Pokok-Pokok Pemikiran Filsafat Konfusianisme Dan Taoisme

12
1 Pokok-pokok Pemikiran Filsafat Konfusianisme dan Taoisme 1 oleh: Yasintus T. Runesi 61104048 PENGANTAR Tiga (3) hal utama yang dapat ditemukan dalam Filsafat Cina ialah: hidup, pengetahuan dan alam. Seorang yang berada dalam suatu kelompok social menjalani hidup bersama orang lain. Dalam sosialitas itu ada kemungkinan seorang berbuat tidak sesuai dengan kebenaran yang diterima secara umum dalam masyarakat. Kebaikan dan kebenaran dapat kita temukan dalam setiap orang yang hidup dalam masyarakat. Untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak baik, atau mana yang benar dan mana yang tidak benar diperlukan pengetahuan. Kebutuhan akan pengetahuan itu kemudian melahirkan pemikir-pemikir yang pada akhirnya melahirkan aliran-aliran pemikiran yang kita sebut sebagai sekolah-sekolah filsafat. Filsafat dalam peradaban Cina tidak untuk pengetahuan in se melainkan untuk membantu mengembangkan hidup menjadi orang bijaksana, yakni menjadi identik dengan universum. Seorang yang telah menjadi identik dengan universum tidak berarti meninggalkan dunia ini atau sangat terikat dengan dunia ini. Hal lain yang sangat diperhatikan dalam kehidupan orang Cina ialah alam. Alam menajdi sangat penting dalam kultur Cina sebab tidak ada yang tidak menginjak tanah. Semua yang hidup ada dalam kesatuan dengan alam, lingkungan di mana ia hidup. Maka masyarakat Cina menjunjung tinggi tanah leluhur. Dalam pokok-pokok selanjutnya akan ditampilkan pemikir-pemikir dalam peradaban Cina yang cukup mempengaruhi cara berpikir masyarakat Cina. 1 Dibuat sebagai Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Filsafat Cina, Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang, semester genap, 2008

description

Konfusianisme & Taoisme

Transcript of Pokok-Pokok Pemikiran Filsafat Konfusianisme Dan Taoisme

Page 1: Pokok-Pokok Pemikiran Filsafat Konfusianisme Dan Taoisme

1

Pokok-pokok Pemikiran Filsafat Konfusianisme dan Taoisme1

oleh: Yasintus T. Runesi

61104048

PENGANTAR

Tiga (3) hal utama yang dapat ditemukan dalam Filsafat Cina ialah: hidup,

pengetahuan dan alam. Seorang yang berada dalam suatu kelompok social

menjalani hidup bersama orang lain. Dalam sosialitas itu ada kemungkinan

seorang berbuat tidak sesuai dengan kebenaran yang diterima secara umum dalam

masyarakat. Kebaikan dan kebenaran dapat kita temukan dalam setiap orang yang

hidup dalam masyarakat. Untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak

baik, atau mana yang benar dan mana yang tidak benar diperlukan pengetahuan.

Kebutuhan akan pengetahuan itu kemudian melahirkan pemikir-pemikir

yang pada akhirnya melahirkan aliran-aliran pemikiran yang kita sebut sebagai

sekolah-sekolah filsafat. Filsafat dalam peradaban Cina tidak untuk pengetahuan

in se melainkan untuk membantu mengembangkan hidup menjadi orang bijaksana,

yakni menjadi identik dengan universum. Seorang yang telah menjadi identik

dengan universum tidak berarti meninggalkan dunia ini atau sangat terikat dengan

dunia ini.

Hal lain yang sangat diperhatikan dalam kehidupan orang Cina ialah alam.

Alam menajdi sangat penting dalam kultur Cina sebab tidak ada yang tidak

menginjak tanah. Semua yang hidup ada dalam kesatuan dengan alam, lingkungan

di mana ia hidup. Maka masyarakat Cina menjunjung tinggi tanah leluhur.

Dalam pokok-pokok selanjutnya akan ditampilkan pemikir-pemikir dalam

peradaban Cina yang cukup mempengaruhi cara berpikir masyarakat Cina.

1 Dibuat sebagai Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Filsafat Cina, Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang, semester genap, 2008

Page 2: Pokok-Pokok Pemikiran Filsafat Konfusianisme Dan Taoisme

2

Pandangan setiap filsuf Cina tidak jauh dari tiga hal utama yang telah disebut di

atas yakni: hidup, pengetahuan, dan alam.

A. MENCIUS: SAYAP IDEALISTIK CONFUCIANISME

1. Kebaikan sebagai Kodrat Manusia

Pada Konfucius, ia berbicara banyak tentang Jen (Kewelasihan - Cinta kasih)

dan membuat distingsi yang jelas antara Yi (Kebajikan) dan Li (Keuntungan-Materi). Yang

menjadi pertanyaan adalah Apakah manusia dari kodratnya baik atau buruk - atau apakah

secara alamiah kodrat manusia memang demikian. Pada zaman Mencius terdapat

tiga (3) teori mengenai kodrat manusia, yakni Yang pertama adalah bahwa kodrat

manusia tidak baik pun tidak jahat. Kedua adalah bahwa dalam kodrat manusia itu ada

juga kebaikan dan kejahatan (ini harus dimengerti bahwa dalam kodrat manusia

kedua element ini ada). Dan ketiga adalah bahwa secara alamiah ada sejumlah

orang baik dan juga ada orang lain yang jahat. (Mencius, Via, 3-6 ). Ada 4 elemen pada diri

manusia yang mendukung pandangan Mencius ini. Elemen-elemen itu adalah: Perasaan

simpati, perasaan malu dan benci, perasaan rendah hati dan mengalah, serta

perasaan benar dan salah. Perasaan simpati adalah permulaan dan kelembutan hati.

Perasaan malu dan benci adalah permulaan dan kebajikan. Perasaan rendah hati

dan mengalah adalah permulaan dari kesopanan. Perasaan benar dan salah adalah

permulaan dari kebijaksanaan. Menurut Mencius 4 dasar inilah yang membedakan

manusia dari binatang. Empat (4) dasar ini dikembangkan, karena melalui

perkembangan ini manusia akhirnya dikatakan sungguh "seorang manusia". Kata

Mencius lagi : " Bahwa untuk membedakan manusia dari burung - burung dan

binatang buas bukanlah persoalan sepeleh. Banyak sekali orang kehilangan

kedudukannya, karena manusia lebih suka menjadi superior." Mencius, IVb, 19 ).

2. Perbedaan Fundamental antara Konfusianisme dan Mohisme

Perbedaan kedua aliran ini terletak pada pandangan tentang prinsip-prinsip.

Prinsip Yang merupakan prinsip yang menjadikan seseorang berkuasa tanpa batas.

Sedangkan prinsip Mo adalah prinsip yang 'mencakup seluruh cinta'. Menurut doktrin

Mohisme, cinta tidak memiliki gradasi, baik itu yang tinggi maupun yang rendah, sedangkan

Page 3: Pokok-Pokok Pemikiran Filsafat Konfusianisme Dan Taoisme

3

menurut Konfusianisme adalah benar jika cinta memiliki gradasi. Dengan kata lain, para

Mohis menekankan persamaan dalam hal cinta orang lain, sedangkan Konfusianis

menekankan gradasi dalam hal mencintai.

Perbedaan keduanya lebih jelas terlihat dalam pandangan mereka mengenai

kodrat manusia. Menurut Konfusianisme ke-4 elemen yang ada pada manusia dapat

berkembang secara natural sebagaimana benih yang bertumbuh, sedangkan Mohisme

memandang perlu adanya usaha dari manusia. Mencius mampu menjawab pertanyaan yang

tidak pernah dipikirkan oleh Konfusius yakni mengapa manusia dari kodratnya adalah baik.

3. Filsafat Politik

Pandangan mengenai filsafat politik ini terkait erat dengan pengolahan pribadi dalam

masyarakat. Dalam posisinya tentang prinsip ini, Confusius membatasi dirinya pada

aplikasi pengolahan diri individual, sedangkan pada Mencius aplikasi ini menjangkau

bidang pemerintahan dan politik. Bagi Confusius pengolahan itu terkait dengan prinsip

"sageliness within", dan pada Mencius hal itu telah diperluas menjadi suatu prinsip "kingness

without". Dalam pengertian terdahulu tentang "sageliness within", Mencius

mengekspresikan konsepnya tentang prinsip ini secara lebih jelas dari Confusius. Dia

mengatakan : "Dia yang telah secara lengkap atau utuh mengembangkan pikirannya,

mengetahui kodratnya. Dia yang mengetahui kodratnya, mengetahui surga" (Mencius, Vila,

I). Pikiran ini mengacu pada "pikiran tidak berhubung" atau pada "rasa simpati". Itu adalah

esensi dari kodrat atau sifat kita manusia. Oleh sebab itu, ketika kita secara penuh

mengembangkan pikiran ini, kita mengetahui kodrat kita. Dan menurut Mencius, kodrat kita

adalah "apakah surga telah diberikan kepada kita" (Mencius, Via, 15). Karena itu ketika kita

mengetahui kodrat kita, kita juga mengetahui surga.

Karena itu pada pandangan Mencius manusia hanya mampu merealisasikan dirinya

dalam persahabatan dengan orang lain. Maka di sini negara sangat diperlukan demi mencapai

realisasi diri tersebut. Di sini ada perbedaan pandangan mengenai negara pada Mencius dan

Konfusius. Menurut para Mohist negara berada karena ia sangat berguna. Sedangkan

menurut para Confusianis, negara berada karena ia memang seharusnya berada.

Dalam kaitan dengan itu kedua aliran ini sepakat mengenai model pemerintahan.

Menurut keduanya ada dua macam pemerintahan. Pertama: Wang (raja bijaksana); kedua:

Page 4: Pokok-Pokok Pemikiran Filsafat Konfusianisme Dan Taoisme

4

Pa (raja militeris). Secara lengkap ada perbedaan di antara keduanya. Pemerintahan seorang

raja yang bijaksana dipilih melalui instruksi moral dan pendidikan; sedangkan seorang raja

militer memimpin dengan kekuatan angkatan bersenjata dan paksaan atau tekanan.

Kekuatan dari pemerintahan Wang adalah moral dan pemerintahan Pa adalah fisik.

4. Mistisisme

Ada satu tesis yang diterima bersama oleh Mencius dan sekolah Confusianisme:

universum pada dasarnya adalah sebuah universum moral. Prinsip-prinsip moral

manusia juga adalah prinsip-prinsip metafisika universum dan kodrat manusia

adalah suatu contoh dari prinsip-prinsip yang ada. Mencius membedakan antara

"tanda-tanda dari manusia" dan "tanda-tanda dari surga". Dalam mengembangkan kedua

elemen ini secara bersama-sama Mencius mengungkapkan bahwa seorang menjadi identik

dengan universum sebagai satu totalitas, dan ini tertuju pada apa yang disebutnya sebagai

“segala sesuatu lengkap dalam diri kita”. Kombinasi keduanya oleh Mencius disebut sebagai

kombinasi kebajikan dan Tao. Di sinilah letak mistisisme dari Mencius.

B. HSUN TZU: SAYAP REALISTIK CONFUCIANISME

1. Posisi Manusia

Hsun Tzu terkenal dengan pandangannya mengenai manusia sebagai yang

jahat secara kodrati. Pandangannya ini bertolak dari tesis umumnya bahwa segala

sesuatu yang baik dan bernilai merupakan hasil usaha manusia. Pandangannya ini

juga bersumber dari pandangannya bahwa ada tiga kekuatan universum.

Ketiganya adalah langit, bumi, dan manusia. Dan ketiganya pun memiliki

panggilan masing-masing.

Posisi manusia adalah usaha mencapai nilai. Dalam usahanya itu manusia

menciptakan kebudayaan. Panggilan manusia adalah memanfaatkan apa yang

telah disediakan alam bagi manusia.

2. Teori tentang Kodrat Manusia

Pada Hsun Tzu kodrat manusia adalah jahat. Dan supaya dapat menjadi

baik diperlukan latihan. Kendati berbeda mengenai kodrat manusia tetapi bersama

Page 5: Pokok-Pokok Pemikiran Filsafat Konfusianisme Dan Taoisme

5

Mencius keduanya mengungkapkan bahwa ada potensialitas pada manusia untuk

menjadi bijaksana bila ia memutuskan untuk memilih jalan itu.

Latihan untuk menjadi baik pada manusia mungkin pada pandangan Hsun

Tzu karena menurutnya manusia mempunyai inteligensi. Hsun Tzu menyatakan

bahwa siapa saja dapat menjadi Yü karena ia berinteligensi.

3. Keaslian Moralitas

Ada dua argumen yang dibangun oleh Hsun Tzu dalam mempertahankan

pandangannya. Ia menyatakan bahwa manusia memerlukan organisasi social.

Dengan adanya kesatuan social itu manusia mampu untuk menaklukkan makhluk-

makhluk lainnya yang lebih kuat darinya.

Dalam membentuk organisasi itu diperlukan aturan-aturan yang

memungkinkan adanya pembatasan-pembatasan terhadap kecenderungan manusia

atau hasrat-hasrat manusia yang tidak terbatas. Dengan demikian menghindarkan

manusia dari kekacauan. Maka dalam masyarakat Cina dikenal apa yang disebut

sebagai Li (aturan-aturan tingkah laku) dan Yi (kebenaran). Kedua aspek ini

diperlukan dalam usaha menghindarkan masyarakat dari kekacauan.

4. Teori tentang Ritus dan Musik

Dalam masyarakat Cina zaman Hsun Tzu terdapat berbagai upacara.

Yang upacara yang paling menonjol pada waktu itu adalah upacara perkabungan

dan upacara kurban teristimewa kepada para leluhur.

Terdapat dua (2) sumber utama mengenai ritus yang didevosikan yakni Yi

Li (Buku mengenai tata cara seremonial) dan Li Chi (interpretasi mengenai ritus-

ritus). Ritus-ritus ini terkait dengan kondisi manusiawi terutama menyangkut

pikiran manusia. Menurut orang Cina pikiran mengandung dua (2) aspek yakni

intelektual dan emocional. Intelektual terkait dengan ingatan, sedangkan

emocional terkait dengan perasaan cinta. Maka upacara-upacara yang dibuat tidak

terlepas dari tendensi pikiran manusia untuk mengingat dan mencintai orang yang

sudah tiada.

Page 6: Pokok-Pokok Pemikiran Filsafat Konfusianisme Dan Taoisme

6

Upacara-upacara yang ada dalam masyarakat Cina juga terkait dengan

kodrat manusia yang ingin gembira. Dan kegembiraan itu diungkapkan dalam hal-

hal yang secara fisik dapat kita alami. Tetapi ketika implementasi itu tidak sesuai

dengan prinsip-prinsip yang benar, di sana ada ketidakberesan, ketidaksenangan

dari pihak lain. Untuk menghindari hal-hal yang tidak benar maka mereka

menciptakan music Ya dan Sung. Music itu diharapkan mampu mengarahkan

mereka agar mampu mewujudkan kegembiraan itu secara benar. Music menjadi

instrument pendidikan moral.

5. Teori-teori Logis

Menyangkut teori-teori logis ini Hsun Tzu dalam bukunya Tentang

Reitifikasi Nama-nama mengungkapkan bahwa nama itu sebenarnya merupakan

tanda dalam aktualisasi diri setiap orang dalam masyarakat. Nama di satu pihak

membuat jelas perbedaan antara setiap pribadi, misalnya kata Raja yang

dikenakan pada seorang mempunyai arti dan makna yang berbeda dengan kata

Hamba yang dikenakan pada seoran lagi.

Hsun Tzu membedakan dua macam nama yakni umum dan kelompok.

Nama umum merupakan hasil proses sintesis pikiran, sedangkan nama kelompok

merupakan hasil proses analisis.

6. Kekeliruan dari Sekolah-sekolah Lain

Hsun Tzu membuat pengelompokkan mengenai sekolah tentang nama-

nama dan Mohist berdasarkan kesesatan logis. Ada tiga taraf kekeliruan. Pertama,

yang disebut sebagai kekeliruan yang mengakibatkan nama merusak nama.

Contohnya: perampok adalah seorang manusia. Perampok adalah nama yang

diberikan pada manusia, seseorang yang bertindak sebagai perampok.

Kedua, kekeliruan yang mengakibatkan fakta merusak nama.

Ketiga, kekeliruan yang mengakibatkan nama merusak fakta.

C. TAOISME DAN PERKEMBAGANNYA

1. Fase Pertama Taoisme: Yang Chu

Page 7: Pokok-Pokok Pemikiran Filsafat Konfusianisme Dan Taoisme

7

1.1 Para Toist Awal dan Para Pertapa

Pertapa merupakan orang-orang yang berkeinginan untuk memelihara

kemurnia pribadi mereka. Sedangkan dalam hubungan dengan para Taoist,

merekalah pertapa yang mengasingkan diri.

Di antara para Taoist awal dan para pertapa, salah satunya adalah Yang

Chu. Dialah eksponen utama dari Taoisme awal. Yang Chu mengungkapkan

bahwa setaiap orang ada untuk dirinya dan kehidupan itu jauh lebih penting dari

materi. Oleh sekolah-sekolah modern ide-ide Yang Chu dipandang tidak autentik.

Pemikiran awalnya bernuansa hedonist. Ide-idenya yang kemudian hanya bisa

diperoleh dengan analisa atas regulasi-regulasi yang tersebar dalam sejumlah

karya penulis lain.

1.2 Ide-ide Fundamen Yang Chu

Ide-ide Yang Chu dapat diringkaskan dalam dua (2) pokok utama.

Pertama, “setiap orang ada untuk diri sendiri”. Yang kedua ialah “memandang

rendah materi dan menjunjung tinggi kehidupan”.

1.3 Ilustrasi dari Ide-ide Yang Chu

Dalam mengajarkan pandanganya Yang Chu banyak menggunakan

ilustrasi untuk menyampaikan ajarannya. Dua (2) pokok utama ajaran Yang Chu

disampaikan dalam bentuk ilustrasi. Ilustrasi-ilustrasi itu dapat ditemukan dalam

bagian pertama Chuang Tzu, dan pada Lieh Tzu.

1.4 Ide-ide Yang Chu dalam Lao Tzu dan Chuang Tzu

Sebagai salah satu eksponen awal yang turut meletakan dasar Toaisme,

ide-ide Yang Chu dapat kita temukan dalam Taoist-Taoist yang menyusul di

kemudian hari. Ide-ide pokok Yang Chu dapat kita temukan dalam pemikir-

pemikir yang menyusul. Kita dapat temukan ide-idenya pada Lao Tzu dan pada

Chuang Tzu. Pada Lao Tzu ide Yang Chu dapat ditemukan dalam bagian akhir

dari bab yang berjudul “Pentingnya Diri”. Menurutnya hidup adalah milik kita,

Page 8: Pokok-Pokok Pemikiran Filsafat Konfusianisme Dan Taoisme

8

dan menghormati martabat adalah satu prinsip pokok yang perlu diperhatikan, dan

menghargai keamanan merupakan keharusan yang ada dalam masyarakat.

Sedangkan pada Chuang Tzu, kita dapat menemukan ide-ide mengenai

hal-hal yang berguna dan tidak berguna. Ide lainnya yang dapat kita temukan

dalam Chuang Tzu yakni mengenai pokok-pokok mengenai pengolahan atau

perkembangan diri. Chuang Tzu mengungkapkan ide Yang Chu demikian: “bila

melakukan sesuatu yang baik, kita perlu hati-hati dengan reputasi, jangan sampai

hal itu menjadikan kita sebagai orang sombong. Dan bila mebuat suatu kesalahan,

perlu berpikir mengenai hukuman.”

2. Fase Kedua Taoisme: Lao Tzu

2.1 Tao Tak Bisa Dinamai

Lao Tzu mengungkapkan bahwa segala sesuatu mempunyai “bentuk dan

rupa, mempunyai nama atau sekurang-kurangnya kemungkinan untuk mempunyai

nama”. Di samping semua yang bernama, Lao Tzu juga berbicara terutama

mengenai sesuatu yang tak bernama. Di satu pihak segala sesuatu mempunyai

nama, dan di lain pihak yang bernama itu mempunyai bentuk dan rupa. Tao

adalah konsep yang berasal dari pemikiran Lao Tzu.

Menurut Lao Tzu Tao itu tersembunyi dan tak bernama. Dalam Taoisme

ada distingsi Yu (ada) dan wu (tidak ada), antara yu-ming (nama) dan wu-ming

(tak bernama). Dan dalam realitas kedua model distingsi ini hanya satu.

Tao tak sanggup dinamai, sebuah nama yang bukan nama, ia adalah

permulaan dari segala sesuatu, Tao adalah jalan. Saat kita menyebutnya,

sebenarnya kita tidak mampu merangkumnya dalam penyebutan kita tersebut.

Saat kita menyebut Tao, sebenarnya kita tidak menyebutnya.

2.2 Kekekalan Hukum Alam

Ide Lao Tzu menurut Chuang Tzu dikutip dari Tai Yi atau Ada Tertinggi,

yakni Tao. Dari Tao ini muncul yang lain. Segala sesuatu adalah manifestasi Tao.

Dalam segala sesuatu yang merupakan manifestasi Toa, terdapat salah satu unsur

mutlak yang selalu ada. Unsur itu adalah perubahan. Dan gerak perubahan adalah

Page 9: Pokok-Pokok Pemikiran Filsafat Konfusianisme Dan Taoisme

9

gerakan dari Tao. Contoh; terang siang hari menjadi gelap malam hari, panas

menjadi dingin atau sebaliknya, musim selalu berganti. Dan Lao Tzu

menyebutnya sebagai gerak kembalinya segala sesuatu. Perubahan adalah sesuatu

yang tak berubah, dan Lao Tzu menyebutnya “Ketidakberubahan”.

2.3 Tingkah Laku Manusia

Pada Lao Tzulah problem Taois mengenai bagaimana mengolah hidup ini

secara benar dan menjauhi kejahatan dan bahaya dalam dunia terjawab. Lao Tzu

mengungkapkan bahwa kebijaksanaan manusia tinggal dalam dunia dan mampu

untuk mencapai tujuan-tujuan. Melalui hukum alam kita mampu untuk mengenal

diri kita. Dan oleh Lao Tzu disebut sebagai praktek pencerahan.

Menurut Lao Tzu Tao adalah asal segala sesuatu dalam menjadi. Di sini

Tao dapat di sebut sebagai Causa Eficiens dalam arti ekstrinsik. Dalam proses

menjadi itu setiap orang memperoleh sesuatu dari Tao. Apa yang diperoleh itu

disebut Te. Te berarti kekuasaan atau kebijaksanaan. Dalam Te terdapat distingsi

yang jelas antara kebaikan dan kejahatan.

Konsep tentang Te tetap ada pada masyarakat sebab setiap orang

mempunyai keinginan dan pengetahuan. Dalam hasrat mencari kebahagiaan,

manusia mengusahakan keberhasilan ekonomis. Tetapi ketika telah tercapai

kebehasilan ekonomis setiap orang cenderung dibutakan matanya oleh

keberhasilan itu. Pada saat seperti itu akan muncul kelicikan

2.4 Teori Politik

Pandangan Lao Tzu mengenai tingkah laku manusia menjadi dasar

baginya mengembangkan teori politiknya. Menurut Lao Tzu yang sejalan dengan

Confucianisme mengungkapkan bahwa negara ideal adalah negara dengan

seorang pemimpin yang bijaksana. Menurutnya hanya kebijaksanaan yang mampu

untuk memerintah dan seharusnya memerintah. Tetapi ada perbedaan pandangan

antara Taoisme dengan Confucianisme menyangkut tugas seorang pemimpin yang

bijaksana. Menurut Confucianis seorang pemimpin yang bijaksana perlu

melakukan banyak hal demi rakyatnya. Sedangkan menurut Taois sebaliknya

Page 10: Pokok-Pokok Pemikiran Filsafat Konfusianisme Dan Taoisme

10

seorang pemimpin yang bijaksana tidak perlu melakukan banyak hal demi

rakyatnya.

3. Fase Ketiga Taoisme: Chuang Tzu

3.1 Jalan Pencapaian Kebahagiaan Relatif

Dalam bab pertama Chuang Tzu terdapat pokok mengenai “Kebahagiaan

menyimpang” yang menampilkan berbagai macam tingkatan dalam pencapaian

kebahagiaan, yang bersumber dari pengembangan kodrat secara bebas.

Syarat pertama adalah pengembangan secara bebas kodrat kita dengan

segala kemampuan yang kita miliki yakni Te yang diperoleh dari Tao. Mengikuti

apa kodrat kita memelihara sumber kebahagiaan sementara mengikuti apakah

manusia itu kita mengembangkan kesakitan dan kejahatan. Pandangan ini

didasarkan atas pembedaan Chuang Tzu mengenai kodrat dan manusia.

3.2 Filsafat Sosial dan Politik

Berdasarkan pandangannya mengenai pengembangan yang bebas dari

kodrat demi mencapai kebahagiaan Chuang Tzu secara tegas menolak model

pemerintahan melalui institusi formal. Menurutnya cara memerintah yang terbaik

adalah tanpa pemerintahan.

Chuang Tzu dan Lao Tzu mempunyai kesamaan pandangan mengenai

pemerintahan tanpa pemerintah. Tapi keduanya berbeda mengenai alasan. Pada

Lao Tzu kemunduran adalah perubahan dari Tao, sedangkan pandangan Chuang

Tzu didasarkan pada pembedaannya mengenai kodrat dan manusia. Filsafat sosial

dan politik Chuang Tzu bertujuan untuk mencapai kebahagiaan realtif bagi setiap

orang dengan mengembangkan kodratnya secara bebas.

3.3 Perasaan dan Pikiran

Dalam pandangannya mengenai pikiran dan perasaan Chuang Tzu

mengungkapkan bahwa pikiran dan perasaan mempengaruhi setiap orang dalam

usahanya mengembangkan kodratnya secara bebas. Pikiran dan perasaan dapat

mengendalikan setiap orang.

Page 11: Pokok-Pokok Pemikiran Filsafat Konfusianisme Dan Taoisme

11

Menurut Chuang Tzu mengikuti perasaan membuat setiap orang menderita.

Para Taois mempertahankan bahwa kebijaksanaan mempunyai suatu pemahaman

tentang yang lengkap tentang kodrat barang-barang. Kendati demikian hal itu

tidak berarti tidak mempunyai perasaan.

Melalui pemahaman mengenai kodrat barang-barang kebijaksanaan itu

seharusnya dapat dipengaruhi oleh perubahan dunia. Hal ini menunjuk pada

kenyataan bahwa keputusan seseorang mengenai suatu hal turut dipengaruhi oleh

keadaan sekitarnya. Di sini pikiran dan perasaan turut mempengaruhi keputusan

menyangkut kebijaksanaannya.

3.4 Jalan Pencapaian Kebahagiaan Absolut

Kebahagiaan absolute menurut Chuang Tzu dapat diperoleh melalui

identifikasi manusia dengan universum. Dan untuk mencapainya diperlukan

pengetahuan dan pemahaman mengenai kebahagaiaan.

Kebahagiaan sempurna yang dicapai seorang manusia tampak dalam

dirinya sebagai manusia yang sempurna, manusia spiritual dan kebijaksanaan

yang benar. Bahagia secara absolute karena mantransendensikan dirinya yang

pada dasarnya berbeda dengan barang-barang. Kebijaksanaan itu Tao dan karena

itu tanpa prestasi, ia mengukur seluruh dunia, tetapi ukuran itu justru tidak

dikenakan pada manusia.

3.5 Sudut Pandang yang Terbatas

Pandangan Chuang Tzu mengenai manusia sempurna dihubungkan dengan

pemikiran mengenai perbedaan dan kesamaan pendangannya dengan Chi Wu Lun.

Chuang Tzu mengungkapkan bahwa ketika kita memperdebatkan suatu

pandangan yang sudah umum diterima banyak orang, kita tidak mungkin

mencapai kesepakatan yang final mengenai apa yang kita bicarakan. Dengan ini

Chuang Tzu menyatakan bahwa konsep-konsep mengenai benar dan salah, baik

dan buruk dalam masyarakat didasarkan pada persepsi setiap individu, sehingga

kepastian konsep-konsep itu pun bersifat relatif. Maka dibutuhkan keputusan dari

setiap pribadi untuk memegang apa yang benar menurutnya.

Page 12: Pokok-Pokok Pemikiran Filsafat Konfusianisme Dan Taoisme

12

3.6 Sudut Pandang yang Tertinggi

Yang dimaksudkan oleh Chuang Tzu mengenai sudut pandang tertinggi

ialah memandang realitas dari perspektif Tao. Tao disebut sebgai cahaya dari

surga. berdasarkan sudut pandang Tao segala sesuatu merupakan sesuatu yang

ada. Dan sesuatu yang ada merupaka bukti kebaikan dari sesuatu yang ada yang

lebih tinggi. Sesuatu itu memberi dasar bagi segala sesuatu. Dan semuanya itu

disatukan dalam Tao. Meskipun segala sesuatu itu berbeda namun terdapat

kesamaan diantara mereka. Titik kesamaan itu ialah bahwa segala sesuatu itu

merupakan sesuatu sekaligus merupakan bukti kebaikan dari Sesuatu itu. Dari

sudut pandang Tao, sekalipun segala sesuatu berbeda namun disatukan dan

menjadi satu.

3.7 Pengetahuan yang Tertinggi

Pengetahuan yang tertinggi dalam masyarakat terkait denga pengenalan

akan Sang Agung (Great One). Sang Agung ini tidak dapat dibatasi oleh kata-kata

manusia. Bahasa tidak pernah memadai untuk mendeskripsikannya. Dunia yang

terbatas adalah dunia yang di mana alur kehidupan manusia selalu terarah kepada

Tao. Karena itu pengetahuan tertinggi dari seorang ialah ketika ia mengarahkan

seluruh pikirannya kepada Tao.

Dalam usahanya itu segala perbedaan yang ada tidak perlu dipikirkan

sebab Tao menyatukan segala sesuatu menjadi satu termasuk dirinya.

Pengetahuan tertinggi ialah kebijaksanaan yakni terdapat pada orang yang

bijaksana. Orang bijaksana adalah orang yang identik dengan universum.

Sumber:

Wade Baskin, Classics In Chinese Philosophy, New Jersey: Rowman & Allanheld, 1974 Fung Yu Lan, A Short Of Chinese Philosophy, London: The Free Press,1966 Theodore de Barry, Neo-Confusian Ortodoxy and The Learning Of The Learning Of The Mind And Heart, New York: Columbia University Press,1975