PKM GT ACT-COCO

19
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA Pengembangan PLTD Asap Cair dari Tempurung Kelapa (ACT- Coco) sebagai Pengganti Solar untuk Mengatasi Permasalahan Listrik Indonesia BIDANG KEGIATAN: PKM – GT Diusulkan Oleh : FAUZAN AMARIANDA (NIM 21060113060022/Angkatan 2013) RIGO MUHAMMAD HERRIZA (NIM 21050113120005/Angkatan 2013) RESSY PRAYOGI (NIM 21050113130140/Angkatan 2013) ULIN NUHA (NIM 21050113140127/Angkatan 2013) UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014

description

PKM GT

Transcript of PKM GT ACT-COCO

Page 1: PKM GT ACT-COCO

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

Pengembangan PLTD Asap Cair dari Tempurung Kelapa (ACT- Coco)

sebagai Pengganti Solar untuk Mengatasi Permasalahan Listrik Indonesia

BIDANG KEGIATAN:

PKM – GT

Diusulkan Oleh :

FAUZAN AMARIANDA (NIM 21060113060022/Angkatan 2013)

RIGO MUHAMMAD HERRIZA (NIM 21050113120005/Angkatan 2013)

RESSY PRAYOGI (NIM 21050113130140/Angkatan 2013)

ULIN NUHA (NIM 21050113140127/Angkatan 2013)

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2014

Page 2: PKM GT ACT-COCO

ii

Page 3: PKM GT ACT-COCO

iii

Daftar Isi

HALAMAN MUKA...................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR................................................................................... iii

RINGKASAN.............................................................................................. iv

PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

Latar Belakang .......................................................................................... 1

Tujuan dan Manfaat................................................................................... 2

GAGASAN .................................................................................................. 3

Kondisi Kekinian Pencetus........................................................................ 3

Solusi yang Pernah Ditawarkan ................................................................. 3

Perbaikan Gagasan yang Diajukan............................................................. 4

Pihak-pihak Terkait Realisasi Gagasan ...................................................... 6

Langkah-langkah Strategis Realisasi Program ........................................... 6

KESIMPULAN ............................................................................................ 7

Inti Gagasan yang Diajukan....................................................................... 7

Teknik Implementasi Gagasan................................................................... 8

Prediksi Keberhasilan Asap Cair Tempurung Kelapa (ACT-COCO) ......... 8

Daftar Pustaka ........................................................................................... 9

LAMPIRAN ............................................................................................... 10

Biodata Ketua dan Anggota..................................................................... 10

Susunan Organisasi Tim dan Pembagian Tugas ....................................... 14

Surat Pernyataan Ketua Pelaksana ........................................................... 15

Page 4: PKM GT ACT-COCO

iv

Pengembangan PLTD Asap Cair dari Tempurung Kelapa (ACT- Coco) sebagai Pengganti Solar untuk Mengatasi Permasalahan Listrik IndonesiaFauzan Amarianda, Rigo Muhammad Herriza, Ulin Nuha, dan Ressy Prayogi

RINGKASAN

Pembangkit Listrik Tenaga Diesel atau PLTD merupakan pembangkit listrik yang investasi awal pembangunannya relatif murah, oleh karena itu pemerintah indonesia berinisiatif membangun PLTD yang difungsikan sebagai base-supply pada daerah-daerah yang tingkat kebutuhan listriknya masih rendahseperti Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan Papua. Namun penggunaan PLTD belum optimal karena mahalnya harga minyak diesel yang menjadi bahan baku pembangkit listrik tersebut Asap cair batok kelapa merupakan solusi yang ditawarkan untuk mengoptimalkan kinerja dari PLTD yang ada. Dengan pemanfaatan asap cair batok kelapa, PT. PLN tidak perlu membeli minyak diesel, karena asap cair batok kelapa tergolong lebih murah dan memiliki tingkat energi yang hampir sama dengan minyak diesel. Selain itu sisa dari pembuatan asap cair kelapa yang berupa arang dapat dimanfaatkan lagi sebagai bahan baku beremisi asap rendah pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang kemudian dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya pemanasan global warming. Teknologi yang kami gunakan untuk menciptakan asap cair batok kelapa adalah teknologi pirolisis dan catalytic cracking.

Adapun pihak-pihak yang terkait dalam mengimplementasikan asap cair batok kelapa meliputi pemerintah dan instansi-intansi yang terkait pada bidang riset dan teknologi, ketenaga listrikan, energi, kimia, perminyakan, dan perkebunan kelapa.

Metode penulisan karya tulis ini adalah berupa penalaran kepada para pembaca bahwa sangat dibutuhkannya energi alternatif yang murah dan ramah lingkungan yang kemudian merujuk pada hasil penelitian, referensi berbagai literatur dan kemudian mengidentifikasinya. Dengan adanya gagasan ini, penulis berharap adanya realisasi dari pemerintah agar upaya pencegahan pemanasan global dapat tercapai dan penanganan masalah krisis ketenaga listrikan di Indonesia dapat terselesaikan.

Page 5: PKM GT ACT-COCO

1

Pendahuluan

Latar Belakang

Listrik merupakan kebutuhan vital bagi masyarakat di dunia terutama di

Indonesia. Semua perlengkapan dan teknologi yang menunjang era modern saat

ini menggunakan listrik sebagai tenaga penggeraknya. Namun, Indonesia

membutuhkan listrik sekitar 20.354,41 MW (Mega Watt) untuk menyalakan

peralatan elektronik di setiap harinya dan hanya sekitar 15.399, 84 MW

diperuntukkan untuk listrik di Pulau Jawa. Sementara Perusahaan Listrik Negara

(PLN) mampu menghasilkan 53.317,53 MW. “Biaya operasional untuk

menjalankan pembangkit listrik cukup tinggi terutama PLTD (pembangkit listrik

tenaga diesel) dan memaksa PLN mengoperasikan PLTD tersebut hanya

beroperasi selama 6-8 jam. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya pemadaman

bergilir pada beberapa tempat untuk menghemat energi listrik”(Kompas. 7

September,2012).

Pembangkit listrik tenaga Diesel (PLTD) dioperasikan dengan bahan bakar

minyak. Maka, dibutuhkan supply bahan bakar minyak yang cukup banyak untuk

mengoperasikan PLTD. Berdasarkan data dari IEA (International Energi Agency),

cadangan untuk minyak bumi akan bertahan sampai sekitar 41 tahun. Apabila data

tersebut dipecah lagi berdasarkan kontribusi per negara, Indonesia khususnya,

termasuk dalam peringkat 27 dunia untuk minyak bumi dengan nilai kontribusi

sebesar 0,29 persen cadangan dunia. Walaupun Indonesia memiliki cadangan

minyak bumi yang cukup banyak, perlu diketahui juga bahwa Indonesia hanya

bisa menikmasti hasilnya tidak sampai 10% dikarenakan hak pengelolaan minyak

bumi dipegang oleh pihak asing. Perlu diketahui juga bahwa pembangunan PLTD

saat ini sudah dihentikan pemerintah karena mahalnya biaya operasi PLTD

tersebut. Sebab, PLN diperlakukan sebagai industri dan untuk membeli BBM

harus mengikuti harga pasar dunia yang masih fluktuatif. Kondisi tersebut akan

menyebabkan PLN terus mengalami defisit.

Solusi untuk menangani masalah tersebut ialah dengan pemanfaatan asap

cair sebagai bahan bakar alternatif PLTD. Dengan mengganti BBM menjadi asap

cair pada PLTD akan menghemat subsidi pemerintah untuk PLN dan membantu

Page 6: PKM GT ACT-COCO

2

PLN dalam memenuhi konsumsi energi untuk PLTD. Kebijakan pemerintah akan

pemberhentian pembangunan PLTD juga dapat dihentikan karena investasi awal

pembangunan PLTD lebih murah dibandingkan dengan pembangkit tenaga listrik

lainnya, dan dengan memanfaatkan asap cair biaya operasional menjadi lebih

murah dan tidak menyebabkan PLN mengalami defisit. Selain itu, Asap cair

sebagai bahan alternatif tidak mencemari lingkungan seperti pembangkit

tenaga listrik lainnya yang mengakibatkan polusi dan pemanasan global.

Sangatlah rugi apabila asap cair tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya,

sebab asap cair dibuat oleh limbah organik berupa tempurung kelapa. Indonesia

merupakan salah satu negara penghasil kelapa terbesar di dunia. Luas areal

tanaman kelapa pada tahun 2000 mencapai 3,76 juta ha, dengan total produksi

diperkirakan sebanyak 14 milyar butir kelapa, yang sebagian besar (95%)

merupakan perkebunan rakyat “Akan tetapi Tidak sampai 10% dari masyarakat

indonesia yang sadar dan memanfaatkan batok kelapa tersebut untuk didaur ulang

(Suharto dan Dwi Retno,2010:8)”. Bobot tempurung mencapai 12% dari bobot

buah kelapa. Dengan demikian, apabila secara rata-rata produksi buah kelapa per

tahun adalah sebesar 5,6 juta ton, maka berarti terdapat sekitar 672 ribu ton

tempurung yang dihasilkan. Potensi produksi tempurung yang sedemikian besar

belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk kegiatan produktif yang dapat

meningkatkan nilai tambahnya. Penggunaan asap cair merupakan satu langkah

besar yang dapat meminimalisir polusi udara, defisit anggaran PLTD, dan

pemanfaatan limbah organik yaitu tempurung kelapa.

Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat dari penyusunan karya tulis ini antara lain :

a) Mencegah sering terjadinya pemadaman bergilir.

b) Mengurangi anggaran pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan subsidi bahan

bakar untuk alat pembangkit tenaga listrik.

c) Meningkatkan efisiensi waktu penggunaan pembangkit tenaga listrik.

d) Mengurangi limbah organik dan memanfaatkan dengan baik limbah organik

tersebut untuk dijadikan asap cair sebagai bahan bakar alternatif.

Page 7: PKM GT ACT-COCO

3

GAGASAN

Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan

Masalah ketenaga listrikan di daerah yang masih kekurangan daya listrik

seperti Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan Papua, mendorong

pihak PLN untuk mendistribusikan listrik di daerah tersebut dengan Pembangkit

Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Karena PLTD berbeda dengan pembangkit listrik

yang digunakan di Indonesia pada umumnya, contoh Pembangkit Listrik Tenaga

Air dan Pembangkit Tenaga Panas Bumi yang membutuhkan kondisi wilayah

yang dapat mendukung Pembangkit Tenaga Listrik tersebut. Sedangkan PLTD

dapat dibangun di tempat manapun tanpa perlu melihat kondisi suatu daerah dan

juga dalam hal investasi awal pembangunannya, PLTD tegolong relatif murah,

yaitu sekitar Rp266.000.000,-. Namun, PLTD yang ada ternyata belum memenuhi

kebutuhan tenaga listrik. Contohnya di daerah Karimun Jawa, dana yang

diberikan pemerintah hanya 300 juta rupiah per tahun. Sedangkan, jika

dikalkulasikan, selama 6 jam penggunaan satu PLTD dengan penggunaan bahan

bakar 30 liter solar sekitar 12 juta rupiah. Bisa kita hitung sendiri, defisit yang

dialami jika 6 PLTD beroperasi penuh 24 jam dalam setahun.. Karena itu, timbul

gagasan untuk memanfaatkan batok kelapa hijau sebagai sumber energi PLTD

dan PLTU.

Batok kelapa yang kami manfaatkan dalam hal ini adalah batok kelapa

yang sifatnya diubah dari bersifat padat menjadi besifat gas dan kemudian diubah

lagi menjadi bersifat cair, yang kemudian kami sebut dengan Asap Cair

Tempurung Kelapa (ACT-COCO). ACT-COCO merupakan hasil dari

pembakaran batok kelapa hijau yang kemudian asap dari pembakaran tersebut

dikondensasi menjadi cair. Proses pembakaran yang kami gunakan adalah

pirolisis. Dari hasil pirolisis tersebut akan dihasilkan asap cair yang memiliki

energi sebesar separuh dari energi minyak diesel (Darmadjie, dkk. 2009). Yang

kemudian untuk meningkatkan mutunya kami menggunakan teknologi catalytic

cracking dengan menggunakan zeolit sebagai pengkatalisnya.

Page 8: PKM GT ACT-COCO

4

Solusi yang pernah ditawarkan

Permasalahan utama wilayah terpencil dalam penyediaan energi memiliki

hambatan berupa biaya operasionalnya yang meliputi harga bahan bakar minyak

yang terus menigkat. Dengan adanya hal itu, PLTS dijadikan solusi dari masalah

tersebut dengan cara pembangunan sistem hibrid (PLTS-PLTD). PLTS untuk

menangani beban dasar sedangkan PLTD untuk beban pucak serta untuk

mengkompensasi kelemahan-kelemahan PLTS. Namun pembangunan PLTS-

PLTD sistem hybrid membutuhkan dana yang sangat besar, yaitu sebesar

Rp4.915.583.000,-. Berbanding jauh dengan investasi awal pembangunan PLTD

yang hanya menghabiskan dana sebesar Rp266.000.000,-. (Supriono, 2007)

Lagipula, jika dilihat dari kebutuhan energi listrik di wilayah terpencil yang masih

minim, investasi pembangunan PLTS-PLTD yang besar sangat tidak berimbang.

Tidak optimalnya PLTD juga mendorong pemerintah untuk meningkatkan

pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berbahan baku batu

bara. Keuntungan dari Pembangkit ini, yaitu lebih murah dari segi bahan bakunya

dibanding PLTD yang menggunakan bahan bakar minyak yang tiap tahun

harganya terus meningkat. Namun PLTU memberi dampak yang besar terhadap

lingkungan, karena dengan berbahan baku batu bara, menjadikan PLTU sebagai

kontributor terbesar polusi yang kemudian dapat memperparah masalah

pemanasan global. Oleh karena itu dibutuhkan adanya inovasi terbaru dalam

mengatasi hal tersebut. Melalui gagasan tertulis ini penulis berharap mampu

menyelesaikan pemadaman listrik berkelanjutan yang dialami daerah-daerah

terpencil dan meminimalisir kemungkinan terjadinya pemanasan global.

Perbaikan Gagasan yang Diajukan

Pemerintah Indonesia lebih memilih bahan baku yang tidak dapat

diperbaharui dan mahal seperti minyak diesel yang digunakan pada PLTD yang

ada. Padahal masih banyak bahan baku yang lebih baik yang dapat dimanfaatkan,

salah satunya adalah Batok Kelapa. Batok kelapa dapat diubah menjadi Asap Cair

atau bio-oil melalui proses pirolisis cepat yang memiliki kandungan energi

separuh dari energi minyak diesel. Walaupun demikian, kandungan energi asap

cair masih dapat ditingkatkan lagi melalui proses catalytic cracking (Darmadjie,

Page 9: PKM GT ACT-COCO

5

dkk. 2009). Selain menghasilkan asap cair atau bio-oil, sisa dari pembuatan asap

cair tersebut yang berupa arang dapat dimanfaatkan lagi sebagai bahan baku

alternatif Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang sekarang ini menggunakkan bahan

baku batu bara. Dengan menggunakan arang batok kelapa sebagai pengganti batu

bara, dapat menjadikan PLTU sebagai pembangkit yang ramah lingkungan karena

arang batok kelapa memiliki emisi asap yang rendah.

Gambar 5.1 Proses Pembuatan Asap Cair atau bio-oil berbasis Pirolisis

(Sumber: www. analisa. com)

Alur pembuatan asap cair batok kelapa yang mermutu tinggi:

1. Batok kelapa akan dimasukkan kedalam mesin pirolisis. kemudian dipanaskan

pada suhu optimummnya, yaitu 4000C.

2. Hasil pembakaran yang berupa asap akan dialirkan ke distilator. Namun

sebelumnya asap akan dimurnikan terlebih dahulu dengan cara memisahkan

tar dari gas tersebut.

3. Dan kemudian asap akan dikondensasi didalam distilator, yaitu dengan

mengendapkan asap tersebut dengan air yang dipompakan dari bak air.

4. Kemudian akan dihasilkan asap cair, yang akan ditampung dalam

penampungan yang kemudian akan dimasukkan kedalam mesin catalytic

cracking untuk meningkatkan daya guna asap cair tersebut menjadi bahan

bahan bakar yang lebih tepat guna. Katalis yang digunakan untuk

meningkatkan daya guna tersebut adalah zeolit atau alumino silikat.

5. Setelah proses tersebut, barulah asap cair akan dibawa ke Pembangkit Listrik

Tenaga Diesel untuk dijadikan bahan bakar. Sedangkan, sisa dari pembakaran

tersebut yang berupa arang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif

Page 10: PKM GT ACT-COCO

6

batu bara pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang terkait (Darmadjie, dkk,

2009).

Pihak-pihak terkait untuk penerapan gagasan

a) Pemerintah Pusat

Mengadakan kebijakan-kebijakan dan pendanaan terkait dengan pembangunan

PLTD.

b) Kementerian Riset dan Teknologi

Pusat pengadaan riset dalam mencapai kesuksesan PLTD asap cair.

c) PLN

Mendukung instalasi PLTD asap cair sebagai salah satu pembangkit tenaga listrik.

d) Kementerian Perkebunan dan Pertanian

Mengadakan program pengadaan bahan baku PLTD berbahan baku asap cair,

yaitu tempurung kelapa.

e) BPPT

Bekerja sama dengan Kementerian Riset dan Teknologi, mengembangkan

teknologi penggunaan PLTD berbahan baku asap cair kelapa.

f) APEI (Asosiasi Profesionalis Elektrikal Indonesia)

Memberikan gagasan-gagasan terkait dengan instalasi PLTD asap cair.

g) Investor

Pemberi modal selain dari pemerintah pusat.

Langkah-langkah Strategis Implementasi Gagasan

1. Tahap 1: Pengajuan Perijinan dan Konsep

Mengajukan perijinan serta konsep kepada Pemerintah yang terkait dengan

proyek ini dan PT. PLN yang akan menjadi pihak yang langsung terlibat dalam

pengimplementasian proyek ini.

2. Tahap 2: Mempresentasikan tentang proyek PLTD Asap Cair pada Investor-

investor lokal maupun asing

Diperlukan adanya pertemuan besar dengan investor-investor untuk mendukung

tercapainya proyek asap cair ini dari segi finansialnya.

Page 11: PKM GT ACT-COCO

7

3. Tahap 3: Membangun perencanaan bersama dengan pihak-pihak terkait

Setelah mendapat persetujuan dari pemerintah dan PT. PLN, serta investor yang

tertarik dalam realisasi gagasan ini, diperlukan sebuah pertemuan besar yang

melibatkan orang-orang yang terdiri dari perwakilan PT. PLN, Kementrian

Sumber Daya dan Energi, Kementrian Pertanian, Kemenristek, BPPT, APEI, dan

SDM lainnya yang dapat mendukung terbentuknya proyek ini yang meliputi

bidang Listrik, Mesin, Kimia, Perminyakan dan Kontraktor.

4. Tahap 4: Mengembangkan kerja sama dengan pihak-pihak terkait

Kerja sama yang baik sangatlah dibutuhkan dalam pembangunan proyek Asap

Cair Kelapa ini. Pengembangan kerja sama dalam hal ini adalah berupa

konsultasi, kerja sama pengerjaan proyek maupun penyampaian informasi

5. Tahap 5: Pelaksanaan realisasi proyek asap cair kelapa

Pelaksanaan ini meliputi Pendistribusian batok kelapa sebagai bahan baku dasar,

Dalam hal pendistribusian batok kelapa, kami bekerja sama dengan Kementrian

Pertanian dan pengusaha-pengusaha makro yang bisnisnya terkait dengan kelapa

ini sehingga supply batok kelapa yang merupakan bahan dasar pembuatan asap

cair dapat ditingkatkan. Barulah dilakukan pembangunan mesin pembuat asap

cair kelapa berbasis pirolisis dan catalytic cracking di kawasan PLTD, dan pada

akhirnya instalasi PLTD asap cair bisa dilakukan.

Kesimpulan

Inti Gagasan yang Diajukan

Pengembangan PLTD Asap cair tempurung kelapa (ACT-COCO)

merupakan salah satu program yang ditawarkan sebagai solusi dalam mengatasi

permasalahan bahan bakar untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD). Karena

Asap Cair merupakan SDA terbaharukan, asap cair mampu menggantikan solar

yang merupakan SDA non terbaharukan. Terlebih lagi proses pengolahannya

lebih mudah daripada pengolahan minyak bumi menjadi solar. Program

penggunaan asap cair juga membantu mengurangi limbah organik berupa batok

kelapa dan mampu diolah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat yaitu asap cair.

Page 12: PKM GT ACT-COCO

8

Teknik Implementasi gagasan

Gagasan ini dapat diimplementasikan dengan baik apabila didukung hal-hal

sebagai berikut:

1. Adanya persetujuan dari pemerintah dan PT. PLN dalam menjalankan

proyek pengembangan PLTD Asap Cair Batok Kelapa disertai dukungan

berupa alokasi dana untuk menjalankan pengembangan PLTD Asap Cair

Batok Kelap tersebut

2. Adanya kerja sama yang baik diantara orang-orang yang terdiri dari

perwakilan PT. PLN, Kementrian Sumber Daya dan Energi, Kementrian

Pertanian, Kemenristek, BPPT, APEI, dan SDM lainnya yang dapat

mendukung terbentuknya proyek ini yang meliputi bidang Listrik, Mesin,

Kimia, Perminyakan, dan Kontraktor.

3. Sosialisasi dan kerja sama dengan pengusaha-pengusaha makro yang

terkait dengan produksi kelapa hijau untuk bisa menyediakan bahan baku

dasar berupa batok kelapa.

4. Komitmen pemerintah untuk terus mendukung kegiatan ini dalam hal

moril maupun material.

Prediksi Keberhasilan Gagasan Asap Cair Kelapa (ACT-COCO)

PLTD yang menggunakan asap cair memiliki batasan waktu yang lebih

lama dalam pengoperasiannya sebab harga penggunaan bahan bakar asap cair

relatif murah dan terjangkau. Selain itu, kebijakan pemerintah akan

pemberhentian pembangunan PLTD dapat dihentikan karena kini harga untuk

bahan bakar PLTD jauh lebih murah dibandingkan sebelumnya (solar). Program

penggunaan asap cair juga membantu mengurangi limbah organik berupa batok

kelapa dan mampu diolah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat yaitu asap cair.

Melihat banyaknya manfaat dan keunggulan asap cair batok kelapa ini yang juga

didukung oleh hasil penelitian yang ada, dapat disimpulkan bahwa prospek

konsep ini dapat berjalan dengan baik dan dapat disetujui pemerintah. Manfaat

yang diambil secara garis besar adalah meningkatnya efisiensi penggunaan PLTD

tanpa membutuhkan alokasi dana yang besar serta meminimalisir terjadinya

pemanasan global dengan pemanfaatan bahan bakar yang ramah lingkungan.

Page 13: PKM GT ACT-COCO

9

Daftar Pustaka

Brown, Robert C dan Jennifer Holmgren.2000. Fast Pyrolisis and Bio-Oil

Upgrading. Lowa: Lowa State University

Darmadji, Purnama. 2009. Teknologi Asap Cair dan Aplikasinya Pada Pangan

dan Hasil Pertanian. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Darmadji, P., Zuheid Noor dan Gentur Sutapa. 2004-2006. Produksi Asap Cair

dari Limbah Cangkang Sawit dan Aplikasinya untuk Pengawet Pangan, Koagulan

Lateks, Pengawet Kayu, Pembuatan Lem, dan Subtitusi Bahan Bakar. Laporan

Penelitian Bersaing Pasca-sarjana. Dikti.

Fatmalasari, Ira. 2011. Pembuatan Bio-Oil dengan Bahan Baku Kelapa Sawit

Melalui Pirolisasi. Semarang: Universitas Diponegoro

SET Laboratories, Inc., 1999. Catalytic Cracking.

http://www.setlaboratories.com/Cat cracking.htm

Maharani, Rohmadona dan Sigit Bintoro. 2009. Optimasi Proses Dealuminasi

Modernite Sebagai Katalis Perengkahan Minyak Goreng Bekas Menjadi Biofuel.

Semarang: Universitas Diponegoro

Edinov Sanny, dkk. 2013. Pemnafaatan Asap Cair Tempurung Kelapa pada

Pemubuatan Ikan Kering dan Penentuan Kadar Air, Abu serta Proteinnya.

Padang: Universitas Andalas

Darmanto Seno dan Ireng Sigit. 2006. Analisa Biodiesel Minyak Kelapa Sebagai

Bahan Bakar Alternatif Minyak Diesel. Semarang: Universitas Diponegoro

en.wikipedia.org/FluidCatalyticCracking (Diakses pada 15 Maret 2014)

www.kompas.com (Diakses 7 Maret,2014)

www.analisa.com (Diakses 7 Maret 2014)

Page 14: PKM GT ACT-COCO

10

Page 15: PKM GT ACT-COCO

11

Page 16: PKM GT ACT-COCO

12

Page 17: PKM GT ACT-COCO

13

Page 18: PKM GT ACT-COCO

14

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas

No Nama / NIMProgram

Studi

Bidang

Ilmu

Alokasi

waktu

(jam/minggu)

Uraian

Tugas

1Fauzan Amarianda

/ 21060113060022

Teknik

Elektro

Sains dan

Teknologi8

Sebagai

pencetus

gagasan

2

Rigo Muhammad

Herriza /

21050113120005

Teknik

Mesin

Sains dan

Teknologi8

Sebagai

penyusun

karya tulis

3Ressy Prayogi /

21050113130140

Teknik

Mesin

Sains dan

Teknologi8

Sebagai

penyunting

karya tulis

4Ulin Nuha /

21050113140127

Teknik

Mesin

Sains dan

Teknologi8

Sebagai

pengurus

administrasi

dan

pengevaluasi

Page 19: PKM GT ACT-COCO

15