PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HUBUNGAN...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HUBUNGAN...
i
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEKERASAN VERBAL OLEH
ORANG TUA DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh :
Margaretha Tri Anggraeni
NIM :129114009
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTO
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan
kepadaku (Filipi 4:13)
Serahkan segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihra kamu
(1 Petrus 5:7)
Orang yang sukses adalah orang yang dibentuk oleh berbagi terpaan dan
ujian dan ia dapat melewatinya dengan cantik (N.N.)
Anda tidak bisa pergi dari tanggungjawab esok hari dengan
menghindarinya hari ini (Abraham Lincoln)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk :
Tuhan Yang Maha Esa dan Bunda Maria yang selalu menyertai.
Orangtuaku Bapak Joko dan Ibu Maria, Mas-mas ku tersayang Mas Dani dan Mas
Anto, Kekasihku Andika dan seluruh keluarga serta sahabat yang mendukung dan
memberi semangat serta yang sudah lama menunggu kelulusanku.
Teman-teman seperjuangan dan Almamaterku, Universitas Sanata Dharma.
Untuk para orangtua yang memiliki anak yang akan menginjak masa remaja
dimanapun mereka berada. Semoga karya ini bermanfaat.
Dan untuk penulis sendiri Margaretha Tri Anggraeni yang telah berhasil
menyelesaikan satu tugas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEKERASAN VERBAL ORANGTUA
DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA
Margaretha Tri Anggraeni
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara persepsi kekerasan verbal oleh
orang tua dan penyesuaian sosial pada remaja. Hipotesis pada penelitian ini adalah ada hubungan
negatif antara persepsi kekerasan verbal oleh orang tua dan penyesuaian sosial pada remaja.
Subjek dalam penelitian ini sebanyak 215 orang dengan kriteria yaitu, remaja berusia 12-18 tahun
dan sehari-hari tinggal bersama orang tuanya. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah 2
skala penelitian yaitu skala persepsi kekerasan verbal dan skala penyesuaian sosial. Data penelitian
dianalisis menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson. Koefisien korelasi yang
didapatkan sebesar -0,473, dengan signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan
bahwa hipotesis yang diajukan diterima. Hal ini berarti juga ada hubungan negatif yang signifikan
antara persepsi kekerasan verbal oleh orang tua dan penyesuaian sosial pada remaja.
Kata Kunci : kekerasan verbal, penyesuaian sosial, remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
RELATIONSHIP BETWEEN PERCEPTION OF VERBAL ABUSE BY
PARENTS AND SOCIAL ADJUSTMENT IN ADOLESCENTS
Margaretha Tri Anggraeni
ABSTRACT
This research aimed to examine relationship between perception of verbal abuse by
parents and social adjustment in adolescents. The hypotesis of this research was there is negative
relationship between perception of verbal abuse by parents and social adjustment in adolescents.
Subjects in this research were 215 adults who were 12-18 years old and lived with their parents.
This research used two scales, perception of verbal abuse scales and social adjusment scales. The
research data was analyzed using the technique of Pearson Moment Correlation. The corellation
coefficient obtained at -0,473 with a significance 0,000 (p<0,05). The result showed that the
hypothesis was accepted that there was negative correlation between perception of verbal abuse
by parents and social adjustment in adolescents.
Keywords : verbal abuse, social adjustment, adolescents
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kasih, peneguhan dan
rahmat-Nya yang senantiasa dirasakan oleh penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Banyak hal yang penulis hadapi
dalam setiap proses menyelesaikan skripsi ini, terutama rasa malas dan ingin
menyerah terlebih ketika belum menemukan referensi yang dibutuhkan dan
kebingungan menentukan skala. Namun, karena peneguhan dan bimbinganNya
yang senantiasa penulis rasakan, maka penulis termotivasi untuk bangkit
mengubur rasa malas dan yakin akan skripsi yang telah ditulis dan dikerjakan.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Psikologi dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari skripsi
ini tidak akan selesai tanpa dukungan, bantuan, bimbingan dan motivasi dari
berbagai pihak. Atas semua itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
mendalam kepada :
1. Tuhan Yesus yang selalu menyertai dan tempat pulang dan tempat berkeluh
kesah paling nyaman ketika penulis mengalami dilema dalam proses
pengerjaan skripsi ini. Serta Bunda Maria yang selalu memberikan
perlindungan.
2. Kedua orangtuaku, Bapak FX. Tri Joko K. dan Ibu Maria Sri S. serta kedua
kakakku Mas Yakobus Eko Kusmardani dan Mas Stefanus Dwi Kristianto,
kedua calon dari kakakku, kak Yuliana Susanti dan Tyas yang telah
memberikan semangat, dukungan moral maupun materi, kasih sayang,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
perhatian serta doa yang tak pernah henti kepada penulis untuk segera
menyelesaikan studi.
3. Seluruh keluarga yang tiada berhenti untuk mendoakan dan menanyakan
kelulusanku. Untuk Mbah Kakung, Mbah Putri dan Nenek yang mendoakan
penulis dari Surga terima kasih ya kung, mbah putri dan nenek.
4. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta serta dosen penguji skripsi.
Terimakasih atas dukungan dan kepemimpinannya selama penulis menjadi
mahasiswa serta telah memberi saran dan kritik dalam pengerjaan skripsi ini.
5. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi serta dosen
pembimbing akademik selama satu semester yang telah banyak membantu
dalam memecahkan kebingungan dan keraguan penulis dalam menyusun
skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Drs. H. Wahyudi, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik selama
sembilan semester yang telah membimbing sehingga penulis dapat memilih
dan melalui setiap semester dengan lancar.
7. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si. selaku dosen penguji skripsi. Terimakasih
atas dukungan, semnagat, saran dan kritik yang membangun dalam proses
pengerjaan skripsi ini.
8. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Terima kasih atas semua ilmu, bimbingan dan pengetahuan yang berguna.
9. Seluruh staff non akademik Fakultas Psikologi : Bu Nanik Pitarso, Mas
Gandung dan teman-teman student staff yang memberikan senyuman dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
memperhatikan penulis, serta atas bantuan dan pelayanan terkait surat dan
administrasi demi lancarnya pengambilan data dan sehingga skripsi ini dapat
selesai. Mas Muji dan asisten laboratorium yang selalu memberikan
pelayanan di lab dan menyediakan alat-alat tes dan keperluan praktik lainnya.
10. Sekolah SMP Joannes Bosco Yogyakarta dan SMA Budya Wacana
Yogyakarta yang memperbolehkan penulis untuk mengambil data penelitian
disini. Terkhusus untuk murid kelas VII, VIII, X dan XI yang sudah dengan
rela hati mengisi skala penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
11. Sahabat dan pacar paling menyebalkan, setia, cerewet Andika Adhi Perkasa
yang selalu menyebalkan dan memarahi penulis ketika mulai ada rasa malas
untuk mengerjakan skripsi. Selalu memberi semangat, dukungan, doa,
keyakinan dalam menulis dan menyelesaikan tugas ini. Orang yang jadi
pelampisan kemarahan penulis ketika tidak dapat menemukan solusi atas
masalah di skripsi ini, yang sudah bersedia membantu penulis, dan selalu
memberikan penghiburan di saat-saat sulit.
12. Sahabat-sahabat ku tersayang Esthy Prameswari, Ricky Januarto, Endah
Rusnindita, Leonardo Simanjuntak, Yohanes Dwi Kristianto, Maureen Gracia
Priskila, Clara Dewi Permatasari, Angela Meiga Yesi Hervian, Itha Alamako,
Kurnia Novariani untuk semua dukungan, semangat, bantuan, doa, perhatian
dari awal penulisan skripsi sampai selesai. Terima kasih juga selama hampir
5 tahun bersama-sama mengarungi kehidupan dan pembelajaran di Psikologi.
I love you and miss you always guys, see you on top!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
13. Sahabat-sahabatku sejak SMA, Kak Justitia Resalane, Fransisca Erna S.
(Chika), Theodora Vita yang sudah mendahuluiku lulus, Angen Pratiwi,
Maria Dhea Sani atas semua dukungan, semangat, doa. Cepet lulus juga ya
buat Angen. Miss you so much kesayangan eni.
14. Sahabat-sahabatku SMP yang jarang bareng aku temui Maria Anggia, Sesti,
Stephanie Puspitasari, Agnes Dian, Febriana, Anggi Andhini. Kalian jadi
motivasi tersendiri karena kalian semua udah pada lulus dan bisa cari uang
sendiri. Aku akan mengejar kalian guys mendapatkan pundi-pundi rupiah.
15. Teman-teman kos Amakusa Dewi, Ratri, Indah, Kak her, Friesca, Angel, Kak
Intan, Dini, Vania yang menyumbang tawa dan cerita sendiri selama penulis
di kos.
16. Teman-teman angkatan 2012, terima kasih atas pertemanan yang tak
terlupakan selama hampir 5 tahun ini dan semangat menggapai cita-cita
kalian guys!
17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu disini. Terima
kasih.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini mengingat keterbatasan kemampuan dan pengalaman. Oleh karena
itu, penulis menerima saran dan kritik yang membangun dari semua pihak.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan, terutama di bidang psikologi dan masyarakat pada umumnya.
Penulis,
Margaretha Tri Anggraeni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................... i
Halaman Persetujuan Pembimbing .................................................................. ii
Halaman Pengesahan Skripsi ........................................................................... iii
Halaman Motto .................................................................................................. iv
Halaman Persembahan ...................................................................................... v
Halaman Pernyataan Keaslian Karya ............................................................. vi
Abstrak ................................................................................................................ vii
Abstract ............................................................................................................... viii
Halaman Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah ............................................... ix
Kata Pengantar .................................................................................................. x
Daftar Isi ........................................................................................................... xiv
Daftar Tabel ..................................................................................................... xviii
Daftar Lampiran ............................................................................................... xix
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 9
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 9
BAB II. LANDASAN TEORI ........................................................................... 11
A. Kekerasan Verbal ........................................................................................... 11
1. Pengertian Kekerasan Verbal ............................................................... 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
2. Persepsi ............................................................................................... 12
3. Bentuk Kekerasan Verbal ..................................................................... 13
4. Dampak Kekerasan Verbal .................................................................. 14
B. Penyesuaian Sosial ......................................................................................... 18
1. Pengertian Penyesuaian Sosial ............................................................. 18
2. Tanda Penyesuaian Sosial .................................................................... 19
3. Faktor yang Memengaruhi Penyesuaian Sosial .................................... 20
C. Remaja ............................................................................................................. 25
1. Pengertian dan Batasan Umur Remaja ................................................. 25
2. Perkembangan Sosial dan Emosi pada Masa Remaja .......................... 26
3. Tugas Perkembangan Masa Remaja .................................................... 29
4. Teori Ekologi Perkembangan Brofenbrenner ...................................... 29
D. Dinamika Hubungan Antara Kekerasan Verbal Oleh Orang Tua dan
Penyesuaian Sosial Pada Remaja ......................................................................... 33
E. Hipotesis .......................................................................................................... 40
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 41
A. Jenis Penelitian ................................................................................................. 41
B. Identifikasi Variabel Penelitian ....................................................................... 41
C. Definisi Operasional ........................................................................................ 41
1. Kekerasan Verbal ................................................................................. 41
2. Penyesuaian Sosial ............................................................................... 42
D. Subjek Penelitian ............................................................................................. 43
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ............................................................... 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
1. Skala Persepsi Kekerasan Verbal oleh orang tua ................................. 45
2. Skala Penyesuaian Sosial ..................................................................... 47
F. Validitas, Seleksi Item dan Reliabilitas Alat Ukur .......................................... 49
1. Validitas ............................................................................................... 49
2. Seleksi Item .......................................................................................... 49
3. Reliabilitas ............................................................................................ 54
G. Metode Analisis Data ...................................................................................... 55
1. Uji Normalitas ...................................................................................... 55
2. Uji Linearitas ........................................................................................ 56
3. Uji Hipotesis ......................................................................................... 56
H. Pelaksanaan Uji Coba ...................................................................................... 56
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 58
A. Pelaksanaan Penelitian .................................................................................... 58
B. Deskripsi Subjek Penelitian ............................................................................. 58
C. Deskripsi Data Penelitian ................................................................................ 60
D. Kategorisasi ..................................................................................................... 61
E. Analisis Data Penelitian ................................................................................... 63
1. Uji Asumsi ............................................................................................ 63
a. Uji Normalitas .................................................................................. 63
b. Uji Linearitas .................................................................................... 64
2. Uji Hipotesis ......................................................................................... 65
F. Analisis Data Tambahan .................................................................................. 67
G. Pembahasan ..................................................................................................... 68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 74
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 74
B. Saran ................................................................................................................ 75
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 78
LAMPIRAN ........................................................................................................ 82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pemberian Skor Skala Persepsi Kekerasan Verbal Oleh Orang Tua.. 45
Tabel 3.2 Distribusi Item Skala Persepsi Kekerasan Verbal Oleh Orang Tua
Sebelum Uji Coba ............................................................................... 46
Tabel 3.3 Pemberian Skor Skala Penyesuaian Sosial ........................................ 48
Tabel 3.4 Distribusi Item Skala Penyesuaian Sosial Sebelum Uji Coba ............ 48
Tabel 3.5 Distribusi Item Skala Persepsi Kekerasan Verbal Oleh Orang Tua
Setelah Uji Coba .......................................................................... 51
Tabel 3.6 Distribusi Item Skala Persepsi Kekerasan Verbal Oleh Orang Tua
Setelah Uji Coba (Setelah diratakan, diacak dan diberi nomer baru)..52
Tabel 3.7 Distribusi Item Skala Penyesuaian Sosial Setelah Uji Coba .............. 53
Tabel 3.8 Distribusi Item Skala Penyesuaian Sosial Setelah Uji Coba
(Setelah diratakan, diacak dan diberi nomer baru) ............................ 54
Tabel 4.1 Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ................................... 59
Tabel 4.2 Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia ................................................... 59
Tabel 4.3 Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenjang Sekolah ................................ 59
Tabel 4.4 Deskripsi Data Penelitian ................................................................... 60
Tabel 4.5 Norma Kategorisasi ............................................................................ 61
Tabel 4.6 Norma Kategorisasi Persepsi Kekerasan Verbal Oleh Orang Tua ... 62
Tabel 4.7 Norma Kategorisasi Penyesuaian Sosial ............................................ 63
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas .......................................................................... 64
Tabel 4.9 Hasil Uji Linearitas ............................................................................ 65
Tabel 4.10 Hasil Uji Hipotesis ............................................................................. 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skala Penelitian .............................................................................. 82
Lampiran 2. Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Persepsi Kekerasan Verbal Oleh
Orang Tua ...................................................................................... 93
Lampiran 3. Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Penyesuaian Sosial ................. 96
Lampiran 4. Uji Deskripsi Data Empiris ............................................................. 99
Lampiran 5. Uji Normalitas ..............................................................................101
Lampiran 6. Uji Linearitas ................................................................................ 104
Lampiran 7. Uji Hipotesis ................................................................................. 106
Lampiran 8. Uji Beda Penyesuaian Sosial Pada Jenjang SMP dan SMA .......... 108
Lampiran 9. Uji Beda Penyesuaian Sosial Pada Laki-laki dan Perempuan ....... 110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keluarga adalah tempat yang paling penting bagi seorang remaja.
Keluarga, khususnya orang tua adalah tempat remaja untuk belajar dan
menyatakan diri sebagai makhluk sosial dalam hubungan interaksi kelompoknya
(Gerungan, 2004). Selain itu, orang tua juga berperan sebagai guru bagi anak-
anaknya tentang hukum-hukum dasar dalam kehidupan (Yusuf, 2000).
Dalam menjalankan perannya, orang tua membutuhkan strategi dan cara
yang tepat agar anak dapat mengerti tentang penyampaian perhatian dan
pembelajaran kehidupan (Kompas, 2009). Dalam perspektif ekologi
perkembangan, pola pengasuhan orang tua yang tepat akan berpengaruh pada
pembentukan karakter anak.
Namun, pada penerapan pengasuhan yang dilakukan orang tua, masih ada
orang tua yang menerapkan kekerasan verbal dalam pengasuhan dan mendidik
anaknya. Garbarino, et al (dalam Noh & Talaat, 2012) menjelaskan bahwa
kekerasan verbal yaitu sebuah penyerangan pada perkembangan diri dan
kompetensi sosial anak serta sebuah bentuk perilaku psikis yang merusak. Selain
itu, menurut Grady (dalam Noh & Talaat, 2012) kekerasan verbal diartikan
sebagai kata-kata yang menyerang atau melukai seseorang, kata-kata yang
membuat seseorang percaya pada pernyataan tidak benar atau kata-kata bohong
yang diucapkan seseorang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Berdasarkan data yang didapat dari Yayasan Kesejaheraan Anak Indonesia
melalui Center for Tourism Research & Development Universitas Gadjah Mada
mengenai berita kekerasan anak dari tahun 1992-2002 di 7 kota besar ditemukan
3969 kasus. Kasus-kasus tersebut dengan rincian 65,8% kekerasan seksual, 19,6%
kekerasan fisik, 6,3% kekerasan emosional dan 8,3% pengabaian anak (Solihin,
2004).
Namun, data ini berbeda dengan data lembaga konseling Yayasan
Kesejahteraan Anak Indonesia bahwa setiap bulan terdapat 30 kasus kekerasan
yang diadukan oleh korbannya, yaitu sebanyak 60% merupakan korban kekerasan
ringan, berupa kekerasan verbal atau caci maki, sedangkan 40% sisanya
mengalami kekerasan fisik hingga seksual (Solihin, 2004). Hal ini senada dengan
pernyataan Ketua Komisi Nasional Anak Indonesia, Arist Merdeka Sirait bahwa
hampir 90% anak-anak Indonesia mengalami kekerasan psikis seperti bentakan
dan merendahkan martabat. Sedangkan hampir semua anak Indonesia mengalami
kekerasan verbal (Parlementaria, 2013).
Berdasarkan data yang dipaparkan di atas menunjukkan bahwa data-data
terkait dengan kekerasan verbal tidak sama. Hal ini dikarenakan kekerasan verbal
merupakan salah satu jenis kekerasan yang sulit untuk dilihat dan tidak
meninggalkan bukti memar seperti pada kekerasan fisik. Selain itu, banyaknya
orang tua yang masih melakukan kekerasan verbal karena kurangnya pengetahuan
orang tua tentang cara lain dalam mendisiplinkan anak serta adanya mitos bahwa
kekerasan adalah bentuk rasa kasih sayang (Rejeki, 2012). Namun, pada
penelitian yang dilakukan oleh Putri & Santoso (2012) didapatkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
sebenarnya orang tua mengetahui bahwa tindakan verbal merupakan perilaku
kekerasan. Namun, orang tua masih saja melakukan kekerasan verbal karena
bermaksud baik pada anaknya yaitu agar anaknya berpikir bahwa yang
dilakukannya adalah tindakan yang salah.
Padahal, setiap anak berhak mendapatkan perlindungan hukum terkait
dengan kekerasan yang dialaminya termasuk kekerasan verbal. Hal ini tercatat
dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Pada pasal 13 dan 69 dinyatakan bahwa setiap anak berhak
untuk mendapatkan perlindungan dari perlakuan kekejaman, kekerasan dan
penganiayaan termasuk kekerasan verbal dan adanya pemberian hukuman bagi
yang melakukannya. Pada pasal 78 dan 80 juga mengatakan bahwa adanya sanksi
bagi setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan
atau penganiayaan terhadap anak.
Terdapat sebuah kasus nyata berdasarkan studi fenomenologi yang
dilakukan oleh Arsih (2010). Subjek dalam studi adalah empat remaja laki-laki
berusia sekitar 13-15 tahun yang sering mengalami kekerasan verbal dari orang
tuanya. Mereka mengalami kekerasan verbal sejak usia 5-7 tahun sampai remaja.
Mereka sering mendapatkan kekerasan verbal pada saat prestasi di sekolahnya
menurun dan pada saat anak bandel di sekolah ataupun di rumah. Bentuk
kekerasan verbal yang sering dialami oleh anak-anak ini seperti menyebut nama
dengan tidak pantas (nama binatang) dan memberi bentakan serta memarahinya.
Dampak yang dirasakan korban adalah adanya keinginan untuk selalu membantah
orang tua, perasaan kecewa terhadap diri sendiri dan orang tua, perasaan sedih,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
merasa sakit hati serta adanya keinginan untuk melakukannya kepada orang lain.
Namun, adapula dampak positif yang dirasakan, yaitu anak menjadi menurut
kepada orang tua tetapi hal ini tidak bertahan lama.
Penelitian yang dilakukan oleh Nindya & Margaretha (2012) didapatkan
bahwa kekerasan verbal berhubungan positif dengan kenakalan remaja. Hal ini
berarti bahwa remaja yang menerima kekerasan verbal dalam keluarga memiliki
kecenderungan yang lebih tinggi melakukan kenakalan remaja, daripada remaja
yang tidak menjadi korban kekerasan verbal. Orang tua yang bertindak sebagai
model dapat berperan sebagai faktor resiko ataupun protektif pada kecenderungan
perilaku kenakalan anak.
Selain itu, kekerasan verbal juga memiliki hubungan negatif dengan
kepercayaan diri remaja. Hal ini diungkap dalam penelitian yang dilakukan oleh
Nidya (2014). Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa semakin sering remaja
mendapatkan kekerasan verbal, maka kepercayaan diri remaja semakin rendah
begitupula sebaliknya. Remaja yang mendapatkan kekerasan verbal di dalam
keluarga akan merasa tidak nyaman di lingkungan tersebut. Ketika seseorang yang
merasa tidak aman, maka itu adalah musuh terbesar bagi timbulnya rasa percaya
diri. Selain itu, orang yang merasa tidak aman akan sulit mengembangkan
perasaan positif akan diri sendiri, orang lain dan dunia luar. Sulitnya
mengembangkan perasaan positif akan diri sendiri membuat seseorang menjadi
pribadi yang rendah diri, mudah minder dan merasa tidak berharga. Penilaian-
penilaian yang buruk pada diri sendiri akan memengaruhi tingkat kepercayaan
diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Berdasarkan penjabaran data penelitian tentang kekerasan verbal,
diketahui bahwa kekerasan verbal berdampak buruk pada remaja. Sama seperti
yang dijabarkan dalam Lestari (2016) tentang dampak kekerasan verbal. Dampak
psikologis kekerasan verbal adalah anak menjadi tidak peka terhadap perasaan
orang lain, anak menjadi agresif, mengganggu perkembangan anak, munculnya
kepribadian sosiopath atau antisocialpersonality disorder, rendahnya motivasi
belajar, menciptakan lingkaran setan dalam keluarga, gangguan emosi dan
terganggunya hubungan sosial anak serta yang paling parah yaitu bunuh diri.
Berbagai dampak yang ditimbulkan oleh kekerasan verbal dapat menjadi
pertimbangan orang tua dalam menerapakan pola pengasuhan kepada anaknya.
Menurut teroi ekologi Brofenbrenner (dalam Mujahidah, 2015) interaksi yang
terjadi anak dengan orang tua di tingkat mikrosistem dilakukan secara langsung.
Dalam interaksi itu anak bukan hanya sebagai penerima pasif tetapi juga aktif
membentuk dan membangun lingkungan mikrosistem. Orang tua dianggap
sebagai agen sosialisasi paling penting dalam kehidupan anak sehingga keluarga
berpengaruh dalam membentuk karakter anak. Pada tingkatan selanjutnya adalah
interaksi antara sub sistem mikrosistem, misalnya hubungan antara keluarga
dengan lingkungan di luar keluarga (sekolah dan masyarakat) (Berk, 2008).
Munculnya interaksi antara sub sistem mikrosistem akan menimbulkan dampak,
yaitu setiap masalah yang terjadi di dalam sebuah sub sistem mikrosistem akan
berpengaruh pada sub sistem mikrosistem yang lainnya Misalnya : keadaan di
rumah dapat memengaruhi perilaku anak di sekolah. Anak-anak yang orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
tuanya menolak dapat mengalami kesulitan mengembangkan hubungan positif
dengan guru. (Mujahidah, 2015).
Teori ekologi Brofenbrenner (dalam Mujahidah, 2015) mengatakan
keluarga khususnya orang tua merupakan agen sosialisai yang sangat penting bagi
anak. Orang tua juga berpengaruh dalam membentuk karakter anak dan pada
perkembangan anak dalam setiap masa. Salah satu masa perkembangan tersulit
adalah masa remaja karena ada berbagai tugas perkembangan yang harus
dipenuhi. Salah satunya adalah menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya
maupun orang dewasa lain di lingkungan masyarakat luas dan mencapai
kemandirian emosional dari orang tua serta orang dewasa lain. Hal ini ditegaskan
oleh Havighurst (dalam Hurlock, 1991) yang mengatakan bahwa tugas
perkembangan sosial pada masa remaja adalah mencapai hubungan baru dan lebih
matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita. Selain itu, remaja juga
harus dapat mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya. Hurlock (1991) mengatakan bahwa pencapaian hubungan baru ini
merupakan tugas perkembangan yang sulit bagi remaja karena tugas ini
berhubungan dengan penyesuaian sosial remaja.
Penyesuaian sosial oleh Schneider (dalam Maslilah, 2011) diartikan
sebagai kemampuan individu untuk bereaksi secara efektif dan bermanfaat
terhadap realitas sosial, situasi, dan hubungan sehingga tuntutan atau kebutuhan
dalam kehidupan sosial terpenuhi dengan cara yang dapat diterima dan
memuaskan. Selain itu, Schneiders (dalam Wardani & Apollo, 2010) penyesuaian
sosial merupakan proses mental dan tingkah laku yang mendorong seseorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
untuk dapat menyesuaikan diri dengan keinginan yang berasal dari dalam diri
sendiri yang dapat diterima oleh lingkungannya.
Kondisi lingkungan yang melingkupi masa remaja sangat berpengaruh
pada penyesuaian sosial masa remaja. Seperti yang disebutkan oleh Schneider
(1964) bahwa penyesuaian sosial remaja dipengaruhi oleh faktor kondisi
lingkungan, yaitu lingkungan masyarakat, sekolah dan yang terpenting adalah
keluarga. Selain itu, menurut teori ekologi Brofenbrenner keluarga khususnya
orang tua merupakan agen sosialisasi yang paling penting untuk anak.
Lingkungan rumah atau keluarga merupakan lingkungan yang penting
karena keluarga merupakan unit paling dasar dan setiap individu menjadi bagian
di dalamnya (Schneiders, 1964). Sejalan dengan itu, Maretawati H, Makmuroch
dan Agustin (2009) menyatakan bahwa pola pengasuhan dan pola kelekatan
berpengaruh pada penyesuaian sosial remaja. Ketika orang tua dapat menerapkan
pola asuh yang benar serta adanya pola kelekatan aman yang diberikan pada
anaknya, maka anak dapat dengan mudah melakukan penyesuaian sosial di
lingkungannya. Selain itu, ketika remaja yang memiliki hubungan yang erat
dengan anggota keluarganya, terutama orang tua, maka di dalam lingkungan
masyarakat ia akan mampu menjadi anggota masyarakat yang baik dan dapat
melakukan penyesuaian dengan selayaknya.
Sama halnya dengan hasil penelitian yang dipaparkan oleh Kahfi (2006)
yang menemukan bahwa komunikasi antarpersonal orang tua mempunyai peranan
dengan penyesuaian sosial siswa di sekolah. Dalam penelitian ini, dia menjelaskan
bahwa efektivitas komunikasi antara anak dan orang tua dapat berpengaruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
terhadap hubungan yang baik dengan anggota keluarga. De Vito (dalam Kahfi,
2006) menjelaskan bahwa komunikasi yang efektif antara remaja dan orang tua
ditandai dengan pemahaman remaja tentang keterbukaan, rasa empati, dukungan,
sikap positif dan perasaan sama dari orang tua. Keterbukaan berarti orang tua
menerima masukan dari anggota keluarga lain untuk menjadi lebih positif
sehingga memungkinkan setiap individu berbicara dengan status yang sederajat.
Empati yang dikembangkan orang tua akan menambah sikap percaya diri dan
perasaan dimengerti yang akan meningkatkan komunikasi efektif anatara anak dan
orang tua. Orang tua juga berusaha memberikan dan menyampaikan dukungan
pada anak tanpa penilaian. Sikap positif dilakukan dengan pemberian
penghargaan melalui tingkah laku verbal maupun non verbal. Jadi, ketika orang
tua melakukan komunikasi yang efektif maka anak akan memberikan persepsi
positif terhadap komunikasi orang tuanya sehingga memudahkan anak dalam
melakukan penyesuaian di lingkungan keluarga dan selanjutnya dapat
menyesuaikan di dalam lingkungan sosialnya.
Penyesuaian sosial memiliki berbagai faktor pendukung yaitu
perkembangan dan kematangan emosi dan sosial serta kondisi lingkungan,
khususnya lingkungan rumah atau keluarga. Terjalinnya hubungan yang baru
dengan orang lain dan mencapai kemandirian emosional dari orang tua ataupun
orang dewasa lain merupakan hal yang penting bagi remaja dalam melakukan
penyesuaian sosial. Begitu pula dengan kondisi lingkungan keluarga, keluarga
yang menerapkan pengasuhan yang negatif yaitu dengan kekerasan verbal
merupakan kondisi yang tidak baik, sehingga dapat berdampak pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
perkembangan emosi dan sosialnya sehingga dapat menurunkan kemampuan anak
dalam melakukan penyesuaian sosialnya.
Oleh karena itu, peneliti menduga bahwa ada hubungan antara persepsi
kekerasan verbal oleh orang tua dan penyesuaian sosial pada remaja. Peneliti
tertarik untuk meneliti hubungan antara persepsi kekerasan verbal oleh orang tua
dan penyesuaian sosial remaja karena belum ada penelitian sebelumnya yang
meneliti tentang hal tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang diajukan pada penelitian ini
adalah apakah ada hubungan antara persepsi kekerasan verbal yang dilakukan
orang tua dan penyesuaian sosial pada remaja ?
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti apakah ada hubungan antara
persepsi kekerasan verbal yang dilakukan orang tua dan penyesuaian sosial pada
remaja.
D. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat disumbangkan penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Hasil dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
bermanfaat terutama bagi perkembangan psikologi sosial dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
perkembangan. Selain itu, dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain yang
akan melakukan penelitian berkaitan dengan kekerasan verbal dan
penyesuaian sosial.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi remaja atau subjek
Hasil penelitian ini dapat menjadi tolak ukur remaja dalam
menanggapi dan menghadapi perilaku kekerasan verbal yang dilakukan
orang tua kepada remaja. Sehingga remaja diajak untuk dapat
meminimalisir atau juga menghentikan tindak kekerasan verbal oleh
orang tua yang dapat berpengaruh pada pergaulan di lingkungan
sosialnya.
b. Bagi Pihak Sekolah (Kepala Sekolah dan Guru)
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi pihak sekolah,
khususnya kepala sekolah dan guru dalam menangani siswa/siswi yang
mendapatkan kekerasan verbal oleh orang tua sehingga mengakibatkan
penyesuaian sosial siswa/siswi terganggu.
c. Bagi Orang Tua
Hasil penelitian ini dapat menjadi refleksi orang tua dalam
mendidik anak-anak di usia remaja, khususnya dalam pengunaan kata-
kata yang diucapkan kepada anak-anaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kekerasan Verbal
1. Pengertian Kekerasan Verbal
Menurut Grady (dalam Noh & Talaat, 2012) kekerasan verbal
diartikan sebagai kata-kata yang menyerang atau melukai seseorang, kata-
kata yang membuat seseorang percaya pada pernyataan yang tidak benar
atau kata-kata bohong yang diucapkan seseorang. Kekerasan verbal adalah
salah satu jenis kekerasan yang sulit untuk dilihat dan tidak meninggalkan
bukti memar seperti pada kekerasan fisik. Namun, kekerasan verbal
biasanya memberikan dampak pada harga diri yang rendah.
Garbarino et al (dalam Noh & Talaat, 2012) menjelaskan pula bahwa
kekerasan verbal sama seperti kekerasan emosional, yaitu sebuah
penyerangan pada perkembangan diri dan kompetensi sosial anak serta
sebuah bentuk perilaku psikis yang merusak.
Brendgen (dalam Noh & Talaat, 2012) menyatakan bahwa perilaku
yang termasuk dalam kekerasan verbal adalah mengejek dan menggoda,
memberikan nama panggilan, berteriak, membandingkan secara negatif,
mempermalukan, mengutuk, dan memberikan sumpah serapah dan
mengancam anak.
Berdasarkan pengertian yang sudah dipaparkan di atas, dapat
disimpulkan kekerasan verbal adalah sebuah bentuk perilaku merusak yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dilakukan seseorang dengan menggunakan kata-kata yang menyerang atau
melukai orang lain seperti mengutuk, memberikan sumpah serapah,
mengancam anak, mempermalukan, membandingkan secara negatif, atau
kata-kata bohong yang diucapkan seseorang yang berakibat pada
perkembangan diri dan kompetensi anak.
2. Persepsi
Persepsi adalah kegiatan menyortir, menginterpretasikan,
menganalisis, dan mengintegrasikan rangsang yang dibawa oleh organ indra
dan otak (Feldman, 2011).
Menurut Harlonen & Santrock (1999) persepsi adalah proses
mengorganisasi dan menginterpretasi informasi sensorik dan memberikan
arti. Persepsi bekerja ketika reseptor sensori menerima stimulus dari luar
dan organ sensori memproses dan mengubahnya menjadi informasi yang
disalurkan ke otak. Informasi tersebut sebagai dasar individu
menginterpretasikan atau memandang sesuatu.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses
penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu
melalui alat indera (Walgito, 2010).
Sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi adalah cara pandang
sesorang terhadap suatu hal dengan cara menginterpretasikan dan
menganalisis stimulus yang diterima melalui alat indera.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Persepsi kekerasan verbal adalah cara pandang anak dengan cara
menginterpretasi dan menganalisis kata-kata yang diucapkan oleh orang tua
dalam interaksinya dengan remaja.
3. Bentuk Kekerasan Verbal
Bentuk-bentuk kekerasan verbal yang dilakukan orang tua terhadap
anak menurut Vardigan (dalam Noh & Talaat, 2012) sebagai berikut :
a. Memberikan dan memanggil nama anak dengan tidak sepantasnya,
meremehkan, memberikan sumpahan, menghina. Misalnya : “ Kamu
anak bodoh”, “kamu anak malas”.)
b. Menolak atau mengancam anak dengan bentuk pengabaian. Misalnya :
“Saya berharap kamu tidak pernah dilahirkan”, “Saya seharusnya
membiarkan kamu untuk diadopsi”). Bentuk-bentuk kekerasan verbal
seperti ini membuat anak menjadi tidak berarti atau tidak diinginkan di
dalam keluarganya.
c. Mengancam dengan membahayakan tubuh. Beberapa penelitian telah
menghubungkan kekerasan verbal dan kekerasan fisik. Sebuah studi di
Harvard menemukan bahwa orang tua yang sering berteriak seringkali
adalah orang tua yang paling sering memukul dan sebaliknya. Bahkan
jika orang tua tidak melakukan ancaman kekerasan, orang tua mungkin
membuat anak takut dan tidak percaya kepada mereka.
d. Mengkambinghitamkan atau menyalahkan anak. Hal ini dapat membuat
anak berpikir bahwa ia adalah seorang yang jahat atau buruk dan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
layak mendapat kebahagiaan. Misalnya : “Kamu adalah alasan keluarga
ini berantakan”, “Jika saya tidak melindungimu, saya pasti mempunyai
kehidupan yang lebih baik”).
e. Menyindir anak. Ketika anak melakukan kesalahan, orang tua
memberikan pujian yang tidak sebenarnya. Misalnya : ketika anak
menumpahkan minuman, orang tua mengatakan “Kamu adalah anak
yang pintar”.
Berdasarkan bentuk-bentuk kekerasan verbal terdapat lima bentuk
kekerasan verbal yaitu (1) memberikan dan memanggil nama anak dengan
tidak sepantasnya, meremehkan, memberikan sumpahan serta menghina,
(2) menolak atau mengancam anak dengan bentuk pengabaian, (3)
mengancam dengan membahayakan tubuh, (4) mengkambinghitamkan
atau menyalahkan anak, (5) menyindir anak.
4. Dampak Kekerasan Verbal
Menurut Saptandari (dalam Suyanto, 2003) dampak kekerasan verbal
yang dilakukan orang tua pada remaja adalah :
a. Kurangnya motivasi atau harga diri remaja
b. Problem kesehatan mental, misalnya : kecemasan berlebihan, problem
dalam hal makan, dan susah tidur
c. Mengembangkan perilaku agresif (suka menyerang) atau jadi pemarah,
atau bahkan sebaliknya menjadi pendiam dan suka menarik diri dari
pergaulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
d. Remaja yang mengalami kekerasan verbal dari orang tua nya dapat
mewarisi lingkaran kekerasan secara turun menurun atau dari generasi ke
generasi.
e. Tetap bertahannya kepercayaan yang keliru di dalam masyarakat yaitu
orang tua mempunyai hak untuk melakukan tindakan apa saja terhadap
anaknya, termasuk hak untuk melakukan tindak kekerasan
f. Kualitas hidup semua anggota masyarakat menurun, sebab anak yang
mengalami tindak kekerasan tidak dapat mengambil peran yang
semestinya di dalam kehidupan kemasyarakatan.
Dalam Lestari (2016) kekerasan verbal yang dilakukan orang tua
menimbulkan luka lebih dalam pada kehidupan dan perasaan anak. Dampak
psikologi kekerasan verbal adalah:
a. Anak menjadi tidak peka dengan perasaan orang lain
Anak yang mendapatkan perlakuan kekerasan verbal atau emosional
secara terus menerus akan tumbuh menjadi anak yang tidak peka
terhadap perasaan orang lain. Sehingga kata-kata yang diucapkan
cenderung kasar walaupun bermaksud bercanda.
b. Mengganggu perkembangan
Anak yang mendapatkan kekerasan verbal secara terus menerus akan
memiliki citra diri yang negatif. Hal ini mengakibatkan anak tidak
mampu tumbuh sebagai individu yang penuh percaya diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
c. Anak menjadi agresif
Komunikasi yang negatif memengaruhi perkembangan otak anak. Anak
akan selalu dalam keadaan terancam dan sulit untuk berpikir panjang.
Sehingga sikap yang muncul tidak dipertimbangkan terlebih dahulu dan
akibatnya anak berperilaku agresif.
d. Gangguan emosi
Perlakuan negatif dari orang tua akan mengakibatkan gangguan emosi
pada perkembangan konsep diri positif, mengatasi sifat agresif dan
hubungan sosial dengan orang lain. Beberapa anak juga menjadi lebih
agresif atau bermusuhan dengan orang dewasa.
e. Hubungan sosial terganggu
Perlakuan negatif dari orang tua juga membuat anak-anak menjadi sulit
untuk bergaul dengan teman sebaya ataupun dengan orang dewasa.
f. Kepribadian sosiopath atau antisocialpersonality disorder
Penyebab terjadinya kepribadian ini adalah kekerasan verbal. Kalau hal
ini terus dibiarkan, anak akan menjadi orang yang eksentrik, sering
membolos, mencuri, berbohong, bergaul dengan anak-anak nakal, dan
prestasi yang buruk di sekolah.
g. Menciptakan lingkaran setan dalam keluarga
Kekerasan verbal yang dilakukan orang tua untuk mendidik anaknya,
dapat diikuti oleh anaknya ketika ia sudah menjadi dewasa. Akibatnya,
lingkaran setan ini akan terus berlanjut dan kekerasan ini menjadi budaya
di masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
h. Rendahnya motivasi belajar
Anak yang mendapatkan kekerasan verbal secara berkepanjangan akan
mengakibatkan anak kurang bersemangat dalam belajar dan untuk masuk
sekolah sehingga berakibat menurunnya prestasi di sekolah. Bermain
merupakan hal yang menyenangkan daripada belajar.
i. Bunuh diri
Anak yang mendapatkan kekerasan verbal yang terus menerus dari orang
tua akan mengakibatkan mental anak menjadi lemah. Anak akan merasa
tidak ada orang di dunia ini yang mencintainya apa adanya dan dapat
berakibat fatal yaitu anak memutuskan mengakhiri hidupnya.
Berdasarkan dampak kekerasan verbal yang sudah dipaparkan diatas.
Ada beberapa dampak yang diakibatkan dari kekerasan verbal yaitu
kurangnya motivasi atau harga diri remaja, problem kesehatan mental,
mengembangkan perilaku agresif, mewarisi lingkaran kekerasan,
kepercayaan yang keliru di masyarakat tentang cara mendidik anak, dan
kualitas hidup semua anggota masyarakat semakin menurun. Selain itu, ada
dampak atau akibat lain dari kekerasan verbal oleh orang tua yaitu anak
menjadi tidak peka dengan perasaaan orang lain, mengganggu
perkembangan, anak menjadi agresif, gangguan emosi, hubungan sosial
terganggu, anak memiliki kepribadian sosiopath atau antisocialpersonality
disorder, menciptakan lingkaran setan dalam keluarga, rendahnya motivasi
belajar dan adanya keinginan anak untuk bunuh diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
B. Penyesuaian Sosial
1. Pengertian Penyesuaian Sosial
Penyesuaian sosial diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk
menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap
kelompok pada khususnya (Hurlock, 1988).
Schneiders (dalam Wardani & Apollo, 2010) menyatakan bahwa
penyesuaian sosial merupakan proses mental dan tingkah laku yang
mendorong seseorang untuk dapat menyesuaikan diri dengan keinginan
yang berasal dari dalam diri sendiri yang dapat diterima oleh
lingkungannya. Selain itu, Schneider (1964) juga mendefinisikan
penyesuaian sosial sebagai kemampuan individu untuk bereaksi secara
efektif dan bermanfaat terhadap realitas sosial, situasi, dan hubungan
sehingga tuntutan atau kebutuhan dalam kehidupan sosial terpenuhi dengan
cara yang dapat diterima dan memuaskan.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian
sosial adalah proses mental dan tingkah laku yang mendorong seseorang
untuk menyesuaikan diri dengan keinginan yang berasal dari dalam dirinya
dan dapat bereaksi secara efektif dan bermanfaat terhadap realitas sosial,
situasi dan hubungan sehingga kebutuhan akan kehidupan sosial terpenuhi
dan dapat diterima oleh orang lain pada umumnya dan kelompok pada
khususnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
2. Tanda-tanda Penyesuaian Sosial
Cole (1964) menyebutkan tanda-tanda penyesuaian sosial sebagai
berikut :
a. Tanda-tanda kematangan emosional antara lain berupa perilaku yang
tidak tergantung pada orang lain, tidak sering meminta bantuan, tidak
sering meminta perhatian khusus, tidak berusaha untuk menarik perhatian
dan mencari nama didepan orang lain, menunjukkan sikap bertanggung
jawab dan tidak kekanak-kanakan.
b. Tanda-tanda kecakapan sosial, antara lain berupa memiliki rasa percaya
diri, suka berkumpul dengan teman-temannya, kemampuan bergaul dan
tidak menghindari teman lawan jenis, tidak ada kecenderungan merasa
cemas, tidak nyaman dan menyendiri, mau mengikuti kegiatan atau acara
yang melibatkan orang lain.
c. Tidak memiliki kecenderungan melakukan perbuatan-perbuatan untuk
menarik perhatian, antara lain tidak mentraktir teman-teman agar disukai,
menolong teman bila memang dibutuhkan, tidak berlebihan dalam sopan
santun dan rasa hormat, bisa menerima kritik, tidak suka pamer.
d. Tanda-tanda kenormalan emosi, antara lain tidak mudah tenggelam dalam
lamunan, tidak selalu murung dan sedih, tidak mudah sakit hati dan tidak
terlalu khawatir.
Cole menyebutkan ada empat tanda-tanda seseorang mempunyai
kemampuan penyesuaian sosial yaitu adanya tanda-tanda kematangan
emosional, tanda-tanda kecakapan sosial, tidak memiliki kecenderungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
melakukan perbuatan-perbuatan untuk menarik perhatian dan tanda-tanda
kenormalan emosi.
3. Faktor yang memengaruhi penyesuaian sosial
Schneider (1964) mengemukakan penyesuaian sosial individu dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Kondisi fisik dan faktor-faktor yang memengaruhinya, meliputi hereditas,
konstitusi fisik, kesehatan, sistem syaraf, kelenjar dan otot.
1. Hereditas : Pada beberapa kasus kecenderungan ketidakmampuan
menyesuaikan diri dapat ditularkan secara genetis yaitu melalui watak.
Watak disepakati sebagai sebuah kecenderungan bawaan dan aspek
perkembangan, yang secara intrinsik terkait dengan konstitusi fisik dan
secara genetis dibawa sejak fase awal kehidupan.
2. Konstitusi fisik : Konstitusi fisik adalah kondisi utama dari semua
respon perilaku, ini juga dapat diasumsikan bahwa kegelisahan, jaringan
kelenjar dan sistem otot mempunyai hubungan langsung dan sering
menjadi salah satu hal penting dalam proses penyesuaian. Karena sistem
syaraf adalah dasar dari proses mental, maka kondisi dan
perkembangannya pada dasarnya berhubungan dengan kesehan mental.
3. Kesehatan fisik : Seseorang yang mempunyai penyesuaian dan
kenormalan yang baik dapat dilihat dengan mudah dari kondisi kesehatan
fisik yang sehat daripada mereka yang mengalami sakit ataupun beberapa
kelemahan dalam tubuhnya (kelelahan yang berlebihan, sakit, kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
makan atau tidur, stress sehari-hari). Seseorang yang mempunyai
kekurangan fisik cenderung tidak mampu melakukan penyesuaian
daripada mereka yang mempunyai fisik normal.
b. Perkembangan dan kematangan, khususnya intelektual, sosial, moral, dan
emosi.
Perkembangan dan kematangan bersama-sama menjadi dasar untuk
menentukan pencapaian penyesuaian seseorang. Pola penyesuaian dan
kesehatan akan selalu bervariasi dengan tingkat perkembangan yang
sudah dicapai seseorang. Anak yang memiliki tingkat intelektual yang
lebih dewasa daripada umurnya menunjukkan pola penyesuaian yang
khas dibandingkan dengan anak seusianya. Sebagian besar dari mereka
akan lebih siap untuk memenuhi tuntutan lingkungannya. Penyesuaian
juga sangat dipengaruhi oleh kegagalan dalam perkembangan seseorang.
Fakta ini diikuti dengan prinsip bahwa kematangan adalah kriteria dasar
dari penyesuaian yang baik. Dimana terhambatnya perkembangan
membuat seseorang akan berpikir secara lemah, kemampuan dalam
mengatasi masalah atau konflik terbatas dan frustasi.
Hubungan antara perkembangan dan kelainan dalam perkembangan
mungkin bisa berbeda-beda dengan jenis perkembangan yang terlibat.
Ada banyak aspek perkembangan yang terlibat dalam terbentuknya
kepribadian seseorang, diantaranya perkembangan sosial, moral, emosi,
fisik, intelektual dan religius. Perkembangan intelektual mungkin
tertinggal dengan perkembangan fisik dan kematangan emosi sering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
berada jauh di bawah tingkat perkembangan yang lainnya. Perkembangan
moral lebih penting daripada dari kematangan sosial, dan karena adanya
kondisi yang berbeda pada setiap aspek kematangan, kematangan emosi
lebih penting dari semuanya.
Jadi, ketika seseorang memiliki penyesuaian yang buruk pada
hubungan sosial tetapi dia dapat bergaul dengan cukup baik itu karena
kematangan emosinya baik. Oleh karena itu, kegagalan dan
perkembangan dapat mengukur pencapaian penyesuaian dan kesehatan
mental, tetapi kita juga harus mempertimbangkan dampak yang berbeda
dari berbagai aspek perkembangan.
c. Kondisi psikologis, meliputi pengalaman, proses belajar, pembiasaan,
pendidikan.
1. Pengalaman : Ada banyak pengalaman dalam kehidupan seseorang
yang terkadang tidak ada hubungannya dengan cara seseorang untuk
mengatasi konflik, masalah atau tekanan lingkungan. Namun, ada
beberapa pengalaman yang penting bagi pola penyesuaian sosial
seseorang. Ada pengalaman yang mungkin bermanfaat bagi peyesuaian
atau mungkin menimbulkan pengalaman traumatik. Satu pengalaman
yang dialami seseorang dapat memengaruhi penyesuaian dan sifat mental
seseorang dalam jangka waktu yang panjang.
2. Proses Belajar : Selain pengalaman, proses belajar juga merupakan hal
mendasar dalam penyesuaian sosial yang dapat bermanfaat bagi
kesejahteraan psikologis individu. Pembelajaran dimulai pada tahap awal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
perkembangan dan dikombinasikan dengan kematangan akan
menghasilkan suatu penyesuaian sosial dan kepribadian matang.
3. Pelatihan : Untuk tercapainya suatu pembelajaran dibutuhkan suatu
pelatihan dan pendidikan. Pelatihan atau disiplin pada dasarnya adalah
sarana eksternal, dimana seseorang memperoleh tanggapan tertentu yang
diperlukan untuk dapat berfungsi di dalam lingkungan yang ia tinggali.
Ketika orang tua menggunakan instruksi formal atau ajaran untuk
menggantikan disiplin yang buruk, ia tidak menyadari bahwa sebenarnya
anak sudah mengadaptasi apa yang diajarkannya dalam proses pelatihan
tersebut. Proses pelatihan ini merupakan jalan dalam pendidikan formal
dan disiplin diri yang juga meningkatkan pentingnya proses dalam
penyesuaian sosial.
4. Pendidikan : Pelatihan dan disiplin dilengkapi dengan proses
pendidikan. Pendidikan berorientasi pada perkembangan pengetahuan.
Namun, bukan hanya pengetahuan bahkan lebih dari itu yaitu
penyesuaian sosial dan proses mental. Pada semua tingkatan pendidikan
ditanamkan nilai, sikap, cita-cita, prinsip dan minat yang sangat penting
dalam penyesuaian sosial.
d. Kondisi lingkungan, meliputi lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat.
1. Keluarga : Dari banyak faktor yang memengaruhi penyesuaian, tidak
ada yang lebih penting dari faktor rumah dan keluarga. Hal ini karena
keluarga merupakan unit paling dasar dan setiap individu menjadi bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
di dalamnya. Ada beberapa kriteria dari kehidupan keluarga yang
berdampak pada perubahan penyesuaian sosial yaitu kekhasan dalam
keluarga, peran sosial di dalam keluarga, sifat anggota keluarga dan
gangguan.
Faktor lingkungan juga lebih dipertimbangkan sebagai latar belakang
untuk sebuah jaringan relasi antara orang tua dengan anak. Ada beberapa
jenis relasi orang tua dan anak yang akhirnya dapat memengaruhi
penyesuaian sosialnya yaitu, penerimaan, identifikasi, identifikasi
negatif, idealization, cross identification, menghukum dan disiplin yang
berlebihan, kecemburuan dan kebencian, terlalu sabar dan terlalu
melindungi, penolakan.
Selain relasi dengan orang tua, adapula relasi dengan saudara. Jika di
dalam relasi ini ada persahabatan, semangat dalam memberi dan
menerima, saling menghormati, bekerja sama, dan saling menyayangi
maka memungkinkan terciptanya kualitas komunikasi yang baik pada
hubungannya dengan orang lain dan juga ini merupakan sifat dasar dari
sosialisasi. Namun, jika ada kecemburuan, ada persaingan, saling
membenci, maka sosialisasinya akan terhambat. Hubungan yang buruk
dapat mengakibatkan emosi tidak stabil, rusaknya kepribadian,
kecurigaan, dan masih banyak hal lagi yang dapat menghalangi untuk
mencapai penyesuaian sosial yang baik.
2. Masyarakat : Penyesuaian seseorang berbeda-beda sesuai dengan
keanggotannya dalam suatu kelompok. Keanggotannya tersebut dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
menetapkan perilaku dari anggotanya. Dampak yang ditimbulkan bukan
hanya berakibat langsung pada setiap anggota kelompok saja, namun
meluas pada pikiran, keyakinan, sikap, dan kepentingan yang
berpengaruh terhadap penyesuaian moral dan sosialnya.
Bukan hanya di keluarga dan masyarakat, penyesuaian sosial juga
dipengaruhi oleh lingkungan sekolah.
e. Faktor kebudayaan termasuk agama.
Faktor budaya berpengaruh pada karakter dan kelainan perilaku
seseorang.
Schneider (1964) menyebutkan ada lima faktor yang memengaruhi
penyesuaian sosial, yaitu kondisi fisik dan faktor-faktor yang
memperngaruhinya, perkembangan dan kematangan, kondisi psikologis,
kondisi lingkungan dan faktor kebudayaan.
C. Remaja
1. Pengertian dan Batasan Umur Remaja
Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari
bahasa latin adolescence yang berarti tumbuh atau tumbuh untuk mencapai
kematangan (Ali dan Asrori, 2009). Hurlock (1991) mengatakan bahwa
adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas yang mencakup
kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Masa remaja, menurut
Mappiare (1982 dalam Ali & Asrori, 2009) berlangsung antara umur 12
sampai 21 tahun bagi wanita dan 13 sampai 22 tahun bagi pria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja
(Sarwono, 2011). Masa remaja secara global berlangsung antara umur 12
dan 21 tahun, dengan pembagian : (a) 12-15 tahun: masa remaja awal, (b)
15-18 tahun: masa remaja pertengahan, dan (c) 18-21 tahun: masa remaja
akhir.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa remaja
adalah masa yang berlangsung antara umur 12 sampai dengan 21 tahun
dimana dalam diri remaja terdapat pertumbuhan menuju kematangan dalam
hal fisik, emosional, sosial dan mental.
2. Perkembangan Sosial dan Emosi pada Masa Remaja
Percepatan perkembangan masa remaja yang berhubungan dengan
pemasakan seksualitas, mengakibatkan perubahan dalam perkembangan
sosial remaja. Pada masa ini akan muncul banyak kelompok-kelompok
anak, perkumpulan untuk bermain bersama atau membuat rencana bersama
(Monks, 1989).
Dalam perkembangan sosial remaja dapat dilihat adanya dua macam
gerak yaitu : (1) memisahkan diri dari orang tua, (2) menuju ke arah teman-
teman sebaya. Dua macam gerak ini tidak berurutan namun dapat
berhubungan satu dengan yang lain (Monks, 2006).
Seperti yang dikatakan Erikson (dalam Monks, 1989) bahwa pada
masa remaja, remaja akan berusaha untuk memisahkan diri dari orang tua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
dengan maksud untuk menemukan identitas dirinya. Erikson menamakan
proses tersebut sebagai proses mencari identitas ego.
Berkat perkembangan sosial, anak dapat menyesuaikan diri dengan
kelompok teman sebaya ataupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya.
Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial ini dapat
dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas kelompok, baik
yang membutuhkan tenaga fisik maupun pikiran. Hal ini dilakukan agar
anak belajar bekerja sama, bertanggung jawab, dan saling menghormati
(Marliani, 2016).
Salah satu tugas perkembangan pada masa remaja yang tersulit adalah
yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan
diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah
ada dan harus menyesuaikan diri dengan orang dewasa lain di luar
lingkungan keluarga dan sekolah (Hurlock, 1991).
Pada masa remaja ini juga berkembang social cognition, yaitu
kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain
sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat, nilai-nilai
ataupun perasaannya. Selain itu, juga berkembang sikap conformity, yaitu
kecenderungan untuk mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan,
kegemaran, atau keinginan orang lain. Apabila kelompok teman sebaya
menampilkan sikap dan perilaku yang secara moral dan agama dapat
dipertanggungjawabkan, kemungkinan remaja akan menjadi peribadi yang
baik dan sebaliknya (Marliani, 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan
emosi yang tinggi. Mencapai kematangan emosional merupakan tugas
perkembangan yang sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat
dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama
lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya.
Emosi merupakan gejala perasaan seseorang yang disertai dengan
perubahan dan perilaku fisik, seperti marah yang ditunjukkan dengan
teriakan suara keras atau tingkah laku yang lainnya. Begitu pula sebaliknya,
seseorang yang gembira akan melonjak-lonjak sambil tertawa lebar dan
sebagainya (Marliani, 2016).
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan
tekanan”, yaitu masa ketika ketegangan emosi meninggi sebagai akibat
perubahan fisik dan kelenjar. Hal itu terutama disebabkan karena anak laki-
laki dan perempuan berada di bawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi
baru, yang selama masa kanak-kanak, mereka tidak dipersiapkan untuk
menghadapi keadaan-keadaan tersebut (Hurlock, 1991).
Pola emosi remaja sama dengan pola emosi anak-anak. Jenis emosi
yang secara normal dialami adalah cinta/kasih sayang, gembira, marah,
takut, cemas, cemburu, sedih, dan lain-lain. Perbedaannya terletak pada
jenis dan tingkat rangsangan yang mengakibatkan emosinya, khususnya
pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi remaja
(Marliani, 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
3. Tugas Perkembangan masa remaja
Ada beberapa tugas perkembangan pada masa remaja. Tugas
perkembangan masa remaja menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1991)
adalah:
a. Mencapai hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik
pria maupun wanita.
b. Mencapai peran sosial pria dan wanita
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya
f. Mempersiapkan karir ekonomi
g. Mempersiapkan perkawainan dan keluarga
h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologi
4. Teori Ekologi Perkembangan Brofenbrenner
a. Mikrosistem
Tingkat lingkungan paling dalam adalah mikrosistem, yang terdiri dari
pola interaksi di lingkungan sekitar anak. Brofenbrenner menekankan
bahwa untuk memahami perkembangan anak pada tingkat ini, kita harus
ingat bahwa semua keterikatan bersifat bidirectional: orang dewasa
memengaruhi perilaku anak-anak, namun karakteristik anak-anak secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
biologis dan sosial dipengaruhi - atribut fisik, kepribadian, dan kapasitas
mereka - juga memengaruhi perilaku orang dewasa. Seorang anak yang
ramah dan penuh perhatian kemungkinan akan membangkitkan reaksi
positif dan menerima reaksi yang sabar dari orang tua, sementara anak
yang terganggu lebih cenderung menerima larangan dan hukuman. Ketika
interaksi ini sering terjadi, dapat terlihat adanya dampak terhadap
perkembangan (Collins, et.al., 2000; Crockenberg & Leerkes, 2003 dalam
Berk, 2008).
Mikrosistem mencakup lingkungan dimana individu tinggal yaitu
keluarga, teman sebaya, sekolah dan lingkungan tempat tinggal. Banyak
interaksi secara langsung dengan agen sosialisasi, yaitu orang tua, teman
dan guru. Dalam proses interaksi tersebut individu bukan sebagai
penerima yang pasif melainkan turut aktif membentuk dan membangun
lingkungan mikrosistem. Setiap individu mendapatkan pengalaman dari
setiap aktivitas dan memiliki peranan dalam membangun hubungan
interpersonal dengan lingkungan mikrosistemnya. Keluarga khususnya
orang tua dianggap agen sosialisasi paling penting dalam kehidupan anak
sehingga keluarga berpengaruh dalam membentuk karakter anak
(Mujahidah, 2015).
b. Mesosistem
Tingkat kedua model Broffenbrenner adalah mesosistem yang
mencakup hubungan antara mikrosistem seperti rumah, sekolah,
lingkungan, dan pusat perawatan anak. Misalnya, kemajuan akademis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
seorang anak tidak hanya bergantung pada aktivitas yang berlangsung di
kelas tapi juga pada keterlibatan orang tua di kehidupan sekolah dan
sejauh mana pembelajaran akademis dibawa ke rumah (Epstein &
Sanders, 2002, dalam Berk, 2008). Demikian pula, interaksi antara orang
tua dan anak di rumah cenderung mendukung perkembangan yaitu pada
saat ada hubungan antara rumah dan perawatan anak, dalam bentuk
kunjungan dan pertukaran informasi yang kooperatif.
Dalam model ini, melihat bahwa setiap subsitem saling berinteraksi,
misalnya hubungan antara pengalaman keluarga dengan pengalaman di
sekolah, pengalaman di sekolah dengan pengalaman keagamaan,
pengalaman di dalam keluarga dengan pengalaman dengan teman sebaya,
serta hubungan di dalam keluarga dengan tetangga. Dampaknya adalah
setiap masalah yang terjadi dalam sebuah sub sistem mikrositem akan
berpengaruh pada sub sistem mikrosistem yang lainnya. Misalnya :
keadaan di rumah dapat memengaruhi perilaku anak di sekolah. Anak-
anak yang orang tuanya menolak dapat mengalami kesulitan
mengembangkan hubungan positif dengan guru (Mujahidah, 2015).
c. Eksosistem
Eksosistem terdiri dari pengaturan sosial yang tidak mengandung anak
namun tetap memengaruhi pengalaman anak-anak secara langsung. Ini
bisa berupa oganisasi formal, seperti tempat kerja orang tua, institusi
keagamaan, layanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Misalnya,
peraturan kerja orang tua dapat mendukung dalam membesarkan anak dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
secara tidak langsung, meningkatkan perkembangan melalui jadwal kerja
yang fleksibel, cuti hamil dan cuti melahirkan, dan cuti sakit untuk orang
tua yang anaknya sakit. Dukungan eksosistem juga bisa bersifat infomal,
seperti jaringan sosial orang tua (teman dan anggota keluarga besar) yang
memberikan saran, persahabatan, dan bahkan bantuan keuangan.
Penelitian menegaskan dampak negatif dari kerusakan aktivitas
eksosistem. Keluarga yang terpengaruh oleh pengangguran atau terisolasi
secara sosial, dengan sedikit ikatan pribadi atau berbasis komunitas,
menunjukkan tingkat konflik dan pelecehan anak yang meningkat
(Wekerle & Wolfe, 2003, dalam Berk, 2008).
d. Makrosistem
Tingkat terluar model Brofenbrenner adalah makrosistem, terdiri dari
nilai budaya, hukum, kebiasaan, dan sumber daya. Prioritas yang
diberikan oleh makrosistem terhadap kebutuhan anak-anak memengaruhi
dukungan yang diterima di dalam lingkungan. Misalnya, di negara-negara
yang membutuhkan tunjangan kerja untuk orang tua yang bekerja dan
standard perawatan anak yang berkualitas tinggi, anak-anak cenderung
memiliki pengalaman yang menguntungkan secara langsung. Seperti yang
akan Anda lihat di bab-bab selanjutnya, program semacam itu jauh lebih
tidak berguna di Amerika Serikat daripada di Kanada dan negara-negara
industri lainnya (Children's Defense Fund, 2006; Kamerman, 2000, dalam
Berk, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
D. Dinamika hubungan antara Kekerasan Verbal dan Penyesuaian Sosial
Pada Remaja
Orang tua sebagai subyek terpenting di dalam keluarga menjadi orang
yang bertanggung jawab dalam mendidik remaja. Dalam mendidik anaknya,
orang tua menerapkan pola pengasuhan yang berbeda-beda. Orang tua yang
berkualitas akan memberikan kebutuhan-kebutuhan yang tepat bagi anaknya
agar dapat berkembang sewajarnya dan anak dapat memiliki karakter yang
berkualitas pada saat remaja. Sejalan dengan teori ekologi Brofenbrenner
yang mengatakan bahwa orang tua merupakan agen sosialisasi paling penting
dalam kehidupan anak, sehingga keluarga berpengaruh dalam membentuk
karakter anak (Mujahidah, 2015).
Orang tua harus dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan yang
diperlukan anak, yaitu kasih sayang, pengertian, perhatian dan merawat
remaja dengan sebaik-baiknya (Huraerah, 2006). Pemenuhan kebutuhan ini
tentunya diterapkan tanpa adanya kekerasan verbal. Sehingga remaja akan
mengembangkan sikap aman dan nyaman dalam berinteraksi dengan orang
tua. Remaja yang merasa nyaman tinggal bersama orang tuanya akan
mengungkapkan perasaan dekat dan berbagi cerita tentang peristiwa yang
dialaminya kepada orang tua (Lestari, S., 2014).
Kebutuhan akan rasa aman, disayang, dihargai, diterima dan
kebebasan untuk menyatakan diri merupakan faktor dari dalam keluarga yang
sangat dibutuhkan anak dalam perkembangan sosialnya (Ali & Asrori, 2009).
Sejalan dalam Berk (2008) yaitu interaksi langsung antara anak dengan orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
tua di dalam rumah cenderung mendukung perkembangan, khususnya
perkembangan sosial dan emosi remaja.
Remaja yang memiliki perkembangan dan kematangan emosi dan
yang baik ditandai dengan adanya kematangan emosional dan kenormalan
emosi misalnya berupa perilaku yang tidak bergantung pada orang lain dan
tidak berusaha menarik perhatian orang lain, tidak selalu murung dan sedih,
dan tidak mudah sakit hati. Sedangkan remaja yang memiliki perkembangan
sosial yang baik ditandai dengan adanya kecakapan sosial antara lain
memiliki rasa percaya diri, suka berkumpul dengan teman-temannya dan
kemampuan bergaul dengan teman lawan jenis (Cole, 1964).
Lingkungan keluarga dan perkembangan dan kematangan khususnya
sosial dan emosi juga merupakan faktor yang dapat memengaruhi
penyesuaian sosial yang dilakukan remaja. Seperti yang dijelaskan oleh
Schneider (1964) menyebutkan faktor yang memengaruhi penyesuaian sosial
pada remaja adalah lingkungan meliputi lingkungan keluarga atau rumah,
sekolah dan masyarakat dan perkembangan dan kematangan, khususnya
intelektual, sosial, moral dan emosi. Selain itu didukung juga dengan teori
ekologi Brofenbrenner (dalam Mujahidah, 2015) mengatakan bahwa orang
tua sebagai agen sosialisasi paling penting bagi pembentukan karakter anak.
Namun, masih ada pula orang tua yang masih mengabaikan kebutuhan
dasar yang harus dipenuhinya. Banyak orang tua yang memarahi anaknya,
ketika anak melakukan kesalahan. Sebagai contoh ketika anak mendapatkan
nilai jelek saat mengerjakan ujian semester, orang tua akan memarahi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
membentak, memarahi dan dengan berani mengatakan bahwa anak tersebut
sebagai anak yang bodoh (Arsih, 2010). Tindakan-tindakan seperti ini,
termasuk dalam kekerasan verbal oleh orang tua terhadap anak.
Kekerasan verbal adalah sebuah bentuk perilaku merusak yang
dilakukan seseorang dengan menggunakan kata-kata yang menyerang atau
melukai orang lain seperti mengutuk, memberikan sumpah serapah,
mengancam anak, mempermalukan, membandingkan secara negatif, atau
kata-kata bohong yang diucapkan seseorang yang berakibat pada
perkembangan diri dan kompetensi anak.
Beberapa bentuk kekerasan verbal yang dilakukan oleh orang tua,
yaitu (1) memberikan dan memanggil nama anak dengan tidak sepantasnya,
meremehkan, memberi sumpahan serta menghina, (2) menolak dan
mengancam anak dengan bentuk pengabaian, (3) mengancam dengan
membahayakan tubuh, (4) mengkambinghitamkan atau menyalahkan anak,
dan (5) menyindir anak.
Kekerasan verbal dengan berbagai bentuk ini akan berdampak negatif
pada remaja. Dampaknya yaitu, kurangnya motivasi atau harga diri yang
rendah, problem kesehatan mental, remaja mengembangkan perilaku agresif,
mewarisi lingkaran kekerasan turun menurun, kepercayaan yang keliru
tentang cara mendidik anak, kualitas hidup masyarakat menurun, anak
menjadi tidak peka pada perasaan orang lain, terganggunya perkembangan
anak termasuk gangguan emosi dan sosial, yaitu hubungan sosial anak,
menciptakan kepribadian sociopath atau antisocialpersonality disorder,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
rendahnya motivasi belajar serta yang terburuk adalah bunuh diri (Lestari,
2016, Saptandari dalam Suyanto, 2003).
Dampak kekerasan verbal oleh orang tua, yaitu remaja memiliki harga
diri yang rendah akan mengganggu perkembangan emosi pada remaja. seperti
yang dijelaskan Santrock (2007) bahwa emosi berkaitan dengan harga diri.
Emosi-emosi negatif seperti kesedihan berkaitan dengan harga diri yang
rendah sedangkan emosi-emosi positif berkaitan dengan harga diri yang
tinggi. Tidak peka dengan perasaan orang lain dan mengembangkan perilaku
agresif, terganggunya hubungan sosial anak dan terbentuknya kepribadian
sociopath atau antisocialpersonality disorder akan mengakibatkan
terganggunya perkembangan sosial pada masa remaja. Padahal remaja harus
menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang belum pernah
ada dan menyesuaikan dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan
sekolah (Hurlock, 1991). Jadi, ketika seseorang mengembangkan perilaku-
perilaku yang disebutkan sebelumnya, ia tidak dapat menjalin relasi yang baik
dengan teman sebaya maupun orang dewasa lain.
Adanya gangguan emosi pada masa remaja dapat berakibat buruk
yaitu, rentan untuk mengalami depresi, kemarahan, kurang mampu
meregulasi emosinya, yang selanjutnya dapat memicu munculnya berbagai
masalah seperti kesulitan akademis, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja,
atau gangguan makan (Santrock, 2007).
Perkembangan emosi dan sosial pada masa remaja merupakan tugas
perkembangan yang harus ditempuh setiap remaja. Hal ini sejalan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Havighurst (dalam Hurlock, 1991) yang menyebutkan tugas-tugas
perkembangan remaja yang harus dipenuhi adalah mencapai kemandirian
emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya dan mencapai hubungan
sosial baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.
Erikson (dalam Monks, 2006) juga mengatakan bahwa pada masa remaja,
remaja akan berusaha untuk memisahkan diri dari orang tua dan mulai
bergabung dengan teman sebayanya dengan maksud untuk menemukan
identitas dirinya. Terkait dengan perkembangan sosial, pencapaian hubungan
baru dengan teman sebaya ini merupakan perkembangan yang sulit bagi
remaja karena tugas ini berhubungan dengan penyesuaian sosial remaja
(Hurlock, 1991).
Lingkungan keluarga khususnya orang tua yang menerapkan
kekerasan verbal sebagai bentuk pendisiplinan dan terganggunya
perkembangan emosi dan sosial pada remaja dapat membuat terganggunya
penyesuaian sosial pada remaja. Hal ini karena kedua hal tersebut merupakan
faktor dalam penyesuaian sosial. Schneider (1964) menyebutkan salah satu
faktor yang memengaruhi penyesuaian sosial pada remaja adalah lingkungan
meliputi lingkungan keluarga atau rumah, sekolah dan masyarakat dan
perkembangan dan kematangan, khususnya intelektual, sosial, moral dan
emosi.
Berdasarkan paparan yang telah disampaikan diatas, peneliti menduga
bahwa terdapat hubungan antara persepsi kekerasan verbal yang dilakukan
orang tua dengan penyesuaian sosial pada remaja. Peneliti menduga bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
remaja dengan tingkat persepsi kekerasan verbal oleh orang tua tinggi, akan
memiliki penyesuaian sosial yang rendah atau buruk. Sebaliknya, remaja
dengan tingkat persepsi kekerasan verbal oleh orang tua rendah, akan
memiliki penyesuaian sosial yang tinggi atau baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Berikut Skema Hubungan antara Persepsi Kekerasan Verbal oleh orang tua dan
Penyesuaian Sosial pada Remaja :
Pola asuh orang tua
Orang tua tidak melakukan kekerasan
verbal. Orang tua memenuhi kebutuhan remaja (kasih sayang,
perhatian dan merawat)
- Remaja akan merasa nyaman berinteraksi dengan orang tua
- Adanya perasaan dekat
- Berbagi cerita dan peristiwa yang dialaminya
Perkembangan sosial dan emosi berjalan
lancar dan sehat
- Tanda kenormalan dan kemasakan emosi (tidak mudah murung dan sedih, tidak mudah sakit hati, tidak sering meminta perhatian khusus, tidak sering meminta bantuan)
- Tanda kecakapan sosial (suka berkumpul, mengikuti kegiatan yang melibatkan orang lain)
Penyesuaian sosial remaja baik / tinggi
Orang tua melakukan kekerasan verbal dengan bentuk :
- Memberikan dan memanggil nama anak dengan tidak sepantasnya, meremehkan, memberi sumpahan serta menghina,
- Menolak dan mengancam anak dengan bentuk pengabaian,
- Mengancam dengan membahayakan tubuh,
- Mengkambinghitamkan atau menyalahkan anak,
- Menyindir anak.
Dampak kekerasan verbal pada anak :
- Harga diri yang rendah,
- Remaja mengembangkan perilaku agresif, menjadi tidak peka dengan perasaan orang lain,
- Adanya gangguan emosi dan hubungan sosial anak,
- Menciptakan kepribadian sociopath atau antisocialpersonality disorder
Adanya gangguan perkembangan sosial dan emosi pada masa remaja : depresi, kemarahan dan kurang dapat meregulasi emosi
Penyesuaian Sosial rendah/ buruk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
E. Hipotesis
Berdasarkan pada uraian diatas, hipotesis yang diajukan peneliti adalah
ada korelasi negatif antara persepsi kekerasan verbal oleh orang tua dengan
penyesuaian sosial, yaitu : Semakin tinggi persepsi kekerasan verbal oleh orang
tua, maka semakin rendah penyesuaian sosial pada remaja. Sebaliknya, semakin
rendah tingkat persepsi kekerasan verbal oleh orang tua, maka semakin tinggi pula
penyesuaian sosial pada remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Azwar (2013)
penelitian korelasional bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada satu
variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain,
berdasarkan koefisien korelasi. Sama halnya dengan yang dinyatakan oleh
Narbuko dan Achmadi (2010) penelitian korelasional memiliki tujuan untuk
menyelidiki sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan
variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien
korelasi. Sama halnya dengan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji
hubungan antara variabel kekerasan verbal oleh orang tua dengan variabel
penyesuaian sosial pada remaja.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu :
Variabel bebas (independent variable) : kekerasan verbal
Variabel tergantung (dependent variable) : penyesuaian sosial
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :
1.Kekerasan verbal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Kekerasan verbal adalah sebuah perilaku yang dilakukan seseorang
dengan menggunakan kata-kata yang menyerang atau melukai anak seperti
mengutuk, memberikan sumpah serapah, mengancam anak, mempermalukan,
membandingkan secara negatif, atau kata-kata bohong yang diucapkan
seseorang yang berakibat pada perkembangan diri dan kompetensi anak. Hasil
Skala Persepsi Kekerasan Verbal Oleh Orang Tua akan menunjukkan tingkat
kekerasan verbal yang dilakukan orang tua terhadap anak. Semakin tinggi skor
yang diperoleh, maka semakin tinggi pula persepsi kekerasan verbal yang
dilakukan orang tua terhadap anak. Sebaliknya, semakin rendah skor yang
diperoleh, maka semakin rendah pula persepsi kekerasan verbal yang dilakukan
orang tua terhadap anak.
2. Penyesuaian sosial
Penyesuaian sosial adalah proses mental dan tingkah laku yang
mendorong seseorang untuk menyesuaikan diri dengan keinginan yang berasal
dari dalam dirinya dan dapat bereaksi secara efektif dan bermanfaat terhadap
realitas sosial, situasi dan hubungan sehingga kebutuhan akan kehidupan sosial
terpenuhi dan dapat diterima oleh orang lain pada umumnya dan kelompok
pada khususnya. Hasil skala penyesuaian sosial menunjukkan tingkat
penyesuaian sosial. Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin tinggi
pula penyesuaian sosial remaja. Sebaliknya, semakin rendah skor yang
diperoleh, maka semakin rendah pula penyesuaian sosial remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
D. Subjek Penelitian
Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan subjek dengan
menggunakan purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah
pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu
yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-
sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 2004). Kriteria subjek
yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Remaja dengan rentang usia 12-15 tahun (remaja awal) dan 15-18 tahun
(remaja pertengahan).
Seseorang dikatakan berada di usia remaja adalah masa yang berlangsung
antara usia 12 sampai dengan 21 tahun dimana dalam diri remaja terdapat
pertumbuhan menuju kematangan dalam hal fisik, emosional, sosial dan
mental. Peneliti memilih remaja dengan rentang usia 12-18 tahun yaitu masih
berada pada masa remaja awal dan remaja pertengahan. Pada masa ini, remaja
mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik, emosional, mental dan
sosial (Ali & Asrori, 2009). Pada masa ini pula remaja mulai mempelajari
hubungan baru dengan lawan jenis dan cara beragul dengan mereka.
Sedangkan pengembangan hubungan baru yang lebih matang dengan teman
sesama jenis juga tidak mudah (Hurlock, 1991). Selain itu pada rentang usia
remaja masih dalam tahap pencarian indentitas diri, namun ia juga masih
memiliki ketergantungan dengan kedua orang tuanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
2. Tinggal bersama dengan kedua orang tuanya
Remaja dengan rentang usia 12-18 tahun adalah remaja yang masih duduk
di bangku SMP dan SMA. Ketika masih di usia ini, remaja lebih banyak masih
tinggal bersama dengan kedua orang tuanya walaupun ada beberapa remaja
yang sudah mulai tinggal berpisah. Pada masa remaja awal konflik dengan
orang tua semakin meningkat dan akan tetap berlangsung selama masa SMA.
(Santrock, 2012) Hal ini pula yang menjadi pertimbangan peneliti mengambil
subjek yang masih tinggal bersama dengan orang tuanya.
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Menurut Azwar (2013) metode pengumpulan data dalam kegiatan
penelitian mempunyai tujuan mengungkap fakta mengenai variabel yang
diteliti. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan skala yang berisi pernyataan yang berkaitan dengan kekerasan
verbal dan penyesuaian sosial. Pernyataan tersebut dibuat oleh peneliti
berdasarkan bentuk-bentuk kekerasan verbal dan tanda-tanda kemampuan
penyesuaian sosial remaja.
Jenis skala yang digunakan adalah skala Likert. Skala Likert adalah skala
sikap yang disusun untuk mengungkap sikap pro dan kontra, positif dan
negatif, setuju dan tidak setuju terhadap suatu objek sosial. Skala Likert terdiri
dari dua pernyataan sikap yaitu pernyataan yang favorable (mendukung atau
memihak pada objek sikap) dan pernyataan unfavorable (tidak mendukung
objek sikap) (Azwar, 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
1. Skala Persepsi Kekerasan Verbal Oleh Orang Tua
Skala persepsi kekerasan verbal oleh orang tua disusun berdasarkan 5
bentuk kekerasan verbal yang dikemukakan oleh Vardigan (dalam Noh &
Talaat, 2012). Bentuk-bentuk tersebut, yaitu (1) memberikan dan memanggil
nama anak dengan tidak sepantasnya, meremehkan, memberikan sumpahan
serta menghina, (2) menolak atau mengancam anak dengan bentuk pengabaian,
(3) mengancam dengan membahayakan tubuh, (4) mengkambinghitamkan atau
menyalahkan anak, (5) menyindir anak. Setiap pernyataan memiliki empat
jenis pilihan respon, antara lain “SL (Selalu)”, “S (Sering)”, “JR (Jarang)”, “TP
(Tidak Pernah)”. Skor bergerak dari angka 1 sampai dengan angka 4 dengan
tidak mencantumkan jawaban netral. Tujuan peneliti menghilangkan jawaban
netral adalah menghindari adanya kecenderungan responden dalam memilih
jawaban tengah sebagai jawaban aman (central tendency effect) (Supratiknya,
2014). Penentuan skor untuk pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Pemberian Skor Skala Persepsi Kekerasan Verbal Oleh Orang Tua
Alternatif Jawaban Pernyataan Favorable Pernyataan Unfavorable
Selalu (SL) 4 1
Sering (SR) 3 2
Jarang (JR) 2 3
Tidak Pernah (TP) 1 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Tabel 3.2
Distribusi Item Skala Persepsi Kekerasan Verbal Oleh Orang Tua Sebelum
Uji Coba
No. Aspek Item
Total % Favorable Unfavorable
1.
Memberikan dan
memanggil nama anak
dengan tidak sepantasnya,
meremehkan, memberikan
sumapahan serta menghina
3, 4, 16, 18,
22, 35
6, 9, 25, 33,
42, 52
12 20
2. Menolak atau mengancam
anak dengan bentuk
pengabaian
1, 12, 19, 34,
43, 48
15, 17, 31,
38, 51, 58 12 20
3. Mengancam dengan
membahayakan tubuh
11, 13, 14,
20, 37, 53
21, 60, 39,
44, 50, 57 12 20
4. Mengkambinghitamkan atau
menyalahkan anak
2, 10, 23, 28,
29, 47
24, 30, 40,
45, 49, 56 12 20
5. Menyindir anak
5, 7, 8, 36,
46, 54
26, 27, 32,
41, 55, 59 12 20
Total 30 30 60 100
Pada distribusi item skala persepsi kekerasan verbal oleh orang tua,
peneliti membuat jumlah item yang sama yaitu 12 item pada masing-masing
bentuk. Hal ini karena kecenderungan orang tua untuk melakukan setiap bentuk
kekerasan verbal seimbang. Seperti yang disebutkan Azwar (2015) yaitu apabila
tidak diperoleh alasan untuk menganggap adanya sebagian komponen yang lebih
signifikan dari komponen lainnya, maka semua komponen seyogyanya diberi
bobot yang sama. Selain itu, jumlah item ini juga sudah dikonsultasikan dengan
professional adjusment (Dosen Pembimbing Skripsi).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
2. Skala Penyesuaian Sosial
Skala penyesuaian sosial disusun berdasarkan 4 tanda-tanda kemampuan
penyesuaian sosial menurut Cole (1964). Tanda-tanda kemampuan
penyesuaian sosial adalah (1) tanda-tanda kematangan emosional, (2) tanda-
tanda kecakapan sosial, (3) tidak memiliki kecenderungan melakukan
perbuatan-perbuatan menarik perhatian, (4) tanda-tanda kenormalan emosi.
Peneliti memilih menggunakan tanda-tanda kemampuan penyesuaian sosial
menurut Cole (1964) karena lebih dapat menggambarkan secara jelas dan rinci
keadaan-keadaan yang dialami oleh anak dalam bereaksi dan berinteraksi
dengan orang lain dan kelompok di luar lingkungan keluarganya. Setiap
pernyataan memiliki empat jenis pilihan respon, antara lain “SS (Sangat
Setuju)”, “S (Setuju)”, “TS (Tidak Setuju)”, “STS (Sangat Tidak Setuju)”. Skor
bergerak dari angka 1 sampai dengan angka 4 dengan tidak mencantumkan
jawaban netral. Tujuan peneliti menghilangkan jawaban netral adalah
menghindari adanya kecenderungan responden dalam memilih jawaban tengah
sebagai jawaban aman (central tendency effect) (Supratiknya, 2014). Penentuan
skor untuk pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable adalah sebagai
berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Tabel 3.3
Pemberian Skor Skala Penyesuaian Sosial
Alternatif Jawaban Pernyataan Favorable Pernyataan Unfavorable
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
Tabel 3.4
Distribusi Item Skala Penyesuaian Sosial Sebelum Uji Coba
No. Indikator Item
Total % Favorable Unfavorable
1. Kematangan emosional
1, 7, 12, 25,
32, 44, 51, 34
14, 18, 23,
30, 40, 36,
62, 43
16 25
2. Kecakapan sosial
5, 15, 17, 27,
29, 46, 54, 47
2, 8, 21, 35,
42, 31, 49,
57
16 25
3. Perilaku tidak berlebihan
3, 9, 13, 24,
60, 48, 63, 52
6, 11, 20,
37, 45, 56,
59, 28
16 25
4. Kenormalan emosi
10, 19, 22,
38, 41, 50,
33, 55
4, 16, 39,
26, 53, 61,
64, 58
16 25
Total 32 32 64 100
Pada distribusi item skala penyesuaian sosial, peneliti membuat jumlah
item yang sama yaitu 16 item pada masing-masing tanda penyesuaian sosial. Hal
ini karena setiap tanda memberikan sumbangan yang seimbang untuk melihat
penyesuaian sosial yang dilakukan remaja itu baik atau buruk. Seperti yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
disebutkan Azwar (2015) yaitu apabila tidak diperoleh alasan untuk menganggap
adanya sebagian komponen yang lebih signifikan dari komponen lainnya, maka
semua komponen seyogyanya diberi bobot yang sama. Selain itu, jumlah item ini
juga sudah dikonsultasikan dengan professional adjusment (Dosen Pembimbing
Skripsi).
F. Validitas, Seleksi Item dan Reliabilitas Alat Ukur
1. Validitas
Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui keakuratan skala
psikologi berdasarkan tujuan pengukurannya (Azwar, 2015). Validitas
adalah kualitas esensial yang menunjukkan sejauh mana suatu tes sungguh-
sungguh mengukur atribut psikologis yang hendak diukurnya (Supratiknya,
2014). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi
(Content Validity). Validitas isi adalah validitas yang diestimasi lewat
pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional
judgment untuk melihat sejauhmana isi tes mencerminkan ciri atribut yang
hendak diukur (Azwar, 2011). Professional judgment pada penelitian ini
adalah dosen pembimbing skripsi.
2. Seleksi Item
Seleksi item pada item ini bertujuan untuk memilih item-item yang
fungsi ukurnya sesuai atau selaras dengan hasil ukur skala (Azwar, 2015).
Seleksi item dapat dilihat dengan daya beda atau daya diskriminasi item.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Daya diskriminasi item adalah sejauh mana item mampu membedakan
antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak
memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2015). Daya diskriminasi item
dilakukan dengan cara menghitung koefisien korelasi antara distribusi skor
item dengan distribusi skor skala itu sendiri dan akan menghasilkan
koefisien korelasi item total (rix).
Menurut Azwar (2015), kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi
item total, biasanya digunakan batasan rix ≥ 0,30. Semua item yang
koefisien korelasi minimal 0,30 daya bedanya dianggap memuaskan.
Sebaliknya, item yang memiliki nilai rix kurang dari 0,30 dapat
diinterpretasikan memiliki daya beda yang rendah. Akan tetapi, apabila
jumlah item yang lolos masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan,
dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria menjadi
0,25 sehingga jumlah item yang diinginkan dapat tercapai. Berdasarkan
hasil uji coba skala persepsi kekerasan verbal oleh orang tua terhadap 50
subjek dan uji coba skala penyesuaian sosial terhadap 72 subjek, prosedur
analisis item dilakukan dengan program SPSS Statistics 22.0. Berikut
distribusi item setelah uji coba :
a. Skala Persepsi Kekerasan Verbal Oleh Orang Tua
Hasil analisis item skala persepsi kekerasan verbal oleh orang tua
berdasarkan batasan rix ≥ 0,30 diperoleh 47 item yang lolos dari 60 item
yang diujikan. Terdapat 13 item yang gugur dengan nomor item 1, 2, 5, 6, 7,
8, 10, 12, 14, 36, 46, 54, 55. Pada bentuk menyindir anak enam item
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
favorable gugur sehingga hanya ada item unfavorable saja. Oleh karena itu,
peneliti menurunkan kriteria menjadi rix ≥ 0,25 sehingga item nomor 8 dapat
digunakan. Selain item nomor 8, adapula item nomor 6 dan 12 yang
memiliki rix ≥ 0,25. Sehingga item yang lolos menjadi 50 item. Berikut
adalah tabel distribusi skala setelah uji coba :
Tabel 3.5
Distribusi Item Skala Persepsi Kekerasan Verbal Oleh Orang Tua Setelah
Uji Coba
No. Aspek Item
Total % Favorable Unfavorable
1.
Memberikan dan
memanggil nama anak
dengan tidak sepantasnya,
meremehkan, memberikan
sumapahan serta menghina
3, 4, 16, 18,
22, 35
6, 9, 25, 33,
42, 52
12 24
2.
menolak atau mengancam
anak dengan bentuk
pengabaian
12, 19, 34,
43, 48
15, 17, 31,
38, 51, 58 11 22
3. mengancam dengan
membahayakan tubuh
11, 13, 20,
37, 53
21, 60, 39,
44, 50, 57 11 22
4. mengkambinghitamkan atau
menyalahkan anak
23, 28, 29,
47
24, 30, 40,
45, 49, 56 10 20
5. menyindir anak 8 26, 27, 32,
41, 59 6 12
Total 50 100
Keterangan : Bold = item yang digugurkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Berdasarkan tabel distribusi yaitu tabel 3.5, terlihat persebaran data
yang tidak merata. Oleh karena itu, ada beberapa item yang digugurkan
kembali dengan cara memilih item dengan nilai rix paling baik. Item yang
digunakan pada skala final adalah 30 item dari 50 item yang baik. Berikut
tabel distribusi skala setelah diratakan dan nomor item diacak :
Tabel 3.6
Distribusi Item Skala Persepsi Kekerasan Verbal Oleh Orang Tua Setelah
Uji Coba (Setelah diratakan, diacak dan diberi nomer baru)
No. Aspek Item
Total % Favorable Unfavorable
1.
Memberikan dan
memanggil nama anak
dengan tidak sepantasnya,
meremehkan, memberikan
sumapahan serta menghina
3, 24, 28 1, 21, 17 6 20
2.
Menolak atau mengancam
anak dengan bentuk
pengabaian
7, 11, 16 4, 6, 14
6 20
3. Mengancam dengan
membahayakan tubuh
5, 13, 18 10, 23,
27 6 20
4. Mengkambinghitamkan atau
menyalahkan anak
9, 20 ,26 12, 15, 30 6 20
5. Menyindir anak 22 19,25,
8,29,2 6 20
Total 13 17 30 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
b. Skala Penyesuaian Sosial
Hasil analisis skala penyesuaian sosial berdasarkan rix ≥ 0,25
diperoleh 38 item yang lolos dari 64 item yang diujikan. Peneliti
memutuskan untuk menurunkan kriteria menjadi rix ≥ 0,25 agar jumlah item
di masing-masing tanda dapat tercapai. Terdapat 26 item yang gugur dengan
nomor item 6, 7, 8, 11, 17, 18, 21, 23, 26, 29, 32, 33, 34, 35, 38, 41, 43, 46,
48, 50, 55, 58, 60, 62, 63, 64. Berikut tabel distribusi skala setelah uji coba :
Tabel 3.7
Distribusi Item Skala Penyesuaian Sosial Setelah Uji Coba
No. Indikator Item
Total % Favorable Unfavorable
1. Kematangan emosional 1, 12, 25, 44,
51
14, 30, 40,
36 9 23,68
2. Kecakapan sosial 5, 15, 27, 54,
47
2, 42, 31,
49, 57 10 26,31
3. Perilaku tidak berlebihan 3, 9, 13, 24,
52
20, 37, 45,
56, 59, 28 11 28,94
4. Kenormalan emosi 10, 19, 22 4, 16, 39,
53, 61 8 21,05
Total 38 100
Keterangan : Bold = item yang digugurkan
Berdasarkan tabel distribusi yaitu tabel 3.7, terlihat persebaran data
yang tidak merata. Oleh karena itu, ada beberapa item yang digugurkan
kembali agar persebarannya setiap tanda rata. Item yang digunakan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
skala final adalah 32 item dari 64 item yang baik. Berikut tabel distribusi
skala setelah diratakan dan nomor item diacak :
Tabel 3.8
Distribusi Item Skala Penyesuaian Sosial Setelah Uji Coba
(Setelah diratakan, diacak dan diberi nomer baru)
No. Indikator Item
Total % Favorable Unfavorable
1. Kematangan emosional 3, 9, 11, 27 15, 18, 22,
32 8 25
2. Kecakapan sosial 7, 12, 2, 16 10, 24, 4, 30 8 25
3. Perilaku tidak berlebihan 5, 14, 19, 29 17 , 26, 6,
23 8 25
4. Kenormalan emosi 1, 8, 25 13, 21, 28,
20, 31 8 25
Total 15 17 32 100
3. Reliabilitas
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya
(Azwar, 2011). Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa
kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama
diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri
subjek memang belum berubah (Azwar, 2011).
Estimasi reliabilitas hasil pengukuran ini dilakukan dengan cara
menghitung koefisisen alpha-cronbach melalui program SPSS Statistics
22.0. Menurut Guilford (1956, dalam Klein, 1986, dalam Supratiknya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
2014) koefisien minimum yang dipandang memuaskan untuk reliabilitas tes
adalah 0,70. Dibawah koefisien reliabilitas sebesar 0,70 sebuah tes menjadi
kurang memadai untuk digunakan bagi perorangan sebab hal itu
menunjukkan bahwa kesalahan baku skor tampak sedemikian besar
sehingga interpretasi skor menjadi meragukan.
Hasil komputasi data pada skala persepsi kekerasan verbal oleh orang
tua diperoleh koefisien Alpha-Cronbach (r) sebesar 0,930 dari 60 item.
Setelah seleksi item, koefisien Alpha-Cronbach (r) skala persepsi kekerasan
verbal oleh orang tua menjadi 0,928 dari 30 item. Pada skala penyesuaian
sosial diperoleh koefisien Alpha-Cronbach (r) sebesar 0,861 dari 64 item.
Setelah dilakukan seleksi item, koefisien Alpha-Cronbach (r) skala
penyesuaian sosial menjadi 0,881 dari 32 item. Berdasarkan nilai koefisien
Alpha-Cronbach (r) yang diperoleh pada masing-masing skala, maka dapat
dikatakan bahwa kedua skala memiliki reliabilitas yang baik.
G. Metode Analisis Data
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengecek apakah data
penelitian berasal dari populasi yang sebarannya normal atau tidak (Santoso,
2010). Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan teknik
Kolmogorov-Smirnov Test dengan menggunakan program SPSS Statistics
22.0. Distribusi data penelitian dapat dikatakan normal apabila nilai
signifikasinya lebih besar dari 0,05 (p > 0,05). Sebaliknya, apabila nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
signifikasinya kurang dari 0,05 (p < 0,05), maka distribusi data penelitian
dapat dikatakan tidak normal (Santoso, 2010).
2. Uji Linearitas
Menurut Santoso (2010), uji linearitas digunakan untuk menyatakan
hubungan antarvariabel yang hendak dianalisis mengikuti garis lurus atau
tidak. Artinya, peningkatan atau penurunan kuantitas di suatu variabel, akan
diikuti secara linear oleh peningkatan atau penurunan kuantitas di variabel
lainnya. Uji linearitas pada penelitian ini menggunakan test for linearity
dengan menggunakan program SPSS Statistics 22.0.
3. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik
Correlation Product Moment dari Karl Pearson dengan tujuan untuk
menguji korelasi antara dua variabel yaitu kekerasan verbal dan penyesuaian
sosial.
H. Pelaksanaan Uji Coba
Uji coba skala persepsi kekerasan verbal oleh orang tua dilakukan
secara online menggunakan Google Forms dimulai pada tanggal 23 Desember
2016 sampai tanggal 31 Desember 2016. Uji coba skala disebarluaskan melalui
jejaring sosial. Uji coba skala persepsi kekerasan verbal oleh orang tua diisi
oleh 50 remaja umur 12-18 tahun dan masih tinggal bersama orangtuanya. Uji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
coba skala penyesuaian sosial dilakukan di dua tempat, yaitu SMA Budya
Wacana Yogyakarta dan SMP Joannes Bosco Yogyakarta. Uji coba di SMA
Budya Wacana Yogyakarta dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 2017. Uji
coba dilakukan terhadap 32 siswa yang terdiri dari 20 siswa kelas X dan 12
siswa kelas XI. Peneliti membagikan skala penyesuaian sosial secara langsung
kepada subjek. Uji coba kedua disebarkan dengan menitipkan skala
penyesuaian sosial kepada guru BK untuk diberikan kepada 40 siswa-siswi di
SMP Joannes Bosco Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 13 Maret 2017 hingga 30 Maret 2017
di Kota Yogyakarta. Pengambilan data dilakukan di sekolah SMA Budya
Wacana pada tanggal 13 dan 14 Maret 2017 dan dilanjutkan pada tanggal 29
dan 30 Maret 2017 dengan membagikan langsung skala ke di beberapa kelas
saat jam pelajaran berlangsung. Skala yang dibagikan berjumlah 123 skala.
Selanjutnya, skala yang berjumlah 130 disebarkan dengan cara menitipkan
skala kepada guru BK untuk diberikan kepada siswa-siswi SMP Joannes Bosco
Yogyakarta. Skala yang kembali dari SMP Joannes Bosco Yogyakarta
berjumlah 128 skala. Sehingga, total seluruh skala yang telah dibagikan dan
diisi oleh subjek berjumlah 251 skala. Skala yang gugur berjumlah 36
dikarenakan beberapa hal, yaitu subjek tidak memenuhi kriteria yang diberikan
peneliti dan terdapat subjek yang belum selesai mengisi skala. Peneliti
kemudian menggunakan skala berjumlah 215 yang telah memenuhi syarat,
yaitu subjek tinggal bersama kedua orang tuanya serta usia subjek.
B. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah remaja dengan rentang usia 12 hingga
18 tahun yang sehari-hari masih tinggal bersama kedua orang tuanya. Jumlah
subjek dalam penelitian ini adalah 215 orang. Deskripsi subjek berdasarkan
jenis kelamin dan usia dijelaskan pada tabel berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Tabel 4.1
Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 128 59,53%
Perempuan 87 40,47%
Total 215 100%
Tabel 4.2
Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia
Usia Jumlah Persentase
12 tahun 7 3,26%
13 tahun 39 18,14%
14 tahun 56 26,05%
15 tahun 26 12,09%
16 tahun 50 23,26%
17 tahun 34 15,81%
18 tahun 3 1,39%
Total 215 100%
Tabel 4.3
Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenjang Sekolah
Jenjang Sekolah Jumlah Persentase
SMP 108 50,23%
SMA 107 49,77%
Total 215 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
C. Deskripsi Data Penelitian
Tabel 4.4
Deskripsi Data Penelitian
Variabel N Sig
(p)
Data Teoritis Data Empiris
Skor Mean SD
Skor Mean SD
Min Max Min Max
Kekerasan
Verbal oleh
orang tua
215 0,000 30 120 75 15 33 98 53,85 10,710
Penyesuaian
Sosial 215 0,000 32 128 80 16 65 123 99,69 8,629
Tabel diatas menunjukkan deskripsi data penelitian dari variabel kekerasan
verbal dan penyesuaian sosial. Pada tabel tersebut, peneliti ingin
membandingkan nilai mean teoritis dan mean empiris untuk membandingkan
skor masing-masing subjek dalam variabel penelitian. Nilai mean empiris
diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan program SPSS Statistics
22.0. Sedangkan nilai mean teoritis diperoleh melalui perhitungan manual yaitu
dengan : 𝑀𝑖𝑛+𝑀𝑎𝑥2
Hasil perhitungan SPSS menunjukkan bahwa pada variabel kekerasan
verbal diperoleh nilai mean empiris sebesar 53,85 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,000 (p < 0,05) dan nilai mean teoritis sebesar 75. Perbedaan nilai
mean empiris dan nilai mean teoritis ini menunjukkan bahwa rata-rata skor
subjek pada variabel ini lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata skor secara
teoritis. Hal ini berarti rata-rata skor kekerasan verbal yang dialami subjek
tergolong rendah. Pada variabel penyesuaian sosial diperoleh nilai mean
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
empiris sebesar 99,69 dan nilai mean teoritis sebesar 80 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Perbedaan nilai mean empiris dan nilai
mean teoritis ini menunjukkan bahwa rata-rata skor subjek pada variabel
penyesuaian sosial lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata skor secara
teoritis. Hal ini berarti rata-rata skor penyesuaian sosial subjek tergolong tingi.
D. Kategorisasi
Kategorisasi bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-
kelompok yang posisinya berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut
yang diukur. Kategorisasi dalam penelitian ini berasumsi bahwa skor individu
dalam kelompok merupakan estimasi skor individu dalam populasi dan asumsi
bahwa skor individu dalam populasi terdistribusi normal (Azwar, 2015).
Batasan kategori dalam penelitian ini didasarkan pada standar deviasi teoritis
yang tertera pada tabel 4.3. Pada penelitian ini, skor subjek pada variabel
kekerasan verbal dan penyesuaian sosial akan dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
rendah, sedang, dan tinggi. Berikut merupakan tabel norma kategorisasi yang
digunakan dalam penelitian ini :
Tabel 4.5
Norma Kategorisasi
Skor Kategorisasi
X < (µ-1,0σ) Rendah
(µ - 1,0σ) ≤ X < (µ +1,0σ) Sedang
(µ +1,0σ) ≤ X Tinggi
Keterangan :
X : Skor µ : Mean teoritis σ : Standar Deviasi teoritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Berdasarkan tabel deskripsi data penelitian (lihat Tabel 4.4) dapat
diketahui bahwa nilai mean teoritis variabel kekerasan verbal adalah sebesar 75
dan standar deviasi sebesar 15. Maka perhitungan norma kategorisasi skor pada
variabel kekerasan verbal adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6
Kategorisasi Persepsi Kekerasan Verbal Oleh Orang Tua
Rentang Skor Kategorisasi Jumlah Persentase
X < 60 Rendah 159 73,95%
60 ≤ X < 90 Sedang 55 25,58%
90 ≤ X Tinggi 1 0,47%
Total 215 100%
Tabel kategorisasi persepsi kekerasan verbal oleh orang tua (lihat Tabel
4.6) menunjukkan bahwa persepsi kekerasan verbal oleh orang tua tergolong
rendah. Penjabaran kategorisasi persepsi kekerasan verbal oleh orang tua yaitu,
sebanyak 159 subjek (73,95%) memiliki tingkat persepsi kekerasan verbal oleh
orang tua tergolong rendah, sebanyak 55 subjek (25,58%) memiliki tingkat
persepsi kekerasan verbal oleh orang tua sedang dan sebanyak 1 subjek
(0,47%) memiliki tingkat persepsi kekerasan verbal oleh orang tua tergolong
tinggi.
Nilai mean teoritis variabel penyesuaian sosial berdasarkan tabel deskripsi
data penelitian (lihat Tabel 4.4) adalah sebesar 80 dan standar deviasi sebesar
16. Maka perhitungan norma kategorisasi skor pada variabel penyesuaian
sosial adalah sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Tabel 4.7
Kategorisasi Penyesuaian Sosial
Rentang Skor Kategorisasi Jumlah Persentase
X < 64 Rendah 0 0%
64 ≤ X < 96 Sedang 67 31,16%
96 ≤ X Tinggi 148 68,84%
Total 215 100%
Tabel kategorisasi penyesuaian sosial (lihat Tabel 4.7) menunjukkan
bahwa subjek memiliki penyesuaian sosial tergolong tinggi. Penjabaran
kategorisasi penyesuaian sosial yaitu, sebanyak 67 subjek (31,16%) memiliki
tingkat penyesuaian sosial tergolong sedang dan sebanyak 148 subjek (68,84%)
memiliki tingkat penyesuaian sosial tergolong tinggi.
E. Analisis Data Penelitian
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengecek apakah
data penelitian berasal dari populasi yang sebarannya normal atau tidak
(Santoso, 2010). Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan teknik
Kolmogorov-Smirnov Test dengan menggunakan program SPSS
Statistics 22.0. Distribusi data penelitian dapat dikatakan normal apabila
nilai signifikasinya lebih besar dari 0,05 (p > 0,05). Sebaliknya, apabila
nilai signifikasinya lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05), maka distribusi data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
penelitian dapat dikatakan tidak normal (Santoso, 2010). Berikut
merupakan hasil uji normalitas penelitian :
Tabel 4.8
Hasil Uji Normalitas
Variabel
Kolmogorov- Smirnov Test Shapiro-Wilk
Test
Statistic
Asymp.
Sig. (2-tailed)
Test
Statistic
Asymp. Sig.
(2-tailed)
Kekerasan
Verbal 0,059 0,070 0,983 0,012
Penyesuaian Sosial 0,061 0,051 0,990 0,141
Berdasrkan hasil uji normalitas (lihat tabel 4.8) menunjukkan
bahwa nilai signifikansi dari variabel kekerasan verbal lebih besar dari
0,05 (p > 0,05) yaitu sebesar 0,070 dan nilai signifikansi dari variabel
penyesuaian sosial lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) yaitu sebesar 0,051.
Nilai signifikansi kedua variabel menunjukkan p > 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa pendistribusian data penelitian pada variabel
kekerasan verbal dan penyesuaian sosial tersebar secara normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk menyatakan hubungan antar
variabel yang hendak dianalisis mengikuti garis lurus atau tidak. Uji
linearitas adalah dengan menggunakan test for linearity (Santoso, 2012).
Pengujian linearitas pada penelitian ini menggunakan program SPSS
Statistics 22.0 dengan menggunakan test for linearity pada taraf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan memiliki hubungan yang linear
bila signifikansi (Linearity) lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05) namun
sebaliknya, dua variabel tidak memiliki hubungan yang linear bila
signifikansi (Linearity) lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) (Priyatno, 2014).
Berikut tabel hasil uji linearitas :
Tabel 4.9
Hasil Uji Linearitas
Variabel F Sig.
KekerasanVerbal *
PenyesuaianSosial
(Combined) 1,996 0,001
Linearity 58,029 0,000
Deviation for
Linearity 0,750 0,870
Tabel hasil uji linearitas diatas (lihat tabel 4.9) menunjukkan
hubungan antara variabel kekerasan verbal dengan variabel penyesuaian
sosial. Hubungan antara kedua variabel tersebut dapat dilihat dari nilai
signifikansi antar kedua variabel lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05) yaitu
sebesar 0,000. Hal ini berarti terdapat hubungan yang linear antara
variabel kekerasan verbal dan variabel penyesuaian sosial.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah hipotesis (H1) yang diajukan peneliti diterima atau
ditolak. Hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini adalah adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
hubungan negatif antara persepsi kekerasan verbal oleh orang tua dengan
penyesuaian sosial pada remaja. Uji hipotesis pada penelitian ini
menggunakan tenik uji korelasi Pearson dengan dibantu dengan
menggunakan program SPSS Statistics 22.0. Peneliti menggunakan teknik
uji korelasi Pearson karena data penelitian pada skala persepsi kekerasan
verbal oleh orang tua dan penyesuaian sosial terdistribusi secara normal.
Berikut tabel hasil uji hipotesis :
Tabel 4.10
Hasil Uji Hipotesis
Kekerasan
Verbal
Penyesuaian
Sosial
Kekerasan
verbal Pearson Correlation 1 -0,473**
Sig. (1-tailed) 0,000
N 215 215
Penyesuaian
Sosial Pearson Correlation -0,473** 1
Sig. (1-tailed) 0,000
N 215 215
** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed)
Berdasarkan tabel hasil uji hipotesis (lihat tabel 4.10) diatas, dapat
dilihat bahwa korelasi Pearson antara variabel kekerasan verbal dengan
penyesuaian sosial adalah sebesar - 0,473** dan nilai signifikansi sebesar
0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis (H1) yang diajukan
peneliti diterima, yaitu terdapat hubungan negatif antara kekerasan verbal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
yang dilakukan orang tua dengan penyesuaian sosial pada remaja. Maka
dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi atau sering tingkat kekerasan
verbal, maka semakin rendah atau buruk penyesuaian sosial pada remaja.
Sebaliknya, semakin rendah atau jarang tingkat kekerasan verbal, maka
semakin tinggi atau baik pula penyesuaian sosial pada remaja.
Koefisien korelasi ( r ) yang diperoleh dapat digunakan untuk melihat
koefisien determinasi (r2) dengan cara mengkuadratkan koefisien korelasi
yang sudah didapatkan sebelumnya. Nilai koefisien korelasi pada penelitian
ini sebesar – 0,473, sehingga nilai koefisien determinasinya adalah sebesar
0, 223 atau 22,3 %. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kekerasan verbal
memberikan sumbangan sebesar 22,3 % terhadap variabel penyesuaian
sosial. Sedangkan terdapat 77,7% sumbangan dari variabel-variabel lain di
luar kekerasan verbal yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
F. Analisis Data Tambahan
Tambahan data yang dilakukan adalah uji beda. Uji beda dilakukan untuk
mengetahui perbedaan signifikan antara subjek laki-laki dan perempuan serta
antara subjek yang berada di jenjang SMP dan SMA dalam penyesuaian sosial
nya. Uji beda ini dilakukan dengan menggunakan Independent Sample t-Test
dengan program SPSS SPSS Statistics 22.0. Apabila nilai signifikansi lebih
dari 0,05 (p > 0,05) maka tidak ada perbedaan. Apabila nilai signifikansi
kurang dari 0,05 (p < 0,05) maka ada perbedaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Berdasarkan uji beda variabel penyesuaian sosial antara laki-laki dan
perempuan didapatkan nilai t sebesar -1,963 dengan nilai signifikansi sebesar
0,051 (p > 0,05) maka dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan penyesuaian
sosial antara laki-laki dan perempuan. Selain itu, berdasarkan uji beda variabel
penyesuaian sosial subjek yang berada di jenjang SMP dan SMA didapatkan
nilai t sebesar 1,001 dengan nilai signifikansi sebesar 0,318 (p > 0,05) maka
dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan penyesuaian sosial yang dilakukan
subjek antara jenjang SMP dan SMA.
G. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara persepsi kekerasan
verbal oleh orang tua dan penyesuaian sosial pada remaja. Hasil uji korelasi
menggunakan perhitungan korelasi Product Moment Pearson pada 215 remaja
diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar - 0,473 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,000 (p < 0,05). Data analisis tersebut menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara persepsi kekerasan verbal oleh orang tua dengan
penyesuaian sosial pada remaja. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi persepsi
kekerasan verbal oleh orang tua, maka semakin rendah tingkat penyesuaian
sosial pada remaja. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat persepsi
kekerasan verbal oleh orang tua, maka semakin tinggi penyesuaian sosial pada
remaja.
Hasil kategorisasi untuk variabel kekerasan verbal menunjukkan bahwa
sebanyak 159 subjek (73,95%) memiliki tingkat persepsi kekerasan verbal oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
orang tua yang tergolong rendah, sebanyak 55 subjek (25,58%) memiliki
tingkat persepsi kekerasan verbal oleh orang tua yang tergolong sedang dan
terdapat 1 subjek (0,47%) memiliki tingkat persepsi kekerasan verbal oleh
orang tua yang tergolong tinggi. Rata-rata subjek memiliki tingkat persepsi
kekerasan verbal oleh orang tua yang tergolong rendah. Analisis kategorisasi
pada variabel penyesuaian sosial pada remaja menunjukkan bahwa tidak ada
subjek yang memiliki penyesuaian sosial yang tergolong rendah, sebanyak 67
subjek (31,16%) memiliki penyesuaian sosial tergolong sedang dan sebanyak
148 subjek (68,84%) memiliki penyesuaian sosial tergolong tinggi. Rata-rata
subjek memiliki tingkat penyesuaian sosial yang tergolong tinggi.
Tingkat penyesuaian sosial yang tergolong tinggi ini dapat disebabkan
salah satunya oleh faktor lingkungan khususnya lingkungan rumah atau
keluarganya (Schneiders, 1964). Lingkungan keluarga yang menghadirkan rasa
aman dan nyaman melalui kasih sayang dan komunikasi yang positif dan
efektif antara remaja dan orang tua membuat remaja lebih mudah dalam
melakukan penyesuaian sosial. Kahfi (2006) juga menegaskan bahwa
komunikasi yang efektif antara anak dan orang tua merupakan faktor utama
anak untuk dapat melakukan penyesuaian sosial dengan baik. Tingkat
penyesuaian sosial yang tinggi juga sesuai dengan pengamatan yang dilakukan
peneliti pada saat menyebarkan skala secara langsung kepada subjek. Subjek
menunjukkan kedekatan dengan teman sebayanya di dalam kelas baik dengan
teman sejenis maupun teman lawan jenis. Walaupun begitu masih ada beberapa
remaja yang masih berkelompok dengan teman sesama jenis saja. Kedekatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
yang terjalin bukan hanya dengan teman sebaya saja, melainkan dengan guru
yang mengajar di kelas. Remaja tidak segan untuk langsung bertanya kepada
guru nya ketika ada materi yang tidak dimengerti. Peneliti juga mengamati
ketika ada pertemuan orang tua murid, banyak orang tua yang masih memakai
baju kantor hadir mengikuti pertemuan. Selain itu, peneliti juga melihat ada
orang tua yang hadir ke sekolah untuk menyelesaikan masalah yang dilakukan
anak ataupun menjemput anak ketika terjadi kecelakaan di sekolah.
Dilihat dari hasil kategorisasi yang didapatkan, hasil uji hipotesis dan nilai
mean emipiris dan mean teoritis pada masing-masing variabel dapat dikatakan
bahwa tingkat persepsi kekerasan verbal oleh orang tua tergolong rendah dan
tingkat penyesuaian sosial remaja tergolong tinggi. Hal ini berarti adanya
hubungan negatif antara kedua variabel tersebut, yaitu semakin rendah persepsi
kekerasan verbal oleh orang tua maka semakin tinggi penyesuaian sosial pada
remaja.
Menurut Suyanto (2003) kekerasan verbal merupakan salah satu kekerasan
yang sulit dikenali. Dampak yang dirasakan korban tidak memberi bekas yang
terlihat bagi orang lain tidak seperti kekerasan fisik yang memberi bekas yang
nampak. Dampak kekerasan verbal adalah kurangnya motivasi atau harga diri
remaja, remaja akan mengembangkan perilaku agresif atau bahkan sebaliknya,
mewarisi lingkaran kekerasan turun menurun, kualitas hidup anggota
masyarakat menurun, tidak peka dengan perasaan orang lain, terganggunya
perkembangan anak termasuk gangguan emosi dan sosial, yaitu hubungan
sosial anak, menciptakan kepribadian sociopath atau antisocialpersonality
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
disorder, dan rendahnya motivasi belajar serta yang terburuk adalah bunuh diri
(Lestari, 2016, Saptandari dalam Suyanto, 2003).
Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa persepsi kekerasan verbal oleh
orang tua tergolong rendah. Hal ini dapat menandakan bahwa anak merasakan
dan mendapatkan kebutuhan akan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Anak
juga mendapatkan perhatian serta orang tua melakukan interkasi dan
komunikasi secara efektif dan positif pada anaknya. Kebutuhan akan kasih
sayang, pengertian dan perhatian merupakan suatu kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi oleh kedua orang tua (Huraerah, 2006).
Remaja yang mendapatkan kebutuhan akan kasih sayang, pengertian dan
perhatian ini akan mengembangkan suatu perasaan aman dan nyaman ketika
tinggal berinteraksi sehari-hari dengan orang tua di dalam rumah. Remaja yang
merasa nyaman ketika tinggal dan berinteraksi dengan kedua orang tuanya di
dalam rumah, akan mengembangkan suatu perasaan dekat dengan kedua orang
tua nya dan lebih dari itu remaja dapat menceritakan segala apapun yang
dialaminya sehari-hari kepada orang tua nya tanpa adanya perasaan canggung
(Lestari, S., 2014). Semua perasaan positif yang dirasakan remaja dapat
berakibat pada perkembangan emosi dan sosialnya. Terlebih kedua
perkembangan ini dibentuk pertama kali dari keluarga sebagai lingkungan
dasar anak (Marliani, 2016). Selain itu teori ekologi dari Brofenbrenner (dalam
Mujahidah, 2015) mengatakan bahwa orang tua adalah agen sosialisasi yang
sangat penting anak karena berpengaruh pada karakter dan perkembangan
anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Ada berbagai tanda remaja memiliki perkembangan dan kematangan
emosi dan sosial yang baik. Seperti yang dijelaskan Cole (1964) bahwa
perkembangan emosi ditandani dengan adanya kematangan dan kenormalan
emosi, misalnya remaja yang tidak bergantung pada orang lain dalam
melakukan aktivitasnya, remaja tidak berusaha untuk menarik perhatian orang
lain, remaja tidak selalu murung dan sedih serta remaja tidak mudah sakit hati
dengan pernyataan yang dikatakan orang lain. Perkembangan sosial ditandai
dengan adanya kecakapan sosial, yaitu meliputi remaja memiliki rasa percaya
diri, remaja yang suka berkumpul dengan teman-temannya dan kemampuan
remaja dalam bergaul dengan teman lawan jenisnya.
Menurut Schneider (1964) kondisi lingkungan, khususnya keluarga dan
perkembangan dan kematangan emosi dan sosial merupakan faktor dalam
penyesuaian sosial. Seseorang yang berada dalam kondisi lingkungan keluarga
yang aman dan nyaman akan membuat perkembangan dan kematangan dalam
hal emosi dan sosial berjalan semestinya sehingga ia dapat melakukan
penyesuaian sosial yang baik. Terlebih dikatakan bahwa kematangan emosi
adalah hal yang paling penting dalam penyesuaian sosial.
Penyesuaian sosial merupakan perkembangan tersulit yang dilakukan
remaja (Hurlock, 1991). Namun, penyesuaian sosial juga merupakan sesuatu
yang sangat penting dalam perkembangan hidup setiap remaja. Hal ini karena
penyesuaian sosial berkaitan dengan tugas perkembangan yang harus dilalui
remaja menurut Havighurts (dalam Hurlock, 1991) yaitu, remaja mencapai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun
wanita.
Hurlock (1988) mengartikan penyesuaian sosial sebagai keberhasilan
remaja dalam menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan
terhadap kelompok pada khususnya. Selain itu, Schneider (1964) menyatakan
bahwa penyesuaian sosial adalah kemampuan yang dimiliki individu untuk
dapat bereaksi secara efektif dan bermanfaat di dalam lingkungan sosial yang
nyata, situasi dan hubungan dengan orang lain sehingga kebutuhannya dalam
kehidupan sosial dapat tersalurkan dengan cara yang diterima dan memuaskan.
Hasil koefisien determinasi dalam penelitian ini adalah sebesar 0,223.
Hasil ini menunjukkan bahwa sebesar 22,3% variabel penyesuaian sosial pada
remaja dipengaruhi oleh sikap kekerasan verbal. Sedangkan sebesar 77,7%
variabel penyesuaian sosial pada remaja dipengaruhi oleh variabel-variabel lain
yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Variabel-variabel yang mungkin
berpengaruh lainnya, yaitu seperti faktor kondisi fisik yang meliputi faktor
keturunan dan konstitusi fisik, kesehatan, sistem organ dan hal-hal yang
berkaitan dengan kondisi fisik, faktor psikologis yang meliputi proses belajar,
pelatihan, pendidikan dan faktor kebudaayaan termasuk agama yang dianut
oleh remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini diterima, yaitu
adanya hubungan negatif antara persepsi kekerasan verbal oleh orang tua
dengan penyesuaian sosial pada remaja. Semakin tinggi persepsi kekerasan
verbal oleh orang tua, maka semakin rendah tingkat penyesuaian sosial yang
dilakukan oleh remaja. Tetapi sebaliknya, semakin rendah persepsi kekerasan
verbal oleh orang tua, maka semakin tinggi tingkat penyesuaian sosial yang
dilakukan oleh remaja. Berdasrkan uji beda pada variabel penyesuaian sosial
didapatkan bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam
penyesuaian sosial nya. Selain itu, tidak ada perbedaan penyesuaian sosial pada
subjek yang berada di jenjang SMP dan SMA. Hasil penelitian ini
menunjukkan tingkat persepsi kekerasan verbal oleh orang tua tergolong
rendah, sedangkan tingkat penyesuaian sosial remaja tergolong tinggi. Variabel
kekerasan verbal memberikan sumbangan sebesar 22,3% terhadap penyesuaian
sosial pada remaja.
Penelitian yang dilakukan tidak terlepas dari beberapa keterbatasan.
Peneliti merasa kesulitan dalam membuat item pada masing-masing variabel
yang terlepas dari pengaruh social desirability sehingga memungkinkan subjek
untuk menjawab sesuai dengan norma yang ada di masyarakat atau melakukan
faking good pada saat uji coba alat ukur maupun saat pengambilan data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
penelitian. Ada skala pengukuran yang disebarkan melalui penitipan kepada
pihak sekolah, sehingga peneliti tidak dapat mengontrol pemahaman subjek
tentang cara pengisisan skala dan tidak dapat mengamati reaksi-reaksi yang
dimunculkan subjek ketika sedang menjawab skala. Selain itu, pemilihan
sekolah pengambilan data yang termasuk sekolah menengah dengan siswa
yang tidak banyak mengalami penyesuaian sosial yang buruk juga menjadi
keterbatasan. Sehingga tidak dapat terlihat anak yang mengalami penyesuaian
yang buruk.
B. Saran
a. Bagi Orang tua
Peneliti menyarankan kepada orang tua yang masih memiliki anak
remaja dan pernah beberapa kali melakukan kekerasan verbal pada anaknya
disarankan untuk tidak melakukannya lagi. Hal ini karena kekerasan verbal
berdampak buruk terhadap remaja. Sebaiknya orang tua menerapkan
komunikasi yang positif misalnya, memanggil anak sesuai dengan namanya,
mendengarkan alasan mendalam anak ketika melakukan kesalahan. Bagi
orang tua yang tidak pernah melakukan kekerasan verbal pada anaknya,
agar tetap dapat mempertahankan hal tersebut karena komunikasi yang
efektif dan sehat akan membuat anak menerapkannya dalam lingkungannya
di luar keluarganya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
b. Bagi Remaja
Bagi remaja yang pernah mendapatkan perkataan-perkataan kasar dan
tidak pantas dari orang tuanya, penulis menyarankan untuk mewaspadai dan
menyadari dari awal apakah tindakan tersebut termasuk dalam kekerasan
verbal atau tidak. Apabila intensitas orang tua menggunakan kata-kata kasar
dan tidak pantas semakin tinggi atau sering, maka sebaiknya remaja dapat
memberi tahu kepada orang sekitarnya (sanak saudara atau anggota keluarga
yang lain) agar orang tua segera sadar dan menghentikan kekerasan verbal
yang dilakukannya. Bagi remaja yang memiliki hubungan dan komunikasi
yang baik dan sehat dengan kedua orang tuanya agar dapat mempertahankan
hal tersebut. Hubungan dan komunikasi yang baik dan sehat dengan kedua
orang tua nantinya akan berpengaruh terhadap kehidupan di luar keluarga,
yaitu penyesuaian sosial remaja dengan lingkungan sekitarnya.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan variabel kekerasan
verbal ataupun penyesuaian sosial, dapat memperhatikan dalam pembuatan
item sehingga subjek bisa menjawab sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Proses penyebaran skala juga sebaiknya langsung dilakukan oleh peneliti,
sehingga maksud dan tujuan dalam skala dapat tersampaikan dengan jelas.
Selain itu, peneliti juga dapat memastikan bahwa setiap satu subjek
menjawab satu skala, sudah memenuhi kriteria yang ditentukan dan subjek
menjawab dengan sungguh-sungguh. Wawancara juga dapat membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
peneliti untuk dapat mengetahui lebih mendalam faktor yang
memepengaruhi penyesuaian sosial remaja serta dampak bagi remaja yang
menerima kekerasan verbal dari orang tuanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. & Asrori, M. (2009). Psikologi remaja : Perkembangan peserta didik.
Jakarta : Bumi Aksara.
Ansyari, S. dan Alfatha, A. (2015). KPAI: kekerasan terhadap anak meningkat
tajam. Viva.co.id. Diunduh pada tanggal 17 Mei 2017 dari
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/655240-kpai-kekerasan-terhadap-
anak-meningkat-tajam
Arsih, F. Y. (2010). Studi Fenomenologis : Kekerasan kata-kata (verbal abuse)
pada remaja. Riset Keperawatan. Semarang : Universitas Diponegoro.
Azwar, S. (2011). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2013). Metode penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2015). Penyusunan skala psikologi (ed. Ke-2). Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Berk, L. E. (2008). Infants and children (6th
ed.). Boston : Pearson Education, Inc.
Cole, Luella. (1964). Psychology of adolescnce. New York : Holt, Rinehart and
Winston, Inc.
Feldman, R. S. (2011). Pengantar psikologi : Understanding Psychology. Jakarta
: Salemba Humanika.
Gerungan, W.A. (2004). Psikologi sosial edisi 3. Bandung : Refika Aditama.
Hadi, Sutrisno. (2004). Metodologi research jilid 3. Yogyakarta : Andi Offset.
Halonen & Santrock. (1999). Psychology context & application third edition.
New York : McGraw-Hill.
Huraerah, Abu. (2006). Child abuse : Kekerasan terhadap anak. Bandung :
Nuansa.
Hurlock, E. B. (1991). Psikologi perkembangan : Suatu pendekatan sepanjang
rentang kehidupan (ed. Ke-5). Jakarta : Erlangga.
Hurlock, E. B. (1988). Perkembangan anak jilid 1 (ed. Ke-6). Jakarta : Erlangga.
Kahfi, Agus Sofyandi. (2006). Peranan komunikasi antarpesonal orang tua
terhadap kemampuan penyesuaian sosial siswa di sekolah. MediaTor,7(1),
163-168.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Kompas. (2009). Hindari kekerasan verbal pada anak. Dikutip pada tanggal 23
Agustus 2016 dari
http://www.binatalentagraha.sch.id/binatalentagraha/?q=id/kekerasan_verb
al
Lestari, S. (2014). Psikologi keluarga : Penanaman nilai dan penanganan konflik
dalam keluarga. Jakarta : Kencana.
Lestari, T. (2016). Verbal abuse: Dampak buruk dan solusi penanganannya pada
anak. Yogyakarta : Psikosain.
Maretawati H., Eki D., Makmuroch dan Agustin, R. W. (2009). Hubungan antara
pola pengasuhan dan pola kelekatan dengan penyesuaian sosial pada
remaja siswa kelas xi sma negeri 1 sragen. Wacana, 1(2), 46-59.
Marliani, R. (2016). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung :
Pustaka Setia.
Maslihah, S. (2011). Studi tentang hubungan dukungan sosial, penyesuaian sosial
di lingkungan sekolah dan prestasi akademik siswa smpit assyfa boarding
school subang jawa barat. Jurnal Psikologi Undip, 10(2), 103-114.
Monks, F.J., & Knoers, A.M.P. (2006). Psikologi perkembangan : Pengantar
dalam berbagai bagiannya (revisi iii). Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Mujahidah. (2015). Implementasi teori ekologi Brofenbrenner dalam membangun
pendidikan karakter yang berkualitas. Lentera, 9(2), 171-185.
Narbuko, Cholid & Achmadi, H. Abu. (2010). Metode Penelitian : Memberikan
bekal teoretis pada mahasiswa tentang metodologi penelitian serta
diharapkan dapat melaksanakan dengan langkah-langkah yang benar.
Jakarta : Bumi Aksara.
Nidya, Ninda Sekar. (2014). Hubungan antara kekerasan verbal pada remaja
dengan kepercayaan diri. (Skripsi tidak diterbitkan), Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Nindya, P.N., & Margaretha, R. (2012). Hubungan Antara Kekerasan Emosional
pada Anak terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja. Jurnal Psikologi
Klinis dan Kesehatan Mental, 1(02), 1-9.
Noh, Che H.C. & Talaat, Wan Izatul A.W. (2012). Verbal abuse on children :
Does it amount to chil abuse under the malaysian law?. Asian Social
Science, 8(6), 224-227.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Parlementaria. (2013). Selamatkan anak, selamatkan indonesia. Jakarta : Majalah
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Edisi 104 Th. XLIII. Hlm.
25-28.
Priyatno, D. (2014). Spss 22 : Pengolahan data terpraktis. Yogyakarta : Andi
Offset.
Purwanto, E. A. & Sulistyastuti, D. R. (2007). Metode penelitian kuantitatif :
Untuk administrasi publik dan masalah-masalah sosial. Yogyakarta : Gava
Media.
Putri, A.M. & Santoso, A. (2012). Persepsi orang tua tentang kekerasan verbal
pada anak. Jurnal Nursing Studies, 1(1), 22-29.
Rejeki, S. (2012). Hati-hati kekerasan verbal pada anak. Kompas. Dikutip pada
tanggal 17 Mei 2017 dari
regional.kompas.com/read/2012/09/09/14023719/Hatihati..Kekerasan.Verb
al.Pada.Anak.
Santoso, A. (2010). Statistika untuk psikologi : Dari blog menjadi buku.
Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.
Santrock, J. W. (2007). Remaja edisi kesebelas. Jakarta : Erlangga.
Santrock, J. W. (2012). Life-span development: Perkembangan masa-hidup
(ed.ke- 13/jilid i). Jakarta : Erlangga.
Sarwono, S. W. (2011). Psikologi remaja (ed. Rev.). Jakarta : Rajawali.
Schneiders, A. (1964). Personal adjustment and mental health. New York : Hoolt,
Rinehart and Winston.
Sirait, A. M. (2016). Kejahatan luar biasa terhadap anak. Media Indonesia.
Dikutip pada tanggal 25 Oktober 2016 dari
http://www.mediaindonesia.com/index.php/news/read/28188/kejahatan-
luar-biasa-terhadap-anak/2016-02-11#
Solihin, L. (2004). Tindakan kekerasan pada anak dalam keluarga. Jurnal
Pendidikan Penabur, 3(3), 129-139.
Supratiknya, A. (2007). Kiat merujuk sumber acuan dalam penulisan karya
ilmiah. Yogyakarta : Penebit Universitas Sanata Dharma.
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran psikologis. Yogyakarta : Penebit Universitas
Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Suyanto, B. (2003). Masalah sosial anak. Jakarta : Kencana.
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan
anak. Diunduh pada tanggal 17 Mei 2017 dari
http://www.kpai.go.id/hukum/undang-undang-uu-ri-no-23-tahun-2002-
tentang-perlindungan-anak/
Wardani, R. & Apollo. (2010). Hubungan antara kompetensi sosial dengan
penyesuaian sosial pada remaja. Widya Warta, 34(01), 92-103.
Walgito, B. (2010). Pengantar psikologi umum. Yogyakarta : CV. Andi Offset.
Yusuf, S. (2000). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
LAMPIRAN 1
SKALA PENELITIAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
SKALA PENELITIAN
Disusun oleh :
Margaretha Tri A.
129114009
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Yogyakarta, Maret 2017
Salam Sejahtera,
Dalam rangka memenuhi tugas akhir sebagai mahasiswa Psikologi
Universitas Sanata Dharma, maka saya :
Nama : Margaretha Tri Anggraeni
NIM : 129114009
Meminta kesediaan teman-teman untuk ikut berpartisipasi dalam
penelitian saya dengan cara mengisi skala penelitian ini. Saya berharap
teman-teman dapat mengisi skala ini dengan lengkap sesuai dengan
keadaan, perasaan, dan pikiran teman-teman yang sebenar-benarnya. Dalam
skala ini tidak ada jawaban benar atau salah, baik atau buruk karena semua
jawaban adalah benar dan baik apabila sesuai dengan keadaan teman-teman
yang sebenarnya.
Semua jawaban dan identitas teman-teman akan dijamin
kerahasiaannya. Hasil dari jawaban yang teman-teman berikan tidak akan
memberi pengaruh apapun pada teman-teman. Oleh karena itu, saya
berharap teman-teman dapat mengisi skala dengan sejujur-jujurnya dan
tidak ada pernyataan yang terlewat atau tidak terjawab.
Akhir kata, saya mengucapkan terimakasih atas partisipasi teman-
teman yang dalam penelitian ini.
Peneliti,
Margaretha Tri Anggraeni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
PERNYATAAN KESEDIAAN
Nama /Inisial : . . . . .
Umur : . . . . .
Jenis Kelamin : L / P *
Apakah kamu sehari-hari tinggal bersama orang tua ?*
a. Ya b. Tidak
(*) lingkari yang sesuai dengan jawaban anda
Dengan ini saya bersedia untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian
ini. Saya menyanggupi dan bersedia untuk mengisi skala ini sesuai dengan
keadaan saya sebenarnya.
Menyetujui,
(…………………………..)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
PETUNJUK PENGISIAN SKALA I
Teman-teman dimohon untuk membaca dengan cermat dan
memahami setiap pernyataan yang disajikan pada skala ini. Kemudian,
pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan teman-teman
yang sebenarnya dengan cara memberi tanda silang (X) pada jawaban yang
teman-teman pilih. Apabila teman-teman ingin mengubah pilihan jawaban
dapat dilakukan dengan cara memberi tanda sama dengan (=) pada pilihan
jawaban pertama, kemudian berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban
yang sesuai dengan keadaan teman-teman.
Pilihan jawaban yang disediakan adalah :
TP : Bila pernyataan tersebut “TIDAK PERNAH” Anda alami/rasakan
JR : Bila pernyataan tersebut “JARANG” Anda alami/rasakan
SR : Bila pernyataan tersebut “SERING” Anda alami/rasakan
SL : Bila pernyataan tersebut “SELALU” Anda alami/rasakan
Contoh :
No. Pernyataan TP JR SR SL
1. Orangtua memuji saya ketika saya
mendapat nilai bagus saat ulangan X
2. Orangtua menilai saya anak yang
baik ketika saya mentaati
peraturannya
X X
Tidak ada jawaban yang benar atau salah, baik atau buruk.
Oleh karena itu pilihlah jawaban yang sesuai dengan keadaan teman-
teman yang sebenarnya dan tidak ada pernyataan yang terlewat atau
tidak terjawab.
~Selamat Mengerjakan~
~Jawablah sesuai dengan keadaan Anda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
NO PERNYATAAN
PILIHAN
JAWABAN
TP JR SR SL
1. Orang tua saya memanggil saya dengan
lembut TP JR SR SL
2.
Orang tua membantu saya untuk mengatur
uang jajan agar saya dapat menggunakannya
secara tepat
TP JR SR SL
3. Orang tua memanggil dengan berteriak,
walaupun saya berada di dekatnya TP JR SR SL
4.
Orang tua dengan antusias menanyakan dan
mengajak saya dan saudara kandung saya
berbicara atau bercerita ketika sedang
kumpul keluarga
TP JR SR SL
5.
Ketika saya melakukan kesalahan, orang tua
memarahi sambil mendorong saya sampai
jatuh
TP JR SR SL
6.
Ketika ada pertemuan orang tua di sekolah,
orang tua datang dan memilih mengambil
cuti
TP JR SR SL
7.
Ketika saya memiliki masalah dan butuh
nasihat, orang tua mengabaikan dan sibuk
dengan pekerjaannya
TP JR SR SL
8. Orang tua akan mengatakan yang sejujurnya
ketika saya melanggar aturan mereka TP JR SR SL
9. Orang tua memarahi saya walaupun saya
tidak melakukan kesalahan TP JR SR SL
10.
Orang tua akan menasihati dan dengan sabar
membantu saya dalam menyelesaikan tugas
saya
TP JR SR SL
11. Orang tua tidak merawat saya ketika saya
sakit TP JR SR SL
12.
Ketika saya melakukan suatu kesalahan,
orang tua menanyakan terlebih dahulu
kepada saya dan menasihati saya
TP JR SR SL
13.
Orang tua akan memarahi sambil melakukan
kekerasan fisik (menampar, menendang,
menjewer) ketika saya melawan perkataan
mereka
TP JR SR SL
14.
Ketika saya memiliki masalah dan butuh
teman, orang tua siap mendengarkan keluh
kesah saya
TP JR SR SL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
NO PERNYATAAN
PILIHAN
JAWABAN
TP JR SR SL
15.
Orang tua memperlakukan saya dengan
lembut dan penuh kasih sayang ketika saya
tidak melakukan kesalahan
TP JR SR SL
16. Orang tua tidak mengetahui kebutuhan akan
kasih sayang yang saya perlukan TP JR SR SL
17. Orang tua menasihati saya dengan sabar
ketika saya melakukan kesalahan TP JR SR SL
18.
Orang tua akan memarahi sambil melakukan
kekerasan fisik (menampar, menjewer,
memukul) ketika saya ketahuan berbohong
kepada mereka
TP JR SR SL
19. Orang tua memberi pujian ketika saya
mendapat juara kelas TP JR SR SL
20.
Ketika sedang bertengkar dengan saudara
kandung saya, orang tua langsung
menyalahkan saya tanpa bertanya terlebih
dahulu
TP JR SR SL
21. Orang tua percaya saya dapat berprestasi di
sekolah TP JR SR SL
22.
Orang tua mengatakan dengan nada sinis
bahwa saya anak patuh, ketika saya
melanggar aturan dari mereka
TP JR SR SL
23.
Orang tua menasihati sambil memeluk saya
ketika saya meminta maaf karena telah
melanggar peraturan sekolah
TP JR SR SL
24. Orang tua ragu saya dapat berprestasi di
sekolah TP JR SR SL
25. Orang tua mengatakan saya anak yang rajin
ketika saya mengerjakan tugas-tugas saya TP JR SR SL
26.
Orang tua mengungkit kesalahan-kesalahan
yang dahulu saya lakukan ketika sedang
memarahi saya
TP JR SR SL
27. Orang tua menunggu saya ketika saya sudah
ijin untuk pulang larut malam TP JR SR SL
28.
Orang tua menyumpahi saya dengan kata-
kata yang tidak pantas ketika saya
melakukan kesalahan
TP JR SR SL
29. Orang tua akan mendekati dan bertanya
dengan lembut tanpa mengancam ketika TP JR SR SL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
NO PERNYATAAN
PILIHAN
JAWABAN
TP JR SR SL
saya melakukan kebohongan
30.
Ketika sedang bertengkar dengan saudara
kandung saya, orang tua akan berusaha
untuk mempertemukan dan mendamaikan
kami
TP JR SR SL
PETUNJUK PENGISIAN SKALA II
Teman-teman dimohon untuk membaca dengan cermat dan
memahami setiap pernyataan yang disajikan pada skala ini. Kemudian,
pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan teman-teman
yang sebenarnya dengan cara memberi tanda silang (X) pada jawaban yang
teman-teman pilih. Apabila teman-teman ingin mengubah pilihan jawaban
dapat dilakukan dengan cara memberi tanda sama dengan (=) pada pilihan
jawaban pertama, kemudian berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban
yang sesuai dengan keadaan teman-teman.
Pilihan jawaban yang disediakan adalah :
STS : Jika Anda merasa “SANGAT TIDAK SETUJU” dengan
pernyataan tersebut
TS : Jika Anda merasa “TIDAK SETUJU” dengan pernyataan tersebut
S : Jika Anda merasa “SETUJU” dengan pernyataan tersebut
SS : Jika Anda merasa “SANGAT SETUJU”
dengan pernyataan tersebut
Contoh :
No Pernyataan STS TS S SS
1. Saya marah ketika teman saya
menasihati saya
X
2. Saya berbicara dengan kata-kata
kasar kepada orang yang lebih tua X X
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Tidak ada jawaban yang benar atau salah, baik atau buruk.
Oleh karena itu pilihlah jawaban yang sesuai dengan keadaan teman-
teman yang sebenarnya dan tidak ada pernyataan yang terlewat atau
tidak terjawab.
~Selamat Mengerjakan~
~Jawablah sesuai dengan keadaan Anda
NO PERNYATAAN
PILIHAN
JAWABAN
STS TS S SS
1. Ketika saya gagal dalam mengerjakan suatu
tugas, saya akan belajar lebih giat lagi STS TS S SS
2. Saya merasa senang berteman dengan teman
sejenis dan teman lawan jenis STS TS S SS
3.
Saya berusaha menyelesaikan masalah saya
sendiri sebelum berkonsultasi dengan orang
lain
STS TS S SS
4. Saya hanya senang berteman dengan teman
sejenis saja STS TS S SS
5.
Ketika teman saya tidak bisa menyelesaikan
tugasnya, saya akan membantunya dengan
senang hati
STS TS S SS
6.
Saya akan bercerita kepada teman-teman
saya ketika saya memiliki handphone atau
barang berharga baru
STS TS S SS
7.
Ketika presentasi tugas sendiri di depan
kelas, maka saya akan melaksanakannya
dengan penuh percaya diri
STS TS S SS
8. Ketika diberi kritik oleh teman, maka saya
akan mencoba untuk memperbaikinya STS TS S SS
9. Saya bertanggung jawab pada setiap tugas
yang diberikan pada saya STS TS S SS
10. Saya diam dan cemas ketika bertemu dengan
orang-orang yang baru saya kenal STS TS S SS
11.
Saya akan menyelesaikan tugas saya,
walaupun anggota lain di dalam satu
kelompok tidak mengerjakan tugasnya
STS TS S SS
12.
Bagi saya mengemukakan pendapat atau
bertanya di dalam kelas bukanlah hal yang
menakutkan
STS TS S SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
NO PERNYATAAN
PILIHAN
JAWABAN
STS TS S SS
13. Ketika saya gagal dalam mengerjakan suatu
tugas, saya terus bersedih dan menyesalinya STS TS S SS
14. Saya mentraktir teman yang memang tidak
membawa uang saku dengan senang hati STS TS S SS
15.
Saya menunggu teman saya untuk
membantu menyelesaikan masalah yang
saya alami
STS TS S SS
16. Bagi saya semua teman itu menyenangkan
baik laki-laki maupun perempuan STS TS S SS
17.
Saya mengobrol dengan teman saya dan
bersikap acuh tak acuh dengan guru yang
sedang mengajar di kelas
STS TS S SS
18.
Saya menunda menyelesaikan tugas saya,
ketika anggota lain di dalam satu kelompok
sudah menyelesaikan tugasnya
STS TS S SS
19. Saya menghormati pendapat teman saya
yang berbeda dengan saya STS TS S SS
20. Saya sakit hati ketika dikritik oleh teman
saya STS TS S SS
21.
Ketika diberi kritik oleh teman, maka saya
akan merasa bahwa saya adalah orang yang
buruk
STS TS S SS
22. Saya bersikap jahil dan menggoda teman
agar mereka memperhatikan saya STS TS S SS
23. Saya menyangkal dan acuh tak acuh pada
nasihat teman saya STS TS S SS
24. Saya merasa tersisih diantara teman-teman STS TS S SS
25. Ketika ada suatu masalah, saya tetap dapat
bergaul dengan teman-teman seperti biasa STS TS S SS
26. Saya menyindir teman saya yang
pendapatnya berbeda dengan saya STS TS S SS
27. Saya bertanya kepada guru seperlunya saja STS TS S SS
28. Ketika ada suatu masalah, saya merasa
menjadi orang yang sangat tidak bahagia STS TS S SS
29. Saya adalah orang yang terbuka ketika
teman saya menasihati saya STS TS S SS
30. Saya merasa malu jika berbicara dengan
teman lawan jenis STS TS S SS
31. Saya merasa tersinggung dan pergi STS TS S SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
NO PERNYATAAN
PILIHAN
JAWABAN
STS TS S SS
meninggalkan teman saya, ketika mereka
mengejek saya
32. Saya bertanya terus menerus di kelas agar
guru dapat mengingat saya STS TS S SS
~ Mohon Periksa kembali Jawaban Anda~
~Jangan ada pernyataan yang terlewat ~Terimakasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
LAMPIRAN 2
RELIABILITAS DAN SELEKSI ITEM
SKALA PERSEPSI KEKERASAN VERBAL
OLEH ORANG TUA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 50 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 50 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,928 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item_4 54,24 201,737 ,483 ,927
Item_8 54,32 206,426 ,253 ,929
Item_9 53,70 200,908 ,557 ,926
Item_11 54,66 206,392 ,381 ,928
Item_15 53,70 194,500 ,617 ,925
Item_16 54,26 199,911 ,507 ,926
Item_17 53,84 195,443 ,492 ,927
Item_19 54,10 193,684 ,651 ,924
Item_20 54,28 199,798 ,492 ,927
Item_22 54,44 200,211 ,525 ,926
Item_23 54,18 198,355 ,592 ,925
Item_25 54,12 198,230 ,562 ,926
Item_26 53,90 192,337 ,625 ,925
Item_27 53,54 197,437 ,465 ,927
Item_28 54,08 199,504 ,458 ,927
Item_29 53,46 196,907 ,465 ,927
Item_30 53,76 192,962 ,706 ,924
Item_31 53,68 189,855 ,712 ,923
Item_32 53,96 197,060 ,598 ,925
Item_37 54,32 200,589 ,454 ,927
Item_39 53,02 191,938 ,557 ,926
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Item_40 54,00 194,531 ,657 ,924
Item_41 53,42 195,963 ,520 ,926
item_42 53,72 196,247 ,605 ,925
item_43 54,64 206,398 ,418 ,928
item_44 53,94 196,751 ,515 ,926
item_45 53,48 194,051 ,573 ,926
item_48 53,98 197,040 ,494 ,927
item_59 53,78 201,644 ,337 ,929
item_60 53,68 192,263 ,702 ,924
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
LAMPIRAN 3
RELIABILITAS DAN SELEKSI ITEM
SKALA PENYESUAIAN SOSIAL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 72 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 72 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,881 32
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
n_1 95,36 77,389 ,312 ,879
n_3 95,42 77,317 ,378 ,878
n_4 95,50 75,099 ,441 ,877
n_5 95,51 77,436 ,277 ,880
n_9 95,50 77,127 ,263 ,881
n_10 95,24 78,014 ,262 ,880
n_12 95,29 76,266 ,494 ,876
n_14 95,61 76,100 ,377 ,878
n_15 95,24 75,901 ,428 ,877
n_16 95,51 75,239 ,474 ,876
n_19 95,18 77,756 ,336 ,879
n_20 95,50 75,465 ,483 ,876
n_22 95,28 76,091 ,474 ,876
n_24 95,25 77,739 ,298 ,879
n_25 95,42 77,063 ,323 ,879
n_28 95,37 74,604 ,594 ,874
n_30 95,35 75,103 ,477 ,876
n_31 95,32 74,699 ,422 ,877
n_36 95,42 74,782 ,454 ,876
n_37 95,26 75,943 ,483 ,876
n_39 95,92 75,908 ,313 ,880
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
n_40 95,47 75,549 ,453 ,876
n_42 95,78 76,626 ,299 ,880
n_44 95,22 76,908 ,359 ,878
n_45 95,46 74,167 ,577 ,874
n_47 95,19 77,173 ,292 ,880
n_49 95,21 73,717 ,565 ,874
n_52 95,44 77,433 ,300 ,879
n_53 95,49 73,718 ,575 ,874
n_54 95,03 75,746 ,480 ,876
n_57 95,28 75,358 ,440 ,877
n_61 95,62 74,660 ,400 ,878
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
LAMPIRAN 4
UJI DESKRIPSI DATA EMPIRIS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kekerasan_Verbal 215 30 98 53,85 10,710
Valid N (listwise) 215
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Penyesuaian_Sosial 215 72 123 99,69 8,629
Valid N (listwise) 215
Uji Signifikansi Nilai Mean
One-Sample Test
Test Value = 75
T Df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
Kekerasan_Verbal -28,961 214 ,000 -21,153 -22,59 -19,71
One-Sample Test
Test Value = 80
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
Penyesuaian_Sosial 33,454 214 ,000 19,688 18,53 20,85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
LAMPIRAN 5
UJI NORMALITAS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kekerasan_Verbal ,059 215 ,070 ,983 215 ,012
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Penyesuaian_Sosial ,061 215 ,051 ,990 215 ,141
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
LAMPIRAN 6
UJI LINEARITAS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Penyesuaian_Sosial
* Kekerasan_Verbal
Between
Groups
(Combined) 5630,972 46 122,412 1,996 ,001
Linearity 3559,519 1 3559,519 58,029 ,000
Deviation from
Linearity 2071,453 45 46,032 ,750 ,870
Within Groups 10305,149 168 61,340
Total 15936,121 214
Measures of Association
R R Squared Eta Eta Squared
Penyesuaian_Sosial *
Kekerasan_Verbal -,473 ,223 ,594 ,353
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
LAMPIRAN 7
UJI HIPOTESIS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Correlations
Kekerasan_Verbal Penyesuaian_Sosial
Kekerasan_Verbal Pearson Correlation 1 -,473**
Sig. (1-tailed) ,000
N 215 215
Penyesuaian_Sosial Pearson Correlation -,473** 1
Sig. (1-tailed) ,000
N 215 215
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
LAMPIRAN 8
UJI BEDA PENYESUAIAN SOSIAL PADA
JENJANG SMP DAN SMA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Group Statistics
kel_subyek N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Mean smp 107 100,28 8,827 ,853
sma 108 99,10 8,429 ,811
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t Df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
mean Equal
variances
assumed
,608 ,436 1,001 213 ,318 1,179 1,177 -1,142 3,499
Equal
variances
not
assumed
1,001 212,346 ,318 1,179 1,177 -1,142 3,499
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
LAMPIRAN 9
UJI BEDA PENYESUAIAN SOSIAL PADA
LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Group Statistics
kel_subyek N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Mean laki-laki 128 98,74 8,759 ,774
perempuan 87 101,08 8,289 ,889
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t Df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
mean Equal
variances
assumed
,005 ,942 -
1,963 213 ,051 -2,338 1,191 -4,686 ,010
Equal
variances
not
assumed
-
1,984 191,425 ,049 -2,338 1,179 -4,663 -,014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI