Pleno Pemicu 1 sarji

47
Pleno Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa Kelompok DK 6

Transcript of Pleno Pemicu 1 sarji

Page 1: Pleno Pemicu 1 sarji

Pleno Pemicu 1Modul Saraf Jiwa

Kelompok DK 6

Page 2: Pleno Pemicu 1 sarji

Anggota Kelompok

• Khalik Perdana Putra I11110027• Muhammad Hadi Arwani I11111002• Scholastyka Febrylla I11111012• Yohanes I11111024• Isma Resti Pratiwi I11111029• Nada Yuliandha I11111040• Muhammad Luthfi Taufik I11111049• Vera Roulina I11111052• Eko Prestiyana Megawati I11111057• Fitrianto Dwi Utomo I11111064• Tan Sri Ernawati I11111071

Page 3: Pleno Pemicu 1 sarji

Pemicu 1• Ny S, 38 tahun, dibawa olehkakaknya ke praktik klinik keluarga

dengan keluhan mendadak tidak bisa melihat.Saat diperiksa pasien sadar dan dalam pemeriksaan status generalis tidak didapatkan adanya kelainan.

• Pasien sangat kooperatif dan memberikan kontak yang adekuat selamapemeriksaan dan dapat berbicara dengan lancar. Ia nampak tenang saat menceritakan kedua matanya tidak bisa melihat lagi. Ia menceritakan bahwa ia baru saja pergi berbelanja di salah satu pusat perbelanjaan dan tiba-tiba saja ia kehilangan penglihatannya. Tidak ada riwayat trauma kepala atau cedera didaerah mata serta ia tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu. Ia mengatakan segala sesuatu baik-baik saja dalam hidupnya baik kesehatan fisik maupun kehidupan rumah tangganya.

Page 4: Pleno Pemicu 1 sarji

Pemicu 1

• Pemeriksaan neurologis pada hari kedua, tidak dijumpai adanya tanda rangsang meningeal, pupil bulat diameter 3 mm, isokor, refleks cahaya langsung dan tak langsung (+/+), tidak ada kelumpuhan saraf kranialis, fungsi motorik dengan kekuatan 5 pada keempat ekstremitas, refleks fisiologis dalam batas normal, tidak dijumpai adanya refleks patologis, sistem sensorik dalam batas normal, serta fungsi otonom dalam batas normal.

• Dalam riwayat penyakitnya didapatkan informasi dari kakaknya bahwatiga bulan terakhir ini suami pasien tidak pulang ke rumah. Pasien selalu mengatakan bahwa suaminya sedang sibuk dikantor dan ia tidak sempat pulang karena banyak tugas.

Page 5: Pleno Pemicu 1 sarji

Pemicu 1

yang harus diselesaikan. Menurut kakak pasien, ia sering mendengar berita dari tetangga bahwa suami pasien sedang menjalin hubungan dengan wanita lain. Sehari sebelum pasien kehilangan penglihatannya, pasien dan kakaknya sempat melihat suami pasien sedang makan bersama seorang wanita di sebuah restoran di pusat perbelanjaan. Saat itu, menurut kakak pasien, pasien terlihat tenang dan seakan tidak ada yang salah dengan situasi tersebut. Pasien tetap makan di restoran tersebut di meja lain serta langsung pulang kerumah tanpa terlihat sedih atau kesal. Kakak pasien enggan menanyakan apa yang dirasakan pasien karena berpikir pasien tidak inginmembicarakannya

Page 6: Pleno Pemicu 1 sarji

Klarifikasi dan Definisi

• Isokor: Kesamaan ukuran kedua pupil mata• Rangsangan meningeal: Pemeriksaan

Neurologis untuk memeriksa adanya infeksi/peradangan pada meningeal meliputi pemeriksaan kaku duduk, kernig, bradzinski I-IV

Page 7: Pleno Pemicu 1 sarji

Kata Kunci

• Nyonya, 38 tahun• Trauma kepala (-)• Status generalis normal• Tidak bisa melihat• Neurologis normal• Pasien kooperatif

Page 8: Pleno Pemicu 1 sarji

Rumusan Masalah

Ny. S 38 tahun mendadak kehilangan penglihatan dengan pemeriksaan neurologis normal & tampak tenang dengan keadaan yang dialaminya.

Page 9: Pleno Pemicu 1 sarji

Tatalaksana

·Pasien tenang dan koooperatif

·Pasien mengalami masalah dalam rumah tangga yang tidak ia ungkapkanGangguan Somatoform:

ganggguan Konversi

DSM IV TR Diagnosis Lakukan Anamnesis dan Observasi Kejiwaan

Pemeriksaan penunjang + pemeriksaan kejiwaan lanjutan

Pertimbangkan kondisi kejiwaan

Tidak ada gangguan neurologis dan organik

Wanita 38 tahun

Kehilangan Penglihatan

Anamnesis Pemeriksaan Fisik

Tidak Ada Riwayat Cedera Pemeriksaan Fisik

Analisis Masalah

Page 10: Pleno Pemicu 1 sarji

Pertanyaan Diskusi1. Apa saja gangguan somatoform ?• Epidemiologi• Etiologi• Diagnosis• Gambaran Klinis2. Bagaimamna pendekatan psikobiologi pada pasien kejiwaan ini ? 3. Apa itu DSM IV dan bagaimana cara penggunaannya (Ila, Yohanes, Isma)4. Bagaimana mendiagnosis pasien malingering (pasien berpura-pura buta) ?5. Bagaimana dasar wawancara psikiatri ? 6. Apa yang dimaksud stressor psikosial dan adaptasi terhadapnya ? 7. Bagaimana peran dokter dalam kasus kejiwaan ?8. Diagnosis dan terapi pada pasien ini ?9. Definisi dan diagnosis kebutaan ?

Page 11: Pleno Pemicu 1 sarji

Gangguan Somatoform

• Somatoform disorder adalah suatu kelompok gangguan yang ditandai dengan keluhan tentang masalah atau simtom fisik yang tidak dapat dijelaskan oleh penyebab gangguan fisik secara medis (misalnya nyeri, mual, dan pening/sakit kepala).

• Keluhan somatik serius, sehingga menyebabkan stres emosional dan gangguan untuk dapat berfungsi dalam kehidupan sosial dan pekerjaan.

Page 12: Pleno Pemicu 1 sarji

Gangguan Somatoform

• Keluhan somatik yang berulang dan banyak yang memerlukan perhatian medis, namun tidak memiliki sebab fisik yang jelas merupakan dasar gangguan ini.

• Diagnosis gangguan somatoform ini diberikan apabila diketahui bahwa faktor psikologis memegang peranan penting dalam memicu dan mempengaruhi tingkat keparahan serta lamanya gangguan dialami

Page 13: Pleno Pemicu 1 sarji

Gangguan Somatoform

• Prevalensi sepanjang hidup gangguan somatisasi diperkirakan kurang dari 0.5 persen dari populasi AS; lebih sering terjadi pada perempuan,

• Gangguan somatisasi umumnya bermula pada masa dewasa awal.

Page 14: Pleno Pemicu 1 sarji

Somatoform & Pain

Disorder

Psychosomatic Disorder Malingering Factitious Disorder

Mengalami beberapa gejala

sakit fisik yang subyektif

tanpa sebab organis

(pengalaman sakit termasuk

kedalam pain disorder)

Mengalami sakit fisik yang nyata,

faktor psikologis ikut ber-

kontribusi pada sakitnya

Sengaja menipu sakit secara

fisik untuk menghindari

situasi tidak menyenangkan,

seperti tugas kemiliteran

Sengaja menipu sakit secara

fisik untuk menarik perhatian

secara medis

Page 15: Pleno Pemicu 1 sarji

Klasifikasi Gangguan Somatoform

Dalam DSM IV-TR, yang termasuk dalam Somatoform Disordersebagai berikut :• 300.81 Somatization Disorder• 300.82 Undifferentiated Somatoform Disorder• 300.11 Conversion Disorder• 300.xx Pain Disorder• 300.80 Associated With Psychological Factors• 300.89 Associated With Both Psychological Factors and General

Medical Condition• 300.7 Hypochondriasis• 300.7 Body Dysmorphic Disorder• 300.82 Somatoform Disorder NOS

Page 16: Pleno Pemicu 1 sarji

Klasifikasi Gangguan Somatoform

Page 17: Pleno Pemicu 1 sarji

Pendekatan Psikobiologi pda Pasien Kejiwaan

• Konsep biopsikososial memberikan suatu gambaran yang menyeluruh tentang munculnya suatu kondisi sakit yang dihubungkan dengan faktor lingkungan dan stres yang terkait di dalamnya.

• Kondisi kesehatan jiwa seseorang dapat dilihat sebagai suatu keadaan yang melibatkan faktor biologis, psikologis, dan sosial orang tersebut.

• Secara biologis, gangguan pada kondisi kesehatan jiwa seseorang diakibatkan karena ketidakseimbangan sistem hormon dan neurotransmiter di otak.

• Secara psikologis, gangguan kondisi kesehatan jiwa disebabkan oleh mekanisme adaptasi psikis individu yang tidak bekerja dengan baik.

• Secara sosial, kondisi gangguan kesehatan jiwa dapat dipicu oleh lingkungan yang tidak nyaman, serta penuh dengan tekanan dan ketakutan.

Page 18: Pleno Pemicu 1 sarji

Pendekatan Psikobiologi pda Pasien Kejiwaan

• Keluhan psikosomatik sering ditemukan pada praktik klinis sehari-hari

• Kepustakaan melaporkan lebih dari 50% pasien dengan keluhan fisik yang tidak mempunyai penyebab objektif dari keluhannya itu

• Keluhannya bisa dari kelelahan, nyeri dada, batuk, nyeri punggung, napas pendek, hingga berbagai keluhan yang melibatkan organ tubuh.

Page 19: Pleno Pemicu 1 sarji

Pendekatan Psikobiologi pda Pasien Kejiwaan

• Dalam praktik sehari-hari, keluhan tersebut dapat diatasi dengan kemampuan komunikasi yang baik dari dokter yang merawat. Rasa tertarik dokter terhadap keluhan pasien, empati, dan apresiasi terhadap pasien, serta memberikan kepastian pengobatan sering membuat pasien dengan keluhan psikosomatik menjadi lebih baik.

• Keluhan yang juga sering disebut Medically Unexplained Physical Symptoms (MUPS) sebenarnya merujuk pada suatu kondisi gangguan kejiwaan yang tergabung dalam golongan besar gangguan somatoform

• Gangguan somatoform yang paling sering ditemui dalam praktik klinik adalah gangguan somatisasi dan hipokondriasis.

Page 20: Pleno Pemicu 1 sarji

DSM

• DSM (Diagnostic and statistical manual of mental disorder).

• Merupakan pengembangan dan perluasan darimodel penggolongan Emil Kraepelin.

• Diperkenalkan pertama kali pada tahun 1952 dan versi terakhir pada tahun 2000, DSM IV-TR (Text Revision).

Page 21: Pleno Pemicu 1 sarji

Ciri-ciri DSM• Menggunakan kriteria diagnostic yang spesifik – mendeskripsikan ciri-ciri

esensial (kriteria yang harus ada) dan ciri-ciri asosiatif (kriteria yang sering diasosiasikan dengan gangguan tapi tidak esensial).

• Pola perilaku abnormal yang memiliki ciri-ciri klinis yang sama dikelompokkan menjadi satu.

• Sistem bersifat multiaksis – menggunakan sistem yang multidimensional sehingga memiliki jangkauan informasi yang luas tentang keberfungsian individu.

I. Gangguan klinis dan kindisi lain yang mungkin menjadi fokus perhatian.

II. Gangguan kepribadian dan Retardasi MentalIII. Kondisi medis umumIV. Problem psikososial dan lingkunganV. Assessment fungsi secara global

Page 22: Pleno Pemicu 1 sarji

Pendekatan MultiaksialAksis I:• Gangguan klinis: pola perilaku abnormal (gangguan mental) yang

meenyebabkan hendaya fungsi dan perasaan tertekan pada individu. • Kondisi lain yang mungkin menjadi focus perhatian: masalah lain yang

menjadi focus diagnosis atau pandangan tapi bukan gangguan mental, seperti problem akademik, pekerjaan atau social, factor psikologi yang mempengaruhi kondisi medis.

Aksis II:• Gangguan kepribadian: mencakup poa perilaku maladaptive yang

sangat kaku dan betahan, biasanya merusak hubunganantar pribadi dan adaptasi social.

• Retardasi Mental • Seseorang bias memenuhi aksis I atau II, atau memenuhi kedua aksis.

Page 23: Pleno Pemicu 1 sarji

Pendekatan MultiaksialAksis III:• Kondisi medis umum dan kondisi medis yang mugkin penting bagi

pemahaman atau penyembuhan atau penanganan gangguan mental individu.

• Meliputi kondisi klinis yang diduga menjadi penyebab atau bukan penyebab gangguan yang dialami individu.

Aksis IV:• Problem psikososial dan lingkungan. Mencakup peristiwa hidup yang negative

maupun positif; kondisi lingkungan dan social yang tidak menguntungkan, dllAksis V:• Assessment fungsi secara global. Mencakup assessment menyeluruh

tentangfungsi psikologis social dan pekerjaan klien. • Digunakan juga untuk mengindikasikan taraf keberfungsian tertinggi yang

mungkin dicapai selama beberapa bulan pada tahun sebeelumnya.

Page 24: Pleno Pemicu 1 sarji

Apakah Pasien Buta ?

• Kebutaan didefinisikan sebagai ketajaman penglihatan sentral 20/200 atau kurang atau diameter lapangan pandang paling lebar dengan sudut tidak lebih dari 20 derajat.

• Definisi fungsional lainnya adalah berkurangnya penglihatan sehingga seseorang tidak mampu mandiri dan ketergantungan.

Page 25: Pleno Pemicu 1 sarji

Apakah Pasien Buta ?

Kategori gangguan penglihatan menurut WHO

Page 26: Pleno Pemicu 1 sarji

Apakah Pasien Buta ?

Pemeriksaan yang digunakan untuk menegakkankebutaan adalah:• Pemeriksaan visus • Pemeriksaan Lapangan Pandang

Page 27: Pleno Pemicu 1 sarji

Apakah Pasien Malingering ?

Untuk Kasus Kebutaan Lakukan:• Sikap pasien• Refleks Pupil• Menace reflex• Schmidt-Rimpler test• Tes Tanda Tangan• Nystagmus test• Uji Cermin• Tes nystagmus dengan rotasi kepala :• Electroencephalogram

Page 28: Pleno Pemicu 1 sarji

Dasar Pemeriksaan Psikiatri• Pemeriksaan psikiatri terdiri dari dua bagian. • Yang pertama, bagian riwayat (contohnya riwayat psikiatri, medis,

keluarga), yang mencakup deskripsi pasien tentang bagaimana gejala episode kini terjadi, pengkajian episode dan terapi sebelumnya, deskripsi mengenai kondisi medis saat ini dan dahulu, rangkuman masalah psikiatri serta terapi anggota keluarga, dan riwayat pribadi pasien, yang mengungkapkan fungsi interpersonal dan adaptasinya dari waktu ke waktu.

• Bagian kedua pemeriksaan psikiatri, pemeriksaan status mental, secara sistematis mengkaji fungsi kognitif dan emosi pasien saat wawancara dilakukan.

• Informasi riwayat diperoleh dari pasien tetapi dapat didukung informasi tambahan dari anggota keluarga, dinas sosial rujukan, dokter yang sebelumnya menangani, serta rekam medis lama.

Page 29: Pleno Pemicu 1 sarji

Riwayat Psikiatri• Riwayat psikiatri adalah catatan mengenai kehidupan pasien; catatan

ini memungkinkan seorang psikiater memahami siapa diri pasien, dari mana ia berasal, dan ke arah mana kecenderungan pasien di masa depan.

• Riwayat juga mencantumkan informasi mengenai pasien yang diperoleh dari sumber lain, seperti orang tua atau, bila perlu, pasangannya.

• Riwayat psikiatri memberikan pemahaman mengenai sifat hubungan dengan orang terdekat pasien dan mencakup semua orang yang penting dalam hidupnya

• Teknik terpenting untuk memperoleh riwayat psikiatri adalah dengan membiarkan pasien menceritakan kisahnya dengan kata-kata mereka sendiri dalam urutan yang mereka rasa paling penting.

Page 30: Pleno Pemicu 1 sarji

Riwayat Psikiatri

1. Data identitas2. Keluhan utama3. Riwayat penyakit sekarang• Awitan• Faktor pencetus

4. Riwayat penyakit dahulu• Psikiatri• Medis• Riwayat penggunaan

alkohol dan zat lain5. Riwayat keluarga

6. Riwayat pribadi (anamnesis)a. Pranatal dan perinatalb. Masa kanak-kanak awal (sampai usia 3

tahun)c. Masa kanak-kanak pertengahan (usia 3-11)d. Masa kanak-kanak akhir (pubertas hingga

remaja)e. Masa dewasa

• Riwayat pekerjaan• Riwayat hubungan dan perkawinan• Riwayat militer• Riwayat pendidikan• Agama• Aktivitas sosial• Situasi kehidupan terkini• Riwayat pelanggaran hukum

• Riwayat seksual• Mimpi dan fantasi• Nilai-nilai

Page 31: Pleno Pemicu 1 sarji

Pemeriksaan Status Mental

• Pemeriksaan status mental merupakan bagian dari pengkajian klinis yang mendeskripsikan keseluruhan observasi yang dilakukan oleh pemeriksa dan kesan yang didapatkan dari pasien psikiatri saat dilakukan wawancara.

• Status mental pasien dapat berubah setiap hari atau setiap jam

• Pemeriksaan status mental adalah gambaran penampilan pasien, cara bicara, tindakan, dan pikiran selama wawancara.

Page 32: Pleno Pemicu 1 sarji

Pemeriksaan Status Mental

1. Penampilan2. Gaya bicara3. Mood• Subjektif• Objektif

4. Pikiran• Bentuk• Isi • Persepsi

5. Sensorium• Kewaspadaan• Orientasi (orang, tempat,

waktu)• Konsentrasi• Ingatan (segera, jangka

pendek, jangka panjang)• Kemampuan berhitung• Dasar pengetahuan• Penalaran abstrak

6. Tilikan7. Penilaian

Page 33: Pleno Pemicu 1 sarji

Stres

• Stres menurut Maramis (1999) adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri, dan karena itu, stres dapat mengganggu keseimbangan kita.

• Stres tidak terlepas darimana datangnya dan apa saja sumbernya. Sumber stres atau yang disebut stresor adalah suatu keadaan, situasi objek atau individu yang dapat menimbulkan stres

• Stres psikososial adalah stres yang dipicu oleh hubungan relasi dengan orang kain disekitarnya atau akibat situasi sosial lainnya, seperti stress adaptasi dengan lingkungan baru, dan masalah cinta, keluarga, serta stress macet dijalan raya, ataupun diejek orang lain dan sebagainya

Page 34: Pleno Pemicu 1 sarji

StresStuart ( 2006 ) menyebutkan faktor predisposisi stres ada 3 faktor,

diantaranya: • Biologi

Yang dapat mempengaruhi stres pada lansia yang lihat dari: faktor keturunan, status nutrisi, kesehatan.

• Psikologi Sedangkan dari psikologi itu sendiri meliputi: kemampuan verbal, pengetahuan moralnya, personal terhadap dirinya sendiri, dorongan / motivasi.

• Sosial-budaya Sedangkan menurut sosial – budaya meliputi: faktor-faktor umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, posisi sosial, latar belakang budaya, agama serta pengetahuan.

Page 35: Pleno Pemicu 1 sarji

StresSementara menurut Stuart (2006), tahapan stres dibagi menjadi tiga

yaitu:• Stres ringan

Adalah stresor yang dihadapi seseorang secara teratur, kemacetan lalu lintas, kritikan dari orang lain. Situasi ini biasanya berlangsung beberapa menit atau jam.

• Stres sedangBerlangsung lebih lama dari beberapa jam sampai beberapa hari, seperti perselisihan dengan teman.

• Stres beratAdalah situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu sampai beberapa tahun, seperti perselisihan perkawanan terus menerus, penyakit fisik jangka panjang.

Page 36: Pleno Pemicu 1 sarji

Mekanisme Koping

• Menurut Stuart (2006) adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stres, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan ego yang digunakan untuk melindungi diri.

• Sumber – sumber koping terdiri dari aset ekonomi, kemampuan dan bakat, tehnik pertahanan, dukungan sosial, dan motivasi. Sumber koping lainnya adalah keseimbangan energi, dukungan spiritual, keyakinan positif, pemecahan masalah, kemampuan sosial, kesehatan fisik, sumber materi dan sosial

Page 37: Pleno Pemicu 1 sarji

Mekanisme Koping

Stuart (2006) menyatakan bahwa dalammenghadapi stressor ada 3 macam jenis koping,• Koping yang berpusat pada emosi (Emotional

focus coping mechanisme) • Koping yang berpusat pada masalah (Problem

focused coping Mechanisme) • Koping yang berpusat pada kognitif

(Cognitively focused coping mechanisme).

Page 38: Pleno Pemicu 1 sarji

Peran Dokter Dalam Kasus Kejiwaan

• Dalam profesi kedokteran, komunikasi dokter-pasien merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai dokter.

• Kompetensi komunikasi menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien.

• Perlu dibangun hubungan saling percaya yang dilandasi keterbukaan, kejujuran dan pengertian akan kebutuhan, harapan, maupun kepentingan masing-masing.

• Dengan terbangunnya hubungan saling percaya, pasien akan memberikan keterangan yang benar dan lengkap sehingga dapat membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit pasien secara baik dan memberi obat yang tepat bagi pasien

• Komunikasi efektif mampu mempengaruhi emosi pasien dalam pengambilan keputusan tentang rencana tindakan selanjutnya, sedangkan komunikasi tidak efektif akan mengundang masalah

Page 39: Pleno Pemicu 1 sarji

Gangguan Konversi

• Gangguan konversi dicirikan oleh suatu perubahan besar dalam fungsi fisik atau hilangnya fungsi fisik, meski tidak ada temuan medis yang dapat ditemukan sebagai penyebab simtom atau kemunduran fisik tersebut.

• Simtom-simtom tersebut tidaklah dibuat secara sengaja. • Gangguan konversi dinamakan demikian karena adanya

keyakinan psikodinamika bahwa gangguan tersebut mencerminkan penyaluran, atau konversi, dari energi seksual atau agresif yang direpresikan ke simtom fisik.

Page 40: Pleno Pemicu 1 sarji

Gangguan Konversi

• Menurut DSM, simtom konversi menyerupai kondisi neurologis atau medis umum yang melibatkan masalah dengan fungsi motorik (gerakan) yang volunter atau fungsi sensoris.

• Beberapa pola simtom yang ‘klasik’ melibatkan kelumpuhan, epilepsi, masalah dalam koordinasi, kebutaan dan tunnel vision (hanya bisa melihat apa yang berada tepat di depan mata), kehilangan indera pendengaran dan penciuman, atau kehilangan rasa pada anggota badan (anestesi).

• Beberapa orang dengan gangguan konversi menunjukkan ketidakpedulian yang mengejutan terhadap simtom-simtom yang muncul, suatu fenomena yang diistilahkan sebagai la belle indifference (ketidakpedulian yang indah).

Page 41: Pleno Pemicu 1 sarji

Gangguan Konversi

Kriteria Diagnosis pada pasien gangguan konversi (Sadock, 2010):

• Satu atau lebih gejala atau defisit yang mempengaruhi fungsi sensorik atau motorik volunteer yang mengensankan adanya keadaan neurologis atau keadaan medis umum lain.

• Faktor Psikologis dinilai terkait dengan gejala maupun defisit karena awal atau perburukan gejala atau defisit didahului konflik atau stressor lain

• Gejala atau defisit ditimbulkan tanpa disengaja atau dibuat-buat (misal malingering)

Page 42: Pleno Pemicu 1 sarji

Gangguan Konversi

• Setelah pemeriksaan yang sesuai, gejala atau defisit tidak dapat benar-benar dijelaskan oleh keadaan umum atau oleh efek langsung suatu zat

• Gejala atau defisit menyebabkan distress yang bermakna secara klinis atau hendaya dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau area penting lain, atau memerlukan evaluasi medis.

• Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan somatisasi, dan sebaiknya tidak disebabkan gangguan jiwa lain.

Page 43: Pleno Pemicu 1 sarji

Diagnosis

Pada kasus ini beberapa poin penting untuk penegakkan diagnosis:

• Terdapat gangguan penglihatan yang nyata dari pasien yang mengganggu aktivitas pasien

• Pasien mengalami stressor berat sesaat sebelum mengalami kejadian kebutaan

• Kebutaan tidak dapat dijelaskan secara medis atau diakibatkan penggunaan zat

Page 44: Pleno Pemicu 1 sarji

Tatalaksana• Hubungan terapeutik antara terapis dengan pasien harus didasari

dengan penuh perhatian dan saling percaya• Terapi untuk mengatasi stressor misalnya gagasan psikoterapi,

mekanisme koping, hypnosis, ansiolitik, dan latihan relaksasi • Pemberian treatmen dengan menggunakan pendekatan

psikoanalisa untuk pasien konversi adalah berfokus pada pengekspresian emosi dan ingatan yang menyakitkan dan insight bahwa gangguan berkaitan dengan simtom konversi

• Sementara treatmen dengan pendekatan behavioral berfokus pada mengurangi kecemasan pasien yang berasal dari trauma yang menyebabkan simtom konversi. Terapi behavioral bisa dilakukan dengan metode systematic desensitization dan vivo exposure therapy.

Page 45: Pleno Pemicu 1 sarji

Kesimpulan

Ny. S 38 tahun mendadak kehilanganpenglihatan disebabkan oleh gangguan konversi.

Page 46: Pleno Pemicu 1 sarji

Daftar Pustaka• Ali, Muhammad Mulyohadi dkk. 2006. KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA. Jakarta;

Indonesian Medical Council. • American Psychiatric Association. 2004. Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders IV Text Revision. Washington DC: APA.• Davidson, C.G., Neale J.M, Kring A.M, 2006, Psikologi Abnormal, (terjemahan : Nurmalasari

Fajar) Edisi kesembilan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada• Durand, V. M., & Barlow, D. H. 2007. Intisari Psikologi Abnormal. Edisi keempat Jilid 1. Alih

Bahasa: Helly Prajitno Soetjipto & Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.• Fausiah F, Widury J. 2008. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta : Universitas

Indonesia.• Gandhi, Rashmin. (2012). Malingering in Ophtalmology. medscape reference.• Jurnal Indonesia Medicine Association, September 2011. Konsep Biopsikososial pada

Keluhan Psikosomatik Volume: 61, Nomor: 9. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta

• Keliat, B. A, 1998, Proses Keperawatan Kesehatan, Jakarta : EGC• Maramis W.F. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press; 2005. p.

63-9.

Page 47: Pleno Pemicu 1 sarji

Daftar Pustaka• Maslim, R. 2002. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ

– III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.• Millon, T., Grossman, S., Millon, C., Meagher, S., & Ramnath, R. 2004. Personality

Disorders in Modern Life Second Edition. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.• Nevid, S. J., Rathus, S. A., & Greene, B. 2003. Psikologi Abnormal. Edisi 5 Jilid 2. Alih

bahasa: Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Jakarta: Erlangga• Puri, B.K., dkk. (2011). Buku Ajar Psikiatri. Jakarta:EGC.• Riordan-Eva P and Whitcher JP. 2007. Oftalmologi Umum Vaughan & Asbury. Edisi

17. EGC: Jakarta.• Sadock, Benjamin J. 2010. Kaplan dan Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Ed. 2.

Jakarta: EGC.• Stuart, G. W, 2006, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Alih Bahasa Hamid. Edisi 3

Jakarta : EGC• Sulistiyowati, dkk, 2005, Konsep Dasar Kesehatan Jiwa. Jakarta :EGC• Wiramihardja S. A., 2007. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung : PT. Refika

Aditama