Pitiriasis Versikolor

5
Pitiriasis Versikolor / Panu Definisi Pitiriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan oleh Malasezia furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit koronis yang ditandai oleh bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya menyerang badan dan kadang- kadang terlihat di ketiak, sela paha,tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala. Nama lainnya adalah tinea versikolor atau panu. Epidemiologi Pitiriasis versikolor lebih sering terjadi di daerah tropis dan mempunyai kelembabab tinggi. Walaupun kelainan kulit lebih terlihat pada orang berkulit gelap, namun angka kejadian pitiriasis versikolor sama di semua ras. Beberapa penelitian mengemukakan angka kejadian pada pria dan wanita dalam jumlah yang seimbang. Di Amerika Serikat, penyakit ini banyak ditemukan pada usia 15-24 tahun, dimana kelenjar sebasea (kelenjar minyak) lebih aktif bekerja. Angka kejadian sebelum pubertas atau setelah usia 65 tahun jarang ditemukan. Di negara tropis, penyakit ini lebih sering terjadi pada usia 10-19 tahun Etiologi Penyakit ini disebabkan oleh jamur Malasezia furfur. Malassezia furfur (dahulu dikenal sebagai Pityrosporum orbiculare, Pityrosporum ovale) merupakan jamur lipofilik yang normalnya hidup di keratin kulit dan folikel rambut manusia saat masa pubertas dan di luar masa itu. Sebagai organisme yang lipofilik, Malassezia furfur memerlukan lemak (lipid) untuk pertumbuhan in vitro dan in vivo. Secara in vitro, asam amino asparagin menstimulasi pertumbuhan organisme, sedangkan asam amino lainnya, glisin, menginduksi (menyebabkan) pembentukan hifa. Pada dua riset yang terpisah, tampak bahwa secara in vivo, kadar asam amino meningkat pada kulit pasien yang tidak terkena panu. Jamur ini juga ditemukan di kulit yang sehat, namun baru akan memberikan gejala bila tumbuh berlebihan. Beberapa faktor dapat meningkatkan angka terjadinya pitiriasis versikolor, diantaranya adalah turunnya kekebalan tubuh, faktor temperature, kelembabab udara, hormonal dan keringat. Patofisiologi Panu disebabkan oleh organisme lipofilik dimorfik, Malassezia

description

PV

Transcript of Pitiriasis Versikolor

Pitiriasis Versikolor / Panu

DefinisiPitiriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan oleh Malasezia furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit koronis yang ditandai oleh bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya menyerang badan dan kadang- kadang terlihat di ketiak, sela paha,tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala. Nama lainnya adalah tinea versikolor atau panu.

EpidemiologiPitiriasis versikolor lebih sering terjadi di daerah tropis dan mempunyai kelembabab tinggi. Walaupun kelainan kulit lebih terlihat pada orang berkulit gelap, namun angka kejadian pitiriasis versikolor sama di semua ras. Beberapa penelitian mengemukakan angka kejadian pada pria dan wanita dalam jumlah yang seimbang. Di Amerika Serikat, penyakit ini banyak ditemukan pada usia 15-24 tahun, dimana kelenjar sebasea (kelenjar minyak) lebih aktif bekerja. Angka kejadian sebelum pubertas atau setelah usia 65 tahun jarang ditemukan. Di negara tropis, penyakit ini lebih sering terjadi pada usia 10-19 tahun

EtiologiPenyakit ini disebabkan oleh jamur Malasezia furfur. Malassezia furfur (dahulu dikenal sebagai Pityrosporum orbiculare, Pityrosporum ovale) merupakan jamur lipofilik yang normalnya hidup di keratin kulit dan folikel rambut manusia saat masa pubertas dan di luar masa itu. Sebagai organisme yang lipofilik, Malassezia furfur memerlukan lemak (lipid) untuk pertumbuhan in vitro dan in vivo. Secara in vitro, asam amino asparagin menstimulasi pertumbuhan organisme, sedangkan asam amino lainnya, glisin, menginduksi (menyebabkan) pembentukan hifa. Pada dua riset yang terpisah, tampak bahwa secara in vivo, kadar asam amino meningkat pada kulit pasien yang tidak terkena panu.Jamur ini juga ditemukan di kulit yang sehat, namun baru akan memberikan gejala bila tumbuh berlebihan. Beberapa faktor dapat meningkatkan angka terjadinya pitiriasis versikolor, diantaranya adalah turunnya kekebalan tubuh, faktor temperature, kelembabab udara, hormonal dan keringat.

PatofisiologiPanu disebabkan oleh organisme lipofilik dimorfik, Malassezia furfur, yang hanya dapat dikultur pada media yang diperkaya dengan asam lemak berukuran C12- sampai C14. Malassezia furfur atau yang juga dikenal dengan nama singkat M furfur, merupakan salah satu anggota dari flora kulit manusia normal (normal human cutaneous flora) dan ditemukan pada bayi (infant) sebesar 18% sedangkan pada orang dewasa mencapai 90-100%.

Sebagian besar kasus panu dialami oleh orang yang sehat tanpa disertai penurunan sistem kekebalan tubuh (immunologic deficiencies). Meskipun demikian, beberapa faktor dapat memengaruhi beberapa orang terkena panu sekaligus memicu berubahnya bentuk (conversion) dari ragi saprofit (saprophytic yeast) menjadi bentuk morfologis miselium, parasitik. Faktor-faktor tersebut antara lain:1. Kecenderungan (predisposition) genetik.2. Lingkungan yang lembab, hangat.3. Immunosuppression.4. Malnutrition.5. Cushing disease.

Human peptide cathelicidin LL-37 berperan dalam pertahanan kulit melawan Malassezia globosa. Meskipun merupakan bagian dari flora normal, M furfur dapat juga menjadi patogen yang oportunistik. Keadaan ini tidak menular karena patogen jamur kausatif (causative fungal pathogen) merupakan penghuni normal pada kulit.

Kulit penderita panu dapat mengalami hipopigmentasi atau hiperpigmentasi. Pada kasus hipopigmentasi, inhibitor tyrosinase (hasil dari aksi/kerja inhibitor tyrosinase dari asam dicarboxylic yang terbentuk melalui oksidasi beberapa asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acids) pada lemak di permukaan kulit) secara kompetitif menghambat enzim yang diperlukan dari pembentukan pigmen melanocyte. Pada kasus panu dengan makula hiperpigmentasi, organisme memicu pembesaran melanosom yang dibuat oleh melanosit di lapisan basal epidermis.

PatogenesisPerubahan bentuk Malassezia dari blastospora menjadi miselium dipengaruhi oleh berbagai faktor predisposisi. Asam dikarboksilat, yang dibentuk oleh oksidasi enzimatis asam lemak pada lemak di permukaan kulit, menghambat tyrosinase pada melanosit epidermis dan dengan demikian memicu hipomelanosis. Enzim ini terdapat pada organisme (Malassezia).

Gejala klinisKelainan kulit pitiriasis versikolor ditemukan terutama di punggung, dada, leher dan lengan walaupun dapat terjadi di bagian tubuh lain. Pada anak-anak, terkadang dapat timbul di daerah wajah. Timbul bercak putih atau kecoklatan yang kadang-kadang gatal bila berkeringat. Bisa pula tanpa keluhan gatal sama sekali, tetapi penderita mengeluh karena malu oleh adanya bercak tersebut. Pada orang kulit berwarna, kelainan yang terjadi tampak sebagai bercak hipopigmentasi (warna kulit lebih terang dibanding kulit sekitarnya), tetapi pada orang yang berkulit pucat maka kelainan bisa berwarna kecoklatan ataupun kemerahan. Di atas kelainan kulit tersebut terdapat skuama (sisik halus).

Gambar 2. Pitiriasis Versikolor di punggung

Pemeriksaan penunjanga. LaboratoriumPresentasi klinis panu jelas, khas (distinctive), dan diagnosis seringkali dibuat tanpa pemeriksaan laboratorium. Sinar ultraviolet hitam (Wood) dapat digunakan untuk menunjukkan pendar (fluorescence) warna keemasan (coppery-orange) dari panu. Bagaimanapun juga, pada beberapa kasus, lesi panu terlihat lebih gelap daripada kulit yang tidak terkena panu di bawah sinar Wood, hanya saja tidak berpendar.Diagnosis biasanya ditegakkan dengan pemeriksaan potassium hydroxide (KOH), yang menunjukkan gambaran hifa dengan cigar-butt yang pendek. Penemuan KOH tentang spora dengan miselium pendek telah dianggap serupa dengan gambaran spaghetti and meatballs atau bacon and eggs sebagai tanda khas pitiriasis versikolor.

Jadi, ciri khas panu yang ditemukan pada pemeriksaan KOH adalah gambaran hifa filamentosa dan bentuk globose yeast, yang sering disebut: spaghetti dan meat balls, yaitu kelompok hifa pendek yang tebalnya 3-8 mikron, dikelilingi spora berkelompok yang berukuran 1-2 mikron. Sedangkan pada pemeriksaan dengan lampu Wood, tampak fluoresensi kuning keemasan atau blue-green fluorescence of scales.

b. HistopatologiOrganisme yang menyebabkan panu berdiam/berlokasi di stratum corneum. M furfur dapat dideteksi dengan hematoxylin dan eosin (H&E) saja, meskipun pewarnaan periodic acid-Schiff (PAS) atau methenamine silver lebih dapat menegakkan diagnosis. Pada kasus yang jarang, organisme dapat mencapai stratum granulosum, dan bahkan ditemukan di dalam keratinocytes. Epidermis menunjukkan akantosis dan hiperkeratosis ringan, dan suatu mild perivascular infiltrate tampak nyata di dermis. Suatu perubahan epidermis yang menyerupai acanthosis nigricans teramati pada keanekaragaman papula, dengan pembuluh darah yang berdilatasi yang terdapat pada lesi eritematosa.

PenatalaksanaanPengobatan dapat dilakukan secara topikal dan sistemik. Bila lesinyaminimal atau terbatas, dapat diberikan secara topikal dengan golongan imidazol,misalnya ketoconazole dalam bentuk krim. Pengobatan harus dilakukanmenyeluruh, tekun, dan konsisten, karena penyakit panu sering kambuh danuntuk mencegah serangan ulang.

Mekanisme kerja dari ketoconazole yaitu dengan menghambat biosintesis ergosterol atau sterollain, yang merusak membran dinding sel jamur dan merubah permeabilitas sehingga menghambat pertumbuhan jamur. Secara klinik ketoconazole aktif terhadap dermatofit jenis Epidermophyton floccosum, Malassezia furfur dan candida spp.Aturan pakainya:oleskan 1-2 kali sehari pada daerah lesi dan dibiarkan selama 10-15 menit, tergantung pada beratnya infeksi. Pengobatan harus diteruskan sampai beberapa hari sesudah semua gejala hilang. Lama pengobatan biasanya 3-4 minggu. Salep harus dioleskan pada kulit yang telah bersih, setelahmandi atau sebelum tidur, meskipun lesinya telah hilang. Menghentikan pengobatan dengan salep dapat menimbulkan kekambuhan. Pasalnya jamur belum terbasmi dengan tuntas. Pengobatan secara sistemik dilakukan bila lesinya luas. Obat golongan ketoconazole dapat diberikan secara oral selama 7-10 hari. Jangan lupa, Anda harus berkonsultasi dengan dokter sebelum mengkonsumsi obat-obat tersebut. Sebab obat-obat itu, tidak untuk semua orang. Mereka yang menderita payah liver tidak dapat menelan jenis obat-obatan itu. Untuk pencegahan, dapat dilakukan dengan selalu menjaga higienitasperseorangan, hindari kelembaban kulit dan menghindari kontak langsungdengan penderita.

PencegahanAda beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah agar tak tertular panu, yaitu:1. Mengeringkan tubuh dengan handuk hingga benar-benar kering sebelum memakai baju, karena kondisi yang lembab sangat memudahkan jamur untuk berkembang.2. Jangan malas melap keringat.3. Tidak berbagi barang pribadi dengan orang lain seperti handuk, sabun batang, sepatu atau sandal saat menggunakan fasilitas umum.4. Menggunakan alas kaki jika sedang berjalan di tempat yang lembab seperti kamar mandi umum, tempat bilas atau disekitar kolam renang.5. Membilas tubuh dengan sabun antiseptik setelah selesai berenang.

http://skydrugz.blogspot.com/2010/05/pitiriasis-versikolor-panu.html