PMK 03 2013

2
 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3/PMK.02/2013  TENT ANG  TAT A CARA PENYE TORA N PENE RIMAAN NE GARA BUKA N PAJAK OLEH BENDAHARA PENERIMAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,  Meni mbang : a. bahwa ber dasa rkan Pas al 15 Per at ur an Pemeri nt ah Nomor 29 Ta hu n 2009 tenta ng T ata Cara Penent ua n Juml ah, Pembayaran , dan P enyeto ran Pen eri maan Negara Bukan Pajak yang Terutang, seluruh penerimaan negara yang terutang wajib disetor secepatnya ke kas negara;  b. bahwa dalam kead aan terten tu, peneri maan nega ra bukan paj ak dapat di seto rkan mela lui Bend ahara Penerima an;  c. bahwa untuk memberi kan kejela san penga tura n tentang penyet oran penerimaan negara buka n pajak melalui Bendahara Peneri maan sebag aima na dimaks ud pada huruf b, perlu ditetapkan suatu Peraturan Menteri Keuangan tersendiri;  d. bahwa berdasark an pertimb anga n sebagai mana dima ksud dalam huru f a, huru f b, dan huru f c, perlu mene tapk an Peraturan Mente ri Keuanga n tentang Tata Cara Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak oleh Bendahara Penerimaan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997  tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687);  2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003  tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);  3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004  tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);  4. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3694) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3760);  5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2005  tentang Pemeriksaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4500);  6. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2009  tentang Tata Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran, dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4995);  7. Peraturan Pemerintah Nomor 39 T ahun 20 09 tentang Pengelolaan Ua ng Negara/Daerah L embaran Negara Repub lik Indonesi a Tahu n 2007 No mor 83, T ambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738);  8. Keputusan Presiden Nomor 56/P Tahun 2010 ;  MEMUTUSKAN: Menet apka n : PER AT URAN MENT ERI KEUANGA N T ENT ANG TATA CARA PENYETORAN PENERI MAA N NEGARA BUKA N PAJ AK OLE H BENDAHA RA PENERIMAA N.  Pasal 1  Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:  1. Penerimaan Negara Buk an Pajak yang selanj utnya di singkat PNBP, adalah seluruh p enerimaan Pemerintah Pusat y ang tidak berasal dari p enerimaan perpajakan.  2. Kas Negara adal ah tempat penyi mpanan Uang Negara yang ditent ukan ole h Menteri Keuangan selak u Bendaha ra Umum Negara untuk mena mpun g seluruh penerimaan negara dan untuk membayar seluruh pengeluaran negara.  3. Bank Persepsi adalah bank umum yang ditu njuk o leh BUN/Ku asa BUN un tuk menerima s etoran penerimaan negara bukan dalam rangka ekspor dan impor, yang meliputi penerimaan pajak, cukai dalam negeri dan penerimaan bukan pajak.  4. Pos Persepsi a dalah k antor pos yang di tunju k oleh BUN/Kuasa BUN unt uk menerima setoran penerimaan negara.  5. Benda hara Penerima an adalah orang yang ditun juk untu k menerima, menyimp an, menyeto rkan, menat aus ahak an, dan mempertanggun gjawa bkan uang pendapatan negara dalam rangka pelaksanaa n APBN pada kantor/satu an kerja kementerian/lemba ga.  6. Benda hara Penerimaan Pembantu adala h bendahar a yang bertu gas memban tu bendahara penerima an untuk meneri ma, menyimpan, menyet orkan , dan menatausa hakan uang pendapatan negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada kantor/satuan kerja kementerian/lembaga.  Pasal 2  Seluruh PNBP wajib disetor langsung secepat nya ke Kas Negara.  Pasal 3  (1) Penyetoran l angsung ke Kas Negara dilaku kan melalu i Bank/ Pos Perseps i yang ditunju k oleh Bendahara Umu m Negara.  (2) Dalam hal disuat u tempat tertentu tid ak tersedia la yanan Bank/ Pos Perseps i, penyetoran ke Kas Negara dap at dilaku kan melalu i Bendahara Penerima an.  (3) Benda hara Peneri maan berkewaji ban melak uka n penyeto ran secep atny a ke Rekening Ka s Negara.  Pasal 4  (1) Penyetoran PNBP sebagaimana dimaksu d dalam Pa sal 3 aya t (3), di laksanaka n oleh Bendah ara Penerimaan set iap akhir ha ri kerja saat PNBP diterima.  (2) Penyetoran P NBP oleh Bendahara Penerimaan pada hari kerja berikutn ya setelah PNBP dit erima dapat dilakuka n dalam hal:  a. PNBP dit erima pad a har i lib ur/ yan g dil ibu rkan;  b. Layanan Bank/Pos Persepsi yang s ekota dengan tempat/kedu dukan Bendahara P enerimaan t idak tersedia; a tau  c. Dalam h al tidak tersedia laya nan Bank/ Pos P ersepsi yang sekota dengan tempa t kedudu kan Bendaha ra Penerimaan s ebagaimana dimaksud pada hu ruf b, sepanjang memenuhi kondisi sebagai berikut:  1. Kondisi g eograf is sat uan kerj a yang tid ak memu ngki nkan mel akukan penyeto ran seti ap hari;  2. Jarak tempu h antara lokasi Bank/Pos Persepsi denga n tempat/ kedudukan Bendahara Penerimaan melampaui waktu 2 jam; d an/atau  3. Biaya ya ng dibutuh kan unt uk mela kuk an penyet oran PNBP leb ih besar dari pada penerimaa n yang dipero leh;  Penyetoran PNBP oleh Bendahara Penerimaan dapat dilakuk an secara berkala.  Pasal 5  (1) Dala m hal pemu ngut an PNBP suatu sat uan kerja berada di beberapa temp at yang tidak satu ko ta dengan Benda hara Penerimaan, dapa t ditunj uk Bendahara Penerimaan Pembantu oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.  (2) Penyetoran PNBP oleh Bendahara Penerimaan Pembantu ke rekening Ka s Negara di laksanaka n pada hari kerja s aat PNBP diterima.  (3) PNBP yang di terima oleh Benda hara Penerimaan Pemba ntu s etelah puku l 12.00 wak tu setemp at diseto rkan ke rekening Ka s Negara pada hari kerja berikut nya.  (4) Dalam hal p enyetoran sebagai mana dimaks ud pada aya t (3) tid ak dapat dil akukan, Benda hara Penerimaan Pembant u dapat meny etorkan PNBP yang diterimanya secara berkala sesuai ketentuan.

description

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 3 Tahun 2013

Transcript of PMK 03 2013

  • MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

    SALINAN

    PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 3/PMK.02/2013

    TENTANG

    TATA CARA PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAKOLEH BENDAHARA PENERIMAAN

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

    Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran, dan Penyetoran PenerimaanNegara Bukan Pajak yang Terutang, seluruh penerimaan negara yang terutang wajib disetor secepatnya ke kas negara;

    b. bahwa dalam keadaan tertentu, penerimaan negara bukan pajak dapat disetorkan melalui Bendahara Penerimaan;

    c. bahwa untuk memberikan kejelasan pengaturan tentang penyetoran penerimaan negara bukan pajak melalui Bendahara Penerimaan sebagaimana dimaksudpada huruf b, perlu ditetapkan suatu Peraturan Menteri Keuangan tersendiri;

    d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang TataCara Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak oleh Bendahara Penerimaan;

    Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687);

    2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4286);

    3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 47, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4355);

    4. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3694) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1998(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3760);

    5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2005 tentang Pemeriksaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4500);

    6. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran, dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4995);

    7. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738);

    8. Keputusan Presiden Nomor 56/P Tahun 2010;

    MEMUTUSKAN:

    Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK OLEH BENDAHARA PENERIMAAN.

    Pasal 1

    Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

    1. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnya disingkat PNBP, adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan.

    2. Kas Negara adalah tempat penyimpanan Uang Negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruhpenerimaan negara dan untuk membayar seluruh pengeluaran negara.

    3. Bank Persepsi adalah bank umum yang ditunjuk oleh BUN/Kuasa BUN untuk menerima setoran penerimaan negara bukan dalam rangka ekspor dan impor, yangmeliputi penerimaan pajak, cukai dalam negeri dan penerimaan bukan pajak.

    4. Pos Persepsi adalah kantor pos yang ditunjuk oleh BUN/Kuasa BUN untuk menerima setoran penerimaan negara.

    5. Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uangpendapatan negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada kantor/satuan kerja kementerian/lembaga.

    6. Bendahara Penerimaan Pembantu adalah bendahara yang bertugas membantu bendahara penerimaan untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, danmenatausahakan uang pendapatan negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada kantor/satuan kerja kementerian/lembaga.

    Pasal 2

    Seluruh PNBP wajib disetor langsung secepatnya ke Kas Negara.

    Pasal 3

    (1) Penyetoran langsung ke Kas Negara dilakukan melalui Bank/Pos Persepsi yang ditunjuk oleh Bendahara Umum Negara.

    (2) Dalam hal disuatu tempat tertentu tidak tersedia layanan Bank/Pos Persepsi, penyetoran ke Kas Negara dapat dilakukan melalui Bendahara Penerimaan.

    (3) Bendahara Penerimaan berkewajiban melakukan penyetoran secepatnya ke Rekening Kas Negara.

    Pasal 4

    (1) Penyetoran PNBP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3), dilaksanakan oleh Bendahara Penerimaan setiap akhir hari kerja saat PNBP diterima.

    (2) Penyetoran PNBP oleh Bendahara Penerimaan pada hari kerja berikutnya setelah PNBP diterima dapat dilakukan dalam hal:

    a. PNBP diterima pada hari libur/yang diliburkan;

    b. Layanan Bank/Pos Persepsi yang sekota dengan tempat/kedudukan Bendahara Penerimaan tidak tersedia; atau

    c. Dalam hal tidak tersedia layanan Bank/Pos Persepsi yang sekota dengan tempat kedudukan Bendahara Penerimaan sebagaimana dimaksud pada huruf b,sepanjang memenuhi kondisi sebagai berikut:

    1. Kondisi geografis satuan kerja yang tidak memungkinkan melakukan penyetoran setiap hari;

    2. Jarak tempuh antara lokasi Bank/Pos Persepsi dengan tempat/kedudukan Bendahara Penerimaan melampaui waktu 2 jam; dan/atau

    3. Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan penyetoran PNBP lebih besar daripada penerimaan yang diperoleh;

    Penyetoran PNBP oleh Bendahara Penerimaan dapat dilakukan secara berkala.

    Pasal 5

    (1) Dalam hal pemungutan PNBP suatu satuan kerja berada di beberapa tempat yang tidak satu kota dengan Bendahara Penerimaan, dapat ditunjuk BendaharaPenerimaan Pembantu oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.

    (2) Penyetoran PNBP oleh Bendahara Penerimaan Pembantu ke rekening Kas Negara dilaksanakan pada hari kerja saat PNBP diterima.

    (3) PNBP yang diterima oleh Bendahara Penerimaan Pembantu setelah pukul 12.00 waktu setempat disetorkan ke rekening Kas Negara pada hari kerja berikutnya.

    (4) Dalam hal penyetoran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dapat dilakukan, Bendahara Penerimaan Pembantu dapat menyetorkan PNBP yang diterimanyasecara berkala sesuai ketentuan.

  • (5) Bendahara Penerimaan Pembantu melakukan pembukuan atas setoran penerimaan yang dikelolanya dan melaporkan secara periodik kepada BendaharaPenerimaan satuan kerja induknya.

    Pasal 6

    (1) Kepala satuan kerja dapat mengajukan permohonan untuk melakukan penyetoran secara berkala atas PNBP yang diterima oleh BendaharaPenerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5 kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat JenderalPerbendaharaan disertai dengan penjelasan perlunya penyetoran PNBP dilakukan secara berkala.

    (2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling sedikit dilengkapi dengan:

    a. Alamat satuan kerja dan alamat bank persepsi/pos persepsi tempat penyetoran PNBP satker yang bersangkutan;

    b. Penjelasan mengenai jarak tempuh, kondisi geografis, dan biaya yang dibutuhkan untuk melakukan penyetoran;

    c. Data jumlah realisasi PNBP, tanggal penerimaan, dan tanggal penyetoran dalam tahun berjalan dan satu tahun sebelumnya; dan

    d. Usulan periode penyetoran PNBP secara berkala yang akan dilakukan oleh satuan kerja.

    (3) Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan melakukan penelitian dan penilaian atas permohonan satuan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

    (4) Atas hasil penelitian dan penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dapat menerbitkan suratpenolakan atau persetujuan kepada Kepala satuan kerja untuk melakukan penyetoran PNBP secara berkala.

    (5) Surat penolakan atau persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), sewaktu-waktu dapat ditinjau kembali oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat JenderalPerbendaharaan.

    (6) Persetujuan penyetoran PNBP secara berkala dapat diberikan dengan ketentuan penyetoran dilakukan paling sedikit satu kali dalam satu minggu.

    (7) Surat persetujuan atau penolakan penyetoran PNBP secara berkala ditembuskan kepada Menteri Keuangan, Direktur Jenderal Perbendaharaan, DirekturJenderal Anggaran, dan Pimpinan Instansi Pemerintah satuan kerja yang bersangkutan.

    Pasal 7

    Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

    Ditetapkan di Jakartapada tanggal 2 Januari 2013MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

    ttd.

    AGUS D.W. MARTOWARDOJODiundangkan di Jakartapada tanggal 2 Januari 2013MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

    REPUBLIK INDONESIA,

    ttd.

    AMIR SYAMSUDINBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 6