PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan...

116
i TRADISI WIWITAN MASYARAKAT JAWA DI DUSUN MUNDU, CATURTUNGGAL, DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA: KAJIAN MITOS, RITUS, MAKNA DAN FUNGSI Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Oleh Utami Apriani NIM 09 4114 014 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan...

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

i

TRADISI WIWITAN MASYARAKAT JAWA

DI DUSUN MUNDU, CATURTUNGGAL, DEPOK, SLEMAN,

YOGYAKARTA: KAJIAN MITOS, RITUS, MAKNA DAN FUNGSI

Tugas Akhir

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Utami Apriani

NIM 09 4114 014

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

vi

MOTTO

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi

kekuatan kepadaku (Filipi 4:13)

Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan

bertekunlah dalam doa (Roma 12:12)

Barangsiapa yang tidak pernah melakukan kesalahan,

maka dia tidak pernah mencoba sesuatu yang baru (Albert Einstein)

Belajarlah dari masa lalu, hiduplah untuk masa depan.

Yang terpenting adalah tidak berhenti bertanya (Albert Einstein)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

vii

PERSEMBAHAN

Tanda terima kasih kupersembahkan untuk:

orang tuaku, kakak dan adikku,

serta teman-teman seperjuangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang

telah melimpahkan kasihnya untuk menuntun penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Tradisi Wiwitan Masyarakat Jawa di Dusun

Mundu, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta: Kajian Mitos, Ritus, Makna

dan Fungsi” ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

sastra pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Penulis sadar dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

dan dukungan dari berbagai pihak, karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih kepada:

1. Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., selaku pembimbing I penulis dalam

menyusun skripsi ini yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan

nasihat kepada penulis.

2. Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum. selaku pembimbing II, atas

bimbingan dan nasihat yang telah diberikan kepada penulis.

3. Bapak dan Ibu dosen Sastra Indonesia, Fr. Tjandrasih Adji, M.Hum., Drs.

Hery Antono, M.Hum., Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Dr. Paulus Ari

Subagyo, M.Hum., S.E. Peni Adji, S.S, M.Hum., dan Drs. F.X. Santosa,

M.S., serta dosen-dosen pengampu mata kuliah tertentu yang tidak dapat

penulis sebutkan satu per satu, atas bimbingan yang diberikan kepada

penulis untuk menimba ilmu di Program Studi Sastra Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

ix

4. Staf Sekretariat Fakultas Sastra yang membantu penulis untuk

memperoleh informasi akademik selama menjalani studi.

5. Staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharmayang membantu penulis

dalam menyediakan buku-buku yang berguna bagi pengerjaan skripsi ini.

6. Kedua orang tuaku (Bapak Sihono dan Ibu Rajiyem), kedua kakakku (andi

Haryanto dan Edi Hermantaka) dan adikku Andang Indarto terima kasih

atas kasih sayang, doa, dan dukungan yang tak ada habisnya diberikan

kepada penulis.

7. Teman-teman Sastra Indonesia angkatan 2009, terima kasih atas

kebersamaannya dari awal perkuliahan sampai sekarang ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna yang

merupakan tanggung jawab penulis. Masih ada beberapa hal yang perlu diteliti

lebih lanjut pada penelitian selanjutnya. Semoga karya sederhana ini bermanfaat

bagi pembaca.

Yogyakarta, 17 Juli 2014

Utami Apriani

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

x

ABSTRAK

Apriani, Utami. 2014, “Tradisi Wiwitan Masyarakat Jawa di Dusun Mundu,

Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta: Kajian Mitos, Ritus, Makna

dan Fungsi”. Skripsi Srata 1 (S1). Program Studi Sastra Indonesia,

Fakultas Sastra. Universitas Sanata Dharma.

Skripsi ini membahas tradisi Wiwitan dari segi kajian mitos, ritus, makna

dan fungsi bagi masyarakat di Dusun Mundu, Caturtunggal, Depok, Sleman,

Yogyakarta. Studi ini memiliki tiga tujuan, yakni (1) menjelaskan dan

mengungkap kajian struktural mitos Dewi Sri yang melatarbelakangi upacara

Wiwitan dalam masyarakat Jawa di Dusun Mundu, Caturtunggal, Depok, Sleman,

Yogyakarta, (2) mendeskripsikan proses dan makna upacara Wiwitan di Dusun

Mundu, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta, (3) mendeskripsikan fungsi

yang terkandung dalam upacara Wiwitan bagi masyarakat di Dusun Mundu,

Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta.

Pendekatan yang digunakan dalam studi ini adalah pendekatan folklor.

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini sebagai landasan referensi

adalah kajian mitos, ritus, makna dan fungsi. Penelitian ini menggunakan metode

etnografi dengan empat teknik pengumpulan data yaitu pengamatan (observasi),

wawancara, kepustakaan, dan dokumentasi. Teknik dokumentasi digunakan untuk

mendokumentasikan hasil wawancara yang kemudian disajikan dalam

pembahasan.

Hasil penelitian upacara Wiwitan di Dusun Mundu ini menunjukan

beberapa hal berikut. (1) Kajian struktural mitos Dewi Sri yang melatarbelakangi

upacara Wiwitan. Di dalam masyarakat Dusun Mundu ada dua versi mitos Dewi

Sri yang dipercaya. Teks pertama diambil dari buku yang berjudul Falsafah

Hidup Jawa (Endraswara, 2010: 203-204), sedangkan teks kedua diambil dari

hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan narasumber Bapak Sihono pada

tanggal 3 Desember 2013. Dari kajian struktural kedua mitos tersebut, dapat

disimpulkan bahwa mitos Dewi Sri yang dipercaya sebagai dewi tanah, dewi padi

dan dewi sawah memiliki pola aktansial yang sama. Hal ini membuktikan bahwa

struktur mitos Dewi Sri dapat bertahan terhadap perubahan zaman. (2) Ada tiga

tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu

pertama, tahap persiapan. Dalam tahap ini pemilik sawah memilih dan

menentukan hari pelaksanaan upacara Wiwitan dan mempersiapkan sesaji serta

peralatan yang akan digunakan. Dalam tahap ini terdapat makna kegiatan yaitu

dalam pemilihan hari yang menghindari tanggal 1 Sura dan hari geblak orang tua,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

xi

anak, dan pasangan hidup memiliki maksud bahwa jika melakukan kegiatan pada

hari tersebut dipercaya hasil panen akan gagal, karena hari-hari tersebut

seharusnya digunakan untuk berdoa. Kedua, tahap pelaksanaan inti ritual. Pada

tahap ini pemilik sawah mengundang pemimpin adat yang disebut Mbah Kaum

untuk memimpin upacara dan membacakan doa yang ditujukan kepada Tuhan

Yang Maha Esa dan Dewi Sri. Kemudian ia memetik sedikit padi yang nantinya

akan dibawa pulang pemilik sawah yang disebut mantenan atau mboyong mbok

Sri. Ketiga, Tahap Pascaritual, pada tahap ini pemilik sawah membagikan nasi

wiwitan kepada tetangga yang ikut hadir di sawah. Kemudian pemilik sawah

membuang kotosan di tepi atau sudut-sudut sawah atau disebut ngguwaki di

sawah. Namun, jika nasi wiwitan masih tersisa, nasi wiwitan bisa juga dibagikan

kepada orang yang ditemui ketika perjalanan pulang atau dibagikan kepada

tetangga di dekat rumah pemilik sawah. (3) Ada empat fungsi upacara Wiwitan

bagi masyarakat di Dusun Mundu yang mencakup tentang (i) fungsi magis

sebagai sarana masyarakat menghargai roh leluhur dan percaya dengan roh halus

(ii) fungsi religius sebagai sarana masyarakat Jawa memuja Tuhan, (iii) fungsi

faktitif sebagai sarana masyarakat Jawa menghargai sesama, dan (iv) fungsi

intensifikasi sebagai sarana masyarakat Jawa menghargai alam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

xii

ABSTRACT

Apriani, Utami. 2014, "Javanese Wiwitan Tradition in Mundu Hamlet,

Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta: A Study of Its Myths, Rites,

Significances and Functions". Undergraduate Thesis (Bachelor Degree).

Indonesian Literature Study Program, Faculty of Letters. Sanata Dharma

University

This thesis discusses Wiwitan tradition in terms of the study of its myths,

rites, significances, and functions for people in the hamlet of Mundu,

Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. This study has three objectives,

namely (1) to explain and unravel the structural studies of the myths of Dewi

(Goddess) Sri behind Wiwitan ceremony in Javanese community in Mundu,

Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta, (2) to describe the process and

significance of Wiwitan ceremony in Mundu, Caturtunggal, Depok, Sleman,

Yogyakarta, (3) to describe the functions contained in Wiwitan ceremony for

people in Mundu, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta.

The approach used in this study is folklore approach. The foundation of

the theory used in this study as a reference foundation is the study of myths, rites,

significances and functions. This study uses ethnographic methods with four data

collection techniques, namely observation, interviews, literature, and

documentation. Documentation techniques are used to document the results of the

interviews, which are presented in the discussion.

The results of Wiwitan ceremony study shows the followings; (1) The

structural study of Dewi Sri myth underlies Wiwitan ceremony. In Mundu society,

there are two believed versions of Dewi Sri myth. The first version is taken from a

book entitled Falsafah Hidup Jawa (The Philosophy of Javanese Life)

(Endraswara, 2010: 203-204), while the second version is taken from the

interviews conducted by the writer of the thesis on December 3, 2013, with Mr.

Sihono as the informant. From the structural study of the both myths, it can be

concluded that Dewi Sri is believed to be the goddess of the land, the goddess of

rice field and paddy, which has the same actantial pattern. This proves that the

myth of Dewi Sri structure can withstand the changing times. (2) There are three

stages of the implementation process of Wiwitan rituals led by Mbah Kaum (the

indigenous leader). The first stage is the preparation stage. In this stage, the owner

of the rice field selects and specifies the day of the Wiwitan ceremony and

prepares the offerings and equipments to be used. In this stage, there is

significance in selecting the activities, which is avoiding the first Sura day and the

geblak day (the death date) of their parents, children, and spouses. If they still

conduct the activities on those days, it is believed the crops will fail because those

days are supposed to be used for sending prayers. The second stage is the

implementation stage of the ritual core. In this stage, the rice field owner invites

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

xiii

the indigenous leader called Mbah Kaum to lead the ceremonies and prayers

addressed to Almighty God and Dewi Sri. Then he plucks a bit of paddy that will

be taken home by the rice field owner, which is called mantenan or mboyong

mbok Sri. The last stage is the post-ritual stage. In this stage, the owner of the rice

field distributes wiwitan rice to the neighbors who are present in the rice field.

Then the owner of the rice field throws kotosan (a type of leaf) away in the

corners or edges of the fields, which is called ngguwaki in the fields. However, if

the wiwitan rice still remains, it can also be given to people encountered on the

way home or to the neighbors living near the rice field owner's house. (3) There

are four functions of Wiwitan ceremony for people in the hamlet of Mundu which

includes (i) magical function as a means of public respect and trust with the

ancestral spirits, (ii) religious function as a means of worshiping God for Javanese

society, (iii) factitive function as a means of respecting others for Javanese

society, and (iv) intensification function as a means of appreciating nature for

Javanese society.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

xiv

DAFTAR ISTILAH

Ani-ani : alat tradisional dengan ukuran genggaman tangan dan

berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari pisau

yang dijepit kayu dan bambu

Cabe : bukan cabai tetapi semacam rempah yang rasanya pedas.

Duit seketheng : dua uang logam untuk sesaji.

Empon-empon : sesaji yang berupa sirih, tembakau, kapur sirih, dan

gambir.

Galengan : jalur pembatas petak sawah.

Geblak : hari kematian

Gereh pethek : ikan asin semacam teri tetapi bentuknya lebih besar dari

teri dan pipih.

Kotosan : daun turi dan daun dadap yang direbus.

Mantenan : pernikahan.

Pasaran : berkaitan dengan penanggalan Jawa.

Sego liwet : nasi yang diliwet (dimasak secara tradisional) sampai

menimbulkan kerak nasi (intip).

Umborampe : sesaji.

Wiwitan : upacara sebelum memulai panen padi, diambil dari kata

wiwit dalam bahasa Jawa yang artinya mulai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

xv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING .......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................................... v

MOTTO ..................................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ vii

KATA PENGANTAR ................................................................................ viii

ABSTRAK .................................................................................................. x

ABSTRACT ................................................................................................ xi

DAFTAR ISTILAH .................................................................................... xii

DAFTAR ISI ............................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ........................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 5

1.4 Manfaat Hasil Penelitian ........................................................... 6

1.5 Tinjauan Pustaka ...................................................................... 7

1.6 Landasan Teori .......................................................................... 9

1.6.1 Pengertian Folklor .......................................................... 9

1.6.2 Kepercayaan Rakyat ....................................................... 11

1.6.3 Mitos................................................................................ 12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

xvi

1.6.4 Kajian Sruktural Mitos .................................................... 13

1.6.5 Proses dan Makna Ritual ................................................. 15

1.6.6 Fungsi Ritual ................................................................... 18

1.7 Metode Penelitian ...................................................................... 19

1.7.1 Pendekatan ...................................................................... 19

1.7.2 Metode ............................................................................. 20

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data .............................................. 20

1.7.4 Analisis Data ................................................................... 23

1.7.5 Sumber Data .................................................................... 24

1.8 Sistematika Penyajian ............................................................... 24

BAB II TRADISI WIWITAN DALAM KONTEKS MASYARAKAT JAWA

DI DUSUN MUNDU .................................................................................. 27

2.1 Pengantar ................................................................................... 27

2.2 Sekilas tentang Masyarakat Jawa di Dusun Mundu .................. 28

2.2.1 Letak Geografis Dusun Mundu ...................................... 28

2.2.2 Data Statistik Dusun Mundu .......................................... 30

2.3 Sistem Kepercayaan Masyarakat Dusun Mundu ...................... 33

2.3.1 Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai Kekuatan

Tertinggi ................................................................................... 34

2.3.2 Animisme ....................................................................... 34

2.3.3 Percaya pada Roh Halus .................................................. 35

2.3.4 Percaya pada Leluhur ...................................................... 37

2.3.5 Percaya Mitos .................................................................. 39

2.3.6 Kejawen ........................................................................... 40

2.4 Sistem Kesenian ........................................................................ 41

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

xvii

2.4.1 Karawitan ........................................................................ 42

2.4.2 Campursari ...................................................................... 42

2.4.3 Wayang Kulit .................................................................. 43

2.4.4 Jathilan ............................................................................ 45

2.4.5 Kethoprak ........................................................................ 46

2.5 Tradisi Wiwitan dalam Konteks Masyarakat Jawa di Dusun

Mundu ...................................................................................... 47

2.6 Rangkuman ................................................................................ 48

BAB III KAJIAN STRUKTUR MITOS DEWI SRI .................................. 50

3.1 Pengantar ................................................................................... 50

3.2 Mitos Dewi Sri Teks A .............................................................. 51

3.3 Mitos Dewi Sri Teks B .............................................................. 53

3.4 Analisis Struktural Mitos Dewi Sri Menurut Teori A.J Greimas 53

3.4.1 Mitos Dewi Sri Teks A.................................................... 53

3.4.1.1 Skema Aktansial ................................................. 53

3.4.1.2 Struktur Fungsional ............................................ 58

3.4.2 Mitos Dewi Sri Teks B .................................................... 61

3.4.2.1 Skema Aktansial ................................................. 61

3.4.2.2 Struktur Fungsional ............................................ 64

3.5 Rangkuman ................................................................................ 66

BAB IV PROSES DAN MAKNA RITUAL UPACARA WIWITAN ........ 67

4.1 Pengantar ................................................................................... 67

4.2 Pengertian Upacara Secara Umum ............................................ 67

4.2.1 Pengertian Upacara Wiwitan ........................................... 68

4.3 Tujuan Upacara Wiwitan ........................................................... 69

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

xviii

4.4 Proses dan Makna Upacara Wiwitan ......................................... 69

4.4.1 Tahap Persiapan dan Maknanya ...................................... 70

4.4.2 Tahap Pelaksanaan Inti Ritual dan Maknanya ................ 72

4.4.3 Tahap Pascaritual dan Maknanya .................................... 73

4.5 Rangkuman ................................................................................ 74

BAB V FUNGSI UPACARA WIWITAN ................................................... 77

5.1 Pengantar ................................................................................... 77

5.2 Fungsi Upacara Wiwitan Bagi Masyarakat di Dusun Mundu ... 77

5.2.1 Sebagai Sarana Masyarakat Jawa Memuja Tuhan .......... 78

5.2.2 Sebagai Sarana Masyarakat Jawa Menghargai Sesama .. 80

5.2.3 Sebagai Sarana Masyarakat Jawa Menghargai Alam ..... 81

5.3 Rangkuman ................................................................................ 82

BAB VI PENUTUP .................................................................................... 84

6.1 Kesimpulan ................................................................................ 84

6.2 Saran .......................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 88

SUMBER ONLINE .................................................................................... 90

LAMPIRAN ................................................................................................ 91

1. Daftar Narasumber .................................................................... 92

2. Foto-foto .................................................................................... 93

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

xix

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 1. Data Jumlah Penduduk di Dusun Mundu ..................................... 31

Tabel 2. Data Penduduk Dusun Mundu Berdasarkan Tingkat Pendidikannya 31

Tabel 3. Data Penduduk Dusun Mundu Berdasarkan Mata Pencahariannya 33

Tabel 4. Data Penduduk Dusun Mundu Berdasarkan Kepercayaannya ..... 34

Gambar 1. Pola Aktansial Mitos Teks A .................................................... 56

Tabel 5. Struktur Fungsional Mitos Teks A ................................................ 60

Gambar 2. Pola Aktansial Mitos Teks B ..................................................... 63

Tabel 6. Struktur Fungsional Mitos Teks B ................................................ 65

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku dan

budaya di dalamnya. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan

dimiliki bersama oleh sebuah kelompok dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan

politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni

(Kurniawan, 2012:1). Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.

Segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang

dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Adanya suatu perubahan kebudayaan sangat

bergantung pada manusia sebagai pendukungnya. Perubahan tersebut tergantung

dengan sikap masyarakat terhadap kebudayaan itu. Semakin cinta dan merasa

kebudayaan itu menjadi miliknya sendiri, maka masyarakat akan semakin

bertanggung jawab dan peduli terhadap kebudayaan itu, sehingga kebudayaan

dapat hidup dan berkembang di dalam masyarakat pendukungnya. Adanya

perubahan dan perkembangan zaman ternyata telah mempengaruhi keberadaan

budaya itu sendiri.

Sementara dunia terus bergerak menuju suatu perubahan yang terus

menerus tanpa kenal waktu. Dalam konteks perubahan itu, kebudayaan suatu suku

bangsa yang berada dalam dunia juga ikut berkembang sesuai kehendak manusia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

2

sebagai subjek kebudayaan. Tetapi selain sebagai objek bentukan manusia,

kebudayaan juga merupakan suatu subjek yang memberikan ciri khas dan

eksistensi dari bangsa pemilik kebudayaan tersebut. Kebudayaan memberikan

dirinya sebagai ciri yang melekat pada suatu suku bangsa dari masa ke masa.

Dalam bahasa Indonesia terdapat istilah yang tepat untuk menyebut wujud ideal

dari kebudayaan ini, yaitu adat atau adat istiadat untuk bentuk jamaknya

(Koentjaraningrat, 1986: 187).

Adat-istiadat dalam masyarakat Jawa dapat diwujudkan dalam bentuk tata

upacara. Tiap-tiap daerah memiliki adat-istiadat sendiri sesuai dengan letak

geografis. Berbagai macam upacara yang terdapat di dalam masyarakat pada

umumnya dan masyarakat Jawa khususnya merupakan pencerminan bahwa semua

perencanaan, tindakan dan perbuatan telah diatur oleh tata nilai luhur. Tata nilai

luhur tersebut diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi

berikutnya sebagai sebuah tradisi (Bratawidjaja, 1988:9). Menurut Sugono

(2008:1483), tradisi adalah adat kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang yang

masih dijalankan dalam masyarakat. Yang jelas adalah tata nilai yang dipancarkan

melalui tata upacara adat merupakan manifestasi tata kehidupan masyarakat Jawa

yang serba hati-hati agar dalam melaksanakan pekerjaan mendapatkan

keselamatan baik lahir maupun batin (Bratawidjaja, 1998:9)

Menurut Mulder (1984:28), suku Jawa merupakan suku bangsa yang

kehidupannya bersifat seremonial. Manusia selalu melakukan berbagai upacara

dengan menggunakan perlengkapan simbolik. Berbagai macam tata upacara adat

terdapat dalam masyarakat Jawa, sejak sebelum manusia lahir sampai meninggal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

3

dunia. Misalnya upacara adat pada waktu wanita hamil, upacara tedak siten,

upacara ruwatan, dan lain-lain. Setiap upacara adat tersebut mempunyai makna

sendiri-sendiri dan sampai saat ini masih dilaksanakan oleh masyarakat Jawa,

terutama di desa-desa. Upacara mempunyai banyak unsur, yaitu: bersaji,

berkorban, berdoa, makan makanan bersama yang telah disucikan dengan doa,

menari tarian suci, menyanyi nyanyian suci, berprosesi atau berpawai, memainkan

seni drama suci, berpuasa, intoksikasi atau mengaburkan pikiran dengan makan

obat bius untuk mencapai keadaan trance atau mabuk, bertapa, dan bersemadi

(Koentjaraningrat, 1986: 378).

Upacara Wiwitan merupakan sebuah upacara tradisional yang masih

dilakukan oleh masyarakat Jawa. Kata “wiwitan” berasal dari kata dasar “wiwit”

yang berarti mulai dari atau yang paling dahulu. (Mangunsuwito, 2013:311).

Upacara Wiwitan adalah upacara yang dilakukan sebelum panen padi dan sebagai

alat untuk menghormati Dewi Sri dan sebagai wujud rasa terima kasih dan rasa

syukur terhadap Tuhan atas anugerah yang diberikan berupa hasil panen yang

melimpah (Wawancara, Bapak Sihono tanggal 10 April 2013).

Dalam pelaksanaan upacara Wiwitan di Dusun Mundu, Caturtunggal,

Depok, Sleman, Yogyakarta akan disesuaikan dengan keadaan lingkungan

setempat dan kemampuan masyarakat. Di samping tata upacaranya, tersaji

pendidikan budi pekerti dan aturan-aturannya. Semua itu merupakan warisan

nenek moyang yang perlu kita lestarikan (Bratawidjaja, 1988:10). Hal ini

mengingat salah satu fungsi upacara adalah sebagai pengokoh norma-norma atau

nilai-nilai budaya yang berlaku dalam masyarakat (Maharkesti dkk. 1988/1989:2).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

4

Kebudayaan di Indonesia tersebar di hampir semua aspek kehidupan,

mulai dari tari-tarian, alat musik tradisional, adat istiadat, pakaian adat hingga

bangunan arsitektural yang berupa rumah adat di tiap-tiap propinsi yang ada di

Indonesia. Upacara Wiwitan di Dusun Mundu sebagai salah satu contoh

kebudayaan adat istiadat yang berupa upacara tradisional.

Sejak dahulu Daerah Istimewa Yogyakarta terkenal dengan budaya dan

tradisinya. Salah satu tradisi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah upacara Wiwitan

yang merupakan upacara tradisi Jawa yang saat ini masih dilakukan khususnya

oleh masyarakat Dusun Mundu, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta dan

masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta pada umumnya. Upacara yang

dilakukan menjelang panen padi ini keberadaannya mulai tersisih seiring

berkembangnya kota Yogyakarta yang sedikit banyak juga mempengaruhi pola

hidup masyarakat Dusun Mundu yang letaknya tidak jauh dari batas Kota

Yogyakarta. Lahan tanah yang dulunya membentang sawah hijau yang luas kini

telah berubah menjadi mall, café, maupun perumahan. Karena adanya

pembangunan tersebut, lahan yang berupa sawah tempat dilakukannya upacara

Wiwitan semakin sedikit sehingga tradisi upacara Wiwitan juga semakin jarang

ditemui. Begitu banyak budaya Jawa yang ada dan hidup di lingkungan

masyarakat. Adanya perkembangan dan perubahan zaman, ternyata telah

mempengaruhi keberadaan budaya Jawa itu sendiri. Bila kita kembali mengingat

masa kecil, tentu kita akan ingat ketika bapak tani akan menanam padi sampai

saat akan memanen padi. Kita akan diundang untuk mengikuti upacara Wiwitan..

Oleh karena itu penulis ingin mengungkapkan kembali upacara Wiwitan di Dusun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

5

Mundu sebagai ucapan syukur kepada Dewi Sri dan kepada Tuhan Yang Maha

Esa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini akan membahas masalah-

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kajian struktural mitos Dewi Sri yang melatarbelakangi

upacara Wiwitan dalam masyarakat Jawa di Dusun Mundu,

Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta?

2. Bagaimana proses dan makna upacara Wiwitan di Dusun Mundu,

Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta?

3. Apa fungsi upacara Wiwitan bagi masyarakat di Dusun Mundu,

Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan dan mengungkap kajian struktural mitos Dewi Sri yang

melatarbelakangi upacara Wiwitan dalam masyarakat Jawa di Dusun

Mundu, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Hal ini akan

dijelaskan di dalam Bab III.

2. Mendeskripsikan proses dan makna upacara Wiwitan di Dusun Mundu,

Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Hal ini akan dijelaskan di

dalam Bab IV.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

6

3. Mendeskripsikan fungsi yang terkandung dalam upacara Wiwitan bagi

masyarakat di Dusun Mundu, Caturtunggal, Depok, Sleman,

Yogyakarta. Hai ini akan dijelaskan di dalam Bab V.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini adalah:

Untuk studi folklore, hasil studi ini dapat menjadi dokumen dan bacaan

bagi masyarakat umum. Setiap daerah mempunyai ciri khas tersendiri sehingga

antara satu daerah dengan daerah lain berbeda. Upacara Wiwitan yang ada di

Dusun Mundu pasti berbeda dengan yang ada di Bantul dan Kulon Progo. Begitu

juga dengan folklor, setiap daerah memiliki cerita rakyat tersendiri. Keberadaan

folklor dijadikan bahan bacaan sebagai pemahaman akan cinta kearifan lokal.

Juga untuk studi religi budaya.

Penelitian ini bermanfaat untuk bahan kajian dan salah satu sumber bagi

para peneliti lain ataupun peneliti selanjutnya yang mengambil topik yang sama

tetapi dari aspek dan sudut pandang yang berbeda misalnya meneliti upacara

Wiwitan yang ada di daerah lain,meneliti doa atau mantra yang ada dalam upacara

Wiwitan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan

tentang budaya lokal khususnya mengenai upacara Wiwitan diantaranya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

7

penjelasan tata cara dalam upacara Wiwitan dan penjelaskan proses dan makna

serta fungsi upacara Wiwitan di Dusun Mundu, Caturtunggal, Depok, Sleman,

Yogyakarta.

Penelitian ini diharapkan menghasilkan manfaat khususnya bagi

perkembangan budaya masyarakat Dusun Mundu dan menambah pengetahuan

tentang budaya upacara Wiwitan sehingga tidak ada kesalahpahaman dalam

memahami budaya. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu

dokumentasi budaya bagi masyarakat Dusun Mundu, Caturtunggal, Depok,

Sleman, Yogyakarta. Upacara Wiwitan memiliki daya tarik tersendiri bagi

masyarakat lokal maupun turis manca negara sehingga memiliki potensi untuk

dikembangkan sebagai pariwisata budaya sekaligus sebagai usaha pelestarian

budaya.

1.5 Tinjauan Pustaka

Penelitian ini berisi pembahasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

upacara Wiwitan pada masyarakat Jawa pada umumnya dan khususnya pada

masyarakat Dusun Mundu. Dari penelusuran pustaka dan website yang penulis

lakukan belum ada karya tulis atau karya lainnya yang secara spesifik membahas

proses upacara Wiwitan di Dusun Mundu. Karya tulis atau buku yang ada hamya

membahas upacara Wiwitan secara umum dan tidak membahasnya secara spesifik

lagi. Saksono (2012) dalam buku yang berjudul Faham Keselamatan dalam

Budaya Jawa membahas mengenai upacara adat masyarakat (Jawa) dan slametan.

Dalam buku tersebut disebutkan beberapa upacara yang sampai saat ini masih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

8

dilakukan oleh masyarakat Jawa yang bertujuan untuk memohon keselamatan

kepada Tuhan. Diantaranya adalah upacara bersih Dusun Tuksono di Sentolo,

Kulon Progo. Dalam rangkaian upacara bersih dusun tersebut terdapat

pelaksanaan upacara mboyong Mbok Sri yang merupakan tahap pelaksanaan

upacara bersih dusun. Upacara mboyong Mbok Sri disebut juga upacara Wiwitan.

Upacara Wiwitan di Sentolo merupakan upacara Wiwitan dalam skala besar yang

melibatkan seluruh masyarakat desa. Dalam buku tersebut dijelaskan secara

singkat proses upacara Wiwitan yang ada di Dusun Tuksono, Sentolo, Kulon

Progo.

Endraswara (2010) dalam bukunya yang berjudul Falsafah Hidup Jawa

terdapat sub-bab yang membahas mitologi Jawa. Karena penelitian ini juga

berkaitan dengan mitos masyarakat Jawa maka tulisan mengenai mitologi Jawa

tersebut menjelaskan berbagai mitos yang dipercaya oleh masyarakat Jawa

termasuk di dalamnya mitos Dewi Sri yang dipercaya oleh masyarakat Dusun

Mundu dalam pelaksanaan upacara Wiwitan di Dusun Mundu. Saksono (2012)

dalam buku yang berjudul Faham Keselamatan dalam Budaya Jawa juga

membahas tentang mitos Dewi Sri dan berbagai mitos yang dipercaya oleh

masyarakat Jawa. Dewi Sri yang telah dianggap sebagai dewi kesuburan oleh

petani Jawa bukan hanya berhenti sebagai mitos, melainkan mitos itu

dipertahankan dan diwujudkan dalam berbagai upacara tradisi oleh para petani di

Jawa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

9

Dari penelusuran website, ada beberapa situs website yang membahas

upacara Wiwitan, misalnya dalam website “kurakurakikuk.blogspot.com”. dalam

website tersebut diulas mengenai upacara wiwitan sebagai berikut:

“Wiwitan adalah sebuah tradisi petani, ritual yang hampir punah dan

jarang dilakukan lagi di masa-masa sekarang, dan biasanya dilakukan

sebelum panen raya untuk menghormati dewi kesuburan, Dewi Sri”

Dalam website tersebut juga dijelaskan mengenai proses upacara Wiwitan

secara garis besar namun tidak dijelaskan secara mendalam.

1.6 Landasan Teori

1.6.1 Pengertian Folklor

Menurut Danandjaja (2002 : 1-2) folklore berasal dari dua kata dasar folk

dan lore. Folk artinya sekelompok orang memiliki ciri pengenal fisik, sosial,

budaya, sehingga dapat dibedakan dari kelompok lain. Sedangkan lore adalah

tradisi folk, yaitu sebagian dari kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun

secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat

pembantu pengingat. Jadi folklor adalah suatu kebudayaan kolektif yang tersebar

dan diwariskan turun-temurun secara lisan baik disertai dengan gerak isyarat atau

alat pembantu pengingat. Menurut Endraswara (2004:11) folklor berasal dari kata

folklore (bahasa Inggris). Bila dieja menjadi folk-lore, folk artinya „rakyat‟ dan

lore artinya „tradisi‟. Folk adalah kelompok atau kolektif yang memiliki ciri-ciri

pengenal kebudayaan yang membedakan dengan kelompok lain. Lore merupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

10

wujud tradisi dari folk, tradisi tersebut dituturkan secara oral (lisan) dan turun-

temurun. Folklor berarti tradisi rakyat yang sebagian disampaikan secara lisan,

yaitu kelisanan menjadi pijakan folklor.

Menurut Jan Harold Brunvand (dalam Danandjaja 2002:21-22), folkor

dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya: (1) folklor

lisan (verbal folklore), (2) folklor sebagai lisan (partly verbal folklore), dan

folklor bukan lisan (non verbal folklore). Folklor lisan adalah folklor yang

bentuknya memang murni lisan, bentuk-bentuk folklor yang termasuk ke dalam

kelompok besar ini antara lain: (a) bahasa rakyat (folk speech) seperti julukan,

logat, pangkat tradisional, gelar kebangsawanan, (b) ungkapan tradisional seperti

peribahasa, pepatah, pemeo, (c) pertanyaan tradisional seperti teka-teki, (d) puisi

rakyat seperti pantun, gurindam, dan syair, (e) cerita prosa rakyat, seperti mite,

dongeng, legenda, dan (f) nyanyian rakyat. Folklor lisan juga mempunyai fungsi

sebagai penghibur atau sebagai penyalur perasaan yang terpendam.

Folklor lisan adalah folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur

lisan dan unsur bukan lisan. Kepercayaan rakyat, misalnya takhayul dan

pernyataan yang bersifat lisan ditambah dengan gerak isyarat yang dianggap

mempunyai makna gaib. Bentuk-bentuk folklor yang tergolong dalam kelompok

besar ini, selain kepercayaan rakyat adapula permainan rakyat, teater rakyat, tari-

tarian rakyat, adat-istiadat, upacara, pesta rakyat, dan lain-lain.

Folklor bukan lisan adalah foklor yang bentuknya bukan lisan walaupun

cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Kelompok besar ini dapat dibagi

menjadi yang material dan yang bukan material. Bentuk yang tergolong material

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

11

antara lain arsitektur rakyat (bentuk asli rumah daerah, lumbung padi, dan

sebagainya) dan kerajinan tangan (pakaian dan perhiasan tubuh adat, makanan dan

minuman rakyat, dan obat-obatan tradisional). Sedangkan yang termasuk bukan

material antara lain gerak isyarat tradisional (gesture), bunyi isyarat untuk

komunikasi rakyat (kentongan), dan musik rakyat.

Menurut Budiaman (1979:14) folklor sebagai bagian dari kebudayaan

mempunyai tanda-tanda pengenal yaitu (1) penyebarannya secara lisan atau

perbuatan, yaitu dengan melalui tutur kata dari mulut ke mulut atau dengan

menirukan perbuatan orang lainyang telah menjadi tradisi dalam masyarakat, dan

berlangsung secara turun-temurun, (2) bersifat tradisional, artinya disebarkan

dalam bentuk yang secara relatif tetap, atau dalam bentuk yang standar, dan

tersebar di antara kelompok tertentu, dalam waktu yang cukup lama, (3) folklor

tersebar dalam versi yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena cara

penyebarannya pada dasarnya adalah dari mulut ke mulut, bukan melalui tulisan

atau rekaman, sehingga mudah mengalami perubahan. Walaupun demikian

perbedaannya hanya terletak pada yang kecil-kecil saja, sedangkan bentuk garis

besarnya masih identik, (4) nama pencipta suatu folklor biasanya sudah tidak

diketahui lahi, (5) folklore biasanya mempunyai bentuk klise berupa ungkapan-

ungkapan tradisional yang stereotip, pemilihan kata atau kalimat yang membantu

1.6.2 Kepercayaan Rakyat

Kepercayaan rakyat atau sering kali disebut “takhayul”. Takhayul adalah

kepercayaan yang dianggap sederhana bahkan pandir dan tidak didasarkan pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

12

logika oleh orang berpendidikan barat sehingga secara ilmiah tidak dapat

dipertanggungjawabkan. Berhubungan dengan kata “takhayul” yang mengandung

arti menghina atau merendahkan, maka ahli folklor modern memilih

menggunakan istilah kepercayaan rakyat, atau folkbelife atau keyakinan rakyat

dari pada “takhayul”, karena takhayul berarti hanya khayalan belaka atau sesuatu

yang hanya di angan-angan saja (Danandjaja, 2002:153).

Kepercayaan masyarakat Jawa yaitu hidupnya diatur oleh semesta dan

yakin akan adanya roh-roh halus, kekuatan sakti, roh leluhur dan sebagainya.

Kekuatan-kekuatan sakti dan roh halus melebihi kekuatan manusia yaitu kesakten,

arwah leluhur, atau makhluk halus (lelembut, memedi, dan lain-lain).

Konsekuensinya apabila orang ingin hidup tanpa gangguan, mereka harus berbuat

sesuatu untuk mempengaruhi alam semesta, misalnya dengan melakukan puasa,

sesaji atau melakukan selamatan (Endraswara, 2004:128).

1.6.3 Mitos

Sebuah ritual selalu dikaitkan dengan mitos karena, perilaku-perilaku

ritual umumnya dapat dijelaskan dengan istilah-istilah mitis. Mitos memberikan

pembenaran untuk berbagai upacara. Oleh J. van Baal dalam Daeng (2000: 81),

mitos dikatakan sebagai cerita di dalam kerangka sistem suatu religi yang di masa

lalu atau kini telah berlaku sebagai kebenaran keagamaan. Ilmu pengetahuan

tentang mitos atau mitologi adalah suatu cara untuk mengungkapkan,

menghadirkan Yang Kudus melalui konsep serta bahasa simbolik melalui mitologi

diperoleh suatu kerangka acuan yang memungkinkan manusia memberi tempat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

13

kepada bermacam-macam kesan dan pengalaman yang telah diperolehnya selama

hidup. Berkat kerangka acuan yang disediakan mitos, manusia memiliki orientasi

dalam kehidupan ini. Dengan demikian, mitos adalah sebuah cerita pemberi

pedoman dan arah tertentu kepada sekelompok orang.

Kata mitos berasal dari bahasa Yunani muthos, yang secara harafiah

diartikan sebagai cerita atau sesuatu yang dikatakan seseorang; dalam pemgertian

yang lebih luas bisa berarti suatu pernyataan, sebuah cerita, ataupun alur suatu

drama. Kata mythology dalam bahasa Inggris menunjuk pengertian, baik sebagai

studi atas mitos atau isi mitos, maupun bagian tertentu dari sebuah mitos

(Dhavamony, 1995: 147).

Menurut B. Malinowski (dalam Dhavamony 1995: 147) membedakan

pengertian mitos dari legenda dan dongeng. Legenda lebih sebagai cerita yang

diyakini seolah-olah merupakan kenyataan sejarah, meskipun sang pencerita

menggunakannya untuk mendukung kepercayaan-kepercayaan dari komunitasnya.

Sebaliknya, dongeng mengisahkan peristiwa-peristiwa ajaib tanpa dikaitkan

dengan ritus. Dongeng juga tidak diyakini sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh

terjadi. Dongeng lebih menjadi bagian dari dunia hiburan. Sedangkan mitos

merupakan pernyataan atas suatu kebenaran lebih tinggi dan lebih penting tentang

realitas asali, yang masih dimengerti sebagai pola dan fondasi dari kehidupan

primitif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

14

1.6.4 Kajian Struktural Mitos

Kajian mitos Dewi Sri yang dilakukan oleh A.J Greimas menggunakan

teori struktural yang meliputi skema aktansial dan struktur fungsional. Taum

(2011:144-147) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan aktan adalah satuan

naratif terkecil, berupa unsur sintaksis yang mempunyai fungsi tertentu. Aktan

tidak identik dengan aktor. Aktan merupakan peran-peran abstrak yang dimainkan

oleh seorang atau sejumlah pelaku, sedangkan aktor merupakan manifestasi

konkret dari aktan.

Fungsi dan kedudukan aktan:

1. Pengirim (sender) adalah aktan (seseorang atau sesuatu) yang menjadi

sumber ide dan fungsi sebagai penggerak cerita. Pengirim memberikan

karsa atau keinginan kepada subjek untuk mencapai atau mendapatkan

objek.

2. Objek (object) adalah aktan (sesuatu atau seseorang) yang dituju, dicari,

diburu, atau diinginkan oleh subjek atas ide dari pengirim.

3. Subjek (subject) adalah aktan pahlawan (sesuatu atau seseorang) yang

ditugasi pengirim untuk mencari dan mendapatkan objek.

4. Penolong (helper) adalah aktan (sesuatu atau seseorang) yang membantu

atau mempermudah usaha subjek atau pahlawan untuk mendapatkan

objek.

5. Penentang (opponent) adalah aktan (seseorang atau sesuatu) yang

menghalangi usaha subjek atau pahlawan dalam mencapai objek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

15

PENGIRIM

(sender)

OBJEK

(object)

PENERIMA

(receiver)

SUBJEK

(subject)

PENENTANG

(opponent)

PEMBANTU

(helper)

6. Penerima (receiver) adalah aktan (sesuatu atau seseorang) yang menerima

objek yang diusahakan atau dicari oleh subjek.

Gambar 1. Pola Aktansial

Model fungsional berfungsi untuk menguraikan peran subjek dalam

melaksanakan tugas dari pengirim yang terdapat dalam fungsi aktan. Model

fungsional dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Situasi awal adalah situasi awal cerita yang menggambarkan keadaan

sebelum ada suatu peristiwa yang menganggu keseimbangan (harmoni).

2. Transformasi meliputi tiga tahap cobaan. Ketiga tahap cobaan ini

menunjukan usaha subjek untuk mendapatkan objek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

16

3. Situasi akhir berarti keseimbangan, situasi telah kembali ke keadaan

semula. Konflik telah berakhir. Di sinilah cerita berakhir dengan subjek

yang berhasil atau gagal mencapai objek. (Taum, 2011:146-147)

Tabel 1. Struktur Fungsional

I II III

Situasi

Awal

Transformasi

Situasi

Akhir

Tahap uji

kecakapan

Tahap

utama

Tahap

kegemilangan

1.6.5 Proses dan Makna Ritual

Ritual adalah pola-pola pikiran yang dihubungkan dengan gejala yang

mempunyai ciri-ciri mistis. Ritual dapat dibedakan atas empat macam (1)

Tindakan magi, yang dikaitkan dengan penggunaan bahan-bahan yang bekerja

karena daya-daya mistis; (2) Tindakan religius, kultus para leluhur, juga bekerja

dengan cara ini; (3) Ritual konstitutif yang mengungkapkan atau mengubah

hubungan sosial dengan merujuk pada pengertian-pengertian mistis, dengan cara

ini upacara-upacara kehidupan menjadi khas; dan (4) Ritual faktitif, yang

meningkatkan produktivitas atau kekuatan, atau pemurnian dan perlindungan, atau

dengan cara lain meningkatkan kesejahteraan materi suatu kelompok

(Dhavamony, 1995: 175-176).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

17

Dalam ritual upacara Wiwitan terdiri atas tiga tahap upacara inti, yaitu:

tahap persiapan, tahap pelaksanaan inti ritual, dan tahap pascaritual. Proses ritual

ini akan dibahas pada Bab VI.

Ritus dalam kepercayaan masyarakat memiliki makna dan nilai bagi

kehidupan manusia. Oleh karena itu, apabila manusia dapat menghayati dengan

benar makna dan nilai-nilai ritus tersebut, maka akan terwujud sifat-sifat budi

luhur seperti akan muncul sebuah kearifan yang menjadikan manusia selalu dekat

dengan Tuhan dan dapat mewujudkan kedamaian, kesejahteraan dan keindahan

dunia beserta isinya (Suyami, 2008:4). Penyelenggaraan upacara ritual pada

umumnya dimaksudkan agar mendapatkan keselamatan. Upacara ritual yang

bersifat komunal dimaksudkan agar mendapatkan keselamatan bagi orang banyak.

Sedangkan upacara ritual yang bersifat individual dimaksudkan agar mendapatkan

keselamatan bagi seseorang yang diselamati atau dirayakan dengan upacara

tersebut (Suyami, 2008:7).

Ritual merupakan bagian dari kebudayaan dan kebudayaan itu sendiri erat

hubungannya dengan sistem simbol. Menurut Geertz dalam Endraswara (2013:85)

kebudayaan adalah suatu pola makna yang terkandung dalam simbol yang

ditransmisikan, suatu sistem konsepsi yang diwariskan, yang diekspresikan dalam

bentuk simbolis, dan melalui bentuk-bentuk simbolis itu manusia

mengomunikasikan, memelihara, dan mengembangkan pengetahuan mereka

mengenai kehidupan dan sikap mereka terhadap kehidupan. Konsep kebudayaan

setidaknya mengandung pengertian bahwa kebudayaan adalah suatu sistem

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

18

simbol, sehingga dengan demikian proses kebudayaan harus dipahami,

diterjemahkan, dan diinterpretasi.

Menurut Herusatoto (1984:10) makna simbolis berasal dari Bahasa Yunani

yaitu syimbolos yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan hal kepada

seseorang. Menurut Spradley dalam Tinarbuko (2009: 19) semua makna budaya

diciptakan menggunakan simbol-simbol. Simbol adalah objek atau peristiwa

apapun yang menunjuk kepada sesuatu. Semua simbol melibatkan tiga unsur:

simbol itu sendiri, satu rujukan atau lebih, dan hubungan antara simbol dengan

rujukan. Semua itu merupakan dasar bagi keseluruhan makna simbolik. Makna

simbolik yang terdapat dalam ritual jika dapat dipahami dan diamalkan maka akan

membawa manusia ke dalam keselamatan yang dinginkan. Makna simbolik dalam

ritual menuntun manusia untuk selalu berbuat baik supaya mendapatkan

keselamatan dalam kehidupannya.

Menuruit Sugono (2008:864) makna adalah arti atau maksud pembicara

atau penulis. Makna yang dimaksud dalam penelitian ini adalah arti di balik

pelaksanaan upacara Wiwitan di Dusun Mundu yang meliputi tindakan dan

sesajinya.

1.6.6 Fungsi Ritual

Selanjutnya Hutomo dalam bukunya Endraswara (2009: 125) memberikan

konsep fungsi ialah kaitan saling ketergantungan, secara utuh dan berstuktur,

antara unsur-unsur sastra, tulis atau lisan, baik di dalam sastra itu sendiri (intern),

maupun dengan lingkungannya (ekstern), tanpa membedakan apakah unsur-unsur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

19

tersebut dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan naluri manusia, ataupun

memelihara keutuhan dan sistem struktur sosial.

Taum (2004) menyebutkan secara umum terdapat empat jenis fungsi sastra

lisan, yaitu fungsi magis, fungsi religius, fungsi faktif, dan fungsi intensifikasi.

1. Fungsi Magis

Fungsi magi dikaitkan dengan penggunaan bahan-bahan dalam

upacara ritual yang bekerja karena daya-daya mistis.

2. Fungsi Religius

Fungsi religius berkaitan dengan pelaksanaan rangkaian kegiatan

dalam suatu upacara.

3. Fungsi Faktitif

Fungsi faktitif berkaitan dengan meningkatkan produktivitas atau

kekuatan, atau pemurnian dan perlidungan yang bertujuan meningkatkan

kesejahteraan materi suatu kelompok.

4. Fungsi Intensifikasi

Fungsi intensifikasi berkaitan dengan ritus kelompok yang mengarah

kepada pembaharuan dan mengintensifkan kesuburan, ketersediaan buruan

dan panenan.

1.7 Metode Penelitian

1.7.1 Pendekatan

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan folklor dalam mengkaji proses

pelaksanaan dan makna serta fungsi di balik pelaksanaan upacara Wiwitan dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

20

tradisi selamatan masyarakat Dusun Mundu, Caturtunggal, Depok, Sleman,

Yogyakarta. Danandjaja (2002:17-19) mengatakan bahwa dalam penelitian folklor

Indonesia perlu kiranya peneliti untuk mengetahui lebih dulu sebab-sebab

mengapa pelu meneliti folklor. Sebab utamanya bahwa folklor mengungkap

kepada kita secara sadar atau tidak sadar, bagaimana folknya berpikir. Selain itu,

folklor juga mengabadikan apa yang dirasa penting (dalam suatu masa) salah

satunya adalah folk pendukungnya. Folk lisan dan sebagian lisan masih

mempunyai banyak sekali fungsi yang menjadikan sangat menarik dan penting

untuk diselidiki.

1.7.2 Metode

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode etnografi.

Etnografi secara harafiah, berarti tulisan atau laporan tentang suatu suku bangsa

yang ditulis oleh seorang antropolog atau hasil penelitian lapangan (field work)

selama sekian bulan atau sekian tahun (Spradley, 2006:vii). Etnografi merupakan

pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Tujuan utama aktivitas ini adalah

untuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli.

Dalam penelitian ini metode ini digunakan untuk mengetahui sistem

kepercayaan, mitos, proses upacara Wiwitan, makna dan fungsi tentang upacara

Wiwitan bagi masyarakat Dusun Mundu yang masih dilakukan sampai saat ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

21

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data lapangan, teknik-teknik pengamatan,

wawancara, perekaman, pencatatan, diperlukan untuk mendapatkan data dari

tempat penelitian (Taum, 2011:239-240). Selain itu teknik kepustakaan dan

dokumentasi juga diperlukan dalam penelitian ini.

1.7.3.1 Teknik Pengamatan (Observasi)

Pengamatan adalah melihat dan mengamati suatu kejadian (tari,

permainan, tingkah laku, nyanyian, dll) dari gejala luarnya sampai kedalamnya

dan menggambarkan atau mendeskripsikan secara tepat hasil pengamatannya

(Taum, 2011:239).

Observasi adalah metode dengan mengamati gejala atau peristiwa yang

terjadi dalam suatu masyarakat dan berkaitan dengan topik penelitian yang

melibatkan peneliti dalam proses peristiwa itu. Dengan teknik ini peneliti harus

berusaha dapat diterima sebagai warga atau orang dalam responden karena teknik

ini memerlukan hilangnya kecurigaan para subjek penelitian terhadap kehadiran

peneliti (Hamidi, 2004:72). Namun dalam kenyataan di lapangan, peneliti

mencoba menjelaskan maksud kedatangannya agar diterima dengan baik oleh para

subjek penelitian. Hal ini dijelaskan oleh Hamidi (2004:78) yang memberikan

alternatif “permisi masuk” dengan cara menjelaskan maksud dan tujuan

kedatangan peneliti. Strategi pengumpulan data ini perlu mendapatkan perhatian

peneliti karena melalui langkah ini peneliti mengawali masuk lapangan sekaligus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

22

melakukan upaya agar peneliti dapat diterima secara baik oleh masyarakat atau

komunitas subjek penelitian.

Nasution (1982:131-133) menjelaskan bahwa hubungan atau keadaan

sosial seperti itu sangat penting diciptakan agar mereka dengan senang hati dan

terbuka dalam memberikan informasi dari wawancara. Peneliti dapat memperoleh

gambaran yang lebih objektif tentang masalah yang diselidikinya. Observasi

dimaksudkan untuk mengamati masyarakat Dusun Mundu seperti kehidupan

beragama, bermasyarakat dan mengamati serta mengikuti upacara Wiwitan di

Dusun Mundu. Peneliti secara langsung mengamati dan mengikuti, bahkan

terlibat langsung dalam upacara Wiwitan supaya mendapatkan gambaran secara

jelas tentang upacara Wiwitan di Dusun Mundu.

1.7.3.2 Teknik Wawancara

Wawancara merupakan proses pencarian yang mendalam tentang diri

subjek. Wawancara dapat dilakukan dalam bentuk yang bervariasi. Yang paling

umum dilakukan adalah wawancara individual yang dilakukan berhadap-hadapan

antara pewawancara dan yang diwawancarai. Tetapi wawancara juga bisa

dilakukan dalam kelompok, dalam bentuk angket atau lewat telepon. Wawancara

dapat dilaksanakan secara terstruktur, semi tersetruktur, dan tidak tersetruktur

(Kuntjara, 2006:67).

Wawancara ini dilakukan dengan para informan yang dianggap mampu

memberikan penjelasan tentang upacara Wiwitan di Dusun Mundu. Dalam

penelitian ini, wawancara dilakukan dengan wawancara individual yaitu dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

23

mewawancarai narasumber secara langsung yang dianggap mampu memberikan

penjelasan upacara Wiwitan tentang proses upacara, makna dan fungsi upacara

Wiwitan. Dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai petani pemilik sawah,

kaum atau pemimpin upacara Wiwitan, para petani, dan tokoh masyarakat.

1.7.3.3 Teknik Kepustakaan

Guna melengkapi data yang diperoleh dari lapangan maka perlu diadakan

penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan ini dimaksudkan untuk lebih

memperkaya data yang mungkin tidak sempat diperoleh dalam penelitian

lapangan. Dengan demikian data-data yang diperoleh akan lebih dapat

dipertanggungjawabkan (Maharkesti 1988/1989:6).

Metode kepustakaan adalah mencari data mengenai hal-hal yang berupa

catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya (Arikunto,

1993:234). Pelaksanaan teknik ini yaitu menelaah pustaka yang ada kaitannya

dengan objek penelitian. Teknik kepustakaan digunakan untuk mendapatkan data

yang konkret. Metode kepustakaan diperoleh dengan teknik catat yaitu mencatat

data yang berasal dari buku-buku, artikel di situs internet yang membahas tentang

upacara Wiwitan.

1.7.3.4 Teknik Dokumentasi

Dokumen adalah surat yang tertulis atau tercetak yang dapat dipakai

sebagai bukti keterangan atau rekaman suara, gambar dalam film dan sebagainya

yang dapat dijadikan bukti keterangan. Dokumentasi adalah pemberian atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

24

pengumpulan bukti dan keterangan seperti gambar, kutipan, guntingan koran, dan

bahan referensi lain. Mendokumentasikan adalah mengatur dan menyimpan

sebagai dokumen (Sugono, 2008:338).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan kamera untuk mengambil

gambar objek dalam bentuk foto selama berlangsungnya proses upacara wiwitan.

1.7.4 Analisis Data

Penulis menggunakan metode deskriptif analisis dalam penelitian ini.

Metode deskriptif analisis berfungsi sebagai pemecah masalah yang diselidiki

dengan menggambarkan atau melukiskan objek penelitian pada saat sekarang

berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya untuk memberikan

bobot lebih tinggi pada metode ini (Namawi dan Martini, 1994: 73).

1.7.5 Sumber Data

Sumber data untuk penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan

data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek

penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data

langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Endraswara,

2006:91). Sumber data primer dalam penelitian ini adalah orang-orang tua

terutama petani, kaum, dan tokoh masyarakat yang memiliki pengetahuan lebih

dan masih berperan aktif dalam upacara Wiwitan.

Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung

diperoleh peneliti dari subjek peneliti. Data ini berwujud data dokumentasi atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

25

data laporan yang telah tersedia (Endraswara, 2006:91). Sumber data sekunder

dalam penelitian ini adalah website, buku-buku budaya, dan dokumentasi Dusun

Mundu.

1.8 Sistematika Penyajian

Laporan hasil penelitian ini disusun dalam enam bab. Bab pertama, adalah

pendahuluan, pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, teknik penelitian,

dan sistematika penyajiaan. Latar belakang menjelaskan alasan penulis

mengangkat judul penelitian. Pada penelitian ini, masalah yang di angkat adalah

“Tradisi Upacara Wiwitan Di Dusun Mundu, Caturtunggal, Depok, Sleman,

Yogyakarta: Deskripsi Proses Ritual, Kajian Makna dan Fungsi”. Rumusan

masalah dibuat untuk membatasi penulis dalam menganalisis masalah dalam

penelitian yang akan dilakukan. Tujuan penelitian yaitu menguraikan maksud dan

hasil yang ingin didapat oleh penulis dari penelitian yang dilakukan. Manfaat

penelitian yaitu untuk mengukur sejauh mana kepentingan yang didapat dari

penelitian yang berupa manfaat dalam bidang akademis. Tinjauan pustaka

mengemukakan pustaka yang pernah menjelaskan tentang upacara wiwitan dan

pengertiannya masing-masing. Landasan teori menyampaikan teori- teori yang

digunakan sebagai landasan penelitian. Teknik penelitian merincikan teknik

pengumpulan data yang berupa teknik observasi, teknik wawancara, teknik

kepustakaan dan teknik dokumentasi dalam penelitian ini. Sistematika

menguraikan urutan hasil penelitian. Bab II, membahas tentang tradisi wiwitan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

26

dalam konteks masyarakat Jawa di Dusun Mundu, yang meliputi sekilas tentang

masyarakat Jawa Dusun Mundu, sitem kepercayaan yang berkembang pada

masyarakat di Dusun Mundu, sistem kesenian daerah Dusun Mundu, dan tadisi

Wiwitan dalam konteks masyarakat Jawa di Dusun Mundu. Bab III membahas

mengenai kajian sruktural mitos Dewi Sri yang melatar belakangi upacara

Wiwitan, yang meliputi beberapa versi mitos Dewi Sri dan analisis structural

mitos Dewi Sri. Bab IV membahas mengenai proses dan makna upacara Wiwitan,

proses ritual upacara Wiwitan menjelaskan tentang tahap-tahap upacara Wiwitan,

yakni tahap persiapan, pelaksanaan inti ritual, dan pasca ritual. Makna

menjelaskan arti dibalik proses tersebut, yaitu makna kegiatan dan makna

perlengkapan. Bab V membahas tentang fungsi upacara Wiwitan bagi masyarakat

di Dusun Mundu. Bab VI berisi kesimpulan dan saran dari keseluruhan hasil

analisis dalam penelitian ini yang kemudian diakhiri dengan daftar pustaka dan

lampiran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

27

BAB II

TRADISI WIWITAN DALAM KONTEKS MASYARAKAT JAWA

DI DUSUN MUNDU

2.1 Pengantar

Wiwitan adalah satu upacara ritual yang berkaitan dengan pertanian

tradisional pada masyarakat Yogyakarta pada umumnya dan khususnya

masyarakat Dusun Mundu. Budaya Wiwitan merupakan tradisi yang bersumber

pada Dewi Sri yang telah dianggap sebagai dewi kesuburan oleh masyarakat

Jawa. Tradisi yang selalu memuliakan Dewi Sri adalah selamatan memanen padi

yang disebut wiwit. Tradisi Wiwit ada juga yang menyebut methuk Dewi Sri atau

upacara methik (Suyami dalam Endraswara, 2010:202)

Wiwitan adalah satu upacara ritual yang berkaitan dengan pertanian

tradisional pada masyarakat Yogyakarta pada umumnya dan khususnya

masyarakat Dusun Mundu. Budaya Wiwitan merupakan tradisi yang bersumber

pada Dewi Sri yang telah dianggap sebagai dewi kesuburan oleh masyarakat

Jawa. Tradisi yang selalu memuliakan Dewi Sri adalah selamatan memanen padi

yang disebut wiwit. Tradisi Wiwit ada juga yang menyebut methuk Dewi Sri atau

upacara methik (Suyami dalam Endraswara, 2010:202).

Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu “Tradisi Wiwitan Masyarakat Jawa

di Dusun Mundu, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta: Kajian Mitos, Ritus,

Makna dan Fungsi” maka perlu kita ketahui terlebih dahulu seluk-beluk dan

gambaran Dusun Mundu. Hal ini dianggap penting mengingat penelitian ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

28

berada di Dusun Mundu. Oleh karena itu, identifikasi daerah Dusun Mundu

dipaparkan untuk menjelaskan dan menggambarkan Dusun Mundu yang menjadi

fokus lokasi dari penelitian ini.

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai tradisi Wiwitan dalam konteks

masyarakat Jawa di Dusun Mundu, yang meliputi sekilas tentang masyarakat Jawa

Dusun Mundu, sistem kepercayaan yang berkembang pada masyarakat di Dusun

Mundu, sistem kesenian daerah Dusun Mundu, dan tadisi Wiwitan dalam konteks

masyarakat Jawa di Dusun Mundu.

2.2 Sekilas tentang Masyarakat Jawa di Dusun Mundu

2.2.1 Letak Geografis Dusun Mundu

Dusun Mundu merupakan salah satu dari sekian banyak dusun yang ada di

Kelurahan Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta. Sedangkan Kelurahan Caturtunggal secara geografis

terletak pada koordinat 7º46‟48” Lintang Selatan, dan 110º23‟45” Bujur Timur.

Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Caturtunggal adalah sebagai berikut:

Sebelah utara :Desa Condong Catur

Sebelah timur :Desa Maguwoharjo

Sebelah selatan :Kelurahan Demangan, Kecamatan

Gondokusuman, Kecamatan Banguntapan, Bantul

Sebelah barat :Desa Sinduadi, Kecamatan Mlati.

Sumber: (http://id.m.wikipedia.org/wiki/Caturtunggal,_Depok,_Sleman, diunduh

pada tanggal 12 Oktober 2013)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

29

Sementara Dusun Mundu memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah utara : Dusun Seturan

Sebelah timur : Dusun Kledokan

Sebelah selatan : Dusun Tempel

Sebelah barat : Dusun Nologaten.

Wilayah Kelurahan Caturtunggal terletak di daerah perkotaan yang

berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta dan terdapat banyak jalan protokol,

sehingga lalulintas ramai dan padat. Jalan yang menghubungkan antara daerah

dari Kelurahan Caturtunggal bisa dikatakan sudah cukup baik dan ditunjang

dengan adanya sarana transportasi yang memadai sehingga hal ini berguna bagi

kelancaran arus lalulintas, juga perhubungan dan komunikasi yang mendukung

perkembangan, serta dinamika pemerintahan desa. Dengan demikian warga

masyarakat tidak mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sosial ekonomi.

Sumber (http://kiprahcaturtunggal.org/, diunduh pada tanggal 12 Oktober 2013)

Berdasarkan karakteristik sumber daya wilayah, Dusun Mundu termasuk

kawasan tengah yaitu wilayah aglomersi Perkotaan Yogyakarta yang meliputi

Kecamatan Mlati, Sleman, Ngaglik, Ngemplak, Depok, dan Gamping. Wilayah ini

cepat berkembang, merupakan pusat pendidikan, industri, perdagangan, dan jasa.

Berdasarkan pusat pertumbuhannya, Dusun Mundu termasuk ke dalam wilayah

agromenasi perkotaan Yogyakarta yang meliputi Kecamatan Depok, Gamping,

serta sebagian wilayah Kecamatan Ngaglik, Ngemplak, Kalasan Berbah, Sleman,

dan Mlati. Sumber (www.slemankab.go.id, diunduh tanggal 12 Oktober 2013).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

30

Meskipun letaknya yang sangat strategis di dekat batas Kota Yogyakarta,

Dusun Mundu masih memiliki beberapa petak sawah, walau sudah tidak banyak

lagi seperti dulu. Sawah-sawah yang masih tersisa ini digunakan untuk bercocok

tanam dan untuk melaksanakan tradisi Wiwitan.

2.2.2 Data Statistik Dusun Mundu

Masyarakat adalah kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia yang

terikat oleh suatu sistem adat-istiadat tertentu (Koentjaraningrat, 1974:103).

Berdasarkan definisi tersebut dapat dilihat keadaan masyarakat di Dusun Mundu.

Masyarakat di Dusun Mundu sebenarnya didominasi oleh suku Jawa, tapi karena

letaknya yang berada dalam wilayah pusat pendidikan, industri, perdagangan, dan

jasa maka masyarakat Dusun Mundu saat ini sudah berbaur dengan para

pendatang yang berasal dari luar provinsi maupun dari luar pulau Jawa.

Bapak Tugiman selaku ketua RT 04 menjelaskan Dusun Mundu memiliki

luas kurang lebih 92.928 m² dan termasuk dalam Padukuhan Tempel yang

meliputi Dusun Tempel, Mundu, dan Saren. Dusun Mundu termasuk dalam

lingkup RW 02 dan memiliki empat RT yaitu RT 04, RT 05, RT 06, dan RT 07.

Berikut adalah data/tabel jumlah penduduk Dusun Mundu:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

31

Tabel 1. Data jumlah penduduk Dusun Mundu

No. RT Jumlah

1. 04 115 orang

2. 05 92 orang

3. 06 109 orang

4. 07 103 orang

Total 419 orang

Sumber : Data RT Tahun 2012.

Dalam hal pendidikan, penduduk asli Dusun Mundu yang sudah sepuh

(usia diatas 50 tahun) memiliki tingkat pendidikan sebatas tingkat SD sampai

tingkat SMA dan berprofesi sebagai petani. Namun, pada dasarnya pendidikan

masyarakat Dusun Mundu sudah cukup maju dan hampir semua penduduk pernah

mengenyam bangku pendidikan, meskipun tidak semuanya sampai pada jenjang

perguruan tinggi. Berikut adalah data/tabel penduduk Dusun Mundu berdasarkan

tingkat pendidikannya dan berdasarkan mata pencahariannya:

Tabel 2. Data penduduk Dusun Mundu berdasarkan tingkat pendidikannya

No. Jenjang Pendidikan Jumlah

1. Belum sekolah 23 orang

2. Tidak sekolah 29 orang

3. Tidak tamat SD 21 orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

32

4. SD/Sederajat 19 orang

5. SMP/Sederajat 59 orang

6. SMA/Sederajat 150 orang

7. Lulusan DI 7 orang

8. Lulusan DII 11 orang

9. Lulusan DIII 19 orang

10. Lulusan SI 77 orang

11. Lulusan SII 3 orang

12. Lulusan SIII 1 orang

Sumber: Data RT Tingkat Pendidikan Penduduk Tahun 2012.

Mata pencaharian masyarakat Dusun Mundu mayoritas sebagai buruh

swasta yang meliputi karyawan swasta dan wiraswasta. Untuk masyarakat asli

yang berusia di atas 50 tahun dan hanya mengenyam pendidikan terbatas memiliki

mata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Selain itu, adapula yang bekerja

sebagai pegawai negeri dan pedagang. Pada umumnya, masyarakat yang bertani

mengembangkan tanaman padi dan palawija (jagung, kacang, ubi, dan singkong).

Banyaknya pendatang di Dusun Mundu juga sangat mempengaruhi jumlah

sawah yang ada di Dusun Mundu. Karena berada dalam wilayah pusat pendidikan

dan terdapat beberapa perguruan tinggi yang letanya tidak jauh dari Dusun

Mundu, maka banyak masyarakat yang dulunya bekerja sebagai petani kini

meninggalkan profesi tersebut. Banyak petani yang mengubah lahan sawahnya

menjadi rumah kontrakan ataupun kos-kosan. Ada juga yang menjual sawahnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

33

dan sekarang berubah menjadi perumahan, ruko dan bahkan hotel. Berikut

data/tabel penduduk Dusun Mundu berdasarkan mata pencahariannya:

Tabel 3. Data penduduk Dusun Mundu berdasarkan mata pencahariannya

No. Pekerjaan Jumlah

1. Petani 10 orang

2. Buruh tani 7 orang

3. Buruh swasta 159 orang

4. PNS 25 orang

5. Pedagang 19 orang

6. Pensiunan 17 orang

7. Lain-lain 126 orang

Sumber: Data RT tahun 2012.

2.3 Sistem Kepercayaan Masyarakat Dusun Mundu

Masyarakat Dusun Mundu adalah masyarakat yang beragama dan

mayoritas memeluk agama Islam. Di samping kehidupan beragama, masyarakat

Dusun Mundu merupakan masyarakat yang masih mempertahankan adat istiadat

yang tidak jauh berbeda dengan masyarakat Jawa pada umumnya, di mana

kehidupannya masih mengandung unsur-unsur mistik. Menurut Mulder (1983:1)

hal ini disebut Muslim nominal, yaitu mengaku diri Islam namun tindakan dan

pikiran mereka lebih dekat kepada tradisi Jawa kuno dan Jawa Hindu. Berikut

akan dipaparkan kepercayaan masyarakat Dusun Mundu:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

34

2.3.1 Percaya Kepada Tuhan Yang Maha Esa Sebagai Kekuatan Tertinggi

Masyarakat Dusun Mundu saat ini mayoritas sudah memeluk agama dan

memiliki kepercayaannya masing-masing. Sesuai dengan agama yang dianut,

masyarakat Dusun Mundu percaya dengan adanya kekuatan tertinggi yaitu Tuhan

Yang Maha Esa. Bagi masyarakat Dusun Mundu kepercayaan terhadap agama

merupakan suatu yang tidak ditinggalkan. (Wawancara Bapak Tugiman, 12 April

2013). Dari data yang diperoleh, masyarakat Dusun Mundu mayoritas memeluk

agama Islam dan sebagian memeluk agama Kristen dan Katholik. Berikut

data/tabel penduduk Dusun Mundu berdasarkan kepercayaannya:

Tabel 4. Data penduduk Dusun Mundu berdasarkan kepercayaannya

No. Agama Jumlah

1. Islam 373 orang

2. Kristen 22 orang

3. Katolik 24 orang

4. Hindu -

5. Budha -

Sumber: Data RT tahun 2012

2.3.2 Animisme

Dahulu kala masyarakat Jawa menganut paham animisme yaitu suatu

paham kepercayaan akan roh-roh halus yang berdiri lepas dari manusia dan yang

bercampur tangan dalam urusan manusia. Animisme berkaitan dengan dewa-dewi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

35

dan roh perantara. Begitu juga dengan masyarakat di Dusun Mundu yang sampai

sekarang masih mempercayai adanya roh-roh nenek moyang dan adanya dewa-

dewi. E.B Tylor via Dhavamony (1995:66) menjelaskan bahwa animisme

mempunyai dua arti. Pertama, dia dapat dipahami sebagai suatu sistem

kepercayaan di mana manusia religious, khususnya orang-orang primitive,

membubuhkan jiwa pada manusia dan juga pada makhluk hidup dan benda mati.

Arti kedua, animisme dapat dianggap sebagai teori yang dipertahankan oleh Tylor

dan pengikut-pengikutnya, bahwa ide tentang jiwa manusia merupakan akibat dari

pemikiran mengenai beberapa pengalaman psikis, terutama mimpi, dan ide

tentang makhluk-makhluk berjiwa diturunkan dari ide tentang jiwa manusia ini,

oleh karena itu merupakan bagian dari tahap berikutnya dalam perkembangan

kebudayaan.

Sebagai fenomena religius, animisme tampaknya bersifat universal,

terdapat dalam semua agama, bukan pada orang-orang primitif saja, meskipun

penggunaan popular dari istilah itu sering dikaitkan dengan agama-agama

“primitif” atau masyarakat kesukuan. Animisme dapat kita definisikan sebagai

kepercayaan pada makhluk-makhluk adikodrati yang dipersonalisasikan

(Dhavamony, 1995:67).

2.3.3 Percaya pada Roh Halus

Endraswara (2010:9) menjelaskan bahwa sebagian orang Jawa boleh

dikatakan masih percaya adanya setan atau hantu yang menganggu manusia.

Begitu pula masyarakat Dusun Mundu percaya akan adanya makhluk halus atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

36

roh yang mendiami waktu dan ruang tertentu. Itulah sebabnya pada saat

melakukan perjalanan ke mana pun orang Jawa selalu berhati-hati, apalagi

melewati hutan yang dianggap wingit atau angker. Karena tempat yang sepi, kayu

besar, batu besar, dan seterusnya sering dihuni oleh makhluk halus. Makhluk

halus sering disebut juga makhluk gaib, artinya tidak tampak oleh mata orang

biasa. Makhluk tersebut berada pada wilayah keraton tersendiri yang disebut

siluman. Keratin siluman selalu menjadi misteri dan ditakuti oleh orang Jawa.

Untuk mengurangi ketakutan dan atau menjinakkan makhluk halus termaksud,

orang Jawa sering melakukan pujian atau pujaan dengan berbagai cara.

Dalam kitab Jitapsara (Endraswara, 2010:9) dijelaskan bahwa keraton

siluman identik dengan wilayah yang serba dingin (kutub utara). Di wilayah itu

keadaan selalu gelap, karena jarang menerima sinar matahari, dan di tempat itu

pula menjadi sumber Tirtamarta Kamandhalu. Artinya, air yang keluar dari inti

sari awan mendung, sehingga amat dingin. Orang yang mampu ke tempat itu dan

mendapatkan air tersebut, berarti akan mendapat kemurahan Tuhan. Yang pernah

berhasil sampai di tempat itu adalah Sanghyang Nurcahya (Sayyid Anwar). Dia

mendapat anugerah berupa Cupu Manik Asthagina, yaitu sebuah wadah

kemuliaan Tuhan. Wadah ini berasal dari Nabi Adam dan Ibu Hawa yang dapat

diisi dengan air penghidupan. Jika wadah tersebut berisi air penuh, maka

selamanya tak akan habis diminum. Orang yang mampu minum air ini, akan

mampu memahami hal-hal gaib. Hal ini terbukti bahwa melalui pengembaraan

sukma, Nurcahya dapat mendengar suara gaib setelah meminum air penghidupan.

Pada waktu itu, Tuhan segera menciptakan sebuah sesotya (mutiara berharga yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

37

bersinar). Nurcahya diminta masuk ke dalam sesotya itu, agar melihat

perumpamaan keindahan surge dan betapa dahsyatnya neraka.

Dunia makhluk halus juga dapat berupa roh leluhur. Roh tersebut dapat

berhubungan dengan manusia. Bahkan roh raja yang telah meninggal dapat

dimintai berkah. Dalam hubungannya dengan makhluk halus berupa setan, agar

tidak menganggu, harus diberi sesaji. Hal yang demikian sampai sekarang masih

sering dilestarikan, jika membangun rumah atau gedung. Biasanya, di tengah-

tengah empat tiang besar (saka guru) diberi sesaji berupa benih kelapa dan

sejumlah sajian lain. Hal ini dimaksudkan sebagai tolak bala, agar makhluk halus

tak menganggu.

Kepercayaan kepada makhluk halus merupakan perpaduan animisme dan

dinamisme yang lekat di hati orang Jawa. Di benak orang Jawa selalu terlintas

bahwa makhluk halus juga ada tradisi makan seperti halnya manusia. Itu

sebabnya, orang Jawa selalu berupaya melakukan caos dhahar (member makanan

spesial) kepada makhluk halus (Endraswara, 2010:11-12).

2.3.4 Percaya Pada Leluhur

Dalam upacara Wiwitan ada banyak rangkaian upacara yang diawali

dengan mengundang Sang Pencipta. Dalam memulai suatu upacara, arwah leluhur

atau nenek moyang menjadi mediator untuk menghantar permohonan keselamatan

atau keberhasilan kepada Tuhan. Keberhasilan segala usaha dianggap tergantung

pada kekuatan supranatural sehingga setiap usaha yang dianggap penting disertai

dengan upacara, khususnya ditujukan untuk memperoleh restu dari nenek moyang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

38

terhadap perjalanan hidup manusia dan masyarakat (Soejono,1984). Kepercayaan

kepada leluhur ini diwujudkan dalam tradisi ziarah makam leluhur. Bagi

masyarakat Jawa, ziarah secara umum dilakukan pada pertengahan sampai akhir

bulan ruwah. Pada saat itu biasanya masyarakat secara bersama-sama, satu dusun

atau satu desa maupun perorangan dengan keluarga terdekat melakukan tradisi

ziarah ke makam leluhur. Di tempat kuburan leluhur atau sanak keluarganya,

mereka melakukan suatu aktivitas doa dan tabur bunga yang disebut nyekar. Ada

sebagian orang yang melakukan nyekar masih disertai dengan membakar

kemenyan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan wangi-wangian kepada roh

leluhur. Sementara kalau dilaksanakan oleh seluruh warga desa atau dusun disebut

nyadran. Kata nyadran bisa berarti slametan atau member sesaji di tempat yang

angker atau keramat, bisa juga berarti selamatan (selametan) di bulan ruwah untuk

menghormati para leluhur, biasanya di makam atau tempat yang keramat,

sekaligus membersihkan dan mengirim bunga (Poerwadarminta dalam Saksono,

2012:84). Nyadran di Dusun Mundu diikuti oleh bapak-bapak dan dilaksanakan di

depan makam yang ada di wilayah RT 05. Mereka melakukan kenduri dan

mengirimkan doa bersama-sama untuk para leluhur.

Masyarakat Jawa mempunyai anggapan bahwa keberadaan makam leluhur

harus dihormati dengan alas an makam adalah tempat peristirahatan terakhir bagi

manusia, khususnya leluhur yang telah meninggal. Leluhur itu diyakini dapat

memberikan kekuatan dan berkat tertentu. Oleh karena itu, masyarakat

mengungkapkannya dengan perlakuan khusus terhadap makam tadi. Hal ini akan

semakin tampak nyata pada makam para tokoh yang dianggap mempunyai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

39

kekuatan lebih pada masa hidupnya. Kisah tokoh yang diziarahi member motivasi

para peziarah untuk bertirakat mengharapkan keberuntungan. Dengan demikian,

mereka beranggapan makam dapat memberikan berkah atau keselamatan bagi

pengunjungnya atau peziarahnya yang melaksanakan tirakat dengan khusuk dan

ikhlas (Ibid dalam Saksono 2012:84-85)

2.3.5 Percaya Mitos

Masyarakat Jawa memang sarat dengan mitos legenda yang bernuansa

mistis. Begitu pula dengan masyarakat Dusun Mundu yang merupakan bagian

dari masyarakat Jawa. Salah satu mitos yang masih sangat dipercaya oleh

masyarakat Dusun Mundu adalah mitos Dewi Sri. Tradisi penghormatan Dewi Sri

masih berlangsung sampai sekarang. Simbolisme penghormatan terhadap Dewi

Sri tampak dalam ritus-ritus pernikahan (midodareni) dan ritus-ritus pertanian.

Figur Dewi Sri menjadi simbol dan kerangka acuan berpikir bagi orang Jawa

khususnya petani Jawa di dalam prosesi siklus hidup pernikahan dan tanah

pertaniannya.

Masyarakat Jawa percaya bahwa asal-usul benih berasal dari dunia atas

(dewa) yang diberikan kepada dunia bawah (manusia). Supaya benih kehidupan

tetap terjaga keberlangsungannya maka harus dijaga hubungan dunia atas dengan

dunia bawah dengan melalui ritus-ritus. Meskipun ritus-ritus tersebut sekarang ini

semakin berkurang tetapi petani sebagai penghormatan terhadap Dewi Sri masih

dilakukan dengan membuat sesaji secara sederhana. Seperti yang masih dilakukan

oleh masyarakat Dusun Mundu yaitu dengan melaksanakan tradisi Wiwitan secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

40

sederhana sebagai simbol penghormatan kepada Dewi Sri sebagai dewi kesuburan

dan dewi sawah.

2.3.6 Kejawen

Kebanyakan masyarakat Dusun Mundu menganut tradisi Jawa. Hal ini

terlihat pada tradisi Suran yang awal mulanya dipopulerkan dalam Kalender

Sultan Agungan atau disebut dengan kalender Jawa, yang meletakkan bulan Sura

sebagai waktu sakral. Jika pada tanggal 1 Sura masyarakat Mundu melakukan

tirakatan dengan membaca tahlil, kenduri, nyekar, dan sebagainya.

Berkaitan dengan paham animisme, sistem kepercayaan masyarakat dusun

Mundu selalu berhubungan dengan agenda tindakannya. Semua hajatan penting

harus dicarikan hari pasaran yang baik atau disebut petungan (petangan) atau

perhitungan. Tidak sembarang hari digunakan untuk perhelatan. Petungan adalah

cara menghitung saat-saat (waktu) serta tanggal-tanggal yang baik, dengan

memperhatikan kelima hari pasar (legi, pahing, pon, wage, dan kliwon), tanggal-

tanggal penting yang ditentukan pada sistem penanggalan yang ada, yang memang

dimanfaatkan oleh orang Jawa untuk berbagai tujuan. Kelima hari pasar

mempunyai tempatnya sendiri di dalam kelima kategori yang yang ditentukan

oleh sistem klasifikasi prelogik orang Jawa, dan karena itu merupakan perantara

antara tanggal-tanggal pada berbagai penanggalan dan alam semesta manusia

(koentjaraningrat dalam Saksono, 2012:160). Hari pasar ini sering disandingkan

dengan nama hari yang umum sehingga menjadi Senin legi, Selasa kliwon, dan

seterusnya. Penggunaan hari pasar ini salah satunya untuk menentukan suatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

41

ritual, acara, adat, dan semacamnya. Misalnya, upacara pernikahan anak Mbok

Karno harus dilangsungkan pada hari Senin legi supaya pernikahannya langgeng.

Begitu juga dengan upacara Wiwitan yang harus dicarikan hari baik ketika

pelaksanaanya.

Dalam memilih hari pelaksanaan upacara Wiwitan maupun acara lain,

masyarakat Dusun Mundu menghindari tanggal 1 Sura dan bulan Sura karena

masyarakat Jawa pada umumnya juga mensakralkan bulan Sura. Masyarakat

Dusun Mundu juga menghindari hari geblak (hari meninggal) sanak

keluarganya(orangtua, anak, dan pasangan hidup). Misalnya, hari Selasa pon

bertepatan dengan geblak pasaangan hidup (suami atau istri), maka upacara

Wiwitan tidak dilaksanakan pada hari itu tetapi mencari hari lain. (Wawancara,

Bapak Sihono tanggal 10 April 2013). Dengan demikian upacara Wiwitan ini

merupakan upacara tradisional yang berhubungan dengan sistem kepercayaan

yang diwariskan dari generasi ke generasi.

2.4 Sistem Kesenian

Masyarakat Dusun Mundu memiliki sistem kesenian yang masih

dilestarikan hingga saat ini. Kesenian-kesenian tersebut antara lain: karawitan,

campursari, wayang kulit, jathilan, dan ketoprak. Kesenian-kesenian tersebut

dihadirkan pada waktu tertentu. Biasanya jika seseorang yang punya hajat besar

seperti mantu atau khitan jika mampu makan akan menggundang grup ketoprak,

wayang kulit, atau jathilan dari luar Dusun Mundu karena Dusun Mundu sendiri

belum memiliki pelatihan-pelatihan kesenian tersebut. Namun, sekarang siswa SD

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

42

Caturtunggal IV yang berada di dekat Dusun Nologaten yang mayoritas siswanya

berasal dari Dusun Mundu, Tempel, dan Saren sudah diajarkan kesenian

karawitan bahkan sempat tampil di stasiun tv daerah. Para siswa SD tersebut

berlatih karawitan di sebuah pendopo yang tidak jauh dari SD Caturtunggal IV.

(Wawancara Bapak Tugiman, 12 April 2013).

2.4.1 Karawitan

Karawitan adalah seni musik tradisional Jawa dengan peralatan yang

lengkap dan telah berkembang secara turun-temurun sesuai dengan perkembangan

zaman dan tidak meninggalkan keasliannya. Perangkat peralatan musik

tradisional itu disebut gamelan, yang terdiri dari bermacam-macam alat atau

ricikan. Sumber (http://cakdurasim.blogspot.com, diunduh tanggal 15 Oktober

2013).

Kesenian karawitan biasanya dihadirkan ketika tirakatan malam

kemerdekaan Republik Indonesia yang bertempat di balai desa. Yang terlibat

dalam kesenian ini adalah bapak-bapak dan ibu-ibu. Para bapak yang memainkan

alat musik gamelan dan para ibu nyinden. Biasanya mereka latihan beberapa hari

menjelang malam kemerdekaan Republik Indonesia, artinya tidak ada pelatihan

khusus yang dilakukan secara rutin setiap minggunya.

2.4.2 Campursari

Campursari dalam dunia musik nasional Indonesia mengacu pada

campuran beberapa genre musik kontemporer Indonesia. Nama campursari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

43

diambil dari bahasa Jawa yang sebenarnya bersifat umum. Musik campursari

terkait dengan modifikasi alat-alat musik gamelan sehingga dapat dikombinasi

dengan instrument musik barat, atau sebaliknya. Sumber

(http://id.m.wikipedia.org/wiki/Campursari, diunduh tanggal 16 Oktober 2013).

Campursari adalah musik asli Indonesia dengan langgam Jawa sebagai

dasarnya. Di Dusun Mundu, campursari juga ditampilkan pada waktu tertentu.

Campursari menggunakan alat musik gamelan yang dikombinasikan dengan alat

musik modern seperti keyboard. Seperti halnya karawitan, kesenian campursari

sampai saat ini juga belum ada pelatihan khusus.

2.4.3 Wayang Kulit

Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang

di Jawa. Wayang berasal dari kata Ma Hyang yang artinya menuju kepada roh

spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang

adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna bayangan. Hal ini disebabkan karena

penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya

saja. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator

dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi musik gamelan yang dimainkan

sekelompok nayaga (sekumpulan orang yang mempunyai keahlian khusus

menabuh gamelan) dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang

memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih,

sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak, sehingga

para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

44

yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang, penonton harus

memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di

layar. Sumber (http://id.m.wikipedia.org/wiki/Wayang_Kulit, diunduh tanggal 16

Oktober 2013).

Pertunjukan atau pagelaran wayang kulit di Jawa, biasanya dilaksanakan

oleh orang yang mempunyai niat atau maksud tertentu, misalnya memenuhi ujar

atau kaul yaitu memenuhi janji terhadap dirinya sendiri yang pernah diucapkan

atau pernyataan kegembiraan atas berhasilnya sesuatu yang diidamkan, atau untuk

meramaikan hajat lain seperti khitanan, perkawinan dan peringatan-peringatan

hari-hari bahagia atau hari besar lainnya. Atau bahkan untuk meruwat seseorang

agar terbebas dari mangsa Bathara Kala. Penanggap wayang menyerahkan purba

lan wasesa, kekuasaan dan kebebasannya, kepada dalang yang dimintanya untuk

mempergelarkan wayang, dengan lakon, ceritera yang telah dipilihnya,yang

biasanya telah disesuaikan dengan maksud dari hajat yang diselenggarakannya.

Sebelum pergelaran wayang dilaksanakan si empunya hajat berkewajiban

melaksanakan persiapan-persiapan pertunjukkan wayang, misalnya mengadakan

selamatan atau kenduri, menyiapkan sesaji, menyiapkan tempat pagelaran dengan

segala ubarampenya maupun yang berhubungan dengan pertunjukkan

wayangnya. (Herusatoto, 1984:113)

Pertunjukan kesenian Wayang Kulit di Dusun Mundu Biasanya ditanggap

dari luar Dusun Mundu atau menurut Sugono (2008: 1397) artinya memanggil ke

suatu tempat dan menyuruhnya untuk menggelarkan suatu pertunjukan serta

membayar semua biaya yang diperlukan. Pertunjukan wayang kulit berlangsung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

45

selama semalam suntuk yang secara umum mengambil cerita dari naskah

Mahabharata dan Ramayana.

2.4.4 Jathilan

Jathilan yang juga sering disebut kuda lumping atau jaran kepang

merupakan tarian tradisional Jawa yang menampilkan sekelompok prajurit tengah

menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bamboo yang

dianyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda. Anyaman bentuk kuda ini dihias

dengan cat dan kain beraneka warna. Tarian jathilan biasanya hanya menampilkan

adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan jathilan juga

menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis seperti memakan

beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut atau cambuk.

Tarian jathilan ini merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran

sebuah pasukan berkuda atau kalvaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan

ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bamboo, menirukan

gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan. Seringkali dalam

pertunjukan jathilan, juga menampilkan kekuatan supranatural berbau magis,

seperti atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri,

berjalan di atas pecahan kaca, dan lain-lain. Mungkin atraksi ini merefleksikan

kekuatan supranatural yang pada zaman dahulu berkembang di lingkungan

kerajaan Jawa dan merupakan aspek non militer yang dipergunakan untuk

melawan pasukan Belanda. Sumber (http://id.m.wikipedia.org/wiki/Kuda_kepang,

diunduh tanggal 16 Oktober 2013).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

46

2.4.5 Kethoprak

Kethoprak tergolong seni rakyat Jawa untuk hiburan, sekaligus

menyampaikan ajaran. Pemanfaatan ketoprak pun dapat ke berbagai aspek

kehidupan. Pada saat orang Jawa mempunyai hajat manten, supitan,

khaul(nadzar), peringatan hari besar, dan sebagainya sering diadakan

pertunjukkan ketoprak. Pertunjukan digunakan untuk menghibur para tamu.

(Endraswara: 2005:353) adalah sejenis pentas seni yang berasal dari Jawa. Dalam

sebuah pentasan kethoprak, disajikan sandiwara yang diselingi dengan lagu-lagu

Jawa, yang diiringi dengan gamelan. Tema cerita dalam sebuah pertunjukan

kethoprak biasanya diambil dari cerita legenda atau sejarah Jawa. Tema cerita

tidak pernah diambil dari cerita Ramayana dan Mahabharata. Sebab nanti

pertunjukan bukan kethoprak lagi melainkan menjadi pertunjukan wayang orang.

Sumber (http://id.m.wikipedia.org/wiki/Ketoprak, diunduh tanggal 16 Oktober

2013).

Baik wayang kulit, jathilan dan kethoprak dilaksanakan pada waktu

tertentu. seperti acara khitanan atau pernikahan salah satu warga. Kemudian

sebagai pemilik acara nanggap wayang kulit, jathilan atau kethoprak untuk

memeriahkan acaranya. Tentu saja acara nanggap ini tidak diharuskan dan

disesuaikan dengan kemampuan warga. Bila sekiranya tidak mampu untuk

nanggap kesenian tersebut maka tidak diharuskan untuk nanggap. Karena untuk

nanggap kesenian wayang kulit, jathilan atau ketoprak yang dilakukan oleh

sekelompok orang ini membutuhkan uang yang tidak sedikit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

47

2.5 Tradisi Wiwitan dalam Konteks Masyarakat Jawa di Dusun Mundu

Penduduk Dusun Mundu mayoritas memeluk agama Islam. Namun dalam

kenyataannya adat istiadat leluhurnya masih tetap dipertahankan. Banyak warga

yang mempertahankan warisan leluhurnya. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa ada yang menjalankan ajaran agama Islam dengan setia dan murni namun

ada juga yang menjalankan ajaran agama Islam diselingi dengan melakukan adat

istiadat dan upacara tradisional.

Setiap daerah pasti mempunyai adat istiadat yang cenderung bertahan,

terutama yang menyangkut aspek kepercayaan. Adat istiadat yang masih

dilakukan oleh masyarakat Dusun Mundu antara lain selamatan yang berkaitan

dengan peristiwa-peristiwa lingkaran hidup seperti kelahiran, pernikahan, dan

kelahiran serta selamatan yang berkaitan dengan kegiatan pertanian seperti

upacara Wiwitan. Menurut keyakinan masyarakat Dusun Mundu bila selamatan

tersebut ditinggalkan maka mereka akan mendapatkan musibah dalam hidupnya.

Tradisi yang masih dilakukan oleh masyarakat Dusun Mundu salah

satunya adalah selamatan yang berkaitan dengan pertanian yaitu Wiwitan. Tradisi

Wiwitan yang merupakan upacara selamatan ini oleh masyarakat Dusun Mundu

dipercaya akan memberikan keselamatan dan berkah. Namun apabila tradisi

Wiwitan diabaikan maka mereka percaya akan mendapatkan musibah berupa

gagal panen. Tradisi Wiwitan yang masih dilakukan masyarakat Dusun Mundu

merupakan sebuah tradisi yang dilakukan secara turun-temurun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

48

2.6 Rangkuman

Dusun Mundu merupakan salah satu dari sekian banyak dusun yang ada di

Kelurahan Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan karakteristik sumber daya wilayah, Dusun

Mundu termasuk kawasan tengah yaitu wilayah aglomersi Perkotaan Yogyakarta

yang meliputi Kecamatan Mlati, Sleman, Ngaglik, Ngemplak, Depok, dan

Gamping. Wilayah ini cepat berkembang, merupakan pusat pendidikan, industri,

perdagangan, dan jasa. Berdasarkan pusat pertumbuhannya, Dusun Mundu

termasuk ke dalam wilayah agromenasi perkotaan Yogyakarta yang meliputi

Kecamatan Depok, Gamping, serta sebagian wilayah Kecamatan Ngaglik,

Ngemplak, Kalasan Berbah, Sleman, dan Mlati. Dalam hal pendidikan, penduduk

asli Dusun Mundu yang sudah sepuh (usia diatas 50 tahun) memiliki tingkat

pendidikan sebatas tingkat SD sampai tingkat SMA dan berprofesi sebagai petani.

Namun, pada dasarnya pendidikan masyarakat Dusun Mundu sudah cukup maju

dan hampir semua penduduk pernah mengenyam bangku pendidikan, meskipun

tidak semuanya sampai pada jenjang perguruan tinggi.

Masyarakat Dusun Mundu adalah masyarakat yang beragama dan

mayoritas memeluk agama Islam. Di samping kehidupan beragama, masyarakat

Dusun Mundu merupakan masyarakat yang masih mempertahankan adat istiadat

yang tidak jauh berbeda dengan masyarakat Jawa pada umumnya, dimana

kehidupannya masih mengandung unsur-unsur mistik. kepercayaan masyarakat

Dusun Mundu meliputi: percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai kekuatan

tertinggi, animisme, percaya pada roh halus, percaya pada leluhur, percaya mitos

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

49

dan kejawen. Masyarakat Dusun Mundu memiliki sistem kesenian yang masih

dilestarikan hingga saat ini. Kesenian-kesenian tersebut antara lain: karawitan,

campursari, wayang kulit, jathilan, dan ketoprak.

Penduduk Dusun Mundu mayoritas memeluk agama Islam. Namun dalam

kenyataannya adat istiadat leluhurnya masih tetap dipertahankan. Banyak warga

yang mempertahankan warisan leluhurnya. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa ada yang menjalankan ajaran agama Islam dengan setia dan murni namun

ada juga yang menjalankan ajaran agama Islam diselingi dengan melakukan adat

istiadat dan upacara tradisional. Tradisi yang masih dilakukan oleh masyarakat

Dusun Mundu salah satunya adalah selamatan yang berkaitan dengan pertanian

yaitu Wiwitan. Tradisi Wiwitan yang merupakan upacara selamatan ini oleh

masyarakat Dusun Mundu dipercaya akan memberikan keselamatan dan berkah.

Namun apabila tradisi Wiwitan diabaikan maka mereka percaya akan

mendapatkan musibah berupa gagal panen. Tradisi Wiwitan yang masih dilakukan

masyarakat Dusun Mundu merupakan sebuah tradisi yang dilakukan secara turun-

temurun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

50

BAB III

KAJIAN STRUKTUR MITOS DEWI SRI

3.1 Pengantar

Tindakan religius masyarakat Jawa pada umumnya, termasuk juga

masyarakat Dusun Mundu sangat dipengaruhi oleh budaya Hindu. Pemujaan

dewa-dewi Hindu adanya asimilasi (pembauran) paham animisme dengan agama

Hindhu. Dari sini lahirlah tokoh simbolik Dewi Sri atau mbok Sri Tokoh simbolik

Dewi Sri yang dipercaya sebagai dewi pertanian, dewi tanah, dewi sawah, dewi

kesuburan atau dewi padi. Di Pulau Jawa mitos asal tumbuh-tumbuhan yang

sangat penting dalam kehidupan sehari-hari adalah padi, karena awalnya

masyarakat Jawa bekerja sebagai masyarakat agraris. Begitu juga di Dusun

Mundu yang dulu juga mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai petani.

Sampai sekarang masyarakat Dusun Mundu masih mempercayai Dewi Sri sebagai

dewi kesuburan.

Mitos Dewi Sri sangat terkenal di masyarakat Jawa, oleh sebab itu mitos

Dewi Sri memiliki beberapa versi atau varian. Menurut Sugono (2008:1546) versi

adalah anggapan pelukisan, penggambaran, dan sebagainya tentang sesuatu dari

seseorang atau suatu sudut pandang. Varian adalah bentuk yang berbeda atau

menyimpang dari yang asli atau dari yang baku dan sebagainya (2008:1544).

Pada bab ini dikenal dua teks mitos Dewi Sri, yaitu teks A dan teks B.

mitos Dewi Sri teks A diperoleh dari buku Falsafah Hidup Jawa: Menggali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

51

Mutiara Kebijakan dari Intisari Filsafat Kejawen (Endraswara, 2010:203-204).

Mitos Dewi Sri teks B diperoleh dari rekaman hasil wawancara yang dilakukan

oleh penulis sendiri. Kedua teks mitos Dewi Sri tersebut akan dikaji strukturnya

menurut teori struktural A.J Greimas.

3.2 Mitos Dewi Sri Teks A

Dalam mitos Dewi Sri selalu didampingi Dewa Wisnu. Dalam kisah Dewi

Sri, diceritakan bahwa Dewi Sri adalah penjelmaan Wiji Widayat. Wiji Widayat

akan dianugerahkan kepada titah marcapada oleh Batara Guru. Batara Guru

berposisi superior, sehingga berhak membuat keputusan, mutlak, otoriter, dan

harus dianut oleh strata sosial di bawahnya. Dia bersikap memerintah dan

memutuskan secara sepihak dalam penganugrahan wahyu. Pada waktu wahyu

akan dianugrahkan, ternyata tidak sesuai dengan kehendak Batara Guru sehingga

meluncur sendiri ke marcapada. Akibatnya, wahyu harus menerima kutuk Batara

Guru. Tiba-tiba wahyu Wiji Widayat meluncur sampai ke dasar laut dan masuk ke

perut Nagaraja. Tentu saja hal ini membuat perut Nagaraja merasa sakit dan tidak

enak badan. Dia segera dibawa ke hadapan Batara Guru. Akhirnya perut Nagaraja

dipegang oleh Batara Guru dan muntahlah dia, mengeluarkan dua makhluk.

Makhluk itulah yang kelak dinamai Sri dan Sadana. Hanya saja Sadana dan Sri

ingin menikah setelah besar, sehingga membuat Batara Guru marah. Karena,

keduanya dianggap sebagai saudara sepupu. Sri dan Sadana pun meninggal dunia

karena kutukan Batara Guru, dan diperintahkan agar dibuang ke hutan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

52

Dua dewa bernama Wangkas dan Wangkeng yang diutus membuang

jenazah Sri dan Sadana, ternyata sangat penasaran. Keduanya sempat membuka

jenazah yang ada dalam peti tersebut. Bersamaan itu pula jenazah Sadana hilang

dari peti. Karena itu tiba-tiba dari dalam peti keluar walang sangit yang tak

terhingga banyaknya. Walang sangit inilah yang kelak akan menjadi musuh petani

padi. Untuk itu peti segera ditutup dan segera dibawa ke hutan Krendawahana

untuk dikuburkan.

Pada waktu Dewi Sri dikuburkan, tak ada tanda-tanda aneh. Karenanya

kedua dewa itu hanya menitipkan pesan kepada petani desa agar memelihara

kuburan tersebut. Petani yang tak jauh dari kuburan segera menyiram kuburan

tersebut dengan air setaman (air bunga). Ternyata, genap 7 hari dari kuburan

tersebut tumbuh padi yang hijau. Karenanya, petani sering memberikan saji-sajian

di kuburan tersebut setelah memanen padi. Petani di desa itu semakin kaya raya

berkat memanen padi tersebut. Sejak itu pula, Dewi Sri menjadi pujaan petani

padi.

Namun demikian, suatu saat padi tersebut juga diserang hama berwujud

walang sangit. Ternyata, walang sangit itu berasal dari roh Raden Sadana, yang

tak lain sebagai penitisan Dewa Wisnu. Jadi, walang sangit yang menganggu padi

sebenarnya sebagai upaya pertemuan mistis antara Dewi Sri dengan Wisnu.

Keduanya dapat menyatu setelah melalui pengembaraan sukma. (Endraswara,

2010:203-204).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

53

3.3 Mitos Dewi Sri Teks B

Dahulu kala terdapat seorang Ratu yang memiliki bawahan yaitu Patih

Kertaga dan Dewi Sri yang saling mencintai. Karena hal itu Patih Kertaga dan

Dewi Sri dipisahkan oleh sang Ratu. Patih Kertaga ditugaskan ke segara dalam

wujud gereh pethek dan Dewi Sri diutus di darat dalam wujud tanaman padi.

Besok kalau sudah masanya keduanya akan bertemu kembali. Masyarakat Jawa

dan khuhusnya masyarakat Dusun Mundu percaya bahwa Dewi Sri adalah dewi

kesuburan dan dewi pertanian. Oleh sebab itu, para petani percaya melalui

upacara wiwitan dapat mempertemukan Patih Kertaga dan Dewi Sri. Patih

Kertaga diwujudkan dalam sajian berupa gereh pethek. Masyarakat percaya

dengan melakukan upacara wiwitan akan terhindar dari gagal panen. (Wawancara

Bapak Sihono, 3 Desember 2013)

3.4 Analisis Struktural Mitos Dewi Sri Menurut Teori A.J Greimas

3.4.1 Mitos Dewi Sri Teks A

3.4.1.1 Skema Aktansial

3.4.1.1.1 Pengirim (sender)

Pengirim (sender) adalah aktan (seseorang atau sesuatu) yang

menjadi sumber ide dan fungsi sebagai penggerak cerita. Pengirim

memberikan karsa atau keinginan kepada subjek untuk mencapai atau

mendapatkan objek.

Batara Guru adalah pengirim. Dia bersikap memerintah dan

memutuskan secara sepihak dalam penganugrahan wahyu. Dia mengutuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

54

wahyu yang tidak sesuai dengan kehendaknya. Dia mengutuk wahyu Wiji

Widayat yang mengeluarkan dua makhluk, Sri dan Sadana yang kelak akan

meninggal dunia karena kutukan Batara Guru lantaran keduanya yang

merupakan saudara sepupu hendak menikah.

3.4.1.1.2 Objek (object)

Objek (object) adalah aktan (sesuatu atau seseorang) yang dituju,

dicari, diburu, atau diinginkan oleh subjek atas ide dari pengirim. Dewi Sri

adalah objek. Dia akan menjadi tujuan Raden Sadana atau Dewa Wisnu

ketika dikutuk oleh Batara Guru yang akhirnya meninggal dunia dan

menjelma menjadi walang sangit.

3.4.1.1.3 Subjek (subject)

Subjek (subject) adalah aktan pahlawan (sesuatu atau seseorang)

yang ditugasi pengirim untuk mencari dan mendapatkan objek. Raden Sadana

atau Dewa Wisnu adalah subjek. Raden Sadana atau Dewa Wisnu dikutuk

oleh Batara Guru karena hendak menikah dengan Dewi Sri yang merupakan

saudara sepupu. Karena hal itu Batara Guru marah dan mengutuk Raden

Sadana dan Sri.

3.4.1.1.4 Penolong (helper)

Penolong (helper) adalah aktan (sesuatu atau seseorang) yang

membantu atau mempermudah usaha subjek atau pahlawan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

55

mendapatkan objek. Dewa Wangkas dan Wangkeng adalah penolong. Kedua

dewa yang diutus Batara Guru tersebut menolong menguburkan jenazah Sri

dan Sadana. Meskipun jenazah Sadana hilang dan benjelma menjadi walang

sangit, namun berkat dewa Wangkas dan Wangkeng tersebut Dewi Sri dan

Dewa Wisnu dapat bertemu kembali meski dengan wujud yang berbeda dari

sebelumnya.

Petani padi juga sebagai penolong, karena dengan mejaga dan

merawat kuburan Dewi Sri, maka tumbuhlah tanaman padi di kuburan Dewi

Sri tersebut. Tanaman padi yang merupakan jelmaan Dewi Sri kelak akan

bertemu dengan walang sangit yang merupakan jelmaan dari Dewa Wisnu.

3.4.1.1.5 Penentang (opponent)

Penentang (opponent) adalah aktan (seseorang atau sesuatu) yang

menghalangi usaha subjek atau pahlawan dalam mencapai objek. Batara Guru

adalah penentang. Dia menghalangi dan menghancurkan kebahagiaan Raden

Sadana dan Sri yang saling mencintai dan hendak menikah. Batara Guru

mengutuk Sadana dan Sri hingga akhirnya mereka meninggal dunia dan

menjelma menjadi padi dan walang sangit. Setelah menjelma menjadi walang

sangit, Dewa Wisnu masih mencari Dewi Sri yang telah berubah menjadi

padi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

56

Raden Sadana

atau Dewa Wisnu

(penerima)

Dewi Sri

(objek)

Batara Guru

(pengirim)

Raden Sadana

atau Dewa Wisnu

(subjek)

3.4.1.1.6 Penerima (receiver)

Penerima (receiver) adalah aktan (sesuatu atau seseorang) yang

menerima objek yang diusahakan atau dicari oleh subjek. Raden Sadana

adalah penerima. Raden Sadana adalah subjek yang mengusahakan

kebahagiaan, yaitu untuk bersatu dengan Dewi Sri, sepupu yang dicintainya.

Dia hendak menikah dengan Dewi Sri tapi ditentang oleh Batara Guru hingga

akhirnya raden Sadana dan Dewi Sri dikutuk oleh Batara Guru.

Gambar 1. Pola Aktansial Mitos Teks A

Dari pola aktansial, diketahui bahwa Raden Sadana atau Dewa

Wisnu adalah subjek sekaligus penerima. Dia menjadi subjek karena dia

berusaha untuk tetap bersama dengan Dewi Sri yang adalah objek. Sebagai

Dewa Wangkas,

Dewa Wangkeng,

Petani

(pembantu)

Batara Guru

(penentang)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

57

subjek dia berusaha mencari, mendapatkan dan bertemu dengan Dewi Sri dan

sebagai penerima dia menerima objek yang telah dia usahakan sendiri sebagai

subjek.

Batara guru merupakan pengirim sekaligus penentang. Dia sebagai

pengirim karena dia yang menganugrahkan wahyu. Kemudian Batara Guru

mengutuk wahyu tersebut karena tidak sesuai dengan kehendaknya dan

keluarlah dua makhluk, Sri dan Sadana. Sebagai pengirim dia secara tidak

langsung memberikan keinginan kepada subjek (Raden Sadana atau Dewa

Wisnu) untuk mendapatkan objek (Dewi Sri). Sebagai penentang dia

berusaha memisahkan Raden Sadana dan Dewi Sri dengan cara mengutuk

mereka hingga akhirnya Raden Sadana dan Dewi Sri meninggal dunia.

Setelah Raden Sadana dan Dewi Sri meninggal dunia, Dewa

Wangkas dan Wengkeng sebagai penolong membantu menguburkan jenazah

Dewi Sri dan Raden Sadana. Melalui kedua dewa tersebut jasad mereka tetap

bertemu. Petani sebagai penolong, merawat dan menjaga kuburan Dewi Sri.

Karena dijaga dan dirawat dengan memberikan air bunga pada kuburan

tersebut oleh petani, maka setelah genap tujuh hari tumbuhlah tanaman padi.

Kemudian tanaman padi akan bertemu dengan walang sangit. Berkat

kehadiran para penolong ini, Dewi Sri dan Raden Sadana dapat bertemu

kembali meski dengan wujud yang berbeda dari sebelumnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

58

3.4.1.2 Struktur Fungsional

3.4.1.2.1 Situasi Awal

Situasi awal adalah situasi awal cerita yang menggambarkan

keadaan sebelum ada suatu peristiwa yang menganggu keseimbangan

(harmoni). Cerita diawali dengan sikap Batara Guru yang akan

menganugerahkan Wiji Widayat akan kepada titah marcapada. Batara Guru

berposisi superior, sehingga berhak membuat keputusan, muthlak, otoriter,

dan harus dianut oleh strata sosial dibawahnya. Dia bersikap memerintah dan

memutuskan secara sepihak dalam penganugrahan wahyu. Karena wahyu

tidak sesuai dengan kehendaknya, Batara Guru mengutuk wahyu tersebut.

Kemudian wahyu yang dikutuk tadi mengeluarkan dua makhluk, yaitu Sri dan

Sadana.

3.4.1.2.2 Transformasi

Transformasi meliputi tiga tahap cobaan. Ketiga tahap cobaan ini

menunjukan usaha subjek untuk mendapatkan objek.

3.4.1.2.2.1 Tahap Uji Kecakapan

Setelah wahyu yang dikutuk oleh Batara Guru mengeluarkan dua

makhluk, Sri dan Sadana. Kemudian Sadana dan Sri ingin menikah setelah

besar. Hal itu membuat Batara Guru marah karena keduanya dianggap

sebagai saudara sepupu. Pada tahap ini Raden Sadana berusaha untuk hidup

bersama Dewi Sri namun terhalang oleh kehendak Batara Guru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

59

3.4.1.2.2.2 Tahap Utama

Batara Guru marah mendengar keinginan Sadana dan Sri yang

ingin menikah sedangkan keduanya merupakan saudara sepupu kemudian

mengutuk Sri dan Sadana. Karena Batara Guru berposisi superior, sehingga

berhak membuat keputusan, muthlak, otoriter, dan harus dianut oleh strata

sosial dibawahnya sampai pada akhirnya Sri dan Sadana meninggal dunia

terkena kutukan Batara Guru. Kemudian jenazah keduanya dikuburkan oleh

Dewa Wangkas dan Wengkeng. Pada tahap ini Sadana yang tidak mungkin

melawan Batara Guru akhirnya tetap bersama dengan Dewi Sri dalam wujud

jasad.

3.4.1.2.2.3 Tahap Kegemilangan

Ketika jenazah Sri dan Sadana hendak dikuburkan oleh Dewa

Wangkas dan Wengkeng, jenazah Sadana hilang dan menjelma menjadi

walang sangit. Kemudian Dewi Sri dikuburkan. Dari kuburan Dewi Sri

tersebut tumbuh tanaman padi. Tanaman padi yang tumbuh subur di kuburan

Dewi Sri diserang hama walang sangit. Pada tahap ini Dewi Sri dan Raden

Sadana dapat bertemu kembali.

3.4.1.2.3 Situasi Akhir

Situasi akhir berarti keseimbangan, situasi telah kembali ke

keadaan semula. Konflik telah berakhir. Di sinilah cerita berakhir dengan

subjek yang berhasil atau gagal mencapai objek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

60

Sri dan Sadana meninggal dunia dan tidak dapat bersatu dalam

wujud yang sebelumnya. Jasad Dewi Sri dikuburkan dan jasad Sadana hilang

menjelma menjadi walang sangit. Dari kuburan Dewi Sri tumbuh tanaman

padi setelah dirawat dan dijaga oleh petani. Padi tersebut juga diserang hama

berwujud walang sangit. Ternyata, walang sangit itu berasal dari roh Raden

Sadana, yang tak lain sebagai penitisan Dewa Wisnu. Jadi, walang sangit

yang menganggu padi sebenarnya sebagai upaya pertemuan mistis antara

Dewi Sri dengan Wisnu. Keduanya dapat menyatu setelah melalui

pengembaraan sukma.

Tabel 5. Struktur Fungsional Mitos Teks A

I II III

Batara Guru

menganugerahk

an Wiji Widayat

akan kepada

titah

marcapada.

Karena wahyu

tidak sesuai

dengan

kehendaknya,

Batara Guru

mengutuk

wahyu tersebut.

Kemudian

wahyu yang

dikutuk tadi

mengeluarkan

dua makhluk,

yaitu Sri dan

Sadana.

Transformasi Sri dan Sadana

meninggal

dunia dan

tidak dapat

bersatu dalam

wujud yang

sebelumnya.

Walang sangit

yang

menganggu

padi sebagai

upaya

pertemuan

mistis Dewi

Sri dan Dewa

Wisnu.

Keduanya

dapat bersatu

setelah melalui

pengembaraan

sukma.

Sadana dan Sri

ingin menikah

setelah besar.

Batara Guru

marah karena

keduanya

dianggap

sebagai saudara

sepupu. Raden

Sadana berusaha

untuk hidup

bersama Dewi

Sri namun

terhalang oleh

kehendak Batara

Guru.

Sri dan

Sadana

meninggal

dunia

terkena

kutukan

Batara

Guru.

Sadana yang

tidak

mungkin

melawan

Batara Guru

akhirnya

tetap

bersama

dengan

Dewi Sri

dalam

wujud jasad.

Jenazah

Sadana

menjelma

menjadi

walang

sangit. Dewi

Sri

dikuburkan

menjelma

menjadi

tanaman padi.

Tanaman

padi

kemudian

diserang

hama walang

sangit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

61

3.4.2 Mitos Dewi Sri Teks B

3.4.2.1 Skema Aktansial

3.4.2.1.1 Pengirim (sender)

Pengirim (sender) adalah aktan (seseorang atau sesuatu) yang

menjadi sumber ide dan fungsi sebagai penggerak cerita. Pengirim

memberikan karsa atau keinginan kepada subjek untuk mencapai atau

mendapatkan objek. Ratu adalah pengirim. Ratu memisahkan Patih Kertaga

dan Dewi Sri yang saling mencintai. Keduanya ditempatkan di laut dan di

darat yang tidak memungkinkan untuk Dewi Sri dan Patih Kertaga bertemu.

3.4.2.1.2 Objek (object)

Objek (object) adalah aktan (sesuatu atau seseorang) yang dituju,

dicari, diburu, atau diinginkan oleh subjek atas ide dari pengirim. Dewi Sri

adalah objek. Dia akan menjadi tujuan Patih Kertaga ketika Patih Kertaga

diutus oleh Ratu di laut.

3.4.2.1.3 Subjek (subject)

Subjek (subject) adalah aktan pahlawan (sesuatu atau seseorang)

yang ditugasi pengirim untuk mencari dan mendapatkan objek. Patih Kertaga

adalah subjek. Patih Kertaga diutus oleh Ratu di laut yang jauh dari Dewi Sri

yg diutus di darat. Oleh karena itu Patih Kertaga mencari Dewi Sri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

62

3.4.2.1.4 Penolong (helper)

Penolong (helper) adalah aktan (sesuatu atau seseorang) yang

membantu atau mempermudah usaha subjek atau pahlawan untuk

mendapatkan objek. Petani adalah penolong, karena dengan melakukan

upacara wiwitan akan mempertemukan Patih Kertaga yang berwujud gereh

pethek dan Dewi Sri yang berwujud padi.

3.4.2.1.5 Penentang (opponent)

Penentang (opponent) adalah aktan (seseorang atau sesuatu) yang

menghalangi usaha subjek atau pahlawan dalam mencapai objek. Ratu adalah

penentang. Dia menghalangi dan memisahkan Patih Kertaga dan Dewi Sri

yang saling mencintai. Ratu mengutus Patih Kertaga di laut dan Dewi Sri di

darat sehingga mereka tidak akan pernah bertemu.

3.4.2.1.6 Penerima (receiver)

Penerima (receiver) adalah aktan (sesuatu atau seseorang) yang

menerima objek yang diusahakan atau dicari oleh subjek. Patih Kertaga

adalah penerima. Patih Kertaga adalah subjek yang mengusahakan

kebahagiaan, yaitu untuk bersatu dengan Dewi Sri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

63

Patih Kertaga

(penerima)

Dewi Sri

(objek)

Ratu

(pengirim)

Gambar 2. Pola Aktansial Mitos Teks B

Dari pola aktansial, diketahui bahwa Patih Kertaga adalah subjek

sekaligus penerima. Dia menjadi subjek karena dia berusaha untuk tetap

bersama dengan Dewi Sri yang adalah objek. Sebagai subjek dia berusaha

mencari, mendapatkan dan bertemu dengan Dewi Sri dan sebagai penerima

dia menerima objek yang telah dia usahakan sendiri sebagai subjek.

Ratu merupakan pengirim sekaligus penentang. Dia sebagai

pengirim karena dia yang memiliki kuasa. Ratu mengutus Dewi Sri Dan Patih

Kertaga di tempat yang berbeda dalam usahanya memisahkan Dewi Sri dan

Patih Kertaga.. Sebagai pengirim dia secara tidak langsung memberikan

keinginan kepada subjek (Patih Kertaga) untuk mendapatkan objek (Dewi

Sri). Sebagai penentang dia berusaha memisahkan Patih Kertaga dan Dewi

Patih Kertaga

(subjek)

Ratu

(penentang)

Petani

(pembantu)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

64

Sri dengan cara mengutus mereka di tempat yang berbeda yaitu di darat dan

di laut yang tidak memungkinkan keduanya untuk bertemu.

3.4.2.2 Struktur Fungsional

3.4.2.2.1 Situasi Awal

Situasi awal adalah situasi awal cerita yang menggambarkan

keadaan sebelum ada suatu peristiwa yang menganggu keseimbangan

(harmoni). Cerita diawali dengan sikap Ratu yang mengetahui bawahannya

saling mencintai dan kemudian mengutus Patih kertaga bertugas di laut dan

Dewi Sri bertugas di darat.

3.4.2.2.2 Transformasi

Transformasi meliputi tiga tahap cobaan. Ketiga tahap cobaan ini

menunjukan usaha subjek untuk mendapatkan objek.

3.4.2.2.2.1 Tahap Uji Kecakapan

Dewi Sri dan Patih Kertaga diutus di tempat yang berbeda oleh

Ratu kemudian Patih Kertaga berusaha untuk hidup bersama Dewi Sri namun

terhalang oleh kehendak Ratu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

65

3.4.2.2.2.2 Tahap Utama

Ratu marah mengetahui kenyataan bahwa Patih Kertaga dan Dewi

Sri saling mencintai. Kemudian sebagai usaha memisahkan keduannya Ratu

mengutus Patih Kertaga bertugas di laut dan Dewi Sri di darat.

3.4.2.2.2.3 Tahap Kegemilangan

Para petani yang mempercayai Dewi Sri sebagai dewi kesuburan

dan dewi padi melakukan upacara untuk mempertemukan Dewi Sri dan Patih

Kertaga. Pada tahap ini Dewi Sri dan Patih Kertaga dapat bertemu kembali.

3.4.2.2.3 Situasi Akhir

Situasi akhir berarti keseimbangan, situasi telah kembali ke

keadaan semula. Konflik telah berakhir. Di sinilah cerita berakhir dengan

subjek yang berhasil atau gagal mencapai objek. Dewi Sri dan Patih Kertaga

dapat bertemu kembali dalam wujud padi dan gereh pethek setelah

dipertemukan oleh petani melalui upacara wiwitan.

Tabel 6. Struktur Fungsional Mitos Teks B

I II III

Ratu yang

mengetahui

bawahannya

saling mencintai

dan kemudian

mengutus Patih

kertaga bertugas

di laut dan Dewi

Transformasi Dewi Sri dan

Patih Kertaga

dapat

bertemu

kembali

dalam wujud

padi dan

gereh

Dewi Sri dan

Patih Kertaga

diutus di

tempat yang

berbeda oleh

Ratu

kemudian

Ratu marah

mengetahui

kenyataan

bahwa Patih

Kertaga dan

Dewi Sri saling

mencintai.

Para petani

yang

mempercayai

Dewi Sri

sebagai dewi

kesuburan dan

dewi padi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

66

Sri bertugas di

darat.

Patih Kertaga

berusaha

untuk hidup

bersama

Dewi Sri

namun

terhalang

oleh

kehendak

Ratu.

Kemudian

sebagai usaha

memisahkan

keduannya

Ratu mengutus

Patih Kertaga

bertugas di laut

dan Dewi Sri

di darat

melakukan

upacara untuk

mempertemuk

an Dewi Sri

dan Patih

Kertaga. Pada

tahap ini Dewi

Sri dan Patih

Kertaga dapat

bertemu

kembali

setelah

dipertemukan

oleh petani

melalui

upacara

wiwitan

3.5 Rangkuman

Mitos Dewi Sri melatarbelakangi tradisi upacara Wiwitan. Terdapat

banyak sekali versi mengenai mitos Dewi Sri yang beredar di pulau Jawa, namun

dalam masyarakat Dusun Mundu ada dua versi mitos Dewi Sri yang dipercaya.

Melalui kajian teori struktural A.J Greimas yang meliputi skema aktansial dan

struktur fungsional memberikan kontribusi dalam memahami mitos Dewi Sri

sebagai sastra lisan yang menyeluruh.

Dari kajian struktural kedua mitos Dewi Sri tersebut, dapat disimpulkan

bahwa mitos Dewi Sri memiliki pola aktansial yang sama. Hal ini membuktikan

bahwa struktur mitos Dewi Sri dapat bertahan terhadap perubahan zaman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

67

BAB IV

PROSES DAN MAKNA RITUAL UPACARA WIWITAN

4.1 Pengantar

Menurut Sugono (2008:1106) proses adalah rangkaian tindakan,

perbuatan, atau pengolahan yang menghasilkan produk. Ritual adalah hal-hal yang

berkenaan dengan ritus. Sedangkan pengertian ritus adalah tata cara dalam

upacara keagaamaan (2008:1178). Jadi yang dimaksud dengan proses ritual dalam

penelitian ini adalah rangkaian tindakan yang berkenaan dengan ritual upacara

Wiwitan bagi masyarakat Dusun Mundu. Pada bab ini akan dijelaskan proses dan

makna ritual upacara Wiwitan di Dusun Mundu.

4.2 Pengertian Upacara Secara Umum

Upacara berasal dari Bahasa Sansekerta “Upa” dan “Cara”. Kata upa

berarti dekat, sedangkan kata cara berarti berjalan. Jadi pengertian upacara secara

utuh adalah berjalan dekat atau berjalan selangkah demi selangkah (Notosudirjo,

1977:109), dari sudut filsafat upacara adalah suatu cara untuk melakukan

hubungan antara jiwa dan raga, antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa,

degan jalan melakukan adanya niat untuk mencapai suatu kesucian jiwa.

Sebagian besar masyarakat Dusun Mundu masih mempercayai akan

adanya makhluk halus. Makhluk halus menurut pandangan mereka ada yang

menguntungkan dan ada pula yang merugikan. Oleh karena itu penduduk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

68

berusaha untuk mengambil hatinya, yaitu dengan melakukan berbagai ritus atau

upacara. Pelaksanaan upacara atau sering disebut slametan merupakan suatu

perjamuan dalam kerukunan sosial religius yang dihadiri oleh para tetangga, serta

dengan beberapa sanak saudara dan sahabat. Kegiatan itu ditunjukan untuk

mencari keselamatan, sebagai ucapan syukur, sebagai penolak bala, serta

memohon pengampunan dosa (Koentjaraningrat, 1990: 147).

Hal ini berarti sistem upacara dalam suatu religi berwujud tindakan

manusia dalam melaksanakan kebaktian kepada Tuhan, roh nenek moyang, atau

makhluk halus lain. Sistem upacara ini biasanya terdiri dengan rangkaian kegiatan

atau beberapa tindakan, seperti berdoa, bersujud, bersesaji, makan bersama,

menari dan bernyanyi dalam usahanya untuk berkomunikasi dengan Tuhan

penghuni alam gaib (Koentjaraningrat, 1990: 147).

4.2.1 Pengertian Upacara Wiwitan

Pada umumnya secara sederhana manusia menganggap bahwa hidup itu

bergerak. Manusia bergerak berarti manusia itu hidup, binatang itu bergerak

berarti binatang itu hidup. Sebaliknya, sesuatu yang tidak bergerak maka dianggap

tidak hidup. Manusia mempunyai hasrat untuk hidup. Manusia menghadapi dunia

gaib dengan berbagai perasaan, misalnya percaya, cinta, hasrat, takut, dan

sebagainya.

Upacara Wiwitan merupakan sebuah upacara tradisional yang masih

dilakukan oleh masyarakat Jawa. Kata “wiwitan” berasal dari kata dasar “wiwit”

yang berarti mulai mengerjakan (Mangunsuwito, 2013:311). Wiwitan yang dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

69

bahasa Indonesia berarti memulai panen. Upacara Wiwitan adalah upacara yang

dilakukan sebelum panen padi dan sebagai alat untuk menghormati Dewi Sri dan

sebagai wujud rasa terima kasih dan rasa syukur terhadap Tuhan atas anugerah

yang diberikan berupa hasil panen yang melimpah (Wawancara, Bapak Sihono

tanggal 10 April 2013).

4.3 Tujuan Upacara Wiwitan

Berdasarkan kepercayaan masyarakat Jawa, Dewi Sri telah dianggap

sebagai dewi kesuburan. Bukan hanya berhenti sebagai mitos, melainkan mitos itu

dipertahankan dan diwujudkan dalam upacara Wiwitan oleh petani Jawa. Tradisi

wiwitan merupakan ajaran leluhur yang dinilai positif untuk terus dilestarikan,

mengingat mensyukuri hasil panen merupakan bagian dari ungkapan syukur

kepada sang Pencipta

Dari penjelasan beberapa warga Mundu tujuan upacara Wiwitan ini supaya

sawah terus diberi kesuburan, panen padi selalu melimpah, hasil panen lebih baik,

tanaman tidak diganggu hama, tanah selalu subur, dan untuk menghormati dewi

kesuburan, Dewi Sri.

4.4 Proses dan Makna Upacara Wiwitan

Upacara Wiwitan dilakukan para petani di Dusun Mundu 2 atau 3 hari

(dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi) sebelum dilakukan panen padi.

Padi yang siap dipanen kira-kira berusia 95 hari dan diadakan tiga kali dalam satu

tahun. Upacara wiwitan dipimpin oleh seorang tokoh adat setempat, yang disebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

70

Mbah Kaum. Dalam pelaksanaan proses upacara Wiwitan dibagi menjadi tiga

tahap sebagai berikut:

4.4.1 Tahap Persiapan dan Maknanya

Pada tahap ini pemilik sawah memilih dan menentukan hari pelaksanaan

upacara Wiwitan. Pemilihan dan penentuan hari tidak boleh dilakukan dengan

sembarangan. Hal ini berkaitan dengan sistem kepercayaan masyarakat Dusun

Mundu yang mempercayai bahwa semua hajatan penting harus dicarikan hari

yang baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sihono tanggal 10 April

2013, dalam memilih hari untuk pelaksanaan upacara Wiwitan masyarakat Dusun

Mundu menghindari tanggal 1 Sura dan hari geblak orang tua, anak, dan pasangan

hidup. Makna kegiatan dari hal ini adalah bahwa jika melakukan kegiatan pada

hari tersebut dipercaya hasil panen akan gagal, karena hari-hari tersebut

seharusnya digunakan untuk berdoa.

Tabel 7. Perhitungan hari dan pasaran.

Hari

Pasaran

Legi (5) Pahing (9) Pon (7) Wage (4) Kliwon (8)

Minggu (5) 10 14 12 9 13

Senin (4) 9 13 11 8 12

Selasa (3) 8 12 10 7 11

Rabu (7) 12 16 14 11 15

Kamis (8) 13 17 13 12 16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

71

Jumat (6) 11 15 13 10 14

Sabtu (9) 14 18 16 13 17

Sumber: wawancara Bapak Sihono, 10 April 2013.

Setelah hari sudah ditentukan kira-kira 2 atau 3 hari sebelum panen,

pemilik sawah mempersiapkan sesaji dan peralatan yang akan digunakan meliputi:

kemenyan, kembang setaman, duit seketheng, sisir, cermin, bedak dingin, parem,

empon-empon, ani-ani, membuat sego liwet, gudangan, dan jajan pasar.

Dalam upacara Wiwitan diperlukan adanya perlengkapan sebagai sarana

untuk mencapai tujuan dari upacara Wiwitan. Berbagai sarana penunjang atau

perlengkapan upacara adalah berupa sesaji. Sesaji memegang peranan penting

karena merupakan sarana penghantar doa-doa manusia kepada Tuhan. Sesaji

berasal dari kata saji yang artinya hidangan (makanan dan lauk-pauk yang telah

disediakan pada suatu tempat untuk dimakan) (Sugono, 2008:1203). Bersesaji

adalah mempersembahkan sajian dalam upacara keagamaan yang dilakukan

secara simbolis dengan tujuan untuk berkomunikasi dengan kekuatan gaib,

dengan jalan mempersembahkan makanan dan benda-benda lain yang

melambangkan maksud dari komunikasi tersebut. Tahap persiapan ini dilakukan

di rumah.

4.4.2 Tahap Pelaksanaan Inti Ritual dan Maknanya

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sihono dan Mbah Gimo

tanggal 16 April 2013, pada tahap ini Mbah Gimo selaku Mbah Kaum memulai

dengan meletakkan sesaji berupa kemenyan yang dibakar di dekat padi dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

72

galengan. Pembakaran ini untuk mengikrarkan atau semacam penanda dimulainya

upacara. Kemudian umborampe yang berupa kembang setaman yang ditindih duit

seketheng diletakkan di dekat kemenyan yang dibakar yang disebut wajib tindih.

Wajib tindih dimaksudkan sebagai ucapan terima kasih kepada “penunggu” di

mana upacara digelar. Kemudian sesaji yang lainnya adalah sisir dan cermin yang

biasanya dibarengkan dengan bedak dingin dan parem. Umborampe ini

diperuntukkan bagi Dewi Sri penguasa pertanian agar senantiasa ayu, cantik,

wangi, dan menarik sehingga hasil panen pertanian mereka menjadi ayu, cantik,

dan menarik pula.

Ada juga umborampe yang disebut empon-empon berupa sirih, tembakau,

kapur sirih, dan gambir yang diletakkan di sawah. Makna perlengkapan dari

empon-empon tersebut adalah agar tanaman padi bersinar sehat. Sesaji empon-

empon juga diperuntukkan kepada Dewi Sri.

Selain itu juga meletakkan ani-ani di antara sesaji yang lainnya. Ani-ani

tersebut digunakan untuk memetik padi yang akan digunakan dalam proses

mantenan atau mboyong mbok Sri.

Setelah sesaji sudah lengkap kemudian pemimpin upacara membacakan

doa yang ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Dewi Sri. Setelah doa,

mbah kaum memetik sedikit padi yang nantinya akan dibawa pulang pemilik

sawah. Pemetikan padi ini disebut mantenan atau mboyong mbok Sri. Hal ini

sebagai tanda wujud Dewi Sri yang sudah dipertemukan dengan patihnya. Dalam

proses ini, padi yang dipetik sesuai dengan perhitungan hari dan pasarannya (lihat

tabel 7). Misalnya, pemilik sawah memilih hari Rabu pahing maka padi yang akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

73

dipetik sejumlah 16 pasang. Tahap ini dilakukan di sawah. (wawancara Bapak

Sihono, 10 April 2013.)

4.4.3 Tahap Pascaritual dan Maknanya

Setelah ritual Wiwitan selesai pemilik sawah membagikan nasi wiwitan

yang dibungkus daun pisang kepada yang hadir di sawah, biasanya anak-anak

kecil. Hal ini dimaksudkan sebagai ucap syukur dan sedekah.

Nasi wiwitan itu terdiri dari sego liwet yang dicampur sambel gepeng yang

dibuat dari kacang tholo atau kedelai hitam, cabe, garam yang diuleg bersama

gereh pethek. Selain itu nasi wiwitan juga dilengkapi dengan kotosan (daun turi

dan daun dadap yang direbus), telur ayam rebus yang diiris menjadi beberapa

bagian, buah, dan jajanan pasar. Dalam nasi wiwitan menggunakan sego liwet

karena selain mudah proses pembuatannya juga sebagai wujud kesederhanaan

seorang petani. Gereh pethek yang terdapat dalam sambel gepeng melambangkan

wujud patih Dewi Sri. (wawancara Bapak Sihono dan Ibu Iplis tanggal 16 April

2013)

Kemudian kotosan tadi dibuang di tepi atau sudut-sudut sawah atau

disebut ngguwaki. Menurut Bapak Sihono hal ini dimaksudkan untuk memberi

upah kepada “penunggu” sawah. Tahap ini dilakukan di sawah. Namun, jika nasi

wiwitan masih tersisa, nasi wiwitan bisa juga dibagikan kepada orang yang

ditemui ketika perjalanan pulang atau dibagikan kepada tetangga di dekat rumah

pemilik sawah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

74

4.5.3 Rangkuman

Proses pelaksanaan upacara Wiwitan ini mempunyai tiga tahapan besar

yaitu:

1. Tahap Persiapan, dalam tahap ini pemilik sawah memilih dan

menentukan hari pelaksanaan upacara Wiwitan dan mempersiapkan

sesaji serta peralatan yang akan digunakan. Dalam tahap ini terdapat

makna kegiatan yaitu dalam pemilihan hari yang menghindari tanggal

1 Sura dan hari geblak orang tua, anak, dan pasangan hidup memiliki

maksud bahwa jika melakukan kegiatan pada hari tersebut dipercaya

hasil panen akan gagal, karena hari-hari tersebut seharusnya digunakan

untuk berdoa.

2. Tahap Pelaksanaan Inti Ritual, pada tahap ini pemilik sawah

mengundang pemimpin adat yang disebut Mbah Kaum untuk

memimpin upacara dan membacakan doa yang ditujukan kepada

Tuhan Yang Maha Esa dan Dewi Sri. Kemudian ia memetik sedikit

padi yang nantinya akan dibawa pulang pemilik sawah yang disebut

mantenan atau mboyong mbok Sri. Pada tahap ini terdapat dua makna

kegiatan yaitu: (a) Dalam pembakaran kemenyan untuk mengikrarkan

atau semacam penanda dimulainya upacara, (b) Pemetikan padi yang

disebut mantenan atau mboyong mbok Sri sebagai tanda wujud Dewi

Sri yang sudah dipertemukan dengan patihnya. Sedangkan untuk

makna perlengkapannya adalah sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

75

a. Wajib tindih (kembang setaman yang ditindih duit seketheng)

dimaksudkan sebagai ucapan terima kasih kepada “penunggu”

tempat di mana upacara digelar.

b. Umborampe yang berupa sisir dan cermin yang biasanya

dibarengkan dengan bedak dingin dan parem diperuntukkan bagi

Dewi Sri, penguasa pertanian agar senantiasa ayu, cantik, wangi,

dan menarik sehingga hasil panen pertanian mereka menjadi ayu,

cantik, dan menarik pula.

c. Sesaji empon-empon yang berupa sirih, tembakau, kapur sirih, dan

gambir yang diletakkan di sawah dan diperuntukkan kepada Dewi

Sri agar tanaman padi bersinar sehat.

d. Ani-ani sebagai alat untuk memetik padi yang akan digunakan

dalam proses mantenan atau mboyong mbok Sri.

3. Tahap Pascaritual, pada tahap ini pemilik sawah membagikan nasi

wiwitan kepada tetangga yang ikut hadir di sawah. Kemudian pemilik

sawah membuang kotosan di tepi atau sudut-sudut sawah atau disebut

ngguwaki di sawah. Namun, jika nasi wiwitan masih tersisa, nasi

wiwitan bisa juga dibagikan kepada orang yang ditemui ketika

perjalanan pulang atau dibagikan kepada tetangga di dekat rumah

pemilik sawah. Pada tahap ini terdapat dua makna kegiatan, yaitu: (a)

pemilik sawah membagikan nasi wiwitan dimaksudkan sebagai ucap

syukur dan sedekah. (b) proses ngguwaki (membuang kotosan di tepi

atau sudut-sudut sawah) dimaksudkan untuk memberi upah kepada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

76

“penunggu” sawah. Sedangkan untuk makna perlengkapannya adalah

sebagai berikut:

a. Nasi wiwitan menggunakan sego liwet sebagai wujud

kesederhanaan seorang petani,

b. Gereh pethek yang terdapat dalam sambel gepeng melambangkan

wujud patih Dewi Sri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

77

BAB V

FUNGSI UPACARA WIWITAN

BAGI MASYARAKAT DI DUSUN MUNDU

5. 1 Pengantar

Dalam bab V ini akan dijelaskan fungsi upacara Wiwitan bagi masyarakat

di Dusun Mundu. Penjelasan fungsi upacara Wiwitan didasarkan pada kebiasaan

yang dilakukan oleh masyarakat di Dusun Mundu yang masih menyelenggarakan

upacara Wiwitan dan dari deskripsi mengenai proses ritual upacara Wiwitan itu

sendiri. Penjelasan dalam bab ini diawali dengan fungsi yang terdapat dalam

upacara Wiwitan, dan diakhiri dengan sebuah rangkuman mengenai fungsi

upacara Wiwitan.

5. 2 Fungsi Upacara Wiwitan Bagi Masyarakat di Dusun Mundu

Upacara Wiwitan sebenarnya memiliki fungsi yang tinggi dalam

masyarakat di Dusun Mundu. Menurut Taum (2004:96-97) terdapat empat fungsi

upacara adat. Empat fungsi tersebut adalah sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

78

5.2.1 Fungsi Magis

Fungsi Magis yang terdapat dalam upacara Wiwitan dikaitkan sebagai

sarana masyarakat menghargai roh leluhur dan percaya dengan roh halus. Hal ini

berkaitan dengan kepercayaan masyarakat yang masih percaya pada roh leluhur

dan roh halus. Masyarakat percaya bahwa dalam memulai upacara Wiwitan arwah

leluhur menjadi mediator untuk menghantar permohonan keselamatan atau

keberhasilan kepada Tuhan. Dalam proses ngguwaki (membuang kotosan di tepi

atau sudut-sudut sawah) yang dimaksudkan untuk memberi upah kepada

“penunggu” sawah membuktikan bahwa masyarakat percaya dengan adanya roh

halus penunggu sawah.

5.2.2 Fungsi Religius

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sihono dan Bapak Tugiman,

fungsi religius yang terdapat dalam upacara Wiwitan adalah sebagai sarana

masyarakat Jawa memuja Tuhan.

Menurut Mulder (1983:39-41), dalam etika Jawa bila manusia berjuang

memperbaiki diri, maka sebagai akibatnya kondisi-kondisi duniawi mereka pun

akan meningkat, namun tujuan kebatinan tetaplah hubungan perseorangan yang

selaras dengan “Tuhan”, terlepas dari ada tidaknya konsekuensi-konsekuensi

duniawi itu. Oleh karena itu, manusia dengan setia menjalankan kewajiban di

tempat tugasnya masing-masing –apakah sebagai petani atau sebagai pelayan,

sebagai pejabatatau sebagai raja– bukan karena prakarsa atau tanggung jawab

pribadi melainkan karena pasrah menerima tugas dan kewajiban itu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

79

menjalankannya dalam tempat hidupnya di mana orang itu lahir dan bertindak

menurut hukum karma, hukum Tuhan dan hukum manusia. Manusia baik adalah

manusia yang sejalan dengan Tuhan dan dengan tatanan masyarakat yang

ditentukan oleh Tuhan sehingga manusia menggaris bawahi ungkapan “saya tidak

bisa apa-apa; saya tidak punya apa-apa” dalam semangat menyerahkan segala-

galanya kepada Tuhan.

Menurut Endraswara (2010:62) orang Jawa percaya bahwa segala sesuatu

yang terjadi pada manusia itu merupakan kepastian Tuhan dengan

mempertimbangkan ikhtiyar manusia. Karena merupakan takdir Tuhan maka

segala yang telah terjadi harus diterima dengan hati ikhlas. Tentang kepercayaan

orang Jawa terhadap takdir, siapapun tak bisa menghalangi. Takdir ini tidak bisa

diubah, maka manusia hanya sumarah, mendasarkan diri pada kehendak (takdir)

Tuhan. Namun demikian manusia berhak berikhtiar (wiradat). Kehadiran takdir

tak membuat pribadi Jawa menjadi fatalistik, tak mau berusaha dan bekerja.

Orang Jawa berpendapat bahwa manusia wajib berikhtiar. Maksudnya, dalam

segala hal harus berusaha sakadarira (semampunya). Manusia wajib berusaha,

ketentuan di tangan Tuhan. Ikhtiar dalam istilah Jawa dinamakan kupiya (usaha)

secara lahir dan batin. Kupiya tersebut mengimplikasikan bahwa hidup perlu

dijalani sewajarnya.

Dari pandangan tersebut, upacara Wiwitan merupakan sarana manusia

memuja Tuhan. Dalam hal ini terjadi interaksi vertikal antara manusia dengan

sang pencipta. Interaksi vertikal dalam prosesi upacara Wiwitan terlihat dalam

ritual doa. Di sinilah terjadi interaksi vertikal antara manusia dengan Tuhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

80

bahwa prosesi ini adalah sebagai alat untuk rasa bersyukur terhadap sang pencipta

atas hasil panen yang melimpah. Rasa syukur ini diwujudkan dengan membagi-

bagikan makanan yang sekaligus sebagai sesaji kepada masyarakat di

sekelilingnya.

Upacara Wiwitan juga sebagai salah satu ikhtiar atau usaha manusia dalam

kepercayaannya terhadap gagal panen. Meskipun segala sesuatu yang terjadi pada

manusia itu merupakan kepastian Tuhan dan manusia hanya wajib berusaha serta

tetap pada keyakinan bahwa segala ketentuannya berada di tangan Tuhan, upacara

Wiwitan sebagai wujud nyata usaha manusia dalam mencari keselamatan dan

mencegah terjadinya gagal panen.

5.2.3 Fungsi Faktitif

Menurut Bapak Sihono dan Bapak Tugiman, fungsi faktitif upacara

Wiwitan sebagai sarana masyarakat Jawa menghargai sesama. Dengan adanya

sikap menghargai sesama dapat meningkatkan produktivitas atau kekuatan, atau

pemurnian dan perlindungan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan

kelompok masyarakat.

Menurut Mulder (1983:41-46) bagi orang Jawa, kemanunggalan berarti

keteraturan –yaitu ketenteraman, keseimbangan, hal dapat diramalkan, kesopanan

dan keharmonisan diantara bagian-bagian– baik secara perseorangan maupun

secara sosial. Itu berarti, upacara-upacara harus dilakukan secara ketat pada saat

yang cocok, tingkah laku harus diatur bentuk-bentuk harmonis harus dijaga, dan

semua konflik terbuka harus dihindari. Usaha menjaga tatanan sosial dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

81

menghindari konflik-konflik serta kecenderungan-kecenderungan yang bersifat

memecah belah juga akan membawa pribadi ke arah hidup yang tenang tenteram.

Ketertiban itu adalah ketertiban formal seperti terwujud dalam upacara dan ritual,

praktek birokrasi, pelaksanaan tatakrama dan kekuasaan kelompok atas para

anggotanya.

Di dalam upacara Wiwitan di Dusun Mundu terjadi interaksi horizontal

antara manusia dengan manusia. Hal ini dapat dilihat ketika pemilik sawah

membagikan nasi wiwitan kepada masyarakat di sekelilingnya. Dari interaksi

horizontal antara manusia dengan manusia tersebut diharapkan akan terjalin

sebuah kerukunan dalam masyarakat. Melalui upacara Wiwitan, keharmonisan

dalam bermasyarakat (masyarakat desa) akan tetap terjaga. Dalam hal ini terjadi

interaksi sosial antara individu satu dengan yang lain dan kita diajarkan untuk

saling berbagi kepada sesama sebagai ucapan syukur kita atas segala rezeki yang

telah diberikan Tuhan kepada kita.

5.2.4 Fungsi Intensifikasi

Fungsi intensifikasi yang terdapat dalam upacara Wiwitan berdasarkan

hasil wawancara yaitu sebagai sarana masyarakat Jawa menghargai alam. Hal

tersebut mengarah kepada mengintensifkan kesuburan dan panenan.

Menurut Magnis Suseno (1985:85), hubungan antara masyarakat dengan

alam saling berkaitan. Melalui masyarakat manusia berhubungan dengan alam.

Irama-irama alamiah seperti siang dan malam, musim hujan dan musim kering

menentukan kehidupannya sehari-hari dan seluruh perencanaannya. Dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

82

lingkungan sosial manusia belajar bahwa alam bisa mengancam, tetapi juga

memberikan berkat dan ketenangan, bahwa seluruh eksistensinya tergantung dari

alam. Tahap-tahap penanaman dan penuaian padi masing-masing, begitu pula

tugas-tugas lainnya sebagai petani, dipelajarinya dari masyarakat. Dengan

demikian hidupnya memperoleh keteraturan. Melalui lingkungannya manusia

belajar untuk berhubungan dengan alam, irama alam menjadi iramanya sendiri,

manusia belajar apa yang harus dikerjakannya pada saat-saat yang sesuai.

Dengan demikian petani Jawa di satu pihak menemukan identitasnya

dalam kelompoknya, di lain pihak melalui kelompoknya ia terus menerus

berhadapan dengan alam sebagai kekuasaan yang menentukan kehidupannya

seluruhnya. Hal itu paling jelas dalam pertanian di mana segala kerajinan petani

hanya merupakan prasyarat bagi keberhasilan panenan.

Di dalam upacara Wiwitan di Dusun Mundu terjadi interaksi horizontal

antara manusia dengan alam. Letak interaksi horizontal antara manusia dan alam

ditunjukan dalam prosesi “ngguwaki” (membuang). Prosesi ini dilakukan dengan

membuang sesaji kotosan di pojok-pojok sawah. Disinilah telah terjadi interaksi

antara manusia dengan alam di mana interaksi tersebut saling menguntungkan

yaitu ketika kotosan dibuang di pojok-pojok sawah akan menjadi makanan bagi

cacing-cacing tanah dan mikroorganisme lain, sehingga cacing dan

mikroorganisme dalam tanah berkembang lebih baik dan tanah akan menjadi

subur. Bila tanah subur diharapkan hasil panen pun akan melimpah. Dari interaksi

horizontal anatara manusia dengan alam tersebut diharapkan supaya manusia tetap

menghormati dan menjaga alam serta tidak merusak alam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

83

5. 3 Rangkuman

Ada empat fungsi upacara Wiwitan bagi masyarakat di Dusun Mundu,

yaitu:

1. Fungsi magis sebagai sarana masyarakat menghargai roh leluhur dan

percaya dengan roh halus. Masyarakat percaya bahwa dalam memulai

upacara Wiwitan arwah leluhur menjadi mediator untuk menghantar

permohonan keselamatan atau keberhasilan kepada Tuhan dan percaya

adanya roh penunggu sawah.

2. Fungsi religius sebagai sarana masyarakat Jawa memuja Tuhan.

Upacara Wiwitan merupakan sarana manusia memuja Tuhan. Dalam hal

ini terjadi interaksi vertikal antara manusia dengan sang pencipta.

Interaksi vertikal dalam prosesi upacara Wiwitan terlihat dalam ritual

doa. Di sinilah terjadi interaksi vertikal antara manusia dengan Tuhan

bahwa prosesi ini adalah sebagai alat untuk rasa bersyukur terhadap

sang pencipta atas hasil panen yang melimpah.

3. Fungsi faktitif sebagai sarana masyarakat Jawa menghargai sesama.

Dalam upacara Wiwitan di Dusun Mundu terjadi interaksi horizontal

antara manusia dengan manusia. Dari interaksi horizontal antara

manusia dengan manusia tersebut diharapkan akan terjalin sebuah

kerukunan dalam masyarakat. Melalui upacara Wiwitan, keharmonisan

dalam bermasyarakat (masyarakat desa) akan tetap terjaga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

84

4. Fungsi intensifikasi sebagai sarana masyarakat Jawa menghargai alam.

Hubungan antara masyarakat dengan alam saling berkaitan. Melalui

masyarakat manusia berhubungan dengan alam. Dalam upacara

Wiwitan di Dusun Mundu terjadi interaksi horizontal antara manusia

dengan alam. Letak interaksi horizontal antara manusia dan alam

ditunjukan dalam prosesi “ngguwaki” (membuang). Prosesi ini

dilakukan dengan membuang sesaji kotosan di pojok-pojok sawah.

Disinilah telah terjadi interaksi antara manusia dengan alam. Dari

interaksi horizontal antara manusia dengan alam tersebut diharapkan

supaya manusia tetap menghormati dan menjaga alam serta tidak

merusak alam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

85

BAB VI

PENUTUP

6. 1 Kesimpulan

Penelitian yang berjudul “Tradisi Wiwitan Masyarakat Jawa di Dusun

Mundu, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta: Kajian Mitos, Ritus, Makna

dan Fungsi” ini memaparkan tiga permasalahan utama yaitu: (1) menjelaskan dan

mengungkap kajian struktural mitos Dewi Sri yang melatarbelakangi upacara

Wiwitan dalam masyarakat Jawa di Dusun Mundu, Caturtunggal, Depok, Sleman,

Yogyakarta; (2) deskripsi proses dan makna upacara Wiwitan di Dusun Mundu,

Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta; (3) deskripsi fungsi yang terkandung

dalam upacara Wiwitan bagi masyarakat di Dusun Mundu, Caturtunggal, Depok,

Sleman, Yogyakarta.

Dari tiga permasalahan utama tersebut, dapat disimpulkan bahwa mitos

Dewi Sri melatarbelakangi tradisi upacara Wiwitan. Terdapat banyak sekali versi

mengenai mitos Dewi Sri yang beredar di pulau Jawa, namun dalam masyarakat

Dusun Mundu ada dua versi mitos Dewi Sri yang dipercaya. Melalui kajian teori

struktural A.J Greimas yang meliputi skema aktansial dan struktur fungsional

memberikan kontribusi dalam memahami mitos Dewi Sri sebagai sastra lisan

yang menyeluruh. Dari kajian struktural kedua mitos Dewi Sri tersebut, dapat

disimpulkan bahwa mitos Dewi Sri memiliki pola aktansial yang sama. Hal ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

86

membuktikan bahwa struktur mitos Dewi Sri dapat bertahan terhadap perubahan

zaman.

Proses pelaksanaan upacara Wiwitan ini mempunyai tiga tahapan besar

yaitu: (1) Tahap Persiapan, dalam tahap ini pemilik sawah memilih dan

menentukan hari pelaksanaan upacara Wiwitan dan mempersiapkan sesaji serta

peralatan yang akan digunakan. Dalam tahap ini terdapat makna kegiatan yaitu

dalam pemilihan hari yang menghindari tanggal 1 Sura dan hari geblak orang tua,

anak, dan pasangan hidup memiliki maksud bahwa jika melakukan kegiatan pada

hari tersebut dipercaya hasil panen akan gagal, karena hari-hari tersebut

seharusnya digunakan untuk berdoa, (2) Tahap Pelaksanaan Inti Ritual, pada

tahap ini pemilik sawah mengundang pemimpin adat yang disebut Mbah Kaum

untuk memimpin upacara dan membacakan doa yang ditujukan kepada Tuhan

Yang Maha Esa dan Dewi Sri. Kemudian ia memetik sedikit padi yang nantinya

akan dibawa pulang pemilik sawah yang disebut mantenan atau mboyong mbok

Sri. Pada tahap ini terdapat dua makna kegiatan yaitu: (a) Dalam pembakaran

kemenyan untuk mengikrarkan atau semacam penanda dimulainya upacara, (b)

Pemetikan padi yang disebut mantenan atau mboyong mbok Sri sebagai tanda

wujud Dewi Sri yang sudah dipertemukan dengan patihnya. Sedangkan untuk

makna perlengkapannya adalah sebagai berikut: (a) Wajib tindih (kembang

setaman yang ditindih duit seketheng) dimaksudkan sebagai ucapan terima kasih

kepada “penunggu” tempat di mana upacara digelar, (b) Umborampe yang berupa

sisir dan cermin yang biasanya dibarengkan dengan bedak dingin dan parem

diperuntukkan bagi Dewi Sri, penguasa pertanian agar senantiasa ayu, cantik,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

87

wangi, dan menarik sehingga hasil panen pertanian mereka menjadi ayu, cantik,

dan menarik pula. (c) Sesaji empon-empon yang berupa sirih, tembakau, kapur

sirih, dan gambir yang diletakkan di sawah dan diperuntukkan kepada Dewi Sri

agar tanaman padi bersinar sehat. (d) Ani-ani sebagai alat untuk memetik padi

yang akan digunakan dalam proses mantenan atau mboyong mbok Sri, terakhir (3)

Tahap Pascaritual, pada tahap ini pemilik sawah membagikan nasi wiwitan kepada

tetangga yang ikut hadir di sawah. Kemudian pemilik sawah membuang kotosan

di tepi atau sudut-sudut sawah atau disebut ngguwaki di sawah. Namun, jika nasi

wiwitan masih tersisa, nasi wiwitan bisa juga dibagikan kepada orang yang

ditemui ketika perjalanan pulang atau dibagikan kepada tetangga di dekat rumah

pemilik sawah. Pada tahap ini terdapat dua makna kegiatan, yaitu: (a) pemilik

sawah membagikan nasi wiwitan dimaksudkan sebagai ucap syukur dan sedekah.

(b) proses ngguwaki (membuang kotosan di tepi atau sudut-sudut sawah)

dimaksudkan untuk memberi upah kepada “penunggu” sawah. Sedangkan untuk

makna perlengkapannya adalah sebagai berikut: (a) Nasi wiwitan menggunakan

sego liwet sebagai wujud kesederhanaan seorang petani, (b) Gereh pethek yang

terdapat dalam sambel gepeng melambangkan wujud patih Dewi Sri.

Ada empat fungsi upacara Wiwitan bagi masyarakat di Dusun Mundu,

yaitu: (a) fungsi magis sebagai sarana masyarakat menghargai roh leluhur dan

percaya dengan roh halus, (b) fungsi religius sebagai sarana masyarakat Jawa

memuja Tuhan. Upacara Wiwitan merupakan sarana manusia memuja Tuhan.

Dalam hal ini terjadi interaksi vertikal antara manusia dengan sang pencipta.

Interaksi vertikal dalam prosesi upacara Wiwitan terlihat dalam ritual doa. Di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

88

sinilah terjadi interaksi vertikal antara manusia dengan Tuhan bahwa prosesi ini

adalah sebagai alat untuk rasa bersyukur terhadap sang pencipta atas hasil panen

yang melimpah, (c) fungsi faktitif sebagai sarana masyarakat Jawa menghargai

sesama. Dalam upacara Wiwitan di Dusun Mundu terjadi interaksi horizontal

antara manusia dengan manusia. Dari interaksi horizontal antara manusia dengan

manusia tersebut diharapkan akan terjalin sebuah kerukunan dalam masyarakat.

Melalui upacara Wiwitan, keharmonisan dalam bermasyarakat (masyarakat desa)

akan tetap terjaga, (d) fungsi intensifikasi sebagai sarana masyarakat Jawa

menghargai alam. Hubungan antara masyarakat dengan alam saling berkaitan.

Melalui masyarakat manusia berhubungan dengan alam. Dalam upacara Wiwitan

di Dusun Mundu terjadi interaksi horizontal antara manusia dengan alam. Letak

interaksi horizontal antara manusia dan alam ditunjukan dalam prosesi

“ngguwaki” (membuang). Prosesi ini dilakukan dengan membuang sesaji kotosan

di pojok-pojok sawah. Disinilah telah terjadi interaksi antara manusia dengan

alam. Dari interaksi horizontal antara manusia dengan alam tersebut diharapkan

supaya manusia tetap menghormati dan menjaga alam serta tidak merusak alam.

6. 2 Saran

Penelitian tentang upacara Wiwitan masyarakat Dusun Mundu yang

mencakup kajian mitos, ritus, makna, dan fungsi ini diharapkan dapat

dikembangkan lebih luas lagi oleh peneliti selanjutnya menggunakan sudut

pandang yang berbeda misalnya meneliti upacara Wiwitan yang ada di daerah

lain, meneliti doa atau mantra yang ada dalam upacara Wiwitan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

89

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta

Budiaman. 1979. Folklor Betawi. Jakarta: Pustaka Jaya.

Bratawidjaja, Thomas Wiyasa. 1988. Upacara Tradisional Masyarakat Jawa.

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Danandjaja, James. 2002. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain.

Jakarta: Grafiti Press.

Dhavamony, Mariasusai. 1995. Fenomenologi Agama. Yogyakarta: Kanisius.

Endraswara, Suwardi. 2004. Dunia Hantu Orang Jawa: Alam Misteri, Magis, dan

Fantasi Kejawen. Yogyakarta: Narasi.

__________. 2005. Buku Pinter Budaya Jawa: Mutiara Adiluhung Orang Jawa.

Yogyakarta: Gelombang Pasang.

__________. 2009. Metodologi Penelitian Folklor: Konsep, Teori, dan Aplikasi.

Yogyakarta: Medpress.

__________. 2010. Falsafah Hidup Jawa. Yogyakarta: Cakrawala.

Koentjaraningrat. 1986. Pengantar Antropologi. Jakarta: Aksara Baru

Kuntjara, Esther. 2006. Penelitian Kebudayaan: Sebuah Paduan Praktis.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kurniawan, Benny. 2012. Ilmu Budaya Dasar. Tangerang: Jelajah Nusa

Maharkesti dkk. 1988/1989. Upacara Tradisional Siraman Pustaka Kraton

Yogyakarta. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Mangunsuwito, S.A. 2013. Kamus Bahasa Jawa. Bandung: Yrama Widya.

Misnawati. 2013. “Hiyang Wadian dalam Miya Paju sapuluh di Kabupaten Barito

Timur (Kajian Ekopuitika dan Interpretatif Simbolik)” dalam Suwardi

Endraswara dkk. Folklor dan Folklife dalam Kehidupan Dunia Modern:

Kesatuan dan Keberagaman. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

90

Namawi, H. Hadari dan H Mimi Martini. 1994. Penelitian Terapan. Yogyakarta:

Gajam Mada University Press.

Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis, Pembuatan

Proposal, dan Laporan Penelitian. Malang: Universitas Muhamadiyah

Malang.

Hardjowirogo, Marbangun. 1983. Manusia Jawa. Jakarta: Yayasan Idayu.

Herusatoto, Budiono. 1984. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: PT.

Hanindita

Mulder, Niels. 1983. Kebatinan dan Hidup Sehari-hari Orang Jawa:

Kelangsungan dan Perubahan Kulturil. Jakarta: PT. Gramedia.

___________. 1984. Kepribadian Jawa Dan Pembangunan Nasional.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

___________. 1985. Pribadi dan Masyarakat di Jawa. Jakarta: Sinar Harapan.

Nasution, S. 1982. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Bandung: Jemmars.

Notosudirjo, Suwardi. 1977. Pengetahuan Bahasa Indonesia: Etimologi. Jakarta:

Mutiara.

Saksono, Ign. Gatut dkk. 2012. Faham Keselamatan dalam Budaya Jawa.

Yogyakarta: Ampera Utama.

Spradley, James P. 2006. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sugono, Dendy. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama

Suseno, Franz Magnis. 1985. Etik Jawa: Sebuah Analisa Falsafi Tentang

Kebijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta: Penerbit PT Gramedia.

Suseno, Franz Magnis dkk. 1983. Etika Jawa dalam Sebuah Tantangan: Sebuah

Bunga Rampai. Yogyakarta: Penerbit Yayasan Kanisius.

Suyami. 2008. Upacara Ritual di Kraton Yogyakarta: refleksi mithologi dalam

Budaya Jawa. Yogyakarta: Kepel Press.

Taum, Yoseph Yapi. 2004. “Tradisi Fua Pah: Ritus dan Mitos agraris Masyarakat

Dawan di Timor”. Bahasa Merajut Sastra Merunut Budaya. Yogyakarta:

Universitas Sanata Dharma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

91

__________. 2011. Studi Sastra Lisan: Sejarah, Teori, Metode dan Pendekatan

Disertai Contoh Penerapannya. Yogyakarta: Lamalera.

Tinarbuko, Sumbo. 2009. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra

Sumber Online

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Caturtunggal,_Depok,_Sleman, diunduh pada

tanggal 12 Oktober 2013

http://kiprahcaturtunggal.org/, diunduh pada tanggal 12 Oktober 2013

http://cakdurasim.blogspot.com, diunduh pada tanggal 15 Oktober 2013

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Campursari, diunduh pada tanggal 16 Oktober

2013

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Wayang_Kulit, diunduh pada tanggal 16 Oktober

2013

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Kuda_Kepang , diunduh pada tanggal 16 Oktober

2013

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Ketoprak, diunduh pada tanggal 16 Oktober 2013

www.slemankab.go.id , diunduh pada tanggal 12 Oktober 2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

92

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

93

DAFTAR NARASUMBER

1. Nama : Karyo Utomo (Mbah Gimo)

Usia : 83 tahun

Alamat : Kledokan RT 02 RW 01 CT XIX B.6 Caturtunggal Depok

Sleman Yogyakarta

Pekerjaan : Petani, sebagai pemimpin upacara Wiwitan

2. Nama : Ibu Iplis

Usia : 50 tahun

Alamat : Mundu RT 06 RW 02 jalan nangka Caturtunggal Depok

Sleman Yogyakarta

Pekerjaan : Petani, pemilik sawah

3. Nama : Bapak Tugiman

Usia : 44 tahun

Alamat : Mundu jalan perumnas RT 04 RW 02 Caturtunggal Depok

Sleman Yogyakarta

Pekerjaan : PNS, ketua RT 04

4. Nama : Bapak Sihono

Usia : 70 tahun

Alamat : Mundu jalan manggis RT 04 RW 02 Caturtunggal Depok

Sleman Yogyakarta

Pekerjaan : Wiraswasta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · tahap proses pelaksanaan ritual Wiwitan yang dipimpin Mbah Kaum, yaitu ... berfungsi untuk mengetam padi yang terbuat dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI