beriklim

tropis dengan perbedaan curah hujan yang cukup kecil dan

dipengaruhi oleh iklim musim. Secara umum musim

kemarau di Kota Depok terjadi di antara bulan April sampai

dengan bulan September dan musim hujan terjadi di antara

bulan Oktober sampai dengan bulan Maret.

• Temperatur: 24,3o-33 o Celsius

Page 80: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

65

• Kelembaban rata-rata: 25 %

• Penguapan rata-rata: 3,9 mm/th

• Kecepatan angin rata-rata: 14,5 knot

• Penyinaran matahari rata-rata: 49,8 %

• Jumlah curah hujan: 2684 m/th

• Jumlah hari hujan: 222 hari/tahun

(Portal Resmi Pemerintah Kota Depok 2019)

B. KONDISI DEMOGRAFI

Sebagai Kota yang berbatasan langsung dengan

Ibukota Negara, Kota Depok menghadapi berbagai

permasalahan perkotaan, termasuk masalah kependudukan.

Sebagai daerah penyangga Kota Jakarta, Kota Depok

mendapatkan tekanan migrasi penduduk yang cukup tinggi

sebagai akibat dari meningkatnya jumlah kawasan

permukiman, pendidikan, perdagangan dan jasa (Portal Resmi

Pemerintah Kota Depok 2019).

Penduduk Kota Depok adalah semua orang yang

berdomisili di wilayah Kota Depok selama 6 bulan atau lebih

dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi

bertujuan menetap (Badan Pusat Statistik Kota Depok 2018,

32).

1. Kependudukan

Populasi Penduduk Kota Depok berdasarkan

proyeksi penduduk tahun 2017 sebanyak 2.254.513 jiwa,

yaitu penduduk laki-laki sebanyak 1.135.539 jiwa dan

perempuan 1.118.974 jiwa. Dibandingkan Tahun 2016,

penduduk Kota Depok Tahun 2017 bertambah sekitar

74.700 jiwa atau dengan pertumbuhan penduduk sebesar

Page 81: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

66

3,48 persen. Jumlah Penduduk Laki laki lebih banyak

dibandingkan penduduk perempuan dengan besarnya

angka rasio jenis kelamin tahun 2017 sebesar 101,48.

Kepadatan penduduk di Kota Depok tahun 2017

meningkat dibandingkan tahun 2016 yaitu 11.256 jiwa/km²

dibandingkan sebelumnya yaitu 10.883 jiwa/km².

Kepadatan Penduduk di 11 kecamatan bervariasi dengan

kepadatan tertinggi terletak di kecamatan Sukmajaya yaitu

sebesar 17.448 jiwa/km² dan terendah di Kecamatan

Sawangan sebesar 6.094 jiwa/km² (Badan Pusat Statistik

Kota Depok 2018, 38).

Berikut adalah data Proyeksi Penduduk Menurut

Kecamatan di Kota Depok Tahun (Jiwa) 2015, 2016, 2017

dalam bentuk tabel.

Tabel 3.2 Proyeksi Penduduk Menurut Kecamatan di Kota

Depok Tahun (Jiwa) 2015, 2016, 2017

No Kecamatan 2015 2016 2017

1. Sawangan 149.695 154.933 159.613

2. Bojongsari 120.818 125.047 128.894

3. Pancoran Mas 255.016 263.942 273.447

4. Cipayung 154.958 160.382 165.361

5. Sukmajaya 281.418 291.267 302.719

6. Cilodong 151.441 156.742 161.866

7. Cimanggis 293.132 303.392 313.987

8. Tapos 261.923 271.090 280.121

9. Beji 200.976 208.009 215.215

10. Limo 106.545 110.275 113.684

11. Cinere 130.178 134.734 139.606

Kota Depok 2.106.100 2.179.813 2.254.513

(Badan Pusat Statistik Kota Depok 2018, 40)

Page 82: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

67

Dan berikut adalah data Jumlah Penduduk dan

Rasio Jenis Kelamin Munurut Kecamatan di Kota Depok,

2017 dalam bentuk tabel.

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin

Munurut Kecamatan di Kota Depok Tahun 2017

Jenis Kelamin

No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis

Kelamin

1. Sawangan 81.279 78.334 159.613 103,76

2. Bojongsari 65.473 63.421 128.894 103,24

3. Pancoran Mas 137.438 136.009 273.447 101,05

4. Cipayung 84.046 81.315 165.361 103,36

5. Sukmajaya 149.975 152.744 302.719 98,19

6. Cilodong 81.741 80.125 161.866 102,02

7. Cimanggis 158.734 155.253 313.987 102,24

8. Tapos 140.750 139.371 280.121 100,99

9. Beji 108.925 106.290 215.215 102,48

10. Limo 57.550 56.134 113.684 102,52

11. Cinere 69.628 69.978 139.606 99,50

Kota Depok 1.135.539 1.118.974 2.254.513 101,48

(Badan Pusat Statistik Kota Depok, 41)

Karena peneliti mempersempit daerah penelitian di

Kecamatan Cinere, berikut adalah data jumlah penduduk

menurut jenis kelamin di Kecamatan Cinere tahun 2007

dalam bentuk tabel yang menunjukkan bahwa jumlah

penduduk laki-laki 43,850 jiwa, dan jumlah penduduk

Page 83: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

68

perempuan 43,449 jiwa apabila dikalkulasikan jumlahnya

hampir seimbang dengan selisih 401 jiwa.

Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di

Kecamatan Cinere Tahun 2017

No Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Cinere 16.743 16.636 33.379

2. Gandul 12.376 12.233 24.609

3. Pangkalanjati Baru 5.32 5.423 10.855

4. Pangkalanjati 9299 9.152 18.451

Jumlah 43.850 43.449 87.294

(Badan Pusat Statistik Kota Depok 2018, 10)

2. Ketenagakerjaan

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kota Depok

Tahun 2017 adalah 64,04%. Ini berarti bahwa dari setiap

100 penduduk usia 15 tahun ke atas ada sebanyak 64 orang

yang termasuk dalam kelompok angkatan kerja.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kota Depok

tahun 2017 sebesar 7,00%. Ini berarti bahwa dari 100

penduduk angkatan kerja terdapat 7 (tujuh) orang di

antaranya yang sedang mencari pekerjaan (pengangguran).

Berdasarkan lapangan usaha Tahun 2017 penduduk

usia 15 tahun ke atas di Kota Depok banyak yang bekerja

di sektor jasa kemasyarakatan 290.560 pekerja dan sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran 285.261 pekerja dan

lapangan usaha lainnya yang belum dapat diklasifikasikan

Page 84: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

69

286.406 pekerja (Badan Pusat Statistik Kota Depok 2018,

38).

3. Data Penyandang Disabilitas di Kota Depok

Berdasarkan informasi yang didapat, data terkait

dengan penyandang disabilitas terbagi menjadi 2 bagian,

yaitu data jumlah penyandang masalah sosial dan

kesejahteraan menurut jenisnya di Kota Depok tahun 2015-

2017 dan data jumlah penduduk menurut jenis cacat di

Kecamatan Cinere tahun 2017.

Dalam data jumlah penyandang masalah sosial dan

kesejahteraan, penyandang tunanetra masuk kedalam

kategori penyandang cacat yang jumlahnya meningkat dari

204 jiwa di tahun 2015 dan 2016 menjadi 700 jiwa di tahun

2017.

Berikut adalah data Jumlah Penyandang Masalah

Sosial dan Kesejahteraan Menurut Jenisnya di Kota Depok,

2015-2017 dalam bentuk tabel.

Page 85: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

70

Tabel 3.5

Jumlah Penyandang Masalah Sosial dan Kesejahteraan

Menurut Jenisnya di Kota Depok Tahun 2015-2017

No Jenis 2015 2016 2017

1. Anak Balita Terlantar 3 2 4

2. Orang Terlantar 405 203 169

3. Anak Tindak Kekerasan/Perlakuan Salah - 40 74

4. Anak Berhadapan Dengan Hukum - 8 41

5. Anak Jalanan 525 550 15

6. Anak Cacat 453 245 148

7. Wanita Rawan Sosial Ekonomi 303 303 440

8. Wanita Korban Tindak Kekerasan 10 10 143

9. Lanjut Usia Terlantar 28 28 34

10. Penyandang Cacat 204 204 700

11. Wanita Tuna Susila 214 214 243

12. Pengemis 90 90 110

13. Gelandangan 40 40 50

14. Bekas Narapidana 1 1 272

15. Korban Penyalahgunaan Narkotika 18 18 85

16. Keluarga Miskin 7.693 11.469 74.286

17. Keluarga Berumah Tidak Layak Huni 1.547 1.547 2.637

18. Keluarga Bermasalah Sosial Psikologi - - -

19. Korban Bencana Alam 2.581 20 20

20. Korban Bencana Sosial - 2.448 -

21. Pekerjaan Migran Bermasalah Sosial - - 15

22. Penderita HIV/AIDS 548 548 3.723

23. Bekas Warga Binaan Lembaga

Kemasyarakatan

- 2 3

(Badan Pusat Statistik Kota Depok 2018, 98)

Page 86: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

71

Untuk jumlah penduduk menurut jenis cacat di

Kecamatan Cinere tahun 2017 penyandang tunanetra

sendiri berjumlah 15 orang yang terbagi di 3 Kelurahan,

yaitu 5 orang di Kelurahan Cinere, 5 orang di Kelurahan

gandul, dan 5 orang lainnya di Kelurahan Pangkalanjati.

Berikut jumlah Penduduk Menurut Jenis Cacat di

Kecamatan Cinere Tahun 2017 dalam bentuk tabel.

Tebel 3.6 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Cacat di

Kecamatan Cinere Tahun 2017

Tuna

No Kelurahan

Netra

Rungu

Wicara

Rungu-

Wicara

Daksa

Cacat

Mental

(Grahita)

1. Cinere 5 0 0 2 1 2

2. Gandul 5 0 0 0 1 1

3. Pangkalanjati

Baru

0 0 0 1 1 0

4. Pangkalanjati 5 2 1 0 1 6

Jumlah 15 2 1 3 4 9

(Badan Pusat Statistik Kota Depok 2018, 18)

C. SEJARAH

Berdasarkan informasi yang didapat mengenai sejarah

Kota Depok, berikut adalah penjelasan tentang sejarah Kota

Depok yang terdiri dari pembangian wilayah Kota Depok dan

terbentuknya Kota Depok.

Page 87: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

72

1. Pembagian Wilayah

Depok bermula dari sebuah Kecamatan yang

berada di lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati)

wilayah Parung Kabupaten Bogor, kemudian pada tahun

1976 perumahan mulai dibangun baik oleh Perum

Perumnas maupun pengembang yang kemudian diikuti

dengan dibangunnya kampus Universitas Indonesia (UI),

serta meningkatnya perdagangan dan Jasa yang semakin

pesat sehingga diperlukan kecepatan pelayanan.

Pada tahun 1981 Pemerintah membentuk Kota

Administratif Depok berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 43 tahun 1981 yang peresmiannya pada tanggal 18

Maret 1982 oleh Menteri dalam Negeri yaitu Bapak H.

Amir Machmud. Kota Depok terdiri dari 3 (tiga)

Kecamatan dan 17 (tujuh belas) Desa, yaitu :

a. Kecamatan Pancoran Mas. Kecamatan Pancoran Mas

terdiri dari 6 (enam) Desa, yaitu Desa Depok, Desa

Depok Jaya, Desa Rangkapan Jaya, Desa Rangkapan

Jaya Baru, Desa Pancoram Mas, Desa Mampang.

b. Kecamatan Beji. Kecamatan Beji terdiri dari 5 (lima)

Desa, yaitu Desa Beji, Desa Tanah Baru, Desa

Kukusan, Desa Kemiri Muka, Desa Pondok Cina.

c. Kecamatan Sukmajaya. Kecamatan sukmajaya terdiri

dari 6 (enam) Desa, yaitu Desa Mekarjaya, Desa Sukma

Jaya, Desa Sukamaju, Desa Cisalak, Desa Kalibaru,

Desa Kalimulya.

Page 88: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

73

Kota Administratif Depok berkembang pesat baik

dibidang Pemerintahan, Pembangunan dan

Kemasyarakatan selama kurun waktu 17 tahun. Pada

bidang Pemerintahan semua Desa berganti menjadi

Kelurahan dan adanya pemekaran Kelurahan, sehingga

pada akhirnya Depok terdiri dari 3 (Kecamatan) dan 23

(dua puluh tiga) Kelurahan, yaitu:

a. Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 (enam)

Kelurahan, yaitu Kelurahan Depok, Kelurahan Depok

Jaya, Kelurahan Pancoran Mas, Kelurahjn Rangkapan

Jaya, Kelurahan Rangkapan Jaya Baru.

b. Kecamatan Beji terdiri dari (enam) Kelurahan, yaitu

Kelurahan Beji, Kelurahan Beji Timur, Kelurah

Pondok Cina, Kelurahan Kemirimuka, Kelurahan

Kukusan, Kelurahan Tanah Baru.

c. Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 11 (sebelas)

Kelurahan, yaitu Kelurahan Sukmajaya, Kelurahan

Suka Maju,. Kelurahan Mekarjaya, Kelurahan Abadi

Jaya, Kelurahan Baktijaya, Kelurahan Cisalak,

Kelurahan Kalibaru, Kelurahan Kalimulya, Kelurahan

Kali Jaya, Kelurahan Cilodong, Kelurahan Jati Mulya,

Kelurahan Tirta Jaya.

Page 89: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

74

Dari tahun 1982 sampai dengan tahun 1999

penyelenggaraan pemerintah Kota Administratif Depok

mengalami pergantian Kepemimpinan sebagai berikut:

Tabel 3.7

Pergantian Kepemimpinan Kota Administratif Depok

No Wali Kota Administratif Masa Jabatan Perode

1. Drs. Moch Rukasah Suradimadja 1982-1984 1

2. Drs. H.M.I Tamdjid 1984-1988 2

3. Drs. Abdul Wachyan 1988-1991 3

4. Drs. Moch. Masduki 1991-1992 4

5. Drs. H.Sofyan Safari Hamim 1992-1996 5

Drs. H. Yuyun WS 1996-1997

7. H. Badrul Kamal 1997-1999 6

(Portal Resmi Pemerintah Kota Depok 2019)

Tabel pergantian kepemimpinan diatas

menggambarkan bahwa pergantian kepemimpinan Kota

Administratif Depok paling lama dalam kurun waktu 4

tahun pada masa kepemimpinan Drs. H.M.I Tamdjid, dan

Drs. H.Sofyan Safari Hamim. Kepemimpinan paling cepat

pada masa kepemimpinan Drs. Moch. Masduki dan juga

Drs. H. Yuyun WS yang masing-masing memimpin selama

kurun waktu 1 tahun.

Kota Administratif Depok diangkat menjadi

Kotamadya. Berikut pergantian Kepemimpinan

Pemerintah Kota Depok dari tahun 1999 sampai dengan

tahun 2016.

Page 90: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

75

Tabel 3.8 Pergantian Kepemimpinan Kota Depok

No Wali Kota Wakil Wali Kota Masa Jabatan Perode

1. H. Badrul Kamal Yus Ruswandi 27 April 1999-26 Januari 2006 7

2. Dr. Ir. H. Nur

Mahmudi Ismail M.Sc

Yuyun Wirasaputra 26 Januari 2006-26 Januari 2011 8

Mohammad Idris 26 Januari 2011-26 Januari 2016

Drs. H. Arifin Harun

Kertasaputra (Penjabat

Wali Kota)

1 Februari 2016-17 Februari 2016 9

3. KH. Dr. Mohammad

Idris M.A

Pradi Supriatna 17 Februari 2016-Pertahana 10

(Portal Resmi Pemerintah Kota Depok 2019)

Tabel pergantian kepemimpinan diatas menggambarkan

bahwa pergantian kepemimpinan Kota Depok paling lama dalam

kurun waktu 10 tahun pada masa kepemimpinan Dr. Ir. H. Nur

Mahmudi Ismail M.Sc. Kepemimpinan paling cepat pada masa

kepemimpinan Drs. H. Arifin Harun Kertasaputra (Penjabat Wali

Kota) selama 16 hari.

2. Terbentuknya Kota Depok

Kota Administratif Depok diangkat menjadi

Kotamadya dengan harapan pelayanan menjadi

maksimum, ini terjadi karena semakin pesatnya

perkembangan dan tuntutan aspirasi masyarakat.

Disisi lain Pemerintah Propinsi Jawa Barat dan

Pemerintah Kabupaten Bogor bersama-sama

memperhatikan perkembangan tesebut, dan

Page 91: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

76

mengusulkannya kepada Pemerintah Pusat dan Dewan

Perwakilan Rakyat.

Berdasarkan Undang-undang No. 15 tahun 1999,

tentang pembentukan Kota madya Daerah Tk. II Depok

yang ditetapkan pada tanggal 20 April tahun 1999, dan

diresmikan tanggal 27 April tahun 1999. Pembentukan

Kota madya dan peresmian ini berbarengan dengan

Pelantikan Pejabat Walikota madya Kepala Daerah Tk. II

Depok yang dipercayakan kepada Bapak Drs. H. Badrul

Kamal yang pada saat itu menjabat sebagai Walikota Kota

Administratif Depok.

Momentum peresmian Kota madya Daerah Tk. II

Depok dan pelantikan pejabat Walikota madya Kepala

Daerah Tk. II Depok dapat dijadikan suatu landasan yang

bersejarah dan tepat untuk dijadikan hari jadi Kota Depok.

Berdasarkan Undang-undang No. 15 tahun 1999

Wilayah Kota Depok meliputi wilayah Administratif Kota

Depok, yang terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan sebagaimana

tersebut diatas ditambah dengan sebagian wilayah

Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor, yaitu:

a. Kecamatan Cimanggis, yang terdiri dari 1 (satu)

Kelurahan dan 12 (dua belas) Desa , yaitu Kelurahan

Cilangkap, Desa Pasir Gunung Selatan, Desa Tugu,

Desa Mekarsari, Desa Sukamaju Baru, Desa Cijajar,

Desa Cimpaeun, Desa Leuwinanggung, Desa Cisalak

Pasar, Desa Curug, Desa Hajarmukti, Desa Sukatani.

Page 92: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

77

b. Kecamatan Sawangan, yang terdiri dari 14 (empat

belas) Desa, yaitu Desa Sawangan, Desa Sawangan

Baru, Desa Cinangka, Desa Kedaung, Desa Serua,

Desa Pondok Petir, Desa Curug, Desa Bojong Sari,

Desa Bojong Sari Baru, Desa Duren Seribu, Desa

Duren Mekar, Desa Pengasinan Desa Bedahan, Desa

Pasir Putih.

c. Kecamatan Limo yang terdiri dari 8 (delapan) Desa,

yaitu Desa Limo, Desa Krukut, Desa Grogol, Desa

Meruyung, Desa Cinere, Desa Gandul, Desa Pangkalan

Jati, Desa Pangkalan Jati Baru.

d. Dan ditambah 5 (lima) Desa dari Kecamatan Bojong

Gede, yaitu Desa Cipayung, Desa Cipayung Jaya, Desa

Ratu Jaya, Desa Pondok Terong, Desa Pondok Jaya.

Kota Depok selain merupakan Pusat Pemerintahan

yang berbatasan langsung dengan Wilayah Daerah Khusus

Ibu Kota Jakarta juga merupakan wilayah penyangga Ibu

Kota Negara yang diarahkan untuk kota pemukiman, Kota

Pendidikan, Pusat pelayanan perdagangan dan jasa, Kota

pariwisata dan sebagai kota resapan air (Portal Resmi

Pemerintah Kota Depok 2019).

D. PERDAGANGAN

Sektor perdagangan merupakan sektor ekonomi yang

banyak diminati oleh semua kalangan masyarakat dalam

kegiatan ekonomi baik itu secara formal maupun informal.

Pasar sebagai infrastruktur dan sarana perdagangan tersedia di

Page 93: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

78

Kota Depok di 6 (enam) lokasi. Tersedia fasilitas sebanyak 2

601 Kios, dan 1.844 Los pasar serta petugas retribusi dan

kebersihan sebanyak 86 orang. Perdagangan luar negeri

digambarkan oleh adanya kegiatan ekspor dan impor (Badan

Pusat Statistik Kota Depok 2018, 172).

Sehubungan dengan perdagangan sebagai sektor

ekonomi yang banyak diminati tidak menutup kemungkinan

alasan penyandang tunanetra untuk berjualan kerupuk maupun

membuka panti pijat di Kota Depok, ini menjadi alasan utama

bagi mereka untuk datang ke Kota Depok dengan tujuan

mengadu nasib.

Page 94: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

79

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Bab data dan temuan penelitian ini berisikan tentang uraian

data dan temuan penelitian di lapangan yang diperoleh melalui

metode wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Dari metode

yang telah dilakukan peneliti memperoleh informasi terkait dengan

pola asuh orang tua dalam membentuk kemandirian anak di Kota

Depok terkhusus di Kecamatan Cinere, temuan data penelitian

dapat diuraikan sebagai berikut.

A. DATA INFORMAN

Dalam menentukan informan, peneliti menggunakan

teknik Purpossive Sampling metode Snowball Sampling.

Sebelum menentukan informan menggunakan metode

sampling bola salju, peneliti terlebih dahulu menentukan

populasi dan sampel. Creswell (dalam Herdiansyah 2012,

103) menyatakan bahwa populasi adalah suatu kelompok

individu yang memiliki karekteristik yang sama atau relative

serupa. Populasi dari penelitian ini adalah keluarga

penyandang tunanetra di Kota Depok. Setelah menentukan

populasi, selanjutnya peneliti menentukan sampel, Neuman

(dalam Herdiansyah 2012, 113) menyatakan bahwa sampel

adalah bagian dari populasi yang akan dilibatkan dalam

penelitian yang merupakan bagian yang representatif dan

merepresentasikan karakter atau ciri-ciri dari populasi.

Sampel dari penelitian ini adalah 3 keluarga penyandang

tunanetra yang berprofesi sebagai pedagang kerupuk dan jasa

Page 95: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

80

pijat beserta dengan anaknya yang tinggal di Kota Depok

terkhusus di Kecamatan Cinere.

Pengumpulan data informan ini dilakukan melalui

wawancara langsung kepada orang tua penyandang tunanetra

dan anaknya, berikut uraian data informan yang ditemukan:

1. INFORMAN KELUARGA I

a. Identitas Diri Orang Tua

Informan orang tua dari keluarga pertama yang

peneliti wawancarai ialah Bapak L dan Ibu R.

Wawancara dilakukan pada tanggal 20/09/2019, pukul

10.15-11.20 WIB bertempat di rumah yang juga

sekaligus sebagai tempat beliau membuka panti pijat di

daerah Gandul Kota Depok. Bapak L berusia 45 tahun,

dan Ibu R berusia 46 tahun. Bapak L merantau dari Jawa

ke Depok/Cinere dari tahun 1998 hingga saat ini. Ibu R

adalah istri kedua dari Bapak L, Bapak L menikah lagi

karena istri pertamanya sudah meninggal dunia kurang

lebih 4 tahun yang lalu dikarenakan sakit. Bapak L

memiliki 5 orang anak, 4 anak dari istri pertama dan 1

anak dari istri kedua. Kelima anak- anaknya sejak lahir

berada di Cinere, sampai suatu hari ketika istri

pertamanya sakit dan akhirnya meninggal dunia

membuat anak kedua dan keempat merasa down dan

tidak mau bersekolah di Cinere lagi, karena memang ibu

yang selama ini berperan penting di keluarga untuk

mendidik, tetapi kemudian setelah ibunya sudah tidak

ada anak- anaknya menjadi susah untuk diatur, anak

Page 96: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

81

kedua dan keempat akhirnya memutuskan untuk pindah

ke kampung halaman di Klaten Jawa Tengah dan

melanjutkan sekolahnya, mereka tinggal dan dirawat

oleh sang nenek. Jadi yang tinggal bersama dengan

Bapak L setelah istri pertamanya meninggal dunia ialah

anak pertama dan anak ketiga. Hingga sampai akhirnya

Bapak L menikah lagi dan anak ketiganya juga meminta

untuk sekolah di kampung halaman juga bersama

saudara kandung yang lainnya karena tidak mau kalau

tinggal bersama ibu sambung/tiri. Seiring berjalannya

waktu sang nenek juga tiba-tiba jatuh sakit dan

meninggal dunia, lalu semua anaknya yang berada di

kampung tinggal bersama tante/bibi. Anak-anak yang

berada di kampung halaman pernah diajak untuk

pindah kembali ke Cinere lagi, tapi mereka tetap

berkeras hati untuk tetap di Kampung saja. Bibi di

Kampung juga pernah menawarkan untuk anak

pertamanya tinggal di kampung, tetapi anak pertamanya

juga tetap memilih tinggal di Cinere karena jika di

Kampung ia merasa kesulitan apabila harus bekerja di

Kampung, karena nantinya hanya akan bekerja di pabrik

dan pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan

kemampuannya. Alasan lain dari anak pertamanya

untuk menetap di Cinere adalah karena merasa takut dan

kasihan jika tidak ada yang menjaga Bapak L. Bapak L

menikah lagi dengan istri keduanya yang bernama Ibu R

Page 97: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

82

dan dikaruniai 1 orang anak yang sekarang sudah

berusia kurang lebih 2 tahun.

Pendidikan terakhir Bapak L dan Ibu R adalah pada

tingkat SD (sekolah dasar). Karena pendidikan terakhir

yang tidak mendukung dan kurangnya keterampilan

yang dimiliki serta keterbatasan penglihatan membuat

Bapak L dan Ibu R berprofesi sebagai pedagang kerupuk

dan membuka panti pijat.

Bapak L berprofesi sebagai ahli pijat, panti pijatnya

buka dari pukul 08:00-22:00 WIB, Pak L sendiri adalah

ahli pijat yang sudah bersetifikat. Selain membuka panti

pijat beliau juga berjualan kerupuk. Berjualan kerupuk

ia dilakukan apabila tidak ada pelanggan/pasien, dengan

kata lain berjualan kerupuk adalah pekerjaan alternatif

atau tambahan yang dilakukan, berjualan kerupuk

biasanya dilakukan pada pukul 19:00-22:00 WIB di

Alfamart yang lokasinya tidak jauh dari rumah.

Sedangkan istri keduanya sebagai ibu rumah tangga.

Ekonomi Bapak L dan Ibu R terbilang cukup untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk pemenuhan

kebutuhan keluarga terpenuhi dari penghasilan

membuka panti pijat dan berjualan kerupuk, Bapak L

dan Ibu R dalam pemenuhan kebutuhan keluarga juga

dibantu oleh anak WNH yang sudah bekerja dan

berpenghasilan.

Bapak L adalah informan pertama yang dipilih

karena peneliti pertama kali bertemu ketika sedang

Page 98: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

83

berjualan dan sesuai dengan kriteria informan yang

dibutuhkan, selanjutnya Pak L menjadi penyambung

untuk peneliti mendapatkan informan selanjutnya.

b. Identitas Diri Anak

Informan anak dari keluarga pertama ialah WNH.

Wawancara dilakukan pada tanggal 26/09/2019,

pukul 13.00-13.45 WIB bertempat di rumah tempat

tinggalnya di daerah Mampang Kota Depok. W pilih

sebagai informan karena dari keempat adiknya tidak

bisa untuk dimintai wawancara dikarenakan tiga

adiknya berada di kampung halaman dan satu lainnya

masih sangat kecil untuk diwawancarai. W berusia 22

tahun, pendidikan terakhir anak WNH adalah pada

tingkat SMK (sekolah menengah kejuruan) jurusan tata

boga. W sudah tidak lagi tinggal bersama dengan orang

tuanya karena sudah menikah pada usia 20 tahun, dan

juga sudah bekerja sebagai karyawan rumah sakit swasta

di Kota Depok. Dengan begitu anak WNH sudah tidak

bergantung kepada orang tua dan mampu untuk

memenuhi kebutuhannya, karena anak WNH sudah

bekerja dan berpenghasilan sendiri dari hasil

pekerjaannya di Rumah Sakit Swasta di Kota Depok.

Pendidikan yang ia tempuh di SMK sejalan dengan

profesi yang ditekuninya sekarang ini yaitu di bagian

kitchen.

Page 99: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

84

Konflik keluarga ditemukan pada keluarga

pertama ini, bahwa dalam pengasuhan anak WNH

cenderung otoritatif, namun Bapak L dalam

pengasuhan adik-adik dari WNH cenderung terlihat

menggambarkan orang tua yang mengabaikan

kepada adik-adik dari WNH, karena mempersilahkan

adik- adik WNH untuk tinggal di kampung halaman.

Namun Bapak L bukan bermaksud mengabaikan

anak dan melepaskan tanggung jawabnya sebagai

orang tua, karena kemauan anak sendirilah yang

memilih untuk tinggal di kampung halaman.

Kemauan anak ini juga dikarenakan adanya ibu

sambung yang membuat anak belum mampu untuk

beradaptasi dan menerima kehadiran ibu

sambungnya. Namun bukan berarti juga bapak L

lepas kendali dalam pengasuhan anak-anaknya di

kampung halaman, bapak L juga sesekali mengontrol

anak melalui telephone genggamnya dengan

menghubungi anak dan memenuhi segala kebutuhan

anak.

2. INFORMAN KELUARGA II

a. Identitas Diri Orang Tua

Informan orang tua dari keluarga kedua ini

dipilih berdasarkan rekomendasi dari informan

sebelumnya yaitu Bapak L, yang sesuai dengan

kriteria informan. Informan orang tua kedua ini ialah

Page 100: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

85

Bapak S dan Ibu W. Wawancara dilakukan pada

tanggal 23/09/2019, pukul 15.20-16.20 WIB

bertempat di rumah yang juga sekaligus sebagai

tempat beliau membuka panti pijat daerah Cinere

Kota Depok. Bapak S berusia 41 tahun, dan Ibu W

berusia 41 tahun. Pendidikan terakhir Bapak S adalah

pada tingkat SMP (sekolah menengah pertama),

sedangkan pendidikan terakhir Ibu W adalah pada

tingkat SD (sekolah dasar). Pak S dan Ibu W

mempunyai 2 anak laki-laki. Anak pertamanya

bernama RE, dan anak kedua bernama IP. R berusia

17 tahun dan sedang menduduki sekolah tingkat 3 di

SMK swasta di Cinere, sedangkan anak keduanya

yang bernama I berusia 4 tahun.

Bapak S dan Istri merantau dari Pekanbaru ke

Cinere pada bulan Mei tahun 2002 hingga saat ini.

Karena pendidikan terakhir yang tidak mendukung

dan kurangnya keterampilan yang dimiliki serta

keterbatasan penglihatan membuat Bapak S

berprofesi sebagai ahli pijat. Ketika pertama kali

beliau datang ke Cinere, Bapak S berprofesi sebagai

pedagang kerupuk, tetapi dengan bertambahnya

usia dan pengalaman pahitnya ketika sedang

berjualan sehingga membuat Bapak S beralih

membuka panti pijat. Sedangkan istrinya di rumah

sebagai ibu rumah tangga. Berjualan kerupuk

menurut Bapak S memiliki resiko yang besar, seperti

Page 101: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

86

pengalaman pahit beliau yang tercebur di Danau yang

membuat Pak S memilih untuk tidak lagi menekuni

profesi berjualan kerupuk tersebut lagi, beliau

akhirnya lebih memilih untuk di rumah saja dengan

membuka panti pijat yang ia namai dengan “Klinik

Reza”.

Penghasilan yang diperoleh dari memijat

tidak menentu dalam setiap harinya, pelanggan yang

ia sebut pasien juga tidak selalu ada setiap hari.

Terkadang dalam seharipun tidak ada pasien sama

sekali, tidak hanya menunggu pasien datang tetapi

beliau juga memiliki pelanggan yang rutin

memanggilnya. Ia memijat sudah sampai ke beberapa

daerah, seperti daerah Kelapa Gading, Serpong,

Sukabumi, Makassar. Ekonomi Bapak S dan Ibu W

terbilang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-

hari. Untuk pemenuhan kebutuhan keluarga

terpenuhi dari penghasilan membuka jasa pijat. Ia

mengatakan bahwa hanya mengandalkan kesabaran

dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan

keluarganya.

b. Identitas Diri Anak

Informan anak dari keluarga kedua ialah RE.

Wawancara dilakukan pada tanggal 21/09/2019,

pukul 16.20-16.55 WIB bertempat di rumah tempat

tinggalnya di daerah Cinere Kota Depok sama seperti

Page 102: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

87

tempat wawancara orang tuanya. R peneliti pilih

sebagai informan karena adiknya belum bisa untuk

dimintai wawancara dikarenakan masih sangat kecil

untuk diwawancarai, R berusia 17 tahun, ia masih

mengenyam pendidikan tingkat 3 di SMK swasta di

daerah Cinere dengan jurusan pemasaran.

Kesehariannya R hanya bersekolah dan membantu

pekerjaan orang tuanya, seperti mengantar

oarangtuanya pergi ke tempat memijat dan

membantu pekerjaan rumah. Anak RE masih

bergantung kepada orang tua untuk memenuhi

kebutuhannya, karena anak RE masih bersekolah dan

belum bekerja serta berpenghasilan sendiri. Dalam

keluarga ini tidak ada konflik keluarga yang

ditemukan.

3. INFORMAN KELUARGA III

a. Identitas Diri Orang Tua

Informan orang tua dari keluarga ketiga ini juga

dipilih berdasarkan rekomendasi dari informan

sebelumnya yaitu Bapak S, dan sesuai dengan kriteria

informan. Informan orang tua ketiga ini ialah Bapak

S dan Ibu S. Wawancara dilakukan pada

tanggal 26/09/2019, pukul 08.10-09.15 WIB

bertempat di rumah tempat tinggal di daerah Cinere

Kota Depok tidak jauh dari rumah kediaman

informan keluarga kedua. Bapak S berusia 53 tahun,

Page 103: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

88

dan Ibu S berusia 41 tahun. Pendidikan terakhir

Bapak S dan Ibu S adalah pada tingkat SD (sekolah

dasar). Pak S dan Ibu S mempunyai 2 anak

perempuan. Anak pertamanya bernama NH, dan anak

kedua bernama DM. N berusia 22 tahun dan

sedangkan anak keduanya yang bernama D berusia

13 tahun.

Bapak S dan Istri merantau dari Solo ke Cinere

pada bulan Desember tahun 1993 hingga saat ini.

Karena pendidikan terakhir yang tidak mendukung

dan kurangnya keterampilan yang dimiliki serta

keterbatasan penglihatan membuat bapak S

berprofesi sebagai pedagang kerupuk. Pertama kali

beliau datang ke Cinere dengan berprofesi sebagai

ahli pijat, tetapi semakin hari pelanggannya semakin

sedikit dan hasilnya tidak mencukupi kebutuhan

keluarganya, sehingga akhirnya memilih untuk

berjualan kerupuk. Sedangkan istrinya di rumah

sebagai ibu rumah tangga. Berjualan kerupuk

dilakukan secara berkeliling. Pak S biasa berkeliling

dari rumah sampai daerah Pondok Labu dan

sekitarnya. Harga kerupuk yang dijual dibandrol dari

harga Rp.12.000, Rp. 15.000, dan Rp. 18.000, harga

kerupuk yang dijual tidak semuanya sama, karena

berbeda rasa dan ukuran. Kerupuk yang Pak S jual

didapat dari pabriknya langsung, karena menurutnya

lebih menguntungkan. Dulu sebelum membeli

Page 104: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

89

langsung ke Pabrik Pak S biasa membeli dari orang

lain/teman, tetapi bisa terpotong 2 kali, dipotong oleh

pabrik dan oleh orang lain/teman, sehingga

keuntungan yang didapatkan lebih sedikit. Ekonomi

Bapak S dan Ibu S terbilang cukup untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Untuk pemenuhan kebutuhan

keluarga terpenuhi dari penghasilan berjualan

kerupuk. Pak S mengatkan bahwa walaupun

kehidupan semakin lama semakin berat, tetapi kalau

seseorang melakukan sesuatu dengan kemauan

semua pasti akan ada jalannya dan selalu bersyukur

atas berapapun hasil yang didapatkan.

b. Identitas Diri Anak

Informan anak dari keluarga ketiga ialah NH.

Wawancara dilakukan pada tanggal 26/09/2019,

pukul 09.15-09.50 WIB bertempat di rumah tempat

tinggalnya di daerah Cinere Kota Depok sama seperti

tempat wawancara orang tuanya. Peneliti hanya

mewawancarai N sebagai informan karena adiknya D

tidak bisa untuk dimintai wawancara dikarenakan

sedang bersekolah dan Bapak S menyatakan bahwa

kedua anaknya dalam pola pengasuhan dan

kemandirian beriringan atau tidak jauh berbeda. N

berusia 22 tahun, ia sudah selesai mengenyam

pendidikan sampai lulus SMK walaupun dengan

paket C karena sebelumnya sempat putus sekolah

Page 105: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

90

dikarenakan biaya. N tidak melanjutkan sekolah

hingga ketingkat perkuliahan dan belum memiliki

pekerjaan dari sejak ia lulus SMK hingga sekarang

dikarenakan belum ada perusahaan atau pihak

lainnya yang menerima lamaran pekerjaannya, ia

hanya di rumah membantu pekerjaan orang tuanya

seperti berbelanja, memasak dan lainnya. Anak NH

masih bergantung kepada orang tua untuk memenuhi

kebutuhannya, karena anak RE belum bekerja serta

berpenghasilan sendiri dikarenakan belum adanya

panggilan bekerja. Namun anak NH sudah dapat

sedikit membantu memenuhi kebutuhannya dan

keluarganya sedikit demi sedikit dari hasil membuat

kue maupun membantu tetangganya. Dalam keluarga

ini tidak ada konflik keluarga yang ditemukan.

B. PENYANDANG TUNANETRA DI KOTA DEPOK

1. Faktor Terjadinya Ketunanetraan

Timbulnya ketunanetraan disebabkan oleh 2 faktor,

yaitu faktor endogen dan faktor eksogen. Ketunanetraan

karena faktor endogen adalah seperti keturunan (herediter),

atau karena faktor eksogen seperti penyakit, kecelakaan,

obat-obatan dan lain-lain sebagainya. Sedangkan dari

kurun waktu terjadinya ketunanetraan yaitu dapat terjadi

pada saat anak masih berada di dalam kandungan, saat

dilahirkan, maupun sesudah kelahiran. Sebagian besar

penderita tunanetra disebabkan oleh retrolenta fibroplasia

Page 106: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

91

(RLF) dan maternal rubella. Penderita tunanetra karena

retrolenta fibroplasia (RLF) adalah karena banyaknya bayi

lahir sebelum waktunya atau biasa disebut dengan

prematur (Efendi 2009, 34).

Timbulnya ketunanetraan yang dialami oleh tiga

keluarga penyandang tunanetra yang telah diwawancarai

tidak diketahui apa penyabab khusus ketunanetranya.

Namun dari kurun waktu terjadinya ketunanetraan, keenam

orang tua penyandang tunanetra mengalami ketunanetraan

sejak dilahirkan. Ketunanetraan yang dialami oleh orang

tua tidak berdampak kepada anak, atau dengan kata lain

ketunanetraan dan masalah penglihatan lainnya tidak

diturunkan/diwariskan. Anak-anak dari orang tua

penyandang tunanetra ini memiliki penglihatannya yang

baik dan dapat berfungsi dengan sebagaimana mestinya.

2. Profesi

Dalam aktivitas sehari-hari indra penglihatan

mempunyai peranan yang sangat penting bagi setiap orang.

Apabila indra penglihatan tersebut tidak dapat berfungsi

atau rusak, maka kegiatan sehari-hari akan terasa sulit

karena objek yang berada di lingkungan sekitar tidak dapat

diketahui.

Dalam beraktivitas dan memenuhi kebutuhan dasar

hidup seperti pangan dan sandang, seseorang harus dapat

memenuhi hal tersebut dengan bekerja. Dengan adanya

permasalahan pada alat indra penglihatan, keterbatasan

Page 107: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

92

kemampuan dan keterbatasan lapangan pekerjaan yang ada

membuat penyandang tunanetra sulit dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya.

Berdagang kerupuk dan membuka panti pijat

merupakan pilihan yang diambil untuk memenuhi

kebutuhan dasar hidup bagi para penyandang tunanetra.

Berjualan kerupuk dilakukan dengan cara berkeliling di

wilayah yang sudah biasa dilalui dan lokasinya tidak terlalu

jauh dengan tempat tinggal. Waktu berjualan kerupuk tidak

kaku, umumnya berjualan kerupuk dimulai pagi hari

sekitar pukul 08.00 WIB sampai pukul 11.00 WIB, lalu

pulang ke rumah untuk beristirahat hingga sekitar pukul

15.00 WIB. Dan kemudian lanjut berjualan kembali hingga

pukul 19.00 WIB.

Kerupuk yang dijajakan oleh penyandang tunanetra

tidak diproduksi sendiri, melainkan dibeli dari pabrik atau

produsen kerupuk, harga kerupukpun dibanderol dengan

harga yang berbeda-beda sesuai rasa dan ukuran. Hasil

yang diperoleh dari berjualan kerupuk tidak

konsisten/sama setiap harinya, tetapi selalu ada kerupuk

yang laku terjual setiap harinya. Sedangkan membuka panti

pijat dilakukan di rumah tempat tinggal, pijat juga dapat

dipanggil ke kediaman pelanggan/pasien. Pijat yang

dilakukan bukan sembarang pijat, para informan yang

berprofesi sebagai penjual jasa pijat ini sudah bersertifikat

Page 108: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

93

yang artinya sudah memahami dan hapal titik-titik yang

harus dipijat, sehingga mereka bisa disebut sebagai ahli

pijat profesional. Dengan semakin berkembangnya zaman,

jasa pijat tunanetra ini semakin sedikit peminat, terkadang

dalam satu hari tidak ada pelanggan/pasien yang datang

satupun. Namun mereka percaya bahwa rezeki sudah diatur

oleh yang maha kuasa, mereka tetap berusaha dan bersabar.

C. POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG

TUNANETRA

Menurut Achir (dalam Silalahi dan Meinarno 2010, 73)

Pola asuh adalah tata sikap dan perilaku orang tua dalam

membina kelangsungan hidup anak, pertumbuhan, dan

perkembangannya memberikan perlindungan anak secara

menyeluruh baik fisik, sosial, maupun spiritual untuk

menghasilkan anak yang berkepribadian.

1. Tipe Pola Asuh Penyandang Tunanetra

Hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti

melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi, tipe

pola asuh yang digunakan orang tua penyandang tunanetra

yaitu cenderung menggunakan pola asuh otoritatif, tipe

pola asuh otoritatif ini dilihat dari ciri-ciri perlakuan orang

tua terhadap anaknya yang dapat dijelaskan sebagai

berikut.

Page 109: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

94

a. Tipe Pola Asuh Orang Tua Keluarga I

Kecenderungan tipe pola asuh yang digunakan

dalam keluarga pertama adalah tipe pola asuh otoritatif.

Dapat disimpulkan dari hasil wawancara orang tua

pertama menggunakan pola asuh ototitatif karena

pengasuhan otoritatif bercirikan orang tua yang

sebagaimana seperti yang diungkapkan Bapak L dan

Anak WHN sebagai berikut.

Orang tua mendorong anak untuk mandiri

namun masih menerapkan batas dan kendali pada

tindakan anak.

“Itu pasti, contohnya ya dari sisi kecil untuk

mandiri dalam berusaha, misalnya tidak

tergantung kepada orang lain, terus mampu

melaksanakan untuk kebutuhannya, minimal

mampu untuk melaksanakan kebutuhan diri

pribadinya sendiri, gitu” (L 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak W sebagai

berikut.

“Ya pasti itu, kadang kan sebagai anak diajarin

mandiri kaya awalnya nggak bisa makan

sendiri, lama-lama disuruh makan sendiri.

Terus pas sekolah juga udah diajarin mandiri,

disuruh jalan kaki pergi ke sekolah sendirian,

padahal itu hari pertama masuk sekolah” (WNH

2019).

Orang tua memberikan kebebasan anak dalam

berpendapat dan didengarkan.

“Itu pasti. Anak mau cerita atau

mengungkapkan apa yang dia rasakan ya

didengarkan” (L 2019).

Page 110: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

95

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak W sebagai

berikut.

“Iya kalo anaknya ngomong apa-apa pasti

didengerin, mau anaknya curhat atau ngasih tau

apapun. Malah seneng kalo anaknya mau

ngomong tentang ini itu” (WNH 2019).

Orang tua memberikan kebebasan kepada anak

tetapi tetap memberi batasan untuk mengarahkan anak

dalam menentukan keputusan yang tepat dalam

hidupnya.

“Betul. Mengarahkan anak itu relative

tergantung dengan keputusan anak, apa dan

mengenai apa. kalo memang dia bingung sama

keputusannya kita orang tua teliti dari

kebiasannya anak, kita lihat apa hobinya,

otomatis nanti kita ketemu arahnya kemana.

Intinya melihat apa yang sesuai dengan

kemampuan anaknya” (L 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak W sebagai

berikut.

“Iya dikasih kebebebasan kaya terserah kita

maunya kemana waktu mau sekolah SMK,

kebetulan waktu itu SMK diterima di dua

tempat, disitu aku bingung, tapi balik lagi ke

aku, aku mikir kalo aku ngambil jurusan

pertama nanti kedepannya bakal gimana.

Sampe akhirnya orang tua support pilihan aku”

(WNH 2019).

Orang tua bersikap hangat dan penyayang

terhadap anak.

“Kalo itu pasti, contohnya anak saya perhatiin,

ya sayangnya orang tua sama anak aja gimana

gitu kan mbak” (L 2019).

Page 111: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

96

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak W sebagai

berikut.

“Iya, orang tua aku dari kecil selalu ngejaga

anaknya dengan baik, itu kan berkat kasih

sayang mereka. Mungkin emang cara

menyayangi orang tua beda-beda, nah disini

aku disayangin lewat kecerewetan orang tua

yang selalu ngasih tau aku apa aja yang baik-

baik buat anaknya” (WNH 2019).

Orang tua merangkul anak dengan mesra dan

berkata seperti “kamu tahu kamu tak seharusnya

melakukan hal itu. Mari kita bicarakan bagaimana

kamu bisa menangani situasi tersebut lebih baik lain

kali”.

“Iya kurang lebih sama begitu, kalo anak

ngelakuin kesalahan dibilangin dengan cara

yang baik aja, dibilangin aja bener dan

salahnya” (L 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak W sebagai

berikut.

“Seinget ku engga kaya gitu percis sih,

keseringannya kalo udah dewasa ya dibilangin

aja. Kaya misalnya aku ada masalah di sekolah

sama temen, ya langsung dikasih tau” (WNH

2019).

Orang tua menunjukkan kesenangan dan

dukungan sebagai respons terhadap perilaku

konstruktif anak.

“Ya kalo memberikan dukungan itu tergantung

bagaimana si anak itu, dalam hal yang butuh

didukung ya, kalo misalnya dalam hal

Page 112: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

97

kebenaran dan kebaikan itu pasti kita dukung

dan senang ya sebaagai orang tua” (L 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak W sebagai

berikut.

“Iya kalo selagi dalam hal yang baik ya pasti

didukung dan seneng pastinya, kalo kurang baik

ya pasti dikasih tau juga kenapa kurang baik,

dikasih tau alesannya gitu” (WNH 2019).

Orang tua melibatkan anak dalam pengambilan

keputusan dalam keluarga dan memberikan

kesempatan untuk mengemukakan pendapat.

“Iya, saya biarin anak menyampaikan apa yang

mau disampaikan, didengerin itu pasti anaknya

juga sudah paham kan” (L 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak W sebagai

berikut.

“Kalau ini sih waktu aku masih sekolah aku

nggak dilibatkan tentang masalah keluarga,

karena mereka tau kalo aku belum mampu buat

tau masalah itu, sampe beranjak SMK barulah

dikasih tau masalah ini itu, tapi tetep aja orang

tua aku selalu tau apa yang harus dilakukan”

(WNH 2019).

Orang tua memberikan tuntutan yang mengacu

pada harapan dan aturan yang diterapkan yang masuk

akal dan jelas terhadap tingkah laku anak.

“Itu pasti, yang pokok itu perilaku dan

kesopanan. Kalo anak sopan berarti kan bisa

menghargai, contoh ketika ada orang yang

usianya lebih tua dari mereka dalam tata cara

berbicara itu harus sopan” (L 2019).

Page 113: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

98

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak W sebagai

berikut.

“Iya, misalnya aku nggak boleh nginep di

rumah temen walaupun itu temen deket. Karena

alesannya ngapain nginep-nginep kaya orang

nggak punya rumah aja. Intinya sih aku nggak

bisa keluar rumah bebas kemana aja seharian

gitu karena kan orang tua butuh aku dan

khawatir juga” (WNH 2019).

Orang tua menerapkan aturan secara jelas dan

konsisten tanpa paksaan terhadap anak.

“Itu pasti, aturan dengan jelas pasti diberikan

tapi ya tapi nggak maksa anak, contohnya

waktu, anak itu harus inget waktu, kalo main

atau pergi ada urusan apa gitu kan harus tau

waktu” (L 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak W sebagai

berikut.

“Aturan yang jelas sih kayanya tentang waktu,

aku dari dulu kalo soal waktu diingetin terus

buat inget waktu pulang jangan pulang terlalu

malam mau alasan apapun itu” (WNH 2019).

b. Tipe Pola Asuh Orang Tua Keluarga II

Kecenderungan tipe pola asuh yang digunakan

dalam keluarga kedua adalah tipe pola asuh otoritatif.

Dapat disimpulkan dari hasil wawancara orang tua

pertama menggunakan pola asuh ototitatif karena

pengasuhan otoritatif bercirikan orang tua yang

sebagaimana seperti yang diungkapkan Bapak S dan

Anak RE sebagai berikut.

Page 114: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

99

Orang tua mendorong anak untuk mandiri

namun masih menerapkan batas dan kendali pada

tindakan anak.

“Memang saya mengajarkan untuk mandiri

itu kan dari kecil sebenernya. Dari ketika

dia umur 4 tahun, tapi memang keinginan

itu enggak sesuai dengan apa yang kita mau

ya, ya kadang melenceng gitu, saya itu

sering mengajarkan kemandirian udah dari

kecil, dari 4 tahun itu saya mengajarkan.

Contohnya dalam suatu hal misalkan

memakai baju, mengambil baju, bersih-

bersih, karena kan orang tuanya nggak

melihat, jadi anak harus bisa misalkan pake

baju itu harus pake warna baju nya ini dan

itu, segala macem. Pake baju itu anak harus

perhatikan sendiri karena orang tuanya kan

nggak melihat, anak diajarin harus tau, kaya

gitu” (S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak RE

sebagai berikut.

“Iya, kaya belajar beres-beres rumah itu

dijarain buat bantu orang tua. Dan ya bisa

bantuin” (RE 2019).

Orang tua memberikan kebebasan anak

dalam berpendapat dan didengarkan.

“Selama ini saya enggak pernah ngasih

kebebasan, belum, saya selama ini belum

ngasih kebebasan, bahkan kebebasan itu

memang tidak ada bagi saya. Karena hidup

itu tidak ada kebebasan, karena sejak lahir

itu kan memang udah ada aturan kan bahwa

manusia itu misalkan dari lahir dia harus

makan, harus nyusu, harus dimandikan, jadi

segala sesuatu bagi saya nggak pernah

Page 115: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

100

membebaskan sesuatu, saya nggak pernah.

Dalam pengambilan keputusan selama ini

nggak pernah kasih kebebasan, contoh nih

ya anak masuk ke pemasaran nih ya itu

karena kemauan saya, dan anaknya mau-

mau aja” (S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak RE

sebagai berikut.

“Iya. Kalo berpendapat dan buat didengerin

boleh asal ya jangan kasar-kasar aja

ngomongnya” (RE 2019).

Orang tua memberikan kebebasan kepada

anak tetapi tetap memberi batasan untuk

mengarahkan anak dalam menentukan keputusan

yang tepat dalam hidupnya.

“Sama kaya jawaban sebelumnya kurang

lebih gitu, anak nggak dikasih kebebasan

tapi dikekang banget juga enggak” (S

2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak RE

sebagai berikut.

“Iya memberikan, pasti juga ngarahin.

Contohnya ya kaya sekolah kan disuruhnya

ambil pemasaran tapi ditanya lagi mau atau

enggak gitu. Ya mau-mau aja” (RE 2019).

Orang tua bersikap hangat dan penyayang

terhadap anak.

“Wah saya itu sangat penyayang orangnya,

romantis sekali. Bahkan terhadap siapapun,

kalo sifat romantis memang dari kecil.

Penyayang sifat saya” (S 2019).

Page 116: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

101

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak RE

sebagai berikut.

“Iya penyayang. Contohnya ya gitu dah

kalo bisanya belom makan pasti disuruh

makan, diperhatiin” (RE 2019).

Orang tua merangkul anak dengan mesra

dan berkata seperti “kamu tahu kamu tak

seharusnya melakukan hal itu. Mari kita bicarakan

bagaimana kamu bisa menangani situasi tersebut

lebih baik lain kali”.

“Iya kurang lebih begitu saya, contoh

merangkul anak ya seperti bilangin

misalkan contohnya nih yang saya buat

contoh saya sendiri ya, karena memang saya

dan istri saya orang yang nggak melihat,

jadi saya sering bilangin dengan kasih

sayang saya itu “kamu sebagai anaknya

orang nggak berada kamu nggak boleh

merasa rendah diri atau berkecil hati karena

orang tua nggak melihat, tapi kamu harus

penuh semangat, jadikan orang tuamu ini

semangat kamu dalam hidup kamu.

Makannya segala sifat dan tindakan kamu

itu harus berpikir dulu, tidak boleh

semaumu sendiri, harus tetep kembali pada

aturan, kaya gitu” (S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak RE

sebagai berikut.

“Iya kurang lebih sama kaya gitu dah,

pokonya namanya orang tua ya sayang,

anaknya diperhatiin juga” (RE 2019).

Page 117: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

102

Orang tua menunjukkan kesenangan dan

dukungan sebagai respons terhadap perilaku

konstruktif anak.

“Tidak ya, saya selama ini perilaku sering

saya perhatikan, saya perhatikan kalo

perilaku yang kalo sekiranya perilaku itu

menurut saya nggak bagus diajaran agama

itu juga nggak bagus saya langsung tegas

bilang nggak boleh seperti itu dengan

penjelasannya. Saya perhatiin dulu anak itu,

kalo perilaku yang baik ya seneng didukung

terus” (S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak RE

sebagai berikut.

“Iya nunjukkin. Biasanya dibaik-baikin

terus dikasih duit buat jajan hahaha” (RE

2019).

Orang tua melibatkan anak dalam

pengambilan keputusan dalam keluarga dan

memberikan kesempatan untuk mengemukakan

pendapat.

“Ya pernah, saya kalo anak namanya udah

gede kan kita juga nggak boleh tidak

dilibatkan, jadi saya sering nanya kaya

sebenernya mau mu apa? supaya kita enak

dalam keluarga itu agar tidak ada

pertengkaran, tidak ada berselisih pendapat,

katakan aja kalo memang kamu maunya

seperti ini bagaimana, supaya keluarga ini

yang jelas bisa damai tidak ada perbedaan

pendapat dengan sifat-sifat kamu, begitu”

(S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak RE

sebagai berikut.

Page 118: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

103

“Belom pernah sih. Cuma ikutin aja orang

tua kaya gimana selama ini mah” (RE

2019).

Orang tua memberikan tuntutan yang

mengacu pada harapan dan aturan yang diterapkan

yang masuk akal dan jelas terhadap tingkah laku

anak.

“Ya seperti yang saya ungkap diawal ya iya

diberi penjelasan yang masuk akal.

Jawabannya sama ya gitu-gitu daong mbak”

(S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak RE

sebagai berikut.

“Iya memberikan. Contohnya kaya apa ya

bingung, kaya dijelasin biasa, dibilangin

positif negatifnya juga gitu. Kalo tuntutan

paling belajar yang bener aja sama sholat

sih nggak boleh ditinggal” (RE 2019).

Orang tua menerapkan aturan secara jelas dan

konsisten tanpa paksaan terhadap anak.

“Iya, seperti contohnya saya itu

mengajarkan disiplin, karena dalam hidup

itu waktu adalah menjadi ukuran, bahkan

saat saya tidur pun juga saya pegang jam

dan selalu bawa hp kan, karena ketika

dimana saya bangun atau saya terbangun itu

saya selalu menekan tombol jam ya, supaya

tau waktu, ya saya mengajarkan ke anak

seperti itu. Jadi cuman hasilnya nggak

sebaik sesuai dengan yang aku inginkan gitu

loh” (S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak RE

sebagai berikut.

Page 119: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

104

“Iya begitu ada aturan dijelasin juga. Kaya

saya paling nggak boleh pulang malem-

malem, apalagi perginya juga nggak bilang-

bilang. Orang tua khawatir aja, harus bilang

katanya biar nggak bingung juga kalo

misalnya nggak pulang-pulang. Nanti di

telephone juga kalo kelamaan” (RE 2019).

c. Tipe Pola Asuh Orang Tua Keluarga III

Kecenderungan tipe pola asuh yang digunakan

dalam keluarga ketiga adalah tipe pola asuh otoritatif.

Dapat disimpulkan dari hasil wawancara orang tua

pertama menggunakan pola asuh ototitatif karena

pengasuhan otoritatif bercirikan orang tua yang

sebagaimana seperti yang diungkapkan Bapak S dan

Anak NH sebagai berikut.

Orang tua mendorong anak untuk mandiri

namun masih menerapkan batas dan kendali pada

tindakan anak.

“Kalo kemandirian memang kita wajib ya

mbak, namanya entar menjelang dewasa kan

makin kesononya kita itu makin punya

tanggungan sendiri. Contohya ya kaya

semacem kita mengajarkan anak untuk mau

mencuci bajunya sendiri, terus mau membantu

nyuci-nyuci piring, anak diajarin tapi anak-anak

ya spontanitas aja ngeliat orang tua, kebetulan

juga anak-anak saya tau semua kaya gimana

caranya. Jadi kita orang tua nggak harus

meragakan harus gini-gitu, paling juga kasih

keritikan aja gimana sih caranya biar bisa

bersih, nah disitu kita harus teleten kan. Jadi

anak-anak punya kesadaran sendiri” (S 2019).

Page 120: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

105

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak NH sebagai

berikut.

“Mendorong iya, paling kaya mengerjakan

sesuatu kalo disuruh ini harus begini, harus

begitu. Contohnya kalo nyuci baju kalo ada

yang kotor itu langsung dicuci biar nggak

numpuk kebanyakan, biar nggak males

ngerjainnya” (NH 2019).

Orang tua memberikan kebebasan anak dalam

berpendapat dan didengarkan.

“Saya sih asal anak itu bener ya tak ikuti aja

kan, yang penting kan enggak jadi pengaruh ke

jelek sih tak ikutin apa maunya anak kaya

gimana, dia bilang begini-begitu oh yaudah

kalo begitu ya terserah” (S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak NH sebagai

berikut.

“Iya. Paling kalo misal cerita ke orang tua ya

orang tua dengerin terus kasih pendapat juga aja

sih, kaya bingung pilih kerja atau takut nggak

keterima kerja gitu, ya paling orang tua kasih

tau buat berpikir positif aja dulu gitu” (NH

2019).

Orang tua memberikan kebebasan kepada anak

tetapi tetap memberi batasan untuk mengarahkan anak

dalam menentukan keputusan yang tepat dalam

hidupnya.

“Sementara ini kayanya juga cuman berjalan

sesuai dengan keadaan aja. Jadi kan kita enggak

menentukan harus ini dan itu, kan ya enggak.

Kalo mengarahkan namanya juga sebagai orang

tua pasti tetep mengarahkan anaknya” (S 2019).

Page 121: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

106

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak NH sebagai

berikut.

“Iya. Tapi bebas sih nggak sepenuhnya bebas

banget enggak, orang tua masih mengkontrol”

(NH 2019).

Orang tua bersikap hangat dan penyayang

terhadap anak.

“Wah namanya kita punya anak, anak-anak kita

semua sendiri, kalo rugi juga ya rasain rugi kan

ya kita sendiri sebagai orang tua. Ya kasih

sayang tetep aja ada, kaya makan bareng,

bercanda, dan itukan istilahnya sudah melebihi

dari kasih sayang kan. Namanya kita makan

bareng rasanya itu kan luar biasa, belom tentu

itu setiap satu keluarga bisa makan bareng” (S

2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak NH sebagai

berikut.

“Iya. Ya contohnya layaknya umum orang tua

sih paling kasih perhatian kaya diingetin

makan, terus ajak anaknya bercanda” (NH

2019).

Orang tua merangkul anak dengan mesra dan

berkata seperti “kamu tahu kamu tak seharusnya

melakukan hal itu. Mari kita bicarakan bagaimana

kamu bisa menangani situasi tersebut lebih baik lain

kali”.

“Ya begitu omongan aja, merangkul dengan

kasih sayang itu ya kan tetep ada, kaya

mengajak bercanda atau pokonya ngapain

sesuai dengan keadaan dan kebutuhan sehari-

Page 122: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

107

hari lah. Kalo keluar dari batas ya berdoa jangan

sampe gitu” (S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak NH sebagai

berikut.

“Iya, merangkulnya lebih keomongan kaya gitu

sih. Kalo tindakan biasa aja nggak yang

gimana-gimana, paling ya bercandain anak

gitu” (NH 2019).

Orang tua menunjukkan kesenangan dan

dukungan sebagai respons terhadap perilaku

konstruktif anak.

“Kalo saya terus terang kalo kemauan anak

dalam kebaikan ya tak dukung, kalo dalam

kemauan ya maunya apa dulu, seandainya dia

punya keinginan apa atau tujuannya arah

sekolahnya atau pelajarannya mau gimana ya

tak ikutin. Ya pokonya dukung terus selagi

baik” (S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak NH sebagai

berikut.

“Iya. Kalo saya ngelakuin sesuatu yang baik

pasti didukung. Nunjukkinnya kaya dipuji, kalo

ngerjain sesuatu bener orang tua bilang nah iya

begitu bener, tapi kalo salah ya paling

diingatkan lagi” (NH 2019).

Orang tua melibatkan anak dalam pengambilan

keputusan dalam keluarga dan memberikan

kesempatan untuk mengemukakan pendapat.

“Ya kalo setiap itu ya kadang-kadang namanya

anak punya pendapat, pendapatnya gimana

didengerin, langkah-langkahnya gimana,

kebetulan kan anak-anak saya itu istilahnya kan

udah bisa membedakan anatara yang bagus

Page 123: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

108

sama antara yang jelek kan, dan namanya

musyawarah keluarga itu ada, hukum keluarga

kan ya ada” (S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak NH sebagai

berikut.

“Iya. Kalo ada masalah gitu kan bilang ke orang

tua, misal ada keperluan sekolah tapi orang tua

bilang nggak ada uang, nah ditanya punya

simpenan apa enggak, kalo ada ya pake uang

sendiri aja dulu gitu. Musyawarah sama orang

tua pasti saling mendengarkan” (NH 2019).

Orang tua memberikan tuntutan yang mengacu

pada harapan dan aturan yang diterapkan yang masuk

akal dan jelas terhadap tingkah laku anak.

“Kalo itu si enggak, kalo saya sih nggak nuntut

tapi kasih masukkan aja, istilahnya buat anak

bisa lebih mandiri. Lebih bisa intropeksi diri

gitu, gimana melangkah untuk kebaikannya

nanti” (S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak NH sebagai

berikut.

“Iya memberikan, paling ya kalo anak

perempuan kalo udah sore jangan keluar main,

harus udah ada di rumah. Gitu-gitu aja sih

mbak” (NH 2019).

Orang tua menerapkan aturan secara jelas dan

konsisten tanpa paksaan terhadap anak.

“Sesuai dengan kemampuan anak aja sih kalo

saya, kalo kemampuan anaknya cuman segitu

ya kita nggak bisa memaksakan kan, terus ya

namanya aturan kita sebagai kepala keluarga ya

kita harus sejelas mungkin, entar kalo nggak

jelas kita juga nantinya yang nggak bisa jadi

Page 124: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

109

tuntunan buat anak-anak kan, nggak bisa jadi

contoh anak” (S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak NH sebagai

berikut.

“Iya jelas. Misal kalo udah waktunya bangun

pagi ya harus bangun gitu” (NH 2019).

D. KEMANDIRIAN ANAK

Menurut Fatimah (2010, 141) manusia terlahir dalam

kondisi yang tidak berdaya yang membuatnya bergantung

kepada orang tua dan orang-orang yang berada di

lingkungannya hingga sampai dengan waktu tertentu. Seiring

dengan berjalannya waktu dan berkembangnya anak, seorang

anak perlahan-lahan akan melepaskan diri dari

ketergantungannya dengan orang tua atau orang lain

disekitarnya dan mulai belajar untuk mandiri. Hal ini

merupakan suatu proses alamiah yang dialami oleh manusia.

Mandiri merupakan kemampuan seseorang untuk tidak

bergantung kepada orang lain, terutama kepada orang tua dan

orang-orang disekitarnya serta dapat bertanggungjawab atas

semua hal yang telah dilakukannya.

1. Kemandirian Anak

Hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti

melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi, anak

dari setiap orang tua penyandang tunanetra yang

diwawancarai sudah dapat dikatakan anak yang mandiri,

ciri-ciri dari anak yang mandiri dapat dijelaskan sebagai

berikut.

Page 125: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

110

a. Kemandirian Anak Keluarga I

Dapat disimpulkan dari hasil wawancara anak

dapat dikatakan mandiri dengan bercirikan

sebagaimana seperti yang diungkapkan Bapak L dan

Anak WNH sebagai berikut.

Dalam keterbatasan yang dimiliki, orang tua

penyandang tunanetra mempunyai cara agar anak dapat

menjadi pribadi yang mandiri.

“Ya caranya agar anak mandiri otomatis kita

contohkan, dari perilaku dan tindakan kita

sehari-hari. Jadi dalam menentukan perilaku

kita sehari-hari maupun dalam menentukan

suatu keputusan kita kasih pandangan bahwa

ada kesulitan seperti begini, kasih dia untuk

memberikan pendapat walaupun sebenarnya

mungkin belum tiba saatnya untuk memberikan

pendapat, tapi kita kasih pengertian agar

mengerti akan kebutuhan yang diligkupan

keluarga kita gitu. Contohnya jarin anak buat

pergi sekolah sendiri, dikasih tau dulu harus

gimana. Terus ya bantu-bantu orang tua harus

bisa, itu biar anak juga mandiri nggak apa-apa

harus orang tua, kan gitu” (L 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak WNH

sebagai berikut.

“Caranya aku dari kecil udah diajarin orang tua

buat berani pergi ke sekolah sendiri tanpa

ditemenin orang tua. Terus juga dari kecil udah

disuruh bantu orang tua buat ngerjain kerjaan

rumah. Aku dulu dikasih uang jajan minim

banget, sampe akhirnya aku punya pikiran buat

nggak jajan untuk ngumpulin uang biar bisa

beli sesuatu yang dipengen. Itu berlanjut

sampe aku SMK, jadi kadang aku suka nahan

jajan ya buat nabung” (WNH 2019).

Page 126: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

111

Keterbatasan dalam hal pengawasan tidak

terlalu menjadi kendala orang tua dalam

perkembangan kemandirian atau perkembangan

keseluruhan anak.

“Ya kalau untuk pengawasan itu ya namanya

kita melakukan pengawasan dalam ada

kekurangan sisi penglihatan ya otomatis kita

melakukan pengawasan dengan penganalisaan

dan perasaan. Nah jadi otomatis perilaku anak

ini di depan kita bagaimana. Untuk keluar itu

ya kita selaku orang tua harus mengerti

perbatasan-perbatasan, harus bener-bener

konsentarsi untuk menyikapi setiap gerak-

gerik anak. Tapi ya walaupun kita mengalami

kesulitan tapi kita tetep berusaha semaksimal

mungkin, tapi hasilnya tetep juga cukup

lumayan di anak saya” (L 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak WNH

sebagai berikut.

“Nggak, justru karena keterbatasan itu aku

orang tua ngelepas anaknya supaya bisa

mandiri seperti mereka. Kan sebelum aku lahir

orang tua kalo pergi kemana-mana sendiri. Jadi

aku banyak mencontoh orang tua kalo dari

segi kemandirian. Kalo perkembangan

Alhamdulillahnya aku dapet sekolah yang

lingkungannya mendukung dan memberikan

semangat” (WNH 2019).

Sikap orang tua apabila anak tidak dapat mandiri.

“Wah kalo itu aku nggak bisa jawab, karena

tidak mengalami. Saya tanamkan kemandirian

secara umumnya anak mengerti gitu loh. Jadi

kalo tidak mandiri ya saya itu tidak mengalami

anak tidak bisa mandiri. Kalo belom mandiri

dijarin, didorong lagi untuk bisa, nanti sih

lama-lama juga bisa” (L 2019).

Page 127: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

112

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak WNH

sebagai berikut.

“Pastinya bingung, karena kan anak-anaknya

kalo kedepannya nggak mandiri jadi nggak

bisa maju dong buat kerja atau cari uang

sendiri, dan pasti akan terus bergantung sama

orang tua. Tapi kalo emang terjadi biasanya

mereka ngasih semangat dan terus ngajarin

anaknya supaya bisa mandiri. Biasanya orang

tua nyontohinnya kehidupan mereka saat muda

atau kecil” (WNH 2019).

Kemandirian anak dan cirinya

“Iya anak sudah mandiri. Mandirinya dalam

hal keputusan untuk kehidupan, masa depan,

atau dalam kesehari-harian harus bersikap

bagaimana di lingkungan maupun di keluarga.

W juga sudah kerja, sudah punya keluarga

sendiri juga” (L 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak WNH

sebagai berikut.

“Iya, sekarang aku ngerasa lebih mandiri

dalam hal mengatur keuangan dan mandiri soal

mengatur masa depan. Semenjak kerja, aku

udah bisa nge-handle uang buat apa aja. Terus

pergi kesana kemari yang belum dijelajah

kadang sendiri atau sama temen. Intinya aku

sudah tau apa yang baik buat aku dan nggak

baik” (WNH 2019).

Anak mampu untuk tidak bergantung kepada

orang lain, terutama orang tua dan orang-orang

disekitarnya serta dapat bertanggung jawab atas semua

hal yang telah dilakukan.

Page 128: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

113

“Anak mampu tidak bergantung pada orang

lain karena ya sudah terlaksana jadi ya

memang mampu” (L 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak WNH

sebagai berikut.

“Iya, aku paling nggak mau nyusahin orang

lain buat tau masalah aku. Disitulah aku bisa

berpikir apa yang bisa aku lakuin supaya bisa

selesai. Kaya sekarang aku udah punya

keluarga kecil ya sejauh ini aku bisa ngejalanin

dengan baik. Intinya aku orangnya nerima apa

adanya dan nggak mau orang lain ikut terlibat

kalo ada apa-apa” (WNH 2019).

Anak sudah dapat bebas untuk memilih, dan

menjadi manusia yang dapat menguasai, memerintah,

mengendalikan serta menentukan dirinya sendiri.

“Sudah mampu karena anak memang sudah

mandiri menurut saya, balik lagi dia sudah

mampu kerja, mampu berumah tangga,

mampu bantu adik-adiknya juga” (L 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak WNH

sebagai berikut.

“Iya, aku udah mulai tau karakter dan sifat aku.

Jadi aku tau kemampuan aku, kekurangan aku,

kejelekkan aku. Aku mau jadi apa tergantung

mindset aku. Kalo dibilang aku orang yang

gampang beradaptasi di lingkungan. Jadi aku

gampang buat diterima orang” (WNH 2019).

Anak mampu untuk mengendalikan atau

mengatur pikiran, perasaan dan tindakan sendiri secara

bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi

perasaan-perasaan malu dan ragunya.

Page 129: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

114

“Iya anak sudah mampu, dia punya caranya

sendiri” (L 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak WNH

sebagai berikut.

“Iya, kalo pikiran aku lagi ribet dengan

masalah adik atau orang tua aku lebih suka

menyendiri dan mikir sampe pikiran aku reda.

Ngatasin perasaan malu masih sedikit soalnya

aku orangnya sedikit kurang percaya diri kalo

di depan banyak orang. Tapi pernah aku

ngelewatin masa itu waktu aku ikut lomba dan

disuruh presentasi di depan anak sekolah

banyak. Disitu rasa malu sama ragu udah

nggak dipikirin, yang penting aku bisa

presentasi dan ngejelasin di depan orang

banyak” (WNH 2019).

Anak mampu dalam menentukan nasib, kreatif

dan inisiatif, dapat mengatur tingkah laku,

bertanggung jawab, menahan diri, membuat

keputusan-keputusan sendiri, serta mampu mengatasi

masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain.

“Iya anak sudah mampu, contohnya dalam

memutuskan suatu pilihan dalam pekerjaan,

dia mampu dengan sesuai, terus dalam sisi

kemandirian dia sudah terlaksanakan, anak

tidak ketergantungan dia sudah mandiri kan

gitu. Karena anak kan udah kerja juga dan

menikah. Anak udah tau harus berapa untuk

keperluan pribadi, dan harus berapa untuk

membantu kebutuhan adik-adiknya itu sudah

bisa kontrol, otomatiskan sudah bisa

membedakan dan menyisihkan untuk

kepentingan pribadi dan keluarga, dia mengerti

untuk bantu istilahnya gitu” (L 2019).

Page 130: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

115

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak WNH

sebagai berikut.

“Kalau nasib mungkin mampu, karena kan ini

tergantung dari aku sendiri mau baik atau

nggak. Kalau kreatif aku tergantung mood

kadang kreatif disaat aku lagi bosen dengan

keseharian atau ngeliat orang kok bisa ya dia

bikin sesuatu, baru deh muncul ide. Tingkah

laku pun aku bisa kontrol kalo lagi sama orang

yang lebih dewasa,ya aku bersikap

menghormati, kalo sama temen ya enjoy aja.

Kayanya kalo soal tanggung jawab aku udah

tau tanggungan aku dan aku harus gimananya.

Kalo keputusan yang menyangkut adik atau

aku kedepannya aku masih minta

pertimbangan orang tua gimana baiknya,

karena takut salah melangkah atau aku

ngambil keputusan yang cepat” (WNH 2019).

Anak mampu untuk tidak mudah terpengaruh

oleh penilaian, pendapat dan keyakinan orang lain.

“Ngga, nggak mudah. W mempunyai prinsip

jadi tidak” (L 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak WNH

sebagai berikut.

“Iya, karena kalo aku penilaian orang kan

kadang nggak sepenuhnya tau atau bener.

Pernah orang lain bilang kalo aku tuh nggak

bisa kerja cepet, dan kerjanya ngobrol terus.

Setelah denger itu aku intropeksi, masa iya

begitu, tapi kalo masalah kerja cepet emang

belum karena kan itu baru beberapa minggu

masuk kerja, jadi masih adaptasi. Pas udah

berbulan-bulan kerja orang tadi nggak berani

ngomong lagi, sekarang malah minta bantuan

kalo kerja” (WNH 2019).

Page 131: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

116

Orang tua dalam pengasuhan tidak banyak

mengeluarkan kata “jangan” (melarang) kepada anak

tanpa disertai dengan penjelasan yang jelas dan

rasional.

“Tidak, pasti selalu diberi pengertian, bilang

jangan itu berdasarkan tergantung bagaimana

konteksnya. Misalnya dalam bermain yang

kurang perlu sedangkan di rumah ada

kepentingan yang lebih penting, nah itu kan

jangan” (L 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak WNH

sebagai berikut.

“Nggak, kalo emang melarang pasti dikasih tau

kenapanya. Kaya dulu aku mau banget sekolah

pesantren, tapi kata orang tua jangan, soalnya

kalo aku anak pertama sekolah di pesantren

nanti adik-adikmu siapa yang ngajarin dan

ngawasin gitu. Udah gitu orang tua juga kan

butuh aku. Jadinya ya aku nggak jadi deh”

(WNH 2019).

Orang tua tidak cenderung menjadi orang tua

yang sering membanding-bandingkan anak dengan

saudara kandungnya atau anak lainnya.

“Tidak, semua saya perlakukan sama aja” (L

2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak WNH

sebagai berikut.

“Nggak, orang tua ku nggak pernah bandingin

anak-anaknya sama siapa aja. Karena ya orang

tua menerima semua keadaan anak-anaknya.

Soalnya anak-anak itu kan emang

kemampuannya beda-beda, dan nggak semua

Page 132: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

117

anak harus pinter yang penting rajin mau

belajar” (WNH 2019).

b. Kemandirian Anak Keluarga II

Dapat disimpulkan dari hasil wawancara anak

dapat dikatakan mandiri dengan bercirikan

sebagaimana seperti yang diungkapkan Bapak S dan

Anak RE sebagai berikut.

Dalam keterbatasan yang dimiliki, orang tua

penyandang tunanetra mempunyai cara agar anak dapat

menjadi pribadi yang mandiri.

“Ya itu saya selalu mengajarkan anak itu kalo

hidup tidak selalu dengan orang tua, ketika

sekarang orang tuamu ada, tapi besok orang tua

pasti kemana, bisa mati kan kaya gitu. Jadi

makannya dari sekarang kamu harus belajar

mandiri untuk hidup. Bukan untuk melupakan

orang tua, tapi untuk menggapai masa depan

kamu sendiri, karena suatu ketika kamu akan

berpisah dengan orang tua, entah itu mati, atau

entah itu kamu akan kerja jauh dari orang tua,

kaya gitu” (S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak RE sebagai

berikut.

“Caranya belajar aja sih yang penting, terus

coba belajar ngertiin keadaan orang tua, kalo

disuruh bantuin orang tua ya kerjain aja” (RE

2019).

Keterbatasan dalam hal pengawasan tidak

terlalu menjadi kendala orang tua dalam perkembangan

kemandirian atau perkembangan keseluruhan anak.

Page 133: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

118

“Keterbatasan memang iya, kerena dia udah

gede ya kadang dia main kemana saya nggak

bisa ngawasin, kalo dulu waktu masih kecil

bisa, pernah ketika dia pergi itu saya cari tuh

pake ojek malem-malem, saya kelilingin itu

setiap warnet, saya samperin itu, ternyata tidak

ada, eh taunya dia tidur di musholla. Ya gitu

pernah, tapi sekarang agak kendala ya memang

ketika dia kemana saya nggak bisa mencari” (S

2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak RE sebagai

berikut.

“Enggak sih sama aja kaya orang tua yang lain,

ya kalo nggak liat pun tapi kan juga orang tua

bisa ngajarin ini itu” (RE 2019).

Sikap orang tua apabila anak tidak dapat mandiri.

“Ya saya memang aktif ya untuk selalu bicara,

saya nggak pernah diem, selalu ngomong terus,

anak harus begini, anak nggak boleh seperti ini,

ini salah, saya bilang kamu akan lemah dan

kamu akan ditinggal sama yang lain kalo kamu

seperti ini. Jadi kamu harus punya sikap yang

bisa membawa hidupmu sendiri. Saya selalu

ngomong, dikasih tau anak itu” (S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak RE sebagai

berikut.

“Kalo nggak bisa mandiri paling dibilangin sih.

Terus dijarin lagi palingan” (RE 2019).

Kemandirian anak dan cirinya.

“Misalkan mandiri itu ya dia udah bisa mandiri

ya, contohnya pas terpaksa orang tua nggak bisa

masak, dia bisa masak. Masaknya bikin nasi

goreng, goreng telur sendiri gitu dia bisa. Itu

sudah cukup saya anggep bisa mandiri” (S

2019).

Page 134: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

119

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak RE sebagai

berikut.

“Kalo mandiri nggak juga sih ya, cuci baju aja

masih dicuciin. Makan juga kadang masih

harus disuruh-suruh dulu baru makan” (RE

2019).

Anak mampu untuk tidak bergantung kepada

orang lain, terutama orang tua dan orang-orang

disekitarnya serta dapat bertanggung jawab atas semua

hal yang telah dilakukan.

“Sementara belom, belom mampu dia

terkadang tidak bergantung terhadap orang tua,

dia belom bisa sementara sekarang ini. Ya

contohnya kembali ke awal ya, menghukum

dia, dia pernah terkadang pulang subuh itu, saya

hukum nggak boleh masuk ke rumah. Sampe 2

atau 3 hari itu perginya. Terus dia pulangnya

sakit karena dia nggak makan, jadinya sakit.

Dia nggak makan, dia nggak minum juga

katanya. Begitu” (S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak RE sebagai

berikut.

“Kalo sama orang tua iya masih bergantung ya,

kan masih ada yang merhatiin juga, masih

sekolah juga. Tapi kalo sama orang lain mah

enggak sih” (RE 2019).

Anak sudah dapat bebas untuk memilih, dan

menjadi manusia yang dapat memerintah, menguasai,

mengendalikan serta menentukan dirinya sendiri.

“Memilih iya saya mempersilahkan, tapi

dengan catatan sesuai dengan artinya

pengawasan saya dan pendapat saya, kalo

Page 135: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

120

memang pilihannya itu saya anggap nggak tepat

tetep saya nggak membebaskan. Gitu, nggak

mengijinkan” (S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak RE sebagai

berikut.

“Belom sih belom mampu. Masih 17 juga

belom ngerti semua juga baik apa bener gitu,

masih tanya-tanya ke orang tua” (RE 2019).

Anak mampu untuk mengendalikan atau

mengatur pikiran, perasaan dan tindakan sendiri secara

bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan-

perasaan malu dan ragunya.

“Iya mampu, udah mampu. Dia mampu anak

saya itu. Mengatur, mengendalikan emosi, itu

mampu. Contohnya ketika saya marah itu dia

nggak pernah menunjukkan emosi, itu nggak

pernah. Dia selalu bisa menahan itu, bisa”(S

2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak RE sebagai

berikut.

“Belom mampu, karena ya belom bisa aja gitu

nggak tau kenapa. Masih kecil juga mungkin

kali” (RE 2019).

Anak mampu dalam menentukan nasib, kreatif

dan inisiatif, dapat mengatur tingkah laku, bertanggung

jawab, menahan diri, membuat keputusan-keputusan

sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada

pengaruh dari orang lain.

“Sebetulnya kalo keputusan seperti itu saya

belum meneliti ya, maksudnya belum menilai.

Page 136: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

121

Belum sampe situ saya, jadi anak masih dengan

keputusan saya” (S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak RE sebagai

berikut.

“Tingkah laku insyaAllah udah bisa diatur

dikir-dikit, kaya baik-baik aja nggak nakal.

Kalo menahan diri bisa kadang-kadang, yang

lainnya belom mampu karena belom bisa” (RE

2019).

Namun anak dinilai belum mampu untuk tidak

mudah terpengaruh oleh penilaian, pendapat dan

keyakinan orang lain.

“Belom, belom mampu dia. Belum mampu ya

karena lingkungan itu sangat berat ya, keras

tantangannya. Sekuat apapun orang tua

menanamkan saat di rumah, tapi ketika dia di

luar kaya contoh nih misalkan sholat. Saya

bilang kamu sebagai orang beragama islam,

kamu harus tanggung jawab pertama apa? kan

solat, ketika waktunya masuk sholat kamu

harus sholat. Nah tapi kadang temennya semua

orang nggak ada yang sholat, dia kadang jadi

nggak solat juga. Kaya gitu” (S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak RE sebagai

berikut.

“Iya mampu kan punya pendirian juga, orang

tua bilangin yang baik juga, jadi kalo ada yang

negatif ya nggak diikutin gitu” (RE 2019).

Orang tua dalam pengasuhan tidak banyak

mengeluarkan kata “jangan” (melarang) kepada anak

tanpa disertai dengan penjelasan yang jelas dan

rasional.

Page 137: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

122

“Saya mengatakan jangan tapi sebelumnya

saya selalu menjelaskan dulu, bahkan saya tidak

selalu emosi, karena emosi saya itu kadang

disaat penjelsan-penjelasan yang saya sering

berikan tapi dia tidak pake ya. Jadi ya itulah

saya selalu memberikan alasan sebelumnya,

sebelum saya bilang jangan itu saya selalu

menberikan resiko seperti apa nantinya,

misalkan kamu bergadang, kamu dapet

dampaknya apa ketika kamu keterbiasaan.

Misalkan nih ya misalkan anak kerja, jangankan

bekerja, kadang makan aja nggak terpikirkan

kan, karena ngantuk saat siang. Kalo malem

bergadang pasti siangnya ngantuk. Ya seperti

itulah, makannya saya bilang jangan bergadang,

itu resikonya, itu contoh ya hanya sebatas

contoh” (S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak RE sebagai

berikut.

“Kalo melarang pasti ada penjelasan. Kaya kalo

mau dateng ke tempat acara yang nggak jelas-

jelas gitu, ngikut-ngikut temen yang nggak jelas

itu dilarang. Terus juga kaya pergi sama temen

yang jauh-jauh tapi nggak bilang dulu. Nanti

diomelin terus dijelasin kalo itu nggak bagus,

begitu sih” (RE 2019).

Orang tua tidak cenderung menjadi orang tua

yang sering membanding-bandingkan anak dengan

saudara kandungnya atau anak lainnya.

“Kalo sama sodara kandung saya tidak pernah,

tapi kalo sama orang lain kadang pernah, tapi

saya ambil contoh yang baik, misalkan anak si

itu rajin, anak itu dia pinter, terus misalkan

berangkat sekolah dia mau bawa bekal. Ya

itulah cuma gitu-gitu doang

membandingkannya” (S 2019).

Page 138: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

123

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak RE sebagai

berikut.

“Kadang iya. Kaya bandingin nakalnya gitu sih,

banding-bandingin yang baik, positif nya temen

palingan. Tapi saya nggak nakal banget, kaya

baisa aja sih sebenernya mah” (RE 2019).

c. Kemandirian Anak Keluarga III

Dapat disimpulkan dari hasil wawancara anak

dapat dikatakan mandiri dengan bercirikan

sebagaimana seperti yang diungkapkan Bapak S dan

Anak NH sebagai berikut.

Dalam keterbatasan yang dimiliki, orang tua

penyandang tunanetra mempunyai cara agar anak dapat

menjadi pribadi yang mandiri.

“Caranya ya kita harus memberi apa ya hampir

kaya tadi kan mbak, contohnya kaya tadi tetep

aja ujungnya kita kasih arahan biar anak bisa

mandiri, kaya bilangin ini dicuci bersih gimana,

ini harus dibersihin gimana, entar kalo ingin

pergi main harus gimana gitu, kan itu udah

istilahnya mengajarkan kemandirian, jadi kan

dalam keadaan orang tua yang terbatas dan apa

yang dibutuhkan orang tua dia sudah tanggap

sendiri” (S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak NH sebagai

berikut.

“Ya paling ngajarin masak, nyuci baju, bersih-

bersih rumah itu diajarin biar sekalian nggak

terus menyusahkan orang tua. Kalo di luar

dibilangin harus berpikir positif, jangan

dengerin orang-orang itu lakukin aja yang

menurut kamu baik gitu” (NH 2019).

Page 139: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

124

Keterbatasan dalam hal pengawasan tidak

terlalu menjadi kendala orang tua dalam perkembangan

kemandirian atau perkembangan keseluruhan anak.

“Ya kalo keterbatasan namanya manuisa tetep

ada, tapi kan setidak-tidaknya namanya kita

orang tua itu tetep berusaha semaksimal

mungkin buat bisa mengawasi anak kan.

Pengawasannya ya seolah-olah kalo anak-anak

pada bercanda terus teriak-teriak itu kan

termasuk mengganggu lingkungan toh, lagi

pula juga teriak-teriak itu nggak baik didengar

kan gitu kan, begitu ya sesaat aja kan kadang

namanya kita manusia ya wajar” (S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak NH sebagai

berikut.

“Enggak sih selalu dikontrol, kalo pengawasan

nggak jadi kendala karena orang tua selalu tau

sih, karena kalo ada apa-apa saya selalu bilang.

Saya mau pergi kemana itu selalu bilang” (NH

2019).

Sikap orang tua apabila anak tidak dapat mandiri.

“Ya pelan-pelan ya mbak, sedikit demi sedikit

namanya kita sebagai orang tua harus punya

ketelatenan gimana bisa anak mandiri, kita

harus punya ketelatenan juga kesabaran dan

terus membimbingan kan gitu” (S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak NH sebagai

berikut.

“Tetep mendorong anaknya terus, tetep diajarin

terus” (NH 2019).

Kemandirian anak dan cirinya

“Kalo bagi saya itungannya juga sudah agak

mandiri, walaupun ya belom sepenuhnya.

Page 140: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

125

Ketika anak saatnya belajar, saatnya berangkat

sekolah, saat ini itu kotor, istilahnya anak kan

bisa mengerjakan, itu penyesuaian aja seiring

jalannya waktu. Kedua anak saya hampir sama

begitu.” (S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak NH sebagai

berikut.

“Kalo menurut saya sih belom mandiri, kaya

gimana ya masih kurang aja gitu. Belomnya

juga karena merasa belom bisa membahagiakan

orang tua sih” (NH 2019).

Anak mampu untuk tidak bergantung kepada

orang lain, terutama orang tua dan orang-orang

disekitarnya serta dapat bertanggung jawab atas semua

hal yang telah dilakukan.

“Kalo tergantung ke orang lain sih ya enggak,

kita punya prinsip harus bisa mandiri, jangan

sampai menggantungkan diri ke orang lain, kita

berusaha semaksimal mungkin agar ada rasa

kemandirian. Kalo ke orang tua mampu juga

udah bisa, kalo hal-hal sederhana kaya bantu

aja.” (S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak NH sebagai

berikut.

“Kalo masih bergantung ke orang tua iya, tapi

kalo ke orang lain sih enggak mbak” (NH

2019).

Anak sudah dapat bebas untuk memilih, dan

menjadi manusia yang dapat memerintah, menguasai,

mengendalikan serta menentukan dirinya sendiri.

“Kalo menjelang mau dewasa ya terserah anak

kalo saya sih, diliat lagi kemauannya dia, yang

Page 141: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

126

penting kan bisa menjaga gitu kan.

Mengendalikan diri sendiri ya bisa wong sudah

20an tahun. Kalo anak kedua juga udah

termasuk ya hampir sama kaya kakaknya,

hampir seiring. Kita sebagai kepala keluarga

atau kepala rumah tangga bisa memberi

masukan dan memberi arahan supaya anak itu

bisa penyesuaian dengan keadaan“ (S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak NH sebagai

berikut.

“Kalo memilih ya udah terserah sendiri tapi kan

bilang dulu ke orang tua, ya kalo dibolehin baru

deh. Mengedalikan diri juga insyaAllah sudah

mampu contohnya nahan emosi sih paling,

terus cara nahannya kalo marah ya diem aja,

tapi diemnya sambil mikir kaya oh iya salah nya

begini. Intropeksi diri gitu kalo marah” (NH

2019).

Anak mampu untuk mengendalikan atau

mengatur pikiran, perasaan dan tindakan sendiri secara

bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan-

perasaan malu dan ragunya.

“Bagaimana itu ya, kalo masalah mengatur

tindakan diri sendiri sih ya itu tadi lah sesuai

dengan kemampuannya dia, yang penting kan

nggak meruguikan orang lain dan nggak

memaksakan diri sendiri. Kalo kemauannya itu

sendiri gimana, sesuai dengan keinginannya

dan bisa penyesuaian ya saya sih terserah aja”

(S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak NH sebagai

berikut.

“Iya sudah mampu, gitu-gitu aja kan mbak.

Mengendalikan iya udah bisa kaya

Page 142: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

127

mengendalikan emosi, terus juga intropeksi itu

kan berpikir jadinya” (NH 2019).

Anak mampu dalam menentukan nasib, kreatif

dan inisiatif, dapat mengatur tingkah laku, bertanggung

jawab, menahan diri, membuat keputusan-keputusan

sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada

pengaruh dari orang lain.

“Ya anak saya walaupun istilahnya kumpul gini

terus di rumah tetep aja sih dia tanya orang tua

gimana baiknya, kalo dikira belom pas ya kita

memberi masukan” (S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak NH sebagai

berikut.

“Ada mampu ada yang enggak mbak. Contoh

yang mampu itu ngatur tingkah laku iya udah

bisa, menahan diri juga bisa, taggung jawab

juga bisa InsyaAllah. Tapi kalo yang lainnya

kayanya belom mampu mba masih perlu

pengaruh atau bantuan orang tua” (NH 2019).

Anak mampu untuk tidak mudah terpengaruh

oleh penilaian, pendapat dan keyakinan orang lain.

“Asal pendapat itu baik, ada manfaatnya kalo

bagi saya sih terserah-terserah aja, kalo

misalnya pengaruh-pengaruh yang nggak ada

artinya jangan sampe kena pengaruh yang

nggak ada artinya itu. Anak nggak mudah

terpengaruh yang saya liat walaupun hidupnya

ya ginilah” (S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak NH sebagai

berikut.

Page 143: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

128

“Enggak sih nggak mudah terpengaruh,

berusaha untuk tetep jadi diri sendiri aja terus

sih kalo saya” (NH 2019).

Orang tua dalam pengasuhan tidak banyak

mengeluarkan kata “jangan” (melarang) kepada anak

tanpa disertai dengan penjelasan yang jelas dan

rasional.

“Kalo melarang sih ya enggak, paling ditanyain

dulu apa maksudnya gimana, tujuannya

gimana, selama kalo maksud dan tujuannya itu

nggak merugikan kita sih nggak masalah dan

kalo nggak merugikan orang lain ya nggak apa-

apa.” (S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak NH sebagai

berikut.

“Ya kadang ngomong jangan tapi selalu dikasih

penjelasan, contohnya kalo salah pasti

dibilangin. Yang dilarang itu ya keburukan-

keburukan sih paling kaya pingin main malem

itu pasti nggak boleh” (NH 2019).

Orang tua tidak cenderung menjadi orang tua

yang sering membanding-bandingkan anak dengan

saudara kandungnya atau anak lainnya.

“Oh enggak, saya enggak. Gak mau bandingin,

karena itu termasuk gimana ya kayanya kurang

baik lah, kalo dari penilaian saya membanding-

bandingkan anak otomatis kan menyakiti anak

dan jangan sampe begitu. Sesuai dengan

keadaan anak masing-masing aja kalo saya,

ngapain juga ya kan membanding-bandingkan.

Kita juga sudah mengarahkan keluarga sendiri

aja itu udah bagus. Terima anak apa adanya aja

mbak” (S 2019).

Page 144: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

129

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak NH sebagai

berikut.

“Tidak pernah sih mba” (NH 2019).

2. Aspek-Aspek Kemandirian

Menurut Havighurst sebagaimana dikutip dalam

(Fatimah 2010, 143) bahwa terdapat empat aspek dalam

kemandirian, yaitu aspek emosi, aspek ekonomi, aspek

intelektual, dan aspek sosial.

Hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti

melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi, anak

dari setiap orang tua penyandang tunanetra yang

diwawancarai memiliki kemandirian yang berbeda-beda,

dan tidak semua anak mandiri dalam semua aspek

kemandiran yang dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Aspek Kemandirian Keluarga I

1) Emosi

Anak mampu mengontrol emosi dan secara

emosi tidak bergantung kepada orang tua.

“Anak mampu mengontrol emosi, ya

misalnya dia memiliki suatu pendapat yang

tidak disetujui, nah itu otomatis menyimpan

suatu kejengkelan atau beban. Atau

ditentang, nah itu otomatis ya gitu lah, dia

tidak menentang” (L 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak WNH

sebagai berikut.

“Iya, sejak memulai kerja aku bisa

memutuskan kemana tujuan dan keinginan

aku. Kaya sekarang ya aku kerja disalah

Page 145: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

130

satu rumah sakit dan yang tadinya mau

kuliah tapi aku nggak mau lagi nyusahin

orang tua. Aku juga jarang emosian,

kalaupun emosi bener-bener aku cuma diam

sejenak dan kadang kalo nggak kuat ya

nangis, terus ngeredain diri sendiri. Kalo

ada masalah atau apapun selagi aku bisa

nyelesaiin sendiri aku nggak mau nyusahin

keluarga atau orang lain” (WNH 2019).

2) Ekonomi

Anak mampu mengatur ekonomi dan tidak

bergantung kebutuhan ekonomi pada orang tua.

“Iya anak sudah mandiri ekonomi karena

sudah berpenghasilan sendiri, sudah tidak

bergantung kepada saya. Dalam mengatur

dan menggunakan cukup lumayan baik.

Contohnya ya seperti yang tadi contohnya

dia bisa memilahkan kebutuhan pribadi dan

kebutuhan untuk umum. Contohnya untuk

yang nilai-nilai kebersahabatan antar temen,

terus nilai yang sodara dan orang tua,

begitu” (L 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak WNH

sebagai berikut.

“Sekarang sih iya, karena kan aku udah

kerja jadi aku mulai ngatur keuangan

sendiri. Sejauh ini sih nggak ada kendala,

aku bisa gunain keuangan dengan baik.

Maksudnya aku juga bisa nabung sampe

punya kendaraan sendiri. Sekarang juga

jadinya sudah nggak bergantung, kan aku

sudah bekerja dan bisa membiayai hidup

sendiri dan adik-adik. Aku sudah punya

penghasilan sendiri, hasil dari kerja di RS

Hermina Depok” (WNH 2019).

Page 146: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

131

3) Intelektual

Anak mampu mengatasi berbagai hambatan

atau masalah yang dihadapi.

“Kalo untuk kemampuan berpikir termasuk

lumayan, ya contohnya dalam berprestasi

dia termasuk unggualan gitu loh. Dalam

kehidupan sehari-hari ya sudah bisa sendiri.

Kalo dalam membantu pekerjaan di rumah

ya misal dia tidak ada kegiatan penting

mengenai kesekolahan atau pendidikan ya

sedikit banyak bisa untuk kita sekaligus

melatih untuk memberikan pengertian

untuk bisa membantu. Contohnya ya dalam

bidang membantu merawat adeknya,

mengasuh atau dalam bidang kebutuhan

pekerjaan orang tua dia bisa membantu.

Anak mampu menyelesaikan tugas sekolah

dulu” (L 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak WNH

sebagai berikut.

“Iya sejauh ini bisa, kaya masalah kerjaan

yang awalnya ngeluh karena tuntutan kerja

banyak tapi waktu terbatas. Tapi akhirnya

cari cara biar bisa tetep ngejalanin.

Ngelakuin kebutuhan pastinya bisa udah

bisa, kalo soal makan atau mandi dan lain-

lain udah diajarin sejak TPA. Kalo soal

kerjaan rumah juga udah sering bantu orang

tua di rumah kadang disuruh rapihin ini atau

itu, bagi-bagi tugaslah sama orang tua kalo

soal kebersihan. Kalo pekerjaan rumah dari

kecil udah diajarin dan dibiasin jadi ya

sekarang udah nggak terlalu kaget buat

ngerjain itu semua. Selama sekolah juga aku

belajar sendiri, kalo pun ada yang nggak

ngerti aku terus cari tau jawaban itu.

Masalah lain di sekolah mungkin tentang

Page 147: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

132

materi aja kadang ada materi yang emang

nggak ada di buku, ya aku tanya temen atau

guru kalo emang materinya susah” (WNH

2019).

4) Sosial

Anak mampu untuk mengadakan interaksi

dengan orang lain dan tidak bergantung atau

menunggu aksi dari orang lain.

“Anak mampu, kalo untuk interaksi

memulai pembicaraan emang dia agak

kurang sih emang. Dia lebih cenderung

menerima masukkan. Berani memulai ya

mungkin ketika diperlukan bisa, cuman dia

arahnya cenderung lebih menerima

pembukaan dari orang lain. Misalnya dalam

suatu komunikasi dalam pembicaraan kan

maksudnya. Ya anak bisa membantu,

contohnya ya misalnya ada temen yang

memiliki kebutuhan keperluan yang harus

dibantu mengenai pekerjaan atau dalam

pemikiran tertentu selagi dia mampu dan

ada waktu dia berniat untuk melaksanakan

dan sudah sering dilaksanakan” (L 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak WNH

sebagai berikut.

“Kalo emang belum kenal banget, kadang

liat kondisi dulu kalo emang

memungkinkan diajak ngobrol ya aku

tanya, tapi kalo emang orangnya udah aku

kenal ya aku ajak ngobrol. Keseringan sih

orang lain dulu yang mulai obrolan. Aku

suka bantu kalo ada yang perlu dibantu,

kaya waktu sekolah ada temen aku yang

orangnya susah banget buat ngerti

pelajaran. Dia sering banget nanya ke aku

kalo materinya nggak ngerti. Aku cari cara

Page 148: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

133

biar temenku ini bisa ngerti sama pelajaran.

Ngajarin temenku yang ini tuh harus ekstra

sabar dan cari jalan pintas biar dia bisa

ngerti materinya” (WNH 2019).

3. Aspek Kemandirian Keluarga II

a. Emosi

Anak mampu mengontrol emosi dan secara

emosi tidak bergantung kepada orang tua.

“Kadang masih susah kayanya ya, emosi anak

itu ketika dia bangun tidur dikasih makan, terus

minumnya terlambat dibawain sedikit, dia bisa

emosi. Tapi dia nggak sampe marah, enggak.

Yang besar ini emang kalo makan masih

dilayanin kalo mau pergi ke sekolah, soalnya

kalo nggak dilayani ya nggak pernah makan

mbak. Makan paling sekali itu kalo siang, tapi

kalo siang dia ambil sendiri, gitu” (S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak RE sebagai

berikut.

“Ambil keputusan belom bisa sih, kaya masih

egois. Nah itu ngontrol emosi belom bisa juga

soalnya masih suka emosian, belom bisa ngatur

aja kaya susah aja gitu. Nyelesain masalah

sendiri belom mampu kalo nyelesain masalah

sendiri, tapi nggak buat masalah juga sih, baik-

baik aja juga” (RE 2019).

b. Ekonomi

Anak mampu mengatur ekonomi dan tidak

bergantung kebutuhan ekonomi pada orang tua.

“Ya belum ya, kalo mandiri otomatis dia udah

bisa mengatur keuangannya sendiri dengan

baik. Misalkan ketika saya panggilan pijet terus

dia saya ajak, dari pada pake gojek atau pake

orang lain saya minta anter dia dengan kasih

Page 149: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

134

uang ke anak sendiri gitu kan. Nah itu dia

memang cenderung lebih boros. Belum bisa

mengatur keuangan, jadi dikatakan mandiri

secara ekonomi belom dia itu” (S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak RE sebagai

berikut.

“Belom mampu. Masih boros iya, cuma ya bisa

buat nggak minta duit terus juga sih. Kalo

sekolah kan dikasih uang jajan tapi ya abis

terus. Tapi kalo udah dikasih terus abis ya

nggak minta lagi udahannya. Belum bisa ngatur

dan gunain duit dengan baik sih, sama kaya

jawaban yang tadi itu karena masih suka boros,

tapi nggak minta terus-terusan juga. Kalo

bergantung ekonomi iya masih, karena kan

masih sekolah, terus juga belom kerja jadi ya

masih minta sama orang tua, belom punya

penghasilan sendiri” (RE 2019).

c. Intelektual

Anak mampu mengatasi berbagai hambatan atau

masalah yang dihadapi.

“Kalo kaya kemampuan berpikir anak termasuk

belom bagus ya, kategori belom, belom

termasuk. Karena kadang dia nggak bisa

mementingkan sesuatu yang lebih baik atau yang

tidak baik itu dia belom bisa mengambil pilihan.

Contohnya kan kalo ada yang lebih penting kaya

misalkan pelajaran sama main. Dia belom bisa

memilih. Ya kalo mandi dia bisa sendiri, tapi

kalo pakaian saya yang nyuci, saya yang lipetin,

gitu. Kalo belajar ya anak belajar sendiri ya,

karena saya nggak bisa melihat kan, kalo saya

yang ajarin nanti malah salah hahaha” (S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak RE sebagai

berikut.

Page 150: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

135

“Ngatasin hambatan belom mampu, tapi sedikit-

sedikit bisa selesain kaya tugas sekolah ya bisa.

Kalo nggak bisa tanya ke temen atau orang tua

aja sih. Tapi keseringan kalo tugas tanyanya ke

temen. Kalo urus diri sehari-hari ya kalo mandi

mampu lah sendiri, kalo makan juga mampu,

tapi kadang makan suka males kan kalo pagi itu

disuruh sarapan, terus biasanya ya disendokin

gitu biar mau makan. Terus juga kalo rapihin

baju mah bapak yang rapihin, tapi kalo nyapu

atau ngepel iya saya bisa. Belajar juga bisa

sendiri tapi ya harus sering diingetin kalo

waktunya belajar. Kerjain pekerjaan rumah

mampu kaya tadi itu nyampu sama ngepel bisa,

kan diajarin juga. Selesain masalah sekolah iya

mampu, kalo ada PR dari sekolah ya bisa

ngerjain. Tapi kalo nggak bisa atau susah gitu ya

tinggal tanya aja ke temen, atau ngerjain bareng-

bareng nanti di sekolah”(RE 2019).

d. Sosial

Anak mampu untuk mengadakan interaksi dengan

orang lain dan tidak bergantung atau menunggu aksi dari

orang lain.

“Sosial dia bagus, bahkan terhadap masyarakat

lingkungan gitu ya dia kemaren jadi panitia 17-an

gitu, dia belain siang malem nggak tidur. Dia mau

modal uang atau mau modal tenaga, segalanya dia

mau. Dia pinter bergaulnya. Kalau temennya ada

kesulitan wah dia paling cepet tuh, sering saya

omelin tuh kalo dengan orang tua dan keluarga

nggak memperhatikan, malah orang lain dia

perhatikan, wahhhh kalo dia temennya lagi

kesulitan misalkan motor temennya itu mogok

dimana gitu kan misal di Tanggerang ya, ya

disamperin sama dia” (S 2019).

Page 151: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

136

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak RE sebagai

berikut.

“Iya bisa interaksi, biasa ajasi kaya main bareng

temen bisa, kalo ada acara suka ikutan kan kaya

karang taruna, tapi karang taruna aktifnya cuma

acara-acara tertentu doang, kaya waktu 17-an gitu

kemaren jadi panitia lomba. Kalo bantu temen

kesulitan ya bantuin, kalo kita bantu kan temen juga

bantuin kita nantinya, begitu sih” (RE 2019).

4. Aspek Kemandirian Keluarga III

a. Emosi

Anak mampu mengontrol emosi dan secara

emosi tidak bergantung kepada orang tua.

“Ya dibilang mampu ya sebagian ada yang

mampu, sebagian ada yang enggak. Emosinya ya

sebagai anak dalam pemikirannya mungkin

kurang ya jadi keadaan emosi ya pastilah kalo

ada yang nggak sesuai sama keinginan dia. Tapi

ya mampu mengontrol. Kalo untuk pelajaran

anaknya bisa berpikir sendiri, toh kalo misalnya

dia nggak bisa-bisa ya ada sebagian tanya ke

orang tua, tapi kalo bapaknya nggak gatau ya

mau gimana, ya anak cari solusi sendiri” (S

2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak NH sebagai

berikut.

“Kalo ngambil keputusan sendiri belom, masih

suka nanya-nanya sama minta masukan dan

arahan dari orang tua. Nahan emosi iya mampu

nahan, karena emang jarang emosi juga sih

mbak. Terus caranya kalo lagi emosi ya diem aja

sambil mikir. Kalo ada masalah selalu tanya sih

kalo misal ada masalah, masih minta arahan”

(NH 2019).

Page 152: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

137

b. Ekonomi

Anak mampu mengatur ekonomi dan tidak

bergantung kebutuhan ekonomi pada orang tua.

“Kebetulan kalo misalnya dikasih ongkos

sekolah sekian ya dia bisa nyisih-nyisihkan,

entar kalo seandainya dia ini perlu pensil atau

yang lainnya itu kadang-kadang seandainya

minta orang tua ya dia nggak begitu itu lah, bisa

mengurangi beban orang tua. Kalo boros ya

enggak juga, ya biasalah anak-anak. Kalo

bergantung dalam keadan yang seperti sekarang

ya masih ya mbak, anaknya belom kerja juga,

kecuali ya menjelang-jelang dewasa kaya anak

pertama itu kan kadang ada sampingan kaya

bikin kue, atau misal disuruh tetangga minta

anterin kemana itu kan dia bisa menghasilkan

juga. Itu udah bisa membantu waupun sedikit-

sedikit. Setidak-tidaknya kan meringankan

beban orang tua” (S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak NH sebagai

berikut.

“Masih bergantung karena belom kerja, udah

ngelamar juga tapi ya belom diterima. Jadi masih

bergantung, tapi bantu-bantu orang tua di rumah

aja kaya masak, nyapu, ngepel gitu. Gunain

sama ngatur uang iya bisa, paling kalo

umpamanya belanja terus masih ada sisanya ya

bisa nyimpen terus bisa buat belanja besokanya

lagi gitu sih. Jadi sekarang iya masih bergantung

sama orang tua, karena belom kerja juga tapi dari

hasil bantu tetangga atau bikin apa gitu sedikit-

sedikit insyaAllah bisa meringankan walaupun

sedikit ya disyukuri” (NH 2019).

Page 153: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

138

c. Intelektual

Anak mampu mengatasi berbagai hambatan atau

masalah yang dihadapi?

“Kalo pendidikan yang gede sama yang kecil itu

ya kalo yang saya liat lebih bagusan yang kecil,

cara daya tangkep dan berpikirnya bagus. Kalo

kegiatan sehari-hari iya dua-duanya udah

mampu ngerjain sendiri. Kalo masalah

pembelajaran di sekolah kayanya kebetulan sih

keliatannya ya mampu semuanya, kalo di

sekolah anak saya juga nggak pernah yang

namanya ribut terus orang tuanya dipanggil atau

gini-gitu nggak pernah. Baik-baik aja kalo di

sekolah” (S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak NH sebagai

berikut.

“Belom kayanya, saya sendiri cenderung

mengikuti apa arahan dan yang dikatakan orang

tua sih. Selama ini juga nggak ada masalah yang

gimana juga. Urus diri sehari-hari ya udah bisa itu

semua, karna diajarin juga kan dari kecil. Terus

juga makin besar ya makin bisa jadinya. Bantu

kerjain pekerjaan rumah bantu orang tua di rumah

iya udah mampu kaya yang tadi udah diceritain

kan mbak, sama kaya tadi. Waktu pas sekolah

juga saya mampu kerjain tugas atau belajar, ya

pasti ada juga susahnya tapi ya dijalanin aja” (NH

2019).

d. Sosial

Anak mampu untuk mengadakan interaksi

dengan orang lain dan tidak bergantung atau menunggu

aksi dari orang lain.

“Ya kalo pergaulan ya mampu lah, bisa.

Contohnya kalo ada kegiatan bisa saling

Page 154: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

139

meringankan, kalo ada tetangga ada acara apa dia

bantu, itu rasa kesosialan kan, dan itu

meringankan orang lain. Selama ini kayanya juga

dia bisa menjalankan, dimintain tolong kaya ayo

bantu kesana ada acara gini kita bareng-bareng

yuk bantu. Paling cuma gitu-gitu kalo disini sih,

anak sadar dan mau juga kalo diminta bantuan”

(S 2019).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak NH sebagai

berikut.

“Iya mampu interaksi, kaya tegur sapa sama

orang ya. Kalo berteman iya main sama temen

gitu aja ya paling mampu juga. Terus kalo ada

yang butuh bantuan misal temen atau tetangga

minta dianterin kemana ya kebetulan sayanya

bisa saya anter” (NH 2019).

Page 155: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

140

Page 156: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

141

BAB V

PEMBAHASAN

Bab ini mendiskusikan dari paparan bab sebelumnya, dapat

dilihat bahwa tipe pola asuh yang dapat membentuk kemandirian

anak dari orang tua penyandang tunanetra adalah tipe pola asuh

otoritatif. Hal ini selaras dengan pernyataan Santrock dalam (W.

Santrock 2007, 167) bahwa anak yang memiliki orang tua otoritatif

memiliki sikap (perilaku) yang mandiri. Namun menurut Sunaryo

Kartadinata dalam (Ali dan Asrori 2004, 114) tingkat kemandirian

anak dapat berbeda-beda atau secara bertahap sesuai dengan

tingkatan perkembangan kemandiran. Hal ini juga selaras dengan

hasil penelitian bahwa kemandiran anak dari setiap orang tua

penyandang tunanetra berbeda-beda. Berikut hasil analisa temuan

penelitian di lapangan mengenai pola asuh orang tua penyandang

tunanetra dalam membentuk kemandirian anak.

A. POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG

TUNANETRA

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa semua

informan orang tua penyandang tunanetra dalam pengasuhan

anak menggunakan tipe pola asuh otoritatif, walaupun pada

keluarga pertama memiliki konflik keluarga seperti anak yang

memilih untuk tidak tinggal bersama lagi dengan orang

tuanya, namun orang tua tetap bercirikan orang tua yang

otoritatif dan orang tua tetap mampu untuk mengawasi anak

walaupun dari kejauhan. Ketiga orang tua mendorong anak

untuk mandiri namun masih menerapkan batas dan kendali

Page 157: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

142

pada tindakan mereka. Ketiga orang tua memberikan

kebebasan anak dalam berpendapat dan didengarkan,

memberikan kebebasan kepada anak tetapi tetap memberi

batasan untuk mengarahkan anak dalam menentukan

keputusan yang tepat dalam hidupnya, bersikap hangat dan

penyayang terhadap anak. Ketiga orang tua merangkul anak

dengan mesra dan berkata “kamu tahu kamu tak seharusnya

melakukan hal itu. Mari kita bicarakan bagaimana kamu bisa

menangani situasi tersebut lebih baik lain kali”. Orang tua

yang otoritatif juga menunjukkan kesenangan dan dukungan

sebagai respons terhadap perilaku konstruktif anak. Adanya

tuntutan mengacu pada harapan dan aturan yang diterapkan

orang tua yang masuk akal dan jelas terhadap tingkah laku

anak. Ketiga orang tua mampu menerapkan aturan secara jelas

dan konsisten tanpa paksaan terhadap anak (Silalahi dan

Meinarno 2010, 165).

Keluarga pertama subyek orang tua L pada subyek

anak WHN menggunakan tipe pola asuh otoritatif.

Orang tua mendorong anak untuk mandiri namun

masih menerapkan batas dan kendali pada tindakan anak

seperti dalam hal-hal kecil dengan mampu melaksanakan

kebutuhan diri pribadi anak sendiri, seperti saat masih kecil

anak dibiasakan untuk makan sendiri, dan anak diajarkan untuk

bejalan kaki ke sekolah sendirian.

Orang tua memberikan kebebasan anak dalam

berpendapat dan didengarkan seperti anak mau bercerita atau

Page 158: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

143

mengungkapkan apa yang anak rasakan, seperti mendengarkan

curahan hati anak dan bercerita tentang apapun.

Orang tua memberikan kebebasan kepada anak tetapi

tetap memberi batasan untuk mengarahkan anak dalam

menentukan keputusan yang tepat dalam hidupnya. Orang tua

mengarahkan anak namun juga tergantung dengan keputusan

anak, dan melihat apa yang sesuai dengan kemampuan anak.

Seperti pemilihan ketika anak bingung untuk masuk ke

Sekolah Menengah Kejuruan dimana, sampai akhirnya orang

tua mendukung pilihan anak karena orang tua melihat bahwa

anak mampu untuk menjalankan pilihannya tersebut.

Orang tua bersikap hangat dan penyayang terhadap

anak seperti memberikan perhatian ke anak layaknya orang tua

kepada anaknya. Seperti orang tua selalu menjaga dengan baik

anak dari kecil, disayang melalui kecerewetan orang tua seperti

yang selalu memberikan pengertian apa-apa yang baik.

Orang tua merangkul anak dengan mesra dan berkata

seperti ketika anak melakukan kesalahan diberitahu dengan

cara yang baik, karena anak sudah dewasa orang tua hanya

sering memberitahu anak saja.

Orang tua menunjukkan kesenangan dan dukungan

sebagai respons terhadap perilaku konstruktif anak,

mendukung dan menunjukkan kesenangan anak dalam hal

kebenaran dan kebaikan dan kalau perilaku anak kurang baik

orang tua selalu memberikan penjelasan mengapa perilaku

tersebut kurang baik dan memberikan alasannya.

Page 159: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

144

Orang tua melibatkan anak dalam pengambilan

keputusan dalam keluarga dan memberikan kesempatan untuk

mengemukakan pendapat seperti anak dibiarkan untuk

menyampaikan apa yang mau disampaikan dan pendapat anak

pasti didengarkan.

Orang tua memberikan tuntutan yang mengacu pada

harapan dan aturan yang diterapkan yang masuk akal dan jelas

terhadap tingkah laku anak, seperti menerapkan aturan

mengenai perilaku dan kesopanan contohnya dalam tata cara

berbicara. Anak yang sopan adalah anak yang menghargai.

Aturan lainnya adalah anak tidak diperbolehkan menginap di

rumah teman, karena orang tua membutuhkan bantuan anak

dan khawatir.

Orang tua menerapkan aturan secara jelas dan konsisten

tanpa paksaan terhadap anak. Seperti aturan tentang waktu,

seperti anak diingatkan untuk ingat untuk pulang tepat waktu

dan tidak diperbolehkan pulang terlalu malam.

Berdasarkan bahasan pola asuh otoritatif orang tua di

atas, maka menyatakan juga bahwa orang tua keluarga pertama

tidak otoriter, memanjakan dan juga menelantarkan.

Keluarga kedua subyek orang tua S pada subyek anak

RE menggunakan tipe pola asuh otoritatif.

Orang tua mendorong anak untuk mandiri namun masih

menerapkan batas dan kendali pada tindakan anak, orang tua

mengajarkan anak untuk mandiri dari kecil seperti memakai

baju, mengambil baju, dan bersih-bersih rumah. Orang tua

Page 160: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

145

mengajarkan anak untuk dapat bisa memilih warna baju agar

terlihat selaras atau baik dipandang mata.

Orang tua memberikan kebebasan anak dalam

berpendapat dan didengarkan. Namun tidak memberikan

kebebasan secara keseluruhan karena menurut orang tua bahwa

kebebasan itu tidak ada, karna sejak manusia lahir memang

sudah terdapat aturan. Dan dalam pengambilan keputusan

orang tua belum pernah memberikan kebebasan seperti ketika

anak masuk ke pemasaran berdasarkan kemauan orang tua, dan

anak menuruti. Dan ketika berpendapat anak diberikan

kebebasan dan didengarkan asalkan dengan perkataan yang

baik atau sopan.

Orang tua memberikan kebebasan kepada anak tetapi

tetap memberi batasan untuk mengarahkan anak dalam

menentukan keputusan yang tepat dalam hidupnya. Seperti

pemilihan jurusan ketika sekolah menengah kejuruan, anak

diberikan arahan untuk mengambil jurusan pemasaran namun

orang tua tetap menanyakan ketersediaan anak.

Orang tua bersikap hangat dan penyayang terhadap

anak dan dapat dikatakan orang tua yang romantis seperti

perhatian terhadap anak seperti mengingatkan dan

mengambilkan makanan anak ketika anak belum makan.

Orang tua merangkul anak dengan mesra seperti

mengatakan “kamu walaupun sebagai anaknya orang yang

tidak berada, tetapi kamu tidak boleh merasa rendah diri atau

berkecil hati karena kondisi orang tua yang tidak melihat, tetapi

kamu harus penuh semangat, jadikan orang tuamu ini semangat

Page 161: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

146

kamu dalam hidup kamu”. Dan mengingatkan anak untuk

memiliki sifat yang taat pada aturan dan tidak boleh berpikir

dan bertindak semaunya sendiri.

Orang tua menunjukkan kesenangan dan dukungan

sebagai respons terhadap perilaku konstruktif anak apabila

perilaku nya baik menurut agama dan norma yang ada, kalau

perilaku yang tidak baik orang tua dengan tegas melarang atau

tidak mendukung disertai dengan penjelasan alasan orang

tuanya melarang. Ketika anak melakukan perilaku yang baik

orang tua menunjukkan dengan memberikan imbalan seperti

diberikan uang.

Orang tua melibatkan anak dalam pengambilan

keputusan dalam keluarga dan memberikan kesempatan untuk

mengemukakan pendapat, seperti menanyakan kemauan

anaknya agar tidak ada pertengkaran, tidak ada berselisih

pendapat. Namun anak mengaku belum pernah dilibatkan

dalam pengambilan keputusan dalam keluarga.

Orang tua memberikan tuntutan yang mengacu pada

harapan dan aturan yang diterapkan yang masuk akal dan jelas

terhadap tingkah laku anak. Dengan memberikan penjelasan,

memberikan pengertian positif dan negatifnya suatu tingkah

laku atau perbuatan. Orang tua menuntut anak untuk belajar

dengan baik dan tidak boleh meninggalkan sholat 5 waktu.

Orang tua menerapkan aturan secara jelas dan konsisten

tanpa paksaan terhadap anak seperti mengajarkan disiplin

untuk ingat waktu dan tepat waktu dengan memperlihatkan

perilaku orang tua untuk menjadi tauladan seperti orang tua

Page 162: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

147

selalu memegang handphone untuk mengetahui waktu. Namun

orang tua mengaku bahwa hasilnya belum sesuai dengan yang

diinginkan. Dalam disiplin waktu orang tua juga memberikan

aturan seperti anak tidak deperbolehkan pulang malam dan

pergi tanpa izin jika berpergian.

Berdasarkan bahasan pola asuh otoritatif orang tua di

atas, maka menyatakan juga bahwa orang tua keluarga kedua

tidak otoriter, memanjakan dan juga menelantarkan.

Keluarga ketiga subyek orang tua L pada subyek anak

NH menggunakan tipe pola asuh otoritatif.

Orang tua mendorong anak untuk mandiri namun

masih menerapkan batas dan kendali pada tindakan anak.

Karena menurut orang tua semakin anak dewasa anak akan

memiliki tanggungan sendiri, cara mendorong anak untuk

mandiri seperti mengajarkan anak untuk mau mencuci bajunya

sendiri, mau membantu mencuci piring. Karena anak memiliki

keasadaran akan tanggung jawabnnya membantu orang tua,

sehinggga orang tua tidak kesulitan untuk mengarahkan anak.

Orang tua memberikan kebebasan anak dalam

berpendapat dan didengarkan asalkan pendapat anak benar dan

tidak berpengaruh jelek terhadap anak seperti saat anak

menyampaikan pendapat atau bercerita mengenai kebingungan

ketika anak memilih pekerjaan dan takut untuk gagal, orang tua

memberikan masukkan dan memberitahu anak untuk selalu

berpikir positif.

Orang tua memberikan kebebasan kepada anak tetapi

tetap memberi batasan untuk mengarahkan anak dalam

Page 163: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

148

menentukan keputusan yang tepat dalam hidupnya. Tetapi

orang tua tidak memberikan kebebasan kepada anak

sepenuhnya, orang tua masih mengarahkan anak dan

mengontrol anak.

Orang tua bersikap hangat, penyayang terhadap anak

seperti memberikan perhatian dan makan barsama, karena

menurut orang tua belum tentu keluarga lain bisa makan

bersama, dan bercanda dengan anak.

Orang tua merangkul anak dengan mesra dengan

mengajak anak untuk bercanda.

Orang tua menunjukkan kesenangan dan dukungan

sebagai respons terhadap perilaku konstruktif anak apabila

perilaku anak dalam kebaikan, seperti menunjukkan respons

kesenangan dan dukungan dengan memuji anak.

Orang tua melibatkan anak dalam pengambilan

keputusan dalam keluarga dan memberikan kesempatan untuk

mengemukakan pendapat karena anak sudah mampu untuk

membedakan baik antara benar dan salah, baik dan buruk.

Orang tua melibatkan anak karena orang tua juga paham bahwa

dalam keluarga harus adanya musyawarah bersama.

Orang tua memberikan tuntutan yang mengacu pada

harapan dan aturan yang diterapkan yang masuk akal dan jelas

terhadap tingkah laku anak. Orang tua tidak menuntut anak tapi

menerapkan aturan secara jelas seperti kalau sudah sore hari

anak tidak diperbolehkan untuk keluar rumah atau bermain.

Orang tua menerapkan aturan secara jelas dan

konsisten tanpa paksaan terhadap anak. Seperti kalau sudah

Page 164: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

149

waktunya bangun pagi anak harus bangun. Orang tua

menerapkan aturan secara jelas agar orang tua juga bisa

menjadi tuntunan bagi anaknya, namun dengan menerapkan

aturan secara jelas bukan berarti orang tua memaksa anak

melainkan menerapkan aturan sesuai dengan kemampuan

anak.

Berdasarkan bahasan pola asuh otoritatif orang tua di

atas, maka menyatakan juga bahwa orang tua keluarga ketiga

tidak otoriter, memanjakan dan juga menelantarkan.

Setiap gaya pengasuhan orang tua memiliki kelebihan

dan kekurangan, pola asuh orang tua yang otoritatif juga

memiliki kekebihan dan kekurangan. Kelebihan pola asuh

orang tua otoritatif anatara lain yaitu membuat anak mampu

untuk mengambil keputusan sendiri dengan proses

pengambilan keputusan yang tetap diawasi oleh orang tua,

anak mampu untuk menghargai orang lain, dan anak mampu

untuk melihat baik buruknya suatu masalah atau keadaan.

Sedangkan kekurangan dari pola asuh orang tua yang otoritatif

adalah orang tua yang jarang memberikan hukuman sehingga

membuat anak kurang belajar untuk menangani rasa bersalah.

B. KEMANDIRIAN ANAK DARI ORANG TUA

PENYANDANG TUNANETRA

Hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti melalui

observasi, wawancara dan studi dokumentasi, setiap anak dari

orang tua penyandang tunanetra adalah anak yang mandiri,

namun setiap anak memiliki tingkatan kemandirian yang

Page 165: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

150

berbeda-beda. Berikut adalah hasil wawancara sehingga anak

dapat dikatakan mandiri sebagai berikut.

1. Kemandirian Anak Keluarga I

Dapat disimpulkan dari hasil wawancara anak dapat

dikatakan mandiri dengan bercirikan sebagaimana seperti

yang diungkapkan Bapak L dan Anak WNH.

Dalam keterbatasan yang dimiliki, orang tua

penyandang tunanetra mempunyai cara agar anak dapat

menjadi pribadi yang mandiri dengan caranya memberikan

contoh, dari perilaku dan tindakan orang tua sehari-hari.

Bapak L mengajarkan Anak WNH untuk pergi ke sekolah

sendiri, dan mengajarkan anak untuk membantu orang tua

seperti merawat adik dan melakukan pekerjaan rumah.

Keterbatasan dalam hal pengawasan tidak terlalu

menjadi kendala orang tua dalam perkembangan

kemandirian atau perkembangan keseluruhan anak,

walaupun dengan kekurangan sisi penglihatan Bapak L

melakukan pengawasan dengan penganalisaan dan

perasaan. Dilihat dari perilaku anak WNH di depan orang

tua. Dengan keterbatasan yang dimiliki selaku orang tua

harus mengerti perbatasan-perbatasan, dan harus benar-

benar konsentarsi untuk menyikapi setiap gerak-gerik

anak. Keterbatasan yang dimiliki orang tua WNH dengan

melepas anak untuk melakukan sesuatu sendiri membuat

anak bisa mandiri seperti mereka.

Anak mandiri karena penanaman orang tua, Bapak

L melakukan penanaman kemandirian dengan memberikan

Page 166: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

151

semangat, menceritakan kisah kehidupan sewaktu kecil,

dan terus mengajarkan anak agar bisa menjadi pribadi yang

mandiri, jikalau anak belum dapat mandiri Bapak L akan

terus mendorong anak dan dengan seiring berjalannya

waktu anak bisa dapat mandiri.

Anak sudah mandiri dilihat dari anak yang mampu

untuk mengambil keputusan untuk kehidupan, masa depan,

atau dalam kesehari-harian. Anak WNH sudah memiliki

rumah tangga dan sudah dapat bekerja serta

berpenghasilan. Anak WNH juga sudah mampu dalam

mengatur keuangannya, anak juga sudah mampu untuk

membedakan mana yang baik dan tidak baik bagi dirinya.

Anak mampu untuk tidak bergantung kepada orang

lain, terutama orang tua dan orang-orang disekitarnya serta

dapat bertanggung jawab atas semua hal yang telah

dilakukan dengan tidak menyusahkan dan membuat orang

lain buat mengetahui masalah yang dialami.

Anak sudah dapat bebas untuk memilih, dan

menjadi manusia yang dapat menguasai, memerintah,

mengendalikan serta menentukan dirinya sendiri karena

anak mampu bekerja, mampu berumah tangga, dan mampu

membantu untuk mencukupi kebutuhan adik-adiknya

Anak mampu untuk mengendalikan atau mengatur

pikiran, perasaan dan tindakan sendiri secara bebas serta

berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan-perasaan malu

dan ragunya karena anak mempunyai caranya sendiri untuk

Page 167: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

152

melakukan sesuatu, seperti melawan rasa khawatir dan

menyendiri untuk berpikir ketika ada masalah.

Anak mampu dalam menentukan nasib, kreatif dan

inisiatif, dapat mengatur tingkah laku, bertanggung jawab,

menahan diri, membuat keputusan-keputusan sendiri, serta

mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang

lain dengan mampu untuk memutuskan suatu pilihan dalam

pekerjaan, dalam sisi kemandirian anak sudah tidak lagi

bergantung. Anak sudah bekerja dan juga menikah, anak

sudah dapat menggunakan, mengatur, dan mengontol

segala kebutuhannya sendiri dan kebutuhan keluarganya.

Anak dapat memposisikan diri ketika berhadapan dengan

orang yang lebih tua dan dengan teman sebayanya.

Anak mampu untuk tidak mudah terpengaruh oleh

penilaian, pendapat dan keyakinan orang lain karena

memiliki prinsip. Anak sudah mengetahui bahwa tidak

semua penilaian orang tidak semuanya benar, caranya

dengan intropeksi diri.

Orang tua dalam pengasuhan tidak banyak

mengeluarkan kata “jangan” (melarang) kepada anak tanpa

disertai dengan penjelasan yang jelas dan rasional, Bapak

L selalu memberikan pengertian dan mengeluarkan kata

jangan tergantung bagaimana konteksnya. Seperti ketika

WNH ingin sekali bersekolah di pondok pesantren, tetapi

orang tua mengatakan jangan karena anak WNH adalah

pertama, dan apabila bersekolah di pesantren adik-adiknya

tidak ada yang mengajarkan dan mengawasi.

Page 168: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

153

Orang tua tidak cenderung menjadi orang tua yang

sering membanding-bandingkan anak dengan saudara

kandungnya atau anak lainnya. Anak perlakukan sama saja

karena orang tua menerima semua keadaan anak-anaknya.

Orang tua menyadari bahwa anak-anak memang

mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, dan tidak

semua anak harus manjadi anak yang pintar, yang penting

adalah anak rajin untuk mau belajar.

2. Kemandirian Anak Keluarga II

Dapat disimpulkan dari hasil wawancara anak

dapat dikatakan cukup mandiri dengan bercirikan

sebagaimana seperti yang diungkapkan Bapak S dan

Anak RE.

Dalam keterbatasan yang dimiliki, orang tua

penyandang tunanetra mempunyai cara agar anak dapat

menjadi pribadi yang mandiri dengan selalu

mengajarkan anak kalau hidup tidak selalu bersama

dengan orang tua. Anak harus belajar mandiri untuk

hidup namun bukan untuk melupakan orang tua, dan

untuk menggapai masa depan anak itu sendiri. Anak

diajarkan untuk dapat membantu orang tua ketika

diminta bantuan, belajar untuk mengerti keadaan orang

tua, dan belajar dengan baik.

Keterbatasan dalam hal pengawasan tidak

terlalu menjadi kendala orang tua dalam perkembangan

kemandirian atau perkembangan keseluruhan anak,

walaupun memang ada kendala karena anak sudah

Page 169: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

154

semakin besar sehingga manjadi sulit diawasi, namun

masih dapat diatasi karena orang tua dapat

mengajarkan anak melakukan sesuatu.

Anak RE terbilang cukup mandiri, orang tua

selalu mengajarkan anak mandiri dengan aktif bicara,

Bapak S tidak pernah diam untuk memberitahu anak

ketika harus melakukan sesuatu, Bapak L memberikan

pengertian kepada anak RE ketika kamu lemah, kamu

akan ditinggal dengan yang lain. Jadi anak harus punya

sikap yang bisa membawa hidupmu sendiri.

Anak cukup mandiri seperti mampu ketika

orang tua sedang tidak bisa memasak, anak mampu

untuk memasak. Namun anak terkadang ketika sarapan

harus diingatkan dan dilayani.

Anak masih belum mampu untuk tidak

bergantung kepada orang lain, terutama orang tua dan

orang-orang disekitarnya serta dapat bertanggung

jawab atas semua hal yang telah dilakukan. Karena

anak masih belum memahami aturan yang diberikan

orang tua sehingga anak dapat merugikan dirinya

sendiri.

Anak sudah dapat bebas untuk memilih, dan

menjadi manusia yang dapat menguasai, memerintah,

mengendalikan serta menentukan dirinya sendiri

namun dengan catatan sesuai dengan pengawasan dan

pendapat orang tua, kalau memang pilihan anak itu

dianggap baik oleh orang tua maka dibebaskan, namun

Page 170: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

155

jika tidak atau kurang tetap orang tua tidak

membebaskan ataupun mengijinkan. Karena anak

masih berusia 17 tahun jadi anak belum terlalu

memahami semua yang baik maupun tidak.

Anak mampu untuk mengendalikan atau

mengatur pikiran, perasaan dan tindakan sendiri secara

bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan-

perasaan malu dan ragunya. Seperti ketika orang tua

marah, anak tidak pernah menunjukkan emosi, anak

selalu bisa menahan. Namun anak merasa belum

mampu untuk mengatur pikiran dan tindakannya

kerana beranggapan bahwa dia masih anak kecil

sehingga belum mampu.

Anak belum mampu dalam menentukan nasib,

kreatif dan inisiatif, dapat mengatur tingkah laku,

bertanggung jawab, menahan diri, membuat keputusan-

keputusan sendiri, serta mampu mengatasi masalah

tanpa ada pengaruh dari orang lain karena selama anak

hidup belum pernah merasakan, atau dengan kata lain

belum sampai pada tahap itu. Kehidupan anak masih

dengan keputusan orang tua. Dalam tingkah laku anak

sudah dapat mengaturnya sedikit demi sedikit, seperti

tidak menjadi anak yang nakal.

Anak belum mampu untuk tidak mudah

terpengaruh oleh penilaian, pendapat dan keyakinan

orang lain. Karena orang tua melihat bahwa lingkungan

itu sangat berat dan berpengaruh ke anak. Sekuat

Page 171: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

156

apapun orang tua menanamkan sesuatu saat di rumah,

tetapi ketika di luar anak akan sanagat mudah

terpengaruh seperti ketika bermain tidak malakukan

kewajiban sholat karena teman-temannya juga tidak

melakukannya. Namun anak merasa mampu untuk

tidak mengikuti sesuatu yang diaggapnya negatif.

Orang tua dalam pengasuhan tidak banyak

mengeluarkan kata “jangan” (melarang) kepada anak

tanpa disertai dengan penjelasan yang jelas dan

rasional. Bapak S ketika mengatakan jangan

sebelumnya selalu menjelaskan terlebih dahulu, dengan

sebelum mengatakan jangan orang tua selalu

memberikan resiko seperti apa yang nantinya akan

didapat, seperti Bapak S melarang anak untuk

bergadang karena jika anak bergadang akan mengantuk

pada siang hari dan meninggalkan tugas-tugasnya

ataupun kewajibannya.

Orang tua cenderung menjadi orang tua yang

sering membanding-bandingkan anak dengan saudara

kandungnya atau anak lainnya namun tidak sering,

seperti membanding-bandingkan sisi positif anak lain

dengan tujuan agar anak menjadi termotivasi.

3. Kemandirian Anak Keluarga III

Dapat disimpulkan dari hasil wawancara anak

dapat dikatakan mandiri dengan bercirikan

sebagaimana seperti yang diungkapkan Bapak S dan

Anak NH.

Page 172: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

157

Dalam keterbatasan yang dimiliki, orang tua

penyandang tunanetra mempunyai cara agar anak dapat

menjadi pribadi yang mandiri caranya dengan

memberikan contoh kepada anak, seperti memberikan

pengertian kepada anak kalau melakukan sesuatu

seperti mencuci itu harus bersih dan dicontohkan. Anak

juga diberi pengertian untuk harus berpikir positif, dan

melakukan sesuatu yang dianggap baik.

Keterbatasan dalam hal pengawasan tidak

terlalu menjadi kendala orang tua dalam perkembangan

kemandirian atau perkembangan keseluruhan anak

walaupun namanya manusia pasti punya keterbatasan,

Bapak S setidaknya sudah berusaha semaksimal

mungkin untuk bisa mengawasi anak dengan baik.

Pengawasan anak ketika di rumah seperti selalu

menayakan anak ketika ingin berpergian, dan selalu

bilang ke orang tua.

Anak sudah cukup mandiri, sedikit demi sedikit

orang tua harus punya ketelatenan, kesabaran dan terus

membimbing anak untuk membuat anak menjadi

pribadi yang mandiri. Jika anak masih kurang mandiri

anak terus didorong dan diajarkan.

Anak sudah cukup mandiri walaupun belom

sepenuhnya. Anak mampu untuk belajar sendiri,

saatnya waktu untuk berangkat ke sekolah anak sudah

sadar, saat ada sesuaru yang kotor anak mampu untuk

membersihkan.

Page 173: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

158

Anak mampu untuk tidak bergantung kepada

orang lain, terutama orang tua dan orang-orang

disekitarnya serta dapat bertanggung jawab atas semua

hal yang telah dilakukan. Karena orang tua

menanamkan prinsip untuk tidak menggantungkan diri

ke orang lain. Pada hal-hal sederhana anak juga sudah

mampu untuk tidak bergantung ke orang tua.

Anak sudah dapat bebas untuk memilih, dan

menjadi manusia yang dapat menguasai, memerintah,

mengendalikan serta menentukan dirinya sendiri.

Karena anak dirasa sudah mampu dan cukup umur,

namun tetap bertanya kepada orang tua bagaimana

baiknya dan seharusnya.

Dalam mengendalikan diri anak sudah mampu

contohnya dengan mampu menahan emosi dengan cara

berdiam dan menahannya, tetapi berdiam sambil

berpikir dan intropeksi diri.

Anak mampu untuk mengendalikan atau

mengatur pikiran, perasaan dan tindakan sendiri secara

bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan-

perasaan malu dan ragunya selagi tidak meruguikan

orang lain dan tidak memaksakan diri sendiri.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh anak NH

sebagai berikut.

Anak mampu dalam menentukan nasib, kreatif

dan inisiatif, dapat mengatur tingkah laku, bertanggung

jawab, menahan diri, membuat keputusan-keputusan

Page 174: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

159

sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada

pengaruh dari orang lain. Walaupun selalu berkumpul

di rumah anak tidak pernah untuk tidak meminta

pendapat orang tua.

Anak mampu untuk tidak mudah terpengaruh

oleh penilaian, pendapat dan keyakinan orang lain,

karena anak berusaha untuk tetep menjadi diri sendiri

namun jika pendapat itu baik maka ya apa salahnya.

Orang tua dalam pengasuhan tidak banyak

mengeluarkan kata “jangan” (melarang) kepada anak

tanpa disertai dengan penjelasan yang jelas dan

rasional. Bapak S ketika anak ingin melakukan sesuatu

anak ditanya dahulu apa maksud dan tujuannya, selama

maksud dan tujuannya itu tidak merugikan keluarga

dan orang lain Bapak S tidak melarang atau

mengeluarkan kata jangan.

Orang tua tidak cenderung menjadi orang tua

yang sering membanding-bandingkan anak dengan

saudara kandungnya atau anak lainnya. Karena Bapak

S menyadari bahwa membanding-bandingkan adalah

tindakan yang kurang baik, dan dapat menyakiti

perasaan anak. Bapak S memahami keadaan anak

masing-masing dan menerima anak apa adanya.

Sunaryo Kartadinata dalam (Ali dan Asrori

2004, 114) menyatakan bahwa sebagai suatu dimensi

psikologis yang kompleks, kemandirian dalam

perkambangannya memiliki tingkatan-tingkatan dan

Page 175: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

160

karakteristik. Perkembangan kemandirian seseorang

juga berlangsung secara bertahap sesuai dengan

tingkatan perkembangan kemandiran tersebut.

Hasil penelitian ini juga selaras dengan

(Fatimah 2010, 141) yang menyatakan bahwa mandiri

merupakan kemampuan seseorang untuk tidak

bergantung kepada orang lain, terutama kepada orang

tua dan orang-orang disekitarnya serta dapat

bertanggungjawab atas semua hal yang telah

dilakukannya. Dalam penelitian ini, subyek anak

WNH, subyek anak RE dan subyek anak NH dapat

mandiri secara aspek emosi, karena anak mampu dalam

mengontrol emosi dan secara emosi tidak bergantung

kepada orang tua, dapat mengambil keputusan sendiri,

mampu mengontrol emosi dan menyelesaikan masalah

tanpa bergantung terutama kepada orang tua.

Dalam penelitian ini, hanya subyek anak WNH,

yang dapat mandiri secara aspek ekonomi, subyek anak

WNH mandiri secara ekonomi karena mampu dalam

mengatur ekonomi dan tidak bergantungnya kebutuhan

ekonomi pada orang tua. Subyek anak WNH juga dapat

menggunakan, mengatur keuangannya dengan baik,

tidak bergantung kepada orang tua dan memiliki

penghasilan sendiri. Sedangkan, subyek anak RE dan

subyek anak NH belum dapat sepenuhnya mandiri

secara aspek ekonomi. Subyek RE belum sepenuhnya

mandiri secara ekomoni karena belum memiliki

Page 176: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

161

penghasilan sendiri sehingga masih bergantung kepada

orang tua karena masih bersokolah. Subyek anak NH

belum sepenuhnya mandiri secara aspek ekonomi

karena belum memiliki pekerjaan sehingga tidak

memiliki penghasilan sendiri dan masih bergantung

kepada orang tua.

Dalam penelitian ini, subyek anak WNH,

subyek anak RE dan subyek anak NH dapat mandiri

secara aspek intelektual, anak mampu dalam mengatasi

berbagai hambatan atau masalah yang dihadapi. Anak

dapat mengatasi masalah dari yang paling sederhana

seperti mampu mengurus diri sendiri dalam kehidupan

sehari-hari seperti makan, mandi, merapikan pakaian,

mengerjakan pekerjaan rumah dan belajar. Selain itu,

anak juga dapat membantu pekerjaan orang lain seperti

pekerjaan orang tua di rumah dan mampu

menyelesaikan masalah di sekolah yang berkaitan

dengan pembelajaran dan masalah lainnya.

Dalam penelitian ini, subyek anak WNH,

subyek anak RE dan subyek anak NH dapat mandiri

secara aspek sosial, anak mampu untuk mengadakan

interaksi dengan orang lain dan tidak bergantung atau

menunggu aksi dari orang lain. Anak dapat

bersosialisasi dengan orang lain, berteman, membantu

orang lain atau teman yang kesulitan atas kemauannya

sendiri tanpa menunggu perintah dari orang lain.

Page 177: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

162

C. POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG

TUNANETRA DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN

ANAK

Dalam penelitian ini, subyek anak WNH, RE, dan NH

dapat mandiri dengan gaya pengasuhan otoritatif orang tuanya.

Hal ini selaras dengan pernyataan Santrock dalam (W.

Santrock 2007, 167) bahwa anak yang memiliki orang tua

otoritatif memiliki sikap (perilaku) yang mandiri.

Berdasarkan hasil di lapangan peneliti melihat bahwa

ketiga subyek anak dari orang tua penyandang tunanetra dapat

mandiri secara empat aspek seperti yang sudah dipaparkan

sebelumnya. Hanya saja subyek anak RE dan subyek anak NH

belum sepenuhnya mandiri secara aspek ekonomi.

Faktor pola asuh adalah faktor yang korelat bagi

perkembangan kemandirian. Cara orang tua mengasuh atau

mendidik anak akan mempengaruhi perkembangan

kemandirian anak remajanya. Orang tua yang terlalu banyak

melarang atau mengeluarkan kata "jangan" kepada anak tanpa

disertai dengan penjelasan yang rasional akan menghambat

perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya, orang tua yang

menciptakan suasana aman dalam interaksi keluarganya akan

dapat mendorong kelancaran perkembangan anak. Demikian

juga, orang tua yang cenderung sering membanding-

bandingkan anak yang satu dengan lainnya juga akan

berpengaruh kurang baik terhadap perkembangan kemandirian

anak (Ali dan Asrori 2004, 118).

Page 178: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

163

Sesuai dengan beberapa pernyataan di atas, maka pola

asuh otoritatif orang tua penyandang tunanetra dalam

penelitian ini dapat membentuk kemandirian anak karena

orang tua penyandang tunanetra bertindak dan berucapan

sebagai berikut:

1. Orang tua dan anak dapat menempatkan peran dirinya

masing-masing.

2. Orang tua memberikan tanggungjawab dan mendorong

anak untuk dapat melakukan tugas dan aktivitasnya sendiri

3. Orang tua memberikan batasan dan arahan dalam

menentukan keputusan yang tepat bagi anak.

4. Orang tua interaktif dalam berkomunikasi seperti berdialog

dengan anak, orang tua memberikan kebebasan kepada

anak untuk didengar dan mendengarkan.

5. Orang tua bersikap dengan penuh kasih sayang, seperti

memberikan perhatian, dan hangat kepada anak.

6. Orang tua tidak membandingkan anak dengan saudaranya

maupun dengan orang lain, orang tua mengerti dan

memahami kemampuan anak namun tetap mendorong anak

untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

7. Orang tua hanya melarang atau mengatakan “jangan”

apabila anak melakukan seatu tindakan yang tidak sesuai

atau tidak baik dan selalu memberikan penjelasan mengapa

melarang atau mengatakan “jangan”.

Page 179: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

164

D. PENGAWASAN ORANG TUA PENYANDANG

TUNANETRA

Dalam keterbatasan yang dimiliki dalam sisi

penglihatan, pengawasan maupun perkembangan kemandirian

anak tidak terlalu menjadi kendala bagi orang tua penyandang

tunanetra. Pernyataan ini sesuai dengan pernyataan yang

diungkapkan oleh orang tua dan anak dari ketiga keluarga,

yaitu sebagai berikut.

“Ya kalau untuk pengawasan itu ya namanya kita

melakukan pengawasan dalam ada kekurangan sisi

penglihatan ya otomatis kita melakukan pengawasan

dengan penganalisaan dan perasaan. Nah jadi otomatis

perilaku anak ini di depan kita bagaimana. Untuk keluar

itu ya kita selaku orang tua harus mengerti perbatasan-

perbatasan, harus bener-bener konsentarsi untuk

menyikapi setiap gerak-gerik anak. Tapi ya walaupun

kita mengalami kesulitan tapi kita tetep berusaha

semaksimal mungkin, tapi hasilnya tetep juga cukup

lumayan di anak saya.” (L 2019)

“Nggak, justru karena keterbatasan itu aku orang tua

ngelepas anaknya supaya bisa mandiri seperti mereka.

Kan sebelum aku lahir orang tua kalo pergi kemana-

mana sendiri. Jadi aku banyak mencontoh orang tua

kalo dari segi kemandirian. Kalo perkembangan

Alhamdulillahnya aku dapet sekolah yang

lingkungannya mendukung dan memberikan semangat”

(WNH 2019).

Keterbatasan dalam hal pengawasan tidak terlalu

menjadi kendala orang tua keluarga pertama dalam

perkembangan kemandirian atau perkembangan keseluruhan

anak, walaupun dengan kekurangan sisi penglihatan, Bapak L

melakukan pengawasan dengan penganalisaan dan perasaan.

Page 180: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

165

Penganalisaan dan perasaan dilihat dari perilaku anak WNH di

depan Bapak L dan Istri. Dengan keterbatasan yang dimiliki

selaku orang tua, Bapak L harus mengerti perbatasan-

perbatasan, dan harus benar-benar konsentarsi untuk menyikapi

setiap gerak-gerik anak. Keterbatasan yang dimiliki orang tua

WNH justru berdampak baik untuk anak, seperti dengan

melepas anak untuk melakukan sesuatu sendiri sehingga

membuat anak bisa mandiri seperti mereka.

“Keterbatasan memang iya, kerena dia udah gede ya

kadang dia main kemana saya nggak bisa ngawasin, kalo

dulu waktu masih kecil bisa, pernah ketika dia pergi itu

saya cari tuh pake ojek malem-malem, saya kelilingin itu

setiap warnet, saya samperin itu, ternyata tidak ada, eh

taunya dia tidur di musholla. Ya gitu pernah, tapi

sekarang agak kendala ya memang ketika dia kemana

saya nggak bisa mencari.” (S 2019)

“Enggak sih sama aja kaya orang tua yang lain, ya kalo

nggak liat pun tapi kan juga orang tua bisa ngajarin ini

itu” (RE 2019).

Keterbatasan dalam hal pengawasan tidak terlalu

menjadi kendala orang tua keluarga kedua dalam

perkembangan kemandirian atau perkembangan keseluruhan

anak, walaupun memang terkadang Bapak S merasakan ada

kendala karena anak sudah semakin besar sehingga manjadi

sulit untuk diawasi secara langsung. Namun masih dapat diatasi

karena orang tua dapat mengajarkan anak untuk dapat

melakukan sesuatu.

“Ya kalo keterbatasan namanya manuisa tetep ada, tapi

kan setidak-tidaknya namanya kita orang tua itu tetep

berusaha semaksimal mungkin buat bisa mengawasi

Page 181: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

166

anak kan. Pengawasannya ya seolah-olah kalo anak-

anak pada bercanda terus teriak-teriak itu kan termasuk

mengganggu lingkungan toh, lagi pula juga teriak-teriak

itu nggak baik didengar kan gitu kan, begitu ya sesaat

aja kan kadang namanya kita manusia ya wajar.” (S

2019)

“Enggak sih selalu dikontrol, kalo pengawasan nggak

jadi kendala karena orang tua selalu tau sih, karena kalo

ada apa-apa saya selalu bilang. Saya mau pergi kemana

itu selalu bilang” (NH 2019).

Keterbatasan dalam hal pengawasan tidak terlalu

menjadi kendala orang tua keluarga ketiga dalam

perkembangan kemandirian atau perkembangan keseluruhan

anak, karena menurut Bapak S menyatakan bahwa namanya

manusia pasti punya keterbatasan, Bapak S setidaknya sudah

berusaha semaksimal mungkin untuk bisa mengawasi anak

dengan baik ketika berada di lingkungan rumah. Pengawasan

yang dilakukan orang tua ke anak seperti ketika anak hendak

ingin berpergian, orang tua selalu bertanya, dan anak selalu

mengatakan atau izin terlebih dahulu ke orang tua.

Dari pernyataan-pernyataan di atas, keterbatasan yang

dimiliki orang tua dalam sisi penglihatan memang menjadi

kendala, namun tidak terlalu menjadi kendala. Karena orang tua

dalam pengawasan tetap berusaha semaksimal mungkin untuk

dapat mengawasi anaknya secara optimal dengan mengarjarkan

anak, memberitahu segala sesuatu kepada orang tua, dan

membiarkan anak untuk dapat melakukan pekerjaannya sendiri.

Page 182: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

167

E. CIRI KHAS PEGASUHAN ORANG TUA

PENYANDANG TUNANETRA DAN UPAYA YANG

DILAKUKAN DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN

ANAK

Orang tua penyandang tunanetra dalam pengasuhan

tidak memiliki perbedaan yang mencolok atau khas dari orang

tua normal lainnya, namun orang tua penyandang tunanetra

dalam penelitian ini cenderung lebih interaktif dan komunikatif

dengan anak dan anggota keluarga lainnya. Indra bicara dan

pendengaran menjadi alat bantu yang paling bisa diandalkan

orang tua penyandang tunanetra dalam menjalankan fungsinya

sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian

anak, orang tua penyandang tunanetra membiasakan anak

untuk belajar melakukan suatu hal atau aktivitas sehari-harinya

sendiri sejak anak masih kecil, dan orang tua memberikan

tauladan kepada anak dengan mencontohkan dan

mengajarkannya.

Terdapat tiga upaya yang dilakukan oleh orang tua

penyandang tunanetra untuk membentuk kemandirian anak,

pertama adalah dengan melakukan tindakan preventif kepada

anak yaitu melalui pemberitahuan dan pengarahan dampak

baik dan buruk yang akan didapat ketika melakukan sesuatu,

dan kedua adalah selalu mengajarkan anak untuk dapat

melalakukan tugas maupun aktivitasnya sendiri. Ketiga adalah

membimbing seperti memberikan contoh kepada anak dan

selalu mendorong anak untuk dapat mandiri.

Page 183: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

168

Page 184: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

169

BAB VI

PENUTUP

Bab penutup ini berisi tentang kesimpulan penelitian,

implikasi penelitian, dan juga berisi saran penelitian untuk sisi

akademis, praktis dan juga peneliti selanjutnya.

A. KESIMPULAN

Pola asuh orang tua penyandang tunanetra dalam

penelitian ini menggunakan tipe pola asuh otoritatif. Pola asuh

otritatif bercirikan orang tua yang mendorong anak untuk

mandiri namun masih menerapkan batas dan kendali pada

tindakan anak, orang tua yang memberikan kebebasan anak

dalam berpendapat dan didengarkan, orang tua yang

memberikan kebebasan kepada anak tetapi tetap memberi

batasan untuk mengarahkan anak dalam menentukan

keputusan yang tepat dalam hidup anak, orang tua bersikap

hangat dan penyayang terhadap anak, orang tua merangkul

anak dengan mesra, menunjukkan kesenangan dan dukungan

sebagai respons terhadap perilaku konstruktif anak. Orang tua

memiliki tuntutan yang mengacu pada harapan dan aturan yang

diterapkan orang tua yang masuk akal dan jelas terhadap

tingkah laku anak, orang tua mampu menerapkan aturan secara

jelas dan konsisten tanpa paksaan terhadap anak (Silalahi dan

Meinarno 2010, 165).

Orang tua penyandang tunanetra dalam pengasuhan

tidak memiliki perbedaan yang mencolok atau khas dari orang

tua normal lainnya, namun orang tua penyandang tunanetra

Page 185: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

170

lebih interaktif dan komunikatif dengan anak dan anggota

keluarga lainnya. Indra bicara dan pendengaran menjadi alat

bantu yang paling bisa diandalkan orang tua penyandang

tunanetra dalam menjalankan fungsinya sebagai orang tua dan

dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang tua

penyandang tunanetra membiasakan anak untuk belajar

melakukan suatu hal atau aktivitas sehari-harinya sendiri sejak

anak masih kecil, dan orang tua memberikan tauladan kepada

anak dengan mencontohkan dan mengajarkannya.

B. IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang

telah dipaparkan sebelumnya, pada penelitian ini

menggambarkan bahwa pola asuh orang tua yang dapat

membentuk kemandirian anak adalah tipe pola pengasuhan

otoritatif.

C. SARAN

1. Akademis

Peneliti berharap Program Studi Kesejahteraan

Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat memberikan

pengetahuan yang lebih mengenai pengasuhan anak yang

baik, karena tidak sedikit yang masih belum tau pentingnya

pengasuhan yang baik dan benar agar membentuk

kepribadian anak yang baik. Hal ini penting karena pekerja

sosial merupakan suatu profesi yang harus bisa memahami

klien atau keluarga.

Page 186: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

171

Menambah referensi yang dapat dijadikan

mahasiswa sebagai rujukan dalam menambah pengetahuan

mengenai pola asuh orang tua yang memiliki keterbatasan

fisik, dan kemandirian anak. Karena dalam penulisan

skripsi ini peneliti merasakan kesulitan dalam mencari

referensi.

2. Praktis

Sebagai Kota Depok yang berbatasan dengan DKI

Jakarta membuat Kota Depok menjadi tempat orang-orang

urbanisasi dan datang untuk mengadu nasib. Namun

dengan keterbatasan lapangan pekerjaan bagi penyandang

tunanetra di Kota Depok sendiri akhirnya para penyandang

tunanetra yang datang mengadu nasib tidak memiliki

kesempatan untuk bekerja dibidang umum lainnya selain

berdagang kerupuk dan membuka jasa pijat. Diharapkan

pemerintah Kota Depok juga memberikan kesempatan atau

dapat membuat surat rekomendasi bahwa penyandang

tunanetra walaupun dengan keterbatasannya dapat

melakukan perkerjaan umum-umum lainnya dan dapat

bekerja di atas kepemimpinan.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

Sebagaimana dengan penelitian yang sudah ada,

memang selayaknya penelitian untuk dapat terus

dikembangkan oleh peneliti selanjutnya agar diperoleh

informasi yang lebih luas, mendalam dan berlingkup besar.

Tidak menutup kemungkinan dalam masalah yang

diangkat peneliti ini akan semakin berkembang nantinya,

Page 187: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

172

seperti semakin beragamnya tingkah laku anak di

kemudian hari memungkinkan bahwa tipe pengasuhan

orang tua semakin beragam pula.

Page 188: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

173

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Ali, M & Asrori, M. (2004). Psikologi Remaja: Perkembangan

Peserta Didik. Jakarta : Bumi Aksara.

Al-‘alaim Al-Qur’an dan terjemahannya edisi ilmu pengetahuan.

(2014). Bandung: Al-Mizan Publishing House / PT

Mizan Bunaya Kreativa.

Badan Pusat Statistik Kota Depok. (2018). Kecamatan Cinere

Dalam 2018. Depok: Badan Pusat Statistik Kota Depok

Badan Pusat Statistik Kota Depok. (2018). Kota Depok Dalam

Angka 2018. Depok: Badan Pusat Statistik Kota Depok

Desmita. (2011). Psikologi Perkembangan Peserta Didik Panduan

Bagi Orang Tua Dan Guru Dalam Memahami Psikologi

Anak Usia SD, SMP, SMA. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Edwards, D. (2006). Ketika Anak Sulit Diatur: Panduan Orang

Tua Untuk Mengubah Masalah Perilaku Anak. Bandung:

PT Mizan Pustaka.

Efendi, Mohammad. (2009). Pengantar Psikopedagogik Anak

Berkelainan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Fatimah, Enung. (2010). Psikologi Perkembangan

(Perkembangan Peserta Didik). Bandung: CV Pustaka

Setia

Hauck, Paul. (1986). Mendidik Anak Dengan Berhasil. Jakarta:

Penerbit Arcan

Hadi, Purwaka. (2005). Kemandirian Tunanetra. Jakarta:

Departemen Pendidikan

Mussen, Paul Henry. (1989). Perkembangan dan Kepribadian

Anak Edisi Enam. Jakarta: Penerbit Arcan

Page 189: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

174

Herdiansyah, Haris. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif

Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

J. Moleong, Lexy. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung: PT Remaja Roskadaya Offset.

Marliani, Rosleny. (2016). Psikologi Perkembangan Anak dan

Remaja. Bandung: Pustaka Setia

Mutiah, Diana. (2015). Psikologi Bermain Anak Usia Dini.

Jakarta: Prenada Media Group

Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak. Edisi Tujuh. Jakarta:

Erlangga

Santrock, J. W. (2004). Child Development Tenth Edition.

Americas: The Mcgraw-Hill Companies, Inc

Santrock, J. W. (2008). Adolescence Twelfth Edition. Americas:

Mc Graw-Hill Companies, Inc

Silalahi, Karlinawati dan Meinarno, Eko A. (2010). KELUARGA

INDONESIA: Aspek dan Dinamika Zaman. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada

Sugiyono. (2011). Metode penelitian pendidikan “pendekatan

kualitatif, kuantitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta

Sulistyaningsih. (2011). Metodelogi penelitian kebidanan

kuantitatif-kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu

Jurnal & Skripsi:

Febriana, M. Faisal. (2016). Pola Asuh Orang Tua Difabel

Terhadap Anak Yang Normal. Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia

Kartika, Rani. (2018). Pola Pengasuhan Anak pada Orang Tua

Tuna Netra (Studi Kasus Klinik Pijat Tuna Netra

Barokah). Padang: Universitas Negeri Padang

Page 190: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

175

Rizky, Ravika. (2015). Kemandirian Pada Dewasa Difabel.

Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sunarty, Kustiah. (2016). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dan

Kemandirian Anak. Makassar: Fakultas Ilmu Pandidikan

Universitas Negeri Makassar

Widiya, Jenny. (2016). Pola Asuh Orang Tua Tunanetra Terhadap

Anak Normal Di Pekanbaru. Riau: Fakultas Ilmu Sosial

Dan Ilmu Politik Universitas Riau

Website/Online:

Assifa, Farid. (2017). Perjuangan Retno, Terlahir dari Orangtua

Tunanetra, Cari Beasiswa untuk Kuliah dan Lulus

Cumlaude. Tersedia di

https://regional.kompas.com/read/2017/08/31/07502781/

perjuangan-retno-terlahir-dari-orangtua-tunanetra-cari-

beasiswa-untuk-kuliah?page=all. Diakses pada Rabu

19/11/2019, pukul 00.05 WIB

Badan Pusat Statistik Kota Depok. (2018). Kota Depok Dalam

Angka 2018. Tersedia di

https://depokkota.bps.go.id/publikasi.html. Diakses pada

Jum’at 21/06/2019, pukul 16.32 WIB

Badan Pusat Statistik Kota Depok. (2018). Kecamatan Cinere

Dalam 2018. Tersedia di

https://depokkota.bps.go.id/publikasi.html. Diakses pada

Jum’at 21/06/2019, pukul 17.15 WIB

Cyril. (2017). Jutaan Tuna Netra di Indonesia, Belum Dapat Akses

Pendidikan. Tersedia di

https://www.cendananews.com/2017/04/jutaan-tuna-

netra-di-indonesia-belum-dapat-askes-pendidikan.html.

Diakses pada Kamis 28/02/2019, pukul 19.20 WIB

Karouw, Donald. (2018). Kasus Bocah Dibakar dan Minum Air

Seni di Tanjungbalai, Ini Kata KPAI. Tersedia di

Page 191: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

176

https://www.inews.id/daerah/sumut/kasus-bocah-

dibakar-dan-minum-air-seni-di-tanjungbalai-ini-kata-

kpai/327778. Diakses pada Rabu 06/02/2019, pukul 21.23

WIB

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tersedia di https://kbbi.web.id/.

Diakses pada Kamis 07/02/2019, pukul 21.30 WIB

Pemerintah Kota Depok. Situs resmi Kota Depok. Tersedia di

https://www.depok.go.id/. Diakses pada Jum’at

21/06/2019, pukul 15.40 WIB

Persatuan Tunanetra Indonesia, tersedia di http://pertuni.or.id/.

Diakses pada Jumat 29/02/2019, pukul 21.05 WIB

Pawestri, Noristera. (2018). Perjuangan Tri Widarti yang Lahir

dari Orangtua Tunanetra untuk Kuliah dan Mendapat

Beasiswa. Tersedia di

https://jogja.tribunnews.com/2018/08/30/perjuangan-tri-

widarti-yang-lahir-dari-orangtua-tunanetra-untuk-kuliah-

dan-mendapat-beasiswa. Diakses pada Rabu 19/11/2019,

pukul 00.10 WIB

Rudiyati, Sari. (2009). Pendidikan Anak Tunanetra (online).

Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri Yogyakarta. Tersedia di

http://journal.uny.ac.id/index.php/jpk/article/download/7

87/611. Diakses pada Kamis 07/02/2019, pukul 22.15

WIB

Salah Asuh Orang Tua Bisa Jadi Masalah Anak di Kemudian Hari.

Tersedia di https://health.detik.com/ulasan-khas/d-

1538082/salah-asuh-orangtua-bisa-jadi-masalah-anak-di-

kemudian-hari. Diakses pada Selasa 26/02/19, pukul

20.18 WIB

Wibowo, Bambang Heri. (2013). Blognya Netra Indonesia.

Tersedia di http://netra-

indonesia.blogspot.com/2013/04/pengertian-

tunanetra.html. Diakses pada Jumat 29/02/2019, pukul

20.15 WIB

Page 192: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 193: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA

(Informan I/II/III)

A. Identitas Diri Orang Tua dan Anak

1. Nama

2. Jenis Kelamin

3. Usia

4. Pekerjaan

5. Alamat

B. Waktu Wawancara

C. Tempat Wawancara

D. Pertanyaan Penelitian :

1) POLA ASUH ORANG TUA

Tabel Pertanyaan Tipe Pola Asuh Orang Tua Subyek

(Orang Tua) dan Subyek (Anak)

Aspek :

Tipe Pola Asuh Orang Tua

Pertanyaan untuk Subyek

(Orang Tua)

Pertanyaan untuk Subyek

(Anak)

Pola Asuh Otoriter

1. Apakah Bapak/Ibu

membatasi anak untuk

melakukan sesuatu dan

menghukum anak apabila

anak melakukan suatu

kesalahan?

2. Apakah Bapak/Ibu

mendesak anak untuk

mengikuti arahan dan

menghormati pekerjaan

dan upaya yang dilakukan

oleh Bapak/Ibu?

3. Apakah Bapak/Ibu

menerapkan batas dan

kendali yang tegas pada

anak?

1. Apakah Bapak/Ibumu

membatasi kamu untuk

melakukan sesuatu dan

menghukum apabila

kamu melakukan suatu

kesalahan?

2. Apakah Bapak/Ibumu

mendesak kamu untuk

mengikuti arahan dan

menghormati pekerjaan

dan upaya yang

dilakukan oleh

Bapak/Ibumu?

3. Apakah Bapak/Ibumu

menerapkan batas dan

Page 194: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

4. Apakah Bapak/Ibu

meminimalisir atau

bahkan menghindari

perdebatan verbal dengan

anak?

5. Apakah Bapak/Ibu sering

memukul anak?

6. Apakah Bapak/Ibu

memaksakan aturan secara

kaku tanpa menjelaskan

alasannya kepada anak?

7. Apakah Bapak/Ibu

menunjukkan amarah pada

anak ketika sedang emosi?

kendali yang tegas pada

kamu?

4. Apakah Bapak/Ibumu

meminimalisir atau

bahkan menghindari

perdebatan verbal

denganmu?

5. Apakah Bapak/Ibumu

sering memukulmu?

6. Apakah Bapak/Ibumu

memaksakan aturan

secara kaku tanpa

menjelaskan alasannya

kepadamu?

7. Apakah Bapak/Ibumu

menunjukkan amarah

padamu ketika sedang

emosi?

Pola Asuh Otoritatif

1. Apakah Bapak/Ibu

mendorong anak untuk

mandiri namun masih

menerapkan batas dan

kendali pada tindakan

anak?

2. Apakah Bapak/Ibu

memberikan kebebasan

anak dalam berpendapat

dan didengarkan?

3. Apakah Bapak/Ibu

memberikan kebebasan

kepada anak tetapi tetap

memberi batasan untuk

mengarahkan anak dalam

menentukan keputusan

yang tepat dalam

hidupnya?

4. Apakah Bapak/Ibu

bersikap hangat dan

penyayang terhadap anak?

1. Apakah Bapak/Ibumu

mendorong kamu untuk

mandiri namun masih

menerapkan batas dan

kendali pada

tindakanmu?

2. Apakah Bapak/Ibumu

memberikan kebebasan

kamu dalam berpendapat

dan didengarkan?

3. Apakah Bapak/Ibumu

memberikan kebebasan

kepada kamu tetapi tetap

memberi batasan untuk

mengarahkan dalam

menentukan keputusan

yang tepat dalam

hidupmu?

4. Apakah Bapak/Ibumu

bersikap hangat dan

penyayang terhadapmu?

Page 195: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

5. Apakah Bapak/Ibu

merangkul anak dengan

mesra dan berkata seperti

“kamu tahu kamu tak

seharusnya melakukan hal

itu. Mari kita bicarakan

bagaimana kamu bisa

menangani situasi tersebut

lebih baik lain kali”?

6. Apakah Bapak/Ibu

menunjukkan kesenangan

dan dukungan sebagai

respons terhadap perilaku

konstruktif anak?

7. Apakah Bapak/Ibu

melibatkan anak dalam

pengambilan keputusan

dalam keluarga dan

memberikan kesempatan

untuk mengemukakan

pendapat?

8. Apakah Bapak/Ibu

memberikan tuntutan yang

mengacu pada harapan

dan aturan yang

diterapkan yang masuk

akal dan jelas terhadap

tingkah laku anak?

9. Apakah Bapak/Ibu

menerapkan aturan secara

jelas dan konsisten tanpa

paksaan terhadap anak?

5. Apakah Bapak/Ibumu

merangkul dengan mesra

dan berkata seperti

“kamu tahu kamu tak

seharusnya melakukan

hal itu. Mari kita

bicarakan bagaimana

kamu bisa menangani

situasi tersebut lebih

baik lain kali”?

6. Apakah Bapak/Ibumu

menunjukkan

kesenangan dan

dukungan sebagai

respons terhadap

perilaku konstruktif

kamu?

7. Apakah Bapak/Ibumu

melibatkan kamu dalam

pengambilan keputusan

dalam keluarga dan

memberikan kesempatan

untuk mengemukakan

pendapat?

8. Apakah Bapak/Ibumu

memberikan tuntutan

yang mengacu pada

harapan dan aturan yang

diterapkan yang masuk

akal dan jelas terhadap

tingkah lakumu?

9. Apakah Bapak/Ibumu

menerapkan aturan

secara jelas dan

konsisten tanpa paksaan

terhadapmu ?

Pola Asuh Memanjakan

1. Apakah Bapak/Ibu sangat

terlibat dengan anak dan

1. Apakah Bapak/Ibumu

sangat terlibat dan tidak

Page 196: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

tidak terlalu menuntut atau

mengontrol mereka?

2. Apakah Bapak/Ibu

membiarkan anak

melakukan apa yang ia

inginkan dan menuruti

semua kemauan anak?

3. Apakah Bapak/Ibu

memberikan kebebasan

secara berlebihan yang

tidak sesuai untuk

perkembangan anak?

terlalu menuntut atau

mengontrolmu?

2. Apakah Bapak/Ibumu

membiarkanmu

melakukan apa yang

kamu inginkan dan

menuruti semua

kemauanmu?

3. Apakah Bapak/Ibumu

memberikan kebebasan

secara berlebihan yang

tidak sesuai untuk

perkembanganmu?

Pola Asuh Mengabaikan

1. Apakah Bapak/Ibu tidak

memberikan perhatian

terhadap anak?

2. Apakah Bapak/Ibu orang

tua yang sangat tidak

terlibat dalam kehidupan

anak?

1. Apakah Bapak/Ibumu

tidak memberikan

perhatian terhadapmu?

2. Apakah Bapak/Ibumu

adalah orang tua yang

sangat tidak terlibat

dalam kehidupanmu?

2) KEMANDIRIAN ANAK

a. Kemandirian

Tabel Pertanyaan Kemandirian Subyek (Orang Tua)

Dan Subyek (Anak)

Aspek :

Kemandirian

Pertanyaan untuk Subyek

(Orang Tua)

Pertanyaan untuk Subyek

(Anak)

1. Dalam keterbatasan yang

dimiliki oleh Bapak/Ibu,

bagaimana cara agar anak

dapat menjadi pribadi

yang mandiri? (Teknis)

1. Dalam keterbatasan yang

dimiliki oleh Bapak/Ibu,

bagaimana cara agar

kamu dapat menjadi

pribadi yang mandiri?

(Teknis)

2. Apakah keterbatasan

dalam hal pengawasan

menjadi kendala

Bapak/Ibu dalam

2. Apakah keterbatasan

dalam hal pengawasan

menjadi kendala

Bapak/Ibu dalam

Page 197: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

perkembangan

kemandirian atau

perkembangan

keseluruhan anak?

perkembangan

kemandirian atau

perkembanganmu?

3. Bagaimana sikap

Bapak/Ibu apabila anak

tidak dapat mandiri?

3. Bagaimana sikap

Bapak/Ibu apabila kamu

tidak dapat mandiri?

4. Menurut Bapak/Ibu

apakah anak sudah

mandiri? Mandiri dalam

hal apa?

4. Menurut kamu apakah

kamu termasuk anak

yang mandiri? Mandiri

dalam hal apa?

5. Menurut Bapak/Ibu

apakah anak mampu untuk

tidak bergantung kepada

orang lain, terutama orang

tua dan orang-orang

disekitarnya serta dapat

bertanggung jawab atas

semua hal yang telah

dilakukan anak?

5. Menurutmu apakah

kamu mampu untuk

tidak bergantung kepada

orang lain, terutama

orang tua dan orang-

orang disekitarmu serta

dapat bertanggung jawab

atas semua hal yang

telah kamu lakukan?

6. Menurut Bapak/Ibu

apakah anak sudah dapat

bebas untuk memilih, dan

menjadi manusia yang

dapat memerintah,

menguasai,

mengendalikan serta

menentukan dirinya

sendiri?

6. Menurutmu apakah

kamu sudah dapat bebas

untuk memilih, dan

menjadi manusia yang

dapat memerintah,

menguasai,

mengendalikan serta

menentukan dirimu

sendiri?

7. Menurut Bapak/Ibu

apakah anak mampu untuk

mengendalikan atau

mengatur pikiran,

perasaan dan tindakan

sendiri secara bebas serta

berusaha sendiri untuk

mengatasi perasaan-

perasaan malu dan

ragunya?

7. Menurutmu apakah

kamu mampu untuk

mengendalikan atau

mengatur pikiran,

perasaan dan tindakan

sendiri secara bebas serta

berusaha sendiri untuk

mengatasi perasaan-

perasaan malu dan

ragumu?

Page 198: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

8. Menurut Bapak/Ibu

apakah anak mampu

dalam menentukan nasib,

kreatif dan inisiatif, dapat

mengatur tingkah laku,

bertanggung jawab,

menahan diri, membuat

keputusan-keputusan

sendiri, serta mampu

mengatasi masalah tanpa

ada pengaruh dari orang

lain?

8. Menurutmu apakah

kamu mampu dalam

menentukan nasib,

kreatif dan inisiatif,

dapat mengatur tingkah

laku, bertanggung jawab,

menahan diri, membuat

keputusan-keputusan

sendiri, serta mampu

mengatasi masalah tanpa

ada pengaruh dari orang

lain?

9. Menurut Bapak/Ibu

apakah anak mampu untuk

tidak mudah terpengaruh

oleh penilaian, pendapat

dan keyakinan orang lain?

9. Menurutmu apakah

kamu mampu untuk

tidak mudah terpengaruh

oleh penilaian, pendapat

dan keyakinan orang

lain?

10. Apakah Bapak/Ibu dalam

pengasuhan banyak

mengeluarkan kata

“jangan” (melarang)

kepada anak tanpa disertai

dengan penjelasan yang

jelas dan rasional?

10. Apakah Bapak/Ibumu

dalam pengasuhan

banyak mengeluarkan

kata “jangan” (melarang)

kepada kamu tanpa

disertai dengan

penjelasan yang jelas

dan rasional?

11. Apakah Bapak/Ibu

cenderung menjadi orang

tua yang sering

membanding-bandingkan

anak dengan saudara

kandungnya atau anak

lainnya?

11. Apakah Bapak/Ibumu

cenderung membanding-

bandingkan kamu

dengan saudara

kandungmu atau teman-

teman mu yang lainnya?

Page 199: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

b. Aspek-Aspek Kemandirian

Tabel Pertanyaan Aspek-Aspek Kemandirian Subyek

(Orang Tua) dan Subyek (Anak)

Aspek-Aspek Kemandirian

Aspek Pertanyaan untuk

Subyek (Orang Tua)

Pertanyaan untuk

Subyek (Anak)

Emosi Apakah Anak mampu

mengontrol emosi dan

secara emosi tidak

bergantung kepada

orang tua?

Apakah Kamu mampu

mengontrol emosi dan

secara emosi tidak

bergantung kepada

orang tua?

Ekonomi Apakah Anak mampu

mengatur ekonomi dan

tidak bergantung

kebutuhan ekonomi

pada orang tua?

Apakah Kamu mampu

mengatur ekonomi

dan tidak bergantung

kebutuhan ekonomi

pada orang tua?

Intelektual Apakah Anak mampu

mengatasi berbagai

hambatan atau masalah

yang dihadapi?

Apakah Kamu mampu

mengatasi berbagai

hambatan atau

masalah yang

dihadapi?

Sosial Apakah Anak mampu

untuk mengadakan

interaksi dengan orang

lain dan tidak

bergantung atau

menunggu aksi dari

orang lain?

Apakah Kamu mampu

untuk mengadakan

interaksi dengan orang

lain dan tidak

bergantung atau

menunggu aksi dari

orang lain?

Page 200: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

Lampiran 2

TRANSKRIP WAWANCARA KELUARGA I

1) IDENTITAS DIRI

A. Identitas Diri Suami

1. Nama L

2. Jenis Kelamin Laki-laki

3. Usia 45 tahun

4. Pekerjaan Jasa pijat dan pedagang kerupuk

B. Identitas Diri Istri

1. Nama Rasiti

2. Jenis Kelamin Perempuan

3. Usia 46 tahun

4. Pekerjaan Ibu rumah tangga

C. Alamat Panti Pijat Jati Husada Jl. Melati I,

Gandul, Kecamatan Cinere, Kota

Depok, Jawa Barat 16514

D. Waktu Wawancara Tanggal 20/09/2019, pukul 10.15-

11.20 WIB

E. Tempat Wawancara Rumah yang juga sekaligus sebagai

tempat menjual jasa pijat

A. Identitas Diri Anak

1. Nama WNH

2. Jenis Kelamin Perempuan

3. Usia 22 tahun

4. Pekerjaan Karyawan Swasta di RS. Hermina

Depok

B. Alamat Jl. Remaja Gg Sawah 6 . Mampang,

Pancoran Mas Depok

C. Waktu Wawancara Tanggal 26/09/2019, pukul

14.40-15.40 WIB

D. Tempat Wawancara Rumah tempat tinggal

Page 201: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

2) POLA ASUH ORANG TUA

A. TRANSKRIP TIPE POLA ASUH ORANG TUA

SUBYEK (ORANG TUA)

Pola Asuh Otoriter

1. Apakah Bapak/Ibu membatasi anak untuk melakukan

sesuatu dan menghukum anak apabila anak melakukan

suatu kesalahan?

“Oh itu pasti mbak, karena dalam pendidikan untuk suatu

penanaman dasar kan otomatis itu harus kita tanamkan. Biar

mengerti akan salah dan benar, kalo kita biarkan otomatis kan nanti

jadi kebiasaan. Kadang sudah dibatasi aja kadang masih kurang

pas, apalagi tidak dibatasi. Contohnya seperti melakukan

kesalahan dalam arti merasakan sesuatu atau membohongi,

kesalahannya itu wajib ada hukumannya gitu. Kalo saya

menanamkan untuk hukuman anak itu bukan berdasarkan

kekerasan atau main tangan, tapi yaitu berdasarkan memberikan

contoh misalnya kalo anaknya udah ngerti ya kita tanamkan seperti

uang jajan kita stop, dikasih hukuman itu karena untuk anak tau

dia melakukan kesalahan, bahwa dia melakukan perbuatan yang

salah. Secara omongan aja, dikasih pengertian.”

2. Apakah Bapak/Ibu mendesak anak untuk mengikuti arahan

dan menghormati pekerjaan dan upaya yang dilakukan oleh

Bapak/Ibu?

“Kalo mengikuti arahan kita mengarahkan untuk kebaikan itu pasti

kan, tapi kalo menyukai kerjaan yang sesuai dengan kerjaan kita

itu enggak mendesak anak, tapi kalo menghormati itu harus.

Soalnya kita harus menanamkan hormat menghormati.”

3. Apakah Bapak/Ibu menerapkan batas dan kendali yang

tegas pada anak?

“Menerapkan batas dan kendali selagi diperlukan itu memang

harus dilakukan untuk kontrol dari pada perilaku si anak. Contoh

dari tindakan ya misalnya anak melakukan perbuatan yang

merugikan, itu otomatis kita batasi agar jangan sampai merugikan

kan gitu, kita kontrol. Baik merugikan secara pribadi maupun

secara umum kan, nah gitu.”

4. Apakah Bapak/Ibu meminimalisir atau bahkan

menghindari perdebatan verbal dengan anak?

“Kalo perdebatan itu sebenarnya kalo diminimalkan juga nggak

baik, soalnya dengan tidak berdebat anak tidak bisa

Page 202: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

menyampaikan inspirasinya, dan jadi kurang komunikasi sama

orang tua. Jadi ya memang perdebatan memang ada, tapi memang

dibatasi ya dibatasi cuma untuk menyampaikan maksud dia agar

ada waktu dan bisa tersalurkan kan gitu.”

5. Apakah Bapak/Ibu sering memukul anak?

“Kalo itu tidak, saya sudah jawab di depan tadi kalo anak misalnya

melakukan kesalahan ya diberi pengertian aja, tidak dipukul.”

6. Apakah Bapak/Ibu memaksakan aturan secara kaku tanpa

menjelaskan alasannya kepada anak?

“Tidak, saya menjelaskan apa-apa yang tidak boleh dan mengapa

tidak boleh.”

7. Apakah Bapak/Ibu menunjukkan amarah pada anak ketika

sedang emosi?

“Sebisa mungkin meminimalisir, jadi memang kalo untuk

keemosian itu kan suatu hal yang kurang bagus ya, otomatis ya

semaksimal mungkin kita usahakan tidak terlalu dipertunjukkan

gitu ke anak, tapi ya pernah saya.”

Pola Asuh Otoritatif

1. Apakah Bapak/Ibu mendorong anak untuk mandiri namun

masih menerapkan batas dan kendali pada tindakan anak?

“Itu pasti, contohnya ya dari sisi kecil untuk mandiri dalam

berusaha, misalnya tidak tergantung kepada orang lain, terus

mampu melaksanakan untuk kebutuhannya, minimal mampu

untuk melaksanakan kebutuhan diri pribadinya sendiri, gitu.”

2. Apakah Bapak/Ibu memberikan kebebasan anak dalam

berpendapat dan didengarkan?

“Itu pasti. Anak mau cerita atau mengungkapkan apa yang dia

rasakan ya didengarkan.”

3. Apakah Bapak/Ibu memberikan kebebasan kepada anak

tetapi tetap memberi batasan untuk mengarahkan anak

dalam menentukan keputusan yang tepat dalam hidupnya?

“Betul. Mengarahkan anak itu relative tergantung dengan

keputusan anak, apa dan mengenai apa. kalo memang dia bingung

sama keputusannya kita orang tua teliti dari kebiasannya anak, kita

lihat apa hobinya, otomatis nanti kita ketemu arahnya kemana.

Intinya melihat apa yang sesuai dengan kemampuan anaknya.”

4. Apakah Bapak/Ibu bersikap hangat dan penyayang

terhadap anak?

Page 203: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

“Kalo itu pasti, contohnya anak saya perhatiin, ya sayangnya orang

tua sama anak aja gimana gitu kan mbak.”

5. Apakah Bapak/Ibu merangkul anak dengan mesra dan

berkata seperti “kamu tahu kamu tak seharusnya

melakukan hal itu. Mari kita bicarakan bagaimana kamu

bisa menangani situasi tersebut lebih baik lain kali”?

“Iya kurang lebih sama begitu, kalo anak ngelakuin kesalahan

dibilangin dengan cara yang baik aja, dibilangin aja bener dan

salahnya.”

6. Apakah Bapak/Ibu menunjukkan kesenangan dan

dukungan sebagai respons terhadap perilaku konstruktif

anak?

“Ya kalo memberikan dukungan itu tergantung bagaimana si anak

itu, dalam hal yang butuh didukung ya, kalo misalnya dalam hal

kebenaran dan kebaikan itu pasti kita dukung dan senang ya

sebaagai orang tua.”

7. Apakah Bapak/Ibu melibatkan anak dalam pengambilan

keputusan dalam keluarga dan memberikan kesempatan

untuk mengemukakan pendapat?

“Iya, saya biarin anak menyampaikan apa yang mau disampaikan,

didengerin itu pasti anaknya juga sudah paham kan.”

8. Apakah Bapak/Ibu memberikan tuntutan yang mengacu

pada harapan dan aturan yang diterapkan yang masuk akal

dan jelas terhadap tingkah laku anak?

“Itu pasti, yang pokok itu perilaku dan kesopanan. Kalo anak sopan

berarti kan bisa menghargai, contoh ketika ada orang yang usianya

lebih tua dari mereka dalam tata cara berbicara itu harus sopan.”

9. Apakah Bapak/Ibu menerapkan aturan secara jelas dan

konsisten tanpa paksaan terhadap anak?

“Itu pasti, aturan dengan jelas pasti diberikan tapi ya tapi nggak

maksa anak, contohnya waktu, anak itu harus inget waktu, kalo

main atau pergi ada urusan apa gitu kan harus tau waktu.”

Pola Asuh Memanjakan

1. Apakah Bapak/Ibu sangat terlibat dengan anak dan

tidak terlalu menuntut atau mengontrol mereka?

“Kalo mengontrol dan menuntut anak itu pasti. Tapi dalam

menuntut juga tidak begitu menuntut, kalo membuat harapan untuk

anak iya ada, tapi ga memaksakan anak nanti dia merasa tertekan

kalo begitu. Jadi harapan boleh ada tapi tidak diharuskan.”

Page 204: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

2. Apakah Bapak/Ibu membiarkan anak melakukan apa

yang ia inginkan dan menuruti semua kemauan anak?

“Tentu tidak, pasti ada suatu yang dilarang dan diberikan izin,

tidak mungkin kita bebaskan apalagi nanti saat ada yang kurang

pas dalam kebenaran. Kalo menuruti keinginan ya dikaji dulu

bagaimana keinginannya itu, kalo dipandang kurang perlu dan

masih ada yang lebih perlu apa salahnya kita larang.”

3. Apakah Bapak/Ibu memberikan kebebasan secara

berlebihan yang tidak sesuai untuk perkembangan

anak?

“Tentu tidak, pasti tidak memberikan kebebasan banget, ya yang

baik diberikan bebas.”

Pola Asuh Mengabaikan

1. Apakah Bapak/Ibu tidak memberikan perhatian

terhadap anak?

“Ya pasti perhatian sama anak mbak.”

2. Apakah Bapak/Ibu orang tua yang sangat tidak terlibat

dalam kehidupan anak?

“Tidak mungkin masa anak dibiarkan saja. Kita hidup bersama-

sama pasti terlibat kan gitu.”

B. TRANSKRIP TIPE POLA ASUH ORANG TUA

SUBYEK (ANAK)

Pola Asuh Otoriter

1. Apakah Bapak/Ibumu membatasi kamu untuk

melakukan sesuatu dan menghukum apabila kamu

melakukan suatu kesalahan?

“Iya pastinya, dulu soalnya pernah sering dibilangin kaya kalo mau

main jangan jauh-jauh, nanti kalo kamu diculik mama sama bapak

susah mau nyari kamu kemana-mana gitu. Tapi dihukum ya cuma

dibilangin aja jangan diulang gitu.”

2. Apakah Bapak/Ibumu mendesak kamu untuk

mengikuti arahan dan menghormati pekerjaan dan

upaya yang dilakukan oleh Bapak/Ibumu?

“Nggak mendesak sih, tapi secara tidak langsung dari kecil udah

dikenalin dan diajak buat kenal pekerjaan orang tua, jadi ya udah

tau gimana-gimananya. Kaya dulu waktu kecil aku sering

digendong terus diajak ikut pijat keliling.”

Page 205: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

3. Apakah Bapak/Ibumu menerapkan batas dan kendali

yang tegas pada kamu?

“Iya, kaya jamannya sekolah kalo ada kerja kelompok nggak boleh

pulang sore, terus kadang kalo mau main juga harus tau kemana

dan pulangnya jam berapa, seringnya dilarang keluar rumah yang

sampe seharian.”

4. Apakah Bapak/Ibumu meminimalisir atau bahkan

menghindari perdebatan verbal denganmu?

“Nggak, karena kan orang tua nggak ngelihat. Jadi kalo berdebat

atau ada masalah ya selalu dibicarakan, tapi aku orangnya emang

diem jadi ya kalo lagi dikasih tau yaudah didengerin aja.”

5. Apakah Bapak/Ibumu sering memukulmu?

“Dibilang sering sih ngga, paling kalo anak-anaknya ngelakuin

kesalahan yang emang udah fatal baru deh mukul. Kaya waktu itu

adik aku main ujan-ujanan terus bajunya kotor dan udah ganti baju

berapa kali, udah dibilangin berapa kali sama orang tua nggak

didengerin juga, akhirnya dipanggil tuh pake nada tinggi terus

dipegang baru dipukul pake tangan, itu juga kalo abis dipukul

orang tua pasti minta maaf terus diobatin, nggak ditinggal gitu aja.”

6. Apakah Bapak/Ibumu memaksakan aturan secara kaku

tanpa menjelaskan alasannya kepadamu?

“Nggak sih, kalo emang diatur kadang dikasih tau alesannya ini

itu. Kaya jangan pulang malem-malem karena kalo mau nyari

anaknya susah, udah gitu malem waktunya istirahat.”

7. Apakah Bapak/Ibumu menunjukkan amarah padamu

ketika sedang emosi?

“Iya, kalo lagi emosi ya nadanya lebih tinggi kaya ngebentak tapi

sambil nasehatin.”

Pola Asuh Otoritatif

1. Apakah Bapak/Ibumu mendorong kamu untuk mandiri

namun masih menerapkan batas dan kendali pada

tindakanmu?

“Ya pasti itu, kadang kan sebagai anak diajarin mandiri kaya

awalnya nggak bisa makan sendiri, lama-lama disuruh makan

sendiri. Terus pas sekolah juga udah diajarin mandiri, disuruh jalan

kaki pergi ke sekolah sendirian, padahal itu hari pertama masuk

sekolah.”

2. Apakah Bapak/Ibumu memberikan kebebasan kamu

dalam berpendapat dan didengarkan?

Page 206: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

“Iya kalo anaknya ngomong apa-apa pasti didengerin, mau

anaknya curhat atau ngasih tau apapun. Malah seneng kalo

anaknya mau ngomong tentang ini itu.”

3. Apakah Bapak/Ibumu memberikan kebebasan kepada

kamu tetapi tetap memberi batasan untuk mengarahkan

dalam menentukan keputusan yang tepat dalam

hidupmu?

“Iya dikasih kebebebasan kaya terserah kita maunya kemana

waktu mau sekolah SMK, kebetulan waktu itu SMK diterima di

dua tempat, disitu aku bingung, tapi balik lagi ke aku, aku mikir

kalo aku ngambil jurusan pertama nanti kedepannya bakal gimana.

Sampe akhirnya orang tua support pilihan aku.”

4. Apakah Bapak/Ibumu bersikap hangat dan penyayang

terhadapmu?

“Iya, orang tua aku dari kecil selalu ngejaga anaknya dengan baik,

itu kan berkat kasih sayang mereka. Mungkin emang cara

menyayangi orang tua beda-beda, nah disini aku disayangin lewat

kecerewetan orang tua yang selalu ngasih tau aku apa aja yang

baik-baik buat anaknya.”

5. Apakah Bapak/Ibumu merangkul dengan mesra dan

berkata seperti “kamu tahu kamu tak seharusnya

melakukan hal itu. Mari kita bicarakan bagaimana

kamu bisa menangani situasi tersebut lebih baik lain

kali”?

“Seinget ku engga kaya gitu percis sih, keseringannya kalo udah

dewasa ya dibilangin aja. Kaya misalnya aku ada masalah di

sekolah sama temen, ya langsung dikasih tau.”

6. Apakah Bapak/Ibumu menunjukkan kesenangan dan

dukungan sebagai respons terhadap perilaku

konstruktif kamu?

“Iya kalo selagi dalam hal yang baik ya pasti didukung dan seneng

pastinya, kalo kurang baik ya pasti dikasih tau juga kenapa kurang

baik, dikasih tau alesannya gitu.”

7. Apakah Bapak/Ibumu melibatkan kamu dalam

pengambilan keputusan dalam keluarga dan

memberikan kesempatan untuk mengemukakan

pendapat?

“Kalau ini sih waktu aku masih sekolah aku nggak dilibatkan

tentang masalah keluarga, karena mereka tau kalo aku belum

mampu buat tau masalah itu, sampe beranjak SMK barulah dikasih

Page 207: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

tau masalah ini itu, tapi tetep aja orang tua aku selalu tau apa yang

harus dilakukan.”

8. Apakah Bapak/Ibumu memberikan tuntutan yang

mengacu pada harapan dan aturan yang diterapkan

yang masuk akal dan jelas terhadap tingkah lakumu?

“Iya, misalnya aku nggak boleh nginep di rumah temen walaupun

itu temen deket. Karena alesannya ngapain nginep-nginep kaya

orang nggak punya rumah aja. Intinya sih aku nggak bisa keluar

rumah bebas kemana aja seharian gitu karena kan orang tua butuh

aku dan khawatir juga.”

9. Apakah Bapak/Ibumu menerapkan aturan secara jelas

dan konsisten tanpa paksaan terhadapmu ?

“Aturan yang jelas sih kayanya tentang waktu, aku dari dulu kalo

soal waktu diingetin terus buat inget waktu pulang jangan pulang

terlalu malam mau alasan apapun itu.”

Pola Asuh Memanjakan

1. Apakah Bapak/Ibumu sangat terlibat dan tidak terlalu

menuntut atau mengontrolmu?

“Nggak, orang tua ku selalu ngontrol aku kalo aku keluar rumah

entah pergi kerja kelompok atau ngapain. Udah kerja pun tetep

dikontrol kaya ditanya kerja selesai jam berapa, kalo mau main

mainnya kemana dan pulangnya harus inget waktu.”

2. Apakah Bapak/Ibumu membiarkanmu melakukan apa

yang kamu inginkan dan menuruti semua kemauanmu?

“Nggak, terkadang kan kemauan aku tuh pengen kaya yang lain

punya ini itu. Tapi balik lagi ke keadaan kalo orang tua yang nggak

punya itu. Jadi kalo mau apa-apa sering nahan-nahan nanti kalo

udah kerja baru deh.”

3. Apakah Bapak/Ibumu memberikan kebebasan secara

berlebihan yang tidak sesuai untuk perkembanganmu?

“Nggak, aku nggak bisa bebas bermain kaya anak-anak yang lain

kalo pergi jalan-jalan atau pergi sama temen. Tapi disamping itu

aku selalu ikut orang tua pergi kemana-kemana jadi aku bisa tau

nama daerah dan jalan.”

Pola Asuh Mengabaikan

1. Apakah Bapak/Ibumu tidak memberikan perhatian

terhadapmu?

“Nggak, orang tua pasti perhatiin anak-anaknya kaya nyediain

makan, terus kalo emang alat sekolah ada yang kurang diusahain

Page 208: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

bisa. Justru malah sering diperhatiin kalo seharian nggak ada di

rumah, pergi kemana gitu.”

2. Apakah Bapak/Ibumu adalah orang tua yang sangat

tidak terlibat dalam kehidupanmu?

“Nggak, karena kan orang tua sangat membutuhkan anak-anaknya

sama juga gitu sebaliknya kan. Jadi pasti selalu terlibat dalam

kehidupan aku. Aku mau milih sekolah atau pekerjaan orang tua

pasti harus tau. Kaya biaya-biaya sekolah juga kan orang tua aku

juga tau.”

3) KEMANDIRIAN ANAK

A. TRANSKRIP KEMANDIRIAN SUBYEK (ORANG

TUA)

1. Dalam keterbatasan yang dimiliki oleh Bapak/Ibu,

bagaimana cara agar anak dapat menjadi pribadi yang

mandiri?

“Ya caranya agar anak mandiri otomatis kita contohkan, dari

perilaku dan tindakan kita sehari-hari. Jadi dalam menentukan

perilaku kita sehari-hari maupun dalam menentukan suatu

keputusan kita kasih pandangan bahwa ada kesulitan seperti

begini, kasih dia untuk memberikan pendapat walaupun

sebenarnya mungkin belum tiba saatnya untuk memberikan

pendapat, tapi kita kasih pengertian agar mengerti akan kebutuhan

yang diligkupan keluarga kita gitu. Contohnya jarin anak buat

pergi sekolah sendiri, dikasih tau dulu harus gimana. Terus ya

bantu-bantu orang tua harus bisa, itu biar anak juga mandiri nggak

apa-apa harus orang tua, kan gitu.”

2. Apakah keterbatasan dalam hal pengawasan menjadi

kendala Bapak/Ibu dalam perkembangan kemandirian

atau perkembangan keseluruhan anak?

“Ya kalau untuk pengawasan itu ya namanya kita melakukan

pengawasan dalam ada kekurangan sisi penglihatan ya otomatis

kita melakukan pengawasan dengan penganalisaan dan perasaan.

Nah jadi otomatis perilaku anak ini di depan kita bagaimana. Untuk

keluar itu ya kita selaku orang tua harus mengerti perbatasan-

perbatasan, harus bener-bener konsentarsi untuk menyikapi setiap

gerak-gerik anak. Tapi ya walaupun kita mengalami kesulitan tapi

kita tetep berusaha semaksimal mungkin, tapi hasilnya tetep juga

cukup lumayan di anak saya.”

Page 209: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

3. Bagaimana sikap Bapak/Ibu apabila anak tidak dapat

mandiri?

“Wah kalo itu aku nggak bisa jawab, karena tidak mengalami. Saya

tanamkan kemandirian secara umumnya anak mengerti gitu loh.

Jadi kalo tidak mandiri ya saya itu tidak mengalami anak tidak bisa

mandiri. Kalo belom mandiri dijarin, didorong lagi untuk bisa,

nanti sih lama-lama juga bisa.”

4. Menurut Bapak/Ibu apakah anak sudah mandiri?

Mandiri dalam hal apa?

“Iya anak sudah mandiri. Mandirinya dalam hal keputusan untuk

kehidupan, masa depan, atau dalam kesehari-harian harus bersikap

bagaimana di lingkungan maupun di keluarga. W juga sudah kerja,

sudah punya keluarga sendiri juga.”

5. Menurut Bapak/Ibu apakah anak mampu untuk tidak

bergantung kepada orang lain, terutama orang tua dan

orang-orang disekitarnya serta dapat bertanggung jawab

atas semua hal yang telah dilakukan anak?

“Anak mampu tidak bergantung pada orang lain karena ya sudah

terlaksana jadi ya memang mampu.”

6. Menurut Bapak/Ibu apakah anak sudah dapat bebas

untuk memilih, dan menjadi manusia yang dapat

memerintah, menguasai, mengendalikan serta

menentukan dirinya sendiri?

“Sudah mampu karena anak memang sudah mandiri menurut saya,

balik lagi dia sudah mampu kerja, mampu berumah tangga, mampu

bantu adik-adiknya juga.”

7. Menurut Bapak/Ibu apakah anak mampu untuk

mengendalikan atau mengatur pikiran, perasaan dan

tindakan sendiri secara bebas serta berusaha sendiri

untuk mengatasi perasaan-perasaan malu dan ragunya?

“Iya anak sudah mampu, dia punya caranya sendiri.”

8. Menurut Bapak/Ibu apakah anak mampu dalam

menentukan nasib, kreatif dan inisiatif, dapat mengatur

tingkah laku, bertanggung jawab, menahan diri,

membuat keputusan-keputusan sendiri, serta mampu

mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain?

“Iya anak sudah mampu, contohnya dalam memutuskan suatu

pilihan dalam pekerjaan, dia mampu dengan sesuai, terus dalam

sisi kemandirian dia sudah terlaksanakan, anak tidak

ketergantungan dia sudah mandiri kan gitu. Karena anak kan udah

Page 210: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

kerja juga dan menikah. Anak udah tau harus berapa untuk

keperluan pribadi, dan harus berapa untuk membantu kebutuhan

adik-adiknya itu sudah bisa kontrol, otomatiskan sudah bisa

membedakan dan menyisihkan untuk kepentingan pribadi dan

keluarga, dia mengerti untuk bantu istilahnya gitu.”

9. Menurut Bapak/Ibu apakah anak mampu untuk tidak

mudah terpengaruh oleh penilaian, pendapat dan

keyakinan orang lain?

“Ngga, nggak mudah. W mempunyai prinsip jadi tidak.”

10. Apakah Bapak/Ibu dalam pengasuhan banyak

mengeluarkan kata “jangan” (melarang) kepada anak

tanpa disertai dengan penjelasan yang jelas dan

rasional?

“Tidak, pasti selalu diberi pengertian, bilang jangan itu

berdasarkan tergantung bagaimana konteksnya. Misalnya dalam

bermain yang kurang perlu sedangkan di rumah ada kepentingan

yang lebih penting, nah itu kan jangan.”

11. Apakah Bapak/Ibu cenderung menjadi orang tua yang

sering membanding-bandingkan anak dengan saudara

kandungnya atau anak lainnya?

“Tidak, semua saya perlakukan sama aja.”

B. TRANSKRIP KEMANDIRIAN SUBYEK (ANAK)

1. Dalam keterbatasan yang dimiliki oleh Bapak/Ibu,

bagaimana cara agar kamu dapat menjadi pribadi yang

mandiri?

“Caranya aku dari kecil udah diajarin orang tua buat berani pergi

ke sekolah sendiri tanpa ditemenin orang tua. Terus juga dari kecil

udah disuruh bantu orang tua buat ngerjain kerjaan rumah. Aku

dulu dikasih uang jajan minim banget, sampe akhirnya aku punya

pikiran buat nggak jajan untuk ngumpulin uang biar bisa beli

sesuatu yang dipengen. Itu berlanjut sampe aku SMK, jadi kadang

aku suka nahan jajan ya buat nabung.”

2. Apakah keterbatasan dalam hal pengawasan menjadi

kendala Bapak/Ibu dalam perkembangan kemandirian

atau perkembanganmu?

“Nggak, justru karena keterbatasan itu aku orang tua ngelepas

anaknya supaya bisa mandiri seperti mereka. Kan sebelum aku

lahir orang tua kalo pergi kemana-mana sendiri. Jadi aku banyak

mencontoh orang tua kalo dari segi kemandirian. Kalo

Page 211: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

perkembangan alhamdulillahnya aku dapet sekolah yang

lingkungannya mendukung dan memberikan semangat.”

3. Bagaimana sikap Bapak/Ibu apabila kamu tidak dapat

mandiri?

“Pastinya bingung, karena kan anak-anaknya kalo kedepannya

nggak mandiri jadi nggak bisa maju dong buat kerja atau cari uang

sendiri, dan pasti akan terus bergantung sama orang tua. Tapi kalo

emang terjadi biasanya mereka ngasih semangat dan terus ngajarin

anaknya supaya bisa mandiri. Biasanya orang tua nyontohinnya

kehidupan mereka saat muda atau kecil.”

4. Menurut kamu apakah kamu termasuk anak yang

mandiri? Mandiri dalam hal apa?

“Iya, sekarang aku ngerasa lebih mandiri dalam hal mengatur

keuangan dan mandiri soal mengatur masa depan. Semenjak kerja,

aku udah bisa nge-handle uang buat apa aja. Terus pergi kesana

kemari yang belum dijelajah kadang sendiri atau sama temen.

Intinya aku sudah tau apa yang baik buat aku dan nggak baik.”

5. Menurutmu apakah kamu mampu untuk tidak

bergantung kepada orang lain, terutama orang tua dan

orang-orang disekitarmu serta dapat bertanggung jawab

atas semua hal yang telah kamu lakukan?

“Iya, aku paling nggak mau nyusahin orang lain buat tau masalah

aku. Disitulah aku bisa berpikir apa yang bisa aku lakuin supaya

bisa selesai. Kaya sekarang aku udah punya keluarga kecil ya

sejauh ini aku bisa ngejalanin dengan baik. Intinya aku orangnya

nerima apa adanya dan nggak mau orang lain ikut terlibat kalo ada

apa-apa.”

6. Menurutmu apakah kamu sudah dapat bebas untuk

memilih, dan menjadi manusia yang dapat memerintah,

menguasai, mengendalikan serta menentukan dirimu

sendiri?

“Iya, aku udah mulai tau karakter dan sifat aku. Jadi aku tau

kemampuan aku, kekurangan aku, kejelekkan aku. Aku mau jadi

apa tergantung mindset aku. Kalo dibilang aku orang yang

gampang beradaptasi di lingkungan. Jadi aku gampang buat

diterima orang.”

7. Menurutmu apakah kamu mampu untuk mengendalikan

atau mengatur pikiran, perasaan dan tindakan sendiri

secara bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi

perasaan-perasaan malu dan ragumu?

Page 212: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

“Iya, kalo pikiran aku lagi ribet dengan masalah adik atau orang

tua aku lebih suka menyendiri dan mikir sampe pikiran aku reda.

Ngatasin perasaan malu masih sedikit soalnya aku orangnya

sedikit kurang percaya diri kalo di depan banyak orang. Tapi

pernah aku ngelewatin masa itu waktu aku ikut lomba dan disuruh

presentasi di depan anak sekolah banyak. Disitu rasa malu sama

ragu udah nggak dipikirin, yang penting aku bisa presentasi dan

ngejelasin di depan orang banyak.”

8. Menurutmu apakah kamu mampu dalam menentukan

nasib, kreatif dan inisiatif, dapat mengatur tingkah laku,

bertanggung jawab, menahan diri, membuat keputusan-

keputusan sendiri, serta mampu mengatasi masalah

tanpa ada pengaruh dari orang lain?

“Kalau nasib mungkin mampu, karena kan ini tergantung dari aku

sendiri mau baik atau nggak. Kalau kreatif aku tergantung mood

kadang kreatif disaat aku lagi bosen dengan keseharian atau

ngeliat orang kok bisa ya dia bikin sesuatu, baru deh muncul ide.

Tingkah laku pun aku bisa kontrol kalo lagi sama orang yang lebih

dewasa,ya aku bersikap menghormati, kalo sama temen ya enjoy

aja. Kayanya kalo soal tanggung jawab aku udah tau tanggungan

aku dan aku harus gimananya. Kalo keputusan yang menyangkut

adik atau aku kedepannya aku masih minta pertimbangan orang tua

gimana baiknya, karena takut salah melangkah atau aku ngambil

keputusan yang cepat.”

9. Menurutmu apakah kamu mampu untuk tidak mudah

terpengaruh oleh penilaian, pendapat dan keyakinan

orang lain?

“Iya, karena kalo aku penilaian orang kan kadang nggak

sepenuhnya tau atau bener. Pernah orang lain bilang kalo aku tuh

nggak bisa kerja cepet, dan kerjanya ngobrol terus. Setelah denger

itu aku intropeksi, masa iya begitu, tapi kalo masalah kerja cepet

emang belum karena kan itu baru beberapa minggu masuk kerja,

jadi masih adaptasi. Pas udah berbulan-bulan kerja orang tadi

nggak berani ngomong lagi, sekarang malah minta bantuan kalo

kerja.”

10. Apakah Bapak/Ibumu dalam pengasuhan banyak

mengeluarkan kata “jangan” (melarang) kepada kamu

tanpa disertai dengan penjelasan yang jelas dan

rasional?

Page 213: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

“Nggak, kalo emang melarang pasti dikasih tau kenapanya. Kaya

dulu aku mau banget sekolah pesantren, tapi kata orang tua jangan,

soalnya kalo aku anak pertama sekolah di pesantren nanti adik-

adikmu siapa yang ngajarin dan ngawasin gitu. Udah gitu orang

tua juga kan butuh aku. Jadinya ya aku nggak jadi deh.”

11. Apakah Bapak/Ibumu cenderung membanding-

bandingkan kamu dengan saudara kandungmu atau

teman-teman mu yang lainnya?

“Nggak, orang tua ku nggak pernah bandingin anak-anaknya sama

siapa aja. Karena ya orang tua menerima semua keadaan anak-

anaknya. Soalnya anak-anak itu kan emang kemampuannya beda-

beda, dan nggak semua anak harus pinter yang penting rajin mau

belajar.”

C. TRANSKRIP ASPEK-ASPEK KEMANDIRIAN

SUBYEK (ORANG TUA)

1. Emosi : Apakah Anak mampu mengontrol emosi dan

secara emosi tidak bergantung kepada orang tua?

“Anak mampu mengontrol emosi, ya misalnya dia memiliki suatu

pendapat yang tidak disetujui, nah itu otomatis menyimpan suatu

kejengkelan atau beban. Atau ditentang, nah itu otomatis ya gitu

lah, dia tidak menentang.”

2. Ekonomi : Apakah Anak mampu mengatur ekonomi

dan tidak bergantung kebutuhan ekonomi pada orang

tua?

“Iya anak sudah mandiri ekonomi karena sudah berpenghasilan

sendiri, sudah tidak bergantung kepada saya. Dalam mengatur dan

menggunakan cukup lumayan baik. Contohnya ya seperti yang tadi

contohnya dia bisa memilahkan kebutuhan pribadi dan kebutuhan

untuk umum. Contohnya untuk yang nilai-nilai kebersahabatan

antar temen, terus nilai yang sodara dan orang tua, begitu.”

3. Intelektual : Apakah Anak mampu mengatasi berbagai

hambatan atau masalah yang dihadapi?

“Kalo untuk kemampuan berpikir termasuk lumayan, ya

contohnya dalam berprestasi dia termasuk unggualan gitu loh.

Dalam kehidupan sehari-hari ya sudah bisa sendiri. Kalo dalam

membantu pekerjaan di rumah ya misal dia tidak ada kegiatan

penting mengenai kesekolahan atau pendidikan ya sedikit banyak

bisa untuk kita sekaligus melatih untuk memberikan pengertian

untuk bisa membantu. Contohnya ya dalam bidang membantu

Page 214: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

merawat adeknya, mengasuh atau dalam bidang kebutuhan

pekerjaan orang tua dia bisa membantu. Anak mampu

menyelesaikan tugas sekolah dulu.”

4. Sosial : Apakah Anak mampu untuk mengadakan

interaksi dengan orang lain dan tidak bergantung atau

menunggu aksi dari orang lain?

“Anak mampu, kalo untuk interaksi memulai pembicaraan emang

dia agak kurang sih emang. Dia lebih cenderung menerima

masukkan. Berani memulai ya mungkin ketika diperlukan bisa,

cuman dia arahnya cenderung lebih menerima pembukaan dari

orang lain. Misalnya dalam suatu komunikasi dalam pembicaraan

kan maksudnya. Ya anak bisa membantu, contohnya ya misalnya

ada temen yang memiliki kebutuhan keperluan yang harus dibantu

mengenai pekerjaan atau dalam pemikiran tertentu selagi dia

mampu dan ada waktu dia berniat untuk melaksanakan dan sudah

sering dilaksanakan.”

D. TRANSKRIP ASPEK-ASPEK KEMANDIRIAN

SUBYEK (ANAK)

1. Emosi : Apakah Kamu mampu mengontrol emosi dan

secara emosi tidak bergantung kepada orang tua?

“Iya, sejak memulai kerja aku bisa memutuskan kemana tujuan dan

keinginan aku. Kaya sekarang ya aku kerja disalah satu rumah sakit

dan yang tadinya mau kuliah tapi aku nggak mau lagi nyusahin

orang tua. Aku juga jarang emosian, kalaupun emosi bener-bener

aku cuma diam sejenak dan kadang kalo nggak kuat ya nangis,

terus ngeredain diri sendiri. Kalo ada masalah atau apapun selagi

aku bisa nyelesaiin sendiri aku nggak mau nyusahin keluarga atau

orang lain.”

2. Ekonomi : Apakah Kamu mampu mengatur ekonomi

dan tidak bergantung kebutuhan ekonomi pada orang

tua?

“Sekarang sih iya, karena kan aku udah kerja jadi aku mulai ngatur

keuangan sendiri. Sejauh ini sih nggak ada kendala, aku bisa

gunain keuangan dengan baik. Maksudnya aku juga bisa nabung

sampe punya kendaraan sendiri. Sekarang juga jadinya sudah

nggak bergantung, kan aku sudah bekerja dan bisa membiayai

hidup sendiri dan adik-adik. Aku sudah punya penghasilan sendiri,

hasil dari kerja di RS Hermina Depok.”

Page 215: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

3. Intelektual : Apakah Kamu mampu mengatasi berbagai

hambatan atau masalah yang dihadapi?

“Iya sejauh ini bisa, kaya masalah kerjaan yang awalnya ngeluh

karena tuntutan kerja banyak tapi waktu terbatas. Tapi akhirnya

cari cara biar bisa tetep ngejalanin. Ngelakuin kebutuhan pastinya

bisa udah bisa, kalo soal makan atau mandi dan lain-lain udah

diajarin sejak TPA. Kalo soal kerjaan rumah juga udah sering

bantu orang tua di rumah kadang disuruh rapihin ini atau itu, bagi-

bagi tugaslah sama orang tua kalo soal kebersihan. Kalo pekerjaan

rumah dari kecil udah diajarin dan dibiasin jadi ya sekarang udah

nggak terlalu kaget buat ngerjain itu semua. Selama sekolah juga

aku belajar sendiri, kalo pun ada yang nggak ngerti aku terus cari

tau jawaban itu. Masalah lain di sekolah mungkin tentang materi

aja kadang ada materi yang emang nggak ada di buku, ya aku tanya

temen atau guru kalo emang materinya susah.”

4. Sosial : Apakah Kamu mampu untuk mengadakan

interaksi dengan orang lain dan tidak bergantung atau

menunggu aksi dari orang lain?

“Kalo emang belum kenal banget, kadang liat kondisi dulu kalo

emang memungkinkan diajak ngobrol ya aku tanya, tapi kalo

emang orangnya udah aku kenal ya aku ajak ngobrol. Keseringan

sih orang lain dulu yang mulai obrolan. Aku suka bantu kalo ada

yang perlu dibantu, kaya waktu sekolah ada temen aku yang

orangnya susah banget buat ngerti pelajaran. Dia sering banget

nanya ke aku kalo materinya nggak ngerti. Aku cari cara biar

temenku ini bisa ngerti sama pelajaran. Ngajarin temen ku yang ini

tuh harus ekstra sabar dan cari jalan pintas biar dia bisa ngerti

materinya.”

Page 216: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

Lampiran 3

TRANSKRIP WAWANCARA KELUARGA II

1) IDENTITAS DIRI

A. Identitas Diri Suami

1. Nama S

2. Jenis Kelamin Laki-laki

3. Usia 41 tahun

4. Pekerjaan Jasa pijat

B. Identitas Diri Istri

1. Nama WBL

2. Jenis Kelamin Perempuan

3. Usia 41 tahun

4. Pekerjaan Ibu rumah tangga

C. Alamat Klinik Reza, Jl. H. Saumin No.21,

Cinere, Kecamatan Cinere, Kota

Depok, Jawa Barat 16514

D. Waktu Wawancara Tanggal 23/09/2019, pukul 15.20-

16.20 WIB

E. Tempat Wawancara Rumah tempat tinggal yang juga

sekaligus sebagai tempat menjual

jasa pijat

A. Identitas Diri Anak

1. Nama RE

2. Jenis Kelamin Laki-laki

3. Usia 17 tahun

4. Pekerjaan Pelajar

B. Alamat Klinik Reza, Jl. H. Saumin No.21,

Cinere, Kecamatan Cinere, Kota

Depok, Jawa Barat 16514

C. Waktu Wawancara Tanggal 21/09/2019, pukul 16.20-

16.55 WIB

D. Tempat Wawancara Rumah tempat tinggal yang juga

sekaligus sebagai tempat menjual

jasa pijat

Page 217: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

2) POLA ASUH ORANG TUA

A. TRANSKRIP TIPE POLA ASUH ORANG TUA

SUBYEK (ORANG TUA)

Pola Asuh Otoriter

1. Apakah Bapak/Ibu membatasi anak untuk melakukan

sesuatu dan menghukum anak apabila anak melakukan

suatu kesalahan?

“Sering, dulu anak saya itu pernah melakukan kesalahan, ketika

waktu sedang bulan puasa dia minum, nggak bilang. Terus saya

hukum seminggu pakai sarung, nggak boleh nggak pake sarung

gitu, harus pake sarung kemana-mana, itu pernah. Ya sekarang-

sekarang karena udah gede susah ya buat dihukum, dia udah tau

mana yang baik dan enggak. Jadi udah nggak pernah tak hukum

lagi. Kalo dalam melakukan kesalahan pasti manusia melakukan,

tapi yang jelas dalam mendidik anak itu kan sebenarnya ada 3 fase

ya bagi saya. Pertama fase dari bayi sampe umur 7 tahun itu kan

mesti sebagai orang tua semampu mungkin kita memperlakukan

bahwa anak itu adalah laksana raja kan gitu, ketika masuk umur 7

tahun ke atas baru mulai lah penekanan, saya seperti itu ya. Jadi

segala geraknya pun juga harus kita arahkan, jajan segala macam

ataupun waktu itu ditekan, semenjak masuk ke 17 tahun inilah ya

karena dia sudah dewasa saya anggap sebagai layaknya sahabat

dan teman saya, jadi nggak pernah begini begitu nggak pernah.

Hanya paling tanya-tanya biasa ya, gitu doang sih, nggak ada yang

lebih.”

2. Apakah Bapak/Ibu mendesak anak untuk mengikuti

arahan dan menghormati pekerjaan dan upaya yang

dilakukan oleh Bapak/Ibu?

“Ya, sering kali saya mengarahkan, apalagi saya sebagai seorang

tunanetra saya menganggap diri saya ya adalah sesuatu yang

terbatas. Jadi saya sering mengatakan ke anak bahwa harus

menghargai sesuatu pekerjaan dan keuangan. Karena salah satu

hidup itu adalah uang. Dasar kehidupan itu adalah selain kerjaan

adalah uang, tanpa uang manusia tidak ada harganya, dalam

katagori hidup ya keduanya memang pekerjaan, apapun pekerjaan

itu harus dihargai karena pekerjaan itulah yang akan menghasilkan

uang, nah gitu.”

3. Apakah Bapak/Ibu menerapkan batas dan kendali yang

tegas pada anak?

Page 218: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

“Ya, contohnya seperti merokok, pertama sebagai seorang anak

pelajar kan tidak boleh merokok dengan bebas, tidak boleh

merokok secara bebas dan ya rokok itu tidaklah haram bagi saya,

tapi nanti saja kalau anak sudah cukup umur atau ketika sudah

bekerja. Kedua misalkan ia bergadang, saya harus batasi, jika

waktu belajar anak itu jam 9 harus masuk kedalam rumah jika pergi

keluar. Kalo misalkan malam sabtu atau malam minggu boleh

pergi main tapi ya nggak boleh juga sampe terlalu larut malam,

kaya gitu-gitu lah.”

4. Apakah Bapak/Ibu meminimalisir atau bahkan

menghindari perdebatan verbal dengan anak?

“Iya, karena perdebatan itu bagi saya nggak menghasilkan apa-apa,

tapi malah menghasilkan emosi ya, jadi nggak lagi perdebatan

dengan anak, tapi hanya pendapat saja yang bisa diambil.

Komunikasi sering dilakukan karena saya orangnya banyak

omong, saya nggak bisa diam, ngomong mulu.”

5. Apakah Bapak/Ibu sering memukul anak?

“Pernah ya, tapi sekali tuh, tapi kalo ke anak yang kecil itu malah

sering, saya pukul pake handuk gitu kalo terus-terusan nangis.

Kalo yang besar pernah juga sekali karena pas disuruh tau-tau

pergi tapi sesuatu yang diperintahkan orang tua nggak dilakuin

dulu, nggak dikerjakan dulu, nah itu waktu itu.”

6. Apakah Bapak/Ibu memaksakan aturan secara kaku

tanpa menjelaskan alasannya kepada anak?

“Saya selalu menjelaskan dulu sebelum saya menegaskan, itu saya

jelaskan dulu aturan bahwa seperti misalkan “hei kamu itu kan

manusia, kamu punya aturan di rumah dimanapun kamu berada itu

selalu ada aturannya, sesuai dimana kamu berada. Saya gitukan,

cuman kalo kadang dia diabaikan kadang saya keras, kaya gitu.”

7. Apakah Bapak/Ibu menunjukkan amarah pada anak

ketika sedang emosi?

“Pernah, hanya sekarang-sekarang ini saya sering menahan ya,

karena mungkin saya berpikir emosi itu nggak meyelesaikan

masalah ya. Kalo memang anak sudah kelewatan ya sedikit aja

emosi, tapi udah enggak sih sekarang.”

Pola Asuh Otoritatif

1. Apakah Bapak/Ibu mendorong anak untuk mandiri

namun masih menerapkan batas dan kendali pada

tindakan anak?

Page 219: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

“Memang saya mengajarkan untuk mandiri itu kan dari kecil

sebenernya. Dari ketika dia umur 4 tahun, tapi memang keinginan

itu enggak sesuai dengan apa yang kita mau ya, ya kadang

melenceng gitu, saya itu sering mengajarkan kemandirian udah

dari kecil, dari 4 tahun itu saya mengajarkan. Contohnya dalam

suatu hal misalkan memakai baju, mengambil baju, bersih-bersih,

karena kan orang tuanya nggak melihat, jadi anak harus bisa

misalkan pake baju itu harus pake warna baju nya ini dan itu,

segala macem. Pake baju itu anak harus perhatikan sendiri karena

orang tuanya kan nggak melihat, anak diajarin harus tau, kaya

gitu.”

2. Apakah Bapak/Ibu memberikan kebebasan anak dalam

berpendapat dan didengarkan?

“Selama ini saya enggak pernah ngasih kebebasan, belum, saya

selama ini belum ngasih kebebasan, bahkan kebebasan itu memang

tidak ada bagi saya. Karena hidup itu tidak ada kebebasan, karena

sejak lahir itu kan memang udah ada aturan kan bahwa manusia itu

misalkan dari lahir dia harus makan, harus nyusu, harus

dimandikan, jadi segala sesuatu bagi saya nggak pernah

membebaskan sesuatu, saya nggak pernah. Dalam pengambilan

keputusan selama ini nggak pernah kasih kebebasan, contoh nih ya

anak masuk ke pemasaran nih ya itu karena kemauan saya, dan

anaknya mau-mau aja.”

3. Apakah Bapak/Ibu memberikan kebebasan kepada

anak tetapi tetap memberi batasan untuk mengarahkan

anak dalam menentukan keputusan yang tepat dalam

hidupnya?

“Sama kaya jawaban sebelumnya kurang lebih gitu, anak nggak

dikasih kebebasan tapi dikekang banget juga enggak.”

4. Apakah Bapak/Ibu bersikap hangat dan penyayang

terhadap anak?

“Wah saya itu sangat penyayang orangnya, romantis sekali.

Bahkan terhadap siapapun, kalo sifat romantis memang dari kecil.

Penyayang sifat saya.”

5. Apakah Bapak/Ibu merangkul anak dengan mesra dan

berkata seperti “kamu tahu kamu tak seharusnya

melakukan hal itu. Mari kita bicarakan bagaimana

kamu bisa menangani situasi tersebut lebih baik lain

kali”?

Page 220: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

“Iya kurang lebih begitu saya, contoh merangkul anak ya seperti

bilangin misalkan contohnya nih yang saya buat contoh saya

sendiri ya, karena memang saya dan istri saya orang yang nggak

melihat, jadi saya sering bilangin dengan kasih sayang saya itu

“kamu sebagai anaknya orang nggak berada kamu nggak boleh

merasa rendah diri atau berkecil hati karena orang tua nggak

melihat, tapi kamu harus penuh semangat, jadikan orang tuamu ini

semangat kamu dalam hidup kamu. Makannya segala sifat dan

tindakan kamu itu harus berpikir dulu, tidak boleh semaumu

sendiri, harus tetep kembali pada aturan, kaya gitu.”

6. Apakah Bapak/Ibu menunjukkan kesenangan dan

dukungan sebagai respons terhadap perilaku

konstruktif anak?

“Tidak ya, saya selama ini perilaku sering saya perhatikan, saya

perhatikan kalo perilaku yang kalo sekiranya perilaku itu menurut

saya nggak bagus diajaran agama itu juga nggak bagus saya

langsung tegas bilang nggak boleh seperti itu dengan

penjelasannya. Saya perhatiin dulu anak itu, kalo perilaku yang

baik ya seneng didukung terus.”

7. Apakah Bapak/Ibu melibatkan anak dalam

pengambilan keputusan dalam keluarga dan

memberikan kesempatan untuk mengemukakan

pendapat?

“Ya pernah, saya kalo anak namanya udah gede kan kita juga

nggak boleh tidak dilibatkan, jadi saya sering nanya kaya

sebenernya mau mu apa? supaya kita enak dalam keluarga itu agar

tidak ada pertengkaran, tidak ada berselisih pendapat, katakan aja

kalo memang kamu maunya seperti ini bagaimana, supaya

keluarga ini yang jelas bisa damai tidak ada perbedaan pendapat

dengan sifat-sifat kamu, begitu.”

8. Apakah Bapak/Ibu memberikan tuntutan yang

mengacu pada harapan dan aturan yang diterapkan

yang masuk akal dan jelas terhadap tingkah laku anak?

“Ya seperti yang saya ungkap diawal ya iya diberi penjelasan yang

masuk akal. Jawabannya sama ya gitu-gitu daong mbak.”

9. Apakah Bapak/Ibu menerapkan aturan secara jelas dan

konsisten tanpa paksaan terhadap anak?

“Iya, seperti contohnya saya itu mengajarkan disiplin, karena

dalam hidup itu waktu adalah menjadi ukuran, bahkan saat saya

tidur pun juga saya pegang jam dan selalu bawa hp kan, karena

Page 221: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

ketika dimana saya bangun atau saya terbangun itu saya selalu

menekan tombol jam ya, supaya tau waktu, ya saya mengajarkan

ke anak seperti itu. Jadi cuman hasilnya nggak sebaik sesuai

dengan yang aku inginkan gitu loh.”

Pola Asuh Memanjakan

1. Apakah Bapak/Ibu sangat terlibat dengan anak dan

tidak terlalu menuntut atau mengontrol mereka?

“Saya terlibat dan bahkan mengontrol, selalu mengontrol. Dan

saya juga menuntut karena alesan saya sebagai orang tua kembali

lagi ke keterbatasan saya ya, bahwa saya adalah orang yang punya

batasan jadi artinya keterbatasan saya tidak melihat ini jadi saya

harus menuntut anak seperti “kamu harus lebih baik” karena segala

sesuatu itu kamu yang ambil contoh dan bukan dari orang lain tapi

dari keluarga kamu, kenapa orang tua kamu menjadi lemah seperti

ini karena mungkin kurang ilmu atau kebodohan yang membatasi

orang tua kamu sehingga tidak menghasilkan sesuatu yang kamu

inginkan, kaya gitu, jadi saya selalu menuntut kamu harus begini,

kamu harus begitu, supaya anak bisa sukses nantinya di kemudian

hari.”

2. Apakah Bapak/Ibu membiarkan anak melakukan apa

yang ia inginkan dan menuruti semua kemauan anak?

“Membiarkan itu nggak pernah saya, bahkan saya selalu

mengontrol, bahkan misal dia nonton film nih ditanya “kamu

nonton kemana? Misalkan anak bilang ke Mall Cinere, terus tanya

lagi, apa film yang ditonton? Tiba-tiba kebuka rahasia ternyata dia

nontonnya disono di Mall Cilandak sono, saya omelin itu anak,

saya marahin. Jadi saya nggak pernah membiarkan, harus tetep ada

aturannya, anak harus sungguh-sungguh kalo pergi ke Cinere ya

harus ke Cinere Mall, gitu kalo saya. Kalo menururti semua

kemauan anak tidak pernah, harus punya batas dan ukuran.

Pertama misalkan dia minta sesuatu yang tidak aku mampu beli ya

harus anak inget uangnya cukup nggak, gitu misalkan seperti itu.”

3. Apakah Bapak/Ibu memberikan kebebasan secara

berlebihan yang tidak sesuai untuk perkembangan

anak?

“Kurang lebih kan sama kaya tadi saya bilang kan, kalo selama ini

saya enggak pernah ngasih kebebasan, belum, karena hidup itu

tidak ada kebebasan karena sejak lahir itu kan memang udah ada

Page 222: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

aturan kan. Cuma ya kalo anak mau melakukan sesuatu yang

positif ya dikasih kebebasan maksudnya diperbolehkan kan gitu.”

Pola Asuh Mengabaikan

1. Apakah Bapak/Ibu tidak memberikan perhatian

terhadap anak?

“Wah saya sangat memberikan perhatian ya ke anak, bahkan dulu

waktu saya kerja saya bawa anak, saya bawa pijet muter-muter ke

Bintaro, kemana-mana saya bawa, bahkan sampe dia tidur di mobil

dan saya pangku aja gitu, anak saya bawa-bawa dulu saking

perhatiannya. Kan saya pijet bisa dipanggil juga, pijet udah sampe

ke daerah Kelapa Gading, ke Serpong, kemana-mana saya ini

bahkan sampe ke Sukabumi, sampe Makassar juga malah, ke

Makassar kemaren itu sekitar tahun 2010-2014, itu saya sering ke

Makassar tuh karena ada pelanggan saya yang pejabat dulu disono,

jadi sering dipanggil pijet kesono.”

2. Apakah Bapak/Ibu orang tua yang sangat tidak terlibat

dalam kehidupan anak?

“Tidak ya, saya selalu terlibat dengan anak, meskipun nggak

sepenuhnya, anak ada juga punya prinsip sendiri kan, dan punya

kebutuhan, tidak semua harus dicampuri kan, kaya gitu.”

E. TRANSKRIP TIPE POLA ASUH ORANG TUA

SUBYEK (ANAK)

Pola Asuh Otoriter

1. Apakah Bapak/Ibumu membatasi kamu untuk

melakukan sesuatu dan menghukum apabila kamu

melakukan suatu kesalahan?

“Iya, ya pasti itu. Kaya ngelarang apa ya, ngelarang buat jarang

keluar gitu. Buat jarang-jarang main, jangan keseringan gitu-gitu.

Cuma kalo udah kelewatan pasti diomelin. Tapi diomelin doang si

paling”

2. Apakah Bapak/Ibumu mendesak kamu untuk

mengikuti arahan dan menghormati pekerjaan dan

upaya yang dilakukan oleh Bapak/Ibumu?

“Iya, menghormati aja sih namanya anak sama orang tua, selagi

halal aja kan juga emangnya kenapa gitu.”

3. Apakah Bapak/Ibumu menerapkan batas dan kendali

yang tegas pada kamu?

Page 223: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

“Iya juga pasti. Ya kaya disuruh buat jangan pergi keluar terus,

sering-sering belajar, solat jangan sampe ditinggal. Gitu sih.”

4. Apakah Bapak/Ibumu meminimalisir atau bahkan

menghindari perdebatan verbal denganmu?

“Enggak sih, kalo ada apa-apa bilangin. Kalo salah pasti

ngomong.”

5. Apakah Bapak/Ibumu sering memukulmu?

“Enggak sih nggak sering pukul. Tapi pernah karena apa ya pas

bandel gitukan bulan puasa minum soalnya nggak kuat”

6. Apakah Bapak/Ibumu memaksakan aturan secara kaku

tanpa menjelaskan alasannya kepadamu?

“Enggak juga dah, pasti dikasih penjelasan. Contohnya kaya lagi

apaya, ya kalo lagi salah, terus dijelasin juga kesalahannya apa

negatif nya apa.”

7. Apakah Bapak/Ibumu menunjukkan amarah padamu

ketika sedang emosi?

“Kadang iya, kadang juga enggak hahaha. Kalo keluar malem si

bapak biasanya marah.”

Pola Asuh Otoritatif

1. Apakah Bapak/Ibumu mendorong kamu untuk mandiri

namun masih menerapkan batas dan kendali pada

tindakanmu?

“Iya, kaya belajar beres-beres rumah itu dijarain buat bantu orang

tua. Dan ya bisa bantuin”

2. Apakah Bapak/Ibumu memberikan kebebasan kamu

dalam berpendapat dan didengarkan?

“Iya. Kalo berpendapat dan buat didengerin boleh asal ya jangan

kasar-kasar aja ngomongnya.”

3. Apakah Bapak/Ibumu memberikan kebebasan kepada

kamu tetapi tetap memberi batasan untuk mengarahkan

dalam menentukan keputusan yang tepat dalam

hidupmu?

“Iya memberikan, pasti juga ngarahin. Contohnya ya kaya sekolah

kan disuruhnya ambil pemasaran tapi ditanya lagi mau atau enggak

gitu. Ya mau-mau aja.”

4. Apakah Bapak/Ibumu bersikap hangat dan penyayang

terhadapmu?

“Iya penyayang. Contohnya ya gitu dah kalo bisanya belom makan

pasti disuruh makan, diperhatiin.”

Page 224: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

5. Apakah Bapak/Ibumu merangkul dengan mesra dan

berkata seperti “kamu tahu kamu tak seharusnya

melakukan hal itu. Mari kita bicarakan bagaimana

kamu bisa menangani situasi tersebut lebih baik lain

kali”?

“Iya kurang lebih sama kaya gitu dah, pokonya namanya orang

tua ya sayang, anaknya diperhatiin juga.”

6. Apakah Bapak/Ibumu menunjukkan kesenangan dan

dukungan sebagai respons terhadap perilaku

konstruktif kamu?

“Iya nunjukkin. Biasanya dibaik-baikin terus dikasih duit buat

jajan hahaha.”

7. Apakah Bapak/Ibumu melibatkan kamu dalam

pengambilan keputusan dalam keluarga dan

memberikan kesempatan untuk mengemukakan

pendapat?

“Belom pernah sih. Cuma ikutin aja orang tua kaya gimana selama

ini mah.”

8. Apakah Bapak/Ibumu memberikan tuntutan yang

mengacu pada harapan dan aturan yang diterapkan

yang masuk akal dan jelas terhadap tingkah lakumu?

“Iya memberikan. Contohnya kaya apa ya bingung, kaya dijelasin

biasa, dibilangin positif negatifnya juga gitu. Kalo tuntutan paling

belajar yang bener aja sama sholat sih nggak boleh ditinggal.”

9. Apakah Bapak/Ibumu menerapkan aturan secara jelas

dan konsisten tanpa paksaan terhadapmu?

“Iya begitu ada aturan dijelasin juga. Kaya saya paling nggak boleh

pulang malem-malem, apalagi perginya juga nggak bilang-bilang.

Orang tua khawatir aja, harus bilang katanya biar nggak bingung

juga kalo misalnya nggak pulang-pulang. Nanti di telephone juga

kalo kelamaan.”

Pola Asuh Memanjakan

1. Apakah Bapak/Ibumu sangat terlibat dan tidak terlalu

menuntut atau mengontrolmu?

“Apa ya melibatkan juga, mengontol juga mengontrol sih. Tapi

nggak menuntut harus apa kecuali ya kewajiban kaya sekolah

harus sekolah gitu-gitu doang.”

Page 225: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

2. Apakah Bapak/Ibumu membiarkanmu melakukan apa

yang kamu inginkan dan menuruti semua kemauanmu?

“Nggak juga. Kalo positif pasti didukung, tapi kalo negatif enggak.

Contohnya paling positifnya kaya ikut acara-acara di luar gitu sih.

Boleh keluar asal diliat itu negatif apa enggak, kalo positif ya boleh

kaya ikut panitia 17-an. Menuruti semua enggak juga, harus diliat

penting apa enggak atau butuh apa enggak gitu.”

3. Apakah Bapak/Ibumu memberikan kebebasan secara

berlebihan yang tidak sesuai untuk perkembanganmu?

“Enggak. Biasa aja kalo positif ya kan nggak dimarahin, kalo

negatif baru nggak boleh.”

Pola Asuh Mengabaikan

1. Apakah Bapak/Ibumu tidak memberikan perhatian

terhadapmu?

“Iya memberikan. Contohnya kaya makan. Kalo belom makan

pasti disuruh makan. Saya kan susah kalo urusan makan,

makannya jadi emang masih harus disuruh dulu. Susah karena

meles aja gitu.”

2. Apakah Bapak/Ibumu adalah orang tua yang sangat

tidak terlibat dalam kehidupanmu?

“Terlibat. Namanya juga orang tua kan ngurusin ini itu anaknya,

itu terlibat kan artinya mbak.”

3) KEMANDIRIAN ANAK

A. TRANSKRIP KEMANDIRIAN SUBYEK (ORANG

TUA)

1. Dalam keterbatasan yang dimiliki oleh Bapak/Ibu,

bagaimana cara agar anak dapat menjadi pribadi yang

mandiri?

“Ya itu saya selalu mengajarkan anak itu kalo hidup tidak selalu

dengan orang tua, ketika sekarang orang tuamu ada, tapi besok

orang tua pasti kemana, bisa mati kan kaya gitu. Jadi makannya

dari sekarang kamu harus belajar mandiri untuk hidup. Bukan

untuk melupakan orang tua, tapi untuk menggapai masa depan

kamu sendiri, karena suatu ketika kamu akan berpisah dengan

orang tua, entah itu mati, atau entah itu kamu akan kerja jauh dari

orang tua, kaya gitu.”

Page 226: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

2. Apakah keterbatasan dalam hal pengawasan menjadi

kendala Bapak/Ibu dalam perkembangan kemandirian

atau perkembangan keseluruhan anak?

“Keterbatasan memang iya, kerena dia udah gede ya kadang dia

main kemana saya nggak bisa ngawasin, kalo dulu waktu masih

kecil bisa, pernah ketika dia pergi itu saya cari tuh pake ojek

malem-malem, saya kelilingin itu setiap warnet, saya samperin itu,

ternyata tidak ada, eh taunya dia tidur di musholla. Ya gitu pernah,

tapi sekarang agak kendala ya memang ketika dia kemana saya

nggak bisa mencari.”

3. Bagaimana sikap Bapak/Ibu apabila anak tidak dapat

mandiri?

“Ya saya memang aktif ya untuk selalu bicara, saya nggak pernah

diem, selalu ngomong terus, anak harus begini, anak nggak boleh

seperti ini, ini salah, saya bilang kamu akan lemah dan kamu akan

ditinggal sama yang lain kalo kamu seperti ini. Jadi kamu harus

punya sikap yang bisa membawa hidupmu sendiri. Saya selalu

ngomong, dikasih tau anak itu.”

4. Menurut Bapak/Ibu apakah anak sudah mandiri?

Mandiri dalam hal apa?

“Misalkan mandiri itu ya dia udah bisa mandiri ya, contohnya pas

terpaksa orang tua nggak bisa masak, dia bisa masak. Masaknya

bikin nasi goreng, goreng telur sendiri gitu dia bisa. Itu sudah

cukup saya anggep bisa mandiri.”

5. Menurut Bapak/Ibu apakah anak mampu untuk tidak

bergantung kepada orang lain, terutama orang tua dan

orang-orang disekitarnya serta dapat bertanggung jawab

atas semua hal yang telah dilakukan anak?

“Sementara belom, belom mampu dia terkadang tidak bergantung

terhadap orang tua, dia belom bisa sementara sekarang ini. Ya

contohnya kembali ke awal ya, menghukum dia, dia pernah

terkadang pulang subuh itu, saya hukum nggak boleh masuk ke

rumah. Sampe 2 atau 3 hari itu perginya. Terus dia pulangnya sakit

karena dia nggak makan, jadinya sakit. Dia nggak makan, dia

nggak minum juga katanya. Begitu.”

6. Menurut Bapak/Ibu apakah anak sudah dapat bebas

untuk memilih, dan menjadi manusia yang dapat

memerintah, menguasai, mengendalikan serta

menentukan dirinya sendiri?

Page 227: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

“Memilih iya saya mempersilahkan, tapi dengan catatan sesuai

dengan artinya pengawasan saya dan pendapat saya, kalo memang

pilihannya itu saya anggap nggak tepat tetep saya nggak

membebaskan. Gitu, nggak mengijinkan.”

7. Menurut Bapak/Ibu apakah anak mampu untuk

mengendalikan atau mengatur pikiran, perasaan dan

tindakan sendiri secara bebas serta berusaha sendiri

untuk mengatasi perasaan-perasaan malu dan ragunya?

“Iya mampu, udah mampu. Dia mampu anak saya itu. Mengatur,

mengendalikan emosi, itu mampu. Contohnya ketika saya marah

itu dia nggak pernah menunjukkan emosi, itu nggak pernah. Dia

selalu bisa menahan itu, bisa.”

8. Menurut Bapak/Ibu apakah anak mampu dalam

menentukan nasib, kreatif dan inisiatif, dapat mengatur

tingkah laku, bertanggung jawab, menahan diri,

membuat keputusan-keputusan sendiri, serta mampu

mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain?

“Sebetulnya kalo keputusan seperti itu saya belum meneliti ya,

maksudnya belum menilai. Belum sampe situ saya, jadi anak

masih dengan keputusan saya.”

9. Menurut Bapak/Ibu apakah anak mampu untuk tidak

mudah terpengaruh oleh penilaian, pendapat dan

keyakinan orang lain?

“Belom, belom mampu dia. Belum mampu ya karena lingkungan

itu sangat berat ya, keras tantangannya. Sekuat apapun orang tua

menanamkan saat di rumah, tapi ketika dia di luar kaya contoh nih

misalkan sholat. Saya bilang kamu sebagai orang beragama islam,

kamu harus tanggung jawab pertama apa? kan solat, ketika

waktunya masuk sholat kamu harus sholat. Nah tapi kadang

temennya semua orang nggak ada yang sholat, dia kadang jadi

nggak solat juga. Kaya gitu.”

10. Apakah Bapak/Ibu dalam pengasuhan banyak

mengeluarkan kata “jangan” (melarang) kepada anak

tanpa disertai dengan penjelasan yang jelas dan

rasional?

“Saya mengatakan jangan tapi sebelumnya saya selalu

menjelaskan dulu, bahkan saya tidak selalu emosi, karena emosi

saya itu kadang disaat penjelsan-penjelasan yang saya sering

berikan tapi dia tidak pake ya. Jadi ya itulah saya selalu

memberikan alasan sebelumnya, sebelum saya bilang jangan itu

Page 228: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

saya selalu menberikan resiko seperti apa nantinya, misalkan kamu

bergadang, kamu dapet dampaknya apa ketika kamu keterbiasaan.

Misalkan nih ya misalkan anak kerja, jangankan bekerja, kadang

makan aja nggak terpikirkan kan, karena ngantuk saat siang. Kalo

malem bergadang pasti siangnya ngantuk. Ya seperti itulah,

makannya saya bilang jangan bergadang, itu resikonya, itu contoh

ya hanya sebatas contoh.”

11. Apakah Bapak/Ibu cenderung menjadi orang tua yang

sering membanding-bandingkan anak dengan saudara

kandungnya atau anak lainnya?

“Kalo sama sodara kandung saya tidak pernah, tapi kalo sama

orang lain kadang pernah, tapi saya ambil contoh yang baik,

misalkan anak si itu rajin, anak itu dia pinter, terus misalkan

berangkat sekolah dia mau bawa bekal. Ya itulah cuma gitu-gitu

doang membandingkannya.”

B. TRANSKRIP KEMANDIRIAN SUBYEK (ANAK)

1. Dalam keterbatasan yang dimiliki oleh Bapak/Ibu,

bagaimana cara agar kamu dapat menjadi pribadi yang

mandiri?

“Caranya belajar aja sih yang penting, terus coba belajar ngertiin

keadaan orang tua, kalo disuruh bantuin orang tua ya kerjain aja.”

2. Apakah keterbatasan dalam hal pengawasan menjadi

kendala Bapak/Ibu dalam perkembangan kemandirian

atau perkembanganmu?

“Enggak sih sama aja kaya orang tua yang lain, ya kalo nggak liat

pun tapi kan juga orang tua bisa ngajarin ini itu.”

3. Bagaimana sikap Bapak/Ibu apabila kamu tidak dapat

mandiri?

“Kalo nggak bisa mandiri paling dibilangin sih. Terus dijarin lagi

palingan.”

4. Menurut kamu apakah kamu termasuk anak yang

mandiri? Mandiri dalam hal apa?

“Kalo mandiri nggak juga sih ya, cuci baju aja masih dicuciin.

Makan juga kadang masih harus disuruh-suruh dulu baru makan.”

5. Menurutmu apakah kamu mampu untuk tidak

bergantung kepada orang lain, terutama orang tua dan

orang-orang disekitarmu serta dapat bertanggung jawab

atas semua hal yang telah kamu lakukan?

Page 229: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

“Kalo sama orang tua iya masih bergantung ya, kan masih ada

yang merhatiin juga, masih sekolah juga. Tapi kalo sama orang

lain mah enggak sih.”

6. Menurutmu apakah kamu sudah dapat bebas untuk

memilih, dan menjadi manusia yang dapat memerintah,

menguasai, mengendalikan serta menentukan dirimu

sendiri?

“Belom sih belom mampu. Masih 17 juga belom ngerti semua juga

baik apa bener gitu, masih tanya-tanya ke orang tua.”

7. Menurutmu apakah kamu mampu untuk mengendalikan

atau mengatur pikiran, perasaan dan tindakan sendiri

secara bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi

perasaan-perasaan malu dan ragumu?

“Belom mampu, karena ya belom bisa aja gitu nggak tau kenapa.

Masih kecil juga mungkin kali.”

8. Menurutmu apakah kamu mampu dalam menentukan

nasib, kreatif dan inisiatif, dapat mengatur tingkah laku,

bertanggung jawab, menahan diri, membuat keputusan-

keputusan sendiri, serta mampu mengatasi masalah

tanpa ada pengaruh dari orang lain?

“Tingkah laku insyaAllah udah bisa diatur dikir-dikit, kaya baik-

baik aja nggak nakal. Kalo menahan diri bisa kadang-kadang, yang

lainnya belom mampu karena belom bisa.”

9. Menurutmu apakah kamu mampu untuk tidak mudah

terpengaruh oleh penilaian, pendapat dan keyakinan

orang lain?

“Iya mampu kan punya pendirian juga, orang tua bilangin yang

baik juga, jadi kalo ada yang negatif ya nggak diikutin gitu.”

10. Apakah Bapak/Ibumu dalam pengasuhan banyak

mengeluarkan kata “jangan” (melarang) kepada kamu

tanpa disertai dengan penjelasan yang jelas dan

rasional?

“Kalo melarang pasti ada penjelasan. Kaya kalo mau dateng ke

tempat acara yang nggak jelas-jelas gitu, ngikut-ngikut temen yang

nggak jelas itu dilarang. Terus juga kaya pergi sama temen yang

jauh-jauh tapi nggak bilang dulu. Nanti diomelin terus dijelasin

kalo itu nggak bagus, begitu sih.”

11. Apakah Bapak/Ibumu cenderung membanding-

bandingkan kamu dengan saudara kandungmu atau

teman-teman mu yang lainnya?

Page 230: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

“Kadang iya. Kaya bandingin nakalnya gitu sih, banding-

bandingin yang baik, positif nya temen palingan. Tapi saya nggak

nakal banget, kaya baisa aja sih sebenernya mah.”

C. TRANSKRIP ASPEK-ASPEK KEMANDIRIAN

SUBYEK (ORANG TUA)

1. Emosi: Apakah Anak mampu mengontrol emosi dan

secara emosi tidak bergantung kepada orang tua?

“Kadang masih susah kayanya ya, emosi anak itu ketika dia

bangun tidur dikasih makan, terus minumnya terlambat dibawain

sedikit, dia bisa emosi. Tapi dia nggak sampe marah, enggak. Yang

besar ini emang kalo makan masih dilayanin kalo mau pergi ke

sekolah, soalnya kalo nggak dilayani ya nggak pernah makan

mbak. Makan paling sekali itu kalo siang, tapi kalo siang dia ambil

sendiri, gitu.”

2. Ekonomi: Apakah Anak mampu mengatur ekonomi dan

tidak bergantung kebutuhan ekonomi pada orang tua?

“Ya belum ya, kalo mandiri otomatis dia udah bisa mengatur

keuangannya sendiri dengan baik. Misalkan ketika saya panggilan

pijet terus dia saya ajak, dari pada pake gojek atau pake orang lain

saya minta anter dia dengan kasih uang ke anak sendiri gitu kan.

Nah itu dia memang cenderung lebih boros. Belum bisa mengatur

keuangan, jadi dikatakan mandiri secara ekonomi belom dia itu.”

3. Intelektual: Apakah Anak mampu mengatasi berbagai

hambatan atau masalah yang dihadapi?

“Kalo kaya kemampuan berpikir anak termasuk belom bagus ya,

kategori belom, belom termasuk. Karena kadang dia nggak bisa

mementingkan sesuatu yang lebih baik atau yang tidak baik itu dia

belom bisa mengambil pilihan. Contohnya kan kalo ada yang lebih

penting kaya misalkan pelajaran sama main. Dia belom bisa

memilih. Ya kalo mandi dia bisa sendiri, tapi kalo pakaian saya

yang nyuci, saya yang lipetin, gitu. Kalo belajar ya anak belajar

sendiri ya, karena saya nggak bisa melihat kan, kalo saya yang

ajarin nanti malah salah hahaha.”

4. Sosial: Apakah Anak mampu untuk mengadakan

interaksi dengan orang lain dan tidak bergantung atau

menunggu aksi dari orang lain?

“Sosial dia bagus, bahkan terhadap masyarakat lingkungan gitu ya

dia kemaren jadi panitia 17-an gitu, dia belain siang malem nggak

tidur. Dia mau modal uang atau mau modal tenaga, segalanya dia

Page 231: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

mau. Dia pinter bergaulnya. Kalau temennya ada kesulitan wah dia

paling cepet tuh, sering saya omelin tuh kalo dengan orang tua dan

keluarga nggak memperhatikan, malah orang lain dia perhatikan,

wahhhh kalo dia temennya lagi kesulitan misalkan motor

temennya itu mogok dimana gitu kan misal di Tanggerang ya, ya

disamperin sama dia.”

E. TRANSKRIP ASPEK-ASPEK KEMANDIRIAN

SUBYEK (ANAK)

1. Emosi: Apakah Kamu mampu mengontrol emosi dan

secara emosi tidak bergantung kepada orang tua?

“Ambil keputusan belom bisa sih, kaya masih egois. Nah itu

ngontrol emosi belom bisa juga soalnya masih suka emosian,

belom bisa ngatur aja kaya susah aja gitu. Nyelesain masalah

sendiri belom mampu kalo nyelesain masalah sendiri, tapi nggak

buat masalah juga sih, baik-baik aja juga.”

2. Ekonomi: Apakah Kamu mampu mengatur ekonomi

dan tidak bergantung kebutuhan ekonomi pada orang

tua?

“Belom mampu. Masih boros iya, cuma ya bisa buat nggak minta

duit terus juga sih. Kalo sekolah kan dikasih uang jajan tapi ya abis

terus. Tapi kalo udah dikasih terus abis ya nggak minta lagi

udahannya. Belum bisa ngatur dan gunain duit dengan baik sih,

sama kaya jawaban yang tadi itu karena masih suka boros, tapi

nggak minta terus-terusan juga. Kalo bergantung ekonomi iya

masih, karena kan masih sekolah, terus juga belom kerja jadi ya

masih minta sama orang tua, belom punya penghasilan sendiri.”

3. Intelektual: Apakah Kamu mampu mengatasi berbagai

hambatan atau masalah yang dihadapi?

“Ngatasin hambatan belom mampu, tapi sedikit-sedikit bisa

selesain kaya tugas sekolah ya bisa. Kalo nggak bisa tanya ke

temen atau orang tua aja sih. Tapi keseringan kalo tugas tanyanya

ke temen. Kalo urus diri sehari-hari ya kalo mandi mampu lah

sendiri, kalo makan juga mampu, tapi kadang makan suka males

kan kalo pagi itu disuruh sarapan, terus biasanya ya disendokin gitu

biar mau makan. Terus juga kalo rapihin baju mah bapak yang

rapihin, tapi kalo nyapu atau ngepel iya saya bisa. Belajar juga bisa

sendiri tapi ya harus sering diingetin kalo waktunya belajar.

Kerjain pekerjaan rumah mampu kaya tadi itu nyampu sama

ngepel bisa, kan diajarin juga. Selesain masalah sekolah iya

Page 232: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

mampu, kalo ada PR dari sekolah ya bisa ngerjain. Tapi kalo

nggak bisa atau susah gitu ya tinggal tanya aja ke temen, atau

ngerjain bareng-bareng nanti di sekolah.”

4. Sosial: Apakah Kamu mampu untuk mengadakan

interaksi dengan orang lain dan tidak bergantung atau

menunggu aksi dari orang lain?

“Iya bisa interaksi, biasa ajasi kaya main bareng temen bisa, kalo

ada acara suka ikutan kan kaya karang taruna, tapi karang taruna

aktifnya cuma acara-acara tertentu doang, kaya waktu 17-an gitu

kemaren jadi panitia lomba. Kalo bantu temen kesulitan ya

bantuin, kalo kita bantu kan temen juga bantuin kita nantinya,

begitu sih.”

Page 233: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

Lampiran 4

TRANSKRIP WAWANCARA KELUARGA III

1) IDENTITAS DIRI

A. Identitas Diri Suami

1. Nama S

2. Jenis Kelamin Laki-laki

3. Usia 53 tahun

4. Pekerjaan Pedagang Kerupuk

B. Identitas Diri Istri

1. Nama S

2. Jenis Kelamin Perempuan

3. Usia 48 tahun

4. Pekerjaan Ibu Rumah Tangga

C. Alamat Jl. H. Saumin, Cinere, Kecamatan

Cinere, Kota Depok, Jawa Barat

16514

D. Waktu Wawancara Tanggal 26/09/2019, pukul 08.10-

09.15 WIB

E. Tempat Wawancara Rumah tempat tinggal

A. Identitas Diri Anak

1. Nama NH

2. Jenis Kelamin Perempuan

3. Usia 22 tahun

4. Pekerjaan Belum bekerja

B. Alamat Jl. H. Saumin, Cinere, Kecamatan

Cinere, Kota Depok, Jawa Barat

16514

C. Waktu Wawancara Tanggal 26/09/2019, pukul 09.15-

09.50 WIB

D. Tempat Wawancara Rumah tempat tinggal

Page 234: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

2) POLA ASUH ORANG TUA

A. TRANSKRIP TIPE POLA ASUH ORANG TUA

SUBYEK (ORANG TUA)

Pola Asuh Otoriter

1. Apakah Bapak/Ibu membatasi anak untuk melakukan

sesuatu dan menghukum anak apabila anak melakukan

suatu kesalahan?

“Oh nggak sekejam itu saya mbak, jadi kan diambil alternatifnya

aja. Kalo semisal masih bisa dibilangin kalo enggak ya istilahnya

itu kita kasih penekanan lah ke anak. Kaya seperti kurangin

mainnya, kurangin sehari-hari kalo main handphone. Biasa sih

kalo sekarang anak itu main handphone terus, karena teknologi

makin maju juga kan, tapi harus tau waktu. Jadi dibatesin sama

dibilangin aja. Kan kalo kita juga asal pukul kan yang rugi ya kita

sendiri sebagai orang tua.”

2. Apakah Bapak/Ibu mendesak anak untuk mengikuti

arahan dan menghormati pekerjaan dan upaya yang

dilakukan oleh Bapak/Ibu?

“Wah iya harus mbak, namanya pemasukan orang tua itu tidak

banyak dan sebagai anak harus bisa memahami orang tuanya lah

ya. Contohnya keadaan orang tua istilahnya ekonomi sempit,

pertama gimana caranya supaya bisa menghemat, kedua anak juga

bisa menyadari lah gimana kelemahan orang tuanya.”

3. Apakah Bapak/Ibu menerapkan batas dan kendali yang

tegas pada anak?

“Kalo nggak keluar dan masih dalam tahap-tahap kebaikan sih kalo

saya ya tak dorong aja, ya nama istilahnya kalo anak keluar dari rel

ya mau nggak mau kita kan namanya sebagai orang tua kan harus

mengingatkan. Contohnya main berlebihan, itu kan kalo main

berlebihan kayanya ya kurang pas, harusnya kan kita harus bisa

menggunakan waktu sebaik mungkin.“

4. Apakah Bapak/Ibu meminimalisir atau bahkan

menghindari perdebatan verbal dengan anak?

“Kalo saya sih kalo perdebatan sih enggak ya. Cuma ya arahan-

arahan aja. Kebetulan juga anak-anak itu nggak suka membantah

dua-duanya. Anak-anak dengerin orang tua aja, terus juga selagi

kita bisa menempatkan diri sebagai orang tua sebisa mungkin anak

lebih tau dan mengikuti.”

5. Apakah Bapak/Ibu sering memukul anak?

Page 235: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

“Tidak pernah. Ya soalnya kalo memukul itu kayanya juga apaya

ujung-ujungnya bisa jadi kebiasaan. Kan namanya mukul kadang

kalo pernah pukul terus jadinya pengen mukul lagi kan jadinya,

nah jeleknya disitu takut bisa jadi kebiasaan.”

6. Apakah Bapak/Ibu memaksakan aturan secara kaku

tanpa menjelaskan alasannya kepada anak?

“Oh kalo saya tak jelasin dulu, efekya gini gitu, jadi jangan sampe

lah kejadian nggak enak, setidak-tidaknya kita harus menjaga diri

jangan sampe kena terpengaruh yang kurang baik dan tidak enak

lah. Contohnya aturan dalam keluarga itu jalin kerukunan, kita

jalin rasa kita sebagai orang tua ke anak, ya kita anggap aja ya

biasa-biasa aja mbak orang tua dan anak. Jadi ada humornya, juga

ada keritikan atau arahan, sebagai orang tua kan harus bisa

mengarahkan sebaik mungkin ke anak.”

7. Apakah Bapak/Ibu menunjukkan amarah pada anak

ketika sedang emosi?

“Ya namanya orang tua kan terkadang kalo lagi diselimutinya

banyak urusan ya kadang-kadang lah mbak, namanya juga

manusia. Namanya manusia kan nggak sempurna, nunjukkin

emosi ya sekedarnya aja, namanya kadang-kadang kurang kontrol

sebagai orang tua, ya tapi biasa aja sih nggak gimana.”

Pola Asuh Otoritatif

1. Apakah Bapak/Ibu mendorong anak untuk mandiri

namun masih menerapkan batas dan kendali pada

tindakan anak?

“Kalo kemandirian memang kita wajib ya mbak, namanya entar

menjelang dewasa kan makin kesononya kita itu makin punya

tanggungan sendiri. Contohya ya kaya semacem kita mengajarkan

anak untuk mau mencuci bajunya sendiri, terus mau membantu

nyuci-nyuci piring, anak diajarin tapi anak-anak ya spontanitas aja

ngeliat orang tua, kebetulan juga anak-anak saya tau semua kaya

gimana caranya. Jadi kita orang tua nggak harus meragakan harus

gini-gitu, paling juga kasih keritikan aja gimana sih caranya biar

bisa bersih, nah disitu kita harus teleten kan. Jadi anak-anak punya

kesadaran sendiri.”

2. Apakah Bapak/Ibu memberikan kebebasan anak dalam

berpendapat dan didengarkan?

“Saya sih asal anak itu bener ya tak ikuti aja kan, yang penting kan

enggak jadi pengaruh ke jelek sih tak ikutin apa maunya anak kaya

Page 236: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

gimana, dia bilang begini-begitu oh yaudah kalo begitu ya

terserah.”

3. Apakah Bapak/Ibu memberikan kebebasan kepada

anak tetapi tetap memberi batasan untuk mengarahkan

anak dalam menentukan keputusan yang tepat dalam

hidupnya?

“Sementara ini kayanya juga cuman berjalan sesuai dengan

keadaan aja. Jadi kan kita enggak menentukan harus ini dan itu,

kan ya enggak. Kalo mengarahkan namanya juga sebagai orang tua

pasti tetep mengarahkan anaknya.”

4. Apakah Bapak/Ibu bersikap hangat dan penyayang

terhadap anak?

“Wah namanya kita punya anak, anak-anak kita semua sendiri,

kalo rugi juga ya rasain rugi kan ya kita sendiri sebagai orang tua.

Ya kasih sayang tetep aja ada, kaya makan bareng, bercanda, dan

itukan istilahnya sudah melebihi dari kasih sayang kan. Namanya

kita makan bareng rasanya itu kan luar biasa, belom tentu itu setiap

satu keluarga bisa makan bareng.”

5. Apakah Bapak/Ibu merangkul anak dengan mesra dan

berkata seperti “kamu tahu kamu tak seharusnya

melakukan hal itu. Mari kita bicarakan bagaimana

kamu bisa menangani situasi tersebut lebih baik lain

kali”?

“Ya begitu omongan aja, merangkul dengan kasih sayang itu ya

kan tetep ada, kaya mengajak bercanda atau pokonya ngapain

sesuai dengan keadaan dan kebutuhan sehari-hari lah. Kalo keluar

dari batas ya berdoa jangan sampe gitu.”

6. Apakah Bapak/Ibu menunjukkan kesenangan dan

dukungan sebagai respons terhadap perilaku

konstruktif anak?

“Kalo saya terus terang kalo kemauan anak dalam kebaikan ya tak

dukung, kalo dalam kemauan ya maunya apa dulu, seandainya dia

punya keinginan apa atau tujuannya arah sekolahnya atau

pelajarannya mau gimana ya tak ikutin. Ya pokonya dukung terus

selagi baik.”

7. Apakah Bapak/Ibu melibatkan anak dalam

pengambilan keputusan dalam keluarga dan

memberikan kesempatan untuk mengemukakan

pendapat?

Page 237: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

“Ya kalo setiap itu ya kadang-kadang namanya anak punya

pendapat, pendapatnya gimana didengerin, langkah-langkahnya

gimana, kebetulan kan anak-anak saya itu istilahnya kan udah bisa

membedakan anatara yang bagus sama antara yang jelek kan, dan

namanya musyawarah keluarga itu ada, hukum keluarga kan ya

ada.”

8. Apakah Bapak/Ibu memberikan tuntutan yang

mengacu pada harapan dan aturan yang diterapkan

yang masuk akal dan jelas terhadap tingkah laku anak?

“Kalo itu si enggak, kalo saya sih nggak nuntut tapi kasih

masukkan aja, istilahnya buat anak bisa lebih mandiri. Lebih bisa

intropeksi diri gitu, gimana melangkah untuk kebaikannya nanti.”

9. Apakah Bapak/Ibu menerapkan aturan secara jelas dan

konsisten tanpa paksaan terhadap anak?

“Sesuai dengan kemampuan anak aja sih kalo saya, kalo

kemampuan anaknya cuman segitu ya kita nggak bisa

memaksakan kan, terus ya namanya aturan kita sebagai kepala

keluarga ya kita harus sejelas mungkin, entar kalo nggak jelas kita

juga nantinya yang nggak bisa jadi tuntunan buat anak-anak kan,

nggak bisa jadi contoh anak.”

Pola Asuh Memanjakan

1. Apakah Bapak/Ibu sangat terlibat dengan anak dan

tidak terlalu menuntut atau mengontrol mereka?

“Kalo terlibat mengontrol itu pasti sehari-hari gimana baiknya,

namanya kita kepala rumah tangga kan jangan sampe lah istilahnya

entar tau-tau anak ada masalah, setiap hari kita nggak lepas dari

kontrol. Contohnya ya saatnya belajar itu kan kita harus

mengingatkan belajar, contohnya lagi mau ngaji kita harus

mengingatkan, saat-saat bangun tidur itu harus jam berapa biar

nggak kesiangan atau apa gitu kan, terus kalo saatnya tidur itu jam

berapa seharusnya, kan setiap hari begitu itu bisa dikatakan setiap

hari kita mengontrol anak kan.”

2. Apakah Bapak/Ibu membiarkan anak melakukan apa

yang ia inginkan dan menuruti semua kemauan anak?

“Kalo membiarkan, menuruti, ngikutin kemauan anak sih ya itu

tadi kembali lagi tergantung kemauannya itu baik atau enggak,

kalo kemauannya baik ya tak ikutin, kalo jelek ya tak arahkan ya.

Contoh baiknya seandainya main ke tempat temen kaya ngajak

kegiatan belajar atau ngikutin kegiatan-kegiatan yang jelas, itu kan

Page 238: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

tetep aja kita bisa kasih peluang ke anak lah. Selagi baik ya

didukung terus kan begitu. Kalo kemauan barang juga dilihat lagi

perlu atau enggak, kalo emang perlu dan ada uangnya ya dikasih,

kalo enggak perlu ya dibilangin.”

3. Apakah Bapak/Ibu memberikan kebebasan secara

berlebihan yang tidak sesuai untuk perkembangan

anak?

“Ya kalo berlebihan sih ya enggak, tapi kalo kurang kontrol juga

kan namanya anak pemikirannya masih belum saatnya kesitu, kan

kurang bagus juga. Contohnya ya sehari-hari kalo kembali lagi kan

ujungnya kaya main sama temen itu kalo mainnya hanya sekedar

main aja ya nggak tak permasalahkan, main boleh asal tau waktu

juga, itu aja.”

Pola Asuh Mengabaikan

1. Apakah Bapak/Ibu tidak memberikan perhatian

terhadap anak?

“Ya kalo perhatian yang pasti namanya kita sama anak itu

perhatian. Contoh perhatiannya ya itu tadi setiap berangkat sekolah

ongkosnya dikasih sekian, itu bagaimana biar nggak habis, kalo

jajan juga jangan asal jajan, kesehatan juga kita perlu dijaga kan,

kalo jajan sembarangan nanti efeknya nggak bagus terus jadi kita

yang rugi sendiri.”

2. Apakah Bapak/Ibu orang tua yang sangat tidak terlibat

dalam kehidupan anak?

“Iya pastilah terlibat. Namanya juga anak sendiri, diurusin, dikasih

makan, dikasih perhatian, ya begitulah mbak.”

Page 239: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

B. TRANSKRIP TIPE POLA ASUH ORANG TUA

SUBYEK (ANAK)

Pola Asuh Otoriter

1. Apakah Bapak/Ibumu membatasi kamu untuk

melakukan sesuatu dan menghukum apabila kamu

melakukan suatu kesalahan?

“Kalo salah sih nggak dihukum, tapi cuma dikasih tau aja kalo

salah. Paling ya mengingatkan aja kalo itu salah, jangan gini gitu,

cuma mengingatkan aja sih mbak.”

2. Apakah Bapak/Ibumu mendesak kamu untuk

mengikuti arahan dan menghormati pekerjaan dan

upaya yang dilakukan oleh Bapak/Ibumu?

“Iya pasti kalo menghormati iya, tapi kalo mendesak sih enggak,

cuma ngarahin anak aja. Ya misalnya sama kaya tadi kalo berbuat

salah diarahin yang baik.”

3. Apakah Bapak/Ibumu menerapkan batas dan kendali

yang tegas pada kamu?

“Kalo tegas sih kadang iya agak tegas, kadang-kadang ada

bercandanya juga sih. Kalo misal waktu masih sekolah itu kan

pulangnya agak telat terkadang karena kerja kelompok, terus

karena lupa bilang jadi nggak bilang dulu kalo telat, paling nanti

pulangnya ditanya dari mana kok telat pulangnya, lain kali kalo

ada apa-apa bilang dulu ya. Gitu sih.”

4. Apakah Bapak/Ibumu meminimalisir atau bahkan

menghindari perdebatan verbal denganmu?

“Kalo debat sih nggak pernah. Komukasinya baik sama Bapak

ataupun Ibu.”

5. Apakah Bapak/Ibumu sering memukulmu?

“Enggak, bapak nggak mukul. Cuma ya itu tadi kalo berbuat salah

ya paling dibilangin, diarahin lagi kalo itu nggak baik.”

6. Apakah Bapak/Ibumu memaksakan aturan secara kaku

tanpa menjelaskan alasannya kepadamu?

“Nggak pernah maksa sih, terus kalo ada aturan selalu ada

penjelasannya kenapa nggak boleh. Kalo buat salah ya dibilangin

aja. Gitu-gitu aja mbak. Salahnya dulu kalo sekolah pernah

mampir-mampir jadinya suka diomelin doang paling, orang tua

maunya kalo mampir ya bilang dulu gitu jadi nggak khawatir.”

7. Apakah Bapak/Ibumu menunjukkan amarah padamu

ketika sedang emosi?

Page 240: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

“Kadang kalo lagi kesel ya marah, tapi nggak pernah main tangan.

Cuma dari omongan aja kaya ngasih tau.”

Pola Asuh Otoritatif

1. Apakah Bapak/Ibumu mendorong kamu untuk mandiri

namun masih menerapkan batas dan kendali pada

tindakanmu?

“Mendorong iya, paling kaya mengerjakan sesuatu kalo disuruh ini

harus begini, harus begitu. Contohnya kalo nyuci baju kalo ada

yang kotor itu langsung dicuci biar nggak numpuk kebanyakan,

biar nggak males ngerjainnya.”

2. Apakah Bapak/Ibumu memberikan kebebasan kamu

dalam berpendapat dan didengarkan?

“Iya. Paling kalo misal cerita ke orang tua ya orang tua dengerin

terus kasih pendapat juga aja sih, kaya bingung pilih kerja atau

takut nggak keterima kerja gitu, ya paling orang tua kasih tau buat

berpikir positif aja dulu gitu.”

3. Apakah Bapak/Ibumu memberikan kebebasan kepada

kamu tetapi tetap memberi batasan untuk mengarahkan

dalam menentukan keputusan yang tepat dalam

hidupmu?

“Iya. Tapi bebas sih nggak sepenuhnya bebas banget enggak, orang

tua masih mengkontrol.”

4. Apakah Bapak/Ibumu bersikap hangat dan penyayang

terhadapmu?

“Iya. Ya contohnya layaknya umum orang tua sih paling kasih

perhatian kaya diingetin makan, terus ajak anaknya bercanda.”

5. Apakah Bapak/Ibumu merangkul dengan mesra dan

berkata seperti “kamu tahu kamu tak seharusnya

melakukan hal itu. Mari kita bicarakan bagaimana

kamu bisa menangani situasi tersebut lebih baik lain

kali”?

“Iya, merangkulnya lebih keomongan kaya gitu sih. Kalo tindakan

biasa aja nggak yang gimana-gimana, paling ya bercandain anak

gitu.”

6. Apakah Bapak/Ibumu menunjukkan kesenangan dan

dukungan sebagai respons terhadap perilaku

konstruktif kamu?

“Iya. Kalo saya ngelakuin sesuatu yang baik pasti didukung.

Nunjukkinnya kaya dipuji, kalo ngerjain sesuatu bener orang tua

Page 241: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

bilang nah iya begitu bener, tapi kalo salah ya paling diingatkan

lagi.”

7. Apakah Bapak/Ibumu melibatkan kamu dalam

pengambilan keputusan dalam keluarga dan

memberikan kesempatan untuk mengemukakan

pendapat?

“Iya. Kalo ada masalah gitu kan bilang ke orang tua, misal ada

keperluan sekolah tapi orang tua bilang nggak ada uang, nah

ditanya punya simpenan apa enggak, kalo ada ya pake uang sendiri

aja dulu gitu. Musyawarah sama orang tua pasti saling

mendengarkan.”

8. Apakah Bapak/Ibumu memberikan tuntutan yang

mengacu pada harapan dan aturan yang diterapkan

yang masuk akal dan jelas terhadap tingkah lakumu?

“Iya memberikan, paling ya kalo anak perempuan kalo udah sore

jangan keluar main, harus udah ada di rumah. Gitu-gitu aja sih

mbak.”

9. Apakah Bapak/Ibumu menerapkan aturan secara jelas

dan konsisten tanpa paksaan terhadapmu?

“Iya jelas. Misal kalo udah waktunya bangun pagi ya harus bangun

gitu.”

Pola Asuh Memanjakan

1. Apakah Bapak/Ibumu sangat terlibat dan tidak terlalu

menuntut atau mengontrolmu?

“Kalo mengontrol iya, tapi kalo menuntut harus begini begitu sih

nggak terlalu ya. Kontrol ya kalo saya kan di rumah aja ya kalo

sekarang ini, paling kontrol jangan nonton tv terus atau main

handphone terus.”

2. Apakah Bapak/Ibumu membiarkanmu melakukan apa

yang kamu inginkan dan menuruti semua kemauanmu?

“Kalo melakukan sesauatu yang baik sih pasrti ini iya didukung.

Kalo menuruti semua kemauan nggak juga, karena nggak pernah

minta yang aneh-aneh juga sih. Kalo mau beli sesuatu diliat lagi

itu kebutuhan atau enggak, terus ya sama kalo emang ada uangnya

iya dibolehin atau enggak dikasih.”

3. Apakah Bapak/Ibumu memberikan kebebasan secara

berlebihan yang tidak sesuai untuk perkembanganmu?

“Nggak pernah sih, saya selalu dikontrol.”

Page 242: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

Pola Asuh Mengabaikan

1. Apakah Bapak/Ibumu tidak memberikan perhatian

terhadapmu?

“Selalu memberikan, kaya diingetkan makan, diingetkan bangun,

diingetkan waktu. Gitu sih mbak.”

2. Apakah Bapak/Ibumu adalah orang tua yang sangat

tidak terlibat dalam kehidupanmu?

“Nggak sih karena orang tua kan mengurusi anak, kasih perhatian

ke anak juga itu kan artinya terlibat kan mbak.”

3) KEMANDIRIAN ANAK

A. TRANSKRIP KEMANDIRIAN SUBYEK (ORANG

TUA)

1. Dalam keterbatasan yang dimiliki oleh Bapak/Ibu,

bagaimana cara agar anak dapat menjadi pribadi yang

mandiri?

“Caranya ya kita harus memberi apa ya hampir kaya tadi kan

mbak, contohnya kaya tadi tetep aja ujungnya kita kasih arahan

biar anak bisa mandiri, kaya bilangin ini dicuci bersih gimana, ini

harus dibersihin gimana, entar kalo ingin pergi main harus gimana

gitu, kan itu udah istilahnya mengajarkan kemandirian, jadi kan

dalam keadaan orang tua yang terbatas dan apa yang dibutuhkan

orang tua dia sudah tanggap sendiri.”

2. Apakah keterbatasan dalam hal pengawasan menjadi

kendala Bapak/Ibu dalam perkembangan kemandirian

atau perkembangan keseluruhan anak?

“Ya kalo keterbatasan namanya manuisa tetep ada, tapi kan

setidak-tidaknya namanya kita orang tua itu tetep berusaha

semaksimal mungkin buat bisa mengawasi anak kan.

Pengawasannya ya seolah-olah kalo anak-anak pada bercanda

terus teriak-teriak itu kan termasuk mengganggu lingkungan toh,

lagi pula juga teriak-teriak itu nggak baik didengar kan gitu kan,

begitu ya sesaat aja kan kadang namanya kita manusia ya wajar.”

3. Bagaimana sikap Bapak/Ibu apabila anak tidak dapat

mandiri?

“Ya pelan-pelan ya mbak, sedikit demi sedikit namanya kita

sebagai orang tua harus punya ketelatenan gimana bisa anak

mandiri, kita harus punya ketelatenan juga kesabaran dan terus

membimbingan kan gitu.”

4. Menurut Bapak/Ibu apakah anak sudah mandiri?

Mandiri dalam hal apa?

Page 243: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

“Kalo bagi saya itungannya juga sudah agak mandiri, walaupun ya

belom sepenuhnya. Ketika anak saatnya belajar, saatnya berangkat

sekolah, saat ini itu kotor, istilahnya anak kan bisa mengerjakan,

itu penyesuaian aja seiring jalannya waktu. Kedua anak saya

hampir sama begitu.”

5. Menurut Bapak/Ibu apakah anak mampu untuk tidak

bergantung kepada orang lain, terutama orang tua dan

orang-orang disekitarnya serta dapat bertanggung jawab

atas semua hal yang telah dilakukan anak?

“Kalo tergantung ke orang lain sih ya enggak, kita punya prinsip

harus bisa mandiri, jangan sampai menggantungkan diri ke orang

lain, kita berusaha semaksimal mungkin agar ada rasa

kemandirian. Kalo ke orang tua mampu juga udah bisa, kalo hal-

hal sederhana kaya bantu aja.”

6. Menurut Bapak/Ibu apakah anak sudah dapat bebas

untuk memilih, dan menjadi manusia yang dapat

memerintah, menguasai, mengendalikan serta

menentukan dirinya sendiri?

“Kalo menjelang mau dewasa ya terserah anak kalo saya sih, diliat

lagi kemauannya dia, yang penting kan bisa menjaga gitu kan.

Mengendalikan diri sendiri ya bisa wong sudah 20an tahun. Kalo

anak kedua juga udah termasuk ya hampir sama kaya kakaknya,

hampir seiring. Kita sebagai kepala keluarga atau kepala rumah

tangga bisa memberi masukan dan memberi arahan supaya anak

itu bisa penyesuaian dengan keadaan.“

7. Menurut Bapak/Ibu apakah anak mampu untuk

mengendalikan atau mengatur pikiran, perasaan dan

tindakan sendiri secara bebas serta berusaha sendiri

untuk mengatasi perasaan-perasaan malu dan ragunya?

“Bagaimana itu ya, kalo masalah mengatur tindakan diri sendiri sih

ya itu tadi lah sesuai dengan kemampuannya dia, yang penting kan

nggak meruguikan orang lain dan nggak memaksakan diri sendiri.

Kalo kemauannya itu sendiri gimana, sesuai dengan keinginannya

dan bisa penyesuaian ya saya sih terserah aja.”

8. Menurut Bapak/Ibu apakah anak mampu dalam

menentukan nasib, kreatif dan inisiatif, dapat mengatur

tingkah laku, bertanggung jawab, menahan diri,

membuat keputusan-keputusan sendiri, serta mampu

mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain?

Page 244: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

“Ya anak saya walaupun istilahnya kumpul gini terus di rumah

tetep aja sih dia tanya orang tua gimana baiknya, kalo dikira belom

pas ya kita memberi masukan.”

9. Menurut Bapak/Ibu apakah anak mampu untuk tidak

mudah terpengaruh oleh penilaian, pendapat dan

keyakinan orang lain?

“Asal pendapat itu baik, ada manfaatnya kalo bagi saya sih

terserah-terserah aja, kalo misalnya pengaruh-pengaruh yang

nggak ada artinya jangan sampe kena pengaruh yang nggak ada

artinya itu. Anak nggak mudah terpengaruh yang saya liat

walaupun hidupnya ya ginilah.”

10. Apakah Bapak/Ibu dalam pengasuhan banyak

mengeluarkan kata “jangan” (melarang) kepada anak

tanpa disertai dengan penjelasan yang jelas dan

rasional?

“Kalo melarang sih ya enggak, paling ditanyain dulu apa

maksudnya gimana, tujuannya gimana, selama kalo maksud dan

tujuannya itu nggak merugikan kita sih nggak masalah dan kalo

nggak merugikan orang lain ya nggak apa-apa.”

11. Apakah Bapak/Ibu cenderung menjadi orang tua yang

sering membanding-bandingkan anak dengan saudara

kandungnya atau anak lainnya?

“Oh enggak, saya enggak. Gak mau bandingin, karena itu termasuk

gimana ya kayanya kurang baik lah, kalo dari penilaian saya

membanding-bandingkan anak otomatis kan menyakiti anak dan

jangan sampe begitu. Sesuai dengan keadaan anak masing-masing

aja kalo saya, ngapain juga ya kan membanding-bandingkan. Kita

juga sudah mengarahkan keluarga sendiri aja itu udah bagus.

Terima anak apa adanya aja mbak.”

B. TRANSKRIP KEMANDIRIAN SUBYEK (ANAK)

1. Dalam keterbatasan yang dimiliki oleh Bapak/Ibu,

bagaimana cara agar kamu dapat menjadi pribadi yang

mandiri?

“Ya paling ngajarin masak, nyuci baju, bersih-bersih rumah itu

diajarin biar sekalian nggak terus menyusahkan orang tua. Kalo di

luar dibilangin harus berpikir positif, jangan dengerin orang-orang

itu lakukin aja yang menurut kamu baik gitu.”

Page 245: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

2. Apakah keterbatasan dalam hal pengawasan menjadi

kendala Bapak/Ibu dalam perkembangan kemandirian

atau perkembanganmu?

“Enggak sih selalu dikontrol, kalo pengawasan nggak jadi kendala

karena orang tua selalu tau sih, karena kalo ada apa-apa saya selalu

bilang. Saya mau pergi kemana itu selalu bilang.”

3. Bagaimana sikap Bapak/Ibu apabila kamu tidak dapat

mandiri?

“Tetep mendorong anaknya terus, tetep diajarin terus.”

4. Menurut kamu apakah kamu termasuk anak yang

mandiri? Mandiri dalam hal apa?

“Kalo menurut saya sih belom mandiri, kaya gimana ya masih

kurang aja gitu. Belomnya juga karena merasa belom bisa

membahagiakan orang tua sih.”

5. Menurutmu apakah kamu mampu untuk tidak

bergantung kepada orang lain, terutama orang tua dan

orang-orang disekitarmu serta dapat bertanggung jawab

atas semua hal yang telah kamu lakukan?

“Kalo masih bergantung ke orang tua iya, tapi kalo ke orang lain

sih enggak mbak.”

6. Menurutmu apakah kamu sudah dapat bebas untuk

memilih, dan menjadi manusia yang dapat memerintah,

menguasai, mengendalikan serta menentukan dirimu

sendiri?

“Kalo memilih ya udah terserah sendiri tapi kan bilang dulu ke

orang tua, ya kalo dibolehin baru deh. Mengedalikan diri juga

insyaAllah sudah mampu contohnya nahan emosi sih paling, terus

cara nahannya kalo marah ya diem aja, tapi diemnya sambil mikir

kaya oh iya salah nya begini. Intropeksi diri gitu kalo marah.”

7. Menurutmu apakah kamu mampu untuk mengendalikan

atau mengatur pikiran, perasaan dan tindakan sendiri

secara bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi

perasaan-perasaan malu dan ragumu?

“Iya sudah mampu, gitu-gitu aja kan mbak. Mengendalikan iya

udah bisa kaya mengendalikan emosi, terus juga intropeksi itu kan

berpikir jadinya.”

8. Menurutmu apakah kamu mampu dalam menentukan

nasib, kreatif dan inisiatif, dapat mengatur tingkah laku,

bertanggung jawab, menahan diri, membuat keputusan-

Page 246: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

keputusan sendiri, serta mampu mengatasi masalah

tanpa ada pengaruh dari orang lain?

“Ada mampu ada yang enggak mbak. Contoh yang mampu itu

ngatur tingkah laku iya udah bisa, menahan diri juga bisa, taggung

jawab juga bisa InsyaAllah. Tapi kalo yang lainnya kayanya belom

mampu mba masih perlu pengaruh atau bantuan orang tua.”

9. Menurutmu apakah kamu mampu untuk tidak mudah

terpengaruh oleh penilaian, pendapat dan keyakinan

orang lain?

“Enggak sih nggak mudah terpengaruh, berusaha untuk tetep jadi

diri sendiri aja terus sih kalo saya.”

10. Apakah Bapak/Ibumu dalam pengasuhan banyak

mengeluarkan kata “jangan” (melarang) kepada kamu

tanpa disertai dengan penjelasan yang jelas dan

rasional?

“Ya kadang ngomong jangan tapi selalu dikasih penjelasan,

contohnya kalo salah pasti dibilangin. Yang dilarang itu ya

keburukan-keburukan sih paling kaya pingin main malem itu pasti

nggak boleh.”

11. Apakah Bapak/Ibumu cenderung membanding-

bandingkan kamu dengan saudara kandungmu atau

teman-teman mu yang lainnya?

“Tidak pernah sih mba.”

D. TRANSKRIP ASPEK-ASPEK KEMANDIRIAN

SUBYEK (ORANG TUA)

1. Emosi: Apakah Anak mampu mengontrol emosi dan

secara emosi tidak bergantung kepada orang tua?

“Ya dibilang mampu ya sebagian ada yang mampu, sebagian ada

yang enggak. Emosinya ya sebagai anak dalam pemikirannya

mungkin kurang ya jadi keadaan emosi ya pastilah kalo ada yang

nggak sesuai sama keinginan dia. Tapi ya mampu mengontrol.

Kalo untuk pelajaran anaknya bisa berpikir sendiri, toh kalo

misalnya dia nggak bisa-bisa ya ada sebagian tanya ke orang tua,

tapi kalo bapaknya nggak gatau ya mau gimana, ya anak cari solusi

sendiri.”

2. Ekonomi: Apakah Anak mampu mengatur ekonomi dan

tidak bergantung kebutuhan ekonomi pada orang tua?

“Kebetulan kalo misalnya dikasih ongkos sekolah sekian ya dia

bisa nyisih-nyisihkan, entar kalo seandainya dia ini perlu pensil

Page 247: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

atau yang lainnya itu kadang-kadang seandainya minta orang tua

ya dia nggak begitu itu lah, bisa mengurangi beban orang tua. Kalo

boros ya enggak juga, ya biasalah anak-anak. Kalo bergantung

dalam keadan yang seperti sekarang ya masih ya mbak, anaknya

belom kerja juga, kecuali ya menjelang-jelang dewasa kaya anak

pertama itu kan kadang ada sampingan kaya bikin kue, atau misal

disuruh tetangga minta anterin kemana itu kan dia bisa

menghasilkan juga. Itu udah bisa membantu waupun sedikit-

sedikit. Setidak-tidaknya kan meringankan beban orang tua.”

3. Intelektual: Apakah Anak mampu mengatasi berbagai

hambatan atau masalah yang dihadapi?

“Kalo pendidikan yang gede sama yang kecil itu ya kalo yang saya

liat lebih bagusan yang kecil, cara daya tangkep dan berpikirnya

bagus. Kalo kegiatan sehari-hari iya dua-duanya udah mampu

ngerjain sendiri. Kalo masalah pembelajaran di sekolah kayanya

kebetulan sih keliatannya ya mampu semuanya, kalo di sekolah

anak saya juga nggak pernah yang namanya ribut terus orang

tuanya dipanggil atau gini-gitu nggak pernah. Baik-baik aja kalo di

sekolah.”

4. Sosial: Apakah Anak mampu untuk mengadakan

interaksi dengan orang lain dan tidak bergantung atau

menunggu aksi dari orang lain?

“Ya kalo pergaulan ya mampu lah, bisa. Contohnya kalo ada

kegiatan bisa saling meringankan, kalo ada tetangga ada acara apa

dia bantu, itu rasa kesosialan kan, dan itu meringankan orang lain.

Selama ini kayanya juga dia bisa menjalankan, dimintain tolong

kaya ayo bantu kesana ada acara gini kita bareng-bareng yuk bantu.

Paling cuma gitu-gitu kalo disini sih, anak sadar dan mau juga kalo

diminta bantuan.”

C. TRANSKRIP ASPEK-ASPEK KEMANDIRIAN

SUBYEK (ANAK)

1. Emosi: Apakah Kamu mampu mengontrol emosi dan

secara emosi tidak bergantung kepada orang tua?

“Kalo ngambil keputusan sendiri belom, masih suka nanya-nanya

sama minta masukan dan arahan dari orang tua. Nahan emosi iya

mampu nahan, karena emang jarang emosi juga sih mbak. Terus

caranya kalo lagi emosi ya diem aja sambil mikir. Kalo ada

masalah selalu tanya sih kalo misal ada masalah, masih minta

arahan.”

Page 248: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

2. Ekonomi: Apakah Kamu mampu mengatur ekonomi

dan tidak bergantung kebutuhan ekonomi pada orang

tua?

“Masih bergantung karena belom kerja, udah ngelamar juga tapi

ya belom diterima. Jadi masih bergantung, tapi bantu-bantu orang

tua di rumah aja kaya masak, nyapu, ngepel gitu. Gunain sama

ngatur uang iya bisa, paling kalo umpamanya belanja terus masih

ada sisanya ya bisa nyimpen terus bisa buat belanja besokanya lagi

gitu sih. Jadi sekarang iya masih bergantung sama orang tua,

karena belom kerja juga tapi dari hasil bantu tetangga atau bikin

apa gitu sedikit-sedikit insyaAllah bisa meringankan walaupun

sedikit ya disyukuri.”

3. Intelektual: Apakah Kamu mampu mengatasi berbagai

hambatan atau masalah yang dihadapi?

“Belom kayanya, saya sendiri cenderung mengikuti apa arahan dan

yang dikatakan orang tua sih. Selama ini juga nggak ada masalah

yang gimana juga. Urus diri sehari-hari ya udah bisa itu semua,

karna diajarin juga kan dari kecil. Terus juga makin besar ya makin

bisa jadinya. Bantu kerjain pekerjaan rumah bantu orang tua di

rumah iya udah mampu kaya yang tadi udah diceritain kan mbak,

sama kaya tadi. Waktu pas sekolah juga saya mampu kerjain tugas

atau belajar, ya pasti ada juga susahnya tapi ya dijalanin aja.”

4. Sosial: Apakah Kamu mampu untuk mengadakan

interaksi dengan orang lain dan tidak bergantung atau

menunggu aksi dari orang lain?

“Iya mampu interaksi, kaya tegur sapa sama orang ya. Kalo

berteman iya main sama temen gitu aja ya paling mampu juga.

Terus kalo ada yang butuh bantuan misal temen atau tetangga

minta dianterin kemana ya kebetulan sayanya bisa saya anter.”

Page 249: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

Lampiran 5

PEDOMAN OBSERVASI

Tujuan dilakukannya observasi antara lain adalah untuk

memperoleh informasi dan data baik mengenai data kondisi fisik

maupun non fisik yang terkait dengan pola asuh orang tua

penyandang tunanetra penjual kerupuk. Berikut terdapat dua aspek

yang diobservasi, yaitu aspek pola asuh orang tua, dan aspek

kemandirian anak.

1) POLA ASUH ORANG TUA

a. Tipe Pola Asuh Orang tua

Aspek Pertanyaan

Pola Asuh

Otoriter

1. Orang tua membatasi anak untuk

melakukan sesuatu dan menghukum

anak apabila anak melakukan suatu

kesalahan?

2. Orang tua mendesak anak untuk

mengikuti arahan dan menghormati

pekerjaan dan upaya yang

dilakukannya?

3. Orang tua menerapkan batas dan

kendali yang tegas pada anak?

4. Orang tua meminimalisir atau bahkan

menghindari perdebatan verbal dengan

anak?

5. Orang tua sering memukul anak?

6. Orang tua memaksakan aturan secara

kaku tanpa menjelaskan alasannya

kepada anak?

7. Orang tua menunjukkan amarah pada

anak ketika sedang emosi?

Pola Asuh

Otoritatif

1. Orang tua mendorong anak untuk

mandiri namun masih menerapkan

batas dan kendali pada tindakan anak?

2. Orang tua memberikan kebebasan anak

dalam berpendapat dan didengarkan?

3. Orang tua memberikan kebebasan

kepada anak tetapi tetap memberi

batasan untuk mengarahkan anak dalam

Page 250: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

menentukan keputusan yang tepat

dalam hidupnya?

4. Orang tua bersikap hangat dan

penyayang terhadap anak?

5. Orang tua merangkul anak dengan

mesra dan berkata seperti “kamu tahu

kamu tak seharusnya melakukan hal itu.

Mari kita bicarakan bagaimana kamu

bisa menangani situasi tersebut lebih

baik lain kali”?

6. Orang tua menunjukkan kesenangan

dan dukungan sebagai respons terhadap

perilaku konstruktif anak?

7. Orang tua melibatkan anak dalam

pengambilan keputusan dalam keluarga

dan memberikan kesempatan untuk

mengemukakan pendapat?

8. Orang tua memberikan tuntutan yang

mengacu pada harapan dan aturan yang

diterapkan yang masuk akal dan jelas

terhadap tingkah laku anak?

9. Orang tua menerapkan aturan secara

jelas dan konsisten tanpa paksaan

terhadap anak?

Pola Asuh

Memanjakan

1. Orang tua sangat terlibat dengan anak

dan tidak terlalu menuntut atau

mengontrol mereka?

2. Orang tua membiarkan anak melakukan

apa yang ia inginkan dan menuruti

semua kemauan anak?

3. Orang tua memberikan kebebasan

secara berlebihan yang tidak sesuai

untuk perkembangan anak?

Pola Asuh

Mengabaikan

1. Orang tua tidak memberikan perhatian

terhadap anak?

2. Orang tua yang sangat tidak terlibat

dalam kehidupan anak?

Page 251: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

2) KEMANDIRIAN ANAK

a. Kemandirian

Pertanyaan Kemandirian

1. Dalam keterbatasan yang dimiliki bagaimana cara agar

anak dapat menjadi pribadi yang mandiri?

2. Apakah keterbatasan dalam hal pengawasan menjadi

kendala dalam perkembangan kemandirian atau

perkembangan keseluruhan anak?

3. Bagaimana sikap orang tua apabila anak tidak dapat

mandiri?

4. Apakah anak sudah mandiri? Mandiri dalam hal apa?

5. Apakah anak mampu untuk tidak bergantung kepada orang

lain, terutama orang tua dan orang-orang disekitarnya serta

dapat bertanggung jawab atas semua hal yang telah

dilakukan anak?

6. Apakah anak sudah dapat bebas untuk memilih, dan

menjadi manusia yang dapat memerintah, menguasai,

mengendalikan serta menentukan dirinya sendiri?

7. Apakah anak mampu untuk mengendalikan atau mengatur

pikiran, perasaan dan tindakan sendiri secara bebas serta

berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan-perasaan malu

dan ragunya?

8. Apakah anak mampu dalam menentukan nasib, kreatif dan

inisiatif, dapat mengatur tingkah laku, bertanggung jawab,

menahan diri, membuat keputusan-keputusan sendiri, serta

mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang

lain?

9. Apakah anak mampu untuk tidak mudah terpengaruh oleh

penilaian, pendapat dan keyakinan orang lain?

10. Apakah orang tua dalam pengasuhan banyak

mengeluarkan kata “jangan” (melarang) kepada anak tanpa

disertai dengan penjelasan yang jelas dan rasional?

11. Apakah orang tua cenderung menjadi orang tua yang

sering membanding-bandingkan anak dengan saudara

kandungnya atau anak lainnya?

Page 252: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

b. Aspek-Aspek Kemandirian

Aspek Pertanyaan

Emosi Apakah Anak mampu mengontrol emosi dan

secara emosi tidak bergantung kepada orang tua?

Ekonomi Apakah Anak mampu mengatur ekonomi dan

tidak bergantung kebutuhan ekonomi pada orang

tua?

Intelektual Apakah Anak mampu mengatasi berbagai

hambatan atau masalah yang dihadapi?

Sosial Apakah Anak mampu untuk mengadakan

interaksi dengan orang lain dan tidak bergantung

atau menunggu aksi dari orang lain?

Page 253: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

Lampiran 6

HASIL OBSERVASI

Pada tanggal 14/02/2019, Pukul 19.30-20.00 WIB,

Observasi pertama, melihat Bapak L di Alfamart Gandul, penulis

bertemu sapa untuk menyampaikan keinginan penulis dalam

mengajak Bapak L menjadi informan penelitian skripsi penulis. Di

depan toko modern mini ini Bapak L sedang berjualan dengan cara

menunggu pembeli. Keadaan di depan toko modern ini ramai

karena tepat berada didepan jalan besar, namun saat penulis

melakukan pengamatan belum terlihat pembeli yang menghampiri,

Bapak L terlihat akrab dengan orang sekitar atau penjual makanan

sekitar toko.

Pada tanggal 05/05/2019, Pukul 13.00-13.30 WIB,

Observasi kedua, penulis bertemu Bapak L yang kedua kali untuk

lebih detail menjelaskan tujuan dan maksud penelitian. Bapak L

dengan ramah menerima penulis untuk masuk ke dalam rumah,

pada saat ini Bapak L sedang mengasuh anak bungsunya, beliau

dan anak sedang bermain bersama. Ketika anak bungsunya rewel

Bapak L terlihat cekatan dalam bertindak seperti langsung

menggendong anaknya, dan terlihat betul-betul menyayangi anak

seperti anak dipangku dan diberikan minum susu. Bapak L juga

dalam pengawasan anak bungsunya terlihat mengawasi seperti

memasang papan kayu tepat di depan pintu agar anak tidak bisa

keluar dengan tanpa sepengetahuan orang tuanya. Pada saat

penulis datang istri dari Bapak L atau Ibu R sedang memasak untuk

makan siang keluarganya tersebut, terlihat bahwa Ibu R dapat

menjalankan tugasnya sebagai ibu yang mengurusi kebutuhan

keluarga.

Selanjutnya penulis melakukan pertemuan ketiga dengan

Bapak L pada tanggal 20/09/2019, Pukul 10.15-11.20 WIB, untuk

melakukan wawancara pertama dengan informan orang tua

pertama, yaitu Bapak L. Wawancara dilakukan di rumah tempat

tinggal Bapak L. Pada saat pelaksanaan wawancara ini penulis juga

melakukan observasi. Saat penulis datang ke rumah Bapak L,

Bapak L sedang menunggu pasien atau pelanggannya seperti yang

biasa dilakukannya, sedangkan Ibu R sedang mencuci pakaian.

Pada saat kedatangan yang kedua kali ini penulis melihat situasi

yang sama dengan kedatangan sebelumnya, keluarga ini cenderung

Page 254: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

tertutup dengan lingkungan sekitar, rumahnyapun selalu tertutup

rapat berbeda dengan tetangganya yang membuka pintu rumah dan

bercengkrama dengan tetangga lainnya atau menimang anak

bermain diluar rumah, hal mungkin sebagai penerapan

pengawasan yang dilakukan agar anak tidak keluar rumah tanpa

sepengetahuan orang tua. Rumah Bapak L yang juga sebagai

tempat beliau membuka usaha panti pijat berada di wilayah yang

cukup terpencil, artinya sulit terlihat dan diketahui khalayak orang

karena plang/baliho alamat ini juga jauh dari keramaian.

Pada tanggal 23/09/2019, Pukul 15.20-16.20 WIB,

Wawancara kedua dengan informan orang tua kedua, yaitu Bapak

S. Pada saat pelaksanaan wawancara ini, penulis juga melakukan

observasi. Wawancara dilakukan di rumah tempat tinggal Bapak

S. Sama dengan Bapak L, Rumah Bapak S juga dijadikan sebagai

tempat beliau membuka usaha panti pijat, alamat rrumah atau panti

pijat ini lebih mudah untuk ditemukan karena plang/baliho alamat

ini terpampang didekat jalan raya, dimana kyalayak orang bisa

melihat. Pada saat penulis datang Bapak S sedang bercengkrama

dengan anaknya RE yang baru saja pulang dari sekolah dan istrinya

Ibu W sedang mengasuh anak sambil bercengkrama dengan

tetangga sebelah rumah, beliau terlihat ramah terhadap

tetangganya dan juga penulis. Kesadaran anak RE juga terlihat

ketika memberikan minuman kepada penulis tanpa ditugaskan dari

orang tuanya, RE juga segera bergegas keluar rumah karena sadar

bahwa rumahnya tidak cukup memuat orang yang banyak, RE

memiliki kesadaran bahwa di rumahnya sedang ada tamu.

Selanjutnya ketaatan atau menuruti perintah orang tua juga terlihat

ketika penulis berkeinginan untuk juga mewawancarai. RE juga

terlihat akrab dan berteman baik dengan teman sebayanya.

Selanjutnya pada tanggal 23/09/2019, Pukul 17.10-17.40

WIB, observasi kelima di lingkungan tempat tinggal informan

orang tua subyek L. Penulis datang untuk yang ketiga kalinya,

observasi ini dilakukan berbeda hari dengan pelaksanaan

wawancara, penulis mengamati situasi dan kondisi tempat tinggal

Bapak L, dan obseravasi terhadap tetangganya. Masih sama

dengan kedatangan sebelumnya, pada saat kedatangan ketiga ini

rumah Bapak L juga tertutup rapat dan lingkungannya terlihat sepi.

Penulis juga melakukan observasi lingkungan dengan menanyakan

beberapa pertanyaan kepada tetangga sebelah rumah Bapak L.

Walaupun Bapak L dan keluarga jarang sekali bercengkrama dan

Page 255: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

keluar rumah, keluarga Bapak L dipandang sebaagai keluarga yang

baik dan ramah. Tetangganya juga menyampaikan bahwa dengan

keterbatasan kondisi orang tua yang tidak dapat melihat tetapi

dalam mengurus anak mampu terlihat dengan mampu

membersarkan anak-anaknya tanpa bantuan dari orang lain. cara

orang tua dalam mengasuh anaknya sama seperti orang tua yang

memiliki kondisi yang normal lain biasanya, tetangga Bapak L

melihat bahwa orang tua terlihat lebih hati-hati dalam mengasuh

anaknya, sepengetahuan tetangga orang tua terlihat tidak pernah

kasar atau main tangan kepada anaknya.

Pada tanggal 26/09/2019, Pukul 08:10-09:15 WIB,

Wawancara keempat dengan informan orang tua ketiga, yaitu

Bapak S. Wawancara dilakukan di rumah tempat tinggal Bapak S.

Pada saat pelaksanaan wawancara ini, penulis juga melakukan

observasi. Berbeda dengan informan orang tua sebelumnya,

penulis ketika ingin bertemu dengan Bapak S sedikit mengalami

kusulitan karena Bapak S sangat jarang berada di rumah karena

berjualan kerupuk keliling dari pagi hingga malam hari, waktu

yang dimiliki hanya pagi hari sebelum berangkat berjualan sekitar

jam 8 pagi, beliau hanya pulang kerumah untuk beristirahat dan

makan siang lalu lanjut untuk berjualan kembali hingga malam

hari. Penulis mengamati bahwa orang tua mengajarkan disiplin

waktu yang baik kepada anak seperti memberikan contoh dengan

orang tua yang siap dalam beraktifitas di pagi hari, hal lainnya

adalah ketika penulis datang anak terlihat sedang membantu

pekerjaan orang tuanya seperti menyapu halaman rumah dan

menjemur pakaiann. Kesadaran anak terhadap orang lain juga

ditunjukkan dengan membuatkan penulis teh manis hangat tanpa

diberikan tugas oleh orang tuanya, dan juga memperlihatkan sopan

santun dengan mempersilahkan penulis untuk minum dan masuk

ke dalam rumah.

Wawancara keenam dengan informan anak ketiga, yaitu

anak WNH dari informan orang tua subyek L. Sehubung karena

anak WNH sudah berumah tangga, penulis melakukan wawancara

secara terpisah dengan orang tua subyek L pada tanggal

26/09/2019, pukul 14:40-15:40 WIB. Wawancara dilakukan di

rumah tempat tinggal WNH di daerah Depok, penulis juga

melakukan observasi pada saat pelaksanaan wawancara. Pada saat

penulis datang, kondisi anak WNH sedang cuti bekerja karena

sudah hamil besar, suaminya juga berada di rumah karena memang

Page 256: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

sudah dekat dengan waktu persalinan. Anak WNH terlihat sudah

dewasa dan mandiri, terlihat dari gaya berbicara, cepat tanggap

dalam menjawab pertanyaan, dan mampu untuk memiliki rumah

tangga serta berpenghasilan.

Pada tanggal 26/09/2019, pukul 13.00-13.45 WIB,

Observasi kedelapan di lingkungan tempat tinggal informan orang

tua subyek S subyek anak RE. Observasi ini dilakukan dengan

mengamati situasi dan kondisi tempat tinggal Bapak S, dan

observasi terhadap tetangga Bapak S. Karena sebelumnya penulis

melewati rumah Bapak S dipagi hari ketika sebelum ke rumah

informan Bapak S subyek anak NH, penulis melihat bahwa rumah

masih sepi sama dengan tetangga lainnya. Pintu-pintu masih

tertutup dengan rapat, dan ketika penulis datang kembali siang hari

rumah dan lingkungan tempat tinggal juga terlihat masih sepi,

dimungkinkan sedang istirahat ataupun sedang menjalani aktivitas

di luar rumah. Penulis juga melakukan observasi lingkungan

dengan menanyakan beberapa pertanyaan kepada tetangga sebelah

rumah Bapak S yang membuka warung kelontong, menurutnya

keluarga Bapak S baik dan rukun, orang tua dapat mengasuh anak

dengan baik seperti orang tua normal lainnya, walaupun dahulu

ketika anak subyek RE masih kecil tetangganya ini membantu

dalam menyuapi makan. Semakin besar subyek anak RE, dia sudah

mampu makan sendiri dan juga dapat membantu orang tua dengan

membantu pekerjaan orang tua seperti menyapu maupun

membantu adiknya untuk makan dan mandi. Menurut tetangganya

anak memiliki perilaku yang sopan kepada orang tua dan tetangga,

namun anak bungsunya yang masih usia 4 tahun memang lebih

manja dan ngambek tapi masih wajar dengan anak seusianya.

Karena pagi hari pada tanggal 26/09/2019 penulis sudah

datang dan mengamati lingkungan sedikit, pada pukul 13.50-

14.00 WIB penulis datang kembali untuk melakukan, Observasi

kesembilan di lingkungan tempat tinggal informan orang tua

subyek S subyek anak NH. Observasi ini dilakukan dengan

mengamati situasi dan kondisi tempat tinggal Bapak S, dan

obseravasi terhadap tetangga Bapak S. Sama seperti kedatangan

pagi hari, kedatangan siang hari juga menggambarkan situasi dan

kondisi lingkungan yang terlihat sepi, dimungkinkan orang-orang

sedang beristirahat dan beraktivitas di luar rumah. Penulis juga

melakukan observasi lingkungan dengan menanyakan beberapa

pertanyaan kepada tetangga sebelah rumah Bapak S yang

Page 257: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

kebetulan keluar rumah dan hendak pergi. Sehubungan tetangga

ini juga belum lama tinggal bertetangga jadi belum terlalu

mengetahui keluarga Bapak S seperti apa, tetapi selama

tetangganya ini tinggal bertetangga keluarga Bapak S baik, ramah,

dan terkadang juga suka memberikan makanan. Karena anak dari

Bapak S sudah besar, Bapak S terlihat tidak kesusahan dalam

mengasuh anaknya, bahkan anak sudah mampu untuk membantu

orang tuanya seperti membeli sayur mayur dan lainnya. Orang tua

juga tidak pernah terlihat kasar atau main tangan kepada anak,

orang tua dan anak saling membantu dalam pekerjaan di rumah.

Page 258: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

Lampiran 7

DOKUMENTASI

Gambar Peneliti Bersama

Dengan Informan I Keluarga I

Subyek (Orang Tua)

Gambar Peneliti Bersama Dengan

Informan II Keluarga I Subyek

(Anak)

Gambar Lingkungan Tempat

Tinggal Keluarga I

Gambar Tempat Tinggal Dan

Sumber Kehidupan Keluarga I

Page 259: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

Gambar Peneliti Bersama

Dengan Tetangga Keluarga I

Gambar Peneliti Bersama Dengan

Informan III Keluarga II Subyek

(Orang Tua)

Gambar Peneliti Bersama

Dengan Informan IV Keluarga II

Subyek (Anak)

Gambar Lingkungan Tempat

Tinggal Keluarga II

Gambar Tempat Tinggal Dan

Sumber Kehidupan Keluarga II

Gambar Peneliti Bersama Dengan

Tetangga Keluarga II

Page 260: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

Gambar Peneliti Bersama

Dengan Informan V Keluarga III

Subyek (Orang Tua)

Gambar Peneliti Bersama Dengan

Informan VI Keluarga III Subyek

(Anak)

Gambar Lingkungan Tempat

Tinggal Keluarga III

Gambar Tempat Tinggal Dan

Sumber Kehidupan Keluarga III

Page 261: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

Lampiran 8

Page 262: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang

Lampiran 9

Page 263: POLA ASUH ORANG TUA PENYANDANG TUNANETRA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...fungsinya sebagai orang tua dan dalam berkeluarga. Dalam kemandirian anak, orang