PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif...

183
PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP ALAT PERAGA PEMBAGIAN BILANGAN DUA ANGKA BERBASIS METODE MONTESSORI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Oleh: Rina Metasari NIM: 101134131 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif...

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP

ALAT PERAGA PEMBAGIAN BILANGAN DUA ANGKA

BERBASIS METODE MONTESSORI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Oleh:

Rina Metasari

NIM: 101134131

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

i

PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP

ALAT PERAGA PEMBAGIAN BILANGAN DUA ANGKA

BERBASIS METODE MONTESSORI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Oleh:

Rina Metasari

NIM: 101134131

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

?I0z lunf ,I IBEEUBI'lsd'htr "Isd.S spnlsululny eur.r1

ryeru- 11 Eqqugqrued ueso(I

,I0Z lunf 41 lu88uul'V'14tr'ISg "S.S.fS ruluequ8nN lry snlro8e.rg

tr tulqqqued uesog

:qa1o 1n[n10slp q6le1

ITIT€ITOI lNtrIN

IrBsBletr^J BUIU

:qelo unsnsl0

TUOSSUINOI{ flOOTf,IAt SISYflUflfl

\DICNY YN(I NYCNYTIfl NYICYgI Ifld YCYUfld IYTV

dYoYHUf,r Y.,I\SIS NYO nUnC rsdusuf,d

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

H

'cl'qd'lpuego]{

ry'uB{e([

eue{udEo Erururlo?}?rres s?lrsJe^run

u€{rprpued ntull uep uerunEe) ffiurupd

t l0Z llrtt l,'?1lexef,EoA

E1 'ri,{ '1ileur16 ,(ug

'lsd'Ini ''lsd'S 'llnlserum; euul

V'p\l ''JSg ''S'S 'IS 'ugreqe;8n51r.rV snuo8e;1;

O 'pH ''v'i{ "i}d'S 'ltepusry.tnte3

'v'hi''JSg''S'S'fS'uruuqerBnSl rly snFo8srg

I rnEue. errrued *r".lJ'uuer utr'uN

1u"ru.,(s n{ftilertrrtu rIBIe} uu{€tsdurp uup

?l0Z IInf 1 iu88uul upe6

rlnEue4 ulllred uedap Ip uu{u?qeuodlp quleJ

ITIITTIOI :WIN

rJeselehtr eury

:qelo srTntrp uep ueldelsredrg

TUOSSf, TNOI^I trOOIfl IAI SISYflUfl S

YXCNY YO(I I{YCNYTIS NVIDYflI Ifld YCYUUd TYAY

dYoYHUtr.L\SIS NV(I OUOS ISdsSUf,d

g eloE8uy

7 elo8Euy

1 uloEEuy

sHeleD{as

erue)

ISdtu)ts

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

iv

PERSEMBAHAN

Seiring rasa syukur kehadirat Allah SWT, Skripsi ini saya

persembahkan untuk kedua orang tuaku dan kakakku yang

selalu menyertai perjalanan hidup saya sejak awal hingga saat

ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

v

MOTTO

Aku tak selalu mendapatkan apa yang kusukai, oleh

karena itu aku selalu menyukai apapun yang aku dapatkan

(Cahyo Satria Wijaya)

Keajaiban adalah nama lain dari kerja keras

(NN)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

viii

ABSTRAK

PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP

ALAT PERAGA PEMBAGIAN BILANGAN DUA ANGKA

BERBASIS METODE MONTESSORI

Rina Metasari

Universitas Sanata Dharma

2014

Usia sekolah dasar (6-12 tahun) merupakan tahap perkembangan fundamental

bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya. Pada usia ini anak sedang mengalami

tahap operasional konkret di mana anak mampu mengembangkan kemampuan

berfikir secara sistematis jika melihat objek tertentu atau melakukan aktivitas yang

nyata. Pada jenjang sekolah dasar anak mempelajari banyak hal, salah satunya adalah

matematika.Matematika bukanlah mata pelajaran yang mudah bagi kebanyakan anak,

untuk memudahkan pemahaman siswa maka dibutuhkan suatu alat peraga yang dapat

memberikan gambaran nyata kepada anak.Alat peraga Montessori merupakan alat

peraga yang dirancang untuk mengkonstruksi pengetahuan-pengetahuan yang

dimiliki menjadi suatu konsep baru.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

persepsi guru dan siswa atas penggunaan alat peraga matematika berbasis Montessori

pada pembelajaran pembagian bilangan dua angka di kelas II SD N Percobaan 3

Pakem semester genap tahun ajaran 2013/ 2014.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, di mana data yang dikumpulkan

berupa kata bukan angka. Narasumber dalam penelitian adalah 3 orang siswa dan 1

orang guru matematika. Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik

wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan

langkah-langkah (1) tahap pengodean, (2) tahap analisis tematik, dan (3) tahap

interpretasi.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa alat peraga memberikan

pengalaman yang positif terhadap guru. Alat peraga memudahkan guru dalam

mengajar karena sebelumnya guru hanya menggunakan metode ceramah tetapi

dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih

efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena alat peraga dapat

menumbuhkan sikap antusias, mandiri, dan semangat ketika belajar.Alat peraga juga

memudahkan siswa ketika menyelesaikan soal Hal ini dikarenakan siswa dapat

belajar sekaligus bermain dengan menggunakan alat peraga.Selain itu, alat peraga

membantu siswa dalam memahami konsep pembagian karena siswa memperoleh

gambaran yang konkret tentang pembagian.

Kata kunci: alat peraga berbasis Montessori, pembagian bilangan dua angka, metode

Montessori

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

ix

ABSTRACT

PERCEPTION OF TEACHER AND STUDENTS

OF USING TWO DIGIT DIVIDE

BASED ON THE MONTESSORI METHOD

Rina Metasari

Sanata Dharma University

Elementary school age (6-1 years) is fundamental to the development stage of

futher development. At this age children are undergoing concrete operational stage

where children are able to develop the ability to think systematically if they see a

particular object or activity. In elementary school children learning lots, one is

mathematics, mathematicis hard almost for everyone, in order to ease student

comprehension it takes a props that can give a real picture of the child to help in

understanding the concept of learning. Montessori is props designed to construct

knowledge that is held to be a new concept. Objective on this research to know the

perception of teachers and students on the use of Montessori props on learning two

digit divide in II grade of elementary school Percobaan 3 Pakem.

This research is qualitative research which data is collected in the shape of

words instead of number. Resource person in research are three students and one

math teacher. A data collection methodis interview techniques observation, and

documentation. Analysis data technique performed by step (1) coding, (2) thematic

analysis, (3) interpretation.

From the results of data analysis can concluded that the props give a positive

impact for teachers. The props give ease on educating process, because previosly a

teacher just using a communicative method, but with props a student become more

active so learning process become more effective. Student perception in using props

in case a props can grow enthusiastic attitude, be autonomous and spirit when study.

Props also can ease studend when working on homework or, taskthis is because

students can learning while playing with the use of props. In addition, props to assist

students in understanding the concept of divide because the students gain an overview

about the concrete division.

Key words: Montessori based props, two digit divide, Montessori method

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan ridho-Nya

yang tak terhingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PERSEPSI

GURU DAN SISWA TERHADAP ALAT PERAGA UNTUK PEMBAGIAN BILANGAN

DUA ANGKA BERBASIS METODE MONTESSORI. Penyusunan skripsi ini bertujuan

untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Guru

Sekolah Dasar pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma.

Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan

semua pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan lancar. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang

selama ini memberikan bantuan, bimbingan, nasihat, motivasi, doa, dan kerja sama

yang tidak ternilai harganya dari awal sampai akhir penulisan skripsi ini.

Sehubungan dengan hal itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ, S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar sekaligus dosen pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar.

4. Irine Kurniastuti, S.Psi., M.Psi., selaku dosen pembimbing II, yang telah dengan

sabar dan pengertian memberikan nasihat dan koreksi dalam penyusunan skripsi

ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen PGSD yang telah mendidik dan memberikan bekal ilmu kepada

penulis.

6. Sekretariat PGSD yang telah membantu kelancaran perkuliahan penulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

xii

DAFTAR ISI

Judul Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ iv

HALAMAN MOTTO ................................................................................. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS ................................................................. vii

ABSTRAK .................................................................................................. viii

ABSTRACT .................................................................................................. ix

KATA PENGANTAR ................................................................................ x

DAFTAR ISI ................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 5

1.3 Tujuan penelitian ........................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 6

1.5 Definisi Operasional ..................................................................... 7

BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 8

2.1 Kajian Teori .................................................................................. 8

2.1.1 Teori-teori yang mendukung .......................................................... 8

2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak menurut Piaget ................................... 8

2.1.2 Metode Montessori ........................................................................ 9

2.1.3 Alat Peraga ..................................................................................... 10

2.1.3.1 Pengertian ...................................................................................... 10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

xiii

2.1.3. 2 Alat Peraga Montessori .................................................................. 11

2.1.3.3 Ciri-ciri Alat Peraga Montessori ................................................... 11

2.1.4 Persepsi .......................................................................................... 14

2.1.4.1 Pengertian Persepsi ........................................................................ 14

2.1.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ................................ 16

2.1.4.3 Persepsi terhadap alat peraga Montessori ...................................... 19

2.1.5 Pembelajaran Matematika di Kelas ............................................... 22

2.1.5.1 Pembelajaran Matematika ............................................................. 22

2.1.5.2 Materi Pembagian di Kelas II SD ................................................. 23

2.1.6 Hasil Penelitian yang Relevan ....................................................... 23

2.1.6.1 Alat Peraga Matematika ................................................................ 23

2.1.6.2 Persepsi Guru dan Siswa ............................................................... 25

2.1.6.3 Metode Montessori ....................................................................... 25

2.2 Kerangka Berpikir ......................................................................... 28

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 31

3.1 Jenis Penelitian .............................................................................. 31

3.2 Setting Penelitian .......................................................................... 32

3.2.1 Tempat Penelitian ......................................................................... 32

3.2.2 Waktu Penelitian ........................................................................... 32

3.2.3 Narasumber Penelitian .................................................................. 32

3. 2.4 Objek penelitian ........................................................................... 34

3.3 Desain Penelitian ........................................................................... 35

3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 40

3.4.1 Wawancara .................................................................................... 40

3.4.2 Observasi ........................................................................................ 42

3.4.3 Dokumentasi .................................................................................. 43

3.5 Instrumen Penelitian ...................................................................... 44

3.6 Kredibilitas dan Transferabilitas ................................................... 47

3.6.1 Kredibilitas .................................................................................... 47

3.6.2 Transferabilitas ............................................................................. 48

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

xiv

3.7 Teknik Analisis Data ..................................................................... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 50

4.1 Pelaksanaan Penelitian .................................................................. 50

4.2 Latar Belakang Narasumber ......................................................... 51

4.3 Hasil Penelitian .............................................................................. 56

4.3.1 Sebelum penggunaan alat peraga berbasis Montessori ........... 56

4.3.1.1 Pandangan Narasumber Terhadap Alat Peraga ............................. 56

4.3.1.2 Kefamiliaran Narasumber Terhadap Alat Peraga .......................... 58

4.3.1.3 Pengalaman Narasumber Menggunakan Alat Peraga ................... 60

4.3.2 Setelah Penggunaan Alat Peraga Berbasis Montessori ........... 62

4.3.2. 1 Pengalaman Narasumber ............................................................... 62

4.2.2.2 Perasaan Narasumber .................................................................... 64

4.2.2.3 Kendala yang dialami Narasumber ............................................... 66

4.3.2.4 Manfaat yang diperoleh Narasumber ............................................ 72

4.3.3 Persepsi Narasumber Mengenai Alat Peraga Montessori........ 77

4.4 Pembahasan ................................................................................. 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 88

5.1 Kesimpulan ................................................................................... 88

5.2 Keterbatasan Penelitian ................................................................. 89

5.3 Saran ............................................................................................. 90

DAFTAR REFERENSI ............................................................................. 91

LAMPIRAN ................................................................................................. 96

CURRICULUM VITAE ............................................................................... 164

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Perencanaan Wawancara ......................................................... 36

Tabel 3.2 Perencanaan Observasi ............................................................. 36

Tabel 4.3 Pelaksanaan Wawancara .......................................................... 50

Tabel 4.4 Pelaksanaan Observasi .............................................................. 50

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar persepsi yang dikutip dari Walgito ...................... 20

Gambar 2. 2 Gambar persepsi yang dimodifikasi ................................... 21

Gambar 2. 3 Literature map dari penelitian sebelumnya ........................ 27

Gambar 3.1 Prosedur penelitian dari Patton ........................................... 35

Gambar 3.2 Prosedur penelitian yang sudah dimodifikasi ..................... 36

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

A. Pedoman Observasi dan Wawancara ................................................. 97

Lampiran 3.1 Observasi kondisi sosio-cultural ............................................ 97

Lampiran 3.2 Pedoman observasi proses pembelajaran ............................... 98

Lampiran 3.3 Pedoman observasi proses pembelajaran secara umum

pertemuan kedua ........................................................................................... 99

Lampiran 3.4 Pedoman observasi guru ketika menggunakan alat

peraga Montessori pertemuan pertama ......................................................... 100

Lampiran 3.5 Pedoman observasi siswa ketika menggunakan alat

peraga Montessori pertemuan pertama ......................................................... 101

Lampiran 3.6 Pedoman observasi guru ketika menggunakan alat

peraga Montessori pertemuan kedua............................................................. 103

Lampiran 3.7 Pedoman observasi siswa ketika menggunakan alat

peraga Montessori pertemuan kedua............................................................. 104

Lampiran 3.8 Pedoman observasi guru ketika menggunakan alat

peraga Montessori pertemuan ketiga ............................................................ 106

Lampiran 3.9 Pedoman observasi siswa ketika menggunakan alat

peraga Montessori pertemuan ketiga ............................................................ 107

Lampiran 3.10 Pedoman observasi guru ketika menggunakan alat

peraga Montessori pertemuan keempat......................................................... 109

Lampiran 3.11 Pedoman observasi siswa ketika menggunakan alat

peraga Montessori pertemuan keempat......................................................... 110

Lampiran 3.12 Pedoman observasi siswa ..................................................... 112

Lampiran 3.13 Pedoman wawancara pra-penelitian guru ............................. 113

Lampiran 3.14 Pedoman wawancara pra-penelitian siswa ........................... 115

Lampiran 3.15 Pedoman wawancara pasca-penelitian guru ......................... 116

Lampiran 3.16 Pedoman wawancara pasca-penelitian siswa ....................... 119

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

xviii

B. Transkrip Observasi ............................................................................ 121

Lampiran 4.1 Transkrip observasi kondisi sosio-cultural ............................ 121

Lampiran 4.2 Transkrip observasi proses pembelajaran ............................... 123

Lampiran 4.3 Transkrip observasi ketika menggunakan alat peraga

Pertemuan ke- 1 ............................................................................................ 125

Lampiran 4.4 Transkrip observasi ketika menggunakan alat peraga

Pertemuan ke- 2 ............................................................................................ 128

Lampiran 4.5 Transkrip observasi ketika menggunakan alat peraga

Pertemuan ke- 3 ............................................................................................ 130

Lampiran 4.6 Transkrip observasi ketika menggunakan alat peraga

Pertemuan ke- 4 ............................................................................................ 132

C. Wawancara ........................................................................................... 134

Lampiran 4.7 Verbatim wawancara pra penelitian guru ............................... 134

Lampiran 4.8 Verbatim wawancara pra penelitian siswa A ......................... 140

Lampiran 4.9 Verbatim wawancara pra penelitian siswa B.......................... 142

Lampiran 4.10 Verbatim wawancara pra penelitian siswa C........................ 144

Lampiran 4.11 Verbatim wawancara pasca penelitian guru ......................... 146

Lampiran 4.12 Verbatim wawancara pasca penelitian siswa A.................... 151

Lampiran 4.13 Verbatim wawancara pasca penelitian siswa B .................... 153

Lampiran 4.14 Verbatim wawancara pasca penelitian siswa C .................... 155

Lampiran 4.15 Dokumen foto kegiatan pembelajaran .................................. 158

Lampiran 4.16. Surat ijin penelitian dari FKIP USD .................................... 162

Lampiran 4.17 Surat keterangan telah melakukan penelitian ....................... 163

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bagian ini akan dibahas (1) latar belakang masalah, (2) rumusan

masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam zaman modern sekarang ini, pendidikan digunakan sebagai upaya

untuk menghasilkan manusia yang berkualitas guna menjamin kelangsungan

hidup suatu bangsa. Melihat begitu pentingnya pendidikan, mutu pendidikan

merupakan sesuatu yang harus diberi perhatian untuk menjawab perubahan

zaman. Masalah peningkatan mutu pendidikan sangat berhubungan dengan proses

pembelajaran. Proses pembelajaran atau belajar mengajar adalah suatu interaksi

yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk mempelajari suatu materi tertentu.

Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam

proses belajar mengajar. Dengan berperan aktif dalam proses belajar, siswa akan

lebih cepat mengerti dan memahami materi yang sedang dipelajari.

Masa usia Sekolah Dasar (6 – 12 tahun) merupakan tahap perkembangan

penting dan bahkan fundamental bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya

(Sumantri, 2001: 10). Ketika proses pembelajaran berlangsung, guru seharusnya

bersifat sebagai fasilitator bukan sebagai penyaji materi. Guru yang baik adalah

guru yang menyediakan lingkungan belajar yang cukup baik bagi siswanya, sebab

guru tahu bahwa anak senang mengeksplorasi lingkungan belajar. Pada masa

anak duduk di bangku Sekolah Dasar banyak hal yang dipelajari oleh anak, salah

satunya adalah melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran merupakan

proses yang perlu melibatkan berbagai kegiatan siswa di kelas. Kegiatan belajar

tersebut dilaksanakan di Sekolah Dasar melalui beberapa mata pelajaran, salah

satunya adalah mata pelajaran Matematika.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

2

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting diajarkan

pada siswa karena matematika memiliki peranan dalam berbagai bidang

kehidupan manusia. Misalnya dalam kegiatan ekonomi, pertanian, teknologi,

komunikasi dan sebagainya. Harapan yang diinginkan adalah setelah belajar

matematika, siswa tidak hanya mengerti materi yang diajarkan tetapi juga mampu

menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal inilah yang mendasari

kualitas pembelajaran matematika harus selalu ditingkatkan, dikarenakan proses

pembelajaran akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Akan tetapi, selama ini

matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan karena

matematika mempunyai banyak simbol-simbol yang digunakan. Matematika

sendiri bukan merupakan suatu mata pelajaran yang mudah bagi kebanyakan

orang, bahkan banyak guru yang menyadari bahwa sebagian di antara siswanya

juga mengalami kesulitan untuk memahami pelajaran matematika (Hudoyo, 1992:

5).

Mempelajari matematika tidak terlepas dari materi pembagian. Pembagian

sering disebut sebagai pengurangan berulang sampai habis (Huruman, 2008: 26).

Materi pembagian diajarkan mulai dari kelas II SD hingga SMA, usia SD

merupakan tahap fundamental bagi tahap perkembangan selanjutnya, maka

seharusnya materi pembagian di SD harus benar-benar dikuasai siswa agar pada

tahap-tahap selanjutnya anak tidak mengalami kesulitan. Menurut Piaget

(Suparno, 2001: 5) usia anak SD (7 sampai 11 tahun) sedang mengalami tahap

operasional konkret, di mana pada tahap ini anak mampu mengembangkan

kemampuan berpikir secara sistematis ketika melihat objek tertentu atau

melakukan aktivitas yang nyata. Anak kelas II Sekolah Dasar jika digolongkan

berdasarkan klasifikasi Piaget berada pada tahap operasi konkret. Oleh karena itu,

pembelajaran matematika pada kelas II Sekolah Dasar akan membantu dan

menarik siswa jika dalam penyampaian materi pembagian bilangan dua angka

dapat menggunakan alat peraga. Adanya alat peraga mempunyai arti yang cukup

penting dalam proses belajar mengajar. Menurut Sudono (2010: 14) alat peraga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

3

adalah alat yang berfungsi untuk menerangkan suatu mata pelajaran tertentu

dalam suatu proses belajar mengajar. Alat peraga juga dapat membantu

mengkonstruksi pengetahuan dan memberikan pengalaman langsung pada anak

dalam belajar.

Salah satu metode pembelajaran yang menerapkan penggunaan alat peraga

dalam pembelajaran adalah metode Montessori. Metode Montessori merupakan

suatu metode pembelajaran yang dikembangkan oleh seorang dokter wanita yang

bernama Maria Montessori, beliau berpendapat bahwa setiap anak unik dan

individual mereka harus dihormati secara penuh dalam proses pendidikan (Seldin,

2006: 12). Metode Montessori bukanlah metode baru yang diterapkan di

Indonesia. Pembelajaran Montessori selalu menggunakan alat peraga untuk

membimbing anak belajar dari konsep yang konkret menuju pada konsep yang

abstrak. Hal tersebut dilakukan juga pada pembelajaran matematika yang

sebenarnya berisi kumpulan konsep-konsep abstrak (Suyanto, 2000: 109).

Beberapa sekolah di Indonesia mulai menerapkan metode Montessori tersebut.

Selain itu juga banyak didirikan sekolah Montessori di kota-kota besar seperti

sekolah Montessori yang ada di Jakarta, Bandung, Surabaya, Makasaar, Bali dan

masih banyak kota-kota lainnya.

Karakteristik alat peraga Montessori meliputi auto education, menarik,

bergradasi, auto correction, dan kontekstual (Montessori, 2002: 170). Auto

education dan auto correction terkait dengan kemandirian guru dan siswa

terhadap penggunaan alat peraga tersebut, bergradasi terkait dengan tingkat

kesulitan dalam alat peraga, dan menarik terkait dengan daya tarik yang ada

dalam alat peraga tersebut. Sedangkan kontesktual terkait dengan bahan yang

digunakan dalam alat peraga tersebut.

Berdasarkan observasi awal peneliti pada kelas II SD N Percobaan 3

Pakem yang dilakukan sebanyak dua kali pada tanggal 27 Januari 2014 dan 29

Januari 2014 pada mata pelajaran matematika diperoleh informasi bahwa sekolah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

4

masih memiliki alat peraga yang terbatas dan penggunaannya juga belum

maksimal. Hal ini terlihat dari alat peraga disimpan begitu saja tanpa sering

membersihkannya dan banyaknya debu yang ada pada alat peraga tersebut.

Peneliti mengamati bahwa alat peraga yang ada di dalam kelas IIA masih terbatas

pada gambar-gambar dan papan berpaku. Selain itu, berdasarkan wawancara dan

observasi terhadap guru kelas dan tiga orang siswa kelas II pada hari Senin, 2

Februari 2014 didapatkan hasil bahwa siswa jarang menggunakan alat peraga

dalam pembelajaran matematika. Bahkan ada siswa yang menjawab kalau

menggunakan alat peraga itu menyebabkan pembelajaran berlangsung lama. Guru

juga menyampaikan secara langsung bahwa beliau jarang menggunakan alat

peraga dalam pembelajaran, hanya sesekali dengan menggunakan karet gelang

dan batu kerikil.

SD N Percobaan 3 Pakem baru-baru ini menjadi tempat uji coba alat

peraga Montessori. Pada materi pembagian kelas II dikembangkan alat peraga

matematika berbasis Montessori yang disebut papan stamp pembagian. Papan

stamp pembagian merupakan alat peraga yang diadaptasi dari alat peraga Maria

Montessori yang bernama manik emas. Manik emas ini digunakan untuk

pembagian statis maupun dinamis. Selain itu dapat digunakan pula papan

pembagian 10, papan pembagian 2

0, dan pembagian 3

0 serta tabel pembagian 1

0,

tabel pembagian 20, dan tabel pembagian 3

0. Papan stamp pembagian terdiri atas

kotak stamp, papan stamp, stamp dan kartu soal. Selanjutnya papan stamp

pembagian ini diimplementasikan pada kelas II SD N Percobaan 3 Pakem.

Bertolak dari pengimplementasian alat peraga baru di sekolah ini, peneliti ingin

mengetahui lebih jauh lagi atau secara lebih mendalam mengenai persepsi guru

dan siswa atas peggunaan alat peraga tersebut karena peneliti sebelumnya baru

menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen untuk melihat

sejauh mana pengaruh alat peraga terhadap hasil belajar siswa dan dengan metode

survei untuk mengetahui hubungan alat peraga terhadap hasil belajar siswa. Maka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

5

dari itu peneliti memilih menggunakan metode kualitatif untuk mengetahui

persepsi siswa dan guru secara lebih mendalam dan lebih rinci lagi.

Persepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia yang sangat

penting yang memungkinkan untuk mengetahui dan memahami dunia

sekelilingnya. Menurut Desmita (2012: 118) persepsi adalah suatu proses

penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki untuk memperoleh atau

menginterpretasi stimulus (rangsangan) yang diterima oleh sistem alat indera

manusia. Jadi persepsi itu mencakup dua hal yaitu stimulus-informasi dan

pengetahuan yang telah dimilikinya. Persepsi yang dibentuk oleh guru dan siswa

akan mempengaruhi sikap guru dan siswa atas penggunaan alat peraga tersebut.

Jika persepsi guru dan siswa positif terhadap penggunaan alat peraga tersebut,

sikap guru dan siswa juga akan positif terhadap alat peraga tersebut. Begitu juga

sebaliknya, jika persepsi guru dan siswa terhadap penggunaan alat peraga tersebut

negatif, sikap guru dan siswa akan negatif terhadap alat peraga tersebut.

Penelitian ini dibatasi pada persepsi guru dan siswa atas alat peraga untuk

pembagian bilangan dua angka berbasis metode Montessori dalam mata pelajaran

matematika kelas II SD. Penelitian ini fokus pada Standar Kompetensi (SK) 3.

Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka dan Kompetensi

Dasar (KD) 3.2 Melakukan pembagian bilangan dua angka.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimanakah persepsi guru terhadap alat peraga pembagian bilangan

dua angka berbasis metode Montessori?

1.2.2 Bagaimanakah persepsi siswa terhadap alat peraga pembagian

bilangan dua angka berbasis metode Montessori?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui persepsi guru terhadap alat peraga pembagian bilangan

dua angka berbasis metode Montessori.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

6

1.3.2 Mengetahui persepsi siswa terhadap alat peraga pembagian bilangan

dua angka berbasis metode Montessori.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoretis

Hasil penelitian tersebut digunakan untuk mendapatkan gambaran

secara lebih mendalam mengenai pendapat guru dan siswa dalam

menggunakan alat peraga berbasis Montessori sehingga memberi

gambaran untuk mengembangkan atau memperbaiki produk alat

peraga Montessori yang baru saja dikembangkan.

1.4.2 Praktis

1.4.2.1 Bagi peneliti sendiri, telah memberikan pengalaman yang berharga

dalam menerapkan alat peraga berbasis Montessori pada

pembelajaran pembagian dua angka, sehingga dapat mengetahui

secara lebih mendalam mengenai respon siswa dan guru atas

penggunaan alat peraga.

1.4.2.2 Bagi rekan-rekan guru, penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan inspirasi bahwa alat peraga berbasis Montessori merupakan

salah satu metode pembelajaran yang dapat mengembangkan

kemampuan berpikir anak dan dapat digunakan untuk mengetahui

penilaian anak secara lebih mendalam mengenai alat peraga

berbasis Montessori.

1.4.2.3 Untuk perpustakaan sekolah, laporan penelitian ini dapat

menambah satu bacaan yang dapat dimanfaatkan untuk teman-

teman guru sebagai contoh Penelitian Kualitatif, terutama bagi

yang masih mengalami kesulitan melakukan Penelitian Kualitatif

dan belum berani untuk memulainya; sedangkan bagi yang sudah

biasa melakukan dapat dijadikan sebagai bahan pembanding.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

7

1.5 Definisi Operasional

1.5.1 Persepsi adalah proses diterimanya stimulus, tanggapan, pandangan,

pemahaman, penilaian oleh individu terhadap suatu objek tertentu

melalui alat indera yang dimiliki, sehingga individu dapat

mengintepretasi stimulus yang dapat bersifat positif atau negatif dan

akan mempengaruhi perilaku individu tersebut.

1.5.2 Alat peraga merupakan alat yang digunakan dalam menyajikan proses

pembelajaran untuk mencapai suatu maksud atau tujuan tertentu.

1.5.3 Alat peraga berbasis Montessori adalah alat yang digunakan untuk

mengajar yang dirancang secara sederhana namun menarik, dan

memungkinkan siswa belajar secara mandiri untuk membantu

mengembangkan pikiran siswa sehingga siswa dapat mengetahui

kesalahan yang diperbuatnya.

1.5.4 Pembelajaran pembagian bilangan dua angka adalah pengurangan

berulang sampai habis yang meliputi dua angka atau sampai dengan

puluhan.

1.5.5 Siswa adalah narasumber yang menerima pengetahuan. Narasumber

yang di maksud di sini adalah tiga orang siswa SD kelas II-A.

1.5.6 Guru adalah pendidik profesional yang bertugas untuk mengarahkan

kegiatan belajar mengajar agar bisa mencapai tujuan pembelajaran.

Guru yang di maksud di sini adalah satu orang guru matematika kelas

II-A.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

8

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bagian ini akan dijelaskan (1) kajian pustaka dan (2) kerangka berpikir

dalam penelitian.

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung

2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak menurut Piaget

Jean Piaget merupakan seorang psikolog yang sangat terkenal dengan teori

konstruktivisme (Suparno, 2001: 5). Piaget membagi tahapan perkembangan anak

menjadi empat tahapan yaitu:

1. Tahap sensorimotor (0 sampai 2 tahun)

Tahap sensorimotor merupakan tahap awal perkembangan mental

anak. Pada tahap ini, kemampuan inteligensi anak didasarkan pada tindakan

inderawi dengan lingkungannya. Kemampuan utama anak pada tahap ini

adalah terbentuknya konsep kepermanenan objek dan kemajuan gradual dari

perilaku refleksif ke perilaku yang mengarah kepada tujuan.

2. Tahap praoperasional ( 3 sampai 7 tahun)

Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal simbol untuk menunjukkan

keadaan secara kognitif. Simbol tersebut dapat berupa kata-kata dan bilangan

untuk menunjukkan suatu objek, peristiwa atau kegiatan. Pemikiran anak pada

tahap ini masih egosentris dan sentrasi.

3. Tahap operasional konkret ( 7 sampai 11 tahun)

Pada tahap ini anak ditandai dengan perbaikan dalam kemampuan

untuk berpikir secara logis. Anak mampu mengembangkan kemampuan

berpikir secara sistematis ketika melihat objek-objek dan melakukan aktivitas

nyata. Pemikiran anak tidak lagi sentrasi tapi desentrasi, dan pemecahan

masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan. Anak masih memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

9

keterbatasan pada hal yang bersifat konkret dan belum mampu berpikir secara

abstrak.

4. Tahap operasi formal (11 sampai dewasa)

Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis. Anak

sudah dapat memecahkan masalah melalui penggunaan eksperimentasi

sistematis.

Teori Piaget menyatakan bahwa anak akan lebih mudah belajar dengan hal-

hal yang konkret, sehingga dapat diamati oleh panca indera. Kecepatan

perkembangan tiap individu berbeda dan tidak ada individu yang melompati salah

satu dari tahapan tersebut. Pada tiap tahap ditandai dengan munculnya kemampuan-

kemampuan intelektual baru. Berdasarkan tahapan perkembangan kognitif anak

menurut Piaget (Suparno, 2001: 5), siswa SD berada pada rentang 7- 11 tahun

sehingga anak berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini anak berada

pada tahap pemikiran konkret. Maka dari itu pada proses pembelajaran guru

diharapkan memberikan kesempatan kepada siswa melalui persentuhan dengan

benda-benda konkret sehingga anak lebih mudah memahami materi pembelajaran.

2.1.2 Metode Montessori

Metode Montessori merupakan metode pembelajaran yang dikembangkan

oleh Maria Montessori (1870-1952) dengan menggunakan konsep belajar sambil

bermain untuk anak-anak (Holt, 2008: xi). Anak-anak akan menganggap kegiatan

belajar yang mereka lakukan tak ubahnya seperti bermain, bahkan berbentuk

permainan. Montessori sendiri mengungkapkan bahwa metode pembelajaran yang ia

miliki merupakan metode yang mengembangkan kebebasan berkarakter dengan cara

yang mengagumkan dan luar biasa (Montessori, 2002: 33). Metode Montessori

memanfaatkan panca indera untuk mempelajari suatu hal dengan menggunakan alat

peraga, alat peraga tesebut akan membawa anak pada konsep abstrak, berlanjut dari

konsep abstrak anak dapat berpikir ke moralitas (Montessori, 2002: 41). Dr.

Montessori percaya terhadap penghargaan atau nilai, arti atau penghargaan pada

anak, sehingga metodenya tidak membeda-bedakan anak atau membandingkan anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

10

pada anak normal atau anak sesuai standar menurut pertimbangan yang baik oleh

sistem pendidikan tradisional.

Metode Montessori membimbing anak untuk lebih mandiri. Dalam metode

Montessori anak tidak hanya mengembangkan kemampuan akademis, tetapi mereka

dibimbing untuk mengembangkan kreativitas kehidupan sosial, fisik, dan emosi.

Montessori mengajarkan anak-anak kebenaran yang mendasar tentang bahasa,

matematika, biologi, dan sebagainya. Anak-anak belajar dengan bertindak dan

dengan percobaan. Walaupun pembelajaran metode Montessori terstruktur, namun

anak-anak diberikan kebebasan untuk memilih apa yang akan mereka kerjakan dan

kapan mereka akan mengerjakannya, mereka sering bekerja secara kolaboratif

(Lillard, 2005: 328). Lingkungan secara khusus dipersiapkan untuk siswa supaya

memungkinkan mereka berinteraksi secara bebas dan lepas.

Montessori menemukan metode belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan

perkembangan anak didiknya melalui berbagai percobaan dan observasi yang

dilakukannya di Casa dei Bambini atau rumah anak-anak. Pengamatan yang telah

dilakukan Montessori menemukan kebutuhan-kebutuhan anak di antaranya

kesenangan dalam belajar, cinta keteraturan, kebutuhan untuk mandiri, kebutuhan

untuk didengar dan dihargai, dan minat.

2.1.3 Alat Peraga

2.1.3.1 Pengertian

Pengertian alat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah

barang yang digunakan untuk mengerjakan sesuatu, mencapai suatu maksud tertentu,

sedangkan peraga merupakan alat media pengajaran untuk meragakan sajian

pelajaran (KBBI, 2008). Sependapat dengan hal tersebut Sudono (2010: 14)

mengungkapkan bahwa alat peraga adalah alat yang berfungsi untuk menerangkan

suatu mata pelajaran tertentu dalam suatu proses belajar mengajar. Hal ini diperkuat

oleh Anitah (2010: 83) bahwa alat peraga sebaiknya digunakan apabila alat peraga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

11

tersebut mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Anitah (2010:

4) mengatakan bahwa alat peraga merupakan sarana yang dapat membawakan pesan

dari pemberi kepada penerima. Sedangkan Sumantri (2001: 152) menyebutkan bahwa

alat peraga merupakan alat pembantu pengajaran yang mudah memberi pengertian

kepada peserta didik.

Sementara itu jika merujuk pada fungsi, Munadi (2010:37-38) mengatakan

bahwa fungsi utama dari alat peraga merupakan sumber belajar yang akan menuntun

anak mencapai konsep pembelajaran hingga sampai pada tujuan pembelajaran dengan

batasan-batasan tertentu. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa alat

peraga merupakan salah satu sumber belajar yang dapat digunakan untuk menyajikan

pelajaran guna mencapai suatu maksud tertentu.

2.1.3.2 Alat Peraga Montessori

Montessori mendefinisikan alat peraga sebagai alat yang digunakan untuk

mengajar anak yang dirancang secara sederhana namun terlihat menarik,

memungkinkan pemerolehan pengetahauan yang lebih banyak, belajar secara mandiri

serta belajar mengetahui kesalahan yang mereka buat saat belajar (Lillard, 1997:11).

Alat peraga matematika Montessori tidak dirancang untuk “mengajar matematika”

(Hainstock, 1997: 137) tetapi untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan

matematisnya. Kemampuan matematis meliputi: memahami perintah, urutan,

abstraksi, dan memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuan-pengetahuan

yang dimiliki menjadi suatu konsep baru.

2.1.3.3 Ciri-ciri Alat Peraga Montessori

Pada metode Montessori, alat peraga mempunyai peranan yang penting dalam

tahap perkembangan siswa. Alat peraga yang dihasilkan oleh Maria Montessori

memiliki warna-warna cerah, mudah dimanipulasi, dan berbahan dasar kayu yang

ringan namun memiliki daya tahan yang baik. Ciri-ciri umum alat peraga Montessori

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

12

adalah (a) menarik, (b) bergradasi, (c) auto-correction, dan (d) auto-education

(Montessori, 2002: 169-179). Selain keempat ciri tersebut peneliti menambahkan satu

ciri terkait yaitu kontekstual.

a. Menarik

Bagi anak-anak pembelajaran dimaksudkan untuk mengembangkan seluruh

potensi anak melalui panca indera. Anak akan berminat ketika melihat sesuatu

yang baru, karena hal baru biasanya asing dan akan menarik perhatianya.

Setiap alat dan media pembelajaran harus memiliki nilai keindahan baik dari

segi warna yang menarik maupun kecerahannya. Montessori mewujudkan itu

ke dalam alat peraganya. Warna-warna yang digunakan pada alat peraga

Montessori merupakan warna terang dan lembut. Alat-alat peraga dibuat

menarik dalam arti membangkitkan hasrat anak untuk ingin menyentuh,

meraba, memegang, merasakan, dan mempergunakannya untuk belajar.

Landasan tersebut terutama digunakan Montessori untuk menciptakan alat

peraga sensorial yang mengarah pada pengaktifan dan pemekaan seluruh

indera manusia (Montessori, 2002: 174).

b. Bergradasi

Alat peraga Montessori mempunyai rangsangan rasional yang bergradasi

(Montessori, 2002: 175). Penekanan gradasi dalam pembelajaran Montessori

terletak pada rasional anak yang terbentuk secara bertahap ketika bekerja

menggunakan alat peraga. Alat peraga Montessori mempunyai gradasi

rangsangan warna, bentuk, maupun usia anak. Ada dua jenis gradasi menurut

Montessori yakni gradasi umur dan gradasi rangsangan yang rasional.

Ketika guru memperkenalkan gradasi bentuk, misalnya dengan menggunakan

permainan pink tower terdiri dari 10 kubus dengan kubus paling besar

memiliki sisi 10 centimeter. Kubus yang lebih kecil berikutnya selalu

memiliki ukuran sisi 1 centimeter lebih kecil. Anak akan mencoba menyusun

menara mulai dengan kubus yang paling besar yang ada di posisi paling

bawah sampai kubus yang paling kecil di posisi paling atas. Dengan itu anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

13

belajar membeda-bedakan besar-kecil dan berat-ringan suatu objek

(Montessori, 2002: 174).

c. Auto-correction

Alat peraga yang baik adalah alat peraga yang mempunyai pengendali

kesalahan. Tujuan pengendali kesalahan ini adalah untuk membantu anak

mengoreksi sendiri kekeliruan yang dibuat tanpa perlu diberi tahu oleh orang

lain. Kemampuan ini memungkinkan anak untuk mengetahui secara mandiri

bahwa ia harus mencoba lagi karena sedang terjadi kesalahan ketika sedang

belajar. Tidak hanya pada alat peraga dan media pembelajaran melainkan juga

lingkungan yang dipersiapkan harus selalu memiliki nilai pengendali

kesalahan. Misalnya, ketika seorang anak berumur tiga tahun sedang berlatih

dengan inkastri slinder (incastri solidi). Ia akan mengetahui kesalahanya

ketika salah memasukan silinder, sehingga permukaan balok menjadi tidak

rata, lubang terlalu lebar ataupun terlalu sempit sehingga silinder tidak dapat

masuk dengan sempurna ataupun ada satu silinder yang tidak dapat

dimasukan ke tempatnya (Montessori, 2002: 169). Dengan demikian alat yang

memiliki sistem pengendalian kesalahan dapat berfungsi sebagai pendidik

bagi siswa.

d. Auto-education

Alat peraga Montessori dirancang untuk menumbuhkan kemandirian anak,

pengembangan kemampuan secara mandiri tanpa ada campur tangan dari

orang dewasa. Kemandirian tersebut menuntut self regulation yang baik pada

diri anak. Berdasarkan umur siswa dan tahap perkembangan yang sedang

dialaminya, maka alat peraga dan media pembelajaran harus dibuat sesuai

dengan kemampuan dan kebutuhannya. Saat bekerja anak dapat membawa

dan mempergunakan alat peraga sendiri. Menurut Montessori, hal utama yang

harus memberikan pengetahuan pada anak adalah lingkungan, teman, dan alat

peraga (Montessori, 2002: 106). Montessori tidak menggunakan istilah guru

tetapi direktis, hal ini disebabkan orang dewasa lebih menjalankan peran

untuk mengarahkan perkembangan fisik dan psikis anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

14

e. Kontekstual

Ciri yang terakhir ini bukanlah sesuatu yang wajib ada dan dimiliki oleh alat

peraga berbasis Montessori, namun hanya upaya yang dilakukan untuk

memanfaatkan bahan-bahan yang sesuai dengan konteks lokal daerah di mana

sekolah Montessori didirikan, sehingga dapat menekan banyak biaya

operasional pembuatan alat peraga.”Konteks” berasal dari kata kerja Latin

contexere yang berarti “menjalin bersama”. Kata “konteks” merujuk pada

“keseluruhan situasi, latar belakang atau lingkungan” yang berhubungan

dengan diri, yang terjalin bersamanya (Johnson, 2009: 83). Sehingga konteks

dapat merujuk pada lingkungan tempat tinggal, keluarga, teman, sekolah,

pekerjaan, dsb (Johnson, 2007: 83).

Dalam mengembangkan alat peraganya, Montessori memanfaatkan bahan

seadanya di sekitar pemukiman kumuh. Montessori memanfaatkan

lingkungan sebagai konteks pembelajaran tanpa batas. Penelitian mengenai

otak memberi tahu bahwa pengaruh lingkungan lebih besar daripada yang

dibayangkan (Johnson, 2009: 55).

2.1.4 Persepsi

2.1.4.1 Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia yang sangat penting

yang memungkinkan untuk mengetahui dan memahami dunia sekelilingnya. Persepsi

merupakan sebuah istilah yang sudah familiar didengar dalam percakapan sehari-hari.

Istilah persepsi berasal dari bahasa Inggris “perception” yang berasal dari bahasa

Latin “perception” yang berarti menerima atau mengambil (Desmita, 2012: 445).

Persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki untuk

memperoleh atau menginterpretasi stimulus (rangsangan) yang diterima oleh sistem

alat indera manusia (Desmita, 2012: 118). Jadi persepsi pada dasarnya menyangkut

hubungan manusia dengan lingkungannya, bagaimana individu mengerti dan

menginterpretasi lingkungannya dengan pengetahuan yang dimiliki kemudian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

15

individu memproses hasil penginderaannya dan timbullah makna tentang objek yang

dipersepsi. Sedangkan menurut Slameto (2003: 102) persepsi adalah proses

menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia melalui alat

inderanya yaitu indera penglihatan, pencium, pendengar, peraba, dan perasa. Dalam

mempersepsi suatu objek, orang atau peristiwa, makin baik suatu objek, orang atau

peristiwa, makin dapat diingat objek, orang atau peristiwa tersebut.

Menurut Wood (2013: 70) persepsi adalah proses aktif untuk menciptakan

makna dengan cara menyeleksi, menyusun, dan mengintepretasi manusia, objek,

peristiwa, situasi, atau fenomena lainnya. Artinya seorang individu aktif merasakan

apa yang terjadi di dalam dirinya dan proses interaksi yang dialaminya, lalu dia

memilih informasi yang penting yang kemudian disusun dan diorganisasikan.

Menurut Devito (dalam Sobur, 2003: 445), persepsi adalah proses kita

menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita. Hasil

persepsi seseorang mengenai suatu objek dapat berbeda dengan individu lainnya,

tergantung dengan penampilan objek itu sendiri dan pengetahuan individu tersebut

mengenai objek. Ajzen dan Fishbein (1975) mengatakan bahwa setiap individu akan

memiliki persepsi yang bersifat positif atau negatif terhadap suatu objek, sehingga

akan mempengaruhi pula sikap positif atau negatif terhadap objek yang dipersepsi

tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu

proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki untuk memperoleh dan

menginterprestasi stimulus (rangsangan) yang diterima oleh sistem alat indera,

bagaimana ia mengerti dan menginterpretasikan stimulus yang ada di lingkungannya

dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya. Setelah individu

menginderakan objek di lingkungannya, kemudian ia memproses hasil penginderaan

itu, sehingga timbullah makna tentang objek itu yang dapat bersifat positif atau

negatif dan akan mempengaruhi sikap individu tersebut terhadap objek yang

dipersepsi. Proses persepsi dapat meliputi (Sobour, 2003: 447):

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

16

a. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar,

intensitas atau stimulus. Dalam proses ini, struktur kognitif yang telah ada

dalam kepala akan menyeleksi, membedakan data yang masuk dan memilih

data mana yang relevan sesuai dengan kepentingan dirinya.

b. Interpretasi yaitu proses mengorganisasai informasi sehingga mempunyai arti

bagi seseorang. Interpretasi bergantung pada kemampuan seseorang dalam

mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana.

c. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku

sebagai reaksi. Jadi proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi,

dan pembulatan terhadap informasi yang sampai.

2.1.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Menurut Walgito (1993: 56) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah:

a. Perhatian yang selektif. Perhatian merupakan pemusatan pikiran terhadap

suatu objek dan pada saat yang sama mengabaikan objek yang lainnya.

Perhatian mengindikasi adanya kesediaan individu untuk mengadakan

persepsi. Rangsangan yang mendapatkan perhatian individu akan disadari

lebih mendalam dan ditanggapi dengan cepat. Sedangkan rangsangan yang

kurang mendapat perhatian dari individu kurang disadari dan kurang

ditanggapi oleh individu.

b. Rangsang. Perhatian individu terhadap rangsangan turut ditentukan oleh ciri-

ciri yang dimiliki oleh rangsangan tersebut. Berdasarkan familiaritas, objek

yang sudah dikenal akrab akan mudah dipersepsi dibandingkan dengan objek

asing atau baru. Berdasarkan ukuran, objek yang berukuran lebih besar akan

mudah dipersepsi daripada objek yang berukuran kecil. Berdasarkan

intensitas, objek yang memiliki warna tajam akan lebih mudah dikenali

daripada objek yang memiliki warna tipis atau kurang tajam. Berdasarkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

17

gerak, objek yang bergerak cenderung lebih mudah dipersepsi dibandingkan

objek yang diam (Suharnan, 2005: 59).

c. Nilai dan kebutuhan individu. Individu akan menaruh perhatian kepada

rangsangan yang akan bernilai baginya dibandingkan dengan rangsangan yang

kurang bernilai. Individu juga akan menaruh perhatian kepada rangsangan

yang sesuai dengan kebutuhannya. Hasil persepsi terhadap objek yang sama

dapat berbeda antara individu yang satu dengan lainnya.

d. Pengalaman terdahulu. Perhatian individu terhadap rangsangan juga

ditentukan oleh pengalaman akan rangsangan yang dimiliki oleh individu

dalam pengalaman sebelumnya. Jika individu telah mempunyai pengalaman

dengan objek terdahulu yang sama, objek tersebut akan lebih mudah

dipersepsi daripada dengan objek yang baru.

Sedangkan menurut Wood (2010: 79 - 85) faktor-faktor yang mempengaruhi

persepsi adalah:

a. Fisiologi. Perbedaan kemampuan indera dan kemampuan fisiologis adalah

salah satu alasan mengapa setiap orang dapat memiliki persepsi berbeda untuk

hal yang sama. Jika sedang lelah, individu cenderung melihat sesuatu dari

persepektif negatif. Dalam kondisi lelah candaan dari teman dapat ditanggapi

secara emosional. Kondisi medis juga menjadi salah satu faktor fisiologis

yang mempengaruhi persepsi manusia. Seorang yang mengonsumsi narkotika

pasti paham jika di bawah narkotika, seorang bisa menjadi lebih depresi,

paranoid, dan bahagia secara berlebihan.

b. Usia. Persepsi manusia juga tergantung pada usia. Persepsi uang pada usia 6

tahun dan 20 tahun pasti berbeda. Usia juga mempengaruhi persepsi kita pada

waktu. Misalnya seorang anak yang berusia 8 tahun mengatakan bahwa satu

tahun itu merupakan waktu yang lama, tetapi saya tidak sependapat. Ketika

tumbuh dewasa dan semakin berpengalaman, perspektif kita pada banyak hal

juga ikut berubah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

18

c. Budaya. Budaya adalah keseluruhan nilai, norma, kepercayaan, dan

pemahaman dari interpretasi terhadap pengalaman yang melingkupi

sekelompok manusia. Budaya membentuk pola kehidupan dan memandu

bagaimana cara manusia berpikir, merasakan, dan berkomunikasi (Lee, 2000).

d. Lingkungan sosial. Lingkungan sosial yang dimiliki berpengaruh terhadap

bagaimana kita memandang segala sesuatu. Misalnya orang-orang yang

berkuasa dan memiliki status sosial cenderung berkeinginan mempertahankan

lingkungan yang memberikan hak khsusus pada mereka. Jadi, mereka tidak

mungkin kekurangan secara materi.

e. Diri sendiri. Seorang individu melihat hubungan interpersonal pada orang

dengan gaya kelekatan yang berbeda-beda. Orang dengan gaya kelekatan

aman menilai bahwa dirinya adalah orang yang dicintai dan dapat dipercaya.

Thoha (2003: 154), menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

seseorang meliputi (a) faktor intern, antara lain perasaan, sikap dan kepribadian

individual, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar,

keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat dan motivasi

dari individu; dan (b) faktor ekstern, antara lain latar belakang keluarga, informasi

yang diperoleh, pengetahuan dan kebudayaan sekitar, intensitas, ukuran,

keberlawanaan, pengulangan gerakan, hal-hal baru dan familiar atau

ketidakasingan suatu objek.

Berdasarkan beberapa faktor di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang

mempengaruhi persepsi meliputi faktor internal yang berasal dari dalam diri

seperti perasaan, sikap, perhatian, rangsang, kebutuhan individu, pengalaman

yang dimiliki dan fisiologi, sedangkan faktor eksternal yang berasal dari luar diri

dapat berupa budaya, lingkungan sosial, dan informasi yang diperoleh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

19

2.1.4.3 Persepsi terhadap alat peraga Montessori

Salah satu aspek yang mempengaruhi transfer pengetahuan yang efektif

adalah aspek kognitif. Aspek kognitif dapat berupa persepsi seperti yang telah

dijelaskan di atas. Tanpa persepsi yang benar, manusia akan mengalami kesulitan

untuk menangkap dan memaknai berbagai fenomena, informasi atau data di

sekitarnya, karena persepsi merupakan proses yang menyangkut masuknya

informasi ke dalam otak manusia. Persepsi individu terhadap objek tertentu akan

mempengaruhi pikirannya. Artinya, persepsi seseorang akan memungkinkannya

untuk memberi penilaian terhadap kondisi stimulus. Penilaian (appraisal)

seseorang terhadap suatu stimulus biasanya dilakukan melalui proses kognitif,

yaitu proses mental yang memungkinkan seseorang mengevaluasi, memaknai dan

menggunakan informasi yang diperoleh inderanya. Jadi, meskipun persepsi

bergantung pada indera manusia, proses kognitif yang ada pada diri manusia akan

memungkinkan terjadinya proses penyaringan, perubahan atau modifikasi dari

stimulus yang ada. Persepsi dipengaruh oleh pengalaman yang dimiliki

narasumber (Walgito, 1993: 56), jika individu telah mempunyai pengalaman

dengan objek terdahulu yang sama, objek tersebut akan lebih mudah dipersepsi

daripada dengan objek yang baru. Kemudian hasil perpsepsi tersebut akan

mempengaruhi sikap yang diambil oleh narasumber. Oleh karena itu sikap selalu

terbentuk atau dipelajari dalam hubungannya dengan objek-objek tertentu, yaitu

melalui proses persepsi terhadap objek tersebut. Hubungan yang positif atau

negatif antara individu dengan objek tertentu, akan menimbulkan sikap tertentu

pula dari individu terhadap objek tersebut, sehingga persepsi dapat mempengaruhi

intensi seseorang dalam melakukan sesuatu.

Faktor yang menentukan intensi seseorang adalah sikap terhadap perilaku

yang dimaksud, bila seorang individu mempunyai sikap yang negatif pada

seseorang atau objek, orang tersebut akan mempunyai kecenderungan untuk

menunjukkan sikap yang negatif pula kepada orang atau objek yang dipersepsi.

Hal ini berarti bahwa jika persepsi seseorang mengenai alat peraga itu bagus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

20

intensinya akan tinggi menggunakan alat peraga tersebut dan sebaliknya jika

persepsi seseorang mengenai alat peraga sudah jelek maka intensinya untuk

menggunakan alat peraga tersebut lemah.

Objek sikap akan dipersepsi oleh individu, dan hasil persepsi akan

dicerminkan dalam sikap yang diambil oleh individu yang bersangkutan yaitu

tindakan yang dilakukannya. Dalam mempersepsi objek sikap individu akan

dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, keyakinan, proses belajar, kemudian

hasil proses persepsi ini merupakan pendapat atau keyakinan individu mengenai

objek sikap, dan ini berkaitan dengan segi kognisi. Afeksi akan mengiringi hasil

kognisi terhadap objek sikap sebagai aspek evaluatif, yang dapat bersifat positif

atau negatif. Keadaan lingkungan akan memberikan pengaruh terhadap objek

sikap maupun pada individu yang bersangkutan. Berikut ini adalah bagan persepsi

(Walgito, 2003: 116):

Gambar 2.1. Gambar persepsi yang dikutip dari Walgito

Kepribadi

an

Kognisi

Afeksi

Sikap

Persepsi

Objek sikap

Pengalaman Pengetahuan Keyakinan Proses belajar

Faktor-faktor

lingkungan

yang

berpengaruh

Evaluasi

Senang/ tak senang

Bertindak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

21

Bagan tersebut kemudian dimodifikasi atau disederhankan sesuai dengan

kebutuhan peneliti mengenai persepsi. Berikut adalah bagan persepsi yang telah

dimodifikasi:

Gambar 2. 2. Gambar persepsi yang dimodifikasi

Pengalaman yang dimiliki narasumber mengenai suatu objek tertentu akan

memunculkan persepsi tertentu kepada narasumber. Persepsi yang dimiliki oleh

narasumber (dalam hal ini guru dan siswa) dapat berbeda-beda, sesuai dengan

pengalaman yang telah didapatkan dengan menggunakan objek tersebut. Hasil

persepsi akan mempengaruhi sikap yang diambil oleh narasumber. Sikap ini akan

dibuktikan atau ditunjukkan dengan tindakan atau aktivitas nyata yang dilakukan

narasumber. Dalam hal ini, pembelajaran matematika dilakukan menggunakan

alat peraga Montessori yang baru bagi siswa maupun bagi guru. Siswa diharapkan

untuk dapat ikut terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Guru juga

diharapkan untuk menggunakan alat peraga baru yang konkret dalam

menyelesaikan permasalahan matematika. Alat peraga baru yang belum pernah

digunakan oleh guru maupun siswa akan memberikan pengalaman yang baru

kepada guru dan siswa. Pengalaman yang dimiliki mengenai alat peraga akan

memunculkan persepsi tertentu kepada guru dan siswa. Hasil persepsi tersebut

akan mempengaruhi sikap yang akan diambilnya, kemudian sikap tersebut akan

- Hasil belajar

- Pemikiran

- Perasaan

- Kepercayaan

- Perilaku

- Perasaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

22

dibuktikan dengan tindakan atau aktivitas nyata yang dilakukan narasumber. Jika

persepsi siswa dan guru mengenai alat peraga tersebut positif, intensi guru dan

siswa akan besar dalam menggunakan alat peraga berbasis Montessori tersebut,

sebaliknya jika persepsi siswa dan guru mengenai alat peraga tersebut negatif atau

jelek, akan mempengaruhi sikap narasumber terhadap penggunaan alat peraga

tersebut. Di sinilah peran persepsi dalam proses transfer pengetahuan dengan

menggunakan alat peraga yang baru.

2.1.5 Pembelajaran Matematika di Kelas

2.1.5.1 Pembelajaran Matematika

Pembelajaran merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang guru

dalam mengarahkan interaksi siswa ke dalam sumber belajar untuk mencapai tujuan

tertentu (Triyanto, 2009: 17). Abdullah (2013: 40) pembelajaran adalah penyediaan

kondisi yang mengakibatkan terjadinya proses belajar pada peserta didik. Penyediaan

kondisi dapat dilakukan dengan bantuan pendidik (guru) atau ditemukan sendiri oleh

siswa (belajar secara otodidak). Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani

“mathein” atau “mathenein” yang berarti mempelajari. Menurut kamus besar Bahasa

Indonesia matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara

bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah

mengenai bilangan.

Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir (Hudojo,

2001: 45). Karena itu matematika sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari

sehingga matematika perlu dibekalkan kepada setiap peserta didik dari Sekolah Dasar

(SD) sampai perguruan tinggi. Akan tetapi matematika yang ada pada hakekatnya

suatu ilmu yang cara bernalarnya deduktif formal dan abstrak, harus diberikan kepada

anak-anak sejak SD yang cara berpikirnya masih pada tahap operasional konkret

(Hudojo, 2001: 45).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

23

Jadi pembelajaran matematika merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh

seseorang dalam mengarahkan siswa untuk mengembangkan cara berpikir tentang

bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang

digunakan dalam penyelesaian masalah.

2.1.5.2 Materi Pembagian di Kelas II SD

Seperti yang sudah dikemukakan di atas bahwa pembelajaran matematika

dibekalkan kepada siswa Sekolah Dasar. Tujuannya adalah untuk mengembangkan

cara berpikir siswa. Banyak materi pembelajaran matematika yang dibekalkan di SD

akan tetapi dalam penelitian ini lebih fokus kepada materi mengenai pembagian.

Pembagian diajarkan di kelas II SD pada semester genap. Standar Kompetensi

tentang pembagian untuk kelas II adalah 3. Melakukan perkalian dan pembagian

bilangan sampai dua angka. Sedangkan Kompetensi Dasaranya adalah 3.2

Melakukan pembagian bilangan dua angka.

Pembagian merupakan lawan dari perkalian. Pembagian disebut juga

pengurangan berulang sampai habis (Heruman, 2007: 26). Kemampuan prasyarat

yang harus dimiliki siswa dalam mempelajari konsep pembagian adalah pengurangan

dan perkalian. Jadi jika siswa sudah paham dengan konsep pengurangan dan

perkalian akan lebih mudah dalam mempelajari pembagian. Sebaliknya, jika siswa

belum paham dengan konsep pengurangan dan perkalian siswa akan kesulitan

memahami konsep pembagian.

2.1.6 Hasil Penelitian yang Relevan

2.1.6.1 Alat Peraga Matematika

Sumiaty (2009) melakukan penelitian mengenai penggunaan alat peraga tiga

dimensi dalam meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan geometri

bangun ruang. Penelitian dilakukan pada kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 02

Nagrikaler (SDN 02 Nagrikaler) Purwakarta tahun ajaran 2006/ 2007. Pembelajaran

matematika di kelas dirasa belum optimal, oleh karena itu diadakan Penelitian

Tindakan Kelas dengan pendekatan kualitatif, yakni suatu penelitian yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

24

mendasarkan diri kepada fakta dan analisis perbandingan, bertujuan untuk

mengadakan generalisasi empirik, menetapkan konsep-konsep, membuktikan teori

dan mengembangkannya, serta pengumpulan data dan analisis datanya berjalan pada

waktu yang bersamaan (Nazir, 1999: 68). Sebelum menggunakan alat peraga tiga

dimensi, para siswa tidak termotivasi, sehingga pembelajaran matematika belum

memperoleh hasil secara optimal. Hasil evaluasi pra siklus dengan rata-rata kelas

hanya sebesar 3,07. Pembelajaran mulai nampak hidup setelah guru menggunakan

alat peraga tiga dimensi dalam pokok bahasan bangun ruang balok dan kubus. Hasil

evaluasi pada siklus pertama dengan rata-rata kelas mencapai 6,46. Setelah

menggunakan alat peraga tiga dimensi, hasil pembelajaran matematika pokok

bahasan Geometri Bangun Ruang balok dan kubus menunjukkan peningkatan hasil

belajar. Dari empat kali perbaikan pembelajaran, didapat rata-rata kelas pada siklus

pertama sebesar 6,46, namun, pada siklus kedua menjadi 5,33 atau 36,67%. Lonjakan

yang sangat mencolok diperoleh pada evalusai siklus ketiga dengan rata-rata kelas

mencapai 8,33 (76,67%), dan pada siklus keempat lebih meningkat lagi dengan

peroleh rata-rata kelas mencapai 9,13 atau 96,67%.

Latifa (2013) melakukan penelitian mengenai penggunaan alat peraga meteran

untuk meningkatkan hasil belajar matematika bagi siswa berkesulitan belajar

matematika. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan

alat peraga meteran dalam meningkatkan hasil belajar matematika dengan materi

perkalian pada siswa berkesulitan belajar matematika kelas III SDN Kartodipuran

tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian dilakukan dengan metode Penelitian Tindakan

Kelas. Narasumbernya adalah 2 siswa yang mengalami kesulitan belajar terdiri atas 1

laki-laki dan 1 perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi,

tes, dan analisis dokumen. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis

deskriptif kuantitatif dan analisis kritis. Berdasarkan hasil penelitian, dapat

disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga meteran dapat meningkatkan hasil belajar

matematika materi perkalian pada siswa berkesulitan belajar matematika kelas III

SDN Kartodipuran Surakarta tahun pelajaran 2012/2013.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

25

2.1.6.2 Persepsi Guru dan Siswa

Adiningsih (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh persepsi siswa

tentang Metode Mengajar Guru dan Kemandirian Belajar terhadap Prestasi Belajar

Akuntansi Siswa. Penelitian ini dilakukan pada kelas X Program Keahlian Akuntansi

SMK Batik Perbaik Purworejo Tahun ajaran 2011/2012. Hasil dari penelitian

menunjukkan bahwa persepsi siswa tentang metode mengajar guru terhadap prestasi

belajar Akuntansi siswa kelas X Program keahlian Akuntansi SMK Batik Perbaik

Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012, dengan dan

. Hal ini menunjukkan bahwa metode mengajar guru

menentukan persepsi siswa dan dan mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Asyah (2005) melakukan penelitian mengenai hubungan kepercayaan diri dan

persepsi siswa terhadap matematika dengan hasil belajar matematika. Penelitian ini

dilakukan di SMP N Se-kota Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien

pada taraf signifikansi dan koefisien determinasi

Hal ini menunjukkan bahwa 43% variasi hasil belajar matematika ditentukan oleh

persepsi siswa terhadap matematika. Dari hasil penelitian diambil kesimpulan bahwa

kepercayaan diri dan persepsi siswa terhadap matematika dengan hasil belajar

matematika dari siswa SMP N se-kota Medan berada dalam kategori baik. Dengan

kesimpulan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antar kepercayaan diri dan

persepsi siswa terhadap matematika dengan hasil belajar matematika secara sendiri

maupun bersama-sama.

2.1.6.3 Metode Montessori

Susanti (2013) melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui penerapan

metode Montessori di Kelompok Bermain Talenta Kabupaten Bandung. Adapun

metode yang digunakan oleh peneliti adalah kualitatif deskriptif. Sedangkan sampel

penelitian adalah anak didik di Kelompok Bermain Talenta pada tahun ajaran 2012-

213 yang berjumlah 48 anak didik. Teknik pengumpulan data yang dipilih peneliti

adalah kepustakaan, penelitian lapangan dan waancara. Dari hasil penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

26

menunjukkan bahwa penerapan Montessori di Kelompok Bermain Talenta Kabupaten

Bandung memiliki dampak yang positif terhadap keterampilan motorik halus anak

didik di mana anak didik mengalami peningkatan menjadi lebih terampil/ luwes, lebih

mahir dan mandiri dan kekuatan dari motorik halusnyapun mulai terlihat lebih baik

dari ketika pertama kali mereka masuk.

Rinke, Gimbel, Haskell (2012) melakukan penelitian dengan tujuan

mengetahui perubahan lingkungan belajar kelas Montessori untuk mengembangkan

minat belajar siswa di lingkungan. Penelitian ini memiliki relevansi mengenai

lingkungan belajar di kelas Montessori. Penelitian ini menggunakan metode etnografi

dalam empat kelas Montessori di tingkat SD. Setting penelitian ini adalah empat kelas

di kelas Montessori dengan narasumber penelitian yaitu para siswa di kelas SD

tersebut. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa lingkungan belajar Montessori

memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan minat dalam ilmiah dan

komunikasi tentang ilmu pengetahuan dalam berbagai cara.

Dari berbagai penelitian di atas dapat kita ketahui bahwa penelitian mengenai

penggunaan alat peraga matematika khususnya alat peraga tiga dimensi dapat

membantu meningkatkan hasil belajar siswa (Sumiaty, 2009). Alat peraga juga dapat

membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika (Latifa, 2013).

Penelitian yang lain yaitu mengenai persepsi menemukan bahwa metode mengajar

guru menentukan persepsi siswa dan mempengaruhi prestasi belajar mereka

(Adiningsih, 2012). Selain itu, hasil belajar matematika ditentukan oleh persepsi

siswa terhadap matematika (Asyah, 2005). Penelitian berikutnya mengenalkan

mengenai metode Montessori yang dapat mengembangkan minat belajar (Rinke,

Gimbel, dan Haskell, 2012). Penelitian yang lain menemukan bahwa anak didik

mengalami peningkatan menjadi lebih terampil atau luwes ketika menggunakan

metode Montessori (Susanti, 2013). Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan

dan berbagai dampak implementasi dari pendidikan Montessori dibanding metode

tradisional, salah satunya dalam pembelajaran matematika. Dari penelitian ini

menyiratkan bahwa metode Montessori sesuai untuk digunakan dalam pembelajaran

matematika yang kemudian mengilhami dalam penelitian pengembangan alat peraga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

27

Montessori. Meskipun demikian, penelitian-penelitian mengenai

pengembangan alat peraga Montessori yang disertai dengan evaluasi belum banyak

dipublikasikan. Oleh karena itu, penelitian yang akan dilakukan kali ini adalah

mengetahui persepsi narasumber terhadap penggunaan alat peraga Montessori dengan

metode kualitatif.

Gambar 2. 3 Literature map dari penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan

Alat Peraga Metode Montessori

Sumiaty (2009)

Alat peraga tiga dimensi -

hasil belajar siswa.

Latifa (2013)

Alat peraga meteran - hasil

belajar matematika.

Yang perlu diteliti

Persepsi Guru dan Siswa atas Penggunaan Alat

Peraga Matematika berbasis Montessori pada

Pembelajaran Pembagian Bilangan Dua Angka.

Persepsi

Adiningsih (2012)

Persepsi siswa - prestasi

belajar akuntansi.

Susanti (2013)

Metode Montessori -

kemampuan motorik halus

anak.

Asyah ( 2005)

Persepsi siswa - hasil

belajar matematika.

Rinke (2012)

Lingkungan belajar kelas

Montessori - minat belajar

siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

28

2.2 Kerangka Berpikir

Rata-rata usia Sekolah Dasar (SD) berkisar antara umur 7- 12 tahun. Berdasarkan

teori perkembangan Perkembangan Piaget, anak pada usia tersebut berada dalam

tahap operasional konkret (Suparno, 2001: 69). Pada tahap ini perkembangan anak

ditandai dengan perbaikan dalam kemampuan untuk berpikir secara logis. Anak

mampu mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis ketika melihat objek-

objek yang konkret dan melakukan aktivitas nyata. Pemikiran anak tidak lagi

sentralisasi tapi desentralisasi, dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh

keegosentrisan. Anak masih memiliki keterbatasan pada hal yang bersifat abstrak.

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan oleh guru di dalam

kelas. Matematika merupakan suatu ilmu yang mengembangkan cara bernalar

deduktif formal dan abstrak. Dalam pembelajaran matematika dibutuhkan suatu alat

peraga yang dapat digunakan untuk memberikan gambaran yang nyata atau konkret

kepada siswa, sehingga anak yang belum mampu berpikir secara abstrak dapat

terbantu dengan adanya alat peraga. Selain itu alat peraga dalam pembelajaran

matematika juga dapat digunakan mendukung kegiatan belajar agar kemampuan

dasar siswa dalam berhitung dapat berkembang secara maksimal serta menumbuhkan

ketertarikan siswa dalam belajar.

Banyak materi pembelajaran matematika yang diajarkan di Sekolah Dasar salah

satunya adalah materi mengenai pembagian. Materi pembagian di SD diajarkan pada

kelas II dengan kompetensi dasarnya adalah pembagian bilangan dua angka. Operasi

pembagian dalam matematika di SD merupakan operasi pengurangan berulang

sampai habis dengan hasil yang didapatkan sama banyak. Banyak kasus ditemukan

anak SD kurang memiliki keterampilan dalam operasi pembagian karena

pembelajaran yang disajikan oleh guru masih menggunakan metode ceramah. Hal

inilah yang menyebabkan para siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep

pembagian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

29

Alat peraga berbasis Montessori dapat membantu pemahaman siswa akan suatu

konsep pembelajaran. Metode Montessori merupakan metode pembelajaran yang

dikembangkan oleh Maria Montessori (1870-1952) dengan menggunakan konsep

belajar sambil bermain untuk anak-anak (Holt, 2008: xi). Metode Montessori

membimbing anak untuk lebih mandiri. Dalam metode Montessori anak tidak hanya

mengembangkan kemampuan akademis, tetapi mereka dibimbing untuk

mengembangkan kreativitas kehidupan sosial, fisik, dan emosi. Ciri utama dari alat

peraga Montessori adalah menarik, bergradasi, mempunyai auto correction,

mempunyai auto education dan kontekstual.

Alat peraga matematika Montessori tidak dirancang untuk “mengajar

matematika” tetapi untuk membantu siswa mengembangkan pikiran matematikanya

seperti memahami perintah, urutan, abstraksi, dan memiliki kemampuan untuk

mengkonstruksi pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki menjadi suatu konsep baru.

Alat peraga Montessori adalah alat baru yang belum pernah digunakan oleh guru

maupun siswa ketika pembelajaran. Ketika mengenalkan dan menggunakan alat

peraga baru pasti akan memunculkan persepsi yang beragam oleh guru maupun

siswa.

Persepsi adalah proses diterimanya stimulus terhadap suatu objek tertentu melalui

alat indera, sehingga individu dapat menginterpretasi stimulus tersebut. Persepsi

dipengaruh oleh suatu sikap terhadap objek dan dipicu oleh suatu kejadian yang

mengaktifkan sikap (Fazio, 1989; Fazio dan Roskos-Ewoldsen, 1994). Persepsi dapat

mempengaruhi intensi seseorang dalam melakukan sesuatu. Hal tersebut dapat dilihat

dari intensi guru dan siswa dalam menggunakan suatu alat peraga. Jika persepsi

seseorang mengenai alat peraga itu bagus, intensinya akan tinggi menggunakan alat

peraga tersebut dan sebaliknya jika persepsi seseorang mengenai alat peraga sudah

jelek atau negatif, intensinya untuk menggunakan alat peraga tersebut lemah.

Berdasarkan alasan di atas perlu diteliti persepsi guru dan siswa mengenai

penggunaan alat peraga matematika berbasis Montessori pada pembelajaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

30

pembagian bilangan dua angka. Melalui penelitian ini akan diketahui persepsi guru

dan siswa setelah menggunakan alat peraga berbasis Montessori dan hasil yang

didapatkan akan digunakan sebagai bahan masukan untuk pengembangan alat peraga

bagi peneliti selanjutnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

31

Bab III

METODE PENELITIAN

Pada bagian ini akan dibahas (1) jenis penelitian, (2) setting penelitian, (3)

desain penelitian, (4) teknik pengumpulan data, (5) instrumen penelitian, (6)

kredibilitas dan transferabilitas dan (7) teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma

kualitatif. Paradigma kualitatif merupakan paradigma untuk mengeksplorasi dan

memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap

berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan (Creswell, 2007: 4). Penelitian dengan

pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh narasumber penelitian, misalnya perilaku, persepsi,

motivasi, tindakan, dan lain sebagainya (Herdiansyah, 2010: 9). Dengan demikian

penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengeksplorasi atau

memahami permasalah sosial yang terjadi di masyarakat baik secara individu ataupun

kelompok.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode fenomenologi.

Fenomoneologi merupakan strategi penelitian di mana di dalamnya peneliti

mengidentifikasi hakikat pengalaman manusia tentang suatu fenomena tertentu

(Creswell, 2007: 20). Fenomenologi menyelidiki pengalaman kesadaran yang

berkaitan dengan pertanyaan seperti „bagaimana‟ (Moleong, 2006: 15).

Fenomenologi merupakan pengumpulan secara mendalam deskripsi dari orang yang

mengalami suatu fenomena tertentu: melakukan abstraksi dan menemukan makna-

makna pokok dari cerita subjketif ini dan menggunakan makna-makna ini sebagai

dasar suatu interpretasi dari kekhasan pokok dari fenomenon.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

32

3.2 Setting Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Percobaan 3 Pakem

dengan alamat Jalan Kaliurang km 17.5 Sukunan, Pakem, Sleman, Yogyakarta.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada saat Kegiatan Belajar Mengajar

(KBM) dan wawancara guru kelas (sekaligus guru matematika), guru belum

pernah menggunakan alat peraga matematika berbasis Montessori. Hal ini yang

menyebabkan peneliti memilih sekolah ini untuk dijadikan tempat penelitian.

Selain itu, baru-baru ini SD tersebut digunakan untuk melakukan penelitian

mengenai alat peraga berbasis Montessori pada pembelajaran pembagian.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/

2014, yaitu pada bulan Januari sampai Maret 2014.

3.2.3 Narasumber Penelitian

Narasumber dalam penelitian ini adalah guru dan siswa SD N Percobaan 3

Pakem yang beralamat di Jalan Kaliurang km 17.5 Sukunan, Pakem, Sleman,

Yogyakarta. Dengan rincian 1 orang guru kelas yang sekaligus guru matematika

dan 3 orang siswa kelas II-A semester genap tahun ajaran 2013/ 2014.

Narasumber yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu, yaitu siswa dengan prestasi

belajar tinggi dalam mata pelajaran matematika, siswa dengan prestasi belajar

sedang dalam mata pelajaran matematika, dan siswa dengan prestasi belajar

rendah dalam mata pelajaran matematika. Selain itu juga siswa yang mempunyai

kemampuan berkomunikasi dengan baik. Peneliti menggunakan kriteria siswa

yang mempunyai prestasi belajar tinggi, sedang dan rendah dengan tujuan agar

data yang diperoleh dapat mewakili narasumber siswa kelas II, karena

karekteristik dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa beragam maka dengan tiga

narasumber diharapkan dapat mewakili siswa yang ada. Selain itu pemilihan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

33

narasumber siswa juga atas saran dari guru kelas. Guru beranggapan bahwa siswa

tersebut mampu untuk diajak bekerja sama dan sesuai dengan kriteria penelitian.

Narasumber pertama adalah Z. Z adalah seorang guru kelas sekaligus guru

matematika pada kelas II-A SD N Percobaan 3 Pakem. Z sudah mengajar kurang

lebih 7 tahun. Ketika ditanya Z merasa senang dalam mengajar matematika.

Walaupun sulit dalam mengajar matematika untuk kelas bawah tapi Z menikmati

tugasnya dalam mendidik siswa kelas II. Z adalah sosok guru yang sabar, lemah

lembut dan pengertian. Ketika menjumpai murid yang agak lambat dalam

menerima pelajaran, Z akan mendekati murid tersebut dan akan menjelaskan

dengan sabar mengenai materi yang dirasa sulit. Ketika di kelas, beliau juga

jarang marah atau berteriak-teriak, beliau lebih suka menenangkan siswa dengan

cara mendekati siswa yang ramai.

Narasumber kedua adalah A, seorang siswi kelas II-A SD N Percobaan 3

Pakem. A kelahiran Yogyakarta, 5 September 2005 yang beralamat di Degolan,

Umbul Martani, Ngemplak, Sleman. Pada kelas II ini dia berumur 9 tahun. A

pada semester ganjil yang lalu mendapatkan rangking 1 dan sekarang dia

menjabat sebagai ketua kelas. A adalah anak pertama dari dua bersaudara. Dia

memiliki hobi melukis dan sering sekali bermain kasti atau dakon sewaktu jam

istirahat. Ketika ditanya mengenai cita-citanya, A menjawab kalau dia bercita-

cita untuk menjadi koki sekaligus professor. Dilihat dari segi fisik A memiliki

rambut panjang, wajah yang cantik dan tinggi sekitar 90 cm. Walaupun dia lebih

pandai dalam kemampuan kognitif dengan mendapatkan rangking 1 di kelas

tetapi dalam kehidupan sosialnya dia sedikit egois dan pilih-pilih teman. Hal ini

terlihat ketika guru membagi siswa ke dalam kelompok, A tidak mau satu

kelompok dengan F karena F bukan teman dekat A. Selain itu, ketika A

diwawancarai dia terkesan malu-malu dalam menjawab pertanyaan. Ketika

menjawab pertanyaan A berbicara dengan suara rendah, padahal ketika di kelas A

seringkali berteriak-teriak. Apalagi karena dia menjabat sebagai ketua kelas, dia

sering berteriak-teriak untuk mengatur teman-temannya agar diam dan

memperhatikan guru yang sedang mengajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

34

Narasumber ketiga adalah seorang siswi yang mendapatakan peringkat ke-

13 di kelas. Penulis memberi inisial B. B adalah seorang anak perempuan

kelahiran Yogyakarta, 1 Desember 2005 yang beralamat di Mbalangan,

Wukirsari, Cangkringan, Sleman. B merupakan siswa yang lincah dan mau

memperhatikan penjelasan guru. B mempunyai cita-cita untuk menjadi seorang

dokter. Selain itu dia juga mau berteman dengan siapa saja, B tidak pernah

membeda-bedakan teman. B yang mempunyai hobi bermain biola ini juga

mempunyai kepribadian yang riang, ramah, menyenangkan dan mudah senyum. B

juga terbuka kepada orang baru. B juga mudah menerima informasi baru. Jika dia

tidak paham pada suatu hal, dia tidak malu-malu untuk bertanya.

Narasumber keempat sebut saja C. C adalah siswa yang ramai ketika di

kelas dan teramat aktif di kelas. Keaktifan siswa ini dapat dilihat ketika disuruh

maju ke depan kelas atau ketika sedang tanya jawab dengan guru, dia pasti akan

langsung angkat tangan, walaupun dia tidak tahu jawaban dari pertanyaan guru. C

mempunyai hobi bermain permainan tradisional seperti bermain kasti, engklek,

dakon dan yang lainnya. C mempunyai cita-cita untuk dapat menjadi seorang

dokter atau polwan. Dilihat dari fisiknya C anaknya lebih kecil dari pada teman-

teman yang lain selain itu dia juga memiliki rambut panjang yang selalu dikucir

ekor kuda. C kelahiran Sleman, 7 Mei 2006. Jadi saat ini dia baru berusia 8 tahun.

Pada semester ganjil kemarin C mendapat rangking 23. Pada waktu pembelajaran

sedang berlangsung, C seringkali menggangu temannya dan mengajak temannya

untuk berbicara. Selain itu C juga kerap berjalan ke sana-sini ketika pembelajaran

berlangsung. Pada dasarnya C adalah anak yang ceria, berani dan percaya diri.

3.2.4 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah persepsi tentang alat peraga matematika

berbasis Montessori.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

35

3.3 Desain Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti melakukan langkah-langkah penelitian untuk

sampai pada hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan. Di bawah ini

merupakan bagan prosedur penelitian menurut (Patton, 1990 dalam

McMillan, 2001: 400). Langkah-langkah tersebut adalah:

Gambar 3.1 Prosedur penelitian dari Patton

Pengecekan

keabsahan data

Mempertajam

fokus dan

perumusan

masalah

penelitian

Tahap

perencanaan

Simpulan

hasil

peneltian,

rekomendasi,

dalil-dalil

Analisis Studi awal

Pelaksanaan

(observasi

interview,

dokumen)

Temuan

MODEL

HIPOTETIK

PERSONALIS

ASI NILAI

BELA GHAM

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

36

Kemudian bagan penelitian tersebut peneliti modifikasi sesuai dengan kebutuhan

peneliti. Berikut adalah bagan prosedur penelitian yang telah dimodifikai oleh peneliti:

Gambar 3.2. Prosedur penelitian dengan modifikasi.

1. Observasi

Pada tahap awal, peneliti melakukan observasi di dalam kelas II-A untuk

mengetahui proses pembelajaran secara umum yang terjadi di kelas. Observasi

dilakukan ketika pembelajaran Matematika sedang berlangsung. Observasi yang

dilakukan meliputi metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, media

pembelajaran yang digunakan oleh guru, fasilitas dan sarana yang terdapat di

dalam kelas serta interaksi antara guru dengan siswa.

2. Tahap perencanaan

Pada tahap perencanaan ini, peneliti menyusun instrumen penelitian yang berupa

lembar observasi untuk guru dan siswa dan lembar wawancara untuk guru dan

siswa. Berikut adalah tabel perencanaan wawancara:

Pengecekan

keabsahan

data

Mempertajam

fokus dan

perumusan

masalah

penelitian

Tahap

perencanaan

Analisis Observasi

Pelaksanaan

(observasi

interview,

dokumen)

Temuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

37

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

38

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

39

3. Mempertajam fokus dan perumusan masalah penelitian. Pada waktu peneliti

melakukan observasi atau pengamatan tentang proses pembelajaran yang

terjadi di kelas masih secara umum atau menyeluruh. Untuk dapat memahami

secara lebih mendalam, diperlukan pemilihan fokus penelitian. Maka dari itu,

peneliti menerapkan fokus penelitian pada penggunaan alat peraga ketika

pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian kualitatif, rumusan masalah

masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk ke

dalam lapangan. Pertanyaan penelitian kualitatif dirumuskan dengan maksud

untuk memahami gejala yang kompleks dalam kaitannya dengan aspek-aspek

lain.

4. Pelaksanaan (observasi, interview, dokumen). Pada tahap ini, peneliti terjun

langsung ke dalam lapangan. Dalam melakukan penelitian, peneliti

menggunakan wawancara dan observasi untuk mengumpulkan data.

Wawancara dilakukan setelah penggunaan alat peraga berbasis Montessori.

Wawancara ini ditujukan kepada 4 narasumber yaitu 1 guru kelas sekaligus

guru matematika dan 3 orang siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan alat peraga berbasis Montessori. Jenis wawancara yang

digunakan adalah wawancara semi terstruktur. Observasi atau pengamatan

dilakukan selama pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga

berbasis Montessori. Dalam melakukan wawancara dan observasi, peneliti

menggunakan pedoman wawancara dan observasi yang telah dibuat. Pedoman

ini digunakan agar tidak keluar dari fokus penelitian. Selama melakukan

implementasi pada guru dan siswa, peneliti melakukan pencatatan terhadap

hasil yang diperoleh dari pengambilan data.

5. Analisis. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan

(Sugiyono, 2011: 333). Meskipun demikian, dalam penelitian kualitatif,

analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan dan pengumpulan

data. Setelah melakukan pencatatan, peneliti mengolah semua data hasil

wawancara dan pengamatan dari narasumber penelitian agar mempermudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

40

peneliti atau pihak lain memeriksa data yang telah diambil dan agar data dapat

tersusun dengan rapi. Setelah semua data terkumpul, peneliti melakukan

analisis data yang telah diperoleh. Analisis dalam penelitian menerapkan

coding untuk mendeskripsikan setting, narasumber, dan tema yang akan

dianalisis. Peneliti membuat kode-kode untuk mendeskripsikan semua

informasi yang dikumpulkan, lalu menganalisisnya.

6. Pengecekan keabsahan data. Untuk mengecek keabsahan data atau

kepercayaan dalam data dalam penelitian kualitatif dapat melalui kredibilitas

dan transferabilitas. Kredibilitas dalam penelitian kualitatif adalah upaya

pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan menerapkan prosedur-

prosedur tertentu (Creswell, 2007: 285). Sedangkan transferabilitas

menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke

populasi di mana sampel tersebut di ambil.

7. Temuan. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Temuan

dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih

remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan jenis penelitian kualitatif, peneliti menggunakan beberapa

metode pengumpulan data, di antaranya adalah:

3.4.1 Wawancara

Moleong (2006: 186) mengatakan bahwa wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Wawancara dilakukan dengan cara

mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada narasumber. Peneliti melakukan

wawancara sesuai dengan pedoman wawancara yang telah dibuat. Panduan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

41

wawancara berisi petunjuk secara garis besar tentang proses dan isi wawancara.

Panduan ini dibuat agar wawancara lebih terfokus pada permasalahan.

Dalam proses wawancara, pertanyaan berkembang sesuai dengan alur

jawaban yang diberikan narasumber, karena peneliti menggunakan bentuk

wawancara semi terstruktur. Ciri dari wawancara semi terstruktur (Koentjroro, 2010)

adalah petanyaannya terbuka namun ada batasan tema dan alur pembicaraan. Hal itu

berarti bahwa jawaban yang diberikan oleh Narasumber tidak dibatasi, sehingga

narasumber bebas mengemukakan pendapat apa pun selama masih dalam konteks

pembicaraan. Selain itu, dalam wawancara semi terstruktur bersifat fleksibel tetapi

terkontrol. Pertayaan yang diajukan bersifat fleksibel tetapi masih ada kontrol dari

peneliti yaitu tema wawancara. Selanjutnya peneliti dapat mengembangkan

pertanyaannya sesuai dengan alur pembicaraan. Dalam wawancara semi terstruktur

diperlukan pedoman wawancara yang dijadikan patokan atau kontrol dalam mengatur

alur pembicaraan. Hasil dari wawancara tersebut akan dikumpulkan menjadi

informasi yang akan digunakan sebagai bahan kajian penelitian.

Wawancara dilakukan selama 2 kali yaitu wawancara sebelum penggunaan

alat peraga berbasis Montessori dan wawancara setelah penggunaan alat peraga

berbasis Montessori. Wawancara awal dilakukan terhadap 3 orang siswa dan 1 guru

kelas. Untuk menentukan narasumber penelitian, peneliti melakukan hal-hal berikut:

a. Menemui guru kelas untuk dimintai kesediaannya untuk diwawancara.

b. Bertanya kepada guru kelas untuk menentukan tiga siswa yang akan dijadikan

narasumber atau Narasumber penelitian. Penentuan siswa berdasarkan kriteria

siswa yang mudah diajak berkomunikasi, siswa yang bisa diajak untuk berkerja

sama dan siswa dengan perolehan nilai matematika yang berbeda.

c. Mengadakan janji waktu dan tempat untuk melakukan wawancara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

42

3.4.2 Observasi

Selain wawancara, peneliti juga menggunakan metode pengumpulan data

yang berupa observasi atau pengamatan untuk mendapatkan jawaban yang lebih

mendalam. Observasi atau pengamatan adalah kegiatan memperhatikan secara akurat,

mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek

dalam fenomena tersebut (Poerwandari, 1998). Hal ini berarti bahwa seorang peneliti

memperhatikan dan mencatat tingkah laku dan aktivitas individual yang terlibat

dalam penelitian dan rekaman observasi.

Metode yang digunakan peneliti dalam melakukan observasi adalah dengan

menggunakan anecdotal record. Anecdotal record adalah deskripsi atau catatan

rekaman tentang episode-episode atau peristiwa-peristiwa yang berlangsung dalam

situasi natural alias wajar atau natural (Supratiknya, 2012: 47). Dalam penulisan

anecdotal record penulis menggunakan anecdotal record tematik, sehingga ada

beberapa pedoman yang digunakan untuk mecatat hal-hal yang penting sesuai dengan

tema. Dalam metode anecdotal record, observer mencatat dengan teliti dan merekam

perilaku-perilaku yang dianggap penting dan bermakna yang sesuai dengan tema.

Teknik penulisan yang digunakan oleh penulis adalah pencatatan naratif. Seperti yang

diungapkan oleh Mehrens dan Lehman (1984) dalam Supratiknya, (2010: 47) catatan

anekdot yang baik harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Berupa deskripsi singkat peristiwa faktual.

b. Catatan tidak mengandung inferensi atau kesimpulan, pendapat, atau penilaian

dari pengamat. Hal ini berarti bahwa peneliti harus benar-benar menuliskan

apa yang terjadi tanpa terpengaruh oleh narasumbertivitas pengamat.

c. Catatan berisi rekaman tentang critical incident atau kejadian penting terkait

si murid.

d. Sesudah memperoleh data yang cukup memadai, pengamat boleh membuat

kesimpulan tentang adanya pola perilaku narasumber yang menjadi sasaran

pengamatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

43

Pada penelitian ini observasi dibagi ke dalam 2 tahap yaitu observasi kegiatan

pembelajaran sebelum menggunakan alat peraga berbasis metode Monetessori dan

observasi kegiatan pembelajaran selama menggunakan alat peraga berbasis metode

Monetessori.

Observasi kegiatan pembelajaran sebelum menggunakan alat peraga berbasis

Montessori dilakukan dua kali di kelas sebagai persiapan agar peneliti lebih mengenal

kelas yang hendak diamati sekaligus mempermudah dalam penyusunan instrumen

pengamatan. Sebelum melakukan observasi, peneliti terlebih dahulu membuat tabel

perencanaan observasi untuk mempermudah dalam membuat pedoman observasi

yang akan digunakan. Selanjutnya, peneliti membuat pedoman observasi yang akan

digunakan untuk observasi guru (lihat Lampiran 3.4). Selain itu, peneliti juga

membuat pedoman observasi untuk siswa (lihat Lampiran 3.12) yang selanjutnya

dikembangkan menjadi lembar observasi untuk guru dan siswa. Observasi dilakukan

kepada 4 narasumber yaitu satu guru kelas dan 3 orang siswa. Observasi selama

penggunaan alat peraga berbasis Montessori dilakukan sebanyak 4 kali.

Pada pertemuan pertama pembelajaran terfokus pada pengantar, di mana guru

memberikan penjelasan mengenai alat peraga yang meliputi nama-nama dalam alat

peraga itu, cara penggunaan alat peraga dan siswa mencoba pembagian bilangan 1

angka sampai habis. Pertemuan ke-2 pembelajaran terfokus mengenai pembagian

bilangan dengan bilangan 1 dan pembagian bilangan dengan bilangan itu sendiri.

Pertemuan ke-3 mengenai pembagian bilangan 2 angka dengan 1 angka tanpa

menukar. Pertemuan ke-4 mengenai pembagian bilangan 2 angka dengan 1 angka

dengan menukar.

3.4.3 Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari bahasa latin yaitu docere, yang berarti mengajar.

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiyanto, 2010: 326).

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

44

dan lain-lain. Dalam penelitian ini peneliti juga mengumpulkan data dengan

menggunakan dokumen gambar yang berbentuk foto dan video. Dokumen foto

digunakan untuk memberi bukti tentang proses kegiatan belajar mengajar yang

berlangsung dengan menggunakan alat peraga berbasis Montessori. Dokumen video

digunakan untuk merekam segala proses kegiatan pembelajaran yang berlangsung

ketika penggunaan alat peraga Montessori, dengan menggunakan video peneliti dapat

melihat segala proses pembelajaran yang berlangsung dengan lebih detail atau rinci

kapanpun peneliti mau. Menurut Sugiyono (2005: 83) studi dokumen merupakan

pelengkap dari penggunaan metode wawancara dan observasi dalam penelitian

kualitatif. Bahkan kredibiltas hasil penelitian kualitatif ini akan semakin tinggi jika

melibatkan dan menggunakan studi dokumen.

3.5 Instrumen Penelitian

Arikunto (2010: 203) memaparkan bahwa instrumen penelitian adalah alat atau

fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya

menjadi lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan

sistematis sehingga mudah diolah. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi

instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendri (Sugiyono, 2011: 305). Dalam

penelitian ini instrumen penelitiannya adalah peneliti sendiri dengan menggunakan

alat bantu yang berupa pedoman wawancara, observasi dan dokumentasi. Wawancara

digunakan untuk mengetahui pendapat guru dan siswa atas penggunaan alat peraga

berbasis Montessori, sedangkan observasi digunakan untuk mendapatkan pemahaman

yang lebih baik selama guru dan siswa menggunakan alat peraga berbasis Montessori

dan dokumentasi digunakan untuk memberikan bukti atas kegiatan yang telah

berlangsung. Selain itu observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang

hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh narasumber penelitian

secara terbuka dalam wawancara. Dalam melakukan observasi peneliti menggunakan

alat bantu berupa handycam, tape recorder dan kamera. Handycam digunakan untuk

merekam kegiatan pembelajaran matematika selama menggunakan alat peraga

berbasis Montessori. Peneliti menggunakan satu handycam dengan tujuan hasil yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

45

diperoleh dari perekaman lebih detail. Sedangkan kamera digunakan peneliti untuk

mengambil gambar atau poto selama kegiatan belajar berlangsung menggunakan alat

peraga berbasis Montessori dan tape recorder digunakan sebagai alat bantu dalam

merekam proses wawancara untuk guru dan siswa.

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti

itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti siap

melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti

sebagai instrumen mengenai kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, yang

melakukan validasi adalah peneliti itu sendiri melalui evaluasi diri seberapa jauh

kesiapan dan bekal memasuki lapangan. Sebelum peneliti memasuki lapangan untuk

melakukan penelitian, peneliti pernah mendapatkan pengalaman dari berbagai hal, di

antaranya yaitu pada semester 2 peneliti pernah mengajar pramuka di SD N Condong

Catur 4 selama satu semester. Kegiatan pramuka diadakan seminggu sekali pada hari

Sabtu selama 2 x 35 jam pelajaran. Pada semester 3 peneliti pernah melakukan

bimbingan belajar (bimbel) untuk kelas atas di SD N Kembangjitengan yang

beralamat di desa Kembangjitengan, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Kegiatan

bimbingan belajar diterapkan pada kelas VI. Kemudian pada semester 4 peneliti

mengadakan bimbingan belajar (bimbel) kelas bawah di SD N Puren yang beralamat

di Jalan Mpu Tantular, Depok, Sleman, Yogyakarta selama satu semester. Bimbel

diadakan seminggu sekali pada hari Sabtu selama 2 x 35 jam pelajaran. Bimbel kelas

bawah ini dilakukan pada siswa kelas II. Tujuan diadakannya bimbingan belajar

untuk siswa kelas bawah dan atas ini untuk mendekatkan mahasiswa dengan siswa-

siswa SD dan memberikan pengalaman menyampaikan materi atau mengajar kepada

siswa SD.

Pada semester 5 peneliti mengikuti Program Pengakraban Lingkungan

(Probaling) guru di SD N Tegalrejo II yang beralamat di Jalan Wiratama No. 27

Yogyakarta selama satu semester. Probaling guru ini diadakan seminggu sekali yaitu

pada hari Sabtu selama satu hari penuh. Tujuan dari Probaling guru ini adalah agar

mahasiswa mendapatkan pengalaman terkait dengan tugas dan kewajiban guru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

46

Selain itu, supaya mahasiswa semakin dekat dengan siswa-siswi SD dan memahami

karakteristik mereka. Kemudian pada semester 6, peneliti mengikuti Program

Pengakraban Lingkungan (Probaling) Kepala Sekolah di SD N Kledokan yang

beralamat di Jalan Garuni 3, Kledokan, Catur Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta

selama satu semester. Probaling diadakan seminggu sekali yaitu pada hari Sabtu

selama satu hari penuh. Tujuan diadakannya Probaling Kepala Sekolah adalah agar

mahasiswa mengetahui tugas dan wewenang Kepala Sekolah, selain itu agar

mahasiswa semakin dekat dengan lingkungan SD dan siswa-siswanya. Pada semester

8 mahasiswa mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SD N Percobaan 3

Pakem yang beralamat di Jalan Kaliurang km 17. 5, Pakem, Sleman, Yogyakarta.

Kegiatan PPL ini berlangsung hari Senin sampai dengan Sabtu pada hari kerja

sekolah selama 12 (dua belas) minggu atau 3 bulan. Tujuan diadakannya PPL ini

adalah memberikan pengalaman kepada mahasiswa untuk semakin memiliki

kecakapan keguruan secara profesional. Berdasarkan pengalaman-pengalaman

tersebut, peneliti sudah familiar dengan lingkungan SD baik kepala sekolah, guru-

guru kelas, dan siswa.

Berbagai kegiatan yang telah dilakukan tersebut memberikan sumbangan yang

besar kepada peneliti, dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut menjadikan peneliti

lebih mengetahui karakteristik lingkungan sekolah baik kepala sekolah, guru kelas,

dan siswa-siswi. Selain itu, kegiatan tersebut membantu peneliti dalam memahami

karaktersitik siswa Sekolah Dasar sehingga peneliti lebih familiar lagi dengan siswa,

serta membantu peneliti dalam memahami bahasa yang digunakan siswa ketika

berkomunikasi.

Sebelum peneliti terjun langsung ke lapangan atau melakukan penelitian,

peneliti terlebih dahulu berlatih melakukan observasi dengan mengamati sebuah

video tertentu bersama dengan rekan-rekan satu payung. Kemudian hasil dari

observasi tersebut dibahas secara bersama-sama. Tujuan berlatih observasi ini adalah

untuk mengetahui cara-cara memandang perilaku dan mendeskripsikannya, sehingga

ketika peneliti terjun ke lapangan sudah mengetahui detail apa saja yang harus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

47

diamati. Selain itu, peneliti juga membaca literatur tentang penelitian kualitatif baik

buku, skripsi atau jurnal mengenai penelitian kualitatif untuk memberikan gambaran

kepada peneliti tentang penelitian kualitatif. Peneliti juga membaca studi mengenai

persepsi baik jurnal, skripsi atau literatur yang sudah ada.

3.6 Kredibilitas dan Transferabilitas

3.6.1 Kredibilitas

Penelitian kualitatif perlu memiliki kredibilitas dan transferabilitas. Lincoln &

Guba (dalam Poerwandari, 1998: 205 ) mengusulkan penggunaan istilah kredibilitas

untuk mengganti konsep validitas. Validitas kualitatif atau kredibilitas merupakan

upaya pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan menerapkan prosedur-

prosedur tertentu (Creswell, 2007: 285). Kredibilitas penelitian kualitatif dapat dilihat

dari keberhasilannya dalam mencapai maksud mengeksplorasi masalah atau

mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks.

Deskripsi mendalam yang menjelaskan mengenai aspek-aspek yang terkait menjadi

salah satu tolok ukur kredibilitas penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatatif

validitas atau kredibilitas dapat diartikan sebagai jujur, adil, seimbang, dan sesuai

berdasarkan sudut pandang narasumber yang diteliti. Untuk dapat menilai keakuratan

hasil penelitian seperti yang dijelaskan oleh Creswell (2007: 286) disebutkan adanya

beberapa cara yang dapat dilakukan. Di antaranya, melalui triangulasi sumber data

yaitu digunakannya variasi sumber data, triangulasi metode pengumpulan data, atau

triangulasi peneliti.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber data dengan

cara membandingkan hasil wawancara dengan hasil pengamatan atau observasi.

Peneliti menggunakan metode wawancara dan observasi dengan tujuan agar data

yang diambil memiliki kredibilitas yang kuat. Untuk mendapatkan data yang lengkap

dan mendalam, apa yang diucapkan narasumber ditranskrip sama persis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

48

3.6.2 Transferabilitas

Transferabilitas mengindikasikan bahwa pendekatan yang digunakan peneliti

konsisten jika diterapkan oleh peneliti-peneliti lain (dan) untuk proyek-proyek yang

berbeda (Creswell, 2007: 285). Transferabilitas ini mengarah pada sejauh mana suatu

penelitian yang dilakukan pada suatu kelompok tertentu dapat diaplikasikan pada

kelompok lain, tetapi penelitian yang akan diaplikasikan atau ditransferkan pada

kelompok lain harus relevan atau memiliki banyak kesamaan dengan setting di mana

penelitian dilakukan.

Penelitian ini dilakukan di SD N Percobaan 3 Pakem dengan lingkungan dan

kondisi fisik sekolah yang baik, serta tempat pembelajarannya cukup luas. SD Negeri

Percobaan 3 Pakem berada satu kawasan dengan TK Bina Kasih, SMP Negeri 1

Pakem dan rumah sakit Panti Nugroho, namun segala aktivitas pembelajaran tidak

menggangu satu sama lain. Letak SD Negeri Percobaan 3 Pakem sangat setrategis

karena terletak di pinggir jalan raya utama menuju Kaliurang. SD Negeri Percobaan 3

Pakem memiliki kelas yang berjumlah 12 yang berlantai 1 dan 2. Keadaan kelas dan

tata ruangnya semakin membantu efektivitas pembelajaran karena mampu memenuhi

kuota siswa yang cukup banyak. SD Negeri Percobaan 3 Pakem mempunyai 24

ruangan, 12 di antaranya ruang kelas 1 sampai kelas 6 (paralel A dan B) yang

digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Ruang tersebut terbagi menjadi dua,

yaitu 6 ruang di lantai 2 (atas) dan 6 ruang di lantai dasar (bawah).

3.7 Teknik Analisis Data

Menganalisis data dalam penelitian kualitatif memerlukan kepekaan teoretis,

karena dalam keseluruhan proses penelitian, peneliti sesungguhnya sedang

mengupayakan pengembangan teori (Poerwandari, 1998: 164). Kepekaan teori yang

dimaksud yaitu kualitas personal yang dimiliki oleh peneliti, yang mengindikasikan

kesadaran tentang detail, uraian, dan kompleksitas makna dari data. Supratiknya,

(2012, 113- 118) mengungkapkan bahwa ada tiga tahapan penting dalam pengolahan

data kualitatif yaitu (1) tahap pengodean, (2) tahap analisis tematik, dan (3) tahap

interpretasi. Secara garis besar kegiatan analisis data pada penelitian ini mengacu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

49

pada tahap analisis data menurut Supratiknya (2012, 113- 118) yang akan dijabarkan

di bawah ini:

1. Tahap pengodean

Sebelum melakukan pengodean peneliti mengolah data mentah yang diperoleh

ketika pengumpulan data pada saat di lapangan yaitu data wawancara terhadap

guru dan siswa, serta data observasi kegiatan pembelajaran. Setelah semua data

dikumpulkan, selanjutnya adalah memasukkan data tersebut ke dalam kolom yang

telah dibuat oleh peneliti. langkah selanjutnya adalah membubuhkan kode pada

materi atau data yang telah dimasukkan ke dalam kolom. Koding dimaksudkan

untuk dapat mengorganisasi dan mensistematisasi data secara lengkap dan

mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang

hendak dipelajari dalam penelitian ini.

2. Tahap analisis tematik

Pada tahap ini yang dilakukan adalah open coding atau pengodean terbuka,

yaitu menemukan kata kunci dalam data mentah yang berupa transkrip

wawancara dan transkrip observasi (Supratiknya, 2012: 115). Kata kunci bisa

muncul secara manifest atau secara laten. Kata kunci yang manifest adalah kata

kunci yang secara eksplisit muncul dalam narasi, sedangkan kata kunci laten

adalah kata kunci yang tidak muncul secara ekplisit, jadi peneliti harus memiliki

kepekaan dan kejelian untuk menangkapnya (Supratiknya, 2012: 115).

3. Tahap interpretasi

Inti kegiatan interpretasi adalah memahami data yang sudah diperas ke dalam

kata-kata kunci secara lebih meluas atau lebih mendalam (Supratiknya, 2012:

117). Dalam langkah ini, peneliti dapat menarik makna dari hasil analisis data.

Data yang telah dianalisis kemudian ditungkan ke dalam bentuk laporan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan dibahas (1) pelaksanaan penelitian, (2) latar belakang

narasumber, (3) hasil penelitian, dan (4) pembahasan. Seluruh verbatim wawancara

dan transkrip observasi pada bab ini dapat dilihat pada lampiran 4.1 sampai 4. 14.

4.1 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014, yaitu

bulan Januari–Maret 2014. Berikut adalah tabel jadwal pengambilan data:

Tabel 4.3

Jadwal pengambilan data wawancara

Pelaksanaan Wawancara

No. Narasumber Tanggal Waktu Tempat Keterangan

1. Z (Guru) 2 Februari 2014 12. 40 – 12. 57 R. Kelas VI- B Wawancara

sebelum

penggunaan alat

peraga berbasis

Montessori

2. A (Siswa) 1 Februari 2014 09. 34 – 09. 39 R. agama katolik

3. B (Siswa) 1 Februari 2014 09. 34 – 09. 39 R. agama katolik

4. C (Siswa) 1 Februari 2014 09. 29 – 09. 33 R. agama katolik

5. Z (Guru) 2 Maret 2014 12. 40 – 13. 15 R. agama katolik Wawancara

setelah

penggunaan alat

peraga berbasis

Montessori

6. A (Siswa) 3 Maret 2014 11. 48 – 11. 51 R. agama katolik

7. B (Siswa) 3 Maret 2014 11. 39 – 11. 47 R. agama katolik

8. C (Siswa) 3 Maret 2014 09. 38 – 09. 49 R. agama katolik

Tabel 4.4

Tabel pelaksanaan observasi

Pelaksanaan Pengamatan (Observasi)

No. Kegiatan Waktu Tempat Keterangan

1. Observasi

pembelajaran

secara umum

Senin, 27 Januari 2014 R. Kelas II- A Pertemuan ke- 1

2. Rabu, 29 Januari 2014 R. Kelas II- A Pertemuan ke- 2

3. Observasi ketika

menggunakan alat

Kamis, 6 Februari 2014 R. Kelas II- A Pertemuan ke- 1

4. Senin, 10 Februari 2014 R. Kelas II- A Pertemuan ke- 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

51

5. peraga Rabu, 12 Februari 2014 R. Kelas II- A Pertemuan ke- 3

6. Kamis, 13 Februari

2014

R. Kelas II- A Pertemuan ke- 4

4.2 Latar Belakang Narasumber

Latar belakang meliputi kondisi sosio-cultural kelas, untuk mengetahui

kondisi sosio-cultural kelas, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang

berupa observasi. Tujuan peneliti melakukan observasi mengenai kondisi sosio-

cultural kelas adalah untuk mengetahui kondisi atau keadaan kelas yang digunakan

ketika proses pembelajaran berlangsung. Untuk itu peneliti melakukan observasi

selama dua kali, dilakukan selama dua kali mata pelajaran matematika agar peneliti

benar-benar melihat bagaimana kondisi kelas atau keadaan kelas yang digunakan.

Observasi dilakukan pada tanggal 27 Januari 2014 dan 29 Januari 2014. Dari hasil

observasi yang peneliti lakukan, didapatkan hasil bahwa kondisi kelas atau keadaan

kelas II-A yang digunakan sebagai tempat untuk belajar-mengajar dapat dikatakan

bagus. Kriteria bagus di sini dilihat dari fasilitas dan gedung ruang kelas yang

digunakan. Fasilitas yang disediakan sekolah terbilang lengkap. Hal ini dilihat

peneliti dari adanya jumlah meja dan kursi yang tersedia, adanya papan absensi

khusus untuk siswa, adanya papan dan tempat khusus untuk menampilkan karya

siswa, adanya alat kebersihan seperti sapu dan kemoceng, serta adanya proyektor

LCD untuk mendukung proses pembelajaran, tetapi dalam pembelajaran yang terjadi

di kelas, peneliti menjumpai kalau guru tidak menggunakan LCD proyektor ketika

mengajar. Guru hanya menggunakan media papan yang berupa papan tulis atau

white board.

Fasilitas yang ada di kelas ada 15 meja dan 30 kursi yang dapat digunakan

untuk siswa. Di dekat pintu masuk ada meja dan kursi guru. Di sebelah

meja guru ada almari yang digunakan guru untuk menyimpan buku dan

alat-alat yang lainnya. Di pojok depan meja ada 1 meja khusus yang dapat

digunakan untuk menaruh tempat minum siswa. Papan tulis yang ada di

kelas berupa white board. Di sebelah papan tulis ada papan absensi dan

papan pengumuman. Sedangkan di tembok sebelah belakang terdapat

beberapa karya siswa yang dipajang, yaitu hasil mewarnai siswa, hasil

menggambar siswa, dan beberapa karya mata pelajaran SBK yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

52

diletakkan di papan khusus. Selain itu, kelas II- A juga sudah dilengkapi

dengan LCD proyektor (O1, B 10 – B 17).

Walaupun ada banyak fasilitas yang terdapat di kelas, tetapi hal ini

berbanding terbalik dengan alat peraga. Di dalam kelas II-A hanya terdapat satu

alat peraga yaitu papan paku yang diletakkan di dekat meja guru. Guru matematika

pun mengungkapkan kalau alat peraga matematika yang ada di sekolah juga

terbatas. Kebanyakan alat peraga yang tersedia di sekolah adalah alat peraga untuk

mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Kalaupun ada alat peraga untuk

matematika, alat peraga tersebut digunakan untuk kelas atas. Jadi alat peraga yang

tersedia untuk kelas bawah masih sedikit dan terbatas.

Hanya ada papan paku yang diletakkan di dekat meja guru (O1, P, B 9).

“Sebenarnya kalau sekolah itu ada cuman kadang-kadang kan belum

lengkap ya” (W1, S4, B 118 – B 119).

Dari pengamatan selama dua kali juga tidak didapati guru mengajar dengan

menggunakan alat peraga. Guru lebih sering menggunakan white board ketika

mengajar seperti ketika menjelaskan suatu materi disertai dengan contoh gambar.

Maka guru akan menggunakan white board tersebut untuk menggambar. Hal ini

berarti bahwa guru hanya menggunakan media white board ketika mengajar.

Meskipun pernah diceritakan bahwa beliau pernah menggunakan alat peraga, namun

setelah ditanya lebih lanjut narasumber mengaku jarang menggunakan alat peraga.

Jarangnya narasumber menggunakan alat peraga karena terbatasnya alat peraga yang

ada di sekolah dan jika beliau membuat sendiri beliau tidak bisa membuatnya.

Setelah itu guru menulis di papan tulis beberapa soal tentang perkalian.

Guru memberi contoh terlebih dahulu bagaimana cara menghitungnya

dengan menggambar di papan tulis… (O1, S4, B 20 – B 23).

Kemudian guru meminta siswa untuk menulis dan melengkapi tabel yang

telah ditulis guru di papan tulis O2, S4, B 10 – B 11).

“Kalau alat peraga itu kalau saya terus terang tidak sesering sekali” (W1,

S4, B 154 – B 155).

Ketika mengajar, guru seringkali memberikan motivasi kepada siswa.

Motivasi diberikan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

53

Dalam kasus siswa yang mengalami kesulitan belajar ini, alat peraga menjadi

penting perannya dalam memotivasi agar siswa mau belajar. Selain itu motivasi

yang diberikan guru berfungsi sebagai pengarah, artinya menggerakkan atau

menjadikan siswa ke arah pencapaian tujuan yang diinginkan guru. Adanya motivasi

dalam belajar menentukan arah perbuatan siswa, yakni ke arah tujuan yang hendak

dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus

dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

“Ya kita memotivasi misalnya dengan berbagai macam alat peraga atau

mungkin misalnya kita beri motivasi agar mereka mau belajar seperti itu

……” (W1, S4, B 6 – B 9).

“…. anak-anak yang kurang termotivasi kan kita beri motivasi. Misalnya

dengan apa ya, ketika dia berusaha kita beri dia apa, kita beri dia feedback

ya selamat ya apa di depan teman-temannya biar teman-temannya juga

melihat biar agak ada semangat gitu” (W1, S4, B 22 – B 28).

“Besok pagi dia di sekolah mencongak jadi ada motivasi untuk belajar”

(W1, S4, B 60 – B 64).

“Bagaimana caranya kadang saya sendiri pake yang sederhana sekali

karena kadang kita tidak bisa membuat ya tapi bagaimana caranya saya itu

bisa memberikan motivasi ke anak biar mereka itu jelas, dong (paham)

gitu pake segala cara walaupun dengan cara yang sederhana” (W1, S4, B

73 – B 78).

Selain memberikan motivasi ketika mengajar, guru lebih sering menggunakan

papan tulis. Papan tulis digunakan sebagai media untuk memberikan kemudahan

kepada peserta didik dalam memahami konsep perkalian, dengan menggambar di

papan tulis guru berharap siswa lebih mudah menangkap materi yang diajarkan.

Ketika menulis di papan tulis, guru seringkali membelakangi siswa sehingga tidak

mengetahui aktivitas siswa sebenarnya. Sewaktu guru menulis di papan tulis,

seringkali siswa bermain atau mengobrol sendiri dengan temannya. Hal ini membuat

suasana kelas menjadi tidak kondusif.

Guru memberi contoh terlebih dahulu bagaimana cara menghitungnya

dengan menggambar di papan tulis. Guru memberi soal 5 x 2 kemudian

guru menggambar 2 pensil sebanyak 5 kali dan menjumlahkan semua

pensil dalam 5 kotak tersebut (O1, S4, B 20 – B 23).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

54

Kemudian guru meminta siswa untuk menulis dan melengkapi tabel yang

telah ditulis guru di papan tulis (O2, S4, B 10 – B 11).

Suasana belajar matematika di kelas dapat dikatakan tidak kondusif karena

guru seringkali membiarkan siswa ramai dan tidak mengerjakan tugasnya. Hal ini

membuat suasana kelas menjadi ramai dan suasana belajar mengajar menjadi kurang

optimal. Ketika ada siswa yang ramai dan tidak mengerjakan tugasnya, guru tidak

menegur sikap mereka. Harusnya ketika siswa menunjukkan sikap yang

menghambat terwujudnya suasana kelas yang kondusif, guru dapat menegur siswa

tersebut. Dengan menegur siswa yang ramai dan siswa yang membuat suasana kelas

menjadi tidak kondusif, guru dapat mengembalikan suasana belajar mengajar yang

optimal.

Siswa disuruh mengerjakan, siswa yang duduk di bagian belakang tidak

mengerjakan, mereka bermain sendiri dan mengobrol dengan teman

sebelahnya (O1, S, B 30 – B 31).

Tak jarang ada juga siswa yang berlari ke sana-sini dan ada siswa yang

berteriak-teriak (O1, S, B 31 – B 32).

Ketika pembelajaran matematika sedang berlangsung, guru seringkali

memantau perkembangan siswa karena keberhasilan kegiatan belajar mengajar

bukan sekedar ditentukan oleh kemampuan guru dalam menguasai bahan pelajaran

tetapi juga dipengaruhi oleh kemampuannya dalam mengelola kelas. Keterampilan

mengelola kelas merupakan kemampuan guru dalam mewujudkan dan

mempertahankan suasana kelas yang optimal.

Setelah guru menjelaskan mengenai materi pelajaran, guru seringkali

bertanya kepada siswa, apakah siswa sudah paham tentang penjelasan

guru. Sewaktu mengerjakan soal pun guru sering bertanya kesulitan yang

dialami siswa. Ketika siswa mengerjakan, guru berkeliling kelas untuk

melihat cara siswa mengerjakan dan bertanya kesulitan yang dialami (O1,

S4, B 28 – B 30).

Guru berkeliling kelas melihat pekerjaan siswa dan bertanya kesulitan

yang dialami siswa (O2, S4, B 16 - B 17).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

55

Dari hasil observasi yang telah dilakukan yaitu dua kali masuk kelas selama

pembelajaran matematika dan wawancara terhadap guru, didapatkan hasil bahwa

guru lebih sering menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan.

Metode ceramah adalah penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan

penjelasan secara lisan kepada siswa. Tujuan metode ceramah adalah menyampaikan

bahan ajar yang bersifat informasi (konsep, pengertian, prinsip). Padahal daya tahan

siswa untuk mendengarkan ceramah sangat terbatas. Jika hal ini menjadi kebiasaan

guru, akan terbentuk kebiasaan perilaku yang tidak menguntungkan bagi

perkembangan anak, seperti kurang responsif dan sulit mengajukan pendapat.

Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam proses belajar mengajar

melalui interaksi dua arah yaitu dari guru ke siswa atau dari siswa ke guru untuk

memperoleh jawaban yang pasti mengenai suatu materi secara lisan. Metode tanya

jawab dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa terhadap

konsep pembelajaran. Sedangkan metode penugasan adalah cara interaksi belajar

mengajar dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan siswa. Tujuan dari metode

penugasan adalah untuk merangsang anak agar aktif belajar.

Ketika mencocokkan PR guru menggunakan metode tanya jawab, guru

bertanya dari jawaban nomor pertama sampai nomor terakhir kepada

siswa (O2, S4, B 5 – B 6).

Sebelum siswa membuat tabel, guru menjelaskan kepada siswa terlebih

dahulu bagaimana cara mengisi tabel tersebut (O2, S4, B 11 – B 12).

Guru menjelaskan kalau tugas selanjutnya adalah tanya jawab kepada

teman sebangku… (O2, S, B 23 – B 26).

Interaksi yang terjalin antara siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru

cukup baik. Interaksi siswa dengan siswa ditunjukkan dengan kompaknya ketika

mereka sedang melakukan tanya jawab mengenai materi pelajaran. Ketika mereka

saling bertanya jawab, mereka bekerja sama dengan baik dan kompak.

… Menjelaskan kalau tugas selanjutnya adalah tanya jawab kepada teman

sebangku. Jadi dalam satu meja duduk 2 orang siswa, salah satu siswa

memberi pertanyaan dan siswa yang satunya menjawab… (O2, S, B 23 –

B 26).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

56

4.3 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini dibedakan menjadi dua bagian, yang pertama adalah hasil

penelitian sebelum penggunaan alat peraga berbasis Montessori dan yang kedua

adalah hasil penelitian ketika menggunakan alat peraga berbasis Montessori.

4.3.1 Sebelum penggunaan alat peraga berbasis Montessori

Pada bagian ini dijabarkan ke dalam tiga bagian yaitu: (1) pandangan

narasumber terhadap alat peraga secara umum, (2) kefamiliaran narasumber terhadap

alat peraga, dan (3) pengalaman narasumber menggunakan alat peraga.

4.3.1.1 Pandangan narasumber terhadap alat peraga

Pada poin pertama yaitu tentang pandangan narasumber terhadap alat peraga.

Guru mengungkapkan bahwa alat peraga sangat penting bagi siswa karena dapat

memudahkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Jika siswa mudah dalam

memahami materi pelajaran, siswa pasti akan antusias dalam mengikuti

pembelajaran. Selain itu alat peraga juga dapat menumbuhkan sikap semangat dalam

belajar karena ketika pembelajaran berlangsung siswa tidak malas-malasan atau

sekedar mendengarkan ceramah dari guru tetapi juga dapat mencoba atau

menggunakannya secara langsung. Guru menggunakan alat peraga dengan tujuan

untuk memberikan contoh yang nyata kepada anak sehingga membantu dalam

memahami materi yang diajarkan. Apalagi untuk anak kelas bawah alat peraga akan

sangat membantu dalam memberikan gambaran yang konkret atau nyata kepada

anak.

“Ya mungkin dengan kita beri contoh yang nyata, mungkin dengan

peragaan misalnya kalau perkalian sampai kadang kita pake karet yang

namanya himpunan itu seperti apa di samping gambar-gambar kita juga

mungkin ada materi dari buku, kemudian juga pake batu misalnya kerikil-

kerikil itu juga bisa biar dia paham. Kalau enggak sampai, saya itu punya

siswa itu yang sampai pake lidi itu lho yang dicoret-coret” (W1, S4, B 48

– B 55).

“Sebenarnya kalau alat peraga itu sangat bagus ya karena untuk anak-anak

sekarang ini yang kelas bawah itu terutama mereka harus melihat sesuatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

57

yang nyata jadi betul-betul owh seperti itu ya, misalnya seperti itu” (W1,

S4, B 137 – B 140).

“Kalau anak-anak sebenarnya dia semangat ya kita baru membawa belum

menyampaikan itu mereka sudah kruyuk-kruyuk (mengelilingi) ” (W1, S4,

B 191 – B 193).

Guru juga mengungkapkan bahwa alat peraga dapat meningkatkan hasil

belajar siswa karena dengan alat peraga memberikan contoh yang nyata kepada

siswa. Berbeda ketika guru hanya menerangkan dengan metode ceramah. Ketika

ceramah siswa hanya menerima begitu saja apa yang dikatakan guru. Ketika

menggunakan alat peraga, siswa dapat mengkonstruk atau membangun pemahaman

anak secara mandiri. Ketika anak melakukan sendiri atau praktek, hal tersebut akan

membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna sehingga akan masuk ke dalam

Long Therm Memory (LTM) daripada hanya dengan ceramah terus-terusan.

“Sepertinya ya ada peningkatan, artinya mungkin dari kita menerangkan

secara biasa lewat buku lewat kita memberikan materi seperti itu dengan

mereka melihat sendiri. Owh cara menghitungnya seperti itu, owh seperti

itu, owh seperti itu. Insyaallah juga lebih paham” (W1, S4, B 228 – B

231).

Narasumber yang lainnya yaitu siswa juga mendukung pernyataan guru

bahwa dengan alat peraga memudahkan siswa dalam memahami materi. Selain itu

menurut siswa alat peraga bisa digunakan untuk bermain jadi pembelajaran tidak

membosankan. Belajar sambil bermain tentu akan menyenangkan untuk anak,

apalagi untuk siswa kelas bawah karena dengan belajar sambil bermain membuat

anak menjadi lebih aktif sehingga anak tidak mudah bosan.

“Lebih mudah memahami. Soalnya jadi lebih mudah gitu, membantu”

(W1, S1, B 47 – B 50). “Senang soalnya sambil bermain” (W1, S2, B49).

Pendapat siswa tentang manfaat alat peraga bermacam-macam, jika ada siswa

yang berpendapat bahwa alat peraga dapat mempermudah dalam pemahaman materi,

ada juga siswa yang beranggapan kalau alat peraga tidak ada gunanya atau tidak

memberikan kontribusi apa-apa kepada siswa. Siswa beranggapan bahwa mau

menggunakan alat peraga atau tidak ketika pembelajaran itu sama saja, karena tidak

memberikan sumbangan apa-apa kepada siswa. Hal ini berarti bahwa alat peraga

tidak mendukung tercapainya tujuan pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

58

“Biasa. Ada alat peraga ya gitu, gak ada alat peraga ya gitu. Biasa aja”

(W1, S3, B50 – B 51).

4.3.1.2 Kefamiliaran narasumber terhadap alat peraga

Poin selanjutnya adalah kefamiliaran narasumber terhadap alat peraga.

Kefamiliaran di sini terkait dengan sejauh mana narasumber akrab atau terbiasa

menggunakan alat peraga. Ketika pertama kali ditanya mengenai arti alat peraga ada

siswa yang tahu maksud dari alat peraga, tetapi juga ada siswa yang tidak tahu apa

yang disebut dengan alat peraga. Siswa yang tahu menyebutkan bahwa alat peraga

adalah alat yang dapat membantu saat mengerjakan tugas.

“Alat yang membantu kita saat mengerjakan tugas” (W1, S2, B 33). “Alat

yang bisa membantu” (W1, S3, B 38).

Guru mengungkapkan bahwa beliau jarang menggunakan alat peraga karena

keterbatasan alat peraga yang ada di sekolah. Selain itu beliau juga merasa enggan

kalau meminjam alat peraga milik sekolah. Guru juga menyatakan bahwa kalau

mengajar matematika itu langsung ke pemberian materi, jadi mulanya guru memberi

penjelasan atau ceramah tentang suatu materi, selanjutnya siswa diberi tugas untuk

mengerjakan soal yang berhubungan dengan materi tersebut. Jadi pembelajaran

hanya dengan ceramah selanjutnya siswa langsung diberi soal, sehingga guru belum

banyak menggunakan alat peraga dalam pembelajaran.

“Kalau alat peraga itu kalau saya terus terang tidak sesering sekali” (W1,

S4, B 154 – B 155).

“Sebenarnya kalau sekolah itu ada cuman kadang-kadang kan belum

lengkap ya. Seperti kemarin pak X ngendiko, aduh di sana bu. Cuma

kadang-kadang saya sendiri kalau suruh nyari-nyari kan juga ini ya,

kadang gak enak sendiri gitu lho” (W1, S4, B 118 – B 122).

“Kalau Matematika itu kan sepertinya kita mengajar langsung ke

pemberian materi jadi kalau alat peraga banyak yang belum begitu

menggunakan” (W1, S4, B 210 – B 213).

Walaupun jarang dan enggan menggunakan alat peraga milik sekolah, hal ini

tidak membuat guru berhenti sampai di situ. Ketika mengajar guru pernah

menggunakan alat peraga yang sederhana dengan tujuan memudahkan siswa dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

59

memahami materi. Sederhana di sini berarti bahwa guru menggunakan alat peraga

yang ada di dekat siswa, bukan sesuatu yang harus dibuat tetapi dengan

memanfaatkan barang-barang yang sudah ada. Yang terpenting adalah dapat

membantu guru dalam menyampaikan materi, sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai.

“Bagaimana caranya kadang saya sendiri pake (menggunakan) yang

sederhana sekali karena kadang kita tidak bisa membuat ya tapi

bagaimana caranya saya itu bisa memberikan motivasi ke anak biar

mereka itu jelas, dong (paham) gitu pake segala cara walaupun dengan

cara yang sederhana” (W1, S4, B 73 – B 78). “Kita ada pensil, ada

penghapus yang bisa dipake (digunakan)” (W1, S4, B 99 – B 100).

Hal ini didukung oleh pernyataan siswa yang mengungkapkan telah

menggunakan alat peraga yang ada di kelas. Alat peraga yang digunakan sesuai

dengan materi pembelajaran. Siswa mengungkapkan pernah menggunakan kancing

baju dan lidi. Alat atau media yang digunakan adalah barang yang ada di

lingkungan kelas, lingkungan sekolah, dan dipersiapkan oleh guru atau siswa

membawa sendiri dari rumah.

“Mudahnya kadang-kadang guru mengajari cara memakai barang yang

kita pakai. Nanti ada benda, terus kalau perkalian kita menghitungnya

pake (menggunakan) benda itu” (W1, S2, B 9- B 12). “Spidol. Pensil sama

kertas” (W1, S1, B 36 – B 37).

“Contohnya memakai kelereng waktu menghitung tambah-tambahan

(penjumlahan), pengurangan, dan perkalian” (W1, S2, B 38 – B 39).

“Bawa karet gitu buat nghitung kotak yang ada paku-pakunya. Pake

pensil, bolpoin apa biting (lidi) gitu” (W1, S3, B 43 – B 45).

Guru berpendapat sebaiknya alat peraga itu yang sederhana, bukan sesuatu

yang mahal. Yang terpenting alat peraga dapat memberikan manfaat untuk siswa.

Bermanfaat di sini adalah dapat digunakan sesuai dengan fungsi serta tujuannya dan

yang dekat dengan siswa. Bahan yang digunakan dalam alat peraga juga yang dekat

dengan siswa, sehingga siswa tidak merasa asing. Selain itu juga dapat

memanfaatkan apa yang bisa dimanfaatkan, jadi dapat menghemat pengeluaran

biaya pembuatan alat peraga.

“Kalau kita sih yang sederhana-sederhana” (W1, S4, B 168 – B 169).

“Kalau buat guru itu alat peraga bisa dibuat yang sederhana-sederhana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

60

saja, dari bahan yang mudah didapat misalnya seperti itu. Tidak harus

mahal tapi kan kita intinya untuk menjelaskan biar anak itu paham. Jadi

apa yang bisa kita manfaatkan ya kita manfaatkan” (W1, S4, B 172 – B

177).

Lain hal dengan guru, siswa menginginkan alat peraga yang menarik. Menarik

menurut siswa dapat dilihat dari bentuk dan warnanya. Bentuk yang dianggap

menarik adalah bentuk yang lucu misalnya kalau menggunakan kelereng,

kelerengnya bisa ditempeli stiker. Sedangkan warna yang digunakan dalam alat

peraga harusnya warna yang cerah dan mencolok. Dengan bentuk yang lucu dan

warna yang cerah sesuai dengan keinginan siswa diharapkan akan menarik minat

dan perhatian siswa, sehingga memberikan pengalaman belajar yang berbeda untuk

belajar.

“Bagus, warnanya cerah. Ya bentuknya lucu-lucu gitu” (W1, S1, B 58 – B

60).

“Alat peraga yang menarik itu warnanya cerah, bentuknya juga lucu-lucu.

Contohnya kayak kelereng itu nanti ditempeli stiker” (W1, S2, B 62- B

66). “Bentuknya lucu, warnanya cerah” (W1, S3, B60).

4.3.1.3 Pengalaman narasumber menggunakan alat peraga

Poin terakhir terkait dengan pengalaman narasumber terhadap penggunaan

alat peraga sebelum pengimplementasian alat peraga Montessori. Pengalaman yang

didapat guru dan siswa dapat berbeda-beda, sesuai dengan manfaat dan kesulitan

yang dialami narasumber. Pengalaman belajar di sini adalah yang awalnya siswa

tidak tahu menjadi tahu, yang awalnya siswa hanya mendengarkan ceramah

kemudian mendapatkan kesempatan untuk mencoba alat peraga. Guru berpendapat

bahwa alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena alat peraga

memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga lebih

merangsang minat siswa untuk belajar. Hal ini akan diikuti dengan peningkatan hasil

belajar siswa. Selain itu alat peraga dapat menumbuhkan sikap antusias dan

semangat karena siswa tertarik untuk menggunakan alat peraga tesebut. Penggunaan

alat peraga dalam pembelajaran juga untuk menghindari verbalisme (mengetahui

kata-kata yang disampaikan guru tetapi tidak memahami arti atau maknanya). Ketika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

61

menggunakan alat peraga dapat membantu meletakkan dasar-dasar yang konkret

dari konsep yang abstrak sesuai dengan tahap perkembangan operasonal konkret di

mana anak mampu mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis ketika

melihat objek tertentu atau melakukan aktivitas yang nyata.

“Sebenarnya kalau alat peraga itu sangat bagus ya karena untuk anak-anak

sekarang ini yang kelas bawah itu terutama mereka harus melihat sesuatu

yang nyata” (W1, S4, B 137 – B 140).

“Sepertinya ya ada peningkatan, artinya mungkin dari kita menerangkan

secara biasa lewat buku lewat kita memberikan materi seperti itu dengan

mereka melihat sendiri” (W1, S4, B 228 – B 231).

“Kalau anak-anak sebenarnya dia semangat ya kita baru membawa belum

menyampaikan itu mereka sudah kruyuk-kruyuk (mengelilingi)” (W1, S4,

B 191 – B 193).

Bagi siswa, alat peraga dapat menciptakan situasi belajar yang tidak dapat

dilupakan karena siswa ikut berperan aktif dalam pembelajaran sehingga menjadikan

pembelajaran lebih bermakna. Selain itu alat peraga juga memberikan kemudahan

kepada siswa untuk lebih memahami konsep pembelajaran. Ketika menjumpai soal

yang sulit siswa merasa terbantu dengan adanya alat peraga karena alat peraga dapat

digunakan untuk membantu menghitung soal. Ketika siswa belum begitu lancar

dalam menghitung suatu soal, alat peraga juga turut membantu dalam menghitung

karena alat peraga dapat membimbing siswa untuk menghitung sesuai dengan cara

dalam alat peraga tersebut. Siswa juga mengungkapkan bahwa alat peraga dapat

digunakan untuk bermain. Belajar sambil bermain adalah metode belajar yang

efektif, melalui metode ini siswa jadi lebih kreatif dan aktif. Mereka jadi lebih

senang mengikuti pelajaran serta tidak mudah bosan.

“Senang, bisa ngasih tahu jawabannya. Gak usah susah-susah ngitung”

(W1, S3, B54 – B55).” “Senang soalnya sambil bermain” W1, S2, B49).

“Tergantung, kalau soalnya gampang langsung tapi kalau soalnya sulit

pake alat peraga” W1, S2, B 51 – B 52).

“Lebih mudah memahami. Soalnya jadi lebih mudah gitu, membantu.

Senang” (W1, S1, B 47 – B 50). “Bisa menggunakan secara bergiliran”

(W1, S1, 52).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

62

“Kalau mengerjakan soal itu jadi lebih cepat. Ya lebih mudah kan ngitung

pakek alat peraga” (W1, S1, B 53 - B 54).

4.3.2 Setelah penggunaan alat peraga berbasis Montessori

4.3.2.1 Pengalaman Narasumber

Poin pertama yang dibahas adalah mengenai pengalaman yang didapat

narasumber ketika menggunakan alat peraga berbasis Montessori. Ketika pertama

kali melihat alat peraga, siswa merasa penasaran, tertarik, dan ingin tahu bagaimana

cara menggunakan alat peraga tersebut. Hal ini sesuai dengan definisi Montessori

bahwa alat peraga dirancang secara sederhana namun terlihat menarik. Rasa ingin

tahu yang dimiliki siswa akan membuat pikiran siswa menjadi lebih aktif. Siswa

yang pikirannya aktif akan belajar dengan baik dengan membangun

pengetahuannya. Rasa ingin tahu akan membuat anak merasa tertantang dan menarik

siswa untuk mempelajarinya lebih dalam. Hal ini berarti bahwa ketika siswa

penasaran, tertarik dan ingin tahu mengenai alat peraga akan membuat siswa

berusaha mencari tahu atau mencari jawaban atas rasa penasarannya.

“Ingin mencoba. Ingin tahu caranya makai (menggunakannya)” (W2, S1,

B 1 – B 3). “Agak kebingungan cara memakainya. Terus tertarik, kalau

cuma dijelasin terus kan bosen tapi kalau pake (menggunakan) alat peraga

kan alat peraganya bisa ganti-ganti” (W2, S2, B 1- B 4).

“Bisa. Ya aku bisa pake (menggunakan) alat peraga itu, terus penasaran.

Pengen nyobain (mencoba)” (W2, S3, B 5 – B 8).

Peneliti juga bertanya bagaimana sikap siswa ketika melihat alat peraga

tersebut untuk pertama kalinya. Sikap siswa ketika pertama kali melihat alat peraga

berbeda-beda. Ada yang menanyakan cara penggunaannya kepada guru. Dengan

bertanya kepada guru tentang cara penggunaannya berarti siswa tersebut berusaha

mencari jawaban atas rasa ingin tahunya. Ada juga siswa yang langsung ingin

mencobanya karena penasaran. Narasumber merasa penasaran karena baru pertama

kali melihat alat peraga tersebut, dan rasa ingin tahu yang dimilikinya membuat

narasumber terdorong untuk mencari tahu jawabannya. Akan tetapi, ada siswa yang

pernah melihat alat peraga seperti itu ketika TK. Meskipun demikian ketika di TK,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

63

alat peraganya digunakan untuk penjumlahan dan pengurangan. Sedangkan alat

peraga yang sekarang digunakan untuk pembagian bilangan dua angka.

“Menanyakan cara penggunaannya. Kepada guru yang ada di kelas itu”

(W2, S2, B 5 – B 7). “Pernah, di TK juga ada kayak gitu” (W2, S2, B 11).

“Kepengen gitu, penasaran. Kepengen nyoba (mencoba)” (W2, S3, B 9 –

B 11). “Seneng. Karena baru pertama kali nyoba (mencoba)” (W2, S1, B

4 – B 6).

Data ini didukung oleh observasi yang dilakukan oleh peneliti. Ketika guru

menjelaskan alat peraganya, narasumber tertarik dan ingin tahu tentang alat

peraganya. Hal ini muncul ketika guru menjelaskan nama-nama yang ada dalam alat

peraga, narasumber duduk di bangku bagian belakang sehingga alat peraga tidak

begitu terlihat oleh narasumber. Ketika narasumber tidak bisa melihat dengan jelas

alat peraganya, dia langsung berkata kalau alat peraganya tidak terlihat dari

belakang.

A berkata “gak kelihatan bu” (O3, S1, B 21).

Pengalaman yang didapat anak dari alat peraga tersebut bermacam-macam.

Hal ini tergantung dengan pengalaman yang sudah dimiliki narasumber. Guru

berpendapat bahwa alat tersebut dapat digunakan untuk menyampaikan materi

pembagian dan dapat mengenalkan konsep pembagian ke siswa. Alat juga dapat

digunakan untuk bermain. Apalagi ketika siswa bermain dengan alat peraga tersebut,

siswa tidak sadar kalau mereka juga belajar sesuatu yang serius. Pada kenyataannya

bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan. Bagi anak,

bermain tidak hanya sekedar mengisi waktu tapi merupakan kebutuhan. Bermain

merupakan pengalaman dan proses kegiatan belajar yang mampu membawa

kematangan individu. Dengan bermain, anak akan memperoleh pengalaman yang

dapat menambah dan mengembangkan pengetahuan dalam belajarnya. Dengan

menggunakan alat peraga, untuk bermain anak memperoleh rasa senang, anak

berlatih menggunakan seluruh inderanya, anak aktif melakukan kegiatan, anak

bekerja sama dan interaksi, belajar berkomunikasi dan belajar memecahkan masalah.

“Tapi ternyata mereka cenderung seperti bermain. Kemarin pas awalnya

itu kan dia selesai praktik ada yang telah menyelesaikan tugas itu kan dia

malah main-main, malah bikin menara, yang kaya balok balok itu loh,

lego seperti itu” (W2, S4, B 16 – B 20).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

64

“Kalau alat peraga itu kan sebenarnya untuk mempermudah, kan

tujuannya untuk mempermudah ya, biar anak itu tahu gimana gitu lho,

…….” (W2, S4, B 69 – B 77).

“Juga bisa belajar sesuatu yang serius” (W2, S4, B 6 – B 7).

4.3.2.2 Perasaan Narasumber

Guru merasa senang ketika menggunakan alat peraga berbasis Montessori,

karena guru dapat mengenalkan sesuatu yang baru kepada siswa. Mengenalkan

sesuatu yang baru di sini berarti guru memunculkan sesuatu yang baru yang belum

pernah digunakan oleh siswa maupun guru. Proses kegiatan belajar mengajar yang

berlangsung hanya menggunakan alat sederhana yang ada di dekat siswa. Apalagi

ketika mengenalkan alat peraga tersebut, tanggapan siswa sangat baik, ditunjukkan

dengan sikap antusias dan semangat untuk mencoba alat tersebut.

“Rasanya senang ya, karena ada alat baru yang bisa mengenalkan ke

siswa” (W2, S4, B 1 – B 2).

“Anak-anak senang gitu, anak-anak antusias dengan kegiatan seperti itu,

kemarin juga kan anak-anaknya sampai rame banget pengen mencoba dan

sebagainya” (W2, S4, B 3 – B 6).

“Rasanya senang ya, artinya ada alat peraga yang baru yang belum pernah

kita pakek dan itu kita munculkan” (W2, S4, B 85 – B 86).

Sedangkan untuk siswa, siswa merasa senang ketika belajar pembagian

dengan alat peraga tersebut karena dapat menggunakan alat yang baru dan dengan

alat tersebut dapat membantu siswa untuk menghitung soal-soal pembagian. Ketika

guru baru pertama kali membawa alat peraga tersebut ke dalam kelas siswa langsung

maju untuk melihat alat tersebut lebih jelas. Hal ini berarti bahwa siswa sangat

penasaran dengan alat peraga yang baru. Akan tetapi pada pertemuan ketiga

narasumber merasa bosan menggunakan alat tersebut, karena sejak pertemuan

pertama satu alat peraga untuk 5 anak sehingga anak bosan jika terus menunggu

giliran untuk menggunakan alat peraga. Hal ini berarti bahwa jika ketersediaan alat

peraga terbatas sementara siswa yang mau menggunakan banyak akan menjadikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

65

siswa menjadi malas jika terus menunggu giliran ketika mau menggunakan alat

peraga tersebut.

“Seneng. Karena baru pertama kali nyoba” (W2, S1, B 4 – B 6). “Senang,

kan bisa ngitung pake (menghitung menggunakan) alat itu” (W2, S2, B

14). “Suka aja, senang” (W2, S3, B 12). “Senang, gembira karena bisa

pake alat yang baru” (W2, S2, B 46). A berkata “dari kemarin kok pakai

alat itu terus to bu, kan bosen” (O5, S1, B 8 – B 9).

Guru mengatakan bahwa alat peraga Montessori memberikan kesan tersendiri

bagi siswa, karena alat peraga menjadikan proses belajar mengajar menjadi lebih

bermakna. Sebelumnya siswa hanya menggunakan barang yang ada di dekat siswa

menjadi menggunakan barang baru yang belum pernah dilihat siswa. Alat peraga

juga membuat siswa antusias dan semangat dalam mengikuti pembelajaran, karena

sebelumnya siswa hanya mendengarkan ceramah. Siswa menjadi ikut berperan aktif

dengan menggunakan sesuatu yang baru sehingga ketika diberi kesempatan untuk

praktek di depan kelas dengan menggunakan alat tersebut siswa saling berebut untuk

mencoba terlebih dahulu.

“… Anak-anak senang gitu, anak-anak antusias dengan kegiatan seperti

itu, kemarin juga kan anak-ankanya sampai rame banget pengen mencoba

dan sebagainya” (W2, S4, B 3 – B 6).

“Karena ini barang yang baru itu kesannya anak-anak tertarik ya karena

barang yang baru apalagi barang ini juga membuat anak-anak antusias,

pingin tau” (W2, S4, B8 – B 10).

“Antusias anak-anak juga kelihatan ya” (W2, S4, B 87). “Anak-anak juga

semangat” (W2, S4, B 88).

“Begitu langsung praktek satu-satu mereka kan pengen nyoba ke depan,

walaupun di belakang sudah diberi kesempatan” (W2, S4, B 115 – B

116).

“Tapi dengan seperti itu kan dia pengen tahunya kan kayaknya lebih

banyak ya, cenderung presentasenya itu anak yang aktif, bisa membuat

anak penasaran, pengen tahu, apa sih” (W2, S4, B 126 – B 129).

4.3.2.3 Kendala yang dialami narasumber

Ketika guru memperkenalkan alat peraga, guru berkata bahwa beliau tidak

percaya diri karena lupa dengan nama-nama dalam alat peraga. Setelah ditanya lebih

lanjut, ternyata satu hari sebelum alat peraga dikenalkan ke siswa, guru baru diberi

penjelasan dan diminta untuk mencoba alat peraganya, jadi beliau merasa dalam satu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

66

hari tidak cukup untuk memahami nama dalam alat peraga beserta cara penggunaan

alat peraga tersebut.

“Kemarin kan saya juga sempat agak grogi ya, harus pembaginya yang

mana terus yang dibagi yang mana itu kan kadang-kadang keliru, padahal

kan kita juga lupa sendiri to, yang untuk membagi namanya apa itu kan

kita sempat grogi” (W2, S4, B 28 – B 32).

“Padahal kan sama sama bingung ya, iki piye le nganggo (ini bagaimana

cara menggunakannya)” (W2, S4, B 33 – B 34).

“Pas awal kan saya juga belum dong banget” (W2, S4, B 48 – B 49).

“Cuma sedikit bingung sama cara penggunaannya, le natar belum betul-

betul latihan ya, intensitasnya masih kurang banyak, sekarang ditatar

terus besok dipakek” (W2, S4, B 89 – B 91).

Hal ini didukung pada saat kegiatan observasi berlangsung, guru bertanya

kepada peneliti tentang bagaimana menggunakan alat tersebut. Guru lupa dengan

cara penggunaan alat tersebut, sehingga beliau meminta bantuan orang lain. Hal ini

berarti bahwa guru mengalami kendala pada waktu menggunakan alat tersebut saat

mengajar.

Guru bertanya kepada peneliti, “kalau menghitung 40 : 2 itu sebenarnya

menggunakan yang balok satuan apa puluhan ya mbak? (O4, S4, B 38 –

B 40).

Selain itu guru menganggap alat peraga terkesan mahal dari bentuknya. Guru

seringkali bertanya kepada peneliti tentang seberapa mahal alat peraga tersebut.

Mahalnya alat peraga menjadikan guru sungkan dan tidak percaya diri pada saat

menggunakan alat tersebut karena sebelum-sebelumnya guru hanya menggunakan

alat peraga sederhana yang ada di lingkungan sekitar dan sekarang guru

menggunakan alat peraga baru yang terkesan mahal untuk guru. Hal ini akan

berpengaruh terhadap intensi guru dalam menggunakan alat peraga. Jika awalnya

guru sudah merasa sungkan, maka akan berpengaruh untuk selanjutnya.

“Alatnya jelas mahal ya?” (W2, S4, B3).

”Ya memang betul kalau alat peraga kalau gak buat sendiri kan emang

mahal. Kan mahal ya itu mbak belinya” (W2, S4, B 50 – B 52)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

67

“Kalau ini kan emang agak mahal gitu tapi ya kreatif juga, bagus” (W2,

S4, B 56 – B 57).

“Kalau saya sendiri kan mungkin kurang mengena ya. Tapi setelah

mbaknya turun terjun membantu itu sepertinya tidak masalah. (W2, S4, B

63 – B 65).

“Tapi ada anak yang tidak mau mencoba karena mungkin takut tidak

bisa” (W2, S4, B 116 – B 117).

“Kalau bentuknya itu sebenarnya terkesan mahal ya sebenarnya. Soalnya

kalau dilihat sekilas itu tu, kayaknya bentuknya apa sih? Kan kalau

dengan bentuk seperti itu kalau orang awam yang gak tau itu kayak

bingkisan yang mahal ya? Kan kalau seperti itu seperti bukan alat peraga?

Kok kayak hadiah, kan terus pengen tahu, kan terus dibukak ya itu ya?”

(W2, S4, B 172 – B 178).

“Kalau awal saya melihat itu kesannya mahal ya mbak? Kayu pun

kayaknya kayu mahal to itu? Terus dipernis ya kan? Jadi malah tambah

kesannya ini tu mahal? Tapi saya gak tahu itu mahal apa enggak satunya

seperti itu? Mahal tidak ya?” (W2, S4, B 180 – B 184).

Ketika pertama kali menggunakan alat peraga tersebut, siswa mengalami

kesulitan karena belum terbiasa. Hal ini wajar saja karena baru pertama kali melihat

dan menggunakannya. Tetapi jika proses pembelajaran dengan menggunakan alat

peraga berbasis Montessori dilakukan berkali-kali dalam rentang waktu yang lama

dan waktu yang berdekatan akan membuat siswa terbiasa. Sehingga pasti tidak akan

membuat siswa kesulitan. Hal lain yang membuat siswa mengalami kesulitan adalah

belum pahamnya dengan penjelasan guru tentang cara penggunaan alat peraga. Saat

guru menjelaskan di depan kelas, siswa beranggapan bahwa guru terlalu cepat dalam

menjelaskan, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menerima penjelasan

tersebut.

“Kalau pertama kali sulit. Belum tahu caranya. Soalnya bu Z kalau jelasin

cepat gitu” (W2, S1, B 8 – B 11).

“Pertamanya susah, setelah itu mudah. Kan belum biasa pake alat itu”

(W2, S1, B 55 – B 57).

“Pertamanya sih gak dong (paham) tapi terus dong. Bu guru jelasinnya

kecepeten” (W2, S1, B 58 – B 60).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

68

“Agak dong (paham). Lha bu guru jelasinnya cepet-cepet kok” (W2, S3,

B 33 – B 35).

Selain hambatan dari guru, ada siswa yang mengalami hambatan dari

kelompok belajar di dalam kelas. Peneliti menjadikan semua narasumber duduk

dalam satu kelompok dengan tujuan agar peneliti bisa fokus atau memudahkan

peneliti pada saat kegiatan observasi berlangsung tetapi ternyata hal tersebut

membuat siswa menjadi tidak nyaman. Pada awalnya narasumber C tidak masalah

duduk dalam satu kelompok bersama A dan B, tapi setelah beberapa pertemuan

narasumber tidak mau duduk dalam satu kelompok lagi. Ketika akhirnya narasumber

mau duduk dalam satu kelompok (dengan bujukan guru), narasumber seringkali

berjalan-jalan atau menganggu teman yang berada di kelompok lain. Dampak dari

hal tersebut juga menjadikan narasumber C jarang memakai alat peraga. Alat lebih

sering dipakai oleh A atau ketika C mempunyai kesempatan untuk mencoba, dia

menggunakan alat peraga tersebut terakhir kali. Hal ini membuat narasumber C tidak

suka atau malas ketika mengikuti pembelajaran. Narasumber C berkeinginan untuk

selalu mencoba alat peraga pertama kali.

“Kebanyakan dipakai oleh A alat peraganya. Kadang-kadang, kan

gantian. Giliran gitu” (W2, S2, B 34 – B 36).

“Kebanyakan dipakai oleh C. Kalau dia udah tapi temennya belum

nyoba, nanti dia nyoba lagi. Kadang aku, kadang C” (W2, S1, B 21 – B

26).

“Kan saya gak mau deket itu. Aku maunya di dekat tempat asliku. Iya.

Mau” (W2, S3, B 15 - B 21).

“A sering makek, aku belum. Padahal A udah 2 kali tapi aku belum.

Terus aku nyobainnya terakhir sendiri” (W2, S3, B 40 – B 42).

Hal ini juga didukung dari observasi yang dilakukan oleh peneliti. Ketika

peneliti melakukan observasi pada pertemuan ketiga, narasumber C tidak mau duduk

dalam satu kelompok bersama A dan B. C hanya mau satu kelompok dengan teman

dekatnya, untuk mengatasi hal tersebut guru mendekati dan meminta agar C mau

duduk satu kelompok dengan A dan B. Pada pertemuan terakhir atau keempat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

69

narasumber juga perlu dibujuk oleh guru agar mau duduk satu kelompok bersama A

dan B. Ketika akhirnya narasumber mau dijadikan satu kelompok, narasumber

seringkali berjalan atau pindah temapt duduk dengan kelompok teman dekatnya.

C diminta untuk satu kelompok dengan A dan B dia menjawab “aku sini

aja bu, aku gak mau pindah. Dari kemarin kok sama kelompok itu terus”

(O5, S3, B 7 – B 8).

Tapi C tidak mau untuk pindah kelompok, hal ini terlihat dengan dia tidak

mau disuruh pindah dan tetap mau duduk disebelah temannya (O6, S3,

B2 – B 3).

Ketika pembelajaran matematika, guru selalu mengadakan kegiatan

mencongak terlebih dulu. Kegiatan mencongak disesuaikan dengan materi pelajaran

pada hari itu. Hasil atau nilai mencongak dapat menjadi acuan untuk mengetahui

kemajuan keterampilan berhitung siswa mengnenai materi tersebut. Ketika diadakan

mencongak, siswa terlihat antusias untuk menjawab pertanyaan dari guru. Mereka

saling berebut untuk menjawab terlebih dahulu. Kegiatan mencongak dilakukan

secara lisan. Dalam hal ini, guru juga membiasakan siswa untuk berani

mengungkapkan pendapat dan percaya diri. Walaupun jawaban siswa salah tidak

masalah, yang terpenting adalah siswa sudah berani untuk menjawab.

Sebelum memulai ke arah materi pembagian, guru mengadakan

mencongak terlebih dahulu. Materi mencongak mengenai perkalian. Guru

bertanya 9 x 5 (O3, S4, B 8 – B 9).

Kegiatan diawali dengan mencongak tentang perkalian dan pembagian.

Guru meminta salah satu siswa untuk menjawab soal yang diberikan tapi

semua siswa ikut menjawab (O4, S4, B 5 – B 8).

Guru memulai pembelajaran pada hari itu dengan tanya jawab

(mencongak) mengenai materi pembagian (O6, S4, B 6 – B 6).

Kendala yang dialami oleh guru dan siswa juga karena keterbatasan waktu

ketika siswa mau mencoba alat peraga tersebut di depan kelas. Guru memberikan

kesempata kepada siswa untuk mencoba menggunakan alat peraga di depan kelas.

Ketika disuruh untuk menjawab soal dengan menggunakan alat peraga di depan

kelas, siswa terlihat sangat antusias. Hal ini terlihat dari masing-masing kelompok

berebut untuk mencobanya terlebih dahulu. Tetapi karena jam pelajaran matematika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

70

dalam sehari hanya 2 x 35 hal ini membuat siswa atau kelompok yang ingin maju

untuk mencoba terbatas. Dalam satu mata pelajaran matematika hanya atau 3

kelompok yang bisa maju di depan kelas. Padahal ada 8 kelompok yang ada di kelas.

Ketika guru meminta siswa untuk maju di depan kelas, hal ini berarti bahwa guru

memberikan kesempatan kepada anak untuk ikut berperan secara aktif dalam

pembelajaran. Jadi guru tidak memonopoli waktunya untuk menjelaskan dengan

ceramah saja tetapi juga mengajak siswa untuk ikut serta dalam pembelajaran.

“Yang namanya anak itu kalau dilihat rata-rata mereka bisa ya, cuman

memang keterbatasan waktu untuk mecoba maju di depan” (W2, S4, B

113 – B 114).

Warna yang digunakan dalam alat peraga juga termasuk ke dalam kendala

atau hambatan yang dialami siswa. Warna yang terdapat dalam alat peraga berbasis

Montessori pada pembelajaran pembagian dua angka ini kebanyakan berwarna

coklat atau warna gelap khususnya pada papan pembagian dan pada kotak

penyimpanan baloknya, sehingga membuat siswa kurang menyukai warna yang ada

dalam papan pembagian alat peraganya. Narasumber menginginkan warna yang

cerah pada alat peraganya seperti warna kuning.

“Lumayan suka. Soalnya masih kurang cerah. Kuning. Cerah” (W2, S1, B

45 – B 48).

“Gak suka, soalnya tempatnya warnanya serba coklat. Kan warnanya bisa

diganti sama warna yang gak gelap, aku kalau warna gelap gak suka,

harusnya warna cerah” (W2, S2, B 53 – B 55).

Kendala yang lain adalah bergantungnya hasil belajar pada pemahaman cara

penggunaan alat peraga. Jika siswa paham dengan cara penggunaan alat peraga

maka siswa akan mendapatkan hasil yang baik. Tetapi jika siswa tidak paham

dengan cara penggunaan alat peraga maka siswa akan mengalami kesulitan untuk

menghitung, sehingga siswa akan mendapatkan hasil yang kurang baik atau kurang

memuaskan. Tetapi jika siswa sudah menguasai konsep pembagian maka akan

membuat siswa mudah ketika mengerjakan soal dan tidak bergantung pada alat

peraga berbasis Montessori ini.

“Kalau yang alat peraga itu kan sepertinya anak yang memang betul-betul

memahami bisa cara menggunakanya dan cara menghitungnya, tapi kalau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

71

buat anak yang kurang memahami cara penggunaannya, pertamanya dia

pasti akan agak kesulitan” (W2, S4, B 58 – B 62).

Kendala terakhir yang terjadi ketika proses pembelajaran adalah jumlah alat

peraga yang tersedia. Alat peraga yang tersedia dalam satu kelas hanya 8, sedangkan

siswa berjumlah 29 sehingga alat peraga tidak mencukupi untuk semua siswa. Hal

ini membuat siswa menunggu giliran untuk menggunakan alat peraga tersebut atau

ketika siswa tidak sabar ketika menunggu gilirannnya ini akan membuat siswa saling

berebut untuk mencoba alat peraga tersebut.

“Sampai ketika penjenengan ndawuhi (anda menyuruh) mencoba di

depan, kan semuanya pengan maju ke depan, sampai mereka rebutan”

(W2, S4, B 130 – B 132).

Hal ini juga didukung oleh observasi yang dilakukan peneliti, ketika observasi

berlangsung peneliti melihat narasumber sering berebut ketika mau menggunakan

alat peraga, untuk memecahkan hal tersebut mereka memutuskan untuk suit terlebih

dahulu sebelum menggunakan alat tersebut. Siswa yang menang saat suit adalah

siswa yang berhak untuk menggunakan alat peraga pertama kali. Namun ada salah

satu narasumber yang tidak mau diajak suit, dia takut kalah karena narasumber tetap

berkeinginan untuk menggunakan alat peraga pertama kali.

B, dan C berebut untuk mencoba pertama kali (O3, S2, S3, B 77).

B mengajak hompipa tapi C tidak mau. C terlihat sudah memegang papan

pembagiannya. (O3,S3, B 78 – B 79). A dan B saling adu cepat untuk

mengambil kartu soal (O6, S, B 29 – B 30).

4.3.2.4 Manfaat yang diperoleh narasumber

Alat peraga Montessori memiliki 5 karakteristik utama yaitu auto education,

auto correction, menarik, bergradasi dan kontekstual. Karakteristik yang pertama

adalah auto education. Auto education terkait dengan kemandirian siswa ketika

proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan alat peraga. Siswa

menganggap bahwa dengan alat peraga berbasis Montessori dapat membantu ketika

mengerjakan soal dan memahami konsep pembagian. Siswa dapat membangun

sedikit-sedikit pengetahuan yang dimilikinya dengan pengalaman yang didapat

ketika menggunakan alat peraga berbasis Montessori sehingga nanti dapat menjadi

konsep baru yang ditemukan sendiri oleh siswa. Selain itu alat peraga juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

72

membantu ketika mengerjakan soal. Ketika siswa menjumpai soal yang sulit, maka

siswa akan menggunakan alat peraga tersebut untuk membantu menghitung.

Sebaliknya juga, ketika siswa menjumpai soal yang dianggap mudah maka siswa

tidak menggunakan alat peraga Montessori tersebut. Ketika menghitung suatu soal

dengan menggunakan alat peraga, siswa merasa lebih cepat dalam menghitungnya

dibandingkan dengan cara lain. Jadi siswa merasa terbantu dengan adanya alat

peraga ketika mengerjakan soal.

“Membantu. Waktu menghitung soal-soal pembagian gitu” (W2, S1, B 28

– B 30). “Kalau soalnya mudah ya gak pake alat itu, tapi kalau soalnya

susah pake alat itu” (W2, S2, B 21 – B 22).

“Kalau ada alat itu ya aku akan memakainya, kan menghitungnya lebih

cepet pakai itu. Kalau pake itu bisa praktek langsung tapi kalau di oret-

oret lama. Jadi bisa lebih cepet nghitungnya” (W2, S2, B 39 – B 42).

“Membantu. Membantu nghitung (menghitung)” (W2, S3, B 55 – B 58).

Selain alat peraga membantu siswa dalam memahami konsep pembagian, alat

peraga juga menjadikan siswa mandiri dalam belajar. Mandiri yang di maksud di

sini adalah saat belajar siswa melakukan kegiatan belajar yang didasari oleh niatnya

untuk menguasai materi tertentu. Mandiri juga dapat berarti siswa menggunakan

alat peraga sendiri tanpa disuruh oleh guru atau tanpa didampingi oleh guru, dengan

seperti itu alat peraga membuat siswa mempunyai rasa tanggung jawab. Jadi siswa

bisa belajar secara mandiri tanpa dibimbing secara terus-menerus oleh guru. Ketika

siswa belajar berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai suatu materi

pembelajaran, hal tersebut dapat digunakannya untuk memecahkan suatu masalah

yang ada.

“Membantu. Waktu menghitung soal-soal pembagian gitu” (W2, S1, B 28

– B 30). “Keinginan sendiri” (W2, S1, B 53).

Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan guru. Beliau mengatakan bahwa alat

peraga membuat siswa mandiri dalam mengerjakan soal. Siswa bisa mengerjakan

soal yang diberikan guru tanpa didampingi oleh guru atau orang lain. Ketika siswa

paham dengan cara penggunaan alat peraga berarti siswa dapat mengerjakan sendiri

soal yang diberikan tanpa perlu pendamping. Tetapi kalau siswa belum paham

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

73

mengenai cara penggunaan alat peraga berarti siswa harus didampingi lagi agar

dapat menggunakan alat peraga dengan benar dan menemukan hasil yang tepat.

“Kalau kemandirian siswa itu mereka bisa mengerjakan sendiri ya, tanpa

didampingi itu kan mereka tetap bisa mengerjakan sendiri seperti itu”

(W2, S4, B 160 – B 164).

Ketika peneliti melakukan observasi, peneliti juga melihat bahwa narasumber

mandiri saat mengambil dan mengembalikan alat peraga. Narasumber langsung

mengambil alat peraga yang diletakkan di depan kelas ketika siswa diminta

menghitung dengan menggunakan alat peraga. Jadi siswa tidak menyuruh guru atau

peneliti untuk mengambilkan alat peraganya. Ketika siswa mengambil sendiri alat

peraganya di depan kelas, hal ini berarti bahwa siswa mau menggunakan alat

tersebut ketika pembelajaran. Ketika sudah selesai menggunakan alat peraganya,

siswa mengembalikan sendiri alat peraga tersebut ke tempat di mana ia mengambil

alatnya.

A mengambil alat peraga yang diletakkan di depan kelas. (O4, S1, B 21).

Setelah mencoba A dan C merapikan alat peraga yang digunakan. C dan

teman-temannya menata baloknya di kotak penyimpanan, A

mengembalikan papan pembaginya (O4, S1, S3, B 54 – B 55).

Menurut guru, alat peraga bermanfaat dalam membantu pemahaman siswa

mengenai pembagian sehingga menjadikan guru lebih mudah menjelaskan konsep

pembagian kepada siswa. Dengan menggunakan alat peraga ketika memperkenalkan

konsep pembagian menjadikan siswa melihat sesuatu secara konkret atau nyata.

Berbeda ketika guru hanya menggunakan metode ceramah. Ketika guru

menggunakan metode ceramah, hal tersebut masih membuat siswa, belum begitu

jelas atau paham dengan konsep pembelajaran. Tetapi ketika menggunakan alat

peraga memberikan gambaran atau contoh yang nyata tentang konsep pembagian.

Waktu yang digunakan guru untuk ceramah pun dapat lebih singkat, ceramah hanya

digunakan guru untuk memberikan penguatan atas konsep yang sudah terbentuk oleh

siswa. Jika siswa dapat membangun sendiri konsep pembelajarannya maka

pembelajaran akan lebih bermakna untuk siswa.

“Ya biasanya membantu, paling tidak kan ada anak yang tadinya tidak

tau, dengan dia langsung praktik tau, tapi ya sama-sama harus

mendukung.” (W2, S4, B 24- B29).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

74

“Itu kan dibuat itu kan sebenarnya digunakan untuk membantu to, em

untuk keberhasilan pembelajaran itu dibantu alat peraga yang modelnya

seperti itu” (W2, S4, B 52 – B 55).

“Kalau alat peraga itu kan sebenarnya untuk mempermudah, kan

tujuannya untuk mempermudah ya, biar anak itu tahu gimana gitu lho,

owh caranya seperti itu ya, nanti setelah tanpa alat pun nanti mereka tahu

pemahamannya karena kadang-kadang kan konsep yang kita buat kan

sebenarnya maksudnya sama …” (W2, S4, B 69 – B 77).

“Ya kalau pemahaman kan pakek alatnya bisa, kita kan mempermudah

biar mereka kan tahu konsepnya” (W2, S4, B 83 – B 84).

“Kalau 15 dibagi 3 owh iya caranya seperti itu, maka dia lebih memahami

dengan dibantu alat itu” (W2, S4, B 99 – B 100).

Selain itu, dengan adanya alat peraga membantu siswa ketika mengerjakan

soal yang sulit. Ketika siswa menjumpai soal yang sulit, maka siswa akan

mengerjakan soal tersebut dengan bantuan alat peraga, tetapi jika soal dianggap

mudah maka siswa tidak menggunakan alat peraga tersebut. Sehingga dengan

menggunakan alat peraga dapat menjadikan siswa lebih cepat dalam menemukan

hasilnya dibanding dengan cara lain.

“Membantu. Waktu menghitung soal-soal pembagian gitu” (W2, S1, B 28

– B 30). “Jadi lebih mudah ngerjain soal pake alat itu. Pake alat itu dulu

baru dijawab” (W2, S1, B 33 – 34). “Jadi lebih mudah dalam menghitung

pembagian dan perkalian” (W2, S1, B 39 – B 40).

“Kalau soalnya mudah ya gak pake alat itu, tapi kalau soalnya susah pake

alat itu” (W2, S2, B 21 – B 22).

“Kalau ada alat itu ya aku akan memakainya, kan menghitungnya lebih

cepet pakai itu. Kalau pake itu bisa praktek langsung tapi kalau di oret-

oret lama. Jadi bisa lebih cepet nghitungnya” (W2, S2, B 39 – B 42).

“Membantu. Membantu nghitung” (W2, S3, B 55 – B 58).

“Kadang-kadang pake alat itu, kadang-kadang gak pake. Ada yang

mudah, ada yang sulit (soalnya). Kalau soalnya sulit aku mau pake tapi

kalau soalnya mudah, aku gak mau pake” (W2, S3, B 88 – B 92).

Poin yang kedua adalah mengenai manfaat alat peraga terkait dengan auto

correction. Alat peraga yang baik adalah alat peraga yang mempunyai pengendali

kesalahan atau auto correction. Tujuan adanya pengendali kesalahan ini adalah

untuk membantu anak mengoreksi sendiri kekeliruan yang dibuat tanpa perlu diberi

tahu oleh orang lain. Pengendali kesalahan pada alat peraga ini ada beberapa macam,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

75

diantaranya adalah angka yang tertulis pada balok, lubang pada papan pembagian,

kunci jawaban pada sebalik kartu, dan jumlah pion. Siswa berpendapat bahwa alat

peraga membantu siswa menemukan kesalahannya ketika mengerjakan soal.

Pengendali kesalahan yang ditemukan oleh narasumber adalah ketika narasumber

menghitung soal, tetapi jawaban yang ditemukan tidak sama dengan jawaban yang

tertera pada sebalik kartu soal. Maka siswa menjadi tahu bahwa dia salah dalam

menghitung. Ketika siswa salah dalam menghitung maka siswa akan mengulangi

menghitung lagi dengan alat peraga tersebut tetapi dengan lebih teliti dan cermat lagi

agar dapat menemukan hasil yang sesuai pada sebalik kartu. Selain itu ketika tidak

menemukan jawabannya, maka siswa menyadari kalau salah dalam meletakkan

baloknya karena alat peraga ini bergantung pada cara penggunaannya. Jika salah

dalam meletakkan balok, maka tidak bisa menemukan hasilnya. Alat peraga juga

melatih keterampilan motorik siswa.

“Buat aku jadi tahu kesalahanku. Kan kalau naruhnya salah jawabannya

juga salah” (W2, S1, B 66 – B 67). “Nanti kalau naruh baloknya itu salah

kan jadi salah semua” (W2, S2, B 28 – B 29).

“Membantu aku, waktu aku salah naruh kotaknya itu. Iya. Kan gak

ketemu hasilnya” (W2, S3, B 93 – B 98).

Poin ketiga adalah mengenai manfaat alat peraga terkait dengan daya

tariknya. Setiap alat dan media pembelajaran Montessori harus memiliki nilai

keindahan baik dari segi warna yang menarik maupun kecerahannya. Selain

memiliki daya tarik dari warna, alat peraga harusnya menarik dari segi bentuk dan

ukurannya. Sehingga siswa maupun guru tertarik untuk menyentuh, meraba,

memegang, merasakan, dan mempergunakannya untuk belajar. Siswa

mengemukakan kalau suka dengan warna dalam alat peraga karena lembut.

“Suka. Karena agak muda agak tua” (W2, S3, B 74 – B 75).

Selain dari segi warna, siswa juga tertarik dengan bentuk dan ukuran yang ada

dalam alat peraga. Menurut siswa, bentuk dan ukurannya sudah pas dan sesuai untuk

siswa. Bentuk dan ukuran alat peraga haruslah seimbang dengan fisik siswa, tidak

boleh terlalu kecil atau terlalu besar. Sehingga alat peraga akan menarik minat siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

76

“Gakpapa (tidak apa-apa), udah pas. Gak kurang besar dan gak kurang

kecil” (W2, S1, B 41 – B 41). “Suka. Udah pas aja” (W2, S1, B 43 – B

44).

Guru berpendapat bahwa perpaduan warna yang digunakan alat peraga sudah

sesuai untuk siswa, kombinasi warna yang digunakan sudah bagus dan dapat

menarik minat siswa sesuai dengan karakteristik anak yang suka dengan warna-

warna yang menarik seperti warna merah dan biru yang digunakan. Selain itu,

bentuk alat peraga sudah bagus walaupun terkesan mahal. Ukuran yang digunakan

alat peraga pun sudah sesuai untuk anak.

“Kalau warnanya sih ya menarik juga. Biru sama merah, itu yang kotak

kecil pembaginya itu, apa sih namanya, lali aku (lupa aku). Lhah yang

pionnya itu kan merah. Terus ada yang biru itu kan sudah menarik juga.

Kan yang namanya ada merahnya itu kan terus orang, anak kan jadi

tertarik dengan warna-warna yang cerah, yang ngejreng (mencolok). Ya

bagus kok sama warna birunya juga, ya pas milih (memilih) warnanya”

(W2, S4, B 197 – B 204).

“Kalau saya rasa untuk bentuk-bentuk ininya sih gak masalah, itu sudah

bagus, itu cuman terkesan mahal karna kotak-kotaknya itu lho yang besar

itu lho, kalau dalamnya emang kecil-kecil tapi tetap itu bagus sekali”

(W2, S4, B 187 – B 190).

Selain itu, alat peraga juga mampu membuat guru lain penasaran. Guru lain

bertanya pada guru matematika tentang alat peraga yang digunakan dalam mengajar.

Hal ini berarti bahwa guru lain tertarik dengan alat peraga Montessori.

“Kan pada ditanya itu tu opo (apa) to mbak?” (W2, S4, B 46 – B 47).

Poin terakhir adalah mengenai manfaat alat peraga terkait dengan kontekstual.

Kontesktual bukanlah sesuatu yang wajib ada dan dimiliki oleh alat peraga berbasis

Montessori, namun hanya upaya yang dilakukan untuk memanfaatkan bahan-bahan

yang sesuai dengan konteks lokal daerah di mana sekolah Montessori didirikan,

sehingga dapat menekan biaya operasional pembuatan alat peraga. Ketika dilakukan

wawancara, siswa mengetahui bahan yang digunakan dalam alat peraga. Siswa juga

sering melihat bahan yang digunakan untuk membuat alat peraga di lingkungan

sekitarnya, seperti di rumah atau di sekolah. Jadi bahan yang digunakan siswa dekat

dengan kehidupan sehari-hari oleh siswa. Bahan yang sering dilihat atau dekat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

77

dengan siswa dan guru, kemudian dibuat sesuatu yang baru yang belum pernah

dilihat oleh siswa maupun guru.

“Kayu. Sering. Di rumah” (W2, S1, B 82 – B 85). “Tahu, kayu dan cat.

Sering, kan di rumah banyak pohon” (W2, S3, B 99 – B 101). “Tahu,

terbuat dari kayu. Sering. Di rumah” (W2, S2, B 80– B 83).

4.3.3 Pesepsi narasumber mengenai alat peraga Montessori

Persepsi guru mengenai alat peraga Montessori dapat dikatakan bagus. Hal ini

dapat dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seperti perasaan, sikap,

perhatian, dan pengalaman dalam menggunakan alat peraga. Guru merasa senang

ketika menggunakan alat peraga karena memberikan pengalaman yang baru kepada

guru dalam memperkenalkan alat peraga. Sikap guru juga sangat terbuka ketika

menggunakan alat peraga. Beliau tidak sungkan untuk bertanya apabila belum

paham mengani nama alat peraga atau pun cara penggunaan alat peraga. Bagi beliau

yang terpenting adalah siswa dapat memahami konsep pembagian dengan lebih jelas

atau konkret melalui alat peraga yang digunakan. Guru juga memberikan perhatian

yang lebih kepada alat peraga. Hal ini dungkapkan guru dengan memberikan saran

agar pelatihan sebelum penggunaan alat peraga atau ketika mengenalkan alat peraga

kepada guru lebih intens lagi atau diperbanyak lagi waktunya. Melihat kenyataan

seperti itu berarti bahwa guru mau meluangkan waktu untuk belajar sesuatu yang

baru. Guru menerima perubahan baru yang ada, kalau sebelumnya guru hanya

menggunakan alat peraga yang sederhana maka sekarang guru mau menggunakan

alat peraga Montessori, sesuatu yang baru bagi guru. Dengan seperti itu, pikiran

guru selalu terbuka untuk memajukan dirinya dan memajukan orang lain. Selain itu,

guru juga meminta agar sekolah ditinggali atau diberi alat peraganya dengan tujuan

dapat digunakan oleh siswa lain di lain kesempatan. Hal ini berarti bahwa guru mau

menggunakan alat peraga tersebut di lain kesempatan. Selain itu guru juga berharap

siswa yang lain mendapatkan kesempatan yang sama untuk mencoba alat yang baru.

“Gimana kalau sekolah ditinggalin satu seperti itu kalau bisa” (W2, S4, B

37 – B 38). “Nah besok kan kalau misalnya boleh alat peraganya nyuwun

satu atau gimana gitu” (W2, S4, B 41 – B 42). “Karna kan juga buat

belajar anak-anak yang lain juga bisa” (W2, S4, B 44).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

78

Guru juga beranggapan bahwa yang menciptakan alat peraga adalah orang

yang kreatif karena bisa membuat sesuatu yang baru. Sehingga dengan barang baru

diharapkan dapat menarik minat orang yang melihatnya. Hal ini juga dirasakan oleh

anak. Ketika melihat alat peraga untuk pertama kalinya, siswa menunjukkan sikap

penasaran dan rasa ingin tahunya terhadap alat peraga tersebut. Hal ini

ditunjukkannya dengan bertanya kepada guru tentang kegunaan alat peraga tersebut.

Apalagi dengan alat peraga itu mampu membuat siswa merasa senang, tertarik,

antusias dan semangat untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.

“Ohh seperti itu to pinter (pandai) juga ya menciptakan itu, kreatif gitu

lho” (W2, W4, B 58 – B 60).

Namun guru juga beranggapan bahwa awal cara penggunaan alat peraga agak

susah, tetapi lama kelamaan setelah guru belajar beliau dapat menggunakan alat

peraga tersebut dengan benar. Guru hanya perlu waktu untuk belajar sesuatu yang

baru. Ketika guru mengajar guru dengan alat peraga Montessori, guru juga sempat

merasa canggung karena beliau lupa dengan nama yang ada dalam alat peraga.

Tetapi kesusahan yang sempat dialami guru ketika pertama kali menggunakan alat

tersebut terbayar ketika melihat sikap siswa yang antusias dalam menggunakan alat

peraga.

“Kalau cara penggunaannya namanya setelah kita belajar ya namanya

mudah” (W2, S4, B 35 – B 36). “Tapi anak-anak senang gitu, anak-anak

antusias dengan kegiatan seperti itu, kemarin juga kan anak-anaknya

sampai rame banget pengen mencoba dan sebagainya” (W2, S4, B 3 – B

6).

“Antusias anak-anak juga kelihatan ya” (W2, S4, B 87). “Anak-anak juga

semangat” (W2, S4, B 88).

“Kemarin kan saya juga sempat agak grogi ya, harus pembaginya yang

mana terus yang dibagi yang mana itu kan kadang-kadang keliru, padahal

kan kita juga lupa sendiri to, yang untuk membagi namanya apa itu kan

kita sempat grogi” (W2, S4, B 28 – B

Persepsi siswa tentang alat peraga juga bagus. Siswa mempunyai keinginan

untuk mencoba alat tersebut di luar jam pelajaran matematika. Siswa mau

menggunakan alat peraga tersebut ketika jam istirahat. Siswa beranggapan bahwa

alat peraga dapat digunakan untuk belajar sekaligus menghafal tentang perkalian dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

79

pembagian. Walaupun alat telah membantu siswa dalam memahami konsep

pembagian, tetapi siswa tidak lantas malas atau tidak mau lagi untuk menggunakan

alat peraga. Siswa justru mau menggunakan alat tersebut di luar jam pelajaran

matematika.

“Mau. Kalau istirahat. Ya kan bisa buat belajar” (W2, S1, B 58 – B 62).

“Pas istirahat kan bisa belajar pake alat itu. Sambil kita belajar sambil kita

ngapalin pembagiannya sama perkalian” (W2, S2, B 66 – B 68).

Sementara itu, ada siswa yang beranggapan berbeda tentang alat peraga

tersebut, dia menganggap tidak perlu menggunakan alat tersebut di lain kesmpatan

karena telah paham mengenai konsep pembagian. Jadi ketika siswa belum paham

tentang alat peraga tersebut narasumber mau menggunakan alat peraga untuk

memudahkannya dalam memahami konsep atau membantu dalam menghitung,

tetapi ketika narasumber sudah paham dengan konsepnya maka siswa tidak

membutuhkan alat peraga tersebut.

“Enggak. Karena kan aku sudah dong, jadi buat apa lagi pake alat itu

kalau sudah dong” (W2, S3, B 82 – B 83).

4.4 Pembahasan

Menurut Triyanto (2009: 17) pembelajaran merupakan usaha sadar yang

dilakukan oleh seseorang guru dalam mengarahkan interaksi siswa ke dalam

sumber belajar untuk mencapai tujuan tertentu. Usaha yang dilakukan oleh seorang

guru dapat meliputi berbagai hal, salah satunya adalah dengan metode atau media

yang digunakan dalam menyampaikan materi ajar. Guru kelas II- A sekaligus guru

matematika di SD N Percobaan 3 Pakem jarang menggunakan alat peraga ketika

proses belajar mengajar, apalagi alat peraga berbasis Montessori. Guru belum

pernah menggunakan alat peraga berbasis Montessori dalam mata pelajaran

matematika ataupun mata pelajaran yang lain. Selama ini guru menggunakan alat

peraga dengan memanfaatkan apa yang ada di dekat siswa dan yang sederhana

seperti pensil, pewarna, karet gelang atau lidi. Hal ini dikarenakan guru terkendala

oleh waktu kalau mau membuat alat peraga sendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

80

Dari hasil wawancara, guru mengungkapkan bahwa alat peraga yang ada

di kelas masih terbatas, berbeda dengan alat peraga IPA yang ada di sekolah. Di

SD N Percobaan 3 Pakem, kebanyakan alat peraga yang ada adalah alat peraga

untuk mata pelajaran IPA sedangkan untuk mata pelajaran matematika masih

terbatas. Walaupun telah dijelaskan bahwa sekolah juga menyediakan alat peraga

untuk mata pelajaran matematika yang dapat digunakan oleh guru, namun guru

merasa enggan kalau disuruh mencari sendiri alat peraga tersebut.

Guru sendiri senang ketika menggunakan alat peraga karena dapat

memberikan sesuatu yang nyata kepada siswa sehingga dapat meningkatkan hasil

belajar siswa. Hal ini sesuai dengan tujuan penggunaan alat peraga yaitu alat

peraga digunakan apabila alat tersebut dapat memberikan kemudahan kepada

peserta didik untuk lebih memahami konsep, prinsip, sikap, dan keterampilan

tertentu dengan menggunakan media yang paling tepat menurut karakteristik

bahan (Sumantri, 2001:153). Apalagi ketika menggunakan alat peraga, siswa

sangat antusias. Belum menyampaikan materi pembelajaran dengan alat peraganya

saja siswa sudah semangat dengan mendekati guru dan bertanya tentang alat

peraga. Hal ini dikarenakan alat peraga dapat memberikan pengalaman belajar

yang berbeda dan bervariasi sehingga lebih merangsang minat peserta didik untuk

belajar (Sumantri, 2001:153).

Pada awal pembelajaran guru sering kali mengadakan kegiatan

mencongak. Guru berpendapat bahwa dengan mencongak bagus untuk hafalan

siswa. Sehingga ketika siswa sudah belajar di rumah, guru dapat mengecek hafalan

siswa tersebut dengan mencongak. Kegiatan mencongak disesuaikan dengan

materi pelajaran pada hari itu. Mencongak adalah metode menghitung di luar

kepala dengan ingatan saja kemudian siswa dapat menjawab secara lisan atau

tertulis. Waktu yang digunakan untuk menjawab pun singkat. Hasil yang

diharapkan dengan mencongak adalah siswa akan lebih mudah mengingat dan

lebih cepat dalam menghitung matematika, tidak sekedar ingat dan hafal tetapi

dapat melekat yang sangat rekat di pikiran siswa karena terbiasa. Hasil atau nilai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

81

mencongak dapat menjadi acuan untuk mengetahui kemajuan keterampilan

berhitung siswa. Ketika diadakan mencongak, siswa terlihat antusias untuk

menjawab pertanyaan dari guru. Mereka saling berebut untuk menjawab terlebih

dahulu. Bahkan ketika dilakukan wawancara, terhadap salah satu narasumber, dia

menganggap matematika itu menyenangkan karena ada kegiatan mencongak.

Kegiatan mencongak dilakukan secara lisan. Dalam hal ini, guru juga

membiasakan siswa untuk berani mengungkapkan pendapat. Ketika mencongak

guru juga sering memberikan penghargaan atas jawaban yang diberikan oleh siswa

dengan mengatakan “bagaus” atau memberinya tepuk tangan.

Selain itu ketika pembelajaran sedang berlangsung, guru sering kali

memberikan motivasi dengan berbagai hal. Motivasi dalam belajar adalah segala

sesuatu yang dapat memotivasi peserta didik atau individu untuk belajar (Abdullah

2013: 49). Tanpa motivasi belajar, seorang peserta didik tidak akan belajar dan

akhirnya tidak akan mencapai keberhasilan dalam belajar. Dalam hal ini, motivasi

yang muncul adalah motivasi eksternal atau motivasi melakukan sesuatu karena

adanya pengaruh dari luar. Pengaruh dari luar yaitu karena perilaku guru. Guru

menampilkan alat peraga sederhana ketika pembelajaran sehingga membuat siswa

termotivasi untuk belajar. Motivasi yang diberikan guru adalah dengan

menggunakan alat peraga yaitu guru memberikan contoh-contoh atau gambar

kepada siswa. Sehingga ketika belajar menggunakan gambar atau contoh siswa

akan termotivasi. Tujuan guru dalam memberikan motivasi adalah agar siswa

dapat belajar dengan baik dan tidak mengalami kesulitan belajar.

Ketika ada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar, maka guru

akan mendekati siswa tersebut. Waktu dalam melakukan pendekatan, seringkali

dilakukan guru ketika pembelajaran telah selesai atau ketika jam pelajaran

tambahan. Di SD N Percobaan 3 Pakem rutin diadakan pelajaran tambahan pada

hari tertentu. Tujuan tambahan jam pelajaran adalah untuk mengulang materi atau

mengejar ketinggalan materi karena suatu hal. Walaupun begitu, ketika mengajar

guru juga kerap mengalami kesulitan atau hambatan. Hambatan yang dialami guru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

82

yaitu ketika ada siswa yang tidak konsentrasi maka hal tersebut akan menganggu

guru ketika mengajar.

Ketika siswa belajar mengenai matematika, perasaan siswa berbeda-beda

akan hal tersebut. Ada siswa yang merasa senang, ada siswa yang merasa gampang

dan ada siswa yang merasa agak gampang ketika belajar matematika. Siswa

merasa senang karena seringkali diadakan lomba mengenai matematika,

pertanyaan lisan dan seringkali diadakan mencongak. Ketika diadakan mencongak

siswa merasa terbantu dalam belajar. Hal ini karena ketika siswa belajar di rumah

dapat membuat siswa bersemangat dalam menghafal. Sedangkan siswa yang

merasa agak gampang ketika belajar matematika menyebutkan alasan bahwa guru

sering menggunakan barang yang dipakai dalam membantu pemahaman siswa.

Segingga siswa merasa terbantu dalam memahami materi. Tetapi ketika siswa

mengerjakan soal dan belum selesai mengerjakan tetapi sudah diberi soal lagi oleh

guru, hal tersebut membuat siswa merasa kurang nyaman atau kurang senang

dalam belajar, itu membuat pekerjaan siswa terasa banyak dan menumpuk. Siswa

juga mengalami hambatan atau kendala dalam belajar yaitu ketika ada salah satu

orang atau beberapa temannya yang ramai karena hal tersebut dapat menganggu

konsentrasi siswa. Ketika siswa merasa bahwa ada temannya yang menganggu dan

ramai berarti kelas yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar tidak

kondusif lagi. Ketika belajar matematika, suasana belajar yang diharapkan siswa

adalah dengan suasana belajar yang tenang dan damai, tidak ada siswa yang ramai,

mengajak berbicara atau lari keliling kelas. Sehingga siswa dapat mendengarkan

penjelasan dari guru.

Selain itu siswa juga menganggap kalau cara guru menjelaskan terlalu

cepat sehingga membuat siswa kesulitan dalam memahami penjelasan guru. Guru

harusnya tidak menjelaskan terlalu cepat karena kemampuan guru dan siswa dalam

menerima sesuatu berbeda. Kebanyakan dari siswa perlu waktu yang relatif lama

untuk mengenal suatu materi yang baru. Guru yang terlalu cepat dalam

menjelaskan materi akan membuat siswa mudah jenuh sehingga siswa tidak akan

menyimak penjelasan dari guru lagi. Jika siswa sudah jenuh atau tertinggal maka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

83

siswa tidak mau mendengarkan apa yang sudah dijelaskan guru. Apalagi

karakteristik anak berbeda, ada yang cepat dalam memahami tetapi juga ada siswa

yang lamban (bukan berarti bodoh) dalam memahami materi.

Ketika siswa belajar dengan menggunakan alat peraga membuat siswa

antusias dan bersemangat karena dengan alat peraga dapat sambil dicoba atau

memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Menurut Sumantri (2001, 152)

alat peraga adalah alat pembantu pengajaran yang mudah memberi pengertian

kepada peserta didik. Berbeda ketika hanya dijelaskan oleh guru, siswa

berpendapat bahwa penjelasan tersebut hanya disimpan di otak oleh siswa atau

hanya sekedar hafalan. Sehingga lama kelamaan siswa akan lupa dengan hal

tersebut. Alat peraga juga dapat membantu siswa ketika mengerjakan soal. Ketika

siswa mengerjakan soal dengan menggunakan alat peraga, siswa tidak susah-susah

dalam menghitung karena alat peraga sudah memberi tahu hasilnya. Tetapi ada

juga siswa yang menganggap kalau alat peraga tidak memberikan kontribusi sama

sekali. Ketika siswa belajar dengan atau tanpa alat peraga sama saja, tidak

membantu pemahaman siswa.

Kemudian siswa dan guru diperkenalkan dengan alat peraga berbasis

Montessori khususnya untuk materi pembagian bilangan dua angka. Alat peraga

berbasis Montessori adalah alat yang digunakan untuk mengajar anak yang

dirancang secara sederhana namun terlihat menarik, memungkinkan pemerolehan

pengetahauan yang lebih banyak, belajar secara mandiri serta belajar mengetahui

kesalahan yang mereka buat saat belajar (Lillard, 1997:11).Ketika siswa

diperkenalkan dengan alat peraga berbasis Montessori siswa sangat antusias dan

semangat. Hal ini dapat dilihat ketika guru membawa alat peraga tersebut masuk

ke dalam kelas. Ketika melihat alat perag auntuk pertama kalinya, siswa langsung

maju dan bertanya mengenai alat peraga tersebut kepada guru. Sebelum guru

memperkenalkan alat peraga ke siswa, guru terlebih dahulu diberi pelatihan

tentang nama serta cara penggunaan alat peraga tersebut. Tetapi hanya satu hari

sebelum pengimplementasian alat peraga. Jadi ketika guru mengajar dengan

menggunakan alat tersebut, guru kurang memahami cara penggunaan alat peraga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

84

tersebut. Guru menganggap kalau pelatihan dalam satu hari itu intensitasnya

terlalu sedikit.

Ketika mengajar menggunakan alat peraga tersebut, guru merasa senang

karena dapat memperkenalkan alat peraga baru kepada siswa. Dengan alat baru

dapat membuat siswa penasaran dan antusias sehingga siswa tertarik untuk

menggunakan alat tersebut. Hal ini berarti bahwa siswa termotivasi untuk belajar.

Motivasi yang terlihat adalah motivasi intrinsik yaitu motivasi dalam diri untuk

melakukan sesuatu (Abdullah, 2013: 49). Ketika siswa penasaran dengan alat

peraga tersebut membuat siswa terdorong untuk belajar atau lebih mengenal

dengan alat peraga tersebut. Apalagi ketika menggunakan alat tersebut tidak hanya

sekedar bermain tetapi anak juga dapat belajar sesuatu yang serius. Belajar sambil

bermaian membuat peserta didik berperan aktif dalam pembelajaran. Hal ini

berbanding terbalik dengan pembelajaran sebelum penggunaan alat peraga

berbasis Montessori, di mana guru hanya menggunakan alat peraga sederhana

yang ada di dekat siswa.

Alat peraga membantu guru ketika menyampaikan materi ajar. Sesuai

dengan tujuan penggunaan alat peraga yaitu untuk meletakkan dasar-dasar yang

konkret dari konsep yang abstrak sehingga dapat mengurangi pemahaman yang

bersifat verbalisme (Sumantri, 2001: 154). Verbalisme yaitu mengetahui kata-kata

yang disampaikan guru tetapi tidak memahami artinya atau tidak mengerti akan

maknanya. Ketika mengajar dengan menggunakan alat peraga berbasis Montessori

guru merasa kalau lebih mudah dalam mengajar. Guru tidak lantas menjelaskan

konsep pembagian dengan metode ceramah tetapi dengan menggunakan alat

peraga siswa bisa praktek sendiri. Ketika siswa praktek dengan menggunakan alat

peraga berbasis Montessori ini memberikan gambaran yang konkret atau nyata

kepada siswa, memberikan informasi baru, dan dapat menambah ilmu bagi siswa.

Hal ini sesuai dengan konsep belajar merupakan aktivitas interaksi aktif individu

terhadap lingkungan sehingga terjadi perubahan tingkah laku (Abdullah, 2013:

40). Walaupun seperti itu, siswa tidak boleh bergantung pada alatnya, alat hanya

digunakan untuk memahami konsep pembagian. Untuk lebih lanjutnya, siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

85

harus mengembangkan keterampilan berpikirnya sendiri. Jadi tanpa alat peraga

siswa sudah dapat mengerjakan soal-soal pembagiannya dengan benar dan tepat.

Hal ini sesuai dengan konsep alat peraga berbasis Montessori, di mana alat peraga

dirancang untuk mengkonstruksi pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki menjadi

suatu konsep baru.

Selain alat peraga bermanfaat dalam membantu pemahaman siswa, alat

juga mendukung hasil evaluasi belajar siswa. Evaluasi adalah suatu proses

menentukan nilai seseorang dengan menggunakan patokan-patokan tertentu untuk

mencapai suatu tujuan (Imron, 1996: 114). Ketika mengerjakan soal dengan

menggunakan alat peraga berbasis Montessori maka hasil yang didapat siswa akan

benar. Tetapi jika anak salah dalam menggunakan alat peraga tersebut, maka hasil

yang didapat siswa pun akan salah. Jadi hasil evaluasi belajar siswa tergantung

dengan pemahaman siswa tentang cara penggunaan alat peraga tersebut. Ketika

siswa paham dengan cara penggunaan alat peraga maka siswa mudah atau tidak

mengalami kesulitan ketika mengerjakan soal dan hasil evaluasinya pun akan

bagus.

Ketika pertama kali guru melihat bentuk dari alat peraga tersebut, guru

langsung menganggap kalau alat peraga tersebut mahal karena dilihat dari

bentuknya tempat untuk menyimpan alat peraga terlihat seperti bingkisan kado

yang mewah. Selain itu, kayu yang digunakan pun kayu mahal dan masih

diperindah. Sehingga memberikan tambahan kesan mahal terhadap alat peraga.

Namun, menurut beliau ukuran dan warna alat sudah sesuai dengan karakteristik

siswa kelas bawah di mana ukuran dan bentuk alat peraga sesuai dengan fisik

anak. Sedangkan untuk warnanya, menurut guru warna yang digunakan dalam alat

peraga sudah menarik dan cerah. Tapi hal ini bertentangan dengan siswa karena

menurut siswa warna yang digunakan dalam alat peraga terlalu gelap atau kurang

cerah. Warna yang digunakan dalam papan pembagi dan tempat penyimpanan

baloknya kebanyakan berwarna coklat sehingga terkesan kurang cerah untuk

siswa. Siswa lebih suka jika warna yang digunakan dalam alat peraga adalah

warna yang cerah seperti kuning. Warna yang dilihat siswa dapat memancing

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

86

kepekaan terhadap penglihatanm selain itu warna juga bermanfaat untuk

meningkatkan daya pikir serta kreativitas anak. Warna pada alat peraga berperan

sebagai stimuli (rangsangan), dengan menggunakan warna cerah yang disukai

anak dan menarik perhatian seperti merah, kuning dan oranye warna ini dapat

merangsang anak untuk berkreativitas.

Akan tetapi pada pertemuan ketiga, sebelum memulai pelajaran salah satu

narasumber mengatakan sudah bosan menggunakan alat peraga tersebut.

Narasumber merasa bosan menggunakan alat peraga tersebut karena dari

pertemuan pertama pada waktu belajar materi pembagian hanya menggunakan alat

peraga itu terus-terusan. Pada awalnya narasumber antusias, tertarik dan semangat

menggunakan alat peraga tetapi pada pertemuan ketiga siswa sudah merasa bosan.

Bosan di sini adalah karena keterbatasan jumlah alat peraga. Jika dalam kelas

Montessori sesunggunya terdapat banyak alat peraga dan siswa bebas untuk

menggunakannya. Tetapi dalam penelitian ini, satu alat peraga digunakan untuk 4

sampai 5 orang sehingga membuat siswa saling berebut ketika ingin

menggunakannya. Hal inilah yang membuat siswa merasa bosan atau jenuh kalau

setiap kali ingin menggunakan alat peraga harus antri terlebih dahulu.

Sedangkan terkait dengan cara penggunaan alat peraga. Narasumber

menganggap bahwa cara penggunaan alat peraga juga mudah, tinggal

memasukkan balok-baloknya ke dalam papan pembagian sehingga bisa

menemukan hasilnya walaupun pada awalnya narasumber masih mengalami

kesalahan dan belum begitu memahaminya dikarenakan guru ketika menjelaskan

terlalu cepat sehingga membuat siswa tidak begitu memahami penjelasan guru.

Sebelum dan sesudah penggunaan alat peraga berbasis Montessori,

memberikan pandangan yang berbeda kepada siswa. Pada awalnya salah satu

narasumber menyatakan bahwa dengan atau tanpa alat peraga tidak memberikan

kontribusi terhadap konsep pemahaman pembelajaran. Tetapi setelah belajar

dengan menggunakan alat peraga siswa mengungkapkan bahwa alat peraga

membantu siswa dalam memahami konsep pembelajaran. Konsep pembelajaran

yang terbentuk dalam diri anak berasal dari pengalaman-pengalaman narasumber

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

87

ketika menggunakan alat peraga dengan pengetahuan yang sudah dimiliki. Hal ini

berarti bahwa alat peraga berbasis Montessori mengubah konsep siswa, dari yang

awalnya menganggap alat peraga tidak memberikan kontribusi menjadi alat peraga

membantu pemahaman anak tentang konsep pembelajaran. Selain itu dengan alat

peraga berbasis Montessori memberikan pengalaman yang baru kepada guru dan

siswa dalam belajar matematika, dari yang sebelumnya pembelajaran berlangsung

dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, penugasan tetapi berkembang

dengan anak terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Jadi pembelajaran berpusat

pada siswa bukan berpusat kepada guru. Dengan pembelajaran berpusat kepada

siswa menjadikan siswa sebagai narasumber utama dalam kegiatan pendidikan

sehingga semua aktivitas diarahkan untuk perkembangan peserta didik (Abdullah,

2013: 46). Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik umumnya merupakan

pembelajaran aktif yang melibatkan peserta didik dalam aktivitas fisik atau

melibatkan peserta didik untuk berpikir.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

88

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian ini akan dibahas mengenai (1) kesimpulan, (2) keterbatasan

penelitian dan (3) saran.

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Alat peraga Montessori memberikan pengalaman yang positif terhadap

guru. Alat peraga memudahkan guru dalam mengajar karena sebelum

menggunakan alat peraga berbasis Montessori guru lebih sering

menggunakan metode ceramah tetapi dengan alat peraga berbasis

Montessori membuat siswa ikut berperan aktif atau ikut serta dalam

kegiatan belajar mengajar sehingga pembelajaran lebih efektif. Peran alat

peraga berbasis Montessori dalam pembelajaran adalah membantu siswa

untuk lebih mandiri dan dapat mengetahui kesalahannya sendiri ketika

belajar. Pengalaman yang dialami oleh guru ini telah mempengaruhi

persepsinya terhadap penggunaan alat peraga. Bahwa alat peraga bukan

sekedar alat bantu untuk berhitung atau pun mainan di sela pembelajaran,

akan tetapi lebih dari pada itu dapat dipakai untuk meningkatkan antusias

siswa dalam belajar dan mengajarkan kemandirian. Pandangan ini telah

merubah pemikiran guru terhadap pentingnya alat peraga, yang tadinya

guru hanya berpikir mencari praktis dengan alat peraga sederhana di

sekitarnya menjadi berpikir mengenai pentingnya mengembangkan alat

peraga yang dipikirkan konsepnya matang-matang seperti alat peraga

Montessori. Namun, guru belum mempunyai keinginan untuk

mengembangkan alat itu sendiri karena beberapa kendala yaitu

terbatasnya waktu dan dana. Akan tetapi, jika ada yang memberikan alat

peraga Montessori, beliau akan sangat antusias untuk menggunakannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

89

2. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena pada awalnya

siswa berpendapat bahwa alat peraga adalah alat bantu dalam menghitung

soal tetapi kemudian alat peraga dapat menumbuhkan sikap antusias,

mandiri, semangat ketika belajar, serta dapat membantu siswa mengoreksi

sendiri kesalahannya ketika mengerjakan soal. Alat peraga dapat

memudahkan siswa ketika menyelesaikan soal yang diberikan guru

dengan menggunakannya untuk membantu menghitung soal yang

diberikan guru. Namun siswa kurang menyukai warna yang digunakan

dalam alat peraga karena warnanya terlalu gelap. Siswa menginginkan

warna yang cerah dalam alat peraga seperti warna kuning. Siswa pun

merasa bosan jika belajar pembagian menggunakan alat peraga tersebut

terus menerus karena satu alat peraga digunakan secara bergiliran untuk 4

sampai 5 anak di dalam 1 kelompok sehingga siswa tidak mau

menggunakan alat peraga tersebut di luar jam pelajaran matematika.

5.2 Keterbatasan Penelitian

5.2.1 Penggalian data mengenai persepsi siswa dalam penelitian ini hanya

dilakukan pada tiga siswa dari 29 siswa yang menggunakan alat peraga

Montessori dikarenakan keterbatasan waktu dan tenaga dari peneliti.

Jumlah subjek yang relatif kecil ini tentunya belum mewakili persepsi dari

keseluruhan siswa yang menggunakan alat peraga Montessori secara

keseluruhan sehingga harus berhati-hati dalam mengambil kesimpulan.

5.2.2 Terbatasnya jumlah alat peraga dalam satu kelompok. Satu kelompok

yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa menggunakan 1 alat peraga berbasis

Montessori secara bergantian.

5.2.3 Guru belum begitu paham dan atau belum menguasai mengenai cara

penggunaan alat peraga berbasis Montessori.

5.2.4 Siswa merasa tidak suka dengan warna gelap yang ada pada alat peraga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

90

5.3 Saran

Salah satu manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan saran

perbaikan bagi pengembangan alat peraga Montessori berdasar pengalaman dari

subjek yang menggunakan alat peraga Montessori. Berdasarkan hasil penelitian,

beberapa saran yang dapat diberikan peneliti untuk para pengembang alat

selanjutnya adalah:

5.3.1 Subjek penelitian perlu ditambah sehingga dapat mewakili dari jumlah

keseluruhan siswa yang ada di kelas.

5.3.2 Alat peraga lebih diperbanyak sehingga anak tidak bosan ketika

menunggu giliran untuk menggunakan alat peraga.

5.3.3 Memberikan pelatihan penggunaan alat peraga kepada guru terlebih

dahulu supaya guru mengerti mengenai esensi alat dan cara

penggunaannya sehingga alat yang sudah terkonsep dengan baik dapat

digunakan secara maksimal.

5.3.4 Lebih memperhatikan pemilihan warna pada pembuatan alat peraga,

seperti memilih warna-warna yang cerah sehingga lebih meningkatkan

ketertarikan siswa dalam menggunakan alat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

91

DAFTAR REFERENSI

Adiningsih, D. (2012). Pengaruh persepsi siswa tentang metode mengajar guru dan

kemandirian belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas X

program keahlian akuntansi SMK Batik Perbaik Purworejo tahun ajaran

2012/ 2013. Skripsi: Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Yogyakarta

Anitah, S. (2010). Media pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka

Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Edisi revisi VI.

Jakarta: Rineka Cipta

Asyad, A. (2010). Media pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar isi dan standar kompetensi

lulusan untuk satuan pendidikan dasar. Jakarta: BP. Cipta Jaya

Creswell, J. W. (2012). Reserch design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Depdikbud. (2007). Standar isi kurikulum KTSP 2007. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan

Desmita. (2012). Psikologi perkembangan peserta didik. Bandung: Remaja

Rosdakarya Offset

Fazio. R. I-L, & Roskos-Ewoidsen, D.R. (1994). Acting as we feel: When and how

attitudes guide behavior. In S. Shaviti & T. C. Brock (Eds), Persuasion.

Boston: Allyn & Bacon

Gunawan, I. (2013). Metode penelitian kualitatif teori & praktik. Jakarta: Bumi

Aksara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

92

Hainstock, E. G. (1997). The essensial montessori; an introduction to woman, the

writings, the method, and the movement. United states of America: A Plume

Book

Haryati, T. Y. (2011). Implementasi pendekatan paradigma pedagogi reflektif dalam

pembelajaran siswa kelas VA SD Kanisius Sorowajan semester genap tahun

pelajaran 2010/ 2011. Skripsi: Fakultas Kaguruan dan Ilmu Pendidikan.

Universitas Sanata Dharma

Holt, H. (2013). The absorbent mind, pikiran yang mudah menyerap. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Heruman. (2007). Model pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD). Bandung:

Remaja Rosdakarya

Hudojo & Herman H. (1981). Teori belajar untuk pengajaran matematika. Penataran

Lokarya Tahap Kedua Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G):

Departemen P dan K. Jakarta

Hudojo & Herman H. (2001). Common textbook pengembangan kurikulum dan

pembelajaran matematika. Malang: JICA – Universitas Negeri Malang

Imron, A. (1996). Belajar & pembelajaran. Malang: Pustaka Jaya

Johnson, E. B. (2007). Contextual teaching and learning: menjadikan kegiatan

belajar- mengajar mengasyikan dan bermakna. Bandung: Mizan Learning

Center

Kamus Pusat Bahasa. (2008). Kamus Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Pusat

Bahasa– Departemen Pendidikan Nasional

Latifa. (2013). Penggunaan alat peraga meteran untuk meningkatkan hasil belajar

matematika bagi siswa berkesulitan belajar matematika. Surakarta:

Universitas Sebelas Maret

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

93

Lillard, P. P. (1996). Montessori today. New York: Schocken Books

Lillard, P. P. (1997). Montessori in the classroom. New York: Schocken Books

Lillard, P. P. (2005). Montessori: The science behind the genius. Oxford: Oxford

University Press

Lillard, A. S. (2006). Evaluating Montessori education. AAAS Journal. Education

Forum 313. Diakses dari

www.sciencemag.org/cgi/content/full/313/5795/1893/DC1

McMillan, J. H., Schumacher., Sally. (2001). Research in education a conceptual

introduction (5th

ed.). New York: Longman

Moleong, L. J. (2006). Metodologi penelitian kualitatif (edisi revisi). Bandung:

Remaja Rosdakarya Offset

Montessori, M. (2013). Metode montessori: panduan wajib untuk guru dan orangtua

didik paud (pendidikan anak usia dini). Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar

Montessori, M. (2002). The montessori method. New York: Schocken Books

Munadi, Y. (2010). Media pembelajaran; sebuah pendekatan baru. Jakarta: Gunung

Persada

Narbuko, C., & Abu, A. (2009). Metodologi penelitian. Jakarta: Bumi Aksara

Nasution, S. (1988). Metode penelitian naturalistik kualitatif. Bandung: Tarsito

Pedoman Penulisan Skripsi. (2012). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

94

Poerwandari, K. (1998). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia.

Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan

Psikologi (LPSP3). Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Rinke, C. R., Gimbel S. J., Haskell S. (2012). Opportunities for inquiry science in

Montessori classroom: learning from a culture of interest, communication,

and explanation. Journal of science education

Sani, A. S. (2013). Inovasi pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka

Cipta

Smaldino, S.E., Lowther, D.L., & Russell, J.D. (2011). Instructional technology and

media for learning= Teknologi pembelajaran dan media untuk belajar (9th

ed.). Jakarta: Kencana

Sobur, A. (2003). Psikologi umum. Bandung: CV Pustaka Setia

Suharnan. (2005). Psikologi kognitif. Surabaya: Srikandi

Sujanto, E. (2011). Sukses belajar dan mengajar dengan teknik memori. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama

Sumantri, M & Permana, J. (2001). Strategi belajar mengajar. Bandung: CV.

Maulana

Sumiaty. (2009). Penggunaan alat peraga tiga dimensi dalam meningkatkan hasil

belajar matematika pokok bahasan geometri bangun ruang. Purwakarta:

jurnal kajian filosofi, teori, kualitas, dan manajemen pendidikan

Suparno, P. (2001). Teori perkembangan kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kansius

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

95

Supratiknya, A. (2012). Penilaian hasil belajar dengan teknik nontes. Yogyakarta:

Universitas Sanata Dharma

Susanti, I. (2012). Penerapan metode Montessori dalam meningkatkan kemampuan

motorik halus anak di kelompok bermain talenta kabupaten Bandung.

Bandung: Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Siliwangi Bandung

Thoha, M. (1996). Perilaku organisasi, konsep dasar dan aplikasinya. Jakarta: Raja

Grafindo Persada

Triyanto. (2009). Mendesain model pembelajaran inovasi progresif: konsep,

landasan, dan implementasinya pada kurikulum tingkat satuan pendidikan

(KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Walgito, B. (2003). Psikologi sosial: suatu pengantar. Yogyakarta: Percetakan Andi

Offset

Winkel, W. S. (1996). Psikologi pengajaran. Jakarta: Grasindo

Wood, J. T. (2013). Komunikasi interpersonal: interaksi keseharian (6th

ed.). Jakarta:

Salemba Humanika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

97

A. Pedoman Observasi dan Wawancara

Lampiran 3.1 Pedoman observasi kondisi sosio-cultural

No. Tujuan Objek Hal yang diamati Deskripsi

1. Untuk mengetahui

kondisi atau keadaan

kelas

Ruang

kelas Fasilitas yang

terdapat di kelas

Alat peraga

matematika yang

terdapat di kelas

Kebiasaan

menggunakan alat

peraga

Suasana belajar

matematika di kelas

Kerjasama yang

terjalin antar siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

98

Lampiran 3.2 Pedoman observasi proses pembelajaran secara umum pertemuan

pertama

No. Tujuan Subjek Hal yang diamati Deskripsi

1. Untuk mengetahui

proses pembelajaran

yang terjadi di kelas

Guru Metode yang

digunakan guru

dalam mengajar

Media yang

digunakan oleh guru

dalam mengajar

Pendekatan yang

diterapkan guru

dalam mengajar

Penguasaan kelas

oleh guru

Peran guru dalam

mengajar

Penguasaan guru

tehadap materi

pembelajaran

2. Untuk mengetahui

proses pembelajaran

yang terjadi di kelas

Siswa Cara kerja siswa

dalam mengerjakan

soal

Sikap siswa ketika

mengikuti

pembelajaran

Minat dan perhatian

siswa ketika

mengikuti

pembelajaran

Interaksi antara siswa

dengan siswa

Reaksi yang

ditunjukkan siswa

terhadap stimulus

yang diberikan guru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

99

Lampiran 3.3 Pedoman observasi proses pembelajaran secara umum pertemuan

kedua

No. Tujuan Subjek Hal yang diamati Deskripsi

1. Untuk mengetahui

proses pembelajaran

yang terjadi di kelas

Guru Metode yang

digunakan guru

dalam mengajar

Media yang

digunakan oleh guru

dalam mengajar

Pendekatan yang

diterapkan guru

dalam mengajar

Penguasaan kelas

oleh guru

Peran guru dalam

mengajar

Penguasaan guru

tehadap materi

pembelajaran

2. Untuk mengetahui

proses pembelajaran

yang terjadi di kelas

Siswa Cara kerja siswa

dalam mengerjakan

soal

Sikap siswa ketika

mengikuti

pembelajaran

Minat dan perhatian

siswa ketika

mengikuti

pembelajaran

Interaksi antara siswa

dengan siswa

Reaksi yang

ditunjukkan siswa

terhadap stimulus

yang diberikan guru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

100

Lampiran 3.4 Pedoman observasi guru ketika menggunakan alat peraga

berbasis Montessori pertemuan ke I

No. Tujuan Subjek Hal yang diamati Deskripsi

1. Untuk mengetahui

respon guru terhadap

pengaplikasian alat

peraga montessori

Guru Antusias guru dalam

menggunakan alat

peraga

Penguasaan guru

terhadap alat peraga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

101

Lampiran 3.5 Pedoman observasi siswa ketika menggunakan alat peraga

berbasis Montessori pertemuan ke I

No. Tujuan Subjek Hal yang diamati Deskripsi

1. Untuk mengetahui

respon siswa

terhadap

pengaplikasian alat

peraga montessori

Siswa a. Cara siswa

mendengarkan guru

yang sedang

menjelaskan

b. Siswa memperhatikan

cara penjelasan tentang

alat peraga

c. Siswa menggunakan

alat peraga dengan

benar.

d. Siswa mengetahui alat

peraga digunakan

untuk mempelajari

materi pembagian.

e. Siswa mencoba

menggunakan alat

peraga dan dapat

menjawab soal dengan

tepat

f. Setelah diberi alat

peraga, siswa langsung

menyentuh alat

tersebut

g. Setelah diberi alat

peraga, siswa langsung

melihat dan meraba

alat tersebut

h. Setelah diberi alat

peraga, siswa langsung

memegang alat peraga

tersebut dan

mencobanya

i. Siswa menunjukkan

wajah senang selama

menggunakan alat

peraga

j. Siswa ingin berlama-

lama menggunakan

alat peraga tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

102

k. Gradasi tingkatan nilai

dari satuan ke ribuan

membantu siswa dalam

menjawab soal

pembagian

l. Siswa menemukan

kesalahan jawaban

yang terjadi dengan

menggunakan alat

peraga

m. Siswa dapat

memperbaiki kesalahan

dalam menjawab

pertanyaan dengan

menggunakan alat

peraga

n. Siswa mendapatkan

jawaban yang tepat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

103

Lampiran 3.6 Pedoman observasi guru ketika menggunakan alat peraga

berbasis Montessori pertemuan ke II

No. Tujuan Subjek Hal yang diamati Deskripsi

1. Untuk mengetahui

respon guru terhadap

pengaplikasian alat

peraga montessori

Guru Antusias guru dalam

menggunakan alat

peraga

Penguasaan guru

terhadap alat peraga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

104

Lampiran 3.7 Pedoman observasi siswa ketika menggunakan alat peraga

berbasis Montessori pertemuan ke II

No. Tujuan Subjek Hal yang diamati Deskripsi

1. Untuk mengetahui

respon siswa

terhadap

pengaplikasian alat

peraga montessori

Siswa a. Cara siswa

mendengarkan guru

yang sedang

menjelaskan

b. Siswa memperhatikan

cara penjelasan tentang

alat peraga

c. Siswa menggunakan

alat peraga dengan

benar.

d. Siswa mengetahui alat

peraga digunakan

untuk mempelajari

materi pembagian.

e. Siswa mencoba

menggunakan alat

peraga dan dapat

menjawab soal dengan

tepat

f. Setelah diberi alat

peraga, siswa langsung

menyentuh alat

tersebut

g. Setelah diberi alat

peraga, siswa langsung

melihat dan meraba

alat tersebut

h. Setelah diberi alat

peraga, siswa langsung

memegang alat peraga

tersebut dan

mencobanya

i. Siswa menunjukkan

wajah senang selama

menggunakan alat

peraga

j. Siswa ingin berlama-

lama menggunakan

alat peraga tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

105

k. Gradasi tingkatan nilai

dari satuan ke ribuan

membantu siswa dalam

menjawab soal

pembagian

l. Siswa menemukan

kesalahan jawaban

yang terjadi dengan

menggunakan alat

peraga

m. Siswa dapat

memperbaiki kesalahan

dalam menjawab

pertanyaan dengan

menggunakan alat

peraga

n. Siswa mendapatkan

jawaban yang tepat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

106

Lampiran 3.8 Pedoman observasi guru ketika menggunakan alat peraga

berbasis Montessori pertemuan ke III

No. Tujuan Subjek Hal yang diamati Deskripsi

1. Untuk mengetahui

respon guru terhadap

pengaplikasian alat

peraga montessori

Guru Antusias guru dalam

menggunakan alat

peraga

Penguasaan guru

terhadap alat peraga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

107

Lampiran 3.9 Pedoman observasi siswa ketika menggunakan alat peraga

berbasis Montessori pertemuan ke III

No. Tujuan Subjek Hal yang diamati Deskripsi

1. Untuk mengetahui

respon siswa

terhadap

pengaplikasian alat

peraga montessori

Siswa a. Cara siswa

mendengarkan guru

yang sedang

menjelaskan

b. Siswa memperhatikan

cara penjelasan tentang

alat peraga

c. Siswa menggunakan

alat peraga dengan

benar.

d. Siswa mengetahui alat

peraga digunakan

untuk mempelajari

materi pembagian.

e. Siswa mencoba

menggunakan alat

peraga dan dapat

menjawab soal dengan

tepat

f. Setelah diberi alat

peraga, siswa langsung

menyentuh alat

tersebut

g. Setelah diberi alat

peraga, siswa langsung

melihat dan meraba

alat tersebut

h. Setelah diberi alat

peraga, siswa langsung

memegang alat peraga

tersebut dan

mencobanya

i. Siswa menunjukkan

wajah senang selama

menggunakan alat

peraga

j. Siswa ingin berlama-

lama menggunakan

alat peraga tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

108

k. Gradasi tingkatan nilai

dari satuan ke ribuan

membantu siswa dalam

menjawab soal

pembagian

l. Siswa menemukan

kesalahan jawaban

yang terjadi dengan

menggunakan alat

peraga

m. Siswa dapat

memperbaiki kesalahan

dalam menjawab

pertanyaan dengan

menggunakan alat

peraga

n. Siswa mendapatkan

jawaban yang tepat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

109

Lampiran 3.10 Pedoman observasi guru ketika menggunakan alat peraga

berbasis Montessori pertemuan ke IV

No. Tujuan Subjek Hal yang diamati Deskripsi

1. Untuk mengetahui

respon guru terhadap

pengaplikasian alat

peraga montessori

Guru Antusias guru dalam

menggunakan alat

peraga

Penguasaan guru

terhadap alat peraga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

110

Lampiran 3.11 Pedoman observasi siswa ketika menggunakan alat peraga

berbasis Montessori pertemuan ke IV

No. Tujuan Subjek Hal yang diamati Deskripsi

1. Untuk mengetahui

respon siswa

terhadap

pengaplikasian alat

peraga montessori

Siswa a. Cara siswa

mendengarkan guru

yang sedang

menjelaskan

b. Siswa memperhatikan

cara penjelasan tentang

alat peraga

c. Siswa menggunakan

alat peraga dengan

benar.

d. Siswa mengetahui alat

peraga digunakan

untuk mempelajari

materi pembagian.

e. Siswa mencoba

menggunakan alat

peraga dan dapat

menjawab soal dengan

tepat

f. Setelah diberi alat

peraga, siswa langsung

menyentuh alat

tersebut

g. Setelah diberi alat

peraga, siswa langsung

melihat dan meraba

alat tersebut

h. Setelah diberi alat

peraga, siswa langsung

memegang alat peraga

tersebut dan

mencobanya

i. Siswa menunjukkan

wajah senang selama

menggunakan alat

peraga

j. Siswa ingin berlama-

lama menggunakan

alat peraga tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

111

k. Gradasi tingkatan nilai

dari satuan ke ribuan

membantu siswa dalam

menjawab soal

pembagian

l. Siswa menemukan

kesalahan jawaban

yang terjadi dengan

menggunakan alat

peraga

m. Siswa dapat

memperbaiki kesalahan

dalam menjawab

pertanyaan dengan

menggunakan alat

peraga

n. Siswa mendapatkan

jawaban yang tepat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

112

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

113

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

114

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

115

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

116

Lampiran 3.15 Pedoman wawancara pasca-penelitian guru

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU

Hari/Tanggal :

Waktu :

No Karakteristik Deskripsi Fokus Pertanyaan Pertanyaan

1 Perasaan guru Perasaan dan

pemikiran guru

mengenai

penggunaan alat

Pemikiran dan

perasaan subyek

terhadap

penggunaan alat

peraga berbasis

Montessori

a. Bagaimana perasaan guru

setelah melihat kegiatan

pembelajaran dengan

menggunakan alat peraga

tersebut? (puas, biasa, tidak

puas, kurang berkontribusi,

dll)

- Alasan?

b. Bagaimana pendapat guru

mengenai sikap siswa ketika

menggunakan alat peraga

berbasis Montessori? (malas,

semangat, tidak tertarik,

biasa, dll)

- Alasan?

c. Bagaimana pendapat guru

mengenai alat peraga yang

digunakan siswa selama

kegiatan pembelajaran?

- Alasan?

d. Bagaimana pendapat guru

mengenai cara penggunaan

alat peraga tersebut?

- Alasan?

e. Bagaimana pendapat guru

mengenai hasil pengerjaan

soal melalui alat peraga

tersebut?

- Alasan?

f. Bagaimana perasaan guru

ketika menggunakan alat

peraga tersebut?

- Alasan?

2 Auto-education Siswa mampu

mengetahui

konsep

matematika yang

diajarkan dengan

menggunakan alat

tersebut secara

mandiri

Pemahaman konsep

setelah

menggunakan alat

peraga berbasis

Montessori

a. Bagaimana pengalaman

siswa menggunakan alat itu?

- Alasan?

b. Bagaimana kesan guru

mengenai alat peraga itu

terkait dengan pemahaman

siswa?

- Alasan?

c. Bagaimana pemahaman

siswa terhadap cara

penggunaan alat peraga?

- Alasan?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

117

d. Bagaimana kesan guru

dengan cara penggunaan alat

peraga terkait dengan

kemandirian siswa?

- Alasan?

Kontribusi alat

peraga terhadap cara

berfikir siswa

a. Bagaimana kontribusi alat

peraga terhadap konsep

matematika yang didapat

siswa?

- Alasan?

b. Seberapa besar kontribusi

alat peraga terhadap konsep

yang terbentuk oleh siswa?

- Alasan?

Siswa dapat

menjawab

pertanyaan-

pertanyaan yang

ada tanpa bantuan

guru

Kemampuan siswa

dalam mengerjakan

soal dengan

menggunakan alat

peraga berbasis

Montessori

a. Bagaimana kemampuan

siswa dalam mengerjakan

soal dengan alat peraga

tersebut?

- Alasan?

b. Bagaimana kesan guru

mengenai kemandirian siswa

ketika mengerjakan soal

dengan alat peraga tersebut?

- Alasan?

c. Bagaiamana hasil pekerjaan

siswa dengan menggunakan

alat peraga tersebut?

- Alasan?

2 Menarik Ketertarikan guru

dalam

menggunakan alat

peraga berbasis

Montessori

Ketertarikan guru

dengan bentuk alat

peraga berbasis

Montessori

a. Bagaimana pendapat atau

kesan guru mengenai bentuk

alat peraga tersebut?

- Alasan?

b. Bagaimana pendapat atau

kesan guru mengenai warna

alat peraga tersebut?

- Alasan?

c. Bagaimana pengaruh warna

yang digunakan dalam alat

peraga terhadap ketertarikan

siswa?

- Alasan?

d. Bagaimana pendapat atau

kesan guru mengenai ukuran

alat peraga tersebut?

- Alasan?

e. Bagaimana pengaruh ukuran

yang digunakan dalam alat

peraga terhadap ketertarikan

siswa?

- Alasan?

f. Bagaimana pendapat guru

mengenai daya tarik alat

peraga?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

118

- Alasan?

Ketertarikan siswa

terhadap cara

penggunaan alat

peraga berbasis

Montessori

a. Bagaimana pendapat guru

mengenai tingkat

pemahaman siswa mengenai

cara penggunaan alat peraga

berbasis Montessori?

- Alasan?

3 Bergradasi Tingkat kesulitan

guru dalam

menggunakan alat

peraga

Dapat digunakan

untuk semua siswa

dari kelas 1 sampai

kelas 6

a. Bagaimana pendapat guru

jika alat peraga tersebut

digunakan untuk kelas 1-6?

- Alasan?

b. Bagaimana pendapat guru

jika ada siswa yang tidak

mau menggunakan alat

peraga tersebut?

- Alasan?

Alat peraga

mempunyai

tingkatan nilai dari

satuan ke ribuan.

a. Bagaimana kontribusi

tingkatan nilai dari alat

peraga tersebut dalam

mengerjakan soal?

- Alasan?

b. Bagaimana pendapat guru

mengenai tingkat kesulitan

dalam menggunakan alat

peraga?

- Alasan?

4 Auto-

Correction

Kemampuan alat

dalam membantu

siswa belajar

Alat tersebut dapat

membantu siswa

dalam menemukan

kesalahan yang

dilakukan dan

memperbaiki

dengan sendirinya

a. Bagaimana kesan guru

tentang kemandirian siswa

dalam menemukan kesalahan

jawaban ketika menggunakan

alat peraga?

- Alasan?

b. Bagaimana pendapat guru

mengenai kesalahan yang

dilakukan siswa ketika

menggunakan alat peraga?

- Alasan?

Alat peraga

mempunyai

pengendali

kesalahan

a. Bagaimana pendapat guru

mengenai pengendali

kesalahan yang ada dalam

alat peraga?

- Alasan?

5 Kontekstual Bahan yang

digunakan dalam

alat peraga

Alat dibuat dengan

menggunakan

bahan-bahan yang

dikenal atau dekat

dengan kehidupan

siswa

a. Apakah guru sudah pernah

melihat alat peraga ini

sebelumnya?

b. Bagaimana kesan guru

tentang bahan yang

digunakan dalam alat

peraga?

- Alasan?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

119

Lampiran 3.16 Pedoman wawancara pasca penelitian siswa

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK SISWA

Hari/Tanggal :

Waktu :

No Karakteristik Deskripsi Fokus Pertanyaan Pertanyaan

1 Perasaan siswa Perasaan dan

pemikiran siswa

mengenai alat

yang telah

digunakan

Pemikiran dan

perasaan subyek

terhadap alat peraga

berbasis Montessori

a. Bagaimana pendapatmu

ketika melihat alat peraga

tersebut?

- Alasan?

b. Bagaimana sikapmu ketika

pertama kali melihat alat

peraga tersebut?

- Alasan?

c. Bagaimana perasaanmu

setelah mengikuti kegiatan

pembelajaran dengan

menggunakan alat peraga?

- Alasan?

2 Auto-education Siswa mampu

mengetahui

konsep

matematika yang

diajarkan dengan

menggunakan alat

tersebut secara

mandiri

Pemahaman konsep

setelah

menggunakan alat

peraga berbasis

Montessori

a. Bagaimana pemahamanmu

mengenai materi pembagian

menggunakan alat peraga

tersebut?

- Alasan?

b. Bagaimana jika guru tidak

menjelaskan cara

penggunaan alat peraga?

- Alasan?

c. Bagaimana penggunaan alat

peraga di dalam

kelompokmu?

- Alasan?

Konstribusi alat

peraga terhadap

cara berfikir siswa

a. Bagaimana pendapatmu

mengenai kegunaan alat

peraga tersebut dalam materi

pembagian?

- Alasan?

Siswa dapat

menjawab

pertanyaan-

pertanyaan yang

ada tanpa bantuan

guru

Kemampuan siswa

dalam mengerjakan

soal dengan

menggunakan alat

peraga berbasis

Montessori

a. Bagaimana pendapatmu saat

mengerjakan soal dengan

menggunakan alat peraga?

- Alasan?

3 Menarik Ketertarikan siswa

dalam

menggunakan alat

peraga berbasis

Montessori

Ketertarikan siswa

dengan bentuk alat

peraga berbasis

Montessori

a. Ketika pertama kali melihat

alat peraga, apa yang ingin

kamu lakukan dengan alat

peraga itu?

- Alasan?

b. Bagaimana pengalamanmu

setelah menggunakan alat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

120

peraga?

- Alasan?

b. Bagaimana pendapatmu

mengenai bentuk alat peraga

tersebut?

- Alasan?

c. Bagaimana pendapatmu

mengenai warna alat peraga

tersebut?

- Alasan?

Ketertarikan siswa

terhadap cara

penggunaan alat

peraga berbasis

Montessori

a. Bagaimana pendapatmu cara

guru menjelaskan

penggunaan alat peraga?

- Alasan?

b. Bagaimana pendapatmu

tentang cara penggunaan alat

peraga tersebut?

- Alasan?

c. Jika kamu diperbolehkan

menggunakan alat tersebut,

apakah kamu akan

menggunakannya di luar jam

pelajaran?

- Alasan?

4 Bergradasi Ukuran yang ada

pada alat

a. Bagaimana pendapatmu

mengenai ukuran yang ada

dalam alat peraga tersebut?

- Alasan?

5 Auto-

Correction

Kemampuan alat

dalam membantu

siswa belajar

Alat tersebut dapat

membantu siswa

dalam menemukan

kesalahan yang

dilakukan dan

memperbaiki

dengan sendirinya

a. Bagaimana kontrisbusi alat

peraga tersebut dalam

menjawab soal?

- Alasan?

Alat peraga

mempunyai

pengendali

kesalahan

a. Bagaimana pendapatmu

dengan adanya pengendali

kesalahan pada alat peraga?

- Alasan?

6 Kontekstual Bahan yang

digunakan dalam

alat peraga

Alat dibuat dengan

menggunakan

bahan-bahan yang

dikenal atau dekat

dengan kehidupan

siswa

a. Bagaimana pendapatmu

dengan bahan yang

digunakan dalam membuat

alat peraga tersebut?

- Alasan?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

121

B. Transkrip Observasi

Lampiran 4.1 Transkrip observasi kondisi sosio-cultural

Observasi secara umum

Pertemuan : Pertama

Hari : Senin

Tanggal : 27 Januari 2014

Pukul : 08. 10 – 09. 20

Tempat : Ruang kelas II- A

No. Kegiatan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam “Selamat pagi anak-anak”. Kemudian dijawab

serempak oleh siswa. Kemudian guru menanyakan kabar anak-anak, lalu guru bertanya siapa yang tidak

masuk. Pada hari itu ada 2 siswa yang tidak masuk dikarenakan sakit. Kemudian guru menjelaskan

kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu. Lalu guru mengulang pelajaran pada hari sebelumnya

dengan mencongak. Materi mencongak pada hari itu adalah perkalian, seperti yang sudah dibahas pada

pertemuan sebelumnya. Guru bertanya perkalian sederhana terlebih dahulu, awalnya guru bertanya 2 x

2, kemudian murid menjawab dengan serempak kalau jawabannya 4. Selama guru mencongak, peneliti

melihat-lihat alat peraga yang ada di kelas. Di kelas II-A tidak terlalu banyak alat peraga untuk mata

pelajaran Matematika. Ada papan paku yang diletakkan di dekat meja guru. Selain itu tidak ada alat

peraga lagi. Sedangkan fasilitas yang ada di kelas ada 15 meja dan 30 kursi yang dapat digunakan untuk

siswa. Di dekat pintu masuk ada meja dan kursi guru. Di sebelah meja guru ada almari yang digunakan

guru untuk menyimpan buku dan alat-alat yang lainnya. Di pojok depan meja ada1 meja khusus yang

dapat digunakan untuk menaruh tempat minum siswa. Papan tulis yang ada di kelas berupa white board.

Di sebelah papan tulis ada papan absensi dan papan pengumuman. Sedangkan di tembok sebelah

belakang terdapat beberapa karya siswa yang dipajang, yaitu hasil mewarnai siswa, hasil menggambar

siswa, dan beberapa karya mata pelajaran SBK yang diletakkan di papan khusus. Selain itu, kelas II- A

juga sudah dilengkapi dengan LCD dan proyektor.

Pada hari itu guru menjelaskan mengenai perkalian. Guru terlebih dahulu bertanya kepada siswa apa

yang dimaksud dengan perkalian. Dan siswa menjawab kalau perkalian adalah penjumlahan berulang.

Setelah itu guru menulis di papan tulis beberapa soal tentang perkalian. Guru memberi contoh terlebih

dahulu bagaimana cara menghitungnya dengan menggambar di papan tulis. Guru memberi soal 5 x 2

kemudian guru menggambar 2 pensil sebanyak 5 kali dan menjumlahkan semua pensil dalam 5 kotak

tersebut. Kemudian guru meminta salah satu siswa untuk mencoba mengerjakan soal yang lain dengan

cara yang sama. Ketika guru bertanya siapa yang mau maju untuk mencoba, ada lebih dari 7 murid yang

angkat tangan untuk maju.. akhirnya guru menunjuk salah satu siswa. Ketika siswa mencoba

mengerjakan dengan cara yang diberikan guru dia dapat menjawab dengan benar. Lalu guru bertanya

Comment [a1]: Alat peraga yang ada di kelas

(O1, P, B 9)

Comment [a2]: Fasilitas lumayan lengkap (O1, B 10 – B 17)

Comment [a3]: Guru menggambar ketika

mengajar (O1, S4, B 20 – B 23)

Comment [a4]: Siswa menjawab di papan tulis

(O1, S, B 23 – B 26)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

122

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

39.

40.

41.

apakah ada yang belum paham bagaimana cara mengerjakannya? Siswa menjawab paham, dan guru

meminta siswa untuk mengerjakan soal latihan yang ada di dalam buku cetak. Ketika siswa

mengerjakan, guru berkeliling kelas untuk melihat cara siswa mengerjakan dan bertanya kesulitan yang

dialami. Ketika siswa disuruh mengerjakan, siswa yang duduk di bagian belakang tidak mengerjakan,

mereka bermaian sendiri dan mengobrol dengan teman sebelahnya. Tak jarang ada juga siswa yang

berlari ke sana- sini dan ada siswa yang berteriak-teriak. Guru yang melihat itu, memanggil nama anak

yang ramai dan mengingatkan siswa untuk tenang. Setelah beberapa saat, guru bertanya apakah sudah

selesai mengerjakan. Ada beberapa siswa yang menjawab belum selesai, dan guru memberikan waktu

tambahan untuk mengerjakan. Setelah semua siswa selesai mengerjakan, guru meminta beberapa siswa

untuk menuliskan jawabnnya di papan tulis. Setelah semuanya selesai menuliskan jawabannya, guru

mengecek dengan bertanya jawab kepada siswa apakah jawaaban yang dituliskan di papan tulis sudah

benar apa belum. Kemudian guru bertanya kepada siswa apakah masih ada siswa yang belum paham

mengenai perkalian. Ketika siswa menjawab paham, guru bertanya apakah yang disebut dengan

perkalian dan memberikan PR untuk mengerjakan soal yang ada di dalam buku cetak. Lalu guru

menutup pembelajaran matematika pada hari itu.

Keterangan:

S : Siswa

S4 : Guru

P : Alat peraga

Comment [a5]: Guru memantau siswa (O1, S4,

B 28 – B 30)

Comment [a6]: Siswa tidak mematuhi guru (O1,

S, B 30 – B 31)

Comment [a7]: Siswa membuat ramai kelas (O1,

S, B 31 – B 32)

Comment [a8]: Guru menenangkan siswa (O1, S4, B 32 – B 33)

Comment [a9]: Guru memberikan waktu tambahan untuk siswa yang belum selesai (O1, S4, B

33 – B 35)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

123

Lampiran 4.2 Transkrip observasi proses pembelajaran

Observasi secara umum

Pertemuan : Ke-2

Hari : Rabu

Tanggal : 29 Januari 2014

Pukul : 07. 00 – 08. 10

Tempat : Ruang kelas II- A

No. Kegiatan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam “Selamat pagi anak-anak”. Kemudian dijawab

serempak oleh siswa. Kemudian guru menanyakan kabar anak-anak, dilanjutkan dengan guru bertanya

siapa yang tidak masuk. Setelah itu ada beberapa murid yang berteriak dengan berkata, “Bu guru ada

PR”. Kemudian guru mengajak siswa untuk mencocokkan PR’nya. Ketika mencocokkan PR guru

menggunakan metode tanya jawab, guru bertanya dari jawaban nomor pertama sampai nomor terakhir

kepada siswa. Setelah selesai, guru mengadakan mencongak tentang perkalian. Ketika dilakukan

mencongak, dalam menjawab pertanyaan ada beberapa murid yang menjawab sambil berteriak, selain

itu juga ada beberapa siswa yang duduk sambil berbicara dengan temannya (tidak menjawab pertanyaan

dari guru). Setelah kegiatan mencongak selesai, guru membuat tabel di papan tulis, ada siswa yang

bertanya “ditulis enggak bu?. Kemudian guru meminta siswa untuk menulis dan melengkapi tabel yang

telah ditulis guru di papan tulis. Sebelum siswa membuat tabel, guru menjelaskan kepada siswa terlebih

dahulu bagaimana cara mengisi tabel tersebut. Tabel yang ditulis guru adalah tabel perkalian dari

perkalian 1 sampai 10. Guru menjelaskan kalau dalam mengisinya dilihat dari atas dan ke samping.

Kemudian guru bertanya apakah siswa sudah paham dengan penjelasan dari guru? Setelah siswa

menjawab paham, kemudian guru meminta siswa untuk membuat tabel tersebut di papan tulis dan

meminta siswa untuk melengkapi tabel tersebut. Ketika siswa membuat tabel di papan tulis, guru

berkeliling kelas melihat pekerjaan siswa dan bertanya kesulitan yang dialami siswa. Setelah beberapa

saat, guru bertanya apakah sudah selesai? Jika sudah selesai siswa diberi waktu 10 menit untuk

menghafal tabel perkalian yang dibuat. Selamawaktu menghafal tabel perkalian, ada beberapa siswa

yang berjalan ke sana- sini dan mengajak temannya untuk mengobrol. Setelah beberapa saat, guru

kembali mengadakan mencongak tetapi berdasarkan tabel yang telah dibuat. Ketika mencongak, siswa

saling berebut untuk menjawab terlihat dengan antusias siswaketika angkat tangan dan mendekat ke arah

guru. Setelah tanya jawab dengan guru, lalu guru menjelaskan kalau tugas selanjutnya adalah tanya

jawab kepada teman sebangku. Jadi dalam satu meja duduk 2 orang siswa, salah satu siswa memberi

pertanyaan dan siswa yang satunya menjawab. Siswa yang memberi pertanyaan boleh melihat tabel

perkalian yang telah dibuat, tapi ketika menjawab tidak boleh melihat tabel yang dibuat. Siswa

melakukan kegiatan seperti itu (tanya jawab dengan teman sebangku) selama 10 menit dengan diawasi

oleh guru. Ketika diberi waktu oleh guru untuk melakukan tanya jawab banyak siswa-siswa yang

Comment [a10]: Guru menggunakan metode

tanya jawab (O2, S4, B 5 – B 6)

Comment [a11]: Ada siswa yang tidak

menjawab pertanyaan dari guru (O2, S, B 6 – B 9)

Comment [a12]: Guru menggunakan media papan tulis (O2, S4, B 10 – B 11)

Comment [a13]: Guru menggunakan metode ceramah (O2, S4, B 11 – B 12)

Comment [a14]: Guru memantau perkembangan siswa (O2, S4, B 16 - B 17)

Comment [a15]: Siswa tidak mematuhi guru (O2, S, B 19 – B 20)

Comment [a16]: Siswa antusias ketika mencongak (O2, S, 21 – B 23)

Comment [a17]: Pembelajaran membuat siswa

aktif (O2, S, B 23 – B 26)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

124

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

melakukan tanya jawab dengan suara kelas. Guru yang mendengar hal tersebut(siswa melakukan tanya

jawab sambil teriak) tidak menegur siswa yang berbicara dengan suara kelas. Guru hanya duduk di meja

guru sambil mengoreksi (entah hasil pekerjaan siswa atau apa) karena sesekali guru melihat ke arah

lembaran kertas dan menulis di buku nilai siswa. Setelah 10 menit guru bertanya siapa yang belum

hafal? Siswa saling menunjuk temannya. Kemudian guru menanyakan kesulitan apa yang dialami siswa

tentang perkalian dan guru memberikan motivasi kepada siswa kalau kalian sering belajar dan

mengahfal pasti akan cepat ingat tentang tabel perkalian. Guru memberikan PR untuk menghafal tabel

perkaliannya di rumah dan minggu depan akan dicek oleh guru siapa yang sudah paham dan siapa yang

belum paham. Kemudian guru menutup pelajaran matematika pada hari itu.

Keterangan:

S : Siswa

S4 : Guru

Comment [a18]: Guru membiarkan siswa ramai (O2, S4, B 29 – B 30)

Comment [a19]: Guru menanyakan kesulitan

siswa (O2, S4, B 33 – B 35)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

125

Lampiran 4.3 Transkrip observasi ketika menggunakan alat peraga Montessori pertemuan

ke- 1

Hari : Kamis

Tanggal : 6 Februari 2014

Pukul : 07. 00 – 08. 10

Tempat : Ruang kelas II- A

No. Kegiatan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

39.

40.

41.

42.

43.

44.

Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan Assalamu’alaikum Wr. Wb. Kemudian

mengajak tepuk SDN P 3 lalu bernyanyi “sungguh senang” dipimpin oleh guru. Kemudian guru

mengajak tepuk tangan karena telah bernyanyi bersama, lalu guru mempersiapkan siswa yang belum

duduk untuk duduk dengan tenang di bangkunya. Guru menjelaskan kegiatan kalau pada hari itu akan

belajar mengenai pembagian. Selanjutnya guru melakukan apersepsi dengan tanya jawab arti dari

pembagian. B angkat tangan untuk menjawab pertanyaan dari guru dan jawabannya benar. A duduk

tenang di bangkunya sambil melihat ke arah guru. C telat lalu dipersilahkan duduk di bangkunya.

Sebelum memulai ke arah materi pembagian, guru mengadakan mencongak terlebih dahulu. Materi

mencongak mengenai perkalian. Guru bertanya 9 x 5. B angkat tangan untuk menjawab. Tapi sebelum

ditunjuk dia dan teman-teman yang lain sudah menjawab terlebih dahulu. A dan C duduk di bangkunya

sambil melihat ke arah guru dan teman-teman yang menjawab. 6 x 6. B dan A angkat tangan untuk

menjawab sementara C hanya melihat saja. Guru mengatakan “semuanya sudah bisa-bisa ya”. 5x 3 tidak

ada yang angkat tangan tapi A, B dan C menjawab dengan tepat semua.

Guru memulai dengan menjelaskan pembagian yaitu pengulangan berulang dan hanya

kebalikan dari perkalian. Guru bertanya 15: 3, 20: 5. A menjawab 2, B menajwab 4, C diam saja di

bangkunya. 72: 8 B menjawab 6 sambil menunjukkannya dengan jari. Guru bertanya 8 x 9, lalu kalau

dibalik. Guru memberikan motivasi kalau salah tidak apa-apa, sedikit-sedikit akan belajar. Guru

memperkenalkan alat peraga Montessori dengan menjelaskan fungsi dari masing-masing alat yang ada.

Guru menjelaskan balok puluhan, lalu ada siswa yang bertanya “itu apa e bu” tidak dijawab oleh guru.

A, B dan C melihat ke arah guru. Kemudian guru menjelaskan lagi dimulai dari satuan, puluhan, ratusan,

ribuan. A berkata “gak kelihatan bu”. Guru meminta salah satu murid yang duduk di depan untuk

membacakan angka yang ada pada balok sambil berkata, sini mas D maju ke depan, karena kecil jadi

gak kelihatan sampai belakang ya. Kemudian meminta beberapa murid yang lain untuk melihat angka

yang ada pada balok yang lainnya. Guru mengambil pion dan menjelaskan fungsinya. Kemudian guru

menjelaskan kalau alatnya akan dicoba, dan berkata “ bu guru juga mau mencoba”. Guru mencoba

alatnya dengan dibantu oleh mahasiswa. Subjek A, B, dan C duduk di bangkunya sambil melihat apa

yang dilakukan oleh guru. Guru membagi siswa ke dalam kelompok, B berkata “hore” sambil tangannya

disatukan ke teman-temannya. Guru menjelaskan cara penggunaan alat peraga dengan menggunakan

soal dari kartu soal. Guru berkata, “nanti aka belajar lebih banyak lagi” siswa berkata “ horee, lebih

banyak lagi”. Ketika guru menjelaskan tentang manfaat alat peraga, B bermain sendiri dengan bukunya.

C berbicara dengan temannya. A bermain dengan kertas-kertas kecil. Guru mengelompokkan subjek ke

dalam satu kelompok, ketika C satu kelompok dengan A, A langsung berkata “haa? (dengan wajah

kecewa) . ketika B satu kelompok dengan A, B melakukan toss tangan kepada A. Sesudah alat peraga

dibagikan, C yang pertama kali membuka alat tersebut. A membuka buku pelajarannya dan B masih

sibuk memindah buku dan tas ke bangkunya yang baru.

Guru meminta masing-masing kelompok untuk mencoba alatnya. Subjek yang pertama kali

mencoba alat tersebut adalah C, dibantu oleh B. Ketika pertama kali mencoba, C masih salah

meletakkan baloknya. Harusnya setelah melatakkan baloknya diberi tempat kosong satu kotakan, tetapi

C tidak memberikan jarak tersebut. Kemudian peneliti meminta anggota kelompok yang lain untuk

membaca cara penggunaan alat peraga tersebut. A membacakan cara penggunaan alat peraga tersebut.

Belum selesai A membaca, B langsung merebut kertas tersebut dan membacanya. Setelah selesai

dibacakan C mencoba kembali menggunakan alat tersebut dibantu A. Ketika C ingin mengambil

baloknya lagi, tangan A menutupi tempat penyimpanan balok tersebut. Lalu guru mengecek pekerjaan

tiap kelompok dan membantu siswa yang masih mengalami kebingungan. Setelah selesai mencoba satu

Comment [a20]: Subjek menjawab pertanyaan dari guru (O3, S2, B6)

Comment [a21]: Guru mengadakan mencongak

(O3, S4, B 8 – B 9)

Comment [a22]: Siswa A tertari k dengan penjelasan guru (O3, S1, B 21)

Comment [a23]: C pertama kali mencoba alat

peraga (O3, S3, B 36 – B 37)

Comment [a24]: Subjek salah menggunakan alat

peraga (O3, S3, B 37 – B 38)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

126

45.

46.

47.

48.

49

50.

51.

52.

53.

54.

55.

56.

57.

58.

59.

60.

61.

62.

63.

64.

65.

66.

67.

68.

69.

70.

71.

72.

73.

74.

75.

76.

77.

78.

79.

80.

81.

82.

83.

84.

85.

86.

87.

88.

89.

kartu soal, A menuliskan jawabannya pada lembar yang telah disiapkan. B melihat alat peraganya dan C

menutup kotak penyimpanan baloknya. Melihat C menutup kotaknya, B berkata “C kok ditutup to

(sambil membuka kotaknya)”. Ketika guru meminta kelompok untuk mencoba lagi, subjek berebut

untuk mengambil balok-balok yang ada untuk ditempatkan dipapan pembagi. A mengambil 2 balok, B

mengambil 1 balok dan C mengambil pion. Kemudian mereka mencoba bersama dengan berebut

meletakannya di papan. Setelah selesai dengan soal itu lalu peneliti bertanya “ Siapa yang mau

mencoba?” A, B, C kemudian menjawab serempak “ aku, aku, aku”. Kemudian peneliti meminta A

untuk mencoba terlebih dahulu. A mendapat soal 9 : 3. Kemudian A mengambil 3 pion terlebih dahulu,

lalu diletakkan di tempatnya. Kemudian balok-baloknya, ditaruh dari kiri ke kanan.

Setelah A mencoba dengan benar, kemudian B mencoba dengan soal 8: 4. B mengambil

pionnya terlebih dulu lalu menaruh ditempatnya, selanjutnya mengambil balok-baloknya. Sambil

menunggu giliran, C melihat dan membantu B menaruh balok-baloknya. Kemudian C mencoba dengan

soal 10 : 2. Yang pertama kali diambil oleh C adalah baloknya terlebih dahulu, kemudian dibenarkan

oleh guru. Lalu C mengambil balok-baloknya dan menghitung 10: 2. Belum selesai C menghitung A

menjawab “hasilnya 2 ya bu, langsung aku isi ya?”. B melihat C mencoba alatnya dengan menopangkan

tangannya di dagu. Ketika C menaruh baloknya melebihi jumlah soal dibenarkan lagi oleh guru. Setelah

semua subjek mencoba lalu gantian siswa lain mencobanya. Setelah itu kembali A lagi yang mencoba

alat peraganya. A sudah benar dalam meletakkan pion dan baloknya. Lalu B mencobanya lagi. B sudah

benar. Sambil menunggu giliran, C hanya melihat cara B mengerjakan dan sambil lihat kanan-kiri.

Sementara itu guru mengingatkan kembali untuk segera menyelesaikan soal-soal yang didapat.

Ketika sudah selesai mengerjakan, A mengumpulkan tugasnya. Setelah semua kelompok mengumpulkan

tugasnya, guru meminta salah satu kelompok untuk mencoba di depan kelas. Ketika ada salah satu

kelompok yang mencoba di depan, A terlihat mengobrol dengan teman sebelahnya, B mencoba

menggunakan alat peraga dan C berjalan ke sana- sini. Kemudian guru meminta kelompok subjek

penelitian untuk mencoba di depan kelas. Ketika disuruh untuk maju di depan A berkata “ haaaa?”

(terlihat kaget). Mereka mendapat soal 10 : 5. Ketika disuruh mencoba A mengambil pion, B dan C

mengambil baloknya. Kemudian mereka menaruhnya bersama-sama. Setelah selesai mencoba guru

meminta semua siswa untuk memberikan tepuk tangan kepada kelompok yang sudah maju. Lalu

terdengar dari kelompok lain berkata “kelompok sini bu,kelompok sini bu”.

Guru memberikan kesempatan kepada kelompok yang lain untuk mencoba di depan kelas.

Ketika sudah selesai mencoba di depan kelas, kelompok subjek penelitian merapikan alat peraganya

bersama-sama. Lalu peneliti bertanya “gak ada yang mau mencoba lagi?”. Semua subjek berkata “mau”.

Lalu A memberikan pertanyaan, B, dan C berebut untuk mencoba pertama kali. Kemudian A meminta

untuk “hompipah siapa yang duluan”. B mengajak hompipa tapi C tidak mau. C terlihat sudah

memegang papan pembagiannya. Ketika hompimpa B menang dan B mencoba pertama kali. A yang

memberikan soal dari kartu soal dan B yang mencoba. Ketika mencoba B sudah benar dan mendapatkan

hasil yang benar. Kemudian C mencoba setelah B, dalam mencoba C sudah benar dalam meletakkan

pion’nya dan balok-baloknya. Hasilnya pun sudah benar. Setelah giliran C selesai, lalu alatnya dipakai

oleh siswa yang lain. Ketika alatnya dipakai oleh yang lain, C menghitung lagi dengan menggunakan

baloknya ditaruh pada tutup kotaknya penyimpanan balok. Setelah semua kelompok mencoba di depan

guru berkata “jadi anak-anak setelah semuanya mencoba, pembagian itu adalah pengurangan berulang”

lalu guru meminta semua kelompok untuk mengembalikan alat peraganya ke depan kelas. Setelah semua

alat ditaruh di depan, guru melakukan refleksi, kira-kira anak-anak seneng enggak belajar hari ini?

Anak-anak menjawab “senang”. Setelah itu guru mengingatkan siswa untuk tetap belajr di rumah dan

menutup pelajaran matematika pada hari itu.

Keterangan:

O3 : Observasi ketiga

S1 : Subjek satu

S2 : Subjek dua

S3 : Subjek tiga

Comment [a25]: Subjek 1, 2,3 antusias untuk mencoba alat peraga (O3, S1, S2, S3, B 50 – B 51)

Comment [a26]: Subjek bisa menggunakan alat

peraga (O3, S1, B 52 – B 53)

Comment [a27]: Subjek saling membantu ketika

mencoba alat peraga (O3, S1, S2, B 55 – B 56)

Comment [a28]: Subjek salah dalam

menggunakan alat peraga (O3, S3, B 56 – B 58)

Comment [a29]: Subjek bisa menemukan hasil

tanpa menggunakan alat peraga (O3, S1, B 58 – B

59)

Comment [a30]: Subjek salah dalam

menggunakan alat peraga (O3, S3, B 60)

Comment [a31]: Guru memantau pengerjaan

siswa (O31, S4, B 64)

Comment [a32]: Subjek tidak memperhatikan ketika teman sedang mencoba alat peraga (O3, S1, B

66 – B 67)

Comment [a33]: Subjek tertarik menggunakan alat peraga(01, S2, B 67- B 69)

Comment [a34]: Subjek tidak memperhatikan ketika teman sedang mencoba alat peraga (O3, S1, B

68)

Comment [a35]: Subjek bekerja sama dalam menyelesaikan soal (O3, S1, S2, S3, B 70 – B 71)

Comment [a36]: Guru memberikan penguatan

kepada siswa (O3, S4, B 71 – B 72)

Comment [a37]: Subjek berebut mencoba alat

peraga (O3, S2, S3, B 77)

Comment [a38]: Subjek ingin mencoba alat

terlebih dahulu (O3,S3, B 78 – B 79)

Comment [a39]: Subjek sudah benar menggunakan alat peraga (O3, S3, B 81 – O 82)

Comment [a40]: Subjek tertarik menggunakan alat peraga (O3, S3, 83 – B 84)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

127

S4 : Subjek empat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

128

Lampiran 4.4 Transkrip observasi ketika menggunakan alat peraga Montessori pertemuan

kedua

Hari : Senin

Tanggal : 10 Februari 2014

Pukul : 08. 10 – 09. 20

Tempat : Ruang kelas II- A

No. Kegiatan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

39.

40.

41.

42.

43.

44.

Salah satu siswa memimpin berdoa. Guru mengucapkan selamat pagi. Siswa menjawab, kemudian guru

menanyakan kabar. Guru meminta maaf kepada siswa karena pada hari sebelumnya guru tidak bisa

mengajar sampai selesai. Guru bertanya siapa yang tidak masuk dan siswa menjawab B yang tidak

masuk. B tidak masuk karena sakit. Guru menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Guru

menjelaskan materi pada hari itu. Guru mengulang materi mengenai perkalian dengan bertanya 3 x 9

hasilnya berapa. Guru bertanya tentang PR yang diberikan oleh guru yaitu tentang menghafal perkalian

dan pembagian. Kegiatan diawalai dengan mencongak tentang perkalian dan pembagian. Guru meminta

salah satu siswa untuk menajwab soal yang diberikan tapi semua siswa ikut menjawab. Guru

menjelaskan tujuan pembelajaran pada hari itu bahwa hari itu akan belajar mengenai pembagian

bilangan 1 angka sampai habis. Guru melakukan tanya jawab mengenai pembagian misalnya 10 : 2

dengan menggunakan alat peraga. Sebelumnya guru melakukan tanya jawab mengenai nama-nama alat

peraga yang digunakan. Selanjutnya guru bertanya 9: 3 dihitung dengan menggunakan alat peraga. Guru

menjelaskan bahwa pembagian itu hasilnya harus habis. Guru bertanya 1: 1 hasilnya berapa? Ada siswa

yang menjawab 1, ada yang menjawab 0. Kemudian guru menjelaskan hasilnya dengan menghitung

menggunakan alat peraga. Guru meminta salah satu siswa untuk mencoba di depan kelas dengan soal 6 :

6. Guru memantau cara pengerjaan siswa dibantu oleh mahasiswa dari kelompok eksperimen. Guru

bertanya siapa yang mau mencoba di depan? Beberapa siswa mengangkat tangan. Sambil menunggu

teman yang sedang mencoba, A dan B berbicara dengan teman-temannya. Guru meminta siswa untuk

mengerjakan soal mengenai pembagian dengan bilangan itu sendiri. A berkata “ah, kok ngerjain terus”.

Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok. Masing-masing kelompok diminta untuk mengambil

satu alat peraga.A mengambil alat peraga yang diletakkan di depan kelas. A membaca soalnya, B

mencoba mengerjakan dengan menggunakan alat peraga. Guru memantau pengerjaan tiap kelompok.

Kemudian A membenarkan pengerjaan teman yang lain ketika salah dalam menggunakan alat peraga.

Masing-masing siswa dalam kelompok mencoba menghitung dengan menggunakan alat peraga. A

berkata kepada guru bahwa sudah selesai mengerjakan. Kemudian A dan C menggunakan alat peraga

untuk bermain menara-menaraan. Guru bertanya apakah setiap kelompok telah menyelesaikan semua

tugasnya? Ketika guru menjelaskan C terlihat masih bermain menara-menaraan sampai guru mengegur

C dengan berkata, “coba perhatikan mbak C”. selain C ada beberapa siswa yang terlihat berbicaradengan

temannya maupun bermain dengan alat peraganya, sampai guru menegur dan mendekati siswa tersebut.

Kemudian guru menjelaskan bahwa bilangan yang dibagi dengan bilangan itu sendiri hasilnya satu,

sambil ditulis di papan tulis. Guru mendekati kelompok yang ramai untuk mencoba kembali

menggunakan alat peraga. Ketika anggota kelompok yang lain menghitung dengan menggunakan alat

peraga, A dan C menggunakan balok untuk membuat menara. Lalu guru meminta A untuk menghitung

20: 4 dengan alat peraga. A mengambil pionnya tapi salah satu anggota kelompok mengambil baloknya

lalu A berkata “lho piye je koe ki”. Ketika A mencoba menghitung dengan menggunakan alat peraga, C

terlihat bermain dengan balok-baloknya dengan dibuat menara. Sambil A mencoba guru terus

memberikan motivasi kepada A dengan berkata “iya benar, ayo terus lagi”. Ketika guru melihat C

bermain beliau meminta C untuk membantu A menghitung tapi C masih bermain dengan menggunakan

balok-baloknya. Ketika A sedang mencoba guru bertanya kepada peneliti, “kalau menghitung 40 : 2 itu

sebenarnya menggunakan yang balok satuan apa puluhan ya mbak?”. Peneliti menjawab kalau itu

sebenarnya pake puluhan bu. Beliau menjawab “owh ya ya seperti itu ya, makanya kok kalau pakai yang

ini aneh ya?”. A belum selesai mengerjakan tapi C dan salah satu temannya sudah memasukkan balok ke

dalam kotaknya dan merapikannya, ketika melihat ada salah satu anggota bermain dengan baloknya

dibuat menara C berkata “Bu, itu lho bu”. Guru bertanya kepada mahasiswa eksperimen mengenai cara

Comment [a41]: Guru mengulang materi pembelajaran (O4, S4, B 5 – B 8)

Comment [a42]: Subjek malas untuk mengerjakan (O4, S1, B 19)

Comment [a43]: A mengambil alat (O4, S1, B

21)

Comment [a44]: Subjek mengerjakan soal (O4,

S1, B 21)

Comment [a45]: Subjek mengerjakan soal

dengan alat peraga (O4, S2, B 21)

Comment [a46]: Alat peraga digunakan untuk bermain (O4, S1, S3, B 25)

Comment [a47]: Guru menegur C karena tidak memperhatikan (O4, S4, B 26 – B 27)

Comment [a48]: Guru menjelaskan konsep

pembagian (O4, S4, B 29 – B 30)

Comment [a49]: Guru memberikan motivasi

kepada siswa (O4, S4, B 36 – B 37)

Comment [a50]: Subjek tidak patuh terhadap

guru (O4, S3, B 37 – B 38)

Comment [a51]: Guru belum paham

menggunakan alat peraga (O4, S4, B 38 – B 40)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

129

45.

46.

47.

48.

49

50.

51.

52.

53.

54.

55.

56.

57.

58.

59.

60.

61.

62.

63.

64.

pengerjaan jika 30: 5 sebaiknya menggunakan balok puluhan apa satuan, lalu dijelaskan oleh mahasiswa

eksperimen. Ketika A sudah selesai menghitung menggunakan alat peraga dan benar hasilnya walaupun

dalam meletakkan masih salah (dari kanan ke kiri). Peneliti meminta C untuk mencoba menghitung

dengan soal 30: 6, C menjawab “A hitung tu”. Kemudian dijawab oleh A “kamu, bukan aku”. C

menjawab “saya tidak mau”. Peneliti bertanya, “kok gak mau, kenapa?”. C menjawab “aku menata

(sambil memasukkan dan menata balok ke dalam kotaknya)”. Lalu A berkata, “cepet C, cepet!!”.

Peneliti terus meminta C untuk mencoba tapi C tetap gak mau. Kemudian C mau mencoba. Sambil

menunggu C mencoba, A membantu C dengan mengambilkannya balok satuan. C menaruh baloknya

masih salah (dari kanan ke kiri) dalam menaruh baloknya pun melebihi jumlah soalnya. Guru mengecek

hasil pekerjaan siswa dengan bertanya, “Siapa yang belum selesai?”. Setelah mencoba A dan C

merapikan alat peraga yang digunakan. C dan teman-temannya menata baloknya di kotak penyimpanan,

A mengembalikan papan pembaginya. Setelah semua kelompok mengembalikan alat peraganya, guru

melakukan tanya jawab dengan mencongak mengenai pembagian dengan bilangan itu sendiri dan

perkalian. Ketika C diberi pertanyaan oleh guru, C dapat menjawab dengan benar. Guru melakukan

penguatan dengan bertanya, “Bilangan yang dibagi dengan bilangan itu sendiri hasilnya?, kalau bilangan

itu dikalikan dengan satu hasilnya berapa?, bilangan yang dibagi dengan bilangan satu hasilnya

adalah?”. Guru melakukan refleksi dengan bertanya “anak-anak senang tidak belajar dengan

menggunakan alat peraga seperti ini?, sambil kita belajar, kita bisa sambil apa anak-anak?”. A menjawab

“Bisa sambil bermain”. Setelah itu guru meminta semua anak tepuk tangan untuk semua yang ada di

kelas itu. Anak-anak pun tepuk tangan. Lalu guru menutup pembelajaran pada hari itu.

Keterangan:

O4 : Observasi keempat

S1 : Subjek satu

S2 : Subjek dua

S3 : Subjek tiga

S4 : Subjek empat

Comment [a52]: Guru belum paham

menggunakan alat peraga (O4, S4, B 43 – B 45)

Comment [a53]: Subjek masih salah menggunakan alat peraga (O4, S1, B 45 – B 46)

Comment [a54]: Subjek tidak mau menghitung dan menggunakan alat peraga (O4, S3, B 46 – B 50)

Comment [a55]: Subjek dibantu temannya

dalam menggunakan alat (O4, S3, B 51)

Comment [a56]: Subjek salah menggunakan alat

peraga (O4, S3, B 52 – B 53)

Comment [a57]: Subjek merapikan alat peraga

(O4, S1, S3,B 54 – B 55)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

130

Lampiran 4.5 Transkrip observasi ketika menggunakan alat peraga Montessori pertemuan

ketiga

Hari : Rabu

Tanggal : 12 Februari 2014

Pukul : 08. 50 – 09. 10

Tempat : Ruang kelas II- A

No. Kegiatan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

39.

40.

41.

42.

43.

44.

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada hari itu kalau mereka akan belajar mengenai pembagian

bilangan 2 angka dengan 1 angka tanpa menukar. Guru menjelaskan kalau pembelajaran pada hari itu

akan dibantu oleh mahasiswa (eksperimen). Guru mempersiapkan siswa untuk duduk dengan baik.

Mahasiswa meminta salah satu siswa untuk maju ke depan. Mahasiswa menjelaskan mengenai

pembagian dengan cara menukar. C terlihat melihat penjelasan guru sambil berbicara dengan teman

sebelahnya. B terlihat menulis sesuatu di kertas. Lalu guru membagi siswa ke dalam beberapa

kelompok. Ketika C diminta untuk satu kelompok dengan A dan B dia menjawab “aku sini aja bu, aku

gak mau pindah. Dari kemarin kok sama kelompok itu terus”. Sementara A berkata “dari kemarin kok

pakai alat itu terus to bu, kan bosen”. B terlihat membaca soal yang diberikan oleh guru. Kemudian

mereka melakukan hompipa untuk menentuak urutan dalam menggunakan alat peraga. Yang mendapat

giliran pertama adalah salah satu siswa dalam kelompok itu, lalu C, kemudian A dan terkahir B. B

memberikan soal kepada siswa lalu C memegang papan pembaginya, kemudian A berkata “koe ki ra

mbantuin”. Sambil menunggu giliran A, B dan C melihat cara siswa yang lain menghitung dengan alat

peraga. Kemudian giliran C mencoba, B memberikan soal kepada C yaitu 48: 4. Dalam meletakkan

pionnya C terbalik lalu A berkata “yaelah kuwalik C (sambil menjatuhkan pionnya”. Setelah diberitahu

oleh A, C meletakkan pionnya dari kanan ke kiri, kemudian diingatkan oleh peneliti. Setelah itu C

meletakkan dari kiri ke kanan. C memarahi temannya ketika temannya menjatuhkan pion yang telah

diletakkan di papan pembagi. Setelah selesai menghitung dan mendapatkan hasilnya C menuliskan

hasilnya di kertas soal. Giliran A mendapat soal 62: 2. A mendapatkan hasil 8. Kemudian peneliti

bertanya, “bener hasilnya itu”? Lalu B menjawab, “enggak 8 x 2 kan hasilnya itu, 16”. Lalu A

menghitung jumlah angka yang ada pada balok dan mendapatkan hasil 31. Setelah mendapatkan hasil

yang benar, A menuliskan jawabannya pada lembar soal. Kemudian peneliti menyuruh B unuk

mencobanya, B langsung menjawab, “iya, siap (sambil menaruh alat peraga di depan mejanya)”. B

mendapat soal 24: 2. A berkata “ini (menunjuk pionnya 2)”. B mendapatkan hasilnya dengan benar dan

menuliskannya di lembar soal. Guru memantau setiap kelompok dengan melihat cara pengerjaan

masing-masing siswa dan membantu jika ada siswa yang masih mengalami kebingungan. Ketika

teman-temannya mencoba menggunakan alat peraga C kembali kepada kelompok yang sebelum dibagi

dan bersembunyi di bawah meja. Ketika siswa yang lain mencoba, B membantu siswa tersebut dengan

mengambilkan baloknya. A makan dan minum. C bersembunyi di bawah meja kelompok lain. Lalu

guru menjelaskan mengenai pembagian dengan cara menukar. Setelah selesai dijelaskan, A

membacakan soal yang ada di lembar soal. B mencoba menghitung dengan menggunakan alat peraga.

Jika sudah selesai dihitung A menuliskan jawabannya pada lembar soal. Sementara C mewarnai

gambar princess dengan menggunakan spidol. Guru bertanya kepada siswa, “siapa yang belum bisa?”.

Guru meminta salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan yang ada di papan tulis. Ketika siswa yang

ditunjuk salah dalam menjawab soal, A membenarkan jawabannya. C berjalan-jalan ke kelompok lain

dan tiba-tiba maju ke depan kelas bilang sama guru kalau mau menjawab soal 50: 5. Guru menjawab,

“owh ya ya ya”. Kemudian guru mengadakan mencongak. Kebanyakan anak-anak sudah benar dalam

menjawab lalu guru berkata , “owh sudah pada bisa, pinter”. A menjawab, “kan sudah belajar bu”. Lalu

guru melanjukan memberi mencongak, A dan C menjawab sambil menunjukan angkanya sejumlah

dengan jawaban yang diberikan. C bermain dengan kertasnya dengan dilipat-lipat. Kemudian C maju

ke depan dan berbisik kepada guru, guru berkomentar “kenapa kok bisik-bisik ini?”. Lalu C memberi

pertanyaan kepada teman-temannya 100: 5. B menjawab 25, siswa lain menjawab 20. Guru berkata,

“iya benar”. Lalu A bertanya, “ Bu, 20 apa 25 e bu?”. Guru menjawab, “25”. Kemduian guru meminta

semua siswa untuk duduk di bangkunya masing-masing. B dan siswa yang lain berkata, “lagi bu, lagi”.

Comment [a58]: Subjek tidak mau pindah kelompok (O5, S3, B 7 – B 8)

Comment [a59]: Subjek bosan menggunakan alat peraga (O5, S1, B 8 – B 9)

Comment [a60]: Subjek memperhatikan ketika

ada siswa yang mencoba alat (O5, S1, S2, S3, B 13 –

B 14)

Comment [a61]: Subjek salah dalam

menggunakan alat peraga (O5, S3, B 14 – B 15)

Comment [a62]: Subjek mengoreksi pengerjaan

A (O5, S2, B 19 – B 20)

Comment [a63]: Subjek semangat menggunakan alat peraga (O5, S2, B 22 – B 23)

Comment [a64]: Guru memantau pengerjaan

siswa (O5, S4, B 25 – B 26)

Comment [a65]: Subjek tidak memperhatikan

penjelasan guru tentang pembagian dengan menukar

(O5, S3, B 32 – B 33)

Comment [a66]: Subjek antusias diberi

pertanyaan oleh guru (O5, S2, B 44)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

131

45.

46.

47.

48.

49

50.

51.

52.

53.

Guru menjelaskan kalau akan diadakan mencongak tapi siswa tidak langsung menjawab secara lisan,

menjawabnya dengan menunjukkan kartu bilangannya (siswa sudah diminta untuk membawa pada

pertemuan sebelumnya). A dan B mengeluarkan kartu bilangan dari tasnya, sementara C bermain

dorong-dorongan dengan temannya. Guru memberikan pertanyaan dan siswa menunjukkan kartu

bilangannya, A menghitung terlebih dahulu baru menujukkan kartu bilangan, B langsung menjawab

dengan menunjukkan kartunya dan C merapikan mejanya. Siswa terlihat antusias dengan banyak anak

yang berdiri sambil menjawab, berteriak dalam menjawab dan rebutan untuk ditunjuk oleh guru. Guru

memberikan penguatan pada hari itu dan melakukan refleksi. Kemudian guru menutup pembelajaran

pada hari itu.

Keterangan:

O5 : Observasi kelima

S1 : Subjek satu

S2 : Subjek dua

S3 : Subjek tiga

S4 : Subjek empat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

132

Lampiran 4.6 Transkrip observasi ketika menggunakan alat peraga Montessori pertemuan

keempat

Hari : Kamis

Tanggal : 13 Februari 2014

Pukul : 08. 45 – 10. 00

Tempat : Ruang kelas II- A

No. Kegiatan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

39.

40.

41.

42.

43.

44.

Sebelum memulai pelajaran, peneliti meminta subjek untuk duduk dalam satu kelompok. Tapi C tidak

mau untuk pindah kelompok, hal ini terlihat dengan dia tidak mau disuruh pindah dan tetap mau duduk

disebelah temannya. Sementara A dan B sudah duduk dalam satu kelompok. Setelah dibujuk dengan

bilang, “kalau ini yang terakhir kalinya duduk satu kelompok” akhirnya C mau satu kelompok dengan A

dan B. Guru memulai pembelajaran pada hari itu dengan tanya jawab (mencongak) mengenai materi

pembagian. Ketika guru melakukan tanya jawab A mengobrol dengan B, C bermain dengan kotak

pensilnya dengan memutar-mutar kotak pensilnya di atas meja sambil sesekali menguap. Ketika guru

bertanya 42: 6 ada siswa yang salah menjawab, A berkata, “bukan, jawabannya 6”. Lalu guru bertanya

“7 x 6 berapa coba”. Kemudian A berkata, “kan cuma dibalik ya bu”. Selanjutnya guru menjelaskan

tujuan pembelajaran pada hari itu. Ketika guru menjelaskan, A melihat ke arah guru, B menaruh tangan

di atas meja sambil melihat ke arah guru, C menutup mukanya dengan LKS matematika dan geleng-

geleng kepala. Guru memberikan soal kepada siswa 35: 5, ada beberapa siswa yang menjawab salah.

Kemudian guru mengatakan kalau akan menggunakan alat peraga dan akan dipraktikkan oleh

mahasiswa eksperimen. Ketika guru menjelaskan C bermain dengan rambut temannya lalu dikucir ekor

kuda. A dan B maju ke depan guru yang sedang menggunakan alat peraga. Sambil melihat guru

menjelaskan, A dan B berbincang-bincang. Setelah dijelaskan di depan, guru bertanya apakah semuanya

sudah paham. Lalu masing-masing kelompok diminta untuk mencoba alat peraganya di kelompok.

Subjek B mengambil lembar soal yang diberikan guru, A mengambil alat peraga di depan kelas dan C

mengobrol dengan anggota kelompok lainnya. Selanjutnya A mengisi nama kelompok pada lembar soal

yang diambil B. Kemudian salah satu anggota kelompok memanggil C untuk diajak hompimpa untk

menentukan urutan dalam mencoba alat peraga untuk menghitung mengenai pembagian bilangan 2

angka dengan 1 angka dengan menukar. Setelah hompimpa, yang mendapatkan urutan pertama adalah

siswa lain dalam kelompok, B, lalu A dan yang terkahir C. Sebelum B mencoba alat peraganya terlebih

dahulu dipakai oleh siswa dalam kelompok itu. Ketika siswa mau mencoba alatnya, A dan B saling adu

cepat untuk mengambil kartu soal yang akan diberikan oleh siswa dalam kelompok itu. Keduanya ingin

memberikan soal kepada siswa yang akan mencoba alat peraga. Ketika A dan B berebut untuk memberi

soal, C bermain timbang-timbangan dengan menggunakan penggaris dan balok ratusan yang ditaruh di

atas kotak pensil. Kemudian A meminta C untuk mengembalikan baloknya ke dalam tempat

penyimpanan. Selanjutnya setelah anggota kelompok yang lain telah mencoba, giliran B untuk mencoba.

Ketika B mencoba dia mengambil pion sejumlah pembaginya kemudian mengambil balok dan ditaruh di

papan pembaginya. B dapat menghitung dengan benar dan mendapatkan hasilnya. A menuliskan

hasilnya di lembar soal. Kemudian giliran A mencoba, C yang memberikan soal. C memberikan soal 1:

1. Lalu A berkata, “yahh, gampang’e, ganti no!”. Lalu C memberikan soal 36: 9. A mengambil pionnya

sejumlah 9 lalu mengambil baloknya. Ketika A mencoba, B membantu dengan mengambilkan baloknya

dan C bermain dorong-dorongan dengan temannya. A dapat menghitung dengan benar dan mendapatkan

hasil yang benar. Setelah mendapatkan hasilnya, A menuliskan jawabannya di lembar soal. Kemudian

giliran C yang mencoba menggunakan alat peraga. C mendapat soal 81 :3. Awalnya C menaruh dan

mengambil pionnya dengan benar. Selanjutnya menaruh balok satuan ke dalam papan pembagi tetapi

kemudian dia berhenti menaruh baloknya dan melihat ke arah temannya. C lalu didatangi oleh guru,

guru bertanya kesulitan apa yang dialami oleh C. Kemudian guru menjelaskan kalau baloknya yang

puluhan ditukar dengan yang satuan agar bisa dibagi rata. A dan B melihat cara C mengerjakan

menggunakan alat peraga. Ketika mengerjakan dan salah menukar, C menutup wajahnya dengan

tangannya kemudian setelah selesai menghitung dengan dibantu guru, dia duduk di bangku pojok

belakang. Setelah mendapatkan hasilnya B menuliskan hasilnya pada lembar soal.

Comment [a67]: Subjek C tidak mau pindah

kelompok (O6, S3, B2 – B 3)

Comment [a68]: Guru mengulang materi pembelajaran (O6, S4, B 6 – B 6)

Comment [a69]: Subjek tidak memperhatikan penjelasan guru (O6, S, B7 – B 9)

Comment [a70]: Subjek sudah paham dengan

konsep pembagian (O6, S1, B 11)

Comment [a71]: Pada menit awal subjek tidak

memperhatikan penjelasan guru (O6, S3, B 13 – B

14)

Comment [a72]: Guru meminta bantuan orang

lain ketika menjelaskan (O6, S4, B 15 – B 16)

Comment [a73]: Subjek tertarik dengan alat

peraga (O6, S1, S2, B 17 – B 18)

Comment [a74]: Guru memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk mencoba alat peraga (O6,

S4, B 20 – B 21)

Comment [a75]: Subjek berebut mengambil

kartu soal (O6, S, B 29 – B 30)

Comment [a76]: Subjek tidak memperhatikan ketika teman lain mencoba (O6, S3, B 32 – B 33)

Comment [a77]: Subjek tidak mau diberi soal

yang mudah ( O6, S1, B 39 – B 40)

Comment [a78]: Subjek bekerja sama (O6, S, B

41 – B 42)

Comment [a79]: Subjek terlihat bingung dengan

cara menghitungnya (O6, S3, B 47)

Comment [a80]: Subjek merasa tidak bisa (O6,

S3, B 50 – B 52)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

133

45.

46.

47.

48.

49

50.

51.

52.

Guru mengecek pekerjaan tiap anak pada tiap kelompok dengan mendatangi tiap-tiap kelompok dan

menanyakan kesulitan yang mungkin dialami siswa. Ketika menemui anak yang masih kebingungan,

guru bertanya apa yang susah dan mulai menjelaskan kepada siswa yang mengalami kesulitan dan

membantu menghitung dengan alat peraga. Kemudian guru bertanya kelompok mana yang belum selesai

mengerjakan, untuk kelompok yang sudah selesai guru meminta lembar solanya dikumpulkan.

Kemudian guru mengadakan mencongak pada akhir pelajaran. Beberapa siswa menjawab dengan benar

sambil mengangkat tanganya. Kemudian guru melakukan refleksi dengan bertanya bagaimana

perasaanya setelah belajar dengan alat peraga. Guru menutup pelajaran pada hari itu.

Keterangan:

O6 : Observasi keenam

S1 : Subjek satu

S2 : Subjek dua

S3 : Subjek tiga

S4 : Subjek empat

Comment [a81]: Guru memantau cara kerja

siswa (O6, S4, B 54 – B 55)

Comment [a82]: Guru melakukan refleksi (O6,

S4, B 61 – B 62)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

134

C. Wawancara

Lampiran 4.7 Verbatim wawancara pra-penelitian guru

Subjek 4 : Guru Matematika

Tempat : Ruang kelas VI- B

Waktu : 2 Februari 2014

Pukul : 12. 40 – 12. 57

No. Pertanyaan Jawaban

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

39.

40.

Bagaimana pendapat Bu Z mengenai

pembelajaran Matematika di kelas

secara umum?

Terus cara guru untuk mengajak siswa

itu bagaimana bu?

Terus kendala apa saja yang pernah

dihadapai oleh ibuk dalam penyampaian

materi di kelas?

Untuk Matematika saja bu

Lalu bagaimana cara ibu untuk

membantu anak yang mengalami

kesulitan?

Sendiri-sendiri apa bagaimana bu?

Terus kalau menurut ibuk itu kendala

apa yang dialami siswa ketika

pembelajaran?

Terus kalau untuk ibuk materi apa saja

yang dirasa sulit dalam

menyampaikannya kepada siswa itu?

Sebenarnya Matematika itu kalau apa ya, bagi

anak yang seneng Matematika itu menyenangkan tapi

bagi anak yang tidak senang itu bagaimana cara kita

sebagai guru untuk mau mencoba biar gampang karena

tidak ada yang sulit kalau mau mencoba.

Ya kita memotivasi misalnya dengan berbagai

macam alat peraga atau mungkin misalnya kita beri

motivasi agar mereka mau belajar seperti itu dengan

contoh-contoh mungkin, gambar atau apa.

Itu secara umum mbak?

Itu memang ada anak-anak yang istilahnya itu

punya bakat dengan berhitung sudah lancar itu

memang bakat ya tapi ada anak yang mungkin

dianggap sebenarnya kurang rajin belajar sehingga dia

agak ketinggal dengan temannya gitu.

Ya coba kita dekati, kita ajari.

Ya ketika di kelas bisa kita dekati. Misalnya di

akhir pembelajaran itu kita beri sedikit tambahan.

Apalagi anak-anak yang kurang termotivasi kan kita

beri motivasi. Misalnya dengan apa ya, ketika dia

berusaha kita beri dia apa, kita beri dia feedback ya

selamat ya apa di depan teman-temannya biar teman-

temannya juga melihat biar agak ada semangat gitu.

Kalau Matematika kadang kalau kurang

konsentarasi itu menghambat ya mbak artinya ketika

kita menjelaskan kita kan juga harus tahu karakteristik

anak karena memang ada anak yang gak bisa diem gitu

ya tapi dia aktif tapi mendengar seperti itu.

Materinya apa ya, kalau misalnya untuk

penjumlahan dan pengurangan itu kan di materi awal

itu kan kelas 1 mereka sudah kenal ya dengan

penjumlahan, pengurangan tetapi ketika di semester ini

di kelas 2 ini kan seperti mengulang tetapi ada

beberapa anak yang belum paham, mungkin belum

paham betul perkaliannya seperti apa, pembagian

Comment [a83]: Cara guru memberi motivasi

kepada siswa (W1, S4, B 6 – B 9)

Comment [a84]: Cara guru membantu siswa

yang mengalami kesulitan (W1, S4, B 18)

Comment [a85]: Cara guru mendekati siswa

yang mengalami kesulitan belajar (W1, S4, B 22 – B

28)

Comment [a86]: Kendala yang dialami siswa dalam pembelajaran ( W1, S4, B 29- B 30)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

135

41.

42.

43.

44.

45.

46.

47.

48.

49

50.

51.

52.

53.

54.

55.

56.

57.

58.

59.

60.

61.

62.

63.

64.

65.

66.

67.

68.

69.

70.

71.

72.

73.

74.

75.

76.

77.

78.

79.

80.

81.

82.

83.

84.

85.

86.

87.

88.

89.

90.

91.

92.

93.

94.

95.

96.

Terus itu masih mengulang materi

penjumlahan dan pengurangan itu

enggak bu di kelas 2?

Lalu bagaimana cara guru dalam

memudahkan pembelajaran Matematika

di kelas?

Jadi setiap ada Matematika itu

mencongak ya bu?

Jadi sesuai dengan materinya ya bu?

Lalu bagaimana pendapat ibu mengenai

penggunaan alat peraga pembelajaran

dalam mengajar Matematika?

Permaianan bagaimana bu?

seperti apa masih ada beberapa anak yang belum

menguasai.

Kalau penjumlahan pengurangan itu di les

masih tetap kita berikan karena itu nanti bisa

membantu di perkalian itu kan penjumlahan berulang,

hitung lengkap itu masih saya ulang karena itu sangat-

sangat membantu sekali.

Ya mungkin dengan kita beri contoh yang

nyata, mungkin dengan peragaan misalnya kalau

perkalian sampai kadang kita pake karet yang namanya

himpunan itu seperti apa di samping gambar-gambar

kita juga mungkin ada materi dari buku, kemudian juga

pake batu mislanya kerikil-kerikil itu juga bisa biar dia

paham. Kalau enggak sampai, saya itu punya siswa itu

yang sampai pake lidi itu lho yang dicoret-coret.

Misalnya perkalian, 5 kali 4 misalnya itu harus nyoret-

nyoret itu sekian kali itu baru ketemu. Tapi kan kalau

cara seperti itu kan lama ya, paling tidak hafalan itu

juga wajib, mencongak itu juga salah satu tambahan

untuk mereka memahami. Karena biasanya awal

Matematika itu saya mencongak, itu bagus untuk dia

menghafal, misalnya dia di rumah hafalan. Besok pagi

dia di sekolah mencongak jadi ada motivasi untuk

belajar.

Iya, setiap ada Matematika itu mencongak.

Ketika di penjumlahan ya mencongak penjumlahan,

ketika kita belajar di perkalian kita ya mencongak

perkalian.

Iya, itu sesuai materinya.

Kalau untuk alat peraga itu juga bagus ya mbak

artinya kadang kita itu minim sekali ya kalau alat

peraga kan sekarang kita dituntut untuk menciptakan

sendiri. Bagaimana caranya kadang saya sendiri pake

yang sederhana sekali karena kadang kita tidak bisa

membuat ya tapi bagaimana caranya saya itu bisa

memberikan motivasi ke anak biar mereka itu jelas,

dong gitu pake segala cara walaupun dengan cara yang

sederhana. Kalau saya melihat di sekarang ini

mungkin yang baru-baru sekarang ini sudah banyak

sekali alat peraga yang ada ya. Ada yang membuat

sendiri dari mbak-mbak mahasiswa itu juga menambah

wawasan kami juga, menambah pengalaman juga.

Owh iya ya, caranya seperti itu. Misalnya seperti itu.

Untuk permainan juga bisa.

Kalau permainan-permainan itu misalnya

dengan langsung anak kita buat tapi kalau yang ini

saya belum sempat sampaikan ya. Kalau yang tahun-

tahun kemarin sempat. Misalnya kayak di pramuka itu

kita buat lingkaran, mari berjalan-jalan kayak gitu kita

bentuk lingkaran. Nah itu sama dengan kita perkalian

itu terus penjumlahan juga bisa kelompoknya

jumlahnya harus 8 kayak gitu atau ada yang

kelompoknya 1 tambah sekian ketemunya 8 ada yang

2 pokoknya kelompok itu nanti bisa, misalnya nanti

kita bentuk 10 orang itu ya harus tukeran nanti yang 3

tambah 4.

Comment [a87]: Cara guru dalam memudahkan

pembelajaran Matematika (W1, S4, B 48 – B 55)

Comment [a88]: Motivasi yang diberikan guru (W1, S4, B 60 – B 64)

Comment [a89]: Alat peraga yang sering

digunakan guru (W1, S4, B 73 – B 78)

Comment [a90]: Permainan dalam memudahkan

materi kepada siswa (W1, S4, B 88 – B 96)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

136

97.

98.

99.

100.

101.

102.

103.

104

105.

106.

107.

108.

109.

110.

111.

112.

113.

114.

115.

116.

117.

118.

119.

120.

121.

122.

123.

124.

125.

126.

127.

128.

129.

130.

131.

132.

133.

134.

135.

136.

137.

138.

139.

140.

141.

142.

143.

144.

145.

146.

147.

148.

149.

150.

151.

152.

Terus cara ibu untuk mendapatkan alat

peraga itu bagaimana bu? Mungkin dari

sekolah atau yang ada di dekat siswa?

Contohnya bu?

Itu anak-anaknya bawa sendiri bu?

Terus dari sekolah disediakan enggak bu

alat peraga itu?

Kesulitan enggak bu alat peraganya?

Bagaimana pengaruh penggunaan alat

peraga terhadap pembelajaran itu?

Di dekat siswa pun sebenarnya bisa misalnya

kita apa ya misalnya pensil. Alat peraga kadang kita

tidak yang modern sekali yang mungkin kita ada

pensil, ada penghapus yang bisa dipake. Jadi tidak

harus kita cari di mana-mana, tapi kalau misalnya yang

memang seperti sekarang dituntut untuk membuat

sesuatu yang apa punya ide yang beda tidak bagus tapi

kalaupun memang seandainya tidak ada, apapun yang

ada di situ bisa kita pake.

Misalnya pensil ya kita pinjem pensil anak-

anak kan bisa. Misalnya owh ini pensilnya ibu 2 terus

pensilnya ini temen-temen kalian 3 terus misalnya

dijumlahkan jadi berapa seperti itu. Kalau perkalian ya

memang kita harus bantu, kita juga bisa pake batu,

kerikil, ada karet.

Kalau karet itu kadang-kadang kalau dulu saya

menyediakan lempengan itu kadang kalau mislanya

gak ada, anak-anak disuruh bawa. Seperti SBK itu kan

juga gitu, anak-anak bawa bahannya, nanti kita buat di

sekolah, misalnya mengecat, mencetak itu kita pake

itu.

Sebenarnya kalau sekolah itu ada cuman

kadang-kadang kan belum lengkap ya. Seperti kemarin

pak X ngendiko, aduh di sana bu. Cuma kadang-

kadang saya sendiri kalau suruh nyari-nyari kan juga

ini ya, kadang gak enak sendiri gitu lho. Jadi kalau

kira-kira yang ada di situ seperti alat peraga banyak

banget to kayak papan paku itu yang untuk bangun-

bangun datar itu, ya apa yang ada. Tapi memang kalau

kira-kira menjelaskan materi apa kira-kira di lab ada ya

pinjam, kalau gak ada ya meminjam.

Kalau kesulitan asal bahannya seadanya boleh

itu kayaknya ya gak sulit ya tapi kalau harus yang pake

cara yang seperti sekarang mungkin banyak istilahnya

alat peraga yang macem-macem kayak gitu itu ya sulit

kalau buat sendiri, kan terkendala waktu juga, gak

sempet mau nyiap-nyiapin. Kalau seperti mbak-

mbaknya ini apa memang harus bener-bener

menyiapkan ya, karena untuk istilahnya itu untuk

presentasi atau apa gitu kan harus menyiapkan.

Sebenarnya kalau alat peraga itu sangat bagus

ya karena untuk anak-anak sekarang ini yang kelas

bawah itu terutama mereka harus melihat sesuatu yang

nyata jadi betul-betul owh seperti itu ya, mislanya

seperti itu. Kayak misalnya kita ini kalau yang IPA itu

ada panca indera jadi bisa lihat apa ini? Gunanya untuk

apa? Owh untuk berbicara, untuk bernyanyi. Jadi kan

memang dengan alat peraga itu sepertinya lebih

mempermudah pemahaman anak. Owh iya, kalau

mungkin yang mereka punya daya tangkap yang

memang cepat itu ya diterangkannya kan mereka sudah

paham mungkin dia dengan melihat pengalaman di

televisi mungkin dengan bacaan-bacaan, mungkin

dengan punya pengalaman kakaknya, mungkin ketika

dia belajar itu juga akan membantu sekali. Karena

dengan alat peraga itu akan mempermudah

Comment [a91]: Alat peraga yang pernah

digunakan guru ( W1, S4, B 99 – B 100)

Comment [a92]: Alat peraga yang ada di sekolah

( W1, S4, B 118 – B 119)

Comment [a93]: Keengganan guru kalau mau

menggunakan alat peraga (W1, S4, B 120 – B 122)

Comment [a94]: Guru terkendala waktu kalau mau menggunakan alat peraga (W1, S4, B 132 – B

133)

Comment [a95]: Alat peraga membantu anak

melihat sesuatu yang nyata (W1, S4, B 137 – B 140)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

137

153.

154.

155.

156.

157.

158.

159.

160.

161.

162.

163.

164.

165.

166.

167.

168.

169.

170.

171.

172.

173.

174.

175.

176.

177.

178.

179.

180.

181.

182.

183.

184.

185.

186.

187.

188.

189.

190.

191.

192.

193.

194.

195.

196.

197.

198.

199.

200.

201.

202.

203.

204.

205.

206.

207.

208.

Terus seberapa sering guru

menggunakan alat peraga dalam

pembelajaran?

Jadi tergantung materinya ya buk?

Terus kalau menurut ibu alat peraga

yang baik untuk pembelajaran

Matematika itu yang seperti apa?

Terus kalau tanggapan siswa kalau

menggunakan alat peraga bagaimana

bu?

Terus hambatan yang dialami guru

pemahaman siswa.

Kalau alat peraga itu kalau saya terus terang

tidak sesering sekali tapi sekali lagi kita juga tidak

perlu ya misalnya kita menjelaskan sesuatu yang

mungkin bagi anak itu agak susah sebenarnya kan kita

perlu memberikan itu.

Iya tergantung materinya kira-kira apa. Nanti

misalnya kita belajar tentang energi, mungkin mbak-

mbaknya itu juga pake bisa apa yang termasuk ke

dalam sumber energi, misalnya alat music bisa

membawa sesuatu yang menimbulkan bunyi. Misalnya

angklung, apa drum apa gitu. Itu kan sebenarnya juga

alat peraga juga kan ya, misalnya seperti itu. Misalnya

pake hp kan juga bisa, hp kan bisa menimbulkan suara

dan cahaya.

Yang seperti apa ya? Kalau kita sih yang

sederhana-sederhana kadang misalnya kita juga dengan

apa ya. Di laptop itu kan juga sering ada gambar-

gambar, itu kan bisa digunakan tapi gak semua anak

punya ya. Nah, kalau buat guru itu alat peraga bisa

dibuat yang sederhana-sederhana saja, dari bahan yang

mudah didapat misalnya seperti itu. Tidak harus mahal

tapi kan kita intinya untuk menjelaskan biar anak itu

paham. Jadi apa yang bisa kita manfaatkan ya kita

manfaatkan. Karena sekarang kan banyak juga alat

peraga yang dari barang bekas misalnya kan juga

bagus ya, jadi kita tidak usah membeli dengan harga

yang mahal. Kalaupun kita membeli pun kalau

memang yang sekarang kan banyak ya yang bagus-

bagus modelnya itu kan kadang belum tentu

memahami betul pemakaiannya, seperti saya sendiri

ya, seperti yang kemarin itu mbaknya yang membawa

itu kan malah temen-temen juga pada tanya. Iki ki le

nganggo kepie, seperti itu. Makannya kan saya juga

belajar. Itu kan juga masukan juga buat kami-kami ini,

owh peragaan seperti itu. Anak-anak paham apa

enggak dengan cara seperti itu dengan alat peraga yang

seperti itu.

Kalau anak-anak sebenarnya dia semangat ya

kita baru membawa belum menyampaikan itu mereka

sudah kruyuk-kruyuk. Mungkin penjenengan kan juga

sudah pengalaman, kalau di kelas 2 kan seperti itu,

karena kan mereka seperti misalnya melihat apa,

sesuatu yang kayaknya berbeda dengan yang lain itu

kan dia termotovasi, pengen tahu. Itu tu apa to bu? Itu

tu apa? Kalau anak-anak sebenarnya lebih senang dan

tertarik apalagi misalnya dengan permainan apa. Jadi

pembelajaran itu seperti mereka tidak belajar tapi

mereka itu belajar. Jadi tidak terasa tapi masuk gitu

lho, seperti lewat lagu kan juga bisa. Jadi mungkin dia

tidak terasa,owh dia itu belajar tapi sebenanya dia itu

belajar tapi lewat lagu. Mungkin lewat cerita, mungkin

ya lewat permainan, lewat alat peraga itu juga bisa

memberikan contoh langsung biar anak itu paham.

Bagus kalau bisa membuat seperti itu.

Kalau di kelas ketika pembelajaran Matematika

Comment [a96]: Guru tidak sering menggunakan alat peraga (W1, S4, B 154 – B 155)

Comment [a97]: Alat peraga sebaiknya yang

sederhana (W1, S4, B 168 – B 169)

Comment [a98]: Alat peraga sebaiknya yang

sederhana (W1, S4, B 172 – B 177)

Comment [a99]: Siswa semangat ketika

menggunakan alat peraga (W1, S4, B 191 – B 193)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

138

209.

210.

211.

212.

213.

214.

215.

216.

217.

218.

219.

220.

221.

222.

223.

224.

225.

226.

227.

228.

229.

230.

231.

232.

233.

234.

235.

236.

237.

238.

239.

240.

241.

242.

243.

244.

245.

246.

247.

248.

249.

250.

251.

252.

253.

254.

255.

256.

257.

258.

259.

ketika di kelas menggunakan alat

peraga?

Terus bagaimana hasil belajar siswa

ketika menggunakan alat peraga itu

dibandingkan dengan tidak

menggunakan alat peraga? Apa beda?

Terus bu Z mengetahui tentang metode

Montessori enggak bu?

Bagaimana pendapat guru mengenai

penggunaan alat peraga yang

meggunakan metode Montessori?

Sebelum dipraktekkan bagaimana

pendapat ibuk kalau misalnya alat

peraga itu diterapkan di SD N

Percobaan 3 Pakem ini?

itu memang lebih banyak IPA ya kalau dibandingkan

IPA, terus terang kalau di sini. Jadi kalau Matematika

itu kan sepertinya kita mengajar langsung ke

pemberian materi jadi kalau alat peraga banyak yang

belum begitu menggunakan. Misalnya pengukuran

seperti itu kan, kalau kita misalnya ukuran yang tidak

baku, kita kan bisa menggunakan ukuran jengkal atau

apa kita langsung keluar jadi tidak hanya di kelas bisa

langsung keluar kita praktikkan. Kalau dibandingkan

dengan IPA seperti itu sepertinya lebih banyak ke

materi, kalau Matematika itu soalnya saya sendiri

mengajar di kelas bawah ya seperti itu, tidak tahu kalau

di kelas atas seperti apa tapi saya merasa kalau

Matematika tidak begitu banyak menggunakan alat

peraga kayak tadi kalau dibandingkan dengan materi

yang IPA memang sering praktek. Sebenarnya

Matematika juga bisa biar anak itu tahu. Bahkan saya

kadang ukuran-ukuran panjang itu misalnya km, cm.

lewat lagu ya bisa biar hafalan.

Sepertinya ya ada peningkatan, artinya

mungkin dari kita menerangkan secara biasa lewat

buku lewat kita memberikan materi seperti itu dengan

mereka melihat sendiri. Owh cara menghitungnya

seperti itu, owh seperti itu, owh seperti itu. Insyaallah

juga lebih paham.

Saya itu kalau untuk pembelajaran seperti itu

saya kan belum banyak tahu tapi saya belajar, seperti

itu.

Kalau Montessori itu banyak motivasi dengan

alat peraga itu ya? Iya artinya anak itu akan termotivasi

dengan pembelajaran yang seperti itu. Dengan

memberikan contoh-contoh seperti itu ya langsung alat

peraga. Mungkin anak-anak lebih memahami. Nanti

kita coba saja mbak, jadi dengan misalnya seperti itu

gimana, kita praktekkan. Kan saya juga masih perlu

banyak belajar.

Ya itu tergantung kita, yang namanya mencoba

ya jadi gak ada salahnya. Ya mudah-mudahan kalau

memang niat kita baik, nanti mau mencoba bagaimana

supaya anak lebih memahami, lebih berprestasi ya kita

coba. Mudah-mudahan nanti hasilnya akan baik.

Harapan kita seperti itu, jadi mari kita lihat bagaimana

antusias anak itu menerima pembelajaran seperti itu,

dengan metode yang seperti itu kira-kira nanti

bagaimana nanati hasilnya karena kita kan masih

minim sekali dengan istilahnya inovasi-inovasi baru,

mungkin dari luar, mungkin dari ide-ide kita sendiri

seperti itu. Biar kita berkembang, yang jelas SD kami

ingin berkembang. Kan semua itu juga tergantung

dengan situasi dan kondisi dari sekolah, dari siswa dan

juga dari bapak-ibu guru bisa mengembangkan.

Keterangan:

W1 : Wawancara pertama

Comment [a100]: Alat peraga yang ada di kelas

terbatas (W1, S4, B 208 – B 210)

Comment [a101]: Jarang menggunakan alat peraga (W1, S4, B 210 – B 213)

Comment [a102]: Alat peraga meningkatkan

hasil belajar (W1, S4, B 228 – B 231)

Comment [a103]: Alat peraga Montessori membuat anak termotivsi (W1, S4, B 238 – B 241)

Comment [a104]: Guru terbuka jika metode

Montessori diterapkan di SD N P 3 (W1, S4, B 256 –

B 259)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

139

S1 : Subjek satu

S2 : Subjek dua

S3 : Subjek tiga

S4 : Subjek empat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

140

Lampiran 4.8 Verbatim wawancara Pra penelitian siswa A

Subjek 1 : A

Tempat : Ruang agama katolik

Waktu : 1 Februari 2014

Pukul : 09. 34 – 09. 39

No. Pertanyaan Jawaban

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

39.

40.

41.

42.

43.

44.

Ibuk mau nanya-nanya soal

pembelajaran matematika. Kalau

menurut kamu pembelajaran matematika

itu gimana?

Gampangnya gimana?

Kalau agak gampang berarti ada

susahnya juga? Susahnya di mana?

Contohnya?

Owh kaya, dikasih contoh soal yang

gampang tapi nanti waktu dikasih soal,

soalnya yang susah gitu?

Terus kamu pernah enggak mengalami

kesulitan waktu belajar matematika?

Kayak gimana?

Waktu mengerjakan apa gimana?

Waktu mengerjakan gimana?

Terus waktu salah dibenerin enggak?

Terus ada enggak kesulitan yang dialami

di kelas?

Terus maunya gimana?

Owh gitu, terus ketika bu Lis

menjelaskan, kamu paham enggak sama

penjelasannya bu Lis?

Pertamanya gak paham kenapa?

Owh gitu, terus kamu tahu enggak alat

peraga itu apa?

Alat peraga itu kayak alat atau benda

yang membantu kamu selama proses

pembelajaran secara nyata gitu. Kalau di

kelas guru sering tidak menggunakan

alat peraga, waktu matematika?

Contohnya?

Selain spidol?

Pensil sama kertas buat apa?

Owh gitu, terus kamu kalau matematika

itu lebih suka pake alat peraga apa

enggak?

Kenapa kok pakek?

Agak gampang.

Kalau kadang-kadang itu kan ada soal yang mudah,

dan susah. Kalau soal yang susah diterangkan terus

jadi mudah.

Banyak.

Tadi soalnya gampang-gampang, terus susah. Yang

soal pertamanya itu gampang terus lama-lama jadi

susah.

Iya.

Pernah.

Salah-salah terus.

Waktu mengerjakan.

Soal-soal perkalian gitu susah-susah.

Iya.

Gojeg terus temen-temennya, jadi ganggu

konsentrasi.

Anteng biar bisa ngerjainnya.

Petamanya itu agak-agak itu, gak paham. Terus

lama-lama paham.

Pertamanya belum ngedong aku.

Enggak.

Sering.

Spidol.

Pensil sama kertas.

Nanti kalau ngasih soal-soal bu Lis kan kalau

ngasih soal pake kertas gitu terus nanti kalau gak

tau diajarin.

Emm pakek.

Soalnya lebih cepat.

Comment [a105]: Subjek merasa agak gampang

ketika belajar matematika (W1, S1, B1 – B7)

Comment [a106]: Kesulitan yang dialami siswa

ketika belajar matematika (W1, S1, B10 – B13)

Comment [a107]: Subjek tidak suka kalau ada teman yang ramai (W1, S1, B 22 – B 23)

Comment [a108]: Subjek pertamanya tidak paham dengan penjelasan guru (W1, S1, B25)

Comment [a109]: Guru matematika sering

menggunakan alat peraga (W1, S1, B 31)

Comment [a110]: Alat peraga yang pernah

digunakan guru matematika (W1, S1, B 36 – B 37)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

141

45.

46.

47.

48.

49

50.

51.

52.

53.

54.

55.

56.

57.

58.

59.

60.

Lebih cepat? Kalau gak pakek alat

peraga lama gitu?

Kalau belajar matematika pake alat

peraga itu pemahamanmu bagaimana?

Lebih mudahnya gimana?

Terus perasaanmu ketika mengguankan

alat peraga gimana?

Senangnya gimana?

Selain itu, ada lagi?

Kok bisa lebih cepat?

Terus kalau menjawab soal kamu suka

pake alat peraga itu enggak? Apa

lansgung dijawab?

Terus menurut kamu alat peraga yang

menarik itu kaya gimana?

Bagusnya gimana?

Ya kadang-kadang lama.

Lebih mudah memahami.

Soalnya jadi lebih mudah gitu, membantu.

Senang.

Bisa menggunakan secara bergiliran.

Kalau mengerjakan soal itu jadi lebih cepat.

Ya lebih mudah kan ngitung pakek alat peraga.

Kalau lagi gak ada alat peraganya langsung, kalau

lagi ada alat peraganya kadang-kadang pakek.

Bagus, warnanya cerah.

Ya bentuknya lucu-lucu gitu.

Keterangan:

W1 : Wawancara pertama

S1 : Subjek satu

S2 : Subjek dua

S3 : Subjek tiga

S4 : Subjek empat

Comment [a111]: Alat peraga membantu

pemahaman subjek (W1, S1, B 47 – B 50)

Comment [a112]: Subjek senang bisa

menggunakan alat peraga (W1, S1, 52)

Comment [a113]: Alat peraga membantu subjek mengerjakan soal (W1, S1, B 53 - B 54)

Comment [a114]: Alat peraga yang dimau subjek (W1, S1, B 58 – B 60)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

142

Lampiran 4.9 Verbatim wawancara Pra Penelitian Siswa B

Subjek 2 : B

Tempat : Ruang agama katolik

Waktu : 1 Februari 2014

Pukul : 09. 34 – 09. 39

No. Pertanyaan Jawaban

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

39.

40.

41.

42.

43.

44.

Ini tentang pembelajaran matematika

secara umum. Menurut kamu belajar

matematika itu gimana?

Menyenangkannya gimana?

Kalau di kelas itu gimana belajar

matematikanya?

Mudahnya gimana?

Itu maksudnya gimana?

Owh gitu, terus kamu kalau belajar

matematika itu mengalami kesulitan

enggak?

Belum pernah mengalami kesulitan?

Kalau gangguan dari luar waktu belajar

matematika pernah enggak?

Kamu gak suka ada teman yang ramai?

Jadi sukanya?

Ketika guru menjelaskan materi

matematika di kelas, pemahamanmu

bagaimana?

Bu Z kalau menjelaskan mudah enggak

diterima sama kamu?

Contohnya gimana?

Owh gitu, tapi suka dituliskan sama bu

Z gitu enggak?

Habis itu terus jadi paham enggak?

Kok bisa?

Owh gitu, kamu tahu enggak alat peraga

itu apa?

Guru sering menggunakan alat itu

enggak? Alat peraga waktu

pembelajaran.

Contohnya?

Owh gitu, terus kamu itu kalau belajar

lebih suka menggunakan alat peraga apa

dijelasin sama bu Z biasanya?

Bentar-bentar, kalau dijelasin pake alat

peraga …

Menyenangkan.

Karena sering diadakan lomba, pertanyaan lisan, abis itu

dikasih pertanyaan sama bu Lis terus mencongak.

Emm mudah.

Mudahnya kadang-kadang guru mengajari cara

memakai barang yang kita pakai.

Nanti ada benda, terus kalau perkalian kita

menghitungnya pake benda itu.

Enggak.

Enggak.

Pernah, waktu ada teman yang ramai.

Enggak suka.

Kelasnya diem. Jadi aku bisa konsentrasi gitu.

Lancar.

Kadang-kadang.

Kan bu Z kalau ngomong cepet sekali.

Kalau nerangin perkalian nenenenene gitu (sambil

ketawa).

Suka.

Paham.

Kan terus dicermati tulisannya bu Z itu.

Alat yang membantu kita saat mengerjakan tugas.

Iya.

Contohnya memakai kelerang waktu menghitung

tambah-tambahan, pengurangan, dan perkalian.

Dua-duanya. Kalau dijelaskan pake alat peraga kita bisa

sambil mencoba, tapi kalau dijelaskan pake omongan

kita bisa simpan di otak.

Bisa kita gunakan alat itu sebagai untuk menghitung,

tapi kalau menjelaskan pake mulut bisa disimpan di

Comment [a115]: Subjek senang ketika belajar

matematika (W1, S2, B1- B 5)

Comment [a116]: Cara guru memudahkan

pemahaman siswa (W1, S2, B9- B 12)

Comment [a117]: Subjek tidak suka jika ada siswa yang ramai (W1,S2,B17)

Comment [a118]: Guru terlalu cepat jika menjelaskan (W1, S2, B26- B 28)

Comment [a119]: Pendapat subjek tentang alat

peraga (W1, S2, B 33)

Comment [a120]: Alat peraga yang pernah

digunakan guru (W1, S2, B38 – B 39)

Comment [a121]: Subjek suka ketika

menggunakan alat peraga (W1, S2, B 40 – B 42)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

143

45.

46.

47.

48.

49

50.

51.

52.

53.

54.

55.

56.

57.

Siapa yang ngajarin kayak gitu?

Bu Z bilang kayak gitu?

Mama sering bantuin kamu belajar gitu?

Owh, terus perasaanmu ketika

menggunakan alat peraga itu gimana?

Terus ketika mengerjakan soal,

menjawab soal, kamu lebih suka pake

alat peraga apa enggak?

Terus menurut kamu alat peraga yang

menarik itu yang kaya gimana?

Lucu-lucu kayak gimana?

otak.

Guru.

Iya, mama juga.

Iya.

Senang soalnya sambil bermain.

Tergantung, kalau soalnya gampang langsung tapi kalau

soalnya sulit pake alat peraga.

Alat peraga yang menarik itu warnanya cerah,

bentuknya juga lucu-lucu.

Contohnya kayak kelereng itu nanti ditempeli stiker.

Keterangan:

W1 : Wawancara pertama

S1 : Subjek satu

S2 : Subjek dua

S3 : Subjek tiga

S4 : Subjek empat

Comment [a122]: Subjek senang menggunakan alat peraga karena bisa sambil bermain (W1, S2,

B49)

Comment [a123]: Subjek menggunakan alat

peraga jika menemukan soal yang sulit(W1, S2, B 51 – B 52)

Comment [a124]: Alat peraga yang diinginkan

subjek (W1, S2, B 62- B 66)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

144

Lampiran 4.10 Verbatim wawancara Pra Penelitian Siswa C

Subjek 3 : C

Tempat : Ruang agama katolik

Waktu : 1 Februari 2014

Pukul : 09. 29 – 09. 33

No. Pertanyaan Jawaban

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

39.

40.

41.

42.

43.

44.

Ini mengenai pembelajaran matematika

secara umum. Menurutmu kalau belajar

matematika itu bagaimana?

Kenapa?

Owh gitu, kalau tadi kan jawabnya agak

suka, berarti kalau agak ada sukanya ada

enggaknya gitu? Enggak sukanya

gimana?

Owh jadi kamu maunya itu ngerjainnya

udah selesai dulu baru dikasih soal lagi

gitu?

Owh gitu, terus kamu pernah enggak

mengalami kesulitan ketika belajar

matematika?

Sulitnya di mana?

Kenapa gak suka?

Terus kesulitan yang lain? Ada lagi

enggak?

Terus materi yang susah menurut kamu

itu apa?

Kenapa kok bisa susah?

Owh soalnya lama nghitungnya? Kamu

maunya yang cepet-cepet gitu?

Terus ketika guru menjelaskan materi

gitu, kamu paham enggak sama

penjelasannya bu Z?

Kanpa kok enggak?

Kok bisa bingung?

Owh gitu, selain itu kalau bu Z jelasin

soal-soal di papan tuZ gitu kamu jelas

enggak sama penjelasannya?

Kenap kok enggak?

Terus kamu tau enggak alat peraga itu

apa?

Hemm, alat yang bisa membantu. Pinter.

Guru sering menggunakan itu enggak

waktu pembelajaran matematika?

Contohnya?

Agak suka.

Tambah-tambahan dihitung, terus bangun datar agak

gampang.

Kalau ngerjain soal nanti belum selesai, udah dibuatin

lagi.

Iya, kan belum selesai masak udah dikasih soal lagi.

Pernah

Waktu menghtitung apa ngerjain soal temen-temnnya

ramai itu aku gak suka.

Kan nganggu.

Enggak, cuman itu aja.

Perkalian.

Soalnya kalau perkalian yang banyak gitu aku gak bisa,

menghitungnya lama, contohnya itu 25 dikali 9 itu kan

nghitungnya lama.

Iya.

Iya.

Enggak.

Bingung.

Kalau dikte bu Z’nya cepet-cepet gitu, bu Z

ngomongnya cepat.

Enggak.

Karna cepet, ngomongnya cepet, memberi tahu juga

cepet. Serba cepat gitu.

Alat yang bisa membantu.

Kadang-kadang.

Bawa karet gitu buat nghitung kotak yang ada paku-

pakunya.

Comment [a125]: Subjek agak suka ketika mengikuti pembelajaran (W1, S3, B1- B8)

Comment [a126]: Subjek tidak suka jika ada teman yang ramai (W1, S3, B15- B 17)

Comment [a127]: Subjek tidak paham dengan

penjelasan guru (W1, S3, B31 – B37)

Comment [a128]: Pendapat subjek tentang alat

peraga (W1, S3, B 38)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

145

45.

46.

47.

48.

49

50.

51.

52.

53.

54.

55.

56.

57.

58.

59.

60.

Yang lain ada enggak selain karet?

Buat apa?

Terus kalau menggunakan alat peraga

sama enggak, kamu lebih suka mana?

Kenapa?

Bisa ngasih tahu jawabnnya, owh gitu.

Terus kalau menggunakan alat peraga

itu kamu lebih mudah memahami materi

apa biasa aja apa malah susah?

Terus perasaanmu ketika menggunakan

alat peraga itu gimana?

Terus ketika kamu mengerjakan soal

kamu suka enggak pake alat peraga.

Kenapa?

Terus menurut kamu alat peraga yang

menarik itu kaya gimana?

Pake pensil, bolpoin apa biting gitu.

Buat menghitung tambah-tambahan.

Alat peraga.

Bisa ngasih tahu jawabnnya.

Biasa. Ada alat peraga ya gitu, gak ada alat peraga ya

gitu. Biasa aja.

Senang, bisa ngasih tahu jawabnnya. Gak usah susah-

susah ngitung.

Suka.

Bisa membantu untuk menghitung.

Bentuknya lucu, warnanya cerah.

Keterangan:

W1 : Wawancara pertama

S1 : Subjek satu

S2 : Subjek dua

S3 : Subjek tiga

S4 : Subjek empat

Comment [a129]: Alat peraga yang pernah digunakan guru (W1, S3, B 43 – B 45)

Comment [a130]: Alat peraga tidak memberikan kontribusi terhadap subjek ( W1, S3, B50 – B 51)

Comment [a131]: Subjek senang ketika menggunakan alat peraga karena mempercepat

pengerjaan (W1, S3, B54 – B55)

Comment [a132]: Alat peraga yang diinginkan siswa (W1, S3, B60)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

146

Lampiran 4.11 Verbatim wawancara Pasca Penelitian Guru

Subjek 4 : Guru matematika

Tempat : Ruang agama

Waktu : 2 Maret 2014

Pukul : 12. 40

No. Pertanyaan Jawaban

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

39.

40.

41.

42.

43.

44.

45.

46.

Yang pertama itu bagaimana

perasaan guru setelah melihat

kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan alat peraga

tersebut?

Terus pendapat guru tentang

sikap siswa ketika menggunakan

alat peraga berbasis Montessori?

Mungkin siswanya malas, biasa

saja, tidak tertarik atau

bagaimana bu?

Tapi kemarin itu awalnya pada

awal pertemuan, “apa bu apa bu”

tapi setelah beberapa pertemuan

terus langsung “wah kok itu

terus to bu” bosen kaya gitu.

Terus bagaimana pendapat guru

mengenai alat peraga yang

digunakan siswa ketika

pembelajaran?

Pendapat guru mengenai cara

penggunaan alat peraga tersebut?

Tapi sejauh itu bagaimana bu?

Iya buk bisa buk, ya saya

tinggalin.

Ya boleh buk, kemarin itu kan

alatnya masih ditinggal di lab,

emang rencanannya saya dan

Rasanya senang ya, karena ada alat baru yang bisa

mengenalkan ke siswa mungkin kalau yang sekarang

alatnya jelas mahal ya? Tapi anak-anak senang gitu, anak-

anak antusias dengan kegiatan seperti itu, kemarin juga

kan anak-ankanya sampai rame banget pengen mencoba

dan sebagainya. Di samping itu juga kan juga bisa belajar

sesuatu yang serius.

Karena ini barang yang baru itu kesannya anak-anak

tertarik ya karena barang yang baru apalagi barang ini juga

membuat anak-anak antusias, pingin tau.

Ya awalnya memang semangat tapi kan karena yang

namanya anak kan mungkin pingin tau cara

penggunaaannya kan seperti apa, tapi ternyata mereka

cenderung seperti bermain. Kemarin pas awalnya itu kan

dia selesai praktik ada yang telah menyelesaikan tugas itu

kan dia malah main-main, malah bikin menara, yang kaya

balok balok itu loh, lego” seperti itu.

Ya biasanya membantu, paling tidak kan ada anak yang

tadinya tidak tau, dengan dia langsung praktik tau, tapi ya

sama-sama harus mendukung. Dengan praktik itu kan dia

juga tetap hafal, tetap ngapalke, jadi ada teorinya ada

praktiknya, teorinya seperti itu. Bagaimana dia

menyelesaikan masalah kan ada kaitanya.

Ya kalau caranya itu kan awal ya, jadi kan gurunya juga

berlatih. Kemarin kan saya juga sempat agak grogi ya,

harus pembaginya yang mana terus yang dibagi yang mana

itu kan kadang-kadang keliru, padahal kan kita juga lupa

sendiri to, yang untuk membagi namanya apa itu kan kita

sempat grogi, karena memang apa juga pembelajaran baru,

temen-temen juga nanyain ini tu apa? Padahal kan sama

sama bingung ya, iki piye le nganggo.

Kalau cara penggunanaan namanya setelah kita belajar ya

namanya mudah. Cuma kemarin itu sempat sudah praktik

pake alat peraga gimana kalau sekolah ditinggalin satu

seperti itu kalau bisa?

Ya paling tidak kan banyak yang tidak tahu ini apa sih

kaya gitu, kaya gitu kan sudah pernah ada yang pelatihan

di sini, tapi ini njenengan kan juga untuk penelitian. Nah

besok kan kalau misalnya boleh alat peraganya nyuwun

satu atau gimana gitu.

Karna kan juga buat belajar anak-anak yang lain juga bisa.

Itu tu kan juga untuk alat itu tu opo too?? Kaya gitu kan

saya kemarin pas belum waktunya belajar itu kan pada

Comment [a133]: Senang karena bisa mengenalkan alat baru kepada siswa (W2, S4, B 1 –

B 2)

Comment [a134]: Alat mahal (W2, S4, B3)

Comment [a135]: Anak-anak antusias dan

senang mencoba alatnya (W2, S4, B 3 – B 6)

Comment [a136]: Anak belajar sesuatu yang

serius (W2, S4, B 6 – B 7)

Comment [a137]: Barang baru membuat anak tertarik dan antusias (W2, S4, B8 – B 10)

Comment [a138]: Alat peraga digunakan untuk

bermain (W2, S4, B 16 – B 20)

Comment [a139]: Alat peraga membantu guru

(W2, S4, B 24- B 29)

Comment [a140]: Guru grogi dan lupa ketika menggunakan alat peraga (W2, S4, B 28 – B 32)

Comment [a141]: Guru bingung cara menggunakan alat peraga (W2, S4, B 33 – B 34)

Comment [a142]: Setelah belajar, mudah

menggunakan alat peraga (W2, S4, B 35 – B 36)

Comment [a143]: Guru meminta agar sekolah

ditinggali alat peraganya (W2, S4, B 37 – B 38)

Comment [a144]: Keinginan guru agar sekolah ditinggalin alat peraganya (W2, S4, B 41 – B 42)

Comment [a145]: Alat bisa digunakan untuk

anak yang lain di lain waktu (W2, S4, B 44)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

147

47.

48.

49

50.

51.

52.

53.

54.

55.

56.

57.

58.

59.

60.

61.

62.

63.

64.

65.

66.

67.

68.

69.

70.

71.

72.

73.

74.

75.

76.

77.

78.

79.

80.

81.

82.

83.

84.

85.

86.

87.

88.

89.

90.

91.

92.

93.

94.

95.

96.

97.

98.

99.

100.

101.

102.

mbak Rasti dan mbak Wina

emang mau ninggalin sekolah

seperti itu.

Terus pendapat guru mengenai

hasil pengerjaan soal melalui

alat peraga?

Jadi hasilnya itu tergantung

dengan pemahaman siswa

terhadap alat peraganya itu ya

buk?

Terus selanjutnya perasaan guru

ketika menggunakan alat peraga

tersebut bagaimana bu?

Terus menurut ibu bagaimana

pengalaman siswa ketika

menggunakan alat peraga

tersebut?

Kesan guru mengenai alat

peraga itu terkait dengan

ditanya itu tu opo to mbak? Sebelumnya temen-temen kan

pada tanya “iki piye le nganggo? Pas awal kan saya juga

belum dong banget nah akhirnya kan “ohh seperti itu to

pinter juga ya menciptakan itu, kreatif gitu lho”. Ya

memang betul kalau alat peraga kalau gak buat sendiri

kan emang mahal. Kan mahal ya itu mbak belinya, itu kan

dibuat itu kan sebenarnya digunakan untuk membantu to,

em untuk keberhasilan pembelajaran itu dibantu alat

peraga yang modelnya seperti itu kalau kita modelnya

yang murah yang sederhana. Kalau ini kan emang agak

mahal gitu tapi ya kreatif juga, bagus.

Kalau yang alat peraga itu kan sepertinya anak yang

memang betul-betul memahami bisa cara menggunakanya

dan cara menghitungnya, tapi kalau buat anak yang kurang

memahami cara penggunaannya, pertamanya dia pasti

akan agak kesulitan, tapi kayaknya rata-rata kemarin

setelah didampingi langsung, kalau saya sendiri kan

mungkin kurang mengena ya. Tapi setelah mbaknya turun

terjun membantu itu sepertinya tidak masalah. Ya memang

ada satu dua anak yang memang sampai sekarang pun

hitungan perkalian juga masih ada yang agak susah itu

juga ada karena kan ya memang macem-macem to.

Kalau alat peraga itu kan sebenarnya untuk

mempermudah, kan tujuannya untuk mempermudah ya,

biar anak itu tahu gimana gitu lho, owh caranya seperti itu

ya, nanti setelah tanpa alat pun nanti mereka tahu

pemahamannya karena kadang-kadang kan konsep yang

kita buat kan sebenarnya maksudnya sama dengan yang

alat peraga itu tapi karena anak-anak terbatas to, gak

selamanya makek itu jadi kadang-kadang anak-anak sudah

mulai ini lagi pemahamannya. Jadi kan kalau kemarin

pakek alat peraga, owh seperti itu, dia makeknya seperti

itu. Dia tahu ya caranya tapi kan lama-lama tidak

tergantung pakek alat peraga saja tapi kan harus

berkembang, harus hafalan, gak pakek alat itu saja tapi kan

kemudian hafalan lebih lanjut jadi kan tidak harus pakek

alat itu. Ya kalau pemahaman kan pakek alatnya bisa, kita

kan mempermudah biar mereka kan tahu konsepnya.

Rasanya senang ya, artinya ada alat peraga yang baru yang

belum pernah kita pakek dan itu kita munculkan, terus

antusias anak-anak juga kelihatan ya. Jadi kan menambah

ilmu baru, informasi baru terus anak-anak juga semangat.

Cuma sedikit bingung sama cara penggunaanya, le natar

belum betul-betul latihan ya, intensitasnya masih kurang

banyak, sekarang ditatar terus besok dipakek. Jadi sudah

belajar sedikit demi sedikit.

Lama-lama paling tidak tahu ya, owh pembagian itu

seperti itu, owh perkalian seperti itu. Misalnya kita cuman

dengan gambar kan mereka lebih apa ya? Lebih

menyenangkan ya, kan ketika mereka bermain mereka

tidak harus menulis tetapi dengan praktek dia juga sudah

bisa, owh seperti itu, owh pembagiannya seperti itu.

Kalau 15 dibagi 3 owh iya caranya seperti itu, maka dia

lebih memahami dengan dibantu alat itu.

Kalau pemahaman siswa itu kan bermacam-macam ya,

jadi kan saya tidak ngambil salah satu dengan alat itu

Comment [a146]: Alat membuat guru lain penasaran (W2, S4, B 46 – B 47)

Comment [a147]: Awalnya guru belum paham

dengan cara penggunaan alat (W2, S4, B 48 – B 49)

Comment [a148]: Kreatif yang menciptakan alat

(W2, W4, B 58 – B 60)

Comment [a149]: Alat peraga mahal (W2, S4, B 50 – B 52)

Comment [a150]: Alat dibuat untuk membantu keberhasilan mengajar (W2, S4, B 52 – B 55)

Comment [a151]: Alat peraga mahal (W2, S4, B

56 – B 57)

Comment [a152]: Anak yang bisa menggunakan mendapatkan hasil yang baik dan sebaliknya (W2,

S4, B 58 – B 62)

Comment [a153]: Guru tidak percaya diri saat

mengajar (W2, S4, B 63 – B 65)

Comment [a154]: Alat mempermudah pemahaman anak (W2, S4, B 69 – B 77)

Comment [a155]: Anak tidak boleh tergantung pada alat peraga (W2, S4, B 79 – B 83)

Comment [a156]: Alat mempermudah pemahaman konsep (W2, S4, B 83 – B 84)

Comment [a157]: Guru senang menggunakan

alat peraga baru (w2, S4, B 85 – B 86)

Comment [a158]: Anak terlihat antusias ketika

menggunakan alat (W2, S4, B 87)

Comment [a159]: Alat menambah ilmu dan

informasi baru (W2, S4, B 87 – B 88)

Comment [a160]: Anak semangat menggunakan alat peraga (W2, S4, B 88)

Comment [a161]: Guru bingung menggunakan

alat peraga karena baru sebentar diajarin (W2, S4, B

89 – B 91)

Comment [a162]: Alat lebih menyenangkan dan dapat dibuat untuk bermain (W2, S4, B 95 – B 98)

Comment [a163]: Alat membantu anak

memahami (W2, S4, B 99 – B 100)

Comment [a164]: Karakteristik siswa

bermacam-macam (W2, S4, B 101)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

148

103.

104

105.

106.

107.

108.

109.

110.

111.

112.

113.

114.

115.

116.

117.

118.

119.

120.

121.

122.

123.

124.

125.

126.

127.

128.

129.

130.

131.

132.

133.

134.

135.

136.

137.

138.

139.

140.

141.

142.

143.

144.

145.

146.

147.

148.

149.

150.

151.

152.

153.

154.

155.

156.

157.

158.

pemahaman siswa?

Bagaimana pemahaman siswa

terhadap cara penggunaan alat

peraga kalau menurut guru?

Cara penggunaannya itu.

Terus kesan guru dengan cara

penggunaan alat peraga terkait

dengan kemandirian siswa

bagaiaman bu?

Bagaimana kontribusi alat

peraga terhadap konsep

matematika yang didapat siswa?

Jadi dengan alat itu seberapa

besar kontibusinya terhadap

pemahaman siswa?

Jadi gak cuman ada teori tapi

juga perlu ada prakteknya?

Bagaimana kemampuan siswa

dalam mengerjakan soal

menggunakan alat peraga

tersebut?

mereka 100 % memahami kan mungkin dari hasil evaluasi

kan kita juga bisa lihat kira-kira kalau anak yang memang

memahami tidak hanya prakteknya tapi dia secara teori

juga tahu. Tapi kalau yang memang cepat paham betul

waktu dia praktek, akhirnya hasil evaluasinya juga

memuaskan. Jadi sama-sama mendukung dari teori, dari

materi yang ada terus dengan praktek lalu evaluasi. Itu kan

ada kaitannya biar memahami betul dengan konsep

pembagian seperti itu.

Yang namanya anak itu kalau dilihat rata-rata mereka bisa

ya, cuman memang keterbatasan waktu untuk mecoba

maju di depan. Begitu langsung praktek satu-satu mereka

kan pengen nyoba ke depan, walaupun di belakang sudah

diberi kesempatan. Tapi ada anak yang tidak mau

mencoba karena mungkin takut tidak bisa. Ada yang dia

sudah saking bisanya, akhirnya dia malah terus bermain

itu kan juga ada.

Kalau anak yang sudah jelas tentunya begitu kita beri

materi, kita beri soal itu mereka sudah bisa dengan

sendirinya. Ini kan tergantung siswanya juga to? Ketika

kita memberi alat peraga mereka penasaran itu tu apa,

setelah dia tahu itu apa dia kan pengen mencoba. Setelah

dia mencoba kan dia bisa menyimpulkan owh seperti ini

to, owh seperti itu. Jadi memang beda-beda ya. Tapi

dengan seperti itu kan dia pengen tahunya kan kayaknya

lebih banyak ya, cenderung presentasenya itu anak yang

aktif, bisa membuat anak penasaran, pengen tahu, apa sih?

Sampai ketika penjenengan ndawuhi mencoba di depan,

kan semuanya pengan maju ke depan, sampai mereka

rebutan.

Ya kalau itu memang apa ya, ya paro-paro. Artinya karena

itu istilahnya alat peraga baru, mereka mencoba paling

tidak ya separo lebihlah. Artinya dari betul-betul awalnya

tidak bisa, ketika ada alat peraga, dia mungkin lebih

kongkret to? Owh ternyata kalau pembagiannya seperti ini

to caranya? Dia kan lebih cenderung ada peningkatan.

Ya karena itu tadi tidak terlalu memberatkan anak untuk

menghitung terus tapi kan dengan seperti itu kan ada

selingan, owh dia sambil bermain owh ternyata ketika dia

bermain dia juga belajar, seperti itu. Karena mereka itu

setiap hari kan kadang-kadang seperti itu kalau kita

misalnya kan mengajari apa gitu dan kita misalnya dengan

alat peraga misalnya laptop, misalnya dengan rubrik dan

sebagainya. Mereka mungkin secara tidak sengaja dia

hanya nonton film tapi dibalik dia nonton film kan dia bisa

berkembang, owh itu cerita tentang apa to? Dia bisa

menceritakan apa yang dia lihat terus dia juga bisa

mempraktekkan apa sih maksud yang diputer tadi, apa sih

maksud alat itu, sebenarnya untuk apa to? Paling tidak

ada nilai lebih lah dari alat peraga itu.

Kalau melihat hasilnya kemarin itu rata-rata bagus ya?

Ketika dia praktek kemudian diberi alat itu untuk

mengerjakan soal-soal sepertinya hasilnya lumayan bagus

ya? Yang per kelompok, kalau yang individu cenderung

masing-masing anak kan berbeda itu tadi pemahamannya

tidak langsung 100% dia paham tapi kan ada satu dua anak

Comment [a165]: Alat mendukung hasil evaluasi siswa (W2, S4, B 106 – B 109)

Comment [a166]: Keterbatasan waktu untuk

mencoba di depan (W2, S4, B 113 – B 114)

Comment [a167]: Anak antusias ingin mencoba

di depan (W2, S4, B 115 – B 116)

Comment [a168]: Anak takut untuk mencoba

(W2, S4, B 116 – B 117)

Comment [a169]: Alat digunakan untuk bermain oleh anak (W2, S4, B 117 – B 119)

Comment [a170]: Anak yang paham dengan

cara penggunaan akan mudah ketika mengerjakan

soal (W2, S4, B 120 – B 122)

Comment [a171]: Alat membuat anak penasaran

dan aktif (W2, S4, B 126 – B 129)

Comment [a172]: Anak rebutan untuk mencoba

alat di depan (W2, S4, B 130 – B 132)

Comment [a173]: Alat membantu anak secara nyata (W2, S4, B 135 – B 137)

Comment [a174]: Ada peningkatan dalam diri anak (W2, S4, B 138)

Comment [a175]: Alat dapat dibuat untuk

bermain dan belajar (W2, S4, B 141 – B 142)

Comment [a176]: Hasil belajar bagus ketika

mengerjakan menggunakan alat (W2, S4, B 153 – B

156)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

149

159.

160.

161.

162.

163.

164.

165.

166.

167.

168.

169.

170.

171.

172.

173.

174.

175.

176.

177.

178.

179.

180.

181.

182.

183.

184.

185.

186.

187.

188.

189.

190.

191.

192.

193.

194.

195.

196.

197.

198.

199.

200.

201.

202.

203.

204.

Terus bagaimana kesan guru

terkait dengan kemandirin siswa

ketika mengerjakan soal dengan

alat peraga itu?

Terus kalau hasilnya mereka

mengerjakan soal dengan alat itu

bagus ya buk?

Pendapat guru mengenai bentuk

alat peraga tersebut?

Hehe mahal itu buk. Semuanya

itu habis 1.550. 000.

Tapi kalau untuk pembelajaran

sendiri itu, mungkin ukurannya

kurang besar atau kurang kecil?

Terus kubusnya itu kekecilan

atau bagaimana bu?

Warna yang digunakan

bagaimana bu?

Pion?

yang belum memahami caranya bagaimana.

Kalau kemandirian siswa itu mereka bisa mengerjakan

sendiri ya, tanpa didampingi itu kan mereka tetap bisa

mengerjakan sendiri seperti itu. Jadi sambil bermain

mereka juga mengerjakan soal, kan sudah selesai kegiatan

dia malah bermain, perintahnya tidak ke arah kita mau

belajar matematika tapi dia malah bermain kayak SBK

gitu-gitu. Jadi tidak hanya itu tok, tidak hanya alat peraga

untuk pembagian tapi ternyata bisa digunakan mereka

untuk yang lain.

Kalau dengan alat itu iya.

Kalau bentuknya itu sebenarnya terkesan mahal ya

sebenarnya. Soalnya kalau dilihat sekilas itu tu, kayaknya

bentuknya apa sih? Kan kalau dengan betuk seperti itu

kalau orang awan yang gak tau itu kayak bingkisan yang

mahal ya? Kan kalau seperti itu seperti bukan alat peraga?

Kok kayak hadiah, kan terus pengen tahu, kan terus

dibukak ya itu ya? Owalah alat peraga to, owh ini ada anu

yang kecil-kecil kotakan itu yang merah, kotak untuk ini.

Owh ini alat peraga. Kalau awal saya melihat itu kesannya

mahal ya mbak? Kayu pun kayaknya kayu mahal to itu?

Terus dipernis ya kan? Jadi malah tambah kesannya ini tu

mahal? Tapi saya gak tahu itu mahal apa enggak satunya

seperti itu? Mahal tidak ya?

Nah sak kotak-kotaknya itu, sak bungkusnya, semua

perlengkapannya ya.

Kalau saya rasa untuk bentuk-bentuk ininya sih gak

masalah, itu sudah bagus, itu cuman terkesan mahal karna

kotak-kotaknya itu lho yang besar itu lho, kalau dalamnya

emang kecil-kecil tapi tetap itu bagus sekali. Bisa

menciptakan alat peraga seperti itu. Kayaknya kalau yang

dulu kan modelnya gak seperti itu to? Yang ada di lab itu

kayaknya gak kayak itu ya? Kayaknya belum baru? Ini

baru to? Kan ada bu yuyun yang di UNY juga, kan beliau

juga dituntut untuk nggawe alat peraga sendiri, harus

menciptakan alat sendiri.

Kalau warnanya sih ya menarik juga. Biru sama merah, itu

yang kotak kecil pembaginya itu, apa sih namanya, lali

aku.

Lhah yang pionnya itu kan merah. Terus ada yang biru itu

kan sudah menarik juga. Kan yang namanya ada merahnya

itu kan terus orang, anak kan jadi tertarik dengan warna-

warna yang cerah, yang ngejreng. Ya bagus kok sama

warna birunya juga, ya pas milih warnanya.

Keterangan:

W2 : Wawancara kedua

S1 : Subjek satu

S2 : Subjek dua

Comment [a177]: Anak mandiri ketika

mengerjakan (W2, S4, B 160 – B 164)

Comment [a178]: Alat terkesan mahal dilihat dari bentuknya (W2, S4, B 172 – B 178)

Comment [a179]: Alat terkesan mahal dilihat

dari bentuknya (W2, S4, B 180 – B 184)

Comment [a180]: Kotaknya walupun kecil tapi

bagus (W2, S4, B 187 – B 190)

Comment [a181]: Warna yang digunakan menarik (W2, S4, B 197 – B 204)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

150

S3 : Subjek tiga

S4 : Subjek empat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

151

Lampiran 4.12 Verbatim wawancara Pasca Penelitian Siswa A

Subjek 1 : A

Tempat : Ruang agama

Waktu : 3 Maret 2014

Pukul : 11. 48 – 11. 51

No. Pertanyaan Jawaban

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

39.

40.

41.

42.

43.

44.

Ketika pertama kali melihat alat itu, apa yang ada

dipikiranmu?

Kenapa ingin mencoba?

Terus bagaimana sikapmu ketika pertama kali

melihat alat peraga tersebut?

Kenapa kok seneng?

Sebelum itu pernah lihat alat peraga itu?

Terus ketika pake alat itu kamu mudah enggak

memahami materi pembagiannya? Apa sulit?

Kenapa kok sulit?

Lebih suka pake alat itu apa dijelasin sama guru

kayak biasanya?

Kenapa?

Kamu harusnya bilang sama guru kalau pelan-

pelan gitu neranginnya harusnya. Besok bilang

sama guru kalau kecepeten gitu.

Terus kalau kamu tidak dijelasin sama guru cara

penggunaannya, kamu tahu enggak bagaimana

cara menggunakannya?

Waktu guru menjelaskan itu kamu paham?

Terus seberapa sering kamu menggunakan alat

itu di dalam kelompok? Lebih sering kamu, apa

B, apa C?

Kenapa kok C?

Owh gitu kemarin yang nyobain pertama kali

siapa?

Alat itu membantu kamu enggak dalam

memahami materinya atau mengerjakan soal?

Kapan?

Kamu kalau mengerjakan soalnya lebih suka

pake alat itu apa langsung dijawab?

Kenapa?

Waktu kamu ngerjain soal caranya gimana?

Ketika pertama kali melihat alat peraga, apa yang

ingin kamu lakukan dengan alat peraga itu?

Kenapa kok ingin mencoba?

Terus setelah menggunakan alat itu, apa

pengalaman yang kamu dapat?

Bagaimana pendapatmu dengan bentuknya?

Kalau ukurannya?

Kenapa kok suka?

Ingin mencoba.

Ingin tahu caranya makai.

Seneng.

Karena baru pertama kali nyoba.

Belum, baru pertama kali lihat.

Kalau pertama kali sulit.

Belum tahu caranya.

Lebih suka pake alat itu.

Soalnya bu Z kalau jelasin cepat gitu.

Ya.

Enggak.

Paham.

Kebanyakan dipakai oleh C.

Kalau dia udah tapi temennya belum nyoba,

nanti dia nyoba lagi.

Kadang aku, kadang C.

Membantu.

Waktu menghitung soal-soal pembagian gitu.

Pake alat itu.

Jadi lebih mudah ngerjain soal pake alat itu.

Pake alat itu dulu baru dijawab

Mencoba.

Pengen tahu aja gimana makenya.

Jadi lebih mudah dalam menghitung

pembagian dan perkalian.

Gakpapa, udah pas. Gak kurang besar dan gak

kurang kecil.

Suka.

Udah pas aja.

Comment [a182]: Subjek penasaran ketika

pertama kali melihat alat peraga (W2, S1, B 1 – B 3)

Comment [a183]: Subjek suka waktu

mengggunakan alat peraga karena baru pertama kali

mencoba (W2, S1, B 4 – B 6)

Comment [a184]: Awal menggunakan alat

peraga subjek merasa kesulitan (W2, S1, B 8 – B 11)

Comment [a185]: Subjek paham terhadap

penjelasan guru tentang cara penggunaan alat peraga

(W2, S1, B 20)

Comment [a186]: Alat peraga sering dipakai

subjek C (W2, S1, B 21 – B 26)

Comment [a187]: Alat membantu anak ketika

menghitung soal (W2, S1, B 28 – B 30)

Comment [a188]: Alat memudahkan subjek

dalam mengerjakan soal(W2, S1, B 33 – 34)

Comment [a189]: Subjek penasaran dengan cara

pengunaan alat peraga (W2, S1, B 38)

Comment [a190]: Alat memudahkan subjek dalam menghitung pembagian (W2, S1, B 39 – B 40)

Comment [a191]: Bentuk alat peraga sudah pas

(W2, S1, B 41 – B 41)

Comment [a192]: Ukuran alat peraga sudah pas

(W2, S1, B 43 – B 44)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

152

45.

46.

47.

48.

49

50.

51.

52.

53.

54.

55.

56.

57.

58.

59.

60.

61.

62.

63.

64.

65.

66.

67.

68.

69.

70.

71.

72.

Terus kalau warnanya?

Kenapa kok cuma lumayan?

Terus kamu maunya dikasih warna apa?

Kenapa kok kuning?

Waktu dijelasin sama bu Z tentang cara

penggunaannya kamu paham enggak?

Kok bisa?

Abis dijelasin sama apa yang kamu lakukan?

Waktu kamu nyoba alat itu disuruh sama siapa

apa keinginan kamu sendiri?

Menurutmu cara penggunaan alat itu gimana?

Kok bisa gitu?

Terus jika diperbolehkan pake alat itu di luar jam

matematika, kamu mau enggak mencobanya?

Kapan?

Kenapa kok mau?

Kamu kalau menjawab soal lebih suka dihitung

pake alat itu apa langsung oret-oret apa gimana?

Kenapa?

Kan itu naruh baloknya dari kiri ke kanan, kalau

dari kanan ke kiri kan salah. Menurutmu dengan

adanya itu gimana?

Kamu tahu gak bahan yang digunakan dalam alat

itu?

Sering menjumpai kayu gitu?

Di mana?

Lumayan suka.

Soalnya masih kurang cerah.

Kuning.

Cerah.

Pertamanya sih gak dong tapi terus dong.

Bu guru jelasinnya kecepeten.

Nyoba.

Keinginan sendiri.

Pertamanya susah, setelah itu mudah.

Kan belum biasa pake alat itu.

Mau.

Kalau istirahat.

Ya kan bisa buat belajar.

Pake alatnya.

Untuk membantu, kan ngerjainnya pake alat itu

dulu jadi bisa tahu jawabannya yang benar

berapa.

Buat aku jadi tahu kesalahanku. Kan kalau

naruhnya salah jawabanya juga salah.

Kayu.

Sering.

Di rumah.

Keterangan:

W2 : Wawancara kedua

S1 : Subjek satu

S2 : Subjek dua

S3 : Subjek tiga

S4 :Subjek empat

Comment [a193]: Warna yang digunakan alat

peraga kurang cerah (W2, S1, B 45 – B 48)

Comment [a194]: Pada awalnya subjek tidak paham dengan penjelasan guru tentang cara

penggunaan alat peraga (W2, S1, B 58 – B 60)

Comment [a195]: Subjek mencoba atas

keinginan sendiri (W2, S1, B 53)

Comment [a196]: Pada awalnya cara penggunaan alat peraga susah (W2, S1, B 55 – B 57)

Comment [a197]: Subjek mau mengggunakan alat peraga di luar jam matematika (W2, S1, B 58 –

B 62)

Comment [a198]: Alat peraga membantu subjek

menyadari kesalahannya (W2, S1, B 66 – B 67)

Comment [a199]: Subjek tahu bahan yag

digunakan alat peraga (W2, S1, B 82 – B 85)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

153

Lampiran 4.13 Verbatim wawancara Pasca Penelitian Siswa B

Subjek 3 : B

Tempat : Ruang agama

Waktu : 3 Maret 2014

Pukul : 11. 39 – 11. 47

No. Pertanyaan Jawaban

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

39.

40.

41.

42.

43.

44.

Ini tentang pembelajaran matematika yang

kemarin itu, yang pake alat itu lho. Waktu

pertama kali melihat alat itu bagaimana

pendapatmu?

Terus bagaimana sikapmu ketika pertama

kali melihat alat peraga itu?

Sama siapa nanyanya?

Kemarin pas di kelas nanyanya sama siapa?

Terus dijelasin sama bu Z?

Waktu dijelasin paham enggak?

Sebelumnya pernah lihat alat peraga itu?

Terus waktu di TK alatnya buat apa?

Ada baloknya itu juga?

Terus bagaimana perasaanmu setelah

mengikuti kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan alat peraga itu?

Ngitungnya cuma pake alat itu apa pake

coret-coretan juga apa gimana ngitungnya?

Terus menghitungnya lebih suka pake yang

mana?

Maksudnya gimana?

Waktu dijelasin sama guru tentang alat itu,

kamu paham enggak sama penjelsannya.

Maksudnya itu yang dimaksud pembagian

kan pengurangan berulang. Alat itu

membantu kamu enggak memahami materi?

Kalau pas alat yang kemarin?

Sulitnya di mana?

Kemarin pernah salah nyobain alat itu?

Kalau guru tidak menjelaskan cara

penggunaannya kamu bisa enggak

makenya?

Terus siapa yang sering menggunakan alat

itu di kelompokmu?

Kamu sering make enggak?

Terus alat itu membantu kamu enggak

dalam pembelajaran?

Owh gitu, waktu mengerjakan soal kamu

menggunakan alat itu enggak?

Ketika pertama kali melihat alat peraga itu,

apa yang ingin kamu lakukan dengan alat

Agak kebingungan cara memakainya. Terus

tertarik, kalau cuma dijelasin terus kan bosen tapi

kalau pake alat peraga kan alat peraganya bisa

ganti-ganti.

Menanyakan cara penggunaanya

Kepada guru yang ada di kelas itu

Sama bu Z.

Iya.

Paham.

Pernah, di TK juga ada kayak gitu.

Tambah-tambahan sama pengurangan.

Iya ada.

Senang, kan bisa ngitung pake alat itu.

Ya pake alat itu, pake oret-oretan

Ya tergantung soalnya.

Kalau soalnya mudah ya gak pake alat itu, tapi

kalau soalnya susah pake alat itu.

Iya, contohnya kalau pake biji-bijian kan bisa

dikurangi.

Agak-agak sulit.

Nanti kalau naruh baloknya itu salah kan jadi salah

semua.

Pernah, pertamanya salah terus kedua udah bener.

Belum tentu. Alat peraganya seperti apa dulu.

Kebanyakan dipakai oleh A alat pergaanya.

Kadang-kadang, kan gantian. Giliran gitu.

Membantu, saat menghitung ribuan bisa pake itu

tapi kalau pake garis kesulitan.

Kalau ada alat itu ya aku akan memakainya, kan

menghitungnya lebih cepet pakai itu. Kalau pake

itu bisa praktek langsung tapi kalau di oret-oret

lama. Jadi bisa lebih cepet nghitungnya.

Ingin mencobanya supaya bisa.

Comment [a200]: Subjek tertarik dengan alat peraga (W2, S2, B 1- B 4)

Comment [a201]: Subjek bertanya pada guru

tentang cara penggunaannya (W2, S2, B 5 – B 7)

Comment [a202]: Subjek pernah melihat alat

peraga seperti itu (W2, S2, B 11)

Comment [a203]: Subjek senang karena bisa

menghitung paka alat peraga (W2, S2, B 14)

Comment [a204]: Soal menggunakan alat

peraga jika menemukan soal yang sulit (W2, S2, B

21 – B 22)

Comment [a205]: Alat peraga membantu subjek

menemukan kesalahan (W2, S2, B 28 – B 29)

Comment [a206]: Alat peraga sering dipakai A (W2, S2, B 34 – B 36)

Comment [a207]: Alat peraga membantu saat menghitung ribuan (W2, S2, B 37 – B 38)

Comment [a208]: Dengan alat peraga lebih

cepat dalam menghitung (W2, S2, B 39 – B 42)

Comment [a209]: Subjek ingin mencoba alat

peraga supaya bisa (W2, S2, B 43)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

154

45.

46.

47.

48.

49

50.

51.

52.

53.

54.

55.

56.

57.

58.

59.

60.

61.

62.

63.

64.

65.

66.

67.

68.

69.

70.

71.

72.

73.

74.

75.

76.

77.

78.

79.

80.

81.

82.

83.

peraga itu?

Terus setelah mencobanya, apa yang kamu

dapat?

Bagaimana pendapatmu mengenai bentuk

alat peraga tersebut?

Kalau ukurannya?

Kalau warnanya?

Terus maunya apa?

Waktu guru jelasin cara penggunaannya

kamu paham enggak?

Kenapa gak dong?

Terus biar dong gimana?

Kalau menurutmu cara penggunaan alat

peraganya gimana?

Kalau kamu diperbolehkan menggunakan

alat tersebut, kamu mau enggak

menggunakannya di luar jam pelajaran?

Kapan?

Kenapa kok mau?

Terus ketika mengerjakan soal kamu lebih

suka pake alat itu,, pake oret-oret apa dilihat

perkaliannya dulu apa bagaimana?

Terus kan itu naruh baloknya dari kiri ke

kanan, kalau kebalik kan salah. Kamu

pernah gak salah kaya gitu?

Kapan kamu sadar kalau kamu salah?

Kalau gak dikasih tau sama bu guru kamu

tau gak kalau salah?

Terus sekarang kalau disuruh nyoba gitu

masih salah enggak?

Kamu tahu enggak itu bahannya apa?

Sering liat kayu gitu enggak?

Di mana?

Senang, gembira karena bisa pake alat yang baru.

Gak masalah, suka.

Gak masalah, suka. Ukurannya pas.

Gak suka, soalnya tempatnya warnanya serba

coklat.

Kan warnanya bisa diganti sama warna yang gak

gelap, aku kalau warna gelap gak suka, harusnya

warna cerah.

Aku enggak dong.

Soalnya kalau guru jelasinnya cepet-cepet.

Tanya langsung sama bu Z. Abis dijelasin harus

mencoba alat peraganya itu sendiri.

Mudah, soalnya tinggal naruh balok-baloknya ke

kotak-kotaknya itu

Mau.

Pas istirahat kan bisa belajar pake alat itu.

Sambil kita belajar sambil kita ngapalin

pembagiannya sama perkalian.

Dipahami soalnya dulu terus mencoba untuk

menghitung pake alatnya.

Pernah.

Saat dibilangin sama bu guru.

Mesti salah.

Enggak, udah bisa.

Tahu, terbuat dari kayu.

Sering.

Di rumah.

Keterangan:

W2 : Wawancara kedua

S1 : Subjek satu

S2 : Subjek dua

S3 : Subjek tiga

S4 :Subjek empat

Comment [a210]: Subjek senang karena bisa

menggunakan alat yang baru (W2, S2, B 46)

Comment [a211]: Subjek suka dengan bentuk

dan ukuran alat peraga (W2, S2, B 48 – B 50)

Comment [a212]: Subjek tidak suka warna gelap dalam alat peraga (W2, S2, B 53 – B 55)

Comment [a213]: Cara penggunaan alat peraga mudah (W2, S2, B 61 – B 62)

Comment [a214]: Subjek mau menggunakan alat peraga di luar jam pelajaran (W2, S2, B 66 – B

68)

Comment [a215]: Subjek tahu bahan yang digunakan dalam alat peraga (W2, S2, B 80– B 83)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

155

Lampiran 4. 14 Verbatim wawancara Pasca Penelitian Siswa C

Subjek 4 : C

Tempat : Ruang agama katolik

Waktu : 3 Maret 2014

Pukul : 09. 38 – 09. 49

No. Pertanyaan Jawaban

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

39.

40.

41.

42.

43.

44.

Kemarin waktu belajar matematika pake alat peraga

itu bagaimana pendapatmu ketika pertama kali

melihat alat peraga itu?

Kenapa kok kaget?

Owh gak tau. Itu lho yang kemarin dipake di kelas,

kotak2 itu.

Bisa gimana maksudnya?

Penasarannya gimana?

Terus bagaimana sikapmu ketika pertama kali

melihat alat peraga tersebut?

Kepengan gimana maksudnya?

Terus perasaanmu setelah mengikuti mengikuti

kegiatan pembelajaran dengan menggunakan alat

peraga itu gimana?

Tapi kemarin kamu kan gak mau nyobain alatnya?

Kamu kan malah sembunyi di bawah meja.

Kenapa?

Owh jadi kamu gak suka sama kelompoknya gitu?

Tapi kalau kamu nyobain alatnya di kelompok deket

itu mau?

Terus pemahamanmu mengenai materi pembagian

menggunakan alat peraga itu gimana?

Senangnya gimana?

Biasa gimana?

Susah gak pake alat itu?

Bagaimana jika guru tidak menjelaskan cara

penggunaan alat peraganya?

Jadi harus dijelasin guru?

Waktu dijelasin sama guru di depan, kamu dong

enggak?

Kenapa kok cuma agak dong?

Terus mau kamu gimana?

Terus kan itu dijelasin lagi di dalam kelompok itu,

terus pas di jelasin di dalam kelompok gimana?

Terus yang sering makek alat peraga itu di

kelompokmu siapa?

Owh setiap nyobain kamu terakhir sendiri? Terus

kamu maunya gimana?

Owh mau yang pertama?

Emang apa bedanya kalau nyobain terakhir sama

pertama?

Terus menurutmu alat peraga itu berguna apa

Kaget.

Kalau aku tu jujur gak tau alat peraga itu apa.

Bisa.

Ya aku bisa pake alat peraga itu, terus penasaran.

Pengen nyobain.

Kepengen gitu, penasaran.

Kepengen nyoba.

Suka aja, senang.

Kan saya gak mau deket itu.

Aku maunya di dekat tempat asliku.

Iya.

Mau.

Senang.

Biasa.

Ya mau pake alat itu ya biasa. Gak pake alat itu juga

biasa.

Enggak, kan udah bisa.

Enggak bisa.

Iya.

Agak dong.

Lha bu guru jelasinnya cepet-cepet kok.

Ya gak cepet-cepet, pelan-pelan gitu.

Baru dong

A sering makek, aku belum. Padahal A udah 2 kali

tapi aku belum. Terus aku nyobainnya terakhir

sendiri.

Pertama.

Comment [a216]: Siswa penasaran ketika pertama kali melihat alat peraga (W2, S3, B 5 – B 8)

Comment [a217]: Siswa kepengen mencoba

ketika pertama kali melihat alat peraga (W2, S3, B 9

– B 11)

Comment [a218]: Siswa senang belajar menggunakan alat peraga (W2, S3, B 12)

Comment [a219]: Subjek tidak nyaman dengan kelompoknya (W2, S3, B 15 - B 21)

Comment [a220]: Alat peraga tidak membantu pemahaman siswa(W2, S3, B 27 – B 28)

Comment [a221]: Cara penggunaan alat peraga

tidak susah (W2, S3, B 29)

Comment [a222]: Siswa tidak paham ketika

guru menjelaskan cara penggunaan alat peraga (W2,

S3, B 33 – B 35)

Comment [a223]: Subjek jarang menggunakan

alat peraga (W2, S3, B 40 – B 42)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

156

45.

46.

47.

48.

49

50.

51.

52.

53.

54.

55.

56.

57.

58.

59.

60.

61.

62.

63.

64.

65.

66.

67.

68.

69.

70.

71.

72.

73.

74.

75.

76.

77.

78.

79.

80.

81.

82.

83.

84.

85.

86.

87.

88.

89.

90.

91.

92.

93.

94.

95.

96.

97.

98.

99.

100.

enggak dalam memahami materi pembagian?

Bergunanya bagaimana?

Owh jadi buat ngecek gitu?

Terus bagaimana pendapatmu saat mengerjakan soal

dengan menggunakan alat peraga?

Membantunya bagaimana?

Waktu menghitungnya itu lama enggak?

Susah gak pake alat peraga itu?

Kenapa kok agak iya agak enggak?

Ketika pertama kali melihat alat peraga, apa yang

ingin kamu lakukan dengan alat peraga itu?

Sama siapa?

Terus setelah menggunakan alat peraga itu apa

pengalaman yang kamu dapat?

Terus bagaimana pendapatmu mengenai bentuk alat

peraga tersebut?

Lucunya bagaimana?

Yang besar gak lucu, kenapa?

Kamu maunya gak gendut?

Terus kalau warnanya gimana?

Kenapa kok suka?

Terus waktu guru menjelaskan penggunaan alat

peraga kamu paham enggak?

Biar mudah terus dong itu harusnya gimana waktu

menjelaskan?

Terus menurut pendapatmu cara penggunaan alat

peraga tersebut gimana?

Jika kamu diperbolehkan menggunakan alat

tersebut, kamu mau gak menggunakannya di luar

jam pelajaran?

Kenapa?

Terus menurutmu ukuran yang ada dalam alat

peraga tersebut gimana?

Waktu mengerjakan soal kamu sering pake alat itu

enggak?

Kenapa kok kadang-kadang pake, kadang-kadang

gak pake?

Kan itu alatnya kalau kamu naruh kotakanya salah,

hasilnya gak ketemu. Dengan adanya itu menurutmu

gimana?

Emang kemarin waktu nyobain salah naruh

kotaknya itu?

Terus kok tau kalau salah?

Kamu tahu gak bahan yang digunakan dalam alat

itu?

Kamu sering menjumpainya enggak?

Pernah gak melihat alat itu sebelum ini?

Suka sama alatnya?

Tapi kalau disuruh nyobain gak mau?

Emang kenapa kok harus sama kelompok yang asli?

Terus kenapa kalau gak ada binti?

Iya

Gak suka kalau terakhir, nanti ketinggalan.

Berguna.

Nanti misalnya saya nghitung terus begini (sambil

praktik menghitung pake alat peraga). Iya.

Membantu.

Membantu nghitung.

Enggak, biasa aja.

Agak iya, agak enggak.

Ya itu, aku mau’nya sama kelompok asli. Kalau

sama kelompok asli gak susah, tapi kalau pindah

kelompok susah.

Pengen nyobain sama pengen diajarin.

Ya sama bu guru

Diajarin dulu lama-lama udah bisa.

Suka, lucu.

Kecil-kecil, imut. Ada yang besar gak lucu.

Kan gendut.

Iya, yang kurus-kurus kayak aku

Suka.

Karena agak muda agak tua.

Awalnya gak dong tapi lama-lama dong.

Ditelateni aja, nanti lama-lama juga bisa.

Agak susah, agak enggak. Kalau pertamanya susah

terus lama-lama enggak.

Enggak.

Karena kan aku sudah dong, jadi buat apa lagi pake

alat itu kalau sudah dong.

Pas. Kalau anak kecil ya kotaknya kecil.

Kadang-kadang pake alat itu, kadang-kadang gak

pake.

Ada yang mudah, ada yang sulit (soalnya). Kalau

soalnya sulit aku mau pake tapi kalau soalnya

mudah, aku gak mau pake.

Membantu aku, waktu aku salah naruh kotaknya itu.

Iya.

Kan gak ketemu hasilnya.

Tahu, kayu dan cat.

Sering, kan di rumah banyak pohon.

Belum.

Comment [a224]: Subjek maunya pertama kali

ketika menggunkan alat peraga (W2, S3, B 45 – B

46)

Comment [a225]: Alat peraga membantu subjek

dalam menghitung (W2, S3, B 55 – B 58)

Comment [a226]: Subjek tidak nyaman dengan kelompoknya (W2, S3, B 60 – B 63)

Comment [a227]: Subjek ingin diajarin dan

mencoba alat peraga (W2, S3, B 64)

Comment [a228]: Subjek suka dengan bentuk

alat peraga yang kecil (W2, S3, B 69 – B 73)

Comment [a229]: Subjek suka warna dalam alat peraga(W2, S3, B 74 – B 75)

Comment [a230]: Awalnya susah menggunakan

alat peraga (W2, s3, B 76- B 79)

Comment [a231]: Subjek tidak mau

menggunakan alat peraga di luar jam matematika (W2, S3, B 82 – B 83)

Comment [a232]: Ukuran alat peraga pas (W2,

S3, B 86)

Comment [a233]: Subjek kadang-kadang

menggunakan alat peraga untuk mengerjakan soal

(W2, S3, B 88 – B 92)

Comment [a234]: Pengendali kesalahan membantu subjek menemukan hasilnya (W2, S3, B

93 – B 98)

Comment [a235]: Subjek tahu bahan yang

digunakan dalam alat peraga (W2, S3, B 99 – B 101)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

157

101.

102.

103.

104.

105.

106.

Suka.

Aku mau kalau kelompok yang asli.

Ada binti.

Gak suka, kan aku kalau ngapa-ngapain harus sama

binti.

Keterangan:

W2 : Wawancara kedua

S1 : Subjek satu

S2 : Subjek dua

S3 : Subjek tiga

S4 : Subjek empat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

158

Foto Kegiatan Pembelajaran

Guru mengajak siswa untuk bernyanyi

Guru memperkenalkan alat peraga kepada siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

159

Siswa saat pertama kali menggunakan alat peraga Montessori

Guru saat memberikan contoh ke dalam kelompok kecil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

160

Guru saat dibantu oleh peneliti eksperimen

Guru saat mendemonstrasikan cara penggunaan alat peraga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

161

Siswa saat pertama kali menggunakan alat peraga

Guru saat memantau pekerjaan siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena

164

CURRICULUM VITAE

Rina Metasari, lahir di Magelang pada tanggal 10 Januari

1993. Memulai pendidikan formal di TK Tersan Gede Salam

pada tahun 1997. Melanjutkan sekolah di SD N Tersan Gede I

dan lulus pada tahun 2003. Kemudian melanjutkan pendidikan di

SMP N 1 Salam dan lulus pada tahun 2006. Pendidikan SMA

diselesaikan pada tahun 2009 di SMA N 1 Ngluwar.

Pada tahun 2010 melanjutkan pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Seni, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Lulus pada tahun 2014 dengan

skripsi berjudul Persepsi guru dan siswa atas penggunaan alat peraga matematika

berbasis Montessori pada pembelajaran pembagian bilangan dua angka di SD N

Percobaan 3 Pakem.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI