Pokok Pokok Perubahan Uu Pph

download Pokok Pokok Perubahan Uu Pph

of 59

description

ppt

Transcript of Pokok Pokok Perubahan Uu Pph

  • **

    [email protected]

  • POKOK-POKOK PERUBAHANSUBJEK PAJAKOBJEK PAJAKOBJEK PAJAK PASAL 4 AYAT (2)PENGECUALIAN DARI OBJEK PAJAKBIAYA PENGURANG PENGHASILAN BRUTOISTERI YANG MEMILIH UNTUK MEMILIKI NPWP SENDIRINORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETOPENGHASILAN TIDAK KENA PAJAKTARIFPENCEGAHAN PENGHINDARAN PAJAK (PASAL 18)PEMOTONGAN/PEMUNGUTANKREDIT PAJAK LUAR NEGERI (PASAL 24)ANGSURAN PAJAK TAHUN BERJALANKETENTUAN PERPAJAKAN PERTAMBANGAN DAN SYARIAHFASILITAS PERPJAKAN BAGI UMKM**

  • 1. SUBJEK PAJAKPerluasan Pengertian Bentuk Usaha Tetap meliputi:Gudang;Ruang untuk promosi dan penjualan; danDedicated server untuk kegiatan usaha melalui internetAlasan Perubahan:Memperluas hak pemajakan dengan menegaskan gudang dan ruang untuk promosi dan penjualan yang dipergunakan oleh WP luar negeri sebagai BUT;Untuk menampung/mengantisipasi perkembangan perdagangan secara on-line (e-commerce)

    **

  • 2. OBJEK PAJAKPengalihan Hak di Bidang PertambanganPenghasilan dari usaha yang berbasis syariahImbalan bungaBunga Obligasi yang Diterima atau Diperoleh ReksadanaSurplus Bank Indonesia**

  • PENGALIHAN HAK DI BIDANG PERTAMBANGANMenegaskan keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan di sektor hulu migas merupakan objek pajak (Pasal 4 ayat (1) huruf d angka 5)

    Alasan perubahan:Hak/Interest di Bidang Pertambangan hulu migas adalah hak penambangan yang ketentuannya diatur tersendiri.Pengalihan hak tersebut kepada pihak lain dapat menyebabkan pemegang hak memperoleh keuntungan (capital gain).Keuntungan tersebut termasuk dalam pengertian penghasilan yang merupakan objek pajak berdasarkan UU PPh dan tidak termasuk dalam skema bagi hasil KPS.**OBJEK

    PAJAK

  • PENGHASILAN DARI USAHA BERBASIS SYARIAHPenghasilan dari kegiatan usaha berbasis syariah ditegaskan sebagai objek pajak.

    Alasan Perubahan:Perlakuan yang sama antara kegiatan usaha berbasis syariah seperti bank syariah dan lembaga keuangan syariah lain dengan kegiatan usaha dan bank serta lembaga keuangan konvensional**OBJEK

    PAJAK

  • IMBALAN BUNGAImbalan bunga yang diperoleh WP sehubungan dengan pelaksanaan UU KUP ditegaskan sebagai objek pajak.

    Alasan Perubahan:Memberi penegasan dan dasar hukum yang lebih kuat bagi fiskus untuk mengenai pajak atas imbalan bunga yang diterima WP.**OBJEK

    PAJAK

  • BUNGA OBLIGASI YANG DITERIMA REKSADANAKetentuan pengecualian bunga obligasi yang diterima reksadana (Pasal 4 ayat (3) huruf j) sebagai objek PPh dicabut sehingga dalam RUU PPh penghasilan tersebut merupakan objek pajak.

    Alasan Perubahan:Tujuan semula pendirian reksadana untuk menggairahkan investasi bagi investor kecil tidak mencapai sasaran.menghilangkan distorsi dan kompetisi yang kurang sehat di antara institusi keuangan dan menciptakan kesetaraan pemungutan pajak (level playing field) terhadap para WP yang berinvestasi di obligasi.**OBJEK

    PAJAK

  • SURPLUS BANK INDONESIASurplus Bank Indonesia ditegaskan sebagai objek pajak.

    Alasan Perubahan:Menyelaraskan dengan ketentuan UU BI yang menyatakan bahwa sepanjang tidak ada UU yang mengatur bahwa Surplus BI dikenai PPh maka Surplus BI tidak dikenai PPh.**OBJEK

    PAJAK

  • 3. OBJEK PAJAK PASAL 4 AYAT (2)Menegaskan objek PPh Pasal 4 ayat (2) yang selama ini tidak secara eksplisit diatur dalam ketentuan ini, seperti antara lain:Bunga obligasi dan Surat Utang NegaraHadiah undianPengalihan saham pasangan perusahaan modal venturaPersewaan tanah dan bangunanMemindahkan bunga simpanan koperasi yang sekarang dikenai PPh Pasal 23 final menjadi objek PPh Pasal 4 ayat (2) final.Menambah objek PPh Pasal 4 ayat (2) final meliputi:Penghasilan dari transaksi derivatif; danPenghasilan dari usaha jasa konstruksi dan real estate.**

  • 4. PENGECUALIAN DARI OBJEK PAJAKZakat dan sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di IndonesiaInter corporate dividendBeasiswaBagian laba unit penyertaan KIKSisa lebih lembaga nirlaba bidang pendidikan dan bidang penelitian dan pengembanganBantuan/santunan yang diterima dari BPJS**

  • ZAKAT DAN SUMBANGAN KEAGAMAANSama dengan zakat, sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluknya ditegaskan juga bukan merupakan objek pajak (syarat, dll diatur dengan PP)

    Alasan Perubahan:Memberikan perlakuan yang setara bagi semua WP tanpa memandang agama yang dianut.**BUKAN

    OBJEK

    PAJAK

  • INTER-CORPORATE DIVIDENDSyarat memiliki usaha aktif bagi WP yang menerima inter-corporate dividend dihapus.

    Alasan Perubahan:Tidak ada batasan yang tegas mengenai usaha aktif sehingga syarat ini sering menimbulkan perbedaan pendapat antara fiskus dan WP.**BUKAN

    OBJEK

    PAJAK

  • BEASISWABeasiswa dikecualikan sebagai Objek Pajak (syarat, dll diatur dengan PMK)

    Alasan Perubahan:Mendorong peran serta masyarakat (WP) untuk mendukung program pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan.**BUKAN

    OBJEK

    PAJAK

  • BAGIAN LABA UNIT PENYERTAAN KIKBagian laba yang diterima atau diperoleh pemegang unit penyertaan Kontrak Investasi Kolektif (KIK) bukan merupakan Objek Pajak.

    Alasan Perubahan:Mengangkat ketentuan perlakuan KIK yang dipersamakan dengan firma atau kongsi yang selama ini hanya ditegaskan dalam SE, yaitu penghasilan reksadana hanya dikenai pajak pada tingkat badan dan penghasilan dari redemption yang diperoleh yang pemegang unit penyertaan KIK tidak dikenai pajak. .**BUKAN

    OBJEK

    PAJAK

  • SISA LEBIH LEMBAGA PENDIDIKAN DAN LEMBAGA LITBANGsisa lebih lembaga nirlaba bidang pendidikan dan/atau bidang litbang (yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya) yang ditanamkan kembali dalam jangka waktu paling lama empat tahun dikecualikan sebagai objek pajak (ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan PMK).Alasan Perubahan:Mendukung program Pemerintah dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan penguasaan ilmu dan teknologi tinggi. . ..**BUKAN

    OBJEK

    PAJAK

  • BANTUAN/SANTUNAN DARI BPJSBantuan/santunan dari BPJS yang diterima WP tertentu bukan merupakan Objek Pajak (ketentuan lebih lanjut diatur dengan atau berdasarkan PMK).

    Alasan Perubahan:Mendukung program pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kurang mampu melalui pembentukan Sistem Jaminan Sosial Nasional.**BUKAN

    OBJEK

    PAJAK

  • 5. BIAYA PENGURANG PENGHASILAN BRUTOBiaya Promosi dan PenjualanBiaya BeasiswaPiutang Tak TertagihPemupukan Dana Cadangan Sumbangan yang dapat dibiayakan

    **

  • BIAYA PROMOSI DAN PENJUALANBiaya Promosi dan Penjualan ditegaskan sebagai pengurang penghasilan bruto yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan PMK.

    Alasan Perubahan:Biaya promosi dan penjualan dapat muncul dalam berbagai bentuk dan bergantung pada jenis usaha WP sehingga perlu diatur secara khusus dalam PMK termasuk besaran biaya tersebut yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.**BIAYA

  • Beasiswa yang dapat dibiayakan diperluas meliputi pemberian beasiswa kepada bukan pegawai seperti pelajar dan mahasiswa tetapi tetap memperhatikan kewajarannya.

    Alasan Perubahan:Mendorong peran serta masyarakat (WP) untuk mendukung program pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan.

    **BIAYA

  • PIUTANG TAK TERTAGIHSyarat untuk membiayakan piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dipermudah menjadi:telah dibiayakan dalam laporan laba rugi komersial; WP harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada DJP; dantelah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau ada perjanjian tertulis dengan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau ada pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan.Syarat nomor 3 tidak berlaku bagi piutang debitur kecil yang dihapuskan.Alasan Perubahan:Memberikan keringanan syarat penghapusan piutang tak tertagih untuk menghilangkan kesulitan-kesulitan yang timbul karena syarat yang berlaku sekarang.

    **BIAYA

  • PEMUPUKAN DANA CADANGANPembentukan cadangan diperluas meliputi:cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan; cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan; cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dancadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri,Alasan Perubahan:Memberikan perlakuan yang sama bagi badan usaha yang menyalurkan kreditMengakomodir pembentukan sistem jaminan sosial nasional dan pembentukan Lembaga Penjamin SimpananMengakomodir kewajiban pencadangan yang harus dialokasikan oleh WP yang bergerak dalam bidang usaha pertambangan, kehutanan, dan pengolahan limbah industri.**BIAYA

  • SUMBANGAN YANG DAPAT DIBIAYAKANSumbangan yang dapat dibiayakan meliputi:sumbangan penanggulangan bencana nasionalsumbangan penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesiabiaya pembangunan infrastruktur sosialsumbangan fasilitas pendidikansumbangan pembinaan olahragaAlasan Perubahan:Memberikan insentif atau dorongan kepada masyarakat (WP) agar secara langsung berperan serta dalam membantu penanggulangan korban bencana dan peningkatan kualitas hidup dan prestasi bangsa.**BIAYA

  • 6.ISTERI YANG MEMILIH UNTUK MENJALANKAN HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKANNYA SENDIRIPenghasilan suami-isteri dikenakan pajak secara terpisah apabila dikehendaki oleh isteri yang memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya sendiri.Tata cara penghitungan PPh terutang sama dengan suami-isteri yang melakukan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan.

    Alasan Perubahan:Singkronisasi dengan penjelasan Pasal 2 ayat (1) yang menyatakan bahwa wanita kawin dapat mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP atas namanya sendiri agar dapat melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya terpisah dari hak dan kewajiban perpajakan suaminya.**

  • 7. NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETOBatas peredaran usaha untuk dapat menggunakan norma penghitungan penghasilan neto dinaikkan dari Rp 600 juta menjadi sebesar Rp 4,8 miliar.

    Alasan Perubahan:Menyesuaikan dengan tingkat perekonomian saat ini.Diharapkan dengan peningkatan batas peredaran usaha, maka WP tidak menekan jumlah peredaran usaha yang dilaporkannya hanya sampai dengan Rp 600 juta.

    Keterangan:Ketentuan ini sejalan dengan dengan ketentuan Pasal 28 ayat (2) yang berbunyi:Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tetapi wajib melakukan pencatatan, adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.****

  • 8. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK**

    [email protected]

  • 9. TARIF (PASAL 17)Tarif WP Orang PribadiTarif WP BadanTarif WP PerseroanTerbukaTarif Dividen yang diterima WP orang pribadi dalam negeri**

  • TARIF WP ORANG PRIBADIKetentuan Sekarang:**RUU:TARIF

    [email protected]

  • PENURUNAN TARIF LAPISAN TERTINGGI WP OP**Tarif tertinggi PPh orang pribadi dapat diturunkan menjadi paling rendah 25% yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

    Alasan Perubahan:Agar tarif lapisan tertinggi PPh OP dapat diturunkan jika dipandang perlu untuk disesuaikan dengan penurunan tarif PPh badan.TARIF

  • TARIF WP BADAN**Ketentuan Sekarang:RUU:Tarif tunggal sebesar 28%Mulai tahun 2010 diturunkan menjadi 25%.Alasan Perubahan:Tarif tunggal selaras dengan prinsip netralitas dalam pengenaan pajak atas WP badan.Tarif diturunkan secara bertahap untuk meningkatkan daya saing dengan negara-negara lain dalam menarik investasi luar negeriTARIF**

  • TARIF WP PERSEROAN TERBUKAWP badan dalam negeri berbentuk perseroan terbuka memeroleh penurunan tarif sebesar 5% dari tarif WP badan yang berlaku sepanjang memenuhi syarat:paling sedikit 40% dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;persyaratan tertentu lainnya.

    Alasan Perubahan:Penurunan tarif ini dimaksudkan untuk meningkatkan peranan pasar modal sebagai sumber pembiayaan dunia usaha dan mendorong peningkatan jumlah perseroan terbuka dan kepemilikan publik pada perseroan terbuka.**TARIF

  • TARIF DIVIDEN YANG DITERIMA WP OP DALAM NEGERITarif yang dikenakan atas dividen yang diterima WP OP dalam negeri adalah setinggi-tingginya sebesar 10% dan bersifat final (diatur lebih lanjut dengan PP).

    Alasan Perubahan:RUU PPh tetap menganut classical system sehingga dividen tetap merupakan objek pajak.Namun, perlu diberikan insentif berupa tarif PPh yang rendah atas dividen:agar beban pajak yang ditanggung pemegang saham orang pribadi dapat dikurangi;untuk mendorong perusahaan agar mendistribusikan penghasilannya kepada para pemegang saham;karena investasi dalam bentuk penyertaan modal mengandung risiko yang lebih besar daripada investasi dalam dentuk deposito dan obligasi;Tarif final memberikan kesederhaan administrasi bagi WP dan DJP.**TARIF

  • 10. PENCEGAHAN PENGHINDARAN PAJAK (PASAL 18)Pembelian saham atau aset perusahaan WP dalam negeri melalui Spesial Purpose Company (SPC).

    Penjualan saham SPC di tax haven country yang memiliki saham WP dalam negeri.

    Pembayaran gaji ekspatriat yang ditempatkan oleh perusahaan induk di luar negeri untuk bekerja sebagai pegawai perusahaan/WP dalam negeri yang merupakan anak perusahaannya.**

  • PASAL 18 AYAT (3b)Wajib Pajak yang melakukan pembelian saham atau aktiva perusahaan melalui pihak lain atau badan yang dibentuk untuk maksud demikian (Special Purpose Company), dapat ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya melakukan pembelian tersebut sepanjang Wajib Pajak yang bersangkutan mempunyai hubungan istimewa dengan pihak lain atau badan tersebut dan terdapat ketidakwajaran penetapan harga.**

  • **

    Bank ABVI LtdLNDNPT X memiliki 95% saham BVI Ltd.PT XBank A menjual asset kredit atas PT X kepada BVI LtdMerupakan penjualan asset kredit kepada PT XBank A memiliki asset kredit atas PT XSpecial Purpose Company

  • PASAL 18 AYAT (3c)Penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara (conduit company atau Special Purpose Company) yang didirikan atau bertempat kedudukan di negara yang memberikan perlindungan pajak (Tax Haven Country) yang mempunyai hubungan istimewa dengan badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia dapat ditetapkan sebagai penjualan atau pengalihan saham badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia.**

  • **PT PMA YBVI LtdUS Co.UK Co.LNDNBVI Ltd. memiliki 95% PT PMA YUS Co. memiliki 50% saham BVI Ltd.UK Co. memiliki 50% saham BVI Ltd.PT XUS Co. & UK Co. menjual saham BVI Ltd. yg dimilikinya kepada PT XConduit/Dummy Company

  • PASAL 18 AYAT (3d)Besarnya penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dari pemberi kerja yang memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan lain yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia dapat ditentukan kembali, dalam hal pemberi kerja mengalihkan seluruh atau sebagian penghasilan Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri tersebut ke dalam bentuk biaya atau pengeluaran lainnya yang dibayarkan kepada perusahaan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia tersebut.**

  • **Meminimalkan Penghindaran Pajak

    AX CoLNDNTerdapat hubungan istimewa antara X Co dengan PT XPT XPembayaran tunjangan keluargaPembayaran GajiPembayaran Management fee /royalti /dllKeluarga APenghasilan A di Indonesia adalah pembayaran gaji + pembayaran tunjangan keluarga

  • 11. PEMOTONGAN/PEMUNGUTANPembedaan tarif pemotongan/pemungutanSaat TerutangPerluasan Objek PPh Pasal 22Perubahan tarif PPh Pasal 23Penegasan dan Perluasan Objek PPh Pasal 26**

  • PEMBEDAAN TARIF POT/PUTPembedaan tarif pemotongan/pemungutan:Tarif bagi WP ber-NPWPTarif bagi WP tidak ber-NPWP

    Alasan Perubahan:Tarif lebih tinggi bagi WP yang tidak ber-NPWP untuk mendorong WP tersebut mendaftar dan memperoleh NPWP.**POT/PUT

  • SAAT TERUTANGKetentuan saat terutang PPh Pasal 23/26 pada saat biaya dibebankan (diakui) dalam pembukuan dihapuskan.Saat terutang PPh Pasal 23/26 menjadi:Saat dibayarkan;Saat disediakan untuk dibayarkan; danKetika pembayarannya telah jatuh tempo.

    Alasan Perubahan:Pengakuan beban biaya dalam pembukuan (akhir tahun buku) tidak menjadikan timbulnya kewajiban pembayaran atau hak atas suatu penghasilan.**POT/PUT

  • TARIF PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN**POT/PUT

    [email protected]

  • PERLUASAN OBJEK PPH PASAL 22WP yang membeli barang yang tergolong sangat mewah dipungut PPh Pasal 22 sebagai pembayaran PPh tahun berjalan.

    Alasan Perubahan:Pembelian barang yang tergolong sangat mewah mencerminkan potensi kemampuan ekonomis (penghasilan) yang sangat besar yang pajaknya kemungkinan belum sepenuhnya dibayar. **POT/PUT

  • PERUBAHAN TARIF PPH PASAL 23Tarif PPh Pasal 23 yang semula hanya 15% diubah menjadi sebagai berikut:15% dari peredaran bruto atas dividen, bunga, royalti, dan hadiah, penghargaan, bonus dan sejenisnya;2% dari peredaran bruto atas jasa-jasa seperti sewa, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lainnya.Alasan Perubahan:Memberikan kesederhanaan pemotongan PPh Pasal 23 atas jasa-jasa dengan menerapkan tarif tunggal 2%. **POT/PUT

  • PERLUASAN DAN PENEGASAN OBJEK PASAL 26Perluasan objek baru:Keuntungan karena pembebasan utangPenegasan:Premi swap ditempatkan pada butir tersendiri dan diperluas menjadi: premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya;Alasan Perubahan:Menambah objek baru yang selama ini tidak bisa dilakukan pemotongan.menegaskan bahwa premi swap tidak sama dengan bunga.**POT/PUT

  • 12.KREDIT PAJAK LUAR NEGERI (PASAL 24)Ketentuan mengenai penentuan sumber penghasilan diperluas meliputi:sumber penghasilan dari pengalihan hak penambangan adalah negara tempat lokasi penambangan berada;sumber penghasilan dari pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap berada;sumber penghasilan dari pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap berada.

    **

  • 13. ANGSURAN PAJAK TAHUN BERJALAN (PASAL 25)Penghitungan PPh Pasal 25 bagi WP yang wajib membuat laporan keuangan berkala.PPh Pasal 25 WP Orang Pribadi Tertentu.Fiskal Luar Negeri.

    **

  • PPH PASAL 25 WP YANG WAJIB MEMBUAT LAPORAN KEUANGAN BERKALASeluruh perusahaan yang diwajibkan membuat laporan keuangan berkala dapat membayar angsuran berdasarkan laporan keuangan berkala tersebut.

    Alasan Perubahan:Pembayaran angsuran dapat lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya.Meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak.

    **PASAL

    25

  • PPH PASAL 25 WP ORANG PRIBADI TERTENTUBesarnya PPh Pasal 25 bagi WP OP pengusaha tertentu ditetapkan paling tinggi sebesar 0,75% dari peredaran bruto.

    Alasan Perubahan:Membantu meringankan beban pajak bulanan dan meningkatkan likuiditas WP OP pengusaha tertentu (pengecer)dengan cara memperkecil jumlah PPh Pasal 25 yang dibayar tiap bulan.Penghasilan WP OP Tertentu tetap dikenai PPh dengan tarif umum sehingga sebagian besar jumlah PPh yang terutang akan dilunasi pada akhir tahun pajak (pembayaran PPh Pasal 29).**PASAL

    25

  • FISKAL LUAR NEGERIFiskal Luar Negeri (FLN) hanya wajib dibayar oleh WP yang bertolak ke luar negeri yang telah berusia lebih dari 21 tahun dan belum memiliki NPWP.Ketentuan ini berlaku sampai dengan tahun 2010 sehingga mulai tahun 2011 seluruh WP yang bertolak ke luar negeri tidak perlu membayar FLN.

    Alasan Perubahan:Mendorong WP untuk mendaftar sebagai Wajib Pajak dan memiliki NPWP.Jangka waktu 2 tahun akan dipergunakan DJP untuk memperbaiki dan mempersiapkan sistem dan administrasi perpajakan sehingga FLN tidak diperlukan lagi.

    **PASAL

    25

  • 14.KETENTUAN PERPAJAKAN PERTAMBANGAN DAN SYARIAHKetentuan perpajakan bagi bidang usaha: pertambangan minyak dan gas bumi, bidang usaha panas bumi, bidang usaha pertambangan umum bidang usaha berbasis syariah diatur tersendiri dengan Peraturan Pemerintah.

    Alasan perubahan:Kegiatan pertambangan memiliki karakteristik khusus sehingga perlu pengaturan tersendiri dalam PP.Pengaturan kegiatan usaha berbasis syariah dimaksudkan untuk memberikan perlakuan yang sama dengan kegiatan usaha konvensional.**

  • 15. FASILITAS PERPAJAKAN BAGI UMKMWP badan dalam negeri dengan peredaran bruto s.d Rp50 miliar mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif normal yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp4,8 miliar.

    Alasan Perubahan:Insentif ini diberikan untuk mendukung program Pemerintah dalam rangka pemberdayaan UMKM.Mengurangi beban pajak bagi WP badan UMKM akibat penerapan tarif tunggal PPh badan.

    **

  • CONTOH 1 PENGHITUNGAN FASILITAS UMKMPeredaran bruto PT Y dalam tahun pajak 2009 sebesar Rp4.500.000.000,00 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp500.000.000,00.

    Penghitungan pajak yang terutang:Seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh dari peredaran bruto tersebut dikenakan tarif sebesar 50% dari tarif Pajak Penghasilan badan yang berlaku karena jumlah peredaran bruto PT Y tidak melebihi Rp4.800.000.000,00.

    Pajak Penghasilan yang terutang:50% x 28% x Rp500.000.000,00 = Rp70.000.000,00

    ***

  • CONTOH 2 PENGHITUNGAN FASILITAS UMKMPeredaran bruto PT X dalam tahun pajak 2009 sebesar Rp30.000.000.000,00 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp3.000.000.000,00.

    Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang:1.Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang memperoleh fasilitas:(Rp4.800.000.000,00 : Rp30.000.000.000,00) x Rp3.000.000.000,00 = Rp480.000.000,00

    2.Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak memperoleh fasilitas:Rp3.000.000.000,00 Rp480.000.000,00 = Rp2.520.000.000,00

    Pajak Penghasilan yang terutang:-50%x 28% x Rp480.000.000,00 = Rp67.200.000,00-28% x Rp2.520.000.000,00 = Rp705.600.000,00Jumlah Pajak Penghasilan yang terutangRp772.800.000,00

    ***

  • *

  • SE-18/PJ.42/1996TentangPajak Penghasilan atas Usaha Reksadana

    Butir 4:Berdasarkan uraian pada butir 3 diatas dengan ini ditegaskan bahwa perusahaan Reksadana yang berbentuk KIK merupakan suatu ikatan dari pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang sama. Dengan demikian KIK memenuhi kriteria dalam pengertian Subjek Pajak badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994.

    Butir 5:Pelaksanaan perlakuan Pajak Penghasilan atas Reksadana yang berbentuk KIK ini disamakan dengan perlakuan atas perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, firma, dan kongsi. Oleh karena itu, sesuai dengan Pasal 4 ayat (3) huruf h Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 atas bagian laba yang diterima oleh pemegang unit penyertaan termasuk keuntungan atas pelunasan kembali (Redemption) unit penyertaannya kepada Reksadana yang berbentuk KIK, tidak termasuk sebagai Objek Pajak Penghasilan.***

  • KEPDIRJEN NO. KEP-87/PJ./1995TentangPengakuan Penghasilan Dan Biaya Atas Dana Pembangunan Gedung Dan Prasarana Pendidikan Bagi Yayasan Atau Organisasi Yang Sejenis Yang Bergerak Di Bidang Pendidikan

    Pasal 4:Atas pengeluaran untuk pembangunan gedung dan prasarana pendidikan yang berasal dari dana pembangunan gedung dan prasarana pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 tidak boleh dilakukan penyusutan berdasarkan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994.

    ***

  • PP NOMOR 47 TAHUN 1994TentangPenghitungan Penghasilan Kena Pajak Dan Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan

    Pasal 4(1)Laba bruto usaha dalam suatu tahun pajak bagi Wajib Pajak yang bergerak dalam bidang pemborongan bangunan yang proses penyelesaiannya meliputi beberapa tahun pajak dihitung berdasarkan metode prosentase tingkat penyelesaian pekerjaan.(2)Untuk menghitung penghasilan neto dari laba bruto usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selain biaya atau pengeluaran sehubungan dengan tingkat penyelesaian pekerjaan, boleh dikurangkan biaya atau pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994.

    Pasal 5Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan saat pengakuan penghasilan dan biaya sebagai dasar penghitungan penghasilan bruto bagi bidang usaha tertentu selain yang diatur dalam Pasal 4.***