Pokok Bahasan Vii_nonnutrisi

15
219 ISBN: 978-979-097-044-1 BUKU AJAR Mata Kuliah : NUTRISI IKAN SKS : 3 Semester : IV (EMPAT) Program Studi : BUDIDAYA PERAIRAN Fakultas : PIK Disusun oleh: DR.IR. SUBANDIYONO, MAppSc. DR.IR. SRI HASTUTI, MSi. LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS DIPONEGORO 2010

description

Pada prinsipnya, komponen non-nutrien tidak memiliki nilai energetik, tidak memiliki nilai nutritif sebagaimana makro- dan mikro-nutrien pada umumnya, serta keberadaannya dalam pakan memiliki tujuan-tujuan yang lebih terbatas. Namun pada hakekatnya, komponen non-nutrien bersifat positif dan bermanfaat, baik bagi peningkatan daya tahan, stabilitas, daya tarik atau atraktan, dan rasa atau stimulan pakan; maupun demi peningkatan kualitas daging dan kesehatam ikan.

Transcript of Pokok Bahasan Vii_nonnutrisi

Page 1: Pokok Bahasan Vii_nonnutrisi

219

ISBN: 978-979-097-044-1

BUKU AJAR

Mata Kuliah : NUTRISI IKAN SKS : 3 Semester : IV (EMPAT) Program Studi : BUDIDAYA PERAIRAN Fakultas : PIK

Disusun oleh: DR.IR. SUBANDIYONO, MAppSc.

DR.IR. SRI HASTUTI, MSi.

LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PENJAMINAN MUTU

UNIVERSITAS DIPONEGORO 2010

Page 2: Pokok Bahasan Vii_nonnutrisi

220

ISBN: 978-979-097-044-1

H. NON-NUTRIEN DAN ANTI-NUTRIEN

- POKOK BAHASAN VII –

(SUPLEMEN II)

Page 3: Pokok Bahasan Vii_nonnutrisi

221

ISBN: 978-979-097-044-1

H. NON-NUTRIEN DAN ANTI-NUTRIEN

I. NON-NUTRIEN

1. Pendahuluan

1.1. Deskripsi Singkat

Pada prinsipnya, komponen non-nutrien tidak memiliki nilai energetik, tidak

memiliki nilai nutritif sebagaimana makro- dan mikro-nutrien pada umumnya, serta

keberadaannya dalam pakan memiliki tujuan-tujuan yang lebih terbatas. Namun

pada hakekatnya, komponen non-nutrien bersifat positif dan bermanfaat, baik bagi

peningkatan daya tahan, stabilitas, daya tarik atau atraktan, dan rasa atau

stimulan pakan; maupun demi peningkatan kualitas daging dan kesehatam ikan.

1.2. Relevansi

Pemahaman terhadap komponen makro- dan mikro-nutrien saja belumlah

cukup untuk dapat menyediakan pakan lengkap dan terbaik untuk ikan. Berbagai

komponen non-nutrien mampu meningkatkan konsumsi dan efisiensi pakan. Oleh

karena itu, Sub-Pokok Bahasan I pada Pokok Bahasan VII ini penting untuk

dipahami mahasiswa guna melengkapi berbagai macam pengetahuan tentang

nutrien serta kebutuhannya oleh ikan yang dibudidayakan sebagaimana telah

dijabarkan pada pokok-pokok bahasan sebelumnya.

Page 4: Pokok Bahasan Vii_nonnutrisi

222

ISBN: 978-979-097-044-1

1.3. Kompetensi

1.3.1. Standar Kompetensi

Pada akhir penyajian materi ‘Non-Nutrien’ dari Pokok Bahasan VII ini

mahasiswa diharapkan mampu menyebutkan dan/atau menjelaskan kembali

berbagai komponen non-nutrisi dan peran pentingnya terhadap kualitas pakan

serta pertumbuhan maupun kesehatan ikan pada kegiatan budidaya perikanan.

1.3.1. Kompetensi Dasar

Pada akhir pemaparan dari materi ini, mahasiswa semester IV PS.

Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan, hendaknya telah mampu menyebutkan,

menjelaskan, dan/atau mendeskripsikan kembali mengenai: a. Pengertian non-nutrien;

b. Beberapa contoh komponen yang termasuk kedalam kelompok non-

nutrien; serta

c. Peran non-nutrien penting pada pakan dan ikan.

2. Penyajian

2.1. URAIAN

A. Pengertian Non-Nutrien. Pada prinsipnya, komponen yang termasuk

kedalam kelompok non-nutrien tidak memiliki nilai energetik, tidak memiliki nilai

nutritif sebagaimana makro- dan mikro-nutrien pada umumnya, serta

keberadaannya dalam pakan memiliki tujuan-tujuan yang lebih terbatas.

Page 5: Pokok Bahasan Vii_nonnutrisi

223

ISBN: 978-979-097-044-1

Komponen non-nutrien dapat muncul secara alamiah ikut masuk ke dalam pakan

bersama-sama dengan bahan pakan yang digunakan. Namun, beberapa jenis

komponen non-nutrien dapat pula dengan sengaja ditambahkan ke dalam pakan,

atau mungkin saja masuk ke dalam pakan secara alamiah mengikuti fenomena

alam, misalnya peningkatan kelembaban pakan dikarenakan masuknya air yang

berasal dari udara. Meskipun demikian, komponen non-nutrien pada hakekatnya

bersifat positif dan bermanfaat, baik bagi peningkatan daya tahan, stabilitas, daya

tarik atau atraktan, dan rasa atau stimulan pakan; maupun demi peningkatan

kualitas daging dan kesehatam ikan. Contoh komponen non-nutrien meliputi

berbagai senyawa seperti air, serat, hormon, antibiotik, antioksidan, pewarna

(pigmen), perekat (binder), dan perangsang atau stimulus pakan.

B. Peran atau Kebutuhan Non-Nutrien. Berbagai macam pakan

mengandung berbagai komponen non-nutrien yang pada akhirnya dapat

mempengaruhi ikan. Peran dan/atau kebutuhan beberapa contoh komponen non-

nutrien yang umum dijumpai pada pakan ikan dijelaskan secara singkat di bawah

ini.

Air. Pakan mengandung air. Air tersebut mungkin merupakan bagian dari

bahan penyusun pakan, berasal dari udara, atau ditambahkan. Semakin sedikit

kandungan air dalam pakan, semakin mudah penyimpanan dan penanganan

pakan tersebut. Bilamana kelembaban pakan melebihi 12%, pakan tersebut lebih

mudah busuk atau rusak. Beberapa pakan komersial mengandung tingkat

kelembaban yang tinggi karena ikan jenis tertentu terlihat lebih memilih pakan

yang lembab.

Serat. Serat mengacu pada bahan tanaman seperti selulosa, hemiselulosa,

lignin, pentosum, dan karbohidrat kompleks lainnya. Berbagai jenis serta tersebut

tidak dapat dicerna dan tidak memiliki peran yang penting dalam nutrisi. Serat

menambah volume pakan namun meningkatkan jumlah material feses yang

dihasilkannya. Tujuan dalam budidaya ikan secara komersial adalah membatasi

kandungan serat pakan dan menggunakan pakan dengan tingkat kecernaan yang

tinggi.

Hormon. Banyak penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan

berbagai jenis hormon alami maupun sintetik pada ikan. Hormon-hormon tersebut

Page 6: Pokok Bahasan Vii_nonnutrisi

224

ISBN: 978-979-097-044-1

meliputi hormon pertumbuhan, hormon tiroid, gonadotrofin (GnH), prolaktin,

insulin, dan berbagai jenis steroid (-androgen dan estrogen). Hormon digunakan

untuk 2 tujuan: (1) perangsangan atau sinkronisasi pemijahan; dan (2) seks

reversal atau pembalikan jenis kelamin. Perangsangan atau sinkronisasi

pemijahan meningkatkan kepastian dan ketersediaan akan benih. Steroid seksual

merubah atau membalik kelamin ikan salmonid, mas, serta tilapia, dan yang

menghasilkan sistem budidaya kelamin tunggal (monosex) ikan steril. Hal

tersebut dapat memperbaiki laju pertumbuhan, mencegah kematangan seksual,

dan memperbaik kualitas daging.

Antibiotik. Diantara sejumlah antibiotik yang tersedia untuk manusia maupun

hewan peliharaan, hanya 2 jenis yang mendapatkan persetujuan Food and Drug

Administration (FDA) untuk digunakan pada ikan, yaitu sulfadimetoksin

ormetoprim dan oksitetrasiklin (OTC). Bilamana antibiotik tersebut digunakan

dalam pakan, maka kuatitas pakan, tingkat pemberian pakan, dan waktu

penghentiannya haruslah dikontrol dengan ketat. Hanya produsen yang memiliki

lisensi dapat menambahkan antibiotik ke dalam pakan di USA. Tidak

sebagaimana hewan darat, ikan tidak memperlihatkan keuntungan apapun dari

tingkat subterapetik antibiotik dalam pakannya.

Antioksidan. Pakan ikan yang mengandung kadar lemak tinggi seringkali

menggunakan antioksidan. Oksidasi lemak mempengaruhi nilai nutrisi dari lemak

tersebut dan beberapa jenis vitamin. Vitamin E sintetik apabila digunakan dalam

pakan biasanya mempunyai sedikit aktivitas antioksidan, sehingga antioksidan

sintetik seperti ethoxyquin, BHT, BHA, dan propyl gallate digunakan.

Pigmen. Pigmentasi atau pewarnaan kulit dan daging pada ikan berasal dari

karotenoida. Ikan tidak mampu membuat karotenoida tersebut, sehingga harus

ditambahkan ke dalam pakan. Pada ikan salmonid, karotenoida seperti

astaxanthin dan canthaxanthin bertanggungjawab terhadap warna merah hingga

oranye dari daging ikan tersebut. Di alam, karotenoida tersebut terutama berasal

dari zooplankton. Beberapa bahan alami yang digunakan untuk pewarna daging

salmonid meliputi kepiting, brill, udang, dan khamir (yeast). Pigmentasi kuning

dari daging lele tidak dikehendaki. Pigmentasi tersebut disebabkan oleh

karotenoida lutein dan zeaxanthin dari bahan tanaman dalam pakan.

Page 7: Pokok Bahasan Vii_nonnutrisi

225

ISBN: 978-979-097-044-1

Perekat pellet. Perekat atau binder memperbaiki stabilitas pellet dalam air,

kekenyalan pellet, dan mengurangi hancuran atau debu selama pemrosesan,

transportasi, dan penanganan atau penyimpanan. Perekat yang digunakan

secara luas adalah sodium dan kalsium bentonit, lignosulfat, karboksimetilselulosa

(carboxymethylcellulose, CMC) hemiselulosa, guar gum alginat, dan beberapa

polimer inert.

Stimulus pakan. Stimulus mencakup atraktan dan stimulan. Atraktan

merupakan daya tarik suatu obyek (misalnya pakan) agar ikan mau menghampiri

dan menemukan pakan tersebut; sedangkan stimulan berkaitan dengan rasa yang

dapat merangsang nafsu makan sehingga ikan mau menerima, menelan, dan

mengkonsumsi. Ikan menggunakan penglihatan dan pembau untuk menemukan

makanan, namun rasa makanan tersebut menentukan tingkat penerimaan oleh

ikan yang dapat diindikasikan dengan banyaknya pakan yang dikonsumsi. Para

peneliti dan produsen terus berusaha untuk meningkatkan rasa atau palatabilitas

dan penerimaan dari pakan. Hal ini penting terutama pada pakan larva dan

setelahnya, yaitu pakan starter. Secara umum, ikan karnivora memberikan

respons terhadap senyawa basa (alkali) dan netral. Ikan herbivora memberikan

respons terhadap senyawa asam. Disamping meningkatkan konsumsi pakan,

beberapa komponen stimulus berperan sebagai senyawa untuk mengelak atau

menghindar. Ini adalah hal terakhir yang diinginkan oleh banyak pembudidaya.

3. Penutup

3.1. Rangkuman

Pada prinsipnya, komponen non-nutrien tidak memiliki nilai

energetik, tidak memiliki nilai nutritif sebagaimana makro- dan mikro-

nutrien pada umumnya, serta keberadaannya dalam pakan memiliki tujuan-

tujuan yang lebih terbatas. Komponen non-nutrien dapat muncul secara

Page 8: Pokok Bahasan Vii_nonnutrisi

226

ISBN: 978-979-097-044-1

(lanjutan)

DAFTAR PUSTAKA/ACUAN/BACAAN ANJURAN

1. Berdanier, C.D. 1998. Advanced Nutrition-Micronutrients. CRC Press, Boca Raton, Florida. 223 p.

2. Cowey, C.B. and Cho, C.Y. 1991. Nutritional Strategies & Aquaculture Waste.

Univ. of Guelph, Canada. 275 p. 3. Halver, J.E. 1972. Fish Nutrition. Acad. Press., New York. 713 p. 4. Halver, J.E. 1989. Fish Nutrition. 2nd ed. Acad. Press, Inc., San Diego. 798

p. 5. Halver, J.E. and Hardy, R.W. 2002. Fish Nutrition. 3rd ed. Acad. Press,

Amsterdam. 822 p. 6. Lawrence, E. 1989. Biological Terms. 10th ed. Longman Sci. & Technical,

Singapore. 645 p. 7. Parker, R. 2002. Aquaculture Science. 2nd ed. Delmar, Thomson Learning,

USA. 621 p.

alamiah ikut masuk ke dalam pakan bersama-sama dengan bahan pakan

yang digunakan. Namun, komponen non-nutrien dapat pula dengan sengaja

ditambahkan ke dalam pakan, atau mungkin saja masuk ke dalam pakan

secara alamiah mengikuti fenomena alam. Komponen non-nutrien pada

hakekatnya bersifat positif dan bermanfaat, baik bagi peningkatan daya

tahan, stabilitas, daya tarik atau atraktan, dan rasa atau stimulan pakan;

maupun demi peningkatan kualitas daging dan kesehatam ikan. Contoh

komponen non-nutrien meliputi berbagai senyawa seperti air, serat,

hormon, antibiotik, antioksidan, pewarna (pigmen), perekat (binder), dan

perangsang atau stimulus pakan.

Page 9: Pokok Bahasan Vii_nonnutrisi

227

ISBN: 978-979-097-044-1

II. ANTI-NUTRIEN

1. Pendahuluan

1.1. Deskripsi Singkat

Anti-nutrien, sebagaimana non-nutrien, merupakan komponen yang tidak

memiliki nilai energetik maupun nilai nutritif. Namun, keberadaan komponen anti-

nutrien dalam pakan sangat tidak dikehendaki dan pada hakekatnya bersifat

negatif atau merugikan, baik bagi pakan maupun ikan yang mengkonsumsinya.

Anti-nutrien berperan menurunkan dan merusak kualitas pakan hingga mematikan

ikan.

1.2. Relevansi

Tidak sebagaimana komponen non-nutrien yang pada umumnya bersifat

positif dan bermanfaat, komponen anti-nutrien sebagaimana dijelaskan pada Sub-

Pokok Bahasan II ini dapat sangat merugikan baik bagi pakan maupun ikan yang

mengkonsumsinya. Kontaminan dan pencemar termasuk kedalam kategori anti-

nutrien. Oleh karena itu, materi kuliah ini (yang merupakan bagian terakhir dari

buku ajar ini) juga penting agar mahasiwa mewaspadai keberadaannya dalam

pakan serta guna melengkapi berbagai macam pengetahuan tentang nutrien

sebagaimana dijabarkan pada pokok-pokok bahasan sebelumnya.

Page 10: Pokok Bahasan Vii_nonnutrisi

228

ISBN: 978-979-097-044-1

1.3. Kompetensi

1.3.1. Standar Kompetensi

Pada akhir penyajian materi ‘Anti-Nutrien’ dari Pokok Bahasan VII ini

mahasiswa diharapkan mampu menyebutkan dan/atau menjelaskan kembali

berbagai komponen anti-nutrisi penting yang dapat menurunkan kualitas pakan

dan mengganggu pertumbuhan ataupun kesehatan ikan budidaya. Selanjutnya,

mahasiswa juga diharapkan mampu medeskripsikan kembali perbedaan

mendasar antara non-nutrien dan anti-nutrien.

1.3.1. Kompetensi Dasar

Pada akhir pemaparan dari materi ini, mahasiswa semester IV PS.

Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan, hendaknya telah mampu menyebutkan,

menjelaskan, dan/atau mendeskripsikan kembali mengenai: a. Pengertian anti-nutrien;

b. Beberapa contoh komponen yang termasuk kedalam kelompok anti-

nutrien;

c. Sumber asal beberapa jenis komponen anti-nutrien;

d. Pengaruh negatif komponen anti-nutrien bila terdapat dalam pakan;

e. Senyawa beracun yang perlu diwaspadai dalam pakan ikan; serta

f. Perbedaan mendasar antara non-nutrien dan anti-nutrien.

Page 11: Pokok Bahasan Vii_nonnutrisi

229

ISBN: 978-979-097-044-1

2. Penyajian

2.1. URAIAN

A. Pengertian Anti-Nutrien. Sebagaimana komponen non-nutrien,

berbagai komponen yang termasuk ke dalam kelompok anti-nutrien tidak memiliki

nilai energetik maupun nilai nutritif. Keberadaannya dalam pakan juga dapat

masuk melalui bahan pakan yang digunakan, sebagian lainnya terjadi melalui

proses-proses alamiah, atau menemukan jalannya sendiri ke dalam pakan.

Namun tidak sebagaimana non-nutrien, keberadaan komponen anti-nutrien dalam

pakan sangat tidak dikehendaki dan pada hakekatnya bersifat negatif atau

merugikan, baik bagi pakan maupun ikan yang mengkonsumsinya. Berbagai

komponen yang termasuk kedalam kelompok ini mencakup berbagai bentuk

persenyawaan dalam pakan yang dapat menurunkan nilai nutrisi pakan tersebut

maupun bersifat racun atau toksik bagi ikan perliharaan. Kontaminan dan

pencemar termasuk kedalam kategori anti-nutrisi.

B. Peran dan Pengaruh Anti-Nutrien. Peran anti-nutrien tentu saja

menurunkan dan merusak kualitas pakan hingga mematikan ikan. Pengaruh anti-

nutrien terhadap pakan maupun ikan yang mengkonsumsinya bersifat merugikan,

dan karena itu tidak dibutuhkan serta keberadaannya dalam pakan tidak

dikehendaki. Beberapa persenyawaan yang terjadi secara alamiah dapat

mengkontaminasi atau mencemari pakan ikan dan mempengaruhi tampilan atau

performa ikan. Beberapa anti-nutrien terdapat pada bahan pakan asal tanaman

dan hewan. Kontaminan dan pencemar pakan jenis lainnya terjadi melalui proses-

proses alamiah atau menemukan caranya sendiri untuk masuk ke dalam pakan.

Berbagai komponen anti-nutrien, sumber asal, pengaruh, serta kemungkinan

pencegahannnya disajikan pada Tabel H.1. Sedangkan Tabel H.2. menyajikan

berbagai jenis kontaminan dan pencemar yang dapat merugikan pakan maupun

ikan yang mengkonsumsinya (Parker, 2002).

Page 12: Pokok Bahasan Vii_nonnutrisi

230

ISBN: 978-979-097-044-1

Tabel H.1. Berbagai Komponen Anti-Nutrien yang Dapat Dijumpai dalam Bahan Penyusun Pakan, Sumber Asal, Pengaruh, serta Pencegahannya

No. Nama Sumber Pengaruh Pencegahan 1. Tripsin

inhibitor Biji kedelai mentah Menghambat

enzim pencernaan tripsin

Proses pemanasan

2. Asam fitat (Phytate)

Tepung kedelai dan bahan pakan lain dari tumbuhan

Menurunkan ketersediaan protein dan mineral seperti Zn, Mn, Cu, Ca, Fe

Batasi bahan pakan dari tumbuhan; meningkatkan kadar nutrien

3. Gossypol Tepung biji kapas Menekan pertumbuhan; merusak organ dan jaringan; berperan sebagai karsinogen

Batasi penggunaan tepung biji kapas

4. Asam lemak siklopropenoat (CFAs)

Tepung biji kapas Luka; deposisi glikogen; asam lemak meningkat; berperan sebagai karsinogen

Batasi penggunaan tepung biji kapas

5. Glukosinolat Lobak Berperan sebagai agen anti-tiroid menjelang hidrolisis enzimatik

Gunakan jenis glukosinolat rendah seperti canola; batasi penggunaan lobak atau canola

6. Asam erucic Minyak lobak Kematian; masalah dengan kuilit, insang, ginjal, dan jantung

Hindari minyak lobak

7. Alkaloid Kontaminasi dari tepung kapas atau kedelai

Pertumbuhan tertekan dan kematian

Kualitas tepung kapas atau kedelai

8. Tiaminase Beberapa persiapan ikan mentah

Menghacurkan vitamin thiamin

Pemanasan; beri thiamin dalam pakan terpisah

Sumber: Parker, R. 2002. Aquaculture Science. 2nd ed. Delmar, Thomson Learning, USA.

Page 13: Pokok Bahasan Vii_nonnutrisi

231

ISBN: 978-979-097-044-1

Tabel H.2. Berbagai Jenis Kontaminan Pakan dari Proses-Proses Alamiah dan Kontaminasi Lingkungan, Pengaruh, dan Pencegahannya

No. Nama Sumber Pengaruh Pencegahan 1. Mikotoksin Aflatoksin yang

dihasilkan oleh jamur Aspergilus flavus atau Fusarium tricintum

Karsinogenik; kematian; menurunkan pertumbuhan; menurunkan konsumsi pakan

Cek kontaminasi; keringkan pakan

2. Toksin asal alga dan laut

Toksin alga seperti Ganyaulax spp, Gyrodinium spp.

Kematian Identifikasi alga beracun dan buang

3. Ketengikan oksidatif

Oto-oksidasi lemak tidak jenuh

Produksi radikal bebas, peroksida, aldehida, dan keton menurunkan nilai nutrisi

Tambahkan anti-oksidan sintetik atau alamiah ke pakan

4. Merkuri Kontaminasi industri

Permasalahan pada insang; mungkin terakumulasi dalam jaringan otot dan berbahaya bagi manusia jika ikan dikonsumsi

Selenium menurunkan daya racun dan laju akumulasi

5. Cadmium Air industri Nekrosis pada hati; kematian

EDTA untuk mengikat

6. Arsenik Tepung ikan laut Daya racun potensial pada kompleks organik tidak diketahui

-

7. Poliklorinat bifenil (PCBs)

Limbah industri; minyak ikan; tepung ikan

Terakumulasi dalam lemak; menyebar; dapat menyebabkan pembengkakan hati, disfungsi hati, dan menurunkan aktivitas tiroid

Periksa bahan-bahan penyusun pakan dan kualitas air

8. Pestisida Kebetulan Bermacam-macam tergantung pada pestisida; kebanyakan terakumulasi dalam jaringan; mungkin mempengaruhi kesehatan manusia atau nilai jual pasar

Penangan yang hati-hati

Sumber: Parker, R. 2002. Aquaculture Science. 2nd ed. Delmar, Thomson Learning, USA.

Page 14: Pokok Bahasan Vii_nonnutrisi

232

ISBN: 978-979-097-044-1

3. Penutup

3.1. Rangkuman

Komponen anti-nutrien, sebagaimana non-nutrien, tidak memiliki

nilai energetik maupun nilai nutritif. Keberadaannya dalam pakan juga

dapat masuk melalui bahan pakan yang digunakan, sebagian lainnya terjadi

melalui proses-proses alamiah, atau menemukan jalannya sendiri ke dalam

pakan. Namun tidak sebagaimana non-nutrien, keberadaan komponen anti-

nutrien dalam pakan sangat tidak dikehendaki dan pada hakekatnya

bersifat negatif atau merugikan, baik bagi pakan maupun ikan yang

mengkonsumsinya. Berbagai komponen yang termasuk kedalam kelompok

ini mencakup berbagai bentuk persenyawaan dalam pakan yang dapat

menurunkan nilai nutrisi pakan tersebut maupun bersifat racun atau

toksik bagi ikan perliharaan. Kontaminan dan pencemar termasuk kedalam

kategori anti-nutrisi. Peran anti-nutrien tentu saja menurunkan dan

merusak kualitas pakan hingga mematikan ikan. Pengaruh anti-nutrien

terhadap pakan maupun ikan yang mengkonsumsinya bersifat merugikan,

dan karena itu tidak dibutuhkan serta keberadaannya dalam pakan tidak

dikehendaki.

Page 15: Pokok Bahasan Vii_nonnutrisi

233

ISBN: 978-979-097-044-1

DAFTAR PUSTAKA/ACUAN/BACAAN ANJURAN

1. Berdanier, C.D. 1998. Advanced Nutrition-Micronutrients. CRC Press, Boca Raton, Florida. 223 p.

2. Cowey, C.B. and Cho, C.Y. 1991. Nutritional Strategies & Aquaculture

Waste. Univ. of Guelph, Canada. 275 p. 3. Halver, J.E. 1972. Fish Nutrition. Acad. Press., New York. 713 p. 4. Halver, J.E. 1989. Fish Nutrition. 2nd ed. Acad. Press, Inc., San Diego. 798

p. 5. Halver, J.E. and Hardy, R.W. 2002. Fish Nutrition. 3rd ed. Acad. Press,

Amsterdam. 822 p. 6. Lawrence, E. 1989. Biological Terms. 10th ed. Longman Sci. & Technical,

Singapore. 645 p. 7. Parker, R. 2002. Aquaculture Science. 2nd ed. Delmar, Thomson Learning,

USA. 621 p.