PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang...

118
EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH FARMASI DI RSUD SLEMAN PERIODE TAHUN 2006 2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi Oleh : Fitriana Annisa Stya Ningrum NIM : 06 8114 095 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang...

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH FARMASI

DI RSUD SLEMAN PERIODE TAHUN 2006 –2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Fitriana Annisa Stya Ningrum

NIM : 06 8114 095

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

i

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH FARMASI

DI RSUD SLEMAN PERIODE TAHUN 2006 – 2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Fitriana Annisa Stya Ningrum

NIM : 06 8114 095

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

f Sen*&btue

ByALUASI PENGELOII\AN LIMBAfl FARIIilASI

IH RSIM SI,EMAFI FEMre TAHT}N M6 -2012

slslF+ rffi :

Fui *,* x{i4gqe:

I..ffi{ :'ffi'8'Ltrrl.ffi,

dr6ryt$s$:hhh

Pmbim@glttea

61 .'(A. fri,&immrq trrs. M.For, $c)

n*!r.,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

Pengesahan Stilip$i Beriudut

EVALUASI PENGELOLAAI\I LIMBAE FARMASI

DI RST]D SLEMAN PERIODE TAHTJN 2W -2012

Oleh:

Fitriana Annisa Stya Ningrum

Panitia Penguji : .

Tri Priantoro, Drs. M.For. Sc

Ipang Djuna*c, M. $c., Apt.-

Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt

llr

"fl+

8114 095

Farmasi

t:s"

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

iv

Skripsi ini Penulis persembahkan untuk :

Allah S.W.T atas berkah, rahmat, kasih, dan hidayah-Nya,

Ayah, ibu, keluarga besar penulis, dan para sahabat: Amel, Erma, Cyndi, serta yang terkasih: Hanung Aprianto, S. iKom.

terima kasih untuk segala “kesan dan pembelajaran manis maupun pahit” yang telah kalian berikan selama penyusunan skripsi ini.

Terima kasih juga untuk semua pihak yang berperan serta dalam mendukung keberhasilan Penulis.

Sesuatu yang kita anggap sulit/rumit, jika kita MAU berusaha dan YAKIN maka kita akan BISA melakukannya,

Ubahlah kata-kata “Bisa...Tapi Sulit” menjadi “Sulit.. tapi Bisa” ...Insyaallah...

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

v

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan berkah, rahmat, kasih, dan hidayah-Nya sehingga Penulis bisa

menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

perkuliahan dan memperoleh gelar sarjana farmasi (S. Farm.) di Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulisan skripsi ini dapat terwujud

berkat kerja sama dan bantuan dari berbagai pihak yang telah meluangkan tenaga

dan waktunya. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Pembimbing skripsi, Bapak A. Tri Priantoro, Drs. M.For. Sc. atas waktu dan

bimbingan yang telah diberikan sehingga dapat membantu Penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

3. Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan

Evaluasi, Kepala Sub Bidang Litbang Ibu Sri Nurhidayah, S.Si., MT, dan

Direktur RSUD Sleman Bapak dr. Joko Hastaryo, M.Kes yang telah

memberikan kesempatan kepada Penulis untuk melakukan penelitian di RSUD

Sleman.

4. Pembimbing lapangan, Ibu Dra. H. E. Lestariningsih, Apt. (Kepala Instalasi

Farmasi RSUD Sleman) dan Ibu Yayuk Sri Rohmani, SKM (Kepala Sanitasi

RSUD Sleman) atas kesabaran dan kerendahan hatinya, serta segala kebaikan

yang telah diberikan selama penelitian di RSUD Sleman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

vi

5. Pembimbing akademik Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. atas arahan dan

bimbingannya.

6. Untuk keluarga tercinta dan tersayang, Bapak Ibu terima kasih atas doa dan

dukungan yang tak henti-hentinya baik moril maupun materiil, yang selalu

meyakinkan dan membesarkan hati.

7. Untuk para sahabat, Amel, Erma, Cyndi, dan Hanung, terima kasih atas doa,

dukungan, saran, hiburan, semangat, dan bantuan, yang tulus diberikan kepada

Penulis.

8. Semua teman-teman farmasi almamater 2006 baik FKK maupun FST yang

telah lebih dulu menempuh perjalanan karier sebagai farmasis, terima kasih

atas pertemanan selama ini. Sukses untuk kita semua.

Semoga seluruh bantuan yang telah diberikan kepada Penulis

mendapatkan balasan dan menjadi amal ibadah di mata Allah SWT. Dalam skripsi

ini Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan

yang Penulis miliki. Namun demikian Penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pembaca dan juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan

akademisi.

Yogyakarta, 23 September 2013

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Fitriana Annisa Styaningrum

Nomor mahasiswa : 06 8114 095

Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Evaluasi Pengelolaan Limbah Farmasi di RSUD Sleman Periode Tahun 2006 –

2012 (Evaluation of Pharmaceutical Waste Management in RSUD Sleman on the

Period of the Year 2006 –2012)

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Yogyakarta

Pada tangal : 25 September 2013

Yang menyatakan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

viii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiatisme dalam naskah

ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 23 September 2013

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv

PRAKATA .................................................................................................. v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................................... vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... viii

DAFTAR ISI ............................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv

INTISARI .................................................................................................... xvi

ABSTRACT .................................................................................................. xvii

BAB I . PENGANTAR ...............................................................................

1-8

A. Latar Belakang .......................................................................................

1

1. Perumusan masalah ............................................................................

5

2. Keaslian penelitian .............................................................................

6

3. Manfaat penelitian ..............................................................................

7-8

a. Manfaat teoritis ..............................................................................

7

b. Manfaat praktis ..............................................................................

7

1). Manfaat bagi penulis ...............................................................

7

2). Manfaat bagi RSUD Sleman ...................................................

8

3). Manfaat bagi masyarakat .........................................................

8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

x

B. Tujuan Penelitian .................................................................................... 8

1. Tujuan umum ....................................................................................

8

2. Tujuan khusus ....................................................................................

8

BAB II . PENELAAHAN PUSTAKA .......................................................

9-34

A. Definisi dan Kategori Limbah Rumah Sakit ..........................................

9

B. Pengelolaan Limbah dalam Upaya Sanitasi Rumah Sakit .....................

11

C. Prosedur Pengelolaan Limbah Farmasi Rumah Sakit ............................

12

D. Proses Pengelolaan Limbah Farmasi Rumah Sakit ................................

13-20

1. Pemisahan dan Pengumpulan .............................................................

13

2. Pemilahan ...........................................................................................

14

3. Pelabelan ............................................................................................

16

4. Pengangkutan .....................................................................................

16

5. Penyimpanan Sementara/Penampungan ............................................

17

6. Pemusnahan dan Pembuangan ...........................................................

18

E. Obat-obatan Kadaluwarsa dan Tidak Terpakai ......................................

21-23

1. Definisi Kadaluwarsa Obat dan Tanggal Kadaluwarsa ......................

21

2. Tanda-tanda Obat Kadaluwarsa dan Obat Rusak/Tidak Terpakai......

22

F. Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik Tahun 2011.............................

23

G. KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004............................

26

H. Tenaga Kefarmasian dalam Pengelolaan Limbah Farmasi.....................

29

I. Keterangan Empiris..................................................................................

32

BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................

35-42

A. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................................

35

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

xi

B. Variabel Penelitian ................................................................................. 35

C. Definisi Operasional ...............................................................................

35

D. Tata Cara Penelitian ...............................................................................

38-42

1. Perizinan .............................................................................................

38

2. Persiapan Instrumen Penelitian ..........................................................

38

3. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................

38

4. Lokasi Penelitian ................................................................................

39

5. Teknik Pengumpulan Data .................................................................

39

a. Wawancara .....................................................................................

40

b. Observasi/pengamatan ...................................................................

40

c. Dokumentasi ..................................................................................

40

d. Studi pustaka .................................................................................

41

6. Analisis data .......................................................................................

41

7. Pembahasan kasus ..............................................................................

41

8. Uji validitas ........................................................................................

41

E. Keterbatasan Penelitian ..........................................................................

42

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................

43-65

A. Profil Limbah Farmasi Berdasarkan Sumber/Produsen .........................

43

B. Profil Limbah Farmasi Berdasarkan BSO/Satuan dan Jenis Kemasan ..

47

C. Kesesuaian Pengelolaan Limbah Farmasi dengan Prosedur Rumah

Sakit dan Standar Pembanding ...................................................................

49-64

1. Kesesuaian dari aspek prosedur dan SDM..........................................

49

2. Kesesuaian dari aspek proses.............................................................

58

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

xii

D.Peran IFRS dalam Pengelolaan Limbah Farmasi..................................... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................

66-68

A. Kesimpulan ............................................................................................

66

B. Saran .......................................................................................................

68

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

69

LAMPIRAN ................................................................................................

72

BIOGRAFI PENULIS ................................................................................

100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Jenis wadah dan label limbah medis padat sesuai kategori

limbah (KepMenKes 1204/MenKes/SK/X/2004)....................

14

Tabel II. Metode pemusnahan dan pembuangan limbah farmasi

berdasarkan kategori obat.........................................................

20

Tabel III. Standar kualifikasi SDM dalam IFRS menurut Depkes RI,

2004..........................................................................................

30

Tabel IV. Standar kompetensi apoteker indonesia dalam pemusnahan

limbah farmasi..........................................................................

31

Tabel V. Data limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman periode

tahun 2006 –2012 berdasarkan sumber/produsen...............

45

Tabel VI. Data limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman periode

tahun 2006 – 2012 berdasarkan BSO/satuan dan jenis

kemasan obat............................................................................

47

Tabel VII. Evaluasi Pengelolaan Limbah Farmasi dari Aspek SDM di

IFRS.........................................................................................

49

Tabel VIII. Evaluasi Pengelolaan Limbah Farmasi dari Aspek SDM di

ISRS........................................................................................

52

Tabel IX. Evaluasi kesesuaian prosedur rumah sakit dan praktek

pengelolaan limbah farmasi dengan standar pembanding

CPFB tahun 2011 ....................................................................

56

Tabel X. Evaluasi Pengelolaan Limbah Farmasi dari Aspek Proses...... 63

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Contoh struktur organisasi IFRS minimal dengan model

konvensional..................................................................................

29

Gambar 2. Prosedur pemusnahan sampah medis menurut SPO RSUD

Sleman...........................................................................................

59

Gambar 3. Troli (kereta dorong) untuk mengangkut sampah medis

(termasuk limbah farmasi).............................................................

60

Gambar 4. TPS untuk limbah medis (termasuk limbah farmasi) yang

terdapat di Instalasi Incinerator RSUD Sleman.............................

60

Gambar 5. Proses penimbangan sisa abu dan sampah medis (termasuk

limbah farmasi) yang akan dibakar oleh petugas pelaksana

sebelum dibakar di incinerator.......................................................

61

Gambar 6. Petugas pelaksana memasukkan sejumlah kantong plastik berisi

limbah medis ke dalam tungku incinerator untuk dibakar.............

62

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Panduan Wawancara / Interview Guide.......................... 72

Lampiran 2.

Tabel Hasil Wawancara...................................................

75

Lampiran 3.

Tabel Hasil Observasi.....................................................

79

Lampiran 4.

Tabel Analisis Data Obat-obatan ...................................

85

Lampiran 5.

Struktur Organisasi IFRSUD dan ISRSUD Sleman........

94

Lampiran 6.

Mapping Competency Petugas ISRSUD Sleman............

95

Lampiran 7.

Tabel Uraian Tugas IFRSUD dan ISRSUD Sleman........

96

Lampiran 8.

Surat Izin Penelitian.........................................................

97

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

xvi

INTISARI

Kegiatan rumah sakit yang sangat kompleks berdampak positif dan negatif. Salah satu dampak negatifnya berupa limbah farmasi. Pengelolaan limbah farmasi perlu diteliti karena pengelolaan yang tidak tepat dapat mengancam kesehatan dan mencemari lingkungan. Sayangnya, belum semua rumah sakit mengelola limbah farmasi sesuai dengan prosedur.

Penelitian non eksperimental dengan rancangan observasional dan bersifat deskriptf evaluatif ini bertujuan memperoleh profil pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman Periode tahun 2006 – 2012. Data yang diambil adalah data jenis limbah dan proses pengelolaan limbah dilengkapi dengan wawancara terhadap Kepala IFRS, Sanitasi, dan sanitarian penanggung jawab limbah.

Hasil penelitian menunjukkan 2012 ada 94.418 item limbah farmasi yang dikelola dari internal (dropping) maupun eksternal. Sediaan padat terbanyak berupa tablet dan kapsul, sediaan semi padat berupa salep dan krim, sedangkan sediaan cair terbanyak berupa larutan (dalam sachet dan ampul). Sumber eksternal terbanyak dari P.R. YAKKUM (86%) pada tahun 2009.

Berdasarkan analisis dan evaluasi data, aspek prosedur dan SDM pengelola limbah farmasi di RSUD Sleman telah sesuai dengan standar pembanding, sedangkan pada aspek proses masih memerlukan beberapa pembenahan. Direkomendasikan supaya petugas IFRS diberikan pelatihan pengelolaan limbah farmasi rumah sakit.

Kata kunci : limbah farmasi, prosedur, pengelolaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

xvii

ABSTRACT

Hospital activities are so complex and have positive and negative impact. One of which is pharmaceutical waste. Pharmaceutical waste management need to be investigated because the improper management can threaten the health and pollute the environtment. Unfortunatelly, not all hospitals managing pharmaceutical waste in accordance with procedures.

Non experimental studies with evaluative descriptive observational design was aimed to obtain the profile of the pharmaceutical waste management in RSUD Sleman on the period of the year 2006 – 2012. The data retrieved is data type of waste and waste management processes, supported by interviews with leader of IFRS, sanitation, and sanitarian in charge of waste.

The results of the analysis drug extermination data in RSUD Sleman on the period of the year 2006 - 2012 showed that there were 94.418 items pharmaceutical waste were administered in RSUD Sleman, both from internal and external. Most of solid dosage form such as tablets and capsules, semi solid dosage forms such as ointments and creams, and most of liquid dosage form of solutio (in sachets and ampoules). The Most external source of pharmaceuticals waste were derived from P.R YAKUM (86%) on the year 2009.

Based on data analysis and evaluation, from the aspect of procedures and human resource were managing pharmaceutical waste in RSUD Sleman was adequate in accordance with standart comparators, while from the aspect of process still needs some correction. So it is recommended that the staffs in IFRS given training of pharmaceutical waste management in hospital.

Keywords: pharmaceuticals waste, procedures, management

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang mempunyai

misi untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh

seluruh lapisan masyarakat, juga sebagai tempat untuk pendidikan dan pelatihan

tenaga kesehatan serta tempat penelitian dan pengembangan kesehatan (Siregar,

2004). Kegiatan-kegiatan rumah sakit yang berupa pelayanan preventif, kuratif,

rehabilitatif, dan promotif sangat kompleks. Kegiatan tersebut tidak saja

menimbulkan dampak positif tetapi juga menimbulkan dampak negatif. Dampak

positif adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, sedangkan dampak

negatifnya berupa limbah rumah sakit akibat proses kegiatan baik medis maupun

non medis.

Menurut Sarwanto (2003) berdasarkan hasil penelitian WHO bersama

dengan Departemen Kesehatan RI pada tahun 1997 yang ditunjukkan dalam profil

kesehatan Indonesia, produksi limbah padat rumah sakit berupa limbah domestik

sebesar 76,8% dan limbah medis padat sebesar 23,2%. Berdasarkan kriteria

WHO, pengelolaan limbah medis padat yang baik bila persentase limbah medis

tidak lebih dari 15%. Penelitian tersebut dilakukan terhadap rumah sakit-rumah

sakit baik yang ada di dalam maupun di luar kota Jakarta. Dari 88 rumah sakit

yang ada di luar kota Jakarta yang menjadi obyek penelitian, didapatkan hasil

bahwa jumlah rumah sakit yang melakukan pemisahan limbah 80,7%, pewadahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

2

limbah 20,5%, pengangkutan limbah 72,7%, dan menggunakan incinerator untuk

limbah infeksius 62%. Dari sekitar 107 rumah sakit yang berada di Jakarta, baru

10 rumah sakit yang memiliki incinerator, dan itu pun tidak semuanya insinerator

yang benar. Buruknya pengelolaan limbah rumah sakit karena pengelolaan limbah

belum menjadi syarat akreditasi rumah sakit, sedangkan peraturan proses

pembungkusan limbah padat yang diterbitkan Departemen Kesehatan pada 1992

pun sebagian besar tidak dijalankan dengan baik.

Meskipun persentase limbah medis padat (baik yang didapatkan dari

hasil penelitian maupun dari ketentuan WHO) terbilang jauh lebih kecil daripada

limbah padat domestik, akan tetapi dengan persentase yang kecil itu limbah medis

padat memiliki potensi bahaya yang lebih besar. Bila tidak ditangani dan dibuang

secara baik dan benar maka limbah medis padat rumah sakit berpotensi untuk

mencemari lingkungan, kemungkinannya menimbulkan kecelakaan kerja serta

penularan penyakit/infeksi, dan tindakan-tindakan ilegal. Salah satu limbah rumah

sakit yang memerlukan pengelolaan dan strategi pembuangan yang tepat adalah

limbah farmasi.

Kasus yang pernah menghebohkan masyarakat Indonesia terkait dengan

pengelolaan limbah farmasi yang tidak benar adalah terjadinya tindakan

penggantian tahun kadaluwarsa obat pada sediaan yang telah melewati tahun

kadaluwarsa di sebuah gudang obat ilegal yang kemudian obat-obatan tersebut

diedarkan lagi di apotek-apotek dan rumah sakit di seluruh Aceh, seperti yang

dilansir dalam artikel di majalah online Kompasiana (Yus, 2009).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

3

Menurut Budiarie (2009) di Jawa Timur juga ada kasus penimbunan dan

pemulungan limbah farmasi berupa obat-obatan kadaluwarsa dari limbah rumah

sakit maupun rumah tangga untuk dipasarkan lagi di masyarakat, seperti yang

dilansir dalam artikel di website Monitor Indonesia. Tentunya bagaimanapun

bentuk kasus mengenai pengelolaan limbah farmasi yang belum tepat, pada

akhirnya sangat merugikan konsumen terutama dari segi kesehatan, karena efek

terapi obat sudah berkurang, dan yang paling membahayakan adalah apabila obat-

obatan tersebut sudah terkontaminasi oleh zat berbahaya/beracun yang dapat

menimbulkan toksisitas bagi yang meminum.

Permasalahan yang kerap dijumpai dalam pengelolaan limbah farmasi

adalah dalam hal kesesuaian proses dengan prosedur. Contohnya adalah tidak

dilakukan pemisahan dan pemilahan limbah farmasi secara benar berdasarkan

kategori-kategori tertentu misalnya bentuk sediaan obat, kemasan obat, maupun

berdasarkan golongan obatnya. Padahal berbeda kategori limbah farmasi bisa

berbeda pula penanganannya, dan sebenarnya di Indonesia sendiri sudah terdapat

cukup banyak peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh pemerintah dan

bisa digunakan sebagai pedoman dalam mengelola limbah rumah sakit khususnya

limbah farmasi. Namun, tidak semua peraturan yang berlaku tersebut diterapkan

secara baik dan benar.

RSUD Sleman Yogyakarta merupakan sebuah rumah sakit dengan

tipe/kelas B Non-pendidikan sejak bulan Desember tahun 2003 hingga saat ini,

setelah dinyatakan memenuhi persyaratan dalam penilaian Tim Departemen

Kesehatan RI. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor: 9 tahun 2009, tanggal 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

4

Agustus 2009 dan Peraturan Bupati Sleman nomor: 48 tahun 2009 dinyatakan

bahwa RSUD Sleman mempunyai tugas membantu Bupati dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang pelayanan kesehatan kepada

masyarakat. Berkaitan dengan tugas tersebut, RSUD Sleman telah memiliki

berbagai fasilitas pelayanan kesehatan yang cukup lengkap yaitu fasilitas rawat

inap dan rawat jalan dengan fasilitas pelayanan, pendukung, dan penunjang

seperti pelayanan medis dan terapi, UGD, poliklinik gigi, laboratorium, pelayanan

pendidikan dan penelitian, pelayanan farmasi, hingga pelayanan pengelolaan

limbah.

Sebagai bentuk pelayanan pengelolaan limbah, selain berupaya menjaga

kesehatan lingkungan dan masyarakat di sekitar area rumah sakit dengan

mengelola limbah secara mandiri menggunakan incinerator dan IPAL, RSUD

Sleman juga mengadakan jasa pemusnahan limbah medis bagi instansi kesehatan

lain yang belum memiliki fasilitas pengelolaan limbah dengan membayar

sejumlah biaya sesuai ketentuan Pemda Sleman.

Dari latar belakang tersebut maka Penulis tertarik untuk melakukan

penelitian di RSUD Sleman khususnya di unit kerja Instalasi Farmasi Rumah

Sakit (IFRS) dan Instalasi Sanitasi Rumah Sakit (ISRS) untuk melihat secara

langsung bagaimana pengelolaan limbah farmasi pada periode tahun 2006 – 2012.

Penelitian dilakukan di dua unit kerja karena perbekalan farmasi di RSUD Sleman

dikelola oleh IFRS, sedangkan untuk perbekalan farmasi yang sudah menjadi

limbah (termasuk dari instansi kesehatan lain) dikelola secara langsung oleh ISRS

melalui fasilitas dan jasa pemusnahan limbah medis RSUD Sleman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

5

Periode tahun 2006 –2012 dipilih karena berdasarkan pra-survey,

pengelolaan limbah farmasi dari dalam RSUD Sleman terbilang jarang sekali

dilakukan kecuali pada kejadian luar biasa (KLB), sedangkan di sisi lain hampir

setiap tahun sekali ada satu dua instansi luar yang menggunakan jasa pemusnahan

limbah di RSUD Sleman. Maka dari itu dengan menetapkan periode penelitian

tahun 2006 – 2012 akan memungkinkan diperolehnya data pengelolaan obat yang

layak untuk analisis.

Lebih jauh lagi penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana peran

dan fungsi tenaga kefarmasian dalam pengelolaan limbah farmasi. Mengingat

adanya perubahan paradigma dari drug oriented ke patient oriented, melalui

penelitian ini diharapkan akan terwujud pula sosok-sosok farmasis yang selain

berkompeten dalam menjaga kualitas produk obat dan pelayanan pasien dengan

baik juga memiliki kesadaran tinggi dalam upaya memelihara dan meningkatkan

kesehatan lingkungan.

1. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka

dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

a. Bagaimana profil limbah farmasi di RSUD Sleman pada periode tahun 2006 –

2012 berdasarkan sumber/produsen limbah?

b. Bagaimana profil limbah farmasi di RSUD Sleman pada periode tahun 2006 –

2012 berdasarkan bentuk sediaan/satuan dan jenis kemasan obat?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

6

c. Bagaimana kesesuaian pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman dengan

prosedur rumah sakit dan standar pembanding?

d. Bagaimana peran dan fungsi IFRS dalam pengelolaan limbah farmasi di

RSUD Sleman?

2. Keaslian penelitian

Berdasarkan penelaahan pustaka yang sejauh ini telah dilakukan Penulis,

ditemukan bahwa penelitian-penelitian tentang evaluasi pengelolaan limbah

rumah sakit telah banyak dilakukan di Indonesia. Namun, penelitian-penelitian

tersebut biasanya membahas secara umum dan menyeluruh tentang pengelolaan

segala jenis limbah medis yang dikelola ISRS mulai dari aspek kesesuaian proses

dengan prosedur, sumber daya manusia (SDM), hingga analisis pendanaannya.

Di Universitas-universitas di Indonesia, tema penelitian mengenai

pengelolaan limbah rumah sakit telah cukup banyak dibawakan khususnya di

fakultas/jurusan kesehatan lingkungan dan masyarakat. Contohnya dalam tiga

tahun terakhir adalah Analisis Pengelolaan Sampah dengan Pendekatan Sistem di

RSUD Dr. Moerwadi Surakarta (Hapsari, 2010) dan judul penelitian lainnya

adalah Kajian Pengelolaan Limbah Padat B3 di Rumah Sakit TNI AL Dr.

Ramelan oleh (Widhiatmoko, 2010).

Dari Fakultas Farmasi USD (Rahmaroswita, 2012) sebenarnya pernah

membawakan tema penelitian tentang pengelolaan limbah, akan tetapi penelitian

tersebut lebih membahas ke pengelolaan limbah padat medis berupa benda tajam,

alat-alat kesehatan steril, dan limbah infeksius, sementara untuk limbah farmasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

7

sendiri belum dibahas. Dari hasil studi pustaka dan wawancara dengan

narasumber, Penulis juga menemukan bahwa penelitian mengenai limbah farmasi

belum pernah dilakukan di RSUD Sleman.

Karena hal itu maka terdapat perbedaan antara penelitian-penelitian

sebelumnya dengan karya Penulis, yaitu: tema penelitian mengenai limbah

farmasi secara khusus belum pernah dibawakan di RSUD Sleman, Fakultas

Farmasi USD, maupun universitas-universitas lain di Indonesia. Selain itu

penelitian ini membahas tentang pengelolaan limbah farmasi mulai dari

sumbernya (unit kerja IFRS), bukan hanya ketika limbah tersebut sudah berada di

ISRS dan siap dimusnahkan.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

1) Dapat memberikan informasi mengenai evaluasi pengelolaan limbah

farmasi di RSUD Sleman pada periode tahun 2006 –2012.

2) Dapat menambah pengetahuan yang berkaitan dengan pelaksanaan

pengelolaan limbah farmasi serta menjadi bahan bacaan bagi peneliti

berikutnya di waktu yang akan datang.

b. Manfaat praktis

1) Bagi penulis:

Merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam rangka memperluas

wawasan keilmuan dan mengkaji pengelolaan limbah farmasi di RSUD

Sleman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

8

2) Bagi RSUD Sleman:

Sebagai bahan pertimbangan dalam usaha peningkatan mutu pelayanan

kesehatan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan khususnya dalam hal

pengelolaan limbah farmasi.

3) Bagi masyarakat:

Menambah pengetahuan umum masyarakat mengenai manajemen sanitasi

rumah sakit khususnya dalam hal pengelolaan sampah medis berupa

limbah farmasi.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai pengelolaan

limbah farmasi di RSUD Sleman pada periode tahun 2006 –2012.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui bagaimana profil limbah farmasi di RSUD Sleman pada

periode tahun 2006 – 2012 berdasarkan sumber/produsen limbah.

b. Mengetahui bagaimana profil limbah farmasi di RSUD Sleman pada

periode tahun 2006 – 2012 berdasarkan bentuk sediaan/satuan dan jenis

kemasan obat.

c. Mengetahui bagaimana kesesuaian pengelolaan limbah farmasi di RSUD

Sleman dengan prosedur rumah sakit dan standar pembanding.

d. Mengetahui bagaimana peran dan fungsi IFRS dalam pengelolaan limbah

farmasi di RSUD Sleman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

9

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Definisi dan Kategori Limbah Rumah Sakit

Secara umum limbah rumah sakit dibagi menjadi dua yaitu:

1. Limbah medis, adalah limbah yang dihasilkan rumah sakit dari kegiatan

pelayanan medis, laboratorium, veterinary, kedokteran gigi, ataupun farmasi

pada saat dilakukan pengobatan, perawatan, dan penelitian.

2. Limbah non medis, adalah limbah yang umumnya berasal dari kegiatan

kantor, dapur, cuci, mesin, dan buangan kamar mandi (Fariadi, 2010).

Limbah medis rumah sakit terdiri dari:

1. Limbah infeksius: limbah yang mengandung bahan patogen, contohnya kultur

laboratorium, limbah dari ruang isolasi, kapas, materi atau peralatan yang

tersentuh pasien yang terinfeksi, dan ekskreta.

2. Limbah patologis: jaringan atau potongan tubuh manusia, misal hasil operasi.

3. Limbah benda tajam: contoh jarum, peralatan infus, pisau, potongan kaca.

4. Limbah farmasi: limbah yang mengandung bahan farmasi, contohnya obat-

obatan, vaksin, serum, injeksi yang sudah kadaluwarsa dan tidak terpakai atau

tidak bisa dikembalikan ke distributor/PBF karena berbagai alasan misalnya

rusak, terkontaminasi, nomer batch tidak sesuai spesifikasi, obat-obatan yang

dibuang oleh pasien.

5. Limbah genotoksik: limbah yang mengandung bahan dengan sifat genotoksik

contohnya limbah obat-obatan sitostatik (antikanker).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

10

6. Limbah kimia adalah limbah yang mengandung bahan kimia, contohnya

reagen, solven, film untuk rontgen, dan desinfektan

7. Limbah dengan kandungan logam berat tinggi: misalnya baterai, thermometer

yang pecah, alat pengukur tekanan darah.

8. Wadah bertekanan: adalah sediaan semprotan kabut tipis dari sistem

bertekanan, sebagian diantaranya melepaskan gas, busa, atau cairan setengah

padat. Misalnya tabung gas anestesi, peralatan terapi pernafasan, oksigen

dalam bentuk gas atau cair, kaleng aerosol, dan tabung inhaler.

9. Limbah radioaktif: limbah yang mengandung bahan radioaktif, contoh cairan

yang tidak terpakai dari terapi radioaktif atau riset di laboratorium (Anonim,

2009).

Jika ditinjau dari wujudnya, limbah yang dihasilkan rumah sakit dapat

berupa bahan padat (seperti sisa benda tajam, sisa jaringan tubuh, serta limbah

dari kegiatan kantor dan dapur), bahan cair (seperti cairan infeksius, cairan

jaringan tubuh, cairan buangan farmasi, buangan laboratorium dan dapat juga

berasal dari kegiatan pencucian dapur atau laundry), dan gas (seperti hasil

buangan dari peralatan medis dan pembakaran) (Fariadi, 2010).

Berdasarkan sifat dan potensi bahayanya, limbah medis dapat

dikategorikan menjadi lima jenis:

1. Golongan A, adalah limbah medis padat yang memiliki sifat infeksius paling

besar yang berasal dari aktifitas kegiatan pengobatan yang memungkinkan

penularan penyakit jika mengalami kontak dengan limbah tersebut dengan

media penularan bakteri, virus, parasit, dan jamur. Contoh: sisa potongan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

11

tubuh, sisa binatang percobaan, bahan-bahan linen dari kasus penyakit infeksi

(seperti pembalut/pempers dan verban bekas pakai), bekas infus/tranfusi set.

2. Golongan B, adalah limbah padat yang memiliki sifat infeksius karena

mempunyai bentuk tajam yang dapat melukai dan memotong pada kegiatan

terapi dan pengobatan yang memungkinkan penularan penyakit dengan media

penularan bakteri, virus, parasit, dan jamur. Terdiri dari: spuit/suntikan bekas,

jarum bekas, cartridge, pecahan gelas/botol/ampul obat, pisau bekas bedah.

3. Golongan C, adalah limbah padat yang memiliki sifat infeksius karena

digunakan langsung oleh pasien yang memungkinkan penularan penyakit

dengan media penularan bakteri, virus, parasit, dan jamur. Contohnya: periak,

tempat muntah, dan pispot yang terkontaminasi.

4. Golongan D, terdiri dari: limbah padat farmasi seperti obat-obat kadaluwarsa

dan tidak terpakai, sisa kemasan dan kontainer obat, termasuk juga peralatan

yang terkontaminasi bahan farmasi.

5. Golongan E, adalah limbah padat sisa aktifitas pelayanan pasien, contohnya

pelapis bed-pan disposable (Depkes RI, 1992).

B. Pengelolaan Limbah dalam Upaya Sanitasi Rumah Sakit

Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya penularan

penyakit dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber penyakit. Sanitasi

merupakan usaha kesehatan yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap

berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan (Arifin, 2009).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

12

Upaya sanitasi rumah sakit meliputi kegiatan-kegiatan yang kompleks

sehingga memerlukan penanganan secara lintas program dan lintas sektor serta

berdimensi multi disiplin, untuk itu diperlukan tenaga dan sarana prasarana yang

memadai dalam pengawasan kesehatan lingkungan rumah sakit (Depkes RI,

2004).

Penerapan sanitasi rumah sakit salah satunya adalah pengelolaan limbah

yang merupakan serangkaian kegiatan pengelolaan limbah mulai dari sumbernya

hingga hasil akhir limbah setelah diolah. Pengelolaan diterapkan mulai dari

sumber daya yang tersedia seperti SDM, fasilitas, metode, dan proses pengelolaan

limbah hingga evaluasi terhadap kegiatan pengelolaan tersebut (Adisasmito,

2007).

C. Prosedur Pengelolaan Limbah Farmasi Rumah Sakit

Langkah-langkah penanganan limbah farmasi yang benar meliputi:

1. Pengambilan keputusan: memutuskan kapan tindakan akan dilaksanakan

karena adanya penimbunan obat-obatan kadaluwarsa dan tidak terpakai.

2. Persetujuan: persetujuan pembuangan obat-obatan harus dimintakan dari pihak

berwenang, seperti Dinas Kesehatan, BPOM, atau bahkan KLH.

3. Perencanaan: perencanaan mengenai pembiayaan, ahli yang diperlukan, SDM,

waktu, tempat, peralatan, material dan cara pembuangan yang dibutuhkan.

4. Penyusunan kelompok kerja: pekerjaan harus dilakukan oleh kelompok yang

terdiri dari ahli farmasi (teknisi farmasi atau petugas gudang farmasi yang

berpengalaman sebagai pengawas) dan pekerja kesehatan/sanitarian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

13

5. Kesehatan dan keselamatan kelompok kerja: Semua pekerja harus

menggunakan alat perlindungan diri/APD yang sesuai berupa pakaian dan

sepatu bot yang dipergunakan setiap saat, serta sarung tangan, masker dan

tutup kepala pada keadaan-keadaan tertentu.

6. Proses pengelolaan limbah farmasi, dengan perhatian khusus pada tahap

pemilahan dan metode pembuangan.

7. Keamanan: obat-obat yang memerlukan pengawasan khusus (narkotik,

psikotropika, zat adiktif) memerlukan tindakan pengamanan yang ketat karena

sering terjadi masalah pemulungan obat (WHO, 1999).

D. Proses Pengelolaan Limbah Farmasi Rumah Sakit

1. Pemisahan dan Pengumpulan

Tahap pemisahan disini merupakan proses dimana suatu limbah farmasi

dipisahkan dari limbah medis lainnya, yang kemudian dikumpulkan sesuai

jenisnya. Pemisahan harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan

limbah. Limbah jangan sampai menumpuk di satu titik pengumpulan. Limbah

harus dikumpulkan setiap hari (atau sesuai frekuensi yang ditetapkan) dan

diangkut ke pusat lokasi penampungan yang ditentukan. Kontainer pengumpul

harus dibersihkan sebelum digunakan lagi. Kantong pengumpul harus diganti

segera dengan kantong baru dari jenis yang sama, dan persediaan kantong

pengumpul yang baru harus siap tersedia di semua lokasi yang menghasilkan

limbah (Pruss, 2005).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

14

Kriteria wadah (kantong atau kontainer) limbah farmasi harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

Tabel I. Jenis wadah dan label limbah medis padat sesuai kategori limbah (KepMenKes 1204/MenKes/SK/X/2004)

2. Pemilahan

Cara utama untuk mencapai metode dan manajemen pengelolaan limbah

yang cost effective adalah dengan melakukan pemilahan materi untuk

meminimalkan kebutuhan akan metode pembuangan yang rumit atau mahal.

Tujuan pemilahan adalah memisahkan limbah ke dalam kategori-kategori tertentu

yang memerlukan metode pembuangan berbeda (WHO, 1999).

Untuk limbah farmasi sendiri, pemilahan meliputi evaluasi awal secara

keseluruhan terhadap stok obat-obatan dan pemisahan obat-obatan tersebut

menjadi kategori. Proses pemilahan limbah farmasi meliputi:

a. Identifikasi item,

b. Pembuatan keputusan mengenai kelayakan penggunaan/kemanfaatan obat,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

15

c. Jika masih layak digunakan atau direncanakan untuk dikembalikan (retur) ke

distributor/PBF, biarkan kemasan dalam keadaan utuh,

d. Jika sudah tidak layak digunakan, dibuat keputusan metode pembuangan yang

optimal sesuai dengan kategori obat (WHO, 1999).

Kategori pemilahan limbah farmasi antara lain:

a. Obat-obatan kadaluwarsa atau tidak terpakai

Obat-obatan yang tidak boleh dipergunakan dan harus selalu dianggap sebagai

limbah farmasi adalah:

1) Semua obat-obatan kadaluwarsa;

2) Semua sediaan obat yang tidak bersegel, tidak memiliki label yang jelas, dan

tidak berada dalam kemasan aslinya (kadaluwarsa maupun tidak);

3) Semua obat-obatan tidak kadaluwarsa yang rusak rantai dinginnya (cold

chain) yaitu yang seharusnya disimpan di tempat dingin namun tidak (contoh:

insulin, hormon polipeptida, gamma globulin dan vaksin) (WHO, 1999).

b. Obat-obatan yang masih bermanfaat

Jika memungkinkan, obat-obatan yang masih dalam masa berlakunya dan

dianggap bermanfaat dipisahkan dan dipergunakan segera oleh institusi dengan

membuat daftar mengenai barang-barang yang ada, jumlah dan tanggal

kadaluwarsanya (WHO, 1999).

c. Bahan yang dapat didaur ulang

Bahan-bahan yang dapat didaur ulang misalnya kemasan obat dapat

dibuang ke tempat pembuangan sampah ataupun didaur ulang (jika fasilitas

tersedia). Bahan-bahan kemasan obat ada yang terbuat dari plastik, logam ataupun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

16

gelas/kaca. Kemasan obat tersebut harus dipisahkan dari obat-obatan sebelum

dilaksanakan proses pemusnahan dan pembuangan obat. (WHO, 1999).

Pemilahan juga bisa dilakukan berdasarkan bentuk sediaan obat. Selain

itu bisa juga dilakukan pemilahan berdasarkan kandungan zat aktifnya, misalnya

yang membutuhkan cara pembuangan khusus, meliputi: narkotik, psikotropika,

obat-obatan antibiotik, obat-obatan anti kanker/sitotoksik, anti septik dan

disinfektan. (WHO, 1999).

3. Pelabelan

Label yang terpasang pada semua kantong atau kontainer limbah layanan

kesehatan harus memuat informasi dasar mengenai jenis/isi limbah dan nama

produsen limbah. Informasi tersebut dapat ditulis langsung pada kantong atau

kontainer atau pada label yang sudah dicetak sebelumnya yang menempel dengan

kuat. Informasi tambahan yang sebaiknya juga tercantum dalam label antara lain:

tanggal pengumpulan dan tujuan akhir limbah. Seandainya muncul masalah yang

berkaitan dengan limbah maka pelabelan secara lengkap dan benar akan

memungkinkan dilakukannya penelusuran terhadap asal limbah. Pelabelan juga

memberitahu staf pelaksana dan masyarakat umum mengenai sifat bahaya dari

limbah tersebut (Pruss, 2005).

4. Pengangkutan

Kantong limbah dapat langsung ditempatkan dalam kendaraan

pengangkut, akan tetapi akan lebih aman jika menempatkannya dalam kontainer

sekunder (misalnya kotak kardus, plastik bertutup, atau kontainer berlapis seng).

Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut limbah harus memenuhi kriteria

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

17

yang dipersyaratkan, juga tidak boleh digunakan untuk mengangkut materi

lainnya selain limbah layanan kesehatan. Limbah harus diangkut melalui rute

yang paling cepat dari titik penghasil limbah yang harus direncanakan sebelum

pengangkutan dimulai sebagai upaya untuk mencegah terjadinya penanganan

lebih lanjut yang tidak diharapkan. Khusus untuk pengiriman limbah ke luar

instansi, sebelum pengangkutan limbah, dokumen pelepasan harus dilengkapi,

semua persiapan harus dilakukan antara pengirim, pengantar, dan penerima

(Pruss, 2005).

5. Penyimpanan Sementara/Penampungan

Lokasi penyimpanan sementara untuk limbah harus dirancang agar

berada di dalam wilayah instansi layanan kesehatan. Limbah harus ditampung di

area, ruangan, atau bangunan terpisah yang ukurannya sesuai dengan kuantitas

limbah yang dihasilkan dan frekuensi pengumpulannya. Rekomendasi untuk

fasilitas penampungan limbah layanan kesehatan, antara lain :

a. Area penampungan harus memiliki lantai yang kokoh, impermeabel,

drainasenya baik, mudah dibersihkan dan didesinfeksi

b. Harus ada persediaan air untuk tujuan pembersihan

c. Area harus mudah dijangkau oleh staf yang bertugas menangani limbah

d. Ruangan/area harus dapat dikunci

e. Adanya kemudahan akses oleh kendaraan pengumpul limbah

f. Ventilasi dan pencahayaannya baik

g. Area penampungan jangan sampai mudah dimasuki serangga, burung, atau

binatang lainnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

18

h. Lokasi penampungan tidak boleh berada di dekat lokasi penyimpanan

makanan mentah atau lokasi penyiapan makanan.

i. Persediaan perlengkapan kebersihan, pakaian pelindung, dan kantong atau

kontainer limbah harus diletakkan di lokasi yang cukup dekat dengan lokasi

penampungan limbah.

j. Kecuali digunakan ruang yang memiliki pendingin, waktu tampung sementara

untuk limbah hingga pemusnahan tidak melebihi 48 jam di musim hujan dan

24 jam di musim kemarau (untuk iklim hangat) (Pruss, 2005).

6. Pemusnahan dan Pembuangan

Metode penanganan limbah farmasi ada beberapa cara, yaitu:

a. Pengembalian kepada distributor: limbah farmasi dalam jumlah besar harus

dikembalikan kepada distributor/PBF.

b. Penimbunan (penempatan limbah langsung ke lahan penimbunan sampah

tanpa perlakuan atau persiapan sebelumnya), misalnya dengan:

1) Pembuangan terbuka sederhana dan tanpa pengendalian: pembuangan

limbah farmasi tanpa pengelolaan ke pembuangan terbuka tidak

disarankan kecuali bila tidak ada pilihan lain, karena langkah ini tidak

ramah lingkungan dan tidak aman karena bisa menyebabkan

pemulungan limbah untuk tujuan diedarkan kembali.

2) Penimbunan berteknologi tinggi: tempat penimbunan harus memiliki

saluran pengeluaran yang terisolasi dari sumber air dan berada di atas

lapisan air tanah. Limbah farmasi dipadatkan dan ditutupi dengan tanah

untuk menjamin keamanan dan kebersihan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

19

c. Imobilisasi limbah dengan enkapsulasi, yaitu: peng-imobilisasian obat-

obatan dengan memadatkannya dalam tong plastik atau besi.

d. Imobilisasi limbah dengan inersiasi: merupakan varian enkapsulasi dengan

pelepasan bahan-bahan pembungkus, kertas, karton dan plastik dari obat-

obatan sebelum obat-obatan tersebut ditanam kemudian ditambahkan

campuran air, semen dan kapur dengan perbandingan 5:15:15 sehingga

terbentuk pasta cair yang homogen yang dapat berubah menjadi massa

padat saat bercampur dengan limbah rumah tangga.

e. Pembuangan melalui saluran pembuangan air: air yang mengalir dengan

deras dapat dipergunakan untuk membilas dan membuang sejumlah kecil

obat-obatan cair atau anti septik cair yang telah diencerkan sebelumnya.

f. Pembakaran dalam wadah terbuka: cara ini hanya untuk limbah farmasi

dengan jumlah yang sangat sedikit karena pembakaran bersuhu rendah

dalam wadah terbuka menghasilkan polutan beracun yang dapat dilepaskan

ke udara.

g. Insinerasi suhu sedang (suhu minimum 850oC): penggunaan fasilitas

incinerator suhu sedang lebih disarankan sebagai langkah sementara,

daripada penggunakan pilihan yang kurang aman seperti pembuangan

langsung ke tempat penampungan akhir.

h. Insinerasi suhu tinggi (lebih tinggi dari 1000oC), contohnya pembakaran

limbah farmasi di industri semen karena memiliki waktu retensi

pembakaran yang lebih lama dan mengeluarkan gas buangan melalui

cerobong yang tinggi. Selama proses pembakaran, bahan baku semen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

20

mencapai suhu 1450oC sementara gas pembakaran mencapai suhu 2000

oC.

Pada suhu setinggi ini waktu tinggal gas hanya beberapa detik. Pada

keadaan ini semua komponen organik limbah akan hancur secara efektif.

Beberapa hasil pembakaran yang beracun atau berbahaya terserap oleh

produk kerak semen atau dikeluarkan oleh pertukaran panas.

i. Dekomposisi kimiawi : tidak disarankan bila tidak terdapat ahli kimia.

Berikut ini adalah rangkuman dari metode pemusnahan dan pembuangan

limbah farmasi berdasarkan kategori obat menurut ketentuan WHO (1999):

Tabel II. Metode pemusnahan dan pembuangan limbah farmasi berdasarkan kategori obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

21

E. Obat-obatan Kadaluwarsa dan Tidak Terpakai

1. Definisi Kadaluwarsa Obat dan Tanggal Kadaluwarsa

Dalam ilmu farmakoterapi terdapat risiko yang berkaitan dengan

penggunaan obat baik yang diketahui ataupun tidak. Kejadian atau bahaya yang

dihasilkan dari risiko tersebut didefinisikan sebagai ‘drug misadventure’, dalam

hal ini termasuk ’medication error’ yaitu pemakaian obat yang tidak tepat dan

menimbulkan kerugian pada pasien, walaupun pengobatan tersebut berada dalam

pengawasan profesional kesehatan, pasien dan konsumen. Hal ini menjadi

masalah di seluruh dunia yang terjadi sebagai akibat dari kesalahan manusia atau

lemahnya sistem yang ada. Terkait dengan permasalahan ini, penggunaan limbah

farmasi seperti obat-obatan kadaluwarsa atau integritas obat-obatan yang secara

fisik dan kimia telah menurun (’deteriorated drug error’) merupakan salah satu

bentuk dari ’medication error’ (Anonim, 2010).

Kadaluwarsa obat adalah berakhirnya batas aktif dari obat yang

memungkinkan obat menjadi kurang aktif atau bahkan menjadi toksik (beracun).

Kadaluwarsa obat juga diartikan sebagai batas waktu dimana produsen obat

menyatakan bahwa suatu produk dijamin stabil dan mengandung kadar zat sesuai

dengan yang tercantum dalam kemasannya pada penyimpanan sesuai dengan

anjuran. Obat yang sudah kadaluwarsa, kadar/konsenstrasinya sudah berkurang

antara 25-30% dari konsentrasi awalnya (Anonim, 2010).

Tanggal kadaluwarsa mulai banyak muncul pada kemasan obat sejak

tahun 1979, setelah undang-undang yang mengharuskan pabrik obat

mencantumkan tanggal kadaluwarsa di Amerika Serikat yang akhirnya menular ke

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

22

seluruh dunia. Tanggal kadaluwarsa adalah tanggal yang dicantumkan pada

masing-masing wadah produk obat (umumnya pada penandaan), yang

menyatakan sampai dengan tanggal tersebut jika produk disimpan dengan benar

(berada dalam kemasannya dan disimpan dalam kondisi normal), maka produk

diharapkan tetap memenuhi spesifikasi standar mutu yang disyaratkan. Umumnya

tanggal kadaluwarsa ditulis dengan angka bulan dan tahun dan ditetapkan dua

hingga tiga tahun sejak obat dikemas (Kimin, 2010).

Tanggal kadaluwarsa bukanlah tanggal yang ditentukan oleh pemerintah

maupun departemen kesehatan dan sebenarnya tanggal ini tidak menunjukkan

berapa lama suatu obat layak untuk dikonsumsi, karena obat dapat rusak sebelum

tanggal kadaluwarsa yang ditetapkan oleh pabrik ataupun masih dapat dikonsumsi

meskipun sudah lewat beberapa tahun setelah lewat tanggal kadaluwarsanya

(Anonim, 2009).

2. Tanda-tanda Obat Kadaluwarsa dan Obat Rusak/Tidak Terpakai

Tanda-tanda kadaluwarsa obat tergantung dari jenis/bentuk sediannya.

a. Padat, berupa sediaan tablet, kapsul, pil dan serbuk.

Umumnya mengalami perubahan berupa perubahan warna, bau, rasa dan

konsistensinya. Tablet dan kapsul mudah menyerap air dari udara sehingga

menjadi meleleh, lengket dan rusak. Kemasan mungkin menjadi

menggelembung. Tablet berubah ukuran ketebalannya dan terdapat bintik-

bintik. Masing-masing tablet dalam kemasan ukurannya tidak sama dan

tulisan pada tablet dapat memudar. Kapsul berubah ukuran dan panjangnya,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

23

mengalami keretakan dan warna kapsul memudar. Obat puyer/serbuk dapat

terjadi penggumpalan.

b. Semisolid, berupa sediaan salep, krim, pasta, dan jeli.

Umumnya mengalami perubahan karena dipengaruhi oleh panas. Salep dan

krim berubah konsistensinya dan dapat menjadi terpisah-pisah, bau dan

viskositasnya berubah, melembut, kehilangan komponen airnya, tidak

homogen lagi, penyebaran ukuran dan bentuk partikel tidak merata serta pH

nya berubah.

c. Cair, dapat berupa sediaan sirup, emulsi dan suspensi oral. Umumnya

dipengaruhi oleh panas. Perubahannya dalam hal warna, konsistensi, pH,

kelarutan, dan viskositas, Bentuk sediaan cair menjadi tidak homogen.

Beberapa obat, seperti obat suntik dan tetes mata atau telinga, cepat rusak bila

terkena sinar. Terdapat partikel-partikel kecil yang mengambang pada obat

cair (namun hal ini normal pada suspensi). Bau dan rasa obat berubah menjadi

tajam seperti bleach, acid, gasoline, punguent/getir.

d. Gas, contohnya oksigen. Aerosol mengalami kebocoran, kontaminasi

partikelnya, fungsi tabungnya rusak dan beratnya berkurang. Jika diukur

dosisnya maka terdapat perbedaan dosis (Anonim, 2009).

F. Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB) tahun 2011

Ada beberapa hal mengenai pengelolaan limbah farmasi yang diatur

dalam dokumen Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB) 2011 atau

disebut juga Good Pharmacy Practice (GPP), yaitu sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

24

1. SPO CPFB 2011 No. A-07 (28 Oktober 2011) tentang Pemeriksaan Tanggal

Kadaluwarsa :

a. Melakukan pemeriksaan tanggal kadaluwarsa secara berkala (1, 2 atau 3

bulan sekali)

b. Melakukan pemeriksaan tanggal kadaluwarsa melalui 2 (dua) cara yaitu :.

1) Melakukan pemeriksaan secara berkala untuk masing-masing obat

(a) Menetapkan petugas yang ditunjuk bertanggungjawab terhadap

pemeriksaan tanggal kadaluwarsa

(b) Melakukan pemeriksaan tanggal kadaluwarsa untuk masing-masing

obat pada satu bagian dari rak

(c) Untuk obat yang mendekati tanggat kadaluwarsa (1 - 3 bulan

sebelumnya) beri perhatian khusus agar didistribusikan sebelum

tanggal kadaluwarsa. Atau mengembalikan (reture) obat kepada

distributor sesuai dengan persyaratan yang disepakati

(d) Menyisihkan obat yang telah kadaluwarsa dan simpan ditempat

tersendiri dengan diberi label/ tulisan OBAT KADALUWARSA

(e) Melakukan prosedur di atas kembali untuk bagian rak yang lain

(f) Mencatat hasil pemeriksaan tanggal kadaluwarsa pada buku tersendiri

2) Melakukan pemeriksaan pada saat pengambilan obat pada tahapan

penyiapan obat

(a) Pada saat mengambil obat untuk pelayanan harus selalu

melakukan pemeriksaan tanggal kadaluwarsa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

25

(b) Sisihkan obat yang telah kadaluwarsa dan simpan ditempat tersendiri

dengan diberi label/tulisan : OBAT KADALUWARSA.

(c) Mencatat hasil pemeriksaan tanggal kadaluwarsa pada buku tersendiri

2. SPO CPFB 2011 No. A-08 (28 Oktober 2011) tentang Pengelolaan sediaan

farmasi dan alkes yang telah kadaluwarsa:

a. Menyediakan tempat khusus untuk menyimpan sediaan farmasi dan

alat kesehatan yang telah kadaluwarsa

b. Tempat khusus penyimpanan komoditi harus terpisah dari ruang peracikan.

c. Memberi label KOMODITI KADALUWARSA DILARANG DUUAL

pada tempat khusus

d. Menunjuk petugas yang bertanggungjawab mengelola komoditi ini.

e. Sebelum memasukkan komoditi yang telah kadaluwarsa pada tempat

khusus terlebih dahulu dicatat dalam buku

f. Melakukan pemusnahan komoditi sesuai tata cara yang berlaku

3. SPO CPFB 2011 No. E-02 (28 Oktober 2011) tentang pemusnahan sediaan

farmasi dan alkes:

a. Melakukan inventarisasi sediaan farmasi dan alat kesehatan yang akan

dimusnahkan

b. Menyiapkan administrasi (berupa laporan dan Berita Acara Pemusnahan

Sediaan farmasi dan alkes)

c. Menetapkan jadwal, metoda dan tempat pemusnahan.

d. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

26

e. Membuat laporan pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan

yang sekurang-kurangnya memuat :

1) Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan alat

kesehatan

2) Nama dan jumlah sediaan farmasi dan alat kesehatan yang

dimusnahkan

3) Nama Apoteker pelaksana pemusnahan sediaan farmasi dan alat

kesehatan

4) Nama saksi dalam pelaksanaan pernusnahan sediaan farmasi dan alat

kesehatan

f. Membuat laporan pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang

ditanda tangani oleh Apoteker dan saksi dalam pelaksanaan pemusnahan

(IAI, 2011).

G. KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004

Pengelolaan limbah farmasi rumah sakit juga diatur dalam KepMenKes

RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit yang secara khusus dibahas dalam Bab IV yaitu tentang

Persyaratan dan Tata Laksana Penanganan Limbah Medis Padat.

Ada beberapa persyaratan dan tata laksana yang berkaitan dengan

penanganan limbah farmasi yaitu:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

27

1. Persyaratan minimisasi limbah farmasi: setiap rumah sakit harus melakukan

reduksi limbah dimulai dari sumber dan melakukan pengelolaan stok bahan

farmasi.

Tata laksana: menggunakan bahan-bahan yang diproduksi lebih awal untuk

menghindari kadaluwarsa, menghabiskan bahan dari setiap kemasan, dan

mengecek tanggal kadaluwarsa bahan-bahan pada saat diantar oleh distributor.

2. Persyaratan pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur ulang

limbah farmasi: pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumbernya,

limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang

tidak dapat dimanfaatkan kembali, dan pewadahan limbah farmasi harus

memenuhi persyaratan dengan penggunaan kontainer/kantong plastik

berwarna coklat.

Tata laksana: dilakukan pemisahan limbah farmasi dari jenis limbah medis

padat lainnya mulai dari sumber limbah, tempat pewadahan limbah farmasi

mengikuti aturan untuk pewadahan limbah medis padat (kantong/kontainer

warna coklat tanpa simbol khusus) dan terbuat dari bahan yang kuat, cukup

ringan, tahan karat, kedap air, dan mempunyai permukaan yang halus pada

bagian dalamnya, siap tersedia di setiap sumber penghasil limbah, kantong

plastik diangkat setiap hari atau kurang dari sehari apabila 2/3 bagian telah

terisi, dan kantong plastik yang telah dipakai dan kontak langsung dengan

limbah tidak boleh digunakan lagi.

3. Persyaratan pengumpulan, pengemasan, penyimpanan sementara, dan

pengangkutan limbah farmasi (mengikuti ketentuan umum limbah medis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

28

padat) di lingkungan rumah sakit: pengumpulan limbah dari setiap ruangan

penghasil limbah menggunakan troli khusus limbah medis yang tertutup dan

penyimpanan limbah harus sesuai iklim tropis/hangat.

Tata laksana: bagi rumah sakit yang mempunyai insinerator di lingkungannya

harus membakar limbahnya selambat-lambatnya 24 jam, bagi rumah sakit

yang tidak mempunyai insinerator, limbah medis padatnya harus dimusnahkan

melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau pihak lain yang mempunyai

insinerator, kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke kendaraan

pengangkut harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup dan harus

aman dari jangkauan manusia maupun binatang, petugas yang menangani

limbah, harus menggunakan APD yang lengkap dan memenuhi syarat.

4. Persyaratan pengolahan, pemusnahan, dan pembuangan akhir limbah farmasi

(mengikuti ketentuan untuk limbah medis padat): limbah tidak diperbolehkan

dibuang langsung ke tempat pembuangan akhir limbah domestik sebelum

aman bagi kesehatan, dan cara serta teknologi pengolahan atau pemusnahan

limbah disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit.

Tata laksana: limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan

insinerator pirolitik, rotary kiln, sanitary landfill, dibuang ke sarana air limbah

atau inersisasi. Dalam jumlah besar harus menggunakan fasilitas pengolahan

yang khusus seperti rotary kiln, kapsulisasi dalam drum logam, dan inersisasi,

sedangkan limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan

kepada distributor, tetapi apabila dalam jumlah sedikit dan tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

29

memungkinkan dikembalikan, agar dimusnahkan melalui insinerator pada

suhu diatas 1.000°C (DepKes RI, 2004)

H. Tenaga Kefarmasian dalam Pengelolaan Limbah Farmasi

Tenaga kefarmasian merupakan salah satu tenaga kesehatan yang terdiri

dari apoteker dan teknisi farmasi. Teknisi farmasi ini terdiri dari Sarjana Farmasi,

Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten

Apoteker. Tenaga Kefarmasian di rumah sakit melaksanakan pekerjaan

kefarmasian di IFRS. Tenaga kefarmasian harus memiliki keahlian dan

kewenangan dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian yang didasarkan pada

standar kefarmasian dan prosedur yang berlaku dimana ia bekerja (DepKes RI,

2009).

Dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit, IFRS harus

menerapkan bagan struktur organisasi minimal yang mengakomodasi

penyelenggaraan pengelolaan perbekalan, pelayanan farmasi klinik dan

manajemen mutu, seperti pada contoh berikut :

(DepKes RI, 2004).

Gambar 1. Contoh struktur organisasi IFRS minimal dengan model konvensional

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

30

Selan itu dalam meningkatkan mutu pelayanannya suatu organisasi IFRS

harus memiliki dokumen uraian tugas untuk pendelegasian tugas dan wewenang

bagi staf maupun pimpinan. Standar kualifikasi SDM juga perlu diperhatikan. Staf

dan pimpinan IFRS dipimpin oleh Apoteker. Pelayanan farmasi diselenggarakan

dan dikelola oleh Apoteker yang mempunyai pengalaman minimal dua tahun di

bagian farmasi rumah sakit. Apoteker telah terdaftar di Depkes dan mempunyai

surat ijin kerja. Pada pelaksanaannya Apoteker dibantu oleh Tenaga Ahli Madya

Farmasi (D III) dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker (DepKes RI,

2004).

Kualifikasi SDM di dalam suatu IFRS dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel III. Standar kualifikasi SDM dalam IFRS menurut DepKes RI, 2004

Berdasarkan fungsi dan peran lintas sektoralnya, selain tergabung dalam

panitia farmasi dan terapi rumah sakit bersama staf medis (dokter dan perawat),

IFRS juga tergabung dalam tim PPI (pencegahan dan pengendali infeks) rumah

sakit bersama dengan staf medis dan tenaga kesehatan masyarakat (sanitarian) dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

31

dalam hal ini peran IFRS adalah sebagai pengelola stok perbekalan farmasi untuk

meminimalisir limbah farmasi, dan juga berperan dalam administrasi

penghapusan. Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian

terhadap perbekalan farmasi yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu

tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan perbekalan

farmasi kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku. Selain itu

dibuat pula suatu pelaporan yang merupakan kumpulan catatan dan pendataan

kegiatan administrasi perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan

yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan (DepKes RI, 2004).

Dari sembilan kompetensi apoteker di Indonesia yang tercantum dalam

dokumen Standar Kompetensi Apoteker Indonesia, pemusnahan obat-obatan

kadaluwarsa/tidak terpakai merupakan unit kompetensi nomor 7.4 yaitu “mampu

melakukan pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai peraturan”.

Tabel IV. Standar kompetensi apoteker Indonesia dalam pemusnahan limbah farmasi

Elemen Kriteria kinerja Unjuk kerja

7.4.1 Memusnahkan sediaan farmasi dan alkes

1. Mampu menetapkan pemenuhan ketentuan peraturan perundang-undangan dan persyaratan keamanan berkaitan dengan pemusnahan obat

• Mampu menjelaskan ketentuan perundang-undangan dan persyaratan keamanan berkaitan dengan pelaksanaan pemusnahan obat

2. Menetapkan pemenuhan kriteria obat yang harus dimusnahkan (obat rusak, kadaluwarsa, dan sebagainya)

• Mampu menjelaskan kriteria obat harus dimusnahkan (obat rusak, kadaluwarsa, dan sebagainya)

• Mampu melaksanakan pemusnahan sediaan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan, sifat bahan, dan dampak lingkungan

• Mampu membuat dokumentasi pemusnahan sediaan farmasi.

(IAI, 2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

32

I. Keterangan Empiris

Limbah farmasi merupakan salah satu limbah medis rumah sakit yang

berdasarkan potensi bahayanya termasuk ke dalam golongan D. Limbah farmasi

ini bisa berupa obat-obatan, vaksin, serum, maupun injeksi yang sudah

kadaluwarsa dan tidak terpakai karena berbagai alasan. Pengelolaan limbah

farmasi termasuk dalam salah satu upaya sanitasi rumah sakit, yang melibatkan

lintas program dan sektoral (khususnya IFRS dan ISRS).

Pada penerapannya terdapat serangkaian kegiatan pengelolaan limbah

farmasi mulai dari pengelolaan SDM, fasilitas, metode, dan proses pengelolaan

limbah hingga evaluasi. Untuk itu diperlukan prosedur yang harus dipenuhi antara

lain pengambilan keputusan, persetujuan dari pihak berwenang, perencanaan

segala aspek, penyusunan kelompok kerja, kesehatan dan keselamatan kelompok

kerja, proses pengelolaan limbah, dan keamanan. Proses pengelolaan limbah

farmasi yang baik dan tepat terdiri dari beberapa tahap yaitu pemisahan dan

pengumpulan, pemilahan, pelabelan, pengangkutan, penyimpanan sementara, dan

pemusnahan serta pembuangan.

Pengelolaan limbah farmasi perlu mendapatkan perhatian lebih dari

komite terapi di rumah sakit karena pemberian limbah farmasi seperti obat-obatan

kadaluwarsa dan tidak terpakai, diketahui ataupun tidak merupakan salah satu

bentuk medication error yaitu deteriorated drug error yang dapat menimbulkan

kerugian pada pasien. Dengan demikian komite terapi khususnya IFRS harus

mengetahui tanda-tanda sediaan farmasi yang kadaluwarsa atau rusak dengan

mencermati dan melakukan pemeriksaan terhadap tanggal kadaluwarsa obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

33

secara berkala atau setiap pengambilan dan juga melihat perubahan visual baik

yang terjadi secara fisik maupun kimia pada sediaan obat tersebut.

Pengelolaan limbah farmasi secara baik dan tepat merupakan bentuk

ketaatan terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, antara lain

yang diatur dalam CPFB 2011 dan KepMenKes RI Nomor:

1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah

Sakit. Lebih jauh lagi, pengelolaan limbah farmasi bisa menggambarkan

bagaimana peran dan fungsi tenaga kefarmasian di instansi layanan kesehatan

tersebut dalam upaya minimisasi limbah famasi dari sumbernya.

Berbagai macam penelitian mengenai pengelolaan limbah medis telah

banyak dilakukan, diantaranya adalah: Studi Evaluasi Sistem Pengumpulan,

Pewadahan, Penyimpanan, dan Pengangkutan Limbah Padat B3 (Studi Kasus PT.

Phapros TBK Semarang) oleh Priyambada (2006). Meskipun penelitian tersebut

dilakukan tidak di rumah sakit melainkan di industri farmasi, akan tetapi konsep

penelitiannya sama dengan penelitian ini yaitu untuk melihat kesesuaian antara

teori (dalam hal ini adalah prosedur rumah sakit dan standar pembanding) dengan

kenyataan di lapangan. Metode yang digunakan juga sama dengan penelitian ini

yaitu observasi, wawancara, dan studi pustaka.

Dalam tiga tahun terakhir ini terdapat penelitian serupa tetapi dilakukan

di rumah sakit, contohnya: Analisis Pengelolaan Sampah dengan Pendekatan

Sistem di RSUD Dr. Moerwadi Surakarta (Hapsari, 2010) dan Kajian

Pengelolaan Limbah Padat B3 di Rumah Sakit TNI AL Dr. Ramelan oleh

(Widhiatmoko, 2010), dimana penelitian tersebut memaparkan profil limbah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

34

bahan berbahaya dan beracun (B3) padat dan mengevaluasi serta memberikan

rekomendasi terhadap pengelolaan limbah berdasarkan standar pembanding yang

sama dengan penelitian ini yaitu KepMenKes RI Nomor:

1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah

Sakit.

Selain itu terdapat pula penelitian pendukung mengenai incinerator untuk

pembakaran sampah medis yang dilakukan oleh Setyo Purwoto (tahun 2008).

Dalam penelitian tersebut dilakukan eksperimen untuk menguji incinerator

meliputi variasi suhu, lama pembakaran, dan volume sampah yang paling optimal

dalam pembakaran sampah medis rumah sakit, dimana hasilnya adalah kondisi

optimal incinerator dicapai pada suhu 900o, lama pembakaran 2 jam, dan volume

sampah 2/3 bagian dari volume ruang bakar.

Dengan contoh penelitian-penelitian sebelumnya yang memiliki

kesamaan tujuan penelitian, kesamaan metode, dan kesamaan standar

pembanding, penelitian ini diharapkan mampu memberikan hasil dan pembahasan

mengenai pengelolaan limbah farmasi yang optimal, bisa menambah kajian

penelitian untuk pengelolaan limbah farmasi rumah sakit, serta mampu

memberikan rekomendasi terhadap permasalahan-permasalahan yang mungkin

ada.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah non eksperimental dengan rancangan

penelitian observasional dan bersifat deskriptif evaluatif. Penelitian ini merupakan

penelitian non eksperimental karena tidak ada perlakuan terhadap subjek uji, dan

merupakan penelitian observasional karena dilakukan dengan cara observasi.

Penelitian ini bersifat deskriptif evaluatif karena penyajian data dan

pembahasannya dilakukan secara deskriptif serta dilakukan pula evaluasi

menggunakan standar pembanding.

B. Variabel Penelitian

1. Jenis limbah farmasi berdasarkan sumber limbah (internal, eksternal) dan

berdasarkan BSO/satuan (padat, semi padat, cair) dan jenis kemasan.

2. SDM yang terlibat dalam pengelolaan limbah farmasi dan prosedur

pengelolaan limbah farmasi

3. Proses pengelolaan limbah farmasi

C. Definisi Operasional

1. Limbah farmasi adalah perbekalan farmasi berupa obat-obatan dan sediaan

steril yang sudah kadaluwarsa dan tidak terpakai karena berbagai alasan

(berikut juga kemasan obatnya), tidak termasuk alat kesehatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

36

2. Pengelolaan limbah farmasi adalah unsur-unsur yang saling berkaitan dan

saling mempengaruhi dalam pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman,

meliputi apa yang dikelola (profil limbah), siapa yang mengelola (SDM), dan

bagaimana cara mengelolanya (prosedur dan proses).

3. Periode tahun 2006 – 2012 adalah rentang tahun yang digunakan Penulis

untuk membatasi periode penelitian dimana data yang diambil dan dianalisis

merupakan data pengelolaan limbah farmasi tahun 2006 (setelah gempa di

Yogyakarta) hingga penelitian ini selesai dilakukan (Juni 2012).

4. Limbah farmasi internal adalah limbah farmasi yang berasal dari sisa stok

dropping dan dari stok sediaan farmasi di IFRSUD Sleman yang dikelola dan

dimusnahkan di incinerator RSUD Sleman.

5. Limbah farmasi eksternal limbah farmasi yang dikirim dari instansi kesehatan

luar untuk dimusnahkan menggunakan fasilitas jasa pemusnahan limbah di

RSUD Sleman.

6. Limbah farmasi padat adalah limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman

berupa bentuk sediaan obat padat yang terdiri dari tablet, kapsul, kaplet,

suppositoria, dan serbuk.

7. Limbah farmasi semi padat adalah limbah farmasi yang dikelola di RSUD

Sleman yang terdiri dari bentuk sediaan obat semi padat berupa salep dan

krim.

8. Limbah farmasi cair adalah limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman

berupa bentuk sediaan cair yang terdiri dari larutan (termasuk juga dry syrup

dan larutan steril seperti infus, serum, dan injeksi), suspensi, dan emulsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

37

9. Prosedur pengelolaan limbah farmasi adalah prosedur yang berlaku dan

diterapkan di RSUD Sleman mulai dari identifikasi waktu kadaluwarsa hingga

pemusnahan limbah farmasi.

10. SDM adalah petugas-petugas yang terlibat langsung dalam pengelolaan

perbekalan dan limbah farmasi di RSUD Sleman, berasal dari IFRS dan ISRS,

meliputi struktur organisasi, uraian tugas, kualifikasi, pelatihan, dan

pengetahuan mengenai limbah farmasi.

11. Standar pembanding utama adalah standar pembanding yang digunakan

Penulis untuk mengevaluasi pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman,

evaluasi pada tingkat IFRS menggunakan standar pembanding CPFB 2011

sedangkan evaluasi pada tingkat ISRS menggunakan standar pembanding

KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004.

12. Standar pembanding pendukung adalah standar pembanding yang digunakan

Penulis untuk mengevaluasi pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman

yang mendukung ketentuan dalam standar pembanding utama atau

mengemukakan hal-hal yang belum diatur dalam standar pembanding utama,

yaitu: KepMenKes RI Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit, Pedoman Pengelolaan Perbekalan

Farmasi di rumah sakit, Standar Kompetensi Apoteker Indonesia, Dokumen

Manajemen Sanitasi Rumah sakit, dan Pedoman Cara Pembuangan Secara

Aman Obat-obatan Tak Terpakai Saat dan Pasca Kedaruratan yang diterbitkan

oleh WHO tahun 1999.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

38

D. Tata Cara Penelitian

Prosedur penelitian dilakukan mulai dari penyusunan dan pengajuan

proposal, pembuatan izin penelitian, persiapan instrumen, pengumpulan data,

analisis dan penyajian data dengan pendekatan deskriptif, pembahasan hasil

penelitian dengan menggunakan metode deskriptif evaluatif (menggunakan

standar pembanding), pengambilan kesimpulan dan saran, dan terakhir adalah

penyusunan laporan penelitian (skripsi).

1. Perizinan

Perizinan diperlukan sebagai upaya legalisasi agar penelitian dapat

dilakukan. Perizinan dibuktikan dengan surat izin penelitian yang diperoleh dari

pihak Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Sleman, dan izin dari Instalasi

Diklat RSUD Sleman (dengan tembusan kepada IFRS dan ISRS).

2. Persiapan Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian terdiri dari alat dan bahan yang digunakan untuk

kepentingan penelitian. Bahan–bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa

hard board, map, kertas, dan alat tulis, sedangkan alat-alat yang digunakan antara

lain interview guide/panduan wawancara, worksheet/lembar kerja berupa tabel

untuk observasi, kamera digital, dan laptop serta printer untuk penyusunan skripsi.

3. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah pengelolaan sampah medis padat di

RSUD Sleman yang difokuskan pada limbah farmasi di unit kerja IFRS dan ISRS

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

39

serta mengevaluasi pengelolaan limbah farmasi tersebut dengan menggunakan

standar pembanding utama dan pendukung.

4. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlangsung di RSUD Sleman yang beralamatkan di Jalan

Raya Yogyakarta-Magelang atau Jl. Bhayangkara 48, Murangan, Triharjo,

Sleman. Penelitian dilakukan di dua unit kerja yaitu IFRS dan ISRS (termasuk

juga Instalasi Incinerator yang masih termasuk dalam unit kerja ISRS).

5. Teknik Pengumpulan Data

Sumber utama penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan,

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lainnya (Moleong,

1998). Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu:

a. Data primer

Data primer adalah sumber data utama penelitian yang berasal langsung dari

responden. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara

terhadap Kepala IFRS, Sanitasi, dan petugas penanggungjawab limbah.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data penunjang penelitian yang berasal dari selain

responden, misalnya dari kajian pustaka. Data sekunder dalam penelitian ini

berupa: hasil observasi, dokumentasi/foto, dan berbagai dokumen seperti:

dokumen Berita Acara Pemusnahan Obat dari tahun 2006 hingga 2012,

dokumen SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) 9001 : 2008 RSUD

Sleman, dokumen Profil Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) RSUD

Sleman Tahun 2011, dokumen Petunjuk Pemakaian Incinerator, dokumen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

40

Struktur Organisasi Instalasi Farmasi dan Instalasi Sanitasi RSUD Sleman,

dokumen Mapping Competency Instalasi Sanitasi, dan dokumen Uraian Tugas

Instalasi Farmasi dan Instalasi Sanitasi RSUD Sleman. Didukung pula oleh

berbagai teori dari studi pustaka yang dilakukan peneliti.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

beberapa teknik, yaitu :

1) Wawancara

Wawancara merupakan suatu metode penelitian pengumpulan data

dengan cara langsung/tanya jawab terhadap responden menggunakan interview

guide/pedoman wawancara.

2) Observasi/pengamatan

Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan melakukan pencatatan secara

cermat dan sistematis dan dilakukan secara langsung di lapangan (meliputi data

primer dan sekunder). Observasi dalam penelitian ini menggunakan alat bantu

berupa worksheet/lembar kerja berupa tabel. Observasi yang dilakukan adalah

tentang proses pengelolaan limbah farmasi termasuk juga mengenai kelengkapan

dan kelayakan peralatan dan fasilitas yang digunakan.

3) Dokumentasi

Merupakan suatu cara pengumpulan data untuk memperoleh bukti

otentik yang mendukung hasil observasi. Dokumentasi dilakukan dengan cara

pengambilan gambar/foto terhadap fasilitas dan proses pengelolaan sampah medis

limbah farmasi di RSUD Sleman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

41

4) Studi pustaka

Diarahkan dengan maksud untuk memperjelas dalam pembahasan.

Penelitian tidak luput dari banyaknya informasi yang diperoleh baik dengan cara

membaca buku-buku ilmiah, browsing di internet dan pengetahuan umum yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti. Teknik ini juga berguna untuk

mendukung data penelitian yang minim karena kesulitan akses dokumen.

6. Analisis Data

Dilakukan secara deskriptif dalam bentuk uraian, gambar, tabel, dan

diagram.

7. Pembahasan Kasus

Dilakukan secara deskriptif evaluatif mengenai kesesuaian data dan fakta

yang diperoleh menggunakan standar pembanding.

8. Uji Validitas

Guna memperolah data yang valid maka digunakan triangulasi teknik

data yakni untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek

data yang telah diperoleh melalui beberapa teknik pengambilan data, yang bisa

dilihat dari skema berikut ini :

Wawancara Observasi Dokumentasi

Ketiga teknik data tersebut kemudian dievaluasi berdasarkan standar pembanding

dengan menggunakan teknik studi pustaka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

42

E. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini adalah obyek penelitian yang masih relatif

luas yaitu dalam hal “pengelolaan” dimana melibatkan banyak sekali aspek mulai

dari apa yang dikelola, siapa yang mengelola, hingga bagaimana prosesnya (yang

juga meliputi banyak prosedur dan tahapan) sedangkan waktu penelitian yang

dimiliki terbatas, sehingga masih terdapat kekurangan dalam penelitian ini yaitu

tidak ada pembahasan mengenai aspek pendanaan (anggaran pengelolaan).

Selanjutnya, keterbatasan mengenai akses data, dimana tidak semua data

yang dibutuhkan bisa dengan mudah diakses oleh Penulis meskipun sebenarnya

ada, contohnya adalah data kualifikasi petugas di IFRS dan data obat-obatan yang

dikembalikan atau di-retur ke distributor. Padahal dengan adanya data tersebut

bisa mendukung dan menguatkan pembahasan dalam penelitian.

Keterbatasan berikutnya adalah adanya ketidaksesuaian antara definisi

operasional “limbah farmasi” antara Penulis dengan pihak RSUD, dimana

kemasan obat yang pada teori-teori sebelumnya digolongkan ke dalam limbah

farmasi (dan oleh Penulis juga diterapkan sebagai definisi operasional penelitian)

tidak dianggap demikian oleh pihak RSUD karena limbah kemasan obat

digolongkan ke dalam limbah medis umum termasuk juga pendataan dan cara

penanganannya. Karena hal itu maka data pemusnahan kemasan obat tidak bisa

secara khusus ditelaah sebagai limbah farmasi sehingga pada tahun-tahun setelah

2006 tidak ada data pengelolaan limbah farmasi secara internal.

Penulis berharap semoga keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini

dapat diperbaiki atau lebih difokuskan pada penelitian-penelitian selanjutnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

43

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Limbah Farmasi Berdasarkan Sumber/Produsen

Limbah farmasi merupakan salah satu jenis limbah medis padat yang

dikelola di RSUD Sleman, terdiri dari dua golongan yaitu limbah farmasi berupa

obat-obatan, sediaan steril (di luar sitostatika) dan limbah farmasi berupa alat

kesehatan/alkes. Namun, limbah alkes tidak termasuk dalam kajian penelitian ini.

Pada periode tahun 2006 –2012, RSUD Sleman mengelola limbah

farmasi dari dua sumber yaitu internal dan eksternal. Limbah farmasi internal

berasal dari sisa stok dropping dan dari stok IFRS, sedangkan limbah farmasi

eksternal berasal dari instansi lain yang menggunakan jasa pemusnahan limbah

farmasi di RSUD Sleman. Berdasarkan data pengelolaan limbah farmasi yang

ditelaah Penulis dan dari hasil wawancara dengan narasumber, pada periode tahun

2006 – 2012, sumber limbah farmasi internal hanyalah dari sisa stok dropping

karena dengan adanya prosedur rumah sakit stok sediaan farmasi yang mendekati

Expired Date (ED) bisa dikembalikan ke distributor/PBF dengan penggantian

barang atau uang, sehingga tidak ada kasus dari IFRS maupun unit pelayanan lain

mengenai obat-obatan rusak atau kadaluwarsa yang harus dikelola hingga

pemusnahan. Sayangnya, karena adanya keterbatasan penelitian maka data

mengenai obat-obatan yang dikembalikan atau di-retur dari pihak IFRS ke

distributor/PBF tersebut tidak bisa ditelaah dan dilampirkan oleh Penulis guna

mendukung pembahasan dalam penelitian ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

44

Dari data pengelolaan obat dengan sumber internal (sisa stok dropping)

dan eksternal yang ditelaah Penulis, ada 94.418 item limbah farmasi berupa obat-

obatan dan sediaan steril kadaluwarsa dan tidak terpakai. Pengelolaan limbah

farmasi internal pada periode tersebut terbilang sangat sedikit (2,34%). Limbah

farmasi yang dikelola di RSUD Sleman lebih banyak berasal dari eksternal

(97,66%) karena adanya fasilitas jasa pemusnahan limbah. Dari wawancara yang

dilakukan antara Penulis dengan Kepala ISRSUD Sleman, jasa pemusnahan

limbah farmasi ini dinilai memiliki dampak positif bagi RSUD Sleman karena

selain dapat meningkatkan keprofesionalitasan dalam pelayanan kesehatan dan

pemeliharaan lingkungan, RSUD Sleman juga memperoleh pendapatan ekstra

yang bisa dialokasikan untuk pemeliharaan fasilitas incinerator ataupun inventaris

sanitasi.

Ada tiga instansi kesehatan eksternal yang mempercayakan pengelolaan

limbah farmasi-nya kepada RSUD Sleman pada periode tahun 2006 – 2012, yaitu

Puskesmas Mlati II Sleman yang memusnahkan limbah farmasi-nya pada tahun

2008, Pusat Rehabilitasi YAKKUM yang memusnahkan limbah farmasi-nya pada

tahun 2009, dan Puskesmas Seyegan yang memusnahkan limbah farmasinya pada

tahun 2008 hingga 2011. Selama periode tahun 2006 – 2012 tersebut, Puskesmas

Mlati II Sleman memusnahkan 5,22% limbah farmasi, Puskesmas Seyegan 6,43%

limbah farmasi, dan Pusat rehabilitasi YAKKUM memusnahkan paling banyak

yaitu 86 % limbah farmasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

45

Tabel V. Data limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman periode tahun 2006 – 2012 berdasarkan sumber/produsen

Sumber th. 2006

th. 2007

th. 2008

th. 2009

th. 2010

th. 2011

th. 2012

∑ item %

Internal RSUD Sleman (dropping) 2211 − − − − − − 2211 2,34

Eksternal

a. Puskesmas Mlati II − − 4930 − − − − 4930 5,22

b. Puskesmas Seyegan − − 178 570 2873 2452 − 6073 6,43

c. P.R. YAKKUM − − − 81204 − − − 81204 86,00

Total 2211 − 5108 81774 2873 2452 − 94418 100,00

Dari tabel tersebut, bisa dilihat bahwa pada tahun 2006, tidak terdapat

dokumen pengelolaan limbah farmasi eksternal. Keseluruhan limbah farmasi yang

dikelola merupakan internal RSUD Sleman, akan tetapi bukan merupakan stok

IFRSUD Sleman sendiri melainkan sisa stok sediaan farmasi dan steril dropping

(berasal dari donasi gempa) yaitu sebanyak 2211 item (2,34%).

Peneliti tidak mendapatkan adanya dokumen pengelolaan obat pada

tahun 2007. Namun, berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan

narasumber, bila tidak ada data bukan berarti sama sekali tidak dilakukan

pengelolaan limbah farmasi karena secara teori limbah farmasi yang dimaksud

tidak hanya berupa obat-obatan, sediaan steril, ataupun alkes, tetapi juga kemasan

obat itu sendiri. Hampir setiap hari di RSUD Sleman selalu dihasilkan limbah

kemasan obat yang berasal dari gudang obat, apotek, laboratorium, maupun

bangsal-bangsal perawatan pasien, sehingga setiap harinya pasti ada saja limbah

kemasan obat yang dimusnahkan. Namun, oleh pihak RSUD Sleman limbah

farmasi yang hanya berupa kemasan obat saja digolongkan ke dalam limbah

medis umum. Pengumpulan, pewadahan, penimbangan, pencatatan, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

46

pemusnahannya menjadi satu dengan limbah medis umum. Pelaporannya bukan

berupa berita acara pemusnahan obat, akan tetapi hanya dimasukkan ke dalam

Buku Laporan Incinerator yang memuat informasi tentang hari dan waktu

pemusnahan, asal dan volume limbah, penanganan yang dilakukan, dan petugas

terkait. Karena praktek yang demikian tersebut maka Penulis tidak bisa

menyinkronkan antara definisi operasional Penulis mengenai “limbah farmasi”

dengan definisi limbah farmasi di RSUD Sleman menurut prakteknya, dan juga

tidak bisa melakukan analisis terhadap limbah farmasi berupa kemasan obat dan

menyajikannya dalam tabel karena pendataannya sudah bercampur dengan limbah

medis lainnya.

Pada periode tahun 2008, berdasarkan data yang diperoleh, limbah

farmasi yang dikelola di RSUD Sleman berasal dari dua sumber eksternal, yaitu

Puskesmas Seyegan dan Puskesmas Mlati II Sleman dengan total 5.108 item. Dari

Puskesmas Mlati II Sleman ada 4.930 item sedangkan dari Puskesmas Seyegan

ada 178 item limbah farmasi. Pada tahun 2009 limbah farmasi yang dikelola di

RSUD Sleman juga berasal dari sumber eksternal yaitu Puskesmas Seyegan dan

Pusat Rehabilitasi YAKKUM dengan total 81.774 item. Dari Puskesmas Seyegan

ada 570 item limbah farmasi, sedangkan dari Pusat Rehabilitasi YAKKUM ada

81.204 item limbah farmasi, yang merupakan sisa stok obat-obatan dropping

pasca gempa Yogya. Pada tahun 2010, limbah farmasi yang dikelola di RSUD

Sleman berasal dari Puskesmas Seyegan dengan total 2.873 item. Selanjutnya,

sumber eksternal mempercayakan pengelolaan limbah farmasi kepada RSUD

Sleman pada tahun 2011 adalah Puskesmas Seyegan, sebanyak 2.452 item.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

47

Untuk tahun 2012 penulis mengalami kesulitan dalam memperoleh data

pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman. Hal ini disebabkan karena pada

tahun ini, hingga penelitian selesai dilakukan belum disusun arsip berita acara

pemusnahan obat dari sumber eksternal. Namun, berdasarkan wawancara terhadap

narasumber, pada tahun ini tetap dilakukan pengelolaan secara internal, hanya

terhadap kemasan-kemasan obat saja, sehingga tidak menjadi pembahasan.

B. Profil Limbah Farmasi Berdasarkan BSO/Satuan dan Jenis Kemasan

Bentuk sediaan obat (BSO) atau satuan obat dan sediaan steril yang

dikelola di RSUD Sleman baik dari sumber internal maupun eksternal selama

periode tahun 2006 – 2012 terdiri dari bermacam-macam jenis. Ada yang padat,

semi padat, maupun cair dan dikemas dalam berbagi jenis wadah. Berikut ini

adalah tabel yang menyajikan data limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman

periode tahun 2006 – 2012 baik berdasarkan BSO/satuan dan jenis kemasan:

Tabel VI. Data limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman periode tahun 2006 – 2012 berdasarkan BSO/satuan dan jenis kemasan obat

Dapat dilihat bahwa BSO padat terbanyak yang dikelola adalah berupa

tablet dengan jumlah 82.633 item, dimana ferous Sulfas merupakan item tablet

terbanyak yaitu 28.000 dari keseluruhan. BSO padat terbanyak kedua berupa

kapsul yaitu 8.666 item, dimana Moxilen® 250 merupakan merk dagang kapsul

terbanyak yaitu 6.000 item dari keseluruhan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

48

BSO padat yang dikelola berjumlah 91558 item terdiri atas tablet, kapsul,

suppositoria, serbuk, dan kaplet dalam berbagai jenis kemasan. BSO padat

terbanyak pertama yang dikelola berupa tablet yaitu ferous sulfas (28.000 item)

dalam kemasan dos/box dan strip, sedangkan terbanyak kedua adalah kapsul yaitu

Moxilen® 250 (6000 item) dalam kemasan kaleng dan box. Untuk sediaan semi

padat yang dikelola ada 140 item, dan terdiri dari dua jenis BSO saja yaitu salep

dan krim. Jumlah BSO salep terbanyak adalah oksitetra salep mata (36 item)

sedangkan BSO krim terbanyak adalah Chloramfecort-H® (84 item).

BSO cair yang dikelola sebanyak 2690 item, terdiri dari larutan obat

steril (dalam ampul dan vial), larutan/solutio, suspensi inhalasi, infus IV, serum,

emulsi, dan shampo obat luar. BSO cair terbanyak pertama adalah larutan/solutio

yaitu 2.052 item dimana Tolak Angin® 15 ml dalam kemasan sachet merupakan

merk dagang terbanyak yang dikelola (1.440 item). BSO cair terbanyak kedua

berupa larutan steril dalam kemasan ampul yaitu 396 item dimana 2 FDC fase

intensif merupakan jenis terbanyak (72 item).

Dengan mengetahui BSO/satuan dan jenis kemasan apa saja yang

dikelola selama periode tahun 2006 – 2012, dalam pembahasan selanjutnya bisa

diketahui juga apakah pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman sudah sesuai

dengan ketentuan. Hal ini disebabkan karena berbeda jenis BSO dan jenis

kemasan bisa berbeda pula cara pengelolaannya (keterangan mengenai jumlah dan

jenis kemasan masing-masing BSO yang lain dapat dilihat di lampiran 4).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

49

C. Kesesuaian Pengelolaan Limbah Farmasi dengan Prosedur Rumah Sakit

dan Standar Pembanding

1. Kesesuaian dari aspek prosedur dan SDM

Dalam pembahasan ini dilakukan evaluasi terhadap kesesuaian SDM

yang terlibat dalam pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman (khususnya

IFRS dan ISRS) dengan standar pembanding utama maupun standar pembanding

pendukung. Pembahasan mengenai SDM terdiri dari beberapa unsur yaitu:

struktur organisasi, kualifikasi petugas, uraian tugas, pelatihan petugas, dan

pengetahuan petugas. Berikut ini adalah rangkumannya dalam bentuk tabel:

Tabel VII. Evaluasi Pengelolaan Limbah Farmasi dari Aspek SDM di IFRS

No. Aspek Standar pembanding kesesuaian Keterangan

1 Struktur organisasi

KepMenKes RI Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi

sesuai IFRSUD Sleman telah menerapkan strukur organisasi minimal IFRS

2 Kualifikasi petugas

KepMenKes RI Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi

- Ada kesulitan akses data penelitian dari pihak rumah sakit

3 Uraian tugas - KepMenKes RI Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi

- Standar Kompetensi Apoteker di Indonesia

sesuai IFRSUD Sleman telah memiliki uraian tugas yang cukup jelas khususnya dalam hal administrasi dan pengelolaan perbekalan farmasi

4 Pelatihan petugas

KepMenKes RI Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi (bab VII. Pengembangan staf dan program pendidikan)

cukup sesuai mengikuti pelatihan farmasi klinik dan manajemen farmasi rumah sakit, tetapi belum pernah mengikuti pelatihan khusus tentang pengelolaan limbah farmasi

5 Pengetahuan Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di rumah sakit (Bab III. Pengelolaan perbekalan farmasi dan Bab IV. Pengelolaan perbekalan farmasi khusus)

cukup paham

IFRSUD Sleman paham mengenai penggolongan, sumber, pendataan, penandaan di etalase ED, dan upaya minimisasi limbah farmasi (FIFO/FEFO). Pemahaman tentang proses pengelolaan hanya sampai pada tahap pelabelan dengan informasi dasar.

Dari tabel tersebut, IFRSUD Sleman telah menerapkan struktur

organisasi minimal sesuai ketentuan dengan adanya bagian-bagian yang berada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

50

langsung di bawah kepala/pimpinan IFRS yaitu pengelola perbekalan farmasi,

pelayanan farmasi, dan manajemen mutu (lampiran 5), meskipun di IFRSUD

Sleman sendiri manajemen mutu bukan merupakan bagian yang berdiri sendiri

melainkan sebagai suatu sub bagian dari bagian perbekalan farmasi, dimana yang

bertanggungjawab dalam hal mutu adalah sub bagian gudang obat dan sub bagian

produksi.

Untuk kualifikasi petugas IFRSUD Sleman, pada tabel tidak ada

keterangan mengenai kesesuaian dengan standar pembanding karena kesulitan

akses data/dokumen terkait dengan adanya aturan publikasi dari pihak rumah

sakit. Namun, dari analisis Penulis standar kualifikasi petugas IFRSUD Sleman

pastinya sudah sesuai dengan standar pembanding dan memenuhi ketentuan

karena RSUD Sleman telah mendapatkan status akreditasi Lulus Tingkat Lengkap

termasuk dalam pelayanan kefarmasian. Kualifikasi petugas IFRS yang harus

dipenuhi adalah sebagai berikut: staf dan pimpinan IFRS dipimpin oleh Apoteker.

Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh Apoteker yang mempunyai

pengalaman minimal dua tahun di bagian farmasi rumah sakit. Apoteker telah

terdaftar di Depkes dan mempunyai surat ijin kerja. Pada pelaksanaannya

Apoteker dibantu oleh Tenaga Ahli Madya Farmasi (D III) dan Tenaga Menengah

Farmasi/Asisten Apoteker (DepKes RI, 2004).

Dari aspek uraian tugas, IFRSUD Sleman telah mempunyai suatu

dokumen uraian tugas yang cukup jelas dalam hal administrasi dan pengelolaan

perbekalan farmasi meliputi pembagian fungsi, tugas/kewajiban, koordinasi, dan

wewenang masing-masing bagian maupun sub bagian yang terdapat pada struktur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

51

organisasi (lampiran 7). berdasarkan penelaahan data yang dilakukan Penulis, sub

bagian penanggung jawab gudang dan entry data adalah yang paling krusial yang

terkait dengan pengelolaan stok dan limbah farmasi secara langsung (khususnya

dalam hal administrasi pelaporan dan penghapusan perbekalan farmasi), dibantu

oleh sub bagian penanggung jawab pelayanan farmasi dan bagian adminitrasi dan

staf.

Pendidikan dan pelatihan adalah suatu proses atau upaya peningkatan

pengetahuan dan pemahaman di bidang kefarmasian atau bidang yang berkaitan

dengan kefarmasian secara kesinambungan untuk meningkatkan pengetahuan,

keterampilan dan kemampuan di bidang kefarmasian (Depkes, 2004). Dalam hal

pelatihan, petugas IFRSUD Sleman paling sering mengikuti pelatihan tentang

farmasi klinik dan manajemen farmasi rumah sakit. Adanya pelatihan ini

berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan petugas IFRS mengenai pengelolaan

stok dan limbah farmasi, misalnya tentang penggolongan jenis dan sumber limbah

farmasi, perbedaan pengertian antara "kadaluwarsa" dan "tidak terpakai",

pendataan dan penandaan/pelabelan limbah farmasi, prosedur dan proses

pengelolaan limbah farmasi, dan upaya-upaya yang bisa ditempuh dalam

minimisasi limbah farmasi (misalnya FIFO, FEFO, anjuran peresepan), yang

dapat diketahui hasilnya dari proses wawancara.

Dari hasil wawancara, Penulis bisa mengetahui bahwa petugas IFRSUD

Sleman cukup paham tentang hal-hal tersebut. Namun, untuk pemahaman proses

pengelolaan limbah farmasi hanya sampai pada proses pelabelan dengan informasi

dasar (sumber dan isi), sedangkan proses setelah diangkut ke sanitasi kurang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

52

begitu paham karena belum pernah mengikuti pelatihan khusus mengenai

pengelolaan limbah farmasi. Meskipun demikian, di dalam pelatihan manajemen

farmasi IFRS diberikan materi tentang administrasi penyimpanan, pelaporan, dan

penghapusan (dalam hal ini termasuk pendataan, pengecekan, dan pelabelan)

perbekalan farmasi sehingga secara tidak langsung merupakan upaya minimisasi

limbah farmasi mulai dari sumber. Selanjutnya, evaluasi kesesuaian pengelolaan

limbah farmasi dari aspek SDM di ISRS terangkum dalam tabel berikut :

Tabel VIII. Evaluasi Pengelolaan Limbah Farmasi dari Aspek SDM di ISRS

No. Aspek Standar pembanding Kesesuaian Keterangan

1 Struktur organisasi

KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit

sesuai telah mencerminkan pengorganisasian usaha manajemen sanitasi rumah sakit

2 Kualifikasi petugas

KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit, Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia (DepKes RI, 1994)

sesuai terdapat dokumen Mapping Competency yang berisi informasi nama, jabatan (dari Kepala sampai penanggungjawab), pendidikan (aktual maupun standar), pengalaman (aktual maupun standar), kolom tingkatan skill, dan rekomendasi pelatihan.

3 Uraian tugas KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit

sesuai terdapat dokumen uraian tugas masing-masing jabatan dan juga ketugasan lain (kerja sama) antar bidang

4 Pelatihan petugas

KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 dan dokumen Pedoman Sanitasi Rumah Sakit

sesuai sudah pernah mendapatkan dan sering mengikuti pelatihan manajemen sanitasi (khususnya pengelolaan limbah) dan pengambilan sampel limbah

5 Pengetahuan Pedoman sanitasi rumah sakit

cukup paham ISRSUD Sleman cukup paham mengenai apa saja yang termasuk dalam limbah farmasi, darimana sumbernya, pendataan pemusnahan limbah farmasi, kelengkapan berita acara, dan proses penelolaan mulai dari pemisahan dan pengumpulan hingga pemusnahan (untuk limbah medis secara umum saja), pengoperasionalan dan perawatan incinerator, tetapi pengetahuan tentang jenis kemasan ampul yang tidak boleh dibakar masih kurang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

53

Dari tabel di atas, struktur organisasi ISRSUD Sleman telah sesuai

dengan ketentuan yang mencerminkan pengorganisasian usaha manajemen

sanitasi rumah sakit dengan wadah kegiatan yang terdiri dari unsur: pimpinan

layanan sanitasi, teknis sanitasi (penanggung jawab bidang-bidang yang berada

langsung di bawah Pimpinan ISRS yang mewakili persyaratan dan tata laksana

penanganan limbah medis maupun nonmedis), dan penunjang layanan sanitasi

(admin dan logistik). Teknis sanitasi antara lain: penanggung jawab limbah cair,

limbah padat, sterilisasi, pengendalian air bersih (PAB), pengendalian serangga,

sanitasi ruang dan bangunan, dan penanggung jawab laundry (lampiran 5).

Dari aspek kualifikasi petugas, kualifikasi sanitarian di RSUD Sleman

telah memenuhi persyaratan (lampiran 6) yaitu:

a. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di rumah sakit tipe B adalah seorang

tenaga yang memiliki kualifikasi sanitarian serendah-rendahnya berijazah

sarjana (S1) di bidang kesehatan lingkungan, teknik lingkungan, biologi,

teknik kimia, dan teknik sipil. Secara standar, ISRSUD Sleman menetapkan

jenjang pendidikan minimal S1, dan secara aktual Pimpinan ISRSUD Sleman

adalah lulusan S1 SKM dengan pelatihan manajemen SDM.

b. Limbah dari tiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan

oleh tenaga perawat khususnya yang menyangkut pemisahan limbah medis

dan non medis, sedang ruang lain dapat dilakukan oleh tenaga kebersihan.

Di RSUD Sleman, pengumpulan kemasan obat ditangani langsung oleh

perawat sedangkan bila berupa sediaan farmasi yang mendekati tanggal

kadaluwarsa akan dikembalikan dan dikelola oleh IFRS.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

54

c. Proses pengangkutan limbah dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan kualifikasi

SMP ditambah latihan khusus.

d. Pengawasan pengelolaan limbah rumah sakit dilakukan oleh tenaga sanitasi

dengan kualifikasi D1 ditambah latihan khusus.

Penanggungjawab/pengawas pengelolaan sampah di RSUD Sleman baik itu

berupa limbah padat maupun limbah cair memiliki standar kualifikasi lulusan

DIII dengan pelatihan manajemen sanitasi.

Dari aspek uraian tugas, ISRSUD Sleman telah memiliki dokumen uraian

tugas yang jelas. Untuk pengelolaan limbah farmasi sendiri merupakan tugas dari

penanggung jawab pengelolaan limbah medis padat dibantu oleh penanggung

jawab kebersihan lingkungan dan tenaga kebersihan, serta

bagian/penanggungjawab lain yang ditunjuk atau ditugaskan (lampiran 7).

Untuk aspek pendidikan dan pelatihan, petugas ISRSUD Sleman paling

sering mengikuti pelatihan manajemen sanitasi pengelolaan limbah dan

pengambilan sampel limbah bersama dengan Tim PPI lainnya seperti dokter dan

perawat. Pelatihan eksternal diadakan tiga kali setahun, sedangkan pelatihan

internal satu hingga dua kali setahun. Selain ISRS, dokter, dan perawat, IFRSUD

Sleman termasuk juga dalam tim PPI tetapi belum pernah mengikuti pelatihan

pengelolaan limbah bersama tim PPI lainnya.

Pada aspek pengetahuan petugas, selain harus mengetahui jenis, sumber,

dan pendataan limbah farmasi, ISRSUD Sleman juga wajib mengetahui tahapan

pengelolaan limbah farmasi tersebut mulai dari pengumpulan hingga pemusnahan,

serta bagaimana mengopersionalkan dan melakukan perawatan incinerator. Dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

55

hasil wawancara, Penulis mendapatkan informasi yang cukup jelas mengenai

pengetahuan petugas tentang proses pengelolaan limbah farmasi, terutama mulai

dari tahapan pengangkutan hingga pemusnahan dan pembuangan, dan juga

pengoperasionalan dan perawatan incinerator. Hal ini disebabkan karena untuk

proses pengumpulan limbah farmasi hingga proses pelabelan merupakan tanggung

jawab IFRS dan petugas unit pelayanan/bangsal, dan biasanya setelah melalui

proses pengangkutan limbah hanya disimpan maksimal 24 jam untuk

dimusnahkan, tidak ada perlakuan lagi sebelumnya untuk menghindari resiko

paparan terhadap petugas.

Pembahasan selanjutnya akan mengevaluasi secara teoritis tentang

kesesuaian antara prosedur rumah sakit yang terkait dengan pengelolaan limbah

farmasi di RSUD Sleman dengan standar pembanding.

RSUD Sleman sendiri telah memiliki suatu SPO dengan judul dokumen

“PEDOMAN MUTU SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) 9001 : 2008

RSUD SLEMAN” yang disusun berdasarkan Keputusan Direktur No.

308/Kep.Dir/2011 tanggal 1 November 2011 tentang pembuatan SPO di

lingkungan RSUD Sleman, dan Keputusan Direktur No. 012/Kep.Dir/2012

tanggal 2 Januari 2012 tentang pemberlakuan SPO di lingkungan RSUD Sleman.

SPO tersebut merupakan update version pada tahun 2010 dari versi sebelumnya

yang telah memperoleh sertifikat ISO 9001:2000. SPO ini didukung dengan

adanya sertifikat Komisi Akreditasi Rumah Sakit nomor: KARS-SERT/92/X/201,

dengan status terakreditasi: LULUS TINGKAT LENGKAP, berlaku 3 (tiga)

tahun mulai tanggal 12 Oktober 2011 sampai dengan 12 Oktober 2014, dimana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

56

sertifikat tersebut pada dasarnya adalah pengakuan telah terpenuhinya standar

pelayanan rumah sakit yang meliputi enam belas pelayanan, termasuk pelayanan

Farmasi, Kesehatan dan Keselamatan kerja (K3), dan pelayanan Pencegahan dan

Pengendalian Infeksi (PPI) di rumah sakit yang berkaitan dengan pengelolaan

limbah farmasi rumah sakit oleh IFRS dan ISRS. Ada empat SPO RSUD Sleman

yang berkaitan dengan pengelolaan limbah farmasi. Berikut adalah rangkumannya

dalam bentuk tabel:

Tabel IX. Evaluasi kesesuaian prosedur rumah sakit dan praktek pengelolaan limbah farmasi dengan standar pembanding CPFB tahun 2011

Judul SPO Prosedur dan praktek Standar Pembanding Kesesuaian Keterangan

SPO Penetapan Identifikasi Waktu Expired Date (ED) Obat/Alkes

a. pencatatan waktu ED pada kartu stok dan buku ED (√) √ CPFB 2011 No. A-07

tentang Pemeriksaan Tanggal Kadaluwarsa

sesuai tujuan: agar obat/alkes yang ED kurang dari enam bulan dapat diketahui sehingga dapat menghindari penggunaan obat yang tidak terjamin mutu, stabilitas, potensi, dan keamanannya. selama periode penelitian, prosedur ini hanya berlaku untuk limbah farmasi yang berasal dari stok IFRS *point (d) bisa dilakukan berdasarkan PBF (berikut faktur) dan berdasarkan BSO

b. penyimpanan stok secara FIFO/FEFO untuk distribusi pelayanan,

c. pengecekan setiap bulan, √

d. pemilahan dan pendataan stok yang belum dekat ED dan yang sudah dekat ED,

e. stok dengan ED kurang dari 6 bulan harus dikembalikan ke IFRS untuk distribusi dengan anjuran peresepan

f. stok dengan ED maksimal 1 bulan lagi harus sudah dikembalikan ke distributor

SPO Pemusnahan Obat Rusak/Resep/Arsip

a. inventarisasi dan laporan stok, resep, dan arsip kadaluwarsa kepada Direktur RS,

√ CPFB 2011 No. E-02 tentang pemusnahan sediaan farmasi dan alkes

sesuai tujuan : agar arsip IFRSUD tidak menumpuk dan obat yang rusak tidak digunakan oleh pihak lain tidak ada observasi, tapi dari hasil wawancara telah dilakukan sesuai prosedur selama periode penelitian, prosedur ini hanya berlaku untuk limbah farmasi yang berasal dari dropping Tim Pemeriksaan : IFRS, Instalasi Pemeliharaan ISRS, Wakil Managemen RSUD, Petugas dari BPKKD, KPDL, dan Admin Pemerintahan.

b. usulan pembentukan Tim Pemeriksa, √ c. rapat dan pembuatan berita

acara pemeriksaan, √ d. usulan ijin pemusnahan dari

IFRS melalui Direktur kepada Bupati,

e. pembentukan dan rapat Tim Pemusnah, √ f. kegiatan dan pembuatan berita acara pemusnahan √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

57

Lanjutan

SPO Penanganan Limbah Farmasi

a. Pengumpulan botol suntikan/syrup/infusan bekas pemakaian pasien di bangsal dalam kantong khusus limbah farmasi

x CPFB 2011 No. A-08 Pengelolaan sediaan farmasi dan alkes yang telah kadaluwarsa

sesuai tujuan: agar tidak terjadi penyalahgunaan dan tidak terjadi paparan obat point (a) kantong khusus limbah farmasi menggunakan kantong khusus limbah infeksius prosedur berlaku hanya untuk limbah farmasi dari unit pelayanan/bangsal berupa kemasan (dan karena kemasan digolongkan dalam limbah medis umum maka tidak dibahas lebih lanjut)

b. Semua botol bekas/pipet maupun alat injeksi untuk imunisasi di poliklinik dikumpulkan ke dalam wadah khusus limbah imunisasi hingga cukup 2/3 wadah

c. Setelah kantong penuh, diserahkan kepada petugas ISRS yang bertugas di bagian bangsal maupun poliklinik untuk dimusnahkan di incinerator

SPO Pemusnahan Limbah Farmasi

a. Identifikasi stok ED oleh IFRS, pewadahan sesuai jenis/kategori limbah,

√ CPFB 2011 No. E-02 tentang pemusnahan sediaan farmasi dan alkes

sesuai tujuan: limbah obat yang dibuang atau dimusnahkan tidak menimbulkan resiko paparan pada petugas dan lingkungan selama periode penelitian, prosedur hanya berlaku pada sisa stok sediaan farmasi yang berasal dari dropping

b. laporan kepada Tim Pemeriksa, √

c. pengajuan izin pemusnahan, √

d. koordinasi dengan Tim Pemusnah, √

e. pemusnahan menggunakan incinerator √

*Keterangan : Tanda √ = sudah dilakukan dalam praktek sesuai dengan prosedur

SPO-SPO tersebut dievaluasi secara teoritis menggunakan standar

pembanding CPFB tahun 2011 karena dalam penelitian tidak memungkinkan

dilakukannya observasi terhadap kegiatan administrasi penghapusan perbekalan

farmasi di RSUD Sleman yang bersifat retrospektif (tahun 2006). Pada

prakteknya, berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, pengelolaan

perbekalan dan limbah farmasi telah diterapkan sesuai SPO, kecuali (berdasarkan

hasil observasi Penulis) untuk pengelolaan limbah farmasi dari bangsal yang

hanya berupa kemasan obat, infusan, botol infus tidak menggunakan kantong

khusus limbah farmasi, tetapi kontainer/wadah yang digunakan adalah kantong

khusus limbah medis umum (dengan logo limbah infeksius).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

58

2. Kesesuaian dari aspek proses

Berdasarkan studi pustaka yang dilakukan oleh Penulis, proses

pengelolaan limbah farmasi yang baik dan benar terdiri dalam beberapa tahap

yaitu: pemisahan dan pengumpulan, pemilahan, pelabelan, penyimpanan

sementara, pengangkutan, pemusnahan dan pembuangan akhir limbah. Namun,

dari hasil wawancara terhadap narasumber dan juga berdasarkan hasil observasi

Penulis tidak semua tahapan tersebut dilakukan dalam pengelolaan limbah farmasi

di RSUD Sleman. Tahapan pengelolaan limbah farmasi yang dilakukan di RSUD

Sleman tergantung dari sumber limbah itu sendiri:

a. Limbah farmasi yang berasal dari dropping: mengalami keseluruhan proses

pengelolaan limbah farmasi, dilakukan atas kerjasama IFRS, ISRS, bersama

tim Pemeriksa dan Pemusnah lainnya dengan izin resmi dari Bupati.

Observasi tidak dapat dilakukan oleh Penulis karena RSUD Sleman terakhir

mengelola limbah farmasi dropping pada tahun 2006. Namun, dari hasil

wawancara dengan narasumber, semua tahapan dilakukan sesuai prosedur dan

ketentuan yang berlaku.

b. Limbah farmasi yang berasal dari stok IFRSUD Sleman: stok sediaan farmasi

hanya mengalami proses pemisahan dan pengumpulan, pemilahan, dan

pelabelan sesuai prosedur “Penetapan Identifikasi Waktu Expired Date (ED)

Obat/Alkes” untuk kemudian dikembalikan ke distributor/PBF sebelum

kadaluwarsa dan menjadi limbah farmasi.

c. Limbah farmasi yang berasal dari sumber eksternal: hanya mengalami proses

dari pengangkutan (dilengkapi dengan dokumen resmi) hingga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

59

pemusnahan/pembakaran di incinerator, yang semuanya dilakukan oleh ISRS

tanpa melibatkan IFRS. Observasi tidak dilakukan karena pada saat penelitian

dilakukan (Juni - Juli 2012) tidak ada pengelolaan limbah farmasi dari sumber

eksternal. Prakteknya mengikuti prosedur “Pemusnahan Sampah Medis”

RSUD Sleman, yaitu sebagai berikut:

Gambar 2. Prosedur pemusnahan sampah medis menurut SPO RSUD Sleman

Limbah farmasi eksternal yang dikirim ke RSUD Sleman diangkut ke

tempat penyimpanan sementara (TPS) menggunakan troli sampah medis. Troli

sampah medis ini berupa box plastik yang terbuat dari bahan kedap air tetapi

mudah dibersihkan dengan tinggi kurang lebih satu meter, memiliki tutup,

memiliki roda di samping kiri dan kanan bawah, berwarna kuning dengan logo

biohazard dan tulisan “troli sampah medis”. Dari hasil observasi Penulis, troli

sampah medis di RSUD Sleman ini masih dalam kondisi bagus, dimana tidak

terdapat kebocoran dan juga tidak menimbulkan kebisingan pada saat dijalankan.

Untuk jalur lintasan pengangkutan limbah medis RSUD Sleman belum memiliki

jalur khusus karena sejauh ini masih menggunakan jalur umum/koridor untuk staf,

pengunjung, dan pasien. Dalam proses pengangkutan ini petugas pelaksana wajib

mengenakan alat perlindungan diri (APD) minimal sarung tangan, masker kain,

dan sepatu boot agar tidak terpapar oleh limbah yang diangkut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

60

Gambar 3. Troli (kereta dorong) untuk mengangkut sampah medis (termasuk limbah farmasi)

Setelah diangkut, sampah disimpan di TPS yang masih berada di dalam

kawasan instalasi incinerator. TPS tersebut berupa bangunan semen berbentuk

bak persegi panjang bercat kuning dengan tinggi kurang lebih setengah meter

dilengkapi pintu kayu kecil berkunci (namun sudah agak rusak) dan tutup seng

yang dapat dibuka tutup dan disangga. Logo terdapat di dinding atas sebelah box

TPS bertuliskan “TPS Medis/Infeksius”. Lantai di sekitar TPS cukup permeable

dan memiliki drainase yang cukup baik. Limbah berada di TPS maksimal 24 jam

sebelum dimusnahkan untuk menghindari penumpukan.

Gambar 4. TPS untuk limbah medis (termasuk limbah farmasi) yang terdapat di Instalasi Incinerator RSUD Sleman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

61

Kemudian sebelum dilakukan proses pembakaran menggunakan

incinerator, tungku incinerator dibersihkan dengan cara mengeluarkan abu sisa

pembakaran sebelumnya, ditimbang, dan dicatat beratnya. Dilanjutkan dengan

penimbangan limbah medis yang akan dimusnahkan. Angka yang diperoleh

nantinya akan dimasukkan ke dalam Buku Laporan Incinerator. Penimbangan

sampah medis dan abu sisa pembakaran ini perlu dilakukan untuk menghitung

efisiensi incinerator, dengan rumus: jumlah abu sisa pembakaran (kg) dibagi

dengan jumlah sampah yang dibakar sebelumnya (kg) dikalikan 100%.

Gambar 5. Proses penimbangan sisa abu dan sampah medis (termasuk limbah farmasi) yang akan dibakar oleh petugas pelaksana sebelum dibakar di incinerator

Setelah penimbangan dan pencatatan selesai, dilakukan proses

pemanasan pra-operasional terhadap incinerator dengan membakar sejumlah

sampah medis yang mudah terbakar (misalnya plastik dan kertas kemasan obat)

untuk optimasi kapasitas incinerator. Setelah itu baru dilakukan proses

pembakaran/pemusnahan dengan waktu pembakaran selama ± 1 jam, dan waktu

pendinginan ± 1 hari. Incinerator yang tungku ganda untuk pembakaran sampah

dan pembakaran asap dengan suhu yang tinggi (8000C sampai dengan 12000C)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

62

dan kapasitas tungku 50 – 90 kg. Incinerator tersebut sudah berusia sekitar 10

tahun (tahun 1992 - 2012).

Gambar 6. Petugas pelaksana memasukkan sejumlah kantong plastik berisi limbah medis ke dalam tungku incinerator untuk dibakar

Sisa abu pembakaran yang sudah aman bagi kesehatan ini akan dibuang

ke tempat pembuangan akhir (TPA) bersama sampah non medis maksimal dua

kali dalam satu minggu. TPA ini merupakan hasil penunjukkan dari pemerintah

daerah, dan menurut wawancara TPA ini berlokasi di daerah Piyungan, tidak di

dalam area rumah sakit karena RSUD Sleman belum memiliki lahan dan fasilitas

untuk itu.

Berkaitan dengan profil limbah farmasi, hal yang masih memerlukan

peninjauan ulang disini adalah semua jenis kemasan limbah farmasi dimusnahkan

menggunakan incinerator. Padahal menurut ketentuan WHO, kemasan seperti

ampul tidak boleh di-insinerasi karena akan meledak, yang kemungkinan akan

menyebabkan cedera pada operator dan kerusakan pada tungku incinerator.

Lelehan kaca ampul juga akan menyumbat jeruji tungku jika suhu operasional

melampaui titik leleh kaca. Ampul dapat dihancurkan di atas permukaan keras

yang impermeabel (misal beton) atau dalam drum baja atau ember dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

63

menggunakan balok kayu keras atau palu. Yang terpenting, petugas harus

menggunakan APD. Pecahan kaca harus disapu, ditempatkan dalam kontainer

yang sesuai untuk benda tajam, disegel/ditutup, dan dibuang ke landfill. Cairan

yang keluar dari ampul harus dilarutkan dan dibuangkan melalui IPAL.

Menurut Standar Kompetensi Apoteker Indonesia, farmasis harus mampu

melaksanakan pemusnahan sediaan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan,

sifat bahan, dan dampak lingkungan. Dalam hal ini belum ada himbauan dari

pihak IFRS kepada ISRS terkait dengan pemusnahan ampul. Kemungkinan

penyebabnya adalah pengetahuan petugas IFRSUD Sleman mengenai pengelolaan

limbah farmasi setelah keluar dari gudang obat juga belum memadai karena belum

pernah mendapatkan pendidikan dan pelatihan khusus mengenai pengelolaan

limbah farmasi. Selain itu, dari pihak ISRS juga sepertinya kurang memperhatikan

detail kecil ini, padahal jika ditinjau ulang bisa mengoptimalkan perawatan dan

kerja mesin incinerator.

Evaluasi pengelolaan limbah farmasi dari aspek proses dari uraian-uraian

tersebut terangkum dalam tabel sebagai berikut:

Tabel X. Evaluasi Pengelolaan Limbah Farmasi dari Aspek Proses

Aspek proses Sasaran limbah Prosedur dan standar pembanding Kesesuaian Keterangan

pemisahan dan pengumpulan

Internal (dropping dan stok IFRS)

a. SPO Penetapan Identifikasi Waktu Expired Date (ED) Obat/Alkes

b. CPFB 2011 No. A-07 tentang Pemeriksaan Tanggal Kadaluwarsa

c. KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit (persyaratan minimisasi limbah farmasi)

sesuai ada prosedur pengecekan dan pencatatan terhadap stok sediaan farmasi secara berkala atau pada setiap pengambilan, dan ada pula pemisahan dan penandaan terhadap sediaan farmasi yang mendekati ED, penggunaan secara FIFO dan FEFO

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

64

Lanjutan

pemilahan Internal (dropping dan stok IFRS)

a. SPO Penetapan Identifikasi Waktu Expired Date (ED) Obat/Alkes

b. CPFB 2011 No. A-07 tentang Pemeriksaan Tanggal Kadaluwarsa

sesuai pemilahan berdasarkan kemanfaatan obat (dekat ED tapi masih bisa digunakan), PBF, dan bentuk sediaan obat

pelabelan Internal (dropping dan stok IFRS)

a. CPFB 2011 No. A-07 tentang Pemeriksaan Tanggal Kadaluwarsa

b. KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit (tabel pewadahan berdasarkan kategori limbah)

cukup sesuai

pelabelan untuk stok perbekalan farmasi di IFRS yang dekat ED dengan penandaan di etalase khusus dengan kartu stok dan spidol marker. Pelabelan untuk dikirim ke ISRS masih minim (info dasar sumber dan jenis/isi limbah)

pengangkutan Internal (dropping) dan Eksternal

KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004

cukup sesuai

ada jasa pemusnahan limbah farmasi bagi eksternal yang belum memiliki fasilitas pengelolaan limbah pengangkutan menggunakan troli khusus medis sesuai kondisi yang dipersyaratkan petugas pengangkut menggunakan APD belum ada jalur khusus pengangkutan limbah menuju TPS

penyimpanan sementara

Internal (dropping) dan Eksternal

KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004

cukup sesuai

sesuai = limbah berada di TPS maksimal 24 jam pewadahan kemasan obat masih menggunakan kantong limbah infeksius perbaikan = pintu TPS sudah mulai rusak

pemusnahan dan pembuangan

Internal (dropping) dan Eksternal

a. No. E-02 (28 Oktober 2011) tentang pemusnahan sediaan farmasi dan alkes

b. KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004,

c. Pedoman Cara Pembuangan Secara Aman Obat-obatan Tak Terpakai Saat dan Pasca Kedaruratan (WHO '99)

cukup sesuai

limbah farmasi tidak dibuang sebelum ada pengelolaan yang aman menggunakan incinerator sediaan dalam kemasan ampul dan vial masih dimusnahkan menggunakan incinerator dan belum ada peninjauan ulang dari IFRS maupun ISRS (belum sesuai denan standar pembanding c.)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

65

D. Peran dan Fungsi IFRS dalam Pengelolaan Limbah Farmasi

Secara umum, IFRSUD Sleman memiliki peran sebagai pengelola stok

perbekalan farmasi melalui berbagai siklus kegiatan manajemen farmasi mulai

dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,

pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta

evaluasi stok obat-obatan yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.

Fungsi tenaga kefarmasian dalam hal ini adalah untuk menyimpan

perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian dan

menjalankan pengawasan stok obat berdasarkan aturan/prosedur yang berlaku.

Dari peran dan fungsi tersebut maka kualitas dari obat-obatan yang didistribusikan

bisa terjaga sehingga pada akhirnya mampu meningkatkan layanan mutu

kefarmasian RSUD Sleman.

Selain itu peran IFRSUD Sleman adalah tergabung dalam komite

pencegahan dan pengendali infeksi (PPI) di rumah sakit. Dengan menjalankan

fungsinya sebagai pengelola perbekalan farmasi dengan baik, secara tidak

langsung IFRS telah menerapkan upaya minimisasi limbah farmasi dari

sumbernya, hal ini mendukung peran IFRS sebagai tim PPI karena

menghindarkan pasien dari meluasnya potensi bahaya limbah farmasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

66

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. a. Profil limbah farmasi di RSUD Sleman pada periode tahun 2006 – 2012

berdasarkan sumber/produsen limbah mempunyai total 94.418 item

yang dihasilkan dari dua sumber yaitu sumber internal sejumlah 2.211

item (2,34%) berupa obat-obatan dropping yang dikelola pada tahun

2006, dan sumber eksternal sejumlah 92.207 item (97,66%) dari tiga

instansi kesehatan luar, dengan Pusat Rehabilitasi YAKKUM sebagai

sumber/produsen limbah farmasi terbesar (86%) dalam satu kali

pengelolaan yaitu pada tahun 2009.

b. Tidak adanya data pengelolaan limbah farmasi internal yang berasal

dari stok IFRSUD Sleman mengindikasikan bahwa IFRSUD Sleman

telah menerapkan prosedur dan melaksanakan manajemen pengelolaan

stok sediaan farmasi dengan baik, karena sebelum menjadi limbah,

perbekalan farmasi yang hampir mendekati ED dikembalikan ke

distributor/PBF.

2. Profil limbah farmasi di RSUD Sleman pada periode tahun 2006 – 2012

berdasarkan BSO/satuan dan jenis kemasan obat adalah: sediaan padat

terbanyak berupa tablet ferous sulfas dan kapsul Moxilen 250®, sediaan

semi padat berupa oksitetra salep mata dan krim Chloramfecort-H®,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

67

sedangkan untuk sediaan cair terbanyak berupa Tolak Angin® sachet 15ml

dan ampul 2 FDC Fase Intensif.

3. Secara keseluruhan, dari aspek SDM dan proses pengelolaan limbah

farmasi di RSUD Sleman sesuai dengan prosedur rumah sakit dan standar

pembanding, hanya masih terdapat beberapa kekurangan yang harus

diperbaiki dan ditinjau ulang, seperti kurangnya pelatihan dan pendidikan

pengelolaan limbah farmasi bagi IFRS untuk meningkatkan

kompetensinya, belum adanya ketaatan dalam pewadahan menggunakan

kantong khusus limbah farmasi, belum adanya jalur khusus untuk

pengangkutan limbah, pintu TPS yang agak rusak, dan jenis kemasan

ampul yang masih dimusnahkan menggunakan incinerator.

4. Peran IFRS dalam pengelolaan limbah farmasi adalah sebagai pengelola

perbekalan farmasi dan adminstrasi penghapusan, dengan menjalankan

fungsinya dalam mendata dan mengecek ED stok sediaan farmasi,

memproses pengembalian obat ke distributor/PBF, memproses ijin

pemusnahan obat, hadir sebagai saksi pemusnahan, dan juga menyusun

berita acara pemeriksaan dan pemusnahan limbah farmasi. Fungsi-fungsi

tersebut secara tidak langsung mendukung peran IFRS sebagai tim PPI

rumah sakit sebagai upaya minimisasi limbah farmasi agar potensi bahaya

yang ditimbulkan tidak meluas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

68

B. Saran

1. Penulis merekomendasikan supaya dilakukan perbaikan di RSUD Sleman

terutama pada aspek kesesuaian proses pengelolaan limbah famasi yang

belum tepat, misalnya ketaatan pewadahan menggunakan kantong khusus

limbah farmasi, perbaikan pintu TPS, pembuatan jalur khusus untuk

pengangkutan limbah, dan peninjauan ulang mengenai bentuk sediaan

dalam jenis kemasan ampul yang masih dikelola menggunakan incinerator.

2. Rekomendasi pada aspek SDM supaya petugas dari IFRSUD Sleman juga

diberikan pendidikan dan pelatihan pengelolaan limbah farmasi agar selain

berkompeten dalam pengelolaan stok perbekalan farmasi, farmasis juga

memiliki pengetahuan lebih mengenai pengelolaan limbah farmasi

sehingga bisa memberikan masukan kepada ISRS apabila ada prosedur

penanganan limbah farmasi yang belum sesuai dengan ketentuan atau

prosedur yang berlaku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

69

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, W., 2007, Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit, PT. Raja Grafindo, Jakarta

Anonim, 2008, Manajemen Rekayasa Sanitasi Rumah Sakit, http://informasi-

kesehatan-anda.blogspot.com/2008/07/manajemen-rekayasa-sanitasi-rumah-sakit.html, 19 Januari 2012

Anonim, 2009, Kenali Tanda-tanda Obat Kadaluarsa,

http://cepucyt.wordpress.com/2009/05/13/kenali-tanda-tanda-obat-kadaluarsa, diakses pada tanggal 24 Agustus 2010

Anonim, 2010, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadaluwarsa Obat,

http://somelus.wordpress.com/2010/11/08/faktor-yang-mempengaruhi-kadaluarsa-obat/, diakses pada tanggal 7 Juli 2012

Anonim, 2011, Kondisi, Ciri, Tanda Obat-obatan yang Sudah Harus Dibuang

dan Dimusnahkan, http://www.organisasi.org/ kondisi-ciri-tanda-obat-obatan-yang-sudah-harus-dibuang-dan-dimusnahkan, diakses pada tanggal 10 Oktober 2012

Arifin, 2009, Pengertian Sanitasi Rumah Sakit,

http://www.psychologimania.com/2012/09/pengertian-sanitasi-rumah-sakit.html?m=1, diakses pada tanggal 12 November 2012

Arikunto, S., 1999, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Rineka

Cipta, Jakarta Budiarie, S., 2009, Obat Kadaluarsa dari Pemulung, http://www.indonesia-

monitor.com/main/index.php?option=com_content&task=view&id=1652&Itemid=39, diakses pada tanggal 23 Agustus 2010

DepKes RI, 1992, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

983/B/Menkes/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum, Jakarta

DepKes RI, 1994, Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia, Direktorat

Jenderal P2M & PLP dan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Jakarta DepKes RI, 1999, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, Jakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

70

DepKes RI, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, Jakarta

DepKes RI, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta

DepKes RI, 2009, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009

tentang Pekerjaan Kefarmasian, Jakarta DinKes RI, 2010, Dinkes bonbol Lakukan Pemusnahan Obat,

http://dinkesbonebolango.org, diakses pada tanggal 11 Agustus 2010 DirJen BinFar, 2008, Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit,

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI bekerja sama dengan JICA, Jakarta

Fariadi, 2010, Limbah Medis, www.puskajikesling.co,id, diakses pada tanggal 31

Agustus 2010 IAI, 2011, Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB)/Good Pharmacy

Practice (GPP), Kerjasama Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Menteri Kesehatan RI, dengan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (IAI)

IAI, 2011, Standar Kompetensi Apoteker Indonesia, Ikatan Apoteker Indonesia,

Jakarta Idawaty, D., Medyawati, H., Evaluasi Manajemen Pengelolaan Limbah Rumah

Sakit (Study Kasus pada RSUP Persahabatan), Proceeding PESAT Vol. 4 Oktober 2011 ISSN: 1858-2559

Kimin, 2010, Sisi Lain Tanggal Kadaluwarsa,

http://apotekputer.com/ma/index.php?option=com_content&task=view&id=51&Itemid=52, diakses pada tanggal 10 Oktober 2012

Moleong, J., 1998, Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya,

Bandung Priyambada, I., Amelia, E., 2006, Studi Evaluasi Sistem Pengumpulan,

Pewadahan, Penyimpanan, dan Pengangkutan Limbah Padat B3 (Studi Kasus PT. Phapros TBK Semarang), Jurnal Presipitasi Vol. 1 No. 1 September 2006, ISSN 1907-187X

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

71

Pruss, A., 2005, Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan, Penerbit EGC, Jakarta

Purwoto, S., 2008, Kondisi Optimal Insenerator untuk Pembakaran Sampah

Medis, WAHANA. Vol. 51, No. 1, Juni 2008 Rahmaroswita, M.E., 2012, Evaluasi Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah

Sakit Umum Daerah Sleman Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma RSUD Sleman, 2011, Profil Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Rumah

Sakit Umum Daerah Sleman Kabupaten Sleman Tahun 2011, Yogyakarta Sarwanto, S., 2003, Limbah Rumah Sakit Belum Dikelola dengan Baik,

http://www.suarapembaruan.com/News/2003/10/20/index.html, diakses pada tanggal 15 November 2011

Shahib, MN,, 1999, Penerapan teknik "Polymerase chain Reaction" (PCR) untuk

memonitor pencemaran lingkungan oleh senyawa merkuri (Hg) pada limbah cair rumah sakit, Kongres Himpunan Toksikologi Indonesia: prosiding, Jakarta, 22-23 Feb 1999

Siregar, C.J.P., 2004, Farmasi Rumah Sakit : Teori dan Terapan, Penerbit EGC,

Jakarta, hal 6 – 71 Sutrisnowati, 2004, Pengelolaan Limbah Padat Infeksius Rumah Sakit (Studi

Kasus di Rumah Sakit PT. Pupuk Kaltim), UNDIP, Semarang WHO, 1999, Panduan Pembuangan Limbah Perbekalan Farmasi, Penerbit EGC,

Jakarta Widhiatmoko, A., Trihadiningrum, Y., 2010, Kajian Pengelolaan Limbah Padat

B3 di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr. Ramelan Yus, 2009, Obat Kadaluwarsa 2004 Diubah Jadi 2013,

http://regional.kompas.com/read/2009/06/17/14375215/obat.kedaluwarsa.2004.diubah.jadi.2013, diakses pada 10 Agustus 2010

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

72

LAMPIRAN

Lampiran 1. Panduan Wawancara/Interview Guide

A. Wawancara kepada Penanggung Jawab (IFRS)

1. Apakah RSUD Sleman memiliki suatu Standar Prosedur Operasional (SPO)

tertentu dalam sistem pengelolaan limbah Rumah Sakit? Jika Ya, tolong sebutkan

judul dokumen atau judul SPO-nya!

2. Apakah di dalam SPO tersebut terdapat prosedur yang jelas baik teknis maupun

koordinasi untuk menangani limbah RS?

3. Apakah RSUD Sleman memiliki suatu Rencana Kegiatan Pengelolaan Limbah

(RKPL) Rumah Sakit?

4. Apakah di RSUD Sleman terdapat bagan struktur organisasi pengelola limbah?

Jika Ya, apakah di dalam bagan tersebut diuraiakan mengenai tugas/wewenang

masing-masing personil pengelola limbah?

5. Adakah kualifikasi untuk menjadi seorang kepala/penanggungjawab, dan

pelaksana pengelolaan limbah RS? Jika ada, tolong sebutkan bagaimana

kualifikasinya!

6. Apakah petugas Instalasi Farmasi RSUD Sleman pernah memperoleh pelatihan

tentang pengelolaan limbah rumah sakit? Jika Ya, bagaimana bentuk pelatihan

yang diikuti, siapa saja pesertanya, dan kapan saja diadakan pelatihan tersebut?

7. Apakah Anda tahu mengenai limbah apa saja yang termasuk dalam limbah

farmasi RS? Jika Ya, tolong sebutkan!

8. Bagaimanakah perbedaan antara obat-obatan kadaluarsa dan obat-obatan tidak

terpakai (dari segi definisi hingga perlakuan)?

9. Bagaimana suatu sediaan obat menjadi kadaluarsa dan tidak terpakai? Apa saja

penyebabnya dan bagaimana cara meminimalisirnya?

10. Selain dari dalam RSUD Sleman, berasal dari mana sajakah limbah farmasi yang

dikelola oleh RSUD Sleman?

11. Bagaimanakah pendataan untuk limbah RS, apakah tersedia data khusus (misalnya

buku laporan berkala dan berita acara pemusnahan obat) mengenai limbah farmasi

yang dihasilkan dan dimusnahkan? Jika Ya, tolong sebutkan format/kelengkapan

dari data tersebut yang Anda ketahui!

12. Apakah Anda mengetahui tahapan/proses pengelolaan limbah farmasi di RSUD

Sleman? Jika Ya, tolong jelaskan bagaimana proses pengelolaan limbah dari tahap

awal sampai dengan akhir yang Anda ketahui!

B. Wawancara kepada Penanggung Jawab (ISRS)

1. Apakah RSUD Sleman memiliki suatu Standar Prosedur Operasional (SPO)

tertentu dalam sistem pengelolaan limbah Rumah Sakit? Jika Ya, tolong sebutkan

judul dokumen atau judul SPO-nya!

2. Apakah di dalam SPO tersebut terdapat prosedur yang jelas baik teknis maupun

koordinasi untuk menangani limbah RS?

3. Apakah RSUD Sleman memiliki suatu Rencana Kegiatan Pengelolaan Limbah

(RKPL) Rumah Sakit? Jika Ya, tolong jelaskan bagaimana penyusunan RKPL

tersebut!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

73

4. Apakah di RSUD Sleman terdapat bagan struktur organisasi pengelola limbah?

Jika Ya, apakah di dalam bagan tersebut diuraiakan mengenai tugas/wewenang

masing-masing personil pengelola limbah?

5. Adakah kualifikasi untuk menjadi seorang kepala/penanggungjawab, dan

pelaksana pengelolaan limbah RS? Jika ada, tolong sebutkan bagaimana

kualifikasinya!

6. Apakah petugas Instalasi Sanitasi RSUD Sleman pernah memperoleh pelatihan

tentang pengelolaan limbah rumah sakit? Jika Ya, bagaimana bentuk pelatihan

yang diikuti, siapa saja pesertanya, dan kapan saja diadakan pelatihan tersebut?

7. Apakah Anda tahu mengenai limbah apa saja yang termasuk dalam limbah

farmasi RS? Jika Ya, tolong sebutkan!

8. Menurut KepMenKes 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang “Persyaratan kesehatan

Lingkungan RS”, limbah farmasi digolongkan dalam Limbah Padat Medis.

Bagaimana dengan limbah farmasi bentuk sediaan obat (BSO) cair/semi cair? Dan

bagaimana pula dengan pernyataan “limbah farmasi dalam jumlah besar

dikembalikan ke distributor (PBF), sedangkan limbah farmasi dalam jumlah kecil

dimusnahkan melalui incinerator.” Berapa jumlah pastinya untuk jumlah besar

dan jumlah kecil tersebut?

9. Selain dari dalam RSUD Sleman, berasal dari mana sajakah limbah farmasi yang

dikelola oleh RSUD Sleman?

10. Bagaimana pendataan untuk limbah RS, apakah tersedia data khusus (misalnya

buku laporan berkala dan berita acara pemusnahan obat) mengenai limbah farmasi

yang dihasilkan dan dimusnahkan? Jika Ya, tolong sebutkan format/kelengkapan

dari data tersebut!

11. Apakah Anda mengetahui tahapan/proses penanganan sampah medis dan sampah

non medis di RSUD Sleman? Jika Ya, tolong jelaskan!

12. Metode apakah yang digunakan untuk pemusnahan limbah medis di RSUD

Sleman? Tolong jelaskan bagaimana pelaksanaan metode tersebut beserta

kekurangan dan kelebihannya!

C. Wawancara kepada Sanitarian/Petugas Pengelola (ISRS)

1. Apakah anda mengetahui setiap dokumen yang menjadi Standar Prosedur

Operasional (SPO) di RSUD Sleman dalam pengelolaan sampah medis

rumah sakit termasuk juga limbah farmasi? Jika Ya, tolong sebutkan!

2. Apakah di RSUD Sleman terdapat bagan struktur organisasi pengelola

limbah? Jika Ya, apakah di dalam bagan tersebut diuraiakan mengenai

tugas/wewenang masing-masing personil pengelola limbah?

3. Adakah kualifikasi untuk menjadi seorang kepala/penanggungjawab, dan

pelaksana pengelolaan limbah RS? Jika ada, tolong sebutkan bagaimana

kualifikasinya!

4. Apakah anda sebagai petugas Instalasi Sanitasi RSUD Sleman pernah

memperoleh pelatihan tentang pengelolaan limbah rumah sakit? Jika Ya,

bagaimana bentuk pelatihan yang diikuti, siapa saja pesertanya, dan kapan

saja diadakan pelatihan tersebut?

5. Apakah Anda tahu mengenai limbah apa saja yang termasuk dalam limbah

medis RS? Jika Ya, tolong sebutkan apa saja!

6. Apakah Anda tahu mengenai limbah apa saja yang termasuk dalam limbah

farmasi RS? Jika Ya, tolong sebutkan apa saja!

7. Apa sajakah yang termasuk dalam deskripsi kerja (job desk) sanitarian

Instalasi Sanitasi RS dalam menangani limbah farmasi?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

74

8. Kapan, jam berapa, dan siapa yang bertugas dalam mengumpulkan limbah

farmasi?

9. Bagaimana kriteria tempat penampungan yang digunakan untuk

mengumpulkan limbah farmasi?

10. Bagaimanakah pemisahan limbah farmasi yang sudah dikumpulkan dan

dipisahkan dari limbah medis lainnya, apakah limbah farmasi tersebut

dikemas dengan wadah tertentu?

11. bagaimanakah syarat ruangan yang digunakan untuk proses pemisahan

limbah farmasi dari limbah medis lainnya?

12. Alat-alat apa sajakah yang diperlukan untuk memisahkan limbah farmasi dari

limbah RS lainnya? Tolong sebutkan!

13. Apakah limbah farmasi yang sudah dipisahkan dari limbah medis lain

dipilah/dikelompokkan lagi kemudian diberi label pada kemasannya?

14. Bagaimanakah kriteria kendaraan/kontainer pengangkut yang digunakan

untuk mengumpulkan limbah medis?

15. Siapa petugas yang menangani proses pengangkutan limbah?

16. Bagaimana jalur lintasan pengangkutan limbah? Apakah aksesnya dekat

dengan lokasi pemusnahan dan mudah ditempuh?

17. Dimana lokasi TPS limbah medis? Apakah lokasi TPS dekat dengan lokasi

penyimpanan makanan (misalnya dapur RS atau kantin RS)?

18. Bagaimana cara penyimpanan/peletakan limbah di TPS?

19. Adakah kondisi optimum ruangan TPS yang disyaratkan?

20. Kapan, jam berapa, siapa yang bertugas, dan bagaimana cara pembersihan

ruangan TPS?

21. Apakah alat dan bahan perlengkapan kebersihan yang disediakan pihak RS

sudah cukup lengkap dan layak?

22. Kapan limbah dari TPS dimusnahkan?

23. Apakah sebelum dilaksanakan proses pemusnahan, ada prosedur-prosedur

tertentu dan surat-surat keterangan yang harus dipenuhi?

24. Siapakah yang bertugas dan terlibat dalam proses pemusnahan limbah

(khususnya limbah farmasi)?

25. Adakah alat perlindungan diri (APD) yang digunakan petugas pelaksana

pemusnahan limbah?

26. Apakah anda mengetahui bagian-bagian utama dari incinerator?

27. Berapa kapasitas incinerator dalam satu (1) kali pembakaran?

28. Apakah anda mengetahui tahapan/proses pemusnahan limbah menggunakan

incinerator? Jika Ya, tolong jelaskan!

Keterangan gambar:

Peneliti (dengan APD berupa masker yang telah disediakan instalasi sanitasi ) melakukan

wawancara kepada petugas pengawas dan sekaligus melakukan observasi pada saat proses

pembakaran sampah medis di incinerator.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

75

Lampiran 2.

Tabel Hasil Wawancara

No. Variabel Jawaban

Informan 1 (Ka. IFRS) Informan 2 (Ka. Sanitasi) Informan 3 (PJ. Sanitasi)

1. Kebijakan yang mendasari

pengelolaan limbah farmasi

- KepMenKes RI Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004 tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di

Rumah Sakit.

- CPFB tahun 2011

KepMenKes 1204/MenKes/SK/X/2004

tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit

2. Tenaga Petugas IFRS bertugas dalam manajemen

stok obat (meminimalisir terjadinya limbah

farmasi), dan bekerja sama dengan tim

pemeriksa dan tim pemusnah dalam

mengurus izin pemusnahan limbah farmasi

hingga pembuatan laporan.

RSUD Sleman sudah mempunyai

tenaga khusus dalam pengelolaan

limbah medis termasuk juga limbah

farmasi, yaitu petugas di Instalasi

Sanitasi RS. Tanggung jawab

pengelolaan limbah farmasi termasuk

dalam bidang kerja penanggung jawab

pengelolaan limbah medis padat

dibantu penanggungjawab kebersihan

dan tenaga pelaksana kebersihan

Instalasi Sanitasi terbagi menjadi

beberapa sub bidang kerja/penanggung

jawab sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku

mengenai sanitasi rumah sakit (bisa

dilihat pada struktur organisasi).

IFRS telah terakreditasi, memiliki struktur

organisasi dan dokumen kualifikasi

petugas, telah mengikuti pelatihan

manajemen farmasi dan farmasi klinik,

tetapi belum pernah diikutsertakan dalam

pelatihan pengelolaan limbah medis pada

umumnya dan limbah farmasi secara

khusus.

Instalasi Sanitasi RS telah terakreditasi,

memiliki struktur organisasi dan

dokumen kualifikasi petugas yang

jelas, telah mengikuti berbagai

pelatihan pengelolaan limbah rumah

sakit baik di dalam maupun di luar

RSUD Sleman.

3. Keuangan Analisa kebutuhan baik dana maupun

sarana dan pra-sarana terdapat dalam

Rencana Kegiatan Pengelolaan Limbah

(RKPL) rumah sakit.

4. Fasilitas/Peralatan Mempunyai tempat dan kantong sampah

medis maupun non medis yang dibedakan

Mempunyai mesin incinerator pirolitik,

TPS, tempat sampah medis maupun

Mempunyai mesin incinerator, trolly

sampah medis, TPS, alat perlindungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

76

dan mesin incinerator. non medis yang ada di setiap ruangan

dan koridor rumah sakit, kantong

plastik medis berwarna kuning berlogo

infeksius untuk sampah medis, kotak

kardus disposafe berlogo infeksius, dan

kantong plastik hitam untuk sampah

non medis.

diri (APD) bagi petugas pelaksana, alat

timbang, alat kebersihan, dan alat bantu

pembakaran.

5. SPO Sudah ada SPO mengenai pengelolaan

limbah farmasi bagi IFRS antara lain

tentang “Pemusnahan Obat

Rusak/Resep/Arsip” , “Penanganan

Limbah Farmasi” , dan “Penetapan

Identifikasi Waktu Expired Date (ED)

Obat/Alkes”

Sudah ada SPO mengenai pengelolaan

limbah farmasi bagi Instalasi Sanitasi

RS antara lain tentang “Pemusnahan

Sampah Medis” , “Pemusnahan

Limbah Farmasi” , dan tentang

“Incinerator”

Sudah ada SPO mengenai pengelolaan

limbah farmasi bagi Instalasi Sanitasi

6. Laporan karakteristik limbah

farmasi

ada pelaporan mengenai banyaknya atau

jenis limbah farmasi yang dihasilkan yaitu

dalam Kartu stok obat dan Buku ED

(Expied date).

Sudah ada pelaporan mengenai

banyaknya atau jenis limbah farmasi

yang dimusnahkan yaitu dalam Buku

Laporan Incinerator dan Berita Acara

Pemusnahan Obat

Sudah ada di Buku Laporan Incinerator

(terdapat di Instalasi Sanitasi)

7. Tahap pengumpulan dan

pemisahan

dilakukan pengecekan terhadap stok obat

dan alkes. Obat/alkes dengan tanggal

kadaluwarsa/expired date (ED) kurang dari

enam (6) bulan disendirikan di etalase obat

ED yang diberi tempelan kartu

informasi/kartu stok ED untuk

didistribusikan kembali dan harus sudah

dikembalikan ke distributor jika ED nya

mendekati 1 bulan dari tanggal yang

tercantum

dilakukan pemisahan antara sampah

medis, non medis, sampah plastik,

sampah organik, dan benda tajam oleh

petugas per-unit ruangan (terutama

perawat). Untuk limbah farmasi berupa

obat-obatan menjadi tanggung jawab

IFRS apakah akan di-reture atau akan

ikut dimusnahkan, untuk yang berupa

kemasan obat saja bisa langsung

dimasukkan dalam kantong plastik

sampah medis maupun non medis

karena dianggap sebagai limbah medis

umum

dilakukan pemisahan antara sampah

medis, non medis, sampah plastik,

organik, benda tajam. Pemisahan

limbah dilakukan per unit ruangan,

setelah terkumpul biasanya

ditempatkan di depan ruangan yang

terdapat tempat sampah medis dan non

medis untuk diambil dan diangkut ke

TPS oleh petugas kebersihan/pelaksana

dari sanitasi.

8. Tahap pemilahan Pemilahan obat dilakukan berdasarkan

PBF (dilihat juga tanggal masuknya obat

pada faktur) dan jenis obat (atau satuan

Kantong plastik kuning berlogo untuk

sampah medis dan infeksius, kantong

plastik hitam untuk sampah non medis.

Kantong plastik kuning berlogo untuk

sampah medis dan infeksius, kantong

plastik hitam untuk sampah non medis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

77

obat, misalnya tablet, blister, dan lain-

lain). Kemudian dilakukan konfirmasi ke

PBF bersangkutan mengenai kapan obat

tersebut akan diambil. Paling lambat obat

dengan ED kurang dari satu (1) bulan

sudah harus diambil oleh PBF dan masih

dalam kemasan asli.

Obat yang tidak dapat di-reture ke PBF

(misalnya dropping) dipilah berdasarkan

jenis, dikemas sesuai standar, diurus izin

pemusnahannya dan dilakukan konfirmasi

ke instalasi sanitasi untuk diangkut dan

dimusnahkan.

Untuk limbah farmasi dari dalam

maupun dari luar RSUD Sleman tidak

dilakukan pemilahan lagi setelah

dikirim atau diangkut ke TPS untuk

menghindari resiko paparan terhadap

petugas.

Pernah menjumpai adanya

kotak/kardus makan di dalam kantong

sampah medis. Adanya ketidak-

sesuaian prosedur semacam itu perlu

dilakukan evaluasi dan intervensi.

9. Tahap Pelabelan Pelabelan untuk sediaan farmasi yang

mendekati ED 6 bulan dilakukan di etalase

khusus

Pelabelan wadah jarang dilakukan karena

langsung dikumpulkan dan dikemas

menggunakan plastik sampah medis

berlogo infeksius. Dilampirkan laporan

mengenai jenis limbah, sumber limbah,

dan kuantitas untuk bagian sanitasi RS.

Pelabelan dilakukan oleh IFRS maupun

produsen limbah terkait.

10. Tahap pengangkutan Limbah obat-obatan yang tidak bisa di-

reture ke PBF diangkut oleh petugas

pelaksana instalasi sanitasi setelah

dilakukan konfirmasi. Limbah farmasi

eksternal pengirimannya langsung ke

bagian sanitasi RS (dilengkapi dokumen

pengangkutan), tidak melalui bagian

IFRS.

Tidak ada petugas khusus untuk untuk

pengangkutan, pengangkutan limbah

medis ke instalasi incinerator dilakukan

oleh petugas pelaksana seperti cleaning

service yang bekerja di ruangan dan

ditugaskan dengan pengawasan oleh

petugas penanggungjawab.

Tidak ada petugas khusus

pengangkutan, pengangkutan dilakukan

oleh petugas pelaksana seperti cleaning

service. Pengangkutan dilakukan setiap

hari pada pagi hari dan sore hari.

Petugas pengangkut mengenakan APD

berupa sarung tangan, sepatu boot, dan

masker.

Troli sampah medis dan non medis

dibedakan dan tidak ada jalur khusus

untuk pengangkutan limbah.

Pengangkutan sampah medis dan non

medis menggunakan troli khusus.

Tidak ada jalur khusus untuk

pengangkutan limbah, jalan menuju

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

78

tempat pembakaran sama dengan jalan

umum.

11. Tahap penampungan sementara Ditampung di TPS Instalasi Incinerator

dengan sampah medis lainnya.

Sampah medis berada di TPS maksimal

24 jam sebelum dimusnahkan agar

tidak terjadi penumpukan. Sampah non

medis dikirim dan dimusnahkan ke

tempat pembuangan akhir (TPA) yang

merupakan pihak ketiga dan berada di

luar lingkungan RSUD Sleman

maksimal 2 kali dalam 1 minggu.

Sampah medis berada di TPS maksimal

24 jam sebelum dilakukan pembakaran.

Box TPS rutin dibersihkan setelah

dikosongkan.

12. Tahap pemusnahan Pemusnahan limbah farmasi bersama

limbah medis lainnya dilakukan di

Instalasi incinerator.

Semua limbah medis termasuk

kemasan obat dimusnahkan

menggunakan incinerator,

perbandingan limbah farmasi dengan

limbah medis umum adalah 1:3

ada kebijakan dari RSUD Sleman

untuk tidak mendaur ulang limbah.

Pemusnahan limbah menggunakan

incinerator dilakukan pada pagi hari

dan sore hari (jika sampah atau limbah

yang dihasilkan sedang banyak)

Pemusnahan dilakukan oleh petugas

pelaksana yang ditugaskan dengan

pengawasan oleh penanggungjawab.

13. Perizinan Sudah diatur dalam SPO. Izin pemusnahan

arsip, resep, dan limbah farmasi perlu

membuat Tim Pemeriksaan dan Tim

Pemusnahan lebih dulu.

Kepala IFRS mengusulkan kepada

Direktur untuk dibuatkan ijin pemusnahan

kepada Bupati, setelah surat ijin keluar

baru dilakukan koordinasi kapan

pemusnahan akan dilakukan, dan pada saat

pemusnahan harus dihadiri saksi-saksi.

Untuk limbah farmasi berupa alkes dan

obat-obatan (terutama dalam jumlah

besar) perizinannya harus sesuai SPO,

sedangkan pemusnahan dalam jumlah

kecil (harian) atau pemusnahan berupa

kemasan obat saja bisa langsung

dilakukan setiap hari tanpa izin dan

saksi khusus, karena merupakan

sampah medis umum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

79

Lampiran 3. Tabel Hasil Observasi

1. Observasi sarana/prasarana pengelolaan sampah medis (Esp. Limbah

farmasi)

No. Item Ya Tidak Keterangan

1.

Terdapat dokumen mengenai profil

umum RSUD Sleman yang cukup

lengkap √ Bisa dipinjam

2.

Terdapat kebijakan yang mengatur

tentang upaya penyehatan lingkungan

rumah sakit √ Ada di dokumen SPO

3.

Terdapat standar prosedur operasional

(SPO) yang disesuaikan dengan

kewenangan instalasi farmasi maupun

instalasi sanitasi terhadap penanganan

limbah farmasi

√ Diuraikan di SPO

4.

Terdapat dokumen struktur organisasi,

uraian tugas yang jelas, dan dokumen

kualifikasi petugas di instalasi farmasi

maupun instalasi sanitasi

Dari IFRS dokumen uraian tugas

yang bisa dipinjam bukan yang

terbaru, dokumen kualifikasi tidak

boleh dipublikasikan.

5. Terdapat kartu stok di gudang obat

instalasi farmasi √

6.

Terdapat kebijakan mengenai

reture/pengembalian obat kadaluarsa ke

PBF di instalasi farmasi √

7.

Terdapat arsip mengenai item obat-

obatan dan kemasan obat yang

dimusnahkan di instalasi sanitasi √

ada di Buku Laporan Incinerator

dan Berita Acara Pemusnahan Obat

8.

Terdapat prosedur di instalasi diklat

mengenai pengiriman pendidikan dan

dan pelatihan √ Ada di SPO

9.

Terdapat pengiriman petugas baik dari

farmasi maupun sanitasi untuk mengikuti

pelatihan √

10.

Terdapat proses audit secara berkala dari

bagian sanitasi untuk memeriksa

pengelolaan sampah medis rumah sakit √

Diketahui ketika ada penundaan

wawancara dengan Ka. Ins.

Sanitasi karena ada kegiatan audit

11.

Terdapat instalasi incinerator yang

merupakan bagian dari instalasi sanitasi

di dalam area RSUD √

Terletak di sebelah utara gedung

instalasi sanitasi, dan di sebelah

timur kantin

12.

Terdapat perlengkapan dan peralatan

kebersihan yang memadai untuk sampah

medis maupun non medis √

Ada pemisahan tempat sampah

berdasarkan jenisnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

80

2. Observasi proses pengelolaan limbah medis rumah sakit dan limbah

farmasi (non retur, kemasan, dan eksternal)

a. Proses pengumpulan

No. Item Ya Tidak Keterangan

1. Terdapat tempat penampungan sampah

medis dan non medis yang dipisahkan di tiap

unit kesehatan

√ Tempat sampah non medis

berupa drum besi ukuran besar

anti karat berwarna biru tua

dengan label “sampah non

medis”. Ada juga tong plastik

berwarna merah lengkap dengan

tutup untuk tempat sampah non

medis medis.

Tempat sampah medis juga

terbuat dari drum besi anti karat

dengan ukuran yang lebih kecil

daripada tempat sampah non

medis dan dibedakan menjadi

tiga: sampah plastik (cat biru),

sampah organik (cat hijau),

sampah benda tajam (cat

merah).

2. Tempat penampungan sampah yang

digunakan kuat dan tahan karat √ Dari besi tahan karat

3. Tempat penampungan sampah yang

digunakan kedap air √ Dari besi dan di cat

4. Tempat penampungan sampah medis

memiliki tutup √

5. Tempat penampungan sampah mudah

dibersihkan √

6. Pengumpulan sampah medis dilakukan oleh

petugas per unit ruangan √ Sampah medis yang telah

dikumpulkan diletakkan

sementara di depan pintu

masing-masing unit ruangan /

bangsal untuk diangkut oleh

petugas sanitasi

7. Pengumpulan sampah non medis dilakukan

oleh petugas kebersihan umum √ dilakukan oleh Cleaning Sevice

8. Sampah medis rutin dikumpulkan setiap hari √ Setiap pagi sekitar jam 7 s.d jam

8 selalu dikumpulkan dan pada

soare hari sekitar jam 15.00

b. Proses pemisahan

No. Item Ya Tidak Keterangan

1. Limbah farmasi dipisahkan dari sampah

medis lainnya √

Untuk limbah farmasi berupa

obat-obatan dipisahkan, tapi

untuk limbah farmasi berupa

kemasan obat saja kadang

disatukan dengan limbah medis

lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

81

2. Limbah farmasi dikemas dalam wadah

berwarna coklat √

Untuk kemasan obat dikemas

dalam platik kuning berlogo

“biohazard” dengan tulisan

“infeksius”

3. Limbah farmasi dilapisi plastik berwarna

coklat √

Untuk kemasan obat dikemas

dalam platik kuning

“biohazard” dengan tulisan

“infeksius”

4. Pemisahan limbah farmasi dilakukan oleh

petugas per unit ruangan / bangsal √ misalnya perawat,

5. Pemisahan limbah farmasi dilakukan oleh

petugas farmasi (IFRS) √

Untuk limbah yang berasal dari

IFRS iya, tapi untuk unit

kesehatan lainnya dilakukan

oleh petugas unit ruangan

6. Pemisahan limbah farmasi dilakukan setiap

hari √

dilakukan karena hampir setiap

hari dihasilkan limbah kemasan

obat

7.

Pemisahan limbah farmasi dilakukan di

ruangan yang memenuhi syarat (bersih,

ventilasi dan suhu udara optimal) √

Di unit ruangan yang

bersangkutan

8. Alat-alat yang digunakan untuk pemisahan

limbah cukup memadai √

Minimal petugas menggunakan

masker dan sarung tangan

c. Proses pemilahan

No. Item Ya Tidak Keterangan

1. Terdapat proses pemilahan setelah limbah

farmasi dipisahkan dari sampah medis

lainnya

√ Limbah langsung ke proses

pengangkutan ke TPS

2. Terdapat pemilahan limbah farmasi

berdasarkan kemanfaatan obat √ Obat-obatan yang mendeketai

ED < 6 bulan dan obat-obatan

sisa pasien yang masih bisa

digunakan di-reture ke gudang

obat

3. Terdapat pemilahan limbah farmasi

berdasarkan potensi bahaya obat √

4. Terdapat pemilahan limbah farmasi

berdasarkan bentuk sediaan obat √ Dipisahkan antara bentuk

sediaan padat dan cair. Bila

kuantitas sediaan cair cukup

banyak diolah di IPAL, bila

sedikit (termasuk juga ampul)

dimusnahkan bersama sediaan

padat di incinerator.

5. Terdapat pemilahan limbah farmasi

berdasarkan jenis kemasan obat √ Jenis kemasan kertas, plastik,

ampul, maupun botol

dimusnahkan semua di

incinerator.

6. Pemilahan obat di bawah pengawasan

apoteker √ IFRS yang memutuskan apakah

obat bisa di-reture ke gudang

obat, di-reture ke PBF atau

harus dimusnahkan

7. Terdapat kondisi optimum tempat

pemilahan obat √

8. Terdapat kondisi optimum pemilahan obat √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

82

d. Proses pelabelan

No. Item Ya Tidak Keterangan

1. Plastik tampungan sampah medis berlogo

sesuai kategori sampah √ Plastik kuning

berlogo”biohazard” dengan

tulisan “ infeksius”

2. Pelabelan limbah farmasi dilakukan oleh

petugas farmasi di bawah pengawasan

apoteker

√ untuk limbah berupa kemasan

obat yang berasal dari bangsal

tidak, ditangani langsung oleh

petugas unit ruangan

3. Label yang digunakan berupa label tulis

tangan √ tulis tangan tapi juga kombinasi

label cetak

4. Label yang digunakan berupa label cetak √ Tercetak di plastik atau ditempel

di kardus

5. Label memuat informasi jenis dan isi limbah √ Limbah dikemas dalam plastik

kuning berlogo limbah infeksius

yang mempunyai bahan agak

transparant sehingga kelihatan

isi di dalamnya.

6. Label memuat informasi produsen / sumber

limbah √ Untuk limbah yang dikemas

dalam kardus Biohazard

biasanya diberi label dengan

keterangan sumber misalnya

“Bangsal 6”

7. Label memuat informasi kuantitas limbah √ Kuantitas limbah untuk berat

biasanya dilakukan

penimbangan di instalasi

incinerator. Sedangkan kuantitas

jenis terdapat lampiran sendiri.

8. Label memuat informasi tanggal

pengumpulan limbah, tujuan akhir limbah,

dan komentar/pesan khusus

e. Proses pengangkutan

No. Item Ya Tida

k

Keterangan

1. Kereta pengumpulan sampah medis dan non

medis dipisahkan √

2. Sarana pengangkut sampah yang digunakan

adalah kereta √ berupa kereta dorong/trolli

bercat kuning dengan 2 roda di

belakang dilengkapi dengan

tutup dan tulisan di badan kereta

yaitu “Troli Sampah Medis” dan

logo limbah infeksius.

3. Kereta pengangkut sampah yang digunakan

dalam keadaan baik/tidak bocor √

4. Kereta pengengkut sampah yang digunakan

kedap air √

5. Kereta pengangkut sampah yang digunakan

memiliki tutup √

6. Kereta pengangkut sampah yang digunakan

mudah dibersihkan dan dikosongkan √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

83

7. Kereta pengangkut sampah

perparkiran/taman beda dengan sampah

ruangan

8. Terdapat jalur khusus pengangkut sampah √

9. Kereta pengangkut sampah tidak

menimbulkan bising √

f. Proses penyimpanan sementara

No. Item Ya Tidak Keterangan

1. Rumah sakit memiliki tempat pembuangan

sementara (TPS) sendiri √ Terletak di instalasi incinerator,

berupa bangunan semen

berbentuk bak persegi panjang

bercat kuning dengan tinggi

kurang lebih ½ meter dilengkapi

pintu kayu kecil berkunci

(namun sudah agak rusak) dan

tutup seng yang dapat dibuka

tutup dan disangga. Logonya

“TPS Medis/Infeksius”

2. Sampah non medis dibuang ke tempat

pembuangan sementara

3. Sampah medis dibuang ke tempat

pembuangan sementara √ Sampah medis berada di TPS

maksimal 24 jam sebelum

dimusnahkan

4. Sampah diangkut ke tempat penampungan

sementara >2 kali/hari √ Pagi dan sore hari

5. TPS didesinfeksi setelah dikosongkan √

6. Terdapat alat kebersihan dan alat bantu

pembakaran di TPS √ sapu sikat, sapu lidi, pengki,

tongkat besi, capit besi, sekop

g. Proses pemusnahan dan pembuangan akhir

No. Item Ya Tidak Keterangan

1. RS memiliki incinerator √ incinerator pirolitik

2. Sampah medis dibakar di Incenerator √

3. Suhu incinerator diatas 1000oC √

4. Sampah diangkut ke TPA 1 kali/hari √ TPA merupakan pihak ketiga

(di luar lingkungan RSUD

Sleman) yang ditunjuk dan

telah diakui. Sampah yang

diangkut ke TPA adalah sampah

non medis dan abu sisa

pembakaran incinerator yang

maksimal 2 kali pengangkutan

dalam 1 minggu

5. Metode pemusnahan lain yang diterapkan

selain menggunakan Incinerator √

6. Terdapat prosedur pengoperasionalan dan

perawatan mesin incinerator √ ada di SPO

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

84

3. Observasi terhadap petugas pengumpul/pengelola limbah RSUD

Sleman

No. Penggunaan Alat Pelindung Diri Ya Tidak Keterangan

1. Petugas memakai sarung tangan sewaktu

bekerja. √ Sarung tangan karet berwarna

orange, kedap air.

2. Petugas memakai pakaian kerja sewaktu

bekerja √ coverall berwarna hijau tua,

tertutup, cukup tebal (namun

tidak terlalu tebal)

3. Petugas memakai helm sewaktu bekerja √ helm plastik warna merah

4. Petugas memakai pelindung kaki/boot

sewaktu bekerja √ sepatu boot hitam dari bahan

karet, panjangnya sampai betis

(dipakai menutupi coverall)

5. Petugas memakai masker sewaktu bekerja √ masker berwarna hitam

6. Petugas memakai pelindung muka jika

diperlukan sewaktu bekerja √

7. Pengawas/penanggungjawab membawa

hardboard dengan kertas dan alat tulis untuk

mencatat data penimbangan limbah dan abu

sisa pembakaran

√ Petugas menimbang sambil

melaporkan hasil timbangan

baik limbah maupun abu sisa

pembakaran kepada pengawas

untuk dicatat

8. Pengawas menggunakan APD sama dengan

petugas

√ Pengawas hanya menggunakan

masker (bahkan pada saat

membantu mengisi tungku

insinerator)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

85

Lampiran 4. Tabel Analisis Data Obat-obatan

Tabel Data Limbah Farmasi berupa Obat-obatan Kadaluarsa dan Tidak Terpakai yang Dikelola di RSUD Sleman Tahun 2006

No. Sumber Bentuk sediaan Jenis Nama Obat/Zat Jumlah Total Kemasan

1. Internal (RSUD Sleman) a. Padat 1). Tablet Taxilan 469

1558

Asidrat Tab. 300

Anrema 50 mg 127

Neuro Beston 103

Methioson tab. 100

Provera 100 mg 100

Minidiab 90

Hispral Tab. 50

Serenase 44

Viox 25 mg 30

Kategori III 25

Hexer 150 mg Tab. 24

Berifen 50 Tab. 20

Ulceranin tab. 20

Widecilin 14 Dos

Cephalexin 250 mg tabs. 13 Dos

Isoprinosine tab. 8 Box

Tofranil 8 Box

Icaps Time Release tab. 6

Kategori I 3

Kombipak IV 1

Ofloxacin tab. 1 Dos

Persantin (dipyridamole tab.) 1 Box

Provera tab. 1 Box

2). Suppositoria Berifen Supp. 30 70

Kaltofren Supp. 20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

86

Tramal Supp. 20

3). Kapsul Cephalexin 500 mg 18

31

Kaleng

Hevtin (softgel) 3 Box

Hydrasec 9 Box

Promactil (Chlopromazin) 1

4). Serbuk Bleocin 15 mg/ampul 4 40

Bungkus

Eltolit 36 Ampul

5). Kaplet Viostin 1 1

b. Semi padat 1). Salep Oksitetrasiklin 15 15

2). Krim Parasol 1 85

Chloramfecort - H 84 Box

c. Cair 1). Ampul Alinamin 1

117

Ampicilin 1 gr Inj. 4

Anbacin 1 gr Inj. 5

Aqua Pro Inj. 1

Bleocin 15 mg 4

Cardiject Inj. 250 mg 14

Dibecasin Inj. 3

Ephineprin 1

Ergometrin inj. 4

Lidocain 9

Markain 0,5% 4Ml (SPI) 6

Medixon Inj. 125 1

Oxytetracycline Inj. 3

Phenobarbital 29

Pyridoxin 2 Box

Stesolid 9 Box

Ulcumet 2

Vit B1 Inj. 19 Dos

2). Vial ATS 1500 IU 1 239

Cortison 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

87

Doxcorubicin 50 Mg Inj. 4

Insulatard HM (vial) 20

Micasin (sol. Inj. In vial) 2

Omnipaque 240 mg 1

Omnipaque 300 mg 1

Omnipaque 350/50 ml 1

Procain Benzil Penicilin 17

Streptomycin 50

Streptomycin 1 gr 136 Box

3). Larutan Actoval drop 2

39

Botol

Cendo carpine 2% TM 1 Botol

Cendo xitrol 3 Botol

Erythomycin Syr. 1 Botol

Farmacrol Syr. 2 Botol

Glucose 5 Botol

Ikadril Syr. 2 Botol

Medinh-OD 1 Botol

Meptin Syr. 2 Botol

MgSO4 4 Botol

Psycho - Soma 6 Botol

Salbron Syr. 3 Botol

Timact T.M 1 Botol

Trimensa Syr. 6 Injeksi

4). Suspensi Inhalasi Pulmicort resp. 0,25 ml 2 3

Inflamid Spray 1

5). Infus IV Dex 40% 5 12

Flas

Meylon 7 Flas

6). Shampo Selasul (cairan OL 2,5%) 1 1

2. Eksternal

Total 2211

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

88

Tabel Data Limbah Farmasi berupa Obat-obatan Kadaluarsa dan Tidak Terpakai yang Dikelola di RSUD Sleman Tahun 2008

No. Sumber Bentuk sediaan Jenis Nama Obat/Zat Jumlah Total Kemasan

1. Internal (RSUD Sleman)

2. Eksternal

a. Puskesmas Seyegan 1). Padat Tablet Fitomenadion (Vit K) 30 109

Furosemid 79

2). Cair Larutan Oralit 69 69 Bungkus

Total 178

b. Puskesmas Mlati II 1). Padat Tablet Adona Ac 30

4013

Aminofilin 57

Carbo adsorben 793

Diazepam 2 mg 145

Efedrin HCl 173

Furosemid 750

Isosorbid dinitrat 152

Nutrizet (zincfan 20 mg) 558

Obat 4 FOC 4

Pirazinamid 100 mg 177

Piridoksin 19

Prednison 95

Primaquine 1000

Vitamin B Complex 60

Kapsul Retinol 100.000 IU 21

762

Retinol 200.000 IU 11

Rifampisin 75 mg 730

2). Cair Ampul Aqua pro Inj. 5 ml 11

56

Aqua Pro Inj. 5 ml 43

Diazepam Inj. 2

Larutan (ml) Air raksa dental use 1 99

Botol

Asam Chlorida 0,1 N 80 Botol

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

89

Chlorophenol c. (CHKM) 1 Botol

Isodine antiseptic 2 Botol

Povidon Iodin 1 Botol

Garam oralit 12 Sachet

Emulsi Gomeksan emulsi 2 Botol

Total 4930

Tabel Data Limbah Farmasi berupa Obat-obatan Kadaluarsa dan Tidak Terpakai yang Dikelola di RSUD Sleman Tahun 2009

No. Sumber Bentuk sediaan Jenis Nama Obat/Zat Jumlah Total Kemasan

1. Internal (RSUS Sleman)

2. Eksternal

a. Puskesmas Seyegan 1). Padat Tablet Carbo Adsorben 375

555

Ergotamin coffein 100

Isosorbid dinitrat 80

2). Cair Ampul Deksametason Inj 2 3

Epinefrin Inj. 1

Larutan Dekstrose Infus 5% 3 11

Botol

Kloramfenikol tetes telinga 8 Botol

Serum A B U Serum 1 1 Flakon

Total 570

b. Pusat Rehabilitasi YAKKUM 1). Padat Tablet Ambroxol 20

71885

Aminophylin 500

Amitriptyline 500

Amoxicilin 14

Ampi 250 mg 1000

Antasida Lab. Creat 10000

Asam mefenamat 310

Biaxin 5760

Bromhexin 662

Carbamazepine 1440

Cefimed 900

Cefzil 250 mg 7400

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

90

Cotrimoxazole 900

Dividol 1000

Dulcolax 2

Duovir 120

Erva plus 4

Etambutol 15

Eucarbon 1

Ferous sulfas 28000

Foragin 5

Gantian violet 2

Gastric Dr. Chan 1860

Glibenclamide 6

Gunacold 100

Hufanoxil 2

Icobal 60

Interpril 10

Konidin 58 Strip

Liskoma 500 mg 3900

Medoprazole 800

Metaclopramide 10

Metformin 70

Moxiclav 10

Multivitamin 1860

New diatabs 8

Nodiar 220

Orphen 10 Strip

Panadol biru 193

Panadol merah 370

Paracetamol 1749

Primadex 17

Ranitidin 10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

91

Sultymix DS 90

Tetracyclin 100

Ticomag 3

Topram 362

Tradonal evervescent 10

Tramadol 7

Tramal 4

Tylenol 201

Viracept 270

Vitamin B Complex 300

Vitamin C 60

Vitamin K4 600

Kapsul Chloramphenicol 250 mg 472

7473

Enzyplex 1

Moxilen 250 6000

Chloramphenicol 1000

2). Semi padat Salep Gentian violet 7 19

Pot

2-4 Zalf 12 Pot

3). Cair Vial Ampicillin Inj. 19

156

Dexamethason 1 ml 6

Inj. Hyosin 1 ml 1

Kalnex vial 5 ml 2

Pamecil 27

Viccilin 1000 Inj. 100

Vitamin K3 1ml 1

Larutan Ampicilin dry inj. 1 gr 2

1671

Botol

Butovent C (spray inh.) 15 Botol

Cefzil 125/5mg 12 Botol

Erlamicetin tetes mata 10 ml 11 Botol

Eryson dry syrup 9 Botol

Kaopectate 120 ml 1 Botol

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

92

Moxipen (suspensi) 9 Botol

Panadol syrup 60 ml 108 Botol

Solpenox dry syrup 20 Botol

Tolak Angin 15 ml 1440 Sachet

Water pro injection 10 ml 44 Tube

Total 81204

Tabel Data Limbah Farmasi berupa Obat-obatan Kadaluarsa dan Tidak Terpakai yang Dikelola di RSUD Sleman Tahun 2010

No. Sumber Bentuk sediaan Jenis Nama Obat/Zat Jumlah Total Kemasan

1. Internal (RSUD Sleman)

2. Eksternal

Puskesmas Seyegan 1). Padat Tablet Aminofilin 586

2261

Ekstrak belladon 419

Fitomenadion / Vit. K 1127

Furosemid 129

Kapsul Oseltamivir 400 400

2). Semi Padat Salep Oksitetrasiklin salep mata 21 21

3). Cair Ampul Deksametason Inj. 5

41

Ampul

Epinefrin Inj. 22 Ampul

Etakridin larutan 11 Ampul

Fitomenadion Inj. 3 Ampul

Larutan Kaolimec sirup 10

150

Sachet

Kloramfenikol tetes telinga 6 Botol

Kombipak anak fs awal+lanjut 119 Botol

Perhidrol cair 1 Botol

Stesolid rectal 4 Botol

Vit B1 10 Tube

Total 2873

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

93

Tabel Data Limbah Farmasi berupa Obat-obatan Kadaluarsa dan Tidak Terpakai yang Dikelola di RSUD Sleman Tahun 2011

No. Sumber Bentuk sediaan Jenis Nama Obat/Zat Jumlah Total Kemasan

1. Internal (RSUD Sleman)

2. Eksternal (Puskesmas Seyegan)

1). Padat Tablet 2FDC Fase intensif 693

2252

4FDC Fase intensif 54

Aminofilin 126

Aspar K 60

Ekstrak Belladon 550

Ergotamin coffein 84

Fitomenadion 94

OAT kat. II fase lanjutan 1

Pirantel pamoat 13

Prednison 214

Reserpin 191

Transamin 172 Box

Suppositoria Dulcolax 8 8

2). Cair Ampul 2FDC Fase intensif 72

179

4FDC Fase intensif 56

Deksametason 14

Diazepam Inj. 3

Difenhidramin 15

Epinefrin 14

Ventolin Neb. 5

Larutan Ergotamin coffein 1

13

Botol

Fuji varnish 1 Botol

Glukosa 5% 5 Botol

Ringer laktat 1 Botol

Stesolid rectal 5 Tube

Total 2452

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

94

Lampiran 5. Struktur Organisasi IFRSUD Sleman dan ISRSUD Sleman

Struktur organisasi IFRSUD Sleman

Struktur organisasi ISRSUD Sleman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

95

Lampiran 6. Mapping Competency Petugas ISRSUD Sleman

Keterangan kriteria skill: (kolom skill diisi dengan angka 1=pemula, 2=masih perlu supervisi, 3=tidak perlu supervisi,

4=ahli)

Ka. Instalasi Sarana Sanitasi

1. Kemampuan memimpin

2. Kemampuan mendelegasikan tugas 3. Kemampuan membuat rencana kerja

4. Kemampuan mengoperasikan alat

5. Kemampuan analisa masalah 6. Kemampuan pemecahan masalah

7. Kemampuan memahami standar aturan

Penanggung jawab kebersihan

1. Kemampuan melakukan pengawasan

2. Kemampuan mendelegasikan tugas 3. Kemampuan mengoperasikan alat

4. Kemampuan melakukan penataan

lingkungan 5. Kemampuan mendekorasi taman

6. Kemampuan menjalankan & pahami tugas

7. Kemampuan bekerja sama

Sanitarian

1. Kemampuan melakukan pemantauan

lingkungan 2. Kemampuan melakukan teknik sampling

3. Kemampuan pengoperasionalan alat

4. Kemampuan inspeksi sanitasi 5. Kemampuan membuat rencana kerja

6. Kemampuan analisa masalah

7. Kemampuan pemecahan masalah

Supervisor Laundry

1. Kemampuan mengawasi aktivitas

pengelolaan laundry

2. Kemampuan membuat rekapan jumlah

cucian

3. Kemampuan membuat usulan kebutuhan linen

4. Kemampuan membuat laporan PPI

5. Kemampuan mengecek hasil cucian selesai diproses

6. Kemampuan bekerja sama

Jabatan

Pendidikan Pengalaman

(tahun) Skill Rekomendasi

Std Aktual Std Aktual 1 2 3 4 5 6 7

Ka Instalasi Sanitasi RS

Sanitasi Ruang & Bangunan

S1 S1

SKM

5

23

4

4

4

4

4

4

4

Pelatihan manajemen

SDM

Sterilisasi, desinfeksi &

Kebersihan Lingkungan

D III

D IV

3

14

4

4

4

4

4

4

4

Pelatihan ahli K3

Pengendalian Serangga D III S 1 3 5 3 2 3 2 2 2 2 Pelatihan ilmu sanitasi

Pengl. Limbah Cair D III D III 3 5 4 4 3 3 2 2 2 Pelatihan Manajemen Sanitasi

Pengl. Limbah Padat D III D III 3 5 4 4 3 3 2 2 2 Pelat. Manj. Sanitasi

Penyediaan Air Bersih D III D III 3 3 2 3 3 2 2 2 2 Pelat. Manj. Sanitasi

Supervisor Laundry 1 D III SLTA 3 26 4 4 4 4 4 4 4 Pelat. Manj.Laundry

Supervisor Laundry 2 D III SLTA 3 5 2 2 2 2 2 2 2 Pelat. Manj.Laundry

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

96

Lampiran 7. Tabel Uraian Tugas IFRSUD dan ISRSUD Sleman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

97

Lampiran 8. Surat Izin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

98

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

99

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …

100

Biografi Penulis

Penulis bernama lengkap Fitriana Annisa Stya Ningrum, lahir diYogyakarta pada tanggal 28 Desember 1987 sebagai anak

bungsu dafi dua bersaudara.

Penulis merupakan malrasiswa Sl fakultas farmasi angkatan

2046 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan

konsentrasi jurusan yaitu farmasi komunitas klinik (FKK).Sebelum menjadi mahasiswa Sl farmasi, Penulis menempuhjelnependidikan di TI( Sukro Krido (1992-1994),

SD Negeri Klodangan (tahun 1994-20ffi), SLTP Negeri 9 Yogyakarta (tahun z0ffi- ,

2003), dan SMANegeri 8 Yogyakarta (tahun 2003-2006).

Sebagai mahasiswa farmasi, Penulis pemah mengikuti ajang Program KreatifitasMahasiswa (PKM) yang diadakan oleh DIKTI pada tahun 2008 sampai ke tingkat DIY-Jateng bersama dengan tim penelifrannya membawakaa tema penelrtian tentanginsektisida alami dari daun tembakau.

Selain berstatus sebagai matrasisw4 Penulis yang menggemari dunia tulis-menulis dan

menggambar ini juga bekerja secara free lance dalam penulisan dan penyusunan

Laporan Tahunan/Tutup Bukubeberapakoperasi simpanpinjam di kabupaten Sleman.

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI