Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

120
POLA PENYEBARAN TAMAN KOTA DAN PERANANNYA TERHADAP EKOLOGI DI KOTA JEPARA SKRIPSI Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1 Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Junaidy Abdillah NIM : 5114000021 JURUSAN TEKNIK SIPIL PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

description

Pola Penyebaran Taman Kota dan Peranannya terhadap Ekologi di Kota Jepara

Transcript of Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Page 1: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

POLA PENYEBARAN TAMAN KOTA

DAN PERANANNYA TERHADAP EKOLOGI

DI KOTA JEPARA

SKRIPSI

Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Junaidy Abdillah

NIM : 5114000021

JURUSAN TEKNIK SIPIL

PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

Page 2: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2005

ABSTRAKSI

Junaidy Abdillah. 2005. Pola Penyebaran Taman Kota dan Peranannya terhadap

Ekologi di Kota Jepara. Pendidikan Teknik Bangunan (Arsitektur). Fakultas Teknik. Universitas Negeri Semarang. Ir. M. Husni Dermawan, M.T, Andi Purnomo, S.T

Kata Kunci : Taman kota, suhu udara, pencemaran udara, lalu lintas

Kota Jepara merupakan bagian dari kecamatan di Kabupaten Jepara yang

berkembang pesat. Dengan perkembangan ini, maka muncul permasalahan seperti, meningkatnya suhu udara, pencemaran udara, padatnya lalu lintas, minimnya vegetasi dan lainnya, karena kurangnya areal taman kota. Belum meratanya taman kota bukan hanya akan mempengaruhi nilai estetika kota, namun juga akan mempengaruhi nilai perlindungan lingkungan terhadap kota. Dengan permasalahan tersebut, nampak bahwa taman kota berperan berperan besar dalam menjaga keseimbangan ekologi perkotaan, oleh karena itu mempelajari tentang pola penyebaran taman kota sangat penting karena taman kota dapat mengeliminir dampak lingkungan.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pola penyebaran dan peranan taman kota terhadap ekologi di Kota Jepara. Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada DKPPK, dan DLHPE Kabupaten Jepara dalam menentukan konsep perencanaan pertamanan yang sesuai dengan kondisi wilayah di Kota Jepara.

Metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah dokumentasi, observasi, dan kuesioner. Dalam penelitian ini, analisis inferensial digunakan untuk menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis penelitian yang telah dirumuskan. Pengujian hipotesis menggunakan teknik One Way Anova (Uji F), sebelum Uji F dilakukan uji asumsi terlebih dahulu, yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji kesamaan varians untuk seluruh sampel dengan menggunakan bantuan program SPSS 11.0 for windows.

Berdasarkan hasil analisis data penelitian diketahui bahwa terdapat korelasi yang cukup tinggi antara penyebaran taman kota dengan parameter ekologi di Kota Jepara. Besarnya koefisien korelasi antara keduanya adalah 0,613 dengan koefisien determinasi sebesar 0,376 yang berarti 37,6% kualitas ekologi seperti vegetasi, suhu udara, pengurangan pencemaran udara, dan lalu lintas menurut responden dipengaruhi oleh penyebaran taman kota. Dengan demikian masih terdapat 62,4% pengaruh dari faktor lain, seperti letak geografis Kota Jepara, pola pemukiman penduduk, atau pun faktor musim dan cuaca pada saat penelitian dilaksanakan yang juga berpengaruh terhadap kualitas ekologi kota.

Page 3: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Disimpulkan bahwa peranan yang diberikan oleh pola penyebaran taman kota terhadap ekologi adalah berbeda-beda secara signifikan di Kelurahan Pingkol, Kauman, Demaan, dan Ngabul. Saran yang dapat disampaikan adalah, perlu adanya penambahan vegetasi taman kota di Kelurahan Ngabul, adanya perbedaan pengurangan pencemaran udara dan suhu udara di antara taman kota adalah sebagai acuan untuk menyaring berbagai sumber polusi udara, dan diperlukan desain taman kota yang memperhatikan bentuk jalan untuk kelancaran lalu lintas di Kota Jepara.

PENGESAHAN KELULUSAN

POLA PENYEBARAN TAMAN KOTA DAN PERANANNYA TERHADAP EKOLOGI DI KOTA JEPARA

Nama : Junaidy Abdillah

NIM : 5114000021

Telah dipertahankan dihadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Senin

Tanggal : 25 juni 2005

Susunan Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Drs. Lashari, M.T Drs. Supriyono

NIP. 131471402 NIP. 131571560

Pembimbing I Anggota Penguji

Ir. Moch Husni Dermawan, M.T 1. Ir. Moch. Husni Dermawan, M.T

NIP. 131813662 NIP. 131813662

Pembimbing II 2. Andi Purnomo. S.T

NIP. 132213840

Page 4: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Andi Purnomo, S.T 3. Ir. Eko Budi Santoso

NIP. 132213840 NIP. 131931832

Dekan Fakultas Teknik

Universitas Negeri Semarang

Prof. Dr. Soesanto

NIP. 130875753

MOTTO DAN PESEMBAHAN

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila engkau selesai

(dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”

(Q.S : Al Insyirah : 6-7)

“keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi satu kegagalan ke

kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat”

(Winston Cuchill)

PERSEMBAHAN

Saya persembahkan skripsi ini kepada Ayah dan Ibu yang telah mendukung

baik secara moril maupun spiritual, semua pihak yang telah membantu dalam

penulisan skripsi ini, segenap pembaca ilmu pengetahuan dan karya ilmiah, semua

sahabat seperjuangan Pelajar Islam Indonesia di Jawa Tengah, semua teman kuliah

angkatan 2000 di semua Jurusan, teman-teman di Ronggowarsito, Pusponjolo,

Indraprasta, Jatingaleh di Semarang, semua teman di nocturno cost Sekaran, dan

Page 5: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

almamater Universitas Negeri Semarang, terima kasih kepada semuanya yang tiada

henti memberi semangat hingga meraih gelar Sarjana Pendidikan.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya

kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada yang kami hormati :

1. Bapak Dr. AT. Soegito, S.H, M.M, Rektor UNNES Semarang.

2. Bapak Prof. DR. Soesanto, Dekan Fakultas Teknik UNNES Semarang.

3. Bapak Drs. Lashari, M.T, Ketua Jurusan Teknik Sipil UNNES Semarang.

4. Bapak Ir. Moch. Husni Dermawan, M.T, Pembimbing Utama yang telah

membimbing dan mengarahkan kami dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Andi Purnomo, S.T, Pembimbing Pendamping yang telah membimbing

dan mengarahkan kami dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Ir. Soegiarto, Kepala Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemadam

Kebakaran (DKPPK) Kabupaten Jepara.

7. Bapak Drh. Hermin Supriyanto, M.M, Kepala Dinas Lingkungan Hidup,

Pertambangan dan Energi (DLHPE) Kabupaten Jepara.

Page 6: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

8. Semua pihak yang tidak tertulis, yang telah membantu dan memberi motivasi

dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari dalam penelitian ini jauh dari sempurna, oleh karena itu

saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.

Akhirnya penulis harapkan, semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi

siapa saja yang membaca khususnya generasi penerus penulis.

Semarang, April

2005

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……………………………………………………..…….. i

ABSTRAK……………………………………………………………..………. ii

PENGESAHAN KELULUSAN…………………………………………..…… iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………….………..……… iv

KATA PENGANTAR……………………………………………………...….. v

DAFTAR ISI………………………………………………………………..…. vi

DAFTAR TABEL………………………………………………………..……. ix

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………..….…… x

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………….……………….…. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………….……..…… 1

Page 7: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

B. Batasan Masalah…………………………………..….…….… 4

C. Penegasan Istilah……………………………………………... 4

D. Permasalahan……………….……..…………………………. 9

E. Tujuan Penelitian………………………………….……..…… 10

F. Manfaat Penelitian………………………………………...…. 10

BAB II LANDASAN TEORI

A. Taman Kota……………………………………………..….… 11

1. Pengertian Taman Kota………………………………....... 11

2. Taman Kota Berdasarkan Rancangannya………………… 12

3. Elemen Taman Kota……………………………………… 12

4. Taman Kota Berdasarkan aktifitasnya…………………… 16

5. Fungsi Taman Kota………………………………………. 17

B. Peranan Taman Kota terhadap Ekologi Kota……………….... 19

C. Taman Kota di Jepara………………………………………… 23

1. Penyediaan Fasilitas Rekreasi……………………………. 23

2. Perhitungan Standar…………………………………….... 23

3. Kondisi Taman Kota di Jepara…………………………… 24

D. Parameter yang menjadi acuan mengenai Taman Kota terhadap

Ekologi Kota………………………………………………….. 26 1. Vegetasi…………………………………………………… 26

2. Pengaruh Suhu……………………………………………. 28

3. Lalu Lintas…………………………………………….….. 31

4. Pencemaran Udara……………………………………..…. 32

5. Hipotesis……………………………………………….…. 34

Page 8: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi…………………………………………….………… 35

B. Sampel……………………………….…………….…………. 35

C. Variabel Penelitian………………………………….……..…. 36

D. Metode Pengumpulan Data………………………………..…. 36

E. Pengujian Alat dan Pengambilan Data………….………...….. 36

F. Metode Analisis Data………………………………….…...… 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian…………………..….……. 42

B. Kondisi Khusus Lokasi Penelitian…………………………… 45

C. Analisis Deskriptif Data Hasil Penelitian…….…………….… 74

D. Analisis Inferensial…………………………….……………... 77

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan…………………………………………………..….. 95

B. Saran………………………………………….………………. 97

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 9: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Wilayah Kota Jepara ……………………………………………. 43

Tabel 2 Penyebaran Taman Kota………………………………………… 46

Tabel 4.1 Deskriptif Ekologi Kota Jepara………………………………….. 74

Tabel 4.2 Deskriptif Parameter Ekologi tiap Wilayah…………………….. 75

Tabel 4.3 Rangkuman Uji Normalitas Data……………………………….. 77

Tabel 4.4 Uji Homogenitas Varians……………………………………….. 78

Tabel 4.5 Korelasi Pola Penyebaran Taman Kota dengan Ekologi……….. 79

Tabel 4.6 Uji Signifikansi Model (Persamaan) Regresi…………………… 80

Page 10: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Tabel 4.7 Persamaan Garis Regresi……………………………………….. 80

Tabel 4.8 Uji Anova Perbedaan Peranan Pola Penyebaran Taman Kota…. 82

Tabel 4.9 Uji Signifikansi Perbedaan Peranan Penyebaran Taman Kota Berdasarkan

Wilayah…………………………………………… 83

Tabel 4.10 Uji Homogeneous Subsets Ekologi…………………………….. 84

Tabel 4.11 Uji Anova Parameter Ekologi………………………………….. 86

Tabel 4.12 Rangkuman Uji Signifikansi Perbedaan Parameter Ekologi tiap

Wilayah………………………………………………………… 87

Tabel 4.13 Uji Homogeneous Subsets Vegetasi…………………………… 88

Tabel 4.14 Uji Homogeneous Subsets Suhu Udara………………………... 89

Tabel 4.15 Uji Homogeneous Subsets Lalu Lintas………………………... 90

Tabel 4.16 Uji Homogeneous Subsets Pengurangan Pencemaran Udara….. 91

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Peta Penyebaran Taman Kota (Kota Jepara)…………………………………. 48

Gambar 1 Taman Karang…………………………………………………... 49

a. Site Plan Taman Karang……………………………………… 50

b. Denah Taman Karang………………………………………... 51

Gambar 2 Taman Utara Masjid Baiturrahman…………………………….. 52

Page 11: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

a. Site Plan Taman Utara Masjid Baiturrahman……………….. 53

b. Denah Taman Utara Masjid Baiturrahman………………….. 54

Gambar 3 Taman Tugu Pahlawan…………………………………………. 56

a. Site Plan Taman Tugu Pahlawan……………………………. 57

b. Denah Taman Tugu Pahlawan………………………………. 58

Gambar 4 Taman Bundaran……………………………………………….. 59

Gambar 5 Taman Adipura………………………………………………… 60

a. Site Plan Taman Bundaran dan Adipura……………………. 61

b. Denah Taman Bundaran…………………………………….. 62

c. Denah taman Adipura……………………………………….. 63

Gambar 4.1 Daerah Penolakan Hipotesis…………………………………... 82

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian

Lampiran 2 Data Hasil Penelitian

Lampiran 3 Penyebaran Taman Kota di Bagian Wilayah Kota Jepara

Lampiran 4 Ruang Lingkup Wilayah

Lampiran 5 Perkiraan Jumlah Penduduk Kota Jepara Tahun 2000-2010

Lampiran 6 Daftar Hadir Peserta Seminar Skripsi

Page 12: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Lampiran 7 Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi

Lampiran 8 Surat Permohonan Izin Survei kepala DPU Kab. Jepara

Lampiran 9 Surat Permohonan Mencari Data kepada Kepala DKPPK Kab. Jepara

Lampiran 10 Surat Permohonan Izin Penelitian kepada Kepala DPU Kab. Jepara

Lampiran 11 Surat Permohonan Izin Penelitian kepada Kepala DLHPE Kab. Jepara

Lampiran 12 Surat Keterangan Izin Penelitian dari DKPPK Kab. Jepara

Lampiran 13 Surat Keterangan Izin Penelitian dari DLHPE Kab. Jepara

Lampiran 14 Peta Administrasi Kota Jepara

Lampiran 15 Peta Lokasi Penelitian Taman Kota di Kecamatan Jepara dan Tahunan

Lampiran 16 Peta Jaringan Jalan di Kecamatan Tahunan

Lampiran 17 Peta Jaringan Jalan di Kecamatan Jepara

Lampiran 18 Peta Penyebaran Taman Kota di Kecamatan Jepara dan Tahunan

Lampiran 19 Peta Peletakan Taman Kota di BWK I kecamatan Jepara

Lampiran 20 Peta Kepadatan Penduduk di BWK I Kecamatan Jepara

Lampiran 21 Peta Peletakan Taman kota di BWK II Kecamatan Jepara

Lampiran 22 Peta Kepadatan Penduduk di BWK II Kecamatan Jepara

Lampiran 23 Peta Peletakan Taman Kota di BWK V Kecamatan Tahunan

Lampiran 24 Peta Kepadatan Penduduk di BWK V Kecamatan Tahunan

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa di dalam skripsi ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan

Tinggi (PT), dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

Page 13: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

yang pernah tertulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

dijadikan acuan dalam naskah skripsi ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Semarang, April 2005

Junaidy Abdillah NIM. 5114000021

BAB I

PENDAHULUAN

Page 14: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

A. Latar Belakang

Kota merupakan salah satu lingkungan hidup yang perlu di tata pola

penyebaran tamannya. Penataan taman di perkotaan tidak asal jadi, tetapi tujuan

penyebaran tamannya harus jelas. Hal ini dimaksudkan bahwa penempatan lokasi,

luas taman, kelengkapan sarana dan prasara taman sesuai dengan kebutuhan standar

kota. Apabila luas taman kota dan jumlah taman seimbang, maka tercipta kota

yang asri dan berwawasan lingkungan. Suatu kota dapat dipandang dari paham

biologisme atau suatu jaringan organisme utuh yang terdiri atas dua subsistem yaitu

city’ s hard ware atau jasmani kota dan city’ s soft ware atau rohani kota

(Budihardjo, 1993 : 14-15).

Ketidakseimbangan yang terjadi pada sistem yang satu akan mempengaruhi

sistem yang lain. Dengan demikian akan mengandung pengertian bahwa dalam

penataan letak (tata ruang) perkotaan akan sesuai dengan kondisi lingkungan dengan

memperhatikan kesehatan dan keindahan. Pengelolaan lingkungan hidup

adalah upaya yang terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang

meliputi kebijakan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan,

pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup (Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 1997).

Mengacu pada Tujuan Instruksi Mendagri Nomor 14 Tahun 1998 adalah

(1) Meningkatkan mutu lingkungan hidup perkotaan yang nyaman, segar, bersih, dan

sebagai sarana pengaman lingkungan, (2) Menciptakan keserasian lingkungan alam

dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat. Manfaat

penyediaan ruang terbuka hijau atau taman kota adalah menumbuhkan kesegaran,

Page 15: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

kenyamanan, keindahan lingkungan, menurunkan polusi, dan mewujudkan

keserasian lingkungan. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk dan

kemajuan teknologi, penataan lingkungan di berbagai daerah perkotaan cenderung

mengabaikan keseimbangan, sehingga kenyamanan lingkungan hidup menjadi

berkurang. Setiap makhluk hidup menginginkan agar lingkungan hidupnya dapat

memberikan keamanan dan kenyamanan bagi kelangsungan hidup individu. Oleh

sebab itu setiap orang mempunyai hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat

dan yang dapat menanggulangi dari kerusakan dan pencemaran lingkungan, sehingga

suatu kota di tuntut untuk menyediakan cukup fasilitas yaitu : air, udara yang sehat,

cahaya, perumahan, pemukiman penduduk serta taman-taman kota yang cukup.

Pertumbuhan penduduk di kota Jepara semakin pesat, sehingga kepadatan

penduduk sudah tidak sebanding dengan lahan yang tersedia. Kecamatan Jepara

memiliki 12 (dua belas) Kelurahan dengan luas 1.094,500 ha dan Kecamatan

Tahunan memiliki 7 (tujuh) Kelurahan dengan luas 2.243,930 ha, sehingga luas Kota

Jepara yang memiliki 19 (sembilan belas) Kelurahan adalah 3.338,430 ha (Fakta dan

Analisa Review Rencana Umum Tata Ruang Kota Jepara Tahun 2001-2010, Tabel

1.1. Ruang Lingkup Wilayah. Sumber : Bappeda Kabupaten Jepara).

Penduduk Kota Jepara tahun 2003 berjumlah 100.337 jiwa, tahun 2004

berjumlah 103.579 jiwa, diperkirakan tahun 2005 berjumlah 106.928 jiwa, tahun

2006 berjumlah 110.382 jiwa, tahun 2007 berjumlah 113.949 jiwa, tahun 2008

berjumlah 117.631 jiwa, tahun 2009 berjumlah 121.432 jiwa, dan pada tahun 2010

diperkirakan berjumlah 125.356 jiwa (Review Rencana Umum Tata Ruang Kota

Jepara, Tabel 4.6. Perkiraan Jumlah Penduduk Kota Jepara Tahun 2001-2010.

Sumber : Bappeda Kabupaten Jepara).

Kenyataan ini dapat menimbulkan ketidakserasian lingkungan hidup, karena

areal tanah untuk taman atau ruang terbuka sangat sempit. Oleh sebab itu pola

Page 16: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

penyebaran taman sangat penting untuk di tata agar lebih merata penyebarannya,

sehingga kehidupan masyarakat Kota Jepara akan lebih baik dan sehat. Dari

pengamatan awal terlihat pola penyebaran taman di Kota Jepara masih belum merata,

dari penyebaran taman kota yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan, Pertamanan dan

Pemadam Kebakaran di Kabupaten Jepara terlihat 2 (dua) Kecamatan yang masih

belum merata penyebarannya, yaitu Kecamatan Jepara dan Kecamatan Tahunan. Di

Kecamatan Jepara meliputi Kelurahan Pingkol (bagian utara) dan Kelurahan

Kauman (bagian Timur dan bagian barat), pada Kecamatan Tahunan berada di

Kelurahan Ngabul (Peta Administrasi Bappeda Kabupaten Jepara, 2000).

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, cukup penting untuk

mengidentifikasi pola penyebaran taman kota di Kota Jepara. Melalui identifikasi

pola penyebaran taman kota diharapkan akan dipertimbangkan pembangunan taman-

taman kota yang baru guna mengimbangi pesatnya pertumbuhan penduduk kota serta

menjaga keserasian lingkungan dari pengaruh pencemaran udara, suhu udara,

peranan taman kota terhadap vegetasi dan lalu lintas di sekitar taman kota.

Obyek penelitian ini adalah semua penyebaran taman kota dan peranannya

terhadap ekologi di Kota Jepara pada tahun 2005. Penelitian ini hanya dilakukan

pada semester gasal tahun akademik 2004/2005. Dari uraian di atas, maka penulis

mengambil judul : “Pola Penyebaran Taman Kota dan Peranannya terhadap

Ekologi di Kota Jepara.”

B. Batasan Masalah

Page 17: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Taman-taman kota sesuai aset yang dimiliki oleh Dinas Pertamanan Kota

Jepara di bagian Kota Jepara meliputi, taman-taman kota yang berada di Kecamatan

Jepara seperti Taman Utara Masjid Baiturrahmann di Kelurahan Kauman dan Taman

Karang di Kelurahan Pingkol (BWK I-pusat kota), kemudian Taman Tugu Pahlawan

di Kelurahan Demaan (BWK III-bagian barat), dan taman-taman kota yang berada

di Kecamatan Tahunan seperti Taman Bundaran dan Taman Adipura di Kelurahan

Ngabul (BWK V-kota baru bagian selatan-timur).

Sesuai penempatan taman-taman kota tersebut, maka peneliti lebih

menekankan penelitiannya pada areal taman-taman kota di Kota Jepara saja seperti

yang telah disebutkan di atas, karena taman-taman kota tersebut ada di pusat kota

dan paling berpengaruh peranannya dalam mengurangi pencemaran udara dan suhu

udara, serta untuk mengetahui peranannya terhadap vegetasi dan lalu lintas di Kota

Jepara.

C. Penegasan Istilah

Untuk menghindari pengertian yang berbeda-beda mengenai judul skripsi ini,

maka perlu diberikan penegasan istilah dan penjelasan istilah. Di samping itu,

penegasan istilah untuk menghindari kesalahpahaman dan dapat mengarahkan

kepada tujuan penelitian ini. Istilah-istilah yang memerlukan penegasan dan

penjelasan istilah antara lain :

1. Pola

Pola adalah suatu rangkaian unsur-unsur yang sudah mantap mengenai

suatu gejala dan dapat di pakai sebagai contoh dalam hal menggambarkan atau

Page 18: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

mendeskripsikan gejala itu sendiri (Suyono, 1985 : 115). Pola yang dimaksud

peneliti adalah rangkaian taman kota yang ada di Kota Jepara. Sesuai dengan

data aset taman yang dimiliki oleh Dinas Pertamanan Kota Jepara, merata atau

tidak merata penyebarannya.

2. Penyebaran

Penyebaran adalah perbuatan dalam hal menyebarkan, cara menyebarkan

(Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi ke-3). Penyebaran yang dimaksud

peneliti adalah cara menyebarkan taman kota pada posisi yang tepat di Kota

Jepara yang dilakukan oleh Dinas Pertamanan Kota Jepara.

3. Taman

Taman adalah sebidang lahan berpagar yang digunakan untuk

mendapatkan kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan (Lauria, 1986 : 9).

Taman yang dimaksud peneliti adalah taman buatan (artificial) yang berupa

taman aktif dan taman pasif. Taman aktif adalah taman yang di dalamnya di

bangun suatu kegiatan pemakai taman, sehingga pemakai taman secara aktif

menggunakan fasilitas di dalamnya. Contoh taman kota di Kota Jepara adalah,

seperti pada Taman Karang di Kelurahan Pingkol, Taman Utara Masjid

Baiturrahman, dan Taman Tugu Pahlawan di Kelurahan Demaan.

Sedangkan taman pasif adalah taman yang di bentuk agar dapat

dinikmati keindahan visualnya, sebagai aksentuasi untuk menarik perhatian,

dan karena kerindangannya, tetapi tanpa mengadakan aktifitas di dalamnya,

seperti taman yang berada di pertigaan, di perempatan, taman meredian di

Page 19: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

perkotaan dan lainnya. Contoh taman kota di Kota Jepara adalah seperti pada

Taman Bundaran dan Taman Adipura di Kelurahan Ngabul. Dalam pengertian

ini, peneliti menekankan pada taman aktif dan taman pasif di Kota Jepara.

4. Kota

Kota adalah pusat kegiatan yang terdiri dari berbagai unsur ruang kota

(Proyek Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota / RDTRK Kota Jepara,

DPU Jepara, 2002 : I-1).

Kota adalah tempat berlangsungnya proses hidup dan kehidupan

atau sebagai tempat berlangsungnya aktifitas manusia (Setiyaningrum, Diyah.

2002: 4).

5. Kota adalah tempat konsentrasi permukiman dan kegiatan manusia yang

perkembangannya sangat cepat (Hakim, Rustam dan Utomo, Hardi.

2003ì¥Á�5@ ���ø�¿����������������ˆ��

Page 20: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

�bjbjÏ2Ï2������������������

����À��-X��-X��Ïø����������������������F��

�����ÿÿ����������ÿÿ����������ÿÿ������������

������ˆ�����

Page 21: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

�������

Page 22: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

���

Page 23: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

�������

Page 24: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

�������T�������T�������T����������������

������æœ������æœ������æœ������æœ��|�ì¥Á�5@

���ø�¿����������������ˆ��

Page 25: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

�bjbjÏ2Ï2������������������

Page 26: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

����À��-X��-X��Ïø����������������������F��

�����ÿÿ����������ÿÿ����������ÿÿ������������

������ˆ�����

Page 27: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

�������

Page 28: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

���

Page 29: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

�������

Page 30: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

�������T�������T�������T����������������

��������������������������|�nyamanan

yang di dalamnya terdapat aktifitas manusia. Maksud peneliti adalah taman

untuk fasilitas rekreatif, taman untuk bermain (taman aktif), dan taman yang

hanya dapat dinikmati keindahannya, seperti taman pada pertigaan,

perempatan, pengarah jalan di perkotaan (taman pasif). Taman aktif dan taman

pasif dapat berfungsi sebagai kontrol pandangan (visual control), pengendali

iklim (climate control), pembatas fisik (physical control), pencegah erosi

(erosion control), tempat hidup satwa atau habitat satwa, dan taman kota dapat

menarik perhatian karena keindahannya (aesthetic control).

8. Ekologi

Ekologi adalah (1) “Pengelolaan tempat lingkungan hidup” (2) “Ilmu

tentang pola hubungan antara organisme dan lingkungannya” (3) “Ilmu tentang

interaksi sistem-sistem kehidupan dan lingkungannya: dan yang paling singkat

adalah (4) “Biologi lingkungan” (Ruslam H.Prawiro, 1983 : 1).

Ekologi adalah ilmu yang mengkaji struktur dan fungsi alam (Odum,

1963), dalam Webster’s Unbridge Dictionary, ekologi didefinisikan sebagai

totalitas atau pola hubungan antara pola organisme dengan lingkungannya.

Ekologi adalah sejarah alam secara alamiah (Charles Elthon, 1990), ekologi

Page 31: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

mempelajari interaksi-interaksi yang menentukan sebaran dan kelimpahan

organisme (Krebs, 1978). Ekologi yang dimaksud peneliti adalah hubungan

antara penyebaran taman kota dan lingkungannya. Batasan-batasan lingkungan

ini mencakup parameter dalam pencemaran udara, vegetasi, suhu udara, dan

lalu lintas. Contoh peranannya pada pencemaran udara ialah, dengan adanya

taman kota dapat menyaring partikel-partikel di udara seperti debu, asap

kendaraan, serbuk, gas-gas lain yang dapat mencemari udara. dengan adanya

taman kota dapat mengatur sirkulasi lalu lintas, dapat sebagai pengarah jalan,

menyegarkan pandangan karena visualisasi taman kota di buat menarik, selain

itu dapat mengurangi kebisingan yang dikeluarkan dari suara mesin kendaraan.

Contoh peranannya pada suhu udara ialah, dengan adanya taman kota dapat

mengurangi suhu udara panas, misalnya orang dapat merasakan kesejukan jika

berjalan di atas rumput, melewati tanaman dan pepohonan di sekitar taman

kota padahal suhu udara sangat panas pada siang hari. Contoh peranan vegetasi

ialah dengan adanya deretan tanaman maupun pepohonan dapat memberikan

kesejukan, kenyamanan karena adanya iklim mikro. Contoh peranan pada lalu

lintas ialah dapat mengontrol sirkulasi kendaraan, pengarah jalan, dan

mempengaruhi tingkat-tingkat pelayanan kendaraan karena bertambahnya

volume lalu lintas di sekitar taman kota. Dengan demikian ekologi adalah

sebagian kecil dari biologi (Ngabekti, Sri. 2003 : 5). Dalam penelitian ini,

ruang lingkup ekologi adalah saling keterkaitan antara makhluk hidup dalam

Page 32: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

populasi dan komunitas (Kandeign, 1980) yang berhubungan langsung dengan

lingkungan diperkotaan.

Jadi pola penyebaran taman kota dan peranannya terhadap ekologi di

Kota Jepara adalah rangkaian taman-taman kota yang dikuasai oleh Dinas

Pertamanan Kota Jepara, yaitu berupa taman buatan aktif dan taman buatan

pasif yang berperan dalam melindungi lingkungan dari pencemaran udara, suhu

udara, peranannya pada vegetasi dan pada lalu lintas, sehingga peranannya

dapat dirasakan oleh penduduk di Kota Jepara.

D. Permasalahan

Pola penyebaran taman kota yang belum merata bukan hanya akan

mengurangi nilai estetika kota, namun juga akan mempengaruhi nilai perlindungan

lingkungan terhadap kota. Pesatnya pertumbuhan penduduk di Kota Jepara akan

mengakibatkan kepadatan penduduk yang tidak sebanding dengan luas wilayah.

Kenyataan ini akan menimbulkan ketidakserasian lingkungan, karena areal taman

atau ruang terbuka semakin sempit. Dan permasalahan lingkungan seperti kurang

diperhatikannya pencemaran udara dan suhu udara oleh penduduk setempat padahal

pengaruh tersebut cukup berbahaya di lingkungan perkotaan, serta peranan vegetasi

dan lalu lintas yang kesemuanya belum diketahui secara pasti dalam dokumen

maupun catatan statistik oleh Dinas Pertamanan di Kota Jepara. Dari pemikiran di

atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pola penyebaran taman kota di Kota Jepara.

Page 33: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

2. Bagaimana peranan taman kota terhadap ekologi yang mencakup, pencemaran

udara, suhu udara, termasuk vegetasi, dan lalu lintas di Kota Jepara.

E. Tujuan Penelitian

berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan, maka

tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pola penyebaran taman kota di Kota Jepara.

2. Untuk mengetahui peranan taman kota terhadap pencemaran udara, suhu udara,

vegetasi, dan lalu lintas di Kota Jepara.

F. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada penduduk di Kota Jepara, sehingga dapat

mengerti suatu lingkungan hidup yang harmonis, rasa nyaman, bersih, indah,

asri, sehat, dan taman kota sebagai fasilitas rekreatif yang dapat memberikan

kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan.

2. Memberikan informasi kepada Kepala dan karyawan Dinas Kebersihan,

Pertamanan dan Pemadam Kebakaran (DKPPK) dan Dinas Lingkungan Hidup,

Pertambangan dan Energi (LHPE) di Kabupaten Jepara dalam menentukan

konsep perencanaan pertamanan yang sesuai dengan kondisi wilayah di Kota

Jepara.

BAB II

Page 34: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

LANDASAN TEORI

A. Taman Kota

1.1. Pengertian Taman

Taman (Garden) diterjemahkan dari bahasa Ibrani, Gan berarti

melindungi atau mempertahankan lahan yang ada dalam suatu lingkungan

berpagar, Oden berarti kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan Secara

lengkap dapat diartikan taman adalah sebidang lahan berpagar yang

digunakan untuk mendapatkan kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan

(Laurie, 1986 : 9). Dari batasan dapat diambil pengertian sebagai berikut :

a. Taman merupakan wajah dan karakter bahan atau tapak, berarti bahwa

menikmati taman mencakup dua hal, yaitu penampakan visual, dalam

arti yang bisa dilihat dan penampakan karakter dalam arti apa yang

tersirat dari taman tersebut. Mungkin dari ceritanya, gambar yang

teraplikasi, nilai-nilai yang terkandung dari taman tersebut.

b. Taman mencakup semua elemen yang ada, baik elemen alami (natural),

elemen buatan manusia (artificial), bahkan makhluk hidup yang ada

didalamnya, terutama manusia.

Secara umum akhirnya diambil pengertian pembeda antara taman

sebagai landscape dan taman sebagai garden, yaitu bahwa taman

(landscape) elemen tamannya lebih banyak didominasi oleh elemen alami,

sedangkan (garden) elemennya lebih didominasi oleh elemen buatan

manusia (artificial) dan dalam luas yang lebih terbatas (Suharto, 1994 : 5).

1.2. Taman Kota Berdasarkan Rancangannya

Page 35: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Berdasarkan rancangannya taman kota terbagi atas :

a. Taman Alami (Natural).

Taman alami atau natural adalah suatu taman yang dirancang untuk

memberikan kesan alami atau menyatu dengan alam. Taman alami

sudah terbentuk sebelumnya, namun dalam penataannya disesuaikan

dengan kondisi lahan kota, misalnya hutan kota, taman pengarah jalan,

taman alami yang tumbuh dalam kota, dan sebagainya.

b. Taman Buatan (Artificial)

Taman buatan atau artificial merupakan sebuah taman yang elemen-

elemennya lebih banyak didominasi dengan elemen buatan manusia

(Suharto, 1994 : 9).

Taman artificial dirancang untuk menyeimbangkan kondisi kota dan

taman kota, antara lain bermanfaat untuk mengendalikan suhu, panas sinar

matahari, pengendali angin, memperbaiki kualitas udara, untuk sarana

bermain, rekreasi, memberikan kesenangan, kegembiraan, kenyamanan,

sebagai pembatas fisik, pengontrol pandangan, dan lain sebagainya.

1.3. Elemen Taman Kota

Elemen-elemen taman kota terdiri dari :

a. Material Landscape atau Vegetasi

Yang termasuk dalam elemen landscape antara lain :

1) Pohon : Tanaman kayu keras dan tumbuh tegak, berukuran besar

dengan percabangan yang kokoh. Yang termasuk dalam jenis pohon

ini adalah asam kranji, lamtorogung, akasia, dan lainnya.

Page 36: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

2) Perdu : Jenis tanaman seperti pohon terapi berukuran kecil, batang

cukup berkayu tetapi kurang tegak dan kurang kokoh. Yang

termasuk dalam jenis perdu adalah bougenvillle, kol banda,

kembang sepatu, dan lainnya.

3) Semak : Tanaman yang agak kecil dan rendah, tumbuhnya melebar

atau merambat. Yang termasuk dalam jenis semak adalah teh-tehan,

dan lainnya.

4) Tanaman penutup tanah : Tanaman yang lebih tinggi rumputnya,

berdaun dan berbunga indah. Yang termasuk dalam jenis ini adalah

krokot, nanas hias dan lainnya.

5) Rumput : Jenis tanaman pengalas, merupakan tanaman yang persisi

berada diatas tanah. Yang termasuk dalam jenis ini adalah rumput

jepang, rumput gajah, dan lainnya.

b. Material Pendukung atau Elemen Keras.

Yang termasuk dalam material pendukung adalah :

1) Kolam

Kolam dibuat dalam rangka menunjang fungsi gedung atau

merupakan bagian taman yang memiliki estetika sendiri. Kolam

sering dipadukan dengan batuan tebing dengan permainan air yang

menambah kesan dinamis. Kolam akan tampil hidup bila ada

permainan air didalamnya. Taman dengan kolam akan mampu

meningkatan kelembaban lingkungan sehingga dapat berfungsi

sebagai penyejuk lingkungan.

Page 37: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

2) Tebing Buatan

Tebing buatan atau artificial banyak diminati oleh penggemar

taman. Tebing ini dibuat untuk memberikan kesan alami, menyatu

dengan alam, tebing dibuat dengan maksud untuk menyembunyikan

tembok pembatas dinding yang licin massif, agar tidak menyilaukan

pada saat matahari bersinar sepanjang siang. Penambah air kolam

terjun pada tebing buatan akan menambah suasana sejuk dan

nyaman.

3) Batuan

Batuan tidak baik bila diletakkan di tengah taman, sebaiknya

diletakkan agak menepi atau pada salah satu sudut taman. Sebagian

batu yang terpendamdi dalam tanah akan memberi kesan alami dan

terlihat menyatu dengan taman akan terlihat lebih indah bila ada

penambahan koloni taman pada sela-sela batuan.

4) Gazebo

Gazebo adalah bangunan peneduh atau rumah kecil di taman yang

berfungsi sebagai tempat beristirahat menikmati taman. Sedangkan

bangku taman adalah bangku panjang yang disatukan dengan tempat

duduknya dan ditempatkan digazebo atau tempat-tempat teduh

untuk beristirahat sambil menikmati taman. Bahan pembuatan

gazebo atau bangku taman tidak perlu berkesan mewah tetapi lebih

ditekankan pada nilai keindahan, kenyamanan dalam suasana santai,

akrab, dan tidak resmi. Gazebo atau bangku taman bisa terbuat dari

Page 38: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

kayu, bambu, besi atau bahan lain yang lebih kuat dan tahan

terhadap kondisi taman. Atapnya dapat bermacam-macam, mulai

dari genting, ijuk, alang-alang dan bahan lain yang berkesan tahan

sederhana.

5) Jalan Setapak (Stepping Stone)

Jalan setapak atau steppig stone dibuat agar dalam pemeliharaan

taman tidak merusak rumput dan tanaman, selain itu jalan setapak

berfungsi sebagai unsur variasi elemen penunjang taman.

6) Perkerasan

Perkerasan pada taman dapat dilakukan dengan menggunakan

berbagai macam bahan, seperti tegel, paving, aspal, batu bata, dan

bahan lainnya. Tujuan perkerasan adalah untuk para pejalan kaki

(pedestrian) atau sebagai pembatas.

7) Lampu Taman

Lampu taman merupakan elemen utama sebuah taman dan

dipergunakan untuk menunjang suasana di malam hari. Lampu

berfungsi sebagai penerang taman dan sebagai nilai eksentrik pada

taman.

1.4. Taman Kota Berdasarkan Aktifitasnya

Ada tiga macam taman kota berdasarkan aktifitasnya :

a. Taman untuk rekreasi aktif.

Page 39: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Taman untuk rekreasi aktif adalah taman yang didalamnya dibangun

suatu kegiatan pemakai taman, sehingga pemakai taman secara aktif

menggunakan fasilitas didalamnya, sekaligus memperoleh kesenangan,

kesegaran, dan kebugaran, misalnya taman olah raga, aerobic, fitness,

camping ground, taman bermain anak, taman pramuka, taman jalur

jalan, kebun binatang, danau, pemancingan, taman-taman kota dan

sebagainya.

b. Taman untuk rekreasi pasif

Taman untuk rekreasi pasif adalah taman yanmg dibentuk agar dapat

dinikmati keindahan dan kerindangannya, tanpa mengadakan aktivitas

dan kegiatan apapun, misalnya waduk, hutan buatan, penghijauan tepi

kali, jalur hijau, lapangan terbang, dan lainnya.

c. Taman untuk rekreasi aktif dan pasif.

Taman untuk rekreasi aktif dan pasif merupakan taman yang bisa

dinikmati keindahan sekaligus ada fungsi lain dan dapat digunakan

untuk mengadakan aktivitas, misalnya taman lingkungan. Taman

lingkungan atau community park adalah suatu taman yang dibuat dan

merupakan bagian dari suatu pemukiman, selain rumah ibadah, pasar,

sekolah, dan lain-lainnya (Suharto, 1999 : 12-13)

1.5. Fungsi Taman kota

Pengertian kota sendiri merupakan tempat berlangsungnya suatu

proses hidup dan kehidupan, atau dapat pula diartikan sebagai tempat

Page 40: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

berlangsungnya segala aktivitas manusia seperti pemerintahan, pendidikan,

perdagangan, industri, dan lain sebagainya dengan infrastruktur yang

lengkap. Kota di daerah tropis tidak dapat lepas dari lansekap atau taman

alami dalam kota, dan untuk lahan yang masih kurang penghijauan, maka di

buat taman kota guna menyeimbangkan dengan kondisi lingkungannya,

taman kota ini memiliki definisi, baik fungsi secara sosial dan ekologis

sebagai berikut :

a. Taman Kota

Di tinjau dari kondisi fisiknya, taman kota disebut juga dengan ruang

terbuka atau open space yang digunakan oleh orang banyak untuk

beraktifitas disetiap waktu. Pengertian mengenai taman kota ini adalah

taman yang berada di lingkungan perkotaan dalam skala yang luas dan

dapat mengantisipasi dampak-dampak yang ditimbulkan oleh

perkembangan kota. Taman kota ini dapat dinikmati semua orang tanpa

harus mengeluarkan biaya.

b. Fungsi Taman Kota

Fungsi taman kota sangat besar karena berusaha menciptakan suatu

space yang manusiawi bagi penduduk kota. Adapun fungsi dari taman

kota adalah sebagai berikut :

a) Fungsi sosial

Fungsi sosial dari taman kota antara lain :;

− sebagai tempat melakukan aktifitas bersama;

Page 41: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

− sebagai tempat komunikasi sosial;

− sebagai tempat peralihan dan menunggu;

− sebagai tempat bermain dan olah raga;

− sebagai sarana olah raga dan rekreasi;

− sarana penghubung antara tempat satu dengan tempat lainnya;

− pembatas diantara massa bangunan;

− sarana penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi

masyarakat untuk membentuk kesadaran lingkungan hidup;

− sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian,

dan keindahan lingkungan.

b) Fungsi ekologis

Fungsi ekologis dari taman kota antara lain :

− penyegaran udara, mempengaruhi dan memperbaiki iklim

mikro;

− penyerap air hujan ;

− pengendalian banjir dan pengaturan tata air;

− memelihar ekosistem tertentu dan perlindungan plasma nuftah;

− pelembut arsitektur bangunan.

B. Peranan Taman Kota terhadap Ekologi Kota

Peranan taman kota secara ekologis adalah :

2.1. Sarana Kesehatan (Higienis)

Page 42: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Taman kota sangat berguna sekali karena unsur utama taman adalah

tanaman, yang dalam proses fotosintesis akan mengeluarkan O2, O2

dipergunakan oleh makhuk hidup dengan bantuan sinar matahari. Dengan

bantuan sinar matahari ini, taman akan menyerap CO2 yang dihasilkan

manusia dalam pernafasan, dan tanaman menghasilkan O2 dari proses

fotosintesis yang kemudian dihirup oleh manusia melalui pernafasan.

2.2 Pengaturan Iklim (Klimatologis)

Taman dapat melindungi manusia dari panas matahari dan tekanan suhu

panas serta peneduh. Taman mampu menyerap panas dari atmosfer yang

dekat dengan permukaan tanah disekitar tanaman, sehingga daerah

disekitarnya menjadi nyaman. Penghijauan memperkecil amplitudo variasi

yang lebih besar dari kondisi udara panas ke kondisi udara sejuk.

2.3. Perlindungan (Protektif)

Taman dapat melindungi manusia dari angin kencang, panas sinar matahari,

serta mempunyai sifat melindungi dari asap-asap kendaraan dan gas-gas

dari buangan industri dan gas beracun mengambang di udara, melalui

proses kimiawi zat hijau daun dapat mengubah CO2 menjadi O2 juga gas-

gas lainnya seperti zat lemas (N) dan (S). Dengan begitu penghijauan

mampu menyerap polusi udara di kota.

2.4. Pengaturan Persediaan Air Tanah (Hidrologis)

Taman pada pertamanan kota bermanfaat untuk menyimpan air hujan yang

jatuh ke tanah melalui pori-pori tanah, sehingga pada musim kemarau dapat

Page 43: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

berfungsi atau bermanfaat. Sedangkan pada musim penghujan kemampuan

tanah dapat menyimpan air tanah mengurangi adanya bahaya banjir. Air

dalam proses fotosintesis sangat penting, air mengangkut bahan makanan

keseluruh organ tanaman, air dalam daun akan menjaga tegangan sel daun

bertahan tegar (Drs.AS.Sudarmono, 1997).

2.5. Pencegah Erosi (Orlogis)

Semakin besar curah hujan yang terjadi pada suatu daerah dataran, semakin

besar pula banjir yang diterima didaerah tersebut (Subarkah, 1980 : 3-1).

Namun oleh adanya taman atau ruang terbuka hijau, sebagi resapan air guna

menjaga keseimbangan tata air dalam tanah, mengurangi aliran air

permukaan, menangkap dan menyimpan air, menjaga keseimbangan tanah

agar kesuburan tanah tetap terjamin (Rustam Hakim, 2003 : 54).

Penghijauan atau penyebaran taman yang merata akan dapat mennggulangi

banjir. Seperti pada banjir kiriman karena limpahan air hujan dari dataran

tinggi ke dataran yang lebih rendah, volume air bertambah menyebabkan

saluran tidak mampu menampung volume air tersebut, lalu banjir genangan

yang merupakan hujan lokal pada daerah karena air hujan melebihi

kapasitas saluran-saluran hingga melimpah ke permukaan, dan banjir air

pasang yang disebabkan naiknya permukaan air laut yang melebihi muka

air saluran atau sungai, sehingga kali yang bermuara di pantai terjadi

peristiwa back water. Air kali yang masuk kali melebihi kapasitas saluran,

maka limpahan air dari saluran mangakibatkan terjadinya genangan

(Berdasarkan riset Yakub dan Abdullah, 1999 : 3-1). Akar-akar tanaman

Page 44: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

dapat mengikat butir-butir tanah sehingga tidak mudah dibawa air. Daun

tanaman dapat menahan atau memperlambat jatuhnya air hujan yang deras,

lalu menyerap ke tanah tanpa menimbulkan erosi, karena tanah tertutup

oleh tanaman yang dapat mencegah erosi. Bahkan semua jenis rumput,

semak-semak, pepohonan mampu menampung air genangan tanpa

menimbulkan kelongsoran tanah. Tanpa tanaman, semak-semak, dan

pepohonan berakar diatas tanah akan mudah mengakibatkan erosi.

2.6. Penyeimbang Alam ( Edhapis)

Tanaman dapat memberikan lingkungan hidup bagi makhluk. Akar

tanaman menerobos tanah, menggemburkan tanah, dan memberikan

lingkungan hidup bagi mikroorganisme. Ini menyuburkan tanah dan

tanaman, hal ini disebut simbiosis. Tanaman juga memberikan kehidupan

lain diatas tanah, sebagai tempat hidup satwa. Pohon peneduh di taman

kota, di tepi jalan sebagai tempat hidup satwa burung atau unggas dan

serangga berkembang mambantu keseimbangan alam.

2.7. Keindahan (Estetika)

Taman-taman diperkotaan dengan warna yang alami serta tekstur yang

bermacam-macam dan perencanaan yang teratur akan menampakkan

keindahan. Kelebihan ini menjadikan tanaman sebagai salah satu elemen

yang dapat menunjang keindahan lingkungan.

2.8. Kejiwaan (Psikis)

Taman kota dapat membawa dan memberikan suasana sejuk dan tentram,

serta damai bagi jiwa manusia. Hal ini dapat mengurangi gangguan syaraf

Page 45: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

dan kejiwaan manusia, sehingga dengan adanya taman tersebut dapat

mengalihkan perhatian kita dari suasana tegang serta pengaruh kejiwaan

kita menjadi tenang, karena adanya sirkulasi udara dalam kota.

2.9. Pendidikan (Edukatif)

Taman dapat menjadi media untuk pendidikan pengetahuan alam, sarana

penelitian, pendidikan, dan membentuk kesadaran lingkungan (Rustam

Hakim, 2003 : 52)

2.10. Pencipta Lingkungan Hidup (Ekologi)

Taman merupakan pengikat yang menyatukan manusia dengan kondisi

alam lingkungannya, sehingga antara manusia dengan taman seakan-akan

saling membutuhkan dalam kehidupan lingkungannya.

2.11. Sosial-Ekonomi

Taman kota mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan manusia,

karena merupakan tempat rekreasi warga. Disamping itu taman kota dapat

dikembangkan dengan tanaman-tanaman produktif, sehingga dapat

membantu menambah pendapatan dan peningkatan taraf hidup rakyat

(Suharto, 1994 : 2).

C. Taman Kota di Jepara

3.1 Penyediaan Fasilitas Rekreasi

Penyediaan fasilitas rekreasi di Jepara didasarkan pada :

Page 46: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

a. Menyediakan fasilitas diperuntukkan bagi kepentingan umum,

b. Pengembangan jumlah dan jenis fasilitas disesuaikan dengan standar

kebutuhan penduduk,

c. Penyebaran fasilitas perlu disesuaikan dengan arahan jumlah dan

distribusi penduduk di wilayah perencanan (RTRW kota Jepara, 2002 :

III-15)

3.2. Perhitungan Standar

Menurut perhitungan KTT Bumi di Rio De Jainero, tahun 1995,

jumlah taman kota yang ideal adalah 30% dari luas kota (Intisari, 1998

:162). Berdasarkan Permendagri No.14 tahun 1998 tentang Ruang Terbuka

Hijau (RTH) di Jakarta adalah 40% dari luas kota Jakarta. luas wilayah

Jakarta sekitar 65.000 hektar, maka luas ideal taman di Jakarta adalah

26.450 hektar. Sedangkan jumlah taman yang ada adalah 18.179,68 hektar

(Kompas, 1997 : 20). Menurut Pemda DKI jumlah tersebut masih kurang

memenuhi target taman yang ideal. Taman-taman kota di Jakarta jumlahnya

ratusan dan tersebar di seluruh wilayah DKI, contoh : Taman Suropati,

Taman Situ Lembang, Taman Lituhahari, Taman Gelora Senayan, dan lain-

lain. Untuk menambah jumlah taman di Jakarta tidak mudah, karena lahan

yang terbatas. Hal tersebut lalu diatasi dengan cara, antara lain dengan

membebaskan tanah Negara, seperti Bantaran Kali (Intisari, 1998 : 163).

Dalam suatu usaha untuk mengukur keefektifan penyediaan taman kota

raya, organisai-organisasi seperti National Recreation Association

merumuskan standar-standar dari segi luas per unit penduduk. Taman raya

Page 47: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

menurut standar National Recreation Association merumuskan bahwa 1

acre taman harus disediakan untuk 800 penduduk (Laurie, 1986 : 42).

Menurut Perencanaan Kawasan Perumahan Kota dalam hal ruang terbuka

hijau adalah :

a. Taman untuk 250 penduduk

Setiap 250 penduduk dibutuhkan minimal 1 taman dan sekaligus tempat

bermain anak yang luasnya sekurang-kurangnya 250 M2 atau standar =

1M2/p.

b. Taman untuk 2500 penduduk

Untuk setiap 2.500 penduduk diperlukan sekurang-kurangnya 1 daerah

terbuka, disamping daerah-daerah terbuka yang telah ada pada tiap

kelompok 2500 penduduk. Daerah terbuka ini sebaiknya berupa taman

yang dapat juga digunakan untuk aktifitas olah raga seperti volley,

badminton, dan lainnya. Luas area yang diperlukan adalah 1.250 M2

atau standar = 0,5 M2/p (DPU kota Jepara 2002).

3.3. Kondisi Taman Kota di Jepara

Kota Jepara sarat dengan permasalahan-permasalahan kota seperti

halnya meningkatnya jumlah penduduk per tahun, kemacetan sirkulasi

kendaraan pada jalan utama kota, pencemaran udara, banjir, dan lain

sebagainya. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut para pakar

perkotaan khususnya dari kota Jepara mulai merencanakan strategi

antisipasi terhadap keadaan tersebut. Konsep Rencana Tata Ruang Kota

(RTRK) yang mencakup ruang lingkup wilayah dan jumlah penduduk dan

Page 48: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

perencanaan ruang terbuka hijau pada lahan dimaksudkan untuk

meningkatkan kualitas hidup masyarakat kota Jepara, melihatnya

tercemarnya udara karena asap maupun debu, bertambahnya bangunan

dengan latar belakang tempat tinggal, pusat perbelanjaan, rumah-rumah

industri, dan penambahan jumlah penduduk meningkat tiap tahun yang

semua ini berakibat penurunannya kualitas udara kota, maka muncullah

gagasan kota taman. Pembentukan kota taman ini sebagai jalan keluar

untuk memecahkan masalah dalam perencanaan perkotaan guna

keseimbangan tersedianya ruang terbuka hijau dan ruang terbangun dengan

jumlah penduduk kota yang ada. Oleh karena itu perlu perencanaan kota

yang sistematis, sehingga terbentuknya kota taman yang dapat mencegah

timbulnya polusi (Howard dalam Catanese, 1989 : 18).

Meningkatnya kepadatan penduduk kota berakibat meningkatnya

kebutuhan lahan untuk tempat tinggal, sehingga pembangunan wilayah

perkotaan sangat diperlukan mengingat kehidupan kota di Jepara melebihi

daya dukung alam yang ada. Hal ini dapat berlaku pada masyarakat

khususnya yang bertempat tinggal di kota daripada yang bertempat tinggal

di desa-desa. Manusia merupakan perhatian utama dari pembangunan yang

berkelanjutan. Mereka berhak untuk mendapatkan suatu kehidupan yang

baik dan produktif yang harmonis dengan alam (Prinsip 1 Deklarasi Rio De

Jainero, menurut Konverensi PBB di Brazilia, 3-14 Juni 1992). Dapat di

lihat pada Proyek Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)

di Jepara 2003-2013, terdapat rencana kepadatan penduduk pada tiap-tiap

Page 49: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

area per kelurahan di kota Jepara, dan taman-taman kota yang tersebar

sebagian hanya memanfaatkan sisa lahan yang telah tersedia. Luas wilayah

kota Jepara yang meliputi kecamatan Jepara dan kecamatan Tahunan adalah

3.338,430 ha (sumber : Bappeda kota Jepara, 2000) yang merupakan

wilayah penelitian taman kota di Jepara. Padahal taman kota yang tersebar

di kota Jepara ada 5 area taman kota yang meliputi taman adipura ngabul

luasnya 860± m2, taman bundaran ngabul 249 m2, taman tugu pahlawan

100.1± m2, taman utara masjid abdurrohman 942.1± m2, dan taman segi

tiga 513.1± m2. Luas 5 taman kota tersebut adalah 468.5± m2 (Questioner

DKP-PK kab. Jepara, 2000) dan luas wilayah kota Jepara 3.338,430 ha,

maka penyebaran taman kota di Jepara masih mengalami kekurangan lahan

karena luas lahan di kota Jepara tidak sebanding dengan penyebaran taman

kotanya.

D. Parameter yang menjadi acuan mengenai Taman Kota terhadap

Ekologi Kota

4.1. Vegetasi

Berkaitan dengan macam dan jenis tanaman yang ada pada taman-

taman tersebut serta sejauh mana peran tanaman tersebut dalam mereduksi

debu dan memberikan udara udara bersih kepada manusia. Hal ini berkaitan

rindang atau tidaknya taman tersebut. Macam vegetasi yang berpengaruh

terhadap pengurangan debu atau pencemaran udara antara lain :

- Tanaman semak dan pohon berderet

Page 50: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Pengurangan debu sedikit sekali

- Tanaman semak dan pohon terlalu padat

Pengurangan debu sedikit

- Tanaman semak dan pohon sebagai saringan

Pengurangan debu cukup

- Tanaman semak dan pohon yang lebar dan beraneka ragam

Page 51: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Pengurangan debu tinggi karena dapat diendap dalam tanaman serta

meredam kebisingan.

Berdasarkan hasil penelitian Putlisbang jalan oleh Departemen

Pekerjaan Umum, vegetasi yang dapat menyerap akibat gas buang

kendaraan bermotor adalah, tanaman puring, sablo, soka, kembang sepatu,

dan nusa indah yang mampu menyrap gas NO masing-masing sampai

62,5%, 52,2%, 49,6%, 47,9%, dan 52,2% (Intisari, 1997 : 133).

4.2. Pengaruh Suhu

Kota mempunyai pengaruh yang besar terhadap lingkungan fisik.

Duckworth dan Sandberg mencatat adanya penelitian yang sudah lama

mengenai kesan suhu udara kota yang lebih panas daripada lingkungan

disekelilingnya, seakan-akan sebuah “pulau panas” yang terapung diatas

media yang lebih dingin. Penelitian selanjutnya menunjukkan, bahwa suhu

udara maksimum di sebuah kota biasanya dicapai didaerah padat penduduk

yang merupakan pusat kota yang terpanas. Yang terendah suhunya dicapai

tepi kota, yaitu dipinggir “pulau panas” tadi. Kesan tersebut bergantung

pada berapa besar dan luasnya kota. Sifat pengaruh panas kota terhadap

daerah pinggiran ini dapat dicatat dan dilakukan berbagai cara, seperti

mengukur langsung suhu udara kota diberbagai tempat dan waktu,

Page 52: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

160

120

80

40

0

mengambil foto udara kota dengan menggunakan film yang mempunyai

kepekaan terhadap spektrum energi, dan menggunakan model simulasi

komputer.

Siklus 11 Tahunan Noda Matahari (1750-1950)

Panas sejuk kering sejuk-basah panas-kering

0-80 : radiasi sinar ultra lembayung : iklim bumi mendingin

80-160 : radiasi sinar corpuscular : iklim bumi memanas

Antara tahun-tahun 1750-1950 telah terjadi 19 kali peristiwa noda-noda

matahari ada siklus 11 tahunan noda matahari

Dalam sebuah penelitian yang menggunakan model simulasi

computer, Myrup (1969) mencoba mencari pelbagai faktor yang

mempengaruhi suhu udara kota. Salah satu faktor penting, untuk

mengurangi panas dalam kota, ialah bertambahnya permukaan dalam kota,

yang memudahkan proses penguapan (evaporasi). Penambahan luas

permukaan dari proses penguapan 0,0 menjadi 0,5 dapat menurunkan suhu

maksimum udara dari 34,6oC ke 26,2oC, menurut simulasi komputer.

1750 1790 1830 1910 1950 1870

Page 53: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Implikasi kesimpulan ini adalah bahwa taman, air mancur, jalur hijau, dan

pohon di tepi jalan mempunyai kesan yang lebih daripada hanya sebagai

penghias kota belaka. Semua ini turut memberikan kesan sejuk dalam kota.

Hal ini jelas dapat dibuktikan oleh siapa saja yang berjalan kaki pada

tengah hari di tempat terbuka. Ia akan merasa sejuk dan nyaman pada

waktu mendaki dan memasuki sebuah taman atau jalan dengan pohon

peneduh yang berderet di tepinya. Padahal, jalan aspal yang tak perpohon

pelindung memancarkan panas yang sangat kuat. Gejala suhu udara kota

yang lebih panas dipusatnya daripada di sekelilingnya kota itu menjadi

masalah yang sangat penting di kota yang terletak di daerah tropik dan

subtropik. Misalnya dalam decade 1891-1900 suhu udara rata-rata per tahun

di Los Angeles (subtropik) 16,7oC. setelah mencapai decade 1951-1960,

suhu udara rata-rata per tahun di kota itu meningkat menjadi 18,4oC,

paadahal pada masa itu suhu rata-rata di seluruh permukaan bumi mulai

menunjukkan tanda menurun. Dalam perencanaan pengembangan kota,

peranan taman, tanaman, dan pohon cukup besar, bukan saja berguna

sebagai penghias kota, tetapi juga untuk menciptakan suasana lingkungan

yang nyaman.

4.3. Lalu lintas

Padat atau lenggangnya lalu-lintas di sekitar taman-taman kota

berkaitan dengan jumlah asap yag dihasilkan oleh kendaraan bermotor

Page 54: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

(Anastasia, 1991). Kondisi lalu-lintas berhubungan dengan tingkat

pelayanan jalan, pada suatu keadaan dengan volume lalu-lintas yang

rendah, pengemudi akan merasa lebih nyaman mengendarai kendaraan

dibanding jika pada daerah dengan volume lalu-lintas yang lebih besar.

Kenyamanan akan berkurang sebanding dengan bertambahnya volume lalu

lintas. Highway Capacity Manual membagi tingkat pelayanan jalan atas 6

keadaan yaitu :

a. Tingkat pelayanan A, dengan ciri-ciri :

- arus lalu lintas bebas tanpa hambatan

- volume dan kepadatan arus lalu lintas rendah

- kecepatan kendaraan merupakan pilihan pengemudi

b. Tingkat pelayanan B, dengan ciri-ciri :

- arus lalu lintas stabil

- kecepatan mulai dipengaruhi oleh keadaan lalu lintas, tetapi dapat

sesuai kehendak pengemudi

c. Tingkat pelayanan C, dengan ciri-ciri :

- arus lalu lintas masih stabil

- kecepatan perjalanan dan kebebasan pengemudi bergerak sudah

mulai dipengaruhi oleh besarnya volume lalu lintas sehingga

pengemudi bergerak tidak lagi dapat memilih kecepatan yang

diinginkan

d. Tingkat pelayanan D, dengan ciri-ciri :

- arus lalu lintas tersebut sudah mulai tidak stabil

Page 55: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

- perubahan volume arus lalu lintas sangat mempengaruhi besarnya

kecepatan perjalanan

e. Tingkat pelayanan E, dengan ciri-ciri :

- arus lalu lintas sudah mulai tidak stabil

- volume kira-kira sama dengan kapasitas

- sering terjadi kemacetan

f. Tingkat pelayanan F, dengan ciri-ciri :

- arus lalu lintas dengan kecepatan rendah

- sering terjadi kemacetan

- arus lalu lintas rendah (Dasar-dasar perencanaan geometri jalan,

1994 : 48-49).

Batasan-batasan nilai dari setiap tingkat pelayanan jalan dipengaruhi oleh

fungsi jalan dimana jalan tersebut berada.

4.4. Pencemaran Udara

Pencemaran adalah keberadaan zat-zat yang semestinya bukan

bagian yang merupakan komposisi atmosfer. Pencemaran udara yaitu

penyebab dari polusi udara apakah itu dari asap kendaraan bermotor, mobil,

bus, truk atau asap pabrik dan lainnya. Zat pencemar meliputi asap, debu,

abu, serbuk, dan berbagai gas dan zat-zat lain (William S. Foster, 1990 :

35). Udara yang dibutuhan makhluk hidup berupa campuran berbagai

macam gas. Gas adalah suatu substansi yang terdiri atas molekul-molekul

yang bergerak cepat ke arah yang tidak beraturan, sehingga menekan ke

segala arah dan selalu mengisi penuh ruangan. Udara selalu mengandung

uap air, yang banyak sedikitnya tergantung kepada temperatur dan keadaan

Page 56: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

setempat. Udara yang terdapat di alam selalu basah dan lembab, yaitu

mengandung uap air, dan pada waktu hujan dikatakan udara jenuh uap air

(kelembapan 100%).Gas asam arang (CO2) sebagai faktor ekologi

merupakan hal yang vital dalam proses fotosintesa, merupakan sumber

karbon yang dibutuhkan untuk pertumbuhan semua tumbuhan hijau, dan

secara tidak langsung untuk semua organisme.

Apabila udara benar-benar murni, tidak ada uap airnya, banyak

organisme yang tidak dapat hidup, misalnya yang tercampur zat-zat tertentu

sehingga menimbulkan polusi yang menimbulkan gangguan pada makhluk

hidup yang menempati daerah sekitar. Karbondioksida didalam udara hanya

0,03%, jika sampai 10%, akan bersifat racun bagi banyak kahidupan. Pada

pencemaran udara berbentuk partikel atau benda-benda kecil yang

beterbangan dalam udara yang berupa cair dan padat. Partikel cair terdiri

dari uap air yang mengembun (diameter 1 mikron). Seperti pada kabut

dekat permukaan tanah. Kabut menmghalang-halangi pandangan dan juga

menimbulkan sesak nafas jika terhisap oleh paru-paru.kabut yang

berbahaya berada di kota yang memiliki banyak industri. Partikel padat

berupa bakteria, cendawan, virus, spora, serangga, tepung sari, partikel

padat merupakan kuman penyakit bagi tumbuhan. Pertikel ada yang dari

debu kosmik dari luar angkasa atau debu meteorit, ada yang dari

bumi seperti abu vulkanik dari letusan gunung berapi, atau debu biasa yang

berasal dari tanah yang di bawa angin ke dalam udara. Partikel ini

diameternya lebih dari 1mikron, dan apabila jumlahnya banyak di udara

akan mengganggu pandangan seperti kabut, mengganggu mata dan

Page 57: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

pernafasan. Partikel halus bisa dari benda-benda yang dibakar berupa asap

hitam atau asap putih. Namun semakin banyaknya penghijauan di kota,

maka semakin banyaknya jumlah partikel yang tersaring di ruang terbuka

yang memiliki jumlah pepohonan dan taman yang memenuhi standar luas

wilayah dan jumlah penduduk. Salah satu zat pencemar yang memberikan

manfaat bagi alam adalah zat pencemar debu meteorit, tanpa zat pencemar

tersebut hujan tidak akan pernah turun. Alam dapat dengan mudah

menanggulangi bentuk pencemaran udaranya sendiri, dengan adanya hujan

merupakan salah satu alat “anti pencemaran” alami yang paling efektif

membersihkan debu dan pencemaran lainnya dari atmosfer.

E. Hipotesis

1. Pola penyebaran taman kota kurang merata, karena jumlah taman kota tidak

sebanding dengan jumlah penduduk di Kota Jepara.

2. Ho : Tidak terdapat perbedaan peranan taman kota terhadap vegetasi,

pencemaran udara, suhu udara, dan lalu lintas di sekitar taman kota di

Kota Jepara.

Atau dapat ditulis dengan V = P = S = L

Keterangan :

V : vegetasi S : suhu udara

P : pencemaran udara L : lalu lintas

Ha : Terdapat perbedaan peranan taman kota di sekitar taman kota di Kota

Jepara

BAB III

Page 58: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

METODE PENELITIAN

A. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian. Apabila seorang ingin

meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya

merupakan penelitian populasi (Suharsimi Arikunto, 1998:115). Populasi dalam

penelitian ini adalah jumlah penduduk yang berada dalam wilayah Kota Jepara,

yang meliputi Kecamatan Jepara dan Kecamatan Tahunan.

B. Sampel

Sampel adalah sebagian populasi. Sampel adalah sejumlah penduduk

yang jumlahnya kurang dari populasi. Di dalam sampel harus mempunyai paling

sedikit satu sifat yang sama (Suharsimi Arikunto, 2002:109). Sampel dalam

penelitian ini menggunakan total sampel, yaitu mengambil jumlah keseluruhan

dari subjek penelitian (Sudjono, 1991).

Penelitian ini menggunakan sampel dengan jumlah subjek 100 orang,

jumlah populasi dengan rincian 25 responden untuk Taman Adipura dan Taman

Bundaran di Kelurahan Ngabul, 25 responden untuk Taman Tugu Pahlawan di

Kelurahan Demaan, 25 responden untuk Taman Karang di Kelurahan Pingkol,

dan 25 responden untuk Taman Utara Masjid Baiturrahman. Semua taman

tersebut masih dalam Bagian Wilayah Kota I, III, dan V di Kota Jepara, dan

responden adalah pengunjung yang sedang memanfaatkan fasilitas taman kota,

baik taman kota aktif maupun pasif.

Page 59: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu

penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002:96). Penelitian ini menggunakan variabel

tunggal, yaitu peranan taman kota terhadap ekologi di Kota Jepara.

D. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

Metode Dokumentasi

Teknik atau metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data,

yaitu berupa buku literatur, photo obyek penelitian, notulen, agenda, data file

dari DPU, dan Literatur dari Dinas LHPE Kabupaten Jepara.

Metode Observasi

Metode observasi dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan

melakukan pengamatan atau survei terhadap aktifitas yang berkaitan dengan

pola penyebaran taman kota, terutama pada material dan peranan taman kota

di wilayah Kota Jepara.

Metode Kuesioner atau Angket

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 2002:2000).

Metode angket yang digunakan untuk mengambil data tentang parameter

ekologi di Kota Jepara. Responden tinggal memilih alternatif jawaban sesuai

dengan keadaan dirinya.

Page 60: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Bentuk angket yang dipakai adalah pilihan ganda berskala dengan 4 (empat)

pilihan jawaban yaitu a, b, c, dan d, dengan skor a = 4, b = 3, c = 2, dan d

=1.

E. Pengujian Alat dan Pengambilan Data

Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 2002:144). Sebuah

instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang

di teliti secara tepat, yang digunakan adalah rumus korelasi product momen

sebagaimana ditunjukkan di bawah ini :

( )( )

( ){ }{ }222YNXXN

YXXYNrxy

ΣΣ−Σ

ΣΣ−Σ=

Keterangan :

Rxy : koefisien korelasi antara X dan Y

N : jumlah obyek uji coba

X : nilai X (skor tiap item)

Y : nilai dari Y (skor tiap total item)

2XΣ : jumlah kuadrat nilai X

2YΣ : jumlah kuadrat Y

(Suharsimi Arikunto, 1998:192)

Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen sudah

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

Page 61: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat

tendensius mengarahkan responden untuk memilih menjawaban-jawaban

tertentu. Instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat

dipercaya (Suharsimi Arikunto, 2002:154). Reliabilitas angket penelitian ini

merupakan rentangan skor antara beberapa nilai, yaitu 1-4.

Rumus alpha yang dimaksudkan adalah sebagai berikut :

−=

21

2b

11σ

Σσ1

1k

kR

Keterangan :

R11 : realibilitas instrument

K : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

2bΣσ : jumlah varian butir

21Σσ : varian total

(Suharsini Arikunto, 2002 : 171)

F. Metode Analisis Data

6.1. Uji Normalitas Data

Uji normalis data digunakan untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal atau tidak. Jika data berdistribusi normal, maka dapat

menggunakan analisis statistik parametrik (Anava), jika data tidak

berdistribusi normal, maka digunakan statistik nonparametik (Uji Lilliefors)

Rumus yang digunakan untuk menguji normalitas data adalah melalui

pengamatan X1, X2,…..,Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2,……Zn dengan

menggunakan rumus :

Page 62: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

S

XXZ i

i

−= ( X dan S masing-masing merupakan rata-rata simpangan

baku sampel)

Tiap bilangan baku menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian

dihitung peluang F(Zi) = P (Z ≤ Zi). Selanjutnya dihitung proporsi

Z1, Z2,…..Zn sama dengan Zi. Jika prorposi ini dinyatakan oleh S (Zi), maka

S (Zi) = n

Z yang Z,........, Z, Zbanyaknya in21 ≤

Hitung selisih F (Zi)-S (Zi) kemudian menentukan harga mutlaknya dan

ambil harga yang paling besar (Lo). (Sudjana, 1996:466)

6.2. Uji Homogenitas Varians

Perhitungan statistik dilakukan dengan bantuan program spss 11.0

for windows. Langkah ini digunakan untuk menguji homogenitas varians

dari data hasil penelitian, yaitu untuk mengetahui apakah ada perbedaan

yang signifikan antara ke empat kelompok tersebut.

Rumus yang digunakan adalah :

( ){ }2i1

2 S log 1n ΣB 10)(In X −−= (Sudjana, 1996 : 263)

Keterangan :

1)(n Σ )S (logB i2 −=

1)(n Σ

S 1)(n ΣS

i

2ii2

−=

Dari X2 hitung yang diperoleh dikonsultasikan dengan X2 tabel

dengan dk = k -1 dan taraf signifikan α = 5%. Jika X2hitung < X2

tabel, maka

tidak ada perbedaan yang signifikan antara ke empat kelompok. Jadi ke

empat kelompok tersebut homogen.

Page 63: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

6.3. Uji Hipotesis

Hipotesis yang diuji adalah apakah ada perbedaan peranan taman

kota terhadap masalah-masalah lingkungan, seperti peranannya pada

vegetasi, pengurangan pencemaran udara, suhu udara, dan lalu lintas.

Secara statistik hipotesis tersebut dapat dirumuskan :

321 µµµ:Ho == = µ 4

Ha : tidak semua iµ sama (i = 1, 2, 3, dan 4)

Untuk data yang berdistribusi normal uji hipotesis menggunakan

rumus Anava satu arah, yaitu :

)1(

)1(

−Σ

−=

i

y

y

n

D

k

A

F (Sudjana, 1996 : 305)

Dengan :

yR = k21i

2

J...........JJJ,n

J+++=

Ay = ∑ −

R

n

J

i

2i

∑ 2Y = JK

Dy = ∑ −− yy2 ARY

Tabel Persiapan Anava

Sumber Varians Dk JK KT F

Rata-rata 1 Ry 1

RR y

=

Page 64: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Antar Kelompok k-1 Ay 1)(k

AA y

−=

D

A

Dalam Kelompok ∑ − )1( in Dy ∑ −

=1)(n

DD

i

y

Total ∑ in ∑ 2Y

Kriteria pengujian Ho ditolak, jika Fhitung >Fα(k - 1) (n - k) dengan taraf signifikan

α = 5% dan derajat kebebasan dk = (k – 1) (n – k) maka ada perbedaan hasil

penelitian yang signifikan dari ke empat kelompok tersebut. Selanjutnya

untuk mengetahui perlakuan mana yang lebih baik dari keempatnya, maka

digunakan uji Least Significant Different (LSD) dengan rumus :

ji

knn

MSE

n

MSEtLSD += − )(05,005,0 (Moh Nazir, 1999 : 498)

MSE = D = KT Dalam Kelompok

Kriteria pengujian :

Jika ji xx − ≥ LSD0,05 maka beda signifikan

Jika ji xx − < LSD0,05 maka beda tidak signifikan

Page 65: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis

Kota Jepara terletak pada posisi 30 231 2011 sampai Bujur Timur

(East Longitude) dan 50 431 3011 Lintang Selatan (South Latitude) dengan

batas-batas :

� Sebelah Barat (Western Side) : Laut Jawa / Java Sea,

� Sebelah Utara (Northern Side) : Laut Jawa / Java Sea,

� Sebelah Timur (Eastern Side) : Kab. Kudus dan Kab. Pati / Kudus

and Pati Regency,

� Sebelah Selatan (Southern Side) : Kab. Demak / Demak Regency.

Ketinggian dari permukaan air laut / Height of sea surface untuk Kecamatan Jepara adalah 0 – 46 m dan untuk Kecamatan Tahunan adalah 0 – 50 m

(BPS Kab. Jepara 2003).

2. Lingkup Wilayah

Lingkup wilayah dalam kegiatan perencanaan Kota Jepara terdiri dari

2 kecamatan dengan 19 kelurahan, sesuai dengan RUTRK Jepara. Adapun

luas wilayah Kecamatan Jepara tercatat 1.094,500 ha dan Kecamatan

Tahunan tercatat 2.243,930 ha.

Berdasarkan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota Wilayah

Kota (BWK). Pembagian wilayah tiap-tiap BWK berdasarkan analisa struktur

Page 66: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

tata ruang Kota Jepara. Kriteria yang berpengaruh dalam penentuan BWK

adalah batasan fisik wilayah dan fungsi-fungsi kawasan.

Struktur ruang dalam konsep ini dengan pengembangan jaringan jalan

lingkar dalam (inner road) yang dikembangkan di bagian selatan kota,

sebagai jalur kelektor sekunder untuk mengurangi intensitas arus lalu lintas

pada jalur utama kota terutama lalu lintas dalam kota (lokal) dengan

menyediaan jalur lingkar luar sebagai alternatif pengembangan jalan lintas

regional di masa yang akan datang (RDTRK 2002 : II - 4). Berikut tabel 1

pembagian wilayah Kota Jepara.

Tabel 1

Wilayah Kota Jepara

Bagian Wilayah

Kota

(BWK)

Kelurahan Luas (M2)

Jumlah

Penduduk

Th. 2005

(Jiwa)

Kecamatan Jepara 1.094,500 76581 No. 1.

Jobokuto

47,933

5608

2. Panggang 37,403 4791 3. Ujungbatu 68,923 3812 4. Pingkol 58,800 5707 5. Kauman 50,393 4107

I

6. Bulu 86,250 3433 7. Mulyoharjo 391,895 7155 8. Saripan 45,000 4757 II 9. Bapangan 103,000 3803 10. Krapyak 341,150 9140 11. Demaan 59,914 5091 12. Potroyudan 52,000 3613

III

13. Karangkebagusan 93,000 566 14. Senenan 235,150 6293

IV 15. Mantingan 243,120 8705

Kecamatan Tahunan 2.243,930 30347 V 16. Tahunan 304,000 9651 17. Langon 273,600 5678 18. Ngabul 664,906 9538

Page 67: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

19. Sukodono 182,000 5480 Jumlah 3.338,430 106.928

Sumber : DPU Jepara (RDTRK dan RUTRK Kota Jepara, 2002)

3. Klimatologi

Menurut data meteorologi dari Dinas Pertanian dan Peternakan

(DISTANNAK) Kabupaten Jepara, keadaan klimatologis Kota Jepara adalah

sebagai berikut:

a. Hujan

Keadaan curah hujan dan hari hujan pada tahun 2003 sampai

dengan 2005 di wilayah Kabupaten Jepara didasarkan pada hasil

pencatatan DISTANNAK Kabupaten Jepara adalah sebagai berikut :

Banyaknya curah hujan di Kabupaten Jepara adalah sebesar

28.496 mm/tahun dengan rata-rata pertahun sebesar 2.375. Sedangkan

banyaknya hari hujan adalah 1.059 hari/tahun dengan rata-rata pertahun

sebesar 88.

Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dengan curah

hujan rerata sebesar 704 mm dan hari hujan rerata sebanyak 18 hari.

Sedangkan pada bulan Pebruari terjadi hari hujan tertinggi sebesar

676 mm. Adapun curah dan hari hujan terendah terjadi pada bulan

Juni sampai dengan Agustus. Curah hujan paling besar ada di Kecamatan

Tahunan, Yaitu 5.066 mm.

b. Temperatur Udara dan Kelembaban

Data pengukuran temperatur udara rata-rata yang diperoleh dari

Stasium BGM Jepara pada tahun 2003 – 2005 tidak jauh berbeda dengan

tahun-tahun sebelumnya. Dari data tersebut menunjukkan bahwa

Page 68: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

temperatur absolud rata-rata tahunan berkisar dari 21,780C hingga

32,660C dengan suhu rata-rata sebesar 27,880C.

Dan menurut klasifikasi iklim koppen, daerah ini termasuk kelas

Aw dengan suhu bulanan minimal 180C. Sedangkan kondisi kelembaban

udara relatif menunjukkan harga rata-rata bulanan terbesar pada

bulan Nopember – Desember yaitu 96 % dan terkecil pada bulan Januari

yaitu sebesar 53 % sehingga kisaran kelembaban udara relatif adalah

sebesar 53 – 96 %.

B. Kondisi Khusus Lokasi Penelitian

Untuk mengetahui hasil penelitian yang mengacu pada masalah dan

tujuan, penelitian memaparkan hasil penelitian ini dari hasil observasi lapangan

dan data-data sekunder yang telah diperoleh kemudian dianalisis yang tujuannya

agar diperoleh gambaran yang jelas untuk menjawab permasalahan dalam

penelitian, terutama pada variabel pola penyebaran taman kota di Kota Jepara.

Dan untuk mengetahui hasil penelitian secara tepat, peneliti menyajikan

dalam analisif deskriptif hasil penelitian, yaitu hasil dari penyebaran angket,

kemudian data yang terkumpul dilakukan pengolahan data. Hasil dari olah data

ini kemudian di analisis agar memperoleh hasil yang lebih jelas. Pada pengujian

alat dan pengambilan data, yaitu validitas (dapat mengungkap data dari variabel

yang diteliti secara tepat) dan reliabel (menghasilkan data yang dapat dipercaya).

Pada metode analisis data dilakukan uji normalitas data untuk mengetahui apakah

data berdistribusi normal atau tidak, dan dilakukan uji homogenitas varians, yaitu

Page 69: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

untuk menguji apakah ada perbedaan signifikan antara vegetasi, pencemaran

udara, suhu udara, dan lalu lintas di Kota Jepara.

Terakhir adalah uji hipotesis, apakah ada perbedaan peranan taman kota

terhadap masalah-masalah lingkungan seperti peranannya pada vegetasi,

pencemaran udara, suhu udara, dan lalu lintas. Secara statistik hipotesis telah

dirumuskan pada hasil penelitian.

1. Pola Penyebaran Taman Kota (di Kota Jepara)

Pola penyebaran taman kota yang akan diuraikan dari hasil penelitian

ini adalah mengenai merata atau tidaknya penyebaran taman kota di

Kota Jepara. Taman kota sesuai aset yang dikelola oleh DKPPK Jepara

adalah seluas ± 38.738,59 M2, yang meliputi taman aktif dan taman pasif.

Berikut tabel 2 mengenai penyebaran taman kota di Kota Jepara.

Tabel 2.

Penyebaran Taman Kota

(Di Kota Jepara)

Luas Taman (M2) Bagian

Wilayah Kota

(BWK)

Kelurahan Aktif

(M2)

Pasif (M2) Total (M

2)

Jobokuto Panggang 1.072,8 4.855,5 5028,3 Ujungbatu 56 162 218 Pingkol 12.515 213,5 12.728,5 Kauman 2.782,4 2206 4.148,5

I

Bulu Mulyoharjo 170 170 Saripan 6.875 6.875 II Bapangan 72 1.229,39 1.301,39 Krapyak Demaan 1.100 1.470 2.570 Potroyudan 350 350

III

Karangkebagusan

Page 70: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Senenan 1600 1600 IV

Mantingan Tahunan 900 900 Langon Ngabul 249 860 1.109

V

Sukodono Jumlah 17.847,2 20.891,39 38.738,59

Sumber : Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemadam Kebakaran (DKPPK)

Kabupaten Jepara, 2004.

Keterangan :

= lokasi penelitian

Tabel 2 menjelaskan luas taman berdasarkan data DKPPK Kabupaten

Jepara, yang tersebar di tiap-tiap kelurahan dalam Kecamatan Jepara dan

Kecamatan Tahunan. Taman-taman kota yang tersebar di tiap-tiap kelurahan

merupakan taman-taman kota aktif dan taman-taman kota pasif sesuai fungsi

lahan dalam Kota Jepara. Berikut adalah analisa karakteristik tiap Bagian

Wilayah Kota (BWK) berdasarkan fungsi atau prioritas pengembangan

di dalamnya.

Bagian wilayah Kota I (Pusat Kota). Prioritas pengembangan BWK I

adalah untuk perdagangan dan jasa, perkantoran, pendidikan, peribadatan,

industri, transportasi dan pemukiman. BWK I ini berada di bagian utara

meliputi Kelurahan Jabokuto, Panggang, Ujungbatu, Pingkol, Kauman dan

Kelurahan Bulu dengan luas 438,897 ha. BWK I berbatasan langsung dengan

perairan laut jawa. Fungsi dari BWK I ini adalah sebagai pusat pelayanan

pemerintahan bagi skala kota kabupaten.

Berdasarkan jumlah penduduknya, BWK I tergolong paling padat

penduduknya, yaitu 27.458 jiwa dengan luas wilayah 349,702 m2.

Page 71: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Di Kelurahan Pingkol luas wilayahnya 58,800m2 yang berpenduduk 5.707

jiwa (DPU Jepara, 2002) dan fasilitas taman kota khususnya taman karang

(taman aktif) seluas 1.513m2, karena padatnya jumlah penduduk dalam

wilayah tersebut mengakibatkan lahan taman kota menjadi sempit.

Berikut adalah peta penyebaran taman kota yang berada di Kecamatan

Tahunan (Wilayah Kabupaten Jepara)

Peta Penyebaran Taman Kota

Page 72: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Berikut adalah 2 taman kota yang termasuk dalam Bagian Wilayah Kota

(BWK) I di pusat kota, meliputi Taman Karang di Kelurahan pingkol dan

Taman Utara Masjid Baiturrahman di Kelurahan Kauman.

1. Taman Karang

Gambar 1. Taman Karang di Kelurahan Pingkol

Berada di jalan Ratu Shima Jepara, masyarakat Kota Jepara mengenal

taman karang sebagai salah satu tempat rekreatif yang berada di pusat

perkotaan sehingga banyak pengunjung yang tertarik untuk datang ke taman

karang karena mudah untuk dijangkau. Pada pukul 05.00-07.00 WIB jumlah

pengunjung rata-rata ± 37 orang, pada jam 16.30-17.00 sore pengunjung rata-

rata ± 53 orang, pada jam 19.30-21.30 malam pengunjung rata-rata ± 25

orang, sehingga pengunjung rata-rata perhari ± 115 orang dan dapat mencapai

Page 73: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

± 125 orang pada hari Minggu atau libur. Pengunjung taman dari berbagai

lapisan yaitu anak-anak, remaja, dan orang dewasa.

2. Taman Utara Masjid Baiturrahmann

terletak di Jalan Diponegoro, berada di Kelurahan Kauman dengan

luas wilayah 50,393 m2 dan berjumlah penduduk 4.107 jiwa. Luas taman

Utara Masjid Baiturrahmann ± 1.942 m2, masyarakat Kota Jepara mengenal

taman kota ini sebagai salah satu tempat rekreatif. Banyak pengunjung yang

tertarik berkunjung karena mudah di capai. Jumlah pengunjung rata-rata

sampai 60 orang pada pukul 05.00-07.00 WIB ± berjumlah 25 orang, pada

pukul 07.00-10.00 WIB, ± berjumlah 19 orang pada pukul 10.00-13.00

WIB, ± berjumlah 7 orang pada pukul 13.00-15.00 siang, ± berjumlah 15

orang pada pukul 15.00-17.00 sore, ± berjumlah 25 orang pada pukul

17.00-19.00 sore, berjumlah ± 30 orang pada pukul 19.00-21.30 malam,

sehingga pengunjung rata-rata perhari ± 181 orang dan dapat mencapai 191

orang pada hari Minggu atau libur. Pengunjung dari semua lapisan baik itu

anak-anak, remaja, dan dewasa.

Page 74: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Gambar 2. Taman Utara Masjid Baiturrahmann di Kelurahan Kauman

Bagian Wilayah Kota III (Bagian Barat-Selatan)

Wilayah BWK III meliputi sebagian Kelurahan Krapyak, Demaan,

Potroyudan, dan Kelurahan Karangkebagusan. Luas BWK III adalah

308,147 ha. Karena berdekatan dengan BWK I, maka BWK ini berfungsi

mendukung pelayanan BWK I sebagai pusat kota. Sedangkan fungsi utama

dari BWK III adalah untuk kawasan perkantoran pemerintah, industri

(kerajinan ukiran dan meubel), pendidikan, dan pemukiman. Luas bagian

wilayah kota III adalah 546,064 m2 dengan jumlah penduduk 18.410 jiwa.

Di Kelurahan Demaan luas wilayahnya 59,914 m2 dengan jumlah penduduk

5091 jiwa. Kondisi taman kota khususnya pada tanaman dan pepohonan

(soft-elemen) masih belum merata peletakannya.

3. Taman Tugu Pahlawan

Terletak di Jalan Untung Suropati Jepara, berada di Kelurahan

Demaan dengan luas wilayah 59,914 m2 dan jumlah penduduk 5.091 jiwa.

Taman Tugu Pahlawan memiliki luas ± 1.100 m2, masyarakat Kota Jepara

mengenal taman tersebut sebagai taman monumental, termasuk taman aktif

namun jarang dikunjungi oleh orang karena kurang adanya pohon sebagai

peneduh sehingga suhu udara di areal taman dan sekitarnya terasa cukup

panas. Pada pagi hari sekitar pukul 05.00-07.00 WIB pengunjung Taman

Tugu Pahlawan ± 15 orang, pada jam 16.30-17.00 sore pengunjungnya ±

10 orang, dan pada jam 17.30-21.30 malam pengunjung ± 15 orang,

Page 75: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

sehingga pengunjung rata-rata perhari ± 40 orang. Pengunjung dari

lapisan anak-anak dan remaja.

Gambar 3. Taman Tugu Pahlawan di Kelurahan Demaan

Bagian Wilayah Kota V (Kota Kecamatan Tahunan)

Wilayah BWK V meliputi sebagian Kelurahan Tahunan, Langon,

Ngabul dan sebagian Kelurahan Sukodono. BWK V merupakan wilayah

ekstensi (pengembangan) pusat kota. Meskipun demikian, BWK ini yang

paling domonan adalah industri kerajinan kayu serta pemukiman yang

menunjang industri kerajinan tersebut. Perkembangan perindustrian ini dapat

berlangsung di Kelurahan Sukodono, Langon, dan Mantingan. Sedangkan

fungsi utama dari BWK V adalah untuk kawasan perkantoran pemerintah,

perdagangan dan jasa, industri (kerajinan kayu dan meubel), pendidikan,

peribadatan, kesehatan, dan permukiman.

Page 76: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Luas wilayah Bagian Wilayah V adalah 1.424,506 m2 dengan jumlah

penduduk 21.657 jiwa. Dan luas wilayah Kelurahan Ngabul adalah 664,906

m2 dengan jumlah penduduk 9.538 jiwa.

Berikut adalah 2 taman kota yang berada di Kelurahan Ngabul.

1. Taman Bundaran Air Mancur

Gambar 4. Taman Bundaran Air Mancur di Kelurahan Ngabul

Taman Bundaran Ngabul terletak di jalan Jepara-Kudus, Luasnya

adalah ± 249m2, termasuk dalam jenis taman pasif. Masyarakat Kota Jepara

khususnya yang berada di Kelurahan Ngabul mengenal Taman Bundaran

Ngabul sebagai taman yang memiliki visualisasi menarik, sebab dapat

menarik perhatian dari orang yang melewati atau berkunjung. Beberapa orang

tiap harinya sengaja untuk melewati pagar pembatas untuk menikmati

keindahan ornamen taman berupa kolam air mancur dan ornamen bunga dan

kerang yang berukuran besar (ø ± 220 cm).

Page 77: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Meski termasuk dalam kategori taman pasif, tiap harinya sering

dikunjungi orang. Pengunjung tiap hari rata-rata ± 35 orang dan bisa

mencapai 45 orang pada hari Minggu atau libur. Pengunjung dari berbagai

lapisan yaitu anak-anak, remaja, dan dewasa.

2. Taman Adipura

Gambar 5. Taman Adipura di Kelurahan Ngabul

Taman Adipura Ngabul terletak di jalan Jepara-Kudus, berada di

Kelurahan Ngabul, Kecamatan Tahunan. Taman ini berada satu areal dengan

taman Bundaran bundaran Air Mancur. Jaraknya sangat berdekatan ± 10

meter, luas taman ini ± 860 M2 dan termasuk dalam jenis taman pasif.

Meskipun tergolong dalam taman pasif, Taman Adipura Ngabul dapat

dimanfaatkan sebagai tempat untuk beraktifitas, seperti tempat peralihan atau

menunggu. Taman ini terawat dengan baik, pengunjung kebanyakan datang

pada pagi dan sore hari. Rata-rata pengunjung pada pagi pukul 05.00-07.00

Page 78: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

WIB ± sekitar 50 orang dan pada sore hari sekitar pukul 16.00-17.30 ± sekitar

70 orang, sehingga rata-rata pengunjung perhari ± 120 orang.

2. Peranan Taman Kota

Bahan material taman kota sangat berperan dalam lingkungan perkotaan.

Fungsi taman kota terhadap lingkungan sekitar taman kota, dalam hal ini

menekankan pada bahan meterial dan fungsi taman kota. Analisis taman kota

terhadap lingkungan sekitar taman kota di Kota Jepara.

Taman Karang (BWK I – Kelurahan Pingkol)

Dari survei lapangan, bahan material dan fungsi taman kota akan

diuraikan sebagai berikut :

Bahan Material

a. Material Lunak (Soft Material)

� Rumput (grass) : rumput jepang

� Tanaman penutup tanah (groundcovers) : keladi hias, seruni

rambat.

� Semak pendek (shrubs) : sikas, kembang sepatu, kembang kertas,

penitian, sebagai batas tepi taman.

� Perdu pendek dan semak tinggi (border) : teh-tehan, sablo,

bougenville, kanna.

� Perdu tinggi : nusa indah, heli conia, aponica, terang bulan.

� Pohon : palm raja, akasia, cemara gembel.

b. Material Keras (Hard Material)

Page 79: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

� Material keras alami (organie materials) : bangku taman dari kayu

untuk istirahat.

� Material keras buatan bahan metal : tiang lampu, penunjuk arah.

� Material keras buatan bahan conerete : tegel didalam areal taman

untuk pedestrian, beton terletak ditepi mengelilingi taman sebagai

pembatas antara pedestrian dan jalan, kolam taman permainan air

mancur terletak di tengah taman sebagai penyejuk, ornamen

karang sebagai aksentuasi untuk menarik perhatian pengunjung.

Fungsi taman karang :

� Kontrol Pandangan (Visual Control)

Menahan silau yang ditimbulkan oleh sinar matahari, lampu jalan dan sinar lampu pada jalan dan bangunan.

� Pembatas Fisik (Phisical Barriers) :

Sebagai penghalang pergerakan manusia dan mengarahkan pergerakan. � Pengendalian Iklim (Climate Control)

Mengontrol radiasi sinar matahari dan suhu, cukup untuk pengendali angin, kurang untuk menyerap suara kebisingan untuk diareal yang berdekatan dengan lembaga pendidikan, kantor, stasiun radio, dan pemukiman penduduk.

� Pencegahan Erosi (Erosion Control)

Sebab adanya pembentukan muka tanah (perkerasan), sedikit

penggalian tanah untuk kolam buatan, kondisi tanah mungkin rapuh

dan mudah tererosi karena pengaruh air hujan dan hembusan

angin yang kencang. Karena habitus tanaman ± 45% dari luas taman

± 1.513 m2, kemungkinan akar tanaman kurang dapat mengikat tanah

sehingga tanah kurang kokoh dan kurang tahan terhadap pukulan air

hujan serta tiupan angin kencang.

� Nilai estetis (Aesthetie Values)

Page 80: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Memberikan nilai estetika dan meningkatkan kualitas lingkungan (Austin, Richard l., Designing with Plants; 1982). Nilai estetika dari tanaman diperoleh dari perpaduan warna (daun, batang, bunga), bentuk fisik tanaman (palm), dan kolan dengan ornamen lampu yang dapat memancarkan sinar.

Taman Utara Masjid Baiturrahmann (BWK I – Kelurahan Kauman)

Dari survei lapangan, bahan material dan fungsi taman kota akan

diuraikan sebagai berikut :

Bahan Material

a. Material Lunak (Soft Materials)

� Pohon (diatas 3.00 m) : palm raja, palm kuning, cemara, asem

panji, beringin, sawo kecik.

� Perdu (1.00-3.00 m) : bougenville, acasia, palm botol.

� Semak (50 cm-1.00 m) : andong besi, soka bangkok, kembang

sepatu.

� Penutup tanah (20 cm-50 cm) : keladi hias, lili paris.

� Rerumputan (grass) : rumput gajah.

b. Material Keras (Hard Materials)

� Material keras buatan bahan metal : tiang lampu, pagar tepi,

penunjuk arah, arena lingkaran bermain anak 2 buah.

� Material keras buatan (concretebeton) : paving untuk pedestrian,

bangku terbuat dari campuran beton untuk tempat duduk, tegel

bagian tengah mengelilingi kolam, kolam air mancur dan ornamen

batu buatan (artificial) sebagai penghias dan penyejuk taman utara

Masjid Baiturrahmann.

Fungsi Taman Utara Masjid Baiturrahmann

Page 81: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Peranan atau fungsi taman utara Masjid Baiturrahmann antara

lain:

� Kontrol Pandangan (Visual Control)

Dengan adanya pohon palm raja, beringin (3 pohon), dirancang sebagai taman peneduh jika dilihat dari bagian utara. Dengan demikian pandangan dari arah atau ke arah taman yang diciptakan dapat dikendalikan, terutama mengendalikan sinar pagi hari, sinar siang hari dan sinar sore hari.

� Pembatas Fisik (Physical Barriers)

Trotoar untuk pejalan kaki (pedestrian) di tepi taman sebagai pengarah dan pembatas fisik antara tepi taman dan jalan protokol, dan di dalam areal taman kota terdapat paving sebagai sirkulasi pengunjung taman baik di bagian tepi maupun di tengah taman.

� Pengendali Iklim (Climate Control)

Taman kota ini didominasi oleh pohon-pohon besar sehingga mampu menyerap

panas dari pancaran sinar matahari dan memantulkannya. Menurunnya suhu dapat

dirasakan oleh pengunjung karena adanya bayang-bayang dari tajuk pohon

memberikan kenyamanan. Taman dengan pohon besar dan berderet mampu

mengurangi kecepatan angin sekitar 40-50% (Rustam dan Hardi, 2003). Untuk areal

yang berdekatan dengan tempat ibadah, perkantoran, instansi pemerintah, dan tempat

bersejarah, taman kota ini mampu mereduksi suara mobil 75% dan truk 50%. Dapat

juga sebagai penyaring udara karena debu, bau, dan memberikan udara segar, taman

ini dirancang demikian karena berada di pusat kota yang membutuhkan ketenangan.

Areal taman berdekatan dengan tempat ibadah, instansi pemerintah, perkantoran, dan

tempat bersejarah.

� Pencegahan Erosi (Erosion Control)

Efek negatif dari perkerasan (paving dan kolam) mengakibatkan

kurangnya rumput (grass) untuk mengikat tanah, namun efek ini tidak

begitu serius sebab taman kota ada pada tengah kota (tanah datar).

Page 82: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Adanya 3 pohon beringin yang besar berfungsi untuk menahan air

hujan yang jatuh secara tidak langsung kepermukaan tanah atau

rumput.

� Habitat satwa (Wildlife Habitats)

Taman kota ini sebagai sumber makanan bagi hewan (unggas) serta tempat

berlindung kehidupannya. Unggas bertempat diranting-ranting pohon beringin, palm

raja, dan cemara pada bagian atas pohon. Hingga secara tidak langsung tanaman

dapat membantu pelestarian kehidupan satwa.

� Nilai Estetika (Aesthetic Values)

Keindahan taman kota ini dapat dilihat dari fungsi taman aktif, terlebih dapat

digunakan untuk habitat satwa.

Taman Tugu Pahlawan (BWK III – di Kelurahan Demaan)

Dari survai lapangan, bahan material dan fungsi taman kota akan

diuraikan sebagai berikut :

Bahan Material

a. Material Lunak (Soft Materials)

� Pohon (diatas 3.00 m) : beringin, palm kuning.

� Perdu (1.00-3.00 m) : teh-tehan, palm kuning.

� Semak (50 cm-1.00 m) : glodongan, bougenville, diacena, lantana.

� Penutup tanah (20 cm-50 cm) : adam dan hawa, jenggot musa.

� Rerumputan : rumput gajah.

b. Material Keras (Hard Materials)

� Bahan metal : pagar tepi taman, tiang lampu.

Page 83: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

� Bahan beton : paving tepi taman kota, jalan setapak, beton alas

patung, tegel, patung pahlawan.

Fungsi Taman Tugu Pahlawan

Peranan atau fungsi taman kota ini antara lain :

� Kontrol Pandangan (Visual Control)

Batas tepi taman kota dapat mengarahkan laju transportasi di sekitar taman kota

karena dapat menahan silau dari sinar matahari, lampu jalan, dan sinar lampu

kendaraan.

� Pembatas Fisik (Physical Barriers)

Berfungsi mengarahkan pergerakan pengunjung pada trotoar tepi taman kota,

karena taman kota ini jarang ada pengunjungnya, maka taman kota yang termasuk

taman aktif ini hanya sebatas visual kontrol.

� Pengendalian Iklim (Climate Control)

Taman kota ini sangat kurang dalam menyerap panas dari pancaran sinar matahari, sehingga tidak ada iklim mikro. Karena pohonnya jarang, maka tidak bisa untuk pengendali angin dan suara, terlebih untuk penyaring udara sangat kurang. Karena itu taman kota ini terlihat gersang, bising, dan cukup tinggi udara yang tercemar.

� Pencegah Erosi (Erosion Control)

Taman kota ini kurang bisa menahan air hujan karena pepohonan sangat minim, banyak didominasi perkerasan sehingga air hujan tidak langsung meresap ke dalam tanah sebab rerumputan masih kurang mendominasi taman kota.

� Nila Estetis (Aesthetie Value)

Nilai keindahan taman kota ini masih kurang selain Tugu Pahlawan sebagai visualisasi yang cukup menarik perhatian.

Taman Adipura (BWK V – Kelurahan Ngabul)

Dari survai lapangan, bahan material dan fungsi taman kota akan

diuraikan sebagai berikut :

Bahan Material

Page 84: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

a. Material Lunak (Soft Materials)

� Pohon (diatas 3.00 m) : cemara papua, cemara rentah.

� Perdu (1.00-3.00 m) : palm botol, mondragrass besar, glodogan

pecut.

� Semak (50 cm-1.00 m) : bougenvil, teh-tehan, terang bulan.

� Penutup tanah (20 cm-50 cm) : sambang darah, keladi hias, seruni

rambat.

� Rerumputan (grass) : rumput jepang, rumput gajah.

b. Material Keras (Hard Materials)

Bahan metal : pagar tepi pembatas taman kota, tiang lampu penghias taman kota.

Bahan beton : paving untuk pedestrian tepi taman kota, alas beton

untuk alas tugu Adipura, ornamen patung dan simbol

Adipura / Kalpataru.

Fungsi Taman Adipura

Peranan atau fungsi taman kota ini antara lain :

� Kontrol Pandangan (Visual Control)

Taman kota ini kurang berperan dalam mengontrol pandangan karena letaknya ada disisi jalan (terkesan berada di pojok). Namun taman kota ini lebih berperan dalam mengarahkan sirkulasi transportasi ke arah kota maupun ke arah Kelurahan Mantingan, Kelurahan Langon, dan sebaliknya.

� Pembatas Fisik (Physiel Barriers)

Karena jenis taman ini adalah taman pasif, maka pergerakan pengunjung hanya pada sebatas diluar areal taman atau trotoar untuk pejalan kaki, pada pagi dan sore hari taman ini sering dikunjungi pengunjung (diluar areal taman kota) untuk istirahat, jogging dan sebagainya.

� Pengendali Iklim (Climate Control)

Karena banyak terdapat pohon yang tinggi (cemara papua, cemara renteh),

kontrol radiasi sinar matahari dan suhu cukup baik. Tanaman ini cukup untuk

Page 85: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

menahan, menyerap, dan mengalirkan tiupan angin sehingga cukup dapat

menimbulkan iklim miro. Peranannya terhadap pengendali suara, tanaman ini dapat

menyerap suara kebisingan dari kendaraan (jalan utama kota). Namun dalam

penyaringan debu, bau masih kurang, sehingga udara di sekitar taman kota kurang

segar.

� Pencegahan Erosi (Erosion Control)

Meskipun kurang adanya peneduh di taman Adipura, tetapi pohon dan

rerumputan, maupun semak cukup untuk menahan air hujan yang jatuh secara tidak

langsung ke permukaan tanah. Tidak ada pengikisan tanah di sekitar taman kota ini.

� Nilai Estetis (Aesthetie Value)

Taman Adipura memberikan nilai estetika dari perpaduan antara semak, pohon-

pohon cemara, dan Tugu Adipura, sehingga taman kota berkesan seimbang antara

soft materials dan hard materials.

Taman Bundaran Air Mancur (BWK V – Kelurahan Ngabul)

Dari survei lapangan, bahan material dan fungsi taman kota akan

diuraikan sebagai berikut :

Bahan Material

a. Bahan Lunak (Soft Materials)

� Semak/shrubs (± 50 cm) : agave, bougenvil, penitian, terang

bulan.

� Rerumputan (grass) : rumput jepang dan rumput teki.

b. Material Keras (Hard Materials)

� Bahan mental : pagar tepi-pembatas taman, tiang lampu hias.

� Bahan concrete : tegel untuk tepi taman kota, ornamen bunga

setinggi ± 3.00 m, ornamen kerang ∅ ± 1.00 m.

Page 86: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Fungsi Taman Bundaran Air Mancur

Peranan atau fungsi taman kota ini antara lain :

� Kontrol Pandangan (Visual Control)

Taman kota ini terletak di perempatan Kelurahan Ngabul dan berdekatan dengan taman Adipura, sehingga peranannya secara otomatis sebagai pengatur sirkulasi kendaraan, pada tepi taman kota ditanami semak agar sinar lampu kendaraan dari arah yang berlawanan dapat dikurangi.

� Pengendalian Iklim (Climate Control)

Terutama pada kolam air mancur dapat meningkatkan kelembaban di sekitar taman kota yang udaranya kering. Namun pada semak taman sangat kurang untuk menyerap panas dari pancaran sinar matahari, namun ini tidak begitu perlu karena taman tergolong dalam jenis taman pasif.

� Nilai Estetis (Aesthetic Values)

Nilai estetika dari taman kota ini yang luasnya ± 249 m2 didapat

karena adanya perpaduan semak dan ornamen (gabungan bunga dan

kerang besar) sebagai simbol kota yang dekat dengan aspes kelautan

dan pariwisata.

Page 87: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Analisis Deskriptif Data Hasil Penelitian

Setelah melakukan pengumpulan data dengan menggunakan angket, langkah

selanjutnya adalah melakukan analisis deskriptif terhadap data yang diperoleh.

Analisis deskriptif merupakan analisis yang digunakan untuk menggambarkan

keadaan seluruh data yang diperoleh dalam penelitian. Dalam penelitian ini analisis

deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi nyata tentang tanggapan seluruh

responden di empat kelurahan mengenai kondisi ekologi sekitar taman kota, yang

diperoleh dari pengisian angket oleh responden. Keempat kelurahan tersebut adalah

Kelurahan Ngabul, Kelurahan Demaan, Kelurahan Pingkol dan Kelurahan Kauman.

Page 88: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Untuk memudahkan dalam menganalisis, maka deskripsi data dalam penelitian ini

digambarkan dalam bentuk tabel dan grafik.

Setelah diperoleh data dari responden, skor-skor yang diperoleh kemudian

digunakan untuk diinterpretasikan ke dalam analisis deskriptif tentang keadaan

ekologi sekitar taman kota menurut para responden. Deskripsi data tentang kondisi

ekologi sekitar taman kota Jepara dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1 Deskriptif Ekologi Kota Jepara

Ekologi

25 2.1512 .1727

25 2.1330 .1219

25 2.5470 .1282

25 2.4198 .1223

100 2.3128 .2235

Kel. Ngabul

Kel. Demaan

Kel. Kauman

Kel. Pingkol

Total

N Mean Std. Deviation

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa di Kelurahan Ngabul rata-rata skor

yang diperoleh adalah 2,1512 dengan standar deviasi sebesar 0,1727. Rata-rata skor

yang diperoleh dari responden Kelurahan Demaan adalah 2,1330 dan standar deviasi

sebesar 0,1219. Responden di Keluarahan Kauman memberikan skor dengan rata-

rata 2,4198 dengan standar deviasi 0,1282. Rata-rata skor yang diperoleh dari

responden di Kelurahan Pingkol adalah 2,4198 dengan standar deviasi sebesar

0,1223.

Secara lebih rinci tentang keadaan ekologi yang meliputi vegetasi, suhu udara,

lalu lintas dan pengurangan pencemaran udara dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.2 Deskriptif Parameter Ekologi Tiap Wilayah

Page 89: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Descriptives

25 1.9440 .3241

25 2.1520 .2600

25 2.6640 .3200

25 2.3360 .2564

100 2.2740 .3915

25 2.0700 .4240

25 2.1000 .2887

25 2.5900 .3452

25 2.6100 .4569

100 2.3425 .4587

25 2.1840 .3262

25 2.3040 .3221

25 2.4340 .3436

25 2.4400 .2646

100 2.3405 .3283

25 2.4067 .2767

25 1.9760 .2688

25 2.5000 .2591

25 2.2933 .2603

100 2.2940 .3290

Kel. Ngabul

Kel. Demaan

Kel. Kauman

Kel. Pingkol

Total

Kel. Ngabul

Kel. Demaan

Kel. Kauman

Kel. Pingkol

Total

Kel. Ngabul

Kel. Demaan

Kel. Kauman

Kel. Pingkol

Total

Kel. Ngabul

Kel. Demaan

Kel. Kauman

Kel. Pingkol

Total

Vegetasi

Suhu udara

Lalu lintas

Pengurangan

pencemaran

udara

N Mean Std. Deviation

Kondisi parameter vegetasi di sekitar taman kota di Kelurahan Ngabul

berdasarkan skor dari responden rata-rata 1,9440 dengan standar deviasi 0,3241. Dari

responden di Kelurahan Demaan diperoleh rata-rata 2,1520 dengan standar deviasi

sebesar 0,2600. Skor yang diperoleh dari responden di Kelurahan Kauman rata-rata

2,6640 dengan standar deviasi sebesar 0,3200. Di Kelurahan Pingkol rata-rata skor

dari responden 2,3360 dengan standar deviasi sebesar 0,2564. Rata-rata total dari

responden terkait kondisi vegetasi sekitar taman kota Jepara adalah 2,2740 dengan

standar deviasi sebesar 0,3915.

Kondisi parameter suhu udara di sekitar taman kota di Kelurahan Ngabul

berdasarkan skor dari responden rata-rata 2,0700 dengan standar deviasi 0,4240. Dari

responden di Kelurahan Demaan diperoleh rata-rata 2,1000 dengan standar deviasi

Page 90: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

sebesar 0,2887. Skor yang diperoleh dari responden di Kelurahan Kauman rata-rata

2,5900 dengan standar deviasi sebesar 0,3452. Di Kelurahan Pingkol rata-rata skor

dari responden 2,6100 dengan standar deviasi sebesar 0,4569. Rata-rata total dari

responden terkait kondisi suhu udara sekitar taman kota Jepara adalah 2,3425 dengan

standar deviasi sebesar 0,4587.

Keadaan parameter lalu lintas di sekitar taman kota di Kelurahan Ngabul

berdasarkan skor dari responden rata-rata 2,1840 dengan standar deviasi 0,3262. Dari

responden di Kelurahan Demaan diperoleh rata-rata 2,3040 dengan standar deviasi

sebesar 0,3221. Skor yang diperoleh dari responden di Kelurahan Kauman rata-rata

2,4340 dengan standar deviasi sebesar 0,3436. Di Kelurahan Pingkol rata-rata skor

dari responden 2,4400 dengan standar deviasi sebesar 0,2646. Rata-rata total dari

responden terkait kondisi vegetasi sekitar taman kota Jepara adalah 2,3405 dengan

standar deviasi sebesar 0,3283.

Analisis Inferensial

Analisis inferensi digunakan untuk mengambil keputusan-keputusan

berdasarkan data yang telah diperoleh dari sampel. Dalam penelitian ini, analisis

inferensi digunakan untuk menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis penelitian

yang telah dirumuskan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan teknik One Way Anova (Uji F). Sebelum melakukan pengujian dengan

teknik tersebut, dilakukan uji asumsi terlebih dahulu yang meliputi uji normalitas

sebaran data dan uji kesamaan varians untuk seluruh sampel (Singgih,2004:261).

Uji Normalitas Data

Page 91: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Untuk mengetahui distribusi yang diikuti oleh sebaran data pada tiap

sampel, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan Lilliefors

Kolmogorov-Smirnov. Aturan pengujiannya, jika nilai signifikansi atau

probabilitas > 0,05 maka sebaran data dikatakan mengikuti distribusi normal, dan

jika nilai signifikansi < 0,05 maka sebaran data dikatakan tidak mengikuti

distribusi normal. Hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program

SPSS 11.0 diperoleh harga-harga sebagai berikut :

Tabel 4.3 Rangkuman Uji Normalitas Data

Sampel Nilai Signifikansi Kesimpulan

Kelurahan Ngabul 0,200 Normal

Kelurahan Demaan 0,200 Normal

Kelurahan Kauman 0,194 Normal

Kelurahan Pingkol 0,193 Normal

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi keempat sampel

lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebaran data

keempat sampel normal atau mengikuti distribusi normal.

Uji Homogenitas Varians Sampel

Uji asumsi yang kedua adalah menguji kesamaan (homogenitas) varians

pada tiap sampel. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji Levene.

Aturan pengujiannya, jika nilai signifikansi > 0,05 maka dapat dikatakan data

berasal dari sampel-sampel yang mempunyai varians sama. Jika nilai signifikansi

< 0,05 maka dapat dikatakan bahwa data-data berasal dari sampel-sampel yang

Page 92: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

mempunyai varians tidak sama.Dengan menggunakan bantuan program SPSS

11.0 diperoleh harga sebagai berikut :

Tabel 4.4 Uji Homogenitas Varians

Test of Homogeneity of Variances

Ekologi

1.481 3 96 .225

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh harga statistik Levene 1,481 dengan

nilai probabilitas (signifikansi) 0,225. Karena nilai signifikansinya lebih besar

dari 0,05 maka disimpulkan data-data yang diperoleh dari seluruh sampel

mempunyai varians yang sama.

1. Peranan Taman Kota terhadap Ekologi

Untuk mengetahui ada tidaknya peranan pola penyebaran taman kota terhadap

ekologi di kota Jepara, dilakukan analisis regresi linear sederhana. Dari hasil

perhitungan dengan menggunakan bantuan program SPSS 11.0 diperoleh harga-

harga sebagai berikut :

Tabel 4.5 Korelasi Pola Penyebaran Taman Kota dengan Ekologi

Model Summary

.613a .376 .370 .1774

Model1

R R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Predictors: (Constant), Taman kotaa.

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh harga R sebesar 0,613 yang merupakan

koefisien korelasi (hubungan) antara penyebaran taman kota dengan ekologi kota.

Koefisien tersebut menggambarkan bahwa hubungan yang terjadi antara kedua

Page 93: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

variabel adalah cukup tinggi. Besarnya peranan yang dberikan oleh pola penyebaran

taman kota terhadap ekologi dapat dilihat dari harga R square sebesar 0,376 atau

37,6% yang berarti bahwa 37,6% ekologi dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh pola

penyebaran taman kota. Sedangkan sisanya (100% - 37,6%) sebesar 62,4%

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terungkap dalam penelitian ini.

Untuk dapat menentukan apakah model regresi yang terbentuk dari dua

variabel dapat dipakai untuk memprediksi variabel ekologi, maka dilakukan uji

anova (uji F) yang menghasilkan harga sebagai berikut :

Tabel 4.6 Uji Signifikansi Model (Persamaan) Regresi

ANOVAb

1.860 1 1.860 59.105 .000a

3.085 98 3.1E-02

4.945 99

Regression

Residual

Total

Model1

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Predictors: (Constant), Taman kotaa.

Dependent Variable: Ekologib.

Besarnya harga F yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah 59,105 dengan

signifikansi 0,000. Harga ini kemudian dikonsultasikan dengan harga F tabel dengan

taraf signifikansi 5%, df1 = 1 dan df2 = 99, sebesar 3,91. Karena harga F hitung > F

tabel dan signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka disimpulkan bahwa model

Page 94: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

regresi yang terbentuk sangat signifikan dan dapat dipakai untuk memprediksi

besaran ekologi dari pola penyebaran taman kota. Kemudian untuk mengetahui

model atau persamaan regresi yang terbentuk, maka dilakukan analisis lanjutan yang

menghasilkan harga-harga sebagai berikut:

Tabel 4.7 Persamaan Garis Regresi

Coefficientsa

2.008 .043 46.199 .000

.122 .016 .613 7.688 .000

(Constant)

Taman kota

1B Std. Error

Unstandardized

Coefficients

Beta

Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: Ekologia.

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa persamaan garis regresi yang dibentuk

dari variabel bebas penyebaran taman kota (X) dan variabel terikat ekologi (Y),

persamaannya adalah Y = 2,008 + 0,122 X. Persamaan ini mempunyai arti bahwa

ekologi dipengaruhi oleh 0,122 kali faktor penyebaran taman kota. Harga t hitung

yang diperoleh pada variabel pola penyebaran taman kota adalah sebesar 7,688.

Harga ini dipakai untuk menguji signifikansi koefisien regresi dari variabel

penyebaran taman kota, dengan jalan dikonsultasikan dengan harga t tabel. Apabila

harga t hitung > t tabel maka disimpulkan bahwa koefisien regresi tersebut

signifikan. Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% dan df = jumlah kasus – 2 =

100 – 2 = 98, diperoleh harga t tabel sebesar 1,66. Karena harga t hitung > t tabel

maka disimpulkan bahwa koefisien regresi dari variabel pola penyebaran taman kota

adalah signifikan.

2. Perbedaan Peranan Taman Kota terhadap Ekologi

Page 95: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Setelah dilakukan uji asumsi, diperoleh kesimpulan bahwa sebaran data semua

sampel adalah normal dan memenuhi aturan homogenitas varians. Dengan demikian

analisis inferensi dengan menggunakan anova dapat dilakukan untuk membuktikan

hipotesis penelitian.

Anova dilakukan untuk mengetahui apakah keempat kelompok sampel

mempunyai peranan taman kota yang sama. Hipotesis yang digunakan dalam

pengujian ini adalah :

Ho : peranan taman kota pada keempat wilayah sampel adalah sama (identik)

Ha : peranan taman kota pada keempat wilayah sampel adalah tidak sama (berbeda)

Kriteria pengujiannya adalah jika harga F hitung (Anova) > harga F tabel, maka

Ho ditolak, tetapi jika harga F hitung < F tabel maka Ho diterima. Besarnya haga F

tabel diperoleh dari tabel uji F dengan taraf signifikansi 5%, derajat kebebasan 1

(df1) = jumlah wilayah – 1 dan df2 = jumlah responden – jumlah wilayah. Dari hasil

perhitungan dengan menggunakan bantuan program SPSS 11.0 diperoleh harga-

harga sebagai berikut :

Tabel 4.8 Uji Anova Perbedaan Peranan Pola Penyebaran Taman Kota

ANOVA

Ekologi

3.119 3 1.040 54.649 .000

1.826 96 1.9E-02

4.945 99

Between Groups

Within Groups

Total

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Berdasarkan hasil pada tabel di atas, diperoleh harga F hitung sebesar 54,649.

Harga ini kemudian dikonsultasikan dengan harga F tabel untuk taraf signifikansi

Page 96: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Ho ditolak

+2,68 +54,649

5%, df1 = 4 – 1 =3 dan df2 = 100 – 4 = 96. Harga F tabel diperoleh 2,68. Perhitungan

tersebut dapat divisualisasikan dalam grafik berikut.

Gambar 4.1 Daerah Penolakan Hipotesis

Berdasarkan perhitungan dan grafik di atas, diketahui bahwa harga F hitung > F

tabel sehingga Ho ditolak. Artinya, peranan taman kota pada keempat wilayah adalah

berbeda. Simpulan ini didukung oleh harga probabilitas (signifikansi) sebesar 0,000

jauh di bawah 0,05 sehingga dapat dikatakan peranannya berbeda secara sangat

signifikan.

3. Perbedaan Peranan Pola Penyebaran Taman Kota Berdasarkan Wilayah

Dari simpulan di atas, diketahui adanya perbedaan peranan taman kota terhadap

ekologi di antara keempat wilayah. Masalah selanjutnya adalah menentukan wilayah

mana yang berbeda. Untuk menjawab masalah ini, digunakan analisis Tukey HSD

dengan melihat pada perbedaan rata-rata (Mean Difference) antar wilayah. Apabila

signifikansinya kurang dari 0,05 maka kedua wilayah dapat dikatakan mempunyai

peranan yang berbeda secara signifikan. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Tabel 4.9 Uji Signifikansi Perbedaan Peranan Penyebaran Taman Kota

Berdasarkan Wilayah

Ho diterima Ho ditolak

Page 97: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Ekologi

Tukey HSD

.0182 3.901E-02 .966

-.3958* 3.901E-02 .000

-.2687* 3.901E-02 .000

-.0182 3.901E-02 .966

-.4140* 3.901E-02 .000

-.2868* 3.901E-02 .000

.3958* 3.901E-02 .000

.4140* 3.901E-02 .000

.1272* 3.901E-02 .008

.2687* 3.901E-02 .000

.2868* 3.901E-02 .000

-.1272* 3.901E-02 .008

(J) Taman kotaKel. Demaan

Kel. Kauman

Kel. Pingkol

Kel. Ngabul

Kel. Kauman

Kel. Pingkol

Kel. Ngabul

Kel. Demaan

Kel. Pingkol

Kel. Ngabul

Kel. Demaan

Kel. Kauman

(I) Taman kotaKel. Ngabul

Kel. Demaan

Kel. Kauman

Kel. Pingkol

Mean

Difference

(I-J) Std. Error Sig.

The mean difference is significant at the .05 level.*.

Dari tabel di atas kolom Mean Difference terlihat bahwa perbedaan rata-rata

antara Kelurahan Ngabul dan Demaan adalah sebesar 0,0182 dengan signifikansi

0,966. Karena signifikansinya > 0,05 maka dengan demikian peranan taman kota

antara Kelurahan Ngabul dan Demaan memang berbeda tetapi tidak signifikan

(nyata). Dari tabel di atas juga dapat diketahui bahwa signifikansi perbedaan rata-rata

antara Kelurahan Ngabul dengan Kauman, Kelurahan Ngabul dengan Pingkol,

Kelurahan Demaan dengan Kauman, Kelurahan Demaan dengan Pingkol, Kelurahan

Kauman dengan Pingkol semuanya lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian

perbedaan yang terjadi memang benar-benar signifikan.

Langkah analisis selanjutnya adalah menentukan wilayah mana saja yang tidak

berbeda secara signifikan. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.10 Uji Homogeneous Subsets Ekologi

Page 98: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Ekologi

Tukey HSDa

25 2.1330

25 2.1512

25 2.4198

25 2.5470

.966 1.000 1.000

Taman kotaKel. Demaan

Kel. Ngabul

Kel. Pingkol

Kel. Kauman

Sig.

N 1 2 3

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 25.000.a.

Dengan menggunakan homogeneous subset pada tabel di atas, dapat diketahui

bahwa pada subset 1 terdiri dari Kelurahan Demaan dan Ngabul. Hal ini berarti

antara Kelurahan Demaan dan Ngabul tidak ada perbedaan peranan taman kota

secara signifikan. Hasil ini merupakan pendukung hasil analisis dengan

menggunakan Tukey HSD. Pada subset 2 terdiri dari Kelurahan Pingkol, yang berarti

Kelurahan Pingkol mempunyai peranan taman yang berbeda dengan wilayah lain.

Sedangkan pada subset 3 terdiri dari Kelurahan Kauman, artinya peranan taman kota

di Kelurahan Kauman berbeda secara signifikan dengan wilayah lain.

4. Perbedaan Peranan Penyebaran Taman Kota Berdasarkan Parameter

Ekologi

Berikut ini akan diuraikan peranan taman kota terhadap vegetasi, suhu udara,

lalu lintas dan penguranan pencemaran udara pada masing-masing kelurahan. Untuk

keperluan tersebut, dilakukan analisis varians (anova) tiap-tiap aspek ekologi pada

keempat kelurahan.

Anova dilakukan untuk mengetahui apakah keempat kelurahan mempunyai

peranan taman kota bagi vegetasi yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan

dalam pengujian ini adalah :

Page 99: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Ho : peranan taman kota terhadap vegetasi pada keempat kelurahan adalah sama

Ha : peranan taman kota terhadap vegetasi pada keempat kelurahan tidak sama

Kriteria pengujiannya adalah jika harga F hitung (Anova) > harga F tabel, maka

Ho ditolak, tetapi jika harga F hitung < F tabel maka Ho diterima. Besarnya haga F

tabel diperoleh dari tabel uji F dengan taraf signifikansi 5%, derajat kebebasan 1

(df1) = jumlah kelurahan – 1 dan df2 = jumlah responden – jumlah kelurahan. Dari

hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program SPSS 11.0 diperoleh

harga-harga sebagai berikut :

Tabel 4.11 Uji Anova Parameter Ekologi

ANOVA

6.993 3 2.331 27.360 .000

8.179 96 8.5E-02

15.172 99

6.647 3 2.216 14.995 .000

14.185 96 .148

20.832 99

1.112 3 .371 3.722 .014

9.557 96 1.0E-01

10.668 99

3.906 3 1.302 18.356 .000

6.810 96 7.1E-02

10.716 99

Between Groups

Within Groups

Total

Between Groups

Within Groups

Total

Between Groups

Within Groups

Total

Between Groups

Within Groups

Total

Vegetasi

Suhu udara

Lalu lintas

Pengurangan

pencemaran

udara

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Berdasarkan hasil pada tabel di atas, peranan taman kota terhadap vegetasi

memperoleh harga F 27,360 dengan signifikansi 0,000. Hasil ini kemudian

dikonsultasikan dengan harga F tabel sebesar 2,68. Karena harga F hitung > F tabel

maka Ho ditolak, artinya peranan taman kota terhadap vegetasi di keempat kelurahan

Page 100: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

adalah berbeda secara signifikan dilihat dari nilai signifikansinya sebesar 0,000 jauh

di bawah 0,05.

Peranan taman kota terhadap suhu udara memperoleh harga F hitung 14,995

dengan signifikansi 0,000. Karena F hitung > F tabel disimpulkan Ho ditolak, yang

berarti peranan taman kota bagi suhu udara di keempat kelurahan memang berbeda.

Hal ini didukung dengan nilai signifikansinya yang lebih kecil dari 0,05.

Peranan taman kota terhadap lalu lintas memperoleh harga F hitung 3,722

dengan signifikansi 0,014. Karena harga F hitung > F tabel maka Ho ditolak, artinya

peranan taman kota terhadap lalu lintas di empat kelurahan memang berbeda secara

signifikan.

Peranan taman kota bagi pengurangan pencemaran udara diperoleh harga F

hitung 18,356 dengan signifikansi 0,000. Karena harga F hitung menunjukkan harga

yang lebih besar dari 2,68 dan signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak,

artinya peranan taman kota bagi pengurangan pencemaran udara di empat kelurahan

memang berbeda secara signifikan.

Dari simpulan di atas, diketahui adanya perbedaan peranan taman kota terhadap

ekologi di antara keempat wilayah. Masalah selanjutnya adalah menentukan wilayah

mana yang berbeda untuk tiap aspek ekologi (vegetasi, suhu udara, lalu lintas dan

penguranan pencemaran udara). Untuk menjawab masalah ini, digunakan analisis

Tukey HSD dengan melihat pada perbedaan rata-rata (Mean Difference) antar

wilayah. Apabila signifikansinya < 0,05 maka kedua wilayah dapat dikatakan

mempunyai peranan yang berbeda secara signifikan. Hasil perhitungan dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Page 101: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Tabel 4.12 Rangkuman Uji Signifikansi Perbedaan Parameter Ekologi Tiap Wilayah

Variabel Taman Kota I Taman Kota II sig. Variabel Taman Kota I Taman Kota II sig.

Demaan 0.063 Demaan 0.537

Kauman 0.000 Kauman 0.031

Ngabul

Pingkol 0.000

Ngabul

Pingkol 0.026

Ngabul 0.063 Ngabul 0.537

Kauman 0.000 Kauman 0.468

Demaan

Pingkol 0.123

Demaan

Pingkol 0.427

Ngabul 0.000 Ngabul 0.031

Demaan 0.000 Demaan 0.468

Kauman

Pingkol 0.001

Kauman

Pingkol 1.000

Ngabul 0.000 Ngabul 0.026

Demaan 0.123 Demaan 0.427

vegetasi

Pingkol

Kauman 0.001

Lalu Lintas

Pingkol

Kauman 1.000

Demaan 0.993 Pengurangan Demaan 0.000

Kauman 0.000 Pencemaran Kauman 0.604

Ngabul

Pingkol 0.000

Ngabul

Pingkol 0.439

Ngabul 0.993 Ngabul 0.000

Kauman 0.000 Kauman 0.000

Demaan

Pingkol 0.000

Demaan

Pingkol 0.000

Ngabul 0.000 Ngabul 0.604

Demaan 0.000 Demaan 0.000

Kauman

Pingkol 0.998

Kauman

Pingkol 0.036

Ngabul 0.000 Ngabul 0.439

Demaan 0.000 Demaan 0.000

Suhu Udara

Pingkol

Kauman 0.998

Udara

Pingkol

Kauman 0.036

Pada aspek peranan taman kota terhadap vegetasi, signifikansi antara

Kelurahan Ngabul dan Demaan sebesar 0,063. Karena signifikansinya lebih besar

dari 0,05 maka disimpulkan perbedaan pada kedua kelurahan tidak signifikan.

Demikian juga besarnya signifikansi antara Kelurahan Pingkol dengan Demaan

sebesar 0,123 sehingga disimpulkan perbedaan peranan taman kota terhadap vegetasi

antara kedua Kelurahan adalah tidak signifikan. Sedangkan harga signifikansi yang

diperoleh dari Kelurahan Ngabul dengan Kauman, Ngabul dengan Pingkol, Demaan

dengan Kauman, Kauman dengan Pingkol menunjukkan harga yang lebih kecil dari

0,05 yang berarti perbedaan taman kotanya terhadap vegetasi berbeda secara

signifikan. Hasil tersebut didukung dari analisis homogeneous subsets, seperti pada

tabel berikut :

Tabel 4.13 Uji Homogeneous Subsets Vegetasi

Page 102: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Vegetasi

Tukey HSDa

25 1.9440

25 2.1520 2.1520

25 2.3360

25 2.6640

.063 .123 1.000

Taman kotaKel. Ngabul

Kel. Demaan

Kel. Pingkol

Kel. Kauman

Sig.

N 1 2 3

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 25.000.a.

Dari tabel diatas, diketahui bahwa Kelurahan Ngabul dan Demaan tidak

mempunyai perbedaan yang signifikan. Demikian juga antara Kelurahan Demaan

dan Pingkol. Sedangkan Kelurahan Kauman mempunyai perbedaan yang signifikan

dengan kelurahan yang lain.

Pada aspek peranan taman kota terhadap suhu udara, besarnya signifikansi

antara Kelurahan Ngabul dengan Demaan adalah 0,993; antara Kelurahan Kauman

dengan Pingkol sebesar 0,998 dan lebih besar dari 0,05. Dengan demikian perbedaan

peranan taman kota terhadap suhu udara antara kedua pasang kelurahan tersebut

tidak signifikan. Besarnya signifkansi antara Kelurahan Ngabul dengan Kauman,

Ngabul dengan Pingkol, Demaan dengan Kauman, Demaan dengan Pingkol

menunjukkan harga yang kurang dari 0,05 sehingga dikatakan perbedaan peranan

taman kotanya terhadap suhu udara adalah signifikan. Simpulan ini didukung dari

analisis homogeneous subsets berikut.

Tabel 4.14 Uji Homogeneous Subsets Suhu Udara

Page 103: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Suhu udara

Tukey HSDa

25 2.0700

25 2.1000

25 2.5900

25 2.6100

.993 .998

Taman kotaKel. Ngabul

Kel. Demaan

Kel. Kauman

Kel. Pingkol

Sig.

N 1 2

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 25.000.a.

Tabel di atas memberi gambaran bahwa Kelurahan Ngabul dan Demaan tidak

memiliki perbedaan yang signifikan dengan yang lain, demikian juga untuk

kelurahan Kauman dan Pingkol.

Pada aspek peranan taman kota terhadap lalu lintas, besarnya signifikasi antara

Kelurahan Ngabul dengan Demaan, Demaan dengan Kauman, Demaan dengan

Pingkol, serta Kauman dengan Pingkol menunjukkan harga yang lebih besar dari

0,05 sehingga dikatakan perbedaan peranan kotanya terhadap lalu lintas keempat

pasang kelurahan adalah tidak signifikan. Sedangkan antara Kelurahan Ngabul

dengan Kauman serta Ngabul dengan Pingkol, menunjukkan harga signifikansi lebih

kecil dari 0,05. Dengan demikian disimpulkan bahwa perbedaan peranan taman

kotanya terhadap lalu lintas kedua pasang kelurahan adalah signifkan. Sebagai

pendukung, dapat dilihat hasil analisis homogeneous subsets berikut :

Tabel 4.15 Uji Homogeneous Subsets Lalu Lintas

Page 104: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Lalu lintas

Tukey HSDa

25 2.1840

25 2.3040 2.3040

25 2.4340

25 2.4400

.537 .427

Taman kotaKel. Ngabul

Kel. Demaan

Kel. Kauman

Kel. Pingkol

Sig.

N 1 2

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 25.000.a.

Dari tabel diatas, diketahui bahwa pada subset 1, antara Kelurahan Ngabul dan

Demaan dinyatakan tidak mempunyai perbedaan yang signifikan. Pada subset 2,

antara Kelurahan Demaan, Kauman dan Pingkol dinyatakan tidak mempunyai

perbedaan yang signifikan satu dengan yang lain.

Pada aspek peranan taman kota terhadap pengurangan pencemaran udara,

antara Kelurahan Ngabul dengan Demaan, Demaan dengan Kauman, Demaan

dengan Pingkol, Kauman dengan Pingkol menunjukkan harga signifikansi lebih kecil

dari 0,05 sehingga dikatakan bahwa peranan taman kotanya terhadap pengurangan

pencemaran udara pada empat pasang kelurahan adalah signifkan. Sedangkan antara

Kelurahan Ngabul dengan Kauman, Ngabul dengan Pingkol, menunjukkan harga

signifikansi yang lebih besar dari 0,05 sehingga disimpulkan bahwa perbedaan

peranan taman kotanya terhadap pengurangan pencemaran udara pada empat dua

pasang kelurahan adalah tidak signifikan. Hasil ini didukung dari analisis

homogeneous berikut ini:

Tabel 4.16 Uji Homogeneous Subsets Pengurangan Pencemaran Udara

Page 105: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Pengurangan pencemaran udara

Tukey HSDa

25 1.9760

25 2.2933

25 2.4067 2.4067

25 2.5000

1.000 .439 .604

Taman kotaKel. Demaan

Kel. Pingkol

Kel. Ngabul

Kel. Kauman

Sig.

N 1 2 3

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 25.000.a.

Berdasarkan tabel diatas, pada subset 1 Kelurahan Demaan dinyatakan

mempunyai perbedaan yang signifikan. Pada subset 2, Kelurahan Pingkol dan

Ngabul dinyatakan tidak mempunyai perbedaan yang signifikan. Pada subset 3,

Kelurahan Ngabul dan Kauman dinyatakan tidak mempunyai perbedaan yang

signifikan.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian diketahui bahwa terdapat korelasi

yang cukup tinggi antara pola penyebaran taman kota dengan parameter ekologi di

kota Jepara. Besarnya koeisien korelasi atau derajat hubungan antara keduanya

adalah 0,613 dengan koefisien determinasi sebsar 0,376 yang berarti bahwa 37,6%

kualitas ekologi menurut responden dipengaruhi oleh pola penyebaran taman kota.

Dengan demikian masih terdapat 62,4% pengaruh dari faktor lain selain pola

penyebaran taman kota, yang juga berpengaruh terhadap kualitas ekologi kota. Dari

persamaan regresi yang diperoleh, yaitu Y = 2,008 + 0,122X, memberikan gambaran

bahwa untuk dapat meningkatkan satu satuan kualitas ekologi, maka pola penyebaran

taman kota harus ditingkatkan sebesar 0,122 satuan. Beberapa faktor lain yang dapat

Page 106: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

berpengaruh terhadap kualitas ekologi (yang tidak terungkap dalam penelitian) antara

lain faktor letak geografis kota Jepara, pola pemukiman penduduk, atau pun faktor

musim dan cuaca pada saat penelitian dilaksanakan. Untuk itu masih perlu adanya

penelaahan lebih lanjut mengenai beberapa faktor tersebut sehingga dapat dijadikan

sebagai pedoman bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas ekologi kota

Jepara.

Dari adanya pengaruh atau peranan yang diberikan oleh pola penyebaran taman

kota terhadap kualitas ekologi, dilakukan analisis terhadap ada tidaknya perbedaan

peranan terhadap ekologi di empat wilayah kelurahan. Dari hasil analisis anova

diperoleh harga F hitung yang lebih besar daripada F tabel, sehingga dapat

disimpulkan bahwa peranan yang diberikan oleh pola penyebaran taman kota

terhadap ekologi memang berbeda-beda secara signifikan di empat kelurahan. Hasil

ini memberikan pengertian, pengaruh yang timbulkan oleh adanya taman di tiap-tiap

kelurahan dirasakan berbeda. Satu kelurahan mungkin lebih merasakan dampak

positif adanya taman dalam perubahan suhu udara, tetapi di kelurahan lain mungkin

taman memberikan dampak positif lebih pada keteraturan lalu lintas di sekitarnya.

Perbedaan-perbedaan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya perbedaan

jenis tumbuhan yang digunakan untuk membuat taman, atau pun perbedaan desain

taman yang dibuat. Dari hasil analisis lanjutan, diperoleh simpulan bahwa adanya

perbedaan tersebut dirasakan antara Kelurahan Ngabul dengan Kauman, Ngabul

dengan Pingkol, Demaan dengan Kauman, Demaan dengan Pingkol serta Kelurahan

Kauman dengan Pingkol.

Page 107: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Secara lebih khusus tentang perbedaan peranan pola penyebaran taman kota

terhadap ekologi, maka dilakukan analisis untuk mengetahui perbedaan peranan

penyebaran taman kota terhadap seluruh parameter ekologi di empat kelurahan. Dari

hasil analisis diperoleh harga F hitung untuk semua parameter ekologi menunjukkan

harga yang lebih besar daripada harga F tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa

peranan pola penyebaran taman kota terhadap parameter ekologi benar-benar

berbeda secara signifikan.

Perbedaan yang signifikan pada parameter vegetasi dirasakan oleh responden

yang berada di Kelurahan Ngabul dan Kauman, antara Ngabul dan Pingkol, Demaan

dan Kauman, serta antara Kauman dengan Pingkol. Sebagai ilustrasi dari hasil

tersebut, bahwa peranan vegetasi taman kota yang dirasakan oleh responden di

Ngabul, berbeda dengan peranan vegetasi taman kota yang dirasakan oleh responden

di Kauman. Mungkin saja responden di Ngabul merasakan bahwa vegetasi di taman

kotanya tidak memberikan dampak yang nyata bagi ekologi, namun responden di

Kauman merasakan adanya dapmak yang kuat dari adanya vegetasi taman kota

terhadap ekologi wilayahnya.

Perbedaan yang signifikan pada parameter suhu udara dirasakan oleh

responden di Kelurahan Ngabul dengan Kauman, Ngabul dengan Pingkol, Demaan

dengan Kauman, serta Demaan dengan Pingkol. Hasil ini memberikan pengertian

bahwa responden merasakan adanya perbedaan suhu udara (misalnya antara di

Ngabul dan Kauman) yang dipengaruhi oleh adanya taman kota di wilayahnya.

Perbedaan kelancaran lalu lintas pun dirasakan berbeda oleh responden di kota

Jepara. Hal ini dapat dilihat dari adanya perbedaan yang signifikan pada parameter

Page 108: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

lalu lintas sebagai dampak dari adanya taman kota. Perbedaan tersebut dirasakan

antara responden di Ngabul dengan Kauman serta Ngabul dengan Pingkol. Adanya

perbedaan dampak pada lalu lintas dapat terjadi karena desain taman kota yang

dibuat. Desain taman kota yang baik, yang memperhatikan bentuk jalan, serta letak

jelas akan memberikan dampak yang lebih baik bagi kelancaran lalu lintas, dari pada

taman yang dibuat dengan tidak memperhatikan aspek bentuk jalan serta diletakkan

disembarang tempat.

Peranan adanya taman kota terhadap pengurangan pencemaran udara juga

dirasakan berbeda secara signifikan. Perbedaan tersebut dirasakan antara responden

di Ngabul dengan Demaan, Demaan dengan Kauman, Demaan dengan Pingkol serta

Kauman dengan Pingkol. Adanya perbedaan pengurangan pencemaran udara sebagai

akibat dari adanya taman kota dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk

meningkatkan kualitas taman kota bagi wilayah yang pencemaran udaranya tinggi.

Dengan demikian keberadaan taman kota akan menjadi penyaring polusi dari

berbagai sumber polusi udara.

Page 109: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

1. Terdapat korelasi yang cukup tinggi antara pola penyebaran taman

kota dengan parameter ekologi di kota Jepara. Besarnya koefisien

korelasi atau derajat hybungan antara keduanya adalah 0,613 dengan

koefisien determinasi sebesar 0,376 yang berarti bahwa 37,6 %

kualitas ekologi menurut responden dipengaruhi oleh pola penyebaran

taman kota.

2. dari adanya peranan yang diberikan oleh pola penyebaran taman kota

terhadap kualitas ekologi, dilakukan analisis terhadap ada tidaknya

perbedaan peranan terhadap ekologi di empat wilayah kelurahan. Dari

hasil analisis anova diperoleh F hitung yang lebih besar daripada F

tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa peranan yang diberikan oleh

Page 110: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

pola penyebaran taman kota terhadap ekologi memang berbeda-beda

secara signifikan di empat kelurahan. Hasil ini memberikan

pengertian, pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya taman di tiap-tiap

kelurahan dirasakan berbeda. Satu kelurahan mungkin lebih

merasakan dampak positif adanya taman dalam perubahan suhu udara,

tetapi di kelurahan lain mungkin taman memberikan dampak positif

lebih pada keteraturan lalu lintas di sekitarnya. Perbedaan-perbedaan

ini dapat disebabkan oleh beberapa factor, misalnya perbedaan jenis

tumbuhan yang digunakan untuk membuat taman, ataupun perbedaan

desain taman yang dibuat. Dari hasil analisis lanjutan, diperoleh

simpulan bahwa adanya perbedaan tersebut dirasakan antara

Kelurahan Ngabul dengan Kauman, Ngabul dengan Pingkol, Demaan

dengan Kauman, Demaan dengan Pingkol serta Kelurahan Kauman

dengan Pingkol.

3. Perbedaan yang signifikan pada parameter vegetasi dirasa oleh

responden yang berbeda di Kelurahan Ngabul dan Kauman, antara

Ngabul dan Pingkol, Demaan dan Kauman,serta antara Kauman

dengan Pingkol. Sebagai ilustrasi dari hasil tersebut, bahwa peranan

vegetasi taman kota yang dirasakan oleh responden di Kauman.

Mungkin saja di taman kotanya tidak memberikan dampak yang kuat

dari adanya vegetasi taman kota terhadap ekologi wilayahnya.

Perbedaan yang signifikan pada parameter suhu udara dirasakan oleh

responden di Kelurahan Ngabul dengan Kauman, Ngabul dengan

Page 111: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Pingkol, Demaan dengan Kauman, serta Demaan dengan Pingkol.

Hasil ini memberikan pengertian bahwa responden marasakan adanya

perbedaan suhu udara (misalnya antara di Ngabul dan Kauman) yang

dipengaruhi oleh adanya taman kota di wilayahnya. Perbedaan

kelancaran lalu lintas sebagai dampak dari adanya taman kota.

Perbedaan tersebut dirasakan antara responden di Ngabul dengan

Kauman serta Ngabul dengan Pingkol. Adanya perbedaan dampak

pada lalu lintas dapat terjadi karena desain taman kota yang dibuat.

Desain taman kota yang baik, karena memperhatikan bentuk jalan,

serta letak jelas akan memberikan dampak yang lebih baik bagi

kelancaran lalu lintas, daripada taman yang dibuat dengan tidak

memperhatikan aspek bentuk jalan serta diletakkan di sembarang

tempat.

Peranan adanya taman kota terhadap pengurangan pencemaran udara

juga dirasakan berbeda secara signifikan. Perbedaan tersebut

dirasakan antara responden di Ngabul dengan Demaan, Demaan

dengan Kauman, Demaan dengan Pingkol serta Kauman dengan

Pingkol.

Adanya perbedaan pengurangan pencemaran udara sebagai akibat dari

adanya taman kota dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk

meningkatkan kualitas taman kota bagi wilayah yang pencemaran

udaranya tinggi. Dengan demikian keberadaan taman kota akan

menjadi penyaring polusi dari berbagai sumber polusi udara.

Page 112: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka saran-saran yang

dapat disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Peranan vegetasi taman kota di Kelurahan Ngabul tidak memberikan

dampak yang kuat, sehingga perlu adanya penambahan vegetasi untuk

memperkuat peranan taman kota.

2. Adanya perbedaan pengurangan pencemaran udara dan suhu udara di

antara taman-taman kota dapat dijadikan sebagai acuan untuk

meningkatkan kualitas taman kota bagi wilayah yang pencemaran

udara dan suhu udaranya tinggi, dengan demikian keberadaan taman

kota akan menjadi penyaring polusi dari berbagai sumber polusi

udara.

3. Diperlukan desain taman kota yang baik, yang mampu

memperhatikan bentuk jalan, serta peletakan taman kota jelas akan

memberikan dampak yang lebih baik dari kelancaran lalu lintas.

Page 113: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Balai Penelitian Statistik (BPS) dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(BAPPEDA) Kabupaten Jepara. 2003. Jepara dalam Angka 2003. Jepara : BPS dan BAPPEDA Kabupaten Jepara.

Daldjoeni. 1985. Penduduk, Lingkungan dan Masa Depan. Bandung : Alumni. DKPPK. 2004. Site Plan Taman Kota di Jepara. Jepara : DKPPK Jepara. DLHPE. 2004. Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Jepara Tahun 2004.

Jepara : DLHPE Kabupaten Jepara. DPU. 2002. Proyek Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota Jepara (RDTRK)

Kota Jepara Tahun Anggaran 2002. Jepara : DPU Jepara. Fakta dan Analisa. 2000. : Review Rencana Umum Tata Tuang Kota Jepara Tahun

2001-2010. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Jepara. Jepara : DPU Kabupaten Jepara.

Hakim, Rustam dan Utomo, Hardi. 2002. Komponen Perancangan Arsitektur

Lansekap : Prinsip-Unsur dan Aplikasi Disain. Jakarta : bumi aksara. Laurie, Michael. 1986. Arsitektur Pertamana. Bandung : Intermatra. Ngabekti, Sri. 2003. Paparan Kuliah Ekologi. Semarang. FMIPA Jurusan Biologi

UNNES. Prawiro, Ruslan. 1983. Ekologi Lingkungan Pencemaran. Semarang : Satya Wacana.

Page 114: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

Setiyaningrum, Diyah. 2002. Pola Penyebaran Taman Kota di Semarang. Semarang

: Perpustakaan UNNES. S. Foster, William. 1990. Ilmu Pengetahuan Populer. Glorier Internasional, Inc. Soeriaatmadja. 1989. Ilmu Pengetahuan. Bandung : ITB. Sudjana. 1989. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito. Suharso. 2002. Taman Pagar. Yogyakarta : Kanisius.

INSTRUMEN PENELITIAN

POLA PENYEBARAN TAMAN KOTA

Page 115: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

DAN PERANANNYA TERHADAP EKOLOGI DI KOTA JEPARA

PENGANTAR

Penelitian ini diadakan dalam rangka penyusunan skripsi pada Strata Satu

(S1) Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Negeri Semarang. Tujuan penelitian

ini adalah ingin mengetahui respon penduduk terhadap taman kota di Jepara, yaitu

meliputi taman Adipura dan taman Bundaran di Kelurahan Ngabul, taman Tugu

Pahlawan di Kelurahan Demaan, taman utara Masjid Baiturrahmann di Kelurahan

Kauman dan taman Karang di Kelurahan Pingkol.

Demi tercapainya tujuan penelitian ini, maka peneliti mohon kesediaan

saudara untuk mengisi daftar pertanyaan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Jawaban yang saudara isikan dijaga kerahasiaannya. Jawaban yang baik adalah

jawaban yang sesuai dengan pendapat dan keadaan saudara sendiri.

Atas bantuan dan kerjasamanya yang baik ini, kami ucapkan banyak terima

kasih. Semoga penelitian ini bermanfaat dan berguna bagi pengembangan dan

kemajuan, terutama dalam usaha peningkatan penyebaran taman kota dan

peranannya pada ekologi kota di Jepara.

Semarang, Februari 2005

Peneliti

Junaidy Jibran Abdillah

NIM. 5114000021

POLA PENYEBARAN TAMAN KOTA

DAN PERANANNYA TERHADAP EKOLOGI KOTA

Page 116: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

DI JEPARA

I. DATA DIRI

Berikan tanda silang (X) pada angka yang menunjukkan kondisi yang ada

pada diri Anda.

1. Jenis kelamin

(1) Laki-laki (2) Perempuan ( )

2. Usia

(1) 15-25 tahun

(3) 35-45 tahun

(2) 25-35 tahun

(4) 45 tahun ke atas

( )

3. Pendidikan akhir

(1) SD (2) SLTP (3) SLTA (4) S1 (5) S2 ( )

4. Tempat tinggal

(1) Kelurahan Ngabul, di sekitar Taman Adipura dan Bundaran

(4) Kelurahan Pingkol, di sekitar Taman Karang

(2) Kelurahan Demaan, di sekitar Taman Tugu Pahlawan

(3) Kelurahan Kauman, di sekitar Taman Utara Masjid Baiturrahman

Page 117: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

II. INSTRUMEN

Berikan tanda (X) pada pernyataan-pernyataan berikut dengan alternatif-

alternatif jawaban yang telah disediakan mengenai penilaian Anda terhadap

peranan taman kota di Jepara.

A : Alternatif jawaban sangat setuju

B : Alternatif jawaban setuju

C : Alternatif jawaban tidak setuju

D : Alternatif jawaban sangat tidak setuju

NO

PERTANYAAN-PERTANYAAN A B C D

5.

6.

7.

8.

9.

10.

VEGETASI TAMAN KOTA

1. Taman Adipura dan taman Bundaran di

Kelurahan Ngabul

Dengan adanya taman semak dan pohon berderet sebagai

saringan, pengurangan debu cukup di sekitar taman

tersebut.

Adanya taman semak, pohon yang tinggi, lebar dan

beraneka ragam, pengurangan debu tinggi sebab dapat

diendap dalam tanaman serta meredam kebisingan.

2. Taman Tugu Pahlawan di Kelurahan Demaan

Taman Tugu Pahlawan banyak terdapat pohon, perdu,

semak, rerumputan.

Taman semak, pohon padat, lebar dan beraneka ragam,

pengurangan debu tinggi sebab dapat di endap tanaman

dan meredam kebisingan.

3. Taman utara Masjid Baiturrahmann di

Kelurahan Kauman

Banyak terdapat pohon, semak, rerumputan, perdu

sehingga dapat mengurangi debu, kebisingan, dan

hembusan angin kencang.

4. Taman Karang di Kelurahan Pingkol

Page 118: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

Adanya pohon yang tinggi, kolan air mancur,

pengurangan debu tinggi sebab di endap tanaman dan

dapat meredam kebisingan

TAMAN KOTA TERHADAP SUHU UDARA

Penyebaran taman kota di Jepara seperti di atas dapat

memberikan kesan sejuk dalam kota.

Rasa sejuk dan nyaman muncul saat Anda berjalan kaki

di siang hari di tempat terbuka yang terdapat taman.

Taman kota dapat mengurangi panas dalam kota.

Jumlah taman kota yang tersebar di kota Jepara perlu

ditambah karena dapat menciptakan suasana lingkungan

yang nyaman.

Dengan ditambahnya taman kota dapat mengurangi suhu

udara panas menjadi suhu udara sejuk.

LALU LINTAS DI SEKITAR TAMAN KOTA

Taman-taman kota di Jepara berperan dalam mengatur

sirkulasi lalu lintas.

Taman-taman kota dapat mempengaruhi cepat lambatnya

kendaraan yang melaju disekitar taman kota.

Saat bertambahnya volume lalu lintas, misal terjadi

kemacetan, taman-taman kota dapat menyegarkan

pandangan sebab visualisasi taman kota di buat menarik.

Taman-taman kota sebagai pembatas dan pengarah jalan

dapat memperlancar sirkulasi lalu lintas.

TAMAN KOTA TERHADAP PENCEMARAN

UDARA

1. Taman Adipura dan Bundaran di Kelurahan

Ngabul

Pencemaran udara disebabkan dari polusi udara, misal

dari asap kendaraan seperti sepeda motor, mobil, bus,

truk, asap industri dan sebagainya.

Disekitar Taman Adipura dan Bundaran Ngabul sering

Page 119: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

timbul pencemaran udara berupa gas, debu, abu, serbuk

dan berbagai gas dan zat lain.

Semakin banyak penyebaran taman kota, maka semakin

tinggi jumlah partikel yang tersaring di ruang terbuka.

2. Taman Tugu Pahlawan di Kelurahan Demaan

Disekitar taman Tugu Pahlawan sering timbul

pencemaran udara berupa gas, debu, abu, serbuk, dan

berbagai gas dan zat lain.

Jumlah semak, tanaman, dan pepohonan di taman Tugu

Pahlawan perlu di tambah untuk menyaring debu, asap,

partikel, dan sebagainya.

3. Taman utara Masjid Baiturrahmann di

Kelurahan Kauman

Disekitar taman utara masjid sering timbul pencemaran

udara seperti gas, debu, abu, serbuk, dan berbagai gas

dan zat lain.

Jumlah semak, ttanaman, pohon-pohon di taman utara

Masjid sudah mencukupi, untuk menyaring partikel,

asap, debu dan sebagainya.

4. Taman Karang di Kelurahan Pingkol

Disekitar taman Karang sering timbul pencemaran udara

seperti gas, debu, abu, serbuk, dan berbagai gas dan zat

lain.

Jumlah semak, tanaman berderet, pohon-pohon tinggi,

dan lebar perlu di tambah untuk menyaring asap, gas,

debu, dan zat lain.

Kolam air mancur di taman Karang dapat melembabkan

lingkungan sekitar dari pengaruh pencemaran udara.

Keberadaan taman Karang mampu mengurangi

pencemaran udara berupa gas, debu, asap, dan

sebagainya.

Page 120: Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara