PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin...

111
OPTIMASI GELLING AGENT CMC-NA DAN HUMEKTAN GLISERIN DALAM SEDIAAN GEL ANTI-INFLAMASI EKSTRAK DAUN COCOR BEBEK (Kalanchoe pinnata (Lam.)): APLIKASI DESAIN FAKTORIAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Vincensius Galih Prakarsa Gautama Putra NIM : 118114143 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin...

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

OPTIMASI GELLING AGENT CMC-NA DAN HUMEKTAN GLISERIN

DALAM SEDIAAN GEL ANTI-INFLAMASI EKSTRAK DAUN COCOR

BEBEK (Kalanchoe pinnata (Lam.)): APLIKASI DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Vincensius Galih Prakarsa Gautama Putra

NIM : 118114143

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

OPTIMASI GELLING AGENT CMC-NA DAN HUMEKTAN GLISERIN

DALAM SEDIAAN GEL ANTI-INFLAMASI EKSTRAK DAUN COCOR

BEBEK (Kalanchoe pinnata (Lam.)): APLIKASI DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Vincensius Galih Prakarsa Gautama Putra

NIM : 118114143

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

I dedicate my work to : My dearest God

Father and Mother Brother

My friends Almamater, Sanata Dharma University

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

vii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas

segala berkat dan rahmat-Nya, penulis mampu menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Optimasi Gelling Agent CMC-Na dan Humektan Gliserin dalam

Sediaan Gel Anti-inflamasi Ekstrak Daun Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata

(Lam.)): Aplikasi Desain Faktorial” dengan baik. Penulisan skripsi ini bertujuan

untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Farmasi

(S.Farm.) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.

Oleh karena itu, dengan tulus hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Papa, mama, dan mas Adit yang selalu memberikan yang terbaik bagi

penulis melalui doa, kasih sayang, dukungan, semangat, dan restu.

2. Bapak Septimawanto Dwi P., S.Farm., M.Si., Apt., selaku dosen

pembimbing skripsi atas segala bimbingan, motivasi, dan masukan dalam

penyusunan skripsi.

3. Ibu Beti Pudyastuti, M.Sc., Apt. dan Ibu Damiana Sapta Candrasari, M.Sc.

selaku dosen penguji, terima kasih atas masukan dan saran dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah

membekali penulis dengan ilmu dan pengalaman selama menjalani masa

perkuliahan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

viii

5. Seluruh laboran Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah

membantu penulis dalam melaksanakan praktikum di laboratorium.

6. Teman kelompok skripsi Yosua, Dian, Regi yang selalu memberikan

semangat, membantu, dan menemani penulis di saat suka maupun duka

dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Para sahabat penulis Jeanne Nadia Ingrida, Marella Matta, Marcelinus

Steven, dan Paulus Emanuel yang selalu memberikan semangat,

perhatian dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Shinta Christia Maharani, Jagianda Yudha, dan Gigih Prayoga yang

selalu memberikan semangat, hiburan, dan doa untuk penulis.

9. Teman-teman sidEffect Dara, Titus, Ipang, dan Adi yang selalu menjadi

penghibur dan pembawa keceriaan bagi penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

10. Teman-teman lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari banyak terdapat kekurangan dalam penelitian ini,

penulis mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun. Penulis juga

mengharapkan tulisan ini mampu menyumbangkan bantuan kepada ilmu

pengetahuan.

Yogyakarta, 8 Juni 2015

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .........................................................................iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...............................vi

PRAKATA ........................................................................................................vii

DAFTAR ISI .....................................................................................................ix

DAFTAR TABEL .............................................................................................xiii

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xv

INTISARI ..........................................................................................................xvi

ABSTRACT ........................................................................................................xvii

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................1

A. Latar Belakang ..............................................................................................1

1. Perumusan masalah ...................................................................................3

2. Keaslian penelitian ....................................................................................3

3. Manfaat penelitian .....................................................................................4

B. Tujuan Penelitian...........................................................................................5

1. Tujuan umum ............................................................................................5

2. Tujuan khusus ...........................................................................................5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

x

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ................................................................6

A. Tanaman Cocor Bebek ..................................................................................6

B. Flavonoid ......................................................................................................8

C. Ekstraksi .......................................................................................................11

D. Inflamasi .......................................................................................................13

E. Gel ................................................................................................................15

F. Gelling Agent ................................................................................................16

G. Carboxymethylcellulose sodium (CMC-Na) ...................................................17

H. Humektan ......................................................................................................18

I. Gliserin .........................................................................................................18

J. Desain Faktorial ............................................................................................19

K. Landasan Teori ..............................................................................................21

L. Hipotesis .......................................................................................................22

BAB III. METODE PENELITIAN ....................................................................23

A. Jenis dan Rancangan Penelitian .....................................................................23

B. Variabel dan Definisi Operasional .................................................................23

1. Variabel penelitian ....................................................................................23

2. Definisi operasional ..................................................................................24

C. Bahan Penelitian............................................................................................25

D. Alat Penelitian ...............................................................................................26

E. Tata Cara Penelitian ......................................................................................26

1. Determinasi tanaman cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)) ................26

2. Pembuatan ekstrak daun cocor bebek ........................................................26

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

xi

3. Formulasi gel ............................................................................................27

4. Uji sifat fisik dan stabilitas gel ..................................................................29

5. Uji aktivitas anti-inflamasi ........................................................................30

F. Optimasi dan Analisis Data ...........................................................................33

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................34

A. Determinasi Tumbuhan .................................................................................34

B. Pengumpulan dan Penyerbukan Simplisia......................................................34

C. Pembuatan Ekstrak Daun Cocor Bebek .........................................................36

D. Orientasi Level dari Kedua Faktor Penelitian .................................................38

E. Pembuatan Sediaan Gel Anti-inflamasi Ekstrak Daun Cocor Bebek ..............41

F. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Gel Anti-inflamasi ............................................43

1. Organoleptis .............................................................................................44

2. Uji pH .......................................................................................................44

3. Uji viskositas ............................................................................................45

4. Uji daya sebar ...........................................................................................48

G. Efek Penambahan CMC-Na dan Gliserin serta Interaksinya dalam

Menentukan Sifat Fisik Gel Anti-inflamasi Ekstrak Daun Cocor Bebek.........50

1. Uji normalitas data ....................................................................................51

2. Uji variansi data ........................................................................................51

3. Uji signifikansi respon viskositas ..............................................................52

4. Uji signifikansi respon pergeseran viskositas ............................................55

5. Uji signifikansi respon daya sebar .............................................................55

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

xii

H. Optimasi Formula ..........................................................................................58

1. Contour plot viskositas .............................................................................58

2. Contour plot daya sebar ............................................................................59

3. Contour plot superimposed .......................................................................60

I. Validasi Contour Plot Superimposed Gel Anti-inflamasi Ekstrak Daun

Cocor Bebek..................................................................................................61

J. Uji Aktivitas Gel Anti-inflamasi Ekstrak Daun Cocor Bebek .........................62

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................66

A. Kesimpulan ...................................................................................................66

B. Saran .............................................................................................................66

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................67

LAMPIRAN ......................................................................................................70

BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................93

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Rancangan desain faktorial ..........................................................20

Tabel II. Formula gel ekstrak daun cocor bebek .........................................28

Tabel III. Forrmula modifikasi gel ekstrak daun cocor bebek ......................28

Tabel IV. Uji organoleptis 48 jam setelah pembuatan ..................................44

Tabel V. Uji organoleptis 4 minggu setelah pembuatan ..............................44

Tabel VI. Uji pH gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek .....................45

Tabel VII. Viskositas gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek 48 jam

setelah pembuatan .......................................................................46

Tabel VIII. Hasil uji statistik pergeseran viskositas sediaan gel anti-

inflamasi ekstrak daun cocor bebek .............................................47

Tabel IX. Daya sebar gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek 48 jam

setelah penyimpanan ...................................................................49

Tabel X. Uji normalitas data viskositas dan daya sebar ..............................51

Tabel XI. Uji kesamaan varian data viskositas dan daya sebar .....................52

Tabel XII. Analisis ANOVA efek CMC-Na, gliserin, serta interaksinya

dalam menentukan respon viskositas ...........................................52

Tabel XIII. Analisis ANOVA efek CMC-Na, gliserin, serta interaksinya

dalam menentukan respon pergeseran viskositas .........................55

Tabel XIV. Analisis ANOVA efek CMC-Na, gliserin, serta interaksinya

dalam menentukan respon daya sebar ..........................................56

Tabel XV. Validasi contour plot superimposed.............................................62

Tabel XVI. Persentase inhibisi masing-masing kelompok perlakuan .............65

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur molekul CMC-Na ..........................................................17

Gambar 2. Struktur molekul gliserin .............................................................18

Gambar 3. Profil kurva variasi konsentrasi CMC-Na terhadap viskositas ......38

Gambar 4. Profil kurva variasi konsentrasi CMC-Na terhadap daya sebar .....39

Gambar 5. Profil kurva variasi konsentrasi gliserin terhadap viskositas.........40

Gambar 6. Profil kurva variasi konsentrasi gliserin terhadap daya sebar .......40

Gambar 7. Contoh tampilan viskometer Rion ...............................................46

Gambar 8. Grafik viskositas gel ekstrak daun cocor bebek selama

penyimpanan ...............................................................................48

Gambar 9. Grafik pengaruh CMC-Na terhadap respon viskositas setelah 48

jam ..............................................................................................53

Gambar 10. Grafik pengaruh gliserin terhadap respon viskositas setelah 48

jam ..............................................................................................54

Gambar 11. Grafik pengaruh CMC-Na terhadap daya sebar setelah 48 jam ....57

Gambar 12. Grafik pengaruh gliserin terhadap daya sebar setelah 48 jam .......57

Gambar 13. Contour plot respon viskositas ....................................................58

Gambar 14. Contour plot respon daya sebar ...................................................59

Gambar 15. Contour plot superimposed gel anti-inflamasi ekstrak daun

cocor bebek .................................................................................60

Gambar 16. Titik validasi pada area optimum .................................................61

Gambar 17. Grafik rata-rata pengukuran edema kaki tikus setiap waktu

pengukuran .................................................................................64

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat pengesahan determinasi dan hasil determinasi ....................70

Lampiran 2. Ethical clearance ........................................................................71

Lampiran 3. Orientasi level kedua faktor penelitian .........................................72

Lampiran 4. Data viskositas, daya sebar, dan pergeseran viskositas .................75

Lampiran 5. Data uji aktivitas anti-inflamasi ...................................................76

Lampiran 6. Hasil analisis data sifat fisik menggunakan R.3.1.2 .....................78

Lampiran 7. Perhitungan efek .........................................................................82

Lampiran 8. Hasil analisis data stabilitas viskositas menggunakan R.3.1.2 ......83

Lampiran 9. Dokumentasi penanaman tanaman cocor bebek ...........................86

Lampiran 10. Dokumentasi proses ekstraksi daun cocor bebek..........................87

Lampiran 11. Dokumentasi sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor

bebek ..........................................................................................89

Lampiran 12. Dokumentasi pengukuran sifat fisik gel ekstrak daun cocor

bebek ..........................................................................................91

Lampiran 13. Dokumentasi uji aktivitas anti-inflamasi dengan metode jangka

sorong digital ..............................................................................92

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

xvi

INTISARI

Daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)) diketahui memiliki

beberapa aktivitas farmakologis, salah satunya sebagai agen anti-inflamasi.

Ekstrak daun cocor bebek diformulasikan menjadi bentuk sediaan gel dengan

tujuan untuk meningkatkan kenyamanan pasien. Formulasi gel menggunakan

CMC-Na sebagai gelling agent dan gliserin sebagai humektan. Tujuan penelitian

ini adalah untuk menentukan komposisi optimum dari CMC-Na dan gliserin serta

mengetahui faktor mana yang dominan dalam menghasilkan sediaan gel yang

memenuhi persyaratan fisik dan stabilitas; serta untuk mengetahui aktivitas anti-

inflamasi dari gel tersebut.

Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental murni menggunakan

metode desain faktorial dengan dua faktor dan dua level. Faktor yang digunakan

adalah CMC-Na (6-7,5 g), dan gliserin (30-60 g). Parameter yang diukur adalah

sifat fisik (daya sebar dan viskositas) dan stabilitas (pergeseran viskositas.

Analisis data dilakukan dengan program R.3.1.2 untuk mengetahui signifikansi

efek dari CMC-Na dan gliserin, serta interaksi kedua faktor sehingga dapat

diketahui faktor dominan yang mempengaruhi sifat fisik dan stabilitas gel. Area

komposisi optimum diperoleh dengan contour plot superimposed. Aktivitas anti-

inflamasi diuji dengan tikus yang diinduksi suspensi karagenan-salin 1%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa CMC-Na dan gliserin memberikan

respon yang signifikan terhadap viskositas dan daya sebar dengan CMC-Na

sebagai faktor yang dominan. Area komposisi optimum yang menghasilkan sifat

fisik dan stabilitas gel yang dikehendaki dapat ditemukan. Selain itu gel ekstrak

daun cocor bebek memiliki aktivitas anti-inflamasi dengan persentase

penghambatan sebesar 50 ± 3,305%.

Kata kunci : ekstrak daun cocor bebek, gel anti-inflamasi, desain faktorial,

gliserin, CMC-Na

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

xvii

ABSTRACT

Cocor bebek leaf (Kalanchoe pinnata (Lam.)) has many pharmacological

activities, one of them was anti-inflammatory agent. Cocor bebek leaf extract

were formulated into gel dosage form with purpose to increase patients comfort.

Formulation gel used CMC-Na as gelling aget and glycerin as humectant. This

research aimed to determine the optimum composition of CMC-Na and glycerin

as well as to know the dominant factors in producing a gel formulation that met

the physical requirements and stability, and also to determine anti-inflammatory

activity of gel.

The research was a pure experimental, using factorial design with two-

factor and two-level. The factor which used were CMC-Na (6-7,5 g), and glycerin

(30-60 g). The parameters which measured were physical properties

(spreadibility and viscocity) and stability (viscocity shift). Data analysis was

performed using the R.3.1.2 program with two-way ANOVA to determine the

significance effect of CMC-Na, glycerin, and the interaction of these factors so the

dominant factor which affecting the physical properties and stability of gel were

known. The optimum composition area obtained by contour plot superimposed.

Anti-inflammatory activity were tested using rat induced with suspension

karagenan-saline 1%.

The results showed that the CMC-Na and glycerin gave a significant

response to the viscosity and dispersive power. This research found the optimum

composition area resulting on the desired physical properties and gel stability. In

addition, anti-inflammatory gel leaf extract of cocor bebek had anti-inflammatory

activity with the value of % inhibition of 50 ± 3,305.

Keywords: cocor bebek leaf extract, anti-inflammatory gel, factorial design,

CMC-Na, glycerin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)) merupakan salah satu

tanaman obat tradisional Indonesia (Bangun, 2012). Tanaman cocor bebek

memiliki banyak kegunaan, antara lain meringankan gejala maag dan penyakit

usus, sakit kepala, hipertensi, dan demam (Nwose, 2013).

Penelitian Pattewar (2012) menunjukkan bahwa 4,5% ekstrak cair daun

cocor bebek dalam dosis 100 mg/kg berat badan memiliki efek anti-inflamasi,

yaitu menurunkan bengkak yang disebabkan oleh karagenan. Efek anti-inflamasi

dari daun cocor bebek disebabkan karena adanya senyawa flavonoid dalam

tanaman ini (Bangun, 2012).

Flavonoid akan menghambat kerja dari COX-2 sehingga produksi dari

prostaglandin menurun. Prostaglandin merupakan salah satu mediator penting dari

inflamasi (Lafuente, Guillamon, Villares, Rostagno, dan Martinez, 2009).

Umumnya, cara penggunaan daun cocor bebek sebagai obat anti-

inflamasi terutama untuk penyembuhan luka, baik luka bakar maupun bengkak

dengan cara mengoleskan parutan / tumbukan daun cocor bebek ke permukaan

luka. Namun cara tersebut dinilai kurang nyaman dan efisien, sehingga perlu

diformulasikan dalam suatu bentuk sediaan, salah satunya dalam bentuk sediaan

gel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

2

Gel merupakan salah satu bentuk sediaan yang banyak digunakan dalam

penyembuhan luka. Gel adalah suatu sistem suspensi semipadat yang terdiri dari

partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar dan terpenetrasi

pada suatu cairan (Dirjen POM RI, 1995). Gel berwarna bening dan mudah dicuci

dengan air, sehingga nyaman untuk digunakan.

Mekanisme pembentukan gel dengan membentuk struktur jaringan tiga

dimensi melalui penjeraban solven oleh gelling agent. Gelling agent berperan

dalam pembentukan jaringan struktur gel, sehingga komposisi dari gelling agent

dapat mempengaruhi sifat fisik dan stabilitas fisik gel (Garg, Aggarwal, Garg dan

Singla, 2002). Gelling agent yang digunakan dalam penelitian ini adalah CMC-

Na. Menurut Rowe, Sheskey, dan Quinn (2009) CMC-Na berfungsi sebagai basis

gel dan dapat meningkatkan viskositas gel.

Selain gelling agent, bahan yang berpengaruh terhadap sifat fisik dan

stabilitas fisik adalah humektan. Humektan berfungsi untuk menjaga kandungan

air di dalam sediaan gel (Rowe dkk., 2009). Humektan yang digunakan adalah

gliserin. Jika gliserin yang digunakan dalam suatu sediaan gel terlalu banyak

maka sediaan tersebut akan terlalu encer dan dapat mempengaruhi daya sebar dari

sediaan tersebut. Demikian juga jika jumlah gliserin yang digunakan terlalu

sedikit, maka gel akan terlalu kental sehingga memiliki daya sebar yang tidak luas

(Loden dan Maibach, 2005). Oleh karena itu, dalam formulasi sediaan gel anti-

inflamasi ekstrak daun cocor bebek perlu dilakukan optimasi penggunaan CMC-

Na sebagai gelling agent dan gliserin sebagai humektan agar didapat sediaan gel

yang memenuhi persyaratan sifat fisik dan stabil.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

3

Metode optimasi yang digunakan adalah metode desain faktorial dengan

dua faktor (CMC-Na dan gliserin) dan dua level (level rendah dan level tinggi).

Metode ini digunakan untuk mengetahui faktor antara CMC-Na, gliserin, maupun

interaksi antar kedua faktor tersebut. Menurut Bolton dan Bon (2004) metode

desain faktorial memungkinkan untuk mengidentifikasi efek masing-masing

faktor, maupun efek interaksi antar faktor.

1. Perumusan masalah

a. Faktor apakah yang lebih dominan antara CMC-Na, gliserin, atau interaksi

keduanya yang menentukan sifat fisik (viskositas dan daya sebar) dan

stabilitas fisik (pergeseran viskositas) sediaan gel ekstrak daun cocor

bebek?

b. Dapatkah diperoleh komposisi optimum dari gelling agent CMC-Na dan

humektan gliserin agar didapat sediaan gel ekstrak daun cocor bebek yang

memenuhi persyaratan sifat fisik dan stabil?

c. Apakah sediaan gel ekstrak daun cocor bebek memiliki aktivitas anti-

inflamasi?

2. Keaslian penelitian

Penelitian yang terkait dengan daun cocor bebek dan sediaan gel antara

lain:

a. ”Formulasi dan Uji Efektivitas Gel Luka Bakar Ekstrak Daun Cocor

Bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)) pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus)”

yang dilakukan oleh Hasyim dkk. (2012). Penelitian ini memformulasikan

ekstrak daun cocor bebek dalam bentuk gel untuk penyembuhan luka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

4

bakar. Letak perbedaan dengan penelitian skripsi ini adalah dalam

formulanya, yaitu gelling agent yang digunakan CMC-Na, serta humektan

yang digunakan hanya gliserin.

b. “Analgesic and Anti-Inflammatory Activity of Kalanchoe pinnata (Lam.)

Pers” yang dilakukan oleh Matthew dkk. (2013) mengenai uji aktivitas

anti-inflamasi cocor bebek pada hewan uji tikus. Letak perbedaan dengan

penelitian skripsi ini adalah sampel yang diuji aktivitasnya. Penelitian

yang dilakukan oleh Matthew dkk. menguji aktivitas dari ekstrak daun

cocor bebek, sedangkan penelitian skripsi ini menguji aktivitas dari gel

ekstrak daun cocor bebek.

Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, belum ada penelitian

mengenai optimasi gelling agent CMC-Na dan humektan gliserin dalam

sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek dengan aplikasi desain

faktorial.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan menambah informasi dalam

bidang kefarmasian, khususnya mengenai formulasi gel anti-inflamasi

dengan cocor bebek sebagai zat aktifnya.

b. Manfaat praktis. Menghasilkan sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun

cocor bebek yang memiliki sifat fisik dan stabilitas yang baik sehingga

dapat menjadi alternatif pilihan obat dari bahan alam bagi masyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

5

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat sediaan gel anti-inflamasi

dari ekstrak daun cocor bebek yang dapat memenuhi persyaratan sifat fisik dan

stabilitas fisik gel.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui faktor yang lebih dominan antara CMC-Na, gliserin, atau

interaksi keduanya yang menentukan sifat fisik (viskositas dan daya

sebar) dan stabilitas fisik (pergeseran viskositas) gel ekstrak daun cocor

bebek.

b. Memperoleh komposisi optimum dari gelling agent CMC-Na dan

humektan gliserin agar didapat sediaan gel ekstrak daun cocor bebek

yang memenuhi persyaratan sifat fisik dan stabil.

c. Mengetahui apakah sediaan gel ekstrak daun cocor bebek memiliki

aktivitas anti-inflamasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Tanaman Cocor Bebek

Tanaman cocor bebek memiliki nama latin Kalanchoe Pinnata (Lam.)

termasuk ke dalam famili tumbuhan Crassulaceae (Bangun, 2012).

Klasifikasi tanaman cocor bebek adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Rosidae

Ordo : Saxifragales

Famili : Crassulaceae

Genus : Kalanchoe

Species : Kalanchoe pinnata (Lam.)

(Majaz, Tatiya, Khurshid, Nazim dan Siraj, 2011).

Tanaman ini memiliki beberapa sinonim, antara lain Brophyllum

pinnatum, Brophyllum calycinum, B. Germinans, B., pinnatum, Cotyledon

calycina, C. calyculata, C.pinnata, C. rhizophilla, Crassuvia floripendia,

Crassula pinnata, Sedum madagascariense, Verea pinnata (Majaz dkk., 2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

7

Tanaman cocor bebek memiliki batang yang lunak dan beruas. Daunnya

tebal berdaging dan mengandung banyak air. Warna daun hijau muda, kadang-

kadang abu-abu, bunga majemuk, dan buah kotak (Bangun, 2012).

Tumbuhan yang umum pada daerah beriklim tropika ini, merupakan

tumbuhan yang memiliki tinggi sekitar 1 meter, tumbuh liar di tepi jurang, pinggir

jalan dan tempat-tempat yang tanahnya berbatu-batu, daerah panas dan kering.

Tumbuh dengan baik pada daerah hingga 1.000 meter di atas permukaan laut.

Tanaman ini dapat dikembangbiakkan melalui daun (kuncup-kuncup daun

berbentuk dalam toreh-toreh pada tepi daunnya) (Bangun, 2012).

Tanaman ini dikenal dengan nama-nama daerah, seperti daun sejuk,

buntiris, jampe, jukut kawasa, tere, ceker itik, suru bebek, cocor bebek, teres, tuju

dengen, didingin beueu, mamala, rau kufiri, kabi-kabi, daun ancar bebek, dan

daun ghemet (Haryanto, 2009).

Farmakologi Cina dan pengobatan tradisional lainnya menyebutkan

bahwa tanaman ini memiliki sifat agak masam, lunak, dingin serta berkhasiat

antiradang, menghentikan perdarahan, mengurangi pembengkakan, dan

mempercepat penyembuhan (Suhono dan tim LIPI, 2010).

Daun cocor bebek diketahui memiliki aktivitas anti-diabetik, anti-

hipertensi, anti-mikroba, anti-fungi, anti-inflamasi dan analgesik, anti-asma,

sitotoksik, anti-urolitik, anti-oksidan, proteksi jantung, neurosedatif, dan relaksasi

otot (Afzal dkk., 2012).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

8

Tanaman ini kaya dengan kandungan kimia, yang sudah diketahui adalah

zat asam lemon, zat asam apel, vitamin C, quercitin-3-diarabinoside, dan

kaemferol-3-glucoside (Haryanto, 2009).

Senyawa aktif yang terkandung dan berhasil diisolasi dari cocor bebek

antara lain alkaloid, triterpen, lipid, flavonoid, glikosida, bufadienolida, fenol, dan

asam organik. Flavonoid yang terkandung di dalam daun cocor bebek inilah yang

memiliki aktivitas anti-inflamasi (Afzal dkk., 2012).

B. Flavonoid

Flavonoid adalah senyawa golongon polifenol yang secara alami hampir

terdapat pada semua jenis tumbuhan. Flavonoid mempunyai dua atau lebih cincin

aromatik masing-masing berikatan dengan gugus hidroksil dan heterosiklik piran.

Flavonoid dibagi menjadi beberapa subkelas, yaitu: flavanol, flavanon, flavon,

isoflavon, flavonol, dan antosianidin (Lafuente dkk.,2009).

Flavonoid mengandung komponen yang memiliki aktivitas biologis luas

dan banyak ditemukan ditanaman. Aktivitas biologis flavonoid antara lain anti-

inflamasi, antibakteri, antiviral, antialergi, antitumor, terapi penyakit

neurodegeneratif, dan vasodilator (Sandhar, Kumar, Prasher, Tiwari, Salhan dan

Sharma, 2011).

Beberapa flavonoid spesifik mempengaruhi sistem enzim yang terlibat

dalam proses peradangan, terutama tirosin dan serin-treonin protein kinase. Enzim

ini terlibat dalam sinyal transduksi dan proses aktivasi sel seperti proliferasi sel T,

aktivasi limfosit B atau produksi sitokin oleh rangsangan monosit. Flavonoid juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

9

menunjukkan efek pada proses sekresi dari sel-sel inflamasi. Beberapa flavonoid

seperti luteolin, kaempferol, apigenin, atau quercetin telah dilaporkan sebagai

inhibitor dari β-glukoronidase dan pelepasan lisozim dari neutrofil. Flavonoid ini

secara signifikan menghambat pelepasan asam arakidonat dari membran, efek

yang berkorelasi dengan degranulasi (Lafuente dkk., 2009).

Mekanisme anti-inflamasi yang dilakukan oleh flavonoid dapat melalui

beberapa jalur yaitu:

1. Penghambatan aktivitas enzim COX dan/atau lipooksigenase

Aktivitas anti-inflamasi flavonoid karena penghambatan COX atau

lipooksigenase. Penghambatan jalur COX atau lipooksigenase ini secara

langsung juga menyebabkan penghambatan biosintesis eikosanoid dan

leukotrien yang merupakan produk akhir dari jalur COX dan lipooksigenase.

2. Penghambatan akumulasi leukosit

Efek anti-inflamasi flavonoid dapat disebabkan oleh aksinya dalam

menghambat akumulasi leukosit di daerah inflamasi. Leukosit dalam keadaan

normal dapat bergerak bebas sepanjang dinding endotel. Selama inflamasi,

berbagai mediator turunan endotel dan faktor komplemen mungkin

menyebabkan adhesi leukosit ke dinding endotel sehingga menyebabkan

leukosit menjadi immobil dan menstimulasi degranulasi netrofil. Pemberian

flavonoid dapat menurunkan jumlah leukosit immobil dan mengurangi aktivasi

komplemen sehingga menurunkan adhesi leukosit ke endotel dan

mengakibatkan penurunan respon inflamasi tubuh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

10

3. Penghambatan degranulasi netrofil

Flavonoid dapat menghambat degranulasi netrofil sehingga secara

langsung mengurangi pelepasan asam arakidonat oleh netrofil.

4. Penghambatan pelepasan histamin

Efek anti-inflamasi flavonoid didukung oleh aksinya sebagai

antihistamin. Histamin adalah salah satu mediator inflamasi yang pelepasannya

distimulasi oleh pemompaan kalsium ke dalam sel. Flavonoid dapat

menghambat pelepasan histamin dari sel mast. Flavonoid diduga dapat

menghambat enzim c-AMP fosfodiesterase sehingga kadar c-AMP dalam sel

mast meningkat, dengan demikian kalsium dicegah masuk ke dalam sel yang

berarti juga mencegah pelepasan histamin.

5. Penstabil Reactive Oxygen Species (ROS)

Efek flavonoid sebagai antioksidan secara tidak langsung juga

mendukung efek anti-inflamasi flavonoid. Adanya radikal bebas dapat menarik

berbagai mediator inflamasi. Flavonoid dapat menstabilkan Reactive Oxygen

Species (ROS) dengan bereaksi dengan senyawa reaktif dari radikal sehingga

radikal menjadi inaktif (Hidayati, Listyawati, Setyawan, 2005).

Flavonoid dapat menghambat aktivitas enzim pemetabolisme asam

arakidonat (AA) seperti fosfolipase A2 (PLA2), siklooksigenase (COX), dan

lipoksigenase (LOX)) serta enzim nitric oxide synthase (NOS) yang dapat

menghasilkan nitric oxide (NO). Penghambatan enzim-enzim tersebut

mengakibatkan berkurangnya produksi AA, prostaglandin, leucotrienes, dan NO

yang berperan sebagai mediator penting dari inflamasi. Oleh karena itu dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

11

dinyatakan bahwa penghambatan enzim ini dengan flavonoid menjadi salah satu

mekanisme yang paling penting dari aktivitas anti-inflamasi (Lafuente dkk.,

2009).

C. Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

ditetapkan (Dirjen POM RI, 1995).

Ekstrak tumbuhan dapat dikelompokkan berdasarkan konsistensinya

menjadi:

1. Ekstrak encer.

Sediaan seperti ini memiliki konsistensi seperti madu sehingga mudah

dituang. Saat ini sudah tidak dipakai lagi.

2. Ekstrak kental.

Sediaan ini memiliki kandungan air sebesar 30%. Sediaan ini memiliki

kelemahan yaitu sulit untuk ditakar.

3. Ekstrak kering.

Sediaan ini memiliki konsistensi kering dan mudah digosokkan, serta

memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

12

4. Ekstrak cair.

Ekstrak ini merupakan sediaan cair yang dibuat dari hasil tarikan

simplisia (Voigt, 1994).

Ekstraksi (penyarian) merupakan kegiatan penarikan bahan yang

terkandung dengan pelarut cair yang sesuai. Umumnya, ekstraksi dapat dilakukan

secara infudasi, maserasi, perkolasi, dan destilasi uap. Jenis ekstraksi dan bahan

ekstraksi mana yang digunakan ditentukan berdasarkan kelarutan zat aktif serta

stabilitasnya (Voigt, 1994).

Maserasi merupakan salah satu cara penyarian yang paling sederhana.

Maserasi dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari

dengan bantuan penggojokan. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan

masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Kemudian zat aktif akan

terlarut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam

sel dengan yang di luar sel, maka larutan terpekat didesak keluar (Dirjen POM RI,

1986).

Cairan penyari dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang

optimal untuk menyari kandungan senyawa yang berkhasiat, sehingga senyawa

tersebut dapat terpisah dari bahan simplisia dan dari senyawa kandungan lainnya

(Voigt, 1994).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

13

D. Inflamasi

Inflamasi merupakan respon biologis berupa reaksi vaskuler dengan

manifestasi berupa pengiriman cairan, senyawa terlarut maupun sel-sel dari

sirkulasi darah menuju ke jaringan interstisial pada daerah luka (Nugroho, 2012).

Inflamasi atau peradangan dibagi menjadi dua yaitu peradangan akut dan

peradangan kronis. Peradangan akut merupakan respon awal tubuh untuk

rangsangan berbahaya, berlangsung dalam beberapa hari. Proses peradangan akut

yang simultan akan menghasilkan peradangan kronis, yang bisa berlangsung

berbulan-bulan (Nugroho, 2012).

Inflamasi memiliki 5 tanda utama, yaitu:

1. Kemerahan (rubor) terjadi pada tahap pertama dari inflamasi. Darah terkumpul

pada daerah jaringan yang cedera akibat pelepasan mediator kimia tubuh

(kinin, prostaglandin, dan histamin). Histamin mendilatasi arteriol.

2. Bengkak (edema/tumor) terjadi pada tahap kedua dari inflamasi. Plasma

merembes ke dalam jaringan interstisial pada tempat cedera.

3. Panas (kalor) disebabkan oleh bertambahnya penggumpalan darah dan

mungkin juga karena pirogen (substansi yang menimbulkan demam) yang

mengganggu pusat pengatur panas pada hipotalamus.

4. Nyeri (dolor) disebabkan oleh pembengkakan dan pelepasan mediator-

mediator kimia.

5. Kehilangan fungsi (functio laesa) disebabkan karena penumpukan cairan pada

jaringan yang cedera dan karena rasa nyeri yang mengurangi mobilitas pada

daerah yang cedera (Setiadi, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

14

Tanda inflamasi yang diamati dalam penelitian ini adalah edema. Edema

disebut juga dengan istilah pembengkakan. Hal ini disebabkan karena adanya

suplai cairan maupun sel darah merah atau sel darah putih dari sirkulasi darah

menuju jaringan interstisial. Kumpulan cairan beserta sel-sel tersebut dalam

jaringan luka disebut eksudat (Nugroho, 2012).

Secara garis besar, saat proses inflamasi, terjadi perubahan pada

pembuluh darah dan jaringan. Pembuluh darah akan melebar (vasodilatasi) dan

permeabilitas kapiler akan meningkat, terutama pada inflamasi akut. Hal ini

terjadi akibat adanya rangsangan pada membran sel yang akan melepaskan

mediator kimia. Perubahan kapiler tersebut mengakibatkan terjadinya kebocoran

yang mengakibatkan cairan plasma merembes keluar (eksudasi) disertai leukosit,

antibodi, dan sel fagosit yang bergerak keluar pembuluh darah (infiltrasi) dan

sampai ke tempat benda asing, atau jaringan yang rusak. Akibat migrasi dari

leukosit, eritrosit, dan menempelnya platelet pada pembuluh darah kapiler

menyebabkan terbentuknya thrombus, sehingga terjadi gangguan sirkulasi kapiler

yang menyebabkan jaringan mengalami nekrosis. Jaringan yang mengalami

inflamasi akan mengalami penyembuhan dengan adanya infiltrasi sel radang,

proliferasi fibroblast yang kemudian terjadi pembentukan jaringan granulasi dan

proliferasi kapiler baru (Mitchell, Kumar, Abbas, dan Fausto, 2009).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

15

E. Gel

Gel merupakan suatu sistem suspensi semipadat yang terdiri dari partikel

anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar dan terpenetrasi dalam

cairan (Dirjen POM RI, 1995).

Gel sendiri diklasifikasikan berdasarkan karakteristiknya menjadi dua,

yaitu gel inorganik dan gel organik. Gel organik memiliki ciri mengandung

polimer sebagai pembentuknya. Gel juga diklasifikasikan berdasarkan sifat

pelarutnya menjadi dua, yaitu aqueous gels dan organogels. Aqueous gels

memiliki basis air, sedangkan organogels mengandung pelarut nonaqueous.

Selain itu, gel dengan konsentrasi pelarut yang rendah disebut xerogels (Zats dan

Kushla, 1996).

Hidrogel adalah sistem gel di mana air bergerak di dalam polimer yang

terlarut. Hidrogel adalah sediaan yang memiliki kompatibilitas yang cukup baik

terhadap jaringan biologis (Zats dan Kushla, 1996). Hidrogel menggambarkan

sediaan yang dapat disebarkan, yang terbentuk melalui pembengkakan terbatas

dari bahan organik makromolekuler atau senyawa anorganik. Hidrogel termasuk

grup besar dari heterogel kaya cairan (Voigt, 1994).

Hidrogel bersifat hidrofilik, mengandung sebagian besar air (85-95%),

oleh karena itu pertumbuhan mikroba menjadi salah satu masalah ketidakstabilan

dalam bentuk sediaan ini. Bahan dan agen pembentuk gel biasanya merupakan

senyawa polimer organik seperti carbopol dan natrium karboksi metilselulosa.

Setelah aplikasi, hidrogel memberikan sensasi dingin disebabkan oleh evaporasi

dari pelarut. Namun penggunaan hidrogel dalam jangka panjang dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

16

menyebabkan kulit mengering. Oleh karena itu biasanya ditambahkan humektan

dalam formulasinya, misalnya gliserin (Barel, Paye, dan Malbach, 2001).

Sediaan gel hidrofilik memiliki sifat daya sebar yang baik pada kulit,

pelepasan obat yang baik, tidak menghambat fungsi fisiologis kulit, memiliki efek

dingin, dan mudah dicuci dengan air (Voigt, 1994).

Evaluasi sifat fisik gel terdiri dari organoleptis, homogenitas, pH,

konsistensi, viskositas, daya sebar, serta stabilitas fisik (Kuncari, Iskandarsyah,

dan Praptiwi, 2014).

F. Gelling Agent

Gelling agent dapat membentuk struktur jaringan yang merupakan faktor

penting dalam sistem gel. Jenis-jenis gelling agent yaitu polimer alam, derivat

selulosa, dan carbomer. Peningkatan jumlah gelling agent dapat memperkuat

jaringan struktur gel sehingga terjadi kenaikan viskositas. Karakteristik gel

lainnya seperti kekuatan dan elastisitas gel tergantung kepada konsentrasi dari

gelling agent (Zats dan Kushla, 1996).

Saat didispersikan dalam suatu pelarut yang sesuai, gelling agent akan

membentuk matriks tiga dimensi. Gaya intermolekuler akan mengikat solven pada

matriks polimer sehingga mobilitas solven berkurang yang menghasilkan sistem

tertentu dengan peningkatan viskositas (Zats dan Kushla, 1996).

Gelling agent harus inert, aman dan tidak reaktif terhadap komponen

yang lainnya dalam suatu formulasi gel. Hidrogel mudah mengalami degradasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

17

mikrobia yang dapat menghilangkan karakteristik dari gel, sehingga perlu

ditambahkan pengawet yang sesuai ke dalam formula (Zats dan Kushla, 1996).

G. Carboxymethylcellulose sodium (CMC-Na)

Gambar 1. Struktur molekul CMC-NA (Rowe dkk., 2009)

Carboxymethylcellulose sodium (CMC-Na) (gambar 1) adalah polimer

anionik yang tersedia dalam berbagai macam berat molekul dan tingkat substitusi

(Zats dan Kushla, 1996).

Carboxymethylcellulose sodium (CMC-Na) umumnya digunakan dalam

sediaan oral dan topikal, dengan fungsi untuk meningkatkan viskositas. Dalam

sediaan gel, konsentrasi yang sering digunakan sekitar 3-6% (sebagai basis gel).

Biasanya ditambahkan glikol untuk mencegah basis mengering (Rowe dkk.,

2009).

CMC-Na berpenampilan putih/hampir putih, berbau, berasa, dan

berbentuk serbuk granul. CMC-Na bersifat higroskopik setelah pengeringan.

CMC-Na stabil pada pH 2-10, jika pH < 2 dapat terjadi presipitasi, sedangkan jika

pH > 10 maka dapat menyebabkan penurunan viskositas (Rowe dkk., 2009).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

18

CMC-Na dapat larut dalam air dingin maupun dalam air panas, dan larutannya

stabil terhadap suhu dan waktu, sehingga dapat ditempatkan dalam waktu yang

lebih lama dengan suhu 100oC, tanpa terkoagulasi (Voigt, 1994).

H. Humektan

Humektan adalah suatu bahan higroskopis yang mempunyai sifat

mengikat air dari udara yang lembab dan sekaligus mempertahankan air yang ada

dalam sediaan (Rawlings, Harding, Watkingson, Chandar dan Scott, 2002).

Humektan seperti propilen glikol, gliserin, dan sorbitol sering

ditambahkan pada produk dermatologi dengan tujuan untuk mengurangi

penguapan air selama penyimpanan dan penggunaan (Swarbrick dan Boylan,

1992).

Humektan yang ditambahkan harus dapat melindungi sediaan dari

kemungkinan pengeringan. Sebagai humektan, dapat digunakan gliserin, sorbitol,

etilen glikol, dan 1,2-propilen glikol dalam konsentrasi 10-20% (Voigt, 1994).

I. Gliserin

Gambar 2. Struktur molekul gliserin (Rowe dkk., 2009)

Gliserin (gambar 2) dapat berfungsi sebagai pengawet antimikrobia,

cosolvent, emollient, humektan, plasticizer, solvent, agen pemanis, dan agen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

19

tonisitas. Penggunaan gliserin sebagai humektan sebesar ≤ 30%. Pemerian gliserin

yaitu tidak berwarna, berbau lemah, kental, cairan higroskopis, dan rasanya manis

(Rowe dkk., 2009).

Gliserin merupakan humektan yang paling umum digunakan karena tidak

mengiritasi kulit, namun penggunaan gliserin cenderung menimbulkan rasa berat

dan basah sehingga dikombinasikan dengan humektan lain (Barel dkk., 2001).

J. Desain Faktorial

Desain faktorial digunakan untuk mencari efek dari berbagai faktor atau

kondisi terhadap hasil penelitian. Desain faktorial adalah desain untuk

menentukan secara serentak efek dari beberapa faktor sekaligus interaksinya.

Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu untuk memberikan

model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas

(Bolton dan Bon, 2004).

Desain faktorial mengandung beberapa pengertian, yaitu faktor, level,

respon, dan efek. Faktor merupakan setiap besaran yang mempengaruhi respon.

Level merupakan nilai atau tetapan untuk faktor. Respon merupakan sifat atau

hasil percobaan yang diamati. Respon yang diukur harus dapat dikuantitatifkan.

Efek adalah perubahan respon yang disebabkan variasi tingkat dari faktor. Efek

faktor atau interaksi merupakan rata-rata respon pada level tinggi dikurangi rata-

rata respon pada level rendah (Bolton dan Bon, 2004).

Level dalam faktorial desain yang sering dipakai adalah dua level. Dua

level yang digunakan merupakan level tertinggi dan level terendah. Faktor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

20

dilambangkan dengan notasi A dan B. Ketika faktor A level tinggi maka desain

eksperimen disebut formula A, ketika faktor B level tinggi maka desain

eksperimen disebut formula B dan jika faktor A dan B berada pada level tinggi

maka desain eksperimennya disebut formula AB. Faktor yang berada di level

tinggi dilambangkan dengan ‘+’, sedangkan yang berada di level rendah

dilambangkan dengan ‘-‘. Hal ini menjadi penting untuk penentuan interaksi antar

faktor (Armstrong dan James, 1996).

Tabel I. Rancangan desain faktorial

Formula Faktor A Faktor B

AB + +

A + -

B - +

I - -

Keterangan :

Formula AB = formula dengan faktor A level tinggi dan faktor B level tinggi.

Formula A = formula dengan faktor A level tinggi dan faktor B level rendah.

Formula B = formula dengan faktor A level rendah dan faktor B level tinggi.

Formula I = formula dengan faktor A level rendah dan faktor B level rendah.

Optimasi campuran dua bahan yang mempunyai dua faktor dengan

menggunakan pendekatan desain faktorial (two level factorial design) dilakukan

dengan rumus: Y = b0 + b1(A) + b2(B) + b12(A)(B)..............................................(1)

Y merupakan respon hasil atau sifat yang diamati. (A) dan (B) adalah level bagian

A dan level bagian B. b0, b1, dan b12 adalah koefisien yang dapat dihitung dari

hasil percobaan (Armstrong dan James, 1996).

Adanya interaksi dapat juga dilihat dari grafik hubungan respon dan level

faktor. Jika hasil kurva menunjukkan garis sejajar, maka dapat dikatakan bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

21

tidak ada interaksi antar eksipien dalam menentukan respon. Jika kurva

menunjukkan garis yang tidak sejajar, maka dapat dikatakan bahwa ada interaksi

antar eksipien dalam menentukan respon (Bolton dan Bon, 2004).

K. Landasan Teori

Daun cocor bebek diketahui memiliki aktivitas sebagai anti-inflamasi.

Hal itu dikarenakan daun cocor bebek mengandung flavonoid yang memiliki

aktivitas anti-inflamasi (Afzal dkk., 2012). Mekanisme anti-inflamasi dari

flavonoid dengan menghambat asam arakidonat yang merupakan mediator

penting dalam proses inflamasi. Pelepasan asam arakidonat merupakan titik awal

untuk respon inflamasi secara umum. Oleh karena itu dengan terhambatnya

pelepasan asam arakidonat maka proses inflamasi juga terhambat (Lafuente dkk.,

2009).

Sediaan farmasi yang cocok untuk anti-inflamasi adalah hidrogel. Hal itu

sesuai dengan zat aktif yang digunakan yaitu flavonoid yang bersifat hidrofil.

Sediaan hidrogel memiliki kelebihan yaitu memberikan sensasi dingin, sehingga

memberikan rasa nyaman pada saat aplikasi. Selain itu, hidrogel memiliki daya

sebar yang baik pada kulit, pelepasan obat yang baik, tidak menghambat fungsi

fisologis kulit, dan mudah dicuci dengan air (Voigt, 1994).

Gelling agent berfungsi untuk menjaga viskositas gel sedangkan

humektan berfungsi untuk menjaga kelembaban sediaan gel. Penelitian ini

menggunakan CMC-Na sebagai gelling agent dan gliserin sebagai humektan.

Perbedaan komposisi gelling agent dan humektan pada suatu formulasi gel dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

22

memberikan hasil yang berbeda, terutama pada sifat-sifat fisik yang dihasilkan.

Oleh karena itu perlu dilakukan penentuan komposisi optimum dari gelling agent

dan humektan dengan metode desain faktorial. Desain faktorial digunakan untuk

melihat respon dari setiap faktor secara simultan dan interaksi antar faktor

tersebut.

L. Hipotesis

1. Faktor yang lebih dominan antara CMC-Na, gliserin, atau interaksi keduanya

yang menentukan sifat fisik (viskositas dan daya sebar) dan stabilitas fisik

(pergeseran viskositas) gel ekstrak daun cocor bebek dapat ditemukan.

2. Diperoleh komposisi optimum dari gelling agent CMC-Na dan humektan

gliserin sehingga didapat sediaan gel ekstrak daun cocor bebek yang memenuhi

persyaratan sifat fisik dan stabil.

3. Sediaan gel ekstrak daun cocor bebek memiliki aktivitas anti-inflamasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian ekperimental murni menggunakan

metode desain faktorial yang bersifat eksploratif dengan dua faktor dan dua level.

B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

a. Variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah level CMC-

Na dan gliserin yang digunakan dalam formulasi.

b. Variabel tergantung. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat

fisik gel yang meliputi organoleptis, pH, viskositas dan daya sebar, serta

stabilitas sediaan gel (pergeseran viskositas) setelah penyimpanan selama

4 minggu.

c. Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali dalam

penelitian ini adalah waktu panen, umur, habitat tumbuh, cara panen dari

tanaman cocor bebek, lama dan kecepatan pencampuran saat pembuatan

gel, lama penyimpanan, wadah yang digunakan untuk menyimpan

sediaan gel, umur, jenis kelamin, serta galur tikus yang digunakan.

d. Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali

dalam penelitian ini adalah suhu dan kelembaban udara pada saat

pembuatan dan penyimpanan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

24

2. Definisi operasional

a. Gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek adalah sediaan semipadat

yang dibuat dari ekstrak daun cocor bebek dengan gelling agent (CMC-

Na) dan humektan (gliserin) sesuai dengan formula dan prosedur

pembuatan yang telah ditentukan dalam penelitian ini.

b. Ekstrak kental daun cocor bebek adalah hasil dari proses maserasi serbuk

daun cocor bebek dengan pelarut etanol, yang diuapkan menggunakan

rotary evaporator dan dilanjutkan penguapan diatas waterbath pada suhu

70oC selama 3 jam dengan pengadukan setiap 30 menit.

c. Gelling agent adalah bahan penyusun struktur jaringan gel yang dapat

mempengaruhi sifat fisik sediaan gel, dalam penelitian ini digunakan

CMC-Na.

d. Humektan adalah bahan yang berfungsi sebagai pelembab dalam sediaan

gel di mana merupakan faktor yang akan dioptimasi dalam penelitian ini,

dalam hal ini adalah gliserin.

e. Sifat fisik adalah sifat gel yang dapat dilihat kenampakan fisiknya dan

dapat diukur baik secara kualitatif maupun kuantitatif yang meliputi daya

sebar, viskositas, kemampuan penetrasi, pH, dan organoleptis.

f. Stabilitas fisik gel adalah sifat gel dalam mempertahankan kestabilannya

yang dilihat dari pergeseran viskositas.

g. Pergeseran viskositas adalah selisih dari viskositas gel setelah 4 minggu

penyimpanan dalam suhu kamar dengan viskositas gel setelah 2 hari

pembuatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

25

h. Faktor adalah variabel yang diteliti di dalam penelitian (CMC-Na dan

gliserin).

i. Level adalah tetapan atau nilai dari suatu faktor yang dinyatakan secara

numerik.

j. Respon adalah besaran yang diamati, perubahan efek dan besarnya dapat

dinyatakan secara kuantitatif. Dalam penelitian ini adalah sifat fisik dan

stabilitas fisik gel.

k. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan oleh variasi level dari

faktor.

l. Contour plot adalah grafik yang merupakan area optimum dari formula

yang menunjukkan parameter sediaan gel yang baik.

m. Area optimum adalah area dari komposisi CMC-Na dan gliserin yang

memberikan sifat fisik dan stabilitas sediaan gel yang baik, yaitu daya

sebar 5-7 cm, viskositas 150-250 dPas, serta perubahan viskositas selama

penyimpanan ≤ 10%.

C. Bahan Penelitian

Daun cocor bebek yang diperoleh dari kebun obat Universitas Sanata

Dharma, aquadest, CMC-Na (kualitas farmasetis), trietanolamin (kualitas

farmasetis), gliserin (kualitas farmasetis), metil paraben (kualitas farmasetis),

etanol 70% (kualitas farmasetis), suspensi karagenan-salin 1%, dan tikus jantan

galur Sprague Dawley.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

26

D. Alat Penelitian

Oven, blender, erlenmeyer, maserator seri OS-762 (OPTIMA-JAPAN),

corong Buchner, labu hisap, vacuum rotary evaporator, gelas ukur, wadah plastik,

sendok, pipet ukur, propipet, cawan porselen, pipet tetes, batang pengaduk, cawan

arloji, gelas Beaker, mixer Maspion seri MT-1150, viskometer seri VT 04 (RION-

JAPAN), stopwatch, waterbath, pH stik, seperangkat alat uji daya sebar, dan

jangka sorong digital.

E. Tata Cara Penelitian

1. Determinasi tanaman cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.))

Determinasi tanaman cocor bebek dilakukan di Laboratorium Farmakognosi

Fitokimia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Determinasi bertujuan untuk

memastikan kebenaran dari tanaman yang akan digunakan dalam penelitian ini.

Determinasi dilakukan dengan mengacu pada Backer dan van Den Brink (1963).

2. Pembuatan ekstrak daun cocor bebek

a. Pengumpulan dan cara panen daun cocor bebek. Bibit daun cocor bebek

diperoleh dari tempat budidaya tanaman obat Merapi Farma yang terdapat

di daerah Kaliurang, Yogyakarta. Kemudian bibit dibudidayakan secara

mandiri di kebun obat kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,

Paingan. Tanaman dipanen pada umur tiga bulan (sebelum tanaman

berbunga). Daun hasil panen dicuci dengan air mengalir (sortasi basah)

untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel. Selanjutnya daun

yang sudah dicuci diangin-anginkan kemudian dikeringkan sampai daun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

27

benar-benar kering. Parameter kering adalah daun mudah dipatahkan atau

hancur bila diremas. Simplisia yang sudah kering diserbuk dengan

menggunakan blender.

b. Pembuatan ekstrak kental daun cocor bebek. Simplisia serbuk ditimbang

sejumlah 40 g dimaserasi dalam 100 mL etanol 70%. Maserasi dilakukan

selama 48 jam. Selanjutnya larutan disaring menggunakan kertas saring

dengan bantuan pompa vacuum. Residu yang didapat kemudian diuapkan

menggunakan vacuum rotary evaporator dengan suhu 55oC dan

dilanjutkan di atas waterbath pada suhu 70oC selama 3 jam dengan

pengadukan setiap 30 menit. Metode ini mengacu pada penelitian Nwose

(2013) dengan modifikasi pelarut dan proses pemekatan.

c. Uji kandungan flavonoid. Pengujian kandungan flavonoid dalam ekstrak

daun cocor bebek secara kualitatif dan kuantitatif dilakukan oleh LPPT

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dengan metode spektrofotometri

visibel dan dengan quercetin sebagai standar pembanding. Panjang

gelombang yang digunakan 510 nm.

3. Formulasi gel

a. Formula. Formula yang digunakan dalam penelitian ini mengacu formula

dalam penelitian “Formulasi dan Uji Efektifitas Gel Luka Bakar Ekstrak

Daun Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata L.) pada Kelinci (Oryctogalus

cuniculus)” oleh Hasyim dkk. (2012).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

28

Tabel II. Formula gel ekstrak daun cocor bebek

Nama Bahan Komposisi (%b/v)

Ekstrak Cocor Bebek 2,5

Carbopol 0,6

Trietanolamin 0,81

Gliserol 25

Propilenglikol 5

Metil Paraben 0,18

Etanol 70% 0,5

Air ad 100

(Hasyim dkk., 2012).

Formula seperti pada tabel II selanjutnya dimodifikasi menjadi formula

dengan komposisi gelling agent dan humektan seperti tersaji dalam tabel

III.

Tabel III. Formula modifikasi gel ekstrak daun cocor bebek

Nama Bahan FAB

(gram)

FA

(gram)

FB

(gram)

F1

(gram)

Ekstrak cocor bebek 5 5 5 5

CMC-Na 7,5 7,5 6 6

Gliserin 60 30 60 30

Trietanolamin 1,62 1,62 1,62 1,62

Metil paraben 0,36 0,36 0,36 0,36

Etanol 70% 1 1 1 1

Aquadest 162 162 162 162

b. Pembuatan gel. CMC-Na dikembangkan dalam 100 ml aquadest, dengan

cara menaburkan CMC-Na di atas aquadest. Proses pengembangan

dilakukan selama 24 jam. Metil paraben dilarutkan dengan etanol 70% lalu

dicampurkan dengan gliserin, dan ekstrak (aquadest berfungsi sebagai

pembilas). Selanjutnya campuran tersebut ditambahkan dengan CMC-Na

yang telah dikembangkan sebelumnya. Semua bahan diaduk kuat

menggunakan mixer dengan kecepatan putar level 1, selanjutnya pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

29

menit pertama ditambahkan trietanolamin ke dalam campuran,

pengadukan dilanjutkan sampai menit kelima.

4. Uji sifat fisik dan stabilitas fisik gel

a. Uji organoleptis. Uji organoleptis dilakukan terhadap penampilan fisik

sediaan gel ekstrak daun cocor bebek meliputi warna, bau, dan

homogenitas.

b. Uji pH. Pengukuran pH dilakukan menggunakan pH stik. Sediaan gel

dioleskan secukupnya pada stik, kemudian dibandingkan warnanya dengan

standar untuk menentukan pH. Uji pH dilakukan 48 jam, 1 minggu, 2

minggu, 3 minggu, dan 4 minggu setelah formulasi.

c. Uji viskositas. Uji viskositas dilakukan 48 jam setelah pembuatan, 1

minggu, 2 minggu, 3 minggu, dan 4 minggu penyimpanan. Masing-masing

formula gel diukur viskositasnya dengan menggunakan alat Viscotester

Rion seri VT 04. Ukuran paddle yang digunakan adalah skala 2 karena

area viskositas yang diteliti adalah 100-4000 dPas. Sediaan gel

dimasukkan ke dalam cup sampai terisi ¾ cup. Selanjutnya paddle

dipasangkan ke rotor secara tegak lurus. Cup dipasang lalu rotor

dinyalakan. Nilai viskositas ditunjukkan oleh jarum penanda.

d. Uji daya sebar. Pengukuran daya sebar sediaan gel dilakukan setelah 48

jam, 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu, dan 4 minggu penyimpanan. Gel

ditimbang sejumlah 1 gram kemudian diletakkan di tengah lempeng kaca

bulat berskala. Di atas gel diletakkan kaca bulat lain dan pemberat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

30

sehingga berat kaca bulat dan pemberat 125 gram, didiamkan selama 1

menit, kemudian dicatat diameter sebarnya (Garg dkk., 2002).

5. Uji aktivitas anti-inflamasi

Uji aktifitas anti-inflamasi gel ekstrak daun cocor bebek dilakukan pada

tikus jantan galur Sprague Dawley dengan tata cara penelitian metode radang

telapak kaki belakang.

a. Penyiapan hewan uji. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini

adalah tikus jantan galur Sprague Dawley umur 2-3 bulan dengan berat

badan 100-200 gram. Tikus diberi pra perlakuan dengan dipuasakan

selama 12 jam. Kelompok perlakuan terdiri dari kontrol negatif suspensi

karagenan-salin 1%, kontrol positif gel Voltadex®, dan sediaan gel ekstrak

daun cocor bebek dengan formula optimum.

b. Pembuatan larutan NaCl 0,9%. NaCl ditimbang sebanyak 0,9 gram

kemudian dilarutkan dengan aquadest dalam labu ukur 100 ml.

c. Pembuatan suspensi karagenan-salin 1%. Karagenan ditimbang sebanyak

0,1 g, dilarutkan dengan larutan NaCl 0,9% dalam labu takar 10 ml.

d. Perlakuan hewan uji. Hewan uji dibagi menjadi :

1) Kelompok kontrol negatif suspensi karagenan-salin 1%.

Kaki kiri belakang tikus diukur menggunakan jangka sorong digital

sebelum diinjeksi dengan suspensi karagenan-salin 1% secara subplantar

(dinyatakan sebagai Y0). Pengukuran ketebalan telapak kaki tikus

dilakukan pada menit ke-0, 30, 60, 120, dan 180 setelah injeksi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

31

2) Kelompok kontrol positif gel Voltadex®.

Kaki kiri belakang tikus diukur menggunakan jangka sorong digital

(dinyatakan sebagai Y0). Setelah itu dioleskan dengan gel Voltadex®.

Satu jam setelahnya, kaki kiri belakang tikus tersebut diinjeksikan 0,5 ml

suspensi karagenan-salin 1% secara subplantar. Pengukuran ketebalan

telapak kaki tikus dilakukan pada menit ke-0 (sebelum pengolesan gel

Voltadex®), 30, 60, 120, dan 180 setelah injeksi.

3) Kelompok perlakuan sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek

dengan formula optimum.

Kaki kiri belakang tikus diukur menggunakan jangka sorong digital

(dinyatakan sebagai Y0). Setelah itu dioleskan dengan formula gel

optimum. Satu jam setelahnya, kaki kiri belakang tikus tersebut

diinjeksikan 0,5 ml suspensi karagenan-salin 1% secara subplantar.

Pengukuran ketebalan kaki tikus dilakukan pada menit ke-0 (sebelum

pengolesan gel ekstrak daun cocor bebek), 30, 60, 120, dan 180 setelah

injeksi.

e. Pengukuran % inhibisi. Pengukuran ketebalan kaki tikus diukur

menggunakan jangka sorong digital. Kemudian dihitung nilai edema tiap

waktu (persamaan 2) dan dihitung nilai AUC total masing-masing

perlakuan (persamaan 3). Nilai edema tiap waktu dihitung dengan rumus:

Yu = Yt –Yo…………………………..............................………………(2)

Keterangan:

Yu = edema kaki tikus pada waktu tertentu (mm)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

32

Yt = tebal kaki tikus pada waktu tertentu setelah diradangkan dengan

suspensi karagenan-salin 1% (mm)

Yo = tebal kaki tikus sebelum diradangkan dengan suspensi karagenan-

salin 1% (mm)

(Taufiq, Wahyuningtyas dan Wahyuni, 2008).

Nilai AUC total masing-masing perlakuan dengan rumus:

...............................................(3)

= area dibawah kurva dari jam ke-0 sampai jam ke-3 (mm.jam)

= edema telapak kaki pada jam ke-(n-1) (mm)

= edema telapak kaki pada jam ke-n (mm)

= jam ke-n (jam)

= jam ke-(n-1) (jam)

(Taufiq dkk., 2008).

Persen inhibisi dihitung dengan rumus:

........(4)

= rata – rata kontrol negatif (mm.jam)

= masing-masing tikus pada kelompok yang diberi

perlakuan n (mm.jam)

(Taufiq dkk., 2008).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

33

F. Optimasi Formula dan Analisis Data

Data sifat fisik gel yang diperoleh dianalisis sesuai dengan metode

perhitungan desain faktorial untuk mengetahui efek dari CMC-Na, gliserin, dan

interaksinya. Analisis menggunakan pendekatan desain faktorial untuk

menghitung koefisien b0, b1, b2, b12 sehingga didapatkan persamaan Y = b0 + b1X1

+ b2X2 + b12X1X2. Persamaan ini kemudian digunakan untuk membuat contour

plot sifat fisik gel ekstrak daun cocor bebek. Masing-masing contour plot

digabungkan menjadi contour plot superimposed untuk mengetahui area

komposisi optimum CMC-Na dan gliserin, terbatas pada level yang diteliti.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program R.3.1.2 dengan uji two

way ANOVA pada taraf kepercayaan 95%.

Tahapan analisis data adalah uji normalitas data, uji variansi data, dan

ANOVA. Uji normalitas data dilakukan dengan Shapiro Wilk. Suatu data

dikatakan normal bila memiliki p-value > 0,05. Selanjutnya dilakukan uji variansi

data dengan Levene’s test untuk mengetahui homogenitas data. Data dikatakan

memiliki kesamaan varian bila memiliki p-value > 0,05. Apabila data terdistribusi

normal dan memiliki kesamaan varian maka dilanjutkan dengan uji two way

ANOVA. Uji ANOVA bertujuan untuk mengetahui signifikansi efek dari masing-

masing faktor yaitu CMC-Na dan gliserin serta interaksi keduanya sehingga dapat

diketahui faktor dominan yang mempengaruhi sifat fisik gel anti-inflamasi ekstrak

daun cocor bebek. Faktor dikatakan memiliki pengaruh signifikan terhadap sifat

fisik dan stabilitas fisik gel bila memiliki p-value < 0,05.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

34

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tumbuhan

Tanaman yang akan digunakan dalam penelitian ini dideterminasi

terlebih dahulu. Tujuan determinasi adalah memastikan kebenaran dari tanaman

yang digunakan dalam penelitian. Determinasi dilakukan dengan mengacu

literatur yaitu pada Backer dan van Den Brink (1963). Proses determinasi yaitu

dengan mencocokan ciri morfologi tanaman dengan kunci determinasi. Hasil

determinasi menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini

adalah benar cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)). Pembuktian kebenaran

dari tanaman yang digunakan juga diperkuat dengan adanya surat determinasi

tanaman yang dikeluarkan oleh Laboratorium Kebun Tanaman Obat Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma (Lampiran 1).

B. Pengumpulan dan Penyerbukan Simplisia

Cocor bebek yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Kebun

Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Tanaman tersebut merupakan

tanaman yang ditanam secara mandiri oleh peneliti. Sebelumnya peneliti

memperoleh bibit cocor bebek dari Merapi Farma, Kaliurang. Tempat

pengambilan tanaman pada satu tempat ini diharapkan metabolit yang terkandung

di dalamnya seragam. Hal itu dikarenakan tanaman mendapatkan perlakuan yang

sama. Daun cocor bebek dipanen saat berumur kurang lebih tiga bulan (sebelum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

35

berbunga). Menurut penelitian yang dilakukan Milad, El-Ahmady, dan Singab

(2014), menunjukkan bahwa daun cocor bebek yang dipanen sebelum berbunga

memiliki aktivitas anti-inflamasi sedangkan daun cocor bebek yang dipanen

setelah berbunga tidak memiliki aktivitas anti-inflamasi.

Setelah dipanen, daun cocor bebek dicuci bersih dengan air mengalir,

lalu dipotong kecil-kecil agar proses pengeringan dapat berjalan lebih efisien.

Potongan daun cocor bebek tersebut kemudian dikeringkan dengan pengeringan

udara di tempat teduh selama 2 hari dan dilanjutkan dengan pengeringan

menggunakan lemari pengering dengan suhu 35oC. Simplisia kering ditandai

dengan mudah hancur dan patah ketika diremas.

Simplisia yang sudah kering kemudian diserbuk dengan bantuan blender.

Penyerbukan ini bertujuan untuk memperluas kontak permukaan simplisia dengan

pelarut agar proses penyarian dapat lebih maksimal. Ukuran serbuk yang terlalu

besar menyebabkan sudut kontak antara serbuk dan penyari menjadi semakin

kecil sehingga proses ekstraksi tidak maksimal. Namun ukuran serbuk yang

terlalu halus memiliki kelemahan yaitu sulit dipisahkan antara pelarut dan ampas

serbuk. Oleh karena itu serbuk yang dihasilkan diayak dengan ayakan mesh 40

agar ukuran partikel serbuk menjadi seragam. Selanjutnya serbuk langsung

diekstraksi dengan etanol 70% untuk mencegah peningkatan kadar air dan

degradasi senyawa aktif oleh jamur dan bakteri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

36

C. Pembuatan Ekstrak Daun Cocor Bebek

Proses ekstraksi dilakukan dengan menimbang 40 gram serbuk simplisia

daun cocor bebek dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 300 mL, kemudian

ditambahkan 100 mL etanol 70%. Campuran tersebut dimaserasi selama 48 jam

(Nwose, 2013). Maserasi adalah proses ekstraksi yang dilakukan dengan cara

merendam serbuk simplisia ke dalam cairan penyari dengan bantuan penggojokan.

Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke rongga sel yang

mengandung zat aktif. Zat aktif akan terlarut ke dalam larutan penyari, kemudian

cairan pekat yang ada di dalam sel akan terdesak keluar sel yang diakibatkan

adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel sehingga

terjadi kesetimbangan di dalam dan di luar sel (Direktorat Jendral Pengawasan

Obat dan Makanan RI, 1986). Metode maserasi dipilih karena memiliki cara kerja

yang relatif sederhana dan cocok untuk jaringan tumbuhan yang lunak seperti

daun.

Cairan penyari dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang

optimal untuk menyari senyawa kandungan yang berkhasiat, dengan demikian

senyawa tersebut dapat terpisah dari bahan dan dari senyawa lainnya dalam

simplisia tersebut (Voigt, 1994). Dasar pemilihan etanol sebagai pelarut karena

etanol dapat menghambat kerja enzim sehingga dapat meminimalkan terjadinya

reaksi enzimatik (misal: hidrolisis flavonoid), selain itu etanol 70% juga dapat

mengambil komponen aktif target (flavonoid) secara optimal dan selektif dalam

mengekstraksi komponen di dalam bahan simplisia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

37

Hasil maserasi 48 jam kemudian disaring menggunakan kertas saring

dengan bantuan pompa vacuum untuk meningkatkan efisiensi proses penyaringan.

Filtrat yang dihasilkan ditampung ke dalam wadah tertutup untuk meminimalisir

kontaminasi. Ampas yang tertinggal di kertas saring dimasukkan kembali ke

dalam erlenmeyer 300 mL dan ditambahkan dengan 100 mL etanol 70% untuk

dimaserasi kembali. Proses pengulangan maserasi bertujuan agar sisa flavonoid

dalam serbuk daun cocor bebek hasil maserasi sebelumnya dapat terambil secara

total. Filtrat yang dihasilkan dari maserasi pertama dan kedua digabungkan.

Langkah selanjutnya, filtrat yang terkumpul diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada suhu 55oC sampai ekstrak terlihat pekat (± 1,5

jam). Tujuan digunakannya vacuum rotary evaporator adalah untuk menguapkan

etanol di dalam ekstrak sehingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental

kemudian dipanaskan di atas waterbath pada suhu 70oC selama 3 jam, dengan

pengadukan/penggojokan setiap 30 menit. Ekstrak yang didapatkan memiliki

rendemen 3,2 gram dengan % yield sebesar 8%. Menurut Dirjen POM RI (2004)

rendemen ekstrak yang baik adalah ≥ 7,5%. Oleh karena itu, hasil yang didapat

cukup baik dan memenuhi parameter tersebut. Ekstrak daun cocor bebek yang

dihasilkan memiliki warna hijau tua dengan konsistensi cairan yang mudah

mengalir sehingga dapat dimasukkan ke dalam basis gel.

Penetapan kadar total flavonoid secara kuantitatif dilakukan oleh pihak

LPPT UGM. Metode penetapan kadar yang digunakan adalah spektrofotometri

visibel. Berdasarkan laporan hasil uji yang dikeluarkan oleh pihak LPPT UGM,

diperoleh kadar flavonoid sebesar 22,38% b/b dengan pembanding quercetin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

38

Quercetin termasuk dalam golongan flavonoid, sehingga dapat digunakan sebagai

parameter pembanding uji kuantitatif flavonoid.

D. Orientasi Level dari Kedua Faktor Penelitian

Orientasi level dari kedua faktor bertujuan untuk menentukan level

rendah dan tinggi dari faktor CMC-Na sebagai gelling agent dan faktor gliserin

sebagai humektan. Level rendah dan tinggi dari kedua faktor ditentukan dengan

melihat respon viskositas dan respon daya sebar yang dihasilkan.

Gambar 3. Profil kurva variasi konsentrasi CMC-Na terhadap viskositas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

39

Gambar 4. Profil kurva variasi konsentrasi CMC-Na terhadap daya sebar

Orientasi faktor CMC-Na menggunakan variasi konsentrasi CMC-Na

dengan range 6 – 8,5 g. Hal ini dikarenakan konsentrasi CMC-Na sebagai gelling

agent adalah 3-6% (Rowe dkk., 2009). Hasil orientasi dapat dilihat pada gambar 3

dan gambar 4. Gambar 3 menunjukkan bahwa seiring dengan penambahan

konsentrasi CMC-Na maka akan meningkat pula respon viskositas dari sediaan

gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek. CMC-Na akan memberikan pengaruh

secara linier terhadap respon viskositas pada konsentrasi 6 – 7,5 g dengan r =

0,9927. Sedangkan pada gambar 4, dapat disimpulkan bahwa seiring dengan

penambahan konsentrasi CMC-Na maka akan menurunkan respon daya sebar dari

sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek. CMC-Na akan memberikan

pengaruh secara linier terhadap respon daya sebar pada konsentrasi 6 – 8 g dengan

r = 0,9948. Oleh karena itu, dengan melihat irisan dari kedua respon dapat

ditentukan bahwa level rendah dari gelling agent CMC-Na adalah 6 g dan level

tinggi 7,5 g.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

40

Gambar 5. Profil kurva konsentrasi gliserin terhadap viskositas

Gambar 6. Profil kurva variasi konsentrasi gliserin terhadap daya sebar

Orientasi faktor gliserin digunakan variasi konsentrasi gliserin dengan

range 10 – 60 g. Hal ini dikarenakan konsentrasi gliserin sebagai humektan adalah

≤ 30% (Rowe dkk., 2009). Hasil orientasi dapat dilihat pada gambar 5 dan gambar

6. Gambar 5 menunjukkan bahwa seiring dengan penambahan konsentrasi gliserin

maka akan menurun pula respon viskositas dari sediaan gel ekstrak daun cocor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

41

bebek. Gliserin memberikan pengaruh secara linier terhadap respon viskositas

pada konsentrasi 10 – 60 g dengan r = 0,9925. Sedangkan pada gambar 6, dapat

disimpulkan bahwa seiring dengan penambahan konsentrasi gliserin maka akan

meningkatkan respon daya sebar dari sediaan gel ekstrak daun cocor bebek.

Gliserin memberikan pengaruh secara linier terhadap respon daya sebar pada

konsentrasi 10 – 30 g dan 30 – 60 g dengan r = 0,9961. Namun secara fisik, dapat

dilihat bahwa formula 1 dan 2 memiliki viskositas yang sangat kental sehingga

tidak dapat mengalir yang membuat sediaan tersebut sulit untuk diaplikasikan dan

dikeluarkan dari wadah. Oleh karena itu, ditentukan bahwa level rendah dari

humektan gliserin adalah 30 g dan level tinggi 60 g yang merupakan irisan dari

kedua respon.

E. Pembuatan Sediaan Gel Anti-inflamasi Ekstrak Daun Cocor Bebek

Bentuk sediaan yang dibuat dalam penelitian ini adalah hidrogel.

Hidrogel dipilih karena flavonoid yang terkandung dalam ekstrak daun cocor

bebek dapat terlarut dalam pelarut air, selain itu daya sebar hidrogel pada kulit

baik, memiliki pelepasan obat yang baik, tidak menghambat fungsi fisiologis

kulit, memberikan efek dingin, serta mudah dicuci dengan air (Voigt, 1994).

Pembuatan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek ini menggunakan

CMC-Na sebagai gelling agent dan gliserin sebagai humektan. Menurut Rowe

dkk. (2009), CMC-Na dapat digunakan dalam terapi penyembuhan luka,

dermatological patches sebagai pelindung mukosa, menyerap cairan yang keluar

dari luka, dan menyerap keringat. Dalam fungsinya sebagai basis gel, konsentrasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

42

CMC-Na yang digunakan sebesar 3-6%. Selain itu digunakan juga gliserin yang

berfungsi sebagai humektan. Gliserin merupakan humektan yang paling umum

digunakan karena mencegah iritasi kulit (Barel dkk., 2001). Gliserin berfungsi

untuk menjaga kelembaban kulit pada saat pengaplikasian, karena gliserin

memiliki 3 gugus hidroksi (-OH) sehingga dapat membentuk ikatan hidrogen

dengan molekul air (Loden dan Maibach, 2005). Sediaan hidrogel mudah

ditumbuhi mikroba karena sebagian besar penyusunnya adalah air, oleh karena itu

di dalam formulanya perlu ditambahkan pengawet. Pengawet yang digunakan

adalah metil paraben karena memiliki kelarutan yang baik dalam air dibandingkan

dengan propil paraben. Selain itu metil paraben berfungsi sebagai antimikroba dan

stabil pada sediaan berair dengan pH 3-7. Penggunaan metil paraben sebagai

antimikroba dalam sediaan topikal dengan konsentrasi 0,02-0,3% (Rowe dkk.,

2009).

Trietanolamin (TEA) pada sediaan ini berperan untuk meningkatkan pH

sediaan agar sediaan memiliki pH yang sesuai dengan karakteristik pH kulit yaitu

5,5 – 6,5 (Tranggono dan Latifah, 2007).

Formula yang digunakan dalam penelitian ini merupakan formula

modifikasi yang mengacu pada formula gel luka bakar ekstrak daun cocor bebek

(Hasyim dkk., 2012). Modifikasi yang dilakukan adalah dengan adanya perubahan

jenis gelling agent dari carbopol menjadi CMC-Na dengan jumlah yang mengacu

hasil orientasi. Selain itu terjadi perubahan pada jenis humektan yang digunakan,

di mana hanya digunakan gliserin dengan jumlah yang mengacu hasil orientasi.

Modifikasi ini dilakukan untuk mendapatkan sediaan gel yang lebih baik secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

43

fisik dan stabil. Karakteristik sifat fisik yang diinginkan dari hasil modifikasi

formula ini adalah viskositas antara 200-350 dPas, daya sebar 4,7-5,5 cm (Lardy,

Vennat, Pouget dan Pourrat, 2000), serta pergeseran viskositas kurang dari 10%.

Modifikasi yang dilakukan tidak merubah konsep sediaan yaitu hidrogel. Faktor

yang dilihat dalam penelitian ini adalah CMC-Na dan gliserin, karena kedua

faktor ini dapat mempengaruhi sifat fisik dan stabilitas sediaan. Level CMC-Na

yang digunakan dalam formula adalah 6 gram (level bawah) dan 7,5 gram (level

atas). Sedangkan untuk gliserin adalah 30 gram (level bawah) dan 60 gram (level

atas).

Pembuatan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek ini diawali

dengan pengembangan CMC-Na dengan aquadest selama 24 jam. Saat akan

dilakukan mixing, metil paraben dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan

etanol 70%. Selanjutnya secara berurutan ditambahkan CMC-Na yang telah

dikembangkan, gliserin, dan ekstrak daun cocor bebek. Aquadest dapat berfungsi

sebagai pembilas pada setiap bahan. Selanjutnya dilakukan mixing menggunakan

blender selama 5 menit dengan skala putar 1. TEA ditambahkan ke dalam

campuran pada menit pertama selama proses mixing. Selanjutnya sediaan gel

dipindahkan ke dalam wadah plastik bertutup untuk selanjutnya disimpan di

lemari penyimpanan.

F. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Gel Anti-inflamasi

Uji sifat fisik meliputi pengujian organoleptis (bentuk, bau, dan warna),

uji pH, uji viskositas, serta uji daya sebar. Uji sifat fisik bertujuan untuk melihat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

44

kualitas suatu sediaan dan menjamin bahwa sediaan tersebut memiliki

karakteristik sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan.

1. Organoleptis

Aspek yang diamati dalam uji organoleptis adalah warna, bau, dan

homogenitas dari sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek. Uji

organoleptis sediaan gel dilakukan dengan pengamatan langsung tanpa

menggunakan alat bantu. Hasil uji organoleptis sediaan gel anti-inflamasi

ekstrak daun cocor bebek setelah penyimpanan 48 jam dan 4 minggu tersaji

dalam tabel IV dan V.

Tabel IV. Uji organoleptis 48 jam setelah pembuatan

Formula Warna Bau Homogenitas

FAB Coklat muda Khas ekstrak Homogen

FA Coklat muda Khas ekstrak Homogen

FB Coklat muda Khas ekstrak Homogen

FI Coklat muda Khas ekstrak Homogen

Tabel V. Uji organoleptis 4 minggu setelah pembuatan

Formula Warna Bau Homogenitas

FAB Coklat muda Khas ekstrak Homogen

FA Coklat muda Khas ekstrak Homogen

FB Coklat muda Khas ekstrak Homogen

FI Coklat muda Khas ekstrak Homogen

Hasil uji organoleptis yang diperoleh menunjukkan setelah penyimpanan

48 jam dan setelah penyimpanan selama 4 minggu tidak memberikan perbedaan.

Sehingga dapat dikatakan sediaan cukup stabil.

2. Uji pH

Uji pH bertujuan untuk mengetahui pH tiap formula yang dibuat. Uji

dilakukan dengan menggunakan indikator pH universal. pH sediaan harus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

45

disesuaikan dengan pH kulit agar tidak mengakibatkan iritasi serta dapat

meningkatkan acceptability dari konsumen. Hasil uji pH gel anti-inflamasi

ekstrak daun cocor bebek selama penyimpanan 4 minggu tersaji dalam tabel

VI.

Tabel VI. Uji pH gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek

Formula pH

48 jam 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu

FAB 6 6 6 6 6

FA 6 6 6 6 6

FB 6 6 6 6 6

FI 6 6 6 6 6

Sediaan topikal yang baik adalah sediaan yang memiliki pH sesuai

dengan pH kulit. Kulit mempunyai kisaran pH sekitar 4,5-6,5 (Tranggono dan

Latifah, 2007). Tabel VI menunjukkan bahwa semua formula memenuhi kriteria

sediaan topikal yang baik. Selain itu, penyimpanan selama 4 minggu tidak

membuat pH sediaan mengalami perubahan yang menunjukkan bahwa pH sediaan

tersebut stabil. Sediaan gel ekstrak daun cocor bebek dengan pH 6 diharapkan

tidak mengiritasi kulit ketika pemakaian serta meningkatkan acceptability dari

konsumen.

3. Uji viskositas

Viskositas merupakan pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk

mengalir. Semakin tinggi viskositas, semakin tinggi tahanannya (Sinko, 2011).

Viskositas sediaan tidak boleh terlalu tinggi dan tidak boleh terlalu rendah,

karena jika terlalu tinggi (kental), maka gel akan sulit untuk dikeluarkan dari

kemasannya, sedangkan jika viskositas terlalu rendah maka akan menurunkan

lama waktu tinggal di kulit saat digunakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

46

Viskositas diukur dengan menggunakan viskometer Rion. Sediaan gel

yang akan diuji dimasukkan ke dalam wadah / cup, kemudian dipasangkan

dengan rotor. Ukuran paddle yang digunakan adalah skala 2. Viskositas gel

diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas sesuai dengan

skala paddle yang digunakan (seperti yang ditunjukkan pada gambar 7).

Viskositas yang dikehendaki pada penelitian ini adalah 200-350 dPas.

Gambar 7. Contoh tampilan viskometer Rion

Hasil pengukuran viskositas gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek

tersaji dalam tabel VII.

Tabel VII. Viskositas gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek 48 jam setelah

pembuatan

Formula

Viskositas setelah

penyimpanan 48

jam (dPas)

Viskositas setelah

penyimpanan 4

minggu (dPas)

Pergeseran

viskositas (%)

FAB 326,667 ± 20,817 350 ± 10 7,303 ± 3,853

FA 406,667 ± 15,275 433,333 ± 15,275 6,754 ± 7,862

FB 200 ± 10 218,333 ± 7,638 9,474 ± 9,222

FI 268,333 ± 7,638 280 ± 5 4,416 ± 3,971

Tabel VII menunjukkan bahwa viskositas (setelah penyimpanan 48 jam)

formula AB, B, dan I masuk dalam rentang viskositas yang diinginkan,

sedangkan formula A tidak. Hal ini kemungkinan dikarenakan jumlah gelling

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

47

agent yang besar serta jumlah humektan yang sedikit. Jumlah gelling agent

berkorelasi linear dengan viskositas gel, sehingga semakin besar jumlah gelling

agent maka viskositas gel semakin meningkat.

Sediaan gel yang baik adalah sediaan yang stabil (pergeseran viskositas

<10%) dalam penyimpanannya. Kestabilan sediaan menjadi penting karena

berhubungan dengan konsistensi sediaan selama penyimpanan dan dosis yang

terkandung di dalam sediaan. Uji kestabilan gel anti-inflamasi ekstrak daun

cocor bebek selama penyimpanan dilakukan dengan membandingkan

viskositas gel 48 jam setelah pembuatan dengan viskositas gel setelah

penyimpanan selama 4 minggu. Semakin besar nilai pergeseran viskositas,

maka sediaan tersebut semakin tidak stabil. Persentase pergeseran viskositas

yang diinginkan adalah <10%.

Tabel VII menunjukkan setiap formula memiliki pergeseran <10%. Hal

ini berarti sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek yang dibuat

stabil. Selain itu juga dilakukan uji T berpasangan untuk mengetahui jangka

waktu kestabilan gel yang dibuat, jika hasil menunjukkan p-value > 0,05 maka

sediaan yang dibuat stabil, sedangkan jika hasil p-value < 0,05 maka sediaan

gel tidak stabil. Hasil dari pengujian secara statistik pergeseran viskositas

tersaji dalam tabel VIII.

Tabel VIII. Hasil uji statistik pergeseran viskositas sediaan gel anti-inflamasi

ekstrak daun cocor bebek

Formula p-value

FAB 0,0728

FA 0,2697

FB 0,2123

FI 0,1917

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

48

Tabel VIII menunjukkan setiap formula memiliki p-value > 0,05 yang

berarti data tidak signifikan, maka dapat disimpukan bahwa sediaan gel yang

dibuat stabil dan tidak mengalami perubahan viskositas secara signifikan

selama penyimpanan.

Pergeseran viskositas untuk tiap minggunya pun dapat dilihat pada

gambar 12. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa penyimpanan

menyebabkan perubahan viskositas yang tidak signifikan dari minggu ke 0 (48

jam) hingga minggu ke-4.

Gambar 8. Grafik viskositas gel ekstrak daun cocor bebek selama penyimpanan

4. Uji daya sebar

Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui kemampuan suatu sediaan

saat diaplikasikan pada kulit. Uji ini penting dilakukan karena terkait dengan

kemudahan pengaplikasian dan penerimaan konsumen (Garg dkk., 2002).

Menurut Garg dkk. (2002), daya sebar berbanding terbalik dengan viskositas,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

49

jadi semakin kecil viskositas sediaan semisolid, maka kemampuan menyebar

pada permukaan kulit akan semakin besar dan begitu pula sebaliknya.

Pengukuran daya sebar dilakukan dengan cara meletakkan 1 gram

sediaan gel pada kaca bundar, kemudian ditimpa dengan kaca bundar yang

lainnya ditambah beban seberat 125 gram selama 1 menit. Setelah itu diukur

diameter penyebaran gel pada posisi horisontal, vertikal, dan diagonal. Hasil

pengukuran daya sebar sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek

tersaji dalam tabel IX.

Tabel IX. Daya sebar gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek 48 jam setelah

penyimpanan

Formula Daya sebar (cm)

FAB 4,8 ± 0,025

FA 4,292 ± 0,038

FB 5,375 ± 0,025

FI 5,117 ± 0,076

Daya sebar yang dikehendaki dalam penelitian ini yaitu 4,7-5,5 cm

(Lardy dkk., 2000). Pada tabel IX, semua formula baik formula AB, B, dan I

masuk ke dalam range viskositas yang diinginkan, sedangkan formula A tidak.

Hal ini kemungkinan dikarenakan jumlah gelling agent yang besar serta jumlah

humektan yang sedikit. Jumlah gelling agent berkorelasi linear dengan

viskositas gel, sedangkan viskositas gel berkorelasi terbalik dengan daya sebar.

Oleh karena itu semakin besar jumlah gelling agent maka daya sebar gel

semakin menurun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

50

G. Efek Penambahan CMC-Na dan Gliserin serta Interaksinya dalam

Menentukan Sifat Fisik Gel Anti-inflamasi Ekstrak Daun Cocor

Bebek

Efek dalam desain faktorial adalah perubahan respon yang disebabkan

adanya variasi level dan faktor. Untuk mengetahui besarnya efek dari setiap faktor

(CMC-Na dan gliserin) maupun interaksi keduanya dalam menentukan sifat fisik

gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek, maka dilakukan analisis

menggunakan software R versi 3.1.2 dengan uji ANOVA dua arah pada taraf

kepercayaan 95%.

Tujuan penelitian ini mencari signifikansi antar formula, signifikansi

setiap faktor, serta interaksi dari kedua faktor, sehingga dapat diketahui faktor

mana yang berpengaruh signifikan dalam menimbulkan efek. Nilai efek bersifat

mutlak, tanda positif dan negatif menyatakan bahwa faktor tersebut menurunkan

respon (untuk tanda negatif) atau menaikkan respon (untuk tanda positif).

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

faktorial dengan dua faktor (CMC-Na dan gliserin) dan dua level. Setiap formula

dalam penelitian ini memiliki komposisi yang sama dan jumlah bahan yang sama,

kecuali untuk kedua faktor tersebut. Hal ini bertujuan agar efek dari setiap faktor,

baik CMC-Na maupun gliserin pada level yang diteliti dapat terlihat. Dalam uji

statistik ini ada tiga tahapan yang harus dilakukan, yaitu uji normalitas data, uji

variansi data, dan uji ANOVA. Syarat untuk dapat mencapai tahap uji ANOVA

yaitu data harus terdistribusi normal dan variansi datanya homogen.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

51

1. Uji normalitas data

Uji normalitas data dilakukan terhadap data 48 jam untuk melihat

distribusi data yang didapat dari hasil penelitian. Data yang diharapkan adalah

data dengan distribusi normal. Distribusi data dikatakan normal jika memiliki

p-value > 0,05 (Istyastono, 2012). Uji normalitas yang digunakan adalah

Shapiro Wilk. Hasil uji normalitas tersaji dalam tabel X.

Tabel X. Uji normalitas data viskositas dan daya sebar

Jenis Data Formula p-value

Viskositas

AB 0,4633

A 0,6369

B 1

I 0,6369

Daya sebar

AB 1

A 0,6369

B 1

I 0,6369

Tabel X menunjukkan setiap data memiliki p-value > 0,05, sehingga

dapat disimpulkan bahwa data viskositas dan daya sebar pada setiap

formulanya memiliki distribusi data normal.

2. Uji variansi data

Uji variansi dilakukan terhadap data 48 jam. Uji ini dilakukan untuk

mengetahui kesamaan varian dari data, sehingga dapat diketahui apakah data

yang dihasilkan homogen atau tidak. Uji yang digunakan adalah Levene’s test.

Hasil dari Levene’s test dijadikan dasar untuk melakukan uji ANOVA. Syarat

untuk dapat melakukan uji ANOVA adalah data yang dihasilkan haruslah

memiliki kesamaan varian, yang dapat dilihat dari nilai p-value. Data dikatakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

52

memiliki kesamaan varian jika memiliki p-value > 0,05 (Suhartono, 2008).

Hasil uji variansi dapat dilihat pada tabel XI.

Tabel XI. Uji kesamaan varian data viskositas dan daya sebar

Data p-value

Viskositas 0,28

Daya sebar 0,178

Hasil Levene’s test menunjukkan bahwa pada uji viskositas dan daya

sebar memiliki p-value > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang

dihasilkan memiliki kesamaan varian dan dapat dilanjutkan uji parametrik.

3. Uji signifikansi respon viskositas

Uji ini dilakukan untuk melihat pengaruh kedua faktor (CMC-Na dan

gliserin), serta interaksi keduanya dalam mempengaruhi respon viskositas.

Hasil dari pengujian viskositas gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek

tersaji dalam tabel XII.

Tabel XII. Analisis ANOVA efek CMC-Na, gliserin, serta interaksinya dalam

menentukan respon viskositas

Faktor Efek p-value p-value

persamaan

CMC-Na 132,5005 2,357 x 10-7

7,142 x 10-7 Gliserin -74,1665 1,939 x 10-5

Interaksi -5,8335 0,5017

Tabel XII menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh secara

signifikan terhadap respon viskositas adalah CMC-Na dan gliserin, sedangkan

interaksi antara CMC-Na dan gliserin tidak. Hal ini dapat dilihat dari p-value

masing-masing faktor, di mana faktor yang berpengaruh secara signifikan

memiliki p-value < 0,05. Selain itu, dapat dilihat pula bahwa faktor yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

53

memiliki nilai efek paling besar dalam menentukan viskositas adalah CMC-Na

yaitu 132,5005 (menaikkan), gliserin dengan nilai -74,1665 (menurunkan),

serta interaksi keduanya dengan nilai -5,8335 (menurunkan). Model persamaan

viskositas memiliki p-value < 0,05 yaitu 7,142 x 10-7, berarti persamaan yang

didapat signifikan sehingga dapat digunakan untuk menentukan pengaruh

masing-masing faktor terhadap viskositas. Persamaan desain faktorial yang

didapat adalah:

Y = -263,3333 + 100,0000(X1) – 0,7222 (X2) – 0,2593(X1)(X2)..................(5)

Pengaruh CMC-Na dan gliserin terhadap respon viskositas dapat dilihat

pada gambar 9 dan gambar 10.

Gambar 9. Grafik pengaruh CMC-Na terhadap respon viskositas setelah 48 jam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

54

Gambar 10. Grafik pengaruh gliserin terhadap respon viskositas setelah 48 jam

Gambar 9 menunjukkan bahwa CMC-Na memiliki pengaruh menaikkan

viskositas. CMC-Na dapat meningkatkan viskositas gel dengan perpanjangan

rantai-rantai polimer yang dapat terdispersi pelarut. Viskositas larutan

meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi CMC-Na karena

menyebabkan semakin banyak rantai yang terbentuk. Seiring meningkatnya

konsentrasi polimer, maka semakin sukar untuk memisahkan rantai polimer

satu dengan yang lain (Grubber, 1999). Selain itu dengan adanya air (dalam

penelitian aquadest yang digunakan untuk mengembangkan CMC-Na dan

membilas bahan), Na+ akan lepas dan diganti dengan ion H+ dan membentuk

H-CMC yang dapat meningkatkan viskositas dengan terbentuknya cross-

linking (Bochek dkk., 2002). Gambar 10 menunjukkan bahwa gliserin memiliki

pengaruh untuk menurunkan viskositas. Semakin banyak gliserin, maka

viskositas akan semakin menurun. Hal ini dikarenakan gliserin memiliki 3

gugus hidroksi (-OH) sehingga dapat membentuk ikatan hidrogen dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

55

molekul air, sehingga semakin tinggi konsentrasi gliserin maka semakin

banyak molekul air yang terikat sehingga mempengaruhi viskositas sediaan

(Loden dan Maibach, 2005).

4. Uji signifikansi respon pergeseran viskositas

Uji ini dilakukan untuk melihat pengaruh CMC-Na, gliserin, serta

interaksi keduanya dalam mempengaruhi respon pergeseran viskositas. Hasil

yang didapat dari pengujian terhadap gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor

bebek dapat dilihat pada tabel XIII.

Tabel XIII. Analisis ANOVA efek CMC-Na, gliserin, serta interaksinya dalam

menentukan respon pergeseran viskositas

Faktor Efek p-value

CMC-Na 0,0835 0,9831

Gliserin 2,8035 0,4868

Interaksi -2,2545 0,5739

Tabel XIII menunjukkan bahwa tidak ada faktor yang berpengaruh secara

signifikan terhadap respon pergeseran. Hal ini dapat dilihat dari p-value

masing-masing faktor, di mana faktor yang berpengaruh secara signifikan

memiliki p-value < 0,05. Selain itu, dapat dilihat pula bahwa faktor yang

memiliki nilai efek paling besar dalam menentukan pergeseran viskositas

adalah gliserin dengan nilai 2,8035 (menaikkan), interaksi keduanya dengan

nilai -2,2545 (menurunkan), serta CMC-Na dengan nilai 0,0835 (menaikkan).

5. Uji signifikansi respon daya sebar

Uji ini dilakukan untuk melihat pengaruh CMC-Na, gliserin, serta

interaksi keduanya dalam mempengaruhi respon daya sebar. Hasil yang didapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

56

dari pengujian terhadap gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek dapat

dilihat pada tabel XIII.

Tabel XIV. Analisis ANOVA efek CMC-Na, gliserin, serta interaksinya dalam

menentukan respon daya sebar

Faktor Efek p-value p-value

persamaan

CMC-Na -0,7 4,784 x 10-9

1,373 x 10-8 Gliserin 0,383 5,378 x 10-7

Interaksi 0,125 0,001571

Tabel XIII menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh secara

signifikan terhadap respon daya sebar adalah CMC-Na, gliserin, serta interaksi

antar keduanya. Hal ini dapat dilihat dari p-value masing-masing faktor,

dimana faktor yang berpengaruh secara signifikan memiliki p-value < 0,05.

Selain itu dapat dilihat pula bahwa faktor yang memiliki nilai efek paling besar

dalam menentukan daya sebar adalah CMC-Na yaitu -0,7 (menurunkan),

kemudian gliserin dengan nilai 0,383 (menaikkan), serta interaksi keduanya

dengan nilai 0,125 (menaikkan). Model persamaan daya sebar memiliki p-

value < 0,05 yaitu 1,373 x 10-8, berarti persamaan yang didapat signifikan

sehingga dapat digunakan untuk menentukan pengaruh masing-masing faktor

terhadap daya sebar. Persamaan desain faktorial yang didapat adalah:

Y = 9,158333 – 0,716667(X1) – 0,024722(X2) + 0,005556(X1)(X2).............(6)

Pengaruh antara CMC-Na dan gliserin terhadap respon daya sebar dapat

dilihat pada gambar 11 dan 12.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

57

Gambar 11. Grafik pengaruh CMC-Na terhadap daya sebar setelah 48 jam

Gambar 12. Grafik pengaruh gliserin terhadap daya sebar setelah 48 jam

Gambar 11 menunjukkan bahwa CMC-Na memiliki pengaruh

menurunkan daya sebar. Semakin banyak jumlah CMC-Na, maka daya sebar

akan semakin kecil. Gambar 12 menunjukkan bahwa gliserin memiliki

pengaruh untuk menaikkan daya sebar. Semakin banyak gliserin, maka daya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

58

sebar akan semakin naik. Hal ini sesuai dengan teori bahwa viskositas

berbanding terbalik dengan daya sebar.

H. Optimasi Area Komposisi Optimum

Optimasi formula bertujuan untuk mencari komposisi optimum dari

faktor yang diteliti, yaitu CMC-Na dan gliserin agar menghasilkan gel anti-

inflamasi yang memenuhi kriteria sifat fisik yang diinginkan. Untuk mendapatkan

area optimum, maka setiap pengujian sifat fisik (viskositas dan daya sebar) gel

anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek dibuat ke dalam grafik contour plot dan

dipilih area yang memenuhi persyaratan sifat fisik gel yang diinginkan. Area

tersebut kemudian digabungkan dalam contour plot superimposed.

1. Contour plot viskositas

Gambar 13. Contour plot respon viskositas

Viskositas yang diinginkan dalam penelitian ini adalah 200-350 dPas.

Hasil perhitungan ANOVA pada respon viskositas sediaan gel anti-inflamasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

59

ekstrak daun cocor bebek didapat persamaan Y = -263,3333 + 100,0000(X1) –

0,7222 (X2) – 0,2593(X1)(X2) dengan Y adalah respon viskositas, X1 adalah

CMC-Na, X2 adalah gliserin, dan X1.X2 adalah interaksi CMC-Na dan gliserin.

Persamaan tersebut menghasilkan contour plot seperti pada gambar 13.

2. Contour plot daya sebar

Gambar 14. Contour plot respon daya sebar

Daya sebar yang diinginkan dalam penelitian ini adalah 4,7-5,5 cm

(Lardy dkk., 2000). Hasil perhitungan ANOVA pada respon daya sebar sediaan

gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek didapat persamaan Y = 9,158333 –

0,716667(X1) – 0,024722(X2) + 0,005556(X1)(X2) dengan Y adalah respon

daya sebar, X1 adalah CMC-Na, X2 adalah gliserin, dan X1.X2 adalah interaksi

antara CMC-Na dan gliserin. Persamaan tersebut menghasilkan contour plot

seperti pada gambar 14.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

60

3. Contour plot superimposed

Contour plot viskositas dan contour plot daya sebar kemudian

digabungkan ke dalam suatu grafik contour plot superimposed tersaji dalam

gambar 15.

Gambar 15. Contour plot superimposed gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor

bebek

Gambar 15 menunjukkan daerah yang diarsir merupakan daerah

optimum untuk mendapatkan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek

dengan sifat fisik yang dikehendaki. Viskositas yang dikehendaki dalam

penelitian ini yaitu 200-350 dPas dan daya sebar 4,7-5,5 cm (Lardy dkk.,

2000).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

61

I. Validasi Persamaan Respon dalam Area Komposisi Optimum Gel

Anti-inflamasi Ekstrak Daun Cocor Bebek

Setelah didapatkan daerah yang diarsir, dilakukan validasi contour plot

superimposed untuk memastikan apakah daerah optimum yang diarsir (Gambar

15) memiliki sifat fisik yang diharapkan, yaitu viskositas 200-350 dPas dan daya

sebar 4,7-5,5 cm (Lardy, Vennat, Pouget dan Pourrat, 2000). Validasi dilakukan

dengan mencuplik satu titik secara acak pada area yang diarsir, hasil cuplikan

didapat komposisi CMC-Na sebesar 7 gram dan gliserin sebesar 45 gram, seperti

yang dapat dilihat pada gambar 16. Hasil pengujian sifat fisik yang meliputi

pengujian viskositas dan daya sebar kemudian dibandingkan dengan perhitungan

teoritis yang didapat dari persamaan Y = -263,3333 + 100,0000(X1) – 0,7222 (X2)

– 0,2593(X1)(X2) (persamaan viskositas) dan Y = 9,158333 – 0,716667(X1) –

0,024722(X2) + 0,005556(X1)(X2) (persamaan daya sebar) dengan X1 adalah

CMC-Na, X2 gliserin, dan X1.X2 interaksi antara CMC-Na dan gliserin.

Gambar 16. Titik validasi pada area optimum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

62

Tabel XV. Validasi contour plot superimposed

Viskositas (dPas) Daya sebar (cm)

Perhitungan

Teoritis 294,34 – 350,63 4,69 – 4,87

Hasil validasi 333,33 4,72

Berdasarkan tabel XV, gel yang dibuat memiliki sifat fisik yang

diinginkan dan hasil yang didapat ketika validasi masuk ke dalam range respon

pada perhitungan teoritisnya. Range respon teoritis didapat dari Y ± 1,96 x

residual standard error. Residual standard error diperoleh dari data perhitungan

efek setiap faktor seperti yang terdapat pada lampiran 6. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa persamaan yang didapat dalam area komposisi optimum valid.

J. Uji Aktifitas Gel Anti-inflamasi Ekstrak Daun Cocor Bebek

Pengujian aktivitas anti-inflamasi sediaan gel ekstrak daun cocor bebek

bertujuan untuk melihat apakah sediaan tersebut dapat melepas zat aktifnya dan

dapat menimbulkan efek seperti yang diinginkan yaitu anti-inflamasi.

Kemampuan aktivitas anti-inflamasi dilihat dari besarnya % inhibisi. Semakin

besar % inhibisi maka semakin kuat potensi aktivitas anti-inflamasi yang

dihasilkan. Pengukuran ketebalan telapak kaki tikus dalam penelitian ini

menggunakan jangka sorong digital. Metode jangka sorong ini digunakan karena

cara pemakaian yang sederhana dan perlakuan terhadap hewan uji lebih dapat

diterima dibandingkan dengan metode potong kaki. Tikus yang digunakan dalam

penelitian ini adalah galur Sprague Dawley dikarenakan tingkat agresifitas tikus

yang relatif lebih rendah, sehingga diharapkan dapat memudahkan peneliti dalam

proses pengambilan data.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

63

Karagenan dipilih sebagai agen penginduksi edema karena karagenan

merupakan zat inflamatogen edema dengan cara menginduksi cedera sel, sehingga

sel yang cedera akan melepaskan mediator-mediator yang menyebabkan inflamasi

seperti histamin, serotonin, bradikinin, dan prostaglandin (Bartosikova, 2013).

Pelepasan mediator inflamasi memicu terjadinya edema maksimal dan bertahan

selama beberapa jam. Edema yang disebabkan induksi suspensi karagenan-salin

1% bertahan selama 6 jam dan perlahan-lahan berkurang dalam waktu 24 jam.

Selain itu, karagenan memiliki beberapa keuntungan antara lain tidak

menimbulkan kerusakan jaringan, tidak menimbulkan bekas, dan memberikan

respon yang lebih peka terhadap obat anti-inflamasi (Taufiq dkk., 2008).

Penelitian ini menggunakan 3 kelompok, yaitu: kontrol positif, kontrol

negatif, dan kelompok formula. Setiap kelompok terdiri dari 3 ekor tikus yang

dipilih secara acak. Kontrol positif digunakan sebagai pembanding dan diberi

perlakuan dengan gel anti-inflamasi yang telah beredar di pasaran (gel Voltadex®)

dan selanjutnya diinjeksikan suspensi karagenan-salin 1%. Gel Voltadex® dipilih

karena telah terbukti secara klinis sebagai obat anti-inflamasi dengan zat aktif

yaitu natrium diklofenak yang merupakan derivat fenil asetat yang mempunyai

efek farmakologi sebagai penghambat prostaglandin. Kelompok negatif hanya

diinjeksikan dengan suspensi karagenan-salin 1% secara subplantar, sedangkan

kelompok formula diberi perlakuan dengan sediaan gel ekstrak daun cocor bebek

dan dilanjutkan dengan diinjeksikan suspensi karagenan-salin 1% satu jam

berikutnya. Sediaan gel yang digunakan adalah sediaan hasil validasi (CMC-Na 7

g; gliserin 45 g). Perlakuan diberikan satu jam setelah tikus diinjeksikan suspensi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

64

karagenan-salin 1%. Adanya penurunan dari edema kaki tikus akibat pemberian

masing-masing perlakuan menunjukkan adanya efek anti-inflamasi. Hasil

penelitian efek anti-inflamasi topikal ini ditunjukkan pada profil rata-rata selisih

tebal kaki tikus setiap waktu pengukuran pada gambar 17.

Gambar 17. Grafik rata-rata edema kaki tikus setiap waktu pengukuran

Gambar 17 menunjukkan bahwa setelah diinjeksikan dengan suspensi

karagenan-salin 1% secara subplantar terjadi peningkatan edema kaki pada tikus.

Dua jam pertama setelah injeksi suspensi karagenan-salin 1%, pada kontrol

negatif terjadi peningkatan edema hingga 0,54 mm. Kelompok formula dan

kelompok kontrol positif menunjukkan adanya peningkatan edema yang lebih

kecil yaitu 0,32 mm dan 0,20 mm.

Parameter adanya efek anti-inflamasi ditunjukkan dengan adanya

penurunan edema kaki tikus setelah diberikan perlakuan, serta dapat dilihat pula

dari % inhibisi masing-masing kelompok perlakuan terhadap kontrol negatif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

65

Sebelum menghitung % inhibisi, terlebih dahulu dihitung luas area di

bawah kurva atau AUC dari masing-masing kelompok perlakuan. Hasil

perhitungan AUC masing-masing kelompok perlakuan beserta kontrol kemudian

ditentukan rata-rata AUC total dan selanjutnya ditentukan % inhibisi (lampiran 5).

Tabel XVI. Persentase inhibisi masing-masing kelompok perlakuan

Data % inhibisi

Kontrol positif 65,934 ± 7,716

Gel ekstrak daun cocor bebek 50 ± 3,305

Berdasarkan tabel XVI, hasil pengujian menunjukkan bahwa pada gel

ekstrak daun cocor bebek memiliki aktivitas anti-inflamasi meskipun persentase

inhibisinya masih dibawah gel Voltadex®. Hal ini dikarenakan gel Voltadex®

mengandung zat aktif yang merupakan senyawa tunggal hasil sintesis.

Selanjutnya dilakukan uji statistik untuk melihat signifikansi perbedaan

dari besarnya persentase inhibisi antara gel ekstrak daun cocor bebek dan gel

Voltadex®. Hal ini dikarenakan tidak adanya batas / spesifikasi dari % inhibisi.

Setelah dilakukan uji T tidak berpasangan, didapatkan p-value 0,0534 yang berarti

data tidak berbeda signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan gel

ekstrak daun cocor bebek memiliki aktivitas anti-inflamasi yang tidak berbeda

secara signifikan terhadap gel Voltadex®.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

66

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. CMC-Na merupakan faktor dominan dalam menentukan respon viskositas dan

daya sebar gel ekstrak daun cocor bebek, sedangkan gliserin merupakan faktor

dominan dalam menentukan respon pergeseran viskositas gel ekstrak daun

cocor bebek.

2. Komposisi optimum dari gelling agent CMC-Na dan humektan gliserin yang

menghasilkan gel ekstrak daun cocor bebek yang memenuhi persyaratan sifat

fisik dan stabil dapat diperoleh.

3. Gel ekstrak daun cocor bebek memiliki aktivitas anti-inflamasi dengan

persentase inhibisi sebesar 50%.

B. Saran

1. Perlu dilakukan optimasi lama pencampuran dan kecepatan pengadukan untuk

mendapatkan sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek yang

memenuhi kriteria sifat fisik dan stabilitas fisik gel.

2. Perlu dilakukan uji extrudability (kemampuan sediaan untuk keluar dari

kontainernya) terhadap gel ekstrak daun cocor bebek.

3. Perlu dilakukan uji pelepasan zat aktif untuk mengetahui kemampuan

pelepasan zat aktif pada sediaan gel ekstrak daun cocor bebek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

67

DAFTAR PUSTAKA

Afzal, M., Gupta, G., Kazmi, I., Rahman, M., Afzal, O., Alam, J. dkk., 2012,

Anti-inflammatory and Analgesic Potential of a Novel Steroidal

Derivative from Bryophyllum pinnatum, Fitoterapia, 83, 853-858.

Afzal, M., Kazmi, I., Khan, R., Singh, R., Chauhan, M., Bisht, T. dkk., 2012,

Bryophyllum pinnatum : A Review, International Journal of Research in

Biological Sciences, 2 (4), 143-149.

Armstrong, N.A. dan James, K.C., 1996, Pharmaceutical Experimental Design

and Interpretation, Taylor&Francis Ltd, London, hal. 132-137.

Backer, C.A. dan van Den Brink, B., 1963, Flora of Java (Spermatophytes Only),

Vol. II, Wilter-Noordhoff, NVP., Groningen Netherlands, hal. 362-413.

Bangun, A., 2012, Ensiklopedia Tanaman Obat Indonesia, Indonesia Publishing

House, Bandung, hal. 394-395.

Barel, A., Paye, M., dan Malbach, H., 2001, Handbook of Cosmetic Science and

Technology, Marcel Dekker Inc., New York, hal. 155.

Bartosikova, J.N.L., 2013, Carrageenan: a review, Veterinarni Medicina, 58(4),

194-195.

Bochek, A.M., Yusupova, L.D., Zabivalova, N.M., dan Petropavlovskii, G.A.,

2002, Rheological Properties of Aqueous H-Carboxymethyl Cellulose

Solutions with Various Additives, Russian Journal of Applied Chemistry,

75, 4-7.

Bolton, S. dan Bon, C., 2004, Pharmaceutical Statistics Practical and Clinical

Application, 4th edition, Marcel Dekker Inc., New York, hal.265-275.

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1986, Sediaan Galenik,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 5-26.

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995, Farmakope

Indonesia, jilid IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta,

hal. 7, 654.

Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., dan Singla, A.K., 2002, Spreading of Semisolid

Formulations, Pharmaceutical Technology, september 2012, hal. 84-105.

Haryanto, S., 2009, Ensiklopedi Tanaman Obat Indonesia, Palmall, Yogyakarta,

hal. 491-493.

Hasyim, N., Pare, K.R., Junaid, I., dan Kurniati, A., 2012, Formulasi dan Uji

Efektivitas Gel Luka Bakar Ekstrak Daun Cocor Bebek (Kalanchoe

pinnata L) pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus), Vol.16, No.2, 89-94.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

68

Hidayati, N.A., Listyawati, S., dan Setyawan, A.D., 2005, Kandungan Kimia dan

Uji Anti-inflamasi Ekstrak Etanol Lantana camara L. Pada Tikus Putih

(Rattus norvegicus L.) Jantan, Bioteknologi, 5 (1): 10-17.

Istyastono, E.P., 2012, Mengenal Peranti Lunak R-2.14.0 for Windows: Aplikasi

Statistika Gratis dan Open Source, Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta, hal.21-22.

Kuncari, E.M., Iskandarsyah, dan Praptiwi, 2014, Evaluasi, Uji Stabilitas Fisik

dan Sineresis Sediaan Gel yang Mengandung Minoksidil, Apigenin, dan

Perasan Herba Seledri (Apium graveolens L.), Bul Penelit Kesehat,

Vol.42, 213-222.

Lafuente, A.G., Guillamon, E., Villares, A., Rostagno, M.A., dan Martinez, J.A.,

2009, Flavonoids as Anti-inflammatory Agents : Implications in Cancer

and Cardiovascular Disease, Inflammation Research, (58), 537-552.

Lardy, F., Vennat, B., Pouget, M.P., dan Pourrat, A., 2000, Functionalization of

Hydrocolloids: Principal Component Analysis Applied to the Study of

Correlations Between Parameters Describing the Consistency of

Hydrogels, Drug Development and Industrial Pharmacy, 26(7), 715-721.

Loden, M., dan Maibach, H.I., (Eds.), 2005, Dry skin and Moisturizers: Chemistry

and Function, Taylor & Francis Group, Boca Raton, hal.227-230.

Majaz, Q., Tatiya, A.U., Khurshid, M., Nazim, S., dan Siraj, S., 2011, The

Miracle Plant ( Kalanchoe pinnata ) : A Phytochemical and

Pharmacological Review, IJRAP, 2 (5), 1478–1482.

Matthew, S., Jain, A.K., James, M., Matthew, C., dan Bhowmik, D., 2013,

Analgesic and Anti-Inflammatory Activity of Kalanchoe pinnata (Lam.)

Pers, Journal of Medicinal Plants Studies, 1, 24-28.

Milad, R., El-Ahmady, S., dan Singab, A.N., 2014, Genus Kalanchoe

(Crassulaceae): A Review of Its Ethnomedical, Botanical, Chemical and

Pharmacological Properties, European Jurnal of Medicinal Plants, 4(1),

88-104.

Mitchell, Kumar, Abbas, dan Fausto, 2009, Buku Saku Dasar Patologis Penyakit,

edisi 7, EGC, Jakarta, hal. 48-50.

Nugroho, A.E., 2012, Farmakologi Obat-obat Penting dalam Pembelajaran Ilmu

Farmasi dan Dunia Kesehatan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 167-

169.

Nwose, C., 2013, Effect of Ethanolic Leaf Extract of Kalanchoe pinnata on

Serum Creatine Kinase in Albino Rats, Journal of Pharmacognosy and

Phytochemistry, 1, 8-12.

Pattewar, S.V., 2012, Kalanchoe pinnata : Phytochemical and Pharmacological

Profile, International Journal of Phytopharmacy, 2(1), 1-8.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

69

Rawlings, A.V., Harding, C.R., Watkingson, A., Chandar, P., dan Scott, I.R.,

2002, Humectants, dalam Leyden, James, J. dan Rawlings, Anthony, V.,

(Eds.), Skin Moisturization, Marcel Dekker Inc., New York, hal. 248-

249.

Rowe, C.R., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical

Excipients, 6th edition, Pharmaceutical Press, London, hal. 118-119, 283-

284.

Sandhar, H.K., Kumar, B., Prasher, S., Tiwari, P., Salhan, M. dan Sharma, P.,

2011, A Review of Phytochemistry and Pharmacology of Flavonoids,

Internationale Pharmaceutica Sciencia, 1 (1), 25-28.

Setiadi, 2007, Anatomi dan Fisiologi Manusia, Graha Ilmu, Yogyakarta, hal. 240-

241.

Sinko, P.J., 2011, Martin’s Physical Pharmacy and Pharmaceutical Sciences,

Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, hal. 469-471.

Suhartono, 2008, Analisis Data Statistik dengan R, Jurusan Statistika ITS,

Surabaya, hal. 115.

Suhono, B. dan TIM LIPI, 2010, Ensiklopedia Flora, PT Kharisma Ilmu, Bogor,

hal. 123-125.

Swarbrick, J. dan Boylan, J.C., 1992, Encyclopedia of Pharmaceutical

Technology, Volume 6, Marcel Dekker Inc., New York, hal. 415-433.

Taufiq, L., Wahyuningtyas, N., dan Wahyuni, A.S., 2008, Efek Antiinflamasi

Ekstrak Patikan Kebo (Euphorbia hirta L.) pada Tikus Putih Jantan,

Pharmacon, 9(1), 3.

Tranggono, R.I. dan Latifah, F., 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

Kosmetik, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal.20.

Voigt, R., 1994, Lehrbuch Der Pharmazeutischem, diterjemahkan oleh Noerono,

S., hal. 341-343, 354, 579-580, Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Zats, J.L. dan Kushla, G.P., 1996, Gels, dalam Lieberman, H.A., Lachman, L.,

Schwatz, J.B., (Eds.), Handbook of Cosmetic Science and Technology,

Marcell Dekker Inc., New York, hal. 399-415.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

70

LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat pengesahan determinasi dan hasil determinasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

71

Lampiran 2. Ethical clearance

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

72

Lampiran 3. Orientasi level kedua faktor penelitian

1. Variasi konsentrasi CMC-Na terhadap sifat fisik sediaan

CMC-Na (g) Daya sebar

(cm)

Viskositas

(dPas)

6 4,425 350

6,5 4,375 390

7 4,325 450

7,5 4,3 480

8 4,25 580

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

73

Lampiran 3. Orientasi level kedua faktor penelitian

2. Variasi konsentrasi gliserin terhadap sifat fisik sediaan

Gliserin (g) Daya sebar (cm) Viskositas (dPas)

10 3,8 750

20 3,875 680

30 3,9 650

40 4,1 600

50 4,225 550

60 4,425 525

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

74

Lampiran 3. Orientasi level kedua faktor penelitian

3. Formula desain faktorial level tinggi dan rendah

Formula CMC-Na (g) Gliserin (g)

AB 7,5 60

A 7,5 30

B 6 60

I 6 30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

75

Lampiran 4. Data viskositas, daya sebar, dan pergeseran viskositas

1. Viskositas

Waktu

Pengujian

FORMULA (dPas)

AB A B I

48 jam 326,667 406,667 200 268,333

1 minggu 346,667 410 206,667 261,667

2 minggu 353,333 423,333 225 273,333

3 minggu 370 430 223,333 280

4 minggu 371,667 433,333 218,333 275

2. Daya sebar

Waktu

Pengujian

FORMULA (cm)

AB A B I

48 jam 4,8 4,292 5,375 5,117

1 minggu 4,592 4,2 5,3 4,75

2 minggu 4,496 4,154 5,183 4,721

3 minggu 4,417 4,104 5,05 4,675

4 minggu 4,333 4,075 5,025 4,633

3. Pergeseran viskositas

Formula Viskositas (dPas) Pergeseran viskositas

(%) 48 jam 4 minggu

AB 326,667 371,667 0,142

A 406,667 433,333 0,068

B 200 218,333 0,095

I 268,333 275 0,026

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

76

Lampiran 5. Data uji aktivitas anti-inflamasi

1. Pengukuran tebal telapak kaki

Menit ke- Kontrol Negatif

(mm)

Kontrol Positif

(mm) Formula (mm)

0 5,017 ± 0,212 5,077 ± 0,170 4,913 ± 0,206

30 5,177 ± 0,165 5,107 ± 0,188 4,96 ± 0,236

60 5,417 ± 0,227 5,197 ± 0,240 5,06 ± 0,184

120 5,557 ± 0,278 5,28 ± 0,192 5,233 ± 0,206

180 5,603 ± 0,248 5,287 ± 0,188 5,243 ± 0,153

2. Selisih tebal telapak kaki

Menit ke- Kontrol Negatif

(mm)

Kontrol Positif

(mm) Formula (mm)

0 0 0 0

30 0,16 ± 0,056 0,03 ± 0,026 0,047 ± 0,031

60 0,4 ± 0,036 0,12 ± 0,07 0,147 ± 0,023

120 0,54 ± 0,07 0,203 ± 0,032 0,32 ± 0,01

180 0,587 ± 0,040 0,21 ± 0,017 0,33 ± 0,056

3. Perhitungan AUC

a. Kontrol Negatif

Menit ke- AUC (mm.jam)

I II III

0 – 30 0,025 0,0525 0,0425

30 – 60 0,1275 0,16 0,1325

60 – 120 0,51 0,485 0,415

120 -180 0,62 0,545 0,525

Jumlah 1,2825 1,2425 1,115

b. Kontrol Positif

Menit ke- AUC (mm.jam)

I II III

0 – 30 0,005 0,015 0,0025

30 – 60 0,0475 0,0525 0,0125

60 – 120 0,18 0,195 0,11

120 - 180 0,205 0,23 0,185

Jumlah 0,4375 0,4925 0,31

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

77

Lampiran 5. Data uji aktivitas anti-inflamasi

c. Formula uji

Menit ke- AUC (mm.jam)

I II III

0 – 30 0,01 0,02 0,005

30 – 60 0,05 0,05 0,045

60 – 120 0,235 0,22 0,245

120 - 180 0,325 0,295 0,355

Jumlah 0,61 0,565 0,645

4. Persentase penghambatan inflamasi

Replikasi Perlakuan (%)

Kontrol positif Formula

1 63,942 49,725

2 59,409 53,434

3 74,451 46,841

65,934 ± 7,716 50 ± 3,305

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

78

Lampiran 6. Hasil analisis data sifat fisik menggunakan R.3.1.2

1. Uji normalitas data

a. Viskositas

b. Daya sebar

Keterangan : FAB, Fa, FB, F1 memiliki

p-value > 0,05 data normal

Keterangan : FAB, Fa, FB, F1 memiliki

p-value > 0,05 data normal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

79

Lampiran 6. Hasil analisis data sifat fisik menggunakan R.3.1.2

c. Pergeseran viskositas

2. Uji kesamaan varian data (Levene’s test)

a. Viskositas

Keterangan : FAB, Fa, FB, F1 memiliki

p-value > 0,05 data normal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

80

Lampiran 6. Hasil analisis data sifat fisik menggunakan R.3.1.2

b. Daya sebar

c. Pergeseran viskositas

3. Perhitungan model persamaan

a. Viskositas

b. Daya sebar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

81

Lampiran 6. Hasil analisis data sifat fisik menggunakan R.3.1.2

4. Uji ANOVA

a. Viskositas

b. Daya sebar

c. Pergeseran viskositas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

82

Lampiran 7. Perhitungan efek

Formula CMC-Na Gliserin Interaksi Viskositas

(dPas)

Daya Sebar

(cm)

Pergeseran

viskositas

(%)

FAB + + + 326,667 4,8 7,303

Fa + - - 406,667 4,292 6,754

FB - + - 200 5,375 9,474

F1 - - + 268,333 5,117 4,416

1. Perhitungan efek viskositas

Efek CMC-Na = = 132,5005

Efek gliserin = = -74,1665

Efek interaksi = = -5,8335

2. Perhitungan efek daya sebar

Efek CMC-Na = = -0,7

Efek gliserin = = 0,383

Efek interaksi = = 0,125

3. Perhitungan efek pergeseran viskositas

Efek CMC-Na = = 0,0835

Efek gliserin = = 2,8035

Efek interaksi = = -2,2545

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

83

Lampiran 8. Hasil analisis data stabilitas viskositas menggunakan R.3.1.2

Formula ab

Formula a

Kesimpulan : formula ab

memiliki viskositas yang stabil

selama penyimpanan 4

minggu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

84

Formula b

Kesimpulan : formula a

memiliki viskositas yang stabil

selama penyimpanan 4

minggu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

85

Formula 1

Kesimpulan : formula 1

memiliki viskositas yang stabil

selama penyimpanan 4

minggu.

Kesimpulan : formula b

memiliki viskositas yang stabil

selama penyimpanan 4

minggu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

86

Lampiran 9. Dokumentasi penanaman tanaman cocor bebek

1. Penanaman tanaman cocor bebek

2. Tanaman cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam))

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

87

Lampiran 10. Dokumentasi proses ekstraksi daun cocor bebek

1. Proses maserasi serbuk daun cocor bebek

2. Proses penguapan menggunakan waterbath

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

88

Lampiran 10. Dokumentasi proses ekstraksi daun cocor bebek

3. Proses penguapan pelarut menggunakan rotary evaporator

4. Ekstrak daun cocor bebek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

89

Lampiran 11. Dokumentasi sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor

bebek

1. Setelah pembuatan

Formula ab Formula a

Formula b Formula 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

90

Lampiran 11. Dokumentasi sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor

bebek

2. Setelah penyimpanan 4 minggu

Formula ab Formula a

Formula b Formula 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

91

Lampiran 12. Pengukuran sifat fisik gel ekstrak daun cocor bebek

1. Pengukuran viskositas menggunakan viscotester seri VT 04 (RION)

2. Pengukuran daya sebar gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

92

Lampiran 13. Dokumentasi uji aktivitas anti-inflamasi dengan metode

jangka sorong digital

1. Pengukuran telapak kaki tikus dengan jangka sorong digital

2. Pengolesan gel ekstrak daun cocor bebek pada telapak kaki tikus

3. Penyuntikan suspensi karagenan-salin 1% secara subplantar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · optimasi gelling agent cmc-na dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata (lam.)):

93

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama lengkap Vincensius Galih Prakarsa

Gautama Putra adalah anak kedua dari dua bersaudara

pasangan Ary Maryanto dan Clara Wahyu Pratiwi.

Lahir di Depok pada tanggal 15 Februari 1993.

Riwayat pendidikan penulis skripsi berjudul

“Optimasi Gelling Agent CMC-Na dan Humektan

Gliserin Dalam Sediaan Gel Anti-inflamasi Ekstrak

Daun Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)):

Aplikasi Desain Faktorial” diawali dari TK Strada

Indriyasana Jakarta (1998-2000), SD Strada

Wiyatasana Jakarta (2000-2006), SMP Strada Marga

Mulia Jakarta (2006-2009) dan melanjutkan

pendidikan menengah atas di SMA Kolese Gonzaga

Jakarta (2009-2011). Kemudian pada tahun 2011,

penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Selama kuliah penulis pernah menjadi asisten praktikum Kimia

Dasar (2012), Analisis Farmasi dan Validasi Metode (2013 & 2015), Kimia

Analisis (2014), dan Farmakognosi Fitokimia (2014). Penulis juga aktif dalam

organisasi antara lain sebagai anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas

Farmasi (BEMF Farmasi) yaitu koordinator divisi Organisasi (2012-2013) dan

wakil gubernur internal (2013-2014). Selain itu penulis juga aktif dalam berbagai

kegiatan kepanitiaan, di antaranya dalam kepanitiaan Pharmacy Performance 2011

sebagai anggota perlengkapan, Pharmacy Event Cup 2012 sebagai koordinator

seksi perlengkapan, Titrasi 2012 sebagai Bandzen, Pharmacy Road to School

2013 sebagai anggota keamanan, Pelepasan Wisuda 2013 sebagai wakil ketua,

dan Titrasi 2013 sebagai Steering Committee.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI