PKM GT 2012 - Beasiswa PPA

22
HALAMAN JUDUL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMANFAATAN EKSTRAK KUNYIT (CURCUMA DOMESTICA VAL.) SEBAGAI KELASI BESI (KARDIOPROTEKTIF) PADA PENDERITA THALASEMIA BIDANG KEGIATAN: PKM-GT Diusulkan oleh: Radita Ikapratiwi (Pend. Dokter 2009) (G1A009103) Yuni Hanifah (Pend. Dokter 2009) (G1A009097) Aras Nurbarich Agustin (Pend. Dokter 2009) (G1A009107) Nahiyah Isnanda (Pend. Dokter 2010) (G1A010098) Elma Laeni Barokah (Pend. Dokter 2010) (G1A010101) UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2012

description

pkm

Transcript of PKM GT 2012 - Beasiswa PPA

1

10

Halaman Judul

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWAPEMANFAATAN EKSTRAK KUNYIT (CURCUMA DOMESTICA VAL.) SEBAGAI KELASI BESI (KARDIOPROTEKTIF) PADA PENDERITA THALASEMIA

BIDANG KEGIATAN:PKM-GT

Diusulkan oleh:Radita Ikapratiwi(Pend. Dokter 2009)(G1A009103)Yuni Hanifah(Pend. Dokter 2009) (G1A009097)Aras Nurbarich Agustin(Pend. Dokter 2009)(G1A009107)Nahiyah Isnanda(Pend. Dokter 2010)(G1A010098)Elma Laeni Barokah(Pend. Dokter 2010) (G1A010101)ii

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPURWOKERTO2012Lembar Pengesahan

1. Judul Kegiatan: Pemanfaatan Ekstrak Kunyit (Curcuma domestica Val.) Sebagai Kelasi Besi (Kardioprotektif) pada Penderita Thalasemia

2. Bidang Kegiatan: (X) PKM-AI() PKM-GT

3. Ketua Pelaksana Kegiatan:

a. Nama Lengkap: Radita Ikapratiwi

b. NIM: G1A009103

c. Jurusan: Pendidikan Dokter

d. Universitas/Institusi/Politeknik: Universitas Jenderal Soedirman

e. Alamat Rumah dan No. Tel./HP: Perum. Bening Indah Blok B4 No. 20 Jatibening, Pondok Gede 17412 085726281421 / 085695509685

f. Alamat email: [email protected]

4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis: 5Orang

5. Dosen Pendamping:

a. Nama Lengkap dan Gelar: dr. Setiawati

b. NIP:

c. Alamat dan No. Tel/.HP:

Purwokerto, 24 Juli 2012

Menyetujui,Pembantu atau Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan

Ketua Pelaksana Kegiatan

(Drs. Bambang Hariyadi, M.Kes)NIP. 19600411 198603 1 001(Radita Ikapratiwi)NIM. G1A009103

Pembantu atau Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan

Dosen Pendamping

(Prof. Dr. Imam Santoso, M. Si)NIP. 19611001 198803 1 001(dr. Setiawati)NIP.

Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan bimbingan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ini. Banyak hambatan yang telah kami lalui untuk menyelesaikan karya tulis ini, tetapi tetap tidak menyurutkan niat kami untuk menyelesaikannya.Dalam karya tulis ini, kami berusaha untuk memunculkan suatu gagasan pemecahan dalam permasalahan kesehatan. Permasalahan kesehatan yang kami angkat yaitu tentang kelebihan kadar besi pada penderita thalasemia akibat transfusi darah berulang. Pemecahan yang kami kedepankan atas permasalahan tersebut adalah pemanfaatan ekstrak kunyit (Curcuma domestica Val.) karena kunyit mengandung kurkumin yang dapat berperan sebagai kelasi besi. Oleh sebab itu, judul karya tulis ini adalah pemanfaatan ekstrak kunyit (Curcuma domestica Val.) sebagai kelasi besi khususnya sebagai kardioprotektif pada penderita thalassemia.Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan karya tulis ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran untuk perbaikan karya tulis ini.Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Purwokerto, Juli 2012

Penulis

Daftar Isi

Halaman JuduliLembar PengesahaniiKata PengantariiiDaftar IsiivDaftar GambarvRingkasanviPendahuluan1Latar Belakang Masalah1Tujuan dan Manfaat2Gagasan2Thalasemia Saat Ini2Terapi Thalasemia3Solusi Terdahulu4 Anatomi Jantung4 Besi Berlebih pada Jantung4Kandungan Kunyit (Curcuma domestica Val.)5Mekanisme Curcumin Sebagai Antioksidan akibat besi berlebih6Pihak-Pihak Terkait6Langkah Strategis7Kesimpulan8Gagasan yang Diajukan8Teknik Implementasi8Prediksi Hasil8Daftar Pustaka8Lampiran10Curriculum Vitae10

Daftar Gambar

Gambar 1. Skema metabolisme zat besi di dalam tubuh ...................................... 3 Gambar 2. Anatomi Cor (Jantung) ....................................................................... 4Gambar 3. Kunyit (Curcuma domestica Val.)....................................................... 5Gambar 4. Mekanisme kurkumin sebagai antioksidan........................................... 6

Ringkasan

Prevalensi thalassemia di dunia bahkan di Indonesia masih tinggi, secara keseluruhan di tahun 2010 ada 5050 orang dan per april 2011 sudah tercatat 5538 orang. Tingginya angka morbiditas dan mortalitas penderita thalasemia diakibatkan oleh komplikasi transfusi darah yang berulang sebagai upaya mengatasi anemia dan mempertahankan kadar Hb (hemoglobin).Transfusi darah berulang mempunyai dampak yang kurang baik bagi penderita, yaitu terjadinya penimbunan besi yang berlebihan pada berbagai organ tubuh (terutama jantung, hati, dan kelenjar endokrin) sehingga menyebabkan kerusakan jaringan bahkan menyebabkan disfungsi serta kegagalan organ. Oleh karena itu, dibutukan suatu obat atau bahan yang bisa berfungsi sebagai kelasi besi (pengikat besi). Sampai saat ini sudah ada 3 macam kelasi besi yang ada di pasaran, yaitu desferoksamin (Desferal, DFO), deferiprone (Perriprox, DFP), dan deferasirox (Exjade). Namun, harga yang mahal membuat beban ekonomi keluarga semakin berat.Ekstrak kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu bahan yang diyakini memiliki efek sebagai kelasi besi dengan harga yang terjangkau dan dapat ditemukan dimana-mana. Kurkumin yang terkandung di dalam kunyit (Curcuma domestica Val.) dapat membersihkan darah dari radikal bebas dan racun zat-zat metal terutama zat besi di dalam tubuh untuk kemudian dibuang melalui urin dan feses.Implementasi pemanfaatan ekstrak kunyit (Curcuma domestica Val.) sebagai kelasi besi pada penderita thalasemia terfokus pada uji praklinik farmakologis dengan subjek hewan uji (tikus wistar) sebagai langkah awal. Uji praklinik dimaksudkan untuk mengetahui apakah ekstrak kunyit (Curcuma domestica Val.) dapat bermanfaat sebagai kelasi besi dan tetap aman dipakai atau dapat menimbulkan efek toksik. Uji praklinik ini dapat dipakai sebagai acuan untuk menentukan apakah ekstrak kunyit (Curcuma domestica Val.) dapat diteruskan dengan uji pada manusia atau tidak.Adapun pihak-pihak terkait dalam mengatasi permasalahan ini adalah: (1) Ilmuwan dan peneliti; (2) Pemerintah; (3) Tenaga medis dan paramedis; (4) Masyarakat, terutama yang tergabung dalam YTI (Yayasan Thalasemia Indonesia), POPTI (Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalasemia Indonesia), dan penderita thalasemia.Output dari gagasan ini adalah terciptanya suatu bahan atau obat kelasi besi khusunya kardioprotektif bagi penderita thalasemia yang murah dan dapat ditemukan di mana-mana sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien thalasemia yang mendapatkan transfusi darah berulang.

vi

PEMANFAATAN EKSTRAK KUNYIT (CURCUMA DOMESTICA VAL.) SEBAGAI KELASI BESI KARDIOPROTEKTIF PADA PENDERITA THALASEMIA

PendahuluanLatar Belakang MasalahThalasemia adalah kelainan genetik pada darah disebabkan tidak adanya atau terjadinya kesalahan gen yang bertanggung jawab untuk memproduksi hemoglobin, salah satu protein dalam sel darah merah (WHO, 2012) dimana terdapat pengurangan produksi satu atau lebih rantai globin ( atau ) yang menyebabkan ketidakseimbangan produksi rantai globin (TIF, 2008; Wahyuningsihngsih, 2011).Prevalensi penyakit thalasemia di Indonesia menurut Ruswandi, pendiri POPTI (Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalasemia Indonesia), secara keseluruhan, di tahun 2010 ada 5050 orang dan per april 2011 sudah tercatat 5538 orang (Wahyuningsihngsih, 2011). Dalam beberapa dekade terakhir, peningkatan angka bertahan hidup pasien thalassemia menunjukkan angka yang sangat impresif. Pada pertengahan tahun 1960-an, hanya 37% pasien dari 41 pasien thalassemia mayor yang bisa bertahan hidup sampai umur 16 tahun (Engle et al dalam Kremastinos et al, 2010). Kemudian, pada tahun 2004, angka bertahan hidup pasien -Thalassemia mayor menjadi 83% (Davis dalam Kremastinos, 2010). Peningkatan angka bertahan hidup yang sangat memuaskan ini dikarenakan adanya pendekatan terapi thalassemia secara sistematik dari mulai periode 1960-an sampai dengan periode 2000-an (Kremastinos, 2010). Penderita thalasemia harus mendapatkan transfusi darah seumur hidup untuk mengatasi anemia dan mempertahankan kadar Hb 9-10 gr%. Namun, pemberian transfusi darah berulang ini masih mempunyai dampak yang kurang baik bagi penderita, yaitu terjadinya penimbunan besi yang berlebihan pada berbagai organ tubuh (terutama jantung, hati, dan kelenjar endokrin), menyebabkan kerusakan jaringan, disfungsi serta kegagalan organ. Pada saat besi dalam tubuh berlebih, peningkatan besi bebas akan memacu timbulnya reactive oxygen spesies (ROS) bebas/ radikal bebas (El-Maraghy, 2009). Kelebihan besi ini paling banyak menyebabkan mortalitas dan morbiditas pada penderita thalasemia. Di samping kemajuan dalam manajemen terapi thalassemia mayor dan menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam angka bertahan hidup pasien, penyakit jantung masih merupakan penyebab utama kematian. Pada tahun 1964, Engle et al, telah melakukan penelitian pada 41 pasien dan melaporkan bahwa 63% dari mereka berada dalam status gagal jantung kongestif dan meninggal dalam waktu satu tahun setelah onset gejala muncul. Zurlo, et al pada penelitian kohortnya pada 1987 pasien menunjukkan 64% kematian pada pasien thalassemia adalah karena penyakit jantung (Kremastinos, 2010).Pemberian terapi kelator besi merupakan solusi yang efektif untuk menurunkan kandungan besi pada penderita thalasemia yang mendapat transfusi. Sampai saat ini sudah ada 3 macam kelasi besi yang ada di pasaran, yaitu desferoksamin (Desferal, DFO), deferiprone (Perriprox, DFP), dan deferasirox (Exjade). Namun, harga yang mahal membuat beban keluarga yang semakin berat. Perlu alternatif lain yang berfungsi sebagai kelasi besi dengan biaya terjangkau dan mudah didapat oleh semua kalangan (Khan, 2007).Ekstrak kunyit memiliki kandungan kurkumin yang berfungsi farmakologis sebagai kelasi besi. Kurkumin dapat membersihkan darah dari radikal bebas dan racun zat-zat metal terutama zat besi di dalam tubuh untuk kemudian dibuang melalui urin dan feses (Abd El-Baky, 2011).Oleh karena itu, gagasan yang diajukan dalam penulisan ini untuk menangani permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan ekstrak kunyit (Curcuma domestica Val.). Di samping mengandung kurkuminoid, kunyit juga dapat ditemukan di mana-mana dengan harga yang relatif murah.

Tujuan dan ManfaatTujuan penulisan ini adalah:1. Memaparkan manfaat ekstrak kunyit (Curcuma domestica Val.) sebagai kardioprotektif pada penderita thalasemia.2. Mengetahui teknik untuk mengimplementasikan pemanfaatan ekstrak kunyit (Curcuma domestica Val.) sebagai kardioprotektif pada penderita thalasemia.3. Mengetahui dampak yang aka ditimbulkan dalam pemanfaatan ekstrak kunyit (Curcuma domestica Val.) sebagai kardioprotektif pada penderita thalasemia.Adapun manfaat dari penulisan ini adalah:1. Manfaat teoritisMenambah wawasan tentang manfaat ekstrak kunyit (Curcuma domestica Val.).2. Manfaat praktisa. Memberikan dorongan kepada para peneliti untuk terus mengembangkan uji farmakologis ekstrak kunyit (Curcuma domestica Val.) sebagai kardioprotektif pada penderita thalasemia.b. Memberikan masukan kepada pemerintah, Yayasan Thalasemia Indonesia (YTI), dan Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalasemia Indonesia (POPTI) dalam menangani permasalahan terkait thalasemia.c. Memberikan alternatif kelasi besi bagi penderita thalasemia.GagasanThalasemia Thalasemia Saat IniThalasemia adalah kelainan genetik pada darah disebabkan tidak adanya atau terjadinya kesalahan gen yang bertanggung jawab untuk memproduksi hemoglobin, salah satu protein dalam sel darah merah (WHO, 2012). Secara klinis, thalasemia dibedakan menjadi thalasemia mayor dimana gejala klinis jelas dan thalasemia minor dimana tidak menunjukkan gejala klinis atau gejala anemia ringan (Priyantiningsih, 2010; Wahyuningsihngsih, 2011).Data terakhir berdasarkan World Bank 2006 dan Report of a Joint WHO-March of Dime Meeting 2006 menunjukkan bahwa sekitar 7% dari populasi dunia carrier dan sekitar 300.000-500.000 bayi lahir dengan kelainan ini setiap tahunnya (TIF, 2008; Wahyuningsih, 2011).Data Talasemia di Indonesia melaporkan tingginya kasus Talasemia disebabkan oleh migrasi dan percampuran penduduk. Keseluruhan populasi ini menjadi hunian kepulauan Indonesia yang tersebar di Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Sumatera, Nias, Sumba dan Flores. Data Talasemia di Sumatera Utara melaporkan populasi carrier di Sumatera Utara khususnya Medan mencapai 7.69% yang terdiri dari Talasemia Alfa 3.35% dan Talasemia Beta 4.07% yang terdistribusi pada berbagai suku di Medan yaitu: Batak, Cina, Jawa, Melayu, Minangkabau, dan Aceh (Ganie, 2005; Wahyuningsih, 2011).

TerapiPada pasien talasemia mayor, terapi yang direkomendasikan berdasarkan Guidelines for Clinical Management of Thalasemia adalah transfusi darah seumur hidup secara teratur, biasanya diberikan setiap dua sampai lima minggu. Transfusi darah pada talasemia mayor sebanyak 100-200 ml sel darah merah setara dengan 116-232 mg zat besi (TIF, 2008).Pemberian transfusi darah berulang ini masih mempunyai dampak yang kurang baik bagi penderita, yaitu terjadinya penimbunan besi yang berlebihan pada berbagai organ tubuh. Pada saat besi dalam tubuh berlebihan, peningkatan besi bebas akan memacu timbulnya reactive oxygen spesies (ROS) bebas. Radikal-radikal superoksida ini mengoksidasi lipid membran sel dan protein serta membran organel yang menyebabkan terjadinya kerusakan sel dan kematian (El-Maraghy, 2009).

Gambar 1. Skema metabolisme zat besi di dalam tubuhKeterangan:: Normal: Efek transfusi darah (TIF, 2008)Normalnya ikatan besi pada transferin mencegah terbentuknya radikal bebas. Pada penderita dengan kelebihan besi, transferin menjadi tersaturasi penuh dan fraksi besi yang tidak terikat transferin bisa terdeteksi di dalam plasma. Hal ini menyebabkan terbentuknya radikal bebas dan meningkatnya jumlah besi di jantung, hati, dan kelenjar endokrin yang menyebabkan kerusakan dan gangguan fungsi di organ-organ tersebut (TIF, 2008; Wahyuningsih, 2011).

Solusi TerdahuluThe World Health Organization Model List of Essential Medicines and Model Formulary 2010 mencatat deferoxamin (DFO) sebagai pengobatan yang dipilih, baik untuk keracunan iron akut maupun iron overload kronik (TIF, 2008). Sampai saat ini sudah ada 3 macam kelasi besi yang ada di pasaran, yaitu (1) Desferoksamin (Desferal, DFO), merupakan terapi standar kelasi besi pilihan pertama untuk penimbunan besi karena transfusi darah berulang. Secara klinis dapat mengurangi gejala sisa akibat penimbunan besi, termasuk kematian dini. (2) Deferiprone (Perriprox, DFP), terapi kelasi pilihan kedua yang diberikan secara oral untuk terapi penimbunan besi pada penderita thalasemia mayor bila terdapat kontraindikasi terhadap DFO atau tidak adekuat. (3) Deferasirox (Exjade), merupakan oral kelasi besi baru yang diberikan sekali sehari (Vichinsky, 2008). Sebagian besar besi akan disekresikan melalui feses dan