PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet,...

174
i PERBEDAAN SIFAT FISIK DAN STABILITAS FISIK DEODORAN EKSTRAK ETANOL DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.) DENGAN VARIASI JUMLAH SORBITAN MONOSTEARATE SEBAGAI EMULSIFYING AGENT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh: Ananda Siwi Lesmana NIM : 088114132 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet,...

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

i

PERBEDAAN SIFAT FISIK DAN STABILITAS FISIK DEODORAN EKSTRAK ETANOL DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.) DENGAN VARIASI JUMLAH SORBITAN MONOSTEARATE

SEBAGAI EMULSIFYING AGENT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Ananda Siwi Lesmana

NIM : 088114132

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2012

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

At least i know what love is, like clouds love the sky, ocean love sand, winter loves snow, snow love breeze, it’s all connected. its called unconditional love, it’s in our heart..........

The beauty of life is to fight in a difficult situation............

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk yang aku sayangi.

Untuk Ayah dan Ibuku , sebagai tanda bakti dan rasa terimakasih

yang tiada terhingga atas segala dukungan selama ini.

Untuk My best friend RIP .Yudha, terimakasih atas bantuan, doa,

nasehat, hiburan, dan semangatnya....... will always in my heart!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

vii

PRAKATA

Puji syukur dan terimakasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha

Esa atas berkat dan anugerah yang telah diberikan sehingga penelitian dan

penyusunan skripsi dengan judul “Perbedaan Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik

Deodoran Ekstrak Etanol Daun Beluntas (Pluchea indica L.) dengan Variasi

Jumlah Sorbitan Monostearate sebagai Emulsifying Agent” dapat diselesaikan

dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Ilmu Farmasi (S. Farm) di

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mengalami permasalahan dan

kesulitan. Namun dengan adanya dukungan, bantuan, dan semangat dari berbagai

pihak, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini dengan

baik. Oleh karena itu, dengan segala hormat, penulis ingin mengucapkan terima

kasih atas bantuan yang telah diberikan, kepada:

1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Rini Dwiastuti, M.S., Apt. selaku dosen pembimbing atas segala kesabaran

untuk selalu mendukung, memberi masukan, dan jalan keluar serta kritik dan

saran yang sangat bermanfaat kepada peneliti dalam menyusun skripsi ini

3. Agatha Budi Susiana Lestari, M.Si., Apt. dan Yohanes Dwiatmaka, M.Si.

selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang

membangun dalam penyusunan skripsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

viii

4. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah

mendampingi, membagi ilmu dan pengalamannya yang sangat bermanfaat

dalam bidang farmasi.

5. Seluruh staf laboratorium dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma terutama Pak Musrifin, Pak Parlan, Pak Kayat, Mas Wagiran, Pak

Heru, pak Parjiman, Mas Sigit, Mas Kunto, Mas Bimo, Mas Otok, Mas

Agung, Mas Darto, Pak Timbul, dan Pak Yuwono yang telah banyak

membantu dan bersedia untuk direpotkan selama penulis menyelesaikan

penelitian skripsi ini.

6. Kedua orang tuaku yang sudah memberikan kepercayaan penuh kepadaku

untuk dapat menyelesaikan studi dan penelitian ini, adikku tercinta yang terus

mendoakan dan menyemangati selama penelitian ini berlangsung,

7. Yudha Prasetya Bhaskara, sahabat dan teman yang menginspirasi sekaligus

memotivasi. Terimakasih selalu memberikan semangat, canda tawa, dan

kenangan yang tidak terlupakan dalam hidup ini. Terimakasih atas waktu yang

disediakan untuk mendengarkan cerita, keluh kesah, selama ini. Terima kasih

untuk mau menjadi telinga dan mataku juga.

8. Natalia Noveli Hardita, sahabat dan teman satu penilitian yang berjuang

bersama dalam suka dan duka, saling menyemangati saat salah satu sedang

terpuruk. Terima kasih untuk kebersamaan kita dan menyelesaikan skripsi

bersama.

9. Agatha Dessynta Putri, Evelyn Puspita Rini, Hermanto, Mariana, Octo

Rahadian Pius dan Cornelius Bryan Alfredo, para sahabat “CICAK”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

ix

Terimakasih untuk persahabatan yang telah terjalin selama ini, untuk doa,

saran, suka, duka dan pengalaman bersama.

10. Yoana Gita Pradnya Lengari, Pritha, Wahyu Pamungkas dan Greystian

Aryaweda sebagai sahabat yang sudah mendukung selama penulis

menyelesaikan naskah penelitian.

11. Dian, Asti, Tika, Dewi, Lala, Sinlie, Dhea, Yesi, Silvia, dan Eddy untuk

segala canda tawa, lelucon, semangat, saran dan kesannya selama berjuang

bersama di laboratorium.

12. Semua teman-teman FST B dan Farmasi-C 2008 untuk cerita, pengalaman dan

kebersamaannya selama ini. Semua teman-teman angkatan 2008 yang tidak

akan terlupakan.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, namun sudah sangat

membantu selama menyelesaikan penelitian dan penyusunan naskah. Terima

kasih untuk seluruh dukungannya.

Penulis menyadari bahwa didalam skripsi ini masih banyak kekurangan

mengingat adanya keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh

karena itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis.

Semoga skripsi ini dapat membantu dan bermanfaat bagi pembaca dan dapat

berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan

Yogyakarta, 12 Mei 2012

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………….……….... i

HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………................... ii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………..... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………..... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA……………………...... vi

PRAKATA…………………………………………………………….......... vii

DAFTAR ISI……………………………………………………………....... x

DAFTAR TABEL………………………………………………………....... xv

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………...... xvii

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………....... xviii

INTISARI………………………………………………………………....... xx

ABSTRACT………………………………………………………………...... xxi

BAB I PENGANTAR…………………………………………………....... 1

A. Latar Belakang…………………………………………………........ 1

1. Rumusan Masalah …………………………………………........ 4

2. Keaslian Penelitian …………………………………………....... 4

3. Manfaat penelitian …………………………………………....... 5

B. Tujuan Penelitian ………………………………………………....... 6

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA…………………………………....... 7

A. Keringat dan Bau badan ……………………………………............. 7

B. Isolasi dan Identifikasi Mikrobia…………………………................ 8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

xi

C. Uji Potensi Senyawa Antibakteri…………………............................ 14

D. Daun Beluntas……….……................................................................ 17

E. Ekstrak………………...…………………………............................. 19

F. Maserasi.............................................................................................. 20

G. Deodoran............................................................................................. 21

H. Emulsi................................................................................................. 22

I. Surfaktan nonionik.............................................................................. 23

J. Sorbitan Monostearate (Span 60)....................................................... 24

K. Formulasi............................................................................................ 25

1. Humektan................................................................................ 25

2. Thickening agent..................................................................... 27

3. Emolien................................................................................... 30

4. Etanol...................................................................................... 32

5. Pengawet................................................................................. 32

6. Aquadest.................................................................................. 34

L. Sifat fisik dan Stabilitas Emulsi.......................................................... 35

1. Viskositas................................................................................ 35

2. Daya sebar............................................................................... 36

3. Ukuran droplet........................................................................ 36

M. Ketidakstabilan emulsi........................................................................ 39

N. Landasan Teori.................................................................................... 44

O. Hipotesis............................................................................................ 45

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

xii

BAB III METODE PENELITIAN……………………….….…................ 46

A. Jenis dan rancangan penelitian …………………………………....... 46

B. Variabel Penelitian ………………………………………………..... 46

C. Definisi Operasional ……………………………………………...... 47

D. Bahan dan Alat Penelitian ……………………………...…………... 49

1. Bahan Penelitian …………………………………….…....... 49

2. Alat Penelitian......................................................................... 50

E. Alur Penelitian ………………………………..……………............. 51

F. Tata Cara Penelitian ……………………………….………….......... 52

1. Pengumpulan Bahan Ektrak dan Determinasi Tumbuhan...... 52

2. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Beluntas............................. 52

3. Penetapan Kadar Total Fenolik............................................... 52

4. Pengujian Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol daun Beluntas

Metode Difusi.........................................................................

53

a. Isolasi Bakteri Ketiak................................................. 53

b. Identifikasi dan Determinasi Isolat Bakteri dari

Ketiak..........................................................................

53

c. Uji daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Beluntas

Metode Difusi Paperdisk............................................

54

5. Pembuatan Deodoran Ekstrak Etanol Daun Beluntas dengan

Variasi Jumlah Sorbitan Monostearate...................................

55

a. Formula...................................................................... 55

b. Pembuatan deodoran.................................................. 56

c. Pengujian Daya sebar................................................. 57

d. Pengujian Viskositas.................................................. 58

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

xiii

e. Pengujian Mikromeritik............................................. 58

G. Analisis Data....................................................................................... 58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…..……………………..……......

A. Pengumpulan Bahan Ektrak dan Determinasi Tumbuhan ……….....

B. Pembuatan Serbuk Beluntas ………………………..........................

C. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Beluntas dan Verifikasi

Kandungan Senyawa Fenolik.............................................................

D. Isolasi Bakteri Ketiak Penyebab Bau Badan......................................

1. Isolasi Bakteri bau Badan.......................................................

2. Identifikasi Isolat Bakteri Bau Badan....................................

3. Determinasi Isolat Ketiak.......................................................

4. Penegasan genus Staphylococcus pada medium selektif........

E. Pengujian Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Beluntas

dengan Metode Difusi........................................................................

F. Pembuatan Deodoran Ekstrak Etanol Daun Beluntas.........................

G. Karakteristik Sifat Fisik dan Stabilitas Deodoran Ekstrak Etanol

Daun Beluntas.....................................................................................

1. Ukuran Droplet......................................................................

2. Viskositas................................................................................

3. Daya Sebar.............................................................................

4. Pergeseran Ukuran Droplet.....................................................

5. Pergeseran viskositas..............................................................

6. Persen Pemisahan Fase...........................................................

60

60

62

63

65

65

71

75

76

78

80

89

92

94

99

108

101

103

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

xiv

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..…………….………………......

A. Kesimpulan ……………………………..……………………….....

B. Saran ……………………………………..………………………...

106

106

106

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….... 107

LAMPIRAN ……………………………………………………………...... 112

BIOGRAFI PENULIS ……………………………………………..…….... 151

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I Hasil Identifikasi Bakteri Isolat Ketiak Dibandingkan dngan

Pustaka Acuan............................................................

76

Tabel II Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Deodoran Ekstrak Etanol

Daun Beluntas........................................................................

91

Tabel III Uji Signifikansi Profil Ukuran droplet Deodoran Ekstrak

Etanol Daun Beluntas Antara Formula 1 dengan Formula 2.

93

Tabel IV Uji Signifikansi Profil Viskositas Deodoran Ekstrak Etanol

Daun Beluntas Antara Formula 1 dengan Formula 2............

96

Tabel V Uji Signifikansi Profil Daya Sebar Deodoran Ekstrak Etanol

Daun Beluntas Antara 48 jam dengan 30 Hari dari Masing-

Masing Formula........................................................

97

Tabel VI Uji Signifikansi Profil Daya sebar Deodoran Ekstrak Etanol

Daun Beluntas Antara Formula 1 dengan Formula 2............

98

Tabel VII Uji Signifikansi Profil Ukuran Droplet Deodoran Ekstrak

Etanol daun Beluntas Antara 48 jam dengan 30 Hari dari

Masing-Masing Formula........................................................

99

Tabel VIII Uji Signifikansi Profil Pergeseran Ukuran Droplet

Deodoran Ekstrak Etanol Daun Beluntas Antara Formula 1

dengan Formula 2..................................................................

101

Tabel IX Uji Signifikansi Profil Viskositas Deodoran Ekstrak Etanol

daun Beluntas Antara 48 jam dengan 30 Hari dari Masing-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

xvi

Masing Formula..................................................................... 102

Tabel X Uji Signifikansi Profil Pergeseran Viskositas Deodoran

Ekstrak Etanol Daun Beluntas Antara Formula 1 dengan

Formula 2................................................................................

103

Tabel XI Uji Signifikansi Profil Pemisahan Fase Deodoran Ekstrak

Etanol Daun Beluntas Antara Formula 1 dengan Formula

2...............................................................................................

104

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur Molekul tran 3-metil-asam hexanoid........................ 8

Gambar 2. Morfologi Koloni Bakteri Pada Cawan Petri dan Media

Agar.......................................................................................... 14

Gambar 3. Tanaman Beluntas (Pluchea indica L.).................................... 18

Gambar 4. Struktur Molekul Sorbitan Monostearat……........................... 24

Gambar 5 Struktur Molekul Gliserin ………………………………….... 26

Gambar 6. Struktur Propilenglikol...................………………………….. 27

Gambar 7. Struktur Molekul Cetyl alcohol................................................ 29

Gambar 8. Struktur Molekul Dimethicone …………………………........ 31

Gambar 9. Struktur Molekul Etanol........................................................... 32

Gambar 10. Struktur Bangun Metil paraben…………………………….... 33

Gambar 11. Struktur Molekul Propil paraben.............................................. 34

Gambar 12. Contoh Grafik Distribusi Frekuensi Ukuran Droplet............... 38

Gambar 13. Ketidakstabilan Emulsi............................................................. 43

Gambar 14. Daun Beluntas yang Dipetik untuk Dibuat Ekstrak.................. 61

Gambar 15. Kontrol Media Isolasi Bakteri Ketiak....................................... 68

Gambar 16. Hasil isolasi Ketiak dari 5 probandus....................................... 70

Gambar 17. Hasil Uji Oksidase Isolat Ketiak.............................................. 75

Gambar 18. Bakteri Isolat Ketiak Pada Medium Manitol Salt Agar............ 77

Gambar 19. Pembentukan Lapisan Film Monolayer pada Emulgator

Nonionik................................................................................... 98

Gambar 20. Misel yang Terperangkap dalam Matriks Polimer................... 88

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Daun Beluntas..................... 113

Lampiran 2. Certificate of Analysis Ekstrak Etanol Daun Beluntas dari

LPPT UGM.........................................................................

114

Lampiran 3. Proses Ekstraksi Ekstrak Etanol Daun Beluntas dari LPPT

UGM...................................................................................

115

Lampiran 4. Penetapan Kadar Total Fenolik........................................... 117

Lampiran 5. Data Uji Daya Antibakteri Ekstrak Etanol daun Beluntas

terhadap Pertumbuhan Isolat Bakteri Bau Badan................

120

Lampiran 6. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Beluntas dan

Data Penimbangan Formula.........................................

125

Lampiran 7. Hasil Uji pH Emulsi Deodoran Ekstrak Ertanol Daun

Beluntas................................................................................ 126

Lampiran 8. Hasil Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Emulsi Deodoran Ektrak

Etanol Daun Beluntas...............................................

127

Lampiran 9. Hasil analisis statistika ukuran droplet menggunakan

program R.2.9.0...................................................................

130

Lampiran 10. Hasil analisis statistik viskositas menggunakan program

R.2.9.0...................................................................................

132

Lampiran 11. Hasil analisis statistik daya sebar menggunakan program

R.2.9.0...................................................................................

134

Lampiran 12. Hasil analisis statistika pergeseran ukuran droplet

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

xix

menggunakan program R.2.9.0............................................. 138

Lampiran 13. Hasil analisis statistik pergeseran viskositas menggunakan

program R.2.9.0....................................................................

142

Lampiran 14. Hasil analisis statistika pemisahan fase menggunakan

program R.2.9.0....................................................................

146

Lampiran 15. Dokumentasi........................................................................... 148

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

xx

INTISARI

Penelitian mengenai Perbedaan Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Deodoran

Ekstrak Etanol Daun Beluntas (Pluchea indica L.) dengan Variasi Jumlah Sorbitan Monostearate sebagai Emulsifying Agent dilakukan untuk mengetahui konsentrasi ekstrak etanol daun beluntas yang dapat digunakan sebagai antibakteri dan untuk mengetahui perbedaan sifat fisik dan stabilitas fisik yang signifikan pada variasi jumlah sorbitan monostearate dalam deodoran ekstrak etanol daun beluntas.

Pada penelitian ini digunakan rancangan percobaan secara acak dengan satu faktor dan dua level. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan software R.2.9.0 Taraf kepercayaan yang digunakan adalah 95% untuk melihat signifikansi (p<0,05) dari masing-masing respon. Respon yang diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen pemisahan fase.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi 3% dapat memberikan daya hambat antibakteri. Terdapat perbedaan ukuran droplet yang signifikan pada penggunaan variasi jumlah Sorbitan Monostearate sebagai emulsifying agent.

Kata kunci: deodoran, ekstrak etanol daun beluntas, sorbitan monostearate, software R.2.9.0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

xxi

ABSTRACT

Research on the Difference of Physical Properties and Stability of Ethanol Leaf Extracts of Physical Deodorant Beluntas (Pluchea indica L.) with a variation amount of Sorbitan monostearate as an emulsifying agent conducted to determine the concentration of ethanol leaf extract beluntas that can be used as antibacterial and to know the different physical properties and physical stability significant variation in the amount of sorbitan monostearate6432 in the ethanol extract of leaves beluntas deodorant.

In this study used a randomized experimental design with one factor and two levels. The data obtained were then analyzed using software R.2.9.0 Confidence interfal used was 95% for the significance (p <0.05) of each response. Response measured in this study is the droplet size, viscosity, dispersive power, shifting the droplet size, viscosity and percent shift in the phase separation.

The results of the study showed that the concentration of 3% could give the inhibition of the antibacterial. There are significant differences in droplet size variation in the use of Sorbitan monostearate as an emulsifying agent.

Keywords: deodorant, beluntas leaf ethanol extract, sorbitan monostearate, software R.2.9.0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Bau badan dari sisi biologis adalah sesuatu yang wajar, namun saat ini

dipandang sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan dan tidak bersih dalam

masyarakat modern (Umbach, 1995). Masalah bau badan merupakan masalah

yang banyak dialami orang. Meskipun terkesan tidak penting, permasalah bau

badan dapat berakibat fatal bagi karir dan pergaulan.

Dalam keadaan bau keringat yang sangat mengganggu, maka orang

membutuhkan deodoran. Banyak orang menganggap bau badan timbul karena

aktivitas berlebih yang menimbulkan aliran keringat. Menurut Howard (1974),

deodoran tidak dirancang untuk mengatur aliran keringat, akan tetapi dirancang

berdasarkan cara kerja bakterisida atau antiseptik yang nantinya membunuh

bakteri atau mencegah aktivitasnya. Keringat yang muncul dari kedua kelenjar

yaitu ekrin dan apokrin sebenarnya tidak berbau. Penyebab bau tersebut adalah

hasil dekomposisi keringat oleh bakteri. Beberapa bakteri yang diduga menjadi

penyebab bau badan tersebut ialah Staphylococcus epidermidis, Streptococcus

pyogenes, Staphylococcus aureus, Cornybacterium acne, Pseudomonas

aeruginosa (Endarti, Yulinah, and Soediro, 2002).

Dipasaran terdapat banyak deodoran dari berbagai bentuk dan merek

dagang, yang dikonsumsi oleh masyarakat untuk mengurangi atau mencegah bau

badan. Beluntas (Pluchea indica Less.) secara tradisional merupakan tanaman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

2

yang telah digunakan masyarakat Indonesia sejak lama untuk menghilangkan bau

badan dengan cara direndam kemudian dioleskan (Winarno dan Sundari, 1998).

Ekstrak etanol daun beluntas telah diteliti secara ilmiah memiliki aktivitas

antimikroba terhadap Staphylococcus aureus, Pseudomonas fluorecens,

Escherichia coli dan Salmonela typhi (Ardiansyah, Lilis., and Andarwulan, 2003).

Skrining Fitokimia menunjukkan hasil ekstrak etanol mengandung flavonoid,

fenol hidrokuinon, tanin (Ardiansyah, Lilis., and Andarwulan, 2003). Penelitian

menyebutkan kadar total fenolik ekstrak etanol 50% terbanyak terdapat pada

bagian daun (Normala and Suhaimi, 2011). Ekstrak etanol daun beluntas

berpotensi untuk diformulasikan sebagai sediaan topikal dengan penggunaan lokal

dikulit secara lebih praktis, efektif, dan modern dalam bentuk sediaan deodoran

alternatif, yang memiliki aktivitas antibakteri penyebab bau badan.

Pada penelitian ini akan dibuat deodoran dari ekstrak etanol daun beluntas

yang memiliki efek antibakteri terhadap isolat bakteri bau badan. Deodoran yang

dibuat dalam penelitian ini merupakan bentuk emulsi. Sediaan deodoran

diharapkan dapat meningkatkan acceptability dari konsumen bila dibandingkan

dengan ekstrak etanol daun beluntas sebagai pencegah bau badan secara langsung.

Bentuk sediaan emulsi diharapkan dapat menutupi warna yang kurang menarik

dari ekstrak etanol daun beluntas tetapi tetap nyaman digunakan. Pada emulsi

terdapat fase minyak yang berfungsi sebagai emolien yang akan mencegah

penguapan sehingga kandungan air dapat dipertahankan. Peningkatan oklusivitas

dari fase minyak pada sistem emulsi akan meningkatkan hidrasi pada stratum

corneum dan hal ini berhubungan dengan berkurangnya hambatan difusi bagi zat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

3

terlarut. Oleh karena itu adanya sistem emulsi akan memberikan penetrasi tinggi

dipermukaan kulit (Block, 2002). Zat aktif ekstrak etanol daun beluntas yang

terdispersi dalam fase air lebih tertahan dipermukaan kulit sehingga dapat

memberikan efek antibakteri lebih efektif. Atas dasar kelebihan dari emulsi

tersebut, maka sediaan deodoran dapat menjadi drug delivery system yang baik

bagi zat aktif yang terkandung di dalamnya ketika diaplikasikan di kulit.

Dalam pembuatan deodoran ekstrak etanol daun beluntas, salah satu yang

penting diperhatikan adalah pemilihan emulsifying agent, karena bahan inilah

yang dapat berperan dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas sistem emulsi

baik (Block, 2002). Emulsifying agent yang digunakan dalam penelitian ini adalah

emusifying agent nonionik karena sifatnya yang tidak toksik dan tidak mengiritasi

kulit, yaitu sorbitan monostearate. Krim dengan sorbitan ester memiliki tekstur

yang halus dan stabil (Aulton and Diana, 1991). Emulsifying agent tersebut

digunakan karena tingkat keamanannya dan diharapkan dapat meningkatkan

kestabilan emulsi dengan adanya gugus hidrofil dan lipofil.

Variasi penamabahan jumlah sorbitan monostearate dalam formula

deodoran perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi parameter-parameter

sediaan emulsi yaitu sifat fisik deodoran yang berupa viskositas dan daya sebar,

serta stabilitas deodoran yang meliputi pergeseran viskositas dan pergeseran

ukuran droplet. Pada penelitian ini akan dilakukan formulasi deodoran ekstrak

etanol daun beluntas dengan menggunakan variasi jumlah sorbitan monostearate

yang berbeda. Penelitian ini perlu dilakukan sebagai penelitian awal mengenai

perbedaan yang signifikan atau perbedaan yang bermakna dengan adanya variasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

4

jumlah sorbitan monostearate yang berbeda sebagai emulsifying agent terhadap

sifat fisik dan stabilitas fisik deodoran ekstrak etanol daun beluntas. Dari hasil

penelitian ini dapat diperoleh informasi untuk melakukan penelitian lanjutan

mengenai pengaruh variasi jumlah sorbitan monostearate sebagai emulsifying

agent. Analisa statistik dilakukan menggunakan software R 2.9.0 dengan uji t

tidak berpasangan pada taraf kepercayaan 95%.

1. Rumusan masalah

Berdasarkan data diatas, maka dapat disusun permasalahan :

a. Apakah ekstrak etanol daun beluntas yang dibuat dalam penelitian ini

memiliki efek antibakteri terhadap bakteri isolat penyebab bau badan?

b. Apakah ada perbedaan sifat fisik dan stabilitas fisik yang signifikan pada

penggunaan variasi jumlah sorbitan monostearate dalam deodoran ekstrak

etanol daun beluntas yang digunakan dalam penelitian ini?

2. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian

mengenai penggunaan variasi jumlah sorbitan monostearate dalam formulasi

deodoran ekstrak etanol daun beluntas yang memiliki efek antibakteri pada

isolat bakteri ketiak belum pernah dilakukan. Adapun penelitian yang pernah

dilakukan seperti:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

5

a. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea indica L.) dan

Stabilitas Aktivitasnya pada Berbagai Konsentrasi Garam dan Tingkat pH

(Ardiansyah, Lilis., and Andarwulan, 2003).

b. Quantification of Total Phenolics in Different Parts of Pluchea indica

(Less) Ethanolic and Water Extracts (Normala and Suhaimi, 2011).

c. Pemeriksaan Minyak Atsiri dan Flavonoid dari Daun Beluntas (Pluchea

indica L.)( Rasmehuli, 1986).

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang pengembangan

formulasi sediaan topikal deodoran sebagai antibakteri dari bahan alam

daun beluntas (Plechea indica L.), dengan menggunakan sorbitan

monostearate sebagai emulsifying agent.

b. Manfaat praktis

Memperoleh informasi mengenai sifat fisik dan stabilitas fisik

deodoran ekstrak etanol daun beluntas dengan menggunakan variasi

jumlah sorbitan monostearate sebagai emulsifying agent.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

6

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini ditujukan untuk menghasilkan formula deodoran ekstrak

etanol daun beluntas (Pluchea indica Less) yang bersifat antibakteri dengan

variasi jumlah sorbitan monostearate sebagai emulsifying agent.

2. Tujuan Khusus

a. Memastikan daya antibakteri deodoran ekstrak etanol daun beluntas

(Pluchea indica Less) terhadap isolat bakteri ketiak secara in vitro.

b. Mengetahui perbedaan sifat fisik dan stabilitas fisik yang signifikan pada

variasi jumlah sorbitan monostearate dalam deodoran ekstrak etanol daun

beluntas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

7

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Keringat dan Bau badan

Keringat dihasilkan oleh kelenjar ekrin dan kelenjar apokrin yang

terdapat dalam lapisan dermis. Kelenjar ekrin terdapat hampir diseluruh

permukaan kulit kecuali bibir dan alat genital. Kelenjar apokrin terdapat dilipatan

lengan bagian atas, sekitar puting susu, lipatan paha, daerah kemaluan dan kaki

(Depkes RI, 1985). Keringat yang dihasilkan pria dan wanita dalam 24 jam

sebanyak 0,5-1,5 liter (Depkes RI, 1985). Jumlah keringat pada lipatan lengan

bagian atas yang dihasilkan kelenjar apokrin lebih sedikit dibandingkan dengan

kelenjar ekrin, dimana keringat yang dihasilkannya dipengaruhi oleh rangsangan

emosi, atau rangsangan seksual, sedangkan keringat yang dihasilkan kelenjar

ekrin dipengaruhi oleh kondisi suhu ruang yang panas atau jika mengalami stres.

Keringat yang dihasilkan ekrin mempunyai pH 4-7 sedangkan keringat dari

kelenjar apokrin mempunyai pH 6,2-7,5.

Bau badan tidak hanya berbeda dalam perbedaan individu, juga berbeda

pada beberapa permukaan kulit pada individu yang sama. Manusia memiliki bau

badan karena adanya bakteri dalam tubuh. Bakteri berkembangbiak dibeberapa

daerah tertentu, ketika orang berkeringat maka tercipta lingkungan yang kondusif

untuk bakteri berkembangbiak. Bau badan itu sendiri biasanya disebabkan oleh

bakteri yang berkembangbiak, karena keringat sendiri tidak menimbulkan bau.

Bau keringat yang lebih nyata terutama didaerah lipatan lengan bagian atas dan

bagian genetalia dibandingkan kulit yang lain, karena ditempat tersebut banyak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

8

terdapat kelenjar apokrin. Keringat apokrin mengandung sejumlah lipid dan

protein, dimana setelah mencapai permukaan kulit akan dirusak oleh bakteri yang

menghasilkan trans 3-metil-2-asam hexanoid (Hasby, 2001). Hasil peruraian ini

yang menyebabkan bau keringat pada lapisan lengan bagian atas. (Hasby, 2001).

Beberapa bakteri yang diduga menjadi penyebab bau badan tersebur diantaranya

ialah Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus pyogenes, Staphylococcus

aureus, Corybacterium , Pseudomonas aeruginosa (Endarti et al., 2002).

Gambar 1. Struktur Molekul trans 3-metil-2asam hexanoid

(www.wikipedia.com/ trans 3-metil-2asamhexanoid)

B. Isolasi dan Identifikasi Mikrobia

Untuk menanam suatu mikroba ,perlu diperhatikan faktor nutrisi serta

kebutuhan akan oksigen (gas O2 atau udara). Cara menumbuhkan mikrobia yang

anaerob berbeda dengan yang aerob. Untuk penanaman mikroba yang

aerob,berdasarkan bentuk medium dan cara menanamnya dibedakan atas : biakan

agar tegak,biakan agar miring, dan biakan cair sedangkan penanaman mikrobia

anaerob ada beberapa cara seperti dengan menggunakan medium yang diperkaya,

menghilangkan oksigen bebas dengan pembakaran dan absorbsi oksigen secara

kimia (Jutono, Sudarsono, Hartadi, Suhadi, and Susanto, 1980)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

9

Ada bermacam-macam cara untuk isolasi mikroba,untuk isolasi tersebut

harus diperhatikan beberapa hal antara lain sifat-sifat spesies mikrobia yang akan

diisolasi, tempat hidup atau asal mikroba tersebut, medium untuk

pertumbuhannya yang sesuai, cara menanam mikrobia tersebut, cara inkubasi

mikroba tersebut, cara menguji bahwa mikroba, cara memelihara agar mikroba

yang telah diisolasi tetap merupakan biakan murni (Jutono et al,1980).

Teknik skrining bersifat efektif apabila dapat mengeliminasi populasi

mikroba yang tak berguna sebanyak-banyaknya dan mengisolasi populasi mikroba

yang berguna/dikehendaki (Suwandi,1989).

Pada identifikasi bakteri mula-mula diamati morfologi individual secara

mikroskopik dan pertumbuhannya pada bermacam–macam medium. Bakteri yang

morfologinya sama mungkin berbeda dalam kebutuhan nutrisi serta persyaratan

ekologi lainnya. Patogenitas bakteri–bakteri pathogen dapat pula dipaki untuk

membantu identifikasi dan determinasi bakteri tersebut (Jutono et al, 1980)

Bentuk–bentuk koloni tergantung pada konsistensi medianya. Pada

media cair, sifat bakteri terhadap kebutuhannya akan oksigen sangat mudah

dilihat dan penampakan koloninya dapat dibedakan menjadi : serabut, cincin, dan

selaput. Demikian pula pada media agar tegak atau miring mempunyai bentuk

yang spesifik. Morfologi koloni dalam cawan agar perlu diamati pertumbuhan

koloni di permukaan atau di bawah permukaan media, bentuk koloni, permukaan

koloni, elevasi, bentuk tepi, dan bentuk struktur dalam (Jutono et al, 1980).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

10

Morfologi koloni meliputi bentuk, ukuran, tekstur, warna.

a. Bentuk

Bentuk koloni digunakan untuk mempermudah identifikasi dan

determinasi suatu biakan murni bakteri. Bentuk–bentuk koloni bakteri

tergantung pada konsistensi mediannya dan masing–masing mempunyai

bentuk yang spesifik (Jutono et al, 1980). Bentuk–bentuk koloni bakteri

pada agar lempengan (cawan Petri) seperti bentuk titik–titik bulat,

bercabang, tidak teratur, serupa akar, serupa kumparan. Dengan

permukaan : datar, timbul mendatar, timbul melengkung, mencembung

mencembung, rimbul membulat, timbul berkawah (Jutono et al, 1980).

Pada agar miring dapat berbentuk filiform, echinulate, effuse, beaded,

spreading, plumase, rhizoid, arboscent (Jutono et al,1980). Pada medium

cair bakteri akan kelihatan sikapnya terhadap udara, permukaan medium

dapat memperlihatkan adanya serabut, cincin, kulit dan selaput (Jutono et

al, 1980). Pada agar tegak dapat berbentuk : filiform, echinulate, effuse,

villous, rhizoid, arborescent.

b. Tekstur

Tektur bakteri tergantung pada spesiesnya. Tektur pemakain ini

ada yang licin (smooth), kasar (rough), granular, atau mukoid (berlendir).

Koloni spesies terntentu ada yang permukaannya keriput (wrinkled).

Pada umumnya permukaan koloni memiliki 3 macam bentuk : S

(smooth): licin, bundar, konveks, R (rough): kasar, datar bergerigi, M

(mucoid) : berlendir, basah, kadang–kadang bersatu, lembut dan tebal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

11

c. Warna

Beberapa spesies bakteri dapat menghasilakn zat warna di dalam

sel yang tidak larut dalam air, sehingga koloninya berwarna. Beberapa

koloni menghasilkan zat warna yang larut dalam air, yang menyebar

secara difusi sehingga mewarnai media agarnya. Beberapa zat warna

dapat bersifat fluorescent (dapat menghasilkan cahaya putih/ kebiru –

biruan) di sekitar koloni bila terkena cahaya ultraviolet (Taringan, 1988).

Pengecatan adalah metode pemberian warna pada bagian

mikroorganisme yang berdasarkan atas afinitas sel–sel mikroorganisme

terhadap bahan kimia pewarna. Faktor–faktor yang mempengaruhi

pengecatan : daya serap mikroorganisme terhadap pengecatan, pH bagian

sel, komposisis bagian sel, kuantitas warna terhadap ketahanan sel. Zat –

zat yang sering dipakai adalah : Kristal violet, safranin, Malachite green,

Metylen blue (Jutono et al, 1980).

Pewarnaan gram

Bakteri gram negative tidak mengikat cat utama sehingga dapat

dilunturkan oleh peluntur dan dapat diwarnai cat lawan,sedangkan gram

positif mengikat kuat cat utama sehingga tidak dapat dilunturkan oleh

peluntur dan tidak bisa diwarnai oleh cat lawan. Gram positif memiliki

dinding sel dan sitoplasma dengan afinitas yang kuat terhadap kompleks

Kristal violet dan iodine, karena itu tidak dapat diwarnai oleh cat lawan

dan tidak dapat dilunturkan (Johnson,1994). Tahapan umum pengecatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

12

gram adalah pemberian cat warna utama, pengintensifan warna violet,

dekolorasi, pemberian cat lawan (Johnson,1994).

d. Ukuran

Ukuran bakteri bervariasi, mulai dari sebesar jarum, yaitu kira –

kira pecahan mm (diameternya), sampai 5 – 10 mm. Ada beberapa factor

yang mempengaruhi besarnya diameter tersebut. Misal, hanya koloni

yang menyebar saja yang dapat diukur, karena cenderung punya diameter

yang lebih besar daripada koloni yang bertumpuk. Hal ini disebabkan

oleh persaingan pada koloni yang menyebar lebih kecil daripada koloni

yang bertumpuk-tumpuk (Taringan, 1988).

Pada identifikasi bakteri mula-mula diamati morfologi sel individual

secara mikroskopik dan pertumbuhannya pada bermacam–macam medium.

Karena suatu bakteri tidak dapat dideterminasi hanya berdasarkan sifat-sifat

morfologi saja, maka perlu diteliti pula sifat-sifat biokimia dan faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhannya. Bakteri yang morfologinya sama mungkin

berbeda dalam kebutuhan nutrisi dan persyaratan ekologi lainnya (Jutono et al,

1980). Untuk mengidentifikasi suatu organisme diperlukan kriteria sebagai

berikut :

A. Ciri morfologi

Dari morfologi sel dapat diketahui hubungan filogeni antara yang

satu dengan yang lain, sehingga berguna dalam identifikasi bakteri

(Taringan, 1988).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

14

Gambar 2. Morfologi Koloni Bakteri Pada Cawan Petri dan Media Agar

B. Pengecatan gram

Pewarnaan merupakan tahap penting dalam pencirian dan identifikasi

bakteri. Pewarnaan gram membagi bakteri menjadi kelompok gram positif

dan gram negatif (Lay, 1994).

C. Uji Potensi Senyawa Antibakteri

Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada senyawa antibakteri yang

bersifat menghambat pertumbuhan bakteri (Bacteriostatic), dan ada yang bersifat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

15

membunuh bakteri (bacteriocide). Konsentrasi minimal senyawa antibakteri yang

diperlukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuhnya, masing-

masing dikenal sebagai Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) dan Konsentrasi

Bunuh Minimal (KBM). Senyawa antibakteri tertentu aktifitasnya dapat

meningkat dari bacteriostatic menjadi senyawa bacteriocide bila kadar senyawa

antibakteri ditingkatkan (Jawetz, Melnick and Adelberg, 1996).

Potensi senyawa antibakteri dapat diterapkan dengan cara diantaranya

adalah metode difusi dan metode dilusi.

1. Metode Difusi

Metode ini didasarkan pada kemampuan obat untuk berdifusi ke

dalam media tempat bakteri uji berkembangbiak secara optimal dengan

mengamati diameter hambatan pertumbuhan bakteri karena berdifusinya obat

dari titik awal pemberian ke daerah difusi. Metode difusi dapat dilakukan

dengan menggunakan paper disk yang mengandung senyawa antibakteri

diletakkan diatas media agar yang telah diinokulasikan bakteri uji atau bila

dengan sumuran, senyawa antibakteri dimasukkan kedalam sumuran.

Besarnya difusi sesuai dengan daerah pertumbuhan atau hambatan bakteri uji

dan sebanding dengan konsentrasi obat yang diberikan. Pengukuran zona

hambat dilakukan dengan mengukur diameter zona jernih disekitar paper disk

menggunakan penggaris.

Hasil metode difusi adalah:

a. Zona irradikal adalah suatu daerah disekitar disk atau sumuran yang

menunjukkan pertumbuhan bakteri yang dihambat oleh senyawa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

16

antibakteri tersebut tetapi tidak dimatikan. Disini akan terlihat adanya

pertumbuhan yang kurang subur atau lebih jarang dibandingkan dengan

daerah diluar pengaruh senyawa antibakteri tersebut.

b. Zona radikal adalah suatu daerah disekitar paper disk atau sumuran yang

sama sekali tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri (Jawetz et al,

1996).

2. Metode Dilusi

Prinsip metode ini adalah larutan uji diencerkan sehingga diperoleh

beberapa konsentrasi. Pada dilusi cair masing-masing konsentrasi obat yang

telah dibuat ersebut ditambahkan suspensi bakteri uji kedalam media,

sedangkan pada dilusi padat masing-masing konsentrasi obat yang telah

dibuat dicampur kedalam media agar kemudian ditanami bakteri dan

diinkubasi. Dengan metode ini akan didapat hasil secara kuantitatif.

Konsentrasi terendah yang menghambat pertumbuhan (KHM) dan

Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) dalam media dapat ditentukan dengan

mengukur kekeruhan setelah inkubasi. Keuntungan metode ini dibandingkan

dengan metode difusi adalah dapat menentukan Konsentrasi Hambat

Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) dari larutan uji

tersebut (Hugo dan Russel, 1987).

Agen antibakteri yang diformulasikan ke dalam suatu bentuk sediaan

topikal memiliki beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pelepasan agen

antibakteri dari basis sediaan topikal tersebut. Kecepatan pelepasan agen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

17

antibakteri dari basis memegang peran penting terkait aktivitas terapetik dari agen

antibakteri (Jawetz, et.al, 1995)

D. Daun Beluntas (Pluchea indica L.)

Beluntas termasuk salah satu tumbuhan yang memiliki diversitas tinggi

di Indonesia. Beluntas adalah suatu tanaman obat tradisional Indonesia. Tanaman

ini memiliki habitat perdu dengan tinggi 1-1,5 m. Batangnya berkayu, bulat,

tegak, bercabang bila masih muda berwarna ungu setelah tua putih kotor.

Daunnya tunggal, berbentuk telur, tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul,

berbulu halus, panjang 3,8-6,4 cm, lebar 2-4 cm, pertulangan menyirip, warna

hijau muda hingga hijau. Bunganya majemuk, mahkota lepas, putik bentuk jarum,

panjang ± 6 mm, berwarna hijau kecoklatan, kepala sari berwarna ungu, memiliki

dua kepala putik yang berwarna putih atau putih kekuningan. Akar beluntas

merupakan akar tunggang dan bercabang (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).

Beluntas tumbuh liar di tanah dengan kelembaban tinggi. Di wilayah

Jawa Barat tanaman ini digunakan sebagai tanaman pagar dan pembatas antar

hulu dan di perkebunan

A. Taksonomi

Berdasarkan kunci determinasi tumbuhan beluntas dikelompokkan

seperti dibawah ini:

Divisi : Spermathophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

18

Bunga : Asterales

Suku : Asteraceae

Marga : Pluchea

Jenis : Pluchea indica Less. (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).

Gambar 3. Tanaman Beluntas (Pluchea indica L.)

B. Nama Daerah

Sumatera: Beluntas, Jawa: Baluntas (Madura), baruntas, luntas (Jawa

Tengah),. Nusatenggara: Lenaboui, Sulawesi: Lamutasa (Syamsuhidayat dan

Hutapea, 1991)

C. Manfaat dan Kandungan kimia

Beluntas (Pluchea indica L.) digunakan sebagai tanaman pagar dan

pembatas di perkebunan, secara tradisional merupakan tanaman yang telah

digunakan masyarakat Indonesia sejak lama untuk menghilangkan bau badan

dengan cara direndam kemudian dioleskan (Winarno dan Sundari, 1998).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

19

Kandungan minyak atsiri dari daun beluntas mengandung benzil alkohol,

benzil asetat, eugenol, dan linolol (Rasmehuli, 1986). Dari kandungan

tersebut, eugenol merupakan senyawa turunan fenilpropan yang beraktivitas

antibakteri. Selain itu, linolol termasuk senyawa turunan monoterpen alkohol

yang memiliki aktivitas antibakteri kuat (Schanaubelt, 1995). Skrining

Fitokimia menunjukkan hasil ekstrak etanol mengandung flavonoid, fenol

hidrokuinon, tanin dan sterol (Ardiansyah et al, 2003). Flavonoid daun beluntas

memiliki aktifitas antibakteri terhadap Staphylococcus sp, Propinobacterium

sp, dan Corneybacterium (Purnomo,2001). Ekstrak etanol daun beluntas telah

diteliti secara ilmiah memiliki aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus

aureus, Pseudomonas fluorecens, Escherichia coli dan Salmonela typhi

(Ardiansyah et al, 2003). Ektrak etanol 50% daun Beluntas memiliki

kandungan senyawa total fenol paling banyak (Normala and Suhaimi, 2011).

E. Ekstrak

Ekstrak merupakan sediaan sari pekat tumbuh-tumbuhan atau hewan

yang diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-masing bahan obat,

menggunakan penyari yang cocok, kemudian semua atau hampir semua dari

penyarinya diuapkan dan sisa endapan atau serbuk diaitur untuk ditetapkan

standarnya (Ansel, 1989).

Berdasarkan sifat-sifatnya, ekstrak dapat dikelompokkan menjadi:

1. Ekstrak encer (extractum tenue): sediaan ini memiliki konsistensi madu dapat

dituang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

20

2. Ekstrak kental (extractum spissum): sediaan ini liat dalam keadaan dingin,

tidak dapat dituang dan kandungan airnya berjumlah sampai 30%.

3. Ekstrak kering (extractum siccum): sediaan ini memiliki konsistensi kering,

muda digosokkan, dan melalui penguapan cairan pengekstraksi serta

pengeringan sisanya terbentuk suatu produk yang sebaiknya menunjukkan

kandungan lembab tidak lebih 5%

4. Ekstrak cair (extractum fluidum): sediaan ini dibuat sedemikian sehingga 1

bagian jamu sesuai dengan 2 bagian (kadang-kadang juga satu bagian)

ekstrak cair (Voight, 1994).

F. Maserasi

Istilah maceration berasal dari bahasa latin macerare, yang artinya

“merendam”. Merupakan proses paling tepat dimana obat yang sudah halus

memungkinkan untuk direndam dalam penyari sampai meresap dan melunakkan

susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut (Ansel, 1989).

Pada proses maserasi, tumbuhan yang akan diekstraksi biasanya

ditempatkan pada wadah atau bejana yang bermulut lebar, bersamaan penyari

yang telah ditetapkan, bejana ditutup rapat, dan isinya dikocok berulang-ulang

lamanya biasanya berkisar dari 2-14 hari. Pengocokan memungkinkan pelarut

segar mengalir berulang-ulang masuk keseluruh permukaan dari obat yang sudah

halus. Kemudiaan ampasnya dapat dipisahkan dengan menapis dan/atau

menyaring dimana ampas yang telah dibilas bebas dari ekstrak dengan

penambahan penyari melalui ayakan atau saringan kedalam seluruh ekstrak dalam

wadahnya (Ansel, 1989).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

21

G. Deodoran

Sediaan deodoran dan atau antiprespiran adalah sediaan kosmetika

berbentuk padat (batang dan serbuk), cair (splash dan roll-on) dan aerosol yang

merupakan campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya yang digunakan untuk

menghilangkan atau mengurangi serta membantu mencegah terjadinya bau badan

dan atau memperkecil pori kulit sehingga mengurangi atau membantu mencegah

pengeluaran keringat yang berlebih (SNI, 1998).

Deodoran biasanya dibuat dengan basis alkohol. Alkohol dapat

menstimulasi keringat tetapi juga dapat membunuh bakteri. Selain itu deodoran

juga dapat diformulasikan khususnya dengan antimikroba untuk memperlambat

pertumbuhan bakteri. Komposisi lainnya yaitu parfum yang bertujuan untuk

menutupi bau keringat. Secara umum, komponen kosmetik deodoran memiliki

empat fungsi, yaitu:

1. Fungsi antibakteri. Bakteri pada kulit bertanggung jawab menghasilkan bau

badan. Agen antibakteri digunakan untuk menekan proliferasi bakteri untuk

mendapatkan efek deodoran. Contohnya yang paling banyak digunakan

triklosan. Beberapa preparasi juga menggunakan minyak atsiri dan ekstrak

tanaman yang memiliki efek antibakteri.

2. Fungsi antiperspiran. Menekan produksi keringat dengan menggunakan aksi

astringen kuat. Senyawa alumunium paling banyak digunakan seperti

alumunium hidroksida.

3. Fungsi deodoran. Jika garam-garam logam dibentuk dari asam lemak rantai

pendek yang menyebabkan bau badan, maka karakteristik baunya tidak

terlihat. Aplikasi dari prinsip ini yaitu adanya zink oksida pada deodoran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

22

Ekstrak tanaman yang mengandung flavonoid dan klorofil dapat digunakan

untuk tujuan ini.

4. Fungsi penutup. Ketika bau badan tidak terlalu kuat dapat ditutupi dengan

parfum. Parfum tersebut merupakan tambnahan pada agen antibakteri.

Dari empat fungsi tersebut, fungsi kontrol keringat dan antibakteri perlu

difokuskan untuk membuat formula kosmetik deodorant (Mitsui, 1997).

Menurut Imron (1985), persyaratan yang harus dipenuhi oleh sediaan

deodoran adalah:

a. Digunakan secara lokal, tanpa resep dokter

b. Mudah dioleskan pada kulit dan menyebar dengan rata

c. Memberikan rasa nyaman dan tidak mengiritasi

d. Nilai pH harus tepat

Dalam formulasi deodoran terdapat bahan-bahan yang bersifat sebagai

pelarut (solvent), pengental (thickener), pengemulsi (emulsifier), stabilizer,

pelembut kulit (emolient), humektan, zat aktif anti bakteri serta bahan aditif

(parfum dan preservatif) (Mitsui, 1997).

H. Emulsi

Emulsi adalah sistem dispersi yang terdiri dari 2 cairan yang tidak saling

campur, dimana salah satu fase terdispersi di dalam fase yang lain dan biasanya

terdiri dari air dan minyak. Emulsi nampak berwarna keruh, nemtuknya tidak

stabil secara thermodinamika, karena sistem emulsi tidak terbentuk secara

spontan. Sistem emulsi dibuat melalui proses yang membutuhkan energi, seperti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

23

pengojogan, pengadukan, homogenisasi, dan proses spray emulsion. Jika air yang

merupakan fase kontinyu, maka disebut sistem emulsi minyak dalam air (O/W)

dan ketika fase kontinyu adalah minyak maka disebut emulsi air dalam minyak

(A/M). Salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan tipe emulsi adalah

emulsifying agent yang dipilih (Aulton and Diana, 1991). Emulsifying agent

bekerja dengan membentuk film atau lapisan disekeliling bulir-bulir tetesan yang

terdispersi dan berfungsi mencegah koalesen dan terpisahnya cairan dispers

(Anief, 2005).

I. Surfaktan Nonionik

Surfaktan nonionik biasa digunakan dalam seluruh tipe produk kosmetik

dan farmasetik (Rieger, 1996). Surfaktan berfungsi menurunkan tegangan

permukaan dari suatu larutan dan menurunkan tegangan antar muka antara dua

larutan, surfaktan dalam suatu emulsi dapat meningkatkan stabilitas kinetika

(Lieberman, 2006). Surfaktan nonionik sangat resisten terhadap elektrolit,

perubahan pH dan kation polivalen (Aulton and Diana, 1991). Surfaktan ini

memiliki rentang dari komponen larut minyak untuk menstabilkan emulsi A/M

hingga material larut air yang memberikan produk M/A. Surfaktan ini biasa

digunakan untuk kombinasi emulsifying agent larut air dan larut minyak untuk

membentuk lapisan antarmuka yang penting untuk stabilitas emulsi yang

optimum. Emulsifying agent nonionik memiliki toksisitas dan iritasi yang rendah

(Billany, 2002). Surfaktan nonionik bekerja dengan membentuk lapisan

antarmuka dari droplet-droplet, namun tidak memiliki muatan untuk menstabilkan

emulsi. Cara menstabilkan emulsi adalah dengan adanya gugus polar dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

24

surfaktan yang terhidrasi dan bulky, yang menyebabkan halangan sterik antar

droplet dan mencegah koalesen (Kim, 2005). Pemakaian surfaktan sebaiknya

tidak berlebih, karena fungsinya menjadi tidak efektif. Emulgator tersebut tidak

akan berada pada permukaan antar fase, tetapi justru akan naik membentuk

lapisan terpisah dari sistem emulsinya (Jellinek, 1970).

J. Sorbitan Monostearate (Span 60)

Span merupakan sorbitan esters disebut juga sorbitan monostearate

(Rowe et al., 2009). Sorbitan esters merupakan surfaktan dengan gugus

hidrofobik yang larut dalam minyak dan digunakan sebagai emulgator A/M.

Biasanya digunakan dalam emulsi, krim, dan salep, dan dapat membentuk emulsi

tipe M/A atau A/M. Krim dengan sorbitan ester memiliki tekstur yang halus dan

stabil (Aulton and Diana, 1991). Sorbitan monostearate memiliki pemerian

sebagai berikut: warna kuning gading, cairan seperti minyak kental, bau khas

tajam, rasa lunak. Span 60 tidak larut tapi terdispersi dalam air hangat dan dingin,

bercampur dengan alkohol, tidak larut dalam propilen glikol, larut dalam hampir

semua minyak mineral dan nabati, sedikit larut dalam ete, titik lelehnya adalah

530-570C (Rowe et al., 2009).

Gambar 4. Struktur molekul sorbitan monostearat (C24H16O6) (Kim,2005)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

25

K. FORMULASI

1. Humektan

Humektan adalah bahan dalam produk kosmetik yang

dimaksudkan untuk mencegah hilangnya lembab dari produk dan

meningkatkan jumlah air (kelembaban) pada lapisan kulit terluar saat produk

digunakan (Loden, 2001). Humektan adalah bahan higroskopis yang

mempunyai sifat menyerap uap air dari udara lembab sehingga dapat

mempertahankan kelembaban kulit (Johnson, 2002). Humektan membantu

menjaga kelembaban kulit dengan cara menjaga kandungan air pada lapisan

stratum corneum serta mengikat air dari lingkungan kulit (Rawlings, 2002).

Humektan ditambahkan terutama pada produk dengan tipe emulsi minyak

dalam air untuk mengurangi kekeringan ketika produk disimpan pada suhu

ruang. Humektan juga membantu dalam menyediakan kontrol untuk

mengurangi rata-rata kehilangan air dan peningkatan viskositas. Syarat dasar

humektan adalah harus mempunyai kemampuan menyerap air yang baik,

mempertahankan penyerapan air (kelembaban pada kulit), menguap paling

rendah, berbaur yang baik dengan unsur lain, harus aman, tidak berwarna, dan

tidak berbau, serta tawar (Takeo, 1997).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

26

a. Gliserin

Gambar 5. Struktur molekul gliserin (Depkes RI,1995)

Nama lain dari gliserin adalah gliserol, glycerolum, 1,23

propanetriol, trihydroxypropane glycerol, glycerolum (Rowe et al,

2006). Gliserin mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih

dari 101,0% C3H8O3. Gliserin merupakan cairan jernih seperti sirup,

tidak berwarna, rasa manis, hanya boleh berbau khas lemah (tajam dan

tidak enak), higroskopik, dan netral terhadap lakmus. Gliserin dapat

bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut dalam kloroform,

dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap. Bobot

jenismya tidak kurang dari 1, 249 (Depkes RI, 1995). Gliserin

digunakan sebagai humectant untuk menjaga kelembaban sediaan

dikarenakan sifatnya yang higroskopis. Gliserin dapat digunakan

sebagai humectant dengan konsentrasi kurang dari 30 % (Rowe, et al.,

2009). Gliserin tidak mengiritasi dan jarang menyebabkan sensitifitas

yang ekstrim (Smolinke, 1992).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

27

b. Propilen Glikol

H3COH

OH

Gambar 6. Struktur propilenglikol (Depkes RI, 1995)

Propilen glikol adalah cairan kental, jernih, tidak berwarna,

rasa sedikit tajam, dan higroskopik. Propilen glikol dapat bercampur

dengan air, alkohol, aseton, dan kloroform. Dapat larut dalam eter dan

dapat melarutkan minyak menguap, tetapi tidak dapat campur dengan

minyak lemak (Depkes RI, 1995). Propilen glikol biasanya

dikombinasikan dengan gliserin untuk memaksimalkan fungsinya

sebagai humektan. Propilen glikol merupakan bahan yang tidak

berbahaya dan aman digunakan pada produk kosmetik dengan

konsentrasi lebih dari 50% (Loden, 2001). Struktur propilen glikol

tampak pada gambar 8

2. Thickening agent

Thickening agent atau bahan pengental digunakan untuk mengatur

kekentalan produk sehingga sesuai dengan tujuan penggunaan kosmetika

tersebut dan mempertahankan kestabilan produk (Mitsui, 1997).

Bahan pengental yan dugunakan juga bertujuan untuk mencegah

terpisahnya partikel dari emulsi. Umumnya water soluble polymers

digunakan sebagai bahan pengental yang diklasifikasikan sebagai polimer

natural semi sintesis polimer, dan polimer sintesis (Mitsui, 1997). Pengental

polimer seperti gum-gum alami, derivatif selulose dan karbomer lebih sering

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

28

digunakan dalam emulsi dibandingkan dalam formulasi berbasis surfaktan

(Mitsui, 1996). Sistem yang terkentalkan oleh garam atau polimer

menunjukkan sifat alir yang pseudoplastik (Scmitt, 1996). Penggunaan

thickener dalam skin lotion biasa digunakan dalam proporsi yang kecil yaitu

dibawah 2,5 % (Strianse, 1996).

CMC (Carboxymetil Cellulose)

CMC merupakan merupakan eter polimer selulosa linear dan

berupa senyawa anion, yang bersifat biodegradable, tidak berwarna, tidak

berbau, tidak beracun, butiran atau bubuk yang larut dalam air namun tidak

larut dalam larutan organik, bereaksi dengan garam logam berat membentuk

film yang tidak larut dalam air, transparan, serta tidak bereaksi dengan

senyawa organik. Karboksimetil selulosa berasal dari selulosa kayu dan kapas

yang diperoleh dari reaksi antara selulosa dengan asam monokloroasetat,

dengan katalis berupa senyawa alkali. Karboksimetil selulosa juga merupakan

senyawa serbaguna yang memiliki sifat penting seperti kelarutan, reologi, dan

adsorpsi di permukaan. Selain sifat-sifat itu, viskositas dan derajat substitusi

merupakan dua faktor terpenting dari karboksimetil selulosa (Wayan, 2009).

CMC merupakan polimer anion dengan berbagai tingkatan yang

dibedakan berdasarkan berat molekul dan derajat subtitusi. Karakteristik gel

yang dihasilkan seperti konsistensi dan viskositas tergantung pada konsentrasi

polimer dan berat molekulnya (Zats et al, 1996). CMC dapat digunakan

sebagai thickening agent atau stabilizing agent (Osol, 1980).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

29

CMC dengan konsentrasi 4%-6% dapat digunakan sebagai gelling

agent. Gliserin dapat ditambahkan untuk mencegah gel mengering. Presipitasi

dapat terjadi pada pH kurang dari 2, stabil pada pH antara 2-10, dengan

stabilitas maksimum pada pH 7-9 (Allen, 2002). CMC larut dalam air dan

campur dalam air dengan sedikit alkohol dan gliserin. Gel basis ini mudah

ditumbuhi mikroba (Kelch, 1997).

Cetyl alcohol

Gambar 7. Struktur molekul cetyl alcohol (Boylan et al., 1986)

Cetyl alcohol mengandung tidak kurang dari 90% C16H34O,

selebihnya terdiri dari alkohol yang sejenis. pemeriannya berupa serpihan

putih licin, granul, atau kubus, berwarna putih, bau khas lemah, rasa lemah

(Anonim, 1995). dan thickening agent dalam krim dan lotion. Cetyl alcohol

ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh produk akhir yang halus dan

lembut.

Cetyl alcohol juga memberikan kelembutan pada kulit tempat

aplikasi, dan menghasilkan produk yang mudah berpenetrasi (Bannett, 1970).

Cetyl alcohol mampu menjaga stabilitas, memperbaiki tekstur dan

menigkatkan konsistensi, serta mampu menyerap air dan membentuk fase luar

yang kental (Boyland, 1986). Cetyl alcohol tidak toksik dan tidak mengiritasi

(Boylan et al., 1986). Pemakaian cetyl alcohol dalam formulasi menambahkan

warna putih pada emulsi (Barnett, 1972).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

30

3. Emolien

Emolien (pelunak, zat yang mempu melunakkan kulit)

didefinisikan sebagai sebuah media, bila digunakan pada lapisan kulit yang

keras dan kering akan mempengaruhi kelembutan kulit dengan adanya hidrasi

ulang. Dalam skin lotion, emolien yang digunakan memiliki titik cair yang

lebih tinggi dari suhu kulit. Fenomena ini dapat menjelaskan timbulnya rasa

nyaman, kering, dan tidak berminyak bila skin lotion dioleskan pada kulit

(Scmitt, 1996).

Dimetichone

Dimethicone merupakan salah satu jenis pelembut yang dapat

digunakan dalam pembuatan skin lotion karena selain dapat melembutkan,

bahan ini juga relatif aman untuk kulit yang sensitif. Dimethicone merupakan

silikon organik yang paling luas digunakan, secara kimia disebut juga

polydimethylsiloxane. Secara optik penampakannya bening, tidak beracun,

dan tidak mudah terbakar. Rumus kimia dimethicone adalah

(CH3)3SiO[SiO(CH3)]nSi(CH3)3, dimana n merupakan jumlah monomer

[SiO(CH3)2].

Dimethicone digunakan sebagai bahan dalam pembuatan obat salep

dan aplikasi pada sediaan kosmetika lain untuk melindungi kulit dari iritasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

31

Gambar 8. Struktur molekul dimethicone (www.mercksource.org)

Silicone oil merupakan komponen yang bersifat non polar yang

dapat digunakan sebagai emolient karena kemampuannya dalam melindungi

kulit. Secara kimia bahan tersebut inert dan tidak mampu mengangkat sebum

dari kulit seperti pada mineral oil. Silicone oil dapat menjadi barrier yang

efektif terhadap senyawa kimia yang mengiritasi kulit (Barnett, 1972).

Silicone oil merupakan salah satu bahan yang termasuk sebagai

emolient yang meninggalkan film pelindung pada permukaan kulit dimana

film tersebut membantu melindungi kulit dari dehidrasi atau kehilangan air.

Silikon digunakan sebagai emolient (pelunak kulit), sebagai pelumas,

thickeners, merupakan cairan yang mudah menguap dan mampu memberikan

rasa halus pada kulit, tetapi menguap tanpa meninggalkan suatu residu yang

berminyak. Silikon digunakan dalam kosmetik karena mampu membentuk

film pada kulit yang menyerap sebum (kulit berminyak). Silikon juga dapat

membantu suatu produk untuk menyebar dengan mudah (Barnett, 1972).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

32

4. Etanol

Etanol mengandung tidak kurang dari 92,3 % b/b dan tidak lebih

dari 93,8% b/b, setara dengan tidak kurang dari 94,9% v/v dan tidak lebih

dari 96,0% v/v, C2H5OH pada suhu 15,560 (Depkes, 1995).

Gambar 9. Struktur molekul etanol (Rowe, et.al,2009)

Pemerian cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau khas

dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun pada

suhu rendah dan mendidih pada suhu 780C. Mudah terbakar. Kelarutan

bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut organik

(Depkes RI, 1995).

5. Pengawet

Pengawet yang digunakan sebagai tambahan pada produk

menyebabkan tidak dapat tumbuhnya mikroba karena pengawet bersifat

antimikroba. Pengawet juga harus ditambahkan pada suhu yang tepat pada

proses pembuatan, yaitu antara 350-450C agar tidak merusak bahan aktif

dalam pengawet yang bisa menganggu emulsi yang terbentuk. Pengawet yang

baik memiliki persyaratan yaitu efektif mencegah tumbuhnya berbagai

macam organisme yang dapat menyebabkan penguraian bahan, dapat larut

dalam berbagai konsentrasi yang digunakan dan tidak menimbulkan bahaya

secara internal dan eksternal pada kulit. Karena mikroorganisme dapat tinggal

di dalam air atau fase lemak atau keduanya, maka pengawet, bagaimanapun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

33

koefisien partisi minyak-airnya, harus berada dalam level yang efektif dalam

kedua fase, biasanya ditambahkan kombinasi pengawet yang larut fase air dan

larut fase minyak. Pada pembuatan emulsi sering ditambahkan pengawet

sebesar 0,1-0,2% (Scmitt, 1996).

Metil Paraben

Gambar 10. Struktur bangun metil paraben (Depkes RI, 1995)

Metil paraben disebut juga nipagin. Metil paraben digunakan

sebagai penghambat pertumbuhan jamur dan merupakan pengawet yang

sering digunakan. Metil digunakan dalam makanan dan kosmetik (Kim,

2004). Metilparaben mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih

dari 100,5% C8H8O3 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Metilparaben merupakan hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur,

putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar.

Metil paraben larut dalam air, dalam benzena, dan dalam karbontetraklorida,

mudah larut dalam etanol dan dalam eter (Depkes RI, 1995). Paraben

merupakan pengawet yang efektif di banyak formula. Paraben dan bentuk

garamnya umumnya digunakan sebagai bakterisida dan fungisida. Paraben

dapat ditemui dalam shampo, mouiturizer, shaving gel, lubrikan, sediaan

topikal, dan pasta gigi. Paraben dianggap aman karena toksisitasnya rendah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

34

dan sejarah pengunaan paraben yang sudah sejak lama digunakan sebagai

pengawet (Anger, Rupp, Lo, and Takruri, 1996).

Propil paraben

Gambar 11. Struktur molekul propil paraben (Depkes RI, 1995)

Propil paraben merupakan turunan paraben yang mempunyai nama

lain propil p-hidroksibenzoat atau nipasol. Bobot molekulnya 180,20 dan

meniliki jarak lebur 95-980C. Propil paraben mengandung tidak kurang dari

99,0% dan tidak lebih daari 100,5%, dihitung terhadap zat yang telah

dikeringkan. Pemerian: berupa serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna.

Kelarutan: sangat sukar larut dalam air, sukar larut dalam air mendidih,

mudah larut dalam etanol dan dalam eter (Depkes RI, 1995).

6. Aquadest (Aqua purificata/air murni)

Air merupakan komponen yang paling besar persentasenya dalam

pembuatan skin lotion. Air merupakan substansi yang paling reaktif diantara

bahan-bahan penyusun produk kosmetika. Pada kosmetika air merupakan

bahan pelarut dan bahan baku yang tidak berbahaya dibandingkan bahan baku

lainnya, tetapi air mempunyai sifat korosi. Air juga mengandung beberapa zat

pencemar, untuk itu air yang digunakan untuk produk kosmetika harus

dimurnikan terlebih dahulu (Wilkinson et al, 1962)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

35

Air murni adalah air yang dimurnikan yang diperoleh dengan

destilasi, penukar ion, osmosis balik, dan proses lain yang sesuai. Dibuat dari

air yang memenuhi persyaratan air minum. Tidak mengandung zat tambahan

lain. Air murni digunakan untuk pembuatan sediaan-sediaan. Pemerian:

Merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan pH antara 5-7

(Depkes RI, 1995).

L. Sifat Fisik dan Stabilitas Emulsi

Stabilitas sebuah emulsi adalah sifat emulsi untuk mempertahankan

distribusi halus dan teratur dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu

yang panjang (Voigt, 1994).

1. Viskositas

Reologi mendeskripsikan aliran liquid dan deformasi solid.

Penggolongan bahan menurut tipe aliran dan deformasi dibagi menjadi dua

yaitu sistem Newton dan sisten non-Newton. Dispersi heterogen cairan dan

padatan seperti larutan koloid, emulsi, suspensi cair, salep, dan prodk serupa

termasuk dalam sisten non-Newton (Martin et al, 1993).

Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk

mengalir,makin tinggi viskositasnya, maka makin besar tahanannya (Martin,

Swarbrick, Cammarata, 2002). Peningkatan viskositas akan menurunkan daya

sebar (Garg et al.,2002). Penurunan ukuran droplet akan menaikkan viskositas.

Semakin luas distribusi ukuran droplet (polydisperse), maka semakin rendah

viskositasnya jika dibandingkan dengan sistem yang memiliki ukuran droplet

rata-rata serupa (monodisperse), tetapi dengan distribusi ukuran droplet yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

36

lebih sempit. Tipe zat pengemulsi akan mempengaruhi flokulasi dan daya

tarik-menarik droplet sehingga mempengaruhi viskositas emulsi (Martin et al,

1993). Stabilitas emulsi dipengaruhi oleh viskositas fase kontinu karena

menentukan difusi droplet (Mollet and Grubenman, 2001).

2. Daya Sebar

Daya sebar memiliki prinsip hubungan dengan sudut kontak tiap

tetes cairan atau preparasi semipadat yang berhubungan langsung dengan

koefisien friksi. Faktor yang mempengaruhi daya sebar adalah kaku tidaknya

formula, laju dan waktu tekanan yang menghasilkan kelengketan, suhu pada

tempat aksi. Kecepatan penyebaran bergantung pada viskositas formula,

kecepatan evaporasi pelarut dan kecepatan peningkatan viskositas karena

evaporasi (Garg, Aggarwal, Garg, Singla,2002). The paralel-plate method

merupakan metode yang paling sering digunakan dalam menentukan dan

mengukur daya sebar sediaan semi solid, metode ini mudah dan relative murah

(Garg et al, 2002)

3. Ukuran Droplet

Emulsi kasar biasanya terdiri dari droplet yang bersifat

poledisperse yaitu bervariasi dari 1 µm hingga lebih dari 100 µm. Distribusi

ukuran droplet dalam emulsi penting baik untuk stabilitas maupun dalam

pertimbangan biofarmasetika (Lachman, 1994). Ukuran droplet yang lebih

besar akan cenderung mengalami koalesen sehingga ukuran droplet menjadi

lebih besar lagi dan emulsi terpisah. Droplet dengan ukuran yang lebih kecil

memberikan stabilitas emulsi yang lebih baik. Distribusi ukuran droplet

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

37

dipengaruhi oleh karakteristik emulgator dan metode pembuatan (Eccleston,

2007).

Mikromeritik adalah ilmu dan teknologi tentang partikel kecil.

Satuan ukuran partikel yang sering digunakan dalam mikromeritik adalah

mikrometer (µm yang sering disebut mikron. Bagian penting yang perlu

diperoleh dari partikel yaitu (1) bentuk dan luas permukaan partikel dan (2)

ukuran partikel dan distribusi ukuran diameter (ukuran) partikel, sedangkan

bentuk partikel memberikan gambaran tentang luas pemukaan spesifik partikel

dan testurnya (kasar atau halus) (Martin et al, 1993).

Ukuran partikel merupakan diameter rata-rata partikel dari suatu

sampel, dimana sifat sampel pada umumnya adalah polidispers (heterogen),

bermacam-macam diameter dengan rentan yang lebar. Sampel dengan ukuran

yang sama disebut monodispers, tetapi sangat jarang ditemukan sampel seperti

ini. Salah satu metode dasar dalam mengetahui ukuran partikel adalah metode

mikroskopik. Metode mikroskopik merupakan metode sederhana yang hanya

menggunakan satu alat mikroskop, yang bukan alat rumit dan membutuhkan

penanganan khusus. Mikroskop biasa digunakan dalam pengukuran partikel

yang berkisar 0,2 µm sampai 10 µm. Jumlah partikel yang harus dihitung 300-

500 partikel agar mendapat suatu perkiraan yang baik untuk distribusi (Martin

et al, 1993). Distribusi ukuran droplet, jika jumlah ukuran droplet yang terletak

dalam suatu kisaran ukuran tertentu diplotkan terhadap kisaran diameter atau

diameter droplet rata-rata, akan diperoleh kurva distribusi frekuensi. Grafik

kurva distribusi frekuensi biasa ditunjukkan seperti pada gambar berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

38

Gambar 12. Contoh grafik distribusi frekuensi ukuran droplet (Martin et al, 1993).

Uji stabilitas emulsi penting untuk mengetahui apakah sebuah

emulsi tetap stabil selama periode waktu tertentu, uji yang biasa dilakukan adalah

1. Uji makroskopik

Stabilitas fisik emulsi dapat diketahui dengan uji derajat creaming

yang terjadi pada periode waktu tertentu. Hal ini dilakukan dengan

menghitung rasio volume emulsi yang mengalami pemisahan dibandingkan

dengan volume total emulsi (Billany, 2002).

2. Analisis ukuran droplet

Jika rata-rata ukuran droplet meningkat seiring bertambahnya

waktu (bersamaan dengan penurunan jumlah droplet), dapat diasumsikan

bahwa koalesen adalah penyebabnya (Billany, 2002).

3. Perubahan viskositas

Ditunjukkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi viskositas

emulsi. Adanya variasi pada ukuran atau jumlah droplet dapat dideteksi

dengan perubahan viskositas secara nyata (Billany, 2002).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

39

M. Ketidakstabilan Emulsi

Sediaan emulsi tidak stabil dalam penyimpanan yang sangat lama, yaitu

lebih dari 30 hari setelah kemasan dibuka/dirusak. Setelah 30 hari kemasan dibuka

sistem emulsi akan mulai mengalami kerusakan, dimana fase minyaknya dapat

terpisah dari fase airnya. Karena masa penyimpanannya yang singkat, maka

banyak sediaan emulsi dipasaran dikemas untuk pemakaian tidak lebih dari 30

hari/ 1 bulan saja.

Ketidakstabilan dalam emulsi (gambar 3) dibedakan menjadi:

1. Creaming atau sedimentasi

Creaming adalah pemisahan emulsi mejadi 2 bagian, dimana

bagian yang satu memiliki fase dispersi lebih banyak dari bagian yang lain.

peningkatan creaming sangat memungkinkan terjadinya koalesen dari

droplet, karena kedua hal tersebut sangat erat hubungannya. Emulsi yang

mengalami creaming terlihat tidak elegan dan jika emulsi tidak digojog

secara cukup. ada kemungkinan pasien mendapat dosis yang benar

(Aulton, 2002).

Kebanyakan minyak memiliki densitas yang lebih kecil

dibandingkan air sehingga droplet minyak dalam emulsi M/A akan berada

pada permukaan emulsi dan membentuk suatu lapisan tersendiri. Pada

emulsi A/M, suatu lapisan bawah terbentuk akibat sedimentasi droplet air

(Eccleston, 2007). Peningkatan creaming memungkinkan terjadinya

coalescence dari droplet (Aulton, 2002).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

40

Menurut hukum stokes, kecepatan terbentuknya creaming dapat

dikurangi dengan ukuran droplet yang kecil, meningkatkan viskositas dari

fase kontinyu, mengurangi perbedaan densitas antara kedua fase, dan

mengontrol konsentrasi afase dispers (Aulton, 2002).

푣 = ( )

Keterangan: v = kecepatan creaming 휌1 = kerapatan fase dispers d = diameter tetesan 휌2 = kerapatan fase kontinyu η = viskositas g = percepatan gravitasi

2. Flokulasi

Flokulasi menggambarkan adanya penggabungan antara droplet

emulsi yang lemah dan reversible yang dipisahkan oleh suatu lapisan film

dari fase kontinyu. Penggabungan ini meningkat karena adanya interaksi

gaya tarik menarik dan tolak-menolak antara droplet-droplet dan bersifat

reversible dengan adanya pengadukan ringan. Flokulasi biasanya menjadi

prekursor terjadinya coalescence (Eccleston, 2007). Flokulasi tergantung

pada elektrostatik repulsion (Cartensen, 1973).

3. Coalescence

Coalescence terjadi bila ukuran dan jumlah droplet besar.

Coalescence atau pemisahan emulsi secara sempurna terjadi ketika dua

partikel saling mendekat, dimana keduanya tidak memiliki barrier. Proses

ini dapat dicegah dengan membentuk mixed monolayer film kuat untuk

melapisi droplet (Kim,2005). Kemungkinan terjadinya coalescence pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

41

emulsi bergantung dari barrier yang membentuk lapisan diantara droplet-

droplet (Malmsten, 2002). Koalesen dari gelembung minyak pada emulsi

M/A tertahan dengan adanya lapisan emulsifier yang terabsorbsi kuat

secara mekanis disekitar setiap droplet. Dua droplet yang saling

berdekatan satu sama lain akan menyebabkan permukaan yang berdekatan

tersebut menjadi rata. Perubahan dari bentuk bulat menjadi bentuk lain

menghasilkan peningkatan luas permukaan dan karenanya meningkatkan

energi bebas permukaan total, penyimpangan bentuk droplet ini akan

tertahan dan pengeringan film fase kontinu dari antara dua droplet akan

tertunda. (Aulton dan Diana, 2002).

4. Cracking

Proses cracking atau pecahnya emulsi bersifat tidak dapat kembali

ke keadaan semula, dimana penggojokan sederhana akan gagal untuk

mengemulsi kembali butir-butir tetesan dalam bentuk emulsi yang stabil

(Anief, 2005). Cracking pada emulsi dapat terjadi karena penambahan

emulgator yang inkompatibel, dekomposisi emulgator oleh zat kimia atau

mikrobiologi, penambahan elektrolit, perubahan suhu dan pH ( Ali,

Baboota, dan Ahuja, 2008).

5. Inversi

Merupakan proses dimana emulsi berubah dari satu tipe ke tipe

lain, misalnya dari M/A ke A/M (Anief, 2005). Inversi dapat disebabkan

oleh perubahan elektrolit atau merubah fase volume rasio atau perubahan

temperatur. Inversi dapat dicegah dengan menggunakan emulgator yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

42

cocok dengan konsentrasi yang cukup, menjaga konsentrasi fase dispers

antara 30-60% dan menyimpan emulsi pada tempat yang terhindar dari

panas matahari secara langsung (Ali et al., 2008).

6. Ostwald ripening

Ostwald ripening cenderung terjadi pada emulsi yang bersifat

polydisperse dan terdapat fase air dan minyak yang bercampur secara

signifikan, dimana ukuran droplet semakin besar karena droplet berukuran

besar bergabung menjadi droplet yang lebih besar sedangkan droplet

berukuran lebih kecil akan menjadi lebih kecil. Proses destabilisasi ini

cenderung terjadi pada emulsi dengan droplet yang berukuran kecil

(kurang dari 1 µm) memiliki kelarutan yang lebih tinggi daripada droplet

yang berukuran lebih besar dan tidak stabil secara termodinamik

(Eccleston, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

43

Gambar 13. Fenomena ketidakstabilan emulsi (Eccleston, 2007).

Kondisi penyimpanan yang tidak sesuai juga dapat menyebabkan

ketidakstabilan emulsi. Peningkatan pergerakan dari pengemulsi akan

menghasilkan monolayer yang lebih luas, dan demikian koalesen akan lebih

mungkin terjadi. Peningkatan temperatur akan menyebabkan peningkatan

kecepatan creaming. Dan memperlihatkan penurunan viskositas fase kontinu

secara nyata. Peningkatan temperatur juga akan menyebabkan peningkatan

gerakan kinetik, baik dari droplet fase terdispersi maupun dari agen pengemulsi

pada antar permukaan minyak-air. Pertumbuhan mikroorganisme pada emulsi

dapat menyebabkan kerusakan dan karena itulah penting untuk sebisa mungkin

melindungi produk tersebut dari adanya mikroorganisme selama pembuatan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

44

penyimpanan, dan pemakaian, dan karena itu produk mengandung preservatif

yang sesuai (Nielloud, 2000).

N. Landasan Teori

Bau badan timbul karena adanya aktivitas bakteri. Beberapa bakteri yang

diduga menjadi penyebab bau badan ialah Staphylococcus epidermidis,

Staphylococcus pyogenes, Staphylococcus aureus, Corybacterium, Pseudomonas

aeruginosa. Ekstrak etanol 50% daun Beluntas yang memiliki kandungan

senyawa total fenol paling banyak, juga mengandung flavonoid, alkaloid dan

minyak atsiri, berpotensi diformulasikan dalam suatu sediaan deodoran yang

bersifat antibakteri untuk meningkatkan acceptability dalam pengaplikasiannya di

ketiak secara langsung.

Sistem emulsi dalam deodoran ekstrak etanol daun beluntas (Pluchea

indica L.) menggunakan emulsifying agent nonionik yang tidak mengiritasi kulit

yaitu sorbitan monostearate. Sorbitan monostearate memiliki sifat emulgator

yang baik dan membentuk emulsi yang stabil. Sorbitan monostearate bekerja

dengan membentuk lapisan antarmuka dari droplet-droplet, namun tidak memiliki

muatan untuk menstabilkan emulsi. Cara menstabilkan emulsi adalah dengan

adanya gugus polar dari surfaktan yang terhidrasi dan bulky, yang menyebabkan

halangan sterik antar droplet dan mencegah koalesen. Variasi jumlah sorbitan

monostearate akan mempengaruhi sifat fisik dan stabilitas fisik deodoran ekstrak

etanol daun beluntas yang dapat diukur kebermaknaannya. Variasi jumlah

Sorbitan monostearate pada formula deodoran ekstrak etanol daun beluntas dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

45

dianalisis kebermaknaanya dengan menggunakan uji t tidak berpasangan pada

taraf kepercayaan 95%.

O. Hipotesis

1. Ekstrak etanol daun beluntas yang dibuat dalam penelitian ini memiliki efek

antibakteri terhadap bakteri isolat bau badan.

2. Terdapat perbedaan sifat fisik dan stabilitas fisik yang signifikan pada

penggunaan variasi jumlah sorbitan monostearate dalam deodoran ekstrak

etanol daun beluntas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

46

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental murni secara acak

dengan uji t tidak berpasangan, untuk membandingkan sifat fisik dan stabilitas

fisik formula deodoran ekstrak etanol daun beluntas (Pluchea indica L.) dengan

variasi jumlah sorbitan monostearate sebagai emulsifying agent.

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini yaitu:

1. Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah variasi jumlah sorbitan

monostearate.

2. Variabel Tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisik dan stabilitas fisik

deodoran ekstrak etanol daun beluntas yang meliputi ukuran droplet,

viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas, dan

pemisahan fase.

3. Variabel Pengacau Terkendali dalam penelitian ini adalah alat percobaan,

wadah penyimpanan, lama penyimpanan deodoran, lama dan kecepatan

pencampuran.

4. Variabel Pengacau Tak Terkendali dalam penelitian ini adalah suhu ruangan

kelembapan udara saat pembuatan dan penyimpanan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

47

C. Definisi Operasional

1. Ekstrak etanol daun beluntas (Pluchea indica L.) merupakan ekstrak yang

diperoleh dari proses maserasi simplisia daun beluntas dari CV. MERAPI

FARMA HERBAL menggunakan pelarut etanol 50% dan telah ditetapkan

kadar total fenoliknya oleh LPPT UGM.

2. Kandungan ekstrak etanol daun beluntas yang paling dominan dalam

menghambat pertumbuhan bakteri adalah senyawa fenolik.

3. Deodoran ekstrak etanol daun beluntas (Pluchea indica L.) adalah sediaan

semisolid berupa emulsi, mengandung ekstrak etanol daun beluntas yang

bersifat antibakteri isolat ketiak, yang dibuat sesuai dengan formula dan cara

kerja pada penelitian ini.

4. Daya antibakteri adalah kemampuan ekstrak etanol daun beluntas dandeodoran

ekstrak etanol daun beluntas untuk menghambat atau membunuh isolat bakteri

ketiak dibandingkan dengan pelarut ekstrak dan basis deodoran sebagai kontrol

negatif.

5. Isolat bakteri ketiak adalah bakteri yang diisolasi dari ketiak probandus dengan

cutton bud steril secara aseptis dan ditumbuhkan dalam media Nutrien Agar

secara streak plate lalu dilakukan reisolasi bakteri hingga didapatkan kultur

murni.

6. Kultur murni adalah biakan isolat bakteri ketiak dengan warna dan bentuk

pertumbuhan koloni yang dominan pada hasil isolasi, kemudian direisolasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

48

secara streak plate, lalu pada hasil identifikasi menggunakan pengecatan gram

sudah memiliki bentuk dan warna sel yang seragam.

7. Zona hambat adalah zona jernih disekitar papper disk atau sumuran yang telah

diinokulasikan ekstrak etanol daun beluntas ataudeodoran ekstrak etanol daun

beluntas yang, yang menghambat atau membunuh pertumbuhan isolat bakteri

ketiak dibandingkan pelarut ekstrak atau basis deodoran sebagai kontrol

negatif.

8. Emulsifying agent adalah senyawa yang dapat menurunkan tegangan antar

muka dua cairan yang tidak saling campur.

9. Sifat fisik deodoran adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui sifat

fisik deodoran, dalam penelitian ini meliputi daya sebar dan viskositas

deodoran.

10. Stabilitas fisik deodoran adalah parameter untuk mengetahui tingkat kestabilan

deodoran, dalam penelitian ini meliputi pergeseran viskositas, pergeseran

ukuran droplet, dan pemisahan fase.

11. Daya sebar adalah diameter penyebaran emulsi deodoran pada alat uji yang

selama 1 menit diberi beban hingga 125 gram. Kriteria daya sebar optimum

adalah 5-7 cm.

12. Viskositas deodoran adalah hambatan deodoran untuk mengalir setelah adanya

pemberian gaya. semakin besar viskositas deodoran, maka semakin sukar

mengalir atau kental.

13. Pergeseran viskositas adalah persentase dari selisih viskositas deodoran setelah

disimpan selama 1 bulan pada suhu kamar dibandingkan dengan deodoran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

49

sesaat setelah pembuatan. Kriteria pergeseran viskositas optimum adalah ≤

10% . Untuk mengetahui pergeseran viskositas digunakan rumus:

%푝푒푟푔푒푠푒푟푎푛푣푖푠푘표푠푖푡푎푠 =

x 100%

15. Ukuran Droplet adalah sebaran ukuran droplet sebanyak 500 dalam deodoran

ekstrak etanol daun beluntas yang dinyatakan dengan mean.

16. Pergeseran ukuran droplet adalah persentase dari selisih ukuran droplet emulsi

dalam waktu penyimpanan 30 hari dengan ukuran droplet setelah 48 jam

pembuatan. Kriteria pergeseran viskositas optimum adalah ≤ 10%.

D. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak etanol daun

beluntas (Pluchea indica Less), kultur isolat bakteri ketiak hasil isolasi di

Laboratorium Mikrobiologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Media

Nutrien Agar (Oxoid), Manitol Salt Agar, aquadest steril, larutan Mc. Farland

II (6 x 108 CFU/mL), dimeticone (kualitas farmasetis dari PT. Brataco),

glycerin (kualitas farmasetis dari PT. Brataco), CMC (kualitas farmasetis dari

PT. Brataco), parafin liq. (kualitas farmasetis dari PT. Brataco), propilen glikol

(kualitas farmasetis dari PT. Brataco), parfume (kualitas farmasetis), metil

paraben (kualitas farmasetis dari PT. Brataco), propil paraben (kualitas

farmasetis dari PT. Brataco), etanol 50 % (kualitas farmasetis dari PT.

Brataco).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

50

2. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini cawan petri (Pyrex),

Microbiology Safety Cabinet (lokal), jarum ose, spreader, autoklaf (Model KT-

40, ALP Co, Ltd, Hamurashi, Tokyo, Japan), mixer (Philip), gelas ukur (Iwaki

TE-32 Pirex Japan Under lic.), glaswares(PYREX-GERMANY), timbangan

analitik (Precise 2000C-2000D1), pipet tetes, pengaduk kaca, penangas air,

cawan porselin, termometer, stopwatch, mikroskop, alat uji daya sebar,

Viscometer Rion seri VT 04 (RION-JAPAN), software Motic Image Plus 2.0

dan software R 2.9.0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

51

E. Alur Penelitian

Ekstraksi dan Penetapan Kadar Fenolik Total Daun Beluntas 1. Pengumpulan dan identifikasi bahan 2. Ekstraksi daun beluntas dengan metode maserasi 3. Penetapan Kadar Total Fenolik daun beluntas

Isolasi dan identifikasi bakteri ketiak penyebab bau badan 1. Isolasi bakteri dari ketiak 5 probandus 2. Reisolasi hingga didapatkan isolat murni 3. Identifikasi dan Determinasi Isolat bakteri dari Ketiak

Uji daya antibakteri ekstrak etanol daun beluntas dengan metode difusi paperdisk

1. Pembuatan stok dan suspensi bakteri uji setara mac Farland II 2. Uji daya antibakteri ekstrak etanol daun beluntas dengan metode difusi

pada konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, 6%, 7%, 8%, 9%, dan 10%. 3. Penentuan konsentrasi ekstrak etanol daun beluntas yang akan

dimasukkan dalam basis deodoran roll-on

Pembuatan Deodoran roll-on ekstrak etanol daun beluntas dengan variasi jumlah cetyl alcohol dan span 60 1. Pencampuran Fase 1 (cetyl alcohol, CMC Na, gliserin, propilenglikol, dan aquadest)

selama 1 menit pada suhu 600C. 2. Pencampuran Fase II (span 60, dimethicone, parafin liq) selama 1 menit pada suhu

600C. 3. Fase I dan Fase II dicampur menggunakan ultrasonifier selama 2 menit, dilanjutkan

mixer dengan kecepatan skala 2 selama 3 menit. 4. Ekstrak etanol daun beluntas dan parfume diaduk mengggunakan mixer dengan

kecepatan skala 2 selama 1 menit kedalam basis.

Uji sifat fisik, Stabilitas, dan Efektivitas Emulsi Deodoran 1. uji sifat fisik meliputi daya sebar, viskositas, setelah penyimpanan 30 hari 2. uji tipe emulsi dengan metode pewarnaan dan pengenceran 3. uji stabilitas fsik meliputi ukuran droplet, pergeseran viskositas, pergeseran ukuran

droplet, dan pemisahan fase

Analisis data menggunakan Software R 2.9.0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

52

F. Tata Cara Penelitian

1. Pengumpulan Bahan Ekstrak dan Determinasi Tumbuhan

Bahan tumbuhan yang digunakan adalah Daun Beluntas (Pluchea indica

Less) yang tumbuh di daerah Kaliurang Km. 21, Kabupaten Sleman, provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta, hasil budidaya dari CV. Merapi Farma Herbal.

Pengambilan cuplikan dilakukan pada sore hari, dipilih daun yang sehat (tidak

terkena hama), diambil pada waktu dan tempat penanaman yang sama. Bahan

yang diperoleh berupa daun segar setidaknya berumur 50 hari. Daun dipilih

berdasarkan warna daun dan pucuk daun yaitu berwarna hijau muda tanpa

bercak serta letak daun yang diambil pucuk 1-6 daun dari atas tanaman

Beluntas. Identifikasi daun beluntas dilakukan oleh CV. Merapi Farma Herbal

yang menyatakan bahwa daun yang digunakan adalah benar daun beluntas

(Pluchea indica L.). Kemudian dilakukan penyerbukan oleh CV. Merapi Farma

Herbal dengan saringan berdiameter 1mm.

2. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Beluntas

Ekstraksi daun beluntas dilakukan dengan metode maserasi menggunakan

pelarut etanol 50% berdasarkan CoA yang dilakukan oleh LPPT UGM.

3. Penetapan Kadar Total Fenolik

Penetapan kadar total fenolik dilakukan dengan metode spektrofotometri

berdasarkan CoA yang dilakukan oleh LPPT UGM.

4. Pengujian Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Beluntas Metode Difusi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

53

Potensi antibakteri ekstrak etanol daun beluntas hasil ekstraksi dan

analisis dari LPPT UGM diuji terhadap isolat bakteri ketiak dengan metode

difusi menggunakan paper disk. Seri konsentrasi yang digunakan untuk ekstrak

etanol daun beluntas adalah 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, 6%, 7%, 8%, 9%, 10%,

adapun tahap pengujian yaitu:

a. Isolasi bakteri ketiak

Isolasi bakteri dari ketiak dilakukan kepada 5 probandus yang

memiliki kriteria memiliki berat badan berlebih dan memiliki masalah bau

badan secara streak plate menggunakan cutton bud steril. Cotton bud steril

yang sudah dibasahi dengan NaCl steril diusapkan kepermukaan ketiak

kemudian diinokulasikan pada pada cawan petri berisi media NA 15 ml

secara aseptis. Bakteri diinkubasi terbalik selama 24 jam pada suhu 370C.

Setelah inkubasi akan terlihat koloni yang terpisah-pisah. Tiap koloni

diharapkan berasal dari satu sel bakteri dan terdiri dari satu spesies bakteri.

Hasil isolasi akan digunakan untuk tahap penelitian berikutnya.

b. Identifikasi dan Determinasi Isolat bakteri dari Ketiak

Bakteri dari ketiak diidentifikasi dengan pengamatan morfologi

koloni, morfologi sel, dan uji biokimia, dengan melakukan pendekatan

bahwa beberapa bakteri yang diduga menjadi penyebab bau badan

diantaranya ialah Staphylococcus epidermidis, Streptococcus pyogenes,

Staphylococcus aureus, Corybacterium acne, Pseudomonas aeruginosa

(Endarti et al.,2002). Identifikasi dilakukan berdasarkan pada Bergey’s

Manual of Determinative Bacteriology (Hot, et al, 1994).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

54

c. Uji daya antibakteri ekstrak etanol daun beluntas dengan metode

difusi paperdisk

i. Pembuatan stok dan suspensi bakteri uji

Diambil 1-3 ose bakteri yang sudah dibiakkan, diinokulasikan ke

dalam 5 mL NB dan divortex agar tercampur merata, kemudian

diinkubasikan pada suhu 24 jam. Dibuat suspensi bakteri uji dan

disetarakan dengan larutan standar Mac Farland II.

ii. Uji aktivitas antibakteri

Diambil petri berisi media NA. Kemudian diinokulasikan

suspensi bakteri uji 20 μ, ke media NA secara merata dengan cara

spread plate. Dibuat sumuran dalam media NA berisi suspensi bakteri

isolat ketiak, kemudian dengan menggunakan mikropipet, pada

masing-masing sumuran tersebut diinokulasikan 20 μl ekstrak etanol

daun beluntas dengan berbagai seri konsentrasi. Inkubasi dilakukan

selama 24 jam pada suhu kamar. Setelah itu diamati zona keruh dan

jernih pada petri. Menentukan konsentrasi ekstrak etanol yang

memiliki aktivitas antibakteri paling baik dengan mengamati zona

hambat yang terbentuk.

5. Pembuatan Deodoran Ekstrak Etanol Daun Beluntas dengan Variasi

Jumlah Sorbitan Monostearat

a. Formula

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

55

Formula standar yang digunakan sebagaideodoran mengacu

hasil survey yang ada dipasaran dan merupakan hasil orientasi

sebelumnya, formula basisdeodoran sebagai berikut :

Water 57,85 % b/b CMC Na 0,75 emulgator 7 Glycerine 12 Parafin liq. 5 Dimethicone 5 Propilen glikol 6 Fragnance 1 Propil paraben 0,2 Metil paraben 0,2 Etanol 2 Ekstrak etanol daun beluntas 3

Berdasrkan formula tersebut dan hasil orientasi maka dibuat

dua formula dengan variasi jumlah sorbitan monostearate yaitu:

Formula sorbitan Monostearat

1 2,24 2 4,55

Komposisi formula deodoran ekstrak etanol daun beluntas

dengan variasi jumlah sorbitan monostearate yang berbeda menjadi :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

56

b. Pembuatan deodoran

Deodoran ekstrak etanol daun beluntas dibuat dengan

menaburkan 0,75 g CMC Na dalam 58,5mL aquadest secara merata

pada permukaan air kemudian didiamkan selama 24 jam supaya

mengembang. Gliserin dan propilenglikol dicampur terlebih dahulu

secara terpisah tanpa pemanasan (1). Larutan CMC Na yang

dikembangkan 24 jam dipanaskan sampai suhu 600C (2). Campuran 1

ke campuran 2 ditambahkan sambil diaduk manual (3) selama 1

menit.

Cetyl alcohol yang terlebih dahulu sudah dipanaskan pada

suhu 600C hingga meleleh, dicampur dengan alkohol untuk membantu

kelarutan cetyl alcohol, metil paraben dan propil paraben (4).

Kemudian dimasukkan campuran 4 kedalam campuran 3 dan

Bahan Formula 1 Formula 2 aquadest 57,85 57,85 CMC Na 0,75 0,75 Glycerine 12 12 Propilenglikol 6 6 Cetyl alcohol 2,45 2,45 Sorbitan monostearate 2,24 4,55 Parafin liq. 5 5 Dimethicone 5 5 Fragnance 1 1 Propil paraben 0,2 0,2 Metil paraben 0,2 0,2 Etanol 2 2 Ekstrak etanol daun beluntas

3 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

57

dilakukan pengadukan secara manual selama 2 menit dalam kondisi

suhu 600C (5). Secara terpisah Span 60 yang terlebih dahulu sudah

dipanaskan pada suhu 600C hingga meleleh, dicampur dengan

campuran parafin liq dan dimethicone pada suhu 600C(6), kemudian

diaduk selama 1 menit. Campuran 6 dimasukkan kedalam campuran

5, kemudian dilakukan pengadukan secara manual selama 2 menit

dalam kondisi suhu 600C (7). Ekstrak etanol daun beluntas

dimasukkan kedalam campuran 7, kemudian dicampur menggunakan

ultrasonifier selama 2 menit dilanjutkan dicampur menggunakan

mixer dengan kecepatan skala 2 selama 3 menit. Kemudian terakhir

ditambahkan parfume dan dicampur menggunakan mixer selama 1

menit.

c. Pengujian daya sebar

Pengujian daya sebar merupakan hasil dari modifikasi

metode pengukuran daya sebar (Garg, Aggrawal, Garg, and Singla,

2002). Deodoran ekstrak etanol daun beluntas ditimbang sebanyak 1

gram diletakkan ditengah kaca bulat berskla. Kaca bulat lain yang

sudah ditimbang diletakkan diatasnya dan ditambahkan beban hingga

125 gram. Diamkan selama 1 menit kemudian diukur diameter

penyebaran yang terbentuk.

d. Pengujian viskositas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

58

Deodoran ekstrak etanol daun beluntas dimasukkan kedalam

wadah dan dipasang pada. Nilai viskositas deodoran ditunjukkan oleh

jarum penunjuk saat viscostester dinyalakan. Hasilnya dicatat.

Pengujian dilakukan setelah deodoran selesai dibuat (48 jam) dan

setelah disimpan selama satu bulan (30 hari).

e. Pengujian mikromeritik

Deodoran ekstrak etanol daun beluntas diletakkan diatas

gelas objek. Kemudian ditutup dengan gelas penutup. Diameter

partikel yang ada diukur sebanyak 300-500 partikel (Martin et al,

1993). Pengujian dilakukan padadeodoran ekstrak etanol daun

beluntas setelah selesai dibuat (24-28 jam) dan setelah disimpan

selama satu bulan. pengukuran diameter droplet dilakukan dengan

menggunakan software Motic image Plus 2.0 hingga didapatkan

diameter (µm) dari 500 droplet yang akan diukur.

G. Analisis Data

Data pendukung yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data hasil

penetapan kadar total fenolik dalam ekstrak etanol daun beluntas, data hasil

identifikasi isolat bakteri ketiak berdasarkan Bergey’s Manual of Determinative

Bacteriology (Holt, Krieg, Sneath, Staley, and Williams, 1994) dan data diameter

zona hambat ekstrak etanol daun beluntas terhadap isolat bakteri ketiak dengan

metode difusi paperdisk.

Data diameter zona hambat pada pertumbuhan isolat bakteri dianalisis

kebermaknaannya dengan uji t tidak berpasangan taraf kepercayaan 95% untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

59

menentukan konsentrasi efektif yang akan diformulasikan kedalam

sediaandeodoran.

Data yang terkumpul adalah data daya sebar, viskositas, persen pemisahan

fase (%) setelah 30 hari penyimpanan, pergeseran ukuran droplet, pergeseran

viskositas.

Analisis data profil daya sebar, pergeseran viskositas, pergeseran ukuran

droplet selama 30 hari penyimpanan dilakukan menggunakan uji Paired sample t-

test apabila data yang diperoleh berdistribusi normal atau Wilcoxon apabila data

yang diperoleh tidak normal pada taraf kepercayaan 95% dengan menggunakan

program R.2.9.0

Perbedaan sifat fisik dan stabilitas fisik deodoran ekstrak etanol daun

beluntas dengan variasi jumlah sorbitan monostearate dapat dianalisis

menggunakan uji t-test tidak berpasangan apabila distribusi data normal atau

Wilcoxon two sample untuk distribusi data yang tidak normal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

60

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengumpulan Bahan Ekstrak dan Determinasi Tumbuhan

Tanaman Beluntas (Pluchea indica L.) yang digunakan dalam penelitian

ini didapatkan dari hasil budidaya CV. Merapi Farma di Jl. Kaliurang Km 21,5

Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Determinasi tanaman dilakukan

sebelumnya untuk memastikan kebenaran spesies tanaman yang digunakan dalam

penelitian. Determinasi dilakukan dengan mencocokkan morfologi tanaman

dengan kunci determinasi (Van Steenis dan Bloembergen, 1987) serta dari hasil

wawancara dengan pengelola tanaman budidaya CV. Merapi Farma. Dari hasil

determinasi dinyatakan bahwa tanaman yang digunakan adalah Pluchea indica L.

Pengumpulan bahan dilakukan pada Oktober 2011, diambil pada waktu

dan tempat penanaman yang sama untuk mendapatkan keseragaman hasil

kandungan tanaman. Pengumpulan dilakukan pada sore hari dimana diharapkan

kandungan senyawa zat aktif daun yaitu senyawa fenolik dalam keadaan optimal.

Pemetikan dilaksanakan pada areal yang telah memasuki masa rotasi untuk

dipetik, bahan yang diperoleh berupa daun segar setidaknya berumur 50 hari

(Rindi, 2011). Dan dipilih berdasarkan warna daun dan pucuk daun yaitu

berwarna hijau muda tanpa bercak serta letak daun yang diambil pucuk 1-6 daun

dari atas tanaman Beluntas (Paini, 2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

61

Gambar 14. Daun Beluntas yang dipetik untuk dibuat ekstrak

Sortasi basah dilakukan dengan mencuci daun menggunakan air yang

mengalir yang bertujuan untuk meminimalkan atau menghilangkan serangga,

debu, tanah, dan bahan-bahan asing yang dapat mengganggu perolehan hasil

penelitian. Setelah dicuci, daun diangin-anginkan untuk menghilangkan air sisa

pencucian. Daun yang telah dibersihkan kemudian dilakukan pengeringan secara

tidak langsung dibawah sinar matahari dengan cara ditutup kain hitam selama 5

hari hingga benar-benar kering. Pengeringan ini dilakukan untuk mengurangi

kadar air dengan tujuan untuk mencegah kerusakan komponen pada daun yang

disebabkan karena adanya pertumbuhan jamur, bakteri serta menginaktifkan

enzim-enzim yang dapat menimbulkan perubahan secara kimiawi. Penutupan

dengan kain hitam dimaksudkan untuk mencegah terjadinya perubahan-perubahan

atau dekomposisi kandungan kimia dalam tumbuhan itu sendiri dan untuk

mencegah penguapan dari senyawa fenolik yang berlebihan yang terkandung

dalam daun beluntas. Senyawa fenolik mudah terdegradasi oleh adanya radiasi

Kelompok daun 1-6 yang dipetik

Kelompok daun >6 (tidak diigunakan)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

62

sinar uv berlebihan sehingga diharapkan pemanasan secara tidak langsung dengan

sinar matahari tidak merusak zat aktif dari simplisia. Daun beluntas yang dijemur

dibolak-balik secara berkala, hal ini bertujuan agar pemanasan merata (Anjariyah,

2003). Pengeringan dihentikan apabila berbunyi gemerisik katika diremas atau

simplisia mudah dipatahkan. Mudah dipatahkannya simplisia menunjukkan bahwa

simplisia tersebut kandungan airnya kurang dari 10%, dan menurut hasil

penelitian diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak berlangsung bila kadar air

dalam simplisia kurang dari 10% (Nurfina, 1998). Simplisia yang kering mutunya

kandungan simplisia dapat dipertahankan, mudah untuk diserbuk dan tahan

penyimpanan dalam waktu yang lama.

B. Pembuatan Serbuk Beluntas

Daun beluntas yang telah kering kemudian diserbuk dengan grinder.

Tujuan penyerbukan adalah untuk memperkecil ukuran simplisia, sehingga

semakin besar luas permukaan simplisia yang akan berkontak dengan larutan

penyari, sehingga hasil penyarian lebih optimal. Proses pembuatan serbuk

beluntas dilakukan di CV. Merapi Farma menggunakan mesin penyerbuk dengan

saringan berdiameter 1 mm. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia

(1995) ukuran lubang pengayak 1,00 mm menunjukkan nomor pengayak 18.

Derajat halus serbuk menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

dinyatakan dengan nomor pengayak. Apabila derajat halus suatu serbuk

dinyatakan dengan satu nomor, bertujuan bahwa semua serbuk dapat melalui

pengayak dengan nomor tersebut. Nomor pengayak 18 berarti semua serbuk dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

63

melalui pengayak nomor 18. Bila ukuran serbuk terlalu besar maka sulit

diekstraksi oleh pelarut karena semakin sempit luas permukaannya yang

bersentuhan dengan pelarut dan bila ukuran serbuk terlalu halus maka tidak

menguntungkan sebab pelarut akan sulit dipisahkan dari ampas serbuk yang

tersisa (Voigt, 1994). Hasil penyerbukan simplisia daun beluntas kemudian

dimasukkan ke dalam wadah tertutup rapat untuk melindungi isi dari masuknya

bahan padat dan mencegah kehilangan bahan selama penanganan dan

penyimpanan (Bermawie et al, 2005). Bahan serbuk simplisia yang sudah

terkumpul kemudian dilakukan proses ekstraksi.

C. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Beluntas dan Verifikasi Kandungan

Senyawa fenolik

Ekstrak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak kental

etanol 50% daun beluntas hasil ekstraksi dengan metode maserasi dari LPPT

UGM. Data standarisasi pembuatan ekstrak etanol daun beluntas dengan metode

maserasi dengan prosedur berdasarkan Certificate of Analysis dari LPPT UGM

Yogyakarta. Ekstrak daun beluntas dibuat dengan metode maserasi menggunakan

pelarut etanol 50%. Senyawa aktif yang disari adalah senyawa fenolik seperti

flavonoid dan eugenol yang bersifat polar, dengan mengandung gugus hidroksi

yang mudah larut dalam pelarut seperti etanol (Robinson, 1995). Etanol

merupakan pelarut universal yang bersifat semipolar yang dapat menarik hampir

sebagian besar senyawa kimia yang terkandung di dalam herba (Runadi, D, 2007),

dalam hal ini termasuk senyawa fenolik. Pelarut etanol 50% yang digunakan juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

64

disesuaikan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai

penetapan kadar total fenolik herba beluntas dimana kadar total fenolik terbanyak

terdapat pada ekstrak etanol 50% daun beluntas (Normala et al, 2011).

Pertimbangan lainnya adalah etanol sebagai penyari karena lebih selektif, kapang

dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas, tidak beracun, netral, dan

panas yang diperlukan untuk pemekatan relatif lebih sedikit (Depkes RI, 1995).

Hal ini yang menjadi dasar pembuatan ekstrak daun beluntas menggunakan

pelarut etanol 50%, sehingga diharapkan senyawa fenolik dalam daun beluntas

dapat tersari optimal.

Proses maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia yang

sudah dikeringkan dan diserbuk dalam pelarut etanol 50% selama 24 jam.

Metode maserasi dipilih dikarenakan metode ini tidak memerlukan pemanasan

dalam proses ekstraksinya sehingga tidak akan mempengaruhi stabilitas ekstrak,

selain itu cara maserasi cukup sederhana dengan peralatan yang digunakan

sederhana dan mudah dilakukan. Prinsip dari metode maserasi ini cairan penyari

akan menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat

aktif. Kemudian zat aktif akan terlarut dalam cairan penyari dan dengan adanya

perbedaan konsentrasi didalam dan luar sel, maka larutan yang terpekat akan

terdesak keluar. Keuntungan utama maserasi adalah sampel yang kecil seperti

dalam skala laboratorium dapat dipreparasi dengan perlakuan yang sama seperti

skala industri (List dan Schmidt, 2000). Untuk uji kualitatif dan kuantitatif

kandungan senyawa fenolik ekstrak etanol daun beluntas dilakuan dengan metode

spektrofotometri oleh LPPT UGM. Perhitungan kadar total fenolik dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

65

menggunakan persamaan kurva baku y = 0,00285 x – 0,00296 dengan r2= 0,99948

dan diperoleh kadar total fenolik sebesar 4,84 %.

Berdasarkan uji verifikasi ini, diharapkan bahwa ekstrak etanol

daun beluntas dapat memberikan khasiat sebagai antibakteri terhadap isolat

bakteri bau badan.

D. Isolasi Bakteri Ketiak Penyebab Bau Badan

Sebagai uji pendahuluan dalam penelitian ini perlu mengetahui daya antibakteri

ekstrak etanol daun beluntas terhadap bakteri bau badan, sehingga untuk

selanjutnya dapat dikembangkan menjadi sediaan deodoran untuk mencegah bau

badan. Pengujian yang dilakukan meliputi uji daya antibakteri menggunakan

difusi paper disk. Bakteri uji yang digunakan dalam penelitian didapatkan dari

hasil isolasi bakteri yang terdapat dalam ketiak probandus untuk mendapatkan

bakteri yang benar-benar ada dalam ketiak, bukan bakteri yang terdapat

dipermukaan kulit.

1. Isolasi Bakteri Bau Badan

Isolasi adalah memisahkan suatu mikrobia dari lingkungan di alam

dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam medium biakan (Jutono

1980). Tujuan dilakukan isolasi bakteri bau badan adalah untuk mendapatkan

bakteri yang benar-benar menyebabkan bau badan dengan mengambil bakteri

dari ketiak yang berkeringat, bukan hanya bakteri yang tumbuh dikulit, tapi

ada di ketiak. Bakteri bau badan diisolasi dari ketiak 5 probandus berusia

produktif (18-40 tahun) yang memiliki Body Mass Index (BMI) overweight

dan sebelumya telah melakukan aktivitas lari selama 1 menit. Probandus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

66

yang memiliki kriteria Body Mass Index (BMI) overweight dipilih karena

berdasarkan anatomi tubuh orang yang memiliki badan gemuk cenderung

memiliki bau badan dimana keringat dapat terperangkap diantara lipatan

lemak di kulit, penumpukan keringat inilah yang berpotensi menimbulkan

bau badan akibat adanya aktivitas antibakteri (Murtastutik, 2012). Kegiatan

lari selama 1 menit dilakukan untuk memicu keluarnya keringat dari kelenjar

apokrin di ketiak sehingga bakteri bau badan dapat beraktivitas dan mudah

diisolasi dengan cutton bud steril yang sebelumnya dicelupkan kedalam NaCl

fisiologis. NaCl fisiologis digunakan untuk mengisolasi bakteri pada kondisi

yang sama dengan tubuh probandus Isolasi dilakukan secara streak plate.

Metode streak plate merupakan metode isolasi secara goresan dengan tujuan

untuk mendapatkan koloni terpisah yang dapat diduga merupakan satu

spesies yang sama. Koloni adalah kumpulan sel bakteri dengan spesies yang

sama dan berasal dari perbanyakan satu sel tunggal.

Untuk menumbuhkan dan mengembangkan mikrobia dipergunakan

suatu substrat yang disebut media. Agar dapat dan berkembang diperlukan

syarat tertentu, yaitu didalam media harus terkandung semua unsur hara yang

diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba, media harus

punya tekanan osmosis, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan

kebutuhan mikroba, dan media harus dalam keadaan steril (Suriawiria,1986).

Media awal yang digunakan untuk mengisolasi bakteri bau badan di ketiak

adalah media NA (Nurtrien Agar) karena di dalam medium ini terkandung

nutrien yang berguna untuk pertumbuhan banyak bakteri. Nutrien adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

67

substansi anorganik dan organik yang diperoleh dari lingkungan, diperlukan

pada biosintesis dan produksi energi sel, dan digunakan sebagai sumber

energi untuk pertumbuhan banyak mikrobia (Prescott et al, 1999). Nutrien

Agar ditinjau secara kimiawi termasuk dalam medium sintentik, dalam

Nutrien Agar terkandung nutrien yang mendukung pertumbuhan bakteri.

Nutrien yang terkandung dalam NA antara lain yeast extract 2,0; peptone 5,0;

sodium chloride 5,0 dan agar 15,0. Adapun fungsi dari kandungan tersebut

adalah Pemilihan NA sebagai media pertumbuhan bakteri bau badan salah

satunya berdasarkan pengaruh pH media terhadap pertumbuhan bakteri. pH

optimum kebanyakan bakteri 6.5-7,5 (Pelczar, 2006). Nutrien Agar memiliki

pH netral (pH 7), sehingga diharapkan media NA dapat memfasilitasi

kebutuhan nutrisi pertumbuhan bakteri sebagai skrining awal bakteri bau

badan di ketiak.

Identifikasi biakan organisme memerlukan pindahan segar tanpa

terjadi pencemaran. Pemindahan bakteri ini dilakukan dengan teknik aseptik

untuk mempertahankan kemurnian biakan (Ratna,1986). Isolasi dilakukan

menggunakan cutton bud steril yang dibersihkan menggunakan alkohol

sebelum digunakan untuk mengisolasi. Alkohol digunakan untuk

mengoptimalkan pensterilan, dengan alkohol ini diharapkan tidak ada

mikrobia kontaminan yang mungkin berasal dari cutton bud. Cutton bud yang

sudah disterilkan terlebih dahulu diusapkan pada kontrol media NA dengan

metode streak plate. Kontrol media NA ini bertujuan untuk menegaskan

bahwa bakteri yang didapatkan dan tumbuh di media NA hanya berasal dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

68

bakteri di ketiak bukan bakteri kontaminan yang berasal dari cutton bud

untuk mengambil bakteri, media NA, maupun lingkungan. Hasilnya pada

kontrol media NA tidak ditemukan pertumbuhan mikrobia yang artinya

teknik isolasi bakteri bau badan sudah aseptis dan bakteri yang diisolasi

murni berasal dari ketiak bukan merupakan kontaminan.

Gambar 15. Kontrol media isolasi bakteri ketiak.

Seluruh tahap inkubasi pada proses isolasi dilakukan pada suhu 370C selama 24

jam. Suhu ini dimaksudkan agar bakteri bau badan yang terseleksi dapat tumbuh

seperti habitat aslinya di ketiak.

Sebagai hasil skrining awal, koloni yang tumbuh di atas lempeng agar,

perlu diperhatikan warna, sifat tembus cahaya, pinggir (tepi), sifat permukaan

(elevasi) dan bentuknya. Hal ini memungkinkan diperoleh ciri-ciri morfologi

koloni bakteri. Tahap penting yang juga harus dilakukan dalam pencirian dan

pengidentifikasian bakteri adalah proses pewarnaan gram yang merupakan proses

pewarnaan diferensial (Lay, 1994). Koloni terpisah dari hasil isolasi kemudian

direisolasi, hingga didapatkan kultur murni. Koloni yang dipilih untuk reisolasi

adalah koloni yang memiliki bentuk dan warna yang mendominasi seluruh

populasi hasil streak plate, yaitu koloni berwarna putih kekuningan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

69

bentuk bulat cembung. Kultur murni adalah suatu biakan bakteri yang terdiri dari

satu spesies yang sama dan merupakan perbanyakan dari sel tunggal. Semua sel

dalam koloni itu sama, dianggap kesemuanya itu merupakan keturunan (progeni)

satu mikroorganisme dan karena itu mewakili apa yang disebut biakan murni

(Pelczar, 2006). Koloni yang terpisah tidak selalu diperoleh hanya dengan 1 kali

reisolasi saja namun memerlukan reisolasi sebanyak 2-3 kali hingga diperoleh

koloni terpisah. Reisolasi digunakan untuk mengisolasi koloni mikrobia lebih

lanjut beberapa kali dengan tujuan diperoleh koloni terpisah dan merupakan

biakan murni yang hasilnya dapat diamati dari keseragaman warna, bentuk dan

konsistensinya (Pelezar, 1988). Dari tahap reisolasi sebanyak 2 kali ini diperoleh

koloni strain bakteri dari isolat bakteri ketiak yaitu bulat (coccus) dan terpisah

satu sama lain. Biakan murni dari reisolasi yang diperoleh tersebut digunakan

untuk tahap identifikasi.

Dari gambar 16 menunjukkan adanya koloni terpisah yang seragam

berbentuk bulat dan kekuningan yang telah diinokulasikan secara streak platting.

Koloni yang terpisah yang diperoleh dari tahap reisolasi digunakan sebagai stok

untuk identifikasi dan determinasi berdasarkan pada morfologi koloni dan

morfologi sel. Dari strain tersebut dibandingkan dan diperoleh hasil yang

menunjukkan adanya koloni terpisah yang seragam baik warna, bentuk dan

konsistensinya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa isolat bakteri ketiak

merupakan kultur murni yang berperan terhadap masalah bau badan secara

morfologi koloni.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

70

kontrol media

Isolat 1

Isolat 2

Isolat 3

Isolat 4

Isolat 5

Gambar 16. Hasil isolasi ketiak dari 5 probandus

Pengecatan gram, motilitas dilakukan pada setiap hasil reisolasi untuk

melihat apakah sudah didapat kultur murni atau belum. Pada pengecatan gram

yang diamati adalah bentuk dan warna sel yang seragam. Berdasarkan hasil

pengecatan gram dan motilitas didapatkan hasil bakteri yang diisolasi non motil

dan bersifat gram positif dengan bentuk sel yang seragam berbentuk seperti

anggur.

Berdasarkan hasil pengamatan morfologi koloni pada cawan agar dan

morfologi sel, disimpulkan bahwa isolat bakteri ketiak yang diperoleh merupakan

kultur murni yang berperan terhadap masalah bau badan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

71

Koloni yang terpisah yang diperoleh dari tahap reisolasi digunakan

sebagai stok untuk identifikasi dan determinasi berdasarkan pada morfologi

koloni dan morfologi sel sebagai penegasan hasil.

2. Identifikasi Isolat Bakteri Bau Badan

Identifikasi adalah penentuan ciri atau karakter sutu biakan murni hasil

isolasi yang ditentukan berdasarkan pada morfologi koloni, morfologi sel dan uji

biokimiawi yang dibandingkan dengan suatu spesies tertentu yang digunakan

sebagai acuan dan dianggap mewakili ciri-ciri suatu spesies. Morfologi koloni

bertujuan untuk melihat sifat pertumbuhan bakteri pada berbagai media (media

cair, media agar petri, media agar miring dan media agar tegak) dengan melihat

pertumbuhan pada bagian permukaan dan dasar tabung. Pada media cair diamati

pertumbuhan koloni pada permukaan media, kekeruhan, bau dan ada tidaknya

endapa untuk mengidentifikasi mikroba berdasarkan kebutuhan akan oksigen.

Pada media agar agak tegak diamati bentuk pertumbuhan koloninya pada bekas

tusukan dan tingkat pertumbuhan merata atau tidak. Pada media agar miring

diamati tingkat pertumbuhannya, bentuk pertumbuhan pada goresan, elevasi,

topografi, warna dan konsistensinya. Sedangkan pada media cawan agar diamati

bentuk pertumbuhannya, sktruktur dalamnya, tepi, evaluasi dan warna koloninya

(Lay, 2004).

Dari pengamatan morfologi koloni pada media agar tegak, agar miring dan

media cair bakteri isolat ketiak mengarah pada genus Staphylococcus. Tetapi,

untuk memastikan bahwa bakteri isolat ketiak tersebut merupakan genus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

72

Staphylococcus perlu dilakukan pengamatan selanjutnya yaitu pengamatan

morfologi sel, uji biokimiawi dan dilanjutkan dengan penanaman pada medium

selektif. Beberapa kunci yang membuat isolat bakteri ketiak mengarah ke bakteri

genus Staphylococcus menurut Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology

(Holt et al., 2000) yaitu:

a) Morfologi Koloni pada Media Cair

Uji yang dilakukan untuk mengetahui morfologi koloni adalah

identifikasi morfologi koloni bakteri pada media cair. Bakteri uji dibiakkan

dalam media cair, kemudian diinkubasi. Hasil inkubasi diamati sifat

pertumbuhan bakteri pada bagian permukaan, di bawah permukaan, dan dasar

tabung. Beberapa hasil pengamatan yang mungkin didapatkan pada bagian

permukaan antara lain terbentuknya partikel, atau jernih. Pada bagian bawah

permukaan hasil yang mungkin didapatkan adalah terlihat pertumbuhan yang

keruh, atau menyerupai granul, atau jernih. Pada dasar permukaan dapat dilihat

adanya endapan granul, atau endapan lengket, atau tidak ada endapan sama

sekali (Lay, 1994). Hasil pengamatan pada identifikasi ini menunjukkan pada

bagian permukaan terbentuk pelikel. Pada bagian bawah terlihat pertumbuhan

bakteri yang keruh, sedangkan pada dasar tabung terlihat adanya endapan

berupa granula.

Berdasarkan pengamatan, dapat disimpulkan bahwa bakteri tersebut

merupakan bersifat anaerob fakultatif, dimana bakteri tersebut dapat tumbuh

tanpa adanya oksigen, tetapi juga dapat bertahan hidup pada lingkungan kaya

oksigen.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

73

b) Morfologi Sel

a) Pengecatan Gram.

Pewarnaan Gram merupakan pewarnaan diferensial yang sangat

berguna dan paling banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi.

Pewarnaan ini merupakan tahap penting dalam pencirian dan identifikasi

bakteri (Lay, 1994).

Uji ini dilakukan untuk mengetahui bentuk bakteri dan mengetahui

sifat Gram dari bakteri tersebut apakah gram positif atau gram negatif.

Hasil pengecatan Gram yang telah dilakukan kemudian diamati dibawah

mikroskop. Hasilnya tampak warna ungu pada bakteri yang menunjukkan

bahwa bakteri tersebut merupakan bakteri Gram positif, dan bakteri

berbentuk kokus. Bakteri gram positif tampak berwarna ungu setelah

pengecatan gram karena memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih tebal

dibandingkan bakteri gram positif, kemudian saat dicuci dengan alkohol

95% cat kristal ungu tetap tidak hilang dari peptidoglikan, sehingga saat

ditambahkan safranin, dinding sel tidak mampu mengikat safranin.

Hasilnya sel berwarna ungu.

b) Uji motilitas bakteri. Uji motilitas bakteri dilakukan dengan

menginokulasikam bakteri secara tusukan pada media Nutrien Agar

semisolid, kemudian diinkubasi selama 24 jam. Hasil inkubasi diamati,

terutama pada bekas tusukan. Hasil pengamatan menunjukkan bakteri

hanya tumbuh pada bekas tusukan, tetapi tidak menyebar di sekitar bekas

tusukan, berarti tidak terdapat pergerakan bakteri disekitar bekas tusukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

74

Sehingga dapat disimpulkam bahwa bakteri tersebut non motil, sehingga

dapat diperkirakan bahwa bakteri uji tidak memiliki flagel ataupun struktur

lain yang bisa berfungsi sebaga alat gerak.

c) Uji Biokimia

Uji biokimia yang dilakukan meliputi uji katalase, uji oksidase, uji

penggunaan sitrat, uji dekarboksilasi lisin, hidrolisis gelatin, uji hidrogen

sulfida, uji indol, uji MR_VP. Uji biokimia didasarkan pada berbagai hasil

metabolisme yang disebabkan oleh adanya kerja enzim yang khas untuk setiap

spesies bakteri (Lay, 1994).

i. Uji katalase. Katalase adalah enzim yang mengkatalisis penguraian

hidrogen peroksida (H2O2) menjadi air dan O2. hidrogen peroksida bersifat

toksik terhadap sel karena bahan ini menginaktivasi enzim dalam sel. uji

ini menggunakan hidrogen peroksida sebaga reagen. Hasil positif uji ini

ditandai oleh pembentukan buih seketika setelah penambahan H2O2 pada

kultur bakteri. Hasil uji yang dilakukan menunjukkan adanya buih

seketika, maka hasil uji ini positif (lay, 1994).

ii. Uji oksidase. Uji ini berfungsi untuk menentukan adanya sitokrom oksidase

yang ditemukan pada mikroorganisme tertentu. Hasil positif uji ini

ditunjukkan dengan perubahan warna kultur menjadi hitam dalam waktu 30

menit setelah ditambahkan reagen oksidase yaitu tretametil-parafenildiamin.

Perubahan warna disebabkan sitokrom oksidase mengoksidasi larutan

reagen. Hasil pengamatan tidak menunjukkan perubahan warna setelah 30

menit, maka disimpulkan hasil uji negatif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

75

Gambar 17. Hasil Uji Oksidase Isolat Ketiak

3. Determinasi bakteri isolat ketiak

Untuk determinasi bakteri digunakan literatur sebagai acuan yang memuat

sifat-sifat bakteri yang telah dikenal. Hasil identifikasi bakteri isolat

dicocokkan dengan pustaka acuan yaitu Bergey’s Manual of Determinative

Bacteriology (Holt et al., 2000).

Berdasarkan hasil pengamatan, bakteri isolat ketiak memiliki kesamaan

dengan genus Staphylococcus yang terdapat dalam pustaka acuan Bergey’s

Manual of Determinative Bacteriology. Kultur bakteri berbentuk bulat

(spheris), gram positif, tidak berflagel (non motil), katalase positif, oksidase

negatif dan bersifat fakultatif anaerob.

isolat 1 isolat 2

isolat 4 isolat 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

76

Tabel I. Hasil identifikasi bakteri isolat ketiak dibandingkan dengan pustaka acuan

No. Karakteristik yang

diidentifikasi Bakteri isolat ketiak

dari probandus (Holt et al., 2000)

1. Bentuk sel Bulat (spheris) Spheris 2. Sifat gram Gram positif Gram positif 3. Kebutuhan akan O2 Fakultatif anaerob Fakultatif Anaerob

4. Pergerakan Non motil Non motil

5. Oksidase Negatif Negatif

6. Katalase Positif Positif

7. Warna koloni Kuning Kuning / orange

Pada tabel I, menunjukkan bahwa hasil identifikasi bakteri isolat ketiak

dari 5 probandus yang dicocokkan dengan pustaka acuan (Holt et al., 2000)

diperoleh kesamaan identitas baik morfologi koloni, morfologi sel maupun

sifat biokimiawinya. Maka dapat disimpulkan bakteri isolat ketiak dari 5

probandus merupakan bakteri dengan genus Staphylococcus dan merupakan

bakteri isolat murni. Untuk lebih mempertegas bahwa bakteri isolat ketiak

adalah genus Staphylococcus maka dilakukan penanaman bakteri pada medium

selektif.

4. Penegasan genus Staphylococcus pada medium selektif

Media selektif digunakan untuk mengisolasi kelompok khusus bakteri.

Media ini dilengkapi bahan kimia untuk menghambat pertumbuhan satu tipe

bakteri dan menyebabkan pertumbuhan yang lainnya, sehingga memberi

kemudahan untuk mengisolasi bakteri yang diinginkan (Kusnandi, 2000).

Salah satu medium selektif yang digunakan untuk penegasan genus

Staphylococcus adalah medium Manitol Salt Agar. Manitol Salt Agar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

77

mengandung konsentrasi garam tinggi (7,5% NaCl), yang dapat menghambat

pertumbuhan kebanyakan bakteri, kecuali Staphylococcus. Media ini juga

mengandung karbohidrat mannitol, dimana beberapa Staphylococcus dapat

melakukan fermentasi, “phenol red” (pH indikator) digunakan untuk

mendeteksi adanya asam hasil fermentasi manitol. Staphylococcus ini

memperlihatkan suatu zona berwarna kuning di sekeliling pertumbuhannya,

Staphylococcus yang tidak melakukan fermentasi tidak akan menghasilkan

perubahan warna (Kusnadi, 2000).

Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat pertumbuhan bakteri

pada medium Manitol Salt Agar. Hal ini berarti sesuai dengan teori yang

menunjukkan bahwa hanya genus Staphylococcus yang tumbuh pada medium

Manitol Slat Agar. Selain itu terjadi perubahan warna pada medium Manitol

Salt Agar.

Kontrol media Isolat 1 Isolat 2

Gambar 18. Bakteri isolat ketiak pada medium Manitol Salt Agar

Pada gambar 20, terlihat bahwa ada perbedaan warna antara kontrol

media dengan media yang telah ditumbuhi oleh bakteri. Perubahan warna ini

terjadi karena bakteri genus Staphylococcus dapat memfermentasi manitol

sehingga terjadi penurunan pH yang ditandai dengan perubahan warna dari

orange menjadi kuning.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

78

E. Pengujian Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Beluntas Dengan

Metode Difusi

Potensi antibakteri ekstrak daun beluntas yang diuji terhadap isolat bakteri

ketiak dilakukan dengan metode difusi menggunakan paper disk. Seri konsentrasi

yang digunakan untuk ekstrak etanol daun beluntas yaitu 1%, 2%, 3%, 4%, 5%,

6%, 7%, 8%, 9% dan 10%. Aquadest steril digunakan sebagai kontrol negatif

karena aquadest steril digunakan untuk pelarut ekstrak. Ekstrak dengan

konsentrasi 100% digunakan sebagai kontrol positif karena konsentrasi 100%

memiliki zona hambat yang paling besar.

Hasil uji aktivitas antibakteri ditunjukkan dengan terbentuknya zona yang

lebih jernih di sekitar paper disk bila dibandingkan dengan sekelilingnya. Zona

yang lebih jernih ini menunjukkan adanya penghambatan pertumbuhan bakteri.

Zona jernih ini menunjukkan tidak ada pertumbuhan bakteri uji pada zona

tersebut. Daya antibakteri ekstrak etanol sebanding dengan besarnya diameter

hambatan pertumbuhan bakteri. Hal ini berarti semakin besar hambatnya maka

semakin besar pula daya antibakterinya.

Bakteri yang ditanam pada media nutrien agar menggunakan teknik

spread plate. Setelah bakteri uji diinokulasikan, kemudian paper disk dimasukkan

ke dalam plate lalu senyawa uji diteteskan pada paper disk pada konsentrasi

tertentu. Pengamatan zona hambat dilakukan setelah bakteri diinkubasi selama 24

jam.

Hasil uji aktivitas antibakteri ditunjukkan dengan terbentuknya zona yang

lebih jernih di sekitar paper disk jika dibandingkan dengan sekelilingnya. Zona

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

79

yang lebih jernih ini menunjukkan adanya penghambatan pertumbuhan bakteri.

Semakin besar diameter zona yang lebih jernih maka semakin besar pula potensi

antibakterinya.

Berdasarkan hasil penelitian yang ada pada lampiran 5, menunjukkan

bahwa ekstrak etanol daun beluntas memiliki potensi daya antibakteri terhadap

isolat bakteri ketiak genus Staphylococcus. Berdasarkan hasil uji daya antibakteri

terhadap isolat bakteri bau badan pada lampiran 5, terlihat bahwa konsentrasi

ekstrak etanol daun beluntas 3% merupakan konsentrasi yang berpotensi untuk

diformulasikan kedalam sediaan deodoran. Analisis statistik dilakukan untuk

memastikan bahwa konsentrasi ekstrak etanol daun beluntas konsentrasi 3%

menghasilkan zona hambat terhadap isolat bakteri bau badan. Hasil analisis non

parametik uji Mann Whitney (Wilcoxon dua sampel) untuk membandingkan

respon zona hambat ektrak etanol daun beluntas 3% dengan zona hambat kontrol

negatif menunjukkan nilai significancy 0,03690 (p<0,05), artinya terdapat

perbedaan rerata yang bermakna antara dua kelompok data (signifikan).

Berdasarkan hasil ini dapat ditegaskan bahwa ekstrak etanol daun beluntas

konsentrasi 3% menghambat isolat bakteri ketiak genus Staphylococcus.

Senyawa fenol yang terkandung di dalam ekstrak etanol daun beluntas

memiliki peranan sebagai agen antibakteri yang menghambat isolat bakteri ketiak

genus Staphylococcus. Senyawa fenol dapat berinteraksi dengan dengan sel

bakteri melalui proses adsorbsi yang melibatkan ikatan hidrogen, sehingga akan

terbentuk suatu kompleks protein. Gugus hidroksi (-OH) akan berikatan dengan

gugus sulfihidril dan interaksi tersebut akan menghambat pembentukan enzim

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

80

yang dibutuhkan saat sintesis dinding sel bakteri. jika sintesis dinding sel bakteri

dihambat maka bakteri akan mati (Cowan, 1999). Pada perusakan membran sel,

ion H+ dari senyawa fenol akan menyerang gugus polar (gugus fosfat) sehingga

molekul fosfolipid akan terurai menjadi gliserol, asam karboksilat, dan asam

fosfat (Parwata dan Dewi, 2008). Masuknya fenol ke dalam sel bakteri juga akan

mengubah permeabelitas sel bakteri (Cox, Mann, Markham, Gustafon,

Warmingtom, Wyllie, 2001). Gugus fenol akan berpenetrasi masuk ke dalam sel

dan menyebabkan denaturasi protein karena fosfolipid tidak mampu

mempertahankan bentuk membran sel yang pada akhirnya menyebabkan pelisisan

sel bakteri (Parwata dan Dewi, 2008).

F. Pembuatan Deodoran Ekstrak Etanol Daun Beluntas

Pada penelitian ini dibuat suatu sediaan deodoran dari suatu bahan alam,

yaitu daun beluntas. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang telah

dilakukan, diketahui bahwa ekstrak etanol daun beluntas terbukti secara in vitro

menghambat pertumbuhan isolat bakteri bau badan pada konsentrasi 3%.

Penggunaan ekstrak etanol daun beluntas 3% secara langsung pada kulit kurang

efektif. Oleh karena itu, ekstrak etanol daun beluntas perlu diformulasikan ke

dalam sediaan topikal dengan penggunaan lokal dikulit secara lebih praktis,

efektif, dan modern yaitu sediaan deodoran. Sediaan deodoran bentuk emulsi

harapkan dapat menjadi drug delivery system yang baik bagi ekstrak etanol daun

beluntas ketika diaplikasikan di kulit. Ekstrak etanol daun beluntas yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

81

digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil ekstraksi dan analisis dari LPPT.

UGM.

Pada penelitian ini, deodoran diformulasikan sebagai bentuk lotion,

dimana droplet-droplet minyak terdispersi dalam fase air. Alasan pemilihan

bentuk emulsi ini karena pada emulsi terdapat fase minyak yang berfungsi sebagai

emolien untuk mencegah penguapan air. Peningkatan oklusivitas dari fase minyak

pada sistem emulsi akan meningkatkan hidrasi pada stratum corneum dan hal ini

berhubungan dengan berkurangnya hambatan difusi bagi zat terlarut. Oleh karena

itu, adanya sistem emulsi akan memberikan penetrasi tinggi dipermukaan kulit

(Block, 1996). Zat aktif ekstrak etanol daun beluntas yang terdispersi dalam fase

air yang bersifat polar menjadi lebih tertahan dipermukaan stratum corneum

ketiak yang bersifat nonpolar. Dengan lebih tertahan di stratum corneum kulit

ketiak maka konsentrasi ekstrak etanol daun beluntas dapat dipertahankan dan

lebih lama kontak di stratum corneum. Hal ini yang dapat menjamin efek ekstrak

etanol daun beluntas sebagai antibakteri bau badan menjadi lebih efektif.

Komposisi formula emulsi deodoran ekstrak etanol daun beluntas

ditentukan berdasarkan hasil survei bahan-bahan yang sering digunakan dalam

formula deodoran yang beredar dipasaran dan merupakan hasil orientasi. Bahan-

bahan yang digunakan dalam basis formula deodoran terlebih dahulu dipastikan

keamanannya berdasarkan Material Safety Data Sheet pada Handbook of

Pharmaceutical Excipients Sixth Edition (Rowe et al, 2009).

Emulsifying agent yang digunakan dalam penelitian ini adalah emusifying

agent nonionik karena sifatnya yang tidak toksik dan tidak mengiritasi kulit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

82

Campuran emulsifying agent tersebut membentuk susunan yang rapat menjadi

barier monomolekular disekeliling permukaan tetesan minyak yang mampu

mencegah koalesensi. Sorbitan monostearate merupakan emulsfying agent

nonionik. Krim yang dibuat dengan sorbitan ester memiliki tekstur yang halus dan

stabil (Aulton and Diana, 1991). Emulsifying agent tersebut digunakan karena

tingkat keamanannya dan diharapkan dapat meningkatkan kestabilan emulsi

dengan adanya gugus hidrofil dan lipofil. Cara menstabilkan emulsi adalah

dengan adanya gugus polar dari surfaktan yang terhidrasi dan bulky, yang

menyebabkan halangan sterik antara droplet dan mencegah koalesen (Kim,2005)

Pada formula deodoran ekstrak etanol daun beluntas terdiri dari beberapa

bahan tambahan yang dapat mendukung performa sediaan deodoran saat

diaplikasikan pada kulit ketiak. Gliserin dalam formula deodoran ekstrak etanol

daun beluntas berfungsi sebagai humektan namun memiliki kelemahan cenderung

menimbulkan rasa berat (heavy) dan basah (tacky) yang dapat ditutupi dengan

mengkombinasikan bersama humectant lain (Zocchi,2001). Propilenglikol

memiliki berat molekul yang lebih kecil, viskositas yang lebih rendah dan

kemampuan menguap yang lebih tinggi dibandingkan dengan gliserol (Sagarin,

1957). Gliserin yang cenderung kental dikombinasikan dengan propilenglikol

yang memiliki viskositas lebih rendah, maka dapat diperoleh campuran

humectant dengan viskositas yang sesuai, tidak terlalu kental dan tidak terlalu

encer (viskositasnya rendah). Humektan adalah bahan dalam produk kosmetik

yang dimaksudkan untuk mencegah hilangnya lembab dari produk dan

meningkatkan jumlah air (kelembaban) pada lapisan kulit terluar saat produk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

83

digunakan (Loden, 2001). Humektan membantu menjaga kelembaban kulit

dengan cara menjaga kandungan air pada lapisan stratum corneum serta mengikat

air dari lingkungan kulit (Rawlings et al, 2002).

Dimethicone dalam formula deodoran ekstrak etanol daun beluntas

berfungsi sebagai emolien dimana mampu memberikan rasa halus pada kulit, akan

tetapi cenderung menimbulkan rasa berat (heavy). Parafin liq. merupakan emolien

yang memiliki berat molekul yang lebih kecil, viskositas yang lebih rendah.

Apabila dimethichone dikombinasikan dengan parafin liq maka dapat diperoleh

campuran emolien dengan viskositas yang sesuai, tidak terlalu kental dan tidak

terlalu encer (viskositasnya rendah). Emolien (pelunak, zat yang mempu

melunakkan kulit) didefinisikan sebagai sebuah media, bila digunakan pada

lapisan kulit yang keras dan kering akan mempengaruhi kelembutan kulit dengan

adanya hidrasi ulang. Dalam skin lotion, emolien yang digunakan memiliki titik

cair yang lebih tinggi dari suhu kulit. Fenomena ini dapat menjelaskan timbulnya

rasa nyaman, kering, dan tidak berminyak bila skin lotion dioleskan pada kulit

(Scmitt, 1996). Pada emulsi terdapat fase minyak yang berfungsi sebagai emolien

yang akan mencegah penguapan sehingga kandungan air dapat dipertahankan.

Peningkatan oklusivitas dari fase minyak pada sistem emulsi akan meningkatkan

hidrasi pada stratum corneum dan hal ini berhubungan dengan berkurangnya

hambatan difusi bagi zat terlarut. Oleh karena itu adanya sistem emulsi akan

memberikan penetrasi tinggi dipermukaan kulit (Block, 1996)

CMC Na pada formula berfungsi sebagai pengental sekaligus sebagai

stabilizer dalam sistem emulsi. Thickening agent atau bahan pengental digunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

84

untuk mengatur kekentalan produk sehingga sesuai dengan tujuan penggunaan

mempertahankan kestabilan produk. Bahan pengental yan dugunakan juga

bertujuan untuk mencegah terpisahnya partikel dari emulsi (Mitsui,1997).

Penggunaan gom dan polimer sintesis dalam fase kontinu emulsi merupakan suatu

bahan yang kuat dalam penambah kestabilan emulsi (Boyland and Chowhan,

1986). Pada sediaan semisolid, cetyl alcohol mampu menjaga stabilitas,

memperbaiki tekstur dan menigkatkan konsistensi, serta mampu menyerap air dan

membentuk fase luar yang kental (Boyland and Chowhan, 1986). Penggunaan

etanol perlu ditambahkan kedalam formula ekstrak etanol daun beluntas, karena

selain digunakan sebagai pelarut ekstrak etanol daun beluntas juga digunakan

untuk menimbulkan sensasi dingin serta mengurangi perbedaan polaritas antara

fase minyak dan fase air dengan bertindak sebagai kosolven (Salanger,2000).

Sediaan emulsi mengandung cukup banyak air dan minyak yang merupakan

media yang baik untuk pertumbuhan mikrobia. Fase air juga mengandung sistem

hidrogel yang harus diberi preservative untuk menghindari pertumbuhan mikroba

(Buchman, 2001). Oleh karena itu ditambahkan pengawet untuk menjaga

kestabilan emulsi selama penyimpanan. Formulasi suatu emulsi yang menjadi

steril sangat sulit tanpa penggunaan zat antimikroba yang kuat (Boyland and

Chowhan,1986). Pengawet metil paraben dan propil paraben digunakan untuk

mencegah deodoran terkontaminasi mikroba selama proses penyimpanan.

Penggunaan dua pengawet dalam formula karena metil paraben lebih larut dalam

fase air, sedangkan propil paraben lebih larut dalam fase minyak, sehingga

masing-masing pengawet diharapkan dapat mencegah kontaminasi dari masing-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

85

masing fase pada emulsi deodoran. Suatu sistem pengawet yang dirancang secara

efektif harus menahan aktivitas antimikrobanya untuk shelf life produk tersebut

(Boylan and Chowhan, 1986).

Pembuatan deodoran ekstrak etanol daun beluntas dilakukan dengan

mencampurkan bahan-bahan yang digunakan sesuai dengan fasenya. Pada

pembuatan emulsi deodoran terdiri dari 2 fase, yaitu fase air dan fase minyak.

Fase yang mudah bercampur dengan air disebut sebagai fase air, terdiri dari

gliserin, propilenglikol, dan CMC Na. Fase yang mudah bercampur dengan

minyak disebut fase minyak, terdiri dari parafin liq. dan dimethichone. Ekstrak

etanol daun beluntas sebelum dimasukkan ke basis deodoran terlebih dahulu

dilarutkan kedalam campuran aquadest dan etanol (1:1), hal ini untuk

mempermudah proses kelarutan ekstrak etanol dengan fase air yang lain. CMC

Na didispersikan selama 24 jam untuk memaksimalkan hidrasi dan mencapai

viskositas yang maksimum. Penggunaan gom ataupun polimer, haruslah secara

sempurna dihidrasi atau dilarutkan dalam fase air sebelum tahap emulsifikasi

(Boyland and Chowhan, 1986)..

Pada awal tahap pembuatan deodoran ekstrak etanol daun beluntas, fase

minyak dan fase air kecuali ekstrak dipanaskan terlebih dahulu secara terpisah

diatas waterbath hingga mencapai suhu 600C. Pemanasan ini bertujuan untuk

mempermudah pencampuran karena pada formula terdapat bahan berbentuk semi

padat yaitu cetyl alcohol dan span 60 yang harus dilelehkan. Pencampuran bahan

yang berupa cairan akan lebih mudah bercampur sehingga homogenitas

pencampuran lebih mudah tercapai. Pelelehan dilakukan 50C di atas titik lebur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

86

dari kedua bahan tersebut agar bahan dapat melebur dengan sempurna, dimana

cetyl alcohol memiliki titik lebur 450-520C sedangkan span 60 memiliki titik lebur

530-570C. Semua bahan dipanaskan pada suhu yang sama agar tidak terjadi

shocktermal saat pencampuran yang bisa mengganggu stabilitas dari emulsi.

Dalam penelitian ini, emulsi deodoran ekstrak etanol daun beluntas dibuat

berdasarkan beaker methode. Pada metode ini fase minyak didispersikan ke fase

air dengan emulsifying agent sorbitan monostearate. Pencampuran fase air dan

fase minyak dilakukan pada suhu 700C diatas pemanas hingga mulai terbentuk

emulsi. Suhu 700C dipilih karena merupakan suhu untuk membentuk sistem

emulsi yang stabil. Peningkatan suhu pencampuran akan meningkatkan gerakan

kinetik dari droplet fase terdispersi sehingga mempermudah proses emulsifikasi

(Nielloud dan Mestres, 2000). Parameter mulai terbentuknya emulsi ditandai

dengan perubahan warna campuran menjadi putih susu. Campuran yang berwarna

putih susu ini kemudian diturunkan dari pemanas, setelah itu dilakukan

pengadukan konstan dengan kecepatan teratur hingga dingin dan terbentuk emulsi

yang homogen. Pada proses pencampuran ini digunakan ultra turrax dan mixer.

Prinsip kerja ultra turrax adalah mengecilkan ukuran partikel emulsi dengan

menggerus dan memotong partikel emulsi yang besar dengan rotor (bergerak) dan

stator (diam) menjadi partikel lebih kecil. Prinsip kerja mixer adalah pencampuran

bahan menjadi homogen. Diharapkan dengan proses pengecilan partikel dan

pencampuran maka proses emusifikasi dapat berjalan maksimal.

Setelah emulsi mulai terbentuk maka selanjutnya dilakukan penambahan

ekstrak etanol daun beluntas diikuti penambahan parfum pada suhu 350C agar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

87

tidak merusak sistem emulsi yang baru saja terbentuk. Penambahan dilakukan

pada akhir proses pencampuran karena sifat ekstrak etanol daun beluntas dan

parfum tidak tahan terhadap pemanasan tinggi dan mudah menguap. Bahan yang

mudah menguap dan tidak tahan pemanasan ditambahkan setelah sistem emulsi

terbentuk (Billanny, 2002).

Stabilitas sistem emulsi dibentuk melalui 2 mekanisme yaitu mekanisme

sorbitan monosterate sebagai emulsifying agent dan mekanisme stabilizer dan

thickening agent oleh CMC Na. Proses emulsifikasi pada emulsi deodoran terjadi

dengan mekanisme: bagian hidrofilik dari sorbitan monosterate akan

mengarahkan dirinya ke fase air (medium dispers). Sedangkan bagian lipofiliknya

akan berada di fase minyak (fase internal) sehingga akan membentuk suatu

lapisan film monolayer yang melingkari suatu tetesan atau droplet dari fase dalam

emulsi. Lapisan film ini akan bertindak sebagai barier untuk mencegah

bergabungnya droplet-droplet fase minyak dan fase air.

Gambar 19. Pembentukan lapisan film monolayer pada emulgator nonionik (Kim,2005)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

88

Gambar 20. Misel yang terperangkap dalam matriks polimer (Daniel, 2011)

Mekanisme stabilisasi CMC Na terjadi setelah CMC Na terdispersi merata

dalam air. Butir-butir CMC yang bersifat hidrofilik akan menyerap air dan terjadi

pembengkakan. Air yang sebelumnya ada diluar granula yang bebas bergerak,

tidak dapat bergerak lagi dengan bebas sehingga keadaan larutan lebih mantap dan

terjadi peningkatan viskositas (Fennema, Keren and Lund, 1996). Hal ini akan

menyebabkan partikel-partikel terperangkap dalam sistem tersebut dan

memperlambat proses pengendapan karena adanya pengaruh gravitasi. Menurut

Fardiaz (1987), didalam sistem emulsi hidrokoloid (CMC Na) tidak berfungsi

sebagai pengemulsi tetapi lebih sebagai senyawa yang memberikan kestabilan.

Penambahan CMC Na pada fase air berfungsi sebagai bahan pengental, dengan

tujuan untuk membentuk sistem dispersi koloid dan meningkatkan viskositas.

Dengan adanya CMC Na ini maka droplet-droplet yang sudah membentuk misel

dengan emulgator akan terperangkap dalam sistem tersebut atau tetap tinggal

ditempatnya dan tidak mengendap oleh pengaruh gaya gravitasi (Potter, 1986).

CMC Na memberikan kestabilan produk dengan memerangkap air dengan

membentuk jembatan hidrogen dengan molekul CMC Na yang lain dan akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

89

membentuk suatu matriks (Belitz dan Grosch, 1986). Peristiwa pembentukan

matriks tersebut terjadi tanpa adanya crosslinking sehingga matriks yang

terbentuk merupakan matriks yang bersifat dinamis (Collet dan Moreton, 2002).

Diharapkan juga dengan adanya CMC Na dalam medium dispers maka

keberadaan ekstrak etanol daun beluntas dapat dipertahankan, dengan mencegah

terjadinya pengendapan.

Deodoran ekstrak etanol daun beluntas yang sudah jadi kemudian

dimasukkan kedalam wadah deodoran sehingga bisa diaplikasikan ke kulit ketiak

dengan mudah. Penggunaan deodoran ekstrak etanol daun beluntas untuk

mengatasi bau badan akan lebih efektif apabila pengaplikasian deodoran

dilakukan dalam kondisi kulit ketiak kering. Pemberian shearing stress dengan

penggosokan ketika diaplikasikan dikulit ketiak akan membantu pelekatan emulsi

deodoran ekstrak etanol daun beluntas di lapisan stratum corneum dan pelepasan

zat aktif senyawa fenolik dari matriknya.

G. Karakteristik Sifat Fisik dan Stabilitas Deodoran Ekstrak Etanol

Beluntas

Sifat fisik dan stabilitas deodoran merupakan parameter yang harus

dipertimbangkan untuk menilai kualitas dari sediaan deodoran yang dihasilkan.

Sifat fisik dan stabilitas fisik deodoran yang baik merupakan jaminan bahwa

produk deodoran yang dihasilkan dapat diterima oleh masyarakat. Masyarakat

menyukai sediaan deodoran yang mudah dan cepat menyebar ketika dioleskan,

serta memiliki viskositas yang optimal sehingga mudah dituang dan stabil dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

90

penyimpanan. Selain faktor acceptability, evaluasi sifat fisik dan stabilitas

deodoran perlu dilakukan untuk mendukung drug delivery system ketika

diaplikasikan di kulit. Sediaan deodoran diharapkan dapat tertahan di permukaan

stratum corneum sehingga dapat memberikan efek antibakteri yang optimal. Sifat

fisik dan stabilitas yang tidak sesuai dapat menyebabkan proses absorpsi zat aktif

ke bakteri menjadi tidak optimal. Sifat fisik deodoran yang diukur adalah daya

sebar emulsi, viskositas, dan ukuran droplet. Stabilitas fisik yang dilihat dalam

penelitian ini adalah pergeseran viskositas, pemisahan fase (indeks creaming), dan

pergeseran ukuran droplet yang dilihat secara mikroskopis. Evaluasi stabilitas

fisik deodoran dilakukan dengan membandingkan sifat fisik setelah 48 jam

pembuatan dan 30 hari penyimpanan. Pengukuran dimulai setelah 48 jam

pembuatan untuk memastikan sistem emulsi sudah terbentuk stabil dan sudah

tidak terpengaruh oleh adanya shearing stress selama proses pembuatan. Pada

proses pembuatan emulsi pemberian energi membuat droplet-droplet minyak

dapat bergerak bebas dan bertubrukan satu sama lain, dimana ukuran droplet akan

mempengaruhi viskositas sediaan emulsi. Adanya pengaruh shearing stress dalam

proses pembuatan bisa membuat bias hasil pengukuran. Oleh karena itu, perlu

dilakukan pendiaman selama 48 jam dengan asumsi pada waktu pendiaman ini

semua pengaruh selama proses pencampuran telah hilang. Diamati selama 30 hari

penyimpanan karena diasumsikan sebagai lamanya penggunaan deodoran setelah

kemasan pertama kali dibuka. Evaluasi stabilitas selama 30 hari perlu dilakukan

sebagai orientasi awal dalam formulasi sediaan deodoran ekstrak etanol.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

91

Sorbitan monostearate merupakan emulsfying agent yang berperan

menentukan sifat fisik dan stabilitas fisik suatu emulsi. Pada penelitian ini akan

dilihat perbedaan pemberian variasi jumlah sorbitan monostearate terhadap sifat

fisik dan stabilitas fisik deodoran. Sorbitan monostearate merupakan emulsfying

agent nonionik, dimana sifatnya resisten terhadap perubahan pH, tetapi bekerja

lebih efektif pada pH 4-8 (Escleston, 2007). pH juga mempengaruhi aplikasi

sediaan deodoran ke kulit, dimana deodoran harus memiliki pH 3,5-7 (SNI,1998).

pH kulit sekitar 4,2-6 sehingga diusahakan pH sediaan dibuat mendekati pH kulit

(Couturaud, 2009). Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan pengujian pH

terlebih dahulu untuk melihat efektivitas emulsfying agent sebelum dilakukan

evaluasi dan memastikan keamanan dari deodoran ekstrak etanol daun beluntas

saat diaplikasikan di kulit. Berdasarkan lampiran 7 deodoran ekstrak etanol daun

beluntas memiliki rentang pH 5,34-5,49 baik setelah pembuatan, penyimpanan 15

hari maupun setelah penyimpanan 30 hari. Hal ini berarti, Sorbitan monostearate

dapat bekerja secara efektif dalam sistem emulsi sediaan deodoran dan sediaan

deodoran ekstrak etanol daun beluntas aman untuk diaplikasikan ke kulit.

Tabel II. Sifat fisik dan Stabilitas Fisik Deodoran Ekstrak Etanol Daun Beluntas

Respon Formula 1 Formula 2 Ukuran droplet

(µm) X±SD 11,720 ± 0,16 10,345 ± 0,24

Viskositas (d.Pa.s) X±SD 10,21 ± 0,11 22,66± 0,15

Daya sebar (cm) X±SD 7,17 ± 0,06 6,28 ± 0,03

Pergeseran viskositas (%)X±SD

0,88 ± 0,11 0,44 ± 0,44

Pergeseran ukuran droplet

(%)X±SD 1,861 ± 1,792 1,075 ± 1,862

Pemisahan fase (%)X±SD 0,4 ± 0,4 0 ± 0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

92

1. Ukuran droplet

Ukuran droplet merupakan faktor yang sangat penting dalam

mempengaruhi kestabilan emulsi deodoran ekstrak etanol daun beluntas.

Semakin kecil ukuran droplet, maka kestabilan emulsi deodoran semakin baik

karena ukuran droplet yang kecil dapat menjebak medium kedalamnya,

akibatnya tahanan mengalir semakin besar sehingga droplet-droplet menjadi

immobile. Dengan sistem yang immobile maka droplet-droplet akan sukar

bergerak, hal ini diimbangi dengan kerja emulsifying agent yang baik pada

lapisan antarmuka fase minyak dengan fase air. Emulsifying agent membentuk

struktur kaku yang berfungsi sebagai barrier untuk mencegah droplet

bergabung (Nielloud and Mestres,2000).

Pengukuran droplet dilakukan 48 jam dan 30 hari penyimpanan untuk

melihat stabilitas emulsi selama penyimpanan. Pengukuran droplet selama 30

hari digunakan untuk melihat besarnya perubahan ukuran droplet dari waktu ke

waktu selama 30 hari yang merupakan fenomena ketidakstabilan emulsi dalam

penyimpanan. Droplet diukur dengan menggunakan mikroskop (Motic, B3

Professional Series) dengan perbesaran 40X. Pengukuran droplet emulsi

dilakukan sebanyak 500 droplet (Martin et al, 1993) untuk tiap replikasi

formula pada tiap waktu pengukuran. Pengukuran droplet dilakukan pada

bagian tengah, bawah dan atas preparat, hal ini dilakukan untuk

mempresentasikan kondisi droplet secara keseluruhan.

Untuk lebih mempresentasikan kondisi ukuran droplet, maka ukuran

droplet dalam penelitian ini dinyatakan dengan nilai mean. Berdasarkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

93

lampiran 10. Data ukuran droplet terdistribusi normal. Menurut Sopiyudin

(2001), jika data mempunyai distribusi normal, maka dianjurkan untuk

memilih mean sebagai ukuran pemusatan dan standar deviasi (SD) sebagai

ukuran penyebaran. Hal ini didasarkan karena mean lebih menggambarkan

distribusi ukuran droplet secara keseluruhan pada data yang terdistribusi

normal. Pengukuran tidak menggunakan percentile 90 karena parameter ini

hanya menggambarkan bahwa 90% dari populasi droplet di bawah suatu nilai

tertentu sehingga tidak bisa menggambarkan ukuran droplet sebenarnya. Nilai

modus tidak dipakai karena hanya menyatakan jumlah ukuran terbanyak dari

populasi droplet. Nilai modus kurang sensitif sebagai parameter untuk melihat

distribusi ukuran droplet karena modus pada penelitian ini menghasilkan nilai

yang hampir sama. Apabila nilai modus yang didapat dari masing-masing data

sama maka distribusi penyebaran datanya dapat berbeda sehingga tidak dapat

menggambarkan ukuran droplet sebenarnya.

Hasil pengukuran ukuran droplet pada tabel II menunjukkan bahwa emulsi

deodoran ekstrak etanol daun beluntas berbeda untuk tiap formula, dimana

formula 1 memiliki ukuran droplet yang lebih besar daripada emulsi deodoran

ekstrak etanol daun beluntas formula 2.

Tabel III. Uji Signifikansi Profil Ukuran Droplet Deodoran Ekstrak Etanol Daun Beluntas Antara Formula 1 dengan Formula 2

Formula Ukuran droplet (µm)

Shapiro-wilk (sig. p>0,05)

Unpaired t-test

(sig.p<0,05)

keterangan

1 11,720 ± 0,16 0,1478 0,002012 signifikan 2 10,345 ± 0,24

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

94

Uji statistika dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan

yang signifikan antara respon ukuran droplet pada formula 1 dengan formula 2.

Melalui hasil uji normalitas Shapiro-wilk, diketahui bahwa data pergeseran

ukuran droplet formula 1 dan formula 2 berdistribusi normal. berdasarkan uji

normalitas maka dilakukan analisis parametik uji t tidak berpasangan untuk

membandingkan respon ukuran droplet formula 1 dan formula 2. Berdasarkan

tabel III, hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan nilai p-value 0,002012

(p<0,05), artinya terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara ukuran

droplet formula 1 dan formula 2.

2. Viskositas

Viskositas merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan

untuk menjaga stabilitas sediaan emulsi deodoran ekstrak etanol daun beluntas,

karena viskositas yang tinggi membuat pergerakan droplet terbatas. Pergerakan

droplet yang terbatas meminimalkan kemungkinan antar droplet berinteraksi.

Hal ini dapat meminimalkan terjadinya fenomena instabilitas emulsi, yaitu

koalesens (bergabungnya dua atau lebih droplet kecil menjadi satu droplet

besar). Viskositas yang optimum mengakibatkan emulsi mudah mengalir dan

penyebar di kulit ketiak saat dioleskan. Viskositas yang terlalu kecil dapat

mengakibatkan emulsi terlalu mudah mengalir, akibatnya terlalu banyak

sediaan emulsi deodoran ekstrak etanol daun beluntas yang keluar melalui

wadah dan menyebabkan kontak dengan kulit ketiak hanya sebentar. Demikian

juga dengan viskositas yang terlalu besar akan menghambat pergerakan

deodoran ekstrak etanol daun beluntas keluar dari wadah dan menyebabkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

95

ketidaknyamanan saat diaplikasikan ke kulit ketiak. Viskositas berpengaruh

terhadap efektifitas emulsi deodoran saat diaplikasikan ke kulit ketiak.

Umumnya semakin besar viskositas suatu formula maka daya sebar akan

semakin kecil (Dark dkk,2002). Hal ini membuat sediaan emulsi akan semakin

stabil karena pergeseran partikel cenderung lebih sulit dengan semakin

kentalnya suatu bahan (Schmitt, 2007).

Pengujian viskositas dilakukan dengan menggunakan viscostester RION

V-04 dengan rotor nomor 1. Saat pengukuran, setelah emulsi deodoran ekstrak

etanol daun beluntas dituang ke dalam viscostester didiamkan selama beberapa

saat (dalam penelitian ini didiamkan selama 5 menit untuk menyamakan

perlakuan). Hal ini untuk mengurangi adanya bias pada pengukuran, karena

penuangan ke dalam viscostester juga memberikan gaya geser yang dapat

mempengaruhi viskositas. Nilai viskositas deodoran ekstrak etanol daun

beluntas terukur dalam d.Pa.s ditunjukkan pada skala yang terdapat pada alat

viscostester. Pembacaan skala pada viscostester tergantung dari rotor yang

digunakan untuk mengukur viskositas sediaan.

Viskositas yang diinginkan dalam penelitian ini adalah 10-20 d.Pa.s.

Berdasarkan tabel II, hanya formula 1 yang memenuhi syarat range viskositas

yang diingikan. Hasil pengukuran viskositas pada tabel II menunjukkan bahwa

emulsi deodoran ekstrak etanol daun beluntas formula 2 memiliki viskositas

yang lebih besar daripada deodoran ekstrak etanol daun beluntas formula 1

Dari tabel II dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan respon viskositas pada

formula 1 dan formula 2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

96

Tabel IV. Uji Signifikansi Profil Viskositas Deodoran Ekstrak Etanol Daun Beluntas Antara Formula 1 dengan Formula 2

Formula Viskositas(d.pas) Shapiro-wilk

(sig. p>0,05)

Wilcoxon dua sampel

(sig.p<0,05)

keterangan

1 10,21± 0,11 0,006932 0,1 tidak signifikan 2 22,66± 0,15

Uji statistika dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan

yang signifikan antara respon viskositas pada formula 1 dengan formula 2.

Melalui hasil uji normalitas Shapiro-wilk, diketahui bahwa data viskositas

formula 1 dan viskositas formula 2 berdistribusi tidak normal. Berdasarkan

hasil uji normalitas maka dilakukan analisis non parametik uji Mann Whitney

(Wilcoxon dua sampel) untuk membandingkan respon viskositas formula 1

dengan formula 2. Berdasarkan tabel IV, hasil uji Mann Whitney (Wilcoxon

dua sampel) menunjukkan nilai p-value 0,1 (p>0,05), artinya tidak terdapat

perbedaan rerata yang bermakna antara viskositas formula 1 dan formula 2.

3. Daya Sebar

Daya sebar menggambarkan kemudahan emulsi pada saat diaplikasian ke

kulit. Semakin tinggi nilai daya sebar deodoran maka semakin mudah emulsi

deodoran menyebar dan keluar dari wadah penyimpanan, serta semakin mudah

pula untuk dioleskan ke kulit ketiak. Nilai daya sebar yang tinggi membuat

luas permukaan kontak emulsi deodoran dengan wadah dan kulit ketiak

menjadi lebih besar. Daya sebar yang terlalu kecil mengakibatkan emulsi sulit

menyebar menyebar di kulit ketiak saat dioleskan. Daya sebar saat

diaplikasikan ke kulit berpengaruh pada luas permukaan kulit ketiak yang bisa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

97

dijangkau oleh emulsi deodoran ekstrak etanol daun beluntas. Umumnya

semakin besar viskositas suatu formula maka daya sebar akan semakin kecil.

Pengujian daya sebar dilakukan dengan meletakkan sejumlah tertentu emulsi

deodoran diatas kaca bulat berskala. Nilai diameter rata-rata yang diperoleh

dari hasil penyebaran emulsi deodoran menunjukkan daya sebar emulsi

deodoran saat diaplikasikan pada kulit. Beberapa sediaan dengan viskositas

yang berbeda akan menghasilkan daya sebar yang berbeda ketika diberikan

shearing stress yang sama. Perbedaan respon daya sebar ini karena adanya

perbedaan hambatan pada masing-masing sediaan juga berbeda. Daya sebar

deodoran ekstrak etanol daun beluntas dibuat agar masuk kedalam sediaan

semifluid, yaitu 5-7 cm. Sediaan deodoran yang dibuat direkomendasikan

semifluid agar mudah keluar dari wadah dan dapat menyebar dengan cepat di

permukaan kulit ketiak secara merata.

Hasil pengukuran daya sebar pada tabel II menunjukkan bahwa emulsi

deodoran ekstrak etanol daun beluntas formula 1 memiliki daya sebar yang

lebih besar dibandingkan formula 2. Respon daya sebar pada formula 1 dan

formula 2 memenuhi syarat sediaan semifluid.

Tabel V. Uji Signifikansi Profil Daya Sebar Deodoran Ekstrak Etanol Daun

Beluntas Antara 48 Jam dengan 30 Hari dari Masing-Masing Formula Formula daya sebar

48 jam (cm) daya sebar

30 hari (cm) p-value keterangan

1 7,17 ± 0,06 7,17± 0,08 1 tidak signifikan 2 6,28 ± 0,03 6,28 ± 0,06 0,6349 tidak signifikan

Sig (p) < 0,05 berarti signifikan sehingga Ho ditolak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

98

Pada tabel V, ditunjukkan hasil analisis statistik uji t berpasangan dengan

software R 2.9.0 untuk membandingkan respon daya sebar 48 jam dan daya

sebar setelah penyimpanan 30 hari. Berdasarkan hasil analistik statistik pada

tabel V, dapat disimpulkan bahwa respon daya sebar pada semua formula

stabil atau tidak mengalami perubahan respon daya sebar yang signifikan. Nilai

p-value untuk semua formula lebih dari 0,05, hal ini menunjukkan bahwa

hnull untuk formula (1), (a), (b), dan (ab) diterima, dimana tidak ada perbedaan

yang signifikan antara respon daya sebar setelah pembuatan 48 jam dengan

respon daya sebar setelah penyimpanan 30 hari. Dari tabel II dapat dilihat

bahwa terdapat perbedaan respon daya sebar pada formula 1 dan formula 2.

Tabel VI. Uji Signifikansi Profil Daya sebar Deodoran Ekstrak Etanol Daun Beluntas Antara Formula 1 dengan Formula 2

Formula Daya Sebar (cm)

Shapiro-wilk (sig. p>0,05)

Wilcoxon dua sampel

(sig.p<0,05)

keterangan

1 7,17 ± 0,06 0,01643 0,07652 tidak signifikan 2 6,28 ± 0,03

Uji statistika dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan

yang signifikan antara respon daya sebar pada formula 1 dengan formula 2.

Melalui hasil uji normalitas Shapiro-wilk, diketahui bahwa data daya sebar

formula 1 dan daya sebar formula 2 berdistribusi tidak normal. Berdasarkan

hasil uji normalitas maka dilakukan analisis non parametik uji Mann Whitney

(Wilcoxon dua sampel) untuk membandingkan respon daya sebar formula 1

dengan formula 2. Berdasarkan tabel VI, hasil uji Mann Whitney (Wilcoxon

dua sampel) menunjukkan nilai p-value 0,07652 (p>0,05), artinya tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

99

terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara daya sebar formula 1 dan

formula 2.

4. Pergeseran ukuran droplet

Perubahan ukuran droplet ke arah lebih besar menunjukkan adanya

fenomena koalesen pada emulsi deodoran ekstrak etanol daun beluntas yang

dibuat. Pergeseran ukuran droplet ke arah yang lebih besar dengan

meningkatnya lama penyimpanan menunjukkan semakin tidak stabil sediaan

emulsi tersebut dan sebaliknya, semakin kecil nilai perubahan ukuran droplet

maka emulsi semakin stabil. Emulsi deodoran ekstrak etanol daun beluntas

dikatakan stabil apabila tidak terjadi perubahan ukuran droplet secara

signifikan ke arah yang lebih besar. Tujuan pengukuran pergeseran ukuran

droplet ini adalah untuk mengetahui stabilitas fisik deodoran ekstrak etanol

daun beluntas. Pergeseran diukur dengan membandingkan ukuran droplet 48

jam dengan ukuran droplet 30 hari. Pergeseran ukuran droplet ekstrak etanol

daun beluntas yang diperbolehkan selama penyimpanan satu bulan kurang dari

atau sama dengan 10%. Pada hasil pengukuran yang ditunjukkan pada tabel II,

pergeseran ukuran droplet pada formula 1 lebih besar daripada formula 2.

Tabel VII. Uji Signifikansi Profil Ukuran Droplet Deodoran Ekstrak Etanol Daun Beluntas Antara 48 jam dengan 30 Hari Masing-Masing Formula

Sig (p) < 0,05 berarti signifikan sehingga Ho ditolak

Analisis pergeseran ukuran droplet juga dapat diperoleh dengan

membandingkan ukuran droplet 48 jam dengan ukuran droplet penyimpanan

Formula Droplet 48 jam (µm)

Droplet 30 hari (µm)

p-value keterangan

1 11,720 ± 0,16 11,720 ± 0,43 0,3429 tidak signifikan 2 10,345 ± 0,24 10,455 ± 0,24 0,4226 tidak signifikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

100

30 hari secara statistik. Pada tabel VII ditunjukkan hasil analisis statistik uji t

berpasangan dengan menggunakan software R 2.9.0. untuk membandingkan

respon ukuran droplet 48 jam dan ukuran droplet setelah penyimpanan 30 hari,

Berdasarkan hasil analistik statistik pada tabel VII, dapat disimpulkan bahwa

ukuran droplet pada semua formula stabil atau tidak mengalami perubahan

ukuran droplet yang signifikan. Nilai p-value untuk semua formula lebih dari

0,05, hal ini menunjukkan bahwa Hi ditolak sedangkan hnull untuk formula

(1), (a), (b), dan (ab) diterima, dimana tidak ada perbedaan yang signifikan

antara respon ukuran droplet setelah pembuatan 48 jam dengan respon ukuran

droplet setelah penyimpanan 30 hari. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

pergeseran ukuran droplet yang kecil dikarenakan tidak adanya perubahan

yang signifikan antara ukuran droplet setelah pembuatan 48 jam dengan ukuran

droplet setelah penyimpanan 30 hari. Ukuran droplet yang terjaga ini membuktikan

bahwa emulsifying agent yang digunakan dapat menjaga viskositas sediaan

sehingga stabilitasnya terjaga. Berdasarkan tabel II, dapat dilihat bahwa

pergeseran ukuran droplet formula 1 dan formula 2 berbeda.

Tabel VIII. Uji Signifikansi Profil Pergeseran Ukuran Droplet Deodoran Ekstrak Etanol Daun Beluntas Antara Formula 1 dengan Formula 2

Formula Pergeseran droplet (%)

Shapiro-wilk (sig. p>0,05)

Uji unpaired t-test

(sig.p<0,05)

keterangan

1 1,861 ± 1,792 0,1221 0,6266 tidak signifikan 2 1,075 ± 1,862

Uji statistika dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan

yang signifikan antara respon pergeseran ukuran droplet pada formula 1

dengan formula 2. Melalui hasil uji normalitas Shapiro-wilk, diketahui bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

101

data pergeseran ukuran droplet formula 1 dan pergeseran ukuran droplet

formula 2 berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji normalitas maka

dilakukan analisis parametik uji t tidak berpasangan untuk membandingkan

respon pergeseran ukuran droplet formula 1 dengan formula 2. Berdasarkan

tabel VIII, hasil uji unpaired t-test menunjukkan nilai p-value 0,6266 (p>0,05),

artinya tidak terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara pergesera ukuran

droplet formula 1 dan formula 2.

5. Pergeseran viskositas

Pergeseran viskositas dapat dijadikan parameter kestabilan emulsi

deodoran ekstrak etanol daun beluntas. Kebanyakan emulsi tidak mengalami

perubahan cukup besar pada waktu tertentu (Boyland and Chowhan, 1986).

Sediaan deodoran ekstrak etanol daun beluntas tidak boleh mengalami

perubahan viskositas yang cukup besar. Salah satu faktor yang bisa

mempengaruhi pergeseran viskositas adalah kemampuan emulsifying agent

dalam menjaga droplet-droplet minyak di dalam air agar tidak bergabung satu

sama lain, sehingga viskositas dapat terjaga. Pergeseran viskosiatas ekstrak

etanol daun beluntas dapat mempengaruhi aceptability konsumen selama

penggunaan jangka panjang. Pergeseran viskosiatas ekstrak etanol daun

beluntas yang diperbolehkan selama penyimpanan satu bulan kurang dari atau

sama dengan 10%. Berdasarkan tabel II, semua formula mengalami pergeseran

viskositas kurang dari sama dengan 10%. Pergeseran viskositas tiap formula

berbeda, dimana pergeseran viskositas pada formula 1 lebih besar dari formula

2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

102

Tabel IX. Uji Signifikansi Profil Viskositas Deodoran Ekstrak Etanol daun Beluntas Antara 48 jam dengan 30 Hari Masing-Masing Formula

Sig (p) < 0,05 berarti signifikan sehingga Ho ditolak

Analisis pergeseran viskositas juga dapat diperoleh dengan

menbandingkan viskosita 48 jam dengan viskositas penyimpanan 30 hari

secara statistik. Pada tabel IX, ditunjukkan adanya perbedaan respon viskositas

48 jam dengan respon viskositas 30 hari. Hasil analisis statistik uji t

berpasangan dilakukan dengan menggunakan software R 2.9.0 untuk

membandingkan respon viskositas 48 jam dan viskositas setelah penyimpanan

30 hari. Berdasarkan hasil analistik statistik pada tabel IX, dapat disimpulkan

bahwa respon viskositas pada semua formula stabil atau tidak mengalami

perubahan respon viskositas yang signifikan. Nilai p-value untuk semua

formula lebih dari 0,05, hal ini menunjukkan bahwa Hi ditolak sedangkan

hnull untuk formula 1 dan formula 2 diterima, dimana tidak ada perbedaan

yang signifikan antara respon viskositas setelah pembuatan 48 jam dengan

respon viskositas setelah penyimpanan 30 hari. Hal ini sekaligus menjelaskan

bahwa pergeseran viskositas yang kecil dikarenakan tidak adanya perubahan

yang signifikan antara viskositas setelah pembuatan 48 jam dengan viskositas

setelah penyimpanan 30 hari. Viskositas yang terjaga ini membuktikan bahwa

emulsifying agent dapat menjaga droplet-droplet minyak di dalam air agar tidak

Formula Viskositas 48 jam (d.Pas)

Viskositas 30 hari (d.pas)

p-value keterangan

1 10,21 ± 0,11 10,25 ± 0,05 0,5943 tidak signifikan 2 22,66± 0,15 22,66 ± 0,15 0,7418 tidak signifikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

103

bergabung satu sama lain. Berdasarkan tabel II, ditunjukkan bahwa ada

perbedaan pergeseran viskositas formula 1 dengan formula 2.

Tabel X. Uji Signifikansi Profil Pergeseran Viskositas Deodoran Ekstrak Etanol Daun Beluntas Antara Formula 1 dengan Formula 2

Formula Pergeseran viskositas(%)

Shapiro-wilk (sig. p>0,05)

Uji unpaired t-test

(sig.p<0,05)

keterangan

1 0,88 ± 0,11 0,1355 0,2151 tidak signifikan 2 0,44 ± 0,44

Uji statistika dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan

yang signifikan antara respon pergeseran viskositas pada formula 1 dengan

formula 2. Melalui hasil uji normalitas Shapiro-wilk, diketahui bahwa data

pergeseran ukuran viskositas formula 1 dan pergeseran ukuran droplet formula

2 berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji normalitas maka dilakukan

analisis parametik uji t tidak berpasangan untuk membandingkan respon

pergeseran ukuran droplet formula 1 dengan formula 2. Berdasarkan tabel X,

hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan nilai p-value 0,2151 (p>0,05),

artinya tidak terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara pergesera

viskositas formula 1 dan formula 2.

6. Persen Pemisahan fase

Persen pemisahan menyebabkan emulsi terlihat tidak elegan sehingga

akan menurunkan acceptability konsumen (Aulton dan Diana, 1993).

Peningkatan persen pemisahan fase dapat menunjukkan kestabilan dari emulsi

deodoran ekstrak etanol daun beluntas. Semakin besar persentase pemisahan

fase maka emulsi dikatakan semakin tidak stabil dan sebaliknya semakin kecil

nilai persentase pemisahan fase maka emulsi stabil. Nilai persentase pemisahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

104

fase diperoleh dengan mengamati tinggi creaming yang terjadi. Pemisahan fase

dapat terjadi karena pengendapan droplet pada fase air kedasar tabung akibat

adanya perbedaan berat jenis fase air dan fase minyak. berdasarkan tabel II ,

dapat diketahui bahwa persen pemisahan fase formula 2 lebih besar

dibandingkan formula 1. Persentase pemisahan fase pada penelitian ini

diharapkan tidak lebih dari sama dengan 5% dengan harapan dapat dihasilkan

emulsi deodoran ekstrak etanol daun beluntas dengan stabilitas makroskopik

yang tinggi. berdasarkan tabel II, baik formula 1 dan formula 2 menunjukkan

stabilitas makroskopis yang baik.

Tabel XI. Uji Signifikansi Profil Pemisahan Fase Deodoran Ekstrak Etanol

Daun Beluntas antara Formula 1 dengan Formula 2 Formula Pemisahan

Fase (%) Shapiro-wilk (sig. p>0,05)

Wilcoxon dua sampel

(sig.p<0,05)

keterangan

1 0,4 ± 0,4 0,006373 0,1967 tidak signifikan 2 0 ± 0

Uji statistika dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang

signifikan antara respon pemisahan fase pada formula 1 dengan pemisahan fase

formula 2. Melalui hasil uji normalitas Shapiro-wilk, diketahui bahwa data

pemisahan fase formula 1 dan pemisahan fase formula 2 berdistribusi

normal. Sehingga dilakukan analisis parametik uji t tidak berpasangan untuk

membandingkan respon pemisahan fase formula 1 dengan formula 2.

Berdasarkan tabel VII, hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan nilai p-value

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

105

0,1967 (p>0,05), artinya tidak terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara

pemisahan fase formula 1 dan formula 2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

106

BAB V

A. KESIMPULAN

1. Ekstrak etanol daun beluntas yang dibuat dalam penelitian ini memiliki efek

antibakteri terhadap bakteri isolat penyebab bau badan genus Staphylococus

pada konsentrasi 3%

2. Terdapat perbedaan yang bermakna respon ukuran droplet dan terdapat

perbedaan yang tidak bermakna respon viskositas, daya sebar, pergeseran

ukuran droplet, pergeseran viskositas, serta pemisahan fase, pada penggunaan

variasi jumlah sorbitan monostearate dalam deodoran ekstrak etanol daun

beluntas yang digunakan dalam penelitian ini.

B. SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan menggunakan emulsifying agent

yang sama namun dengan variasi yang lebih banyak dan jumlah yang berbeda

agar dapat ditentukan pengaruh emulsifying agent terhadap sifat fisik dan

stabilitas deodoran ekstrak etanol daun beluntas.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut berhubungan dengan efektifitas

ekstrak etanol daun beluntas dan deodoran ekstrak etanol daun beluntas

sebagai antibakteri bau badan.

3. Perlu dilakukan uji iritasi primer untuk meyakinkan bahwa formula tidak

mengiritasi kulit.

4. Perlu dilakukan sensory assessment terhadap formula deodoran ekstrak etanol

beluntas sebagai jaminan acceptability produk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

107

DAFTAR PUSTAKA

Ali, J., Baboota, S., Ahuja, A., 2008, Emulsion, http://www.pharmedia.org/emulsion, diakses tanggal 20 Desember 2011.

Allen, L. V., 2002, The Art , Science, and Technology of Pharmaceutical Compounding, Second edition, 263, 268, 274, 276, American Pharmaceutical Association, USA.

Anief, M., 2005, Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik, 132, 148, Gadjah Mada Univercity Press, Yogyakarta.

Anjariyah, S., 2003, Pengaruh Cara Ekstraksi (Maserasi dan Perkolasi) Terhadap Kadar Relatif Glikosida Asiatikosida Pada Ekstrak Pegagan (Centella asiatica L.), Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk sediaan Farmasi, Edisi IV, 377-379, 383, UI Press, Jakarta.

Ardiansyah, Lilis N., and Andarwulan N., 2003, Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea indica L.) dan Stabilitas Aktivitasnya pada Berbagai Konsentrasi Garam dan Tingkat pH, Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, Vol. XIV, 90-96, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Aulton, M.E. and Diana M.C., 1991, Pharmaceutical Pratice, 109, 111, Longman Singapore Publisher Ptc Ltd, Singapore.

Barnett, G. 1972. Emolient Cream and Lotions: Cosmetics and Science Technology: Vol.I. Willey-Interscience, New York.

Belitz, H.D. and W. Grosch, 1986, Food Chemistry, Spinger Veralag Berlin Heldenberg, New York.

Bermawie, N., 2006, Mengatasi Demam Berdarah dengan Tanaman Obat, Vol.28, 6-8, Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor.

Billany, M., 2002, Suspensions and Emulsions, in Aulton, M.E., (Ed), Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design, 2thed, 342,344,348, ELBS with Churchill Livingstone, New York.

Block, M., 2002, Suspensions and Emulsions, in Aulton, M. E., (ed), Pharmaceutic : The Science of Dosage Form Design, 2nd Ed, 342, 344, 348, ELBS with Churchill Livingstone, New York.

Bolton, S. And Bon, C., 2004, Pharmaceutical Statistic Pratical and Clinical Aplications, 4th, 265-281, 506-523, Marcel Dekker, Inc., New York.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

108

Boylan, J. C., Cooper, J., and Chowhan, Z. T., 1986, Handbook of Pharmaceutical Excipients, 298-300, American Pharmaceutical Assosiation, Washington DC.

Collet, J. dan Moretton, C., 2002, Modified Release Peroral Dosage Form, in Aulton, M.E., Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design, 2nd ed., Churcill, Livingstone, pp. 299-300

Couturoud, V., 2009, Skin care Product, in Barel, A.O., Paye, M., Mailbach, H.I., Handbook Cosmetic Science and Technology, 3rded,18, Informa Healthcare USA, Inc., New York.

Cowan, 1999, Plant Product as Antimicrobial Agents, Clinical Microbiology Reviews, 12(4), pp.564-582

Cox, S.D., Mann, C.M., Markham, J.L., Gustafson, J.E. Warmington, J.R. and Wyllie, S.G., 2001, Determining the Antimicrobial Actions of Tea Tree Oil, Molecules

Dahlan, M.S., 2009, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, 45-80, Salemba Medika, Jakarta.

De Muth, J.E., 1999, Basic Statistic and Pharmaceutical Statistical Applications, 305,585, Marcel Dekker, Inc., New York

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985, Formularium Kosmetika Indonesia, Cetakan Pertama, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Cetakan Pertama, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Endarti, Yulinah E., and Soediro, I. 2002, Kajian Aktivitas Asam Usnat terhadap Bakteri Penyebab Bau Badan http://bahanalam.fa.itb.ac.id/detail.php?id=121, diakses 28 Mei 2011. Eccleston, G. E., 2007, Emulsions and Microemulsions, In: James, S., Encyclopedia of Pharmaceutical Technology Third Edition Volume 3, 1555, 1560, Informa Healthcare USA, Inc, USA Hasby E., 2001, Keringat dan Bau Badan. http://kompas.com, diakses 28 Mei 2011

Hugo, W.B dan Russel, A.D., 1987, Pharmaceutical Microciology, 20-21, Blackwel Scientific Publication, Oxford.

Howard, G. M., 1974, Antiperspirants and Deodorants dalam Parfumes, Cosmetics and Soaps-Modern Cosmetics, Volume III, Eigth Edition, Chapman and Hall Ltd. London

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

109

Holt, J.G., Krieg, N.R., Sneath, P.H.A., Staley, J.T., and Williams, S.T. 1994, Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. 528. Lippincott Williams Wilkins, Philadelphia.

Imron, S. H., 1985, Sediaan Kosmetika. Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat- Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta

Jacoeb, T.N.A., 2007, Bau Badan yang Bikin Tak Nyaman, http://racik.wordpress.com/2007/06/15/bau-badan-yang-bikin-taknyaman/, diakses 28 Mei 2011

Jawetz, E., Melnick, J.L., Aldelberg, E.A., 1996, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi XX, 128, 239, 240, Diterjemahkan oleh Nugroho, E., dan Maulany, R.F, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Jutono, Sudarsono, Hartadi, Suhadi, Susanto, 1980, Pedoman Pratikum Mikrobiologi (untuk Perguruan Tinggi), 24-25, 90-115, Departemen Mikrobiologi, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Jellinek, J. S., 1970, Formulation and Function of Cosmetic, 4-10, 351-352, John Wiley and Sons, Inc., USA

Kelch, C. M., 1997, Gel and Jellies, in Swarbrick, J., and Boyland, J. C., Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Vol. 6, 424, Marcel Dekker Inc., New York

Kim, Cheng-ju, 2005, Advance Pharmaceutics: Physcochemical Prinsiples, 214- 235, CRC Press LLC, Florida

Lacman, L, 1989, Teori dan Praktek Industri Farmasi diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, Edisi III, Jilid 2, 250-256, Universitas Indonsia, Jakarta

Lay, B., 1994, Analisis Mikrobia di Laboratorium, 79-101, Manajemen PT Grafindo Persada, Jakarta.

List, P.H and Scmidt, P.C., 2000, Phytopharmaceutical Technology, 107-112, CRC Press Inc., Florida

Loden, Marie, 2001, Handbook of Cosmetics Science and Technology, 355-356, Marcel Dekker Inc., New York

Martin, P., 1981, Swarbick, J., and Cammarata, A., 1993, Physical Pharmacy, 3rd Ed., 522-537, 1077, Lea Febiger, Philadelphia

Michael and Irene, 1977, A Fomulary of Cosmetics Preparation, 201, Chemical Publishing Co., Inc: New York

Mitsui, T., 1997, New Cosmetics Science, 476-477, Elsevier, New York

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

110

Mollet H., Grubenmann,A., 2001, Formulation Technology: Emulsions,Suspensions, Solid Forms, 84, WILEY-VCH Verlag GmbH

Nielloud, F., and Mestres, G.M., 2008, Pharmaceutical Emulsions and Suspensions, 2-22, 561, 590, Marcel Dekker Inc., New York

Nurfina, N.A., 1998, Manfaat dan Propek Pengembangan Kunyit, 19-21, Penerbit Trubus Agrawidya, Ungaran

Normala, H. and Suhaimi M.I., 2011, Quantification of Total Phenolics in Different Parts of Pluchea indica (Less) Ethanolic and Water Extracts, Universiti Putra Malaysia Press, Malaysia

Paini, 2011, Seleksi Daun Beluntas (Pluchea indica L.) sebagai Sumber Antioksidan Alami, Skripsi, Institut Pertanian Bogor

Parwata IMOA, dan Dewi PFS, 2008, Isolasi dan Uji Aktifitas Antibakteri Minyak Atsiri dari Rimpang Lengkuas (Alpinia galangga L.), Jurnal Kimia 2(2), 100-104.

Pelczar, M.J and E.C.S Chan, 1986, Dasar-Dasar Mikrobiologi, 131-154, Diterjemahkan Ratnasari, Edisi I, UI Press, Jakarta.

Perry, L, and J. Metzger. 1980. Medical: Plants of East and Southeast Asia Attributed Properties and Uses, p. 96,422, The MIT Press, London

Potter, N., 1986, Food Science. p.98, The AVI Publishing. Inc. Westport. Connecticut. New York.

Purnomo, M., 2001, Isolasi Flavonoid dari Daun Beluntas (Pluchea indica L.) yang Mempunyai Aktivitas Antimikroba Terhadap Penyebab Bau Keringat Secara Bioutografi(thesis), Universitas airlangga, Surabaya

Rasmehuli, 1986, Pemeriksaan Minyak Atsiri dan Flavonoid dari Daun Beluntas (Pluchea indica L.)(skripsi), ITB, Bandung

Rawlings, Anthony V., Harding, Clive R, Watkonson, Allan, Chandar, Prem, Scott, Ian R., 2002, Humectans, in Leyden, James J., dan Rawlings, Anthony V., Skin Moisturization, 249-249, Marcel Dekker Inc., New York

Rieger, M.M., 1996, Surfactan, in Lieberman, H.A., Rieger, MM., Banker, G.S., Pharmaceutical Dosage Forms : Dispers System, Vol. 1, 226-227, Marcell Dekker, Inc., New York

Riwidikdo, H., 2010, Statistik untuk Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi Program R dan SPSS, , 1-25, 79-93, Pustaka Rihama, Yogyakarta

Runadi, 2007, Isolasi dan Identifikasi Alkaloid dari Herba Komfrey,9, Skripsi, Universitas Padjajaran, Bandung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

111

Rowe, R.C., Shehskey, P.J., Quinn, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th ed, 184-185, 550-551, Pharmaceutical Press, London

Sagarin, E., 1957, Cosmetic Science and Technology, 147-181, Interscience Publisher, Inc., New York.

Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia(I), Departemen Kesehatan Indonesia: Jakarta

Schanaubelt, 1995, Advanced Aromatherapy: The Science of Essential Oil Therapy, Rochester, Vermont: Healing Art Press

Smolinke, S. C., 1992, Hanbook of Food, Drug, and Cosmetic Exipients, 199, 203, CRC Press, USA

SNI 16.4951, 1998, Sediaan Deodoran dan Antiprespiran, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Suryani A., Sailah, and Hambali E., 2000, Teknologi Emulsi, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Suwandi, U., 1989, Mikrobia Penghasil Antibiotika, Penerbit Cermin Dunia Kesehatan, Vol. 58, Hal. 37.

Tarigan, J., 1988, Pengantar Mikrobiologi, Departemen Pendidikan dan kebudayaan Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan, Jakarta, pp. 92, 94, 113-115, 119, 256.

Umbach, W., 1995, Deodorants dalam Cosmetics and Toiletries Development, Production and Use, First Edition, Ellis Horwood Limited, England

Wilkinson, J.B.,R. Clark., E. Green., T.P. McLaughlin. 1962. Modern Cosmeticology. Volume I. 34. Leonard Hill, London.

Winarno dan Sundari, 1998, Database Jamu, http://jamu.biologi.ub.ac.id/?page_id=411 , diakses tanggal 20 Mei 2011

Voigt, R., 1994, Buku Belajar Teknologi Farmasi, 399-443, UGM Press, Yogyakarta.

Zats, J.L., and Kushla, G. P., 1996, Gels in Lieberman, H.A., Rieger, M.M., banker, G.S., Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse System, Volume 2, Second Edition, 399-418, Marcel Dekker Inc, New York

Zocchi, G., 2001, Skin-Feel Agents, in Barel, A.O., Paye, M., Maibach, H.I (Eds), Hanbook of Cosmetic Science and Technology, 406-407, Marcell Dekker Inc., New York.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

112

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

113

LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Daun Beluntas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

114

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

115

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

116

Lampiran 2. Certificate of Analysis Ekstrak Etanol Daun Beluntas dari LPPT UGM

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

117

Lampiran 3. Proses Ekstraksi Ekstrak Etanol Daun Beluntas dari LPPT UGM

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

118

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

119

Lampiran 4. Penetapan Kadar Total Fenolik dari LPPT UGM

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

120

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

121

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

122

Lampiran 5. Data Uji Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Beluntas terhadap Pertumbuhan Isolat Bakteri Bau Badan

Konsentrasi Replikasi 1 (mm)

Replikasi 2 (mm)

Replikasi 3 (mm)

mean ± SD (mm) keterangan

1% 6 6 6 6 ± 0 tidak ada zona hambat

2% 6 6 6 6 ± 0 tidak ada zona hambat

3% 15,2 13,6 13,2 14,3 ± 1,29 terbentuk zona hambat

4% 15,6 15,2 15,2 15,7 ± 0,81 terbentuk zona hambat

5% 15,2 15,2 16,6 16,7 ± 0,81 terbentuk zona hambat

6% 17 15,6 17,4 16,7 ± 0,94 terbentuk zona hambat

7% 17,2 18 17,8 17,7 ± 0,41

terbentuk zona hambat

8% 17,6 18,4 18,8 18,3 ± 0,57 terbentuk zona hambat

9% 17,6 17,8 18,8 18,1 ± 0,64 terbentuk zona hambat

10% 19 21,4 19,8 20,1 ± 1,22

terbentuk zona hambat

kontrol negatif 6 6 6 6 ± 0 tidak ada zona

hambat kontrol positif 33 32,4 36,4 33,9 ± 2,16 terbentuk zona

bening Berdasarkan hasi uji daya antibakteri terhadap isolat bakteri bau badan,

terlihat bahwa konsentrasi ekstrak etanol daun beluntas 3% merupakan

konsentrasi yang berpotensi untuk diformulasikan kedalam sediaan deodoran roll-

on. Analisis statistika dilakuan untuk memastikan bahwa konsentrasi ekstrak

etanol daun beluntas konsentrasi 3% menghasilkan zona hambat terhadap isolat

bakteri bau badan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

123

Perbandingan zona hambat ekstrak etanol daun beluntas konsentrasi 3% dengan kontrol negatif

Sig (p) > 0,05 berarti distribusi data normal

Sig (p) < 0,05 berarti distribusi data tidak normal

Melalui hasil uji normalitas Shapiro-wilk, diketahui bahwa data zona

hambat konsentrasi ekstrak etanol daun beluntas 3% dan zona hambat kontrol

negatif berdistribusi tidak normal. Sehingga dilakukan analisis non parametik

uji Mann Whitney (Wilcoxon dua sampel) untuk membandingkan respon zona

hambat ektrak etanol daun beluntas 3% dengan zona hambat kontrol negatif.

Kesimpulan:

Nilai significancy 0,03690 (p<0,05), artinya terdapat perbedaan rerata

yang bermakna antara dua kelompok data. (signifikan).

Shapiro-Wilk normality test

data: negatif$dayahambat

W = 0.7677, p-value = 0.02949

> tapply(negatif$dayahambat, negatif$k.ekstrak, median, na.rm=TRUE) konsentrasi3% kontrolnegatif 13.6 6.0 > wilcox.test(dayahambat ~ k.ekstrak, alternative='two.sided', exact=FALSE, + correct=FALSE, data=negatif) Wilcoxon rank sum test data: dayahambat by k.ekstrak W = 9, p-value = 0.03690 alternative hypothesis: true location shift is not equal to 0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

124

Perbandingan zona hambat ekstrak etanol daun beluntas konsentrasi 3%

dengan kontrol positif

Sig (p) > 0,05 berarti distribusi data normal

Sig (p) < 0,05 berarti distribusi data tidak normal

Melalui hasil uji normalitas Shapiro-wilk, diketahui bahwa data zona

hambat konsentrasi ekstrak etanol daun beluntas 3% dan zona hambat kontrol

positif berdistribusi tidak normal. Sehingga dilakukan analisis non parametik

uji Mann Whitney (Wilcoxon dua sampel) untuk membandingkan respon zona

hambat ektrak etanol daun beluntas 3% dengan zona hambat kontrol positif.

Kesimpulan:

Nilai significancy 0,04953 (p<0,05), artinya terdapat perbedaan rerata

yang bermakna antara dua kelompok data. (signifikan).

Shapiro-Wilk normality test data: cobapositif$dayahambat W = 0.788, p-value = 0.04573

> tapply(cobapositif$dayahambat, cobapositif$konsentrasi, median, na.rm=TRUE) konsentrasi3% positif 13.6 33.0 > wilcox.test(dayahambat ~ konsentrasi, alternative="two.sided", + data=cobapositif) Wilcoxon rank sum test data: dayahambat by konsentrasi

W = 0, p-value = 0.04953

alternative hypothesis: true location shift is not equal to 0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

125

Perbandingan zona hambat ekstrak etanol daun beluntas konsentrasi 3%

dengan konsentrasi 2%

Sig (p) > 0,05 berarti distribusi data normal

Sig (p) < 0,05 berarti distribusi data tidak normal

Melalui hasil uji normalitas Shapiro-wilk, diketahui bahwa data zona

hambat konsentrasi ekstrak etanol daun beluntas 3% dan zona hambat konsentrasi

ekstrak etanol daun beluntas 2% berdistribusi tidak normal. Sehingga dilakukan

analisis non parametik uji Mann Whitney (Wilcoxon dua sampel) untuk

membandingkan respon zona hambat ektrak etanol daun beluntas 3% dengan zona

hambat ektrak etanol daun beluntas 2%.

Kesimpulan:

Nilai significancy 0,04953 (p<0,05), artinya terdapat perbedaan rerata

yang bermakna antara dua kelompok data. (signifikan).

Shapiro-Wilk normality test data: perbandingan2$dayahambat W = 0.7797, p-value = 0.03832

> tapply(perbandingan2$dayahambat, perbandingan2$konsentrasi2, median, + na.rm=TRUE) konsentrasi2% konsentrasi3% 6.0 13.6 > wilcox.test(dayahambat ~ konsentrasi2, alternative='two.sided', exact=FALSE, + correct=FALSE, data=perbandingan2) Wilcoxon rank sum test

data: dayahambat by konsentrasi2

W = 0, p-value = 0.03690

alternative hypothesis: true location shift is not equal to 0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

126

Perbandingan zona hambat ekstrak etanol daun beluntas konsentrasi 3%

dengan konsentrasi 4%

Sig (p) > 0,05 berarti distribusi data normal

Sig (p) < 0,05 berarti distribusi data tidak normal

Melalui hasil uji normalitas Shapiro-wilk, diketahui bahwa data zona

hambat konsentrasi ekstrak etanol daun beluntas 3% dan zona hambat konsentrasi

ekstrak etanol daun beluntas 4% berdistribusi tidak normal. Sehingga dilakukan

analisis non parametik uji Mann Whitney (Wilcoxon dua sampel) untuk

membandingkan respon zona hambat ektrak etanol daun beluntas 3% dengan zona

hambat ektrak etanol daun beluntas 4%.

Kesimpulan:

Nilai significancy 0,1046 (p>0,05), artinya tidak terdapat perbedaan

rerata yang bermakna antara dua kelompok data (tidak signifikan).

Shapiro-Wilk normality test data: konsentrasiempat$dayahambat W = 0.7917, p-value = 0.04944

>tapply(konsentrasiempat$dayahambat,konsentrasiempat$konsentrasipembanding, + median, na.rm=TRUE) konsentrasi3% konsentrasi4% 13.6 15.2 > wilcox.test(dayahambat ~ konsentrasipembanding, alternative='two.sided', + exact=FALSE, correct=FALSE, data=konsentrasiempat) Wilcoxon rank sum test data: dayahambat by konsentrasipembanding W = 1, p-value = 0.1046 alternative hypothesis: true location shift is not equal to 0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

127

Lampiran 6. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Beluntas dan Data Penimbangan Formula

1. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Beluntas

Pada 100 g emulsi deodoran roll-on memiliki volume 100 mL

sehingga untuk membuat sediaan emulsi deodoran roll-on ekstrak etanol daun

beluntas dengan kadar ekstrak 3 g/ 100 mL emulsi, dibutuhkan ekstrak

sebanyak:

푒푘푠푡푟푎푘푦푎푛푔푑푖푏푢푡푢ℎ푘푎푛 =3푔

100푚퐿푥100푚퐿 = 3푔

2. Data Penimbangan Formula

Bahan (b/b) Formula 1 Formula 2 Aquadest 58,5 58,5 CMC Na 1 1 Glycerine 12 12

Propilenglikol 6 6 Cetyl alcohol 2,45 2,45

Sorbitan monostearate 2,24 4,55 Parafin liq. 5 5 Dimethicone 5 5 Fragnance 0,1 0,1

Propil paraben 0,2 0,2 Metil paraben 0,2 0,2

Etanol 2 2 Ekstrak etanol daun

beluntas 3 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

128

Lampiran 7. Hasil Uji pH Emulsi Deodoran Ektrak Etanol daun Beluntas

Formula 1 Formula 2 48 jam 5,42 5,34 15 hari 5,39 5,39 30 hari 5,49 5,49

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

129

Lampiran 8. Hasil Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Emulsi Deodoran Ektrak Etanol Daun Beluntas

1. Daya sebar

Replikasi Formula 1 Formula 2 48 jam 30 hari 48 jam 30 hari

Replikasi 1 (cm) 7,10 7,10 6,26 6,20 Replikasi 2 (cm) 7,20 7,25 6,28 6,30 Replikasi 3 (cm) 7,20 7,15 6,32 6,32 Rata-rata (cm) 7,17 7,17 6,28 6,27

SD 0,06 0,08 0,03 0,06 Rata-rata ± SD 7,17 ± 0,06 7,17± 0,08 6,28 ± 0,03 6,28 ± 0,06

2. Viskositas

Repikasi Formula 1 Formula 2 48 jam 30 hari 48 jam 30 hari

Replikasi 1 (d.Pas)

10,20 10,30 23,00 22,80

Replikasi 2 (d.Pas)

10,11 10,20 22,50 22,50

Replikasi 3 (d.Pas)

10,33 10,25 22,60 22,70

Rata-rata (d.Pas)

10,21 10,25 22,66 22,66

SD 0,11 0,05 0,15 0,15 Rata-rata ± SD 10,21± 0,11 10,25± 0,05 22,66± 0,15 22,66 ± 0,15

3. Pergeseran viskositas

Pergeseran viskositas dapat dihitung dari rumus:

Keterangan: a = viskositas deodoran roll-on setelah pembuatan b = viskositas deodoran roll-on setelah penyimpanan selama 30 hari

푝푒푟푔푒푠푒푟푎푛푣푖푠푘표푠푖푡푎푠 =[푏 − 푎]푎

푥100%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

130

Formula 1:

Replikasi Viskositas (dPas) Pergeseran viskositas (%) 48 jam 30 hari

1 10,20 10,30 0,98 2 10,11 10,20 0,89 3 10,33 10,25 0,77

Rata-rata 0,88 SD 0,11

Rata-rata ± SD 0,88 ± 0,11

Formula 2:

Replikasi Viskositas (dPas) Pergeseran viskositas (%) 48 jam 30 hari

1 23,00 22,80 0,87 2 22,50 22,50 0,00 3 22,60 22,70 0,44

Rata-rata 0,44 SD 0,44

Rata-rata ± SD 0,44 ± 0,44

4. Stabilitas makroskopis (pemisahan fase)

Hasil pemisahan fase dinyatakan dalam persentase indeks creaming.

Rumusnya:

Keterangan : ho = volume deodorant roll-on mula-mula (mL) hu = volume pemisahan (mL) (Aulton, 2002)

Replikasi Formula 1 Formula 2 48 jam 30 hari 48 jam 30 hari

1 0 0,8 0 0 2 0 0 0 0 3 0 0,4 0 0

rata-rata 0 0,4 0 0 SD 0 0,4 0 0

rata-rata ± SD 0 ± 0 0,4 ± 0,4 0 ± 0 0 ± 0

%푝푒푚푖푠푎ℎ푎푛푓푎푠푒 = ℎ표 − ℎ푢ℎ표

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

131

5. Pergeseran droplet

Pergeseran Ukuran Droplet Pergeseran ukuran droplet dapat diukur dengan rumus:

%푝푒푟푔푒푠푒푟푎푛푑푟표푝푙푒푡 =

x 100

Formula 1

F

ormula 2

Formula Formula 1 Formula 2 48 jam 30 hari 48 jam 30 hari Replikasi 1

(µm) 11,580 11,141 10,185 10,185

Replikasi 2 (µm) 11,901 11,931 10,621 10,621

Replikasi 3 (µm) 11,680 11,860 10,230 10,560

Rata-rata (µm) 11,720 11,644 10,345 10,455 SD 0,16 0,43 0,24 0,24

Rata-rata ± SD 11,720 ± 0,16

11,720 ± 0,43

10,345 ± 0,24

10,455 ± 0,24

Replikasi Ukuran droplet (µm) Pergeseran droplet (%) 48 jam 30 hari

1 11,580 11,141 3,791 2 11,901 11,931 0,25 3 11,680 11,860 1,541

Rata-rata 1,861 SD 1,792

Rata-rata ± SD 1,861 ± 1,792

Replikasi Ukuran droplet (µm) Pergeseran droplet (%) 48 jam 30 hari

1 10,185 10,185 0 2 10,621 10,621 0 3 10,230 10,560 3,226

Rata-rata 1,075 SD 1,862

Rata-rata ± SD 1,075 ± 1,862

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

132

Lampiran 9. Hasil analisis statistika ukuran droplet menggunakan program R.2.9.0 Uji statistika untuk mengetahui data berdistribusi normal, digunakan uji

Kolmogorov-Smirnov apabila jumlah sampel besar lebih dari 50, atau uji Shapiro-

Wilk untuk jumlah sampel kecil kurang dari atau sama dengan 50. Dari data

normalitas, jika distribusi data normal maka digunakan uji parametik sedangkan

jika data tidak terdistribusi normal digunakan uji nonparemetik.

Apabila data berdistribusi normal maka dipilih data uji t berpasangan. Jika

tidak berdistribusi normal maka dipilih uji Wilcoxon. Apabila nilai significancy

(p<0,05) maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang bermakna antara

formula 1 dan formula 2 (signifikan) (Dahlan, 2009 ; Riwidikdo, 2010).

Melalui hasil uji normalitas Shapiro-wilk, diketahui bahwa data

pergeseran ukuran droplet formula 1 dan formula 2 berdistribusi normal.

Sehingga dilakukan analisis parametik uji t tidak berpasangan untuk

membandingkan respon ukuran droplet formula 1 dan formula 2.

UKURANDROPLETDataset <- edit(as.data.frame(NULL))

> UKURANDROPLETDataset$peubah <- recode(UKURANDROPLETDataset$FORMULA,

+ '1="formula 1"; 2="formula 2"; ', as.factor.result=TRUE)

> shapiro.test(UKURANDROPLETDataset$ukuran.droplet)

Shapiro-Wilk normality test

data: UKURANDROPLETDataset$ukuran.droplet

W = 0.8466, p-value = 0.1478 (distribusi data normal)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

133

Kesimpulan:

Nilai significancy 0,002012 (p<0,05), artinya terdapat perbedaan rerata

yang bermakna antara dua kelompok data. (signifikan).

Welch Two Sample t-test

data: ukuran.droplet by peubah

t = 8.1938, df = 3.538, p-value = 0.002012 (data berbeda bermakna/signifikan)

alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0

95 percent confidence interval:

0.8840947 1.8659053

sample estimates:

mean in group formula 1 mean in group formula 2

11.72033 10.34533

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

134

Lampiran 10. Hasil analisis statistik viskositas menggunakan program R.2.9.0 Viskositas formula 1 dibandingkan dengan viskositas formula 2. Uji

statistika untuk mengetahui data berdistribusi normal, digunakan uji Kolmogorov-

Smirnov apabila jumlah sampel besar lebih dari 50, atau uji Shapiro-Wilk untuk

jumlah sampel kecil kurang dari atau sama dengan 50. Dari data normalitas, jika

distribusi data normal maka digunakan uji parametik sedangkan jika data tidak

terdistribusi normal digunakan uji nonparemetik.

Apabila data berdistribusi normal maka dipilih uji t berpasangan. Jika

tidak berdistribusi normal maka dipilih uji Wilcoxon. Apabila nilai significancy

(p<0,05) maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang bermakna antara

pengamatan formula 1 dan formula 2 (signifikan) (Dahlan, 2009 ; Riwidikdo,

2010).

Melalui hasil uji normalitas Shapiro-wilk, diketahui bahwa data viskositas

formula 1 dan viskositas formula 2 berdistribusi tidak normal. Sehingga

Viskositas.Dataset <- edit(as.data.frame(NULL))

> V.Dataset$peubah <- recode(V.Dataset$Formula,

+ '1= "FORMULA 1"; 2= "FORMULA 2"; ', as.factor.result=TRUE)

> shapiro.test(V.Dataset$viskositas)

Shapiro-Wilk normality test

data: V.Dataset$viskositas

W = 0.7047, p-value = 0.006932 (distribusi data tidak normal)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

135

dilakukan analisis non parametik uji Mann Whitney (Wilcoxon dua sampel) untuk

membandingkan respon daya sebar formula 1 dan formula 2

Kesimpulan:

Nilai significancy 0,1 (p>0,05), artinya tidak terdapat perbedaan rerata

yang bermakna antara dua kelompok data. (tidak signifikan)

> tapply(Viskositas.Dataset$viskositas, V.Dataset$peubah, median, na.rm=TRUE)

FORMULA 1 FORMULA 2

10.2 22.6

> wilcox.test(viskositas ~ peubah, alternative="two.sided", data=V.Dataset)

Wilcoxon rank sum test

data: viskositas by peubah

W = 0, p-value = 0.1 ( tidak berbeda bermakna/ tidak signifikan)

alternative hypothesis: true location shift is not equal to 0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

136

Lampiran 11. Hasil analisis statistik daya sebar menggunakan program R.2.9.0

Daya sebar yang terjadi antara 48 jam setelah pembuatan dan 30 hari

setelah penyimpanan. Daya sebar formula 1 dibandingkan dengan daya sebar

formula 2.

Uji statistika untuk mengetahui data berdistribusi normal, digunakan uji

Kolmogorov-Smirnov apabila jumlah sampel besar lebih dari 50, atau uji Shapiro-

Wilk untuk jumlah sampel kecil kurang dari atau sama dengan 50. Dari data

normalitas, jika distribusi data normal maka digunakan uji parametik sedangkan

jika data tidak terdistribusi normal digunakan uji nonparemetik.

Apabila data berdistribusi normal maka dipilih uji t berpasangan. Jika

tidak berdistribusi normal maka dipilih uji Wilcoxon. Apabila nilai significancy

(p<0,05) maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang bermakna antara

pengamatan 48 jam setelah pembuatan dan 30 hari setelah penyimpanan

(signifikan) demikian juga untuk perbedaan formula 1 dan formula 2 (Dahlan,

2009 ; Riwidikdo, 2010).

> shapiro.test(Dataset$dayasebar48jam) Shapiro-Wilk normality test data: Dataset$dayasebar48jam W = 0.9987, p-value = 0.996 > shapiro.test(Dataset$dayasebar30hari) Shapiro-Wilk normality test data: Dataset$dayasebar30hari W = 0.9966, p-value = 0.9884

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

137

Sig (p) > 0,05 berarti distribusi data normal

Sig (p) < 0,05 berarti distribusi data tidak normal

Melalui hasil uji normalitas Shapiro-wilk, diketahui bahwa data daya

sebar 48 jam dan daya sebar setelah penyimpanan 30 hari berdistribusi normal.

Sehingga dapat dilakukan analisis parametik uji t berpasangan untuk

membandingkan respon daya sebar 48 jam dan daya sebar setelah penyimpanan

30 hari.

1. Formula 1

Kesimpulan:

Nilai significancy 1 (p>0,05), artinya tidak terdapat perbedaan yang

bermakna antara daya sebar Formula 1 pada pengamatan 48 jam dan setelah

penyimpanan 30 hari (tidak signifikan).

Paired t-test data: Dataset$dayasebar48jamF1 and Dataset$dayasebar30HF1 t = 0, df = 2, p-value = 1 alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0 95 percent confidence interval: -0.1242069 0.1242069 sample estimates: mean of the differences 0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

138

2. Formula 2

Kesimpulan:

Nilai significancy 0,6349 (p>0,05), artinya tidak terdapat perbedaan yang

bermakna antara daya sebar Formula 2 pada pengamatan 48 jam dan setelah

penyimpanan 30 hari (tidak signifikan)

3. Perbandingan daya sebar formula 1 dan formula 2

Paired t-test data: dayasebar$dayasebar48jFb and dayasebar$dayasebar30HFb t = 0.5547, df = 2, p-value = 0.6349 alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0 95 percent confidence interval: -0.09008957 0.11675623 sample estimates: mean of the differences 0.01333333

s.DayaSebar <- edit(as.data.frame(NULL))

> s.DayaSebar$peubah <- recode(s.DayaSebar$Formula,

+ '1="Formula 1"; 2=" Formula 2"; ', as.factor.result=TRUE)

> shapiro.test(s.DayaSebar$Dayasebar)

Shapiro-Wilk normality test

data: s.DayaSebar$Dayasebar

W = 0.7415, p-value = 0.01643 (distribusi data tidak normal)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

139

Melalui hasil uji normalitas Shapiro-wilk, diketahui bahwa data daya sebar

formula 1 dan daya formula 2 berdistribusi tidak normal. Sehingga dilakukan

analisis non parametik uji Mann Whitney (Wilcoxon dua sampel) untuk

membandingkan respon daya sebar formula 1 dan formula 2.

Kesimpulan:

Nilai significancy 0,07652 (p>0,05), artinya tidak terdapat perbedaan

rerata yang bermakna antara dua kelompok data. (tidak signifikan).

wilcox.test(Dayasebar ~ peubah, alternative="two.sided", data=s.DayaSebar)

Wilcoxon rank sum test with continuity correction

data: Dayasebar by peubah

W = 0, p-value = 0.07652 (tidak berbeda bermakna/tidak signifikan)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

140

Lampiran 12. Hasil analisis statistika pergeseran ukuran droplet menggunakan program R.2.9.0 Pergeseran ukuran droplet yang terjadi antara 48 jam setelah pembuatan

dan 30 hari setelah penyimpanan diamati menggunakan selisih nilai median (pada

48 jam dan 30 hari).

Uji statistika untuk mengetahui data berdistribusi normal, digunakan uji

Kolmogorov-Smirnov apabila jumlah sampel besar lebih dari 50, atau uji Shapiro-

Wilk untuk jumlah sampel kecil kurang dari atau sama dengan 50. Dari data

normalitas, jika distribusi data normal maka digunakan uji parametik sedangkan

jika data tidak terdistribusi normal digunakan uji nonparemetik.

Apabila data berdistribusi normal maka dipilih data uji t berpasangan. Jika

tidak berdistribusi normal maka dipilih uji Wilcoxon. Apabila nilai significancy

(p<0,05) maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang bermakna antara

pengamatan 48 jam setelah pembuatan dan 30 hari setelah penyimpanan

(signifikan) (Dahlan, 2009 ; Riwidikdo, 2010).

Sig (p) > 0,05 berarti distribusi data normal

Sig (p) < 0,05 berarti distribusi data tidak normal

> shapiro.test(Pergeseranukurandroplet$droplet48jam) Shapiro-Wilk normality test data: Pergeseranukurandroplet$droplet48jam W = 0.9993, p-value = 0.998 > shapiro.test(Pergeseranukurandroplet$droplet30hari) Shapiro-Wilk normality test data: Pergeseranukurandroplet$droplet30hari W = 0.9814, p-value = 0.9104

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

141

Melalui hasil uji normalitas Shapiro-wilk, diketahui bahwa data ukuran

droplet 48 jam dan daya sebar setelah penyimpanan 30 hari berdistribusi

normal. Sehingga dapat dilakukan analisis parametik uji t berpasangan untuk

membandingkan respon ukuran droplet 48 jam dan ukuran droplet setelah

penyimpanan 30 hari.

1. Formula 1

Kesimpulan:

Nilai significancy 0,3429 (p>0,05), artinya tidak terdapat perbedaan yang

bermakna antara ukuran droplet Formula 1 pada pengamatan 48 jam dan

setelah penyimpanan 30 hari (tidak signifikan).

T-test Paired t-test data: Pergeseranukurandroplet$droplet48jamF1 and Pergeseranukurandroplet$droplet30hariF1 t = 1.2328, df = 2, p-value = 0.3429 alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0 95 percent confidence interval: -1.020106 1.839439 sample estimates: mean of the differences 0.4096667

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

142

2. Formula 2

Kesimpulan:

Nilai significancy 0,4226 (p>0,05), artinya tidak terdapat perbedaan yang

bermakna antara ukuran droplet Formula 2 pada pengamatan 48 jam dan

setelah penyimpanan 30 hari (tidak signifikan).

3. Perbandingan pergeseran droplet formula 1 dan formula 2

Paired t-test data: Pergeseranukurandroplet$droplet48jamFb and Pergeseranukurandroplet$droplet30hariFb t = -1, df = 2, p-value = 0.4226 alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0 95 percent confidence interval: -0.5832918 0.3632918 sample estimates: mean of the differences -0.11

> pergeserandroplet <- edit(as.data.frame(NULL))

> pergeserandroplet$peubah <- recode(pergeserandroplet$formula,

+ '1="formula 1"; 2=" formula 2"; ', as.factor.result=TRUE)

> shapiro.test(pergeserandroplet$P.droplet)

Shapiro-Wilk normality test

data: pergeserandroplet$P.droplet

W = 0.8366, p-value = 0.1221 (distribusi data normal)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

143

Melalui hasil uji normalitas Shapiro-wilk, diketahui bahwa data pergeseran

ukuran droplet formula 1 dan formula 2 berdistribusi normal. Sehingga dapat

dilakukan analisis parametik uji t berpasangan untuk membandingkan respon

pergeseran ukuran droplet formula 1 dan formula 2.

Kesimpulan:

Nilai significancy 0,6266 (p>0,05), artinya tidak terdapat perbedaan

rerata yang bermakna antara dua kelompok data. ( tidak signifikan).

> t.test(P.droplet~peubah, alternative='two.sided', conf.level=.95,

+ var.equal=FALSE, data=pergeserandroplet)

Welch Two Sample t-test

data: P.droplet by peubah

t = -0.5263, df = 3.994, p-value = 0.6266 (data berbeda tidak bermakna/tidak signifikan))

alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0

95 percent confidence interval:

-4.930887 3.360220

sample estimates:

mean in group formula 2 mean in group formula 1

1.075333 1.860667

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

144

Lampiran 13. Hasil analisis statistik pergeseran viskositas menggunakan program R.2.9.0

Pergeseran viskositas yang terjadi antara 48 jam setelah pembuatan dan 30

hari setelah penyimpanan diamati. kemudian dibandingkan antara formula 1

dengan formula 2. Uji statistika untuk mengetahui data berdistribusi normal,

digunakan uji Kolmogorov-Smirnov apabila jumlah sampel besar lebih dari 50,

atau uji Shapiro-Wilk untuk jumlah sampel kecil kurang dari atau sama dengan

50. Dari data normalitas, jika distribusi data normal maka digunakan uji parametik

sedangkan jika data tidak terdistribusi normal digunakan uji nonparemetik.

Apabila data berdistribusi normal maka dipilih uji t berpasangan. Jika

tidak berdistribusi normal maka dipilih uji Wilcoxon. Apabila nilai significancy

(p<0,05) maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang bermakna antara

pengamatan 48 jam setelah pembuatan dan 30 hari setelah penyimpanan

(signifikan) (Dahlan, 2009 ; Riwidikdo, 2010).

Sig (p) > 0,05 berarti distribusi data normal

Shapiro-Wilk normality test data: pergeseranviskositas$viskositas48jam W = 0.8448, p-value = 0.2097 > shapiro.test(pergeseranviskositas$viskositas30hari) Shapiro-Wilk normality test data: pergeseranviskositas$viskositas30hari W = 0.8445, p-value = 0.2088

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

145

Sig (p) < 0,05 berarti distribusi data tidak normal

Melalui hasil uji normalitas Shapiro-wilk, diketahui bahwa data

viskositas 48 jam dan viskositas setelah penyimpanan 30 hari berdistribusi

normal. Sehingga dapat dilakukan analisis parametik uji t berpasangan untuk

membandingkan respon daya sebar 48 jam dan daya sebar setelah penyimpanan

30 hari.

1. Formula 1

Kesimpulan:

Nilai significancy 0,5943 (p>0,05), artinya tidak terdapat perbedaan yang

bermakna antara viskositas Formula 1 pada pengamatan 48 jam dan setelah

penyimpanan 30 hari (tidak signifikan).

Paired t-test data: pergeseranviskositas$viskositas48jF1 and pergeseranviskositas$viskositas30hF1 t = -0.6278, df = 2, p-value = 0.5943 alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0 95 percent confidence interval: -0.2879619 0.2146286 sample estimates: mean of the differences -0.03666667

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

146

2. Formula 2

Kesimpulan:

Nilai significancy 0,7418 (p>0,05), artinya tidak terdapat perbedaan yang

bermakna antara daya sebar Formula 2 pada pengamatan 48 jam dan setelah

penyimpanan 30 hari (tidak signifikan).

4. Perbandingan pergeseran viskositas formula 1 dan formula 2

Paired t-test data: Pergeseranviskositas$viskositas48jFb and Pergeseranviskositas$viskositas30hFb t = 0.378, df = 2, p-value = 0.7418 alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0 95 percent confidence interval: -0.3461250 0.4127916 sample estimates: mean of the differences 0.03333333

> viskositanpergeser <- edit(as.data.frame(NULL)

> viskositanpergeser$peubah <- recode(viskositanpergeser$formula,

+ '1="formula 1"; 2="formula 2"; ', as.factor.result=TRUE)

> shapiro.test(viskositanpergeser$var2)

Shapiro-Wilk normality test

data: viskositanpergeser$var2

W = 0.842, p-value = 0.1355 (distribusi data normal)

> t.test(var2~peubah, alternative='two.sided', conf.level=.95,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

147

Melalui hasil uji normalitas Shapiro-wilk, diketahui bahwa data daya sebar

formula 1 dan daya formula 2 berdistribusi normal. Sehingga dilakukan analisis

parametik uji t tidak berpasangan (sampel saling bebas) untuk membandingkan

respon pergeseran viskositas formula 1 dan formula 2

Kesimpulan:

Nilai significancy 0,2151 (p>0,05), artinya tidak terdapat perbedaan

rerata yang bermakna antara dua kelompok data. (tidak signifikan).

Welch Two Sample t-test

data: var2 by peubah

t = 1.7156, df = 2.234, p-value = 0.2151 (data tidak berbeda bermakna/ tidak signifikan)

alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0

95 percent confidence interval:

-0.5641216 1.4507883

sample estimates:

mean in group formula 1 mean in group formula 2

0.8800000 0.4366667

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

148

Lampiran 14. Hasil analisis statistika pemisahan fase menggunakan program R.2.9.0 Pemisahan fase dihitung setelah penyimpanan 30 hari.Uji statistika untuk

mengetahui data berdistribusi normal, digunakan uji Kolmogorov-Smirnov

apabila jumlah sampel besar lebih dari 50, atau uji Shapiro-Wilk untuk jumlah

sampel kecil kurang dari atau sama dengan 50. Dari data normalitas, jika

distribusi data normal maka digunakan uji parametik sedangkan jika data tidak

terdistribusi normal digunakan uji nonparemetik.

Apabila data berdistribusi normal maka dipilih data uji t berpasangan. Jika

tidak berdistribusi normal maka dipilih uji Wilcoxon. Apabila nilai significancy

(p<0,05) maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang bermakna antara

pengamatan 48 jam setelah pembuatan dan 30 hari setelah penyimpanan

(signifikan) (Dahlan, 2009 ; Riwidikdo, 2010)

> pemisahanfaseDataset <- edit(as.data.frame(NULL))

> persenDataset$peubah <- recode(persenDataset$formula,

+ '1="formula 1"; 2="formula 2"; ', as.factor.result=TRUE)

> shapiro.test(persenDataset$var2)

Shapiro-Wilk normality test

data: persenDataset$var2

W = 0.7013, p-value = 0.006373 (distribusi data tidak normal)

tapply(persenDataset$var2, persenDataset$peubah, median, na.rm=TRUE)

formula 1 formula 2

0.4 0.0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

149

Melalui hasil uji normalitas Shapiro-wilk, diketahui bahwa data pergeseran

ukuran droplet formula 1 dan formula 2 berdistribusi tidak normal. Sehingga

dilakukan analisis non parametik uji Mann Whitney (Wilcoxon dua sampel) untuk

membandingkan respon daya sebar formula 1 dan formula 2

Kesimpulan:

Nilai significancy 0,1967 (p>0,05), artinya tidak terdapat perbedaan

rerata yang bermakna antara dua kelompok data. (tidak signifikan).

wilcox.test(var2 ~ peubah, alternative="two.sided", data=persenDataset)

Wilcoxon rank sum test with continuity correction

data: var2 by peubah

W = 7.5, p-value = 0.1967 (data berbeda tidak bermakna/tidak signifikan)

alternative hypothesis: true location shift is not equal to 0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

150

Lampiran 14. Dokumentasi

Isolat bakteri bau badan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

151

Deodoran ekstrak etanol daun beluntas

Uji daya sebar

Formula 1 Formula 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

152

Uji Viskositas

Uji Mikromeritik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen

153

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi yang berjudul “Perbedaan Sifat Fisik dan

Stabilitas Fisik Deodoran Ekstrak Etanol Daun Beuntas

(Pluchea indica L.) dengan Variasi Jumlah Sorbitan

Monostearate sebaga Emulsifying Agent” ini memiliki

nama lengkap Ananda Siwi Lesmana. Penulis skripsi

lahir di Samarinda pada tanggal 6 Januari 1990 sebagai

anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak

Ignatius Mulyantoro Siwi dan Ibu Maria] Anace Wowor, memiliki seorang adik

perempuan bernama Maria Monika Wardoyo. Penulis telah menempuh

pendidikan di TK Materdei Marsudirini Yogyakarta pada tahun 1995, lalu

melanjutkan pendidikan di SD Marsudirini Yogyakarta pada tahun 1996-2002.

Penulis melanjutkan pendidikan menengah di SMP Maria Immaculata Yogyakarta

pada tahun 2002-2005 dan SMA Kolese de Britto Yogyakarta pada tahun 2005-

2008. Pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan

tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma pada tahun 2008-2012.

Selama masa kuliah, penulis pernah menjadi asisten Pratikum Semi Solid Liquid

(2011), Pratikum Sediaan Solid (2012), dan Pratikum Mikrobiologi (2012). Selain

itu, penulis aktif dalam berbagai kegiatan kampus antara lain sebagai redaktur

Pharmaholic 2008-2009, Kesekretariatan Titrasi 2009 dan Steering Comite Titrasi

2010. Penulis pernah menjabat sebagai Ketua DPMF Fakultas Farmasi periode

2011-2012 dan staff Humas Universitas Sanata Dharma angkatan 2012

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI