PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/9833/1/138114159_full.pdf · v PRAKATA...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/9833/1/138114159_full.pdf · v PRAKATA...
i
PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE PASIEN SIMULASI SEBAGAI ALAT EVALUASI KIE OBAT ANTIHIPERTENSI
DI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
SKRIPSI
Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Yunita
NIM : 138114159
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Kesenangan dalam sebuah pekerjaan membuat
kesempurnaan pada hasil yang dicapai – Aristoteles”
Karya ini kupersembahkan kepada ,
Tuhan Yang Maha Esa,
Bapak, Ibu, Adikku, Keluarga dan Sahabat,
serta almamaterku Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa penulis panjatkan atas segala berkat,
rahmat, dan limpahan kasih-Nya yang luar biasa sehingga penulis dapat
menyelesaikan naskah skripsi yang berjudul “Pengembangan Materi Pelatihan
Metode Pasien Simulasi Sebagai Alat Evaluasi KIE obat Antihipertensi di
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma” sebagai syarat memperoleh gelar
Sarjana Farmasi (S.Farm) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulisan
skripsi ini mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak membantu dalam berbagai ilmu, pengetahuan, dan wawasan, serta
ketersediaannya meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk berdiskusi dan
mengarahkann penulis dalam penyusunan skripsi ini.
2. Ibu T.B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Ph.D., Apt dan Putu Dyana
Christasani, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji atas semua saran, dan
dukungan yang membangun.
3. Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah
membekali penulis dengan Ilmu yang sudah diberikan selama proses
perkuliahan.
4. Semua pihak yang telah bersedia membantu serta terlibat dalam penelitian
sebagai responden dan observer.
5. Kedua orang tua ku tercinta Bapak Hendrian, Ibu Yessi, adikku Doni
Kurniawan dan seluruh keluarga tercinta yang selalu mendoakan dan
memberikan kasih sayang dan cinta, dukungan, perhatian, kesabaran dalam
membimbing penulis dari awal hingga berakhirnya penulisan ini.
6. Teman-teman seperjuangan skripsi “Francisca Natasha Ernestiani, Stephanie
Affrilia , Kinanti Dita Pratiwi, Febry Nawacatur Kurniasari, Francisca Aninda
Sarasita, dan Yosephine Charisma Sundoro, yang selalu berjuang bersama
dan saling memberikan semangat.
7. Sahabat-sahabat dekat penulis yaitu Clara Wina, Skolastika Venita, Veronica
Fideliawati, Fransisca Puspa, Bella Puspita, Maretta Pakpahan, Katarina
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
Noviana, Dear Apriyani, Rina Yanti, Tiatira Magdalena, Titianing Rahayu,
yang selalu setia mendukung dan berbagi cerita serta canda dan tawa
8. Teman-teman Jasmine USD yaitu Keke, Dini, Noni, Rosa, Reny, Elin, Nawa,
dan Yosephine yang sudah berbagi suka dan duka.
9. Teman-teman satu atap “Putri Palem Boarding House” yaitu Lia, Agnes,
Micelyn, Nogo, Gita, Inez yang senantiasa memberikan semangat.
10. Teman-teman FSM D 2013, FKK C 2013 dan semua angkatan 2013 yang
telah bersama-sama berproses di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan
serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama
di bidang ilmu farmasi.
Yogyakarta, 7 Februari 2017
Penulis
Yunita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv
PRAKATA .................................................................................................... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................. vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
ABSTRAK .................................................................................................... xii
ABSTRACT ................................................................................................... xiii
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
METODE ...................................................................................................... 2
Desain dan Subjek Penelitian .......................................................................... 2
Tahap Persiapan ............................................................................................. 2
Tahap Implementasi Penelitian ...................................................................... 3
Analisis Data ................................................................................................. 4
HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 4
Pedoman Pelatihan Pasien Simulasi ............................................................... 4
Performa Pasien Simulasi ............................................................................... 6
Uji Realibilitas ............................................................................................... 7
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 9
LAMPIRAN .................................................................................................. 11
BIOGRAFI PENULIS ................................................................................... 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Ceklist Penilaian KIE Skenario 1 ...................................................11
Lampiran 2. Ceklist Penilaian KIE Skenario 2 ...................................................12
Lampiran 3. Lembar Pertama Ceklist Pasien Simulasi Skenario 1 ......................13
Lampiran 4. Lembar Kedua Ceklist Pasien Simulasi Skenario 1 .........................14
Lampiran 5. Lembar Pertama Ceklist Pasien Simulasi Skenario 2 ......................15
Lampiran 6. Lembar Kedua Ceklist Pasien Simulasi Skenario 2 .........................16
Lampiran 7. Contoh Informed Consent Apoteker ...............................................17
Lampiran 8. Contoh Informed Consent PSPA ....................................................18
Lampiran 9. Contoh Informed Consent Pasien Simulasi .....................................19
Lampiran 10. Contoh Informed Consent Mahasiswa Farmasi .............................20
Lampiran 11. Contoh Hasil Perhitungan Koefisien Cohen Kappa.......................21
Lampiran 12. Contoh Hasil Perhitungan T-Test Tidak Berpasangan Menggunakan
SPSS. ...........................................................................................22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Rata-rata nilai performa Pasien Simulasi Skenario 1 Kasus
Hipertensi...................................................................................... 7
Gambar 2. Rata-rata nilai performa Pasien Simulasi Skenario 1 Kasus
Hipertensi..................................................................................... 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
ABSTRAK
Dalam melakukan pelayanan kefarmasian, apoteker harus menjalankan
praktik sesuai standar kompetensi yang ada. Berdasarkan beberapa survei, masih banyak ditemukan apoteker yang belum menjalankan perannya sesuai dengan Permenkes No 35 Tahun 2014 terutama dalam melakukan KIE. Ditinjau dari segi pendidikan tinggi, perlu dilakukan penyempurnaan evaluasi pembelajaran dikarenakan evaluasi yang digunakan hanya tertulis saja, tidak di praktikkan secara nyata. Tujuan dari penelitian ini untuk mengembangkan materi pelatihan dan metode pelatihan pasien simulasi KIE dalam pelayanan obat antihipertensi. Subjek pada penelitian ini adalah pasien simulasi. Data yang dihasilkan berupa data kuantitatif yang diperoleh dari checklist dan data kualititatif yang diperoleh dari pengamatan peneliti terhadap performa pasien simulasi. Analisis dan data kuantitatif dari checklist dihitung menggunakan t-test tidak berpasangan dan perhitungan koefisien Cohen kappa. Dihasilkan (1) Pedoman Pelatihan Pasien Simulasi, (2) Skenario Role Play Antihipertensi, (3) Instrumen evaluasi, (4) Penilaian performa pasien simulasi, dan (5) Uji reliabilitas dihasilkan perhitungan rata-rata nilai cohen kappa pada skenario 1 hipertensi yaitu 0,8234 sedangkan pada skenario 2 hipertensi yaitu 0,8548. Pelatihan pasien simulasi secara satu per satu dan dilakukan perekaman video pada tiap penilaian. Seleksi pasien simulasi dilakukan dengan mengisi checklist penilaian pasien simulasi berupa data kualitatif dan kuantitatif. Untuk mengetahui performa pasien simulasi dilakukan dengan mengisi checklist penilaian KIE mahasiswa farmasi Kata kunci : evaluasi KIE, pasien simulasi, hipertensi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
ABSTRACT
Pharmacist should refer to the basic competences when conducting pharmaceutical services. Some surveys show that a lot of pharmacists have not conducted their practices based on the Peraturan Menteri Kesehatan No 35 Tahun 2014, especially in doing Communication, Information, and Education. Seen view of college study, Learning Evaluation should be improved because of evaluation used only written test, not implemented in real life. The objective of this research is to develop the practicing material and method of training for simulated patients in pharmaceutical care for antihypertension. The subjects of this practice are simulation patients. The quantitative data was gained from checklist and the qualitative data was gained from researcher’s observation about the performance of simulation patients. The quantitative data was calculated using independent t-test and Cohen Kappa coeficient. Produced (1) The manual practice for simulation patient, (2) Scenario Role Play Antihypertension, (3) Instrument evaluation, (4) the performance of simulated patients, and (5) Reliability test using average value of cohen cappa showed the value of 0.8234 in scenario 1 hypertension and the value of 0.8548 in scenario 2 hypertension. The training of patients was simulated one by one and video was recorded on each assesment. Patient selection was conducted by filling simulation assessment checklist simulated patients in the form of qualitative and quantitative data. The perfomance of simulated patients was determined by filling pharmacy student assessment checklist Communication, Information, and Education Keywords : Comunication Information and Education evaluation, simulation patient, hypertension
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Menurut PP 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, pelayanan kefarmasian
adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkitan
dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan
mutu kehidupan pasien. Apoteker dituntut untuk meningkatkan kompetensinya yang
meliputi pengetahuan, keterampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi
langsung dengan pasien. Salah satu bentuk interaksi tersebut antara lain adalah
melaksanakan pemberian informasi. (Pengurus Pusat IAI, 2011).
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) merupakan bagian dari konseling dan
merupakan bentuk pelayanan dari apoteker kepada pasien sebagai konsumen obat.
Diharapkan melalui KIE dapat mencegah terjadinya kesalahan pengobatan (medication
error) karena apoteker telah menyampaikan informasi dan edukasi terkait obat yang akan
pasien gunakan (Depkes RI, 2014).
Survey ysng dilaksanakan oleh Indonesia Consumer Foundation (Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia, YLKI) menyatakan bahwa sebagian besar staf apotek di
Jakarta tidak mengerti banyak tentang obat resep dan tidak tersedianya konsultasi
profesional. (Astuti, 2015). Presentase kehadiran apoteker di apotek Surabaya menurut
penelitian (Kwando, 2014) yaitu 63,33% sedangkan rata-rata pelayanan kefarmasian yang
dilakukan di Apotek yaitu 42,05%.
Sejauh ini pendidikan tinggi pada umumnya hanya melakukan evaluasi berupa
aktivitas diskusi ( keaktifan bertanya, menjawab dan penguasaan materi), penyusunan
makalah, ujian tengah semester dan ujian akhir semester, kuis, tugas kelompok atau
individu, serta monitoring dan umpan balik dari mahasiswa yang berupa kuesioner dan
kritik-saran. (Ikawati, dkk., 2008 ; Nasif, dkk., 2012). Sedangkan dari sisi pendidikan
tinggi, sebaiknya seorang calon apoteker diberi bekal untuk mampu mengidentifikasi
masalah terkait obat dan alternatif solusinya, yang mana diharap mampu menjelaskan
pedoman terapi untuk penanganan penyakit, melakukan analisis sesuai terapi dan
mengidentifikasi masalah penggunaan obat serta solusinya. Selain itu calon apoteker juga
diharap mampu melakukan pelayanan sediaan farmasi sesuai prosedur sehingga mampu
melakukan review resep hingga mampu memberikan informasi tentang obat dan
pengobatan kepada pasien baik pada pelayanan resep dan/atau swamedikasi (APTFI,
2013). Pada penelitian ini, peneliti akan menawarkan cara evaluasi baru untuk
mengevaluasi materi perkuliahan di pendidikan tinggi yang belum banyak digunakan, yaitu
berupa pelatihan metode pasien simulasi. Keuntungan dari alat evaluasi ini adalah
memberikan pelatihan keterampilan dalam proses konsultasi, meningkatkan kemampuan
untuk mengidentifikasi serta menyelesaikan masalah terkait obat, serta memperkuat peran
dan tanggung jawab apoteker dalam mengelola penyakit serta pengobatannya. Sedangkan
kerugian dari alat evaluasi ini adalah harus dipersiapkan dalam jangka waktu yang cukup
lama karena dilakukan pelatihan yang sungguh-sungguh untuk mendapatkan pasien
simulasi yang baik, serta memerlukan banyak volunteer untuk berperan sebagai pasien
simulasi tersebut (James et al, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Menurut Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013, prevalensi hipertensi di Indonesia yang
didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka
Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan
Jawa Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi berdasarkan terdiagnosis tenaga kesehatan dan
pengukuran terlihat meningkat dengan bertambahnya umur. Apoteker dapat bekerja sama
dengan dokter dalam memberikan edukasi ke pasien mengenai hipertensi, ketaatan
terhadap terapi obat, mendeteksi dan mengenali secara dini reaksi efek samping, dan
mencegah dan/atau memecahkan masalah yang berkaitan dengan pemberian obat ( Depkes
RI, 2006).
METODE
Rancangan dan Subyek Penelitian
Penelitian mengenai Pengembangan Materi Pelatihan Metode Pasien Simulasi
Sebagai Alat Evaluasi KIE Pelayanan Obat Antihipertensi di Fakultas Farmasi Sanata
Dharma termasuk dalam jenis penelitian kuasi eksperimental karena. Pada penelitian ini
yang menjadi subyek penelitian adalah pemeran pasien simulasi. Kriteria pasien simulasi
adalah sebagai berikut : berusia minimal 18 tahun, bersedia untuk mengikuti beberapa kali
pelatihan sebelum dinyatakan siap untuk menjadi pasien simulasi, bersedia untuk
berpartisipasi dalam minimal 3 sesi rekaman video, dapat diandalkan dan tepat waktu
dalam mengikuti setiap sesi pelatihan, mau dan mampu bekerja sama dalam tim, memiliki
daya ingat yang baik, memiliki kemampuan untuk melakukan improvisasi, serta
mamahami tujuan dari program pelatihan yang dilakukan. Subyek penelitian tersebut telah
mengisi informed consent di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada bulan Oktober
tahun 2017 sebagai persetujuan.
Tahap Persiapan
Pembuatan pedoman pelatihan
Melakukan studi literatur terhadap Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi
(Depkes RI, 2006), dan Pharmacotherapy Handbook Seventh Edition (Dipiro, 2009)
terkait tanda gejala serta pengobatan mengenai penyakit hipertensi.
Pembuatan Skenario Kasus
Pembuatan skenario kasus obat antihipertensi berdasarkan studi literatur ataupun
pengamatan/pengalaman yang sering terjadi di apotek, dilanjutkan dengan expert
judgement dan bahasa, kemudian direvisi. Skenario kasus berjumlah dua buah terdiri dari
pelayanan resep obat antihipertensi di apotek dan pelayanan homecare obat antihipertensi.
Skenario kasus tersebut digunakan untuk pelatihan pasien simulasi dalam bentuk role play.
Pembuatan instrumen penilaian
Instrumen penilaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rubrik penilaian
dari Wijoyo (2016) dengan sedikit pengembangan. Rubrik penilaian KIE obat hipertensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
berdasarkan dengan studi literatur meliputi Permenkes No.35 tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Dilanjutkan dengan melakukan expert judgement dan
uji bahasa terhadap observer independen. Dalam checklist rubrik penilaian untuk KIE
berisi kemampuan berkomunikasi dengan tenang dan jelas, penggunaan bahasa yang
mudah dimengerti, menggali keluhan pasien, menjelaskan mengenai obat yang digunakan,
dan memverifikasi pemahaman pasien terhadap informasi yang disampaikan. Sedangkan
untuk checklist penilaian pasien simulasi berisi performa dari pasien simulasi dalam
mengeluhkan penyakit, menginformasikan riwayat penyakit dan pengobatan, menanyakan
mengenai pengobatan yang diberikan, dan terapi non-farmakologi. Pada checklist pemeran
pasien simulasi yang dinilai adalah performa pasien simulasi dalam menyampaikan
keluhan penyakit, riwayat penyakit dan pengobatan, menanyakan mengenai pengobatan
yang diberikan, serta mengenai terapi non-farmakologi. Hasil checklist penilaian KIE,
berupa data kuantitatif dimana poin-poin checklist dihitung dengan dua cara.
Penilaian Performa Pasien Simulasi
Setelah pasien simulasi menjalani proses pelatihan, akan dipilih 2 orang dari 5
orang pasien simulasi yang paling baik. Pemilihan tersebut berdasarkan penilaian oleh dua
penilai yaitu mahasiswa PSPA dan peneliti dengan mengisi checklist penilaian pasien
simulasi, dimana terdapat nilai checklist yang baik dan mengalami peningkatan yang
konsisten, khusus pada checklist yang diisi oleh peneliti terdapat kolom komentar sebagai
data kualitatifnya.
Tahap Impelementasi Penelitian
Peneliti menjelaskan tentang latar belakang teori dari setiap skenario yang sesuai
dengan literatur yang berisikan penjelasan penyakit antihipertensi, tanda dan gejala,
pengobatan yang diberikan dan terapi non farmakologi kepada pemeran pasien simulasi.
Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi bersama. Peneliti menjelaskan tugas kepada
mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker (PSPA) sebagai pemeran apoteker.
Pemeran pasien simulasi dilatih satu per satu sesuai dengan kasus pada skenario
oleh mahasiswa PSPA yang ditunjuk sebagai pelatih pasien simulasi, setelah pasien
simulasi memahami skenario dan sudah dapat memerankan perannya dengan baik maka
pasien simulasi dipertemukan oleh mahasiswa PSPA yang berperan sebagai apoteker yang
akan melakukan role play dengan pasien simulasi. Pasien simulasi akan dibiasakan
sedemikian rupa sesuai dengan situasi dalam skenario agar dapat berperan menyerupai
keadaan nyata dalam kehidupan. Selama melakukan role play dengan pemeran apoteker,
performa pasien simulasi akan direkam dan dinilai oleh mahasiswa PSPA yang berperan
sebagai observer dan peneliti. Hasil rekaman video diputar pada akhir sesi pelatihan untuk
dilakukan evaluasi bersama dan untuk mengantisipasi apabila peneliti tidak dapat
melakukan penilaian berupa checklist penilaian, terutama terhadap performa pemeran
pasien simulasi.
Setelah pasien simulasi menjalani pelatihan, pasien simulasi akan dinilai oleh
mahasiswa PSPA dan peneliti dengan mengisi checklist penilaian pasien simulasi untuk
melihat perkembangan pasien dan kelayakan pasien untuk menjalankan tugasnya dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
praktik KIE. Proses pelatihan, role play, perekaman, penilaian hingga evaluasi ini
dilakukan sebanyak tiga kali.
Setelah dua pasien simulasi terpilih untuk melakukan KIE dengan mahasiswa
farmasi, maka dilakukan penilaian terhadap proses yang dilakukan selama KIE. Penilaian
tersebut berupa checklist penilaian KIE yang diperoleh dari Wijoyo (2016) yang telah
disesuaikan dengan Permenkes No. 35 Tahun 2014 sebagai validitas.
Analisis Data
Hasil checklist penilaian pemeran pasien yang sudah bisa mencapai nilai total
checklist dan/atau memiliki nilai yang stabil dan atau mengalami peningkatan berdasarkan
penilaian yang diberikan oleh observer dan peneliti, maka pasien simulai dinyatakan siap
dan layak. Mencapai nilai total jika pasien simulasi dapat menjalankan peran sesuai dengan
semua poin-poin yang terdapat pada checklist. Skor total pada skenario satu yaitu 11,
sedangkan skor total dari skenario dua yaitu 10. Perbedaan antara checklist pada non resep
dan resep yaitu bergantung pada skenario kasus yang telah dibuat. Data kuantitatif dari
pemeran pasien yang diperoleh dari nilai rata-rata kedua observer independen
dibandingkan antara hari pertama dan hari kedua pelatihan. Analisis data kuantitatif dari
checklist dihitung menggunakan t-test tidak berpasangan dikarenakan penilaian KIE
dilakukan oleh dua orang yang berbeda, serta dilakukan perhitungan koefisien Cohen
kappa untuk mengetahui konsistensi serta mengukur tingkat kesepakatan penilaian kedua
observer independen dan proses KIE. Apabila hasil uji t-test dan Cohen kappa tidak
memenuhi standar maka mahasiswa farmasi yang dijadikan sebagai subjek uji akan
diganti. Data kualitatif diperoleh dari pengamatan terhadap peserta pasien simulasi saat
melakukan peran seperti mimik muka, cara berbicara, dan sikap serta perilaku. Data
kualitatif merupakan data pendukung dari data kuantitatif. Untuk hasil checklist peniaian
KIE, berupa data kuantitatif dihitung dengan dua cara. Hasil uji t-test tidak berpasangan
menunjukkan p>0,05 maka hasil penilaian telah konsisten. Hasil koefisien Cohen kappa
>0,7 maka cara penilaian kedua observer adalah baik; apabila > 0,8 maka sangat baik.
Apabila hasil penilaian Cohen kappa<0,7 maka kedua observer perlu pemahaman lebih
lanjut sehingga diperlukan lagi pelatihan pasien simulasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini dihasilkan pedoman pelatihan pasien simulasi, skenario Role Play
Antihipertensi, instrumen penelitian, performa pasien simulasi dan uji reliabilitas yang
akan dijabarkan sebagai berikut
Pedoman Pelatihan Pasien Simulasi
Pembuatan pedoman pelatihan berdasarkan studi literatur, yang berisi mengenai
penjelasan penyakit hipertensi, tanda dan gejala, terapi yang diberikan. Selain itu juga
terdapat tahapan pelatihan dan penilaian, evaluasi performa pasien simulasi berdasarkan
analisis video dan checklist penilaian. Dalam pelatihan ini, pasien simulasi dilatih satu per
satu dan dari lima orang pasien simulasi hanya diambil dua orang yang akan dipertemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
dengan mahasiswa farmasi untuk melakukan KIE. Pedoman pelatihan merupakan landasan
dan petunjuk yang digunakan untuk melatih pasien simulasi, hal tersebut agar dalam
melakukan pelatihan pasien simulasi sesuai dengan KIE yang dimaksud dalam ranah
penelitian ini.
Selama melakukan role play dengan pemeran apoteker, performa pasien simulasi
akan direkam. Video tersebut akan di putar pada akhir sesi pelatihan untuk evaluasi
bersama mengenai pelatihan yang telah dilakukan.
Skenario Role Play Antihipertensi
Skenario yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari studi literatur
Pharmacotherapy Handbook Seventh Edition mengenai tanda gejala yang dialami
pasien, terapi farmakologi dan terapi non farmakologi yang diberikan kepada
pasien penderita antihipertensi, panduan terapi yang digunakan oleh Pemerintah
Indonesia serta panduan KIE yang baik pada Permenkes No 35 Tahun 2014.
Skenario juga diperoleh dari kasus nyata berdasarkan pengalaman sehari-hari yang
terdapat di apotek. Skenario dibuat menyerupai keadaan nyata (real setting) agar
mahasiswa dapat mempelajari bagaimana keadaan yang sebenarnya mengenai
kasus pelayanan obat antihipertensi serta dapat belajar memberikan solusi
pengobatan secara nyata. Tujuan dari pembuatan skenario adalah agar pasien
simulasi memiliki gambaran mengenai hal yang dilakukan dalam roleplay, serta
untuk memudahkan mahasiswa PSPA dalam melatih pasien simulasi. Skenario
yang dihasilkan berjumlah dua skenario resep. Hal yang khas dalam skenario
tersebut adalah pembuatan skenario disesuaikan dengan literatur Pharmacotherapy
Handbook Seventh Edition dan Permenkes No 35 Tahun 2014.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu checklist penilaian pasien
simulasi dan rubrik penilaian KIE milik Wijoyo (2016) dengan sedikit
pengembangan. Dalam checklist rubrik penilaian untuk KIE berisi kemampuan
berkomunikasi dengan tenang dan jelas, penggunaan bahasa yang mudah
dimengerti, menggali keluhan pasien, menjelaskan mengenai obat yang digunakan,
dan memverifikasi pemahaman pasien terhadap informasi yang disampaikan.
Sedangkan untuk checklist penilaian pasien simulasi berisi performa dari pasien
simulasi dalam mengeluhkan penyakit, menginformasikan riwayat penyakit dan
pengobatan, menanyakan mengenai pengobatan yang diberikan, dan terapi non-
farmakologi sebagai data kuantitatif dan khusus pada checklist yang diisi oleh
peneliti terdapat kolom komentar sebagai data kualitatifnya. Data kualitatif
diperoleh dari pengamatan terhadap pasien simulasi saat melakukan peran seperti
mimik muka, cara berbicara, dan sikap serta perilaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Checklist penilaian pasien simulasi dibuat berdasarkan dengan studi literatur
meliputi permenkes No. 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek yang telah disesuaikan dengan skenario kasus KIE antihipertensi.
Performa Pasien Simulasi
Peneliti memilih lima orang yang akan berperan sebagai pasien simulasi untuk
dilatih berdasarkan skenario role play pelayanan KIE obat antihipertensi. Pemeran pasien
simulasi tidak memiliki latar belakang pendidikan di bidang kesehatan agar hasil penelitian
tidak bias. Dari lima orang pasien simulasi yang telah dilatih tersebut, dipilih dua pasien
simulasi berdasarkan nilai performa pasien simulasi yang mencapai 100% (nilai
keseluruhan dari nilai total). Cara memilih dua orang dari lima orang pasien yaitu dengan
sebelumnya pasien simulasi telah dilatih, setelah menjalani beberapa pelatihan maka akan
di pilih dua orang yang memiliki nilai kuantitatif penuh dan meningkat dari tiap pelatihan
serta memiliki nilai kualitatif mimik muka, cara berbicara dan sikap yang menyerupai real
setting. Mencapai 100% (nilai keseluruhan dari nilai total) jika pasien simulasi dapat
menjalankan peran sesuai dengan semua poin-poin yang terdapat pada checklist. Dua
pasien simulasi tersebut akan menjalankan real setting KIE dengan mahasiswa farmasi S1.
Pemeran pasien simulasi yang mengikuti pelatihan tidak memiliki latar belakang seorang
tenaga kesehatan. Pemeran pasien simulasi menandatangani informed consent sebagai
tanda persetujuan untuk berpartisipasi dalam penelitian.
Dari hasil penelitian dua pasien yang dipilih adalah pemeran pasien simulasi 2 dan
4 karena memiliki nilai kuantitatif yang meningkat dan tidak mengalami penurunan
performa yang ditunjukkan pada gambar serta nilai kualitatif (mimik muka, cara berbicara,
sikap) yang menyerupai real setting. Nilai kuantitatif pemeran pasien simulasi terdapat
pada gambar 1 dan 2. Pada gambar 1 dan 2, pemeran pasien simulasi 1 mengalami
penurunan nilai performa dari penilaian pertama hingga terakhir, pemeran pasien simulasi
3 memiliki nilai performa yang tidak konsisten yaitu meningkat pada penilaian kedua lalu
menurun pada penilaian ketiga, sedangkan pemeran pasien simulasi 2, 4 dan 5 mengalami
nilai performa yang meningkat pada penilaian pertama hingga ketiga. Pemeran pasien
simulasi 5 memiliki nilai kualitatif yang lebih rendah dibandingkan dengan pemeran pasien
simulasi 2 dan 4, yaitu kontak mata yang kurang baik ketika berbicara dengan apoteker.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Gambar 1. Rata-rata nilai performa Pasien Simulasi Skenario 1 Kasus Hipertensi.
Gambar 2. Rata-rata nilai performa Pasien Simulasi Skenario 2 Kasus Hipertensi.
Nilai kualitatif dari pasien simulasi 1 dan 2 menunjukan ekspresi wajah yang baik
dalam menyampaikan terkait penyakit, pasien simulasi sudah tidak grogi, kontak mata
pasien simulasi dengan apoteker ketika berbicara sudah baik, kejelasan artikulasi serta
volume suara sudah baik, dan cenderung mengalami perkembangan yang meningkat dari
penilaian pertama hingga akhir.
Uji Reliabilitas
Setelah terpilih dua pasien simulasi yang memiliki nilai kuantitatif penuh dan
berperan dengan baik seperti pasien sesungguhnya, pasien simulasi tersebut dipertemukan
dengan mahasiswa farmasi S1. Tahap ini sekaligus menjadi tahap uji reliabitas checklist
penilaian KIE. Mahasiswa farmasi akan melakukan KIE pelayanan obat antihipertensi
dengan pasien simulasi. Performa mahasiswa farmasi akan dinilai oleh dua penilai yaitu
observer independen (praktisi apoteker) dan peneliti. Penilaian dengan menggunakan
rubrik penilaian yang diperoleh oleh Wijoyo (2016). Dalam checklist rubrik penilaian KIE
tersebut berisi kemampuan berkomunikasi dengan tenang dan jelas, penggunaan bahasa
0123456789
1011
Penilaian ke- 1 Penilaian ke- 2 Penilaian ke- 3Rat
a-ra
ta n
ilai p
erf
orm
a P
S
Penilaian ke-
PS 1
PS 2
PS 3
PS 4
PS 5
0123456789
10
Penilaian ke- 1 Penilaian ke- 2 Penilaian ke- 3Rat
a-ra
ta n
ilai p
erf
orm
a P
S
Penilaian ke-
PS 1
PS 2
PS 3
PS 4
PS 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
yang mudah dimengerti, menggali keluhan pasien, menjelaskan mengenai obat yang
digunakan, dan memverifikasi pemahaman pasien terhadap informasi yang disampaikan.
Hasil nilai dari kedua penilai kemudian dibandingkan dan dilakukan uji t tidak
berpasangan. T-test tidak berpasangan digunakan untuk melihat/membandingkan
perbedaan nilai dari kedua penilai. Digunakan uji t tidak berpasangan karena penilaian
dilakukan oleh dua orang yang berbeda. Uji t diperoleh dari jumlah nilai KIE masing
masing mahasiswa. Hasil uji t-test pada skenario 1 kasus hipertensi yaitu p = 0,464 yang
menunjukan jumlah nilai dari kedua penilai berbeda tidak bermakna. Sedangkan hasil uji t-
test pada skenario 2 kasus hipertensi yaitu p = 0,575 menunjukan jumlah nilai dari kedua
penilai berbeda tidak bermakna. Total nilai dari kedua penilai terdapat pada tabel 2.
Hasil dari uji t-test menunjukan bahwa penilaian dari kedua penilai berbeda tidak
bermakna, untuk melihat apakah penilaian setiap mahasiswa dinilai dengan sama maka
perlu dilihat kesepakatan antara kedua penilai Untuk mengetahui kesepakatan nilai antara
penilai satu (praktisi apoteker) dan penilai dua (peneliti) digunakan uji Cohen Kappa.
Apabila koefisien Cohen Kappa 0,61 - 0,80 menunjukan kesepakatan substansial, jika
koefisien Cohen Kappa 0,81 - 0,99 menunjukan kesepakatan hampir sempurna. (Viera dan
Garrett, 2005). Sedangkat menurut Zenk, et al (2007) apabila nilai cohen kappa 0,60
sampai dengan 1,00 termasuk gold standard nilai koefisien kappa. Dari penilaian yang
dilakukan diperoleh hasil rata-rata nilai cohen kappa pada skenario 1 hipertensi yaitu 0,823
yang menunjukan kesepakatan hampir sempurna dan pada skenario 2 hipertensi yaitu
0,855 yang juga menunjukan kesepakatan hampir sempurna. Keunggulan dari uji cohen
kappa yaitu dapat melihat kemungkinan kesepakatan yang diharapkan, tidak terpengaruhi
jumlah nilai 0 yang dimasukkan dalam tabel, tidak terpengaruhi oleh jumlah nilai subjek
uji, dan tidak terbatas pada tabel yang dilakukan oleh dua penilai (Silcocks, 1983).
KESIMPULAN DAN SARAN
Materi pelatihan yang relevan untuk pasien simulasi terkait dengan penyakit
hipertensi dalam pelayanan KIE adalah skenario kasus beserta dengan teori secara umum
tentang penyakit hipertensi, tanda gejala serta terapi farmakologi dan non farmakologi.
Dilakukan pelatihan pasien simulasi secara satu per satu dan dilakukan perekaman video
pada tiap penilaian. Seleksi pasien simulasi dilakukan dengan mengisi checklist penilaian
pasien simulasi berupa data kualitatif dan kuantitatif yang telah disesuaikan dengan
literatur. Untuk mengetahui performa pasien simulasi dilakukan dengan mengisi checklist
penilaian KIE mahasiswa farmasi yang telah disesuaikan dengan literatur.
Saran untuk penelitian selanjutnya, pada saat melakukan pelatihan pasien simulasi
sebaiknya pasien yang sedang menunggu giliran untuk melakukan role play dan pasien
yang sedang melakukan role play dikondisikan pada ruangan yang terpisah. Hal ini
bertujuan agar pasien simulasi tidak terpengaruhi dengan keberadaan pasien lain.
Sebaiknya pada saat perekaman video pasien simulasi dan pemeran apoteker menggunakan
mikrofon, agar suara dapat terdengar dengan jelas dalam video.
DAFTAR PUSTAKA
APTFI. 2016. Silabus Kurikulum Inti Program Pendidikan Apoteker.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
http://aptfi.subagiyo.com/profesi-apoteker/silabus/
APTFI, 2013, Naskah Akademik Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar
Kurikulum Pendidikan Farmasi.
http://www.aptfi.or.id/dokumen/2016/Kompetensi&KurAPTFI2013
Astuti, S. 2015. Gambaran Peran Apoteker dalam Pelayanan Konseling di Apotek Wilayah
Kota Medan. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Depkes RI. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Hipertensi. Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Depkes RI. 2008. Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Keselamatan Pasien (Patient
Safety). Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan
Depkes RI, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014,
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. Departemen Kesehatan RI : Jakarta
Dipiro, J. T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M., 2008,
Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 7th edition,Mc Graw Hill
Companies Inc., United States, pp. 114
James, D., Nastasic, S., Horne, R., & Davies, G. (2001). The Design and Evaluation of a
Simulated-Patient Teaching Programme to Develop The Consultation Skills of
Undergraduate Pharmacy Students, Pharm World, 23(6) : 212–216.
Kwando, R. 2014. Pemetaan Peran Apoteker dalam Pelayanan Kefarmasian Terkait
Frekuensi Kehadiran Apoteker di Apotek di Surabaya Timur. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.3 No 1 2014
Nasif, H., dkk, 2012, Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS)
Mata Kuliah Farmasi Klinik & Komunitas, Fakultas Farmasi Universitas Andalas
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
PPIAI, 2011, Standar Kompetensi Apoteker Indonesia (SKAI), Ikatan Apoteker Indonesia
Schnipper, JL., et al. 2006. Role of Pharmacist Counseling in Preventing Adverse
Drug Events After Hospitalization. USA : Archives Internal Medicine. Vol 166.565-
571
Silcocks, 1983, Measuring repeatability and validity of histological diagnosis-a brief
review with some practical examples, J Clin Pathol, 36,1269-1275.
Viera, A. J., dan Garrett, J. M.,2005, Understanding Interobserver Agreement: The Kappa
Statistic, Family Medicine, 37(5), 360-3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Zenk, S.N., dkk, 2007, Inter-rater and test-retest reliability : Methods and results for the
neighborhood observational checklist, Health & Place, 13, 452-465
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
LAMPIRAN
Lampiran 1. Checklist Penilaian KIE Skenario 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Lampiran 2. Checklist Penilaian KIE Skenario 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Lampiran 3. Lembar Pertama Ceklist Pasien Simulasi Skenario 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Lampiran 4. Lembar Kedua Ceklist Pasien Simulasi Skenario 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Lampiran 5. Lembar Pertama Ceklist Pasien Simulasi Skenario 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Lampiran 6. Lembar Kedua Ceklist Pasien Simulasi Skenario 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Lampiran 7. Contoh Informed Consent Apoteker
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Lampiran 8. Contoh Informed Consent PSPA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Lampiran 9. Contoh Informed Consent Pasien Simulasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Lampiran 10. Contoh Informed Consent Mahasiswa Farmasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Lampiran 11. Contoh Hasil Perhitungan Cohen Kappa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Lampiran 12. Contoh hasil perhitungan T-test Tidak berpasangan menggunakan SPSS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Pengembangan Materi Pelatihan
Metode Pasien Simulasi Sebagai Alat Evaluasi KIE Obat
Antihipertensi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma”
memiliki nama lengkap Yunita, lahir di BandarLampung, 20 Juni
1995, merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan
Hendrian dan Yessy. Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu
TK Fransiskus Bandar Lampung (1999-2001), pendidikan Sekolah
Dasar di SD Fransiskus Bandar Lampung (2001-2007), pendidikan
Sekolah Menengah Pertama di SMP Fransiskus Bandar Lampung
(2007-2010), pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Fransiskus Bandar Lampung
(2010-2013). Penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma pada tahun 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI