PLTS
-
Upload
wirawan-satria -
Category
Documents
-
view
368 -
download
0
Transcript of PLTS
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 1/40
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Seiring dengan pertumbuhan penduduk di Indonesia yang bergerak secara
signifikan dari tahun ke tahun akan menimbulkan tuntutan pemenuhan hajat dasar,
contohnya pangan, sandang dan papan. Untuk mendapatkan kualitas yang bermutu
pada hal-hal tersebut tentulah akan sangat terkait dengan kebutuhan akan suplai
energi listrik yang sangat mencukupi. Jika suplai energi listrik ke pemukiman-
pemukiman penduduk, pusat-pusat bisnis dan perdagangan, sekolah-sekolah dari
tingkat dasar hingga atas dan institusi-institusi pendidikan tinggi lainnya tidaklah
mencukupi maka kondisi kehidupan yang semakin rumit akan dialami masyarakat
luas. Banyak sektor kehidupan masyarakat akan terpengaruhi dan berkembang
secara tidak sehat seperti tidak beroperasinya secara baik sejumlah infrastruktur
pendidikan, institusi pemerintahan, layanan jasa dan perdagangan, dan masih
banyak lainnya.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh PT. PLN diperkirakan bahwa
tingkat pertumbuhan konsumsi listrik masyarakat Indonesia berkisar 6-7 persen
per tahunnya. Sejalan dengan trend kebutuhan masyarakat kita terhadap energi
listrik yang dari tahun ke tahun terus meningkat, secara khusus gambaran kondisi
kelistrikan kita juga ditandai oleh pertumbuhan beban puncak, dari jam 17.00
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 2/40
2
hingga 20.00, yang mencapai 4.8 persen per tahun [Fahmi Mochtar, 2008].
Apabila trend kebutuhan semacam ini tidak diikuti oleh penambahan kapasitas
pasokan listrik akan dapat dipastikan krisis listrik yang berkepanjangan akan di
alami oleh negara kita.
Maka dari itu bermunculanlah pemikiran untuk mengalihkan sistem
pembangkitan yang berasal dari energi tak terbaharukan menuju pembangkit
energi listrik dengan memanfaatkan sumber-sumber energi terbaharukan, misalnya
energi panas matahari, air dan angin. Bertolak dari pemikiran tersebut maka
penulis mencoba memikirkan bagaimana untuk lebih mengefisiensikan
penggunaan energi listrik yang sekarang ini (energi listrik dari PT PLN) dengan
mengkombinasikannya dengan energi listrik terbaharukan yakni penggunaan Sel
Surya. Dimana penulis harapkan akan menghasilkan sebuah efisiensi yang dapat
membantu dalam mengurangi efek beban puncak dan masalah kelistrikan lainnya
dalam tataran yang lebih sederhana. Mengingat sangat pentingnya hal ini
kedepannya pada sistem interkoneksi Sulawesi Selatan serta sangat aplikatif bagi
mahasiswa, maka penulis mencoba mengangkat hal ini sebagai bahan penulisan
tugas akhir.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan
masalahnya sebagai berikut:
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 3/40
3
1. Bagaimana merancang alat kontrol agar Sel Surya dapat bekerja paralel
terhadap sistem maupun bekerja sendiri pada waktu yang telah ditentukan.
2. Bagaimana mempabrikasi alat kontrol sehingga dapat diaplikasikan dalam
mengurangi efek beban puncak.
3. Bagaimana menganalisa karakteristik dari alat tersebut.
I.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah:
1. Dapat merancang alat kontrol agar Sel Surya dapat bekerja paralel terhadap
sistem maupun bekerja sendiri pada waktu yang telah ditentukan.
2. Dapat mempabrikasi alat kontrol sehingga dapat diaplikasikan dalam
mengurangi efek beban puncak.
3. Dapat menganalisa karakteristik dari alat tersebut.
I.4 Batasan Masalah
Dalam penyelesaian tugas akhir ini, permasalahan dibatasi pada:
1. Sel Surya yang digunakan hanya ditujukan pada satu aplikasi saja, yakni
sebagai backup sistem dan aktif pada waktu tertentu (waktu beban puncak,
17.00 - 22.00)
2. Daya yang digunakan kami batasi hanya berada padai daya 5500 watt ke
bawah.
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 4/40
4
3. Untuk komponen yang digunakan adalah Kontaktor, Relay dan IC RTC
4.
Untuk inverter yang di gunakan di batasi pada inverter yang sudah tersedia di
pasaran
5. Untuk mikrokontrolernya kami menggunkan bahasa penmrograman C dengan
kompiler CodeVision AVR
I.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tugas akhir ini dibagi dalam empat bab dengan
pembagian sebagai berikut:
BAB I Merupakan bagian pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika
penulisan.
BAB II Merupakan bab yang berisi teori dasar yang relevan untuk bahan
penelitian.
BAB III Merupakan bab yang berisi tentang metode penelitian.
BAB IV Merupakan bab yang berisi tentang hasil dan pembahasan.
BAB V Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran mengenai
isi pembahasan pada bab-bab sebelumnya.
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 5/40
5
BAB II
Tinjauan Pustaka
II.1 Sejarah Sel Surya
Pada sekitar akhir abad 19, aliran listrik surya ditemukan oleh ahli
fisika Jerman bernama Alexandre Edmond Becquerel secara kebetulan
dimana berkas sinar matahari jatuh pada larutan elektro kimia bahan
penelitian, sehingga muatan elektron pada larutan meningkat. Pada awal
abad 20, Albert Einstein menamakan penemuan ini dengan ³Photoelectric
Effect´, yang kemudian menjadi pengertian dasar pada ³Photovoltaic
Effect´, dimana selempeng metal melepaskan ³Photon´ partikel energi
cahaya ketika terkena sinar matahari. Gelombang cahaya sinar lembayung
(ultraviolet) adalah sinar yang bermuatan energi
Foton tinggi dan panjang gelombangnya pendek, sedangkan sinar
merah (infra-red) adalah sinar yang bermuatan energi Foton rendah dan
dalam bentuk gelombang panjang. Sekitar tahun 1930, ditemukan konsep
³Quantum Mechanics´ untuk menciptakan teknologi baru ³solid-state´,
dimana perusahaan Bell Telephone Research Laboratories menciptakan Sel
Surya padat yang pertama. Tahun 1950 - 1960, teknologi disain dan
efisiensi Sel Surya terus berlanjut dan diaplikasikan ke pesawat ruang
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 6/40
6
angkasa (photovoltaic energies). Tahun 1970-an, dunia menggalakkan
sumber energi alternatif yang terbarukan dan ramah lingkungan, maka SEL
SURYA mulai diaplikasikan ke ³low power warning systems´ dan
³offshore buoys´ (tetapi produksi SEL SURYA tidak dapat banyak karena
masih ³handmade´). Baru pada tahun 1980 an, perusahaan-perusahaan SEL
SURYA bergabung dengan instansi energi pemerintah agar dapat lebih
memproduksi SEL SURYA sel dalam jumlah besar, sehingga harga sel-
surya dapat serendah mungkin.
II.2 Arus Energi Surya dan Proses Pemanfaatannya
Energi surya memasuki atmosfer bumi dengan kepadatan yang
diperkirakan sebesar antara satu hingga 1,4 kW/m2 dengan arah tegak lurus
terhadap poros sinar. Dari jumlah tersebut 34% dipantulakan kembali ke
ruang angkasa dan terdapat lebih kurang 560 W/m2 yang di serap bumi.
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 7/40
7
Dari angka perkiraan tersebut radiasi surya secara potensial di Indonesia
sebesar 1,12 x 108 MW.
Gambar II.1 secara skematis menunjukkan energi asal radiasi surya
yang mencapai bumi dan yang melalui berbagai proses, baik alamiah
maupun buatan manusia.
Pada proses I sinar matahari ditangkap oleh daun-daun tumbuh-
tumbuhan yang dikumpul dalam bentuk kayu dan massa bio, energi yang
terkumpul tersebut dapat dimanfaatkan oleh manusia.
Proses II menunjukkan radiasi surya yang memanasi atmosfer
sehingga terjadi perpindahan udara berupa angin dan arus pancar. Pada
proses III lautan dipanaskan. Di sini terjadi dua hal. Pertama air naik
sebagai uap menjadi awan dan turun di gunung dan air mengalir di sungai
merupakan potensi tenaga air. Selain itu, lautan dipanaskan. Lapisan laut
sebelah atas lebih panas dibandingkan lapisan bawahnya. Panas ini
merupakan potensi yang dimanfaatkan dengan cara konversi energi panas.
Pada Proses IV panas matahari dimanfaatkan secara langsung,
sebagaimana misalnya pada proses menjemur pakaian, atau membuat garam
seperti yang telah lama dilakukan manusia.
Pada Proses V, VI, dan VII pemanfaatan panas matahari dilakukan
dengan kolektor buatan manusia. Untu proses V energi yang dikumpulkan
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 8/40
8
kolektor biasanya dimanfaatkan untuk memanaskan air. Air yang panas
tersebut dapat dimanfaatkan, atau melalui proses uap maupun dengan cara
lain dijadikan tenaga listrik.
Proses VI sinar matahari melalui prinsip fotovoltaik (sel surya)
diubah langsung menjadi tenaga listrik.
Pada prose VII, digunakan sebuah satelit surya yang beredar dalam
suatu orbit di atas bumi untuk menangkap radiasi matahari dan mengubahya
menjadi pancaran gelombang mikro, yang dikirim ke suatu stasiun bumi.
II.3 Radiasi Matahari di Permukaan Bumi
Planet bumi hampir berbentuk bulat dengan jari-jari 6370 km. Waktu
yang diperlukan untuk sekali berotasi pada sumbunya adalah 24 jam dan
waktu yang diperlukan untuk sekali berevolusi terhadap matahari 365 hari.
Bumi mengelilingi matahari dengan lintasan berbentuk elips dengan
matahari terletak pada salah satu fokus. Pada tanggal 21 Desember posisi
bumi berada terdekat dengan matahari ( perihelion). Sedangkan pada
tanggal 21 Juni posisi bumi paling jauh (aphelion). Perbedaan jarak tersebut
berkisar + 3,3 %.
Karena Intensiatas radiasi matahari di luar atmosfer bumi berbanding
terbalik dengan jarak bumi dan matahari, maka pada akhir Desember bumi
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 9/40
9
mener ima radiasi sebesar 7,0 % berbanding terbali dengan pener imaan
radiasi pada akhir Juni
Sumbu rotasi bumi mir ing 23,450 terhadap orbitnya sewak tu
mengelilingi matahar i sehingga mempengaruhi perhitungan jumlah
distr i busi radiasi mathar i, perubahan wak tu siang dan malam, dan
pergantian musim.
Gambar II.2 Posisi bumi terhadap sinar matahar i
Indonesia ter letak di Ekuator, maka perubahan wak tu siang dan
malam ser ta pergantian musim tidak besar pengaruhnya sehingga tidak
begitu terasa jika di bandingkan dengan daerah-daerah dengan lintang yang
besar. Gambar II.2 menun jukkan pengaruh kemir ingan bumi pada beberapa
keadaan sepan jang tahun.
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 10/40
10
Matahar i melepaskan energinya dalam jumlah yang sangat besar
dalam bentuk radiasi elek tromagnetik. R adiasielek tromagnetik ini memilik i
dualisme si at, yaitu sebagai gelombang dan par tikel. Sebagai par tikel
radiasi matahar i ber interaksi dengan mater i. Hal ini disebut foton. Foton
inilah yang dimanfaatkan untuk keper luan pembangk itan tenaga listr ik
melalui sel fotovoltaik (sel surya).
II.4 Penentuan Posisi Matahari
Posisi suatu daerah pada bumi terhadap posisi matahar i di tentukan
oleh dua sudut yang berubah-ubah secara kontinu, yaitu sudut jam matahar i
dan sudut dek linasi ser ta oleh suatu sudut tetap yang menspesif ikan lokasi
derah tersebut ada bumi yaitu gar is lintangnya.
Gambar II.3 Var iasi Sudut kemir ingan permukaan tanah terhadap arah
pener imaan cahaya matahar i
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 11/40
11
II.4.1 Sudut Jam
Sudut Jam (H) dari matahari untuk suatu tempat tertentu adalah
bergantung pada posisi sesaat bumi dalam rotasi aksialnya. Oleh karena
bumi menyelesaikan rotasi 3600 dalam waktu 24 jam maka sudut jam
berubah 150
setiap jam. Sudut jam diukur dari meridian lokal, atau dari titik
tertinggi matahari di langit pada solar noon, dengan sudut-sudut antara saat
matahari terbit dan solar noon adalah bernilai positif dan sudut-sudut antara
posisi matahari setelah solar noon dan solar noon adalah negatif.
II.4.2 Sudut Deklinasi
Sudut deklinasi matahari adalah sudut antara sinar matahari dan garis
tegak lurus terhadap sumbu polar dalam bidang sinar matahari atau dengan
kata lain posisi angular matahari pada kedudukan tertingginya di langit
terhadap bidang ekuator. Sudut ini bergantung pada posisi sesaat bumi
dalam revolusinya mengelilingi matahari.
II.5 Spesifikasi Sel Surya
II.5.1 Dasar Sel Surya
Solar Cell adalah suatu pembangkit listrik tenaga surya digunakan pada
daerah-daerah tertentu yang tidak ada jaringn PLN untuk mensuplai beban. Sel
Surya diproduksi dari bahan semikonduktor yaitu silikon berperan sebagai isolator
pada temperatur rendah dan sebagai konduktor bila ada energi dan panas. Sebuah
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 12/40
12
Silikon Sel Surya adalah sebuah diode yang terbentuk dari dua lapisan yang
dinamakan PN juction. PN junction itu diperoleh dengan jalan menodai sebatang
bahan semikonduktor silikon murni ( valensinya 4 ) dengan impuriti yang
bervalensi 3 pada bagian sebelah kiri, dan yang di sebelah kanan dinodai dengan
impuriti bervalensi 5. Seperti Gambar di bawah:
Gambar II.4. Diagram dari sebuah potongan Sel Surya.
Sehingga pada bagian kiri terbentuk silikon yang tidak murni lagi dan
dinamakan silikon jenis P, sedangkan yang sebelah kanan dinamakan silikon jenis
N. Di dalam silikon murni terdapat dua macam pembawa muatan listrik yang
seimbang. Pembawa muatan listrik yang positif dinamakan hole, sedangkan yang
negatif dinamakan elektron. Setelah dilakukan proses penodaan itu, di dalam
silikon jenis P terbentuk hole ( pembawa muatan listrik positif) dalam jumlah
yang sangat besar dibandingkan dengan elektronnya. Oleh karena itu di dalam
silikon jenis P hole merupakan pembawa muatan mayoritas, sedangkan elektron
merupakan pembawa muatan minoritas. Sebaliknya, di dalam silikon jenis N
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 13/40
13
terbentuk elektron dalam jumlah yang sangat besar sehingga disebut pembawa
muatan mayoritas, dan hole disebut pembawa muatan minoritas.
Di dalam batang silikon itu terjadi pertemuan antara bagian P dan bagian
N. Oleh karena itu dinamakan PN junction. Bila sekarang, bagian P dihubungkan
dengan kutub positif dari sebuah baterai, sedangkan kutub negatifnya
dihubungkan dengan bagian N, maka terjadi hubungan yang dinamakan "forward
bias".
Dalam keadaan forward bias, di dalam rangkaian itu timbul arus listrik
yang disebabkan oleh kedua macam pembawa muatan. Jadi arus listrik yang
mengalir di dalam PN junction disebabkan oleh gerakan hole dan gerakan
elektron. Arus listrik itu mengalir searah dengan gerakan hole, tapi berlawanan
arah dengan gerakan elektron. Sekedar untuk lebih menjelaskan, elektron yang
bergerak di dalam bahan konduktor dapat menimbulkan energi listrik. Dan energi
listrik inilah yang disebut sebagai arus listrik yang mengalir berlawanan arah
dengan gerakan elektron. Tapi, bila bagian P dihubungkan dengan kutup negatif
dari baterai dan bagian N dihubungkan dengan kutub positifnya, maka sekarang
terbentuk hubungan yang dinamakan "reverse bias". Dengan keadaan seperti ini,
maka hole (pembawa muatan positif) dapat tersambung langsung ke kutub positif,
sedangkan elektron juga langsung ke kutub positif. Jadi, jelas di dalam PN
junction tidak ada gerakan pembawa muatan mayoritas baik yang hole maupun
yang elektron. Sedangkan pembawa muatan minoritas (elektron) di dalam bagian
P bergerak berusaha untuk mencapai kutub positif baterai. Demikian pula
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 14/40
14
pembawa muatan minoritas ( hole ) di dalam bagian N juga bergerak berusaha
mencapai kutub negatif. Karena itu, dalam keadaan reverse bias, di dalam PN
junction ada juga arus yang timbul meskipun dalam jumlah yang sangat kecil
(mikro ampere). Arus ini sering disebut dengan reverse saturation current atau
leakage current ( arus bocor ).
Ada yang menarik dalam keadaan reverse bias itu. Bila suhu PN juction
tersebut dinaikkan ternyata dapat memperbesar arus bocor yang timbul itu. Berarti
bila diberi energi (panas), pembawa muatan minoritas di dalam PN junction
bertambah banyak. Karena cahaya itu merupakan salah satu bentuk energi, maka
bila ada cahaya yang menimpa suatu PN junction dapat juga menghasilkan energi
yang cukup untuk menghasilkan pembawa muatan. Gejala seperti ini dinamakan
fotokonduktif. Berdasarkan gejala fotokonduktif itu maka dibuat komponen
elektronik fotodioda dari PN junction itu. Dalam keadaan reverse bias, dengan
memperbesar intensitas cahaya yang menimpa fotodioda dapat meningkatkan
arus bocornya. Arus bocor dapat juga diperbesar dengan memperbesar tegangan
baterai (tegangan reverse), tapi penambahan arus bocornya itu tidak signifikan.
Bila baterai dalam rangkaian reverse bias itu dilepas dan diganti dengan beban
tahanan, maka pemberian cahaya itu dapat menimbulkan pembawa muatan baik
hole maupun elektron. Jika iluminasi cahaya itu ditingkatkan, ternyata arus yang
timbul semakin besar. Gejala seperti ini dinamakan photovoltaic. Cahaya dapat
memberikan energi yang cukup besar untuk memperbesar jumlah hole pada
bagian P dan jumlah elektron pada bagian N. Berdasarkan gejala photovoltaic ini
maka dapat diciptakan komponen elektronik photovoltaic cell. Karena biasanya
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 15/40
15
matahari sebagai sumber cahaya, maka photovoltaic cell sering juga disebut solar
cell (sel surya) atau solar energy converter.
Jadi sel surya itu pada dasarnya sebuah foto dioda yang besar dan
dirancang dengan mengacu pada gejala photovoltaic sedemikian rupa sehingga
dapat menghasilkan daya yang sebesar mungkin. Silikon jenis P merupakan
lapisan permukaan yang dibuat sangat tipis supaya cahaya matahari dapat
menembus langsung mencapai junction. Bagian P ini diberi lapisan nikel yang
berbentuk cincin, sebagai terminal keluaran positif. Di bawah bagian P terdapat
bagian jenis N yang dilapisi dengan nikel juga sebagai terminal keluaran negatif.
Untuk mendapatkan daya yang cukup besar diperlukan banyak sel surya.
Biasanya sel-sel surya itu sudah disusun sehingga berbentuk panel, dan
dinamakan panel photovoltaic (sel surya). Sel Surya sebagai sumber daya listrik
pertama kali digunakan di satelit. Kemudian dipikirkan pula sel surya sebagai
sumber energi untuk mobil, sehingga ada mobil listrik surya. Sekarang, di luar
negeri, Sel Surya sudah mulai digunakan sebagai atap atau dinding rumah.
Bahkan Sanyo sudah membuat sel surya yang semi transparan sehingga dapat
digunakan sebagai pengganti kaca jendela. Sel surya di Indonesia sudah mulai
banyak dimanfaatkan, terutama sebagai energi penerangan di malam hari. Juga
sudah dilakukan uji coba untuk membuat mobil tenaga surya. Sekarang,
pemerintah sedang memikirkan untuk mengembangkan pemanfaatan sel surya ke
daerah-daerah transmigrasi.
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 16/40
16
II.5.2 Komponen Dalam Sistem Sel Surya
Komponen yang di perlukan dalam sistem kelistrikan Sel Surya adlah
komponen elektronika daya yang terdiri dari DC-DC Konverter dan Inverter DC-
AC.
a. DC-DC Konverter
Fungsi Konverter ini sebagai implementasi dari pelacakan titik daya
maksimum pada modul sel surya. Pelacak titik daya maksimum ini adalah
sebuah charge controller berupa devais elektronik yang mengatur agar
modul sel surya maksimum output. Langkah pertama yang harus
dilakukan adalah menentukan tegangan sel surya yang menghasilkan daya
maksimum. Lalu memilih sebuah DC-DC konverter untuk mengatur
tegangan Modul SEL SURYA tetap pada tegangan maksimum tersebut.
b. Inverter DC-AC
Berdasarkan bentuk tegangan outputnya inverter dapat dibedakan menjadi
tipe squarevawe inverter (output sinyal kotak)dan sinewave inverter
(output sinyal sinus). Karena jaringan listrik beroperasi menggunakan
sinyal sinusoidal maka pada umumnya inverter yang di gunakan adalah
singel pha se f ull bridge inverter.
II.6 Prinsip Kerja Sel Surya
Secara sederhana solar cell terdiri dari persambungan bahan
semikonduktor bertipe p dan n (p-n junction semiconductor) yang jika tertimpa
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 17/40
17
sinar matahari maka akan terjadi aliran electron, nah aliran electron inilah yang
disebut sebagai aliran arus listrik. Sedangkan struktur dari solar cell adalah seperti
ditunjukkan dalam gambar dibawah:
Gambar II.5 Struktur lapisan tipis solar sel secara umum
Bagian utama perubah energi sinar matahari menjadi listrik adalah
absorber (penyerap), meskipun demikian, masing-masing lapisan juga sangat
berpengaruh terhadap efisiensi dari solar cell. Sinar matahari terdiri dari
bermacam-macam jenis gelombang elektromagnetik yang secara spectrum dapat
dilihat pada gambar II.6. Oleh karena itu absorber disini diharapkan dapat
menyerap sebanyak mungkin solar radiation yang berasal dari cahaya matahari.
Gambar II.6. Spektrum radiasi sinar matahari
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 18/40
18
Lebih detail lagi bisa dijelaskan sinar matahari yang terdiri dari photon-
photon, jika menimpa permukaaan bahan solar sel (absorber), akan diserap,
dipantulkan atau dilewatkan begitu saja (lihat gambar 3), dan hanya foton dengan
level energi tertentu yang akan membebaskan elektron dari ikatan atomnya,
sehingga mengalirlah arus listrik. Level energi tersebut disebut energi band-gap
yang didefinisikan sebagai sejumlah energi yang dibutuhkan utk mengeluarkan
electron dari ikatan kovalennya sehingga terjadilah aliran arus listrik. Untuk
membebaskan electron dari ikatan kovalennya, energi foton (hc/v harus sedikit
lebih besar atau diatas dari pada energi band-gap. Jika energi foton terlalu besar
dari pada energi band-gap, maka extra energi tersebut akan dirubah dalam bentuk
panas pada solar sel. Karenanya sangatlah penting pada solar sel untuk mengatur
bahan yang dipergunakan, yaitu dengan memodifikasi struktur molekul dari
semikonduktor yang dipergunakan.
Gambar II.7. Radiative transition of solar cell
Tentu saja agar efisiensi dari solar cell bisa tinggi maka foton yang berasal
dari sinar matahari harus bisa diserap yang sebanyak banyaknya, kemudian
memperkecil refleksi dan remombinasi serta memperbesar konduktivitas dari
bahannya.
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 19/40
19
Untuk bisa membuat agar foton yang diserap dapat sebanyak banyaknya,
maka absorber harus memiliki energi band-gap dengan range yang lebar, sehingga
memungkinkan untuk bisa menyerap sinar matahari yang mempunyai energi
sangat bermacam-macam tersebut. Salah satu bahan yang sedang banyak diteliti
adalah CuInSe2 yang dikenal merupakan salah satu dari direct semikonductor.
Gambar II.8. Bagian Dalam dari Photovoltaic
Dari begitu banyak keuntungan solar cell seperti telah diuraikan diatas
ternyata tidak polemik tidak kemudian berhenti begitu saja, masih ada yang
mengatakan memang benar solar cell ketika melakukan proses perubahan energi
tidak ada polusi yang dihasilkan, tetapi sudahkah kita menghitung berapa besar
polusi yang telah dihasilkan dalam proses pembuatannya, dibandingkan kecilnya
efisiensi yang dihasilkan. Nah tantangannya disini adalah memang bagaimana
untuk menaikkan efisiensi, yang tentunya akan berdampak kepada nilai
ekonomisnya.
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 20/40
20
II.7 Energi Listrik
Sel surya dalam menghasilkan listrik tidak tergantung pada besaran luas
bidang Silikon, dan secara konstan menghasilkan energi berkisar ± 0.5 volt
maksimum 600 mV pada 2 amp, dengan kekuatan radiasi solar matahari 1000
W/m2
= ´1 Sun´ akan menghasilkan arus listrik (I) sekitar 30 mA/cm2
per sel
surya. Grafik I-V Curve (gambar 2) menggambarkan keadaan sebuah sel surya
beroperasi secara normal. Sel surya menghasilkan energi maximum jika nilai Vm
dan Im juga maximum. Isc adalah arus listrik maximum pada nilai volt = nol; Isc
berbanding langsung dengan ketersediaan sinar matahari. Voc adalah volt
maximum pada nilai arus nol; Voc naik secara logaritma dengan peningkatan
sinar matahari, karakter ini yang memungkinkan sel surya untuk mengisi accu.
Isc = short-circuit current
Vsc = open-circuit voltage
Vm = voltage maximum power
Im = current maximum power
Pm = Power maximum-output dari Sel
Surya array (watt)
Gambar II.9. Grafik I-V Curve
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 21/40
21
II.8 Daya dan Efisiensi
Sebelum mengetahui daya sesaat yang dihasilkan kita harus mengetahui
energi yang diterima, dimana energi tersebut adalah perkalian intensitas radiasi
yang diterima dengan luasan dengan persamaan :
.................. Rumus 1
dimana :
Ir = Intensitas radiasi matahari ( W/m2)
A = Luas permukaan (m2)
Sedangkan untuk besarnya daya sesaat yaitu perkalian tegangan dan arus
yang dihasilkan oleh sel fotovoltaik dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
..................... Rumus 2
dimana :
P = Daya (Watt),
V = Beda potensial (Volt)
I = Arus (Ampere)
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 22/40
22
Efisiensi yang terjadi pada sel surya adalah merupakan perbandingan daya
yang dapat dibangkitkan oleh sel surya dengan energi input yang diperoleh dari
sinar matahari. Efisiensi yang digunakan adalah efisiensi sesaat pada pengambilan
data.
................. Rumus 3
Apabila pengguna menginginkan tegangan maupun arus yang lebih besar,
maka panel solar cell dapat dirangkai secara seri atau paralel maupun kombinasi
keduanya. Bila panel dirangkai seri maka tegangan yang naik tetapi bila dirangkai
paralel maka arus yang naik.
Setelah mendapatkan output dari solar cell yang berupa arus listrik dapat
langsung digunakan untuk beban yang dimanfaatkan. Tetapi juga arus listrik
tersebut dapat digunakan sebagai pengisian dengan cara disimpan ke dalam
baterai agar dapat dipergunakan pada saat yang diperlukan khususnya pada malam
hari karena tidak adanya sinar matahari.
Apabila solar cell tersebut digunakan untuk penyimpanan ke baterai, maka
besarnya tegangan yang dihasilkan harus diatas spesifikasi baterai tersebut.
Misalnya baterai yang digunakan adalah 12 Volt, maka tegangan yang dihasilkan
solar cell harus diatas 12 Volt untuk dapat melakukan pengisian.
Sebaiknya sebelum melaksanakan pengisian sebaiknya baterai dalam
keadaan kosong karena arus yang masuk akan dapat terisi dengan maksimal.
Satuan kapasitas suatu baterai adalah Ampere jam ( Ah ) dan biasanya
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 23/40
23
karakteristik ini terdapat pada label suatu baterai. Misalnya suatu baterai dengan
kapasitas 10 Ah akan terisi penuh selama 10 jam dengan arus output solar cell
sebesar 1 Ampere.
II.9 Faktor Pengoperasian Sel Surya
Pengoperasian sel surya agar didapatkan nilai yang maksimum sangat
tergantung pada faktor berikut:
a. Ambient air temperature. Sebuah sel surya dapat beroperasi secara
maksimum jika temperatur sel tetap normal (pada 250
C). Kenaikan
temperatur lebih tinggi dari temperatur normal pada sel surya akan
melemahkan tegangan (Voc). Pada Gambar II.10, setiap kenaikan
temperatur sel surya 10 Celsius (dari 250
C) akan berkurang sekitar 0.4 %
pada total tenaga yang dihasilkan atau akan melemah dua kali (2x) lipat
untuk kenaikan temperatur sel per 100C.
Gambar II.10. E fek dari Inten sita s Ar us (I)
b. Radiasi matahari. Radiasi matahari di bumi dan berbagai lokasi
bervariable, dan sangat tergantung keadaan spektrum solar ke bumi.
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 24/40
24
Insolation solar matahari akan banyak berpengaruh pada current (I) sedikit
pada tegangan .
c. Kecepatan angin bertiup. Kecepatan tiup angin disekitar lokasi larik sel
surya dapat membantu mendinginkan permukaan temperatur kaca-kaca
larik sel surya.
d. Keadaan atmosfir bumi. Keadaan atmosfir bumi berawan, mendung, jenis
partikel debu udara, asap, uap air udara (Rh), kabut dan polusi sangat
menentukan hasil maximum arus listrik dari deretan sel surya.
e. Orientasi panel atau larik sel surya. Orientasi dari rangkaian sel surya
(larik) ke arah matahari secara optimum adalah penting agar panel surya
dapat menghasilkan energi maksimum. Sudut orientasi (tilt angle) dari
panel surya juga sangat mempengaruhi hasil energi maksimum (lihat
penjelasan tilt angle). Sebagai guidline: untuk lokasi yang terletak di
belahan Utara latitude, maka panel surya sebaiknya diorientasikan ke
Selatan, orientasi ke Timur Barat walaupun juga dapat menghasilkan
sejumlah energi, tetapi tidak akan mendapatkan energi matahari optimum.
f. Posisi letak sel surya (larik) terhadap matahari (tilt angle).
Mempertahankan sinar matahari jatuh ke sebuah permukaan panel sel
surya secara tegak lurus akan mendapatkan energi maksimum ± 1000
W/m2
atau 1 kW/m2
. Kalau tidak dapat mempertahankan ketegak lurusan
antara sinar matahari dengan bidang PV, maka ekstra luasan bidang panel
sel surya dibutuhkan (bidang panel sel surya terhadap sun altitude yang
berubah setiap jam dalam sehari).
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 25/40
25
Gambar II.11. Ekstra Luasan Panel PV dalam posisi datar.
Panel sel surya pada ekuator (latitude 0 derajat) yang diletakkan mendatar
(tilt angle = 0) akan menghasilkan energi maksimum, sedangkan untuk lokasi
dengan latitude berbeda harus dicarikan ³tilt angle´ yang optimum.
II.10 Tipe-tipe pemasangan Sel Surya
Dalam pemasangannya, sel surya dapat dibedakan menjadi :
a. Tipe stand-alone, dimana tipe ini biasanya digunakan untuk beban listrik
terisolasi atau di daerah terpencil, kapasitas kecil.
b. Tipe i solated grid , tipe ini biasanya digunakan untuk beban listrik besar
terisolasi dan terkonsentrasi, bisa dikombinasikan dengan sumber energi
lain dalam operasi hybrid.
c. Tipe grid connected , tipe ini digunakan pada daerah yang telah memiliki
sistem jaringan listrik komersial, dan sistem langsung output energi surya
ke dalam jaringan listrik.
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 26/40
26
Untuk daerah perkotaan yang sudah terjangkau aliran listrik PLN, biasanya sel
surya dipasang secara grid connected. Revolusi aplikasi sel surya pada bangunan
arsitektur telah mengalami perkembangan yang pesat, mulai dari teknologi biasa
sampai teknologi tinggi pada generasi ke-3, yaitu :
a. Generasi Pertama (tahun 1980 an), panel-panel/deretan sel surya modul
dengan rangka besi hanya diletakkan (mounting) pada bidang atap datar
bangunan dengan alat penyangga (tracking).
b. Generasi Kedua (tahun 1990 an), sel surya dikembangkan lebih menyatu
menjadi bagian material bangunan yaitu: bahan atap (genting, sirap).
c. Generasi Ketiga (tahun 1997), sel surya dikembangkan menjadi kesatuan
integrasi bangunan arsitektur dalam berbagai materi bangunan dan aplikasi
canggih.
Pemasangan sel surya secara grid connected dengan jaringan listrik PLN, dapat
digunakan sebagai:
a. Sebagai catu-daya back-up, dimana
y Energi surya disimpan dalam battery storage dan digunakan pada
saat terjadi padam listrik
y Meningkatkan kualitas pelayanan daya listrik pada sistem yang
lemah.
b. Sebagai sarana Load Shaving , dimana :
y Energi surya disimpan dalam battery storage dan digunakan pada
saat beban tinggi.
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 27/40
27
y Energi yang tersimpan dalam battery tersebut dapat digunakan
untuk membantu mengurangi beban puncak.
c. Sebagai P eak Cliping :
y Pada aplikasi grid-connected bisa terjadi koinsidensi beban puncak
dan radiasi puncak
y Pada kondisi ini energi surya dapat langsung berdampak pada
penurunan konsumsi untuk beban puncak dari jaringan listrik.
II.11. Mikrokontroler
Dalam pembuantan kontrolnya digunakan mikrokontroler AVR.
Mikrokontroler AVR memiliki arsitektur RISC 8 bit, dimana semua instruksi
dikemas dalam kode 16 bit (16 bits words) dan sebagian besar instruksi dieksekusi
dalam 1 (satu) siklus clock,berbeda dengan instruksi MCS51 yang membutuhkan
12 siklus clock Tentu saja itu terjadi karena kedua jenis mikrokontroler tersebut
memiliki arsitektur yang berbeda. AVR berteknologi RISC ( Red uced In str uction
Set Computing ), sedangkan seri MCS51 berteknologi CISC (Complex In str uction
Set Computing ). Secara umum, AVR dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu
keluarga ATtiny, keluarga AT90Sxx, keluarga ATMega, dan AT86RFxx. Pada
dasarnya yang membedakan masing-masing kelas adalah memori, peripheral, dan
fungsinya. Dari segi arsitektur dan instruksi yang digunakan, mereka bisa
dikatakan hampir sama.
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 28/40
28
II.11.1. Arsitektur ATMega8535
Gambar II. 12 Ar sitekt ur ATMega 8535
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 29/40
29
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa ATMega8535 memilki bagian
sebagai berikut:
a. Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C, dan
Port D.
b. ADC 10 bit sebanyak 8 saluran.
c. Tiga buah Timer/Counter dengan kemampuan pembandingan.
d. CPU yang terdiri ata 32 buah register.
e. Watchdog Timer dengan osilator internal.
f. SRAM sebanyak 512 byter
g. Memori Flash sebesar 8kb dengan kemampuan Real While Write.
h. Unit intrupsi internal dan eksternal.
i. Port anatarmuka SPI
j. EEPROM sebesar 512 byte yang dapat deprogram saat operasi.
k. Antarmuka komparator analog.
l. Port USART untuk komunikasi serial.
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 30/40
30
II.11.2. Fitur ATMega8535
Kapabilitas detail dari ATMega8535 adalah sebagai berikut:
a. Sistem mikroprosesor 8 bit berbasis RISC dengan kecepatan maksimal
16 MHz.
b. Kapabilitas memori flash 8 kb, SRAM 512 byte, dan EEPROM
sebesar 512 byte.
c. ADC internal dengan fidelitas 10 bit sebanyak 8 channel.
d. Portal komunikasi serial (USART) dengan kecepatan maksimal 2,5
Mbps.
e. Enam pilihan mode sleep menghemat penggunaan daya listrik.
II.11.3. Konfigurasi Pin ATMega8535
Konfigurasi pin ATMega8535 pada gambar II.13. Dari gambar tersebut
dapat dijelaskan secara fungsional konfigurasi pin ATMega8535 sebagai berikut:
a. VCC merupakan pin yang berfungsi sebagai pin masukan catu daya.
b. GND merupakan pin ground.
c. Port A (PA0..PA7) merupakan pin I/O dua arah dan pin masukan
ADC.
d. Port B(PB0..PB7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus,
yaitu Timer/Counter, kompatator analog, dan SPI.
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 31/40
31
e. Port C(PC0..PC17) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus,
yaitu TWI, komparator analog dan Timer Oscilator.
f. Port D(PD0..PD7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus,
yaitu komparator analog, interupsi eksternal, dan komunikasi serial.
g. RESET merupakan pin yang digunakan untuk mereset mikrokontroler
h. XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clock eksternal.
i. AVCC merupakan pin masukan tegangan untuk ADC.
j. AREF merupakan pin masukan tegangan referensi ADC.
Gambar II.13 Konfig ura si P in ATMega8535
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 32/40
32
II.11.4. Peta Memori
AVR ATMega8535 memiliki ruang pengalamatan memori data dan
memori program yang terpisah.Memori data terbagi menjadi 3 bagian, yaitu 32
buah register umum, 64 buah register I/O, dan 512 byte SRAM internal.
Register keperluan umum menempati space data pada alamat terbawah,
yaitu $00 sampai $1F. Sementara itu, register khusus untuk menangani I/O dan
control terhadap mikrokontroler menempati 64 alamat berikutnya, yaitu $20
hingga $5F. Register tersebut merupakan register yang khusus digunakan untuk
mengatur fungsi terhadap berbagai peripheral mikrokontroler, seperti control
register, timer/counter, fungsi-fungsi I/O, dan sebagainya. Alamat memori
berikutnya digunakan untuk SRAM 512 byte, yaitu lokasi $60 sampai dengan
$25F. Konfigurasi memori data yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Gambar II.14 P eta Memori Data ATMega8535
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 33/40
33
Memori program yang terletak dalam Flash PEROM tersusun dalam word
atau 2 byte setiap instruksi memiliki lebar 16 bit atau 32 bit. AVR ATMega8535
memiliki 4Kbyter x 16 bit Flash PEROM dengan alamat mulai dari $000 sampai
$FFF. AVR tersebut memiliki 12 bit program counter sehingga mampu
mengalamati isi Flash
Gambar II.15 Memori P rogram ATMega8535
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 34/40
34
IC RTC
VCC
BAB III
Metode Penelitian
III.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Waktu : 5 September sampai 20 Oktober 2009
b. Tempat: Laboratorium Instalasi Listrik, Universitas Hasanuddin
Makassar.
III.2 Tahap Pelaksanaan
a. Pembuatan Hardware
Gambar III.1 Blok Diagram P erancangan Hardware
VCC
I C A T M E G A 8 5 3 5
LCD
VCC
IC BUFFER
INVERTER
BATERAI
SEL SURYA
RELAY
Load
PLN
kontaktor
IC RTC
VCC
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 35/40
35
Dalam pembahasan ini, pengontrolan merupakan hal yang sangat
penting dimana keterkaitan antara sel surya dengan suplai listik dari PLN
harus sangat di jaga. Pengontrolan ini juga memungkinkan pengaturan
suplai di jam-jam tertentu seperti dibahasakan dalam batasan masalah
yakni sel surya akan mengambil peran dari PLN pada waktu beban puncak
yakni pukul 17.00- pukul 22.00.
Alur pembuatan hardware ini dimulai dengan menrangkai sistem
suplai dari sel surya yang terdiri dari panel surya menuju ke modul
kemudian ke baterai penyimpanan dan terakhir ke inverter. Setelah itu kita
merangkai sistem ATS itu sendiri yang dimulai dari suplai PLN dan suplai
Sel Surya (dalam hal ini berasal dari Inverter) kemudian menuju ke
kontaktor. Bagian ketiga yakni Mikrokontroller itu sendiri yang dimulai
dari IC ATMega 8535 dengan input IC RTC, ADC (pembaca keadaan
baterai penyimpanan) dan output relay dan tampilan displai di LCD.
Setelah selesai ketiga bagian itu diintegrasikan menjadi satu.
Adapun program yang digunakan dalam pengontrolan
menggunakan mikrokontroler AVR. Dimana pengontrolan ini
menggunakan prinsip layaknya Automatic Tran s fer Swit ch (ATS) yang
menggunakan prinsip pengontrolan mikrokontroler.
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 36/40
36
b. Pembuatan Software
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Gambar III.2 Flowchart perancangan software
START
Inisialisasi Pin
MIkrokontroller
Baca ADC (pin 7)
ADC < 234
PORTC.3 =0
Baca Tanggal &
Waktu di RTC
Jam > 16 dan < 23
PORT C.3 =0
PORTC.3 = 1
PLTS ON
LOWBET SEGERA DI
CHARGE
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 37/40
37
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
IV.1. Karakteristik komponen yang digunakan:
a. Sensor terhadap suplai dari PLN
Suplai PLN akan dibaca melalui ada tidaknya tegangan yang membuat coil
(kumparan) dari kontaktor menjadi energised (aktif). Dimana jika coil kontaktor
aktif maka semua kontak pada kontaktor akan berubah keadaan dari keadaan awal
terbuka (Normaly Close) menjadi tertutup, dan dari keadaan tertutup (Normaly
Close) menjadi terbuka. Pada alat ini suplai dari PLN dihubungkan dengan kontak
Normaly Open. Sedangkan Sel Surya dihubungkan dengan kontak Normaly
Close. Sehingga jika coil energised kedua kontak ini akan berubah keadaan, hal
ini juga diharuskan agar kedua suplai tidak aktif secara bersama-sama atau lebih
sering disebut dengan keadaan interlock.
b. Sensor akan kondisi Baterai
Sebenarnya ini bukanlah sebuah sensor elektronika layaknya IC akan
tetapi hanya merupakan sebuah rangkaian pembagi tegangan yang nantinya
tegangan ini akan di bandingkan ke dalam bahasa pemrograman dalam IC
Atemega 8535. Program ini dinamakan ADC dimana prinsipnya yakni
perbandingan tegangan dari rangkaian kontrol akan di konversi ke dalam sebuah
nilai, yang nilai inilah akan menjadi acuan nilai batas minimal yang menandakan
bahwa keadaan dari Baterai telah berada pada posisi nilai yang sudah tidak cukup
lagi. Sebagai contoh dalam alat kontrol ini, tegangan 12 Volt DC di bandingkan
ke dalam angka 255 di dalam bahasa program IC Atemega 8535 dan dikatakan
kritis (low batery) pada nilai 234 atau setara denga tegangan 11 Volt DC.
Penentuan batas minimal ini merupakan kewenangan dari programer. Baiknya
jika melihat aspek dari Kapasitas dan Spesifikasi dari Baterai yang digunakan.
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 38/40
38
c. Timer Switch (IC RTC)
IC RTC adalah sebuah IC yang berfungsi sebagai real timer yang
digunakan sebagai IC pewaktuan, yaitu IC yang berfungsi sebagai jam yang
mengirimkan bit ke IC Atemega 8535 sehingga dapat di proses sebagai sebuah
input. Dalam hal ini IC inilah yang berfungsi sebagai IC pewaktuan yang
membuat Alat kontrol ini beralih switch dari Suplai PLN ke suplai Sel Surya.
Pada alat kontrol ini IC RTC di program melalui sebuah Sofware
Codevision.V2.03.4 untuk menswitch pada pukul 17.00-22.00. Akan tetapi pada
praktiknya kami gunakan program untuk detik ke 17 sampai ke detik 22 dengan
tujuan agar lebih efisien.
d. Integrasi Sensor dalam Alat Kontrol
Dalam alat ini semua komponen yang digunakan akan terintegrasi dalam
sebuah perintah pemrograman yang tujuannya telah disebutkan pada bab pertama,
sehingga alat kontrol ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.
IV.2. Pengambilan dan Analisa Data
a.
Besar arus yang digunakan pada mikrokontroller Sebelum Relay Energised = 2,5 mA
Setelah Relay Energised = 5 mA
Jika Kapasitas Ampere Jam pada baterai yang di gunakan adalah 100 Ah
maka:
Jangka waktu pemakaian baterai untuk mikrokontroller adalah:
Arus Sebelum Relay Energised dalam sehari @ 2,5 mA x 19 jam = 47,5
mAh
Arus Setelah Relay Energised dalam sehari @ 5 mA x 5 jam = 25 mAh
Sehingga Total pemakaian Arus dalam Sehari @ 47, 5 mAh + 25 mAh =
72,5 mAh
Lama Pemakaian Baterai untuk mikrokontroller adalah
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 39/40
39
Batas pemakaian baterai untuk mikrokontoller adalah
hari
Jadi sebaiknya Baterai untuk mikrokontroller di charge (diganti) pada hari
ke 56
b. Lama Pengisian baterai Penyimpanan
Panel Surya yang digunakan berkapasitas 50 Wp dengan tegangan 12
Volt.
Sehingga arus yang disimpan ke baterai penyimpanan adalah:
= 4, 17 A.
Kapasitas Ampere Jam baterai penyimpanan yang digunakan adalah 65 Ah
Sehingga waktu yang digunakan untuk menyimpan arus dari Panel Surya
ke baterai adalah:
Jadi dalam sehari proses input ke baterai adalah 16 jam.
c. Persentase Kesalahan ADCTegangan input dari baterai adalah 12 Volt DC
Secara Praktek Tegangan pada pin 8 Mikrokontroller adalah 5 Volt DC
Secara Teori Tegangan pada pin 8 Mikrokontroller adalah:
R1 adalah 2K
R2 adalah 2,1 K
x Vin =
Sehingga Persentase Kesalahan ADC adalah
5/13/2018 PLTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/plts5571feca49795991699c183f 40/40
40
BAB V
PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya dapat diambil
beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Pengontrolan pada alat ini merupakan gabungan rangkaian
hardware dan sofware yang memudahkan proses pemindahan
suplai listrik ke beban fital, serta membantu terjaminnya suplai
listrik pada saat beban listrik dari PLN berada pada puncaknya
yaitu pada pukul 17.00 22.00.
2. Alat kontrol ini memiliki karakteristik berupa lama pemakaian
baterai penyimpanan untuk mikrokontrloller adalah 56 hari, lama
pengisian baterai penyimpanan oleh sel surya 16 jam, dan
presentase kesalahan pembacaan ADC adalah 14, 5%.
b. Saran
1. Untuk pengembangan alat kontrol ini dapat dilakukan dengan
mengubah kapasitas komponen elektronika yang digunakan seperti
meningkatkan kapasitas kontaktor, dan penambahan devais untuk
input mikrokontroller.
2. Untuk integrasi dan analisis pengembangan ke depannya sebaiknya
seluruh komponen agar diimplementasikan dengan efisiensi
masing-masing komponen
.