Pneumonia (2)

36
PNEUMONIA PNEUMONIA dr Harsini, SpP Bagian Paru FK UNS

description

Pneumonia

Transcript of Pneumonia (2)

Page 1: Pneumonia (2)

PNEUMONIAPNEUMONIA

dr Harsini, SpPBagian Paru

FK UNS

Page 2: Pneumonia (2)

PNEUMONA PNEUMONA DEFINISI DEFINISI

Peradangan paru yang disebabkan oleh Peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia yang disebabkan parasit). Pneumonia yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis tidak Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk termasuk

Page 3: Pneumonia (2)

TYPE PNEUMONIA BERDASARKAN TYPE PNEUMONIA BERDASARKAN SUMBER KUMAN SUMBER KUMAN

1. Pneumonia komuniti, pneumonia yang didapat di masyarakat ( Community Acquired Pneumonia)

2. Pneumonia nosokomial (Hospital Acquired Pneumonia)

3. Pneumonia Aspirasi 4. Pneumonia Imunocompromised

Page 4: Pneumonia (2)

PNEUMONIA BERDASAR PNEUMONIA BERDASAR PENYEBAB PENYEBAB

1. Pneumonia bakterial / tipikal : staphylococcus, streptococcus, hemofilus influenza, klebsiella, pseudomonas dll

2. Pneumonia atipical : mycoplasma, legionella dan chlamydia

3. Pneumonia virus 4. Pneumonia jamur

Page 5: Pneumonia (2)

PNEUMONIA BERDASAR PNEUMONIA BERDASAR PREDILEKSI PREDILEKSI

1. Pneumonia lobaris, lobularis 2. Bronkopneumonia 3. Pleuropneumonia 4. Pneumonia interstitiel

Page 6: Pneumonia (2)

PATOGENESISPATOGENESIS

• Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme di paru, hal ini akibat aktivitas mekanisme pertahanan paru

• Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dan lingkungan, maka mikroorganisme dapat berkembangbiak menimbulkan pernyakit

Page 7: Pneumonia (2)

CARA MIKROORGANISME MASUK CARA MIKROORGANISME MASUK SALURAN NAPAS SALURAN NAPAS

1. Inokulasi langsung 2. Penyebaran melalui pembuluh darah 3. Inhalasi bahan aerosol 4. Kolonisasi di permukaan mukosa

Page 8: Pneumonia (2)

PATOLOGI PATOLOGI • Bakteri masuk ke alveoli menyebabkan

reaksi radang edema seluruh alveoli infiltrasi sel-sel PMN diapedesis eritrosit

• Sel-sel PMN mendesak bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan lekosit yang lain melalui psedopodosis sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian di fagosit

Page 9: Pneumonia (2)

PATOLOGI PATOLOGI • Terdapat 4 zona pada daerah reaksi inflamasi

a. Zona luar : alveoli yang terisi bakteri dan cairan edemab. Zona permulaan konsolidasi : terdiri dari PMN dan

beberapa eksudasi sel darah merah c. Zona konsolidasi luar : daerah tempat terjadi

fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN yang banyak

d. Zona Resolusi : daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati, lekosit dan alveolar makrofag

Page 10: Pneumonia (2)

PATOLOGI PATOLOGI

• Red hepatization : daerah perifer yang terdapat edema dan perdarahan

• Gray hepatization : daerah konsolidasi yang luas

Page 11: Pneumonia (2)

Red HepatizationRed Hepatization

Page 12: Pneumonia (2)

DIAGNOSIS DIAGNOSIS

1. Anamnesis Demam menggigil, suhu tubuh meningkat, batuk berdahak mukoid atau purulen, sesak napas, kadang nyeri dada

Page 13: Pneumonia (2)

DIAGNOSIS DIAGNOSIS 2. Pemeriksaan fisis

Tergantung luas lesi paru Inspeksi : bagian yang sakit tertinggal P alpasi : fremitus dapat mengeras Perkusi : redup Auskultasi : suara dasar bronkovesikuler sampai bronkial, suara tambahan ronki basah halus sampai ronki basah kasar pada stadium resolusi

Page 14: Pneumonia (2)

DIAGNOSIS DIAGNOSIS

3. Pemeriksaan penunjang a. Gambaran radiologis

Foto toraks PA / lateral, gambaran infiltrat sampai gambaran konsolidasi (berawan) dapat disertai air bronchogram

Page 15: Pneumonia (2)

Pneumonia lobarisPneumonia lobaris

Page 16: Pneumonia (2)

Pneumonia lobarisPneumonia lobaris

Page 17: Pneumonia (2)

BronkopneumoniaBronkopneumonia

Page 18: Pneumonia (2)

DIAGNOSIS DIAGNOSIS 3. Pemeriksaan penunjang

b. Pemeriksaan laboratorium Terdapat peningkatan jumlah lekosit > 10.000/ul kadang dapat mencapai 30.000/ul Untuk menentukan diagnosis etiologi : pemeriksaan dahak, (biakan), biakan darah dan serologi. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia, pada stadium lanjut asidosis

respiratorik

Page 19: Pneumonia (2)

Penilaian Derajat Keparahan PenyakitPenilaian Derajat Keparahan Penyakit• Sistem Skor pada pneumonia komuniti berdasarkan Patient

Outcome Research Team (PORT) • Karakteristik penderita Jumlah poin• Faktor demografi

Usia :Laki Umur(thn)-10 Perempuan Umur(thn) Perawatan di rmh +10Penyakit penyerta Keganasan +30 Penyakit hati +20 Gagal jantung kongestif +10 Penyakit CV +10 Penyakit ginjal +10

• Pemeriksaan fisisPerubahan status mental +20Pernapasan ≥ 30 kali/menit +20Tekanan darah sistolik ≤ 90 mmHg +20Suhu tubuh < 35°C atau ≥ 40°C +15Nadi ≥ 125 kali/menit +10

Page 20: Pneumonia (2)

Penilaian Derajat Keparahan PenyakitPenilaian Derajat Keparahan Penyakit

• Hasil laboratorium/radiologiAnalisis gas darah arteri : pH 7.35 +30BUN > 30 mg/dl +20Natrium < 130 mEq/liter +20Glukosa > 250 mg/dl +10Hematokrit < 30% +10PO2 ≤ 60mmHg +10Efusi pleura +10

Page 21: Pneumonia (2)

Indikasi rawat inapIndikasi rawat inap

1. Skor PORT > 702. Bila skor PORT <70, dengan kriteria

seperti pada kriteria minor.3. Pneumonia pada pengguna NAPZA

Page 22: Pneumonia (2)

Penilaian Derajat Keparahan PenyakitPenilaian Derajat Keparahan Penyakit

• Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai “ salah satu atau lebih “ kriteria dibawah ini.

• Kriteria Minor :1. Frekuensi pernapasan > 30 kali/menit2. PaO2/FiO2 < 250 mmHg3. Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral4. Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus5. Tekanan sistolik < 90 mmHg6. Tekanan diastolik < 60 mmHg

Page 23: Pneumonia (2)

• Kriteria Mayor :1. Membutuhkan ventilasi mekanik2. Infiltrat bertambah > 50 %3. Membutuhkan vasopressor > 4 jam4. Kreatinin serum ≥ 2 mg/dl atau peningkatan

≥ 2 mg/dl pada penderita riwayat penyakit ginjal atau gagal ginjal yang membutuhkan dialisis.

Page 24: Pneumonia (2)

KRITERIA PERAWATAN KRITERIA PERAWATAN INTENSIFINTENSIF

• Paling sedikit 1 dari 2 gejala minor tertentu (butuh ventilasi mekanik atau butuh vasopresor > 4 jam)

• Atau 2 dari 3 gjl minor tertentu (PaO2/FiO2 < 250 mmHg, Foto toraks: kelainan bilateral, Tekanan sistolik < 90 mmHg)

Page 25: Pneumonia (2)

PENGOBATAN PENGOBATAN

• Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif

• Pemberian antibiotik sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaanya

Page 26: Pneumonia (2)

PENGOBATAN PENGOBATAN • Karena beberapa alasan yaitu :

1. Penyakit yang berat dapat mengancam jiwa 2. Bakteri patogen yang berhasil di isolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia 3. Hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

• Maka pemberian antibiotika dilakukan secara empiris

Page 27: Pneumonia (2)

PENGOBATAN PENGOBATAN Penisilin Sensitif Streptococcus

Pneumoniae (PSSP)• Golongan penisilin • TMP-SMZ• Makrolid

Page 28: Pneumonia (2)

PENGOBATAN PENGOBATAN Penisilin Resisten Streptococcus

Pneumoniae (PRSP)• Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat

jalan)• Sefotaksim, Sefriakson dosis tinggi • Makrolid baru dosis tinggi • Fluorokuinolon respirasi

Page 29: Pneumonia (2)

PENGOBATAN PENGOBATAN Pseudomonas Aeruginosa

• Aminoglikosid • Seftazidim, Sefoperason, Sefepim • Tikarsilin, Piperasilin • Karbapenem : Meropenem, Imipenem • Siprofloksasin, levofloksasin

Page 30: Pneumonia (2)

PENGOBATAN PENGOBATAN Methicillin Resistent Staphylococcus

Aureus (MRSA)• Vankomisin • Teikoplanin • Linezolid

Page 31: Pneumonia (2)

PENGOBATAN PENGOBATAN Hemophilus Influenza

• TMP-SMZ• Azithromisin • Sefalosporin gen.2 atau 3• Fluorokuinolone respirasi

Page 32: Pneumonia (2)

PENGOBATAN PENGOBATAN Legionella

• Makrolid • Fluorokuinolone • Rafampicin

Page 33: Pneumonia (2)

PENGOBATAN PENGOBATAN Mycoplasma Pneumoniae

• Doksisiklin • Makrolid • Fluorokuinolone

Page 34: Pneumonia (2)

PENGOBATAN PENGOBATAN Chlamydia Pneumoniae

• Doksisiklin • Makrolid • Fluorokuinolone

Page 35: Pneumonia (2)

KOMPLIKASI KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi • Efusi pleura • Empiema • Abses paru • Pneumothoraks• Gagal napas • Sepsis

Page 36: Pneumonia (2)