PKDRT 1

31
1 PENERAPAN DAN ANALISA UNDANG – PENERAPAN DAN ANALISA UNDANG – UNDANG NOMOR: 23 TAHUN 2004 UNDANG NOMOR: 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM RUMAH TANGGA

Transcript of PKDRT 1

Page 1: PKDRT 1

1

PENERAPAN DAN ANALISA PENERAPAN DAN ANALISA UNDANG – UNDANG NOMOR: 23 UNDANG – UNDANG NOMOR: 23

TAHUN 2004 TENTANG TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN PENGHAPUSAN KEKERASAN

DALAM RUMAH TANGGADALAM RUMAH TANGGA

Page 2: PKDRT 1

2

Undang-undang Nomor: 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Undang-undang Nomor: 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah TanggaDalam Rumah Tangga

disahkan dan diundangkan pada tanggal 22 September 2004disahkan dan diundangkan pada tanggal 22 September 2004 UU PKDRT ini merupakan wujud terciptanya keinginan Negara untuk UU PKDRT ini merupakan wujud terciptanya keinginan Negara untuk

melindungi melindungi

hak asasi manusia dalam lingkup rumah tangga khususnya perempuan hak asasi manusia dalam lingkup rumah tangga khususnya perempuan (psl.1 ayat 1)(psl.1 ayat 1)

Latar Belakang UU PKDRT ini dibentukLatar Belakang UU PKDRT ini dibentuk : :

Negara berpandangan bahwa segala bentuk kekerasan, terutama Negara berpandangan bahwa segala bentuk kekerasan, terutama kekerasan dalam rumah tangga, adalah pelanggaran hak asasi manusia kekerasan dalam rumah tangga, adalah pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta bentuk diskriminasidan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta bentuk diskriminasi

undang-undang ini menarik karenaundang-undang ini menarik karena : : hal yang dibicarakan (diatur) dalam undang-undang ini adalah mengenai hal yang dibicarakan (diatur) dalam undang-undang ini adalah mengenai

masalah yang dahulu dianggap tabu untuk diungkapkan atau bahkan masalah yang dahulu dianggap tabu untuk diungkapkan atau bahkan dipermasalahkan, yakni mengenai” kekerasan dalam rumah tangga”dipermasalahkan, yakni mengenai” kekerasan dalam rumah tangga”

Bagi sebagian orang, masalah rumah tangga adalah masalah yang hanya Bagi sebagian orang, masalah rumah tangga adalah masalah yang hanya patut dibicarakan dalam lingkungan keluarga karena masih dianggap patut dibicarakan dalam lingkungan keluarga karena masih dianggap sebagai aib bagi keluarga tersebutsebagai aib bagi keluarga tersebut

Page 3: PKDRT 1

3

Cara pandang yang demikian sedikit banyak dipengaruhi oleh Cara pandang yang demikian sedikit banyak dipengaruhi oleh kultur masyarakat, dimana dalam kultur masyarakat (pada kultur masyarakat, dimana dalam kultur masyarakat (pada umumnya suku-suku di Indonesia yang menganut azas umumnya suku-suku di Indonesia yang menganut azas kekeluargaan patrilineal), kaum perempuan atau isteri dianggap kekeluargaan patrilineal), kaum perempuan atau isteri dianggap sebagai konco wingking sehingga yang perlu diurusi hanya sebagai konco wingking sehingga yang perlu diurusi hanya meliputi dapur, kasur, dan sumur, lebih dari itu merupakan ranah meliputi dapur, kasur, dan sumur, lebih dari itu merupakan ranah kewenangan pria atau suami, dengan demikian seolah – olah kewenangan pria atau suami, dengan demikian seolah – olah perempuan atau isteri dianggap berada dalam subordinasi kaum perempuan atau isteri dianggap berada dalam subordinasi kaum pria atau suamipria atau suami

Pandangan negara dlm membentuk UUPKDRT ini didasarkan pada :Pandangan negara dlm membentuk UUPKDRT ini didasarkan pada :

Pasal 28 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pasal 28 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, beserta perubahannya 1945, beserta perubahannya

- Pasal 28G ayat (1) UUD 1945 :- Pasal 28G ayat (1) UUD 1945 : "Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, "Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,

kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi" yang merupakan hak asasi"

- Pasal 28H ayat (2) UUD 1945 :- Pasal 28H ayat (2) UUD 1945 : "Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk "Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk

memperoleh memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan

keadilan“keadilan“

Titik BeratTitik Berat : : Undang-undang Nomor: 23 Tahun 2004 ini, lebih menitik beratkan untuk Undang-undang Nomor: 23 Tahun 2004 ini, lebih menitik beratkan untuk

melindungi kaum perempuan atau isteri, karena merupakan pihak yang melindungi kaum perempuan atau isteri, karena merupakan pihak yang lebih sering dirugikan akibat perlakuan dari kaum pria atau suamilebih sering dirugikan akibat perlakuan dari kaum pria atau suami

Page 4: PKDRT 1

44

PermasalahanPermasalahan : :

upaya untuk mengungkap bentuk kekerasan ini tidaklah upaya untuk mengungkap bentuk kekerasan ini tidaklah mudah, karena pemahaman/kesadaran masyarakat tentang mudah, karena pemahaman/kesadaran masyarakat tentang kekerasan dalam rumah tangga belum seluruhnya dipahami kekerasan dalam rumah tangga belum seluruhnya dipahami sebagai bentuk pelanggaran HAM sebagai bentuk pelanggaran HAM

kekerasan dalam bentuk ini masih dilihat dalam ranah privat, kekerasan dalam bentuk ini masih dilihat dalam ranah privat, sehingga penerapannya masih mempertimbangkan bagaimana sehingga penerapannya masih mempertimbangkan bagaimana kelanggengan rumah tangga ybs. terutama bagi masa depan kelanggengan rumah tangga ybs. terutama bagi masa depan anak-anak yang dilahirkan.anak-anak yang dilahirkan.

Permasalahan yang terdapat di dalam pasal-pasal UUPKDRT Permasalahan yang terdapat di dalam pasal-pasal UUPKDRT itu sendiriitu sendiri

Page 5: PKDRT 1

55

Pembahasan :

- Undang – undang PKDRT ini meskipun tidak secara eksplisit disebutkan

namun mencakup dua hal yang diatur, yaitu :

A. Secara formil

B. Secara materiil

Page 6: PKDRT 1

6

A. A. SECARA FORMILSECARA FORMIL : :

a. a. MENGENAI KETENTUAN LAIN-LAINMENGENAI KETENTUAN LAIN-LAIN : : Pasal 54 UU. No.23 Tahun 2004 menyebutkan : penyidikan, penuntutan, dan Pasal 54 UU. No.23 Tahun 2004 menyebutkan : penyidikan, penuntutan, dan

pemeriksaan di sidang pengadilan dilaksanakan menurut ketentuan pemeriksaan di sidang pengadilan dilaksanakan menurut ketentuan hukum acara pidana yang berlaku, kecuali ditentukan lain dalam Undang-hukum acara pidana yang berlaku, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini undang ini

Hal ini membawa konsekuensi bahwa UU No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Hal ini membawa konsekuensi bahwa UU No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dalam hal penyidikan, Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dalam hal penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan diberlakukan juga dalam penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan diberlakukan juga dalam undang-undang PKDRT iniundang-undang PKDRT ini

UU. No. 23 Tahun 2004 tidak mengatur secara detail apa dan bagaimana UU. No. 23 Tahun 2004 tidak mengatur secara detail apa dan bagaimana proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan, proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan, sebagaimana yang diatur oleh KUHAP sebagaimana yang diatur oleh KUHAP

UU. No. 23 Tahun 2004 tidak dikenal istilah penyelidik maupun penyidik , UU. No. 23 Tahun 2004 tidak dikenal istilah penyelidik maupun penyidik , tetapi dalam undang-undang ini semua istilah diatas digeneralisir menjadi tetapi dalam undang-undang ini semua istilah diatas digeneralisir menjadi istilah Kepolisiandalam KUHAP antara penyelidik dan penyidik masing – istilah Kepolisiandalam KUHAP antara penyelidik dan penyidik masing – masing mempunyai makna dan tugas yang berbedamasing mempunyai makna dan tugas yang berbeda

Dalam UU. No.23 Tahun 2004 tidak mengatur lebih lanjut mengenai syarat Dalam UU. No.23 Tahun 2004 tidak mengatur lebih lanjut mengenai syarat sahnya penahanan, penangkapan dan upaya hukum yang dapat ditempuh sahnya penahanan, penangkapan dan upaya hukum yang dapat ditempuh oleh tersangka atau terdakwa pada waktu proses penyidikan dan oleh tersangka atau terdakwa pada waktu proses penyidikan dan penuntutan serta pada waktu proses pemeriksaan di persidangan (bantuan penuntutan serta pada waktu proses pemeriksaan di persidangan (bantuan hukum, praperadilan, permintaan ganti rugi dan hukum, praperadilan, permintaan ganti rugi dan

rehabilitasi)rehabilitasi)

Page 7: PKDRT 1

7

• Jadi dapat dikatakan bahwa dalam UU. No. 23 Tahun Jadi dapat dikatakan bahwa dalam UU. No. 23 Tahun 2004 hanya secara umum menggolongkan tiap-tiap 2004 hanya secara umum menggolongkan tiap-tiap proses pemeriksaan dalam tahapan-tahapan proses pemeriksaan dalam tahapan-tahapan sebagaimana disebutkan dalam pasal 54 tersebut, sebagaimana disebutkan dalam pasal 54 tersebut, yaitu tahapan penyidikan, tahapan penuntutan, dan yaitu tahapan penyidikan, tahapan penuntutan, dan tahapan pemeriksaan dipersidangan, tanpa merinci tahapan pemeriksaan dipersidangan, tanpa merinci lebih detail tiap – tiap tahapan itulebih detail tiap – tiap tahapan itu

• seharusnya tahapan atau proses sebagaimana seharusnya tahapan atau proses sebagaimana disebutkan dalam ketentuan pasal 54, yakni kata-kata disebutkan dalam ketentuan pasal 54, yakni kata-kata “penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang “penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan” dihilangkan saja, dan diganti dengan pengadilan” dihilangkan saja, dan diganti dengan kalimat “Hukum Acara pidana yang berlaku kalimat “Hukum Acara pidana yang berlaku diterapkan pula dalam pelaksanaan Undang-undang diterapkan pula dalam pelaksanaan Undang-undang ini, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undangini, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini ” ini ”

Page 8: PKDRT 1

8

b. b. MENGENAI PEMBERITAHUAN KEPADA KEPOLISIANMENGENAI PEMBERITAHUAN KEPADA KEPOLISIAN : :Pasal 26 Undang – undang No. 23 Tahun 2004 menyebutkan:Pasal 26 Undang – undang No. 23 Tahun 2004 menyebutkan:1)1) Korban berhak melaporkan secara langsung kekerasan dalam rumah Korban berhak melaporkan secara langsung kekerasan dalam rumah

tangga kepada kepolisian baik di tempat korban berada maupun di tempat tangga kepada kepolisian baik di tempat korban berada maupun di tempat kejadian perkara. kejadian perkara.

2)2) Korban dapat memberikan kuasa kepada keluarga atau orang lain untuk Korban dapat memberikan kuasa kepada keluarga atau orang lain untuk melaporkan kekerasan dalam rumah tangga kepada pihak Kepolisian baik melaporkan kekerasan dalam rumah tangga kepada pihak Kepolisian baik ditempat korban berada maupun di tempat kejadian perkaraditempat korban berada maupun di tempat kejadian perkara

3)3) Apabila membaca pasalApabila membaca pasal 26 26 UUUU. No. 23 Tahun 2004. No. 23 Tahun 2004 tersebut maka secara tersebut maka secara umum dapat diartikan bahwa korban kekerasan dalam rumah tangga umum dapat diartikan bahwa korban kekerasan dalam rumah tangga apapun bentuknya berhak melaporkan tindak pidana tersebut kepada apapun bentuknya berhak melaporkan tindak pidana tersebut kepada kepolisiankepolisian

4)4) Sementara itu pasal lain dalam UUSementara itu pasal lain dalam UU. No. 23 Tahun 2004 seperti pasal 51, . No. 23 Tahun 2004 seperti pasal 51, pasal 52, danpasal 52, dan

Pasal 53 memberikan makna lain dalam penyebutan tindak pidana yang Pasal 53 memberikan makna lain dalam penyebutan tindak pidana yang terjadi, yaitu :terjadi, yaitu :

Pasal 51Pasal 51 “ “Tindak pidana kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 Tindak pidana kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44

ayat (4) merupakan ayat (4) merupakan delik aduandelik aduan”” Pasal 52Pasal 52 “ “Tindak pidana kekerasan psikis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 Tindak pidana kekerasan psikis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45

ayat (2) merupakan delik aduan”ayat (2) merupakan delik aduan” Pasal 53Pasal 53 “ “Tindak pidana kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal Tindak pidana kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal

46 yang dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya merupakan46 yang dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya merupakan delik aduan”delik aduan”

Page 9: PKDRT 1

9

• Dari ketentuan pasal 51, pasal 52, dan pasal 53 tersebut diatas, dapat Dari ketentuan pasal 51, pasal 52, dan pasal 53 tersebut diatas, dapat diketahui bahwa Undang – undang ini telah memberikan batasan yang diketahui bahwa Undang – undang ini telah memberikan batasan yang jelas mengenai tindak pidana apa sajakah yang merupakan delik aduan jelas mengenai tindak pidana apa sajakah yang merupakan delik aduan

• Delik aduan adalah :Delik aduan adalah :

Peristiwa pidana yang hanya dapat dituntut atas pengaduan dari korbanPeristiwa pidana yang hanya dapat dituntut atas pengaduan dari korban

Dengan adanya limitasi seperti yang telah disebutkan diatas, apabila Dengan adanya limitasi seperti yang telah disebutkan diatas, apabila dihubungkan dengan ketentuan pasal 26, maka dapat disimpulkan sebagai dihubungkan dengan ketentuan pasal 26, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:berikut:

- Pihak yang menjadi korban, keluarga, atau orang lain berhak - Pihak yang menjadi korban, keluarga, atau orang lain berhak memberitahukan apamemberitahukan apa

yang dialami korban kepada pihak kepolisian, bentuk penyampaian yang dialami korban kepada pihak kepolisian, bentuk penyampaian kepada kepada

kepolisian tersebut, secara formil dalam undang – undang ini disebut kepolisian tersebut, secara formil dalam undang – undang ini disebut sebagaisebagai

laporanlaporan; ;

- Khusus untuk tindak pidana sebagaimana yang disebutkan dalam pasal - Khusus untuk tindak pidana sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 44 44

ayat (4), pasal 45 ayat (2), dan pasal 46, secara formil bentuk ayat (4), pasal 45 ayat (2), dan pasal 46, secara formil bentuk pemberitahuan pemberitahuan

pihak korban, keluarga, atau orang lain yang mendapat kuasa dari pihak korban, keluarga, atau orang lain yang mendapat kuasa dari korban korban

kekerasan dalam rumah tangga kepada kepolisian disebut sebagai kekerasan dalam rumah tangga kepada kepolisian disebut sebagai pengaduan ;pengaduan ;

Page 10: PKDRT 1

10

- - Apabila mencermati kesimpulan diatas, maka seharusnya bunyi Apabila mencermati kesimpulan diatas, maka seharusnya bunyi pasal 26 tidak hanya mengenai pasal 26 tidak hanya mengenai laporan laporan saja, tetapi juga mengenai saja, tetapi juga mengenai pengaduanpengaduan, karena dua hal ini mempunyai pengertian dan , karena dua hal ini mempunyai pengertian dan konsekuensi yang berbeda.konsekuensi yang berbeda.

Page 11: PKDRT 1

11

c. c. MENGENAI PENANGKAPAN DAN PENAHANANMENGENAI PENANGKAPAN DAN PENAHANAN

• Masalah penangkapan dan penahanan sedikit diulas dalam Undang-Masalah penangkapan dan penahanan sedikit diulas dalam Undang-undang PKDRT ini, dan itupun hanya terbatas pada pelaku yang undang PKDRT ini, dan itupun hanya terbatas pada pelaku yang melanggar perintah perlindungan yang diberikan kepada korbanmelanggar perintah perlindungan yang diberikan kepada korban

• Pasal 35Pasal 35 menyebutkan :menyebutkan :

- Kepolisian dapat menangkap untuk selanjutnya melakukan penahanan - Kepolisian dapat menangkap untuk selanjutnya melakukan penahanan tanpa tanpa

surat perintah terhadap pelaku yang diyakini telah melanggar perintah surat perintah terhadap pelaku yang diyakini telah melanggar perintah

perlindungan, walaupun pelanggaran tersebut tidak dilakukan di perlindungan, walaupun pelanggaran tersebut tidak dilakukan di tempat polisi tempat polisi

itu bertugas.itu bertugas.

- Penangkapan dan penahanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) - Penangkapan dan penahanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib wajib

diberikan surat perintah penangkapan dan penahanan setelah 1 x 24 diberikan surat perintah penangkapan dan penahanan setelah 1 x 24 (satu kali dua (satu kali dua

puluh empat) jam.puluh empat) jam.

- Penangguhan penahanan tidak berlaku terhadap penahanan - Penangguhan penahanan tidak berlaku terhadap penahanan sebagaimana sebagaimana

dimaksud ayat (1) dan ayat (2).dimaksud ayat (1) dan ayat (2).

Page 12: PKDRT 1

12

Pasal 35 ini dapat ditafsirkan sebagai berikut :Pasal 35 ini dapat ditafsirkan sebagai berikut :

1. a. Pembentuk Undang-undang dalam pasal 35 ayat (1) telah secara luar biasa 1. a. Pembentuk Undang-undang dalam pasal 35 ayat (1) telah secara luar biasa

memberikan kewenangan kepada kepolisian untuk menangkap dan selanjutnya memberikan kewenangan kepada kepolisian untuk menangkap dan selanjutnya

melakukan penahanan terhadap pelaku yang telah melanggar perintah perlindungan melakukan penahanan terhadap pelaku yang telah melanggar perintah perlindungan

tanpa surat perintah meskipun Locus tanpa surat perintah meskipun Locus delictidelicti diluar tempat polisi tersebut bertugas diluar tempat polisi tersebut bertugas

b. Apabila membandingkanya dengan KUHAP, maka penangkapan yang tanpa disertai b. Apabila membandingkanya dengan KUHAP, maka penangkapan yang tanpa disertai

dengan surat perintah dapat dilakukan apabila pelaku tertangkap tangan pada saat dengan surat perintah dapat dilakukan apabila pelaku tertangkap tangan pada saat

melakukan tindak pidana. melakukan tindak pidana.

c. Apakah pasal 35 tersebut dimaksudkan oleh pembentuk Undang – undang sebagai c. Apakah pasal 35 tersebut dimaksudkan oleh pembentuk Undang – undang sebagai

bentuk “payung hukum” apabila pelaku bentuk “payung hukum” apabila pelaku tertangkap tangantertangkap tangan melakukan pelanggaran melakukan pelanggaran

terhadap perintah perlindungan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 ayat terhadap perintah perlindungan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 ayat

(2) KUHAP atau hanya sekadar memberikan kewenangan yang lebih terhadap (2) KUHAP atau hanya sekadar memberikan kewenangan yang lebih terhadap

kepolisian karena dapat menangkap pelaku diluar daerah tugasnya?.kepolisian karena dapat menangkap pelaku diluar daerah tugasnya?.

2. Pasal 35 ayat (1) juga memuat kata 2. Pasal 35 ayat (1) juga memuat kata diyakinidiyakini, mungkin maksudnya adalah bahwa , mungkin maksudnya adalah bahwa

kepolisian tanpa surat perintah dapat menangkap pelaku kepolisian tanpa surat perintah dapat menangkap pelaku yang diyakiniyang diyakini telah telah

melanggar perintah perlindungan. Ini juga merupakan hal baru yang luar biasa dalam melanggar perintah perlindungan. Ini juga merupakan hal baru yang luar biasa dalam

ranah hukum formil di negara kita, dimana hanya dengan keyakinan dari seseorang ranah hukum formil di negara kita, dimana hanya dengan keyakinan dari seseorang in in

casu casu polisi dapat digunakan untuk menangkap seseorangpolisi dapat digunakan untuk menangkap seseorang

Page 13: PKDRT 1

13

• pasal 36 menyatakan sebagai berikut: pasal 36 menyatakan sebagai berikut:

- Untuk memberikan perlindungan kepada korban, kepolisian - Untuk memberikan perlindungan kepada korban, kepolisian dapat menangkap dapat menangkap

pelaku dengan pelaku dengan bukti permulaan yang cukupbukti permulaan yang cukup karena telah karena telah melanggar perintah melanggar perintah

perlindungan.perlindungan.

- Penangkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat - Penangkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilanjutkan dengan dilanjutkan dengan

penahanan yang disertai surat perintah penahanan dalam penahanan yang disertai surat perintah penahanan dalam waktu 1 x 24 (satu kali waktu 1 x 24 (satu kali

dua puluh empat) jam.dua puluh empat) jam.

• Dari bunyi pasal 36 ayat (1) diatas, dapat ditarik kesimpulan Dari bunyi pasal 36 ayat (1) diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang pelaku yang telah melanggar perintah bahwa seorang pelaku yang telah melanggar perintah perlindungan dapat ditangkap oleh polisi apabila didahului perlindungan dapat ditangkap oleh polisi apabila didahului dengan adanya bukti permulaan yang cukup. Adanya bukti dengan adanya bukti permulaan yang cukup. Adanya bukti permulaan yang cukup ini tentunya diperoleh dari hasil permulaan yang cukup ini tentunya diperoleh dari hasil penyelidikan, dan didasarkan pada alat bukti yang sah seperti penyelidikan, dan didasarkan pada alat bukti yang sah seperti disebutkan dalam pasal 184 KUHAPdisebutkan dalam pasal 184 KUHAP

Page 14: PKDRT 1

14

• Formulasi pasal 36 ayat (1) ini, mirip dengan pasal 17 Formulasi pasal 36 ayat (1) ini, mirip dengan pasal 17 KUHAP, yang mensyaratkan adanya bukti permulaan yang KUHAP, yang mensyaratkan adanya bukti permulaan yang cukup dalam melakukan penangkapan terhadap pelaku yang cukup dalam melakukan penangkapan terhadap pelaku yang diduga keras melakukan tindak pidana. diduga keras melakukan tindak pidana.

• Pasal 36 ini lebih bersifat legalitas formal dari pada pasal 35 Pasal 36 ini lebih bersifat legalitas formal dari pada pasal 35 seperti disebutkan diatas. Kita sepakat bahwa adanya UU seperti disebutkan diatas. Kita sepakat bahwa adanya UU No.23 tahun 2004 ditujukan guna melindungi hak asasi No.23 tahun 2004 ditujukan guna melindungi hak asasi korbankorban..

Page 15: PKDRT 1

15

B. SECARA MATERIIL :

• Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah : “setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan,

yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga” (psl. 1 ayat 1)

- Lingkup Rumah Tangga adalah :a. Suami. Isteri, dan anakb. Orang-orang yang mempunyai hubunngan keluarga denngan

orang sebagaimana dimaksud pada huruf a karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yanng menetap dalam rumah tangga, dan/atau

c. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut

- Orang yang bekerja sebagaimana dimaksud pada huruf c dipandang sebagai anggota keluarga

dalam jangka waktu selama berada dalam rumah tangga yang bersangkutan

(psl. 2)

Page 16: PKDRT 1

1616

Kekerasan dalam rumah tangga sebagaimana yang diatur dalam Kekerasan dalam rumah tangga sebagaimana yang diatur dalam pasal 1 ayat 1 UUPKDRT tsb adalah pada umumnya merupakan pasal 1 ayat 1 UUPKDRT tsb adalah pada umumnya merupakan kekerasan yang berbasis gender atau gender based violence (GBV)kekerasan yang berbasis gender atau gender based violence (GBV)

Kekerasan tersebut dapat terjadi karena adanya relasi yang tidak Kekerasan tersebut dapat terjadi karena adanya relasi yang tidak seimbang yang diakibatkan oleh pembakuan peran gender dan seimbang yang diakibatkan oleh pembakuan peran gender dan persepsi gender yang kelirupersepsi gender yang keliru

Misalnya anggapan masyarakat bahwa laki-laki memiliki kedudukan Misalnya anggapan masyarakat bahwa laki-laki memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan kedudukan perempuan sehingga laki-yang lebih tinggi dibandingkan kedudukan perempuan sehingga laki-laki merasa lebih berkuasa atas perempuanlaki merasa lebih berkuasa atas perempuan

Pandangan ini dikenal sebagai budaya patriakhi, budaya yang Pandangan ini dikenal sebagai budaya patriakhi, budaya yang menempatkan laki-laki sebagai warga kelas satu, dominan, superior menempatkan laki-laki sebagai warga kelas satu, dominan, superior dan lebih tinggi dari perempuan.dan lebih tinggi dari perempuan.

Page 17: PKDRT 1

1717

Pasal 5 UU. No. 23 Tahun 2004Pasal 5 UU. No. 23 Tahun 2004 menyebutkan menyebutkan::

- - Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam terhadap orang dalam

lingkup rumah tangganya, dengan cara:lingkup rumah tangganya, dengan cara:

1. kekerasan fisik ;1. kekerasan fisik ;

2. kekerasan psikis ;2. kekerasan psikis ;

3. kekerasan seksual ; atau3. kekerasan seksual ; atau

4. penelantaran rumah tangga4. penelantaran rumah tangga ; ;

1. 1. KEKERASAN FISIKKEKERASAN FISIK

Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat (pasal 6).jatuh sakit, atau luka berat (pasal 6).

Penafsiran mengenai kekerasan fisik yang sebagaimana dimaksud Penafsiran mengenai kekerasan fisik yang sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 UU PKDRT diantaranya dapat ditemukan dalam dalam pasal 6 UU PKDRT diantaranya dapat ditemukan dalam doktrin, yang menjelaskan sebagai berikut: doktrin, yang menjelaskan sebagai berikut:

Rasa sakit hanya cukup bahwa orang lain merasa sakit tanpa ada Rasa sakit hanya cukup bahwa orang lain merasa sakit tanpa ada perubahan dalam bentuk badan (Moch Anwar, 1989 : 103). Rasa perubahan dalam bentuk badan (Moch Anwar, 1989 : 103). Rasa sakit, misalnya mencubit, mendupak, memukul, menempeleng (R. sakit, misalnya mencubit, mendupak, memukul, menempeleng (R. Soesilo, 1976:210)Soesilo, 1976:210)

Jatuh sakit artinya timbul gangguan atas fungsi dari alat-Jatuh sakit artinya timbul gangguan atas fungsi dari alat-alat di dalam badan manusia (Moch Anwar, 1989 :103).alat di dalam badan manusia (Moch Anwar, 1989 :103).

Page 18: PKDRT 1

18

• Luka berat adalah yang luka yang terkualifikasi dalam Pasal 90 KUHP yakni : - Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh

sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut; - Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau

pekerjaan pencarian; - Kehilangan salah satu pancaindera; - Mendapat cacat berat; - Menderita sakit lumpuh; - Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih ; - dan Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

• Kekerasan fisik yang mengakibatkan rasa sakit dipidana/dihukum dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp.15.000.000,- (lima belas juta rupiah) -------- psl. 44 (1).

• Kekerasan fisik yang mengakibatkan jatuh sakit, atau luka berat dipidana/dihukum dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp.30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah) -------- psl. 44 (2)

• Kekerasan fisik yang mengakibatkan matinya korban dipidana/dihukum dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling banyak Rp.45.000.000,- (empat puluh lima juta rupiah) -------- psl. 44 (3).

Page 19: PKDRT 1

19

• Kekerasan fisik yang dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana /dihukum dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) -------- psl. 44 (4).

Penerapan pasal 44 ayat (1) ini dalam praktek amat sulit, karena adanya Pembatasan yang ditentukan dalam ayat (4) yakni apabila kekerasan itu dilakukanoleh suami terhadap isteri atau sebaliknya dengan tambahan klausul “ yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari”

Page 20: PKDRT 1

20

Penerapan yang sulit dalam praktek dikarenakan hal – hal berikut:

- Dasar yang digunakan dalam menentukan adanya hal – hal yang dapat menyatakan akibat dari kekerasan fisik yaitu tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari adalah visum et repertum yang dibuat oleh dokter (biasanya visum et repertum hanya mengenai hasil pemeriksaan terhadap keadaan pasien secara umum).

- Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana menentukan akibat yang ditimbulkan oleh pelaku kekerasan fisik tadi sebagai sesuatu sebab yang mengakibatkan hal – hal seperti disebutkan diatas? Padahal biasanya saksi korban karena ia sebagai ibu rumah tangga merasa dalam keadaan bagaimanapun harus tetap menjalan kewajibannya sehari – hari seperti mengasuh anak, memasak, mencuci atau pekerjaan yang lain.

- Bagi penyidik yang konservatif, sering mengatakan bahwa untuk bukti dipengadilan maka status suami isteri harus dibuktikan dengan surat-surat pendukung misalnya akta nikah. Padahal untuk daerah – daerah tertentu masih banyak ditemukan pernikahan yang dilakukan hanya dihadapan Kyai atau pernikahan siri atau pernikahan melalui gereja/belum dicatat di Catatan Sipil

- Dalam masalah penjatuhan pidana, UU PKDRT memberikan suatu asas bahwa dalam Penghapusan kekerasan dalam rumah tangga selain bertujuan untuk menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga juga untuk memelihara keutuhan rumah tangga yang harmonis dan sejahtera (pasal 4 UU PKDRT). Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana cara Hakim dalam mewujudkan keseimbangan antara menindak pelaku tindak pidana dan memelihara keutuhan rumah tangga yang harmonis dan sejahtera?.

Page 21: PKDRT 1

21

2. 2. KEKERASAN PSIKIS.KEKERASAN PSIKIS.

- Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya - Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa rasa

percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau dan/atau

penderitaan psikis berat pada seseorang (pasal 7). penderitaan psikis berat pada seseorang (pasal 7).

- Setiap orang yang melakukan kekerasan psikis seperti tersebut di atas dipidana - Setiap orang yang melakukan kekerasan psikis seperti tersebut di atas dipidana

dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp.dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp.

9.000.000,- (sembilan juta rupiah) -------- psl. 45 (1).9.000.000,- (sembilan juta rupiah) -------- psl. 45 (1).

- Dalam hal perbuatan kekerasan psikis tersebut dilakukan oleh suami terhadap - Dalam hal perbuatan kekerasan psikis tersebut dilakukan oleh suami terhadap isteri isteri

atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan menjalankan

pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidanapekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana

dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp. Rp.

3.000.000,- (tiga juta rupiah) -------- psl. 45 (2).3.000.000,- (tiga juta rupiah) -------- psl. 45 (2).

- Tindak pidana kekerasan psikis sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat (2) - Tindak pidana kekerasan psikis sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat (2)

merupakan delik aduan ------- psl. 52merupakan delik aduan ------- psl. 52

Page 22: PKDRT 1

22

Masalah muncul karena ternyata dalam UU PKDRT tidak ditemukan pengertian Masalah muncul karena ternyata dalam UU PKDRT tidak ditemukan pengertian yuridis dari “ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk yuridis dari “ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat“ , padahal bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat“ , padahal pengertian ini paling penting untuk menentukan dan membuktikan jenis perbuatan pengertian ini paling penting untuk menentukan dan membuktikan jenis perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa. yang dilakukan oleh terdakwa.

Dengan tidak adanya pengertian dan batasan yang lengkap, maka kesulitan akan Dengan tidak adanya pengertian dan batasan yang lengkap, maka kesulitan akan muncul dalam pembuktiannyamuncul dalam pembuktiannya

Kesulitan yang muncul adalah kesulitan dalam membuktikan ada tidaknyaKesulitan yang muncul adalah kesulitan dalam membuktikan ada tidaknya :: ketakutanketakutan hilangnya rasa percaya dirihilangnya rasa percaya diri hilangnya kemampuan untuk bertindakhilangnya kemampuan untuk bertindak rasa tidak berdaya dan/penderitaan psikis berat rasa tidak berdaya dan/penderitaan psikis berat

Kenapa membuktikan ada tidaknya hal tersebut diatas merupakan kesulitan Kenapa membuktikan ada tidaknya hal tersebut diatas merupakan kesulitan ??

Page 23: PKDRT 1

23

Karena apabila pembuktian hanya didasarkan pada Karena apabila pembuktian hanya didasarkan pada keterangan saksi, hal tersebut sulit untuk dilakukan dengan keterangan saksi, hal tersebut sulit untuk dilakukan dengan mengingat kondisi psikis korban seperti diatas. mengingat kondisi psikis korban seperti diatas.

Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan Visum Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan Visum Psikiatrium yang dibuat oleh Psikiater, namun hal ini juga Psikiatrium yang dibuat oleh Psikiater, namun hal ini juga menjadi kendala tersendiri, karena mungkin hanya daerah-menjadi kendala tersendiri, karena mungkin hanya daerah-daerah tertentu (kota besar) yang memiliki ahli (Psikiater) daerah tertentu (kota besar) yang memiliki ahli (Psikiater) Untuk membuat Visum psikiatrium tsb.Untuk membuat Visum psikiatrium tsb.

Page 24: PKDRT 1

2424

3. 3. KEKERASAN SEKSUALKEKERASAN SEKSUAL

Yang dimaksud kekerasan seksual adalah :Yang dimaksud kekerasan seksual adalah :

a. Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetapa. Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap

dalam lingkup rumah tangga tersebut.dalam lingkup rumah tangga tersebut.

b. Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah b. Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah

tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentutangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu

(pasal 8).(pasal 8).

Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan Pemaksaan hubungan seksual Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun atau denda paling dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun atau denda paling banyak Rp. 36.000.000,- (tiga pulu enam juta rupiah) -------- psl. 46.banyak Rp. 36.000.000,- (tiga pulu enam juta rupiah) -------- psl. 46.

Tindak pidana kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 yang Tindak pidana kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 yang dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya merupakan delik aduan ---dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya merupakan delik aduan ---psl.53.psl.53.

Setiap orang yang melakukan Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah Setiap orang yang melakukan Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu dipidana/dihukum penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan/atau tujuan tertentu dipidana/dihukum penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling sedikit dan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling sedikit Rp.12.000.000,- (dua belas juta rupiah) atau denda paling banyak Rp.300.000.000,- Rp.12.000.000,- (dua belas juta rupiah) atau denda paling banyak Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) ---- pasal 47(tiga ratus juta rupiah) ---- pasal 47

Page 25: PKDRT 1

2525

Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 dan Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 dan pasal 47 mengakibatkan korban mendapat luka yang tidak memberi pasal 47 mengakibatkan korban mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, mengalami gangguan daya pikir harapan akan sembuh sama sekali, mengalami gangguan daya pikir atau kejiwaan sekurang-kurangnya selama 4 (empat) minggu terus atau kejiwaan sekurang-kurangnya selama 4 (empat) minggu terus menerus atau 1 (satu) tahun tidak berturut-turut, gugur atau matinya menerus atau 1 (satu) tahun tidak berturut-turut, gugur atau matinya janin dalam kandungan, atau mengakibatkan tidak berfungsinya alat janin dalam kandungan, atau mengakibatkan tidak berfungsinya alat reproduksi, dipidana/dihukum dengan pidana penjara paling singkat reproduksi, dipidana/dihukum dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan dipidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun 5 (lima) tahun dan dipidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun atau denda paling sedikit Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta atau denda paling sedikit Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) dan denda paling banyak Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dan denda paling banyak Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) ------- psl. 48.rupiah) ------- psl. 48.

Di dalam kekerasan seksual tersebut juga terdapat suatu kendala Di dalam kekerasan seksual tersebut juga terdapat suatu kendala apabila seorang terdakwa diajukan kepersidangan dengan dakwaan apabila seorang terdakwa diajukan kepersidangan dengan dakwaan melanggar pasal 48, yaitu bagi korban yang mengalami gangguan melanggar pasal 48, yaitu bagi korban yang mengalami gangguan daya pikir atau kejiwaan sekurang-kurangnya selama 4 (empat) daya pikir atau kejiwaan sekurang-kurangnya selama 4 (empat) minggu, dimana hal tersebut haruslah dibuktikan dengan Visum minggu, dimana hal tersebut haruslah dibuktikan dengan Visum

Dokter ahli seperti psikiater ataupun ahli jiwaDokter ahli seperti psikiater ataupun ahli jiwa

Page 26: PKDRT 1

2626

4. 4. PENELANTARAN RUMAH TANGGAPENELANTARAN RUMAH TANGGA..

1. Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, 1. Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut.kepada orang tersebut.

2. Penelantaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas juga berlaku bagi 2. Penelantaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar membatasi dan/atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut

(psl. 9.)(psl. 9.)

Setiap orang yang :Setiap orang yang : - Menelantarkan orang lain dalam lingkup rumah tangganya sebagaimana - Menelantarkan orang lain dalam lingkup rumah tangganya sebagaimana

dimaksud dalam pasal 9 ayat (1). dimaksud dalam pasal 9 ayat (1).

- Menelantarkan orang lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (2) - Menelantarkan orang lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (2)

Dipidana/dihukum dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau Dipidana/dihukum dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp.15.000.000,- (lima belas juta rupiah) ----psl. 49.denda paling banyak Rp.15.000.000,- (lima belas juta rupiah) ----psl. 49.

Page 27: PKDRT 1

2727

KESIMPULANKESIMPULAN

1. 1. seharusnya tahapan atau proses sebagaimana disebutkan dalam ketentuan pasal seharusnya tahapan atau proses sebagaimana disebutkan dalam ketentuan pasal 54, yakni kata-kata “penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang 54, yakni kata-kata “penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan” dihilangkan saja, dan diganti dengan kalimat “Hukum Acara pidana pengadilan” dihilangkan saja, dan diganti dengan kalimat “Hukum Acara pidana yang berlaku diterapkan pula dalam pelaksanaan Undang-undang ini, kecuali yang berlaku diterapkan pula dalam pelaksanaan Undang-undang ini, kecuali ditentukan lain dalam Undang- undang ini ”. ditentukan lain dalam Undang- undang ini ”.

2. seharusnya bunyi pasal 26 tidak hanya mengenai 2. seharusnya bunyi pasal 26 tidak hanya mengenai laporan laporan saja, tetapi juga saja, tetapi juga mengenai mengenai pengaduan.pengaduan.

3. Pemahaman masyarakat mengenai keberadaan UU PKDRT ini masih begitu minim, 3. Pemahaman masyarakat mengenai keberadaan UU PKDRT ini masih begitu minim, sehingga perlu diadakan sosialisasi/penyuluhan-penyuluhan terhadap UUPKDRT sehingga perlu diadakan sosialisasi/penyuluhan-penyuluhan terhadap UUPKDRT ini lebih luas dan mendalamini lebih luas dan mendalam

4. Penerapan pasal 44 ayat (1) ini dalam praktek amat sulit, karena adanya 4. Penerapan pasal 44 ayat (1) ini dalam praktek amat sulit, karena adanya pembatasan yang ditentukan dalam ayat (4) yakni apabila kekerasan itu dilakukan pembatasan yang ditentukan dalam ayat (4) yakni apabila kekerasan itu dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya dengan tambahan klausul “ yang tidak oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya dengan tambahan klausul “ yang tidak menimbulkan penyakit atau menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankanhalangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-harikegiatan sehari-hari” biasanya saksi korban karena ia ” biasanya saksi korban karena ia sebagai ibu rumah tangga merasa dalam keadaan bagaimanapun harus tetap sebagai ibu rumah tangga merasa dalam keadaan bagaimanapun harus tetap menjalan kewajibannya sehari – hari seperti mengasuh anak, memasak, mencuci menjalan kewajibannya sehari – hari seperti mengasuh anak, memasak, mencuci atau pekerjaanatau pekerjaan yang lainyang lain

Page 28: PKDRT 1

2828

5. Untuk korban kekerasan psikis, hendaknya tiap-tiap daerah mempunyai dokter 5. Untuk korban kekerasan psikis, hendaknya tiap-tiap daerah mempunyai dokter ahli jiwa atau psikiater, sehingga dalam penerapan tentang ketentuan pidana ahli jiwa atau psikiater, sehingga dalam penerapan tentang ketentuan pidana kekerasan secara psikis (pasal 45) dan kekerasan seksual yang mengakibatkan kekerasan secara psikis (pasal 45) dan kekerasan seksual yang mengakibatkan korban mengalami gangguan daya pikir atau kejiwaan (pasal 48) dapat didukung korban mengalami gangguan daya pikir atau kejiwaan (pasal 48) dapat didukung dengan Visum yang dikeluarkan oleh dokter ahli jiwa/psikiater yang menerangkan dengan Visum yang dikeluarkan oleh dokter ahli jiwa/psikiater yang menerangkan tentang gangguan kejiwaan atau gangguan daya pikir dari korbantentang gangguan kejiwaan atau gangguan daya pikir dari korban

------------ TQ ------------------------ TQ ------------

Page 29: PKDRT 1

29

Harian KompasHarian Kompas : : • Dari data yang dihimpun oleh Harian Kompas, hari Kamis tanggal Dari data yang dihimpun oleh Harian Kompas, hari Kamis tanggal

11 Desember 2008 menyebutkan dari tahun 2004 s/d 2008 11 Desember 2008 menyebutkan dari tahun 2004 s/d 2008 jumlah kekerasan thdp perempuan di Jawa Tengah sebanyak jumlah kekerasan thdp perempuan di Jawa Tengah sebanyak 7.804 kasus7.804 kasus

• dan dari kasus sebanyak 7.804 tersebut yang merupakan dan dari kasus sebanyak 7.804 tersebut yang merupakan kekerasan dalam rumah tangga sebanyak 1.167 kasus dengan kekerasan dalam rumah tangga sebanyak 1.167 kasus dengan korban meninggal sebanyak 26 orang korban meninggal sebanyak 26 orang

Suara Merdeka, hari Kamis tanggal 11 Desember 2008Suara Merdeka, hari Kamis tanggal 11 Desember 2008 : : • menurut Legal Resources Center untuk Keadilan Jender dan Hak menurut Legal Resources Center untuk Keadilan Jender dan Hak

Asasi Manusia (LRC-KJHAM) menyebutkan jumlah kekerasan Asasi Manusia (LRC-KJHAM) menyebutkan jumlah kekerasan terhadap perempuan di Jawa Tengah selama kurun waktu bulan terhadap perempuan di Jawa Tengah selama kurun waktu bulan Nopember 2007 – Oktober 2008 sebanyak 1.017 kasus Nopember 2007 – Oktober 2008 sebanyak 1.017 kasus

• yang merupakan kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang merupakan kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)

sebanyak 104 kasussebanyak 104 kasus

Page 30: PKDRT 1

3030

Perkara Di PN. WonosoboTahun 2007 ada 2 Kasus, yaitu :

1. a. Perk. No.118/Pid.B/2007 a/n Teguh Nugroho

b. Melanggar psl. 44 (4) UU 23/2004

c. Tuntutan ----- 3 bulan

d. Putusan ----- 3 bulan

2. a. Perk. No.152/Pid.B/2007 a/n Kristianto

b. Melanggar psl. 44 (1) 23/2004

c. Tuntutan ----- 2 tahun

d. Putusan ----- 1 tahun dan 4 bulan

Tahun 2008 ada 2 Kasus, yaitu :

1. a. Perk. No.35/Pid.B/2008 a/n Haryanto

b. Melanggar psl. 44 (1) UU 23/2004

c. Tuntutan ----- 1 Tahun

d. Putusan ----- 7 bulan

2. a. Perk. No.114/Pid.B/2008 a/n Latif Abdulrohman

b. Melanggar psl. 44 (4) 23/2004

c. Tuntutan ----- 4 bulan

d. Putusan ----- 4 bulan

Page 31: PKDRT 1

31

• Seorang Filsuf yang bernama Aurelius Agustinus (354-430) yang lahir di Tagaste Seorang Filsuf yang bernama Aurelius Agustinus (354-430) yang lahir di Tagaste (wilayah Aljazair) menulis sajak tentang wanita yang digubah oleh Dale S. (wilayah Aljazair) menulis sajak tentang wanita yang digubah oleh Dale S. Hadley sebagai berikut :Hadley sebagai berikut :

Woman was created from the rib of manWoman was created from the rib of man

Not from his head to be above himNot from his head to be above him

Nor from his feet to be walked uponNor from his feet to be walked upon

But from his side to be equalBut from his side to be equal

Near his arm to be protectedNear his arm to be protected

And close to his heart to be lovedAnd close to his heart to be loved

Wanita diciptakan dari rusuk priaWanita diciptakan dari rusuk pria

Bukan dari kepalanya untuk menjadi atasanBukan dari kepalanya untuk menjadi atasan

Bukan pula dari kaki untuk dijadikan alasBukan pula dari kaki untuk dijadikan alas

Melainkan dari sisinyaMelainkan dari sisinya

Untuk menjadi mitra sederajatUntuk menjadi mitra sederajat

Dekat pada lengannya untuk dilindungiDekat pada lengannya untuk dilindungi

Dan dekat dihatinya untuk dicintaiDan dekat dihatinya untuk dicintai