PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus...

170
i WACANA PEMBENTUKAN IDENTITAS NASIONAL NEGARA TIMOR LESTE DALAM PENGGUNAAN MULTI-BAHASA DI MEDIA MASSA (Analisis Wacana Kritis atas Penggunaan Empat Bahasa dalam Harian “Suara Timor Lorosae”) TESIS Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapat Gelar Master Humaniora (M. Hum.) di Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Oleh : Jolni Delila Ora 136322001 PROGRAM MAGISTER ILMU RELIGI DAN BUDAYA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus...

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

i

WACANA PEMBENTUKAN IDENTITAS NASIONAL NEGARA TIMOR

LESTE DALAM PENGGUNAAN MULTI-BAHASA DI MEDIA MASSA

(Analisis Wacana Kritis atas Penggunaan Empat Bahasa dalam

Harian “Suara Timor Lorosae”)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapat Gelar

Master Humaniora (M. Hum.)

di Program Magister Ilmu Religi dan Budaya

Oleh :

Jolni Delila Ora

136322001

PROGRAM MAGISTER ILMU RELIGI DAN BUDAYA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

vi

Motto

SEBAB BAGI ALLAH

TIDAK ADA YANG MUSTAHIL

(Lukas 1 : 37)

Jangan Tidur, Jangan Duduk, Jangan Berdiri,

‘Tetapi Berjalanlah’

Karena Dengan Berjalan

Anda Mengetahui Banyak Hal.

(Yulius Seran Bria, 2001)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

vii

Persembahan

Tesis ini ku persembahkan untuk Suamiku Tercinta

Willibrodus Manek

serta Kedua Orang Tuaku

Bapak Felipus Ora & Mama Sarlina Ora Rensini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

viii

KATA PENGANTAR

Keinginan penulis untuk mengkaji identitas nasional Negara Timor Leste

merupakan sebuah keinginan yang sudah lama terpendam. Bermula dari

kunjungan penulis ke Timor Leste pada tahun 2009. Setiap bertemu dengan

teman-teman mahasiswa yang datang ke rumah, kami selalu berbincang soal

penggunaan bahasa yang dipakai di negara tersebut, baik dalam bidang

pendidikan dan semua aspek kehidupan yang terkait di dalamnya termasuk media

massa. Beberapa di antara mereka yang menyatakan, ‗kami tidak jelas‘ ―Identitas

kami tidak jelas‖, ‗kami tidak tahu bahasa apa yang harus kami pakai karena

pemerintahan kami mengakui empat bahasa.‘ Percakapan semacam ini

memunculkan ketertarikan dan keinginan penulisan yang kuat untuk meneliti

fenomena multi-bahasa tersebut lebih jauh lagi. Maka, proses belajar di program

Pascasarjana Ilmu Religi dan Budaya menjadi kesempatan penulis menggali lebih

dalam bagaimana identitas nasional dibangun melalui bahasa.

Dalam penulisan tesis ini banyak kendala yang dihadapi, tetapi berkat campur

tangan Tuhan, keluarga, pembimbing dan sahabat-sahabat maka karya tulis ini

dapat diselesaikan. Untuk itu, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada :

Petama, rasa hormat dan terimakasih saya untuk Romo Dr. G. Budi

Subanar, S.J selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan arahan

dan bimbingan kepada penulis, yang sering menghilang berbulan-bulan, tetapi

Romo tetap menanti kedatangan penulis untuk bimbingan serta dengan sabar

mengoreksi kesalahan–kesalahan saya dalam penulisan. Namun hal tersebut

menjadi dorongan yang berharga bagi penulis untuk belajar dan belajar agar

bangkit dari keterpurukan dan mengetahui hal yang tidak tahu menjadi tahu dalam

proses penyelsaian tesis. Terimakasih kepada Romo Dr. Budi Susanto,SJ yang

sudah memberikan arahan dan masukan kepada penulis agar tetap

mempertahankan tema penulisan tesis. Terimakasih kepada Ibu Devi atas

arahannya dan menyempurnakan tulisan-tulisan serta konsep-konsep dalam

penulisan tesis ini. Terimakasih kepada seluruh Bapak/Ibu dosen yang telah

membagikan ilmu selama masa perkuliahan. Terimakasih pada Mbak Desi yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

ix

setia melayani kami dalam administrasi kampus dan urusan perkuliahan serta

pembayaran SPP selama berada di IRB.

Kedua, rasa terimakasih penulis ucapkan pada Kepala Redaksi Surat

Timor Lorosae, Maun Dominggus Saldanha yang sudah meluangkan waktu

memberikan informasi melalui wawancara yang berlangsung dua kali demi

melengkapi data dalam penelitian ini. Terimakasih juga untuk saudara Yohanes

Manhitu sebagai pengamat bahasa Tetun Timor Leste dan penulis Kamus Tetun-

Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia,

yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam kelengkapan

data penulisan tesis ini. Ketiga, terimakasih kepada Mbak Rosa, dan Kak

Aurelius Teluma yang selalu bersedia menjadi pembimbing di luar kampus yang

selalu meluangkan waktu setiap minggu untuk mendiskusikan tesis ini dan

memberikan arahan, masukan, sumbangan pikiran yang begitu berharga dalam

proses penyelesaian tesis. Terimakasih untuk Kak Willy, Nona Ut dan Maun

Rolin yang sudah membantu dalam proses penerjemahan teks-teks yang dipakai

dalam kelengkapan data tesis ini.

Terakhir pada suami tercinta yang sudah mengijinkan saya melanjutkan

studi serta mendukung penuh secara moril dan materiil seluruh proses dan tahapan

penyelesaian studi ini. Terimakasih kepada orang tua, adik-adik serta keluarga

besar atas dorongan dan motivasi dalam menyelesaikan studi. Bagi teman-teman

senior dan teman seangkatan 2013 di IRB (Pak Riwi, Pak Alfons, Pak Efraim,

Romo Koko, Mas Noel, Felo, Bang Phomat, Daeng Umar, Umi, Ce Anne, Hans,

Cahyo, Vina, Mas Padmo, Mas Andre, Mas Anto) yang sama-sama saling

menyemangati, berbagi dan menguatkan menyelesaikan tesis. Tidak lupa juga

untuk Jimi, Novi, Dina, Lalu, Lolya, Ina, Kak Nita & Excel terimakasih untuk

persahabatan dan keceriaan yang diberikan. Akhirnya kepada semua pihak yang

sudah berpartisipasi dan memberikan sumbangsih untuk seluruh perjalanan studi

penulis, semoga Tuhan senantiasa melimpahkan berkat dan karunia-Nya.

Yoyakarta, 2018

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................... iv

LEMBARAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.................................................. v

PERSEMBAHAN ............................................................................................. vi

MOTTO ............................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii

DAFTAR ISI.................................................................................................... x

ABSTRAK ....................................................................................................... xiii

ABSTRACT..................................................................................................... xiv

DAFTAR BAGAN, GAMBAR, GRAFIK DAN TABEL............................... xv

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xvi

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xvii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Perumusan Masalah .................................................................................... 9

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 9

D. Pentingnya Penelitian .................................................................................. 9

E. Tinjauan Kepustakaan .................................................................................. 12

F. Kerangka Teoritis ......................................................................................... 16

1. pascakolonialisme Identitas Nasional, Nasionalisme, ............................ 16

2. Bahasa dan Identitas Nasional ............................................................ 23

3. Media Massa dan Identitas Nasional .................................................. 27

G. Metode Penelitian .......................................................................................... 29

1. Jenis Penelitian ........................................................................................ 32

2. Fokus Penelitian ...................................................................................... 32

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

xi

3. Subyek dan Informan Penelitian .............................................................. 33

4. Sumber Data ........................................................................................... 33

H. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 34

I. Analisis Data .................................................................................................. 35

J. Sistematika Penulisan .................................................................................... 36

BAB II

LATAR HISTORIS, BUDAYA DAN POLITIK BAHASA

DALAM PERGULATAN IDENTITAS NASIONAL TIMOR LESTE .............. 38

A. Bangsa dan Negara Timor Leste dalam Lintasan Sejarah .............................. 38

1. Kayu Cendana dan Perjumpaan dengan Orang Cina .............................. 39

2. Pusaran Kolonialisme Eropa (dan Indonesia) ........................................ 41

3. Pergulatan Identitas Nasional dalam Masa Kolonial Portugis ............... 46

4. Invasi Indonesia atas Timor Leste (1975-1999) .................................. 48

5. Kemerdekaan Timor-Leste 1999 ......................................................... 49

B. Kondisi Sosio-Kultural dan Politik Bahasa untuk Konstruksi Identitas

Nasional Timor Leste ................................................................................. 51

1. Suku dan Bahasa .................................................................................. 51

2. Politik Bahasa Sebelum Kemerdekaan 1999 ....................................... 52

3. Politik Bahasa Sesudah Tahun 1999 .................................................... 56

C. Rangkuman ..................................................................................................... 60

BAB III

WACANA IDENTITAS NASIONAL DALAM PENGGUNAAN MULTI-

BAHASA DI SURAT KABAR ―SUARA TIMOR LOROSAE‖ ....................... 62

A. Identitas Nasional Timor Leste dalam Teks Multi Bahasa Harian Suara Timor

Lorosae ………………................................................................................ 63

1. Porsi Penggunaan Dalam Harian Suara Timor Lorosae ......................... 63

2. Artikel STL Tentang Bahasa dan Identitas Nasional Timor Leste…….. 70

B. Praktek Wacana Identitas Nasional Timor Leste dalam Penggunaan Multi-

Bahasa Media Massa ………………………………............................... 77

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

xii

1. Sejarah dan Profil Singkat Harian Suara Timor Lorosae ..................... 77

2. Data Pembaca Sur atKabar Suara Timor Lorosae ……..………......... 82

C. Praktek Sosio-budaya dalam Fenomena Penggunaan Multi-bahasa di Media-

Massa ……………………………………………………………………… 83

1. Sistem dan Kondisi Media Massa di Timor Leste ……………………. 83

2. Pertimbangan Redaksi STL Tentang Penggunaan Multi-bahasa di Media-

Massa ……………………………………………………………............ 91

D. Rangkuman .................................................................................................... 95

BAB IV

PASCAKOLONIALISME DAN KONSTRUKSI IDENTITAS NASIONAL

TIMOR LESTE DALAM FENOMENA MULTI-BAHASA DI MEDIA

MASSA ……………………………………………………............................... 97

A. Multi-bahasa Sebagai Dominasi Wacana Kolonial dalam Proses Pembentukan

Identitas Nasional Timor Leste .................................................................... 98

1. Dominasi Bahasa Portugis dan Bahasa-bahasa Kekuasaan ………… 100

2. Dominasi Bahasa Indonesia : Antara Indoktinasi dan Bahasa Pendidikan

…………………………………………………………………………...102

3. Pemilihan Bahasa Nasional Sebagai Pertarungan Wacana Kolonial di

Timor Leste …………………………………………………………… 103

B. Multi Bahasa Media Massa : Potret Dilema Identitas Nasional Timor Leste

dalam Pusaran wacana Kolonialisme dan Kapitalisme ………………….. 108

1. Media Massa dan Identitas Nasioal Timor Leste dalam Kolonialisme

Portugis ………………………………………………………………… 111

2. Media Massa dan Identitas Nasional Pada Masa Pendudukan Indonesia

…………………………………………………………………………. 116

3. Media Massa dan Kontruksi Identitas Nasional Timor Leste Pasca

Kemerdekaan …………………………………………………………. 121

C. Rangkuman .................................................................................................. 125

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

xiii

BAB V

PENUTUP .......................................................................................................... 128

A. Kesimpulan ……………………………………………………………….. 129

1. Multi Bahasa di Timor Leste Sebagai Domiinasi Wacana Kolonialisme

……………………………………………………………………............... 129

2. Multi-bahasa Media Massa: Sebagai Cermin Pergulatan Identitas Nasional

Timor Leste dalam Era Globalisas.............................................................. 133

3. Timor Leste: Negara-Bangsa Tetun Multilingual ......................................... 135

B. Saran ............................................................................................................. 137

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 139

LAMPIRAN....................................................................................................... 145

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

xiv

WACANA PEMBENTUKAN IDENTITAS NASIONAL NEGARA TIMOR

LESTE DALAM PENGGUNAAN MULTI-BAHASA DI MEDIA MASSA

(Analisis Wacana Kritis atas Penggunaan Empat Bahasa dalam

Harian “Suara Timor Lorosae”)

Jolni Delila Ora

ABSTRAK

Identitas nasional dibangun oleh dan melalui bahasa. Dinamika

penggunaan bahasa dalam suatu negara dapat mencerminkan dinamika dan pola

pembangunan identitas nasional negara-bangsa tersebut. Politik bahasa menjadi

salah satu instrumen penting dari konstruksi identitas nasional.

Sebagai sebuah negara yang baru merdeka di abad ke-20, pembangunan

identitas nasional berbasis politik kebahasaan merupakan hal begitu penting dan

hangat bagi negara-bangsa Timor Leste (TL). Sementara itu, secara faktual,

politik bahasa TL tampak dalam penggunaan multi-bahasa oleh warganya dalam

banyak aspek. Karena itu, penelitian ini bertujuan mengungkapkan dan

menggambarkan dinamika konstruksi identitas nasional bangsa TL melalui

wacana politik multi-bahasa sebagaimana tertuang dalam teks media massa.

Metode yang digunakan adalah analisis wacana kritis Fairclough. Teks

yang dikaji adalah wacana tertulis dalam Suara Timor Lorosae (STL) sebagai

surat kabar terbesar di Timor Leste, edisi Mei 2017, yang menggunakan empat

bahasa dalam setiap edisinya yakni bahasa Tetun, Portugis, Indonesia dan Inggris.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: 1) politik bahasa Timor Leste

dibangun di atas kondisi multilingualisme masyarakat karena faktor sejarah politik

dan kebudayaan yang begitu panjang. Bahasa Tetun dan Portugis dipilih sebagai

bahasa resmi untuk menekankan peran keduanya sebagai bahasa perjuangan

kemerdekaan, kedekatan kultural dengan Gereja Katolik dan negara pengguna

bahasa Portugis di dunia serta untuk memperkuat identitas Timor-Portugis.

Sedangkan pengakuan keberadaan bahasa Indonesia dan Inggris sebagai

penyambung dua generasi warga TL dan kemudahan relasi dengan dunia

internasional. 2) Fenomena multi-bahasa dalam media massa pertama-tama

merupakan pemanfaatan kondisi multi-bahasa dalam masyarakat TL untuk

kepentingan industri media dan jembatan antar generasi. 3) Sekalipun demikian,

media massa di Timor Leste memberi tempat lebih istimewa pada penggunaan

bahasa Tetun. Selain faktor historis Tetun sebagai lingua franca, hal ini

mengungkapkan adanya kecenderungan upaya untuk memperkuat identifikasi

identitas nasional TL dengan bahasa dan budaya Tetun.

Kata-kata kunci: Timor Leste, identitas nasional, multi-bahasa, politik bahasa,

media massa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

xv

THE DISCOURSE OF TIMOR LESTE’S NATIONAL IDENTITY

BUILDING THROUGH THE USE OF MULTI-LANGUAGES IN THE

MASS MEDIA

Jolni Delila Ora

ABSTRACT

National identity is built by and through the language. The dynamics of

the using of languages within a country can reflect the dynamics and the patterns

of its national identity development. The politics of language became one of the

important instruments for national identity construction.

As the newest independent country in the twentieth century, the

development of a national identity based on the politics of language was so

important for Timor-Leste. Factually, the politics of language of Timor Leste was

manifested in the using of multi-languages by its citizens in many aspects.

Therefore, this study aims to reveal and describe the dynamics of national identity

construction of Timor Leste through the multi-lingual political discourse as was

embodied in the texts of the mass media.

The method of this research is Fairclough‘s critical discourse analysis. The

analyzed texts were taken from Suara Timor Lorosae (STL) as the largest

newspaper in East Timor, especially from May 2017 edition, which used four

languages in each edition namely Tetun, Portuguese, Indonesian and English.

The results reveal that: 1) East Timorese language politics is built within

the condition of multilingualism of society due to the long history of politics and

culture. Tetum and Portuguese were chosen as the official language to emphasize

their role as the language of the struggle for independence, their cultural closeness

with the Catholic Church and their closeness with Portuguese language country in

the world and also to strengthen the identity of Timor-Portuguese. While the

recognition of the existence of Indonesian and English as a splicing of two

generations of TL citizens and the ease of relations with the international world.

2) Primarily, the multi-lingual phenomenon in mass media is the the

commodification practice of multi-lingual conditions in Timor Leste society for

the benefit of the media industry and the intergenerational bridging. 3)

Nevertheless, the mass media in Timor-Leste provided a special place for the

using of Tetun. In addition to Tetun's historical factors as a lingua franca, this

suggests a tendency to strengthen the identification of Timor Leste‘s national

identity with Tetunese language and culture.

Keywords: Timor Leste, national identity, multi-lingual, language politics, mass

media

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

xvi

DAFTAR BAGAN, GAMBAR, GRAFIK & TABEL

Bagan:

Bagan 1. Bagan 1. Tiga Dimensi dan Tahapan CDA menurut Fairclough ......... 31

Gambar:

Gambar 1. Peta Etno-Linguistik Timor ………………………………………… 52

Gambar 2. Contoh halaman depan & belakang harian STL (17 Mei 2017) ........ 81

Gambar 3. Contoh halaman isi (hlm.11 & 14) harian STL (17 Mei 2017) ......... 81

Grafik:

Grafik 1. Jumlah Artikel STL Mei 2017 Menurut Bahasa yang Digunakan........ 67

Grafik 2. Perbandingan jumlah pembaca koran dan majalah

di Timor Leste tahun 2011.................................................................................... 82

Grafik 3. Kemampuan publik STL dalam membaca dengan bahasa-bahasa …... 92

Tabel:

Tabel 1. Porsi penggunaan bahasa pada rubrik STL edisi Mei 2017 .................. 68

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rekapitulasi Jumlah Artikel & Bahasa yang Digunakan Harian STL

Edisi Mei 2017

Lampiran 2. Teks Artikel Berita & Opini tentang Identitas Nasional Timor Leste

dalam STL Edisi Mei 2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

xviii

DAFTAR SINGKATAN

ABRI : Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

(Sekarang TNI: Tentara Nasional Indonesia)

AJTL : Asosiasi Jurnalist Timor Leste

ANTL : Agencias Notisias de Timor Leste

(Kantor Berita Timor Leste)

APODETI : Associacao Popular Demokratica Timorrense

(Asosiasi Demokratis Rakyat Timor)

ASEAN : Association of Southeast Asian Nations (Perhimpunan

Bangsa-Bangsa Asia Tenggara)

ASDT : Associacao Sosial Demokratica Timorrense

CCI : Content Creative Indonesia

CDA : Critical Discourse Analis

CPLP : Comunidade dos Paises de Linguage Portuguese (Komunitas

Bangsa-bangsa Berbahasa Portugis)

CSR : Corporate Social Responsibility

ETO TV : Esperansa Timor Oan

FALINTIL : Forcas Armadas de Libertacao Timor Leste (Angkatan

Bersenjata Pembebasan Nasional Timor Leste)

FRETELIN : Frente Revolusionario de Timor Leste (Front Revolusi

Kemerdekaan Timor Leste)

GMN TV : Gropu Media Nacional Televicao

IFJ : International Federation Of Jurnalis ( Federasi Jurnalis

Internasional)

INL : Instituto Nacional de Linguistica

KOTA : Klibur Oan Timor Asuwain (Asosiasi Perwira Orang Timor)

LUSA : Kantor berita Portugis

LPDS : Lembaga Pers Dr. Soetomo

LPPM : Lembaga Pendidikan Pengembangan Menejemen

PN : Parlamen Nasional

RDTL : Republik Demokratica de Timor Leste

RTL : Radio Timor Leste

RTTL : Radio Televisao Timor Leste

RTP : Radio Televisao Portugal

RUU : Rancangan Undang-Undang

SJTL : Sindicatos dos Jurnalis de Timor Leste

STL : Suara Timor Lorosa‘e

STL TV : Televisi Suaara Timor Lorosa‘e

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

xix

STL CORP : Suara Timor Lorosae Corporation

STT : Suara Timor Timur

Trabalhista : Partai Buruh

TLPU : Timor Leste Pers Union

TV-TL : Televiciao Timor Leste

TV-E : Televisiao Edukasaun

TT : Timor Telecom

UNAMET : United Nations Missions in East Timor (Misi Perserikatan

Bangsa-bangsa di Timor-Timur)

UDT : Uniao Demokratica Timorense (Uni Demokratika Timor)

UNDP : United Nations Development Program

UNMIT : United Nations Itegrated Mission In Timor Leste

UNTAET : United Nations Transitional Administration for East Timor

UNTL : Universidade Nasional Timor Leste

VOA : Voice of America

VOC : Vereenigade Ostindische Compagnie

(Serikat Dagang Hindia Belanda)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fenomena penggunaan multi-bahasa tampak begitu mencolok dalam hampir

semua bidang kehidupan masyarakat Timor Leste. Saat ini, dapat dikatakan bahwa

kebanyakan warga Timor Leste menggunakan setidaknya empat bahasa dalam

kehidupan sehari-hari yakni bahasa Tetun, bahasa Portugis, bahasa Inggris dan

bahasa Indonesia. Menariknya, penggunaan multi-bahasa tersebut tidak hanya dalam

percakapan lisan informal antar pribadi sehari-hari tetapi juga pada bidang-bidang

formal seperti di sekolah, kampus dan kantor-kantor pemerintah. Bahkan, salah satu

fakta lain yang sangat menarik adalah bahwa sejumlah media massa cetak maupun

elektronik di Timor Leste menggunakan multi-bahasa dalam konten mereka.

Dua surat kabar harian terbesar di Timor Leste yakni Timor Post dan Suara Timor

Lorosae menggunakan empat bahasa, yaitu bahasa Tetun, bahasa Portugis, bahasa

Inggris dan bahasa Indonesia dalam setiap terbitannya. Begitu pula dengan sejumlah

radio dan stasiun televisi di Timor Leste. Media-media massa elektronik ini juga

menggunakan empat bahasa tersebut dalam berbagai jenis isi siarannya. Dengan kata

lain, fenomena penggunaan multi-bahasa pada masyarakat Timor Leste mencakup

komunikasi antar pribadi maupun komunikasi formal melalui media-media

komunikasi massa konvensional seperti surat kabar, radio dan televisi.

Secara politis, negara Timor Leste sebenarnya telah memilih bahasa Portugis dan

bahasa Tetun sebagai bahasa resmi negara. Artikel 13 alinea 1 dari Konstitusi negara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

2

Timor Leste telah menetapkan bahwa ―Bahasa Portugis dan Bahasa Tetun adalah

bahasa ofisial (bahasa resmi) Republik Demokratik Timor Leste.‖1 Artinya, hanya

kedua bahasa tersebut yang seharusnya menurut hukum negara menjadi bahasa yang

dipakai secara formal di ruang publik termasuk di media massa. Sekalipun demikian,

upaya untuk menjadikan kedua bahasa tersebut menjadi ―merakyat‖ bukanlah perkara

mudah bagi negara yang secara resmi baru menjadi Republik Demokratik Timor

Leste sejak 20 Mei 2002.

Usaha pemerintah Timor Leste untuk menjadikan bahasa Portugis dan bahasa

Tetun dapat diterima serta digunakan secara massif dan luas bagi warganya telah

dilakukan dengan sungguh-sungguh melalui dunia pendidikan. Bahkan sekolah

pernah diliburkan selama sembilan bulan karena persoalan penggunaan bahasa resmi

kenegaraan ini2. Anak-anak sekolah diliburkan karena guru-guru diberikan

kesempatan untuk mengikuti kursus Bahasa Portugis. Menurut kebijakan pendidikan

Timor Leste, kurikulum tingkat pendidikan dasar dan menengah (setara SD, SMP,

SMU di Indonesia) wajib menggunakan bahasa Portugis dan bahasa Tetun.

Sementara itu, pada tingkat perguruan tinggi, tidak ada kewajiban untuk

menggunakan kedua bahasa resmi tersebut. Akibatnya, di perguruan tinggi Timor

Leste, penggunaan bahasa dalam komunikasi lisan maupun tulisan tampak seolah

bercampur-baur. Yang terjadi adalah bahasa Tetun hanya digunakan sebagai bahasa

1 Majelis Konstituante Timor Leste. 2002. Undang-Undang Dasar Republik Demokratis Timor Leste,

Terjemahan Tidak Resmi. 2 Dionisio Duarte Savio. 2012. ―Timor Leste: Libur 9 Bulan Karena Bahasa‖,

http://lidahibu.com/2012/05/19/Timor-leste-libur-9-bulan-karana-bahasa. Diakses pada 4 Januari 2015.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

3

ucap sedangkan bahasa Indonesia dan bahasa Portugis (tetapi jarang sekali)

digunakan sebagai bahasa tulisan.

Sampai sekarang, praktik semacam ini masih ditemui di seluruh perguruan

tinggi negeri dan swasta yang ada di Timor Leste dengan alasan bahwa dosen-dosen

tidak bisa berbahasa Portugis dan hanya bisa berbahasa Tetun dan Indonesia,

sedangkan bahasa Portugis sulit untuk dipelajari dan hanya orang-orang tertentu saja

yang bisa menggunakan bahasa Portugis tetapi harus melalui proses pelatihan bahasa

(kursus bahasa Portugis). Buku-buku yang dipakai dalam proses perkuliahan pun

semuanya dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, namun dalam penyampaian

materi akan diterjemahkan dalam bahasa Tetun.

Kesulitan untuk menggunakan bahasa resmi (Tetun dan Portugis) di dunia

pendidikan tinggi Timor Leste kian tergambar jika dicermati pula pola penyebaran

para mahasiswanya yang kelak menjadi pendidik dan tenaga terdidik di Timor Leste.

Menurut Horta (2012), dari sekitar satu juta jiwa penduduk Timor Leste ada sekitar

26% penduduk Timor Leste yang menggunakan bahasa Indonesia dan 13%

menggunakan bahasa Portugis dan selebihnya menggunakan bahasa Tetun dan

bahasa-bahasa daerah lainnya. Bahkan, jumlah pengguna bahasa Indonesia di Timor

Leste bisa bertambah lagi, karena ada 6000 pelajar Timor Leste yang saat ini belajar

di Indonesia.3

3 Ramos Horta dalam presentasinya di Action Asia Peace Builder Forum ke-4 di Excelcior Resort di

Kota Dili pada 21 September 2012.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

4

Fenomena penggunaan multi-bahasa dalam berbagai bidang kehidupan

masyarakat termasuk dalam praktik komunikasi melalui media massa tersebut

melahirkan begitu banyak pertanyaan dan topik jika dihadapkan dengan konstruksi

identitas nasional negara Timor Leste. Para ahli berpendapat bahwa setiap bangsa

perlu memiliki identitas bahasa sebagai bahasa nasional; penduduk yang tidak

mempunyai bahasa sendiri hanyalah setengah dari bangsa-bangsa di dunia (Davies

dalam Fishman, 1972: 4). Dalam mayoritas Negara Pasca kolonial bahasa kolonial

menjadi bahasa Nasional. Sejak abad ke-19 identitas bahasa dan bangsa telah menjadi

unsur penting di dalam perjuangan suatu kelompok sebagai bangsa. Semangat

kebangsaan berpengaruh besar terhadap penentuan dan penyebaran bahasa nasional

dan telah menancapkan tingkat lingua franca sebagai bahasa bersama yang bukan

milik siapa pun secara khusus. Bahasa menjadi identitas induk yang tumbuh dalam

konteks sosial dan berfungsi dalam interaksi politik untuk menciptakan sebuah

realitas dinamik dari komunitas yang tercerai berai kedalam satu kesatuan

kebangsaan; dari komunitas yang terjajah menjadi komunitas yang mampu

menyuarakan kemerdekaan. Bahkan masyarakat tersebut bertumbuh dari komunitas yang tanpa

identitas bersama menjadi komunitas dengan identitas pemersatu yang menjadi dasar

berkembangnya interaksi dan relasi nasional.

Menurut Kroskrity (2000:112), identitas tidak diberikan tetapi dibentuk melalui

proses deliberasi, strategi manipulasi dan kesadaran nyata.4 Hal tersebut meliputi

penggunaan dan pandangan bahasa sebagai tindakan sosial, dengan demikian

4 Paul Kroskrity, ―Identity‖, 2000. Journal of Linguistic Antropology, Vol. 9, Issue 1-2, page 111-114.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

5

perspektif identitas yang dikemukakan menunjukkan aspek penggunaan bahasa

sebagai kesengajaan untuk melakukan pembentukan nasionalitas bangsa serta sebagai

sebuah kesadaran nyata dan membentuk identitas bersama. Bahasa lahir dan hidup

bersama masyarakatnya.

Pemerintah Timor Leste menyadari pentingnya keberadaan bahasa nasional

sebagai unsur sentral pembentuk identitas nasional. Hal itu terlihat dari langkah-

langkah politik yang telah ditempuh melalui Konstitusi Negara dan kebijakan

pendidikan nasional. Selain itu, pemerintahan Presiden Jose Ramos-Horta dengan

gencar mewacanakan pentingnya bahasa nasional sebagai bagian dari identitas

nasional melalui berbagai kegiatan budaya termasuk memproduksi sebuah film

singkat yang merangkum kompetisi penulisan tentang bahasa nasional yang berjudul

Ha’u Nia Lian, Ha’u Nia Rai (Bahasaku, Negaraku).5

Dalam konteks masyarakat Timor Leste, kebijakan politik bahasa dengan

menjadikan bahasa Tetun dan bahasa Portugis sebagai bahasa resmi negara tidak

serta merta menunjukkan bahwa identitas nasional Timor Leste adalah Tetun dan

Portugis. Kerry Taylor-Leech (2008), profesor linguistik pada Macquarie University,

Australia yang memfokuskan penelitiannya pada politik bahasa di Timor Leste dalam

artikel berjudul ―Language and Identity in East Timor‖ berpandangan bahwa

sekalipun telah ada berbagai kebijakan politik bahasa, pembangunan identitas bangsa

5 Kristy Sword Gusmao, 2011, Timor Leste: Language and Identity in Southeas Asia’s Newest Nation.

Hlm. 28.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

6

Timor Leste tetap memerlukan langkah-langkah budaya yang lebih inklusif dan setara

bagi semua kelompok budaya di Timor Leste.6

Gagasan Taylor-Leech di atas dapat diterima jika dihadapkan dengan fakta

adanya multikulturalisme masyarakat Timor Leste dan sejarah panjang politik-

kebudayaan negara tersebut. Banyak ahli menyebutkan bahwa setidaknya terdapat

lebih dari 30 bahasa lokal yang digunakan di negara Timor Leste selain dua bahasa

resmi dan bahasa Indonesia serta bahasa Inggris (bdk. Gusmao, 2011: 28; bdk.

Taylor-Leech, 2008: 155). Bahasa-bahasa daerah lainnya tersebut misalnya bahasa

Bekis, Bunak, Dawan, Tataluku, Galdi, Hubun, Ida Laka, Kawaimina, Kemak,

Lovaia, Makalero, Makasae, Mambai, Tokodede dan Wetarese. Secara historis,

keberadaan Timor Leste yang kurang lebih sekitar 500 tahun sebagai koloni Portugis

dan 24 tahun sebagai salah satu provinsi dari Indonesia yang gencar membumikan

bahasa Indonesia. Bahasa Tetun dinomorduakan serta melarang bahasa Portugis

menjadi unsur yang tak terelakan dari adanya fenomena multi-bahasa di tengah

kehidupan sehari-hari maupun formal masyarakat Timor Leste.

Berdasarkan berbagai kenyataan dan pemikiran yang menjadi latar belakang di

atas, penulis pun mengamini pernyataan Thomas Ricento sebagaimana dikutip

Taylor-Leech di atas, bahwa perdebatan tentang kebijakan bahasa bukan hanya

perkara bahasa. Di balik fenomena tersebut, tersimpan berbagai pergulatan lain

dengan unsur terbesarnya adalah perkara identitas. Begitu pula dengan fenomena

6 Kerry Taylor-Leech, 2008, ―Language and Identity in East Timor‖, Language Problem & Language

Planning 32: 2 (2008), 153-180.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

7

penggunaan multi-bahasa dalam konteks bahasa pada media massa, di mana hingga

kini media massa masih diakui memiliki pengaruh besar bagi warga sebuah negara

bahkan lintas negara. Terdorong oleh realitas semacam inilah, maka penulis mengkaji

fenomena penggunaan multi-bahasa dalam konten media massa di Timor Leste yang

berkaitan dengan proses konstruksi identitas nasional negara Timor Leste.

Media massa yang dianalisis adalah surat kabar harian Suara Timor Lorosae

(STL). Pemilihan STL didasarkan pada dua alasan pokok. Pertama, alasan ekonomi-

politik yaitu bahwa STL merupakan surat kabar dengan oplah terbanyak yakni

sebanyak 3000 eksemplar (jika ada isu hangat dapat mencapai 5000 eksemplar setiap

hari).7 Menurut A. Lin Newman and Jean du Toit (2002), STL yang dimiliki oleh

pihak swasta ini disebut sebagai media dengan sistem manajemen terbaik di Timor

Leste. Begitupula hasil survei oleh United Mission in Timor Leste (UNMIT) tahun

2011 juga menempatkan STL sebagai surat kabar terkemuka di Timor Leste.8 Selain

itu, dalam era konvergensi media maupun bisnis media, STL menjadi grup media

komersial terbesar di bawah Suara Timor Lorosae Corporation (STL Corp.) yang

memiliki harian STL, STL TV (didirikan sejak 22 Oktober 2009), radio, STL online,

Nuno Malau Printing, Tatoli Naroman Foundation dan Dili Post.

Alasan kedua adalah alasan hitorisitas dan politik kebudayaan. STL merupakan

bentuk baru dari surat kabar Suara Timor Timur (STT) yang terbit dan beredar

selama masa kekuasaan Indonesia atas Timor Leste, tepatnya sejak 1 Februari 1993.

7 Sejumlah data tentang profil STL ini diambil dari website STL (versi online STL): https:/suara-timor-

lorosae.com/profil/. Diakses 5 Desember 2017. 8 UNMIT, 2011. Timor Leste Media and Communication Survey. Dili: UNMIT.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

8

Hingga menjelang kemerdekaan, STT sebagai media milik swasta dipandang sebagai

media oposisi pemerintah saat itu. Akibat gejolak politik yang hebat menyongsong

referendum, STT sepenuhnya berhenti terbit pada 4 September 1999. Pasca

referendum, STT ―lahir kembali‖ dengan nama baru Suara Timor Lorosae yang resmi

terbit kembali pada tanggal 31 Juli 2000. Pemilik STL tetap mempergunakan kata

bahasa Indonesia ―Suara‖ pada nama STL dengan tujuan untuk merawat kisah sejarah

STL serta untuk memberikan kontribusi nyata bagi akselerasi dan motivasi proses

rekonsiliasi yang menjadi agenda besar pemerintah Timor Leste dan komunitas

internasional pada awal masa kemerdekaan.9 Akhirnya secara faktual, untuk

kepentingan sejarah dan komersilnya, STL pun mempergunakan empat bahasa dalam

isi surat kabarnya.

Berdasarkan latar belakang di atas, tema penelitian ini adalah politik identitas

nasional di balik penggunaan multi-bahasa media massa di Timor Leste. Penelitian

ini diharapkan menyingkap dinamika konstruksi identitas nasional Timor Leste dalam

penggunaan empat bahasa yaitu bahasa Tetun, Indonesia, Portugis dan Inggris dalam

surat kabar Suara Timor Lorosae.

9 Ibid. Pernyataan tersebut tertulis dalam profil dalam portal online STL.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

9

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kebijakan politik bahasa di Timor Leste diterapkan dalam rangka

mengkonstruksi identitas nasional negara Timor Leste?

2. Mengapa media massa di Timor Leste menggunakan multi-bahasa?

3. Identitas nasional negara Timor Leste seperti apa yang terbentuk melalui

penggunaan multi-bahasa di media massa?

C. Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dinamika kebijakan politik

bahasa di Timor Leste dalam rangka mengkonstruksi identitas nasional

negara Timor Leste.

2. Penelitian ini dilakukan untuk memahami peran dan pengaruh penggunaan

multi-bahasa dalam media massa Timor Leste dalam dinamika konstruksi

identitas nasional negara Timor Leste.

D. Pentingnya Penelitian

Mengingat sejarah politik Timor Leste yang lebih dari 450-an tahun

dalam pengaruh kolonialisme Portugis, lalu sekitar 24 tahun dalam kekuasaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

10

Indonesia, sementara di dalam negeri merupakan masyarakat multikultur, maka

kajian tentang politik identitas sangat diperlukan.10

Menurut peneliti, dari

perspektif kajian budaya, terdapat wacana pascakolonial yang perlu segera

dipahami dan diuraikan untuk memahami dan menggambarkan identitas nasional

bangsa Timor Leste. Sebagaimana dinyatakan oleh Ania Loomba, wacana

kolonialisme tidak menuliskan dirinya di atas halaman kosong sejarah suatu

kelompok masyarakat melainkan dalam interaksi dengan kondisi prakolonial

maupun pascakolonial masyarakat tersebut.11

Dengan demikian, kajian yang

menggali dan menghubungkan fenomena masyarakat Timor Leste pasca

kemerdekaan dengan kondisi-kondisi selama dan sebelum kolonialisme perlu

untuk segera dilakukan.

Salah satu fenomena kultural pascaklonialisme di Timor Leste adalah

penggunaan multi-bahasa dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat Timor

Leste termasuk di media massa. Karena itu, penelitian ini mendalami keterkaitan

antara penggunaan multi-bahasa oleh media massa dengan konstruksi identitas

nasional Timor Leste. Dalam konteks negara baru seperti Timor Leste, menurut

hemat peneliti, kajian tentang politik identitas merupakan hal yang penting

bahkan mendesak untuk dapat memperoleh gambaran yang utuh tentang

masyarakat Timor Leste sebagai satu bangsa. Paradigma baru logika identitas

10

Michael Leach, 2017. Nation-Building and National Identity in Timor Leste. New York: Routledge.

Hlm. 2017. 11

Ania Loomba, 2003. Kolonialisme/Pascakolonialisme. Terj. Hartono Hadikusumo. Yogyakarta:

Bentang Budaya, hlm. 23.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

11

adalah masyarakat ada dan terbentuk karena adanya aneka perbedaan yang saling

berinteraksi dan berkomunikasi.12

Alasan penting lainnya, bahwa bahasa sebagai alat komunikasi dan juga

sebagai simbol identitas bangsa Timor Leste ternyata tidak tunggal. Kondisi

multi-bahasa tersebut digunakan dan terus diproduksi melalui media massa yang

dalam zaman modern merupakan sarana dengan pengaruh yang sangat kuat

secara sosial, politik dan budaya. Sementara itu, sejauh penemuan peneliti,

penelitian yang mendalam tentang identitas nasional dengan mengkaji fenomena

bahasa dalam media massa di Timor Leste belum ada.

Untuk itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik untuk

kepentingan akademis maupun untuk kepentingan praktis, yaitu:

1. Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran dan konsep

tentang kaitan antara kondisi multi-bahasa dalam media massa maupun

keseharian masyarakat dengan pembentukan dan keberlangsungan identitas

nasional negara Timor Leste.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang

berarti bagi pemerintah Timor Leste dalam upaya-upaya untuk mewujudkan

bahasa nasional yang kosmopolitan sekaligus menjadi pembentuk identitas

nasional.

12

St. Sunardi. Tanpa Tahun. Penelitian Studi Humaniora: Beberapa Pertimbangan dalam Persiapan

Penelitian. Yogyakarta: Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma. Hlm.

19-20.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

12

E. Tinjauan Kepustakaan

Berikut ini merupakan gambaran singkat tentang isi, cakupan dan metodologi

beberapa kajian tentang politik identitas khususnya perihal konstruksi identitas

nasional negara-bangsa Timor Leste yang telah dibuat oleh sejumlah peneliti tentang

Timor Leste. Secara khusus akan diuraikan tentang penelitian yang membahas

fenomena multi-bahasa dalam kaitan dengan pembangunan identitas nasional negara

Timor Leste. Uraian ini bermaksud memberikan gambaran relasi sekaligus

kekhususan penelitian tesis penulis dibandingkan dengan karya-karya yang telah ada

tersebut.

Pertama, sebuah buku yang ditulis oleh John E. Joseph dengan judul Language

and Identity: National, Ethnic, Religious.13

Inti gagasan Joseph dalam buku ini adalah

bahwa identitas dibangun (constituted) dalam dan melalui bahasa. Dengan kata lain,

identitas pertama-tama merupakan fenomena bahasa. Secara khusus, rangkuman dan

diskusi yang ringkas namun padat tentang korelasi antar bahasa dan identitas nasional

dirangkum oleh John E. Joseph dalam bab ke-5 bukunya di bawah judul ―Language

in National Identities‖ (halaman 92- 131). Buku ini merupakan sebuah hasil studi

pustaka lapangan, namun studi kepustakaannya yang luas dapat memberikan dasar-

dasar teoretis tentang hubungan antara bahasa dan identitas nasional sebuah bangsa

yang menjadi kajian utama penelitian penulis ini.

13

Joseph, John E. 2004. Language and Identity: National, Ethnic, Religious. New York: Palgrave

Macmillan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

13

Kedua, sebuah buku yang ditulis oleh Michael Laech yang berjudul Nation-

Building and National Identity In Timor Leste.14

Buku yang diterbitkan pada awal

tahun 2017 ini dapat disebut sebagai buku terbaru tentang pembangunan identitas

nasional Timor Leste. Leach mengkaji sejarah pembentukan bangsa (nation-building)

dan identitas nasional Timor Leste atau disebutnya dengan ‗ide tentang sebuah

komunitas nasional Timor Leste‘ (idea of an East Timorese ‘national’ community).15

Untuk memenuhi tujuan di atas maka Leach memakai pendekatan kronologis

tentang sejarah, ciri pembentukan rasa kebangsaan dan identitas nasional.

Menurutnya, sejarah pembentukan bangsa Timor Leste dapat dibagi ke dalam dua

babak besar. Babak pertama mencakup dua periode. Pertama, kebangkitan nasional

sebagai tanggapan akan kolonialisme Portugis selama 450 tahun, seperti yang terjadi

pada negara-negara bekas jajahan lain di dunia. Periode ini memuncak dengan

pernyataan kemerdekaan pada akhir 1975. Kedua, nasionalisme sebagai resistensi

atau perlawanan terhadap penguasaan oleh Indonesia (1975 - 1999). Menurutnya,

semangat nasionalisme periode ini merupakan evolusi atau masih mirip dengan

semangat dekolonialisme pada periode sebelumnya. Puncak periode ini adalah proses

penentuan nasib sendiri (self-determination) pada tahun 2000.

Babak kedua pasca kemerdekaan yang sekaligus merupakan proses nation-

building dan state-building oleh Leach dibagi dalam tiga periode. Pertama, periode

pasca restorasi kemerdekaan (2002 - 2005) yang ditandai dengan dinamika negosiasi

14

Michael Leach, 2017. Op.cit. 15

Ibid. hlm.2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

14

antar elit politik, antar generasi kaum nasionalis, serta antar komunitas politik

tradisional yang terdiri dari para elit suku-wilayah yang berhadapan dengan

komunitas politik modern yakni kaum urban pendukung demokrasi. Periode pertama

ini ditangani oleh UNTAET (United Nations Transitional Administration in East

Timor) atau Administrasi Sementara PBB di Timor Timur. Kedua, periode krisis

bahkan kegagalan pembentukan bangsa yang ditandai oleh drama konflik politik-

militer pada April-Mei 2006 hingga konsolidasi antar elit sampai tahun 2012. Ketiga,

kebangkitan ciri baru nasionalisme sejak perayaan hari kemerdekaan tahun 2015

hingga sekarang yang tampak dengan usaha untuk membangun rasa nasionalisme

Timor Leste dari kisah tentang perlawanan ke soal nilai-nilai pembangunan nasional

dan melupakan konflik masa lalu.

Dengan demikian, Leach meneliti sejarah perdebatan dan konflik atas isu-isu

identitas nasional, sejarah nasional, warisan budaya, kebijakan bahasa, dan hubungan

antar wilayah yang berbeda, generasi, dan kelompok bahasa di Timor Leste. Leach

menggunakan pendekatan interdisipliner. Buku ini berpendapat bahwa pembangunan

bangsa (nation-building)- dalam arti menciptakan kondisi untuk kohesi sosial,

stabilitas politik dan pembentukan identitas - adalah dimensi yang diabaikan dari

proses membangun negara pasca-kemerdekaan Timor-Leste.

Karya Leach ini menjadi referensi yang sangat kaya bagi penelitian ini

khususnya terkait konsep bangsa, negara, nasionalisme dan identitas nasional dalam

konteks sejarah Timor Leste. Sekalipun demikian, karya Leach ini belum membahas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

15

perihal pembangunan identitas nasional pada periode terkini dan sehari-hari

khususnya melalui penggunaan bahasa pada media massa di Timor Leste.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Kerry Taylor-Leech dengan judul

―Language and Identity in East Timor: The Discourse of Nation Building‖ yang

dimuat dalam jurnal Language Problems & Language Planning 32: 2 (2008: 153-

180). Penelitian ini menggunakan metode etnografi yang berfokus pada pendapat

warga Timor Leste terkait kebijakan politik bahasa Timor Leste yang menjadikan

bahasa Tetun dan Portugis sebagai bahasa resmi negara. Latar belakang utama

penelitian ini adalah opini Australia dan Indonesia di media massa terkait pemilihan

bahasa Portugis dan Tetun sebagai bahasa ofisial Timor Leste. Melalui pers, Australia

dan Indonesia menggiring opini agar Timor Leste memilih bahasa Inggris dan bahasa

Indonesia sebagai bahasa nasional dengan alasan bahwa kedua bahasa terutama

bahasa Portugis dibenci oleh publik. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa

kebijakan bahasa ini lebih dilatari oleh faktor politis yakni membedakan diri dari

Australia yang berbahasa Inggris dan Indonesia sebagai bekas negara yang

―menginvasi‖ Timor Leste sehingga pemilihan kedua bahasa tersebut menjadi tanda

kebangkitan kembali (reinvigoration) bahasa Portugis dan Tetun. Penelitian ini juga

mengungkapkan bahwa begitu kecil ketidaksukaan (less hostility) publik terhadap

kedua bahasa ofisial tersebut sekalipun publik pada saat bersamaan menggunakan

juga bahasa Inggris dan Indonesia. Untuk itu, sebagai rekomendasi, pemerintah

Timor Leste perlu menggunakan pendekatan kultural yang lebih inklusif agar bisa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

16

menjadi bahasa pemersatu dan bagian dari identitas nasional bagi beraneka macam

suku yang mendiami Timor Leste.

Penelitian Kerry Taylor-Leech ini memberikan informasi penting tentang

persepsi warga Timor Leste tentang pemilihan bahasa ofisial negara. Sekalipun

menyinggung peran pers, namun pers yang dijadikan objek kajian adalah pers

Australia dan Indonesia. Dengan demikian, belum ada kajian yang mempersoalkan

bagaimana peran pers di dalam negara Timor Leste sendiri terhadap pembentukan

identitas nasional negara yang warganya menggunakan lebih dari dua bahasa ini.

Sementara itu, penelitian ini bertujuan menggambarkan peran media massa di Timor

Leste dalam pembentukan identitas nasional.

F. Kerangka Teoritis

Kajian budaya dengan berpusat pada analisis atas konstruksi identitas nasional di

balik penggunaan multi-bahasa pada media massa dalam sebuah negara yang pernah

dijajah setidaknya berpijak pada tiga konsep penting yakni pascakolonialisme dan

identitas nasional, bahasa dan identitas nasional, serta media massa dan identitas

nasional.

1. Pascakolonialisme, Identitas Nasional, dan Nasionalisme

Terdapat sejumlah pandangan dan pendapat tentang identitas nasional.

Nasionalisme, dan pembangunan identitas nasional. Memberikan definisi dan kaitan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

17

antara ketiga konsep tersebut dapat menjadi langkah pertama memahami kerangka

teori penelitian ini.

a. Kajian Pascakolonialisme

Kajian pascakolonialisme adalah studi kritis atas kondisi masyarakat

pascakolonial yaitu relasi antara penjajah dengan yang dijajah dan periode setelah

penjajahan.16

Sebagaimana gagasan Loomba,17

kondisi masyarakat pascakolonial

tidak seluruhnya merupakan akibat dari sejarah kolonialisme. Bagi Loomba, sejarah

masyarakat pascakolonial tidak terpisahkan dari sejarah prakolonial dan masa

kolonial. Maka menurut Barker, dalam kajian budaya, istilah pascakolonial merujuk

pada wacana kolonial itu sendiri atau merujuk pada dunia (kenyataan) baik selama

dan setelah masa kolonisasi Eropa. Kajian pascakolonialisme berusaha menggali

perihal bagaimana relasi-relasi kolonial dan setelahnya dibentuk melalui

representasi.18

Loomba menguraikan bahwa kolonialisme berasal dari kata bahasa Latin colonia

yang berarti ―tanah pertanian‖ atau ―pemukiman‖.19

Namun proses pembentukan

pemukiman tersebut bukan berupa pertemuan antar rakyat yang sepadan melainkan

berupa hubungan-hubungan yang paling kompleks dan traumatik dalam sejarah

manusia, antara penduduk lama setempat dengan pendatang baru. Kadang-kadang,

pembentukan koloni baru tersebut ditandai dengan usaha membubarkan komunitas

16

Chris Barker, 2014, Kamus Kajian Budaya. Yogyakarta: Kanisius, hlm.211. 17

Loomba, Op.cit., hlm.23 18

Chris Barker, 2014. Op.cit., hlm. 211. 19

Loomba, Op.cit., hlm.1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

18

yang sudah ada, lalu membentuk kembali dengan berbagai upaya seperti

perdagangan, penjarahan, perbudakan bahkan pembunuhan. Dengan demikian,

kolonialisme bisa didefinisikan sebagai penaklukan dan penguasaan atas tanah dan

harta benda rakyat lain.

Sepanjang sejarah, kolonialisme dalam arti yang demikian, bukan hanya

dipraktikkan oleh bangsa-bangsa Eropa tetapi juga bangsa lain seperti kekaisaran

Romawi, kekaisaran Mongol, dan Kerajaan Inca. Namun menurut Loomba, terdapat

dua ciri kolonialisme modern yang berbeda dengan cara terdahulu yaitu: 1) bahwa

daerah koloni tidak saja harus membayar upeti tetapi juga sistem dan struktur sosial-

ekonomi dan politiknya dirombak demi kepentingan kolonialnya; 2) daerah-daerah

koloni dipaksakan untuk menjadi pasar yang mengkonsumsi produk negara induk.

Dalam konteks budaya, kolonialisme modern ditandai dengan konstruksi budaya

yang diarahkan untuk mengadopsi budaya kulit putih secara global. Dalam arti yang

demikian, kolonialisme dapat dikatakan masih terus berjalan, sehingga tidak hanya

menunjuk pada konteks penaklukan bangsa Eropa pada abad ke-18 dan 19.

Dengan karakteristik yang demikian, maka kolonialisme bukan saja merupakan

fenomena masa lampau melainkan wacana, wacana kolonial, yang masih bekerja

dalam masyarakat bekas koloni. Maka sebagaimana disimpulkan oleh Barker, ―Teori

pascakolonial mengeksplorasi wacana-wacana pascakolonial dan posisi-posisi subjek

dalam keterkaitannya dengan tema ras, bangsa/kebangsaan, subjektivitas, kekuasaan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

19

sub-altern, hibriditas dan kreolisasi.‖20

Dalam penelitian ini, multi-bahasa pada media

massa Timor Leste dipandang sebagai bagian dari wacana kolonialisme dan

pascakolonialisme.

b. Identitas Nasional

Dalam konteks kajian budaya (cultural studies), identitas nasional adalah

bentuk identifikasi imajiner tentang negara-bangsa yang diekspresikan melalui simbol

dan wacana yang beraneka ragam.21

Maka bangsa bukan saja merupakan formasi

politis tetapi juga sistem representasi budaya di mana identitas nasional terus-

menerus direproduksi lewat tindakan diskursif. Dengan kata lain, identitas nasional

adalah cara menyatukan keanekaragaman budaya dengan memahami dan

menerimanya sebagai suatu kesatuan secara menyeluruh. Identitas nasional

melibatkan representasi dan identifikasi dari pengalaman-pengalaman bersama serta

sejarah yang diceritakan lewat cerita lisan, karya sastra, budaya pop dan media.

Identitas nasional adalah sebuah konstruksi yang dikumpulkan lewat berbagai simbol

dan ritual; ―Jadi identitas nasional secara intrinsik terkait dengan, dan dibentuk oleh,

bentuk-bentuk komunikasi.‖22

20

Chris Barker, 2014. Ibid., hlm. 211. 21

Chris Barker, 2014. Ibid. hlm. 187-188. 22

Ibid, hlm. 188.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

20

c. Bangsa (Nation) dan Nasionalisme

Benedict Anderson dalam karyanya Imagined Communities (1991)

mendefinisikan bangsa sebagai satu komunitas politik yang dibayangkan (an

imagined political community), yang terbatas (limited) dan berdaulat (sovereign).23

Istilah dibayangkan (imagined) ini penting, mengingat bahwa anggota dari bangsa

tersebut kebanyakan belum pernah bertemu satu sama lain, tetapi pada saat yang

sama di benak mereka hidup suatu bayangan bahwa mereka berada dalam suatu

kesatuan komunitas tertentu.

Nasionalisme merupakan paham atau ideologi terkait bangsa atau nation

tersebut. Salah satu tujuanperjuangan kaum nasionalis yang terutama adalah

pembentukan negara bangsa (nation state) . Menurut Hertz (1996: 47) nasionalisme

sekaligus merupakan ideologi sebuah negara dan satu bentuk tingkah laku dari suatu

bangsa.24

Nasionalisme sebagai ideologi dibentuk berdasarkan gagasan bangsa dan

membuatnya untuk memberi fondasi kokoh bagi negara karena berfungsi untuk

mengikat semua kelas warga bangsa, menyatukan mentalitas warga bangsa, dan

membangun atau memperkokoh pengaruh warga bangsa terhadap kebijakan yang

diambil oleh negara. Nasionalisme merupakan salah satu alat perekat kohesi sosial

untuk mempertahakan eksistensi negara dan bangsa. Semua negara dan bangsa

23

Benedict Anderson, 1991. Imagined Communities: Reflections on the Origin and Spread of

Nationalism. Revised Edition. London & New York: Verso. Hlm. 6. 24

Herz, F. 1966. Nationality in History and Politics. London: Routledge and Kegan Paul.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

21

membutuhkan nasionalisme sebagai faktor yang membentuk dan menjaga kesatuan

komunitas politiknya.

Nasionalisme telah menjadi hal yang penting bagi perjuangan-perjuangan

dekolonisasi di dunia ketiga. Said mengatakan bahwa sejalan dengan hambatan

bersenjata di berbagai tempat pada abad ke 19 seperti Algeria, Irlandia dan Indonesia,

ada juga usaha-usaha yang patut dipertimbangkan yang ada dalam hambatan secara

kultural hampir di semua tempat. Usaha-usaha tersebut adalah tuntutan-tuntutan

identitas para kaum nasionalis dalam bidang politik, dunia asosiasi dan partai politik

yang mempunyai tujuan yang sama yaitu pengakuan diri dan kemerdekaan nasional.25

Menurut Anderson nasionalisme adalah nilai legal yang paling universal

dalam kehidupan politik pada zaman kita.26

Ernst Gellner dan Benedict Anderson

mempertahankan nasionalisme sebagai satu-satunya bentuk organisasi politik yang

sesuai dengan kondisi sosial dan intelektual dunia moderen di mana pemeliharaan

kebudayaan sejenis ini yang mutlak tinggi (karena terpelajar) memerlukan

perlindungan dari sebuah bangsa. Bangsa itu sendiri adalah produk sekular yang

radikal dan hasil imajinasi modern.27

Artinya, konsep tentang bangsa merupakan

bagian dari dinamika pemikiran kaum terpelajar modern. Sementara itu, Fanon juga

mengedepankan kapasitas nasionalisme sebagai upaya menyaring pengalaman

terdominasi yaitu nasionalisme untuk merespon kekerasan kolonialisme dengan

25

Leela Gandhi, 2006. Teori Poskolonial Upaya Meruntuhkan Hegemoni Barat. Terj. Qalam:

Yogyakarta. Hlm 131 26

Anderson, op.cit., hlm.1 27

Leela Gandhi, Op.cit., hlm. 132

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

22

memperbesar solidaritas vertikal antara kaum tani, pekerja, pemilik modal, pemilik

tanah feodal dan kaum borjuis. Menurutnya, masyarakat yang dijajah telah

kehilangan hak asasinya ketika hidup di arena permusuhan yang luas. Karena itu,

harus dihasilkan suasana ketenangan untuk membersihkan dan memurnikan wajah

bangsa.

d. Konstruksi Identitas Nasional

Menurut Leach, konstruksi idenitas nasional atau pembangunan bangsa (nation-

building) merupakan proses-proses kultural yang membentuk komunitas politik yang

kohesif atau terpadu untuk mendukung perkembangan dan fungsi dari sebuah

negara.28

Pembangunan bangsa mencakup pengembangan komunitas, pembentukan

identitas dan integrasi nasional melalui kebijakan bahasa, pengembangan kurikulum

pendidikan sejarah dan kewarganegaraan, mengelola warisan-warisan kebudayaan,

pembangunan suatu sistem media nasional serta menghubungan negara dengan

warganya melalui gerakan penghapusan buta huruf bagi warganya.

Konstruksi identitas nasional dapat disebut sebagai proyek identitas nasional.

Proyek identitas merupakan upaya penciptaan sejumlah narasi tentang diri yang

mengaitkan persepsi kita tentang masa lalu, masa sekarang dan masa depan.29

Proyek

identitas dibuat berdasarkan pikiran tentang siapa diri kita dalam ruang lingkup masa

lalu dan masa sekarang sekaligus mau menjadi apa kita di masa depan, dan masa

depan yang diharapkan.

28

Leach, Michael. 2017. Op.cit. hlm. 9. 29

Barker, 2014. Op.cit., hlm.136

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

23

2. Bahasa dan Identitas Nasional

Bahasa dianggap penting untuk memahami budaya karena dua alasan yang

salin terkait ini yaitu: pertama, bahasa adalah medium khas dan khusus di mana

makna-makna budaya dibentuk dan dikomunikasikan; dan kedua, bahasa adalah

sarana dan medium primer yang lewatnya kita membentuk pengetahuan tentang diri

kita sendiri dan tentang dunia sosial kita.30

Dengan kata lain, dalam kaitan dengan

identitas umumnya dan identitas nasional khususnya, bahasa di satu sisi merupakan

medium khas di mana identitas dibentuk dan dikomunikasikan, di sisi lain bahasa

menjadi medium primer yang lewatnya kita membangun pengetahuan tentang

identitas kita.

Identitas dibangun (constituted) dalam dan melalui bahasa. Dengan kata lain,

identitas pertama-tama merupakan fenomena bahasa. Kira-kira, demikianlah tesis

utama John E. Joseph dalam bukunya ini. Secara eksplisit, Joseph menuliskan garis

besar isi bukunya ini pada bagian penutup, yang mengatakan bahwa, bagaimana

identitas nasional, etnis, dan agama dibangun melalui bahasa dan bagaimana

sebaliknya.31

Terdapat beragam pandangan tentang relasi antar identitas nasional dengan

bahasa nasional. Menurut Joseph, hal ini merupakan konsekuensi dari arti kata

‗bangsa‘ (nation) yang yang secara intrinsik bersifat ambigu. Di satu sisi dipahami

sebagai yang berkaitan dengan aspek kelahiran (nation-by-birth) atau keturunan

30

Barker, 2014. Op.cit. hlm. 151. 31

Joseph, 2004. Op.cit., hlm. 224.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

24

sementara di sisi lain, kata bangsa dipahami sebagai hasil proses konstruksi sebuah

negara (teritori tertentu oleh pemerintahan tertentu). Kedua paham ini akan selalu ada

dan tidak dapat disatukan (really coalesce). Sekalipun demikian, dalam proses

pembentukan identitas nasional, para ilmuwan sosial, politik maupun bahasa

menyetujui bahwa bahasa (yang lalu disebut bahasa nasional) merupakan dasar

pertama (primary foundation) dari pembentukan ideologi nasional.32

Menurut Joseph, nasionalisme modern bukanlah hal yang baru berkembang

pada abad modern tetapi merupakan kelanjutan dari gagasan identitas nasional yang

berkembang sejak awal abad sejarah. Kitab Kejadian bab 10 (Kejadian 10),

merupakan bukti rekaman sejarah lisan tentang relasi identitas nasional bangsa Ibrani,

di mana identitas seseorang dikaitkan dengan tanah yang ditempatinya.

Secara umum, para ahli sejarah menyebut bahwa paham nasionalisme secara

luas berkembang pada masa Revolusi Amerika (1776-1781) dan Revolusi Perancis

(1789-1793) di mana konsep nasionalisme dilihat sebagai sebuah realitas politik.

Sekalipun demikian, proses perkembangan tersebut dipahami secara berbeda oleh

para ilmuwan. Menurut Elie Kedouri sebagaimana dikutip Joseph (hlm.96),

nasionalisme merupakan sebuah doktrin yang diperkenalkan di Eropa pada awal abad

ke-19. Doktrin tersebut singkatnya berbunyi, bahwa kemanusiaan secara alamiah

dibagi menjadi bangsa-bangsa, dan bangsa-bangsa diketahui melalui karakteristik

tertentu yang dapat dipastikan, dan bahwa tipe pemerintahan yang legitim hanyalah

pemerintahan nasional bangsa itu sendiri (national self-government).

32

Ibid. Hlm. 92.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

25

Karl Marx (1818-1813) melihat nasionalisme secara berbeda yakni dalam

konteks perbedaan kelas sosial; bahwa keberadaan bangsa-bangsa, sebagaimana

agama dan kapitalisme, merupakan cara kaum borjuis melindungi dan mengelola

kepentingannya. Lawan pendapat Marx ini adalah Hans Kohn, yang menyebut bahwa

nasionalisme pertama-pertama merupakan suatu keadaan pikiran (a state of mind),

suatu tindakan kesadaran yang sejak Revolusi Prancis menjadi populer.

Menurut Joseph, karya Dante Alighieri De vulgari eloquentia yang ditulis

tahun 1306 tetapi baru dapat diterbitkan tahun 1529 karena menggunakan bahasa

Latin yang lebih ―vulgar‖ atau yang ―sehari-hari‖, ―pasaran‖, yang tidak sesuai

dengan grammatica bukan saja menjadi cikal-bakal bahasa Italia tetapi menjadi

contoh awal di mana sebuah sub bahasa yang lebih sering dipakai dalam percakapan

sehari-hari dapat menjadi dasar bangunan sebuah bangsa politis. Dalam konteks ini,

sebuah bahasa pertama-tama menjadi ‗bahasa nasional‘ karena menjadi sesuatu yang

―common to all” bukan kesetiaanya pada grammatica.

Ilmuwan Jerman, Johann Gottlieb Fichte, yang menyebut bahwa definisi

sebuah bangsa yang paling jelas adalah dari bahasanya karena sebuah bangsa

terbentuk karena adanya batasan-batasan internal alamiah (internal boundaries) yang

terdapat dalam kelompok tersebut terutama kesamaan bahasa (dalam Joseph, 2004:

110). Fichte menjelaskan, mereka yang memiliki kesamaan bahasa ini dengan mudah

berkumpul sehingga memiliki kekuatan yang semakin besar untuk terus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

26

mempertahankan keberadaan dan kesamaan di antara mereka dengan semakin jelas

saling mengerti satu sama lain.

Bagaimana bahasa menjadi identitas nasional? Bagi Renan dan kemudian

memuncak dalam karya Humbolt yang mengikuti pandangan ilmuwan Jerman era

Romantik, bahwa struktur sebuah bahasa telah fix pada momentum ‗ditemukan‘

sehingga manusia dengan sendirinya terkoneksi satu sama lain. Gagasan Renan

tersebut lalu menjadi jelas dalam pemikiran Anderson tentang nasionalisme sebagai

imagined community; yang menjelaskan bahwa bahasa nasional dapat dikatakan

sebagai ‗pemberian‘, anugerah (a given) yang ketika ditemukan, digunakan dan

disebarluaskan menjadi katalisator nasionalisme yang paling mendasar dan utama,

termasuk untuk memperluas ‗mitos nasional‘ (baca: sejarah nasional) yang menjadi

unsur pengikat sebuah bangsa.

Sekalipun demikian, peran bahasa nasional sebagai unsur dasar nasionalisme

tersebut tidak terjadi secara alamiah, melainkan secara diskursif. Pendapat ini

diungkapkan oleh Hosbawm (dalam Joseph, 119), bahwa sekalipun bahasa nasional

merupakan primordial foundation of national culture and the matrices of the national

mind, tetapi keberlangsungannya terbentuk secara dialektis, melalui standarisasi yang

terus diperbarui.

Dengan demikian, Joseph menyimpulkan, bahwa bahasa nasional lebih

merupakan property dari kaum intelektual nasionalis daripada pengguna biasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

27

Karena itulah, bahasa nasional tidak saja diajarkan dalam dunia pendidikan, tetapi

juga perlu dilengkapi dengan ideologi linguistiknya.33

3. Media Massa dan Identitas Nasional

Media massa merupakan lembaga-lembaga komunikasi massa seperti surat

kabar, majalah, televisi, radio dan industri film yang memproduksi dan mendistribusi

teks-teks secara luas, dalam konteks lahir dan berkembangnya modernitas kapitalis.34

Media massa berfungsi sebagai penyedia informasi, hiburan, pendidikan dan

pengawasan sosial-politik. Secara umum, media massa dipahami dalam arti teks

(program), relasinya dengan audiens, ekonomi-politik (industri dan organisasi) serta

pola dan makna budaya yang disumbangkan dan dibentuk olehnya. Dengan kata lain,

peran dan kedudukan media massa dalam dunia sosial, politik dan budaya sebuah

bangsa dapat dilihat pada teks, hubungannya dengan publik pembaca atau pemirsa,

sistem organisasi dan industrinya (ekonomi-politik) serta budaya yang diusung

sebuah media massa

Dengan demikian, media massa memiliki peran, fungsi bahkan pengaruh tidak

saja bagi individu tetapi juga bagi komunitas sosial, lembaga masyarakat, hingga

negara dan institusi-institusinya. Dalam perspektif kajian budaya, selain hal-hal

fungsional di atas, media massa memiliki peran yang lebih mendalam yakni sebagai

pembentuk dan penyebar luas ideologi-ideologi bahkan hingga membentuk hegemoni

33

Joseph, Op.cit., hlm. 121. 34

Barker, 2014. Op.cit. hlm. 165

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

28

budaya.35

Sekalipun saat ini media massa tidak lagi sebagai saluran terkuat pembawa

nilai-nilai budaya dan ideologi tertentu serta memiliki kekuasaan untuk

mempengaruhi audiens, namun kedudukan media sebagai sumber atau rujukan untuk

menciptakan makna bagi audiensnya masih begitu kuat. Dalam kadar tertentu, media

massa masih ―menyumbangkan sesuatu mengenai pola-pola budaya menyangkut

ruang, waktu dan rutinitas kita.‖36

Ketika menganalisis kelahiran dan perkembangan nasionalisme dalam konteks

masyarakat Eropa serta dalam dunia kapitalisme, Anderson berpendapat bahwa

teknologi mesin cetak mendorong berkembangnya bahasa nasional sebagai sarana

komunikasi antar anggota bangsa, sehingga komunitas yang besar itu saling

mengenal satu sama lain sebagai satu bangsa. Struktur dasar dua bentuk

pembayangan yang pertama berkembang di Eropa di abad delapan belas: novel dan

surat kabar, merupakan bentuk wahana yang menyediakan cara-cara teknis

―mewujudkan‖ jenis komunitas terbayang yang adalah suatu bangsa. 37

Anderson berpendapat bahwa peran kapitalisme cetak terlihat sangat

menonjol dalam proses transformasi sosial di benua Amerika. Meski sama-sama

berasal dari satu bangsa dan beragama yang sama (Katolik), orang-orang Spanyol

yang tinggal di benua Amerika terbagi-bagi dalam banyak negara, seperti Argentina,

Meksiko, Uruguay, dan Paraguay. Berbeda dengan orang-orang Inggris yang tinggal

di benua Amerika yang hanya terbagi dalam dua negara: Kanada dan Amerika

35

Chris Barker, Op.cit., hlm. 166. 36

Ibid. 37

Benedict Anderson, 1991. Op.cit., hlm. 61.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

29

Serikat. Menurut Anderson, ―kegagalan‖ orang-orang Spanyol di Amerika dalam

menghasilkan nasionalisme Pan-Amerika-Spanyol secara permanen menunjukkan

tingkat perkembangan kapitalisme dan teknologi pada akhir abad kedelapan belas,

sekaligus mencerminkan ketertinggalan ―lokal‖ kapitalisme dan teknologi Spanyol

berkaitan dengan ruang lingkup administratif kemaharajaannya. Dengan kata lain,

sejarah nasionalisme bangsa-bangsa menunjukkan bahwa pers atau media massa

memiliki peran yang sangat besar dalam memperluas kesadaran sebagai satu

komunitas politik oleh karena meluasnya penggunaan bahasa yang sama.

G. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Analisis Wacana Kritis atau Critical

Discourse Analysis (CDA) menurut Norman Fairclough. Bagi Fairclough, bahasa

dalam konteks studi kritis (critical language studies) harus dipahami sebagai wacana

(discourse) yakni sebagai praktik sosial yang dipengaruhi oleh struktur sosial.38

Karena itu wacana yang tampak secara ideologis dibentuk oleh pola relasi kekuasaan

(power relations) yang ada dalam institusi-institusi sosial maupun dalam masyarakat

secara keseluruhan. Pada saat bersamaan, wacana tersebut mempengaruhi struktur

sosial tersebut sehingga terjadi kesinambungan dan perubahan sosial.39

Dengan kata

lain, wacana itu bersifat konstitutif yang berkontribusi mengkonstruksi identitas

sosial, hubungan sosial, sistem pengetahuan dan makna.

38

Norman Fairlclough. 1989. Language and Power. London & New York: Longman, hlm. 17 39

Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

30

Metode CDA versi Fairclough mengenal tiga dimensi dalam menganalisa

wacana yaitu; teks, praktik wacana,dan praktik sosial. Praktik wacana

mempersoalkan seperti apa produksi dan konsumsi teks tersebut. Pertama, teks, yaitu

semua yang mengacu ke wicara, tulisan, grafik, dan kombinasinya atau semua bentuk

linguistik teks (khasanah kata, gramatika, syntax, struktur matafora, retorika). Kedua,

praktik diskursif, yaitu semua bentuk produksi dan konsumsi teks. Fokusnya

diarahkan pada cara pengarang teks mengambil wacana dan genre yang ada dengan

memperhatikan bagaimana hubungan kekuasaan dimainkan. Ketiga, praktik sosial

biasanya tertanam dalam tujuan, jaringan dan praktik budaya sosial yang luas. Dalam

dimensi ini, sudah mulai masuk pemahaman intertekstual, peristiwa sosial di mana

kelihatan bahwa teks dibentuk oleh dan membentuk praktik sosial. Model tiga

dimensi CDA menurut Fairclough dapat digambarkan seperti di bawah ini:40

40

Norman Fairclough. 1995. Critical Discourse Analysis: The Critical Study of Language. Harlow:

Pearson, hlm. 98

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

31

Proses Produksi

TEKS

Proses Interpretasi

PRAKTIK DISKURSIF

Praktik SOSIO-BUDAYA

[Situasional, Institusional & Sosial]

Bagan 1. Tiga Dimensi dan Tahapan CDA menurut Fairclough

Sedangkan untuk teks mempersoalkan tuturan, pencitraan, hingga visual yang

ditampilkan. Ada beberapa piranti yang diperhatikan pada analisis teks seperti berikut

ini; hubungan antara penutur, bagaimana identitas dikonstruk melalui bahasa dan

aspek-aspek tubuh, metafora, kata, dan tata bahasa. Sementara pada analisis praktik

sosial yang menjadi perhatian yaitu pertama, mengeksplorasi hubungan antara

praktik kewacanaan dan tatanan wacana, kedua, mengekplorasi tujuan praktik

kewacanaan tersebut dalam kaitannya dengan konteks sosial dan budaya.

Sebagaimana tergambar di atas, ketiga dimensi di atas secara praktis

dilakukan dengan tiga langkah atau tahapan yakni deskripsi, interpretasi dan

eksplanasi. Secara singkat, Fairclough menjelaskan ketiga langkah sebagai berikut:41

1) Deskripsi merupakan tahap yang berkaitan dengan hal-hal formal dari teks.

41

Fairclough, 1989. Op.cit. hlm. 26

EKSPLANASI [Makro]

Analisis Sosial

INTERPRETASI [Meso]

Analisis Produksi

DESKRIPSI [Mikro]

Analisis Teks

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

32

2) Interpretasi berfokus pada pemaknaan terhadap hubungan antar teks dan

interaksi di mana teks dilihat sebagai hasil sebuah proses produksi dan

menjadi sumber dari proses interpretasi.

3) Eksplanasi merupakan langkah yang berfokus pada hubungan antara interaksi

dan konteks sosial dengan determinasi sosial dari proses produksi dan

interpretasi serta efek-efek sosialnya.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analisis wacana kritis menurut Norman Fairclough.

Akan tetapi, penelitian ini terbatas pada dimensi analisis teks. Karena data yang

dieksplorasi terkait representasi teks yang mengkonstruksi identitas warga Timor

Leste dan terlebih khusus pada kota Dili. Salah satu teks yang representatif adalah

surat kabar harian Suara Timor Lorosae sebagai surat kabar terbesar di Timor Leste

dan tersebar luas di kota Dili.

2. Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah sesuatu hal yang dikaji dalam penelitian.

Penelitian ini berfokus pada wacana konstruksi identitas nasional Timor Leste

yang terungkap melalui dinamika politik bahasa nasional dan praktik sehari-hari

warga secara luas yang direpresentasikan oleh penggunaan multi-bahasa pada

media massa besar di Timor Leste. Dengan demikian, obyek kajian dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

33

penelitian ini adalah teks yang dihasilkan oleh media massa di Timor Leste

khususnya surat kabar Suara Timor Lorosae dalam kaitannya dengan pergulatan

konstruksi identitas nasional negara Timor Leste.

3. Subjek dan Informan Penelitian

Sebagai penunjang sumber data penelitian berupa teks media massa, surat

kabar Suara Timor Lorosae, subjek lain yang diwawancarai sebagai informan antara

lain:

a) Kepala Redaksi Harian Surat Kabar ―Suara Timor Lorosae‖ yang berjumlah 1

orang.

b) Pakar dan peneliti bahasa Tetun dan Portugis serta bahasa lainnya di Timor

Leste dalam hal ini bapak Yohanes Manhitu, penulis dua kamus besar Tetun-

Indonesia, Indonesia-Tetun, dan Portugis-Indonesia-Indonesia Portugis.

4. Sumber Data

Data primer adalah data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau

tempat penelitian.. Data primer penelitian ini adalah teks surat kabar Suara Timor

Lorosae edisi bulan Mei 2017 di mana bulan Mei menjadi bulan yang berkaitan

dengan nasionalisme Timor Leste (bulan kemerdekaan). Sementara data sekunder

adalah data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

34

yang terdiri dari buku, artikel koran/majalah, jurnal, skripsi, tesis, disertasi, hasil

penelitian, catatan komunitas, buletin dan dokumen-dokumen lainnya.

5. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap:

1) Tahap pertama dilakukan di kota Dili sebagai ibukota negara Timor Leste

untuk observasi lapangan, wawancara dengan pihak redaksi Suara Timor

Lorosae dan pengumpulan teks harian STL. Waktu penelitian tahap pertama

ini adalah bulan Mei – Juli 2017. Bulan Mei dipilih karena merupakan

bulan perayaan kemerdekaan Timor Leste (tanggal 20 Mei).

2) Tahap kedua dilaksanakan di Dili dan Yogyakarta pada bulan Februari –

April 2018 untuk memperdalam informasi dan analisis melalui wawancara

mendalam dengan pimpinan STL melalui surat elektronik serta dengan

pengamat bahasa Timor Leste yang kini berdiam di Yogyakarta.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini menggunakan

beberapa metode antara lain :

a) Analisis teks kualitatif dengan mencermati unsur isi gagasan dan unsur grafis

pada teks surat kabar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

35

b) Metode wawancara dengan para informan untuk mendapatkan tambahan

informasi dalam rangka memaknai dan menjelaskan konteks teks.

c) Kajian kepustakaan dengan menggali informasi dari buku, jurnal maupun

artikel lain yang relevan dan otoritatif untuk memperkaya data penelitian.

d) Dokumentasi berupa kliping teks dan gambar yang berkaitan dengan

penggunaan multi-bahasa di Timor Leste umumnya dan pada media massa

khususnya.

7. Analisis Data

Untuk menganalisis data pada dimensi teks, Fairclough menawarkan kerangka

analisis yang meliputi lima langkah. Adapun lima langkah itu sebagai berikut:

1) Fokus pada suatu ketidakberesan sosial dalam aspek semiotiknya.

2) Identifikasi hambatan-hambatan untuk menangani ketidakberesan sosial.

3) Mempertimbangkan apakah tatanan sosial itu membutuhkan ketidakberesan

sosial tersebut.

4) Mengidentifikasi cara-cara yang mungkin untuk mengatasi hambatan-

hambatan.

5) Merefleksikan dengan kritis pada analisis 1-4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

36

H. Sistematika Penulisan

Tesis dengan judul Wacana Pembentukan Identitas Nasional Negara Timor

Leste dalam Penggunaan Multi-Bahasa di Media Massa, terbagi dalam lima bab.

Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang menguraikan tentang latar

belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, pentingnya penelitian,

tinjauan kepustakaan, kerangka teoritis, metodologi penelitian serta sistematika

penulisan.

Bab kedua berisi uraian tentang gambaran multikulturalitas Timor Leste, latar

belakang sejarah dan politik bahasa di Timor Leste dahulu hingga kini untuk

menjelaskan bagaimana kebijakan nasional terkait penggunaan bahasa serta

fenomena penggunaan multi-bahasa dalam hidup sehari-hari masyarakat Timor Leste.

Bab ketiga berisi tentang gambaran penggunaan multi-bahasa dalam media

massa di Timor Leste khususnya dalam surat kabar Suara Timor Lorosae (STL).

Gambaran ini terdiri dari profil umum media massa di Timor Leste dan profil STL,

gambaran temuan data pada dimensi teks tentang penggunaan multi-bahasa dalam

media massa di Timor Leste. Gambaran tekstual tersebut lalu dikaitkan dengan

dimensi praktik wacana baik dalam hubungan konteks internal surat kabar STL

(kebijakan redaksi), dengan politik bahasa oleh negara, serta oleh kondisi sosial,

ekonomi, politik dan budaya warga Timor Leste sebagai masyarakat pembaca atau

audiens.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

37

Bab keempat adalah pembahasan dan refleksi sistematis dengan perspektif

kajian budaya atas temuan tentang wacana penggunaan multi-bahasa dalam media

massa di Timor Leste. Pembahasan dilakukan dengan mendiskusikan hasil temuan

pada bab sebelumnya dengan teori-teori kajian budaya tentang pascakolonialisme,

relasi antara bahasa dan identitas nasional. Terdapat beberapa poin penting yang

dibahas antara lain: 1) fenomena multibahasa Timor Leste sebagai dominasi wacana

kolonial; 2) multi bahasa media massa di Timor Leste sebagai mutualisme wacana

kolonialisme dan kapitalisme; 3) idealisme bahasa Tetun sebagai resistensi kompetisi

wacana kolonial dan wacana kapitalisme global.

Bab kelima adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran yang

menawarkan sumbangan pemikiran terkait fenomena konstruksi identitas nasional

negara Timor Leste melalui penggunaan multi-bahasa dalam media massa di Timor

Leste serta saran untuk penelitian lain yang akan mengambil topik idenitas nasional

Timor Leste.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

38

BAB II

LATAR HISTORIS, BUDAYA DAN POLITIK BAHASA

DALAM PERGULATAN IDENTITAS NASIONAL TIMOR LESTE

Bab kedua ini menguraikan sejarah, kondisi sosial-budaya dan dinamika

politik bahasa yang berkaitan dengan pembentukan identitas nasional negara Timor

Leste. Gambaran ini dapat menjadi latar atau konteks sosial-budaya dan politik dari

dinamika penggunaan multi-bahasa dalam media massa di Timor Leste yang menjadi

fokus kajian penelitian ini.

A. Bangsa dan Negara Timor Leste dalam Lintasan Sejarah

Bukti arkeologis terbaru yang diperoleh dari hasil penggalian di situs gua

Lene Hara, Timor Leste menunjukkan bahwa daratan ini telah dihuni manusia

modern sekitar 42.454 - 42.450 tahun yang lalu.42

Temuan ini mengkonfirmasi

sejumlah temuan arkeologi yang dibuat oleh Ian Glovers yang mengadakan begitu

banyak penelitian arkeologis di wilayah Timor Leste tahun 1966-1967 sebagai bagian

dari disetrasinya yang menyatakan bahwa pulau Timor bagian timur (Timor Leste

sekarang) kemungkinan besar merupakan rute migrasi manusia modern sekitar

40.000 tahun lalu yang membentuk masyarakat di Australia dan Melanesia.43

42

Sue O‘Connor, et al., 2010, Cave Archipelago and Sampling Issues in the Tropics:

A Case Study from Lene Hara Cave, a 42,000 Year Old Occupation Site in East Timor, Island

Southeast Asia. Australian Archeology, Number 71, December 2010. 43

Glover, I. 1986. Archaeology in Eastern Timor, 1966-67. Canberra: RSPAS, Australian National

University, hlm.4.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

39

Tanpa mengabaikan temuan-temuan arkeologis tentang kondisi geologis dan

gambaran peradaban purba di Timor Leste, dalam konteks kajian budaya sebagai

perspektif utama tesis ini, penjabaran tentang sejarah bangsa Timor Leste dimulai

sejak ―perjumpaan‖ manusia Timor dengan manusia di luar Timor sebagaimana yang

dapat dilacak dalam sumber-sumber sejarah dunia di mana rekaman tertuanya adalah

perjumpaan masyarakat Timor dengan para pedagang dari Cina dan bangsa Asia

lainnya terutama India dan Arab.44

1. Kayu Cendana dan Perjumpaan dengan Orang Cina

Menurut sumber sejarah tertulis, bangsa lain yang lebih awal berinteraksi

dengan penduduk Timor adalah para pedagang Cina yang membeli kayu cendana

(santalum album L) yang merupakan salah satu komoditi yang paling mahal dan

menguntungkan pada zaman perdagangan kuno tersebut. Sekalipun cendana putih

bukan merupakan pohon khas Timor karena terdapat pula di pulau Solor dan Sumba

serta pulau-pulau tertentu di Pasifik, tetapi jumlahnya yang berlimpah dengan

mutunya yang tinggi membuat cendana Timor diyakini oleh para sejarahwan sebagai

alasan dimulainya hubungan bangsa lain dengan penduduk Timor.45

44

Penulis memakai istilah ―perjumpaan‖ untuk menunjukkan posisi, interaktivitas (dialogis) antar

penduduk yang mendiami Pulau Timor dengan bangsa-bangsa lain yang semula mengadakan

perdagangan dengan mereka; sebelum watak imperialisme bangsa Eropa mengubah polanya menjadi

―penaklukan‖; serta untuk membedakan dengan istilah ―penemuan Timor‖ dalam bab ke-2 karya

Geoffrey C. Gunn. 500 Tahun Timor Lorosae. 2005. Terj. Nugroho Katjasungkana,dkk. Dili &

Nagasaki; Sa‘he Institute for Liberation (SIL)& Nagasaki University. Sekalipun demikan, sumber

informasi utama periodisasi dan data-data lainnya diambil dari bab 2 karya C. Gunn tersebut. 45

Gunn, Op.cit. hlm. 75.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

40

Sumber tertulis dari Cina yang menyebut keberadaan Timor adalah laporan

tahun 1225 dari Inspektur Perdagangan Luar Negeri Cina yakni Chau-Ju-Kua yang

mengatakan bahwa pulau Timor (disebut dengan Kih-ri Tinwu) merupakan sebuah

pulau yang berlimpah-ruah kayu wangi cendana. Bahkan dalam pembacaan Roderich

Ptak atas naskah-naskah dinasti Ming khususnya dalam naskah Tao-i chin-lueh

(ditulis sekitar tahun 1350) diungkapkan dengan jelas bahwa, ―gunung-gunung Timor

tidak menumbuhkan tanaman lain selain kayu cendana yang berlimpah ruah‖, yang

diperdagangkan dengan perak, besi, gelas dan kain, dan setidaknya memiliki dua

belas tempat pelabuhan di mana para pedagang Cina ini melakukan pendaratan. Tao-i

chin-lueh juga menyebutkan adanya pedagang-pedagang selain Cina yang terlibat

dalam perdagangan dengan orang Timor pada masa itu yakni pedagang Jawa, India

dan Arab yang membawa barang-barang dari Barat.46

Naskah Cina lainnya tanpa penulis yakni Feng Hsiang Sung atau ―Angin Baik

untuk Pengiring‖ yang ditulis sekitar tahun 1430 juga menyebutkan bahwa dari 100

perjalanan yang tercatat, Timor merupakan tujuan paling selatan dari perjalanan

perdagangan Cina masa itu. Naskah ini juga menyebutkan sejumpah tempat

persinggahan baik pada pantai utara maupun selatan pulau Timor, dari barat hingga

ke ujung timur.

Catatan di atas menjadi petunjuk bahwa pada waktu itu, sebelum kedatangan

bangsa Portugis abad ke-16, telah berlangsung perdagangan langsung antar orang

Cina maupun bangsa Asia lainnya dengan penduduk Timor. Sekalipun demikian,

46

Roderich Ptak, dalam Gunn, Op.cit., hlm. 77

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

41

menurut para sejarahwan, kontak dengan bangsa Cina tersebut hanya berlangsung

dalam konteks perdagangan dan hanya berlangsung di daerah pesisir pantai tempat

pendaratan serta tidak dalam jangka waktu yang lama.47

Bersamaan dengan

kemunduran dinasti Ming dan menguatnya penguasaan jalur perdagangan oleh

bangsa Portugis di laut Cina Selatan awal abad ke-16, catatan tentang perjumpaan

dengan bangsa Cina dan sesama Asia ini tidak lagi ditemukan. Sekalipun demikian,

tidak berarti bahwa para pedagang Cina tidak lagi ada sejak kedatangan Portugis di

jalur perdagangan Timor. Mereka tetap terlibat dalam perdagangan bersama Portugis.

2. Pusaran Kolonialisme Eropa (dan Indonesia)

Pada tanggal 15 Agustus 1511, armada Portugis di bawah pimpinan Afonso

d‘Albuquerqe berhasil menaklukkan Kesultanan Malaka setelah tiga tahun

sebelumnya menaklukkan Goa di India. Penaklukan ini menjadi momentum

terpenting bagi Portugis waktu itu untuk memasuki dan dan menguasai jalur langsung

menuju tempat asal rempah-rempah di Maluku. Diperkirakan, nama pulau Timor

mulai dikenal ketika Portugis memasuki Malaka bahkan bisa saja sebelum itu

mengingat cendana telah menjadi salah satu barang dagangan terpentig baik di

Malaka maupun di Goa. Sekalipun demikian, tidak ada dokumen sejarah yang

menyebutkan bahwa tidak lama setelah penaklukan tersebut, Portugis berlayar

mencapai Pulau Timor secara langsung.

47

F.J. Ormeling, The Timor Problem, J.B. Wolters Gronigen/Djakarta: MJG, 1956, hlm.96; Gunn,

Op.cit., hlm. 78.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

42

Berdekatan dengan tahun penaklukan Malaka tersebut, nama Timor disebut

dalam peta yang dibuat oleh Francisco Rodrigues tahun 1513 dengan catatan

tambahan ―onde nasce o sandal‖ (tempat di mana tumbuh kayu cendana) serta

digambarkan pula dalam Atlas Miller tahun 1519. Rodrigues adalah salah satu

perwira bersama Francisco Serrao dan Fernao Magalhaes yang berangkat dari Malaka

pada November 1511 menuju pusat rempah-rempah di Maluku di bawah pimpinan

pahlawan pengepungan Malaka yakni Antonio de Abreu. Setibanya di Maluku,

Serrao ditinggal, sementara Abreu dan Rodrigues meneruskan perjalanan kea rah

barat daya menyusuri pantai kelompok pulau Wetar, Timor, Alor dan Solor.

Sekalipun demikian, pada kurun waktu tersebut tidak ada bukti sejarah yang kuat

bahwa armada Portugis tersebut telah mendarat di pulau Timor. Menurut Sejarahwan

Portugis, Armando Cortesao dan Humberto Leitao, armada Rodrigues ini tidak

menyinggahi Timor tetapi langsung berlabuh di Solor.48

Nama pulau Timor pertama kali disebut dalam sejarah pelayaran dan

perdagangan Portugis dalam sepucuk surat oleh Rui de Brito Patalim kepada Raja

Manuel yang bertanggal 2 Januari 1514.49

Sementara utusan Portugis (Apocothery)

pertama ke Cina, Tome Pires, mencatat nama Timor dalam Suma Oriental pada tahun

1515, ―antara pulau Solor dan Bima yang merupakan jalur menuju ke sana‖, dan

bahwa kapal-kapal jung pergi ke sana untuk mencari cendana.50

Sementara itu, nama

Timor dalam konteks perdagangan Malaka-Timor paling pertama disebut dalam

48

Dalam Gunn, Op.cit., hlm. 81 49

Patalim, dalam Gunn., Ibid. 50

Pires, dalam Gunn., hlm.81.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

43

sepucuk surat yang ditulis oleh Jose Fogasa tahun 1516 dari Malaka kepada Raja

Manuel. Ekspedisi ini dikenal berhasil membawa banyak cendana ke Malaka.

Dokumen-dokumen awal tersebut tidak ada yang secara khusus menyebutkan

tindakan penaklukan atas Timor oleh Portugis yang biasanya ditandai dengan

pendirian padrao atau monumen batu maupun traktat perjanjian tertentu. Menurut

Gunn,51

jika dilihat dari kredibilitas sumbernya, maka catatan sejarah Antonio

Pigaffeta yang menulis di atas kapal Victoria (satu-satunya kapal yang selamat dari

perjalanan Magalhaes mengelilingi dunia) tentang pendaratan di Timor dapat

dikatakan merupakan hari perjumpaan langsung bangsa Portugis dengan Timor.

Pendaratan itu terjadi pada tanggal 26 Januari 1522 di desa Amabau (Ambeno) di

dekat Batugade, di pantai tengh utara Timor dengan kapal Victoria dalam perjalanan

ke pulau-pulau Maluku dan Filipina.

Seperti yang telah dijelaskan, ekspedisi pertama Portugis pada tahun 1515

setelah penaklukan Malaka yang melewati kepulauan Nusa Tenggara Timur saat ini,

akhirnya memilih pulau Solor sebagai tempat pendaratan untuk berlindung dari angin

badai pada musim hujan, Desember-Januari, sekaligus menjadi benteng pertahanan

dari berbagai gangguan terutama dari pedagang pesaing dari Bugis-Makassar. Solor

menjadi pusat segala aktivitas perdagangan, politik penaklukan hingga penyebaran

agama Katolik oleh Portugis di wilayah kepulauan Nusa Tenggara Timur sekarang

termasuk di Timor. Dengan demikian, pembicaraan tentang aktivitas Portugis sejak

51

Ibid. hlm.83

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

44

awal kedatangannya di Timor perlu dilihat dalam kaitan dengan keseluruhan

aktivitasnya di Solor-Flores.

Untuk itu, menurut Gunn52

, dalam kaitan dengan kehadiran Portugis di Timor,

periodisasi dimulai dengan terbentuknya masyarakat Katolik di Solor-Flores tahun

1515. Periode kedua dimulai pada tahun 1695 bangkitnya kekuasaan oleh mahkota

Portugal di Lifau di kantong Oecussi. Periode ketiga dimulai dengan pemindahan ke

timur ibukota yakni dari Lifau ke Dili tahun 1769; periode keempat bermula tahun

1836 dengan adanya sejumlah kebijakan rasionalisasi administratif yang

menghubungkan Timor dengan Goa dan Makau.

Selain memiliki benteng utama di Solor, Portugis juga memiliki sebuah

benteng kecil di Kupang, Timor. Namun pada tanggal 17 Januari 1613, benteng di

Solor yang menjadi pusat kegiatan Portugis di kepulauan NTT (sekarang) berhasil

direbut oleh armada VOC Belanda di bawah pimpinan Apollonius Schotte.

Akibatnya, sejumlah besar orang Portugis meninggalkan Solor; sebagian berpindah

ke Larantuka, sebagian lagi ke Timor dan ada yang kembali ke Malaka. Setelah

berhasil menaklukkan Solor, maka VOC Belanda dengan leluasa memasuki pula

wilayah Timor dan terlibat dalam persaingan hingga peperangan lebih dari 50 tahun

untuk mendapatkan monopoli atas perdagangan cendana di pulau Timor.

Peperangan antara Portugal dan negeri Belanda untuk memperebutkan Timor

berlanjut setelah VOC Hindia-Belanda, menaklukkan sebuah benteng kecil di

Kupang. VOC dan Portugal menandatangani perjanjian Den Haag pada 12 Juni 1642

52

Gunn, Op.cit., hlm. 42

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

45

untuk menghindari persaingan. Salah satu isinya adalah bahwa pulau Timor dan

pulau Sulawesi terbuka bagi orang Belanda dan orang Portugis. Pada tahun 1661

perjanjian baru diadakan di Den Haag antara negeri Belanda dan Portugal setelah 50

tahun konflik kekuasaan di wilayah Timor dan kepulauan Nusa Tenggara.

Konflik Belanda-Portugis atas perdagangan kayu cendana Timor, secara

sporadis berlangsung hingga tahun 1755, ketika keduanya membagi pulau Timor

menjadi dua bagian: bagian barat menjadi milik Belanda dan bagian timur menjadi

milik Portugis dengan pusatnya di Dili. Perundingan lanjutan pada tahun 1846,

menghasilkan kesepakatan baru di mana Portugal mempertukarkan wilayah Flores

dengan sebuah daerah enklave Oecusse di Timor. Sejak zaman itu, negeri Belanda

menguasai pulau Flores dan Portugal menguasai wilayah Oecusse di Timor Barat.

Dalam perjanjian antara Portugal dan negeri Belanda pada tahun 1904-1914, Portugal

menguasai pulau Timor bagian timur, yang dinamakan Timor Portugis (yang

sekarang adalah Timor-Leste) dan negeri Belanda menguasai bagian barat, yang

dinamakan Timor Belanda (yang sekarang adalah bagian propinsi Nusa Tenggara

Timur, Negara Indonesia).

Perlu diketahui bahwa terganggunya kepentingan Portugis di Kupang dan

sekitarnya akibat kekalahan dari Belanda maupun gangguan kerajaan lokal yang

bekerja sama dengan Belanda maupun yang memiliki kepentingan sendiri membuat

pelabuhan di Lifau, Oecusse menjadi semakin penting bagi Portugis. Lifau, Oecusse

akhirnya menjadi pusat kedudukan Portugis di Timor yang terhubung dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

46

kekuasaan Portugis di Macau dan Goa. Namun pusat kedudukan Portugis ini tergusur

dari Lifau pada tahun 1769 karena pemberontakan Francisco da Hornay II, sehingga

Gubernur Portugis mengungsi ke Dili yang setelahnya menjadi pusat kedudukan

Portugis di Timor. Pada tahun 1896 Timor menjadi koloni tersendiri langsung di

bawah Portugal yang diselingi dengan pendudukan Jepang 1941-1945.

Pada masa pendudukan Jepang pada tahun 1942-1945, Timor dipersatukan

oleh tentara pendudukan dengan pusatnya di Kupang dan di Dili. Pada waktu itu

perbatasan tidak diberlakukan lagi. Namun setelah Jepang menyerah kepada tentara

sekutu pada tahun 1945, Timor dikembalikan dan perbatasan antara Timor Portugis

dan Timor Belanda kembali berlaku. Gubernur Ferreira de Carvalho kembali

memimpin propinsi Timor Portugis. Sejumlah kelemahan Portugis dalam menangani

koloninya, dimerdekakannya beberapa koloni Portugis seperti Angola dan

Mosambique serta munculnya kesadaran untuk berpemerintahan sendiri mendorong

sejumlah tokoh yang tergabung dalam partai Fretelin memproklamasikan

kemerdekaan Timor Leste tahun 1975. Namun, beberapa hari kemudian, terjadilah

penaklukan oleh Indonesia dan menjadikan wilayah bekas koloni Portugis ini sebagai

provinsi Indonesia yang ke-27.

3. Pergulatan Identitas Nasional dalam Masa Kolonial Portugis

Para sejarahwan Timor Leste menegaskan bahwa kesadaran akan identitas

nasional Timor Leste bermula sebagai reaksi terhadap pendudukan kolonialisme

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

47

Portugis selama lebih dari 400 tahun dan terutama terhadap invasi dan penguasaan

oleh Indonesia selama 25 tahun.53

Selama masa pendudukan Portugis, terjadi begitu banyak pemberontakan oleh

sejumlah tokoh lokal mulai dari orang pribumi yang ―diportugiskan‖ (Topasse atau

Portugis Hitam) maupun para liurai atau raja-raja lokal. Pemberontakan pertama

yang tercatat sejarah adalah pemberontakan Francisco da Hornay, pemimpin pasukan,

seorang Topasse di Lifau, Oecusse yang memaksa penguasa Portugis di Timor

memindahkan pusat kekuasaan ke Dili. Pemberontakan ini merupakan perlawanan

(baca: ketidaksukaan) terhadap para utusan penguasa Portugis dari Macau yang

ditunjuk untuk memimpin Lifau dan menjadikannya bawahan Gubernur di Macau.

Para Topasse ini beragama Katolik dan berjanji setia pada Portugis tetapi tidak mau

dikekang oleh para wakil Portugis karena mengurangi penguasaan mereka atas

perdagangan cendana di Lifau dan sekitarnya.

Pemberontakan terbesar yang kadang-kadang disebut sebagai benih ―proto-

nasionalis‖ karena melibatkan bukan saja para liurai tetapi juga sebagian anggota

kelompok letrado (kelompok terpelajar-bisa baca-tulis yang biasanya peranakan

Portugis-Timor ataupun keturunan para liurai) adalah Pemberontakan Manufahi atau

Pemberontakan Boaventura yang berlangsung pada tahun 1911-1912. Pemberontakan

53

Damien Kingsbury, ―National Identity in Timor Leste: A Brief Comparative Study‖, 2009, hlm.139;

Claire Rawnsley, ―East Timor: National Identity, History and Culture Wars‖, Paper, dipresentasikan

dalam Biennial Conference of the Asian Studies of Australia di Melbourne 1-3 Juli 2008; Taylor-

Leech, Op.cit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

48

ini dalam khazanah politik identitas Timor Leste diangkat terutama oleh Partai

Fretilin sebagai patron gerakan anti-kolonialisme di Timor Leste.

4. Invasi Indonesia atas Timor Leste (1975-1999)

Partai FRETILIN (Frente Revolucionaria de Timor-Leste Independente atau

Front Revolusi Kemerdekaan Timor-Leste) memproklamirkan kemerdekaan dari

Portugal pada tanggal 28 November 1975. Xavier do Amaral menjadi presiden

pertama, dan Nicolão dos Reis Lobato menjadi presiden kedua. Di pihak lain,

sesudah dua hari, pada 30 November 1975, empat partai lainnya, yaitu partai União

Democrática Timorense (UDT, Uni Demokratis Ti mor), Associação Popular

Democrática Timorense (APODETI, Asosiasi Demokratis Rakyat Timor), Klibur

Oan Timor Asuwain (KOTA, Asosiasi Perwira Orang Timor), dan Trabalhista (Partai

Buruh) dengan perjanjian Balibo atas nama rakyat Timor menyatakan bahwa Timor

Portugis merdeka dan ingin bergabung dengan bangsa dan Negara Republik

Indonesia. Tujuh hari kemudian, pada tanggal 7 Desember 1975 pulau Timor diinvasi

Republik Indonesia dan nama Timor Portugis diganti menjadi Timor Timur, sebagai

propinsi termuda Negara Kesatuan Republik Indonesia yang disahkan oleh Majelis

Permusyawaratan Rakyat dengan ketetapan No. 7/MPR/1976.

Pada bulan Mei 1998, wajah politik Indonesia berubah karena krisis ekonomi,

gerakan reformasi, demokratisasi, dan merosotnya peranan Tentara Nasional

Indonesia yang melemahkan posisi tawarnya (bargaining position) di arena politik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

49

Indonesia. Menurut Conceição Savio (2002:2-7), pada tanggal 27 Januari 1999

Presiden B.J. Habibie mengambil keputusan politik untuk menyelesaikan masalah

Timor Timur untuk selama-lamanya, dengan menawarkan opsi bagi rakyat Timor

Timur untuk menentukan nasibnya sendiri melalui referendum dengan dua opsi,

yaitu: tetap bergabung dengan Indonesia atau kemerdekaan.54

Pada tanggal 5 Mei

1999 Pemerintah Indonesia, Pemerintah Portugal dan Dewan Keamanan Perserikatan

Bangsa-Bangsa bersepakat untuk membentuk suatu badan di bawah Perserikatan

Bangsa-Bangsa supaya masalah Timor Timur diselesaikan. Pada tanggal 22 Mei

tahun 1999, Dewan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa membentuk

United Nations Mission in East Timor (UNAMET, Misi Perserikatan Bangsa-Bangsa

di Timor Timur) untuk menjalankan referendumnya yang diselenggarakan pada

tanggal 30 Agustus 1999. Pada tanggal 4 September UNAMET mengumumkan hasil

referendum, yaitu kemerdekaan dari Republik Indonesia.

5. Kemerdekaan Timor-Leste 1999

Pada tanggal 25 Oktober 1999, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-

Bangsa memutuskan, berdasarkan bab VII dari Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,

untuk membentuk satu badan yang mengambil alih pemerintahan transisi yang

dinamakan United Nations Transition Administration for East Timor (UNTAET,

Pemerintah Transisi Perserikatan Bangsa-Bangsa) di bawah pimpinan Sérgio Vieira

54

E. da Conceição Savio, 2002. Posisi Hegemonik UNTAET dalam Upaya resolesi Konflik Timor

Lorosae Pasca Jajak Pendapat Periode 1999-2002. MA Thesis, Parahyangan Catholic University.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

50

de Melo (Conceição Savio, 2002:9).55

Kemudian pada tanggal 20 Mei 2002 Timor-

Timur menjadi Negara secara resmi dengan nama Timor-Leste. Timor-Leste menjadi

negara termuda di Asia Tenggara dan menjadi anggota Perserikatan Bangsa Bangsa

yang ke-191. Nama resmi dalam bahasa Portugis ialah Timor-Leste, dalam bahasa

Tetun ialah Timor-Lorosa‘e. Istilah Leste dalam bahasa Portugis dan Lorosa’e dalam

bahasa Tetun berarti ‗Timur‘.

Mari bim Amude Alkathiri adalah seorang muslim yang menjadi Perdana

Menteri pertama di Timor-Leste yang mayoritasnya beragama Katolik. Setelah

Perserikatan Bangsa-Bangsa menyerahkan kekuasaan pada 2002, presiden pertama

adalah Kay Rala Xanana Gusmão yang sebenarnya nama samarannya waktu masih

gerilyawan di hutan; nama aslinya adalah José Alexandre Gusmão. Presiden kedua

adalah José Ramos-Horta dan Presiden ketiga adalah Taur Matan Ruak (nama aslinya

José Maria de Vasconcelos). Pada masa Presiden Jose Ramos-Horta dan Presiden

Taur Matan Ruak, Kay Rala Xanana Gusmão menjadi Perdana Menteri.

Timor-Leste melepaskan diri dari Indonesia, tetapi masih sangat bergantung

pada Perserikatan Bangsa-Bangsa, khususnya berhubungan dengan keamanan, dan

pada sejumlah negara donor internasional berhubungan dengan pembangunan

ekonomi, infrastruktur, penataan sistem administrasi pemerintahan, sistem hukum

dan pendidikan.

55

E. da Conceição Savio, 2002. Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

51

B. Kondisi Sosio-Kultural dan Politik Bahasa untuk Konstruksi Identitas

Nasional Timor Leste

1. Suku dan Bahasa

Penduduk Timor-Leste merupakan campuran antara suku bangsa Melayu dan

Melanesia. dan sebagian kecil penduduk ada keturunan Portugis. Penduduk Timor-

Leste memperlihatkan ciri fisik Negrito dan Melanesia (Barros, 1993:25).56

Penduduk

di daerah pegunungan mempunyai ciri fisik seperti kulit kehitam-hitaman, sedang

penduduk daerah yang berdekatan dengan pantai memperlihatkan ciri fisik Melayu

dengan kulit coklat, rambut lurus dan tubuh tinggi. Timor-Leste memiliki sekitar 12

kelompok etnis yang masing-masing mempunyai bahasa tersendiri. Bahkan secara

faktual diperkirakan terdapat 30 bahasa lokal di samping dua bahasa ofisial dan dua

bahasa lain yang tidak ofisial namun dipakai dalam keseharian yakni bahasa

Indonesia dan Inggris.57

Komunitas bahasa terbesar adalah komunitas bahasa Mambai, Tetun,

Makasae dan bahasa Fataluku.58

Secara umum dapat dikatakan bahwa orang Timor-

Leste sekurang-kurangnya menguasai tiga bahasa: bahasa ibu mereka, bahasa Tetun

sebagai lingua franca dan bahasa Indonesia. Dibandingkan dengan Singapura dan

negara India Tamilnadu, bilingualisme, atau multilingualisme dalam hal ini, di

56

J. de Barros, 1993. Khasanah Budaya, Profile dan Prospek Peluang Investasi di Timor Timur.

Jakarta: Penerbit Anjungan Daerah Timor-Timur. 57

Taylor-Leech, Op.cit.,; Kirsty Sword Gusmao, loc.cit.hlm.111; lihat pula: Country Watch, 2017.

East Timor: 2017 Country Review, hlm. 174. Dapat diakses di laman www.countrywatch.com. 58

Aone van Engelenhoven, 2006. Ita-nia Nasaun Oin-ida, Ita-nia Dalen Sira Oin-seluk ―Our Nation is

One, Our Languages are different‖. Language Policy in East Timor. Dalam: P. Castro Seixas & A. van

Engelenhoven (Eds.), Diversidade Cultural na Construção da Nação e do Estado em Timor-Leste.

Porto: Edições da universidade Fernando Pessoa, 106-131

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

52

Timor-Leste berhubungan dengan latar belakang individu penutur. Di kota seperti

Dili, misalnya, seseorang mungkin fasih dalam bahasa Tukudede − bahasa ayahnya,

bahasa Makasai − bahasa ibunya, dan tentu saja dalam bahasa Tetun-Prasa, bahasa

daerah Dili. Juga mungkin bahwa orang ini menguasai suatu bahasa keempat yang

dituturkan oleh kakek-neneknya, misalnya bahasa Mambae. Peta penggunaan bahasa

lokal di Timor Leste dapat dilihat di bawah ini:

Gambar 1. Peta Etno-Linguistik Timor (McWilliam & Traube, 2011: x)

2. Politik Bahasa Sebelum Kemerdekaan 1999

Taylor-Leech (2009) menjelaskan bahwa ketertarikan awal Portugis terhadap

bahasa lokal (Tetun) semata-mata untuk mendukung penyebaran agama Katolik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

53

antara penduduk Timor Portugis.59

Kemudian pada abad ke-20, kebijakan kolonial

berfokus pada penciptaan populasi berbahasa Portugis yang memandang dirinya

sebagai bangsa Portugis. Jadi sebenarnya upaya studi bahasa Tetun waktu itu

bermaksud menyesuaikan militer Portugis dengan bahasa lingua franca local yaitu

bahasa Tetun.

Engelenhoven (2006) menjelaskan bagaimana kebijakan bahasa kolonial

Portugis menciptakan sebuah ‗diglosia yang diperluas‘60

di Timor Portugis, tempat

bahasa lokal berfungsi sebagai versi yang rendah, sedangkan bahasa Portugis

berfungsi sebagai versi yang tinggi dalam domain formal seperti administrasi,

edukasi dan agama (Katolik).61

Perpindahan administrasi dari Lifau di Oecusse ke

Dili pada tahun 1769 memungkinkan munculnya bahasa Tetun sebagai lingua franca

untuk komunikasi antar etnis. Versi bahasa Tetun ini terutama digunakan di pasar

(sehingga namanya Tetun-Prasa ‗Tetun pasar‘ atau Tetun-Dili) dan berbeda dari

bahasa Tetun tradisional (misalnya Tetun-terik) karena ketidakadaannya ragam

bahasa khusus untuk urusan ritual. Maka penggalakan bahasa Tetun-Dili dengan

pengorbanan bahasa Tetun ‗tradisional‘ menciptakan situasi bahasa ritual dikeluarkan

dari masyarakat kolonial Timor Portugis ke dalam eksklusivitas kelompok

ethnolinguistik. Kebijakan Portugis yang menomorduakan bahasa Tetun ini kurang

59

K. Taylor-Leech, 2009. ―The language situation in Timor-Leste.‖ Current Issues in Language

Planning Vol 10, No 1, hlm 1-68. 60

Diglosia adalaha suatu situasi bahasa dimana terdapat pembagian-pembagian fungsional atas variasi-

variasi bahasa atau bahasa-bahasa yang ada di masyarakat. Yang dimaksud ialah bahwa terdapat

perbedaan antara ragam formal atau resmi dan tidak resmi atau non formal. 61

Aone van Engelenhoven, 2006. Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

54

lebih berlanjut sampai tahun 1975 ketika Timor-Portugis melalui partai FRETILIN

memproklamirkan kemerdekaannya.

Engelenhoven (2006) menjelaskan bagaimana persepsi diri terkini masyarakat

Timor berkembang di kalangan intelektual gerakan perlawanan selama pendudukan

Indonesia. Hal ini dapat menjelaskan bahwa filsafat Mauberisme terhadap demokrasi

sosial oleh Ramos-Horta sangat mirip filsafat Marhaenisme terhadap penindasan

bangsa seperti yang diperkembang oleh Sukarno, presiden pertama Republik

Indonesia. Pilihan bahasa Tetun-Dili sebagai model bahasa nasional memperlihatkan

alasan yang sama dengan pilihan bahasa Melayu – yang namanya diganti menjadi

bahasa Indonesia − sebagai bahasa nasional Indonesia. Baik bahasa Melayu dan

bahasa Tetun-Dili ada sejarah panjang sebagai lingua franca dan seperti bahasa

Melayu, bahasa Tetun-Dili tidak terkait dengan kelompok etnis tertentu. Sedangkan

bahasa Melayu sudah ada tradisi sastra yang mengkonsolidasikan posisinya sebagai

bahasa nasional, bahasa Tetun-Dili tidak ada tradisi seperti itu.

Selama pendudukan Indonesia 1976-1999, Timor Timur sebagai provinsi

termuda Republik Indonesia menganut filsafat Negara Pancasila dengan prinsip

ketiga, Persatuan Indonesia, sebagai salah satu prinsip yang paling penting. Bahasa

Indonesia didefinisikan dalam filsafat Negara sebagai tanda resmi identitas kesatuan

Indonesia, dan bahkan ditentukan sebagai bahasa tunggal dalam kehidupan

masyarakat di Timor bagian timur yang namanya diganti menjadi Timor Timur,

propinsi ke-27 Republik Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

55

Seperti penghapusan bahasa Belanda dari masyarakat Indonesia dulu,

pemerintah Indonesia melarang penggunaan bahasa Portugis dalam masyarakat

Timor Timur sebagai sisa penjajahan. Hull (1999) menjelaskan bahwa karena strategi

asimilasi kultural pemerintah kolonial Portugis, bahasa Portugis telah menjadi bagian

integral kehidupan masyarakat Timor Portugis, sedangkan bahasa Belanda tidak

pernah mencapai posisi yang sebanding di Hindia-Belanda. Oleh karena itu, selama

pendudukan Indonesia, Bahasa Indonesia diupayakan untuk menggantikan bahasa

Portugis sebagai bahasa liturgi dalam misa Katolik Roma.62

Namun yang terjadi justru sebaliknya. Gereja Katolik Timor Timur saat itu

yang langsung di bawah administrasi Vatikan pada tahun 1977, karena pengunduran

diri uskup Portugis José Joaquim Ribeiro, memungkinkan penerus sementaranya di

Timor Timur, uskup Martinho da Costa Lopes, mengatur supaya Vatikan mengakui

bahasa Tetun daripada bahasa Indonesia, sebagai bahasa liturgi resmi di propinsi baru

(Lennox, 2000). Maka pada bulan Oktober 1981, Vatikan secara resmi mengijinkan

bahasa Tetun digunakan sebagai bahasa Liturgi Gereja Katolik di Timor Leste.

Menurut Peter Carey (1995: 2-3), pemilihan bahasa Tetun dan bukan bahasa

Indonesia sebagai bahasa Liturgi ini menjadikan bahasa Tetun terangkat perannya

bukan saja sebagai lingua franca tetapi juga ―bahasa nasional‖ orang Timor Leste.63

62

G. Hull, 1999. ― Indonesia and East Timor: The Cultural Factors of Incompatability.‖ Studies in

Languages and Cultures of East Timor, Vol. 2, hlm. 55-67. 63

Peter Carey, 1995. ―Introduction: The Forging od a Nation: East Timor‖ dalam Carey, Peter & G.

Carter Bentley (Eds.), East Timor at the Crossroads: The Forging of A Nation, New York: Social

Science Research Council, University of Hawai‘i Press.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

56

Berdasarkan kondisi di atas, Engelenhoven (2006) menyimpulkan bahwa

larangan Indonesia untuk memakai bahasa Portugis membuatnya menjadi bahasa

perlawanan bawah tanah, sedangkan fungsi liturgis bahasa Tetun membuatnya

menjadi bahasa perlawanan ‗di atas tanah‘.64

3. Politik Bahasa Sesudah Tahun 1999

Selama Pemerintahan Transisi Perserikatan Bangsa-Bangsa (Transitional

Administration of the United Nations/UNTAET) (1999-2002), kebijakan politik

bahasa yang pada awalnya dikembangkan dalam program FRETILIN mulai

diberlakukan. Walaupun pada awalnya cuma bahasa Portugis diakui sebagai bahasa

resmi di negara baru Timor-Leste, terus dengan cepat bahasa Tetun-Dili diusulkan

sebagai model untuk Tetun Ofisiál ‗bahasa Tetun resmi‘, yang menciptakan sebuah

kerangka pengakuan kedua bahasa sebagai bahasa resmi dalam Konstitusi.

Engelenhoven (2006) menyebutkan tiga persyaratan diglosia berkaitan yang

melemahkan status resmi Tetun Ofisiál: 1) warisan sastra, 2) prestise, 3) stabilitas.

Untuk mengatasi bahaya tersangka penolakan Tetun Ofisiál sebagai bahasa resmi,

Menteri Pendidikan waktu itu, Dr. Filomeno Abel Jacob mendirikan Instituto

National de Linguística (INL, ‗Institut Nasional Linguistik‘) yang tugas utamanya

adalah standarisasi bahasa Tetun-Dili ke Tetun Ofisiál. INL merancang sebuah

ortografi standar, ortografia patronizada ‗ejaan standar‘, yang pada tingkat

pemerintah menjadi ortografi resmi untuk bahasa Tetun resmi dan secara default

64

Engelenhoven, 2006. Op.cit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

57

menjadi dasar semua ortografi yang akan dikembangkan untuk semua bahasa

nasional. 150 Tahun inovasi ejaan bahasa Tetun yang dihasilkan dalam ortografia

patronizada adalah cara Timor-Leste untuk memenuhi persyaratan warisan sastra

(Instituto Nacional de Linguística, 2002)

Persyaratan prestise dipenuhi oleh publikasi kamus monolingual pertama

bahasa Tetun tahun 2005 oleh INL. Sebelumnya sudah terbit dua kamus monolingual

bahasa Tetun yaitu, Kamus Tetun-Inggris Standar oleh Hull (2000)65

dan Dicionário

Tetum-Português atau Kamus Tetun – Portugis (2000) oleh Costa.66

Meskipun INL

berusaha menghasilkan kamus monolingual dan berbagai jenis daftar kata bilingual

(antara lain Disionáriu Malaiu-Tetun ‗Kamus Melayu-Tetun‘1 untuk guru dan dosen

universitas), sampai sekarang ini tidak ada standar tata bahasa resmi yang diterbitkan

oleh INL.

Menurut Hull dan Eccles (2001), ortografia patronizada maupun karya

keduanya Tetum Reference Grammar telah memenuhi persyaratan untuk dapat

memberikan standar baku bagi pengembangan bahasa Tetun.67

Beragam ejaan Tetun

– yang mencerminkan tradisi ejaan Portugis dan Indonesia – secara resmi ditolak.

Setiap ejaan alternatif, di samping yang diusulkan dalam ortografia patronizada,

dianggap sebagai ‗tulisan campuran‘ sedangkan pelafalan alternatif yang ada,

terutama untuk kata pinjaman Portugis, dijelaskan oleh Hull dan Eccles (2001)

65

G. Hull, 2000. Standard Tetun-English Dictionary. Sydney: Allen & Unwin. 66

Costa, L. 2000. Dicionário de Tetum-Português. Lisboa: Colibri. 67

Hull, G. & L. Eccles, 2001. Tetum Reference Grammar. Sydney: Sebastião Aparício da Silva

Project/Dili: Instituto Nacional de Linguística.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

58

sebagai varian basilek, sedangkan pelafalan asli Portugis merupakan varian akrolek.

Varian berikutnya juga diidentifikasi sebagai Tetun literáriu ‗bahasa Tetun sastra‘

yang digunakan dalam konteks liturgi Gereja Katolik.

Satu karya penting lainnya dalam sejarah terkini perkembangan bahasa Tetun

sebagai bahasa nasional Timor Leste adalah terbitnya kamus Kamus Indonesia-Tetun,

Tetun-Indonesia yang ditulis oleh Yohanes Manhitu tahun 2007.68

Penting dan

strategisnya kehadiran kamus karya Manhitu ini ditegaskan dalam pernyataan Aone

van Engelenhoven ketika menuliskan resensi atas kamus tersebut:69

Buku ini adalah kamus bahasa Tetun pertama yang diterbitkan di Indonesia

setelah Timor Timur lepas dari Indonesia menjadi republik Timor Lorosa‘e

pada tahun 2001... Dibandingkan dengan kamus (atau daftar kata) yang terbit

sebelumnya, karya Yohanes Manhitu ini memperlihatkan kemajuan yang

berarti dalam dunia perkamusan bahasa Tetun dan bahasa Indonesia. Itu dapat

diamati dengan banyaknya lema yang dimuat: kira-kira 8.830 lema.

Sebetulnya, jumlah ini harus dibagi dua karena menyangkut baik bagian

Tetun-Indonesia maupun bagian Indonesia-Tetun. Namun, walaupun begitu

jumlahnya tetap melebihi jumlah lema di karya-karya leksikografis

sebelumnya.... Cara Manhitu mengetengahkan dan menangani ejaan Tetun

yang baku di dalam kamusnya memperlihatkan bahwa penyusun ini

mengetahui segala permasalahannya (lihat Engelenhoven 2006)... Kamus ini

merupakan terbitan baru yang dapat menggantikan kamus dari Hull dan

Pollard (2002), yang sekarang ini masih banyak digunakan oleh para guru SD,

SMP, dan SMU di Timor Lorosa‘e. Saya juga menganggap terbitnya kamus

ini sebagai sebuah tanda nyata dari membaiknya komunikasi antara kedua

negara yang bersangkutan.

Ketakutan pada ‗skenario Filipina‘ (Engelenhoven & Naerssen), yang

masyarakatnya tidak mengaku pilihan satu bahasa lokal (misalnya bahasa Tagalog)

68

Yohanes Manhitu, 2007. Kamus Indonesia-Tetun, Tetun-Indonesia. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama. 69

Aone van Engelenhoven, 2008. Resensi Buku. Dalam Wacana Vol. 10, No. 2, Oktober 2008, Jurnal

FIB Universitas Indonesia, hlm. 355-356.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

59

atas yang lain sebagai bahasa nasional, mengakibatkan penerimaan semua bahasa

lokal yang diidentifikasi oleh INL sebagai bahasa nasional. Konsekuensinya, di

samping tugasnya untuk membakukan bahasa Tetun resmi, INL juga ditugaskan

untuk mendorong semua bahasa nasional. Perhatian secara khusus diberikan pada

bahasa Fataluku di Lautém dan bahasa Baikenu di Oecusse, karena distrik ini telah

diakui sebagai daerah tempat bahasa Tetun belum diintroduksi. Sedangkan

komunikasi resmi terbatas pada bahasa Portugis dan bahasa Tetun, orang distrik ini

diberi kesempatan untuk berbicara bahasa Fataluku atau bahasa Baikenu sebagai

gantinya.

Bahasa Inggris dan bahasa Indonesia sama-sama diakui sebagai ‗bahasa kerja‘

dalam Konstitusi, meskipun yang belakangan secara resmi ‗dihapuskan setahap demi

setahap‘ dari kehidupan masyarakat Timor-Leste (Hull, 2002). Masalah utama adalah

bahwa bahasa Indonesia masih digunakan sebagai bahasa sehari-hari utamanya di

universitas dan Sekolah Menengah Atas, karena sebagian besar guru dan dosen

dididik dalam bahasa Indonesia di lembaga pendidikan Indonesia. Karenanya, INL

mengadakan workshop ortografi untuk guru dan wartawan di seluruh negara.

Status resmi bahasa Portugis dan bahasa Tetun berimplikasi bahwa kedua

bahasa perlu diterapkan dalam sistem pendidikan nasional. Kebijakan politik bahasa

yang melarang penggunaan bahasa Portugis dalam masyarakat selama pendudukan

Indonesia seperti dijelaskan di atas, menyebabkan situasi kekurangan guru bahasa

Portugis. Sebagai anggota Komunitas Negara-Negara Berbahasa Portugis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

60

(Comunidade dos Países da Língua Portuguesa, CPLP), sesama anggota seperti

Portugal dan terutama Brasilia segera bereaksi dengan mengirimkan materi kursus

bahasa Portugis dan guru. Begitu, bahasa Portugis menjadi mata pelajaran wajib di

sekolah dasar dan menengah.

C. Rangkuman

Data arkelogis menyebutkan bahwa daratan Timor Leste mulai dihuni

manusia sekitar 40.000 tahun silam. Sementara catatan historis mengisahkan bahwa

karena hasil kayu cendananya yang melimpah membuat masyarakat Timor Leste

berjumpa dengan pedagang-pedagang Cina pada abad ke-14 dan para pedagang

beserta misionaris Portugis pada abad ke-16. Secara kultural, terdapat sekitar 12 etnis

dan sekitar 30 bahasa lokal. Penduduk Timor-Leste merupakan campuran antara suku

bangsa Melayu dan Melanesia. dan sebagian kecil penduduk keturunan Portugis.

Portugis menjadi bangsa yang paling lama menguasai Timor Leste (sekitar

450 tahun) dan diikuti oleh Indonesia (sekitar 24 tahun). Selama penguasaan

Portugis, bahasa Tetun digunakan sebagai bahasa perantara (lingua franca) untuk

mempermudah hubungan perdagangan dengan Portugis dan etnis lainnya, serta

untuk mempermudah penyebaran agama Katolik oleh para misionaris. Sekalipun

demikian, bahasa Tetun diperlakukan sebagai bahasa kelas dua atau bahasa

percakapan semata. Hanya bahasa Portugis yang dianggap sebagai bahasa resmi baik

dalam hidup keagamaan, pendidikan maupun administrasi kenegaraan hingga tahun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

61

1975 sebelum pendudukan oleh Indonesia. Sementara itu, selama pendudukan

Indonesia, bahasa Portugis dilarang keras untuk dipergunakan dalam segala bidang.

Hanya bahasa Indonesia yang diajarkan dalam dunia pendidikan, pemerintahan,

perdagangan bahkan dalam keagamaan. Sedangkan bahasa Tetun kembali menempati

status kelas dua seperti pada masa Portugis. Sekalipun demikian, ketika Vatikan

memilih bahasa Tetun (bukan Indonesia) sebagai bahasa Liturgi Gereja Katolik pada

Oktober 1981, bahasa Tetun semakin kuat kedudukannya bahkan secara praktis

menjadi bahasa ‗nasional‘ yang digunakan untuk menyebarkan semangat perlawanan

kepada Indonesia.

Kondisi multi-kultur dan sejarah panjang politik kebahasaan di Timor Leste

tersebut menjadikan masyarakat Timor Leste menjadi masyarakat multi-lingual atau

pengguna beberapa bahasa. Kondisi multi-bahasa ini mempengaruhi berbagai aspek

kehidupan termasuk sistem media massa yang berperan besar dalam proses

perkembangan identitas nasional. Kaitan antara kondisi multi-bahasa, dinamika

konstruksi identitas dan sistem media massa di Timor Leste akan dibicarakan pada

bab berikut tulisan ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

62

BAB III

WACANA IDENTITAS NASIONAL DALAM PENGGUNAAN MULTI-

BAHASA DI SURAT KABAR “SUARA TIMOR LOROSAE”

Menurut perspektif Fairlcough, wacana mencakup teks, praktik wacana dan

praktik sosio-budaya. Dalam konteks kajian terhadap fenomena penggunaan multi-

bahasa di harian STL, wacana identitas nasional Timor Leste terkandung dalam teks

yakni konten dan strukturnya, praktik wacananya yakni dalam sistem media massa di

Timor Leste, serta praktik sosio-budayanya yakni konteks sosial, politik dan budaya

yang melatarbelakangi dan mendukung terlaksananya praktik penggunaan multi-

bahasa dalam harian STL khususnya dan media massa di Timor Leste umumnya.

Untuk itu, akan digambarkan dahulu realitas teks penggunaan multi-bahasa

pada aspek historis, sistem pengaturan rubrik, kebijakan redaksi, serta isi surat kabar

STL yang relevan dengan topik penelitian. Setelah itu dijabarkan praktik wacana

berupa sistem media di Timor Leste. Sub bagian terakhir adalah wacana identitas

dalam praktik sosial-budaya terkait multi-bahasa media massa Timor Leste yakni

kondisi sosial, ekonomi, politik dan budaya yang mempengaruhi penggunaan multi-

bahasa dalam media massa Timor Leste. Dari ketiga lapisan wacana ini dapat

terungkap aneka relasi kekuasaan yang membentuk wacana identitas nasional Timor

Leste melalui penggunaan multi-bahasa di media massa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

63

A. Identitas Nasional Timor Leste dalam Teks Multi-Bahasa Harian STL

Teks dalam analisis wacana mempersoalkan tuturan, pencitraan, hingga

visual yang ditampilkan. Dalam konteks teks harian STL, unsur-unsur tekstual yang

berkaitan dengan identitas nasional dalam fenomena multi-bahasa, tampak dalam

porsi penggunaan setiap bahasa dalam masing-masing edisi, serta distribusi

penggunaan setiap bahasa dalam rubrik-rubrik, dan konstruksi gagasan tentang

nasionalisme dalam artikel berita maupun opini.

1. Porsi Penggunaan Multi-Bahasa dalam Harian STL

Harian STL menggunakan empat bahasa dalam setiap edisinya yaitu bahasa

Tetun, Portugis, Indonesia dan Inggris. Sekalipun demikian, porsi penggunaan

bahasa-bahasa tersebut berbeda satu sama lain, baik secara keseluruhan maupun

penempatannya pada rubrik-rubrik yang ada. Secara singkat, rubrik-rubrik tersebut

dijelaskan demikian :

1) Halaman depan (Headline)

Halaman depan STL berisi berita-berita penting yang menjadi sorotan edisi

STL hari bersangkutan. Halaman depan STL dibuat berwarna (full colour)

dan rata-rata terdapat empat artikel. Sekalipun demikian, hampir semua artikel

tersebut tidak tuntas pada halaman depan, tetapi masih bersambung pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

64

halaman lainnya. Sejauh pengamatan penulis terhadap STL edisi Mei 2017,

semua artikel pada halaman depan STL memakai bahasa Tetun.

2) Sidade Dili (Kota Dili)

Rubrik ini berisi berita-berita aktual dalam bidang apa saja yang terjadi atau

yang berhubungan dengan warga kota Dili sebagai ibukota negara Timor

Leste. Artikel-artikel dalam rubrik Sidade Dili juga seluruhnya berbahasa

Tetun dan mengambil porsi 1-2 halaman.

3) Ekonomia (Ekonomi)

Berisi berita-berita ekonomi baik dalam negeri maupun luar negeri.

Kebanyakan artikel di rubrik ini berbahasa Tetun, namun beberapa di

antaranya memakai bahasa Indonesia. Porsi untuk rubrik ini adlah 1-2

halaman.

4) Edukasaun (Pendidikan)

Rubrik ini berisi berita-berita dalam bidang pendidikan, baik dalam negeri

maupun luar negeri. Kebanyakan artikelnya berbahasa Tetun namun cukup

banyak pula yang memakai bahasa Indonesia. Porsinya 1-2 halaman koran.

5) Jeneru (Gender)

Rubrik ini berisi berita yang berkaitan dengan pemenuhan hak-hak

perempuan. Porsinya mencakup 1-2 halaman. Terdapat berita berbahasa Tetun

dan Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

65

6) Saude no Labarik (Kesehatan dan Anak)

Rubrik ini berisi berita tentang kesehatan masyarakat dan kesejahteraan anak-

anak. Porsinya mencakup 1-2 halaman. Terdapat berita berbahasa Tetun dan

Indonesia.

7) Munisipiu (Kabupaten atau Distrik)

Rubrik ini berisi berita tentang berbagai peristiwa di distrik atau kabupaten-

kabupaten Timor Leste. Semua artikelnya berbahasa Tetun.

8) STL

Rubrik ini merupakan rubrik dengan jumlah halaman paling banyak (3-4

halaman). Rubrik STL berisi aneka berita sosial politik dalam negeri yang

tidak menjadi sorotan edisi STL hari bersangkutan. Semua beritanya ditulis

dalam bahasa Tetun.

9) ASEAN

Rubrik ini memuat berita tentang peristiwa-peristiwa di negara-negara

anggota ASEAN. Kebanyakan menggunakan bahasa Indonesia tetapi kadang

terdapat bahasa Malaysia (Melayu Malaysia). Porsi rubrik ini antara 1-2

halaman.

10) CPLP

Rubrik ini memuat berita yang berkaitan dengan negara-negara anggota

CPLP. Bahasa yang digunakan adalah Portugis dengan porsi 1 – 2 halaman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

66

11) Internasional

Rubrik ini memuat berita-berita dunia internasional. Hampir semua artikel

berbahasa Inggris dengan porsi 1-2 halaman.

12) Desportu

Rubrik ini berisi berita olah raga baik nasional maupun internasional. Hampir

semua artikelnya berbahasa Indonesia dengan porsi tetap yakni 2 halaman.

13) Opiniaun (Opini)

Ini adalah rubrik opini yakni artikel ilmiah populer karya para penulis dari

luar wartawan STL. Artikel dalam rubrik ini ada yang berbahasa Tetun,

Portugis, Indonesia maupun Inggris. Porsinya 1 halaman.

14) Ksolok (Hiburan)

Rubrik ini berisi berita dunia hiburan dan artis nasional maupun internasional.

Hampir semua artikelnya berbahasa Indonesia dengan porsi 1 halaman.

15) Cover Belakang

Cover belakang berwarna (full colour) dan berisi kolom tokoh dan peristiwa.

Terdapat satu karangan khas (feature) tentang tokoh inspiratif (nasional

maupun internasional) serta tulisan singkat tentang beberapa tokoh lain.

Bahasa yang digunakan adalah Tetun dan Indonesi.

Penulis juga menghitung jumlah artikel dan memetakan penggunaan keempat

bahasa (Tetun, Portugis, Indonesia dan Inggris) dalam semua rubrik harian STL edisi

bulan Mei 2017. Menurut hasil perhitungan penulis, secara keseluruhan terdapat 1160

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

67

artikel baik berita maupun opini (non iklan) yang diterbitkan harian STL edisi Mei

2017 dengan porsi penggunaan bahasa berbeda-beda. Grafik berikut ini

menggambarkan pemetaan jumlah artikel STL edisi Mei 2017 berdasarkan bahasa

yang digunakan.

Grafik 1. Jumlah Artikel STL Mei 2017 Menurut Bahasa yang Digunakan

Grafik di atas menunjukkan bahwa dari 1160 artikel non iklan dalam harian

STL edisi Mei 2017, sebanyak 54% atau 629 artikel ditulis dalam bahasa Tetun,

sebanyak 33% atau 378 artikel dalam bahasa Indonesia, sebanyak 9% atau 102 artikel

dalam bahasa Portugis, dan sebanyak 4% atau 51 artikel ditulis dalam bahasa Inggris.

Dengan kata lain, lebih dari separuh artikel dalam harian STL edisi Mei 2017 ditulis

dalam bahasa Tetun, diikuti oleh bahasa Indonesia, bahasa Portugis dan terakhir

bahasa Inggris.

Tetun

54%

Portugis

9%

Indones

ia

33%

Inggris

4%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

68

Porsi penggunaan bahasa yang berbeda tersebut tidak berlaku untuk semua

rubrik. Perhitungan lanjutan menunjukkan bahwa terdapat rubrik yang sepenuhnya

berisi artikel berbahasa Tetun atau bahasa lainnya, serta ada rubrik yang berisi

artikel-artikel dengan bahasa yang berbeda. Gambaran tentang porsi dan penempatan

keempat bahasa rubrik-rubrik STL diuraikan dalam tabel 1.

Tabel 1. Porsi penggunaan bahasa pada rubrik STL edisi Mei 2017

Berdasarkan data-data yang tergambar dalam grafik 2., dan tabel 1 di atas,

beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh antara lain:

No Rubrik Jumlah Artikel Menurut

Bahasa yang Digunakan Total

Tetun Portugis Indonesia Inggris

1 Headline

(Halaman depan) 100 100

2 Sidade Dili 73 73

3 Ekonomia 42 21 63

4 Edukasaun 56 15 71

5 Jeneru 73 12 85

6 Saude no Labarik 29 24 53

7 Munisipiu 82 82

8 STL 124 124

9 ASEAN 12 78 90

10 CPLP 101 101

11 Internasional 51 51

12 Desportu 7 121 128

13 Opiniaun 13 1 27 41

14 Ksolok 5 60 65

15 Cover belakang 13 59 72

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

69

1) Lebih dari separuh artikel dalam harian STL menggunakan bahasa Tetun.

Penggunaan bahasa Tetun tampaknya lebih ditonjolkan di mana seluruh (100%)

artikel pada halaman depan (headline) memakai bahasa Tetun. Bahasa Tetun juga

digunakan secara total untuk berita seputar kota Dili maupun distrik-distrik Timor

Leste sebagaimana tampak dalam rubrik Sidade Dili dan STL, serta untuk berita

tentang dalam rubrik Munisipiu. Rubrik Ekonomia, Edukasaun, Jeneru dan Saude

no Labarik berisi artikel berbahasa Tetun dan Indonesia tetapi jumlah artikel

berbahasa Tetun lebih banyak daripada berbahasa Indonesia. Dalam pengamatan

lanjutan,70

artikel berbahasa Indonesia pada rubrik-rubrik tersebut berisi berita

ekonomi, pendidikan dan lainnya yang terjadi di Indonesia baik yang berkaitan

dengan warga Timor Leste maupun tidak berkaitan. Sedangkan yang berbahasa

Tetun merupakan berita tentang peristiwa ekonomi, pendidikan dan sebagaianya

yang terjadi di Timor Leste. Dengan demikian, STL tampak mengutamakan

penggunaan bahasa Tetun khususnya untuk dua hal yaitu pertama, bentuk dan

struktur koran; kedua, isu-isu dalam negeri Timor Leste baik politik, sosial,

ekonomi, kriminalitas dan sebagainya.

2) Bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua yang paling banyak digunakan dalam

artikel-artikel harian STL. Bahkan, rubrik yang berisi berita ringan seperti

olahraga dan dunia hiburan (entertainment) yakni rubrik Desportu, Ksolok dan

halaman belakang hampir seluruhnya menggunakan bahasa Indonesia. Dengan

70

Pengamatan lanjutan yang dimaksud adalah pencermatan peneliti secara langsung saat menghitung

dan membaca isi secara sekilas selama proses penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

70

kata lain, berita-berita ringan dan menghibur dalam harian STL menggunakan

bahasa Indonesia. Corak penggunaan bahasa Indonesia yang berbeda dalam STL

tampak rubrik yang isinya lebih ―serius dan formal‖ yaitu berita ASEAN dan

kolom Opini. Bahkan, dalam pengamatan lanjutan,71

beberapa opini berbahasa

Indonesia yang dimuat oleh STL diambil sepenuhnya dari opini yang diterbitkan

oleh surat kabar Indonesia seperti Pos Kupang, Timor Express, dan Media

Indonesia.

3) Bahasa Portugis hanya digunakan dalam rubrik CPLP serta sangat kecil porsinya

dalam rubrik Opiniaun.

4) Bahasa Inggris juga hanya digunakan dalam rubrik Internasional sekalipun sejauh

pengamatan penulis ditemukan pula penggunannya dalam kolom Opiniaun.72

2 Artikel STL tentang Bahasa dan Identitas Nasional Timor Leste

Selain struktur rubrik dan kebijakan tim redaksi STL, fenomena multi-bahasa

dan kaitannya dengan identitas nasional Timor Leste dalam harian STL juga dapat

dilihat dalam konstruksi artikel STL yang memiliki tema bahasa dan konstruksi

indentitas Timor Leste. Menurut observasi peneliti, terdapat tiga artikel STL edisi

Mei 2017 yang membahas dan memberitakan perihal bahasa dan pembangunan

identitas Timor Leste. Satu artikel adalah artikel berita halaman depan (headline),

71

Khusus artikel dalam kolom opini, peneliti memiliki catatan tersendiri berkaitan dengan artikel-

artikel yang diambil langsung dari surat kabar Indonesia tersebut (lihat lampiran yang berisi

perhitungan lengkap artikel STL edisi Mei 2017). 72

Penulis sempat melihat ada artikel rubrik Opiniaun berbahasa Inggris tetapi bukan dalam edisi Mei

2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

71

artikel tajuk rencana yang diberi nama kolomnya Husi Ami (Dari Kami) dan satu

artikel opini. Ketiga artikel tersebut antara lain:

1) Estudantes Tenke Aprofunda Lian Portugues (Pelajar Harus Mempelajari Bahasa

Portugis): merupakan berita headline STL edisi 5 Mei 2017 sebagai hasil

reportase wartawan STL, Natalino T.da Costa dan Jacinta Sequeira atas

peringatan Hari Kebudayaan Portugis (Loron Portugues no Kultura) yang jatuh

setiap tanggal 5 Mei. Judul berita tersebut merupakan bagian dari pidato presiden

Timor Leste ke-3 Taur Matan Ruak di UNTL (Universidade Nasional Timor

Leste).

2) Funsionamentu Estadu, Unidade Nasional, & Establidade Nasaun (Fungsi

Pemerintah, Persatuan Nasional dan Stabilitas Negara); merupakan Tajuk

Rencana STL, Husi Ami, (Dari Kami) pada edisi 23 Mei 2017 (Tersa, 23 Maiu

2017). Selain isinya sesuai tema, tajuk ini merupakan tajuk dalam rangka

menyambut presiden ke-4 Timor Leste yang baru saja terpilih dalam pemilu 2017.

Selain itu, secara tematik, teks ini merupakan tajuk rencana edisi STL yang terbit

persis sesudah perayaan Hari Kemerdekaan Timor Leste ke-15 (20 Mei 2017).73

3) Mensagem Aos Cogressistas (Pesan untuk Kongres); merupakan opini pada STL

edisi 18 Mei 2017. Penulisnya adalah Domcarlos Filipe Ximenes Belo, Uskup

Emeritus Keuskupan Dili, Penerima Nobel Perdamaian 1996, salah satu tokoh

penting dalam sejarah kemerdekaan Timor Leste.

73

Sebagai hari Libur Nasional, maka STL juga tidak terbit pada hari perayaan kemerdekaan Timor

Leste.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

72

Beberapa kalimat dan paragraf dari ketiga artikel di atas secara eksplisit

maupun implisit mengungkapkan wacana keterkaitan antara penggunaan bahasa

dengan konstruksi identitas nasional pada khususnya dan pembangunan negara pada

umumnya. Jalinan sejumlah kalimat dan paragraf ketiga artikel di atas merupakan

bentuk wacana yang dibingkai (framing) oleh harian STL tentang identitas nasional

Timor Leste terkait pemilihan dan penggunaan bahasa ofisial. Berdasarkan analisis

atas beberapa kalimat dan paragraf ketiga artikel di atas, harian STL edisi Mei 2017

(yang merupakan bulan perayaan hari kemerdekaan Timor Leste) menempatkan

problem multi-bahasa dan kebangsaan Timor Leste dalam dua bingkai besar, yaitu:

1) Kondisi multi-bahasa atau tepatnya dwi-bahasa Tetun dan Portugis sebagai

wacana politik politik kenegaraan Timor Leste. Wacana ini tampak jelas dalam

kutipan pernyataan Presiden Taur Matan Ruak pada perayaan Hari Kebudayaan

Portugis bahwa kedwibahasaan Tetun dan Portugis adalah amanat konstitusi

negara yang harus dilaksanakan. Paragraf pertama (lead) STL pada berita

Estudantes Tenke Aprofunda Lian Portugues (edisi 5 Mei 2017) merupakan

kutipan pidato presiden Taur Matan Ruak:

Prezidente Republika Taur matan Ruak apela ba estudante sira atu

aprofunda lian Portugues ho diak, tanba konsagra ona iha konstituisaun

nuudar lian ofisial inklui tetum.

―Ita nia estadu hili ona lian tetun no portugues sai hanesan lian ofisial, nee

konsagra ona iha konstitusaun, tan nee hau husu estudante sira tenke

aprende lian portugues ho diak, tanba Portugues nuudar lingua ofisial

Timor-Leste.

[Presiden Republik taur Matan Ruak menyampaikan kepada para

mahasiswa untuk mempelajari bahasa Portugis dengan baik karena sudah

dicantumkan dalam kontitusi sebagai bahasa nasional termasuk Tetun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

73

―Pemerintah kita telah memilih bahasa Tetun dan Portugis sebagai bahasa

nasional. Maka saya mohon kepada para mahasiswa agar harus

mempelajari bahasa Portugis dengan benar karena bahasa portugis

merupakan bahasa nasional Timor Leste]

Kutipan di atas menunjukkan bahwa penguasaan bahasa Portugis merupakan

kewajiban sebagai warga negara Timor Leste. Secara politis, kewajiban

penguasaan dwi-bahasa ini juga menjadi sarana untuk menyatukan warga Timor

Leste dari berbagai latar belakang suku. Keanekaragaman suku di Timor Leste

sekaligus menunjukkan keanekaragaman bahasa dan dialek. Karena itu, bahasa

nasional menjadi sarana untuk menyatukan agar menjadi satu warga negara Timor

Leste. Pandangan ini dikemukakan oleh pengganti presiden Taur Matan Ruak,

Fransisco Guteres Lu-Olo, sebagaimana dirangkum oleh STL dalam tajuk rencana

edisi 23 Mei 2017:

Nudar Chefe Estado, Fransisco Guterres Lu-Olo antes nee, hatudu ona

ninia vizaun no misaun ba povu katak, nia Prezidenti da republika ba

povu tomak. Nia konsege hatudu ninia esperitualidade mos klaru.

Nudar Chefe Estado, nia sei laharee ba lingua, parpol, ema nia rasa,

etiku, no relijiaun. Maibe tenki konsidera ema hotu nudar sidadaun no

povu nasaun ida nee.

[Sebagai kepala negara, Fransisco Guterres Lu-Olo telah menunjukkan

visi dan misinya untuk seluruh masyarakat bahwa ia adalah presiden

Republik untuk seluruh rakyat. Konsekuensinya jelas, bahwa sebagai

Kepala Negara, ia tidak membedakan mereka menurut bahasa, partai

politik, ras, etnis dan agama. Ia harus memperlakukan semua orang

sebagai warga negara ini.]

2) Kondisi multi-bahasa Tetun dan Portugis sebagai wacana pendidikan, ilmu

pengetahuan, kebudayaan dan kemajuan negara Timor Leste.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

74

Bingkai wacana ini tampaknya menjadi wacana paling kuat dan menonjol saat ini

terutama karena dua problem mendasar yang dihadapi dunia pendidikan Timor

Leste terkait bahasa. Problem pertama, bahwa sekalipun bahasa tetun Dili dapat

dipahami diseluruh wilayah, namun bahasa tersebut masih digunakan sebatas

sebagai bahasa percakapan sehari-hari sehingga belum memiliki standar ejaan

yang baku. Karena itu, warga masih menemui kesulitan jika menggunakannya

sebagai bahasa tertulis dan bahasa ilmu pengetahuan. Kedua, bahwa masih

sangat sedikit dari keseluruhan jumlah penduduk Timor Leste baik di kalangan

terdidik maupun tidak terdidik yang menguasai bahasa Portugis.

Kuatnya wacana identitas nasional dan konteks penggunaan bahasa dalam

dunia pendidikan di Timor Leste tergambar dalam teks berita STL Estudantes

Tenke Aprofunda Lian Portugues (edisi 5 Mei 2017):

Nia hatutan lian portugues nuudar instrumentu neebe bele lori timor

oan sira konese area balu liu liu ba iha kestaun siensia tenologia nian,

tan nee lian portugues nesesariamente ba timor oa sira espesialmente

estudantes tenke aprende no domina diak liu.

[Beliau (presiden Taur Matan Ruak-Pen.) menyampaikan bahwa

bahasa portugis merupakan instrumen yang dapat membawa putera-

puteri bangsa untuk mengenal sebagian ruang lingkup terutama dalam

bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga bahasa portugis

sangat dibutuhkan oleh putera-puteri Timor khususnya para

mahasiswa agar belajar dan mendalaminya dengan sebaik mungkin.]

Secara khusus, harian STL juga memuat opini Uskup Emeritus Keuskupan

Dili Dom Carlos Filipe Ximenes Belo yang berjudul Mensagem aos Cogresistas

(Pesan untuk Kongres) yang secara khusus diminta oleh Menteri Pendidikan

Timor Leste (Ministro da Educacao da RDTL), Dr. Antonio dan Conceicao. Opini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

75

tersebut memuat usulan atau imbauan seorang tokoh nasional yang dihormati

sekaligus Orang Timor (como timorense) kepada Kongres RDTL yang akan

bersidang menyusun agenda pemerintahan lima tahun kedepan. Dengan kata lain,

opini Uskup Belo tersebut dapat dilihat sebagai agenda yang sangat perlu

dijadikan agenda nasional Timor Leste. Uskup Belo mengajukan tiga saran

(sugestoes) yaitu, 1) Intensifikasi dan peningkatan pengajaran bahasa resmi:

Portugis dan Tetum (A intensificação e a melhoria no ensino das línguas oficiais:

Português e Tétum); 2) Pengajaran dan penerapan sains dan teknologi (O ensino

e implementação da ciência e tecnologia); 3) Pelaksanaan pendidikan kejuruan (A

implementação do ensino profissional).

Uskup Belo menempatkan pendalaman dan peningkatan pembelajaran bahasa

Tetun dan Portugis pada urutan pertama sebagai tanda bahwa agenda tersebut

adalah yang terpenting. Selain itu, penekanan agenda tersebut diperlihatkan

Uskup Belo dengan memberikan penjelasan yang lebih konkrit tentang

pelaksanaan agenda tersebut. Berikut ini adalah kutipan penjelasan Uskup Belo

dalam opininya di STL tersebut:

1ª- O ensino das duas línguas oficiais:

a) Quanto à língua portuguesa: o seu uso deveria ser obrigatória não só

nas salas de aulas, mas também no pátio e no ambiente escolar. Que se

criem oportunidades para os timorenses falarem, cantarem e

exprimirem-se em Português em todas as circunstâncias.

b) Quanto à língua nacional Tétum: Seria aconselhável pedir ao

Governo e o Parlamento a publicação de um decreto para a

padronização do Tétum. Que em todo o território nacional vigore um

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

76

só padrão quanto à seja um só padrão quanto à grafia e quanto à

pronúncia. Eu ouso sugerir que o Tétum desenvolvido pelo Instituto da

Linguística da Universidade nacional seja obrigatório para todos. E

que se crie uma Academia da Língua Tétum com as seguintes funções:

a preservação e pureza da língua Tétum; o acompanhamento da

evolução da língua; a autoridade apara aprovar o uso de novos termos.

Sugere-se que essa Academia, criada e aprovada e reconhecida pelo

Governo, seja á única instituição válida em Timor-Leste.

Que se dê maior promoção ao cultivo da literatura Tétum: tanto em

prosa como em poesia. Que se dê maior apreço e valorização aos

timorenses que se dedicam em estudar preservar as tradições dos

antepassados: para será necessário apoiar aqueles e aquelas que se

dedicam à antropologia, à etnologia, à literatura oral.

[1- Pengajaran dua bahasa resmi:

a) Adapun bahasa Portugis: penggunaannya harus wajib tidak hanya di

ruang kelas, tetapi juga di halaman dan di lingkungan sekolah. Bahwa

seharusnya ada kesempatan bagi orang Timor untuk berbicara,

bernyanyi dan mengekspresikan diri mereka dalam bahasa Portugis

dalam semua keadaan.

b. Bahasa nasional Tetun: Disarankan agar Pemerintah dan Parlemen

menerbitkan keputusan tentang standarisasi bahasa Tetun. Bahwa di

seluruh wilayah nasional harus berlaku standar tunggal untuk ejaan

dan pelafalan. Saya berani menyarankan agar bahasa Tetun yang

dikembangkan oleh Institut Linguistik UNTL adalah wajib bagi

semua. Dan bahwa Akademi Bahasa Tetun dibuat dengan fungsi-

fungsi berikut: preservasi kemurnian bahasa Tetun; memonitor

perkembangan bahasa; sebagai otoritas untuk menyetujui penggunaan

ketentuan baru.

Disarankan bahwa Akademi ini, dibuat dan disetujui dan diakui oleh

Pemerintah sebagai satu-satunya lembaga yang sah di Timor-Leste.

Promosi yang lebih besar untuk pengembangan Sastra Tetum:

sebanyak dalam prosa seperti dalam puisi. Penghargaan yang lebih

besar harus diberikan kepada orang Timor yang berdedikasi untuk

mempelajari tradisi leluhur mereka: perlu untuk mendukung mereka

yang mendedikasikan diri mereka untuk antropologi, etnologi dan

sastra lisan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

77

Dari isi teks diatas yang diasampaikan oleh Uskup Belo dalam Opini STL,

menunjukan bahwa kedua bahasa resmi yakni Tetun dan Portugis masih dalam taraf

proses kontruksi identitas bagi warga Timor Leste, terutama dalam proses

pengembangan pendidikan di Timor Leste.

B. Praktik Wacana Identitas Nasional Timor Leste dalam Penggunaan Multi-

Bahasa Media Massa

Praktik wacana berkaitan dengan semua bentuk produksi dan konsumsi teks.

Fokusnya diarahkan pada cara pengarang teks mengambil wacana dan genre yang ada

dengan memperhatikan bagaimana hubungan kekuasaan dimainkan.

Gambaran tentang produksi dan konsumsi penggunaan multi-bahasa dalam sistem

media massa di Timor Leste dapat dijabarkan melalui aspek historis, alasan dan

tujuan serta kondisi audiens yang memengaruhi penggunaan multi-bahasa dalam

media massa Timot Leste (STL).

1. Sejarah dan Profil Singkat Harian Suara Timor Lorosae74

Surat kabar harian STL merupakan bentuk kelahiran baru dari harian Suara

Timor Timur (STT). Suara Timor Timur diterbitkan pertama kali pada tanggal 1

Februari 1993 di bawah pimpinan Salvador Ximenes. Edisi perdana STT memuat

berita dan kajian pengadilan terhadap Xanana Gusmao yang akhirnya terpilih sebagai

Presiden pertama Timor Leste. Sebagai koran yang terbit di provinsi ke-27 Republik

74

Sebagian besar profil dan sejarah singkat STL ini diterjemahkan dan diolah dari profil resmi yang

terdapat pada website STL yaitu http://suara-timor-lorosae.com/profile; diakses pada 8 Desember

2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

78

Indonesia kala itu, STT terikat juga kebijakan otoritarian Presiden Soeharto. Namun,

ketika Presiden Soeharto lengser pada bulan Mei 1998 dan digantikan oleh Habibie,

STT memanfaatkan keterbukaan dengan menyajikan berita-berita yang selama

beberapa tahun tidak pernah diberitakan. STT meliput pasukan Falintil dan

memberitakan kekuatan Falintil yang selama zaman Soeharto terlalu dikecilkan

keberadaannya.

Ketika Habibie menawarkan opsi untuk merdeka atau otonomi, STT banyak

memberitakan kekuatan pro kemerdekaan di samping memuat pula keberadaan pro

otonomi. Keberimbangan pemberitaan ini bila dicemati dapat menjadi petunjuk kuat

bagi pengamat politik untuk memprediksi masa depan Timor Timur dengan akurat.

Sekalipun demikian, pada 3 September 1999 STT berhenti terbit karena pergolakan

politik di Timor Leste yang mengakibatkan hancurnya semua fasilitas perkantoran

STT. Sesudah referendum yang dimenangkan oleh pihak pro kemerdekaan, STT lahir

kembali dengan nama Suara Timor Lorosae dengan edisi pertama terbit pada 31 Juli

2000..

Saat ini, surat kabar STL adalah bagian dari sebuah korporasi media terbesar

di Timor Leste yakni Suara Timor Lorosae Corporation (STL Corp.) yang berdiri

pada Februari 2012. STL Corp. membawahi Surat Kabar STL, STL TV, STL Radio

FM, STL Online, Dili Post, Timor Journalism Training Center, dan Nuno-Malau

Printing. Sebagaimana sebuah korporasi, STL Corp. memiliki lembaga tanggung

jawab sosial (CSR) yaitu Yayasan Timor Tatoli Naroman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

79

Sebagai perusahaan media terbesar, STL Corp. memiliki dua buah gedung

megah di daerah Surik Mas Dili dengan sumber daya manusia yang sebagian besar

terlatih. Dalam website STL tertulis bahwa perusahaan media ini mengirim para

jurnalisnya untuk mendapatkan pelatihan formal kepada beberapa institusi partner di

Indonesia seperti LPDS (Lembaga Pers Dr. Soetomo) dan LPPM Jakarta. Terdapat

juga program internship di harian Kompas, Koran Tempo dan Majalah Tempo di

Jakarta, Harian Pikiran Rakyat di Bandung dan Radar Bali di Denpasar. Partner

pendidikan dan pelatihan jurnalis STL lainnya adalah LUSA (Kantor Berita

Portugis), VOA (Voice of America), TransTv Jakarta, CCI (Content Creative

Indonesia), Colegio Sao Jose Print Journalism, Sao Miguel College TV Journalism,

dan Timor Telecom.

Surat kabar STL tetap mempertahankan kata ―Suara‖ pada namanya karena

alasan sejarah kelahiran surat kabar tersebut. Perannya yang besar pada awal

pendiriannya terutama pemberitaannya tentang dinamika sosial politik menjelang

referendum membuat STL (sebelumnya STT) menjadi media lokal yang banyak

dikutip oleh media-media internasional. Sekalipun demikian, di atas kata ―Suara‖

disematkan frasa bahasa Portugis A Voz da yang berarti ―suara dari‖ sehingga dapat

dibaca juga A Voz de Timor Lorosae atau suara Timor Lorosae. Lorosae adalah kata

bahasa Tetun yang berarti ‗matahari terbit‘ atau Timur, sehingga secara harafiah, arti

nama STL identik dengan nama sebelumnya, STT.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

80

Semboyan STL saat ini adalah Mata Dalan ba Sociedade Livre (Pedoman

menuju Masyarakat Bebas) yang bercita-cita menjadi surat kabar yang mencerahkan

masyarakat berdasarkan saling menghormati, demokrasi, hak-hak asasi manusia,

toleransi dan nilai-nilai budaya Timor Leste. Pada awal berdirinya, moto STL (saat

itu masih STT) adalah Unity and Development (Persatuan dan Pembangunan). Pada

penerbitan kembali, Juli 2000, harian STL menggunakan format 16 halaman dengan

ukuran 75x57 cm dan 8 kolom.

Saat ini, tahun 2017, harian STL memiliki 24 halaman dengan rata-rata

jumlah oplah 3000 eksemplar sehari, dan dapat mencapai 5000 eksemplar pada

moment tertentu.75

Dari jumlah tersebut, sebanyak 800 eksemplar diberikan kepada

pemerintah Timor Leste sesuai kesepakatan antara pemerintah dan STL untuk

disebarluaskan kepada para aparat pemerintahan di wilayah pedesaan.. Sedangkan

pembaca terbanyak STL adalah warga yang berdiam di kota Dili sebagai ibu kota

negara sekaligus sebagai kota dengan jumlah penduduk terbesar di Timor Leste.

Untuk memperjelas gambaran bentuk, ukuran dan desain grafis harian STL, berikut

ini adalah contoh gambar halaman depan dan halaman belakang serta halaman lain di

tengahnya:

75

Namun menurut catatan Kedutaan Besar RI di Dili, sebelum krisis politik dan keamanan yang terjadi

April-Mei 2006 yang lalu, STL (dan Timor Post) memiliki oplah atau tiras sekitar 1,500 eksemplar

per hari, namun saat ini hanya sekitar 1,000 sampai 1,200 saja

(https://www.kemlu.go.id/dili/id/berita-agenda/Pages/MediaTL.aspx)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

81

Gambar 2. Contoh halaman depan & belakang harian STL (Edisi 17 Mei 2017)

Gambar 3. Contoh halaman isi (hlm.11 & 14) harian STL (Edisi 17 Mei 2017)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

82

2. Data Pembaca Surat Kabar Timor Lorosae

Saat ini, STL masih merupakan surat kabar yang paling besar di Timor Leste

karena memiliki oplah paling banyak dan jumlah pembaca paling besar. Menurut

survei tahun 2011 terhadap media dan komunikasi di Timor Leste oleh United

Nations Integrated Mission in Timor-Leste (UNMIT), STL merupakan surat kabar

yang dibaca oleh sekitar 44% dari seluruh pembaca surat kabar di Timor Leste.

Secara lengkap, ditunjukkan pada grafik di bawah ini:

Grafik 2. Perbandingan jumlah pembaca koran dan majalah

di Timor Leste tahun 201176

Besarnya jumlah pembaca STL sebagaimana temuan UNMIT di atas begitu

menjadi petunjuk bahwa konten atau isi harian STL memiliki pengaruh yang cukup

besar bagi warga Timor Leste. Maka, sebagai warga masyarkat pembaca yang sering

mengkonsumsi atau membaca surat kabar STL yang beredar luas di Timor leste,

76

Sumber Grafik: UNMIT, 2011,Timor Leste Media and Communication Survey. Dili: UNMIT, hlm.

51.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

83

adalah untuk mengetahui perkembangan apa saja yang terjadi di Negara tersebut.

Terutama berita-berita yang terkait secara khusus dengan perkembangan ekonomi

politik di kota dili dan distrik-distrik serta berita-berita internasional secara umum.

Topik-topik yang di gemari oleh pemabaca adalah, topik berupa pembangunan Timor

Leste, berita olahraga dan Entertaiment, (hiburan).

C. Praktik Sosio-Budaya dalam Fenomena Penggunaan Multi-Bahasa di Media

Massa

Praktik sosial biasanya tertanam dalam tujuan, jaringan dan praktik budaya

sosial yang luas. Dalam dimensi ini, sudah mulai masuk pemahaman intertekstual,

peristiwa sosial di mana kelihatan bahwa teks dibentuk oleh dan membentuk praktik

sosial. Dalam konteks wacana yang tersusun dalam media massa STL, praktik sosio-

budaya tampak dalam sistem media negara Timor Leste, sistem pengelolaan oleh

institusi media STL dan berbagai pola penerimaan atau penggunaan oleh publik atau

pembaca dan pemirsa.

1. Sistem dan Kondisi Media Massa di Timor Leste

Sistem merupakan suatu kesatuan yang tersusun atas bagian-bagian atau

komponen-komponen yang saling bergantung serta berhubungan satu sama lainnya

dan masing-masing komponen itu juga berdiri dan berfungsi sendiri namun saling

berkaitan demi tercapainya suatu tujuan yang telah ditentukan (Rachmadi, 1990: 8).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

84

Pers merupakan bagian (subsistem) yang lebih besar, yaitu sistem komunikasi. Sistem

komunikasi dapat dilihat sebagai bagian dari sistem yang lebih besar. Pada umumnya

orang melihat sistem pers dikaitkan dengan bentuk sistem sosialnya dan selalu

dihubungkan dengan sistem pemerintahan yang ada atau bentuk negara di mana

sistem pers itu berada.

Dengan kata lain, sistem pers atau media massa dapat dipahami sebagai

tatanan, cara, metode pola dan mekanisme kerja dari bagian-bagian yang membentuk

suatu totalitas komunikasi manusia melalui media massa.77

Secara sederhana, yang

dimaksud dengan sistem media massa Timor Leste adalah relasi saling terhubung

antar regulasi, mekanisme pengelolaan oleh pemilik dan jurnalis, dan tanggapan atau

penggunaan oleh pembaca atau audiens yang adalah warga negara Timor Leste.

Arti sistem media massa yang demikian menunjukkan bahwa sistem media

massa sangat identik dengan sistem sosial. Rumusan lainnya, sistem media massa dan

sistem sosial itu terintegrasi bakna ibarat ―dua sisi mata uang.‖78

Dengan kata lain,

karakter sistem media massa dipengaruhi oleh karakter sistem sosial yang

melingkupinya, dan sebaliknya sistem media massa dapat mempengaruhi sistem

sosial, politik, budaya dan keagamaan.

Timor Leste baru mendapatkan kemerdekaan sepenuhnya pada tahun 2002.

Dengan demikian, sistem media massa di Timor Leste termasuk masih sangat baru

77

Pengertian sistem media massa ini diturunkan dari pengertian sistem komunikasi sebagaimana

diuraikan dalam Anwar Arifin, 2011, Sistem Komunikasi Indonesia, Bandung: Simbiosa Rekatama

Media, hlm.33-34. 78

Ibid, hlm.33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

85

jika dibandingkan dengan negara lain termasuk Indonesia. Sekalipun demikian,

kebebasan pers di Timor Leste pada tahun 2017 adalah yang terbaik di Asia.79

Lembaga Indeks Kebebasan Pers Dunia (World Press Freedom Index) menempatkan

kebebasan pers di Timor Leste pada peringkat 98 dari 180 negara. Posisi ini jauh di

atas negara lain di Asia termasuk Indonesia yang berada di peringkat 124.

Secara konstitusional, jaminan kebebasan berpendapat (freedom of speech)

yang mencakup kebebasan pers di Timor Leste, tertuang dalam pasal 40 dan 41

Undang-Undang Dasar Republik Demokratik Timor Leste. Secara lengkap, rumusan

kedua pasal itu adalah:

Pasal 40 (Kebebasan Mengeluarkan Pendapat dan Kebebasan Informasi)

1. Setiap orang memiliki hak atas kebebasan mengeluarkan pendapat serta

hak untuk memberikan informasi serta untuk diberitahu informasi secara

tidak memihak.

2. Penggunaan hak kebebasan mengeluarkan pendapat dan kebebasan atas

informasi tidak dapat dibatasi oleh jenis penyensoran apapun.

3. Penggunaan hak dan kebebasan yang disebut dalam pasal ini akan diatur

oleh undang-undang, berdasarkan kewajiban untuk menghormati UUD

dan martabat manusia.

Pasal 41 (Kebebasan Pers dan Media Massa)

1. Kebebasan pers dan media massa lainnya terjamin.

2. Kebebasan pers terdiri atas kebebasan mengeluarkan pendapat dan daya

cipta para wartawan, akses pada sumber-sumber informasi, kebebasan

editorial, perlindungan kemandirian dan kerahasiaan profesional, serta hak

untuk menerbitkan surat kabar, terbitan-terbitan dan sarana penyiaran

yang lain.

3. Monopoli atas media massa adalah dilarang.

4. Negara akan menjamin kebebasan dan kemandirian media umum dari

kekuasaan politik dan ekonomi.

79

Seperti dikutip dalam https://m.suara.com/wawancara/201705/22/070000/ramos-horta-jdi-korban-

hoax-dan-nasib-jurnalis-timor-leste. Diakses 10 Januari 2018.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

86

5. Negara akan menjamin adanya suatu dinas radio dan televisi umum yang

tidak memihak, guna, antara lain, melindungi dan menyebarluaskan

budaya dan nilai tradisional Republik Demokratis Timor Leste serta

menjamin kesempatan bagi pengungkapan pendapat yang berbeda-beda.

6. Stasiun-stasiun radio dan televisi hanya bisa beroperasi dengan surat ijin,

sesuai dengan undang-undang.

Bunyi kedua pasal UUD Timor Leste di atas menunjukkan bahwa sistem pers

di Timor Leste bersifat bebas dengan sedikit pembatasan. Sekalipun demikian,

perkembangan regulasi di bidang komunikasi di Timor Leste berkembang cukup

lambat terutama yang berkaitan dengan pers.80

Pada waktu pemerintahan transisi oleh

UNTAET, badan PBB ini merancang dan membangun sebuah pelayanan penyiaran

publik (Public Broadcasting Service of East Timor) berdasarkan UU No. 6/2002

dengan terwujudnya lembaga penyiaran pemerintah Radio Timor Leste (RTL) dan

Televisiao Timor Leste (TVTL).

Pemikiran untuk segera merancang sebuah UU Pers begitu berkembang ketika

parlemen Timor Leste memberlakukan kode hukum pidana yang baru pada tahun

2009. Sebenarnya proses penyusunan Rancangan Undang-Undang (RUU) Pers

Timor-Leste, dimulai sejak awal 2005. Namun, rancangan UU yang sebagian besar

pasalnya bermaterikan kriminalisasi dan defamasi itu, menuai kritik dari kalangan

asosiasi dan organisasi nasional, regional bahkan internasional.81

Institusi pers yang

aktif kala itu adalah organisasi-aliansi journalist seperti Asosiasi Jurnalist Timor

Leste (AJTL) dan Timor Leste Press Union (TLPU). Kedua organisasi journalist ini

80

UNESCO, 2011, Assessment of Media Development in Timor-Leste, hlm.4-5. 81

Dinamika pro-kontra dalam proses penyusunan UU Pers Timor Leste ini dapat dibaca pada portal

Asosiasi Pers Asia Tenggara (SEAPA): https://www.seapa.org/rancangan-uu-geliat-politik-dan-

kebebasan-pers/ ; diakses 7 Desember 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

87

bersama Sindacatos dos Journallitas de Timor Leste (SJTL) dalam Kongres Nasional

Jurnalist 27 Oktober 2013 berhasil melahirkan dan mensahkan adanya Kode Etik

Jurnalistik.

Di tahun 2008, penyusunan rancangan UU Pers kembali dilakukan dengan

mendapat dana dari UNDP (United Nations Development Program). Namun, karena

masih adanya sejumlah pasal yang menyangkut kriminalisasi dan defamasi,

rancangan UU tersebut kembali menuai protes dari kalangan asosiasi jurnalis

nasional, regional maupun internasional. Federasi Jurnalis Internasional atau

International Federation of Journalists (IFJ), misalnya, pernah melayangkan surat

protes kepada Presiden Timor-Leste waktu itu, Xanana Gusmão untuk membatalkan

pengesahan RUU tersebut menjadi UU. Dan, setelah mempertimbangkan sejumlah

alasan dari Asosiasi Jurnalis Timor Lorosa‘e (AJTL) dan IFJ, Presiden Xanana

Gusmão akhirnya membatalkan pengesahan RUU tersebut.

Dua tahun kemudian (2010), pemerintah melalui Sekretaris Negara urusan

Komunikasi Sosial Timor-Leste kembali mengundang perwakilan dari sejumlah

asosiasi jurnalis dan media nasional untuk kembali mempersiapkan rancangan UU

Pers Timor-Leste. Sebuah tim kecil, yang terdiri atas lima orang yang mewakili

asosiasinya masing-masing, dibentuk, yang dikenal dengan sebutan Team Five. Hasil

kerja Team Five selanjutnya melahirkan 26 pasal pada RUU Pers. Yang jadi masalah,

penambahan sejumlah pasal yang dilakukan oleh Komisi A Parlamen Nasional, sama

sekali tanpa sepengetahuan asosiasi media di Timor-Leste. Terbetik kabar, pada pasal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

88

22 yang mengatur tentang komposisi Dewan Pers telah terjadi perubahan yang

signifikan. Perubahan pada pasal 22 ini bertolak belakang dengan konsep awal Team

Five. Asosiasi jurnalis dan sejumlah Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) telah

menyatakan menolak komposisi Dewan Pers versi Parlamen Nasional.

Akhirnya, Undang-undang Pers (Komunikasi Sosial) Lei No. 5/2014 dapat

disahkan pada 19 Nopember 2014.82

Pemerintah juga menjadi inisiator lahirnya

Statuta Dewan Pers dalam Dekrit-Lei No. 25/2015 yang disahkan pada 5 Agustus

2015. Pada tanggal 10 Mei 2016 dilantiklah lima orang anggota Dewan Pers oleh

Parlemen Nasional yang dipimpin oleh Presiden Parlemen Nasional, Aderito Hugo

da Costa yang sebelumnya juga dikenal sebagai wartawan dan pemilik media cetak

nasional.

Statuta Dewan Pers No. 25/2015 tanggal 5 Agustus 2015 mengamanatkan

agar Parlemen Nasional (PN) Timor Leste 15 Maret 2016 memilih dan menetapkan

Virgilio da Silva Guterres dan Paulo Adriano da Crus Araujo sebagai wakil Parlemen

Nasional di Dewan Pers. Dengan demikian maka genaplah jumlah lima orang

anggota Dewan Pers. Sementara tiga orang anggota Dewan Pers lainnya yaitu Hugo

Fernandes, Jose Ximenes dan Fransisco Belo akhir Nopember 2015 yang lalu oleh

Asosiasi Pemilik Media, Asosiasi Jurnalis Timor Leste dan Timor Leste Press Union

telah memilih, memverifikasi dan uji public calon-calon anggota Dewan Pers di tiga

82

Berita dan ulasan tentang pembentukan Dewan Pers Timor Leste ini dapat dibaca dalam Petrus

Suryadi Sutrisno, ―Timor Leste Memiliki Dewan Pers‖, dalam https://m.jpnn.com/news/timor-

leste-miliki-dewan-pers?page=2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

89

lokasi yang berbeda melalui suatu proses seleksi ketat berjalan secara langsung,

bebas, terbuka dan demokratis serta procedural.

Institusi Pers Timor Leste dalam waktu dekat akan bertambah lagi dengan

kehadiran Kantor Berita Timor Leste (Agencias Noticias de Timor Leste) yang

―embrio‖nya sudah memperoleh Surat Keputusan Dewan Menteri Pemerintah RDTL

bulan Pebruari 2016. Dan dari Kantor Berita Timor Leste tersebut nantinya akan

muncul cikal bakal Pusat Data dan Informasi Nasional, Pusat Produksi Dokumentasi

dan Film Negara, Lembaga Pelatihan dan Pengembangan Komunikasi Terapan dan

Lembaga Pendapat Umum.

Saat ini, terdapat dua surat kabar besar di Timor Leste yakni yang beroplah

1000-1500 eksemplar per hari yang menggunakan tiga sampai empat bahasa83

. Kedua

harian itu adalah Suara Timor Lorosae (STL) dan Timor Post (TP). STL

menggunakan bahasa Tetun, Portugis, Indonesia dan Inggris. TP menggunakan

bahasa Tetun, Portugis dan Indonesia. Selain kedua koran besar ini, ada pula tiga

harian lainnya tetapi hanya menggunakan bahasa Tetun dan Portugis yaitu Diario

Nacional, Timoroman dan Independente.

Selain itu, ada dua surat kabar mingguan yang menggunakan dua bahasa pada

setiap terbitannya yaitu The Dilli Weekly dan Time Timor. The Dilli Weekly

83

Informasi tentang keberadaan media massa di Timor Leste ini diolah penulis dari beberapa sumber

online antara lain: https://www.kemlu.go.id/dili/id/berita-agenda/Pages/MediaTL.aspx;

https://m.jpnn.com/news/wartawan-timor-leste-raimundos-oki-magang-di-australia. Selain itu,

sumber informasi lainnya adalah hasil pengamatan penulis ketika berkunjung ke Timor Leste serta

wawancara dengan beberapa mahasiswa Timor Leste yang sedang menempuh kuliah di Yogyakarta

pada bulan November 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

90

menggunakan bahasa Tetun dan Inggris serta Time Timor menggunakan bahasa

Tetun dan Indonesia. Sedangkan media cetak lain yang hanya menggunakan bahasa

Tetun adalah mingguan Jurnal Nacional Diario, mingguan A Voa Da Cultura, dan

mingguan Klaak.

Untuk media massa elektronik, Timor Leste memiliki satu stasiun radio-

televisi milik pemerintah yaitu Radio-Televisao Timor Leste (RTTL). Pada awal

mulanya RTTL merupakan radio dan televisi UNTAET dari tahun 1999 hingga 2002

yang merupakan fasilitas bagi masyarakat Timor-Leste dengan program-program

mengenai keberadaan PBB sebagai administrasi transisi di TL. Pada tanggal 20 Mei

2002 sempat dipecah menjadi dua badan administrasi yang masing-masing mengelola

radio dan televisi secara terpisah namun pada tahun 2005 digabungkan lagi menjadi

satu institusi yang dikenal dengan nama Radio Televisão Timor-Leste (RTTL)

sebagai lembaga penerangan nasional. Siaran TVTL yang menggunakan bahasa

Tetum hanya ditayangkan dari jam 07.00-09.00 di pagi hari dan di sore hari mulai

pukul 20.00-21.00. Di luar waktu-waktu tersebut, TVTL me-relay siaran/program

acara dari Radio dan Televisi Portugal (RTP).

Sedangkan stasiun televisi swasta di Timor Leste memiliki jangkauan siaran

yang cukup luas yaitu Televisi Suara Timor Lorosae (STL TV), Grupo Media

Nacional TV atau GMN TV, TVE dan ETO TV. Mayoritas tayangan beberapa

televisi swasta ini berisi berita dan musik dengan menggunakan bahasa Tetun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

91

Sekalipun demikian, beberapa acara hiburan di ketiga stasiun televisi swasa ini me-

relay juga acara hiburan yang berasal dari stasiun televisi swasta di Indonesia.

Sementara itu, selain satu stasiun radio pemerintah di atas, terdapat pula

beberapa radio swasta lainnya seperti Radio Timor Kmanek, Radio Falintil, Radio

Kibur FM 102, Radio Rakambia, Radio Suara Timor Lorosae serta radio-radio

komunitas yang pada umumnya dikelola oleh beberapa LSM (Lembaga Swadaya

Masyarakat). Hampir semua stasiun radio ini menggunakan bahasa Tetun dalam

siarannya.

Sekalipun memiliki jaringan stasiun televisi sendiri (milik pemerintah dan

swasta), tidak banyak tayangan hiburan yang disiarkan oleh stasiun-stasiun tersebut.

Faktanya, warga Timor Leste masih menonton sejumlah tayangan hiburan seperti

sinetron dari beberapa stasiun televisi swasta Indonesia yang dapat di-relay dengan

menggunakan perangkat parabola.

2. Pertimbangan Redaksi STL tentang Penggunaan Multi-Bahasa

Menurut Domingos Saldanha,84

Pemimpin Redaksi STL, penggunaan empat

bahasa ini dilakukan karena negara Timor Leste secara politik mengakui empat

bahasa. Karena itu, setiap wartawan STL sebisa mungkin menguasai keempat bahasa

tersebut setidaknya dua bahasa dikuasai secara fasih. Secara khusus, terkait

banyaknya penggunaan bahasa Indonesia dalam konten STL, Domingos Saldanha

mengungkapkan alasan demikian:

84

Wawancara dengan Domingos Saldanha di Dili pada tanggal 24 Juli 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

92

Dalam konstitusi RDTL, bahasa Indonesia diakui sebagai bahasa kerja. Karena

itu, STL memilih empat bahasa sekaligus yaitu Tetun, Portugis, Inggris dan

Indonesia. Dasar pertimbangannya adalah masalah pasar saja. Karena masih

banyak masyarakat Timor Leste yang paham dan mengerti bahasa Indonesia.85

Pendapat pimpinan harian STL tersebut dengan jelas mengungkapkan bahwa

alasan pasar atau ekonomi menjadi pertimbangan dasar STL menggunakan empat

bahasa dalam setiap edisinya. Hal ini sesuai dengan keberadaan STL sebagai sebuah

lembaga bisnis atau perusahaan besar berbentuk korporasi. Dalam konteks

manajemen bisnis media, kepentingan ekonomi untuk dapat memenuhi biaya

produksi serta mendapatkan keuntungan atau profit sebanyak-banyaknya merupakan

alasan paling mendasar bagi STL untuk menggunakan empat bahasa yang dikenal

publik Timor Leste. Dengan empat bahasa tersebut, STL bisa menjangkau lebih

banyak pembaca sehingga oplah STL tetap berjumlah besar bahkan diharapkan

meningkat. Alasan bisnis redaksi STL tampaknya sesuai dengan temuan survey

UNMIT tahun 2010 yang menyatakan bahwa masih sangat besar jumlah pembaca

surat kabar di Timor Leste yang dapat membaca berita dalam bahasa Indonesia.

Berikut ini adalah grafiknya:

85

Wawancara tertulis melalui situs jejaring sosial dengan Domingos Saldanha, Pemimpin Redaksi

STL, pada tanggal 26 Maret 2018.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

93

Grafik 3. Kemampuan publik STL dalam membaca dengan bahasa-bahasa

Pertimbangan pasar pembaca STL sebagaimana diungkapkan oleh pimpinan

redaksi STL yang secara tidak langsung didukung oleh hasil survei UNMIT tahun

2010 di atas, berkaitan pula dengan fakta bahwa begitu banyak pula generasi muda

Timor Leste mengenyam pendidikan tinggi di berbagai kampus di Indonesia. Kelak

jika mereka telah kembali ke Timor Leste, kaum terdidik inilah yang menjadi salah

satu kelompok yang menjadi target pembaca STL. Domingos Saldanha

mengungkapkan:

Ada ribuan orang Timor yang sedang belajar di universitas di Indonesia. Jadi,

sekalipun tidak lagi diajarkan di Timor Leste, bahasa Indonesia tidak hilang di

Timor. Pada akhirnya tergantung pada mekanisme pasar saja karena orang-

orang itu pasti mengerti bahasa Indonesia.86

Selain faktor pasar, penggunaan bahasa Indonesia dalam porsi yang cukup

banyak di harian STL juga dipengaruhi oleh faktor kemampuan sumber daya manusia

yang dimiliki oleh STL. Sebagai bentuk kelahiran baru dari harian Suara Timor

86

Wawancara tanggal 26 Maret 2018.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

94

Timur yang terbit saat Timor Leste masih sebagai bagian dari wilayah Indonesia,

maka para pimpinan dan wartawan STL lebih menguasai bahasa Indonesia sebagai

bahasa untuk menulis dibandingkan bahasa lainnya. Para pimpinan redaksi maupun

wartawan lain yang kini bergabung hampir semuanya adalah lulusan dari sekolah

menengah dan universitas yang menggunakan bahasa Indonesia. Saldahna

menjelaskan:

Saat ini, STL memiliki sekitar 30 wartawan. Semuanya bisa berbahasa Tetun

dan Indonesia, dan hanya sedikit yang bisa menulis dalam bahasa lain. Kolom

opini dan ASEAN kebanyakan menggunakan bahasa Indonesia karena akses

ke internet lebih gampang karena petugas yang mengakses tersebut hanya

mengerti bahasa Indonesia.87

Kedua alasan di atas seolah menunjukkan bahwa urusan penggunaan bahasa,

terutama bahasa Indonesia yang dalam konteks politik Timor Leste dianggap bahasa

penjajah, hanya persoalan bisnis media dan pengaturan sumber daya manusia dalam

perusahaan media STL. Pertimbangan rasa nasionalisme orang Timor Leste bukan

menjadi salah satu faktor penting yang dipertimbangkan redaksi STL dalam hal

penggunaan empat bahasa dalam kontennya. Dalam wawancara, Saldanha

mengungkapkan bahwa masalah nasionalisme bergantung pada kedewasaan

individual masyarakat Timor Leste, bukan tergantung pada bahasa. Menurutnya,

hingga tahun 2017, belum ada teguran dari pemerintah maupun publik pembaca yang

mempersoalkan penggunaan multibahasa hanya karena alasan yang berkaitan dengan

nasionalisme.88

87

Wawancara tanggal 26 Maret 2018. 88

Wawancara tanggal 26 Maret 2018.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

95

D. Rangkuman

Sistem media massa di negara Timor Leste termasuk sistem yang bebas atau

yang menjamin kebebasan pers dalam wilayahnya. Kenyataan tersebut terlihat dalam

indeks kebebasan pers yang diterbitkan oleh Freedom House. Sekalipun demikian,

media massa di Timor Leste baru saja memiliki perangkat hukum dan organisasi

seperti undang-undang dan lembaga negara khusus yang berkaitan dengan pers.

Memenuhi tuntutan kondisi sosial masyarakat pembaca, sejumlah besar media

massa di Timor Leste menggunakan lebih dari satu bahasa dalam setiap edisinya.

Harian STL sebagai harian terbesar di Timor Leste menggunakan empat bahasa yaitu

Tetun, Portugis, Indonesia dan Inggris. Secara struktural atau pengaturan rubrik dan

bahasa artikel, harian STL paling banyak menggunakan bahasa Tetun dan Indonesia

dibandingkan dengan kedua bahasa lain yakni Portugis dan Inggris. Alasan

terkuat STL (dan media massa lainnya) lebih banyak menggunakan bahasa Tetun dan

Indonesia adalah persoalan bisnis media yakni tuntutan pasar bahwa kebanyakan

warga Timor Leste pembaca media cetak khususnya kaum terpelajar lebih menguasai

bahasa Tetun dan Indonesia.

Agenda penggunaan bahasa untuk konstruksi identitas nasional Timor Leste

bukan menjadi ideologi dominan harian STL. Sekalipun demikian, media massa di

Timor Leste tetap membingkai dan meletakkan wacana konstruksi identitas melalui

penguasaan dan pendalaman kedua bahasa nasional sebagai wacana yang penting

baik dalam konteks politik maupun dalam konteks pendidikan dan pembangunan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

96

bangsa. Proses pembingkaian itu tampak pada penulisan berita atau peliputan yang

detil maupun dalam opini tentang agenda pembelajaran dan pengembangan bahasa

nasional Timor Leste.

Kaitan antara politik bahasa dan fenomena multi-bahasa media massa dengan

konstruksi identitas nasional Timor Leste akan dibahas pada bab berikut tulisan ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

97

BAB IV

PASCAKOLONIALISME DAN KONSTRUKSI IDENTITAS NASIONAL

TIMOR LESTE DALAM FENOMENA MULTI-BAHASA MEDIA MASSA

Bab sebelumnya telah menguraikan teks, praktik wacana dan konteks sosio-

budaya dari tiga lapisan wacana identitas nasional Timor Leste dalam fenomena

multi-bahasa media massa. Selanjutnya, bab ini merupakan refleksi sistematis penulis

dengan perspektif pascakolonialisme tentang keterkaitan antara wacana identitas

nasional melalui politik bahasa dan fenomena multi-bahasa dalam konten media

massa di Timor Leste sebagaimana telah digambarkan pada dua bab sebelumnya.

Menurut penulis, dalam perspektif pascakolonialisme, setidaknya terdapat tiga hal

yang dapat menguraikan kaitan antara fenomena multi-bahasa di Timor Leste dengan

wacana kolonialisme. Pertama, fenomena multi-bahasa sebagai dominasi wacana

kolonial dalam proses pembentukan identitas nasional Timor Leste. Kedua, fenomena

multi-bahasa media massa sebagai dominasi wacana kolonialisme-kapitalisme

terhadap perkembangan identitas nasional Timor Leste. Ketiga, standarisasi bahasa

Tetun sebagai praktik resistensi wacana kolonialisme dan rekonstruksi identitas

nasional Timor Leste.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

98

A. Multi-bahasa sebagai Dominasi Wacana Kolonial dalam Proses

Pembentukan Identitas Nasional Timor Leste

Dapat dikatakan, identitas kebahasaan yang tampak dalam kehidupan sehari-

hari masyarakat Timor Leste adalah multilingualisme, di mana warga mengenal

bahkan menggunakan setidaknya empat bahasa dalam komunikasi harian mereka di

berbagai konteks. Fenomena multi-bahasa ini dapat dilihat sebagai kondisi yang

―sudah ada‖ karena berbagai faktor kultural dan sejarah, tetapi juga faktor sejarah

politik pra kemerdekaan, hingga sesudah kemerdekaan. Dalam perspektif kajian

pascakolonial, kondisi multi-bahasa dalam masyarakat Timor Leste merupakan

wacana kolonial yang masih terus bekerja secara dominan dan mempengaruhi

pembentukan identitas nasional Timor Leste.

Menurut Thomas dan Wareing, identitas apa pun seseorang, sekelompok

orang maupun sebuah institusi dibentuk dan dinegosiasikan sepanjang perjalanan

melalui bahasa yang digunakan.89

Maka perubahan maupun dinamika yang

ditunjukkan dalam bahasa yang digunakan mencerminkan perubahan dan dinamika

identitas komunitas tersebut. Sekalipun demikian, dalam konteks negara Timor Leste,

kondisi nyata fenomena kebahasaan bangsa Timor Leste yakni multi-bahasa atau

multilingualisme tersebut merupakan akibat dari interaksi yang tidak berimbang

antara bangsa kolonial dengan warga kesukuan yang mendiami Timor Leste.

89

Linda Thomas & Shan Wareing, 2007, Bahasa, Masyarakat & Kekuasaan, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, hlm. 224.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

99

Fakta bahwa Timor Leste sebagai negara multi-bahasa tersebut ditunjukkan

oleh temuan beberapa peneliti internasional tentang Timor Leste. Data yang cukup

kuat ditunjukkan oleh penelitian longitudinal Michael Leach tahun 2010. Leach

membuat survei tentang pemetaan penguasaan bahasa oleh penduduk Timor Leste

pada tahun 2002, 2007 dan 2010.90

Leach menemukan bahwa pada tahun 2002,

sebanyak 95% respondennya fasih berbahasa Tetun, 2,5% fasih berbahasa Portugis,

87% fasih berbahasa Indonesia, dan 10% fasih berbahasa Inggris. Pada tahun 2007,

Sebanyak 94% fasih berbahasa Tetun, 8% fasih berbahasa Portugis, 84% fasih

berbahasa Indonesia, dan 8% fasih berbahasa Inggris. Pada tahun 2010, 90% fasih

berbahasa Tetun, 8% fasih berbahasa Portugis, 78% fasih berbahasa Indonesia, dan

10% fasih berbahasa Inggris.

Temuan Leach ini menunjukkan bahwa sekalipun dalam persentase yang

berbeda, namun jumlah pengguna keempat bahasa tersebut tidak banyak berubah

dalam kurun waktu 2002 – 2010. Hasil survei Leach memperjelas bahwa secara

faktual, Timor Leste merupakan sebuah negara multilingual. Yohanes Manhitu,

penulis kamus Tetun-Indonesia, Indonesia-Tetun menulis, ―Di dalam masyarakat

multibahasa seperti di Timor-Leste, bilingualisme dan multilingualisme boleh

dipandang sebagai hal yang lumrah.‖91

90

Leach, 2010. Op. Cit. 229-230. 91

Manhitu, ―Bahasa Tetun: Bahasa Resmi Termuda di Planet Kita‖

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

100

Menurut perspektif pascakolonialisme, proses dan struktur dominasi wacana

kolonialisme yang tampak dalam fenomena multi-bahasa di Timor Leste dapat

diuraikan dalam beberapa poin berikut ini:

1. Dominasi Bahasa Portugis atas Bahasa-bahasa Kesukuan

Secara tradisional, masyarakat Timor Leste merupakan masyarakat yang

terdiri dari banyak suku dan bahasa. Jika dengan kategori etnisitas, sekitar 78 persen

adalah etnis Timor (Timorese) dan 20 persen etnis Indonesia (Indonesia), 2 persen

Cina, dan kurang dari 1 persen etnis Portugis.92

Menurut sensus yang dibuat oleh

Kementerian Keuangan Timor Leste tahun 2010, terdapat sekitar 30 bahasa dan suku

yang tersebar di seluruh distrik Timor Leste. Dari semua bahasa daerah tersebut,

bahasa Tetun Prasa atau Tetun Dili merupakan bahasa lokal dengan jumlah pengguna

sehari-hari terbanyak yaitu sebanyak 37% dari penduduk Timor Leste, disusul oleh

Mambae (13%), Makasae (10%), Tetun Terik (6%), Baikenu dan Kemak (6%), dan

Bunak (5%). Pengguna bahasa lokal lainnya berada di bawah 4%. 93

Selain bahasa yang berbeda, masing-masing suku dibedakan menurut asal-

usul nenek moyang dan keterikatan pada wilayah tinggal, tanah atau kampung

kelahiran.94

Dengan begitu, keberadaan suku-suku tersebut masih berperan besar

dalam hidup bermasyarakat baik sehari-hari maupun dalam konteks dunia sosial-

92

Country Watch, 2017. East Timor: 2017 Country Review, hlm. 174. Dapat diakses di laman

www.countrywatch.com. 93

Dalam Catharina Williams-van Klinken & Rob Williams, 2015. ―Mapping the mother tongue in

Timor Leste: Who Spoke what where in 2010?‖, Dili Institute of Technology. 94

McWilliam & Traube, 2011. Op.cit. hlm. 1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

101

politik kekuasaan. Hal ini ditunjukkan dengan masih kuat peran kepala suku atau

yang dituakan dalam suku sebagai pemimpin opini hingga penilai dan pemberi

keputusan terkait perkara sosial, politik, budaya bahkan ekonomi. Maka tidak

mengherankan bahwa dalam surveinya tentang unsur-unsur yang membentuk idenitas

nasional Timor Leste, Michael Leach mencantumkan unsur kesetiaan pada adat suku-

suku tradisional Timor Leste.95

Secara historis-politis, kondisi multi-bahasa di Timor Leste saat ini tak lepas

dari sejarah panjang bangsa ini berelasi dengan bangsa lain di dunia terutama

keterkaitan historisnya dengan bangsa Portugis dan Indonesia. Menurut Taylor-

Leech, sekalipun Portugis dan Indonesia memiliki kebijakan dan praktik yang

berbeda di Timor Leste, namun keduanya memiliki implikasi yang sama bahwa

penggunaan bahasa merupakan bagian dari strategi kedua negara untuk proses

asimilasi sosial dan budaya.96

Pada masa kolonialisme Portugis, perwakilan

pemerintah Portugis di Timor Leste menetapkan bahasa Portugis sebagai bahasa

resmi administrasi atau bahasa ―negara‖ serta bahasa agama yakni bahasa yang

digunakan dalam tradisi agama Katolik. Bahasa Portugis pun dipelajari para murid di

sekolah milik para pastor seperti seminari-seminari. Karena itu, bahasa Portugis

menjadi seperti bahasa kaum elit pemerintahan di Timor Leste. Sementara itu, bahasa

Tetun dan sejumlah bahasa daerah lainnya hanya sebagai bahasa percakapan antar

penduduk setempat sebagai penggunanya.

95

Leach, 2010, Op.cit. 96

Taylor-Leech, Op.cit., hlm.154

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

102

2. Dominasi Bahasa Indonesia: Antara Indoktrinasi dan Bahasa Pendidikan

Sementara itu, selama pendudukan oleh Indonesia, terjadi indoktrinasi

ideologi Pancasila dan keharusan penggunaan bahasa Indonesia dimasukkan dalam

kurikulum ataupun aturan-aturan baku dalam lembaga-lembaga pemerintahan dan

sekolah. Hal ini berdampak positif terhadap perkembangan bahasa Indonesia,

sehingga kakek-kakek maupun nenek-nenek bisa berbahasa Indonesia walau hanya

sebatas memahami dan mengunakan beberapa kata saja.

Pemerintahan Soeharto melarang penggunaan bahasa Portugis dalam

percakapan sehari-hari. Bahasa Portugis benar-benar terkubur selama pendudukan

oleh Indonesia. Anehnya, pemerintahan Soeharto tidak melarang penggunaan bahasa

Tetun secara lebih meluas, selain bahasa Indonesia. Bahkan ketika Gereja Katolik di

Timor Leste diijinkan oleh Vatikan pada tahun 1981 untuk merayakan Ekaristi dalam

bahasa Tetun, pemerintah Indonesia kala itu tidak menentangnya. Sekalipun

demikian, bahasa Tetun tidak pernah dimasukkan dalam kurikulum sekolah.

Akibatnya, buku-buku dalam bahasa Tetun jarang ditemukan, kecuali Alkitab dan

beberapa buku dan diktat gereja yang diterjemahkan dalam bahasa Tetun oleh para

pastor. ―Bahasa Tetun yang sudah membudaya ini menjadi kurus oleh ulah penjajah,

dan para linguis butuh waktu lebih untuk menata bahasa ibu tersebut.‖97

97

Duarte Savio. 2012., op.cit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

103

3. Pemilihan Bahasa Nasional sebagai Pertarungan Wacana Kolonial di Timor

Leste

Politik bahasa yang dilakukan baik oleh Portugis maupun Indonesia tersebut

ternyata berdampak besar dalam proses pembentukan komunitas politik Timor Leste.

Kebanyakan tokoh pejuang kemerdekaan Timor Leste lahir dan mengenyam

pendidikan berbahasa Portugis. Sementara itu, generasi berikutnya setelah para

pejuang ini dibesarkan dalam dominasi bahasa Indonesia di Timor Leste. Maka

terjadilah apa yang disebut oleh Peter Carey sebagai jurang pemisah linguistik

(linguistic gap) antara generasi tua dan muda yang memiliki implikasi politik pada

masa mendatang.98

Generasi tua atau para pejuang kemerdekaan lebih menguasai

bahasa Portugis dan tidak lancar (tidak mau) berbahasa Indonesia, dan sebaliknya

generasi berikutnya bisa berbahasa Indonesia tetapi tidak bisa berbahasa Portugis.

Menurut para pakar Timor Leste, salah satu penyebab konflik antar warga dan

dengan pemerintah Timor Leste yang heboh pada tahun 2006 disebabkan oleh

besarnya frustrasi kaum muda Timor Leste yang tidak bisa berbahasa Portugis

sementara bahasa pemerintahan menggunakan bahasa Portugis.99

Maka oleh faktor

bahasa, berbagai pucuk pimpinan politik Timor Leste adalah mereka yang lebih tua

(berbahasa Portugis) sementara yang muda tidak dapat berpartisipasi karena tidak

bisa berbahasa Portugis.

98

Peter Carey, ―The Forging of Nation: East Timor‖, dalam Carey & Bentley (Eds.), 1995. East Timor

at The Crossroads: The Forging of A Nation. Honolulu: University of Hawai Press, hlm. 3. 99

Michael Leach, 2010; Leach & Kingsbury, 2013, ―Introduction: East Timorese Politics in

Transition‖, dalam Leach, Michael and Kingsbury, Damien, (eds.), 2012, The politics of Timor-

Leste : democratic consolidation after intervention, Cornell University Press, Ithaca,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

104

Menurut Leach, pemilihan bahasa Portugis dan Tetun sebagai bahasa ofisial

dan pengakuan terhadap bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebagai bahasa kerja

(working language) merupakan hasil kompromi Timor Leste terhadap kebutuhan

untuk membedakan diri dari Indonesia melalui bahasa yang digunakan selama masa

perlawanan dan kebutuhan untuk tetap terbuka serta berelasi dengan Indonesia

sebagai tetangga terdekat dan dengan komunitas internasional.100

Bagi para pemimpin pertama Timor Leste yang merupakan para pejuang

kemerdekaan, bahasa Portugis merupakan penanda (signifier) paling penting untuk

membedakan eksistensi bangsa Timor Leste dari Indonesia yang dulu mencaplok

negara mereka. Selain itu, sebelum meluasnya bahasa Tetun tahun 1980-an, bahasa

Portugis menjadi bahasa yang mampu mempersatukan kaum terdidik Timor Leste.

Pada konteks saat ini, bahasa Portugis menjadi sarana ampuh bagi Timor Leste untuk

terhubung dengan dunia internasional bahkan membentuk negara-negara sekutu

dengan negara-negara pengguna bahasa Portugis di dunia melalui CPLP (Komunitas

Bangsa-bangsa Berbahasa Portugis). Pasal 8 UUD RDTL ayat 3 dengan jelas

menyatakan relasi istimewa antara negara pengguna bahasa Portugis tersebut,

―Republik Demokratis Timor Leste akan tetap menjalin ikatan istimewa dengan

negara-negara yang berbahasa resmi Portugis.‖ Yohanes Manhitu, penyusun Kamus

Portugis-Indonesia, Indonesia-Portugis (2015) menjelaskan demikian:101

100

Leach, 2007. ―Talking Portuguese: China and East Timor‖. Arena Magazine (Fitzroy, Vic), No. 92,

Dec 2007-Jan 2008: 6-8. 101

Wawancara dengan Yohanes Manhitu di Yogyakarta, 15 April 2018.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

105

Kalau bahasa Portugis kita juga tahu bahwa orang Portugis tiba di Timor pada

tahun 1515, dan kemudian masuk ke Timor Barat, dan Lifau dan pindah ke

Dili pada tahun 1679 dan selama itu bahasa Portugis tetap digunakan sebagai

bahasa resmi, dan bahasa pemerintahan. Selama masa Timor Leste menjadi

bagian Indonesia, bahasa Portugis dilarang. Sekalipun ada pelarangan itu

bahasa Portugis tetap memainkan peranan penting sebagai bahasa perjuangan.

Jadi berita laporan keluar, diplomasi, terutama di Amerika dan Portugal

bahasa Portugis memiliki peranan penting. Dan faktor itulah yang di anggap

sebagai pembeda. Artinya suatu saat, ketika di masa depan Timor Leste atau

Timor Portugis merdeka mereka akan menggunakan ―Bahasa Portugis‖ dan

ternyata terbukti. Bahwa memilih bahasa Portugis dan menggunakannya

mereka berbeda. Sehingga kemudian dalam Konstitusi mereka, pasal 13 ayat

1 menetapkan dengan jelas behwa bahasa resmi di Timor Leste adalah Bahasa

Tetun dan Bahasa Portugis. Jadi alasannya supaya lebih bersifat historis. Jadi

kita harus paham kadang-kadang orang menyamakan begitu saja apa yang

terjadi di Indonesia dan Timor Leste tidak sama. Politik kebahasaan Belanda

tidak sama dengan politik kebahasaan Portugal. Memang tidak sama, orang

Belanda tidak akan mengajarkan dan mengharuskan masyarakat koloni untuk

menggunakan bahasa itu. Justru mereka lebih memilih untuk mengedepankan

bahasa Melayu, sedangkan bahasa Belanda dianggap sebagai bahasa kaum

elite. Tapi kalau bahasa Portugis, di Timor Portugis waktu itu menjadi bahasa

yang sangat umum, walaupun jumlah penggunanya tidak banyak, terbatas

hanya kaum terdidik, tapi setiap kaum elit pasti bisa. Bahkan ibu-ibu pada

zaman saya masih kecil bahasa Portugisnya sangat bagus. Itu alasannya. Jadi

alasannya lebih banyak ke alasan historis. Jadi dengan memilih kedua banhasa

itu, sudah melalui aspirasi mereka, sebagai negara baru.

Sementara itu, bahasa Tetun juga menempati posisi yang sama sebagai bahasa

perlawanan terutama setelah tahun 1975 di mana bahasa Portugis dilarang keras

bahkan hendak dihilangkan secara sistematis dari Timor Leste melalui penerapan

bahasa Indonesia dalam semua aspek. Penggunaan Tetun oleh Gereja Katolik di

Timor Leste sebagai bahasa liturgi sejak tahun 1981 menjadi momentum besar bagi

para pejuang kemerdekaan untuk menjadikan bahasa Tetun sebagai ―bahasa

persatuan dan perjuangan‖. Bahkan, dalam waktu singkat, karena meluas dan

populernya bahasa Tetun (Prasa/Dili) dalam perayaan-perayaan Gerejani, maka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

106

Gereja Katolik atau menjadi orang Katolik menjadi bagian dari cara orang Timor

Leste masa pendudukan Indonesia untuk membangun identitasnya sebagai bangsa

Timor Leste yang berbeda dari orang Indonesia (yang mayoritas beragama Islam)

sekaligus melihat Gereja Katolik Timor Leste sebagai bagian dari perjuangan

kemerdekaan Timor Leste.102

Konstitusi RDTL pasal 11 ayat 2 menulis dengan jelas,

―Negara mengakui dan menghargai peranan Gereja Katolik dalam proses

pembebasan negara Timor Leste.‖ Penjelasan singkat dan sederhana disampaikan

oleh Yohanes Manhitu, penyusun Kamus Indonesia-Tetun, Tetun-Indonesia (2007)

sebagai berikut:

Kalau alasan memilih bahasa Tetun itu, karena, jauh sebelum Timor Leste

terbentuk orang Portugis sendiri tahu bahwa bahasa yang paling luas

penggunaannya di bagian Timor adalah, bahasa ―Tetun‖ dengan dialek-

dialeknya. Itup un kita sama-sama tahu bahwa jumlah penggunaan bahasa

terbesar dengan jumlah pengguna paling banyak adalah bahasa Dawan dan

bahasa Tetun. Kemudian orang Portugis memilih bahasa Tetun dan

menyederhanakannya menjadi ―Tetun Prasa‖ dan kemudian pada dasarnya

Tetun Prasa, menjadi Tetun Nasional atau Tetun Resmi. Itu punya alasan

yang kuat bahwa bahasa yang paling mudah digunakan menjadi perantara atau

―Lingua Franca‖ di Timur bagian Timur adalah bahasa Tetun. Setelah

meninggalkan Timor Barat pada tahun 1679. Dan juga kemudian ada satu

program penting yang mendukung itu adalah program literasi ―Partai Fretelin‖

pada tahun 1975, ketika itu untuk membangkitan nasionalisme dan

mempersatukan elemen-elemen yang berbeda di Timur Portugis. Pada saat itu

mereka memilih ―Bahasa Tetun‖. Dan itu juga tentu saja didukung penuh oleh

Gereja Katolik sekitar tahun 1980an mulai menggunakan bahasa Tetun

sebagai bahasa liturgi ketika bahasa Portugis dilarang.103

102

Secara rinci, peranan Gereja Katolik dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Timor Leste dapat

dibaca dalam Chris Lundry, ―Peranan Gereja Katolik dalam Pembangunan Nasionalisme di Timor

Leste‖, WASKITA: Jurnal Studi Agama dan Masyarakat, Vol.III, No.2, Nov.2006: 177-195. Salatiga:

UKSW. 103

Wawancara dengan Yohanes Manhitu di Yogyakarta, 15 April 2018.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

107

Dua bahasa lain yaitu Indonesia dan Inggris disebut sebagai bahasa kerja dan

dipergunakan sejauh ―masih perlu‖ sebagaimana bunyi Konstitusi RDTL Pasal 159,

―Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris merupakan bahasa-bahasa kerja yang

digunakan dalam Pemerintahan Umum bersamaan dengan bahasa-bahasa resmi,

selama dianggap masih perlu‖. Terkait bahasa Indonesia, keperluan terhadap bahasa

ini menguat pada masa permulaan pelaksanaan pemerintahan Timor Leste secara

mandiri pasca penyerahan dari badan PBB UNTAET tahun 2006. Pada masa tersebut,

gejolak besar dalam negeri Timor Leste terjadi karena gesekan yang terjadi soal

kesempatan bekerja antara generasi tua yang dapat menguasai bahasa Portugis

dengan generasi yang lebih muda yakni para pelajar dan mahasiswa yang turut

memperjuangkan kemerdekaan Timor Leste namun tidak bisa berbahasa Portugis.

Pengakuan akan keberadaan bahasa Indonesia sebagai bahasa kerja menjadi

penengah antara kedua generasi tersebut maupun generasi yang akan datang di mana

sebagian besar generasi muda Timor Leste melanjutkan pendidikan tinggi di

Indonesia.

Terkait pengakuan akan penggunaan bahasa Inggris, selain karena menjadi

bahasa operasional selama pemerintahan sementara oleh badan yang dibentuk PBB

pasca referendum, bahasa Inggris diakui karena menjadi sarana bangsa Timor Leste

dalam membangun relasi dengan dunia internasional terutama Australia yang menjadi

tetangga terdekat sekaligus yang paling berperan baik langsung maupun tidak

langsung pada masa sebelum maupun sesudah kemerdekaan Timor Leste.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

108

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kondisi multi-bahasa yang kini

menjadi salah satu ciri utama bangsa Timor Leste merupakan suatu kondisi hasil

dinamika sosial, ekonomi, politik, dan budaya sepanjang sejarahnya sekaligus pilihan

sebagai sebuah negara merdeka untuk membentuk dan merawat integrasi komunitas

politiknya baik ke dalam negeri maupun keluar negeri. Kondisi yang diamini, dipilih

dan dihidupi itu dengan sangat jelas, singkat dan padat terungkap dalam semboyan

mereka dalam bahasa Tetun: Ita-nia nasaun oin-ida, ita-nia dalen sira oin-seluk;

artinya: bangsa kami satu, bahasa-bahasa kami berbeda.104

B. Multi-bahasa Media Massa: Potret Dilema Identitas Nasional Timor Leste

dalam Pusaran Wacana Kolonialisme dan Kapitalisme

Identitas nasional adalah bentuk identifikasi imajiner tentang negara-bangsa

yang diekspresikan melalui simbol dan wacana yang beraneka ragam.105

Identitas

nasional melibatkan representasi dan identifikasi dari pengalaman-pengalaman

bersama serta sejarah yang diceritakan lewat cerita lisan, karya sastra, budaya pop

dan media. Identitas nasional adalah sebuah konstruksi yang dikumpulkan lewat

berbagai simbol dan ritual yang dikomunikasikan. Dengan kata lain, cara dan bentuk

berkomunikasi antar warga satu komunitas bangsa merupakan ekspresi dari identitas

bersama (nasional) bangsa tersebut.

104

Aone van Engelenhoven, 2006. ―Ita-nia nasaun oin-ida, ita-nia dalen sira oin-seluk, ’Our Nation is

One, Our Languages Are Different’; Language Policy in East Timor” dalam Paulo Castro Seixas dan

Aone van Engelenhoven (Red.), Diversidade Cultural na Construcao da nacao e do Estado em Timor-

Leste, Porto: Publicacoes UFP, hlm.104-132. 105

Chris Barker, 2014, Op.cit,, hlm. 187-188.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

109

Kajian atas teks media massa di Timor Leste khususnya harian STL

menunjukkan bahwa wacana kolonialisme bekerja dalam dan melalui penggunaan

multi-bahasa media massa baik pada tataran teks, praktik wacana maupun konteks

sosio-budaya. Dalam konteks Timor Leste, menurut Leach, pembangunan identitas

nasional melalui persoalan bahasa dan media massa atau sistem komunikasi, tidak

saja bertujuan melahirkan satu identitas bersama dan memfungsikan negara, tetapi

sebagai negara bekas jajahan dan negara post-konflik, proses konstruksi identitas

tersebut sekaligus bertujuan kohesi sosial dan kestabilan politik.106

Singkatnya,

kebijakan bahasa dan pembangunan sistem komunikasi di negara Timor Leste

merupakan bagian pokok dari proses kultural untuk menciptakan identitas nasional

sebagai bangsa Timor Leste.

Media massa merupakan lembaga-lembaga komunikasi massa seperti surat

kabar, majalah, televisi, radio dan industri film yang memproduksi dan mendistribusi

teks-teks secara luas, dalam konteks lahir dan berkembangnya modernitas

kapitalis.107

Media massa berfungsi sebagai penyedia informasi, hiburan, pendidikan

dan pengawasan sosial-politik. Secara umum, media massa dipahami dalam arti teks

(program), relasinya dengan audiens, ekonomi-politik (industri dan organisasi) serta

pola dan makna budaya yang disumbangkan dan dibentuk olehnya. Dengan kata lain,

peran dan kedudukan media massa dalam dunia sosial, politik dan budaya sebuah

bangsa dapat dilihat pada teks, hubungannya dengan publik pembaca atau pemirsa,

106

Leach, 2017, Op.cit., 5; Leach, 2012: 220. 107

Barker, 2014. Op.cit. hlm. 165-166

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

110

sistem organisasi dan industrinya (ekonomi-politik) serta budaya yang diusung

sebuah media massa.

Dengan demikian, refleksi tentang peran dan kedudukan media massa dalam

dinamika konstruksi identitas nasional Timor Leste dapat dilakukan dari konteks

historis, teks (struktur dan isi harian STL), relasi dengan audiens, pola-pola

kebudayaan yang diusung, serta sistem ekonomi-politik atau organisasi dan industri

medianya. Dalam konteks ini, relasi dengan audiens dan kondisi kulltural yang khas

yakni multilingualisme dilihat sebagai satu kesatuan aspek yang menentukan

dinamika media massa di Timor Leste.

Media massa memiliki peran, fungsi bahkan pengaruh tidak saja bagi individu

tetapi juga bagi komunitas sosial, lembaga masyarakat, hingga negara dan institusi-

institusinya. Dalam perspektif kajian budaya, selain hal-hal fungsional di atas, media

massa memiliki peran yang lebih mendalam yakni sebagai pembentuk dan penyebar

luas ideologi-ideologi bahkan hingga membentuk hegemoni budaya.108

Sekalipun

saat ini media massa tidak lagi sebagai saluran terkuat pembawa nilai-nilai budaya

dan ideologi tertentu serta memiliki kekuasaan untuk mempengaruhi audiens, namun

kedudukan media sebagai sumber atau rujukan untuk menciptakan makna bagi

audiensnya masih begitu kuat. Dalam kadar tertentu, media massa masih

―menyumbangkan sesuatu mengenai pola-pola budaya menyangkut ruang, waktu dan

rutinitas kita.‖109

108

Chris Barker, Op.cit., hlm. 166. 109

Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

111

Sekalipun demikian, peran yang besar dari media massa tersebut dalam

sebuah negara-bangsa memiliki relasi timbal-balik dengan sistem politik, sosial dan

kebudayaan yang sedang berlangsung dalam negara tersebut. Dengan demikian,

dalam konteks peran dan kedudukan media massa dalam proses konstruksi identitas

nasional bangsa Timor Leste dapat ditelusuri melalui kehadiran, peran dan aktivitas

institusi-institusi media massa terutama dalam kurun waktu perjuangan kemerdekaan

Timor Leste hingga saat ini.

1. Media Massa dan Identitas Nasional Timor Leste dalam Kolonialisme

Portugis

Menurut Leach, kesadaran berbangsa Timor (Timorese) mulai terlihat dan

berkembang ketika munculnya benih-benih gerakan anti kolonialisme Portugal pada

awal tahun 1970-an hingga memuncak dalam perjuangan melawan pendudukan

(baca: penjajahan) oleh Indonesia sejak tahun 1975. Bahkan menurut Leach, gerakan

nasionalis (the nationalist movement) pada tahun 1974-1975 merupakan suatu

perkembangan dan pergeseran yang sangat pesat dan tepat untuk membingkai

kembali (reframe) kritik terhadap kolonialisme Portugis menuju satu-satunya fokus

perjuangan yakni neokolonialisme Indonesia.110

Menurut Gunn, kebijakan wakil

Portugis di Timor-Portugis tahun 1960-an untuk memperluas pendidikan bagi orang-

orang setempat menjadi pedang bermata ganda bagi Portugis. Betapa tidak, filsafat

pendidikan baru yang diperkenalkan terutama ide pembebasan dari Paulo Freira,

110

Leach, 2017, Op. Cit., hlm. 9.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

112

melahirkan generasi kaum terdidik baru yang memiliki semangat anti-kolonial, anti-

Portugis.

Pada saat itu, media yang menjadi sarana perjuangan dan publikasi gerakan

nasionalis yang baru bertumbuh ini adalah surat kabar milik Gereja Katolik Timor

Leste yakni Seara dan sisipan dwi-mingguannya yakni Boletim Eclesiastico da

Diocese de Dili.111

Dalam situasi politik yang represif masa pemerintahan Gubernur

Lemos Pires, hanya terbitan Gereja Katolik ini yang tidak terkena undang-undang

sensor pemerintah. Melalui media ini, tokoh-tokoh nasionalis yang merupakan

lulusan seminari di Dare seperti Nicolau Lobato, Jose Ramos Horta, Francisco Xavier

do Amaral, Domingos de Oliviera, Mari Alkatiri, Francisco Borja da Costa dan

Manuel Carrascalao menyumbangkan tulisan mereka tentang masalah-masalah sosial

politik. Media cetak tersebut bahkan memungkinkan sekelompok kaum nasionalis,

beberapa dari mereka telah menkasikan gerakan-gerakan nasionalis di jajahan

Portugis di Afrika waktu diasingkan, untuk bertemu secara rahasia. Gencarnya tulisan

berciri anti-kolonial dalam media Siera tersebut akhirnya mendorong PIDE (Policia

Internacional de Defesa do Estudo) atau polisi rahasia Portugis menutup paksa surat

kabar tersebut pada tanggal 10 Februari 1973.

Sekalipun ditutup, ide-ide anti-kolonialisme yang telah disebar melalui surat

kabar Gereja Katolik selama beberapa tahun tersebut telah meluas. Sejumlah tokoh

nasionalis akhirnya membentuk ASDT (Associacao Sosial Democratica Timorense)

pada tanggal 20 Mei 1974 di bawah pimpinan Jose Ramos Horta yang menjadi cikal

111

Gunn, Op.cit., hlm. 410; Lundry, 2006: 180-181.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

113

bakal partai politik FRETELIN (Frente Revolucionaria de Timor Leste Independente)

yang memperjuangkan kemerdekaan Timor Leste lepas dari Portugis. Manifesto

pertama ASDT menyerukan penolakan terhadap kolonialisme, partisipasi segera

orang Timor dalam pemerintahan lokal, melawan korupsi, diakhirinya diskriminasi

rasial dan hubungan baik dengan negara tetangga.112

ASDT menjadi kelompok politik

pertama di Timor Leste yang menggunakan juga bahasa Tetun dalam pertemuan-

pertemuan mereka selain bahasa Portugis.113

Partai FRETELIN menjadikan bahasa Portugis sebagai bahasa nasional tetapi

juga turut mengembangkan bahasa Tetun. Sebagai partai yang didirikan oleh para

nasionalis terdidik, partai politik ini melangkah jauh lebih maju daripada partai lain

dalam mengembangkan kebudayaan dan kesadaran politik masyarakat tradisional.

Terinspirasi oleh filsafat pendidikan Paulo Freire asal Brasil, partai ini menjadikan

pendidikan yang terorganisir bagi masyarakat yang berbeda-beda sebagai langkah

politik yang mutlak dan segera diambil. FRETILIN lalu melakukan program

pemberantasan buta huruf di beberapa desa pada Januari 1975. Bahkan partai ini

menciptakan sosok Orang Maubere, simbol orang Timor ideal, yang sederhana, kelas

bawah tetapi tangguh memperjuangkan kebenaran dan kemerdekaan. Upaya

memberantas buta huruf dan menyebarluaskan figur Maubere tersebut dilakukan

secara sistematis dengan menyusun sebuah buku pelajaran membaca dalam bahasa

Tetun yang berjudul Rai Timor, Rai Ita Nian atau Tanah Timor, Tanah Air Kita.

112

Ibid., hlm.411. 113

Hellen Hill dalam Gunn, Ibid., hlm. 414.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

114

Bahkan, FRETILIN mengorganisir para pemuda di kota kedalam wadah Brigada

Revolucionaria (Brigade Revolusioner) yang diutus ke desa-desa untuk menularkan

kesadaran politik yang baru sebagai Orang Timor.

Partai FRETILIN memperkuat politik kebudayaan mereka melalui

Departemen Informasinya yang salah satu pimpinanannya adalah Jose Alexander

Gusmao (Kay Rala Xanana), dengan menerbitkan sebuah surat kabar mingguan yang

diberi nama Timor Leste: Jornal do Povo Mau Bere.114

Mingguan milik FRETILIN

ini pertama kali terbit pada awal September 1975. Mingguan ini menggunakan bahasa

Portugis dan Tetun dalam artikel-artikelnya sehingga memperluas penggunaan bahasa

Tetun sebagai bahasa perantara (lingua franca) yang bersifat revolusioner bagi warga

Timor Leste kala itu. Salah satu hal penting yang dilakukan mingguan Timor Leste

adalah menjadikan peristiwa deklarasi kemerdekaan Angola pada edisi tanggal 8 dan

15 November 1975. Timor Leste juga memuat tanggapan FRETILIN terhadap

persitiwa tersebut dan memberitakan bahwa sudah ada tiga puluh negara di dunia

yang telah mengakui kemerdekaan Angola tersebut. Tidak hanya berita, Mingguan

milik FRETILIN tersebut juga memuat puisi-puisi revolusioner (poesia

revolucinaria) dari tokoh-tokoh nasionalis Timor seperti Francisco Borja da Costa,

Eugenio Salvador Pires dan Jose Alexandre Gusmao (Xanana).

Sebelum pemberitaan tentang deklarasi kemerdekaan Angola tersebut,

FRETILIN dihebohkan oleh aksi penyusupan (gerilya tertutup) tentara Indonesia

(ABRI) melalui Operasi Seroja yang berubah menjadi invasi pada awal Oktober

114

Gunn, Ibid.,hlm. 420-421.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

115

1975. Bahkan lima awak televisi asing (Portugis, Selandia Baru, Inggris dan

Australia) yang saat itu meliput operasi tersebut di wilayah Maliana dan Balibo

terbunuh oleh pasukan penyerbu tersebut pada tanggal 16 Oktober 1975. Ratusan

warga Timor Leste terbunuh. Berita utama sebuah surat kabar Portugis, Diario de

Noticias, memuat berita penyerangan tersebut sebagai berita utama dengan judul

―Pasukan Pro-Indonesia Membantai Penduduk Timor Leste‖. Sementara Mingguan

Timor Leste menanggapi persitiwa tersebut dengan membneri judul berita, Indonesia:

bastiao do imperialisme americano atai Indonesi: Benteng Imperialisme Amerika

sebagai tuduhan keras kepada militer Indonesia sebagai pelayan kepentingan

Amerika.

Menghadapi persitiwa tersebut, FRETILIN meminta Dewan Keamanan PBB

tanggal 24 November 1975 untuk campur tangan mengingat gempuran Indonesia

semakin sering terjadi. Namun kelambanan PBB, kegagalan bantuan Portugis dan

mendesaknya situasi akhirnya mendorong FRETILIN mengambil keputusan berani:

mengumumkan kemerdekaan Timor Leste secara sepihak pada tanggal 28 November

1975. Tetapi seperti yang telah diketahui, sembilan hari pasca deklarasi kemerdekaan

tersebut, tepatnya tanggal 7 Desember 1975, pada pukul 04.30 pagi waktu setempat,

ribuan pasukan Indonesia berkekuatan lengkap darat, laut dan udara melakukan

invasi terbuka, menyerbu dan membombardir Dili dan sekitarnya. Gunn menulis,

―Tragedi Timor ialah bahwa kekerasan dilancarkan terhadap bangsa yang sedang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

116

lahir pada hari pertamanya oleh invasi Indonesia...‖115

Pembantain lanjutan terjadi.

Semua yang dianggap sebagai FRETILIN dilenyapkan.

Kalah oleh persenjataan dan jumlah personil, FRETILIN yang diwakili oleh

sayap militernya FALINTIL (Forcas Armadas de Libertacao Timor-Leste—Angkatan

Bersenjata Pembebasan Nasional Timor Leste) menyingkir ke pegunungan dan

hutan-hutan dan mengubah strategi perang menjadi semacam perang gerilya yang

didukung oleh penduduk-penduduk pedesaan. Dalam kaitan dengan media massa

FRETILIN, invasi Indonesia ini mengakhir mingguan Timor Leste tetapi tidak

dengan radionya. Sebuah radio FRETILIN terus mengudara di gunung-gunung

sampai akhir dasawarsa 1980-an.116

2. Media Massa dan Identitas Nasional pada Masa Pendudukan Indonesia

Selama masa pendudukan Indonesia terutama pada kurun waktu 1975-1990-

an, Timor Leste yang saat itu berstatus provinsi Indonesia ke-27 dinyatakan tertutup

dari media massa non pemerintah baik dalam negeri apalagi luar negeri. Maka cukup

sulit menelusuri peran media massa pada periode ini dalam konteks perkembangan

kebangsaan Timor Leste. Sekalipun demikian, di kalangan pejuang kemerdekaan,

selebaran terutama dalam bahasa Portugis (yang dilarang keras penggunaannya) dan

bahasa Tetun masih ditebarkan untuk terus menggalang dukungan warga dan

memertahankan semangat para pejuang yang ada. Sementara itu, satu hal yang begitu

115

Gunn, Ibid., hlm. 444. 116

Gunn, Ibid. Hlm.420.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

117

membantu perjuangan tokoh nasionalis Timor Leste adalah bahwa saluran

komunikasi keluar Timor Leste bahkan ke dunia masih terbuka melalui jaringan

Gereja Katolik. Terutama, setelah pergantian bahasa Liturgi dari Portugis ke bahasa

Tetun menjadi medium dan momentum baru menularkan semangat dan pesan-pesan

perjuangan untuk merdeka. Para Uskup dan Pastor terus mengirimkan sejumlah

laporan terkini soal kondisi sosial, politik dan ekonomi di wilayah Timor Leste.

Uskup Belo, dalam suratnya kepada Sektretaris Jenderal PBB tanggal 6 Februari

1989 mengungkapkan dengan sangat padat dan mendalam kondisi yang

memprihatinkan di Timor Leste, ―We are dying as a People and as a Nation” (Kami

sedang sekarat sebagai umat manusia dan sebagai suatu bangsa)!117

Setelah tahun 1990-an, kondisi media di Timor Leste lebih terbuka seiring

dengan semakin menghangatnya kondisi politik di Timor Leste akibat perlakuan

pelanggaran HAM dan aksi militer Indonesia lainnya mulai disoroti dunia

internasional. Sekalipun demikian, peran militer Indonesia masih sangat kuat dalam

memantau isi pemberitaan media cetak dan elektronik di Timor Leste. Media massa

di Timor Leste berada dalam dinamika politik yang makin panas ini. Salah satu media

massa besar yang terlibat adalah harian Suara Timor Timur (pendahulu Suara Timor

Lorosae—STL). Kondisi media massa (STT) dalam konteks konflik politik tersebut

117

Dalam Carey, Op.cit, hlm.1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

118

tergambar dalam ringkasan kisah pengalaman salah seorang mantan wartawannya,

Irawan Saptono, sebagai berikut:118

...

Meledak insiden Universitas Timor Timur. Situasi Dili genting. Ribuan

pemuda bersiap-siap membantu mahasiswa. Penguasa militer Dili meminta

STT menulis berita dari sumber kepolisian. Hari pertama aksi, ketika insiden

pecah, STT memuat versi polisi. Hari kedua STT diundang di kantor kepala

wilayah kepolisian Timor Timur. Ismunarno dan saya yang datang. Di sana

sudah menunggu Haribowo, sejumlah perwira menengah angkatan darat,

kepala wilayah kepolisian, dan sejumlah koresponden media.

Pertemuan dipimpin Haribowo. Ada Johny Lumintang, ada sejumlah

komandan sektor, Komandan Satuan Tugas Penerangan (Satgaspen) Korem

Timor Timur, Mayor Laedan Simbolon, dan komandan Satuan Tugas Intelijen

Kopassus, Kolonel Sugiarto. Berita STT hari itu dipuji-puji oleh mereka yang

hadir. Haribowo membandingkannya dengan berita untuk peristiwa yang

sama yang ditulis harian Pos Kupang yang ada di tangannya. Pos Kupang,

salah satu anggota jaringan media daerah milik Kelompok Kompas Gramedia,

yang terbit di Kupang. Jadi masih saudara dengan STT. Pos Kupang menulis

dengan judul ―Bentrokan di Dili, Tiga Mahasiswa Tewas.‖ Edisi hari yang

sama untuk peristiwa itu, STT menulis berita berjudul ―Kapolwil Timtim:

Tidak Ada Korban Tewas.‖ Ada yang tak diketahui para tentara itu, kecuali

Mayor Simbolon yang hanya bisa berungut-sungut, bahwa berita yang dimuat

Pos Kupang sebenarnya berita STT yang tidak bisa dimuat.

...

Esok harinya, kami tetap tak berani menurunkan berita versi sendiri.

...

Dua berita yang dimuat STT tentang peristiwa itu memperoleh protes dari

Universitas Timor Timur. Pastor Broto Wiyono S.J., sang rektor menelepon.

―STT berat sebelah. Kami punya versi tentang peristiwa itu. Apakah bisa

disiarkan?‖ tanya Romo Broto.

...

Kami mengundang Romo Broto ke kantor, berdiskusi panjang lebar tentang

kesulitan dengan pihak militer yang kami hadapi. Romo Broto orang yang

enak diajak bicara, penuh humor, dan tidak gampang marah. Dia bisa

118

Irawan Saptono, ―Surat Kabar di Tengah Kecamuk‖, dalam Pantau, 2 Juli 2001; dapat diakses pada

laman https://www.pantau.or.id/?/=d/32. Penulis mengutip langsung dengan memotong beberapa

paragrafnya dengan tujuan untuk memberikan gambaran yang lebih hidup tentang peran, ketegangan

dan dinamika (pekerja) media pada masa pergolakan menuju kemerdekaan Timor Leste dari

pendudukan Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

119

mengerti situasi sulit yang kami hadapi. Lalu, kami memberi saran agar

universitas membuat konferensi pers perihal insiden tiga hari di kampus itu

dari sudut pandang universitas. Dari sanalah STT bisa bersiasat memuat versi

universitas. Romo Broto setuju.

Kami memuat hasil konferensi pers itu dan memuat kronologi kejadian versi

universitas. Pemuatan ini memancing kemarahan militer Indonesia. Seorang

perwira penerangan menelepon. Kami menjawab kemarahan itu dengan

sebuah kalimat, ―Universitas menggunakan hak jawabnya yang selama

pemberitaan tentang insiden kami diabaikan.‖ Johannes Haribowo mencari-

cari saya dan Ismunarno. Kami menghilang beberapa saat.

...

Kisah wartawan STT di atas menunjukkan bahwa pada masa puncak konflik

pejuang nasionalis Timor Leste melawan militer Indonesia pada tahun 1993 – 1999,

media massa di Timor Leste berusaha bertahan pada posisi sebagai bagian dari tugas

jurnalisme untuk memberitakan peristiwa secara objektif. Sekalipun demikian,

tekanan yang kuat dari militer baik Indonesia maupun pejuang kemerdekaan Timor

Leste membuat media massa di Timor Leste kadang-kadang diam dan menurut. STT

sebagai koran terbesar saat itu berusaha untuk bertahan dalam idealisme jurnalistik

hingga berakhir dengan penghancuran kantor redaksi beserta seluruh fasilitas

percetakan dan penerbitannya. El Chy (nama pena), salah seorang tim redaksi STT

menuliskan pengalamannya dalam blognya:119

Dalam 1997/1998 beberapa telepon yang yang nadanya teror terhadap STT,

sering terjadi. Bahkan menurut pemimpin perusahaan, Domingos Saldanha,

dirinya pernah dipanggil oleh Gubernur Abilio dan memperingatkan dia

bahwa secepatnya STT memecat dua wartawan STT masing-masing Aderito

119

El Chy, ―Suka Duka Koran Suara Timor Timur‖

http://sergapntt.mlblogs.com/2012/03/13/suka-duka-koran-suara-timor-timur/. Diakses tanggal 15

Januari 2018.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

120

Hugo da Costa dan Metha Guterres, dengan alasan bahwa kedua wartawan itu

tidak bisa diajak bekerja sama dengan pemerintah. Selain itu kedua wartawan

itu, kata Abilio, sering memuat berita-berita yang dikutip oleh kantor-kantor

berita asing tentang kelaparan, penganiayaan terhadap masyarakat serta kasus-

kasus kolusi Abilio dengan keluarga Cendana.

―Kalau ingin Pemda berlangganan STT dan kita mau damai, STT harus

pecat dua wartawan itu. Mereka berdua ingin menjadi wartawan idealis,

susahlah kalau di Timtim,‖ kata Domingos mengutip pernyataan Abilio ketika

itu. Namun dihadapan Abilio, Domingos menolak untuk memecat kedua

wartawan tersebut dengan alasan bahwa STT masih membutuhkan kedua

wartawan itu.

Karena merasa STT sudah tidak diajak berkompromi dengan Pemda,

Abilio dengan dukungan Pangab Wiranto menerbitkan harian baru yaitu

Novas. Penerbitan harian itu target utamanya adalah untuk mematikan STT.

Tapi usaha untuk mematikan STT hanya sia-sia, karena semakin hari STT

mulai mendapat tempat di kalangan masyarakat termasuk Falintil.

....

Tanggal 17 April: Diadakan pengukuhan milisi Aitarak di depan kantor

Gubernur. Hadir dalam pengukuhan itu antara lain Gubernur Timtim,

Danrem, Kapolda dan semua pejabat baik sipil maupun militer. Sekitar pukul

09.00 WITA 8 orang asing mendatangi redaksi STT dengan menyanyakan

keberadaan wartawan STT Metha Guterres. Pukul 11.00 Wita, beredar kabar

bahwa STT akan diserang oleh kelompok BMP sehingga 2 wartawan STT

setelah bersepakat dengan rekan-rekan wartawan lain memutuskan untuk

meninggalkan Timtim dengan menumpangi Merpati tujuan Denpasar.

Namun pada pukul 12.00 sebelum Merpati take off terdengar kabar bahwa

kantor STT sudah diobrak-abrik oleh kelompok BMP dengan dipimpin Joao

Tavares. Selain kantor STT, target para milisi adalah kantor CNRT,

Kediaman Manuel Carrascalao dan kantor Yayasan HAK. Pada malam

harinya terjadi bentrokan antara milisi pro-otonomi dengan kelompok pro-

kemerdekaan yang menewaskan beberapa orang.

Bahkan penyerangan hingga pengrusakan kantor STT merupakan bagian dari

skenario aparat keamanan. Saat terjadi perusakan kantor STT, aparat

kepolisian memberi respon sekadarnya saja. Aparat bergerak mendatangi TKP

saat kantor STT telah hancur

Dua kisah di atas menjelaskan bagaimana kondisi sosial politik suatu wilayah

atau negara saling memmpengaruhi dengan kegiatan jurnalistik media massa. Dua

sumber di atas juga menjelaskan bahwa pada masa akhir kekuasaan Indonesia atas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

121

Timor Leste, selain STT dan beberapa surat kabar lokal, terdapat juga sejumlah

media massa asing berbahasa Indonesia seperti tiga stasiun radio yang paling terkenal

BBC London, ABC Australia dan Radio Hilversum Belanda.

3. Media Massa dan Konstruksi Idenitas Nasional Timor Leste Pasca

Kemerdekaan.

Pasca kemerdekaan Timor Leste, media massa di Timor Leste menghadapi

tantangan yang berbeda yakni rekonsiliasi pasca konflik, pembangunan kebudayaan

hingga tuntutan bisnis media yang penuh dengan persaingan. Koran yang paling

pertama terbit sesudah kemerdekaan adalah Timor Post. Koran ini didirikan oleh eks

wartawan STT pro kemerdekaan yang pulang dari pengungsian dengan dukungan

dana dari UNTAET di bawah pimpinan Hugo da Costa, salah seorang mantan

wartawan STT yang dahulu terang-terangan pro kemerdekaan. Pada tanggal 25 Mei

2000, menyusul lahir harian STL. Muncul pula media cetak lain seperti tabloid

Lalenok yang berbahasa Tetun. Muncul pula majalah Talitakum yang merupakan

majalah bawah tanah yang diterbitkan oleh organisasi pemuda Timor Leste di

Yogyakarta. Pasca kemerdekaan, majalah ini dibawa kembali ke Dili oleh para

penggiatnya.

Pada saat ini, telah terbit sejumlah media cetak bahkan yang juga memiliki

media elektronik seperti STL. Tantangan baru yang dihadapi saat ini adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

122

persaingan industri media; bisnis. Pernyataan Saldanha, pimpinan harian STL,120

bahwa faktor terpenting yang melatarbelakangi penggunaan empat bahasa dalam

harian STL adalah kebutuhan pasar (audiens) menunjukkan besarnya pengaruh

ekonomi dalam dinamika media massa di Timor Leste. Selain itu, adalah fakta bahwa

institusi media massa merupakan salah satu institusi bisnis. Bahkan STL kini telah

berkembang menjadi sebuah korporasi media terbesar di Timor Leste yang telah

memiliki semua jenis media baik surat kabar, radio, televisi bahkan penerbitan dan

percetakan modern. Karena itu, hukum ekonomi berlaku pula dalam kegiatan

jurnalistik media massa di Timor Leste.

Sekalipun demikian, di tengah persaingan industri media tersebut, dalam

konteks konstruksi kebangsaan sebagai bangsa Timor Leste, satu hal yang terlihat

sama dan menonjol adalah besarnya porsi penggunaan bahasa Tetun dalam setiap

jenis media massa di Timor Leste, cetak maupun elektronik. Besarnya perhatian pada

keberadaan dan penggunaan bahasa Tetun ini memberikan pesan yang kuat bahwa

Tetun kini tidak saja sebagai bahasa perantara (lingua franca) tetapi juga menjadi

simbol identitas bersama sebagai bangsa Timor Leste. Hal ini tampaknya sejalan

dengan politik kebudayaan yang digagas oleh FRETILIN bersamaan dengan

kelahirannya sebagai gerakan dan organisasi politik di Timor Leste pada tahun 1973

silam.

Proyek identitas nasional bangsa Timor Leste melalui bahasa dan

penggunaannya dalam media massa menurut hemat penulis adalah soal memperkuat

120

Lihat hasil wawancara pada Bab 3.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

123

dan mempercepat proses pembakuan tata bahasa Tetun dan pengajarannya secara

sistematis dan massif. Sekalipun demikian, keberadaan Timor Leste sebagai bangsa

multilingual juga perlu untuk terus dipertahankan untuk menjaga dan memperluas

jejaring dengan negara-negara tetangga dan dunia internasional. Pandangan Yohanes

Manhitu, penulis kamus dan pengamat bahasa tetun dan Portugis di Timor Leste

memberikan pendapat yang meyakinkan sebagai berikut:121

Kembali kepada keinginan yang kuat, terutama keinginan politik para

pengambil kebijakan. Karena pada saat ini juga belum ada kestabilan

penggunaan ejaan standar. Contoh saja bahasa Indonesia dengan ejaan yang

cukup panjang, dan ejaan saja bisa berubah. Tapi perlu ada upaya atau

keinginan yang kuat untuk menggunakan satu ejaan dulu, dalam jangka waktu

teretentu atau menguji apakah ejaan ini memang layak dipakai? Ejaan

Ortografia Patronizada yang disahkan 2004 belum digunakan sampai saat ini

secara menyeluruh. Itu menjadi persoalan karna kita tidak bisa menjamin

masa depan sebuah bahasa tulis, kalau tidak punya ejaan yang stabil. Karna

ejaan ini menjamin sebuah keselamatan konsep dalam sebuah bahasa tulis.

Saya dalam penulisan kedua kamus itu saya buat ejaan standar karna saya

konsisten. Karna supaya ada orang yang Tanya kenapa kenapa ejaan ini

dipakai seperti ini saya buat ejaan seperti itu karna saya warga Negara lain

tidak masalah, tapi untuk apa saya buat ejaan sendiri kalau ejaan standar

sudah disahkan. Artinya bahwa ejaan itu adalah kedaulatan sebuah bangsa,

sebuah Bahasa.

...

Bahasa Tetun adalah bahasa Timor yang paling maju dan terdepan, itu saja

yang masih seperti ini padahal punya kekuatan politis, dan kekuatan historis,

kekuatan budaya pokoknya cukup banyak. Kalau mau bahasa Tetun maksimal

tulislah dalam bahasa Tetun, memang bahasa butuh konsistensi. Artinya

penggunaan bahasa itu harus sampai total, tidak boleh sistem loncat-loncat,

loncat sana loncat sini. Bahasa daerah sekalipun harus digunakan secara total,

untuk bahasa Tetun dan Portugis misalnya kata ‗ajuda‘ tolong (potugis) untuk

percakapan sehari-hari dan ‗tulun‘ tolong (Tetun) hanya digunakan saat

berdoa saja. Ada banyak pilihan. Kalau mereka konsisten maka 10 atau 20

tahun kedepan sudah membaik. Bahasa Tetun tidak sampai kematangan kalau

121

Wawancara dengan Yohanes Manhitu di Yogyakarta, 15 April 2018.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

124

tidak ada keinginan untuk konsisten karena bahasa Tetun merupakan bahasa

yang masa depannya terjamin dari bahasa yang lain.

...

[Terkait bahasa media massa]

Saya ikuti betul itu media STL yang namanya sudah diterjemahkan dalam

bahasa Portugis, A VOS A TIMOR. Timor Leste memiliki banyak keunikan

apalagi bahasa. Di Timor Leste untuk keberadaan empat bahasa itu hal biasa

bagi semua orang, artinya dalam rumah saja orang sudah menggunakan empat

bahasa merupakan hal yang umum, bahkan lebih dari 4 bahasa. Tapi kembali

ke media juga ( pasar) daya beli berapa banyak, kalau diterbitkan dalam

bahasa Inggris orang akan beli? Nah kadang-kadang seperti itu.

Bagi warga masyarakat Timor Leste penggunaan multi-bahasa dalam kehidupan

sehari-hari baik di media Massa maupun dalam pedidikan Tinggi merupakan hal

yang wajar, karan sebagai bekas Negara Kolonial, maka bahasa-bahasa colonial tetap

di pilih dan dipakai dalam komunikasi sehari-hari. Penggunaan multi-bahasa sangat

mempengaruhi proses perkembangan kedua bahasa resmi, yakni bahasa Tetun dan

bahasa Portugis yang kurang berkembang di tengah masyarakat warga Timor Leste.

Sampai saat ini penggunaan bahasa dalam dunia pendidikan masih menjadi proses

dalam pembentukan identitas warga Timor Leste, karena penggunaan banyak bahasa

ditengah masyarakat yang membuat bahasa Tetun dan Portugis kurang berkembang

dengan baik. Status bahasa Tetun prasa (Tetun-Dili) yang sampai saat ini, begitu

banyak mengadopsi bahasa Portugis karena kurangnya kata kerja pasif dari bahasa

Tetun sendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

125

C. Rangkuman

Menurut perspektif pascakolonialisme, fenomena multi bahasa media massa

di Timor Leste menunjukkan masih berkembangnya dominasi wacana bangsa

kolonial. Proses konstruksi identitas nasional Timor Leste sebagai negara termuda

saat ini melalui proses kebahasaan secara politis maupun praktis di media massa

memiliki sejarah dan dinamika yang khas. Secara konkrit sejak dalam massa

penjajahan Portugis apalagi saat ini, Timor Leste merupakan negara-bangsa berciri

multi-lingual. Artinya, setiap warga Timor Leste setidaknya menggunakan lebih dari

dua bahasa dalam keseharian hidupnya yakni bahasa sukunya, bahasa Tetun atau

bahasa Portugis atau bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Fakta multi-bahasa

sebagaimana ditunjukkan dalam hasil survei Leach tahun 2006 dan 2010 merupakan

suatu kondisi yang tak terhindarkan sehingga menjadi latar belakang segala proses

politik yang berkaitan dengan bahasa termasuk penentuan bahasa resmi negara dan

bagaimana memperlakukan bahasa lainnya yang masih digunakan warganya.

Konstitusi negara Timor Leste memilih bahasa Tetun dan Portugis sebagai

bahasa resmi karena memiliki sejarah sebagai bahasa perjuangan dan perlawanan,

serta mengakui keberadaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebagai bahasa

kerja, menunjukkan bahwa secara politis, multilingualisme bukan saja kondisi yang

sudah ada tetapi juga pilihan politis negara-bangsa Timor Leste. Kondisi dan pilihan

menjadi bangsa multi-lingual tersebut juga mempengaruhi praktik kebahasaan dari

media-media massa yang ada di Timor Leste saat ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

126

Secara teoretis, media massa memiliki peran besar dalam proses pembentukan

dan pemeliharan berbagai proses kehidupan sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan

sebuah bangsa. Hal ini terjadi karena sistem dan dinamika yang terjadi dalam praktik

jurnalisme media massa mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh sistem dan

dinamika politik dari negara bersangkutan. Dalam konteks sejarah kebangsaan Timor

Leste, media massa yang pernah ada di Timor Leste terutama yang dimiliki Gereja

Katolik seperti Siera dan surat kabar FRETILIN, Timor Leste, menjadi bagian yang

tak terpisahkan dari proses kelahiran dan penyebaran rasa kebangsaan sebagai Orang

Timor untuk membebaskan diri dari Portugis maupun kelak dari Indonesia.

Dinamika jurnalisme harian STT, dan majalah-majalah bawah tanah seperti

Talitakum maupun radio-radio asing selama tahun 1990-an menggambarkan

bagaimana media massa bertindak dalam tekanan sistem politik yang sedang

memanas.

Sekalipun demikian, pada era pasca kemerdekaan, kedudukan media massa

dalam konteks pembangunan identitas nasional sebagai bangsa Timor Leste memiliki

tantangan yang semakin kompleks yakni dalam tegangan antara menjadi bagian dari

pihak yang menciptakan dan merawat ikatan sosial antar warga dan tuntutan

mengatasi tekanan ekonomi dalam pusaran bisnis industri media massa. Maka

tampaklah bahwa media massa di Timor Leste mengambil langkah-langkah

jurnalisme yang khas di antaranya adalah menggunakan format dan konten yang

multi-bahasa. Ada media yang memakai bahasa Tetun dan Portugis, dan yang lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

127

bahkan menggunakan empat bahasa yakni Tetun, Portugis, Indonesia dan Inggris.

Alasan terkuat dari perspektif pemilik media terkait bentuk multi-bahasa adalah untuk

memenuhi selera pasar atau audiens.

Sekalipun demikian, ada pula hal lain yang menjadi temuan penulis berdasar

konteks sejarah dan pendapat para narasumber yaitu bahwa format multi-bahasa

tersebut dapat menjadi sarana penghubung antar generasi yang kini aktif dalam

dinamika sosial-politik di Timor Leste yakni generasi tua yang menguasai bahasa

Portugis dan Tetun, dan generasi muda yang menguasai bahasa Tetun dan Indonesia.

Format multi-bahasa menjadi bagian dari proyek pembangunan identitas nasional

karena secara tak langsung menjadi pemelihara kohesi sosial antar warga negara

Timor Leste.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

128

BAB V

PENUTUP

Penelitian ini berusaha mengungkapkan dan menggambarkan dinamika

konstruksi identitas nasional bangsa Timor Leste melalui wacana multi-bahasa dalam

teks media massa dengan perspektif pascakolonialisme. Secara khusus wacana

tersebut terbaca dalam teks surat kabar harian Suara Timor Lorosae yang

menggunakan empat bahasa sekaligus dalam setiap edisinya yakni bahasa Tetun,

Portugis, Indonesia dan Inggris.

Sebagaimana pemikiran John E. Joseph dalam karyanya Language and

Identity: National, Ethnic, Religious (2004), identitas nasional dibangun oleh dan

melalui bahasa sehingga persoalan identitas nasional merupakan persoalan

kebahasaan. Gagasan ini senada dengan gagasan Anderson (1991) yang melihat

kebangkitan kesadaran nasional sebagai bagian tak terpisahkan dari kehadiran bahasa

perantara (lingua franca) yang meluas dan berkembang oleh hadirnya mesin dan

media cetak. Negara-bangsa sebagai komunitas terbayang (imagined community)

diperbesar, diperluas dan diperkuat oleh adanya media cetak yang memuat informasi

dengan bahasa perantara. Maka sebagaimana Barker (2014) meringkas, bahwa

identitas nasional merupakan simbol yang dibentuk, dipelihara dan dikembangkan

melalui bahasa dan bentuk-bentuk komunikasi tertentu.

Mengikuti pandangan ketiga tokoh di atas, maka dapat dikatakan bahwa

fenomena penggunaan bahasa sehari-hari karena dorongan kebijakan (politik) bahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

129

maupun karena kebutuhan praktis dapat menjadi cermin dinamika proses

perkembangan pembangunan identitas sebuah negara-bangsa. Penggunaan bahasa

dalam media massa menjadi salah satu bentuk paling nyata dan penting dari

penggunaan bahasa yang praktis dan dibutuhkan tersebut. Karena itu, fenomena

penggunaan bahasa di media massa dapat mencerminkan pola dan dinamika

pembentukan dan perkembangan identitas nasional sebuah negara-bangsa. Berikut ini

adalah beberapa kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini serta saran penulis

bagi peneliti lainnya yang berniat membahas topik yang sama.

A. Kesimpulan

Sejarah dan dinamika politik bahasa dan fenomena kebahasaan terkini dalam

konten media massa dan Timor Leste mengungkapkan dinamika dan pola konstruksi

identitas nasional negara-bangsa Timor Leste. Berikut ini merupakan beberapa

kesimpulan yang diperoleh melalui penelitian dengan metode analisis wacana kritis

terhadap teks multi-bahasa harian STL bulan Mei 2017.

1. Multi-bahasa di Timor Leste sebagai Dominasi Wacana Kolonialisme

Dalam perspektif kajian pascakolonial, kondisi multi-bahasa dalam

masyarakat Timor Leste merupakan wacana kolonial yang masih terus bekerja secara

dominan dan mempengaruhi pembentukan identitas nasional Timor Leste. Kondisi

nyata multi-bahasa atau multilingualisme tersebut merupakan akibat dari interaksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

130

yang tidak berimbang antara bangsa kolonial dengan warga kesukuan yang mendiami

Timor Leste. Baik Portugis maupun Indonesia menempatkan bahasa-bahasa lokal di

Timor Leste sebagai bahasa ―kelas dua‖ dan menempatkan bahasanya sendiri sebagai

bahasa pemerintahan dan pendidikan.

Politik bahasa yang dilakukan baik oleh Portugis maupun Indonesia tersebut

ternyata berdampak besar dalam proses pembentukan komunitas politik Timor Leste.

Kebanyakan tokoh pejuang kemerdekaan Timor Leste lahir dan mengenyam

pendidikan berbahasa Portugis. Sementara itu, generasi berikutnya setelah para

pejuang ini dibesarkan dalam dominasi bahasa Indonesia di Timor Leste. Maka

terjadilah apa yang disebut oleh Peter Carey sebagai jurang pemisah linguistik

(linguistic gap) antara generasi tua dan muda yang memiliki implikasi politik pada

masa mendatang termasuk politik bahasa media-media massa di Timor Leste.

Politik bahasa Timor Leste merupakan salah satu upaya politik kebudayaan

yang penting untuk merekonstruksi bahkan menegaskan kembali identitas bangsa

Timor Leste sebagai bangsa yang berbeda dengan bangsa lain di sekitarnya terutama

Indonesia. Identitas khas tersebut adalah bahwa Timor Leste merupakan bangsa

Timor-Portugis. Indentitas orang Timor-Portugis tersebut ditunjukkan dengan

pemilihan bahasa Tetun dan Portugis sebagai bahasa nasional.

Keberadaan bahasa Tetun dan Portugis menjadi simbol yang sangat kuat

untuk memberikan pesan bahwa Timor Leste memiliki sejarah politik dan

kebudayaan tersendiri sehingga layak berdiri sebagai negara sendiri yang memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

131

akar budaya lokal sekaligus mempunyai relasi internasional. Bahasa Tetun sebagai

lingua franca yang lahir dalam relasi antar suku dan kelompok di Timor Leste

menjadi simbol yang mampu membuat warga Timor Leste memiliki imajinasi bahwa

mereka memiliki satu budaya lokal bersama. Inilah budaya yang lahir di tanah Timor

Leste, sehingga penduduk yang berdiam dari berbagai suku (dan bahasa) di tanah

Timor Leste layak menyebut diri mereka sebagai orang Timor Leste (Timorese).

Sementara itu, bahasa Portugis menjadi penghubung orang Timor Leste

dengan dunia luar terutama agama Katolik sebagai sebuah sistem budaya yang

dibawa orang Portugis namun berperan besar dalam perkembangan peradaban

(pendidikan), pertumbuhan kesadaran nasionalisme dan perjuangan kemerdekaan

Timor Leste di tingkat internasional. Peran pendidikan dan penghubung dengan

komunitas internasional malah masih sangat dibutuhkan bangsa Timor Leste hingga

saat ini untuk mengatasi keterbatasan bahasa Tetun sebagai bahasa yang masih

bersifat lokal dan belum bisa digunakan sebagai bahasa ilmiah.

Selain itu, baik bahasa Tetun maupun Portugis dalam arti tertentu merupakan

bahasa perjuangan kemerdekaan khususnya selama pendudukan oleh Indonesia.

Menurut Anderson, sekalipun terkesan terlambat,122

pertumbuhan dan penyebaran

kesadaran berbangsa Timor Leste begitu pesat dan bersifat khas. Begitu pesatnya

perkembangan nasionalisme (baca: identitas nasional) Timor Leste dipengaruhi oleh

kehadiran pendudukan Indonesia melalui TNI (dulu ABRI) yang mengurus Timor

122

Leach (2017) juga menyebut nasionalisme Timor Leste merupakan nasionalisme yang terlambat

(late nationalisme) karena baru muncul setelah 450 tahun dalam kekuasaan Portugis, serta menjadi

koloni atau jajahan Portugis yang paling akhir menyatakan kemerdekaannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

132

Leste dengan cara-cara represif. Indonesia berusaha ―mengindonesiakan‖ penduduk

Timor Leste melalui kewajiban menganut satu agama resmi di Indonesia,

menerapkan bahasa Indonesia pada semua bidang terutama melalui kurikulum

pendidikan. Namun, justru cara ini mempercepat pembentukan kesadaran sebagai

sebuah komunitas politik yang berbeda karena masyarakat Timor Leste menyadari

perbedaan sejarahnya sebagai komunitas politik Timor-Portugis yang berbeda dengan

Indonesia yang berada di bawah penguasaan Belanda. Karena itu, mayoritas

penduduk memilih beragama Katolik yang menjadi agama mayoritas penduduk

Portugis serta memiliki hubungan langsung ke Vatikan. Bersamaan dengan ini,

pengakuan Vatikan terhadap bahasa Tetun sebagai bahasa resmi dalam Liturgi Gereja

Katolik di Timor Leste menjadikan afiliasi kultur lokal (Tetun) dengan agama

Katolik dan negara Portugis semakin solid.

Sekalipun demikian, politik bahasa dengan memilih Tetun dan Portugis

sebagai bahasa resmi negara tidak dapat menghindari adanya kondisi sosial-budaya

yang terbentuk selama 25 tahun pendudukan Indonesia. Dilarang kerasnya bahasa

Portugis, tidak masuknya bahasa Tetun dalam kurikulum pendidikan, serta gencar

dan wajibnya penggunaan bahasa Indonesia melahirkan satu generasi warga Timor

Leste yang menggunakan bahasa Indonesia dalam komunikasi resmi pemerintahan

dan pendidikan. Maka tak terhindarkan, bahwa pasca kemerdekannya, kondisi multi-

bahasa di Timor Leste menjadi bagian yang tak terpisahkan dari politik bahasa Timor

Leste hingga bidang-bidang lainnya termasuk dunia media massa di Timor Leste.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

133

2. Multi-bahasa Media Massa: Cermin Pergulatan Identitas Nasional Timor

Leste dalam Era Globalisasi

Tampak dari luar, fenomena multi-bahasa dalam konten media massa

mencerminkan kondisi multi-lingualisme masyarakat Timor Leste. Namun, jika

ditafsirkan kembali fenomena multi-bahasa tersebut dengan pola dan dinamika politik

bahasa serta dengan hasil analisis wacana teks media massa di Timor Leste maka

terdapat satu kesimpulan yang lebih mendalam lagi. Kesimpulan tersebut adalah,

bahwa fenomena multi-bahasa media massa di Timor Leste merupakan tanda yang

konkrit adanya pergulatan indentitas nasional Timor Leste yang sengit melalui

industri budaya (industri media) ketika berhadapan dengan kondisi ekonomi politik

dalam negeri maupun global.

Pergulatan identitas berkaitan dengan: apakah berupaya mempertahankan dan

memperbesar ―identitas lama‖ yakni yang menyatu dengan tradisi-tradisi lokal

(bahasa Tetun) dan berkultur (beragama) Katolik (Portugis) yang memiliki semangat

nasionalis atau berusaha merelatifkan unsur-unsur sejarah dan budaya lokal tersebut

lalu berfokus pada penyesuaian diri dengan tuntutan ekonomi-politik baik lokal

maupun internasional (industri media dan kapitalisme global). Sebagaimana

pemikiran Anderson bahwa kesadaran berbangsa atau nasionalisme berkembang dan

meluas oleh karena peran media cetak dan relasinya dengan kapitalisme, maka proses

yang mirip terjadi pula dalam sejarah pembentukan dan perkembangan nasionalisme

bangsa Timor Leste. Politik kebudayaan partai FRETILIN tahun 1974 dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

134

memberantas buta aksara melalui buku pelajaran berbahasa Tetun serta pemanfaatan

media cetak milik Gereja Katolik, Siera yang berbahasa Portugis berdampak nyata

pada munculnya kesadaran sebagai orang Timor Leste yang berbeda dengan saudara-

saudaranya di Timor Barat maupun Indonesia keseluruhan.

Sekalipun demikian, pada zaman ini, media massa lebih tampak sebagai

sebuat lembaga ekonomi yaitu industri media. Maka sistem media massa sangat kuat

dipengaruhi oleh dinamika dunia bisnis atau ekonomi. Namun pada saat bersamaan,

sistem media massa dalam sebuah negara berkaitan erat dengan sistem politik, sosial,

ekonomi dan budaya dalam negara tersebut. Dengan demikian, struktur manajemen

media-media massa di Timor Leste hingga sampai pada konten atau isinya juga

berkaitan erat dengan kondisi politik, sosial, ekonomi dan budaya di Timor Leste.

Dalam pergulatan semacam ini, kondisi multi-bahasa yang khas dari masyarakat

(audiens) Timor Leste akhirnya diupayakan sedemikian agar menjadi hal yang dapat

menunjang kepentingan bisnis media massa. Salah satu caranya adalah dengan

menggunakan konten multi-bahasa dalam produk medianya.

Sekalipun demikian, patut dicatat bahwa penelitian ini juga menunjukkan

bahwa sebagian besar konten atau isi media massa di Timor Leste ditulis dan

disampaikan dalam bahasa Tetun. Singkatnya, bahasa Tetun (Prasa/Dili) merupakan

bahasa yang paling banyak digunakan oleh media massa Timor Leste. Dengan

demikian, bahasa Tetun memiliki posisi yang lebih istimewa dalam keseharian hidup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

135

masyarakat Timor Leste. Tampaknya, di balik keistimewaan bahasa Tetun ini

terdapat makna tertentu terkait dinamika konstruksi identitas nasional Timor Leste.

3. Timor Leste: Negara-Bangsa Tetun Multilingual?

Berdasarkan kajian atas sejarah politik bahasa dan analisis wacana teks media

massa, dapat dikatakan bahwa keistimewaan bahasa Tetun berdasar pada sejumlah

faktor antara lain praktis-historis, historis-kultural dan historis-politis. Secara praktis-

historis, bahasa Tetun merupakan lingua franca atau bahasa perantara yang telah

memungkinkan warga Timor Leste sejak berabad-abad silam berinteraksi dagang

antar penduduk lokal yang berbeda suku dan bahasa maupun dengan bangsa lain

seperti Cina dan Portugis. Secara historis-kultural, bahasa Tetun menjadi istimewa

sejak digunakan dalam ritual keagamaan Katolik sebagai agama ―dari luar‖123

yang

pertama kali diajarkan kepada penduduk lokal baik secara terbatas pada para

misionaris awal hingga memuncak ketika secara resmi disetujui Vatikan sebagai

bahasa liturgi tahun 1981. Dijadikannya Tetun sebagai bahasa Liturgi bukan saja

mempermudah penyebaran dan pemahaman umat pada ajaran Katolik tetapi juga

mendekatkan bahkan menyatukan agama Katolik dengan tradisi lokal atau budaya

warga Timor Leste kala itu.

123

Sebutan ―dari luar‖ hanya untuk memperjelas bahwa sebelum kehadiran agama Katolik yang

dibawa oleh misionaris Portugis, penduduk lokal sudah memiliki ―agama asli‖ berupa kepercayaan

pada kekuatan transenden, roh-roh termasuk roh nenek moyang (sering disederhanakan sebagai praktik

animisme dan dinamisme).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

136

Sementara itu, secara politis-historis, bahasa Tetun merupakan ―bahasa

perlawanan‖ baik pada era memprotes bahkan melawan kolonialisme Portugis

maupun melawan pendudukan Indonesia. Hal tersebut tampak begitu jelas dalam

proyek kebudayaan partai FRETILIN sejak awal pembentukannya tahun 1974 bahkan

sampai ―menciptakan‖ figur Maubere sebagai representasi orang Timor Leste yang

ideal. Bahasa Tetun adalah bagian dari perjuangan kemerdekaan; bahasa perjuangan.

Bahkan, dengan pengakuan Tetun sebagai bahasa Liturgi, maka penggunaan bahasa

Tetun meluas sehingga pesan-pesan perlawanan dan nasionalisme pun lebih mudah

dan luas tersebar.

Dengan hal ini, selain peran penting para pejabat Gereja Katolik dalam

perjuangan, penggunaan bahasa Tetun dalam liturgi juga dapat dilihat sebagai

―bersatunya‖ perjuangan nasionalisme Timor Leste dengan misi Gereja Katolik di

Timor Leste. Bahkan dengan sangat tegas, Ben Anderson menyatakan bahwa

pemilihan bahasa Tetun, bukan bahasa Indonesia, oleh pimpinan Gereja Katolik

sebagai bahasa liturgi memiliki efek nasionalisasi yang sangat dalam karena

keputusan tersebut untuk pertama kalinya mengangkat bahasa Tetun dari posisi

sebagai lingua franca menjadi ―bahasa Timor Leste‖; memadukan agama dengan

identitas.124

Maka tak mengherankan bahwa dalam survei yang dibuat oleh Leach,

124

Benedict Anderson. 2001. ―Imagining East Timor‖, Lusotopie 2001 : 233-239. Artikel ini pertama

kali dimuat dalam Arena Magazine, 4, April-May 1993 berdasarkan artikel Anderson yang menjadi

sebuah bahan kuliah di Monash University tahun 1992. Dapat diakses pada laman

http://www.arena.org.au. Pernyataan lengkapnya, ―Moreover, the decision of the Catholic hierarchy in

East Timor to use Tetum, not Indonesian, as the language of the Church, has had profoundly

nationalizing effects. It has raised Tetum from being a local language or lingua franca in parts of East

Timor to becoming, for the first time, the language of « East Timorese » religion and identity.‖

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

137

unsur ‗berbicara bahasa Tetun‘ dan ‗beragama Katolik‘ oleh para mahasiswa Timor

Leste sama-sama dipandang sebagai unsur yang paling penting untuk menunjukkan

identitas nasional Timor Leste baik pada tahun 2002, 2007 maupun 2010.125

Berdasarkan fenomena isi media dan faktor-faktor historis keistimewaan

bahasa Tetun serta keseriusan upaya pemerintah Timor Leste membuat standar dan

mengembangkan bahasa Timor Leste, maka penulis menangkap kesan bahwa bahasa

Tetun tampaknya dikembangkan sebagai bahasa resmi paling utama. Sementara itu,

mengingat bahasa bagi orang Timor Leste identik dengan suku, maka Tetun

tampaknya perlahan-lahan diperlakukan sebagai sebuah identitas secara nasional.

Terdapat alasan untuk mengatakan bahwa identitas nasional Timor Leste adalah

negara-bangsa Tetun; ―Ke-timorleste-an‖ identik dengan bahasa dan budaya Tetun.

B. Saran

Penelitian ini berbasis wacana tertulis yaitu teks multi-bahasa harian STL

edisi Mei 2017. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa sebagai sebuah negara

baru, topik konstruksi identitas nasional Timor Leste memiliki begitu banyak

dimensi. Dalam aspek politik bahasa, terjadi tegangan antara mempertahankan unsur-

unsur budaya lokal termasuk bahasa Tetun dengan kebutuhan menjadi negara yang

ikut berpartisipasi dalam dunia global melalui penggunaan bahasa Portugis, Indonesia

125

Leach, 2012. Op.cit. Secara detil: tahun 2002 sebanyak 83%, tahun 2007 sebanyak 86% dan tahun

2010 sebanyak 86% responden menganggap ‗berbicara Tetun‘ sebagai unsur terpenting dari identitas

sebagai bangsa Timor Leste; dan tahun 2002 sebanyak 81%, 2007 sebanyak 84% dan tahun 2010

sebanyak 78% menganggap unsur ―menjadi Katolik‖ sebagai unsur terpenting sebagai bangsa Timor

Leste.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

138

dan Inggris. Terkait sistem media massa, desakan kepentingan ekonomi mendorong

industri media melakukan komodifikasi terhadap fakta multi-bahasa di tengah

masyarakat Timor Leste.

Untuk itu, disarankan agar peneliti lain dapat menggunakan pendekatan

ekonomi-politik untuk memotret pengaruh faktor-faktor ekonomi yang

mempengaruhi proses penggunaan bahasa dalam media-media di Timor Leste.

Pendekatan ekonomi-politik dapat memperdalam temuan penelitian ini terutama

untuk memetakan aktor-aktor yang kini berperan penting dalam proses-proses

kebudayaan untuk membangun identitas nasional Timor Leste. Selain itu, pendekatan

ekonomi-politik diharapkan dapat mengungkapkan sejauh mana kekuatan ekonomi-

politik global dalam proses industri budaya di Timor Leste sebagai sebuah negara

yang baru merdeka di era globalisasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

139

DAFTAR PUSTAKA

Anderson. Benedict. 2001. ―Imagining East Timor‖, Lusotopie 2001: 233-239.

Artikel ini pertama kali dimuat dalam Arena Magazine, 4, April-May 1993

berdasarkan artikel Anderson yang menjadi sebuah bahan kuliah di Monash

University tahun 1992. Dapat diakses pada laman http://www.arena.org.au.

________________ 1991. Imagined Communities: Reflections on the Origin and

Spread of Nationalism. Revised Edition. London & New York: Verso.

Arifin, Anwar. 2011. Sistem Komunikasi Indonesia. Bandung: Simbiosa Rekatama

Media.

Barker, Chris. 2014. Kamus Kajian Budaya. Terj. B. Hendar Putranto. Yogyakarta:

Kanisius

Barros, J. De. 1993. Khasanah Budaya, Profile dan Prospek Peluang Investasi di

Timor Timur. Jakarta: Penerbit Anjungan Daerah Timor-Timur.

Belo, Domcarlos Filipe Ximenes. 2017. ―Mensagem Aos Cogressistas‖. Opini. Suara

Timor Lorosae, 18 Mei 2017.

Carey, Peter. 1995. ―Introduction: The Forging od a Nation: East Timor‖ dalam

Carey, Peter & G. Carter Bentley (Eds.), East Timor at the Crossroads: The

Forging of A Nation, New York: Social Science Research Council,

University of Hawai‘i Press.

Costa, L. 2000. Dicionário de Tetum-Português. Lisboa: Colibri.

Country Watch, 2017. East Timor: 2017 Country Review. Dapat diakses di laman

www.countrywatch.com.

El Chy. 2012. ―Suka Duka Koran Suara Timor Timur‖,

http://sergapntt.mlblogs.com/2012/03/13/suka-duka-koran-suara-timor-

timur/. Diakses tanggal 15 Januari 2018.

Engelenhoven, Aone van. 2008. Resensi Buku. Dalam Wacana Vol. 10, No. 2,

Oktober 2008, Jurnal FIB Universitas Indonesia, hlm. 355-356.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

140

____________________.2006. ―Ita-nia nasaun oin-ida, ita-nia dalen sira oin-seluk,

‘Our Nation is One, Our Languages Are Different‘; Language Policy in East

Timor‖ dalam Paulo Castro Seixas dan Aone van Engelenhoven (Eds.).

Diversidade Cultural na Construcao da nacao e do Estado em Timor. Porto:

Edições da universidade Fernando Pessoa.

Erwin, Muhamad. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia.

Bandung: PT Refika Aditama.

Fairlclough, Norman. 1989. Language and Power. London & New York: Longman.

_________________. 1995. Critical Discourse Analysis: The Critical Study of

Language. Harlow: Pearson.

Gandhi. Leela, 2006. Teori Poskolonial Upaya Meruntuhkan Hegemoni Barat. Terj

Yogyakarta: Qalam.

Glover, I. 1986. Archaeology in Eastern Timor, 1966-67. Canberra: RSPAS,

Australian National University.

Gunn, Geoffrey C. 2005. 500 Tahun Timor Lorosae. Terj. Nugroho Katjasungkana,

Agung Anom, Mateus Gonsalves, Dili & Nagasaki: Sa‘he Institute for

Liberation (SIL) & Nagasaki Univesity

Gusmao, Kristy Sword. Tanpa tahun. ―Timor Leste: Language and Identity in

Southeast Asia‘s Newest Nation.‖

Herz, F. 1966. Nationality in History and Politics. London: Routledge and Kegan

Paul.

_______.2000. Standard Tetun-English Dictionary. Sydney: Allen & Unwin.

______. 1999. ― Indonesia and East Timor: The Cultural Factors of Incompatability.‖

Studies in Languages and Cultures of East Timor 2, 55-67.

Hull, G. & L. Eccles, 2001. Tetum Reference Grammar. Sydney: Sebastião Aparício

da Silva Project/Dili: Instituto Nacional de Linguística.

Joseph, John E. 2004. Language and Identity: National, Ethnic, Religious. New

York: Palgrave Macmillan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

141

Kammen, Douglas. 2003. Master-Slave, Traitor-Nationalist, Opportunist-Oppressed:

Political Metaphors In East Timor.

Kerry Taylor-Leech, 2008, ―Language and Identity in East Timor‖, Language

Problem & Language Planning 32: 2 (2008), 153-180.

Kingsbury, Damien. 2009. ―National Identity in Timor Leste: A Brief Comparative

Study‖, 2009, tanpa penerbit.

Kroskrity, Paul. 2000. ―Identity‖, Journal of Linguistic Antropology, Vol. 9, Issue 1-

2, page 111-114.

Leach, Michael. 2017. Nation-Building and National Identity in Timor Leste. New

York: Routledge.

____________.2012. ―Longitudinal change in East Timorese tertiary student attitudes

to national identity and nation building, 2002-2010.‖ Bijdragen tot de Taal-,

Land- en Volkenkunde, Vol. 168, no. 2-3 (2012), pp. 219-252. URL:

http://www.kitlv-journals.nl/index.php/btlv

___________. 2010; Leach & Kingsbury, 2013, ―Introduction: East Timorese Politics

in Transition‖, dalam Leach, Michael and Kingsbury, Damien, (eds.), 2012,

The politics of Timor-Leste : democratic consolidation after intervention.

Ithaca: Cornell University Press.

____________.2007. ―Talking Portuguese: China and East Timor‖. Arena Magazine

(Fitzroy, Vic), No. 92, Dec 2007-Jan 2008: 6-8.

Lundry, Chris. 2006. ―Peranan Gereja Katolik dalam Pembangunan Nasionalisme di

Timor Leste‖, WASKITA: Jurnal Studi Agama dan Masyarakat, Vol.III,

No.2, Nov.2006: 177-195. Salatiga: UKSW

Majelis Konstituante Timor Leste. 2002. Undang-Undang Dasar Republik

Demokratis Timor Leste, Terjemahan Tidak Resmi.

Manhitu, Yohanes. 2015. Kamus Bahasa Portugis-Indonesia dan Indonesia-

Portugis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

_______________.2007. Kamus Indonesia-Tetun, Tetun – Indonesia. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

O‘Connor, Sue, et al.2010. Cave Archipelago and Sampling Issues in the Tropics:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

142

A Case Study from Lene Hara Cave, a 42,000 Year Old Occupation Site in

East Timor, Island Southeast Asia. Australian Archeology, Number 71,

December 2010.

Ormeling F.J. 1956. The Timor Problem, dalam J.B. Wolters Gronigen/Djakarta:

MJG

Rawnsley, Claire. 2008. ―East Timor: National Identity, History and Culture Wars‖,

Paper, dipresentasikan dalam Biennial Conference of the Asian Studies of

Australia di Melbourne 1-3 Juli 2008.

Saptono, Irawan.2001. ―Surat Kabar di Tengah Kecamuk‖, dalam Pantau, 2 Juli

2001; dapat diakses pada laman https://www.pantau.or.id/?/=d/32.

Savio, Dionisio Duarte. 2012. ―Timor Leste: Libur 9 Bulan Karena Bahasa‖, Diakses

dari http://lidahibu.com/2012/05/19/Timor-leste-libur-9-bulan-karana-bahasa

diakses Juli 2017.

Savio, E. da Conceição. 2002. Posisi Hegemonik UNTAET dalam Upaya resolesi

Konflik Timor Lorosae Pasca Jajak Pendapat Periode 1999-2002. MA Thesis,

Parahyangan Catholic University.

Sunardi, St. Tanpa Tahun. Penelitian Studi Humaniora: Beberapa Pertimbangan

dalam Persiapan Penelitian. Manuscript. Yogyakarta: Universitas Sanata

Dharma.

Sutrisno, Petrus Suryadi. 2017. ―Timor Leste Memiliki Dewan Pers‖, dalam

https://m.jpnn.com/news/timor-leste-miliki-dewan-pers?page=2 diakses 7

Desember 2017.

Taylor-Leech, Kerry. 2009. ―The language situation in Timor-Leste.‖ Current Issues

in Language Planning 10, 1, 1-68.

_________________. 2008. ―Language and Identity in East Timor‖, Language

Problem & Language Planning 32: 2 (2008), 153-180.

Thomas. Linda & Shan Wareing. 2007. Bahasa, Masyarakat & Kekuasaan. Terj.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

UNESCO. 2011. Assessment of Media Development in Timor-Leste. New York:

UNESCO.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

143

UNMIT. 2011.Timor Leste Media and Communication Survey. Dili: UNMIT.

Williams-van Klinken, Catharina & Rob Williams, 2015. ―Mapping the mother

tongue in Timor Leste: Who Spoke what where in 2010?‖, Dili Institute of

Technology.

Artikel surat kabar & internet

Estudantes Tenke Aprofunda Lian Portugues, Artikel headline STL edisi 5

Mei 2017.

Funsionamentu Estadu, Unidade Nasional, & Establidade Nasaun. Husi Ami

(Tajuk Rencana) STL, 23 Mei 2017 (Tersa, 23 Maiu 2017).

https://m.suara.com/wawancara/201705/22/070000/ramos-horta-jdi-korban-

hoax-dan-nasib-jurnalis-timor-leste. Diakses 10 Januari 2018.

https://www.seapa.org/rancangan-uu-geliat-politik-dan-kebebasan-pers/ ;

diakses 7 Desember 2017.

https://www.kemlu.go.id/dili/id/berita-agenda/Pages/MediaTL.aspx

https://m.jpnn.com/news/wartawan-timor-leste-raimundos-oki-magang-di-

australia.

https://m.suara.com/wawancara/201705/22/070000/ramos-horta-jdi-korban-

hoax-dan-nasib-jurnalis-timor-leste. Diakses 10 Januari 2018.

https://www.seapa.org/rancangan-uu-geliat-politik-dan-kebebasan-pers/ ;

diakses 7 Desember 2017.

https://www.kemlu.go.id/dili/id/berita-agenda/Pages/MediaTL.aspx.

https://m.jpnn.com/news/wartawan-timor-leste-raimundos-oki-magang-di-

australia.

http://suara-timor-lorosae.com/profile; diakses pada 8 Desember 2017.

Hasil Wawancara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

144

Wawancara pertama dengan Domingos Saldanha, Pemimpin Redaksi STL di

Dili pada tanggal 24 Juli 2017.

Wawancara kedua tertulis melalui situs jejaring sosial dengan Domingos

Saldanha, Pemimpin Redaksi STL, pada tanggal 26 Maret 2018.

Wawancara dengan Yohanes Manhitu di Yogyakarta, 15 April 2018.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

145

L A M P I R A N

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

146

Lampiran 1. Rekapitulasi Jumlah Artikel & Bahasa yang Digunakan Harian STL

Edisi Mei 2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

147

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

148

Lampiran 2. Teks Artikel Berita & Opini tentang Identitas Nasional Timor Leste dalam

STL Edisi Mei 2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

149

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

150

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Indonesia, Indonesia-Tetun dan Kamus Indonesia-Portugis, Portugis-Indonesia, yang sudah memberikan sumbangan pikiran lewat wawancara dalam

151

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI