Plagiarism Checker X Originality...

23
Plagiarism Checker X Originality Report Similarity Found: 60% Date: Monday, June 22, 2020 Statistics: 3577 words Plagiarized / 5937 Total words Remarks: High Plagiarism Detected - Your Document needs Critical Improvement. ------------------------------------------------------------------------------------------- 135 PEMBELAJARAN HUMANISTIK DALAM PENDIDIKAN AGAMA HINDU BERBASIS LOKAL GENIUS Oleh: I Nyoman Temon Astawa Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Email : [email protected] Diterima tanggal 13 Agustus 2018, diseleksi tanggal 17 Agustus 2018, dan disetujui tanggal 28 Agus- tus 2018 Abstract Hinduism-based local genius education in humanistic learning in schools is an effort to implement values to achieve education with the nation's noble values. This local genius is very appropriate to be applied to Hindu religious education so it needs to be developed and re-socialized so that it can humanize humans. Many teachers or educators in less contextual learning rely solely on reading and memorizing, so there is saturation in learning. This article tries to discuss the form of learning that emphasizes on students themselves which are not just as objects, apply as subjects that deserve to be respected and aligned with their position. Hindu values, especially those based on local genius, display many humanist aspects that can be adopted by educators and then applied to students. The advantage gained from learning that is based on local genius in addition to education itself is also on the sustainability of the local genius. This integration presents a harmonious relationship between education and local culture. Between local culture and education no longer collide with each other so that the elimination between one of them can be avoided. Keywords: Local genius, Hindu religious education, Humanistic Abstrak Pendidikan agama Hindu berbasis lokal genius dalam pembelajaran humanistik di sekolah merupakan upaya penerapan nilai-nilai untuk mencapai pendidikan dengan nilai-nilai luhur bangsa.

Transcript of Plagiarism Checker X Originality...

Page 1: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-202007075646-90.pdfmeningkatkan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional melalui

Plagiarism Checker X Originality Report

Similarity Found: 60%

Date: Monday, June 22, 2020

Statistics: 3577 words Plagiarized / 5937 Total words

Remarks: High Plagiarism Detected - Your Document needs Critical Improvement.

-------------------------------------------------------------------------------------------

135 PEMBELAJARAN HUMANISTIK DALAM PENDIDIKAN AGAMA HINDU BERBASIS

LOKAL GENIUS Oleh: I Nyoman Temon Astawa Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Email : [email protected] Diterima tanggal 13 Agustus 2018, diseleksi tanggal 17

Agustus 2018, dan disetujui tanggal 28 Agus- tus 2018 Abstract Hinduism-based local

genius education in humanistic learning in schools is an effort to implement values to

achieve education with the nation's noble values.

This local genius is very appropriate to be applied to Hindu religious education so it

needs to be developed and re-socialized so that it can humanize humans. Many

teachers or educators in less contextual learning rely solely on reading and memorizing,

so there is saturation in learning. This article tries to discuss the form of learning that

emphasizes on students themselves which are not just as objects, apply as subjects that

deserve to be respected and aligned with their position.

Hindu values, especially those based on local genius, display many humanist aspects

that can be adopted by educators and then applied to students. The advantage gained

from learning that is based on local genius in addition to education itself is also on the

sustainability of the local genius. This integration presents a harmonious relationship

between education and local culture.

Between local culture and education no longer collide with each other so that the

elimination between one of them can be avoided. Keywords: Local genius, Hindu

religious education, Humanistic Abstrak Pendidikan agama Hindu berbasis lokal genius

dalam pembelajaran humanistik di sekolah merupakan upaya penerapan nilai-nilai

untuk mencapai pendidikan dengan nilai-nilai luhur bangsa.

Page 2: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-202007075646-90.pdfmeningkatkan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional melalui

Lokal genius ini sangat tepat diterapkan pada pendidikan agama Hindu sehingga perlu

dikembangkan dan disosialisasikan kembali agar dapat memanusiakan manusia. Banyak

guru atau pendidik dalam pembelajaran kurang kontekstual yang hanya mengandalkan

bacaan dan hapalan, sehingga muncul kejenuhan dalam pembelajaran. Artikel ini

mencoba mendiskusikan tentang bentuk pembelajaran yang menekankan pada siswa

itu sendiri yang tidak hanya sekedar sebagai objek, melaiankan sebagai subjek yang

layak untuk dihormati dan disejajarkan kedudukannya.

Nilai Hindu, khususnya yang berbasis local genius menampilkan banyak sisi-sisi humanis

yang bisa diadopsi oleh pendidik dan kemudian diaplikasikan ke dalam peserta anak

didik. Keuntungan yang di dapat dari pembelajaran yang berbasis lokal jenius

disamping bagi pendidikan itu sendiri juga pada kelestarian lokal genius tersebut.

Keterpaduan ini menghadirkan sebuah hubungan yang harmonis antara pendidikan dan

kebudayaan lokal.

Antara budaya lokal dan pendidikan tidak lagi saling berbenturan sehingga peniadaan

diantara salah satunya bisa dihindari. Kata Kunci: Lokal genius, Pendidikan Agama

Hindu, Humanistik 136 JURNAL PANGKAJA VOL 21, NO 2, JULI – DESEMBER 2018 A.

PENDAHULUAN UUD RI tahun 1945 memberikan kesempatan kepada setiap warga

Negara untuk mendapatkan pendidikan bermutu, dan merupakan amanah dari sistem

pendidikan nasional dan program pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber

daya manusia, agar sejajar dengan manusia lainnya di muka bumi.

Masa depan merupakan zaman yang akan datang atau belum terjadi, dan masa depan

pendidikan perlu diperhatikan oleh para pendidik. Dimasa yang akan datang, telah

terpampang cita- cita dan harapan dari suatu pendidikan. Cita-cita dan harapan

pendidik dapat terwujud jika sudah ada gambaran yang ada dimasa yang akan datang

(Poerwadaminta, 1984:634).

Pendidikan di Indonesia tampaknya mengalami kendala, hal itu disebabkan oleh kondisi

tiap-tiap sangat Kemampuan masyarakat untuk mengikuti pendidikan tidak sama, dan

adanya penyebaran penduduk yang tidak merata. Kegiatan pembelajaran agama Hindu

di sekolah selama ini dinilai belum optimal. Penyebab belum optimalnya kegiatan

pembelajaran itu karena tiga hal, yakni: (1) pendidik atau guru kurang mampu

menyelenggarakan proses pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan perkembangan

jaman; (2) pendidik atau guru keliru dalam memandang proses pembelajaran; dan (3)

pendidik atau guru menggunakan konsep-konsep pembelajaran yang tidak

relevandengan perkembangan teknologi informasi. Selain itu belum oftimal

tersebutdapat dilihat dari proses pembelajarannya.

Page 3: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-202007075646-90.pdfmeningkatkan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional melalui

Pendidikan berperan bukan hanya merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan, namun

lebih luas lagi adalah sebagai pembudayaan, pembudayaan yang dimaksud adalah

untuk lebih meningkatkan kualitas manusia, yang pada akhirnya menjadi manusia yang

maju dan beradab. Oleh karena itu tugas sekolah khususnya guru untuk dapat

meningkatkan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional melalui

berbagaimodel pembelajaran.

Saripuddin (2011:78) menyebutkan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan yang

bertujuan yang tertata secara sistematik. Joni (2010: 29) menyatakan proses

pembelajaran belum optimal karena 2 hal, yaitu: (1) proses pembelajaran bersifat

informatif, belum diarahkan ke proses aktif pebelajar untuk membangun sendiri

pengetahuannya; (2) proses pembelajaran berpusat pada pembelajar belum diarahkan

ke pembelajaran yang berpusat pada pelajar.

Begitu pula dalam pembelajaran agama Hindu, sebuah ranah yang tertata untuk

mewujudkan belajar menjadi lebih bermakna. Agama sebagai bagian utama hidup

dalam membimbing manusia. Tremmel (1976: 7-10), “religion is as old as man”. Agama

di masa lalu (mungkin hingga kini) penuh spekulasi, terlebih lagi dalam masyarakat

primitip.

Tujuan yang hendak diraih dalam agama adalah masalah keselamatan ( salvation) yang

ditandai dengan ketenangan. Untuk itu manusia menjalankan ritual dan

mempertahankan moralitas. Dalam hal ini, kearifan lokal sangat cocok dijadikan pijakan

belajar agama. Kearifan lokal tidak terlepas dari budaya. Adat istiadat dan

upacara-upacara tradisional itu pada mulanya belum dikenal dalam zaman prasejarah

atau zaman pra-Hindu.

Jadi jelas bahwa tradisi-tradisi itu tumbuh dan timbul serta berkembang baru sesudah

zaman prasejarah. Dalam kepercayaan nampak pemujaan arwah nenek moyang (asli

Indonesia) berdampingan dengan pemujaan Tuhan Maha Esa beserta manifestasinya

yaitu para dewa (dari agama Hindu). Hal ini terlihat dalam candi tempat terjadinya

penggabungan antara penyembahan dewa dan pemujaan roh nenek moyang.

Unsur dewa menyediakan zat rohaniah dan menurun dari rongga atap candi ke dalam

arca, sedang unsur nenek moyang yang menyediakan zat jasmaniah dari dalam perigi

candi, sehingga pada waktu upacara arca perwujudan itu menjadi hidup. Unsurb

jasmaniah diwakili oleh pripih, bukan abu jenazah (Soekmono 1974:218). Faturrahman

(2012: 46) mengatakan bahwa budaya menyebabkan peserta didik tumbuh dan

berkembang, dimulai dari budaya lingkungan setempat berkembang kelingkungan yang

lebih luas yaitu budaya nasional bangsa dan budaya universal yang dianut oleh umat

Page 4: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-202007075646-90.pdfmeningkatkan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional melalui

manusia.

Apabila peserta didik menjadi asing dari budaya terdekat maka dia tidak mengenal

dengan baik budaya bangsa dan diatidak mengenal dirinya sebagai anggota budaya

bangsa. Dalam situasidemikian, dia sangat rentan terhadap pengaruh budaya luar dan

bahkancenderung untuk 137 menerima budaya luar tanpa proses pertimbangan.

Kecenderungan itu terjadi karena dia tidak memiliki norma dan nilai budayanasionalnya

yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pertimbangan.

Kedudukan kebudayaan dalam suatu proses pembelajaran sangat penting, tetapi

kenyataan di lapangan pengembangan pendidikan agama Hindu cenderung terpaku

pada pandangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seringtidak disadari bahwa

pendidikan agama Hindu sesungguhnya dilandasi olehakar budaya yang ada di

lingkungan sekitar. Pendidikan agama Hindu yangselama ini sering melupakan sosio

kultur peserta didik yang menjadi subyek pembelajaran (Tanu, 2011: 7).

Atas dasar kearifan lokal yang dikemas dalam pembelajaran agama Hindu diharapkan

dapat dijadikan “ruh” dalam pembelajaran sehingga lebih mengena, mudah dihayati,

dan mampu merambah pada dataran subjek didik.Melalui kearifan lokal itu juga subjek

didik tidak akan merasa asing dengan apa yang sedang dipelajari dan dapat dijadikan

dasar untuk melakukan pertimbangan. B.

PEMBAHASAN 1. Pembelajaran Humanistik dan Pendidikan Berbasis Local Genius a.

Pengertian Humanistik Menurut teori humanistik dalam bukunya Daryanto (2009:41)

tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil

jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.

Dalam proses belajar, siswa harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai

aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku

belaajr dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan

utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu

membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai

manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam

diri mereka.

Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada proses belajar, ialah: proses

pemerolehan informasi baru, dan personalia informasi ini pada individu Tokoh penting

dalam teori belajar humanistik secara teoritik antara lain adalah: Arthur W. Combs,

Abraham Maslow dan Carl Rogers. 1) Arthur Combs (1912-1999) Bersama dengan

Donald Snyg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia

Page 5: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-202007075646-90.pdfmeningkatkan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional melalui

pendidikan.

Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi

bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak

disukai atau relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau

sejarah bukan karena bodoh, tetapi karena mereka enggan dan terpaksa mempelajari

serta merasa tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu

sebenarnya tak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melaksanakan

sesuatu yang tidak akan memberiikan kepuasan baginya.

Untuk itu guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia

persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin mengubah perilakunya, guru harus

berusaha mengubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal

membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru

membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi

pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya.

Padahal arti, tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting adalah

bagaimana membawa siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi

pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya. Combs memberikan

lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang

bertitik pusat pada satu.

Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkaran besar (2) adalah

persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang

pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan

dengan diri, makin mudah terlupakan.

2) Maslow Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua

hal : (1) suatu usaha yang positif untuk berkembang, (2) kekuatan untuk melawan atau

menolak perkembangan itu. 138 JURNAL PANGKAJA VOL 21, NO 2, JULI – DESEMBER

2018 Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk

memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis.

Pada diri masing- masing orang mempunyai berbagai perasaan takut, seperti rasa takut

untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut

membahayakan apa yang sudah ia miliki, dan sebagainya. Maslow membagi

kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila seseorang sudah

dapat memenuhi kebutuhan pertama, kebutuhan barulah ia dapat menginginkan

kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah membutuhkan rasa aman dan seterusnya.

Page 6: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-202007075646-90.pdfmeningkatkan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional melalui

Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting

yang harus diperhatikan oleh guru pada waktu ia mengajar.

Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasu belajar ini mungkin berkembang kalau

kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi. 3) Carl Rogers Carl Rogers lahir 8 Januari

1902 di Oak Park, Illinois Chicago, sebagai anak keempat dari enam bersaudara. Semula

Rogers menekuni bidang agama tetapi akhirnya pindah ke bidang psikologi. Ia

memperlajari psikologi klinis di Universitas Columbia dan mendapat gelar Ph.D

pada tahun 1931, sebelumnya ia telah merintis kerja klinis di Rochester Society untuk

mencegah kekerasan pada anak. Gelar professor diterima di Ohio State tahun 1960.

Tahun 1942,ia menulis buku pertamanya, Counseling and Psychotherapy dan secara

bertahap mengembangkan konsep Client- Centered Therapy.

Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu : 1. Kognitif (kebermaknaan) 2. Exsperiential

(pengalaman atau signifikansi) Guru menghubungkan pengetahuan akademik ke dalam

pengetahuan terpakai seperti mempelajari mesin dengan tujuan untuk memperbaiki

mobil. Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan

siswa.

Kualitas belajar experiential learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal,

berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.

Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru

memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran yaitu : 1. Menjadi manusia berarti

memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal

yang tidak ada artinya. 2.

Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan

pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna

bagi siswa. 3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan

ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa. 4.

Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses. Dari

buku Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang

penting di antaranya ialah : a. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.

b.

Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai

relevansi dengan maksud-maksud sendiri. c. Belajar yang menyangkut perubahan di

dalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap mengancam da cenderung untuk

Page 7: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-202007075646-90.pdfmeningkatkan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional melalui

ditolaknya. d. Tugas-tugs belajar yang menganca diri ialah lebih mudah dirasakan dan

diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil. e.

Apabila acaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan

berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar. f. Belajar yang

bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya. g. Belajar diperlancar bilamana siswa

dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar itu.

139 h.

Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun

intelek, merupakan cara yang dapat memberiikan hasil yang mendalam dan lestari. i.

Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai

terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan

penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting. j.

Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar

mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman

dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu. Salah satu

pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru yang fasilitatif yang

dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai

kemampuan para guru untuk menciptakan kondisi yang mendukung yaitu empati,

penghargaan dan umpan balik positif. Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah : 1.

Merespon perasaan siswa 2. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi

yang sudah dirancang 3. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa 4. Menghargai siswa 5.

Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan 6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa

(penjelasan untuk memantapkan kebutuhan segera dari siswa) 7.

Tersenyum pada siswa Dari penelitian ini diketahui guru yang fasilitatif mengurangi

angka bolos siswa, meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk

meraih prestasi akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang

disukai, mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi

perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan dan menggunakan

tingkat berpikir yang lebih tinggi. b.Pendidikan Berbasis Local Genius Local genius, yang

sering juga disebutkan sebagai pencipta kebudayaan pribumi dengan demikian

merupakan konsep budaya suatu sistem yang mencakup berbagai dimensi kehidupan

masyarakat bangsa Indonesia.

Salah satu faktor penggeraknya adalah ethos, yang dipandang sebagai suatu faktor

yang meresap dalam kompleksitas kebudayaan sehingga dapat menciptakan suatu

Page 8: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-202007075646-90.pdfmeningkatkan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional melalui

koherensi antar berbagai unsur, yang selanjutnya menjiwai kebudayaan tersebut dan

menimbulkan struktur tersendiri dengan membentuk identitas tersendiri pula. Para ahli

budaya Indonesia, berpendirian, bahwa tidak perlu dimasalahkan bagaimana masuknya

unsur budaya luar.

Unsur budaya yang sekarang ada di dalam kebudayaan daerah secara potensial dapat

dianggap sebagai ciptaan tokoh local genius, yang telah teruji kemampuannya untuk

bertahan sampai masa kini. Tinggal dipilih budaya local genius mana yang dapat

dijadikan ukuran dalam pembangunan budaya bangsa. Muhardjito (1980: 40)

menuliskan hakekat makna lokal genius, antara lain: 1. Mampu bertahan terhadap

budaya luar. 2.

Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar. 3. Mempunyai

kemampuan menginterogasi unsur-unsur budaya luar ke dalam kebudayaan asli. 4.

Memiliki kemampuan kemampuan mengendalikan. 5. Mampu memberikan arah pada

perkembangan budaya. Kearifan lokal dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan,

nilai-nilai, pandangan- pandangan setempat (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh

kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.

Hal ini berarti kearifan lokalsebagai salah satu kekayaan asli yang dimiliki oleh suatu

daerah, sebagaiwujud kebudayaan yang adiluhung untuk dijadikan pedoman hidup

pada suatudaerah. Dalam lingkup Indonesia, nilai-nilai kearifan lokal terbukti turut

menentukan kemajuan 140 JURNAL PANGKAJA VOL 21, NO 2, JULI – DESEMBER 2018

masyarakatnya (Surasmi, 2012: 8).

Pendapat Wales (1951:2), sebenarnya local genius secara luas dapatdiartikan sebagai

proses cultural characteristics, yakni perkembangan dariproses fenomenologis ke sifat

kognitif, memiliki dasar: 1. Menunjukkan pandangan hidup dan sistem nilai dari

masyarakat (orienta*tion) 2. Menggambarkan tanggapan masyarakat terhadap dunia

luar (perception) 3. Mewujudkan tingkah laku masyarakat sehari- hari (attitude dan

pattern of life) 4.

Mewarisi pola kehidupan masyarakat (life style) Basis kearifan lokal sangat penting

untuk melandasi pendidikan. Hal itu disebabkan karena kearifan lokal merupakan ajaran

batin (kebatinan) yang amat memperhatikan aspek-aspek humanistis. Kearifan lokal

merupakan ciri orang berbudaya luhur.Kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai

kebijaksanaan atau nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kekayaan-kekayaan budaya

lokal berupa tradisi dan pedoman hidup.

Kearifan lokal (lokal wisdom) merupakan pandangan hidup, ilmu pengetahuan, dan

Page 9: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-202007075646-90.pdfmeningkatkan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional melalui

berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat

setempat untuk menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Di

samping itu kearifan lokal dapat juga dimaknai sebagai sebuah sistem dalam tatanan

kehidupan sosial, politik, budaya, ekonomi, dan lingkungan yang hidup di dalam

masyarakat lokal (Endraswara, 2010: 1). Kondisi ini tampak pula setelah keluarnya

Undang-Undang No.

22/1999 tentang otonomi daerah yang sesungguhnya memberikan kesempatan kepada

masyarakat didaerah untuk mengembangkan dan menggali potensi sesuai

kebutuhannya juga mengalami kesulitan (Tanu, 2011: 1). Permendagri Nomor 39 2007 1

budaya daerah sebagai “suatu sistem nilai yang dianut oleh komunitas atau kelompok

masyarakat tertentu di daerah, yang diyakini akan dapat memenuhi harapan-harapan

warga masyarakatnya dan di dalamnya terdapat nilai-nilai, sikap tatacara masyarakat

yang diyakini dapat memenuhi kehidupan warga masyarakatnya”.

Kita dapat memahami bahwa kearifan lokal adalah pengetahuan yang dikembangkan

oleh para leluhur dalam mensiasati lingkungan hidup sekitar mereka, menjadikan

pengetahuan itu sebagai bagian dari budaya dan memperkenalkan serta meneruskan itu

dari generasi ke generasi. Sikap terhadap alam kehidupan sesudah mati, adalah percaya

bahwa arwah seseorang tidak lenyap pada saat orang meninggal, tetapi tetap hidup

serta roh memiliki kelanjutan dalam ujud-ujud rohanianya. Karena itu roh leluhur itu

dianggap sangat mempengaruhi jalan kehidupan keturunannya didunia ini (Kartidirdjo

dkk, 1975:190).

Sebagai medium penghormatan yang menjadi tahta kedatangan roh dibuatkan menhir

yang biasa ditempatkan pada bangunan undak, bangunan undak itu berbentuk tersusun

satu diatas yang lain dan kian ke atas bentuknya makin kecil. Bangunan itu pada

hakikatnya sebagai replika dari bentuk gunung, ketika itu gunung dianggap sebagi alam

arwah yang abadi sehingga dipandang sebagai gunung suci (Soejono 1977:287).

Beberapa bentuk pengetahuan tradisional itu muncul lewat cerita-cerita,

legenda-legenda, nyanyian-nyanyian, ritual-ritual, dan juga aturan atau hukum

setempat. Kearifan lokal menjadi penting dan bermanfaat hanya ketika masyarakat lokal

yang mewarisi sistem pengetahuan itu mau menerima dan mengklaim hal itu sebagai

bagian dari kehidupan mereka. Dengan cara itulah, kearifan lokal dapat disebut sebagai

jiwa dari budaya lokal. Jenis-jenis kearifan lokal, antara lain; 1.

Tata kelola, berkaitan dengan kemasyarakatan yang mengatur kelompok sosial. 2.

Nilai-nilai adat, tata nilai yang dikembangkan masyarakat tradisional yang mengatur

etika. 3. Tata cara dan prosedur, bercocok tanam sesuai dengan waktunya untuk

Page 10: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-202007075646-90.pdfmeningkatkan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional melalui

melestarikan alam. 4. Pemilihan tempat dan ruang.

Di Indonesia istilah budaya lokal juga sering disepadankan dengan budaya etnik/

subetnik. Setiap bangsa, etnik, dan sub etnik memiliki kebudayaan yang mencakup tujuh

unsur, yaitu: bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, 141 sistem peralatan hidup

dan teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi, dan kesenian.

Salah satu contoh kearifan lokal yakni sistem Subak di Bali tidak hanya menjadikan

masyarakat di Bali menjadi masyarakat yang rukun dan damai, tetapi juga menjadi

masyarakat yang pandai mengatur sistem ekonomi dan pertanian. Lokal secara

menunjuk pada interaksi terbatas dengan sistem nilai yang terbatas. Sebagai

ruanginteraksi di dalamnya melibatkan suatu pola- pola hubungan antara

manusiadengan manusia atau dengan fisiknya.

substansial, kearifan lokal itu adalah nilai-nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat.

Nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan menjadi acuan dalam bertingkah-laku

sehari-hari masyarakat setempat (Ridwan, 2007: 15). Kearifan lokal atau local wisdom

merupakan usaha manusia dengan menggunakan akal budinya (kognisi) untuk

bertindak dan bersikap terhadapsesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang

tertentu.

Sebagai sebuah istilah wisdom sering diartikan sebagai ‘kearifan/ kebijaksanaan’,

dimana wisdom dipahami sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan akal

pikirannya dalam bertindak atau bersikap sebagai hasil penilaian terhadap sesuatu,

objek, atau peristiwa yang terjadi. Surasmi (2012: 4) menyatakan pendidikan berbasis

kearifan lokal untuk membangun keberadaban bangsa, adalah kearifan dan

keanekaragamannilai dan budaya kehidupan masyarakat. Kearifan itu segera muncul,

jikaseseorang membuka diri untuk menjalani kehidupan bersama dengan realitas plural

yang terjadi.

Kearifan lokal bukanlah sekedar wacana tetapi realitasimplementasinya, bukan hanya

sekedar kata-kata tetapi tindakan dan bukan simbol atau slogan, tetapi berpihak yang

cerdas untuk membangunkeberadaban bangsa Indonesia. Pendidikan berbasis kearifan

lokal dapat kita lihat dari landasan idiil Pancasila, dan landasan konstitusional UUD 1945.

Sejarah Indonesia memperlihatkan bahwa pada tahun 1928, ikrar “Sumpah

Pemuda”menegaskan tekad untuk membangun nasional Indonesia. Kenyataan sejarah

dan sosial budaya tersebut sebagai perwujudan kearifan lokal dalam wujud Bhineka

Tunggal Ika yang dijadikan sebagai simbol pada lambang Negara Indonesia.

Page 11: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-202007075646-90.pdfmeningkatkan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional melalui

Hal ini dapat diartikan jika dalam proses pendidikan berbasis kearifan lokal maka hasil

output dan outcome pendidikan memiliki karakter yang sesuai dengan nilai-nilai luhur

bangsa, tidak hanyasebagai transfer ilmu pengetahuan saja, tapi lebih luas sebagai

pembudayaan (enkulturasi) yakni pembentukan karakter dan watak bangsa, yang pada

nantinya dapat membawa bangsa Indonesia lebih maju dan beradab.

Jadi dapat disimpulkan pendidikan berbasis kearifan lokal merupakan penyelenggaraan

pembelajaran yang memberikan pandangan hidup, ilmu pengetahuan, dan berbagai

strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat setempat

untuk menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. 2. Pendidikan

Agama Hindu Berbasis Lokal Genius Dalam pendidikan formal, pendidikan agama Hindu

pada tingkat Pendidikan Tinggi telah banyak bermunculan untuk menciptakan manusia-

manusia Hindu yang cendekia yang akhirnya suatu saat siap dan mampu mentransfer

segala kemampuannya bagi kepentingan masyrakat Hindu secara luas mencakup Hindu

di daerahnya, di Indonesia, dan bahkan dunia.Dalam bentuk non-formal maupun

informal, institusi-institusi pendidikan Hindu lain yang bersifat sementara maupun

permanen seperti ashram, pesantian, dan guru kula.

Dahulu, hal itu tidak dikenal secara luas atau konsepnya dikenal namun tidak pernah

ada yang mempraktekkannya. Sistem pendidikan ini telah banyak menciptakan

perkembangan bagi masyrakat Hindu. Banyak cendekiawan yang muncul dari institusi

ini. Kehidupan beragama Hindu juga bergerak lebih dinamis.

Masyarakat Hindu awam menjadi semakin kritis terhadap agama yang dianutnya dan

menuntut pendalaman-pendalaman terus menerus terhadap kepercayaannya tersebut.

Jadi, ada kebutuhan dalam masyarakat akan pencerahan keagamaan yang tingkat

urgensinya sangat tinggi. Sistem pendidikan Hindu harus mampu memenuhi tuntutan

itu. 142 JURNAL PANGKAJA VOL 21, NO 2, JULI – DESEMBER 2018 Pendidikan Hindu

haruslah merupakan pendidikan yang membentuk manusia yang beragama Hindu

menjadi orang yang mengamalkan ajaran agamanya dalam peri kehidupan sehari-

harinya.

Pendidikan Agama Hindu tidak seharusnya diartikan sebagai pendidikan yang

menciptakan orang yang pandai mengenai agama Hindu saja. Yang dengan demikian

lebih mengarah kepada menciptakan orang yang memiliki Sraddha. Bukan menciptakan

Indolog-indolog. Sraddha adalah keyakinan yang benar tentang kebenaran (Maswinara,

1994: hal 29). Belajar agama berbasis kearifan lokal dapat dilakukan melalui beberapa

proses.

Endraswara (2012: 8) menyatakan proses tersebut melalui: (a) desentring, (b)

Page 12: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-202007075646-90.pdfmeningkatkan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional melalui

dekanonisasi, dan (c) dekonstruksi. Maksudnya otonomi baca dan tafsir seharusnya

boleh diselaraskan dengan kearifan lokal. Kearifan budaya atau masyarakat merupakan

kumpulan pengetahuan dan cara berpikir yang berakar dalam kebudayaan suatu etnis,

yang merupakan hasil pengamatan dalam kurun waktu yang panjang.

Kearifan tersebut banyak berisikan gambaran tentang anggapan masyarakat yang

bersangkutan tentanghal-hal yang berkaitan dengan kualitas lingkungan manusia, serta

hubungan-hubungan manusia dan lingkungan alamnya. Sistem pendidikan Hindu harus

mampu menciptakan manusia Hindu yang siap berhadapan dengan segala macam

tantangan di jaman kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ini. Agama Hindu

mengenal sebuah konsep yang disebut dengan Catur Asrama Dharma.

Konsep ini adalah tentang empat tahapan hidup manusia di dunia dimana tahap yang

pertama adalah Brahmacarya. Periode ini dimulai saat anak memasuki usia sekitar lima

tahun. Sebelum memasuki masa Brahmacarya (di bawah lima tahun) anak merupakan

tanggung jawab orang tua. Ia dididik dengan kasih sayang yang melimpah.

Brahmacarya asrama, ialah masa menuntut ilmu atau masa menuntut dharma sebagai

tujuan hidup, realisasinya kini adalah pendidikan di dalam keluarga dan di

sekolah-sekolah formal maupun informal (Titib, 2003: 15). Tiga tujuan dari asrama ini

adalah untuk memperoleh ilmu pengetahuan, membangun karakter, dan belajar untuk

memanggul tanggung jawab yang akan ia dapatkan pada saat kehidupannya menjadi

orang dewasa(Pandit, 2005 : 295).

Unsur-unsur yang menjadi tujuan Brahmacarya ini sangat mirip dengan konsep

aspek-aspek modern yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.Tahap ini dimulai ketika

seorang anak memasuki sekolah pada umur yang sangat muda dan melanjutkannya

sampai menyelesaikan semua sekolah dan dipersiapkan memikul tanggung jawab masa

depan.

Setelah menyelesaikan pendidikannya, seseorang dalam konsep Hindu memasuki tahap

selanjutnya yaitu Grhasta Asrama (tahapan berumah tangga), Wanaprastha Asrama

(tahapan tinggal di hutan), dan Bhiksuka Asrama (tahapan penyangkalan). Perhatikan

pula bagaimana konsep ini disebut Catur Asrama Dharma. Kata Dharma menyiratkan

sebuah arti yang penting dalam menelaah konsep ini. Dharma secara umum sebagai

atau “kewajiban” (Sivananda, 2003: 39).

Dengan memahami bahwa dalam agama Hindu merupakan satu kewajiban, maka kita

dapat menarik beberapa poin penting, antara lain : a) Pendidikan bukanlah hak,

sehingga seharusnya ia tidak diperjuangkan, tapi diharuskan, b) Pendidikan merupakan

Page 13: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-202007075646-90.pdfmeningkatkan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional melalui

kewajiban bagi peserta didik, pendidik, pengguna produk pendidikan, dan pemerintah,

c) Karena merupakan kewajiban, maka pendidikan harus dipenuhi. Masa Brahmacarya

harus dituntaskan sampai masa tertentu sebelum memasuki tahap selanjutnya.

Pendidikan agama Hindu di sekolah dapat menerapkan nilai-nilai local genius/kearifan

lokal. Wisnumurti (2008: 32) menyatakan ada beberapa nilai kearifan yang dapat

dikembangkan dalam pembelajaran agama Hindu di sekolah, diantaranya : 1. Nilai

kearifan lokal Tri Hita Karana : suatu nilai kosmopolit tentangharmonisasi hubungan

manusia dengan Tuhan (sutata parhyangan), hubungan manusia dengan sesama umat

manusia (sutata pawongan) dan 143 harmonisasi hubungan manusia dengan alam

lingkungannya (sutata palemahan).

Nilai ini mampu menjaga dan menata pola hubungan sosial diantara warga sekolah

sehingga dapat berjalan sangat dinamis. 2. Nilai kearifan lokal Tri Kaya Parisuda: sebagai

wujud keseimbangan dalam membangun karakter dan jati diri insani, dengan

menyatukan unsur pikiran, perkataan, dan perbuatan. Tertanamnya nilai kearifan ini

telah melahirkan insani yang berkarakter, memiliki konsistensi dan akuntabilitasdalam

menjalankan kewajiban sosial. 3.

Nilai kearifan lokal Tat Twam Asi: kamu adalah aku dan aku adalah kamu, atau secara

etimologi dapat juga diartikan itu adalah nilai memberikan bagi sikap dan perilaku

mengakui eksistensi seraya menghormati orang lain sebagaimana menghormati diri

sendiri. Nilai ini menjadi dasar yang bijaksana dalam membangun peradaban demokrasi

modern yang saat ini sedang digalakkan. 4.

Nilai kearifan lokal Salunglung Sabayantaka, Paras Paros Sarpanaya: suatu nilai sosial

tentang perlunya kebersamaan dan kerjasama yang setara antara satu dengan yang

lainnya sebagai suatu kesatuan social yang salingmenghargai dan menghormati. 5. Nilai

kearifan lokal Bhineka Tunggal Ika: sikap sosial yang menyadariakan kebersamaan di

tengah perbedaan, dan perbedaan dalam kebersamaan.

Semangat ini sangat penting untuk diaktualisasikan dalam tatanan kehidupan sosial

yang multikultur 6. Nilai kearifan lokal Menyama Braya: mengandung makna persamaan,

persaudaraan, dan pengakuan sosial bahwa kita adalah bersaudara. Sebagai satu

kesatuan sosial persaudaraan maka sikap dan perilaku dalam memandang orang lain

sebagai saudara yang patut diajak bersama dalam suka dan duka.

Atas dasar nilai kearifan lokal yang dikemas dalam pembelajaran agama Hindu,

menjadikan siswa semakin cerah ketika belajar agama. Belajar agama yang sejalan

dengan energy positif hidupnya, jauh lebih bermanfaat dibanding mempelajari sesuatu

Page 14: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-202007075646-90.pdfmeningkatkan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional melalui

yang tak jelas. Mempelajari agama dengan basis kearifan lokal sangatlah tepat karena

telah menggariskan sebuah cita-cita besar yaitu pencapaian keselamatan (savety).

Nilai kearifan lokal akan memiliki makna apabila tetap menjadi rujukan dalam mengatasi

setiapdinamika kehidupan sosial, lebih-lebih lagi dalam menyikapi berbagai perbedaan

yang rentan menimbulkan Melihat peranan basis kearifan lokal dalam dunia

pendidikanyaitu dalam pembelajaran agama Hindu hendaknya ditanamkan sejak dini di

bangku sekolah, agar dapat dijadikan pedoman dalam menghadapi kehidupan sosial

yang dinamis kelak. 3.

Implikasi Pendidikan Agama Hindu Berbasis Lokal Genius terhadap Pembelajaran

Humanistik di Sekolah Burton (dalam Syamsuddin. 2003) mengidentifikasi yang

mengalami kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam

mencapai tujuan-tujuan belajar. Menurut dia bahwa siswa dikatakan gagal dalam belajar

apabila: 1.

Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat

keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level) minimal dalam pelajaran

tertentu yang telah ditetapkan oleh guru (criterion reference). 2. Tidak dapat

mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan ukuran tingkat

kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya.

Siswa ini dapat digolongkan ke dalam under achiever. 3. Tidak berhasil tingkat

penguasaan materi (mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan

tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learner atau

belum matang (immature), sehingga harus menjadi pengulang (repeater) 144 JURNAL

PANGKAJA VOL 21, NO 2, JULI – DESEMBER 2018 Untuk dapat menetapkan gejala

kesulitan belajar dan menandai siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka

diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan, sehingga dengan kriteria ini dapat

ditetapkan batas dimana siswa dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar.

Endraswara (2010) menuliskan beberapa cara yang dapat dimanfaatkan sebagai jalur

alternatif pembelajaran. Upaya tersebut ditujukan untuk menghilangkan kepenatan dan

kebuntuan dalam pembelajaran. Pembelajaran yang dapat dikembangkan adalah

pembelajaran yang segar dan menggairahkan. Gembira itu sangat penting dalam

sebuah proses pembelajaran.

Agama tidak selalu identik dengan penyampaian dogma semata, melainkan perlu

kasus-kasus, fragmen- fragmen, dan permainan yang menuntun seseorang lebih nikmat.

Kunci kenikmatan adalah permainan. Belajar dengan permainan justru akan

Page 15: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-202007075646-90.pdfmeningkatkan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional melalui

menciptakan suasana tidak tegang dan penuh daya tarik. Permainan yang diselipkan

dalam pembelajaran agama Hindu dapat dilakukan dengan cara dramatisasi (drama

spiritual) misalnya mengangkat cerita Mahabharata atau Ramayana.

Sehingga inti dari pembelajaran agama Hindu tidak itu-itu terus karena hal itu akan

sangat menjenuhkan. Teknik mengajar yang diselipkan dengan basis kearifan lokal

merupakan jembatan emas untuk mengajak siswanya bergembira dalam belajar agama

Hindu. 2) Bagi siswa, apabila pendidikan berbasis kearifan lokal benar-benar diterapkan

di sekolah dengan maksimal, siswa selalu dekat dengan situasi konkrit yang mereka

hadapi sehari-hari.

Model pendidikan berbasis kearifan lokal merupakan sebuah contoh pendidikan yang

mempunyai relevansi tinggi terhadap Pembelajaran Humanistik yang memiliki tujuan

belajar yakni untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si

pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dalam proses belajar, siswa harus

berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik- baiknya.

Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya,

bukan dari sudut pandang pengamatnya (Daryanto 2009:41). Tujuan utama para

pendidik adalah membantu si siswaa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu

masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik

dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.bagi

kecakapan pengembangan hidup, dengan berpijak pada pemberdayaan keterampilan

serta potensi lokal pada tiap-tiap daerah.

Hal ini tentu akan melestarikan potensi masing-masing daerah. Di sisi lain siswa akan

mengalami langsung bahwa pembelajaran agama itu tidaklah membosankan

sebagaimana selama ini mereka dapatkan, siswa akan semakin memahami dan

menyadari serta memelihara kearifan lokal yang sudah ada.

Siswa juga paham belajar agama dapat menuntun dirinya menjadi pribadi yang lebih

baik dan benar, dengan moralitas dan etika yang sesuai dengan apa yang diajarkan

dalam agama. Sehingga tata krama seorang siswa dengan guru menjadi lebih terjaga

dan lebih intens karena guru dan siswa mejadi bagian yang saling membutuhkan untuk

mencapaitujuan pendidikan.3) Bagi sekolah, sekolah sebagai pusat pendidikan tidak

hanya menjadi tempat transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi sebagai tempat pelestarian

kebudayaan, pembentuk kebudayaan.

Sekolah menjadi tempat pelestarian potensi masing-masing daerah, disisi lain sekolah

dapat menciptakan pembelajaran yang menghargai keragaman budaya daerah, jika

Page 16: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-202007075646-90.pdfmeningkatkan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional melalui

selama ini pembelajaran di sekolah lebih terpaku pada buku dan teori serta budaya

asing, kini dengan pendidikan berbasis kearifan lokal sekolah akan mampu mencetak

pribadi yang unggul dan berkarakter sesuai dengan nilai-nilailuhur bangsa Indonesia.

Sekolah tidak semata-mata untuk pembelajaran pengetahuan semata, tetapi lebih dari

itu yaitu penanaman moral, nilai-nilai etika, estetika, budi pekerti yang luhur. Aplikasi

Pendidikan berbasis kearifan lokal yang diterapkan di bangku sekolah dapat menjadi

media yang merupakan komponen strategi penyampaian pembelajaran yang mengacu

kepada kegiatan apa yang dilakukan oleh si pengajar dan bagaimana peranan media

dalam merangsang kegiatan belajar itu.

Sebagaimana dikemukakan, Degeng dalam Daryanto(1993) bahwa media pembelajaran

adalah komponen strategi 145 penyampaian yang dapat dimuati pesan yang akan

disampaikan kepada si belajar, apakah itu orang, alat, atau bahan. Media sebagai

komponen strategi pembelajaran merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber atau

penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut, dan materi

yang ingin di sampaikan adalah pesan pembelajaran, dan bahwa tujuan yang ingin

dicapai adalah terjadinya proses belajar.

memberikan dampak positif sebagai pencerahan bagi guru, siswa, dan sekolah.

Diantaranya: 1) Bagi guru, apabila pendidik menerapkan pendidikan berbasis kearifan

lokal, pembelajaran agama dapat yaitu menyisipkan bidang lain seperti halnya seni,

sastra, dan budaya. Salah satunya yaitu dengan menyisipkan tembang keagamaan.

Dengan mengkombinasikan hal tersebut, guru tidak kehabisan akal untuk memberikan

inovasi dalam cara mengajarnya. Pendidikan berperan bukan hanya merupakan sarana

transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi sebagai pembudayaan. Pendidikan

berbasis kearifan lokal mengandung nilai-nilai yang relevan dan berguna bagi

pendidikan sebagai penanaman moral, nilai-nilai etika, estetika, budi pekertiyang luhur,

oleh karena itu pendidikan agama hindu berbasis lokal genius untuk menerapkan

pembelajaran humanistik sangat tepat diterapkan di sekolah.

Melihat besarnya peranan pendidikan Agama Hindu berbasis lokal genius ini hendaknya

dapat ditanamkan sejak dini di bangku sekolah, agar dapat dijadikan pedoman dalam

menghadapi kehidupan sosial yang dinamis dimasa depan serta derasnya arus

globalisasi. Oleh sebab itu melestarikan kearifan lokal melalui pendidikan mutlak adanya

untuk generasi bangsa yang berjiwa dan berprilaku sesuai dengan nilai- nilai luhur

bangsa.

Local genius atau Kearifan lokal selain sebagai kekayaan asli bangsa Indonesia yang

Page 17: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-202007075646-90.pdfmeningkatkan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional melalui

dalam wujud kebijaksanaan sebagai pedoman, jika diimplementasikan dalam dunia

pendidikan tidak hanya dapat dilestarikan, namun dapat berfungsi sebagai penyaring

atau filtrasi bagi nilai-nilai yang berasal dari luar. III. Simpulan Tujuan belajar adalah

untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar

memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.

Dalam proses belajar, siswa harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai

aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku

belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Basis

kearifan lokal sangat penting untuk melandasi pendidikan.

Hal itu disebabkan karena kearifan lokal merupakan ajaran batin (kebatinan) yang amat

memperhatikan aspek- aspek humanistis. Kearifan lokal merupakan ciri orang

berbudaya luhur.Kearifan lokal dapat didefinisikan kebijaksanaan nilai- nilai luhur yang

terkandung dalam kekayaan- kekayaan budaya lokal berupa tradisi dan pedoman hidup.

Kearifan lokal (lokal wisdom) merupakan pandangan hidup, ilmu pengetahuan, dan

berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat

setempat untuk menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka.

Pendidikan agama Hindu berbasis lokal genius dalam penerapan teori belajar

humanistik di sekolah akan memberikan peranan yang besar dalam memberikan

pengalaman positif bagi siswa, mempelajari agama dengan lokal genius/ kearifan lokal

sangatlah tepat di jaman sekarang yaitu pencapaian keselamatan (savety) dan

mengatasi setiap dinamika kehidupan social dimasa depan.

Implikasi Pendidikan Agama Hindu Berbasis Lokal Genius terhadap Pembelajaran

Humanistik di Sekolah bagi guru, siswa dan sekolah adalah sebagai media untuk

melestarikan potensi masing-masing daerah, sehingga tercipta pembelajaran yang

menghargai keragaman budaya daerah. Pendidikan agama hindu berbasis local genius

dalam pembelajaran humanistik di sekolah sarat akan nilai-nilai yang relevan dalam

dunia pendidikan dan kehidupan sehari-hari, sehingga guru-guru akan semakin terpacu

dan bersemangat untuk menerapkan pembelajaran yang berkualitas dalam proses

pendidikan, serta siswa menjadi lebih aktif dan mencintai potensi daerah, dan sekolah

tidak hanya menjadi tempat mentransfer ilmu pengetahuan belaka tapi juga menjadi

pusat kebudayaan untuk membentuk manusia Indonesia yang memiliki karakter yang

bijaksana serta 146 JURNAL PANGKAJA VOL 21, NO 2, JULI – DESEMBER 2018 sebagai

media memanusiakan manusia. DAFTAR PUSTAKA Abin Syamsuddin.

2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Daryanto. 2009. Panduan

Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta: AV Publiser. Degeng, Nyoman Sudana;

Page 18: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-202007075646-90.pdfmeningkatkan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional melalui

dan Miarso, Yusufhadi. 1993. Terapan Teori Kognitif Dalam Desain Pembelajaran.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Dikti, Proyek Pengembangan

Pusat Fasilitas Bersama Antar Universitas. Endraswara, Suwardi, dkk. 2010.

Kearifan Lokal di Yogyakarta.Yogyakarta: Penelitian Pemda DIY Endraswara, Suwardi,

dkk. 2012. Model-Model Pembelajaran Agama Berbasis Kearifan Lokal. Makalah dalam

seminar nasional pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Faturrahman, dkk. 2012.

Pengantar Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Irianto, Yoyon Bahtiar. 2012.

Membangun Pendidikan Berbasis Lokal Bertaraf Universal. Makalah dalam seminar

nasional pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Joni, Raka. 2010. Strategi Belajar Mengajar, Suatu Tinjauan Pengantar. Jakarta:

Depdikbud. Mahardjito, 1980, Hakekat Lokal Genius dan Hakekat Data Arkeologis,

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Maswinara, Wayan, 1994, Yoga Sutra Patanjali, Surabaya,

Paramita Pandit, Bansi, 2005, Pemikiran Hindu: Pokok- Pokok Pikiran Agama dan

Filsafatnya, Paramita, Surabaya Pidarta, Made. 2009. Landasan Kependidikan. Jakarta: PT

Asdi Mahasatya. Poerwadaminta. W.J.S. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka Rahyono, F.X. 2009. Kearifan Budaya Dalam Kata. Jakarta:

Wedatama Widya Sastra. Ridwan, Nurma Ali. 2007. Landasan Keilmuan Kearifan Lokal,

dalam Jurnal Studi Islam dan Budaya Ibda` Vol. 5 No. 1 Jan-Jun 2007, hal 27-38

P3MSTAIN Purwokerto. Saripuddin, 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Dirjen

Dikti. Sivananda, Sri Svami, 2003, Intisari Ajaran Hindu, Paramita: Surabaya. Soekmono,

R. 1973.

Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta: Kanisius. Soejono, R.P. (1977) -

Sistim-sistim Penguburan Pada Akhir Masa Prasejarah di Bali, Disertasi UI, Jakarta.

Surasmi, Wuwuh Asrinining. 2012. Menggugah Kesadaran Guru dalam Kearifan Lokal

pada Era Globalisasi. UPBJJ Surabaya. Tanu, I Ketut. 2011. Pendidikan Agama Hindu di

Tengah Masyarakat Modernisasi.

Denpasar: Yayasan Sari Kahyangan Indonesia. ¬¬¬Tanu, I Ketut. 2011. Bunga Rampai

Pembelajaran Agama Hindu di Sekolah. Denpasar: Yayasan Sari Kahyangan Indonesia.

Titib, I Made. 2003. Menumbuhkembangkan Pendidikan Budhi Pekerti Pada Anak

(Perspektif Agama Hindu).Ganeca Exact: Bandung Tremmel, William Colloley. 1976.

Religion: What Is It? New York: Holt, Rinehart and Winston. Undang-Undang Republik

Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wales, H.G, 1951,

“Cultural Change in Greater India”, in Jurnal of Royal Asiatic Society. Wisnumurti, AAGO.

2008. Elite Lokal Bali. Arti Foundation: Denpasar.

Page 19: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-202007075646-90.pdfmeningkatkan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional melalui

INTERNET SOURCES:

-------------------------------------------------------------------------------------------

5% - http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/PJAH/article/view/743

<1% -

https://boviekawulusan.blogspot.com/2016/01/penerapan-nilai-nilai-luhur-dalam.html

<1% - https://www.wayanrudiarta.blogspot.com/feeds/posts/default

<1% - http://digilib.unila.ac.id/3072/16/BAB%20I.pdf

<1% -

https://seftianisaamay10.blogspot.com/2016/01/rendahnya-kualitas-sumber-daya-manu

sia.html

1% -

https://ichal-pendidikan.blogspot.com/2011/06/manajemen-pendidikan-masa-depan.ht

ml

1% -

https://asthadipembelajaran.blogspot.com/2016/04/pendidikan-agama-hindu-dan-mas

a-depan.html

<1% -

https://yuliloveblog.wordpress.com/2017/06/13/artikel-perkembangan-pendidikan-di-in

donesia/

2% -

https://www.scribd.com/document/354732567/Makalah-Landasan-Pendidikan-Pendidik

an-b-Repaired

<1% -

http://pasca.um.ac.id/wp-content/uploads/2010/Abstrak%202008/S3-1/1-kumpul%20ab

strak%20TEP-S3-1.doc

<1% - https://muhdikzar.blogspot.com/2013/01/strategi-dan-model-pembelajaran.html

2% -

https://ariskaputri88.blogspot.com/2015/05/lokal-genius-dalam-kehidupan-beragama.h

tml

1% - https://issuu.com/download-bse/docs/pendidikan_budaya_dan_karakter_bangsa/7

<1% -

http://lpmpjogja.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/09/Membangun-Jati-Diri-

Siswa-Melalui-Pendidikan-Karakter-Bangsa.pdf

<1% -

https://bimbingankonselingsiswasmp.blogspot.com/2017/01/ptkupaya-peningkatan-pre

stasi-belajar.html

1% - https://pengantarpendidikan.files.wordpress.com/2010/10/teori-pendidikan1.pdf

2% -

Page 20: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-202007075646-90.pdfmeningkatkan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional melalui

https://ainamulyana.blogspot.com/2017/01/aplikasi-teori-humanistik-terhadap.html

8% - https://artikel-makalahpend.blogspot.com/2010/04/teori-belajar-humanistik.html

1% -

https://kosrah.blogspot.com/2013/06/macam-macam-teori-belajar-berdasarkan.html

<1% - https://loebis04.blogspot.com/2012/01/urgensi-psikologi-pendidikan-dalam.html

1% -

https://dwiekasite.wordpress.com/2016/06/24/makalah-tentang-teori-belajar-humanisti

k/

1% - http://digilib.unila.ac.id/15312/3/BAB%20II.pdf

<1% - https://perdanahans.blogspot.com/p/teori-humanistik.html

1% -

https://kelebihandankekuranganhumanistik.blogspot.com/2016/04/kelebihan-dan-kekur

angan-humanistik.html

1% -

https://alitjoule.blogspot.com/2013/04/apakah-itu-toeri-belajar-behavioristik_3.html

<1% - http://pramitaprabasari.blogs.uny.ac.id/2016/01/

<1% -

https://www.kompasiana.com/www.ikasba.com/55006c80a33311bb74510e5b/teori-bela

jar-carl-ransom-rogers

<1% -

https://windyurmita.blogspot.com/2016/03/psikoanalisis-kelebihan-dan-kekurangan.ht

ml

<1% -

https://emahartanti.wordpress.com/2015/05/26/aplikasi-teori-rogers-dalam-pengajaran

-dan-pembentukan-karakter-siswa/

<1% -

https://kristianawidi.blogspot.com/2012/02/makalah-teori-humanistik-carl-rogers.html

1% - https://sumsel.kemenag.go.id/files/sumsel/file/file/TULISAN/niky1331701927.pdf

<1% - https://nahwah-speduuns.blogspot.com/2013/06/teori-humanistik.html

1% - http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/harmonia/article/download/842/775

1% - https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/harmonia/article/download/842/775

<1% - https://meruang.blogspot.com/2008/10/genius-loci.html

<1% -

https://naniksuharti.wordpress.com/2015/10/21/pengaruh-globalisasi-terhadap-kearifan

-lokal/

<1% - https://www.salamyogyakarta.com/kearifan-lokal/

<1% - https://bagawanabiyasa.wordpress.com/author/bagawanabiyasa/page/3/

<1% -

https://ntonkurniawan.blogspot.com/2014/01/kearifan-lokal-yang-patut-dilestarikan.ht

ml

Page 21: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-202007075646-90.pdfmeningkatkan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional melalui

<1% -

https://munawarmadina.blogspot.com/2016/03/model-pengembangan-pendidikan-kar

akter.html

1% -

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132297916/penelitian/Pendidikan+kearifan+lokal.pdf

<1% - http://eprints.ums.ac.id/34657/4/04.%20BAB%20I.pdf

<1% - https://inspirasitabloid.wordpress.com/2010/07/page/2/

1% -

https://evanzalukhublog.blogspot.com/2015/05/hubungan-kebudayaan-dan-kearifan-lo

kal.html

<1% -

https://kesbangpol.jatengprov.go.id/wp-content/uploads/2018/05/Permen_no.39-2007_.

pdf

1% -

https://manaf25.blogspot.com/2015/12/makalah-sistem-kearifan-lokal-indonesia.html#!

<1% -

https://pelsifebriani.wordpress.com/2012/12/08/teknologi-informasi-dan-teknologi-kear

ifan-lokal/

<1% -

https://nindiase.blogspot.com/2013/11/peran-nyata-mahasiswa-dengan-adanya.html

<1% - https://lilianyratna.blogspot.com/2014/12/analisa-kebudayaan-suku-sasak.html

<1% -

https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/bitstream/handle/11617/8546/44_Ruli%20Asari.p

df?sequence=1&isAllowed=y

<1% - http://eprints.undip.ac.id/60450/3/BAB_II_Kajian_Pustaka.pdf

<1% - https://thirtyonelee.blogspot.com/2013/07/kearifan-lokal.html

<1% - http://ejournal.umm.ac.id/index.php/kembara/article/download/2619/3270

<1% - http://eprints.umm.ac.id/38998/3/BAB%20II.pdf

<1% - https://wawasanedukasi.blogspot.com/2014/12/kearifan-lokal.html

<1% -

http://blog.unnes.ac.id/dedijongjava/2015/12/07/materi-kearifan-lokal-dan-pemberday

aan-komunitas-untuk-sosiologi-kelas-xii/

<1% - https://maiiaeonniedu.wordpress.com/2013/06/09/pendidikan-karakter/

<1% - https://issuu.com/sukabumiekspres/docs/14_maret_2017

<1% -

http://www.infodiknas.com/membangun-pendidikan-karakter-di-sekolah-melalui-kearif

an-lokal.html

<1% - https://shentiald.blogspot.com/2013/10/makalah-pendidikan-karakter.html

<1% - https://catatanbolpoint.wordpress.com/2012/12/20/proposal-penelitian/

<1% -

Page 22: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-202007075646-90.pdfmeningkatkan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional melalui

https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2018/01/21/pendidikan-berbasis-kearifan-lokal

/

4% -

https://ediputra16.blogspot.com/2017/05/pendidikanpasraman-formal-tantangan-dan.h

tml

1% -

https://brahmacarya.wordpress.com/2012/10/25/kearifan-lokal-cermin-cendikia-tempo-

dulu/

<1% - https://www.bulelengkab.go.id/detail/artikel/perubahan-iklim-climate-change-32

1% - https://wayanrudiarta.blogspot.com/2017/04/filsafat-pendidikan-hindu.html

<1% - https://utawijaya.blogspot.com/2015/03/kerukunan-umat.html

<1% - https://phdikarangasem.wordpress.com/2015/11/12/144/

<1% -

https://nurulfitriani18.wordpress.com/2015/05/01/hubungan-kearifan-lokal-dengan-keb

udayaan/

<1% - https://smandab-bll.blogspot.com/2012/11/menyama-braya.html

1% -

https://www.ayokbelajar.com/prakarya-kerajinan-dengan-inspirasi-budaya-lokal-ekono

mi-kreatif-berbasis-budaya-lokal-dan-dasar-dasar-kewirausahaan/

<1% - http://olcounseling.weebly.com/toleran-terhadap-stress-dan-frustasi.html

1% -

https://paypelajaran.blogspot.com/2015/12/gejala-siswa-yang-mengalami-kesulitan.ht

ml

1% - https://fitrika1127.blogspot.com/2012/05/learning-disfunction.html

1% - https://library.uns.ac.id/kesulitan-belajar-kimia-bagi-siswa-sekolah-menengah/

<1% - https://whynasblog.blogspot.com/2010/07/bimbingan-konseling.html

<1% -

https://muhlis.files.wordpress.com/2007/09/islam-dan-masa-depan-keberagamaan-di-i

ndonesia.doc

<1% - https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2018/01/

<1% -

https://hasanudin18.wordpress.com/2012/02/09/teori-belajar-humanistik-dan-penerapa

nnya-dalam-pembelajaran/

<1% - https://fadilah1995.blogspot.com/2015/04/teori-belajar-humanistik-dan_29.html

<1% - https://ahyanprima.blogspot.com/2013/10/teori-belajar.html

<1% -

https://www.kompasiana.com/ardiyansahyuliniarfirdaus/54f6c7a9a33311275e8b4854/m

embangun-karakter-peserta-didik-melalui-pendidikan-berkearifan-lokal

<1% -

https://www.msn.com/id-id/berita/nasional/risiko-melanjutkan-pilkada-di-masa-pande

Page 23: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-202007075646-90.pdfmeningkatkan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional melalui

mi/ar-BB14B5tD

<1% -

https://hanzputra.blogspot.com/2012/12/makalah-fungsi-dan-peranan-lembaga.html

<1% -

https://perahujagad.blogspot.com/2015/01/menjadi-pribadi-yang-unggul-dan-berkarak

ter.html

<1% - https://www.artikelind.com/2017/11/artikel-tentang-pendidikan-karakter.html

<1% - https://pendyrafadigital.blogspot.com/2017/03/makalah-guru-berkarakter.html

<1% -

https://mafiadoc.com/peningkatan-keterampilan-bercerita-dengan-_59d56b371723dd9

af39e1447.html

<1% -

https://atibilombok.blogspot.com/2014/06/makalah-media-dan-sumber-belajar-tematik

.html

<1% -

https://sitikhoirunnisa94.blogspot.com/2014/12/sumber-belajar-dan-media-pembelajar

an.html

<1% -

https://fheralifestory.blogspot.com/2014/05/manfaat-handphone-hp-sebagai-media.ht

ml

<1% -

https://www.slideshare.net/ismailbisri/menggugah-kesadaran-guru-dalam-pelesterian

<1% - https://id.scribd.com/doc/279021015/pendidikan-karakter

<1% - http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_0705560_bibliography.pdf

<1% -

https://konsultasiskripsipekanbaru.blogspot.com/2013/04/contoh-judul-buku-penunjan

g.html

<1% -

http://perpustakaan.undiksha.ac.id/perpustakaanfbs/xadmin/bibiliografi/dashbord/index

.php