PKMM 2011 Fahmi Kampanye Anti Bunuh

download PKMM 2011 Fahmi Kampanye Anti Bunuh

of 20

Transcript of PKMM 2011 Fahmi Kampanye Anti Bunuh

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENGABDIAN MASYARAKAT (PKMM)

KAMPANYE ANTI BUNUH DIRI SEBAGAI USAHA MENINGKATKAN KESADARAN DAN SEMANGAT HIDUP MASYARAKAT PLAYEN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA

Diajukan oleh:

FAHMI HARISTIAN FAUZI RANI YUANITA ISRA NUR HANIFAH ARISTA MARTHA RUMADANY

NIM: 07401241013 NIM: 07401241044 NIM: 08401241035 NIM: 08401241004

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2011

HALAMAN PENGESAHAN 1. Judul Kegiatan : Kampanye Anti Bunuh Diri Sebagai Usaha Meningkatkan Kesadaran dan Semangat Hidup Masyarakat Playen Gunungkidul Yogyakarta : PKMM : Sosial Ekonomi : : Fahmi Haristian Fauzi : 07401241013 : PKnH : UNY : Jl. Arif Rahman Hakim No.25 Rt.02/01 Ds.Pasarkeong Kec. Cibadak LebakBanten 42351 : 085710389608 : [email protected] : 3 orang : : Halili, S.pd. : 19780514 200604 1 004 : Jl. Tawes Raya No.10 Minomartani, Sleman- Yogyakarta : 081931752746 : Rp.5.980.000 : Rp.5.980.000 :: 4 Bulan Yogyakarta, Juni 2011 Menyetujui, Ketua Jurusan PKnH Ketua Pelaksana Kegiatan

2. Bidang Kegiatan 3. Bidang Ilmu 4. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap b. NIM c. Jurusan d. Perguruan Tinggi e. Alamat Rumah

f. No. Telp/ HP g. Alamat Email 5. Anggota Pelaksana Kegiatan 6. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap b. NIP c. Alamat Rumah d. No Telp/HP 7. Biaya Kegiatan Total a. Sumber Dikti b. Sumber lain 8. Jangka Waktu Pelaksanaan

Anang Priyanto,M.Hum NIP.19580910 198503 1 003 Pembantu Rektor III

Fahmi Haristian Fauzi NIM. 07401241013 Dosen Pembimbing

Pror.Dr. Herminarto Sofyan NIP.19540809 197803 1 005

Halili, S.pd. NIP. 19780514 200604 1

ii

ABSTRAK Kampanye Anti Bunuh Diri Sebagai Usaha Meningkatkan Kesadaran dan Semangat Hidup Masyarakat Playen Gunung Kidul-Yogyakarta merupakan suatu suatu upaya sosialisasi yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan memperbaiki persepsi masyarakat mengenai tindakan bunuh diri serta meningkatkan semangat hidup masyarakat. Kabupaten Gunung Kidul Provinsi Yogyakarta sendiri merupakan salah satu daerah dengan angka bunuh diri paling tinggi di Indonesia. Rata-rata bunuh diri (suicide rate) di wilayah Gunung Kidul mencapai 4,48 per 100 ribu penduduk, angka ini jauh lebih besar dari rata-rata angka bunuh diri Indonesia yang mencapai 1,6-1,8 per 100 ribu penduduk. Dengan populasi penduduk sekitar 720.465 (2006), rata-rata terdapat 32,4 kejadian bunuh diri per tahun di Gunung Kidul. Dalam realitanya terdapat beberapa wilayah yang menjadi daerah rawan bunuh diri di Gunung Kidul, salah satunya adalah kecamatan Playen. Kegiatan ini dilaksanakan dalam format kampanye sosial yang diwujudkan dalam berbagai macam kegiatan meliputi penyuluhan, pembuatan media kampanye atau iklan layanan masyarakat serta pembentukan Crisis Centre for Suicide Prevention yaitu sebuah lembaga yang bertugas memberikan pendampingan terhadap masyarakat. Pada pelaksanaannya pola pendekatan dalam Kampanye Anti Bunuh Diri Sebagai Usaha Meningkatkan Kesadaran dan Semangat Hidup Masyarakat Playen Gunung Kidul Yogyakarta cukup berhasil dalam mempengaruhi persepsi masyarakat terkait bunuh diri, baik itu berupa stigma negatif (bunuh diri sebagai jalan keluar) maupun terhadap mitos-mitos yang berkembang terkait bunuh diri di dalam masyarakat. Masyarakat pun semakin terbantu dengan kehadiran pedoman dan lembaga pendamping yang siap memberikan dukungan sosial dalam rangka mencegah aksi bunuh diri di lingkungannya. Sehingga ke depan diharapkan angka bunuh diri masyarakat Gunung Kidul khususnya masyarakat Playen akan jauh menurun.

Keyword : Kampanye, Bunuh diri, Gunung Kidul

iii

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang telah diberikan, sehingga kami selaku pelaksana dapat melaksanakan Kampanye Anti Bunuh Diri sebagai Usaha Meningkatkan Kesadaran dan Semangat Hidup Masyarakat Pleyen Gunung Kidul Yogyakarta dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam semoga tercurah pada junjungan kita nabi Muhammad SAW kepada para keluarga, sahabat dan kita selaku umatnya sampai akhir zaman. Adapun tujuan dari program ini adalah sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran dan semangat hidup masyarakat Playen Gunung Kidul agar dapat terhindar dari perilaku menyimpang seperti bunuh diri dalam menghadapi berbagai macam permasalahan kehidupan. Pada kesempatan ini, kami selaku pelaksana mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan kegiatan ini, diantaranya 1. Bapak Halili, S.Pd selaku Pembimbing PKM, yang selalu hadir untuk memberikan masukan-masukan yang solutif dalam pelaksanaan program 2. Bapak Dr. Suharno, M.Si selaku Pembantu Dekan III FISE UNY, yang telah memberikan support dengan senantiasa mendampingi pelaksana dalam melaksanakan program tersebut 3. Camat Playen atas kerjasama yang baik sehingga program ini dapat berjalan dengan lancar 4. Para Kepala Desa serta tokoh masyarakat se kematan Playen 5. UPTD Puskesmas Playen I atas kerjasama yang baik dalam pembentukan crisis center. 6. Rekan-rekan Mahasiswa PKnH FISE UNY Kami selaku pelaksana sangat menyadari dalam pelaksanaannya, program ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna menunjang program-program selanjutnya. Akan tetapi hal tersebut tidak mengurangi harapan kami bahwa program ini akan membawa manfaat bagi masyarakat Indonesia terutama bagi masyarakat di kecamatan Playen Gunung Kidul-Yogyakarta.

Yogyakarta, Juni 2011

Pelaksana

iv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampai dengan saat ini, Kabupaten Gunung Kidul Provinsi Yogyakarta masih menjadi daerah dengan angka bunuh diri paling tinggi di Indonesia. Data dari media menunjukkan, rata-rata bunuh diri (suicide rate) di wilayah Gunung Kidul mencapai 4,48 per 100 ribu penduduk, angka ini jauh lebih besar dari rata-rata bunuh diri di Jakarta yang hanya mencapai 1,2-1,6 per 100 ribu penduduk dan rata-rata angka bunuh diri Indonesia yang mencapai 1,6-1,8 per 100 ribu penduduk. Dengan populasi penduduk sekitar 720.465 (2006), ratarata terdapat 32,4 kejadian bunuh diri per tahun di Gunung Kidul (Media Indonesia). Fakta serupa juga tergambar dari data bagian Reserse dan Kriminal Kepolisian Resort Gunung Kidul terkait kasus bunuh diri yang terjadi di wilayah Gunung Kidul dalam lima tahun terakhir (2006-2010), sebagaimana ditunjukan dalam tabel berikut : Tabel 1: Data Kasus Bunuh Diri Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta Tahun 2001-2011 Tahun Kasus Bunuh Diri 2006 30 kasus 2007 39 kasus 2008 37 kasus 2009 29 kasus 2010 21 kasus Jumlah 156 kasus Sumber : Satuan Reserse dan Kriminal Polres Gunung Kidul Dari tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa angka bunuh diri di Gunung Kidul dalam kurun waktu lima tahun terakhir berada pada kisaran 2040 kasus per tahun, atau apabila dirata-rata mencapai 31,2 bunuh diri per tahun. Angka bunuh diri tertinggi pada tahun 2007 mencapai 39 kasus dan angka bunuh diri terendah pada tahun 2010 yaitu mencapai 21 kasus. Dari data bagian Reserse dan Kriminal Polres Gunung Kidul juga diketahui bahwa rata-rata pelaku bunuh diri tak lain adalah warga masyarakat dengan rentang umur 3570 tahun akan tetapi dalam beberapa waktu terakhir sempat pula diwarnai oleh beberapa kasus bunuh diri yang dilakukan oleh remaja. Mengenai motif atau alasan bunuh diri, setelah diidentifikasi ternyata rata-rata kasusnya disebabkan oleh depresi dan stress yang akibat terlilit persoalan ekonomi, penyakit yang tak kunjung sembuh, serta perceraian. Sedangkan bagi para remaja biasanya disebabkan oleh depresi akibat hal-hal sepele seperti putus cinta atau tak mampu menanggung rasa malu. Keadaan yang juga menarik adalah bahwa angka bunuh diri di Gunung Kidul juga dipengaruhi oleh masih tertanam kuatnya mitos Pulung Gantung di dalam masyarakat. Sedangkan modus bunuh diri secara umum adalah dengan gantung diri, hal ini dapat terlihat dari 95,74 persen pelaku memilih cara ini. Rata-rata angka bunuh diri di daerah tersebut mencapai 2 kasus per tahun. Terlepas dari semua itu, terdapat suatu kondisi 1

yang cukup mengkhawatirkan yaitu berkembangnya stigma bunuh diri sebagai satu-satunya jalan keluar dari segala permasalahan yang ada di dalam diri masyarakat. Bunuh diri dapat terjadi di seluruh wilayah di Gunung Kidul, dalam realitanya terdapat beberapa wilayah yang menjadi daerah rawan bunuh diri di Gunung Kidul, salah satunya adalah kecamatan Playen. Selama kurun waktu 2006-2010 telah terjadi 12 kasus bunuh diri di wilayah Playen. Terkait pelaku dan motif bunuh diri di kecamatan tersebut juga tidak jauh berbeda dengan rata-rata kasus bunuh diri di wilayah Gunung Kidul, namun yang perlu mendapat perhatian khusus adalah pada tahun 2005 terdapat aksi bunuh diri yang dilakukan oleh seorang anak berusia 10 tahun, yang nekat mengakhiri hidup hanya karena malu tidak memakai baju pramuka saat sekolah, itu pun bukan karena tidak punya akan tetapi karena baju pramuka tersebut masih basah lantaran di cuci. Keadaan ini setidaknya menggambarkan pada kita bahwa bunuh diri seolah sudah tersosialisasikan sebagai budaya dalam masyarakat, yang terjadi di masyarakat bukan hanya sebagai jalan keluar ketika menghadapi permasalahan yang pelik semata, akan tetapi juga permasalahanpermasalahan yang sifatnya sepele. Berangkat dari kenyataan diatas, kami selaku pelaksana menyimpulkan bahwa terdapat krisis prinsip hidup, motivasi, dan tujuan kehidupan dalam diri masyarakat Gunung Kidul. Apabila hal ini tidak segera mendapatkan perhatian yang serius, dikhawatirkan angka bunuh diri akan terus mengalami peningkatan seiring dengan semakin kompleksnya permasalahan kehidupan di masa yang akan datang, sehingga diperlukan suatu upaya sosialisasi yang bertujuan meningkatkan kesadaran dan semangat hidup masyarakat Gunung Kidul khususnya masyarakat di kecamatan Playen agar bisa bertahan dan mampu mengelola segala persoalan kehidupan tanpa harus dibayangi oleh pikiran untuk melakukan tindakan bunuh diri. Hal ini juga diperparah oleh belum adanya upaya yang optimal dari pemerintah dalam mencegah aksi bunuh diri masyarakat. Keadaan-keadaaan tersebutlah yang melatarbelakangi kami selaku pelaksana untuk menyelenggarakan kegiatan Kampanye Anti Bunuh Diri Sebagai Usaha Meningkatkan Kesadaran dan Semangat Hidup Masyarakat Playen Gunung Kidul-Yogyakarta. B. Rumusan Masalah 1. Masyarakat Playen mengalami krisis prinsip dan pedoman kehidupan 2. Masyarakat Playen kebanyakan belum memahami mengenai bagaimana mendeteksi gejala depresi sebagai langkah preventif guna mencegah tindakan bunuh diri baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat 3. Masyarakat Playen memerlukan semangat baru ( motivasi ) untuk tidak mudah putus asa dalam menghadapi segala macam persoalan kehidupan 4. Masyarakat memerlukan lembaga pendamping sebagai konsultan dalam rangka membantu mereka dalam menemukan solusi guna menyelasikan segala macam persoalan kehidupan.

2

C. Tujuan Program 1. Meningkatkan kesadaran masyarakat Playen akan pentingnya memiliki pedoman hidup sebagai acuan dalam mengahadap berbagai macam permasalahan kehidupan . 2. Meluruskan pemahaman masyarakat Playen mengenai stigma tindakan bunuh diri sebagai jalan keluar dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan. 3. Meningkatkan kualitas pribadi dan motivasi masyarakat Playen sehingga memiliki semangat hidup yang lebih tinggi. 4. Meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat Playen dalam mengantisipasi kemungkinan bunuh diri yang terjadi di lingkungannya. D. Luaran 1. Kegiatan ini dapat menciptakan suatu pola pendekatan yang berbeda di bidang pembinaan kesadaran masyarakat serta menjadi alternatif solusi pemecahan permasalahan bunuh diri di kalangan masyarakat Gunungkidul khususnya bagi masyarakat di Kecamatan Playen. 2. Kegiatan ini akan menghasilkan Modul Kampanye Anti Bunuh Diri Bagi Masyarakat Playen Gunungkidul-Yogyakarta 3. Kegiatan ini akan menghasilkan artikel terkait upaya menekan angka bunuh diri di kalangan masyarakat, yang akan dikirimkan ke jurnal nasional dan apabila memungkinkan jurnal internasional di bidang pengembangan masyarakat E. Kegunaan Program 1. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan bekal pengetahuan yang berguna bagi masyarakat terutama dalam rangka meluruskan stigma bunuh diri sebagai satu-satunya jalan keluar dari segala permasalahan kehidupan. Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan yang bertujuan meningkatkan kualitas diri masyarakat sehingga memiliki tingkat resiliensi yang baik dalam menghadapi berbagai macam permasalahan kehidupan. 2. Kegiatan ini akan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapai kemungkinan bunuh diri yang bisa terjadi di lingkungannya, yaitu dengan memberikan pengetahuan terkait gejala-gejala kejiwaaan yang dapat mendorong masyarakat untuk melakukan bunuh diri, agar masyarakat menjadi lebih faham dan mengerti bagaimana seharusnya memberikan treatment / perlakuan bagi warga masyarakat lain yang menunjukkan gejalagejala tersebut sehingga tindakan bunuh diri dapat dicegah. I. GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN Menurut data Badan Pusat Statisitik Gunung Kidul sebagaimana tercantum pada Gunung Kidul dalam angka tahun 2008 . Kecamatan Playen memiliki luas wilayah 105,26 Km2 atau 7,09 % dari luas Wilayah Gunug kidul Terdiri atas 13 desa antara lain meliputi Banyusoco, Plembutan, Bleberan, Getas, Dengok, Ngunut, Playen, Ngawu, Bandung, Logandeng, Gading, Banaran, dan Ngleri. Sebagian besar wilayah Playen berada dalam topografi wilayah dataran kecuali daerah Banyusoco dan Ngleri yang berada dalam topografi wilayah lereng/perbukitan. Jumlah Penduduk sebesar 53.395

3

jiwa dengan rasio kepadatan penduduk 507/km2 . Agama yang paling banyak dianut masyarakat playen adalah Islam disusul kemudian Kristen, Katolik, Hindu dan yang paling sedikit dianut adalah agama Budha. Rata-rata tingkat pendidikan penduduk baru sampai tingkat Sekolah Menengah Pertama. Mata pencaharian utama penduduk adalah pertanian, sisanya bekerja di sektor industri kecil dan rumahan. Berdasarkan angka pendapatan perkapita penduduk, diperoleh data jumlah kepala keluarga dalam kategori hampir miskin mencapai 3.671 kepala keluarga, kategori miskin sebesar 2.617 kepala keluarga, sedangkan untuk kategori sangat miskin mencapai 1.373 kepala keluarga. Kecamatan Playen termasuk ke dalam wilayah dengan angka bunuh diri yang tinggi yaitu dengan rata-rata 2 kasus bunuh diri per tahun. Pemilihan Playen tidak hanya didasarkan pada kondisi bahwa daerah dengan intensitas bunuh diri yang tinggi saja, akan tetapi terdapat kondisi yang paling mengkhawatirkan yaitu dalam beberapa tahun terakhir peristiwa kecenderungan bunuh diri (termasuk percobaan bunuh diri) yang terjadi tidak hanya di dominasi oleh orang-orang dewasa, akan tetapi juga dilakukan oleh para remaja. Di kecamatan ini pula tercatat pelaku bunuh diri dengan usia paling muda yaitu berusia 10 tahun yang mengakhiri hidup hanya karena seragam pramuka yang akan dipakainya ke sekolah basah lantaran dicuci. Hal ini setidaknya mengindikasikan bahwa semangat hidup masyarakat cenderung rendah, karena bunuh diri dilakukan bukan hanya sebagai jalan keluar ketika mengalami permasalahan hidup yang pelik saja, akan tetapi hal-hal sepele pun bisa memicu tindakan bunuh diri masyarakat. II. METODE PENDEKATAN Kegiatan ini dilaksanakan dalam format kampanye sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kesadran dan semangat hidup masyarakat melalui upaya penyadaran, pembinaan kualitas pribadi serta pendampingan masyarakat. Adapun dalam pelaksanaanya upaya-upaya tersebut diwujudkan dalam berbagai macam kegiatan antara lain berupa kegiatan penyuluhan, pembuatan media kampanye atau iklan layanan masyarakat yang berisikan slogan-slogan yang bertujuan meningkatkan motivasi dan semangat hidup masyarakat, serta pembentukan Crisis Centre for Suicide Prevention yaitu sebuah lembaga konsultasi yang bertugas memberikan pendampingan terhadap masyarakat. Selain itu kegiatan ini berupaya mendorong peran serta masyarakat, lembaga pemerintahan dan institusi pendidikan untuk turut aktif dalam usaha pencegahan tindakan bunuh diri. III. PELAKSANAAN PROGRAM A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Rangkaian Program Kampanye Anti Bunuh Diri Sebagai Usaha Meningkatkan Kesadaran dan Semangat Hidup Masyarakat Playen Gunung Kidul Yogyakarta dilaksanakan selama 4 Bulan (28 Februari-8 Juni 2011) bertempat di wilayah kecamatan Playen Gunung Kidul- Yogyakarta.

4

B. Jadwal Faktual Waktu Bln II 1 Kegiatan Seminar Proposal Koordinasi pelaksana Ijin Pelaksanaan Survey Kerjasama dg dinas terkait Pembentukan crisis centre Pembuatan media Persiapan penyuluhan Penyuluhan I Diskusi Internal Pembuatan modul Penyuluhan II Evaluasi Program Monev (dikti) Pembuatan laporan C. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan ini disusun dan dilaksanakan secara bertahap, mulai dari Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi. Setiap pelaksanaan kegiatan menurut jadwal kegiatan yang telah ditetapkan terlebih dahulu dilakukan konsultasi dan di bagian akhir diadakan evaluasi bersama pembimbing. 1. Perencanaan, Tahap ini terdiri atas survey dan persiapan-persiapan. Survey dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik kasus bunuh diri masyarakat secara lebih mendalam, sehingga dapat diketahui apa saja yang perlu menjadi fokus perhatian dalam kegiatan kampanye. Berdasarkan hasil survey diketahui bahwa bunuh diri yang terjadi di masyarakat bukan hanya disebabkan oleh gejala stres atau depresi akibat persolan ekonomi dan kesehatan semata, akan tetapi juga diperoleh informasi yang menunjukan bahwa bunuh diri 5 2 3 4 Bulan III Bln IV Bln V 2

1 2 3 4 1 2 3 4 1

masyarakat juga seringkali didorong oleh adanya halusinasi berupa bisikanbisikan yang dianggap ghaib yang belakangan diketahui sebagai gejala dari penyakit skizofrenia. Persiapan kegiatan sendiri meliputi upaya menjalin kerjasama dengan instansi-instansi pemerintahan daalam hal ini antara lain Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, Kementerian Agama serta Dinas Kesehatan guna menunjang kelancaran kegiatan penyuluhan dan pembentukan Crisis Centre, selebihnya berupa kegiatan yang ditujukan guna menunjang teknis pelaksanaan kegiatan. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan terbagi atas tahapan-tahapan sebagai berikut : a. Pembentukan Crisis Centre Pembentukan crisis centre dilatarbelakangi oleh belum adanya upaya yang optimal dari pemerintah dalam rangka mencegah tindakan bunuh diri masyarakat. Program pemerintah melalui hotline konsultasi, cenderung sulit diimplementasikan di kalangan masyarakat pedesaan, selain lokasinya yang terpusat (Jakarta) juga dipengaruhi faktor ketersediaan teknologi informasi dan faktor ekonomi. Hotline/layanan konsultasi melalui telephone setidaknya mensyaratkan bahwa untuk dapat mengakses layanan tersebut seseorang/masyarakat harus memiliki akses terhadap telepon serta memiliki dana yang cukup untuk menggunakan pulsa interlokal. Selain dari itu dalam kenyataannya untuk mencegah aksi bunuh diri, masyarakat membutuhkan lebih dari sekedar curhat dalam menyelesaikan permasalahannya, akan tetapi juga memerlukan pendampingan dalam mencari solusi guna menyelesaikan persoalan yang sedang di hadapi. Maka dri itu diperlukan sebuah lembaga pendampingan yang bertugas memberikan dukungan sosial terutama yang bersifat instrumental dan informasi kepada masyarakat dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Pada pelaksanaannya kami selaku pelaksana telah berhasil menginisiasi sebuah rintisan lembaga konsultasi yang berlokasi di kecamatan Playen tepatnya di bawah koordinasi bagian kesosmas kecamatan Playen dan UPTD Puskesmas Playen I. Lembaga ini berfungsi membantu masyarakat dalam dua hal : 1) Memberikan penanganan awal terhadap gejala depresi masyarakat . 2) Mendampingi masyarakat dalam mencari alternatif solusi terkait permasalahan yang sedang di hadapi Pembentukan crisis centre dilakukan di awal tahapan pelaksanaan, dengan tujuan agar dapat disosialisasikan kepada masyarakat melalui kegiatan penyuluhan b. Penyuluhan Penyuluhan ini terfokus pada upaya meluruskan pemahaman terkait tindakan bunuh diri, menumbuhkan kesadaran hidup masyarakat serta membina masyarakat agar lebih tanggap terhadap potensi tindakan bunuh diri di lingkungannya. Pada pelaksanaanya kegiatan ini dibagi ke dalam dua tahap yaitu penyuluhan terhadap masayarakat umum (terpusat) dan penyuluhan dengan menggunakan media sosialisasi.

6

Penyuluhan tahap I dilaksanakan pada Kamis, 5 Mei 2011 bertempat di Balai Desa Ngunut, Kecamatan Playen. Kegiatan ini diikuti oleh 45 peserta yang berasal dari berbagai desa di wilayah kecamatan Playen. Adapun materi yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan, yaitu meliputi : 1) Bunuh Diri, Solusi atau Hanya Menambah Masalah? disampaikan oleh Drs. Rubiman M.Si dari Dinas Sosial Kabupaten Gunung Kidul 2) Perspektif Agama Terhadap Tindakan Bunuh Diri, disampaikan oleh Drs. H. Buchori Muslim, M.Pdi dari Kementerian Agama Kabupaten Gunung Kidul 3) Depresi dan Stres, Gejala dan Pencegahan, disampaikan oleh dr. Dewi Sriyanti Roslim dari UPTD Puskesmas Playen I Kegiatan ini juga dihadiri oleh beberapa undangan, meliputi perwakilan kecamatan Playen, Perwakilan Kepala Desa Se-Playen serta Kepolisian Sektor Playen. Sedangkan dalam melaksanakan kegiatan tersebut pelaksana didampingi oleh Bapak Halili, S.Pd selaku pembimbing dan Bapak Dr. Suharno, M.Si selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Penyuluhan tahap kedua dilaksanakan tanggal 28 31 Mei 2011 dengan media sosialisasi yaitu poster, sticker dan buletin yang disebar di sekolah-sekolah tingkat SMP dan SMA serta tempat- tempat umum seperti balai desa, mesjid, pasar di kecamatan Playen. Pada kesempatan tersebut pelaksana juga membagikan modul kepada sekolah dan aparatur pemerintah dalam rangka membantu upaya pencegahan bunuh diri masyarakat serta sebagai pedoman bagaimana menciptakan lingkungan yang ramah bagi semua warga masyarakat. c. Pembuatan Media Kampanye Secara umum, media yang dibuat antara lain berupa poster, bulletin/leaflet, modul, dan stiker. Pada pelaksanaannya media disesuaikan dengan karakteristik masyarakat sasaran sehingga terdapat dua jenis media kampanye, yaitu untuk dewasa dan remaja usia sekolah dengan harapan agar lebih mudah diterima sehingga tujuan pencegahan tercapai. Adapun rincian media kampanye sebagai berikut : No Media Kampanye 1. 2. 3. 4. 3. Poster Buletin/leaflet Modul Sticker Jumlah 300 3 Rim 40 300 Keterangan 3 Jenis 2 Jenis 2 Jenis 2 Jenis

Evaluasi, Kegiatan ini dilakukan untuk mengukur, menilai serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan program kampanye. Tahap evaluasi ini dibagi ke dalam dua jenis, Pertama evaluasi

7

pada saat pelaksanaan program yang bertujuan untuk memberikan masukan yang terhadap pelaksanaan program selanjutnya, sebagai contoh misalnya hasil survey yang digunakan untuk perumusan materi penyuluhan, atau evaluasi kegiatan penyuluhan yang digunakan sebagai masukan dalam penyusunan modul. Kedua, evaluasi akhir pelaksanaan yang bertujuan mengukur ketercapaian target luaran dari program. D. Instrumen Pelaksanaan Adapun instrumen yang digunakan dalam pelaksananaan kegiatan kampanye anti bunuh diri tersebut berupa media kampanye yang terdiri atas poster, buletin/leaflet, sticker, dan modul. E. Rancangan dan Realisasi Biaya 1) Rencana Anggaran (Proposal) 2) Anggaran yang disetujui 3) Realisasi Anggaran Pemasukan Anggaran Dikti 70 % x Rp. 5.980.000 Iuran Anggota Jumlah Pengeluaran Penyuluhan Honorarium Pembicara 3 x@ Rp. 150.000 Sub Jumlah Administrasi Surat Rp. 10.000 Amplop Rp. 10.000 Proposal 10 x @ Rp 10.000 Materai 2 x@ Rp. 6.500 Stempel Rp. 25.000 Sub Jumlah Kelengkapan Acara Hand Out 100 eks.x@Rp. 1500 kenang4 x @Rp.75.000 kenangan Sub Jumlah Akomodasi Sewa Tempat Rp. 100.000 Sewa Kursi Rp. 50.000 Sewa Mobil Rp. 100.000 Fakultas Sound system Rp. 20.000 Sub Jumlah Konsumsi

: Rp. 10.000.000,00 : Rp. 5.980.000,00 : Rp. 4.209.000,00

Rp. 4.186.000 Rp. 100.000 Rp.4.286.000

Rp.

450.000 Rp. 450.000

Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.

10.000 10.000 100.000 13.000 25.000 Rp. 158.000

Rp. Rp.

150.000 300.000 Rp. 450.000

Rp. Rp. Rp. Rp.

100.000 50.000 100.000 20.000 Rp. 270.000

8

Makan + snack Rp. 1. 400.000 + air mineral Sub Jumlah Lain-Lain Driver Rp. 100.000 Transportasi Rp. 50.000 humas Sub Jumlah Pembuatan Media Modul 40 x @ Rp. 5.000 Buku Saku 5 x @ Rp. 5.000 Poster 300 x @ Rp. 1500 Leaflet 2 Rim x@ Rp. 65.000 1 Rim x @ Rp 115.000 Sticker 10 lbr A3 x@ Rp.6.000 Sub Jumlah Pembuatan Laporan Laporan 5 x @ Rp. 4000 Kemajuan CD Kosong 3 x @ Rp. 2000 Penggandaan 5 [email protected] Sub Jumlah Pembuatan Laporan Akhir Laporan Akhir 5 x @ Rp. 5000 CD-RW 5 x @ Rp. 2000 Penggandaan 5 x @ Rp. 5000 Sub Jumlah Jumlah Total Saldo akhir

Rp. 1.400.000 Rp. 1.400.000 Rp. Rp. 100.000 50.000 Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. 200.000 25.000 450.000 245.000 150.000

Rp.

60.000 Rp. 1.225.000

Rp. Rp. Rp.

20.000 6.000 20.000 Rp. 46.000

Rp. Rp. Rp.

25.000 10.000 25.000 RP. 60.000 Rp. 4.209.000 Rp. 77.000

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada dasarnya kami selaku pelaksana memiliki keyakinan bahwa program Kampanye Anti Bunuh Diri Sebagai Usaha Meningkatkan Kesadaran dan Semangat Hidup Masyarakat Playen Gunung Kidul dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu meningkatnya kesadaran dan semangat hidup masyarakat dalam rangka mencegah aksi bunuh diri masyarakat. Keyakinan tersebut bukan tanpa alasan, akan tetapi didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan berikut : 1. Program tersebut merupakan kampanye sosial pertama yang berfokus dalam usaha menekan angka bunuh diri masyarakat baik Gunung Kidul, mungkin yang pertama di Indonesia. Karena dalam realitanya meski banyak diantara masyarakat yang melakukan bunuh diri, pemerintah nampaknya tidak menganggap bunuh diri sebagai masalah sosial yang serius dibandingkan gejala patologis sosial lainnya semisal penyalahgunaan narkoba, kenakalan remaja, dan tindak kriminalitas.

9

2. Metode pelaksanaan kegiatan yang dirasa tepat karena dirancang berdasarkan kondisi atau gambaran umum masyarakat sasaran. 3. Muatan-muatan yang diinternalisasikan dalam tiap tahapan pelaksanaan memperhatikan hasil pengkajian terhadap teori-teori di bidang psikologi dan medis. teori-teori tersebut semisal ajaran Durkehim mengenai upaya menekan angka bunuh diri masyarakat, yang mengungkapkan bahwa jika ikatan agama, keluarga, dan politik menguat maka kecendrungan angka bunuh diri akan menjadi kecil. Ataupun teori medis yang menjelaskan bagaimana mengidentifikasi serta memberikan perlakuan terhadap gejalagejala kejiwaan yang dapat mendorong masyarakat untuk bunuh diri. Hal ini setidaknya dapat terlihat dari muatan-muatan materi penyuluhan maupun modul. Dalam mengukur keberhasilan program tersebut kami selaku pelaksana mendasarkan diri pada indikator keberhasilan program yaitu indikator keberhasilan jangka pendek yang meliputi ketercapaian target luaran dan manfaat yang diperoleh oleh masyarakat, dan indikator jangka panjang berupa penurunan angka bunuh diri di kalangan masyarakat Playen. Adapun dalam pelaksanaanya kami menggunakan indikator keberhasilan jangka pendek (ketercapaian target luaran dan manfaat yang diterima masyarakat sasaran) dalam mengukur keberhasilan program yang telah dilaksanakan, dengan pertimbangan indikator tersebutlah yang paling relevan untuk kondisi saat ini, mengingat karena apabila kita mengacu pada penurunan angka bunuh diri masyarakat kita perlu memerlukan waktu yang lama atau sekurang-kurangnya satu tahun untuk mengukur keberhasilan program tersebut. Adapun dalam pelaksanaanya, kegiatan ini telah mencapai target luaran sebagai berikut : 1. Kegiatan ini telah menerapkan pola pendekatan yang berbeda di bidang pembinaan kesadaran masyarakat serta menjadi alternatif solusi pemecahan permasalahan bunuh diri di kalangan masyarakat Gunungkidul khususnya masyarakat di Kecamatan Playen, yaitu melalui upaya yang menyeluruh baik dari segi sasaran (seluruh lapisan masyarakat) pola pendekatan (penyadaran, pembinaan serta pendampingan masyarakat) mendorong peran serta dan kesiapsiagaan masyarakat, institusi pemerintah dan institusi pendidikan dalam menghadapi kemungkinan tindakan bunuh diri serta dalam upaya menciptakan lingkungan yang ramah sebagai sumber dukungan sosial masyarakat. Setidaknya dengan pola pendekatan ini kami telah berhasil mengkampanyekan gerakan anti bunuh diri pada kurang lebih 500 warga masyarakat yang tersebar 10 desa dan 15 sekolah se-kecamatan Playen. 2. Kegiatan ini telah menghasilkan 2 (dua) buah Modul Kampanye Anti Bunuh Diri Bagi Masyarakat Playen Gunung Kidul-Yogyakarta serta 1 (satu) buah buku panduan bagi remaja dalam rangka pencegahan tindakan bunuh diri di kalangan pelajar. Adapun rincian modul antara lain : a. Modul untuk aparat pemerintah dengan judul Kampanye Anti Bunuh Diri Sebagai Usaha Meningkatkan Kesadaran dan Semangat Hidup Masyarakat Playen Gunung Kidul

10

b. Modul untuk sekolah-sekolah dengan judul Optimalisasi Peran Sekolah Dalam Mengurangi Angka Bunuh Diri Pelajar di Kabupaten Gunung Kidul c. Panduan untuk remaja (buku saku) dengan judul Saya Tidak Akan Bunuh Diri Muatan-muatan yang terkandung di dalam modul, antara lain meliputi : a. Pengetahuan terkait bunuh diri (informatif) b. Pencegahan bunuh diri (preventif) Normatif (berdasarkan teori psikologi) peningkatan kesadaran melalui pendekatan-pendekatan semisal pendekatan agama dll Praktis (berdasarkan teori medis) lebih kepada upaya memberikan bekal untuk dapat mendeteksi gejala-gejala kejiwaaan yang berpotensi mendorong masyarakat melakukan bunuh diri seperti stress, depresi, skizofrenia serta bagaimana memberikan perlakuan terhadap masyarakat yang mengalami gejala-gejala tersebut. c. Upaya mendorong peran serta masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang ramah sebagai sumber resiliensi masyarakat (kuratif) 3. Kegiatan ini telah menghasilkan artikel bidang pengembangan ketahanan masyarakat dengan judul : Bunuh Diri , Resiliensi dan Dukungan Sosial Masyarakat dan Upaya Menekan Angka Bunuh Diri di Kalangan Masyarakat Indonesia. Sedangkan manfaat yang diterima oleh masyarakat sasaran antara lain : 1. Masyarakat Playen telah memiliki bekal pengetahuan mengenai apa itu bunuh diri, tanda-tanda bunuh diri, serta bagaimana mencegah tindakan bunuh diri 2. Baik masyarakat, pemerintah, maupun institusi pendidikan di Playen memiliki panduan dalam upaya mencegah tindakan bunuh diri masyarakat. 3. Masyarakat Playen memiliki lembaga pendamping yang siap membantu dalam memberikan dukungan sosial guna menyelesaikan berbagai permasalahan.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada pelaksanaannya pola pendekatan dalam Kampanye Anti Bunuh Diri Sebagai Usaha Meningkatkan Kesadaran dan Semangat Hidup Masyarakat Playen Gunung Kidul Yogyakarta cukup berhasil dalam mempengaruhi persepsi masyarakat terkait bunuh diri, baik itu berupa stigma negatif (bunuh diri sebagai jalan keluar) maupun terhadap mitos-mitos yang berkembang terkait bunuh diri di dalam masyarakat. Masyarakat pun semakin terbantu dengan kehadiran pedoman dan lembaga pendamping yang siap memberikan dukungan sosial dalam rangka mencegah aksi bunuh diri di lingkungannya. Sehingga ke depan diharapkan angka bunuh diri masyarakat Gunung Kidul khususnya masyarakat Playen akan jauh menurun.

11

B. Saran Kampanye Anti Bunuh Diri Sebagai Usaha Meningkatkan Kesadaran dan Semangat Hidup Masyarakat Playen Gunung Kidul Yogyakarta bukanlah suatu kegiatan final dalam upaya melindungi masyarakat dari ancaman bunuh diri, akan tetapi perlu ada kegiatan dan programprogram lanjutan yang dilakukan untuk lebih mengembangkan hasil dari program ini. Kami mneyadari, program ini merupakan kegiatan rintisan yang masih terdapat beberapa kekurangan dalam pelaksanaanya, adapun saran yang perlu diperhatikan dalam mengadakan program lanjutan antara lain : a. Perlu lebih baik lagi dalam manajemen pendanaan terutama dalam mengelola sumber dana yang ada serta mencari sumber-sumber dana tambahan agar program dapat berjalan lancar. b. Perlu mengembangkan koordinasi yang lebih intensif terhadap pihak-pihak yang diajak kerjasama, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat menggangu terhadap pelaksanaan kegiatan program.

VII. LAMPIRAN-LAMPIRAN

Gambar 1 : Kosultasi pelaksana

12

Gambar 2 : Kegiatan Penyuluhan

Gambar 3 : Peserta Penyuluhan

13

Gambar 4 : Penyuluhan langsung kepada masyarakat sasaran

14

Gambar 5 : Pembuatan Media

15

Gambar 6: Media kampanye

Gambar 7 : Modul dan Buku Saku

16