Pkm Toddopuli

66
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT TUGAS FAKULTAS KEDOKTERAN SEPTEMBER 2015 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR POSYANDU LANSIA Oleh : PUTRI PRATAMA, S. Ked. 10542 0150 09 FADRI AKHZAN, S. Ked. 10542 0077 09 RISKI INDAH HERAWATY, S. Ked. 10542 0116 09 ACHMAD FAUZY ABD, S. Ked. 10542 0149 09 NURUL RATNA SARI, S. Ked. 10542 0110 09 Pembimbing : drg. Hj. YAYI MANGGARSARI, M. Kes. 1

description

Lapsus Demam Berdarah

Transcript of Pkm Toddopuli

Page 1: Pkm Toddopuli

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT TUGASFAKULTAS KEDOKTERAN SEPTEMBER 2015 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

POSYANDU LANSIA

Oleh :

PUTRI PRATAMA, S. Ked. 10542 0150 09FADRI AKHZAN, S. Ked. 10542 0077 09RISKI INDAH HERAWATY, S. Ked. 10542 0116 09ACHMAD FAUZY ABD, S. Ked. 10542 0149 09NURUL RATNA SARI, S. Ked. 10542 0110 09

Pembimbing :

drg. Hj. YAYI MANGGARSARI, M. Kes.

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2015

1

Page 2: Pkm Toddopuli

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perguruan Tinggi Muhammadiyah Makassar didirikan oleh Pimpinan

Wilayah Muhamadiyah Sulawesi Selatan dan Tenggara sebagai hasil karya

Panitia Pendiri yang dibentuk pada Musyawarah Wilayah Sulawesi Selatan dan

Tenggara ke 24 di Kabupaten Watan Soppeng pada tanggal 5 september 1962,

dengan Fakultas Ilmu Penelitian. Pada tahun 1966-1967, Universitas

Muhammadiyah Makassar dengan menempati gedung Sekolah China yang

pada tahun 1966.

Setelah melalui beberapa tahap persiapan di tingkat Universitas seperti,

penandatanganan MOU kerja sama dengan Fakultas Kedokteran UNHAS dan

Rumah sakit Syekh Yusuf Gowa, maka pada tahun 2007 proposal pendirian

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UNISMUH diusulkan ke DIKTI

jakarta. Dari hasil usulan tersebut maka pada tanggal 16-17 Mei 2008 oleh tim

KKI (konsil kedokteran Indonesia) melakukan visitasi ke Universitas

Muhamadiyah untuk melihat kelayakan pembukaan program studi

Puskesmas adalah UPTD kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung

jawab dalam memberikan pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya. Berperan

menyelenggarakan upaya kesehatan agar masyarakat sadar, mau dan mampu

untuk berpola hidup sehat sehingga meningkatkan derajat kesehatan yang

optimal.

Lanjut usia (lansia) adalah orang yang telah mencapai usia 60 tahun ke

atas yang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan ber- negara (UU RI No 13 tahun 1998). Menurut WHO (World

Health Organization) membagi masa usia lanjut sebagai berikut a. Usia 45-60

tahun, disebut middle age (setengah baya atau A-Teda madya) b. Usia 60-75

tahun, disebut elderly (usia lanjut atau wreda utama) c. Usia 75-90

tahun,disebut old (tua atau wreda prawasana) d. Usia diatas 90 tahun,disebut

very old (tua sekali atau wreda wasana).

1

Page 3: Pkm Toddopuli

Masyarakat kita saat ini memandang para lanjut usia sebagai orang-

orang yang kurang produktif, kurang menarik, kurang energik, mudah

lupa,barangkali kurang bernilai dibandingkan dengan mereka yang masih

dalam keadaan prima (Kroll dan Hawkins, 1999), untuk itu dalam

pembangunan nasional pemerintah telah berhasil mewujudkan hasilyang positif

diberbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan

hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang medis

atau ilamu kedokteran, sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan

penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat

atau sering disebut dengan Lansia Booming (Nugroho, 2000).

Salah. satu upaya Pernerintah dalam menyediakan fasilitas kesehatan

dan penyelenggaraan upaya kesehatan antara lain adalah dengan mengadakan

Posyandu. Posyandu merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari

petugas kesehatan dalam rangka pencapaian norma Kelurga Kecil Bahagia dan

Sejahtera (Effendy, 1998).

B. Tujuan Tutorial Klinik

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui program posyandu di Puskesmas Toddopuli bulan

September 2015.

2.Tujuan Khusus

Mengetahui Program Posyandu Lansia di wilayah Puskesmas

Toddopuli.

C. Manfaat

1. Manfaat Bagi Institusi

Dapat memperkaya khasanah dunia kerja melalui informasi yang

diperoleh dari lapangan sehingga dapat melakukan penyesuaian materi

perkuliahan terhadap tuntutan dunia kerja yang pada akhirnya dapat

menghasilkan dokter-dokter yang lebih kompetitif.

2

Page 4: Pkm Toddopuli

2. Bagi Puskesmas

Puskesmas sebagai lokasi magang dokter muda dengan mendapatkan

bantuan pegawai sebagai mitra kerja mengaplikasikam ilmu pengetahuan

serta ilmu-ilmu kesehatan yang belum didapatkan dari bangku perkuliahan.

3. Bagi Dokter Muda

Dokter muda dapat menimbah pelajaran praktis klinis lapangan dan

membandingkan ilmu yang diperoleh dengan dunia kerja yang sesunguhnya

sehingga dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi kompetisi pasca

pendidikan.

3

Page 5: Pkm Toddopuli

BAB II

GAMBARAN UMUM PUSKESMAS TODDOPULI

Puskesmas Toddupuli merupakan puskesmas baru yang merupakan

pengembangan dari puskesmas Batua yang terletak di Jl. Toddupuli raya no.96

dan dipimpin oleh drg. Hj.Yayi Manggarsari, M.Kes. Dahulu puskesmas

toddupuli merupakan PUSTU (puskesmas pembantu) dari Puskesmas Batua, dan

akhirnya sekitar 6 november 2013 pustu puskesmas batua ini dijadikan puskesmas

yang dinamakan puskesmas Toddopuli.

Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Todupulli sebagai berikut:

a. Sebelah utara : kelurahan Panaikang

b. Sebelah Barat : Kecamatan Pandag/karampuang

c. Sebelah Timur : Kecamatan Tello baru batua

d. Sebelah Selatan : Kelurahan Pandang/borong

Pada waktu itu Puskesmas Toddopuli hanya memberikan pelayanan kepada

pasien rawat jalan dengan pegawai berjumlah enam orang, setelah dikembangkan

jadi puskesmas jumlahnya bertambah menjadi 22 pegawai yang terdiri dari 20

orang PNS dan 2 orang pegawai magang dengan luas wilayah kerja kelurahan

Paropo 1.170.138 M3 atau 117.138 Ha. Selain itu, puskesmas Tuddopuli terdiri

dari 10 kelurahan dan 52 RT.

Kegiatan posyandu di wilayah kerja puskesmas Toddopuli di kelurahan

paropo ada 8 RW ditambahdengan 1 Posbindudilaksanakan setiap bulan dari

tanggal 01 sampai tanggal 30 bulan berjalan dengan melakukan kegiatan-kegiatan

diantaranya satu posyandu lansia dan satu posyandu balita pemberian makanan

tambahan, imunisasi, penyuluhan kesehatan, pemantauan tumbuh kembang anak,

pemeriksaan Bumil, dan pengobatan penyakit. Semua kegiatan tersebut dilakukan

sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan untuk masing-masing penanggung

jawab kegiatan yang dilaksanakan oelh petugas dari puskesmas Toddopuli.

4

Page 6: Pkm Toddopuli

A. Keadaan Demografi

1. Luas wilayah : 1.170.138 M3

2. Jumlah KK : 3.594 KK

3. Jumlah penduduk : 16.271 orang (BPS, 2013)

a. Laki-laki : 7.800 orang

b. Perempuan : 8.959 orang

5

Page 7: Pkm Toddopuli

B. KeadaanSarana Wilayah Todoppuli

1. Jumlah sarana ibadah : 15, terdiri dari:

a. Mesjid : 9 buah

b. Gereja : 6 buah

2. Jumlah sarana pendidikan : 14, terdiri dari:

a. TK : 6 buah

b. SD/sederajat : 5 buah

c. SMP/Sederajat : 2 buah

d. SMA/Sederajat : 1 buah

3. Jumlah Posyandu : 8, terdiri dari:

a. Teratai I Jl.Dirgantara

b. Teratai III, Jl.Paropo 8

c. Teratai IV Jl.Babusalam

d. Teratai V Jl.Batua Raya

e. Teratai VI kompleks Paropo Indah

f. Teratai VII A

g. Teratai VII B

h. Teratai IX, Meranti

4. Posbindu, di RW III

5. Jumlah sarana Olahraga

a. Lapangan tenis lokasi BLKI

b. Lapangan Bulu tangkis lokasi dirgantara

c. Lapangan bola basket lokasi filadelvia

C. Struktur Organisasi Puskesmas Tuddopuli

STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS TUDDOPULI

1. Kepala Puskesmas : drg. Hj. Yayi Manggarsari, M. Kes.

2. Kepala Sub.bagian tata usaha : Hj.Kurniati, S.Sos

a. Umum : Syarifuddin, AMK

b. Kepegawaian : Rina Kasrini,AMK

A.Abd. Gafur, S.KM

c. Perlengkapan : Sumiati, AMK

6

Page 8: Pkm Toddopuli

d. Keuangan : Ariati, S.Kep, Ners

3. Unit Pelayanan tekhnis Fungsional :

a. Upaya Kesehatan Masyarakat

1) Upaya Kesehatan Wajib

a) Promosi Kesehatan : Sangkala, S.KM, M.Kes

b) Kesehatan Lingkungan : Zainuddin, S.KM

c) KIA dan KB : Ratih Puspita Ratu, Amd, Keb

d) Upaya Per.Gizi Masyarakat : Nurhaedah

e) Upaya P2M/PTM : Nurmawati T., AMK

2) Upaya Kesehatan Pengembangan

a) Upaya Kesehatan UKS : dr.Nurhaedah Sulo

b) Upaya Kesehatan Usila : Rina Kasrini, AMK

c) Perawatan Kesehatan Masy : Ariati, S.Kep, Ners

d) Upaya Kesehatan Kerja : A. Abd. Gafur, SKM

e) Upaya Kesehatan Gimul : drg.Nurwahidah

Syadriana Djafar, AMKG

f) Upaya Kesehatan Olahraga : A.Abd. Gafur, SKM

g) Upaya Kesehatan Mata : dr. Nurhaedah Sulo

h) Upaya Kesehatan telinga : dr. Nurhaedah Sulo

i) Upaya kes.Tradisional/Pem.Batra: Kasmawati Anwar, S.Si, Apt

b. Upaya Kesehatan Perseorangan

Rawat Jalan

1) Kartu : Hj. SitiAminah

2) Poli Umum : dr. Hj. Adriani L,MM

dr. Nurhaedah Sulo

3) Polik TB dan Kusta : Nurmawati T., AMK

4) Poli Gigi : drg.Nurwahidah

5) Tindakan/UGD : Nurmawati T, AMK

6) Laboraturium : NurlailaTuanaya, SKM

7) Kamar Obat : Kasmawati Anwar, S.Si, Apt

7

Page 9: Pkm Toddopuli

4. Jaringan Pelayanan Puskesmas

Unit Puskesmas keliling : dr. Nurhaedah Sulo

Syarifuddin, AMK

D. Sumber Daya Manusia (SDM) Puskesmas Tuddopuli

Jumlah dan jenis pegawai di Puskesmas Toddupuli adalah:

1. Kepala Puskesmas : 1 orang

2. Dokter Umum : 2 orang

3. Dokter Gigi : 1 orang

4. Ka. Tata Usaha : 1 orang

5. Penyuluh kes : 1 orang

6. Perawat : 7 orang

7. Apoteker : 1 orang

8. Sanitarian : 2 orang

9. Bidan : 1 orang

10. Perawat Gigi : 1 orang

11. Laboratorium : 1 orang

12. Gizi : 1 orang

E. Jenis-Jenis Pelayanan Pasien Rawat Jalan Puskesmas Tuddopuli

Jenis pelayanan yang diberikan puskesma Tuddopuli adalah sebagai berikut:

1. Pelayanan Tingkat Pertama (RJTP)

a. Pemeriksaan dan Konsultasi Kesehatan

b. Tindakan medik dasar

c. Tindakan medik gigi dan mulut dasar

d. Pelayanan Keluarga berencana (KB)

e. Imunsasi

f. Surat Keterangan Lahir

g. Surat keterangan sakit

h. Surat Keterangan berbadan Sehat

2. Pelayanan kesehatan Luar Gedung

8

Page 10: Pkm Toddopuli

a. LayananKesehatan

1) Puskel (puskesmas Keliling)

2) Posyandu

- Bayi dan Balita

- Lansia

b. Promosi Kesehatan

c. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

d. Home Care

e. Layanan darurat 24 jam/hari

9

Page 11: Pkm Toddopuli

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Posyandu Lansia

1. Pengertian Posyandu Lansia

Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan

kesehatan dan keluarga berencana. Kegiatan posyandu adalah perwujudan dari

peran serta masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan

mereka. posyandu lansia adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan

pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang mempunyai

nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia khususnya lanjut

usia (Depkes, 2000).

2. Tujuan Posyandu Lansia

Adapun tujuan dari dibentuknya posyandu lansia menurut Azrul (1998),

yaitu :

a. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas fisik sesuai kemampuan

dan aktifitas mental yang mendukung

b. Memelihara kemandirian se

c. cara maksimal

d. Melaksanakan diagnosa dini secara tepat dan memadai

e. Melaksanakan pengobatan secara tepat

f. Membina lansia dalam bidang kesehatan fisik spiritual

g. Sebagai sarana untuk menyalurkan minat lansia

h. Meningkatkan rasa kebersamaan diantara lansia

i. Meningkatkan kemampuan lansia untuk mengembangkan kegiatan

kesehatan dan kegiatan - kegiatan lain yang menunjang sesuai dengan

kebutuhan

3. Sasaran

Sasaran penyelenggara posyandu lansia adalah seluruh penduduk yang

berusia 45-60 tahun dan 60 tahun keatas (WHO).

10

Page 12: Pkm Toddopuli

4. Manfaat Posyandu Lansia

Menurut Depkes RI (2000), manfaat dari posyandu lansia adalah :

a. Kesehatan fisik usia lanjut dapat dipertahankan tetap bugar

b. Kesehatan rekreasi tetap terpelihara

c. Dapat menyalurkan minat dan bakat untuk mengisi waktu luang

5. Upaya-upaya yang dilakukan dalam posyandu lansia antara lain :

Lima upaya yang dilakukan dalam posyandu lansia antara lain :

a. Upaya meningkatkan / promosi kesehatan

Upaya meningkatkan kesehatan promotif pada dasarnya merupakan

upaya mencegah primer (primary prevention). Menurut Suyono (1997),

ada beberapa tindakan yang disampaikan dalam bentuk pesan

“BAHAGIA” yaitu :

1) Berat badan berlebihan agar dihindari dan dikurangi

2) Aturlah makanan hingga seimbang

3) Hindari faktor resiko penyakit degeneratif

4) Agar terus berguna dengan mempunyai hobi yang bermanfaat

5) Gerak badan teratur agar terus dilakukan

6) Iman dan takwa ditingkatkan, hindari dan tangkal situasi yang

menegangkan

7) Awasi kesehatan dengan memeriksa badan secara periodik

b. Peningkatan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, meliputi kegiatan

peningkatan keagamaan (kegiatan doa bersama). Peningkatan ketakwaan

berupa pengajian rutin satu bulan sekali. Kegiatan ini memberikan

kesempatan mewujudkan keinginan lanjut usia yang selalu berusaha terus

memperkokoh iman dan takwa

c. Peningkatan kesehatan dan kebugaran lanjut usia meliputi :

1) Pemberian pelayanan kesehatan melalui klinik lanjut usia

Kegiatan pelayanan kesehatan dengan cara membentuk suatu

pertemuan yang diadakan disuatu tempat tertentu atau cara tertentu

misalnya pengajian rutin, arisan pertemuan rutin, mencoba

memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat sederhana dan dini.

11

Page 13: Pkm Toddopuli

Sederhana karena kita menciptakan sistem pelayanan yang

diperkirakan bisa dilaksanakan diposyandu lansia dengan kader yang

juga direkrut dari kelompok pra usia lanjut. Bersifat dini karena

pelayanan kesehatan tersebut dilaksanakan rutin tiap bulan dan

diperuntukkan bagi seluruh lanjut usia baik yang merasa sehat maupun

yang merasa adanya gangguan kesehatan. Selain itu aspek preventif

mendapatkan porsi penekanan dalam pelayanan kesehatan ini.

2) Penyuluhan gizi

3) Penyuluhan tentang tanaman obat keluarga

4) Olah raga

Olah raga adalah suatu bentuk latihan fisik yang memberikan pengaruh

baik terhadap tingkat kemampuan fisik seseorang, apabila dilakukan

secara baik dan benar. Manfaat latihan fisik bagi kesehatan adalah

sebagai upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif. Ada berbagai

jenis kegiatan yang dapat dilakukan, salah satunya adalah olah raga.

Jenis olah raga yang bisa dilakukan dalam kegiatan posyandu lansia

adalah pekerjaan rumah, berjalan-jalan, jogging atau berlari-lari,

berenang, bersepeda, bentuk-bentuk lain seperti tenis meja dan tenis

lapangan

5) Rekreasi

d. Peningkatan ketrampilan

Kesenian, hiburan rakyat dan rekreasi merupakan kegiatan yang

sangat diminati oleh lanjut usia. Kegiatan yang selalu bisa mendatangkan

rasa gembira tersebut tidak jarang menjadi obat yang sangat mujarab

terutama bagi lansia yang kebetulan anak cucunya bertempat tinggal jauh

darinya atau usia lanjut yang selalu berusaha terus memperkokoh iman dan

takwa.

Peningkatan ketrampilan untuk lansia meliputi :

1) Demontrasi ketrampilan lansia membuat kerajinan

2) Membuat kerajinan yang berpeluang untuk dipasarkan

3) Latihan kesenian bagi lansia

12

Page 14: Pkm Toddopuli

e. Upaya pencegahan/prevention

Masing-masing upaya pencegahan dapat ditunjukkan kepada :

1) Upaya pencegahan primer (primary prevention) ditujukan kepada

lanjut usia yang sehat, mempunyai resiko akan tetapi belum menderita

penyakit

2) Upaya pencegahan sekunder (secondary prevention) ditujukan kepada

penderita tanpa gejala, yang mengidap faktor resiko. Upaya ini

dilakukan sejak awal penyakit hingga awal timbulnya gejala atau

keluhan

3) Upaya pencegahan tertier (tertiery prevention) ditujukan kepada

penderita penyakit dan penderita cacat yang telah memperlihatkan

gejala penyakit.

6. Penyelenggaraan posyandu lansia

Penyelenggaraan posyandu lansia dilaksanakan oleh kader kesehatan

yang terlatih, tokoh dari PKK, tokoh masyarakat dibantu oleh tenaga

kesehatan dari puskesmas setempat baik seorang dokter bidan atau perawat

Menurut Budiono (1997), penyelengaraan posyandu lansia dilakukan dengan

sistem 5 meja meliputi :

a. Meja satu untuk pendaftaran

b. Meja dua untuk penimbangan

c. Meja tiga untuk pengisian kartu menuju sehat (KMS) lanjut usia

d. Meja empat untuk penyuluhan, penyuluhan disini dapat dilaksanakan

secara perorangan maupun secara kelompok

e. Meja lima untuk pelayanan kesehatan yang meliputi pengukuran tekanan

darah dan pemeriksaan fisik.

Berkunjung ke posyandu lansia merupakan cara untuk dapat memenuhi

status kesehatan lansia. Upaya untuk berperilaku baik dengan menjaga

kesehatannya sangat dipengaruhi oleh motivasi.

13

Page 15: Pkm Toddopuli

B. Lansia

1. Pengertian lanjut usia (lansia)

Menurut Undang-undang RI No.13 tahun 1988 tentang kesejahteraan

lanjut usia pada BAB I pasal 1 ayat 2 yang berbunyi lanjut usia adalah

seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Lanjut usia adalah suatu

kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia

panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Menurut Undang-

undang RI no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19 ayat 1 bahwa

manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami

perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan

memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan. karena itu kesehatan

manusia lanjut usia perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap

dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara

produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan

aktif dalam pembangunan.

2. Perubahan dan Ciri-ciri Lanjut Usia

Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur

antara lain :

a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lanjut usia meliputi :

1) Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 sampai 59

tahun

2) Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun

3) Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun

4) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

b. Menurut Masdani dalam Nugroho (2000)

Mengatakan lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa.

Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian :

1) Fase iuventus antara 25-40 tahun

2) Fase verilitas antara 40-50 tahun

3) Fase prasenium antara 55-65 tahun

14

Page 16: Pkm Toddopuli

4) Fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia

c. Menurut Setyonegoro dalam Nugroho (2000) pengelompokkan lanjut

usia sebagai berikut :

1) Usia dewasa muda (elderly adulthood) antara 18-25 tahun

2) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas antara 25-65

tahun

3) Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65-70 tahun. terbagi untuk

umur 70-75 tahun (young old) 76-80 tahun (old) dan lebih dari 80

tahun (very old).

d. Menurut undang-undang No.4 tahun 1965 pasal 1 bahwa seseorang

dapat dinyatakan sebagai orang jompo atau lanjut usia setelah yang

bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak

berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari

dan menerima nafkah dari orang lain.

3. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

Menurut Nugroho (2000), perubahan yang terjadi pada lansia adalah:

a. Perubahan atau kemunduran biologis

1) Kulit yaitu kulit menjadi tipis, kering, keriput dan tidak elastis lagi.

Fungsi kulit sebagai penyekat suhu tubuh lingkungan dan perisai

terhadap masuknya kuman terganggu.

2) Rambut yaitu rontok berwarna putih kering dan tidak mengkilat.

Hal ini berkaitan dengan perubahan degeneratif kulit.

3) Gigi mulai habis.

4) Penglihatan dan pendengaran berkurang

5) Mudah lelah, gerakan menjadi gambaran lamban dan kurang lincah

6) Kerampingan tubuh menghilang disana-sini terjadi timbunan lemak

terutama dibagian perut dan panggul

7) Otot yaitu jumlah sel otot berkurang mengalami atrofi sementara

jumlah jaringan ikat bertambah, volume otot secara keseluruhan

menyusut, fungsinya menurun dan kekuatannya berkurang

8) Jantung dan pembuluh darah yaitu berbagai pembuluh darah

15

Page 17: Pkm Toddopuli

penting khusus yang di jantung dan otak mengalami kekakuan.

Lapisan intim menjadi kasar akibat merokok, hipertensi, diabetes

melitus, kadar kolestrol tinggi dan lain-lain yang memudahkan

timbulnya penggumpalan darah dan trombosis

9) Tulang pada proses menua kadar kapur (kalsium) menurun akibat

tulang menjadi keropos dan mudah patah

10) Seks yaitu produksi hormon testoteron pada pria dan hormon

progesteron dan estrogen wanita menurun dengan bertambahnya

umur

b. Perubahan atau kemunduran kemampuan kognitif

1) Mudah lupa karena ingatan tidak berfungsi dengan baik

2) Ingatan kepada hal-hal dimasa muda lebih baik dari pada yang

terjadi pada masa tuanya yang pertama dilupakan adalah nama-

nama

3) Orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruang atau

tempat juga mundur, erat hubungannya dengan daya ingat yang

sudah mundur dan juga karena pandangan yang sudah menyempit

4) Meskipun telah mempunyai banyak pengalaman skor yang dicapai

dalam test-test intelegensi menjadi lebih rendah sehingga lansia

tidak mudah untuk menerima hal-hal yang baru

c. Perubahan-perubahan psikososial

1) Pensiun, nilai seseorang sering diukur oleh produktifitasnya selain

itu identitas pensiun dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan

2) Merasakan atau sadar akan kematian

3) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan

bergerak lebih sempit

4) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan

5) Penyakit kronis dan ketidakmampuan

6) Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial

7) Gangguan saraf panca indera

8) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan

16

Page 18: Pkm Toddopuli

9) Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan

teman dan famili

10) Hilangnya kemampuan dan ketegapan fisik

Perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri. Dari

definisi lanjut usia dan karakteristik lanjut usia perlu pembinaan untuk

menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan lansia dengan pembentukan

posyandu lansia.

C. Hipertensi

Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan

darah sistoliklebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90

mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan

cukup istirahat/tenang.

Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama

(persisten)dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung

(penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi

secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi

dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh

karena itu, partisipasi semua pihak,baik dokter dari berbagai bidang peminatan

hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan agar hipertensi

dapat dikendalikan.

Menurut American Heart Association {AHA}, penduduk Amerika yang

berusia diatas 20tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta

jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya.

Hipertensi merupakan silent killerdimana gejala dapat bervariasi pada masing-

masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala-

gejalanya itu adalah sakit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung

berdebar-debar, mudah Ieiah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan

mimisan.

Faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga,

genetik (faktorresiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan merokok,

17

Page 19: Pkm Toddopuli

konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan

konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres,

penggunaan estrogen.

Ada pun klasifikasi hipertensi terbagi menjadi:

1. Berdasarkan penyebab

a. Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial

Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun

dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hid up seperti kurang bergerak

(inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita

hipertensi.

b. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial

Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10%

penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-

2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu

(misalnya pil KB).

2. Berdasarkan bentuk Hipertensi

Hipertensi diastolik {diastolic hypertension}, Hipertensi campuran

(sistol dan diastol yang meninggi), Hipertensi sistolik (isolated systolic

hypertension).

Terdapatjenis hipertensi yang lain:

1. Hipertensi Pulmonal

Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah

padapembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing

dan pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasar penyebabnya hipertensi

pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang ditandai dengan penurunan

toleransi dalam melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan. Hipertensi

pulmonal primer sering didapatkan pada usia muda dan usia pertengahan,

lebih sering didapatkan pada perempuan dengan perbandingan 2:1, angka

kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus per 1 juta penduduk, dengan mean

survivalsampai timbulnya gejala penyakit sekitar 2-3 tahun.

18

Page 20: Pkm Toddopuli

Kriteria diagnosis untuk hipertensi pulmonal merujuk pada National

Institute of Health; bila tekanan sistolik arteri pulmonalis lebih dari 35 mmHg

atau"mean"tekanan arteri pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat istirahat

ataulebih 30 mmHg pada aktifitas dan tidak didapatkan adanya kelainan katup

padajantung kiri, penyakit myokardium, penyakit jantung kongenital dan

tidakadanya kelainan paru.

2. Hipertensi Pada Kehamilan

Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat pada

saat kehamilan, yaitu:

a. Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi yang

diakibatkankehamilan/keracunan kehamilan ( selain tekanan darah yang

meninggi, juga didapatkan kelainan pada air kencingnya ).

Preeklamsiadalah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi,

edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.

b. Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu

mengandung janin.

c. Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan gabungan

preeklampsia dengan hipertensi kronik.

d. Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat.

Penyebab hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada yang

mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kelainan pembuluh

darah, ada yang mengatakan karena faktor diet, tetapi ada juga yang

mengatakan disebabkan faktor keturunan, dan lain sebagainya.

EPIDEMIOLOGI

Tekanan darah meningkat sejalan dengan peningkatan usia.

Tekanan darah sistolik meningkat sepanjang hidup, tetapi tekanan darah

diastolik cenderung stabil pada usia dekade kelima. Dengan demikian,

baik insiden dan prevalensi hipertensi meningkat dengan bertambahnya

usia, dan hipertensi sistolik terisolasi menjadi subtipe yang paling umum

19

Page 21: Pkm Toddopuli

pada orang tua. Untuk orang setengah baya dengan tekanan darah normal

yang hidup sampai usia 85 tahun, masa residual risiko mengembangkan

hipertensi adalah 90%.2

Selain usia, faktor-faktor lain yang terkait dengan peningkatan

risiko hipertensi yang tidak dapat diubah (nonreversible) termasuk ras

Afrika Amerika atau memiliki riwayat keluarga hipertensi. Faktor yang

dapat diubah (reversible) termasuk memiliki tekanan darah dalam rentang

prehipertensi, kelebihan berat badan, memiliki gaya hidup yang kurang

gerak, diet mengkomsumsi tinggi natrium- rendah kaliu, asupan alkohol

yang berlebih, atau memiliki sindrom metabolik. Sindrom metabolik

didefinisikan oleh adanya tiga atau lebih dari kondisi berikut: obesitas

perut (lingkar pinggang> 40 inci pada pria atau> 35 inci pada wanita),

toleransi glukosa oral (glukosa puasa ≥ 110 mg / dL), tekanan darah

130/85 mm Hg atau lebih tinggi, meningkatkan tingkat plasma trigliserida

(≥ 150 mg / dL), atau rendah high-density lipoprotein (HDL) kolesterol

(<40 mg / dL pada pria atau <50 mg / dL pada wanita). Hal ini diduga

bahwa resistensi insulin mungkin menjadi faktor pathophysiologik yang

mendasari untuk sindrom metabolik. Memperbaiki faktor reversibel dapat

menurunkan tekanan darah dan mencegah perkembangan dari hipertensi. 2

Dalam usia dewasa muda dan usia pertengahan awal, hipertensi

lebih umum pada pria dibandingkan pada wanita. Pada orang yang lebih

tua dari 60 tahun, sebaliknya adalah hipertensi lebih umum pada wanita

dibandingkan pada pria. Hipertensi lebih umum di ras Afrika Amerika

daripada ras kulit putih di segala usia, dan di kedua ras itu lebih umum di

ekonomi yang menengah ke bawah.2

Prevalensi hipertensi tergantung antara komposisi ras pada

populasi yang diteliti dan kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan

kondisi. Dalam populasi suburban kulit putih seperti dalam penelitian

Framingham, hampir seperlima dari individu memiliki tekanan darah

160/95 mmHg, sementara setengahnya memiliki tekanan darah 140/90

mmHg. Prevalensi yang lebih tinggi telah didokumentasikan dalam

20

Page 22: Pkm Toddopuli

penduduk kulit putih. Pada perempuan prevalensi berkaitan erat dengan

usia, dengan peningkatan yang substansial terjadi setelah usia 50.

Peningkatan ini diduga berkaitan dengan perubahan hormonal saat

menopause, meskipun mekanismenya belum diketahui dengan jelas.

Dengan demikian, rasio frekuensi hipertensi pada wanita dibandingkan

pria meningkat 0,6-0,7 pada usia 30 hingga 1,1-1,2 pada usia 65.1

Data dari The National Health and Nutrition Survey (NHANES)

telah menunjukkan bahwa 50 juta atau lebih orang Amerika menderita

hipertensi yang menjalani beberapa bentuk pengobatan.1,2 Seluruh Dunia

estimasi prevalensi untuk hipertensi diperkirakan sebanyak 1 miliar orang,

dan sekitar 7,1 juta kematian per tahun mungkin disebabkan hipertensi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa tekanan darah

suboptimal (tekanan darah sistolik > 115 mmHg) bertanggung jawab atas

62 persen dari penyakit serebrovaskular dan 49 persen dari penyakit

jantung iskemik (IHD), dengan sedikit variasi berdasarkan jenis kelamin.

Selain itu, tekanan darah suboptimal tersebut merupakan faktor risiko

nomor satu kematian di dunia.3.

Untuk orang-orang dengan hipertensi, kematian yang paling sering

disebabkan oleh komplikasi dari penyakit arteri koroner. Faktor-faktor

yang menambah risiko ini adalah penggunaan tembakau, hiperlipidemia,

diabetes mellitus, obesitas, gaya hidup yang kurang gerak, sindrom

metabolik, jenis kelamin (laki-laki dan pascamenopause pada perempuan),

usia lebih tua dari 60 tahun, dan riwayat keluarga penyakit kardiovaskular

premature (wanita <65 tahun, laki-laki <55 tahun). Adanya kerusakan

organ target (stroke, hipertrofi ventrikel kiri, penyakit jantung iskemik,

gagal jantung kongestif, penyakit ginjal, retinopati, penyakit pembuluh

darah perifer, dan demensia) meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular

peristiwa ini berlanjut bahkan jika tekanan darah telah dikontrol. Fakta ini

berpendapat untuk identifikasi dini dan pengobatan yang tepat hipertensi

untuk menghindari perkembangan cedera organ target.2

21

Page 23: Pkm Toddopuli

ETIOLOGI HIPERTENSI

Sebagian besar (80-90%) dari pasien dengan hipertensi memiliki

peningkatan tekanan darah primer, yaitu hipertensi esensial yang tidak

diketahui penyebabnya.4

1. Hipertensi Esensial/ Hipertensi Primer 4

Hipertensi esensial memiliki etiologi multifaktorial.

a. Faktor genetik

Tekanan darah anak dalam sebuah keluarga cenderung

meningkat apabila orang tuanya mengalami hipertensi,dibandingkan

dengan anak tanpa riwayat orang tua hipertensi. Hal ini menunjukkan

tendensi faktor risiko genetik dalam penyebab hipertensi, meskipun

sebagian, adanya pengaruh lingkungan secara bersama.Namun,

sebagian besar faktor genetik bertanggung jawab atas kejadian

hipertensi dalam sebuah keluarga.

b. Janin faktor

Berat badan lahir rendah dikaitkan dengan

hipertensi.Hubungan ini mungkin karena adaptasi janin intrauterin

abikbat kekurangan gizi dengan perubahan jangka panjang dalam

darah Kapal struktur atau fungsi penting sisstem hormonal.

c. Faktor-faktor lingkungan

Di antara beberapa faktor lingkungan yang telah diduga

berperan, berikut ini tampaknya menjadi yang paling signifikan:

(i) Obesitas. Orang gemuk memiliki tekanan darah yang lebih

tinggi dibandingkan orang kurus. Ada resiko, yang

cenderung lebih tinggi jika tekanan darah diukur dengan

manset kecil. Sesuaikan ukuran maset dengan lingkar

lengan. Gangguan pernafasan saat tidur yang bersamaan

ditemukan pada pasien obesitas merupakan faktor risiko

tambahan.

(ii) Asupan. Kebanyakan penelitian telah menunjukkan

hubungan yang erat antara konsumsi alkohol dan hipertensi.

22

Page 24: Pkm Toddopuli

Namun, subyek yang mengonsumsi sejumlah kecil alkohol

tampaknya memiliki tingkat tekanan darah yang lebih

rendah daripada mereka yang mengkonsumsi alkohol dalam

jumlah banyak.

(iii) Asupan Garam. Asupan Garam yang tinggi telah

disarankan untuk menjadi penentu utama dari perbedaan

tekanan darah dalam populasi di seluruh dunia. Populasi

dengan asupan natrium lebih tinggi memiliki tekana darah

rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan asupan natrium

rendah. Migrasi dari pedesaan ke lingkungan perkotaan

dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah yang sebagian

terkait dengan jumlah garam dalam diet. Studi tentang

pembatasan asupan garam telah menunjukkan efek yang

menguntungkan pada tekanan darah pada pasien hipertensi.

Sejumlah bukti telah menjelaskan komsumsi tinggi kalium

dapat melawan efek asupan kadar garam yang tinggi.

(iv)Stres. Nyeri akut atau stress dapat meningkatkan tekanan

darah. Namun hubungan antaran nyeri kronik dan

peningkatan tekanan darah belum dapat dijelaskan dengan

pasti.

d. Mekanisme Hormonal

e. Adanya sistem saraf otonom maupun Renin-angiotensis, peptide

nautriuetik dan sistem kalikrein-kinin memainkan peran dalam

regulasi perubahan tekanan darah jangka pendek dan telah

dikaitkan dalam patogenesis hipertensi. Penurunan renin,

saltsensitive, hipertensi esensial yang terjadi pada pasien yang

mengalami retensi garam dan air dapat dijelaskan.

f. Resistensi Insulin

Hubungan antara diabetes dan hipertensi telah lama telah

diakui dan sebuah sindrom telah dijelaskan dari adanya

hiperinsulinemia, intoleransi glukosa, penurunan tingkat kolesterol

HDL, hipertrigliseridemia dan obesitas sentral (semua yang

berhubungan dengan resistensi insulin) dalam hubungan dengan

23

Page 25: Pkm Toddopuli

hipertensi.Hubungan ini (juga disebut sindrom metabolik)

merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular.

2. Hipertensi Sekunder 4

Hipertensi sekunder adalah keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah

akibat dari penyakit spesifik dan berpotensi dapat diobati. Bentuk-bentuk dari

penyeba hipertensi sekunder seperti yang ada di bawah ini:

a. Penyakit Ginjal

Sekitar 80% pasien penyakit ginjal mengalami hipertensi. Penyebab yang

palig sering adalah:

- Nefropati diabetik

- Glomerulonefritis Kronik

- Penyakit Polikistik pada dewasa

- Nefritis tubulointestinal Kronik

- Penyakit renovaskuler.

Hipertensi itu sendiri dapat menyebabkan atau memperburuk

penyakit ginjal. Mekanisme peningkatan tekanan darah ini akibat

retensi garam dan air, meskipun dapat pula ditemukan

ketidaksesuaian peningkatan level plasma rennin.

b. Penyakit Endokrin

- Sindrom Conn

- Adrenalhiperplasia

- Pheochromasitoma

- Sindrom Cushing

- Acromegali

c. Penyakit kardiovaskular Kongenital

Penyebab yang paling sering adalah coartasio aorta.

d. Obat-obatan

Banyak obat telah terbukti menyebabkan atau memperburuk hipertensi,

atau mengganggu respon terhadap beberapa agen antihipertensi: NSAID,

kontrasepsi oral, steroid, carbenoxolone, akar manis, simpatomimetik dan

vasopressin. Pasien yang memakai monoamine oxidase inhibitors yang

24

Page 26: Pkm Toddopuli

mengkonsumsi makanan yang mengandung tyramin dapat

mengembangkan paroksismal hipertensi berat.

e. Kehamilan

Curah jantung meningkat pada kehamilan tetapi, karena relatif besarnya

penurunan resistensi perifer, tekanan darah pada ibu hamil perempuan

biasanya lebih rendah dari pada mereka yang tidak hamil.Hipertensi

dicatat dalam 8-10% dari kehamilan; bila terdeteksi pada trimester pertama

kehamilan atau bertahan setelah melahirkan, biasanya karena sudah ada

hipertensi esensial sebelumnya.Hipertensi yang muncul pada paruh kedua

kehamilan atau 'hipertensi yang dicetuskan oleh kehamilan’ biasanya

sembuh setelah melahirkan.Ketika tekanan darah meningkat terhadap

pengobatan> 160/110 mmHg dibenarkan untuk diobati.Pre-eklampsia

adalah sindrom yang terdiri dari kehamilan yang diinduksi hipertensi

dengan proteinuria.penyebab primer tidak diketahui dengan pasti, tetapi

kemungkinan melibatkan gangguan sirkulasi uteroplasenta dan

mengakibatkan pembatasan pertumbuhan intrauterin. Hipertensi pada

kehamilan, bersama dengan emboli paru, adalah penyebab kematian ibu

yang paling umum, dengan kejadian 10 per 1 juta kehamilan.Selain itu,

penting kondisi eklampsia, yang berhubungan dengan berat hipertensi,

pada akhirnya dapat menyebabkan kejang-kejang, gangguan edema otak

dan paru, penyakit kuning, kelainan pembekuan dan kematian janin.

KLASIFIKASI HIPERTENSI

Tabel 2 menunjukkan klasifikasi tekanan darah untuk orang

dewasa usia 18 tahun dan lebih tua. Klasifikasi ini didasarkan pada rata-

rata dua atau lebih pengukuran, saat duduk, pembacaan tekanan darah

dilakukan oleh patugas kunjugan kedua atau lebih.3

Prehipertensi bukan kategori penyakit. Sebaliknya, prehipertensi

adalah sebutan yang dipilih untuk mengidentifikasi individu yang berisiko

tinggi akan mengalami hipertensi, sehingga baik pasien dan dokter patut

waspada terhadap risiko ini dan terdorong untuk campur tangan dan

25

Page 27: Pkm Toddopuli

mencegah atau menunda perkembangan dari penyakit tersebut. Individu

yang dikategorikan prehipertensi belum dianjurkan untuk terapi obat oral

berdasarkan tingkat tekanan darah dan harus secara tegas dan jelas

disarankan untuk memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi risiko

berkembangnya hipertensi di masa depan. Selain itu, individu dengan

prehipertensi, yang juga menderita diabetes atau penyakit ginjal, harus

dipertimbangkan untuk terapi obat yang sesuai jika modifikasi gaya hidup

gagal untuk menurunkan tekanan darah mereka menjadi 130/80 mmHg

atau kurang.3

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC VII

Klasifikasi Tekanan

Darah

Tekanan Darah Sistolik

(mmHg)

Tekanan Darah

Diastolik (mmHg)

Normal <120 dan <80

Prehipertensi 120-139 atau 80-90

Hipertensi Tahap I 140-159 atau 90-99

Hipertensi Tahap II >160 >100

Klasifikasi ini tidak membedakan individu hipertensi dengan ada

atau tidak adanya faktor resiko atau kerusakan target organ untuk

membuat rekomendasi pengobatan yang berbeda, JNC 7 menunjukkan

bahwa semua orang dengan hipertensi (stadium 1 dan 2) dapat diobati.

Tujuan pengobatan adalah untuk individu dengan hipertensi dan tidak ada

kondisi lain yang menyertai yaitu tekanan darah <140/90 mmHg. Tujuan

untuk individu dengan prehipertensi adalah untuk menurunkan tekanan

darah ke tingkat normal dengan perubahan gaya hidup, dan mencegah

progresifitas kenaikan tekanan darah dengan modifikasi gaya hidup yang

disarankan.3

TANDA DAN GEJALA

Secara umum, hipertensi tidak bergejala. Namun beberapa tanda

dan gejala dapat terjadi pada pasien hipertensi, yaitu:5

26

Page 28: Pkm Toddopuli

1. Peningkatan tekanan darah pada pembacaan setidaknya dua kali berturut-

turut setelah penyaringan awal

2. Nyeri kepala oksipital (kemungkinan memburuk pada di pagi hari sebagai

akibat dari peningkatan tekanan intrakranial); mual dan muntah juga dapat

terjadi

3. Epistaksis yang mungkin karena keterlibatan vaskular

4. Bruits (yang dapat didengar melalui aorta perut atau karotis, arteri ginjal,

dan femoralis) disebabkan oleh stenosis atau aneurisma

5. Pusing, kebingungan, dan kelelahan yang disebabkan oleh perfusi jaringan

menurun karena vasokonstriksi pembuluh darah

6. Penglihatan kabur sebagai akibat dari kerusakan retina

7. Nokturia disebabkan oleh peningkatan aliran darah ke ginjal dan

peningkatan filtrasi glomerular

8. Edema yang disebabkan oleh peningkatan tekanan kapiler.

Jika hipertensi sekunder ada, tanda-tanda dan gejala lain yang timbul

kemungkinan berhubungan dengan penyebabnya. Misalnya, Cushing

sindrom dapat menyebabkan obesitas dan striae trunkal berwarna ungu,

sedangkan pasien dengan pheochromocytoma dapat timbul sakit kepala,

mual, muntah, palpitasi, pucat, dan keringat berlimpah.5

PATOMEKANISME HIPERTENSI

Tekanan darah arteri adalah hasil dari resistensi perifer totoal dan

curah jantung. Curah jantung dapat meningkat dengan meningkatnya

denyut jantung atau volume sekuncup atau keduanya. Resistensi perifer

meningkat oleh faktor-faktor yang meningkatkan viskositas darah atau

vasokontriksi lumen pembuluh darah, terutama arteriol.5

Beberapa teori yang menjelaskan perkembangan hipertensi, termasuk:5

1. Perubahan dalam penampang arteriolar menyebabkan peningkatan

resistensi pembuluh darah perifer

2. Abnormalitas peningkatan tonus dalam sistem saraf simpatik yang berasal

dari pusat-pusat sistem vasomotor, menyebabkan resistensi pembuluh

darah perifer meningkat

27

Page 29: Pkm Toddopuli

3. Peningkatan volume darah akibat disfungsi ginjal atau hormonal

4. Peningkatan penebalan arteriolar disebabkan oleh faktor genetik, yang

menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer

5. Pelepasan rennin yang abnormal, sehingga terbentuk angiotensin II, yang

mengkonstriksi arteriol dan meningkatkan volume darah.

Hipertensi yang berkepanjangan meningkatkan beban kerja jantung

sebagai perlawanan terhadap kenaikan ejeksi ventrikel kiri. Untuk

meningkatkan daya kontraktilitas, ventrikel kiri mengalami hipertrofi,

kebutuhan oksigen dan beban kerja jantung meningkat. Dilatasi jantung dan

kegagalan dapat terjadi ketika hipertrofi tidak bisa lagi mempertahankan curah

jantung yang memadai. Karena hipertensi memicu aterosklerosis koroner,

jantung selanjutnya dapat dikompromikan oleh berkurangnya aliran darah ke

miokardium, sehingga timbullah angina atau infark miokard (MI). Hipertensi

juga menyebabkan kerusakan pembuluh darah, yang menyebabkan percepatan

terjadinya aterosklerosis dan kerusakan organ target, seperti cedera retina,

gagal ginjal, stroke, dan aneurisma dan diseksi aorta. 5

Patofisiologi hipertensi sekunder berhubungan dengan penyakit yang

mendasarinya. Sebagai contoh: 5

1. Penyebab paling umum dari hipertensi sekunder adalah penyakit ginjal

kronik. Kerusakan ginjal kronis akibat dari glomerulonefritis atau stenosis

arteri ginjal yang mengganggu ekskresi natrium, sistem renin-

angiotensin-aldosteron, atau perfusi ginjal, akhirnya menyebabkan

tekanan darah meningkat.

2. Dalam sindrom Cushing, peningkatan kadar kortisol meningkatkan

tekanan darah dengan meningkatkan retensi natrium ginjal, meningkatkan

kadar angiotensin II, dan respon pembuluh darah terhadap norepinefrin.

3. Dalam aldosteronisme primer, peningkatan volume intravaskular,

perubahan konsentrasi natrium dalam dinding pembuluh darah, atau

sangat

4. Tingginya kadar aldosteron menyebabkan vasokonstriksi dan peningkatan

resistensi perifer.

28

Page 30: Pkm Toddopuli

5. Pheochromocytoma adalah tumor sel chromaffin medula adrenal yang

mengeluarkan epinephrine dan norepinephrine. Epinefrin meningkatkan

kontraktilitas dan ritme jantung, sedangkan norepinefrin meningkatkan

resistensi pembuluh darah perifer.

DIAGNOSIS

Beberapa pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis:5

1. Pengukuran tekanan darah yang berulang akan sangat bermamfaat

2. Unrinalisis dapat menunjukkan adanya protein, sel darah merah atau sel

darah putih, pada penyakit ginjal: adanya katekolamin yang dihubungkan

dengan pheochromasitoma, atau glukosa yang menunjukkan adanya

diabetes.

3. Pengujian laboratorium dapat mengungkapkan adanya peningkatan

nitrogen urea dan kadar kreatinin serum dari penyakit ginjal, atau

hipokalemia menunjukkan disfungsi adrenal (hiperaldosteronisme primer).

4. Hitung darah lengkap dapat mengungkapkan penyebab hipertensi

misalnya polisitemia dan anemia.

5. Excretory urography dapat mengungkapkan adanya atrofi ginjal yang

mengarah ke penyakit ginjal kronik. Satu ginjal lebih kecil dari ginjal

sebelahnya menunjukkan penyakit ginjal unilateral.

6. Elektrocardiografi (EKG) dapat menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel

kiri atau iskemik jantung.

7. Foto X-ray dada dapat menunjukkan kardiomegali

8. Echokardiografi dapat mengungkapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.

PENATALAKASANAAN HIPERTENSI

Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-

obatan ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup dapat

dilakukan dengan membatasi asupan garam tidak lebih dari X - }) sendok teh (6

gram/hari), menurunkan berat badan, menghindari minuman berkafein, rokok, dan

29

Page 31: Pkm Toddopuli

minuman beralkohol. Olah raga juga dianjurkan bagi penderita hipertensi, dapat

berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 me nit dengan frekuensi 3-5 x

per minggu. Penting juga untuk cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan

stress. Untuk pemilihan serta penggunaan obat-obatan hipertensi disarankan untuk

berkonsultasi dengan dokter keluarga anda.

Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh pen de rita

hipertensi adalah:

1. Makanan yang berkadar lemakjenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa,

gajih).

2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, crackers,

keripikdan makanan keringyangasin).

3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta

buah-buahan dalam kaleng, soft drink).

4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,

pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).

5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein

hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning

telur, kulit ayam).

6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal,

taucoserta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandunggaram

natrium.

7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

Di Indonesia terdapat pergeseran pol a makan, yang mengarah pad a

makanan cepat sajidan yang diawetkan yang kita ketahui mengandung garam

tinggi, lemak jenuh, dan rendah serat mulai menjamurterutama di kota-kota

besardi Indonesia.

Dengan mengetahui gejala dan faktor risiko terjadinya hipertensi

diharapkan penderita dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan dengan

modifikasi diet/gaya hidup ataupun obat-obatan sehingga komplikasi yang terjadi

dapat dihindarkan.

30

Page 32: Pkm Toddopuli

Pasien dengan tekanan diastolik 90 mmHg atau tekanan sistolik 140

mmHg harus ditangani. Pasien dengan hipertensi sistolik terisolasi (level 160

mmHg dengan tekanan diastolik 89 mmHg) harus juga diobati jika mereka di atas

usia 65 tahun. Pasien dengan hipertensi dengan tekanan darah yang tidak stabil

atau hipertensi sistolik terisolasi yang tidak diobati harus memiliki tindak lanjut

pemeriksaan rutin pada interval 6 bulan karena hipertensi dapat menjadi progresif

dan / atau berkelanjutan. Akhirnya, pasien dengan penyakit vaskular

aterosklerotik atau diabetes mellitus dan tekanan darah diastolik antara 85 dan 90

mmHg juga harus menerima terapi antihipertensi.1,2

Berapakah target penurunan tekanan darah yang semestinya? Sebelumnya

diasumsikan 140/90 mmHg adalah tingkat yang diinginkan. Hal ini tampaknya

masih wajar untuk pasien nondiabetes sejak studi Pengobatan Optimal Hipertensi

(HOT) tidak mendeteksi perbedaan yang signifikan dalam risiko kardiovaskular

antara pasien nondiabetes dirawat untuk tujuan penurunan tekanan darah diastolic

90 mmHg dibandingkan 80 mmHg. 1,2

Sekitar kurang dari sepertiga dari pasien hipertensi di Amerika Serikat

diobati secara efektif. Jumlah kegagalan terhitung kecil terkait dengan obat yang

tidak merespon. Kebanyakan kegagalan akibat (1) gagal mendeteksi hipertensi,

(2) kegagalan institusi dalam pengobatan yang efektif pasien hipertensi

asimtomatik, dan (3) kegagalan hipertensi asimtomatik pasien untuk mematuhi

terapi. Untuk membantu mengatasi masalah selanjutnya, pasien harus dididik

untuk melanjutkan perawatan sekali untuk rejimen yang efektif yang telah

diidentifikasi. Efek samping dan ketidaknyamanan pengobatan harus

diminimalkan atau dihilangkan agar pasien dapat bekerja sama. 1,2

a. Pengobatan Non-Farmakologi

Perubahan gaya hidup dapat menurunkan tekanan darah dan harus

digalakkan untuk semua orang dengan prehipertensi. Modifikasi mungkin

cukup sebagai terapi awal untuk beberapa orang dengan hipertensi stadium 1.

Perlu terapi tambahan bagi mereka dengan hipertensi yang lebih parah.2,3

Pendekatan Diet untuk Menghentikan Hipertensi atau The Dietary

Approach to Stop Hypertension (DASH) efektif dalam menurunkan tekanan

31

Page 33: Pkm Toddopuli

darah pada pasien dengan prehipertensi atau hipertensi tahap . Rencana makan

DASH meliputi mengkonsumsi diet kaya buah-buahan, sayuran (kalium yang

tinggi), dan produk susu rendah lemak (kalsium tinggi) dengan pengurangan

kandungan dari lemak total dan jenuh. 2,3

Prevalensi hipertensi lebih besar pada orang-orang yang mengalami

obesitas. Peningkatan tekanan darah sering seiring dengan berat badan, dan uji

klinis banyak telah mendokumentasikan efektivitas penurunan berat badan

untuk menurunkan tekanan darah. Pengurangan berat badan ke dalam kisaran

normal (indeks massa tubuh 18,5-24,9) adalah tujuan yang diharapkan. 2,3

Pembatasan asupan natrium setiap hari menjadi100 mEq (2,4 g

natrium atau 6 gr garam) menurunkan tekanan darah pada sejumlah pasien tapi

tidak semua pasien hipertensi. Sensitivitas terhadap garam lebih umum pada

orang-orang ras African American, obesitas, atau orang tua atau yang

memiliki hipertensi rendah renin, tingkat tekanan darah yang lebih tinggi, atau

penyakit ginjal kronik, efek antihipertensi dari banyak obat yang ditingkatkan

oleh pembatasan natrium. Juga, pembatasan natrium meminimalkan

kehilangan kalium yang menginduksi diuresis. 2,3

Latihan aerobik yang teratur dapat menurunkan tekanan darah secara

langsung dan secara tidak langsung dengan memfasilitasi penurunan berat

badan. Setidaknya 30 menit sehari-hari aktivitas aerobik, seperti berjalan,

harus digalakkan. 2,3

Pembatasan asupan alkohol setiap hari ]kurang dari 1 oz (30 ml) dari

etanol (<0.5 oz untuk perempuan atau laki-laki ringan) sering dikaitkan

dengan penurunan tekanan darah. Alkohol adalah sumber kalori, dan

penggunaannya sering dikaitkan dengan buruknya kepatuhan dengan

terapinantihipertensi. Asupan alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan

hipertensi yang tidak stabil yang sulit untuk mengontrol dalam hubungan

dengan gejala lain (pembilasan dan takikardia) yang merujuk pada penyakit

pheochromocytoma. 2,3

Karena komplikasi dari penyakit arteri koroner yang paling umum

penyebab kematian pada orang hipertensi, semua risiko untuk penyakit

32

Page 34: Pkm Toddopuli

kardiovaskular harus ditangani. Manfaat penurunan tekanan darah dikurangi

pada perokok. Komponen sindrom metabolik hidup berdampingan lebih

sering pada orang hipertensi dibandingkan orang normotensi. Pengobatan

sindrom metabolik menurunkan risiko penyakit jantung dan hipertensi yang

sedang berkembang. Ini mencakup instruksi dalam diet rendah lemak,

penurunan berat badan; dorongan berolahraga secara teratur, dan penggunaan

obat-obatan untuk menurunkan kadar serum lipid, tekanan darah, dan

sensitivitas insulin bila diperlukan. 2,3

b. Pengobatan Farmakologi

Dalam lebih dari 50% dari orang dengan tahap 1 hipertensi, tekanan

darah dapat dikontrol dengan terapi obat tunggal. Faktor penting untuk

pertimbangkan ketika memilih obat untuk terapi awal adalah khasiat sebagai

monoterapi, rute eliminasi, interaksi obat, efek samping, dan biaya. Pemilihan

obat yang tepat adalah penting untuk menjaga kepatuhan jangka panjang. 2,3

Pasien dengan hipertensi stadium 2, orang-orang dengan tekanan darah

awal lebih dari 20/10 mm Hg di atas batas, dan mereka ditargetkan untuk

menurunkan tekanan darah (penyakit ginjal kronis atau diabetes) sering akan

memerlukan dua atau lebih obat untuk mengontrol tekanan darah.

Pertimbangan terapi awal dengan kombinasi dua obat (salah satunya adalah

diuretik yang tepat untuk tingkat fungsi ginjal) harus dipertimbangkan. 2,3

Pengobatan monoterapi meliputi diuretik tiazid, beta-bloker, calcium

channel blockers (CCB), ACE-inhibitors (ACEIs) dan Angiotensi Receptor

Blockers (ARBs). Kombinasi dosis rendah juga dapat digunakan untuk terapi

awal. Tiazid sebaiknya diberikan sebagai terapi awal pasien hipertensi tanpa

komplikasi yang tidak memiliki pilihan yang jelas untuk jenis lain. 2,3

Obat kelas lain dipertimbangan untuk diberikan apabila diuretik tidak

efektif atau ada kontraindikasi atau dengan pengaturan obat lain yang memiki

alternative pada kondisi tertentu (misalnya ACEIs pada pasien hipertensi

dengan gagal jantung kongestif). Antagonis alfa yang bekerja sentral

(clonidin, methyldopa, guanabenz dan guanfacine) dan vasodilator

(hydralazine dan mnoxidil) dapat dipertimbangkan dalam kondisi

33

Page 35: Pkm Toddopuli

pseudotolasnsi. Pseudotoleransi adalah stimulasi reflex dari sistem rennin-

angiotensin-aldosteron atay sistem saraf simpatis yang menyebabkan retensi

cairan, peningkatan resistensi vascular, atau peningkatan curah jantung dengan

hilangnya kemanjuran dengan penggunaan jangka panjang. Oleh karena itu

sejumlah obat tidak diberikan sendiri. Obat efek sentral (-agonist cocok ketika

diberikan dengan diuretic, vasodilator paling baik diberikan sebagai obat

ketiga dalam kombinasi diuretic dan adrenergik inhibitor. Adapula obat yang

lebih baik pada sejumlah umur dan ras tertentu (diuretik dan CCB lebih efektif

pada ras Afro-Amerika dan pasien usia: beta-bloker , ACEI dan ARB lebih

efektif pada pasien kulit putih dan dan pasien yang lebih muda. Dengan terapi

kombinasi, memastikan obat bekerja kombinasi dan dua obat dari kelas yang

sama tidak boleh diberikan. Biasanya, salah satu obat kombinasi adalah

diuretik kelemahan dan impotensi. Impotensi merupakan efek sampiang yang

paling berpotensi pada semua obat anti hipertensi. 2,3

Dikenal ada 2 kelompok obat lini pertama yang lazim digunakan untuk

pengobatan awal hipertensi yang itu diuretic, beta-bloker, ACE-inhbitor, ARB

dan antagonis kalsium. Pada JNC-VII, penyekat reseptor alfa adrenergik tidak

dimasukkan dalam lini pertama.6

Berikut ini pembagian obat lini pertama hipertensi: 6

1. Diuretik

Diuretik bekerja dengan meningkatkan ekskresi natrium, air dan

klorida sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler.

Penelitian-penelitian besar membuktikan bahwa efek proteksi

kardiovaskuler diuretic belum dikalahkan oleh obat lain sehingga diuretic

dianjurkan untuk sebagian besar kasus hipertensi ringan dan sedang.

Bahkan bila menggunakan kombinasi dua atau lebih antihipertensi, maka

salah satunya adalah diuretik. 6

Sampai sekarang diuretik golongan tiazid merupakan obat utama

dalam terapi hipertensi. Sebagian penelitian besar membuktikan bahwa

diuretik terbukti paling efektif dalam menurunkan risiko kardiovaskuler. 6

34

Page 36: Pkm Toddopuli

Diuretik bekerja dengan menghambat transport bersama Na-Cl di

tubulus distal ginjal, sehingga ekskresi Na+ dan Cl- meningkat.Beberapa

obat golongan diuretic antara lain hidroklorotiazid, bendroflumetiazid,

klorotiazid dan diuretik lain yang memiliki gugus aryl-sulfonamida.

Pemberian 1x sehari. 6

2. Beta bloker

Beta-bloker bekerja dengan (1) menurunkan frekuensi denyut

jantung dan kontraktilitas miokard sehingga menurunkan curah jantung,

(2) hambatan sekresi rennin di sel jungstaglomeruler ginjal dengan akibat

penurunan kadar angiotensin II, (3) efek sentral yang mempengaruhi

aktivitas baroreseptor, perubahan aktivitas neuron adrenergik perifer dan

oeningkatan sintesis prostasiklin. 6

Dari berbagai beta-bloker, atenolol merupakan obat yang sering

dipilih. Dosis lazim 50-100 mg per oral sehari. Metoprolol diberikan dua

kali sehari dengan dosis 50-100 mg. Labetolol diberikan dua kali sehari

maksimal 300 mg, dam karvedilol sekali sehari maksimal 50 mg. 6

3. Angiotensin Converting Enzym (ACE) inhibitor dan Angiotensin Reseptor

Blocker (ARB)

ACE-inhibitor bekerja dengan menghambat perubahan angiotensin

I menjadi angiotensin II sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan

sekresi aldosteron. Pada gagal jantung kongestif, ACEI mengurangi beban

jantung dan akan memperbaiki keadaan pasien. 6

ACEI dibedakan atas dua kelompok yaitu: 1) yang bekerja

langsung, contohnya Captopril dosis 25-100 mg 2-3x sehari dan lisinopril

10-40 mg 1x sehari. 2) Prodrug, contohnya enalapril, kuinapril,

perindopril, ramipril, silazapril, benazepril, fosinopril dan lain-lain. 6

ARB bekerja dengan memblok reseptor AT 1 sehingga terjadi

vasokontriksi, sekresi aldosteron, rangsangan saraf simpatis, stimulasi

jantung, efek renal serta efek jangka panjang berupa hipertrofi otot polos

pembuluh darah dan miokard. Obat ARB seperti Losartan 25-100 mg 1-2x

sehari, valsartan, irberstan, telmisartan dan candesartan 1x sehari. 6

35

Page 37: Pkm Toddopuli

4. Antagonis Kalsium

Antagonis kalsium meghambat influx kalsium pada sel otot polos

pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis kalsium

terutama menimbulkan relaksasi arteriol, sedangkan vena kurang

dipengaruhi. Penurunan resistensi perifer ini sering diikuti oleh reflek

takikardia dan vasokontriksi, terutama menggunakan golongan

dihidropiridin kerja pendek (nifedipin). Dossi nifedipin 3-4x sehari tab 100

mg. Sedangkan diltiazem 80-180 mg 3x sehari dan verapamil 80-320 mg

2-3x sehari tidak menimbulkan takikardia karena efek kronotropik

negative langsung pada jantung. Bila reflex takikardia kurang baik, seperti

pada orang tua, maka pemberian antagonis kalsium dapat menimbulkan

hipotensi yang berlebihan. 6

BAB IV

HASIL PENGAMATAN POSYANDU LANSIA DI PUSKESMAS

TODDOPULI

36

Page 38: Pkm Toddopuli

Tabel IV.1.10 Penyakit Terbanyak Pada Bulan September 2014- Bulan Agustus 2015

No Bulan Tahun

10 penyakit terbanyak

HT

Ggn. Sendi

Myalgia

Gastritis DM Kata

rak Asma Anemia

THT

Ginjal

1 September 2014 43 45 29 15 6 12 1 0 0 02 Oktober 2014 43 43 19 1 28 7 1 6 0 03 November 2014 43 43 28 19 6 7 0 0 0 04 Desember 2014 43 43 28 19 6 7 1 0 0 05 Januari 2015 24 2 0 2 4 0 1 0 0 06 Februari 2015 28 10 5 2 0 0 0 2 0 07 Maret 2015 20 7 7 7 2 0 2 0 0 08 April 2015 43 43 28 19 6 7 0 0 0 09 Mei 2015 43 43 30 18 6 8 1 0 0 010 Juni 2015 43 45 29 15 6 12 1 0 0 011 Juli 2015 43 43 28 19 6 7 1 0 0 012 Agustus 2015 16 41 30 18 6 8 1 0 0 0

Sumber data : Data Posyandu Lansia Puskesmas toddopuli bulan september 2014-bulan Agustus 2015

Jumlah Penyakit terbanyak yaitu Hipertensi kemudian Gangguan sendi dan jumlah penyakit terendah adalah Anemia.

Berdasarkan data terbaru yang didapatkan di Puskesmastoddopulimaka

kami mengambil data penyakit hipertensi terbanyak pada bulanAgustusbulan

2015.

Tabel IV.2.

37

Page 39: Pkm Toddopuli

Distribusi PenyakitHipertensiBerdasarkanWilayahPuskesmasToddopuli di KelurahanPaaropo

Wilayah PuskesmasToddopuli Jumlah penderitaRW 1 3RW 3 12RW 4 7RW 5 4RW 6 5

RW 7 a 6RW 7 b 6

Sumber data : Data Posyandu Lansia Puskesmas toddopuli bulan september 2014-bulan Agustus 2015

Jumlahpenderita penyakit Hipertensiterbanyak berdasarkan wilayah Puskesmas Toddopuli yaitu RW 3 sebanyak 12orang.

Tabel IV.5Faktor Utama Penyebab Hipertensi di PKM Todoppullijuli 2015

Faktor Kurang BaikPengetahuanKepatuhanPeran Keluarga

kurangkurang

baik

Analisa penyebab masalah

A. Kurangnya sumber daya petugas pelaksana program

38

Page 40: Pkm Toddopuli

B. Penyuluhan tentang bahaya hipertensi dan penanganan hipertensi serta pola hidup sehat belum rutin dilakukan.

C. Kurangnya sosialisasi (pamflet / poster ) yang disampaikan petugas pada masyarakat.

D. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menciptakan pola hidup sehat dengan rajin berolahraga sehat

E. Tingkatan pengetahuan masyarakat tentang bahaya hipertensi yang masih rendah.

F. Kurangnya partisipasi keluarga pasien lansia

POA (Plan Of Action)

39

Page 41: Pkm Toddopuli

No TUJUAN KEGIATAN SASARAN WAKTU PIC KET

1 Meningkatkan

kesadaran

masyarakat

tentang

pentingnya

lingkungan yg

bersih, rapi,

dan sehat

dalam

mencegah

Hipertensi

A. Penyuluhan Bahaya

Hipertensi dan

pentingnya pola hidup

sehat yang sistematis dan

terprogram di puskesmas

dan posyandu

B. Membentuk beberapa

TIM Untuk mengadakan

olahraga rutin bagi lansia

di posyandu lansia

(Penyuluhan, simulasi,

aplikasi dan evaluasi)

C. Sosialisasi (pamflet /

poster ) yang disampaikan

petugas pada masyarakat

Masyarakat Mulai

bulan

November

Kepala

puskesmas

dan kepala

program

Posyandu

Lansia

-

BAB IV

PEMBAHASAN

40

Page 42: Pkm Toddopuli

Selama kami menjalani kepanitraan klinik bagian Ilmu Kesehatan

Masyarakat di Puskesmas Toddopuli Makassar, kami telah mengikuti beberapa

kegiatan upaya pembardayaan masyarakat yaitu Posyandu, diantaranya posyandu

lansia dan posyandu bayi.

Berdasarkan hasil kegiatan yang telah kami lakukan kami tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai penyakit yang paling banyak terdapat diposyandu

lansia. Dari hasil penelitian didapatkan 8 penyakit yang sering dialami pada

lansia yaitu Hipertensi, Gangguan sendi, Myalgia, gastritis, Diabetes Millitus,

Anemia, Katarak dan Asma. Dari berbagai penyakit didapatkan hipertensi sebagai

penyakit yang paling banyak di derita pada lansia. Hal ini menjadi dasar kami

untuk menganilasa faktor yang menyebabkan tingginya angka hipertensi

diposyandu lansia di RW 3, RW 5 dan RW 7a.

Adapun Aspek yang kami teliti yaitu, peran petugas kesehatan,

Pengetahuan pasien mengenai hipertensi, kepatuhan pasien hipertensi yang

meliputi kepatuhan mengkonsumsi obat yang diberikan, kepatuhan berolahraga

sehat, dan kepatuhan menjaga pola makan, serta peran keluarga dalam

memberikan motivasi dan dorongan kepada pasien lansia penderita hipertensi.Dari

hasil penelitian yang kami lakukan didapatkan bahwa pasien lansia penderita

hipertensi dari aspek pengetahuan masih kurang dan tingkat kepatuhan yang

masih kurang.

Kemudian dari Masalah tersebut kamu membuat analisis penyebab

masalah yaitu :

A. Kurangnya sumber daya petugas pelaksana program

B. Penyuluhan tentang bahaya hipertensi dan penanganan hipertensi serta

pola hidup sehat belum rutin dilakukan.

C. Kurangnya sosialisasi (pamflet / poster ) yang disampaikan petugas pada

masyarakat.

D. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menciptakan pola hidup sehat

dengan rajin berolahraga sehat

41

Page 43: Pkm Toddopuli

E. Tingkatan pengetahuan masyarakat tentang bahaya hipertensi yang masih

rendah.

F. Kurangnya partisipasi keluarga pasien lansia

Berdasarkan nilai kumulatif untuk menyelesaikan suatu masalah

yangberupa Tingkat kepatuhan pasien hipertensi pada lansia cukup

menyelesaikan 3 penyebab karena penyebab tersebut belum mencapai 80%,

diantaranya adalah

1. E= Tingkatan pengetahuan masyarakat tentang bahaya hipertensi yang

masih rendah

2. C = Kurangnya sosialisasi (pamflet / poster ) yang disampaikan petugas

pada masyarakat.

3. B= Penyuluhan tentang bahaya hipertensi dan penanganan hipertensi serta

pola hidup sehat belum rutin dilakukan

Adapun rencana kegiatan untuk menyelesaikan masalah tersebut yaitu :

yaitu :

Rencana kegiatan :

A. Penyuluhan Bahaya Hipertensi dan pentingnya pola hidup sehat yang

sistematis dan terprogram di puskesmas dan posyandu

B. Membentuk beberapa TIM Untuk mengadakan olahraga rutin bagi lansia

di posyandu lansia (Penyuluhan, simulasi, aplikasi dan evaluasi)

C. Sosialisasi (pamflet / poster ) yang disampaikan petugas pada masyarakat

D. Pelatihan sumber daya petugas pelaksana program untuk menambah

jumlah dan kualitas tenaga

42