Pnentuan Kadar Glukosa
-
Upload
hanung-rohani -
Category
Documents
-
view
25 -
download
5
description
Transcript of Pnentuan Kadar Glukosa
LAPORAN PRAKTIKUMBIOKIMIA
PENENTUAN KADAR GLUKOSA
NAMA : HANUNG ROHANI
NIM : H31112001
HARI/TANGGAL PERC. : KAMIS/10 APRIL 2014
ASISTEN : NURUL AHDAN NISA’A NATSIR
LABORATORIUM BIOKIMIAJURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap hari tubuh memerlukan energy yang menunjungan aktivitas yang kita
kerjakan. Energy yang diperlukan ini kita peroleh dari bahan makanan yang kita
makan. Pada umumnya bahan makanan itu mangandung tiga kelompok utama, yaitu
karbohidrat, protein, dan lipid atau lemak. Dari ketiga unsur utama tersebut,
karbohidrat merupakan salah satu pokok manusia dan memegang peranan yang
sangat penting karena merupakan sumber tenaga bagi kegiatan kita sehari-hari.
Sebagai besar zat-zat alam merupakan golongan karbohidrat, dimana fungsinya
sebagai bahan baku atau bahan sumber energi.
Karbohidrat adalah persenyawaan antara karbon, hidrogen, dan oksogen yang
terbentuk di alam dengan rumus umum Cn(H2O)n, dengan rumus empiris tersebut,
senyawa ini dapat diduga sebagai “hidrat dari karbon”, sehingga disebut karbohidrat.
Glukosa adalah karbihidrat sederhana yang paling banyak diperluaknn bagi
tubuh manusia. Glukosa merupakan salah satu jenis karbohidrat penting dan
termasuk dalam gula reduksi. Glukosa dapat mereduksi ion kopri menjadi kupro
sehingga reaksi dapat digunakan sebagai dasar dalam penentuan kadar glukosa dan
dilakukan dengan berbagai metode antar lain Luuff Schroll, Munson-Walker, Lane-
Eyon dan Somogy-Nelson.
Di alam, glukosa dihasilkan dari reaksi antara karbondioksida dan auir
dengan bantuan sinar matahari dan klorofil dalam daun. Proses ini disebut
fotosintesis.berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukan percobaan ini, yaitu
penetuan kadar glukosa dengan menggunakan metode Semogy-Nelson.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengetahui dan
mempelajari teknik penentuan kadar glukosa dalam suatu sampel dengan
menggunakan metode Somogy-Nelson.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengetahui kadar glukosa
yang terkandung dalam sampel menggunakan spektrofotometer 20 D+ dengan
metode Somogy-Nelson.
1.3 Prinsip Percobaan
Penentuan kadar glukosa dalam sampel melalui reduksi ion Cu2+ oleh glukosa
sehingga membentuk endapan merah bata Cu2O dengan penambahan arsenomolibdat
akan membentuk warna biru yang kemudian akan ditentukan kadarnya melalui
spektrofotometer 20 D+ pada panjang gelombang maksimal. Nilai Absorbansi
berhubungan dengan kadar glukosa dalam sampel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang banyak dijumpai di alam,
terutama sebagai penyusun utama jaringan tumbuh-tumbuhan. Nama lain karbohidrat
adalah sakarida (berasal dari bahasa latin saccharum = gula). Senyawa karbohidrat
adalah polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton yang mengandung unsur-unsur
karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) dengan rumus empiris total (CH2O)n.
Karbohidrat yang paling sederhana adalah monosakarida, di antaranya glukosa yang
mempunyai rumus molekul C6H12O6 (Yazid, 2006).
Karbohidrat atau sakarida mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai sumber
bahan bakar (energi) dan sebagai bahan penyusunan struktur. Contoh karbohidrat
yang tergolong dalam kelompok pertama adalah glukosa, pati, dan glikogen, dan
pada kelompok kedua adalah selulosa, kitin, dan pektin (Martoharsono, 2006).
Yang pertama lebih dikenal sebagai golongan aldosa dan yang kedua adalah
ketosa. Dari rumus umum dapat diketahui bahwa karbohidrat adalah suatu polimer.
Senyawa yang menyusunnya adalah monomer-monomer. Dari jumlah monomer yang
menyusun polimer itu, maka karbohidrat digolongkan menjadi monosakarida,
disakarida, trisakarida, dan seterusnya sampai polisakarida, bilamana jumlah
monomer yang menyusunnya berturut-turut adalah satu, dua, tiga, dan banyak. Untuk
mudahnya biasanya lalu dibagi menjadi tiga golongan yaitu monosakarida,
oligosakarida mengandung dua sampai sepuluh monomer dan polisakarida lebih dari
sepuluh (Martoharsono, 2006).
Monosakarida merupakan senyawa karbohidrat yang paling sederhana
yang tidak dapat dihidrolisis lagi. Beberapa molekul monosakarida mengandung
unsur nitrogen dan sulfur. Jika gugus karbonil pada ujung rantai monosakarida
adalah turunan aldehida, maka monosakarida ini disebut aldosa. Bila gugusnya
merupakan turunan keton maka monosakarida tersebut dinamakan ketosa.
Monosakarida aldosa yang paling sederhana adalah gliseraldehida. Sedangkan
monosakarida ketosa yang paling sederhana adalah dihidroksiaseton (Toha, 2001).
Gula sederhana adalah senyawa oksikarbonil, biasanya polioksikarbonil yaitu
senyawa karbonil dari alkohol bermartabat banyak. Umumnya dalam karbohidrat
terdapat gugus karbonil, aldehida, dan keton. Gula yang paling sederhana adalah
glikoaldehida atau disebut juga glukosa, yaitu sebuah aldehida dari alkohol
bermartabat dua glikol (Kusnawidjaja, 1993).
Pada sistem terbuka dari glukosa, galaktosa, dan manosa terdapat gugus
aldehida yang bebas. Seharusnya dengan adanya gugus aldehida yang bebas ini, gula
tersebut harus berwarna merah (Martoharsono, 2006).
Metode Nelson-Somogy digunakan untuk mengukur kadar gula reduksi
dengan menggunakan pereaksi tembaga-arsenol-molibdat. Prinsip kerja Nelson-
Somogy yaitu tereduksinya menjadi molybdine blue dan warna biru diukur
absorbansinya. Reagen Nelson-Somogy berfungsi sebagai oksidator antara kupro
oksida yang bereaksi dengan gula reduksi membentuk endapan merah bata. Dengan
membandingkannya terhadap larutan standar, konsentrasi gula dalam sampel dapat
ditentukan. Reaksi warna yang membentuk dapat menentukan konsentrasi gula
dalam sampel dengan mengukur absorbansinya (Hermawan, 2011).
Spektroskopi merupakan metode pengukuran yang didasarkan pada interaksi
antara cahaya dengan materi. Bila materi disinari kemungkinan cahaya akan
dipancarkan kembali dengan panjang gelombang yang sama atau berbeda.
Spektroskopi sering digunakan untuk mengidentifikasi suatu unsur dan senyawa.
Suatu alat untuk merekam spektrum disebut spektrofotometer (Tamridho, 2011).
Penentuan struktur senyawa menggunakan metoda spektroskopi berdasarkan
panjang gelombangnya terbagi menjadi empat metode, yaitu sinar tampak (350-750
nm), ultraviolet dekat (200-350 nm), ultraviolet jauh (750-2500 nm). Berikut ini
metode-metode spektroskopi yang biasa digunakan dan fungsi pengukurannya
(Tamridho, 2011) :
1. Spektroskopi ultraviolet dapat digunakan untuk mengidentifikasi senyawa-
senyawa yang mengandung gugus-gugus pengabsorpsi atau kromofor, yaitu
gugus tidak jenuh kovalen yang terdapat dalam molekul.
2. Spektroskopi infra merah dapat digunakan untuk mengidentifikasi gugus
fungsional, yaitu gugus yang menentukan sifat-sifat senyawa.
3. Spektroskopi resonansi magnetik inti dapat digunakan untuk mengidentifikasi
rumus bangun molekul senyawa organik sesuai dengan inti atom yang dipakai
(Hidrogen dan karbon).
4. Spektroskopi massa dapat digunakan untuk memberikan keterangan tentang hasil
fragmentasi senyawa yang berupa fragmen-fragmen yang dinyatakan sebagai
rasio massa dengan muatan.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan sampel minuman
energi Hemaviton, akuades, reagen Nelson A, reagen nelson B, reagen warna
arsenomolibdat, tissue roll, dan sabun pencuci.
3.2 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung
reaksi, pipet ukur dengan skala 1 mL; 2 mL; 5 mL, rubber bulb filler, pipet tetes
panjang, gelas kimia 25 mL; 100 mL; 1000 mL, hotplate, penjepit tabung reaksi
(gegep), set alat titrasi, stopwatch, botol semprot, kuvet, spectronic 20 D+, dan sikat
tabung.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Pembuatan Larutan Induk 1 mg/mL
Larutan glukosa ditimbang sebanyak 0,01 gram dilarutkan dengan akuades
hingga mencapai 10 mL, dihomogen larutan tersebut.
3.3.2 Pembuatan Larutan Standar
Pembuatan larutan standar dengan konsentrasi 0,006 mg/mL, larutan induk
dipipet sebanyak 0,03 mL kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Ditambahkan akuades sebanyak 4,97 mL sehingga volume total larutan tersebut
menjadi 5 mL. Dihomogen larutan tersebut. Perbandingan larutan standar dan
akuades lainnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Konsentrasi
(mg/mL)
Volume Larutan
Induk (mL)
Volume Akuades
(mL)
Volume Total
(mL)
0,002 0,03 4,97 5
0,004 0,05 4,95 5
0,006 0,06 4,94 5
0,008 0,08 4,92 5
0,010 0,09 4,91 5
0,012 0,10 4,90 5
3.3.3 Pembuatan Pereaksi
Pereaksi Nelson A dipipet sebanyak 7 mL kemudian ditambahkan dengan
pereaksi Nelson B sebanyak 0,28 mL. Dihomogenkan larutan tersebut.
3.3.4 Preparasi sampel
Percobaan kali ini yang digunakan adalah sampel dengan faktor pengenceran
100 kali dan 10.000 kali. Pertama dibuat sampel dengan faktor pengenceran 100 kali.
Larutan sampel Hemaviton dipipet sebanyak 0,05 mL lalu ditambahkan dengan
akuades sebanyak 4.95 mL. Dihomogenkan larutan tersebut. Pembuatan sampel
dengan faktor pengenceran 100 kali akan diencerkan kembali menjadi 100 kali dan
10.000 kali.
Pembuatan sampel dengan faktor pengenceran 10.000 kali, larutan faktor
pengenceran 100 kali dipipet sebanyak 0,05 mL lalu ditambahkan dengan akuades
sebanyak 4,95 mL. Dihomogenkan kedua larutan tersebut. Sedangkan pembuatan
sampel dengan faktor pengenceran 10.000 kali, larutan faktor pengenceran 100 kali.
Dihomogenkan larutan tersebut.
3.3.5 Penentuan Kadar Glukosa
Larutan standar, sampel, dan blanko dipipet masing-masing sebanyak 0,5 mL
kemudian ditambahkan reagen Nelson sebanyak 0,5 mL, dihomogenkan larutan
tersebut. Tabung reaksi dipanaskan selamat 20 menit, lalu didinginkan. Larutan
arsenomolibdat ditambahkan sebanyak 0,5 mL, kemudian dihomogenkan.
Ditambahkan akuades sebanyak 3,5 mL dan dihomogenkan kembali. Setelah itu,
diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Percobaan kali ini ingin diuji kadar glukosa yang terkandung dalam sampel
minuman energi Hemaviton. Sampel akan ditambahkan reagen Nelson dan larutan
arsenomolibdat, kemudian diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer.
Dari hasil percobaan di atas, maka diperoleh data penentuan panjang gelombang
maksimum sebagai berikut.
Tabel 1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
(nm) Absorban
630
640
650
0,272
0,327
0,298
625 630 635 640 645 650 6550
0.050.1
0.150.2
0.250.3
0.35
f(x) = 0.0013 x − 0.532999999999999R² = 0.223249669749009
Penentuan panjang gelombang maksimum
Series2Linear (Series2)
Panjang gelombang (nm)
Ab
sorb
an
Grafik 1. Grafik Penentuan Panjang Gelombang
Tabel 2. Data Pengamatan Penetapan Kadar Glukosa pada Panjang Gelombang Maksimum 670 nm
Tabel 2.1. Penentuan Kadar Glukosa Untuk Simplo
Konsentrasi Absorban
0,002 0,147
0,004 0,141
0,006 0,262
0,008 0,327
0,010 0,700
0,012 0,632
Sampel 0,129
Tabel 2.2. Penentuan Kadar Glukosa Untuk Duplo
Konsentrasi Absorban
0,002 0,227
0,004 0,217
0,006 0,260
0,008 0,361
0,010 0,361
0,012 0,548
Sampel 0,137
0 1 2 3 4 5 6 7 8 90
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
f(x) = 0.0368690476190476 x + 0.0979642857142857R² = 0.302243905378089
Chart Title
Series2Linear (Series2)Series4Linear (Series4)
Axis Title
Axis Title
Grafik 2. Grafik Penentuan Kadar Glukosa Untuk Duplo
Perhitungan kadar untuk sampel dengan 100x:
y = 0.0369x + 0.098
0,137 = 0.0369x + 0.098
0.039 = 0.0369x
x = 0.946 mg/mL
kadar glukosa = x · Fp
= 0.946 mg/mL x 100
= 94.6 mg/mL
= 0.0946 g/mL
= 14.19 g/150 mL
Jadi, kadar glukosa dalam sampel untuk pengenceran 100 kali adalah
14.19 g/150 mL
Perhitungan kadar untuk sampel dengan 10.000x:
y = 0.0369x + 0.098
0.129 = 0.0369x + 0.098
0.031 = 0.0369x
x = 1.191 mg/mL
kadar glukosa = x · Fp
= 1.191 mg/mL x 10000
= 11910 mg/mL
= 11.91 g/mL
= 1786.5 g/150 mL
Jadi, kadar glukosa dalam sampel untuk pengenceran 10.000 kali adalah
1786.5 g/150 mL
4.2 Reaksi
4.3 Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan dengan metode Nelson-Somogyi. Metode
ini digunakan untuk mengukur kadar gula reduksi. Menurut Yazid (2006), Sifat
+ CuO Cu2O +
mereduksi disebabkan oleh gugus aldehida atau keton bebas dalam molekulnya.
Maka pemilihan menggunakan metode ini tepat.
Disini reagen Nelson yang terdiri dari campuran Nelson A dan Nelson B
dicampurkan dengan perbandingan 25:1. Campuran reagen Nelson ini berwarna biru
disebabkan karena pada larutan Nelson B mengandung Cu2+ (tembaga). Glukosa
dapat mereduksi ion kupri menjadi kupro pada saat proses pemanasan. Setelah
pemanasan seharusnya akan tampa k warna merah-kecoklatan yang kepekatannya
sesuai dengan konsentrasi masing-masing larutan, hal ini sesuai dengan teori
Martoharsono (2006) bahwa dengan adanya gugus aldehida yang bebas ini, gula
tersebut harus berwarna merah. Tetapi karena pada komposisi reagen Nelson A
terdapat larutan Na-K-Tartrat yang berfungsi mencegah pengendapan kupri oksida
pada larutan, maka pada saat selesai dipanaskan larutan yang dihasilkan berwarna
biru.
Penambahan larutan arsenomolibdat yang berwarna kuning membuat larutan
berubah warna menjadi kehijauan kecuali untuk larutan blanko tetap berwarna
kekuningan. Setelah ditambahkan akuades, mulai terlihat perbedaan kepekatan warna
berdasarkan konsentrasinya. Semakin tinggi konsentrasi larutan, maka warna hijau
yang dihasilkan semakin pekat kecuali untuk larutan blanko tidak mengalami
perubahan warna. Ini disebabkan larutan blanko tidak mengandung kadar glukosa.
Pada saat pengukuran absorban digunakan panjang gelombang 670 nm karena pada
saat pengetesan seperti yang dapat dilihat pada grafik 1, pada panjang gelombang
tersebut nilai absorbannya paling tinggi. Kemudian pada grafik 2 terlihat jelas
perbandingan konsentrasi dan absorban berbanding lurus, semakin tinggi
konsentrasinya maka semakin besar pula nilai absorbannya.
Kadar glukosa dalam sampel cair yang diperoleh dari perhitungan
dengan faktor pengenceran sebesar 100 kali yaitu sebesar 14.19 g/150 mL dan faktor
pengenceran sebesar 10.000 kali yaitu sebesar 1786.5 g/150 mL
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan diperoleh kesimpulan
bahwa kadar glukosa yang terdapat dalam sampel untuk pengenceran 100 kali yaitu
14.19 g/150 mL dan sampel pengenceran 10.000 kali yaitu 1786.5 g/150 mL
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Laboratorium
Saran saya untuk laboratorium supaya menyiapkan alat bulb lebih banyak.
Karena sewaktu pemipetan terjadi kendala pada ketersediaan bulbnya.
5.2.2 Saran Untuk Percobaan
Untuk percobaan bisa berjalan lancar agar disiapkan alat-alat yang bagus agar
dalam melakukan percobaan tidak lagi bermasalah dan lambat karena alat-alatnya
dan dalam pengenceran juga, apa bisa mnggunakan dengan biuret ?.
DAFTAR PUSTAKA
Hermawan, A., 2011, Penugasan Praktikum Biokim (online), (http://userartmaker. blogspot.com/2011/06/penugasan-praktikum-biokim.html, diakses pada tanggal 7 April 2013 pukul 19.00 WITA).
Kusnawidjaja, K., 1993, Biokimia, Penerbit Alumni, Bandung.
Martoharsono, S., 2006, Biokimia Jilid 1, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Patong, R., 2010, Penuntun Praktikum Biokimia, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Poedjadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta.
Tamridho, R., 2011, Rancang Bangun Alat Pengukur Kadar Gula Darah, Jurnal Fisika Universitas Indonesia, 2(1),1-7.
Toha, A., 2001, Biokimia: Metabolisme Biomolekul, Penerbit Alfabeta, Jakarta.
Yazid, E., dan Nursanti, L., 2006, Penuntun Praktikum Biokimia untuk Mahasiswa Analisis, Penerbit Andi, Yogyakarta.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 17 April 2014
Asisten Praktikan
(NURUL AHDAN NISAA NATSIR) (HANUNG ROHANI)
Lampiran 1.
BAGAN KERJA
1. Pembuatan Larutan Induk
ditimbang sebanyak 0,01 gram
dilarutkan dengan akuades hingga 10 mL
dihomogenkan
2. Pembuatan Larutan Standar
dipipet masing-masing sebanyak 0,03 mL; 0,05 mL; 0,06 mL; 0,08
mL; 0,09 mL; 0,10 mL ke dalam tabung reaksi.
ditambahkan akuades hingga 5 mL
dihomogenkan
diberi label pada tiap tabung sesuai dengan konsentrasinya.
3. Pembuatan Pereaksi Nelson
dipipet sebanyak 7 mL
ditambahkan pereaksi Nelson B sebanyak 0,28 mL
dihomogenkan
Larutan Glukosa
Hasil
Larutan Induk
Hasil
Larutan Nelson A
Hasil
4. Preparasi Sampel Faktor Pengenceran 10.000 kali dan 100 kali
dipipet sebanyak 0,05 mL
ditambahkan akuades sebanyak 4.95 mL
dihomogenkan
dipipet sebanyak 0,05 mL dipipet sebanyak 0,05 mL
ditambahkan akuades ditambahkan akuades
sebanyak 4.95 mL sebanyak 4.95 mL
dihomogenkan dihomogenkan
5. Penentuan Kadar Glukosa
dipipet masing-masing sebanyak 0,5 mL
ditambahkan reagen Nelson sebanyak 0,5 mL
dihomogenkan
dipanaskan selama 20 menit, lalu didinginkan
ditambahkan larutan arsenomolibdat sebanyak 3,5 mL
dimhomogenkan kembali
diukur absorbansinya
Sampel Hemaviton
Sampel Fp 100 kali
Larutan Standar, Sampel, dan Blanko
Hasil
Sampel 10.000 kali Sampel 100 kali