PKM Ikan Gabus.doc

23
PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA UJI KADAR ALBUMIN PADA MINYAK IKAN GABUS (Channa Striatus) BIDANG KEGIATAN: PKM-PENELITIAN Diusulkan oleh : Ketua : Aldila Ayu Widyastuti 201110410311264 2011 Anggota :

description

snakehead fish

Transcript of PKM Ikan Gabus.doc

Page 1: PKM Ikan Gabus.doc

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

UJI KADAR ALBUMIN PADA MINYAK IKAN GABUS (Channa Striatus)

BIDANG KEGIATAN:

PKM-PENELITIAN

Diusulkan oleh :

Ketua : Aldila Ayu Widyastuti 201110410311264 2011

Anggota :

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2015

Page 2: PKM Ikan Gabus.doc

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : Uji Kadar Albumin Pada Minyak Ikan Gabus

(Channa Striatus)

2. Bidang Kegiatan : PKM-P

3. Ketua Pelaksana Kegiatan

a. Nama Lengkap : Aldila Ayu Widyastuti

b. NIM : 201110410311264

c. Jurusan : Farmasi

d. Universitas : Universitas Muhammadiyah Malang

e. Alamat Rumah / No. HP : Jalan Wiguna II no 15, Surabaya / 085784461043

f. Email : [email protected]

4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 2

5. Dosen Pendamping

a. Nama Lengkap dan Gelar : Sofia Aprina Basuki, S.Farm., Apt., M.Sc

b. NIP :

c. Alamat Rumah / No. HP :

6. Biaya Kegiatan

a. Dikti : Rp 10.200.000,-

b. Sumber Lain : -

7. Jangka Waktu Pelaksana : ± 3 bulan

Malang, September 2015

Menyetujui,

Pembantu Dekan III UMM, Ketua Pelaksana Kegiatan

Ahmad Shobrun Jamil,S.Si, Mp Aldila Ayu Widyastuti

NIP : 11309070469 NIM : 201110410311264

Pembantu Rektor III UMM, Dosen Pendamping

Dr. Diah Karmiyati, P.Si Sofia Aprina Basuki., S.Farm.,Apt.,M.Sc

NIP : 10988020064 NIP :

Page 3: PKM Ikan Gabus.doc

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan segala rahmad serta hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya

ilmiah ini tepat pada waktu yang telah ditentukan tanpa suatu halangan apapun.

Serta tidak lupa Sholawat serta Salam saya tujukan kepada junjungan kita Nabi Besar

Muhammad SAW karena dengan ajaranya kita dapat berada dijalan yang lurus, dan jalan

yang diridhoi Allah SWT.

Banyak dukungan serta bantuan yang penulis terima disini, untuk itu saya sebagai penulis

mengucapkan terima kasih kepada ibu Sofia Aprina Basuki selaku dosen pembimbing

progam kreatifitas mahasiswa, serta teman-teman semuanya yang telah banyak membantu

kami.

Menyadari akan segala keterbatasan dan kekurangan penulis, penulis sangat sadar

bahwasannya karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis sangat

mengharapkan saran, kritik dan masukan-masukan demi kebaikan penulis dan kesempurnaan

makalah ini.

Dengan memanjatkan Do’a kepada Allah SWT, semoga makalah ini dapat membawa

manfaat bagi penulis maupun pembacanya.

Amin………….

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang, September 2015

Penyusun

Page 4: PKM Ikan Gabus.doc

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii

KATA PENGANTAR...........................................................................................iii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iv

RINGKASAN........................................................................................................v

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan........................................................

1.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan................................................

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nama Ilmiah Ikan Gabus

2.2 Distribusi

2.3 Deskripsi

2.4 Siklus Hidup Biologi

BAB III : METODE PENELITIAN

BAB IV : BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

DAFTAR RIWAYAT HIDUP..............................................................................

Page 5: PKM Ikan Gabus.doc

RINGKASAN

UJI KADAR ALBUMIN PADA MINYAK IKAN GABUS (Channa Striatus)

Oleh :

Aldila Ayu Widyastuti,

Albumin merupakan

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penulisan

Albumin adalah sejenis protein globular yang larut dalam air, pelarut garam,

dan asam encer (Winarno, 2004 dalam Asfar, et al, 2014). Albumin adalah protein

plasma tertinggi dengan jumlah sekitar 60% dan memiliki berbagai fungsi yang

penting bagi kesehatan seperti membentuk jaringan sel baru; mempercepat pemulihan

jaringan sel tubuh yang rusak serta menjaga keseimbangan cairan dalam pembuluh

darah. Kisaran normal albumin dalam darah adalah 3,5-5g/dl. Kekurangan albumin

dalam serum dapat mempengaruhi pengikatan dan pengangkutan senyawa-senyawa

endogen dan eksogen, termasuk obat-obatan, karena seperti diperkirakan distribusi

obat keseluruh tubuh itu pengikatannya melalui fraksi albumin (Goldstein et al, 1968;.

Vallner, 1977; Tandra dkk, 1988. dalam Nugroho, 2012). Jika kadar albumin serum

berada di bawah kadar nilai normal, maka fraksi obat yang terikat protein tersebut

berkurang, dengan kata lain fraksi obat bebas banyak sehingga keadaan ini dapat

menimbulkan pengaruh obat yang tidak diinginkan. Pengadaan albumin terutama

untuk kasus bedah saat ini mencapai 91%, 2/3 albumin tersebut dipakai di bagian

bedah dan sisanya 1/3 bagian dipergunakan untuk penanganan penyakit dalam

(Nugroho, 2012). Oleh karena itu, kita perlu menemukan cara untuk memenuhi

kebutuhan albumin, misalnya dengan memberikan Human Serum Albumin (HSA),

Page 6: PKM Ikan Gabus.doc

namun harga HSA sangat mahal hingga mencapai Rp 1,3 juta per 10 mililiter (Aqua,

2002 dalam Yuniarti et al., 2013). Sehingga kita perlu sumber albumin yang lebih

murah namun memiliki aspek klinis yang sama. Salah satu alternatif yang dapat

digunakan sebagai pengganti HSA adalah ikan gabus.

Di Indonesia, ikan gabus dikenal dengan nama lain ikan haruan, ikan kutuk,

ikan kanjilo atau ikan bale bolong dan diklasifikasikan dalam keluarga Channidae

atau Ophiocephalidae dengan nama ilmiah Channa striatus (Pillay dan Kutty, 2005

dalam Asfar, et al, 2014) atau dibeberapa referensi disebut dengan nama ilmiah

Ophiocephalus striatus (Bijaksana 2004 dalam Asfar, et al, 2014). Penemuan albumin

dalam minyak ikan gabus yang bermanfaat untuk kesehatan menjadikan ikan ini

memiliki potensi yang tinggi sebagai alternatif sumber albumin yang lebih murah

untuk penggunaan klinis (Asfar, et al, 2014). Berdasarkan informasi ini, penelitian ini

dilakukan untuk menyelidiki metode dalam memperoleh albumin dari minyak ikan

gabus.

1.2. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang jumlah

albumin yang terdapat dalam minyak ikan gabus. Manfaat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Albumin

Salah satu protein sederhana dalam plasma darah adalah albumin. Albumin

dalam tubuh disintesa di dalam hati dengan jumlah sangat kecil. Albumin merupakan

protein yang memiliki sifat larut air, akan tetapi pemanasan pada suhu 50°C-70°C mulai

menunjukkan penurunan daya kelarutannya (Foegeding et al, 1986). Bahkan ditambahkan

oleh Wirahadikusumah (1981) bahwa kebanyakan protein pada suhu diatas 40°C

menjadi tidak mantap dan mengalami denaturasi.

Kekurangan albumin dalam serum dapat mempengaruhi pengikatan dan

pengangkutan senyawa-senyawa endogen dan eksogen, termasuk obat-obatan, karena

seperti diperkirakan distribusi obat keseluruh tubuh itu pengikatannya melalui fraksi

albumin. (Matheus Nugroho, 2013 dalam Goldstein et al., 1968; Vallner, 1977;

Tandra et al., 1988). Jika kadar albumin serum berada di bawah kadar nilai normal,

Page 7: PKM Ikan Gabus.doc

maka fraksi obat yang terikat protein tersebut berkurang, dengan kata lain fraksi obat

bebas banyak sehingga keadaan ini dapat menimbulkan pengaruh obat yang tidak

diinginkan. Pengadaan albumin terutama untuk kasus bedah saat ini mencapai 91%,

2/3 albumin tersebut dipakai di bagian bedah dan sisanya 1/3 bagian dipergunakan

untuk penanganan penyakit dalam.

2.2. Nama Ilmiah Ikan Gabus: Channidae

Ikan gabus diklasifikasikan dalam keluarga Channidaey. Ada dua genus yang

diakui dalam keluarga Channidae, yaitu Channa (dari Asia, Malaysia, dan Indonesia) dan

Parachanna (dari Afrika). Saat ini telah ada 28 spesies yang diakui (Trammell, 2005).

2.3. Distribusi

Spesies dari genus Channa berasal dari Iran tenggara dan Afghanistan timur

menyebar ke arah timur melalui Pakistan, India, Nepal selatan, Bangladesh, Myanmar,

Thailand, Laos, Malaysia, Indonesia, Vietnam, Korea, dan Cina utara menuju ke Siberia.

Ikan gabus biasa didapati di danau, rawa, sungai, dan saluran-saluran air hingga ke

sawah-sawah (USGS, 2004).

2.4. Deskripsi

Ikan Gabus memiliki tubuh silinder panjang dengan punggung panjang dan sirip

dubur. Ikan Gabus tidak memiliki duri disiripnya, hanya sinar lembut. Ada sisik besar

dikepala Ikan Gabus yang menyerupai kepala ular. Ikan ini memiliki lubang hidung

tubular dan mulut besar dengan rahang bawah yang menonjol. Ikan Gabus memiliki gigi

dan sebagian besar spesiesnya memiliki taring seperti gigi pada rahang bawah (Trammell,

2005).

2.5. Siklus Hidup Biologi

Mayoritas spesies ikan gabus biasa didapati di danau, rawa, sungai, dan saluran-

saluran air hingga ke sawah-sawah, parit, dan kolam. Untuk sebagian besar spesies

berkembang biak antara bulan Juni dan Agustus. Beberapa spesies dapat berkembang

biak hingga lima kali setahun. Ikan Gabus membentuk pasangan monogami yang tetap

sepanjang musim pemijahan. Ikan gabus membangun sarangnya dengan membersihkan

area vegetasi dan mengayam beberapa vegetasi kedalam kolom. Selama pemijahan

pasangan menaikkan kolom yang telah mereka bangun dan laki-laki membungkuskan

tubuhnya disekitar tubuh perempuan. Telur kemudian dilepaskan dan dibuahi dan mereka

Page 8: PKM Ikan Gabus.doc

naik ke permukaan kolom sarang. Salah satu atau kedua orang tua menjaga telurnya

dengan keras. Ikan Gabus berkembang biak dengan cepat dan semua spesies memiliki

kemampuan untuk menghirup udara dan banyak yang mampu bermigrasi melalui jalur

darat. Yang memungkinkan ikan ini untuk menghirup udara adalah adanya ruang

suprabranchial yang mereka miliki untuk respirasi udara ditambah dengan aorta ventral

ikan ini yang terbagi menjadi dua bagian untuk mengizinkan respirasi air dan udara. Hal

ini memberikan gabus kemampuan untuk tetap keluar dari air untuk sejumlah besar waktu

selama itu tetap lembab. What enable these fish to breath air are their suprabranchial

chambers for air respiration plus their ventral aorta is divided into two portions to permit

aquatic and aerial respiration. This gives the gabus the ability to stay out of water for a

significant amount of time as long as it stays moist (Trammell, 2005).

I. MATERIALS AND METHODS

I.1. Research Variables

Dependent Variable

Dependent variable which will be used to this study is gabus fish.

I.2. Independent Variable

Independent variable which will be used in this study are hexane solvent, aquades,

and clean water.

I.3. Time And Place For Study

The study will be held for 3 months at “Laboratorium Formulasi Sediaan Farmasi

dan Laboratorium Kimia Terpadu II” in University of Muhammadiyah Malang.

I.4. Equipment and Materials

Materials which will be used in this study are gabus fish (Channa striatus)

obtained from the market in Malang, East Java, Indonesia; hexane solvent, aquades,

and clean water.

I.5. Study Design

Page 9: PKM Ikan Gabus.doc

Extraction of albumin. Gabus fish will be weeded (remove the scales, gills, and

stomach content) then will be washed until there was no more blood and mucus, cut

into

small pieces and remove the bones. Then it will be smoothed using blender by

adding solvent with ratio 1:1 (100ml solvent : 100g fish). Sample from the treatment

will be filtered to separate liquid and dregs. Liquid will be separated with its oil by

adding 200ml of hexane solvent then shaken for 30 minutes. After forming two

phases, the oil will be separated by funnel. Extract liquid will be dried in oven at

temperature of 60-70oC. The dry extract will be measured analyzed.

Determining The Albumin Content. The Albumin concentration will be

determined by electrophoretic analysis, according to the technique of Longsworth

and in diethyl barbiturate buffer of PH 8.4. Ionic strength of 0.5 ml will be diluted to

50 ml with 0.5 per cent sodium chloride solution, and this solution will be used for

determination of albumin concentration by the precipitin method.

I.6. Data Collection procedure

The data from this study are obtained from the internet, books, and national and

international scientific journals. This study is written in English.

II. DESIGN COST

EKSTRAKSI

Ekstraksi atau penyarian merupakan pemindahan massa zat aktif yang semula berada

dalam sel, ditarik oleh cairan penyari tertentu sehingga terjadi zat aktif dalam cairan penyari

(Anonim, 1986). Ekstraksi yang menggunakan pelarut ada dua macam cara yaitu dingin dan

panas (Anonim, 2000). Ekstraksi yang digunakan cara dingin yaitu maserasi dan perkolasi.

Metode penyarian yang digunakan tergantung pada wujud dan kandungan zat dari bahan

yang akan disari (Harborne, 1973).

1) Maserasi

Maserasi berasal dari bahasa latin macerare yang artinya merendam (Ansel, 2005).

Maserasi adalah proses pengekstraksi simplisia dengan menggunakan pelarut dengan

beberapa kali pengocokan pada temperatur ruangan (kamar) (Anonim, 2000).

Page 10: PKM Ikan Gabus.doc

Maserasi dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Adanya

perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel, maka larutan

yang terpekat didesak keluar. Peristiwa ini berulang sehingga terjadi keseimbangan

konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel (Anonim, 1986).

Maserasi dilakukan dengan cara: 10 bagian simplisia dengan derajat halus tertentu dimasukan

dalam bejana, kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan

selama 5 hari terlindung dari cahaya. Setelah 5 hari diserkai dan ampas diperas. Keuntungan

penyarian dengan maserasi adalah: pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana

(Anonim, 1986). 7

2) Perkolasi

Perkolasi adalah metode ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna

yang dilakukan pada temperatur kamar (ruangan). Tahap dalam proses perkolasi yaitu

penetesan terus menerus sampai diperoleh ekstrak 1-5 kali bahan awal (Anonim, 2000).

Metode ekstraksi dengan cara panas seperti refluks, Soxhlet, Digesti, Infus dan Dekok.

Refluks adalah metode ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu

dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Anonim,

2000).

Soxhletasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam penyarian untuk

mendapatkan ekstrak, pada proses ini sampel yang akan dicari dimasukkan pada alat penyari

soxhlet, kemudian dielusi dengan pelarut yang cocok, sehingga akan terjadi dua sirkulasi

dalam waktu 30 menit. Adanya pemanasan menyebabkan pelarut menguap ke atas, kemudian

pendingin udara akan mengembunkan menjadi tetesan yang akan terkumpul kembali dan bila

akan melewati batas lubang pipa samping soxhlet akan terjadi sirkulasi. Sirkulasi yang

berulang akan menghasilkan penyarian yang baik (Harborne, 1973).

Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan yang berupa kering, kental dan cair, dibuat dengan menyari

simplisia nabati atau hewani menurut cara yang sesuai yaitu maserasi, perkolasi, atau

penyeduhan dengan air mendidih. Ekstrak cair adalah sediaan dari simplisia nabati yang

mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet (Anonim, 1979).

Larutan Penyari

Sistem pelarut yang digunakan dalam ekstraksi, dipilih berdasarkan kemampuannya

dalam melarutkan jumlah yang maksimal dari zat aktif dan seminimum mungkin bagi unsur

yang tidak diinginkan (Anief, 1987). Larutan penyari yang baik harus memenuhi kriteria:

Page 11: PKM Ikan Gabus.doc

murah, mudah diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah

menguap, tidak mudah terbakar, selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang

dikehendaki dan tidak mempengaruhi zat aktif. Air sebagai cairan penyari kurang

menguntungkan karena zat lain yang mengganggu proses pembuatan sari seperti gom, pati,

protein, lemak, enzim, dan lendir akan ikut tersari (Anonim, 1986).

Etanol dapat melarutkan alkaloid basa, minyak menguap, glikosida, kurkumin,

kumarin, antrakinon, flavonoid, steroid, damar, dan klorofil. Etanol digunakan sebagai

penyari karena lebih selektif, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol, tidak beracun,

netral, absorbsinya baik, panas untuk pemekatan sedikit, dan mudah bercampur dengan air

(Anonim, 1986). Keuntungan lainnya adalah sifatnya yang mampu mengendapkan albumin

dan menghambat kerja enzim. Etanol 70% efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif

yang optimal, bahan pengatur hanya sedikit turut dalam cairan pengekstraksi (Voigt, 1984).

TABLET HISAP

Tablet hisap adalah sediaan padat yang mengandung sebagian besar gula dan gom,

memberikan kohesivitas dan kekerasan yang tinggi dan dapat melepaskan bahan obatnya

dengan lambat. Biasanya digunakan untuk memberikan efek lokal pada mulut dan

tenggorokan, menyembuhkan batuk dan sakit pada tenggorokan. Zat aktifnya terdiri dari

antiseptik, lokal anestetik, antiinflamasi, antibiotik dan antifungi (Cooper and Gunn, 1975).

Tablet hisap mengandung satu atau lebih bahan obat umumnya dengan bahan

beraroma manis, yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan di mulut.

Kandungan gula dan gom yang tinggi menghasilkan larutan yang lengket dalam mulut, yang

dapat menyebabkan pengobatan tetap berada pada permukaan yang terkena. Bahan perasa

biasanya ditambahkan gula dan minyak menguap (Cooper and Gunn, 1975).

Tablet hisap biasanya berbentuk datar dengan diameter sekitar 18 mm atau kurang

dan ditujukan untuk dihisap dan melarut di mulut. Tablet yang diproduksi dengan cara

pengempaan atau kompres disebut troches dan yang diproduksi dengan cara peleburan

disebut lozenges. Pemanis dan pemberi rasa merupakan eksipien utama dalam tablet jenis ini,

biasanya menggunakan sukrosa atau laktosa serta gelatin untuk memberi rasa lembut dan

menghasilkan tablet yang lebih kompak dan keras sehingga dapat melarut secara perlahan-

lahan dalam mulut (Sulaiman, 2007).

Troches dan Lozenges adalah dua nama yang umum digunakan untuk menyebut tablet

hisap. Pada mulanya Lozenges dinamakan Pastiles, tetapi lebih umum disebut cough drops.

Page 12: PKM Ikan Gabus.doc

Troches dan Lozenges biasanya dibuat dengan menggabungkan obat dalam suatu bahan dasar

kembang gula yang keras dan beraroma menarik (Gunsel and Kanig, 1976).

Tablet hisap yang diperdagangkan dapat dibuat dengan kompres menggunakan mesin

tablet dengan punch yang besar dan datar. Mesin dijalankan pada derajat tekanan yang tinggi

untuk menghasilkan tablet hisap yang lebih keras dari tablet biasa sehingga perlahan-lahan

pelarut akan hancur di dalam mulut (Ansel, 1989).

Ada dua tipe lozenges yang telah banyak digunakan karena kemampuannya dalam

menyesuaikan perkembangan teknologi dalam metode pembuatan tablet hisap,

yaitu :

1) Hard Candy Lozenges

Suatu sediaan yang terdiri dari campuran gula dan karbohidrat dalam bentuk amorf

dan kristal. Bentuk ini dapat berupa sirup gula padat yang secara umum mempunyai

kandungan air 0,5%-1,5%. Bahan dasar hard candy lozenges adalah gula (sakarosa), sirup

jagung, gula invert, gula pereduksi, asidulen (pembuat asam), pengaroma, bahan-bahan cair

dan padat, serta bahan obat (Peters, 1989).

2) Compressed Tablet Lozenges

Suatu sediaan yang pada prinsipnya sama dengan pembuatan tablet kompresi biasa.

Perbedaan yang mendasar adalah pada dosis sediaannya, maka compressed tablet lozenges,

dengan area aktivitasnya yang berada di membran mukosa mulut dan kerongkongan,

biasanya memiliki diameter yang lebar (antara 5/8-3/4 inchi), dikempa dengan bobot tablet

antara 1,5-4,0 gram dan diformulasi agar mengalami disintegrasi dalam mulut secara

perlahan-lahan (Peters, 1989).

Metoda Pembuatan Tablet Hisap

1) Hard Candy Lozenges

Pembuatan tablet hisap sama dengan tablet biasa. Dalam pembuatannya dibutuhkan

tekanan tinggi dan bahan pengikat yang lebih banyak. Tablet hisap jenis ini dibentuk dengan

jalan peleburan atau molded. Bahan-bahan tablet yang akan dibentuk dipanaskan dan mencair

seperti sirup gula yang padat. Cairan bahan penyusun tablet dibiarkan sampai mengeras

kemudian dipotong dengan ukuran dan ketebalan yang sesuai. Tablet hisap diharapkan dapat

melarut perlahan dalam mulut sehingga kekerasan tablet ini harus lebih besar dari tablet biasa

(Peters, 1989).

2) Compressed Tablet Lozenges

Page 13: PKM Ikan Gabus.doc

Proses pembuatan untuk tablet hisap jenis ini sama seperti pembuatan tablet biasa

yaitu dibuat dengan metode granulasi basah, granulasi kering dan kempa langsung.

a) Granulasi basah (Wet Granulation)

Metode ini merupakan suatu proses untuk mengubah serbuk halus menjadi bentuk

granul, dengan cara menambahkan larutan bahan pengikat yang sesuai. Dalam metode ini,

bahan obat dan bahan tambahan dibuat granul dengan larutan bahan pengikat. Granul yang

dihasilkan setelah kering ditambah bahan pelicin atau tanpa bahan penghancur, untuk

selanjutnya dikempa menjadi tablet (Sadik, 1984). Metode granulasi basah merupakan

metode yang banyak digunakan dalam industri farmasi untuk memproduksi tablet kompresi

(Parrott, 1971).

Keuntungan granulasi basah menurut Sheth et al. (1980) :

1. Meningkatkan kohesifitas dan kompresibilitas serbuk, sehingga granul yang

dihasilkan dapat dibuat tablet dengan jalan mengempa sejumlah granul pada tekanan

kompresi tertentu, mempunyai penampilan bagus, cukup keras dan tidak rapuh.

2. Zat aktif yang kompaktibilitas yang rendah, bila dibuat dengan metode ini tidak

memerlukan banyak bahan penolong yang dapat menyebabkan bobot tablet menjadi lebih

besar.

3. Mencegah terjadinya segregasi komponen penyusun tablet yang telah homogen

selama proses pencampuran.

4. Zat yang bersifat hidrofob, dapat memperbaiki kecepatan pelarutan obat dengan

cara menambahkan cairan pelarut yang cocok pada bahan pengikat

5. Meratakan pendistribusian warna pada tablet berwarna.

b) Granulasi kering (Dry Granulation)

Granulasi kering dinyatakan sebagai briketasi atau kompaktasi karena metode ini

sering digunakan dalam industri. Cara ini membutuhkan lebih pendek waktu sehingga lebih

ekonomis dari granulasi basah (Voigt, 1984). Cara granulasi kering adalah dengan slugging,

yaitu dengan memadatkan massa yang jumlahnya besar dari suatu campuran serbuk, dan

setelah itu memecahkannya menjadi pecahan granul yang lebih kecil. Metode ini khususnya

untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena

kepekaannya terhadap uap air atau karena tidak tahan panas (Lachman et al., 1994).

c) Metode kempa langsung (Direct Compression)

Metode kempa langsung dapat diartikan sebagai pembuatan tablet dari bahanbahan

yang berbentuk kristal atau serbuk tanpa mengubah karakter fisiknya. Setelah bahan

dicampur langsung ditablet dengan ukuran tertentu (Fudholi, 1983). Pembuatan tablet dengan

Page 14: PKM Ikan Gabus.doc

metode kempa langsung, khususnya untuk bahan kimia yang mempunyai sifat mudah

mengalir sebagaimana juga sifat-sifat kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung

dikompresi dengan mesin tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau granulasi kering

(Parrott, 1971).

Cara Pembuatan Tablet Hisap

Tablet dibuat dengan cara tuang (dengan bahan dasar gelatin dan atau sukrosa yang

dilelehkan atau sorbitol) atau dengan cara kempa dimana tablet menggunakan bahan dasar

gula. Tablet hisap tuang kadang-kadang disebut pastiles, sedangkan tablet hisap kempa

disebut sebagai troches (Anonim, 1995).

Secara umum, pembuatan tablet hisap hampir sama dengan tablet biasa, tetapi karena

tablet ini diharapkan dapat melarut perlahan dalam mulut maka kekerasan tablet ini harus

lebih besar dari tablet biasa. Oleh karena itu, dibutuhkan tekanan yang tinggi dan bahan

pengikat yang lebih besar (Cooper and Gunn, 1975).

Lozenges dapat dibuat dengan cara mengempa, tetapi biasanya dibuat dengan cara

peleburan atau dengan proses penuangan kembang gula, sedangkan troches dibuat dengan

cara kempa seperti halnya tablet yang lain (Gunsel and Kanig, 1976).

Persyaratan mutu fisik tablet hisap berbeda dengan tablet biasa, perbedaan tersebut

diantaranya adalah kekerasan lebih tinggi (>10 kg), melarut perlahan dalam mulut (sekitar 5-

10 menit) (Banker and Anderson, 1986). Tablet hisap sangat baik disimpan dalam wadah

yang tertutup rapat ditempat dengan kelembaban nisbi yang rendah, serta terlindung dari

temperatur tinggi. Tablet yang mudah rusak karena cahaya ditempatkan dalam wadah yang

tahan terhadap cahaya (Ansel, 1989).

METODE PENULISAN PROGRAM

STUDI LITERATUR

Penulisan karya tulis ilmiah ini berawal dari studi literatur yang membahas tentang

bidang yang berhubungan dengan tujuan ditulisnya karya ilmiah ini. Studi literatur ini

didapatkan dari buku-buku, jurnal ilmiah, majalah, koran, internet, dan sebagainya. Pokok

bahasan yang diambil dari studi literatur meliputi:

1) Penjelasan umum pepaya.

2) Penjelasan umum kandungan dalam buah pepaya.

3) Penjelasan umum cara ekstraksi buah pepaya.

4) Penjelasan umum cara tabletasi buah pepaya menjadi tablet hisap

Page 15: PKM Ikan Gabus.doc

PROSEDUR PENGUMPULAN DATA

Data-data diperoleh dengan pengumpulan data yang didapat dari internet, buku, dan

jurnal ilmiah nasional dan international. Karya tulis ini ditulis dan dibuat dengan

menggunakan aturan Bahasa Indonesia yang baku dengan tata bahasa dan ejaan yang

disempurnakan, sederhana, dan jelas.

METODE ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH DENGAN CARA

1. Diskusi

2. Komparasi

3. Analisis Mendalam

ANALISA DAN SINTESA

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama Lengkap :

2. NIM :

3. Tempat, Tanggal Lahir :

4. Fakultas : Ilmu Kesehatan

5. Jurusan : Farmasi

6. Jenis Kelamin : Perempuan

7. Agama : Islam

8. Alamat Asal :

9. Riwayat Pendidikan

a. Universitas Muhammadiyah Malang 2009 – sekarang

10. Karya Ilmiah

a. S

b. S

c.

Page 16: PKM Ikan Gabus.doc

s