PKMT Tenaga Surya
Transcript of PKMT Tenaga Surya
A. JUDUL PROGRAM
Penggunaan Kincir Angin Savonius Sebagai Sumber Energi Lampu Celup Bawah Air (Lacuba)
di Bagan Nelayan.
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia telah mengenal berbagai macam cara untuk dapat menangkap berbagai jenis
ikan. Salah satunya adalah dengan menggunakan Bagan. Bagan adalah konstruksi bangunan
lepas pantai terbuat dari bambu yang digunakan nelayan untuk menangkap ikan dan cumi-cumi.
Bagan yang banyak dipakai oleh nelayan ini difungsikan di malam hari dengan bantuan
minimum 10 buah lampu petromaks dengan bahan bakar, minyak tanah. Cahaya dari lampu
petromaks dimanfaatkan nelayan untuk menarik ikan dan cumi-cumi agar berkumpul di wilayah
sekitar bagan sehingga nelayan dapat menangkapnya dengan menggunakan jaring. Sebagian
besar biaya operasional harian bagan dihabiskan untuk pembelian minyak tanah sebagai bahan
bakar lampu petromaks. Dalam satu
malam, lampu-lampu petromaks yang digunakan dapat menghabiskan 25 hingga
30 liter minyak tanah. Dengan harga pembelian antara Rp. 4000,-Rp. 4.500,per
liter, maka total pengeluaran untuk bahan bakar ini sekitar Rp. 120.000,sampai
Rp.135.000,-permalam. Pada saat minyak tanah langka, maka para
nelayan sulit untuk mendapatkan bahan bakar yang mereka butuhkan sehingga
mereka tidak bisa pergi melaut. Beberapa nelayan mencoba mengalihkan
penggunaan lampu pertomaks dengan lampu listrik yang energinya berasal dari
generator listrik bertenaga diesel. Usaha ini dapat memperbaiki mutu penerangan
yang dihasilkan, tapi tidak mengurangi biaya operasional harian karena generator
mesin diesel menggunakan minyak solar yang yang harganya malah lebih mahal
dari minyak tanah dan juga kadang-kadang tidak stabil persediaannya.
Sementara itu, energi terbarukan (renewable energy) ramah lingkungan
yang populer dengan sebutan “energi hijau” masih kurang dikenal masyarakat.
Padahal energi hijau seperti angin lebih ekonomis dibanding dengan energi
konvensional seperti BBM (Bahan Bakar Minyak). Ditambah dengan kemajuankemajuan
lain di bidang teknologi kelautan, khususnya dalam hal penangkapan
ikan yaitu penggunaan lampu celup bawah air (LACUBA) yang terbukti mampu
meningkatkan hasil tangkapan nelayan hingga 2-3 kali lipat dibanding dengan
menggunakan lampu petromaks.
Oleh karena itu, perlu adanya upaya pengembangan pembangkit listrik di
bagan nelayan memanfaatkan fenomena alam berupa tiupan angin darat serta
angin laut sebagi sumber enegi untuk menggerakkan kincir yang akan memutar
turbin generator untuk menghasilkan daya listrik. Adapun rancangan kincir angin
yang kami buat adalah tipe poros vertikal berbentuk setengah silinder (Savonius).
Dengan desain kincir tersebut diharapkan dapat memberikan daya putar yang
besar dari berbagai arah mata angin dan daya listrik yang dihasilkan kincir
tersebut dapat dimanfaatkan sebagai suplai energi bagi lampu LACUBA yang
akan dipasang di bagan nelayan.
Kincir angin Savonius dikombinasikan dengan lampu LACUBA dapat
dimanfaatkan sebagai pengganti penerangan dengan lampu petromaks, sehingga
merupakan salah satu upaya untuk penghematan BBM, meningkatkan hasil
tangkapan nelayan di samping juga melestarikan lingkungan sehat bagi mahluk
hidup.
C.
TUJUAN
Tujuan dari inovasi teknologi ini adalah :
1.
Memberikan sumber energi alternatif kepada nelayan akan ketergantungan
terhadap bahan bakar fosil yang terbatas.
2.
Meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan nelayan.
3.
Merancang suatu sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin dikombinasikan
dengan penggunaan lampu LACUBA yang dapat diaplikasikan pada bagan
ikan nelayan sebagai suatu teknologi tepat guna.
D.
PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah yang menjadi fokus program ini adalah :
1.
Ketergantungan nelayan terhadap bahan bakar fosil yang tinggi dalam hal ini
minyak tanah untuk bahan bakar lampu petromaks, sementara di lain pihak
ketersediaan bahan bakar tersebut semakin berkurang.
2.
Tingkat teknologi dan pendapatan nelayan yang masih perlu ditingkatkan.
3.
Energi angin memiliki berpotensi sebagai sumber energi alternatif untuk
memenuhi suplai energi bagi lampu LACUBA yang akan dipasang di bagan
nelayan.
E.
LUARAN YANG DIHARAPKAN
Dengan adanya suatu desain ini, diharapkan dapat memberikan solusi
teknologi energi terbarukan pada bagan nelayan dengan memanfaatkan energi
angin, menghemat biaya produksi dan memberikan solusi untuk meningkatkan
hasil tangkapan nelayan.
F.
KEGUNAAN PROGRAM
Kegunaan yang diharapkan dari program ini ditujukan kepada pemerintah,
masyarakat, individu dan kelompok yang memiliki peran besar dalam pelaksanaan
pengembangan energi alternatif di Indonesia.
1.
Bagi pemerintah program ini dapat menjadi model percontohan untuk
mengatasi masalah yang bermunculan di masyarakat dengan memanfaatkan
potensi alam yang ramah lingkungan.
2.
Bagi masyarakat khususnya nelayan program ini dapat menjadi salah satu
solusi untuk menghemat biaya produksi dan untuk meningkatkan hasil
tangkapan nelayan.
3.
Bagi individu dan kelompok program ini diharapkan mampu menumbuhkan
semangat untuk menemukan ide-ide kreatif dan inovatif dalam
mengembangkan desain pembangkit tenaga listrik tenaga angin untuk
berbagai keperluan dan pemecahan masalah di masyarakat.
G.
TINJAUAN PUSTAKA
a.
Teori Betz
Betz mengasumsikan bahwa, suatu turbin ideal merupakan rotor tanpa naf
(hub) dan mempunyai sudu-sudu yang tak terhingga jumlahnya tanpa hambatan
(Reksoatmodjo, 2004). Juga diasumsikan bahwa, aliran udara di depan dan
belakang rotor memiliki kecepatan yang seragam (aliran laminar). Jika
4
V1 = kecepatan angin di depan rotor, V2 = kecepatan angin di belakang rotor dan
V = kecepatan angin saat mealui rotor, maka berdasarkan persamaan kontinuitas :
A1.V1 = A.V = A2.V2
Gambar 1. Rotor
Selajutnya berdasarkan teorema Eular, gaya yang bekerja pada rotor
mengikuti persamaan (1) :
F = AV(V - V ) (1)
Karena daya kinetik angin yang diserap oleh rotor mengikuti persamaan (2):
= = ( - ) (2)
Selisih energi kinetik di depan dan di belakang rotor dapat dihitung dengan
persamaan Bernoulli dalam persamaan (3) :
= ( - ) (3)
Persamaan (2) adalah sama dengan persamaan (3) sehingga dari kedua
persamaan itu diperoleh harga V sesuai dalam persamaan (4) :
= ( ) (4)
Jika hasil V tersebut disubstitusikan ke dalam persamaan (1) dan (2) akan
mneghasilkan gaya dalam persamaan (5) :
= ( - ) (5)
Dan dari persamaan (3) dan (5) dapat dihasilkan rumus untuk mencari daya,
sebagaimana tertuang dalam persamaan (6) :
= ( - )( + ) (6)
Untuk kecepatan V1 tertentu dapat dikaji besar dari P sebagai fungsi dari V2
dengan mendiferensiasi persamaan (6), sehingga didapat persamaan (7) :
= ( + - - ) (7)
= ( - 2 - 3 ) (8)
Pada =0, diperoleh akar persamaan : V2 = -V1yang berarti udara dalam
keadaan tenang (BN= 0), dan = yang merupakan harga yang menghasilkan
daya maksimum. Dengan demikian daya maksimum yang diperoleh adalah sesuai
dengan persamaan (9) : = (9)
Persamaan (9) menunjukkan bahwa daya maksimum yang diperoleh
tergantung pada massa jenis udara (berubah dengan tekanan dan tempratur) serta
kecepatan angin. (Reksoatmodjo, 2004).
b. Kincir Angin Savonius
Pada dasarnya turbin angin atau yang lebih dikenal dengan sebutan kincir
angin merupakan sarana pengubah energi kinetik angin menjadi energi mekanik
untuk memutar generator listrik. Sejarah penggunaan energi angin dimulai sejak
abad ke-17 SM dan tersebar di berbagai negara: Persia, Babilonia, Mesir, China
dan di benua Eropa dengan berbagai bentuk rancangbangun. Berdasarkan
kedudukan poros, jenis-jenis turbin angin itu dapat dibagi ke dalam dua kategori,
yakni: turbin angin dengan sumbu horisontal dan turbin angin dengan sumbu
vertikal.
Dari kedua jenis turbin angin tersebut yang banyak diterapkan dan
menghasilkan daya yang besar adalah jenis turbin angin dengan sumbu horisontal
(Vadot Neyrpic, 1 MW, Perancis). Sementara dari jenis sumbu vertikal (dengan
rotor Darius) hanya mencapai daya 200 kW (Iles de la Madeleine,Canada). Turbin
angin dengan konstruksi sederhana yang cocok untuk penggunaan di pedesaan
adalah temuan sarjana Finlandia bernama S. Savonius (1924). Turbin ini termasuk
jenis turbin angin dengan sumbu vertikal, dengan rotor yang tersusun dari dua
buah sudu-sudu setengah silinder (Gambar 2).
Gambar 2. Kincir Savonius
6
Konsep turbin angin Savonius ini cukup sederhana dan praktis tidak
terpengaruh oleh arah angin. Ditinjau dari prinsip kerjanya, turbin angin ini
tergolong pada jenis vertical-axis differential drag windmill.
Perhitungan energi yang ditimbulkan oleh angin merupakan udara
bergerak yang dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan fisika klasik
energi kinetik dari sebuah benda dari massa M dan kecepatan V dalam hal ini
persamaan (10) :
E = ½ MV2 (10)
E = energi (J)
m = massa udara (Kg)
v = kecepatan angin (meter/detik), dengan syarat kecepatan v tidak mendekati
kecepatan cahaya. Apabila suatu blok udara dengan luas penampang A m2 dan
bergerak dengan kecepatan v, maka jumlah massa yang melewati suatu tempat
mengikuti persamaan (12) adalah:
m = A v ñ (kg/det) (12)
keterangan :
A = luas penampang (m2)
ñ = Kepadatan udara (kg/m3)
sehingga energi persatuan waktu dapat ditunjukkan dengan persamaan (3) atau
persamaan (4)
P=½Añv3 (3)
Atau P=kAv3 (4)
Keterangan :
P = Daya (Watt)
E = Energi (Joule)
K = Konstanta (1.37 x 10-5)
Atau pada rumus (5) yang dikembangkan Golding :
P=kFAEv3 (5)
Dengan F suatu faktor = 0.59236
E = Eff. Rotor dan peralatan lain.
Pada dasarnya, besaran k dipengaruhi faktor-faktor seperti :
-Efisiensi sistem
-Geseran
-Kecepatan angin
Demikian juga luasnya tergantung pada bentuk sudu kipas dan juga
terpengaruh oleh kecepatan angin. Saat angin berinteraksi dengan sudu-sudu kipas
maka setidaknya gaya-gaya yang terjadi terdiri dari 3 komponen, yaitu :
a.
Gaya aksial (a), yaitu gaya yang arahnya sama dengan arah angin, gaya ini
harus ditampung oleh poros dan bantalan.
b.
Gaya tangensial (t), yaitu gaya yang menghasilkan moment dan bekerja tegak
lurus pada radius, bekerja secara produktif.
c.
Gaya sentrifugal, yaitu gaya yang meninggalkan titik tengah. Bila kipas
berbentuk silinder maka gaya ini saling meniadakan.
Secara umum gaya-gaya tersebut dapat dihitung dengan persamaan :
a = 0.00142 v2R2 (kg)
(6)
s = 367 RP/(v1v) (kg)
(7)
t = 0.00219 Wv2v2 / R1 (kgm)
(8)
Keterangan :
P = Daya (kW)
R = Radius daun motor (m)
R1 = Radius hingga titik berat daun (m)
V1 = Kecepatan relative ujung sudu terhadap v
V2 = Kecepatan relative titik berat sudu terhadap v
s = gaya sentrifugal
t = Momen tangensial
W = Berat daun (kg)
c. Energi Angin
Angin lazimnya tercipta karena adanya perbedaan tekanan atmosfer yang
menyebabkan udara akan terus bergerak dengan arah yang berubah-ubah dalam
bentuk aliran udara. Karakteristik angin ditentukan oleh arah dan kecepatannya.
secara teoretis, angin berhembus dari daerah bertekanan tinggi ke daerah
bertekanan rendah. Pada altitude tinggi, arah angin akan dipengaruhi oleh putaran
bumi dan bergerak sejajar dengan garis isobar. Pada belahan bumi utara angin
berputar melawan putaran jarum jam, sementara di belahan bumi selatan angin
berputar searah putaran jarum jam. Arah angin ditentukan oleh arah dari mana
angin itu berhembus. Jadi, angin-barat berarti angin yang berhembus dari barat ke
timur; demikian pula angin-tenggara berarti angin yang berhembus dari tenggara
ke barat-daya.
Energi angin tersedia yang dapat digunakan untuk memutar kincir atau
available wind energi tergantung pada kecepatan angin yang berhembus. Sebuah
kincir angin akan menghasilkan daya pada kecepatan Vm yang disebut
“cut-in speed”. Pada kecepatan ini daya yang dihasilkan sama dengan daya tanpa
beban. Selanjutnya jika kecepatan angin bertambah dan mencapai VN = rated
wind speed, barulah kincir menghasilkan daya nominal yang dirancang. Pada
kecepatan > VN daya yang dihasilkan akan dipertahankan konstan dengan
pertolongan sistem kendali. (Reksoatmojo, 2004).
d. Sejarah penggunaan cahaya pada penangkapan ikan.
Pada mulanya penggunaan lampu untuk penangkapan masih terbatas pada
daerah-daerah tertentu dan umumnya dilakukan hanya di tepi-tepi pantai dengan
menggunakan jaring pantai (beach seine), serok (scoop net) dan pancing (hand
line). Pada tahun 1953 perkembangan penggunaan lampu untuk tujuan
penangkapan ikan tumbuh dengan pesat bersamaan dengan perkembangan bagan
(jaring angkat, lift net) untuk penangkapan ikan. Saat ini pemanfaatan lampu tidak
hanya terbatas pada daerah pantai, tetapi juga dilakukan pada daerah lepas pantai
yang penggunaannya disesuaikan dengan keadaan perairan seperti alat tangkap
payang, purse seine dan sebagainya.
Penggunaan cahaya (lampu) untuk penangkapan ikan di Indonesia dan
siapa yang memperkenalkannya belumlah jelas. Meskipun demikian di
daerah-daerah perikanan Indonesia Timur, khususnya di mana usaha penangkapan
cakalang dengan pole and line dilakukan sekitar tahun 1950 ditemukan kurang
lebih 500 buah lampu petromaks yang digunakan untuk penangkapan, dimana
tempat-tempat lain belum digunakan (Subani, 1983).
Penggunaan cahaya listrik dalam skala industri penangkapan ikan pertama
kali dilakukan di Jepang pada tahun 1900 untuk menarik perhatian berbagai jenis
ikan, kemudian berkembang dengan pesat setelah Perang Dunia II. Di Norwegia
9
penggunaan lampu berkembang sejak tahun 1930 dan di Uni Soviet baru mulai
digunakan pada tahun 1948 (Nikonorov, 1975).
e. Peranan cahaya dan sifat-sifatnya dalam air
Cahaya merupakan bagian yang fundamental dalam menentukan tingkah
laku ikan di laut (Woodhead, 1966). Stimuli cahaya terhadap tingkah laku ikan
sangat kompleks antara lain intensitas, sudut penyebaran, polarisasi, komposisi
spektralnya dan lama penyinaran. Nicol (1963) telah melakukan suatu telaah
mengenai penglihatan dan penerimaan cahaya oleh ikan dan menyimpulkan
bahwa mayoritas mata ikan laut sangat tinggi sensitifitasnya terhadap cahaya.
Tidak semua cahaya dapat diterima oleh mata ikan. Cahaya yang dapat diterima
memiliki panjang gelombang pada interval 400-750 mµ (Mitsugi, 1974,
Nikonorov, 1975).
Penetrasi cahaya dalam air sangat erat hubungannya dengan panjang
gelombang yang dipancarkan oleh cahaya tersebut. Semakin besar panjang
gelombangnya maka semakin kecil daya tembusnya kedalam perairan. Dengan
demikian maka cahaya biru akan menembus jauh ke dalam perairan daripada
warna lainnya.
Di dalam penerapannya pada operasi penangkapan ikan, maka untuk
menarik ikan dari jarak yang jauh baik secara vertikal maupun horizontal
digunakan warna biru karena dapat di absorbsi oleh air sangat sedikit sehingga
penetrasinya ke dalam perairan sangat tinggi. Untuk mengkonsentrasikan ikan di
sekitar Catchable area digunakan warna merah atau kuning karena daya
tembusnya rendah.
Selain panjang gelombang, faktor lain yang menentukan penetrasi cahaya
masuk ke dalam perairan adalah absorbsi cahaya dari partikel-partikel air,
kecerahan, pemantulan cahaya oleh permukaan laut, musim dan lintang geografis
(Nybakken, 1988). Ben-Yami (1987) menyatakan bahwa nilai iluminasi (lux)
suatu sumber cahaya akan menurun dengan semakin meningkatnya jarak dari
sumber cahaya tersebut dan nilainya akan berkurang apabila cahaya tersebut
masuk ke dalam air karena mengalami pemudaran.
f. Pengertian Bagan Nelayan
Menurut Badan Standar Nasional, bagan adalah bagian dari jaring
angkat. Di mana bagan sendiri dapat dibedakan menjadi bagan rakit, bagan tancap
dan bagan apung. Bagan rakit adalah bagan yang menyerupai rakit, bagan tancap
mirip dengan bagan apung namun tidak dapat berpindah tempat seperti bagan
apung.
Gambar 3. Sketsa bagan apung
Bagan apung sendiri mempunyai konstruksi dapat dipindah-pindah
(dioperasikan pada berbagai tempat) dengan ditarik menggunakan perahu. Bagan
apung dibuat dari rangkaian atau susunan bambu berbentuk segi empat, pada
bagian tengah dari bangunan bagan dipasang jaring yang ukurannya 1 meter lebih
kecil dari bangunan bagan.
Pada dasarnya alat ini terdiri dari bambu, jaring yang berbentuk persegi
empat yang diikatkan pada bingkai yang terbuat dari bambu, pada ke-mpat
sisinya terdapat bambu-bambu yang melintang dan menyilang dengan maksud
untuk memperkuat berdirinya bagan, diatas bangunan bagan di bagian tengah
terdapat bangunan rumah yang berfungsi sebagai tempat istirahat, pelindung
lampu dari hujan dan tempat untuk melihat ikan.
Di atas bangunan bagan juga terdapat roller (sejenis pemutar) dari bambu
yang berfungsi untuk menarik jaring. Umumnya alat tangkap ini berukuran 8 x 8
meter sedangkan tinggi dari dasar perairan rata-rata 8 meter. Jaring yang
digunakan adalah jaring yang disebut dengan Wareng dengan mata jaring 0.4 cm
dengan posisi terletak pada bagian bawah bangunan bagan yang diikatkan pada
bingkai bambu yang berbentuk segi empat. Bingkai bambu tersebut dihubungkan
dengan tali pada ke empat sisinya yang berfungsi untuk menarik jaring.
Pada ke-empat sisi jaring diberi pemberat yang berfungsi untuk
menenggelamkan jaring dan memberikan posisi jaring yang baik selama dalam
air. Ukuran jaring biasanya satu meter lebih kecil dari ukuran bangunan bagan.
Langkah pertama pengoperasian alat ini adalah menarik bagan apung ke
empat yang dianggap banyak terdapat ikan/sasaran tangkapan yang telah disurvey
(dicek) sebelumnya dengan menggunakan perahu, sebab biasanya bagan apung.
jika sedang tidak dipakai ditarik ke pinggir pantai (perairan). Setelah itu jaring
diturunkan dan lampu petromaks dipasang dengan jumlah yang bervariasi antara
lain 2 sampai 15 buah petromaks. Setelah beberapa lama dibiarkan (sekitar 4 jam)
atau dianggap sudah banyak ikan yang berkumpul di bawah bagan maka
penarikan jaring dapat dilakukan.
Penarikan dilakukan dengan memutar roller (pemutar) secara perlahanlahan
sampai mendekati permukaan laut. Ketika jaring sudah mendekati
permukaan laut, jaring harus ditarik dengan cepat supaya ikan/hasil tangkapan
terjebak di dalamnya dan tidak dapat meloloskan diri lagi. Kemudian hasil
tangkapan diambil dengan cara diciduk memakai serok (jaring yang bertangkai
panjang).
Pemakaian alat ini dapat dilakukan di perairan yang agak dalam, sebab alat
ini dapat dipindah-pindahkan dengan ditarik menggunakan perahu. Bagan apung
lebih efektif digunakan pada saat bulan gelap, sebab pada saat itu ikan-ikan akan
tertarik dengan cahaya lampu Petromaks sehingga mendekati bagan dan
berkumpul di bagian bawah bagan. Hasil tangkapan dari alat ini adalah ikan
Ternggiri, ikan Kembung, ikan Tamban, ikan Selar, ikan Ciu, ikan Kepetek dan
sebagainya.
g. Lampu LACUBA
Gambar 2. Lampu LACUBA
LACUBA, jenis lampu bawah air, didesain dan dikemas secara khusus
dalam satu wadah plastik dan telah teruji tahan hingga kedalaman 15 meter.
LACUBA dipasang pada perahu, bagan tancap maupun bagan apung dan
dicelupkan kedalam air dengan penambahan beberapa peralatan untuk
menambatkan kabel pada perahu maupun Bagan.
Lampu jenis ini dilengkapi pula dengan sistem elektronik, kabel
penghubung dan dioperasikan dengan sumber arus searah dari Accu untuk
menghasilkan cahaya dengan intensitas yang terang. LACUBA : didesain sebagai
alat daya tarik mengumpulkan ikan sekaligus untuk meningkatkan hasil tangkapan
bagi para Nelayan, serta dapat digunakan juga bagi para pemancing pemula
maupun professional.
Spesipikasi Teknis Lampu :
Lampu : PL – C 18 -26 Watt/buah (setara dengan 2 buah lampu
Petromaks)
Tegangan : 12VDC–220 VAC
Panjang Kabel : 15 meter (dibuat untuk tahan air)
Ukuran : Panjang 45 Cm, Diameter 7 Cm
Berat : 3,5 Kg per Lampu
Lama Operasi : 8 – 10 jam (satu malam)
Umur lampu PL : 8 s/d 10 bulan
LACUBA dicelupkan dengan kedalaman 2 M atau lebih dari atas
permukaan air, kedalaman ini tidak mutlak dan perlu dicoba pada kedalaman
tertentu sesuai dengan kondisi perairan setempat.
Cara Penggunaan Lacuba
Lacuba bisa dipasang /digunakan pada 2 tempat yaitu :
1.
Bagan Tancap/Apung, ini biasanya tidak jauh dari pantai kedalaman kurang
dari 10 M
2. Perahu yang bersifat Mobile atau berjalan (berpindah-pindah tempat)
Jumlah Lacuba yang digunakan akan sangat tergantung dari luas jaring
yang digunakan (panjang & lebar), dari hasil uji coba setiap jaring ukuran
5 M x 5M bisa menggunakan 1 (satu) set Lacuba (2 buah), jika jaring lebih dari
ukuran tersebut tentunya diperlukan lebih dari 1 (satu) set.
Perbandingan luas jaring dengan jumlah Lampu, dimaksudkan untuk
supaya rambatan cahaya lampu di dalam air masih menerangi jaring yang di
pasang, sehingga ikan akan berkumpul dan berada di tengah-tengah jaring, hal ini
tentunya ikan yang terjaring akan lebih banyak di dapat.
Peralatan tambahan yang perlu disediakan adalah 1 (satu) buah
Lampu/Bohlam 10 Wat yang yang di cat dengan warna merah, kabel (panjang
sesuai kebutuhan), penutup lampu berbentuk kuncup tertutup (terbuat dari plastik
atau yang lain).
H. METODOLOGI PELAKSANAAN PROGRAM
a. Waktu dan Tempat Penelitian
Pelaksanaan program ini dilakukan selama 5 bulan, dari bulan Januari
sampai dengan Mei 2009. Tempat pelaksanaan program ini adalah di Bengkel
Laboratorium Lapang Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor dan penerapan alat bertempat di Kepulauan Seribu.
b. Alat dan Bahan
Adapun alat – alat yang akan digunakan dalam program ini antara lain :
1. Las listrik / karbit, Gergaji besi, Bor listrik
2. Gerinda, Palu, obeng, tang
3. Generator, Mur dan baut
4. Alat ukur, Pisau
Bahan – bahan yang digunakan adalah :
1. Plat Besi 8 x 7.5 mm, Drum bekas
2. Poros as, Pulley
3. Ring karet, Panel control ICG
4. 3 set lampu LACUBA, Bearing
5. Travo step up
14
6. Papan lapis 4 x 1 meter
7. Paku 1 inchi
8. Cat besi
9. Kabel listrik
10. Besi siku
c. Prosedur Kerja
Prosedur kerja dituangkan dalam bentuk diagram sebagai berikut :
Output
. Pembangkit Listrik
TenagaAngin sebagai
sumber energi Lampu
LACUBA di bagan
nelayan
. Pengenalan kepada
nelayan
Observasi
Lapang
Analisis Masalah
. Ketergantungan terhadap BBM
. Potensi energi angin serta intensitas penyinaran matahari
....Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Angin dan Matahari
Desain dan
Manufacturing
..Pengambilan data di
lapangan
..Perancangan alat dan
prototype
Maintenance
Integrasi dan Uji coba
. Pembuatan alat
. Kinerja alat
..System penyaluran
listrik
..Efisiensi dan
keamanan
d. Gambaran Umum Alat
Alat ini bekerja berdasarkan prinsip gardu listrik. Hanya di sini penulis
memodifikasi dari segi alat penghasil listrik yaitu kincir angin, dikombinasikan
sebagai sumber energi lampu LACUBA untuk proses penangkapan ikan di bagan
nelayan.
Kincir Angin Savonius dipasang pada bagan nelayan sumber energi. Arus yang
dihasilkan oleh kincir tersebut masih berupa arus listrik AC, maka perlu
converter/adaptor agar arusnya berubah menjadi DC dan bisa digunakan pada
lampu LACUBA. Arus kemudian dilewatkan pada travo step up agar tegangannya
meningkat dan cukup untuk menghidupkan lampu. Lalu energi listrik ini disimpan
dalam baterei (charger) atau di dalam aki, untuk kemudian di malam hari dapat
dimanfaatkan untuk sarana penarik ikan. Atau dapat juga arus yang dihasilkan
langsung digunakan sebagai penerangan rumah sekitar pantai atau keperluan lain.
Dengan menggunakan kincir angin yang luas penampang 2m2 dan angin
berkecepatan 5,1 m/s daya yang dapat di konversi adalah senilai 300 Watt. Nilai
konversi yang dapat dilakukan oleh kincir angin sebesar 50% maka daya yang
dapat diperoleh adalah 150 Watt. Semakin banyak kincir yang dipakai dan
semakin besar luas penampang kincir itu berarti semakin besar pula daya listrik
yang dihasilkan. Kita asumsikan kincir yang kita pakai 2 buah, maka daya yang
dapat dinikmati nelayan setiap hari untuk keperluan pengisian energi lampu
LACUBA sebesar 300-400 Watt setiap hari. Adapun lebih jelasnya dapat dilihat
pada diagram alir berikut :
Kincir Angin berputar
menghasilkan arus
listrik AC
Arus AC diconvert ke
Arus DC
Arus DC dilewatkan ke
travo Step up agar
tegangannya meningkat
Enrgi Listrik dapat digunakan
langsung atau disimpan dalam
baterei
Gambar 8. Alur perubahan energi listrik
Adapun pemasangan lampu LACUBA di bagan nelayan hendaknya dipasang
di bagian bawah jaring. Hal ini dimaksudkan agar ikan-ikan berkumpul di atas
jaring dan siap ditangkap, jika lampu LACUBA dipasang di bawah jaring,maka
ikan-ikan yang hendak ditangkap akan terkonsentrasi di bawah jaring karena
tertarik dengan cahaya yang dipancarkan oleh lampu LACUBA, tentu ini akan
menyebabkan penangkapan ikan tidak berjalan efektif. Adapun lebih jelasnya,
tampak pada pada gambar 9.
Gambar 9. Pemasangan lampu LACUBA di bagan
Setelah ikan-ikan tertarik mendekati lampu LACUBA maka disiapkan
beberapa lampu dengan intensitas cahaya rendah (biasanya lampu berwarna
merah), lalu matikan lampu LACUBA agar ikan berada di dalam cathcable area.
Setelah dirasa siap, baru kemudian jaring dapat dinaikkan ke atas dengan
menggunakan roller dan ikan-ikan pun tertangkap.
Perlu dipertimbangkan juga studi kelayakan dalam pembuatan alat ini dengan
menguji performansi alat dalam melakukan konversi energi. Beberapa parameter
yang dasar penentuan kelayakan adalah jumlah daya listrik yang dihasilkan oleh
tiap unit pembangkit listrik. Analisis biaya dilakukan dengan menghitung
besarnya biaya pembuatan serta umur ekonomis pembangkit listrik.
Hal lainnya yang diperlukan yaitu adanya sistem kontrol yang berfungsi untuk
mengatur kompensasi beban dalam rangka menyeimbangkan beban dengan daya
output generator. Sistem ini melindungi generator dan turbin dari run away speed
apabila terjadi beban putus atau drop. Sistem kontrol yang digunakan adalah
Induction Generator Controller (IGC). Sistem kontrol ini menyatu dengan panel
kontrol listrik dan bekerja secara otomatis.
18
I. ANGGARAN BIAYA
Jenis biaya Jumlah Harga satuan (Rp) Harga total (Rp)
I. Biaya penyusunan proposal
Pengetikan 25.000 25.000
Pencetakan 75.000 75.000
Penggandaan 5 kali 5.000 25.000
Subtotal 125.000
II. Biaya Pembuatan Laporan
Pengetikan 25.000 25.000
Pencetakan 75.000 75.000
Penggandaan 5 kali 7.000 35.000
Subtotal 135.000
III. Biaya Pembuatan Alat
Lampu LACUBA 3 set 1.300.000 3.900.000
Kincir Angin Savonius 2 set 1.850.000 3.700.000
Kabel 7,5 m 3.000 15.000
Baterei 2 55.000 110.000
Sewa Laboratorium 250.000 250.000
Biaya pemasangan alat 150.000 150.000
Biaya subtotal 812.5000
IV. Biaya operasional
Transportasi ke Pulau seribu
pulang pergi
5 orang 80.000 400.000
Sewa pickup mengangkut alat 1 kali 500.000 500.000
Sewa rumah 3 hari di
Kepulauan Seribu
1 rumah 400.000 400.000
Komunikasi 5 orang 33.000 165.000
Dokumentasi 150.000
Subtotal 1.615.000
Biaya Total 10.000.000
J. JADWAL KEGIATAN PROGRAM
Tabel 1. Rencana Jadwal Pelaksanaan Program
No Kegiatan
Bulan
Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4 Bulan ke-5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi literature
2 Perancangan model kincir angin
3 Peminjaman laboratorium
4 Pembelian bahan
5 Pembuatan alat
6 Pengujian di kampus
7 Persiapan penerapan alat
8 Penerapan alat di bagan nelayan pulau seribu
9 Evaluasi kinerja alat
10 Menerapkan hasil evaluasi pada perbaikan alat
11 Pembuatan laporan
12 Revisi, perbaikan dan evaluasi
13 Penyerahan laporan
20
K. NAMA DAN BIODATA PELAKSANA PROGRAM
Ketua tim
Nama : Tunggul Waloya
NIM : I14080016
Fakultas/Departemen : Ekologi Manusia/ Ilmu Gizi Masyarakat
Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor
Tempat Tanggal Lahir : Way Muli, 6 September 1990
Agama : Islam
No telp/ Hp : 085769423001
Email : [email protected]
Alamat domisili : Darmaga, Bogor.
Alamat asal : Jln. Pesisir no. 60 Gang remote Desa Sukaraja
Kecamatan Rajabasa Kab. Lampung Selatan 35551
Waktu untuk PKM : 5 jam per minggu
Riwayat Pendidikan :
. SDN Sukaraja (1996 - 2002)
. SMPN 1 Rajabasa (2002 – 2005)
. SMAN 1 Kalianda (2005 – 2008)
. Departemen Ilmu Gizi FEMA IPB (2008 – sekarang)
Pengalaman Organisasi
. Wakil sekretaris OSIS SMA N 1 Kalianda (2005-2006)
. Sekretaris Gedung C3 Asrama Putra TPB IPB (2007-2008)
. Kadiv Seni dan Kebudayaaan Keluarga mahasiswa Lampung (Kemala)
(2009-2010)
. Anggota aktif UKM FORCES IPB (2008-sekarang)
Anggota 1
Nama : Lili Suryani Widiyastuti
NIM : G5070029
Fakultas/Departemen : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam/
Matematika
Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor
21
Tempat Tanggal Lahir : Banjarnegara, 22 Agustus 1989
No telp/ Hp : 085291139929
Email : [email protected]
Alamat Bogor : Wisma Al Iffah Gg.Masjid No.77 Rt 2 Rw VIII,
Babakan Tengah Darmaga Bogor
Alamat asal : Kelurahan Karangtengah Rt 01 Rw II No.11
Kec./Kab. Banjarnegara Jawa Tengah 53416
Waktu untuk PKM : 5 jam per minggu
Riwayat Pendidikan :
. Madrasah Ibtidaiyah Karangtengah (1995-2001)
. SMP Negeri 1 Banjarnegara (2001-2004)
. SMA Negeri 1 Banjarnegara (2004-2007)
. Departemen Matematika FMIPA IPB (2007- sekarang)
Pengalaman Organisasi
. Pengurus Rohis SMA N 1 Banjarnegara (2005-2006)
. Pengurus DKM Al Hurriyyah IPB (2007-2008)
. Pengurus KAMMI IPB (2007-2008)
. Anggota UKM FORCES IPB (2008)
. Pengurus Program Kakak Asuh (Pro KA) (2008 – sekarang)
. Pengurus Serum G (2008 – sekarang)
Anggota 2
Nama : Toni Panji Purnama
NIM : D24080077
Fakultas/Departemen : Peternakan/Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor
Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 1 April 1990
No telp/ Hp : 081322369966
Email : [email protected]
Alamat domisili : kompek bumi menara citrus no. 5 Cibanteng,
Darmaga, Bogor 16880.
Alamat Asal : Bumi Asri 4 Jln. Tugu Asri No. A11, Pardasuka
22
Bandung.
Waktu untuk PKM : 5 jam per minggu
Riwayat Pendidikan :
. SD Yapis Jayapura (1996-1998)
. SD Yapis Manokwari (1998)
. SDN Sofa 34 Bandung (1998-2002)
. SMPN 49 Bandung (2002-2005)
. SMA BPI 1 Bandung (2005-2008)
. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB
(2008- sekarang)
Pengalaman Organisasi
. MGB (Mentor Garda Bintalis) SMA BPI Bandung (2007-2008)
. Pengurus Rohis kelas A25-A26 TPB IPB (2008-2009)
. Pengurus Mushola asrama putra C3 TPB IPB (2007-2008)
. Anggota IKARISDA Ikatan Remaja Islam Masjid Darussalam Bandung
(2007-2008)
. Anggota UKM Panahan IPB (2008-sekarang)
Anggota 3
Nama : Wahyu Widya SNW
NIM : D04080136
Fakultas/Departemen : Peternakan/Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor
Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 21 Oktober 1990
No telp/ Hp : 081906033319
Email : [email protected]
Alamat domisili : Asrama Putri Darmaga, Darmaga IPB, Bogor
Alamat Asal : Jln. Tb. Aji Dalem RT 2/06 Rangkas Bitung Kab.
Lebak, Banten
Waktu untuk PKM : 5 jam per minggu
Riwayat Pendidikan :
. SD Komplek Kejaksaan (1996-2002)
23
. SMPN 4 Rangkas Bitung (2002-2005)
. SMA 3 Rangkas Bitung (2005-2008)
. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi PakanFakultas Peternakan IPB
(2008- sekarang)
Pengalaman Organisasi
. Ketua Rohis SMAN 3 Rangkas Bitung (2006-2007)
. Pengurus OSIS SMAN 3 Rangkas Bitung (2006-2007)
. Anggota KIR SMAN3 Rangkas Bitung (2005-2006)
. Pengurus SILAMBAWIQRI SMAN 3 Rangkas Bitung (2007-2008)
. Anggota PII Kabupaten Lebak (2005-2006)
. Pengurus Forum Komunikasi Remaja Masjid Lebak (2006-2007)
. Pengurus KAPMI 2 Periode (2005-2007)
. Pengurus IPPMU Kabupaten Lebak (2006-2007)
. Pengurus BEM TPB IPB (2008-sekarang)
. Anggota Aktif Forces IPB (2008-sekarang)
. Ketua Dewan mushola Asrama Putri Rusunawa (2008-2009)
. Pengurus Kelas A13 TPB IPB (2008-2009)
. Pengurus ROHIS INTP 45 (2009-sekarang)
. Anggota KMB (Keluarga Mahasiswa Banten) (2008-sekarang)
Anggota 4
Nama : Wawat Rodiahwati
NIM : F14070093
Fakultas/Departemen : Teknologi Pertanian/ Teknik Pertanian
Nama Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor
No telp/ Hp : 085718839965
Email : [email protected]
Alamat domisili : Wisma Nur Jannah Gg.Masjid No.189 Rt 2 Rw
VIII, Babakan Tengah Darmaga Bogor.
Alamat Asal : Jln. Prabu Sliwangi No. 89 kelurahan Kasangjaya
Kec. Jambi Timur, Jambi.
Waktu untuk PKM : 5 jam per minggu
24
Riwayat Pendidikan
. SDN 2 Windusengkahan (1995-1997)
. SDN Pertiwi 1 Kota Jambi (1997-2001)
. SMPN 1 kota Jambi (2001-2004)
. SMAN 1 Kota Jambi (2004-2007)
. Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian IPB
(2007- sekarang)
Pengalaman organisasi
. Pengurus BEM TPB 44 (2007-2008)
. Pengurus HIMATETA (2008-sekarang)
NAMA DAN BIODATA DOSEN PEMBIMBING
Nama Lengkap : Dr. Ir. Irzaman M.Si
NIP : 19630708 199512 1001
Golongan Pangkat : IIIc / Penata Tingkat I/
Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
Jabatan Struktural : -
Fakultas/Program Studi : Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam / Fisika
Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor
Bidang Keahlian : Fisika Material
Alamat Rumah : Perumahan IPB Alam Sinarsari Blok D no 26
Cibeureum Dramaga Bogor - 16680
M. DAFTAR PUSTAKA
Angraeni, Fitriyah. 2008. Kincir Angin Vertikal Sebagai Pembangkit Listrik di
Pulau-Pulau kecil.PKMP-IPB.
Anonim. 2009. http://ikanmania.wordpress.com/2008/01/05/uji-cobapenggunaan-
lampu-lacuba-tenaga-surya-pada-bagan-apung-terhadaphasil-
tangkapan-ikan-di-pelabuhan-ratu-jawa-barat/ [ September 2009]
Anonim.2009. http://www.pemanggilikan.com/ [September 2009]
Anonim.2009. www.damandiri.or.id/.../muhamadsulaimanipbbab2.pdf
[ September 2009]
Anonim.2009. http://tampukpinang.info/tradisional/alattangkap/hewanlaut/153aganapung.
html [September 2009]
C.Burger and R. Hartfield.2006.Wind Turbine Airfoil Performance Optimization
using the Vortex Lattice Method and a Genetic Algorithm. 4th AIAA
Energy Conversion Engineering Conference26-29 June 2006, San
Diego, CA
C. Burger °, R. Hartfield.2007. Testing and Optimization of a Constant Torque
Propeller. FL Design
C. L. Archer , M. Z. Jacobson.2005. Evaluation of Global Wind Power. Journal of
Geophysical Research Vol. 110, D12110, doi:10.1029/2004JD005462,
2005
Daryanto. 2002. Pengetahuan Teknik Elektronika. Jakarta : Bumi Aksara.
E. Pedersen. 2007. Human Response to Wind Turbine Noise. Goteborg University.
J.
D. Rose, I. A. Hiskens .Challenges of Integrating Large Amounts of Wind
Power.1st Annual IEEE Systems Conference Waikiki Beach, Honolulu,
Hawaii, USA April 9-12, 2007.
Purba, Jefri Kencana. 2006. Perancangan, Pembuatan dan Pengujian Rotor
Savonius sebagai Pembangkit Energi Listrik Untuk Penerangan Jalan
Tol. [Tugas Sarjana Teknik Mesin]. Institut Teknologi Bandung.
Reksoatmodjo, T.N. 2004. Vertical Axis Differential drag Windmill. Jurnal teknik
mesin Vol. 6. No.2 : 65-70.
R.N. Sharma , U. Madawala. 2007. The Concept of a Smart Wind Turbine System.
Australasian Fluid Mechanics Conference. 481-486.
Sari, A.P., dkk. 2002. Listrik Indonesia Restrukturisasi di tengah Reformasi.
Pelangi.
Sucahyo, Lilis dkk. 2009. Rancang Bangun Sistem Pembangkit Listrik Alternatif
Tenaga Angin dan Matahari untuk Daerah Pesisir Pantai. PKMT-IPB.
Suwono, Aryadi, dkk. 2003. Kaji Teoritik Karakteristik Aerodinamik Sistem
Konversi Energi Angin Jenis Poros Datar dengan Sudu Silinder dan
Rotor Savonius, Jurnal Seminar Nasional Rekayasa dan Aplikasi Teknik
Mesin di Industri, Bandung.
27