PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · efek hepatoprotektif ekstrak metanol-air daun ....
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · efek hepatoprotektif ekstrak metanol-air daun ....
EFEK HEPATOPROTEKTIF EKSTRAK METANOL-AIR DAUN
Macaranga tanarius L. PADA TIKUS TERINDUKSI
KARBON TETRAKLORIDA :
KAJIAN TERHADAP PRAPERLAKUAN JANGKA WAKTU 30 MENIT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Fransisca Devita Risti Wijayanti
NIM : 098114095
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
EFEK HEPATOPROTEKTIF EKSTRAK METANOL-AIR DAUN
Macaranga tanarius L. PADA TIKUS TERINDUKSI
KARBON TETRAKLORIDA :
KAJIAN TERHADAP PRAPERLAKUAN JANGKA WAKTU 30 MENIT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Fransisca Devita Risti Wijayanti
NIM : 098114095
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Jika Anda cukup berani untuk mencintai maka kadang menang dan kadang
kalah; jika Anda mau mencoba, maka kadang berhasil dan kadang tidak; jika
Anda cukup berani untuk bermimpi dan menemukan Anda bersama dengan
impian-impian yang tidak terwujud, maka Anda bisa melihat kembali dari
puncak gunung tempat Anda berdiri ke dalam mimpi-mimpi itu. Dan
sadarilah bahwa betapa penuhnya hidup Anda dan betapa banyaknya
kenangan indah yang terkadang tertutup oleh impian yang hancur tersebut.
(Harold S. Kushner)
Karya kecil ini ku persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus, kekasih jiwaku
Orang tuaku, ungkapan rasa hormat dan baktiku
Kakakku Yustinus Anang, penyemangatku
Keluarga besar Joyokartono dan Trisnomartoyo, pendukungku
Sahabat-sahabatku tersayang
Almamaterku tercinta
Terima kasih Tuhan,
sebab Engkau menciptakan aku di antara mereka,
sebab rancangan-Mu sungguh luar biasa indah pada saatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Yogyakarta, 2 April 2013
Penulis
(Fransisca Devita Risti Wijayanti)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Fransisca Devita Risti Wijayanti
Nomor Mahasiswa : 098114095
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Efek Hepatoprotektif Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga tanarius L.
pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida : Kajian Terhadap
Praperlakuan Jangka Waktu 30 Menit
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 2 April 2013
Yang menyatakan
(Fransisca Devita Risti Wijayanti)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat,
rahmat, dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul
“Efek Hepatoprotektif Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga tanarius L.
pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida : Kajian Terhadap
Praperlakuan Jangka Waktu 30 Menit” dengan baik dan lancar.
Adapun maksud dari penyusunan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi
persyaratan akademis guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program
Studi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan
skripsi, tidak terlepas dari bantuan dan campur tangan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dosen Pembimbing, atas segala
arahan, bantuan, dukungan, motivasi, pengertian, kesabaran, dan
ketulusannya selama membimbing penulis dalam penelitian dan penyusunan
skripsi.
3. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji, atas masukan dan
saran kepada penulis.
4. Bapak Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji, atas masukan
dan saran kepada penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
5. Ibu Rini Dwiatuti, M. Sc., Apt. selaku Kepala Laboratorium Farmasi, atas ijin
penggunaan semua fasilitas laboratorium guna penelitian skripsi.
6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M. Si., yang telah membantu peneliti dalam
determinasi tanaman Macaranga tanarius L.
7. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, atas
didikan, bimbingan, dan pendampingannya dalam proses perkuliahan.
8. Ibu drh. Ari, Pak Parjiman, Pak Heru, Pak Wagiran, Pak Kayat, Pak Agung,
Mas Sigit, Pak Parlan, Ibu Hartini, dan Pak Asran yang telah banyak
membantu menyediakan bahan dan fasilitas yang dibutuhkan dalam
penelitian.
9. Komite Etik Universitas Gadjah Mada, atas ijin penggunaan hewan uji dalam
penelitian.
10. Sahabat “Macaranga” Nanda Chris N., Theresia Garri W., M. R. Biri Koni
Tiala, Christine Herdyana F., Bernadetta Amilia R., A. M. Inggrid Silli, dan
Luluk Rahendra M., atas kerja sama, bantuan, perjuangan, kebersamaan, dan
suka duka dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi.
11. Sahabat-sahabat “Bermain dan Belajar” tersayang Apriliawati Galuh A.,
Lucia Shinta R., Niken Ambar S., M. R. Biri Koni Tiala, Christine Herdyana
F., Bernadetta Amilia R., dan A. M. Inggrid Silli, atas senyum, tawa, dan
keceriaan penuh semangat yang memotivasi penyelesaian skripsi. Hari
terindahku terjadi karena senyum dan tawamu.
12. Sahabat-sahabat Farmasi 2009 “Together We Can” atas kebersamaan dan
canda tawa selama berproses di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
13. Sahabat-sahabat Rokat Namche, atas doa dan dukungannya.
14. Sahabat-sahabat OMK St. Ignatius Tridadi, atas doa dan dukungannya.
15. Sahabat-sahabat KKN XLV Kepuharjo, atas dukungan semangat dan
pengalaman hidup bersama yang sangat berharga dalam pengabdian
masyarakat.
16. Semua pihak yang telah membantu, memudahkan, dan memperlancar proses
skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 2 April 2013
Penulis
(Fransisca Devita Risti Wijayanti)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................... vi
PRAKATA........................................................................................................ vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xviii
INTISARI.......................................................................................................... xx
ABSTRACT........................................................................................................ xxi
BAB I. PENGANTAR ................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
1. Perumusan masalah ............................................................ 3
2. Keaslian penelitian ............................................................. 4
3. Manfaat penelitian.............................................................. 5
B. Tujuan........................................................................................ 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA............................................................ 6
A. Anatomi Fisiologi Hati .............................................................. 6
B. Kerusakan Hati .......................................................................... 8
C. Hepatotoksin............................................................................. 10
D. Karbon tetraklorida................................................................... 11
E. Metode Hepatotoksisitas ........................................................... 14
F. Macaranga tanarius L. ............................................................. 16
1. Klasifikasi........................................................................... 16
2. Nama daerah....................................................................... 16
3. Kandungan kimia ............................................................... 16
4. Khasiat dan kegunaan ........................................................ 18
G. Metode Penyarian...................................................................... 18
H. Keterangan Empiris ................................................................... 19
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 20
A. Jenis dan Rancangan Penelitian................................................. 20
B. Variabel dan Definisi Operasional ............................................ 20
1. Variabel penelitian ............................................................. 20
2. Definisi operasional............................................................ 21
C. Bahan Penelitian........................................................................ 22
1. Bahan utama ....................................................................... 22
2. Bahan kimia........................................................................ 22
D. Alat Penelitian ........................................................................... 23
1. Alat pembuatan serbuk kering daun M. tanarius................ 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
2. Alat pembuatan ekstrak metanol-air daun M. tanarius ...... 23
3. Alat uji hepatoprotektif ...................................................... 23
E. Tata Cara Penelitian .................................................................. 23
1. Determinasi tanaman M. tanarius L................................... 23
2. Pengumpulan bahan............................................................ 24
3. Pembuatan serbuk daun M. tanarius .................................. 24
4. Penetapan kadar air serbuk daun M. tanarius .................... 24
5. Pembuatan ekstrak metanol-air daun M. tanarius.............. 25
6. Penetapan konsentrasi pekat ekstrak .................................. 25
7. Penetapan dosis ekstrak metanol-air daun M. tanarius ...... 26
8. Pembuatan suspending agent CMC-Na 1% ....................... 26
9. Pembuatan larutan hepatotoksin karbon tetraklorida
50%..................................................................................... 26
10. Uji pendahuluan ................................................................. 27
11. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji ........................ 28
12. Pembuatan serum................................................................ 28
13. Penetapan aktivitas serum kontrol dan serum ALT-AST... 29
F. Tata Cara Analisis Hasil............................................................ 29
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 31
A. Determinasi tanaman ................................................................. 31
B. Penetapan Kadar Air Serbuk Daun M. tanarius........................ 31
C. Bobot Pengeringan Tetap dan Rendemen Ekstrak Metanol-
Air Daun M. tanarius ................................................................ 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
D. Uji Pendahuluan ........................................................................ 33
1. Penentuan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida ............. 33
2. Penentuan waktu pencuplikan darah .................................. 34
E. Efek Hepatoprotektif Ekstrak Metanol-Air Daun M. tanarius
pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida dengan Pengaruh
Praperlakuan Jangka Waktu 30 Menit ...................................... 38
1. Kontrol olive oil 100% dosis 2 ml/kgBB ........................... 41
2. Kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 50% dosis 2
ml/kgBB ............................................................................. 42
3. Kontrol ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 3840
mg/kgBB ............................................................................ 44
4. Perlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis
3840 mg/kgBB pada tikus terinduksi karbon tetraklorida
2 ml/kgBB dengan pengaruh praperlakuan jangka waktu
30 menit.............................................................................. 45
5. Perlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis
1280 mg/kgBB pada tikus terinduksi karbon tetraklorida
2 ml/kgBB dengan pengaruh praperlakuan jangka waktu
30 menit.............................................................................. 46
6. Perlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis
426 mg/kgBB pada tikus terinduksi karbon tetraklorida 2
ml/kgBB dengan pengaruh praperlakuan jangka waktu
30 menit.............................................................................. 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
7. Perbandingan efek hepatoprotektif ekstrak metanol-air
daun M. tanarius dosis 3840, 1280, dan 426 mg/kgBB
pada tikus terinduksi karbon tetraklorida 2 ml/kgBB
dengan pengaruh praperlakuan jangka waktu 30 menit ..... 50
F. Rangkuman Pembahasan........................................................... 52
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 54
A. Kesimpulan................................................................................ 54
B. Saran .......................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 55
LAMPIRAN...................................................................................................... 59
BIOGRAFI PENULIS ...................................................................................... 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Peningkatan aktivitas enzim serum akibat induksi senyawa
toksik .............................................................................................. 14
Tabel II. Nilai purata ± SE aktivitas serum ALT-AST darah tikus setelah
pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/kgBB pada selang
waktu 0, 24 dan 48 jam .................................................................. 34
Tabel III. Hasil uji Scheffe aktivitas ALT serum darah tikus setelah
pemberian karbon tetraklorida 2 ml/kgBB pada selang waktu 0,
24 dan 48 jam ................................................................................. 37
Tabel IV. Hasil uji Mann Whitney aktivitas AST serum darah tikus setelah
pemberian karbon tetraklorida 2 ml/kgBB pada selang waktu 0,
24 dan 48 jam ................................................................................. 37
Tabel V. Purata ± SE nilai aktivitas serum ALT dan AST darah tikus
akibat pemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius dan
induksi karbon tetraklorida 2 ml/kgBB dengan pengaruh
praperlakuan jangka waktu 30 menit.............................................. 38
Tabel VI. Hasil uji Mann Whitney aktivitas ALT serum darah tikus akibat
pemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius dan induksi
karbon tetraklorida 2 ml/kgBB dengan pengaruh praperlakuan
jangka waktu 30 menit ................................................................... 39
Tabel VII. Hasil uji Scheffe nilai aktivitas AST serum darah tikus akibat
pemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius dan induksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
karbon tetraklorida 2 ml/kgBB dengan pengaruh praperlakuan
jangka waktu 30 menit ................................................................... 40
Tabel VIII. Hasil uji statistik perbandingan nilai aktivitas ALT serum darah
tikus pada pemberian olive oil 2 ml/kgBB jam ke-0 dan 24 .......... 41
Tabel IX. Hasil uji statistik perbandingan nilai aktivitas AST serum darah
tikus pada pemberian olive oil 2 ml/kgBB jam ke-0 dan 24 .......... 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pembuluh yang masuk dan keluar hati........................................... 6
Gambar 2. Struktur mikroskopik hati............................................................... 7
Gambar 3. Struktur karbon tetraklorida ........................................................... 11
Gambar 4. Mekanisme terjadinya steatosis oleh CCl4 ..................................... 13
Gambar 5. Struktur kandungan senyawa daun M. tanarius ............................. 17
Gambar 6. Diagram batang purata ± SE nilai aktivitas ALT serum darah
tikus setelah pemberian karbon tetraklorida 2 ml/kgBB pada
selang waktu 0, 24 dan 48 jam ....................................................... 35
Gambar 7. Diagram batang purata ± SE nilai aktivitas AST serum darah
tikus setelah pemberian karbon tetraklorida 2 ml/kgBB pada
selang waktu 0, 24 dan 48 jam ....................................................... 36
Gambar 8. Diagram batang purata ± SE aktivitas ALT serum darah tikus
akibat pemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius dan
induksi karbon tetraklorida 2 ml/kgBB dengan pengaruh
praperlakuan jangka waktu 30 menit.............................................. 39
Gambar 9. Diagram batang purata ± SE aktivitas AST serum darah tikus
akibat pemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius dan
induksi karbon tetraklorida 2 ml/kgBB dengan pengaruh
praperlakuan jangka waktu 30 menit ............................................. 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto daun M. tanarius ............................................................... 60
Lampiran 2. Foto ekstrak metanol-air daun M. tanarius ............................... 60
Lampiran 3. Foto larutan ekstrak metanol-air daun M. tanarius ................... 60
Lampiran 4. Surat determinasi tanaman M. tanarius..................................... 61
Lampiran 5. Ethical clearance penelitian ...................................................... 62
Lampiran 6. Analisis statistik nilai aktivitas serum ALT pada penentuan
waktu pencuplikan darah hewan uji .......................................... 63
Lampiran 7. Analisis statistik nilai aktivitas serum AST pada penentuan
waktu pencuplikan darah hewan uji .......................................... 66
Lampiran 8. Analisis statistik nilai aktivitas ALT serum darah tikus akibat
pemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius dan induksi
karbon tetraklorida 2 ml/kgBB dengan pengaruh
praperlakuan jangka waktu 30 menit......................................... 70
Lampiran 9. Analisis statistik nilai aktivitas AST serum darah tikus akibat
pemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius dan induksi
karbon tetraklorida 2 ml/kgBB dengan pengaruh
praperlakuan jangka waktu 30 menit ........................................ 80
Lampiran 10. Perhitungan konversi dosis untuk manusia ............................... 85
Lampiran 11. Perhitungan konversi waktu untuk manusia.............................. 86
Lampiran 12. Perhitungan efek hepatoprotektif .............................................. 86
Lampiran 13. Penetapan kadar air serbuk M. tanarius .................................... 87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
Lampiran 14. Hasil rendemen ekstrak metanol-air daun M. tanarius ............. 88
Lampiran 15. Bobot pengeringan tetap ekstrak metanol-air daun M.
tanarius...................................................................................... 88
Lampiran 16. Hasil pengukuran validitas dan reabilitas.................................. 89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis paling efektif pemberian
ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. pada tikus yang terinduksi
karbon tetraklorida dengan pengaruh praperlakuan jangka waktu 30 menit.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan
penelitian acak lengkap pola searah.
Penelitian ini menggunakan hewan uji tikus sejumlah 30 ekor yang
kemudian dibagi secara acak ke dalam enam kelompok perlakuan. Kelompok I
(kontrol hepatotoksin) diberi perlakuan hepatotoksin karbon tetraklorida 50 %
dosis 2 ml/kgBB secara intraperitoneal. Kelompok II (kontrol negatif) diberi
perlakuan olive oil 100% dosis 2 ml/kgBB secara intraperitoneal. Kelompok III
(kontrol ekstrak) diberi perlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis
3840 mg/kgBB. Kelompok IV sampai dengan kelompok VI masing-masing diberi
ekstrak metanol-air daun M. tanarius dengan dosis 3840, 1280, dan 426 mg/kgBB
secara per oral, kemudian 30 menit setelahnya diberi hepatotoksin karbon
tetraklorida 2 ml/kgBB secara intraperitoneal. Dua puluh empat jam kemudian,
pada semua kelompok perlakuan dilakukan pencuplikan darah melalui sinus
orbitalis mata untuk pengukuran aktivitas serum ALT dan AST.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis 1280 mg/kgBB merupakan
dosis paling efektif pemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius pada tikus
yang terinduksi karbon tetraklorida dengan pengaruh praperlakuan jangka waktu
30 menit.
Kata kunci : efek hepatoprotektif, praperlakuan 30 menit, ekstrak metanol-
air, Macaranga tanarius, karbon tetraklorida
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
ABSTRACT
This study aimed to determine the most effective dose of methanol-water
extract of Macaranga tanarius L. leaves toward carbon tetrachloride induced rats,
the effect of 30 minutes pretreatment. This research is a pure experimental design
with randomized complete unidirectional pattern.
This research used 30 rats were divided randomly into six treatment
groups. The first group (hepatotoxin control) was given carbon tetrachloride 50%
2 ml/kgBW by intraperitoneal injection. The second group (negative control) was
given olive oil 100% 2 ml/kgBW by intraperitoneal injection. Third group (extract
control) was given methanol-water extract of M. tanarius leaves 3840 mg/kgBW.
The fourth until sixth group was given methanol-water extract of M. tanarius
leaves dose 3840, 1280, and 426 mg/kgBW orally and then successively at 30
minutes after were given carbon tetrachloride 2 ml/kgBW by intraperitoneal
injection. Twenty-four hours later, the blood on all of the treatments group was
collected from the orbital sinus eye to be measured ALT and AST serum activity.
The result showed that dose 1280 mg/kgBW is the most effective dose of
methanol-water extract of M. tanarius L. leaves toward carbon tetrachloride
induced rats, the effect of 30 minutes pretreatment.
Keywords : hepatoprotective effect, 30 minutes pretreatment, methanol-
water extract, Macaranga tanarius, carbon tetrachloride
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Hati merupakan organ yang mempunyai fungsi utama dalam tubuh, yaitu
untuk sintesis, ekskresi, dan metabolisme (Chandrasoma dan Taylor, 1995).
Sebagai organ metabolisme, hati berperan dalam pembentukan dan ekskresi
empedu; metabolisme lemak; penimbunan vitamin, besi, dan tembaga; konjugasi
dan ekskresi steroid adrenal dan gonad, serta detoksifikasi sejumlah zat endogen
dan eksogen (Price dan Wilson, 2005).
Kerusakan hati dapat disebabkan karena induksi obat, infeksi viral, dan
reaksi imunologi (Williamson, David, dan Fred, 1996). Penelitian tentang
kerusakan hati yang disebabkan oleh induksi obat perlu dilakukan karena jumlah
pasien yang menderita penyakit kuning diperkirakan 2% disebabkan oleh induksi
obat. Penelitian terbaru melaporkan bahwa 15-40% kasus penyakit hati akut
diperantarai oleh obat-obatan (Cadman, 2000).
Hepatotoksin merupakan senyawa yang dalam penggunaan jangka
panjang atau pada dosis berlebih dapat menimbulkan gangguan hati (Zimmerman,
1978). Salah satu hepatotoksin yang dapat digunakan sebagai senyawa model
untuk menimbulkan kerusakan hati adalah karbon tetraklorida. Karbon
tetraklorida merupakan molekul sederhana, yang jika diberikan kepada berbagai
spesies, menyebabkan sentrilobular nekrosis hepatik dan perlemakan di hati
(Timbrell, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Penggunaan obat tradisional dari bahan alam, di Barat dan Cina telah
terbukti secara farmakologis dapat mengurangi adanya kerusakan hati
(Williamson, et al., 1996). Di Indonesia, yang merupakan negara dengan sumber
daya alam melimpah, tanaman obat untuk menanggulangi masalah kerusakan hati
belum banyak diketahui sehingga perlu dilakukan penelitian.
Macaranga merupakan tanaman yang tumbuh di daerah tropis Afrika,
Madagaskar, Asia Tenggara, Australia, serta kawasan Pasifik. Macaranga
tanarius L., di Malaysia dan Thailand digunakan untuk obat tradisional sebagai
antitusif dan antipiretik. Sedangkan, di Taiwan dan China digunakan sebagai
minuman herbal (Lim, Lim, dan Yule, 2009). Beberapa penelitian menyebutkan
bahwa Macaranga tanarius L. memiliki aktivitas antioksidan. Ekstrak metanol
daun Macaranga tanarius L. yang mengandung macarangiosida dan malofenol
terbukti dapat menunjukkan aktivitas penangkapan radikal bebas terhadap DPPH
(Matsunami, Takamori, Shinzato, Aramoto, Kondo, Otsuka, et al., 2006).
Phommart, Sutthivaiyakit, Chimnoi, Ruchirawat, dan Sutthivaiyakit (2005),
melaporkan bahwa senyawa yang terkandung dalam Macaranga tanarius L., yaitu
tanariflavanon C, tanariflavanon D, nymphaeol A, nymphaeol B, dan nymphaeol
C memiliki aktivitas antioksidan dan dapat berfungsi sebagai agen antiinflamasi.
Adrianto (2011) melaporkan bahwa ekstrak metanol-air daun M. tanarius
dosis 0,426; 1,280; dan 3,840 g/kgBB memiliki efek hepatoprotektif pada tikus
terinduksi parasetamol. Windrawati (2013) juga melaporkan bahwa dosis 3840
mg/kgBB merupakan dosis paling efektif ekstrak metanol-air daun M. tanarius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
yang memberikan efek hepatoprotektif pada tikus terinduksi karbon tetraklorida
dengan pengaruh praperlakuan jangka panjang (6 hari).
Dari uraian di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk menentukan
dosis paling efektif pemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius pada tikus
yang terinduksi karbon tetraklorida dengan pengaruh praperlakuan jangka waktu
30 menit. Dalam penelitian ini digunakan praperlakuan jangka waktu 30 menit
karena menurut Tiala (2013) waktu tersebut merupakan waktu paling efektif
pemakaian secara jangka pendek ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 3840
mg/kgBB dalam memberikan efek hepatoprotektif pada tikus terinduksi karbon
tetraklorida. Dengan adanya penelitian ini maka diharapkan dapat diketahui dosis
paling efektif ekstrak metanol-air daun M. tanarius yang dapat memberikan efek
hepatoprotektif pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dengan pengaruh
praperlakuan jangka waktu 30 menit sehingga dapat digunakan untuk
membandingkan dengan dosis paling efektif pada praperlakuan jangka panjang.
1. Perumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
Berapakah dosis paling efektif pemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius
pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida dengan pengaruh praperlakuan
jangka waktu 30 menit?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
2. Keaslian penelitian
Penelitian menggunakan daun M. tanarius pernah dilakukan oleh
Matsunami, et al. (2006) dan Phommart, et al. (2005). Matsunami, et al. (2006)
melaporkan bahwa ekstrak metanol daun Macaranga tanarius L. mengandung
macarangiosida A, macarangiosida B, macarangiosida C, dan malofenol B
mempunyai aktivitas antioksidan. Phommart, et al. (2005), melaporkan bahwa
Macaranga tanarius L. mengandung senyawa tanariflavanon C, tanariflavanon D,
nymphaeol A, nymphaeol B, dan nymphaeol C yang memiliki aktivitas
antioksidan dan dapat berfungsi sebagai agen antiinflamasi.
Penelitian efek hepatoprotektif jangka panjang ekstrak metanol-air daun
M. tanarius pada tikus terinduksi parasetamol pernah dilakukan oleh Adrianto
(2011). Penelitian efek hepatoprotektif jangka panjang infusa daun M. tanarius
pada tikus terinduksi parasetamol juga telah dilakukan oleh Mahendra (2011),
sedangkan efek hepatoprotektif jangka pendek infusa daun M. tanarius pada tikus
terinduksi parasetamol dilakukan oleh Nugraha (2011). Mereka membuktikan
bahwa ekstrak metanol-air dan infusa daun M. tanarius memiliki efek
hepatoprotektif pada tikus terinduksi parasetamol.
Penelitian efek hepatoprotektif jangka panjang ekstrak metanol-air daun
M. tanarius pada tikus terinduksi karbon tetraklorida telah dilaporkan oleh
Windrawati (2013) dengan hasil dosis 3840 mg/kgBB merupakan dosis paling
efektif. Tiala (2013) juga telah melaporkan bahwa praperlakuan jangka waktu 30
menit merupakan waktu paling efektif penggunaan secara jangka pendek ekstrak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
metanol-air daun M. tanarius dosis 3840 mg/kgBB dalam memberikan efek
hepatoprotektif pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.
Sejauh pengetahuan penulis, penelitian mengenai efek hepatoprotektif
jangka waktu 30 menit ekstrak metanol-air daun M. tanarius pada tikus terinduksi
karbon tetraklorida belum pernah dilakukan sebelumnya.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan khususnya untuk bidang kefarmasian.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan
masyarakat dalam penggunaan tanaman M. tanarius khususnya sebagai
alternatif pencegahan penyakit hati.
B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis paling efektif pemberian
ekstrak metanol-air daun M. tanarius sebagai hepatoprotektor pada tikus yang
terinduksi karbon tetraklorida dengan pengaruh praperlakuan jangka waktu 30
menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Anatomi Fisiologi Hati
Hati adalah kelenjar terbesar di dalam tubuh, terletak di bagian teratas
dalam rongga abdomen sebelah kanan di bawah diafragma. Hati secara luas
dilindungi iga-iga (Pearce, 2009). Hati berbentuk seperti prisma segitiga dengan
sudut siku-sikunya membulat, beratnya sekitar 1,25-1,5 kg dengan berat jenis
1,05. Hati merupakan organ yang lunak, kenyal, tetapi juga rapuh. Permukaannya
licin, berwarna coklat kemerahan, dan dilintasi oleh berbagai pembuluh darah
(Wijayakusuma, 2008).
Gambar 1. Pembuluh yang masuk dan keluar hati (Pearce, 2009)
Hati terbagi dalam dua belahan utama, kanan dan kiri. Permukaan atas
berbentuk cembung dan terletak di bawah diafragma; permukaan bawah tidak rata
dan memperlihatkan lekukan, fisura transversus. Permukaannya dilintasi berbagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
pembuluh yang masuk-keluar hati (lihat Gambar 1). Fisura longitudinal
memisahkan belahan kanan dan kiri di permukaan bawah, sedangkan ligamen
falsiformis memisahkan belahan kanan dan kiri di permukaan atas hati. Hati
terbagi menjadi empat lobus (kanan, kiri, kaudata, dan kuadrata) yang terdiri atas
50.000-100.000 lobulus. Lobulus berbentuk polihedral (segibanyak) dan terdiri
atas sel hati berbentuk kubus, dan cabang-cabang pembuluh darah diikat bersama
oleh jaringan hati (Pearce, 2009).
Gambar 2. Struktur mikroskopik hati (Chandrosoma dan Taylor, 1995)
Hepatosit (sel parenkim hati) merupakan bagian terbesar dari organ hati.
Hepatosit bertanggung jawab terhadap peran utama hati dalam metabolisme. Sel-
sel ini terletak di antara sinusoid yang terisi darah dan saluran empedu (lihat
Gambar 2). Sinusoid hati dilapisi oleh sel Kupffer yang merupakan bagian penting
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
dari sistem retikuloendotelial tubuh (Lu, 1995). Sel Kupffer berfungsi menelan
bakteri dan benda asing lain dalam darah. Oleh sebab itu, hati merupakan salah
satu organ utama sebagai pertahanan terhadap invasi bakteri dan agen toksik
(Price and Wilson, 1984).
Selain cabang-cabang vena porta dan arteria hepatika yang melingkari
bagian perifer lobulus hati, juga terdapat saluran empedu. Saluran empedu
interlobular membentuk kapiler empedu yang sangat kecil dinamakan kanalikuli,
yang berjalan di tengah-tengah lempengan sel hati (Price and Wilson, 1984).
Hati mempunyai peranan besar dan memiliki lebih dari 500 fungsi.
Fungsi-fungsi utama hati antara lain adalah menampung darah; membersihkan
darah untuk melawan infeksi (pertahanan tubuh); memproduksi dan
mensekresikan empedu; membantu menjaga keseimbangan glukosa darah
(metabolisme karbohidrat); membantu metabolisme lemak (memproduksi dan
merombak kolesterol menjadi garam empedu, membuat fosfolipid serta mengubah
karbohidrat dan protein menjadi lemak); membantu metabolisme protein (tempat
menyusun asam amino menjadi protein, memproduksi sebagian besar protein
plasma, memproduksi faktor pembekuan darah, mengubah amonia menjadi urea);
metabolisme vitamin dan mineral; medetoksifikasi zat-zat beracun dalam tubuh;
serta mempertahankan suhu tubuh (Wijayakusuma, 2008).
B. Kerusakan Hati
Kerusakan sel hati akut umumnya diakibatkan nekrosis sel hati yang luas
dan akut yang dapat disebabkan oleh virus hepatitis, obat dan bahan kimia yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
toksik. Kerusakan hati akut dapat digolongkan menjadi jaundice (kuning),
hipoglikemia, kecenderungan untuk perdarahan yang disebabkan kegagalan
sintesis faktor pembeku darah dalam hati, gangguan elektrolit dan asam basa,
hepatik ensefalopati, sindrom hepatorenal, dan kenaikkan serum enzim yang
berhubungan dengan kasus nekrosis sel hati. Kerusakan sel hati akut memiliki
angka kematian yang tinggi (Chandrasoma and Taylor, 1995).
Kerusakan sel hati kronis biasanya diakibatkan oleh sirosis, yang
berkaitan dengan nekrosis sel hati, fibrosis, dan regenerasi nodular. Efek dari
kerusakan hati kronis, yaitu penurunan sintesis albumin; menyebabkan rendahnya
serum albumin; edema; dan ascites; penurunan protrombin dan faktor VII, IX, dan
X yang menimbulkan perdarahan (Chandrasoma and Taylor, 1995).
Berdasarkan manifestasi klinik dan pola spesifik pada histopatologi,
kerusakan hati menjadi:
1. Nekrosis sentrilobular, terjadi pada induksi obat hepatotoksik yang
mangakibatkan adanya produksi metabolit beracun dari suatu senyawa.
2. Steatonecrosis, kerusakan sel hati akut yang ditandai dengan penumpukan
lemak pada sel-sel hati dan terjadi karena adanya senyawa yang
mempengaruhi proses oksidasi asam lemak di dalam mitokondria.
3. Phospholipidosis, merupakan akumulasi dari phospholipid sebagai pengganti
asam lemak.
4. Nekrosis hepatoselular tergeneralisasi, hampir mirip dengan terjadinya
perubahan karena adanya infeksi hati oleh virus (DiPiro, Talbert, Yee,
Matzke, Wells, and Posey, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
C. Hepatotoksin
Hepatotoksin merupakan zat yang mempunyai efek toksik pada hati
dengan dosis berlebih atau diberikan dalam jangka waktu lama sehingga dapat
menimbulkan kerusakan hati akut, subkronik, maupun kronik (Zimmerman,
1978).
Obat atau senyawa kimia yang dapat menyebabkan kerusakan hati dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Hepatotoksin teramalkan (intrinsik)
Merupakan obat atau senyawa yang bila diberikan dapat
mempengaruhi sebagian besar orang yang menelan senyawa tersebut dalam
jumlah yang cukup untuk menimbulkan efek toksik. Hepatotoksin teramalkan
bergantung kepada dosis pemberian. Contoh dari obat-obat tipe ini adalah
parasetamol, salisilat, tetrasiklin (Forrest, 2006).
Hepatotoksin teramalkan dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a. Hepatotoksin kerja langsung
Hepatotoksin kerja langsung meliputi zat beracun (zat induk atau
metabolitnya) yang mampu menimbulkan luka secara langsung pada
membran plasma, retikuloendoplasma, dan organel lain hepatosit.
Prototipenya adalah karbon tetraklorida.
b. Hepatotoksin kerja tak langsung
Hepatotoksin kerja tak langsung meliputi zat beracun yang menimbulkan
luka dengan cara mengganggu jalur atau proses metabolik yang khas,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
yang mengakibatkan kerusakan atau kekacauan struktur sel hati.
Prototipenya etionin dan galaktosamina (Zimmerman, 1978).
2. Hepatotoksin tak teramalkan (idiosinkratik)
Senyawa yang termasuk golongan ini, yaitu senyawa yang
mempunyai sifat tidak toksik pada hati, akan tetapi dapat menyebabkan
penyakit hati pada individu yang hipersensitif terhadap senyawa tersebut
yang diperantarai oleh mekanisme alergi (misalnya sulfonamid, halotan) atau
karena keabnormalan metabolik menuju penumpukan metabolit toksik
(misalnya iproniazid, isoniazid) (Zimmerman, 1978; Donatus, 1992).
Kerusakan hati yang ditimbulkan oleh hepatotoksin golongan ini tidak dapat
diperkirakan dan tidak tergantung pada dosis (Donatus, 1992).
D. Karbon tetraklorida
Gambar 3. Struktur karbon tetraklorida (Dirjen POM, 1995)
Karbon tetraklorida (Gambar 3) merupakan cairan jernih yang mudah
menguap, tidak berwarna, bau khas, dan memiliki rumus molekul CCl4. Karbon
tetraklorida memiliki BM 153,82 dan sangat sukar larut dalam air, dapat
bercampur dengan etanol mutlak dan dengan eter (Dirjen POM, 1995).
Karbon tetraklorida merupakan molekul sederhana, jika diberikan kepada
berbagai spesies dapat menyebabkan sentrilobular nekrosis hepatik dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
perlemakan di hati. Pemberian atau pemejanan secara kronis menyebabkan sirosis
hati, tumor hati dan juga kerusakan ginjal. Dosis rendah karbon tetraklorida
menyebabkan perlemakan hati dan destruksi sitokrom P-450, terjadi terutama di
sentrilobular dan daerah tengah hati. Hal ini juga selektif untuk isoenzim tertentu,
CYP2E1 di tikus, sedangkan isoenzim lain seperti CYP1A1 tidak terpengaruh.
Penghancuran CYP2E1 dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang tersedia (Timbrell,
2008).
Karbon tetraklorida akan mengalami reduksi dehalogenasi di hati dengan
adanya katalis enzim sitokrom P-450 sehingga membentuk radikal bebas
triklorometil (•CCl3). Radikal bebas ini jika bereaksi dengan oksigen akan
membentuk radikal triklorometilperoksi (•OOCCl3) yang lebih reaktif. Saat
konsumsi CCl4 telah mencukupi, Ca2+
dalam sitoplasma intrasel meningkat maka
dapat menyebabkan kematian sel. Peningkatan Ca2+
ini terjadi karena gangguan
dalam mekanisme transport Ca2+
sehingga menyebabkan ketidakseimbangan
antara pemasukan dan pengeluaran Ca2+
(Gregus dan Klaaseen, 2001).
Toksisitas CCl4 banyak digunakan untuk model kerusakan sel-sel hati.
Pemberian CCl4 secara intragastrikal, subkutan, intraperitoneal, dan inhalasi dapat
menunjukkan ciri kerusakan nekrosis sentrilobular dan steatosis (Zimmerman,
1978). Mekanisme nekrosis dapat terjadi karena adanya gangguan pada
mitokondria dalam sel, dimana mitokondria merupakan penghasil ATP. Gangguan
ini terjadi karena meningkatnya Ca2+
di sitoplasma sehingga mengakibatkan
pengambilan Ca2+
ke dalam mitokondria meningkat dan sintesis ATP terganggu.
Jika gangguan terjadi di seluruh mitokondria, maka dapat mengakibatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
penurunan ATP yang sangat tinggi dan menyebabkan pecahnya sel atau nekrosis
(Gregus dan Klaaseen, 2001).
Radikal bebas •CCl3 merusak retikulum endoplasma
putusnya mekanisme kopling
trigliserida apoprotein membentuk
lipoprotein pembawa (VLDL)
tidak sempurnanya transport
lipoprotein melalui membran plasma
sistem transport dari hati terhambat
penumpukan lemak
steatosis
Gambar 4. Mekanisme terjadinya steatosis oleh CCl4 (Zimmerman, 1978)
Mekanisme terjadinya steatosis oleh CCl4 (Gambar 4) diduga menyangkut
adanya pembentukan radikal bebas (•CCl3) yang bersifat merusak retikulum
endoplasma. Membran retikulum endoplasma menjadi terganggu sehingga
menyebabkan sistem transportasi lemak yang keluar hati terhambat (Cheville,
1976). Hambatan terjadi karena mekanisme kopling trigliserida dengan apoprotein
membentuk molekul lipoprotein pembawa (VLDL) terputus atau sintesis
apolipoprotein tidak sempurna, dan mungkin karena transport lipoprotein melalui
membran plasma tidak sempurna. Hal tersebut mengakibatkan penumpukan
lemak di dalam hati sehingga terjadi steatosis (Zimmerman, 1978).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Ketika steatosis, terjadi gangguan integritas membran yang menyebabkan
keluarnya berbagai isi sitoplasma. Enzim ALT yang ada di dalam sel akan keluar
dan masuk peredaran darah sehingga jumlah enzim ALT meningkat (Wahyuni,
2005). Menurut Zimmerman (1999), peningkatan aktivitas AST dan ALT ketika
terjadi steatosis akibat pemberian hepatotoksin karbon tetraklorida masing-masing
adalah empat dan tiga kali lipat dibanding nilai normal (Tabel I).
Tabel I. Peningkatan aktivitas enzim serum akibat induksi senyawa toksik
(Zimmerman, 1999).
E. Metode Hepatotoksisitas
Beberapa parameter yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
kerusakan hati antara lain:
1. Uji enzim serum
Kerusakan sel-sel hati dapat dilihat dari peningkatan serum
aminotransferase secara signifikan yang mendahului terjadinya kenaikan
jumlah bilirubin total dan alkaline phospatase. Kebanyakan dari kerusakan
hati dapat terjadi satu tahun setelah pemaparan agen hepatotoksik (DiPiro et
al., 2008).
Enzim ALT lebih spesifik untuk organ hati karena proporsinya
paling banyak berada pada organ ini dibanding organ tubuh lainnya (Edem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
dan Akpanabiatu, 2006). Beberapa enzim lain yang dapat digunakan sebagai
penanda untuk mengetahui adanya kerusakan hati adalah enzim-enzim
golongan hidrogenase seperti laktat dehidrogenase, glutamat dehidrogenase,
isositrat dehidrogenase, dan malat dehidrogenase. Enzim-enzim tersebut
jarang digunakan untuk mendeteksi kerusakan hati dan kurang sensitif
dibandingkan kombinasi AST dan ALT (Hodgson dan Levi, 2000).
2. Pemeriksaan asam amino dan protein
Pemeriksaan asam amino dan protein penting dilakukan karena
metabolisme asam amino di hati membentuk ammonia dan ureum terjadi
secara lebih lambat dan meningkatkan kadar globulin (Zimmerman, 1978).
3. Perubahan penyusun kimia dalam hati
Perubahan penyusun kimia dalam hati dapat menggambarkan
mekanisme kerusakan hati. Pengukuran jumlah lemak di dalam hati
mempunyai hubungan yang dekat dengan terjadinya steatosis (Zimmerman,
1978).
4. Uji ekskretori hati
Kemampuan hati untuk mensintesis urea, kolesterol, plasma protein,
dan mempertahankan kadar glukosa darah serta asam amino merupakan
sebagian contoh fungsi hati. Adanya ketidaknormalan dari beberapa fungsi
hati tersebut dapat menunjukkan terjadinya kerusakan hati. Perubahan
kecepatan metabolisme obat yang terjadi di hati dapat dijadikan parameter
hepatotoksisitas (Zimmerman, 1978).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
F. Macaranga tanarius L.
1. Klasifikasi
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Divisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Sub- Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Classis : Magnoliopsida (dikotil)
Sub-classis : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Familia : Euphorbiaceae
Genus : Macaranga
Species : Macaranga tanarius L. (Mus, 2008).
2. Nama daerah
Tutup ancur (Jawa), mapu (Batak), mara (Sunda) (Prosea, 2010).
3. Kandungan kimia
Matsunami, et al., (2006, 2009) juga melaporkan bahwa daun M.
tanarius mengandung macarangiosida A, macarangiosida B, macarangiosida
C, macarangiosida D, dan malofenol B, lauroside E, methyl brevifolin
carboxylate, hyperin dan isoquercitrin, lignan glukosida, pinoresinol, dan 2
megastigman glukosida yang kemudian dinamakan macarangiosida E dan F.
Struktur senyawa yang terkandung dalam M. tanarius dapat dilihat pada
Gambar 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Tanariflavanon C Tanariflavanon D
Nymphaeol A Nymphaeol B
Nymphaeol C Malofenol
Macarangiosida A Macarangiosida B
Macarangiosida C Macarangiosida D
Gambar 5. Struktur kandungan senyawa daun M. tanarius (Phommart, et al.,
2005 ; Matsunami, et al., 2006)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
4. Khasiat dan kegunaan
Daun M. tanarius selain kaya akan tanin, dapat digunakan sebagai
obat diare, luka dan antiseptik (Lin, Nonaka, and Nishioka, 1990). Di
Malaysia dan Thailand, dekok akar M. tanarius digunakan sebagai antipiretik
dan antitusif, akar keringnya digunakan sebagai agen emetik dan daun
segarnya digunakan untuk penutup luka serta mencegah terjadi inflamasi. Di
Cina, tanaman M. tanarius dijadikan sebagai produk minuman kesehatan
(Lim, et al., 2009).
G. Metode Penyarian
Ekstrak merupakan sediaan pekat yang diperoleh dengan cara
mengekstraksi zat aktif yang berasal dari simplisia nabati atau hewani dengan
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut
diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa
hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Dirjen POM, 1995).
Ekstrak diperoleh dengan cara ekstraksi. Ekstraksi adalah penarikan
konstituen yang diinginkan dari simplisia dengan pelarut tertentu, yang dapat
melarutkan konstituen yang diinginkan. Secara umum, metode ekstraksi dapat
dibedakan menjadi infundasi, maserasi, perkolasi, dan penyarian
berkesinambungan. Cairan penyari yang biasa digunakan adalah air, eter atau
campuran etanol dan air. Penyarian simplisia dengan air dapat dilakukan dengan
maserasi, perkolasi atau penyeduhan dengan air mendidih. Penyarian campuran
etanol dan air dilakukan dengan cara maserasi dan perkolasi (Dirjen POM, 1979).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus
dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif
akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di
dalam dan di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa
tersebut terjadi secara berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara
larutan di luar dan di dalam sel (Dirjen POM, 1986).
H. Keterangan Empiris
Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif yang bertujuan untuk
mengetahui dosis paling efektif pemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius
sebagai hepatoprotektor pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida dengan
pengaruh praperlakuan waktu paling efektif secara jangka pendek yaitu 30 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan
rancangan penelitian acak lengkap pola searah.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini berupa pemberian ekstrak
metanol-air daun M. tanarius dalam variasi dosis. Dosis ekstrak metanol-air
daun M. tanarius adalah mg ekstrak metanol-air daun M. tanarius tiap satuan
berat badan hewan uji dalam satuan kg.
b. Variabel tergantung
Variabel tergantung dari penelitian ini adalah efek hepatoprotektif
ekstrak metanol-air daun M. tanarius pada tikus terinduksi karbon
tetraklorida dengan pengaruh praperlakuan jangka waktu 30 menit yang
ditandai dengan tolok ukur berupa penurunan aktivitas Alanine
Aminotransferase (ALT) dan Aspartate Transaminase (AST).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
c. Variabel pengacau terkendali
Variabel pengacau yang harus dikendalikan, yaitu: hewan uji tikus
jantan galur Wistar, umur 2-3 bulan, berat badan 150-250 g; jalur pemberian,
yaitu secara per oral dan intraperitoneal; dan praperlakuan jangka waktu 30
menit (Tiala, 2013).
d. Variabel pengacau tak terkendali
Pada penelitian ini variabel pengacau yang tidak dapat dikendalikan
adalah kondisi patologis hewan uji.
2. Definisi operasional
a. Ekstrak metanol-air daun M. tanarius
Ekstrak daun M. tanarius adalah ekstrak kental yang diperoleh
dengan mengekstraksi 10,0 g serbuk kering daun M. tanarius dalam 100 ml
pelarut metanol 50% secara maserasi selama 3 x 24 jam dengan kecepatan
putar 140 rpm, kemudian disaring menggunakan kertas saring, dan diuapkan
menggunakan rotary vacuum evaporator serta menggunakan oven selama 24
jam pada suhu 50oC hingga bobot pengeringan tetap dengan susut
pengeringan sebesar 0%.
b. Efek hepatoprotektif
Efek hepatoprotektif adalah kemampuan dosis tertentu ekstrak
metanol-air daun M. tanarius untuk melindungi hati dari hepatotoksin.
c. Praperlakuan jangka waktu 30 menit
Pemberian hepatotoksin dilakukan 30 menit setelah pemberian
ekstrak metanol-air daun M. tanarius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
C. Bahan Penelitian
1. Bahan utama
a. Daun M. tanarius diperoleh dari Kebun Tanaman Obat Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
b. Hewan uji yang digunakan, yaitu tikus jantan galur Wistar, umur 2-3
bulan dengan berat badan 150-250 g, diperoleh dari Laboratorium Imono
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bahan kimia
a. Pelarut ekstrak, yaitu metanol dan air, metanol diperoleh dari Bratachem
Yogyakarta yang dikemas oleh PT. Brataco (Cikarang, Bekasi) dan
aquadest diperoleh dari Laboratorium Farmakologi Toksikologi Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
b. Hepatotoksin karbon tetraklorida, produksi MERCK (Darmstadt,
Germany), diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
c. CMC-Na 1% sebagai bahan untuk membuat suspensi ekstrak metanol-air
daun M. tanarius, diperoleh dari Laboratorium Farmakologi Toksikologi
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
d. Olive oil BERTOLLI®
untuk membuat larutan karbon tetraklorida 50%.
e. Aquadest diperoleh dari Laboratorium Farmakologi Toksikologi Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
f. Blanko pengujian ALT dan AST menggunakan aquabidestilata yang
diproduksi oleh PT. Ikapharmindo Putramas Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
g. Reagen serum ALT dan AST DiaSys (Germany) untuk mengukur
aktivitas ALT dan AST.
h. Kontrol serum ALT-AST COBAS® (PreciControl ClinChem Multi 2)
Roche/Hitachi analyzer.
D. Alat Penelitian
1. Alat pembuatan serbuk kering daun M. tanarius
Alat untuk pembuatan serbuk kering daun M. tanarius adalah oven,
mesin penyerbuk, dan timbangan analitik.
2. Alat pembuatan ekstrak metanol-air daun M. tanarius
Seperangkat alat gelas, yaitu Erlenmeyer, beaker glass, gelas ukur, labu
ukur, batang pengaduk, cawan porselen, dan pipet tetes; shaker; timbangan
analitik; dan oven.
3. Alat uji hepatoprotektif
Seperangkat alat gelas, yaitu beaker glass, labu ukur, gelas ukur, batang
pengaduk, dan tabung reaksi; timbangan analitik; spuit injeksi per oral dan
intraperitoneal; pipa kapiler; vitalab mikro (Microlab 200, Merck); stopwatch,
vortex; sentrifuge.
E. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi tanaman M. tanarius L.
Determinasi tanaman M. tanarius dilakukan hingga ke tingkat spesies
dengan cara mencocokkan ciri-ciri tanaman dengan herbarium yang telah ada di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Laboratorium Farmakognosi Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Bagian tanaman yang digunakan dalam melakukan
determinasi tanaman meliputi daun, batang, biji, bunga, dan buah.
2. Pengumpulan bahan
Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun M. tanarius
yang masih segar dan berwarna hijau. Daun M. tanarius dipetik dari Kebun
Tanaman Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada
bulan Mei 2012.
3. Pembuatan serbuk daun M. tanarius
Daun M. tanarius dicuci bersih di bawah air mengalir kemudian
dikeringanginkan. Setelah itu, dilakukan pengeringan di bawah sinar matahari dan
ditutup menggunakan kain berwarna hitam agar terhindar dari kerusakan akibat
paparan sinar matahari langsung dan juga menciptakan pemanasan yang merata.
Pengeringan dilanjutkan menggunakan oven pada suhu 50°C selama 24 jam. Daun
yang telah kering kemudian diserbuk dan diayak dengan ayakan nomor 40.
4. Penetapan kadar air serbuk daun M. tanarius
Penetapan kadar air serbuk daun M. tanarius dilakukan secara sederhana
dengan metode Gravimetri menggunakan alat Moisture Balance. Sebanyak 5 g
serbuk daun M. tanarius dimasukkan ke dalam alat Moisture Balance, kemudian
diratakan dan ditimbang sebagai bobot serbuk sebelum pemanasan. Serbuk
dipanaskan pada suhu 110oC selama 15 menit. Setelah dipanaskan, serbuk
ditimbang ulang sebagai bobot serbuk sesudah pemanasan. Bobot serbuk daun M.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
tanarius sebelum dan sesudah pemanasan kemudian dijadikan sebagai dasar untuk
menghitung persentase kadar air.
5. Pembuatan ekstrak metanol-air daun M. tanarius
Serbuk kering daun M. tanarius diekstraksi secara maserasi. Sebanyak 10
g serbuk kering daun M. tanarius dilarutkan dalam 100 ml pelarut metanol 50%
pada suhu kamar selama 3 x 24 jam dengan kecepatan 140 rpm. Hasil maserasi
disaring dengan kertas saring, lalu cairan penyari dipisahkan menggunakan rotary
vacuum evaporator. Ekstrak kemudian dipindahkan ke dalam cawan porselen dan
dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 50°C hingga didapatkan
ekstrak dengan bobot tetap (susut pengeringan 0%).
Rendemen ekstrak merupakan selisih berat cawan berisi ekstrak kental
dan berat cawan kosong. Rata-rata rendemen dihitung dari 6 replikasi rendemen
ekstrak. Persentase rendemen ekstrak daun M. tanarius merupakan banyaknya
ekstrak kental yang didapatkan dari 1 kg serbuk daun M. tanarius.
6. Penetapan konsentrasi pekat ekstrak
Konsentrasi yang digunakan adalah konsentrasi pekat yang dapat dibuat
dimana pada konsentrasi tersebut ekstrak dapat dimasukkan serta dikeluarkan dari
spuit per oral. Pembuatan konsentrasi pekat dilakukan dengan melarutkan 1,92 g
ekstrak dalam labu ukur terkecil dengan pelarut yang sesuai, yakni CMC-Na 1%.
Labu ukur terkecil yang tersedia adalah labu ukur 5 ml sehingga konsentrasi
ekstrak dapat ditetapkan, yaitu sebesar 0,384 g/ml atau 384 mg/ml atau 38,4% b/v
(Andini, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
7. Penetapan dosis ekstrak metanol-air daun M. tanarius
Dasar penetapan peringkat dosis adalah berat badan tertinggi hewan uji
tikus dan separuh pemberian maksimal secara per oral, yaitu 2,5 ml. Penetapan
dosis tertinggi ekstrak metanol-air daun M. tanarius adalah sebagai berikut:
D x BB = C x V
D x 0,250 kg = 384 mg/ml x 2,5 ml
D = 3840 mg/kgBB
Peringkat dosis II ditetapkan dengan menurunkan sepertiga dari dosis
tertinggi (⅓ x 3840 mg/kgBB = 1280 mg/kgBB) dan peringkat dosis III
ditetapkan dengan menurunkan sepertiga dari peringkat dosis II (⅓ x 1280
mg/kgBB = 426 mg/kgBB). Dosis ekstrak metanol-air daun M. tanarius yang
digunakan dalam penelitian adalah 3840, 1280, 426 mg/kgBB.
8. Pembuatan suspending agent CMC-Na 1%
CMC-Na 1 % digunakan untuk mensuspensikan ekstrak metanol-air daun
M. tanarius. Lebih kurang 1,0 g CMC-Na yang telah ditimbang seksama
didispersikan ke dalam air mendidih hingga volume 100 ml.
9. Pembuatan larutan hepatotoksin karbon tetraklorida 50%
Hepatotoksin karbon tetraklorida dibuat dengan cara mencampurkan 50
ml karbon tetraklorida dengan 50 ml olive oil sehingga diperoleh konsentrasi
50%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
10. Uji pendahuluan
a. Penentuan dosis karbon tetraklorida
Penetapan dosis karbon tetraklorida bertujuan untuk mengetahui
dosis karbon tetraklorida yang mampu menyebabkan kerusakan pada hati
tikus yang ditandai dengan peningkatan aktivitas serum ALT dan AST paling
tinggi. Dosis karbon tetraklorida yang digunakan dalam penelitian ini
berdasarkan penelitian sebelumnya. Janakat and Al-Merie (2002) melaporkan
bahwa dosis karbon tetraklorida 2 ml/kgBB mampu meningkatkan aktivitas
serum ALT dan AST pada tikus dengan jalur pemberian secara
intraperitoneal.
b. Penentuan waktu pencuplikan darah
Menurut Janakat and Al-Merie (2002), kenaikan serum ALT dan
AST akan terjadi pada waktu 24 jam setelah pemejanan karbon tetraklorida.
Dalam penetapan waktu pencuplikan darah ini, 5 hewan uji tikus diambil
darah sebelum diberi perlakuan karbon tetraklorida untuk mengetahui
aktivitas ALT dan AST dalam keadaan normal. Lima hewan uji tersebut
kemudian diberi perlakuan karbon tetraklorida 50% dengan dosis 2 ml/kgBB
secara intraperitoneal dan diambil darah pada jam ke-24 dan ke-48 setelah
pemejanan. Setelah darah dicuplik, dilakukan pengukuran aktivitas serum
ALT dan AST.
c. Penentuan waktu pemejanan hapatotoksin karbon tetraklorida
Tiala (2013) melaporkan bahwa praperlakuan jangka waktu 30 menit
merupakan waktu paling efektif ekstrak metanol-air daun M. tanarius 3840
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
mg/kgBB untuk menghasilkan efek hepatoprotektif pada tikus jantan teriduksi
karbon tetraklorida 2 ml/kgBB. Pemejanan senyawa hepatotoksin, yaitu karbon
tetraklorida dilakukan 30 menit setelah pemejanan ekstrak metanol-air daun
M. tanarius. Aktivitas ALT dan AST diukur setelah 24 jam pemejanan
senyawa hepatotoksin.
11. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji
Sejumlah 30 ekor tikus dibagi secara acak ke dalam enam kelompok
perlakuan dengan masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Kelompok I
(kontrol hepatotoksin) diberi perlakuan karbon tetraklorida 50% dengan dosis 2
ml/kgBB secara intraperitoneal. Kelompok II (kontrol negatif) diberi perlakuan
olive oil 100% dengan dosis 2 ml/kgBB secara intraperitoneal. Kelompok III
(kontrol ekstrak) diberi perlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius dengan
dosis 3840 mg/kgBB secara per oral. Kelompok IV sampai dengan kelompok VI
masing-masing diberi ekstrak metanol-air daun M. tanarius dengan dosis 3840,
1280, dan 426 mg/kgBB secara per oral, 30 menit kemudian diberi hepatotoksin
karbon tetraklorida 2 ml/kgBB secara intraperitoneal. Dua puluh empat jam
setelah pemberian hepatotoksin karbon tetraklorida, pada semua kelompok
perlakuan dilakukan pencuplikan darah melalui sinus orbitalis mata untuk
pengukuran aktivitas serum ALT dan AST.
12. Pembuatan serum
Darah diambil melalui sinus orbitalis mata tikus dengan bantuan pipa
kapiler, ditampung melewati dinding ke dalam tabung Eppendorf, dan didiamkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
kurang lebih selama 15 menit. Darah kemudian disentrifugasi dengan kecepatan
5000 rpm selama 15 menit dan diambil bagian supernatannya (serum).
13. Penetapan aktivitas serum kontrol dan serum ALT-AST
Alat yang digunakan untuk menganalisis aktivitas serum ALT-AST
adalah vitalab mikro (Microlab-200). Pengukuran aktivitas serum ALT dan AST
dilakukan di Laboratorium Biokimia - Anatomi Fisiologi Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penetapan aktivitas serum kontrol bertujuan untuk mengetahui validitas
dan reliabilitas alat yang digunakan. Analisis dilakukan dengan cara
mencampurkan 800 μL reagen I dengan 200 μL reagen II, didiamkan selama 1
menit, kemudian dicampurkan dengan 100 μL serum kontrol, dihomogenkan
dengan vortex, lalu dibaca absorbansi setelah 2 menit. Rentang nilai aktivitas
serum kontrol yang sebenarnya adalah 33,9-48,9 U/L.
Analisis fotometri serum ALT dan AST, masing-masing dilakukan
dengan cara sebagai berikut: 800 μL reagen I dicampur dengan 200 μL reagen II,
didiamkan selama 1 menit, kemudian dicampurkan dengan 100 μL serum darah
tikus, dihomogenkan dengan vortex, lalu dibaca absorbansi setelah 2 menit.
F. Tata Cara Analisis Hasil
Data aktivitas serum ALT-AST dianalisis dengan metode Kolmogorov-
Smirnov untuk mengetahui distribusi data setiap kelompok dan analisis varian
untuk melihat homogenitas varian antar kelompoknya sebagai syarat analisis
parametrik. Jika data terdistribusi normal dan homogen, untuk mengetahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
perbedaan masing-masing kelompok, maka dilanjutkan dengan analisis variansi
pola searah (One Way ANOVA) dengan taraf kepercayaan 95%. Kemudian
dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk melihat perbedaan antar kelompok bermakna
(p<0,05) atau tidak bermakna (p>0,05). Akan tetapi, apabila distribusi normal dan
data tidak homogen, maka dilakukan analisis non parametrik dengan uji Kruskal
Wallis untuk mengetahui perbedaan aktivitas serum ALT-AST tiap kelompok.
Setelah itu, untuk melihat perbedaan antar kelompok dilakukan uji Mann Whitney.
Efek hepatoprotektif ekstrak metanol-air daun M. tanarius pada tikus
terinduksi karbon tetraklorida dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
( ) ( )
( )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan menentukan dosis paling efektif pemberian
ekstrak metanol-air daun M. tanarius sebagai hepatoprotektor pada tikus yang
terinduksi karbon tetraklorida dengan pengaruh praperlakuan jangka waktu 30
menit. Tolok ukur dari efek hepatoprotektif ekstrak metanol-air daun M. tanarius
dievaluasi secara kuantitatif berdasarkan uji aktivitas serum ALT-AST. Efek
hepatoprotektif ditunjukkan dengan adanya penurunan aktivitas serum ALT-AST
akibat pemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius pada tikus yang terinduksi
karbon tetraklorida.
A. Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman dilakukan untuk membuktikan kebenaran bahwa
tanaman yang akan digunakan dalam penelitian merupakan tanaman yang
dimaksud, yaitu tanaman Macaranga tanarius L. Dari determinasi yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa tanaman yang akan digunakan dalam
penelitian adalah benar merupakan tanaman Macaranga tanarius L. (Lampiran 4).
B. Penetapan Kadar Air Serbuk Daun M. tanarius
Penetapan kadar air serbuk dilakukan untuk memenuhi persyaratan yang
menyatakan bahwa serbuk yang baik memiliki kadar air kurang dari 10% (Dirjen
POM, 1995). Penetapan kadar air serbuk daun M. tanarius dilakukan dengan alat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Moisture Balance menggunakan metode Gravimetri. Serbuk dipanaskan pada
suhu 110oC selama 15 menit. Hasil pengujian menyatakan bahwa serbuk daun M.
tanarius memiliki kadar air sebesar 7,59%. Hal ini berarti bahwa serbuk daun M.
tanarius telah memenuhi persyaratan serbuk yang baik.
C. Bobot Pengeringan Tetap dan Rendemen Ekstrak Metanol-Air
Daun M. tanarius
Ekstrak metanol-air daun M. tanarius dibuat menggunakan metode
maserasi. Digunakan metode maserasi karena peralatan yang digunakan dan cara
pengerjaan sederhana. Metode maserasi cocok digunakan untuk menyari simplisia
daun M. tanarius karena daun M. tanarius mengandung zat aktif yang mudah larut
dalam cairan penyari, yaitu metanol:air (50:50). Hal ini berdasarkan penelitian
Matsunami, et al. (2006) bahwa senyawa antioksidan yang dapat diperoleh dari
daun M. tanarius adalah hasil isolasi ekstrak metanol yang bersifat polar.
Maserasi simplisia daun M. tanarius dilakukan selama 3 x 24 jam agar
semua senyawa aktif yang terkandung dalam daun M. tanarius dapat tersari
sempurna. Ketika proses maserasi telah selesai maka dilakukan penyaringan
menggunakan corong Buchner dan kertas penyaring, dengan bantuan pompa
vakum. Setelah cairan tersaring, dilakukan pemisahan cairan penyari dengan zat
tersari, yaitu menggunakan alat rotary vacuum evaporator. Prinsip kerja rotary
vacuum evaporator adalah destilasi, yaitu memisahkan cairan penyari dan zat
tersari dengan cara penurunan tekanan pada labu alas bulat dan pemutaran labu
alas bulat sehingga pelarut dapat menguap lebih cepat di bawah titik didih. Zat
tersari yang telah terpisah dari cairan penyari selanjutnya dimasukkan ke dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
cawan porselen dan disimpan dalam oven dengan suhu 50oC hingga didapatkan
ekstrak kental dengan bobot pengeringan yang tetap, yaitu susut pengeringan 0%.
Bobot pengeringan tetap dengan susut pengeringan 0% digunakan
sebagai parameter non spesifik standarisasi ekstrak metanol-air daun M. tanarius.
Pengukuran parameter non spesifik bertujuan untuk menghitung berat zat setelah
dilakukan pengeringan pada temperatur 50oC. Ekstrak daun M. tanarius dalam
cawan porselen ditimbang setiap 1 jam selama 24 jam hingga diperoleh berat
konstan. Seribu gram serbuk daun M. tanarius menghasilkan 237,51 g ekstrak
dengan rendemen 23,75%.
D. Uji Pendahuluan
1. Penentuan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida
Hepatotoksin yang digunakan dalam penelitian ini adalah karbon
tetraklorida. Penentuan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida dilakukan untuk
mengetahui dosis karbon tetraklorida yang mampu menyebabkan kerusakan pada
hati tikus (steatosis), ditandai dengan adanya peningkatan aktivitas serum ALT-
AST.
Dosis karbon tetraklorida yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2
ml/kgBB. Penetapan dosis ini berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, dimana pada dosis tersebut dengan rute pemberian secara
intraperitoneal terbukti mampu meningkatkan aktivitas serum ALT-AST (Janakat
dan Al-Merie, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
2. Penentuan waktu pencuplikan darah
Penentuan waktu pencuplikan darah bertujuan untuk mengetahui waktu
optimal terjadinya peningkatan aktivitas serum ALT-AST tertinggi pada tikus
setelah pemberian hepatotoksin karbon tetraklorida. Karbon tetraklorida dosis 2
ml/kgBB diujikan kepada tikus dengan rute pemberian secara intraperitoneal
kemudian dilakukan pencuplikan darah dengan selang waktu 24 dan 48 jam. Nilai
aktivitas serum ALT-AST darah tikus sebelum pemberian karbon tetraklorida
(selang waktu 0 jam) dan setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/kgBB
pada selang waktu 24 dan 48 jam tersaji pada Tabel II.
Tabel II. Nilai purata ± SE aktivitas serum ALT-AST darah tikus setelah
pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/kgBB pada selang waktu 0,
24 dan 48 jam
Selang Waktu
(jam)
Purata Nilai Aktivitas
ALT serum ± SE (U/L)
Purata Nilai Aktivitas
AST serum ± SE (U/L)
0 73,2 ± 12,9 151,2 ± 14,3
24 246,4 ± 17,0 596,2 ± 25,3
48 102,0 ± 14,6 188,6 ± 3,3
Berdasarkan Tabel II dapat dilihat bahwa nilai aktivitas ALT serum
darah tikus sebelum pemberian karbon tetraklorida (selang waktu 0 jam) adalah
73,2 ± 12,9 U/L dan setelah pemberian karbon tetraklorida pada selang waktu 24
dan 48 jam berturut-turut adalah 246,40 ± 17,0 U/L, dan 102,0 ± 14,6 U/L. Nilai
aktivitas AST serum darah tikus sebelum pemberian karbon tetraklorida (selang
waktu 0 jam) adalah 151,2 ± 14,3 U/L dan setelah pemberian karbon tetraklorida
pada selang waktu 24 dan 48 jam berturut-turut adalah 596,2 ± 25,3 U/L, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
188,6 ± 3,3 U/L. Dari data tersebut dapat diketahui nilai tertinggi aktivitas ALT
dan AST serum terjadi setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/kgBB
dengan selang waktu 24 jam, yakni dengan nilai berturut-turut adalah 246,4 ± 17,0
U/L dan 596,2 ± 25,3 U/L.
Gambar 6. Diagram batang purata ± SE nilai aktivitas ALT serum darah tikus
setelah pemberian karbon tetraklorida 2 ml/kgBB pada selang waktu 0, 24 dan 48
jam
Dari Gambar 6 dan Gambar 7, dapat diketahui bahwa sebelum pemberian
karbon tetraklorida, purata nilai aktivitas serum ALT berada dalam batas rentang
normal sedangkan purata nilai aktivitas serum AST diatas batas rentang normal.
Hastuti (2008) melaporkan nilai normal serum ALT dan serum AST padar tikus
normal berturut-turut adalah 29,8-77,0 U/L dan 19,3-68,9 U/L. Meningkatnya
aktivitas serum AST yang melebihi batas rentang normal belum tentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
menunjukkan adanya kerusakan hati karena sebagian besar enzim aspartat tidak
hanya berada di dalam hati tetapi juga berada dalam otot rangka, jantung, dan
tersebar di seluruh jaringan.
Gambar 7. Diagram batang purata ± SE nilai aktivitas AST serum darah tikus
setelah pemberian karbon tetraklorida 2 ml/kgBB pada selang waktu 0, 24 dan 48
jam
Setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/kgBB, nilai aktivitas
serum ALT-AST darah tikus mencapai nilai aktivitas tertinggi pada selang waktu
24 jam. Empat puluh delapan jam setelah pemberian karbon tetraklorida 2
ml/kgBB, terjadi penurunan aktivitas serum ALT-AST yang secara statistik
menunjukkan hasil yang signifikan terhadap aktivitas serum ALT-AST pada
selang waktu 24 jam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Tabel III. Hasil uji Scheffe aktivitas ALT serum darah tikus setelah pemberian
karbon tetraklorida 2 ml/kgBB pada selang waktu 0, 24 dan 48 jam
Selang Waktu
(jam) 0 24 48
0 - BB BTB
24 BB - BB
48 BTB BB -
Ket : BB = berbeda bermakna (p<0,05)
BTB = berbeda tidak bermakna (p>0,05)
Tabel IV. Hasil uji Mann Whitney aktivitas AST serum darah tikus setelah
pemberian karbon tetraklorida 2 ml/kgBB pada selang waktu 0, 24 dan
48 jam
Selang Waktu
(jam) 0 24 48
0 - BB BB
24 BB - BB
48 BB BB -
Ket : BB = berbeda bermakna (p<0,05)
BTB = berbeda tidak bermakna (p>0,05)
Hasil uji statistik aktivitas serum ALT-AST darah tikus pada pencuplikan
darah selang waktu 24 jam setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2
ml/kgBB (Tabel III dan Tabel IV) menunjukkan perbedaan yang bermakna
(p<0,05) dibandingkan dengan aktivitas serum ALT-AST darah tikus pada
pencuplikan darah selang waktu 0 dan 48 jam. Oleh karena itu, waktu pencuplikan
darah yang digunakan dalam penelitian ini adalah 24 jam setelah pemberian
hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2 ml/kgBB dengan rute pemberian secara
intraperitoneal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
E. Efek Hepatoprotektif Ekstrak Metanol-Air Daun M. tanarius pada
Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida dengan Pengaruh Praperlakuan
Jangka Waktu 30 Menit
Efek hepatoprotektif ekstrak metanol-air daun M. tanarius dinilai dengan
adanya penurunan aktivitas serum ALT-AST. Aktivitas serum ALT dan AST
(U/L) tersaji dalam bentuk purata ± SE pada Tabel V.
Tabel V. Purata ± SE nilai aktivitas serum ALT dan AST darah tikus akibat
pemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius dan induksi karbon
tetraklorida 2 ml/kgBB dengan pengaruh praperlakuan jangka waktu 30
menit
Kelompok Praperlakuan
Purata Nilai
Aktivitas
ALT serum ±
SE (U/L)
Purata Nilai
Aktivitas
AST serum ±
SE (U/L)
Efek
Hepatoprotektif
(%)
I
Kontrol
Hepatotoksin
Karbon Tetraklorida
2 ml/kgBB
246,4 ± 17,0 596,2 ± 25,3 -
II
Kontrol Olive oil
100%
2 mg/kgBB
82,2 ± 2,7 118,6 ± 5,1 -
III Kontrol EMAMT
3840 mg/kgBB 64,6 ± 1,5 152,4 ± 3,4 -
IV
EMAMT
3840 mg/kgBB +
Karbon Tetraklorida
2 ml/kgBB
95,8 ± 4,2 271,0 ± 35,9 61,1
V
EMAMT
1280 mg/kgBB +
Karbon Tetraklorida
2 ml/kgBB
87,8 ± 3,9 326,8 ± 22,9 64,4
VI
EMAMT
426 mg/kgBB +
Karbon Tetraklorida
2 ml/kgBB
115,8 ± 3,5 503,8 ± 19,6 53,0
Keterangan:
EMAMT = Ekstrak Metanol-Air Daun M. tanarius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Tabel VI. Hasil uji Mann Whitney aktivitas ALT serum darah tikus akibat
pemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius dan induksi karbon
tetraklorida 2 ml/kgBB dengan pengaruh praperlakuan jangka waktu 30
menit
Kelompok I II III IV V VI
I - BB BB BB BB BB
II BB - BB BB BTB BB
III BB BB - BB BB BB
IV BB BB BB - BTB BB
V BB BTB BB BTB - BB
VI BB BB BB BB BB -
Keterangan :
I. Kontrol hepatotoksin CCl4 BB = berbeda bermakna (p<0,05)
II. Kontrol olive oil BTB = berbeda tidak bermakna
III. Kontrol EMAMT (p>0,05)
IV. EMAMT 3840 mg/kgBB + CCl4 2 ml/kgBB
V. EMAMT 1280 mg/kgBB + CCl4 2 ml/kgBB
VI. EMAMT 426 mg/kgBB + CCl4 2 ml/kgBB
Gambar 8. Diagram batang purata ± SE aktivitas ALT serum darah tikus akibat
pemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius dan induksi karbon tetraklorida 2
ml/kgBB dengan pengaruh praperlakuan jangka waktu 30 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Tabel VII. Hasil uji Scheffe nilai aktivitas AST serum darah tikus akibat
pemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius dan induksi karbon
tetraklorida 2 ml/kgBB dengan pengaruh praperlakuan jangka waktu 30
menit
Kelompok I II III IV V VI
I - BB BB BB BB BTB
II BB - BTB BB BB BB
III BB BTB - BB BB BB
IV BB BB BB - BTB BB
V BB BB BB BTB - BB
VI BTB BB BB BB BB -
Keterangan :
I. Kontrol hepatotoksin CCl4 BB = berbeda bermakna (p<0,05)
II. Kontrol olive oil BTB = berbeda tidak bermakna
III. Kontrol EMAMT (p>0,05)
IV. EMAMT 3840 mg/kgBB + CCl4 2 ml/kgBB
V. EMAMT 1280 mg/kgBB + CCl4 2 ml/kgBB
VI. EMAMT 426 mg/kgBB + CCl4 2 ml/kgBB
Gambar 9. Diagram batang purata ± SE aktivitas AST serum darah tikus akibat
pemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius dan induksi karbon tetraklorida 2
ml/kgBB dengan pengaruh praperlakuan jangka waktu 30 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
1. Kontrol olive oil 100% dosis 2 ml/kgBB
Kontrol olive oil 100% dosis 2 ml/kgBB berguna untuk memastikan
bahwa peningkatan aktivitas serum ALT-AST pada tikus merupakan efek dari
pemberian hepatotoksin karbon tetraklorida. Uji ini dilakukan dengan
memejankan olive oil dosis 2 ml/kgBB pada tikus secara intraperitoneal,
kemudian 24 jam setelahnya diambil darah untuk diukur aktivitas serum ALT-
AST.
Tabel VIII. Hasil uji statistik perbandingan nilai aktivitas ALT serum darah tikus
pada pemberian olive oil 2 ml/kgBB jam ke-0 dan 24
Kelompok Purata ± SE
(U/L) I II
I 90,2 ± 4,9 - BTB
II 82,2 ± 2,7 BTB -
Keterangan :
I. Kontrol olive oil jam ke-0 BB = berbeda bermakna (p<0,05)
II. Kontrol olive oil jam ke-24 BTB = berbeda tidak bermakna (p>0,05)
Tabel IX. Hasil uji statistik perbandingan nilai aktivitas AST serum darah tikus
pada pemberian olive oil 2 ml/kgBB jam ke-0 dan 24
Kelompok Purata ± SE
(U/L) I II
I 122,8 ± 5,7 - BTB
II 118,6 ± 5,1 BTB -
Keterangan :
I. Kontrol olive oil jam ke-0 BB = berbeda bermakna (p<0,05)
II. Kontrol olive oil jam ke-24 BTB = berbeda tidak bermakna (p>0,05)
Pada jam ke-0, yaitu sebelum diberi perlakuan olive oil, rentang nilai
aktivitas ALT serum darah tikus adalah 79-108 U/L dengan purata 90,2 ± 4,9 U/L
(Tabel VIII), sedangkan rentang nilai aktivitas AST serum darah tikus adalah 105-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
137 U/L dengan purata 122,8 ± 5,7 U/L (Tabel IX). Nilai inilah yang kemudian
dijadikan sebagai pembanding nilai aktivitas serum ALT-AST pada kelompok
kontrol olive oil dosis 2 ml/kgBB jam ke-24 sehingga dapat diketahui ada
tidaknya pengaruh olive oil terhadap aktivitas serum ALT-AST.
Purata nilai aktivitas serum ALT pada kelompok kontrol olive oil dosis 2
ml/kgBB jam ke-24 adalah sebesar 82,2 ± 2,7 U/L dan menunjukkan perbedaan
yang tidak bermakna terhadap nilai aktivitas serum ALT dalam keadaan normal
(jam ke-0) (Tabel VIII). Dari Tabel IX juga dapat diketahui bahwa nilai aktivitas
serum AST pada kelompok kontrol olive oil dosis 2 ml/kgBB jam ke-24 adalah
sebesar 118,6 ± 5,1 U/L dan menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna
terhadap nilai aktivitas serum ALT dalam keadaan normal (jam ke-0).
Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa olive oil sebagai pelarut
hepatotoksin karbon tetraklorida tidak berperan dalam peningkatan aktivitas
serum ALT-AST pada tikus. Dengan kata lain, peningkatan aktivitas serum ALT-
AST pada tikus adalah benar-benar merupakan efek dari pemberian hepatotoksin
karbon tetraklorida. Oleh karena itu, dalam penelitian ini nilai aktivitas serum
ALT-AST pada kelompok kontrol olive oil dijadikan sebagai dasar nilai normal
serum ALT-AST pada tikus (olive oil sebagai kontrol negatif).
2. Kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 50% dosis 2 ml/kgBB
Kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 ml/kgBB berguna untuk
mengetahui pengaruh induksi karbon tetraklorida 2 ml/kgBB terhadap aktivitas
serum ALT-AST. Adanya kenaikan aktivitas serum ALT-AST merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
parameter kerusakan hati. Uji ini dilakukan dengan memejankan karbon
tetraklorida 2 ml/kgBB pada tikus secara intraperitoneal, kemudian 24 jam
setelahnya diambil darah untuk diukur aktivitas serum ALT-AST. Nilai serum
ALT dan serum AST padar tikus normal dapat diketahui dari purata nilai aktivitas
serum ALT-AST pada perlakuan kontrol olive oil 2 ml/kgBB, yaitu berturut-turut
82,2 ± 2,7 U/L dan 118,6 ± 5,1 U/L (Tabel V).
Purata nilai aktivitas serum ALT pada kontrol hepatotoksin karbon
tetraklorida 2 ml/kgBB adalah sebesar 246,4 ± 17,0 U/L (Tabel V) atau sekitar 3
kali lipat dari purata nilai aktivitas serum ALT pada kelompok kontrol olive oil 2
ml/kgBB. Dari Tabel V juga dapat diketahui bahwa purata nilai aktivitas serum
AST pada kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 ml/kgBB adalah sebesar
596,2 ± 25,3 U/L atau sekitar 5 kali lipat dari purata nilai aktivitas serum ALT
pada kelompok kontrol olive oil 2 ml/kgBB. Peningkatan nilai aktivitas ALT dan
AST tersebut mengindikasikan adanya kerusakan hati (steatosis) akibat induksi
hepatotoksin karbon tetraklorida.
Hasil uji Mann Whitney aktivitas ALT serum darah tikus pada kelompok
kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida (Tabel VI), menunjukkan adanya
perbedaan yang bermakna dengan kelompok lain. Hasil uji Scheffe aktivitas AST
serum darah tikus pada kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida (Tabel
VII), menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna dengan kelompok lain
kecuali dengan kelompok perlakuan dosis 426 mg/kgBB. Perbedaan yang
bermakna tersebut berkaitan dengan tingginya aktivitas serum ALT-AST dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida dibanding kelompok lain yang
memiliki aktivitas lebih rendah.
Aktivitas serum ALT-AST pada kelompok hepatotoksin karbon
tetraklorida 2 ml/kgBB digunakan sebagai dasar dalam menentukan besarnya efek
hepatoprotektif ekstrak metanol-air daun M. tanarius pada kelompok perlakuan.
3. Kontrol ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 3840 mg/kgBB
Kontrol ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 3840 mg/kgBB
berguna untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun M. tanarius terhadap
nilai aktivitas serum ALT-AST pada tikus tanpa adanya penginduksi hepatotoksin
karbon tetraklorida. Uji ini dilakukan dengan memejankan ekstrak metanol-air
daun M. tanarius dosis 3840 mg/kgBB pada tikus secara per oral, kemudian 30
menit setelahnya diambil darah untuk diukur aktivitas serum ALT-AST.
Purata nilai aktivitas serum ALT pada kelompok kontrol ekstrak
metanol-air daun M. tanarius dosis 3840 mg/kgBB adalah sebesar 64,6 ± 1,5 U/L
(Tabel V). Dari Tabel V juga dapat diketahui bahwa purata nilai aktivitas serum
AST pada kelompok kontrol ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 3840
mg/kgBB adalah sebesar 152,4 ± 3,4 U/L.
Hasil uji Mann Whitney aktivitas ALT serum darah tikus pada kelompok
kontrol ekstrak metanol-air daun M. tanarius (Tabel VI), menunjukkan adanya
perbedaan yang bermakna terhadap kelompok kontrol hepatotoksin karbon
tetraklorida 2 ml/kgBB. Hal ini berkaitan dengan tingginya aktivitas serum ALT-
AST pada kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida. Jika dibandingkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
dengan kelompok kontrol olive oil 2 ml/kgBB, kelompok kontrol ekstrak metanol-
air daun M. tanarius memiliki perbedaan yang bermakna karena nilai purata
aktivitas serumnya lebih kecil dibanding pada kelompok kontrol olive oil 2
ml/kgBB.
Hasil uji Scheffe aktivitas AST serum darah tikus pada kelompok ekstrak
metanol-air daun M. tanarius (Tabel VII), menunjukkan adanya perbedaan
bermakna terhadap kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 ml/kgBB
dan berbeda tidak bermakna dengan kelompok kontrol olive oil 2 ml/kgBB.
Adanya perbedaan yang tidak bermakna antara kelompok ekstrak metanol-air
daun M. tanarius dengan kelompok kontrol olive oil menjelaskan bahwa nilai
aktivitas AST serum darah tikus setelah pemberian ekstrak metanol-air daun M.
tanarius tetap dalam keadaan normal. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
ekstrak metanol-air daun M. tanarius tidak berperan dalam peningkatan aktivitas
serum ALT-AST pada tikus.
4. Perlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 3840 mg/kgBB
pada tikus terinduksi karbon tetraklorida 2 ml/kgBB dengan pengaruh
praperlakuan jangka waktu 30 menit
Purata nilai aktivitas serum ALT pada kelompok perlakuan ekstrak
metanol-air daun M. tanarius dosis 3840 mg/kgBB adalah sebesar 95,8 ± 4,2 U/L
(Tabel V).
Purata nilai aktivitas serum AST pada kelompok perlakuan ekstrak
metanol-air daun M. tanarius dosis 3840 mg/kgBB adalah sebesar 271,0 ± 35,9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
U/L. Efek hepatoprotektif ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 3840
mg/kgBB adalah sebesar 61,1 % (Tabel V).
Hasil uji Mann Whitney aktivitas serum ALT dan uji Scheffe aktivitas
serum AST pada kelompok perlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis
3840 mg/kgBB (Tabel VI dan Tabel VII), menunjukkan adanya perbedaan yang
bermakna terhadap kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 ml/kgBB
dan berarti ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 3840 mg/kgBB memiliki
efek hepatoprotektif. Jika dibandingkan dengan kelompok kontrol olive oil 2
ml/kgBB, kelompok perlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 3840
mg/kgBB memiliki perbedaan yang bermakna. Hal ini berarti ekstrak metanol-air
daun M. tanarius dosis 3840 mg/kgBB memiliki efek hepatoprotektif namun
kerusakan hati akibat hepatotoksin karbon tetraklorida belum dapat terproteksi
seperti keadaan normal. Nilai aktivitas serum AST cenderung lebih besar daripada
nilai aktivitas serum ALT karena sebagian besar enzim aspartat tidak hanya
berada di dalam hati tetapi juga berada dalam otot rangka, jantung, dan tersebar di
seluruh jaringan tubuh.
5. Perlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 1280 mg/kgBB
pada tikus terinduksi karbon tetraklorida 2 ml/kgBB dengan pengaruh
praperlakuan jangka waktu 30 menit
Purata nilai aktivitas serum ALT pada kelompok perlakuan ekstrak
metanol-air daun M. tanarius dosis 1280 mg/kgBB adalah sebesar 87,8 ± 3,9 U/L
(Tabel V). Purata nilai aktivitas serum AST pada kelompok perlakuan ekstrak
metanol-air daun M. tanarius dosis 1280 mg/kgBB adalah sebesar 326,8 ± 22,9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
U/L (Tabel V). Ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 1280 mg/kgBB
memiliki efek hepatoprotektif sebesar 64,4 % (Tabel V).
Hasil uji Mann Whitney aktivitas ALT serum darah tikus pada kelompok
perlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 1280 mg/kgBB (Tabel VI),
menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna terhadap kelompok kontrol
hepatotoksin karbon tetraklorida 2 ml/kgBB. Hal ini berarti ekstrak metanol-air
daun M. tanarius dosis 1280 mg/kgBB memiliki efek hepatoprotektif. Jika
dibandingkan dengan kelompok kontrol olive oil 2 ml/kgBB, kelompok perlakuan
ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 1280 mg/kgBB memiliki perbedaan
yang tidak bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak metanol-air daun M.
tanarius dosis 1280 mg/kgBB memiliki efek hepatoprotektif yang besar dan dapat
menjaga hati dari pengaruh hepatotoksin karbon tetraklorida sehingga hati tetap
dalam keadaan normal.
Hasil uji Scheffe aktivitas serum AST pada kelompok perlakuan ekstrak
metanol-air daun M. tanarius dosis 1280 mg/kgBB (Tabel VII), menunjukkan
adanya perbedaan yang bermakna terhadap kelompok kontrol hepatotoksin karbon
tetraklorida 2 ml/kgBB dan berarti ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis
1280 mg/kgBB memiliki efek hepatoprotektif. Jika dibandingkan dengan
kelompok kontrol olive oil 2 ml/kgBB, kelompok perlakuan ekstrak metanol-air
daun M. tanarius dosis 1280 mg/kgBB memiliki perbedaan yang bermakna. Nilai
aktivitas serum AST cenderung lebih besar daripada nilai aktivitas serum ALT
karena sebagian besar enzim aspartat tidak hanya berada di dalam hati tetapi juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
berada dalam otot rangka, jantung, dan tersebar di seluruh jaringan tubuh
sehingga tidak dapat dijadikan sebagai patokan adanya kerusakan hati.
6. Perlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 426 mg/kgBB
pada tikus terinduksi karbon tetraklorida 2 ml/kgBB dengan pengaruh
praperlakuan jangka waktu 30 menit
Purata nilai aktivitas serum ALT pada kelompok perlakuan ekstrak
metanol-air daun M. tanarius dosis 426 mg/kgBB adalah sebesar 115,8 ± 3,5 U/L
(Tabel V). Purata nilai aktivitas serum AST pada kelompok perlakuan ekstrak
metanol-air daun M. tanarius dosis 426 mg/kgBB adalah sebesar 503,8 ± 19,6
U/L (Tabel V). Ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 426 mg/kgBB
memiliki efek hepatoprotektif sebesar 53,0 % (Tabel V).
Hasil uji Mann Whitney aktivitas ALT serum darah tikus pada kelompok
perlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 426 mg/kgBB (Tabel VI),
menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna terhadap kelompok kontrol
hepatotoksin karbon tetraklorida 2 ml/kgBB dan kelompok kontrol olive oil 2
ml/kgBB. Adanya perbedaan yang bermakna terhadap kelompok kontrol
hepatotoksin karbon tetraklorida 2 ml/kgBB menunjukkan bahwa ekstrak
metanol-air daun M. tanarius dosis 426 mg/kgBB memiliki efek hepatoprotektif.
Adanya perbedaan yang bermakna terhadap kelompok kontrol olive oil 2
ml/kgBB menunjukkan bahwa ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 426
mg/kgBB memiliki efek hepatoprotektif namun belum dapat mengembalikan
kerusakan hati akibat hepatotoksin karbon tetraklorida seperti pada keadaan
normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Hasil uji Scheffe aktivitas AST serum darah tikus pada kelompok
perlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 426 mg/kgBB (Tabel VII),
menunjukkan adanya perbedaan yang tidak bermakna terhadap kelompok kontrol
hepatotoksin karbon tetraklorida 2 ml/kgBB dan memiliki perbedaan yang
bermakna terhadap kelompok kontrol olive oil 2 ml/kgBB. Perbedaan yang tidak
bermakna terhadap kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 ml/kgBB
menunjukkan bahwa ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 426 mg/kgBB
tidak memiliki efek hepatoprotektif. Adanya perbedaan yang bermakna terhadap
kelompok kontrol olive oil 2 ml/kgBB menunjukkan bahwa ekstrak metanol-air
daun M. tanarius dosis 426 mg/kgBB memiliki efek hepatoprotektif yang rendah
dan belum dapat memproteksi hati dari kerusakan akibat hepatotoksin karbon
tetraklorida seperti pada keadaan normal.
Jika ditinjau dari aktivitas ALT dengan perbandingan terhadap kontrol
hepatotoksin karbon tetraklorida 2 ml/kgBB, maka diketahui bahwa ekstrak
metanol-air daun M. tanarius dosis 426 mg/kgBB memiliki efek hepatoprotektif.
Namun, jika ditinjau dari aktivitas AST, ekstrak metanol-air daun M. tanarius
dosis 426 mg/kgBB tidak memiliki efek hepatoprotektif. Hal ini dapat terjadi
karena enzim aspartat tidak hanya berada di dalam hati tetapi juga berada dalam
otot rangka, jantung, dan tersebar di seluruh jaringan tubuh sehingga nilai
aktivitas AST tidak dapat digunakan sebagai patokan adanya kerusakan hati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
7. Perbandingan efek hepatoprotektif ekstrak metanol-air daun M. tanarius
dosis 3840, 1280, dan 426 mg/kgBB pada tikus terinduksi karbon
tetraklorida 2 ml/kgBB dengan pengaruh praperlakuan jangka waktu 30
menit
Evaluasi terhadap efek hepatoprotektif ekstrak metanol-air daun M.
tanarius pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida dengan pengaruh
praperlakuan jangka waktu 30 menit didasarkan pada ada tidaknya penurunan
aktivitas serum ALT-AST. Pengaruh praperlakuan jangka waktu 30 menit adalah
pemberian hepatotoksin dilakukan 30 menit setelah pemberian ekstrak metanol-air
daun M. tanarius.
Kelompok perlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius 3840, 1280,
dan 426 mg/kgBB memiliki efek hepatoprotektif berturut-turut adalah 61,1; 64,4;
dan 53,0 %. Perhitungan efek hepatoprotektif tersebut berdasar dari nilai aktivitas
ALT karena enzim aspartat tidak hanya berada di dalam hati tetapi juga berada
dalam otot rangka, jantung, dan tersebar di seluruh jaringan tubuh sehingga nilai
aktivitas AST tidak dapat digunakan sebagai patokan adanya kerusakan hati.
Hasil uji Mann Whitney aktivitas ALT dan uji Scheffe aktivitas AST pada
kelompok perlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius menunjukkan adanya
perbedaan yang tidak bermakna antara kelompok perlakuan dosis 3840 dan 1280
mg/kgBB. Hal ini berarti pemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis
3840 dan 1280 mg/kgBB mampu memberikan efek hepatoprotektif yang relatif
sama pada tikus terinduksi karbon tetraklorida 2 ml/kgBB dengan pengaruh
praperlakuan jangka waktu 30 menit. Perlakuan dosis 3840 dan 1280 mg/kgBB
memiliki perbedaan yang bermakna terhadap perlakuan dosis 426 mg/kgBB
karena ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 426 mg/kgBB memiliki efek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
hepatoprotektif yang lebih kecil. Berdasarkan hal tersebut dan persen efek
hepatoprotektif serta perbedaan yang tidak bermakna terhadap kelompok kontrol
olive oil, maka dapat disimpulkan bahwa dosis paling efektif pemberian ekstrak
metanol-air daun M. tanarius sebagai hepatoprotektor pada tikus yang terinduksi
karbon tetraklorida dengan pengaruh praperlakuan jangka waktu 30 menit adalah
1280 mg/kgBB.
Adanya efek hepatoprotektif ekstrak metanol-air daun M. tanarius dapat
ditinjau dari mekanisme kerusakan hati tikus yang disebabkan oleh adanya
induksi hepatotoksin karbon tetraklorida dan aktivitas antioksidan yang
terkandung di dalam ekstrak tersebut. Kemungkinan kerja antioksidan sebagai
hepatoprotektor disebabkan karena malofenol B dan macarangiosida A-C yang
terkandung dalam tanaman M. tanarius memiliki aktivitas penangkapan radikal
bebas (Matsunami, et al., 2006). Kandungan antioksidan tersebut akan menangkap
radikal bebas triklorometil (•CCl3) yang merupakan metabolit reaktif karbon
tetraklorida sehingga menghambat terjadinya steatosis.
Menurut Tiala (2013), praperlakuan 30 menit ekstrak metanol-air daun
M. tanarius dosis 3840 mg/kgBB memiliki perbedaan yang tidak bermakna
terhadap praperlakuan 6 jam. Dalam penelitian tersebut juga disebutkan bahwa
praperlakuan 6 jam memiliki % efek hepatoprotektif yang lebih besar daripada
praperlakuan 30 menit. Oleh karena itu, untuk membuktikan dan mempertegas
bahwa dosis 1280 mg/kgBB dapat memberikan efek hepatoprotektif terbesar
dibanding dosis 3840 mg/kgBB dan 426 mg/kgBB, perlu dilakukan penelitian
yang sama dengan pengaruh praperlakuan 6 jam. Selain itu, perlu dilakukan pula
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
penelitian menggunakan dosis di bawah 426 mg/kgBB supaya dapat ditentukan
ED50.
Dalam penelitian ini digunakan dosis 3840, 1280, dan 426 mg/kgBB,
dimana jika dikonversikan untuk manusia menjadi 614, 205, dan 68 mg/kgBB.
Karena dosis tersebut terlalu besar dan kurang rasional jika diaplikasikan untuk
manusia, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang uji efek
hepatoprotektif fraksi metanol-air daun M. tanarius L. Kemudian untuk
membuktikan apakah ekstrak daun M. tanarius juga memiliki efek hepatoprotektif
pada bentuk kerusakan hati yang berbeda, perlu dilakukan penelitian dengan
hepatotoksin lain seperti galaktosamin. Kerusakan sel hati yang disebabkan oleh
galaktosamin menyerupai kerusakan hati yang disebabkan oleh virus hepatitis
(Zimmerman, 1978).
F. Rangkuman Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh praperlakuan jangka
waktu 30 menit ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 3840, 1280, dan 426
mg/kgBB mampu menurunkan aktivitas serum ALT pada tikus terinduksi karbon
tetraklorida 2 ml/kgBB berturut-turut sebesar 61,1, 64,4, dan 53,0 %. Hasil ini
membuktikan bahwa ekstrak metanol-air daun M. tanarius mempunyai efek
hepatoprotektif pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dengan pengaruh
praperlakuan jangka waktu 30 menit.
Hasil uji Mann Whitney aktivitas ALT dan uji Scheffe aktivitas AST pada
kelompok perlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius menunjukkan adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
perbedaan yang tidak bermakna antara kelompok perlakuan dosis 3840 dan 1280
mg/kgBB. Hal ini berarti pemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis
3840 dan 1280 mg/kgBB mampu memberikan efek hepatoprotektif yang relatif
sama pada tikus terinduksi karbon tetraklorida 2 ml/kgBB dengan pengaruh
praperlakuan jangka waktu 30 menit. Perlakuan dosis 3840 dan 1280 mg/kgBB
memiliki perbedaan yang bermakna terhadap perlakuan dosis 426 mg/kgBB
karena ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 426 mg/kgBB memiliki efek
hepatoprotektif yang lebih kecil. Berdasarkan hal tersebut dan persen efek
hepatoprotektif serta perbedaan yang tidak bermakna terhadap kelompok kontrol
olive oil, maka dapat disimpulkan bahwa dosis paling efektif pemberian ekstrak
metanol-air daun M. tanarius sebagai hepatoprotektor pada tikus yang terinduksi
karbon tetraklorida dengan pengaruh praperlakuan jangka waktu 30 menit adalah
1280 mg/kgBB.
Adanya efek hepatoprotektif ekstrak metanol-air daun M. tanarius dapat
ditinjau dari mekanisme kerusakan hati tikus yang disebabkan oleh adanya
induksi hepatotoksin karbon tetraklorida dan aktivitas antioksidan yang
terkandung di dalam ekstrak tersebut. Kemungkinan kerja antioksidan sebagai
hepatoprotektor disebabkan karena malofenol B dan macarangiosida A-C yang
terkandung dalam tanaman M. tanarius memiliki aktivitas penangkapan radikal
bebas (Matsunami, et al., 2006). Kandungan antioksidan tersebut akan menangkap
radikal bebas triklorometil (•CCl3) yang merupakan metabolit reaktif karbon
tetraklorida sehingga menghambat terjadinya steatosis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dan analisis statistik yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan:
Dosis paling efektif pemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius sebagai
hepatoprotektor pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida dengan pengaruh
praperlakuan jangka waktu 30 menit adalah 1280 mg/kgBB.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang:
1. Uji efek hepatoprotektif ekstrak metanol-air daun M. tanarius pada tikus yang
terinduksi karbon tetraklorida dengan pengaruh praperlakuan jangka waktu 6
jam.
2. Uji efek hepatoprotektif fraksi metanol-air daun M. tanarius L.
3. Uji efek hepatoprotektif ekstrak metanol-air daun M. tanarius pada tikus yang
terinduksi karbon tetraklorida dengan pengaruh praperlakuan jangka waktu
30 menit dengan dosis di bawah 426 mg/kgBB untuk menentukan ED50.
4. Uji efek hepatoprotektif ekstrak metanol-air daun M. tanarius pada tikus
dengan penginduksi hepatotoksin galaktosamin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
DAFTAR PUSTAKA
Adrianto, E. E., 2011, Efek Hepatoprotektif Ekstrak Metanol : Air Daun
Macaranga tanarius (L.) pada Tikus Jantan Terinduksi Parasetamol,
Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Andini, A. P., 2010, Efek Analgesik Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga
tanarius L. pada Mencit Betina Galur Swiss, Skripsi, Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Cadman, B. E., 2000, Adverse Effects of Drugs on The Liver, in Halber, R., and
Edwards, C., (Eds), Clinical Pharmacy and Therapeutics, 2nd
Ed.,
Churchill Livingstone, Edinburgh, pp. 183.
Chandrasoma, P., and Taylor, C.R., 1995, Concise Pathology, 2nd
Ed., FRC Path
Prentice-Hall International Inc.,USA, pp. 620-633.
Cheville, N. F., 1976, Cell Pathology, 1st Ed., The Lowa State of University Press
Ames, Lowa, pp. 55-61.
DiPiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. I., Matzke, G. R., Wells, B. G., and Posey, L.
M., 2008, Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach, 7th
Ed.,
McGraw Hill, New York, pp. 651-656.
Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, pp. 9.
Dirjen POM, 1986, Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta, pp. 25.
Dirjen POM, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, pp. 7, 1169.
Donatus, I. A., 1992, Peran Fitofarmaka dalam Upaya Pengobatan Hepatitis,
Kumpulan Naskah Lengkap Simposium Nasional Hepatitis, Yogyakarta.
Edem, D. O., and Akpanabiatu, M. I., 2006, Effects of palm oil-containing diets
on enzyme activities of rats, Pakistan J Nutr, 5(4), pp. 301-305.
Forrest, E., 2006, Hepatic Disorders, in Lee, A., (Ed.), Adverse Drug Reaction, 2nd
Ed., Pharmaceutical Press, London, pp. 193, 201-202.
Gregus dan Klaaseen, C. D., 2001, Mechanism of Toxicity, in Klaaseen, C. D.,
Cassarett and Doull’s Toxicology : The Basic Science Poisons, 6th
Ed.,
McGraw Hill, New York, pp. 57-64.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Hastuti, T., 2008, Aktivitas enzim Transaminase dan Gambaran Histopatologi
Tikus yang Diberikan Kelapa Kopyor Pasca Induksi Parasetamol, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Laporan Penelitian, Institut
Pertanian, Bogor.
Hodgson, E., and Levi, P. E, 2000, A Textbook of Modern Toxicology, 2nd
Ed.,
McGraw Hill, Singapore.
Janakat, S., and Al-Merie, H., 2002, Optimization of the dose and route of
injection, and characterisation of the time course of carbon tetrachloride-
induced hepatotoxicity in the rat, J. Pharm. Tox. Methods, 48, pp. 41-44.
Lim, T.Y., Lim, Y.Y., and Yule, C. M., 2009, Evaluation of antioxidant,
antibacterial and anti-tyrosinase activities of four Macaranga species,
Food Chemistry, 114, pp. 594-599.
Lin, J. H., Nonaka, G., and Nishioka, I., 1990, Tannins and Related Compounds.
XCIV. Isolation and Characterization of Seven New Hydrolyzable Tannins
from the Leaves of Macaranga tanarius (L.) MUELL., et ARG., Chem.
Pharm. Bull, 38(5), pp. 1218-1223.
Lu, F.C., 1995, Basic Toxicology : Fundamentals, Target Organs, and
Assessment, diterjemahkan oleh Edi Nugroho, Edisi 2, Penerbit
Universitas Indonesia, pp. 206-220.
Mahendra, A. A., 2011, Efek Hepatoprotektif Infusa Daun Macaranga tanarius L.
pada Tikus Jantan Galur Wistar Terinduksi Parasetamol, Skripsi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Matsunami, K., Takamori, I., Shinzato, T., Aramoto, M., Kondo, K., Otsuka, H.,
et al, 2006, Radical-Scavenging Activities of New Megastigmane
Glucosides from Macaranga tanarius (L.) MÜLL.-ARG., Chem. Pharm.
Bull., 54(10), pp. 1403-1406.
Matsunami, K., Otsuka, H., Kondo, K., Shinzato, T., Kawahata, M., Yamaguchi,
K., et al, 2009, Absolute configuration of (+)-pinoresinol 4-O-[6”-O-
galloyl]-β-D-glucopyranoside, macarangiosides E, and F isolated from the
leaves of Macaranga tanarius, Phytochemistry, 70, pp. 1277–1285.
Mus, 2008, Mara Macaranga tanarius (L.) M.A.,
http://plantamor.com/index.php?plant=804, diakses pada 14 April 2012.
Nugraha, A. W., 2011, Efek Hepatoprotektif Jangka Pendek Infusa Daun
Macaranga tanarius L. pada Tikus Jantan Galur Wistar Terinduksi
Parasetamol, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Pearce, E. C., 2009, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Gramedia, Jakarta,
pp. 243, 246.
Phommart, S., Sutthivaiyakit, P., Chimnoi, N., Ruchirawat, S., and Sutthivaiyakit,
S., 2005, Constituents of the Leaves of Macaranga tanarius, J. Nat. Prod.,
68, pp. 927-930.
Price, S. A., dan Wilson, L. M., 1984, Patofisiologi : Konsep Klinik Proses-
Proses Penyakit, Edisi 2, diterjemahkan oleh Aji Dharma, EGC, Jakarta.
pp. 327-328.
Price, S. A., dan Wilson, L. M., 2005, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit, Edisi 6, EGC, Jakarta, pp. 472-476.
Prosea, 2010, Prosea-Macarangatanarius,
http://www.proseanet.org/prohati4/browser.php?docsid=162, diakses pada
14 April 2012.
Tiala, M. R. B. K., 2013, Efek Hepatoprotektif Jangka Pendek Ekstrak Metanol-
Air Daun Macaranga tanarius L. Terhadap Tikus Terinduksi Karbon
Tetraklorida, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Timbrell, J. A. 2008, Principles of Biochemical Toxicology, 4th
Ed., Informa
Healthcare, New York, pp. 308-311.
Wahyuni, S., 2005, Pengaruh Daun Sambiloto (Andrographis paniculata, Ness)
Terhadap Kadar SGPT dan SGOT Tikus Putih, GAMMA, 1(1), pp. 45-53.
Wijayakusuma, H. M. H., 2008, Tumpas Hepatitis dengan Ramuan Herbal,
Pustaka Bunda, Jakarta, pp. 1-5.
Williamson, E.M., David, T.O., and Fred, J.E., 1996, Pharmacological Methods
in Phytotherapy Research Vol.1 : Selection, Preparation and
Pharmacological Evaluation of Plant Material, John Wiley & Sons,
Cichester, England, pp. 49.
Windrawati, T. G., 2013, Efek Hepatoprotektif Ekstrak Metanol:Air (50:50) Daun
Macaranga tanarius L. Terhadap Kadar ALT-AST Serum pada Tikus
Terinduksi Karbon Tetraklorida, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Zimmerman, H.J., 1978, Hepatotoxicity, Appleton Century Crofts, New York, pp.
95-99, 167-188, 198-210, 225-227, 236-237.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Zimmerman, H. J., 1999, Hepatotoxicity, 2nd
Ed., Appleton Century Crofts, New
York. pp. 210.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto daun M. tanarius
Lampiran 2. Foto ekstrak metanol-air daun M. tanarius
Lampiran 3. Foto larutan ekstrak metanol-air daun M. tanarius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Lampiran 4. Surat determinasi tanaman M. tanarius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Lampiran 5. Ethical clearance penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Lampiran 6. Analisis statistik nilai aktivitas serum ALT pada penentuan
waktu pencuplikan darah hewan uji
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
ALT 15 1.4053E2 84.31901 51.00 311.00
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
ALT
N 15
Normal Parametersa
Mean 1.4053E2
Std. Deviation 8.43190E1
Most Extreme Differences Absolute .204
Positive .204
Negative -.157
Kolmogorov-Smirnov Z .790
Asymp. Sig. (2-tailed) .561
a. Test distribution is Normal.
Oneway
Descriptives
N Mean
Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
jam ke-0 5 73.2000 28.89983 12.92440 37.3161 109.0839 51.00 123.00
jam ke-24 5 2.4640E2 38.02368 17.00471 199.1874 293.6126 219.00 311.00
jam ke-48 5 1.0200E2 32.71085 14.62874 61.3841 142.6159 68.00 139.00
Total 15 1.4053E2 84.31901 21.77107 93.8390 187.2276 51.00 311.00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Test of Homogeneity of Variances
ALT
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.296 2 12 .749
ANOVA
ALT
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 86131.733 2 43065.867 38.555 .000
Within Groups 13404.000 12 1117.000
Total 99535.733 14
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
ALT
Scheffe
(I)
Waktu_Pen
cuplikan
(J)
Waktu_Pen
cuplikan
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
jam ke-0 jam ke-24 -173.20000* 21.13764 .000 -232.1228 -114.2772
jam ke-48 -28.80000 21.13764 .422 -87.7228 30.1228
jam ke-24 jam ke-0 173.20000* 21.13764 .000 114.2772 232.1228
jam ke-48 144.40000* 21.13764 .000 85.4772 203.3228
jam ke-48 jam ke-0 28.80000 21.13764 .422 -30.1228 87.7228
jam ke-24 -144.40000* 21.13764 .000 -203.3228 -85.4772
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Homogeneous Subsets
ALT
Scheffe
Waktu_Pencu
plikan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
jam ke-0 5 73.2000
jam ke-48 5 102.0000
jam ke-24 5 246.4000
Sig. .422 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Graph
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Lampiran 7. Analisis statistik nilai aktivitas serum AST pada penentuan
waktu pencuplikan darah hewan uji
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
AST 15 3.1200E2 211.52575 114.00 669.00
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
AST
N 15
Normal Parametersa Mean 3.1200E2
Std. Deviation 2.11526E2
Most Extreme Differences Absolute .373
Positive .373
Negative -.175
Kolmogorov-Smirnov Z 1.446
Asymp. Sig. (2-tailed) .031
a. Test distribution is Normal.
Kruskal-Wallis Test
Ranks
Waktu_Penc
uplikan N Mean Rank
AST jam ke-0 5 3.40
jam ke-24 5 13.00
jam ke-48 5 7.60
Total 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Test Statisticsa,b
AST
Chi-Square 11.580
df 2
Asymp. Sig. .003
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Waktu_Pencuplikan
Mann-Whitney Test
Ranks
Waktu_Penc
uplikan N Mean Rank Sum of Ranks
AST jam ke-0 5 3.00 15.00
jam ke-24 5 8.00 40.00
Total 10
Test Statisticsb
AST
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable:
Waktu_Pencuplikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Mann-Whitney Test
Ranks
Waktu_Penc
uplikan N Mean Rank Sum of Ranks
AST jam ke-0 5 3.40 17.00
jam ke-48 5 7.60 38.00
Total 10
Test Statisticsb
AST
Mann-Whitney U 2.000
Wilcoxon W 17.000
Z -2.193
Asymp. Sig. (2-tailed) .028
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .032a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable:
Waktu_Pencuplikan
Mann-Whitney Test
Ranks
Waktu_Penc
uplikan N Mean Rank Sum of Ranks
AST jam ke-24 5 8.00 40.00
jam ke-48 5 3.00 15.00
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Test Statisticsb
AST
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable:
Waktu_Pencuplikan
Graph
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Lampiran 8. Analisis statistik nilai aktivitas ALT serum darah tikus akibat
pemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius dan induksi karbon
tetraklorida 2 ml/kgBB dengan pengaruh praperlakuan jangka
waktu 30 menit
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
ALT
N 30
Normal Parametersa
Mean 1.1543E2
Std. Deviation 6.34718E1
Most Extreme Differences Absolute .286
Positive .286
Negative -.191
Kolmogorov-Smirnov Z 1.566
Asymp. Sig. (2-tailed) .015
a. Test distribution is Normal.
Kruskal-Wallis Test
Ranks
Kelompok_Perlakuan N Mean Rank
ALT kontrol hepatotoksin 5 28.00
kontrol olive oil 5 10.00
kontrol ekstrak metanol 5 3.00
perlakuan dosis 3840 mg/kgBB 5 16.40
perlakuan dosis 1280 mg/kgBB 5 12.80
perlakuan dosis 426 mg/kgBB 5 22.80
Total 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Test Statisticsa,b
ALT
Chi-Square 26.085
df 5
Asymp. Sig. .000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Kelompok_Perlakuan
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok_Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
ALT kontrol hepatotoksin 5 8.00 40.00
kontrol olive oil 5 3.00 15.00
Total 10
Test Statisticsb
ALT
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok_Perlakuan
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok_Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
ALT kontrol hepatotoksin 5 8.00 40.00
kontrol ekstrak metanol 5 3.00 15.00
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Test Statisticsb
ALT
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok_Perlakuan
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok_Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
ALT kontrol hepatotoksin 5 8.00 40.00
perlakuan dosis 3840 mg/kgBB 5 3.00 15.00
Total 10
Test Statisticsb
ALT
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok_Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok_Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
ALT kontrol hepatotoksin 5 8.00 40.00
perlakuan dosis 1280 mg/kgBB 5 3.00 15.00
Total 10
Test Statisticsb
ALT
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok_Perlakuan
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok_Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
ALT kontrol hepatotoksin 5 8.00 40.00
perlakuan dosis 426 mg/kgBB 5 3.00 15.00
Total 10
Test Statisticsb
ALT
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok_Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok_Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
ALT kontrol olive oil 5 8.00 40.00
kontrol ekstrak metanol 5 3.00 15.00
Total 10
Test Statisticsb
ALT
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok_Perlakuan
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok_Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
ALT kontrol olive oil 5 3.40 17.00
perlakuan dosis 3840 mg/kgBB 5 7.60 38.00
Total 10
Test Statisticsb
ALT
Mann-Whitney U 2.000
Wilcoxon W 17.000
Z -2.193
Asymp. Sig. (2-tailed) .028
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .032a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok_Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok_Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
ALT kontrol olive oil 5 4.60 23.00
perlakuan dosis 1280 mg/kgBB 5 6.40 32.00
Total 10
Test Statisticsb
ALT
Mann-Whitney U 8.000
Wilcoxon W 23.000
Z -.946
Asymp. Sig. (2-tailed) .344
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok_Perlakuan
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok_Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
ALT kontrol olive oil 5 3.00 15.00
perlakuan dosis 426 mg/kgBB 5 8.00 40.00
Total 10
Test Statisticsb
ALT
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok_Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok_Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
ALT kontrol ekstrak metanol 5 3.00 15.00
perlakuan dosis 3840 mg/kgBB 5 8.00 40.00
Total 10
Test Statisticsb
ALT
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok_Perlakuan
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok_Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
ALT kontrol ekstrak metanol 5 3.00 15.00
perlakuan dosis 1280 mg/kgBB 5 8.00 40.00
Total 10
Test Statisticsb
ALT
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok_Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok_Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
ALT kontrol ekstrak metanol 5 3.00 15.00
perlakuan dosis 426 mg/kgBB 5 8.00 40.00
Total 10
Test Statisticsb
ALT
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok_Perlakuan
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok_Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
ALT perlakuan dosis 3840 mg/kgBB 5 6.60 33.00
perlakuan dosis 1280 mg/kgBB 5 4.40 22.00
Total 10
Test Statisticsb
ALT
Mann-Whitney U 7.000
Wilcoxon W 22.000
Z -1.149
Asymp. Sig. (2-tailed) .251
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok_Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok_Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
ALT perlakuan dosis 3840 mg/kgBB 5 3.20 16.00
perlakuan dosis 426 mg/kgBB 5 7.80 39.00
Total 10
Test Statisticsb
ALT
Mann-Whitney U 1.000
Wilcoxon W 16.000
Z -2.402
Asymp. Sig. (2-tailed) .016
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .016a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok_Perlakuan
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok_Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
ALT perlakuan dosis 1280 mg/kgBB 5 3.00 15.00
perlakuan dosis 426 mg/kgBB 5 8.00 40.00
Total 10
Test Statisticsb
ALT
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok_Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Graph
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Lampiran 9. Analisis statistik nilai aktivitas AST serum darah tikus akibat
pemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius dan induksi karbon
tetraklorida 2 ml/kgBB dengan pengaruh praperlakuan jangka
waktu 30 menit
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
AST
N 30
Normal Parametersa Mean 3.2813E2
Std. Deviation 1.82082E2
Most Extreme Differences Absolute .150
Positive .150
Negative -.111
Kolmogorov-Smirnov Z .820
Asymp. Sig. (2-tailed) .512
a. Test distribution is Normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Oneway
Descriptives
AST
N Mean
Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
kontrol
hepatotoksin 5 5.9620E2 56.67186 25.34443 525.8326 666.5674 522.00 669.00
kontrol olive oil 5 1.1860E2 11.50217 5.14393 104.3182 132.8818 106.00 133.00
kontrol ekstrak
metanol 5 1.5240E2 7.70065 3.44384 142.8384 161.9616 145.00 164.00
perlakuan dosis
3840 mg/kgBB 5 2.7100E2 80.29633 35.90961 171.2989 370.7011 188.00 379.00
perlakuan dosis
1280 mg/kgBB 5 3.2680E2 51.35854 22.96824 263.0299 390.5701 254.00 372.00
perlakuan dosis
426 mg/kgBB 5 5.0380E2 43.74014 19.56119 449.4894 558.1106 455.00 561.00
Total 30 3.2813E2 182.08197 33.24347 260.1428 396.1239 106.00 669.00
Test of Homogeneity of Variances
AST
Levene Statistic df1 df2 Sig.
7.033 5 24 .000
ANOVA
AST
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 903854.667 5 180770.933 75.312 .000
Within Groups 57606.800 24 2400.283
Total 961461.467 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
AST
Scheffe
(I)
Kelompok_Perlakua
n
(J)
Kelompok_Perlakua
n
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
kontrol hepatotoksin kontrol olive oil 477.60000* 30.98570 .000 365.4366 589.7634
kontrol ekstrak
metanol 443.80000
* 30.98570 .000 331.6366 555.9634
perlakuan dosis
3840 mg/kgBB 325.20000
* 30.98570 .000 213.0366 437.3634
perlakuan dosis
1280 mg/kgBB 269.40000
* 30.98570 .000 157.2366 381.5634
perlakuan dosis 426
mg/kgBB 92.40000 30.98570 .155 -19.7634 204.5634
kontrol olive oil kontrol hepatotoksin -477.60000* 30.98570 .000 -589.7634 -365.4366
kontrol ekstrak
metanol -33.80000 30.98570 .942 -145.9634 78.3634
perlakuan dosis
3840 mg/kgBB -152.40000
* 30.98570 .003 -264.5634 -40.2366
perlakuan dosis
1280 mg/kgBB -208.20000
* 30.98570 .000 -320.3634 -96.0366
perlakuan dosis 426
mg/kgBB -385.20000
* 30.98570 .000 -497.3634 -273.0366
kontrol ekstrak
metanol
kontrol hepatotoksin -443.80000* 30.98570 .000 -555.9634 -331.6366
kontrol olive oil 33.80000 30.98570 .942 -78.3634 145.9634
perlakuan dosis
3840 mg/kgBB -118.60000
* 30.98570 .033 -230.7634 -6.4366
perlakuan dosis
1280 mg/kgBB -174.40000
* 30.98570 .001 -286.5634 -62.2366
perlakuan dosis 426
mg/kgBB -351.40000
* 30.98570 .000 -463.5634 -239.2366
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
perlakuan dosis
3840 mg/kgBB
kontrol hepatotoksin -325.20000* 30.98570 .000 -437.3634 -213.0366
kontrol olive oil 152.40000* 30.98570 .003 40.2366 264.5634
kontrol ekstrak
metanol 118.60000
* 30.98570 .033 6.4366 230.7634
perlakuan dosis
1280 mg/kgBB -55.80000 30.98570 .665 -167.9634 56.3634
perlakuan dosis 426
mg/kgBB -232.80000
* 30.98570 .000 -344.9634 -120.6366
perlakuan dosis
1280 mg/kgBB
kontrol hepatotoksin -269.40000* 30.98570 .000 -381.5634 -157.2366
kontrol olive oil 208.20000* 30.98570 .000 96.0366 320.3634
kontrol ekstrak
metanol 174.40000
* 30.98570 .001 62.2366 286.5634
perlakuan dosis
3840 mg/kgBB 55.80000 30.98570 .665 -56.3634 167.9634
perlakuan dosis 426
mg/kgBB -177.00000
* 30.98570 .001 -289.1634 -64.8366
perlakuan dosis 426
mg/kgBB
kontrol hepatotoksin -92.40000 30.98570 .155 -204.5634 19.7634
kontrol olive oil 385.20000* 30.98570 .000 273.0366 497.3634
kontrol ekstrak
metanol 351.40000
* 30.98570 .000 239.2366 463.5634
perlakuan dosis
3840 mg/kgBB 232.80000
* 30.98570 .000 120.6366 344.9634
perlakuan dosis
1280 mg/kgBB 177.00000
* 30.98570 .001 64.8366 289.1634
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Homogeneous Subsets
AST
Scheffe
Kelompok_Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
kontrol olive oil 5 1.1860E2
kontrol ekstrak metanol 5 1.5240E2
perlakuan dosis 3840 mg/kgBB 5 2.7100E2
perlakuan dosis 1280 mg/kgBB 5 3.2680E2
perlakuan dosis 426 mg/kgBB 5 5.0380E2
kontrol hepatotoksin 5 5.9620E2
Sig. .942 .665 .155
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Graph
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lampiran 10. Perhitungan konversi dosis untuk manusia
Konversi perhitungan dosis tikus 200 g ke manusia 70 kg = 56
Dosis untuk manusia 70 kg = dosis untuk tikus 200 g x nilai konversi
Sehingga dapat diketahui dosis ekstrak metanol-air daun M. tanarius untuk
manusia adalah sebagai berikut:
1. Ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 3840 mg/kgBB tikus
Dosis untuk tikus 200 g = 3840 mg/kgBB = 768 mg
Dosis untuk manusia 70 kg = 768 mg x 56,0
= 43008 mg
Dosis untuk manusia = 43008 mg/70 kgBB
= 614,4 mg/kgBB
2. Ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 1280 mg/kgBB tikus
Dosis untuk tikus 200 g = 1280 mg/kgBB = 256 mg
Dosis untuk manusia 70 kg = 256 mg x 56,0
= 14336 mg
Dosis untuk manusia = 14336 mg/70 kgBB
= 204,8 mg/kgBB
3. Ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 426 mg/kgBB tikus
Dosis untuk tikus 200 g = 426 mg/kgBB = 85,2 mg
Dosis untuk manusia 70 kg = 85,2 mg x 56,0
= 4771,2 mg
Dosis untuk manusia = 4771,2 mg/70 kgBB
= 68,16 mg/kgBB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Lampiran 11. Perhitungan konversi waktu untuk manusia
Lama uji hewan tikus selama 1 bulan setara manusia 34 bulan, jadi jika lama uji ½
jam dikonversikan untuk manusia adalah:
waktu untuk manusia = x ½ jam
= 17 jam
Lampiran 12. Perhitungan efek hepatoprotektif
Efek hepatoprotektif ekstrak metanol-air daun M. tanarius pada tikus terinduksi
karbon tetraklorida dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
( ) ( )
( )
1. Kelompok ekstrak M. tanarius 3840 mg/kgBB + induksi karbon tetraklorida
2 ml/kgBB
Efek hepatoprotektif = x 100%
= 61,1%
2. Kelompok ekstrak M. tanarius 1280 mg/kgBB + induksi karbon tetraklorida
2 ml/kgBB
Efek hepatoprotektif = x 100%
= 64,4%
3. Kelompok ekstrak M. tanarius 426 mg/kgBB + induksi karbon tetraklorida 2
ml/kgBB
Efek hepatoprotektif = x 100%
= 53,0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Lampiran 13. Penetapan kadar air serbuk M. tanarius
Kadar air serbuk M. tanarius ditetapkan menggunakan metode gravimetri dengan
hasil sebagai berikut:
No. Bobot Sebelum
(gram)
Sesudah
(gram)
Kadar air
(%)
1. Replikasi 1 5,008 4,628 7,59
2. Replikasi 2 5,002 4,615 7,74
3. Replikasi 3 5,001 4,629 7,44
Rata-rata 7,59
Perhitungan Kadar Air
1. Replikasi 1
Kadar air =
x 100%
=
x 100%
= 7,59%
2. Replikasi 2
Kadar air =
x 100%
=
x 100%
= 7,74%
3. Replikasi 3
Kadar air =
x 100%
=
x 100%
= 7,44%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Lampiran 14. Hasil rendemen ekstrak metanol-air daun M. tanarius
Keterangan
(gram)
Cawan
1
Cawan
2
Cawan
3
Cawan
4
Cawan
5
Cawan
6
Cawan
kosong 60,42 58,85 59,10 53,08 58,86 59,11
Cawan +
ekstrak 64,16 62,69 62,90 56,84 62,56 62,90
Rendemen 3,74 3,84 3,80 3,76 3,70 3,79
Rata-rata rendemen = ( )
=
= 3,77 g
Sebanyak 1 kg serbuk kering daun M. tanarius menghasilkan 63 cawan ekstrak
kental dengan rata-rata rendemen 3,77 gram ekstrak kental. Jadi, 1000 gram
serbuk daun M. tanarius menghasilkan 237,51 g ekstrak dengan rendemen
23,751%.
Lampiran 15. Bobot pengeringan tetap ekstrak metanol-air daun M. tanarius
Cawan
Berat
cawan
kosong
(gram)
Jam ke 0
10.00
5
15.00
10
20.00
21
07.00
22
08.00
23
09.00
24
10.00
1 60,42 Berat
ekstrak
(gram)
129,17 110,30 99,57 64,54 64,26 64,16 64,16
2 53,08 129,04 111,06 99,88 57,34 56,96 56,84 56,84
3 59,11 136,38 118,87 101,31 63,50 63,12 62,90 62,90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Lampiran 16. Hasil pengukuran validitas dan reabilitas
Range serum control = 33,9 – 48,9
x (U/L) ̅ (x - ̅) (x - ̅)2
42
41,2
0,8 0,64
40 -1,2 1,44
41 -0,2 0,04
42 0,8 0,64
41 -0,2 0,04
Ʃ (x - ̅)2
2,8
√ ( ̅)
( )√ = 0,8
Range = x ± SD
= 41,2 ± 0,8
= 40,4 - 42
CV = ̅
x 100%
= x 100%
= 1,94 %
CV yang baik <2%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Efek Hepatoprotektif
Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga tanarius L.
pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida :
Kajian Terhadap Praperlakuan Jangka Waktu 30
Menit” bernama lengkap Fransisca Devita Risti
Wijayanti, merupakan anak kedua dari dua bersaudara
pasangan Valentinus Katamjono dan Chatarina Lastri
Marsamatun. Penulis dilahirkan di Sleman pada tanggal 1 Desember 1990.
Penulis mengawali masa pendidikannya di TK PKK Tridadi Sleman (1994-1997),
kemudian melanjutkan pendidikan tingkat Sekolah Dasar di SD N Denggung 2
(1997-2003). Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ditempuh oleh
penulis di SLTP Stella Duce 2 Yogyakarta (2003-2006), kemudian melanjutkan
pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA N 6 Yogyakarta (2006-2009).
Penulis kemudian melanjutkan pendidikan sarjana di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta pada tahun 2009. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam
kegiatan kepanitiaan seperti Divisi Konsumsi Peringatan Hari AIDS 2009, Divisi
Dana dan Usaha Pharmacy Performance and Event Cup 2010, Koordinator Divisi
Konsumsi Pelepasan Wisuda 2011, Sekretaris I Inisiasi Fakultas Farmasi
TITRASI 2011, Panitia Continuous Profesional Development (CPD) IAI 2012,
dan lain-lain. Penulis juga menjadi Asisten Praktikum Farmakologi-Toksikologi
(2012), Biokimia (2012), Perbekalan Steril (2013), dan Biofarmasetika (2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI