Pkm
-
Upload
ari-wahyuda -
Category
Documents
-
view
511 -
download
1
Transcript of Pkm
A. Judul
Pengaruh Kebiasaan Menginang Terhadap Status Kesehatan Gingiva di
Desa Susukan Kecamatan Comal Kabupaten Pemalang
B. Latar Belakang
Menginang atau menyirih adalah istilah untuk menyebut kebiasaan
mengunyah paduan pinang, kapur, gambir dan tembakau (Mahyudin, 2006).
Campuran bahan-bahan ini dibungkus dengan daun sirih kemudian dikunyah
beberapa menit sehingga berkontak dengan mukosa mulut (Khandekar et al,
2006). Kebiasaan ini banyak ditemukan di masyarakat Asia Tenggara,
terutama ras melayu. Selain menjadi sebuah kebiasaan sehari-hari, menginang
juga sering digunakan dalam upacara adat istiadat seperti pertunangan,
pernikahan, upacara melenggang perut dan upacara mebangun rumah
(Mahyudin, 2006). Menginang telah menjadi simbol budaya melayu hingga
saat ini, terbukti banyak daerah di Indonesia. Kebiasaan menginang tetap
dipertahankan sampai saat ini karena masyarakat masih beranggapan bahwa
kebiasaan tersebut dapat menghilangkan bau mulut, membuat nafas menjadi
lebih segar, dan membersihkan gigi sebagai pengganti menyikat gigi.
Bahan yang sering digunakan untuk menginang adalah daun sirih. Daun
sirih mempunyai bahan aktif antara lain: minyak atsiri yang akan menguap
menjadi betel-phenol (chavibetol), chavicol, cadinene, sequisterpenes,
terpenes, dan terpenoids yang memiliki efek mematikan kuman (Azwar,
2010). Bagian pinang yang digunakan untuk menginang adalah buah muda
pinang yang mengandung polyphenol dan alkaloid kemudian bahan ini akan
1
memberikan warna merah pada saat menginang (Norton, 1997). Gambir
didapat melalui ekstraksi getah yang terdapat di dalam daun dan ranting
tanaman gambir dengan cara direbus kemudian diperas dan kemudian cairan
getah tersebut diendapkan, endapan dipisahkan dan dicetak sehingga diperoleh
gambir kering. Masyarakat menganggap gambir sebagai bahan campuran yang
dapat menyehatkan gigi, dan menambah rasa nikmat (H. Arief, 2004). Kapur
yang biasa digunakan untuk menginang adalah kapur yang dalam bentuk
serbuk. Bahan ini mengandung zat kitin yang berfungsi untuk menyehatkan
jaringan periodontal akan tetapi kapur juga bersifat karsinogen. Tumbuhan
tembakau yang dimanfaatkan untuk menginang adalah daunnya. Bahan ini
sangat berbahaya karna bersifat karsinogenik (Ridzuan,2009).
Penelitian terdahulu telah membahas tentang “Pengaruh Budaya Makan
Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di
Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009”, kemudian peneliti
melihat hal yang serupa pada Desa Susukan. Di desa ini sebagian besar wanita
usia lanjut masih memiliki kebiasaan menginang, maka peneliti tertarik untuk
meneliti tentang pengaruh kebiasaan menginang terhadap status kesehatan
gingiva.
C. Rumusan Masalah
Masyarakat desa Susukan masih mempertahankan kebiasaan menyirih,
berdasarkan latar belakang ini dapat dirumuskan masalah, yaitu bagaimana
pengaruh kebiasaan menginang terhadap status kesehatan gingiva di Desa
Susukan Kecamatan Comal Kabupaten Pemalang?
2
D. Tujuan Penelitian
1. Umum
Mengkaji pengaruh menginang terhadap status kesehatan gingiva
di Desa Susukan Kecamatan Comal Kabupaten Pemalang.
2. Khusus
a. Menganalisis status kesehatan gingiva pada Desa Susukan
Kecamatan Comal Kabupaten Pemalang.
b. Menganalisis bahan menginang yang berpotensi mengakibatkan
gingivitis.
E. Luaran yang Diharapkan
Sebagai dasar pengembangan penelitian lebih lanjut mengenai faktor yang
berpengaruh terhadap kebiasaan menginang yang masih ada di Indonesia
khususnya di desa Susukan kabupaten Pemalang.
F. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Memperoleh pengetahuan mengenai pengaruh menginang terhadap
status kesehatan gingiva.
2. Praktis
Memberikan wawasan terhadap masyarakat tentang pengaruh
positif dan negatif kebiasaan menginang dalam upaya meningkatkan
kesadaran tentang kesehatan gigi dan mulut.
3
G. Tinjauan Pustaka
1. Gambaran Umum
a. Menginang
Menginang merupakan suatu kegiatan yang masih sering
dilakukan dikalangan masyarakat tradisional Indonesia.Kebiasaan
menginang juga banyak ditemukan di negaralain, namun di Indonesia
kebiasaan ini sudah merupakan bagian dari kebiasaan yang turun
menurun. Proses menginang dilakukan dengan bahan-bahan yang
dibungkus dalam daun sirih, kemudian dikunyah dalam beberapa
waktu. Warna bibir akan menjadi berwarna merah karena
percampuran antara daun sirih, pinang, kapur, gambir dan sedikit
tembakau. Residunya berupa ludah yang berwarna merah dan sisa-sisa
serat dari buah pinang. Kegiatan menginang tidak mengenal waktu,
kegiatan tersebut dapat dilakukan pagi, siang, sore bahkan pada
malam hari.Diperkirakan kebiasan menginang merupakan kebiasaan
nomor dua terbanyak setelah merokok(Ridzuan, 2009).
Para penginang mempunyai berbagai cara dalam menginang
tergantung dari kesenangan dan kebiasaan yang sering dilakukan.
Meskipun begitu komposisi terbesar relatif konsisten, yang terdiri dari
daun sirih (Piper betle), biji buah pinang (Areca catechu), dan kapur
(Kalsium hidroksida).
4
b. Manfaat menginang
Menginang merupakan kebiasaan sebagian masyarakat Indonesia.
Resiko yang dapat terjadi dalam menginang karena kandungan dari
masing-masing bahan komposisi dalam menginang seperti yang
terdapat dalam tembakau dapat mengakibatkan kanker mulut, namun
dalam bahan lainnya terdapat kandungan lain yang dapat
menyehatkan/bermanfaat bagi kesehatan rongga mulut khususnya
gingiva.
2. Bahan – bahan menginang
a. Daun sirih
Sirih merupakan tanaman yang tumbuh menjalar dan merambat
pada batang pohon di sekelilingnya.Tinggi tanaman sirih bisa mencapai
15 m, tergantung pada kesuburan media tanam dan media untuk
merambat. Batang tanaman ini berwarna cokelat kehijauan, berbentuk
bulat, berkerut, dan beruas yang merupakan tempat keluarnya akar. Sirih
hidup subur dengan ditanam di daerah tropis dengan ketinggian 300-1000
m di atas permukaan laut terutama di tanah yang banyak mengandung
bahan organik dan air(Damayanti, 2005).
b. Gambir / Uncaria Gambir
Gambir atau Uncaria Gambir merupakan salah satu hasil hutan
yang sudah sejak lama dikenal dan dimanfaatkan secara luas oleh
masyarakat. Masyarakat luas memanfaatkan gambir sebagai bahan
penyamak kulit untuk mencegah pembusukan, membuat kulit lebih
5
lembut, berwarna, tidak kaku dan awet. Selain digunakan sebagai obat
sakit perut, bisul, dan tenggorokan. Penggunaan gambir yang umum
dikenal dalam makan sirih sebagai campuran bahan untuk penambah rasa
nikmat. Pada saat dimakan terasa pahit tetapi kemudian terasa manis dan
dapat menyehatkan gigi, gusi dan tenggorokan(Hyene, 1987).
c. Pinang
Pinang merupakan tumbuhan palma family Arecaceae, komponen
utama dari biji pinang adalah karbohidrat, lemak, serat,
polyphenoltermasuk flavonoid dan tanin, alkaloid, dan mineral (IARC,
2004). Polyphenoldan alkaloid dari golongan piridin mendapat perhatian
lebih dari sekian banyakkandungan kimia yang terdapat dalam pinang,
dikarenakan zat-zat tersebutdiketahui memiliki dampak yang signifikan
terhadap kesehatan (Awang, 1986).Biji pinang rasanya pahit, pedas dan
hangat serta mengandung 0,3 - 0,6%alkaloid. Selain itu juga
mengandung red tannin 15%, lemak 14% (palmitic, oleic,stearic,
caproic, caprylic, lauric, myristic acid), kanji dan resin (Kristina &
Syahid, 2007).
d. Kapur
Kapur berasal dari karang laut atau cangkerang kerang yang
dibakar berwarna putih. Pembakaran cengkareng kerang yang berupa
debu harus dicampur terlebih dahulu dengan air pada saat akan dicampur
dengan daun sirih untuk menginang.Kapur dapat diperoleh dengan cara
membakar batu kapur Kalsium karbonat(CaCO3). Apabila dibakar
6
dengan suhu tertentu ia mengeluarkan gas yang disebut karbon dioksida
(CO2) dan menjadi kalsium oksida (CaO). Kalsium oksida ini kemudian
dicampur dengan sedikit air yang menyebabkan ia menyerap dan
mengembang disamping menghasilkan panas serta menjadi serbuk kapur
yang dikenal sebagai kalsium hidroksida Ca(OH)2 (Ridzuan, 2007).
e. Tembakau
Tembakau merupakan tumbuhan semusim yang ditanam untuk
diambil daunnya.Tumbuhan ini termasuk dalam family
Solanaceae.Tumbuhan ini dikatakan berasaldari utara dan selatan
Amerika, Australia, barat daya Afrika, dan bagian utara Pasifik.Analisa
telah menunjukkan bahwa daun tembakau mengandung kira-kira 1000
zatkimia.Kandungan utama yang terdapat dalam tembakau adalah
nicotine, germacrena,anabasine, piperidine alcaloid, dan tropane
alcoloid.Nikotin merupakan komponen penting dalam tembakau karena
sifatnya yang menimbulkan ketagihan atau adiksi (Ridzuan, 2007).
3. Gingiva
Gingiva adalah bagian dari mukosa oral (mukosa pengunyahan) yang
menutupi prosesus alveolaris pada rahang dan mengitari permukaan leher
gigi. Warna gingiva normal adalah pink (salmon coral pink) dan
merupakan akumulasi dari pigmentasi melanin. Permukaan gingiva
menunjukkan tampilan yang menyerupai kulit jeruk, terlihat pada stippling
paga gingiva. Secara anatomis gingiva dibagi menjadi margin gingiva,
attached gingiva dan interdental gingiva(Shantipriya, 2008).
7
4. Gingivitis
Hingga saat ini, gingivitis dan periodontitis merupakan penyakit
keradangan jaringan periodontal yang banyak diderita masyarakat di
Indonesia. Keadaan serupa juga dijumpai bahkan di negara yang dianggap
sudah maju seperti AS (survei oleh National Health and Nutrition
Examination III, yang diambil dari tahun 1988-1994).
Gingivitis adalah inflamasi gingiva. Pada pemeriksaan klinis
terdapat gambaran kemerahan di margin gingiva, pembengkakan
dengan tingkat yang bervariasi, perdarahan saat probing dengan tekanan
ringan dan perubahan bentuk gingiva (fisiologik). Terdapat penambahan
kedalaman poket (pseudopockets/poket semu).Biasanya pada gingivitis
tidak terdapat rasa sakit (Fedi dkk, 2004).
5. Indeks Kesehatan Gingiva
Indeks adalah metode pencatatan kemajuan suatu penyakit atau
kondisi dengan menggunakan kriteria yang tersedia (F.J. Harty dan R.
Ogston, 1995). Indeks merupakan metode untuk mengukur kondisi dan
keparahan suatu penyakit atau keadaan pada individu atau populasi.
Gingivitis diukur dengan indeks gingiva. Indeks digunakan pada praktik
klinik untuk menilai status gingiva pasien dan mengikuti perubahan status
gingiva seseorang dari waktu ke waktu. Pada Penelitian epidemiologis, indeks
gingival digunakan untuk membandingkan prevalensi gingivitis pada
kelompok populasi. Pada penelitian klinis, indeks gingival dapat dipakai
8
untuk menilai efektivitas suatu pengobatan suatu alat (Megananda et al,
2010).
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan pada saat pemeriksaan
gingiva antara lain: warna, ukuran, kontur, konsistensi, tekstur permukaan,
posisi, kemudahan untuk berdarah, dan rasa nyeri. Dari pemeriksaan klinis,
inflamasi gingiva menghasilkan dua respon dasar jaringan, yaitu edematous
dan fibrotik(Brightman, 1992).
Pada penelitian ini, indeks yang digunakan dalam pengukuran status
kesehatan gingival adalah Gingival Index yang mudah pada penggunaan di
klinik.
Gingival index menyediakan penilaian status inflamasi gingiva yang
digunakan dalam praktek untuk membandingkan kesehatan gingiva sebelum
dan setelah terapi fase I atau sebelum dan setelah operasi; gingival index juga
untuk membandingkan status gingiva pada kunjungan rutin.
Indeks gingival pertama kali diusulkan pada tahun 1963 untuk menilai
tingkat keparahan dan banyaknya peradangan gusi pada seseorang atau pada
subjek di kelompok populasi yang besar. GI hanya menilai keradangan gusi.
Menurut metode ini, keempat area gusi pada masing-masing gigi (fasial,
mesial, distal, dan lingual) dinilai tingkat peradangannya dan diberi skor dari
0-3.Kriteria keparahan kondisi gingival dapat terlihat pada tabel (Megananda
et al, 2010).
9
Tabel 2.3. Kriteria keparahan kondisi gingivaSkor Keadaan Gingiva
0 Gingiva Normal : tidak ada keradangan, tidak ada perubahan warna
dan tidak ada perdarahan
1 Peradangan ringan : terlihat ada sedikit perubahan warna dan sedikit
edema, tetapi tidak ada perdarahan saat probing
2 Peradangan sedang : warna kemerahan, adanya edema, dan terjadi
perdarahan pada saat probing
3 Peradangan berat : warna merah terang, atau merah nyala, adanya
edema, ulcerasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan.
Perdarahan dinilai dengan cara menelusuri dinding margin gusi pada bagian
dalam saku gusi dengan probe periodontal. Skor keempat area selanjutnya
dijumlahkan dan dibagi empat, dan merupakan skor gingival untuk gigi yang
bersangkutan. Dengan menjumlahkan seluruh skor gigi dan dibagi dengan jumlah
gigi yang diperiksa, akan didapat skor GI seseorang (Megananda et al, 2010).
Tabel 2.4 Skor Gingival IndexKriteria Skor
Sehat 0
Peradangan ringan 0,1-1,0
Peradangan sedang 1,1-2,0
Peradangan berat 2,1-3,0
Pengukuran menggunakan enam gigi terpilih sebagai gigi indeks, yaitu:
molar pertama kanan atas, insisif pertama kiri atas, premolar pertama kiri atas,
molar pertama kiri bawah, insisif pertama kanan bawah, dan premolar pertama
10
kanan bawah. Gigi-gigi indeks tersebut dikenal dengan namaRamfjord Teeth
(Megananda et al, 2010).
Tabel 2.5 Perhitungangan skor pada gigiArea gingival yang diukur
Gigi Indeks Mesial Fasial/Labial Distal Lingual/Palatal
16
21
24
36
41
44
Total
total skor gingiva
Indeks gingival =
Jumlah Indeks gigi x jumlah permukaan yang diperiksa
H. Metode Pelaksanaan
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional.
11
2. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan post test only control group design karena penelitian ini hanya
menggunakan pemeriksaan status gingiva sebagai efek kebiasaan
menginang yang sudah sering dilakukan masyarakat Desa Susukan
Kecamatan Comal Kabupaten Pemalang, serta pemberian kuesioner hanya
dalam satu waktu, dalam hal ini tidak ada pre-test.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Susukan Kecamatan
Comal Kabupaten Pemalang.
4. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas yang digunakan adalah kebiasaan menginang yang
terdiri dari sirih, kapur, gambir, pinang dan tembakau.
2. Variabel terikat yang digunakan adalah status kesehatan gingiva.
3. Variabel terkendali yang digunakan adalah jenis kelamin dan usia.
4. Variabel tidak terkendali yaitu frekuensi dan intensitas menginang.
5. Definisi Operasional
a. Variabel terikat
Variabel terikat yang digunakan pada penelitian ini adalah status
kesehatan gingiva. Status kesehatan gingiva adalah sebuah catatan
yang memuat gambaran klinis tentang kesehatan gingiva baik dalam
bentuk tekstur, warna, konsistensi, letak dan perdarahan pada saat
probing. Aplikasi status kesehatan gingival ini adalah untuk
12
menganalisa pengaruh antara menginang dan jaringan periodontal
yaitu gingiva. Alat yang digunakan antara lain probe WHO, kaca
mulut, sonde, pinset, escavator, dan lampu halogen. Status kesehatan
gingiva dapat diukur dengan menggunakan Indeks Gingiva, untuk
mengetahui tingkat keparahan gingivitis responden yang menginang.
Skala yang dipakai pada indeks ini adalah skalarasio.
Index yang digunakan pada penelitian ini untuk mengetahui
derajat keparahan gingivitis yaitu Gingival Index. Gingival index
menyediakan penilaian status inflamasi gingiva yang digunakan dalam
praktek untuk membandingkan kesehatan gingiva sebelum dan setelah
terapi fase I atau sebelum dan setelah operasi; gingival index juga
untuk membandingkan status gingiva pada kunjungan rutin.
Derajat keparahan gingivitis dinyatakan dengan skor 0 sampai 3
yaitu:
Skor 0 : gingiva normal
Skor 1 : Inflamasi ringan, ditandai sedikit perubahan warna dan
sedikitkledema
Skor 2 : Inflamasi sedang, ditandai kemerahan, edema dan mengkilat
Skor 3 : Inflamasi berat, ditandai kemerahan yang nyata, edema dan
ooulser
Pengukuran menggunakan enam gigi terpilih sebagai gigi
indeks, yaitu: molar pertama kanan atas, insisif pertama kiri atas,
13
premolar pertama kiri atas, molar pertama kiri bawah, insisif pertama
kanan bawah, dan premolar pertama kanan bawah.
b. Variabel bebas
Menginang merupakan kegiatan yangdilakukan dengan
mencampur bahan-bahan yang dibungkus dalam daun sirih, kemudian
dikunyah dan warna bibir akan menjadi berwarna merah. Pengukuran
dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang
didalamnya terdiri dari beberapa pertanyaan untuk mengetahui pengaruh
menginang terhadap status kesehatan gingiva.Kebiasaan menginangdalam
kuesioner digambarkan dengan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Alasan menginang menunjukkan tujuan seseorang melakukan
kebiasaan menginang.Pertanyaan ini mengunakan skala pengukuran
nominal, jawaban pertanyaan ini dikelompokan menurut jawaban
responden.
2. Frekuensi menunjukkan seberapa sering kegiatan menginang itu
dilakukan.Pertanyaan ini menggunakan skala pengukuran ordinal,
dengan pilihan jawaban “sering”, “jarang”, dan “kadang-kadang”.
3. Lamanya waktu menginang menunjukkan seberapa lama kegiatan
menginang itu dilakukan.Pertanyaan ini menggunakan skala
pengukuran ordinal, dengan pilihan jawaban “1 tahun terakhir”, “2
tahun terakhir”, “3 tahun terakhir”, dan “lebih dari tiga tahun”.
4. Masalah yang dialami menunjukkan apakah seseorang mengalami
masalah pada gingivanya setelah melakukan kebiasaan
14
menginang.Pertanyaan ini mengunakan skala pengukuran nominal,
jawaban pertanyaan ini dikelompokan menurut jawaban responden
dengan pilihan jawaban “ada masalah” dan “tidak ada masalah”.
6. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang dipilih adalah masyarakat di Desa Susukan, Kecamatan
Comal, Kabupaten Pemalang. Jumlahpenduduk Kabupaten Pemalang adalah
1.395.232 jiwa. Perbandingan jumlahpenduduk laki-Iaki dan perempuan yakni
sebesar 695.004 jiwa(49,81%) penduduk laki-Iaki dan 700.228 jiwa (50,19%)
penduduk perempuan. Jumlah penduduk Comal adalah 92.626 jiwa, dengan
proporsi jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas adalah 5.859
penduduk laki-laki dan 3.258 penduduk perempuan. Kriteria inklusi dalam
penelitian ini memilihsampel yang berjenis kelaminperempuan, usia diatas 60
tahun dan memiliki kebiasaan menginang. Pengambilan sampel dihitung
dengan rumus minimal sample size sebagai berikut:
Z2 x N x p x q
n =
d2(N-1)+ Z2 x p x q
keterangan:
n = besarnya sampel
Z = standar deviasi normal 95% (1,95)
N = besarnya populasi
d = penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan 0,05
p = proporsi populasi 50% (0,5)
15
q = 1,0–p
n = 1,952 x 3258 x 0,5 x 0,5
7. Sumber Data
Penelitian ini memperoleh sumber data dari data primer yang
merupakan hasil observasi menggunakan kuesioner dan pemeriksaan hasil
status kesehatan gingiva terhadap Desa Susukan Kecamatan Comal Kabupaten
Pemalang yang menggunakan Gingival Index.
I. Jadwal Kegiatan
No Kegiatan
Bulan Ke-
I II III IV V
1 Penyusunan proposal ●
2 Pengajuan proposal ●
3 Pelaksanaan program ● ●
4Penyusunan hasil dan
seminar●
J. Rancangan Anggaran
1. Perijinan = Rp 500.000, 00
2. Honorarium probandus = Rp 2.000.000, 00
3. Peralatan pemeriksaan
16
(diagnostic set, dental probe, masker, sarung tangan, alcohol, antiseptic,
kapas) = Rp 4.700.000, 00
4. Transportasi = Rp 500.000, 00
5. Pembuatan Proposal dan Laporan
Kertas HVS dan tinta = Rp 500.000, 00
Penggandaan dan jilid proposal = Rp 500.000, 00
6. Fotokopi materi = Rp 500.000, 00
7. Dokumentasi dan publikasi = Rp 800.000, 00
Total biaya yang diperlukan = Rp 4.500.000, 00
17
K. DAFTAR PUSTAKA
Al Mudra, Mahyudin, 2006, Tepak Sirih, Balai Kajian Dan Pengembangan Budaya Melayu, Yogjakarta.
Damayanti R. Mulyono, 2005, Khasiat dan Manfaat Daun Sirih: Obat Mujarab dari Masa ke Masa, Agro Media Pustaka, Jakarta.
Fedi, F.J., Vernino, A.R., Gray, J.L., 2004, Silabus Periodonti, Edisi 4, EGC, Jakarta, h.46-61.
H, Azwar Agoes DAFK, 2010,Tanaman Obat Indonesia, Hal 109, Salemba Medika, Jakarta.
Hariana, H. Arief, 2004, Tumbuhan Obat Dan Khasiatnya Seri 1, Penebar swadaya, Jakarta.
Hurlock, E. B., 2000, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang KehidupanEdisi 5, Erlangga : Jakarta.
Heyne, K., 1987,Tumbuhan Berguna Indonesia III. Badan Litbang Departemen Kehutanan, Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta.
Khandekar SP, Badgey PS, Tiwari RR, 2006, Oral Cancer And Some Epidemiological Factors: A Hospital Based Study. Indian J Community, 31(3), 157-59.
Lynch, M.A., Brightman, V.J., Greenberg, M.A., 1992, Ilmu Penyakit Mulut: Diagnosis dan Terapi, Edisi 8, Binarupa Aksara, Jakarta.
Marya, CM, 2011, A Textbook Of Public Health Dentistry, Jaypee, India. Moeljanto, D. R. dan Mulyono, 2003, Khasiat Dan Manfaat Daun Sirih: Obat
Mujarab Dari Masa ke Masa, Argo Media Pustaka, Jakarta.Norton S. A, 1997, Betel: Consumption And Consequenses. J Am Acad Dermatol.Putri, Megananda Hiranya, Eliza Herijulianti, dan Neneng Nurjannah, 2010, Ilmu
Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi, EGC, Jakarta.
Rateitschak, K.H, Rateitschak., E.M, Wolf, H.F., Hassell, T.M., 1985, Color Atlas of Periodontology, Georg Thieme Verlag Sturrgart, New York.
Shantipriya Reddy, 2008, Essential of clinical periodontology and periodontics second edition, Jaypee,India.
18
L. LAMPIRAN
M. BIODATA KETUA serta ANGGOTA KELOMPOK
N. BIODATA DOSEN PENDAMPING
O. LAIN-LAIN
19
BIODATA ANGGOTA
1. Nama : Fiprian Yusuf Rifai
NIM : G1G009048
Angkatan : 2009
Tempat, tanggal lahir : Banyumas, 16 April 1991
Alamat : Jl. Kertadirjan no. 13 RT 02 RW 05 Sokaraja
Kulon Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas
e-mail : [email protected]
No. Telp./HP : 089667103505
Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu
Kesehatan/Kedokteran Gigi
Perguruan Tinggi : Universitas Jenderal Soedirman
Riwayat Pendidikan : 1995-1996 TK Aisiyah Sokaraja
1996-2002 MI Ma’Arif Sokaraja Tengah
2003- 2006 SMPN 1 Sokaraja
2006-2009 SMAN Banyumas
20
Pengalaman Organisasi : 1. Anggota Litbang DPM Jurusan Kedokteran
Gigi Periode 2009-2010
2. Bendahara DPM Jurusan Kedokteran Gigi
Periode 2010-2011
2. Nama : Jatmiko Yudo Nugroho
NIM : G1G009042
Angkatan : 2009
Tempat, tanggal lahir : Tegal, 2 Juni 1991
Alamat : Jl. Bojong Watujajar RT 09/02 No. 39
Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal
e-mail : [email protected]
No. Telp./HP : 085729123366
Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu
Kesehatan/Kedokteran Gigi
Perguruan Tinggi : Universitas Jenderal Soedirman
Riwayat Pendidikan : 1995-1996 TK Pertiwi Bojong
1996-2002 SD N 02 Bojong
2003- 2006 SMPN 1 Bojong
2006-2009 SMAN 1 Bojong
21
Pengalaman Organisasi : 1. Ketua komisi Eksterna DPM Jurusan
Kedokteran Gigi Periode 2010-2011
2. Anggota DPM Jurusan Kedokteran Gigi
Periode 2011-2012
22