PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PENGARUH PEMBERIAN INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.)...

116
i PENGARUH PEMBERIAN INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) SECARA SUBKRONIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS JANTAN DAN BETINA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Veronika Dita Ayuningtyas NIM : 098114090 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PENGARUH PEMBERIAN INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.)...

i

PENGARUH PEMBERIAN INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.)

SECARA SUBKRONIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS

JANTAN DAN BETINA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Veronika Dita Ayuningtyas

NIM : 098114090

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

kemarin, aku BERMIMPI

hari ini, ku LAKUKAN mimpi itu

TUHANLAH GEMBALAKU,TAK KAN KEKURANGAN AKU

(Mazmur 23:1)

Karya ini kupersembahan untuk :

Yesus Kristus sumber kekuatan dan pengharapanku

Papa yang ada di surga yang telah mendidikku

Mama, abangku Wahyu, adikku Shela serta keluarga besarku

atas doa dan dukungan yang memotivasiku

Sahabat-sahabatku yang telah berbagi suka dan duka

selama perkuliahan

Serta Almamterku tercinta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul Pengaruh Pemberian Infusa Daun Sirsak (Annona Muricata L.)

Secara Subkronis Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Jantan dan Betina

dengan baik. Penyususnan skripsi ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Farmasi (S. Farm) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini, tentunya tidak terlepas

dari bantuan dan campur tangan berbagai pihak, baik secara langsung maupun

tidak langsung. Oleh karena itu, penulis hendak mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dosen Pembimbing dan Dosen

Penguji pada skripsi ini atas segala kesabaran, pengarahan, bimbingan, saran,

bantuan, serta motivasi dan masukan kepada penulis dalam pengerjaaan

skripsi ini.

2. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji skripsi yang telah

banyak memberi masukan dan saran kepada penulis.

3. Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji skripsi yang telah

banyak memberi masukan dan saran kepada penulis.

4. Ibu Rini Dwiastuti, M.Si., Apt selaku Kepala Penanggungjawab

Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberikan izin dalam

penggunaan semua fasilitas laboratorium untuk kepentingan penelitian skripsi

ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

viii

5. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., yang telah memberikan bantuan dalam

determinasi tanaman sirsak (Annona muricata L.).

6. Dokter Ari, Bapak Ratijo, Bapak Heru, Bapak Parjiman, Bapak Kayat, Bapak

Wagiran, Mas Andri selaku laboran laboratorium Fakultas Farmasi yang telah

banyak memberikan bantuan selama proses pelaksanaan penelitian.

7. Rekan-rekan dan sahabatku tim sirsak (Annona muricata L.), Christiana

Lambang Kristanti, Galuh Ajeng, Meita Eryanti, Niken Ambar Sayekti, Raras

Pramudita, Suster Imelda atas segala kerjasama, bantuan dan dukungan dalam

pengerjaan skripsi.

8. Sahabat-sahabatku Luluk Rahendra Martha, Novia Sarwoning Tyas, Theresia

Garri Windrawati, Nanda Chris Nurcahyanti atas motivasi, doa, kebersamaan

dan persahabatannya.

9. Seluruh dosen dan teman-teman FSM B 09, FKK B 09 serta seluruh angkatan

2009 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

10. Semua pihak yang penulis tidak dapat menyebutkan satu-persatu yang telah

ikut membantu selama penyusunan skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix

Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak ada yang sempurna. Oleh

karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang dapat membangun demi

kemajuan dimasa mendatang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi,

serta semua pihak, baik mahasiswa, lingkungan akademis, maupun masyarakat.

Yogyakarta, 4 Februari 2013

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH ........................................................................................................ vi

PRAKATA................................................................................................... vii

DAFTAR ISI................................................................................................ x

DAFTAR TABEL........................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xvii

INTISARI .................................................................................................... xviii

ABSTRACT................................................................................................... xix

BAB I. PENGANTAR................................................................................. 1

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

1. Perumusan masalah .......................................................................... 3

2. Keaslian penelitian ........................................................................... 4

3. Manfaat penelitian............................................................................ 5

B. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5

1. Tujuan umum ................................................................................... 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xi

2. Tujuan khusus .................................................................................. 5

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ......................................................... 6

A. Tanaman Sirsak (Annona muricata L.)................................................. 6

1. Sinonim ............................................................................................ 6

2. Taksonomi........................................................................................ 6

3. Habitat dan penyebaran ................................................................... 6

4. Morfologi ................................................................................. 7

5. Kandungan kimia ............................................................................. 8

6. Khasiat dan kegunaan ...................................................................... 10

7. Nama daerah..................................................................................... 10

B. Infusa .................................................................................................... 11

C. Toksisitas .............................................................................................. 11

1. Definisi toksikologi .......................................................................... 12

2. Asas toksikologi ............................................................................... 12

a. Kondisi pemberian dan makhluk hidup ...................................... 12

b. Mekanisme aksi toksik................................................................ 13

c. Wujud dan sifat efek toksik ........................................................ 13

3. Jenis uji toksikologi.......................................................................... 14

D. Toksisitas Subkronis. ............................................................................ 14

E. Glukosa Darah ..................................................................................... 18

F. Keterangan Empiris .............................................................................. 28

BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................. 29

A. Jenis dan Rancangan Penelitian............................................................ 29

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xii

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional....................................... 29

1. Variabel penelitian ........................................................................... 29

a. Variabel bebas............................................................................. 29

b.Variabel tergantung...................................................................... 29

c. Variabel pengacau terkendali...................................................... 29

d. Variabel pengacau tidak terkendali............................................. 30

2. Definisi operasional ......................................................................... 30

a. Infusa daun sirsak ..................................................................... 30

b. Pengaruh pemberian infusa daun sirsak.................................... 30

C. Alat dan Bahan Penelitian..................................................................... 30

1. Alat penelitian .................................................................................. 30

2. Bahan penelitian............................................................................... 31

D. Tata Cara Penelitian.............................................................................. 32

1. Determinasi daun sirsak .................................................................. 32

2. Pengumpulan bahan uji .................................................................... 32

3. Pembuatan serbuk kering daun sirsak .............................................. 32

4. Penetapan kadar air serbuk kering daun sirsak ................................ 33

5. Penetapan dosis infusa daun sirsak .................................................. 33

6. Pembuatan infusa daun sirsak .......................................................... 34

7. Penyiapan hewan uji ........................................................................ 35

8. Pengelompokan hewan uji ............................................................... 35

9. Prosedur pelaksanaan toksisitas subkronis....................................... 35

10. Pengamatan ..................................................................................... 36

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiii

a. Pengamatan berat badan hewan uji ............................................. 36

b. Pengukuran asupan pakan hewan uji .......................................... 36

c. Pengukuran asupan minum hewan uji......................................... 36

E. Tata Cara Analisis Hasil ....................................................................... 37

1. Pemeriksaan kadar glukosa darah................................................... 37

2. Pengamatan berat badan hewan uji................................................. 37

3. Pengukuran asupan pakan hewan uji .............................................. 38

4. Pengukuran asupan minum hewan uji ............................................ 38

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 39

A. Determinasi Tanaman Sirsak ............................................................... 39

B. Pembuatan Serbuk dan Penetapan Kadar Air Tanaman Sirsak ............ 39

C. Hasil Uji Kadar Glukosa Darah Tikus Jantan Akibat Pemberian

Infusa Daun Sirsak................................................................................ 41

D. Hasil Uji Kadar Glukosa Darah Tikus Betina Akibat Pemberian

Infusa Daun Sirsak................................................................................ 47

E. Perubahan Berat Badan Tikus Jantan dan Betina Akibat Pemberian

Infusa Daun Sirsak................................................................................ 51

F. Asupan Pakan Tikus Jantan dan Betina Akibat Pemberian

Infusa Daun Sirsak................................................................................ 56

G. Asupan Minum Tikus Jantan dan Betina Akibat Pemberian

Infusa Daun Sirsak................................................................................ 58

H. Rangkuman Pembahasan ...................................................................... 59

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiv

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 61

A. Kesimpulan ........................................................................................... 61

B. Saran ..................................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 62

LAMPIRAN................................................................................................. 65

BIOGRAFI PENULIS ................................................................................. 97

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p

kadar glukosa darah tikus jantan tiap kelompok......................... 42

Tabel II. Hasil uji Scheffe kadar glukosa darah tikus jantan setelah

pemberian infusa daun sirsak ...................................................... 43

Tabel III. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p

kadar glukosa darah tikus betina tiap kelompok......................... 48

Tabel IV. Hasil uji Scheffe kadar glukosa darah tikus betina setelah

pemberian infusa daun sirsak ...................................................... 49

Tabel V. Purata berat badan SEM tikus jantan akibat pemberian

infusa daun sirsak........................................................................ 52

Tabel VI. Purata berat badan SEM tikus betina akibat pemberian

infusa daun sirsak........................................................................ 53

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Acetogenins terisolasi dari buah Annona muricata L. ................ 9

Gambar 2. Struktur senyawa Annona ........................................................... 9

Gambar 3. Skema langkah-langkah dalam glukoneogenesis........................ 22

Gambar 4. Siklus Cori................................................................................... 23

Gambar 5. Sintesis dan degradasi glikogen .................................................. 24

Gambar 6. Diagram batang rata-rata pengaruh pemberian infusa daun

sirsak terhadap kadar glukosa darah tikus jantan antar

kelompok perlakuan ..................................................................... 43

Gambar 7. Diagram batang rata-rata pengaruh pemberian infusa daun

sirsak terhadap kadar glukosa darah tikus betina antar

kelompok perlakuan ..................................................................... 48

Gambar 8. Grafik perubahan berat badan tikus jantan selama

pemberian infusa daun sirsak menurut kelompok dosis pada

hari ke 0 sampai hari ke 28 ......................................................... 54

Gambar 9. Grafik perubahan berat badan tikus jantan selama

pemberian infusa daun sirsak menurut kelompok dosis pada

hari ke 0 sampai hari ke 28 ......................................................... 55

Gambar 10.Grafik asupan pakan tikus jantan akibat pemberian infusa

daun sirsak pada hari ke 1 sampai hari ke 28.............................. 56

Gambar 11.Grafik asupan pakan tikus betina akibat pemberian infusa

daun sirsak pada hari ke 1 sampai hari ke 28.............................. 57

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Foto daun sirsak......................................................................... . 66

Lampiran 2. Foto infusa daun sirsak.............................................................. . 66

Lampiran 3. Foto serbuk daun sirsak ............................................................. 66

Lampiran 4.Perhitungan penetapan peringkat dosis infusa daun

sirsak pada kelompok perlakuan. ................................................ . 67

Lampiran 5. Perhitungan konversi dosis untuk manusia ............................... . 68

Lampiran 6. Perhitungan rendemen serbuk daun sirsak ................................ 69

Lampiran 7. Penetapan kadar air serbuk daun sirsak..................................... . 69

Lampiran 8. Surat pengesahan determinasi tanaman sirsak. ......................... . 71

Lampiran 9. Surat ethics committee approval. .............................................. . 72

Lampiran 10. Analisis Statistik Kadar Glukosa Darah Pre dan Post

pada Tikus Jantan melalui uji Paired T-Test............................... . 73

Lampiran 11. Analisis Statistik Kadar Glukosa Darah Pre dan Post

pada Tikus Betina melalui uji Paired T-Test. ............................. . 74

Lampiran 12. Analisis Statistik Kadar Glukosa Darah Post pada

Tikus Jantan. ............................................................................... . 75

Lampiran 13. Analisis Statistik Kadar Glukosa Darah Post pada

Tikus Betina. ............................................................................... . 79

Lampiran 14. Analisis Statistik Berat Badan Tikus Jantan............................ . 84

Lampiran 15. Analisis Statistik Berat Badan Tikus Betina ........................... . 93

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xviii

INTISARI

Penelitian tentang pengaruh pemberian infusa daun sirsak (Annonamuricata L.) secara subkronis terhadap kadar glukosa darah tikus jantan danbetina bertujuan mengungkapkan spektrum efek toksik infusa daun sirsakterhadap metabolisme karbohidrat yang dilihat berdasarkan kadar glukosa darahdan mengungkapkan kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak dengan spektrumefek toksik.

Penelitian ini bersifat eksperimental murni dengan rancangan penelitianacak lengkap pola searah. Metode yang dilakukan adalah pengukuran kadarglukosa darah tikus jantan dan betina secara subkronis dengan pemberian infusadaun sirsak selama 30 hari, kekerapan pemberian satu kali sehari. Sebanyak 50tikus galur Sprague-Dawley (25 jantan dan 25 betina) berumur 2-3 bulan dibagisecara acak dalam 5 kelompok yaitu kelompok kontrol aquadest 8333 mg/kgBB,kelompok perlakuan yang diberi infusa daun sirsak dengan dosis berturut-turutyaitu 108; 180; 301; 503 mg/kgBB. Pada hari ke-1 sebelum pemberian infusadaun sirsak, glukosa darah diukur. Pada hari ke-31 setelah pemberian infusa daunsirsak, darah seluruh tikus diambil pada bagian sinus orbitalis untuk dilakukanpengukuran kadar glukosa darah.

Hasil penelitian tidak ditemukan spektrum efek toksik infusa daun sirsakterhadap kadar glukosa darah dan tidak ada kekerabatan antara dosis infusa daunsirsak dengan spektrum efek toksik.

Kata kunci : Annona muricata L., infusa, toksisitas, subkronis, glukosa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xix

ABSTRACT

The research of the influence of aqueous extract from soursop leaves(Annona muricata L.) in subchronic of blood glucose levels of male and femalerats aimed revealed the spectrum of toxic effects soursop leaf aqueous extract onthe metabolism of carbohydrates seen by blood glucose levels and expressedrelationship between doses soursop leaf aqueous extract with the spectrum oftoxic effects.

This research is included to experimental study with one way-complete-random. The method used is the measurement of blood glucose levels in male andfemale rat by administering soursop leaf aqueous extract for 30 days withfrequently once a day. This research using 50 Sprague-Dawley strain rats (25males and 25 females) aged 2 till 3 months. The rats were randomly divided into 5groups: control group 8333 mg/kg BW of distilled water, the treatment group wasgiven a dose of soursop leaf aqueous extract is 108; 180; 301; 503 mgkg BW. Onday 1 before administration aqueous extract from soursop leaves, blood glucosewas measured. On day 31 after administration aqueous extract from soursopleaves, whole rat blood was taken at the orbital sinus for measurement of bloodglucose levels.

The results are there were no toxic effects spectrum aqueous extract fromsoursop leaves on blood glucose levels and there is no kinship between dosesaqueous extract from soursop leaves with a spectrum of toxic effects.

Key words : Annona muricata L., aqueous extract, toxicity, subchronic,glucose

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Kekayaan alam di Indonesia terdiri atas 30.000 jenis tanaman dari total

40.000 jenis tanaman di dunia, dimana 9.600 jenis diantaranya merupakan

tanaman berkhasiat obat (Kusuma and Zaky, 2005). Saat ini beragam produk

berbahan dasar tanaman obat (herbal) terus bermunculan. Penggunaan tanaman

obat tidak hanya sebatas tren, tetapi telah menjadi gaya hidup. Hal ini sejalan

dengan kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature),

tak terkecuali masyarakat Indonesia. Penggunaan tanaman obat oleh masyarakat

dikarenakan komponen bioaktif dari tanaman obat dapat dimanfaatkan secara

langsung untuk menjaga kesehatan atau menyembuhkan penyakit. Salah satu

penggunaan tanaman obat yang dikenal dimasyarakat adalah obat tradisional.

Obat tradisional berasal dari bahan alam yang jenis dan sifat kandungannya sangat

beragam sehingga untuk menjamin mutu obat tradisional penanganan serta

pengembangan obat tradisional harus dapat memberikan dasar-dasar yang kuat

sehingga penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan (Direktorat Obat Asli

Indonesia, 2005). Ada beberapa alasan mengapa penggunaan tanaman obat harus

dipelajari yaitu terdapat kemungkinan tanaman obat memiliki efek terapetik dan

memiliki efek samping yang tidak diinginkan.

Salah satu tanaman berkhasiat obat di Indonesia adalah sirsak (Annona

muricata L.). Daun sirsak mengandung senyawa kimia seperti saponin, flavonoid,

tanin, alkaloid (Mangan, 2009). Daun sirsak telah lama dikenal akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

kemampuannya untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti demam, luka,

penyakit kulit, antiparasit, astringen, sedatif, dan bahkan sekarang daun sirsak

semakin dikenal kemampuannya dalam mengobati penyakit kanker. Menurut

penelitian daun sirsak mengandung senyawa aktif Annonaceous acetogenin yang

dapat membunuh sel kanker dan telah terbukti resisten terhadap agen antikanker

(Taylor, 2002).

Pada saat ini konsumsi daun sirsak oleh masyarakat sebagai tanaman

obat semakin banyak, pengonsumsiannya dengan membuat air rebusan daun

sirsak (Zuhud, 2011). Pengonsumsian oleh masyarakat hanya berdasarkan dasar-

dasar empiris tanpa tahu dosis dan jangka waktu pengonsumsian yang benar.

Sebagian besar masyarakat mengonsumsi daun sirsak sebagai tanaman obat dalam

jangka waktu panjang. Namun, penelitian mengenai penggunaan daun sirsak pada

jangka panjang masih sedikit dilakukan.

Pengaruh ketoksikan dilihat dari perubahan kadar glukosa darah yang

merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Glukosa merupakan karbohidrat

terpenting, glukosa menjadi jalur umum akhir untuk mentranspor hampir semua

karbohidrat ke sel jaringan, dan merupakan bahan bakar utama (otak) atau bahan

bakar satu-satunya (eritrosit). Selain itu, apabila glukosa tidak berada dalam

kadar yang normal maka dapat terjadi penurunan kadar glukosa darah

(hipoglikemia), ini berdampak buruk karena dapat menyebabkan disfungsi otak

dan kematian. Apabila terjadi peningkatan glukosa darah (hiperglikemia) dalam

jangka waktu panjang, ini bersifat mematikan bagi manusia. Arthur, Woode,

Terlabi, and Larbie (2011) telah melaporkan penelitian mengenai toksisitas akut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

dan subkronis ekstrak air Annona muricata pada hewan uji mencit albino selama

14 hari. Hasil menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar glukosa darah dengan

pemberian ekstrak air Annona muricata.

Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut, perlu dilakukan penelitian

mengenai pengaruh pemberian infusa daun sirsak secara subkronis terhadap tikus

jantan dan betina selama tiga puluh hari. Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi kepada masyarakat tentang potensi ketoksikan akibat

penggunaan berulang infusa daun sirsak dengan melihat perubahan pada kadar

glukosa darah. Penelitian ini merupakan salah satu bagian dari serangkaian uji

toksisitas subkronis infusa daun sirsak pada tikus jantan dan betina.

Daun sirsak diolah menjadi sediaan infusa didasarkan pada acuan sediaan

herbal Direktorat Obat Asli Indonesia (2010). Oleh karena itu, diharapkan dengan

menggunakan infusa daun sirsak dapat dilihat spektrum efek toksik terhadap

kadar glukosa darah. Selain itu, infusa merupakan salah satu bentuk sediaan

herbal dengan proses pembuatan yang paling sederhana untuk membuat sediaan

herbal dari bahan lunak seperti daun.

1. Perumusan masalah

a. Seberapa besar spektrum efek toksik (perubahan biokimia) infusa daun sirsak

terhadap kadar glukosa darah yang dinilai dari perubahan kadar glukosa darah?

b. Apakah terdapat hubungan kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak dengan

spektrum efek toksik pada kadar glukosa darah?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

2. Keaslian penelitian

Sepengetahuan penulis penelitian terhadap daun sirsak yang pernah

dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Evaluasi Toksisitas Akut dan Subkronis Ekstrak Air Annona muricata (Linn.)

pada Hewan. Pada penelitian ini, hasil yang diperoleh terhadap pengukuran

kadar glukosa darah adalah terdapat pengaruh ekstrak air Annona muricata

yang menyebabkan penurunan luar biasa dalam kadar glukosa darah terutama

pada dosis 1000 mg pada tikus jantan dan betina dengan pembandingan

terhadap kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan adanya komponen

hipoglikemik dalam ekstrak dan dapat memberikan kepercayaan pada

penggunaan Annona muricata sebagai agen hipoglikemia. Namun, dalam

penelitian ini tidak dilakukan uji keterbalikan dari ekstrak air Annona muricata

(Arthur, et al., 2011).

b. Aktivitas Anti Hiperglikemia pada Annona Muricata (Linn.). Pada penelitian

ini hasil yang didapat bahwa Annona Muricata (Linn.) memiliki sifat aktivitas

anti-hiperglikemia berdasarkan perbedaan yang signifikan antara kelompok

hiperglikemia yang di beri obat dan yang tidak diberi obat pada tikus yang

diinduksi dengan streptozotocin (Adeyemi, Komolafe, Adewole, Obuotor and

Adenowo, 2008).

c. Perubahan Morfologi dan Efek Hipoglikemia dari Ekstrak Daun Annona

muricata L. (Annonaceae) di Sel- Pankreas pada Tikus Diabetes dengan

Penginduksi Streptozotocin. Penelitian ini menunjukkan bahwa A. muricata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

memiliki efek yang menguntungkan pada jaringan pankreas yang diinduksi

streptozotocin. A. muricata menunjukkan aktivitas antioksidan dan mampu

mengurangi dan atau mencegah, kerusakan pankreas yang dihasilkan oleh

Streptozotocin. (Adewole and Martin, 2006).

Sejauh pengetahuan penulis, penelitian tentang toksisitas subkronis

infusa daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar glukosa darah tikus jantan

dan betina selama 30 hari belum pernah dilakukan.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu kefarmasian, ilmu kedokteran, dan pengetahuan tentang obat-

obat tradisional khususnya tanaman sirsak.

b. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi

tentang spektrum toksisitas subkronis infusa daun sirsak terhadap kadar glukosa

darah, hubungan efek dan dosis.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya potensi efek

toksik dari infusa daun sirsak.

2. Tujuan khusus

a. Mengungkapkan spektrum efek toksik (perubahan biokimia) infusa daun sirsak

terhadap kadar glukosa darah yang dinilai dari perubahan kadar glukosa darah.

b. Mengungkapkan kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak dengan spektrum

efek toksik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Tanaman Sirsak (Annona muricata L.)

1. Sinonim

Annona bondplaniana Kunth, Anona cearaensis Barb. Rodr., Annona

macrocarpa Werckle, Annona muricata var.borinquensis Morales, dan

Guanabanus muricata (L.) Gomez.

(Pinto et al., 2005)

2. Taksonomi

Kingdom : Plantae (tanaman)

Subkingdom : Tracheobionta (tanaman berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (tanaman berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Magnoliidae

Ordo : Magnoliales

Famili : Annonaceae

Genus : Annona

Spesies : Annona muricata L.

(Plantamor, 2008)

3. Habitat dan penyebaran

Sirsak tumbuh di dataran rendah tropis dan subtropis lembab. Tanaman

sirsak umumnya ditemukan di pantai dan lereng. Sirsak dapat tumbuh liar atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

tumbuh di semak, padang rumput dan sepanjang jalan. Tanaman ini umumnya

dibudidayakan di pekarangan dan ditemukan di daerah pedesaan, serta di taman

vulkanik (AgroForestryTree, 2012).

Tanaman sirsak berasal dari Amerika tropis, yakni sekitar Peru, Meksiko,

dan Argentina, kemudian menyebar ke Filipina dan Indonesia. Di Indonesia,

sirsak memiliki beberapa nama daerah seperti nangka belanda, nangka seberang,

atau buah nona. Sesuai dengan namanya, buah sirsak berlapis seperti kantong

(zak) dan masam (zur) (Sunarjono, 2006).

4. Morfologi

Sirsak merupakan tanaman menyerupai semak dan perdu dengan tinggi

pohon sekitar 5 - 10 meter. Batang sirsak coklat berkayu, bulat, dan bercabang.

Mempunyai daun berbentuk telur atau lanset, ujung runcing, tepi rata, pangkal

meruncing, pertulangan menyirip, panjang tangkai 5 mm, berwarna hijau

kekuningan. Daun sirsak berseling dengan panjang 7,6 - 15,2 cm, lebar 2,5 - 7,6

cm, permukaan daun kasar, mengkilap di atas, gundul di bagian bawah, sederhana,

stipula tidak ada. Daun berwarna hijau di bagian atas, pucat dan kusam di bagian

bawah. Bau daun sirsak menyengat kuat, petioles pendek dengan ukuran 3 - 10

mm (AgroForestryTree, 2012).

Bunga terminal atau lateral, berukuran besar, batang kekar, berwarna hijau,

berukuran 1,3 -1,9 cm. Terdiri dari tiga sepal berwarna hijau, berbentuk segitiga,

berukuran 3 mm. Kelopak berwarna hijau kekuningan berukuran 4 5 cm x 3

4,3 cm, tebal dan berdaging dengan tekstur yang kasar. Buah sirsak berukuran 14

40 cm x 10 18 cm, berat buah sirsak bisa mencapai 7 kilogram. Buah sirsak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

berbentuk bulat telur atau hati. Daging buah berwarna putih, berserat, dan berair.

Biji sirsak mengkilap, berwarna coklat gelap atau hitam, berbentuk lonjong,

berukuran 2 x 0,7 cm. Tanaman sirsak berakar tunggang dan akar samping kuat

serta agak dalam. Nama genus Annona berasal dari bahasa Latin anon yang berarti

produksi tahunan, mengacu pada saat produksi dari berbagai spesies dalam genus

ini (AgroForestryTree, 2012).

5. Kandungan kimia

Berdasarkan literatur dan hasil penelitian, diketahui bahwa zat aktif yang

terkandung di dalam daun sirsak adalah alkaloid, saponin, flavonoid (Mangan,

2009). Jumlah total alkaloid 0,65 g/kg pada daun, 19,7 g/kg pada kulit akar, 2,5

g/kg pada kulit batang. Daun sirsak mengandung fitosterol, Ca-oksalat dan

alkohol murisine (Permadi, 2008). Pada bagian daun, biji dan kulit mengandung

benzyltetrahydroisoquinolines misalnya retikulin. Tanaman sirsak mengandung

alkaloid isoquinoline: annonaine (EFSA, 2009).

Pathak, Saraswathy, Vora, dan Savai (2010) melaporkan bahwa daun

sirsak mengandung metabolit sekunder seperti tanin, steroid, dan glikosida. Daun

sirsak mengandung Annonaceous acetogenins. Selain itu, terdapat senyawa tak

jenuh mono-epoxy C-35 dan C-37, epomuricenins A dan B (8+9), epomusenins A

dan B (10+11), epomurinins A dan B (12+13) juga terisolasi (Gambar 1.)

(Dembitsky et al., 2011).

Acetogenines yang ditemukan dalam Annona muricata L. meliputi :

annocatalin, annohexocin, annomonicin, annomontacin, annomuricatin,

annomuricin, annonacin, coronin, corossolin, corossolone, gigantetrocin,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

gigantetronenin, montanancin, muracin, muricatalicin, muricin, robustosin,

solamin, squamocin, uvariamicin (Castillo-Snchez, Jimnez-Osornio, and

Delgado-Herrera, 2010).

Gambar 1. Acetogenins terisolasi dari tanaman Annona muricata L.(Dembitsky et al., 2011)

Komponen utama dari minyak daun Annona muricata adalah -kariofilen

(Dembitsky et al., 2011).

Gambar 2. Struktur senyawa Annona (Bicas et al., 2011)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

6. Khasiat dan kegunaan

Seluruh bagian dari pohon sirsak dapat digunakan sebagai obat alami

termasuk kulit pohon, daun, akar, buah, dan biji buah. Teh daun sirsak

merupakan salah satu cara mengonsumsi daun sirsak untuk mengobati berbagai

gangguan penyakit. Kulit pohon, daun, dan akar dianggap sebagai obat penenang,

antispasmodik, hipotensi. Umumnya, buah dan jus buah dimanfaatkan untuk

mengobati cacing dan parasit, mengobati demam, meningkatkan ASI setelah

melahirkan, dan sebagai obat diare dan disentri (Taylor, 2002).

Khasiat daun sirsak bagi orang sehat berguna untuk menambah

kekebalan tubuh dan mencegah asam urat. Bagi pria, daun sirsak menambah

jumlah dan memperkuat sperma. Daun sirsak diresepkan oleh para herbalis, salah

satunya untuk mengatasi beragam penyakit kanker (Zuhud, 2011). Daun sirsak

mempunyai daya sebagai antibakteri (Pathak et. al., 2010) dan mempunyai

aktivitas anti hiperglikemia (Adeyemi, et al., 2008).

7. Nama daerah

Jawa : nangka sabrang

Sunda : nangka walanda

Madura : nangka buris

Bali : srikaya jawa

Aceh : deureuyan belanda

Nias : durio ulondro

Minangkabau : durian batawi

Lampung : jambu landa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

Gorontalo : langelo walanda

(Redaksi Agromedia, 2008).

B. Infusa

1. Definisi

Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi

simplisia nabati dengan air pada suhu 900C selama 15 menit. Infus merupakan

cara yang paling sederhana untuk membuat sediaan herbal dari bahan lunak

seperti daun dan bunga. Infusa dapat diminum panas atau dingin (Direktorat Obat

Asli Indonesia, 2010).

2. Pembuatan

Proses pembuatan sediaan infusa yaitu dengan mencampur simplisia

dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya, kemudian

dilakukan pemanasan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu

mencapai 900C sambil sekali-sekali diaduk-aduk. Serkai selagi panas melalui kain

flanel, lalu menambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh

volume infus yang dikehendaki (Direktorat Obat Asli Indonesia, 2010).

C. Toksisitas

Dasar dari proses keracunan suatu senyawa adalah terjadinya pemejanan

senyawa ke dalam tubuh, lalu terdistribusi dan sampai ke sel sasaran dan terjadi

antaraksi antara senyawa tersebut dengan sel sasaran. Nasib racun di dalam tubuh

menggambarkan proses perjalanan racun meliputi absorpsi, distribusi,

metabolisme, dan eliminasi. Keparahan pengaruh toksik suatu senyawa dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

diketahui dengan menggunakan suatu tolok ukur yaitu tolok ukur kualitatif dan

tolok ukur kuantitatif.

1. Definisi toksikologi

Karakteristik toksik adalah menghasilkan efek kesehatan yang tidak

diinginkan atau merugikan. Toksisitas merupakan efek toksik (samping) dari

bahan kimia atau fisika terhadap organisme makhluk hidup. Toksikologi adalah

ilmu yang mempelajari tentang efek samping (toksisitas) bahan kimia atau fisika

yang dapat dihasilkan di dalam organisme makhluk hidup dalam kondisi tertentu

dari suatu pemberian zat beracun. Toksikologi merupakan suatu ilmu untuk

mengidentifikasi secara kualitatif dan kuantitatif semua bahaya atau toksisitas

yang berhubungan dengan pemberian suatu zat beracun. Toksikologi adalah ilmu

eksperimental yang menyelidiki proses, sifat, pengaruh, mekanisme, dan faktor

risiko untuk efek buruk dari zat beracun (Williams, James, and Roberts, 2000).

2. Asas toksikologi

a. Kondisi pemberian dan makhluk hidup

Kondisi pemberian ialah semua faktor yang menentukan

keberadaan racun di tempat aksinya. Jalur pemberian seperti intravena,

inhalasi, intraperitonial, subkutan, intramuskular, dermal, dan oral akan

menentukan ketersediaan senyawa induk atau metabolit di tempat aksi. Saat

pemberian, serta besarnya takaran racun akan mempengaruhi besarnya

ketersediaan zat racun di tempat aksi tertentu dan kerentanan makhluk hidup

terhadap racun. Kondisi makhluk hidup adalah keadaan fisiologi (berat

badan, umur, jenis kelamin, dan kehamilan) serta patologi (penyakit)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

makhluk hidup dapat mempengaruhi ketersediaan racun di sel sasaran dan

keefektifan antaraksi antara kedua ubahan ini (Donatus, 2001).

b. Mekanisme aksi toksik

Mekanisme aksi toksik racun digolongkan menjadi tiga, yakni

mekanisme berdasarkan sifat dan tempat kejadian, berdasarkan sifat

antaraksi antara racun dan tempat aksinya, dan berdasarkan risiko

penumpukan racun dalam gudang penyimpanan tubuh. Berdasarkan sifat

dan tempat kejadian mekanisme aksi toksik digolongkan menjadi dua yaitu

mekanisme luka intrasel dan mekanisme luka ekstrasel. Mekanisme luka

intrasel diawali oleh racun pada tempat aksinya di dalam sel sasaran. Racun

akan berinteraksi dengan sasaran molekuler yang khas atau tak khas,

melalui mekanisme reaksi kimia. Tubuh akan memberi respon berupa

perbaikan atau adaptasi sebelum terjadi efek yang tidak diinginkan, tetapi

apabila mekanisme pertahanan tubuh tidak lagi mampu memperbaiki akan

timbul respon toksik berupa perubahan biokimia, fungsional, atau struktural.

Mekanisme luka ekstrasel terjadi secara tidak langsung karena racun

bereaksi diluar sel sasaran (Donatus, 2001).

c. Wujud dan sifat efek toksik

Wujud efek toksik sesuatu racun dapat berupa perubahan biokimia,

fungsional, dan struktural. Berbagai perubahan ini memiliki ciri yang khas,

yakni terbalikkan atau tak terbalikkan. Jenis wujud perubahan biokimia

tidak menunjukkan bukti secara langsung terhadap patologi organ, apabila

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

mekanisme homeostatis normal makhluk hidup masih dapat bekerja maka

perubahan biokimia bersifat timbal balik (Donatus, 2001).

3. Jenis uji toksikologi

Uji toksikologi dibedakan menjadi dua golongan :

a. Uji ketoksikan tak khas, dirancang untuk mengevaluasi keseluruhan atau

spektrum efek toksik suatu senyawa pada berbagai jenis hewan uji. Pada uji

ketoksikan tak khas dikenal uji ketoksikan akut, subkronis, dan kronis.

b. Uji ketoksikan khas, dirancang untuk mengevaluasi secara rinci efek khas

suatu senyawa pada berbagai jenis hewan uji. Pada uji ketoksikan khas

terdapat beberapa uji yaitu uji potensiasi, kekarsinogenikan, kemutagenikan,

keteratogenikan, reproduksi, kulit dan mata, dan perilaku

(Donatus, 2001).

D. Toksisitas Subkronis

Toksisitas subkronis merupakan salah satu jenis uji toksikologi. Uji

ketoksikan subkronis adalah uji ketoksikan sesuatu senyawa yang diberikan

dengan dosis berulang pada hewan uji tertentu, selama kurang dari tiga bulan. Uji

ini ditujukan untuk mengungkapkan spektrum efek toksik senyawa uji, serta untuk

memperlihatkan apakah spektrum efek toksik tersebut berkaitan dengan takaran

dosis (Donatus, 2001). Uji toksisitas subkronis tidak difokuskan pada titik akhir

tertentu, melainkan untuk mengeksplorasi secara luas keseluruhan efek biologis

yang ditimbulkan pada tempat aksi yang diberikan pada rentang dosis tertentu. Uji

toksisitas subkronis dapat menentukan toksisitas secara kualitatif (organ target

dan efek yang ditimbulkan) dan kuantitatif (pengaruh atau efek yang ditimbulkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

terhadap jaringan dan plasma darah) dari pemberian dosis berulang pada hewan

uji (Gad, 2002).

Hewan uji yang disarankan paling tidak satu jenis hewan dewasa sehat,

baik jantan maupun betina. Hewan uji dipilih yang peka dan memiliki pola

metabolisme terhadap senyawa uji yang semirip mungkin dengan manusia

(Donatus, 2001). Spesies hewan dapat digunakan rodent dan non-rodent. Spesies

hewan rodent menggunakan tikus. Hewan dimasukkan dalam dua kategori

kelompok yaitu kelompok kontrol dan perlakuan yang dilakukan secara acak

(Gad, 2002). Jumlah kelompok hewan uji paling tidak sebanyak empat kelompok

yaitu satu kelompok kontrol dan tiga kelompok peringkat dosis. Jumlah hewan uji

untuk jangka waktu penelitian selama empat minggu, paling tidak terdapat lima

jantan dan lima betina dalam satu kelompok (Derelanko and Mannfred, 2002).

Jalur pemberian sesuai dengan jalur yang digunakan manusia dan peringkat dosis.

Pengamatan dan pemeriksaan yang dilakukan dalam uji ketoksikan subkronis,

meliputi:

(1) Perubahan berat badan yang diperiksa paling tidak 7 hari sekali,

(2) asupan makanan untuk masing-masing hewan atau kelompok hewan, diukur

paling tidak 7 hari sekali,

(3) gejala-gejala klinis umum yang diamati setiap hari,

(4) pemeriksaan terhadap hematologi, paling tidak diperiksa dua kali, pada awal

akhir uji coba,

(5) pemeriksaaan kimia darah, paling tidak diperiksa dua kali, pada awal akhir uji

coba,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

(6) analisis urin, paling tidak sekali,

(7) pemeriksaan histopatologi organ pada akhir uji coba

( Donatus, 2001)

Keterbalikan toksisitas terjadi apabila efek buruk atau efek yang tidak

diinginkan yang dapat dikembalikan apabila pemaparan dihentikan. Keterbalikan

toksisitas tergantung pada sejumlah faktor, termasuk tingkat pemaparan (waktu

dan jumlah racun) dan kemampuan jaringan yang terkena untuk memperbaiki atau

meregenerasi (Williams et. al., 2000).

Ada banyak cara organisme dapat menanggapi senyawa beracun, jenis

respon tergantung pada banyak faktor. Meskipun banyak efek toksik dari senyawa

asing memiliki dasar biokimia, ekspresi efeknya mungkin berbeda. Oleh karena

itu jenis respon beracun dibedakan menjadi :

(1) Tindakan beracun secara langsung,

(2) farmakologi, fisiologi, efek biokimia,

(3) teratogenesis,

(4) imuno toksisitas,

(5) karsinogenesis (Timbrell, 2008).

Sarana utama dalam mendeteksi respon beracun apabila tidak terdapat

kematian seperti organisme atau jaringan adalah :

1. Perubahan biokimia, melibatkan efek pada enzim seperti inhibitor atau

perubahan jalur metabolik tertentu. Munculnya enzim atau substansi lain dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

cairan tubuh dapat menunjukkan kebocoran dari jaringan karena merusak dan

merupakan indikasi perubahan patologis.

2. Perubahan status normal, terdapat sejumlah penanda toksisitas. Dengan

demikian, perubahan berat badan, asupan makanan dan minum, luaran urin,

dan berat organ merupakan indikator yang umum dan spesifik untuk toksisitas.

Oleh karena itu, hewan yang mengonsumsi lebih sedikit makanan dan

kehilangan bobot setelah terpapar senyawa beracun atau peningkatan berat

organ karena terpapar senyawa beracun, perubahan ini dikonfirmasi dengan

pengukuran kimia, biokimia, dan histopatologi

(Timbrell, 2008).

Ada dua basis yang berbeda untuk jenis farmakologi, fisiologi, dan efek

biokimiawi, basis ini dibedakan menjadi farmakokinetika dan farmakodinamika.

Farmakokinetika berbasis pada efek toksik yang disebabkan oleh meningkatnya

konsentrasi senyawa atau metabolik aktif di sisi target. Hal ini dikarenakan,

peningkatan dosis, perubahan metabolisme, atau kejenuhan proses eliminasi.

Basis efek toksik farmakodinamika terdapat respon yang berubah pada sisi target,

kemungkinan karena adanya variasi reseptor (Timbrell, 2008).

Salah satu parameter biokimia yang dapat diukur adalah glukosa darah.

Perubahan konsentrasi glukosa darah dapat disebabkan oleh senyawa asing dan

kemungkinan melibatkan berbagai mekanisme. Obat-obatan seperti tolbutamide,

sulfonilurea, digunakan terapi untuk menurunkan kadar glukosa darah.

Streptozotocin, yang merusak pankreas -sel, yang menghasilkan insullin,

menyebabkan hiperglikemia tidak langsung dengan mengurangi tingkat insulin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

Hidrazin bahan kimia industri menyebabkan hiperglikemia, sebagai akibat dari

mobilisasi glikogen karena efek hati dan hipoglikemia sebagai penghasil

glikogen habis, dan glukoneogenesis dihambat (Timbrell, 2008).

E. Glukosa Darah

Jenis- jenis zat yang diangkut oleh darah, berperan dalam darah serta

mencerminkan proses-proses metabolik tidak terhingga banyaknya, tetapi relatif

sedikit diantaranya yang dikur pada pemeriksaan rutin. Ada yang ditetapkan guna

mendapatkan informasi mengenai organ atau proses tertentu dan ada juga yang

menggambarkan akibat menyeluruh dari banyak peristiwa metabolik (Widmann,

1983).

Glukosa adalah karbohidrat terpenting. Kebanyakan karbohidrat dalam

makanan diserap ke dalam aliran darah sebagai glukosa dan gula lain diubah

menjadi glukosa di hati. Produk akhir pencernaan karbohidrat dalam saluran

pencernaan sebagian besar dalam bentuk glukosa. Oleh karena itu, glukosa

menjadi jalur umum akhir untuk mentranspor hampir semua karbohidrat ke sel

jaringan. Glukosa adalah bahan bakar metabolik utama pada mamalia dan bahan

bakar universal bagi janin serta merupakan bahan bakar utama bagi kebanyakan

jaringan (Murray, Granner, and Rodwell, 2006). Oleh karena itu, proses

menyediakan glukosa menjadi prioritas utama dari homeostatis. Banyak sel dapat

memperoleh sebagian kecil kebutuhan energi oleh pembakaran asam lemak, tetapi

jalur energi itu kurang efisien dibandingkan dengan pembakaran glukosa, lagi

pula proses menyusun asam-asam lemak dapat merugikan tubuh bila sampai

terjadi penimbunan. Banyak macam hormon ikut serta dalam regulasi kadar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

glukosa dalam darah, baik pada keadaan normal, maupun sebagai respon terhadap

rangsangan. Dengan mengukur kadar glukosa dalam darah dapat diketahui apakah

regulasi berhasil atau tidak. Jika kadar itu jelas menyimpang dari nilai normal,

umpamanya terlalu tinggi atau terlalu rendah itu menandakan bahwa homeostatis

terganggu dan hasil pengukuran glukosa darah seharusnya menjadi dorongan

untuk melacak etiologi penyimpangan itu (Widmann, 1983).

Glukosa yang berasal dari pencernaan karbohidrat diserap melalui vena

porta hati. Hati berperan mengatur konsentrasi berbagai metabolit larut air dalam

darah. Pada glukosa hal ini dicapai dengan menyerap glukosa yang melebihi

kebutuhan saat ini dan mengubahnya menjadi glikogen (glikogenesis) atau asam

lemak (lipogenesis). Diantara waktu makan, hati berperan mempertahankan

glukosa darah dari glikogen (glikogenolisis), dan bersama dengan ginjal, dengan

mengubah metabolit nonkarbohidrat, seperti laktat, gliserol, dan asam amino

menjadi glukosa (glukoneogenesis) (Murray et al., 2006). Metabolisme

karbohidrat, antara lain sebagai berikut:

1. Glikolisis

Glukosa dimetabolisme menjadi piruvat melalui jalur glikolisis. Jaringan

aerob memetabolisme piruvat menjadi asetil-KoA yang dapat memasuki siklus

asam sitrat untuk dioksidasi sempurna menjadi CO2 dan H2O, yang berkaitan

dengan pembentukan ATP dalam proses fosforilasi oksidatif. Glikolisis juga dapat

berlangsung secara anaerob (tanpa oksigen), dengan produk akhir berupa laktat

(Murray et al., 2006).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

Langkah-langkah dalam glikolisis, antara lain :

a. Fosforilasi -D-glukosa dikatalisis oleh enzim heksokine menjadi -

D-glukosa 6-fosfat dengan bantuan ATP dan Mg2+. Reaksi ini bersifat

irreversibel.

b. Isomerisasi -D-glukosa 6-fosfat oleh glukosa 6-fosfat isomerase

menjadi -D-fruktosa 6-fosfat

c. Fosforilasi -D-fruktosa 6-fosfat dikatalisis oleh enzim

fosfofruktokinase menjadi -D-fruktosa 1,6-bifosfat dengan bantuan

ATP dan Mg2+. Reaksi ini bersifat irreversibel.

d. Pemotongan -D-fruktosa 1,6-bifosfat dikatalis oleh aldolase menjadi

D-Gliseraldehid 3-fosfat dan dihidroksiaseton fosfat, melibatkan

reaksi kondensasi retro-aldol.

e. D-Gliseraldehid 3-fosfat dan dihidroksiaseton fosfat

diinterkonversikan oleh enzim triosefosfat isomerase.

f. Oksidasi D-Gliseraldehid 3-fosfat, diiringi dengan fosforilasi

intermediet asam karboksilat untuk menghasilkan D-1,3-

bisfosfogliserat diperantarai oleh enzim gliseraldehid-3-fosfat

dehidrogenase.

g. Konversi D-1,3-bisfosfogliserat menjadi D-3-fosfogliserat

menghasilkan energi dan produksi ATP, diperantarai enzim

fosfoglieserat kinase.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

h. Isomerisasi antara D-3-fosfogliserat menjadi D-2-fosfogliserat,

dikatalis oleh enzim fosfogliseromutase.

i. Dehidrasi D-2-fosfogliserat oleh enolase untuk menghasilkan

fosfoenolpiruvat dengan bantuan Mg2+

j. Konversi irreversibel fosfoenolpiruvat menjadi piruvat, dikatalisis

oleh piruvat kinase dengan bantuan Mg2+ dan juga menghasilkan ATP.

Reaksi ini bersifat irreversibel.

(Ngili, 2009).

2. Glukoneogenesis

Glukoneogenesis merupakan proses sintesis glukosa dari prekursor

nonkarbohidrat (Gambar 3). Rangka karbon yang digunakan untuk sintesis

glukosa berasal dari asam-asam amino tertentu dengan pengecualian laktat karena

bisa dimasukkan ke dalam molekul glukosa baru (Ngili, 2009). Hati dan ginjal

adalah jaringan glukoneogenik utama. Glukoneogenesis memenuhi kebutuhan

glukosa tubuh jika karbohidrat dari makanan atau cadangan glikogen kurang

memadai (Murray et al., 2006). Glukogenesis memungkinkan reaksi irreversibel

dalam glikolisis dapat dibalikkan (Ngili, 2009). Hal ini penting karena pasokan

glukosa merupakan hal yang essensial terutama bagi sistem saraf dan eritrosit

(Murray et al., 2006).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

Gambar 3. Skema langkah-langkah dalam glukoneogenesis (Ngili, 2009)

3. Siklus Cori

Lokalisasi enzim-enzim tertentu hanya dalam sel-sel tertentu sehingga

beberapa organ tergantung pada yang lain untuk melengkapi metabolisme substrat

tertentu. Selama karbohidrat diperhitungkan, hati dan otot rangka menjalankan

suatu kerjasama metabolisme tertentu (Gambar 4). Otot rangka memperoleh ATP

selama berlatih, hampir semua berasal dari glikolisis, sehingga produk akhir laktat

akan memasuki darah. Laktat akan dihilangkan dari darah oleh hati yaitu melalui

enzim isozim M4 laktat dehidrogenase yang mengkatalisis konversi laktat menjadi

piruvat. Bila hati dalam keadaan berenergi tinggi, piruvat akan diubah menjadi

glukosa 6-fosfat melalui jalur glukoneogenesis. Senyawa glukosa 6-fosfat akan

dihidrolisis menjadi glukosa dengan enzim glukosa-6-fosfatase lalu memasuki

darah dan glukosa ditranspor menuju otot rangka. Dalam otot rangka, glukosa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

diubah menjadi glukosa 6-fosfat dengan enzim heksokinase lalu memasuki

glikolisis. Keseluruhan proses ini disebut siklus Cori (Ngili, 2009).

Gambar 4. Siklus Cori (Ngili, 2009)

4. Metabolisme glikogen

Glikogen adalah karbohidrat simpanan utama pada hewan. Zat ini

terutama ditemukan di hati dan otot. Glikogen otot merupakan sumber glukosa

yang dapat cepat digunakan untuk glikolisis di dalam otot itu sendiri. Glikogen

hati berfungsi untuk menyimpan dan mengirim glukosa untuk mempertahankan

kadar glukosa darah diantara waktu makan (Murray, et al., 2006).

Glikogen disintesis dari glukosa 6-fosfat di dalam hati dan otot, lalu

disimpan dalam hati dan otot sebagai butiran halus glikogen (Gambar 5).

Glikogen yang merupakan polimer glukosa, adalah simpanan energi yang dapat

diuraikan dengan cepat dan menjadi glukosa 6-fosfat lalu memasuki jalur

glikolisis (Ngili, 2009).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

Gambar 5. Sintesis dan degradasi glikogen (Ngili, 2009)

Pemeliharaan kadar glukosa darah yang sangat memadai penting bagi

jaringan yang memakai glukosa sebagai bahan bakar utama (otak) atau bahan

bakar satu-satunya (eritrosit). Pemeliharaan kadar glukosa darah yang stabil

merupakan salah satu mekanisme homeostatik yang diatur paling ketat yang

melibatkan hati, jaringan ekstrahepatik, dan beberapa hormon. Hormon yang

berperan dalam mengatur glukosa darah, antara lain :

1. Insulin berperan sentral dalam mengatur glukosa darah, berefek langsung

terhadap hiperglikemia dalam meningkatkan penyerapan glukosa ke dalam

hati.

2. Glukagon, sekresinya dirangsang oleh hipoglikemia. Kerja glukagon

bertentangan dengan kerja insulin.

3. Kelenjar hipofisis anterior menyekresikan hormon-hormon yang cenderung

meningkatkan kadar glukosa darah sehingga melawan kerja insulin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

4. Epinefrin disekresikan oleh medula adrenal akibat rangsangan yang

menimbulkan stres (rasa takut, kegembiraan, pendarahan, hipoksia,

hipoglikemia, dsb) dan menyebabkan glikogenolisis di hati dan otot karena

stimulasi fosforilase

(Murray et al., 2006).

Mekanisme pengaturan kadar glukosa darah :

1. Hati berfungsi sebagai suatu sistem penyangga glukosa darah yang sangat

penting. Artinya saat glukosa darah meningkat hingga konsentrasi yang tinggi,

yaitu sesudah makan, dan kecepatan eksresi insulin juga meningkat, sebanyak

dua pertiga dari seluruh glukosa yang diabsorbsi dari usus dalam waktu singkat

akan disimpan di hati dalam bentuk glikogen. Lalu, selama beberapa jam

berikutnya, bila konsentrasi glukosa darah dan kecepatan insulin berkurang hati

akan melepaskan glukosa kembali ke dalam darah. Dengan cara ini, hati

mengurangi fluktuasi konsentrasi glukosa darah sampai kira-kira sepertiga dari

fluktuasi yang dapat terjadi. Pada pasien penyakit hati yang parah, hampir tidak

mungkin mempertahankan konsentrasi glukosa darah dalam batas yang sempit

ini.

2. Fungsi insulin dan glukagon sama pentingnya dengan sistem pengatur umpan

balik untuk mempertahankan konsentrasi glukosa darah normal. Bila

konsentrasi glukosa darah meningkat sangat tinggi, sekresi insulin akan terjadi;

insulin selanjutnya akan mengurangi konsentrasi glukosa darah kembali ke

nilai normalnya. Sebaliknya, penurunan kadar glukosa darah akan merangsang

sekresi glukagon; selanjutnya glukagon ini akan berfungsi secara berlawanan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

yakni meningkatkan kadar glukosa darah kembali ke nilai normalnya. Pada

sebagian besar kondisi yang normal, mekanisme umpan balik insulin ini jauh

lebih penting daripada mekanisme glukagon, namun pada keadaan kelaparan

atau pemakaian glukosa yang berlebihan selama aktivitas fisik dan keadaan

stres yang lain, mekanisme glukagon ini menjadi bernilai.

3. Selain itu, pada keadaan hipoglikemia berat, timbul suatu efek samping akibat

kadar glukosa darah yang rendah terhadap hipotalamus, yang akan merangsang

sistem saraf simpatis. Selanjutnya hormon epinefrin yang disekresikan oleh

kelenjar adrenal menyebabkan pelepasan glukosa lebih lanjut dari hati. Jadi,

epinefrin juga membantu melindungi agar tidak timbul hipoglikemia berat.

4. Dan akhirnya, sesudah beberapa jam dan beberapa hari, sebagai respon

terhadap keadaan hipoglikemia yang lama, akan timbul sekresi hormon

pertumbuhan dan kortisol, dan kedua hormon ini mengurangi kecepatan

pemakaian glukosa oleh sebagian besar sel tubuh, dan sebaliknya akan

menambah jumlah pemakaian lemak. Hal ini juga akan mengembalikan kadar

glukosa darah menjadi normal

(Guyton and Hall, 2006).

Kadar glukosa darah penting untuk dipertahankan karena normal glukosa

merupakan satu-satunya bahan makanan yang dapat digunakan oleh otak, retina,

epitel germinal gonad dalam jumlah yang cukup untuk menyuplai jaringan

tersebut secara optimal sesuai dengan energi yang dibutuhkannya. Oleh karena

itu, konsentrasi glukosa darah harus dipertahankan pada kadar yang cukup tinggi

untuk menyediakan nutrisi yang penting ini (Guyton and Hall, 2006).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

Sebagian besar glukosa yang terbentuk melalui proses glukoneogenesis

selama proses pencernaan digunakan untuk metabolisme di otak. Pankreas

memang tidak seharusnya menyekresi insulin selama waktu ini; kalau tidak,

persediaan glukosa yang tidak cukup ini, akan diangkut ke otot dan jaringan

perifer yang lain, sehingga otak tidak mempunyai sumber makanan lagi (Guyton

and Hall, 2006).

Konsentrasi glukosa darah juga perlu dijaga agar tidak meningkat terlalu

tinggi karena empat alasan berikut :

1. Glukosa dapat menimbulkan sejumlah besar tekanan osmotik dalam cairan

ekstrasel, dan bila konsentrasi glukosa meningkat secara berlebihan, akan

dapat mengakibatkan timbulnya dehidrasi sel.

2. Tingginya konsentrasi glukosa dalam darah menyebabkan keluarnya

glukosa dalam air seni.

3. Hilangnya glukosa melalui urin juga menimbulkan diuresis osmotik oleh

ginjal, yang dapat mengurangi jumlah cairan tubuh dan elektrolit.

4. Peningkatan jangka panjang glukosa darah dapat menyebabkan kerusakan

pada banyak jaringan, terutama pembuluh darah. Kerusakan vaskular,

akibat diabetes melitus yang tidak terkontrol, akan berakibat pada

peningkatan risiko terkena serangan jantung, stroke, penyakit ginjal

stadium akhir, dan kebutaan

(Guyton and Hall, 2006).

Kadar glukosa darah sering dipergunakan sebagai parameter keberhasilan

metabolisme di dalam tubuh, dimana akibat kondisi tertentu sehubungan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

konsentrasi glukosa di darah dapat mengalami keadaan yang disebut hipoglikemia

yaitu penurunan kadar glukosa darah (Sari, 2007). Hipoglikemia dapat memburuk

dan menyebabkan kebingungan, kecanggungan atau pingsan (NIDDK, 2008). Hal

ini karena pasokan otak terganggu atau kurang karena sel otak sumber energinya

berasal dari glukosa sehingga pada suatu saat dapat menyebabkan koma dan

kematian (Sari, 2007). Hal ini adalah salah satu kegagalan glukoneogenesis

bersifat fatal (Murray, et al., 2006).

Kadar glukosa darah yang meningkat diluar rentang glukosa darah yang

normal (hiperglikemia) disebabkan oleh masalah mekanis pada pankreas yang

gagal memproduksi insulin sehingga menyebabkan glukosa darah terlalu banyak

disimpan di hati (Vaxa, 2012).

F. Keterangan Empiris

Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif untuk mendapatkan bukti

adanya efek toksisitas subkronis dari infusa daun sirsak (Annona muricata L.)

terhadap kadar glukosa darah tikus jantan dan betina.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian pengaruh pemberian infusa daun sirsak (Annona muricata L.)

secara subkronis terhadap kadar glukosa darah tikus jantan dan betina termasuk

penelitian eksperimental murni dengan menggunakan rancangan penelitian acak

lengkap pola searah.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

Varibel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel bebas :

Peringkat dosis infusa daun sirsak. Dosis infusa daun sirsak adalah

volume tertentu (ml) infusa daun sirsak tiap satuan kilogram berat badan subjek

uji yang bersangkutan.

b. Variabel tergantung

Kadar glukosa darah tikus jantan dan betina ditandai dengan tolok ukur

kuantitatif berupa efek yang ditimbulkan setelah pemberian infusa daun sirsak.

c. Variabel pengacau terkendali

1) Subjek uji berupa tikus :

a) Galur Sprague Dawley.

b) Jantan dan betina.

c) Umur 2 3 bulan.

d) Berat badan 170 280 g.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

e) Keadaan fisik berstatus sehat.

2) Bahan uji berupa daun sirsak

a) Daun sirsak diambil dari bagian tengah antara pucuk dan pangkal daun,

berwarna hijau, utuh, dan segar.

b) Diperoleh dari wilayah Jetis, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta pada bulan

Mei sampai Juni 2012.

d. Variabel pengacau tak terkendali

Keadaan patologi tikus jantan dan betina galur Sprague Dawley yang

digunakan; meskipun keadaan fisik sehat, belum menjamin bahwa kadar glukosa

darah tikus normal.

2. Definisi Operasional

a. Infusa daun sirsak

Infusa serbuk kering daun sirsak dibuat dengan cara menginfundasi

sejumlah 6,0 g serbuk kering daun sirsak dalam air 100,0 ml pada suhu 90oC

selama 15 menit.

b. Pengaruh pemberian infusa daun sirsak

Didefinisikan sebagai efek yang ditimbulkan oleh infusa daun sirsak

terhadap kadar glukosa dalam darah tikus jantan dan betina.

C. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat penelitian

a. Alat-alat pembuatan serbuk kering daun sirsak antara lain : mesin

penyerbuk (blender), timbangan, oven.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

b. Alat-alat penetapan kadar air serbuk daun sirsak antara lain : labu beralas

bulat 500 ml, pendingin air balik, alat penampung, tabung penerima 5 ml,

pemanas, tabung penyambung.

c. Alat-alat pembuatan infusa daun sirsak antara lain : Bekker glass,

timbangan, batang pengaduk, gelas ukur, panci infusa, heater, Stopwatch,

kain flanel.

d. Alat-alat uji toksisitas antara lain : kandang tikus (metabolic cage),

timbangan, Bekker glass, jarum suntik per oral, spuit injeksi, Eppendorf,

pipa kapiler (haematokrit).

2. Bahan penelitian

Bahan uji yang digunakan dalam peneletian ini sebagai berikut :

a. Hewan uji yang digunakan yaitu tikus jantan dan betina galur Sprague

Dawley berumur 2 3 bulan dengan berat badan 170 280 g yang diperoleh

dari Laboratorium Hayati Imono, Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta.

b. Daun sirsak yang digunakan diambil pada bagian tengah antara pucuk dan

pangkal daun dalam kondisi segar berwarna hijau dan utuh. Daun diperoleh

dari wilayah Jetis, Ngaglik, Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

pada bulan Mei sampai Juni 2012.

c. Pelarut untuk pembuatan sediaan uji yaitu aquadest yang diperoleh dari

Laboratorium Farmakologi-Toksikologi, Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

d. Asupan pakan hewan uji yaitu pelet AD-2 yang diperoleh dari Laboratorium

Hayati Imono, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

e. Asupan minum hewan uji berupa air reverse-osmosis yang diperoleh dari

Laboratorium Hayati Imono, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

f. Pereaksi toluen P diperoleh dari Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

D. Tata Cara Penelitian

1. Determinasi daun sirsak

Determinasi daun sirsak telah dilakukan dengan cara mencocokkan ciri-

ciri yang dipunyai daun sirsak dengan buku acuan (Steenis, 1975) hingga

ketingkat spesies. Determinasi disahkan oleh Bapak Yohanes Dwiatmaka, Dosen

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Pengumpulan bahan uji

Bahan uji yang digunakan adalah daun sirsak. Daun yang dipilih adalah

daun dalam kondisi segar dan berwarna hijau pada bagian tengah antara pucuk

dan pangkal daun. Daun yang diperoleh hanya berasal dari wilayah Jetis, Ngaglik,

Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Mei sampai Juni 2012.

3. Pembuatan serbuk kering daun sirsak

Daun sirsak yang telah dipetik, dicuci, dikeringkan, kemudian

dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 50oC selama 72 jam. Daun yang telah

kering kemudian diserbuk dan diayak dengan menggunakan ayakan no. 40, dan

dilakukan perhitungan rendemen serbuk daun sirsak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

Rendemen serbuk daun sirsak dihitung dengan menggunakan rumus :

x 100 %

(Widyastuti and Istini, 2000).

4. Penetapan kadar air serbuk kering daun sirsak

Sebanyak 50 g daun sirsak dimasukkan kedalam 200 ml toluen ke dalam

labu beralas bulat. Toleun dituang ke dalam tabung penerima melalui alat

pendingin. Labu beralas bulat dipanaskan selama 15 menit. Setelah toluen

mendidih, disuling dengan kecepatan 2 tetes tiap detik hingga sebagian air

tersuling, kecepatan penyulingan dinaikan hingga 4 tetes per detik. Setelah semua

air tersuling, bagian dalam pendingin dicuci dengan toluen. Penyulingan

dilanjutkan selama 5 menit. Tabung penerima pendingin dibiarkan hingga suhu

kamar. Setelah air dan toluen terpisah sempurna dilakukan pembacaan volume air.

Kadar air dihitung dalam %.

5. Penetapan dosis infusa daun sirsak

Peringkat dosis yang digunakan berdasarkan pengobatan pada

masyarakat sehari-hari, dosis pada perlakuan ini adalah 2 g/ 70 kgBB manusia.

Konversi manusia (70 kg ke tikus 200 g) = 0,018 (Laurence and

Bacharach, 1964).

Dosis untuk 200 g tikus = 0,018 x 2 g

= 0,036 g/ 200gBB tikus

Dosis untuk 1 kg tikus =

x 0,036

= 0,180 g/ kgBB tikus

= 180 mg/kgBB tikus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

Peringkat dosis tertinggi infusa daun sirsak, dihitung dengan

menggunakan konsentrasi 6 g/ 100 ml

D x BB = C x V

D x 300 g = 6 g/100 ml x 2,5 ml

D = 0,0005 g/gBB

D = 500 mg/kgBB

Dari kedua dosis tersebut kemudian ditentukan faktor pengali untuk

peringkat dosis :

Faktor pengali =

= /

/

= 1,67

Peringkat dosis yang diperoleh berdasarkan faktor pengali :

Dosis I = 108 mg/kgBB tikus

Dosis II = 180 mg/kgBB tikus

Dosis III = 301 mg/kgBB tikus

Dosis IV = 503 mg/kgBB tikus

6. Pembuatan infusa daun sirsak

Infusa daun sirsak dibuat dengan menimbang sejumlah 6,0 g serbuk

kering daun sirsak dengan menambahkan 100,0 ml aquadest. Campuran ini

dipanaskan selama 15 menit dengan suhu 900C pada heater. Waktu 15 menit

dihitung ketika suhu campuran telah mencapai 90oC. Air yang diperoleh

kemudian disaring menggunakan kain flanel dan apabila belum mencapai volume

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

100 ml maka dapat ditambahkan air panas melalui ampas rebusan hingga volume

yang diinginkan tercapai.

7. Penyiapan hewan uji

Hewan uji yang digunakan terdiri dari tikus jantan dan betina, galur

Sprague-Dawley, umur 2- 3 bulan, berat badan 170-280 g, berjumlah 50 ekor (25

jantan dan 25 betina) disiapkan dan ditempatkan dalam metabolic cage. Pada

setiap metabolic cage berisi satu tikus. Tiga hari sebelum dilakukan perlakuan

hewan uji diadaptasikan pada metabolic cage.

8. Pengelompokan hewan uji

Pada penelitian ini digunakan lima puluh ekor tikus, dibagi menjadi lima

kelompok secara acak, yaitu satu kelompok kontrol dan empat kelompok

perlakuan, masing-masing kelompok uji terdiri dari sepuluh ekor tikus (lima

jantan dan lima betina). Kelompok I sampai IV diberi perlakuan infusa daun

sirsak dengan peringkat dosis berturut-turut, yaitu 108; 180; 301; 503 mg/kgBB

tikus. Kelompok V, yaitu kelompok kontrol negatif diberi aquadest sebanyak

8333 mg/kgBB tikus.

9. Prosedur pelaksanaan toksisitas subkronis

Sediaan uji berupa infusa daun sirsak diberikan pada hewan uji sesuai

dosis pemberian dengan kekerapan pemberian satu kali sehari selama 30 hari pada

tikus jantan dan betina dengan tetap diberi makan dan minum. Pada awal masa uji

yaitu pada hari I, darah semua tikus diambil melalui sinus orbital mata, ditampung

pada Eppendorf berisi heparin untuk diambil serum darah kemudian dilakukan

pengukuran kadar glukosa darah tikus. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

di Parahita Medical Lab. Pemberian infusa daun sirsak dilakukan selama 30 hari

pada setiap kelompok perlakuan sesuai dengan peringkat dosis. Pada hari ke 31,

darah semua tikus diambil melalui vena orbital mata, ditampung pada Eppendorf

berisi heparin untuk diambil serum darah kemudian dilakukan pengukuran kadar

glukosa darah tikus.

10. Pengamatan

a. Pengamatan berat badan hewan uji

Pengamatan berat badan terhadap hewan uji dilakukan dengan cara

menimbang hewan uji dengan timbangan. Penimbangan berat badan hewan uji

dilakukan setiap hari. Perhitungan purata berat badan tikus dilakukan dengan cara

menambahkan berat badan tikus kemudian dibagi dengan jumlah tikus ditiap

kelompok dilakukan pada hari 0, 7, 14, 21, 28.

b. Pengukuran asupan pakan hewan uji

Hewan uji diberikan asupan pakan setiap hari sebanyak 20 g dan

dilakukan penggantian pakan setiap harinya. Cara mengukur besarnya asupan

pakan tikus yaitu dengan menimbang pakan yang diberikan pada hari pertama,

kemudian pada hari kedua pakan yang masih tertinggal pada wadah ditimbang.

Selisih penimbangan antara berat pakan hari kedua dengan berat badan hari

pertama, dihitung sebagai asupan makanan yang dihabiskan pada hari pertama.

c. Pengukuran asupan minun hewan uji

Hewan uji diberikan minum berupa air reverse-osmosis sebanyak 150 ml.

Minuman diberikan dalam wadah botol kaca yang diberi pipa seperti tabung

reaksi yang diberi lubang pada ujungnya. Pengukuran asupan minum hewan uji

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

dilakukan dengan cara memasukkan 150 ml air pada wadah dihari pertama,

kemudian pada hari kedua jumlah sisa air yang masih terdapat dalam botol

dihitung. Air minum yang dihabiskan tikus pada hari pertama dihitung dengan

cara mengurangkan jumlah air minum yang diberikan pada hari pertama dengan

jumlah air minum sisa pada hari kedua.

E. Analisis dan Evaluasi Hasil

1. Pemeriksaan kadar glukosa darah

Data kadar glukosa darah dianalisis dengan uji Kolmogorov Smirnov

untuk melihat distribusi data tiap kelompok. Apabila distribusi data normal maka

analisis dilanjutkan dengan analisis pola searah (One Way ANOVA) dengan taraf

kepercayaan 95% , kemudian dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk mengetahui

perbedaan masing-masing kelompok. Apabila hasil analisis dengan uji

Kolmogorov Smirnov data menunjukkan distribusi yang tidak normal maka

analisis dilanjutkan dengan analisis non parametrik, yaitu Kruskal Walis untuk

mlihat perbedaan kadar glukosa darah antar kelompok, dilanjutkan dengan uji

Mann Whitney untuk mengetahui perbedaan uji tiap kelompok.

Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan bermakna sebelum dan

sesudah perlakuan dilakukan uji paired-T test untuk tiap kelompok.

2. Pengamatan berat badan hewan uji

Data perubahan berat badan merupakan data pendukung dengan dihitung

purata kenaikan berat badan pada hari ke 0, 7, 14, 21, dan pada hari ke 28. Data

perubahan berat dilakukan dianalisis dengan menggunakan General Linier Model

(dengan metode multivariate).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

3. Pengukuran asupan pakan hewan uji

Data pengukuran asupan pakan hewan uji dilakukan dengan menghitung

purata harian asupan pakan hewan uji. Setelah 28 hari, profil pola makan dibuat

dengan menggunakan grafik.

4. Pengukuran asupan minum hewan uji

Data pengukuran asupan minum hewan uji dilakukan dengan menghitung

purata harian asupan minum hewan. Setelah 28 hari, profil pola minum dibuat

dengan menggunakan grafik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya potensi efek

toksik dari infusa daun sirsak. Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk

mengungkapkan spektrum efek toksik (perubahan biokimia) infusa daun sirsak

terhadap kadar glukosa darah yang dinilai dari perubahan kadar glukosa darah dan

mengungkapkan kekerabatan antara dosis dengan spektrum efek toksik.

A. Determinasi Tanaman Sirsak

Determinasi tanaman bertujuan untuk menentukan nama atau jenis

tanaman dengan spesifik dan tepat karena tumbuhan memiliki berbagai jenis

varietas. Hal ini berguna dalam pemanfaatan tanaman tersebut sehingga tidak

menimbulkan masalah. Determinasi dilakukan dengan mencocokkan tanaman

dengan kunci determinasi berdasarkan buku acuan. Hasil determinasi tanaman

sirsak dilakukan sampai ketingkat spesies.

Setelah determinasi dilakukan, dapat disimpulkan bahwa tanaman sirsak

yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar tanaman sirsak dengan nama

ilmiah Annona muricata L.

B. Pembuatan Serbuk dan Penetapan Kadar Air Tanaman Sirsak

Pembuatan serbuk daun sirsak dengan cara mengolah sejumlah 184,0 g

daun sirsak basah lalu diproses dengan cara dipetik, dicuci, dan dikeringkan.

Proses pengeringan daun sirsak basah dengan menggunakan oven, suhu yang

dipakai 50oC selama 72 jam. Daun sirsak kering kemudian dibuat serbuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

menggunakan mesin penyerbuk (blender). Serbuk kering daun sirsak diayak

menggunakan ayakan nomor 40. Tujuan pengayakan ini adalah untuk

menyeragamkan ukuran serbuk daun sirsak. Ayakan nomor 40 diklasifikasikan

sebagai serbuk setengah kasar (Direktorat Jendral Pangawasan Obat dan

Makanan, 1994). Daun sirsak basah sejumlah 184,00 g yang telah diproses

tersebut, didapatkan serbuk kering daun sirsak sejumlah 41,40 g, lalu dilakukan

perhitungan rendemen. Perhitungan rendemen serbuk daun sirsak bertujuan

mengetahui persen jumlah serbuk kering daun sirsak yang diperoleh dari daun

sirsak basah yang telah diproses. Rendemen serbuk daun sirsak yang diperoleh

dari daun sirsak basah adalah sebesar 22,50 %.

Penetapan kadar air dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi

persyaratan serbuk yang baik, yaitu tidak lebih dari 10% (Menteri Kesehatan RI,

1994). Penetapan kadar air serbuk daun sirsak dilakukan dengan metode destilasi

toluen. Prinsip dari metode ini adalah menguapkan air dengan pembawa cairan

kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi daripada air dan tidak dapat

bercampur dengan air serta memiliki berat jenis lebih rendah daripada air. Air

dikumpulkan dalam tabung penerima dan volume air yang terkumpul dapat

diketahui (Hariyanti, 2003). Hasil pengujian kadar air serbuk daun sirsak setelah

dilakukan replikasi sebanyak tiga kali menunjukkan bahwa serbuk daun sirsak

memiliki kadar air sebesar 9,7%. Hasil menunjukkan bahwa serbuk daun sirsak

telah memenuhi persyaratan serbuk yang baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

C. Hasil Uji Kadar Glukosa Darah Tikus Jantan Akibat Pemberian InfusaDaun Sirsak

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan spektrum efek toksik

infusa daun sirsak terhadap kadar glukosa darah, maka dilakukan pemeriksaan

terhadap kadar glukosa darah untuk mengungkapkan spektrum efek toksik

tersebut. Pemeriksaan kadar glukosa darah dilakukan pre (sebelum) pemberian

infusa daun sirsak dan post (setelah) pemberian daun sirsak selama 30 hari. Hal

ini ditujukan untuk melihat kebermaknaan perbedaan kadar glukosa darah

diantara keduanya. Pengukuran dilakukan terhadap glukosa darah sewaktu.

Glukosa darah sewaktu adalah pemeriksaan kadar glukosa darah sesaat tanpa

puasa dan tanpa pertimbangan waktu setelah makan (Sutedjo, 2006).

Pengukuran kadar glukosa darah menggunakan ARCHITECT ci 8200

dengan metode heksokinase/G-6-PDH. Prinsip metode heksokinase/G-6-PD yaitu

glukosa terfosforilasi oleh heksokinase dengan bantuan ATP dan ion Mg2+ untuk

menghasilkan glukosa-6-fosfat (G-6-P) dan adenosin difosfat (ADP). Glukosa-6-

fosfat dehidrogenase akan mengoksidasi G-6-P menjadi 6-fosfoglukonat dengan

bersamaan terjadi reduksi nikotinamid adenin dinukleotida (NAD) menjadi

nikotinamid adenin dinukleotida tereduksi (NADH). Satu ml NADH diproduksi

untuk setiap mol konsumsi glukosa. NADH yang dihasilkan akan menyerap

cahaya pada panjang gelombang 340 nm dan dideteksi secara spektrofotometri.

Pada penelitian ini terdapat lima kelompok perlakuan, yaitu kelompok

perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180; 301; 503 mg/kgBB dan kelompok

kontrol aquadest 8333 mg/kgBB. Pelarut yang digunakan pada infusa daun sirsak

adalah aquadest dan dijadikan sebagai kelompok kontrol. Kelompok kontrol

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

aqudest bertujuan untuk melihat apakah penggunaan aquadest sebagai pelarut

infusa daun sirsak dapat memberikan pengaruh terhadap kadar glukosa darah.

Dosis aquadest yang digunakan sebesar 8333 mg/kgBB dikarenakan konsentrasi

aquadest yang digunakan adalah 1 g/ml.

Kadar glukosa darah pada tiap kelompok diukur pada saat pre (sebelum)

dan post (setelah) pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari, lalu dianalisis

menggunakan uji Paired T-test, uji ini dilakukan karena subjek uji yang

digunakan sama namun memiliki perlakuan yang berbeda dan melihat apakah

terdapat pengaruh pemberian infusa daun sirsak yang bermakna pada pre dan post

perlakuan ditiap kelompok perlakuan.

Tabel I. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadarglukosa darah tikus jantan tiap kelompok

Kelompok Perlakuan

Kadar Glukosa Darah (mg/dl)

Nilai pPre

(RerataSEM)

Post

(RerataSEM)

IInfusa DaunSirsak 108mg/kgBB

75,6 5,0 70,6 4,2 0,510TB

IIInfusa DaunSirsak 180mg/kgBB

68,6 5,6 46,6 6,6 0,039B

IIIInfusa DaunSirsak 301mg/kgBB

70,4 4,0 51,2 5,7 0,098TB

IVInfusa DaunSirsak 503mg/kgBB

72,0 3,9 75,0 3,0 0,413TB

VKontrol

Aquadest 8333mg/kgBB tikus

77,8 3,2 67,0 5,9 0,247TB

Ket. : TB = berbeda tidak bermakna (p>0.05) B = berbeda bermakna (p

43

Gambar 6. Diagram batang rata-rata pengaruh pemberian infusa daun sirsakterhadap kadar glukosa darah tikus jantan antar kelompok perlakuan

Tabel II. Hasil uji Scheffe kadar glukosa darah tikus jantan setelah (post)pemberian infusa daun sirsak

Kelompok

KontrolAquadest

8333mg/kgBBtikus

InfusaDaunSirsak108

mg/kgBB

InfusaDaunSirsak180

mg/kgBB

InfusaDaunSirsak301

mg/kgBB

InfusaDaunSirsak503

mg/kgBBKontrol

Aquadest8333mg/kgBB

tikus

- TB TB TB TB

Infusa DaunSirsak 108mg/kgBB

TB - TB TB TB

Infusa DaunSirsak 180mg/kgBB

TB TB - TB B

Infusa DaunSirsak 301mg/kgBB

TB TB TB - TB

Infusa DaunSirsak 503mg/kgBB

TB TB B TB -

Ket. : TB = berbeda tidak bermakna (p>0.05) B = berbeda bermakna (p>0.05)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

Hasil analisis data dari tabel I menunjukkan bahwa kadar glukosa darah

kelompok kontrol aquadest pada awal dan akhir masa uji menunjukkan perbedaan

yang tidak bermakna. Artinya, pemberian aquadest tidak memberikan pengaruh

terhadap kadar glukosa darah sehingga bila terjadi pengaruh terhadap kadar

glukosa darah tikus tidak disebabkan penggunaan aquadest sebagai pelarut infusa

daun sirsak.

Pada tabel I diperoleh hasil bahwa pada kelompok perlakuan infusa daun

sirsak 180 mg/kgBB, kadar glukosa darah pre dan post pemberian infusa daun

sirsak menunjukkan hasil berbeda bermakna (p>0,05). Kebermaknaan perbedaan

kelompok perlakuan infusa daun sirsak 180 mg/kgBB disebabkan terjadinya

penurunan kadar glukosa darah, dilihat dari nilai rerata SEM yaitu data pre-

perlakuan sebesar 68,6 5,6 mg/dl dan data post-perlakuan sebesar 46,6 6,6

mg/dl. Namun, apabila dilihat dari data post pemberian infusa daun sirsak, kadar

glukosa darah pada dosis tersebut yang dibandingkan dengan kadar glukosa darah

kelompok kontrol aquadest menunjukkan hasil berbeda tidak bermakna (tabel II).

Hal ini berarti penurunan kadar glukosa darah akibat pemberian infusa daun sirsak

masih dalam batas normal.

Pada kelompok perlakuan infusa daun sirsak dosis 108 mg/kgBB, 301

mg/kgBB, dan 503 mg/kgBB menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna

terhadap kadar glukosa darah tikus jantan pada pre dan post pemberian infusa

daun sirsak. Hal ini menunjukkan pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari

tidak mengakibatkan perubahan kadar glukosa darah yang bermakna. Hal ini

dapat dikarenakan adanya proses pemeliharaan kadar glukosa darah yang stabil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

merupakan salah satu mekanisme homeostatik yang diatur paling ketat yang

melibatkan hati, jaringan ekstrahepatik, dan beberapa hormon seperti insulin,

glukagon, kelenjar hipofisis dan epinefrin.

Setelah dilakukan analisis terhadap kadar glukosa darah pre dan post

pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari. Kadar glukosa darah post pemberian

infusa daun sirsak selama 30 hari dianalisis menggunakan One Way Anova,

bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian infusa daun sirsak pada kelompok

perlakuan infusa daun sirsak yang dibandingkan terhadap kontrol aquadest.

Hasil analisis varian satu arah (One Way Anova) terhadap kadar glukosa

darah post pemberian infusa daun sirsak diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,003

(p

46

Hasil menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna antara glukosa darah

tikus kelompok kontrol aquadest dengan semua kelompok perlakuan infusa daun

sirsak seperti terlihat pada tabel II. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian

infusa daun sirsak tidak menimbulkan pengaruh yang bermakna terhadap kadar

glukosa darah tikus jantan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya mekanisme

untuk memelihara kadar glukosa darah untuk tetap dalam kondisi normal yang

merupakan salah satu mekanisme homeostatik yang diatur paling ketat dengan

melibatkan hati, jaringan ekstrahepatik, dan beberapa hormon (Murray, et al.,

2006).

Berdasarkan tabel II jika dilakukan pembandingan terhadap antar dosis

kelompok perlakuan, terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok

perlakuan infusa daun sirsak dosis 180 mg/kgBB dengan dosis 503 mg/kgBB.

Sedangkan, untuk antar dosis lainnya menunjukkan perbedaan yang tidak

bermakna.