PKMP Banana Film 2006

download PKMP Banana Film 2006

of 49

Transcript of PKMP Banana Film 2006

  • PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA

    KARAKTERISASI BIODEGRADABLE FILM DARI PEKTIN KULIT PISANG DAN TEPUNG PISANG

    BIDANG KEGIATANPKMP

    Disusun Oleh

    Umar Hafidz Asy'ari Hasbullah (H 0604052)

    Laela Nur Rohmah (H 0604031)

    Siswanti (H 0605048)

    FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA2007

  • HALAMAN PENGESAHAN

    1. Judul Kegiatan :

    Karakterisasi Biodegradable Film Dari Pektin Kulit Pisang dan Tepung Pisang

    2. Bidang Kegiatan : PKMP3. Ketua Pelaksana Kegiatan :

    a. Nama Lengkap : Umar Hafidz Asy'ari Hasbullah b. NIM / NRP : H 0604052 c. Jurusan : Teknologi Hasil Pertanian d. Universitas/Institut /

    Politeknik : Universitas Sebelas Maret

    Surakartae. Alamat Rumah /Telp/Fax : Jl. Teratai 54 Boyolali 67316/

    HP. 085628409194. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 2 orang5. Dosen Pembimbing :

    a. Nama Lengkap dan Gelar : Godras Jati Manuhara, STPb. NIP : 132 308 804

    6. Biaya Kegiatan Total :DIKTI : Rp 6.000.000,-

    7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 6 Bulan

    Surakarta, 10 April 2007Menyetujui,

    Pembantu Dekan III Ketua Pelaksana Fakultas Pertanian

    (Ir. Sugihardjo, MS) (Umar Hafidz Asy'ari Hasbullah ) NIP. 131 474 220 NIM. H 0604052

    Pembantu Rektor III Dosen Pembimbing Universitas Sebelas Maret Surakarta

    (Drs. Totok Sarsito, S.U., M.A.) (Godras Jati Manuhara, STP ) NIP. 130 794 466 NIP. 132 308 804

  • USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

    A. JUDUL

    KARAKTERISASI BIODEGRADABLE FILM DARI PEKTIN

    KULIT PISANG DAN TEPUNG PISANG

    B. LATAR BELAKANG MASALAH

    Indonesia merupakan negara tropis dimana salah satu komoditas yang

    dimiliki ialah pisang. Pisang menjadi komoditas yang unggul terbukti

    sebelum krisis moneter, produksinya menduduki posisi kedua mengalahkan

    equador (Anonim, 2003) .Jumlah produksi yang sedemikian besarnya ini

    tentunya menuntut kita untuk aktif dalam upaya diversifikasi produk

    pengolahan pisang. Tepung pisang merupakan salah satu produk hasil

    diversifikasi pengolahan pisang. Biasanya sebagai bahan campuran

    pembuatan roti atau makanan bayi. Tepung pisang mengandung zat gizi

    antara lain protein sebesar 4,4 %, lemak; 0,18 %, karbohidrat 88,8 % dan karoten 760 ppm (Sukuh dan Supriyadi, 1995 dalam Koswara ,dkk., 2001).

    Disisi lain, bagian dari buah pisang yang biasanya menjadi limbah dan

    belum termanfaatkan yaitu kulit pisang. Kulit pisang mengandung pektin

    terutama bagian pulpnya sebesar 0,93 % dan protopektin 0,21 gr tiap 100 gr

    bahan (Loeseche, 1950 dalam Susanto dan Saneto, 1994).

    Pektin kulit pisang dan tepung pisang memiliki potensi untuk dibuat

    biodegradable film. Menurut Maftoonazad dan Ramaswamy (2004),

    biodegradable film dapat dibuat dari berbagai jenis polisakarida, salah

    satunya pektin. Menurut Liu dan Han (2004), biodegradable film dapat

    dibuat dari amilosa dan amilopektin.

    Biodegradable film mempunyai arti penting yaitu sebagai pengemas

    yang ramah lingkungan yang mampu mempertahankan mutu produk yang

    dikemasnya sehingga akan memperpanjang umur simpan produk yang

    dikemasnya. Peranan tersebut dapat terlihat dari fungsinya sebagai barrier

    terhadap transfer massa seperti oksigen, lipid, kelembaban dan zat terlarut

  • (Koswara ,dkk., 2001).

    Jika melihat dari potensi yang dimiliki pektin kulit pisang maka pektin

    tersebut bisa dikembangkan menjadi pengemas makanan dalam bentuk

    biodegradable film. Kandungan pati dalam tepung pisang cukup tinggi, yaitu

    sekitar 86,75% (Hardiman, 1982) sehingga bisa juga dimanfaatkan untuk

    membuat biodegradable film. Akan tetapi penggunaan tepung pisang dan

    pektin kulit pisang sebagai bahan pembuatan biodegradable film belum

    banyak diteliti sehingga penelitian ini diperlukan.

    Film yang terbuat dari amilosa mempunyai sifat larut dalam air, layak

    dimakan dan kuat. Makanan bisa dilapisi dengan film dari amilosa untuk

    meningkatkan kemampuan menyimpan air dan mengurangi kelengketan pada

    permukaan buah yang dikeringkan. Menurut Ning (2000), biodegradable

    film dari pektin akan memiliki pengaruh yang baik pada tingkat pemanjangan

    film. Menurut Liu, dkk (2003), biodegradable film dari pektin mempunyai

    kelebihan dalam hal kuat regang putus, pemanjangan, puncture resistance,

    warna, modulus young, tear resistance, turbiditas dan thickness.

    C. PERUMUSAN MASALAH

    Pada saat ini, pencemaran lingkungan menjadi masalah yang tengah

    gencar untuk dicari penyelesaiannya. Penggunaan pengemas makanan yang

    bersifat undegradable yaitu pengemas makanan yang sulit untuk diurai

    secara alami seperti plastik menjadi masalah bagi pencemaran lingkungan

    dan meninggalkan residu dalam bahan makanan tersebut. Melihat masalah

    itu maka telah dikembangkan pembuatan pengemas makanan yang bersifat

    degradable yaitu dapat diurai secara alami sehingga ramah lingkungan.

    Pengemas makanan itu berupa biodegradable film.

    Berkaitan dengan potensi dari tepung pisang dan pektin kulit pisang

    sebagai biodegradable film untuk mengemas produk pangan, terdapat

    beberapa permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini. Tepung pisang

    yang dipilih dalam pembuatan biodegradable ini ialah yang mempunyai

    kandungan amilosa tertinggi dari berbagai varietas pisang yang tumbuh di

  • Pulau Jawa, karena amilosa akan membuat performa biodegradable film

    menjadi lebih baik dibandingkan amilopektin (Liu dan Han, 2004).

    Selain itu dari berbagai varietas pisang di jawa (khususnya), belum

    diketahui dari varietas pisang yang mana yang memiliki kandungan pektin

    terbesar dalam kulit buah pisangnya. Sehingga perlu diteliti varietas pisang

    yang mempunyai kandungan pektin terbesar. Pektin tersebut yang nantinya

    akan dibuat biodegradable film.

    Pembuatan biodegradable film dilakukan dengan tepung pisang dan

    berbagai variasi komposisi pektin kulit pisang, untuk mengetahui karakter

    dari tiap komposisi tersebut. Biodegradable dengan WVP terendah

    (kemampuan menghambat transmisi uap air terendah) dipilih untuk

    digunakan dalam tahap aplikasi pengemasan buah. Karakter biodegradable

    film yang perlu diketahui antara lain, karakter pemanjangan film (elongansi),

    kuat regang putus (tensile streng), kelarutan film, permeabilitas uap air film

    dan ketebalan film. Oleh karena itu perlu diketahui komposisi tepung pisang

    dan pektin kulit pisang yang menghasilkan karakter paling baik untuk

    diaplikasikan dalam pengemasan produk makanan.

    Jika biodegradable film yang mempunyai kemampuan menghambat

    transmisi uap air terendah telah diketahui, maka pengaplikasiannya sebagai

    pengemas buah anggur hijau dibandingkan nilai persentase susut buah antara

    pektin hasil isolasi kulit pisang, pektin komersial, Plastik Saran dan tanpa

    pengemas (kontrol).

    D. TUJUAN PROGRAM

    Tujuan dari penelitian ini antara lain:

    1. Menentukan varietas pisang yang memiliki kandungan pektin terbesar

    pada kulit buah pisang .

    2. Mengetahui karakteristik biodegradable film yang dihasilkan pada tepung

    pisang dan berbagai variasi komposisi pektin kulit pisang.

    3. Mengetahui sifat penghambatan yang memiliki permeabilitas uap air yang

    paling rendah terhadap persentase susut berat buah anggur yang

  • dikemasnya.

    E. LUARAN YANG DIHARAPKAN

    Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

    1. Biodegradable Film dari pektin kulit pisang dan tepung pisang dengan

    karakteristik terbaik.

    2. Artikel.

    3. Paten.

    F. KEGUNAAN PROGRAMKegunaan dari program penelitian ini antara lain :

    1. Dapat diketahui kandungan pektin pisang dari

    berbagai varietas.

    2. Dapat diketahui karakteristik biodegradable film dari

    tepung pisang dan pektin kulit pisang

    3. Membantu mengurangi pencemaran lingkungan

    akibat penggunaan kemasan yang bersifat

    undegradable.

    4. Mengembangkan pemakaian pengemas

    biodegradable film pada bahan makanan untuk

    mempertahankan mutu produk selama penyimpanan.

    G. TINJAUAN PUSTAKA

    1. Pisang

    Pisang (Musa sp.) merupakan salah satu jenis buah yang banyak

    terdapat di Indonesia yang mana merupakan buah paling banyak

    diproduksi sekaligus dikonsumsi masyarakat. Di Indonesia luas lahan

    kebun pisang yang ada sampai pada tahun 2001 seluas 76.923 ha dengan

    produksi sebesar 4.300.422 ton (Deptan, 2007). Peningkatan produksi

    pisang mengakibatkan adanya kelebihan pisang, terutama didaerah

  • penghasil pisang tersebut. Jika tertunda penggunaannya maupun tidak

    semua pisang dapat dipasarkan maupun dikonsumsi, maka akan menjadi

    lewat masak dan membusuk sehingga tidak dapat dimakan. Hal ini

    menyebabkan banyak pisang dijual dengan harga yang rendah, bahkan

    dapat terbuang percuma (Susanto dan Saneto, 1994).

    Keadaan ini memerlukan adanya suatu kombinasi antara penanganan

    dan pemasaran pisang segar dan pengolahan pisang menjadi barbagai

    produk olahan baik produk jadi yang siap konsumsi maupun produk

    setengah jadi yang menjadi bahan baku untuk pengolahan pangan yang

    lain. Produk setengah jadi yang berprospek adalah tepung pisang (Susanto

    dan Saneto, 1994).

    Tabel 1. Jumlah Eksport Pisang Segar IndonesiaTahun Volume (Kg) Nilai FOB (US $) Negara Tujuan1997 71. 028. 028 13. 224.251 Jerman

    Saudi ArabiaTurki

    1998 77. 472. 684 14.073.6701999 76. 086. 832 11.102.4822000 2. 106. 654 412.8052001 262.873 49.8392002 512.569 979.729

    Sumber: Anonim (2003)

    Tabel 2. Jumlah Eksport Pisang KeringTahun Volume (Kg) Nilai FOB (US $) Negara Tujuan1997 106.449 37.884 Hongkong, Cina

    ThailandSingapuraMalaysiaBelandaSaudi Arabia, PerancisItaly

    1998 0 01999 48.769 71.7312000 115.939 120.6652001 30.842 37.8492002 73.229 98.845

    Sumber: Anonim (2003)

  • a. Pisang Ambon

    Pisang memiliki banyak varietas. Diantaranya adalah varietas Pisang

    Ambon. Pisang Ambon ini juga masih dibagi menjadi dua jenis yaitu

    Pisang Ambon Lumut dan Pisang Ambon Putih. Pisang Ambon Lumut

    cukup luas daerah penanamannya. Di Malaysia pisang ini disebut Pisang

    Masak Hijau, di Filipina disebut Bungulan dan Klui Homkhieo di

    Thailand. Meski sudah matang, kilit buahnya tetap berwarna hijau dan

    menjadi agak kekuningan dengan bercak bercak coklat bila sudah

    sangat matang. Kulit buah ini lebih tebal daripada Ambon Putih. Warna

    daging buahnya kuning agak putih. Rasanya lebih manis dengan aroma

    kuat. Jumlah sisir per tandan sekitar 7-12 sisir. Berat tandan rata-rata

    15-18 kg dan setiap sisir berisi 20 buah. Pisang ini dipetik pada umur 157

    hari setelah berbunga.

    Sedangkan untuk Pisang Ambon Putih, pisang ini dikenal di Filipina

    dengan nama Pisang Ambon, sementara di Malaysia disebut Pisang

    Embun dan Kluai Bomdokmai di Thailand. Ukuran buahnya lebih besar

    daripada Ambon Lumut. Kulit buahnya yang matang berwarna kuning

    keputih-putihan dengan daging buah berwarna putih kekuningan. Rasa

    daging buahnya manis sedikit masam dengan aroma harum. Disamping

    sebagai buah meja, Pisang Ambon Putih juga diberikan sebagai makanan

    untuk pemula bayi. Satu tandan berisi 10-14 sisir, beratnya 15-25 kg.

    Setiap sisir berisi 14-24 buah. Ambon Putih dipanen 163 hari setelah

    berbunga. Suhu penyimpanan optimum 14C. Daya simpan 14-17 hari

    (Ria, 1996).

    b. Pisang Kepok

    Pisang Kepok di Malaysia disebut Pisang Nipah. Ada dua jenis

    kepok yang terkenal, yaitu Kepok Putih dan Kepok Kuning. Keduanya

    berbeda warna daging buahnya. Kulit buahnya sangat tebal dan berwarna

    kuning bila matang. Rasa pisang Kepok Kuning lebih enak dibandingkan

    Kepok Putih, karena lebih disukai. Pisang ini tidak memiliki aroma

    harum. Satu tandan berisi 10-16 sisir dengan berat14-22 kg dan setiap

  • sisir terdapat 20 buah. Pisang Kepok dipanen pada umur 167 hari setelah

    berbunga. Suhu penyimpanan optimum 10 C. Buah ini tahan disimpan

    selama 35 hari (Ria, 1996).

    c. Pisang Raja

    Sedangkan Pisang Raja mempunyai ciri sebagai berikut. Tinggi batang

    sekitar 2,0-2,6 meter, kecil fan langsing. Panjang tandan 40-50 cm dengan

    berat 6-25 kg. Setiap tandan terdiri dari 6-8 sisiran dan setiap sisir berisi

    11-14 buah. Daging buah putih kekuningan, berasa manis, bau harum khas

    dan kenyal berpati. Kulit buah tipis dengan warna merah tua. Umur panen

    1,8-2,1 bulan (Anonim. 2005)

    d. Pisang Tanduk

    Pisang tanduk berasal dari Sukabumi, Jawa Barat. Keistimeaan

    pisang ini ialah bentuk buahnya yang besar panjang dan melengkung

    seperti tanduk. Panjangnya dapat mencapai 35 cm. Pisang ini tidak seperti

    jenis lainnya, produksi buahnya sangat sedikit. Satu pohon hanya

    menghasilkan tiga sisir, rata-rata tiap sisirnya terdiri dari 10 buah. Berat

    per buah mencapai sekitar 300 g. Kulit buah tebal berwarna kuning

    kemerahan berbintik cokelat. Daging buah berwarna merah kekuningan,

    rasanya manis sedikit asam, dan aromanya kuat. . Pisang dimanfaatkan

    baik dalam keadaan mentah, maupun dimasak, atau diolah menurut cara-

    cara tertentu. Pisang dapat diproses menjadi tepung, kripik, 'puree', bir

    (Afrika), cuka, atau didehidrasi. Panen Buah pisang dipanen ketika masih

    mentah. Tingkat kematangan diperkirakan dari adanya siku-siku pada

    individu buah; buah yang penampang melintangnya lebih bulat berarti

    lebih matang. Sewaktu berat buah meningkat dengan cepat sejalan dengan

    menghilangnya siku-siku pada buah, buah pisang juga menjadi lebih

    rentan terhadap kerusakan selama pengangkutan, dan buah itu tidak dapat

    bertahan lama, karenanya harus dipetik lebih awal. Daya simpan pisang

    mentah berkisar antara 21-30 hari pada suhu 13-15 C. Kalsium karbida

    (CaC2) atau larutan etefon dapat digunakan untuk mematangkan buah tua-

    mentah. Pada perlakuan kalsium karbida, buah pisang dikenai bahan ini

  • selama 24-36 jam dalam sebuah wadah tertutup, sedangkan pada

    perlakuan etefon, pencelupan selama 5 menit sudah cukup efektif. Pada

    pengusahaan secara komersial besar-besaran digunakan gas etilena. Pisang

    diperlakukan selama 24 jam dalam kamar tertutup yang berisi etilena dan

    suhunya dipertahankan 14-18 C. Setiap 24 jam sekali kamar dibuka untuk

    ventilasi sampai buah-buah pisang itu mencapai warna yang disenangi

    konsumen (Anonim, 2007).

    2. Tepung Pisang

    Tepung Pisang adalah salah satu cara pengawetan pisang dalam

    bentuk olahan yang mana cara pembuatannya relatif murah, sehingga

    dapat diterapkan di daerah perkotaan maupun pedesan (Anonim, 2007).

    Bentuk lain yang belum diolah menjadi tepung pisang adalah gaplek

    pisang. Selain dapat diolah menjadi tepung pisang, gaplek pisang dapat

    dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat.

    Menurut Koswara, dkk (2001), umumnya semua pisang dapat diolah

    menjadi tepung pisang. Pisang yang digunakan ialah pisang tua tapi masih

    mentah atau tingkat ketuaannya cukup. Pada berbagai jenis varietas pisang

    dihasilkan tepung pisang yang mempunyai sifat berbeda-beda. Pisang

    kepok merupakan varietas paling baik untuk dibuat tepung pisang. Tepung

    yang dihasilkan mempunyai kelebihan yaitu warnanya lebih putih

    dibandingkan tepung dari varietas yang lain. Namun aroma dari tepung

    pisang ini kurang kuat. Sifat fisik dan kandungan kimia tepung pisang dari

    berbagai varietas pisang dapat dilihat pada tabel 1. Sedangkan

    perbandingan komposisi kimia pisang segar, tepung pisang, beras dan

    kentang dapat dilihat pada tabel 2.

    Tabel 1 Sifat fisik dan kandungan kimia tepung pisang dari berbagai varietas pisang

    Varietas Warna Kadar Air (%)Kadar Asam

    (%)Kadar

    Karbohidrat (%)Kepok Putih 6.08 1.85 76.47Nangka Putih coklat 6.09 0.85 79.84Ambon Putih abu-abu 6.26 1.04 78.99Raja Putih coklat 6.24 0.84 76.47

  • BuluKetan Putih abu-abu 6.24 0.78 75.33Lampung Putih 8.39 0.49 70.10Siam Kuning coklat 7.62 1.00 77.13

    Sumber : Murtiningsih dan Imam Muhajir (1988) dalam Koswara, dkk (2001).

    Tabel 2. Perbandingan komposisi kimia pisang segar, tepung pisang, beras dan kentang

    Komposisi Kimia Pisang Segar Tepung Pisang Beras Kentang

    Air (%) 70 3 12 78Karbohidrat (%) 27 88,6 80,2 19Serat Kasar (%) 0,5 2 0,3 0,4Protein (%) 1,2 4,4 6,7 2Lemak (%) 0,3 0,8 4 0,1Abu (%) 0,9 3,2 0,4 1- Kroten (ppm) 2,4 760 - 13Kalori (kkal/100g) 104 340 363 82

    Sumber: Suyanti Sutuhu dan Ahmad Supriyadi (1995) dalam Koswara, dkk (2001)

    Berdasarkan analisa kadar zat tak larut alkohol tepung pisang oleh

    Hardiman (1982), maka kandungan pati terbesar pada pisang kepok dan

    pisang Kidang dibandingkan Pisang Gabu, Pisang Susu dan Pisang Raja.

    Dimana persentase kadar zat tak larut alkohol 86,75% untuk Pisang Kepok

    dan 85,30% untuk Pisang Kidang. Kadar zat tak larut alkohol pada tepung

    pisang menunjukan secara kasar banyaknya pektin yang terapat di dalam

    tepung pisang (Hardiman. 1982).

    3. Pati

    Pati tersusun atas jenis molekul polisakarida, yang satu linier

    (amilosa) dan yang lain bercabang (amilopektin). Pada pati alami, kedua

    molekul ini disatukan berdekatan dalam granula pati mikroskopik. Granula

    biasanya mengandung amilosa sekitar 15-30% dari keseluruhan granula

    tersebut (Fennema, 1976).

    Amilosa merupakan suatu polimer lurus yang tersusun hampir

    seluruhnya dari D-glukopiranosa yang disambung dengan ikatan -1,4.

  • Bila dalam bentuk pilinan, maka amilosa dapat membentuk kompleks

    chlatrate dengan asam bebas, komponen asam lemak gliserida, beberapa

    alkohol, dan iodin karena sebagian dalam dari pilinan tersebut bersifat

    hidrofobik. Sedangkan amilopektin tersusun atas segmen-segmen glukosa

    yang berikatan -1,4 dan bagian-bagian tersebut dihubungkan oleh titik-

    titik percabangan -1,6 (Thomas dan Atwell, 1999).

    Menurut Winarno (1992), amilopektin dan amilosa sebagai fraksi

    dalam pati dapat dipisahkan berdasarkan kelarutannya dalam air panas.

    Amilosa merupakan fraksi terlarut dalam air panas, sedangkan amilopektin

    merupakan fraksi tidak terlarut.

    Granula pati dapat mengalami perubahan bila dipanaskan dengan air.

    Salah satu perubahan tersebut adalah gelatinisasi. Gelatinisasi pati adalah

    runtuhnya susunan molekuler dalam granula pati yang ditunjukkan dengan

    perubahan yang bersifat irreversibel dalam hal ini seperti pembengkakan

    granuler serta pelarutan pati. Polimer-polimer pati yang telah terlarutkan

    dan bagian granula yang tidak larut memiliki kecenderungan untuk

    bergabung kembali setelah pemanasan yang disebut dengan retrogradasi.

    Retrogadasi memungkinkan rantai-rantai pati membentuk menjadi bagian

    yang lebih teratur (kristalin) secara meluas. Dalam hal ini, struktur lurus

    amilosa memiliki kecenderungan yang lebih besar daripada struktur

    bercabang amilopektin untuk mengalami retrograsi dan membentuk ikatan

    hidrogen (Thomas dan Atwell, 1999).

    4. Pektin

    Substansi pektin merupakan suatu kelompok dari turunan karbohidrat

    koloidal dan kompleks yang terdapat dalam tanaman dan mengandung

    sebagian besar unit asam anhidrogalakturonat yang ada dalam kombinasi

    seperti rantai (Santoso dan Gardjito, 1999). Menurut Loeseche (1950)

    dalam Susanto dan Saneto (1994) di dalam kulit pisang terdapat kurang

    lebih 1,14% pektin.

    Dalam Winarno (2002), senyawa pektin dikelompokkan menjadi tiga

    yaitu asam pektat, asam pektinat (pektin) dan protopektin. Asam pektat

  • terdapat dalam jaringan tanaman sebagai garam kalsium dan magnesium.

    Asam pektat merupakan asam galakturonat yang gugus karboksi dalam

    ikatan polimernya tidak teresterifikasi. Asam pektinat (pektin) merupakan

    asam galakturonat yang terdapat estermetil dalam beberapa gugus

    karboksil di sepanjang rantai polimernya. Pektin merupakan pektinat yang

    mengandung metil ester lebih dari 50% dari seluruh karboksil. Pektin

    dengan metoksi rendah dapat membentuk gel dengan ion-ion bervalensi

    dua. Protopektin merupakan senyawa pektin yang tidak larut air dan

    terdapat dalam jaringan tanaman yang muda. Protopektin dapat diubah

    menjadi pektin dengan adanya asam dan suhu yang panas.

    a . Sifat Sifat Pektin

    Dalam Santoso dan Gardjito (1999), disebutkan bahwa sifat pektin

    antara lain larut dalam air, formamida, dimetil sulfoksida, dimetil

    formamida dan gliserol hangat. Viskositas larutan yang terbentuk jika

    dilarutkan dalam air tergantung berat molekul dan derajat esterifikasi,

    pH dan konsentrasi. Asam pektat dan asam asam pektinat dengan

    esterifikasi yang sangat rendah hanya hanya larut setelah netralisasi

    (sebagian). Pektin-pektin atau pektat-pektat dapat dipresipitasi dengan

    solven-solven organik yang tak bercampur (miscible) dengan air,

    dengan detergent- detergent guaternary, dengan polimer-polimer baik

    yang larut air, dengan protein-protein, dengan kation-kation polivalen.

    Koagulasi kation mengikuti hukum Hofmeister dan Schulze- Hardy.

    Pektase juga dipresipitasi dengan kation monovalen (termasuk ion H).

    Gugus asetil menurunkan sensitivitas kalsium tetapi pengaturan blok

    dari asam dan gugus ester serta amidasi menjadikan paktin lebih

    sensitif. Gel yang terbentuk oleh asam pektat, seperti halnya gel dari

    asam alginat, tergantung adanya kalsium. Hal ini terkait dengan ion-

    ion kalsium melalui ikatan ionik. Hubungan antara rantai polimer

    diperkuat oleh interasi antara gugus hidroksil dengan ion kalsium atau

    melalui ikatan hidrogen.

    b Sifat Gel Pektin

  • Menurut Winarno (2002) berdasarkan suhu pembentukan gelnya.

    pektin dibagi menjadi rapid set yaitu pektin dengan suhu pembentukan

    gel 88 C, dan slau set yaitu pektin yang membentuk gel pada suhu 54

    C dan berderajat metilisasi 60. Pembentukan gel dari pektin dengan

    derajat metilasi tinggi dipengaruhi oleh derajat metilasi, konsentrasi

    pektin dan pH. Maka besar konsentrasi pektin, makin keras gel yang

    terbentuk. Konsentarsi 1% akan menghasilkan kekerasan yang cukup

    baik. Semakin rendah pH maka sifat gel semakin keras dan jumlah

    pektin yang diperlukan semakin sedikit. Sinersis (keluarnya air dalam

    gel ) akan terjadi jika pH terlalu rendah. Gel akan pecah jika pH terlalu

    tinggi, pH yang paling baik berkisar 3,1-3,2. Pektin dengan metil

    kurang dari 7% dapat membentuk gel bila ada logam bivalen. Ion

    bivalen dapat bereaksi dengan gugus karboksil dari dua molekul asam

    pektat dan membentuk jembatan. Pada pembentukan gel ini, tidak

    diperlukan gula dan tekstur yang terbentuk kurang keras.

    c Ekstraksi dan Kadar Pektin Kulit Pisang

    Menurut Susanto dan Saneto (1994) pektin dari kulit pisang dapat

    diekstrak dengan metode Towle dan Christense (1973). Menurut Abi,

    dkk. (2001), dalam ekstraksi pektin kulit pisang, kenaikan pH

    menyebabkan penurunan rendemen pektin, penurunan kadar abu,

    peningkatan kandungan metoksi dan peningkatan kejernihan jeli.

    Semakin lama waktu ekstraksi maka semakin meningkat rendemen

    pektin, kadar abu dan kejernihan jeli. Jenis pisang mempengaruhi

    rendemen pektin, kadar metoksi dan kadar asam poligalakturonat.

    Perlakuan pH 2, dengan waktu ekstraksi 1,5 atau 2 jam pada proses

    ekstraksi pektin kulit pisang ambon dan kepok menghasilkan

    rendemen pektin tertinggi dengan konsentrasi dan kejernihan jeli yang

    baik serta rasa jeli yang disukai panelis. Pektin kulit pisang tergolong

    bermetoksi rendah (kadar metoksi dibawah 7%), kadar asam

    poligalakturonat berkisar dari 53 sampai 64 % dan sangat baik untuk

    bahan pembentuk gel pada proses pembuatan jeli.

  • Dalam Apriyantono, dkk (1989), substansi pektin dapat diketahui

    kadarnya dalam suatu bahan pangan dengan metode kolorimetrik Mc

    Cready dan Mc Comb (1952) yang telah dimodifikasi oleh

    Blomenkrantsntz dan Arboc-Hansen (1873) yang didasarkan reaksi

    antara O-hidroksi difenil dengan anhidrogalaktoronat yang

    menghasilkan warna yang dapat diukur pada panjang gelombang 520

    nm. Selain itu juga dapat digunakan metode gravimetrik dimana pektin

    yang telah diekstrak dari bahan nabati disaponifikasi dengan alkali dan

    diendapkan sebagai kalsium pektat dengan penambahan kalsium

    klorida dan suasana asam. Endapan kalsium paktat dicuci sampai

    bebas klorida, dikeringkan kemudian ditimbang.

    5. Biodegradable Film

    Biodegradable film adalah suatu bahan dalam kondisi tertentu, waktu

    tertentu mengalami perubahan struktur kimianya, yang mempengaruhi

    sifat-sifat yang dimilikinya oleh pengaruh mikroorganisme (bakteri jamur,

    algae).

    Biodegradable film dibuat dari komponen polisakarida, lipid dan

    protein. Biodegradable film yang terbuat dari hidroloid menjadi barrier

    yang baik terhadap transfer oksigen, karbohidrat dan lipid. Pada umumnya

    sifat dari hidrokoloid sangat baik sehingga potensial untuk dijadikan

    pengemas. Sifat film hidrokoloid umumnya mudah larut dalam air

    sehingga menguntungkan dalam pemakaiannya. Penggunaan lipid

    sebagian bahan pembuat film secara sendiri sangat terbatas karena sifat

    yang tidak larut dari film yang dihasilkan. Hidrokoloid termasuk dalam

    protein dan polisakarida. Selulosa dan turunannya merupakan sumber daya

    organik yang memiliki sifat mekanik yang baik untuk pembuatan film

    yang sangat efisien sebagai barrier terhadap oksigen dan hidrokarbon dan

    bersifat barrier terhadap uap air, dapat digunakan dengan penambahan

    lipid (Koswara, dkk, 2002).

    a. Bahan Pembuatan Biodegradable Film

    Asam palmitat merupakan salah satu asam lemak jenuh yang

  • banyak terdapat di alam berasal dari sumber nabati dan hewani. Secara

    kimia tidak mempunyai ikatan rangkap sehingga titik leburnya rendah

    (Winarno, 1992).

    Asam palmitat banyak terdapat pada minyak ikan (10-30 %), susu

    dan lemak hewani (sampai 30%) dan lemak nabati (5-10%). Asam

    palmitat memiliki titik leleh 62,9C dan titik didih 67C. Asam lemak

    palmitat sebagai asam lemak memiliki kelarutan yang lebih baik

    dibandingkan bila dalam bentuk gliserida. Menurut Gustone (1997),

    semakin panjang rantai karbon asam lemak, kelarutan dalam air akan

    semakin sedikit. Menurut Winarno (1992), asam palmitat (asam heksa-

    dekanoat) memiliki 16 atom karbon, asam lemak dengan atom karbon

    lebih dari 12 tidak larut dalam air dingin maupun air panas. Sedangkan

    penambahan asam palmitat dan asam stearat menurut Lai, dkk (1997),

    mampu meningkatkan pemanjangan dan kekuatan peregangan film. Saat

    mencapai titik kritisnya penambahan asam lemak tersebut akan

    menurunkan perpanjangan dan kekuatan peregangan filmnya.

    Menurut Syarief, dkk (1989), untuk memperbaiki sifat plastik

    maka ditambahkan berbagai jenis tambahan atau aditif. Bahan tambahan

    ini sengaja ditambahkan dan berupa komponen bukan plastik yang

    diantaranya berfungsi sebagai plastisizer, penstabil panas, pewarna,

    penyerap UV dan lain-lain. Bahan itu dapat berupa senyawa organik

    maupun anorganik yang biasanya mempunyai berat molekul rendah.

    Plastisizer merupakan bahan tambahan yang diberikan pada waktu

    proses agar plastik lebih halus dan luwes. Fungsnya untuk memisahkan

    bagian-bagian dari rantai molekul yang panjang.

    Gliserol adalah senyawa golongan alkohol polihidrat dengan 3

    buah gugus hidroksil dalam satu molekul (alkohol trivalent). Rumus

    kimia gliserol adalah C3H8O3. BM Gliserol adalah 92,1 dan titik

    didihnya 209C (Winarno, 1992). Gliserol memiliki sifat mudah larut

    dalam air, meningkatkan viskositas larutan, mengikat air, dan

  • menurunkan Aw (Fennema, 1985).

    Gliserol efektif digunakan sebagai plastisizer pada film hidrofilik,

    seperti pektin, pati, gelatin, dan modifikasi pati, maupun pembuatan

    edible film berbasis protein gliserol merupakan suatu molekul hidrofilik

    yang relatif kecil dan mudah disisipkan diantara rantai protein dan

    membentuk ikatan hidrogen yang gugus amida dan protein gluten. Hal

    ini berakibat pada penurunan interaksi langsung dan kedekatan antar

    rantai protein. Selain itu, laju transmisi uap air yang melewati film

    gluten yang dilaporkan meningkat seiring dengan peningkatan kadar

    gliserol dalam film akibat dari penurunan kerapatan jenis protein

    (Gontard, 1993).

    b. Sifat Fisik Biodegradable Film

    Sifat fisik film meliputi sifat mekanik dan penghambatan. Sifat

    mekanik menunjukkan kekuatan film menahan kerusakan bahan selama

    pengolahan., sedangkan sifat penghambatan menunjukkan kemampuan

    film melindungi produk yang dikemas dengan menggunakan film

    tersebut. Beberapa sifat film meliputi kekuatan renggang putus,

    ketebalan, pemanjangan, laju transmisi uap air, dan kelarutan film

    (Gontard, 1993).

    Permeabilitas atau laju keluar masuknya gas umumnya melalui dua

    cara yaitu:

    a. Melalui pori-pori film atau pori-pori

    mikroskopik, disebut juga difusi pasif seperti

    pada laminasi film, kertas dan karet.

    b. Permeabilitas sejati, disebut pula difusi aktif,

    umumnya terjadi pada film organik, misal

    celopan. Gas akan bergerak dari sisi yang satu

    ke sisi yang lainnya melalui proses peleburan

    terlebih dahulu pada media antara, lalu

    dengan perbedaan tekanan, gas akan mengalir

    dan mengalami evaporasi ke sisi yang

  • berlawanan.

    Laju transmisi uap air merupakan jumlah uap air yang hilang per

    satuan waktu dibagi dengan luas area film. Oleh karena itu salah satu

    fungsi biodegradable film adalah untuk menahan migrasi uap air maka

    permeabilitasnya terhadap uap air harus serendah mungkin

    (Gontard, 1993).

    Permeabilitas uap air atau gas dari luar ke dalam kemasan

    mengikuti beberapa asumsi, yaitu:

    Transfer atau perpindahan kadar air

    memungkinkan kebaikan atau

    penurunan berat.

    Laju permeabilitas sebanding

    dengan perbedaan tekanan di luar

    dan di dalam kemasan.

    Laju permeabilitas terbalik dengan

    daya resistensi atau kecepatan

    menahan panas dari kemasan

    Faktor-faktor yang mempengaruhi konstanta permeabilitas

    kemasan adalah :

    a. Jenis film permeabilitas dari

    polipropilen lebih kecil dari

    pada polietilen artinya gas atau

    uap air lebih mudah menembus

    polipropilen daripada

    polietilen.

    b. Ada tidaknya cross linking

    misalnya pada konstanta

    c. Suhu

    d. Ada tidaknya plasticizer misal

  • air

    e. Jenis polimer film.

    f. Sifat dan besar molekul gas.

    g. Solubilitas atau kelarutan gas

    (Syarief, dkk., 1989).

    Persen kelarutan edible film adalah persen berat kering dari film

    yang terlarut setelah dicelupkan di dalam air selam 24 jam (Gontard,

    1993).

    Menurut Krochta dan De Mulder Johnston (1997), kekuatan regang

    putus merupakan tarikan maksimum yang dapat dicapai sampai film

    dapat tetap bertahan sebelum film putus atau robek. Pengukuran

    kekuatan regang putus berguna untuk mengetahui besarnya gaya yang

    dicapai untuk mencapai tarikan maksimum pada setiap satuan luas area

    film untuk merenggang atau memanjang.

    Menurut hasil penelitian Ning (2000), perlakuan tanpa

    penambahan asam palmitat dan perlakuan penambahan asam palmitat

    sebesar 1% dan 2%, pada pembuatan film dari pektin komersial tidak

    memberikan perbedaan yang nyata dalam parameter tensile strength.

    Namun penambahan asam palmitat sebesar 3% dapat menghasilkan film

    pektin dengan nilai tensile trength yang berbeda nyata dan lebih besar

    daripada nilai tensile strength film pektin tanpa asam palmitat. Selain

    itu, pada komersial sorbitol yang sama, penambahan pektin dengan

    konsentrasi 2 dan 3 % memberikan pengaruh yang nyata terhadap

    perbedaan nilai tensile strength film pektin. Pemanjangan didefinisikan

    sebagai prosentase perubahan panjang film pada saat film ditarik sampai

    putus. (Krochta dan Mulder Johnston, 1997).

    Menurut Ning (2000) yang telah membuat edible film dari pektin

    komersial dengan variasi konsentrasi pektin 1, 2, dan 3% terdapat

    pengaruh konsentrasi pektin yang nyata terhadap pemanjangan edible

    film.

    c. Perubahan Fisiologis Buah Anggur Selama

  • Penyimpanan

    Anggur merupakan tanaman merambat uang digolongkan dalam

    famili Vitaceae, genus vitis dan spesies vitis sp. Jenis anggur yang

    banyak dikembangkan di Indonesia terdiri dari 3 jenis yaitu Vitis

    Vinifera, Vitis Labrusca dan Vitis Rotundu folia. Sedangkan

    permasalahan dari buah anggur segar adalah buah non klimaterik yang

    kecepatan fisiologisnya rendah. Daya kehilangan air pada buah anggur

    tinggi, hal tersebut dapat menyebabkan browning dan tangkai kering,

    pecah, layu serta pengkerutan buah. Efek lain adalah memungkinnya

    terinfeksi jamur Botrytis (Gray mold). Selain itu teknik penanganan

    yang kasar juga dapat menyebabkan hilangnya lapisan lilin alami buah

    sehingga dapat memperpendek umur simpan buah.

    Kerusakan fisiologis dapat diperlambat dengan cara menghambat

    proses respirasi. Proses respirasi ini dapat dihambat dengan membatasi

    buah tersebut untuk kontak dengan oksigen. Buah anggur yang baru

    dipetik sel-selnya masih hidup, masih melakukan proses metabolisme

    baik anabolisme maupun katabolisme. Respirasi dapat tetap berlangsung

    sebagaimana halnya buah tersebut masih melekat pada pohon induknya,

    hanya bedanya pada buah yang telah dipetik, hilangnya air transpirasi

    tidak dapat diganti dengan dengan cara mengambil air dari tanah.

    Apabila transpirasi tetap berlangsung, maka buah anggur menjadi

    keriput. Metabolisme, terutama respirasi memerlukan oksigen dari luar

    dan akan terjadi perubahan-perubahan pada buah. Senyawa kompleks

    akan dipecah menjadi senyawa yang lebih sederhana. Akibatnya buah

    akan rusak (Anonim, 2004).

    Film kemasan yang cocok untuk penyimpanan buah-buahan dan

    sayuran terutama untuk pembentukan atmosfer di dalam kemasan adalah

    film yang lebih permeable terhadap O2 daripada terhadap CO2. Film-film

    yang tersedia di pasaran lebih permeable terhadap CO2 daripada O2.

    Dalam kemasan yang rapat senyawa O2 bebas dalam waktu singkat akan

  • terpakai habis. Penggunaan kemasan film dalam penyimpanan udara

    termodifikasi yang menguntungkan melalui respirasi produk yang

    dikemas, terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan. Di antaranya

    adalah suhu, kelembaban dan waktu selama produk berada dalam

    kemasan. Jenis dan berat produk yang akan dikemas juga faktor yang

    tidak boleh diabaikan (Syarief dan Hariyadi, 1993)

    H. METODE PENELITIAN

    1. Bahan Penelitian

    Bahan utama dalam penelitian ini ialah pisang (Musa Spientum).

    Varietas pisang yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Pisang

    Ambon, Pisang Tanduk, Pisang Raja dan Pisang Kepok. Dalam

    pembuatan tepung pisang dipilih pisang yang tua tapi belum matang

    sedangkan ekstraksi pektin dipilih kulit pisang dari pisang yang telah

    matang. Bahan-bahan tersebut dapat diperoleh di pasar tradisional di

    Surakarta seperti di Pasar Gede dan Pasar Kliwon Surakarta.

    Bahan yang digunakan untuk ekstraksi pektin dengan metode

    Towle dan Christense (1973) antara lain aquades, HCl 1 %; HCl 5 %; HCl

    3,5 %,; alkohol 96 %; alkohol 40 %; alkohol 95 %; arang aktif dan kertas

    saring. Bahan yang digunakan untuk pembuatan biodegradable film antara

    lain aquades, gliserol sebagai plastisizer dan asam palmitat. Bahan yang

    digunakan untuk analisa biodegradable film adalah aquades, larutan garam

    40 %, anggur hijau dan silica gel. Bahan untuk analisa proximat adalah

    anti foam agent, kristal NaOH, CuSO4, Na-K-tartrat, pereaksi folin

    ciocalteau, BSA, TCA, K2SO4 10%, H2SO4 pekat, batu didih, Na2CO3,

    petroleum ether (PE). Sedangkan bahan untuk untuk analisa amilosa

    adalah amilosa murni, etanol 95%, NaOH 1N, asam asetat 1 N, dan iod.

    2. Alat Penelitian

    Alat yang digunakan untuk membuat tepung pisang ialah oven,

    panci, pisau, kabinet dryer/ pengering kabinet, mesin penepung, ayakan

  • Pisang (Tua tapi belum masak)Pemanasan awal, 900C, 10-15 menit

    80 mesh. Alat yang digunakan dalam ekstraksi pektin kulit pisang ialah

    blender, baskom, gelas beker, waterbath, corong, dan oven. Alat yang

    digunakan untuk membuat biodegradable film ialah gelas beker, plat

    plastik, kompor listrik, pengaduk dan oven. Alat yang digunakan untuk

    pengujian karateristik biodegradable film ialah micrometer Mitutoyo

    (ketelitian 0,001), Lloyds Universal Testing Instrument 50 Hz model

    1000 s, Stoples plastik dan cawan WVTR. Alat yang digunakan untuk

    analisa proximat antara lain : labu lemak, alat pemanas listrik/ penangas

    uap, oven, timbangan analitik, cawan lengkap dengan tutupnya,

    desikator, penjepit cawan, cawan pengabuan, tanur pengabuan, penjepit

    cawan, penangas air, spektrofotometer, tabung reaksi, labu takar 100 ml,

    pipet 1 ml, 2 ml, dan mohr 9 ml.

    3. Tempat Penelitian

    Penelitian ini direncanakan dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa

    Proses dan Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian serta Laboratorium

    Pangan dan Gizi, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    4. Tahapan Penelitian

    a. Pembuatan Tepung Pisang

    Pisang dipanaskan pada suhu 900C selama 10-15 menit untuk

    menghindarkan pengaruh getar dan memudahkan pengupasan

    pisang tua, kemudian dikupas kulitnya. Selanjutnya diblanching

    pada suhu 900C selama 10 menit. Kemudian diiris memanjang

    dengan ketebalan 0,5-1 cm kemudian dikeringkan dengan kabinet

    dryer sampai mencapai kadar air sekitar 8%. Kemudian digiling

    dan diayak 80 mesh. Gambar 1 menunjukkan diagram alir

    pembuatan tepung pisang.

  • PengupasanBlanching 900 C, 10 menitPendinginanPengirisan (tebal 0,5- 1 cm)Pengeringan (sampai kadar air Equation.3 01050000020000000b0000004571756174696f6e2e3300000000000000000000100000d0cf11e0a1b11ae1000000000000000000000000000000003e000300feff0900060000000000000000000000010000000100000000000000001000000200000001000000feffffff0000000000000000fffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffdffffff04000000feffffff05000000feffffff06000000feffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff52006f006f007400200045006e00740072007900000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000016000500ffffffffffffffff0200000002ce020000000000c000000000000046000000000000000000000000b0fa853ed385c70103000000800400000000000001004f006c00650000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000a000201ffffffffffffffffffffffff000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000001400000000000000010043006f006d0070004f0062006a00000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000120002010100000004000000ffffffff00000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000001000000660000000000000003004f0062006a0049006e0066006f0000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000012000200ffffffffffffffffffffffff000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000030000000600000000000000feffffff02000000fefffffffeffffff05000000060000000700000008000000090000000a0000000b0000000c0000000d0000000e0000000f00000010000000fefffffffeffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff0100000208000000000000000000000000000000f10000001901000036010000540100006e0100006f01000070010000830100009d010000a7010000ac0100000100feff030a0000ffffffff02ce020000000000c000000000000046170000004d6963726f736f6674204571756174696f6e20332e30000c0000004453204571756174696f6e000b0000004571756174696f6e2e3300f439b2710000000000000000000000000000d1020000d2020000db020000dd020000f8020000f902000000000300040000001f0300004303000044030000450300005d0300005f0300008e0300008f03000092030000b8030000b9030000c1030000c2030000c6030000ffffffff030000000400000001000000ffffffff000000000000000063010000e70100000e0300000100090000038701000007001c00000000000400000003010800050000000b0200000000050000000c0246003300040000002e0118001c000000fb021000070000000000bc02000000000102022253797374656d000033000000be6a00001c23110004ee8339607808030c020000040000002d0100000400000002010100050000000902000000021c000000fb02c4ff0000000000009001000000000440001254696d6573204e657720526f6d616e0000000000000000000000000000000000040000002d010100030000001e000700000016044500320002004f006c0065005000720065007300300030003000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000180002010300000005000000ffffffff0000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000400000036030000000000004500710075006100740069006f006e0020004e00610074006900760065000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000020000200ffffffffffffffffffffffff000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000110000002c000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000ffffffffffffffffffffffff0000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000ffffffffffffffffffffffff00000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000030000001e00040000002c010000030000001e00030000001e0008000000fa0200000000000000000000040000002d01020007000000fc020000ffffff000000040000002d010300040000002e01000005000000090200000000050000000102ffffff000400000004010d001c000000fb02f7ff0000000000009001000000000740001254696d6573204e657720526f6d616e0000000000000000000000000000000000040000002d010400050000000902000000000400000002010100050000000102ffffff00040000002e0118001c000000fb02c4ff0000000000009001000000020702001053796d626f6c0000000000000000000000000000000000000000000000000000040000002d01050009000000320a3a00090001000000b1b921001c000000fb020300010000000000bc02000000000702022253797374656d0000000000000000000000000000000000000000000000000000040000002d01060004000000f0010500040000002d010200040000002d010300040000002d01010004000000f0010600040000002d010300040000002d010200040000002701ffff1c000000fb020300010000000000bc02000000000102022253797374656d0000000000009b99807c487a080390dc0903607808035ae78339040000002d01050004000000f0010400040000002701ffff040000002701ffff040000002701ffff040000002d0101000d000000320a3a00370001000400000000003200450020b91b00040000002d010000030000000000000000000000000000001c000000020040d710000000000000003c6e4900387a49000000000003010103010a010286b1000000850066000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000001050000050000000d0000004d45544146494c4550494354008401000059feffff1801000008008401a7010000010009000003880000000200120000000000050000000902000000000400000002010100050000000102ffffff00040000002e01180005000000310201000000050000000b0200000000050000000c02800160011200000026060f001a00ffffffff000010000000c0ffffffe6ffffff20010000660100000b00000026060f000c004d617468547970650000200010000000fb0280fe0000000000009001000000020002001053796d626f6c0002040000002d01000008000000320a40013a0001000000b1000a00000026060f000a00ffffffff01000000000010000000fb021000070000000000bc02000000000102022253797374656d0000040000002d01010004000000f00100000300000000008 %)PenggilinganPengayakan, 80 meshTepung Pisang

    Gambar 1. Diagram Alir Proses Pembuatan Tepung Pisang

    b. Analisa Amilosa dan

    Proximat Tepung Pisang

    Analisa yang dilakukan antara lain :

    1. Analisa protein dengan metode Lowry (Sudarmadji, dkk., 2003).

    2. Analisa lemak dengan cara kering (Sudarmadji, dkk., 2003)

    3. Analisa kadar air metode thermogravimetri (Sudarmadji, dkk.,

    2003)

    4. Analisa abu (Apriyantono, dkk., 1989)

    5. Analisa karbohidrat by difference (Winarno, 2002)

    6. Analisa kadar amilosa metode IRRI (1971) (Apriyantono, dkk.,

    1989)

  • Prosedur analisa dari tiap- tiap pengujian terlampir.

    c. Ekstraksi Pektin dari Kulit

    Pisang

    Dalam mengekstraksi pektin dari kulit pisang dari 4 varietas pisang

    mengacu pada metode Towle dan Christense (1973). Kulit pisang

    dicuci dengan aquades dan ditiriskan lalu diblender sehingga

    didapatkan bubur kulit pisang. Bubur tadi diekstraksi dengan

    aquades yang diasamkan dengan larutan HCl (1 %) sampai pH 2.

    Pemakaian pelarut dengan perbandingan 1 bagian air dan 1 bagian

    sampel. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan waterbath

    pada suhu 75 20C selama 40 menit. Campuran hasil ekstraksi

    disaring dan diperas sehingga diperoleh filtrat yaitu cairan yang

    mengandung pektin. Arang aktif yang telah dibungkus dengan

    kertas saring dimasukkan ke dalam cairan untuk mengurangi warna

    selama 30 menit. Filtrat disaring namun tanpa diperas. Pektin yang

    terdapat dalam cairan diendapkan dengan penambahan 1 bagian

    alkohol dan 1 bagian larutan pektin. Pengendapan pektin dilakukan

    selama 1 jam. Endapan yang terbentuk dipisahkan dengan

    penyaringan. Endapan pektin yang diperoleh dilakukan pencucian,

    tahap I dicuci dengan alkohol 40 % yang berisi HCl 5 % kemudian

    disaring. Tahap II, hasil penyaringan dicuci dengan alkohol 95 %

    yang mengandung HCl 3,5 % dan tahap III dengan alkohol 95 %.

    Endapan pektin yang diperoleh kemudian dikeringkan dalam oven

    pada suhu 500C; selanjutnya pektin kering dihaluskan. Gambar 2

    memperlihatkan diagram alir ekstraksi pektin kulit pisang. Dari 4

    varietas pisang ini dipilih yang menghasilkan pektin paling banyak

    untuk dibuat Biodegradable film.

    Kulit Pisang

    Blanching, 85C, 10 menit

  • Penghancuran

    Diekstrak, suhu 75 2C, 40 menit

    Penyaringan ampas

    (dengan pemerasan)

    Arang Aktif Filtrat

    Penyaringan

    Pengendapan Pektin

    Pencucian

    Pengeringan 50C

    Penghalusan

    Pektin

    Gambar 2 Diagram Alir Proses Ekstraksi Pektin Kulit Pisang

    d. Pembuatan Biodegradable film

    Dalam penelitian ini, biodegradable film yang dibuat yaitu

    biodegradable film tepung pisang dan pektin kulit pisang.

    Biodegradable tepung pisang dan pektin kulit pisang digunakan

    dalam karakterisasi dan aplikasi pada buah anggur hijau.

    Pembuatan biodegradable film tepung pisang dan pektin kulit

    pisang dimulai dengan membuat dua larutan pektin gliserol dan

    larutan tepung pisang.

    Larutan pertama ialah larutan pektin gliserol. Pektin dengan

  • variasi konsentrasi 1, 2, dan 3% (b/v larutan total) dilarutkan dalam

    40 ml aquades. Selanjutnya, ditambahkan pada larutan yang telah

    mengandung pektin kemudian diaduk.

    Larutan kedua ialah larutan tepung pisang. Larutan ini dibuat

    dengan melarutkan konsentrasi tepung pisang 1% ke dalam 50 ml

    aquades. Campuran tepung pisang dan aquades ini dipanaskan selama

    30 detik kemudian diaduk selama 30 detik. Kombinasi pemanasan

    dan pengadukan dilakukan sampai tiga kali.

    Larutan tepung pisang ini kemudian dicampur dengan larutan

    gliserol serta diaduk selama 30 detik. Setelah itu, dipanaskan selama

    30 detik dan diikuti pengadukan selama 30 detik. Larutan kembali

    dipanaskan selama 30 detik dilanjutkan dengan penambahan asam

    palmitat sebesar 3% (b/v total larutan) kemudian diaduk selama 30

    detik. Pemanasan terakhir dilakukan selama 30 detik dan dilanjutkan

    dengan pengadukan selama 1 menit. Kemudian larutan tersebut

    (volume total 100 ml), dituang ke dalam plat plastik (ukuran 24x 12

    cm2) dan dilanjutkan dengan pengeringan dalam oven pada suhu

    60C selama 8 jam. Diagram alir pembuatan biodegradable film dari

    tepung pisang dan pektin kulit pisang ditunjukkan pada Gambar 3.

    Tepung Pisang Pektin Kulit Pisang

    (1% b/v) (0,1,2,3 % b/v)

    Pelarutan dalam aquades Pelarutan

    (50 ml)

    Pengadukan gliserol 1%(b/v)

    Pencampuran

  • Pemanasan I (30 detik)

    Pengadukan (30 detik)

    Pemanasan II (30 detik)

    Asam palmitat

    3% (b/v) Pengadukan (30 detik)

    Pemanasan III (30 detik)

    Pengadukan (1 menit)

    Pencetakan

    Pengeringan (60C, 8 jam)

    Biodegradable film tepung pisang dan

    pektin kulit pisang

    Gambar 3. Diagram Alir Pembuatan Biodegradable film Tepung Pisang

    dan Pektin Kulit Pisang

    e. Karakterisasi Biodegradable film

    Pengujian karakter fisik biodegradable film ini antara lain:

    1. Ketabalan Film

    2. Pemanjangan Film

    3. Kuat Regang Putus Film

    4. Kelarutan Film

    5. Permeabilitas Uap Air (WVP).

    Keterangan prosedur analisis karakteristik biodegradable film

    secara terperinci dijelaskan dalam lampiran. Biodegradable film

  • dengan WVP terendah dipilih untuk digunakan dalam tahap aplikasi.

    f. Aplikasi Biodegradable film

    Aplikasi biodegradable film dari tepung pisang dan pektin kulit

    pisang dilakukan dengan cara wrapping dalam pengemasan buah

    anggur hijau segar. Dalam tahap aplikasi, selain digunakan

    biodegradable film yang telah dipilih dari hasil pengujian WVP, juga

    digunakan Plastik Saran dan biodegradable film tepung pisang dan

    pektin komersial sebagai pembanding dan perlakuan tanpa wrapping

    sebagai kontrol. Tiap-tiap cawan pengujian digunakan lima butir

    anggur dengan berat total anggur yang relatif sama untuk setiap

    cawan. Diagram alir aplikasi biodegradable film pada buah anggur

    dapat dilihat pada Gambar 4.

    Buah Anggur Hijau Segar

    Pencucian

    Pengaturan dalam Cawan WVP

    Penutupan dngan film

    Kontrol Film dari Film dari Plastik Saranpektin kulit pisang pektin komersial

  • Penyimpanan pada suhu kamar

    Pengamatan susut beratjam ke 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8

    Gambar 4. Diagram Alir Pengaplikasian Biodegrable Film pada Buah Anggur Hijau Segar

    g. Rancangan Percobaan

    Rancangan percobaan Acak lengkap digunakan untuk pengaruh

    konsentrasi tepung pisang dan pengaruh konsentrasi pektin kulit pisang

    (4 perlakuan) terhadap ketebalan, pemanjangan, kuat regang putus,

    kelarutan, dan permeabilitas uap air biodegradable film.

    Rancangan Acak lengkap juga digunakan dalam hal pengaruh

    wrapping/ pengemasan ( 4 perlakuan ) dan buah anggur hijau yang

    dikemas terhadap nilai susut berat buah anggur hijau.

    Analisa varian dilakukan terhadap data yang diperoleh. Bila

    terdapat perbedaan dilanjutkan dengan Uji beda nyata menggunakan

    Duncan Multiple Range Test pada tingkat signifikansi 0,05. Adapun

    rancangan penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.

    Preparasi Sampel

    Pisang Kepok, Pisang Raja, Pisang Ambon, dan Pisang Tanduk

    Pisang yang tua dan belum matang Kulit pisang dari pisang yang matang

    Penepungan Ekstraksi Pektin Kulit

    Pisang

  • Tepung Pisang Varietas pisang terpilih

    dengan randemen

    pektin terbesar

    Analisa amilosa dan analisa proximat

    Tepung pisang terpilih dengan kadar amilosa tertinggi

    Pembuatan Biodegradable film

    dengan variasi konsentrasi pektin kulit pisang 0, 1, 2 dan 3% (b/v) dan

    tepung pisang 1%

    Analisa Karakteristik Biodegradable Film

    ketebalan, pemanjangan, kuat rengang putus, kelarutan, dan

    permeabilitas uap air (WVP)

    Biodegradable film dengan WVP terendah

    Aplikasi pada pengemasan buah anggur hijau

    Analisa susut berat buah anggur hijau

    Gambar 5. Diagram Rancangan Penelitian

  • I. JADWAL KEGIATAN PROGRAM

    N

    o

    Kegiatan Bulan ke-

    1 2 3 4 5 61 Persiapan Penelitian

    a.PerijinanPenggunaan Laboratorium

    x

    b..Persiapan Peralatan

    c.Persiapan Bahan

    2 Pelaksanaan Penelitian

    a.Pembuatan tepung pisang

    b.Analisa amilosa dan proximat tepung pisang

    c.Ekstraksi pektin kulit pisang

    d.Pembuatan Biodegradable film

    e.Pengujian Karakteristik Biodegradable film

    f.Pengaplikasian Biodegradable film dan Analisa Susut Berat

    3 Laporan

    4 Seminar

  • J. NAMA DAN BIODATA KETUA SERTA ANGGOTA PELAKSANA

    1. Ketua Pelaksana Kegiatan

    a.Nama : Umar Hafidz Asy`ari

    Hasbullah

    b.NIM : H0604052

    c.Fakultas/Prodi : Pertanian/ Teknologi Hasil

    Pertanian

    d.Perguruan Tinggi : Universitas Sebelas Maret

    e.Waktu untuk PKM : 10 jam per minggu

    2. Anggota Pelaksana I

    a. Nama : Laela Nur Rokhmah

    b. NIM : H0604031

    c. Fakultas/Prodi : Pertanian/ Teknologi Hasil Pertanian

    d. Perguruan Tinggi : Universitas Sebelas Maret

    e. Waktu untuk PKM : 10 jam per minggu

    3. Anggota Pelaksana II

    a.Nama : Siswanti

    b.NIM : H0605048

    c.Fakultas/Prodi : Pertanian/ Teknologi Hasil

    Pertanian

    d.Perguruan Tinggi : Universitas Sebelas Maret

    e.Waktu untuk PKM : 10 jam per minggu

    K. NAMA DAN BIODATA DOSEN PEMBIMBING

    a. Nama : Godras Jati Manuhara, STP.

    b. Gol./ pangkat dan NIP : III b/ 132 308 804

    c. Jabatan fungsional : -

    d. Jabatan struktural : Dosen Teknologi Hasil Pertanian

    e. Fakultas/ Prodi : Pertanian/ Teknologi Hasil

    Pertanian

  • f. Perguruan Tinggi : Universitas Sebelas Maret

    Surakarta

    g. Bidang Keahlian : Teknologi Pangan dan Hasil

    Pertanian

    h. Waktu untuk PKM : 6 jam per minggu

  • L. BIAYA

    No. uraian satuan volume harga satuan (Rp)

    jumlah (Rp)

    1 Bahan dan PeralatanPisang Kepok Tandan 1 100.000 100.000Pisang Raja Tandan 150.000 150.000Pisang Ambon Tandan 1 100.000 100.000Pisang Tanduk Tandan 1 100.000 100.000Aquades Liter 30 1000 30.000Gliserol ml 250 1.500 375.000Asam Palmitat mi 0,5 4 00.000 200.000HCl Liter 1 180.000 180.000Alkohol 95% Liter 5 20.000 100.000Arang Aktif Kg 0,5 60.000 30.000Kertas Saring Lembar 10 10.000 100.000Silica Gel Kg 1 50.000 50.000Wax/ malam Bungkus 1 25.000 25.000Plastik Saran/ Cling wrap

    Rol 1 30.000 30.000

    Buah Anggur Segar Kg 1 50.000 50.000Pektin Komersial Bungkus 1 50.000 50.000PE Liter 2 100.000 200.000AntiFoam Agent ml 10 1.000 10.000H2SO4 pekat Liter 1 100.000 100.000Kristal NaOH gram 35 5.000 175.000K2SO4 10% ml 100 1.000 100.000Na2CO3 gram 10 6.000 60.000CuSO4 gram 5 4.000 20.000Na-K-tartrat gram 10 10.000 100.000Pereaksi Folin Ciocalteau

    gram 10 20.000 200.000

    BSA gram 1 10.000 10.000TCA gram 10 10.000 100.000Amilosa gram 40 500 20.000Etanol ml 100 200 20.000Asam asetat ml 100 100 10.000Iod ml 100 500 50.000Sewa peralatan dan Laboratorium

    Bulan 4 350.000 1.400.000

    2 Laporan PenelitianKertas HVS Rim 1 25.000 25.000Tinta Printer Set 1 25.000 25.000Disket Unit 5 4.000 20.000Compac Disk-R Unit 2 2.500 5.000

  • Sewa Komputer dan Printer

    Bulan 2 200.000 200.000

    Penggandaan Laporan

    Eksemplar 6 30.000 180.000

    3 Lain-lainPenelusuran Pustaka Paket 1 300.000 300.000Dokumentasi Eksemplar 1 300.000 300.000Publikasi Ilmiah Kali 1 400.000 400.000Seminar Kali 1 500.000 500.000Jumlah total 6.000.000

  • DAFTAR PUSTAKA

    Abi, B., Mukhammad F. dan Nuraeni K. 2001. Ekstraksi dan Karakterisasi Pektin dari Limbah Kulit Tiga Jenis Pisang. Kontrak No. 49/P2/PTD/PPPM/111/2001 ( diunduh dari http://www.dikti.org/p3m/abstrak PID/tema1.pdf, Januari 2007).

    Anonim. 2003. Direktori Ekspor Impor Holtikultura. Direktorat Pengembangan Usaha Holtikultura. Direktorat Jendral Bina Produksi Holtikultura. Jakarta.

    Anonim. 2003. Produksi Pisang Terancam Praktik "Global Sourcing" Peritel.( diunduh dari http://www.kompas.com/kompas-cetak/0305/13/ekonomi/308514.htm., Januari 2007).

    Anonim. 2004. (diunduh dari http://www.smu-net.com/main.php?act=ai&xkd=41).

    Anonim. 2005. Prispek Agribisnis Pisang Di Kabupaten Gunung Kidul. New Letter. Biro Perencanaan dan Keuangan, Sekretariat Jenderal Deptan. Volume 4 (12) N0 2005.

    Anonim. 2007. Teknologi BudidayaTanaman Pangan. Pisang Tanduk . (diunduh dari http://72.14.235.104/search?q=cache:cDhgmob2DgoJ:www.iptek.net.id/ind/teknologi_pangan/index.php%3Fid%3D142+pisang+tanduk&hl=id&gl=id&ct=clnk&cd=1, Januari 2007).

    Apriyantono, A., Dedi F., Niluh P., Sedarnawati dan Slamet B. 1989. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. IPB Press. Bogor.

    Deptan. 2007. Apresiasi Penerapan pengolahan Tanaman Terpadu /Teknologi Maju Pisang.( diunduh dari database.deptan.go.id/%5Cimages%5C_res%5Cfile 0002000001c1_0.doc, Januari 2007).

    Fennema,O.R., 1976. Principles of Food Science. Marcol Dekker, Inc. Bassel.

    Fennema, O.R.1985. Food Chemistry. Mercel Dekker Inc. NewYork.

    Gontard,N.,Guilbert,S.,Cuq.J.L.,1993. Water and Glyserol as plasticizer Affect Mechanical and Water Barrier Properties at an Edible Wheat Gluten Film. J. Food Science. 58(1):206-211.

    Gustone, Frank, 1997. Fatty Acid and Lipid Chemistry. Blackre Academics, London.

    Hardiman. 1982. Tepung Pisang. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

    Koswara, S; Purwiyatno,H; dan Eko H.P. 2001. Edible Film. J. Tekno Pangan dan

  • Agroindustri. Volume 1 (12): 183-196.

    Krochta & De Mulder Johnston. 1997. Edible & Biodegradable Polimer Films. Changes & Opportunities. Food Technology 51.

    Lai, H.M., 1997. Properties and Microstructure of Zein Sheets Plasticized with Palmitic Acid and Stearic Acid. J. Cereal Chem., Vol.74. No.1

    Liu,Z dan Han,J.H. 2004. Starch Film Formation Mechanisms (diunduh dari http://ift.confex.com/ift/2004/techprogram/paper_24037.htm,Desember 2006)

    Liu, L., Kerry J. F. dan Kerry J. P. 2003. Selection of Optimum Extrusion Technology Parameters in The Manufacture of Edible/ Biodegradable Package Films Derived From Food Based Polymers. WFL Publisher, Helsinki. Finlande.

    Maftoonazad, N dan Ramaswamy, H.S. 2004. Evaluation of Rheological Characteristics of Pektin-Based Edible Film Emulsion (diunduh dari http://ift.confex.com/ift/2004/techprogram/paper_23546.htm,Desember 2006)

    Ning, S. 2000. Sifat Mekanik Edible Film dari Pektin Komersial. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

    Ria. 1996. 12 Pisang Komersial. Trubus 318-TH XXVII-Mei

    Santoso, U dan Gardjito. 1999. Teknologi Pengolahan Buah-Buahan dan Sayuran. Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. UGM. Yogyakarta.

    Simmond, NW. 1966. Bananas. Longmans. London

    Sudarmadji, S., 1997. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty, Yogyakarta

    Sudarmadji, S., Bambang H. dan Sukardi. 2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.

    Susanto,T dan Saneto, B. 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. PT Bina Ilmu. Surabaya

    .Syarief, R. dan Hariyadi H. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Arcan.

    Jakarta.

    Syarief, R., Sasya Sentausa dan St Isyana. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor

  • Thomas, D.J dan Atwell, W.A., 1999. Starches. American Association of Cereal Chemists, Inc., Minnesota.

    Winarno, F.G, 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

  • LAMPIRAN

    A. PROSEDUR PENGUJIAN AMILOSA DAN ANALISA

    PROXIMAT TEPUNG PISANG

    1. Pengujian Amilosa Tepung Pisang metode IRRI (1971)

    (Apriyantono, dkk, 1989)

    Prinsip pengujian amilosa dengan metode ini dalah bahwa amilosa

    akan berwarna biru bila bereaksi dengan senyawa Iod. Intensitas warna

    biru akan berbeda tergantung dari kadar amilosa dalam bahan.

    Adapun prosedur pengujian amilosa dengan metode IRRI (1971)

    ini adalah :

    a. Amilosa ditimbang 40 mg, kemudian dimasukkan

    ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 1

    ml etanol 95% dan 9 ml NaOH 1N.

    b. Bahan tersebut dipanaskan dalam air mendidih

    selama kurang lebih 10 menit sampai semua

    bahan membentuk gel. Setelah itu didinginkan.

    c. Seluruh campuran dipindahkan ke dalam labu

    takar 100 ml, ditepatkan sampai tanda tera dengan

    air.

    d. Selanjutnya campuran dipipet 1, 2, 3, 4 dan 5 ml

    dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml.

    e. Ke dalam masing- masing labu takar tersebut

    ditambahkan asam asetat 1N masing- masing 0,2;

    0,4; 0,6; 0,8; dan 1 ml, lalu ditambahkan masing-

    masing 2 ml larutan Iod.

    f. Masing- masing campuran ditepatkan dalam labu

    takar sampai tanda tera dengan air. Dibiarkan

    selama 20 menit.

    g. Intensitas warna biru yang terbentuk diukur

    dengan spektrofotometer pada panjang gelombang

  • 625 nm.

    h. Dibuat kurva standar, konsentrasi amilosa vs

    absorbans.

    i. Lakukan hal yang sama pada sampel, lalu plotkan

    pada kurva standar

    2. Analisa Proximat Tepung Pisang

    a. Analisa Protein dengan metode Lowry (Slamet

    Sudarmadji, 1997)

    Protein dengan asam fosfo tungstat-fosfomolibdat pada

    suasana alkalis akan memberikan warna biru yang intensitasnya

    bergantung pada konsentrasi protein yang ditera. Konsentrasi protein

    diukur berdasarkan optikal density pada panjang gelombang 600 nm

    (OD terpilih). Untuk mengetahui banyaknya protein yang ada dalam

    larutan, lebih dahulu dibuat kurva standar yang melukiskan

    hubungan antara konsentrasi dengan OD. Biasanya digunakan

    protein standar Bovine Serum Albumin (BSA) atau Albumin Serum

    Darah Sapi. Larutan Lowry ada dua macam yaitu Lowry A yang

    terdiri dari fosfotungstat-fosfomolibdat (1:1); dan larutan Lowry B

    yang terdiri Na-Karbonat 2% dalam NaOH 0,1N, kupri sulfat dan

    Na-K-tartrat 2%. Cara penentuannya adalah sebagai berikut: 1ml

    larutan potein ditambah 5ml larutan Lowry B, digojog dan dibiarkan

    selama 10 menit. Kemudian ditambahkan 0,5ml Lowry A, dogojok

    dan dibiarkan 20 menit, selanjutnya diamati OD-nya pada panjang

    gelombang 600 nm. Cara lowry 10 20 kali lebih sensitif dari pada

    cara UV atau cara Biuret.

    b. Analisa lemak dengan cara kering (Sudarmadji,

    dkk, 2003)

    Pada analisa lemak dengan cara kering, bahan dibungkus

    atau ditempatkan dalam thimble, kemudian dikeringkan dalam oven

    untuk menghilangkan airnya. Pemanasan harus secepatnya dan

    dihindari suhu terlalu tinggi.

  • Adapun prosedurnya adalah sejumlah sampel ditimbang,

    kemudian dimasukkan ke dalam thimble. Ukuran thimble dipilih

    sesuai dengan besarnya Soxhlet yang digunakan. Besarnya ukuran

    sampel adalah lolos saringan 40 mesh. Selanjutnya labu godok

    dipasang berikut kondensornya. Pelarut yang digunakan sebanyak

    11/2 -2 kali isi tabung ekstraksi. Pada akhir ekstraksi, yaitu kira-kira

    4-6 jam, labu godok diambil dan ekstrak dituang ke dalam botol

    timbang atau cawan porselin yang telah diketahui beratnya,

    kemudian pelarut diuapkan di atas penangas air sampai pekat.

    Selanjutnya dkeringkan dalam oven sampai diperoleh berat konstan

    pada suhu 100C. Berat residu dalam botol timbang dinyatakan

    sebagai berat lemak atau minyak. Selain itu, penentuan kadar lemak

    dapat pula dihitung dengan cara menimbang sampel padat yang ada

    dalam timble setelah ekstraksi, dan sudah dikeringkan dalam oven

    sehingga diperoleh berat konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah

    ekstraksi merupakan berat minyak atau lemak yang ada dalam bahan

    tersebut.

    c. Analisa kadar air metode thermogravimetri

    (Sudarmadji, dkk, 2003)

    Prinsip analisa kadar air pada metode ini adalah

    menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan.

    Kemudian menimbang bahan sampai berat konstan yang berarti

    semua air sudah diuapkan. Cara ini relatif mudah dan murah.

    Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut : Ditambah

    bahan yang telah dihaluskan sebanyak 1-2 gram dalam botol

    timbang yang telah diketahui beratnya. Sampel dikeringkan dalam

    oven pada suhu 100C-105C selama 3-5 jam, didinginkan dalam

    eksikator dan ditimbang. Panaskan lagi dalam oven selama 30

    menit, kemudian dinginkan dan ditimbang. Perlakuan ini diulangi

    sampai tercapai berat konstan (selisih kurang dari 0,2 mg).

    Pengurangan berat ini merupakan banyaknya air dalam bahan yang

  • dihitung dengan rumus :

    Kadar Air (% Wb) = Berat awal bahanBerat akhir bahan X 100%

    Berat awal bahan

    d. Analisa abu (Apriyantono, dkk, 1989)

    Prosedur penentuan akar abu dengan metode ini antar lain

    sebagai berikut : kurs porselin dipijarkan dalam muffle, kemudian

    didinginkan dalam oven dan dimasukkan dalam eksikator sampai

    dingin, kemudian kurs tersebut ditimbang. Sejumlah sampel (2-10

    g) ditimbang dalam kurs porselin yang telah diketahui beratnya,

    selanjutnya dipanaska di atas kompor listrik sehingga bahan

    menjadi arang (tak berasap). Kemudian dipijarkan dalam muffle

    sampai sampel menjadi abu berwarna keputih-putihan. Masukkan

    dalam oven 100C untuk mendinginkan. Kemudian dimasukkan

    dalam eksikator sampai dingin lalu ditimbang. Kadar abu dihitung

    sebagai berikut:

    Kadar Abu = Berat abu (g)___ x 100 %

    Berat sampel (g)

    e. Analisa karbohidrat by difference (Winarno,

    2002)

    % Karbohidrat = 100% - % (protein + lemak + abu + air)

    B. PROSEDUR PENGUJIAN KARAKTERISTIK BIODEGRADABLE FILM

    1. Penentuan Ketabalan Film (Me Hugh, dkk, 1994)

    Ketebalan diukur dengan menggunakan mikrometer, untuk setiap

    sampel minimum dilakukan 5 kali pengukuran dengan tempat berbeda,

    kemudian dihitung reratanya.

    2. Penentuan Pemanjangan Film

    Pertambahan panjang diukur dengan menggunakan Lioyd Instrument.

    Persen perpanjangan dihitung dengan rumus :

  • Perpanjangan = %100.max x

    awalfilmpanjangspeedTestt

    3. Penentuan Kekuatan Rengang Putus Film

    a. Kekuatan rengang putus film diukur

    dengan menggunakan Lioyd

    Instrument

    b. Bahan yang diuji dipotong dengan

    bentuk tertentu (sesuai spesifikasi

    alat) dan ukuran tertentu, kemudian

    dipasang pada alat.

    c. Tombol start ditekan 2 x. Tekanan II

    akan mengaktifkan alat dan tekanan

    II akan mengoperasikan alat

    (berlangsungnya pengujian). Pada

    alat akanterbaca gaya yang diberikan

    sampai film terputus (sobek) serta

    penambahan panjang.

    d. Kekuatan rengang putus dihitung

    dengan membagi gaya maksimal

    yang diberikan pada film sampai

    sobek (Newton) dibagi dengan luas

    penampang film (m2).

    4. Penentuan Kelarutan Film dalam air (Gontard, dkk, 1993)

    Persen kelaruan biodegradable film adalah persen berat kering film

    yang terlarut setelah dicelupkan di dalam air selama 24 jam. Berat film

    kering mula-mula ditentukan setelah pengeringan pada suhu 100C selama

    24 jam. Film digunting (diameter 2 cm), sebanyak 2 buah, ditimbang,

    kemudian dicelup dalam 50 ml air yang mengandung 0,02% Na-azida.

    Penambahan Na-azida dimaksudkan untuk mencegah pertumbuhan

    mikroorganisme. Biodegradable film yang telah dicelupkan kemudian

    disimpan selam 24 jam pada suhu 20C. Selanjutnya, film diambil

  • dikeringkan pada suhu 100C, selama 24 jam. Untuk menentukan

    kelarutan film dengan mengurangi berat film awal dengan berat film yang

    tidak larut dan dinyatakan sebagai berat kering.

    5. Penentuan Permeabilitas Uap Air Film (Gontard, dkk, 1993).

    a. Permeabilitas uap air ditentukan

    dengan metode gravimetri dengan

    prosedur ASTM 1983 yang

    dimodifikasi pada suhu 30C.

    b. Film yang diuji diseal pada cawan

    yang didalamnya berisi 10 g silika

    gel dan ditempatkan pada toples

    plastik didalamnya berisi larutan

    NaCl jenuh 40% (b/v) (RH=75%).

    c. Ukuran cawan pengujian adalah

    diameter dalam 7 cm, diameter luar 8

    cm dan kadalaman 2 cm

    d. Uap air yang terdifusi melalui film

    akan diserap oleh silika gel dan akan

    menambah berat silika gel tersebut.

    e. Kondisi laju tranmisi uap air

    setimbang tercapai dalam waktu 7-8

    jam kondisi steady state,

    penimbangan dilakukan setiap 1 jam

    (mulai dari jam ke-0 sampai dengan

    jam ke -8).

    f. Data yang diperoleh dibuat

    persamaan regresi linier.

    Permeabilitas uap air ditentukan

    dengan persamaan

    WVP = )()/(

    2mfilmpermukaanluasjamgcawankenaikanslope

  • DAFTAR RIWAYAT HIDUP KETUA PELAKSANA

    Nama Lengkap : Umar Hafidz Asyari Hasbullah

    Tempat Tanggal Lahir : Boyolali, 1 Juli 1986

    Alamat rumah : JL.Teratai 54 Boyolali 57316

    Alamat kost : Dika Putra Cost JL. Kartika Gg. IV No.22 Ngoresan Jebres Surakarta.

    Telp. (0271)646731. HP.08562840919

    email : [email protected]

    Jenis Kelamin : Laki Laki

    Pendidikan :

    TK Tarbiyatul Adfal Ndawung Boyolali

    MI Negeri Boyolali

    SLTP Negeri II Boyolali

    SMA Negeri I Boyolali

    Fakultas Pertanian UNS jurusan Teknologi Hasil Pertanian

    Pengalaman Organisasi :

    Staff Bidang Media Islam FUSI FP UNS Periode 2005

    Staff Bidang Pembinaan dan kaderisasi HIMAGHITA Periode 2004-2005

    Koordinator Departemen Pers FUSI FP UNS Periode 2006

    Staff Bidang Pembinaan dan kaderisasi HIMAGHITA Periode 2005-2006

    Staff Bidang Pembinaan dan Kaderisasi Kelompok Studi Ilmiah (KSI)

    Periode 2005-2006

    Motto : Jadilah Berlian di Tumpukan Mutiara

    Pengalaman Pengabdian Masyarakat:

    Pelatihan Pembuatan Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil) dalam Menggarap Potensi yang Ada di Desa Donotirto, Kretek, Bantul, Yogyakarta.(Dana DIKTI,2007)

    Pengalaman Penelitian:

    Pengkayaan Serat dan Mineral Mie Basah Dengan Penambahan Tepung Rumput Laut (Eucheuma sp.)(Dana DIPA UNS,2006)

  • DAFTAR RIWAYAT HIDUP ANGGOTA PELAKSANA I

    Nama lengkap : LAELA NUR ROKHMAH

    NIM : H 0604031

    Jenis kelamin : PEREMPUAN

    Tempat tanggal lahir : TEMANGGUNG, 3 JUNI 1986

    Alamat rumah : BENTANGAN RT 09/IV, WONOSARI, KLATEN

    Riwayat pendidikan :

    TK : BA PERWANIDA JAMPIREJO TEMANGGUNG

    SD : SDN 1 JAMPIROSO 1 TEMANGGUNG

    SLTP : SLTPN2 TEMANGGUNG

    SMU : SMAN 1 TEMANGGUNG

    PT : JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN, FP UNS

    Riwayat organisasi :

    Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan HIMAGHITA FP UNS

    periode 2005-2006

    Staff Ahli Departemen Pertanian BEM FP UNS periode 2005/2006

    Staff KajiaN FUSI FP UNS periode 2005/2006

    Motto : LAKUKANLAH HAL YANG INGIN KAMU LAKUKAN KARENA WAKTU TIDAK AKAN KEMBALI

    Surakarta, 28 April 2007

    Laela Nur Rokhmah

  • DAFTAR RIWAYAT HIDUP ANGGOTA PELAKSANA II

    Nama lengkap : SISWANTI

    NIM : H 0604048

    Jenis kelamin : PEREMPUAN

    Tempat tanggal lahir : KLATEN, 30 APRIL 1986

    Alamat rumah : BENTANGAN RT 09/IV, WONOSARI, KLATEN

    Riwayat pendidikan :

    TK : TK AISIYAH BENTANGAN

    SD : SD NEGERI 03 BENTANGAN

    SLTP : SLTP NEGERI 01 WONOSARI

    SMU : SMU NEGERI 01 WONOSARI

    PT : JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN, FP UNS

    Riwayat organisasi :

    Staff Bidang Keprofesian HIMAGHITA FP UNS periode 2005-2006

    Motto : HARTA YANG TAK AKAN TERKIKIS OLEH USIA

    DAN WAKTU ADALAH ILMUPengalaman Penelitian:

    Pengkayaan Serat dan Mineral Mie Basah Dengan Penambahan Tepung

    Rumput Laut (Eucheuma sp.)(Dana DIPA UNS,2006)

    Surakarta, 28 April 2007

    Siswanti

  • NAMA DAN BIODATA DOSEN PEMBIMBINGNama lengkap dan Gelar : Godras Jati Manuhara, S.TP.NIP : 132 308 804Tempat/ Tanggal Lahir : Klaten, 30 Maret 1981Jenis Kelamin : laki-lakiBidang Keahlian : Teknologi Pangan dan Hasil PertanianKantor /Unit Kerja : Fakultas Pertanian UNSJurusan / Prog. Studi : Teknologi Hasil PertanianAlamat Kantor : Jl. Ir. Sutami no. 36 A, Kentingan, Surakarta (0271) 637456Alamat Rumah : Jetis, RT 02 RW 09, Ngawen, Ngawen, Klaten, (0272) 321541Email : [email protected] Pendidikan

    1999 2003 ,S1, Teknologi Pangan dan Hasil pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    Riwayat Pekerjaan2004 ,Staf Penelitian dan Pengembangan di PT Gelora Djaja,

    Surabaya2005 sekarang,Staf Pengajar di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret SurakartaPenelitian dan Karya Ilmiah

    1. Isolasi dan Karakterisasi Karaginan dari Rumput Laut (Eucheuma sp.) untuk Pembuatan Edible Film (2003). Skripsi

    2. Pengembangan Biodegradable Film dari Biopolimer Hasil-hasil Laut (2003). Seminar PATPI.

    3. Pengaruh Lama Penyangraian dan Pengukusan Terhadap Kualitas Minyak Wijen(2005). DIPA UNS.

    4. Pengaruh Perlakuan Pendauluan terhadap Kadar Antioksidan Minyak Wijen dan Analisa Ekonominya (2006). DIPA PNBP UNS.

    Pengabdian1. Pelatihan

    Pembuatan Sari Buah Instan di Kec. Gondangrejo,

  • Kabupaten Karanganyar Tanggal 22 Juli 2005, Ketua.

    2. Penyuluhan dan Pelatihan Pembuatan Makanan Pendamping ASI ( MP-ASI) 23 Juli 2005, Anggota.

    3. Penyuluhan Penganekaragaman olahan Kacang Tanah, Jagung dan Ketela di Pracimantoro, Wonogiri. Januari 2006, Anggota.

    PelatihanAsisten Trainer, Retooling Disnakertrans : Teknologi Pengolahan Jahe Pembuatan Oleoresin Jahe, 2005, Sragen

    Surakarta, 28 April 2007

    Godras Jati Manuhara, S.TP

    KARAKTERISASI BIODEGRADABLE FILM DARI PEKTIN KULIT PISANG DAN TEPUNG PISANG USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWAKARAKTERISASI BIODEGRADABLE FILM DARI PEKTIN KULIT PISANG DAN TEPUNG PISANGK. NAMA DAN BIODATA DOSEN PEMBIMBING LAMPIRAN

    NAMA DAN BIODATA DOSEN PEMBIMBING