PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah...

155
PENERAPAN PHARMACEUTICAL CARE PASIEN ASMA DI INSTALASI FARMASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DI KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Theresia Aftria Anggraeni NIM: 108114141 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah...

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

PENERAPAN PHARMACEUTICAL CARE PASIEN ASMA DI INSTALASI

FARMASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DI KOTA

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Theresia Aftria Anggraeni

NIM: 108114141

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

i

PENERAPAN PHARMACEUTICAL CARE PASIEN ASMA DI INSTALASI

FARMASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DI KOTA

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Theresia Aftria Anggraeni

NIM: 108114141

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi

nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan

permohonan dengan ucapan syukur” Filipi 4:6-7

TERIMA KASIH KU PERSEMBAHKAN KEPADA:

TUHAN YESUS KRISTUS YANG MENJADI TIANG BATU DAN TAMENG

PERLINDUNGANKU

IBU, BAPAK, ADIK DAN KELUARGA BESAR RUSMANI TERCINTA

TEMAN, SAHABAT, DAN KEKASIH SERTA ALMAMATERKU

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

vii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala anugerah, dan kasih dalam kehidupan. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil

penelitian yang telah dilaksanakan sebagai salah satu persyaratan untuk

memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Farmasi (S. Farm) pada Program Studi Ilmu

Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa bantuan dari berbagai pihak turut

menentukan terlaksananya penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala

kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Orangtua yang selalu memberi doa, dukungan, motivasi, dan semangat hingga

saat ini penulis berhasil mempersembahkan karya ini.

2. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma dan pembimbing yang telah mendukung,

mengarahkan, serta membimbing penulis mulai dari tahap persiapan sampai

terselesaikannya penulisan skripsi ini.

3. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt., dan Ibu Dita Maria Virginia,

S.Farm., Apt., M.Sc., selaku penguji yang telah memberikan saran, kritik dan

nasehat yang berharga bagi penulis pada saat melaksanakan ujian.

4. Ibu Veronika Susi Purwanti Rahayu, S.Si., MBA., Apt., Ibu Dewi Noviyanti,

S.far., Apt., Ibu Nefi R., S.Si., Apt., dan Ibu Agung Suprihatin, S.Si., Apt.

selaku Kepala Instalasi Farmasi rumah sakit umum di Kota Yogyakarta yang

telah memberi pengarahan dan bersedia membimbing penulis selama

pelaksanaan penelitian di rumah sakit yang bersangkutan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI........................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi

PRAKATA ....................................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi

INTISARI ......................................................................................................... xvii

ABSTRACT ....................................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

1. Perumusan masalah ............................................................................. 4

2. Keaslian penelitian .............................................................................. 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

x

3. Manfaat penelitian .............................................................................. 7

B. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8

1. Tujuan umum ...................................................................................... 8

2. Tujuan khusus ..................................................................................... 8

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA............................................................... 9

A. Tinjauan Umum ........................................................................................ 9

B. Sumber Daya Manusia .............................................................................. 10

C. Pharmaceutical Care ................................................................................ 11

1. Pengkajian resep ................................................................................. 13

2. Pelayanan informasi obat .................................................................... 14

3. Konseling ............................................................................................ 18

4. Monitoring dan evaluasi ..................................................................... 20

5. Promosi dan edukasi ........................................................................... 22

6. Pelayanan residensial .......................................................................... 22

D. Pengenalan Asma ...................................................................................... 28

E. Metode Penelitian ..................................................................................... 30

F. Thematic Analysis ..................................................................................... 31

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

xi

G. Keterangan Empiris .................................................................................. 31

BAB III METODE PENELITIAN... ............................................................... 32

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................ 32

B. Variabel dan Definisi Operasional ............................................................ 32

C. Subyek Penelitian ...................................................................................... 33

D. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 34

E. Besar Sampel dan Teknik Sampling ......................................................... 34

F. Metode Pengambilan Data ........................................................................ 35

G. Instrumen Penelitian ................................................................................. 35

H. Tata Cara Penelitian dan Analisis Data .................................................... 37

I. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 40

A. Karakteristik Responden ........................................................................... 40

B. Profil Pelaksanaan Pelayanan Resep di Instalasi Farmasi Rawat Jalan

Rumah Sakit Umum di Kota Yogyakarta .................................................

43

1. Bentuk skrining administratif resep .................................................... 44

2. Bentuk skrining kesesuaian farmasetik ............................................... 46

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

xii

3. Bentuk skrining pengkajian klinis ...................................................... 49

4. Penyiapan obat .................................................................................... 52

C. Profil Pelaksanaan Pelayanan Informasi Obat (PIO) Pasien Asma di

Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum di Kota Yogyakarta.

54

1. Kegiatan pelayanan informasi obat ..................................................... 55

2. Informasi yang sekurang-kurangnya disampaikan kepada pasien ...... 59 58

3. Persiapan pemberian informasi dan edukasi ....................................... 61

D. Profil Pelaksanaan Pelayanan Konseling Pasien Asma di Instalasi

Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum di Kota Yogyakarta ...............

64

1. Kriteria pemberian konseling pada pasien .......................................... 65

2. Materi konseling ................................................................................. 68

3. Prosedur tetap konseling .................................................................... 70

4. Pertanyaan yang biasa digunakan untuk menanyakan harapan ....... 75

5. Pertanyaan untuk memastikan pengetahuan ....................................... 77

6. Informasi penanganan serangan awal asma mandiri (self care) ......... 79

E. Profil Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Pasien Asma di Instalasi

Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum di Kota Yogyakarta ...............

83

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

xiii

1. Pemantauan penggunaan obat ............................................................. 83

2. Pemantauan dan pelaporan efek samping obat ................................... 85

F. Profil Pelaksanaan Promosi dan Edukasi Pasien Asma di Instalasi

Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum di Kota Yogyakarta ...............

88

G. Profil Pelaksanaan Pelayanan Residensial (Home Care) Pasien Asma di

Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum di Kota Yogyakarta.

91

1. Kriteria pelayanan residensial ............................................................. 91

2. Langkah-langkah pelayanan residensial ............................................. 93

H. Ringkasan Hasil ........................................................................................ 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 102

A. Kesimpulan ............................................................................................... 102

B. Saran ......................................................................................................... 103

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 104

LAMPIRAN ..................................................................................................... 109

BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 136

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Item pertanyaan dalam panduan wawancara .................................................... 36

Tabel II Karakteristik responden .................................................................................... 42

Tabel III Ketentuan skrining administratif resep ............................................................ 44

Tabel IV. Ketentuan skrining kesesuaian farmasetik ....................................................... 45 47

Tabel V. Skrining pengkajian klinis ................................................................................ 48 49

Tabel VI. Proses penyiapan obat ...................................................................................... 51 52

Tabel VII. Ketentuan pelayanan informasi obat ................................................................ 54 55

Tabel VIII. Jenis informasi obat .......................................................................................... 59 59

Tabel IX. Persiapan pemberian informasi dan edukasi .................................................... 63 61

Tabel X. Kriteria pemberian konseling pada pasien ....................................................... 72 65

Tabel XI. Ketentuan pemberian materi konseling ............................................................ 76 79

Tabel XII. Prosedur tetap konseling .................................................................................. 78 71

Tabel XIII. Alasan responden tidak melaksanakan prosedur tetap

konseling secara lengkap .................................................................................. 81

74

Tabel XIV. Pertanyaan harapan .......................................................................................... 83 75

Tabel XV. Pertanyaan pemahaman pasien ......................................................................... 85 77

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

xv

Tabel XVI. Alasan tidak melaksanakan pemberian pertanyaan kepastian

pemahaman pasien ........................................................................................... 86

78

Tabel XVII. Informasi penanganan serangan awal (self care) ............................................. 88 79

Tabel XVIII. Alasan tidak memberikan informasi penanganan serangan

awal (self care) ................................................................................................. 89

81

Tabel XIX. Ketentuan pemantauan penggunaan obat ......................................................... 90 83

Tabel XX. Pemantauan dan pelaporan efek samping obat ................................................ 92 85

Tabel XXI. Alasan tidak melaksanakan pemantauan dan pelaporan ESO .......................... 94 87

Tabel XXII. Bentuk promosi dan edukasi ............................................................................ 67 88

Tabel XXIII. Alasan tidak melaksanakan promosi dan edukasi ............................................ 69 90

Tabel XXIV. Kriteria pelayanan residensial .......................................................................... 96 92

Tabel XXV. Langkah-langkah pelayanan residensial ........................................................... 98 94

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian .......................................................................................... 107 110

Lampiran 2. Surat Persetujuan Penelitian Rumah Sakit Bethesda ....................................... 108 111

Lampiran 3. Surat Persetujuan Penelitian Rumah Sakit Bethesda

Lempuyangwangi ............................................................................................. 109

112

Lampiran 4. Surat Persetujuan Penelitian Rumah Sakit

Muhammadiyah ................................................................................................ 110

113

Lampiran 5. Surat Persetujuan Penelitian Rumah Sakit Dr. Soetarto................................... 111 114

Lampiran 6. Panduan Wawancara Terstruktur ..................................................................... 112 115

Lampiran 7. Surat Kesediaan Menjadi Responden ............................................................... 119 122

Lampiran 8. Hasil Wawancara .............................................................................................. 120 123

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

xvii

INTISARI

Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang dituntut mengikuti

basis ilmu pengetahuan dan kontrol pedoman, di mana dalam pelaksanaannya

perlu penyesuaian dengan standar pelayanan berupa pharmaceutical care pasien

asma. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran dalam penerapan

pharmaceutical care pasien asma di instalasi farmasi rawat jalan rumah sakit

umum di Kota Yogyakarta berdasarkan standar pelayanan kefarmasian di rumah

sakit, standar pelayanan kefarmasian di apotek, dan pedoman penatalaksanaan

asma.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dan rancangan cross sectional

dengan pendekatan kualitatif. Pengambilan data selama periode Februari 2014 -

Maret 2014. Instrumen penelitian adalah panduan wawancara terstruktur terhadap

12 apoteker di empat instalasi farmasi rawat jalan rumah sakit umum di Kota

Yogyakarta mengenai penerapan aspek pharmaceutical care pasien asma. Data

disajikan secara kualitatif dengan thematic analysis kemudian ditampilkan dalam

bentuk tabel.

Hasil penelitian dari 12 responden diketahui bahwa penerapan

pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar

pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi dan pembinaan lebih

lanjut kepada apoteker mengenai standar pharmaceutical care bagi pasien asma.

Kata Kunci: Apoteker, pharmaceutical care, dan pasien asma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

xviii

ABSTRACT

Pharmaceutical care is an activity that required to be based on science

and guidelines’s control, where its implementation needs to be adapted with the

standard, in this case asthma pharmaceutical care monitoring. The purpose of this

study is to discover a general image of applications in pharmaceutical care to

patient with asthma in hospital’s pharmacy in Yogyakarta based on

pharmaceutical care standard in hospitals, pharmaceutical care in pharmacies, and

guidelines for asthma management.

This research is a descriptive study and cross sectional study design with

a qualitative approach using data from February 2014 to March 2014. The

research instrument is a structured interview guide about implementation aspects

of pharmaceutical care to 12 pharmacists in four hospital’s pharmacy in

Yogyakarta. The data is displayed by qualitative with thematically analysis in a

tabular form.

These results found from 12 respondents about the application of

pharmaceutical care for patient with asthma in public hospitals isn’t meet the

standards of pharmaceutical care yet, so there are needs to conduct evaluation and

guidance to pharmacists regarding the standard of pharmaceutical care for patients

with asthma.

Keywords: Pharmacist, Pharmaceutical care, and patient with asthma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asma merupakan suatu penyakit kronis yang ditimbulkan oleh adanya

inflamasi yang akan memicu pengeluaran mediator inflamasi berupa histamin,

leukotrien, sitokin, kinin, adenosin, dan kemokin. Dengan adanya keadaan ini

saluran pernapasan akan mengalami hiperesponsif dan obstruksi saluran nafas

muncul gejala mengi, sesak nafas, dan batuk. Penyakit ini menyerang orang

dewasa dan anak yang menyebabkan morbiditas dan mortilitas (Vanessa dan

Pamela, 2012).

Tahun 2010 asma menjadi lima besar penyebab kematian di dunia karena

prevalensinya mencapai 17,4%. Pada tahun 2009, satu dari 12 orang (sekitar 25

juta atau 8% dari penduduk Amerika Serikat) menderita asma (Department of

Health and Human Services, 2011). Di Indonesia, asma masuk dalam sepuluh

besar penyebab kesakitan dan kematian, dengan jumlah penderita pada tahun

2002 sebanyak 12.500.000. Survei kesehatan rumah tangga tahun 2005, mencatat

225.000 orang meninggal karena asma. Prevalensi asma di Indonesia untuk daerah

pedesaan 4,3% dan perkotaan 6,5%, dimana Yogyakarta angkanya sekitar 16,4%.

Tekanan oleh penyakit asma pada Negara Bagian Asia Tenggara yaitu 1 dari 4

orang penderita asma dewasa tidak bekerja pada tahun 2009, dan 1 dari 3 anak

yang menderita asma tidak masuk sekolah karena kekambuhan asma. Resiko

kehilangan hari kerja selama lebih dari 6 hari karena asma mencapai 19,2%

(Dinas Kesehatan Yogyakarta, 2010).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

2

The National Asthma Control Initiative (NACI) telah mengupayakan

penatalaksanaan asma, peningkatan perawatan dan kontrol asma dengan

memberdayakan dan mendorong dokter, pasien, tenaga terkait, dan siapa saja

yang hidupnya menyentuh seseorang dengan asma untuk mengikuti basis ilmu

pengetahuan perawatan dan kontrol pedoman asma untuk membantu

mempertahankan kualitas hidup pasien asma (Department of Health and Human

Services, 2011). Penatalaksanaan asma memerlukan pengobatan yang sesuai

(appropriate treatment) dan tepat (adequate treatment), yaitu tepat waktu, durasi,

dosis, dan cara/teknik pemberian terapi inhalasi (Yawn, 2005). Hal ini didukung

melalui penegasan Departemen Kesehatan Republik Indonesia bahwa peran serta

apoteker sangat dibutuhkan untuk mengarahkan pasien yang diduga menderita

asma untuk memeriksakan diri, konseling, memotivasi pasien untuk patuh dalam

pengobatan, dan memberikan informasi serta membantu dalam pencatatan untuk

pelaporan. Menteri Kesehatan Republik Indonesia mengatakan bahwa di

Indonesia sendiri upaya pengendalian asma belum terlaksana dengan baik.

Sehingga perlu adanya penyesuaian pelayanan dengan standar yang telah

ditetapkan yang akhirnya tingkat serangan dan kekambuhan asma dapat

diminimalisir, karena keberhasilan penatalaksanaan asma ditentukan oleh

beberapa faktor yaitu dokter, kepatuhan penderita beserta keluarga, dan obat-

obatan. Dalam mencapai keberhasilan tersebut maka pharmaceutical care perlu

dilaksanakan karena kegiatan ini merupakan tanggung jawab profesi Apoteker

yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien asma (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

3

Asma bersifat reversibel dan secara spontan menyerang dengan adanya

alergen seperti udara dan suhu dingin pada pasien dengan bakat asma. Dalam

jangka waktu yang singkat kondisi ini akan mengganggu aktivitas dan kualitas

hidup pasien sehingga perlu penanganan yang sesuai. Penanganan pasien asma ini

dapat dilakukan dengan melaksanakan pelayanan kefarmasian terhadap pasien

asma di rumah sakit dalam periode waktu yang singkat. Pelayanan kefarmasian di

rumah sakit diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 1197/ MENKES/ SK/ X/ 2004 yang memuat mengenai pengkajian resep,

dispensing, pemantauan dan pelaporan efek samping obat, pelayanan informasi

obat, konseling, serta monitoring dan evaluasi penggunaan obat. Dalam

pelaksanaan pelayanan kefarmasian di instalasi farmasi rawat jalan, pelayanan

kepada pasien juga diberikan dalam bentuk promosi, edukasi kesehatan, dan

pelayanan residensial yang diatur dalam standar pelayanan kefarmasian di apotek

yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004. Pelayanan kefarmasian kepada pasien asma juga

memerlukan pedoman dalam penggunaan obat bagi pasien asma yang tercantum

dalam pharmaceutical care pasien asma menurut Departemen Kesehatan

Republik Indonesia Tahun 2007. Dengan pertimbangan tersebut maka penelitian

ini ditujukan untuk mengidentifikasi seberapa besar peran apoteker dalam

menerapkan pharmaceutical care pasien asma dalam terapi pengobatan yang

dilaksanakan di instalasi farmasi rawat jalan rumah sakit umum di Kota

Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

4

1. Perumusan masalah

Berdasarkan data dan pemaparan latar belakang tersebut diatas penelitian

ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar peran serta apoteker dalam

penerapan pharmaceutical care pasien asma berdasarkan standar pelayanan

kefarmasian di rumah sakit, standar pelayanan kefarmasian di apotek, dan

pedoman penatalaksanaan asma. yang kedepannya diharapkan dapat

meningkatkan kualitas pelayanan yang telah ada dan menurunkan angka

kekambuhan asma. Fokus permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini

adalah:

a. Seperti apa pelayanan resep pasien asma di instalasi farmasi rawat

jalan rumah sakit umum di Kota Yogyakarta?

b. Seperti apa pelayanan informasi obat pasien asma di instalasi farmasi

rawat jalan rumah sakit umum di Kota Yogyakarta?

c. Seperti apa pelayanan konseling pasien asma di instalasi farmasi rawat

jalan rumah sakit umum di Kota Yogyakarta?

d. Seperti apa pelaksanaan monitoring dan evaluasi obat pasien asma di

instalasi farmasi rawat jalan rumah sakit umum di Kota Yogyakarta?

e. Seperti apa promosi dan edukasi pasien asma di instalasi farmasi rawat

jalan rumah sakit umum di Kota Yogyakarta?

f. Seperti apa kegiatan pelayanan residensial pasien asma di instalasi

farmasi rawat jalan rumah sakit umum di Kota Yogyakarta?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

5

2. Keaslian penelitian

Penelitian mengenai kesesuaian penerapan pharmaceutical care pasien

asma di instalasi farmasi rumah sakit umum di Kota Yogyakarta ini belum pernah

dilakukan. Beberapa Penelitian yang telah dilakukan antara lain “Kesesuaian

Pelaksanaan Standar Pelayanan Farmasi Berdasarkan Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 di Rumah

Sakit Umum Daerah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”, oleh Kusuma

(2008). Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian Kusuma menekankan

pada kesesuaian pelaksanaan standar pelayanan farmasi secara menyeluruh dalam

organisasi farmasi rumah sakit dan subyek penelitiannya adalah apoteker-apoteker

yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Yogakarta sedangkan penelitian ini

menekankan kesesuaian penerapan pharmaceutical care pasien asma oleh

apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum di Kota Yogyakarta.

Penelitian lain dilakukan oleh Supardi, Handayani, Raharni, Herman, dan

Susyanty (2011) yang berjudul “Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek Dan Kebutuhan Pelatihan Bagi Apotekernya”. Perbedaan dengan

penelitian ini adalah pada rancangan penelitian yang dilakukan Supardi dkk.

merupakan cross sectional dengan pendekatan kualitatif terhadap 70 apoteker

pengelola apotek di Kota Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Padang,

Banjarmasin, dan Makassar. Sedangkan penelitian ini merupakan jenis penelitian

deskriptif, dengan subyek apoteker di Instalasi Farmasi Rumah sakit.

Penelitian serupa dilakukan oleh Hartini, Sulasmono, Sukmajati, dan

Kurniawan (2006), dengan judul “Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

6

Apotek di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta”. Penelitian Hartini dkk.

dilakukan di 4 (empat) kabupaten provinsi DIY dengan responden apoteker yang

praktek profesi di apotek tersebut dan diberikan kuesioner terkait keberadaan

ruang konseling, medication record, dan tindak lanjut terapi, sedangkan penelitian

ini dilakukan di 4 (empat) Rumah Sakit Umum di Kota Yogyakarta dan

menggunakan wawancara yang terfokus pada pelayanan resep, pelayanan

informasi obat, konseling, monitoring dan evaluasi, promosi dan edukasi, serta

pelayanan residensial.

Soedarsono (2007), melakukan penelitian yang berjudul “Pelaksanaan

Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 Di Kabupaten Sleman Periode Oktober-Desember

2006”. Penelitian Soedarsono ini memiliki rancangan penelitian deskriptif dengan

penelitian yang mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di apotek yang

tertera pada peraturan Kepmenkes Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004.

Sedangkan penelitian ini memiliki standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit

yang mengacu pada Kepmenkes RI Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004, standar

pelayanan kefarmasian di apotek yang mengacu pada Kepmenkes Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004, dan pedoman penatalaksanaan asma menurut

Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007.

Penelitian yang dilakukan Sukmajati (2007) mengenai “Pelaksanaan

Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 Di Kota Yogyakarta”. Penelitian Sukmajati terbatas

pada usaha mengungkapkan suatu masalah untuk mengungkapkan fakta sesuai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

7

keadaan sebenarnya dengan mengambil 23 (dua puluh tiga) apotek sampel yang

berada di wilayah Kota Yogyakarta dan responden Apoteker Pengelola Apotek

atau Apoteker Pendamping yang dilakukan selama bulan September-November

2006. Sedangkan pada penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2014

di 4 (empat) rumah sakit umum di Kota Yogyakarta dengan responden apoteker di

instalasi farmasi rawat jalan rumah sakit.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

gambaran kesesuaian dan ketidaksesuaian “penerapan pharmaceutical

care pasien asma di instalasi farmasi rawat jalan rumah sakit umum di

Kota Yogyakarta” berdasarkan standar pelayanan kefarmasian di

rumah sakit, standar pelayanan kefarmasian di apotek, dan pedoman

penatalaksanaan asma.

b. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai:

1. Bahan evaluasi bagi instansi terkait yang berkenaan dengan

pelaksanaan pharmaceutical care pasien asma.

2. Bahan kajian bagi instalasi farmasi dalam pelayanan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian khususnya dalam

penanganan penderita asma sehingga dapat menurunkan tingkat

keparahan dan serangan asma.

3. Memberi gambaran kepada mahasiswa farmasi atau calon apoteker

untuk melakukan penelitian mengenai pelayanan kefarmasian di

rumah sakit berdasarkan standar pelayanan kefarmasian di rumah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

8

sakit, standar pelayanan kefarmasian di apotek, dan pedoman

penatalaksanaan asma.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui gambaran dalam penerapan pharmaceutical care pasien asma

di instalasi farmasi rawat jalan rumah sakit umum di Kota Yogyakarta

berdasarkan standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit, standar pelayanan

kefarmasian di apotek, dan pedoman penatalaksanaan asma.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi bentuk pelayanan resep pasien asma di instalasi

farmasi rawat jalan rumah sakit umum di Kota Yogyakarta

b. Mengidentifikasi bentuk pelayanan informasi obat pasien asma di

instalasi farmasi rawat jalan rumah sakit umum di Kota Yogyakarta?

c. Mengidentifikasi bentuk pelayanan konseling pasien di instalasi

farmasi rawat jalan rumah sakit umum di Kota Yogyakarta?

d. Mengidentifikasi pelaksanaan monitoring dan evaluasi obat pasien

asma di instalasi farmasi rawat jalan rumah sakit umum di Kota

Yogyakarta?

e. Mengidentifikasi bentuk promosi dan edukasi pasien asma di instalasi

farmasi rawat jalan rumah sakit umum di Kota Yogyakarta?

f. Mengidentifikasi pelayanan residensial pasien asma di instalasi

farmasi rawat jalan rumah sakit umum di Kota Yogyakarta?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

9

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum

Pelayanan kefarmasian dilakukan untuk menunjang keberhasilan terapi

pengobatan pada pasien. Hal ini dapat diidentifikasi dari penerapan

pharmaceutical care yang dilakukan oleh tenaga kefarmasian untuk memberikan

pelayanan yang sesuai sehingga pasien dapat mengetahui dengan pasti apa saja

terapi yang diterima. Pasien yang menerima pelayanan ini dikhususkan yang

berada dirumah sakit. Rumah sakit adalah sarana pelayanan kesehatan yang

tersedia bagi seluruh masyarakat dengan fasilitas rawat inap dan rawat jalan untuk

pelayanan pengobatan baik jangka panjang maupun jangka pendek (Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2006).

Rumah sakit memiliki instalasi yang dipimpin oleh seorang kepala

instalasi. Salah satu instalasi yang terdapat dalam rumah sakit adalah instalasi

farmasi rumah sakit (IFRS). IFRS ini merupakan unit pelayanan kesehatan yang

berorientasi pada pelayanan kefarmasian yang dipimpin oleh seorang apoteker

yang berkompeten, memenuhi persyaratan yang ada dalam Perundang-undangan

yang berlaku, dan bertanggung jawab untuk seluruh pekerjaan kefarmasian. IFRS

kemudian dibagi menjadi instalasi farmasi rawat inap dan instalasi farmasi rawat

jalan. Sasaran pelayanan instalasi farmasi rawat jalan adalah jangka panjang untuk

menunjang kehidupan sehari-hari (Siregar dan Amalia, 2004).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

10

B. Sumber Daya Manusia

Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan yang di dalamnya termasuk

pengendalian mutu sediaan, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran,

pengelolaan, pelayanan resep, pelayanan informasi, pengembangan obat, bahan

obat, dan obat tradisional. Pekerjaan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga

kefarmasian yang terdiri dari apoteker dan tenaga kefarmasian (Peraturan

Pemerintan Republik Indonesia, 2009). Apoteker adalah sarjana farmasi yang

telah menyelesaikan pendidikan profesi apoteker dan mengucapkan sumpah

sesuai dengan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan

kefarmasian sebagai apoteker. Seorang apoteker yang melakukan pekerjaan

kefarmasian berkewajiban memiliki kemampuan untuk memberi dan

menyediakan suatu pelayanan yang baik, mampu mengambil setiap keputusan

dengan tepat, dapat berkomunikasi antar profesi, dalam situasi multidisipliner

dapat menyesuaikan diri, dapat mengelola sumber daya manusia, selalu belajar

untuk meningkatkan kemampuan, membantu mengembangkan peluang dalam

meningkatkan pendidikan dan pengetahuan (Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia, 2004a). Sedangkan tenaga kefarmasian adalah tenaga yang

membantu apoteker dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian yang terdiri dari

sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi, dan tenaga menengah farmasi/

asisten apoteker (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2009).

C. Pharmaceutical Care

Awal pencetusan pharmaceutical care pada tahun 1975 oleh Mikeal yang

mengatakan bahwa pelayanan sesuai kebutuhan pasien dan menilai rasionalitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

11

peresepan obat. Kemudian berkembang pada tahun 1992, dimana pharmaceutical

care mengandung komponen praktek kefarmasian yang menunjukkan adanya

interaksi dengan pasien yang bertujuan untuk melayani kebutuhan terkait

pengobatan pasien. Pada tahun 1996 muncul paradigma baru, yaitu

pharmaceutical care berpusat pada pasien yang artinya praktek kefarmasian

berorientasi pada kebutuhan pasien dimana farmasis bekerja terfokus pada pasien

dan tenaga kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, mencegah

penyakit, menilai, memantau dan mengawasi penggunaan obat untuk menjamin

bahwa rejimen terapi obat diberikan aman dan efektif. Tahun 1997 American

Association of Colleges of Pharmacy menyatakan bahwa lulusan farmasis

bertanggung jawab untuk dapat menyelesaikan masalah (problem solver), dapat

menunjukan hasil terapi yang sesuai pada penggunaan obat yang efektif dengan

menilai sistem pelayanan kesehatan, mampu berkolaborasi dan berkomunikasi

dengan dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lain dalam sebuah tim, serta mampu

berkomitmen untuk selalu belajar guna mengembangkan dan menunjang

pelayanan (life long lerner) (Martodiharjo, 2012). Pelayanan farmasi rumah sakit

dilaksanakan untuk menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu karena tidak

dapat dipisahkan dari sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi pada

pelayanan pasien, pelayanan farmasi klinis, dan pelayanan untuk menyediakan

obat yang juga bermutu. Penyediaan obat yang bermutu terkait pemberian obat

pada pasien yang sesuai dengan indikasi, tepat guna, dan tepat dosis pemberian

serta informasi yang menyertai penggunaan obat tersebut (Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia, 2004b).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

12

Pharmaceutical care adalah sebuah filosofi yang merupakan hasil

orientasi praktik kefarmasian yang berpusat pada pasien yang membutuhkan

apoteker untuk fokus pada kebutuhan pasien dalam meningkatkan kesehatan,

mencegah penyakit, penilaian, pemantauan, memulai dan memodifikasi

penggunaan obat untuk memastikan rejimen terapi obat aman dan efektif.

Kegiatan ini bertujuan untuk mengoptimalkan kualitas kesehatan yang

berhubungan langsung dengan hidup pasien dan mendapatkan kondisi klinis yang

menguntungkan dengan pengeluaran ekonomi yang realistis (Apha, 2013).

Kendala dalam melaksanakan kegiatan pelayanan farmasi antara lain

kemampuan tenaga kefarmasian, kebijakan manajemen rumah sakit, pengetahuan

manajemen rumah sakit tentang fungsi farmasi rumah sakit, terbatasnya

pengetahuan pihak-pihak terkait tentang pelayanan farmasi rumah sakit. Kegiatan

yang dilakukan dalam memenuhi standar pelayanan farmasi rumah sakit meliputi

administrasi dan pengelolaan, staf dan pimpinan, fasilitas dan peralatan yang

dikelola dan yang disediakan untuk menunjang pelayanan, kebijakan dan

prosedur, pengembangan staf dan program pendidikan, serta evaluasi dan

pengendalian mutu (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004b).

Pelayanan kefarmasian tidak terlepas dari fungsi yang menyertai

keberlangsungan pelaksanannya, antara lain pengelolaan perbekalan farmasi dan

pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan. Kegiatan

kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan adalah mengkaji instruksi

pengobatan/ resep pasien, mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan

penggunaan obat, mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

13

dan alat kesehatan, memantau efektivitas dan keamanan penggunaan obat dan alat

kesehatan,memberi informasi pada pasien dan keluarga, memberi konseling

kepada pasien dan keluarga, melakukan pencatatan dari setiap kegiatan sebagai

bentuk dari monitoring dan evaluasi (Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia, 2004b).

Fungsi kebijakan dan prosedur merupakan hal yang perlu ditetapkan

yang dapat mencerminkan tujuan dari pelayanan farmasi. Salah satu kegiatan yang

dilakukan berupa pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat

kesehatan yang merupakan tahan pendekatan untuk menjamin penggunaan obat

dan alat kesehatan yang sesuai dengan indikasi, aman efektif, dan terjangkau oleh

pasien melalui pelaksanaan standar pelayanan yang berlaku berupa pengetahuan,

ketrampilan, keahlian, perilaku apoteker, dan membangun kerja sama dengan

tenaga kesehatan lain dan pasien (Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia, 2004b).

1. Pengkajian resep

Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari seleksi

persyaratan administarasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik untuk

pasien rawat inap maupun rawat jalan (Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia, 2004b). Persyaratan administrasi meliputi: nama, SIP, alamat dokter,

tanggal penulisan resep, identitas pasien (nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan

berat badan pasien), nama obat, potensi, jumlah yang diminta, cara pemakaian

yang jelas, dan informasi lainnya (Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia, 2004a). Persyaratan farmasi meliputi : bentuk dan kekuatan sediaan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

14

dosis dan jumlah obat, stabilitas dan ketersediaan aturan, lama pemberian, cara

dan tehnik penggunaan. Persyaratan klinis meliputi : ketepatan indikasi, dosis dan

waktu penggunaan, obat duplikasi pengobatan alergi, interaksi (dosis, durasi,

jumlah obat), dan efek samping obat, kontra indikasi, efek aditif (Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004b).

Proses yang dilakukan setelah penerimaan resep baik racikan maupun

non racikan adalah penyiapan obat, yang nantinya akan diserahkan kepada pasien.

Beberapa hal yang dilakukan dalam penyiapan obat, antara lain peracikan,

penyiapan etiket, pengemasan obat, penyerahan obat (Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia, 2004a).

2. Pelayanan informasi obat

Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang

dilaksanakan oleh Apoteker untuk memberikan informasi kepada dokter,

apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Kegiatan yang

dilakukaan berupa pemberian dan penyebaran informasi kepada konsumen secara

aktif dan pasif, menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan

melalui telepon, surat atau tatap muka, membuat buletin, leaflet, label obat,

menyediakan informasi bagi Komite/Panitia Farmasi, terapi sehubungan dengan

penyusunan Formularium Rumah Sakit, bersama dengan PKMRS melakukan

kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap, melakukan

pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga kesehatan lainnya,

mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian

(Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004b).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

15

Ruang lingkup pelayanan informasi obat yaitu pendidikan, pelayanan,

dan penelitian. Pendidikan meliputi pengajaran dan bimbingan mahasiswa,

memberikan pendidikan pada tenaga kesehatan dalam hal informasi obat,

mengkoordinasikan program pendidikan berkelanjutan dibidang informasi obat.

Pelayanan seperti menjawab pertanyaan, menerbitkan buletin, membantu unit atau

instalasi lain mendapat informasi obat, menyiapkan materi informasi obat untuk

brosur, leaflet, dan buletin. Lingkup penelitian meliputi kegiatan penelitian

evaluasi penggunaan obat, melakukan penelitian penggunaan obat baru,

melakukan penelitian lain yang berkaitan dengan penggunaan obat, dan

melakukan kegiatan program jaminan mutu (Dinas Kesehatan Semarang, 2013).

Pedoman pemberian informasi dan edukasi :

1. Apoteker yang melakukan kegiatan ini sebaiknya membekali diri dengan

pengetahuan yang cukup mengenai asma dan pengobatannya disamping

memiliki rasa empati dan ketrampilan berkomunikasi sehingga dapat

tercipta rasa percaya pasien terhadap Apoteker dalam mendukung

pengobatan mereka.

2. Pemberian informasi dan edukasi ini tidak hanya diberikan kepada pasien

tetapi juga kepada keluarganya terutama untuk pasien-pasien yang

mengalami masalah dalam berkomunikasi dengan mempertimbangkan

latar belakang dan pendidikan agar terjalin komunikasi yang efektif.

3. Mengumpulkan dan mendokumentasikan data-data pasien yang meliputi

riwayat keluarga, gaya hidup, pekerjaan dan pengobatan yang dijalani saat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

16

ini temasuk obat-obat yang digunakan selain obat asma yang dapat

berpengaruh kepada pengobatan asma.

4. Penyampaian informasi dan edukasi melalui komunikasi ini sebaiknya

juga didukung dengan sarana tambahan seperti peragaan pemakaian

inhaler, rotahaler yang dapat meningkatkan pemahaman pasien dan

keluarganya.

5. Kepatuhan pasien dalam pengobatan asma jangka panjang akan lebih baik

apabila :

a. Jumlah obat yang dipergunakan lebih sedikit

b. Dosis perhari lebih sedikit

c. Kejadian efek samping obat lebih jarang terjadi

d. Ada pengertian dan kesepakatan antara dokter, pasien dan

apoteker.

6. Membantu pasien dan keluarganya dalam menyelesaikan masalah-masalah

yang mereka hadapi dalam penggunaan obat, jika perlu dengan melibatkan

tenaga kesehatan lain seperti dokter (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2007).

Informasi tambahan yang dapat disampaikan kepada pasien dan keluarganya :

1. Mengenali sejarah penyakit, gejala-gejala dan faktor-faktor pencetus

asma.

2. Pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien

asma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

17

3. Bagaimana mengenali serangan asma dan tingkat keparahannya;

serta hal-hal yang harus dilakukan apabila terjadi serangan termasuk

mencari pertolongan apabila diperlukan.

4. Upaya pencegahan serangan pada pasien asma yang berbeda antar

satu individu dengan individu lainnya yaitu dengan mengenali faktor

pencetus seperti olah raga, makanan, merokok, alergi, penggunaan

obat tertentu, stres, polusi.

5. Hubungan asma dengan merokok.

6. Pengobatan asma sangat individualis dan tergantung pada tingkat

keparahan asma.

7. Secara garis besar pengobatan asma dibagi menjadi 2 golongan besar

yaitu:

a. Terapi simptomatik digunakan pada saat eksaserbasi dengan efek

kerja cepat.

b. Terapi pemeliharaan digunakan rutin untuk mencegah serangan

asma.

8. Macam-macam obat asma dengan indikasi dan cara pemberian yang

beragam.

9. Rute pemberi secara oral, parenteral, dan inhalasi (inhaler, rotahaler,

dan nebuliser).

10. Kapan asma digunakan, cara penggunaan dengan alat peraga,

seberapa banyak/sering/lama obat-obat tersebut digunakan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

18

kemungkinan terjadinya efek samping, pencegahan, dan cara

meminimalkan efek samping.

11. Mengingatkan pasien berkumur dengan air setelah menggunakan

inhaler yang mengandung kortikosteroid untuk meminimalisir

pertumbuhan jamur dimulut dan tenggorokan.

12. Obat-obat asma untuk diberikan pada wanita hamil dan keamanan

pengobatan asma bagi wanita menyusui.

13. Cara penyimpanan obat dan cara mengetahui jumlah obat yang

tersisa dalam aerosol inhaler.

14. Pengobatan jangka panjang yang membutuhkan kepatuhan dalam

pengobatan.

15. Apabila ada keluhan pasien dalam penggunaan obat harap segera

melaporkan ke dokter atau apoteker (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2007).

3. Konseling

Komunikasi yang baik adalah kunci kepatuhan pasien. Upaya

meningkatkan kepatuhan pasien dilakukan dengan pemberian edukasi pasien dan

keluarga, untuk menjadi mitra dokter dalam penatalaksanaan asma. Kegiatan

konseling dilakukan untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah pasien

yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan dan

pasien rawat inap (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004b).

Kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan ini adalah menetapkan

rencana pengobatan bersama-sama dengan pasien. Membantu pasien/keluarga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

19

dalam menggunakan obat asma. Identifikasi dan atasi hambatan yang terjadi atau

yang dirasakan pasien, sehingga pasien merasakan manfaat penatalaksanaan asma

secara konkret. Menanyakan kembali tentang rencana penanganan yang disetujui

bersama dan yang akan dilakukan, pada setiap kunjungan. Mengajak keterlibatan

keluarga. Pertimbangkan pengaruh agama, kepercayaan, budaya dan status

sosioekonomi yang dapat berefek terhadap penanganan asma (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2007).

Prosedur tetap konseling antara lain:

1. Melakukan konseling sesuai dengan kondisi penyakit pasien

2. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien / keluarga

pasien

3. Menanyakan tiga pertanyaan kunci menyangkut obat yang dikatakan

oleh dokter kepada pasien dengan metode open-ended question :

a) Apa yang telah dokter katakan mengenai obat

b) Cara pemakaian, bagaimanan dokter menerangkan cara

pemakaian

c) Apa yang diharapkan dalam pengobatan ini

4. Memperagakan dan menjelaskan pemakaian obat-obat tertentu

5. Melakukan verifikasi akhir meliputi:

a. Mengecek pemahaman pasien

b. Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang berhubungan

dengan cara penggunaan obat untuk mengoptimalkan tujuan

terapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

20

6. Pencatatan konseling pada kartu pengobatan (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2008b).

4. Monitoring dan evaluasi

a. Pengkajian penggunaan obat

Kegiatan ini merupakan program evaluasi penggunaan obat

yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang

digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien

(Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004b).

Tahapan evaluasi disertai dengan monitoring perlu dilakukan

sebagai bentuk tindak lanjut (follow-up) dari terapi yang diberikan. Dari

setiap kunjungan oleh pasien, dilakukan penilaian ulang terhadap

penanganan yang diberikan dan sejauh apa pasien melaksanakan terapi

tersebut perlu dievaluasi dan bila mungkin dikaitkan dengan perbaikan

yang dialami pasien (gejala dan faal paru). Kegiatan ini dapat

diidentifikasi melalui pencatatan data pengobatan (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2007).

b. Pemantauan dan pelaporan efek samping obat

Pemantauan dan pelaporan efek samping obat merupakan

kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau

tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada

manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi. Kegiatan ini

bertujuan untuk menemukan ESO (Efek samping Obat) sedini mungkin

terutama yang berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang, menentukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

21

frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah dikenal sekali,

yang baru saja ditemukan, mengenal semua faktor yang mungkin dapat

menimbulkan/ mempengaruhi timbulnya efek samping obat atau

mempengaruhi angka kejadian dan besarnya pengaruh efek samping

obat. Hal- hal yang di lakukan dalam kegiatan ini adalah menganalisa

laporan efek samping obat, mengidentifikasi obat-obatan yang

mempunyai resiko tinggi mengalami efek samping obat, dan mengisi

formulir efek samping obat, serta melaporkan ke panitia efek samping

obat nasional (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia,

2004b).

Pemantauan efek samping obat perlu dilakukan karena

penelitian atau ijin yang dilakukan sebelum obat diedarkan, baik uji

preklinik maupun klinik belum dapat mengungkapkan efek samping

obat, utamanya efek samping yang jarang terjadi ataupun yang timbul

setelah penggunaan obat untuk jangka waktu yang lama. Badan POM

telah bekerjasama dengan pusat MESO (Monitoring Efek Samping

Obat) internasional yaitu WHO Collaboration Center for International

Drug Monitoring dan otoritas regulatori Negara lain yang secara

terstruktur akan memberikan informasi terkait dengan aspek keamanan.

Tujuan akhir dari pengadaan MESO adalah akan adanya tindakan atau

pertimbangan berupa tindak lanjut terhadap pembatasan dosis, indikasi,

pembekuan atau penarikan ijin edar, dan penarikan obat dari peredaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

22

untuk menjamin perlindungan keamanan masyarakat (Badan Pengawas

Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2007).

5. Promosi dan edukasi

Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pharmaceutical care yang lain

adalah melakukan promosi dan edukasi. Promosi merupakan proses

pemberdayaan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan. Masyarakat diharapkan dapat mendeterminan kesehatan melalui

kegiatan promosi dimana partisipasi merupakan sesuatu yang penting dalam

upaya promosi kesehatan. Peningkatan derajat kesehatan melalui pembelajaran

dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar dapat menolong dirinya sendiri

(Ghazali, 2013). Edukasi kepada pasien/keluarga bertujuan untuk meningkatkan

pemahaman (mengenai penyakit asma secara umum dan pola penyakit asma

sendiri). Apoteker dapat menggali informasi dari pasien agar pasien tersebut juga

dapat mengambil peran dalam meningkatkan keterampilan terkait kemampuan

dalam penanganan asma sendiri/asma mandiri (Dinas Kesehatan Sleman, 2010).

6. Pelayanan residensial

Pelayanan residensial atau yang sering disebut dengan home care terdiri

dari apoteker, teknisi farmasi yang telah tersertifikasi, dan provider yang telah

berpengalaman (Cincinnati, 2013). Peran apoteker dalam residensial berawal

dengan hanya tertuju pada pemantauan terapi obat intravena, pelayanan konsultasi

bagi pasien dan juga dokter, tetapi saat ini ditambahkan dengan penyediaan

layanan perawatan farmasi (Frey, 2003).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

23

Lingkup pelayanan perawatan farmasi dalam residensial mencakup

peninjauan pengobatan komprehensif yang diterima pasien untuk menargetkan

kondisi tertentu, obat-obat yang memiliki resiko tinggi, polifarmasi, adanya efek

samping obat, dan riwayat ketidakpatuhan pengobatan pasien (Reidt, 2013).

Pelayanan residensial yang dilakukan apoteker berbeda dengan

residensial yang dilakukan oleh dokter dan perawat. Perbedaan ini terletak pada

kebutuhan pasien dimana apoteker mampu untuk berfokus pada obat-obatan.

Secara sistematis seorang apoteker memastikan bahwa pasien meminum obat

secara teratur, obat dapat bekerja dengan baik, dan meminimalkan efek samping

(Reidt, 2013).

Peran apoteker dalam pelayanan kefarmasian di rumah meliputi:

1. Penilaian sebelum dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Pre-

admission Assessment). Informasi ini akan menentukan ketepatan dalam

memberikan pelayanan kefarmasian di rumah. Apoteker harus

memastikan bahwa untuk setiap pasien yang dirujuk mendapatkan

pelayanan kefarmasian di rumah, telah dilakukan penilaian kelayakan

untuk pelayanan tersebut, yang meliputi:

a. Pasien, keluarga atau pendamping pasien setuju dan mendukung

keputusan pemberian pelayanan kefarmasian di rumah oleh

apoteker

b. Pasien, keluarga atau pendamping pasien adalah orang yang akan

diberikan pendidikan tentang cara pemberian pengobatan yang

benar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

24

c. Apoteker pemberi layanan memiliki akses ke rumah pasien

d. Adanya keterlibatan dokter dalam penilaian dan pengobatan pasien

secara terus- menerus

e. Obat yang diberikan tepat indikasi, dosis, rute dan cara pemberian

obat

f. Adanya uji laboratorium yang sesuai untuk dilakukan monitoring

selama pelayanan kefarmasian di rumah

g. Adanya dukungan finansial dari keluarga untuk pelaksanaan

pelayanan kefarmasian di rumah

2. Penilaian dan pencatatan data awal pasien. Informasi dapat diperoleh dari

catatan penggunaan obat pasien, hasil uji laboratorium dan melakukan

komunikasi langsung dengan pasien/perawat atau dokter. Data awal pasien

harus dicatat secara lengkap dalam catatan penggunaan obat pasien yang

meliputi:

a. Nama pasien, alamat, nomor telepon dan tanggal lahir pasien

b. Nama, alamat, nomor telepon yang bisa dihubungi dalam keadaan

emergensi

c. Tinggi, berat badan dan jenis kelamin pasien

d. Pendidikan terakhir pasien

e. Hasil diagnosa

f. Hasil uji laboratorium

g. Riwayat penyakit pasien

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

25

h. Riwayat alergi

i. Profil pengobatan pasien yang lengkap (obat keras dan otc), imunisasi,

obat tradisional

j. Nama dokter, alamat, nomor telepon, dll

k. Institusi atau tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam pelayanan

kesehatan di rumah dan nomor telepon

l. Rencana pelayanan dan daftar masalah yang terkait obat, jika ada

m. Tujuan pengobatan dan perkiraan lama pengobatan

n. Indikator keberhasilan pelayanan kefarmasian di rumah

3. Penyeleksian produk, alat-alat kesehatan dan alat-alat tambahan yang

diperlukan. Apoteker yang berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain

dalam memberikan pelayanan kefarmasian di rumah, bertanggung jawab

dalam menyeleksi alat-alat infus, obat tambahan dan alat-alat tambahan

(dressing kit, syringes dan administration set).

4. Menyusun rencana pelayanan kefarmasian di rumah. Rencana pelayanan

kefarmasian ini sebaiknya mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Gambaran masalah aktual dan masalah terkait obat dan cara

mengatasinya

b. Gambaran dari hasil terapi yang dilakukan

c. Usulan pendidikan dan konseling untuk pasien

d. Rencana khusus pelaksanaan monitoring dan frekuensi monitoring

yang akan dilakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

26

5. Melakukan koordinasi penyediaan pelayanan. Apoteker melakukan

koordinasi penyediaan pelayanan dengan tenaga kesehatan lain. Kegiatan

yang dilakukan meliputi:

a. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang

berbagai pelayanan kesehatan yang tersedia di masyarakat yang

dapat digunakan pasien sesuai dengan kebutuhan mereka

b. Membuat perjanjian (kesepakatan) dengan pasien dan keluarga

tentang pelayanan kesehatan yang diberikan

c. Mengkoordinasikan rencana pelayanan kefarmasian kepada tenaga

kesehatan yang terlibat dalam pelayanan kefarmasian di rumah

kepada pasien berdasarkan jadwal kunjungan yang telah dibuat

d. Bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan

pelayanan kesehatan kepada pasien sepanjang rentang perawatan

yang dibutuhkan pasien

e. Melaksanakan pelayanan kefarmasian berfokus dengan tujuan

akhir meningkatkan kemandirian dan kualitas hidup pasien

f. Melakukan rujukan dan keputusan penghentian pelayanan

kefarmasian di rumah

6. Melakukan pendidikan pasien dan konseling. Apoteker bertanggung

jawab memastikan bahwa pasien menerima pendidikan dan konseling

tentang terapi pasien. Apoteker harus mudah dihubungi jika ada

pertanyaan atau munculnya permasalahan yang terkait obat. Apoteker

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

27

juga menyediakan informasi tambahan dalam bentuk tulisan untuk

memperkuat informasi yang diberikan secara lisan.

7. Pemantauan terapi obat. Apoteker secara terus-menerus bertanggung

jawab melakukan pemantauan terapi obat dan evaluasi penggunaan obat

pasien sesuai rencana pelayanan kefarmasian dan disampaikan semua

hasilnya kepada tenaga kesehatan yang terlibat dalam pengobatan

pasien. Hasil pemantauan ini didokumentasikan dalam catatan

penggunaan obat pasien.

8. Melakukan pengaturan dalam penyiapan pengiriman, penyimpanan dan

cara pemberian obat. Apoteker harus memiliki keterampilan yang

memadai dalam pencampuran, pemberian, penyimpanan, pengiriman

dan cara pemberian obat dan panggunaan peralatan kesehatan yang

dibutuhkan. Pencampuran produk steril harus sesuai dengan standar

yang ada. Apoteker menjamin bahwa pengobatan dan peralatan yang

dibutuhkan pasien diberikan secara benar, tepat waktu untuk mencegah

terhentinya terapi obat. Selanjutnya apoteker menjamin kondisi

penyimpanan obat dan peralatan harus konsisten sesuai dengan

petunjuk pemakaian baik selama pengiriman obat dan saat disimpan di

rumah pasien.

9. Pelaporan efek samping obat dan cara mengatasinya. Apoteker

melakukan pemantauan dan melaporkan hasil monitoring efek samping

obat dan kesalahan pengobatan. Apoteker memastikan bahwa dokter

telah menginformasikan setiap kemungkinan munculnya efek samping

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

28

obat. Efek samping yang muncul dapat dijadikan indikator mutu

pelayanan dan monitoring efek samping obat harus menjadi bagian dari

program pelayanan secara terus menerus. Reaksi efek samping yang

serius dan masalah terkait obat harus dilaporkan ke Badan POM RI

(form pelaporan efek samping obat terlampir)

10. Berpartisipasi dalam penelitian klinis obat di rumah. Apoteker

sebaiknya berpartisipasi dalam penelitian klinis penggunaan obat di

rumah yang diawali dengan penelitian di pelayanan kesehatan dan

dilanjutkan selama dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah.

11. Proses penghentian pelayanan kefarmasian di rumah. Kriteria

penghentian pelayanan kefarmasian di rumah :

a. Hasil pelayanan tercapai sesuai tujuan

b. Kondisi pasien stabil

c. Keluarga sudah mampu melakukan pelayanan di rumah

d. Pasien dirawat kembali di rumah sakit

e. Pasien menolak pelayanan lebih lanjut

f. Pasien pindah tempat ke lokasi lain

g. Pasien meninggal dunia (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2008a).

D. Pengenalan Asma

1. Definisi

Asma merupakan suatu penyakit inflamasi kronis pada saluran nafas

yang melibatkan banyak sel yang akhirnya akan menimbulkan adanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

29

hiperresponsif pada saluran nafas yang akan muncul dengan gejala sesak nafas,

mengi, dada terasa berat, dan batuk utamanya terjadi pada malam hari (nokturnal)

yang biasa terjadi antara pukul tiga dan empat pagi hari (Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia, 2008).

Asma dapat menyebabkan kematian bila tidak dilakukan kontrol terhadap

penyakit tersebut. Penatalaksanaan asma ditentukan oleh beberapa faktor yaitu

tenaga medis, kepatuhan penderita beserta keluarga, dan obat-obatan. Pada

penatalaksanaan asma ditujukan untuk menepatkan asma dalam keadaan

terkontrol dimana penderita berada dalam keadaan optimal sehingga mampu

untuk melaksanakan rutinitas harian (GINA, 2011).

Di Indonesia prevalensi asma sebesar 3,32%, prevalensi tertinggi

penyakit asma adalah provinsi Gorontalo 7,23% dan terendah adalah NAD (Aceh)

sebesar 0,09%. Sedangkan prevalensi asma di DKI Jakarta sebesar 2,94%. Hasil

penelitian menunjukkan prevalensi asma di Indonesia sangat bervariasi (Oemiati,

2010). Di Yogyakarta sendiri angka kejadian asma sekitar 16, 4% dari jumlah

penduduk (Dinas Kesehatan Yogyakarta, 2010).

2. Gejala

Pemicu asma pada setiap orang berbeda-beda tergantung dari alergen

yang menyerang sehingga menimbulkan gejala pada penderita.Gejala asma

bersifat episodik, seringkali reversibel dengan/atau tanpa pengobatan. Gejala awal

berupa batuk, sesak napas, napas berbunyi (mengi), rasa berat di dada, dahak sulit

keluar. Gejala yang berat juga dapat timbul, seperti serangan batuk yang hebat,

sesak napas yang berat dan tersengal-sengal, sianosis (kulit kebiruan, yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

30

dimulai dari sekitar mulut), sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam

keadaan duduk, kesadaran menurun. Gejala akan muncul utamanya saat malam

hari atau dini hari yang dipicu oleh faktor pencetus. Saat pemeriksaan fisik terlihat

normal kecuali saat eksaserbasi (Departemen Kesehatan Republik indonesia,

2007). Pemeriksaan fungsi paru ditujukan untuk menegakkan diagnosis dengan

melihat derajat obstruksi saluran napas, variabilitas, dan reversibilitas saluran

napas. Dalam melihat kecenderungan terpapar alergen perlu juga dilakukan tes

sensitivitas kulit untuk melihat status alergi sehingga dapat membantu dalam

menentukan faktor resiko (Bourke, 2003).

3. Faktor yang mempengaruhi

Faktor yang mempengaruhi terjadi asma merupakan kombinasi antara

pejamu (faktor lingkungan) dan faktor genetik (keturunan) (Perhimpunan Dokter

Paru Indonesia, 2003).

E. Metode Penelitian

Pengambilan data dapat dilakukan dengan menggunakan wawancara

dengan instrumen berupa panduan wawancara. Wawancara merupakan suatu

proses interaksi atau komunikasi langsung antara responden dan pewawancara

dimana data yang dikumpulkan bersifat pendapat, fakta, dan pengalaman

(Budiarto dan Anggraeni, 2001). Panduan wawancara berisi pertanyaan-

pertanyaan dengan fokus masalah yang telah ditetapkan (Pawito, 2007).Panduan

wawancara terstruktur merupakan pedoman dan pelaksanaannya harus fleksibel

dengan melihat kondisi dan situasi (Basrowi dan Suwandi, 2008). Pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan kepada subyek ditanggapi secara langsung berdasarkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

31

kondisi atau keadaan yang sebenarnya yang disertai dengan argumen atau

penjelasan lebih lanjut terkait jawaban dari setiap pertanyaan pada panduan

wawancara terstruktur Jenis wawancara ini tidak melakukan pendalaman

pertanyaan yang dapat mengarahkan responden (Moleong, 2007).

F. Thematic Analysis

Thematic analysis merupakan analisis data berdasarkan tema yang telah

ditentukan yang bersifat pembahasan mendalam untuk dapat menarik kesimpulan

dengan mengidentifikasi informasi secara objektif (dapat menghasilkan informasi

serupa bila dilakukan oleh peneliti lain), sistematis (penetapan isi saat

pengkategorian data dilakukan secara konsisten), dan generalis (memiliki

referensi teoritis) (Marks dan Yardley, 2004). Analisis data dimulai dengan

pencatatan hasil wawancara yang di buat dalam bentuk salinan data dan

menghilangkan adanya informasi duplikasi kemudian dilakukan coding atau

klasifikasi sehingga memunculkan tema tertentu. Setelah menjadi tema maka

tema-tema tersebut di hubungkan dengan aspek yang diteliti berdasarkan

perumusan masalah secara sistematis sehingga lebih mudah dipahami (Semiawan,

1999).

G. Keterangan Empiris

Penelitian ini diharapkan memperoleh gambaran pelaksanaan penerapan

pharmaceutical care pasien asma oleh apoteker di instalasi farmasi rawat jalan

rumah sakit umum di Kota Yogyakarta berdasarkan standar pelayanan

kefarmasian di rumah sakit, standar pelayanan kefarmasian di apotek, dan

pedoman penatalaksanaan asma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dan rancangan cross

sectional dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian

dengan melakukan observasi untuk menggambarkan keadaan subjek penelitian

berdasarkan keadaan yang sebenarnya tanpa melakukan intervensi atau perlakuan

(Swarjana, 2012). Rancangan penelitian cross sectional adalah prosedur penelitian

yang pengambilan data variabel dilakukan satu kali.

Pendekatan kualitatif merupakan suatu proses penelitian mengenai suatu

pemahaman berdasarkan pada metode yang menyelidiki suatu fenomena

kesehatan dan masalah atau gejala yang terjadi di masyarakat yang menekankan

pada penggambaran kompleks, dinamis, dan atau pemahaman mengenai

bagaimana dan mengapa suatu realitas terjadi (Sumantri, 2011). Pendekatan

kualitatif bertujuan untuk menemukan pengalaman seseorang mengenai suatu

fenomena yang terkadang sulit untuk dipahami sehingga dapat digunakan untuk

mencapai dan memperoleh suatu narasi, pandangan yang sebagian besar sudah

dan dapat diketahui (Basrowi dan Suwandi, 2008).

B. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian

1. Pharmaceutical care pasien asma adalah pelayanan kepada pasien asma yang

berpatokan pada standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit yang terdapat

dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/MENKES/SK/X/2004 dan standar pelayanan kefarmasian di apotek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

33

yang terdapat dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 yang digali menggunakan panduan

wawancara terstruktur yang didukung dari pedoman penatalaksanaan asma

yang tercantum dalam pharmaceutical care pasien asma menurut Departemen

Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007.

2. Pelayanan resep meliputi skrining resep, penyiapan obat dan penyerahan obat

kepada pasien asma yang memenuhi persyaratan administrasi, farmasetik dan

klinis.

3. Pelayanan informasi obat berupa kegiatan pemberian informasi obat dan

pemberian konseling bagi pasien dan keluarga.

4. Monitoring dan evaluasi adalah kegiatan pencatatan pengobatan pasien asma,

pemantauan dan pelaporan efek samping obat sebagai upaya peningkatan

keberhasilan terapi dan untuk mencapai kepuasan pasien.

5. Promosi dan edukasi adalah bentuk kegiatan pemberian informasi oleh

apoteker melalui media cetak, penyuluhan, maupun media elektronik sebagai

upaya pemberdayaan dan pembelajaran yang diberikan kepada pasien asma

dan keluarga mengenai penyakit asma.

6. Pelayanan residensial adalah bentuk pendekatan yang diberikan kepada

pasien asma yang memerlukan perawatan khusus dengan kondisi tertentu

dengan melakukan kunjungan langsung ke rumah pasien asma.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah apoteker di rumah sakit yang diperoleh

berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

34

1. Kriteria inklusi: apoteker yang memiliki pengalaman melaksanakan

pharmaceutical care di instalasi farmasi rawat jalan di rumah sakit dalam

kurun waktu 1 tahun terakhir dan bersedia diwawancarai.

2. Kriteria eksklusi: apoteker yang melaksanakan pharmaceutical care tidak

pada pasien asma di instalasi farmasi rawat jalan.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di rumah sakit umum dalam wilayah Kota

Yogyakarta. Periode penelitian adalah bulan November 2013-Maret 2014.

Selama bulan November 2013-Januari 2014 melaksanakan proses perijinan pada

sembilan rumah sakit umum dan bulan Februari-Maret 2014 dilakukan proses

pengambilan data pada empat rumah sakit umum. Pemilihan empat rumah sakit

umum tersebut berdasarkan persetujuan pelaksanaan penelitian di sembilan rumah

sakit umum yang berada di wilayah Kota Yogyakarta, dimana dari sembilan

rumah sakit umum tersebut hanya empat rumah sakit umum yang bersedia

menerima pelaksanaan penelitian ini.

E. Besar Sampel dan Teknik Sampling

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 12 responden. Jumlah

responden tersebut diperoleh berdasarkan keterangan Kepala instalasi farmasi

rumah sakit yang mengetahui apoteker yang pernah memberikan pharmaceutical

care pada pasien asma di instalasi farmasi rawat jalan dalam kurun waktu satu

tahun. Jumlah apoteker di instalasi farmasi rawat jalan pada empat rumah sakit

tempat penelitian sebanyak 23 apoteker. Berdasarkan jumlah apoteker tersebut

yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 22 apoteker dan sebanyak 10 apoteker

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

35

di eksklusi sehingga subjek penelitian ini sebanyak 12 responden apoteker. Salah

satu kepala instalasi farmasi di satu rumah sakit juga menunjuk 2 asisten apoteker

untuk diwawancarai dengan pertimbangan bahwa kedua asisten apoteker tersebut

pernah melakukan pharmaceutical care pada pasien asma di instalasi farmasi

rawat jalan.

Penentuan subyek penelitian berdasarkan kesediaan berpartisipasi rumah

sakit umum yang berada di wilayah Kota Yogyakarta pada pelaksanaan

penelitian. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling.

Penggunaan purposive sampling dengan pertimbangan bahwa jumlah sampel

ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan informasi yang diperlukan (Moleong,

2007).

F. Metode Pengambilan Data

Cara pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara

terstruktur.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa panduan

wawancara terstruktur (interview guide) (Lihat di Lampiran 6) disertai alat bantu

berupa perekam suara.

1. Konten panduan wawancara terstruktur

Pertanyaan yang terdapat dalam panduan wawancara terstruktur disusun

berdasarkan pada perumusan masalah penelitian yaitu pelayanan pharmaceutical

care pasien asma. Panduan wawancara terstruktur memuat mengenai pertanyaan

yang mengarah pada penerapan pharmaceutical care yang meliputi pelayanan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

36

resep, pelayanan informasi obat, konseling, monitoring dan evaluasi, promosi dan

edukasi, serta pelayanan residensial. Berikut adalah tabel yang berisi bagian

pertanyaan dalam panduan wawancara.

Tabel I. Item pertanyaan dalam panduan wawancara

No. Aspek

pharmaceutical care Item pertanyaan

Nomor

pertanyaan

dalam

panduan

wawancara

1. Pelayanan resep a. Bentuk skrining administratif 1

b. Bentuk skrining farmasetik 2

c. Bentuk skrining klinis 3

d. Penyiapan obat 4

2. Pelayanan informasi

obat

a. Kegiatan pelayanan informasi obat 5

b. Informasi yang sekurang-kurangnya

disampaikan kepada pasien

6

c. Persiapan pemberian informasi dan

edukasi

7

3. Pelayanan konseling a. Kriteria pemberian konseling

kepada pasien

9

b. Materi konseling 10

c. Prosedur tetap konseling 11

d. Pertanyaan yang biasa digunakan

untuk menanyakan harapan

12

e. Pertanyaan untuk memastikan

pengetahuan

13

f. Informasi penanganan serangan

awal asma mandiri (self care)

14

4. Monitoring dan

evaluasi

a. Pemantauan penggunaan obat 15

b. Pemantauan dan pelaporan efek

samping obat

16

5. Promosi dan edukasi Bentuk promosi dan edukasi 8

6. Pelayanan residensial a. Kriteria pelayanan residensial 17

b. Langkah-langkah pelayanan

residensial

18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

37

2. Validasi instrumen

Tahapan ini dilakukan untuk menentukan validitas data dengan mencari

sumber data pendukung yang dapat membuktikan bahwa data dari hasil

wawancara dapat di percaya. Sumber data pendukung yang dimaksud dapat

ditemukan dengan hal berikut:

a. Peer debriefing yaitu membicarakan proses dan hasil yang didapat

dengan orang lain. Pemahaman ini dimaksudkan bahwa hasil sementara

ataupun hasil akhir yang diperoleh dibahas dan didiskusikan dengan

orang yang paham akan fenomena tersebut (expert adjustment) (Sumantri,

2011).

b. Uji pemahaman bahasa bertujuan untuk menanyakan pertanyaan di dalam

panduan wawancara pada mahasiswa farmasi semester 8 (delapan)

sebelum panduan wawancara di tanyakan pada responden dalam

penelitian. Ideal dalam menggunakan responden uji pemahaman bahasa

adalah responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan

responden target penelitian tetapi, terdapat kesulitan dalam menemukan

responden yang memiliki karakteristik sebagai responden yang memiliki

latar belakang pendidikan profesi.

H. Tata Cara Penelitian dan Analisis Data

1. Studi pendahuluan

Pencarian data diawali dengan melakukan penelusuran pustaka dari

Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang jumlah rumah

sakit umum di Kota Yogyakarta. Studi pendahuluan juga dilakukan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

38

pencarian data terkait apoteker yang bertanggung jawab sebagai kepala instalasi

farmasi dan apoteker yang bekerja di instalasi farmasi rawat jalan yang dilakukan

secara langsung di setiap rumah sakit umum di Kota Yogyakarta.

2. Perijinan

Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa untuk melaksanakan

penelitian tersebut membutuhkan surat ijin penelitian dilampirkan proposal dari

Fakultas Farmasi ditujukan kepada rumah sakit. Salah satu rumah sakit memiliki

persyaratan khusus yaitu menyerahkan proposal disertakan dengan pernyataan

lulus ujian proposal. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma tidak

melakukan ujian proposal sehingga tidak dapat mengeluarkan surat keterangan

lulus proposal sehingga penelitian di rumah sakit tersebut tidak dapat

dilaksanakan. Terdapat empat rumah sakit dari sembilan rumah sakit umum di

Kota Yogyakarta yang bersedia menerima pelaksanaan penelitian ini.

3. Menentukan jadwal wawancara

Penentuan jadwal pelaksanaan wawancara diawali dengan menemui

informan kunci (key person) yaitu Kepala Instalasi Farmasi rumah sakit yang

dapat memberikan informasi terkait responden yang ada di instalasi farmasi rawat

jalan yang melaksanakan pharmaceutical care pasien asma. Setelah menemui

informan kunci, peneliti menemui responden yang bersedia melakukan

wawancara dan menentukan jadwal pelaksanaan kegiatan wawancara tersebut.

4. Pelaksanaan wawancara terstruktur

Kegiatan ini di laksanakan dengan melakukan wawancara langsung (face

to face) kepada responden.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

39

5. Analisis data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan thematic analysis.

Thematic analysis adalah memasukan hasil wawancara menjadi tema-tema yang

sesuai dengan topik yang ditanyakan dengan membuat transkrip (salinan).

6. Pembuatan laporan penelitian

Tahapan akhir yang dilakukan setelah mendapatkan data penelitian

adalah menulis hasil penelitian tersebut dalam hasil dan pembahasan yang

tercantum dalam bentuk skripsi dengan melampirkan data-data dan laporan

kegiatan sesuai dengan pelaksanaan kegiatan selama penelitian.

I. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Informasi yang diberikan oleh responden dapat saja menjadi bias karena

cenderung bersifat memorial.

2. Ada kemungkinan informasi yang diberikan oleh responden tidak fokus

pada pharmaceutical care pasien asma meskipun selama proses

wawancara berlangsung peneliti selalu memastikan bahwa informasi yang

dibutuhkan adalah pelayanan yang pernah dilakukan khusus ditujukan bagi

pasien asma.

3. Tidak semua responden bersedia diwawancarai face to face berkenaan

dengan kepadatan pelayanan di instalasi farmasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

40

4. Responden dalam uji pemahaman bahasa kurang mendekati karakteristik

responden target dimana responden uji pemahaman bahasa yang dipilih

adalah mahasiswa farmasi semester 8 (delapan).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

41

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran apoteker dalam

penerapan pharmaceutical care pada pasien asma di instalasi farmasi rawat jalan

rumah sakit umum di Kota Yogyakarta berdasarkan Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004, Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, dan

pharmaceutical care pasien asma menurut Departemen Kesehatan Republik

Indonesia tahun 2007. Peraturan dan pedoman tersebut merupakan acuan standar

pelayanan kefarmasian di rumah sakit, di apotek, dan pedoman penatalaksanaan

asma yang meliputi pelayanan resep, pelayanan informasi obat, konseling,

kegiatan monitoring dan evaluasi, bentuk promosi dan edukasi, serta pelayanan

residensial (home care). Hasil penelitian dibagi menjadi 2, yaitu karakteristik

responden, dan profil pelaksanaan pelayanan pharmaceutical care pasien asma.

A. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah apoteker sebagai kepala instalasi

farmasi, apoteker pendamping di instalasi farmasi rawat jalan. Pengambilan

responden asisten apoteker sebagai informan tambahan dari responden apoteker

dengan pertimbangan bahwa disalah satu rumah sakit pelaksana dari pelayanan

kefarmasian adalah asisten apoteker. Pelayanan yang dilakukan oleh asisten

apoteker di rumah sakit tersebut berupa pemberian informasi dan edukasi dibawah

koordinator apoteker di rumah sakit. Asisten apoteker dapat memberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

42

pelayanan kefarmasian seperti yang tertera di dalam Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/ MENKES/ SK/ X/ 2004 dan

Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2009 sebagai berikut ini:

“Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1197/ MENKES/ SK/ X/ 2004,

bahwa penyelenggara pelayanan kefarmasian adalah tenaga farmasi profesional

yang berwenang berdasarkan undang-undang, memenuhi persyaratan baik dari

aspek hukum, strata pendidikan, kualitas dengan jaminan kepastian adanya

peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap keprofesian terus-menerus

dalam menjaga mutu dan kepuasan pasien” (Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia, 2004a).

“Berdasarkan PP nomor 51 tahun 2009, Tenaga kefarmasian adalah

tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian yang terdiri atas apoteker dan

tenaga teknis kefarmasian” (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data karakteristik responden yang

meliputi usia, jenis kelamin, dan lama masa kerja yang tercantum dalam tabel

berikut.

Tabel II. Karakteristik responden

Karakteristik Jumlah Responden,

n=12

Persentase

(%)

1. Usia

21-35 tahun

36-50 tahun

50tahun

7

4

1

58,3

33,3

8,3

2. Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

2

10

16,7

83,3

3. Lama Masa Kerja

Masa kerja 1 tahun

1 Masa kerja 5 tahun

6 Masa kerja 10 tahun

10 tahun Masa kerja

1

5

1

5

8,3

41,7

8,3

41,7

Pada Tabel II terlihat bahwa responden yang berada pada rentang usia

21-35 tahun merupakan jumlah paling banyak yaitu sebanyak 7 responden dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

43

persentase sebesar 58,3%. Rentang usia 21-35 termasuk usia dewasa muda yang

merupakan usia produktif masa kerja. Beberapa penelitian mengatakan bahwa

proses pertumbuhan dan perkembangan intelegensi diawali pada usia remaja dan

mencapai puncak pada usia 30 tahun. Pada usia tersebut seseorang dapat berpikir

dan menguji secara sistematik berbagai penjelasan terkait kejadian-kejadian

tertentu dan dapat memahami prinsip-prinsip yang berlaku (Azwar, 1999). Usia

memiliki kaitan terhadap kemampuan, dan pengetahuan seseorang dalam

pengambilan keputusan, dimana seseorang akan terus meningkatkan kemampuan

berdasarkan pengalaman yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan kinerja

pelayanannya (Christiana, 2005). Responden yang berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 2 responden sebesar 16,7% dan 10 responden berjenis kelamin

perempuan sebesar 83,3%. Lama masa kerja responden yang paling besar adalah

lama masa kerja pada rentang 1-5 tahun dan lama masa kerja lebih dari 10 tahun

sebesar 41,7% yaitu sebanyak 5 responden. Pengalaman bekerja digunakan untuk

mengetahui dan melihat seberapa lama responden mempunyai pengalaman

memberikan pelayanan kepada pasien, hal ini berkaitan dengan pengetahuan

tentang pasien dan pengobatan sehingga dapat dengan jelas mengetahui dan

memahami kebutuhan pasien akan pengobatannya (Samsi, 2013).

B. Profil Pelaksanaan Pelayanan Resep di Instalasi Farmasi Rawat Jalan

Rumah Sakit Umum di Kota Yogyakarta

Pelayanan resep merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memastikan

bahwa resep yang diterima dari pasien memiliki kelengkapan resep yang dapat

dikaji baik dari segi administratif, farmasetis, maupun klinis dan obat dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

44

dipersiapkan (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004b). Hal ini

untuk meminimalisir pemalsuan resep, kesalahan penyiapan obat, ketidaksesuaian

indikasi pengobatan, dan bila terjadi kekeliruan dapat dikonfirmasi langsung

kepada penulis resep (dokter) serta untuk memastikan bahwa obat dalam resep

tersebut ada dalam persediaan di instalasi farmasi. Penerimaan resep di rumah

sakit sendiri terbatas untuk pasien yang memeriksakan diri ke dokter yang berada

di rumah sakit dan atau dokter dari rumah sakit tersebut yang membuka praktek di

luar/ dirumah.

1. Bentuk skrining administratif resep

Pemeriksaan administratif resep ini merupakan pemeriksaan awal terkait

kelengkapan resep berdasarkan standar pelayanan kefarmasian di apotek. Bentuk

skrining administratif resep yang dilaksanakan responden ditunjukan dalam Tabel

III, berikut:

Tabel III. Ketentuan skrining administratif resep

No. Jenis pemeriksaan Jumlah Responden yang

melaksanakan, n=12

1. Nama, SIP, dan alamat dokter 12

2. Tanggal penulisan resep 12

3. Tanda tangan/ paraf dokter penulis resep 10

4. Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang

diminta

12

5. Nama, alamat, jenis kelamin, umur, dan

berat badan pasien

11

Keterangan : SIP (Surat Ijin Praktek)

Pada Tabel II dilihat bahwa tidak semua responden dalam penelitian ini

melakukan pemeriksaan administratif secara lengkap. Poin pemeriksaan tanda

tangan atau paraf dokter ada 2 responden yang tidak melakukan, dan 1 responden

tidak memeriksa nama, alamat, jenis kelamin, umur, dan berat badan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

45

Salah satu rumah sakit tempat melaksanakan penelitian menggunakan

electronic prescribing dimana informasi data pasien terhubung langsung dari

poliklinik tempat praktek dokter ke instalasi farmasi sehingga dapat dipastikan

sesuai dengan standar pengkajian. Electronic prescribing merupakan resep yang

dituliskan secara elektronik untuk menghindari terjadinya kesalahan pengobatan

sehingga dapat meningkatkan kualitas perawatan pasien (Centers for Medicare &

Medicaid Services, 2014). Penulisan resep merupakan instruksi oleh dokter

kepada apoteker untuk menyediakan atau menyiapkan obat bagi pasien dan dalam

mata rantai pengobatan rasional, pasien berhak mendapatkan informasi dari

apoteker tentang obat, dosis, cara penggunaan, efek samping, dan lainnya

(Simatupang, 2010).

Skrining nama, SIP, dan alamat dokter untuk skala rumah sakit sudah

tertera langsung pada resep pada bagian kop resep masing-masing dokter praktek

di poliklinik, sehingga dapat dipastikan dengan pemeriksaan ruangan atau unit

asal resep.

“Hanya melayani resep dari dokter rumah sakit sudah pasti electronic

prescribing semua tertera di resep asalnya dari poli mana kan ada, hanya harus

dipastikan karena bisa saja ada error system” (Responden G).

Responden di salah satu rumah sakit yang tidak menggunakan electronic

prescribing tetapi juga melakukan pemeriksaan poin 1 Tabel III di atas secara

lengkap memberikan alasan berikut:

“….yang dilihat dinas TNI, anak keberapa, askes, BPJN….periksa

kelengkapan resep untuk memastikan bahwa resep benar-benar berasal dari

dokter bukan pasien yang mengisi lembar resep kosong utamanya bila nama, SIP

dokter tidak diketahui dengan jelas”(Responden H).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

46

Tanda tangan penulis resep merupakan tanda verifikasi sebagai bentuk

pertanggungjawaban yang dilakukan penulis resep terkait pengobatan yang

diberikan. Isi resep tercantum nama obat disertai dosis, jumlah, dan potensi, tetapi

untuk beberapa dokter tidak semua mencantumkan lengkap karena potensi obat

perlu dikaji berdasarkan referensi kecuali obat-obatan dengan gejala ringan yang

sering diresepkan. Identitas pasien yang dicantumkan dalam resep antara lain

nama, umur, jenis kelamin, dan alamat pasien sedangkan berat badan jarang

dituliskan namun data pelengkap yang bisa dijadikan acuan bagi responden adalah

rekam medis dan pertanyaan langsung pada pasien. Identitas pasien penting untuk

pendokumentasian seperti pernyataan responden berikut.

“….sudah saya lakukan semua tetapi saya lebih tekankan kepada point

tertentu seperti nama obat, dosis, potensi, umur dan berat badan pasien terkait

dosis dan sediaan yang diberikan, cara pemakaian terkait umur juga terutama

untuk pemilihan alat inhalasi, nama dan alamat pasien terkadang ada pasien

yang nama sama tapi alamat beda” (Responden C).

Responden yang melakukan keseluruhan pemeriksaan administratif resep

memastikan apakah pasien sudah pernah mendapatkan obat asma, pemeriksaan ini

dapat dilakukan dengan melihat riwayat pengobatan pasien dan bertanya secara

langsung pada pasien pada saat penyerahan obat.

2. Bentuk skrining kesesuaian farmasetik

Kesesuaian farmasetik dilakukan untuk memastikan rasionalitas

pengobatan yang akan diterima pasien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

47

Tabel IV. Ketentuan skrining kesesuaian farmasetik

Hasil penelitian yang ditunjukan pada Tabel IV diketahui bahwa tidak

semua responden melaksanakan skrining farmasetik secara lengkap. Berdasarkan

hasil penelitian ini diketahui dari 12 responden belum melaksanakan skrining

farmasetik sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan

standar pelayanan kefarmasian di apotek.

Beberapa responden dalam penelitian ini memberi obat dengan resep

racikan disertai dengan informasi berupa penggunaan obat racikan yang harus

habis dalam waktu sesuai yang tertera di etiket. Infomasi ini bertujuan untuk

menjaga stabilitas obat yang dikemas dalam wadah yang berbeda dari wadah asli

pabrik. Jenis kesesuaian farmasetik pada bentuk sediaan disesuaikan dengan umur

pasien karena pada pengobatan asma bentuk sediaan yang dapat diterima adalah

inhaler dapat berupa MDI (Metered dose inhaler) dan DPI (Dry Powder Inhaler).

Cara penggunaan dari masing-masing bentuk sediaan itu sendiri berbeda-beda

tergantung kemampuan inhalasi masing-masing individu. Cara dan lama

pemberian ditujukan untuk memastikan apakah pasien dapat paham dengan cara

pakai obat atau alat sesuai dengan ketepatan waktu penggunaan dan berapa lama

No. Jenis pemeriksaan Jumlah Responden yang

melaksanakan, n=12

1. Bentuk sediaan 12

2. Dosis obat 12

3. Potensi 12

4. Stabilitas 10

5. Inkompatibilitas 5

6. Cara pemberian 12

7. Lama pemberian 12

8. Lainnya

Signa lengkap

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

48

penggunaan atau waktu yang diperlukan untuk obat tersebut habis pakai.

Pemeriksaan signa/tanda dilakukan secara lengkap berdasarkan resep dokter untuk

melihat permintaan jumlah obat dan aturan pakai sesuai dengan tujuan terapi yang

akan diterima pasien.

Informasi dari asisten apoteker mengenai pelaksanaan pemeriksaan

potensi obat adalah sebagai berikut:

“….ya saya sendiri belum pernah melakukan pemeriksaan potensi obat

karena biasanya pelayanan resep langsung melihat pada sediaan yang diminta,

dosis, dan cara pakai itu yang utama untuk nanti disampaikan pada pasiennya”

(Asisten apoteker B).

Responden yang tidak melaksanakan pemeriksaan mengenai

inkompatibilitas sediaan memberikan alasan:

“racikan yang diminta tidak terlalu banyak misalnya salep jarang

diminta, untuk pasien anak yang asma yang butuh diracik biasanya kalau dikasih

cetirizine itu ada produk tertentu yang higroskopis tidak dapat digerus atau kalau

harus digerus bisa diganti dengan yang paten harus ditanyakan apakah pasien

bersedia” (Responden J).

“….untuk saat ini baru bisa melakukan pemeriksaan inkompatibilitas itu

pada injeksi, yang lainnya belum kita lihat mendalam” (Responden G).

“belum terlalu diperhatikan….asma biasanya lebih cenderung menerima

teknologi sediaan misalnya rotacab, nebuliser” (Responden I).

Pemberian dosis harus disesuaikan dengan kondisi pasien. Jika terdapat

dosis yang tidak sesuai maka akan langsung dikonfirmasikan kembali pada dokter

yang meresepkan. Dosis obat disesuaikan dengan umur dan berat badan karena

dosis pemberian obat pada setiap pasien berbeda-beda (Anief, 2000).

Inkompatibilitas sediaan dilakukan untuk melihat adanya ketidakcocokan/

ketidakcampuran suatu sediaan jika diberikan bersamaan dengan obat tertentu lain

(Anief, 2000).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

49

Berdasarkan standar pelayanan kefarmasian, semua pemeriksaan dalam

skrining kesesuaian farmasetik perlu dilaksanakan. Pemeriksaan potensi obat

perlu untuk diketahui, hal ini berhubungan dengan kekuatan dan kemampuan obat

untuk memberikan efek. Stabilitas sediaan berhubungan dengan penyimpanan

obat. Beberapa obat ada yang stabil pada suhu ruangan tetapi ada yang tidak stabil

sehingga membutuhkan ruangan pendingin. Pasien yang mendapatkan obat yang

hanya stabil pada suhu dibawah 250C ditawarkan fasilitas core stereoform atau

diberikan kemasan yang diisi dengan es. Ketahanan penyimpanan ini hanya

sampai waktu tertentu saat setelah pasien menerima obat tersebut dan seterusnya

pasien menyediakan sendiri. Pemeriksaan inkompatibilitas yang sejauh ini

dilakukan responden adalah pada obat-obat dalam injeksi, sedangkan pada sediaan

selain injeksi belum terlalu diperhatikan.

3. Bentuk skrining pengkajian klinis

Skrining pengkajian klinis diperlukan untuk melihat kesesuaian

pengobatan dengan kondisi klinis pasien asma. Berikut hasil penelitian mengenai

skrining pengkajian klinis yang dimuat dalam Tabel V.

Tabel V. Skrining pengkajian klinis

No. Jenis pengkajian Jumlah responden yang

melaksanakan, n=12

1. Adanya alergi 9

2. Adanya efek samping obat 10

3. Adanya interaksi obat 7

4. Kesesuaian obat (dosis, durasi,

jumlah obat)

11

5. Lainnya:

a. Hamil/menyusui

b. Kontraindikasi

1

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

50

Berdasarkan data Tabel V tersebut diatas pengkajian klinis yang paling

banyak dilakukan adalah memeriksa kesesuaian obat dari dosis, durasi, dan

jumlah obat dengan jumlah pelaksana 11 responden, sedangkan yang paling

sedikit di lakukan adalah pengkajian interaksi obat. Pengkajian klinis lain yang

perlu dilakukan adalah penggunaan obat-obat asma yang aman untuk digunakan

oleh ibu hamil/menyusui yang dilakukan 1 responden dan pengkajian penggunaan

obat oleh adanya kontraindikasi dilaksanakan oleh 1 responden. Berdasarkan hasil

penelitian ini diketahui dari 12 responden belum semua melaksanakan pengkajian

klinis sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan standar

pelayanan kefarmasian di apotek.

Hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Sidharta, Rachma, Febrian,

dan Rosada (2013) menunjukan bahwa pelayanan resep dalam komponen

pelayanan informasi obat belum seluruhnya dilakukan secara lengkap sesuai

dengan ketentuan.

Responden yang melakukan pemeriksaan klinis untuk mengetahui adanya

alergi pada pasien yaitu dengan mengkonfirmasi langsung apakah pasien memiliki

alergi terhadap obat. Pertanyaan disampaikan secara lisan baik pada saat

penerimaan resep maupun saat penyerahan obat.

“....untuk kegiatan pemeriksaan alergi itu fleksibel....bisa saja ditanyakan

pada saat assesment awal ketika resep diterima dari pasien atau waktu obat

diberikan” (Responden A).

Responden yang melakukan pemeriksaan efek samping obat memberikan

informasi kepada pasien mengenai efek samping obat yang mungkin akan terjadi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

51

Responden tersebut mengatakan alasan pentingnya mengetahui efek samping

obat, yaitu:

“.... mengingat obat-obat asma seperti salbutamol atau teofilin memiliki

efek samping yang cukup sering terjadi, jadi harus disampaikan…nah, misal

tremor, takikardi, dan gangguan gastrointestinal…hampir seluruh pasien yang

menggunakan sediaan inhalasi seperti steroid itu mengalami stomatitis atau

kering di mulut disertai warna putih pada lidah jadi pasien yang menggunakan

obat asma dalam waktu lama atau lebih dari 6 bulan harus dilakukan

pemeriksaan klinis ESO” (Responden F).

Kesesuaian obat dilihat berdasarkan resep yang terdiri dari dosis, durasi

dan jumlah permintaan obat yang dibutuhkan pasien (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2007). Responden yang melihat kesesuaian obat melakukan

konfirmasi kepada dokter apabila antara obat satu dan lain jumlah waktu habisnya

tidak sama. Responden yang memperhatikan adanya kemungkinan interaksi obat

berdasarkan referensi memastikan bahwa antara satu obat dengan obat yang lain

tidak memiliki interaksi yang dapat merugikan hasil pengobatan atau yang dapat

menimbulkan interaksi farmasetis.

Terdapat 3 responden yang tidak melakukan pemeriksaan alergi

mengatakan bahwa pasien akan mengatakan dengan sendiri alergi yang dimiliki.

“....belum terlalu diperhatikan ya, karena pasien biasanya yang bilang

kalau ada alergi obat tertentu” (Responden J).

Responden yang tidak melaksanakan pemeriksaan terhadap adanya efek

samping obat memberi alasan:

“pelaksanaannya terbatas....dan biasanya sih hanya pada kondisi

tertentu tergantung obat yang akan diterima pasiennya apakah efek sampingnya

serius atau tidak” (Responden G).

Pemeriksaan interaksi obat paling jarang dilakukan oleh responden,

alasan yang dikemukakan sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

52

“ kalau pengkajian klinis saya sendiri lebih ke efek samping seperti

mengantuk....jadi bisa diinformasikan selama penggunaan tidak mengendarai

kendaraan” (Responden I).

“kalau peninjauan klinis secara spesifik saya akui belum diperhatikan ....

kalau ada yang bertanya itu ada interaksinya ngga baru saya jawab ... referensi

sih ada tapi ya memang belum aja dilakukan” (Responden J).

4. Penyiapan obat

Hasil penelitian mengenai pelaksanaan pelayanan penyiapan obat

tercantum dalam Tabel VI berikut.

Tabel VI. Proses penyiapan obat

No. Jenis kegiatan

Jumlah

responden yang

melaksanakan,

n=12

1. Peracikan (menimbang, mencampur, mengemas,

memberi etiket, memperhatikan dosis dan jumlah

obat)

12

2. Menulis etiket dengan lengkap (warna putih

untuk obat dalam, warna biru untuk obat luar, dan

etiket lainnya seperti label kocok dahulu untuk

sediaan cair)

12

3. Menulis nama dan cara pemakaian obat pada

etiket sesuai dengan permintaan resep

12

4. Menyerahkan obat yang dikemasi dengan rapi

dan sesuai demi menjaga kualitas obat

12

5. Melakukan pemeriksaan akhir terhadap

kesesuaian antara obat dengan resep sebelum

diserahkan ke pasien asma

12

Pada Tabel VI diatas dapat dilihat bahwa semua kegiatan dalam

penyiapan obat dilakukan oleh semua responden. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa 12 responden melaksanakan proses penyiapan obat sesuai

standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan standar pelayanan kefarmasian

di apotek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

53

Proses penyiapan yang dilakukan di rumah sakit diawali dengan validasi

atau pemeriksaan kebenaran resep, dilanjutkan dengan mendeskripsikan/

mengartikan signa dari setiap obat yang diminta dalam resep kemudian meracik

dan memberi label. Tahap peracikan dilakukan oleh responden sesuai informasi

yang tertera dalam resep. Dalam menyiapkan resep racikan responden

mempertimbangkan obat-obatan yang tidak dapat diracik/ digerus karena sifat

higroskopis. Oleh sebab itu, obat yang memiliki sifat higroskopis perlu ditanyakan

kembali kepada dokter apakah dapat diganti atau ada pertimbangan lain.

Pertimbangan penggerusan obat yang kemudian akan dipindahkan pada wadah

tertentu sesuai dengan Permenkes 284 berikut:

“Obat/ bahan obat harus disimpan dalam wadah asli pabrik dalam hal

pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain harus

dicegah kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru,

sekurang-kurangnya pada wadah tercantum nomor batch dan tanggal

kadaluarsa” (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa penyiapan obat

dilakukan setelah resep masuk dan dicatat dalam billing (penagihan) kemudian

pasien membayar. Proses penyiapan obat dilakukan dengan mempertimbangkan

jumlah pelaksana kegiatan dalam hal ini dimaksudkan bahwa penyiapan obat

harus dilakukan lebih dari dua orang. Tujuan dari penetapan jumlah pelaksana

adalah untuk mengkoreksi dan meminimalisir adanya kesalahan atau kekeliruan

dalam pembacaan resep seperti nama obat, jumlah permintaan obat, signa,

identitas penerima resep, dosis dan perhitungan dosis jika resep merupakan resep

racikan. Salah satu responden yang melakukan poin 1 pada Tabel V melakukan

peracikan dengan pertimbangan, seperti berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

54

“Obat-obat yang memiliki indeks terapi sempit seperti teofilin harus

diperhatikan, ditimbang, dan dibagi seksama dalam peracikannya di mana

teofilin memiliki inkompatibilitas dengan beberapa pelarut jika dibentuk menjadi

elixir dan ini selalu diinformasikan dan diingatkan kepada asisten apoteker

sehingga dalam peracikan harus dipantau langsung oleh apoteker” (Responden

F).

Penulisan etiket di rumah sakit tempat penelitian, saat ini tercetak

langsung pada plastik kemasan sehingga ada rumah sakit yang tidak membedakan

etiket berdasarkan penggunaan obat yaitu warna putih untuk obat dalam, warna

biru untuk obat luar dan etiket untuk label obat kocok dahulu, tetapi pada kemasan

tetap dituliskan keterangan yang menjelaskan penggunaan obat. Penulisan

identitas pasien dan cara pemakaian pada kemasan sangat penting agar pada saat

penyerahan tidak terjadi kekeliruan dimana obat diberikan bagi pasien dengan

indikasi yang sesuai karena ada pasien dengan obat yang sama dan nama yang

berbeda ataupun sebaliknya. Pada saat penyerahan obat, pengemasan perlu

diperhatikan agar kualitas obat tetap terjaga.

C. Profil Pelaksanaan Pelayanan Informasi Obat (PIO) Pasien Asma di

Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum di Kota Yogyakarta

Tujuan dari kegiatan pelayanan informasi obat dalah untuk menunjang

terapi yang rasional, yang berorientasi pada pasien, menyediakan dan memberi

informasi mengenai obat kepada pasien, tenaga kesehatan, dan instansi lain

dilingkungan rumah sakit, menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-

kebijakan yang berhubungan dengan obat, dan meningkatkan profesionalisme

apoteker (Dinas Kesehatan Semarang, 2013).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

55

1. Kegiatan pelayanan informasi obat

Hasil penelitian mengenai kegiatan pelayanan informasi obat tercantum

dalam tabel berikut.

Tabel VII. Ketentuan pelayanan informasi obat

No. Jenis kegiatan

Jumlah responden

yang melaksanakan,

n=12

1. Melakukan PIO berdasarkan resep atau kartu

pengobatan pasien (medication record)

9

2. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada

konsumen secara aktif dan pasif, mudah

dimengerti, tidak bias, etis dan bijaksana

12

3. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga

kesehatan melalui telepon, surat atau tatap muka

12

4. Membuat buletin, leaflet, label obat 11

5. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga

farmasi dan tenaga kesehatan lainnya

8

6. Penelurusan berdasarkan literature 11

7. Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan

kegiatan pelayanan kefarmasian

6

8. Mendokumentasikan PIO 11

9. Lainnya:

a. PIO diluar fase dispensing

b. Membuat video tayang

c. Majalah yang berisi artikel

2

2

1 Keterangan : fase dispensing adalah kegiatan yangberawal dari penerimaan resep oleh farmasi,

penyiapan, penyerahan obat sampai pemberian informasi obat.

Hasil penelitian berdasarkan Tabel VII di atas mengenai ketentuan

pelayanan informasi obat dari 12 responden belum dilaksanakan secara

keseluruhan sesuai dengan prosedur tetap pelayanan informasi obat yang

tercantum dalam standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan standar

pelayanan kefarmasian di apotek.

Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa ada rumah sakit yang

memiliki unit PIO, dimana pencatatan dilakukan berdasarkan permintaan provider

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

56

PIO yang dituliskan dalam buku laporan PIO seperti pernyataan-pernyataan

berikut:

“.... kalau di rumah sakit ini PIO didokumentasikan dalam buku PIO dan

direkap 1 bulan sekali” (Responden C).

“kegiatan PIO disini dilaksanakan oleh farmasi klinis dan dilakukan

tersendiri diluar fase dispensing....kalau di rumah sakit ini sendiri PIO itu

berdasarkan laporan dari yang namanya provider (pengguna layanan) jadi siapa

saja yang membutuhkan akan dilayani” (Responden G).

“....laporannya tersendiri terpisah dengan RM (medication record),

nanti RM di fotocopy atau di scan kemudian dilampirkan sebagai data

penunjang” (Responden J).

Pelayanan informasi disesuaikan dengan kebutuhan pasien mengenai

suatu permasalahan kesehatan. Kegiatan ini lebih diperuntukan bagi provider

yaitu dokter, perawat, apoteker, dan instansi kesehatan. Informasi yang

ditanyakan oleh provider digunakan untuk memecahkan permasalahan pasien

sehingga pertanyaan tidak muncul secara langsung dari pasien. Akan tetapi, tidak

menutup kemungkinan bila pasien menanyakan langsung terkait pengobatan dan

obat-obat yang digunakan melalui telepon sehingga dalam pelayanan informasi

obat dibuka bagi siapa saja yang berkenan untuk menanyakan masalah yang

dihadapi.

Jenis kegiatan pada Tabel VII poin 5 berupa pendidikan berkelanjutan

merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh rumah sakit untuk meningkatkan

kualitas pelayanan masing-masing responden. Kegiatan pendidikan berkelanjutan

pada masing-masing rumah sakit bervariasi, ada yang dilaksanakan sebulan

sekali, dan ada yang tiga bulan sekali. Kegiatan ini rutin dilaksanakan sebagai

bentuk evaluasi untuk melakukan plan of action (perencanaan kegiatan) dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

57

pelayanan. Asisten apoteker yang melaksanakan kegiatan pelayanan informasi

obat menerima pendidikan berkelanjutan baik terkait teknik sediaan maupun

pemberian informasi untuk menambah wawasan tentang informasi obat, dan

pengobatan. Pelatihan dan pelaksanaan pendidikan kepada asisten apoteker

dilakukan oleh kepala instalasi maupun apoteker yang berada di instalasi tersebut

berkaitan dengan penyakit asma ataupun teknologi pengobatan terbaru serta

informasi tambahan lain mengenai obat-obat yang sering digunakan.

Kegiatan penelusuran literatur dalam pelayanan informasi obat bertujuan

untuk mempermudah dan membantu dalam mengakses informasi supaya setiap

apoteker siap untuk menerima pertanyaan apapun terkait informasi kesehatan,

pengobatan, dan obat-obat terbaru, serta selalu dapat menambah wawasan dengan

informasi terbaru. Pencarian informasi dari literatur dapat berupa informasi

primer, skunder, dan informasi tersier.

Tabel VII memperlihatkan bahwa kegiatan yang paling jarang dilakukan

adalah mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan

kefarmasian. Responden di semua rumah sakit yang melaksanakan kegiatan

koordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian

mengungkapkan bahwa kegiatan ini dilakukan dengan membimbing siswa/siswi

magang dan mahasiswa/mahasiswi yang sedang melaksanakan tugas akhir.

Penelitian yang paling banyak dan sering dilakukan mahasiswa di rumah sakit

berdasarkan keterangan responden adalah mengenai antibiotik dan drug related

problems (DRP).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

58

Ada beberapa alasan responden tidak atau jarang melakukan kegiatan

pelayanan informasi obat. Responden yang tidak melaksanakan kegiatan PIO

berdasarkan resep atau kartu pengobatan memberikan alasan berikut:

“....ya, PIO yang kami jalankan ini ada di unit PIO tersendiri dan

pencatatan juga berdasarkan pertanyaan pasien dan tenaga kesehatan yang

membutuhkan yang ditulis dalam dokumen PIO” (Responden A).

Seorang responden yang tidak melakukan pendidikan berkelanjutan

mengatakan:

“Secara khusus untuk pendidikan belum terlaksana secara rutin”

(Responden C).

“Belum pernah ada ya permintaan pendampingan....selama ini hanya

pendampingan mahasiswa magang untuk tugas akhir itupun pendampingan

secara umum saja” (Responden H).

Asisten apoteker memberikan informasi tambahan mengenai pelaksanaan

pendidikan berkelanjutan, yaitu:

“Setiap bulan kami ada rapat rutin untuk evaluasi dan membicarakan

rencana kedepan” (Asisten apoteker A).

“....pertemuan rutin di rumah sakit ini biasanya soal penggunaan alat,

kalau asma itu ada promotornya yang memperagakan cara penggunaannya atau

biasanya kepala instalasi atau apoteker yang memberi pengarahan ke semua staf

di sini, gantian gitu” (Asisten apoteker B).

2. Informasi yang sekurang-kurangnya disampaikan kepada pasien

Berdasarkan hasil penelitian mengenai informasi dasar yang disampaikan

kepada pasien asma tercantum dalam tabel berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

59

Tabel VIII. Jenis informasi obat

No. Informasi yang disampaikan Jumlah responden yang

melaksanakan, n=12

1. Cara pemakaian obat 12

2. Cara penyimpanan obat 12

3. Jangka waktu pengobatan 12

4. Aktivitas serta makanan dan minuman yang

harus dihindari

8

5. Pemberian informasi tambahan 9

6. Lainnya:

a. Nama obat

b. Jumlah obat

c. Frekuensi terjadinya eksaserbasi

d. Indikasi

e. Efek samping obat

5

2

1

2

1

Berdasarkan Tabel VIII ditemukan bahwa ada informasi yang banyak

tidak disampaikan yaitu mengenai informasi tambahan. Semua responden

memberikan informasi cara pemakaian, cara penyimpanan, dan jangka waktu

pengobatan. Informasi aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari

dilaksanakan oleh 8 responden. Informasi tambahan yang juga diberikan adalah

pemberian informasi terkait setelah penggunaan inhalasi steroid harus berkumur

untuk menghindari pertumbuhan jamur di mulut dilakukan oleh 9 responden.

Informasi lain yang diberikan adalah nama obat dengan 5 responden, jumlah obat

dengan 2 responden, menanyakan frekuensi terjadinya eksaserbasi oleh 1

responden, indikasi obat 2 responden, dan adanya efek samping obat ada 1

responden. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jenis informasi yang diberikan

oleh 12 responden belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian di apotek dan

pedoman penatalaksanaan asma.

Informasi melalui edukasi pada pasien mengenai penggunaan obat

terutama obat-obat inhalasi, wajib diberikan bagi pasien asma untuk memastikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

60

bahwa pasien dapat menggunakan obat dengan benar. Salah satu indikator bahwa

obat digunakan dengan benar adalah dengan menggali informasi mengenai

frekuensi terjadinya eksaserbasi selama penggunaan obat seperti pernyataan

responden berikut:

“....pasien dengan frekuensi eksaserbasi yang tinggi diminta mengulangi

cara penggunaan” (Responden F).

Pasien juga diberikan kesempatan untuk berkonsultasi melalui telepon/

handphone bila mengalami kesulitan dalam penggunaan obat. Dasar dalam

pengobatan asma berdasarkan hasil penelitian ini adalah komitmen pasien untuk

patuh dalam menjalankan pengobatan. Sehingga sedari awal pengobatan,

responden telah menginformasikan kepada pasien bahwa kepatuhan dalam

pengobatan sangat diperlukan agar terapi yang diterima dapat berjalan dengan

baik, dengan cara ini pasien diajak untuk bertanggung jawab atas kesehatan dan

pengobatan yang dijalani.

Responden yang tidak memberikan informasi mengenai aktivitas,

makanan dan minuman yang harus dihindari memberikan alasan bahwa informasi

diberikan jika pasien bertanya karena ada pasien yang sudah mengetahui

informasi obat tersebut dan merasa tidak perlu diberikan ulang seperti pernyataan

responden berikut:

“informasi yang penting untuk diberikan adalah cara pakai,

penyimpanan, jangka waktu obat habis...paling tidak, standar minimal pemberian

informasi sudah disampaikan....kalo yang lain jarang disampaikan karena pasien

sudah tau tapi kalau pasien tanya pasti dijawab” (Responden J).

Penelitian Sidharta dkk. (2013) juga diketahui bahwa ada hambatan atau

kendala yang banyak dijumpai dalam pelayanan informasi obat yaitu pasien

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

61

terburu-buru karena dengan kondisi pasien yang terburu-buru responden tidak

dapat memberikan informasi dengan jelas dan lengkap.

3. Persiapan pemberian informasi dan edukasi

Hasil penelitian mengenai aspek pemberian informasi dan edukasi

tercantum dalam tabel berikut.

Tabel IX. Persiapan pemberian informasi dan edukasi

No. Bentuk persiapan

Jumlah

responden yang

melakukan,

n=12

1. Pembekalan diri dengan pengetahuan tentang asma

dan pengobatan

12

2. Pemberian informasi kepada pasien dan juga

keluarga terutama untuk pasien yang mengalami

masalah dalam berkomunikasi dengan

mempertimbangkan latar belakang dan pendidikan

pasien dan keluarganya

9

3. Mengumpulkan dan mendokumentasikan data pasien

(riwayat keluarga, gaya hidup, pekerjaan, dan

pengobatan yang dijalani, obat-obat yang digunakan

selain obat asma yang berpengaruh terhadap

pengobatan asma)

9

4. Menggunakan sarana tambahan dalam penyampaian

informasi (peragaan inhaler dan rotahaler)

12

5. Mempertimbangkan pemberian obat dengan jumlah,

dosis yang lebih sedikit, kejadian efek samping obat

yang lebih jarang terjadi serta adanya pengertian dan

kesepakatan antara dokter, pasien dan apoteker

untuk meningkatkan kepatuhan pasien

8

6. Lainnya :

a. Lulus training PIO tingkat dasar di rumah sakit

setempat

b. Pembuatan video penggunaan alat

1

1

Tabel IX di atas menunjukkan bahwa persiapan pemberian informasi dan

edukasi yang paling banyak dilakukan adalah pembekalan diri dengan

pengetahuan tentang asma dan pengobatan yang dilaksanakan oleh 12 responden

serta penggunaan sarana tambahan dalam penyampaian informasi dilakukan oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

62

12 responden. Bentuk persiapan yang sedikit dilaksanakan adalah pertimbangan

pemberian obat untuk meningkatkan kepatuhan pasien dilakukan oleh 8

responden. Responden yang melakukan persiapan pemberian informasi dengan

ketentuan lulus training PIO tingkat dasar di rumah sakit setempat dilaksanakan

oleh 1 responden, dan 1 responden membuat video tayang penggunaan obat.

Responden yang melakukan poin 1 pada Tabel IX mengatakan bahwa

pembekalan diri sangat diperlukan untuk membangun kepercayaan diri dalam

menyampaikan informasi yang sesuai dengan standar terapi pengobatan dan jenis

obat yang digunakan pasien. Pelaksanaan persiapan pemberian informasi dan

edukasi pada poin 2 mengenai pertimbangan latar belakang pasien maupun

keluarga yang mendampingi di mana kemampuan setiap orang untuk menangkap

informasi adalah berbeda-beda, seperti pernyataan responden berikut:

“....yang paling utama itu yaa pembekalan pengetahuan asma dan

pengobatan yang diterima oleh pasien itu agar pasien benar-benar mengerti apa

yang kita sampaikan” (Responden C).

“...kami mengupayakan melalui pertemuan bulanan biasanya yang perlu

dibahas banyak mengenai teknologi...biar semua staf paham mengenai sediaan

tersebut dan bisa menjelaskan pada pasien” (Responden J).

Pembuatan video mengenai penggunaan alat ditayangkan langsung

selama pasien menunggu penyiapan obat dan atau pada saat konseling jika

dibutuhkan.

“....termasuk video cara penggunaan obat yang ditayangkan di monitor

di ruang tunggu pasien” (Responden F).

Persiapan pemberian informasi dan edukasi kepada pasien dilakukan oleh

individu maupun secara serentak oleh seluruh tenaga kesehatan berdasarkan

ketentuan yang telah ditetapkan setiap rumah sakit. Standar yang diterapkan oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

63

setiap rumah sakit berbeda-beda, disalah satu rumah sakit ada yang harus

menempuh minimal lulus training (pelatihan) PIO tingkat dasar dan ada pula yang

harus melewati masa percobaan apoteker klinis selama beberapa bulan. Hal yang

penting dalam tahap pembekalan berdasarkan informasi yang disampaikan

responden adalah memastikan bahwa wewenang yang diberikan oleh instalasi

farmasi bagi tenaga kefarmasian sudah harus dapat menjamin bahwa informasi

yang diberikan memenuhi standar pelayanan kefarmasian, seperti pada pernyataan

berikut:

“.... disinikan ada peraturan untuk apoteker yang melakukan PIO harus

mengikuti masa percobaan sebagai apoteker klinis sekitar 3 bulan, baru

kemudian bisa memberi pelayanan....itupun ada wewenang langsung yang

diberikan untuk memastikan bahwa apoteker tersebut benar-benar siap turun

dalam pelayanan” (Responden G).

Kegiatan pelayanan informasi obat efektif jika melalui evaluasi

pelaksanaan pelayanan kefarmasian. Evaluasi yang dilakukan merupakan

penyesuaian antara regulasi dengan keadaan yang di lapangan sehingga regulasi

baru dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian.

Responden yang melaksanakan pengumpulan data pasien mengatakan bahwa

pencarian data-data pasien dilakukan dengan melihat histori kunjungan dan

medication record. Penelitian yang dilaksanakan Sidharta, dkk. (2013) juga

mengatakan bahwa peningkatan kualitas pelayanan resep dapat dilakukan dengan

membuat dan melaksanakan prosedur tetap pelayanan informasi obat.

Tabel IX menunjukan bahwa bentuk persiapan sebelum pemberian

informasi dan edukasi kepada pasien asma yang tidak dilakukan adalah poin 2, 3

dan 5. Responden yang tidak melaksanakan poin 2 mengatakan:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

64

“kadang-kadang dilakukan tapi tidak terlalu sering diperhatikan jika

pasien banyak” (Responden I).

“jarang dilakukan…Pasien yang penting mengerti dan paham dengan

apa yang disampaikan” (Responden J).

Alasan responden tidak melakukan poin 3 pada Tabel IX, sebagai

berikut:

“untuk mencari data-data pasien yang diperlukan kita bisa lihat di

rekam medis pasien” (Responden H).

“biasanya, obat-obat yang belum pernah diresepkan kepada pasien kita

konfirmasi ke rekam medis apakah pasien ini pernah menggunakan sebelumnya”

(Asisten apoteker B).

Responden yang tidak melakukan persiapan pada poin 5 memberi alasan

sebagai berikut:

“kalau ini wewenang dokter yang menuliskan resep berdasarkan

diagnosa pasien” (Responden I).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 12 responden belum semua

melakukan persiapan pemberian informasi dan edukasi kepada pasien asma secara

lengkap berdasarkan pedoman penatalaksanaan asma.

D. Profil Pelaksanaan Pelayanan Konseling Pasien Asma di Instalasi

Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum di Kota Yogyakarta

Tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan konsep dasar yang benar

mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, indikasi

obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama

penggunaan obat, tanda-tanda toksisitas, kontraindikasi obat, adanya efek

samping obat, cara penyimpanan obat, dan penggunaan obat-obat lain yang

menyertai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

65

1. Kriteria pemberian konseling pada pasien

Hasil penelitian mengenai kriteria pemberian konseling oleh apoteker

kepada pasien adalah sebagai berikut.

Tabel X. Kriteria pemberian konseling pada pasien

No. Kriteria pemberian konseling

Jumlah

responden

yang

melaksanakan,

n=12

1. Pasien asma dengan sejarah ketidakpatuhan

pengobatan

9

2. Pasien asma yang menerima obat dengan indeks terapi

sempit yang memerlukan pemantauan

9

3. Pasien asma dengan multirejimen obat 11

4. Pasien asma lansia 12

5. Pasien asma pediatri melalui orang tua atau

pengasuhnya

11

6. Pasien asma yang mengalami Drug Related Problems 8

7. Pasien asma dan keluarganya yang membutuhkan

bantuan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang

dihadapi dalam penggunaan obat, jika perlu dengan

melibatkan tenaga kesehatan lain seperti dokter

11

8. Lainnya :

a. Pasien asma yang memiliki faktor risiko

b. Pasien asma yang mendapatkan obat oral berupa

SABA atau metilxantin

c. Pasien asma yang mendapatkan obat inhalasi baik

yang pertama maupun berulang

d. Pasien dengan frekuensi eksaserbasi yang tinggi

e. Pasien yang karena kondisinya tidak membeli obat

asma (kondisi baik)

1

1

1

1

1

Data pada Tabel X tersebut menunjukkan bahwa kriteria yang paling

banyak dipertimbangkan adalah pasien asma lansia. Pasien lansia dan pediatri

membutuhkan care giver untuk mengingatkan bahkan mengatur waktu, jumlah

obat yang dikonsumsi sesuai dengan petunjuk yang diberitahukan oleh dokter

maupun apoteker. Kriteria yang paling sedikit diperhatikan oleh responden untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

66

diberikan konseling adalah pasien asma yang mengalami drug related problem.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kegiatan konseling dilaksanakan oleh

responden dalam pelayanan, tetapi tidak semua pasien dipilih berdasarkan kriteria

dalam konseling sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di apotek.

Kriteria pelayanan konseling untuk pasien asma salah satunya adalah

sejarah ketidakpatuhan. Cara mengetahui ketidakpatuhan pasien yaitu dengan

menggali informasi secara langsung pada pasien pada saat penyerahan obat

mengenai keteraturan waktu penggunaan obat dimana pasien asma menjalani

pengobatan dalam jangka waktu yang panjang sehingga membutuhkan perhatian

dalam setiap pengobatan agar selalu dalam kondisi asma terkontrol. Pertanyaan

yang biasa diajukan untuk menggali ketidakpatuhan pasien adalah jumlah obat

tersisa dari kontrol terakhir sampai pada saat pasien tersebut kontrol kembali,

menanyakan kegiatan rutin yang dilakukan apakah mengganggu waktu konsumsi

obat, menanyakan frekuensi terjadinya eksaserbasi.

Responden yang melaksanakan konseling berdasarkan kriteria pemberian

konseling mengemukakan bahwa semua kriteria telah dipenuhi dengan alasan

seperti berikut:

“....semua sudah kita lakukan, selalu dicek terapi pasien dengan

kondisinya agar didapat terapi yang optimal” (Responden C).

Dasar pemberian konseling adalah setiap pasien membutuhkan informasi

yang dapat dilayani dalam kegiatan konseling, tetapi yang menjadi pertimbangan

adalah waktu yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan pada setiap pasien

melalui kegiatan konseling. Konseling merupakan cara untuk mempertemukan

apoteker dengan pasien dalam komunikasi mendalam mengenai pengobatan asma

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

67

baik mengenai obat-obatan yang digunakan maupun terapi asma yang sedang

dijalani pasien. Responden yang tidak mempertimbangkan pemilihan pasien

berdasarkan kriteria pada Tabel X secara lengkap mengemukakan bahwa kegiatan

konseling hanya dilakukan bersamaan dengan penyerahan obat dalam bentuk

komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) sekilas sehingga secara otomatis semua

pasien mendapatkan konseling. Hal ini terkait ketidaktersediaan tempat khusus

konseling dengan jumlah pasien yang banyak sedangkan tenaga yang memberi

pelayanan kurang.

Responden yang tidak menentukan kriteria pemberian konseling

berdasarkan sejarah ketidakpatuhan pengobatan memberi alasan berikut:

“Belum diperhatikan aja….pokoknya kalau sempat ya semua pasien di

berikan konseling” (Responden H).

Responden yang tidak menentukan kriteria pemberian konseling

berdasarkan poin 2 Tabel X mengemukakan alasan berikut:

“Belum terorganisir dan belum ditujukan untuk pelaksanaan khusus”

(Responden J).

Informasi yang diperoleh dari asisten apoteker mengenai kriteria

pemberian konseling adalah sebagai berikut:

“….untuk sementara sihh tidak terlalu diperhatikan, masih

memperhatikan terkait penggunaan obat” (Asisten apoteker A).

Responden yang tidak menentukan kriteria pemberian konseling

berdasarkan poin 6 Tabel X mengemukakan alasan berikut:

“….belum dilaksanakan karena rumah sakit belum terlalu besar dan

jumlah obat tidak terlalu banyak” (Responden H).

“….sedang meminta tempat jadi lebih baik saya tidak menjawab

mengenai pemberian konseling dan ini jadi keterbatasan kami” (Responden J).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

68

Informasi yang ditanyakan kepada pasien berupa informasi standar

dengan pemberian konseling singkat dengan menarik informasi dari pasien secara

singkat dan hanya beberapa poin penting yang perlu diketahui. Hal ini

dikarenakan bagi pasien asma yang sering kontrol akan lebih paham tentang

informasi yang akan disampaikan tanpa perlu pengulangan informasi yang sama,

tetapi sekedar mengingatkan informasi tersebut diulang untuk penggunaan

teknologi sediaan. Namun, lain hal jika pasien tersebut baru memeriksakan

sehingga informasi yang diberikan akan selengkap mungkin sampai pasien

paham. Beberapa aspek dengan alasan belum terorganisir dalam arti kegiatan

tersebut pernah dilakukan namun tidak selalu karena hanya untuk kondisi tertentu

melihat bahwa perlu adanya tempat yang lebih mendukung untuk pelayanan yang

lebih kondusif dengan jumlah tenaga yang memadai. Apabila pasien merasa

kurang puas dengan informasi yang disampaikan maka pasien dengan sendiri

menanyakan langsung terkait poin-poin yang belum dimengerti dan yang akan

ditanyakan.

2. Materi konseling

Materi konseling yang ditanyakan dan diinformasikan kepada

ditampilkan dalam Tabel XI berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

69

Tabel XI. Ketentuan pemberian materi konseling

No. Jenis materi

Jumlah

responden yang

melaksanakan,

n=12

1. Mengenai sediaan farmasi 12

2. Mengenai pengobatan dan perbekalan kesehatan

yang dapat digunakan

11

3. Lainnya :

a. Frekuensi eksaserbasi

b. Tanda-tanda eksaserbasi

c. Riwayat penyakit asma

d. Cara membersihkan alat-alat bantu yang

digunakan

1

1

1

1

Tabel XI di atas menunjukkan bahwa dari 12 responden terdapat 1

responden yang tidak memberikan materi mengenai pengobatan dan perbekalan

kesehatan. Materi lain yang harus ditanyakan dan diperjelas berhubungan dengan

status asma pasien adalah frekuensi terjadinya eksaserbasi (serangan)

dilaksanakan oleh 1 responden, tanda-tanda yang dialami saat terjadinya

eksaserbasi dilaksanakan oleh 1 responden, riwayat penyakit asma yang dialami

dilaksanakan oleh 1 responden, dan cara pembersihan alat-alat bantu dilaksanakan

oleh 1 responden. Materi konseling dilaksanakan berdasarkan informasi riwayat

penyakit pasien dengan bertanya secara lisan terjadinya serangan asma yang

terakhir dialami pasien agar dapat memantau sekilas kepatuhan pasien

berdasarkan pengumpulan informasi tersebut.

Materi konseling mengenai sediaan farmasi untuk pasien asma yang

dimaksudkan meliputi informasi sediaan obat aerosol, inhalasi, dan nebulasi. Jenis

materi mengenai pengobatan berkaitan dengan tujuan terapi sedangkan perbekalan

kesehatan yang dapat digunakan oleh pasien asma dapat berupa alat/ teknologi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

70

seperti inhaler, rotahaler, dan turbuhaler (Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia, 2004a).

Responden yang melaksanakan pemberian konseling berdasarkan materi

konseling terhadap pasien asma atau keluarganya memberikan keterangan berikut:

“….lebih ditekankan pada cara pakai obat tersebut serta menyesuaikan

dengan kondisi pasien tersebut” (Responden C).

“….untuk pemberian informasi yang sejauh ini dilakukan hanya lebih ke

teknologi sediaannya sedangkan tentang obatnya sendiri belum secara rinci

dilakukan baik itu asma maupun yang lain. Kalau hanya obat langsung diberikan

obatnya, cara penggunaan, dan aturan pakai” (Responden I).

“Hanya dijelaskan obatnya apa namanya, aturan pakai seperti apa,

lama penggunaan, dosisnya kadang-kadang kalau sediaan dengan teknologi

khusus akan dijelaskan dengan peraga bila belum pernah menggunakan

sebelumnya bila sudah menggunakan tidak dijelaskan” (Responden J)

Materi konseling harus diberikan kepada pasien asma untuk memperbaiki

dan menjaga kualitas hidup pasien menyangkut penyalahgunaan obat atau

penggunaan obat yang salah dan tenaga kefarmasian harus melakukannya secara

berkelanjutan. Berdasarkan hasil penelitian mengenai materi konseling ditemukan

bahwa dari 12 responden tidak semua responden memberikan materi konseling

sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di apotek.

3. Prosedur tetap konseling

Pelaksanaan prosedur tetap konseling berdasarkan hasil penelitian ini

tercantum dalam tabel berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

71

Tabel XII. Prosedur tetap konseling

No. Jenis kegiatan

Jumlah

responden

yang

melaksanakan,

n=12

1. Melakukan konseling sesuai dengan kondisi penyakit

pasien

12

2. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien/

keluarga pasien

12

3. Menanyakan apa yang telah dokter sampaikan terkait

kegunaan pengobatan yang diberi

8

4. Menanyakan bagaimana dokter menerangkan

penggunaan obat (cara pakai, jumlah, lama pengobatan,

cara penyimpanan, aturan pakai)

7

5. Menanyakan apa yang diharapkan dalam pengobatan

yang diberikan

7

6. Memperagakan dan menjelaskan cara pemakaian obat

(rotahaler, inhaler, dll)

12

7. Melakukan verifikasi akhir : mengecek pemahaman

pasien, mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah

yang berhubungan dengan cara penggunaan obat

(inhaler, nebulizer, dll) untuk mengoptimalkan tujuan

terapi, melakukan pencatatan konseling pada kartu

pengobatan

12

8. Lainnya :

a. Memberikan nomor kontak/telepon apoteker yang

bisa dihubungi bila mengalami kesulitan dalam

penggunaan obat

b. Memberikan leaflet kepada pasien

c. Memberikan alat bantu (spacer) pada pengguna

inhaler

1

1

1

Pada Tabel XII menunjukan bahwa tidak semua responden mengikuti

prosedur tetap konseling sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di apotek.

Prosedur yang paling banyak tidak dilakukan yaitu prosedur nomor 3, 4, dan 5

dimana ketiga prosedur tersebut adalah bagian dari three prime question yang

merupakan pertanyaan utama yang wajib ditanyakan kepada pasien pada saat

pemberian konseling. Ketiga prosedur ini digunakan untuk mempersingkat waktu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

72

pada saat pelayanan, menghindari informasi yang tumpang tindih, dan melengkapi

informasi yang telah disampaikan dokter

Kegiatan konseling dilakukan sesuai kondisi penyakit pasien dengan

tujuan agar informasi yang diberikan tepat sasaran dan tepat guna bagi pasien,

artinya pasien yang diberikan konseling tersebut untuk dapat merasakan hasil dari

pengobatan harus menerima informasi sejelas-jelasnya sesuai dengan kondisi dari

pasien itu sendiri. Tujuan terapi pasien asma adalah mengurangi morbiditas dan

mortalitas sehingga harapan dari terapi pengobatan adalah pasien dapat patuh

dalam pengobatan yang dijalani untuk mengurangi serangan asma (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2007).

Responden dalam penelitian ini mengatakan bahwa kepatuhan

pengobatan menjadi dasar yang perlu disampaikan pada pasien terutama yang

baru pertama kali melakukan kontrol atau pemeriksaan di rumah sakit. Berikut

keterangan dari responden:

“Dasarnya bila pasien sudah memulai untuk berobat maka harus rutin

memeriksa. Kepatuhan itu penting untuk ditanamkan pada pasien jangan sampai

hanya setengah-setengah karena nanti tidak bisa kelihatan hasil/

perkembangannya” (Responden A).

Dalam penerapan pharmaceutical care membuka komunikasi antara

apoteker dengan pasien sangat dibutuhkan untuk membangun karakter yang

digunakan sebagai bentuk perkenalan diri sehingga pasien tertarik untuk

berinteraksi langsung dalam pembicaraan. Pelaksanaan pemberian pelayanan oleh

tenaga kefarmasian harus diawali dengan menanyakan kondisi ataupun keluhan

yang dialami agar dalam pemberian informasi tidak terjadi kesalahan karena ada

obat-obat yang memiliki lebih dari satu indikasi. Kegiatan tambahan yang juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

73

dilakukan pada saat konseling adalah memberikan nomor kontak tenaga farmasi

yang bisa dihubungi apabila pasien mengalami masalah dalam pengobatan.

Pemberian leaflet bertujuan bila sewaktu-waktu pasien lupa cara penggunaan obat

dalam teknologi sediaan.

Penambahan spacer bagi pengguna MDI sangat membantu dalam proses

inhalasi dan ekshalasi, alat ini biasa dibutuhkan bagi pasien pediatri maupun

geriatri yang sulit mengatur pernapasan sehingga terkadang alat ini ditawarkan

kepada pasien agar mempermudah penggunaan dan jumlah obat yang terdeposisi

dalam paru-paru juga sesuai dengan harapan dan dapat meningkatkan hasil terapi

bagi pasien tersebut (Graha, 2008). Pasien yang telah berulang kali menggunakan

hanya ditanyakan apakah ada masalah dalam penggunaan alat tersebut dan jika

berhubungan dengan cara pakai alat maka diminta untuk mengulang bagaimana

cara penggunaan sebelumnya. Bentuk verifikasi yang juga dilakukan oleh

responden adalah dengan memberikan selembar kertas pernyataan yang tertera

dalam resep untuk ditandatangani. Rumah sakit yang telah melaksanakan kegiatan

konseling secara lengkap maupun dalam bentuk KIE singkat telah memiliki

prosedur tetap konseling. Prosedur ini diperlukan sebagai bahan acuan untuk

menyampaikan informasi penting atau dasar kepada pasien, sehingga

penyampaian oleh tenaga kefarmasian dapat dipahami dan informasi tersebut

dapat membantu pasien dalam terapi pengobatan yang dijalani.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

74

Tabel XIII. Alasan responden tidak melaksanakan prosedur tetap konseling

secara lengkap

No. Alasan tidak melaksanakan prosedur tetap

konseling secara lengkap

Jumlah

responden

1.

Menanyakan apa yang telah dokter sampaikan terkait

kegunaan pengobatan yang diberikan

n=4

a. Tidak ditanyakan ulang karena pasien jika

tidak paham akan bertanya langsung

2

b. Dilihat berdasarkan medication record dan

disesuaikan dengan resep yang diterima

1

c. Tidak memberi alasan 1

2.

Menanyakan bagaimana dokter menerangkan

penggunaan obat

n=5

a. Dijelaskan oleh responden, dokter hanya

meresepkan

3

b. Tidak memberi alasan 2

3.

Menanyakan apa yang diharapkan dalam pengobatan

yang diberikan

n=5

a. Tidak memberi alasan 1

b. SOP ada tetapi three prime questions tidak

ditanyakan lengkap.

4

Keterangan : mengacu pada kegiatan dalam Tabel XII, SOP (Standar Operasional Prosedur),

three prime questions (tiga pertanyaan utama dalam konseling).

Responden yang tidak menanyakan pertanyaan apa yang dikatakan

dokter tentang kegunaan pengobatan dan bagaimana dokter menerangkan

penggunaan obat mengemukakan alasan bahwa dokter memang tidak menjelaskan

kepada pasien terkait penggunaan obat karena biasanyainformasi tersebut akan

diberikanoleh tenaga kefarmasian. Responden jarang menanyakan penjelasan

dokter mengenai harapan dari pengobatan yang dijalani karena tidak semua

informasi dapat digali pada pasien karena keterbatasan waktu sehingga informasi

yang dianggap utama yang perlu disampaikan adalah mengenai sediaan, cara

pakai, dan indikasi. Penyampaian informasi lain oleh responden hanya diberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

75

jika pasien bertanya pada responden. Penggunaan alat peraga untuk membantu

dan mempermudah menyampaikan cara penggunaan teknologi sediaan dilakukan

pada pasien yang yang baru pertama kali mengenal/menggunakan teknologi

tersebut. Tahapan terakhir dalam konseling adalah memastikan bahwa pasien

mengerti dengan informasi yang telah disampaikan, yaitu dengan meminta pasien

mengulang kembali informasi yang disampaikan. Pada penggunaan alat peraga

pasien diminta melakukan simulasi cara penggunaan, baik dari posisi yang benar

sampai tahapan penggunaan alat.

4. Pertanyaan yang biasa digunakan untuk menanyakan harapan

Pertanyaan harapan berkaitan erat dengan tujuan terapi pengobatan

dicantumkan dalam tabel berikut.

Tabel XIV. Pertanyaan harapan

No. Bentuk pertanyaan Jumlah responden,

n=10

1. Pengaruh apa yang diharapkan tampak 7

2. Bagaimana mengetahui bahwa obatnya bekerja 7

3. Pengaruh buruk (terkait dampak pengobatan)

apa yang dikatakan dokter untuk diwaspadai

8

4. Perhatian apa yang harus diberikan selama

dalam pengobatan

7

5. Apa yang dikatakan dokter apabila merasa

semakin parah/buruk

6

6. Bagaimana mengetahui bahwa obat tidak

bekerja

7

Keterangan: penjabaran dari kegiatan pada Tabel XII

Tabel di atas menunjukan bahwa dari 10 responden tidak semua

responden melaksanakan aspek pemberian pertanyaan harapan secara lengkap

sesuai dengan pedoman penatalaksanaan asma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

76

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari responden penelitian ini

diketahui bahwa bagi pasien baru yang memeriksakan diri, dokter akan

menyampaikan harapan dari pengobatan yang dijalani pasien sedangkan bagi

pasien kontrol dokter menanyakan perkembangan kondisi pasien sehingga akan

ada rencana terapi yang dikomunikasikan langsung pada pasien, seperti

pernyataan responden berikut:

“Beberapa pertanyaan sudah kita terapkan tetapi tidak semua pasien

asma….terkadang semua pertanyaan terkadang juga tidak tergantung kebutuhan

pasien” (Responden C).

Kondisi-kondisi tertentu selama pengobatan terkadang menuntut pasien

untuk mengetahui status asma yang dialami sehingga pada saat terjadi eksaserbasi

dapat diatasi dengan segera. Bila kondisi tersebut tidak dapat diatasi secara

mandiri, pasien harus segera kembali pada dokter dan jika informasi ini tidak

diterangkan oleh dokter kepada pasien maka tenaga kefarmasian berkewajiban

untuk menyampaikan. Penggunaan obat tergantung dari kondisi pasien ketika

menerima obat tersebut, artinya ada beberapa pasien yang membutuhkan rejimen

dosis pada obat-obat tertentu karena pada dosis normal pasien tersebut tidak

menimbulkan efek. Jika pada penggunaan teknologi inhalasi, sediaan sudah

dirancang sedemikian rupa sehingga jumlah obat yang masuk hanya dengan dosis

kecil sudah dapat menimbulkan efek, tetapi jika saat serangan belum ada efek

yang tampak maka dokter memberitahukan penggunaan inhaler dapat dengan dua

kali semprot. Peran tenaga kefarmasian adalah menyampaikan informasi yang

jelas tentang cara penggunaan alat agar obat dapat masuk sesuai dengan jumlah

dosis yang diharapkan dan efek yang diharapkan dapat tampak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

77

5. Pertanyaan untuk memastikan pengetahuan

Bentuk verifikasi pada saat konseling dapat membantu pasien mengingat

kembali informasi yang disampaikan.

Tabel XV. Pertanyaan pemahaman pasien

No. Bentuk pertanyaan

Jumlah responden

yang melaksanakan,

n=12

1. Obat yang akan digunakan ditujukan untuk

apa

9

2. Bagaimana menggunakan obat 12

3. Gangguan atau penyakit apa yang sedang

dialami

9

Berdasarkan Tabel XV pertanyaan yang paling banyak tidak diajukan

adalah mengenai gangguan atau penyakit yang sedang dialami. Berdasarkan hasil

tersebut diketahui bahwa tidak semua responden menanyakan perihal mengenai

pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman pasien

mengenai informasi yang telah disampaikan sesuai dengan pedoman

penatalaksanaan asma.

Upaya yang dilakukan tenaga kefarmasian untuk mengajak pasien

mengingat informasi yang disampaikan adalah dengan menanyakan indikasi/

kegunaan dari setiap obat yang diterima. Salah satu responden yang memberikan

pertanyaan untuk memastikan pengetahuan pasien menyampaikan:

“Kalau saya biasanya tidak dalam bentuk pertanyaan resmi. Biasanya

bilang apa ibu bisa ulang tadi obatnya gimana, nah, nanti pasien akan bercerita

sendiri” (Responden G).

Setiap pasien diajak untuk mengetahui kondisi atau penyakit yang sedang

dialami untuk membangun kesadaran awal bahwa dalam pengobatan asma

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

78

memerlukan komitmen untuk menjalankan pengobatan secara sinergis dan

terpadu sehingga kepatuhan pasien sangat dituntut.

Tabel XVI. Alasan tidak melaksanakan pemberian pertanyaan kepastian

pemahaman pasien

No. Alasan tidak melaksanakan kegiatan Jumlah

responden

1. Obat yang akan digunakan ditujukan untuk apa n=3

a. Responden menjelaskan ulang pada saat pasien

tidak paham namun tidak diperiksa kembali

kepada pasien

1

b. Lebih fokus pada cara penggunaan 1

c. Tidak memberi alasan 1

2. Gangguan atau penyakit apa yang sedang dialami n=3

a. Ditanyakan oleh dokter saat konsultasi 1

b. Pasien sudah mengetahui kondisinya sendiri 2 Keterangan : mengacu pada kegiatan dalam Tabel XV

Asisten apoteker memberikan informasi terkait pemberian pertanyaan

untuk mengetahui pemahaman pasien mengemukakan bahwa pertanyaan untuk

mengetahui pemahaman pasien jarang ditanyakan karena mempersingkat waktu

sehingga yang biasanya ditanyakan adalah “bagaimana pak/ibu sudah mengerti?”

(Asisten apoteker B). Informasi yang hanya sepenggal ini terkadang memang

menghemat waktu tetapi tidak bisa dijadikan patokan bahwa pasien benar-benar

paham akan informasi yang didengar. Responden C yang tidak memberikan

pertanyaan harapan poin 1 dan 3 mengatakan hal berikut:

“lebih terkait ke cara penggunaan obat….untuk yang lain jarang

ditanyakan karena pasien sudah tau kondisinya sendiri” (Responden C).

Bagi pasien yang mengatakan kurang/tidak paham maka dijelaskan ulang

oleh responden tetapi penjelasan kedua tidak dikonfirmasikan kembali kepada

pasien karena waktu yang dibutuhkan untuk mengulang informasi terbatas

sehingga responden mengasumsikan bahwa pemberian informasi kedua sudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

79

memperjelas informasi yang diberikan sebelumnya. Kebanyakan bentuk verifikasi

difokuskan pada pasien yang menerima teknologi sediaan sedangkan untuk pasien

yang menerima obat oral belum dilakukan secara rutin. Responden yang tidak

melaksanakan pemberian pertanyaan mengenai gangguan terhadap kondisi yang

dialami pasien mengemukakan bahwa pertanyaan tersebut ditanyakan oleh dokter

dan dikonfirmasi melalui pernyataan pasien dengan diagnosa yang telah

ditegakkan berdasarkan data laboratorium maupun kriteria asma dan responden

juga mengatakan bahwa pasien sudah mengetahui gangguan yang dialami melalui

konsultasi yang dilakukan dengan dokter sebelumnya sehingga tidak perlu

ditanyakan kembali.

6. Informasi penanganan serangan awal asma mandiri (self care)

Informasi yang disampaikan pada pasien saat konseling juga menyangkut

penanganan awal ketika terjadi serangan hal ini perlu diperhatikan karena posisi

pasien tersebut pada saat mengalami gejala serangan sangat menentukan cara

pengambilan keputusan untuk mengatasi masalah.

Tabel XVII. Informasi penanganan serangan awal (self care)

No. Bentuk informasi

Jumlah

responden yang

melaksanakan,

n=12

1. Gunakan obat yang sudah biasa digunakan 12

2. Tetap tenang jangan panik 5

3. Segera hubungi dokter bila dalam 15 menit tidak

ada perbaikan setelah menggunakan obat dan bila

napas pendek dan susah bernapas

6

4. Lainnya:

Berbaring dalam posisi setengah duduk/ setengah

berbaring

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

80

Tabel XVII menunjukkan bahwa 12 responden menyampaikan

penggunakan obat-obatan yang diberikan dan yang tersedia atau yang sudah

sering dipakai jika mengalami serangan. Informasi penanganan serangan awal

yang banyak tidak dilakukan adalah pasien tetap tenang dan jangan panik.

Informasi penanganan serangan awal yang juga disampaikan responden adalah

mengenai posisi tubuh untuk berada dalam keadaan setengah duduk/setengah

berbaring hal ini untuk menormalkan kembali jalan pernapasan sehingga pasien

tetap merasa nyaman.

Penggunaan obat yang sudah biasa digunakan akan sangat membantu

pasien pada saat serangan karena pasien sudah mengenal obat yang biasa

digunakannya sendiri, seperti pernyataan responden berikut:

“….selalu mengecek obat-obat pasien yang dipakai saat serangan agar

bisa dipakai saat diperlukan (pengecekan ED/masa kadaluarsa/ sudah berapa

lama semenjak segel dibuka)….ini dilakukan ketika pasien datang ke farmasi/

saat penyerahan obat” (Responden C).

Informasi penanganan serangan awal pada poin 2 di atas sangat penting

untuk disampaikan oleh tenaga kefarmasian karena ketika pasien itu sendiri tidak

dapat mengontrol emosi dan tindakannya pada saat serangan maka akan sangat

sulit bagi pasien mencapai keadaan normal. Lain halnya, bila pasien tersebut

memiliki nebuliser pribadi sehingga secara cepat kondisinya akan kembali normal

jika sewaktu-waktu terjadi serangan, seperti keterangan responden berikut:

“Beberapa pasien asma terutama anak-anak, sudah terbiasa

menggunakan nebulasi di rumah. Pasien diedukasi cara menggunakan nebulasi di

rumah, termasuk mengingatkan pasien untuk mencuci micromist secara berkala”

(Responden F).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

81

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa tidak semua responden

memberikan informasi penanganan serangan awal pada pasien asma sesuai

dengan standar dalam pharmaceutical care pasien asma.

Tabel XVIII. Alasan tidak memberikan informasi penanganan serangan

awal (self care)

No. Alasan tidak memberi informasi penanganan

serangan awal

Jumlah

responden

1. Tetap tenang jangan panik n=7

a. Hanya jika pasien bertanya 2

b. Pasien sudah mengetahui pedoman awal

serangan dari dokter

1

c. Lihat kemampuan daya tangkap pasien 1

d. Lebih fokus pada informasi obat 1

e. Tidak memberi alasan 2

2. Segera hubungi dokter bila dalam 15 menit tidak ada

perbaikan setelah menggunakan obat dan bila napas

pendek dan susah bernapas

n=6

a. Penting tetapi tidak semua pasien harus di

beritahu

4

b. Tidak memberi alasan 2

Keterangan : mengacu pada kegiatan dalam Tabel XVII

Informasi penanganan serangan awal merupakan hal yang penting untuk

diketahui pasien karena dapat menjadi fatal bila pasien tidak mengetahui cara

penanganan yang sederhana utamanya bila pasien tersebut tidak sedang memiliki

alat bantu pernapasan dan jauh dari tenaga kesehatan. Responden yang tidak

memberi informasi penanganan serangan awal mengatakan bahwa pasien sudah

mengetahui pedoman awal serangan dan bagaimana mengatasi serangan tersebut

berdasarkan informasi dari dokter. Beberapa pasien merupakan pasien yang sudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

82

menjalani pengobatan dalam waktu yang lama sehingga responden beranggapan

bahwa pasien sudah mengenali tanda dan gejala bila akan terjadi serangan perlu

segera mengkonsumsi obat, serta jika sudah mengalami serangan, pasien

mengetahui cara pengatasannya. Hal ini diketahui melalui pernyataan pasien

sendiri pada saat menerima obat dari tenaga kefarmasian. Pertimbangan lain

dalam pemberian infomasi penanganan serangan adalah dengan melihat daya

tangkap pasien karena ada pasien yang sebenarnya belum mengetahui kondisinya

tetapi tidak mau bertanya maka responden akan memberikan informasi-informasi

yang diperlukan tetapi tidak semua pasien asma demikian.

“....Ada pasien yang punya intelektual tinggi dan mengganggap bahwa

tanpa perlu diterangkan mengenai informasi tersebut pasien tahu apa yang harus

dilakukan, tetapi ada pula pasien yang mencoba mengecoh hanya untuk sekedar

mengetes kemampuan gitu....Nah, ini perlu ditanggapi dengan profesionalitas

untuk mengenali karakter pasien, apakah pasien itu benar-benar tidak paham,

paham, atau hanya sekedar menguji haruslah dipertimbangkan” (Responden H).

Akan tetapi, pada dasarnya setiap pasien membutuhkan informasi yang

jelas dan tepat agar tidak terjadi kesalahpahaman. Responden mengatakan lebih

fokus pada informasi mengenai obat yang diterima pasien dibandingkan dengan

memberikan informasi serangan karena ketika obat dikonsumsi sesuai aturan

maka serangan tidak akan muncul. Kebanyakan pasien asma utamanya yang

sering mengalami serangan memiliki alat nebulasi pribadi untuk mengurangi

gejala asma sehingga tidak semua pasien sulit menangani serangan. Sasaran yang

dianggap perlu untuk menerima informasi penanganan serangan awal adalah

pasien dengan sejarah ketidakpatuhan pengobatan, pasien baru yang didignosa

penyakit asma dan menerima obat, pasien asma yang memiliki aktivitas kerja

yang padat maupun berat di mana pasien mudah mengalami serangan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

83

E. Profil Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Pasien Asma di Instalasi

Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum di Kota Yogyakarta

Profil pelaksanaan pemantauan dan evaluasi dalam penelitian ini ada dua

yaitu pemantauan penggunaan obat dan pelaporan efek samping obat.

1. Pemantauan penggunaan obat

Hasil penelitian mengenai ketentuan pemantauan penggunaan obat

dilaporkan dalam tabel berikut.

Tabel XIX. Ketentuan pemantauan penggunaan obat

No. Jenis kegiatan

Jumlah responden

yang melaksanakan,

n=10

1. Pencatatan data pengobatan pasien (medication

record)

10

2. Lainnya :

a. Hubungi ke rumah (telepon)

b. Menanyakan pada saat datang kembali

c. Tercatat dalam SIRS (Sistem Informasi

Rumah Sakit)

1

2

1

Data dari Tabel XIX tersebut di atas menunjukan bahwa pencatatan data

pengobatan pasien dalam medication record dilakukan oleh 10 responden.

Pencatatan data pengobatan pasien di rumah sakit selalu dilakukan bagi setiap

pasien yang melakukan pengobatan. Kegiatan lain yang juga dilakukan adalah

responden menghubungi pasien melalui telepon, responden yang menanyakan

kembali mengenai pengobatan terakhir pasien pada saat datang berkunjung, dan

responden yang memperhatikan adanya sistem yang juga diterapkan dalam rumah

sakit tempat penelitian berupa pencatatan dalam sistem informasi rumah sakit.

Tujuan utama dari tenaga kefarmasian melakukan monitoring dan

evaluasi adalah meminimalkan jumlah masalah yang berhubungan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

84

pengobatan. Hal ini mencakup setiap peristiwa yang tidak diinginkan yang

dialami pasien, misalnya terjadi efek samping obat yang dapat berdampak pada

terapi pengobatan dan dapat mengganggu pencapaian tujuan terapi. Salah satu hal

yang dapat dilihat untuk mengetahui keberhasilan terapi adalah pemantauan

penggunaan obat yang diterima pasien (Cipolle, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian, bentuk kegiatan monitoring dan evaluasi

dilakukan berdasarkan pencatatan data pasien dalam medication record, tetapi

diperlukan catatan tambahan untuk mengetahui perkembangan pengobatan pasien

seperti keterangan responden berikut:

“Sejauh ini laporan tertulis belum ada tetapi evaluasi lapangan sudah

dilakukan” (Responden H).

“Belum ada catatan khusus untuk evaluasi keberhasilan terapi….dalam

proses pembuatan buku konsultasi/ PIO yang dilengkapi dengan keberhasilan

terapi” (Responden C).

Sehingga untuk melihat pencatatan secara spesifik mengenai monitoring

dan evaluasi terapi pasien dibutuhkan pencatatan dalam buku konseling yang

dilengkapi keberhasilan terapi. Hal ini dapat dilaksanakan dengan menggali

informasi secara terpadu terutama bagi pasien yang memiliki riwayat

ketidakpatuhan. Responden dalam penelitian ini menghubungi pasien dan atau

sebaliknya pasien menghubungi pihak rumah sakit dengan langsung kedokter

maupun melalui instalasi farmasi mengenai keluhan yang dirasakan setelah

penggunaan obat-obat yang diresepkan, atau seperti apa kondisi yang di alami

setelah penggunaan obat. Responden mengemukakan pencatatan dalam sistem

informasi rumah sakit merupakan pendataan pasien rawat inap dan rawat jalan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

85

yang disertakan dengan informasi tambahan mengenai kondisi pasien selama

masa perawatan.

2. Pemantauan dan pelaporan efek samping obat

Hasil dari penelitian ini mengenai aspek pelaporan efek samping obat

dikemukakan dalam tabel berikut:

Tabel XX. Pemantauan dan pelaporan efek samping obat

No. Jenis kegiatan

Jumlah

responden yang

melaksanakan,

n=10

1. Analisis laporan efek samping obat. 8

2. Identifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai

risiko tinggi mengalami ESO

10

3. Pengisian formulir ESO 9

4. Pelaporan ke panitia ESO Nasional 2 Keterangan : ESO (Efek Samping Obat)

Tabel XX menunjukkan bahwa 10 responden tidak melaksanakan

kegiatan pemantauan dan pelaporan efek samping obat pada pasien asma secara

lengkap sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit.

Laporan efek samping obat merupakan langkah yang dilakukan sebagai

bentuk deteksi dini dan pencegahan adanya permasalahan terkait dengan

penggunaan suatu obat yang bertujuan untuk mengetahui profil keamanan obat.

Program pemantauan efek samping obat menggunakan metode pelaporan secara

sukarela (voluntary reporting) dari tenaga kesehatan. Badan POM telah

membagikan suatu formulir pelaporan ESO berwarna kuning kepada tenaga

kesehatan. Formulir kuning MESO diisikan dengan lengkap berkaitan dengan

empat hal, yaitu informasi tentang identitas pasien, efek samping yang dialami,

obat yang memberikan atau dicurigai memiliki efek samping, dan tenaga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

86

kesehatan yang menerima pelaporan dari pasien. Harapan dari kegiatan ini adalah

pelaporan efek samping obat akan dianalisis dan dikembalikan pada pusat MESO

(monitoring efek samping obat) nasional, yaitu Badan POM (Badan Pengawas

Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2007).

Pengisian formulir ESO yang dilakukan responden di salah satu rumah

sakit dalam penelitian ini berdasarkan kartu ESO yang disertakan pada saat

pemberian obat kepada pasien. Tujuan responden memberikan kartu ESO adalah

agar pasien yang mungkin mengalami gejala ESO dapat langsung menuliskan

pada kartu tersebut terkait obat yang memberikan pengaruh terjadinya ESO.

Kemungkinan adanya obat yang mengelami ESO, sebelumnya telah disampaikan

oleh responden pada saat penyerahan obat. Kartu yang telah diisi oleh pasien

kemudian diserahkan pada patient safety atau komite medik yang ada pada setiap

rumah sakit untuk dianalisis dan didokumentasikan, seperti pernyataan responden

berikut:

“Semua sudah dilakukan di rumah sakit….hasil-hasil laporan ESO diisi

di formulir dan dilaporkan kepusat lewat Komed (komite medik)” (Responden C).

Responden yang melaksanakan kegiatan pemantauan dan pelaporan ESO

pasien asma pada poin 1 mengatakan sebagai berikut:

“Analisis laporan ESO paling sering itu obat golongan NSAID,

procaterol, dan theofilin” (Responden G).

Responden yang melaksanakan kegiatan pemantauan dan pelaporan ESO

pasien asma pada poin 4 belum terlalu sering dilakukan, seperti pada pernyataan

responden berikut:

“….sudah pernah dilakukan, tapi ternyata datanya belum lengkap”

(Responden G).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

87

Tabel XXI. Alasan tidak melaksanakan pemantauan dan pelaporan ESO

No. Alasan tidak melaksanakan kegiatan

Jumlah responden

yang tidak

melaksanakan,

1 Analisis laporan efek samping obat n=2

a. Hanya melakukan pencatatan kejadian 1

b. Tidak memberi alasan 1

2 Pengisian formulir ESO n=3

a. Tidak ada pelaporan 1

b. Tidak memberi alasan 1

c. Pelaksanaan terbatas 1

3 Pelaporan kepanitia ESO Nasional n=10

a. Data belum lengkap 3

b. Sebatas mendokumentasikan 4

c. Tidak memberi alasan 3 Keterangan : mengacu pada kegiatan dalam Tabel XX

Kegiatan pemantauan dan pelaporan ESO yang paling banyak tidak

dilakukan adalah pelaporan ke panitia ESO nasional dikarenakan data yang

dibutuhkan belum terisi lengkap dan ada juga rumah sakit yang belum pernah

menerima pelaporan dari pasien, seperti pernyataan responden berikut:

“kami siap menerima laporan ESO tapi sampai sekarang belum ada

kasus jadi tidak ada pencatatan/ analisis tapi kalau formulir ada kami tetap

menyiapkan” (Responden H).

Akan tetapi, formulir kuning tetap disediakan untuk sewaktu-waktu ada

pelaporan. Responden yang tidak melaksanakan kegiatan poin 1, 3, dan 4

memberikan alasan berikut:

“Pemantauan dan pelaporan ESO belum dilakukan dengan baik, baru

terbatas pencatatan kejadian saja untuk dilaporkan kepada patient safety”

(Responden F).

Salah satu responden yang tidak melakukan pelaporan ESO ke panitia

ESO nasional memberi alasan berikut:

“untuk MESO dilakukan dan kami mendokumentasikan tapi sebatas

hanya mendokumentasikan belum dilaporkan. Kami juga menganalisis,

formulirnya kami punya jadi lembar didepannya MESO dan di bagian belakang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

88

ada skala naranjo yang berupa pernyataan apakah pasien mengalami ESO

setelah obat tertentu” (Responden I).

Analisis dan identifikasi obat-obatan yang mempunyai risiko tinggi

mengalami ESO dilakukan berdasarkan pelaporan pasien yang pernah mengalami

ESO setelah penggunaan obat. Pengisian formulir dilakukan dengan menerima

pelaporan ESO.

F. Profil Pelaksanaan Promosi dan Edukasi Pasien Asma di Instalasi

Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum di Kota Yogyakarta

Tujuan dari promosi dan edukasi kesehatan adalah meningkatkan

kemampuan individu, keluarga, kelompok masyarakat untuk hidup sehat dan

mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber dari masyarakat serta

terciptanya lingkungan yang kondusif untuk mendorong terbentuknya

kemampuan tersebut (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, 2014).

Tabel XXII. Bentuk promosi dan edukasi

No. Bentuk promosi dan edukasi

Jumlah responden

yang

melaksanakan,

n=12

1. Penyebaran leaflet 11

2. Penyebaran brosur 9

3. Penyebaran poster 5

4. Penyuluhan kesehatan masyarakat (pemberian

motivasi untuk meningkatkan kepatuhan dalam

pengobatan dan kualitas hidup pasien)

6

5. Lainnya :

a. Pemutaran video

b. Penyuluhan langsung dari poli spesialis

2

2

Berdasarkan data Tabel XXII diketahui bahwa bentuk promosi dan

edukasi yang paling banyak tidak dilakukan adalah penyebaran poster, sedangkan

bentuk promosi dan edukasi yang paling sering dilakukan adalah penyebaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

89

leaflet. Bentuk lain dalam penyampaian promosi dan edukasi adalah dengan

membuat video tayang mengenai obat dan teknologi sediaan, dan penyuluhan

secara langsung bersama dengan dokter di poli spesialis.

Bentuk edukasi dapat dibagi menjadi dua yaitu edukasi langsung dapat

berupa olah raga sehat dan promosi kesehatan keliling, dan edukasi melalui media

berupa media cetak maupun media elektronik (Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial Kesehatan, 2014). Informasi yang diperoleh dari penelitian ini adalah

edukasi dilakukan melalui media cetak berupa leaflet, brosur, dan poster yang

merupakan sumber promosi dan edukasi yang efektif bagi pasien asma agar dapat

mengetahui informasi tambahan lain, seperti pernyataan responden berikut:

“….yang sudah kami lakukan adalah pembuatan leaflet cara pakai obat,

brosur obat tentang obat-obat asma masih dalam proses” (Responden C).

Responden dalam penelitian juga melakukan edukasi dengan menjadi

pembicara dalam siaran radio tetapi belum pernah menyampaikan materi

pengobatan asma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

90

Tabel XXIII. Alasan tidak melaksanakan promosi dan edukasi

No. Alasan tidak melaksanakan promosi dan

edukasi Jumlah responden

1. Penyebaran leaflet n=1

a. Kurang tenaga pelaksana 1

2. Penyebaran brosur n=3

a. Tidak memberi alasan 2

b. Kurang tenaga pelaksana 1

3. Penyebaran poster n=7

a. Tidak memberi alasan 5

b. Kendala waktu dan tenaga 1

c. Poster lama kurang bagus jadi dicabut 1

4. Penyuluhan kesehatan n=6

a. Tidak memberi alasan 3

b. Pelaksanaan kegiatan terkendala waktu

dan tenaga

1

c. Khusus asma belum pernah mengikuti 1

d. Baru ada bakti sosial masal 1

Keterangan : mengacu pada kegiatan dalam Tabel XXII

Tabel XXIII menunjukan bahwa alasan responden yang tidak melakukan

promosi dan edukasi kepada pasien asma mengatakan tenaga yang melaksanakan

kurang untuk membagi antara pelayanan dasar di instalasi farmasi dengan

pembuatan promosi berupa pembuatan leaflet. Responden yang tidak

menyebarkan brosur mengatakan bahwa masih kurang tenaga yang melakukan,

beberapa tenaga hanya dapat menguasai pembuatan leaflet karena isinya

sederhana dan singkat. Asisten apoteker memberikan informasi bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

91

penyebaran brosur belum dilakukan bahkan beberapa leaflet berasal dari supplier

obat, seperti pernyataan responden berikut:

“Baru leaflet dari supplier yang tersedia, bentuk yang lain belum bisa

disediakan” (Asisten apoteker B).

Responden mengatakan bahwa dahulu promosi dalam bentuk poster

pernah dibuat tetapi ditarik kembali karena tampilan dan informasi yang

dicantumkan kurang informatif.

“….dulu tuhh pernah dibuat, masih ada poster-poster tapi sudah saya

cabut karena kurang bagus dan sekarang belum ada yang buat” (Responden H).

Penyuluhan kesehatan tidak dilaksanakan dengan alasan responden

mengatakan bahwa penyuluhan baru berupa bakti sosial masal yang merupakan

kegiatan rutin rumah sakit dalam pengabdian namun belum khusus pada pasien

asma.

G. Profil Pelaksanaan Pelayanan Residensial (Home Care) Pasien Asma

di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum di Kota Yogyakarta

Pemberian pelayanan farmasi residensial bermanfaat untuk memberi

kenyamanan kepada pasien jika tetap berada di rumah, pasien lebih dapat untuk

membahas masalah-masalah terkait pengobatan dibandingkan ketika berada di

klinik, ruang praktek dokter, atau apotek.

1. Kriteria pelayanan residensial

Pelayanan residensial memastikan kepatuhan pasien dalam menjalankan

pengobatan, dan memantau hal-hal yang mempengaruhi proses pengobatan. Hasil

penelitian dari ketentuan kriteria pelayanan residensial tercantum dalam tabel

berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

92

Tabel XXIV. Kriteria pelayanan residensial

No. Kriteria pelayanan Jumlah

responden, n=5

1. Pasien asma lanjut usia yang tidak mampu

memenuhi aktivitas dasar sehari-hari (mandi,

makan, minum, dan memakai baju)

2

2. Pasien asma yang memerlukan perhatian khusus

tentang penggunaan obatnya, interaksi obat dan efek

samping obat

3

3. Lainnya:

Kunjungan dilakukan bila pasien membutuhkan

2

Tabel XXIV menunjukan bahwa responden yang melaksanakan

pelayanan residensial sebanyak 5 responden dimana tidak semua responden

melaksanakan pelayanan residensial sesuai kriteria secara keseluruhan.

Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa tidak semua responden

melaksanakan pelayanan residensial sesuai dengan kriteria pelayanan berdasarkan

standar pelayanan kefarmasian di apotek. Hal ini terkait jumlah tenaga

kefarmasian yang masih kurang dalam pelayanan di setiap rumah sakit sehingga

belum ada kebijakan dari instalasi farmasi untuk setiap tenaga kefarmasian

melakukan pelayanan residensial. Namun, ada apoteker yang telah melaksanakan

pelayanan residensial sesuai permintaan pasien khususnya pasien asma.

Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian, kriteria pasien yang

dilayani dalam pelayanan residensial atau yang membutuhkan pelayanan

residensial adalah pasien asma lanjut usia yang tidak dapat melakukan aktivitas

dasar sehari-hari karena status asma kronis dengan kondisi tidak terkontrol.

Pelayanan residensial dilakukan hanya jika pasien meminta khusus dengan

kondisi tertentu. Sedangkan, untuk kondisi lain yang belum terlalu membutuhkan

pelayanan intensif di rumah dapat dilayani melalui telepon, email, pemberian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

93

leaflet, dan brosur. Responden yang tidak mempertimbangkan kriteria pelayanan

residensial memberi alasan:

“Kriteria yang ditetapkan sudah ada tapi sejauh ini baru dapat

dilaksanakan pada pasien HIV sedangkan pada asma belum” (Responden A).

“....belum kami lakukan...hal ini terkait tenaga kefarmasian yang dapat

dengan rutin memberikan pelayanan belum ada jadi belum dipertimbangkan”

(Responden C).

“....untuk saat ini belum bisa melayani kunjungan....masih mau fokus ke

rumah sakit dulu” (Responden J).

“selama ini kunjungan kepada pasien, baru dijalankan oleh perawat saja

sedangkan untuk tenaga farmasi masih belum bisa” (Asisten apoteker A).

Salah satu rumah sakit tempat penelitian memiliki unit pelayanan

residensial (home care) di mana dalam pelaksanaan kegiatan dapat dibantu oleh

tenaga kefarmasian dalam hal pemberian informasi obat kepada pasien yang

membutuhkan pelayanan khusus di rumah. Berdasarkan standar pelayanan

kefarmasian di apotek, kegiatan pelayanan kepada pasien dalam pelayanan

residensial (home care) dapat dilakukan baik secara langsung melakukan

kunjungan ke rumah pasien maupun dengan menerima telepon.

2. Langkah-langkah pelayanan residensial

Hasil penelitian ini mengemukakan ada pelayanan residensial yang

belum dilakukan oleh hampir seluruh responden. Berikut adalah data yang

ditemukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

94

Tabel XXV. Langkah-langkah pelayanan residensial

No. Jenis kegiatan

Jumlah responden

yang melaksanakan,

n=1

1. Menyeleksi pasien melalui kartu pengobatan 0

2. Menawarkan pelayanan residensial 1

3. Mempelajari riwayat pengobatan pasien 1

4. Menyepakati jadwal kunjungan 1

5. Melakukan kunjungan ke rumah pasien atau

melalui telepon

1

6. Melakukan pelayanan informasi obat atau

konseling secara berkesinambungan

1

7. Melakukan pencatatan dan evaluasi pengobatan

(pemantauan kondisi dan kepatuhan pasien)

1

Berdasarkan data pada Tabel XXV tersebut penawaran pelayanan

residensial hanya di lakukan oleh 1 responden. Langkah pelayanan pasien yang

diseleksi melalui kartu pengobatan tidak dilakukan hal ini mungkin terkait dengan

belum adanya kesiapan untuk melayani secara mendalam pasien yang

membutuhkan perhatian khusus, kecuali pasien dengan kondisi berat tertentu.

Hasil penelitian menunjukan bahwa responden tidak melaksanakan pelayanan

residensial pasien sesuai dengan langkah-langkah yang ditetapkan dalam standar

pelayanan kefarmasian di apotek.

Responden yang tidak melaksanakan pelayanan residensial memberikan

alasan berikut:

“....tidak dilakukan rutin....bila diperlukan kita siap melakukan

kunjungan pasien....jadi kunjungan hanya bila pasien memerlukan” (Responden

C).

“Belum dilakukan rutin ....pernah 1x apoteker mengunjungi pasien ke

rumah karena putranya menelpon mengatakan bahwa bapaknya tidak bisa

menggunakan alat dengan baik” (Responden F).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

95

“....belum bisa dilakukan karena rumah sakit ini tidak untuk

mengumpulkan provit sedangkan pelayanan residensial itu butuh dana yang lebih

dan tenaga apoteker yang dimiliki hanya 2 orang dan kami baru sanggup untuk

kunjungan bangsal itupun sesekali” (Responden H).

Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa tenaga kefarmasian

yang pernah melaksanakan pelayanan residensial memberikan penawaran secara

langsung kepada pasien dengan melihat kondisi pasien yang benar-benar

membutuhkan pelayanan khusus di rumah. Melihat dan mempelajari terlebih

dahulu riwayat penyakit yang dialami pasien, menyepakati jadwal kunjungan, dan

melakukan PIO, serta memantau kondisi, dan kepatuhan pasien dalam

pengobatan.

H. Ringkasan Hasil

Hasil penelitian penerapan pharmaceutical care pasien asma di instalasi

farmasi rawat jalan rumah sakit umum di Kota Yogyakarta berdasarkan standar

pelayanan kefarmasian di rumah sakit yang mengacu pada Kepmenkes RI Nomor

1197/ MENKES/ SK/ X/ 2004 dan standar pelayanan kefarmasian di apotek yang

mengacu pada Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004 ditemukan

bahwa tidak semua aspek pelayanan pasien asma dilaksanakan secara lengkap

oleh responden sesuai dengan standar.

1. Pelayanan resep dilakukan oleh 12 responden pada pasien asma di empat

instalasi farmasi rawat jalan rumah sakit umum di Kota Yogyakarta.

Pelayanan resep meliputi kegiatan skrining administratif, skrining

farmasetik, skrining klinis, dan proses penyiapan obat.

a. Pemeriksaan administratif resep : pemeriksaan yang paling banyak

dilakukan dengan pelaksana 12 responden adalah pemeriksaan nama,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

96

SIP, dan alamat dokter, tanggal penulisan resep, nama obat, potensi,

dosis, jumlah yang diminta. Pemeriksaan administratif resep yang

paling jarang dilakukan dengan pelaksana 10 responden adalah tanda

tangan/ paraf dokter penulis resep.

b. Skrining farmasetik : pemeriksaan yang paling banyak dilakukan

dengan pelaksana 12 responden adalah bentuk sediaan, dosis obat,

potensi, cara pemberian, dan lama pemberian. Pemeriksaan yang

jarang dilakukan dengan pelaksana 5 responden adalah

inkompatibilitas.

c. Skrining pengkajian klinis : pemeriksaan yang paling banyak

dilakukan dengan pelaksana 11 responden adalah kesesuaian obat

(dosis, durasi, jumlah obat). Pemeriksaan yang paling jarang dikaji

dengan pelaksana 7 responden adalah interaksi obat.

d. Penyiapan obat : kegiatan penyiapan obat dilaksanakan oleh 12

responden secara lengkap sesuai dengan standar.

2. Pelayanan informasi obat pada pasien asma di empat instalasi farmasi

rawat jalan rumah sakit umum di Kota Yogyakata dilakukan oleh 12

responden.

a. Kegiatan pelayanan informasi obat : kegiatan yang paling banyak

dilakukan dengan pelaksana 12 responden adalah memberikan dan

menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan pasif,

mudah dimengerti, tidak bias, etis dan bijaksana serta menjawab

pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

97

atau tatap muka. Kegiatan yang jarang dilakukan dengan pelaksana 6

responden adalah mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan

pelayanan kefarmasian.

b. Jenis informasi obat : informasi yang paling banyak diberikan dengan

pelaksana 12 responden adalah cara pemakaian obat, cara

penyimpanan obat, dan jangka waktu pengobatan. Jenis informasi yang

jarang diberikan dengan pelaksana 8 responden adalah aktivitas serta

makanan dan minuman yang harus dihindari.

c. Persiapan pemberian informasi dan edukasi: kegiatan yang paling

banyak dilakukan dengan pelaksana 12 responden adalah pembekalan

diri dengan pengetahuan tentang asma dan pengobatan serta

menggunakan sarana tambahan dalam penyampaian informasi

(peragaan inhaler dan rotahaler). Kegiatan yang jarang dilakukan

dengan pelaksana 8 responden adalah mempertimbangkan pemberian

obat dengan jumlah, dosis yang lebih sedikit, kejadian efek samping

obat yang lebih jarang terjadi serta adanya pengertian dan kesepakatan

antara dokter, pasien dan apoteker untuk meningkatkan kepatuhan

pasien.

3. Pelayanan konseling pada pasien asma di empat instalasi farmasi rawat

jalan rumah sakit umum di Kota Yogyakarta dilakukan oleh 12 responden.

a. Kriteria konseling : kriteria yang paling banyak dikaji dengan

pelaksana 12 responden adalah pasien asma lansia. Kriteria yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

98

jarang dikaji dengan pelaksana 8 responden adalah pasien asma yang

mengalami drug related problem.

b. Materi konseling : materi yang diberikan dengan pelaksana 12

responden adalah mengenai sediaan farmasi dan mengenai pengobatan

dan perbekalan kesehatan yang digunakan disampaikan oleh 11

responden kepada pasien asma.

c. Prosedur tetap konseling : kegiatan yang paling banyak dilakukan

dengan pelaksana 12 responden adalah melakukan konseling sesuai

dengan kondisi penyakit pasien, membuka komunikasi antara apoteker

dengan pasien/ keluarga pasien, memperagakan dan menjelaskan cara

pemakaian obat (rotahaler, inhaler, dll), serta melakukan verifikasi

akhir berupa pengecekan pemahaman pasien, mengidentifikasi dan

menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan

obat (inhaler, nebulizer, dll) untuk mengoptimalkan tujuan terapi,

melakukan pencatatan konseling pada kartu pengobatan. Kegiatan

yang jarang dilakukan dengan pelaksana 7 responden adalah

menanyakan bagaimana dokter menerangkan penggunaan obat (cara

pakai, jumlah, lama pengobatan, cara penyimpanan, aturan pakai), dan

menanyakan apa yang diharapkan dalam pengobatan yang diberikan.

d. Pertanyaan harapan: pertanyaan yang paling banyak di ajukan dengan

pelaksana 8 responden adalah bagaimana mengetahui bahwa obatnya

bekerja. Pertanyaan yang jarang diajukan kepada pasien asma dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

99

pelaksana 6 responden adalah apa yang dikatakan dokter apabila

merasa semakin parah/buruk.

e. Pertanyaan pemahaman pasien : pertanyaan yang paling banyak

diajukan dengan pelaksana 12 responden adalah bagaimana

menggunakan obat. Pertanyaan yang jarang diajukan dengan pelaksana

9 responden adalah obat yang digunakan ditujukan untuk apa dan

gangguan atau penyakit apa yang sedang dialami.

f. Informasi penanganan serangan awal asma mandiri (self care):

informasi yang paling banyak diberikan dengan pelaksana 12

responden adalah gunakan obat yang sudah biasa digunakan. Informasi

yang jarang diberikan dengan pelaksana 5 responden adalah tetap

tenang jangan panik.

4. Monitoring dan evaluasi pada pasien asma di empat instalasi farmasi rawat

jalan rumah sakit umum di Kota Yogyakarta dilaksanakan oleh 10

responden

a. Pemantauan penggunaan obat : pemantauan dilaksanakan oleh 12

responden berupa pencatatan data pengobatan pasien (medication

record).

b. Pemantauan dan pelaporan efek samping obat : kegiatan yang paling

banyak dilaksanakan dengan pelaksana 10 responden adalah

identifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai risiko tinggi

mengalami ESO. Kegiatan yang paling jarang dilakukan dengan

pelaksana 2 responden adalah pelaporan ke panitia ESO nasional.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

100

5. Promosi dan edukasi pada pasien asma di empat instalasi farmasi rawat

jalan rumah sakit umum di Kota Yogyakarta dilaksanakan oleh 12

responden. Kegiatan yang paling banyak dilakukan dengan pelaksana 11

responden adalah penyebaran leaflet. Kegiatan yang jarang dilakukan

dengan pelaksana 5 responden adalah penyebaran poster.

6. Pelayanan residensial (home care) edukasi pada pasien asma di empat

instalasi farmasi rawat jalan di rumah sakit umum di Kota Yogyakarta

dilaksanakan 5 dari 12 responden. Kriteria pelayanan residensial : kriteria

yang paling banyak dikaji kepada pasien dengan pelaksana 3 responden

adalah kriteria pasien asma yang memerlukan perhatian khusus tentang

penggunaan obat, interaksi obat dan efek samping obat. Kriteria pelayanan

residensial yang paling sedikit dilakukan dengan pelaksana 2 responden

adalah pasien asma lanjut usia yang tidak mampu memenuhi aktifitas

dasar sehari-hari namun hanya terdapat 1 responden yang melakukan

pelayanan residensial sesuai dengan langkah-langkah pelayanan

residensial sesuai yang terdapat pada standar.

7. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada responden yang melakukan

penerapan pharmaceutical care pasien asma secara lengkap sesuai dengan

standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit, standar pelayanan

kefarmasian di apotek, dan pedoman penatalaksanaan asma. Bentuk

pelayanan yang dilakukan oleh responden yang berada dalam satu rumah

sakit umum yang sama, memberikan pelayanan yang saling melengkapi

dimana terdapat kegiatan yang dilakukan oleh responden berbeda antara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

101

satu dan lainnya. Kegiatan yang dikatakan saling melengkapi tidak pada

kegiatan pelayanan residensial karena pelaksana kegiatan ini sangat sedikit

dan yang melaksankan masih belum terkoordinasi dengan baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

102

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian terhadap 12 responden di instalasi farmasi rawat jalan di

empat rumah sakit umum di Kota Yogyakarta dalam penerapan pharmaceutical

care pasien asma didapatkan:

1. Pelayanan resep belum dilaksanakan secara lengkap. Pelayanan yang belum

dilakukan lengkap yaitu ketentuan skrining administratif, farmasetik dan

klinis.

2. Pelayananan informasi belum dilaksanakan secara lengkap. Pelayanan yang

belum dilakukan lengkap yaitu ketentuan pelayanan informasi obat, jenis

informasi obat, persiapan pemberian informasi dan edukasi.

3. Pelayanan konseling belum dilaksanakan secara lengkap. Pelayanan yang

belum dilakukan lengkap yaitu kriteria dan ketentuan pemberian konseling,

prosedur tetap konseling, pertanyaan harapan dan pemahaman pasien, serta

informasi penanganan serangan awal asma mandiri (self care).

4. Monitoring dan evaluasi belum dilaksanakan secara lengkap. Pelayanan yang

belum dilakukan lengkap yaitu pemantauan dan pelaporan efek samping obat.

5. Promosi dan edukasi belum dilaksanakan secara lengkap. Pelayanan yang

belum dilakukan lengkap yaitu bentuk promosi dan edukasi.

6. Pelayanan residensial belum dilaksanakan secara lengkap. Pelayanan yang

belum dilakukan lengkap yaitu kriteria dan langkah-langkah pelayanan

residensial (home care).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

103

B. Saran

1. Melakukan penelitian sejenis dengan perumusan masalah yang lebih spesifik

yaitu mengenai pelayanan residensial agar dapat menggali lebih dalam topik

bahasan mengenai pelayanan residensial bagi pasien asma.

2. Melakukan pendekatan secara lebih mendalam dengan terlibat dalam kegiatan

yang dikerjakan oleh responden mengenai penerapan pharmaceutical care

sehingga pengamatan dapat dilakukan lebih objektif.

3. Responden yang belum melaksanakan setiap bagian dalam kegiatan

pharmaceutical care secara menyeluruh dapat berkoordinasi dengan tim di

instalasi farmasi rumah sakit setempat untuk mengembangkan pelaksanaan

pharmaceutical care terutama bagi pasien asma sesuai dengan standar

pelayanan yang berlaku.

4. Instalasi farmasi rumah sakit dapat membuat daftar kegiatan yang dilakukan

pada setiap aspek pelayanan dan melakukan checklist dari setiap kegiatan

yang sudah di lakukan kepada pasien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

104

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M., 2000, Ilmu Meracik Obat: Teori dan Praktik, Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta, hal. 20, 28,130.

Apha, 2013, Principles of Practice for Pharmaceutical Care, American

Pharmacist Association, http://www.pharmacist.com/principles-practice-

pharmaceutical-care, diakses tanggal 4 April 2014.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2007, Monitoring Efek

Samping Obat (MESO), BPOM, 8 (5), 1.

Basrowi dan Suwandi, 2008, Memahami Penelitian Kualitatif, Rineka Cipta,

Jakarta, hal. 8, 142-144.

Bourke, S.J., 2003, Lecture Notes on Respiratory Medicine, 6th

ed, Massachusetts,

pp. 91-112.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, 2014, Panduan Praktis :

Edukasi Kesehatan, Badan Pengawasan Jaminan Sosial, www.bpjs-

kesehatan.go.id/downlot.php?file=01- Edukasi+Kesehatan.pdf, diakses

tanggal 12 Juni 2014.

Budiarto, E., dan Anggraeni, D., 2001, Pengantar Epidemiologi, edisi 2, Buku

Kedokteran EGC, Jakarta, hal.40.

Bungin, B., 2007, Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,

dan Ilmu Sosial Lainnya, , edisi I, Kencana Prenada Media, Jakarta, hal. 77,

254-261,

Centers for Medicare & Medicaid Services, 2014, E-Prescribing, CMS,

http://www.cms.gov/Medicare/E-Health/Eprescribing/index.html?redirect=/

eprescribing, diakses tanggal 7 Juni 2014.

Christiana, H., 2005, Pengaruh Aspek Tanggung Jawab, Status

Jabatan,Wewenang dan Kompensasi dalam Pengembangan Karis Terhadap

Kinerja Karyawan Etnis Jawa dan Etnis Cina, Tesis, 48, Universitas

Diponegoro, Semarang.

Cincinnati, 2013, Home Care Service, Cincinnati Children's Hospital Medical

Center, http://www.cincinnatichildrens.org/service/h/home-care/services/

pharmacy/, diakses tanggal 4 April 2014.

Cipolle, R. J., Strand, L. M., & Morley, P. C., 2004, Pharmaceutical care

practice: The clinician's guide, 2nd ed., New York, NY: McGraw-Hill.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

105

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007, Pharmaceutical Care Untuk

Penyakit Asma,Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Ditjen Bina

Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta, hal. 2-8.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008a, Pedoman Pelayanan

Kefamasian di Rumah (Home Pharmacy Care), Direktorat Bina Farmasi

Komunitas Dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 18-24.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008b, Petunjuk Teknis Pelaksanaan

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek SK Nomor

1027/MENkeS/SK/IX/2004, Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik

Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta, hal. 23-33.

Department of Health and Human Services, 2011, National Asthma Control

Initiative (NACI), Department of Health and Human Services, USA.

Dinas Kesehatan Yogyakarta, 2010, Hari Asma Sedunia Tahun 2010, Dinkes

Provinsi D.I.Y,http://dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detil_berita/225-hari-

asma-sedunia-tahun-2010, diakses tanggal 29 September 2013.

Dinas Kesehatan Semarang, 2013, Pelayanan Informasi Obat (PIO) di

Puskesmas, Dinas Kesehatan Semarang, http://www.dinkes-

kotasemarang.go.id/?p=kegiatan_ mod&j=lihat&id=54, diakses tanggal 12

Juni 2013.

Dinas Kesehatan Sleman, 2010, Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat dan

Promosi Kesehatan, Dinas Kesehatan Sleman,

http://dinkes.slemankab.go.id/ pemberdayaan-kesehatan-masyarakat-dan-

promosi-kesehatan, diakses tanggal 3 april 2014.

Dipiro, J.,T., 2008, Pharmacotheraphy Handbook, 7th edition, McGraw Hill, New

York, pp. 1568-1574.

Frey, D., and Rahman, A., 2003, Medication Management: An Evidence-Based

Model That Decreases Adverse Events, Home Healthcare Nurse, 21(6),

404–412.

GINA, 2011, Global Strategy for Asthma Management and Prevention, GINA,

www.ginasthma.org/documents/4, diakses tanggal 20 Agustus 2013.

Graha, C., 2008, Terapi untuk Anak Asma: Panduan bagi Orang Tua Menangani

Anak yang Menderita Asma, Elex Media Komputindo, Jakarta, hal. 48-53.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

106

Ghazali, L., 2013, Perilaku dan Promosi Kesehatan, Fakultas Kedokteran

Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, hal. 1.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004a, Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang

Standar Pelayanan Farmasi di Apotek, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004b, Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 Tentang

Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Pedoman Pengendalian

Penyakit Asma, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1023/MENKES/SK/XI/2008, Keputusan Menteri Kesehatan RI, Jakarta, hal.

4.

Kusuma, A.K., 2008, Kesesuaian Pelaksanaan Standar Pelayanan Farmasi

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/MENKES/SK/X/2004 di Rumah Sakit Umum Daerah di Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta, hal. 28-29.

Mangunnegoro, H., Widjaja, A., Sutoyo, D.K., Yunus, F., Pradjnaparamita,

Suryanto, E., et al, 2004, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma

di Indonesia, edisi I, Balai Pustaka FKUI, Jakarta, hal. 97-102.

Marks, D.F., and Yardley, L., 2004, Research Methods forClinical and Health

Psychology, SAGE, London, pp. 56-58.

Martodihardjjo, S., 2012, Pharmaceutical Care, Faculty of Pharmacy, UGM,

Yogyakarta.

Moleong, L.J., 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi revisi, Remaja

Rosdakarya, Bandung, hal. 190, 224, 325-326.

Notoatmodjo, S., 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta,

hal. 152-153.

Oemiati, R., arice, S., dan Qomariah, 2010, Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Dengan Penyakit Asma di Indonesia, Puslitbang BMF, Jakarta, hal. 42.

Pawito, 2007, Penelitian Komunikasi Kualitatif, cetakan I, Lkis Pelangi Aksara,

Yogyakarta, hal.35-38, 133.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

107

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003, Asma: Pedoman Diagnosis dan

Penatalaksanaan Di Indonesia,PDPI http://www.klikpdpi.com/konsensus/

asma/asma.html, diakses tanggal 26 September 2013.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2006, Pedoman Organisasi

Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan, Menteri Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta, hal. 1.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2007, Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 284/MENKES/PER/III/2007 tentang

Apotek Rakyat, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta,

hal. 7.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2009, Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia, Jakarta, hal.2-16.

Pratiknya, A.W., 2001, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan

Kesehatan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal.67-68.

Purwanti, A., Harianto, dan Supardi S.,2004, Gambaran Pelaksanaan Standar

Pelayanan Farmasi Di Apotek DKI Jakarta Tahun 2003, Majalah Ilmu

Kefarmasian, Vol. I, hal. 104-105.

Reidt, S., Morgan, J., Larson, T., and Blade, M.A., 2013, The Role of a

Pharmacist on the Home Care Team: A Collaborative Model Between a

College of Pharmacy and a Visiting Nurse Agency, Home Healthcare

Nurse, 31(2), 80-87.

Samsi, N., 2013, Pengaruh Pengalaman Kerja, Indepedensi, dan

KompetensiTerhadap Kualitas Audit : Etika Auditor Sebagai Variabel

Pemoderasi,Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, 1 (2), 214.

Semiawan, C.R., 1999, Metode Penelitian Kualitatif:Jenis, Karakteristik, dan

Keunggulannya, Grasindo, Jakarta, hal. 76-77.

Sidharta, B., Rachma, H., Febrian, A., dan Rosada, A., 2013, Profil Komponen

Pelayanan Informasi Obat oleh Apoteker pada Pelayanan Resep di Apotek

Kecamatan Klojen Kota Malang, Fakultas Kedokteran Universitas

Brawijaya, Malang, 5-10.

Simatupang, A., 2010, Pedoman WHO tentang Penulisan Resep yang Baik

sebagai Bagian Penggunaan Obat yang Rasional, Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Indonesia, 7-8.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

108

Siregar, Ch. J.P., dan Amalia, L., 2004, Farmasi Rumah Sakit, Teori dan

Penerapan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal.25.

Sukmajati, M.A., 2007, Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek

Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 Di Kota

Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta, hal. 29-36.

Sumantri, A., 2011, Metode Penelitian Kesehatan, edisi I, Kencana, Jakarta,

hal.167, 177-178.

Supardi, S., Handayani, R.S., Raharni, Herman, M.I., dan Susyanty, A.L., 2011,

Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Dan Kebutuhan

Pelatihan Bagi Apotekernya, Badan Litbangkes Kemkes RI, 39 (3), 140.

Swarjana, I.K., 2012, Metode Penelitian Kesehatan, edisi I, Andi, Yogyakarta,

hal. 51-52.

Vanessa L. Hill and Pamela Runge Wood, 2012, Asthma Epidemiology,

Pathophysiology, and Initial Evaluation, American Academy of Pediatrics,

USA, pp. 331.

Yawn, B.P., Thys, V. D. M., and Marc, H., 2005, Asthma Management: Are GINA

Guidelines Appropriate for Daily Clinical Practice?, Elsevier, USA, pp.

295.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

109

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

110

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

111

Lampiran 2. Surat Persetujuan Penelitian Rumah Sakit Bethesda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

112

Lampiran 3. Surat Persetujuan Penelitian Rumah Sakit Bethesda Lempuyangwangi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

113

Lampiran 4. Surat Persetujuan Penelitian Rumah Sakit Muhammadiyah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

114

Lampiran 5. Surat Persetujuan Penelitian Rumah Sakit Dr. Soetarto

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

115

Lampiran 6. Panduan Wawancara Terstruktur

Kepada :

Yth. Saudara yang berpartisipasi

Dengan hormat, saya :

Nama : Theresia Aftria Anggraeni

Fakultas : Farmasi

Universitas : Sanata Dharma Yogyakarta

Dalam rangka penyusunan tugas akhir sebagai mahasiswa Fakultas Farmasi,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, maka saya memohon kesediaan dan partisipasi

Saudara/i untuk memberikan tanggapan jawaban terhadap pertanyaan – pertanyaan dalam

panduan wawancara ini. Tanggapan yang Saudara/i berikan akan terjaga kerahasiaannya.

Oleh karena itu, Saudara/i dimohon untuk menjawab sesuai dengan keadaan yang

sebenarnya.

Atas kesediaan dan partisipasi Saudara/i, diucapkan terima kasih.

Yogyakarta, Maret 2014

Peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

116

Petunjuk Bagian : I

Berilah tanda √ sebagai jawaban pada kolom sesuai dengan keadaan Saudara/i yang

sebenarnya

1. Mohon dijelaskan seperti apa bentuk skrining/pemeriksaan administratif resep yang

dilakukan terhadap pasien asma.

Misalnya:

a. Nama, SIP dan alamat dokter

b. Tanggal penulisan resep

c. Tanda tangan/ paraf dokter penulis resep

d. Nama obat, potensi, dosis jumlah yang diminta

e. Nama, alamat,jenis kelamin,umur, dan berat badan pasien

f. Lainnya…………

2. Mohon dijelaskan seperti apa bentuk skrining resep dalam hal pemeriksaan

kesesuaian farmasetik yang telah dilakukan kepada pasien asma.

Misalnya:

a. Bentuk sediaan

b. Dosis obat

c. Potensi

d. Stabilitas

e. Inkompatibilitas

f. Cara pemberian

g. Lama pemberian

h. Lainnya…………

3. Mohon dijelaskan seperti apa pengkajian klinis yang dilakukan dalam skrining resep

terhadap pasien asma.

Misalnya :

a. Adanya alergi

b. Adanya efek samping

c. Adanya interaksi obat

d. Kesesuaian obat (dosis, durasi, jumlah obat)

e. Lainnya…………

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

117

4. Mohon dijelaskan seperti apa proses penyiapan obat untuk pasien asma baik untuk

resep racikan maupun non-racikan.

Misalnya :

a. Peracikan (menimbang, mencampur, mengemas, memberi etiket,

memperhatikan dosis dan jumlah obat)

b. Menulis etiket dengan lengkap (warna putih untuk obat dalam, warna biru

untuk obat luar, dan etiket lainnya seperti label kocok dahulu untuk

sediaancair)

c. Menulis nama dan cara pemakaian obat pada etiket sesuai dengan permintaan

resep

d. Menyerahkan obat yang dikemasi dengan rapi dan sesuai demi menjaga

kualitas obat

e. Melakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep

sebelum diserahkan ke pasien asma

f. Lainnya…………

5. Mohon dijelaskan bagaimana kegiatan Pelayanan Informasi Obat yang telah

dilaksanakan terhadap pasien asma atau keluarganya.

Misalnya:

a. Melakukan PIO berdasarkan resep atau kartu pengobatan pasien (medication

record)

b. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan pasif,

mudah dimengerti, tidak bias, etis dan bijaksana

c. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat

atau tatap muka

d. Membuat buletin, leaflet, label obat

e. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga kesehatan

lainnya

f. Penelurusan berdasarkan literature

g. Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian

h. Mendokumentasikan PIO

i. Lainnya……….

6. Mohon dijelaskan informasi obat seperti apa yang sekurang-kurangnya Anda

sampaikan kepada pasien asma.

Misalnya :

a. Cara pemakaian obat

b. Cara penyimpanan obat

c. Jangka waktu pengobatan

d. Aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari

e. Pemberian informasi tambahan

f. Lainnya…………

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

118

7. Mohon dijelaskan seperti apa persiapan yang Anda lakukan sebelum memberikan

informasi dan edukasi kepada pasien asma.

Misalnya :

a. Pembekalan diri dengan pengetahuan tentang asma dan pengobatan

b. Pemberian informasi kepada pasien dan juga keluarga terutama untuk pasien yang

mengalami masalah dalam berkomunikasi dengan mempertimbangkan latar

belakang dan pendidikan pasien dan keluarganya

c. Mengumpulkan dan mendokumentasikan data pasien (riwayat keluarga, gaya

hidup,pekerjaan, dan pengobatan yang dijalani, obat-obat yang digunakan selain

obat asma yang berpengaruh terhadap pengobatan asma)

d. Menggunakan sarana tambahan dalam penyampaian informasi (peragaan inhaler

dan rotahaler)

e. Mempertimbangkan pemberian obat dengan jumlah, dosis yang lebih sedikit,

kejadian efek samping obat yang lebih jarang terjadi serta adanya pengertian dan

kesepakatan antara dokter, pasien dan apoteker untuk meningkatkan kepatuhan

pasien

f. Lainnya…………

8. Mohon dijelaskan bagaimana bentuk edukasi dan upaya pemberdayaan yang

diberikan kepada pasien asma ataupun keluarganya.

Misalnya :

a. Penyebaran leaflet

b. Penyebaran brosur

c. Penyebaran poster

d. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (pemberian motivasi untuk meningkatkan

kepatuhan dalam pengobatan dan kualitas hidup pasien)

e. Lainnya………

9. Mohon dijelaskan pada kondisi seperti apa kegiatan konseling diberikan kepada

pasien asma atau keluarganya.

Misalnya :

a. Pasien asma dengan sejarah ketidakpatuhan pengobatan

b. Pasien asma yang menerima obat dengan indeks terapi sempit yang memerlukan

pemantauan

c. Pasien asma dengan multirejimen obat

d. Pasien asma usia lansia

e. Pasien asma usia pediatri melalui orang tua atau pengasuhnya

f. Pasien asma yang mengalami Drug Related Problem

g. Pasien asma dan keluarganya yang membutuhkan bantuan untuk menyelesaikan

masalah-masalah yang dihadapi dalam penggunaan obat, jika perlu dengan

melibatkan tenaga kesehatan lain seperti dokter

h. Lainnya…………

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

119

10. Mohon dijelaskan materi apa saja yang Anda berikan dalam rangka kegiatan

konseling terhadap pasien asma atau keluarganya.

Misalnya :

a. Mengenai sediaan farmasi

b. Mengenai pengobatan dan perbekalan kesehatan yang dapat digunakan

c. Lainnya…………

11. Mohon dijelaskan bagaimana bentuk prosedur tetap dalam pelaksanaan konseling

yang Anda lakukan terhadap pasien asma atau keluarganya.

Misalnya :

a. Melakukan konseling sesuai dengan kondisi penyakit pasien

b. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien/ keluarga pasien

c. Menanyakan apa yang telah dokter sampaikan terkait kegunaan pengobatan yang

diberi

d. Menanyakan bagaimana dokter menerangkan penggunaan obat (cara pakai,

jumlah, lama pengobatan, cara penyimpanan, aturan pakai)

e. Menanyakan apa yang diharapkan dalam pengobatan yang diberikan

f. Memperagakan dan menjelaskan cara pemakaian obat (rotahaler, inhaler, dll)

g. Melakukan verifikasi akhir : mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan

menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan obat (inhaler,

nebulizer, dll) untuk mengoptimalkan tujuan terapi, melakukan pencatatan

konseling pada kartu pengobatan

h. Lainnya…………

12. Mohon dijelaskan bentuk pertanyaan– pertanyaan seperti apa yang biasanya diajukan

kepada pasien asma atau keluarganya terkait harapan dari obat yang diberikan yang

sebelumnya telah diterangkan oleh Dokter.

Misalnya :

a. Pengaruh apa yang diharapkan tampak

b. Bagaimana mengetahui bahwa obatnya bekerja

c. Pengaruh buruk apa yang dikatakan dokter untuk diwaspadai

d. Perhatian apa yang harus diberikan selama dalam pengobatan

e. Apa yang dikatakan dokter apabila merasa semakin parah/buruk

f. Bagaimana mengetahui bahwa obat tidak bekerja

g. Lainnya…………

13. Mohon dijelaskan bentuk pertanyaan– pertanyaan seperti apa yang biasanya diajukan

untuk memastikan pengetahuan pasien atau keluarganya mengenai kondisi yang

dialami dan kegunaan obat yang akan diberikan.

Misalnya :

a. Obat yang akan digunakan ditujukan untuk apa

b. Bagaimana menggunakan obat

c. Gangguan atau penyakit apa yang sedang dialami

d. Lainnya…………

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

120

14. Mohon dijelaskan informasi apa yang Anda berikan sebagai penanganan awal asma

mandiri (self care) yang harus dilakukan oleh pasien atau keluarganya pada saat

terjadi serangan asma.

Misalnya :

a. Gunakan obat yang sudah biasa digunakan

b. Tetap tenang jangan panik

c. Segera hubungi dokter bila dalam 15 menit tidak ada perbaikan setelah

menggunakan obat dan bila napas pendek dan susah bernapas

d. Lainnya…………

15. Mohon dijelaskan bentuk monitoring dan evaluasi yang Anda lakukan untuk melihat

dan meningkatkan keberhasilan terapi pasien asma

Misalnya:

a. Pencatatan data pengobatan pasien (medication record)

b. Lainnya…………

16. Mohon dijelaskan bagaimana kegiatan pemantauan dan pelaporan efek samping obat

yang dilakukan untuk pasien asma.

Misalnya:

a. Analisis laporan efek samping obat.

b. Identifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami

ESO

c. Pengisian Formulir ESO

d. Pelaporan ke panitia ESO Nasional

17. Mohon dijelaskan kriteria untuk pelayanan residensial bagi pasien asma

Misalnya :

a. Pasien asma lanjut usia yang tidak mampu memenuhi aktivitas dasar sehari-hari

(mandi, makan, minum, dan memakai baju)

b. Pasien asma yang memerlukan perhatian khusus tentang penggunaan obatnya,

interaksi obat dan efek samping obat

c. Lainnya…………

18. Mohon dijelaskan langkah – langkah yang Anda lakukan dalam pelayanan residensial

(Home Care) bagi pasien asma.

Misalnya :

a. Menyeleksi pasien melalui kartu pengobatan

b. Menawarkan pelayanan residensial

c. Mempelajari riwayat pengobatan pasien

d. Menyepakati jadwal kunjungan

e. Melakukan kunjungan ke rumah pasien atau melalui telepon

f. Melakukan pelayanan informasi obat atau konseling secara berkesinambungan

g. Melakukan pencatatan dan evaluasi pengobatan (pemantauan kondisi dan

kepatuhan pasien)

h. Lainnya…………

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

121

Petunjuk Bagian II:

a. Berilah tanda (x) pada pilihan Jawaban yang menunjukkan profil diri Anda dan

tuliskan jawaban yang sesuai jika pilihan berupa titik-titik.

II. Data Responden

No. Pertanyaan Jawaban

1. Apakah jabatan Anda saat ini a. APA / Kepala Instalasi Farmasi RS

b. Apoteker di bagian................

c. Asisten Apoteker

2. Berapa lama anda bekerja sebagai

Apoteker / Asisten Apoteker

a. < 1 tahun

b. 1- 5 tahun

c. 5-10 tahun

d. >10 tahun

DATA DIRI

Nama (optional) :

Umur :

Jenis Kelamin (L/P) :

Pendidikan terakhir :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

122

Lampiran 7. Surat Kesediaan Menjadi Responden

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

“STUDI TENTANG PENERAPAN PHARMACEUTICAL CARE PADA

PASIEN ASMA”

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Alamat :

Menyatakan BERSEDIA MENJADI RESPONDEN pada penelitian tentang “Penerapan

Pharmaceutical Care Pada Pasien Asma”, yang akan dilaksanakan oleh:

Nama :

NIM :

Mahasiswa S1 dari Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi Sanata Dharma, Yogyakarta.

Dengan ini saya juga menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:

- Saya telah diberi informasi mengenai garis besar penelitian tersebut.

- Saya telah diberi kesempatan bertanya mengenai informasi penelitian yang

disampaikan kepada saya.

- Saya juga telah diinformasikan bahwa data yang saya berikan akan digunakan

sepenuhnya hanya untuk kepentingan penyelesaian tugas akhir peneliti pada Program

S1 Fakultas Farmasi USD dan tidak ada aspek komersial.

- Saya juga telah diinformasikan bahwa data pribadi saya tidak akan dipublikasikan.

Jika hasil penelitian ini dipublikasikan, maka data terkait diri saya akan dalam bentuk

anonim (tanpa nama).

- Saya telah diberi tahu bahwa penelitian ini adalah untuk tugas akhir (skripsi) dibawah

bimbingan Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt., Ph.D pada Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta dan pelaksanaannya telah mendapatkan ijin dari instansi

yang berwenang.

- Saya tahu bahwa data yang saya berikan akan disimpan oleh peneliti selama

setidaknya dua tahun dan akan dimusnahkan setelah itu.

Yogyakarta, .............................2014

Yang menyatakan,

(............................................)

Tanda tangan dan nama jelas

Saksi,

(...........................................)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

123

Lampiran 8. Hasil Wawancara

Pertanyaan Responden Total pelaksanaan

1. Mohon dijelaskan seperti apa bentuk skrining/pemeriksaan

administratif resep yang dilakukan terhadap pasien asma. A B C D E F G H I J M N

Nama, SIP dan alamat dokter X X X X X X X X X X X X 12

Tanggal penulisan resep X X X X X X X X X X X X 12

Tanda tangan/ paraf dokter penulis resep X - X X X X X X - X X X 10

Nama, alamat,jenis kelamin,umur, dan berat badan pasien X X X X X X X X X X X X 12

Cara pemakaian obat X X X - X X X X X X X X 11

Lainnya…. - - - - - - - - - - - - 0

2. Mohon dijelaskan seperti apa bentuk skrining resep dalam hal

pemeriksaan kesesuaian farmasetik yang telah dilakukan

kepada pasien asma.

A B C D E F G H I J M N Total pelaksanaan

Bentuk sediaan X X X X X X X X X X X X 12

Dosis obat X X X X X X X X X X X X 12

Potensi X X X X X X X X X X X X 12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

124

Stabilitas X X X - X X X X X - X X 10

Inkompatibilitas X X - - X - - - - - X X 5

Cara pemberian X X X X X X X X X X X X 12

Lama pemberian X X X X X X X X X X X X 12

Lainnya….

Signa lengkap

X

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

1

3. Mohon dijelaskan seperti apa pengkajian klinis yang dilakukan

dalam skrining resep terhadap pasien asma A B C D E F G H I J M N Total pelaksanaan

Adanya alergi X X X - X X X X - - X X 9

Adanya efek samping X X X - X X - X X X X X 10

Adanya interaksi obat X X - - X X X - - - X X 7

Kesesuaian obat (dosis, durasi, jumlah obat) X X X X X X X X - X X X 11

Lainnya….

d. Hamil/menyusui

e. Kontraindikasi

-

-

X

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

X

-

-

1

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

125

4. Mohon dijelaskan seperti apa proses penyiapan obat untuk

pasien asma baik untuk resep racikan maupun non-racikan. A B C D E F G H I J M N Total pelaksanaan

Peracikan (menimbang, mencampur, mengemas, memberi etiket,

memperhatikan dosis dan jumlah obat) X X X X X X X X X X X X 12

Menulis etiket dengan lengkap (warna putih untuk obat dalam,

warna biru untuk obat luar, dan etiket lainnya seperti label kocok

dahulu untuk sediaan cair)

X X X X X X X X X X X X 12

Menulis nama dan cara pemakaian obat pada etiket sesuai dengan

permintaan resep X X X X X X X X X X X X 12

Menyerahkan obat yang dikemasi dengan rapi dan sesuai demi

menjaga kualitas obat X X X X X X X X X X X X 12

Melakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat

dengan resep sebelum diserahkan ke pasien asma X X X X X X X X X X X X 12

Lainnya…. - - - - - - - - - - - - 0

5. Mohon dijelaskan bagaimana kegiatan Pelayanan Informasi

Obat yang telah dilaksanakan terhadap pasien asma atau

keluarganya.

A B C D E F G H I J M N Total pelaksanaan

Melakukan PIO berdasarkan resep atau kartu pengobatan pasien

(medicationrecord) - X X X X X - - X X X X 9

Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara

aktif danpasif, mudah dimengerti, tidak bias, etis dan bijaksana X X X X X X X X X X X X 12

Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan

melalui telepon,surat atau tatap muka X X X X X X X X X X X X 12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

126

Menyediakan buletin, leaflet, poster X X X - X X X X X X X X 11

Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan

tenaga kesehatanLainnya X - - - X X X - X X X X 8

Penelurusan berdasarkan literature X X X - X X X X X X X X 11

Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan

kefarmasian X - - - X - - X X X X - 6

Mendokumentasikan PIO X X X X X X X - X X X X 11

Lainnya….

a. PIO diluar fase dispensing

b. Membuat Video Tayang

c. Majalah yang berisi artikel

X

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

X

-

X

X

X

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

2

2

1

6. Mohon dijelaskan informasi obat seperti apa yang sekurang-

kurangnya Andasampaikan kepada pasien asma. A B C D E F G H I J M N Total pelaksanaan

Cara pemakaian obat X X X X X X X X X X X X 12

Cara penyimpanan obat X X X X X X X X X X X X 12

Jangka waktu pengobatan X X X X X X X X X X X X 12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

127

Aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari X X X - X X X - - - X X 8

Pemberian informasi tambahan X X X - X X X X - - X X 9

Lainnya….

a. Nama obat

b. Jumlah obat

c. Frekuensi terjadinya eksaserbasi

d. Indikasi

e. Efek samping obat

X

X

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

X

-

-

X

-

-

-

-

-

-

-

-

-

X

-

-

X

-

X

X

-

X

X

X

-

-

-

-

-

-

-

-

-

5

2

1

2

1

7. Mohon dijelaskan seperti apa persiapan yang Anda lakukan

sebelum memberikan informasi dan edukasi kepada pasien

asma.

A B C D E F G H I J M N Total pelaksanaan

Pembekalan diri dengan pengetahuan tentang asma dan

pengobatan X X X X X X X X X X X X 12

Pemberian informasi kepada pasien dan juga keluarga terutama

untuk pasien yang mengalami masalah dalam berkomunikasi

dengan mempertimbangkan latar belakang dan pendidikan pasien

dan keluarganya

X X - X X X X X - - X X 9

Mengumpulkan dan mendokumentasikan data pasien (riwayat

keluarga, gaya hidup, pekerjaan, dan pengobatan yang dijalani,

obat-obat yang digunakan selain obat asma yang berpengaruh

X - X - X X X - X X X X 9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

128

terhadap pengobatan asma)

Menggunakan sarana tambahan dalam penyampaian informasi

(peragaan inhaler dan rotahaler) X X X X X X X X X X X X 12

Mempertimbangkan pemberian obat dengan jumlah, dosis yang

lebih sedikit, kejadian efek samping obat yang lebih jarang terjadi

serta adanya pengertian dan kesepakatan antara dokter, pasien dan

apoteker untuk meningkatkan kepatuhan pasien

X - X - X X X X - - X X 8

Lainnya….

a. Lulus training PIO tingkat dasar

b. Pembuatan video penggunaan alat

X

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

X

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

1

1

8. Mohon dijelaskan bagaimana bentuk edukasi dan upaya

pemberdayaan yangdiberikan kepada pasien asma ataupun

keluarganya.

A B C D E F G H I J M N Total pelaksanaan

Penyebaran leaflet X X X X X X X - X X X X 11

Penyebaran brosur X X X - X X X - - X X X 9

Penyebaran poster X - - - X X X - - - X - 5

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (pemberian motivasi untuk

meningkatkan kepatuhan dalam pengobatan dan kualitas hidup

pasien)

X - - - - X X X - - X X 6

Lainnya….

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

129

a. Pemutaran video

b. Penyuluhan langsung dari poli spesialis

X

-

-

-

-

-

-

-

-

-

X

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

2

2

9. Mohon dijelaskan pada kondisi seperti apa kegiatan konseling

diberikan kepada pasien asma atau keluarganya. A B C D E F G H I J M N Total pelaksanaan

Pasien asma dengan sejarah ketidakpatuhan pengobatan X X X X X X X - - - X X 9

Pasien asma yang menerima obat dengan indeks terapi sempit yang

memerlukan pemantauan X X X - X X X X - - X X 9

Pasien asma dengan multirejimen obat X X X - X X X X X X X X 11

Pasien asma usia lansia X X X X X X X X X X X X 12

Pasien asma usia pediatri melalui orang tua atau pengasuhnya X X X - X X X X X X X X 11

Pasien asma yang mengalami Drug Related Problem X X X - X X X - - - X X 8

Pasien asma dan keluarganya yang membutuhkan bantuan untuk

menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam penggunaan

obat, jika perlu dengan melibatkan tenaga kesehatan lain sepeti

dokter

X X X - X X X X X X X X 11

Lainnya….

a. Pasiem asma yang memiliki faktor risiko

b. Pasien asma yang mendapatkan obat oral berupa

SABA atau metilxantin

X

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

X

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

1

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

130

c. Pasien asma yang mendapatkan obat inhalasi baik

yang pertama maupun berulang

d. Pasien dengan frekuensi eksaserbasi yang tinggi

e. Pasien yang karena kondisinya tidak membeli obat

asma (kondisi baik)

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

X

X

X

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

1

1

1

10. Mohon dijelaskan materi apa saja yang Anda berikan dalam

rangka kegiatan konseling terhadap pasien asma atau

keluarganya

A B C D E F G H I J M N Total pelaksanaan

Mengenai sediaan farmasi X X X X X X X X X X X X 12

Mengenai pengobatan dan perbekalan kesehatan yang dapat

digunakan X X X X X X X - X X X X 11

Lainnya….

a. Frekuensi eksaserbasi

b. Tanda-tanda eksaserbasi

c. Riwayat penyakit asma

d. Cara membersihkan alat-alat bantu yang digunakan

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

X

X

X

X

-

-

-

-

-

-

-

--

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

1

1

1

1

11. Mohon dijelaskan bagaimana bentuk prosedur tetap dalam

pelaksanaan konseling yang Anda lakukan terhadap pasien

asma atau keluarganya.

A B C D E F G H I J M N Total pelaksanaan

Melakukan konseling sesuai dengan kondisi penyakit pasien X X X X X X X X X X X X 12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

131

Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien/ keluarga

pasien X X X X X X X X X X X X 12

Menanyakan apa yang telah dokter sampaikan terkait kegunaan

pengobatan yang diberi X X X - X X X - - - X X 8

Menanyakan bagaimana dokter menerangkan penggunaan obat

(cara pakai, jumlah, lama pengobatan, cara penyimpanan, aturan

pakai)

X X X - X - X - - - X X 7

Menanyakan apa yang diharapkan dalam pengobatan yang

diberikan X - X - X X X - - - X X 7

Memperagakan dan menjelaskan cara pemakaian obat (rotahaler,

inhaler, dll) X X X X X X X X X X X X 12

Melakukan verifikasi akhir : mengecek pemahaman pasien,

mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang berhubungan

dengan cara penggunaan obat (inhaler, nebulizer, dll) untuk

mengoptimalkan tujuan terapi, melakukan pencatatan konseling

pada kartu pengobatan

X X X X X X X X X X X X 12

Lainnya….

a. Memberikan nomor kontak/telepon yang bisa

dihubungi bila mengalami kesuitan dalam

penggunaan obat

-

-

-

-

-

X

-

-

-

-

-

-

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

132

b. Memberikan leaflet kepada pasien.

c. Memberikan alat bantu (spacer) pada pengguna

inhaler

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

X

X

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

1

1

12. Mohon dijelaskan bentuk pertanyaan – pertanyaan seperti apa

yang biasanya diajukan kepada pasien asma atau keluarganya

terkait harapan dari obat yang diberikan yang sebelumnya

telah diterangkan oleh Dokter.

A B C D E F G H I J M N Total pelaksanaan

Pengaruh apa yang diharapkan tampak X - X - X X X - - - X X 7

Bagaimana mengetahui bahwa obatnya bekerja X - X - X X X - - - X X 7

Pengaruh buruk apa yang dikatakan dokter untuk diwaspadai X - X - X - X - X X X X 8

Perhatian apa yang harus diberikan selama dalam pengobatan X - X - X X X - - - X X 7

Apa yang dikatakan dokter apabila merasa semakin parah/buruk X X - - X - X - - - X X 6

Bagaimana mengetahui bahwa obat tidak bekerja X - X - X X X - - - X X 7

Lainnya…. - - - - - - - - - - - - 0

13. Mohon dijelaskan bentuk pertanyaan– pertanyaan seperti apa

yang biasanya diajukan untuk memastikan pengetahuan

pasien atau keluarganya mengenai kondisi yang dialami dan

kegunaan obat yang akan diberikan.

A B C D E F G H I J M N Total pelaksanaan

Obat yang akan digunakan ditujukan untuk apa X X - - X X X X X - X X 9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

133

Bagaimana menggunakan obat X X X X X X X X X X X X 12

Gangguan atau penyakit apa yang sedang dialami X X - X X X X - - X X X 9

Lainnya…. - - - - - - - - - - - - 0

14. Mohon dijelaskan informasi apa yang Anda berikan sebagai

penangananawal asma mandiri (self care) yang harus

dilakukan oleh pasien atau keluarganya pada saat terjadi

serangan asma.

A B C D E F G H I J M N Total pelaksanaan

Gunakan obat yang sudah biasa digunakan X X X X X X X X X X X X 12

Tetap tenang jangan panic - - X - X X - - - - X X 5

Segera hubungi dokter bila dalam 15 menit tidak ada perbaikan

setelah menggunakan obat dan bila napas pendek dan susah

bernapas

- - X - X X X - - - X X 6

Lainnya….

Berbaring dalam posisi setengah duduk/ setengah

berbaring

- - - - - X - - - - - - 1

15. Mohon dijelaskan bentuk monitoring dan evaluasi yang Anda

lakukan untuk melihat dan meningkatkan keberhasilan terapi

pasien asma

A B C D E F G H I J M N Total pelaksanaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

134

Pencatatan data pengobatan pasien (medication record) X X - - X X X X X X X X 10

Lainnya….

a. Hubungi ke rumah (telpon)

b. Menanyakan pada saat datang kembali

c. Tercatat dalam SIRS (Sistem Informasi Rumah sakit)

X

X

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

X

-

X

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

1

2

1

16. Mohon dijelaskan bagaimana kegiatan pemantauan dan

pelaporan efek samping obat yang dilakukan untuk pasien

asma.

A B C D E F G H I J M N Total pelaksanaan

Analisis laporan efek samping obat. X - X - X - X - X X X X 8

Identifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi

mengalami ESO X X X - X X X - X X X X 10

Pengisian Formulir ESO X X X - X - X - X X X X 9

Pelaporan ke panitia ESO Nasional - - X - - - X - - - - - 2

17. Mohon dijelaskan kriteria untuk pelayanan residensial bagi

pasien asma A B C D E F G H I J M N Total pelaksanaan

Pasien asma lanjut usia yang tidak mampu memenuhi aktivitas

dasar sehari-hari (mandi, makan, minum, dan memakai baju) - - - - X - - - - - - X 2

Pasien asma yang memerlukan perhatian khusus tentang

penggunaan obatnya, interaksi obat dan efek samping obat - - - - X X - - - - - X 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

135

Lainnya….

Kunjungan dilakukan bila pasien membutuhkan

X

-

X

-

-

-

-

-

-

-

-

-

2

18. Mohon dijelaskan langkah – langkah yang Anda lakukan

dalam pelayanan residensial (Home Care) bagi pasien asma. A B C D E F G H I J M N Total pelaksanaan

Menyeleksi pasien melalui kartu pengobatan - - - - - - - - - - - - 0

Menawarkan pelayanan residensial - - - - X - - - - - - - 1

Mempelajari riwayat pengobatan pasien - - - - X - - - - - - - 1

Menyepakati jadwal kunjungan - - - - X - - - - - - - 1

Melakukan kunjungan ke rumah pasien atau melalui telepon - - - - X - - - - - - - 1

Melakukan pelayanan informasi obat atau konseling secara

berkesinambungan - - - - X - - - - - - - 1

Melakukan pelayanan informasi obat atau konseling secara

berkesinambungan Melakukan pencatatan dan evaluasi pengobatan

(pemantauan kondisi dan kepatuhan pasien)

- - - - X - - - - - - - 1

Lainnya…. - - - - - - - - - - - - 0

Keterangan: silang (x)= responden yang melaksanakan penerapan pharmaceutical care pasien asma; Strip (-) =responden yang tidak melaksanakan penerapan

pharmaceutical care pasien asma; Sumber : Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit (SK Nomor 1197/ MENKES/ SK/ X/ 2004), Petunjuk Teknis

Pelaksanaan Standar Kefarmasian Di Apotek (SK Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004), dan pedoman penatalaksanaan Pasien Asma (Depkes RI

2007)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · pharmaceutical care pasien asma di rumah sakit belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian. Sehingga perlu adanya evaluasi

136

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama Theresia Aftria Anggraeni, lahir

di kota Balikpapan, Kalimantan Timur pada tanggal 9

Oktober 1992 sebagai anak pertama dari pasangan

Ahmad Fuad dan Sri Wilujeng. Penulis menempuh

pendidikan awal di Taman Kanak-Kanak Puncan Karna

Melak (1996-1998), Sekolah Dasar Negeri 014 Melak

tahun (1998-2000), pindah dan menyelesaikan sekolah

dasar di Sekolah Dasar Negeri 025 Sekolaq Joleq (2000-

2004), Sekolah Menengah Pertama Katolik Santo

Mikael Balikpapan (2004-2007), Sekolah Menengah

Atas Negeri 5 Balikpapan tahun (2007-2010), dan

melanjutkan studi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Semasa menjalani kuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, penulis pernah berpartisipasi menjadi tim futsal putri (2011-2012),

pemain tim juara III futsal putri Farmasi USD CUP (Futsal Competition Fakultas/

Jurusan Kesehatan Se-DIY) (2011), pemain tim juara III Farmasi UGM Cup

(Futsal Competition Fakultas/ Jurusan kesehatan Se-DIY) (2012), tim program

kreativitas mahasiswa hibah DIKTI (2012), panitia acara komisi pemilihan umum

gubernur BEMF dan ketua DPMF Farmasi (2012), volunteer pengabdian

masyarakat dalam pemeriksaan gratis desa mitra (2012), koordinator acara

seminar hari AIDS sedunia (2011), dan peserta lomba fotografi hari anti tembakau

(2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI