PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileSKRIPSI TINGKAT KECERDASAN EMOSI REMAJA...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileSKRIPSI TINGKAT KECERDASAN EMOSI REMAJA...
TINGKAT KECERDASAN EMOSI REMAJA PANTI ASUHAN
(Studi Deskriptif Tingkat Kecerdasan Emosi
pada Remaja Panti Asuhan St.Yusup Sindanglaya
yang Mengalami Kekerasan dan Tidak Mengalami Kekerasan
serta Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi Sosial)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh :
Yosef Tri Nugroho Jaya
NIM: 101114045
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
TINGKAT KECERDASAN EMOSI REMAJA PANTI ASUHAN
(Studi Deskriptif Tingkat Kecerdasan Emosi
pada Remaja Panti Asuhan St.Yusup Sindanglaya
yang Mengalami Kekerasan dan Tidak Mengalami Kekerasan
serta Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi Sosial)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh :
Yosef Tri Nugroho Jaya
NIM: 101114045
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
TINGKAT KECERDASAN EMOSI REMAJA PANTI ASUHAN(Studi Deskriptif Tingkat Kecerdasan Emosi
pada Remaja Panti Asuhan St.Yusup Sindanglayayang Mengalami Kekerasan dan Tidak Mengalami Kekerasan
serta Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi Sosial)
Oleh:Oleh:
Yosef Tri Nugroho,
ZO?
\z
4045
Telah disetujui oleh:\.-/
Pembimbing
Tanggal, 05 Januari 2015Dr. Gendon Barus, M.Si.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
TINGKAT KECERDASAN EMOSI REMAJA PAIITI ASUHAN(Studi Deskriptif Tingkat Kecerdasan Emosi
pada Remaja Panti Asuhan St.Yusup Sindanglayayang Mengalami Kekerasan dan Tidak Mengalami Kekerasan
serta Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi Sosial)
Dipersiapkan dan ditulis oleh :
Yosef Tri Nugroho Jaya
NIM:101114045
Telah dipertahankan di depan panitia pengujipada tanggal,12 Januari 2015
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Ketua
Sekretaris
Anggota I
Anggota II
Anggota III
Nama Lengkap
Dr. Gendon Barus, M.Si.
Juster Donal Sinaga, M.Pd.
Dr. Gendon Barus, M.Si.
Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si.
Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si.
Yogyakarta, 12 J anuai 201 5
Fakulas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
“Saya percaya bahwa ketika Tuhan menempatkan saya di awal perjalanan
ini, Dia juga yang akan menuntun saya sampai akhir. Dia tidak akan
membawa saya sejauh ini hanya untuk kegagalan”
Kupersembahan karya ini untuk:
Orang tuaku, Yohanes Sularsono dan Lusia Isyanti
Kakakku, FX. Aris Sasongko Putra dan Agustina Santi Yusnita
Ernest, Jevan, dan Kiandra
Prisca Anindya Dewi
Program Studi Bimbingan dan Konseling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Keluarga adalah sekolah kita yang pertama untuk mempelajari Emosi”
Daniel Goleman
“Sesuatu yang belum dikerjakan seringkali tampak Mustahil, namun kita
akan yakin apabila kita telah berhasil melakukannya dengan baik”
Evlyn U.
“Jangan tunda sampai besok, apa yang dapat engkau kerjakan hari ini”
Nindy Dewi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 12 Januari 2015
Penulis
Yosef Tri Nugroho Jaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Yosef Tri Nugroho Jaya
Nomor Induk Mahasiswa : 101114045
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
TINGKAT KECERDASAN EMOSI REMAJA PANTI ASUHAN (Studi
Deskriptif Tingkat Kecerdasan Emosi pada Remaja Panti Asuhan St.Yusup
Sindanglaya yang Mengalami Kekerasan dan Tidak Mengalami Kekerasan
serta Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi Sosial)
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal, 12 Januari 2015
Yang menyatakan
Yosef Tri Nugroho Jaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
TINGKAT KECERDASAN EMOSI REMAJA PANTI ASUHAN
(Studi Deskriptif Tingkat Kecerdasan Emosi
pada Remaja Panti Asuhan St.Yusup Sindanglaya
yang Mengalami Kekerasan dan Tidak Mengalami Kekerasan
serta Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi Sosial)
Yosef Tri Nugroho Jaya
Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk
memperoleh gambaran mengenai tingkat kecerdasan emosi remaja Panti Asuhan St.
Yusup Sindanglaya. Masalah pertama yang diteliti adalah “Seberapa tinggi tingkat
kecerdasan emosi pada remaja Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya?”. Masalah yang
kedua adalah “Butir pengukuran kecerdasan emosi mana yang terindikasi rendah pada
remaja Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya yang implikatif diusulkan sebagai topik-
topik bimbingan pribadi-sosial?”. Masalah yang ketiga adalah “Apakah ada perbedaan
yang signifikan antara tingkat kecerdasan emosi pada remaja Panti Asuhan St. Yusup
Sindanglaya yang mengalami kekerasan dan remaja yang tidak mengalami kekerasan?”.
Jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Subjek penelitian
adalah remaja Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya yang berjumlah 114 orang. Instrumen
penelitian ini berupa kuesioner tingkat kecerdasan emosi yang terdiri dari 59 item
pernyataan yang dikembangkan berdasarkan teknik penyusunan skala model Likert.
Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan membuat tabulasi skor total masing-
masing item, menghitung skor total masing-masing responden, menghitung skor total
masing-masing item, selanjutnya mengkategorisasikan tingkat kecerdasan emosi remaja
berdasarkan distribusi normal. Kategori ini terdiri dari lima jenjang yaitu sangat tinggi,
tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah (1) Tingkat kecerdasan emosi pada remaja
Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya yang termasuk dalam kategori sangat tinggi
berjumlah 28 orang (24,6 %), yang termasuk dalam kategori tinggi berjumlah 63 orang
(55,3 %), yang termasuk dalam kategori sedang berjumlah 23 orang (20,1 %), yang
termasuk dalam kategori rendah dan sangat rendah berjumlah 0 orang (0%). (2)
berdasarkan analisis terhadap butir-butir kecerdasan emosi, diperoleh 10 butir item yang
pencapaian skornya masuk dalam kategori sedang yang digunakan sebagai dasar untuk
merumuskan usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial yang implikatif untuk
meningkatkan kecerdasan emosi remaja Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya. (3)
Terdapat perbedaan tingkat kecerdasan emosi pada remaja panti asuhan St. Yusup
Sindanglaya yang mengalami kekerasan dan tidak mengalami kekerasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
EMOTIONAL INTELLIGENCE LEVEL OF ORPHANAGE TEENAGER
(A Descriptive Study of Emotional Intelligence Level of St. Yusup
Sindanglaya Orphanage Teenager Who Got Violence and Non-Violence with
The Implications Towards The Advise of The Topics of Social Personal
Counseling)
Yosef Tri Nugroho Jaya
The University Of Sanata Dharma
2015
This research was quantitative descriptive research which has the aim to
get illustration about Emotional Intelligence Level of St. Yusup Sindanglaya
orphanage teenager. The first problem is “How high is the emotional intelligence
level of St. Yusup Sindanglaya orphanage teenager?” The second problem is
“Which emotional intelligence measurement items do indicate low for St. Yusup
Sindanglaya orphanage teenager who is implicative to be suggested as social-
personal counseling topics?” The third problem is “Are there significant
difference between emotional intelligence levels of St. Yusup Sindanglaya
orphanage teenager who got violence and non-violence?
This research was a descriptive research with survey method application.
The subjects were teenagers of St. Yusup Sindanglaya orphanage. There were 114
persons. The research instrument was a questionnaire of emotional intelligence
level which consisted of 59 statements items which were developed based on
composing of Likert model scale. The data analysis technique in this research
were making total score tabulation from each items, counting total score from
each respondents, counting total score of each items, and categorizing the teenager
emotional intelligence level based on normal distribution. This category was
consisted of five grades those are very high, high, medium, low, and very low.
The result of the research which was obtained were (1) emotional
intelligence level of St. Yusup Sindanglaya orphanage teenager which was
categorized very high were 28 persons (24,6%), 63 persons (55,3%) were
categorized high, 23 persons (20,1%) were categorized very low. (2) Based on the
analysis of emotional intelligence items, there were 10 items which the score
reached middle category and it is used as the basis to formulate the advice of the
implicative topics of social-personal counseling to develop emotional intelligence
of St. Yusup Sindanglaya orphanage teenager. (3) There were difference
emotional intelligence level of St. Yusup Sindanglaya orphanage teenager who
got violence and non-violence.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan Kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat
dan kasih-Nya yang melimpah. Karena berkat dan kasih itulah penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tugas akhir sebagai syarat memperoleh
gelar sarjana pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling memberi
banyak manfaat, penulis mendapat pengalaman untuk mengaplikasikan teori-teori
yang telah penulis dapat saat menjalani proses perkuliahan di Program Studi
Bimbingan dan Konseling secara langsung.
Skripsi dengan judul “Tingkat Kecerdasan Emosi Remaja Panti Asuhan St.
Yusup Sindanglaya yang Mengalami Kekerasan dan Tidak Mengalami Kekerasan
serta Implikasinya terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi Sosial” ini
dapat penulis selesaikan bukan hanya karena kerja keras penulis sendiri, namun
didukung oleh bantuan dari banyak pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Gendon Barus, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan
kemurahan hati dan kesabaran telah memberikan dukungan, motivasi, dan
bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
2. Pater Stanislaus Agus Suharyanto, OFM., selaku kepala Panti Asuhan St.
Yusup Sindanglaya yang telah menerima dan memberikan kesempatan
untuk melaksanakan pengambilan data penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
3. Ibu M.M. Dwi Supraptiningsih, OFS., selaku pamong panti yang dengan
sabar meluangkan waktu dan mendampingi penulis dalam proses
pengambilan data penelitian.
4. Seluruh siswa Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya atas partisipasinya
dalam pengisian instrumen penelitian.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma yang telah mendampingi penulis selama masa
perkuliahan dan membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan.
6. Bapak dan Ibu tercinta, Yohanes Sularsono dan Lusia Isyanti yang selalu
setia dengan cinta dan kasih sayang memberikan dukungan, perhatian, dan
doa selama penulis berproses dalam menyusun skripsi.
7. Kakak penulis Mas Aris, Mas Win, Mbak Santi, dan Mbak Dian yang
telah meluangkan waktu untuk berbagi pengalaman dan memberikan
dukungan kepada penulis selama proses penyusunan, pelaksanaan
penelitian, dan penyelesaian skripsi.
8. Prisca Anindya Dewi yang telah mendengarkan keluh kesah, memberikan
dukungan, pendapat, doa, dan perhatian selama penulis menyususun
skripsi.
9. Agus, Uut, Hendra, Anang, Sr. Maura, dan Sr. Krisna yang telah menjadi
teman diskusi dan memberikan dukungan serta motivasi kepada penulis
selama proses penyusunan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
10. Teman-teman program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta, khususnya angkatan 2010 A atas masukan dan
dukungannya kepada penulis selama proses menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Semoga
skripsi ini dapat berguna bagi pembaca atau pihak lain yang memiliki ketertarikan
untuk mempelajari lebih dalam mengenai penelitian ini.
Yogyakarta, 12 Januari 2015
Penulis
Yosef Tri Nugroho Jaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................... iv
HALAMAN MOTTO.................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA....................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI......................................... vii
ABSTRAK.................................................................................................... viii
ABSTRACT................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR.................................................................................. x
DAFTAR ISI................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL........................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian............................................................................ 6
E. Definisi Oprasional Variabel............................................................ 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Hakikat Kecerdasan Emosi............................................................... 10
1. Pengertian Emosi........................................................................ 10
2. Pengertian Kecerdasan Emosi.................................................... 11
3. Aspek-aspek Kecerdasan Emosi................................................. 11
4. Ciri-ciri Individu yang Memiliki Kecerdasan Emosi................. 14
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi 16
B. Hakikat Kekerasan............................................................................ 19
1. Pengertian Kekerasan................................................................. 19
2. Bentuk Kekerasan....................................................................... 19
3. Pengaruh Kekerasan Terhadap Kecerdasan Emosi.................... 23
C. Remaja Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya................................. 25
1. Pengertian Remaja...................................................................... 25
2. Ciri-ciri Masa Remaja................................................................ 26
3. Tugas Perkembangan Masa Remaja........................................... 31
4. Kehidupan Remaja di Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya..... 33
D. Bimbingan Pribadi Sosial di Panti Asuhan....................................... 35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
1. Pengertian Bimbingan................................................................. 35
2. Bimbingan Pribadi Sosial Remaja Panti Asuhan St. Yusup
Sindanglaya.................................................................................
36
E. Hipotesis Penelitian........................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.................................................................................. 38
B. Subjek Penelitian............................................................................... 39
C. Instrumen Penelitian.......................................................................... 40
1. Kuesioner Tingkat Kecerdasan Emosi........................................ 40
2. Format Pernyataan Skala............................................................. 40
D. Validitas dan Reliabilitas................................................................... 43
1. Validitas...................................................................................... 43
2. Reliabilitas................................................................................... 46
E. Prosedur Penyusunan Instrumen Penelitian...................................... 47
1. Tahap Persiapan.......................................................................... 47
2. Pengumpulan Data...................................................................... 49
F. Teknik Analisis Data........................................................................ 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian.................................................................................. 55
1. Tingkat Kecerdasan Emosi Remaja Panti Asuhan St. Yusup
Sindanglaya.................................................................................
55
2. Distribusi Skor Item Kecerdasan Emosi Remaja
Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya yang mengalami
kekerasan dan tidak mengalami kekerasan.................................
57
3. Pengelompokan Remaja Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya
yang Mengalami Kekerasan dan Tidak Mengalami
Kekerasan...................................................................................
60
4. Uji Hipotesis Penelitian.............................................................. 60
B. Pembahasan Hasil Penelitian............................................................ 62
C. Implikasi Hasil Penelitian: Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi
Sosial.................................................................................................
72
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................... 75
B. Keterbatasan Penelitian.................................................................... 76
C. Saran................................................................................................. 76
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Subjek Penelitian........................................................................ 39
Tabel 2 Norma skoring Inventori Kecerdasan Emosi............................. 41
Tabel 3 Kisi-kisi Kuesioner Kecerdasan Emosi pada Anak Panti
Asuhan........................................................................................
42
Tabel 4 Item-item Valid dan Tidak Valid................................................ 45
Tabel 5 Kriteria Guildford....................................................................... 47
Tabel 6 Norma Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Emosi Subjek dan
Item.............................................................................................
50
Tabel 7 Norma Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Emosi Remaja Panti
Asuhan St. Yusup.......................................................................
51
Tabel 8 Norma Kategorisasi Skor Item Kecerdasan Emosi Remaja
Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya yang Mengalami
Kekerasan dan Tidak Mengalami Kekerasan.............................
52
Tabel 9 Distribusi Tingkat Kecerdasan Emosi pada Remaja Panti
Asuhan St. Yusup Sindanglaya...............................................
55
Tabel 10 Distribusi Skor Item Kecerdasan Emosi Remaja Panti Asuhan
St. Yusup Sindanglaya yang Mengalami Kekerasan dan Tidak
Mengalami Kekerasan...............................................................
57
Tabel 11 Item Kecerdasan Emosi Remaja Panti Asuhan yang
Mengalami Kekerasan dan Tidak Mengalami Kekerasan yang
pencapaiannya belum optimal...................................................
59
Tabel 12 Kelompok Remaja Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya yang
Mengalami Kekerasan dan Tidak Mengalami Kekerasan..........
60
Tabel 13 Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi Sosial........................... 73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Diagram Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Emosi.................... 56
Gambar 2 Diagram Kategorisasi Capaian Skor Item Kecerdasan Emosi
Remaja Panti Asuhan yang Mengalami Kekerasan dan Tidak
Mengalami Kekerasan...............................................................
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Tingkat Kecerdasan Emosi.................................. 80
Lampiran 2 Tabulasi Data Penelitian........................................................ 86
Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas....................................... 90
Lampiran 4 Hasil Uji T-Test..................................................................... 96
Lampiran 5 Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB)..................................... 97
Lampiran 6 Surat Perijinan Penelitian...................................................... 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini memuat uraian mengenai latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional variabel.
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju masa
dewasa. Masa remaja juga disebut sebagai masa transisi. Pada masa transisi
timbul berbagai gejolak dalam diri remaja, baik dari diri sendiri maupun dari
luar yang mewarnai dinamika kehidupan remaja. Berbagai gejolak yang
dialami dan tumbuh dalam diri remaja menyumbang terhadap gambaran diri
remaja. Gambaran diri remaja antara lain ditentukan oleh tingkat kecerdasan
emosi. Hal ini merupakan suatu tantangan bagi remaja masa kini untuk
membangun dan meningkatkan kecerdasan emosi, guna membentuk gambaran
pribadi yang baik, sehingga dapat mengaktualisasikan diri secara optimal.
Dunia remaja merupakan masa di mana individu berlomba untuk
menemukan jati diri mereka. Jati diri merupakan satu hal yang muncul dalam
perkembangan remaja yang penuh dengan tantangan, masalah, dan kebutuhan.
Jati diri dapat berkembang secara baik apabila remaja memiliki kecerdasan
emosi tinggi. Kecerdasan emosi merupakan aspek yang sangat dekat dengan
kepribadian setiap individu terutama remaja. Individu yang telah mencapai
kecerdasan emosi yang baik ditandai oleh adanya kecakapan pribadi dan
kecakapan sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Kecerdasan emosi membantu individu untuk mengenali perasaan yang
tengah dirasakannya, bereaksi terhadap perasaan yang muncul dan
mengendalikan perasaan tersebut. Kecerdasan emosi mampu memberikan
manfaat emosional untuk meningkatkan kreatifitas dan aktivitas motorik
individu dalam berelasi dengan lingkungan sekitarnya. Kecerdasan emosi
turut membantu individu agar mampu menyelesaikan permasalahan yang
terjadi dalam dirinya secara kreatif.
Banyak remaja Indonesia yang belum mampu mengoptimalkan
perkembangan kecerdasan emosi. Hal tersebut terjadi karena kurang adanya
semangat dalam diri para remaja untuk berkembang. Kurangnya semangat
dalam diri para remaja untuk berkembang secara optimal disebabkan karena
para remaja belum mampu mengenal potensi yang mereka miliki. Namun, di
sisi lain hal tersebut terjadi karena kurangnya dukungan dan dorongan dari
lingkungan sekitar dalam memberikan kesempatan bagi remaja untuk
berkembang secara optimal.
Salah satu potret pengalaman kehidupan remaja yang kurang mendapat
dukungan dari lingkungan sekitar adalah remaja yang hidup jauh dari orang
tua, bahkan tidak pernah mendapat sosok orang tua yang baik dan mampu
menjadi panutan bagi pertumbuhan dan perkembangan remaja. Remaja yang
tinggal di Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya dapat disebut sebagai salah
satu contoh permasalahan ini. Panti Asuhan St.Yusup Sindanglaya mampu
menampung sekitar 300 orang anak asuh, yang berasal dari berbagai latar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
belakang keluarga, antara lain yatim-piatu, terlantar, pra-sejahtera, titipan, dan
dari keluarga bermasalah.
Faktor lain yang kurang mendukung perkembangan kecerdasan emosi
remaja secara optimal adalah kekerasan yang pernah dialami oleh remaja.
Kekerasan yang dialami oleh remaja berupa kekerasan fisik dan kekerasan
psikis. Pengalaman kekerasan tersebut dapat mengakibatkan timbulnya
traumatis dalam diri remaja. Pengalaman traumatis menyebabkan remaja tidak
dapat mengenal dan mengendalikan emosi yang ada dalam dirinya. Hal ini
menyebabkan individu, terutama remaja akan cenderung menutup diri, mudah
cemas, depresi, gelisah, dan yang paling berbahaya adalah sulit untuk
mempercayai orang-orang yang ada disekitarnya. Kenyataannya adalah masih
ada beberapa remaja panti asuhan yang teridentifikasi menjadi korban
kekerasan. Kekerasan yang pernah terjadi, tanpa disadari memiliki dampak
bagi perkembangan emosional remaja panti asuhan. Dampak ini semakin
terlihat pada saat remaja berada jauh dari orang-orang yang telah menyakiti
atau melukai dirinya. Sebagian remaja panti asuhan akan memiliki
kecenderungan menutup diri terhadap lingkungan sekitar, bersikap dan
berperilaku agresif terhadap temannya (mudah tersinggung dan marah),
berbohong terhadap pamong panti, dan menentang aturan yang berlaku.
Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bulan Januari-
Agustus 2012 mencatat terdapat 3.332 kasus kekerasan terhadap anak di
Indonesia. Keluarga menjadi tempat terbanyak terjadinya kekerasan terhadap
anak, yakni sebanyak 496 kasus, disusul dengan kekerasan di bidang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
pendidikan, yaitu mencapai 470 kasus, dan pada urutan ketiga kasus kekerasan
terhadap anak di bidang agama, yakni 195 kasus. Bentuk kasus kekerasan
yang terjadi pada anak dalam keluarga, antara lain perebutan hak kuasa asuh
pada keluarga yang sudah cerai, akses bertemu anak yang sulit, anak kabur
dari rumah, penelantaran anak, dan pengasuhan anak bermasalah.
Fenomena ini kurang mendapat perhatian oleh masyarakat luas,
sehingga kekerasan yang dilakukan terhadap anak dan remaja dari tahun ke
tahun semakin meningkat. Masyarakat kurang mengerti dan memahami
dampak yang akan terjadi apabila permasalahan ini terus menerus berlanjut,
terutama pada aspek emosional. Sebagian besar masyarakat menganggap pola
asuh yang diberikan pada remaja sudah benar dan sesuai dengan kebutuhan,
namun pola asuh yang mengandalkan pendisiplinan dengan kekerasan
membuat remaja menderita. Oleh sebab itu, mendampingi dan mencari solusi
secara tepat sasaran merupakan salah satu jalan untuk menolong remaja yang
menjadi korban kekerasan. Hal tersebut sangat penting, karena remaja
merupakan pribadi yang berharga, membutuhkan kasih sayang, pendidikan,
dan memberikan mereka harapan akan cita-cita.
Berdasarkan fenomena di atas mengenai kekerasan yang cukup
mengkhawatirkan, maka diperlukan peran kolaborasi antara guru BK, pamong
asrama dengan semua pihak dalam mendampingi remaja yang menjadi korban
kekerasan, khususnya mereka yang diasuh di panti asuhan. Pendampingan
yang diberikan harus bersinergi antara guru BK dan panti asuhan, sehingga
dapat terwujud tujuan mulia, yaitu membantu memulihkan kondisi korban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
kekerasan secara psikologis agar remaja mampu menerima dirinya, mau
terbuka kepada diri sendiri dan orang lain, serta membantu para remaja
mengoptimalkan kecerdasan emosi yang ada dalam diri mereka. Seorang
remaja yang cerdas secara emosi, mampu mengendalikan emosi secara tepat
dan mengerti betul apa yang sedang dirasakannya. Selain itu, melalui
pendampingan yang tepat, diharapkan para remaja dapat melihat diri sendiri
seperti orang lain melihat dirinya serta mampu memahami orang lain yang ada
di sekitanya.
Berdasarkan pada uraian di atas mengenai kecerdasan emosi dan
kekerasan terhadap remaja, maka penulis tertarik untuk mengangkat penelitian
dengan judul “Tingkat Kecerdasan Emosi Remaja Panti Asuhan yang
Mengalami Kekerasan dan Tidak Mengalami Kekerasan serta Implikasinya
terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi Sosial”.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan pokok dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Seberapa tinggi tingkat kecerdasan emosi pada remaja Panti Asuhan St.
Yusup Sindanglaya?
2. Butir pengukuran kecerdasan emosi mana yang terindikasi rendah pada
remaja panti asuhan St. Yusup Sindanglaya yang implikatif diusulkan
sebagai topik-topik bimbingan pribadi-sosial?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
3. Apakah ada perbedaan yang signifikan tingkat kecerdasan emosi pada
remaja Panti Asuhan St.Yusup Sindanglaya yang mengalami kekerasan
dan remaja yang tidak mengalami kekerasan?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan tingkat kecerdasan emosi pada remaja panti asuhan St.
Yusup Sindanglaya.
2. Mengidentifikasi butir item pada instrumen kecerdasan emosi remaja panti
asuhan St. Yusup Sindanglaya yang terindikasi rendah dan merumuskan
topik-topik program bimbingan pribadi-sosial yang dapat meningkatkan
kecerdasan emosi.
3. Menganalisis ada tidaknya perbedaan kecerdasan emosi pada remaja di
Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya yang mengalami kekerasan dan tidak
mengalami kekerasan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat disumbangkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan informasi dan sumbangan bagi
pengembangan pengetahuan dalam bidang bimbingan konseling,
khususnya mengenai Kecerdasan Emosi (Emotional Intelegent) pada
remaja yang mengalami kekerasan dan tidak mengalami kekerasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2. Manfaat praktis
a. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi guru
bimbingan dan konseling dalam rangka pengembangan program BK
pribadi-sosial khususnya dalam merancang topik-topik bimbingan
kecerdasan emosi remaja.
b. Bagi Pendidik (Guru dan Orang Tua)
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dalam memahami
kecerdasan emosi remaja khususnya remaja panti asuhan yang
mengalami kekerasan dan tidak mengalami kekerasan, sehingga
pendidik dapat ikut serta dalam membina dan meningkatkan
kecerdasan emosi remaja.
c. Bagi Remaja Panti Asuhan
Remaja akan mendapatkan layanan bimbingan pribadi-sosial yang
sesuai dengan tingkat kecerdasan emosi.
d. Bagi Peneliti
Penelitian ini memberikan kesempatan bagi peneliti untuk berlatih
melaksanakan penelitian sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah dan
belajar berpikir kritis dalam menjawab persoalan yang ada. Menjadi
bekal bagi peneliti dalam memberikan pelayanan dan pendampingan
kepada remaja mengenai tingkat kecerdasan emosi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
e. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan bagi peneliti lain
yang memiliki minat lebih jauh untuk mencermati kecerdasan emosi
dari berbagai sudut pandang.
E. Definisi Operasional Variabel
Untuk menambah pemahaman mengenai beberapa terminologi dalam
judul penelitian ini, peneliti menjelaskan beberapa istilah penting sebagai
berikut:
1. Kecerdasan Emosi
Kecerdasan Emosi atau Emotional Quotation (EQ) meliputi kemampuan
mengungkapkan perasaan, kesadaran serta pemahaman tentang emosi dan
kemampuan untuk mengatur dan mengendalikannya yang ditandai
berbagai indikator sebagaimana dioperasionalkan dalam konstruk
instrumen penelitian ini.
2. Kekerasan
Pengalaman terluka atau tersakiti karena sebagai korban dari perbuatan
seseorang atau sekelompok orang yang mengakibatkan kerugian atau
menciderai fisik dan non fisik secara paksa dengan berbagai jenis tindakan
yang melibatkan serangan fisik, verbal dan mental orang lain yang
menimbulkan kenangan buruk atau menyakitkan yang membekas (sulit
dilupakan), perasaan takut atau tak berdaya, terhina, dan direndahkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
3. Remaja Panti Asuhan
Remaja panti asuhan adalah mereka yang berusia sekitar 13-16 tahun
termasuk dalam masa remaja awal yang tinggal di panti asuhan dan duduk
di bangku Sekolah Menengah Pertama
4. Bimbingan Pribadi Sosial
Bimbingan Pribadi-Sosial merupakan salah satu upaya untuk membantu
individu dalam memantapkan kepribadian dan mengembangkan
kemampuan diri dalam menangani masalah-masalah yang berkaitan
dengan diri sendiri dan orang lain untuk menciptakan lingkungan yang
kondusif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini dipaparkan kajian konseptual mengenai hakikat kecerdasan
emosi, hakikat kekerasan, remaja panti asuhan, bimbingan pribadi sosial, dan
hipotesis penelitian.
A. Hakikat Kecerdasan Emosi
1. Pengertian Emosi
Emosi berasal dari bahasa latin yaitu “movere” yang berarti
“menggerakkan, bergerak”, ditambahkan awalan “e” untuk memberi arti
“bergerak menjauh”. Kecenderungan untuk bertindak merupakan hal yang
mutlak dalam emosi. Kamus psikologi mendefinisikan, emosi adalah suatu
keadaan yang kompleks dari organisme, yang menyangkut perubahan
jasmani yang luas sifatnya. Pengertian emosi menurut Oxford English
Dictionary sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan
nafsu; setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap.
Goleman berpendapat bahwa (2007:411) emosi merujuk pada
suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan
psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Berdasarkan
uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan
yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap
rangsangan atau stimulus, yang berasal dari dalam diri atau dari luar diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
2. Pengertian Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi merupakan sebuah teori yang diajukan pada
tahun 1990 oleh dua psikolog, Peter Salovey dan John Mayer untuk
mengemukakan mengenai kualitas emosional individu. Salovey dan
Mayer (Goleman, 1999:513) mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai
kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan perasaan
orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu
pikiran dan tindakan.
Menurut Goleman (1999) kecerdasan emosi adalah kemampuan
seseorang untuk mengatur kehidupan emosinya secara cerdas (to manage
our emotional life with intelligent), menjaga keselarasan emosi dan
pengungkapannya (the approprianteness of emotion and it’s expression)
melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri,
empati, dan keterampilan sosial. Kecerdasan emosi dapat disimpulkan
sebagai kemampuan mental yang membantu individu dalam menyadari
dan mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, dan
mengenali emosi orang lain.
3. Aspek-aspek Kecerdasan Emosi
Menurut Salovey (Goleman, 2007:57-59), kecerdasan emosi
terbagi menjadi lima wilayah utama, yaitu:
a. Mengenali Emosi Diri
Mengenali emosi diri merupakan suatu kemampuan untuk
mengenali perasaan pada saat perasaan itu terjadi. Individu dikatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
berhasil mengenali emosinya, apabila individu tersebut memiliki
kepekaan yang tinggi atas emosinya. Individu yang memiliki
keyakinan lebih tentang perasaannya merupakan individu yang mampu
mengontrol kehidupan emosionalnya. Menurut konsep Goleman
individu yang memiliki kesadaran diri akan lebih peka dan cermat
dalam menghadapi perasaannya dan menghadapi suasana hati orang
lain. Seorang remaja yang memiliki kesadaran emosi akan terlihat dari
kemampuannya dalam mengarahkan diri sendiri terkait dengan
pengambilan keputusan.
b. Mengelola Emosi
Kemampuan individu untuk menguasai perasaannya sendiri
agar perasaan itu dapat diungkapkan secara tepat dan selaras, sehingga
dapat tercapai keseimbangan dalam diri. Individu yang mampu
menghadapi badai emosional yang dibawa oleh diri sendiri,
merupakan individu yang mampu bangkit dari keterpurukan.
Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk bangkit dari perasaan-
perasaan yang menekan, menghibur diri sendiri, melepasakan
kecemasan, kemurungan, dan ketersinggungan. Remaja yang mampu
mengelola emosi, memiliki kemampuan dalam pengendalian diri.
Remaja yang memiliki kemampuan dalam pengendalian diri akan
memiliki sikap terbuka dan mampu menerima kritik dari orang lain
terhadap dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
c. Memotivasi Diri Sendiri
Kemampuan individu untuk mengendalikan diri dan menahan
diri terhadap kepuasan. Individu yang mampu memotivasi dirinya
akan memiliki keterampilan untuk produktif dan efektif dalam
berbagai aktivitas yang mereka lakukan. Membangun emosi sebagai
alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting bagi
individu untuk memberikan perhatian, untuk memotivasi diri sendiri
dan menguasai diri sendiri. Remaja yang memiliki kecapakan ini, tidak
mudah jatuh dalam suatu kegagalan dan tidak mudah puas terhadap
sesuatu yang dikerjakannya, memiliki kemauan untuk terus berusaha
memperbaiki diri.
d. Mengenali Emosi Orang Lain
Kemampuan untuk mengenali dan merasakan emosi orang lain
disebut dengan empati. Empati merupakan kemampuan yang
bergantung pada kesadaran diri emosional. Individu yang memiliki
keterbukaan pada emosi sendiri, akan terampil dalam membaca
perasaan orang lain. Individu yang tidak memiliki kesadaran terhadap
emosi tidak akan mampu menghargai perasaan orang lain. Orang yang
empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang
tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan atau
dikehendaki oleh orang lain. Remaja yang memiliki kepekaan dan
kepedulian serta memiliki kemampuan untuk membaca perasaan orang
lain, akan mudah bergaul dengan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
e. Membina Hubungan
Membina hubungan merupakan keterampilan mengelola emosi
dalam menjalin relasi dengan orang lain. Kemampuan individu dalam
berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan
membina hubungan atau relasi dengan orang lain. Kemampuan dalam
membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang
popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi (Goleman,
1999). Individu yang menguasai keterampilan ini, akan berhasil dalam
berbagai macam bidang yang mengandalkan relasi yang baik dengan
orang lain. Remaja yang ramah, baik hati, dan menghargai akan
diterima dan disegani oleh orang lain.
4. Ciri-ciri Individu yang Memiliki Kecerdasan Emosi
Menurut Goleman (1999) individu yang memiliki kecerdasan
emosi adalah individu yang memiliki kecakapan pribadi dan kecakapan
sosial.
a. Kecakapan pribadi adalah kecakapan yang menentukan bagaimana
seseorang mengelola diri sendiri. Individu yang memiliki kecakapan
pribadi menunjukkan tiga ciri penting, yaitu :
1) Kesadaran Diri
a) Kesadaran emosi, mengenali kesadaran diri sendiri dan
efeknya.
b) Penilaian diri sendiri secara teliti, mengetahui kekuatan dan
batas-batas diri sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
c) Percaya diri, keyakinan tentang harga diri dan kemampuan diri
sendiri.
2) Pengaturan Diri
a) Kendali diri, mengelola emosi-emosi dan desakan-desakan hati
yang merusak.
b) Sifat dapat dipercaya, memelihara norma kejujuran dan
integritas.
c) Kewaspadaan, bertanggung jawab atas kinerja pribadi.
d) Adaptibilitas, keluwesan dalam menghadapi perubahan.
e) Inovasi, mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan,
pendekatan, dan informasi-informasi baru.
3) Motivasi
a) Dorongan prestasi, dorongan untuk menjadi lebih baik atau
memenuhi standar keberhasilan.
b) Komitmen, menyesuaikan diri dengan sasaran kelompok atau
lingkungan.
c) Inisiatif, kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan.
d) Optimisme, kegigihan dalam memperjuangkan sasaran kendati
ada halangan dan kegagalan.
b. Kecakapan sosial yaitu kecakapan yang menentukan bagaimana
seseorang menangani suatu hubungan dengan orang lain. Terdapat dua
ciri utama, yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
1) Empati
a) Memahami orang lain, mengindra perasaan dan perspektif
orang lain dan menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan
mereka.
b) Orientasi pelayanan, mengantisipasi, mengenali, dan berusaha
memenuhi kebutuhan
c) Mengembangkan orang lain, merasakan kebutuhan
perkembangan orang lain, dan berusaha menumbuhkan
kemampuan mereka.
d) Mengatasi keragaman, menumbuhkan peluang melalui
pergaulan dengan bermacam-macam orang.
2) Kesadaran Sosial
a) Komunikasi, mengirimkan pesan yang jelas dan meyakinkan.
b) Katalisator perubahan, memulai, dan mengelola perubahan.
c) Manajemen konflik, negosiasi, dan pemecahan silang pendapat.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi terbagi
menjadi dua, yaitu:
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri
individu. Faktor internal dipengaruhi oleh keadaan otak emosional
individu. Amigdala merupakan salah satu struktur otak yang
digunakan untuk mengolah dan menyimpan data ingatan emosional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
seorang individu. Data yang diterima oleh individu melalui indra
pengelihatan, indra penciuman, indra perasa, indra peraba, dan indra
pendengaran kemudian masuk dan diolah oleh struktur otak yang
berurusan dengan proses kegiatan rasional atau sering disebut dengan
neocortex. Hal ini menyebabkan individu bereaksi secara emosional
terlebih dahulu saat menghadapi suatu hal, sebelum disadari
sepenuhnya oleh reaksi rasional.
Kecerdasan emosi yang tinggi akan membantu individu dalam
menjaga keselarasan antara amigdala dan neocortex atau antara reaksi
emosional dengan reaksi rasional. Hal ini membuat individu mampu
menguasai diri, memahami emosi diri serta emosi orang lain, dan
menyesuaikan diri dengan emosi orang lain atau lingkungannya
(Goleman, 2007)
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu.
Menurut Gottman dan DeClaire (2003), faktor eksternal yang
mempengaruhi kecerdasan emosi individu adalah:
1) Keluarga
Keluarga merupakan pendidik pertama seorang individu
dalam mempelajari berbagai hal, salah satunya yaitu emosi.
Keluarga terutama orang tua merupakan model bagi perkembangan
emosional remaja. Orang tua tidak hanya memberikan sikap hangat
dan positif dalam mengajarkan kecerdasan emosi kepada individu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
terutama remaja. Sikap tegas, bertanggung jawab, dan rasional
perlu diberikan agar remaja memiliki batasan dalam
mengekspresikan sikap dan perilaku mereka sehari-hari, mengingat
bahwa beberapa orang tua tidak mampu mengatasi perasaan-
perasaan negatif anak remaja mereka.
2) Lingkungan
Perkembangan emosi remaja dipengaruhi oleh lingkungan
dimana individu berkembang. Mangunhardjana (1986)
mengemukakan bahwa lingkungan sosial mempunyai pengaruh
yang cukup besar bagi perkembangan kepribadian individu.
Lingkungan dimana remaja berada, seperti lingkungan sekolah,
tempat bermain, dan masyarakat dapat mempengaruhi pencapaian
kecerdasan emosi individu terutama remaja. Lingkungan yang
harmonis akan mendukung remaja dalam mencapai perkembangan
kecerdasan emosi secara optimal, namun lingkungan yang kurang
mendukung atau lingkungan yang buruk akan membuat remaja
mengalami ketakutan, kegelisahan, mudah cemas, bersikap apatis,
dan reaktif, sehingga remaja sulit mencapai kecerdasan emosi
secara optimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
B. Hakikat Kekerasan
1. Pengertian Kekerasan
Kekerasan berasal dari bahasa latin violentus yang berasal dari kata
vi atau vis berarti “kekuasaan atau berkuasa”, merupakan sebuah ekspresi
yang dilakukan secara fisik ataupun secara verbal yang mencerminkan
pada tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat
seseorang yang dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang.
Menurut Pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU PKDRT), kekerasan adalah setiap
perbuatan terhadap seseorang, terutama perempuan yang mengakibatkan
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,
dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan yang melawan
hukum dalam lingkup rumah tangga.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kekerasan
adalah perilaku agresif baik secara fisik, verbal dan non verbal yang dapat
menimbulkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain.
2. Bentuk Kekerasan
Menurut Pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2004 tentang kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT) bentuk kekerasan sebagai berikut:
a. Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik meliputi, kekerasan fisik berat dan kekerasan
fisik ringan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
1) Kekerasan Fisik Berat
Berupa penganiayaan berat, seperti menendang, memukul,
melakukan percobaan pembunuhan atau pembunuhan, dan semua
perbuatan lain yang dapat mengakibatkan: cidera berat, tidak
mampu menjalankan tugas sehari-hari, pingsan, luka berat pada
tubuh korban dan atau luka yang sulit disembuhkan atau yang
menimbulkan bahaya mati, kehilangan salah satu panca indera,
mendapat cacat, menderita sakit lumpuh, terganggunya daya pikir,
gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan, kematian
korban.
2) Kekerasan Fisik Ringan
Berupa menampar, menjambak, mendorong, dan perbuatan
lainnya yang mengakibatkan: cedera ringan, rasa sakit dan luka
fisik yang tidak masuk dalam kategori berat.
b. Kekerasan Psikis
Kekerasan psikis meliputi, kekerasan psikis berat dan
kekerasan psikis ringan.
1) Kekerasan Psikis Berat
Berupa tindakan pengendalian, manipulasi, eksploitasi,
kesewenangan, perendahan dan penghinaan, dalam bentuk
pelarangan, pemaksaan dan isolasi sosial; tindakan dan atau ucapan
yang merendahkan atau menghina, penguntitan, kekerasan dan atau
ancaman kekerasan fisik, seksual dan ekonomis yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
mengakibatkan penderitaan psikis berat, seperti gangguan tidur
atau gangguan makan atau ketergantungan obat atau disfungsi
seksual, yang salah satu atau kesemuanya berat dan atau menahun,
gangguan stres pasca trauma, gangguan fungsi tubuh berat (seperti
tiba-tiba lumpuh atau buta tanpa indikasi medis), depresi berat atau
destruksi diri, gangguan jiwa dalam bentuk hilangnya kontak
dengan realitas seperti skizofrenia dan atau bentuk psikotik
lainnya.
2) Kekerasan Psikis Ringan
Berupa tindakan pengendalian, manipulasi, eksploitasi,
kesewenangan, perendahan dan penghinaan, dalam bentuk
pelarangan, pemaksaan, dan isolasi sosial; tindakan dan atau
ucapan yang merendahkan atau menghina, penguntitan, ancaman
kekerasan fisik, seksual dan ekonomis; yang dapat mengakibatkan
penderitaan psikis ringan, seperti ketakutan dan perasaan terteror,
rasa tidak berdaya, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya
kemampuan untuk bertindak, gangguan tidur atau gangguan makan
atau disfungsi seksual, gangguan fungsi tubuh ringan (misalnya,
sakit kepala, gangguan pencernaan tanpa indikasi medis), fobia
atau depresi temporer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
c. Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual meliputi, kekerasan seksual berat dan
kekerasan seksual ringan.
1) Kekerasan Seksual Berat
a) Pelecehan seksual dengan kontak fisik, seperti meraba,
menyentuh organ seksual, mencium secara paksa, merangkul
serta perbuatan lain yang menimbulkan rasa muak/jijik, ter-
teror, terhina, dan merasa dikendalikan.
b) Pemaksaan hubungan seksual tanpa persetujuan korban atau
pada saat korban tidak menghendaki.
c) Pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak disukai,
merendahkan, dan atau menyakitkan.
d) Pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan
pelacuran dan atau tujuan tertentu.
e) Terjadinya hubungan seksual di mana pelaku memanfaatkan
posisi ketergantungan korban yang seharusnya dilindungi.
f) Tindakan seksual dengan kekerasan fisik dengan atau tanpa
bantuan alat yang menimbulkan sakit, luka, atau cedera.
2) Kekerasan Seksual Ringan
Berupa pelecehan seksual secara verbal seperti komentar
verbal, gurauan porno, siulan, ejekan dan julukan dan atau secara
non verbal, seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh atau pun
perbuatan lainnya yang meminta perhatian seksual yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
dikehendaki korban yang bersifat melecehkan dan atau menghina
korban.
d. Kekerasan Ekonomi
Kekerasan ekonomi meliputi, kekerasan ekonomi berat dan
kekerasan ekonomi ringan.
1) Kekerasan Ekonomi Berat, yakni tindakan eksploitasi, manipulasi
dan pengendalian lewat sarana ekonomi berupa, memaksa korban
bekerja dengan cara eksploitatif termasuk pelacuran, melarang
korban bekerja tetapi menelantarkannya, mengambil tanpa
sepengetahuan dan tanpa persetujuan korban, merampas dan atau
memanipulasi harta benda korban.
2) Kekerasan Ekonomi Ringan, berupa melakukan upaya-upaya
sengaja yang menjadikan korban tergantung atau tidak berdaya
secara ekonomi atau tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya.
3. Dampak atau Pengaruh Kekerasan terhadap Kecerdasan Emosi
Remaja
Kekerasan yang terjadi pada individu terutama remaja
menimbulkan dampak yang nyata berupa cacat fisik dan psikologis.
Dampak tersebut mempengaruhi perkembangan kecerdasan emosi remaja.
Beberapa dampak kekerasan terhadap kecerdasan emosi remaja, sebagai
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
a. Dampak Kekerasan Fisik
Remaja yang mengalami kekerasan secara fisik akan memiliki
kecenderungan untuk bersikap agresif terhadap orang lain. Kekerasan
fisik yang berlangsung dan berulang-ulang dalam jangka waktu yang
lama akan menimbulkan trauma mendalam yang akan mengakibatkan
remaja terhambat dalam mencapai kecerdasan emosi yang optimal.
b. Dampak Kekerasan Psikologis
Kekerasan psikologis pada remaja berdampak pada gangguan
afeksi, seperti depresi, mudah tersinggung, cepat marah, dan memiliki
kecenderungan pasif. Pengendalian diri rendah, seperti mudah
menunjukan amarah, membentak dan memiliki potensi menyerang
secara fisik. Hambatan terhadap pemahaman kasih sayang dan kurang
memperoleh penghargaan, memiliki kecenderungan untuk
mengembangkan perilaku yang keliru atau perilaku maladaptif.
c. Dampak Kekerasan Seksual
Kehamilan, infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS, dan
gangguan organ reproduksi. Hal ini menyebabkan individu terutama
remaja menarik diri dari lingkungan sosial, mengalami depresi berat,
perasaan takut dan malu serta mengalami penolakan dari orang
terdekat dan masyarakat. Pengalaman ini menjadi potensi yang
menyebabkan kecerdasan emosi remaja tidak berkembang dengan
baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
d. Dampak Penelantaran Remaja
Hurlock (1990) menyatakan bahwa pengaruh yang terlihat
apabila individu terutama remaja mengalami penelantaran adalah
kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Hal ini
menyebabkan individu yang tidak mendapatkan kasih sayang dari
orang tua akan menimbulkan perasaan tidak aman, gagal
mengembangkan perilaku ramah, dan mengalami masalah penyesuaian
diri pada masa yang akan datang.
C. Remaja Panti Asuhan St. Yusuf Sindanglaya
1. Pengertian Remaja
Remaja berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti “tumbuh
atau tumbuh menjadi dewasa” (Hurlock, 1990:206). Menurut Piaget
(dalam Hurlock, 1990:206) remaja merupakan usia di mana individu
berpadu dengan masyarakat dewasa, anak tidak lagi merasa di bawah
tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang
sama.
Santrock (2007:20) mendefinisikan masa remaja (adolescence)
sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan
masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif dan sosio-
emosional. Sedangkan menurut Papalia (2014:4) masa remaja adalah
perkembangan transisi yang melibatkan perubahan fisik, kognitif,
emosional dan sosial dengan beragam bentuk di latar belakang sosial,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
budaya, dan ekonomi yang berbeda. Masa remaja dimulai dengan
pubertas, yaitu proses yang mengarah pada kematangan seksual atau
kemampuan berreproduksi (fertilisasi). Masa ini dimulai pada usia 11
tahun sampai usia 19 atau 20 tahun.
Masa remaja dibagi menjadi dua, yaitu masa remaja awal dan masa
remaja akhir (Hurlock, 1990:206). Pada masa remaja awal (13 sampai 16
atau 17 tahun) individu masih menonjolkan karakteristik perkembangan
masa kanak-kanak akhir, sedangkan pada masa remaja akhir (16 atau 17
tahun sampai 18 tahun) individu telah mencapai transisi perkembangan
yang telah mendekati masa dewasa awal.
Berdasarkan uraian dari pengertian remaja, dapat disimpulkan
bahwa masa remasa adalah masa peralihan antara masa kanak-kanak
menuju masa dewasa awal yang ditandai oleh berlangsungnya perubahan
mencakup perubahan bilogis, kognitif, emosional, dan sosial yang dimulai
pada usia 11 sampai awal usia 20 tahun.
2. Ciri-ciri Masa Remaja
Masa remaja merupakan masa perubahan yang cepat, baik secara
fisik, sosial dan psikologis. Terdapat beberapa perubahan yang terjadi
selama masa remaja, yaitu:
a. Masa remaja merupakan masa storm dan stress (masa badai dan
tekanan). Masa yang ditandai dengan ketegangan emosi yang tinggi
sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Masa ini merupakan
masa dimana remaja mendapatkan banyak tuntutan dan tekanan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
misalnya orang dewasa mengharapkan remaja tidak bertingkah laku
seperti kanak-kanak, lebih mandiri, dan bertanggung jawab.
b. Perubahan pada fisik secara cepat disertai dengan kematangan seksual.
Perubahan yang terjadi secara cepat membuat remaja merasa tidak
yakin akan kemampuan dirinya sendiri. Perubahan internal seperti
sistem sirkulasi pencernaan dan sistem respirasi maupun perubahan
eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat
mempengaruhi konsep diri remaja.
c. Pada masa remaja, banyak hal menarik yang dibawa dari masa kanak-
kanak mulai digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih
matang. Ketertarikan ini dikarenakan adanya tanggung jawab yang
mulai dipegang oleh remaja. Selain itu, perubahan terjadi dalam
hubungan dengan orang lain. Masa remaja tidak lagi berhubungan
hanya dengan sesama jenis.
d. Perubahan nilai, apa yang dianggap penting pada masa kanak-kanak
menjadi kurang penting pada masa remaja karena telah mendekati
dewasa.
e. Remaja bersikap ambivalent dalam menghadapi perubahan yang
terjadi. Satu sisi remaja menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain
remaja takut akan tanggung jawab, serta meragukan kemampuan untuk
melaksanakan tanggung jawab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Selain itu, masa remaja memiliki ciri tertentu yang membedakan
dengan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Hurlock, 1990:207). Ciri-ciri
tersebut adalah:
a. Masa remaja sebagai periode penting
Semua periode dalam rentang kehidupan individu sangatlah
penting, namun memiliki kapasitas kepentingan yang berbeda satu
dengan yang lainnya.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
Periode dimana individu mengalami peralihan dari tahap
perkembangan sebelumnya ke tahap perkembangan berikutnya.
Periode peralihan tidak memutus atau berubah dari tahap
perkembangan sebelumnya, artinya yang telah terjadi pada tahap
perkembangan sebelumnya akan meninggalkan bekas pada tahap
perkembangan saat ini dan pada tahap perkembangan yang akan
datang.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan pada sikap dan perilaku selama masa remaja
sama dengan tingkat perubahan fisik. Awal masa remaja, perubahan
fisik tumbuh dan berkembang dengan pesat, maka perubahan sikap dan
perilaku berlangsung dengan pesat. Terdapat lima perubahan yang
bersifat universal. Pertama, meningginya emosi yang intensitasnya
bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi,.
Kedua, perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
kelompok sosial yang dituntut, menimbulkan masalah baru. Ketiga,
remaja akan merasa dirinya ditimbuni masalah, sehingga remaja
menyelesaikan sendiri menurut tingkat kepuasannya. Keempat,
perubahan minat dan pola perilaku merubah aspek nilai-nilai remaja.
Perubahan nilai yang pada masa kanak-kanak dianggap penting,
setelah remaja dan hampir dewasa tidak dianggap penting. Kelima,
sebagian remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan.
Remaja memiliki keinginan untuk bebas, namun disisi lain takut untuk
bertanggung jawab.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode dalam rentang kehidupan remaja memiliki
tantangan atau masalah yang berbeda-beda. Masalah yang terjadi pada
masa remaja sering menjadi masalah yang sulit untuk diatasi oleh
remaja laki-laki dan remaja perempuan. Kesulitan yang dihadapi oleh
remaja terjadi karena sepanjang masa kanak-kanak, sebagian tantangan
atau masalah diselesaikan oleh orang tua atau guru, sehingga
kebanyakan remaja tidak memiliki pengalaman dalam mengatasi
tantangan atau masalahnya sendiri. Remaja merasa dirinya mandiri,
sehingga remaja mengatasi tantangan atau masalahnya sendiri, remaja
menolak bantuan dari orang tua atau guru.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Masa remaja merupakan masa mencari gambaran diri bersama
dengan kelompok. Remaja menggunakan simbol status dalam bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
gaya berpakaian, menggunakan aksesoris yang terlihat oleh orang lain,
dan kendaraan yang digunakan merupakan cara untuk mengangkat diri
sendiri sebagai individu. Hal ini bertujuan untuk menarik perhatian diri
sediri dan mempertahankan identitas dirinya terhadap kelompok
sebaya.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Pandangan negatif orang dewasan mengenai remaja yang tidak
memiliki tanggung jawab, memiliki kecenderungan untuk merusak,
dan tidak mengikuti aturan masyarakat. Pandangan tersebut
mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya dan
lingkungan sosilanya. Hal ini akan mengakibatkan peralihan dari masa
remaja menuju masa dewasa menjadi sulit karena keyakinan bwaha
orang dewasa memiliki pandangan yang buruk terhadap remaja.
g. Masa remaja sebagai masa tidak realistik
Remaja memiliki cita-cita yang tinggi dan terkadang tidak
realistis terhadap dirinya, teman-teman, dan keluarga menyebabkan
meningginya emosi yang merupakan ciri awal masa remaja.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
Remaja mulai memusatkan diri dengan perilaku yang
menunjukan status sebagai orang dewasa. Perilaku yang ditunjukan
seperti bersikap dan perperilaku, merokok, dan berpacaran. Remaja
beranggapan bahwa perilaku yang ditunjukan memberikan citra
dewasa yang mereka inginkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
3. Tugas Perkembangan Masa Remaja
Kay (dalam Jahja, 2011:238) mengemukakan tugas perkembangan
remaja sebagai berikut :
a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur yang
mempunyai otoritas.
c. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar
bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual
maupun kelompok.
d. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.
e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap
kemampuannya sendiri.
f. Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atau dasar
skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup.
g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku)
kekanak-kanakan.
Penjelasan yang lebih terperinci, Hurlock (1990:209)
mengemukakan bahwa tugas perkembangan remaja meliputi:
a. Remaja mampu menerima keadaan fisiknya dan mengenali dirinya
secara utuh, mampu menerima kekurangan dan kelebihan yang
dimilikinya serta mampu menerima keberadaanya di lingkungan
sekitar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
b. Mampu mencapai peran sosial sebagai laki-laki dan perempuan di
lingkungan masyarakat. Hal ini berarti remaja perlu belajar agar
mampu bertanggung jawab sesuai dengan peran seks sebagai laki-laki
dan perempuan agar diakui oleh masyarakat.
c. Remaja mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis, yang
bertujuan untuk menjalin relasi yang baik, sehingga remaja mampu
menjalin hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya, baik laki-
laki maupun perempuan sesuai dengan perannya masing-masing.
d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya. Remaja diharapkan mampu bersikap mandiri dan bertanggung
jawab atas dirinya, tidak memiliki ketergantungan emosional kepada
orang tua.
e. Mempersiapkan diri dalam bidang karier, artinya remaja belajar
mengenal kemampuan diri dalam bidang karier sesuai dengan minat
dan bakat yang dimilikinya. Remaja yang mampu mempersiapkan diri
dalam bidang karier akan memiliki kemandirian ekonomis.
f. Mengembangkan perilaku sosial yang bertanggung jawab, artinya
remaja mampu membentuk nilai-nilai yang sesuai dengan nilai yang
ada di masyarakat.
g. Mempersiapkan perkawinan dan hidup berkeluarga, artinya remaja
belajar mempersiapkan tentang tugas dan tanggung jawab dalam
kehidupan berkeluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
4. Kehidupan Remaja di Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya
Panti asuhan secara etimologi berasal dari dua kata, “panti” dan
“asuhan”. Panti ialah suatu lembaga atau satuan kerja yang merupakan
prasarana dan sarana dalam memberikan layanan sosial kepada individu.
Asuhan ialah berbagai upaya yang diberikan kepada anak yang bersifat
sementara sebagai pengganti orang tua atau keluarga, agar tumbuh dan
berkembang dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial.
Panti asuhan ialah lembaga kesejahteraan sosial yang memiliki
tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada
anak terlantar, serta melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak
terlantar melalui pelayanan pengganti atau pelayanan perwakilan anak
dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial sehingga
memperoleh kesempatan yang luas, tepat, dan memadai bagi
perkembangan kepribadian anak asuh, sesuai dengan yang diharapkan
sebagai generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang turut
serta aktif dalam bidang pembangunan nasional (departemen Sosial RI,
1995).
Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya merupakan panti asuhan yang
bernaung di bawah Yayasan OFM (Ordo Fratrum Minorum). Panti asuhan
St. Yusup Sindanglaya memperoleh hak penguasaan atas tanah dari
seorang pengusaha Belanda pada bulan Mei 1941 dan mendapat
pengukuhan atas kepemilikan pada tanggal 25 Oktober 1949. Panti asuhan
St. Yusup Sindanglaya mampu menampung 300 anak asuh yang terdiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
80% anak asuh murni yaitu anak yatim piatu, anak papa/terlantar, anak
keluarga pra sejahtera dari daerah pedalaman Keuskupan Bogor dan 20 %
anak titipan yang terdiri dari anak terlantar psikologis dan anak dari
keluarga bermasalah/broken home yang biaya hidup dan pendidikannya
ditanggung oleh orang tua atau wali.
Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya hadir sebagai lembaga sosial
yang membantu individu untuk berkembang secara utuh. Pelayanan
bantuan yang diberikan tidak jauh berbeda dengan pelayanan panti asuhan
lain. Bantuan yang diberikan oleh panti asuhan St. Yusup Sindanglaya,
seperti :
a. Peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran yang dilakukan melalui
perlengkapan buku-buku perpustakaan sebagai sarana memperluas
pengetahuan dan wawasan serta menyelenggarakan pendidikan formal.
b. Pengasuhan yang melaksanakan fungsi keluarga dan masyarakat dalam
perkembangan dan kepribadian anak asuh.
c. Memberikan layanan pengembangan keterampilan dalam bidang
pertanian, peternakan, dan tatabusana.
Panti asuhan St. Yusup Sindanglaya menjalankan tugas dan
fungsinya melalui tenaga pengasuh. Tenaga pengasuh menjalankan tugas
untuk mendampingi dan membimbing anak-anak asuh dalam proses
perkembangan sebagai seorang individu yang berkembang utuh dan
optimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
D. Bimbingan Pribadi Sosial di Panti Asuhan
1. Pengertian Bimbingan
Yusuf dan Nurihsan (2010) mengemukakan bahwa bimbingan
merupakan terjemahan dari kata guidance berasal dari kata guide yang
berarti mengarahkan, memandu, mengelola dan menyetir. Moegiadi
(dalam Winkel dan Hastuti, 2007:29) menjelaskan bahwa bimbingan dapat
berarti suatu usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan,
pengalaman dan informasi tentang dirinya sendiri. Suatu cara pemberian
pertolongan atau bantuan kepada individu untuk memahami dan
mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan yang
dimiliki untuk perkembangan pribadinya. Suatu jenis pelayanan kepada
individu, agar dapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat
dan menyusun rencana yang realistis, sehingga dapat menyesuaikan diri di
lingkungan di mana individu hidup. Suatu peroses pemberian bantuan atau
pertolongan kepada individu dalam memahami diri sendiri;
menghubungkan pemahaman tentang dirinya dengan lingkungan; memilih,
menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep diri dan
tuntutan dari lingkungan.
Rochman Natawidjaja (dalam Winkel dan Hastuti, 2007:29)
mengungkapkan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan
kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, agar individu
tersebut dapat memahami dirinya, sehingga individu mampu mengarahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
diri dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan
keluarga dan masyarakat.
2. Bimbingan Pribadi Sosial Remaja Panti Asuhan St. Yusup
Sindanglaya
Bimbingan pribadi-sosial adalah bimbingan dalam menghadapi
keadaan diri sendiri dan mengatasi berbagai konflik dalam diri sendiri
serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di
berbagai pergaulan sosial (Winkel dan Hastuti, 2007:118). Yusuf dan
Nurihsan (2010:11) mendefinisikan bimbingan pribadi-sosial sebagai
bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah
pribadi dan masalah sosial.
Bimbingan pribadi sosial bagi remaja panti asuhan St. Yusup
Sindanglaya dilaksanakan untuk mengembangkan dan meningkatkan
kecerdasan emosi remaja panti. Pengembangan dan peningkatan dilakukan
oleh seorang profesional dalam bidang bimbingan diharapkan mampu
membantu remaja dalam memahami dirinya, sehingga sanggup
mengarahkan diri dan dapat bertindak sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Bimbingan yang terpusat pada pelayanan bimbingan pribadi sosial,
diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan emosi remaja panti asuhan.
Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya telah melaksanakan
pendampingan kepada anak asuh. Pendampingan yang dilaksanakan
mencakup pendampingan belajar, pendampingan rohani, pendampingan
dalam bidang pertanian, dan pendampingan dalam bidang kesenian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Pendampingan yang telah dilaksanakan oleh Panti Asuhan St. Yusup
Sindanglaya dapat di kolaborasikan dengan program-program bimbingan
pribadi sosial melalui topik-topik bimbingan yang sesuai dengan
kehidupan remaja di panti asuhan.
E. Hipotesis Penelitian
Melihat fenomena mengenai Kecerdasan emosi remaja Panti Asuhan
St. Yusup Sindanglaya yang mengalami kekerasan dan tidak mengalami
kekerasan, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Ha : Ada perbedaan rata-rata kecerdasan emosi remaja panti asuhan St.
Yusup Sindanglaya yang mengalami kekerasan dan tidak mengalami
kekerasan.
2. Ho : Tidak ada perbedaan rata-rata kecerdasan emosi remaja panti asuhan
St. Yusup Sindanglaya yang mengalami kekerasan dan tidak
mengalami kekerasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini memuat beberapa hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian
antara lain, jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, validitas dan
reliabilitas, prosedur penyusunan alat, dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu
gejala, peristiwa, dan kejadian yang terjadi pada saat sekarang (Sugiyono,
2010). Arikunto (2002:234) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif
merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi
mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa
adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Dalam penelitian deskriptif, peneliti
berusaha untuk mendeskripsikan keadaan yang menjadi pusat perhatian
peneliti tanpa memberikan atau mengubah perilaku terhadap keadaan tersebut.
Penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab
permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Penelitian
deskriptif menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi dan
analisis atau pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan, dengan
tujuan utama untuk membuat penggambaran tentang sesuatu keadaan secara
objektif. Peneliti menggunakan pendekatan deskriptif karena penelitian ini
bertujuan memperoleh gambaran mengenai tingkat kecerdasan emosi remaja
panti asuhan yang mengalami kekerasan dan tidak mengalami kekerasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
B. Subjek Penelitian
Penelitian ini mengambil semua anggota populasi menjadi subjek
penelitian. Populasi penelitian ini adalah siswa Panti Asuhan Santo Yusuf
Sindanglaya. Peneliti memilih Panti Asuhan St. Yusuf Sindanglaya sebagai
subjek penelitian karena belum pernah dijadikan sebagai subjek penelitian
terkait dengan tingkat kecerdasan emosi. Hasil penelitian, kiranya dapat
menjadi acuan atau masukan bagi para pamong panti dan siswa panti untuk
memahami pentingnya kecerdasan emosi di masa kini. Selain itu, hasil
penelitian ini diharapkan menjadi usulan program yang berimplikasi pada
program pengembangan kecerdasan emosi siswa di lingkungan Asrama/ Panti
Asuhan. Alasan lain peneliti memilih siswa Panti Asuhan St. Yusuf
Sindanglaya yaitu karena siswa di panti aushan ini sedang menjalani proses
kehidupan di lingkungan, bersama dengan orang lain yang memiliki latar
belakang budaya berbeda, komunikasi, dan relasi. Di samping itu, sebagain
dari remaja yang diasuh panti asuhan ini memiliki latar belakang pengalaman
sebagai korban kekerasan yang dalam penelitian ini menjadi variabel
penelitan.
Tabel 1
Subjek Penelitian
Panti Jumlah
Putera 68
Puteri 46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
C. Instrumen Penelitian
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Kuesioner Kecerdasan Emosi Remaja. Kuesioner ini disusun oleh peneliti
yang mengacu pada prinsip skala Likert. Menurut Sugiyono (2011:134), skala
Likert adalah tipe skala yang mengacu pada sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang mengenai fenomena sosial.
1. Kuesioner Kecerdasan Emosi
Kuesioner ini memuat pernyataan-pernyataan yang
mengungkapkan kecerdasan emosi. Kuesioner ini bersifat tertutup, artinya
alternatif jawaban sudah disediakan sehingga siswa tinggal memilih
alternatif jawaban yang sesuai (Arikunto, 2002). Kuesioner yang disusun
oleh peneliti memuat aspek-aspek kecerdasan emosi menurut Golleman
(2002) yaitu: mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri
sendiri, dan mengenali emosi orang lain. Indikator dan item yang
terkandung dalam aspek-aspek tersebut disesuaikan dengan kemampuan
dan perkembangan siswa panti asuhan Santo Yusuf Sindanglaya.
2. Format Pernyataan Skala
Format pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala Likert
dalam bentuk angket. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, persepsi sekelompok orang tentang fenomena sosial. Pada skala
Likert variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel,
kemudian indikator variabel tersebut dijadikan sebagai dasar untuk
menyusun item-item instrumen yang berupa pernyataan atau pertanyaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
(Sugiyono, 2011). Pernyataan-pernyataan dalam skala memuat item-item
pernyataan yang bersifat positif (favorable) dan yang bersifat negatif
(unfavorable).
Skala penelitian ini menyediakan 4 alternatif responsi berjenjang,
yaitu Selalu (SLL), Sering (SRG), Jarang (JRG) dan Tidak Pernah (TP).
Gradasi responsi dibuat empat opsi dengan maksud untuk menghilangkan
kelemahan yang ada dalam skala lima tingkat, yaitu opsi yang bersifat
netral. Penghapusan opsi netral diharapkan dapat menekan kecenderungan
responden untuk memilih central tendency effect, terutama bagi responden
yang ragu-ragu atas kecenderungan jawabannya (Azwar, 2011).
Pernyataan-pernyataan yang digunakan pada kuesioner adalah
pernyataan yang diharapkan dapat mengungkapkan perubahan-perubahan
positif yang berkaitan dengan kecerdasan emosi siswa . Aspek kuesioner
yang dibuat oleh peneliti didasarkan pada aspek kecerdasan emosi yang
bersumber pada konsep Goleman (1999).
Tabel 2
Norma Skoring Inventori Kecerdasan Emosi
Opsi Gradasi Favorable Unfavorable
Selalu 4 1
Sering 3 2
Jarang 2 3
Tidak Pernah 1 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Oprasional pada variabel penelitian ini dipaparkan lebih jelas
dalam konstruk instrumen sebagai berikut :
Tabel 3
Kisi-kisi Kuesioner Kecerdasan Emosi pada Remaja Panti Asuhan
No Aspek Indikaor Item
Favorable Unfavorable
1.
Mengenali
Emosi Diri :
waktu
perasaan itu
terjadi
a. Memiliki
kesadaran emosi
1, 3, 5, 7 2, 4, 6, 8, 10
b. Mampu menilai
diri (kekuatan
dan kelemahan)
9, 11, 13,
15
12, 14
c. Memiliki
kepercayan diri
16, 18, 20 17, 19
2. Mengelola
Emosi
a. Mampu
mengendalikan
emosi
21, 23, 25,
26
22, 24
b. Dapat dipercaya 28, 30, 31 27,29
3. Memotivasi
diri sendiri
a. Memiliki
dorongan untuk
berprestasi
33, 35 32, 34, 36
b. Memiliki
komitmen
37, 39, 41 38, 40
c. Memiliki
inisiatif
43, 45, 46 42, 44
d. Memiliki
pandangan
positif
48, 50 47, 49
4.
Mengenali
Emosi Orang
Lain
a. Mampu bergaul
dengan orang
lain
51, 53, 55,
57
52, 54, 56
b. Peka terhadap
perasaan orang
lain
58, 60, 62 59, 61, 63
5. Membina
Hubungan
a. Mampu bekerja
sama
64, 65, 67 66, 68
b. Mampu
berkomunikasi
69, 71 70, 72
Total Item 40 item 32 tem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
D. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Validitas adalah ketepatan dan kecermatan instrument dalam
menjalankan fungsi ukurnya (Azwar, 2012:10). Suatu alat ukur atau
instrumen pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi
apabila alat tersebut dapat menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan
hasil ukur yang sesuai dengan maksud pengukuran. Validitas alat ukur
menunjuk pada sejauhmana skala itu mampu mengungkap dengan akurat
dan teliti data mengenai atribut yang dirancang untuk mengukur.
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.
Validitas isi merupakan validitas yang tidak dapat dinyatakan dalam
bentuk angka, namun pengesahannya perlu melalui tahap pengujian
terhadap isi alat ukur dengan kesepakatan penilaian dari ahli yang
memiliki kompetensi di bidangnya atau sering disebut expert judgement
(Azwar, 2012). Instrumen pada penelitian ini dikonstruksi berdasarkan
aspek-aspek yang akan diukur, setelah itu dikonsultasikan pada ahli dalam
hal ini dosen pembimbing. Hasil konsultasi dan telaah terhadap instrumen
yang dilakukan oleh ahli dilengkapi dengan pengujian reliabilitas empirik
dengan menggunakan bantuan program komputer Statistical Product and
Service Solution (SPSS) untuk pemeriksaan nilai validitas. Teknik uji
validitas ditempuh melalui pendekatan analisis korelasi Product-Moment
Pearson, yaitu dengan mengkorelasikan skor-skor item terhadap skor total
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
aspek. Rumus untuk koefisien korelasi Product-Moment Pearson, sebagai
berikut :
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan :
= Korelasi skor-skor butir kuesioner dengan total aspek
N = Jumlah Responden
x = Skor butir kuesioner
y = Skor total aspek kuesioner yang memuat X
xy = hasil perkalian antara skor X dan skor Y
Menggunakan nilai probabilitas (probability values) pada program
SPSS maka penentuan keterpenuhan indeks konsistensi internal ditetapkan
berdasarkan nilai probabilitas, yaitu nilai probabilitas < 0,05 dianggap
memenuhi dan apabila nilai probabilitas > 0,05 item tersebut tidak
memenuhi konsistensi internal, maka di drop atau dihilangkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel 4
Item-item Valid dan Tidak Valid
No Aspek Indikaor Item Item Gugur
Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel
1.
Mengenali
Emosi Diri :
waktu
perasaan itu
terjadi
a. Memiliki
kesadaran
emosi
1, 3, 5, 7 2, 4, 6, 8, 10
3, 5 2
b. Mampu
menilai diri
(kekuatan dan
kelemahan)
9, 11, 13,
15
12, 14 9 12
c. Memiliki
kepercayan
diri
16, 18, 20 17, 19 18
2. Mengelola
Emosi
a. Mampu
mengendalika
n emosi
21, 23, 25,
26
22, 24
b. Dapat
dipercaya
28, 30, 31 27, 29
28
3. Memotivasi
diri sendiri
a. Memiliki
dorongan
untuk
berprestasi
33, 35 32, 34, 36
b. Memiliki
komitmen
37, 39, 41 38, 40 38
c. Memiliki
inisiatif
43, 45, 46 42, 44 43 42
d. Memiliki
pandangan
positif
48, 50 47, 49 48
4.
Mengenali
Emosi
Orang Lain
a. Mampu
bergaul
dengan orang
lain
51, 53, 55,
57
52, 54, 56
52
b. Peka terhadap
perasaan orang
lain
58, 60, 62 59, 61, 63 61
5. Membina
Hubungan
a. Mampu
bekerja sama
64, 65, 67 66, 68
b. Mampu
berkomunikasi
69, 71 70, 72
Total Item 40 item 32 item 7 item 6 item
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
2. Reliabilitas
Reliabilitas mengacu pada tingkat kepercayaan atau konsistensi
hasil ukur, yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan
pengukuran. Koefisien reliabilitas berada pada rentang 0 sampai 1,00.
Semakin tinggi koefisien reliabilitas atau mendekati 1,00 maka semakin
tinggi reliabilitasnya (Azwar, 2012). Perhitungan indeks reliabilitas
kuesioner pada penelitian ini menggunakan pendekatan koefisien Alpha
Cronbach (α). Penggunaan teknik analisis ini dilakukan berdasarkan atas
pertimbangan perhitungan reliabilitas skala. Perhitungan reliabilitas skala
diperoleh melalui penyajian satu bentuk skala yang digunakan satu kali
pada sekelompok responden atau single trial administration (Azwar,
2012). Rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach sebagai berikut :
Keterangan :
= Varian skor belahan 1 dan Varian skor belahan 2
= Varian skor skala
Tinggi rendahnya koefisien korelasi reliabilitas dan validitas dalam
pengujian kualitas instrumen ini direkomendasikan dengan kriteria yang
digunakan dalam daftar indeks kualifikasi reliabilitas Guildford (Masidjo,
1995), sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Tabel 5
Kriteria Guildford
No Koefisien Korelasi Kualifikasi
1. 0,91-1,00 Sangat Tinggi
2. 0,71-0,90 Tinggi
3. 0,41-0,70 Cukup
4. 0,21-0,40 Rendah
5. Negatif-0,21 Sangat Rendah
Berdasarkan hasil uji coba empirik kepada remaja Panti Asuhan St.
Yusup pada tanggal 09 Agustus 2014 dengan jumlah subjek sebanyak 114
orang, diperolah perhitungan koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,887.
Peninjauan terhadap hasil perhitungan koefisien reliabilitas pada kriteria
Guilford, dapat disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas instrumen pada
penelitian ini termasuk dalam kriteria tinggi.
E. Prosedur Penyusunan Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama
adalah tahap persiapan dan tahap kedua adalah tahap penelitian.
1. Tahap Persiapan
Peneliti melakukan beberapa persiapan sebelum melaksanakkan
penelitian, yaitu :
a. Peneliti mencari dan mempelajari buku dan jurnal mengenai
kekerasan, remaja, dan kecerdasan emosi yang berkaitan dengan
penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
b. Peneliti menyusun kuesioner dengan mengikuti beberapa langkah
sebagai berikut :
1) Menetapkan dan mendefinisikan variabel penelitian mengenai
tingkat kecerdasan emosi pada remaja panti asuhan yang
mengalami kekerasan dan tidak mengalami kekerasan.
2) Menjabarkan variabel penelitian menjadi aspek dan indikator.
3) Menyusun item pernyataan sesuai dengan aspek dan indikator
yang telah dibuat.
4) Melaksanakan expert judgment alat ukur penelitian kepada dosen
pembimbing.
5) Melaksanakan uji coba instrumen penelitian pada responden yaitu
remaja panti asuhan Santo Yusuf Sindanglaya.
6) Pengumpulan data uji coba validitas dan reliabilitas kuesioner.
7) Pengolahan data uji coba terhadap validitas dan reliabilitas
kuesioner.
8) Melakukan revisi pada item kuesioner dan mengkonsultasikannya
kepada dosen pembimbing.
9) Melaksanakan pengumpulan data penelitian dari responden yaitu
Remaja Panti Asuhan St.Yusuf Sindanglaya yang mengalami
kekerasan dan tidak mengalami kekerasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan pada hari sabtu, tanggal 09
Agustus 2014 di Panti Asuhan St.Yusup Sindanglaya angkatan 2014/2015.
Jumlah responden yang menjadi subjek penelitian sebanyak 114 orang.
Penyebaran dan pengawasan pengisian kuesioner dilakukan oleh peneliti
dan pamong asrama puteri dan putera.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan pengelompokkan data berdasarkan
variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari
seluruh responden, dan menyajikan data tiap variabel yang diteliti serta
melaksanakan perhitungan guna menjawab rumusan masalah (Sugiyono,
2011).
Langkah-langkah dalam teknik analisis data yang dilakukan dalam
penelitian ini, sebagai berikut :
1. Memberi skor pada alternatif jawaban yang telah dipilih. Norma skoring
untuk pernyataan positif (favorable), yaitu selalu = 4, sering = 3, jarang =
2, dan tidak pernah = 1. Sedangkan pernyataan negatif (unfavorable)
mendapat skor, yaitu selalu = 1, sering = 2, jarang = 3, dan tidak pernah =
4.
2. Mentabulasi data ke program Microsoft excel, menghitung setiap skor
item kuesioner, menjumlah skor item kuesioner, dan menghitung rata-rata
skor item.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
3. Mengkategorisasi tingkat kecerdasan emosi remaja panti asuhan.
a. Kategoriasi Subjek Penelitian
Kategorisasi disusun berdasarkan model distribusi normal
dengan model kategorisasi jenjang ordinal. Kategorisasi jenjang
ordinal bertujuan untuk menempatkan individu pada kelompok-
kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum
berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2011).
Norma kategorisasi subjek penelitian yang digunakan
berpedoman pada norma kategorisasi yang disusun oleh Azwar (2011)
dalam lima kategori diagnosis, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang,
rendah, dan sangat rendah. Norma kategorisasi sebagai berikut:
Tabel 6
Norma Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Emosi
Subjek dan Item
Kriteria Skor Kategori
µ+1,5 σ < X Sangat Tinggi
µ+0,5 σ < X ≤ µ+1,5 σ Tinggi
µ-0,5 σ < X ≤ µ+0,5 σ Sedang
µ-1,5 σ < X ≤ µ-0,5 σ Rendah
X ≤ µ-1,5 σ Sangat Rendah
Keterangan :
1) Skor maksimum teoritik (X maks) : Skor tertinggi yang
diperoleh subjek penelitian dalam skala
2) Skor minimum teoritik (X min) : Skor terendah yang diperoleh
subjek penelitian dalam skala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
3) Standar deviasi (σ/sd) : Luas jarak rentang yang dibagi dalam 6
satuan deviasi sebaran
4) µ (mean teoritik) : Rata-rata teoritis dari skor maksimum dan
skor minimum
Kategori di atas diterapkan sebagai patokan dalam
pengelompokan tinggi rendah tingkat kecerdasan emosi pada remaja
panti asuhan. Perhitungan dalam norma kategorisasi disesuaikan
dengan jumlah item sebanyak 59 item, diperoleh perhitungan dengan
kategorisasi sebagai berikut : Skor maksimum teoriti 4 x 59 = 236;
Skor minimum teoritik 1 x 59 = 59; Luas jarak 236 – 59 = 177;
Standar deviasi (σ/sd) 177 : 6 = 29.5 = 30; µ (mean teoritik) : (236 +
59)/2 = 147.5 = 148.
Hasil perhitungan analisis data skor subjek disajikan dalam
norma kategoriasi tingkat kecerdasan emosi remaja panti asuhan St.
Yusup Sindanglaya yang mengalami kekerasan dan tidak mengalami
kekerasan sebagai berikut :
Tabel 7
Norma Kategoriasi Tingkat Kecerdasan Emosi Remaja Panti
Asuhan St. Yusup Sindanglaya
Kriteria Skor Rentang Skor Kategori
µ+1,5 σ < X X > 193 Sangat Tinggi
µ+0,5 σ < X ≤ µ+1,5 σ 163 < X ≤ 193 Tinggi
µ-0,5 σ < X ≤ µ+0,5 σ 133 < X ≤ 163 Sedang
µ-1,5 σ < X ≤ µ-0,5 σ 103 < X ≤ 133 Rendah
X ≤ µ-1,5 σ X ≤ 103 Sangat Rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
b. Kategorisasi Skor Item
Kategorisasi skor item bertujuan untuk memeriksa item pada
skala yang dijadikan dasar penyusunan program bimbingan
kecerdasan emosi remaja panti asuhan. Kategorisasi skor item
dilakukan berdasarkan distribusi normal berjenjang yang berpedoman
pada Azwar (2011), meliputi kategori sangat tinggi, tinggi, rendah,
sangat rendah berdasakan tabel 6.
Kategorisasi skor item kecerdasan emosi remaja panti asuhan
yang mengalami kekerasan dan tidak mengalami kekerasan dengan
jumlah subjek, sebagai berikut : Skor maksimum 4 x 114 = 456; Skor
minimum : 1 x 114 = 114; Luas jarak 456 – 114 = 342; Standar
deviasi (σ/sd) 342/6 = 57; µ (mean teoritis) : (456 + 114)/2 = 285.
Hasil perhitungan analisis dan skor item kecerdasan emosi
disajikan dalam norma kategorisasi skor item sebagai berikut :
Tabel 8
Norma Kategorisasi Skor Item Kecerdasan Emosi Remaja Panti
Asuhan St. Yusup Sindanglaya yang Mengalami Kekerasan dan
Tidak Mengalami Kekerasan
Kriteria Skor Rentang Skor Kategori
µ+1,5 σ < X X > 371 Sangat Tinggi
µ+0,5 σ < X ≤ µ+1,5 σ 314 < X ≤ 371 Tinggi
µ-0,5 σ < X ≤ µ+0,5 σ 257 < X ≤ 314 Sedang
µ-1,5 σ < X ≤ µ-0,5 σ 200 < X ≤ 257 Rendah
X ≤ µ-1,5 σ X ≤ 200 Sangat Rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
c. Kriteria Kategori Remaja yang Mengalami Kekerasan dan Tidak
Mengalami Kekerasan
Kategori ini merupakan salah satu cara untuk mengelompokan
remaja yang tegolong dalam kategori mengalami kekerasan dan
remaja yang tergolong dalam kategori tidak mengalami kekerasan.
Instrumen penelitian menggunakan angket sebanyak lima butir item,
dengan responsi berjenjang yaitu selalu, sering, jarang, dan tidak
pernah. Data yang diperoleh yaitu sebanyak 73 orang remaja
mengalami kekerasan dan 41 orang remaja tidak mengalami
kekerasan. Cara yang digunakan untuk mengelompokkan remaja panti
asuhan St. Yusup Sindanglaya, sebagai berikut:
(Ʃ) Total skor item
N
Keterangan: Jumlah total skor item adalah 1049 dan Jumlah
subjek penelitian (N) sebanyak 114 orang. Nilai batas perhitungan
untuk menentukan kelompok remaja yang mengalami kekerasan dan
tidak mengalami kekerasan, sebagai berikut: 1049/114 = 9,2. Hasil
perhitungan dijadikan nilai tengah, skor item yang berada kurang dari
(<) 9,2 terindikasi tidak mengalami kekerasan, sedangkan skor item
lebih dari (>) 9,2 terindikasi mengalami kekerasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
d. Teknik Analisis Uji Beda
Teknik analisis uji beda pada penelitian ini menggunakan uji
hipotesis yaitu ada tidaknya hubungan antara kecerdasan emosi
remaja Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya yang mengalami
kekerasan dan tidak adanya hubungan antara kecerdasan emosi remaja
Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya yang mengalami kekerasan dan
tidak mengalami kekerasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi uraian mengenai hasil penelitian, pembahasan dan dampak
yang efektif hasil penelitian.
A. Hasil Penelitian
1. Tingkat Kecerdasan Emosi Remaja Panti Asuhan St. Yusup
Sindanglaya
Berdasarkan perolehan data penelitian yang terkumpul dengan
menggunakan kuesioner tingkat kecerdasan emosi remaja panti asuhan,
dilakukan analisis data yang disajikan pada tabel 9 sebagai berikut :
Tabel 9
Distribusi Tingkat Kecerdasan Emosi pada Remaja Panti Asuhan
St.Yusup Sindanglaya
Kriteria Skor Kategori Distribusi
Subjek Persentase
µ+1,5 σ < X Sangat Tinggi 28 24,6 %
µ+0,5 σ < X ≤ µ+1,5 σ Tinggi 63 55,3 %
µ-0,5 σ < X ≤ µ+0,5 σ Sedang 23 20,1 %
µ-1,5 σ < X ≤ µ-0,5 σ Rendah 0 0
X ≤ µ-1,5 σ Sangat Rendah 0 0
Kategorisasi tingkat kecerdasan emosi digambarkan dalam bentuk
diagram sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Gambar 1. Diagram Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Emosi
Berdasarkan tabel 9 dan diagram 1, menunjukkan bahwa :
a. Terdapat 28 atau 24,6 % remaja panti asuhan yang memiliki tingkat
kecerdasan emosi yang tergolong sangat tinggi.
b. Terdapat 63 atau 55,3 % remaja panti asuhan yang memiliki tingkat
kecerdasan emosi yang tergolong tinggi.
c. Terdapat 23 atau 20,1 % remaja panti asuhan yang memiliki tingkat
kecerdasan emosi yang tergolong sedang.
d. Terdapat 0 atau 0 % remaja panti asuhan yang memiliki tingkat
kecerdasan emosi yang tergolong rendah.
e. Terdapat 0 atau 0 % remaja panti asuhan yang memiliki tingkat
kecerdasan emosi yang tergolong sangat rendah.
Hasil penelitian di atas, menggambarkan bahwa tingkat kecerdasan
emosi remaja panti asuhan St. Yusup Sindanglaya tergolong tinggi.
0
10
20
30
40
50
60
70
Sangat
Tinggi
Tinggi Sedang Rendah Sangat
Rendah
Kategorisasi
Fre
ku
ensi
28
63
23
0 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
2. Distribusi Skor Item Kecerdasan Emosi Remaja Panti Asuhan St.
Yusup Sindanglaya
Analisis data yang terkumpul menggunakan kriteria Azwar (2011),
terdapat skor-skor item yang termasuk dalam kategori sangat tinggi,
tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Hasil pengkategorisasian item
skala dapat dilihat pada tabel 10 berikut :
Tabel 10
Distribusi Skor Item Kecerdasan Emosi Remaja
Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya yang Mengalami Kekerasan dan
Tidak Mengalami Kekerasan
Kriteria Skor Kategori Distribusi
Subjek Persentase
µ+1,5 σ < X Sangat Tinggi 14 23,7 %
µ+0,5 σ < X ≤ µ+1,5 σ Tinggi 35 59,3 %
µ-0,5 σ < X ≤ µ+0,5 σ Sedang 10 17 %
µ-1,5 σ < X ≤ µ-0,5 σ Rendah 0 0 %
X ≤ µ-1,5 σ Sangat Rendah 0 0 %
Kategorisasi capaian skor item kecerdasan emosi digambarkan
dalam diagram sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
0
5
10
15
20
25
30
35
Sangat
Tinggi
Tinggi Sedang Rendah Sangat
RendahKategorisasi
Fre
ku
ensi
14
Gambar 2. Diagram Kategorisasi Capaian Skor Item Kecerdasan
Emosi Remaja Panti Asuhan yang Mengalami Kekerasan
dan Tidak Mengalami Kekerasan
Hasil pengkategorisasian capaian skor item-item kecerdasan emosi
remaja panti asuhan St. Yusup Sindanglaya menunjukkan bahwa terdapat
14 atau 23,7 % item yang pencapaiannya berada pada kategori sangat
tinggi, 35 atau 59,3 % item yang pencapaian skornya berada pada kategori
tinggi, 10 atau 17 % item yang berada pada kategori sedang. Hasil
pengkategorisasian ini menunjukkan bahwa tidak ada item yang capaian
skornya berada pada kategori rendah dan sangat rendah. Item dengan
capaian skor kategorisasi sedang digunakan sebagai dasar usulan topik-
topik bimbingan pribadi-sosial, khususnya dalam upaya peningkatan
kecerdasan emosi. Item-item yang capaian skor masuk dalam kategorisasi
sedang, diuraikan pada tabel 11 di bawah ini.
35
10
0 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Tabel 11
Item Kecerdasan Emosi Remaja Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya yang
Capaian Skornya Teridentifikasi Sedang
No Aspek Indikator No
Item Pernyataan Item
1. Mengenali Emosi Diri
Memiliki Kesadaran
Emosi
2
Saya diam dan biasa saja
ketika saya
menyelesaikan tugas
asrama dengan baik.
3
Saya mengetahui apa
yang sedang saya rasakan
ketika saya sedang kesal.
5
Saya mampu
menunjukkan ekspresi
secara tepat ketika
senang atau sedih.
7 Saya senang dapat
mengenali perasaan saya.
Mampu Menilai Diri 11
Saya dapat menemukan
jalan keluar apabila
menghadapi kesulitan.
Memiliki
Kepercayaan Diri 20
Saya berani
mengungkapkan rasa
senang saya kepada
orang lain.
2. Mengelola Emosi Mampu
Mengendalikan Emosi
23
Saya mampu berpikir
positif ketika orang lain
mengolok-olok/ngejek
saya.
25
Saya ttetap tersenyum
ketika menghadapi
masalah yang membuat
saya kecewa/sedih.
3. Mengenali Emosi
Orang Lain
Mampu Bergaul
dengan Orang Lain 57
Saya berusaha menjadi
peribadi yang
menyenangkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Peka Terhadap
Perasan Orang Lain 59
Saya bersikap cuek
ketika teman saya
mengalami musibah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
3. Pengelompokan Remaja Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya yang
Mengalami Kekerasan dan Tidak Mengalami Kekerasan
Setelah diperoleh data penelitian, peneliti melakukan analisis data
untuk mengkategorisasi remaja panti asuhan yang mengalami kekerasan
dan tidak mengalami kekerasan, sebagai berikut :
Tabel 12
Kelompok Remaja Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya
yang Mengalami Kekerasan dan Tidak Mengalami Kekerasan
Jumlah Subjek Kelompok
Tidak Mengalami Kekerasan 41
Mengalami Kekerasan 73
Data pada tabel 12 diatas menunjukkan bahwa 41 remaja panti
asuhan tidak terindikasi mengalami kekerasan dan 73 remaja panti asuhan
terindikasi mengalami kekerasan.
4. Uji Hipotesis Penelitian
a. Hipotesis
1) Ha : Ada perbedaan rata-rata kecerdasan emosi remaja panti
asuhan St. Yusup Sindanglaya yang mengalami kekerasan dan
tidak mengalami kekerasan.
2) Ho : Tidak ada perbedaan rata-rata kecerdasan emosi remaja panti
asuhan St. Yusup Sindanglaya yang mengalami kekerasan dan
tidak mengalami kekerasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
b. t hitung
Dari output didapat nilai t hitung (Equal variance assumed) sebesar
2,631.
c. Nilai Sig. (2-tailed)
Nilai Sig. (2-tailed) pada hasil SPSS sebesar 0,010.
d. Kriteria pengujian
1) Jika, t hitung < nilai sig 0,05 maka Ho diterima
2) Jika, t hitung > nilai sig 0,05 maka Ho ditolak
e. Kesimpulan
Nilai t hitung > nilai sig = 2,631 > 0,010 maka Ho ditolak. Jadi
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat kecerdasan emosi
remaja panti asuhan St. Yusup Sindanglaya yang mengalami kekerasan
dan tidak mengalami kekerasan. Rata-rata skor kecerdasan emosi
remaja panti asuhan St. Yusup Sindanglaya yang tidak mengalami
kekerasan yaitu 185,93, sedangkan pada kelompok remaja panti
asuhan St. Yusup Sindanglaya yang mengalami kekerasan, rata-rata
skor kecerdasan emosi adalah 176,71. Hal ini menunjukkan bahwa
remaja panti asuhan St. Yusup Sindanglaya yang tidak mengalami
kekerasan memiliki tingkat kecerdasan emosi dengan rata-rata skor
yang lebih tinggi, dibandingkan dengan capaian skor kecerdasan emosi
pada remaja panti asuhan St. Yusup Sindanglaya yang mengalami
kekerasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Deskripsi Tingkat Kecerdasan Emosi Remaja Panti Asuhan St. Yusup
Sindanglaya
Hasil penelitian membuktikan bahwa remaja panti asuhan St.
Yusup Sindanglaya, secara umum memiliki tingkat kecerdasan emosi
tinggi. Hal ini terlihat dari hasil penelitian pada remaja panti yang tingkat
kecerdasan emosinya termasuk dalam kategori sangat tinggi, yaitu 28 atau
24,6 % dan kategori tinggi tingkat kecerdasan emosinya, yaitu 63 atau
55,3 %. Remaja panti asuhan St. Yusup Sindanglaya yang berada pada
kategori sangat tinggi dan tinggi mengindikasikan bahwa mereka telah
memiliki kecerdasan emosi yang dapat diukur melalui kemampuan remaja
dalam mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri,
mengenali emosi orang lain, dan mampu membina hubungan dengan
orang lain.
Mengenali emosi diri yang dimaksud dalam pembahasan penelitian
ini adalah remaja panti asuhan telah memiliki kesadaran akan emosi yang
sedang dirasakannya. Hal ini sejalan dengan gagasan dari Goleman (2007)
yang berpendapat bahwa dasar dari kecerdasan emosi adalah mengenali
emosi itu sendiri. Individu yang mengenali emosinya mampu mengetahui
dan mengenal emosi yang sedang dirasakannya, serta mampu mengambil
tindakan yang tepat sehingga emosi yang sedang dirasakan tidak
menghasilkan efek yang negatif bagi diri sendiri maupun orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Kesadaran akan emosi remaja panti asuhan St. Yusup Sindanglaya
terlihat dari sikap terbuka terhadap masukan dari pamong asrama/panti,
bersedia menerima situasi dan kondisi panti asuhan serta mengembangkan
diri dengan kegiatan yang diselenggarakan oleh panti asuhan. Individu
yang telah memiliki kesadaran terhadap emosi yang dirasakannya, secara
tidak langsung akan belajar untuk mengelola emosi yang ada dalam
dirinya dengan baik.
Mengelola emosi dengan baik dalam pembahasan penelitian ini
ditunjukan oleh adanya kemampuan remaja panti asuhan St. Yusup
Sindanglaya untuk mengekspresikan emosi secara tepat. Mengekspresikan
emosi secara tepat tergambar dalam perilaku para remaja panti asuhan St.
Yusup Sindanglaya yang mampu mengelola emosi ketika sedang
mengalami kesedihan; mampu berpikir positif terhadap diri sendiri,
sekolah, orang tua dan panti asuhan serta mampu mengelola diri agar tidak
mudah tersinggung oleh orang lain dalam aspek sikap, perilaku, dan
perkataan. Hal ini sesuai dengan pendapat Goleman (2007) yang
menyatakan bahwa individu yang mampu mengelola emosi dapat dilihat
dari kemampuan menghibur diri sendiri, mengelola kecemasan, dan
mampu mengatasi konflik.
Kemampuan lain yang ada pada remaja panti asuhan St. Yusup
Sindanglaya adalah kemampuan memotivasi diri sendiri. Kemampuan
yang dimaksud adalah kemampuan meningkatkan prestasi belajar,
bertangung jawab terhadap diri sendiri, memiliki kepercayaan diri, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
kemampuan dalam meningkatkan daya juang. Kemampuan tersebut
terlihat dari sebagian remaja panti asuhan St. Yusup Sindanglaya yang
mendapat ranking 10 besar di sekolah, mampu membagi waktu dengan
baik dan penuh tanggung jawab antara kegiatan yang diselenggarakan
panti dengan kegiatan sekolah, seperti latihan koor, pramuka, karawitan,
dan pertanian.
Remaja panti asuhan St. Yusup Sindanglaya mampu mengenali
emosi orang lain. Mampu mengenali emosi orang lain yang dimaksud
dalam penelitian ini terlihat dari sikap dan perilaku remaja panti yang
mampu bergaul dengan orang yang berbeda latar belakang sosial,
keluarga, dan daerah. Latar belakang yang berbeda membuat remaja panti
belajar mengasah kepekaan mereka untuk saling berelasi. Remaja panti
yang mampu mengenali emosi orang lain dapat bereaksi secara tepat
terhadap situasi yang dihadapi, memiliki kepekaan terhadap perasaan
orang lain, mampu menjalankan tugas dengan baik, diterima oleh teman-
temannya, dan mampu menerima pandangan orang lain.
Remaja panti asuhan St. Yusup Sindanglaya memiliki kemampaun
dalam membina hubungan yang baik dengan orang lain. Memiliki
kemampuan dalam membina hubungan yang baik dengan orang lain
terlihat dari sikap remaja panti asuhan St. Yusup Sindanglaya yang mau
saling tolong menolong dan memiliki keyakinan bahwa individu yang
mampu menerima secara penuh merupakan dasar untuk membangun
hubungan yang lebih erat. Hal konkrit yang menunjukkan bahwa remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
panti asuhan St. Yusup Sindanglaya mampu menjalin hubungan yang baik
dengan orang lain terlihat dari sikap para remaja yang mampu menerima
dan memberikan pesan yang baik terhadap orang lain dalam
berkomunikasi, tidak menyudutkan orang lain, dan tidak memberi kesan
negatif terhadap orang lain seperti menghakimi teman dengan mengolok-
olok atau mengejek.
Faktor yang mempengaruhi remaja panti asuhan St. Yusup
Sindanglaya memiliki kecerdasan emosi pada kategori sangat tinggi dan
tinggi, seperti yang diungkapkan oleh Goleman (2007) yaitu individu yang
cerdas secara emosi memiliki kecakapan pribadi dan kecakapan sosial.
Remaja panti yang memiliki kecakapan pribadi tampak dalam sikap
pribadi mereka yang mampu menyadari diri sendiri, mengatur diri sendiri,
dan memiliki motivasi. Pertama, kesadaran diri yang baik menunjukkan
bahwa remaja panti asuhan St. Yusup Sindanglaya mampu menilai
kemampuan yang mereka miliki dan mengetahui batasan diri, memiliki
keyakianan akan kemampuan mereka sendiri atau memiliki rasa percaya
diri, dan memiliki kesadaran diri. Kedua, remaja panti mampu mengatur
diri sendiri. Pengaturan diri remaja panti ditingkatkan dalam hal
mengendalikan diri agar tidak melakukan tindakan yang dapat merusak,
seperti tindakan kekerasan fisik terhadap orang lain. Ketiga, motivasi yang
kuat pada remaja panti asuhan tampak pada kemampuan keras untuk
belajar menjadi individu yang lebih baik dalam lingkungan panti asuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
dan mampu menyesuaikan diri dengan peraturan yang ditetapkan oleh
pamong panti.
Remaja panti yang memiliki kecakapan sosial adalah mereka yang
mampu berempati. Kemampuan berempati pada remaja panti asuhan St.
Yusup Sindanglaya tampak pada kemampuan dalam memahami dan
menunjukkan sikap yang baik terhadap orang lain. Seperti, memberikan
bantuan kepada teman yang sedang sakit dengan mengantar ke balai
pengobatan panti. Hal ini menunjukkan bahwa remaja panti telah memiliki
kesadaran untuk menolong temannya yang sedang mengalami kesedihan.
Kesadaran lain yang dimiliki oleh remaja panti adalah kesadaran sosial.
Kesadaran ini ditunjukkan dengan kemampuan dalam menjalin
komunikasi yang baik dengan pamong asrama, teman, dan guru di
sekolah.
Hasil penelitian tingkat kecerdasan emosi pada remaja panti asuhan
St. Yusup Sindanglaya menunjukkan bahwa terdapat 23 atau 20,1 %
remaja panti asuhan yang tingkat kecerdasan emosinya berada pada
kategori sedang. Remaja yang berada pada kategori ini pada dasarnya telah
memiliki kecerdasan emosi namun belum optimal. Kondisi tersebut terjadi
karena adanya kemungkinan bahwa remaja panti masih berperoses dalam
meningkatkan kecerdasan emosi. Selain itu, ada indikasi bahwa remaja
panti belum mengetahui lebih dalam terkait dengan pengembangan diri
untuk meningkatkan kecerdasan emosi secara optimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Faktor yang mempengaruhi remaja panti asuhan St. Yusup
Sindanglaya belum optimal dalam meningkatkan kecerdasan emosi adalah
perbedaan proses perkembangan pada setiap remaja panti asuhan.
Perbedaan perkembangan dipengaruhi oleh proses pengalaman emosi yang
berbeda pada setiap individu. Faktor lain yang mempengaruhi belum
optimalnya kecerdasan emosi remaja panti asuhan St. Yusup Sindanglaya
adalah faktor eksternal. Faktor eksternal yang dimaksud dalam
pembahasan ini adalah faktor yang datang dari luar individu yang
mempengaruhi pengalaman individu itu sendiri, seperti lingkungan
keluarga, lingkungan masyarakat, dan pengalaman.
2. Item Identifikasi Capaian Skor Kecerdasan Emosi Remaja Panti
Asuhan St. Yusup Sindanglaya
Hasil analisis item mengenai tingkat kecerdasan emosi remaja panti
asuhan St. Yusup Sindanglaya yang mengalami kekerasan dan tidak
mengalami kekerasan, menunjukkan bahwa terdapat 10 item yang capaian
skornya terindikasi sedang. Kesepuluh item yang terindikasi sedang
terbagi dalam tiga aspek dan enam indikator. Indikator pertama adalah
memiliki kesadaran emosi, yang memuat empat item yang capaian skornya
terindikasi sedang. Item-item kecerdasan emosi yang skornya terindikasi
sedang antara lain “saya diam dan biasa saja ketika saya menyelesaikan
tugas panti dengan baik”. Item ini menunjukkan bahwa remaja panti
asuhan St. Yusup Sindanglaya terindikasi tidak memiliki kepekaan
terhadap diri sendiri. Kepekaan yang dimaksud adalah kepekaan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
penghargaan terhadap diri sendiri. Penghargaan yang tidak diperoleh dari
lingkungan sekitar mengakibatkan remaja panti bersikap pasif terhadap
hasil yang telah dicapianya. Hal ini sesuai dengan pendapat Kay (dalam
Jahja, 2011) mengenai remaja membutuhkan kepercayaan terhadap
kemampuan yang dimiliki. Apabila tidak mendapat pengakuan dari
lingkungan sekitar terhadap kemampuan yang ada dalam dirinya, akan
menimbulkan sikap dan perilaku pasif. Item sedang yang kedua yaitu
“saya mengetahui apa yang sedang saya rasakan ketika saya sedang kesal”.
Item ini menunjukkan bahwa remaja panti kurang mampu mengetahui apa
yang sedang dirasakannya. Perilaku ini mengindikasikan bahwa remaja
panti memiliki perasaan takut atau malu untuk mengakui bahwa mereka
sedang kesal atau marah. Item ketiga yaitu “saya mampu menunjukkan
ekspresi secara tepat ketika senang atau sedih”. Item ini menunjukkan
bahwa remaja panti belum menyadari emosinya, sehingga reaksi yang
ditunjukkan kepada orang lain berbeda (kontra produktif).
Indikator yang kedua yaitu kemampuan dalam menilai diri sendiri.
Terdapat satu item yang capaian skornya terindikasi sedang. Item yang
terindikasi sedang yaitu “saya dapat menemukan jalan keluar apabila
menghadapi kesulitan”. Item ini mengindikasikan bahwa remaja panti
asuhan St. Yusup Sindanglaya belum mampu menyelesaikan
permasalahannya. Sejalan dengan pendapat Hurlock (1990) mengenai
masa remaja adalah usia bermasalah. Masalah pada masa kanak-kanak
sebagain diselesaikan oleh orang tua atau guru dan diselesaikan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
caranya sendiri. Hal ini yang menyebabkan remaja menjadi tidak mampu
menyelesaikan permasalahannya sendiri. Remaja panti masih berada
dalam bimbingan pamong panti, sehingga permasalahan yang dihadapi
oleh remaja sebagian besar diselesaikan oleh pamong panti. Hal ini yang
menjadi salah satu penyebab remaja panti sulit untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapinya. Upaya yang dapat dilakukan untuk membantu
remaja dalam menyelesaikan masalahnya yaitu dengan cara mendampingi
remaja panti untuk berani mencoba dan membangun sikap bertanggung
jawab terhadap permasalahan yang dihadapi.
Indikator yang ketiga, yaitu remaja panti memiliki kepercayaan
diri. Terdapat satu item yang terindikasi sedang. Item yang capaian
skornya terindikasi sedang yaitu “saya berani mengungkapkan rasa senang
saya kepada orang lain”. Item ini terindikasi sedang karena remaja panti
kurang memiliki kepercayaan diri untuk mengungkapkan reaksi emosional
kepada orang lain. Perilaku ini mengindikasikan bahwa remaja panti masih
sukar untuk mengungkapkan secara langsung perasaan emosionalnya.
Mengungkapkan perasaan emosional adalah hal yang tabu dilakukan oleh
remaja, selain itu perasaan malu untuk mengungkapkannya kepada teman
atau pamong panti asuhan menjadi salah satu alasan remaja sulit
mengungkapkan keadaan emosionalnya. Upaya yang dapat dilakukan
panti asuhan St. Yusup Sindanglaya agar dapat mengungkapkan reaksi
emosional remaja secara tepat adalah pamong asrama membantu remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
mengembangkan kepercayaan diri dan membantu mengarahkan remaja
panti untuk belajar mengungkapkan perasaan mereka secara tepat.
Indikator yang keempat yaitu kemampuan dalam mengendalikan
emosi. Terdapat dua item yang capaian skornya terindikasi sedang pada
indikator keempat. Item yang terindikasi sedang pada indikator ini yaitu
“saya mampu berpikir positif ketika orang lain mengolok-olok atau
mengejek saya” dan “saya tetap tersenyum ketika menghadapi masalah
yang membuat saya kecewa atau membuat saya sedih”. Belum optimalnya
kedua item ini mengindikasikan bahwa remaja panti asuhan kurang
mampu mengelola emosinya. Perilaku ini mengindikasikan bahwa remaja
panti memiliki ketakutan dan rasa malu untuk mengungkapkan
kekecewaan atau perasaan sakit hati kepada orang lain terutama pamong
panti yang dapat membantu mereka.
Indikator yang kelima yaitu mampu bergaul dengan orang lain.
Terdapat satu item yang capaian skornya terindikasi sedang. Item yang
terindikasi sedang yaitu “saya berusaha menjadi pribadi yang
menyenangkan dalam kehidupan sehari-hari”. Belum optimalnya item ini
mengindikasikan bahwa remaja panti asuhan St. Yusup Sindanglaya
mencoba berperilaku dan bersikap sesuai dengan tuntutan sosial tanpa
melihat keadaan emosional diri sendiri. Memiliki keinginan untuk diakui
oleh teman-temannya dan mendapat pengakuan dari teman-temannya.
Harlock (1990) mengungkapkan bahwa usia remaja merupakan masa
mencari identitas dalam lingkungan sosialnya. Penyesuaian diri terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
kelompok di lingkungakan sosial, dianggap penting tanpa melihat kondisi
diri sendiri. Perilaku ini dapat diatasi dengan membantu remaja dalam
pergaulannya di panti yaitu dengan cara mengembangkan sikap terbuka
terhadap orang lain dan diri sendiri.
Indikator yang keenam yaitu kepekaan terhadap perasaan orang
lain. Terdapat satu item pada indikator keenam yang terindikasi sedang.
Item yang terindikasi sedang pada indikator ini yaitu “saya bersikap cuek
ketika teman saya mengalami musibah”. Item ini mengindikasikan bahwa
remaja panti asuhan St. Yusup Sindanglaya belum memiliki kepekaan
untuk membantu atau menolong orang lain. Remaja panti belum tanggap
atas reaksi emosional yang diungkapkan oleh orang lain terutama teman
panti. Hal ini terjadi karena remaja masih dalam tahap perkembangan
kematangan dalam berpikir dan bertindak, sehingga belum optimal dalam
menerima reaksi emosional di lingkungan panti. Perilaku ini dapat diatasi
dengan cara membantu remaja panti asuhan St. Yusup Sindanglaya dalam
mengembangkan sikap tenggang rasa dan saling tolong menolong.
3. Uji Hipotesis Penelitian
Hasil uji hipotesis penelitian mengenai perbedaan rata-rata
kecerdasan emosi remaja panti asuhan St. Yusup Sindanglaya yang
mengalami kekerasan dan tidak mengalami kekerasan, menunjukan bahwa
terdapat perbedaan kecerdasan emosi antara remaja panti asuhan St. Yusup
Sindanglaya yang mengalami kekerasan dengan remaja panti asuhan St.
Yusup yang tidak mengalami kekerasan. Remaja panti asuhan St. Yusup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Sindanglaya yang tidak mengalami kekerasan memiliki tingkat kecerdasan
emosi dengan rata-rata capaian skor lebih tinggi. Hasil ini dapat
dipengaruhi oleh dampak yang terjadi pada remaja panti yang mengalami
kekerasan. Remaja panti yang mengalami kekerasan mengalami trauma
yang mengakibatkan proses perkembangan kecerdasan emosinya
terhambat.
C. Implikasi Hasil Penelitian
Hasil penelitian terhadap item kecerdasan emosi yang capaian skornya
tergolong sedang, menunjukkan bahwa sebagain remaja panti asuhan St.
Yusup Sindanglaya perlu membangun kesadaraan emosi, kemampuan dalam
menilai diri sendiri, kepercayaan diri, kemampuan dalam pengendalian emosi,
bergaul dengan orang lain, dan kepekaan terhadap perasaan orang lain. Oleh
sebab itu, bimbingan dan pendampingan dari pamong asrama atau guru
pembimbing sangat diperlukan dalam meningkatkan kecerdasan emosi.
Item-item yang teridentifikasi dalam kategori sedang, digunakan
sebagai dasar untuk merumuskan usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial
sebagai upaya meningkatkan kecerdasan emosi remaja panti asuhan St. Yusup
Sindanglaya. Item-item yang capaian skornya terindikasi sedang diuraikan
dalam tabel 13 di bawah beserta dengan topik-topik bimbingan yang
diusulkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Tabel 13
Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi-Sosial
Berdasarkan Kategori Item Sedang Mengenai Tingkat Kecerdasan Emosi Remaja Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya
No Item Aspek Topik Tujuan Waktu Bidang
Bimbingan Metode Sumber
1.
Saya diam dan biasa saja,
ketika saya menyelesaikan
tugas dengan baik
Mengenali
Emosi Diri
Perasaan
ku
Mampu memberi penghargaan
terhadap pekerjaan yang telah
dilakukan 2 JP Pribadi
Permainan dan
refleksi
Sinurat,
R.H.Dj.1999.Rea
der Mata Kuliah
Komunikasi
Antar Pribadi.
Yogyakarta:
Program Studi
Bimbingan
Konseling USD
2.
Saya mengetahui apa yang
sedang saya rasakan ketika
saya sedang kesal
Mampu mendeskrpsikan
perasaan yang dialami
3.
Saya mampu menunjukan
ekspresi secara tepat ketika
saya senang atau sedih.
Ekspresi
diri
Mampu menunjukan ekspresi
emosional sesuai dengan
keadaan diri
2 JP Pribadi Permainan dan
refleksi
Sinurat,
R.H.Dj.1999.Rea
der Mata Kuliah
Komunikasi
Antar Pribadi.
Yogyakarta:
Program Studi
Bimbingan
Konseling USD 4.
Saya senang dapat
mengenal perasaan saya.
Mampu menyadari
(merefleksikan) perasaan yang
dialami
5.
Saya mampu menemukan
jalan keluar apabila
menghadapi kesulitan.
Berpikir
Kreatif
Memiliki pandangan yang
kreatif terhadap masalah yang
dihadapi 2 JP
Pribadi
Sosial
Permainan, tanya
jawab, refleksi
Mangunhardjana
. 1986.
Membangun
Kreatifitas.Yogy
akarta: Kanisius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
No Item Aspek Topik Tujuan Waktu Bidang
Bimbingan Metode
6.
Saya berani
mengungkapkan rasa
senang saya kepada orang
lain.
Aku Berani
Mampu mengungkapkan
perasaan emosional kepada
teman, pamong, dan romo 2 JP
Pribadi
Sosial
Permainan dan
refleksi
Bartocci,
Barbara.1990.
Keberanian
Mengubah
Hidup. Jakarta:
Mitra Utama
7.
Saya mampu berpikir
positif ketika orang lain
mengolok-olok saya. Mengelola
Emosi
Positif
Thinking
Mampu berpikir positif
terhadap keadaan emosional
diri
2 JP Pribadi
Sosial
Permainan, tanya
jawab, refleksi
Nasar,dkk. 2010.
Pendidikan
Karakter 5,
10 Menit
Menjadi
Pribadi yang
Berakhlak
Mulia. Jakarta:
PT
Grasindo
8.
Saya tetap tersenyum ketika
menghadapi masalah yang
membuat saya kecewa.
Mampu melihat setiap
masalah dari pandangan yang
positif
9.
Saya berusaha menjadi
pribadi yang menyenangkan
dalam kehidupan sehari-
hari. Mengenali
Emosi
Orang Lain
Aku dan
Sekitar ku
Mampu berelasi dengan
lingkungan sekitar 2 JP
Pribadi
Sosial
Permainan,
diskusi, tanya
jawab, refleksi
Rintyastini, Y.
Bimbingan dan
konseling SMP
2. Jakarta: ESIS
10.
Saya bersikap cuek ketika
teman saya mengalami
musibah Empati
Mampu menunjukan sikap dan
perilaku yang dirasakan secara
mendalam 2 JP
Pribadi
Sosial
Permainan, tanya
jawab, refleksi
Rintyastini, Y.
Bimbingan dan
konseling SMP
2. Jakarta: ESIS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini dikemukakan kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan
penelitian, dan saran.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Remaja Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya telah mencapai tingkat
kecerdasan emsoi pada kategorisasi tinggi yaitu 63 atau 55,3 % dan
kategori sangat tinggi yaitu 28 atau 24,6 %. Jadi dapat disimpulkan bahwa
tingkat kecerdasan emosi remaja Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya
dinyatakan baik.
2. Teridentifikasi enam indikator dan sepuluh butir item kuesioner
kecerdasan emosi yang capaian skornya masuk dalam kategori sedang.
Butir item yang teridentifikasi sedang (belum ideal) akan digunakan
sebagai dasar untuk merumuskan topik-topik bimbingan pribadi sosial
yang implikatif terhadap peningkatan kecerdasan emosi pada remaja panti
asuhan St. Yusup Sindanglaya.
3. Hasil uji beda menunjukan bahwa remaja panti asuhan St. Yusup
Sindanglaya yang tidak mengalami kekerasan rata-rata capaian skornya
lebih baik dibandingkan dengan rata-rata capaian skor remaja panti
asuhan St. Yusup Sindanglaya yang mengalami kekerasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
B. Keterbatasan Penelitian
1. Teori yang digunakan dalam penelitian ini merpuakan teori lama yang
belum diperbaharui, mungkin kurang cocok digunakan pada
perkembangan kehidupan individu saat ini.
2. Instrumen penelitian kecerdasan emosi yang telah disusun masih jauh dari
sempurna serta tidak mencakup semua aspek kecerdasan emosi yang
sesuai dengan keadaan subjek penelitian.
3. Metode dalam penelitian ini sangat terbatas pada pengukuran
menggunakan instrumen penelitian dan kurang melibatkan sumber
informasi lain seperti observasi dan wawancara.
C. Saran
Berikut ini dikemukakan beberapa saran yang sesuai dengan hasil
penelitian untuk berbagai pihak yang terkait.
1. Romo Kepala PA. St. Yusup Sindanglaya
Berdasarkan hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa masih
ada beberapa remaja yang memiliki tingkat kecerdasan emosi yang sedang
(belum sepenuhnya optimal), akan menjadi lebih baik apabila Romo
berkenan menyusun program kegiatan panti yang dapat membantu
mengembangkan kecerdasan emosi remaja St. Yusup Sindanglaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
2. Pamong PA. St. Yusup Sindanglaya
Pamong asrama alangkah baiknya apabila memberikan
pendampingan yang lebih dekat kepada para remaja untuk meningkatkan
dan mengembangkan kecerdasan emosi. Pendampingan yang lebih dekat
dengan para remaja, akan memberikan dorongan dan motivasi bagi mereka
untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan tugas perkembangan secara
optimal.
3. Peneliti lain
Peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian terhadap
variabel dan subjek penelitian yang sama, diharapkan dapat lebih
memperkaya teori-teori yang berkaitan dengan kecerdasan emosi melalui
berbagai sumber. Selain itu, peneliti lain dapat menentukan penelitian
secara spesifik sehingga diperoleh informasi yang lebih konkrit dan
lengkap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Azwar, Saiffudin. 2011. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Dwiastuti, Theresia. 2010. Deskripsi Kecerdasan Emosional Para Siswi
Remaja Asrama Putri Santa Yulia Surabaya Tahun Ajaran 2009/2010
Dan Implikasinya Terhadap Topik-Topik Bimbingan Kelompok
(Tinjauan dari Berbagai Aspek Kecerdasan Emosi). Yogyakarta:
Skripsi Universitas Sanata Dharma
Goleman, Daniel. 1999. Working With Emotional Intelligence-Kecerdasan
Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi, (Terjemahan). Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
. 2006. Emotional Intelligence-Kecerdasan Emosional
Mengapa EI Lebih Penting Daripada IQ, (Terjemahan). Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Gottman, John dan DeClaire. 2008. Mengembangkan Kecerdasan Emosional
Anak. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Hurlock, B. Elizabeth. 1990. Psikologi Perkembangan-Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan, (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Jahja, Yuridik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Media
Group.
Mangunhardjana. 1980. Pendampingan Kaum Muda. Yogyakarta: Kanisius
Mönks, F.J dkk. 2002. Psikologi Perkembangan-Pengantar dalam Berbagai
Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Papalia, Diane E. dan Ruth Duskin Feldman. 2014. Menyelami Perkembangan
Manusia, Edisi 12. Jakarta: Salemba Humanika.
Priyatno, Duwi. 2012. Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20.
Yogyakarta: Andi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Republik Indonesia. 2004. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Jakarta
Santrock, John W. 2007. Remaja, Edisi 11 Bagian 1. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan – Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Winkel, W.S dan M.M. Sri Hastuti. 2006. Bimbingan dan Konseling di
Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, A.J. 2010. Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Lampiran 1
INSTRUMEN PENELITIAN
KECERDASAN EMOSI
Disusun oleh:
Yosef Tri Nugroho 101114045
Di bawah bimbingan:
Dr. Gendon Barus, M.Si
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
A. Pernyataan Pertama
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling sesuai dengan
keadaan adik-adik.
1. Saya pernah menyaksikan benturan dengan keras disertai pukulan
Selalu Sering Jarang Tidak Pernah
2. Selama ini saya pernah mengalami kekerasan
Selalu Sering Jarang Tidak Pernah
3. Saya pernah diperlakukan secara kasar oleh orang tua
saya/teman/orang lain
Selalu Sering Jarang Tidak Pernah
4. Saya pernah dipukul oleh orangtua/teman/orang lain
Selalu Sering Jarang Tidak Pernah
5. Saya pernah dipermalukan di depan umum
Selalu Sering Jarang Tidak Pernah
Kelas :
Jenis Kelamin :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
A. Pernyataan Kedua
Berikut ini adalah kuesioner mengenai tingkat Kecerdasan Emosi.
Kami mengharapkan kesediaan untuk mengisi kuesioner dengan Teliti
dan Jujur sesuai dengan keadaan adik-adik. Jawaban yang adik-adik
berikan akan dijamin kerahasiaannya dan tidak berpengaruh terhadap nilai
di sekolah atau keadaan di Panti. Kami sangat menghargai dan berterima
kasih atas kesediaan adik-adik untuk mengisi kuesioner ini dengan baik.
Petunjuk Pengisian :
1. Sebelum menjawab, kami meminta kesediaan adik-adik untuk
membaca dan memahami setiap pernyataan.
2. Pilih salah satu dari empat jawaban yang tersedia, yaitu :
a. SLL = Jika pernyataan tersebut Selalu dengan adik-adik
b. SRG = Jika pernyataan tersebut Sering dengan adik-adik
c. J = Jika pernyataan tersebut Jarang dengan adik-adik
d. TP = Jika pernyataan tersebut Tidak Pernah dengan
adik-adik
3. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang yang paling sesuai dengan
keadaan adik-adik.
Contoh :
No Pernyataan
Alternatif Jawaban
Selalu Sering Jarang Tidak
Pernah
1. Saya mampu mengontrol emosi ketika
sedang marah
X
Selamat Mengerjakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
No Pernyataan Alternatif Jawaban
SLL SRG JRG TP
1. Saya menerima perasaan saya ketika senang,
bahagia, sedih, dan marah
2. Saya sulit memahami perasaan saya, ketika saya
memiliki masalah
3. Saya berpura-pura senang dihadapan orang lain
ketika saya sedang sedih
4. Saya senang dapat mengenal perasaan saya
5. Perasaan saya mudah berubah tanpa alasan yang
jelas
6. Saya sulit mengetahui penyebab yang membuat
saya marah
7. Saya dapat menemukan jalan keluar apabila
menghadapi kesulitan
8. Saya senang menerima saran dari teman ketika
saya melakukan kesalahan
9. Saya malu untuk menerima kekurangan yang saya
miliki
10. Saya mampu menghargai pendapat teman
11. Saya memiliki keberanian untuk mengungkapkan
pendapat saya di depan teman-teman
12. Saya melarikan diri dari kesalahan yang telah saya
perbuat
13. Saya menolak ketika teman memuji suatu
kelebihan yang saya miliki
14. Saya berani mengungkapkan rasa senang saya
kepada orang lain
15. Saya memaafkan teman yang pernah menyakiti
saya
16. Saya memukul barang apapun ketika saya sedang
marah
17. Saya mampu berpikir positif ketika orang lain
mengolok-olok/mengejek saya
18. Dalam pergaulan saya cenderung mempermalukan
teman di depan umum
19. Saya tetap tersenyum ketika menghadapi masalah
yang membuat saya kecewa atau sedih
20. Saya mampu mengontrol emosi ketika sedang
marah
21. Saya menunda tugas yang diberikan sampai batas
waktu yang ditetapkan
22. Sulit bagi saya untuk menjaga rahasia teman
23. Saya bersedia mengakui kesalahan yang telah saya
perbuat di depan teman-teman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
No Pernyataan Alternativ Jawaban
SLL SRG JRG TP
24. Saya mampu bertanggung jawab terhadap tugas
yang dipercayakan kepada saya
25. Saya mudah mengeluh ketika saya mengalami
kesulitan
26. Saya dapat menyelesaikan tugas yang diberikan
oleh guru di sekolah atau pamong di asrama
dengan baik
27. Saya pergi bermain dengan teman-teman walaupun
banyak tugas
28. Saya tetap mengerjakan tugas saat sedang dalam
kesulitan
29. Saya mudah menyerah apabila tuuan saya tidak
tercapai
30. Ketika saya mengerjakan tugas sekolah/asrama,
saya akan mengerjakannya sampai selesai
31. Saya akan terus mencoba ketika menghadapi
kegagalan
32. saya lebih baik diam, ketika saya sedang dalam
kesulitan
33. Saya mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya
untuk mendapat nilai yang terbaik
34. Saya akan diam apabila mengalami kegagalan
35. Saya berani memulai sesuatu yang baru
36. Saya langsung meminta maaf ketika teman
tersinggung dengan kata-kata saya
37. Saya cepat putus asa ketika mengalami kegagalan
38. Saya takut untuk menunjukan kemampuan yang
saya miliki
39. Saya mampu bangkit dari kegagalan yang saya
alami
40. Saya orang yang setia kawan dalam menjalin
persahabatan
41. Saya tidak malu untuk memperkenalkan diri
kepada teman yang baru saya kenal
42. Pendapat saya lebih baik dari pada orang lain
43. Saya dapat menjalin hubungan baik dengan teman
berbeda daerah
44. Saya merasa kurang berguna bagi teman-teman
45. Saya berusaha menjadi pribadi yang
menyenangkan dalam kehidupan sehari-hari
46. Saya dapat mendengarkan cerita teman yang
sedang mengalami kesulitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
No Pernyataan Alternativ Jawaban
SLL SRG JRG TP
47. Saya bersikap cuek ketika teman saya mengalami
musibah
48. Saya dapat memahami perasaan teman yang sedang
sedih
49. Saya ikut bahagia ketika orang lain bahagia
50. Saya kurang peduli ketika orang lain
mengungkapkan kesedihannya
51. Saya senang dapat bekerjasama dengan orang lain
52. Saya dengan senang hati memberikan bantuan
ketika ada teman yang membutuhkan pertolongan
53. Saya membiarkan teman yang sedang bekerja
sendirian
54. Saya mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan
baru
55. Saya sulit untuk mengerjakan tugas secara
berkelompok
56. Saya berani untuk mengungkakan apa yang sedang
saya rasakan kepada teman
57. Saya langsung berbicara kasar saat sedang marah
58. Saya menggunakan bahasa yang baik saat bertemu
dengan orang yang lebih tua seperti orang tua,
pamong asrama atau guru
59. Sulit bagi saya untuk menceritakan apa yang
sedang saya rasakan kepada orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Lampiran 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Kode Keteranqan Hasil
1 Tidak Mcnttlanli Kckerぉ an 41
2 Mengalami Kekerasan
N0 KODENO ITEM
KODE1 2 3 4 5
1 Ll 2
2 L2 2 1 1 1
3 L3 1 1 1 1 1
4 L4 2 1 3 10
5 L5 2 2 2 1 9 2
6 L6 2 う‘ 2 2 10 2
7 L7 3 2 2 2 2
8 L8 1 2 1 2 1 1
9 L9 2 2 3
L 0 1 2 2 3
L 1 2 3
12 L 1 1 9
L 2 2 2 1 9
14 L 4 2 2 2
L 2 2 2
16 L 1 1 2 1
L 4 4 4 2
L 2 1
19 L 1 10 2
20 L20 2 2 2
L21 2 1 2 1 1 1
22 L22 1 1 2 1 1
L23 4 2 4 14 2
24 L24 う4 2 2 1 9 2
L25 1 2 1 1
26 L26 1 1 1 1 6 1
27 L27 2 2 2 2 10 2
28 L28 うん 4 2 2 12 2
L29 1 1 1 1 6 1
L30 1 2
L31 1 1 2 1 1 6
L32 2 2 2 1 9 2
L33 3 1 12 2
34 L34 2 1 10 2
L35 1 2 1 1
36 L36 1 1 1 1
L37 1 2 2 9
L38 2 2 1 9 2
39 L39 2 1 1 1
40 L40 2 2 10
41 L41 2 3 2
42 L42 2 2 1
43 L43 2 2 2
44 L44 2 3 2 2
45 L45 1 1 1 2 1
46 L46 2 2 2 2
47 L47 2 1
L48 2 4 2 2
49 L49 2 1 1 1 7 1
50 L50 1 1 2 8 1
L51 1 2 9 2
52 L52 2 2 10 2
L53 2 2 2 1 9
54 L54 2 3 2 2
L55 2 4 2 16 2
56 L56 2 2 2 2
L57 2 1 1 1
L58 2 2 1 9 2
JIllPILAⅡ
2
2
2
つ
つ
,
2
2 2
2
2
2
2
2
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
L59 1 2 1 2 1
60 L60 10 2
61 L61 2 2うん L62 う
4 1 2
63 L63 2 ,4 2 2
64 L64 2 2 う4 2 10
65 L65 1 9 2
66 L66 2 10 2
L67 1 2 1 1 1
L68 1 2 2 9 2
Pl 1 2 9 2
70 P2 2
P3 1 1 1 1 2 1
72 P4 1 1 1 7 1
P5 1 1 2 1
74 P6 3 2 1 1 1 1
P7 1 1 1 1 6 1
P8 2 2
P9 2 1 1 2 1
78 P10 1 1 1 1 6 1
79 P 1 2 1 2 9 2
80 P 2 1 1 1 1 1 1
P 3 3うん P 4 2 2 10
P 2 1 1 2 1
84 P 6 1 l 1 1
P 4 4 4 4 1 2
86 P 2 1 9
P19 2 2 2
P20 1 1 1 1 1 1
89 P21 2 1
90 P22 3 1 1 2
P23 1 1 1 1
92 P24 1 2 9
93 P25 1 1 1 1 6 1
94 P26 2 4 2 1
P27 1 1 1 1 1 5 1
96 P28 2 1
97 P29 2 2
98 P30 2 2 1 9 2
99 P31 2 1 9 2
100 P32 1 1 1 1 1 1
P33 2 2 1 9
102 P34 2 つ4 2 2 10 1
103 P35 1 1 2 1 1
104 P36 2 2 2
105 P37 1 1 1 1 1 1
06 P38 1 2 1 1
07 P39 3 1 2 2
08 P40 2 1 1 1 1 1
09 P41 2 3 2
10 P42 1 2 9
P43 1 1 2 4 2
12 P44 1 1 1 1
P45 2 2
14 P46 1 1 1 1 6
umlah 1049
2
2
2
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Lampiran 3 Output Uji Validitas
No. Item Parameter Uji Hasil Hitung Keputusan
1
Pearson Correlation .359** VALID
Sig. (2-tailed) .006
N 57
2
Pearson Correlation .029 TIDAK VALID
Sig. (2-tailed) .829
N 57
3
Pearson Correlation -.161 TIDAK VALID
Sig. (2-tailed) .232
N 57
4
Pearson Correlation .483** VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 57
5
Pearson Correlation .270* TIDAK VALID
Sig. (2-tailed) .042
N 57
6
Pearson Correlation .352** VALID
Sig. (2-tailed) .007
N 57
7
Pearson Correlation .355** VALID
Sig. (2-tailed) .007
N 57
8
Pearson Correlation .471** VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 57
9
Pearson Correlation .294* TIDAK VALID
Sig. (2-tailed) .027
N 57
10
Pearson Correlation .321* VALID
Sig. (2-tailed) .015
N 57
11
Pearson Correlation .347** VALID
Sig. (2-tailed) .008
N 57
12
Pearson Correlation .269* TIDAK VALID
Sig. (2-tailed) .043
N 57
13 Pearson Correlation .503** VALID
Sig. (2-tailed) .000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
N 57
14
Pearson Correlation .433** VALID
Sig. (2-tailed) .001
N 57
15
Pearson Correlation .530** VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 57
16
Pearson Correlation .548** VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 57
17
Pearson Correlation .539** VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 57
18
Pearson Correlation .237 TIDAK VALID
Sig. (2-tailed) .076
N 57
19
Pearson Correlation .438** VALID
Sig. (2-tailed) .001
N 57
20
Pearson Correlation .491** VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 57
21
Pearson Correlation .457** VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 57
22
Pearson Correlation .402** VALID
Sig. (2-tailed) .002
N 57
23
Pearson Correlation .452** VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 57
24
Pearson Correlation .365** VALID
Sig. (2-tailed) .005
N 57
25
Pearson Correlation .427** VALID
Sig. (2-tailed) .001
N 57
26
Pearson Correlation .689** VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 57
27 Pearson Correlation .385** VALID
Sig. (2-tailed) .003
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
N 57
28
Pearson Correlation .262* TIDAK VALID
Sig. (2-tailed) .049
N 57
29
Pearson Correlation .393** VALID
Sig. (2-tailed) .002
N 57
30
Pearson Correlation .539** VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 57
31
Pearson Correlation .573** VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 57
32
Pearson Correlation .497** VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 57
33
Pearson Correlation .507** VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 57
34
Pearson Correlation .583** VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 57
35
Pearson Correlation .479** VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 57
36
Pearson Correlation .406** VALID
Sig. (2-tailed) .002
N 57
37
Pearson Correlation .615** VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 57
38
Pearson Correlation .061 TIDAK VALID
Sig. (2-tailed) .652
N 57
39
Pearson Correlation .531** VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 57
40
Pearson Correlation .331* VALID
Sig. (2-tailed) .012
N 57
41 Pearson Correlation .516** VALID
Sig. (2-tailed) .000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
N 57
42
Pearson Correlation .433** VALID
Sig. (2-tailed) .001
N 57
43
Pearson Correlation .193 TIDAK VALID
Sig. (2-tailed) .151
N 57
44
Pearson Correlation .132 TIDAK VALID
Sig. (2-tailed) .327
N 57
45
Pearson Correlation .493** VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 57
46
Pearson Correlation .525** VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 57
47
Pearson Correlation .715** VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 57
48
Pearson Correlation .136 TIDAK VALID
Sig. (2-tailed) .313
N 57
49
Pearson Correlation .436** VALID
Sig. (2-tailed) .001
N 57
50
Pearson Correlation .572** VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 57
51
Pearson Correlation .463** VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 57
52
Pearson Correlation .220 TIDAK VALID
Sig. (2-tailed) .101
N 57
53
Pearson Correlation .379** VALID
Sig. (2-tailed) .004
N 57
54
Pearson Correlation .340** VALID
Sig. (2-tailed) .010
N 57
55 Pearson Correlation .675** VALID
Sig. (2-tailed) .000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
N 57
56
Pearson Correlation .452** VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 57
57
Pearson Correlation .436** VALID
Sig. (2-tailed) .001
N 57
58
Pearson Correlation .410** VALID
Sig. (2-tailed) .002
N 57
59
Pearson Correlation .407** VALID
Sig. (2-tailed) .002
N 57
60
Pearson Correlation .588** VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 57
61
Pearson Correlation .241 TIDAK VALID
Sig. (2-tailed) .071
N 57
62
Pearson Correlation .567** VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 57
63
Pearson Correlation .396** VALID
Sig. (2-tailed) .002
N 57
64
Pearson Correlation .433** VALID
Sig. (2-tailed) .001
N 57
65
Pearson Correlation .566** VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 57
66
Pearson Correlation .551** VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 57
67
Pearson Correlation .505** VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 57
68
Pearson Correlation .546** VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 57
69 Pearson Correlation .486** VALID
Sig. (2-tailed) .000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
N 57
70
Pearson Correlation .458** VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 57
71
Pearson Correlation .344** VALID
Sig. (2-tailed) .009
N 57
72
Pearson Correlation .560** VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 57
Output Uji Reliabilitas
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 57 100.0
Excludeda 0 .0
Total 57 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.887 72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Lampiran 4
Output SPSS T-Test
Group Statistics
Kekerasan N Mean Std. Deviation
Std. Error
Mean
Kecerdasan Emosi Remaja
Panti
Tidak Mengalami
Kekerasan 41 185.93 16.677 2.604
Mengalami Kekerasan 73 176.71 18.611 2.178
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Kecerdasan
Emosi
Remaja Panti
Equal variances
assumed .293 .589 2.631 112 .010 9.215 3.502 2.276 16.153
Equal variances
not assumed
2.714 90.838 .008 9.215 3.395 2.470 15.959
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 5
SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN
Tema/Konsep/PB : Creative Thinking
Waktu : 1x Pertemuan (45 menit)
1. Tujuan Pembimbingan : Siswa mampu berpikir kreatif
dalam kehidupannya sehari-hari
2. Tujuan Pembimbingan Khusus :
Siswa mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari bersama
dengan orang tua, teman, dan masyarakat.
3. Materi : Creative Thinking
4. Kegiatan Belajar Mengajar (Rencana Pembimbingan
a. Pendekatan : Keterampilan proses
b. Metode : Permainan, diskusi, dan refleksi
5. Alat/Sumber Pembimbingan
a. Alat : Alat tulis, laptop, kertas lipat, dan spidol
b. Sumber : Mangunhardjana. 1986. Membangun Kreatifitas.
Yogyakarta: Kanisius
6. Prosedur dan Penilaian
a. Prosedur
Sesi Kegiatan Durasi
Waktu Guru Pembimbing Siswa
1. Pengantar, penjelasan
tentang tujuan kegiatan
Berperan aktif,
mendengarkan
5’
2. Permainan:
Pembimbing membagikan
kertas lipat pada setiap
peserta. Kertas lipat yang
Berperan aktif 10’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
sudah dibagikan kemudian
dijadikan sebuah lingkaran
yang tidak boleh terputus.
3. Memberikan penjelasan
mengenai berpikir kreatif
Berperan aktif 15’
4. Memberikan kesempatan
bagi siswa untuk bertanya
dan sharing mengenai
dinamika
Tanya jawab dan
sharing
10’
5. Kesimpulan dan penguatan 5’
Total 45’
b. Penilaian
No Penilaian
1. Proses
Apakah siswa aktif dan antusias dalam mengikuti
bimbingan klasikal dengan topik Creative Thinking?
2. Hasil:
Siswa dapat menemukan ciri-ciri kemampuan berpikir
kreatif dan mampu mendefinisikan berpikir kreatif
7. Keterangan : -
8. Catatan : -
Yogyakarta, 08 Januari 2014
Pembimbing
Yosef Tri Nugroho Jaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Hand Out
Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif merupakan kegiatan mental yang digunakan seseorang
untuk membangun ide atau gagasan yang baru. Berpikir kreatif merupakan cara
berpikir seseorang untuk mencoba menemukan cara/metode yang paling baik,
tepat dan cepat dalam suatu hal. Berpikir kreatif merupakan metode untuk
memecahkan masalah secara efektif dan efisien.
Setiap orang diharapkan memiliki daya kreatifitas yang tinggi agar mampu
memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang memiliki daya
kreatifitas tersebut, diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah yang muncul
dan mampu mengatisipasinya.
Orang yang memiliki pola berpikir kreatif, selalu mencoba hal-hal yang
baru meskipun banyak orang berpendapat bahwa hal itu tidak mungkin dan tidak
akan membuahkan hasil. Berpikir kreatif dan kritis dituntut untuk berkreasi dan
memiliki daya imajinasi yang tinggi.
Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita dihadapkan dengan masalah
yang harus kita hadapi. Bila kita mampu untuk berpikir kreatif, kita akan mampu
untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kita akan lebih banyak mengunakan
ketekunan dan daya cipta yang tinggi untuk memecahkan masalah, sehingga
sesuatu yang kelihatannya “tidak mungkin”, masih dapat dikerjakan. Orang yang
kreatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Adanya kelancaran, kesigapan, dan kemampuan menghasilkan banyak
gagasan.
2. Memiliki fleksibilitas, yaitu kemampuan untuk menggunakan berbagai
pendekatan dalam mengatasi masalah.
3. Adanya keaslian, yaitu kemampuan menghasilkan gagasan yang baru dan
asli.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
U‖iVERSITAS SANATA DHAR‖A 100FAKULTAS KECURUAN DAN ELMU PE‖ DEDヨKAN Lampiran 6
Mncan TrOmOI Pos 29,Yogyakarta 55002Tei撒
胤 鷲競濡掘騰毬置織 I臓鷺驚漁驚鷺驚1溜FYA
蘭
Ha‐
:0681Pem幽 l剛lir2014
:明i CObaAat Pendttantth Pendttan
KepdaYth. Pimpinan Panii Asuhan Sanb yusrt' SindrqlayaCipanm
Denganfnrmat,
Dengan ini kami memffinkan ijin @im*asihva kami,
NamaNo MahasiswaPrqram StudiJurusanFakultasPerguruan Tinggi
JudulSkripsi
Unluk melaksanakan penelitian dalam rangka persiapan penyusunan skripsinya, dengan ketentuanbahwa waktu penelitian disesuaikan dengan waktu yang diberikan oleh pihak'panti.
-
YosefTri Nugroho J
101114045
Bimbingan dan Konseling
‖mu Pendidikan
Keguttan dan‖ mu pendidikan
Univesitas Sanata DhaFna Yogyakarta
: STUDI DESKRIPTIF TINGKAT KECERDASAN EMOSI REMAJA PANTIASUHAN YANG MENGALAMI KEKERASAN DAN TIDAK MENCALAMiKEKERASAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP TOPIK‐ TOPIKBIMBINGAN PRIBADi SOSIAL
Alas perhatian dan ijin yang diberikan, kamiucapkan terima kasih.
Tembusan:1. Dekan FKtp2. MahasisilaYbs3. Arctp
Yogyakarta,21」 u晰 2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI