PLTGU Pemaron awal

24
PLTGU Pemaron Pengertian Mesin Uap Mesin uap (steam engine) masuk dalam kategori pesawat kalor, yaitu peralatan yang digunakan untuk merubah tenaga termis dari bahan bakar menjadi tenaga mekanis melalui proses pembakaran. Ada dua jenis pesawat kalor yaitu Internal Combustion Engines/ICE (motor pembakaran dalam) dan External Combustion Engines/ECE (motor pembakaran luar). Pada pesawat kalor jenis ICE, proses pembakaran bahan bakar untuk mengasilkan tenaga mekanis dilakukan didalam peralatan itu sendiri; sedangkan pada ECE, peralatan ini hanya merubah tenaga termis menjadi tenaga mekanis adapun proses pembakaran dilakukan diluar peralatan tersebut. Contoh dari pesawat kalor jenis ICE adalah motor bensin dan motor disel yang sangat populer sebagai prime mover baik untuk otomotif maupun untuk industri. Pada motor bensin dan motor disel proses pembakaran bahan bakar (bensin/solar) dilakukan didalam silinder motor itu sendiri dan perubahan tenaga termis hasil pembakaran menjadi tenaga mekanis juga dilakukan didalam pesawat itu sendiri melalui gerakan kian kemari dari piston menjadi gerakan putaran dari crank shaft. Contoh dari pesawat kalor jenis ECE adalah mesin uap dan turbin uap. Pada peralatan ini, mesin uap hanya 1

Transcript of PLTGU Pemaron awal

Page 1: PLTGU Pemaron awal

PLTGU PemaronPengertian Mesin Uap

Mesin uap (steam engine) masuk dalam kategori pesawat kalor, yaitu

peralatan yang digunakan untuk merubah tenaga termis dari bahan bakar menjadi

tenaga mekanis melalui proses pembakaran. Ada dua jenis pesawat kalor yaitu

Internal Combustion Engines/ICE (motor pembakaran dalam) dan External

Combustion Engines/ECE (motor pembakaran luar). Pada pesawat kalor jenis

ICE,  proses pembakaran bahan bakar untuk mengasilkan tenaga mekanis

dilakukan didalam peralatan itu sendiri; sedangkan pada ECE, peralatan ini hanya

merubah tenaga termis menjadi tenaga mekanis  adapun proses pembakaran

dilakukan diluar peralatan tersebut.

Contoh dari pesawat kalor jenis ICE adalah motor bensin dan motor disel

yang sangat populer sebagai prime mover baik untuk otomotif maupun untuk

industri. Pada motor bensin dan motor disel proses pembakaran bahan bakar

(bensin/solar) dilakukan didalam silinder motor itu sendiri dan perubahan tenaga

termis hasil pembakaran menjadi tenaga mekanis juga dilakukan didalam pesawat

itu sendiri melalui gerakan kian kemari dari piston menjadi gerakan putaran dari

crank shaft.

Contoh dari pesawat kalor jenis ECE adalah mesin uap dan turbin uap.

Pada peralatan ini, mesin uap hanya merubah tenaga potensial dari uap menjadi

tenaga mekanis berupa gerakan kian kemari dari piston dan selanjutnya diubah

menjadi gerakan putaran dari crank shaft; sedangkan turbine uap merubah tenaga

potensial dari uap menjadi tenaga mekanis yang langsung merupakan gerakan

putaran dari as turbin. Adapun proses pembakaran bahan bakar dilakukan diluar

mesin uap dan turbin uap, yaitu didalam ketel uap (boiler). Didalam ketel uap

(boiler) tenaga termis hasil pembakaran bahan bakar digunakan untuk

memanaskan air sehingga berubah menjadi uap dengan temperatur dan tekanan

tinggi, untuk selanjutnya uap dengan temperatur dan tekanan tinggi tersebut

dialirkan ke-mesin uap atau turbin uap untuk diubah menjadi tenaga mekanis.

Adapun cara kerja mesin uap adalah sebagai berikut :

1

Page 2: PLTGU Pemaron awal

Lihat gambar dibawah ini,

Gambar 2. Cara kerja mesin uap

Didalam cylinder mesin uap terdapat piston yang mempunyai piston rod

yang dihubungkan dengan cross head yang berada diluar cylinder. Cross head

dihubungkan oleh connecting rod dengan crank shaft (tidak tampak pada gambar),

sehingga apabila piston bergerak kian kemari maka crank shaft dapat berputar.

Slide valve yang mempunyai valve rod digerakkan oleh crank shaft melalui

eksentrik, sehingga slide valve dapat bergerak kian kemari sambil membuka dan

menutup dua buah lubang uap yang berhubungan dengan cylinder. Valve box

dimana slide valve berada mempunyai dua saluran, saluran pemasukan yang

dihubungkan dengan boiler untuk menyalurkan uap dengan tekanan tinggi (warna

merah), dan saluran pembuangan yang dihubungkan dengan cerobong untuk

membuang uap bekas (warna biru).

Pada waktu piston mencapai posisi paling kiri, maka slide valve akan

membuka lubang uap cylinder bagian kiri sehingga uap dari boiler dapat masuk

kedalam cylinder pada bagian kiri dari piston dan mendorong piston kekanan,

sementara itu lubang uap sebelah kanan dihubungkan dengan saluran pembuangan

sehingga uap bekas dapat terbuang keluar melalui cerobong. Sebelum akhir

langkah piston, lubang uap tersebut sudah ditutup oleh slide valve sehingga

2

Page 3: PLTGU Pemaron awal

pasokan uap terhenti namun piston tetap bergerak kekanan karena ekpansi dari

uap.

Pada waktu piston mencapai posisi paling kanan, maka slide valve akan

membuka lubang uap cylinder bagian kanan sehingga uap dari boiler dapat masuk

kedalam cylinder pada bagian kanan piston dan mendorong piston kekiri,

sementara itu lubang uap sebelah kiri dihubungkan dengan saluran pembuangan

sehingga uap bekas dapat terbuang melalui cerobong. Sebelum akhir langkah

piston, lubang uap tersebut sudah ditutup oleh slide valve sehingga pasokan uap

terhenti namun piston tetap bergerak kekanan karena ekpansi dari uap.

Karena cross head dengan crank shaft dihubungkan oleh connecting rod, maka

gerakan kian kemari dari piston tersebut akan diubah menjadi gerakan putaran

dari crank shaft. Demikian selama ada pasokan uap dari boiler maka mesin uap

akan merubah menjadi tenaga mekanis dengan gerakan putaran dari crank shaft.

Gambar 3. Cara kerja mesin uap saat mulai bekerja

Pada pembangunan konstruksi awal suatu pembangkit, banyak hal yang

harus diperhitungkan. Letak yang strategis, jalur atau rute saluran yang akan

dipilih dan yang paling efisien, dan perhitungan perkiraan beban yang akan

datang. Peramalan beban ini mencakup penentuan jumlah beban yang lalu dan

yang akan datang sesuai dengan pertumbuhan beban yang akan diperkirakan.

Dengan begitu, akan dapat ditentukan kapasitas G.I dan yang lainnya. Sehingga

keandalan sistem akan tercipta.

3

Page 4: PLTGU Pemaron awal

Pada kenyataannya, pertambahan beban tiap tahunnya kadangkala tidak

sesuai dengan perkiraan sebelumnya, kadangkala terjadi pertumbuhan yang

terlampau tinggi. Hal ini tentu saja akan berdampak pada turunnya tingkat

keandalan sistem. Sehingga perlulah di bangun suatu saluran baru. Pembangunan

suatu saluran baru juga akan mengakibatkan suatu masalah baru seperti terjadi

pembebanan mekanis pada saluran yang lama, adanya andongan yang berlebih,

robohnya tiang-tiang jaringan dan lain-lain. Maka dari itu pada saat pembangunan

suatu saluran baru hendaknya mempertimbangkan segala faktor yang ada.

Energi listrik merupakan kebutuhan primer yang terus berkembang seiring

dengan perkembangan teknologi. eningkatan ini perlu diimbangi dengan

pemenuhan kebutuhan akan energi listrik dengan cara pembangunan pembangkit

yang baru dari pihak produsen. Kebutuhan listrik di Bali juga mengalami

peningkatan yang cukup tajam diperkirakan sekitar 8- 12 % pertahun. Jika

PLTGU Pemaron beroperasi maka akan terjadi perubahan di dalam sistem

kelistrikan di Bali, baik itu perubahan tegangan maupun rugi daya. Diharapkan

perubahan yang lebih baik yaitu tegangan dapat lebih stabil dan rugi-rugi dapat

menurun. Bertitik tolak dari permasalahan di atas maka dalam penelitian ini

dibahas sejauh mana pengaruh pembangunan PLTGU Pemaron terhadap rugi

daya pada sistem di Bali.

Prinsip pokok dari semua pembangkit listrik bertenaga gas dan uap adalah

Brayton Bycle. Apabila kita hanya bicara tentang PLTG maka kita harus berpikir

tentang open cycle tetapi apabila ingin mengetahui siklus kerja PLTGU maka kita

harus mengetahui tentang combined cycle.

Gambar 4 Brayton Bycle

4

Page 5: PLTGU Pemaron awal

Pada open cycle dimulai dari pemompaan bahan bakar dan pemasukan

udara dari intake air filter menuju combuster. Di combuster campuran bahan

bakar dan udara disemprotkan oleh nozzle sehingga di ruang bakar terjadi

pembakaran. Pembakaran tadi akan memutar turbin gas yang selanjutnya akan

memutar generator yang akan menghasilkan energi listrik. Gas buang dari turbin

gas akan langsung dibuang melalui bypass stack. Sedangkan untuk PLTGU

menggunakan combined cycle dimana gas buang dari turbin gas akan dimanfaatkan

kembali untuk mengoperasikan turbin uap. Dibutuhkan HRSG (Heat Recovery Steam

Generator) yang prinsip kerjanya sama dengan boiler. Gas buang dari turbin gas tidak

langsung dibuang melalui bypass stack akan tetapi masuk ke HRSG. Setelah masuk ke

HRSG maka gas tadi akan berubah menjadi uap bertekanan tinggi yang kemudian

digunakan untuk memutar High Pressure Steam Turbine (HPST), kemudian HPST

memutar Low Pressure Steam Turbine (LPST) yng akhirnya akan membangkitkan

generator. Hasil pembuangan LPST akan dikondensasi dan dialirkan ke pompa. Dari

pompa kemudian dilairkan kembali ke HRSG. Begitu seterusnya sehingga terbentuk

siklus tertutup.

Konsep perencanaan

Perencanaan sistem ketenagalistrikan modern di negara berbudaya sesuai

dilakukan berlandaskan teknik riset operasional melalui beberapa tahapan.

Tahap pertama, penyusunan prakiraan kebutuhan beban [kilo Watt/kW] dan

energi listrik [kilo Watt per jam/kWh] dalam kurun waktu perencanaan (misalnya

20 tahun mendatang). Untuk Bali misalnya, perkiraan tingkat pertumbuhan beban

8-9 persen per tahun dengan memperhatikan struktur bebannya.

Tahap 2, penyusunan sistem tetap (fixed system) ketenagalistrikan yang terdiri

atas sistem yang sudah ada dan sistem yang sudah ditetapkan rencana

pembangunannya. Sistem tetap Bali melalui dua saluran kabel laut Jawa-Bali 2x

100 MW, PLTGU Gilimanuk daya mampu 133 MW, PLTG Pesanggaran 71 MW,

PLTD Pesanggaran 42 MW. Jumlah pasokan 446 MW.

5

Page 6: PLTGU Pemaron awal

Tahap 3, penyusunan sistem variablel (variable system), yakni komponen sistem

yang patut dipertimbangkan sebagai kandidat pembangunan. Untuk Bali misalnya,

dapat dipertimbangkan pembangunan jaringan transmisi dari Jawa ke Bali, PLTU

Batubara 50-100 MW di Bali, PLTP Bedugul, PLTGU 150 MW Pemaron, PLTG

100 MW Pesanggaran, Gianyar, Amlapura.

Tahap 4, proses optimasi perencanaan sistem, berdasarkan teknik dynamic

programming untuk mencari solusi optimal pasokan guna memenuhi kebutuhan.

Proses optimasi bertujuan selama kurun waktu perencanaan memilih kandidat/

alternatif perencanaan yang memberi fungsi sasaran (jumlah biaya) yang terendah

tanpa melanggar syarat batas.

Dari uraian di atas, terlihat perencanaan sistem ketenagalistrikan perlu

pertimbangan luas/mendalam. Dalam pembangunan sistem ketenagalistrikan

merupakan upaya padat modal dan memerlukan bahan bakar yang relatif mahal

harganya serta berdampak pada pola hidup masyarakat dan lingkungan hidup.

Oleh karena itu, optimasi sistem ketenagalistrikan penting untuk

dipertanggungjawabkan dampaknya (seperti akibat kenaikan tarif listrik, bila

pilihan proyek tak optimal) kepada masyarakat, kini tersedia berbagai program

komputer perencanaan sistem ketenagalistrikan, seperti WASP dari International

Atomic Energy Agency di Wina, Austria.

Peneliti telah melakukan perencanaan jangka pendek berkaitan dengan

pembangunan PLTGU Pemaron yang dipermasalahkan. Dengan melakukan

beberapa penyederhanaan seperti beban listrik Pulau Bali disederhanakan atas

waktu beban puncak (WBP) dan luar waktu beban puncak (LWBP).

Besaran beban pembangkitan LWBP 246 MW dan WBP 340 MW.

Distribusi beban diperhatikan. Sebesar 242 MW atau 81 persen pada WBP berada

di pusat beban di Gardu Induk (GI) Kapal, Sanur, Pesanggaran, Nusa Dua,

Gianyar, dan hanya 21 MW (7 persen) di GI Pemaron dan di 35 MW (12 persen)

GI lain, Baturiti, Gilimanuk, Negara dan Amplapura. Pembangkit Listrik di Jawa

6

Page 7: PLTGU Pemaron awal

tergolong murah dikarenakan pembangkit-pembangkit listrik di Jawa berkapasitas

besar dan menggunakan bahan bakar batubara. Listrik dari batubara memang jauh

lebih murah. Dengan tambahan 180 MW dari Jawa, maka ketersediaan pasokan

listrik di Bali menjadi 241 MW + 180 MW = 421 MW.

Selain daya listrik yang dimiliki oleh PLN tersebut, di Bali tersedia juga

pasokan listrik yang berasal bukan dari PLN. Pembangkit listrik non-PLN ini

dimiliki oleh Hotel-hotel besar maupun Industri dan disebut sebagai 'captive

power'. Sejauh data yang penulis miliki, 'captive power' yang tersedia di Bali

sebesar 549 MW.

Kesalahan lokasi

Dari jumlah pasokan mampu Bali sebesar 446 MW, jumlah pasokan

efektif terbatas hanya menjadi 358 MW, disebabkan kesalahan pemilihan lokasi

PLTG Gilimanuk yang di sebelah barat pusat beban.

Jumlah pasokan dari barat 333 MW (200 MW melalui dua kabel laut 150

kV Jawa-Bali dan 133 MW dari PLTG Gilimanuk) menjadi hanya sampai 245

MW, dibatasi oleh kemampuan daya penyaluran transmisi 150 kV dari barat,

melalui dua saluran 150 kV Gilimanuk-Kapal dan satu saluran 150 kV Gilimanuk

-Pemaron.

Dengan demikian jumlah pasokan daya efektif Bali menjadi hanya 358

MW (245 MW dari barat dan 113 MW dari Pesanggaran). Gangguan pada satu

saluran kabel laut 150 kV (pasokan berkurang 100 MW), berakibat jumlah

pasokan menjadi 346 MW (100 MW dari Jawa, 133 MW dari PLTG Gilimanuk,

dan 113 MW dari PLTD/PLTG Pesanggaran), masih lebih besar dari beban WBP

340 MW.

Oleh karena itu tidak terjadi pemadaman. Tetapi gangguan sebesar 50 MW

di PLTD/PLTG Pesanggaran, jumlah pasokan jadi hanya 308 MW (dari barat 245

MW+ (113-50) MW dari Pesanggaran) sudah menyebabkan pemadaman 32 MW

7

Page 8: PLTGU Pemaron awal

(340 MW-308 MW). Rupanya pembangunan PLTG Gilimanuk hanya

dimaksudkan untuk mengantisipasi gangguan kabel laut 150 kV Jawa-Bali dan

bukan mengacu pada pengamanan pasokan sistem Bali.

Sehingga untuk pemilihan lokasi penempatan PLTG Gilimanuk di sebelah

timur, misalnya di GI Pesanggaran, Gianyar, Amlapura, jumlah pasokan akan

tetap sesuai dengan daya mampu pembangkitan sebesar 446 MW, tak menghadapi

kendala batasan penyaluran.

Dengan demikian pasokan Bali berkurang 88 MW (446 MW-358 MW).

Dihitung dengan biaya spesifik pembangunan PLTG 400 dollar per kW, nilai

ekonomi pemborosan pasokan sistem pembangkitan akibat salah pilih lokasi ialah

35,2 juta dollar. Ini contoh pertama kesalahan pemilihan lokasi pembangunan

pusat listrik di Bali.

Rencana jangka pendek

Dengan daya 150 MW, rencana pembangunan PLTGU Pemaron dapat

digolongkan perencanaan jangka pendek. Alternatif kandidat pasokan/

pembangkit baru yang pantas dipertimbangkan untuk Bali adalah: (1).

Pembangunan jaringan transmisi 500 kV Paiton, Banyuwangi, Gilimanuk, Kapal,

(2). PLTGU Pemaron 150 MW, (3). PLTG Pemaron 100 MW, (4). PLTG

Pesanggaran 100 MW, (5). PLTG Amlapura 100 MW dan (6). Pemanfaatan

captive power (milik industri) 549 MW yang ada di Bali.

Mengacu pada UU No 20/ 2002 Ketenagalistrikan, konsep perencanaan

sistem dan kemungkinan kandidat alternatif perluasan di atas dan dalam kaitannya

dengan penyusunan Rencana Umum Ketenagalistrikan Daerah (RUKD), apakah

telah dilakukan perencanaan jangka panjang Sistem Ketenagalistrikan Bali dan

dijelaskan kepada masyarakat Bali? Sehingga, dengan demikian mekanisme

checks and balance dapat ditegakkan.

8

Page 9: PLTGU Pemaron awal

Sementara itu, dari hasil perhitungan penulis, dapat disimpulkan telah

terjadi kesalahan pilihan teknologi, pilihan lokasi dan pelanggaran tata ruang

pembangunan PLTGU Pemaron. Kesalahan pertama, pilihan teknologi

membangun PLTGU, padahal yang diperlukan PLTG. Struktur beban listrik Bali

lebih membutuhkan pemenuhan beban WBP.

Tidak tersedianya gas alam (yang relatif murah harganya dibandingkan

dengan pemakaian minyak HSD sebagai bahan bakar) di Bali, tidak membuka

kemungkinan untuk mengoperasikan PLTGU sebagai penanggung beban dasar.

Kalau PLTGU Pemaron dioperasikan sebagai penanggung beban dasar, maka

impor energi murah dari Jawa perlu dikurangi.

Ini akan meningkatkan fungsi sasaran. Mengurangi pembangunan PLTGU

menjadi PLTG akan menghemat biaya pembangunan sekitar 30 juta dollar AS.

Karena itu, unsur PLTU dari PLTGU yang tak diperlukan Bali, dapat dialihkan ke

wilayah lain yang lebih mendesak kebutuhannya, tapi juga ada gas alamnya, di

Sumatera Selatan misalnya.

Kesalahan kedua, pilihan lokasi yang jauh dari pusat beban mengakibatkan

adanya tambahan biaya angkutan (minyak diangkut dari selatan terminal BBM

Manggis ke utara/Pemaron) dan susut jaringan listrik akibat penyaluran energi

listrik, dibangkitkan di utara/ Pemaron untuk kemudian dikirim ke pusat beban di

selatan Bali.

Seringnya terjadi Pemadaman Listrik bergilir berdampak pada

terganggunya kegiatan produksi bagi para pemilik usaha kecil dan menengah.

Kebutuhan listrik yang tinggi sangat dibutuhkan oleh masyarakat, tak seimbang

dengan jumlah pasokan listrik yang tersedia. Sehingga dapat diprediksi sejumlah

wilayah di Indonesia, masih akan mengalami pemadaman listrik bergilir hingga

tahun 2010 mendatang. Ini terjadi karena Perusahaan Listrik Negara PLN

mengalami defisit akibat tidak seimbangnya pasokan yang dimiliki PLN dengan

permintaan masyarakat. Untuk di Provinsi Bali pemadaman listrik kerap terjadi

9

Page 10: PLTGU Pemaron awal

dan untuk meminimalisir krisis listrik tersebut khususnya di Bali, PLN melalui

PT. Indonesia Power akan mendatangkan mesin diesel untuk menambah pasokan

listrik sebesar 45 megawatt yang nantinya akan mencover seluruh Kabupaten di

Bali dan dipusatkan di PT. Indonesia Power di Desa Pemaron, Kabupaten

Buleleng. Lebih jauh antonius mengungkapkan untuk di Bali ada tiga lokasi

pembangkit listrik yaitu di Denpasar, Gilimanuk, dan Buleleng dan untuk

penambahan kapasitas dipusatkan di Pembangkit Listrik di Desa

Pemaron,Buleleng. Dengan akan bertambahnya kapasitas listrik di Bali,

diharapkan kebutuhan-kebutuhan listrik di Bali termasuk antrian dari masyarakat

untuk mendapatkan listrik yang mencapai 56 ribu daftar tunggu di seluruh Bali

akan bisa segera terealisasi secara bertahap di tahun 2010 dan target

pengoperasiannya akan mulai dilaksanakan di bulan Agustus 2010. Untuk

mendukung power dari kapasitas pasokan listrik, PLN akan merencanakan

mendatangkan gas yang juga akan dipusatkan di Desa Pemaron, Buleleng

sehingga nantinya pembangkit listrik akan ramah lingkungan dan yang terpenting

adalah akan mampu menghemat biaya pengeluaran  karena tidak lagi

menggunakan BBM melainkan menggunakan gas dan menekan biaya produksi.

Pihak pengelola PLTGU Pemaron, PT Indonesia Power belum

mendapatkan kesepakatan dengan PT PLN mengenai harga beli listrik yang nanti

dihasilkan pembangkit listrik tersebut. Akibatnya sejak dibangun 2003 hingga saat

ini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Pemaron belum bisa

dioperasionalisasikan.

Kepala Unit PLTGU Pemaron Gede Nurija di sela-sela penyerahan

bantuan community development tahap II tahun 2005 sebesar Rp 75 juta di kantor

Desa Pemaron mengatakan Indonesian Power dan PLN saat ini tengah berupaya

melakukan kesepakatan mengenai harga listrik itu. Menurutnya belum sepakatnya

harga listrik itu tidak ada hubungannya dengan kenaikan harga BBM. Pengelola

PLTGU Pemaron, sebutnya, berencana mengganti bahan bakar pembangkit listrik

yang selama ini menggunakan solar. "Saat ini baru dalam tahap survai untuk

mempergunakan bahan bakar gas yang akan diambil dari Sulawesi," jelasnya.

10

Page 11: PLTGU Pemaron awal

Ditambahkan, selama ini pihaknya hanya mengoperasionalisasikan dua

unit Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) yang menghasilkan listrik 96

megawatt. Listrik yang dihasilkan itu didistribusikan ke seluruh Bali bersama

pembangkit listrik dari Jawa dan Gilimanuk. Bila PLTU telah

dioperasionalisasikan, kapasitas listrik yang dihasilkan akan bertambah 50

megawatt.

Sementara, penyerahan bantuan community development dilakukan

Manager Humas PT Indonesia Power Unit Pembangkit Listrik Bali, I Gusti Arya

Dirawan, yang diterima secara simbolis oleh Kepala Desa Pemaron Putu Ariana.

Bantuan itu diberikan secara rutin setiap tahun di beberapa wilayah di Buleleng.

Penyerahannya dilakukan dua tahap sekitar Juni dan November-Desember. Pada

tahap I sudah diserahkan bantuan Rp 50 juta.

Berbagai Kemungkinan Ganguan Pasokan Listrik Bali

Ada 5 kemungkinan gangguan pembangkit listrik di Bali atau gangguan

pasokan dari Jawa, yaitu:

1. Terputusnya 2 (dua) Kabel bawah laut di Gilimanuk,

Jika gangguan ini terjadi oleh satu dan lain hal, maka pasokan

listrik Bali akan menjadi sebesar 241 MW ( 421 MW - 180 MW). Dan

karenanya akan terjadi pemadaman sebesar 84 MW khusus pada malam

hari saja ( 325 - 241 MW). Sementara pada siang hari pasokan listrik

masih aman, karena beban puncak siang hari hanya sebesar 210 MW.

2. Terputusnya 1 (satu) Kabel Bawah laut di Gilimanuk,

Dengan gangguan hanya 1 Kabel bawah laut, maka dampaknya

lebih ringan. Pasokan listrik Bali menjadi sebesar 331 MW (421 MW - 90

MW). Dengan beban puncak malam hari masih sebesar 325 MW, maka

pasokan listrik Bali di malam hari masih aman 6 MW, walaupun sangat

kritis.

11

Page 12: PLTGU Pemaron awal

3. PLTG Gilimanuk (120 MW) terganggu,

Terganggunya PLTG Gilimanuk atau tidak beroperasi karena

'overhaul' menyebabkan pasokan listrik Bali berkurang sebesar 120 MW.

Jumlah listrik yang bisa dipasok PLN akan menjadi 301 MW (421 MW -

120 MW ). Keadaan ini menyebabkan layanan listrik Bali khusus untuk

malam hari harus dikurangi sebanyak 24 MW (325 MW - 301 MW).

4. PLTG Pesanggaran (80 MW) terganggu,

Gangguan di PLTG Pesanggaran mengakibatkan Bali kehilangan

pasokan listrik sebesar 80 MW. Kemampuan PLN Distribusi Bali

melayani beban malam hari menjadi 341 MW (421 MW - 80 MW). Jika

dibandingkan dengan beban puncak malam hari, maka jumlah ini masih

mencukupi dan sedikit lebih sebesar 16 MW.

Kemungkinan pemadaman tetap ada mengingat terbatasnya saluran

transmisi dari GI Gilimanuk ke GI Kapal. Transmisi melalui Gardu Induk

(GI) Gilimanuk ke GI Kapal hanya terbatas sampai 200 MW, sehingga

daya sebesar 300 MW dari Bali Barat harus disalurkan melalui GI

Pemaron- GI Baturiti-GI Kapal sebesar 100 MW.

Kondisi seperti ini menunjukkan, bahwa perencanaan lokasi PLTG

di Gilimanuk ternyata salah, yaitu kurang memperhatikan kemungkinan

gangguan di PLTG Pesanggaran dan terbatasnya saluran transmisi GI

Gilimanuk-GI Kapal. Pasokan listrik untuk Bali terlalu mengandalkan Bali

Barat, dimana semestinya sebagian pasokan diperlukan dari Bali Timur.

5. PLTD Pesanggaran (41 MW) terganggu,

Terganggunya PLTD Pesanggaran hanya menyebabkan kehilangan

pasokan sebesar 41 MW. Jumlah ini belum signifikan mengganggu

pasokan listrik di Bali.

12

Page 13: PLTGU Pemaron awal

Dari 5 kemungkinan gangguan terhadap sistem pasokan listrik Bali,

nampak bahwa yang paling berat adalah bila serentak/sekaligus 2 buah Kabel

bawah laut terganggu (lihat Tabel).

Tabel Kemungkinan jenis gangguan dan besarnya pemadaman pada tingkat beban

325 MW.

Jenis Gangguan Dampak

2 (dua) Kabel bawah laut Pemadaman 84 MW

1 (satu) Kabel bawah lau Hanya tersisa 6 MW

PLTGU Gilimanuk Pemadaman 24 MW

PLTGU Pesanggaran

PLTD Pesanggaran

Tersisa 16 MW

Masih aman

Alternatif Penambahan Pasokan Listrik Bali

Melalui analisa yang telah dikemukakan tersebut, beberapa alternatif solusi

pengamanan pasokan listrik Bali dapat disampaikan sebagai berikut:

1. PLN menawarkan PLTGU Pemaron, tetapi ternyata selama 2 tahun ini

rencana lokasi penempatan PLTGU di Pemaron telah menuai perlawanan

yang keras dari masyarakat setempat sebagaimana telah dijelaskan di awal

tulisan ini. Melihat, bahwa PLN hanya merelokasi PLTG Tanjung Priok

yang berkapasitas 100 MW tersebut dengan tambahan Turbin Uap 50

MW, maka solusi yang ditawarkan oleh PLN adalah solusi sementara, dan

bukan solusi jangka panjang. Jika pertumbuhan kebutuhan listrik Bali

adalah 13 % setahun, maka praktis 3 tahun lagi tambahan pasokan 150

MW ini akan terlampaui. Berarti Bali harus lagi memikirkan pembangkit

listrik yang baru, dan itu berarti Bali siap-siap memulai babak baru pro-

kontra pembangunan pembangkit listrik. Dengan demikian, solusi relokasi

PLTG Tanjung Priok ini adalah solusi jangka pendek (2-3 tahun).

Ketika merencanakan PLTGU di Pemaron, PLN hanya

memikirkan kepentingan sektoral tanpa berempati kepada masyarakat

yang sudah menolak lokasi tersebut. Rencana pembangunan PLTGU

13

Page 14: PLTGU Pemaron awal

Pemaron jelas-jelas bertentangan dengan hukum dan perundangan

(PERDA No.4/1999 dan UU Ketenagalistrikan no.20/2002, Pasal 5,9,10

dan 11), karena itu ditolak oleh sebagian masyarakat dan izin

pembangunan dan izin operasinya berpotensi dibatalkan.

Rencana pembangunan PLTGU dengan pilihan lokasi di Pemaron

bukan merupakan solusi yang memecahkan sebuah masalah, tapi justru

menyebabkan timbulnya masalah baru.

2. Dengan menerapkan semangat 'win-win solution' atau dalam istilah bahasa

Bali 'apang pade payu',solusi jangka pendek berupa pemindahan PLTG

Tanjung Priok tersebut masih bisa diterima, mengingat PLN maupun

negara Indonesia sedang dalam kesulitan keuangan. Tetapi LOKASI

jangan di Pemaron. Pemasangan 2 buah Turbin Gas General Electric dari

Tanjung Priok sebesar 2 x 50 MW = 100 MW sebenarnya sudah dapat

mengamankan pasokan listrik di Bali, sekalipun 2 saluran Kabel bawah

laut di Gilimanuk terganggu. Dalam Tabel diatas telah dikemukakan,

bahwa akibat terganggunya 2 saluran kabel bawah laut hanya

menyebabkan pemadaman sebesar 84 MW. PLTG ini dapat dipasang di GI

Amlapura, yang jaraknya hanya 15 km dari Depo Minyak Pertamina di

Manggis. PLTG ini juga bisa dipasang di GI Gianyar atau bahkan di GI

Pesanggaran.

Alternatif ini juga bisa digolongkan sebagai rencana jangka pendek

(1-2 tahun).

3. UU Ketenagalistrikan no. 20/2002, Pasal 5 berbunyi: (1) Pemerintah

Daerah menetapkan Rencana Umum Ketenagalistrikan Daerah. Pasal ini

membuka peluang pemerintah daerah memanfaatkan 'captive power'

(sebagai asset regional) untuk ikut berperan serta memenuhi kebutuhan

listrik Bali secara terintegrasi dengan pasokan PLN.

Masalahnya barangkali adalah bagaimana mengatur mengenai

kesepakatan harga jual beli listrik antara PLN dan pemilik captive power.

14

Page 15: PLTGU Pemaron awal

PLN selama ini yang berkewajiban memberi pasokan listrik/menjual

listriknya ke masyarakat, dapat saling tukar menukar energi dengan

pemilik captive power. Pada saat PLN kekurangan pasokan, captive power

memasok listrik ke PLN, dan kemudian ketika pasokan PLN mencukupi,

PLN membayar kembali dalam jumlah KHW yang telah dipakainya.

Untuk keperluan tukar menukar energi ini perlu pemasangan 'relais' dan

KWH Meter di kedua sisi serta penyusunan PERDA tentang hal ini.

Alternatif ini dapat digolongkan sebagai rencana jangka pendek (1-2

tahun).

4. Alternatif berikutnya adalah pembangunan saluran udara transmisi 500 kV

Jawa-Bali melintasi Selat Bali dengan panjang bentangan 3,7 km dan

tinggi menara sekitar 300 meter. Proyek ini sebenarnya sudah ada studi

serta desainnya, sudah siap hendak mulai dibangun pada akhir 1990-an.

Proyek ini merupakan solusi jangka panjang yang termurah, karena Bali

akan dapat memanfaatkan sumberdaya energi berskala besar dari PLTU

Batubara di Jawa. Untuk proyek ini hanya diperlukan waktu sekitar 5

tahun. Alternatif ini bisa dikelompokkan sebagai rencana jangka

menengah (5-6 tahun).

5. Alternatif jangka panjang adalah menciptakan budaya hemat energi,

dengan menggunakan lampu hemat energi. Pengawasan penggunaan

peralatan listrik lainnya yang hemat energi akan dapat mengurangi

pemakaian listrik. Selain itu listrik merupakan teknologi yang mudah

diatur: dimatikan pada saat tidak diperlukan (switch off) dan dinyalakan

hanya bila benar-benar diperlukan (switch on), juga akan berdampak pada

pengurangan pemakaian listrik. Budaya switch off/switch on yang

digalakkan secara gencar melalui kampanye seperti Keluarga Berencana,

bukan saja menghemat pemakaian bahan bakar, tetapi juga mengurangi

susutnya mesin pembangkit, dan memperlama umur produktif mesin.

Selain penghematan yang bisa dicapai, upaya tersebut juga dapat

15

Page 16: PLTGU Pemaron awal

mengurangi tingkat polusi dan besarnya dana investasi untuk membiayai

pembangkitan baru. Upaya meningkatkan disiplin serta budaya hemat

energi harus segera dimulai dari sektor rumah tangga, komersiil dan

pemerintahan.

16