PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para...

111
PERANAN BIMBINGAN ROHANI TERHADAP KEMATANGAN EMOSI PARA SUSTER YUNIOR KONGREGASI MISI ABDI ROH KUDUS (SSpS) PROVINSI JAWA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan KekhususanPendidikanAgamaKatolik Oleh Sulis Erna Prawati NIM: 081124045 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para...

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

PERANAN BIMBINGAN ROHANI

TERHADAP KEMATANGAN EMOSI PARA SUSTER YUNIOR

KONGREGASI MISI ABDI ROH KUDUS (SSpS)

PROVINSI JAWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan KekhususanPendidikanAgamaKatolik

Oleh

Sulis Erna Prawati

NIM: 081124045

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2012

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

iv

PERSEMBAHAN

Saya mempersembahkan skripsi ini kepada

Para suster Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus Provinsi Jawa

yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk menjalani perutusan studi

di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

v

MOTTO

Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup,

Dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.

(Yoh10:10)

Kuberikan kebaikan untuk kebaikan itu sendiri

Karena kebaikan selalu melengkapi lingkaran hidup kita.

(Anonim)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

viii

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah Peranan Bimbingan Rohani terhadap Kematangan Emosi Para Suster Yunior Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus (SSpS) Provinsi Jawa.

Pemilihan judul ini didasarkan pada realitas dan keprihatinan penulis terhadap pelaksanaan bimbingan rohani yang sudah diupayakan dan diberikan oleh pemimpin komunitas bagi para suster yunior Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus (SSpS) Provinsi Jawa belum sepenuhnya membantu mereka menjadi pribadi yang matang rohani dan emosi. Itu terjadi karena pelaksanaan bimbingan rohani belum maksimal. Ada beberapa faktor yang manjadi kendala sehingga bimbingan rohani bagi para suster yunior menjadi terhambat. Salah satunya adalah faktor pemimpin komunitas yang kurang profesional dan bahkan kurang matang emosinya. Faktor dari dalam suster yunior sendiri bisa juga menghambat dalam bimbingan, misalnya pribadi yunior yang tertutup tidak mau terbuka, adanya keterpaksaan, dan kurang disiplin diri dalam mengolah batin. Semuanya itu sangat mempengaruhi proses bimbingan rohani mereka sendiri. Bertitik tolak dari kenyataan tersebut, skripsi ini dimaksudkan untuk membantu para pemimpin komunitas dalam usaha meningkatkan kualitas bimbingan rohani bagi para suster yunior Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus (SSpS) Provinsi Jawa.

Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah seberapa besar peranan bimbingan rohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin komunitas akan pentingnya bimbingan rohani untuk kematangan emosi para suster yunior Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus (SSpS) Provinsi Jawa. Untuk menganalisis permasalahan tersebut, penulis mengkaji dengan metode deskriptif analisis. Artinya penulis menggambarkan dan menganalisis permasalahan yang ada sehingga ditemukan jalan pemecahannya. Data ini diperoleh melalui pengisian Skala Likert kepada para suster yunior itu. Selain itu penulis menggunakan refleksi pribadi selama menjadi yunior SSpS dan studi pustaka untuk mendapatkan gagasan dari para ahli yang dapat dipergunakan sebagai sumbangan dalam pelaksanaan bimbingan rohani dalam komunitas-komunitas Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus (SSpS) Provinsi Jawa bagi kematangan emosi para suster yunior.

Mengingat peranan bimbingan rohani terhadap kematangan emosi para suster yunior sangat penting, penulis menawarkan usaha-usaha untuk meningkatkan pelaksanaan bimbingan rohani bagi para pemimpin komunitas, sehingga dapat memberikan bantuan bagi para pemimpin komunitas untuk menjadi pembimbing rohani yang profesional. Dengan menjadi pembimbing rohani yang profesional, diharapkan para pemimpin komunitas dapat membantu para suster yunior Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus (SSpS) Provinsi Jawa dalam mencapai kematangan rohani dan emosi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

ix

ABSTRACT

The title of this small thesis is ”The Role of the Spiritual Direction for the Emotional Maturity of Junior Sisters of the Mission Congregation of the Servant of the Holy Spirit Sisters (SSpS) of the Java Province.”

This title was chosen based on the author’s concern on the practice of the spiritual direction that has been given by the superior of the community for the SSpS junior sisters of the Java Province. The spiritual direction has not totally helped the junior sisters to become spiritually and mentally mature. There are several factors that may have caused this to happen. One of them is the role of the superior of the community that is not competent and emotionally immature. The second one is the role of the personality of the junior sisters themselves. The personality of junior sisters that is not quit open to the spiritual director, the feeling of being forced to go for spiritual direction, and the lack of discipline in making spiritual reflection can be obstacles in the process of spiritual direction. Based on this kind of concern, this small thesis wants to help the superior of the community of SSpS Sisters of the Java Province to intensify the quality of spiritual direction for the junior sisters.

The main problem of this thesis is to discuss how far the role of spiritual guidance is, for the emotional maturity of junior sisters and what efforts to be done to improve the awareness of the community leaders, to see how important the spiritual guidance is for emotional maturity of the junior sisters of the Mission Congregation of the Servant of the Holy Spirit (SSpS) of the Java Province. To analyze this matter, the writer uses analysis descriptive method, which means the writer reflects and analyses the problems in order to solve them. These data were collected with the Likert Scale by the junior sisters. In addition, the writer uses her personal reflections of her own experiences as junior sister, and some literature studies to get more ideas from experts that help communities of the Mission Congregation of the Servants of the Holy Spirit Sisters, in the efforts of spiritual direction for the emotional maturity of the junior sisters.

Considering the important role of spiritual direction for the emotional maturity of SSpS junior sisters, the author offers some solutions to intensify the practice of spiritual direction of the superior of the community, so that they can be professional spiritual directors. As the professional spiritual director, the superior of the community may help the SSpS junior sisters of the Java Province for emotional and spiritual maturity.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan limpah terima kasih kepada Allah Tritunggal Mahakudus

yang telah menyertai, membimbing, menuntun, dan menerangi penulis dengan

rahmat serta kasih setia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul PERANAN BIMBINGAN ROHANI TERHADAP KEMATANGAN

EMOSI PARA SUSTER YUNIOR KONGREGASI MISI ABDI ROH KUDUS

(SSpS) PROVINSI JAWA.

Skripsi ini disusun oleh penulis berdasarkan penemuan bahwa bimbingan

rohani merupakan salah satu faktor yang mempunyai peranan dalam kematangan

emosi para suter yunior. Melalui bimbingan rohani, para suster yunior mampu

melihat kembali kesatuan hidupnya yang utuh dengan Allah, sesama manusia dan

kesatuan dengan ciptaan.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para suster yunior untuk

setia melaksanakan bimbingan rohani guna mencapai kematangan emosi. Selain itu

skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menempuh

ujian Program Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan

Pendidikan Agama Katolik.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini dapat selesai pada

waktunya berkat bantuan dari berbagai pihak baik yang secara langsung maupun

tidak langsung telah mendampingi, membimbing dengan penuh kerelaan, kesabaran

dan kesetiaan serta mendukung lewat doa-doa sehinga memotivasi penulis untuk

setia dan bertekun menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis

menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

xi

1. Suster Ines Setiono, SSpS beserta Tim Pimpinan Provinsi Kongregasi Misi

Abdi Roh Kudus (SSpS) Provinsi Jawa yang telah memberikan perutusan studi

di Prodi IPPAK-JIP, Fakultas dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, serta setiap suster SSpS di Provinsi Jawa yang telah mendukung

lewat cinta, doa-doa, dan perhatiannya sehingga dapat menyelesaikan tugas

studi ini dengan baik.

2. Seluruh suster yunior Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus (SSpS) Provinsi Jawa

yang telah memberikan banyak bantuan dalam pengumpulan data penelitian.

3. Para suster komunitas Biara Roh Suci Yogyakarta yang telah memberikan

dukungan, doa, perhatian khususnya dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ, selaku dosen pembimbing utama yang telah

menyediakan diri dan meluangkan waktu untuk mendampingi, membimbing

penulis dengan kesabaran serta kesetiaan, memberi masukan dan kritikan

sehingga penulis termotivasi untuk menuangkan ide dan gagasan dalam seluruh

proses penulisan skripsi ini.

5. Dr. C. Putranta, SJ, selaku dosen penguji II dan sekaligus dosen wali yang

telah menyediakan diri untuk membimbing dan memberikan peneguhan pada

penulisan skripsi ini.

6. Dra. Yulia Supriati, M.Pd, selaku dosen III yang telah memberikan perhatian,

bimbingan dalam penelitian, serta memberikan semangat dalam penulisan

skripsi ini.

7. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing, mendukung

dan mendidik penulis selama belajar sampai selesainya skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL…………………………………………………….. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………… ii

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………........ ii

HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………. iv

MOTTO………………………………………………………………….. v

PERNYATAAN KEASLIAN………………………………………........ vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK……………………. vii

ABSTRAK………………………………………………………………. viii

ABSTRACT…………………………………………………………….. ix

KATA PENGANTAR………………………………………………........ x

DAFTAR ISI…………………………………………………………….. xiii

DAFTAR SINGKATAN……………………………………………....... xvii

BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………. 1

A. Latar Belakang………………………………………………… 1

B. Identifikasi Masalah…………………………………………… 5

C. Pembatasan Masalah………………………………………….. 6

D. Rumusan Masalah……………………………………………... 6

E. Manfaat Penulisan…………………………………………….. 7

F. Metode Penulisan…………………………………………........ 8

G. Sistematika Penulisan…………………………………………. 8

BAB II. BIMBINGAN ROHANI DAN KEMATANGAN EMOSI.......... 10

A. Tahap Pembinaan Religius……………………………………. 10

1. Pembinaan Postulat………………………………………... 11

2. Pembinaan Novisiat……………………………………….. 11

3. Pembinaan Yuniorat………………………………………. 12

B. Bimbingan Rohani…………………………………………….. 14

1. Pengertian Bimbingan Rohani…………………………….. 14

2. Faktor yang Mempengaruhi Bimbingan Rohani.................. 16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

xiv

a. Pembimbing Rohani………………………………....... 17

b. Bimbingan Rohani…………………………………….. 23

c. Waktu Bimbingan Rohani…………………………….. 24

3. Dampak dari Bimbingan Rohani………………………….. 26

C. Kematangan Emosi……………………………………………. 29

1. Pengertian Emosi………………………………………….. 29

2. Kematangan Emosi………………………………………... 30

3. Faktor yang Mempengaruhi Emosi……………………….. 32

4. Dampak dari Kematangan Emosi…………………………. 34

5. Kedewasaan Pribadi……………………………………….. 35

D. Kerangka Pikir……………………………………………........ 38

BAB III. PERANAN BIMBINGAN ROHANI TERHADAP

KEMATANGAN EMOSI PARA SUSTER YUNIOR

KONGREGASI MISI ABDI ROH KUDUS (SSpS)

PROVINSI JAWA………………………………………… 40

A. Sejarah Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus……………………. 40

1. Identitas Kongregasi SSpS………………………………... 40

2. Spiritualitas dan Kharisma Kongregasi SSpS……….......... 42

a. Spiritualitas Kongregasi SSpS………………………… 42

b. Kharisma Kongregasi SSpS…………………………… 43

B. Metodologi Penelitian…………………………………………. 46

1. Jenis Penelitian……………………………………………. 46

2. Metode Penelitian…………………………………………. 47

3. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………….. 47

4. Responden Penelitian…………………………………....... 47

5. Instrumen Penelitian………………………………………. 48

6. Variabel Penelitian……………………………………....... 49

C. Hasil Penelitian………………………………………………... 50

1. Proses Bimbingan Rohani…………………………………. 50

a. Pengetahuan dan Pengenalan akan Tuhan…………….. 50

b. Kepercayaan, Relasi dan Menghargai Pembimbing…... 51

c. Suasana dalam Melaksanakan Bimbingan…………….. 53

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

xv

d. Metode dalam Bimbingan……………………………... 54

2. Proses Kematangan Emosi………………………………… 55

a. Penilaian, Pengenalan dan Percaya Diri………………. 55

b. Pengelolaan Emosi……………………………………. 56

c. Motivasi Diri………………………………………...... 57

d. Pengenalan Emosi…………………………………….. 57

e. Membina Hubungan…………………………………... 58

D. Pembahasan Hasil Penelitian………………………………….. 59

1. Proses Bimbingan Rohani……………………………......... 59

a. Pengetahuan dan Pengenalan akan Tuhan……………. 59

b. Kepercayaan, Relasi dan Menghargai Pembimbing…... 60

c. Suasana dalam Melaksanakan Bimbingan…………….. 61

d. Metode dalam Bimbingan……………………………... 62

2. Proses Kematangan Emosi………………………………… 64

a. Penilaian, Pengenalan dan Percaya Diri………………. 64

b. Pengelolaan Emosi…………………………………….. 65

c. Motivasi Diri………………………………………....... 65

d. Pengenalan Emosi……………………………………... 66

e. Membina Hubungan…………………………………... 67

3. Rerata Proses Bimbingan Rohani terhadap Proses

Kematangan Emosi para Suster Yunior Kongregasi Misi

Abdi Roh Kudus (SSpS) Provinsi Jawa…………………… 68

E. Kesimpulan……………………………………………………. 71

F. Keterbatasan Penelitian………………………………………... 72

BAB IV. USAHA MENINGKATKAN PERANAN BIMBINGAN

ROHANI TERHADAP KEMATANGAN EMOSI PARA

SUSTER YUNIOR KONGREGASI MISI ABDI ROH

KUDUS (SSpS) PROVINSI JAWA……………................... 73

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

xvi

A. Peranan Bimbingan Rohani terhadap Kematangan Emosi Para

Suster Yunior Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus (SSpS)

Provinsi Jawa…………………………….................................. 73

B. Usaha Meningkatkan Proses Pelaksanaan Bimbingan

Rohani………………………………………………………… 74

1. Latar Belakang Usaha Meningkatkan Pelaksanaan Proses

Bimbingan Rohani……………………………................... 74

2. Profil Pembimbing Rohani……………………………….. 76

3. Alternatif dan Pilihan Pendekatan Pembinaan Bagi Para

Pemimpin Komunitas…………………………………….. 77

BAB V. PENUTUP……………………………………………………… 79

A. Kesimpulan……………………………………………………. 79

B. Saran…………………………………………………………... 81

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 85

LAMPIRAN…………………………………………………………....... (1)

Lampiran 1: Skala Likert Penelitian………………………................. (1)

Lampiran 2: Surat Permohonan…………………………………… (6)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

PC : Perfectae Caritatis

B. Singkatan Lain

Art : Artikel

Kan : Kanon

SVD : Societas Verbi Divini

SSpS : Servae Spiritus Sancti

SSpSAP : Servae Spiritus Sancti Adorationis Perpetuae

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bimbingan rohani sangat diperlukan untuk mendewasakan iman religius

supaya tangguh dalam menanggapi tantangan zaman saat ini.

Para suster yunior perlu memiliki kematangan emosi supaya dapat menanggapi

tantangan zaman ini. Perkembangan zaman yang semakin pesat mulai dari

teknologi alat-alat canggih, mode sampai dengan makanan cepat saji menimbulkan

begitu banyak tawaran duniawi yang menggiurkan. Dalam kehidupan sehari-hari

mau tidak mau orang dihadapkan pada banyaknya pilihan tersebut. Gaya hidup

zaman sekarang sangat mempengaruhi watak dan pola hidup kaum muda.

Gambaran penerus zaman sekarang dapat digambarkan sebagai generasi instan

yang ingin cepat-cepat menerima hasil tanpa harus berusaha.

Menghadapi begitu pesatnya perkembangan zaman, para yunior

membutuhkan dukungan dari berbagai pihak agar semakin bertumbuh dan

berkembang dalam iman dan kematangan emosinya. Dalam hal ini Konstitusi SSpS

mengatakan:

Masa Yuniorat adalah masa dimana para suster muda telah menyelesaikan masa novisiatnya. Selama masa Yunior ini, para suster melanjutkan perkembangan dalam hidup iman, kesediaan untuk pengabdian misioner, kesetiaan kepada Kongregasi dan adanya kenyakinan bahwa mereka dapat menemukan pemenuhan dirinya dalam panggilan religius. Mereka juga harus berkembang dalam percaya diri dan kematangan, demikian pula kemampuan untuk hidup dan bekerjasama dengan orang lain. Mereka harus mencapai tingkat kematangan manusia dan religius, yang memampukan mereka mengambil keputusan untuk penyerahan terakhir pada Kristus dalam kaul kekal (Konst. SSpS. art. 528).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

2

Bagi seorang yunior, untuk mencapai kematangan emosi dan religius tidaklah

mudah. Banyak hal yang turut mewarnai cita-cita dan harapan mereka. Dinamika

perjalanan hidup untuk menuju tingkat kematangan emosi dan religius sangat

kompleks. Ada benturan idealisme (cita-cita/harapan kongregasi) dan harapan

pribadi serta situasi nyata yang dihadapi dapat mengaburkan tujuan. Ada banyak

faktor yang menjadi penghambat baik dari luar maupun dari dalam diri yunior itu

sendiri. Hambatan dari luar yang sering dijumpai oleh yunior misalnya kesibukan

studi, tuntutan kerja yang terlalu banyak, situasi dari komunitas yang kurang

mendukung misalnya, sesama suster yang kurang memberi sapaan atau teguran,

pemimpin yang terlalu banyak menuntut dan kurang peka dengan keadaan dan

situasi yang sedang dihadapi oleh yunior. Selain itu tidak adanya keteladanan dan

kesungguhan dari suster yang lebih senior, hal itu jelas berpengaruh dalam

pembentukan kepribadian dan kematangan emosi seorang religius muda tersebut.

Bagaimanapun juga seorang yunior yang tinggal di dalam komunitas akan

menyerap nilai-nilai yang ada di komunitasnya. Kemajuan teknologi yang semakin

canggih kadang-kadang juga membawa hambatan bagi suster muda tersebut, bila

pribadi itu kurang dewasa dan matang emosinya, sehingga mereka menjadi orang

yang labil dan mudah terbawa arus, tidak mempunyai prinsip, emosional, dan tidak

jelas dimana dia akan berpijak.

Sedangkan hambatan dari dalam diri yunior misalnya: tidak disiplin dalam

membuat jurnal harian dan merefleksikan, malas membaca dan merenungkan Kitab

Suci dan Konstitusi, enggan untuk mengolah perasaan, hidup doa yang dangkal dan

terlalu terlena dengan dunianya sendiri. Keadaan seperti itu tidak jarang bagi yunior

akan mengalami kelesuan hidup, kehilangan arah hidup, jiwa menjadi terbebani,

hidup asal hidup dan tidak tahu mendalami serta memberi makna kehidupan bagi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

3

dirinya. Bila keadaannya ini dibiarkan terus-menerus akan menggerogoti dan

mengakibatkan yunior tidak krasan dan tidak at home dengan hidup panggilannya

yang efeknya yunior akan menanggalkan jubahnya atau keluar dari biara.

Menanggapi masalah-masalah yang terjadi dalam diri para suster yunior

tersebut, Kongregasi berusaha membantu meningkatkan pembinaan pribadi yang

dapat mendukung dan mengembangkan iman para suster yunior dalam proses

kematangan rohani dan pribadi. Pembinaan pribadi tersebut diupayakan melalui:

pembinaan spiritualitas, pembinaan misioner (formasi SSpS berusaha

mempersiapkan anggotanya agar mampu melaksanakan tugas dalam sikap apostolis

dan semangat pengabdian. Hal ini diusahakan salah satunya dengan cara melatih

setiap suster khususnya para postulant, novis dan yunior untuk mengalami live-in

dengan tujuan agar mereka bisa berdialog dengan masyarakat sekitarnya. Selain itu

saling berbagi tentang pengalaman misi berserta suka dukanya dan tantangan-

tantangannya sangat membantu para suster untuk menambah wawasan tentang misi,

dilatih keberanian untuk berdialog dengan semua orang dengan hati dan pikiran

terbuka dan dengan orang-orang dari agama dan kebudayaan lain), pembinaan

komunitas, pembinaan afeksi, pembinaan sosial, pembinaan hidup dalam pilihan-

pilihan hidup, dan bimbingan rohani (manuale untuk pembinaan Kongregasi SSpS,

2001: 54-63). Tujuan dari bimbingan rohani itu sendiri agar para suster yunior

semakin mengenal dirinya baik dalam segi positif dan negatif.

Dalam formasi lembaga religius, tugas pembinaan tersebut dipercayakan

kepada para pemimpin komunitas atau pembina khusus. Adanya pembina khusus

bagi yunior adalah untuk membantu para suster yunior mencapai kematangan

pribadi dan emosional. Menanggapi pentingnya seorang pembina bagi yunior, maka

dibutuhkan tenaga-tenaga pembina yang memiliki kemampuan untuk membina dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

4

mendampingi para yunior tersebut. Pembinaan para suster yunior ini diharapkan

menjawab kebutuhan mereka dan mengena. Konsili Vatikan II dalam Dekrit

Perfectae Caritatis mengatakan:

….penyesuaian hidup religius dengan tuntutan-tuntutan zaman sekarang hendaknya jangan melulu bersifat lahiriah. Hendaknya dilakukan pembinaan melalui perpaduan unsur-unsurnya yang sesuai sedemikian rupa, sehingga membantu para anggota untuk mencapai keutuhan hidup. (PC art. 18).

Ini suatu tantangan bagi para pembina maupun yunior itu sendiri yang

menuntut bagaimana seorang religius hidup di tengah-tengah dunia dan dalam

pelayanannya dapat membawa Kabar Sukacita Kristus. Di sinilah dapat dilihat

pentingnya pembinaan lewat bimbingan rohani agar para suster yunior semakin

memiliki kepribadian yang dewasa dan matang emosinya. Istilah “bimbingan”

dapat diartikan sebagai bantuan, pertolongan dan petunjuk. Dengan kata lain,

bantuan atau pertolongan yang diberikan seseorang terhadap orang tertentu.

Sedangkan istilah”rohani” berasal dari kata Roh yang berarti nafas hidup atau hidup

yang dijiwai oleh roh.

Melalui bimbingan rohani, seseorang semakin mengenal dirinya. Baik dalam

segi postif dan negatif. Dengan mengenal potensi yang dimilikinya maka seseorang

juga mampu untuk mengolah emosi yang bergejolak di dalam dirinya. Semakin

mereka tekun dan setia dalam bimbingan rohani semakin ditumbuh kembangkan

dalam hidup rohaninya dan kematangan emosinya. Dalam Kongregasi SSpS,

bimbingan rohani adalah: “Wawanhati” dengan pendamping untuk melihat sejauh

mana perkembangan hidup rohani para suster yunior. Setiap yunior wajib untuk

bimbingan rohani dengan pemimpin rumah secara bergilir. Mereka mengadakan

wawanhati satu kali dalam setiap bulan dan dilakukan secara rutin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

5

Seorang pemimpin rumah wajib memberi bimbingan kepada para suster

yunior agar mereka dapat memupuk kerelaan hati dan kepekaan terhadap karya Roh

Kudus (Konst. SSpS. art. 520). Wawanhati juga dimaksudkan untuk membantu para

suster yunior agar semakin berkembang dalam hidup bersama, hidup misi, hidup

rohani dan kematangan emosi.

Kembali kepada pemimpin komunitas atau pembina yunior. Persoalan yang

dihadapi adalah tidak semua pemimpin komunitas berpotensi sebagai pembina

profesional dimana mereka sungguh mampu mendampingi para yunior sampai

mereka dewasa dalam kepribadian dan matang dalam emosinya.

Berdasarkan keprihatinan dan realitas yang ada dalam diri para suster yunior

SSpS di Provinsi Jawa ini, yang masih membutuhkan bimbingan rohani supaya

mereka dapat berkembang dalam iman serta dapat mencapai kedewasaan pribadi

serta kematangan dalam emosi, penulis memilih judul skripsi PERANAN

BIMBINGAN ROHANI TERHADAP KEMATANGAN EMOSI PARA SUSTER

YUNIOR KONGREGASI MISI ABDI ROH KUDUS (SSpS) PROVINSI JAWA.

Pemilihan judul ini didasarkan pada pemikiran bahwa para yunior masih

membutuhkan bimbingan rohani yang terus menerus untuk semakin dewasa dalam

iman dan matang dalam emosi agar dapat menjadi seorang religius misionaris yang

tangguh dalam menghadapi tantangan zaman.

B. Identifikasi Masalah

Atas dasar latar belakang penelitian tersebut, diidentifikasikan masalah-

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah para suster yunior SSpS Provinsi Jawa menggunakan waktu

bimbingan rohani yang telah diatur oleh pemimpin komunitas?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

6

2. Bagaimanakah sikap para suster yunior SSpS Provinsi Jawa pada saat

melaksanakan bimbingan rohani?

3. Apakah para suster yunior SSpS Provinsi Jawa mempunyai kesetiaan dalam

melaksanakan bimbingan rohani?

4. Sejauh mana para suster yunior SSpS Provinsi Jawa matang emosinya selama

melaksanakan bimbingan rohani?

5. Seberapa besar peranan bimbingan rohani terhadap kematangan emosi para

suster yunior SSpS Provinsi Jawa?

C. Pembatasan Masalah

Mengingat waktu yang terbatas dan penelitian yang dilakukan dapat

mendalam penulis membatasi permasalahan pada “Peranan Bimbingan Rohani

Terhadap Kematangan Emosi Para Suster Yunior Kongregasi Misi Abdi Roh

Kudus (SSpS) Provinsi Jawa”.

D. Rumusan Masalah

Berdasar pembatasan masalah tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana proses bimbingan rohani dalam komunitas khususnya Kongregasi

SSpS Provinsi Jawa?

2. Bagaimana proses kematangan emosi para suster yunior dalam komunitas

khususnya Kongregasi SSpS Provinsi Jawa?

3. Seberapa besar peranan bimbingan rohani terhadap kematangan emosi bagi para

Suster Yunior Kongregasi SSpS Provinsi Jawa?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

7

E. Tujuan Penulisan

Dengan melihat beberapa rumusan masalah di atas maka tujuan yang akan

dicapai dalam penulisan ini ialah:

1. Menguraikan proses bimbingan rohani dalam komunitas khususnya Kongregasi

SSpS Provinsi Jawa.

2. Memaparkan proses kematangan emosi dalam komunitas khususnya Kongregasi

SSpS Provinsi Jawa.

3. Untuk mengetahui seberapa besar peranan bimbingan rohani terhadap

kematangan emosi para Suster Yunior Kongregasi SSpS Provinsi Jawa.

F. Manfaat Penulisan

1. Bagi para yunior

Memberikan sumbangan berupa informasi, pengetahuan dan pemahaman

akan pentingnya mengupayakan bimbingan rohani dalam hidup religius yang dapat

memberikan peranan terhadap kematangan emosi bagi para suster yunior.

Penelitian ini diharapkan dapat membantu dan mendorong para suster yunior

Kongregasi SSpS Provinsi Jawa untuk membina diri dengan setia melaksanakan

bimbingan rohani untuk mencapai kematangan emosi. Dengan demikian dapat

menjadi seorang suster misionaris Abdi Roh Kudus yang tangguh dalam tugas

perutusan yang dipercayakan Kongregasi.

2. Bagi Para Pendamping/Pembimbing

Memberikan wawasan yang dapat membantu para pendamping/pembimbing

yunior dalam usaha memberikan bimbingan rohani kepada para suster yunior yang

berkaitan dengan kematangan rohani dan emosi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

8

3. Bagi Kongregasi SSpS Provinsi Jawa

Semakin meneguhkan Kongregasi untuk terus berupaya memberikan

dukungan dan pembinaan kepada para pendamping/pembimbing yunior untuk

mengambil bagian dalam karya kongregasi.

4. Bagi penulis

Menambah pemahaman akan pentingnya mengusahakan bimbingan rohani

dalam hidup religius yang berperan bagi kematangan emosi para suster yunior.

5. Bagi Ilmu Kateketik

Memberikan sumbangan berupa pengetahuan dan pemahaman akan

pentingnya peranan bimbingan rohani sebagai landasan utama dalam kematangan

emosi para suster yunior Kongregasi SSpS Provinsi Jawa.

G. Metode Penulisan

Dalam penulisan ini penulis akan menggunakan metode deskriptif analitis

yaitu menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta serta

sifat populasi atau daerah tertentu (Suryabrata, 1983: 75), sehingga ditemukan jalan

pemecahan yang tepat dalam membantu para suster yunior untuk mencapai

kematangan emosi.

H. Sistematika Penulisan

Supaya memperoleh gambaran yang jelas mengenai penulisan ini, penulis

akan menyampaikan pokok-pokok gagasan dalam penulisan ini.

BAB I berisi pendahuluan, yang meliputi latar belakang penulisan,

identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan,

manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

9

BAB II berisi Bimbingan Rohani dan Kematangan Emosi yang meliputi:

tahap pembinaan religius, bimbingan rohani, kematangan emosi dan kerangka

berpikir. Tahap pembinaan religius terdiri dari: pembinaan postulant, pembinaan

novisiat dan pembinaan yuniorat. Bimbingan rohani terdiri dari: pengertiaan

bimbingan rohani, faktor-faktor yang mempengaruhi bimbingan rohani dan dampak

dari bimbingan rohani. Kematangan emosi terdiri dari: pengertian emosi,

kematangan emosi, faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan emosi, dampak

dari kematangan emosi dan kedewasaan pribadi, dan kempat menerangkan

kerangka berpikir.

BAB III mengenai Peranan Bimbingan Rohani terhadap Kematangan Emosi

Para Suster Yunior Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus (SSpS) Provinsi Jawa yang

meliputi sejarah Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus dan metodologi penelitian.

Sejarah Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus yang meliputi identitas Kongregasi

SSpS, spiritualitas dan kharisma Kongregasi SSpS. Metodologi penelitian yang

meliputi jenis penelitian, metode penelitian, tempat dan waktu penelitian,

responden penelitian, instrumen penelitian dan variabel penelitian. Tahap

berikutnya penulis akan mengkaji hasil penelitian dan membahas hasil penelitian.

BAB IV Meningkatkan Peranan Bimbingan Rohani Terhadap Kematangan

Emosi Para Suster Yunior Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus (SSpS) Provinsi Jawa

BAB V penulis ingin menegaskan kembali intisari dari skripsi ini dengan

memberikan usul dan saran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

10

BAB II

BIMBINGAN ROHANI DAN KEMATANGAN EMOSI

Pada bab ini akan diuraikan tentang peranan bimbingan rohani terhadap

kematangan emosi para suster yunior Kongregasi SSpS Provinsi Jawa. Bagian

pertama menerangkan dinamika pembinaan yuniorat. Bagian kedua membahas

bimbingan rohani, yang terdiri dari: pengertian bimbingan rohani, faktor-faktor

yang mempengaruhi bimbingan rohani, dan dampak bimbingan rohani. Bagian

ketiga menguraikan tentang kematangan emosi yang terdiri dari: pengertian emosi,

kematangan emosi, faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan emosi, dampak

dari kematangan emosi, dan kedewasaan pribadi. Bagian keempat mengenai

kerangka pikir.

Para anggota muda Kongregasi SSpS Provinsi Jawa adalah kaum muda yang

lahir dalam arus jaman globalisasi. Kaum muda ini banyak dipengaruhi oleh situasi

jaman dan berdampak pula dalam kehidupan bersama. Berhadapan dengan

pembinaan hidup religius itu sendiri, Kongregasi SSpS juga berupaya untuk

memberikan pembinaan bagi para yuniornya. Karena pembinaan itu merupakan

proses yang terjadi seumur hidup, maka pendampingan bagi para religius muda

perlu mendapat perhatian.

A. Tahap Pembinaan Religius

Setiap calon yang masuk dalam salah satu Lembaga Hidup Bakti tertentu

harus memasuki melalui beberapa tahap pembinaan. Mereka ditempa dalam proses

pengenalan Kongregasi yang mereka masuki. Kongregasi SSpS yang termasuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

11

dalam salah satu Lembaga Hidup Bakti juga melewati tahap-tahap secara umum

dari pembinaan di Postulat, Novisiat, Yuniorat maupun yang sudah berkaul kekal

(OnGoing Formation). Berikut ini akan diuraikan secara singkat tahap-tahap

pembinaan religius untuk:

1. Pembinaan Postulat:

Kata “Postulat” berasal dari kata “Postulare” yang berarti “mengajukan

permohonan”, juga mempunyai dua arti, yaitu tempat pembinaan calon dalam suatu

kongregasi dan masa pembinaan. Tujuan khusus dari masa pembinaan di postulant

menurut Konstitusi SSpS adalah:

Hendaknya mereka mencapai kematangan manusiawi dan rohani yang memadai untuk mampu menjawab panggilan Tuhan dengan bebas. Dibawah bimbingan pemimpin, mereka berusaha mengembangkan hidup doa, pengajaran, studi dan membantu mereka untuk memperdalam pengetahuan. Melalui kehidupan bersama mereka dibantu untuk lebih mengenal dan menerima diri (Konst. SSpS. art. 514).

Masa postulat merupakan masa peralihan dan perkenalan bagi si calon agar

dapat berorientasi dan mengenal kehidupan membiara melalui kongregasi yang

dimasukinya (Mardi Prasetya, 1992: 292). Selama masa postulan ini, calon dibantu

oleh pemimpin postulan untuk mencapai kematangan manusiawi dan kristiani.

2. Pembinaan Novisiat:

Novisiat adalah suatu masa dimana seorang belajar untuk mengalami

kehidupan religius yang sesungguhnya. Kata “Novis” menurut kamus bahasa Latin

sendiri berasal dari bahasa latin “novicius” yang berarti “orang yang belum

berpengalaman” (Verhoeven:1969).

Dalam masa novisiat ini seorang novis diajak untuk menjajaki kesungguhan

sikap dan motivasi dasar panggilan mereka bersama dengan seorang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

12

magister/magistranya. Pada masa ini mereka sudah melibatkan diri untuk

menjalankan hidup berkomunitas dan belajar untuk memulai melaksanakan nasihat-

nasihat Injil (Mardi Prasetya seri 2, 2001: 43).

Tentang novisiat ini Konstitusi SSpS mengatakan:

Dalam latihan menghayati hidup religius, para novis dipersiapkan untuk penyerahan total kepada Allah dalam kaul-kaul. Mereka dibimbing untuk belajar hidup sesuai dengan nasihat-nasihat Injil dan Konstitusi kita dan semakin berkembang pengertian mereka tentang hidup religius. Pada waktu yang sama mereka tumbuh dalam semangat Kongregasi dan mengenal tradisi-tradisi kita. (Konst. SSpS. art. 528).

Lama masa novisiat adalah dua tahun. Tahun pertama dinamakan tahun

kanonik, dalam tahun ini yang menjadi penekanan ialah melatih seorang novis

untuk menghayati cara hidup kongregasi yang masih dirasa baru bagi si calon.

Sedangkan masa novisiat tahun kedua merupakan masa untuk mengalami

kenyataan hidup religius secara realistis. Dalam tahun kedua ini calon dilibatkan

dalam kegiatan kerasulan kongregasi.

3. Pembinaan Yuniorat

Tahap berikutnya adalah masa yuniorat. Setelah melewati masa postulat dan

novisiat, seseorang memasuki masa yunior. Mengenai yuniorat ini Kitab Hukum

Kanonik menegaskan:

“Dalam masing-masing tarekat, hendaknya pendidikan semua anggota diteruskan sesudah profesi pertama, agar dapat menghayati hidup khas tarekat secara lebih penuh serta dapat melaksanakan perutusan mereka secara lebih baik” (Kan. 659 - § 1).

Pada Kan. 573 - § 1 dikatakan sebagai berikut:

Hidup yang dibaktikan dengan pengikraran nasihat-nasihat Injili adalah bentuk kehidupan tetap di mana orang beriman, dengan mengikuti Kristus secara lebih dekat atas dorongan Roh Kudus, dipersembahkan secara utuh kepada Allah yang paling dicintai, agar demi kehormatan bagi-Nya dan demi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

13

pembangunan Gereja serta keselamatan dunia mereka dilengkapi dengan alasan baru dan khusus mengejar kesempurnaan cintakasih dalam pelayanan Kerajaan Allah, dan sebagai tanda unggul dalam Gereja mewartakan kemuliaan surgawi.

Bertitik tolak dari kita Kitab Hukum Kanonik di atas, diharapkan suster

yunior SSpS dapat menemukan dan merasakan suasana rohani dengan

meningkatkan kematangan emosinya dalam mempertanggungjawabkan terhadap

tugas yang dipercayakan kepadanya.

Konstitusi SSpS tentang yuniorat menuliskan:

Yuniorat berlangsung dari kaul pertama sampai kaul kekal.Selama waktu ini, suster mengambil bagian dalam hidup dan perutusan Kongregasi. Selama tahun yuniorat para suster melanjutkan perkembangan dalam iman, kesediaan untuk pengabdian misioner kesetiaan pada Kongregasi. Mereka diharapkan berkembang dalam tingkat kematangan manusiawi dan religius yang memampukan mereka untuk mengambil keputusan dalam penyerahan diri kepada Kristus lewat kaul kekal (Konst. SSpS. art. 528).

Pendampingan untuk para yunior tetap didampingi oleh pemimpin komunitas

dan pembimbing khusus yunior serta diusahakan secara integral dan intensif untuk

membantu mereka dalam meningkatkan kematangan emosi dalam

bertanggungjawab sebagai anggota SSpS dan semakin siap melibatkan diri dalam

tugas perutusan lainnya yang dipercayakan oleh Kongregasi. Pendampingan para

suster yunior hendaknya dilakukan dengan empati dan integral agar yunior mampu

membina diri dan meleburkan dirinya serta menerima, menghayati kharisma dan

hidup kerohanian kongregasinya, sehingga semakin menjadi religius yang matang

dan dewasa dalam melaksanakan tugas perutusannya dengan penuh dedikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

14

B. Bimbingan Rohani

1. Pengertian Bimbingan Rohani

Dewasa ini, istilah bimbingan rohani masih tetap digunakan meskipun zaman

terus berkembang dan mengalami kemajuan yang cepat, sebab bimbingan rohani itu

sendiri digunakan untuk menunjukkan isi dari sebuah pengalaman hidup manusia

dalam menghayati hubungan dengan Allah, sesama manusia dan alam semesta.

Penghayatan tersebut merupakan sebuah usaha menuju pada sebuah kepenuhan

hidup.

Dalam konteks bimbingan rohani dalam Gereja, kerohanian Kristiani selalu

berkaitan erat dengan peranan Roh Kudus. Roh Kudus hadir dalam setiap diri orang

kristiani. Maka setiap orang kristiani diharapkan mengikuti bimbingan Roh Kudus

dalam dirinya. Ia diharapkan semakin mampu berelasi dengan Allah. Bimbingan

rohani merupakan sarana yang memungkinkan agar orang semakin memperdalam

relasinya dengan Allah dalam Roh Kudus (Darminta, 2006: 33).

Bimbingan rohani merupakan usaha untuk menyadari dan menghayati

bimbingan roh dalam hidup seseorang. Usaha tersebut akan tampak ketika

seseorang mencari pribadi lain yang dimintai bantuan untuk membimbingnya

dalam mengikuti bimbingan Roh dalam hidupnya (Darminta, 2006: 16).

Dengan demikian, bimbingan rohani merupakan usaha untuk menumbuhkan

hidup iman, sebab dasarnya hidup merupakan penyerahan diri secara penuh pada

Allah. Adapun arah bimbingan rohani adalah hidup sesuai dengan bimbingan Roh

dalam menghayati hidup panggilan sehari-hari. Istilah bimbingan rohani juga

biasanya merupakan suatu usaha untuk menghayati hidup sesuai dengan bimbingan

Roh Kudus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

15

Proses menyadari bimbingan Roh tersebut dapat terjadi dengan

mendengarkan panggilan Allah secara konkret. Proses ini sedikit demi sedikit

memberikan sebuah jawaban atas panggilan untuk melakukan suatu tindakan atau

tingkah laku yang konkret. Bimbingan rohani lebih mengarah pada usaha untuk

memahami bagaimana bimbingan Roh bekerja dalam diri seseorang dan bagaimana

bimbingan Roh itu hidup dalam diri orang tersebut (Darminta, 2006: 17).

Banyak orang yang mendalami hidup rohani mencoba merumuskan

pengertian bimbingan rohani. Beberapa rumusan akan dikemukakan di bawah ini

antara lain:

Menurut St. Ignatius Loyola (1993: 215), seperti yang diungkapkan oleh

Darminta, SJ., dalam bukunya Latihan Rohani, merumuskan bimbingan rohani

sebagai berikut: “Bimbingan rohani merupakan usaha untuk membantu sesama

masuk dalam pengalaman rohani yaitu pengalaman akan anugerah rahmat dalam

peristiwa hidup konkret. Fokus bimbingan rohani adalah mengalami kehadiran

Allah dalam segala peristiwa hidup yang tidak lain dan tidak bukan menyadari

secara mendalam arah hidup sesuai dengan kehadiran Allah yang dinamis.

Bimbingan rohani bergerak dalam hidup manusia seutuhnya, pikiran,

kecenderungan, perasaan dan emosi, peristiwa hidup dalam menjawab kehadiran

Allah. Bimbingan rohani merupakan usaha untuk mengarahkan hidup konkret dan

aktual sesuai dengan orientasi hidup kristiani yaitu kesempurnaan”.

Menurut Frans Harjawiyata (1993: 138-141) bimbingan rohani adalah

hubungan antara seorang Bapa rohani (guru, pembimbing) yang berilmu dan

berpengalaman dalam hidup rohani dan seorang murid yang ingin memanfaatkan

ilmu dan pengalaman guru tersebut. Dalam hal ini pembimbing bertindak sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

16

alat Roh Kudus. Inisiatif biasanya datang dari pihak murid. Karena dorongan Roh

Kudus, ia mencari seorang bapa rohani untuk minta bimbingan.

Menurut Barry dan Connoly (1982: 8) bimbingan rohani adalah bantuan yang

diberikan oleh sesama orang beriman kristiani pada yang lain agar ia

memperhatikan komunikasi pribadi dengan Tuhan, dan menjawab secara pribadi,

menumbuhkan kedekatan relasi dengan Tuhan serta menghayati konsekuensi-

konsekuensi dari relasi dengan Tuhan tersebut.

Ketiga rumusan di atas mempunyai unsur-unsur yang sama yaitu segi

pelayanan, pembimbing, orang yang dibimbing, hubungan, proses dan tujuan

bimbingan. Dari ketiga pendapat di atas dapat dikatakan bimbingan rohani adalah

hubungan antara seorang pembimbing dengan orang yang dibimbing dalam rangka

pelayanan pastoral agar orang yang dibimbing berkembang menuju kedewasaan

hidup rohani. Dengan melakukan bimbingan rohani diharapkan seseorang dapat

juga menyadari dan mengalami bahwa Allah hadir dalam peristiwa hidup sehari-

hari. Sebagai seorang religius bimbingan rohani merupakan suatu hal yang tidak

asing, karena setiap pribadi pasti punya dan pernah melakukan bimbingan rohani.

Dalam melakukan bimbingan rohani tersebut juga diharapkan bahwa seorang

religius dapat menghayati hidup panggilan dan membentuk emosinya baik dalam

hidup bersama, hidup rohani, kerasulan, maupun dalam hidup berkaul.

2. Faktor yang Mempengaruhi Bimbingan Rohani

Perlu disadari bahwa keberhasilan dalam bimbingan rohani sangat ditentukan

oleh beberapa faktor, yaitu Tuhan, terbimbing dan pembimbing, metode pendekatan

serta beberapa hal lain yang mendukung keberhasilan dalam bimbingan rohani,

seperti halnya: relasi antara terbimbing dan pembimbing berperanan penting bagi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

17

relasi terbimbing dengan Tuhan demikian juga sebaliknya, serta lingkungan yang

kondusif (Barry dan Connoly, 1982: 31). Beberapa faktor yang mempengaruhi

bimbingan rohani akan diuraikan di bawah ini:

a. Pembimbing Rohani

1) Pengertian Pembimbing Rohani

Pembimbing Rohani adalah orang yang mendampingi orang yang dibimbing

dalam pertumbuhan dan perkembangan hidup rohaninya. Ia menghantar dan

membantu orang tersebut agar semakin mampu berelasi dengan Allah. Tugasnya

adalah menciptakan kemungkinan dan situasi agar relasi tersebut berjalan lancar

(Darminta, 2006: 17-18).

Seorang pembimbing rohani harus memenuhi syarat tertentu agar dapat

melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik. Secara khusus, pembimbing rohani

para suster yunior harus sesuai dengan kebutuhan para suster yunior.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi menyangkut aspek spiritualitas,

kepribadian, pengetahuan dan ketrampilan sebagai pembimbing rohani.

Menurut Darminta (2006: 68-71), ada beberapa aspek spiritualitas

pembimbing rohani, yaitu:

a) Relasi pribadi dengan Yesus Kristus

Pembimbing rohani harus mempunyai relasi dengan Yesus Kristus dalam

melaksanakan tugasnya. Dengan mempunyai relasi dengan Yesus Kristus, hidupnya

juga akan berpusat kepada Allah. Dengan demikian seorang pembimbing

diharapkan dapat menjadi penopang orang yang dibimbing dan tetap mampu

memusatkan hidupnya kepada Allah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

18

b) Hidup dalam bimbingan Roh

Pembimbing harus menyadari bahwa pembimbing utama adalah Roh Kudus.

Pembimbing adalah “alat” Roh Kudus dalam mendampingi orang yang dibimbing.

Jelas seorang pembimbing rohani haruslah seorang yang cukup mempunyai

pengalaman dalam penghayatan konkrit iman, dekat bergaul dengan Allah, kenal

dengan gerakan Roh dan seorang pendoa sejati. Untuk itu pembimbing rohani perlu

mengadakan pembedaan roh atau discernment untuk melihat dorongan dalam

proses bimbingan rohani.

c) Pribadi yang beriman dewasa

Seorang pembimbing rohani haruslah orang yang mempunyai iman yang kuat

dan dalam. Artinya, ia mampu mengambil tindakan berdasarkan pertimbangan

imannya, ia mampu menyerahkan diri dan memercayakan diri kepada Allah,

sekaligus mampu menyerahkan dan memercayakan orang yang dibimbingnya

kepada bimbingan Roh. Dia menjadi orang yang diharapkan mempermudah

pertemuan orang yang dibimbing dengan Allah dalam hidupnya yang konkrit

sehari-hari.

d) Bersemangat mendalami dan menghidupi firman Allah dalam Kitab Suci

Seorang pembimbing rohani dapat mengetahui kehendak Allah, jika ia setia

merenungkan firman dalam Kitab Suci. Sabda itu juga merupakan sumber inspirasi

dan kekuatan baginya untuk mendampingi orang yang dibimbingnya.

e) Bersemangat doa

Seorang pembimbing rohani adalah seorang pendoa. Artinya, ia adalah orang

yang bergaul akrab dengan Allah, kenal akan gerakan-gerakan roh, mempunyai

pengalaman dan penegasan rohani. Lebih lanjut dapat dikatakan dia akrab dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

19

hidup manusia, penuh pengertian dan pemahamam atas lika-liku dan kesukaran

dalam hidup rohani.

Beberapa aspek spiritualitas di atas sangat penting dan merupakan dasar

dalam bimbingan rohani. Keberhasilan bimbingan rohani sangat ditentukan oleh

keadaan spiritualitas pembimbing. Bimbingan rohani hanya dapat berlangsung

dengan baik kalau pembimbing mempunyai kepercayaan yang kuat kepada

penyelenggaraan Allah. Spiritualitas pembimbing akan tampak dalam proses

bimbingan rohani, apakah pembimbing mengandalkan Allah atau mengandalkan

dirinya.

2) Kepribadian Pembimbing Rohani

Kepribadian adalah sifat-sifat, sikap-sikap yang tercermin dalam tindak-

tanduk seseorang. Seorang pembimbing rohani diharapkan mempunyai kepribadian

yang sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai pembimbing rohani. Aspek ini

juga menentukan keberhasilan bimbingan rohani. Beberapa aspek kepribadian

pembimbing rohani yang diharapkan adalah:

a) Pribadi yang dewasa

Seorang disebut dewasa bila mencapai kematangan rohani dan emosinya.

Menurut Mardi Prasetya (1992: 100-104), pribadi yang dewasa adalah: ia mampu

menerima kenyataan, menerima dan menghayati apa yang bernilai, mengarahkan

daya-daya hidupnya untuk menghayati nilai-nilai yang dipeluk dan diwartakan

dalam hidup, tidak cenderung mengurbankan nilai dan prinsip demi suatu

pragmatisme, memiliki cinta yang tidak egois dan bersikap realistis, mampu

mempercayai orang lain dan memiliki kepercayaan serta keyakinan pada diri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

20

sendiri. Ia telah mengenal dirinya dengan segala kekurangan dan kelebihannya, ia

tidak lagi bersikap kekanak-kanakan.

b) Kesesuaian antara perkataan dan tindakan

Seorang pembimbing rohani harus mampu menyesuaikan perkataan dan

tindakannya. Artinya apa yang dikatakan juga terwujud dalam tingkah lakunya

sehari-hari. Misalnya seorang pembimbing memberi nasihat kepada orang yang

dibimbingnya agar bersikap sabar dalam meningkatkan hidup doa, diandaikan

bahwa dia sendiri telah menghidupi dan mempraktekkan kesabaran dan hidup doa

dalam kehidupannya sehari-hari.

c) Sikap Sabar

Seorang pembimbing rohani harus mempunyai sikap sabar. Dalam proses

bimbingan rohani tidak selalu menyenangkan tetapi bisa sangat membosankan dan

menyakitkan. Ada kalanya orang yang dibimbing memberontak terhadap Allah,

terhadap dirinya, orang lain atau lingkungannya. Orang itu mungkin merasa

kesepian dan kekosongan dalam hidupnya. Untuk itu pembimbing perlu memiliki

sikap sabar dalam mengatasi berbagai permasalahan dalam melaksanakan

bimbingan rohani.

d) Sikap rendah hati dan optimis

Bimbingan rohani tidak selalu berhasil sesuai dengan rencana, adakalanya

gagal dan orang yang dibimbing tidak pernah kembali lagi. Pembimbing merasa

bahwa orang yang dibimbing tidak menemukan apa yang menjadi harapannya dan

tidak mengalami perubahan dalam hidupnya. Keadaan seperti itu menuntut sikap

rendah hati dari para pembimbing. Sikap rendah hati itu juga diperlukan apabila

dirasa bimbingan berhasil. Demikian juga dalam menghadapi orang yang

menghadapi kegagalan. Seorang pembimbing harus menunjukkan sikap optimis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

21

segingga orang yang dibimbing merasa optimis. Seorang pembimbing yang pesimis

akan berpengaruh buruk terhadap perkembangan orang yang dibimbingnya. Kita

perlu rendah hati dan optimis bahwa keberhasilan dalam membimbing itu adalah

semat-mata adalah bantuan dan rahmat Allah. Pembimbing adalah “alat” Allah.

Maka keberhasilan pembimbing adalah keberhasilan Allah.

e) Sikap percaya diri dan kejujuran

Seorang pembimbing rohani harus memiliki sikap kepercayaan diri dan

kejujuran. Percaya diri dan kejujuran yang dimiliki orang pembimbing akan

menimbulkan sikap percaya diri pada orang yang dibimbing serta mampu

mengungkapkan diri yang sesungguhnya tanpa menutup-nutupinya.

3) Pengetahuan dan Ketrampilan Pembimbing Rohani

Seorang pembimbing rohani rohani harus mempunyai pengetahuan dan

ketrampilan yang memadai. Pengetahuan dan ketrampilan yang memadai akan

memudahkan pembimbing untuk mendayagunakan bimbingan rohani. Pengetahuan

ini harus meliputi beberapa bidang yang menyangkut hidup rohani (Verbeek, 1981:

116-117). Orang yang kurang pengetahuannya dan tidak trampil akan mengalami

kesulitan bila menjadi seorang pembimbing rohani. Beberapa pengetahuan dan

ketrampilan yang harus dimiliki oleh seorang pembimbing rohani adalah:

a) Pengetahuan tentang bimbingan rohani

Pembimbing rohani harus mempunyai pengetahuan yang memadai tentang

bimbingan rohani, tidak harus sangat “ahli” tetapi mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi bimbingan rohani. Keberhasilan bimbingan rohani juga dipengaruhi

dan ditentukan oleh pengetahuan pembimbing tentang bimbingan rohani.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

22

b) Pengetahuan tentang kematangan rohani dan emosi

Kematangan rohani dan emosi merupakan faktor pokok yang digeluti dalam

bimbingan rohani. Maka pembimbing rohani harus memiliki pengetahuan yang

memadai tentang kematangan rohani dan emosi. Orang yang kurang memahami

proses kematangan rohani dan emosi tidak cocok untuk menjadi pembimbing

rohani. Pengetahuan yang minim tentang proses kematangan rohani dan emosi akan

berpengaruh buruk terhadap perkembangan hidup rohani orang yang dibimbing.

c) Pengetahuan tentang biarawan-biarawati muda

Banyak pembimbing yang tidak mengetahui secara pasti persoalan yang

dihadapi oleh para biarawan-biarawati muda, salah satunya adalah kurangnya

pengetahuan dan pemahaman pembimbing tentang realitas yang dihadapi oleh para

biarawan-biarawati muda, maka kita perlu mempunyai pengetahuan dan

pemahaman tentang realitas hidup yang dihadapi oleh para biarawan-biarawati

muda. Pengetahuan yang memadai itu akan membantu pembimbing untuk

mengetahui kebutuhan, permasalahan, harapan-harapan para biarawan-biarawati

muda. Setelah pembimbing mengetahui kebutuhan dan permasalahan yang

sesungguhnya, pembimbing bisa memberikan bantuan yang tepat.

d) Ketrampilan dalam praktek bimbingan rohani

Pengetahuan tentang bimbingan rohani belum pasti menjamin keberhasilan

dalam memberikan bimbingan rohani. Pengetahuan tentang bimbingan rohani perlu

diimbangi dengan ketrampilan dalam praktek bimbingan rohani seperti ketrampilan

berwawancara rohani, ketrampilan memilih tempat dan menentukan waktu untuk

bimbingan rohani.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

23

b. Bimbingan Rohani

Keberhasilan dalam bimbingan rohani sangat ditentukan oleh beberapa faktor

yang telah disebutkan di atas, serta beberapa hal lain yang mendukung keberhasilan

dalam bimbingan rohani, seperti halnya.

1) Metode Bimbingan Rohani

Bimbingan rohani terjadi melalui kehadiran personal antara dua pribadi.

Kehadiran personal ini terjadi melalui dialog atau wawancara. Wawancara ini

mempunyai ciri khasnya, yaitu wawancara dalam Roh, atau yang biasa disebut

wawancara rohani.

Wawancara rohani berarti tanya jawab antara pembimbing dengan orang yang

dibimbing dalam rangka bimbingan rohani. Fungsi wawancara rohani adalah untuk

menggali dan mengangkat pengalaman orang yang dibimbing kemudian

merefleksikan dari sudut pandang kristiani.Tujuannya adalah untuk menghantar

orang yang dibimbing masuk ke dalam pengalaman rohaninya dan kemudian

mengambil langkah-langkah dan tindakan baru untuk memperbaiki dan

meningkatkan kehidupannya (Darminta, 2006: 39-43).

2) Tempat Bimbingan Rohani

Tempat merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam kegiatan

bimbingan rohani. Situasi tempat akan mempengaruhi suasana bimbingan rohani.

Dengan tersedianya tempat yang baik, niscaya akan mendukung kelancaran

komunikasi antara pembimbing dengan orang yang dibimbing.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penetapan tempat:

a) Tempat harus diatur sedemikian rupa sehingga orang yang dibimbing merasa

nyaman dan aman. Suasana tempat yang teratur dan rapi membuat orang

kerasan, sedangkan tempat yang kotor akan membuat orang terganggu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

24

b) Tempat harus memungkinkan pembimbing dan orang yang dibimbing untuk

berkomunikasi dengan bebas. Hal ini berarti bahwa hasil pembicaraan mereka

tidak boleh didengar oleh orang lain. Maka sebagai contoh, bimbingan rohani

tidak bijaksana dilakukan di dekat orang lain karena hasil pembicaraan akan

didengarkan.

c) Tempat harus memungkinkan orang yang dibimbing dapat mengungkapkan

emosinya dengan bebas. Contohnya orang yang dibimbing dapat menangis

dengan bebas tanpa kuatir disaksikan oleh orang banyak.

d) Tempat harus diusahakan agar tidak menimbulkan kecurigaan orang lain.

Misalnya bimbingan rohani tidak bijaksana dilakukan di kamar yang tertutup

rapat atau di kamar tidur. Khususnya jika pembimbing lawan jenis, perlu

dihindari tempat-tempat yang bisa mengundang kecurigaan orang lain.

Di atas telah diungkapkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

menentukan tempat bimbingan rohani. Tentu saja masih banyak hal yang perlu

diperhatikan di samping hal yang telah disebutkan di atas. Untuk itu pembimbing

perlu bijaksana dalam menentukan tempat bimbingan rohani.

c. Waktu Bimbingan Rohani

Sebelum melaksanakan bimbingan rohani, hendaknya pembimbing dan orang

yang dibimbing menentukan kapan waktu bimbingan rohani diadakan. Pada

prinsipnya, bimbingan rohani dapat dilaksanakan setiap saat. Namun pemilihan

waktu yang tepat tentu saja berpengaruh terhadap proses bimbingan rohani.

Penetapan waktu bimbingan rohani secara tepat dapat membantu proses bimbingan

rohani. Untuk itu pembimbing dan orang yang dibimbing perlu mencari dan

menentukan waktu yang tepat untuk mengadakan bimbingan rohani.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

25

Selain pengetahuan dan ketrampilan yang telah disebutkan di atas, seorang

pembimbing harus mempunyai:

1) Pengetahuan yang cukup mengenai kelemahan-kelemahan manusia yang

menjadi penghambat bagi karya Roh, pembimbing harus tahu tentang cacat cela

dan keutamaan dan apa yang menjadi akibatnya dsb.

2) Kemampuan membedakan roh-roh secara praktis, supaya lebih mudah dapat

menolong orang yang dibimbingnya di jalan yang penting itu.

3) Pengetahuan arti ketiga tahap hidup rohani (permulaan, kemajuan,

kesempurnaan), apa yang menjadi tanda dan gejala khusus untuk tahap masing-

masing.

4) Pengetahuaan cukup tentang doa dan tingkat-tingkatnya. Karena lebih-lebih di

situ pembimbing tidak boleh mengganti Allah yang membimbing orang dengan

Roh-Nya.

Tidak jarang bimbingan rohani mengalami kemacetan karena faktor-faktor

yang disebut di atas tidak berjalan sebagaimana mestinya. Dari pihak yunior,

bimbingan rohani dirasa tidak penting/perlu, banyak kegiatan yang menyita banyak

waktu, merasa terpaksa karena diwajibkan, kurang adanya keterbukaan dan

konsisten, kurang sabar dalam berproses, individualisme, egoisme (sebagai akibat

dari arus globalisasi), permasalahan luka-luka batin yang menghambat hidup rohani

dan emosi, sulit untuk masuk ke dalam diri, sehingga mereka kurang mampu

melihat kehadiran Allah dalam hidup mereka.

Permasalahan yang lain adalah para suster yunior yang masuk Kongregasi

SSpS adalah remaja yang sangat dekat dengan dunia teknologi. Mereka mudah

dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Budaya instan, budaya individualisme,

egoisme sangat kuat mempengaruhi mereka. Hal ini perlu juga menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

26

pertimbangan dalam memberi bimbingan rohani. Bimbingan rohani perlu melihat

situasi awal, latar belakang para yunior dan perkembangan zaman.

Dari pihak pembimbing, adanya tugas yang rangkap sehingga mengakibatkan

bimbingan rohani merupakan tugas sampingan, pembimbing kurang mengenal

secara mendalam dengan yang dibimbing, pembimbing tidak profesional terutama

untuk mendampingi pribadi-pribadi yang mempunyai kesulitan dan hambatan

psikologis, traumatis dll.

3. Dampak dari Bimbingan Rohani

Soenarja (1984: 88-104) menegaskan bahwa dampak dari bimbingan rohani

ialah “Hidup dalam Roh” dan penerusan kabar gembira. Orang dewasa menerima

tanggung jawab atas hidupnya secara penuh. Kedewasaan rohani mengandaikan

tanggungjawab yang sama di bidang rohani, dengan kata lain tidak melarang orang

minta nasihat atau bimbingan kepada orang lain, tetapi tanggungjawab pribadi yang

dilakukan dengan kemantapan dan penuh percaya.

Kemantapan dan kepercayaan ini diperoleh karena dengan bimbingan yang

akhirnya orang sudah langsung dapat menemukan dan mengalami perjumpaan

dengan Allah dalam setiap waktu. Seorang pribadi yang mengalami perjumpaan

dengan Allah dalam setiap waktu tentu ia juga mampu menemukan dan senantiasa

melakukan kehendak Allah dalam hidupnya, hal ini tampak dalam sikapnya,

misalnya saja: (1) ia mampu mengubah cara pandang lama menjadi cara pandang

baru; (2) mampu bergaul dan berkomunikasi dengan siapa saja tanpa memandang

status; (3) memiliki emosi yang matang dan stabil sehingga bisa menghadapi

konflik dengan bijaksana; (4) memiliki kebebasan dan kemandirian dalam hidup;

(5) mempunyai rasa tanggung jawab terhadap hal-hal yang dipercayakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

27

kepadanya; (6) memiliki diskresi dalam menentukan pilihan hidup. Orang yang

sering melakukan bimbingan rohani akan menjadi orang yang peka dan hidupnya

senantiasa mencari kehendak Allah.

Bimbingan rohani perlu dilaksanakan terus menerus karena dengan

bimbingan manusia mampu membawa gerak perubahan hidup ke arah yang lebih

baik. Hidup yang dijiwai oleh semangat “Roh” tentu saja berdampak pada sikap-

sikap yang sesuai dengan nilai-nilai yang dikehendaki Allah. Dengan demikian

hidupnya menjadi bagian dari perpanjangan kasih Tuhan dan menjadi kekuatan,

sehingga ia mampu melaksanakan kehendak Allah dalam hidup bersama dengan

orang lain maupun dalam tugas yang dipercayakan kepadanya. Hal ini tampak

dalam sikap hidupnya yang membawa dan menghidupi nilai-nilai: (1) melihat

sesama secara positif; (2) mempunyai kemauan untuk maju dan mengembangkan

diri; (3) memiliki kerendahan hati; (4) mempunyai semangat berbagi (Darminta,

2006: 90-91).

Bimbingan rohani merupakan sebuah sarana yang digunakan oleh para kaum

religius dalam menumbuh kembangkan hidup penghayatannya sebagai seorang

yang secara khusus di panggil Allah untuk mengikuti-Nya secara radikal.

Konstitusi SSpS mengatakan:

Roh Kuduslah yang selalu menyanggupkan kita untuk hidup terarah kepada Allah. Di bawah bimbingan-Nya kita mengenal semakin jelas kehendak Bapa dalam hidup kita sehari-hari dan semakin rela menjawabnya, mengangkat salib dan mengikuti Kristus secara radikal. Hal ini menuntut dari kita usaha terus-menerus untuk menanggalkan manusia lama dan membaharui diri dalam roh dan pikiran…… (Konst. SSpS. art. 414).

Melalui beberapa penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa dampak

dari bimbingan rohani ialah mengantar orang kepada kesadaran perlunya mengenali

kriteria kesejatian relasi dengan Tuhan: mampu membuat diskresi, yaitu mampu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

28

membedakan mana roh baik dan roh jahat, mana penghiburan mana penghiburan

yang semu, mana kehendak Tuhan dan mana kepentingan diri sendiri. Hal ini

menunjukkan betapa pentingnya kesatuan antara alam batin dan realitas yang

dihadirkan dalam hidup kesehariannya atau buah-buahnya. Pengalaman rohani

yang benar itu semakin menyatukan orang dengan sesamanya dan membuat orang

menjadi rendah hati untuk mendengarkan suara orang lain selain diri kita. Orang

yang hidupnya senantiasa melakukan bimbingan rohani dengan demikian akan

merasa hidup dan pengabdiannya merupakan hidup di hadirat Allah.

Keadaan tersebut berbeda dengan orang yang tidak pernah melakukan

bimbingan rohani dalam hidupnya. Bagi orang yang jarang melaksanakan

bimbingan rohani, segala yang dilakukan hanya berdasar pada kesenangan sesaat

dan tidak mempunyai orientasi hidup yang jelas sehingga tidak bisa memaknai

setiap peristiwa dalam hidupnya, memandang segala sesuatu dengan negatif serta

senantiasa menyalahkan Tuhan. Hal ini disebabkan hidupnya tidak dijiwai oleh Roh

Allah, melainkan roh dirinya sendiri. Dampak yang nyata adalah tindakan-tindakan

yang tidak sesuai dengan kehendak Allah atau tindakan-tindakan yang sesuai

dengan kehendaknya sendiri. Dengan demikian ia tidak pernah berkembang dalam

hidup rohani dan hanya dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.

Bimbingan rohani merupakan bagian dari pembinaan para yunior. Fungsi dari

pembinaan ini, adalah untuk membantu para yunior agar semakin mampu

menghayati nilai-nilai hidup religius. Pada dasarnya pembinaan selalu menuju

kepada kematangan rohani dan kematangan emosi yang lebih dalam dan utuh.

Untuk mencapai kematangan rohani dan kematangan emosi tersebut, orang perlu

terus-menerus berproses untuk mengintegrasikan hidup rohaninya agar semakin

mencapai kebebasan batin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

29

C. Kematangan Emosi

1. Pengertian Emosi

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 368) Emosi adalah: 1) luapan perasaan

yang berkembang dan surut di waktu singkat; 2) keadaan dan reaksi psikologis

fisiologis (seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan); keberanian yang

bersifat subjektif.

Albin (1986: 11) memahami emosi sebagai perasaan yang kita alami seperti

sedih, gembira, kecewa, semangat, marah, benci, cinta. Perasaan-perasaan tersebut

berpengaruh terhadap pikiran dan tindakan seseorang. Misalnya tingkah laku

seorang ibu dalam keadaan sedih berbeda dengan tingkah laku pada saat ia dalam

keadaan gembira.

Goleman (1997: 411) memahami emosi dalam konteks yang lebih luas yang

merujuk pada perasaan dan pikiran-pikiran yang khas sekaligus mencakup keadaan

biologis dan psikologis dengan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi

pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak dan bereaksi terhadap setiap

stimulus dari luar diri individu, seperti halnya emosi gembira mendorong seseorang

untuk tertawa sehingga terjadi perubahan suasana hati, emosi sedih mendorong

seseorang untuk menangis.

Dari ketiga rumusan di atas dapat penulis rumuskan emosi merupakan

dorongan seseorang untuk bertindak dan bereaksi terhadap rangsangan yang datang

baik dari dalam maupun dari luar karena pengaruh situasi lingkungan sekitar.

Perubahan situasi dalam diri seseorang menimbulkan bermacam-macam reaksi baik

itu reaksi yang menggembirakan maupun yang mengecewakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

30

2. Kematangan Emosi

Sebelum banyak orang mengenal kecerdasan emosional, sebagian besar

berpendapat bahwa kesuksesan sangat ditentukan oleh kecerdasan intelektual yang

dimiliki oleh seseorang. Ternyata pendapat itu tidak selalu benar. Suparno (2004)

berpendapat ada banyak orang yang berinteligensi tinggi karena tidak stabil

emosinya dan mudah marah, seringkali keliru dalam menentukan dan memecahkan

persoalan hidup. Keadaan semacam itu dapat menimbulkan konflik dan kegagalan

dalam hidupnya.

Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intellegence menjelaskan bahwa

selain kecerdasan inteligensi kita semua mempunyai kecerdasan lain yaitu

kecerdasan emosional. Secara menyakinkan Goleman mengemukakan bahwa dalam

kehidupan kecerdasan emosional lebih penting daripada kecerdasan intelektual

(Goleman, 1997: 38).

Istilah kecerdasan emosional pertama kalinya dipelopori oleh seorang

psikolog Israel, Reuven Bar-On pada tahun 1980 dan dilontarkan kembali pada

tahun 1990 oleh psikolog Pater Salovey dari Harvard University dan Jonh Mayer

dari University of New Hamsphire. Salove dan Mayer mendefinisikan kecerdasan

emosional sebagai “Himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan

kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang

lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing

pikiran dan tindakan”. Yang dimaksud dengan himpunan bagian kecerdasan sosial

tersebut adalah kualitas-kualitas emosional dalam diri seseorang. Kualitas-kualitas

ini antara lain: empati, mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan

menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah antar pribadi,

ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, sikap hormat (Shapiro, 1999: 5).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

31

Kecerdasan emosi ditandai dengan adanya kematangan emosi. Kematangan

emosi dapat didefinisikan sebagai kemampuan pengendalian diri, semangat dan

ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri (Goleman, 1977: xiii).

Menurut Goleman (1997: 58-59) kematangan emosi mencakup banyak kecerdasan

kemampuan dalam mengelola emosi, yaitu:

1) Mengenal emosi diri yaitu kesadaran diri mengenali perasaannya sendiri pada

saat perasaan itu sedang terjadi, dan memahami penyebab perasaan yang timbul,

serta mengenali perbedaan perasaan dan emosi yang sedang bergejolak di dalam

dirinya tanpa diingkari atau ditutupi.

2) Mengelola emosi yaitu orang mampu untuk mengendalikan dan mengelola

emosi-emosi (yang merusak) agar tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Toleransi lebih tinggi terhadap frustasi, berkurangnya ungkapan emosi dalam

bentuk kata-kata ejekan, emosi terungkap dengan pas, mampu mengungkapkan

amarah dengan tepat tanpa berkelahi, tidak berperilaku agresif, perasaan lebih

positif terhadap diri, sesama, keluarga, mengatasi ketegangan jiwa, dan mengurangi

kesepian, kecemasan dalam pergaulan.

3) Memotivasi diri sendiri yaitu menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan

adalah hal yang sangat penting untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri dan

menguasai diri sendiri dan untuk berkreasi. Lebih bertanggungjawab, dan mampu

memusatkan perhatian pada tugas, lebih produktif dan efektif dalam hidup.

4) Kemampuan berempati yaitu mampu menerima sudut pandang orang lain,

memperbaiki rasa empati pada orang lain, dan lebih bisa mendengarkan orang lain.

5) Mengenali emosi orang lain yaitu orang yang empatik adalah orang yang mampu

menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

32

dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Atau orang yang mampu untuk mengerti

dan memahami perasaan-perasaan ataupun emosi-emosi orang lain.

6) Membina hubungan yaitu membina relasi dengan orang lain, terampil dalam

mengelola emosi orang lain dan memahami orang lain, berkomunikasi dengan baik,

membangun dan memelihara hubungan dengan orang lain.

Kematangan emosi merupakan dasar dari semua tindakan dan perilaku

seseorang. Kematangan emosi mencakup aspek perkembangan pribadi dan peranan

seseorang dalam lingkungan sosial. Kematangan emosi adalah kecerdasan

seseorang dalam mengatur, mengendalikan dan menata emosi yang ada dalam

dirinya. Emosi yang matang dapat dilihat dan dirasakan dari kemampuan seseorang

menguasai, dan mengatur emosi sesuai dengan kebutuhan.

3. Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Emosi

Emosi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan seseorang. Kehidupan

menjadi berarti karena adanya emosi. Emosi seseorang berkembang selama

individu mulai mengalami suatu perubahan dalam dirinya. Maka dari itu dapat

dimengerti bahwa keadaaan yang mempengaruhi seseorang memberikan corak

dalam perkembangan emosinya, misalnya keadaan keluarga, tempat tinggal,

lingkungan sosial, pergaulan, sekolah, jabatan, bahkan cita-cita dan harapan-

harapannya.

Pengaruh emosi terhadap sikap manusia: emosi memberi arah sikap yang

akan dilakukan oleh pribadi. Dalam perkembangan anak emosi lebih ditujukan

kepada orang dewasa yang ada di sekitarnya, sehingga sikap orang dewasa turut

menentukan perkembangan emosi anak selanjutnya. Sikap emosi dari orang dewasa

yang bijaksana dapat membantu anak untuk mengembangkan emosi yang baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

33

Banyak anak yang bertingkah nakal, bersikap brutal, liar dan susah diatur

disebabkan oleh situasi emosi pada saat itu. Pengaruh emosi sangat besar sekali

terhadap perkembangan pribadi, dan penyembuhan yang disertai dengan suasana

yang menyenangkan akan mempercepat proses penyembuhan perkembangan

pribadi.

Menurut Goleman (1997: 371-374), pendidikan emosi membantu seseorang

untuk melatih dan menyalurkan emosi dengan baik atau yang disebut dengan

pengendalian emosi, serta membiasakan bereaksi dengan emosi yang positif yaitu

melalui sikap hidup yang wajar atau sesuai dengan sikap hidupnya.

Bila seseorang mampu mengolah emosinya dan sadar siapa dirinya dengan

segala kelebihan dan kekurangannya dihadapan Allah dan sesamanya, orang

tersebut akan bertumbuh dalam hidup rohaninya dan kepribadiannya.

Menjadi pribadi yang matang rohani dan matang emosi merupakan harapan

dari semua orang. Hal ini mengandaikan seseorang berani menghadapi pergulatan-

pergulatan batin yang ada dalam dirinya. Sebagaimana dikatakan dalam Konst.

SSpS. art. 503: “bahwa untuk menjadi pribadi yang utuh dan integral perlu orang

tersebut mengusahakan tercapainya kematangan manusiawi, mampu

mengintegrasikan antara hidup iman dan karya”. Untuk mencapai kematangan

pribadi, orang dituntut untuk mengenal diri sebaik-baiknya, mampu

mengembangkan bakat-bakatnya, sehingga sanggup menerima keterbatasan dirinya

serta sanggup mengatasi konflik dan tabah dalam menghadapi kesulitan-

kesulitannya. Dengan demikian dia akan mencapai kebebasan batin yang

membantunya untuk mampu mengambil keputusan-keputusan yang dapat

dipertanggungjawabkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

34

4. Dampak dari Kematangan Emosi

Dari uraian di atas, emosi adalah suatu reaksi batin yang wajar dan

manusiawi. Emosi adalah perasaan yang muncul secara spontan sebagai reaksi atas

adanya suatu hal yang menyentuh atau merangsang batin kita, hal itu bisa

menimbulkan reaksi positif maupun negatif. Mengalami dua keadaan yang berbeda

ini Goleman mengatakan (1997: 78) penderitaan maupun kebahagiaan adalah

bumbu kehidupan. Dalam perasaan, rasio antara emosi positif dan negatif yang

menentukan sebuah rasa sejahtera. Menderita atau bahagia semuanya menentukan

nilai hidup manusia. Tanpa emosi kita tidak akan pernah memahami arti hidup yang

sesungguhnya. Emosi dengan segala kualitasnya memperkaya eksistensi manusia

sebagai pribadi.

Dari penjelasan di atas dapat penulis simpulkan kematangan emosi adalah

kemampuan seseorang dalam mengelola emosi yang ada dalam dirinya baik emosi

yang positif (syukur, gembira, senang, tentram, aman, damai, dll), maupun emosi

negatif (jengkel, marah, sedih, tersinggung, dll). Kematangan emosi menyebabkan

seseorang menjadi lepas bebas dalam mengaktualisasikan dirinya secara optimal

dengan menyadari keberadaannya. Hal ini membantu seseorang memiliki

keberanian untuk mengalami dan menerima rasa perasaan yang muncul dalam

dirinya. Maka kematangan emosi adalah suatu disposisi atau sikap batin untuk

mengakui keberadaan diri secara bebas.

Sedangkan orang yang tidak matang dalam emosinya akan menjadi pribadi

yang senantiasa labil, pribadi yang sering bertindak seturut perasaan saja tanpa

memakai akal budi, pribadi yang tertutup dan sulit untuk berelasi dengan sesama,

pribadi yang tidak mampu untuk menerima diri apa adanya/pribadi yang “unik”

sehingga sulit juga untuk menerima kelebihan orang lain serta sulit memaafkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

35

kesalahan orang lain. Dengan kata lain orang yang tidak mampu mengolah

emosinya dengan baik akan menjadi pribadi yang sangat sulit untuk bekerja sama

baik dengan sesama maupun bersama rahmat Tuhan. Ia memiliki fisik yang lemah,

mudah jatuh dalam kegagalan yang mengakibatkan frustasi yang berkepanjangan,

depresi yang berdampak pada gangguan jiwanya. Dengan demikian ia merugikan

diri sendiri.

Bimbingan rohani dalam hidup religius pada zaman ini merupakan suatu

tuntutan, karena setiap orang yang masuk dalam Lembaga Hidup Bakti tertentu

diharapkan memiliki kematangan emosi dan kematangan rohani. Tentunya ini

merupakan proses seumur hidup. Untuk mencapai kematangan emosi dan

kematangan rohani, bimbingan rohani merupakan salah satu sarana untuk mencapai

kematangan tersebut.

Bimbingan rohani membantu para yunior untuk mengenali emosi-emosi yang

tidak teratur yang membuat orang tidak konsisten. Dengan bimbingan rohani

diharapkan orang bisa mengenali siapa dirinya dihadapan Allah dan sesama dengan

segala kelebihan dan kekurangannya. Bimbingan rohani hendaknya dijadikan satu

kebutuhan bagi para yunior demi perkembangan pribadinya. Dengan demikian ia

menjadi orang yang memiliki pribadi yang utuh dan integral.

5. Kedewasaan Pribadi

Kematangan emosi menghantar seseorang pada kedewasaan pribadi yang

bertanggung-jawab atas segala sesuatu yang dilakukan sebagai manusia. Seperti

yang diharapkan oleh Kongregasi SSpS dan ditegaskan dalam Konstitusi

Kongregasi.

“…Perkembangan menuju kematangan terjadi, dengan belajar mengenal diri semakin baik, mengembangkan bakat-bakat pribadi secara harmonis,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

36

menerima keterbatasan dan mampu mengatasi konflik dan penderitaan. Dengan demikian kita mencapai kebebasan hati yang memungkinkan kita mengambil keputusan yang dapat dipertanggung-jawabkan”. (Konst. SSpS. art. 503).

Menurut Mardi Prasetya (1992: 100-104) “pribadi yang dalam hidupnya

menunjukkan kedewasaan dalam dimensi-dimensinya dan juga memiliki kebebasan

efektif lebih besar untuk membatinkan nilai-nilai panggilan, ia mempunyai

disposisi untuk mengikuti panggilannya secara lebih baik”. Ciri-ciri kedewasaan

yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Kemampuan untuk menerima kenyataan yaitu ia terbuka untuk mengetahui dan

menerima dirinya dan orang lain, karena ia mempunyai keyakinan diri dan

kepastian untuk berpijak, mempunyai integritas pribadi yang dapat ditunjukkan

melalui perilakunya.

2) Menerima dan menghayati apa yang bernilai yaitu sebagai religius ia berani

menerima dan menghayati nilai-nilai Injili (nilai hidup rohani) dan menghayatinya

demi Kristus dan bukannya demi kepentingan yang menguntungkan diri, membela

diri dan sekedar memamerkan kesalehan. Dengan kata lain ia berusaha mengatur

dan menghayati hidup atas dorongan motivasi yang lurus dalam panggilan, yaitu

nilai-nilai hidup rohani, dengan ini akan tampak bahwa ia ambil bagian dalam

kebebasan untuk memeluk cinta dan afeksi rohani.

3) Mengarahkan daya-daya hidupnya untuk menghayati nilai-nilai yang dipeluk dan

diwartakannya dalam hidup yaitu ia mampu mengendalikan ketegangan yang

mungkin terjadi dalam mengambil dan melaksanakan keputusan, mampu

bertoleransi terhadap ketidakpastian dalam mencapai tujuan dan cita-cita hidupnya,

mampu bertekun mewujudkan nilai-nilai yang diyakini baik atas dasar pengalaman

rohaninya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

37

4) Tidak cenderung mengurbankan nilai dan prinsip demi suatu pragmatisme yaitu

ia memiliki fleksibilitas sekaligus sikap seorang hamba Tuhan yang setaraf dengan

kedewasaannya, lebih-lebih dalam membela nilai-nilai Kristus dalam arti bahwa ia

tidak menjadi agresif dan fanatik dalam membela diri dan kemudian menghindari

tanggung jawab. Ia lebih peka dan lebih terbuka terhadap perasaan orang lain.

5) Memiliki cinta yang tidak egois yaitu cinta yang tidak egois adalah cinta yang

melampaui ’personalisme’ dan tanpa pamrih. Maka orang yang memiliki cinta ini

tidak akan mudah frustasi, dan menomorsatukan nilai cinta kasih Kristus.

6) Sikap realistis. Sikap realistis yang dimaksudkan di sini khususnya berhubungan

dengan pelaksanaan nilai dan sikap hidup panggilan.Ia mampu membedakan mana

yang fakta dan mana yang prinsip, ia mampu membedakan antara kompromi fakta

dan kompromi prinsip. Ia pun tahu kapan harus berbicara dan kapan harus diam.

7) Mampu mempercayai orang lain, ini adalah sikap dasar yang muncul dari

kepercayaan terhadap diri sendiri. Ia tidak mendominasi dan tidak merendahkan

orang lain.

8) Memiliki kepercayaan dan keyakinan pada diri sendiri, ia selalu siap dengan

pertobatan manakala hidupnya kurang sesuai dengan nilai panggilan yang dipeluk

dan dicintainya, dan berusaha membaharui diri sejauh mungkin atas rahmat dan

kemampuan diri sendiri.

9) Relasi sosial yang berciri dependibility, mampu mengambil keputusan dan

tanggung jawab, mampu menyesuaikan diri, memiliki kepekaan, menghargai

kebebasan orang lain dan diri sendiri.

10) Mampu membatinkan nilai panggilan, dapat menerima iman dan kepercayaan

karena memang sesuai dengan sistem dasariah nilai dan tujuan hidupnya, ia

berusaha maju dan bertekun dalam panggilan dan hidup rohaninya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

38

D. Kerangka Pikir

Bimbingan rohani sebagai proses yang terjadi antara orang yang membimbing

dan yang dibimbing. Proses tersebut terjadi karena ada hubungan yang dibina

antara orang yang membimbing dan yang dibimbing dengan tujuan pasti yaitu

pertumbuhan, perkembangan rohani dan kematangan emosi. Hal ini dapat

dilakukan dengan melakukan bimbingan secara intensif dan berkelanjutan. Melalui

bimbingan rohani, seseorang mengalami bahwa Allah hadir dalam peristiwa hidup

sehari-hari sehingga ia dapat menghayati hidup panggilan dan membentuk

emosinya baik dalam hidup bersama, kerasulan, maupun dalam hidup berkaul.

Dampak dari bimbingan rohani seseorang mampu membawa gerak perubahan

hidup kearah yang lebih baik. Hidup yang dijiwai oleh semangat “Roh” tentu saja

berdampak pada sikap-sikap yang sesuai dengan nilai-nilai yang dikehendaki oleh

Allah. Dengan demikian hidupnya menjadi perpanjangan kasih Tuhan dan menjadi

kekuatan, sehingga mampu melaksanakan dalam hidup bersama dengan orang lain

maupun dalam tugas yang dipercayakan kepadanya. Keadaan tersebut berbeda

dengan seseorang yang tidak pernah melakukan bimbingan rohani dalam hidupnya.

Bila seseorang jarang melaksanakan bimbingan rohani, tindakan-tindakannya tidak

sesuai dengan kehendak Allah.

Orang yang memiliki kematangan emosi akan trampil dalam mengelola

emosi-emosi sehingga mampu mengakui keberadaan dirinya secara bebas, mampu

mengidentifikasi setiap rasa perasaan yang muncul dan mengantarnya pada

kedewasan pribadi yang bertanggungjawab akan segala sesuatu yang dilakukannya.

Berdasarkan penjelasan dan uraian dari kajian teori di atas, bimbingan rohani

mempunyai peranan yang besar terhadap kematangan emosi para suster yunior

SSpS. Kematangan emosi dipengaruhi oleh beberapa faktor: (1) kondisi dan situasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

39

komunitas, (2) relasi dengan teman dan pimpinan komunitas, (3) demi pengabdian

yang tulus, (4) demi Kerajaan Allah, (5) demi motivasi yang murni, (6)

penghayatan iman yang tampak pada sikap-sikap positif yang sesuai dengan hidup

kaulnya.

Bila suster yunior SSpS senantiasa setia menjalankan bimbingan rohani,

dampaknya tampak pada sikap-sikap baik yang sesuai dengan hidup yang

dibaktikan kepada Allah. Sebaliknya suster yunior tidak setia menjalankan

bimbingan rohani, dampaknya adalah tampak sikap-sikapnya tidak sesuai dengan

hidup yang dibaktikan kepada Allah. Dalam hal ini bimbingan rohani mempunyai

peranan terhadap kematangan emosi para suster yunior. Oleh karena itu bimbingan

rohani berdampak pada kematangan emosi para suster yunior yaitu dapat memiliki

sikap-sikap yang baik dalam hidup yang dibaktikan kepada Allah, peranan

bimbingan rohani sangat penting bagi kematangan emosi para suster yunior SSpS.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

40

BAB III

PERANAN BIMBINGAN ROHANI

TERHADAP KEMATANGAN EMOSI PARA SUSTER YUNIOR

KONGREGASI MISI ABDI ROH KUDUS (SSpS)

PROVINSI JAWA

Bab ini akan menguraikan dua bagian pokok. Pertama akan diuraikan

mengenai gambaran umum sejarah Kongregasi SSpS yang meliputi: identitas SSpS,

Kharisma dan Spiritualitas SSpS. Kedua menguraikan penelitian peranan

bimbingan rohani terhadap kematangan emosi para suster yunior, hasil penelitian

dan pembahasan. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data tentang peranan

bimbingan rohani terhadap kematangan emosi para suster yunior Kongregasi SSpS

Provinsi Jawa sehingga akan menemukan permasalahan yang akan dianalisa lebih

lanjut.

A. Sejarah Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus

1. Identitas Kongregasi SSpS

Gereja dipanggil untuk mewartakan Kabar Gembira Keselamatan dan

membawa seluruh kekayaan cinta penyelamatan dari Allah Tritunggal kepada

semua umat manusia. Santo Arnoldus Janssen dipanggil untuk mengambil bagian

dalam rencana keselamatan Allah dengan mendirikan tiga Kongregasi yaitu: SVD,

SSpS, SSpS AP. Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus didirikan pada tanggal 8

Desember 1889 di Steyl Belanda. Nama Kongregasi ini biasa disingkat SSpS,

kependekan dari bahasa Latin Servae Spiritus Sancti (Konstitusi SSpS, 1984).

Dalam bahasa Indonesia biasa disebut Suster-suster Misi Abdi Roh Kudus. Kata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

41

“abdi” dalam nama Kongregasi SSpS berarti seorang yang siap sedia melaksanakan

pekerjaan-Nya, pergi ke tempat Ia mengutusnya. Seorang Abdi Roh Kudus

dipanggil oleh Kristus untuk menghayati pengabdian kepada Roh Kudus (McHug,

1978:8). Kongregasi ini menyerahkan diri hanya penyebaran kepada Kabar

Gembira di daerah-daerah misi lewat pelayanan yang dijalankan oleh para

anggotanya dengan kerajinan yang besar dan kerelaan di bidang pendidikan, karya

amal, dan lewat bantuan rohani (Konstitusi SSpS 1984: 9).

Kongregasi SSpS adalah Kongregasi Internasional yang terdiri dari berbagai

suku, bahasa, bangsa, dan budaya. Dalam keanekaragaman tersebut tetap disatukan

oleh Roh Kudus dan bersumber pada relasi cinta Allah Tritunggal. Pusat

Kongregasi SSpS berada di Roma, Italia. Kongregasi SSpS berkarya di 5 benua

atau hampir di seluruh negara. Benua Afrika meliputi: Angola, Botswana, Bolivia,

Etiopia, Ghana, Mozambique, Togo, dan Zambia. Benua Amerika meliputi:

Argentina, Bolivia, Brasil, Chile, Mexico dan Kuba, Paraguay, USA, Antiqua dan

Barbuba. Benua Asia meliputi: Cina, India, Indonesia, Jepang, Korea, Philipina,

Vietnam, Taiwan, dan Timor Leste. Oceania meliputi: Australia dan Papua New

Guenia. Benua Eropa meliputi: Austria, Belanda, Czesco Slovakia, Italia, Inggris,

Irlandia, Jerman, Polandia, Romania, Rusia, Spanyol, Switzerland, dan Ukraina.

Kongregasi SSpS di Indonesia terdiri dari 5 Provinsi. 5 Provinsi tersebut

adalah: Provinsi Jawa berpusat di Surabaya, Provinsi Flores Barat yang berpusat di

Ruteng, Provinsi Flores Timur berpusat di Kewapantai Maumere, Provinsi Timor

berpusat di Atambua Timor NTT dan kelima Provinsi Kalimantan yang berpusat di

Palangkaraya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

42

2. Spiritualitas dan Kharisma Kongregasi SSpS

Spiritualitas dan kharisma saling berkaitan, dan menjadi dasar dari

keberadaan suatu tarekat. Spiritualitas dan kharisma suatu tarekat religius dapat

ditinjau dengan melihat kembali pendirinya, yang telah meletakkan dasar dan

tujuan pendirian tarekat.

Spiritualitas pertama-tama merupakan “way of life”, suatu cara hidup

kekristenan untuk menanggapi panggilan Allah dengan terang Sabda Allah di

bawah bimbingan Roh Kudus (Abdon Bisei, 2004:5). Spiritualitas sebagai buah

dari perjumpaan dengan Tuhan, Kristus, Sabda Allah, Gereja, dan realitas yang

membawa suatu tanggapan bagi setiap pribadi (Abdon Bisei, 2004:6). Spiritualitas

pada umumnya dimaksudkan sebagai hubungan pribadi seorang beriman dengan

Allahnya dan aneka perwujudannya dalam sikap dan perbuatannya. Spiritualitas

tampak dalam buah Roh Kudus, doa, kegembiraan rohani, pengorbanan dan

pelayanan kepada sesama (Heuken, 2005: 106).

Kharisma adalah karunia Roh Kudus yang dianugerahkan kepada orang-

orang tertentu supaya diabdikan kepada sesama dan Gereja (KBBI, 2008: 627).

a. Spiritualitas Kongregasi SSpS

Spiritualitas SSpS bersumber dari warisan rohani Santo Arnoldus Janssen

sebagai pendiri Kongregasi SSpS. Arnoldus Janssen mengembangkan hidup doanya

sejak dari keluarganya.Ia belajar dari bapanya yang sangat menghormati Allah

Tritunggal Maha Kudus dan Roh Kudus. Arnoldus Janssen menimba spiritualitas

yang dihidupi dan diwariskan kepada tiga kongregasi yang telah ia dirikan.

Kongregasi SSpS didirikan dengan maksud utama yaitu untuk mewartakan

Kabar Gembira, terbuka terhadap lingkungan dan kebutuhan zaman. Kongregasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

43

SSpS senantiasa terbuka terhadap cara baru dalam menjawab kebutuhan Gereja

dalam dunia dewasa ini. Panggilan misioner SSpS berakar dalam iman kepada

Allah Tritunggal Maha Kudus yang hidup dalam hati manusia. Pengalaman akan

cinta dan kebersamaan hidup Allah Tritunggal mendorong untuk membagi

pengalaman itu lebih lanjut. Dengan demikian Allah Tritunggal dimuliakan melalui

kata dan cara hidup. Berbicara mengenai Allah Tritunggal, kita tidak bisa lepas dari

relasi ketiganya. Relasi cinta Allah Tritunggal Maha Kudus inilah yang dihidupi

oleh para suster SSpS, hal ini terlihat jelas pada semboyan “VIVAT DEUS UNUS

ET TRINUS IN CORDIBUS NOSTRIS” yang artinya adalah Hiduplah Allah

Tritunggal Dalam Hati Kita. Semboyan ini lahir dari kesadaran akan kehadiran

Allah Tritunggal dalam hati Arnoldus Janssen dan kemudian diwariskan kepada

Kongregasi SSpS. Sebagai Suster SSpS para suster diutus untuk mewartakan Allah

Tritunggal Maha Kudus agar dikenal, dicintai dan dimuliakan oleh segala bangsa

(Konst. SSpS. art. 404).

Para suster SSpS hendaknya selalu menempatkan diri dan kongregasinya di

bawah bimbingan Roh Kudus dan memberi penghormatan secara khusus kepada

Roh Kudus. Seorang suster SSpS hendaknya menjalin relasi yang mendalam

dengan Allah Roh Kudus ini akan tampak dalam pelayanan dan kehadiran setiap

suster (Konst. SSpS, 1984: 19).

b. Kharisma Kongregasi SSpS

Kharisma Kongregasi SSpS bermula dari kharisma Arnoldus Janssen, sebagai

pendiri Kongregasi SSpS. Kharisma yang diwariskan ini adalah Kharisma

Misioner. Kharisma Misioner sudah menandai Kongregasi SSpS sejak dari

permulaan. Pada akar ideal misioner Arnoldus Janssen, akan ditemukan kemuliaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

44

Allah Tritunggal Mahakudus dan keikut sertaan semua orang dalam misteri ini,

sebagaimana diungkapkan dalam doanya yang berbunyi “Semoga Allah Tritunggal

Mahakudus, kuasa Bapa, kebijaksanaan Putera dan cinta Roh Kudus dikenal

dicintai dan dimuliakan oleh banyak orang” (Rehbién, 2000:11). Santo Arnoldus

Janssen menginginkan suatu tarekat religius yang sama sekali misioner, yaitu

menjadikan mandat serta pelayanan misioner Gereja sebagai ciri khas dan inti

hidupnya sendiri.

Ciri khas Kharisma Misioner Kongregasi harus dilihat dalam hubungannya

dengan Kharisma Misioner Gereja Universal. Misi Gereja didasarkan pada misi

Allah Tritunggal.

Karena Gereja di dunia pada hakekatnya bersifat misioner, menurut rencana

Bapa, ia mendapat asalnya dalam perutusan Putera dan Roh Kudus. Rencana ini

mengalir dari cinta seperti air mancur dari Allah Bapa. Dengan begitu berlimpah

ruah Ia mencurahkan dan tidak pernah berhenti mencurahkan kebaikan Ilahinya

menjadi semua di dalam semua (1 Kor 15:28).

Semua karya misi Gereja dimaksudkan agar memenuhi mandat Kristus yaitu

mewartakan keselamatan bagi semua orang dan membimbing mereka ke dalam

kebersamaan hidup dengan Bapa. Sebagai Abdi Roh Kudus dimensi misioner

senantiasa meresapi setiap aspek kehidupannya. Mereka dipanggil untuk

mengambil bagian dalam mandat Kristus dan Gereja. Gereja memberi kepada

Kongregasi SSpS perutusan misioner yang nyata. Santo Arnoldus Janssen

menginginkan supaya para suster bekerja di daerah misi dimana ada pelayanan

sebagai perempuan dalam bidang kesehatan, pendidikan, sosial pastoral, pembinaan

rohani, pelayanan terhadap orang kecil, miskin tertindas dan tersisih (Konst. SSpS.

art.103-104).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

45

Konsekuensi menjadi seorang suster SSpS, ialah harus bersedia untuk berkarya di

daerah misi ke mana saja diutus. Dalam perutusan misi harus berani mengorbankan

tanah air, bahasa ibu dan lingkungan kebudayaan. Kesediaan ini adalah ciri khas

panggilan misioner sebagai SSpS (Konst. SSpS. art. 104).

Kesediaan dalam perutusan misi menuntut suatu pengosongan diri, suatu

kebebasan batin dari setiap suster yang diutus. Dengan pengosongan diri akan

membentuk dalam diri seorang misionaris sikap rela menerima, serta

memungkinkan orang untuk menghargai kebudayaan lain. Dengan pengosongan

diri akan membuat seseorang SSpS matang emosinya, mampu mendengarkan

dengan hati, memiliki empati dan peduli dengan lingkungannya, sehingga dapat

menyentuh hati umat di tempat para suster SSpS hidup di antara mereka.

Suster SSpS mempunyai tugas yang utama yaitu mewartakan kabar

Gembira. Maka diharapkan dimana para suster diutus tetap menyadari bahwa

mereka adalah suster-suster misi. Dengan demikian dimana mereka berada

senantiasa berusaha untuk membangkitkan dan memelihara tanggungjawab

misioner bagi Gereja Universal (Konst. art. 104). Pelayanan misioner dapat tumbuh

subur hanya dalam mengikuti Yesus dan dalam kelekatan dengan pribadi-Nya.

Karena itu hanya terang dan kekuatan Roh Kuduslah yang menyanggupkan para

suster untuk melayani dalam karya penyelamatan Allah, dalam segala hal yang

dikerjakan. Bentuk konkrit hidup mengikuti Yesus dalam Kongregasi SSpS

ditentukan oleh kaul keperawanan, kemurnian dan kemiskinan. Ketiga nasihat Injil

itu mengungkapkan cinta kepada Kristus satu-satunya dan kepada

sesama.Pengabdian misioner para suster SSpS berdasarkan relasi Allah Tritunggal

dicintai Bapa, diutus Putera dan dikuatkan oleh Roh Kudus (Konst. SSpS. art. 122).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

46

Sebagai Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus, SSpS juga mengharapkan setiap

anggotanya memiliki jiwa misioner yang besar, supaya dapat menjadi misionaris

yang tangguh dizaman sekarang. Hal ini sangat penting bagi misionaris SSpS

dimanapun mereka diutus. Untuk mencapai ini dibutuhkan pembinaan yang mampu

menciptakan kondisi bagi seseorang untuk bertumbuh dalam kedewasaan iman dan

matang emosinya seperti yang diharapkan oleh Tuhan maupun Kongregasi agar

mampu menjadi pewarta-pewarta Kabar Gembira yang tangguh dan berpijak pada

nilai-nilai hidup yang diyakini.

B. Metodologi Penelitian

Pada bagian ini, penulis akan menguraikan desain metodologi penelitian,

meliputi: jenis penelitian, metode penelitian, tempat dan waktu penelitian,

responden penelitian, dan instrumen penelitian yang menggunakan Skala Likert

serta pembahasan tentang variabel penelitian.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yangakan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Penelitian ini menggunakan prinsip dasar penelitian ex post facto.

Riduwan (2010: 50) mengutip pendapat Sugiyono bahwa penelitian ex post facto

adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti atau mengkaji suatu kejadian

atau peristiwa yang telah ada dengan melihat ke belakang faktor-faktor yang

relevan yang dapat menimbulkan kejadian atau peristiwa tersebut. Logika dasarnya

sama dengan penelitian eksperimen, yaitu jika X maka Y, hanya saja dalam

penelitian ini tidak ada manipulasi terhadap variabel bebas. Moleong juga

menekankan kembali pemikiran Bogdan dan Taylor mendefinisikan penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

47

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong,

1989: 3).

Alasan penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif karena penelitian ini

menekankan kualitas dengan mementingkan proses daripada hasil penelitian.

2. Metode Penelitian

Metode penulisan yang penulis gunakan adalah metode deskriptif analistis

dan metode penelitiannya adalah survei. Riduwan (2010: 49) mengutip pendapat

Kerlinger bahwa penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi

besar maupun kecil tetapi data yang dipelajari adalah sampel yang diambil dari

populasi tersebut.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di komunitas Kongregasi SSpS Provinsi

Jawa. Adapun pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan pada pertengahan bulan

Juli 2012- bulan Agustus 2012.

4. Responden Penelitian

Responden penelitian ini adalah seluruh yunior Kongregasi SSpS Provisi

Jawa dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara

mengambil sampel yang respresentatif dari populasi (Riduwan, 2010: 57). Teknik

sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.

Purposive sampling dikenal juga dengan sampling pertimbangan ialah teknik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

48

sampling pertimbangan yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel

untuk tujuan tertentu (Riduwan 2010: 63).

Populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan

memenuhi syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian (Riduwan 2010: 55).

Populasi dalam penelitian ini adalah yunior Kongregasi SSpS Provinsi Jawa.

Jumlah populasi yaitu 43 orang. Penelitian ini adalah penelitian populasi, seluruh

yunior Kongregasi SSpS Provinsi Jawa.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dapat diwujudkan dalam benda

misalnya: angket, daftar cocok, dan lain-lain. Instrumen adalah alat bantu bagi

peneliti di dalam menggunakan metode pengumpulan data (Arikunto, 1990: 134).

Untuk memperoleh data penelitian ini, penulis menggunakan instrumen

pengumpulan data tertutup dengan metode Skala Likert. Skala Likert merupakan

jenis skala yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian seperti sikap,

pendapat dan persepsi sosial. Bentuk instrumen berupa pernyataan dan jawaban

setiap item instrumen ini memiliki gradasi tertinggi sampai terendah yang

dinyatakan dalam bentuk kata-kata. Instrumen penelitian dibuat dalam bentuk

checklist (Hasan, 2002: 72). Skala Likert ini biasanya menggunakan lima tingkatan.

Dengan model ini responden diminta untuk membubuhkan tanda check (√) pada

salah satu dari tiga kemungkinan jawaban yang tersedia (Arikunto, 1990: 140-249).

Skala Likert dapat dilihat pada lampiran (1).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

49

6. Variabel Penelitian

Variabel adalah gejala-gejala yang menunjukkan variasi, baik dalam jenis

maupun dalam tingkatan (Hadi, 2004: 250). Variabel yang akan diteliti sehubungan

dengan peranan bimbingan rohani terhadap kematangan emosi para suster yunior

Kongregasi SSpS Provinsi Jawa.

Tabel 1. Variabel Penelitian Proses Bimbingan Rohani

No Variabel yang Diungkap No. Item Jumlah

(1) (2) (3) (4)

1 Pengetahuan dan pengenalan akan Tuhan 1 s/d 10 10

2 Kepercayaan, relasi dan menghargai

pembimbing

11 s/d 20 10

3 Suasana dalam melaksanakan bimbingan untuk

terbimbing

21 s/d 30 10

4 Metode dalam bimbingan 31 s/d 40 10

Jumlah Soal 40

Tabel 2. Variabel Penelitian Proses Kematangan Emosi

No Variabel yang Diungkap No. Item Jumlah

(1) (2) (3) (4)

1 Mengenali emosi diri 41 s/d 46 6

2 Mengelola emosi 47 s/d 52 6

3 Memotivasi diri 53 s/d 58 6

4 Mengenali emosi orang lain 59 s/d 64 6

5 Membina hubungan dengan orang lain 65 s/d 70 6

Jumlah Soal 30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

50

C. Hasil Penelitian

Setelah melakukan pengumpulan data dengan Skala Likert penulis

memaparkan data hasil penelitian yang diperoleh. Skala Likert dibagikan kepada

para suster yunior Kongregasi SSpS Provinsi Jawa yang berjumlah 43 orang. Dari

43 lembar Skala Likert yang dibagikan terdapat 1 yang tidak dikembalikan,

sehingga hanya ada 42 lembar Skala Likert yang terjawab dengan lengkap dan

layak untuk dianalisis. Setelah data terkumpul penulis membuatnya dengan tabel

frekuensi relatif yang diperoleh dengan cara yang sederhana yaitu untuk

mendapatkan jumlah prosentasi caranya: 100% dibagi dengan jumlah responden

N=42 dikalikan dengan hasil dari responden yang diperoleh yaitu F (frekuensi).

1. Proses Bimbingan Rohani

a. Pengetahuan dan pengenalan akan Tuhan

Tabel 3: Pengetahuan dan pengenalan akan Tuhan (N=42)

No Pernyataan

Jumlah

Sll SR KD

1 Saya melihat suara pembimbing

merupakan suara Tuhan

9

21,42 %

17

40,47%

15

35,71%

2 Saya dituntun untuk menemukan Tuhan

dalam panggilan keseharian

24

57,14%

18

42,85%

0

0%

3 Saya menemukan kehendak Tuhan

dalam pengalaman yang menyakitkan

sekalipun

22

52,38%

16

38,09%

4

9,52%

4 Kehendak Tuhan bagi saya yang masih

samar-samar menjadi jelas dalam

bimbingan

4

9,52%

27

64,28%

11

26,19%

5 Sebelum menemukan kehendak Tuhan

dalam pengalaman tertentu hati saya

14

33,33%

16

38,09%

12

28,57%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

51

belum tenteram

6 Saya bahagia misteri Tuhan yang tak

terpahami dapat saya cerna dalam

bimbingan

12

28,57%

17

40,47%

12

28,57%

7 Saya semakin mengagungkan Tuhan

setelah bimbingan rohani

16

38,09%

20

47,61%

6

14,28%

8 Saya merasa kosong kalau tidak

merasakan kehadiran Tuhan dalam

karya saya yang sukses

8

19,04%

16

38,09%

17

40,47%

9 Saya merasa sulit menemukan Tuhan

dalam pembimbing yang sulit

mengampuni kesalahan saya

4

9,52%

12

28,57%

26

61,90%

10 Ketika hidup rohani saya kering saya

sulit menemukan kehadiran Tuhan

dalam hidup saya

8

19,04%

15

35,71%

19

45,23%

Dari data di atas, responden menyatakan bahwa selalu dituntun untuk

menemukan Tuhan dalam panggilan keseharian dengan jumlah 57,14%. Responden

juga mengungkapkan sering merasakan bahwa kehendak Tuhan yang masih samar-

samar menjadi jelas dalam bimbingan sebesar 64,28%. Dan responden

mengungkapkan bahwa kadang-kadang merasa sulit menemukan Tuhan dalam

pembimbing yang sulit mengampuni kesalahan dengan jumlah 61,90% .

b. Kepercayaan, relasi dan menghargai pembimbing

Tabel 4: Kepercayaan, relasi dan menghargai pembimbing (N= 42)

No Pernyataan

Jumlah

Sll SR KD

11 Saya malas melakukan bimbingan karena

pembimbing tidak menarik

2

4,76%

6

14,28%

34

80,95%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

52

12 Saya tetap bimbingan walau sering

ditantang oleh pembimbing

14

33,33%

20

47,61%

6

14,28%

13 Saya senang karena pembimbing

membicarakan masalah pribadi dengan

pembimbing

3

7,14%

10

23,80%

28

66,66%

14 Saya takut cerita semua masalah pada

pembimbing

0

0%

6

14,28%

36

85,71%

15 Saya enggan untuk bimbingan karena

pembimbing membesar-besarkan

kesalahan saya

3

7,14%

9

21,42%

30

71,42%

16 Bimbingan saya teratur saya mempunyai

relasi yang baik dengan pembimbing

16

38,09%

13

30,95%

13

30,95%

17 Saya senang melaksanakan bimbingan

karena pembimbing memiliki hati

keibuan

10

23,80%

14

33,33%

18

42,85%

18 Dalam bimbingan pendapat saya

mendapat apreisasi dari pembimbing

10

23,80%

18

42,85%

14

33,33%

19 Setiap melaksanakan bimbingan saya

takut karena pembimbing terlalu kritis

0

0%

1

2,38%

41

97,61%

20 Saya bahagia karena pembimbing

memahami pergulatan saya

12

28,57%

21

50%

8

19,04%

Dari data di atas, responden mengungkapkan bahwa kadang-kadang malas

melakukan bimbingan karena pembimbing tidak menarik dengan jumlah 80,95%.

Selain pembimbing yang tidak menarik, responden juga mengungkapkan bahwa

takut cerita semua masalah pada pembimbing dengan jumlah 85,71%. Setiap

melaksanakan bimbingan responden takut karena pembimbing terlalu kritis dengan

jumlah 97,61%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

53

c. Suasana dalam melaksanakan bimbingan

Tabel 5: Suasana dalam melaksanakan bimbingan (N= 42)

No Pernyataan

Jumlah

Sll SR KD

21 Saya terbuka dalam bimbingan ada

suasana saling percaya

13

30,95%

21

50%

8

19,04%

22 Penerimaan yang hangat dari

pembimbing menenangkan hati saya

15

35,71%

19

45,23%

7

16,66%

23 Saya mempunyai waktu untuk mencatat

hal yang perlu selama bimbingan

7

16,66%

15

35,71%

20

47,61%

24 Saya antusias melaksanakan bimbingan

karena didengarkan

11

26,19%

14

33,33%

17

40,47%

25 Saya merasa lega setelah bimbingan 19

45,23%

15

35,71%

8

19,04%

26 Waktu yang terbatas dalam bimbingan

membuat saya tergesa-gesa

1

2,38%

6

14,28%

35

83,33%

27 Pembimbing yang optimis membuat

suasana bimbingan bersemangat

15

35,71%

18

42,85%

9

21,42%

28 Saya menaruh hormat terhadap

pembimbing meskipun seusia

28

66,66%

10

23,80%

3

7,14%

29 Pembimbing mengesampingkan

masalah pribadinya dalam bimbingan

7

16,66%

17

40,47%

18

42,85%

30 Ada suasana doa dalam proses

bimbingan

25

59,52%

12

28,57%

4

9,52%

Dari data di atas responden mengungkapkan bahwa kadang-kadang memiliki

waktu yang terbatas dalam bimbingan membuat tergesa-gesa dengan jumlah

83,33%. Responden juga mengungkapkan bahwa selalu menaruh hormat terhadap

pembimbing meskipun seusia dengan jumlah 66,66%. Responden juga

mengungkapkan bahwa setiap bimbingan selalu merasakan suasana doa dalam

proses bimbingan berjumlah 59,52 %.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

54

d. Metode dalam bimbingan

Tabel 6: Metode dalam bimbingan (N= 42)

No Pernyataan

Jumlah

Sll SR KD

31 Pembimbing mengarahkan jalannya

bimbingan dengan baik

18

42,85%

14

33,33%

9

21,42%

32 Pembimbing mencatat persoalan yang

akan dibicarakan sebelum memulai

2

4,76%

5

11,90%

35

83,33%

33 Bahasa non verbal dari pembimbing

membantu saya terbuka

7

16,66%

21

50%

14

33,33%

34 Saya senang kalau proses pendampingan

sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan

13

30,95%

17

40,47%

12

28,57%

35 Saya senang kalau proses pendampingan

berstruktur

8

19,04%

12

28,57%

22

52,38%

36 Saya kecewa karena proses bimbingan

tidak terarah

2

4,76%

7

16,66%

33

78,57%

37 Saya lebih berminat bimbingan karena

pembimbing yang kompeten

7

16,66%

19

45,23%

15

35,71%

38 Saya senang karena tempat bimbingan

berfariasi

8

19,04%

12

28,57%

22

52,38%

39 Saya tidak fokus kalau bahan bimbingan

tidak berstruktur

3

7,14%

11

26,19%

28

66,66%

40 Bimbingan yang efektif bagi saya adalah

dari pengalaman pembimbing

1

2,38%

7

16,66%

34

80,95%

Pada tabel di atas berkaitan dengan metode dalam bimbingan, responden

mengungkapkan bahwa kadang-kadang kecewa karena proses bimbingan tidak

terarah dengan jumlah 78,57%. Responden juga mengungkapkan sering lebih

berminat bimbingan karena pembimbing yang kompeten dengan jumlah 45,23%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

55

Sejumlah 80,95% responden mengungkapkan bahwa kadang-kadang bimbingan

yang efektif adalah dari pengalaman pembimbing.

2. Proses Kematangan Emosi

a. Penilaian, pengenalan dan percaya diri

Tabel 7: Penilaian, pengenalan dan percaya diri (N= 42)

No Pernyataan

Jumlah

Sll SR KD

41 Saya lebih suka mengungkapkan diri

saya apa adanya

25

59,52%

13

30,95%

4

9,52%

42 Saya mudah mengepresikan perasaan

saya kepada siapa saja

17

40,47%

13

30,95%

12

28,57%

43 Apabila saya marah saya cenderung

bereaksi diam, mengurung diri

1

2,38%

6

14,28%

34

80,95%

44 Saya mudah menerima kekurangan yang

ada pada diri saya

13

30,95%

18

42,85%

11

26,19%

45 Saya berani mengakui kesalahan yang

saya buat

21

50%

16

38,09%

5

11,90%

46 Saya mudah terpancing apabila ada

sesama yang menggoda saya

2

4,76%

13

30,95%

27

64,28%

Hasil pada tabel di atas berkaitan tentang kepercayaan diri, responden selalu

mengungkapkan bahwa lebih suka mengungkapkan diri apa adanya dengan jumlah

59,25%. Dari aspek pengenalan diri responden mengungkapkan bahwa kadang-

kadang ketika merasa marah lebih cenderung bereaksi diam dan mengurung diri

dengan jumlah 80,95%. Responden juga mengungkapkan bahwa kadang-kadang

mudah terpancing apabila ada sesama yang menggoda dengan jumlah 64,28%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

56

b. Pengelolaan emosi

Tabel 8: Pengelolaan emosi (N= 42)

No Pernyataan

Jumlah

Sll SR KD

47 Saya gelisah kalau mempunyai

masalah yang belum terselesaikan

17

40,47%

14

33,33%

11

26,19%

48 Ketika ada masalah saya mencari

solusi

26

61,90%

12

28,57%

4

9,52%

49 Saya mudah tersinggung kalau

pendapat saya tidak dihargai

3

7,14%

3

7,14%

36

85,71%

50 Saya merasa senang karena saya

mampu mengerjakan tugas yang

diberikan kepada saya

28

66,66 %

11

26,19 %

3

7,14 %

51 Saya berusaha tidak berkecil hati

apabila ada sesama yang mengejek

saya

9

21,42 %

17

40,47%

9

21,42 %

52 Saya menerima emosi saya apa

adanya

17

40,47%

19

45,23%

6

14,28%

Pada tabel di atas berkaitan dengan aspek pengendalian emosi sejumlah

61,90%responden mengungkapkan selalu mencari solusi ketika menghadapi

masalah, dan responden juga sering menerima emosi yang dimiliki apa adanya

dengan jumlah 45,23%. Sedangkan berkaitan dengan aspek kepercayaan sejumlah

66,66% responden mengungkapkan bahwa selalu merasa senang karena saya

mampu mengerjakan tugas yang diberikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

57

c. Motivasi Diri

Tabel 9: Motivasi diri (N=42)

No Pernyataan

Jumlah

Sll SR KD

53 Saya tertarik dengan hal-hal baru 25

59,52%

13

30,95%

4

9,52%

54 Kalau diberi tanggung jawab saya takut

gagal

4

9,52%

5

11,90%

33

78,57%

55 Saya berusaha untuk mensyukuri setiap

peristiwa yang saya alami

30

71,42%

10

23,80%

2

4,76%

56 Saya melihat kegagalan sebagai

kesuksesan yang tertunda

19

45,23%

19

45,23%

4

9,52%

57 Saya berusaha menjalankan tugas pada

waktunya

18

42,85%

19

45,23%

5

11,90%

58 Saya adalah orang yang suka mengambil

inisiatif

10

23,80%

24

57,14%

8

19,04%

Pada tabel di atas berkaitan dengan aspek ingin tahu ditunjukkan bahwa

responden selalu tertarik dengan hal-hal baru dengan jumlah 59,52%. Selain itu,

aspek ingin membangun sejumlah 78,57% responden mengungkapkan bahwa

kadang-kadang diberi tanggung jawab takut gagal. Aspek ingin terbaik dengan

jumlah 57,14% responden mengungkapkan bahwa sering suka mengambil inisiatif’.

d. Pengenalan Emosi

Tabel 10: Pengenalan emosi (N= 42)

No Pernyataan

Jumlah

Sll SR KD

59 Saya lebih suka berfikir positif tentang

orang lain

16

98,09%

19

45,23%

6

14,28%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

58

60 Saya sensitif terhadap perasaan teman

waktu memberikan evaluasi

6

14,28%

12

28,57%

24

57.14%

61 Saya menyediakan diri untuk

mendengarkan sesama yang punya

masalah

22

52,38%

17

40,47%

3

7,14%

62 Saya merasa bosan mendengar sharing

sesama yang tidak ada ujungnya

2

4,76%

12

28,57%

28

66,66%

63 Saya mudah terharu oleh perasaan orang

lain

14

33,33%

15

35,71%

13

30,95%

64 Teman saya marah kalau saya memotong

pembicaraannya

2

4,76%

8

19,04%

30

71,42%

Hasil pada tabel di atas yang berkaitan dengan aspek memahami orang lain

sejumlah 98.09% responden selalu berfikir positif tentangorang laindan responden

kadang-kadang marah kalau orang lain memotong pembicaraannya dengan jumlah

71,42%. Sejumlah 66,66% responden mengungkapkan bahwa kadang-kadang

merasa bosan mendengar sharing sesama yang tidak ada ujungnya.

e. Membina Bubungan

Tabel 11: Membina hubungan (N= 42)

No Pernyataan

Jumlah

Sll SR KD

65 Saya sulit untuk menyakinkan pendapat

saya kalau dikritik

1

2,38%

10

23,80%

31

73,80%

66 Saya adalah pribadi yang menyenangkan 12

28,57%

25

59,52%

5

11,90%

67 Supaya disukai saya melakukan apa saja

yang diinginkan oleh teman

2

4,76%

5

11,90%

35

83,33%

68 Saya senang dengan sesama yang saling

mendengarkan satu dengan yang lain

29

69,04%

11

26,19%

2

4,76%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

59

69 Saya terbuka dengan sesama yang dekat

dengan saya

20

47,61%

19

45,23%

3

7,14%

70 Saya sulit menyimpan rahasia sesama

saya

0

0%

0

0%

41

97,61%

Dari hasil data di atas responden kadang-kadang sulit untuk menyakinkan

pendapat kalaudikritik dengan jumlah 73,80%. Selain itu, aspek berelasi sebanyak

83,33% responden kadang-kadang agar disukai orang lain maka melakukan apa

saja yang diinginkan oleh teman. Berkaitan dengan aspek membangun kepercayaan

sejumlah 97,61% responden mengungkapkan bahwa kadang-kadang sulit

menyimpan rahasia sesama.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Proses Bimbingan rohani

a. Pengetahuan dan Pengenalan akan Tuhan

Berikut ini akan dipaparkan pembahasan Pengetahuan dan Pengenalan akan

Tuhan dalam proses bimbingan rohani:

Pada tabel 3, ada 17 responden menyatakan bahwa mereka sering melihat

suara pembimbing merupakan suara Tuhan, hal ini menunjukkan responden mampu

melihat suara pembimbing sebagai suara Tuhan (40,47%). Dengan mampu melihat

suara pembimbing sebagai suara Tuhan, maka responden selalu menemukan Tuhan

dalam panggilan kesehariannya 24 (57,14%).

Responden menyatakan bahwa selalu menemukan kehendak Tuhan dalam

pengalaman yang menyakitkan sekalipun 22 (52,38%), hal ini berkaitan dengan

jawaban item no. 4 dan 5. Jawaban ini ingin menyatakan bahwa dengan

melaksanakan bimbingan rohani responden mampu melihat kehendak Tuhan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

60

masih samar-samar menjadi jelas 27 (64,28%), dan sebelum menemukan kehendak

Tuhan dalam pengalaman tertentu hati mereka belum tenteram 16 (38,09%).

Pada tabel 3 responden menyatakan bahwa sering bahagia karena misteri

Tuhan yang tak terpahami dapat dicerna dalam bimbingan 17 (40,47%), hal ini

berkaitan dengan jawaban item no. 7 dan 8 yaitu responden semakin

mengagungkan Tuhan setelah bimbingan rohani 20 (47,61%) serta merasa kosong

kalau tidak merasakan kehadiran Tuhan dalam karyanya yang sukses 17 (40,47%).

Jawaban ini ingin menyatakan bahwa sebagai seorang religius pengetahuan dan

pengenalan akan Tuhan adalah penting sehingga responden perlu untuk

melaksanakan bimbingan rohani.

Sebanyak 26 responden menjawab kadang-kadang pada pernyataan saya

merasa sulit menemukan Tuhan dalam pembimbing yang sulit mengampuni

kesalahan saya (61,90%), memang disadari oleh responden tujuan mereka

melaksanakan bimbingan rohani tidak hanya untuk mengetahui dan mengenal

Tuhan tetapi juga untuk melihat perkembangan hidup rohani, hal ini berkaitan

dengan jawaban item no.10, ketika hidup rohani mereka kering maka sulit untuk

menemukan kehadiran Tuhan dalam hidup mereka 19 (45,23%).

b. Kepercayaan, relasi dan menghargai pembimbing

Pada bagian ini akan membahas mengenai kepercayaan, relasi dan

menghargai pembimbing. Dari hasil jawaban yang mereka berikan akan diketahui

sejauh mana kepercayaan, relasi dan menghargai pembimbing dalam proses

bimbingan rohani.

Berkaitan dengan kepercayaan, relasi dan menghargai pembimbing, pada

pernyataan saya malas melakukan bimbingan karena pembimbing tidak menarik, 34

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

61

(80,95%) responden menjawab kadang-kadang, meskipun demikian responden

tetap melaksanakan bimbingan meskipun sering ditantang oleh pembimbing 20

(47,61%). Hal ini berkaitan dengan item no.16, 17, 18, dan 20. Jawaban ini

membuktikan bahwa dalam bimbingan rohani responden menaruh kepercayaan,

mempunyai relasi yang baik, dan menghargai pembimbing.

Dalam pernyataan no.13, 14, 15, dan 19 saling berkaitan yaitu responden

kadang- kadang senang karena pembimbing membicarakan masalah pribadi dengan

pembimbing 28 (66,66%), responden juga kadang-kadang takut menceritakan

semua masalah kepada pembimbing 36 (85,71%), responden juga kadang-kadang

enggan untuk bimbingan karena pembimbing membesar-besarkan kesalahan

mereka 30 (71,42%), serta responden kadang-kadang takut setiap melaksanakan

bimbingan karena pembimbing terlalu kritis 41 (97,61%). Pernyataan ini

membuktikan bahwa responden disisi lain menaruh kepercayaan, memiliki relasi

yang baik serta menghargai pembimbing tetapi disisi yang lain responden kurang

menaruh kepercayaan kepada pembimbing karena pembimbing yang tidak

profesional dalam memberikan bimbingan rohani.

c. Suasana dalam melaksanakan bimbingan

Dari data diatas, diperoleh gambaran mengenai situasi dalam melaksanakan

bimbingan sebagai berikut:

Pada tabel 5, responden menyatakan sering terbuka dalam bimbingan karena

ada suasana saling percaya ada 21 (50%). Ini membuktikan bahwa adanya saling

kepercayaan dalam bimbingan membuat responden terbuka untuk mengungkapkan

permasalahan yang dihadapi, suasana ini didukung pula oleh sikap pembimbing

yang hangat sehingga membuat responden menjadi tenang dalam melaksanakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

62

bimbingan 19 (45,23%) , pernyataan ini berkaitan dengan jawaban item no. 24, 25,

27 dan 30. Jawaban ini ingin menyatakan bahwa dalam proses bimbingan rohani

dengan adanya saling percaya, penerimaan yang hangat, didengarkan dan sikap

pembimbing yang optimis, serta ada suasana doa adalah penting, responden merasa

diorangkan, diterima dan didengarkan sehingga responden merasa lega setelah

melaksanakan bimbingan.

Responden menyatakan bahwa kadang-kadang mempunyai waktu untuk

mencatat hal yang perlu selama bimbingan 20 (47,64%), pernyataan ini diperkuat

dengan jawaban item no. 26 yaitu waktu yang terbatas dalam bimbingan membuat

mereka tergesa-gesa 35 (83,33%).

Pada item no. 28 dan 29 saling berhubungan, pada no. 28 berbicara mengenai

responden yang selalu menaruh hormat terhadap pembimbing meskipun seusia 28

(66,66%) dan no. 29 berbicara mengenai responden menyatakan kadang-kadang

tidak senang kepada pembimbing yang membawa masalah pribadinya dalam

bimbingan 18 (42,85%). Dari pernyataan tersebut dapat digambarkan bahwa dalam

melaksanakan bimbingan, suasana dan relasi yang sudah terjalin dengan baik

janganlah dialihkan dengan bahan pembicaraan yang tidak ada hubungannya

dengan responden.

d. Metode dalam bimbingan

Pada bagian ini akan dibahas mengenai metode dalam bimbingan. Melalui

jawaban responden maka akan diketahui apakah metode yang diberikan

mendukung proses pelaksanaan bimbingan rohani.

Berkaitan dengan metode dalam bimbingan, pada pernyataan pembimbing

mengarahkan jalannya bimbingan dengan baik 18 responden menjawab selalu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

63

(42,85%). Dari hasil jawaban responden ini dapat diketahui bahwa pembimbing

mampu mengarahkan jalannya bimbingan dengan baik, responden juga

mengungkapakan bahwa pembimbing kadang-kadang mencatat persoalan yang

akan dibicarakan sebelum memulai bimbingan 35 (83,33%). Pernyataan ini

menggambarkan kurang adanya konsistensi dalam diri pembimbing, dengan

pengarahan yang baik dan pencatatan bahan sebelum bimbingan yang akan

dibicarakan akan membuat proses bimbingan berjalan sesuai dengan topik dan

tujuan yang akan dicapai. Responden juga mengungkapkan bahasa non verbal dari

pembimbing sering membantu responden untuk terbuka dalam bimbingan 21

(50%).

Pada item no. 34 menyatakan responden senang kalau proses pendampingan

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. 17 (40,47%) responden menyatakan

sering. Pernyataan ini ada hubungannya dengan item no. 35, 36, 38 dan 39. Item

no. 35 menyatakan responden kadang-kadang senang kalau proses pendampingan

berstruktur 22 (52,28%), item no. 36 menyatakan responden kadang-kadang

kecewa karena proses bimbingan tidak terarah 33 (78,38%), item no. 38

menyatakan responden senang karena tempat bimbingannya berfariasi 22 (52,28%),

serta item no. 39 menyatakan bahwa responden kadang-kadang tidak fokus

bimbingan kalau bimbingannya tidak berstruktur 28 (66,66%). Melihat jawaban

responden menunujukkan bahwa metode yang baik akan membantu proses

bimbingan rohani.

Responden lebih berminat bimbingan karena pembimbing yang berkompeten

19 (45,23%) responden menyatakan sering, jawaban ini diperkuat dengan

pernyataaan item no. 40 yaitu bimbingan yang efektif bagi responden adalah dari

pengalaman pembimbing 34 (80,95%).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

64

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan dalam memberikan bimbingan

dibutuhkan beberapa metode yang mendukung dan menarik agar para responden

senang melaksanakan bimbingan. Metode yang dipakai untuk bimbingan haruslah

yang relevan dan sesuai dengan situasi yang dihadapi oleh responden.

2. Proses Kematangan emosi

a. Penilaian, pengenalan dan percaya diri

Berikut ini akan dipaparkan pembahasan proses kematangan emosi para

suster yunior mengenai penilaian, pengenalan dan percaya diri:

Pada tabel 7 , responden lebih suka mengungkapkan diri apa adanya,

responden menjawab selalu 25 (59,52%), sehingga responden mudah

mengepresikan perasaannya kepada siapa saja 17 (40,47%), dari pernyataan

tersebut responden adalah pribadi yang terbuka, mampu mengenal diri, serta orang

yang memiliki kepercayaan diri yang positif, responden juga mengungkapkan

apabila marah responden kadang-kadang cenderung bereaksi diam, mengurung diri

34 (80,95%), hal ini berkaitan dengan jawaban item no. 44 dan 45. Jawaban ini

ingin menyatakan bahwa dalam proses kematangan emosi dibutuhkan penilaian,

pengenalan dan kepercayaan diri yang positif sehingga responden mampu melihat

dan memberi nama pada setiap reaksi yang muncul.

Responden juga mengungkapkan kadang-kadang mudah terpancing apabila

ada sesama yang menggoda 27(64,28%). Jawaban ini menunjukkan bahwa

responden adalah orang yang mampu menilai, mengenal diri sendiri serta memiliki

kepercayaan diri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

65

b. Pengelolaan emosi

Pada bagian ini akan membahas mengenai pengelolaan emosi. Melalui

jawaban responden maka akan diketahui apakah responden mampu mengelola

emosinya.

Berkaitan dengan pengelolaan emosi, pada pernyataan saya gelisah kalau

mempunyai masalah yang belum terselesaikan 17 responden menjawab selalu

(40,47%). Dari hasil jawaban responden ini dapat diketahui bahwa pengelolaan

emosi yang baik dapat membantu responden untuk hidup bahagia, oleh karena itu

responden segara mencari solusi bila ketika ada masalah 26 (61,90%).

Pada tabel 8, item no. 49 rata-rata 36 (85,71%) responden menyatakan

kadang-kadang bahwa mudah tersinggung kalau pendapatnya tidak dihargai. Hal ini

membuktikan bahwa responden mampu mengelola emosinya. Dengan memiliki

kemampuan mengelola emosi maka responden selalu senang karena mampu

mengerjakan tugas yang dipercayakan kepadanya 28 (66,66%). Jawaban responden

ini berkaitan dengan item no. 51 dan 52, yaitu responden sering berusaha tidak

berkecil hati apabila ada sesesama yang mengejeknya 17 (40,47%), serta responden

sering menerima emosi apa adanya 19 (45,23%).

c. Motivasi Diri

Dari data di atas, diperoleh gambaran mengenai aspek motivasi diri sebagai

berikut:

Pada tabel 9, responden menyatakan selalu tertarik dengan hal-hal baru ada

25 orang (59,52%). Ini membuktikan bahwa responden memiliki motivasi diri

untuk berkembang. Jawaban ini ada hubungannya dengan item no. 58 yaitu,

responden adalah orang yang sering mengambil inisiatif 24 orang (57,14%).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

66

Pada item no. 53 mengungkapkan bahwa kalau diberi tanggung jawab saya

takut gagal. Dari pernyataan di atas 33 responden menjawab kadang-kadang

(78,57%), meskipun kadang-kadang takut gagal dalam menjalankan tugas tetapi

responden selalu berusaha untuk mensyukuri setiap peristiwa yang dialami 30

(71,42%), dan melihat kegagalan sebagai kesuksesan yang tertunda 19 (45,23%).

Responden sering berusaha menjalankan tugas pada waktunya 19(45,23%).

Ini membuktikan bahwa responden adalah orang yang mempunyai motivasi yang

tinggi untuk maju dan berkembang.

d. Pengenalan Emosi

Pada bagian ini akan membahas mengenai pengenalan emosi. Dari hasil

jawaban yang responden berikan akan diketahui sejauh mana meraka mengenal

emosi diri sendiri dan sesama.

Berkaitan dengan pengenalan emosi, pada pernyataan saya lebih suka berpikir

positif tentang orang lain, 16 (38,09%) responden menjawab selalu dan dan 19

(45,23%) responden menyatakan sering. Ini menunjukkan responden mengenal

emosi dan mudah memahami perasaan orang lain, sehingga kadang-kadang

responden sensitif terhadap perasaan teman waktu memberikan evaluasi 24

(57,14%).

Dalam tabel 10 di item no. 61 Saya menyediakan diri untuk mendengarkan

sesama yang mempunyai masalah, 22 (52,38%) responden dengan yakin menjawab

selalu dan 17 (40,47%) responden menjawab sering pada pernyataan ini. Dalam hal

ini responden sungguh-sungguh menjadi seorang yang mampu mendengarkan

dengan hati. Tetapi responden juga mengungkapkan kadang-kadang merasa bosan

mendengar sharing sesama yang tidak ada ujungnya 28 (66,66%).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

67

Pada item no. 63 menyatakan saya mudah terharu oleh perasaan orang lain.

Sebagian besar 15 (35,17%) responden menjawab sering dan 14 (33,33%)

responden menyatakan selalu, responden juga mengungkapkan bahwa kadang-

kadang temannya marah kalau responden memotong pembicaraannya 30 (71,42%).

e. Membina Hubungan

Dari data di atas, diperoleh gambaran mengenai gambaran membina

hubungan sebagai berikut:

Berkaitan dengan membina hubungan pada pernyataan saya sulit untuk

menyakinkan pendapat saya kalau dikritik. 31 (73,80%) responden menjawab

kadang-kadang dan 10 (23,80%) responden menjawab selalu, ini menunjukkan

bahwa responden mampu membina hubungan dengan orang lain. Hal ini berkaitan

dengan jawaban item no. 66 yaitu bahwa saya adalah pribadi yang menyenangkan

25 (59,52%).

Pada item no. 67 menyatakan supaya di sukai saya melakukan apa saja yang

diinginkan oleh teman. Sebesar 35 (83,33%) responden menjawab kadang-kadang

dan 5 (11,90%) responden menjawab sering pada pernyataan ini. Melalui hasil

jawaban responden ini dapat diketahui bahwa responden mampu menjalin

hubungan yang baik dengan sesama. Hal ini dikuatkan dengan jawaban responden

pada item no. 68 dan 69, yaitu responden senang dengan sesama yang saling

mendengarkan satu dengan lainnya 29 (69,04%), dan responden terbuka dengan

sessama yang dekat dengannya 29 (69,04%).

Berdasarkan tabel 11 responden menjawab kadang-kadang sulit untuk

menyimpan rahasia sesamanya 41(97,61%). Dari jawaban responden dapat

disimpulkan bahwa responden mampu menjalin relasi dan membina hubungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

68

dengan baik dengan sesama namun juga ada yang belum, hal ini karena tingkat

kematangan emosi dari masing-masing responden tidak sama banyak faktor yang

mempengaruhinya yang sudah dibahas mengenai faktor yang mempengaruhi

kematangan emosi di atas. Namun banyak juga yang sudah matang emosinya

sehingga mampu membina hubungan dengan orang lain.

3. Rerata Proses Bimbingan Rohani terhadap Proses Kematangan Emosi para

Suster Yunior Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus (SSpS) Provinsi Jawa

Untuk mendapatkan rerata bimbingan rohani terhadap proses kematangan

emosi para suster yunior Kongregasi SSpS Provinsi Jawa, penulis membuatnya

dengan tabel Rerata yaitu yang diperoleh dengan cara yang sederhana yaitu untuk

mendapatkan jumlah prosentasinya caranya: 100% dibagi dengan jumlah seluruh

nilai dalam item dikalikan dengan jumlah hasil responden yang diperoleh dalam

seluruh item yaitu R (rerata). Pada umumnya, rerata dapat digunakan bila data

memiliki tingkat pengukuran interval atau rasio.

Tabel 12: Rerata Sub-sub Variabel Proses Bimbingan Rohani dan Sub-sub

Variabel Proses Kematangan Emosi para Suster Yunior Kongrgasi Misi Abdi

Roh Kudus (SSpS) (N=42)

No Variabel

Rerata dalam (%)

Sll SR KD

I Proses Bimbingan Rohani

1 Pengetahuan dan Pengenalan akan Tuhan (10

item)

29% 42% 29%

2 Kepercayaan, relasi dan menghargai pembimbing

(10 item)

17% 28% 55%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

69

3 Suasana dalam melaksanakan bimbingan (10 item) 34% 35% 31%

4 Metode dalam bimbingan (10 item) 17% 30% 53%

II Proses Kematangan Emosi

1 Penilaian, pengenalan, dan percaya diri ( 6 item) 31% 31% 37%

2 Pengelolaan emosi ( 6 item) 40% 30% 27%

3 Motivasi diri (6 item) 42% 36% 22%

4 Pengenalan emosi ( 6 item) 25% 33% 41%

5 Membina hubungan ( 6 item) 25% 28% 46%

Data di atas menunjukkan bahwa proses bimbingan rohani yang telah

dijalankan oleh para suster yunior SSpS mempunyai peranan terhadap proses

kematangan emosi, khususnya dalam sub variabel penilaian, pengenalan, percaya

diri sebesar 31%, sub variabel pengelolaan emosi sebesar 40%, dan sub variabel

memotivasi diri sebesar 42%. Berdasarkan pada hasil penelitian terlihat bahwa

bimbingan rohani mempunyai peranan yang cukup besar terhadap kematangan

emosi para suster yunior SSpS.

Jika dilihat dari masing-masing sub variabel diperoleh data sebagai berikut:

responden sering menemukan Tuhan dalam panggilan keseharian dan merasakan

bahwa kehendak Tuhan yang masih samar-samar menjadi jelas dalam bimbingan

sebesar 42%. Dari jawaban responden di atas mengenai pengetahuan dan

pengenalan akan Tuhan sangatlah jelas bahwa dengan sering melaksanakan

bimbingan rohani secara rutin, mereka mempunyai gambaran yang jelas mengenai

keberadaan Tuhan bagi hidup rohani, kaul, karya dan hidup berkomunitas. Dengan

memiliki pengetahuan dan pengenalan akan Tuhan yang baik akan membawa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

70

dampak yang baik juga yaitu responden selalu mampu menilai, mengenal emosi

yang ada di dalam dirinya sebesar 31%.

Pada sub variabel ke dua dari proses bimbingan rohani yaitu aspek

kepercayaan, relasi dan menghargai pembimbing diperoleh gambaran yang jelas

sebagian besar responden menjawab kadang-kadang sebesar 55%, responden

kadang-kadang malas melakukan bimbingan karena pembimbing tidak menarik,

responden takut bimbingan karena pembimbing terlalu kritis, dan takut

menceritakan semua masalah kepada pembimbing. Hal ini membuktikan bahwa

dalam proses bimbingan rohani dibutuhkan adanya sikap saling percaya, relasi yang

baik dan penghargaan kepada pembimbing, dengan adanya kepercayaan, relasi

yang baik dan penghargaan pada pembimbing maka proses bimbingan akan

berjalan lancar dan responden mampu untuk mengelola emosinya. Dalam

bimbingan rohani apabila tidak ada sikap saling percaya, relasi yang baik dan

penghargaan kepada pembimbing, maka respondenpun tidak akan selalu mampu

mengelola emosi yang sedang bergejolak dalam hatinya sebesar 40% serta tidak

selalu bisa memotivasi diri untuk berkembang dalam hidup rohani dan emosi

sebesar 42%.

Pada sub variabel proses bimbingan rohani dari aspek suasana dalam

melaksanakan bimbingan responden menjawab sering sebesar 35%. Dengan adanya

suasana yang baik dalam proses bimbingan akan memampukan responden sering

berproses dalam pengenalan emosi-emosi yang ada di dalam dirinya sebesar 33%.

Dengan mampu mengenali setiap emosi yang muncul dan memberi nama membuat

responden semakin peka akan kebutuhan sesamanya.

Pada sub variabel proses bimbingan rohani aspek metode dalam bimbingan,

hasil rerata dalam % responden menjawab kadang-kadang sebesar 33%. Pernyataan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

71

ini mau menunjukkan bahwa metode yang digunakan dalam bimbingan rohani

merupakan salah satu faktor yang juga menentukan lancar dan tidaknya suatu

bimbingan. Metode yang cocok dan pas sangat diperlukan dalam bimbingan, agar

orang yang dibimbing mengalami kenyamanan karena sesuai dengan situasi yang

dihadapi terlebih bagi para yunior yang mempunyai berbagai macam kebutuhan dan

permasalahan, apabila metode bimbingan tidak diperhatikan hal tersebut akan

mempengaruhi proses dalam bimbingan rohani yaitu akan membuat yunior jenuh,

malas, dan merasa enggan untuk melaksanakan bimbingan karena metodenya hanya

itu-itu saja dan ini juga akan mempengaruhi hubungan dengan pembimbing sebesar

46%.

E. Kesimpulan

Berdasarkan data-data yang diperoleh lewat Skala Likert, dapat disimpulkan

bahwa bimbingan rohani mempunyai peranan terhadap kematangan emosi para

suster yunior SSpS Provinsi Jawa. Semakin orang setia melaksanakan bimbingan

rohani semakin ia matang dalam emosinya. Selain bimbingan rohani, kematangan

emosi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain yaitu: situasi dalam bimbingan,

kepribadian dan kondisi pembimbing dan yang dibimbing, serta metode dalam

bimbingan.

Bimbingan rohani yang diberikan oleh Piko dan pendamping yunior kepada

para suster yunior SSpS Provinsi Jawa yang dilaksanakan setiap bulan bukanlah

bimbingan yang satu kali jadi tetapi merupakan suatu proses pembinaan iman dan

pengolahan diri yang terjadi seumur hidup. Untuk itu dibutuhkan kesabaran,

ketekunan dan keterbukan serta kepercayaan dari pihak yang membimbing dan

yang terbimbing.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

72

F. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini peneliti memiliki keterbatasan dan mengalami tantangan

sebagai berikut:

1. Peneliti memiliki keterbatasan waktu dan tenaga sehingga tidak dapat

mengawasi responden saat mengisi Skala Likert.

2. Peneliti memiliki keterbatasan dalam pembuatan intrumen Skala Likert sehingga

tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

3. Peneliti memiliki keterbatasan akan pengetahuan dan kemampuan dalam

membuat pernyataan-pernyataan yang terdapat pada Skala Likert, sehingga

pernyataan tersebut belum penuh mewakili variabel yang diungkap.

4. Peneliti mempunyai keterbatasan dalam memperoleh buku-buku yang dapat

mendukung penelitian ini.

5. Peneliti mengalami tantangan dari diri sendiri maupun dari luar diri dalam

pengolahan data dan penyusunan skripsi.

6. Peneliti mengalami tantangan dalam mencari waktu untuk menyusun skripsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

73

BAB IV

USUHA MENINGKATKAN PERANAN BIMBINGAN ROHANI

TERHADAP KEMATANGAN EMOSI

PARA SUSTER YUNIOR KONGREGASI MISI ABDI ROH KUDUS (SSpS)

PROVINSI JAWA

Kongregasi SSpS dalam formasi religius mempunyai alternatif pembinaan

pendekatan bagi para suster yunior. Salah satunya adalah mengembangkan dan

menggali Kharisma dan Spiritualitas pendiri Kongregasi, sebagai upaya untuk

membantu setiap suster khususnya yunior SSpS dalam mencapai kematangan

emosi. Meskipun hal ini sudah diupayakan, tetapi mungkin belum banyak dalam

membantu para suster yunior untuk berproses mencapai kematangan emosi.

A. Peranan Bimbingan Rohani terhadap Kematangan Emosi Para Suster

Yunior Kongrgasi Misi Abdi Roh Kudus (SSpS) Provinsi Jawa

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat dikatakan bahwa para yunior dalam

mengikuti bimbingan rohani untuk mencapai kematangan rohani dan emosi yang

selama ini dilaksanakan dengan pemimpin komunitas maupun bersama pendamping

yunior tidaklah merasa mudah. Pada uraian itu terungkap bahwa para suster yunior

mempunyai masalah dan kebutuhan, khususnya dalam proses bimbingan rohani,

para suster yunior membutuhkan bimbingan dan pendampingan. Persoalan yang

dihadapi adalah tidak semua pemimpin komunitas atau pendamping yunior

berpotensi sebagai pendamping yang berkompeten, dimana mereka sungguh

mampu mendampingi para yunior sampai dapat mengambil keputusan yang

berhubungan dengan hidup kaul, hidup rohani, hidup bersama dan kerasulan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

74

Masalah yang dihadapi oleh Kongregasi SSpS Provinsi Jawa saat ini adalah

kurangnya tenaga pendamping/formator khususnya dalam mendampingi para suster

yunior yang semakin banyak jumlah dan beraneka ragam latar belakang. Dalam

situasi seperti ini, tidak jarang para yunior kurang mendapat bimbingan, dukungan

dari pendamping dalam menghayati panggilannya, padahal mereka masih sangat

membutuhkan.

Para pemimpin komunitas dan pendamping yunior perlu diajak kembali untuk

berefleksi diri guna melihat kembali proses dalam mereka melaksanakan bimbingan

rohani yang diberikan kepada para suster yunior. Banyak hal perlu dibenahi oleh

para pemimpin komunitas dan pendamping yunior dalam melaksanakan bimbingan

rohani untuk mencapai kematangan rohani maupun emosi antara lain memiliki

spiritualitas, teladan, pengetahuan, metode, ketrampilan dan pendekatan sehingga

para yunior semakin berminat dan tertarik dalam mengikuti bimbingan rohani.

Bimbingan rohani tidak dirasakan sebagai kewajiban atau paksaan melainkan

sesuatu kebutuhan yang dirindukan dan dirasakan bermanfaat untuk berkembangan

hidup kaul, hidup rohani, hidup bersama dan kerasulan.

B. Usaha Meningkatkan Proses Pelaksanaan Bimbingan Rohani

1. Latar Belakang Usaha Meningkatkan Proses Pelaksanaan Bimbingan

Rohani

Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa bimbingan rohani mempunyai

peranan terhadap kematangan emosi para suster yunior SSpS Provinsi Jawa.

Hubungan ini ditunjukkan dengan mencari rerata dari masing-masing sub variabel

bahwa ada hubungan yang positif berperanan antara proses bimbingan rohani dan

proses kematangan emosi. Berdasarkan penelitian ditemukan juga data yang paling

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

75

rendah, yaitu data sub variabel kepercayaan, relasi dan menghargai pembimbing

dalam proses bimbingan rohani sebesar 17% dan sub variabel metode dalam

bimbingan sebesar 17%. Sub variabel inilah yang perlu mendapatkan perhatian

khusus dalam meningkatkan pelaksanaan bimbingan rohani bagi para suster yunior

SSpS Provinsi Jawa.

Berdasarkan hasil Skala Likert yang diisi oleh responden, tampak bahwa

sebagian besar responden kadang-kadang malas melakukan bimbingan karena

pembimbing tidak menarik sebesar 80,95%, responden terkadang juga enggan

untuk bimbingan karena pembimbing membesar-besarkan kesalahan sebesar

71,42%, responden juga mengungkapkan kadang-kadang dalam bimbingan merasa

takut karena pembimbing terlalu kritis, responden juga sering mengungkapkan

bahwa lebih berminat bimbingan karena pembimbingnya kompeten sebesar

45,23%, dan kadang-kadang kecewa karena proses bimbingannya tidak terarah

sebesar 78,57%.

Seorang yunior SSpS Provinsi Jawa yang dalam kenyataannya tinggal

disebuah komunitas juga menjadi tanggungjawab dari pemimpin komunitas dari

komunitas itu, dan sebagai seorang yunior ia wajib melaksanakan wawanhati atau

bimbingan rohani dengan pemimpin komunitas yang bersangkutan. Sering terjadi

adalah tidak semua pemimpin komunitas bisa menjadi pembimbing rohani yang

kompeten bagi yunior tersebut, tetapi malah menghambat proses perkembangan

yunior itu. Hal ini dikarenakan tidak semua pemimpin komunitas dipersiapkan

untuk menjadi seorang pembimbing rohani. Oleh karena itu sangat disayangkan

kalau pemimpin komunitas tidak bisa menjadi pembimbing yang baik bagi para

suster yunior, padahal yunior tersebut masih membutuhkan pendampingan dan

bimbingan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

76

Bimbingan rohani merupakan sebuah sarana yang digunakan oleh Kongregasi

SSpS untuk para suster yunior dalam menumbuhkembangkan kematangan rohani

dan emosi sebagai seseorang yang secara khusus dipanggil Allah untuk menjadi

perpanjangan dan penyalur cinta kasih-Nya. Untuk itulah bimbingan rohani

menjadi suatu hal yang sangat penting dan perlu dilakukan. Selain penting dan

perlu bimbingan rohani juga sangat bermanfaat bagi perkembangan hidup bersama

dengan sesama suster dan orang lain.

Untuk membantu para suster yunior mencapai kematangan rohani dan emosi

tidak cukup hanya dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan, tetapi lebih-lebih

dengan pandangan dan sikap yang dapat dikembangkan.

Melihat kenyataan tersebut, penulis mengusulkan hal-hal yang berkaitan

dengan bimbingan rohani para suster yunior. Diperlukan pembaharuan diri terus-

menerus bagi para pemimpin komunitas dan pendamping yunior khususnya dalam

memberikan bimbingan rohani. Dengan pembaharuan diri terus-menerus

diharapkan para pemimpin komunitas dan pendamping yunior dapat membantu,

mendampingi, membimbing atau mengarahkan, mendukung, menghibur, dan

sebagai penghantar orang untuk bergaul dan berwawancara dengan Allah, menjadi

sahabat serta teman seperjalanan bagi para suster yunior menuju kematangan rohani

dan emosi. Di bawah ini akan dikemukakan profil pembimbing rohani yang baik.

2. Profil Pembimbing Rohani

Pembimbing rohani adalah orang yang mendampingi orang yang dibimbing

dalam pertumbuhan dan perkembangan rohaninya. Ia menghantar dan membantu

orang tersebut agar semakin mampu berelasi dengan Tuhan. Pembimbing tidak

mewakili Roh Kudus, tetapi pembimbing berusaha mendidik orang yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

77

didampingi untuk melihat kemana Roh Kudus kita halangi atau kemana Roh Kudus

mau membimbing kita. Maka pembimbing tidak pernah boleh memaksakan

gagasan atau cita-citanya sendiri pada orang yang dibimbingnya, melainkan

pembimbing harus manciptakan kebebasan sejati agar Roh semakin jelas di dengar

oleh dia sendiri dan oleh orang yang dibimbingnya (Verbeek, 1981: 114).

Tugasnya adalah menciptakan kemungkinan dan situasi agar relasi berjalan

lancar. Pembimbing menjadi sahabat dalam kesunyian hidup orang yang dibimbing

maupun dalam kesukaran-kesukaran dan juga dalam kegembiraan hidup rohani

(Darminta, 2006: 17-18).

Seorang pembimbing rohani harus memenuhi syarat tertentu agar dapat

melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik. Secara khusus, pembimbing rohani

para suster yunior harus sesuai dengan kebutuhan para suster yunior.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi menyangkut aspek spiritualitas,

kepribadian, pengetahuan dan ketrampilan sebagai pembimbing rohani,

sebagaimana dijabarkan dalam bab II halaman 17-22. Harus diakui bahwa tidak ada

pembimbing yang mempunyai aspek-aspek tersebut secara sempurna, namun ia

perlu memiliki kemampuan dasar tentang aspek-aspek tersebut. Kemampuan yang

memadai akan membantu pembimbing dalam melakukan bimbingan rohani.

3. Alternatif dan Pilihan Pendekatan Pembinaan Bagi Para Pemimpin

Komunitas

Tim Pimpinan SSpS Provinsi Jawa mempunyai beberapa alternatif

pendekatan pembinaan bagi para pemimpin komunitas. Pembinaan yang diberikan

adalah pembinaan OnGoing formation atau pembinaan terus-menerus. Upaya Tim

Pimpinan SSpS Provinsi Jawa dalam memelihara frekuensi dalam pembinaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

78

adalah (1) mengadakan rekoleksi bersama setiap bulan dalan komunitas, (2)

seminar pendalaman mengenai spritualitas pendiri dan retret tahunan, (3) Sharing

dari pertemuan kapitel umum, dan sharing dari kegiatan prioritas provinsi. Dari

beberapa kegiatan pembinaan ini ada yang membutuhkan waktu, biaya, sarana dan

narasumber khusus, misalnya seminar pendalaman mengenai spritualitas pendiri

dan retret.

Selain mengadakan pembinaan OnGoing formation, Tim Pimpinan SSpS

Provinsi Jawa juga mengusahakan pembinaan untuk meningkatkan mutu pelayanan

dan kepribadian para pemimpin komunitas seperti: (1) seminar, (2) workshop, (3)

pelatihan dan kursus-kursus. Melalui beberapa model pembinaan ini para pemimpin

komunitas mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan yang menunjang

profesionalitasnya sebagai pemimpin komunitas terutama dalam ketrampilan dalam

mendampingi para suster yunior. Kegiatan workshop, seminar, dan pelatihan ini ada

yang diadakan dari pihak luar maupun dari para suster sendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

79

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini, penulis akan mengemukakan kesimpulan dan saran yang

didasarkan pada uraian dari bab I sampai bab IV. Kesimpulan dan saran ini dibuat

sehubungan dengan peranan bimbingan rohani terhadap kematangan emosi para

suster yunior SSpS Provinsi Jawa.

A. Kesimpulan

Pertumbuhan dan perkembangan zaman yang begitu pesat disertai dengan

kemajuan alat-alat modern yang serba canggih membawa dampak bagi kehidupan

religius para suster yunior. Setiap hari sadar atau tidak sadar orang dihadapkan pada

banyak pilihan, keadaan ini mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

kematangan rohani dan emosi para suster yunior. Generasi zaman sekarang

dilukiskan sebagai generasi yang haus akan pengalaman, keteladanan, mereka

cepat-cepat ingin mendapatkan hasil dan tidak sabar dalam berproses diri.

Kompleksitas ini berpengaruh dalam lingkup kehidupan religius khususnya bagi

pembinaan para suster yunior Kongregasi SSpS Provinsi Jawa dalam proses menuju

kematangan rohani dan emosi. Kematangan rohani dan emosi para suster yunior

merupakan proses seumur hidup: artinya berlangsung setahap demi setahap dalam

waktu yang relatif lama, tidak sekali jadi. Proses itu berlangsung sepanjang rentang

kehidupan manusia sejak lahir sampai mati. Berhadapan dengan situasi generasi

muda sekarang, bimbingan rohani dirasa sangat perlu agar orang memiliki

kematangan rohani dan emosi untuk menghadapi berbagai macam pilihan yang

mengiurkan dan tuntutan zaman dengan segala pengaruhnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

80

Kongregasi SSpS dalam bidang formasi, tugas pembinaan tersebut

dipercayakan kepada para pemimpin komunitas khususnya dan pendamping yunior.

Para pemimpin komunitas dan pendamping memberikan bimbingan rohani kepada

para suster yunior untuk melihat sejauh mana perkembangan hidup rohani para

suster yunior. Setiap yunior wajib untuk bimbingan rohani dengan pemimpin

komunitas satu kali dalam setiap bulan. Bimbingan rohani bagi para yunior adalah

untuk membantu para suster yunior mencapai kematangan rohani dan emosi. Untuk

itu bimbingan rohani bagi para suster yunior perlu ditingkatkan. Bimbingan rohani

bagi para suster yunior SSpS merupakan salah satu bantuan bagi formasi di

Kongregasi SSpS Provinsi Jawa, maka dibutuhkan tenaga-tenaga pembina yang

memiliki kemampuan yang kompeten, untuk membina dan mendampingi para

yunior tersebut.

Dalam hal ini penulis mencoba menawarkan suatu bentuk pembinaan diri

bagi para pemimpin komunitas dan pendamping yunior. Melalui skripsi ini penulis

mengemukakan kemungkinan memanfaatkan pembinaan diri bagi para pemimpin

komunitas dan pendamping yunior yang menyangkut aspek spiritualitas,

kepribadian, pengetahuan dan ketrampilan. Dengan pembinaan diri yang dilakukan

secara terus-menerus agar semakin menjadi pembimbing rohani yang profesional,

khususnya bagi para yunior. Diharapkan bimbingan rohani yang diupayakan dapat

membantu para suster yunior untuk meningkatkan kematangan rohani dan emosi

serta siap sedia menerima perutusan misi di manapun dibutuhkan seturut kehendak

Allah melalui Kongregasi.

Dalam pendampingan para suster yunior, para pemimpin komunitas dan

pendamping yunior dituntut adanya profesionalitas dalam melaksanakan bimbingan

rohani. Kedalaman hidup rohani, kematangan emosi, dan keteladan hidup sangat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

81

dibutuhkan oleh para suster yunior. Keteladanan hidup dari pemimpin komunitas

dan setiap pendamping yunior dapat secara tidak langsung memberi andil dalam

formation dan dapat mempengaruhi subjek yang didampingi. Kualitas hidup yang

memiliki kedalaman hidup rohani dari seorang pendamping sangat efektif

mempengaruhi para suster yunior daripada hanya menyampaikan pengajaran-

pengajaran yang bersifat dogmatis dan menggurui. Selain itu konsistensi antara apa

yang disampaikan dengan apa yang dibuat hendaknya sejalan dalam upaya

memberi teladan kualitas hidup.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta melihat realitas yang ada

dalam formasi SSpS di Provinsi Jawa, dapat disimpulkan keteladan hidup yang

menunjukkan kematangan hidup rohani dan emosi sebagai seorang religius masih

sangat kurang. Oleh sebab itu para suster yunior sering mengalami pergulatan batin

dalam membina dan mengembangkan dirinya. Namun demikian, melalui penelitian

ini, penulis dapat menemukan bahwa para suster yunior memerlukan dan

membutuhkan bimbingan rohani meskipun masih perlu berproses terus-menerus

guna mencapai kematangan rohani dan emosi dan membutuhkan pembimbing

rohani yang profesional agar semakin mantap menjadi seorang religius dalam

Kongregasi SSpS.

B. Saran

Para suster yunior merupakan generasi penerus, tumpuan, dan harapan

Kongregasi SSpS, sehingga mereka perlu memiliki kematangan rohani dan emosi

yang integral serta memiliki ke siap sediaan diutus kemana saja sebagai seorang

misionaris sejati. Untuk itu penulis akan memberikan beberapa saran berikut ini

yang dapat dijadikan bahan pertimbangan:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

82

1. Melihat realitas yang ada dan berdasarkan hasil Skala Likert yang telah diisi oleh

para suster yunior, banyak suster yunior kadang-kadang malas melakukan

bimbingan karena pembimbing tidak menarik, enggan untuk bimbingan karena

pembimbing membesar-besarkan kesalahan, dalam bimbingan merasa takut

karena pembimbing terlalu kritis, para suster yunior juga sering mengungkapkan

bahwa lebih berminat bimbingan karena pembimbingnya kompeten, dan kadang-

kadang kecewa karena proses bimbingannya tidak terarah. Untuk itu penulis

mengusulkan agar Tim Pimpinan Kongregasi SSpS Provinsi Jawa

mengusahakan Piko yang mempunyai otoritas kekuasaan tidak sekaligus

menjadi pembimbing rohani, dari pengalaman selama ini, seandainya para suster

yunior mempunyai konflik dengan Piko, secara otomatis dalam melaksanakan

wawanhati atau bimbingan rohani suasana akan tidak mengenakkan bagi para

suster yunior karena mereka di bawah wewenang Piko. Tim Pimpinan

Kongregasi hendaknya juga memberikan kebebasan bagi para suster yunior

untuk menentukan dan memilih sendiri pembimbing rohani bagi dirinya, bukan

ditentukan oleh Tim Pimpinan Kongregasi SSpS Provinsi Jawa, karena

pembimbing rohani adalah orang yang mendampingi orang yang dibimbing

dalam pertumbuhan dan perkembangan rohaninya, ia menghantar dan membantu

orang tersebut agar semakin mampu berelasi dengan Tuhan. Pembimbing tidak

mewakili Roh Kudus, tetapi pembimbing berusaha mendidik orang yang

didampingi untuk melihat ke mana Roh Kudus Kudus mau membimbing kita.

Maka pembimbing tidak pernah boleh memaksakan gagasan atau cita-citanya

sendiri pada orang yang dibimbingnya, melainkan pembimbing harus

menciptakan kebebasan sejati agar Roh semakin jelas didengar baik olehnya

sendiri maupun oleh orang yang dibimbingnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

83

2. Wawanhati atau bimbingan rohani merupakan salah satu faktor yang penting dan

utama yang perlu dikembangkan dan diusahakan dalam pembinaan hidup

religius para suster yunior dalam proses mencapai kematangan rohani dan emosi.

Untuk itu Tim Pimpinan Kongregasi SSpS Provinsi Jawa mengusahakan untuk

mengundang tenaga ahli atau Pembimbing Rohani yang berkompeten guna

memberi pelatihan atau work-shop bagi para pemimpin komunitas dan

pendamping yunior baik distrik dan provinsi, sehingga mampu memberikan

bimbingan rohani kepada para suster yunior secara optimal.

3. Untuk meningkatkan mutu pendampingan bagi para suster yunior SSpS Provinsi

Jawa, hendaknya diusahakan sungguh-sungguh untuk membentuk TeamWork

Formator yang melibatkan semua pemimpin komunitas, para pendamping yunior

distrik, dan pendamping yunior provinsi. Hal ini sangat penting mengingat peran

para pemimpin komunitas, para pendamping yunior distrik dan pendamping

yunior provinsi dalam proses pendampingan para suster yunior SSpS Provinsi

Jawa. Visi dan misi formasi, tujuan serta program pendampingan bagi para

suster yunior hendaknya dibicarakan bersama dan dalam jangka waktu tertentu

dievaluasi bersama guna membantu perkembangan hidup rohani para suster

yunior.

4. Para suster yunior SSpS Provinsi Jawa perlu menyadari dan melaksanakan

bimbingan rohani yang diberikan oleh pemimpin komunitas dengan kesadaran

yang penuh bukan sebagai paksaan dan kewajiban karena hal tersebut

berperanan bagi pembentukan kematangan rohani dan emosi.

5. Para suster yunior SSpS Provinsi Jawa hendaknya melatih dan mengembangkan

kematangan emosi sehingga semakin bersikap dewasa dalam tingkah laku, tutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

84

kata, dan semakin mampu memberikan kesaksian hidup dalam hidup sehari-hari

di dalam komunitas, di tempat karya, dan di lingkungan di mana mereka berada.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

85

DAFTAR PUSTAKA

Abdon Bisei. (2004). Spiritualitas Awam, (Refleksi atas keterlibatan awam dalam tata dunia dan partisipasinya dalam hidup menggereja) dalam Umat Baru no. 217. XXXVII, Juli-Agustus.

Albin, Rochelle. S. (2010). Emosi. Yogyakarta: Kanisius. Ari Ginanjar Agustian. (2001). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan

Spiritual. Jakarta: Penerbit Arga. Astuti, Christina. (2010). Kematangan Emosi Tiga Suster Yunior Kongregasi Misi

Abdi Roh Kudus (SSpS) Yang Sedang Menjalani Studi Tahun 2009/2010. (Skripsi), Yogyakarta, USD.

Barry, William dan Connoly, William. (1982). The Practice of Spiritual Direction. USA: The Seabury Press.

Bogor, Lumbanraja. (1994). Bimbingan Rohani Bagi Remaja Katolik Sebagai Proses Menuju Kedewasaan Hidup Rohani Di SMA Katolik Di Yogyakarta. (Skripsi), Yogyakarta, USD.

Burnham, Sue. (1990). Emosi dalam Kehidupan. Jakarta: Penerbit Gunung Mulia. Cencini, Amadeo. (2008). Kematangan Rohani dan Emosi (terjemahan) Medan:

Penerbit Bina Medan Perintis. Darminta, J. (1993). Latihan Rohani. St. Ignasius Loyola: Seri

Ignasian5.Yogyakarta: Kanisius. ____________. (1995). Mistik, Devosi, & Hidup Rohani: Seri Spiritualitas

Kristen.Yogyakarta: Kanisius. ____________. (1997a). Sabda di Bukit: Seri Spiritualitas Kristen.Yogyakarta:

Kanisius. ____________. (1997b). Doa dan Pengolahan Hidup: Seri Spiritualitas Kristen.

Yogyakarta: Kanisius. ____________. (1997c). Yesus Mendidik Para Murid: Seri Spiritualitas Kristen.

Yogyakarta: Kanisius. ____________. (2003). Mencitrakan Hidup Religius. Komisi Pemimpin Umum

Tarekat Relegius Awam: Peziarahan Hidup 5. Yogyakarta: Kanisius. ____________. (2006a). Penegasan Rohani. Yogyakarta: Kanisius. ____________. (2006b). Praksis Bimbingan Rohani. Yogyakarta: Kanisius. ____________.(2006c). Pendidikan Iman & Nilai bagi Generasi Muda.

Yogyakarta: Kanisius. Gardner, Howard. (2003). Multiple Intelligences, Kecerdasan Majemuk teori dalam

Praktek. (terjemahan) Batam, Interaksara. Goleman, Daniel. (1997). Emotional Intelligence, Kecerdasan Emosional.

(terjemahan) Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. ______________. (2007). Social Intelligence. (terjemahan) Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama. Hasan Iqbal. (2002). Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.

Bandung: Ghalia. Heuken, Adolf. (2005). Ensiklopedi Gereja Jilid VI-N-Ph. Jakarta: Cipta Loka

Caraka. Harjawiyata, Fr., OCSO. “Doa dan Iman Dalam Bimbingan Rohani”, Rohani

XXXIV, 9: 138-141. Ismiati. (2008). Kharisma Misioner Kongregasi SSpS Untuk Pendampingan

Relegiositas Anak-anak Jalanan di Rumah Singgah Sekar Surabaya, (Skripsi), Yogyakarta, USD.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

86

Jarot Wijanarko. (2005). Mendidik Anak untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional dan Spiritual. Jakarta: PT. Gramedia PustakaUtama.

Kartosiswoyo. (2006). Kitab Hukum Kanonik (Edisi Resmi Bahasa Indonesia). Jakarta: PenerbitObor Kerjasama dengan Sekretariat KWI.

Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II. (R. Hardawiyana, Penerjemah). Bogor: Percetakan Grafika Mardi Yuana. (Cetakan ke 9, revisi sampul dan tata letak isi).

Konstitusi dan Direktorium Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus, Kapitel Jendral IX 1984, Roma-Itali.

Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus.(1984). Konstitusi dan Direktorium, Kapitel Jendral Kesembilan 21 Mei-19 Juli 1984, Roma.

Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus. Manuale untuk Pembinaan, Admistration Jendral, Casa Generalia, Via Casia, 645, 00189 Rome Italy.

Lake,Tony. (1985). Mengatasi Gangguan Emosi. (Diterjemahkan oleh: Ediati Kamil). Jakarta: Penerbit ARCAN.

Mardi Prasetyo. F. (1992). Psikologi Hidup Rohani 2. Yogyakarta: Kanisius. ______________. (2002). Unsur-unsur Hakiki dalam Pembinaan 2. Yogyakarta:

Kanisius. Rollo, May. (1997). Seni Konseling.Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. McHugh, Peter. (1978). Spiritualitas Bapa Pendiri dan Kongregasi Kita. Arnoldus:

Ende. Moleong, L. J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya. Nouwen, Henri. J. M. (1985). Menggapai Kematangan Hidup Rohani. Yogyakarta:

Kanisius, Ende: Nusa Indah. Powell, John. (1992). 10 Laku Hidup Bahagia. Yogyakarta: Kanisius. Rehbien, Carolina. (2000). Arah Misioner SSpS dalam Dunia Dewasa ini.

Komentar Kapitel Jendral X, Roma. Riduwan. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta Saphiro, E, Lawrence. (1999). Mengajarkan Emotinal Entellegence pada Anak.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Shelton, Charles. M. (1988). Menuju Kedewasaan Kristen. Yogyakarta: Kanisius. Soenarya, A. (1984). Bimbingan Hidup dari hari ke hari. Ende: Nusa Indah. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV. Alvabeta. Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (edisi

Revisi V), Jakarta: PT. Asdi Mahasatya. Sumadi Suryabrata. (2008). Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada. Suparno, Paul. (2004). Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah.

Yogyakarta: Kanisius Sutrisno Hadi. (2004). Metodologi Research. Yogyakarta: Penerbit Andi. Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.(2008). Kamus Besar

Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Verbeek, C. (1981). Dasar- Dasar Hidup Religius Hidup Dalam Roh: Seri Hidup

Dalam Roh 3. Yogyakarta: Kanisius. Verhoeven, Th. (1969). Kamus Latin Indonesia. Flores: Arnoldus Ende. Wedge, Florence. (1989). Mencegah Gangguan Emosi. Bogor: Mardi Yuana. Wijokongko, Martin. (1997). Keajaiban Kekuatan Emosi. Yogyakarta: Kanisius.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

[1]

Pengantar

Para suster yunior yang terkasih, pada kesempatan ini saya memohon

kesediaan para suster untuk mengisi kuesioner ini dengan sejujur-jujurnya dan

penuh keterbukaan sesuai dengan pengalaman para suster sendiri. Semua informasi

dari para suster akan tetap dirahasiakan. Oleh karena itu demi kerahasiaan jawaban,

nama tidak perlu dituliskan pada lembar kuesioner. Untuk semua bantuan dan

kerjasamanya dari para suster, saya mengucapkan terimakasih.

Petunjuk Pengisian

a. Bacalah pernyataan-pernyataan beserta jawabannya dengan benar dan teliti.

b. Jawablah pernyataan-pernyataan tersebut dengan memberi tanda cek (√ )

pada kolom yang tersedia sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya,

perasaan atau pilihan anda.

Pilihan jawaban adalah sebagai berikut:

SL : Selalu SR : Sering KD : Kadang-kadang

Contohnya:

NO PERNYATAAN SL SR KD

1 Saya senang melaksanakan bimbingan √

SELAMAT MENGERJAKAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

[2]

NO PERNYATAAN SL SR KD

1 Saya melihat suara pembimbing merupakan suara Tuhan.

2 Saya dituntun untuk menemukan Tuhan dalam panggilan

keseharian.

3 Saya menemukan kehendak Tuhan dalam pengalaman

yang menyakitkan sekalipun.

4 Kehendak Tuhan bagi saya yang masih samar-samar

menjadi jelas dalam bimbingan.

5 Sebelum menemukan kehendak Tuhan dalam pengalaman

tertentu hati saya belum tenteram.

6 Saya bahagia misteri Tuhan yang tak terpahami dapat saya

cerna dalam bimbingan.

7 Saya semakin mengagungkan Tuhan setelah bimbingan

rohani.

8 Saya merasa kosong kalau tidak merasakan kehadiran

Tuhan dalam karya saya yang sukses.

9 Saya merasa sulit menemukan Tuhan dalam pembimbing

yang sulit mengampuni kesalahan saya.

10 Ketika hidup rohani saya kering saya sulit menemukan

kehadiran Tuhan dalam hidup saya.

11 Saya malas melakukan bimbingan karena pembimbing

tidak menarik.

12 Saya tetap bimbingan walau sering ditantang oleh

pembimbing.

13 Saya senang karena pembimbing membicarakan masalah

pribadi dengan pembimbing .

14 Saya takut cerita semua masalah pada pembimbing.

15 Saya enggan untuk bimbingan karena pembimbing

membesar-besarkan kesalahan saya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

[3]

16 Bimbingan saya teratur saya mempunyai relasi yang baik

dengan pembimbing.

17 Saya senang melaksanakan bimbingan karena pembimbing

memiliki hati keibuan.

18 Dalam bimbingan pendapat saya mendapat apresiasi dari

pembimbing.

19 Setiap melaksanakan bimbingan saya takut karena

pembimbing terlalu kritis.

20 Saya bahagia karena pembimbing memahami pergulatan

saya.

21 Saya terbuka dalam bimbingan ada suasana saling percaya.

22 Penerimaan yang hangat dari pembimbing menenangkan

hati saya.

23 Saya mempunyai waktu untuk mencatat hal yang perlu

selama bimbingan.

24 Saya antusias melaksanakan bimbingan karena

didengarkan.

25 Saya merasa lega setelah bimbingan.

26 Waktu yang terbatas dalam bimbingan membuat saya

tergesa-gesa.

27 Pembimbing yang optimis membuat suasana bimbingan

bersemangat.

28 Saya menaruh hormat terhadap pembimbing meskipun

seusia.

29 Pembimbing mengesampingkan masalah pribadinya dalam

bimbingan.

30 Ada suasana doa dalam proses bimbingan.

31 Pembimbing mengarahkan jalannya bimbingan dengan

baik.

32 Pembimbing mencatat persoalan yang akan dibicarakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

[4]

sebelum memulai.

33 Bahasa non verbal dari pembimbing membantu saya

terbuka.

34 Saya senang kalau proses pendampingan sesuai dengan

waktu yang ditentukan.

35 Saya senang kalau proses pendampingan berstruktur.

36 Saya kecewa karena proses bimbingan tidak terarah.

37 Saya lebih berminat bimbingan karena pembimbing yang

kompeten.

38 Saya senang karena tempat bimbingan berfariasi.

39 Saya tidak fokus kalau bahan bimbingan tidak terstruktur.

40 Bimbingan yang efektif bagi saya adalah dari pengalaman

pembimbing.

41 Saya lebih suka mengungkapkan diri saya apa adanya.

42 Saya mudah mengekpresikan perasaan saya kepada siapa

saja.

43 Apabila saya marah saya cenderung bereaksi diam,

mengurung diri.

44 Saya mudah menerima kekurangan yang ada pada diri

saya.

45 Saya berani mengakui kesalahan yang saya buat.

46 Saya mudah terpancing apabila ada sesama yang

menggoda saya.

47 Saya gelisah kalau mempunyai masalah yang belum

terselesaikan.

48 Ketika ada masalah saya mencari solusi.

49 Saya mudah tersinggung kalau pendapat saya tidak

dihargai.

50 Saya merasa senang karena saya mampu mengerjakan

tugas yang diberikan kepada saya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

[5]

51 Saya berusaha tidak berkecil hati apabila ada sesama yang

mengejek saya.

52 Saya menerima emosi saya apa adanya.

53 Saya tertarik dengan hal-hal baru.

54 Kalau diberi tanggungjawab saya takut gagal.

55 Saya berusaha untuk mensyukuri setiap peristiwa yang

saya alami.

56 Saya melihat kegagalan sebagai kesuksesan yang tertunda.

57 Saya berusaha menjalankan tugas pada waktunya.

58 Saya adalah orang yang suka mengambil inisiatif.

59 Saya lebih suka berfikir positif tentang orang lain.

60 Saya sensitif terhadap perasaan teman waktu memberikan

evaluasi.

61 Saya menyediakan diri untuk mendengarkan sesama yang

punya masalah .

62 Saya merasa bosan mendengar sharing sesama yang tidak

ada ujungnya.

63 Saya mudah terharu oleh perasaan orang lain.

64 Teman saya marah kalau saya memotong pembicaraannya.

65 Saya sulit untuk menyakinkan pendapat saya kalau

dikritik.

66 Saya adalah pribadi yang menyenangkan.

67 Supaya disukai saya melakukan apa saja yang diinginkan

oleh teman.

68 Saya senang dengan sesama yang saling mendengarkan

satu dengan yang lain.

69 Saya terbuka dengan sesama yang dekat dengan saya.

70 Saya sulit menyimpan rahasia sesama saya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filerohani terhadap kematangan emosi para suster yunior dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI