pleno pemicu 1 - kelompok 11

download pleno pemicu 1 - kelompok 11

of 182

Transcript of pleno pemicu 1 - kelompok 11

Pemicu 1 Hidungku.Kelompok 11 Blok respirasi

Tutor : dr. Meilani K Budianto (405090095) Trie Arni (405100010) Leviani Tan (405100020) Florencia Irene Gunawan(405100031) Melisa Sethiono (405100068) sekretaris Felicia Faustine Fajaray (405100070) David Dwiadiputra H (405100090) Hendry Budianto (405100101) Fernando sugianto Soejono (405100165) Vivian Angelina (405100255) penulis Sylvia Djohan (405100270) Nathania Christika (405100300) ketua

Unfamiliar terms Orofaring : bagian dari faring yang terletak antara palatum mole dan tepi atas epiglotis Rinoskopi : pemeriksaan hidung menggunakan spekulum dari nares (anteriot) dan nasofaring (posterior)

Menetapkan masalah1. Mengapa pileknya tidak sembuh selama 2 bulan, hanya pagi hari saja dan keluarnya dari salah satu lubang hidung saja? 2. Mengapa hidungnya berbau dan dapat tiba-tiba mengeluarkan darah? 3. Mengapa 2 hari terakhir, pasien merasakan gatal di langit-langit mulut, bersin-bersin dan lubang hidung kanannya sakit? 4. Apa hubungan riwayat sakit kepala, batuk dan demam serta orang tuanya yang memelihara hewan peliharaab dengan keluhan yang dialami? 5. Apakah tujuan dari pemeriksaan rinoskopi?

Curah pendapat1-3

Alergen rinitis yang tidak tangani sinusitis sub akut pilek tidak sembuh Edem mukosa menyumbat salah satu lubang hidung (kanan) Hanya pada pagi hari karena pada waktu tidur malam, posisi tubuh statis sehingga mukus menumpuk saat bagun pagi, mukusnya encer Hidung bau secondary infection pertumbuhan bakteri Hidung gatal digaruk plexus kiesselbach rusak mengeluarkan darah Kemungkinan karena adanya histamin dan penjalaran infeksi bakteri sehingga langit-langit mulut terasa gatal

Curah pendapat4. Hewan peliharaan alergi rekasi inflamasi menstimulasi mediator inflamasi demam + sakit kepala batuk : respon karena adanya alergen/ benda asing 5. Untuk melihat bentuk anatomi asal, lokasi radang dan keberhasilan terapi

Mind map

Learning objective1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Anatomi sistem respirasi Histologi sistem respirasi Fisiologi sistem respirasi Reaksi imun terhadap benda asing ISPA internal dan eksternal Rinitis Sinusitis Epistaksis

LO 1Anatomi sistem respirasi

HIDUNGA. Hidung luar Sebagian besar dibentuk cartilago Terdiri : radix nasi, dorsum nasi, apex nasi, nares, alae nasi, basis nasi Kerangka hidung : bagian tulang (os nasale. Proc. Frontals ossis maxillae, pars nasalis ossis frontalis) & pars cartilaginosa (c. Nasi lateralis, c. Alaris major, c. Septi nasi, c. Alares minores) Septum nasi : pars perpendicularis ossis ethmoidalis, os vomer, cartilago septi nasi

HIDUNGA. Hidung luar Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yaitu M. Nasalis pars transversa dan M. Nasalis pars allaris. Dengan adanya kartilago tersebut maka nasi eksternus bagian inferior menjadi fleksibel. Kerja otot otot menyebabkan nares dapat melebar dan menyempit. Batas atas nasi eksternus melekat pada os frontal sebagai radix, antara radix sampai apex disebut dorsum nasi.

HIDUNG LUAR Bagian hidung yang terlihat dari luar Dibentuk oleh tulang& cartilago hyalinefleksibel. Ditutupi otot& kulit Terdiridari: 1.Radix nasi 2.Apex nasi 3.Dorsum nasi 4.Nares 5.Alae nasi 6.Basis nasi

Kerangka hidungluar 1.Bagian tulang : 1A a.Os nasale 2A b.Proc. frontalis ossis maxillae 2C c.Pars nasalis ossis frontalis1B 2B 2.Pars cartilaginosa : a.Cartilago nasi lateral b.Cartilago alaris major c.Cartilago septi nasi d.Cartilagines alares minores 2B 2C

1C

2D

(1) nostrils (2) vestibule (3) nasal valve (4) septum (central wall) (5) inferior nasal concha (6) middle nasal meatus (7) middle nasal concha (8) superior nasal concha

B. HIDUNG DALAM Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang, dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya Kavum nasi bagian anterior disebut nares anterior dan bagian posterior disebut nares posterior ( koana ) yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring

Cavitas nasi dibagi 2 oleh septum nasi kanan & kiri Batas2 : Anterior : nares Posterior : choana Lateral :concha nasalis Atap : os nasalis, os frontalis, os ethmoidalis & os sphenoidalis Dasar :palatum durum (lamina horizontalis os palatina & proc. palatinus os maxilla)

a. Vestibulum Terletak tepat dibelakang nares anterior Dilapisi oleh kulit yang mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut vibrisae b. Septum nasi Dibentuk oleh tulang dan tulang rawan. Bagian tulang : lamina perpendikularis os etmoid Vomer krista nasalis os maksila krista nasalis os palatina

Bagian tulang rawan : kartilago septum ( lamina kuadrangularis ) kolumela

c. Kavum nasi Dasar hidung Dibentuk oleh prosesus palatina os maksila dan prosesus horisontal os palatum

Atap hidung Terdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, os nasal, prosesus frontalis os maksila, korpus os etmoid dan korpus os sfenoid Dibentuk oleh lamina kribrosa yang dilalui filamen-filamen n. olfaktorius yang berasal dari permukaan bawah bulbus olfaktorius berjalan menuju bagian teratas septum nasi dan permukaan kranial konka superior

Dinding lateral dibentuk oleh permukaan dalam prosesus frontalis os maksila, os lakrimalis, konka superior, konka media, konka inferior, lamina perpendikularis, os palatum dan lamina pterigoideus media

Konka Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka Yang terbesar dan hidung letaknya paling bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil ialah konka media dan konka superior, sedangkan yang terkecil disebut konka suprema Konka suprema ini biasanya rudimenter Konka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maksila dan labirin etmoid, sedangkan konka media,superior dan suprema merupakan bagian dari labirin etmoid

Meatus nasi Diantara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang disebut meatus Meatus inferior terletak diantara konka inferior dengan dasar hidung dan dinding lateral rongga hidung, terdapat muara duktus nasolakrimalis Meatus media terletak diantara konka media dan dinding lateral rongga hidung, terdapat muara sinus maksila, sinus frontal dan sinus etmoid anterior Pada meatus superior yang merupakan ruang diantara konka superior dan konka media terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid

Dinding medial Dinding medial hidung adalah septum nasi.

dinding medial septum nasi Bagian terluar dari septum dilapisi oleh kelenjar mukosa. concha inferior ditutupi epitel respirasi. Dinding lateral, chonca media chonca superior Ditutupi epitel olfaktorius khusus. Di antara concha dan dinding lateral hidung terdapat meatus.

Dinding cavitas nasi

Dinding inferior - dasar dari rongga hidung - dibentuk oleh os maxilla dan os palatum. Dinding superior dibentuk oleh lamina kribriformis yang memisahkan rongga tengkorak dari rongga hidung.

Sinus Paranasal Merupakan perluasan cavitas nasi. 1. Sinus Maxillaris 2. Sinus Ethmoidalis 3. Sinus Frontalis 4. Sinus Sphenoidalis Fungsi : Pengatur kondisi udara Penahan suhu Membantu keseimbangan kepala Membantu resonansi suara Peredam perubahan tekanan udara Membantu produksi mukus

Anatomi Sinus Paranasal

SINUS PARANASALFUNGSI: Resonansi suara Mengurangi berat tulang tengkorak Menghasilkan mukus dari mukosa sinus untuk melembabkan udara pernafasan

Sinus Frontalis 2 buah, asimetris Terletak di antara tabula eksterna dan interna os frontal Tinggi 2,8cm, lebar 2,4cm, dalam 2cm Biasanya bersekat-sekat dan tepi sinus berlekuk-lekuk Berkembang dari ekstensi sinus ethmoidalis anterior Muara di meatus nasi media

Sinus Ethmoidalis Invaginasi kecil membran mukosa meatus nasi superior dan media dalam os ethmoidale Merupakan fokus infeksi bagi sinussinus lainnya Terdiri dari sinus ethmoidalis anterior, media, posterior Muara sinus ethmoidalis anterior dan media meatus nasi media Muara sinus ethmoidalis posterior meatus nasi superior Sinus ini berongga-rongga terdiri dari sel-sel yang menyerupai sarang tawon

Sel-sel etmoidalis anterior kecil, banyak, dan letaknya di bawah perlekatan konka media Sel-sel etmoidalis posterior besar, sedikit, dan letaknya di posterior-superior perlekatan konka media Di bagian depan sinus ethnoidalis anterior terdapat bagian yang sempit recessus frontal (berhubungan dengan sinus frontalis) Sel ethmoidalis terbesar bula ethmoid Di daerah ethmoid terdapat suatu penyempitan disebut infundibulum tempat muara sinus maxilla

Sinus Sphenoidalis 2 buah, dipisahkan oleh septum intersfenoid Ukuran tinggi 2cm, lebar 1,7cm, dalam 2,3cm Volume 5-7,5ml Terletak dalam corpus ossis sphenoidalis Berasal dari sinus ethmoidalis posterior Muara di recessus sphenoethmoidalis Batas: Superior: fosa cerebri media dan kelenjar hipofisa Inferior: atap nasofaring Lateral: sinus kavernosum dan a.karotis interna Posterior: fosa serebri posterior di daerah pons

Sinus Maxilla Sinus paranasal terbesar yang berbentuk segitiga Terdapat dalam corpus maxillae Ostium pada bagian atas dinding medial Muara di meatus nasi media Berhubungan dengan gigi rahang atas (PM I, MI-III) Dinding maxilla: Dinding anterior: permukasan fasial os maksila fosa kanina Dinding posterior: permukaan infratemporal maksila Dinding medial: dinding lateral rongga hidung Dinding superior: dasar orbita Dinding inferior: proc. Alveolaris dan palatum Ostium sinus maxilla berada di sebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infudibulum etmoid

PEMBEDA

S MAXILLARIS

S FRONTALIS

S SPHENOIDALIS

S ETHMOIDALIS

LETAK

Dalam corpus maxillaris

Dalam os Dalam corpus frontale; ossis dipisahkan oleh sphenoidalis septum tulang (sering menyimpang dari bidang median) Dalam meatus nasi medius melalui infundibulum Dalam recessus sphenoethmoidal is di atas concha nasalis superior

Dalam os ethmoidalis, di antara hidung dan orbita

MUARA

Dalam meatus nasi medius melalui hiatus semilunaris

Anterior : dalam infundibulum Media : dalam meatus nasi medius, pada atau diatas bulla ethmoidalis Posterior : meatus nasi superior n. Ethmoidalis anterior dan posterior

PERSARAFAN MEMBRAN MUCOSA

n. Alveolaris superior n. Supraorbitalis dan n. Infraorbitalis

n. Ethmoidalis posterior

Kompleks Ostio-Meatal Merupakan daerah yang rumit dan sempit tempat muara sinus maxilla, sinus frontal, sinus etmoid anterior yang terletak pada 1/3 tengah dinding lateral hidung (meatus medius) Terdiri dari infundibulum etmoid yang terdapat di belakng proc unsinatus, recessus frontalis, bula etmoid, dan sel-sel etmoid anterior dengan ostiumnya dn ostium sinus maxilla

ANATOMI PHARINX Letak : di belakang cavum nasi, mulut, dan larynx Fungsi Katup menjaga agar saluran udara tidak kemsukan makanan waktu menelan Pengatur banyaknya udara yang masuk sesuai dengan berbagai keaktifan vokalisasi 3 Lapisan Dinding : mucosa, fibrosa, muskular

1. Nasopharynx Batas-batas Anterior : choana Superior dan posterior : permukaan inferior corpus os sphenoidalis dan pars basilaris os occipitalis Inferior : palatum molle

Ada 5 saluran : 2 tuba eustachius, 2 choana, pintu ke oropharynx Terdapat tonsilla pharyngealis

2. Oropharynx Batas-batas Anterior : faucium Superior : palatum molle Inferior : epiglottis

Terdapat : Tonsilla palatina 2 buah Tonsilla lingualis

3. Laryngopharynx Bagian dr saluran pencernaan dan pernapasan Batas-batas Superior : epiglottis Inferior : Anterior : pinggir inferior cartilago cricoidea Posterior : pinggir vertebra C6

Berhubungan dg larynx melalui aditus laryngeus

LarynxLarynx kompleks organ yg berfngsi memproduksi suara, terletak di leher depan setinggi V C3-C6, menghub laryngopharynx dg trachea Fungsi : Sbg katup yg menjaga agar tractus rewspiratorius tdk kemasukan makanan sewaktu menelan Pengatus banyakknya udara yg masuk sesuai dg berbagai keatifan Vokalisasi

Rangka pembentuk laryngx Cartilago thyroidea terbesar, cartilago hyaline, > , tdr ats 2 lamina yg bsatu di anterior membentuk prominencia laryngea (adams apple), yg lbh menonjol pd pria Cartilago cricoidea bbtk cincin stempel, bag anterior > rendah = arcus, bag posterior > tggi = lamina Epiglotis cartilago elastin bbtk spt daun, bersifat elastis, tltak di posterior radix lingua& os hyoideum, dianterior aditus laryngeus, bgrak membuka/menutup aditus laryngeus ketika menelan makanan Cartilago arytoneidea (2) bbtuk segitiga, tltak datas lamina cartilago cricoidea, berperan dlm pmbtkan suara Cartilago corniculata (2) menempel pd apex cartilago arytenoidea, muncul sbg nodul kcl di bag posterior plica arypiglittica, menyokong struktur epiglotis Cartilago cuneiformis (2) tltak didepan cartilago corniculata, muncul sbg nodul kecil di bag posterior plica arypiglottica, tdk meempel/berhub dg cartilago lain, menyokong struktur epiglotis

LO 2Histologi sistem respirasi

Rongga hidungRegio vestibulum Epitel Regio Cavum nasi Regio Olfaktorius

Sel olfaktorius Berlap. Gepeng + Bertgk. torak, silia Tanduk Sel goblet Idem Sel sustentakuler Sel basal

bertingkat bersilindrisVibrissae Lam. Prop Kel. sebasea Kel. sudorifera Limfosit, Eosinofil, Kel. Serosa Bowman Sel Plasma, (Tubulo alv. Bercab.) Makrofag. Kel. Seromukosa

Sinus Paranasalis :-Sinus Maksilaris -Sinus Frontalis -Sinus Etmoidalis -Sinus Sfenoidalis

Mikroskopis : Epitel bertingkat torak, silia, sel goblet Lamina propria tipis Kelenjar seromukosa Nasofaring Hidung Nasofaring Laring Mikroskopis : Epitel bertingkat torak, silia

Orofaring Rongga mulut Orafaring Oesofagus Mikroskopis : Epitel belapis gepeng

TRAKEA

BR. INTRA PULM.

BR. BRONKIOLUS TERMINAL

TN. MUKOSA

bertingkat bertingkat bertingkat bertingkat Torak Torak Torak Torak + + + + Silia + + + + Sel goblet -(LEI) + + + Tn. Musk. Muk.EpitelTN. SUBMUKOSA

Tl. Rawan Kel. Seromukosa Limfonodus Otot polos

+ + + +

+ + + +

+ + +

+

Bronkiolus TerminalTN. MUKOSA

Bronkiolus Respiratorius

Duktus Sokus Alveola Alveola Alveoli ris ris Pulm. Alveol. Gepeng, Alv. -

EpitelSilia

Selapis torak Selapis Selapis rendah + + + + +

kubis Kubis+Alv Sac.

Sel gobletTn. Musk. Muk.TN. SUBMUKOSA

Tl. Rawan Kel.Seromukosa

-

-

-

-

-

-

LimfonodusOtot polos

+

+

+

+

-

-

LO 3Fisiologi sistem respirasi

Fungsi Sistem Respirasi1. Fungsi Respiratorik Sebagai media pertukaran udara, untuk menjaga kelangsungan metabolisme, baik dari tingkat seluler , jaringan , organ dan seluruh tubuh. 2. Fungsi Non-Respiratorik

Fungsi Non Respiratorik1) 2) 3) 4) 5) 6) Membuang panas dan uap air Meningkatkan venous return (pompa respiratori) Regulasi asam-basa / pH Untuk berbicara Sebagai organ penciuman Memodifikasi , mengaktifkan dan me-non aktifkan materi yang lewat 7) Organ perlindungan terhadap materi asing yang dihirup

Pernafasan1. Pernafasan Eksternal Merupakan keseluruhan proses pertukaran udara antara atmosfer dengan sel.

2. Pernafasan Internal Merupakan proses pernafasan tingkat selular oleh mitokondria.

4 Tahap Respirasi: Tahap 1 (ventilasi) Keluar masuk udara dari paru pertukaran udara atmosfir & alveoli Terjadi akibat proses mekanik bernafas / ventilasi Kerja ventilasi bergantung pada kebutuhan metabolisme uptake O2 dan pengeluar CO2

Tahap 2 (difusi) Terjadi pertukaran O2 dan CO2 pada alveoli dengan darah di kapiler paru melalui proses difusi

Tahap 3 (transportasi) Darah mengangkut O2 dan CO2 antara paru dengan jaringan tubuh lainnya

Tahap 4 Pertukaran O2 dan CO2 antara darah dengan sel jaringan secara difusi di sepanjang perdarahan kapiler sistemik

Pernafasan EksternalDibagi atas 4 proses :1. Masuknya udara dari atmosfer ke alveoli melalui proses mekanik yang disebut bernafas / ventilasi / inspirasi. 2. Masuknya O2 dari alveoli ke dalam darah dan CO2 dari arah sebaliknya secara difusi. 3. Transport O2 oleh darah. 4. Masuknya O2 dari darah ke dalam jaringan dan CO2 dari arah sebaliknya secara difusi.

1. Masuknya udara ke alveoliSecara anatomis : Udara dihirup melalui hidung Faring Laring Trakea Bifurcatio Trakea Bronkus Brionkiolus Alveoli

2. Pertukaran udara pada alveoliDari bifurkatio trakea ada 20-23 kali percabangan yang menghasilkan kurang lebih 1 juta bronkiolus terminalis Masing masing meniliki 2 4 cabang alveoli

2. Pertukaran udara pada alveoli

2. Pertukaran udara pada alveoli

2. Pertukaran udara pada alveoli

2. Pertukaran udara pada alveoli

3. Transport oleh darah

4. Masuknya O2 ke dalam sel

4. Masuknya O2 ke dalam sel

PERNAFASAN INTERNALMerupakan proses pernafasan yang melibatkan O2 dan makanan (aerob) untuk dipecah menjadi ATP dengan hasil sampingan CO2 dan H2O

PERNAFASAN INTERNAL RQ (respiratory quotient) = CO2 yang dihasilkan O2 digunakan Umumnya : 200 ml/menit = 0,8 (pada keadaan normal) 250 ml/menit

TEKANAN PADA PARU

JENIS TEKANAN PADA PARU1. Tekanan atmosfer Tekanan udara, dimana pada ketinggian air laut (0 M) adalah 760mmHg

2. Tekanan intra-alveolar / intrapulmonar Tekanan dalam paru. Nilai = 760mmHg

3. Tekanan intrapleura / intratorakal Tekanan dalam pleura. Nilai = 756mmHg

JENIS TEKANAN PADA PARU

UKURAN PARU-PARUDalam perkembangannya dinding toraks lebih besar dibandingkan paru-paru memberikan ruang bagi paru untuk mengembang

Faktor yang mempengaruhi ukuran paru Internala. Kohesi cairan intrapleura b. Tekanan transmural

Eksternala. Muskulus b. Saraf

Faktor Internal Kohesi Cairan Pleura Kohesi Keterikatan / gaya yang mengikat 2 zat yang berbeda Adanya cairan pada rongga pleura mengikat dinding paru dengan dinding thorax Menyebabkan paru mengembang saat dinding thorax membesar (inspirasi)

Faktor Internal Tekanan Transmural Transmural Trans Mural antara dinding

Perbedaan tekanan antara intraalveolar dengan intrapleura menimbulkan tekanan dari dalam ke luar (paru pleura) Menyebabkan meregangnya ruangan intraalveolar pada saat paru meregang

Faktor Eksternal

Ukuran paru dan hubungannya dengan pertukaran udara

Perbedaan tekanan intrapulmonal dengan atmosfer menimbulkan pertukaran udara

Inspirasi dan ekspirasi Inspirasi : Proses masuknya udara dari atmosfer ke alveoli karena perbedaan tekanan yang terjadi secara aktif Ekspirasi : Proses keluarnya udara dari alveoli ke atmosfer karena perbedaan tekanan yang normalnya terjadi secara pasif

Otot Inspirasi Otot inspirasi utama :1. Diafragma (N. Phrenicus) 2. Muskulus interkostalis externus (N. Interkostalis)

Otot inspirasi aksesorius :1. Muskulus scalenus 2. Muskulus sternokleimastoideus

Jenis inspirasi Inspirasi normalMelibatkan hanya otot inspirasi utama Menurunkan tekanan intraalveolar sebesar 1mmHg

Inspirasi paksaMelibatkan otot inspirasi utama dan aksesorius Menimbulkan nafas yang lebih dalam Menurunkan tekanan intraalveolar sebesar 30mmHg 90 mmHg

Jenis Ekspirasi Ekspirasi normal (pasif)Terjadi setelah inspirasi, dimana otot-otot inspirasi mengalami relaksasi Meningkatkan tekanan intraalveolar sebesar 1mmHg

Ekspirasi paksa (aktif)Melibatkan otot aksesorius yang secara aktif berkontraksi mengecilkan rongga thorax Meningkatkan tekanan intraalveolar sebesar 60mmHg 110mmHg

LO 4Reaksi imun terhadap benda asing

Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh :Iritasi mukosa hidung refleks bersin dan nafas terhenti. Rangsang bau tertentu sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.

Bersin Keluarnya udara semi otonom yang terjadi dengan keras lewat hidung dan mulut Kecepatan udara sampai 70 m/detik (250 km/jam) Bersin dapat menyebarkan penyakit lewat butir-butir air yang terinfeksi yang diameternya antara 0,5 hingga 5 m Sekali bersin dapat hasilkan + 40.000 butir air seperti itu

Mekanisme Bersin Bersin mungkin disebabkan o.k ada sesuatu yang telah mengiritasi atau merangsang bagian dalam hidung Rangsangan impuls dikirim oleh N.V (Trigeminus) medula oblongata pusat bersin mengirimkan stimulus ke semua otot terkait (otot2 abdomen, otot2 dada, diafragma, otot2 yg mengatur vokalisasi, otot2 di belakang tenggorokan, dan otot2 kelopak mata) bersin Contoh-contoh iritan : Debu Udara dingin Bubuk merica Bulu binatang Polen

RangsanganBenda asing keluar

Reseptor taktil di hidung Nervus trigeminus

Aliran ekspirasi kuat melalui Rongga mulut dan hidung

R E F L E K S B E R S I N

Medula Oblongata

Respon tubuh

Epiglotis dan pita suara Terbuka Uvula ke bawah

Inspirasi udara ke paru Epiglotis menutupan glotis Penutupan pita suara

Ekspirasi mendadak

Tekanan dalam alveolus

Otot abdomen dan ICS interna Kontraksi kuat

Sistem Transport Mukosilier Merupakan sistem pertahanan aktif rongga hidung terhadap virus, bakteri, jamur atau partikel berbahaya lain yang terhirup bersama udara. Efektifitasnya dipengaruhi oleh kualitas silia dan palut lendir Palut lendir dihasilkan o/ sel2 goblet pada epitel & kel. Seromusinosa submukosa. Bagian bawah: terdiri dari cairan serosa mengandung laktoferin lyzozyme, inhibitor leukoprotease sekretorik, dan IgA sekretorik Bagian permukaan : terdiri dari mukus yang lebih elastis & banyak mengandung protein plasma (albumin, IgG, IgM, dan faktor komplemen) Fungsi glikoprotein yang dihasilkan sel mukus u/ pertahanan lokal yang bersifat antimikrobial IgA : mengeluarkan MO dari jar. Dgn mengikat antigen tsb pada lumen sal. Napas IgG : memicu reaksi inflamasi jika terpajan dgn antigen bakteri dalam mukosa

Alergen masuk menyebabkan : Produksi IgE Penyakit alergi : asma, dermatitis atropi , dan rinitis alergi Urutan reaksi : Fase sensitasi Waktu untuk pembentukan IgE sampai diikat silang oleh reseptor spesifik (Fc-R) pada permukaan sel mast/basofil Waktu antara pajanan ulang dengan antigen yang spesifik & sel mast/basofil melepas isi (granul) reaksi Terjadi karena ikatan silang antara antigen dan IgE

Fase aktivasi

Fase efektor

Waktu terjadi respons yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek mediator yang dilepas sel mast/basofil dengan aktivasi farmakologik

LO 5ISPA Internal dan eksternal

LO 5 ISPA penyakit infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernapasan atas : hidung, sinus, faring, atau laring. Gejala umum : badan pegal pegal (myalgia) beringus (rhinorrhea) Batuk sakit kepala sakit pada tengorokan.

selulitis Seringkali mengenai puncak hidung & batang hidung, terjadi akibat pperluasan furunkel pada vestibulum Tampak hidung bengkak,berwarna kemerahan & dirasakan sngt nyeri Penyebab : kuman Streptokokus & Stafilokokus Terapi : antibiotik sistemik dosis tinggi

vestibulis Infeksi pada kulit vestibulum Penyebab : iritasi dari sekret dari rongga hidung (rinore) akibat inflamasi mukosa yg menyebabkan hipersekresi sel goblet & kelenjar seromusinosa, trauma karena dikorek Terapi : antibiotik dosis tinggi

Otitis Media Penyakit yang paling sering pada anak-anak Epidemiologi : 2,2 juta kasus/tahun 60% pada anak usia 1-2 tahun 90% pada anak pre-school

Ada 2 jenis faktor resiko : Preventable Terpajan asap rokok Kekurangan ASI Daycare

Unpreventable Gender Etnis Riwayat keluarga Punya saudara yang mengalami hal yang sama Sosial ekonomi yang rendah

Patogen biasanya ditemukan di efusi telinga tengah : Streptococcus pneumoniae Haemophilus influenza Moraxella catarrhalis

Pengobatan : Penisilin Cephalosporin Azithromycin Clarithromycin Bila demam dan alergi penisilin, berikan amoxicilin atau clavulanate + cefriaxone

Pilek / Selesma (The Common Cold) Etiologi : Rhinovirus (paling sering) Coronavirus Influenza virus Respiratory syncytial virus Parainfluenza virus

Gejala : Hidung tersumbat Rhinorrhea Batuk dan bersin Demam (biasanya pada anak-anak) Sakit tenggorokan Sakit kepala Malaise Letargi Myalgia

Biasanya gejala bertahan 7-10 hari Makin bertambah umur, makin jarang menderita pilek/selesma Epidemiologi : Anak-anak = 6-8 kali/tahun Dewasa = 2-4 kali/tahun

Faktor risiko : Daycare attendance Stress psikologi Aktivitas berlebihan

Patfis : Virus masuk ke hidung Mucociliary clearance cells membawa virus masuk ke area adenoid nasopharynx, dimana virus masuk ke sel epithelial melalui intercellular adhesion molecule-1. Terjadi replikasi di dalam sel epitelial. Infeksi virus menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas vaskular Virus seperti influenza dan adenovirus menyebabkan kerusakan cukup berat pada epitel respiratorik.

Pemeriksaan penunjang : Isolasi virus Deteksi antigen PCR

Tatalaksana : Antihistamine atau decongestan generasi pertama = hidung tersumbat Naprofen = batuk Amantadine, rimatadine (infeksi virus Influenza A) Zanamivir, oseltamivir (infeksi virus Influenza B)

Pharyngitis An extremely common inflamation of the pharynx and tonsils. Common causes : Bacterial Group A -hemolytic Streptococcus Groups C and G -hemolytic Streptococcus Arcanobacterium hemolyticum Neiserria gonorrheae Mycoplasma pneumoniae Chlamydia pneumoniae Corynebacterium diphteriae Rhinovirus Corona virus Influenza virus Respiratory syncytial virus Parainfluenza virus EBV Human Immunodeficiency virus

Viral

Fungal Candida albicans

Epidemiologi : Faringitis biasanya trjd pd anak, meskipun jarang pd anak berusia di bwh 1 thn Insiden : puncaknya usia 4-7 thn Insiden faringitis streptokokus : 5-18 thn Laki : perempuan = 1:1

Tanda n gejala faringitis streptokokus : Awitan akut, disertai mual n muntah Faring hiperemis Demam Nyeri tenggorokan Tonsil bengkak dgn eksudasi KGB leher anterior bengkak n nyeri Uvula bengkak n merah Ekskoriasi hidung disertai lesi impetigo sekunder Ruam skarlatina Petekie palatum mole

Tanda khas faringitis difteri : Membran simetris, bs meluas dr batas anterior tonsil ke palatum mole n/ uvula Mudah berdarah Berwarna kelabu pd faring Faringitis akibat virus : Ulkus di palatum mole n dinding faring serta eksudat di palatum n tonsil, tp sulit dibedakan dgn eksudat pd faringitis streptokokus Gejala dpt menghilang dlm 24 jam blangsung 4-10 hr

Pemeriksaan Faring n tonsil hiperemis Virus influenza, coxachievirus n cytomegalovirus eksudat Adenovirus gejala konjungtivitas pd anak Rinovirus gejala rhinitis Epstein Bar Virus eksudat >>, kgb >> di seluruh tubuh tutama retroservikal n hepatosplenomegali HIV-1 nyeri tenggorok, nyeri menelan, mual, demam pem : faring hiperemis, eksudat, limpadenopati akut di leher n pasien lemah

Tatalaksana Istirahat cukup Pemberian cairan yg sesuai Pemberian gargles (obat kumur) n Lozenges (obat hisap) meringankan keluhan nyeri tenggorok pd anak yg cukup besar Parasetamol atau ibuprofeb nyeri yg berlebihan atau demam

Th/ antibiotik : o u/ faringitis akut Streptokokus grup A Penisilin V oral 15-30 mg/kgBB/hr, dibagi 3 dosis pertama slm 10 hr, atau Benzatin penisilin G IM dosis tunggal dgn dosis 600.000 IU (BB 30kg) Amoksisilin u/ anak lbh kecil, dgn dosis 50 mg/kgBB/hr dibagi 2-6 hr

Apabila hasil kultur kembali (+) th/ kedua Klindamisin 20-30 mg/kgBB/hr slm 10 hr Amoksisilin-klavulanat 40 mg/kgBB/hr dibagi 3 dosis slm 10 hr Injeksi Benzanthine penisilin G IM, dosis tunggal 600.000 IU (BB < 30kg) atau 1.200.000 IU (BB> 30 kg)

Faringitis fungalTanda n gejala Nyeri tenggorok Nyeri telan Pd pemeriksaan : Plak putih di orofaring Mukosa hiperemis Pembiakan jamur dlm agar Sabouroud dextrosaTh/ Nystatin 100.000 -400.000 2x/hr analgetika

Faringitis gonorrheae Hanya trdpt pd pasien yg melakukan kontak orogenital Th/: Sefalosporin generasi k-3, Ceftriakson 250 mg, IM

Tonsilitis

Komplikasi Faringitis akut virus : otitis media purulen bakteri Faringitis bakteri : - rinosinusitis - otitis media - mastoiditis - adenitis servikal - abses retrofaringeal/parafaringeal - pneumonia

Penyebaran hematogen Strep.Hemolitik Grup A : - meningitis - osteomilitis - artritis septik - komplikasi nonsupuratif (demam reumatik n glomerulonefritis)

Tonsilitis Adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Penyebaran infeksi :udara (air borne droplets), tangan dan ciuman. Dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak

Klasifikasi Tonsilitis Tonsilitis Akut Tonsilitis Viral Tonssilitis Bakterial

Tonsilitis Membranosa Tonsilitis Septic Tonsilitis TB Tonsilitis Dipteri

Tonsilitis Kronik

LO 6Rinitis

Rhinitis Rhinitis merupakan reaksi radang pada daerah nasal ( nasal septum, conchae, dsb ) Berdasarkan etiologi, rhinitis dapat dibagi menjadi dua : Rhinitis alergik (occupational, perennial, seasonal) Rhinitis non-alergik ( vasomotor, infeksi, eosinophilic, dsb )

KlasifikasiAllergic RhinitisSeasonal Perennial

Infectious RhinitisViral Bacterial Rhinosinusitis

Nonallergic, Noninfectious RhinitisEosinophilic syndromes : a. NARES (Nonallergic Rhinitis with Eosinophilia) b. Nasal Polyposis Non-Eosinophilic syndromes : a. Vasomotor Rhinitis b. Rhinitis Medicamentosa c. Occupational Rhinitis

MiscellanoeusGranulamatous rhinitis Atrophic rhinitis

Gustatory rhinitis

d. Rhinitis of pregnancye. Hypothyroidsm f. Medication

Klasifikasi Rhinitis AlergiWHO Initiative ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma)

Intermiten (kadang-kadang) Bila gejala < 4 hari/minggu atau < 4 minggu

Persisten / Menetap Bila gejala > 4 hari/minggu atau > 4 minggu

Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rinitis alergi dibagi menjadi : Ringan Bila tdk ditemukan gangguan tidur, gangguan aktivitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja, dan hal-hal lain yg mengganggu Sedang berat Bila terdapat 1 atau lebih dari gangguan tersebut di atas

EtiologiAllergy Seasonal ( pollens ) Infection Viral Other ( Including ) Drug induced ( eg. Aspirin, oral contraception, HRT, B-blockers )

Perennial ( eg. HDM, animals, moulds )

Bacterial

Hormonal (eg. Pregnancy, HRT, OC, hypothyroidism ) Systemic disease eg. Sarcoidosis, wegeners ) Intrinsic

Occupational ( eg. latex, animals ) ..........

Protozoal

Protozoal

PATOFISIOLOGI Alergi Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi : diawali dengan tahap sensitisasi diikuti dengan tahap provokasi/reaksi alergi. Terdiri dari 2 fase : Immediate Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC) berlangsung sejak kontak dengan alergen - 1 jam setelahnya Late Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL) berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam (fase hiperreaktivitas) setelah pemaparan dan dapat berlangsung sampai 24-48 jam.

Tahap Sensitisasi makrofag atau monosit (Antigen Presenting Cell/APC) x alergen di mukosa hidung terbentuk fragmen pendek peptida bergabung dengan molekul HLA kelas II kompleks peptida MHC kelas II (Major Histocompatibility Complex) dipresentasikan pada sel T helper (Th 0). dilepaskan sitokin seperti IL-1 o/ APC yang akan mengaktifkan Th 0 Th 1 dan Th2

Th2 IL-3, IL-4, IL-5 dan IL-13.IL-4 dan IL-13 : diikat oleh reseptornya di permukaan sel limfosit B limfosit B aktif & produksi (IgE) akan masuk ke jaringan dan diikat oleh reseptor IgE di permukaan sel mastosit atau basofil (sel mediator) mastosit atau basofil aktif.

Bila mukosa yang tersensitisasi terpapar dengan alergen yang sama kedua rantai IgE akan mengikat alergen spesifik degranulasi mastosit dan basofil terlepasnya mediator kimia : t.u histamin prostaglandin D2 (PGD2), Leukotrien D4 (LT D4) Leukotrien C4 (LT C4) Bradikinin Platelet Activating Factor (PAF) Sitokin. (IL-3, IL-4, IL-5, IL-6, Granulocyte Macrophage Colony Stimulating Factor/GM-CSF)

REAKSI TIPE I / ANAFILAKTIKSubjek harus disensitisasi lebih dahulu oleh antigen tertentu. Selama respon fase induktif dibentuk antibodi IgE. Antibodi ini bersirkulasi dan melekat pada permukaan sel mast yang terbesar diseluruh tubuh. Jika antigen kemudian dimasukkan ke dalam subjek, maka interaksi antigen dengan antibodi yang terikat pada sel mast mengakibatkan pelepasan eksplosif dari zat-zat yang terkandung di dalam sel. Jika antigen yang dimasukkan itu sedikit dan bersifat lokal, maka pelepasan mediatornya juga bersifat lokal dan hasilnya tidak lebih dari daerah vasodilatasi dan bertambahnya permeabilitas yang mengakibatkan pembengkakan lokal.

Fase Efektor

Efek histamin : merangsang reseptor H1 pada ujung saraf vidianus rasa gatal pada hidung dan bersin-bersin hipersekresi kelenjar mukosa dan sel goblet permeabilitas kapiler meningkat rinore vasodilatasi sinusoid hidung tersumbat pengeluaran Inter Cellular Adhesion Molecule 1 (ICAM 1).

Akumulasi sel eosinofil dan netrofil di jaringan target ditandai : jenis dan jumlah sel inflamasi (eosinofil, limfosit, netrofil, basofil, dan mastosit) di mukosa hidung sitokin (IL-3, IL-4, IL-5 dan Granulocyte Macrophage Colony Stimulating Factor (GM-CSF) dan ICAM 1) pada sekret hidung. Eosinofil gejala hiperaktif atau hiperresponsif hidung : Eosinophilic Cationix Protein (ECP) Eosinophilic Derived Protein (EDP) Major Basic Protein (MBP) Eosinophilic Peroxidase (EPO). Iritasi oleh faktor nonspesifik (asap rokok, bau yang merangsang, perubahan cuaca dan kelembaban udara yang tinggi) dapat memperberat gejala.

Cara Masuk Alergen Alergen Inhalan Masuk bersama udara pernafasan Debu rumah, kecoa, serpihan epitel kulit binatang, rerumputan, jamur

Alergen Ingestan Masuk ke saluran cerna Berupa makanan : susu sapi, telur, coklat, ikan laut, udang, kepiting, kacang2an

Alergen Injektan Masuk melalui suntikan atau tusukan Penisilin, sengatan lebah

Alergen Kontaktan Masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa Bahan kosmetik, perhiasan

Reaksi o.k masuknya antigen asing ke dalam tubuh : Respons Primer Terjadi proses eliminasi dan fagositosis antigen (Ag) Bersifat non-spesifik dan dpt berakhir sampai di sini Jika Ag # berhasil dihilangkan seluruhnya respons sekunder Respons Sekunder Bersifat spesifik 3 kemungkinan : sistem imunitas seluler atau humoral atau keduanya dibangkitkan Jika Ag berhasil dieliminasi pd tahap ini rx selesai Jika Ag masih ada atau memang sudah ada defek dr sistem imunologik respons tertier Respons Tertier Tdk menguntungkan tubuh Dpt bersifat sementara atau menetap, tergantung daya eliminasi Ag oleh tubuh

Gell dan Coombs mengklasifikasikan rx ini atas 4 tipe : Tipe 1 (Rx anafilaksis / immediate hypersensitivity) Tipe 2 (Rx sitotoksik / sitolitik) Tipe 3 (Rx kompleks imun) Tipe 4 (Rx tuberkulin / delayed hypersensitivity)

Manifestasi klinis kerusakan jaringan yg banyak dijumpai di bidang THT adalah tipe 1 (rhinitis alergi)

Diagnosisditegakkan berdasarkan :

1. Anamnesis :Serangan bersin berulang khas Keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak Hidung tersumbat Hidung dan mata gatal Kadang2 disertai dengan banyak keluar air mata (lakrimasi)Sering x gejala yg timbul tdk lengkap, t.u pd anak

2. Pemeriksaan Fisik : Pada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat atau livid disertai adanya sekret encer yang banyak Bila gejala persisten, mukosa inferior tampak hipertrofi

Gejala spesifik lain pada anak : Terdapat bayangan gelap di daerah bawah mata yg terjadi karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung (allergic shiner) Sering tampak anak menggosok-gosokkan hidung dgn punggung tangan karena gatal (allergic salute) Keadaan menggosok hidung ini lama kelamaan akan mengakibatkan timbulnya garis melintang di dorsum nasi bagian 1/3 bawah (allergic crease)

Mulut sering terbuka dengan lengkung langit2 yg tinggi ggg pertumbuhan gigi-geligi (facies adenoid) Dinding posterior faring tampak granuler dan edema (cobblestone app.), serta dinding lateral faring menebal Lidah tampak seperti gambaran peta (geographic tongue)

Pemeriksaan Penunjang In Vitro : Hitung eosinofil dlm darah tepi : normal atau

Pemeriksaan IgE total (prist-paper radio immunosorbent test) seringkali menunjukkan nilai normal, kecuali bila tanda alergi pada pasien >1 macam penyakit Berguna utk prediksi kemungkinan alergi pd bayi atau anak kecil dari suatu keluarga dgn derajat alergi yg tinggi

Pemeriksaan IgE spesifik dgn RAST (Radio Immuno Sorbent Test) atau ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent Test)

Pemeriksaan sitologi hidung Ditemukan eosinofil dlm jml byk kemungkinan alergi inhalan Jika basofil (>5 sel/lap) mungkin alergi makanan Jika ditemukan sel PMN adanya infeksi bakteri

In Vivo Tes cukit kulit, uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri (Skin End-point Titration / SET) utk mencari alergen penyebab Utk alergi makanan Intracutaneus Provocative Dilutional Food Test (IPDFT), diet eliminasi dan provokasi (Challenge Test)

Differentiating Sinusitis from RhinitisSinusitis Rhinitis

Nasal congestionPurulent rhinorrhea Postnasal drip

Nasal congestionRhinorrhea clear Runny nose

HeadacheFacial pain Anosmia

Itching, red eyesNasal crease Seasonal symptoms

Cough, fever

141

Rhinitis vasomotor Gangguan vasomotor hidung adalah terdapatnya gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh bertambahnya aktivitas parasimpatis. 1. Rinitis vasomotor adalah gangguan pada mukosa hidung yang ditandai dengan adanya edema yang persisten dan hipersekresi kelenjar pada mukosa hidung apabila terpapar oleh iritan spesifik. 2. Kelainan ini merupakan keadaan yang noninfektif dan non-alergi.

Gejala klinik Gejala dicetuskan oleh rangsangan non spesifik (asap rokok, bau menyegat, parfum, alkohol, bau pedas, udara dingin,dll) Gejala mirip rinitis alergi, tapi yang dominan adalah hidung tersumbat, bergantian kiri kanan, tergantung posisi pasien, terdapat rinore yang mukoid atau serosa Gejala memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur (karena adanya perub suhu yang ekstrim, udara lembab)

Gejala bersinberikan respon baik dengan antihistmain&kortikosteroid Gejala rinorediberikan antikolinergik topikal Golongan tersumbatrespon baik terhadap glukokortikosteroid topikal&vasokontriktor lokal

diagnosis Eksklusimenyingkirkan adanya rinitis infeksi,alergi,okupasi,hormonal,akibat obat Gambaran khas:edema mukosa hidung,konka merah gelap/tua,dapat pula pucat,permukaan konka licin atau berbonjol-benjol,rongga hidung terdapat sekret mukoid Pemeriksaan lab:eosinofil pada sekret hidung(jumlah Apabila diberi tampon adrenalin,edema konka tidak berkurang

Penatalaksanaan Hentikan pemakaian obat tetes/semprot vasokontriktor hidung Kortikosteroid lokal dosis tinggi jangka pendek dan turunkan dosis secara bertahap Obat dekongestan oral Bila tak kunjung sembuh,rujuk ke dokter THT

Rinitis Simpleks Penyakit ini merupakan penyakit virus yang paling sering ditemukan pada manusia. Sering disebut juga sebagai salesma, common cold, flu. Penyebabnya adalah beberapa jenis virus dan yang paling penting ialah rhinovirus. Virus-virus lainnya adalah myxovirus, virus coxsackie dan virus ECHO. Penyakit ini sangat menular dan gejala dapat timbul sebagai akibat tidak adanya kekebalan atau menurunnya daya tahan tubuh (kedinginan, kelelahan, adanya penyakit menahun dll) Tidak ada terapi spesifik untuk rinitis simpleks, selain istirahat dan pemberian obat-obat simtomatis, seperti analgetika, antipiretika dan obat dekongestan. Antibiotika hanya diberikan bila terdapat infeksi sekunder oleh bakteri

Rinitis Hipertrofi Istilah hipertrofi digunakan untuk menunjukkan perubahan mukosa hidung pada konka inferior yang mengalami hipertrofi karena proses inflamasi kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri primer atau sekunder. Gejala utama adalah sumbatan hidung atau gejala diluar hidung yang tersumbat seperti mulut kering, nyeri kepala dan gangguan tidur, sekret biasanya banyak. Tujuan terapi adalah mengatasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya rinitis hipertrofi. Terapi simtomatis untuk mengurangi sumbatan hidung.

Rinitis atrofi Rinitis atrofi adalah infeksi hidung kronik, yang ditandai oleh adanya atrofi progresif pada mukosa dan tulang konka. Wanita lebih sering terkena, terutama pada usia dewasa muda. Sering ditemukan pada masyarakat tingkat sosial ekonomi yang rendah dan sanitasi lingkungan yang buruk pada pemeriksaan histopatologi tampak metaplasia epitel torak bersilia menjadi epitel kubus atau epitel gepeng berlapis, silia menghilang. Lapisan submukosa menjadi lebih tipis, kelenjar-kelenjar berdegenarasi atau atrofi. Etiologi oleh kuman spesifik yang tersering adalah spesies klebsiella, terutama klebsiella ozaena.

Keluhan biasanya berupa nafas berbau, ada ingus kental yang bewarna hijau, ada kerak (krusta) hijau, ada gangguan penghidu, sakit kepala dan hidung terasa tersumbat. Pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan diagnosis adalah pemeriksaan histopatologik yang berasal dari biopsi konka media, pemeriksaan mikrobiologi dan uji resistensi kuman da tomografi komputer (CT scan) sinus paranasal.

Risk Factors for Rhinitis Asthma, atopic dermatitis, allergy

Family history of allergy Daycare centers Viral infections Occupational exposures Hobbies, weekend activities

Flying

Rhinoscope

Differentiating Sinusitis from RhinitisSinusitis Rhinitis

Nasal congestionPurulent rhinorrhea Postnasal drip

Nasal congestionRhinorrhea clear Runny nose

HeadacheFacial pain Anosmia Cough, fever

Itching, red eyesNasal crease Seasonal symptoms

LO 7Sinusitis

Sinusitis Faktor predisposisi : Polip Tumor Konka hipertropi Benda Asing Infeksi Trauma Lingkungan

Sinusitis akut : Berlangsung 4 minggu atau kurang Reversible Penyebab : Rhinitis Faringitis Tonsilitis Ekstraksi gigi

Gejala : Lokal Sistemik

Pemeriksaan : Inspeksi, palpasi Transliminasi Ro Mikrobiologi : virus, bakteri : streptococcus, Staphylococcus

Terapi : Medikamentosa Tindakan operatif

Sinusitis Kronis Gejala : Nyeri tekan, hidung bau, rhinorrhoe Pemeriksaan : Transluminasi CT scan Sinuskopi Histopatologi Mikrobiologi : Streptococcus, Staphylococcus, Hemophylus

Terapi : Medikamentosa Simptomatik Antibiotik Tindakan : Proetz Operasi bedah sinus endoskopi fungsional ( BSEF/FESS) hasil lebih memuaskan daripada tehnik konvensional

Komplikasi : Paru Mata SSP

Sinusitis jamur Infeksi jamur pada sinus paranasal Jenis jamur yg paling sering : aspergillus & candida Dibagi menjadi : Invasif Invasif akut fulminan : ada invasi jamur ke jaringan dan vaskular Invasif kronik indolen : tejadi pd os dngn gngguan imunologik/metabolik. Bersifat kronis dan bisa menginvasi orbita & intrakranial

Non invasif

LO 8Epistaksis

Definisi Perdarahan dari hidung

Etiologi Disebabkan karena : Kelainan lokal : Trauma, kelainan anatomi, kelainan pemuluh darah, infeksi lokal, benda asing, tumor, pengaruh udara lingkungan.

Kelainan sistemik : Penyakit kardiovaskuler, kelainan darah, infeksi sistemik, perubahan tekanan atmosfir, kelainan hormonal, kelainan kongenital.

Trauma (lokal) Trauma di bagi mjd ringan & hebat Trauma ringan tjd krn : mengorek hidung, benturan ringan, bersin / mengeluarkan ingus terlalu keras. Trauma hebat tjd krn : kena pukul, jatuh, adanya benda asing tajam / trauma pembedahan.

Kelainan pembuluh darah (lokal) Pembuluh darah lebih lebar, tipis, jar. Ikat lebih sedikit

Kelainan kongenital Teleangiektasis hemoragik herediter Von Willenbrand disease

Sumber perdarahan Epitaksis anterior : Berasal dari pleksus Kisselbach di septum anterior / dari arteri etmoidalis anterior krn keadaan mukosa yg hiperemis / kebiasaan mengorek hidung (kebanyakan tjd pd anak) Epitaksis posterior : Berasal dari arteri etmoidalis posterior / arteri sfenopalatina. Perdarahan lebih hebat, jarang dpt berhenti sendiri. Sering ditemukan pd pasien hipertensi, arteriosklerosis / penyakit kardiovaskuler krn pecahnya arteri sfenopalatina

Penatalaksaan Bila ada kelainan, atasi dgn memasang infus. Jalan napas tersumbat oleh darah / bekuan darah, dibersihkan / diisap. Alat alat yg diperlukan utk pemeriksaan : lampu kepala, spekulum hidung & alat penghisap.

Pasang tampon kapas yg dibasahi adrenalin 1/5000-1/10000 & pantocain / lidocain 2% dibiarkan selama 10-15 menit

Menghentikan perdarahan Anterior : Bila sumber perdarahan dpt terlihat, perdarahan dikaustik dgn larutan Nitras Argenti (AgNO3) 25-30% sesudahnya diberi krim antibiotik. Bila perdarahan masih terus berlangsung, dilakukan pemasangan tampon anterior diberi pelumas vaselin / salep antibiotik. Tampon dimasukkan sebanyak 2-4 buah, dipertahankan selama 2X24 jam.

Menghentikan perdarahan Posterior : Dilakukan pemasangan tampon posterior yg disebut tampon Bellocq, dibentuk kubus / bulat dgn diameter 3 cm. Pada pemasangan digunakan bantuan kateter karet & dimasukkan dari lubang hidung sampai tampak di orofaring, lalu ditarik keluar dari mulut. Pada ujung kateter diikat 2 benang tampon Bellocq kateter ditarik kembali melalui hidung sampai benang keluar & dpt ditarik. Tampon perlu didorong dgn bantuan jari telunjuk utk dpt melewati palatum mole masuk ke nasofaring. Hati-hati mencabut tampon krn dpt menyebabkan laserasi mukosa. Pengganti tampon Bellocq, dpt digunakan kateter Folley dgn balon (tampon dari bahan gel hemostatik

Komplikasi Perdarahan hebat dpt tjd aspirasi darah ke dlm saluran napas bawah, menyebabkan syok, anemia, gagal ginjal & turunnya tekanan darah secara mendadak : hipotensi, hipoksia, iskemia serebri, insufisiensi koroner infark miokard. Pemasangan tampon dpt menyebabkan rino-sinusitis, otitis media, septikemia / toxic shock syndrome. Dpt terjadi hemotimpanum mengalirnya darah melalui tuba Eustachius & air mata berdarah mengalirnya darah secara retrograd melalui duktus nasolakrimalis. Tampon posterior dpt menyebabkan laserasi palatum mole / sudut bibir. Jika kateter balon dipompa terlalu keras dpt menyebabkan nekrosis mukosa hidung / septum.

kesimpulan Berdasarkan tanda, gejala, dan pemeriksaan fisik, pasien ini mengalami rhinitis alergi. Karena pasien ini belum mengalami komplikasi, prognosisnya masih baik.

saran Hindari allergen (binatang peliharaan -> dipelihara di luar rumah). Terapi : (sementara) berikan antihistamin.

Daftar Pustaka Soepardi EA,Iskandar N ,Bashiruddin J dan Restuti RD.Buku Ajar Ilmu Kesehatan, Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. ed 6.FKUI. Jakarta. 2007 Pearce EC. Sistem pernafasan. In: Anatomi & Fisiologi untuk paramedis. Jakarta:gramedia. Pp. 211-3 Raeburn D, Giembycz GA. Anatomy and physiology of the nasal cavity and paranasal sinuses. In: Rhinitis: immunopathology and pharmacotherapy. 1997. pp.16-8