PKMP 2008(Dahlan). judul: PENGARUH ARSITEKTUR LANGIT-LANGIT GUA TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS...

27
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PENGARUH ARSITEKTUR LANGIT-LANGIT GUA TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR DI KAWASAN GUA GUDAWANG BIDANG KEGIATAN PKMP Diusulkan oleh: MARWA PRINANDO E34070087 2007 DAHLAN E34070096 2007 HADI SURONO E34070088 2007 NOVRIYANTI E34070090 2007 INDRA ZULKARNAIN E34062784 2006 INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

Transcript of PKMP 2008(Dahlan). judul: PENGARUH ARSITEKTUR LANGIT-LANGIT GUA TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS...

Page 1: PKMP 2008(Dahlan). judul: PENGARUH ARSITEKTUR LANGIT-LANGIT GUA  TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR  DI KAWASAN GUA GUDAWANG

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

PENGARUH ARSITEKTUR LANGIT-LANGIT GUA

TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR

DI KAWASAN GUA GUDAWANG

BIDANG KEGIATAN

PKMP

Diusulkan oleh:

MARWA PRINANDO E34070087 2007

DAHLAN E34070096 2007

HADI SURONO E34070088 2007

NOVRIYANTI E34070090 2007

INDRA ZULKARNAIN E34062784 2006

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

Page 2: PKMP 2008(Dahlan). judul: PENGARUH ARSITEKTUR LANGIT-LANGIT GUA  TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR  DI KAWASAN GUA GUDAWANG

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : Pengaruh Arsitektur Langit-langit Gua Terhadap Keanekaragaman Jenis Kelelawar di Kawasan Gua Gudawang

2. Bidang Kegiatan : PKM Penelitian

3. Bidang Ilmu : Pertanian 3. Ketua Pelaksana Kegiatan

a. Nama Lengkap : Marwa Prinando b. NIM : E34070087

c. Jurusan : Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

d. Institut : Institut Pertanian Bogor

e. Alamat Rumah/No. Hp : Wisma Amigo, Badoneng / 0852 6604 9239

f. Alamat email : [email protected] 4. Anggota Pelaksana kegiatan : empat orang

5. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap : Dr.Ir. Abdul Haris Mustari, M.Sc.

b. NIP : 131 955 532 c. Alamat Kantor/No Hp : Lab. Ekologi Satwa Liar/ 081513632477

6. Biaya Kegiatan Total : Rp. 5.905.500,00

7. Jangka Waktu Pelaksanaan : empat bulan Bogor, 8 Oktober 2008

Ketua Pelaksana

Marwa Prinando NIM E34070087

Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan

Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono,MS NIP 130 473 999

Menyetujui, Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan

dan Ekowisata

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS NIP 131 411 832

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Abdul Haris Mustari,MSc NIP 131 955 532

Page 3: PKMP 2008(Dahlan). judul: PENGARUH ARSITEKTUR LANGIT-LANGIT GUA  TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR  DI KAWASAN GUA GUDAWANG

A. JUDUL PROGRAM

Pengaruh Arsitektur Langit-langit Gua Terhadap Keanekaragaman Jenis Kelelawar di

Kawasan Gua Gudawang

B. LATAR BELAKANG

Kelelawar memiliki peranan penting di dalam ekosistem. Dari segi ekologis,

kelelawar memiliki fungsi sebagai pemencar biji, penyerbuk tumbuhan berbunga, dan

pengendali hama serangga. Secara ekonomis, kelelawar menghasilkan guano yang

memiliki nialai ekonomi cukup tinggi. Secara medis kelelawar pun terbukti memiliki

khasiat sebagai obat asma dan berbagai penyakit dalam lainnya.

Di dunia ada 18 suku, sekitar 192 marga dan 977 jenis kelelawar (Nowak,

1999 dalam Suyanto, 2001). Jumlah spesiesnya terbesar kedua setelah bangsa

binatang pengerat (Rodentia) dalam kelas mamalia (Suyanto, 2001). Indonesia

memiliki kurang lebih 205 jenis kelelawar yang terdiri atas 72 jenis kelelawar

pemakan buah (Megachiroptera) dan 133 jenis kelelawar pemakan serangga

(Microchiroptera); atau sekitar 20% dari jumlah jenis di dunia yang telah diketahui.

Namun, keanekaragaman jenis dan peranan yang besar ini belum dapat perhatian dari

pemerintah dan masyarakat dalam hal upaya-upaya konservasi terhadap kelelawar.

Masyarakat awam bahkan cenderung menganggap kelelawar sebagai hama. Asumsi

ini tak lepas dari aktivitas kelelawar yang sering memakan buah-buahan dari tanaman

budidaya, sehingga kelelawar banyak ditangkap dan dibunuh. Hal ini menyebabkan

populai kelelawar di alam semakin berkurang (Apriandi, 2004).

Setiap jenis kelelawar memiliki alternatif untuk memilih tempat bertengger,

beberapa jenis bertengger di pohon yang berdiameter besar, bambu, atap rumah, dan

sebagian besar dari mereka memilih gua sebagi tempat bertengger (Maryanto dan

Maharadatunkamsi, 1991). Menurut Suyanto (2001) lebih dari 50% kelelawar

Microchiroptera dan 20% kelelawar Megachiroptera memilih gua sebagai tempat

bertengger atau beristirahat.

Sebagai anggota komunitas atap gua, kelelawar memiliki peranan yang sangat

penting bagi ekosistem gua. Guano kelelawar merupakan sumber energi bagi rantai

makanan bawah tanah (Maryanto dan Maharadatunkamsi, 1991). Pupuk guano yang

Page 4: PKMP 2008(Dahlan). judul: PENGARUH ARSITEKTUR LANGIT-LANGIT GUA  TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR  DI KAWASAN GUA GUDAWANG

dihasilkan kelelawar penghuni gua sudah banyak dimanfaatkan oleh sebagian

masyarakat.

Kawasan gua Gudawang adalah salah satu contoh kawasan karst yang

memiliki banyak gua dengan karkteristik yang beragam. Hal ini mendukung

terciptanya keanekaragaman jenis kelelawar di kawasan ini. Hingga saat ini beberapa

gua di kawasan ini telah dibuka sebagai gua wisata. Hal ini mengkhawatirkan karena

populasi kelelawar maupun ekosistem gua itu sendiri akan mengalami gangguan.

Sedangkan data tentang keanekaragaman jenis kelelawar yang terdapat di kawasan ini

belum dapat diketahui secara pasti.

Upaya pelestarian populasi kelelawar gua dapat dibantu dengan adanya

pengetahuan mengenai pola penggunaan ruang oleh satwa tersebut, sehingga tidak

terjadi benturan kepentingan antara pemanfaatan dan konservasi sumberdaya alam,

khususnya kelelawar. Sebagai langkah awal untuk pemeliharaan populasi kelelawar,

pengetahuan mengenai jenis-jenis gua dan karakteristik gua yang dihuninya sangat

diperlukan. Oleh karena itu, penelitian mengenai pengaruh arsitektur langit-langit gua

terhadap keanekaragaman jenis kelelawar perlu dilakukan sebagai wujud dari upaya

konservasi ekosistem gua.

C. PERUMUSAN MASALAH

Keberadaan kelelawar sangat penting bagi kehidupan masyarakat di Indonesia

karena peranannya sebagai pemencar biji buah-buahan (jambu air, jambu biji, kenari,

keluwih, sawo, namnaman, duwet, cendana dll.); sebagai penyerbuk bunga tanaman

bernilai ekonomi (petai, durian, bakau, kapuk randu dll.); sebagai pengendali

serangga, pupuk guano dan tambang fosfat di gua-gua, dan sebagai obyek wisata

alam (Suyanto, 2001).

Perilaku kelelawar ternyata memiliki keunikan tersendiri untuk diamati,

sebagai satwa nokturnal kelelawar lebih banyak beraktivitas di malam hari. Hampir

sebagian besar waktu di siang hari dihabiskan kelelawar untuk beristirahat, yakni

dengan bertengger di pohon, bawah jembatan, batu-batu, dan gua-gua. Namun

kebanyakan kelelawar memilih gua sebagai tempat bertengger. Keanekaragaman

jenis kelelawar pada suatu kompleks gua akan berbeda pada setiap gua yang dihuni.

Page 5: PKMP 2008(Dahlan). judul: PENGARUH ARSITEKTUR LANGIT-LANGIT GUA  TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR  DI KAWASAN GUA GUDAWANG

Hal ini dapat dipengaruhi oleh arsitektur langit-langit gua dan kondisi lingkungan di

dalam gua. Untuk itu diperlukan upaya identifikasi agar pengaruh kondisi fisik dan

lingkungan gua terhadap keanekaragaman jenis kelelawar dapat diketahui. Salah satu

bentuk upayannya adalah mengidentifikasi dan mengamati pengaruh arsitekstur

langit-langit gua terhadap keanekaragaman jenis kelelawar di kawasan gua

Gudawang.

D. TUJUAN PROGRAM

Tujuan dari penelitian identifakasi keanekaragaman jenis kelelawar

berdasarkan arsitekstur langit-langit gua di kawasan gua Gudawang antara lain:

1. Mengidentifikasi jenis dan populasi kelelawar yang bertengger pada langit-

langit gua di kawasan gua Gudawang.

2. Mengidentifikasi karakteristik habitat kelelawar di kawasan gua Gudawang.

3. Mengetahui pengaruh arsitektur langit-langit gua terhadap keanekaragaman

jenis kelelawar di kawasan gua Gudawang.

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN

Luaran yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :

1. Menyediakan data dan informasi mengenai jenis-jenis serta dugaan populasi

kelelawar yang bertengger pada gua-gua di kawasan gua Gudawang.

2. Menyediakan data dan informasi mengenai karkteristik habitat dari jenis

kelelawar yang ditemukan.

3. Menyediakan data dan informasi mengenai pengaruh arsitektur langit-langit

gua terhadap keanekaragaman jenis kelelawar di kawasan gua Gudawang.

4. Terwujudnya konservasi terhadap keanekaragamjenis kelelawar, terutama di

kawasan Gua Gudawang.

F. KEGUNAAN PROGARAM

A. Kegunaan bagi Mahasiswa

1. Menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan penelitian.

2. Mengaplikasikan dan mengembangkan ilmu yang dimiliki.

3. Mampu mengidentifikasi keanekaragaman jenis kelelawar sebagai inisiasi

upaya konservasi sumberdaya alam, terutama sumberdaya hayati.

Page 6: PKMP 2008(Dahlan). judul: PENGARUH ARSITEKTUR LANGIT-LANGIT GUA  TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR  DI KAWASAN GUA GUDAWANG

4. Melatih diri untuk berpikir kritis, kreatif dan inovatif serta mampu bekerja

sama dalam satu tim kerja.

B. Kegunaan bagi Masyarakat

Penelitian ini akan memeberikan informasi kepada masyarakat luas,

terutama masyarakat di sekitar kawasan gua mengenai keanekaragaman jenis

kelelawar. Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan memacu tumbuhnya

motivasi masyarakat untuk terus menjaga dan melestarikan sumberdaya alam,

khususnya kelelawar. Adanya motivasi untuk menjaga kelestarian aneka

kelelawar ini akan berimplikasi pada kelestarian sumberdaya hayati lainnya.

Dengan demikian keseimbangan ekosistem makhluk hidup tetap terjaga. Hal

ini juga akan bermanfaat bagi masyarakat yang memiliki pohon buah-buahan

dan pohon komersial lainnya. Sehingga penelitian ini secara tidak langsung

juga dapat bermanfaat bagi keberlangsungan ekonomi masyarakat di sekitar

gua.

G. TINJAUAN PUSTAKA

G.1. Bio-Ekologi Kelelawar

1. Klasifikasi

Kelelawar termasuk dalam anggota kelas mamalia yang tergolong dalam ordo

Chiroptera dengan dua ordo yang dibedakan berdasarkan jenis pakannya. Ordo

Chiroptera memiliki 18 suku, 192 marga dan 977 jenis yang terbagi dalam sub ordo

Megachiroptera dan Microchiroptera . Kelelawar pemakan buah atau Megachiroptera

terdiri atas satu suku, yaitu Pteropodidae yang mencakup 41 marga dan 163 jenis.

Sedangkan Microchiroptera atau kelelwar pemakan serangga lebih beragam, yakni

dengan 17 suku, 147 marga, dan 814 jenis (Corbet dan Hill, 1992).

Koopmen dan Jones (1970) dalam Wiyatna (2002) mengklasifikasikan

kelelawar sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Pylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Page 7: PKMP 2008(Dahlan). judul: PENGARUH ARSITEKTUR LANGIT-LANGIT GUA  TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR  DI KAWASAN GUA GUDAWANG

Ordo : Chiroptera

Sub ordo : 1. Megachiroptera

2. Microchiroptera

Indonesia memiliki kurang lebih 205 jenis kelelawar yang terbagi dalam

sembilan suku dan 52 marga. Kesembilan suku tersebut diantaranya yaitu;

Pteropodiae, Megadermatidae, Nycteridae, Vespertilionidae, Rhinolophidae,

Hipposideridae, Emballonuridae, Rhinopomatidae, dan Molossidae (Suyanto, 2001).

2. Biologi

Jenis pakan kelelawar dapat dijadikn acuan untuk membedakan ukuran dan

morfologi kelelawar. Megachiroptera (kelelawar pemakan buah) umumnya memiliki

ukuran tubuh dan bola mata yang besar, dan memiliki moncong seperti anjing.

Kalong kapauk (Pteropus vampyrus) merupakan kelelawar pemakan buah terbesar di

dunia. Sayap kalong kapauk ini dapat mencapai 1700 mm dan bobot tubuhnya

mencapai lebih dari 1500 gram, sementara itu ukuran lengan bawahnya berkisar

antara 36-228 mm. kelelawar ini dapat ditemukan di kawasan Asia Tenggara.

Sedangkan kelelawar pemakan serangga (Microchiroptera) umumnya memiliki

ukuran kecil. Microchiroptera terkecil hanya memiliki bobot dua gram dengan ukuran

lengan bawah sayapnya antara 22-115 mm (Suyanto, 2001).

Sayap kelelawar terdiri dari selaput tipis yang membentang antara tulang-

tulang telapak dan jari tangan atau anggota tubuh depan, sampai sepanjang sisi

samping tubuh dan kaki belakang. Tulang telapak dan jari tangan kelelawar

mengalami pemanjangan sehingga dapat berfungsi sebagai kerangka sayap. Semua

bidang biologi dan sejarah alam kelelawar berhubungan dengan keseimbangannya

untuk terbang. Kelelawar terbang relatif lebih lambat jika dibandingkan dengan

burung. namun kelelawar memiliki kecepatan lebih tinggi dalam bermanuver. Seperti

pesawat, pada saat terbang permukaaan dorsal sayap kelelawar berbentuk cembung

sedangkan permukaan ventralnya berbentuk cekung. Hal ini menyebabkan udara

bergerak lebih cepat melewati sayapnya. Kondisi ini akan mengurangi tekanan udara

relatif di atas sayap dan menghasilkan dorongan ke atas sekaligus melawan arah gaya

gravitasi bumi (Feldhamer at.all, 1999).

Page 8: PKMP 2008(Dahlan). judul: PENGARUH ARSITEKTUR LANGIT-LANGIT GUA  TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR  DI KAWASAN GUA GUDAWANG

Cara terbang kelelawar terkadang berbeda setiap jenisnya. Pada sebagian

kelelawar, terutama kelelawar pemakan sari bunga, dapat mengibaskan sayapnya

sebanyak 15 kali dalam satu detik. Kondisi ini memudahkan kelelawar untuk terbang

melayang. Hal ini dubuktikan oleh Anders Hedenstrom dari Universitas Lund di

Swedia, melelui penelitiannya Hedenstrom mengemukakan bahwa terdapat vortex

(pusaran angin) di batas depan sayap saat kelelawar mengibaskan sayapnya ke

bawah. Hal ini menyebabkan adanya pusaran ujung dan timbulnya pusaran angin di

seputar sayap selama melayang ke atas. Pusaran angin yang lengket ini seperti

gelembung/balon udara yang secara efektif mengubah bentuk sayap, mendorong

udara bergerak seputar sayap dengan bentuk yang kompleks. Aliran udara ini

memberikan kelelawar sedikit dorongan ke atas dengan menurunkan tekanan udara di

bawah sayap (Republika, 2008).

Pada umumnya kelelawar berkembang biak sekali setahun dengan masa

bunting 3-6 bulan. Kelelawar hanya melahirkan satu anak dalam satu siklus

reproduksi (kecuali Lasiurus borealis yang dapat melahirkan lima anak) dengan

bobot anak mencapai 25-30% dari bobot induknya (Suyanto, 2001).

3.Tingkah Laku

Kelelawar merupakan satwa nokturnal karena mereka mengabiskan waktu di

siang hari untuk beristirahat dan mencari makan. Sebagian besar koloni kelelawar

memilih gua sebagai tempat beristirahat (bertengger). Hal ini karena gua relatif aman

dari gangguan dan di dalamnya tersedia siklus hidup yang teratur (Abdullah, 2002).

Perilaku kelelawar dalam bertengger sangat unik dan berbeda dengan cara

bertengger burung pada umumnya. Selama bertengger, kelelawar dapat menggunakan

berbagai macam sikap. Pada posisi terbalik, kelelawar beretengger dengan sayap

terlipat yang membungkus tubuhnya. Sebagian kelelawar kecil (Microchiroptera)

melekatkan diri pada ujung daun pisang muda yang tergulung. Kelelawar lainnya

bergantung pada dinding tegak lurus dengan sayap yang ditudungkan pada dua sisi

tubuhya. Ibu jari mendapat pegangan tambahan, sedangkan sayap-sayapnya

digunakan sebagai penopang untuk memisahkan kepala dari dinding (Ensiklopedia

Indonesia, 2003 dalam Rianti, 2006).

Page 9: PKMP 2008(Dahlan). judul: PENGARUH ARSITEKTUR LANGIT-LANGIT GUA  TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR  DI KAWASAN GUA GUDAWANG

Kelelawar gua sebagian besar dihuni oleh kelelawar pemakan serangga.

Ukuran bola matanya yang relatif kecil tidak berfungsi sebagai alat penglihatan

merupkan bentuk dari adaptasi morfologi kelelawar terhadap lingkungan gua yang

gelap. Kemampuan penglihatan kelelawar untuk terbang dalam kegelapan ditunjang

oleh kemampuan penala gema yang atau sering disebut ekholokasi. Ekholokasi

merupakan kemampuan untuk menangkap pantulan gelombang ultrasonik dari suara

kelelawar yang mengenai benda diam maupun bergerak (Suyanto, 2001). Pantulan

gelombang dari suara ultrasonik ini juga dapat digunakan untuk mengenali dan

melacak posisi mangsa. Hal ini dibuktikan Griffin (1960) dalam Vandel (1965)

Kelelawar jenis Myotis lucifigus dapat melacak mangsanya pada jarak 21-135 cm dan

dalam wktu satu menit dapat menangkap sepuluh nyamuk dan 41 lalat.

G.2. Bio-Ekologi Gua

Gua merupakan suatu fenomena alam yang terbentuk karena aliran yang

menimpa batuan di daerah berkapur secara terus menerus dalam jangka waktu lama.

Hal ini menyebabkan terjadinya perombakan struktur batuan dan menghasilkan di

dalam tanah baik vertikal maupun horizontal dengan berbagai dekorasi di dalamnya.

Gua merupakan habitat bagi berbagai jenis satwa liar seperti kelelawar, walet,

jangkrik, ikan, dan beberapa jenis serangga. Dipandang dari sudut ekonomi gua

merupakan penghasil sarang burung walet alami yang bernilai tinggi dan dapat

bermanfaat sebagi obat, selain itu gua juga dapat dijadikan sebagai objek wisata alam

yang dapat menghasilkan keuntungan asalkan dengan manajeman pengelolaan yang

baik dan optimal. Gua juga berperan penting dalam proses pemurnian air.

Kondisi di dalam gua menurut Mohr dan Poulsan (1966) dalam (Apriandi,

2004) dapat dibedakan menjadi tiga mintakat yaitu :

1. Mintakat senja, yaitu daerah di sebagian mulut gua yang masih ditumbuhi tanaman

hijau dan disinari sinar matahari.

2. Mintakat gelap, yaitu daerah dengan suhu udara berubah-ubah serta kelembaban

berfluktuasi sesuai dengan perubahan kondisi cuaca di luar gua.

3. Mintkat gelap abadi, yaitu daerah dengan suhu udara konstan, relatif sama dengan

suhu air dan tidak dipengaruhi oleh kondisi cuaca di luar gua.

Page 10: PKMP 2008(Dahlan). judul: PENGARUH ARSITEKTUR LANGIT-LANGIT GUA  TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR  DI KAWASAN GUA GUDAWANG

Komunitas yang terdapat di dalam gua dapat dikelompokkan ke dalam

komunitas langit-langit gua dan komunitas lantai gua. Komponen penghuni langit-

langit gua terdiri dari kelelawar dan burung walet, sedangkan komponen lantai gua

terdiri dari guano dan berbagai satwa mikrofauna yaitu kecoa, kumbang, lalat, kutu,

laba-laba, semut, katak, cecurut, jangkrik, dan lipan. Serta mikroorganisme seperti

collembella dan berbagai jenis cendawan (Mustari dan priyono, 1993).

Kawasan Gua Gudawang merupakan salah satu objek wisata alam yang ada

di Jawa Barat. Di kawasan seluas kurang lebih 25 hektar ini terdapat belasan gua

alam. Obyek wisata yang terletak di Desa Argapura, Cigudeg, Kabupaten Bogor ini

terdapat tiga gua yang dapat dinikmati wisatawan, yakni Gua Simenteng, Gua

Sipahang dan Gua Simasigit (Dinas Pariwista Jawa Barat, 2006).

H. METODOLOGI PELAKSANAAN PROGRAM

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berada di Kawasan Gua Gudawang, kampung cipinang,

Desa Argapura, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Penelitian akan dilakukan selama empat bulan.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan selama penelitian mencakup spesimen kelelawar,

kloroform, alkohol 95% skala Beufort, dan air. Sedangkan alat yang digunakan

adalah sebagai berikut :

1. Alat Pemetaan Gua, Pengukuran Fisik Gua, dan Analisis Vegetasi

Alat yang digunakan untuk pemetaan gua dan analisis vegetasi antara lain;

kompas, klinometer dari busur, Werpak (Coverall), Sepatu Boot, Altimeter, Pita ukur

30 m, Lux meter, Termohygrometer digital, Senter, GPS, Head Lamp, Tally sheet,

Meja jalan, golok, Tali rafia, Alat tulis, dan kalkulator.

2. Alat Penangkapan Kelelawar dan Pembuatan Spesimen

Penangkapan dan pembuatan spesimen kelelawar menggunakan alat-alat

diantaranya ; Mistnet (jaring kabut), Handnet, Tali rafia, Sarung tangan wol, Blacu

(kantung spesimen), galah bambu, timbangan (100 gr), kaliper, alat bedah (cutter,

Page 11: PKMP 2008(Dahlan). judul: PENGARUH ARSITEKTUR LANGIT-LANGIT GUA  TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR  DI KAWASAN GUA GUDAWANG

pinset, dan jarum suntik), toples spesimen, kertas kalkir, benang nillon, millimeter

block, kapas, kantong plastik, sarung tangan karet, dan kamera digital.

3. Alat Pengamatan Perilaku Kelelawar

Pengamatan perilaku kelelawar dilakukan dengan menggunakan alat antara

lain; Alat pengkur waktu (arloji), Tally sheet, senter, meja jalan,dan alat pencatat.

C. Jenis Data dan Informasi yang Diperlukan

1. Data Primer

Data primer yang dikumpulkan meliputi :

a). Karakteristik fisik gua seperti panjang lorong, tinggi lorong, lebar lorong, ukuran

mulut gua, sudut arah dan sudut kelerengan, ketinggian tempat, dan titik

koordinat gua. Sedangkan karakteristik mikro-klimat gua yang diukur mencakup;

suhu, kelembaban, intensitas cahaya, kecepatan angin, dan tekanan udara.

(Apriandi, 2004).

b). Karakteristik fisik mikroklimat tempat bergantung kelelawar yang meliputi

panjang gua rata-rata, jarak dan tempat bertengger dari mulut gua, suhu,

kelembaban, dan tinggi tempat bertengger dari dasar gua.

c). Arsitektur langit-langit gua yang dijadikan tempat bertengger kelelawar; meliputi

diameter cekungan langit-langit gua, tinggi cekungan, dan selisih ketinggian

ujung cekungan.

d). Karakteristik morfologi kelelawar yang mencakup : ukuran tubuh dengan panjang

ekor (E), panjang kaki belakang tanpa cakar (KB), panjang kaki belakang dengan

cakar (CU), panjang lengan bawah sayap (LB), panjang betis (B), panjang telinga

(T), dan panjang badan sampai kepala (P), dan bobot badan (BB) (Apriandi,

2004).

e). Variabel sebaran spasial setiap jenis kelelawar pada setiap gua yang mencakup

variabel data jenis kelelawar dan dugaan populasi setiap jenis (Rianti, 2006).

2. Data Sekunder

Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu peta lokasi kawasan

Gua Gudawang, kondisi fisik lokasi penelitian, kondisi biologi lokasi penelitian, dan

kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar penelitian.. Informasi mengenai kehadiran

Page 12: PKMP 2008(Dahlan). judul: PENGARUH ARSITEKTUR LANGIT-LANGIT GUA  TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR  DI KAWASAN GUA GUDAWANG

fauna gua lain dan informasi mengenai keberadaan serta kondisi masing-masing gua

secara umum dari berbagai sumber.

D. Metode Penelitian

Metode penelitian dan pengumpulan data dilakukan dengan membuat titik-

titik pengukuran pada mulut gua dan areal tempat bertengger kelelawar. Pengukuran

panjang dan lebar mulut gua serta posisi koordinat mulut gua berdasarkan GPS

dilakukan di mulut gua. Pengukuran suhu, kelembaban, dan identifikasi di sekitar

mulut gua dilakukan di sekitar mulut gua. Di areal tempat bertengger kelelawar

dilakukan pengukuan suhu, kelembaban, jarak tempat bertengger dari mulut gua,

jarak tempat bertengger dari intensitas cahaya matahari sama dengan nol, dugaan

populasi dan tinggi tempat bertengger. Penelitian yang paling penting adalah

pengamatan arsiterktur langit-langit gua yang dihubungkan dengan keanekaragaman

jenis kelelawar yang bertengger di tempat tersebut. Hal ini dilakukan dengan

pengambilan sampel dari masing-masing tempat bertengger tiap-tiap arsitektur langit-

langit gua. Aspek langit langit gua yang diukur, yaitu diameter cekungan, tinggi

cekungan, dan selisih ketinggian ujung cekungan tempat bertengger kelelawar.

Identifikasi karakteristik morfologi kelelawar diawali dengan penangkapan

kelelawar dengan menggunakan jaring kabut (mistnet). Jaring kabut yang dipakai

untuk menangkap kelelawar adalah jaring yang memiliki mesh (lebar mata jaring) 30-

32 mm dengan ketebalan benang jaring 80 Denier (1 Denier = masa 90 m benang

nilon skala gram), serta benang nilon yang beruntai rangkap. Penangkapan kelelawar

juga dapat menggunakan handnet, terutama untuk kelelawar yang berukuran besar.

Kelelawar yang diidentifikasi ialah kelelawar yang sudah dewasa dan utuh tubuhnya

(Suyanto, 2001).

Identifikasi kondisi fisik kelelawar diawali dengan mematikan kelelawar

tersebut dengan cara dibius. Pembiusan ini dilakukan dengan kapas yang telah diberi

kloroform. Kelelawar akan mati dalam kurun waktu empat sampai lima menit

(Suyanto, 2001).Sampel kelelawar yang telah mati diambil, dicatat jumlahnya, ukuran

tubuh, jenis kelamin, dan bobot untuk diidentifikasi dengan menggunakan

karakteristik morfologinya. Parameter-parameter yang dijadikan acuan dalam

Page 13: PKMP 2008(Dahlan). judul: PENGARUH ARSITEKTUR LANGIT-LANGIT GUA  TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR  DI KAWASAN GUA GUDAWANG

melakukan identifikasi antara lain : cakar, rambut, selaput kulit, ekor, telinga, lipatan

kulit hidung, bentuk hidung, panjang ruas jari akhir dan ukuran tubuh luar (Apriandi,

2004).

Setelah pengkuran tubuh luar selesai, sampel yang diambil kemudian

diawetkan untuk dibuat spesimen. Metode pembuatan spesimen dibuat secara

lansung, yakni dengan merendam sampel ke dalam alkohol 95% skala Beufort.

Setelah semua data terkumpul, data dan informasi yang didapat dicatat dalam Tally

sheet. Pendugaan populasi kelelawar pada koloni dilakukan berdasarkan luas tempat

bertengger (Rianti, 2006). Selanjutnya berdasarkan data yang didapat di lapangan

dapat diambil sebuah kesimpulan mengenai pengaruh arsitektur langit-langit gua

terhadap keanekaragaman jenis kelelawar.

I. JADWAL KEGIATAN PROGRAM

Penelitian ini direncanakan berlangsung selama empat bulan. Rencana

pelaksanaan ini tertera pada tebel di bawah ini.

Tabel 1. Rencana Jadwal Pelaksanaan Program

Kegiatan/Waktu Bulan ke- 1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Konsultasi dan Pembimbingan Pengukuran Karakteristik Mulut Gua Pengukuran Karakteristik Tempat Bertengger Pengukuran Arsitektur Tempat Bertengger Pengukuaran Karakteristik Morfologi Kelelawar Pembuatan Spesimen Kelelawar Analisis Data Penyusunan Laporan

J. NAMA DAN BIODATA KETUA SERTA ANGGOTA

A. Ketua Pelaksana Kegiatan

a. Nama Lengkap : Marwa Prinando

b. NIM : E34070087

Page 14: PKMP 2008(Dahlan). judul: PENGARUH ARSITEKTUR LANGIT-LANGIT GUA  TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR  DI KAWASAN GUA GUDAWANG

c.Departemen : Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

d. Institut : Institut Pertanian Bogor

e. Waktu untuk kegiatan PKM : 12 jam / minggu

B. Anggota Pelaksana kegiatan :

1. a. Nama Lengkap : Dahlan

b. NIM : E34070096

c. Departemen : Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

d. Institut : Institut Pertanian Bogor

e. Waktu untuk kegiatan PKM : 12 jam / minggu

2. a. Nama Lengkap : Hadi Surono

b. NIM : E3470088

c. Departemen : Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

d. Institut : Institut Pertanian Bogor

e. Waktu untuk kegiatan PKM : 12 jam / minggu

3. a. Nama Lengkap : Novriyanti

b. NIM : E34070090

c. Departemen : Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

d. Institut : Institut Pertanian Bogor

e. Waktu untuk kegiatan PKM : 12 jam / minggu

4. a. Nama Lengkap : Indra Zulkarnain

b. NIM : E34062784

c. Departemen : Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

d. Institut : Institut Pertanian Bogor

e. Waktu untuk kegiatan PKM : 12 jam / minggu

K. NAMA DAN BIODATA DOSEN PENDAMPING

1. Nama Lengkap : Dr. Ir. Abdul Haris Mustari, MSc. 2. NIP : 131 955 532

3. Golongan Pangkat : III d 4. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

Page 15: PKMP 2008(Dahlan). judul: PENGARUH ARSITEKTUR LANGIT-LANGIT GUA  TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR  DI KAWASAN GUA GUDAWANG

5. Fakultas/Program Studi : Kehutanan/ Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

6. Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor

7. Bidang Keahlian : Ekologi Satwa Liar 8. Waktu untuk kegiatan PKM : enam jam/minggu

L. BIAYA

No. Kebutuhan Jumlah Harga Satuan Harga

1 Kloroform 5 L Rp. 20.000,00/L Rp. 100.000,00

2 alkohol 95% 10 L Rp. 20.000,00/L Rp. 200.000,00

3 Kompas 5 Rp. 20.000,00/buah Rp. 100.000,00

4 Klinometer busur 1 Rp. 25.000/sewa Rp. 25.000,00

5 Werpak 5 Rp. 60.000,00/buah Rp. 300.000,00

6 Sepatu Bot 5 Rp. 40.000,00/buah Rp. 200.000,00

7 Altimeter 1 Rp. 50.000/sewa Rp. 50.000,00

8 Pita Ukur 30 m 5 Rp. 40.000,00/buah Rp. 200.000,00

9 Lux Meter 1 Rp. 100.000/ sewa X 2 Rp. 200.000,00

10 Termohygrometer 1 Rp. 100.000,00/sewa X 2 Rp. 200.000,00

11 Senter 5 Rp. 20.000,00/buah Rp. 100.000,00

12 GPS 1 Rp. 50.000,00/sewa Rp. 50.000,00

13 Head Lamp 5 Rp. 75.000,00/buah Rp. 375.000,00

14 Tally Sheet 20 Rp. 200,00/buah Rp. 4000,00

15 Meja Jalan 1 Rp. 25.000/sewa Rp. 25.000,00

16 Golok 5 Rp. 35.000,00/buah Rp.175.000.00

17 Tali Rafia 10 gulung Rp. 1000,00/buah Rp. 10.000,00

18 Alat Tulis 5 Rp. 3500,00/set Rp. 17.500,00

19 Kalkulator 5 Rp. 70.000/buah Rp. 35.000,00

Page 16: PKMP 2008(Dahlan). judul: PENGARUH ARSITEKTUR LANGIT-LANGIT GUA  TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR  DI KAWASAN GUA GUDAWANG

20 Mistnet 25 meter Rp. 30.000,00/meter Rp.750.000,00

21 Handnet 5 Rp. 25.000/buah Rp. 125.000,00

22 Sarung Tangan Wol 5 pasang Rp. 5000,00/pasang Rp. 25.000,00

23 Kantung Spesimen 1 pack Rp. 20.000 Rp. 20.000,00

24 Galah Bambu 5X5

meter Rp. 4000,00/meter Rp. 100.000,00

25 Timbangan (100g) 2 Rp. 25.000/sewa Rp. 50.000,00

26 Kaliper 1 Rp. 50.000,00/sewa Rp. 50.000,00

27 Alat Bedah 5 Rp. 4500,00/buah Rp. 22.500,00

28 Toples Spesimen 8 Rp. 12.500,00/buah Rp.100.000,00

29 Kertas Kalkir 1 Rp. 10.000,00/buah Rp.10.000,00

30 Benang Nillon 1 Rp. 11.000,00 Rp.11.000,00

31 Milimeter Block 1 Rp. 3000,00 Rp. 3000,00

32 Kapas 2 Rp. 20.000,00 Rp. 40.000,00

33 Kantung Palstik 2 bks Rp. 15.000,00/bks Rp. 30.000,00

34 Sarung Tangan karet 5 Rp. 3500,00/set Rp. 17.500,00

35 Transportasi 5 orang X 12 PP Rp. 25.000,00/orang/PP Rp.1.500.000,00

36 Komunikasi Rp. 100.000,00 Rp. 100.000,00

37 Literatur Rp. 100.000,00 Rp. 100.000,00

38 Administrasi 5 orang X 12 Rp. 6000,00/0rang Rp. 360.000,00

39 Pembuatan Proposal 5 bundel Rp. 5000,00/bundel Rp. 25.000,00

40 Dokumentasi Rp. 50.000,00 Rp. 50.000,00

41 Pembuatan Laporan Rp. 50.000,00 Rp. 50.000,00

Total Biaya Rp.5.905.500,00

Page 17: PKMP 2008(Dahlan). judul: PENGARUH ARSITEKTUR LANGIT-LANGIT GUA  TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR  DI KAWASAN GUA GUDAWANG

M. LAMPIRAN

1. DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Rara.2002. Tingkah Polah Kelelawar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Apriandi, Johan.2004.Keanekaragaman dan Kekerabatan Jenis Kelelawar Berdasrkan Kondisi Fisik Mikro-Klimat Tempat Bertengger

pada Beberapa Gua di Kawasan Gua Gudawang.[skripsi]. Bogor.

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Corbet, G.B dan Hill J. E. 1992. The Mammals of The Indomomalayan Region: A

Systematic Review. New York : Oxford Univercity

Dinas Pariwisata Jawa Barat. 2006. Tempat Wisata Jawa Barat. Dalam website www.sg.my-indonesia.info/filedata [29 September 2008]

Feldhamer, at.all.1999. Mammalogy: Adaptation, Diversity, and ecology. New York :

McGraw-Hill Companies.

Mustari, A.H. dan Priyono, Agus.1993. Laporan Akhir Identifikasi Beberapa jenis

Kelelawar dalam ekosisitem Gua Cepeureu di Hutan Pendidikan

Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat. Bogor. Proyek dan

Perawatan Fasilitas IPB.

Maryanto, I. dan Maharadatunkamsi.1991. Kecebderungan Jenis-jenis Kelelawar

dalam Memilih Tempat bertengger pada Beberapa Gua di

Kabupaten Sumbawa. Pulau Sumbawa, Media Konservasi

Volume 3.

Republika. 2008. Kelelawar Melayang Karena Gelembung Udara. Dalam website

www.republika.co.id [ 29 September 2008]

Rianti, Indri Puji. 2006. Keanekaragaman Jenis dan Pola Penggunaan Ruang

Bertengger Kelelawar di Beberapa Gua di Taman Nasional Alas

Purwo, Jawa Timur.[Skripsi]. Bogor. Departemen Konservasi

sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut

Pertanian Bogor.

Suyanto, A. 2001. Panduan Lapangan Kelelawar di Indonesia. Bogor. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Biologi-LIPI Bogor.

Page 18: PKMP 2008(Dahlan). judul: PENGARUH ARSITEKTUR LANGIT-LANGIT GUA  TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR  DI KAWASAN GUA GUDAWANG

Vandel, A,1965. Biospeology. The Biology of Covernicoloums Animals. New York :

Pargemon.

Wiyatna, M.F. 2002. Potensi Indonesia sebagai Penghasil Guano Kelelawar, Program

Pasca sarjana.http//www.makalah falsafah sains. [29 September

2008]

2. RIWAYAT HIDUP KETUA DAN ANGGOTA PELAKSANA

A. Ketua Pelaksana Kegiatan Nama Lengkap : Marwa Prinando

NIM : E34070087

Tempat, Tanggal Lahir : Sungai Galuh,25 Maret 1989

Agama : Islam

Fakultas/Program studi : Kehutanan/ Konservasi Sumberdaya Hutan

Dan Ekowisata

Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor

Alamat Rumah : Jl. Turi, RT 02 RW 04, Desa Sarimulya

Kec. Rimbo Ilir, Kab. Tebo, Jambi

Alamat di Bogor : Wisma Amigo, Babakan Doneng, Darmaga

Riwayat Pendidikan :

a. SD Negeri 035 Pantai Cermin, Riau (1995-1996)

b. SD Negeri 212 Sarimulya, Jambi (1996-2000)

c. SD Negeri 017 Bangun Jaya, Riau (2000-2001)

d. SMP Negeri 2 Tambusai, Riau (2001-2003)

e. SMP Negeri 22 Tebo, Jambi (2003-2004)

f. SMA Negeri 2 Tebo, Jambi (2004-2007)

g. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

(2007-sekarang)

Pengalaman Organisasi :

a. Ketua OSIS SMP Negeri 2 Tambusai, Riau (2002-2003)

b. Marching Band Wahana Kreasi SMA Negeri 2 Tebo (2005-2006)

Page 19: PKMP 2008(Dahlan). judul: PENGARUH ARSITEKTUR LANGIT-LANGIT GUA  TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR  DI KAWASAN GUA GUDAWANG

c. Wakil Ketua OSIS SMA Negeri 2 Tebo (2006-2007)

d. Humas Himpunan Mahasiswa Jambi IPB (2007-sekarang)

e. Divisi Advokasi LS Bina Desa BEM KM IPB (2007-sekarang)

f. FORCES IPB (2008-sekarang)

Karya Ilmiah :

a. Dampak Kenaikan Harga Bensin Terhadap Kenyamanan Pengendara

Sepeda Motor.

b. Kolaborasi Minyak Tanah, Merica, dan Kapur Barus sebagai Obat

Perontok Rambut pada Kaki.

c. Pemanfaatan Limbah Teh Serbuk sebagai Bahan Pupuk Alami

Alternatif untuk Meningkatkan Pertumbuhan Pada Tanaman Kacang

Hijau.

d. Koperasi Part-Member sebagai Upaya Alternatif Pemberdayaan

Ekonomi bagi Suku Anak Dalam di Kabupaten Tebo, Propinsi Jambi.

e. Asuransi Kerugian Berbasis Modal Sosial Kolektif sebagai Upaya

Pemberdayaan Ekonomi bagi Masyarakat Peisan.

f. Prestasi dan Potensi Pertanian Dalam Pembangunan Ekonomi

Nasional yang Berkelanjutan.

Prestasi :

a. Juara II Olimpiade Fisika SMP Kabupaten Tebo (2003)

b. Juara I Olimpiade Fisika SMA Kabupaten Tebo (2006)

c. Juara III Honda Best Sudent Kabupaten Bungo dan Tebo (2006)

d. Juara IV Honda Best Student Propinsi Jambi (2006)

e. Finalis Olimpiade Sains Propinsi Jambi (2007)

f. Finalis Olimpiade IPA Propinsi Jambi (2007)

g. Juara III LKT Komunitas Adat Terpencil Nasional (2007)

B. Anggota Pelaksana

1.Nama Lengkap : Dahlan

NIM : E34070096

Tempat, tanggal lahir : Siak, 18 Juli 1988

Page 20: PKMP 2008(Dahlan). judul: PENGARUH ARSITEKTUR LANGIT-LANGIT GUA  TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR  DI KAWASAN GUA GUDAWANG

Agama : Islam

Fakultas/Program studi : Kehutanan/Konservasi Sumberdaya Hutan

Dan Ekowisata

Perguruan tinggi : Institut Pertanian Bogor

Alamat Rumah : Jalan Sultan Syarif Kasim, Siak, Riau

Alamat Bogor : Villa Perwira, Darmaga

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

a. SD Negeri 4 Air Senda, Sumatera Selatan (1995-2001)

b. SLTP Negeri 1 Bunga Raya, Riau (2001-2004)

c. SMA Negeri 1 Bunga Raya, Riau (2004-2007)

d. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

(2007-sekarang)

Pengalaman Organisasi :

a. Divisi Pendidikan OSIS SMA Negeri 1 Bunga Raya (2006-2007)

b. DKR Pramuka SMA Negeri 1 Bunga Raya (2006-2007)

c. FORCES IPB (2008-sekarang)

Prestasi :

a. Finalis Lomba Cerdas Cermat Kabupaten Siak (2003)

b. Finalis Olimpiade Kimia Kabupaten Siak (2005)

2.Nama Lengkap : Hadi Surono

NIM : E34070088

Tempat, tanggal lahir : Rimbo Bujang, 3 Juni 1989

Agama : Islam

Fakultas/Program studi : Kehutanan/Konservasi Sumberdaya Hutan

Dan Ekowisata

Perguruan tinggi : Institut Pertanian Bogor

Alamat Rumah : Rimbo Ulu, Kabupaten Tebo, Jambi

Alamat Bogor : Wisma Amigo, Babakan Doneng, Darmaga

Email : [email protected]

Page 21: PKMP 2008(Dahlan). judul: PENGARUH ARSITEKTUR LANGIT-LANGIT GUA  TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR  DI KAWASAN GUA GUDAWANG

Riwayat Pendidikan :

a. SD Negeri 120/VIII Suka Maju (1995-2001)

c. SLTP Negeri 3 Tebo, Jambi (2001-2004)

d. SMA Negeri 2 Tebo, Jambi (2004-2007)

e. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

(2007-sekarang)

Pengalaman Organisasi :

a. Ketua OSIS SMA N 2 Tebo (2006-2007)

b. Marching Band Wahana Kreasi SMAN 2 Tebo (2006-2007)

c. LDK DKM Alhurriyyah (2007-sekarang)

Prestasi

a. Juara I Olimpiade Matematika SMP Kabupaten Tebo (2003)

b. Juara II Olimpiade Matematika SMP & SMA Kabupaten Tebo (2004)

c. Juara I Olimpiade Matematika SMA Kabupaten Tebo (2005)

d. Juara I Olimpiade Matematika SMA Kabupaten Tebo (2006)

e. Juara II Workshop LPIR Propinsi Jambi (2005)

Karya Ilmiah :

a. Taman Rimba Aneka Ria Objek Wisata Propinsi Jambi

b. Tipe Penyebaran Virus Flu Burung

3.Nama Lengkap : Novriyanti

NIM : E34070090

Tempat, tanggal lahir : Rantau Panjang, 14 November 1989

Agama : Islam

Fakultas/Program studi : Kehutanan/Konservasi Sumberdaya Hutan

Dan Ekowisata

Perguruan tinggi : Institut Pertanian Bogor

Alamat Rumah : Jln. Poros, Desa Sumber Agung, Margo-Tabir

Kabupaten Merangin, Jambi

Page 22: PKMP 2008(Dahlan). judul: PENGARUH ARSITEKTUR LANGIT-LANGIT GUA  TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR  DI KAWASAN GUA GUDAWANG

Alamat Bogor : Jl. Babakan Tengah No. 64 Rt 02/09

Dramaga, Bogor

Riwayat Pendidikan:

a. SDN 91/VI Rantau Panjang (1995 – 2001)

b. SMPN 10 Merangin (2001- 2004)

c.SMAN 2 Merangin (2004 – 2007)

d.Institut Pertanian Bogor (2007- sekarang)

Pengalaman Organisasi :

a.Anggota Bidang Politik dan Kepemimpinan OSIS SMP (2001-2002)

b. Sekretaris Osis SMP (2002-2003)

c. Ka. Bidang Politik dan Kepemimpinan OSIS SMA (2004-2005)

d. Sekretaris OSIS SMA (2005-2006)

e. Anggota Purna Paskibraka SMA 2006

f. Ka. Bidang Pemberdayaan Perempuan HMI Komisariat Fakultas

Kehutanan IPB (2007-sekarang)

Prestasi

a. Juara II Workshop LPIR PRopinsi Jambi (2005)

b. Juara I Olimpiade Matematika SMA Kabupaten Tebo (2005)

c. Nominasi 10 Besar Honda Best Student Kab. Merangin (2006)

Karya Ilmiah :

a.Taman Rimba Aneka Ria Objek Wisata Propinsi Jambi

4.Nama Lengkap : Indra Zulkarnain

NIM : E34062784

Tempat, tanggal lahir : Montpellier, 5 juli 1988

Agama : Islam

Fakultas/Program studi : Kehutanan/Konservasi Sumberdaya Hutan

Dan Ekowisata

Perguruan tinggi : Institut Pertanian Bogor

Alamat Rumah : Jl. Kecubung No. 10 Baranangsiang II Bogor

Alamat Bogor : Jl. Kecubung No. 10 Baranangsiang II Bogor

Page 23: PKMP 2008(Dahlan). judul: PENGARUH ARSITEKTUR LANGIT-LANGIT GUA  TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR  DI KAWASAN GUA GUDAWANG

Riwayat Pendidikan:

a. SDN Bangka 3 Bogor (1994 – 2000)

b. SMP Negeri 2 Bogor (2000 – 2003)

c. SMA Negeri 3 Bogor (2003 – 2006)

d.Institut Pertanian Bogor (2006- sekarang)

Pengalaman Organisasi :

a. HIMAKOVA (Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan

Ekowisata) 2007 - sekarang

Pengalaman Kegiatan Lapang/Penelitian :

a. Eksplorasi Flora-Fauna dan Ekowisata Indonesia (Rafflesia 2008) di

Cagar Alam Gunung Simpang, Bandung, Jawa Barat.

b. Studi Konservasi Lingkungan (SURILI 2008) di Taman Nasional Bukit

Baka-Raya, Kalimantan Barat.

c. Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) Sancang - Kamojang

Jawa Barat 2008.

3. DAFTAR RIWAYAT HIDUP DOSEN PEMBIMBING

Nama Lengkap : Dr. Ir. Abdul Haris Mustari, MSc.

NIP : 131 955 532

Tempat, tanggal lahir : Bone(Sulawesi) / 15 Oktober 1965

Kantor / Unit Kerja : Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan

Ekowisata IPB

Alamat kantor : Laboratorium Ekologi Satwa Liar

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Fakultas Kehutana, Institut Pertanian Bogor

PO. Box 168, Bogor 16001

1. Kota : Bogor

2. Telepon : (0251) 621 947

3. Faksimile : (0251) 621 947

4. e-mail : [email protected]

Page 24: PKMP 2008(Dahlan). judul: PENGARUH ARSITEKTUR LANGIT-LANGIT GUA  TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR  DI KAWASAN GUA GUDAWANG

Alamat Rumah : Jl. Randusari RT 06/03 No. 12 Kecamatan Darmaga

1. Kota : Bogor

2. Telepon : -

3. Faksimile : -

4. e-mail : [email protected]

5. No HP : 081513632477

Pendidikan :

1. Doktor of Philosophy (PhD)dalam bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam,

University of New England, Armidale, Australia, lulus bulan Oktober 2003.

PhD Thesis: Mustari AH. 2003. Ecology and conservation of lowland anoa, Bubalus

depressicornis in Southeast Sulawesi, Indonesia. University of New England,

Australia.

2. Master of Science, George-August University, Gottingen, Germany, lulus tahun

1995.

MSc Thesis, Mustari AH. 1995. Population and behaviour of lowland anoa

Bubalus depressicornis in Tanjung Amolengo Wildlife Reserve, SE Sulawesi,

Indonesia. George-August University Gottingen,Germany

3. Sarjana Kehutanan (Ir), Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas

Kehutanan Institut Pertanian Bogor, lulus tahun 1990.

Skripsi: Mustari AH. 1990. Studi hutan mangrove sebagai habitat burung air di

delta Sungai Cimanuk, Indramayu-Jawa Barat. Fakultas Kehutanan IPB.

Pengalaman Riset :

Tahun Judul penelitian/kegiatan

1989 Study on mangrove forest as habitat of water

birds in Cimanuk River Delta-West Java

1990-1993 Habitat, Population, behaviour and conservation

of proboscis monkey Nasalis larvatus in East

Kalimantan, Indonesia

1991 Environmental Impact Analyses National

Page 25: PKMP 2008(Dahlan). judul: PENGARUH ARSITEKTUR LANGIT-LANGIT GUA  TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR  DI KAWASAN GUA GUDAWANG

Petroleum Company PERTAMINA, South

Sumatra

1992 Environmental Impact Analyses of PT Caltex

Pacific Indonesia, Riau province-Sumatra

1993 Study on habitat and population of babirusa

(Babyrousa babyrussa) in the upper Paguyaman

River, North Sulawesi.

1993 Feasibility Study of proposed Nantu Wildlife

Reserve, North Sulawesi

1994-1995 Study on population and behaviour of lowland

anoa Bubalus depressicornis in Amolengu

Wildlife Reserve,SE Sulawesi

Sept 1996 Study on population and spatial distribution of

lowland anoa Bubalus depressicornis in

Amolengu Wildlife Reserve,SE Sulawesi

1996 Assessment of Sustainable Forest Management at

Forest Concessionaire in Jambi province-Sumatra

1996 Assessment of Sustainable Forest Management at

Forest Concessionaire of Barito Timber Pacific,

Maluku province

1996 Environmental Impact Analyses of the Peat

Swamp Forest in Central Kalimantan

November 1996-February

1997

Study on nutritional requirement of anoa (Bubalus

spp.) in Ragunan Zoo, Jakarta.

1997 Assessment of Sustainable Forest Management at

Forest Concessionaire of Aceh province-Sumatra

1998 Ecological Baseline Study in Bintuni Bay, West

Papua province

25 Year Management Plan of Bukit Tiga Puluh

Page 26: PKMP 2008(Dahlan). judul: PENGARUH ARSITEKTUR LANGIT-LANGIT GUA  TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR  DI KAWASAN GUA GUDAWANG

National Park, Sumatra

2000 25 Year Management Plan of Mangolo

Recreational Forest, SE Sulawesi

2000-2003 Ecology and conservation of lowland anoa

Bubalus depressicornis in SE Sulawesi,

Indonesia.

2006-2007 Kerjasama dengan PT INCO SOROWAKO

dalam penangkaran anoa di Sulawesi Selatan

Karya ilmiah :

Jurnal:

Alikodra, H.S., A.H.Mustari.1994. Study on ecology and conservation of

proboscis monkey (Nasalis larvatus) in Mahakam River Delta, East

Kalimantan; Behaviour and habitat function. Annual Report of

PUSREHUTVol.5:28-38.

Mustari, A.H. 1996. Population of lowland anoa in Tanjung Amolengo

Wildlife Reserve, Southeast Sulawesi, Indonesia. Media Konservasi5(1):1-3

Clayton, L., E.J. Milner Gulland, D.W. Sinaga, A.H. Mustari. 2000. Effect

of proposed ex-situ conservation program on in situ conservation of the

babirusa, an endangered Suid. Conservation Biology14(2):382-385.

Burton, J., J. Riley, A.H. Mustari. 2005. The Anoas (Bubalus depressicornis

& B. quarlesi):Taxonomic status, distribution and conservation

needs.Mammal Rev. 34

Mustari, A.H. 2006. Conservation and management recommendation for

lowland anoa in Sulawesi. Media Konservasi.

Prosiding:

Mustari, A.H. 1997. Illegal hunting of anoa (Bubalusspp.) in Southeast

Sulawesi. Proceeding, Eastern Indo-Australian Vertebrate Fauna.

Mustari, A.H. 2002. Ekologi makan anoa dataran rendah (Bubalus

Page 27: PKMP 2008(Dahlan). judul: PENGARUH ARSITEKTUR LANGIT-LANGIT GUA  TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR  DI KAWASAN GUA GUDAWANG

depressicornis) di Suaka Margasatwa Tanjung Peropa, Sulawesi Tenggara. In:

Sugir N, Suwelo IS, Wiryawan KG, Prawiradilaga DM, Syam, A, Farida WR,

Eds. Prosiding Seminar Nasional Biologi dan Konservasi Ungulata; Bogor, 5

Februari 2002. Bogor: PSIH IPB, Puslit Biologi LIPI, Puslitbang Hutan dan

Konservasi Alam, Dephut.

Rahman, A.M, A.H. Mustari. 2002. Studi karakteristik habitat anoa dataran

rendah (Bubalus depressicornis) di Pinogu, TN Bogani Nani Wartabone. In:

Sugiri N, Suwelo IS, Wiryawan KG, Prawiradilaga DM, Syam, A, Farida

WR, Eds. Prosiding Seminar Nasional Biologi dan Konservasi Ungulata;

Bogor, 5 Februari 2002. Bogor: PSIH IPB, Puslit Biologi LIPI, Puslitbang

Hutan dan Konservasi Alam, Dephut.